Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 71-78 ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU
RESPON TANAMAN ANGGREK DENDROBIUM SP. TERHADAP PEMBERIAN PACLOBUTRAZOL DAN PUPUK ORGANIK CAIR Response of Dendrobium sp. Orchid With The Application of Paclobutrazol and Liquid Organic Fertilizer Oleh: Rachmi Hariaty Hasan , Sarawa2*), dan I Gusti R. Sadimantara2) 1)
1)
Alumni S2 Program Studi Agronomi Parogram Pascasarjana Unhalu 2) Dosen Program Pascasarjana Universitas Haluoleo. *)
Alamat surat-menyurat:
[email protected]
ABSTRACT. This study aimed to find out the effect of interaction of Paclobutrazol and liquid organic fertilizer on the growth and flowering of Dendrobium sp orchids. The research was conducted in Lahundape Region, West Kendari District, Southeast Sulawesi. The study was arranged based on randomized design with factorial pattern consisting of two factors. The first factor was the concentration of paclobutracol, which consisted of four degree of concentrations, that was the concentration of 0 ppm (P0), 50 ppm (P1), 100 ppm (P2), and the concentration of 150 ppm (P3) per plant. The second factor was liquid organic fertilizer, which consisted of four degree of concentrations, that was the concentration of 0 ppm (C0), 2000 ppm (C1), 4000 ppm (C2), and the concentration of 6000 ppm (C3). Result of the study showed that: the interaction between the distribution of liquid organic fertilizer with paclobutrazol gave significant effect on the height of plant’s shoot stem and the wide of plant leaf. The application of liquid organic fertilizer or paclobutrazol independently provided a high significant effect on the parameters of stem height and leaf area of plant shoots, but only on stem diameter of shoots the application of paclobutrazol. The paclobutrazol and liquid organic fertilizer on the growing phase has a different optimal concentration on the parameters of height, stem diameter of shoots and leaf area, meanwhile a phase of flowering in general has not been found by optimal concentration because most plants have not flowered. Key words: Dendrobium Orchid sp., flowering, growth, liquid organic fertilizer, paclobutrazol. ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi pemberian paclobutrazol dan pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman anggrek Dendrobium sp. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Lahundape Kecamatan Kendari Barat Propinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini disusun berdasarkan rancangan acak kelompok dengan pola faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi paclobutracol terdiri atas empat taraf konsentrasi yaitu konsentrasi 0 ppm (P0), 50 ppm (P1), 100 ppm (P2), dan konsentrasi 150 ppm (P3) per tanaman. Faktor kedua pupuk organik cair terdiri atas empat taraf konsentrasi yaitu konsentrasi 0 ppm (C0), 2000 ppm (C1), 4000 ppm (C2), dan konsentrasi 6000 ppm (C3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa; interaksi antara pemberian paclobutrazol dengan pupuk organik cair berpengaruh terhadap parameter tinggi tunas dan luas daun tanaman. Pemberian paclobutrazol atau pupuk organik cair secara mandiri berpengaruh terhadap parameter tinggi tunas dan luas daun namun diameter batang tunas hanya pada pemberian paclobutrazol. Paclobutrazol dan pupuk organik cair pada fase vegetatif memiliki konsentrasi optimal yang berbeda pada parameter tinggi tunas, diameter batang tunas dan luas daun, sedangkan pada fase pembungaan secara umum belum ditemukan kosentrasi optimal karena sebagian besar tanaman belum berbunga. Kata Kunci: Anggrek Dendrobium sp., paclobutrazol, pertumbuhan dan pembungaan, pupuk organik cair.
PENDAHULUAN Indonesia merupakan pusat keanekaragaman genetik beberapa jenis anggrek yang berpotensi sebagai tetua untuk menghasilkan varietas baru anggrek bunga potong, salah satunya yaitu Dendrobium sp. Anggrek ini mampu memenuhi
kebutuhan konsumen bunga yang seleranya selalu berubah dari waktu ke waktu. Keunggulan tanaman anggrek ditentukan oleh warna, ukuran, bentuk, susunan, jumlah kuntum bunga pertangkai, panjang tangkai dan daya tahan kesegaran bunga (Widiastoety et al., 2010).
