WAKTU PENYUNGKUPAN TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK DENDROBIUM (Dendrobium sp)
Oleh NUNING NUR INDAYANTI NIM. 110500064
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014
WAKTU PENYUNGKUPAN TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK DENDROBIUM (Dendrobium sp)
Oleh NUNING NUR INDAYANTI NIM. 110500064
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
:
Waktu Penyungkupan Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp)
Nama Mahasiswa
:
Nuning Nur Indayanti
NIM
:
110500064
Program Studi
:
Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
:
Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Faradilla SP, M.Sc NIP. 197409012000122001
Daryono , SP NIP. 198002022008121002
F . Silvi Dwi Mentari, S.Hut. MP NIP. 197707232003122002
Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Nur Hidayat, SP, M.Sc NIP. 19721025 200112 1 001 NIP. 19650706 200112 1 001 Lulus ujian pada tanggal : 22 Juli 2014
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Hasanudin , MP NIP. 19630805 198903 1 005
ABSTRAK
NUNING NUR INDAYANTI, Waktu Penyungkupan Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp) (dibawah bimbingan FARADILLA). Penelitian ini dilatar belakangi oleh belum terpenuhinya permintaan terhadap tanaman anggrek yang semakin meningkat dan semakin banyaknya penghobi anggrek sehingga para penganggrek dituntut untuk menyediakan anggrek dalam jumlah banyak dan waktu yang singkat. Metode kultur jaringan dan lama penyungkupan pada tahapan aklimatisasi merupakan langkah awal mengurangi resiko kematian pada saat aklimatisasi Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu penyungkupan bagi pertumbuhan aklimatisasi planlet anggrek dendrobium. Pene litian dilaksanakan di Jl. Samratulangi gg. Gotong royong Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan terhitung dari tanggal 22 Nopember 2013 sampai dengan 21 Februari 2014. Pengolahan data menggunakan perhitungan rataan sederhana yang terd iri dari 4 perlakuan dengan 10 ulangan. Adapun perlakuannya yaitu waktu penyungkupan 15 hari (p1), waktu penyungkupan 30 hari (p2), waktu penyungkupan 45 hari (p3), waktu penyungkupan 60 hari (p4). Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan waktu penyungkupan 15 hari (p1) menunjukkan hasil tertinggi dan perlakuan waktu penyungkupan 60 hari (p4) terhadap aklimatisasi anggrek dendrobium menunjukkan hasil terendah. Kata kunci : waktu penyungkupan, aklimatisasi, anggrek dendrobium
RIWAYAT HIDUP
NUNING NUR INDAYANTI, lahir pada tanggal 29 Oktober 1992 di Desa Pucangsari, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.
Merupakan anak ke -2 dari
empat bersaudara pasangan bapak Samukri dan Ibu Riyati. Tahun 1999 memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri Pucangsari 2
dan lulus pada tahun 2005. Kemudian
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Loa Janan hingga lulus pada tahun 2008. Selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP-SPMA) Negeri Samarinda dan lulus pada tahun 2011. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Pada tanggal 3 Maret sampai dengan 3 Mei 2014 mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Sukses Tani Nusasubur, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya pada program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Keberhasilan dan kelancaran dalam penyusunan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesemp atan ini penulis ucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Faradilla, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing. 2. Bapak Daryono, SP selaku dosen penguji I dan Ibu F. Silvi Dwi Mentari, S.Hut, MP selaku dosen penguji II. 3. Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. 4. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Mana jemen Pertanian 5. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 6. Para staf pengaja r, administrasi dan teknisi di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. 7. Keluarga tercinta yang telah banyak memberikan motifasi dan doa kepada penulis selama ini. 8. Rekan -rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis me nyadari dalam penyusunan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Penulis
Kampus Sei Keledang, Juli 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
i
DAFTAR ISI ....................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL .............................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
iv
I.
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
4
A. Tinjauan Umum Tanaman Anggrek....................................................
4
B. Tinjauan Umum Kultur Jaringan ........................................................
9
C. Tinjauan Umum Aklimatisasi ..............................................................
11
III. METODE PENELITIAN ...........................................................................
13
A. Waktu dan Tempat .............................................................................
13
B. Alat dan Bahan ...................................................................................
13
C. Perlakuan Penelitian ..........................................................................
14
D. Prosedur Penelitian ............................................................................
14
E. Pengambilan Data ..............................................................................
16
F. Pengolahan Data ................................................................................
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
18
A. Hasil ....................................................................................................
18
B. Pembahasan ......................................................................................
20
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
24
A. Kesimpulan .........................................................................................
24
B. Saran ..................................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
25
LAMPIRAN ......................................................................................................
26
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Tata letak penelitian .................................................................................. 2. Pengukuran pertambahan tinggi tanaman anggrek dendrobium pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 15 hari (p1) ...................................................................... 3. Pengukuran pertambahan tinggi tanaman anggrek dendrobium pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 30 hari (p2) ...................................................................... 4. Pengukuran pertambahan tinggi tanaman anggrek dendrobium pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 45 hari (p3) ...................................................................... 5. Pengukuran pertambahan tinggi tanaman anggrek dendrobium pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 60 hari (p4) ...................................................................... 6. Perhitungan pertambahan jumlah daun tanaman anggrek dendrobium
27
28
29
30
31
pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 15 hari (p1) .....................................................
32
7. Perhitungan pertambahan jumlah daun tanaman anggrek dendrobium pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 30 hari (p2) .....................................................
33
8. Perhitungan pertambahan jumlah daun tanaman anggrek dendrobium pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 45 hari (p3) .....................................................
34
9. Perhitungan pertambahan jumlah daun tanaman anggrek dendrobium pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 60 hari (p4) ..................................................... 10. Dokumentasi
kegiatan
penelitian
aklimatisasi
planlet
35
anggrek
dendrobium ..............................................................................................
