InfoPOM
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
Vol. 7, No. 1, Januari 2006
BADAN POM RI ISSN 1829-9334
SIDANG KE 4 ACCSQ PRODUCT WORKING GROUP ON TRADITIONAL MEDICINES AND HEALTH SUPPLEMENTS Pendahuluan Sebagai tindak lanjut dari sidang ke-3 ACCSQ Product Working Group on Traditional Medicines and Health Supplements (TMHS-PWG) yang telah berlangsung di Bali, Juli 2005, telah diselenggarakan Sidang ke-4 TMHS-PWG pada tanggal 12 - 13 Januari 2006 di Hotel Arnoma, Bangkok. Sidang ini dihadiri oleh wakil dari 8 negara ASEAN (Brunai Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos PDR, Malaysia, Philippina, Singapura dan Thailand) dan ASEAN Sekretariat
serta wakil dari industri dari Negara Anggota ASEAN sebagai peninjau. Bertindak selaku Ketua Delegasi Republik Indonesia adalah Drs. Ruslan Aspan, MM, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Badan POM dengan anggota pejabat-pejabat dari Badan POM dan Badan Standardisasi Nasional (BSN). Sidang ke-4 ini diketuai oleh Dra. Mawarwati Djamaluddin, Sekertaris Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Editorial Pembaca sekalian, Diawal tahun ini, sebagaimana biasa InfoPOM kembali mengunjungi anda sekalian. Semoga pergantian tahun ini memberi kita semua semangat baru untuk terus berkarya. Berdasarkan hasil operasi pengawasan Badan POM, sejak tahun 2002 telah ditemukan kecenderungan penyalahgunaan formalin sebagai pengawet makanan yang terus meningkat. Terhadap pelanggaran ini, telah dilakukan beberapa upaya penanggulangannya seperti pembinaan, peringatan kepada produsen, penarikan & pemusnahan serta tindakan pro justisia dengan mengajukan tersangka kepada pengadilan. Untuk lebih lengkapnya dapat anda baca Keterangan Pers Badan POM tentang Penyalahgunaan Formalin untuk Pengawet Mie Basah, Tahu dan Ikan dan Keterangan Pers Badan POM Hasil Tindak Lanjut Pengawasan Terhadap Penyalahgunaan Formalin sebagai Pengawet tahu dan Mie Basah. Selain itu masih ada dua artikel lain yang layak anda baca yaitu artikel tentang Sidang ke-4 ACCSQ Product Working Group on Traditional Medicines and Health Supplements yang berlangsung tanggal 12 - 13 Januari 2006 lalu di Bangkok serta artikel dengan judul Uji Pendahuluan Aktivitas Anti Kanker dari Propolis dan Komponen Aktifnya. Akhir kata kami ucapkan selamat membaca. Redaksi
Edisi Januari 2006
Halaman 1
DAFTAR ISI 1 Sidang Ke 4 ACCSQ Product Working Group On Traditional Medicines and Health Supplements 2. Uji Pendahuluan Aktivitas Anti Kanker Dari Propolis Dan Komponen Aktifnya 3. Keterangan Pers Badan POM Nomor : KH.00.01.1.241.002 Tentang Penyalahgunaan Formalin Untuk Pengawet Mie Basah, Tahu dan Ikan 4. Keterangan Pers Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan N o m o r. KH.00.01.1.241.029 Tentang Hasil Tindak Lanjut Pengawasan Terhadap Penyalahgunaan Formalin Sebagai Pengawet Tahu dan Mie Basah
information on the existing regulatory framework/regime including standard definition, terminologies, and technical infrastructure in Member Countries”; no. 55 tentang “Study the existing regulatory frameworks/regime of selected countries and internationally accepted technical guidelines” dan no. 57 tentang “Formalisation of a postmarketing alert system for unsafe traditional medicine or health supplements”. 2. The Implementation of The Work Programme of TMHS PWG.
Adapun hal-hal pokok yang dibahas pada Sidang tersebut antara lain adalah :
Khusus untuk hal ini dibahas Harmonization of Technical Requirements for Specific Areas dan menyepakati hal-hal sebagai berikut :
1. Follow up action from the 26 t h ACCSQ Meeting 2. The Implementation of The Work Programme of TMHS -PWG 3. T h e R e v i s e d W o r k Programme of TMHS-PWG
- Perlunya harmonisasi dari definisi dan terminologi untuk TMHS. Harmonisasi ini merupakan dasar bagi harmonisasi persyaratanpersyaratan teknis TMHS lainnya.