71
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 73-78
Tingginya minat masyarakat membudidayakan Dendrobium sp. disebabkan karena pemeliharaan yang cukup mudah, bunganya dapat bertahan selama 150 hari dan pertangkai bisa men-capai lebih dari 20 kuntum bunga. Keunggulan anggrek antara lain jenisnya beraneka ragam yang menyebabkan bunga, bentuk dan ukurannya beraneka ragam pula (Parnata, 2007). Ekspor bunga potong anggrek, pada tahun 2007 adalah 202.804 kg dengan nilai 1.166.671 US$ dan pada tahun 2008 menurun menjadi 164.104 kg dengan nilai 1.116.222 US$ (BPS, 2009). Untuk memenuhi kebutuhan biaya anggrek dalam negeri maupun ekspor, maka perlu dilakukan peningkatan produksi melalui perbaikan teknologi budidaya. Pemeliharan tanaman secara intensif, pemupukan yang tepat, kondisi lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan serta penggunaan zat pengatur tumbuh yang sesuai merupakan cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil tanaman anggrek, baik kualitas, maupun kuantitas. Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek dibagi menjadi dua tahap, yaitu pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pertumbuhan vegetatif ditandai dengan bertambahnya ukuran tanaman (mulai dari bibit hingga tanaman dewasa), sedangkan pertumbuhan generatif merupakan tahap berkembangannya alat generatif pada tanaman baik bunga maupun buah (Nesiaty dan Maloedyn, 2007). Anggrek merupakan tanaman yang memiliki tipe pertumbuhan cukup lambat, dengan kecepatan tumbuh yang berbeda-beda tergantung pada jenisnya (Nesiaty dan Maloedyn, 2007). Tipe pertumbuhan yang lambat membutuhkan waktu yang lama untuk terjadinya pembungaan. Menurut Suryanto (2010) dengan pemupukan yang tepat anggrek paling cepat pertumbuhannya dan untuk berbunga pertama membutuhkan waktu kurang lebih 18 bulan setelah tanaman. Dalam budidaya anggrek untuk memperolah pertumbuhan yang baik, maka media tanam yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya tidak mudah rusak/lapuk, tidak menjadi sumber penyakit, memiliki aerasi yang baik, mampu mengikat air dan hara dengan mudah serta mudah diperoleh. Media yang sesuai sangat penting untuk pertumbuhan dan pembungaan anggrek secara optimal (Nesiaty dan Maloedyn, 2007). Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan mengoptimalkan pembudidayaan anggrek, maka pemberian pupuk dan pemilihan media yang tepat merupakan faktor yang sangat penting. Jika media yang digunakan tidak mengandung unsur hara yang cukup, maka untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal diperlukan pemupukan yang intensif. Menurut Gunadi (1985) pemupukan melalui daun lebih efisien bagi tanaman
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
anggrek, karena pupuk tersebut dapat masuk ke dalam sel tanaman melalui mulut daun (stomata) yang ada di permukaan daun. Pada tanaman anggrek, daun mampu menyerap pupuk kurang lebih 90%, sedangkan akar hanya mampu menyerap kurang lebih 10% (Sessler, 1978). Pembungaan pada anggrek dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap pembungaan adalah umur tanaman, kondisi fisiologis, dan ketersediaan hormonal. Sementara faktor eksternal yang mempengaruhi adalah kondisi iklim, keadaan media dan ketersediaan unsur hara. Pemberian pupuk dan zat pengatur tumbuh merupakan salah satu usaha untuk mengoptimal baik pertumbuhan maupun pembungaan (Sandra, 2007). Pupuk organik cair merupakan salah satu pilihan dalam rangka memenuhi kebutuhan hara tanaman anggrek sedangkan zat pengatur tumbuh paclobutrazol merupakan zat pengatur tumbuh yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hormon tanaman anggrek agar diperoleh pembungaan yang optimal. Kendala yang dihadapi adalah belum diketahui secara rinci pengaruhnya baik secara mandiri maupun interaksinya. Paclobutrazol digunakan sebagai zat pengatur tumbuh untuk memperbaiki produksi bunga. Penggunaan paclobutrazol efektif terhadap pembungaan mangga, apel dan melati (Purnomo et al., 1989 dalam Purbiati et al., 2001). Selanjutnya Dwiati dan Sulastri (2007) menunjukkan bahwa aplikasi paclobutrazol dan KNO3 dengan konsentrasi 100 ppm pada tanaman anggrek berpengaruh nyata terhadap parameter reproduksi, untuk merangsang pembungaan. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilaksanakan penelitian mengenai pertumbuhan dan pembungaan Anggrek Dendrobium sp. dengan pemberian paclobutrazol dan pupuk organik cair, dengan mengetahui interaksi antara kedua pemberian dan faktor mandiri dari masing-masing pemberian. BAHAN DAN METODE Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat 4-7 m dpl, dengan letak geografis pada o o koordinat 03 48’00” LS dan 122 31’56,6” BT, dilak-sanakan di dalam rumah paranet Kelurahan Lahundape Kendari Barat, berlangsung mulai dari Februari sampai Juli 2011. Bahan yang digunakan adalah anggrek Dendrobium sp. yang berumur 8 bulan diperoleh dari petani anggrek di Kota Malang, dengan wadah media tumbuh berupa pot dan rumah paranet yang diberi naungan plastik. Bahan media yang digunakan cacahan
Rahmi Hariaty Hasan, et al., 2012. Respon Tanaman Anggrek …………………………………………….
