Kode/Nama Rumpun Ilmu: 570/ILMU MENEJEMEN
USULAN PENELITIAN FUNDAMENTAL
Mengungkap Model Pencitraan Institusional dan Keunggulan Bersaing dalam Perspektif Organizational Learning, Knowledge Management, Talent Development dan Modal Sosial
Oleh Drs. Pudjo Sugito, MBA NIDN. 0713056001 Drs. Sumartono, MM NIDN. 0027065501
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG FAKULTAS EKONOMI MARET 2013
0
1
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................................
i
DAFTAR ISI .........................................................................................................................
ii
RINGKASAN ………............................................................................................................
iii
BAB I. PENDAHULUAN
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1.Organizational Learning ….. ..........................................................................................
2
2.2.Knowledge Management
3
……………………………………………………………
2.2.Talent Development …………………............................................................................
5
2.3.Modal Sosial ...…………………..……………................................................................
5
2.4.Pencitraan Institusional ………...………..……………………………………………...
6
2.5.Keunggulan Bersaing ……………………………………………………………………
8
2.7.Kerangka Pikir Teoritis ……..….………..........................................................................
8
2.8.Hipotesis …………………………………….. .................................................................
9
BAB III. METODE PENELITIAN
10
3.1.Disain Penelitian . .............................................................................................................
10
3.2.Definisi Operasional Variabel ………...............................................................................
10
3.3.Jenis dan Sumber Data .....................................................................................................
12
3.4.Populasi …………. ...........................................................................................................
12
3.5.Teknik Pengumpulan Data …………................................................................................
12
3.6.Teknik Analisis Data ………….........................................................................................
12
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN………………………………………..
14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………..
15
LAMPIRAN Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian ………………………………………………..
16
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas ……………………...
17
Lampiran 3. Ketersediaan Sarana dan Prasarana ……………………………………………
18
Lampiran 4. Biodata Ketua dan Anggota Tim Peneliti ……………………………………..
19
Lampiran.5. Surat Keterangan Ketua Peneliti ........................................................................
22
Lampiran 6. Path Diagram ………………………………………………………………….
23
2
RINGKASAN Penelitian ini bertujuan mengungkap sebuah model pencitraan institusional dan keunggulan bersaing dalam persepektif organizational learning, knowledge management, talent development dan modal sosial dengan obyek penelitian semua PTS (Perguruan Tinggi Swasta) di wilayah Jawa Timur. Temuan hasil riset ini sebagai pengembangan model-model sebelumnya yang diharapkan dapat memperkaya khasanah llmu menejemen disamping juga berpotensi bisa mendorong tumbuh dan berkembangnya PTS. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah survei, suatu kajian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai pengumpul data pokok. Unit analisisnya, semua dosen PTS di wilayah Jawa Timur. Dari sifat pembentukannya ada dua variabel yang dikaji, yaitu: variable laten dan variabel manifes. Variabel laten (variabel konstruk, variabel bentukan dan variabel tak teramati) adalah variabel yang dibentuk dari variabelvariabel indikator, sedangkan variabel manifes (variabel terukur, variabel teramati, variabel indikator) adalah variabel yang datanya harus dicari di lapangan, yang diperoleh melalui kuesioner. Dari sifat hubungannya dengan variabel lain, terdiri dari variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen adalah variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain, sedangkan variabel endogen adalah variabel yang variasinya dipengaruhi variabel lain. Variabel mediasi sifatnya memperkuat atau memperlemah hubungan antar variabel. Pada penelitian ini, pengelolaan organizational learning, knowledge menagement, telent development dan modal sosial sebagai variabel eksogen, variabel pencitraan institusional dan keunggulan bersaing sebagai variabel endogen. Teknik analisis structural equation modeling akan dipakai dalam penentuan model. Penentuan model juga mempertimbangkan model-model terdahulu. Selanjutnya, dari hasil analisis data tersebut maka akan dirumuskan draft model, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan seminar melibatkan pakar, untuk pemantapan model dan standardisasi model yang dapat memperkaya khasanah ilmu menejemen, khususnya tentang model pencitraan dan keunggulan bersaing yang lebih adaptif dan terkini yang dapat mendorong berkembangnya Perguruan Tinggi Swasta. Key Words : Organizational learning, Knowledge Management, Talent Development.
