Kode/Nama Rumpun Ilmu :579/ Manajemen Pariwisata
Usulan Penelitian Fundamental
Perencanaan dan Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat Dengan Model Partisipatory Rural Appraisal (Studi Perencanaan Desa Wisata Gunungsari , Kec Bumiaji Kota Batu) Tim Pengusul
Tim
Nama
NIDN
Ketua
: Drs.Nirwana.,MMpar
0706060502
Anggota
: Mohamad Nur Singgih., SE,MMpar
0710057001
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG APRIL 2013
ii
DAFTAR ISI Hal RINGKASAN …………………………………………………………………… 1 BAB I PENDAHULUAN……..……………………..……………………….…………… 2 1.1 Latar Belakang ………………………..….…………………………………… 2 1.2 Masalah…………………………………....…………………………………… 3 1.3 Tujuan dan Sasaran…….………………….…………………………………… 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………….………………………………… 4 2.1 Prinsip Pengembangan Desa Wisata ………….…………...…………………... 6 2.2 Tujuan Pengembangan Desa Wisata…………….………………………….….. 8 3.3 Pariwisata Berbasis Masyarakat………………………….……..………...…… 8 3.4 Konsep Partisipatory Rural Apparaisal………………………………………….9 3.5 Teknik Partisiaptory Rural Appraisal…………………………………..………11 BAB III METODE PENELITIAN………………………..………………………..……… 15 3.1 Input PRA …………………………………...……………………..………… 16 3.2 Proses PRA……………………………………...…...…………..…………… 16 3.3 Output PRA…………………..……………….........................……………… 17 3.4 Lokasi Penelitian …………………………...……………………..………...…17 BAB IV BIAYA DAN JADWALPENELITIAN..………...………………………..……… 18 4.1 Anggaran Biaya…... ………………………………………………..………….18 4.2 Jadwal Penelitian……………………………….………………..…….………18 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………19 LAMPIRAN 1. Justifikasi Anggaran Penelitian …………………………..…...……………… 20 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas…………..…….…… 21 3. Biodata Ketua dan Anggota Tim Peneliti/ Pelaksana………….….…………. 22 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti………………………………………………..26
iii
RINGKASAN Hasil penelitian (Rahayu, 2011) pariwisata berbasis masyarakat dikembangkan sebagai koreksi terhadap kebijakan yang selama ini tahap aplikasinya menunjukan minimnya peran dan partisipasi masyarakat dan dikhawatirkan masyarakat tidak memiliki rasa tanggungjawab bersama terhadap program pembangunan. Muara dari pengembangan pariwisata berbasis masyarakat adalah terciptanya kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat oleh karena itu masyarakat harus diikutsertakan sejak perencanaan, pengelolaan, monitoring hingga evaluasi. Metode partispatory rural appraisal (PRA) merupakan salah satu metode berbasis masyarakat yang dikembangkan sebagai koreksi dan ketidakpuasan terhadap penyusunan kebijakan konvensional yang bersifat top down, yang selama ini cendewrung menempatkan masyarakat hanya sebagai objek pembangunan saja. PRA adalah metode pengkajian keadaaan masyarakat desa secara partispatif. Metode ini digunakan sebagai alat untuk pemahaman terhadap lokasi dengan cara belajar dari, untuk dan bersama dengan masyarakat untuk mengetahui, menganalisis dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui multidisplin dan keahlian untuk menyusun informasi dan pengambil keputusan sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan PRA melibatkan masyarakat dari semua golongan mulai dari pengumpulan informasi hingga pada perencanaan. Model PRA sangat sesuai digunakan sebagai model untuk studi perencana dan pengembangan desa wisata yang berkelanjutan. Lokasi penelitian adalah desa Gunungsari , kecamatan Bumi aji - Batu yang merupakan salah satu desa wisata yang akan dikembangkan sebagai pilot project desa wisata oleh pemeritahan kota batu.
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi trigger yang luar biasa, yang membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai aspek kehidupan. Era otonomi daerah sebagai implikasi dari berlakunya UU No. 32 tahun 2004, memberikan peluang bagi setiap pemerintah kabupaten/kota untuk merencanakan dan mengelola pembangunan daerahnya sendiri, serta tuntutan bagi partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Masyarakat sebagai komponen utama dalam pembangunan pariwisata berbasis masyarakat mempunyai peranan penting dalam menunjang pembangunan pariwisata daerah yang ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi masyarakat. UU No 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan kepariwisataan. Peran serta masyarakat dalam memelihara sumber daya alam dan budaya yang dimiliki merupakan andil yang besar dan berpotensi menjadi daya tarik wisata. Menurut Nurmawati dalam Febiona (2012), pengembangan wisata alam dan wisata budaya dalam perspektif kemandirian lokal merupakan perwujudan interkoneksitas dalam tatanan masyarakat yang dilakukan secara mandiri oleh tatanan itu sendiri guna meningkatkan kualitas tatanan dengan tetap memelihara kelestarian alam dan nilai-nilai budaya lokal, serta obyek wisata alam dan wisata budaya yang ada. Selama ini pengembangan pariwisata daerah ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi guna memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, saat ini perencanaan pengembangan pariwisata menggunakan community approach atau community based development. Dalam hal ini masyarakat lokal yang akan membangun, memiliki dan mengelola langsung fasilitas wisata serta pelayanannya, sehingga dengan demikian masyarakat diharapkan dapat menerima secara langsung keuntungan ekonomi dan mengurangi urbanisasi. Menurut Soetomo (2007), usaha-usaha pengembangan pariwisata yang berorientasi pada masyarakat lokal masih minim banyak kegagalan pembangunan, karena para pemegang kebijakan masih berpikir parsial, ego istitusi dan ego sektoral. Hal ini dikarenakan masyarakat dianggap tidak memiliki kemampuan secara finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya atau terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata yang berbasiskan alam dan budaya. Pariwisata berbasis masyarakat memerlukan partisipasi aktif
untuk menjadi tuan rumah yang baik, menyediakan 2
sesuatu yang terbaik sesuai kemampuan, ikut menjaga keamanan, ketentraman, keindahan dan kebersihan lingkungan, memberikan kenangan dan kesan yang baik bagi wisatawan dalam rangka mendukung program sapta pesona, serta menanamkan kesadaran masyarakat dalam rangka pengembangan desa wisata. Pembangunan desa wisata bertujuan untuk mendukung program pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan dengan menyediakan obyek wisata alternatif. Selain itu juga menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat sekitar desa wisata. Tujuan lainnya yaitu memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi penduduk desa, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa. Masyarakat. Desa wisata merupakan suatu wilayah pedesaan yang memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata yang khas, baik berupa karakter fisik lingkungan alam pedesaan dan kehidupan sosial budaya masyarakat, yang dikelola dan dikemas secara menarik dan alami dengan pengembangan fasilitas pendukung wisatanya. Menurut Febiona (2012), Konsep Desa Wisata, meliputi: (a) berawal dari masyarakat, (b) memiliki muatan lokal, (c) memiliki komitmen bersama masyarakat, (d) memiliki kelembagaan, (e) adanya keterlibatan anggota masyarakat, (f) adanya pendampingan dan pembinaan, (g) adanya motivasi, (h) adanya kemitraan. Strategi perencanaan dan pengembangan desa wisata berbasis masyarakat menjadi konsep untuk pengembangan desa wisata yang sustainable (berkesinambungan) Desa Gunungsari adalah salah satu desa yang berada dikecamatan Bumiaji kota Batu yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai desa wisata. Beberapa potensi yang dimiliki adalah modal social yang masih terbangun dengan kerukunan dan tetap menjaga tradisi, site yang terletak di lereng pegunungan dengan dukungan pemandangan alam yang sangat indah, dukungan sarana dan prasarana yang masih perlu perbaikan dan aksesibilitas yang mudah dijangkau. Disisi lain dukungan pemerintah daerah Kota Batu untuk