36
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman anggrek dendrobium umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (cm) ......................................................
18
2. Rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman anggrek dendrobium umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (helai) .....................................
19
3. Persentase tumbuh tanaman anggrek dendrobium umur 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) .......................................................................
20
1
I. PENDAHULUAN
Sejak zaman dahulu bunga telah digunakan manusia sebagai alat mengungkapkan perasaan. Selain sebagai pengungkap perasaan, bunga juga merupakan salah satu jenis tanaman yang paling banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias.
Beberapa jenis bunga yang sudah populer dan banyak
penggemarnya antara lain krisan, melati, mawar, dahlia, gladiator, dan anggrek. Dari berbagai jenis bunga tersebut, bunga anggrek adalah yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Keunggulan anggrek antara lain jenisnya beraneka ragam yang bisa menyebabkan warna bunga, bentuk, dan ukurannya beraneka ragam pula. Anggrek merupakan bunga abadi. Artinya, keberadaannya tidak mengenal musim dan disukai manusia sepanjang zaman. Membudidayakan dan merawat anggrek termasuk pekerjaan yang gampang -gampang susah. Pekerjaan ini membutuhkan ketekunan, ketelatenan, kesabaran, dan keberanian tersendiri. Jika tidak, anggrek yang dibudidayakan tidak tumbuh optimal, bahkan mati sebelum bisa dinikmati. Dendrobium merupakan salah satu genus anggrek terbesar di dunia (diperkirakan sekitar 1600 spesies) yang hidup di dataran rendah. Jumlahnya bisa semakin banyak karena anggrek jenis ini mudah untuk dikawin silangkan. Anggrek dendrobium termasuk jenis anggrek yang rajin berbunga dan memiliki variasi kombinasi warna yang sangat banyak. Sekali berbunga bisa lebih dari dua tangkai bunga dan dapa t bertahan kurang lebih 2 mingguan.
Disamping
memiliki banyak warna, dendrobium juga memiliki bentuk serta aroma yang khas (Parnata, 2005).
2
Seiring dengan permintaan pasar yang semakin meningkat, ini berarti para pengusaha anggrek dituntut untuk menyediakan anggrek dalam jumlah yang banyak dan waktu yang singkat.
Diantara cara yang dapat ditempuh yaitu
dengan menggunakan teknik kultur jaringan atau kultur in vitro.
Menurut
Gunawan (1995), teknik ini dapat membantu perbanyakan vegetatif tanaman dalam rangka penyediaan bibit dari induk superior. Dihabitat aslinya, perkecambahan dilakukan dengan bantuan mikoriza. Tanpa bantuan mikoriza, perkecambahan biji anggrek sangat sulit karena ketidakadaan
endosperm.
Oleh
karena
itu,
pembudidaya
biasanya
memperbanyak anggrek dengan teknik kultur jaringan (Parnata, 2005). Menurut Wiendi, dkk (1992), perbanyakan dengan menggunakan teknik kultur jaringan memiliki banyak kelebihan, yaitu tanaman dapat diperbanyak setiap saat tanpa tergantung musim, bebas dari serangan hama dan penyakit, daya multifikasi yang tinggi dan membutuhkan ruang relatif kecil untuk menyimpan tanaman. Diperjelas oleh Santoso, dkk (2007 ), tujuan pokok dari teknik kultur jaringan adalah untuk memproduksi tanaman dalam ju mlah besar dalam waktu singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan juga diharapkan dapat memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul. Dalam teknik kultur jaringan terdapat beberapa tahapan, salah satu diantaranya adalah tahapan aklimatisasi.
Aklimatisasi adalah pemindahan
planlet atau tunas mikro dari dalam botol ke lingkungan luar atau rumah kaca. Tahap ini merupakan tahap kritis karena kondisi iklim dan hara tunas mikro lingkungan luar berbeda dengan kondisi di dalam botol. Di dalam botol-botol kultur, kelembaban nisbi hampir 100%.
Tunas mikro yang terbiasa hidup
3
di dalam botol kondisi tersebut ternyata mempunyai daun dengan kondisi kutikula dan stomata tidak normal, sehingga mudah layu jika berada dalam kondisi kelembaban rendah.
Sehingga untuk menjaga kelembaban perlu dilakukan
penyungkupan (Yusnita, 2004) Penyungkupan planlet sangat efektif untuk menjaga kondisi kelembaban mikro planlet. Sehingga akan dilakukan penelitian lama penyungkupan terhadap teknik aklimatisasi planlet anggrek dendrobium. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan waktu penyungkupan bagi pertumbuhan aklimatisasi planlet anggrek dendrobium. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas, pemerintah dan pengusaha anggrek khususnya mengenai waktu penyungkupan aklimatisasi planlet anggrek dendrobium.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Anggrek 1. Asal-Usul Tanaman Anggrek Spesies anggrek paling banyak berasal dari daerah tropis. Hal ini disebabkan
agroklimat
pertumbuhannya.
daerah
Budidaya
tropis
anggrek
sangat
secara
cocok
besar-besaran
untuk mulai
berkembang di Eropa pada abad ke-19. Pada dekade 1850-an beberapa orang Inggris, Jerman, dan Perancis mulai mensponsori budidaya anggrek. Saat itu, anggrek mulai banyak digemari sebagai tanaman hias yang keindahannya diakui sangat luar biasa. Pada dekade 1850 -an, para kolektor dan pencinta anggrek berlomba-lomba
mengoleksi
berbagai
jenis
anggrek
langka
dan
menunjukkan kelebihan anggreknya tersebut. Perkembangan pesat anggrek di Indonesia baru dimulai pada abad ke-20. Budidaya anggrek ini banyak dilakukan oleh orang Belanda. Pada dasawarsa 1900-an mulai dilakukan penyemaian bibit anggrek di dalam botol. Pada tahun 1923-1940, orang -orang Belanda yang menjajah Indonesia mulai membawa berbagai jenis anggrek ke Indonesia dan menyilangkannya. Selain membawa masuk anggrek luar ke Indonesia, mereka juga banyak membawa spesies anggrek Indonesia ke Ero pa dan mengembangkannya di sana (Parnata, 2005).
