VII. RANCANGAN IMPLEMENTASI Implementasi jaringan dirancang melalui empat tahapan strategis. Jaringan yang didesain dimiliki oleh petani perlu dibantu perwujudannya, mengingat berbagai
keterbatasan
dimungkinkan
untuk
petani.
Terdapat
mewujudkan
tiga
jaringan
alternatif yakni:
pemrakarsa
pemerintah,
yang
lembaga
pemberdayaan masyarakat, dan agroindustri farmasi. Secara detil keunggulan dan kelemahan masing-masing alternatif pemrakarsa sebagai berikut : 1.
Pemrakarsa berasal dari pemerintah Pemrakarsa dari pemerintah memiliki nilai positif yakni sebagai bentuk kepedulian terhadap kesejahteraan petani tanaman obat dan menjadikan agroindustri farmasi sebagai industri strategis yang layak dikembangkan. Kelemahan dari pemrakarsa pemerintah terletak dari aspek pengambilan keputusan dan pengalokasian dana mengingat harus melalui persetujuan anggaran oleh dewan legislatif yang memerlukan tahapan pembahasan. Birokrasi dan keterbatasan dana berakibat pada kontinuitas dan luas cakupan areal pembinaan petani tanaman obat. Selain itu, kemungkinan terdapat
persinggungan
teknis
operasional
mengingat
penanganan
agroindustri farmasi menginduk kepada departemen pertanian dan kesehatan sehingga dikhawatirkan terjadi penundaan pengambilan keputusan. 2.
Pemrakarsa berasal dari lembaga pemberdayaan/swadaya masyarakat Lembaga pemberdayaan masyarakat yang profesional sudah terbiasa melakukan pendampingan kepada kelompok marginal sehingga memiliki keunggulan lebih mengenal karakter masyarakat desa dan pendekatan yang sebaiknya dilakukan. Kelemahan yang dimiliki lembaga swadaya masyarakat adalah
masih
jangkauan
pembinaan
dan.
akses
industri
sehingga
dikhawatirkan mengalami kesulitan di dalam penyaluran hasil produksi. 3.
Pemrakarsa dari agroindustri farmasi Pemrakarsa yang berasal dari agroindustri farmasi memiliki keunggulan memahami karakter pemasok dan permasalahan pasokan. Kebutuhan industri relatif dapat diterjemahkan secara tepat kepada petani. Namun, pemrakarsa industri memiliki kelemahan karena harus berkonsentrasi memenuhi ketentuan pemerintah untuk menghasilkan produk yang bermutu dan cara
pembuatan obat yang baik, selain beranggapan bahwa memberdayakan petani dan penyelesaian di tingkat hulu merupakan tanggungjawab pemerintah. Setelah mempelajari keunggulan dan kelemahan masing – masing, kombinasi antara pemrakarsa industri dengan pemerintah menjadi pendekatan
harmonis
untuk membangun sistem rantai pasokan basis jaringan. Industri akan mencari tokoh-tokoh di desa yang memiliki kesamaan pandangan untuk memajukan usaha tani tanaman obat tetapi memiliki keterbatasan dalam cakupan pembinaan. Industri akan menjelaskan perlunya mempererat hubungan secara lebih berstruktur dan mendorong para tokoh yang telah mempunyai hubungan dengan petani untuk mewujudkan jaringan. Mengacu pada temuan selama penelitian, memang terdapat tokoh yang peduli terhadap kemajuan usaha tanaman obat petani. Tokoh dimaksud, atas usaha sendiri melakukan pembinaan dalam skala terbatas. Dengan bertemunya pihak dengan visi sama menjadi kekuatan luar biasa untuk pembangunan jaringan. Pemerintah sesuai dengan perannya mengeluarkan kebijakan dalam hal memajukan petani. Adapun empat tahapan strategis pembangunan jaringan dapat dilihat pada Gambar 25 berikut ini. JARINGAN DIMILIKI PETANI
INDUSTRI
PEMERINTAH
TAHAP I PELETAKKAN DASAR ORGANISASI JARINGAN
TAHAP II OPERASIONALISASI
TAHAP III PEMBINAAN
TAHAP IV PENGELOLAAN MANDIRI
Gambar 25 Empat tahapan strategis pembangunan jaringan.