mengembangkan desa Gunungsari sebagai desa wisata,
memerlukan model yang sesuai agar pengembangan desa wisata ini dapat lestari dan berkesinambungan. Model partsipatory rural appraisal merupakan salah satu model yang tepat untuk studi perencanaan dan pengembangan desa Gunungsari sebagai desa wisata berbasis masyarakat. 1.2 Masalah Penentuan model strategi dalam perencanaan dan pengembangan desa wisata sangatlah penting dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan model pengembangan desa wisata yang sesuai dengan karakteristik masyarakat dan kesinambungannya. Model partisipatory rural apprasila (PRA) merupakan salah satu model yang dapat digunakan mengkaji keadaan atau kondisi desa dengan melibatkan partisipasi masyarakat untuk menyusun perencanaan dan pengembangan desa wisata. 3
Dalam model partisipatory rural appraisal, partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat sangat diperlukan dalam mengembangkan desa wisata berbasis kerakyatan dimana masyarakat sebagai stakeholders, terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di tempat mereka masing-masing. Masyarakat turut serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan mereka, melalui proses pembuatan keputusan dan perolehan sumberdaya dan penggunaannya. Perumusan masalahnya adalah “Bagaimana strategi merencanakan dan mengembangkan desa wisata berbasis kerakyatan dengan model partisipatory rural appraisal (PRA)”. 1.3 Tujuan dan Sasaran Dalam perencanaan dan pengembangan desa wisata berbasis kerakyatan dengan model partisipatory rural appraisal merupakan salah satu model community based tourism yang sangat sesuai untuk mengkaji perencanaan pariwisata yang sustainable dengan berbasis masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah a. Menyusun model kawasan desa wisata yang didasari pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan dan berbasis kerakyatan. b. Mendorong partisipasi aktif masyarakat untuk memetakan potensi, kebutuhan dan masalah dalam merencanakan dan menyusun program dan kegiatan pengembangan desa wisata. c. Memberdayakan masyarakat agar bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pengelolaan lingkungannya. Sasaran a. Terusunnya model kawasan desa wisata yang didasari pembangunan kepariwisataan berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakat. b. Memadukan pola pembangunan dan penataan desa wisata dengan mendorong masyarakat dapat aktif berperan dalam pembuatan keputusan bentuk pariwisata yang sesuai dengan potensi alam dan karakteristik budayanya. c. Terusunnya rencana dan program aksi untuk perencanaan dan pengembangan desa wisata yang disusun oleh masayarakat.
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Desa wisata merupakan suatu bentuk intergrasi antara atraksi akomodasi dan fasilitas pendukung yang tersaji dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti, 1993: 2-3). Desa wisata juga dapat dimaknai sebagai suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan. Di dalam pengembangan suatu desa menjadi desa wisata, disamping identifikasi terhadap unsur unsur yang ada di desa, penentuan desa wisata juga harus diimbangi dengan pemahaman karakteristik serta tatanan budaya masyarakat. Penetapan suatu desa dijadikan sebagai desa wisata harus memenuhi persyaratan-persyaratan, antara lain sebagai berikut : 1. Aksesbilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi. 2. Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda, keunikan kuliner lokal, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek wisata. 3. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya. 4. Keamanan di desa tersebut terjamin. 5. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai. 6. Beriklim sejuk atau dingin. 7. Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Pembangunan desa wisata bertujuan untuk mendukung program pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan dengan menyediakan obyek wisata alternatif. Selain itu juga menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat sekitar desa wisata. Tujuan lainnya yaitu memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi penduduk desa, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa. Dengan demikian akan terjadi pemerataan pembangunan ekonomi di desa. Mendorong orang-orang kota yang secara ekonomi relatif lebih baik, agar senang pergi ke desa untuk berekreasi (Ruralisasi). Menimbukan rasa bangga bagi penduduk desa untuk tetap tinggal di desanya, sehingga mengurangi urbanisasi. Pembangunan desa wisata mempunyai manfaat di bidang ekonomi, sosial dan lain-lain. Manfaat dari pembangunan desa wisata dari segi ekonomi yaitu meningkatkan perekonomian nasional, regional, dan masyarakat lokal. Selain itu membuka lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi masyarakat di desa. Pengembangan pariwisata ini juga bermanfaat untuk meningkatkan ilmu dan teknologi 5
bidang kepariwisataan. Manfaat lainnya yakni menggugah sadar lingkungan, yaitu menyadarkan masyarakat akan arti pentingnya memelihara dan melestarikan lingkungan bagi kehidupan manusia kini dan di masa datang (Soemarmo, 2010). Kendala yang dihadapi dalam pengembangan desa wisata diantaranya adalah masalah transportasi. Keberadaan desa wisata harusnya ditunjang dengan infrastruktur transportasi yang menjamin pengunjung bisa menjangkau dengan mudah. Realitas yang terjadi saat ini adalah wisatawan susah untuk mengakses transportasi umum yang melewati desa wisata . Kendala lainnya yaitu minimnya sumber daya manusia (SDM) pariwisata andal, menjadikan desa wisata belum tergarap optimal. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi berupa frog leap agar desa wisata bisa dipertahankan. Selain itu belum banyaknya promosi yang unik dan menarik untuk mengenalkan desa wisata pada masyarakat baik domestik maupun asing, sehingga desa wisata kurang mendapat perhatian lebih (Soemarmo. 2010).Dalam mengembangkan potensi desa wisata, perlu adanya pemberdayaan masyarakat sebagai stakeholder yang merasakan langsung dampak positifnya. Pemberdayaan masyarakat mempunyai dua makna pokok, yaitu 1). Meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan berbagai kebijakan program pembangunan. 2). Meningkatkan kemandirian masyarakat melalui pemberian wewenang secara proporsional kepada masyarakat dalam mengambil keputusan. Dari penjelasan tersebut, jelas masyarakat diberi kesempatan penuh dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Disitu ditegaskan bahwa tugas birokrasi di daerah hanyalah sebagai fasilitator (pelayanan). Kreativitas masyarakat dipacu dan didorong berkembang. Kemudian Departemen Pariwisata dalam kiprah memberdayakan masyarakat desa telah menyusun program pembangunan desa 2.1 Prinsip Pengembangan Desa wisata Tingginya wisatawan yang berkarakter Nature Based, pada satu sisi sangat positif dan bermanfaat, akan tetapi pada sisi lain terlihat belum adanya pendalaman terhadap fungsi lingkungan atau masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya “Nature Related Tourism”. Sejalan dengan dinamika, gerak perkembangan pariwisata merambah dalam berbagai terminologi seperti, sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan pendekatan pengembangan kepariwisataan yang berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata. Salah satu pendekatan pengembangan wisata alternatif adalah desa wisata untuk pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dalam bidang pariwisata. Ramuan utama desa wisata diwujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya. Keaslian juga dipengaruhi keadaan ekonomi, fisik dan sosial daerah pedesaan tersebut, misalnya ruang, warisan budaya, 6