5
2. Sistematika Tanaman Anggrek Menurut Sarwono (2002), sitematika anggrek dendrobium adalah sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermathophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Orchidales
Famili
: Orchidaceae
Genus
: Dendrobium
Spesies
: Dendrobium sp
3. Syarat Tumbuh Tanaman Anggrek Menurut Parnata (2005), pada dasarnya ada beberapa kondisi optimal yang menyebabkan anggrek dapat tumbuh dengan baik. Kondisi tersebut berkaitan dengan cahaya matahari, kelembaban, dan suhu a. Cahaya Matahari Cahaya matahari merupakan sumber energi yang berguna dalam fotosintesis.
Fotosintesis sendiri akan menghasilkan energi yang
berguna bagi seluruh kehidupan anggrek, baik untuk tumbuh maupun membentuk daun, bunga, dan biji.
Jumlah dan intensitas cahaya
matahari yang diperlukan tanaman anggrek berbeda-beda, tergantung pada jenis anggreknya. Dilihat dari kebutuhan terhadap cahaya secara garis besar anggrek dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu anggrek yang tumbuh baik di daerah dengan cahaya matahari langsung atau memerlukan sekitar
6
100% cahaya matahari, anggrek yang setengah ternaungi atau memerlukan 40 -50% cahaya matahari, dan anggrek yang tumbuh baik di daerah yang ternaungi (teduh) atau hanya memerlukan cahaya matahari kurang dari 25%. Untuk anggrek dendrobium memerlukan pencahayaan sekitar 55-56%. Sedangkan lama penyinaran minimal 10 jam sehari. Cahaya berperan dalam pembentukan bunga, memperbaiki bagian tanaman yang rusak, pertumbuhan dan penyimpanan cadangan makanan (Sarwono, 2002). b.
Kelembaban Kelembaban yang paling baik bagi pertumbuhan anggrek tidak kurang dari 70%. Pada kelembaban udara sekitar 50%, anggrek dapat tumbuh dengan cukup baik, tetapi tidak sebaik pada kelembaban 70%. Kelembaban tinggi bukan berarti anggrek akan tumbuh dengan baik jika akarnya terendam air, pada kondisi ini tanaman anggrek akan mudah terserang penyakit.
Pada kelembaban terlalu kering,
kebutuhan tanaman anggrek terhadap air sulit terpenuhi dan pada keadaan terlalu kering anggrek juga sangat rentan terhadap dehidrasi (Parnata, 2005). c. Suhu Pada umumnya budidaya anggrek memerlukan temperatur berkisar antara 27 0-350C. Kondisi iklim di Kalimantan Timur, yaitu hutan tropika humida. Curah hujan tahunan di propinsi tersebut termasuk tinggi yaitu berkisar antara 2000 -4000 mm per tahun, temperatur pada malam hari 24,2 0C dan pada siang hari 300C.
7
Adapun kelembaban udaranya 73%. Dengan kondisi iklim di Kalimantan Timur, anggrek dendrobium dapat tumbuh dengan baik. 4. Morfologi Tanaman Hendaryono
(2002),
menyatakan
bahwa
berdasarkan
sifat
tumbuhnya dapat dibagi menjadi dua yaitu anggrek epifit dan anggrek teresterial. Anggrek epifit yaitu anggrek yang tumbuhnya menopang pada tumbuhan lain namun tidak merugikan yang ditumpanginya. Golongan anggrek epifit antara lain yaitu genus Cattleya, Dendrobium, Airides dan Vanda. Anggrek teresterial, yaitu anggrek yang seluruh perakarannya berkembang di dalam tanah, rawa atau daratan. Karena itu anggrek ini disebut juga anggrek tanah Menurut Anonim (2002), struktur tanaman anggrek terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan buah. a.
Akar Akar anggrek mengandung klorofil dan mudah melekat di permukaan yang keras. Akar anggrek bersifat agak lengket, licin, berujung meruncing, dan mudah patah. Sifat seperti ini banyak ditemukan pada anggrek epifit.
Akar-akar yang sudah tua jika
warnanya berubah menjadi cokelat dan kering. Akar anggrek mempunyai fungsi sebagai tempat menempelkan tubuhnya pada media tanam, berbentuk silindris, panjang seperti benang bercabang. Anggrek dendrobium mempunyai lapisan velamen yang berongga yang berfungsi memudahkan akar dalam penyerapan air hujan yang jatuh dikulit pohon tempat tumbuh anggrek (Hendaryono, 2002).
8
b. Daun Daun anggrek memiliki banyak ukuran, dari daun yang lebar hingga daun yang sempit seperti jarum. Anggrek berdaun lebar akan lebih mudah berbunga dibandingkan dengan anggrek yang berdaun sempit. Semakin lebar permukaan daun, proses transpirasi dan fotosintesis semakin cepat, sehingga makanan yang dihasilkan akan lebih banyak. Makanan ini akan dipakai untuk pertumbuhan tanaman hingga mencapai pertumbuhan yang optimal. Jika pertumbuhan sudah optimal, cadangan makanan akan dialihkan untuk membentuk buah dan biji melalui proses pembungaan. Anggrek dendrobium termasuk dalam kelompok anggrek berdaun lebar (Anonim, 2002). c. Batang Batang anggrek terbagi menjadi dua jenis, yaitu batang monopodial dan batang simpodial. Kedua jenis batang ini berbukubuku. Batang monopodial adalah batang yang berbentuk tunggal, dan pertumbuhan bagian ujungnya tidak terbatas. Batang simpodial adalah batang yang pertumbuhan ujungnya memiliki batasan maksimal. Batang simpodial tidak akan tumbuh lagi jika sudah mencapai ukuran yang maksimal. Jika batang simpodial terus tumbuh, di bagian sampingnya akan tumbuh anakan baru. Antara batang anggrek induk dan batang anggrek anakan ada semacam jembatan atau penghubung yang disebut Rhizome. Rhizome ini terletak di bawah tanah, sehingga sering disebut batang di bawah tanah. Batang anggrek dendrobium mempunyai batang monopodial (Hendaryono, 2002).