72
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 73-78
pakis, pecahan arang kayu dan cacahan sabut kelapa. untuk zat pengatur tumbuh yang digunakan yaitu paclobutrazol dan pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik cair dan nitrofoska, serta fungsida jenis antracol serta Liquinox B1. Alat yang digunakan yaitu penggaris, jangka sorong, timbangan analitik, sprayer, termometer, hygrometer dan luxmeter. Penelitian disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan pola faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi paclobutracol terdiri atas empat taraf konsentrasi yaitu konsentrasi 0 ppm (P0), konsentrasi 50 ppm (P1), konsentrasi 100 ppm (P2), dan konsentrasi 150 ppm (P3) per tanaman. Faktor ke dua pupuk organik cair terdiri atas empat taraf konsentrasi yaitu konsentrasi 0 ppm (C0), konsentrasi 2000 ppm (C1), konsentrasi 4000 ppm (C2), dan konsentrasi 6000 ppm (C3). Dengan demikian terdapat 16 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan diulangi tiga kali sehingga diperoleh 48 unit percobaan dan untuk setiap unit percobaan di tempatkan 2 tanaman sehingga terdapat 96 pot tanaman. Pengamatan dilakukan pada seluruh tanaman sebanyak lima kali yaitu umur 6, 10, 14 dan 18 minggu setelah perlakuan (MSP) dan pada saat berbunga.
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
Variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi: variabel vegetatif (tinggi tunas (cm), dia2 meter batang tunas (cm) luas daun (cm ), jumlah daun (helai) dan jumlah tunas (buah) selama penelitian dilakukan pada umur 6, 10, 14 dan 18 MSP. Variabel generatif: waktu keluar bakal bunga (hari), jumlah kuntum bunga per tangkai (buah), panjang tangkai bunga (cm) yang dihitung saat munculnya tangkai bunga sampai batas titik tumbuh terakhir, serta diameter tangkai bunga (mm) yang dihitung mulai saat munculnya pucuk tangkai bunga sampai batas titik tumbuh terakhir selama penelitian. HASIL Tinggi tunas tanaman (cm) anggrek Dendrobium sp. berumur 18 minggu setelah perlakuan (MSP) memperlihatkan pengaruh interaksi dosis paclobutrazol dengan pupuk organik cair berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tunas tanaman. Demikian pula terhadap pemberian paclobutrazol dan pupuk organik cair secara mandiri memberikan pengaruh yang sangat nyata.
yP0 = 8,008 + 0,003x – 0,0000006x2; R² = 0,854 yP1 = 7,010+ 0,0035x - 0,0000006x2; R² = 0,998 yP2 = 7,677 + 0,0009x - 0,0000001x2; R² = 0,420 yP3 = 7,378 + 0,0001x – 0,00000002x2 ; R² = 0,447
Gambar 1. Kurva hubungan antara berbagai dosis pupuk organik cair dengan tinggi tunas tanaman pada berbagai dosis paclobutrazol.
Pemberian paclobutrazol mempengaruhi tinggi tunas tanaman, bahwa konsentrasi paclobutrazol yang tinggi 150 ppm jika diibandingkan dengan perlakuan tanpa paclobutrazol 0 ppm, hal ini menurut Santiasrini dan Nurhajati (2009) pengaruh nyata dalam menghambatkan pertumbuhan vegetatif. Hal ini sejalan dengan paclobutrazol menyebabkan berkurangnya pemanjangan batang pada tanaman (Wilkinson dan Richard, 1988 dalam Wuryan 2009). Menurut Dicks (1979) dalam Ningsih (2008) paclobutrazol mengandung senyawa-senyawa organik sintetik
yang dapat menghambat perpanjangan sel pada meristem sub apical, serta mengurangi laju perpanjangan batang terhadap tanaman yang responsif. Ini diduga berhubungan dengan terhambatnya produksi giberelin, semakin tinggi pemberian paclobutrazol maka akan menghambat oksidasi kaurene menjadi asam kaurenat. Terhambatnya sintesis giberelin mengakibatkan pemanjangan dan pembelahan sel pada sub apical berjalan lambat (Khisnamoorthy, 1981 dalam Santiasrini dan Nurhajati (2009).
Rahmi Hariaty Hasan, et al., 2012. Respon Tanaman Anggrek …………………………………………….
