BAB VII RANCANGAN PENELITIAN KOMPARATIF 7.1.
PENDAHULUAN Bab VII ini menguraikan model penelitian komparatif dan memberikan contoh
bagaimana usulan penelitian yang dilakukan oleh karya siswa Pasca Sarjana UGM. Bab VII memberikan penjelasan tentang langkah-langkah dan mengapa penelitian komparatif dilakukan? Karena kesamaan-kesamaan pandangan dua orang filsuf mengenai
persoalan
yang
sama,
dilain
pihak
muncul
perbedaan-perbedaan
pandangan terhadap tentang masalah yang diteliti. Peneliti perlu mernbersihkan pandangan-pandangan yang berbeda tersebut, untuk mendapatkan kejelasan dan membandingkan pandangan dan filsuf tersebut. Kemudian mencari keunikan diantaranya, masa, dan pengaruhnya terhadap peradaban ketika filsuf itu hidup dan pengaruhnya sampai sekarang. Tujuan Instruksional Khusus 1. Dapat menjelaskan latar belakang, objek material dan objek formal dalam penelitian komparatif, memilih judul dan merumuskan masalah penelitian komparatif. 2. Dapat menjelaskan kegunaan dan pentingnya penelitian komparatif. 3. Dapat melakukan penelurusan pustaka. 4. Dapat mengemukakan landasan teori dan hipotesis. 5. Dapat menjelaskan metodologi yang digunakan dan cara pengumpulan data primer dan sekunder. 6. Dapat melakukan analisis data dan hasil; penelitian filsafat model komparatif. Judul Penelitian: Tahap awal dari penelitian komparatif adalah judul yang diajukan, dalam hal ini contohnya adalah usulan penelitian yang diajukan oleh Ida Sukowati karya siswa Ilmu Filsafat, Program Pasca Sarjana UGM tahun 1999/2000, NIK 13043/IV-9/134/99. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Filsafat, berjudul sebagai berikut:
“REFLEKSI FILSAFAT KONFUSIANISME DALAM KON SEP GIRl - NINJO” Setelah menemukan judul yang sesuai dengan persoalan yang diminati oleh peneliti maka perlu dikemukakan latar belakang masalah yang berisikan objek material dan objek formal. Maksudnya adalah agar pembaca mengetahui titik tolak tentang apa yang diteliti dan dari sudut pandangan-pandangan apa? Menurut Bakker dan Charris (1990) dalam penelitian komparatif ini akan dibandingkan pandangan dua (atau lebih) filsuf atau aliran. Mungkin kedua pandangan dekat, dalam satu aliran; atau lebih jauh, dalam satu tradisi; mungkin juga mereka ditemukan dalam dua tradisi yang jauh berbeda seperti timur dan barat. Mungkin perbandingan dilakukan mengenai salah satu masalah (misalnya Fell, Heidegger and Srtre on Place); mungkin juga mengenai salah satu bidang, misalnya etika. Kemudian yang dibandingkan mungkin merupakan pertentangan atau kontras; mungkin mereka sangat serupa; mungkin juga mereka dalam satu perspektif, dengan yang pertama masih mencari jalan, dan kedua berpikiran lebih mantap dan lebih definitif. Untuk mengetahui lebih lanjut marilah kita lihat bagaimana upaya Ida Sukowati memenuhi persyaratan tersebut: 7.2.