7.1. Tahapan Strategis Pembangunan Jaringan 1. Tahap Pertama : Penetapan dasar organisasi jaringan Tahap pertama menyelesaikan lima bagian pekerjaan penyiapan jaringan yakni: penataan organisasi, keanggotaan, penataan proses, penyiapan fasilitas dan petugas pelaksana. Tujuannya adalah : a. Menghasilkan cetak biru pengorganisasian jaringan dengan menetapkan kewenangan pusat manajemen, kelompok petani, petani anggota dan fasilitator. Mengelompokkan fungsi dan menempatkan pada pelaksana fungsi. Menetapkan garis komunikasi dan bagaimana pemrosesan dan aliran informasi. Pengaturan lingkup keputusan dan bagaimana disebarkan ke setiap anggota untuk mencegah timbulnya konflik internal. b. Menyelesaikan pendeskripsian
hak dan kewajiban anggota,
ruang
lingkup tanggung jawab anggota dan mekanisme koordinasi anggota dan kelompok. c. Menghasilkan keterhubungan proses, dan data kemampuan proses yang sanggup dilakukan oleh anggota, siapa yang akan mengerjakan bagian proses yang mana dan keterhubungan proses satu sama lain. Seluruh prosedur diuraikan dengan jelas, demikian pula penetapan titik kendali dari setiap proses dan menjadi manual organisasi jaringan. d. Mempersiapkan
fasilitas
mencakup
lokasi
kantor
untuk
pusat
manajemen, gudang penyimpanan, lantai pengeringan dan alat bantu kerja lainnya. e. Mempersiapkan petugas pengelola di pusat manajemen jaringan sehingga kegiatan dalam lingkup fungsi hubungan eksternal mulai dilakukan. Peletakkan dasar organisasi pada tahap pertama ini dengan memperhatikan hasil sintesa ISM terhadap sub-elemen struktur dan sistem organisasi pada elemen tujuan. Kejelasan pengorganisasian akan membantu calon anggota membandingkan dan mempelajari apa manfaat yang akan diperoleh bilamana menjadi anggota jaringan. Penjabaran
konsep pada tahap pertama memerlukan kegiatan berpikir secara konseptual sehingga peran pemrakarsa menjadi tinggi. Aktivitas kunci yang dihasilkan dari sintesa ISM yakni survei lokasi, telah mulai dilaksanakan pada tahap pertama sehingga petani anggota dari beberapa daerah sumber pasokan yang telah tergerak bergabung dapat ditempatkan pada kelompoknya. Bersamaan dengan pertambahan jumlah petani bergabung dengan jaringan, fasilitator akan terus mensosialisasikan manfaat berjejaring. Mekanisme penerimaan anggota diatur sebagaimana Gambar 26 berikut ini.
Mulai
Analisis kesediaan petani bergabung tinjauan status saat ini (kontrak)
ya
Potensi lahan, tanaman obat, kondisi ikatan dengan pihaklain
Menolak ?
tidak Analisis kesediaan memenuhi norma organisasi tinjauan sikap dan perilaku
Bersedia ?
tidak
Rujukan norma: integritas, komitmen, kerjasama
Tetap mekanisme dagang/ tidak terikat
ya
Analisis potensi petani andalan, untuk fasiltator
tidak
Pengembangan/ pendampingan
Kompetensi sesuai ?
Kriteria fasilitator
Kepemimpinan, penerimaan lingkungan, pengetahuan
ya
Sesuai ?
ya
tidak
Petani, fasilitator terdaftar
Selesai
Gambar 26 Penerimaan petani anggota jaringan.
Siapa sebaiknya menjadi fasilitator diperoleh berdasarkan informasi dari petugas pemrakarsa industri atau mitra kerja di desa. Fasilitator dimaksud dapat berasal dari petani, tokoh non petani yang memiliki kemampuan mengkoordinasikan kegiatan dan memahami tanaman obat. Apabila setelah dilakukan survei, ternyata tidak terdapat orang yang tepat sebagai fasilitator, maka industri dapat menempatkan petugasnya sementara waktu sambil melakukan pembinaan atau meminta bantuan pemerintah untuk menempatkan petugas berkemampuan guna memfasilitiasi kegiatan kelompok. 2. Tahap Kedua : Operasionalisasi kegiatan Setelah tahap penyusunan organisasi jaringan selesai, maka tahap kedua adalah melaksanakan pengoperasian kegiatan dengan sasaran terselenggaranya proses produksi, pemasaran dan pengendalian keuangan secara tertib dan terkendali. Kinerja pengelolaan operasi dinyatakan dengan tingkat penolakan bahan baku rendah, perolehan harga premium, kesesuaian jumlah produksi dengan serapan pasar guna mencegah bahan baku tertahan di gudang. Perincian ruang lingkup kegiatan pada tahap kedua sebagai berikut : a.