73
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 73-78
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
yC0 = 7,486 - 0,007x + 0,00003x2 ; R= 0,418 yC1 = 14,25 - 0,054x + 0,0002x2; R = 0,999 yC2 = 12,05 - 0,002x – 0,000008x2; R = 0,923 yC3 = 8,685 - 0,024x + 0,00012x2; R = 0,441
Gambar 2. Kurva hubungan antara berbagai dosis paclobutrazol dengan tinggi tunas tanaman pada berbagai dosis pupuk organik cair.
Pemberian pupuk organik cair pada takaran 2000 ppm dengan tinggi tunas, karena pupuk tersebut memiliki kandungan unsur nitrogen (N) berperan dalam sintesis asam amino dan protein secara optimal yang selanjutnya digunakan dalam proses pemanjangan batang terjadi karena adanya proses pembelahan, pemanjangan dan pembesaran sel-sel baru yang terjadi pada meristem ujung batang dan daun yang mengakibatkan tanaman bertambah tinggi (Gardner, et al, 1991).
Diameter batang tunas tanaman umur 18 minggu setelah perlakuan memperlihatkan pengaruh interaksi yang tidak nyata antara paclobutrazol dengan pupuk organik cair. Pemberian paclobutrazol secara mandiri berpengaruh sangat nyata, namun pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan diameter batang tunas tanaman.
yC0 = 0,918+ 0,005x - 0,00003x2; R² = 0,941 yC1 = 0,722+ 0,006x - 0,00003x2; R² = 0,891 yC2 = 0,939 + 0,001x - 0,000008x2; R² = 0,818 yC3 = 0,835 + 0,004x - 0,00002x2 ; R² = 0,916
Gambar 3. Kurva hubungan antara berbagai dosis paclobutrazol dengan diameter batang tunas tanaman pada berbagai dosis pupuk organik cair.
Pemberian paclobutrazol pada 150 ppm dengan pupuk organik cair 6000 ppm pada diameter batang tunas dapat meningkatkan membesaran diameter batang sejalan dengan pertumbuhan tinggi tanaman yang relatif pendek maka proses hasil fotosintesis akan bertumpuk, sehingga tanaman akan cenderung membentuk cadangan makanan yang tersimpan pada daerah batang (Parnata, 2007). Diameter batang merupakan proses pertumbuhan dari hasil pembesaran dan diferensiasi. Hal ini dipengaruhi oleh penyerapan unsur hara pada pemberian pupuk organik cair oleh tanaman sehingga hasil fotosintesis dapat ditranslokasi tanaman kebagian batang (umbi semu atau pseudobulb) dimana sangat berhubungan erat dengan cadangan makanan. Sejalan dengan
pemberian pupuk organik cair menurut Buckman dan Brady (1982) dalam Prasetya et al. (2009) bahwa unsur nitrogen dalam pupuk pupuk organik cair bermanfaat untuk pertumbuhan vegetatif tanam-an yaitu pembentukan sel-sel baru seperti daun, cabang dan mengganti sel-sel yang rusak. Serta tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan tanaman, menyebabkan proses pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel akan berlangsung cepat yang mengakibatkan beberapa organ tanaman tumbuh cepat (Setiyati, 1979 dalam Prasetya et al., 2009). 2 Luas daun tanaman (cm ) memperlihatkan bahwa, pengaruh interaksi paclobutrazol
Rahmi Hariaty Hasan, et al., 2012. Respon Tanaman Anggrek …………………………………………….
74
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 73-78
dengan pupuk organik cair berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan luas daun tanaman. Demikian pula pada pemberian paclobutrazol dan pupuk
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
organik cair secara mandiri memberikan pengaruh yang sangat nyata.
yP0 = 152,9 + 0,010x - 0,000002x2; R² = 0,763 yP1 = 149,4+ 0,002x - 0,0000003x2; R² = 0,939 yP2 = 154,0+0,0015x - 0,0000004x2; R² = 0,973 yP3 = 128,2 + 0,001x - 0,0000003x2 ; R² = 0,728
Gambar 4. Kurva hubungan antara berbagai dosis pupuk organik cair dengan luas daun tanaman tanaman pada berbagai dosis paclobutrazol.