LATAR BELAKANG MASALAH
Konsep Giri — Ninjo ini memang baru berkembang setelah seorang pemikir besar dari masa Meiji yang bernama Fukuzawa mencoba untuk memperlihatkan suatu perpaduan antara nilai-nilai lama dan baru, dan ia juga memberi tanggapan kritis terhadap nilainilai tersebut. Fukuzawa adalah seorang pemikir Jepang yang pikirannya banyak dipengaruhi cendekiawan Kong Hu Cu Ito Jinsai (Ito Jinsai hidup antara 1672-1705 adalah seorang filsuf aliran Konfusianisme). Oleh karena itu tidak mengherankan jika akhimya konsep nilai Giri — Ninjo yang berpangkal pada filsafat Bushido juga banyak dipengaruhi pemikiran-pemikiran kefilsafatan Konfusius. Fukuzawa sendiri dikenal sebagai
filsuf
yang
amat
menghargai
nilai-nilai
tradisionalnya,
menjadikan
Konfusianisme sebagai acuan berpikir, yang justru memperkaya nilai Giri — Ninjo tadi (Yukichi, Fukuzawa, 1983: 19). Kebesaran Fukuzawa sebagai pemikir menjadikan ajaran-ajarannya bisa berakar kuat hingga saat ini. Bahkan akhirnya konsep nilai Giri — Ninjo berakar pada filsafat Bushido ini punya peranan yang amat besar dalam menyokong kemajuan Jepang saat mi, dan sudah menjadi jiwa bangsa Jepang (Inaza — Nitobe, 1980). Berdasarkan latar belakang di atas adalah sangat menarik untuk dicermati apa sebenarnya yang bisa menjadikan Jepang begitu maju, tanpa harus kehilangan
konsep-konsep tradisionalnya. Dan seberapa jauh sebenarnya peranan sebuah konsep nilai tradisional tadi dalam proses modernisasi suatu bangsa. Apakah hal itu mungkin diterapkan di Indonesia, mengingat adanya kesamaan latar belakang budaya? Perumusan Masalah: Atas dasar permasalahan di atas maka penelitian berobjek material filsafat Konfusianisme dan konsep moral Giri — Ninjo yang terdapat dalam Bushindo. Titik pusat minat penelitian ini adalah tentang konsep Giri — Ninjo yang terdapat dalam Bushindo yang telah mengakar dalam budaya Jepang. Sedang objek formal penelitian ini adalah hakikat perbuatan dalam Giri — Ninjo tersebut. Menurut Bakker dan Charris 1990 dalam objek formal dalam model penelitian komparatif
menyangkut
pandangan-pandangan
filosofis
hal
tersebut
berarti:
menyangkut visi-visi mengenai hakikat manusia, dunia dan Tuhan, dan mengenai norma-norma yang terletak di dalamnya. Diteliti pula argumen-argumen mereka yang khas. Namun khususnya penelitian menelaah kesamaan dan /atau perbedaan mereka dalam hakikat norma dan argumentasi tersebut. Berdasarkan objek material dan objek formal tersebut Ida Sukowati merumuskan permasalahan penelitiannya sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh Konfusianisme terhadap konsep Giri — Ninjo dalam Bushido, sebagai salah satu ajaran moral yang dikembangkan dari budaya dan agama rakyat Jepang? 2. Apakah kandungan nilai essensial yang terdapat dalam konsep Giri — Ninjo dalam Bushiso setelah mendapat pengaruh filsafat konfusianisme? 3. Benarkah konsep Giri — Ninjo dalam Bushido saat ini merupakan nilai dasar yang essensial yang telah menerima nilai baru yang kemudian di Jepangkan? 4. Bagaimanakah bentuk implementasi nilai Giri-Ninjo dalam kehidupan manusia Jepang
terjabarkan
dalam
realitas
sosial
terutama
lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu, teknologi dan industri. 5. Sejauhmana kedudukan konsep Giri-Ninjo dalam masyarakat Jepang dan surnbangannya terhadap modernisasi Jepang? Tentu muncul pertanyaan bagi kita apa syarat-syarat yang harus dipenuhi penelitian dengan model komparatif ini dapat dipertangungjawabkan?