Mencari anggota sehingga mencapai jumlah petani sesuai target.
b.
Melaksanakan sosialisasi secara intensif kepada industri dengan sasaran pengenalan dan perluasan pembeli.
c.
Mengoperasikan transaksi dengan pembeli dan penyaluran bahan baku dalam waktu, jumlah dan tingkat mutu yang sesuai lebih giat dilaksanakan dengan bantuan dari pemrakarsa. Keberhasilan pada tahap ini ditunjukkan dengan kesediaan industri membeli bahan baku yang dipasok.
d.
Melaksanakan pembelajaran anggota dan petugas pusat manajemen jaringan
dalam mengelola organisasi jaringan. Pembelajaran
mencakup perencanaan pengadaan dan pemasaran berdasarkan analisis permintaan dan penawaran, pengambilan keputusan, pengelolaan persediaan, manajemen transportasi dan pembukuan.
e.
Mengalihkan pengetahuan dari petugas pemrakarsa yang memiliki kemampuan pengelolaan kepada fasilitator dan pengelola pusat manajemen jaringan, sehingga secara bertahap peran industri dikurangi.
f.
Mencari akses modal mengingat faktor tersebut menjadi kendala pada pembangunan jaringan sebagaimana hasil sintesa ISM. Terdapat alternatif sumber modal yakni pinjaman bank, pinjaman industri berupa uang muka pembelian bahan baku dan iuran anggota yang jumlahnya ditetapkan oleh organisasi. Jaringan dapat mengusahakan pencarian pinjaman kepada
lembaga pembiayaan
untuk kepentingan anggota. Apabila petani kurang
memiliki
kemampuan melakukan pembayaran iuran anggota secara sekaligus, maka diatur
penempatan uang muka
dalam prosentase yang
disepakati dari total dana penempatan yang ditetapkan. Sisa kewajiban diangsur dari hasil penjualan bahan baku. Pemerintah dapat mengambil peran memfasilitasi kemudahan pinjaman dari pihak pemberi pinjaman. Bilamana dua tahapan strategis telah dikuasai maka peran pemrakarsa dapat berangsur berkurang dan dialihkan pada pengelolaan terkendali yang dilakukan oleh anggota dan pengurus. Guna melaksanakan aktivitas operasional pusat manajemen jaringan,
pekerjaan dikelompokkan menjadi
operasional dan
dua bagian
yakni
keuangan - administrasi umum. Bagian operasional
mencakup kegiatan pokok : 1. pengadaan bahan baku, 2. pembinaan anggota dan 3. pemasaran. Kegiatan pengadaan bahan baku mencakup : perencanaan dan pendataan produksi, penyiapan pasokan, pengendalian mutu dan penyimpanan. Pengaturan arus masuk dan keluar bahan baku dikelola berdasarkan perhitungan saat panen, persediaan bahan baku di gudang dan perkiraan permintaan.