1. Follow up action from the 26 th ACCSQ Meeting 4 - 5 Agustus di Manila, antara lain disampaikan tentang perkembangan implementasi Roadmap for Integration of TMHS sector dimana terdapat perubahan schedule pada measures no. 53 tentang “Exchange, review and analyse
- Sidang menyepakati suatu definisi dan terminologi Traditional Medicines - Health Supplements untuk ASEAN yaitu ASEAN Common Terminology and Definition on Traditional Medicine yang akan dilengkapi dengan “Interpretative Note” dari definisi yang meliputi
Halaman 2
classifications of Active ingredients, Intended Use/Purpose, Traditional Usage, System of Traditional Practice and Classification on Traditional Medicines. - Sidang meminta Indonesia bersama Singapura untuk menyusun Interpretative Note. Tanggapan atas draft i n t e r p r e ta t i v e t e r s e b u t selambat-lambatnya diterima Indonesia pada 30 Maret 2006 dan meminta Indonesia untuk melaporkannya pada sidang ke-5 mendatang. - Khusus untuk terminologi health supplement tidak perlu diharmonisasi seperti halnya suatu definisi umum untuk obat tradisional, tetapi diperlukan suatu ASEAN Common terminology yang akan digunakan sebagai ASEAN working terminology. - Sidang menyepakati pula agar Indonesia bersama Singapura menyusun suatu konsep definisi tentang suplemen kesehatan, dan mengirimkannya kepada Negara anggota 15 Mei 2006 untuk mendapatkan tanggapan sampai akhir Juni 2006 serta melaporkannya pada sidang ke-5. - Mengadopsi ASEAN Harmonized Regulatory Scheme yang diusulkan oleh Singapura melalui langkah-
Edisi Januari 2006
langkah sebagai berikut : Step 1 :In-depth study based on risk management, legislative aspects, r e g u l a t o r y requirements and r e g u l a t o r y guidelines. Step 2 :Identify regulatory and technical requirements. Step 3 : Adapt useful features of ASEAN and b e n c h m a r k countries. Step 4 : D e v e l o p i n g t h e ASEAN Model Step 5 : A d o p t i o n a n d implementation. - Sehubungan dengan paper Singapura tentang “comparative study on international and other regional technical requirements” produk antara (Borderline products) seperti “botanical Edisi Januari 2006
medicines” dengan obat tradisional ditangani oleh TMHS-PWG sedangkan produk antara health supplements dan functional foods akan dibahas bersama Prepared Foodstuff-PWG. - Menanggapi paper Singapura tentang “Requirements on Product Placement”, Sidang menyepakati agar masalah ini dibahas dan dianalisa lebih lanjut dalam sidang berikutnya. - Mengenai “labelling and advertisement requirements” TMHS, Sidang baru menyepakati perlunya harmonisasi untuk penandaan (labelling) TMHS namun tidak diperlukan harmonisasi di bidang periklanan (advertisement). Oleh karena itu Sidang meminta agar periklanan tidak dimasukkan ke dalam
program kerja mengingat adanya organisasi lain yang melaksanakannya disamping masalah budaya masyarakat yang berbeda. Sementara menyangkut penandaan, Sidang menyepakati perlunya minimal informasi untuk dicantumkan pada harmonisasi label. Sidang meminta Thailand untuk mengkaji lebih lanjut tentang Penandaan TMHS ini serta melaporkannya pada sidang ke-5 mendatang. Sidang ini mencatat keinginan Philippina untuk bekerjasama dengan Thailand di bidang ini. - Mengenai “post marketing alert system” TMHS, Sidang mengadopsi Post Marketing Alert System sebagai format ASEAN tanpa menunggu “common ASEAN glossary” yang tetap perlu disusun dan diselesaikan dengan spesifikasi masing-masing negara anggota. 3. T h e R e v i s e d W o r k Programme of TMSH-PWG, Sidang menyepakati untuk mengadopsi dokumen tersebut serta menugasi Brunai Darussalam sebagai lead country untuk activity 3.1.1 “mapping of the existing and potensial capacity of Member Countries”. Drs. Rahardjo, MM Pustaka : Report of 4th Meeting of The ACCSQ TMHS PWG Halaman 3