9
d. Bunga Struktur bunga anggrek terdiri dari tiga kelopak dan tiga tajuk bunga. Salah satu petal akan berubah menjadi bibir bunga atau labelum. Labelum merupakan ciri khas bunga anggrek yang membedakannya dengan famili tanaman bunga lainnya. Bunga dendrobium terdiri dari tiga helai sepal (kelopak bunga), tiga helai petal (mahkota bunga), polinia atau polen (alat kelamin jantan), yang berjumlah empat tersusun dalam dua rostellum kecil berbentuk bulat. Gymtosetum atau putik (alat kelamin betina) berada dibalik dalam tugu, ovary (bakal buah) (Hendaryono, 2002). e. Buah Buah anggrek berbentuk kapsul yang memiliki 6 buah ruang. Buah ini banyak me ngandung biji. Biji anggrek tidak mengandung cadangan makanan seperti biji tanaman lainnya. Karena itu, anggrek membutuhkan
inang
sebagai
tempat
hidupnya.
Inang
akan
menyediakan gula dan senyawa lainnya yang dibutuhkan biji anggrek untuk berkecambah (Anonim, 2002). B. Tinjauan Umum Kultur Jaringan Sejarah perkembangan teknik kultur jaringan dimulai pada tahun 1838 ketika Schwann dan Schleiden mengemukakan teori totipotensi yang menyatakan bahwa sel-sel bersifat otonom, dan pada prinsipnya mampu beregenerasi menjadi tanaman lengkap. Teori yang dikemukakan ini merupakan dasar dari spekulasi Haberlandt pada awal abad ke -20 yang menyatakan bahwa jaringan tanaman dapat didisolasi dan dikultur dan
10
berkembang menjadi tanaman normal dengan melakukan manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan nutrisinya. Keberhasilan
aplikasi
teknik
kultur
jaringan
sebagai
sa rana
perbanyakan tanaman secara vegetatif pertama kali dilaporkan oleh White pada tahun 1934, yakni melalui kultur akar tomat. Selanjutnya pada tahun 1939, Gautheret, Nobecourt, dan White berhasil menumbuhkan kalus tembakau dan wortel secara in vitro. Setelah Perang Dunia II, perkembangan teknik kultur jaringan sangat cepat, dan menghasilkan berbagai penelitian yang memiliki arti penting bagi dunia pertanian, kehutanan, dan hortikultura yang telah d ipublikasikan (Yuwono, 2008). Menurut Hendaryono dan Wijayani (1994), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefsel culture atau gewebe kultur. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Maka, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya. Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana, yaitu suatu sel atau irisan jaringan tanaman yang disebut eksplan secara aseptik diletakkan dan dipelihara dalam medium padat atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril. Dengan cara demikian sebagian sel pada permukaan irisan tersebut akan mengalami proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk tanaman kecil yang lengkap dan disebut planlet. Dengan teknik kultur jaringan ini hanya dari satu irisan kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang dapat menjadi planlet dalam jumlah yang besar (Gunawan, 1995).
11
Kelebihan teknik kultur jaringan adalah dapat memperbanyak tanaman tertentu yang sangat sulit dan lambat diperbanyak secara konvensional. Dalam waktu singkat dapat menghasilkan jumlah bibit yang lebih besar, perbanyakannya tidak membutuhkan tempat yang luas, dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa mengenal musim, bibit yang dihasilkan lebih sehat dan dapat memanipulasi genetik serta biaya pengangkutan bibit lebih murah (Gunawan, 1995). C. Tinjauan Umum Aklimatisasi Menurut Yusnita (2004), dalam teknik kultur jaringan ada beberapa tahap yang harus dilakukan dan tahap yang terakhir adalah aklimatisasi. Kultur in vitro selesai saat terbentuk planlet yang telah mempunyai pucuk dan akar. Selanjutnya adalah pemindahan planlet ke tanah atau disebut aklimatisasi. Masa ini merupakan masa kritis dalam perbanyakan tanaman. Planlet harus menyesuaikan diri dari kondisi heterotrop menjadi autotrop. Keadaan lingkungan aklimatisasi yang harus dihadapi planlet adalah kelembaban yang berkurang, temperatur yang tinggi, intensitas cahaya yang lebih tinggi, perlu mengadakan proses fotosintesis, suplai hara yang berkurang dan adanya serangan hama dan penyakit. Temperatur aklimatisasi sebaiknya antara 25-28 0 C. Mencapai kondisi kelembaban, suhu dan cahaya tersebut dapa t dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah menggunakan pot atau polibag kecil yang masing-masing ditutup dengan botol kultur atau plastik transparan. Kelembaban sedikit demi sedikit dikurangi dengan cara membuka plastik penutup secara bertahap. Selama aklimatisasi, kondisi planlet harus selalu diperhatikan. Jika planlet mulai layu, bak atau pot harus disungkup lagi. Penyungkupan bertujuan untuk menjaga
12
kelembaban planlet tetap stabil sampai planlet dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan di luar botol.