Pembinaan anggota merupakan aktivitas yang dilakukan oleh fasilitator untuk meningkatkan kemampuan anggota dari segi : budidaya, pascapanen dan berorganisasi. Petani diajak untuk berusaha secara profesional dengan mengedepankan komitmen. Kegiatan pemasaran merupakan serangkaian aktivitas perencanaan target pasar, membina hubungan untuk mempertahankan pembeli, melakukan aktivitas pemasaran, dan menyalurkan bahan baku.. Perluasan pasar akan menjadi perhatian guna
memperbesar kemungkinan
menyalurkan pasokan anggota. Desain organisasi yang bertumpu pada peran aktif anggota akan meminimalisir penggunaan pegawai tetap di pusat manajemen sehingga menekan pengeluaran biaya tetap. Bagian keuangan dan administrasi umum mencakup kegiatan pendukung yakni : (1) akunting dan keuangan (2) administrasi dan pengelolaan orang Kelompok keuangan dan administrasi umum akan mengelola aktivitas uang masuk dan keluar, pencatatan keuangan, pengadaan fasilitas organisasi, hubungan dengan lembaga pembiayaan, legalitas dan izinizin, serta pengelolaan tenaga kerja. Pengelola pusat manajemen jaringan adalah manajer yang dibantu oleh petugas pelaksana yang menangani operasional dan pengendalian keuangan. Petugas pelaksana operasional bertanggung jawab memantau pergerakan harga tanaman obat dari berbagai sumber pasokan dan harga jual yang ditetapkan oleh pengumpul dari berbagai daerah, berkunjung kepada kelompok petani dan aktivitas berkaitan pemrosesan permintaan dan pasokan. Petugas pelaksana keuangan bertanggungjawab dalam pengendalian arus kas, pengelolaan fasilitas/ aset lembaga, pembayaran berbagai pihak, pembagian sisa hasil usaha, hubungan dengan lembaga pembiayaan, pengolalaan pelaksana dan buruh kerja. Manajer, bertanggung jawab atas pencapaian kinerja jaringan ditinjau dari keterlibatan anggota, perolehan pendapatan organisasi, dan penjualan / penyaluran bahan baku kepada pihak industri. Manajer
memastikan bahwa perencanaan dan pengendalian staf di bawahnya berjalan dengan baik. Melalui kemampuan berkomunikasi, terdapat kemungkinan diperoleh dana bantuan ataupun pembinaan bekerjasama dengan agroindustri farmasi, departemen teknis atau pemerintah daerah setempat. Setiap individu dapat menjadi manajer dengan syarat memenuhi kelayakan kompentensi generik, teknikal dan manajerial. Manajer digaji dengan standar upah minimum regional ditambah dengan
tunjangan
jabatan.
Tenaga
pelaksana
diperhitungkan
mendapatkan upah setara dengan upah minimum regional. Bilamana kegiatan jaringan berkembang, dimungkinkan derajad bagian operasional yang dipimpin oleh seorang kepala bagian operasional dan tidak sekedar seorang staf dengan cakupan tanggungjawab yang lebih luas dalam pensupervisian. Mekanisme pengkoordinasian kegiatan dilakukan melalui pertemuan reguler pusat manajemen dengan fasilitator sehingga senantiasa dapat disampaikan kondisi pasar tanaman obat. Pada tahap ini, pemrakarsa memperkenalkan cara menilai kinerja jaringan secara kuantitatif yang mencakup kinerja : pemasaran, keuangan, operasional / proses internal, dan pembelajaran. 3.
Tahap ketiga : Pembinaan Jaringan Sasaran pada tahap ini adalah memperbaiki fungsi jaringan yang dinilai belum efektif, tercapai pengelolaan operasional berupa kapasitas produksi dan mutu produk, kinerja hubungan antar anggota dan perubahan perilaku anggota. Anggota didorong untuk menganalisis rantai proses yang belum menunjukkan kinerja sebagaimana diharapkan, menilai kembali anggota yang belum terlibat aktif, dan koordinasi yang masih belum berjalan sebagaimana diharapkan. Permasalahan di lapangan dianalisis di dalam kelompok untuk dicari solusinya. Berapa lama tahapan ketiga ini berlangsung, tergantung dari kemajuan pembentukan kelompok dan kemandirian pengelola.
Bilamana target pada tahap ketiga tercapai, menjadi tanda bahwa perangkat organisasi siap memasuki tahap keempat yakni pengelolaan mandiri dimana keterlibatan industri diganti dengan partisipasi anggota dan pengelola pusat manajemen. Kehadiran industri hanya dilakukan dimana diperlukan dan bertindak sebagai konsultan organisasi. Dalam kegiatan jaringan yang melibatkan banyak individu, diperlukan pengambilan keputusan yang tepat dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Lingkungan bisnis yang berubah cepat sering memerlukan keputusan lebih cepat, yang dapat berakibat pada mutu pengambilan keputusan (Turban, Aronson dan Peng Lian, 2005). Pengambilan keputusan semakin kompleks bilamana melibatkan beberapa orang di dalam kelompok. Area pengambilan keputusan dibagi menjadi dua yakni keputusan strategis dan teknis sebagai berikut : a. Keputusan teknis operasional adalah keputusan yang diambil oleh kelompok mencakup cara bagaimana anggota berkontribusi dan bagaimana
pelaksanaan
teknis
diselenggarakan
mencakup:
budidaya dan usaha tani, pengelolaan aktivitas, mekanisme pemecahan masalah anggota dan berpendapat. Dengan bantuan fasilitator, keputusan teknis dikelola sejalan dengan keputusan yang ditetapkan oleh pusat manajemen jaringan. b.