PROSES PENGUAPAN PELARUT EKSTRAK BAHAN ALAM DENGAN MENGGUNAKAN EVAPORATOR
Uji Pendahuluan Aktivitas Anti Kanker Dari Propolis Dan Komponen Aktifnya PENDAHULUAN Penemuan obat baru terus dilakukan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat baik dengan cara menurunkan angka kematian (mortality rates) maupun angka kesakitan (morbidity rates). Dalam upaya pengembangan obat antikanker yang bersumber dari alam, telah dilakukan pengujian aktivitas antikanker dari komponen aktif Propolis. Mungkin banyak yang belum tahu dan bertanya-tanya apa itu Propolis ? Propolis adalah suatu sediaan pa d a t d a n l e n g k e t y a n g dikumpulkan oleh lebah
Edisi Januari 2006
penghasil madu dari pucukpucuk dan eksudat tumbuhan untuk membuat sarang tempat lebah tersebut beradaptasi dan mempertahankan dirinya. Umumnya propolis berwarna hijau kekuningan sampai coklat gelap, tergantung pada sumber dan umurnya. Propolis merupakan bahan yang bersifat lipofilik, berbentuk padat keras sewaktu dingin tetapi akan membentuk masa yang kental dan lengket sewaktu dipanaskan, serta mempunyai bau yang aromatis dan sangat sulit dihilangkan dari kulit manusia karena kuat berinteraksi dengan minyak dan
protein dari kulit. Kata propolis sendiri berasal dari kombinasi dua kata dalam bahasa Yunani yaitu , “pro” artinya pertahanan, dan “polis” yang berarti kota, dengan demikian propolis artinya pertahanan kota atau sarang. Penggunaan propolis mempunyai sejarah yang panjang dan telah digunakan sejak lebih kurang 300 tahun sebelum masehi, dan sampai abad ke 21 sekarang ini masih tetap digunakan sebagai obat dalam rumah tangga. Propolis juga telah popular sebagai makanan kesehatan di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika , Jepang dan negara–negara di Eropa, digunakan untuk meningkatkan kesehatan dan membantu mencegah berbagai macam
Halaman 5
penyakit seperti inflamasi, sakit jantung, diabetes, dan kanker. Kandungan kimia dari propolis tergantung pada tumbuhtumbuhan di daerah tempat propolis tersebut dikumpulkan. Propolis yang berasal dari Eropa, Amerika Utara dan Amerika Selatan, Asia, dan Afrika berbeda dalam komposisi kandungan kimianya. Hingga saat ini lebih dari 300 senyawa kimia telah diidentifikasi dari propolis, diantaranya adalah senyawa-senyawa fenol seperti flavonoid dan turunan asam sinamat telah dilaporkan sebagai komponen utama dari propolis. Penggunaan dari Propolis Propolis dan komponen kimianya telah dilaporkan mempunyai beberapa aktivitas biologis seperti antikanker, antioksidan, antiinflamasi, antiseptik, anti-jamur, antibakteri, astrigen, spasmolitik, dan anestetik lokal. Sediaan propolis juga telah digunakan untuk penyembuhan luka, regenerasi jaringan, penyembuhan luka bakar, penyakit kulit yang menahun, herpes simplex dan genital, dan beberapa penyakit kulit lain. Disamping itu juga digunakan untuk membantu mengatasi nyeri pada reumatik, keseleo, dan sakit gigi ( toothache ), karena efek anestetik lokalnya yang dikatakan lima kali lebih efektif dari kokain.