kegiatan pertanian, bentangan alam, jasa, pariwisata sejarah dan budaya, serta pengalaman yang unik dan eksotis khas daerah. Dengan demikian, pemodelan desa wisata harus terus dan secara kreatif mengembangkan identitas atau ciri khas daerah. Ramuan penting lainnya dalam upaya pengembangan desa wisata yang berkelanjutan yaitu pelibatan atau partisipasi masyarakat setempat, pengembangan mutu produk wisata pedesaan, pembinaan kelompok pengusaha setepat. Keaslian akan memberikan manfaat bersaing bagi produk wisata pedesaan. Unsur-unsur keaslian produk wisata yang utama adalah kualitas asli, keorisinalan, keunikan, ciri khas daerah dan kebanggaan daerah diwujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya secara khusus berkaitan dengan prilaku, integritas, keramahan dan kesungguhan penduduk yang tinggal dan berkembang menjadi milik masyarakat desa tersebut. Oleh sebab itu, pemodelan desa wisata bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan harus terus secara kreatif mengembangkan identitas atau ciri khas yang baru bagi desa untuk memenuhi tujuan pemecahan masalah yang berkaitan dengan krisis ekonomi daerah pedesaan, semakin bertambah akibat adanya berbagai kekuatan yang rumit, yang menyebabkan baik berkurangnya kesempatan kerja maupun peningkatan kekayaan masyarakat desa, salah satu jalan keluar yang dapat mengatasi krisis tersebut adalah melalui pembangunan industri desa wisata skala kecil, sehingga mampu bersaing dan unggul dalam pembangunan daerah pedesaan, dan dalam penciptaan lapangan kerja baru serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Prinsip pengembangan desa wisata menurut Sastrayudha (2010;21)adalah sebagai salah satu produk wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain, ialah: (1) memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, (2) menguntungkan masyarakat setempat, (3) berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat, (4) melibatkan masyarakat setempat, (5) menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan, dan beberapa kriteria yang mendasarinya seperti antara lain: a. Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal yang biasanya mendorong peran serta masyarakat dan menjamin adanya akses ke sumber fisik merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa wisata. Mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan ekonomi lainnya. b. Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungan dan penduduk setempat memperoleh pembagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata. c. Mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat.
7
d. Sedangkan dalam prinsip perencanaan yang perlu dimasukkan dalam “prelemenay, planning” yaitu (1) meskipun berada di wilayah pariwisata tak semua tempat dan zona lingkungan harus menjadi daya tarik wisata dan (2) potensi desa wisata tergantung juga kepada kemauan masyarakat setempat untuk bertindak kreatif, inovatif, dan kooperatif. Tidak semua kegiatan pariwisata yang dilaksanakan di desa adalah benar-benar bersifat desa wisata, oleh karena itu agar dapat menjadi pusat perhatian pengunjung, desa tersebut pada hakikatnya harus memiliki hal yang penting, antara lain:
Keunikan, keaslian, sifat khas
Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa
Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang secara hakiki menarik minat pengunjung
Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana dasar, maupun sarana lainnya.
2.2 Tujuan Pengembangan Desa Wisata Sastrayudha (2010;2)1 tujuan pengembangan kawasan desa wisata adalah: a.
Mengenali jenis wisata yang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
b.
Memberdayakan masyarakat setempat agar bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pengelolaan lingkungannya.
c.
Mengupayakan agar masyarakat setempat dapat berperan aktif dalam pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungannya, dan agar mereka, mendapat jaminan memperoleh bagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata.
d.
Mendorong kewirausahaan masyarakat setempat.
e.
Mengembangkan produk wisata desa.
2.3 Pariwisata Berbasis Masyarakat Pembangunan suatu daerah tujuan wisata membutuhkan adanya kesiapan mental masyarakat agar tidak timbul masalah psiko sosial yang akan menghambat pembangunan itu sendiri. Dengan dibangunnya suatu daerah tujuan wisata, maka secara otomatis muncul berbagai konsekuensi, muncul tata hubungan baru sebagaiakibat kemajuan pola pikir, teknologi, serta adanya kontak sosial. Terdapat berbagai kategori permasalahan yang lahir akibat pembangunan pariwisata di suatu daerah,yaitu: (1) Keengganan menerima perubahan, (2) Kesangsian atas efektivitas dan manfaat dari pembangunan pariwisata, dan (3) Adanya rasa takut terhadap pembaharuan Pariwisata berbasis masyarakat (Community based tourism) dikembangkan berdasarkan prinsip keseimbangan dan keselarasan antara kepentingan berbagaistakeholders pembangunan pariwisata, 8
yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam setiap tahap yang dilalui yang dimulai dari perencanaan, pembangunan,pengelolaan, pemantauan dan evaluasi selalu melibatkan peran masyarakat setempa tsecara aktif, karena muara dari pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraandan kualitas hidup masyarakat. Masyarakat sebagai komponen utama dalam Community based tourism mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang pembangunan pariwisata. Peran serta mereka dalam memelihara sumber daya alam dan budaya yang dimiliki memiliki andil yang besar dan berpotensi menjadi dayatarik wisata. Berkaitan dengan itu pemerintah sebagai stakeholder dan fasilitator harus mampu memberikan motivasi kepada masyarakat agar mau berpartisipasi lebihaktif dalam pembangunan pariwisata. Pembangunan pariwisata berbasis masyarakatsulit terwujud ketika masyarakat setempat merasa diabaikan, hanya sebagai obyek,serta merasa terancam oleh kegiatan pariwisata di daerah mereka (Sugiarti, 2004). Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menuntut kerjasama secara integral dan berimbang antara unsur pemerintah, swasta dan masyarakat. Secara prinsip terdapat beberapa unsur yang harus dipenuhi dalam pengembangan pariwisataberbasis masyarakat, yaitu: 1. Pendekatan partisipatif. Pendekatan ini digunakan untuk mendorong terbentuknya kemitraan diantara pihak-pihak terkait, sehingga prinsippembangunan berkelanjutan dapat ditegakkan. 