Keputusan strategis berada pada pusat manajemen jaringan mencakup : pemasaran, pengembangan usaha, keorganisasian, dan pemberdayaan anggota dengan cakupan yang lebih luas untuk kepentingan seluruh anggota. Keputusan strategis akan menjadi anutan dari seluruh anggota. Bagan di bawah ini akan menunjukkan bagaimana dua keputusan ditetapkan oleh lembaga jaringan.
Mulai
Analisis persaingan
Analisis Kebutuhan
Lingkungan Industri dan Jauh
- pergerakkan permintaan
- pergerakkan harga - pendekatan pesaing - jumlah pesaing
- pergerakkan harga industri - perkembangan pasar agroinidustri
Analisis pengadaan nasional
- peraturan - inflasi - suku bunga
Analisis faktor pendukung
- pasokan desa - nasional - produksi petani non anggota - prediksi stock
- ketersediaan gudang - kemungkinan dana pinjaman - penyediaan buruh
KEPUTUSAN STRATEGIS Rujukan (1). Total ped pengumpul, Jml
serapan tan obat, harga beli. (2). Total permintaan industri. (3). Harga beli AIF (Ai Mancur, Sidomuncul, Nyonya Meneer Jago) (4). Suku bunga kredit. Tkt inflasi (5), Sewa,lokasi, luas gudang, biaya buruh.
tidak Data lengkap ya Kebijakan pembelian,tingkat kualitas dan harga
tidak
Harga sesuai Jumlah stock gudang Jumlah penyaluran ya - Keputusan harga - Kebijakan produk (jenis, tingkat mutu, pasokan) - Jumlah pembelian
Penetapan lokasi penyimpanan
tidak
Kapasitas ? Sewa < /= batas ?
KEPUTUSAN OPERASIONAL
ya
Lokasi gudang, FIFO
Selesai
Gambar 27. Skema pengambilan keputusan jaringan
4. Tahap keempat : Pengelolaan Mandiri Tanggung jawab pengelolaan jaringan pada tahap ini telah diserahterimakan kepada petani. Dengan demikian rekayasa rantai pasokan berbasis jaringan yang dimiliki sepenuhnya oleh anggota terwujud. Indikator jaringan siap berada pada tahap pengelolaan mandiri ditunjukkan dengan: 1. kemampuan pengelolaan sepenuhnya dilakukan oleh petani, fasilitator dan pengurus, 2. proses bisnis berjalan, 3. pengelolaan administrasi terpenuhi, 4. cara petani beraktivitas telah tepat. Kondisi dimana kegiatan rutin berjalan sesuai proses bisnis dengan tingkat kesalahan rendah menunjukkan proses pembelajaran telah berjalan baik. Aktivitas kerja jaringan yang berada dalam tanggung jawab masing-masing bagian mengikuti
proses bisnis sebagaimana
diterakan pada gambar 28. Masing – masing penanggung jawab bagian melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dalam proses bisnis.
kegiatan
Kegiatan pemasaran
Manajer
Industri Lembaga teknis
Pelaksana operasional
Kegiatan Sosialisasi
Pusat penyimpanan data
Petani anggota
Evaluasi pencapaian
Penyaluran
Penyimpanan
Pengolahan
Pembelian
Perencanaan pengadaan b.baku
Perkiraan kebutuha n bahan baku
Pembinaan petani
Kegiatan operasi Pengadaan fasilitas pergudangan, transportasi Penyediaan buruh operasional Keuangan/ dana operasi
Staf akunting dan administrasi umum
Kegiatan pendukung
Gambar 28 Kegiatan operasi pusat manajemen jaringan. Keberhasilan jaringan diukur dari : a. keuntungan, arus kas, b. pertumbuhan permintaan, c. tingkat penolakan produk, d. umur keanggotaan dan e. tingkat kepuasan pelanggan. Tolok ukur tersebut merefleksikan kemampuan operasional jaringan memuaskan pembeli industri, maupun memenuhi komitmen organisasi memberikan nilai lebih bagi anggota dalam wujud kepuasan, pembinaan dan kemajuan. Efektivitas pengelolaan diwujudkan dari seberapa cepat permintaan pasok bahan baku dapat dipenuhi kepada pembeli. Dalam pemenuhan
permintaan
pasokan,
tenggang
waktu
(lead
time)