Bakker dan Charris 1990 menyebutkan bahwa pandangan itu representatif bagi suatu cara berpikir. Dalam pikiran mereka ditemukan salah satu (atau beberapa) masalah yang common, yang mereka telaah keduanya. Masalah itu pada mereka semua berkedudukan agak netral. Menurut saya Romo Bakker menggunakan istilah representatif maksudnya adalah mewakili dan istilah common dimaksudkan adalah dapat diterima. Selanjutnya dalam suatu usulan penelitian dipersyaratkan keaslian penelitian. Dalam hal ini Ida Sukowati mengemukakan bahwa usulan penelitiannya menitik beratkan pada kajian fenomena sosial budaya yang berupa tindakan Giri-Ninjo seseorang, sekelompok orang atau bangsa. Fenomena ini berakar pada pemikiran Konfusianisme, Bushido dan agama rakyat Jepang Shinto. Keaslian penelitian ini menurut Ida Sukowati dapat dipertanggungjawabkan hal ini didukung pula dengan tiadanya karya khusus mengenai Giri-Ninjo. Justru hal inilah yang menjadi pertanyaan bagi kita darimana muncul istilah Giri-Ninjo? Belum ada penjelasan dari peneliti. Dan apa manfaat penelitian ini sesungguhnya? Manfaat Penelitian Giri-Ninjo ini menurut Ida Sukowati manfaat keilmuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar dapat memperluas cakrawala filsafat dan khasanah ilmiah filsafat terutama tentang Filsafat Timur khususnya Filsafat Jepang. Filsafat Jepang sebagaimana Filsafat Timur lainnya berbeda dengan Filsafat Barat yang tradisi ilmiahnya telah dimulai sejak Yunani Kuno. Filsafat Jepang memang tidak muncul kepermukaan, tetapi kandungan nilai filosofisnya mampu membuat Jepang tetap sebagai Jepang sekalipun telah melakukan restorasi di segala bidang. Manfaat penelitian ini bagi pembangunan Indonesia adalah mencari relevansi konsep Giri-Ninjo di Jepang bagi pembangunan sikap mental yang bertanggung jawab di Indonesia. Dalam manfaat penelitian ini Ida Sukowati belum mengungkapkan tentang keterbatasan. masing-masing tradisi (Bakker dan Charris 1990) demikian juga perlu didobrak tembok pemisah dan prasangka-prasangka antara aliran-aliran dan tradisi pemikiran, agar diperoleh pemahaman-pemahaman brnilai dan masing-masing tradisi bagi pemecahan masalah yang umum bagi semuanya (Thompson 1983:4; dikutip Bakker dan Charri 1990). 7.3.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian Giri-Ninjo ini oleh Ida Sukowati disebutkan:
1. Menyusun unsur-unsur dan merumuskan nilai Giri-Ninjo dalam filsafat Budhiso Konfusianisme. 2. Menguak nilai esensial Giri-Ninjo setelah mendapat pengaruh Konfusianisme. 3. Membuktikan bahwa konsep Giri-Ninjo merupakan nilai dasar yang esensial yang telah memperoleh tambahan nilai baru yang kemudian di Jepangkan serta merumuskan nilai-nilai tersebut. 4. Penelitian ini hendak mengungkapkan dan menetapkan makna konsep GiriNinjo sebagai hasil telaah terhadap pandangan hidup bangsa Jepang yang terungkap dalam ajaran asli dan agama rakyat bangsa Jepang, yang diyakini melandasi moral Budhiso. 5. Penelitian ini hendak mehihat implementasi nilai Giri-Ninjo yang terjabarkan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan. 6. Penelitian ini mencoba untuk melihat kedudukan konsep Giri-Ninjo dalam masyarakat Jepang dan sumbangannya terhadap proses modernisasi jepang. Dalam tinjauan penelitian Bakker dan Charris (1990) mengemukakan bahwa dalam komparasi selalu memberikan pengertian baru, sebab garis-garis masingmasing pandangan tampak dengan jelas dan tegas. Menurut penulis untuk bisa tegas dan jelas tentu harus ada tolok ukur, dalam pendekatan hermeneutika tolok ukurnya adalah intersubjektifitas. Dengan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah filsafati sasaran penelitian ini dapat berbeda menurut beberapa tahap yaitu; 1) deskripsi, 2) evaluasi kritis, 3) sintesis, dan 4) pemahaman kreatif. Deskripsi hanya menampakkan kesamaan dan perbedaan mereka, baik yang tampak dalam istilah, pendekatan, argumentasi, segi perhatian, maupun yang lebih mendalam mengenai asumsi dasar, orientasi berpikir. Evaluasi kritis dalam perbandingan diperlihatkan kekuatan dan kelemahan masing-masing pandangan; diberi evaluasi justru dengan memperbandingkannya. Misalnya dengan menampakkan keterbatasan pandangan yang satu, dapat lebih ditunjukkan kekuatan dan relevansi pendapat lainnya (Thompson 1983:4) tentunya dengan adanya pembanding (tolok) ukur dalam hal ini adalah intersubjektifitas filsafati. Sintesis yaitu dengan memberikan kritik atas kedua pandangan juga dikernbangkan suatu pandangan lebih menyeluruh, yang merupakan alternatif baru, dan yang mensitesakan kekuatan-kekuatan pandangan yang dibandingkan (kemudian menjadi model sistematis refleksif).