Halaman 6
Aktivitas Anti Kanker dari Propolis Ekstrak etanol dari propolis yang dikumpulkan dari beberapa propinsi di China telah dilaporkan dapat menghambat aktivitas hyaluronidase, suatu enzim penyebab inflamasi, dalam suatu dose-dependent report. Ekstrak yang sama juga pada konsentrasi 0,003%, mampu menghambat lebih dari 80% pelepasan histamine yang diinduksi oleh senyawa 48/80. Pada konsentrasi 10 mg/kg, propolis secara signifikan mengurangi peningkatan Serum GOT, GPT, TG, dan HTG pada kerusakan liver yang diinduksi oleh pemberian alkohol secara kronik pada tikus. Ekstrak etanol propolis yang berasal dari China juga dilaporkan dapat mengobati luka ( tukak ) pada lambung dan mengurangi keasaman lambung yang berlebih. Suatu uji pendahuluan terhadap ekstrak metanol dari propolis asal China menunjukkan aktivitas anti kanker yang sangat potent. Untuk melihat senyawa kimia dalam propolis yang berperanan sebagai anti kanker, telah dilakukan analisis kandungan kimia beserta pengujian aktivitasnya sebagai anti kanker. Hasil ekstraksi, isolasi dan elusidasi struktur kimianya ditemukan 14 senyawa murni berupa; chrysin (1), galangin (2), izalpinin (3),
apigenin (4), techtochrysin (5), pinostrobin (6), pinocembrin (7), isoferulic acid (8), 3,4dimethoxycinnamic acid (9), benzyl ferulate (10), benzyl caffeate (11), dan phenethyl caffeate (CAPE) (12), termasuk dua senyawa baru turunan flavonoid, 3-O-[(S)-2methylbutyroyl]pinobanksin (13) dan 6-cinnamylchrysin (14). Dengan menggunakan metode 3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5dimethyltetrazolium bromide (MTT), semua senyawa hasil isolasi di atas telah diuji aktivitas anti kankernya menggunakan 5 jenis sel kanker yaitu murine B16-BL6 melanoma, human HT1080 fibrosarcoma, human lung A549 adenocarcinoma, human cervix HeLa adenocarcinoma, dan murine colon 26-L5 carcinoma (Tabel 1). Terlihat bahwa benzyl caffeate (11) dan phenethyl caffeate (CAPE) (12 ) menunjukkan aktivitas anti kanker yang sangat potent terhadap semua jenis sel kanker, terutama terhadap colon 26-L5 carcinoma, dengan konsentrasi efektif yang dapat membunuh 50% sel kanker (EC50), masingmasing sama dengan 1,01 mM dan 0,30 mM. Nilai ini hampir sama atau sama dengan EC50 dari 5-fluorouracil, salah satu kemoterapi anti kanker yang telah digunakan dalam kedokteran modern. Hasil dari penelitian ini yang telah
Edisi Januari 2006
dipublikasikan pada salah satu Journal International tentu saja menumbuhkan harapan akan temuan baru obat anti kanker . (DR. Tepy Usia, M.Phil ). DAFTAR PUSTAKA 1. Lin, S.C., Lin, Y.H., Chen, C.F., Chung, C.Y., Hsu, S.H., The Hepatoprotective and Therapeutic Effects of Propolis Ethanol Extract on Chronic Alcohol-
induced Liver Injuries dalam Am. J. Chin. Med., (25), China, 1997, hal 325. 2. Miyataka, H., Nishiki, M., Matsumoto, H., Fujimoto, T., Matsuka, M., Isobe, A., Satoh, T., Evaluation of Propolis (II): Effects of Brazilian and Chinese Propolis on Histamine Release from Rat Peritoneal Mast Cell Induced by Compound
48/80 and Concanavalin A dalam Biol. Pharm. Bull., (20), Japan, 1998, hal 723. 3. Usia, T., Banskota, A.H., Tezuka, Y., Midorikawa, K., Matsushige, K., Kadota, S., Constituents of Chinese Propolis and Their Antiproliferative Activities dalam J. Nat. Prod., (65), USA, 2002, hal 673.
Tabel 1. Aktivitas Anti Kanker Senyawa-senyawa Hasil Isolasi dari Propolis (EC50 dalam mM)
Senyawa 1 2 3 4 5
B16-BL6 74.4 26.8 >350 31.6 226
HT-1080 94.9 35.7 >350 36.6 358
A549 233 93.6 >350 101 >370
6 7 8 9
111 68.0 >515
156 92.4 >515 >480
>370 229 >515 >480
46.7 9.74 9.50 143
92.8 35.0 27.9 160
>270 1.38
>270 3.61
10 11 12 13 14 5-Fluorouracil
Edisi Januari 2006
>480 63.7 9.78 6.79 185 >270 1.23
HeLa 111 79.0 106 92.7 >370 202 108 >515 >480 51.1 2.33 2.36 116 >270 0.23
Colon 26-L5 109 19.2 30.3 25.0 273 128 75.6 >515 >480 46.4 1.01 0.30 78.9 >270 0.31
Halaman 7
KETERANGAN PERS BADAN POM Nomor : KH.00.01.1.241.002 Tentang PENYALAHGUNAAN FORMALIN UNTUK PENGAWET MIE BASAH, TAHU DAN IKAN 1.