diperhitungkan secara seksama dengan menganalisis waktu pengalihan permintaan kepada masing-masing anggota, melakukan pengumpulan bahan baku dan memproses sesuai persyaratan yang diminta. 7.2. Kepemilikan Jaringan Pada tahap awal pembangunan, jaringan tidak dipusingkan dengan pemilihan hukum usaha. Terdapat tiga jenis badan hukum usaha yang dikenal di Indonesia yakni : 1) usaha swasta, 2) badan usaha pemerintah dan 3) koperasi (Hendrajogi, 1998). Esensi berjejaring lebih mengedepankan bagaimana hubungan pemasok-pemasok. Jaringan diharapkan segera beroperasi tanpa terkendala oleh persyaratan legalitas. Jaringan menempatkan anggota sebagai pemilik, dimana salah satu alternatif memperoleh modal adalah dari anggota. Setoran modal diatur agar tidak terjebak pada pemusatan modal sehingga dikhawatirkan mempengaruhi keputusan. Dengan demikian, modal saham anggota tidak dipindahtangankan dengan tujuan mendorong anggota petani bersungguh-sungguh berhimpun di dalam jaringan. Atas dasar ini pula diharapkan jaringan menjadi kuat. Setoran modal anggota merupakan tanda keikutsertaan sebagai anggota. Modal tersebut tidak dihitung untuk mendapatkan manfaat atau nilai deviden. Pengaturan-pengaturan dalam hal permodalan dan pengelolaannya diperlukan sehingga memberikan kepastian. Modal saham diatur tidak dapat ditarik untuk satu masa, yang lama masa tersebut ditetapkan dalam rapat pengurus terutama bagi anggota yang bermaksud mengundurkan diri. Jaringan berazaskan manfaat pada anggota dimana masing-masing bertanggungjawab atas bagian yang disanggupi,
berpartisipasi dan
menyumbangkan kemampuan untuk keberhasilan organisasi. Pengelola pusat manajemen akan menetapkan kebijakan dasar, visi dan misi organisasi dan pengendalian operasional secara menyeluruh. Tenaga pengelola di pusat manajemen ditetapkan oleh anggota. Pengelola berasal dari petani, kemungkinan sulit diperoleh pada tahap pertama dan kedua langkah strategis. Alternatif pertama untuk mengatasi kendala tenaga pengelola dilakukan dengan menarik tenaga profesional yang
dapat mengelola jaringan. Alternatif kedua, memperoleh tenaga pengelola yang berasal dari pemrakarsa industri. Kelanjutan dari pemakaian tenaga profesional sebagai pengelola pusat manajemen dapat diputuskan oleh anggota. Pengambilan keputusan strategis dan penetapan rencana tahunan akan menemui kesulitan apabila melibatkan seluruh anggota mengingat domisili anggota yang berjauhan. Pemecahannya dilakukan dengan mewakilkan suara anggota kepada anggota lain atau fasilitator. Kebijakan sisa hasil usaha akan ditetapkan berdasarkan masukan anggota. Distribusi sisa hasil usaha akan terdiri dari keuntungan jaringan setelah disisihkan dana cadangan untuk menghadapi paceklik atau resiko penurunan
penjualan,
sejumlah
prosentase
tertentu
untuk
tujuan
pengembangan. Apabila jaringan menderita kerugian, maka ditetapkan alokasi tanggungan anggota. Bilamana terjadi pembubaran, maka modal saham yang telah disetorkan sejauh masih dimiliki sisa, dikembalikan kepada anggota secara proporsional. Biaya operasional bagi fasilitator disiapkan berasal dari biaya pengelolaan yang dicadangkan untuk setiap kilogram bahan baku sebesar Rp 20,- Adapun alokasi insentif bagi pengelola jaringan disisihkan berasal dari biaya transaksi sebesar Rp 15,- per kilogram. 7.3. Persyaratan Implementasi Jaringan
memerlukan
persyaratan-persyaratan
agar
dapat
diimplementasikan. Keberhasilan penerapan sistem dipengaruhi oleh faktor lingkungan usaha dan kemungkinan penghambat internal. Sesungguhnya, apapun bentuk usaha memerlukan komitmen pemerintah dalam memberikan kemudahan dan keamanan berusaha, prasarana, sarana, dan paket kebijakan yang mendorong kemajuan usaha, dan pemihakan kepada kalangan petani. Lingkungan industri merupakan faktor yang sangat dekat dengan kelangsungan hidup petani tanaman obat. Ekspansi industri akan memberikan dampak pada peningkatan volume produksi yang pada akhirnya mendorong permintaan bahan baku. Sebaliknya kesulitan pemasaran dan hambatan
perluasan usaha industri memberikan dampak negatif kepada petani. Untuk dapat menyejahterakan petani jaringan terlebih dahulu berhasil secara usaha. Persyaratan yang diharapkan terpenuhi dalam membangun rantai pasokan berbasis jaringan adalah : 1. Respon industri Keberhasilan
mewujudkan
jaringan
dan