13
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Jl. Samratulangi gg. Gotong Royong Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang. Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah selama 3 bulan terhitung sejak tanggal 22 Nopember 2013 sampai dengan 21 Februari 2014 yang meliputi mulai dari persiapan media tanam dan planlet sampai dengan penyusunan laporan. B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah : a. Autoklaf b. Pot kecil/pot gelas c. Pinset d. Gunting e. Gelas ukur f.
Penggaris
g. Alat tulis menulis h. Hand sprayer i.
Kamera
2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah : a. Planlet anggrek koleksi UPTD Balai Benih Induk (BBI) Hortikultura Loa Janan b. Top soil c. Akar pakis
14
d. Arang sekam e. Plastik transparan f.
Tali rapia
g. Dithane M-45 h. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) novelgro alpha i.
Koran
C. Perlakuan Penelitian Perlakuan penelitian menggunakan perhitungan rata-rata sederhana dengan percobaan 4 perlakuan dan untuk setiap perlakuan dibuat sebanyak 10 kali ulangan. Adapun perlakuan-perlakuan tersebut yaitu : p1 : waktu penyungkupan 15 hari p2 : waktu penyungkupan 30 hari p3 : waktu penyungkupan 45 hari p4 : waktu penyungkupan 60 hari D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan media tanam aklimatisasi Media tanam aklimatisasi berupa campuran tanah, akar pakis dan arang sekam. Sebelum digunakan media tanam terlebih dahulu disterilkan dengan menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan temperatur 1210C. Media tanam dicampur dengan perbandingan 1:1:1 menggunakan alat takaran berupa gelas air mineral. Kemudian dimasukkan kedalam pot kecil/pot gelas yang disediakan.
15
2. Persiapan planlet anggrek Planlet anggrek yang siap diaklimatisasi berumur sekitar 3 bulan dan tinggi planlet mencapai penutup botol dengan jumlah daun sekitar 3-4 daun serta warna daun hijau tua. 3. Penanaman planlet Planlet kultur jaringan anggrek dikeluarkan dari dalam botol secara hati-hati sehingga tidak menyebabkan kerusakan bagian tanaman terutama akar, dengan menggunakan pinset panjang. Agar-agar yang menempel pada bagian akar dibersihkan dengan air mengalir, setelah bersih direndam dengan dithane M-45 konsentrasi 5 g/l selama 20 menit. Selanjutnya dikeringanginkan di atas selembar koran kemudian ditanam dalam media tanam yang telah dipersiapkan. Satu pot berisi satu tanaman. Setelah ditanam, media di semprot zat pengatur tumbuh (ZPT). 4. Pengukuran awal Pengukuran
awal
perhitungan jumlah daun.
dilakukan
terhadap
tinggi
tanaman
dan
Pengukuran awal dilakukan setelah planlet
ditanam. Pengukuran dilakukan dari pangkal batang sampai ujung tunas tertinggi dengan menggunakan penggaris. Sedangkan perhitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang telah membuka sempurna. 5. Perlakuan penelitian Setelah planlet ditanam, kemudian dilakukan penyungkupan dengan menggunakan plastik transparan.
Lamanya waktu penyungkupan
disesuaikan dengan masing-masing perlakuan. Untuk perlakuan waktu penyungkupan 15 hari, selama 15 hari tanaman disungkup kemudian
16
sungkup dibuka. Begitu pula untuk perlakuan waktu penyungkupan 30, 45, dan 60 hari tanaman disungkup sesuai perlakuan kemudian dibuka. 6. Pemberian label Masing-masing pot diberi label sesuai dengan perlakuan dan selanjutnya disusun secara acak pada tempat yang bersih, teduh dan tidak terkena matahari langsung. 7. Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari dengan menyiram sungkup yang menutupi tanaman agar tanaman selalu terjaga kelembabannya. Setelah sungkup dibuka penyiraman dilakukan satu kali sehari dengan menyiram bagian media tanam dan seluruh bagian tanaman. b. Penyiangan Penyiangan dilakukan apabila terdapat gulma di dalam pot tanaman. E. Pengambilan data 1. Pertambahan tinggi tanaman (cm) Pertambahan tinggi tanaman diambil dengan cara mengukur tinggi tanaman terakhir dikurangi dengan tinggi tanaman awal, dilakukan saat tanaman berumur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi. 2. Pertambahan jumlah daun (helai) Pertambahan jumlah daun dihitung pada daun yang telah membuka sempurna, dengan cara jumlah daun terakhir dikurangi dengan jumlah daun awal. Dilakukan pada saat tanaman berumur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi.
17
3. Presentase tumbuh Presentase tumbuh planlet anggrek dihitung pada umur 60 hari setelah aklimatisasi atau hari terakhir pengamatan. F. Pengolahan data Untuk mengetahui pengaruh waktu penyungkupan (p) terhadap pertumbuhan pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun planlet anggrek data diolah dengan menggunakan rumus rataan sederhana menurut Nugroho (1995), yaitu :
x! =
∑# $
Keterangan : x !