Pemberian dosis paclobutrazol 150 ppm yang semakin meningkat dapat menghambat pertumbuhan luas daun tanaman. Sejalan dengan pendapat Wattimena (1988) dalam Santiasrini dan Nurhajati (2009) akibat pemberian retardan pada tanaman, menyebabkan terhambatnya sintesis giberelin sehingga fungsi giberelin dalam memperluas daun juga terhambat. Tanpa pemberian paclobutrazol dengan pupuk organik cair dengan takaran optimal 2500 ppm memberikan luas daun terluas, hal ini karena peranan unsur kalium (K) dalam pupuk organik cair bahwa kalium merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jaringan terutama dalam proses
fisiologi tanaman, menurut Mengel dan Kirkby (1976) dalam Husma (2010) bahwa kalium dapat meningkatkan fotosintesis tanaman melalui peningkatan fotofosforilasi akan menghasilkan ATP dan NADPH, dan unsur Magnesium (Mg) pada pupuk organik cair akan pembentukan khlorofil dan produksi makanan pada tanaman anggrek (Rondonuwu dan Diane, 2009) ditambahkan oleh Barber (1977) dalam Husma (2010) menyatakan efesiensi fotofosforilasi membutuhkan K dan Mg yang cukup disuplai dari tanaman sehingga dapat meningkatkan fotosintesis.
yC0 = 148,7 + 0,221x -0,002x2; R² = 0,763 yC1 = 170,2 - 0,246x - 0,001x2; R² = 0,823 yC2 = 152,5- 0,182x -0,001x2; R² = 0,743 yC3 = 141,6- 0,099x – 0,001x2 ; R² = 0,728
Gambar 5. Kurva hubungan antara berbagai dosis paclobutrazol dengan luas daun tanaman pada berbagai dosis pupuk organik cair.
Pada luas daun tanaman memperlihatkan luas terbesar pada perlakuan 2000 ppm pupuk organik cair dan interaksi antara pemberian paclobutrazol dengan pupuk organik cair dapat mempengaruhi luas dan sempitnya ukuran daun, hal ini menunjukkan bahwa dalam pengukuran daun berpengaruh terhadap panjang dan lebar daun. Menurut
Chaney (2001) daun tanaman tanpa perlakuan (kontrol) dan daun tanaman yang telah diberi perlakuan paclobutrazol mengandung jumlah sel yang sama, tetapi sel pada daun tanaman yang telah diberi perlakuan paclobutrazol menjadi lebih kecil sehingga menyebabkan ukuran daun
Rahmi Hariaty Hasan, et al., 2012. Respon Tanaman Anggrek …………………………………………….
75
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 73-78
lebih kecil jika dibandingkan daun tanaman kontrol. Jumlah daun tanaman memperlihatkan bahwa pengaruh interaksi pupuk organik cair dengan paclobutrazol berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman. Demikian terhadap pemberian paclobutrazol dan pupuk organik cair secara mandiri. Pemberian paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun. Hal ini menurut Krishnamoorthy (1981) dalam Santiasrini dan Nurhajati (2009) menyatakan bahwa retardan merupakan senyawa kimia yang mempunyai efek fisiologis menghambat pembelahan sel di meristem apikal sehingga jumlah daun pada tanaman tidak dipengaruhinya. Demikian pula dengan pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata. Pupuk organik cair memiliki komposisi unsur mikro salah satunya unsur Boron (B) sangat dibutuhkan dalam proses diferensiasi (pembentukan) sel yang sedang tumbuh, membantu metabolisme karbohidrat dan mengatur kebutuhan air di dalam tanaman (Novizan, 2002). Selanjutnya, menurut Tisdale dan Nelson (1973) bahwa boron berfungsi untuk mempengaruhi perkembangan sel dan sintesa protein, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan pada jumlah daun, walaupun tidak memiliki perbedaan yang nyata pada setiap perlakuannya. Jumlah tunas tanaman memperlihatkan bahwa pengaruh interaksi paclobutrazol dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan jumlah tunas tanaman. Demikian pula terhadap pemberian paclobutrazol dan pupuk organik cair secara mandiri. Pemberian paclobutrazol berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan jumlah tunas disebabkan karena tanaman anggrek tidak merespon paclobutrazol dalam mendorman pertumbuhan tunas, hal ini tidak sejalan pendapat Parnata (2007) bahwa aplikasi paclobutrazol akan menghambat pertumbuhan tunas sehingga tidak terjadi pertumbuhan tunas baru. Sementara pemberian pupuk organik cair memiliki komposisi unsur mikro berupa seng (Zn) yang berfungsi sebagai katalisator dalam pembentukan protein, mengatur pembentukan asam indolasetik (asam yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh) dan aktif dalam transformasi karbohidrat serta proses perbanyakan tanaman (Novizan, 2002). Namun selama penelitian tunas tetap tumbuh tetapi pertumbuhan jumlah tunas tersebut tidak berbeda nyata dengan pengaruh pemberian pupuk organik cair. Selama penelitian menunjukkan bahwa waktu keluarnya bakal bunga antara 40-180 hari. Tanaman dengan bakal bunga keluar tercepat pada pemberian paclobutrazol 50 ppm dengan pupuk organik cair 2000 ppm (C1P1) yaitu 61,67 hari, jika dibandingkan dengan perlakuan pemberian paclo-