pengoperasiannya,
memerlukan respons industri, dalam bentuk kesediaan menjalin kemitraan dengan jaringan. Dampak dari kesediaan bermitra akan menghasilkan keputusan pembelian bahan baku dengan harga terbaik disesuaikan dengan tingkat mutu bahan baku. Harapan kepada industri agar jaringan dapat diimplementasikan adalah : a. memiliki visi membangun usaha agroindustri farmasi yang kuat, dan menempatkan petani sebagai aktor penting di dalam manajemen sumber bahan baku. b. komitmen memberikan informasi kebutuhan bahan baku. c. tidak memutuskan kontrak secara sepihak dan bersedia memberikan pembinaan. d. melakukan pembayaran tunai terhadap pembelian bahan baku bahkan bilamana dimungkinkan membayar uang muka pembelian bahan baku yang dapat dipergunakan sebagai modal kerja jaringan minimal pada tahap pertama dan kedua dari empat tahapan strategis. e. melakukan transaksi secara wajar dan tidak melakukan penekanan yang bersifat oportunistik. Harga sebagai instrumen penentu transaksi dicapai bilamana keduabelah pihak saling terbuka dan mencapai titik temu untuk kepentingan bersama. Dalam hal penetapan harga beli, kedua belah pihak sebaiknya mencapai kesepakatan harga pembelian bahan baku untuk jangka tertentu. Mengingat harga tanaman obat cenderung berfluktuasi maka pada saat harga bergerak naik di luar kesanggupan pembeli, industri dan jaringan dapat melakukan kesepakatan perubahan harga baru yang tidak merugikan industri. Sebaliknya, bilamana harga bergerak turun, maka
dapat disepakati pada tingkat harga sebagaimana ditetapkan
sebelumnya atau terdapat keputusan lain yang saling tidak merugikan. Peluang penyesuaian harga meningkat atau menurun dapat dibicarakan pada saat pertemuan penetapan harga beli yang pada prinsipnya adalah keterbukaan kedua belah pihak dan mempunyai komitmen penyelesaian terbaik sehingga tumbuh secara sehat. 2. Dukungan pemerintah Keterbatasan membutuhkan
kemampuan
kehadiran
petani
pemrakarsa
membangun
industri
dengan
jaringan, dukungan
pemerintah. Pemerintah membantu jaringan dalam : 1. penyuluhan atau pembinaan kepada petani tanaman obat melalui dinas terkait. 2. mendorong lembaga pembiayaan memberikan kredit bagi kepentingan usaha tani tanaman obat 3. perbaikan infrastruktur, dan menjamin kemudahan sarana produksi . 4. bekerjasama dengan balai penelitian melakukan penyuluhan budidaya. 5. konsistensi
peraturan
yang
melindungi
konsumen
terhadap
agroindustri farmasi ilegal yang tidak dijamin keamanan produknya sehingga merusak citra produk secara keseluruhan. 6. mengalokasikan lahan bagi pengembangan tanaman obat dengan memberikan peluang petani mengolahnya. 7. memasukkan pengembangan usaha tanaman obat sebagai kebijakan strategis yang layak mendapatkan dukungan dari DPRD terutama di kabupaten-kabupaten sumber pasokan.. 3. Respon petani anggota Keberhasilan jaringan bertitiktolak pada partisipasi anggota. Tokoh panutan akan mendorong petani menjadi
anggota dan memberikan
komitmen memasok tanaman obat. Lahan petani yang terbatas dengan luas rata – rata 0.3 hektar per petani, bilamana disatukan dalam kelompok dapat diubah menjadi lahan satu hamparan lebih luas sehingga terjadi
efektivitas kegiatan melalui berbagi informasi dan perencanaan budidaya terpadu. Diasumsikan petani memiliki komitmen mengikuti cara berbudidaya yang tepat dan terdorong meningkatkan pengelolaan usaha tani. Untuk mencapai hal dimaksud dipersyaratkan kesediaan petani : 1. mematuhi prosedur organisasi jaringan dan tata laksana teknis operasional yang ditetapkan 2. aktif dalam kegiatan bagi kepentingan kelompok 3. berkomitmen mengembangkan diri 4. berkontribusi membentuk hubungan kerja antar anggota dan dengan pusat manajemen jaringan, mencegah kemungkinan persaingan usaha tidak sehat dari pihak ekseternal dan 5. bersedia menyerahkan bahan baku dengan waktu pembayaran menunggu dari penerimaan pembayaran dari industri.