= rata-rata hitung
n
= banyaknya data
∑x = jumlah variasi yang diteliti Untuk menghitung presentase tumbuh planlet anggrek dihitung menggunakan rumus di bawah ini :
P=
∑ %&'$&() *'$+ ,-./% ∑ %&'$&() *'$+ .-'0&-1')-2'2-
x 100 %
Keterangan : P = Presentase tumbuh (%)
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 1. Pertambahan tinggi tanaman Hasil pengamatan terhadap rata-rata pertambahan tinggi tanaman anggrek dendrobium dengan waktu penyungkupan yang berbeda umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman anggrek dendrobium umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (cm). Umur (HSA) No
Perlakuan 30
60
1
p1
1,25
1,32
2
p2
1,03
1,10
3
p3
0,93
0,97
4
p4
0,88
0,92
Pada tabel 1 di atas berdasarkan perhitungan rataan sederhana terlihat
bahwa
rata-rata
pertambahan
tinggi
tanaman
anggrek
dendrobium umur 30 hari setelah aklimatisasi hasil tertinggi ditunjukkan pada tanaman anggrek dendrobium dengan lama penyungkupan 15 hari (p1) yaitu dengan rata-rata pertambahan tinggi tanaman 1,25 cm. Sedangkan hasil terendah ditunjukkan pada perlakuan penyungkupan 60 hari (p4) yaitu dengan rata-rata pertambahan tinggi tanaman 0,88 cm. Begitu pula rata-rata pertambahan tinggi tanaman anggrek dendrobium umur 60 hari setelah aklimatisasi hasil tertinggi ditunjukkan dengan perlakuan
15
hari
penyungkupan
(p1)
yaitu
dengan
rata-rata
19
pertambahan tinggi tanaman 1,32 cm dan untuk hasil terendah ditunjukkan pada perlakuan penyungkupan 60 hari (p4) yaitu dengan rata-rata pertambahan tinggi tanaman 0,92 cm. 2. Pertambahan jumlah daun Hasil pengamatan terhadap rata-rata pertambahan jumlah daun anggrek dendrobium dengan waktu penyungkupan yang berbeda tanaman umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. Rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman anggrek dendrobium umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (helai) Umur (HSA) No
Perlakuan 30
60
1
p1
1
2
2
p2
1
1
3
p3
1
1
4
p4
1
1
Pada tabel 2 di atas berdasarkan perhitungan rumus rataan sederhana terlihat bahwa rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman anggrek dendrobium umur 30 hari setelah aklimatisasi menunjukkan hasil sama rata yaitu dengan rata-rata pertambahan jumlah daun 1 helai pada setiap perlakuan. Pada rata-rata pertambahan jumlah daun pada tanaman umur 60 hari setelah aklimatisasi, hasil tertinggi ditunjukkan oleh tanaman dengan perlakuan penyungkupan selama 15 hari (p1) yaitu dengan rata-rata pertambahan jumlah daun sebanyak 2 helai
20
dibandingkan dengan perlakuan yang lain yang rata-rata pertambahan jumlah daunnya 1 helai. 3. Presentase tumbuh Hasil pengamatan presentase tumbuh terhadap aklimatisasi anggrek dendrobium dengan waktu penyungkupan yang berbeda tanaman umur 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini : Tabel 3. Presentase tumbuh tanaman anggrek dendrobium umur 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) ∑ parameter yang No Perlakuan ∑ yang hidup presentasi diamati 100% p1 10 10 1 100% p2 10 10 2 100% p3 10 10 3 100% p4 10 10 4 Pada tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa presentase tumbuh aklimatisasi anggrek dendrobium untuk semua perlakuan adalah 100%. B. Pembahasan Berdasarkan
hasil
pengamatan
waktu
penyungkupan
terhadap
aklimatisasi planlet anggrek dendrobium (Dendrobium sp) pertambahan rata-rata tinggi tanaman bervariasi antara perlakuan waktu penyungkupan 15 hari (p1), waktu penyungkupan 30 hari (p2), waktu penyungkupan 45 hari (p3) dan waktu penyungkupan 60 hari (p4). Pengamatan dan pengukuran karakter morfologis planlet anggrek dendrobium hasil perlakuan waktu penyungkupan umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi dilakukan terhadap pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun karena hal ini
21
merupakan komponen utama pertumbuhan vegetatif suatu tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari bagian pangkal batang hingga ujung tunas tertinggi dengan menggunakan penggaris. Dari pengamatan dan perhitungan pada umur 30 hari setelah aklimatisasi, perlakuan p1 lebih tinggi yaitu dengan rata-rata tinggi tanaman 1,25 cm dari p2, p3 dan p4. Setelah satu bulan kemudian yaitu pada umur 60 hari setelah aklimatisasi terjadi selisih yang tidak terlalu tinggi antara perlakuan waktu penyungkupan 15 hari (p1) dengan perlakuan waktu penyungkupan 30 hari (p2) yaitu dengan rata-rata selisih hanya sekitar 0,22 cm.
Pada rata-rata pertambahan jumlah daun pada umur 30 hari
setelah aklimatisasi, tidak terjadi perbedaan pada pertambahan jumlah daun pada setiap perlakuan.
Tetapi pada umur 60 hari setelah aklimatisasi
perlakuan waktu penyungkupan 15 hari (p1) menunjukkan hasil tertinggi pertambahan jumlah daun 2 helai. Melihat hasil yang diperoleh bahwa waktu penyungkupan 15 hari (p1) selalu memberikan hasil tertinggi untuk veriabel pertambahan tinggi tanaman.
Hal ini diduga karena
waktu tersebut merupakan waktu yang
optimal untuk lamanya penyungkupan aklimatisasi anggrek dan dapat direspon dengan baik oleh tanaman. Sesuai pendapat Yusnita (2003), pada tahap aklimatisasi, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan luar botol seperti rumah kaca atau rumah plastik.
Prosedur pembiakan baru
berhasil bila planlet dapat diaklimatisasi kekondisi eksternal dengan keberhasilan tinggi.
Dengan cara tanaman disungkup terlebih dahulu
dengan waktu yang tepat akan memudahkan proses peralihan tanaman menjadi berhasil.
22
Pada perlakuan waktu penyungkupan 60 hari, rata-rata pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun paling rendah diantara perlakuan yang lain. Hal ini diduga karena tanaman tidak mampu tumbuh dengan baik pada waktu penyungkupan tersebut menyebabkan kelembaban terlalu tinggi sehingga transpirasi tidak berjalan dengan baik.