Berdasarkan hasil operasi pengawasan Badan POM pada beberapa tahun terakhir ini ditemukan adanya kecenderungan penyalahgunaan formalin sebagai pengawet makanan yang terus meningkat. Atas pelanggaran tersebut Badan POM telah melakukan pembinaan dan peringatan serta tindakan pro-justisia dengan mengajukan tersangka ke pengadilan. Sanksi hukum pidana telah dijatuhkan tetapi ternyata sanksi tersebut tidak memberikan efek jera. Sementara itu pasokan formalin di pasar terutama penjualan eceran memicu terjadinya penyalahgunaan.
2.
Pada awal Desember 2005, Badan POM/Balai Besar POM melakukan sampling dan pengujian laboratorium secara serial dan serentak mencakup Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Mataram dan Makassar. Produk makanan/sampel yang diuji meliputi tahu, mie basah dan ikan yang secara keseluruhan berjumlah 761 sampel.
3.
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium diperoleh temuan sebagai berikut : Uraian
Mie Basah
Tahu
Ikan
Jumlah Sampel
213
290
258
Memenuhi Syarat
76
193
190
Tidak Memenuhi Syarat
137
97
68
64,32 %
33,45 %
6,36 %
% Tidak Memenuhi Syarat
Kondisi masing-masing daerah tidak sama untuk setiap jenis produk tersebut. Untuk tahu, temuan Badan POM di Yogyakarta dan Bandung tidak mengandung formalin, sedang di Jakarta relatif sangat tinggi yaitu 77,85% mengandung formalin. Sedangkan untuk ikan, temuan Badan POM di Jakarta 52,63% dan Bandar Lampung 36,56% dari sampel ikan mengandung formalin. Untuk mie basah persentase sampel yang mengandung formalin rata-rata tinggi diatas 60% kecuali di Makassar 6,45%. Hasil pengujian laboratorium tersebut telah disampaikan oleh Badan POM kepada pemerintah provinsi terkait dan telah dilakukan koordinasi tindak lanjut. 4.
Solusi penyalahgunaan formalin ini harus dilakukan secara komprehensif, berkesinambungan dan konsisten melalui pendekatan dua arah yaitu sisi pasokan (supply side) dan sisi permintaan (demand side). Pada sisi pasokan harus dilakukan pengurangan (supply reduction) melalui pemutusan mata rantai pasokan dan pengaturan tata niaga serta kontrol yang ketat. Formalin
Halaman 8
Edisi Januari 2006
mestinya hanya boleh dijual oleh sarana yang memiliki izin khusus kepada "end user" sesuai peruntukannya dan dilarang untuk pengawet makanan. 5.
Pada sisi permintaan, perlu dilakukan peningkatan kesadaran dan kepedulian pelaku usaha/produsen dan masyarakat melalui edukasi, informasi dan komunikasi secara efektif sehingga semua pihak mengetahui bahwa penggunaan formalin sebagai pengawet makanan membahayakan kesehatan dan keselamatan masyarakat.
6.
Dalam pada itu, Badan POM telah melakukan penyelidikan/penelusuran terhadap produsen/pemasok formalin yang menjual di pasar secara eceran dalam skala yang luas. Badan POM telah menemukan produsen formalin yang berkapasitas 4000 Mton perbulan dimana sekitar 2700 Mton digunakan sendiri, 300 Mton diekspor ke Malaysia dan 1000 Mton tiap bulan dijual di pasar untuk perorangan, toko kimia dan industri. Temuan ini oleh Badan POM telah disampaikan kepada Kepala Bareskim POLRI untuk lebih didalami dan ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7.