4. Lembaga Pembiayaan Lembaga pembiayaan yang berasal dari
institusi perbankan,
lembaga pembiayaan mikro maupun non perbankan seperti perusahaan milik negara pembina unit usaha kecil menengah, bersedia memberikan pinjaman modal kerja bagi keperluan petani anggota atau jaringan. Melalui intervensi pemerintah diharapkan lembaga pembiayaan bersedia memberikan kredit dengan surat kontrak pembelian dari industri. Kredit bank ditujukan untuk modal investasi dan modal kerja. 7.4. Kekuatan dan Keterbatasan Jaringan Rekayasa sistem rantai pasokan berbasis jaringan memperkaya studi tentang manajemen rantai pasokan, dengan mengkonkritkan tinjauan hubungan di dalam jaringan melalui tatakelola berdasarkan kekuatan pembagian proses dan pembelajaran. Berhimpunnya petani dengan berorientasi kepada kebutuhan pembeli mendorong perhatian seksama akan mutu proses sebagaimana telah dihasilkan dari penerjemahan Quality
Function Deployment. Kemampuan untuk menghasilkan lebih baik, akan berimplikasi pada harga beli yang lebih tinggi. Kekuatan jaringan bertumpu pada kontribusi aktif dan bukan berdasarkan hubungan atas-bawah yang kaku. Kumpulan petani ini akan menghubungkan beragam kemampuan pembudidayaan tanaman obat, menyatukan proses dan menembus batas desa sehingga jenis tanaman obat yang berhasil dikumpulkan akan beragam. Melalui jaringan yang dimiliki petani, akan menjadi sarana pemberdayaan petani untuk memiliki kekuatan yang mampu berinteraksi dan melakukan negosiasi dengan
lembaga-
lembaga usaha lainnya. Namun, selain kekuatan sistem sebagaimana diuraikan diatas, jaringan memiliki keterbatasan yakni : 1.
Jaringan bekerja dengan jumlah petani dengan kesanggupan memasok sampai batas BEP (lihat bab VIII). Pasokan disalurkan kepada pembeli tanpa jeda waktu atau masa tunggu. Kondisi ini penting karena berakibat perubahan mutu atau terjadi penyusutan berat.
2.
Semua batasan atau asumsi bekerja dengan tepat. Kegagalan perkiraan kerusakan panen, resiko rusak pengolahan maupun penyimpanan menjadi peluang ketidaksanggupan memenuhi komitmen pasokan dan pada akhirnya mengurangi kepercayaan. Dengan demikian, setiap kali perubahan dua asumsi tersebut akan berpengaruh pada perhitungan pendapatan jaringan secara keseluruhan.
3.
Jaringan mengandalkan kehadiran fasilitator dan telah diasumsikan terdapat figur dimaksud, dan bilamana belum ada diatur dengan kehadiran fasilitator dari pemrakarsa sambil secara bertahap dilakukan pembinaan menjadi fasilitator.
4.
Jaringan bertumpu kepada
industri sebagai pemrakarsa sekaligus
pembeli. 5.
Jaringan bekerja dengan asumsi, petani memegang nilai integritas, kebersamaan dan komitmen sudah menyatu pada diri petani selaku anggota. Sistem tidak memasukkan resiko pembelotan petani atau tindakan tidak terpuji dengan melanggar komitmen. Jaringan tidak
memasukkan perhitungan resiko terjadi pengalihan lahan untuk dipergunakan menanam tanaman lain selain tanaman obat. 6.
Seluruh perhitungan semata dengan menggunakan pengalihan tanaman obat segar menjadi bahan baku irisan kering dan belum dengan variasi jenis lainnya.