Dijelaskan oleh Yuwono (2008),
tanaman yang diperbanyak secara in vitro biasanya tidak mempunyai lapisan lilin (kutikula) yang sempurna sehingga hal ini dapat memperbesar transpirasi air dari dalam sel tanaman. Selain itu stomata biasanya juga tidak dapat berfungsi sempurna karena stomata yang terbuka pada tanaman in vitro menyebabkan transpirasi menjadi semakin besar. Didukung oleh pendapat Lakitan (2004), semakin stomata membuka lebar maka semakin banyak pula tanaman kehilangan air.
Laju transpirasi ditentukan oleh 2 hal, yakni :
perbedaan kerapatan uap air dan daya hantar stomata. Kerapatan uap air di udara dipengaruhi pada kelembaban nisbi dan suhu udara. Hal ini didukung lagi oleh pendapat Heddy (1990), jika kelembaban udara disekeliling tanaman relatif tinggi maka transpirasi akan menurun. Salah satu keuntungan transpirasi pada tanaman adalah mempercepat laju pengangkutan unsur hara. tanaman,
penyerapan
unsur
Jadi semakin rendah transpirasi pada hara
juga
terhambat
mengakibatkan
pertumbuhan pada tanaman juga ikut terhambat (Lakitan, 2004) Pada tabel 3 memperlihatkan presentase tumbuh tanaman anggrek yang hidup hasil perlakuan waktu penyungkupan umur 60 hari setelah aklimatisasi. Hal ini diduga tanaman mampu beradaptasi dengan lingkungan in vivo serta mampu melewati masa kritis. Menurut Santoso dan Nursandi (2004), kultur in vitro selesai saat terbentuk planlet dan akar yang berfungsi.
23
Selanjutnya adalalah pemindahan planlet ke tanah masa ini adalah masa yang kritis dalam perbanyakan tanaman. Planlet harus menyesuaikan diri dari kondisi heterotrop menjadi autotrop.
Keadaan in vivo yang harus
dihadapi planlet adalah kelembaban yang berkurang, intensitas cahaya yang lebih tinggi dan temperatur yang lebih tinggi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan : 1. Waktu penyungkupan 15 hari menunjukkan hasil tertinggi pada rata -rata pertambahan tinggi tanaman anggrek dendrobium umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi yaitu 1,25 cm dan 1,32 cm. Sedangkan untuk waktu penyungkupan 60 hari menunjukkan hasil terendah pada rata -rata pertambahan tinggi tanaman umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi yaitu 0,88 cm dan 0,92 cm. 2. Rata -rata pertambahan jumlah daun anggrek dendrobium umur 30 hari setelah aklimatisasi tida k menunjukkan perbedaan, semua perlakuan menunjukkan pertambahan jumlah daun masing -masing 1 helai. Tetapi berbeda pada umur 60 hari setelah aklimatisasi perlakuan waktu penyungkupan pertambahan
15
hari
jumlah
(p1)
daun
menunjukkan 2
helai,
hasil
sedangkan
tertinggi untuk
yaitu waktu
penyungkupan 30, 45, dan 60 hari semua sama bertambah 1 helai. 3. Presentase tumbuh untuk semua perlakuan adalah 100%. B. Saran 1. Aklimatisasi anggrek dendrobium disarankan untuk menggunakan waktu penyungkupan selama 15 hari. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang waktu penyungkupan dengan lama waktu dan jenis tanaman yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Anggrek Bunga dengan Aneka Pesona Bentuk dan Warna. Redaksi Agromedia. Jakarta. Gunawan. 1995. Teknik Kultur Jaringan In Vitro dalam Hortikultura. Penebar Swadaya. Jakarta. Heddy S. 1990. Biologi Pertanian Tinjauan Singkat Tentang Anatomi, Fisiologi, Sistematika, dan Genetika Dasar Tumbuh-tumbuhan. Rajawali. Jakarta. Hendaryono. 2002. Budidaya Anggrek Dengan Bibit Dalam Botol. Kanisius. Yokyakarta. Hendaryono dan Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan, Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif-Modern . Kanisius. Yogyakarta. Lakitan B. 2004. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nugroho. 1995. Ensiklopedia Matematika. Ghalia Indonesia. Jakarta Parnata A. 2005. Panduan Budi Daya & Perawatan Anggrek. Agromedia Pustaka. Jakarta Santoso U dan Nursandi F. 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Muhamadiyah Malang. Malang. Sarwono. 2002. Menghasilkan Anggrek Potong Kwalitas Prima. Agromedia Pustaka. Jakarta. Wiendi, Wattimena dan Gunawan. 1992 . Perbanyakan Tanaman . Bioteknologi tanaman. PAU Institude Pertanian Bogor Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta Yusnita. 2004. Kultur Jaringan : Cara memperbanyak Tanaman secara Efisien. Jakarta. Agromedia pustaka. Yuwono T. 2008. Bioteknologi Pertanian . Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
27
Lampiran 1. Tata letak penelitian
p310
p34
p45
p 29
p 22
p110
p47
p 28
p 33
p49
p21
p 36
p 39
p18
p43
p 23
p 25
p17
p410
p 37
p 35
p44
p26
p 24
p 41
p11
p210
p 13
p 31
p32
p46
p 27
p 15
p12
p48
p 16
p 38
p42
p19
p 14
U
28
Lamp iran 2. Pengukuran pertambahan tinggi tanaman anggrek dendrobium pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 15 hari (p1) Ulangan Pengukuran awal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