2. Sadar potensi. Masyarakat setempat harus disadarkan atas potensi yang dimiliki sehingga mereka memiliki sense of belonging (handarbeni) terhadap anekaragam sumber daya alam dan budaya sebagai aset pembangunan pariwisata. 3. Mempertahankan unique value. Adat istiadat, upacara tradisional, kepercayaan,seni pertunjukan tradisional dan seni kerajinan khas yang dimiliki masyarakat setempat harus dibina dan dikembangkan. Nilai-nilai tradisional dan unik yang dimiliki masyarakat setempat diyakini akan menjadi daya tarik yang kuat bagiwisatawan. 4. Economic Advantage. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan pariwisata adalah jika mampu memberikan keuntungan secara ekonomi bagi masyarakat setempat. Masyarakat setempat dapat diikut sertakan dalam kegiatanekonomis produktif, seperti menjadi pekerja, penyedia jasa boga, pemasokcinderamata, sehingga masyarakat memperoleh additional income (pendapatan tambahan). Dalam skala lebih luas diharapkan pembangunan pariwisata mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian lokal. 2.4 Konsep Partisipatory Rural Apparisal (PRA) sebagai Pendekatan Model Community Based Tourism Development. Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah metode tentang pengkajian keadaan masyarakat desa secara partisipatif. Metode ini digunakan sebagai alat untuk pemahaman terhadap lokasi dengan cara belajar dari, untuk dan bersama dengan masyarakat untuk mengetahui, menganalisa 9
dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan melalui multi disiplin dan keahlian untuk menyusun informasi dan pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhan. Metode ini dikembangkan karena ketidakpuasan terhadap cara-cara konvensional dalam menilai dan memahami masyarakat suatu daerah. Cara-cara konvensional seringkali menghasilkan informasi yang bias tentang keadaan masyarakat yang sesungguhnya. Di dalam metode konvensional, dalam memahami masyarakat seringkali hanya melibatkan para tokoh dan golongan masyarakat atas, masyarakat miskin seakan terpinggirkan dan tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Pelaksanaan PRA melibatkan masyarakat dari semua golongan mulai dari pengumpulan informasi, analisis hingga pada perencanaan. Dengan demikian sangatlah tepat kiranya jika metode ini dikembangkan dalam pembangunan pariwisata berbasis masyarakat, karena keduanya memiliki kesamaan pada pentingnya unsur partisipasi dalam mengorek informasi, merencanakan dan melaksanakan, serta mengevaluasi suatu program. Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Participatory Rural Appraisal (PRA) yaitu: 1. Keberpihakan. yaitu keberpihakan untuk memberdayakan mereka yang selama ini terabaikan/terpinggirkan. 2. Saling belajar menghargai perbedaan. Masyarakat harus dibiasakan untuk menghargai kondisi dan kepentingan orang lain. 3. Mengoptimalkan hasil. Semua informasi dan pendapat serta rumusan kegiatan yang diperoleh dari pelaksanaan PRA menjadi pertimbangan utama dalam pelaksanaan program. 4. Trianggulasi. Tidak semua sumber informasi senantiasa dapat dipercaya akurasinya, oleh karena itu chek dan recheck perlu dilakukan. Selain itu penganekaragaman disiplin ilmu yang dimiliki anggota tim, sumber informasi serta variasi teknik perlu dilakukan. 5. Masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator. Untuk mendapatkan data yang akurat mengenai berbagai masalah yang dihadapai dan pola pemecahan yang dimungkinkan, sedapat mungkin meminimalkan peran orang luar. 6. Belajar dari kesalahan. Metode PRA digunakan sebagai perbaikan atas pola pola pendekatan terdahulu yang selama ini dirasakan kurang menyentuh pada kepentingan masyarakat. 7. Orientasi Praktis. Melalui pendekatan dengan metode PRA akan dihasilkan urutan prioritas permasalahan yang harus segera ditangani. Oleh karena itu masalah yang merupakan kebutuhan mendesak dan dapat segera ditangani sebaiknya dijadikan prioritas utama untuk direalisasikan. 8. Sustainable. Program kegiatan yang dilakukan sebagai realisasi mengatasi permasalahan masyarakat, seharusnya bersifat saling melengkapi dan tidak berjalan sepotong sepotong, melainkan merupakan program yang berkelanjutan.
10
2.5 Teknik Partispatory Rural Appraisal (PRA) Dalam perkembangannya telah banyak dikembangkan beberapa teknik PRA yang pada intinya merupakan bentuk implementasi dari metode PRA. Sudah barang tentu teknik-teknik yang dikembangkan tersebut disesuaikan dengan maksud dan tujuan penerapan metode PRA sendiri, serta semestinya tidak menutup kemungkinan atau bahkan dapat disebutkan mengharuskan adanya improvisasi dan modifikasi terhadap metode PRA itu sendiri. Beberapa teknik penerapan PRA anatar lain : (a) Penelusuran Alur Sejarah, (b) Penelusuran Kebutuhan Pembangunan, (c) Analisa Mata Pencaharian, (d) Penyusunan Rencana Kegiatan, (e) Focus Group Discussion, (f) Pemetaan, dll. a. Teknik Penelusuran Alur Sejarah Desa Setiap kelompok masyarakat senantiasa memiliki sejarahnya sendiri yang menjadikannya berbeda dari kelompok-kelompok masyarakat yang lain. Sejarah tersebut menjadi bagian dari kebanggaan suatu masyarakat. Sejarah itu bukanlah sejarah tertulis, tetapi sejarah "lisan" yang hidup di kalangan masyarakat, dalam ingatan warga yang mengalaminya dan diteruskan dari generasi ke generasi melalui cerita-cerita. Teknik penelusuran alur sejarah desa adalah teknik PRA yang dipergunakan untuk mengungkap kembali sejarah masyarakat di suatu lokasi tertentu berdasarkan penuturan masyarakat sendiri. Peristiwa-peristiwa dalam sejarah desa tersebut disusun secara beruntun menurut waktu kejadiannya (secara kronologis), dimulai dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang masih dapat diingat, sampai dengan peristiwa-peristiwa saat ini. b. Teknik Pembuatan Bagan Kecenderungan dan Perubahan Desa bukanlah suatu lingkungan yang statis atau tidak mengalami perubahan. Perubahan di desa berasal dari dua arah, yaitu dari dalam desa itu sendiri dan dari luar desa. Sudah menjadi hukum alam, bahwa setiap masyarakat akan mengalami perubahan-perubahan keadaan dengan sendirinya, baik itu kearah kemajuan dtau kemunduran (kemerosotan). Hal tersebut disebabkan oleh dinamika hidup masyarakat, seperti: berkembang biak; berlangsungnya perang antar kelompok, antar suku, atau antar bangsa; menghabiskan sumberdaya alam; membudidayakan tanaman dan hewan; penemuan teknologi baru yang bersifat lokal, dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan teknologi moderen, serta perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, semakin hari perubahan yang terjadi di desa akan datang lebih cepat akibat pengaruh dari luar (terutama dari kota). Arah perubahan tersebut juga dapat berakibat terjadinya kemajuan atau kemunduran (kemerosotan) keadaan masyarakat suatu desa.Memahami perubahanperubahan yang terjadi di desa dan memahami kecenderungan perubahan tersebut sangat berharga bagi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan program pembangunan desa dalam jangka panjang. 11