Dua hari terakhir ini petugas Badan POM yang ada diseluruh Indonesia sedang melakukan pemantauan terhadap peredaran formalin di pasaran. Berdasarkan pemantauan yang sedang dilakukan tersebut, saat ini tidak mudah lagi ditemukan formalin di peredaran. Hal ini harus menjadi momentum bagi semua pihak untuk menertibkan penyalahgunaan bahan berbahaya termasuk formalin dalam makanan.
8.
Dalam konteks pembinaan usaha/industri kecil/industri rumah tangga di bidang pangan, maka pada minggu Balai Besar/Balai POM diseluruh Indonesia akan mengundang Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam rangka pemberian sertifikat/keterangan makanan bebas formalin. Sertifikat/keterangan makanan bebas formalin ini akan dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten/Kota setelah dilakukan pemeriksaan secara cermat bahwa yang bersangkutan memang tidak menggunakan formalin dalam makanan.
9.
Demikian disampaikan untuk mendapat perhatian demi keselamatan masyarakat luas. Kepada semua pihak diserukan untuk tidak menggunakan formalin dalam makanan dengan alasan apapun. Penggunaan formalin secara sengaja dalam produk makanan dapat diancam pidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan atau denda paling banyak Rp.600.000.000,(Undang-Undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan).
Jakarta, 3 Januari 2006, BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA
H. Sampurno
Edisi Januari 2006
Halaman 9
KETERANGAN PERS KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI No. KH.00.01.1.241.029 TENTANG HASIL TINDAK LANJUT PENGAWASAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN FORMALIN SEBAGAI PENGAWET TAHU DAN MIE BASAH
Sehubungan dengan kasus penyalahgunaan formalin sebagai pengawet tahu dan mie basah, bersama ini disampaikan hal-hal sebagai berikut: 1. Dengan kerjasama lintas sektor yang efektif maka telah dapat dipotong mata rantai pasokan formalin sehingga peredaran formalin pada saat ini dapat terkendali dengan lebih baik. Berdasarkan pemantauan yang dilakukan oleh Badan POM diseluruh Indonesia, saat ini sangat sulit diketemukan adanya penjualan formalin kepada perorangan yang dapat disalahgunakan sebagai pengawet tahu dan mie basah. 2. Badan POM melalui Balai Besar POM/Balai POM telah melakukan sampling dan pengujian laboratorium terhadap tahu dan mie basah yang mencakup 2.567 sampel, yang terdiri dari tahu 1.570 sampel dan mie basah 997 sampel. Pengambilan sampel tidak hanya dilakukan di ibu kota provinsi tetapi juga di kabupaten/kota pada provinsi yang bersangkutan. Sampling dilakukan oleh Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia kecuali NAD yang saat ini masih dalam proses pengambilan sampel di berbagai Kota/Kabupaten di provinsi NAD. 3. Berdasarkan hasil sampling dan pengujian laboratorium yang dilakukan oleh Badan POM untuk produk tahu dengan sampel berjumlah 1.570 diperoleh hasil 1.540 sampel atau 98,09% tidak mengandung formalin dan 30 sampel atau 1,91% mengandung formalin. Berdasarkan hasil sampling dan pengujian laboratorium tersebut diketahui bahwa Medan, Padang, Jambi, Bengkulu, Yogyakarta, Semarang, Palangkaraya, Banjarmasin, Samarinda, Manado, Palu, Makassar, Denpasar, Mataram, Kupang, Ambon dan Jayapura sama sekali tidak diketemukan lagi adanya formalin dalam produk tahu. Sedangkan untuk 7 (tujuh ) wilayah ditemukan sampel yang mengandung formalin dalam jumlah relatif kecil, yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Pekanbaru dari 77 sampel yang mengandung formalin 1 sampel (1,30%) Palembang dari 17 sampel yang mengandung formalin 1 sampel (5,88%) Bandar Lampung dari 122 sampel yang mengandung formalin 6 sampel (4,92%) Jakarta dari 51 sampel yang mengandung formalin 1 sampel (1,96%) Bandung dari 76 sampel yang mengandung formalin 1 sampel (1,32%) Pontianak dari 109 sampel yang mengandung formalin 6 sampel (5,50%) Surabaya dari 54 sampel yang mengandung formalin 4 sampel (7,41%)