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
butrazol 50 ppm dengan pupuk organik cair 6000 ppm (C1P3) yaitu 97 hari, pemberian paclobutrazol 150 ppm dengan tanpa pupuk organik cair (C0P3) yaitu 98,67 hari, pemberian paclobutrazol 100 ppm dengan pupuk organik cair 2000 ppm (C1P2) yaitu 173 hari dan pemberian paclobutrazol 50 ppm dengan pupuk organik cair 4000 ppm (C2P1) yaitu 176 hari, serta perlakuan belum memunculkan bunga pada setiap ulangannya, sehingga masih memerlukan waktu yang lebih lama untuk pembentukan bunga. Pembungaan tanaman anggrek dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor fisiologi dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan serangkaian gen yang mengendalikan pertumbuhan tanaman, tetapi ada keterkaitan faktor fisiologi dan lingkungan. Faktor genetika akan mempengaruhi bentuk dasar tanaman, warna bunga, bentuk bunga, tingkat adaptasi, kecepatan pertumbuhan dan kerentanan terrhadap penyakit, sedangkan faktor fisiologi merupakan segala aktivitas yang berkaitan langsung dengan fungsi dan kegiatan yang menunjang pembungaan tanaman. Serta faktor lingkungan sangat berperan dalam proses pembungaan tanaman yang meliputi komponen kelembaban, suhu dan intensitas cahaya (Sandra, 2007). Hasil penelitian ini nampak bahwa pengaruh faktor lingkungan merupakan hal yang paling berperan cukup besar dalam hal pembungaan. Hal ini kemungkinannya sangat dipengaruhi oleh jumlah cahaya yang dibutuhkan anggrek, jumlah cahaya ini tergantung pada dua faktor, yaitu lama penyinaran dan intensitas cahaya. Selama penelitian intensitas cahaya dengan rata-rata pagi hari 5582,9 siang hari 29.056 dan sore hari 7976,1 lux dengan jumlah intensitas 42.615 lux sebagai mana disajikan pada Lampiran 10. Cahaya yang dibutuhkan tanaman ini dari sedang sampai terang dengan ukuran sekitar 10.764–32.292 lux atau sekitar 50–70% dibawah naungan (Iswanto, 2010). Berarti selama penelitian kebutuhan cahaya untuk tanaman berlebihan. Lama penyinaran atau fotoperioditas terhadap tanaman anggrek adalah jumlah waktu (lama) tanaman menerima cahaya matahari setiap hari, sedangkan intensitas cahaya adalah kekuatan atau kemampuan cahaya yang diterima oleh tanaman (Iswanto, 2010). Menurut Parnata (2007) Lama atau singkatnya pencahayaan terhadap tanaman anggrek akan berpengaruh terhadap sintesis hormon florigen (hormon tumbuh yang memacu pembentukan bakal bunga), ditambahkan Iswanto (2010) jika intensitas cahaya matahari terlalu tinggi atau berlebih dapat
Rahmi Hariaty Hasan, et al., 2012. Respon Tanaman Anggrek …………………………………………….
76
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 73-78
mengakibatkan sebagian pertumbuhan menjadi lambat, kurus, daun terbakar dan sulit untuk berbunga. Hal inilah yang menyebabkan tanaman anggrek selama penelitian proses pembentukan bunga menjadi terhambat atau tertunda, sehingga tanaman belum dapat memunculkan bakal bunganya pada semua ulangan. Pada variabel pengukuran jumlah kuntum per tangkai, panjang tangkai bunga dan diameter tangkai bunga tidak dapat dilakukan dengan menggunakan analisis ragam disebabkan adanya beberapa tanaman anggrek Dendrobium sp. masih belum menghasilkan bunga pada setiap ulangannya. Pada tanaman anggrek Dendrobium sp. yang berbunga terdapat 40 pot tanaman dari 96 pot tanaman yang diamati, dengan kemampuan tanaman berbunga sekitar 41,67%. Pembungaan terjadi pada perlakuan paclobutrazol 50, 100 dan 150 ppm tanpa pupuk organik cair, ini menjelaskan bahwa tanpa pemberian pupuk organik cair, tanaman sudah dapat berbunga. Menurut Sandra (2007) bahwa sistem kerja dari paclobutrazol