4,5 6 4,5 4 5 5 6 5,5 5 5 50,5
Pengukuran 30 HSA 5,5 7 5 5 7 5,5 8 7 7 6 63
Pengukuran 30 HSA 5,5 7 5 5 7 5,5 8 7 7 6 63
Pengukuran 60 HSA 7 8 6 6 9 6 9,7 9,5 8 7 76,2
Pertambahan tinggi tanaman 1 1 0,5 1 2 0,5 2 1,5 2 1 12,5
Pertambahan tinggi tanaman 1,5 1 1 1 2 0,5 1,7 2,5 1 1 13,2
29
Lamp iran 3. Pengukuran pertambahan tinggi tanaman anggrek dendrobium pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 30 hari (p2)
5 4 6 4,5 5,2 5 5,5 2,5 5,7 4 47,4
Pengukuran 30 HSA 6 5 6,8 6 6 5,5 6,5 3,4 7,5 5 57,7
Pertambahan tinggi tanaman 1 1 0,8 1,5 0,8 0,5 1 0,9 1,8 1 10,3
Pengukuran 30 HSA 6 5 6,8 6 6 5,5 6,5 3,4 7,5 5 57,7
Pengukuran 60 HSA 6,5 5,7 10 7 7 6 7 4,5 9 6 69,2
Pertambahan tinggi tanaman 0,5 0,7 3,2 1 1 0,5 0,5 1,1 1,5 1 11
Ulangan Pengukuran awal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
30
Lamp iran 4. Pengukuran pertambahan tinggi tanaman anggrek dendrobium pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 45 hari (p3)
5 3 5 4,7 4 4,5 4 6 7,5 4 47,7
Pengukuran 30 HSA 7 3,5 5,5 5,5 5 5 5 7 9 4,5 57
Pertambahan tinggi tanaman 2 0,5 0,5 0,8 1 0,5 1 1 1,5 0,5 9,3
Pengukuran 30 HSA 7 3,5 5,5 5,5 5 5 5 7 9 4,5 57
Pengukuran 60 HSA 8,7 4 6 6 6 6 5,5 10 9,5 5 66,7
Pertambahan tinggi tanaman 1,7 0,5 0,5 0,5 1 1 0,5 3 0,5 0,5 9,7
Ulangan Pengukuran awal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
31
Lamp iran 5. Pengukuran pertambahan tinggi tanaman anggrek dendrobium pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 60 hari (p4)
4 8,5 5,5 5 4,5 5,5 5,5 5 5 5,5 54
Pengukuran 30 HSA 4,5 9 6,5 7 5,5 6 6 5,5 6,3 6,5 62,8
Pertambahan tinggi tanaman 0,5 0,5 1 2 1 0,5 0,5 0,5 1,3 1 8,8
Pengukuran 30 HSA 4,5 9 6,5 7 5,5 6 6 5,5 6,3 6,5 62,8
Pengukuran 60 HSA 5 9,5 7,5 8 6 6,5 7 6 9 7,5 72
Pertambahan tinggi tanaman 0,5 0,5 1 1 0,5 0,5 1 0,5 2,7 1 9,2
Ulangan Pengukuran awal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Uangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
32
Lamp iran 6. Perhitungan pertambahan jumlah daun tanaman anggrek dendrobium pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 15 hari (p1)
3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 36
Pengukuran 30 HSA 4 5 5 6 4 5 5 5 5 5 49
Pertambahan jumlah daun 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 13
Pengukuran 30 HSA 4 5 5 6 4 5 5 5 5 5 49
Pengukuran 60 HSA 6 7 6 7 6 6 7 7 6 6 64
Pertambahan jumlah daun 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 15
Ulangan Pengukuran awal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
33
Lamp iran 7. Perhitungan pertambahan jumlah daun tanaman anggrek dendrobium pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 30 hari (p2)
4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 35
Pengukuran 30 HSA 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 47
Pertambahan jumlah daun 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 12
Pengukuran 30 HSA 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 47
Pengukuran 60 HSA 6 6 6 6 6 6 6 5 5 6 58
Pertambahan jumlah daun 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11
Ulangan Pengukuran awal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
34
Lamp iran 8. Perhitungan pertambahan jumlah daun tanaman anggrek dendrobium pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 45 hari (p3)
3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 33
Pengukuran 30 HSA 4 3 4 5 4 4 4 5 6 4 43
Pertambahan jumlah daun 1 0 1 1 1 1 1 1 2 1 10
Pengukuran 30 HSA 4 3 4 5 4 4 4 5 6 4 43
Pengukuran 60 HSA 5 5 6 6 5 5 5 7 7 5 56
Pertambahan jumlah daun 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 13
Ulangan Pengukuran awal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
35
Lamp iran 9. Perhitungan pertambahan jumlah daun tanaman anggrek dendrobium pada umur 30 dan 60 hari setelah aklimatisasi (HSA) dengan perlakuan penyungkupan 60 hari (p4)
3 4 5 3 3 4 4 4 3 5 38
Pengukuran 30 HSA 3 4 6 4 4 5 4 5 4 6 45
Pertambahan jumlah daun 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 7
Pengukuran 30 HSA 3 4 6 4 4 5 4 5 4 6 45
Pengukuran 60 HSA 4 5 7 5 4 6 5 6 6 6 54
Pertambahan jumlah daun 1 1 1 1 0 1 1 1 2 0 9
Ulangan Pengukuran awal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
36
Lamp iran 10. Dokumentasi kegiatan penelitian aklimatisasi planlet anggrek dendrobium
Gambar 1. Planlet anggrek dalam botol
Gambar 2. Bahan media tanam
37
Gambar 3. Alat dan bahan
Gambar 4. Pencampuran media tanam
38
Gambar 5. Pengisian media tanam kedalm pot gelas
Gambar 6. Pengeluaran planlet dari dalam botol
39
Gambar 7 . Planlet dikeringanginkan
Gambar 8 . Penanaman planlet
40
Gambar 9. Penyemprotan ZPT
Gambar 10. Pengukuran planlet
41
Gambar 11. Penyungkupan planlet
Gambar 12. Penyiraman planlet