Pemahaman kreatif yaitu dalam tabrakan ide-ide yang terjadi dengan membandingkan pandangan-pandangan tersebut, terjadi suatu pendobrakan baru menuju pandangan serba baru, dengan dasar lain, dan dengan titik pangkal lain sama sekali. Tentu
bagi
kita
apa
yang
dimaksud
oleh
Bakker
tersebut
sangat
membingungkan apabila kita tidak mengetahui latar belakang pemikiran beliau tentang metode. Apa yang dimaksud beliau sangat umum sekali dapat diterapkan kepada penelitian tentang apa saja. Untuk penelitian diluar filsafat membutuhkan definisi operasional atas pengertian yang dimaksud. Oleh karena itu peranan tinjauan pustaka sangat penting sekali untuk menjelaskan dan mencari dukungan atas persoalan yang diajukan apa yang menjadi tujuan penelitian. Bagaimana penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh Ida Sukowati marilah kita ikuti. 7.4.
TINJAUAN PUSTAKA
`
Ida Sukowati menulis bahwa filsafat yang ada dalam budaya Jepang kemudian
muncul dalam etika Jepang, dan terpelihara baik sejak awal Jepang hingga kini. Dimana nilai-nilai moral yang dilembagakan dalam Bushindo, salah satu nilai moral Bushindo adalah Giri-Ninjo yang merupakan salah satu kewajiban moral yang terdapat dalam kehidupan sosial bangsa Jepang dan yang langka ditemukan dalam kehidupan social bangsa lain (Benedict, 1967)... Awalnya Bushindo dimana terdapat konsep GiriNinjo memang muncul atas kebutuhan praktis bagi para prajurit Samurai tetapi sudah menjadi moral manusia Jepang. Sistem nilai Jepang berkembang sejak masyarakat tradisional. Masyarakat tradisional ini dicirikan dengan kehidupannya yang sangat didasari nilai-nilai religi, baik dalam kehidupan masyarakat maupun keluarga. Hana yang khas bagi masyarakat Jepang adalah kehidupan kelompok, dan kehidupan masyarakat pada dasarnya dipengaruhi oleh agama. Di Jepang agama merupakan sumber nilai-nilai (Fukuwaza Yukicchi, 1985:220) dalam hidup masyrakat. Menjadikan nilai-nilai agama dan ukuranukuran moral tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Menyembah kepada matahari, hormat pada arwah orangtua, hormat kepada kaisar, taat pada orang tua serta mereka yang memegang kekuasaan (loyalitas) adalah bagian dari kewajiban seseorang. Ukuran nilai-nilai Jepang didasarkan atas sikap hormat kepada otoritas luar, otoritas raja, otoritas orang tua, dan tradisi (Titus dan kawan-kawan, 1984:49 1).