dapat melambatkan pertumbuhan tinggi dan memperbesar diameter batang tanaman, sehingga proses fotosintesis terus berlangsung, dengan demikian jumlah energi dalam tanaman semakin bertambah banyak karena tidak dialokasikan untuk pertumbuhan sehingga tanaman akan mengalihkan ke proses pembungaan, namun munculnya bunga masih cukup lambat. Pada fase pembungaan sangat ditentukan oleh kondisi tanaman, ini sangat berkaitan langsung dengan fungsi dan kegiatan yang menunjang pertumbuhan. Saat masih muda, kondisi fisiologi tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan vegetatif, setelah dewasa kondisi fisiologi tersebut akan mendukung tanaman menuju ke fase generatif (Parnata, 2007). Hal lain yang menyebabkan tanaman belum menampilkan bunganya disebabkan karena tanaman cenderung lebih mengalihkan ke pertumbuhan tunas baru ini terjadi pada umur 19 minggu stelah perlakuan (MSP) akhir penelitian. Tanaman belum mampu mengarah ke pembungaan sehingga lebih mengarah ke pertumbuhan tunas baru, ini disebabkan karena distribusi fotosintat cenderung lebih mengarah ke proses pertumbuhan vegetatif (akar, batang, daun dan tunas). Hal ini dijelaskan Gardner et al. (1991) sepanjang masa pertumbuhan vegetatif akar, daun dan batang merupakan daerah-daerah pemanfaatan yang kompetitif dalam hal hasil asimilasi. Proporsi hasil asimilasi akan mempengaruhi pertumbuhan dan pembungaan, apabila hasil asimilasi cenderung ke arah pertumbuhan, maka proses pembungaan relatif lebih lama. Hasil pengukuran suhu selama penelitian o dengan suhu rata-rata mencapai 26 C pada pagi hari,
ISSN: 2089-9858
o
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
o
33 C pada siang hari dan 29 C pada sore hari. Suhu berkaitan dengan proses asimilasi yaitu pembentukan cadangan makanan dan proses disimilasi yaitu proses penguraian makanan dan pernapasan. Suhu yang tinggi akan meningkatkan respirasi dan merombak sebagian besar hasil foto-sintesis yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman anggrek (Widiastoety, 2009). Menurut Iswanto (2010) suhu udara untuk tanaman ang0 grek Dendrobium sp. berada sekitar 24-32 C, sehingga suhu di tempat tumbuh tanaman saat penelitian, masih dalam kisaran pertumbuhan dan pembungaan pada tanaman anggrek. Hasil pengukuran kelembaban selama penelitian dengan kelembaban rata-rata mencapai 83% pada pagi hari, 57% pada siang hari dan 76% pada sore hari. Kelembaban sangat berpengaruh terhadap udara persentase uap air, jika udara panas menyimpan lebih banyak uap air dibandingkan dengan udara dingin sehingga pada saat suhu udara meningkat persentase uap air di udara akan turun (Nesiaty dan Maloedyn, 2007). Menurut Parnata (2007) kebutuhkan kelembaban udara untuk tanaman anggrek Dendrobium sp. masih dapat tumbuh dengan cukup baik sekitar 50%, sehingga kelembaban di tempat tumbuh tanaman masih sesuai dalam kisaran pertumbuhan dan pembungaan pada tanaman anggrek. Hasil pengukuran intensitas cahaya selama penelitian dengan intensitas cahaya ratarata mencapai dengan rata-rata pagi hari 5582,9 siang hari 29.056 dan sore hari 7976,1 lux. Untuk kebutuhan anggrek Dendrobium sp. terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif terhadap cahaya yaitu dari sedang sampai terang merupakan intensitas matahari, umumnya sekitar 1.000– 3.000 foot candle (fc) atau sekitar 10.764–32.292 lux atau 50–70% (Iswanto, 2010) sehingga untuk syarat tumbuh untuk pertumbuhan dan pembungaan tanaman ini belum sesuai dengan kisaran yang optimal. Sebagai kesimpulan dikemukakan sebagai berikut: Interaksi antara pemberian paclobutrazol dan pupuk organik cair berpengaruh terhadap parameter tinggi tunas dan luas daun tanaman pada umur 18 minggu setelah perlakuan (MSP); Pemberian paclobutrazol atau pupuk organik cair secara mandiri berpengaruh terhadap parameter tinggi tunas dan luas daun, namun diameter batang tunas hanya pada pemberian paclobutrazol; Paclobutrazol dan pupuk organik cair pada fase vegetatif memiliki konsentrasi optimal yang berbeda pada parameter tinggi tunas, diameter batang tunas dan luas daun, sedangkan pada fase pembungaan secara umum
Rahmi Hariaty Hasan, et al., 2012. Respon Tanaman Anggrek …………………………………………….