Teknik pembuatan bagan kecenderungan dan dan perubahan adalah teknik PRA yang dapat menggambarkan perubahan-perubahan berbagai keadaan, kejadian, serta kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu. Dari besarnya perubahan hal-hal yang diamati, yang dapat berarti berkurang, tetap, atau bertambah, kita dapat memperoleh gambaran adanya kecenderungan umum perubahan yang akan berlanjut di masa depan. c. Teknik Penyusunan Kalender Musim Kegiatan-kegiatan dalam daur kehidupan masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh siklus musim, seperti musim tanam menjelang musim hujan, musim panen setelah padi menguning, musim paceklik jika kemarau panjang. Peristiwa sosial seringkali berkaitan dengan peristiwaperistiwa musim tersebut, seperti pesta adat dan perkawinan setelah panen yang berhasil, merantau atau migrasi ke kota atau tempat lain saat muism paceklik. Dengan mengenali dan mengkaji polapola musiman ini akan terlihat 'pola' kehidupan masyarakat yang merupakan informasi penting sebagai dasar pengembangan program. Teknik penyusunan kalender musim adalah teknik PRA yang memfasilitasi pengkajian kegiatan-kegiatan dan keadaan-keadaan yang terjadi berulang dalam suatu kurun waktu tertentu (musiman) dalam kehidupan masyarakat. kegiatan-kegiatan dan keadaan-keadaan itu dituangkan ke dalam 'kalender' kegiatan atau keadaan-keadaan, biasanya dalam jarak waktu 1 tahun (12 bulan). Informasi-informasi yang biasanya muncul adalah: penaggalan atau sistem kalender yang dipakai oleh masyarakat; iklim, curah hujan, ketersediaan air; pola tanam/panen, biaya pertanian hasil pertanian, dan produksi/produktivitas; ketersediaan pangan dan pakan ternak terutama pada musim paceklik; ketersediaan tenaga kerja; musim bekerja ke kota atau tempat lain pada masa paceklik; masalah hama dan penyakit tanaman/ ternak; kesehatan (musim wabah penyakit) dan kebersihan lingkungan;
pola pngeluaran (konsumsi, produksi, investasi); kegiatan sosial
(kemasyarakatan), adat, agama; dan sebagainya. d. Teknik Penelusuran Desa/Lokasi (Transect) Hubungan antara manusia dengan lingkungan alam bagi masyarakat pedesaan sangat erat. Mata pencaharian mereka umumnya mengolah alam secara langsung, sehingga keadaan alam dan sumberdaya akan sangat menentukan keadaan mereka. Tingkat kesuburan tanah, ketersediaan air dan curah hujan sangat menentukan kegiatan pertanian masyarakat desa. Eratnya hubungan timbal balik antara kehidupan masyarakat dan lingkungan alam menyebabkan hal ini perlu dipahami dalam mengembangkan program bersama masyarakat. Dengan teknik pemetaan diperoleh gambaran keadaan sumberdaya alam masyarakat beserta masalah-masalah, perubahan-perubahan keadaan, potensi-potensi yang ada; sedangkan untuk mengamati secara langsung keadaan lingkungan dan sumberdaya tersebut, dipergunakan teknik penelusuran lokasi (transect). 12
Secara harfiah, transek berarti gambar irisan muka bumi.
Pada awalnya, transek
dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan mengamati wilayah-wilayah ekologi (pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan sifat khusus keadaannya). Dalam pendekatan partisipatif, teknik penelusuran lokasi (transek) merupakan teknik PRA untuk melakukan pengamatan langsung lingkungan dan sumberdaya masyarakat, dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Hasil pengamatan dan lintasan tersebut, kemudian dituangkan ke dalam bagan atau gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan lebih lanjut. e. Pembuatan Bagan Hubungan Kelembagaan (Diagram Venn) Dalam setiap masyarakat pasti terdapat berbagai lembaga, baik lembaga adat/tradisional yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat itu sendiri, maupun lembaga-lembaga dari 'luar', seperti lembaga pemerintah atau swasta. Ada lembaga yang bersifat longgar (perkumpulan atau kelompok), ada pula lembaga-lembaga yang organisasinya jelas (pemerintahan desa). Salah satu hal yang penting dipertimbangkan dalam usaha pengembangan masyarakat adalah pemanfaatan potensi lembaga-lembaga tersebut. Oleh karenanya, keberadaan dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga tersebut perlu diperhitungkan dalam setiap usaha pengembangan masyarakat. Teknik diagram Venn merupakan teknik PRA yang sering dipergunakan untuk melihat hubungan berbagai lembaga yang terdapat di desa, sehingga diagram ini dikenal sebagai 'bagan hubungan kelembagaan'. Teknik pembuatan bagan hubungan kelembagaan merupakan teknik PRA yang digunakan untuk memfasilitasi kajian hubungan antara masyarakat dengan lembaga-lembaga yang terdapat di lingkungannya. Hasil pengkajian dituangkan ke dalam diagram Venn (sejenis diagram lingkaran, diadaptasi dari disiplin ilmu matematika), yang akan menunjukkan besarnya manfaat, pengaruh dan dekatnya hubungan suatu lembaga dengan masyarakat. kemungkinan kerjasama dalam membuat kegiatan. f. Teknik Pembuatan Bagan Arus Masukan dan Keluaran Salah satu prinsip PRA adalah pendekatan yang menyeluruh, artinya dalam memahami keadaan desa dimana kita tingga dan bekerja kita berusaha untuk melihat keseluruhan masalah dan tidak hanya melihat sebagian saja. Salah satu cara untuk mendapatkan suatu pengertian yang menyeluruh seperti itu adalah melihat hal-hal yang kita amati sebagai suatu sistem. Teknik ini merupakan teknik kajian tentang istem-sistem yang ada di desa. Teknik pemetaan, transek, pembuatan sketsa kebun, dan pembuatan bagan hubungan kelembagaan sebenarnya telah merupakan bentuk umum dari suatu kajian sistem; namun teknik ini akan memperlihatkan secara lebih rinci bagaimana setiap bagian dari keadaan saling 13
mempengaruhi. Kajian ini akan memperkaya pemahaman tentang keadaan desa yang perlu untuk pembuatan kegiatan bersama. Teknik pembuatan bagan arus masukan dan keluaran adalah teknik PRA untuk mengkaji sistem-sistem yang ada di masyarakat desa. Sistem tersebut digambarkan ke dalam bagan yang memperlihatkan bagaian-bagian dalam sistem, yaitu masukan (input) dan keluaran (aotput) serta hubungan antara bagian-bagian dalam sistem itu. Masukan (input) adalah sumberdaya yang membuat sistem berjalan dengan baik. Sumberdaya itu berupa tenaga kerja, waktu, uang, modal, peralatan, keterampilan, dan sebagainya. Keluaran (output) adalah manfaat atau hasil yang diperoleh setelah proses pengolahan sumberdaya-sumberdaya tersebut. Dengan teknik ini kita dapat memahami cukup banyak sistem yang ada di tingkat desa; misalnya: sistem pengelolaan perekonomian desa, sistem pengelolaan air desa, sistem pengelolaan usaha rumah tangga/keluarga petani, sistem pengelolaan usahatani dan pemasaran, sistem pengelolaan usaha kecil dan pemasaran. Dengan memahami sistem rumah tangga /keluarga petani secara umum kita dapat menggambarkan dan mendiskusikan sumberdaya yang dimiliki oleh rumahtangga petani, serta hasil yang diperoleh dari setiap pengelolaan sumberdaya keluarga, baik yang dipergunakan sendiri maupun untuk dijual. g. Teknik Pembuatan Bagan Peringkat (Teknik Matriks Ranking/ Teknik Kajian Pilihan) Salah satu teknik analisis yang bisa diterapkan secara luas adalah membanding-bandingkan berbagai aspek dari sejumlah topik serta menyusun peringkatnya. Matriks rangking ini dirancang khusus untuk melakukan pilihan-pilihan dari sejumlah hal secara lebih cermat, terutama apabila melakukan pilihan-pilihan kegiatan program. Teknik pembuatan bagan peringkat adalah teknik untuk mengkaji sejumlah topik dengan memberi nilai pada masing-masing aspek kajian, berdasarkan sejumlah kriteria perbandingan. Kriteria perbandingan tersebut berdasarkan pendapat masyarakat sehingga sesuai dengan keadaan setempat.