Konsep nilai Giri-Ninjo sebagai nilai hubungan antar personal (interpersonal value) berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa meskipun konsep ini ditemukan dalam kehidupan dalam kasus hubungan insani, namun fungsinya tidak sedominan seperti dalam struktur masyarakat dan kebudayaan Jepang (penelitian ini dilakukan oleh Satoshi Ishii (1987) kepada beberapa mahasiswa di tiga lokasi yaitu Jepan, Hawai, Guam). Dan konsep Giri-Ninjo sebagaimana konsep nilai yang lain dalam masyarakat Jepang harus dimiliki atas dasar otoritas, sehingga anggota masyarakat berkewajiban merealisasikan dalam kehidupan sehari -hari. Nilai Giri-Ninjo tampaknya dikembangkan berdasarkan filsafat Konfusianisme, hal ini terlihat dari penerapannya yang tidak lagi mengacu kepada perilaku yang bersifat kolektif, dan yang lebih penting lagi konsep Giri-Ninjo ini mengacu kepada suatu otoritas moral (Creel, HG 1980). 7.5.
LANDASAN TEORI Atas dasar tinjauan pustaka itu Ida Sukowati mengajukan landasain teori
sebagai berikut: Setiap pengaruh akan selalu membawa perubahan. Tentu saja perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang berupa sikap, sifat, dan keadaan ke arah lain yang diharapkan. Terjadinya perubahan selalu disebabkan adanya suatu kekuatan dari luar maupun kekuatan dari dalam. Dan dalam hal ini nilai Giri-Ninjo juga demikian. Kebutuhan dan kesadaran akan perlunya suatu nilai yang immanen yang tetap bisa menempatkan nilai itu sesuai fungsinya dalam kehidupan yang amat global ini, menjadikan Giri-Ninjo sebagai suatu nilai yang dikembangkan kepada sekelompok Samrai dalam Bushido yang cenderung mengacu kepada gagasan untuk bersikap patuh yang feodal dan personal berkembang menjadi sebuah nilai yang lebih mengacu kepada prinsip moral untuk hidup dalam suatu kelompok. Dan tidak sekadar sebagai suatu nilai yang muncul karena kepentingan prajurit, tetapi sudah menjadi nilai yang menyebar dalam semua tatanan hidup bermasyarakat. Ini adalah perubahan yang didorong dan faktor internal, sementar faktor eksternal adalah kebutuhan untuk menyesuaikan nilai-nilai itu dengan konsep nilai yang masuk dan luar yang dianggap mampu memperkaya nilai yang sudah ada, di sinilah pemikiran Konfusianisme mewarnai konsep Giri-Ninjo tersebut. Ternyata Konfusius setelah di Jepang bisa mempengaruhi sikap, sifat dan keadaan yang melekat pada nilai Giri-Ninjo dalam Bushido yang telah dimiliki rakyat Jepang.
Dasar berpikir dan bertindak yang melandasi konsep nilai Giri-Ninjo dalam Bushido yang dikembangkan atas dasar filsafat Konfusianisme merupakan landasan berpikir dalam penelitian ini. Dan berdasarkan konsep nilai yang terdapat dalam GiriNinjo
yang
telah
dikembangkan
Fukuzawa
dengan
ajaran-ajaran
filsafat
Konfusianisme. Penelitian ini juga mencoba melihat kedudukan tersebut bagi masyarakat Jepang serta peranannya dalam modernisasi Jepang. 7.6.