77
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 73-78
belum ditemukan kosentrasi optimal karena sebagian besar tanaman belum berbunga. Disarankan agar Penggunaan pupuk organik cair multiguna Nusantara Sumber Alami sebaiknya tidak digunakan secara tunggal sehingga perlu adanya kombinasi dengan hormon atau zat pengatur tumbuh lainnya dalam mengaplikasikan ke tanaman anggrek sehingga lebih cepat terpenuhi kebutuhan tanaman sampai ke fase pembungaan; Perlu ada penelitian lanjutan mengenai kapan pemberian zat pengatur paclobutrazol yang tepat terhadap tanaman, sehingga tanaman dapat mencapai kebutuhan maksimal dalam memasuki fase pembungaan. KEPUSTAKAAN BPS. 2009. Ekspor dan Impor Tanaman Hias Tahun 2003-2008. Statistika Perdagangan Luar Negeri. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Chaney, W. R. 2001. Tree Growth Retardants Provide Multiple Benefits. http://www.uaf.edu/coopext/forestry/canopy/canopy-july01.pdf. (5 September 2011) Deptan. 2005. Budidaya Tanaman Anggrek (maka-lah) Kategori Perawatan dan Budidaya. http. www.deptan.go.id.diaksestanggal 14 Desember 2010. Dwiati, M. dan A.Sulastri. 2007. Aplikasi Paclobutrazol dan KNO3 Untuk Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Bunga Potong Anggrek Dendrobium Sarifah Fatimah. Abstrak. Biosfera. Majalah Ilmiah Biologi 17-24. Volume 24. Gardner, F.P., R.B. Pearce. dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI-Press. Jakarta. Gunadi, T. 1985. Kenal Anggrek. Angkasa. Bandung. Husma, M. 2010. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk Kalium terhadap pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon (Cucumis melo L.). Tesis. Pascasarjana. Unhalu. Kendari Iswanto, H. 2010. Petunjuk Praktis Merawat Anggrek. Agromedia Pustaka. Jakarta. Lontoh A.P., H.S. Parnoto dan G.A. Wattimena. 1989. Stimulasi Pembungaan dan Pembuahan Mangga dengan Retardan dan Paclobutrazol. Bul. Agron. (Edsisi khusus): 153-164. Nesiaty, S., dan Maloedyn, S. 2007. Kiat Sukses Membungakan Anggrek. Agro Media Pustaka. Jakarta. Ningsih, R. 2008. Penyimpanan Dengan Pertumbuhan Minimal dan Regenerasi In Vitro Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk). Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor (IPB). Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan Secara Efektif. AgroMedia. Jakarta.
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
Parnata, A.S., 2007. Panduan Budi Daya Perawatan Anggrek. Agro Media Pustaka. Jakarta. Prasetya. B., K. Syahrul, dan M. Febrianingsih, 2009. Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pupuk Cair Terhadap Serapan N dan Pertumbuhan Sawi (Brassica juncea L.) pada Entisol. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Agritek Vol.17 No.5 September 2009. Purbiati, T., O. Endarto, A. Suryadi, E. Retnaningtyas dan Prahardini. 2001. Respon Perlakuan ZPT dan Pengendalian Hama Pada Tanaman Bunga Mawar. Jurnal Peneliti BPTP. Jawa Timur. Poerwanto, R. and H. Inoue. 1994. Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jeruk Satsuma Mandarin pada Beberapa Kondisi Suhu. Bul. Agron. 22 (1): 55-67. Rondonuwu, J. Dan D.P. Diane. 2009. Kebutuhan Hara Tanaman Hias Anggrek. Jurnal. 7 (1): 73-79. Sandra, E. 2007. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. AgroMedia. Jakarta. Santiasrini, R. dan A. M. Nurhajati 2009. Pengaruh Paclobutrazol Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Gloksinia (Sinningia speciosa Pink). Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Holtikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Sessler, G. J. 1978. Orchid and How to Grow Them. Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs. Tisdale and Nelson. 1973. Soil Fertility and Fertiliser. Mac. Millan Publishing Co. New York. Widiastoety, D. 2007. Bertanam Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. Widiastoety, D., N. Solvia., dan M. Soedarjo. 2010. Potensi Anggrek Dendrobium Dalam Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. Jurnal Litbang Pertanian, 29 (3). Wulyan. 2009. Pengaruh ZPT paclobutrazol dan komposisi media tanam mawar mini terhadap pertumbuhan dan hasil bunga. http://wuryan.wordpress.com/2009/01/ 12/pengaruh-zpt-paclobutrazol-dankomposisi-media-tanam-mawar-miniterhadap-pertumbuhan-dan-hasil-bunga ( 17 Juli 2011).
Rahmi Hariaty Hasan, et al., 2012. Respon Tanaman Anggrek …………………………………………….
78