Biasanya yang dibandingkan adalah topik-topik bahasan terpenting yang perlu
dipertimbangkan untuk pengembangan kegiatan-kegiatan.
14
BAB III. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan
model partisipatory rural appraisal untuk menyusun
perencanaan dan pengembangan desa wisata. Model partisipatory rural appraisal adalah sebagai berikut :
INPUT 1. Penyusunan Tim PRA 2. Pelatihan Tim PRA 3. Pembuatan Desain Kegiatan PRA (Kajian Tourism) 4. Desk Study PROSES 1. Diskusi Penggalian Informasi 2. Pendokumentasian Hasil Diskusi 3. Presentasi Hasil Diskusi 4. Perumusan Hasil Diskusi
OUTPUT 1. Kajian Sejarah Desa 2. Pemetaaan Masalah, dan Potensi Pariwisata Desa 3. Kajian Sarana dan Prasarana Pariwisata Desa 4. Kajian Dampak Sosial dan Ekonomi Pariwisata Desa 5. Program dan Kegiatan Desa Wisata
15
3.1 Input PRA Input dari metode partisipatory rural appraisal (PRA) terdiri dari : a. Penyusunan tim PRA Tim PRA beranggotakan relawan masyarakat desa yang berpartisipasi dalam memetakan kebutuhan, potensi dan masalah dalam perencanaan dan pengembangan desa wisata, prinsip PRA orang luar hanyalah sebagai fasilitator. b. Pelatihan PRA Untuk penyamaaan persepsi dan konsepsi metode PRA, Tim PRA perlu diberikan pelatihan agar dapat melakukan tugasnya secara optimal dalam penggalian informasi, ide dan gagasan dari masyarakat. c. Pembuatan desain Kajian PRA Desain kajian PRA disesuaikan dengan output perencanaan dan pengembangan desa wisata. Beberapa kajian informasi meliputi pemetaan masalah, potensi untuk pengembangan desa wisata, sejarah desa, Kajian sarana dan prasarana pariwisata, kajian kelembagaan, kajian dampak social ekonomi dari kegiatan pariwisata, desain perangkingan masalah, potensi dan program aksi. d. Desk Study Adalah kegiatan awal yang bertujuan mengumpulkan data sekunder menyangkut wilayah yang akan dikembangkan potensinya. Desk studi dapat dilakukan dengan menghimpun data berupa keterangan dari para pengambil kebijakan atau pemuka masyarakat yang memahami desa secara mendalam. Data dan keterangan yang diperoleh akan digunakan sebagai bahan acuan dan pertimbangan serta bahan crosscheck dalam pelaksanaan pengumpulan data lapang. 3.2 Proses PRA Prosedur metode partisipatory rural appraisal untuk perencanaan dan pengembangan desa wisata adalah : a. Diskusi Penggalian Informasi Tim PRA akan melakukan diskusi penggalian informasi untuk melakukan pemetaaan masalah dan potensi, melakukan penelusuran sejarah desa, melakukan kajian sarana dan prasarana pariwisata, kajian dampak social ekonomi dari kegiatan pariwisata, perumusan masalah, potensi dan program aksi. Penggalian ini dilakukan dengan metode survey, observasi dan transek, FGD dengan melibatkan seluruh sumber informasi yang tersedia di desa. b. Pendokumentasian Hasil Diskusi Seluruh hasil diskusi akan dicatat dan diklasifikasikan sesuai dengan kajian. c. Presentasi Hasil Diskusi 16
Hasil pencatatan setiap kajian di presentasikan oleh tim PRA untuk mendapatkan masukan dari anggota tim yang lain untuk dilakukan diskusi sehingga kajian yang dihasilkan akan lebih lengkap dan komprehensip. d. Perumusan Hasil Diskusi Dari presentasi hasil diskusi dilakukan perumusan hasil sehingga terususun suatu gambaran kajian yang lebih urut terkait bobot kajiannya. Salah satu perumusan yang bisa diterapkan adalah membanding-bandingkan berbagai aspek dari sejumlah kajian serta menyusun peringkatnya. Matriks rangking ini dirancang khusus untuk melakukan pilihan-pilihan dari sejumlah hal secara lebih cermat, terutama apabila melakukan pilihan-pilihan kegiatan program. 3.3 Output PRA Output dari metode PRA dalam perencanaan dan pengembangan desa wisata adalah : a. Kajian sejarah desa adalah kajian untuk mengungkap kembali sejarah masyarakat di suatu lokasi tertentu berdasarkan penuturan masyarakat sendiri. Peristiwa-peristiwa dalam sejarah desa tersebut disusun secara beruntun menurut waktu kejadiannya (secara kronologis), dimulai dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang masih dapat diingat, sampai dengan peristiwa-peristiwa saat ini b. Pemetaan masalah dan potensi desa adalah kajian terkait masalah dan potensi
dalam
pengembangan desa wisata dengan menyusun matrik masalah dan potensinya serta alternative pemecahannya. c. Kajian sarana dan prasarana pariwisata desa adalah kajian terkait dukungan atraksi, even, fasilitas dan aksesibilitas dalam pengembangan desa wisata. d. Kajian dampak social dan ekonomi pariwisata adalah kajian peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta dampak social dari pengembangan pariwisata desa e. Kajian kelembagaan adalah kajian terkait peran dan fungsi kelembagaan di desa dalam mendukung pengembangan pariwisata. f. Program dan kegiatan merupakan rencana aksi yang disusun dan segera dapat dilaksanakan oleh masyarakat dalam pengembangan desa wisata 3.4 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Desa Gunungsari Kecamatan BumiAji ,Kota Batu Malang sebagai salah satu desa yang akan dikembangkan oleh pemerintahan kota Batu sebagai Desa Wisata.
17
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 4.1 Anggaran Biaya Anggaran biaya penelitian ini adalah Rp 72.530.000 dengan rincian sebagai berikut : No 1. 2. 3. 4.
Jenis Pengeluaran Gaji dan Upah Bahan Habis Pakai dan Pearlatan Perjalanan Lain-lain (publikasi, seminar, Laporan) Jumlah
Biaya yang Diusulkan (Rp) 21.600.000 28.980.000 14.460.000 7.300.000 72.530.000
4.2 Jadwal Penelitian Jadwal penelitian terdiri
dari penyusunan materi pelatihan PRA, pelatihan PRA,
penyusunan desain PRA, pelaksanaan PRA, penyusunan program dan rencana aksi, penyusunan laporan penelitian, seminar hasil penelitian dan publikasi hasil penelitian. Berikut jadwal pelaksanaan penelitian : Jadwal Pelaksanaan Penelitian No
Kegiatan
1.
Penyusunan materi pelatihan Pelatihan PRA Penyusunan desain PRA Pelaksanaan PRA (FGD) Penyusunan Program dan Rencana Aksi Penyusunan Laporan Penelitian Seminar Laporan Hasil Penelitian Publikasi Hasil Penelitian
2. 3. 4. 5. 6. 7.