HIPOTESIS Ada para ilmuwan yang beranggapan bahwa hanya penelitian yang dapat
diukur secara kuantitatif saja yang memerlukan hipotesis. Karena segala sesuatu yang tak dapat diukur tidak dapat dipertanggung jawabkan. Pendapat itu sah-sah saja, tetapi apakah semua kehidupan tersebut dianggap bisa diukur dari kehidupan yang tak bisa diukur jumlahnya lebih dominan mempengaruhi hidup manusia. Maka dari sisi inilah filsafat menajukan hipotesis tidak hanya sekadar fakta-fakta konkrit berupa konsep, nilai-nilai yang muncul dalam masyarakat dan yang telah merubah peradaban manusia tersebut. Oleh karena itu menurut Bakker dan Charris (1990) dalam penelitian komparatif tentang konsep-konsep filsafat pokok-pokok yang akan dilaksanakan, dinyatakan dengan singkat tetapi terperinci. Tergantung dari penelitian apakah itu persamaan atau perbedaan, atau kombinasi keduanya; atau mungkin juga berupa pemahaman baru, atau pemecahan baru bagi pemecahan rnasalah tersebut. Dalam ilmu terapan hipotesis adalah merupakan jawaban sementara atas persoalan yang diteliti, ada yang mengatakan patokan duga. Saya kira dalam filsafat pun kita juga dapat menggunakannya. Lebih baik kita mengajukan hipotesis untuk membatasi ruang lingkup penelitian kita. Dalam penelitian Giri-Ninjo ini Ida Sukowati mengajukan hipotesis sebagai berikut; Konsep Giri-Ninjo sebagai konsep yang ada pada hakikatnya adalah konsep yang berisikan ajaran tentang hubungan interpersonal dalam masyarakat Jepang, yang mengajarkan agar setiap manusia mampu memilih jalan yang baik dalam setiap interkasi sosialnya, dan selalu menekankan kekariban (intimacy), dan kehormaan (honor) yang didasarkan pada kasih sayang. Semuanya sebenarnya adalah ajaran filsafat Bushido yang telah dipengaruhi oleh ajaran Konfusianisme. Dan sebagai negara yang sangat menghargai nilai-nilai tradisionlanya, konsep tersebut saat ini masih mengakar kuat dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang. Juga merupakan konsep nilai yang punya pengaruh besar terhadap pengambangan
sumberdaya manusia, yang pada akhirnya mampu memberi kontribusi terhadap kemajuan Jepang saat ini. Kritik terhadap hipotesis yang diajukan oleh Ida Sukowati adalah terlalu panjang disarankan untuk diringkas lagi. Bakker dan Charris (1990) mengatakan bahwa dalam hipotesis dikemukakan pokok-pokok yang akan dilaksanakan, dinyatakan dengan singkat tetapi terperinci. Tergantung dan penelitian apakah itu persamaan atau perbedaan, atau kombinasi keduanya; atau mungkin juga berupa pemahaman baru, atau pemecahan baru bagi masalah tersebut. Sayangnya Ida Sukowati belum mempresentasikan usulan penelitiannya ini dalam kelas metodologi penelitian filsafat pada tahun 1991 yang lalu, sehingga kekurangan dapat terkoreksi atau bisa lebih disempurnakan atau didiskusikan sesama mahasiswa lainnya. 7.7.
METODOLOGI PENELITIAN Untuk penelitian Komparatif ini Bakker dan Charris (1990) mengemukakan
bahwa penelitian tersebut mulai dengan mengumpulkan kepustakaan. Untuk itu disarankan untuk melihat Model 1, tentang tokoh. Dengan membandingkan pandangan-pandangan filsuf dengan sendirinya telah terjamin sifat filosofis penelitian tersebut.
Mereka
sudah
menginkoperasikan
semua
unsur
metodis
dalam
pemikirannya, dan peneliti hanya ikut serta di dalamnya. Namun dalam mengadakan komparasi, semua unsur itu juga mendapat ciri khas oleh karena itu untuk memenuhi ketentuan tersebut maka Ida Sukowati melakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Mengumpulkan bahan atau materi penelitian yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Yang dimaksud data primer dalam penelitian adalah karya-karya utama para filsuf berujud tulisan-tulisan yang telah dipublikasikan berujud buku atau jurnal, naskah-naskah maupun tulisan-tulisan lainnya yang dapat dipertanggung jawabkan, misalnya prasasti, sumpah, arsip-arsip kuno. Data primer dalam pene’itian Giri-Ninjo mi adalah: 1. Confusius, the Four Books, diterbitkan oleh? 2. Chic (1967) Tate Syakai No Ningen Kankei. Kodansya. 3. Dawson,R (1981) Confusius. Toronto. Oxford. 4. Fukuzawa
Yukichi
(1985)
Diantara
Feodalisme
dan
Modernisme.