Berdasarkan hasil sampling dan pengujian laboratorium, diketahui bahwa Kendari merupakan tertinggi sampel produk tahu yang mengandung formalin yaitu dari 96 sampel yang mengandung
Halaman 10
Edisi Januari 2006
formalin 10 sampel (10.42%). Diharapkan dalam beberapa hari mendatang Kendari akan mengalami perbaikan seperti daerah-daerah lainnya. 4. Sedangkan untuk mie basah berdasarkan hasil pengujian laboratorium dengan sampel sebanyak 997 diketahui 973 sampel (97,59%) tidak mengandung formalin dan 24 sampel (2,41%) mengandung formalin. Wilayah yang produk mie basah sama sekali tidak mengandung formalin adalah: Medan, Padang, Jambi, Palembang, Bengkulu, Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Palangka Raya, Banjarmasin, Samarinda, Manado, Palu, Makassar, Denpasar, Mataram, Kupang, Ambon dan Jayapura. Sedangkan 5 (lima) wilayah ditemukan sampel yang mengandung formalin relatif kecil adalah: 1) 2) 3) 4) 5)
Pekanbaru dari 41 sampel yang mengandung formalin 1 sampel (2,44%) Bandung dari 51 sampel yang mengandung formalin 1 sampel (1,96%) Surabaya dari 46 sampel yang mengandung formalin 3 sampel (6,52%) Pontianak dari 65 sampel yang mengandung formalin 4 sampel (6,15%) Kendari dari 72 sampel yang mengandung formalin 3 sampel (4,17%)
Berdasarkan sampling dan pengujian laboratorium, untuk produk mie basah diketahui Bandar Lampung merupakan tertinggi sampel mie basah yang mengandung formalin yaitu dari 80 sampel yang mengandung formalin 12 sampel (15,00 %). 5. Badan POM bekerja sama dengan berbagai pihak terutama pemerintah daerah baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota akan terus menerus berupaya secara maksimal untuk mencegah, memantau dan mengawasi agar tidak terjadi penyalahgunaan formalin sebagai pengawet makanan termasuk tahu dan mie basah. 6. Kepada produsen, penyalur dan penjual formalin, Badan POM menyerukan untuk tidak lagi menjual kepada produsen makanan dengan alasan apapun. Demikian pula kepada produsen dan distributor makanan termasuk tahu dan mie basah, Badan POM menyerukan untuk tidak menggunakan formalin sebagai pengawet makanan dengan alasan apapun. Penyalahgunaan formalin sebagai pengawet makanan dapat membahayakan keselamatan konsumen dan karena itu dapat diancam dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan atau denda paling banyak Rp. 600 juta ( Undang-Undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan) Demikian hal-hal yang perlu disampaikan kepada masyarakat luas untuk mendapat perhatian .
Jakarta 24 Januari 2006 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI Kepala,
H. Sampurno
Edisi Januari 2006
Halaman 11
771829 933428
Redaksi menerima naskah yang berisi informasi yang terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obat tradisonal, komplemen makanan, additif dan bahan berbahaya. Kirimkan melalui alamat redaksi dengan format MS. Word 97 spasi ganda maksimal 2 halaman kuarto. Redaksi berhak mengubah sebagian isi naskah untuk diterbitkan.
9
Alamat Redaksi : Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat, Telp. 021-4259945, Fax. 021-42889117, e-mail :
[email protected]
ISSN
Penasehat : Drs. H. Sampurno, MBA; Penanggung Jawab: Dra. Mawarwati Djamaluddin; Pimpinan Redaksi : Dra. Aziza Nuraini MM; Sekretaris Redaksi : Dra. Reri Indriani; Tim Editor : Dra. Rosmulyati Ilyas, Dra. Srihariyati, MSc, Dra. Dedeh Endawati, Drs. Siam Subagyo, MSi, Dra. Darmawati Malik, Drs. Bowo Waluyo, MKes, Dra. Endang Susigandhawati, MM, Dra. Yunida Nugrahanti, Judhi Saraswati, SP, Irhamahayati, SSi; Redaksi Pelaksana : Dra. Yuniar Marpaung, Dra. T. Asti Isnariani M.Pharm, Wardhono Tirtosudarmo, Ssi, Yulinar, SKM, Indah Widiyaningrum, SSi; Sirkulasi : Surtiningsih, Netty Sirait
1829-9334
INFOPOM