1
2
3
18
4
5
6
7
Tahun 1 8 9
10
11 12
DAFTAR PUSTAKA Febiona, 2012. Artikel Pengembangan Desa Wisata Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli daerah diakses melalui indraculin.blogspot.com tanggal 18 Apri l2013 Moeliono, Ilya dan Djohani Rianingsih. 1996. Kebijakan dan strategi menerapkan PRA dalam Pengembangan Program. Driya Media. Bandung Naghib, Laila. 2005. “Pengembangan Industri Pariwisata dan Isu Ketenagakerjaan”. Dalam Jurnal Komunika Vol 8 No 2 Tahun 2005. Nuryanti, Wiendu.1993. Concept, Prespective and Challenges, makalah bagian dari Pemberdayaan Masyarakat Desa. Yogyakarta : UGM press Rahayu,Emik. 2011 . Pengembangan Participatory Rural Appraisal sebagai Metode Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat, Gemawsiata Vol 9. Semarang. Rochdyanto, Saiful. 2000. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode PRA. Makalah ToT PKPI. Yogyakarta Soemarmo. 2010. “Desa Wisata” diakses melalui http://marno.lecture.ub.ac.id tanggal 10 pukul 22.30 WIB. Soetomo. 2007. Filsafat Pariwisata. Makalah dismapiakan pada Pendidikan dan Pelatihan Peningkatan Mutu Tenaga Kepariwisataan 22-26 Mei 2007. STIEPARI Semarang. Sastrayuda, Gumelar S (2010) ,Hand out kuliah Concept Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure. Bandung Sugiarti, R. 2004. Solusi dan Aplikasi Usaha Pembangunan Pariwisata berbasis Masyarakat, Makalah disampaikan dalam seminar Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat. 18 Februari 2004. Semarang Undang-Undang RI No 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). 2007. Trade and Development Implications Of International Tourism for Developing Countries. (http://www.unctad.org/sections/ditc_tncdb/docs/ditc_tncd_compdip0017_en.pdf, diakses 10 oktober 2011).
19
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian 1. Honor
No 1 2
Honor Ketua Peneliti Anggota Peneliti
Honor/Jam Jumlah (RP) Jam/Minggu 40000 12 35000 12
Minggu 24 24 Subtotal
Honor Per Tahun (Rp) 11.520.000 10.080.000 21.600.000
Harga Satuan
Harga Peralatan Penunjang (Rp)
2. Peralatan Penunjang
No 1 2 3 4 5
Material Kit Pelatihan Sewa tempat dan peralatan utk pelatihan Konsumsi Pelatihan PRA Sewa tempat untuk FGD Konsumsi FGD (20 x FGD, 1 x = 20 Orang)
Justifikasi Pemakaian Pelatihan PRA Pelatihan PRA Pelatihan PRA FGD FGD
Kuantitas 40 Unit 1 paket 40 orang 20 kali 20 kali
7500 4000000
300.000 4.000.000
30000
1.200.000
500000 30000
10.000.000 12.000.000
Subtotal
27.500.000
Harga Satuan 35000 5000
Biaya Per Tahun (Rp) 175.000 50.000
7500
450.000
200000 35000 5000 Subtotal
400.000 105.000 300.000 1.480.000
3. Bahan Habis Pakai No 1 2 3
4
5 6
Material Kertas CD Spidol boardmarker
Kertas plano
Tinta Printer Kertas karton
Justifikasi Pemakaian Pelaporan Pelaporan Pelatihan PRA dan FGD Pelatihan PRA dan FGD Pelaporan Pelatihan
20
Kuantitas 5 rim 10 keping
60 buah
2 Rim 3 Dos 60 lembar
4. Perjalanan No 1 2 3
Kota/Tempat Tujuan Transportasi Koordinasi Ke Dinas Pariwisata Batu Transportasi Koordinasi Ke Desa Transportasi Pelatihan PRA
4 Trasportasi Peserta Pelatihan PRA 5 Transportasi Peserta FGD (20x)
Justifikasi Perjalanan
Kuantitas
Biaya Satuan
Biaya Per Tahun (Rp)
Administrasi
2 Kali
150000
300.000
Survei Pelatihan PRA Transport Peserta Pelatihan PRA Transpsort Peserta FGD
2 Kali
100000
200.000
2Kali
150000
150.000
50000
2.000.000
30000 Subtotal
12.000.000
40 Orang
20x20Orang
14.650.000 5. Lain-lain No
1. 2. 3. 4. 5.
Kegiatan Penggandaan Laporan (Laporan pendahuluan, antara dan akhir) Publikasi ilmiah Diseminasi laporan Fotocopy materi Pelatihan PRA Fotocopy materi FGD
Justifikasi
Pelaporan Publikasi Seminar Pelatihan PRA FGD
Kuantitas
3 paket 1paket 1paket
Biaya Satuan
Biaya per Tahun (Rp)
500000 2000000 1000000
1.500.000 2.000.000 1.000.000
20000 10000 Subtotal Total Anggaran Seluruh Tahun
800.000 2.000.000 7.300.000 72.530.000
40 exmplar 200 Exmplar
Lampiran 2. Dukungan sarana dan prasarana Dukungan sarana dan prasarana dari LPPM Universitas Merdeka Malang adalah fasilitas internet dan computer untuk melakukan upload dan download materi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dukungan sumberdaya manusia (SDM) untuk meningkatkan kapasitas pelaku dan administrasi penelitian .
21
Lampiran 3.Susunan organisasi tim peneliti/pelaksana dan pembagian tugas No
Nama/NIDN
1.
Drs. Nirwana., MMpar
2.
Mohamad Nur Singgih,SE.,MM Par/0710057001
Instansi Asal
Bidang Ilmu
UNMER Malang
Ekonomi
Ekonomi
UNMER Malang
22
Alokasi waktu Uraian (Jam/Minggu) Tugas 12 Jam Trainer PRA dan fasilitator kajian PRA, penyusun laporan hasil penelitian 12 Jam Trainer PRA dan fasilitator kajian PRA, penyusun laporan hasil penelitian
Lampiran 4. Biodata ketua dan anggota tim peneliti/pelaksana 1.Biodata Ketua Peneliti A. Identitas Diri 1.
Nama Lengkap
:Drs.N i r w a n a, MM
2.
Jenis Kelamin
: Laki-laki
3.
Jabatan Fungsional
: Lektor Kepala
5.
NIK
: 552/FE
6.
NIDN
: 0703066502
7.
Tempat /Tanggal Lahir
:Malang, 3 Juni 1965
8.
Email
:
[email protected]
9.
Nomor Telepon/HP
:081333145630
10. Alamat Kantor
: Jln Terusan Dieng 62-64
11. Nomor Telepon
:0341-581056
12. Lulusan yang Telah Dihasilkan
:500 mahasiswa 1.Perilaku Konsumen
13. Mata Kuliah yang Diampu
2.Pemasaran Jasa 3.Strategi Pemasaran Pariwisata
B.Riwayat Pendidikan S-1
S-2
S-3
Nama Perguruan Tinggi
UNMER Malang
UNPAD-Bandung
Bidang Ilmu
Ekonomi (Manajemen)
Ekonomi( Manajemen Tourism)
Tahun Masuk-Lulus
1984-1988
1998-2000
Judul Skripsi/Tesis
Perlunya Mantaince Analisis pengaruh pada industri pelayanan pada usaha Pemintalan Benang jasa Perhotelan Patal Lawang.