Diterjemahkan oleh Arifin Bey. Yayasan Kartika Sarana. 5. Inaka-Kutobe. Bushido: The Soul of Japan: Shokwabo. 6. Untuk data sekunder berupa tulisan dalam jumal, tesis dan skripsi.
Kemudian tentu muncul pertanyaan apa yang dilakukan oleh peneliti filsafat terhadap data primer dan sekunder tersebut. Apakah hanya sekadar mengumpulkan dan membacanya dan bagaimana teknik mengutip pemikiran-pemikiran yang terdapat dalam atau tersebut. Bagaimana semua bisa dipahami, karena sering kali naskah terjemahan sudah terjadi penafsiran dan penerjemah, padahal dalam buku aslinya filsuf tersebut tidak memaksudkan demikian. Ida Sukowati mengajukan prosedur pelaksanaan penelitiannya sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data mengenai tema-tema Konfusius dan Giri-Ninjo. 2. Mengumpulkan dan mendata karya-karya sekunder yang bersangkutan dengan filsafat Giri-Ninjo dalam Bushido. 3. Mengumpulkan data yang rnenyangkut filsafat umum. 4. Menyusun secara sistematis pokok-pokok pikiran dan dikonsultasikan. 5. Mengklasifikasikan pemikiran filsafat yang muncul. 6. Mengidentifikasi
mendeskripsikan,
serta
membandingkan
unsur-unsur
tersebut yang berkaitan dengan perilaku Giri-Ninjo yang ada dalam budaya dan sejarah pemikiran Jepang. Selanjutnya adalah rencana analisis filsafat. Pada tahap ini merupakan masalah yang sulit dihadapi oleh para peneliti pemula filsafat, karena metode analisis filsafat membutuhkan pengetahuan yang mendasar mengenai filsafat dan rnetodenya. Peneliti akan mengalami kesulitan yang serius ketika mereka masih terperangkap dengan fenomena atau latar belakang ilmu sebelum masuk filsafat. Alam pikiran ini sangat mempngaruhi daya anlisisnya. Sering sekali masih sulit mereka berlama-lama dalam studi untuk bisa menyesuaikan diri. Ida Sukowati melakukan rencana analisis data penelitian sebagai berikut: Setelah melakukan pembacaan ulang maka dilakukan: Interpretasi (hermeneutik) :
untuk menemukan makna eksoterik
dan istilah
(terminologi). Data yang telah direfleksikan secara jelas dideskripsikan. Setelah itu data diterapkan dalam metode analitik. Selanjutnya dilakukan analisa hasil penelitian dengan refleksi filsafat dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Menerapkan metode hermeneutik, meliputi: a. Tafsir Hermenutik atau teks-teks pokok yang berkaitan dengan konsep GiriNinjo dalam Konfusianisme, Shintoisme, dan Bushido. b. Tafsir hermeneutik atas tindakan-tindakan yang merefleksikan tindakan GinNinjo dalam konteks historis-sistematis yang melekat pada Bushido.
2. Merefleksi secara filsafati, meliputi: a. Pengujian koherensi internal seluruh konsep tentang Giri-Ninjo. b. Refleksi pengamalan konsep Giri-Ninjo sebagai salah satu filsafat moral di Jepang dan analisis peranannya dalam modernisasi Jepang dengan metode eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Hasil yang diharapkan dicapai dalam penelitian ini adalah konsep objektif yang terkandung dalam Bushido yang berupa nilai-nilai Giri-Ninjo. Suatu konsep moral yang dilandasi oleh keinginan untuk berbuat baik dan bertanggung jawab, yang didasarkan pada rasa cinta yang sesungguhnya (bukan cinta dalam pengertian amor). Melainkan sebuah nilai yang telah ada sebagai nilai dasar bangsa Jepang yang kemudian diperkaya oleh ajaran-ajaran Konfusianisme oleh Fukuzawa. Nilai-nilai Konfusianis amat mendasari dan mendewasakan (maturation) nilai Giri-Ninjo) yang telah ada. Yogyakarta 1999. Latihan 1.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan model penelitian komparatif.
2.
Mengapa diperlukan penelitian komparatif dalam filsafat.
3.
Bagaimana cara pengumpulan data dalam penelitian komparatif.
4.
jelaskan perbedaan antara landasan teori dengan hipotesis dan tujuan penelitian komparatif.
7.8.
PENUTUP
Rangkuman Dalam penelitian komparatif diperlukan pemahaman yang mendasar dan objek material dan objek formal yang dibandingkan, demikian juga pemahaman yang mendalam tentang sejarah maupun pengetahuan filsafat secara sistematik. Dan hal tersebut memerlukan studi kepustakaan dan penguasaan bahasa dari sumber penelitian. Untuk membandingkan sutu dua karya filsafat atau lebih tentu saja peneliti harus telah memiliki tolok ukur untuk membandingkannya dan kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh. Soal Tes Formatif. 1.
Berikan contoh-contoh judul model penelitian komparatif dalam filsafat.
2.
Terangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam menyusun latar belakang masalah dalam penlitian komparatif.
3.
Terangkan tujuan dan manfaat penelitian komparatif.
4.
Terangkan prinsip-prinsip umum metode dalam penelitian komparatif.
5.
Apa yang dimaksud dengan landasan teori dan hipotesis.
Umpan Balik. Petunjuk: Untuk menilai jawaban atas test formatif di atas sehingga dapat diketahui tingkat penguasaan mateni dan bab VII tentang rancangan penelitian komparatif ini ialah, bila mahasiswa dalam menjelaskan: prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam penelitian komparatif yaitu objek formal dan objek material penelitian serta merumuskan masalah penelitian, memilih model, cara mendapatkan data, seleksi data, pengembangan
data,
mencek
kesalahan,
pra
analisis
data,
menganalisis,
mensistensiskan data, dan implementasi hasil penelitian. Dan semuanya tentu dengan rnenggunakan prinsip-prinsip umum metodis dalam penelitian filsafat. Kunci Jawaban 1. Ajaran “Konfusianisme dan Budhisme tentang hubungan antar manusia dan pengaruhnya terhadap orang Cina di perantauan. 2. Euthanasia dalam Perspektif Eksistensialisme dan Post-Modernisme dan hubungannya dengan Sumpah Dokter. 3. Dalam penelitian komparatif harus ada dua pandangan yang dibandingkan, baik perbedaan maupun persamaannya, membedakan objek material dan objek formal sehinga hasil penelitian dapat menemukan pemahaman baru. Dan tentu saja ada tolok ukur diantaranya, dalam pendekatan hermenutika tolok ukurnya adalah kebenaran yang dapat diterima antar subjek (intersubjektifitas). 4. Penelitian komparatif bertujuan untuk rnembandingkan satu sama lain tentang hal yang sama dan dua orang filsuf untuk mencari temuan-temuan baru yang belum sempat menjadi perhatian para filsuf tersebut. 5. Prinsip-prinsip
umum
metodis
dalam
penelitian
komparatif
adalah
I)
Interpretasi, 2) Deskripsi, Deduksi, 3) Koherensi Intern, 4) Holistika, 5) Kesinambungan historis. 6. Teori
merupakan
hasil
dari
berbagai
temuan
yang
telah
dibuktikan
kebenarannya. Hipotesis adalah jawaban sementara atas persoalan yang diajukan dalam penelitian.
Daftar Pustaka Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair 1990 “Metodologi Penelitian Filsafat”, Kanisius. Yogyakarta. Anthony J. Graybosch, Grogory M. Scott, Stephen M. Garrison 1998 “The Philosophy Student Writer manual”, Prentice-Hall. New Jersey. Sukowati, Ida 1999 “Refleksi Filsafat Konfusianisme Dalam konsep Giri-Ninjo”, Usulan proposal penelitian mata kuliah Metodologi Penelitian Filsafat, Program Pasca Sarjana UGM. The Liang Gie 1979 “Dan Administrasi Ke Filsafat”, Karya Kencana. Yogyakarta.