Nama Pembimbing/Promotor Drs.Soemartono
Prof Dr Sucherly.,MS
PRODUK BAHAN AJAR Mata Kuliah
Program Pendidikan
Pengantar Ekonomi
Ekonomi Manajemen Buku, Judul Pengantar
Mikro
Jenis Bahan Ajar
Mikro Ekonomi ,
23
Sem/Tahun Akademik Ganjil/2003
BAYUMEDIA PUBLISHING ISBN 979-3323-13-2 Pemasaran Jasa
Ekonomi Manajemen PRINSIP-PRINSIP
Ganjil /2004
PEMASAN JASA, penerbit DIOMA ISBN 979-3500-52-2 Pemasaran Jasa
Ekonomi Manajemen SERVICE MARKETING Ganjil/2006 STRATEGY, penerbit DIOMA ISBN 979-26-1317-X
Pemasaran jasa
Ekonomi Manajemen Satuan Acara Perkuliahan
Ganjil/2011
model Student Centred Learning (SCL) PENGALAMAN PENELITIAN Tahun
Judul Penelitian
Ketua /Anggota Tim
Sumber Dana
2008
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Ketua
Mandiri
Ketua
Mandiri
kepuasan pelanggan kendaraan bermotor di Malang 2009
Dimensi Kepuasan terhadap loyalitas di Jasa Hotel
KARYA ILMIAH Buku Tahun
Judul
Penerbit
2003
PENGANTAR MIKRO
BAYUMEDIA PUBLISHING, ISBN 979-3323-13-
EKONOMI
2
PRINSIP-PRINSIP PEMASAN
DIOMA, ISBN 979-3500-52-2
2004
JASA 2006
SERVICE MARKETING
DIOMA, ISBN 979-26-1317-X
STRATEGY
24
KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM Tahun
Judul Kegiatan
Penyelenggara
Peserta
2008
Lokakarya,
Badan Penjaminan Mutu
Peserta
Model Pembelajaran Student Centered
Universitas Merdeka Malang
Learning (SCL) 2008
Lokakarya,
Universitas Merdeka Malang
Peserta
Universitas Merdeka Malang
Panitia
Seminar Nasional,
Fakultas Ekonomi
Peserta
Pajak Penghasilan Dan Prospek Konsultan
Universitas Merdeka Malang
Soft Skills 2008
Lokakarya, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)
2009
Pajak 2009
Seminar Nasional,
Universitas Merdeka Malang
Peserta
Work Shop,
Fakultas Ekonomi
Peserta
Revitalisasi Peran Dosen dan Integrited
Universitas Merdeka Malang
Kebijakan Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana Secara Integratif Yang Berbasis Masyarakat 2009
Social Marketing 2010
Seminar,
Universitas Merdeka Malang
Peserta
Seminar International,
Faculty of Economic And
Peserta
An Influence Of Culture On Management
Post Graduate University
(Accounting) Practices And Research
Merdeka Malang in
Metodologi Penelitian 2011
Collaboration With Conan University Kobe, Japan and Asia Pacific Management Accounting Association JABATAN DALAM MENGELOLAAN INSTITUSI Peran/Jabatan
Institusi
Tahun
Tim Promosi Universitas
Universitas Merdeka Malang
2003-2004
Merdeka Malang
25
26
2. Biodata Anggota Peneliti A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap
: MOHAMAD NUR SINGGIH, SE., MMpar
2.
Jenis Kelamin
: Laki-laki
3.
Jabatan Fungsional
: Assisten Ahli
5.
NIK
: 669/FE
6.
NIDN
: 0710057001
7.
Tempat /Tanggal Lahir
: Sragen, 10 Mei 1970
8.
Email
:
[email protected]
9.
Nomor Telepon/HP
:081216365227
10. Alamat Kantor
: Jln Terusan Dieng 62-64
11. Nomor Telepon
:0341-581056
12. Lulusan yang Telah Dihasilkan
: 1.Perekonomian Indonesia 2.Analisis Portofolio dan Investasi
13. Mata Kuliah yang Diampu
3. Pemasaran Jasa 4.Perilaku Konsumen 5.Manajemen Daerah Tujuan Wisata
B.Riwayat Pendidikan S-1
S-2
Nama Perguruan Tinggi
UNMER Malang
UNPAD-Bandung
Bidang Ilmu
Ekonomi (Manajemen)
Ekonomi( Manajemen Tourism)
Tahun Masuk-Lulus
1988-1992
1998-2000
Judul Skripsi/Tesis
Analisis Efektifitas Perputaran Piutang terhadap Modal Kerja pada PT Tegel Indah Cemerlang Malang
Analisis Kelayakan Pengembangan dan Pembangunan Objek Wisata Pantai Kondang Merak Malang
Nama Pembimbing/Promotor
Drs.M Burhan.,MM Prof Dr Ria Ratna Ariawati .,MS Ak
C. Pengalaman Penelitian 5 Tahun Terakhir No. Tahun Judul Penelitian
27
S-3
Pendanaan Sumber Jml (Juta Rp)
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 tahun terakhir No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Pendanaan Masyarakat Sumber Jml (Juta Rp) 1. 2009 Program Penanggulangan APBN Rp 8.000.000.000 Kemiskinan Perkotaan Kota Malang 2. 2010 Program Penanggulangan APBN Rp 6.000.000.000 Kemiskinan Perkotaan Kota Malang 3. 2011 Pengembangan Pendidikan APBN Rp Madrasah di Propinsi Jawa 10.000.000.000 Timur 4. 2012 Pengembangan Pendidikan APBN Rp Madrasah di Propinsi Jawa 10.000.000.000 Timur E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 tahun terakhir No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal 1. “Pengaruh faktor psikologis Jurnal Manajemen Magister terhadap keputusan Pembelian Manajemen Program Pasca Produk di Alfamart Malang (studi sarjana Universitas Merdeka kasus Alfamart Tidar Malang) Malang 2. “Kebijakan Strategi Jurnal Ekonomi “ Penanggulangan Kemiskinan : ARTHAVIDYA Kajian Kajian Kemiskinan dan Masalahnya Manajemen dan Keuangan di Indonesia” 3. Dampak Ekonomi Pariwisata di Jurnal Ekonomi “ Indonesia ARTHAVIDYA Kajian Manajemen dan Keuangan F. Pemakalah Seminar Ilmiah(oral Presentation) dalam 5 tahun terakhir No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah
Vol/Nomor/Tahun Vol7/No2,Oktober 2009 ISSN:1693 – 1718 Vol 11/No 1/Maret 2010 ISSN:1410-8755 Vol 11/ No 2/Oktober 2011 Waktu dan Tempat
G. Karya Buku dalam 5 tahun terakhir No Judul Buku
Tahun
Jumlah Halaman
Penerbit
H. Perolehan HKI dalam 5 tahun terakhir No Judul /Tema HKI
Tahun
Jenis
Nomor P/ID
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Lainnya dalam 5 tahun terakhir No Judul /Tema Rekayasa lainnya yang telah Tahun Tempat Diterapkan Penerapan
28
Respon Masyara kat
29
30
31