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Harus dipahami bahwa untuk mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya organisasi diperlukan
pendekatan
konsep
organizational
learning.
Sebuah
konsep
yang
memposisikan anggota-angota organisasi bertindak sebagai agen pembelajaran bagi organisasi, merespon untuk mengubah lingkungan internal dan eksternal organisasi dengan mendeteksi dan mengkoreksi kesalahan-kesalahan teori yang digunakan, sehingga memberikan optimisme pada competitive advantage (Argyris dan Schon, 1978) Beberapa hasil riset (Stewart, 2007; Kosasih dan Budiani, 2008 dan Cassidy, 2009) mengungkapkan bahwa knowledge management yang merupakan sebuah pengelolaan pengetahuan yang diukur dengan tiga dimensi yang meliputi personal knowledge, job procedure, dan technology juga berdampak signifikan terhadap inovasi. Tentu pendapat ini harus menjadi kajian serius dalam rangka untuk keberlangsungan sebuah organisasi. Demikian pula talent development sebagai pengelolaan dan pengembangan talenta melalui business coaching, business sharing dan knowledge transfer. Social capital yang wujudnya setiap hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), kesaling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif memiliki implikasi positif pada banyak organisasi modern, karena faktanya dapat meningkatkan daya inovasi akhir-akhir ini. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengungkap model pencitraan institusional dan keunggulan bersaing PTS dalam persepektif organizational learning, knowledge management, talent development dan social capital. Diharapkan, dengan ditemukannnya model tersebut, secara teoritik akan memperkaya khasanah ilmu menejemen khususnya menejemen pendidikan tinggi. Sedangkan urgensi penelitian ini dipicu oleh fenomena citra PTS yang masih bersifat inferior dalam perspektif publik. Kedua, menejemen PTS yang masih kerap bertumpu pada single loop learning. Ketiga, daya saing luarannya yang masih relatif rendah yang bisa memengaruhi kelangsungannya. Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut penelitian pengembangan model pencitraan institusional dan keunggulan bersaing dalam pesepektif organizational learning, knowledge management, talent development dan modal sosial ini sangatlah mendesak. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Learning Pertamakali, konsep organizational learning diperkenalkan oleh Chris Argyris bahwa organizational learning is a process of detecting and correcting error (Agrygis, 1977). Konsep organizational learning terbagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu single-loop learning, double-loop learning dan deutero learning. Namun pada umumnya, pembelajaran organisasi terbatas hanya pada single-loop learning dan tidak berusaha ketahap deutero learning. Selanjutnya, disarankan bahwa keutamaan doutero learning digunakan untuk merefleksikan tentang single-loop learning bukan double-loop learning. Single-loop learning. Ketika kesalahan terdeteksi dan dikoreksi memungkinkan organisasi untuk melanjutkan kebijakan yang sekarang atau mencapai tujuan-tujuannya dan proses error dan correction itulah dikenal sebagai single-loop learning.
Single-loop learning
diibaratkan sebuah termostat yang ketika terlalu panas atau terlalu dingin dapat melakukan koreksi on atau off. Termostat dapat melakukan tugas tersebut karena dapat menerima informasi dan kemudian mengambil tindakan koreksi. Double-loop learning terjadi ketika kesalahan terdeteksi dan diperbaiki dengan cara yang melibatkan modifikasi norma-norma yang mendasari organisasi, kebijakan dan tujuan, sementara itu, doutero learning adalah pembelajaran untuk belajar lebih baik. Sebuah organisasi seperti organisme yang mana setiap selnya mengandung sebuah fakta, parsial, berubah jika dirinya dalam kaitannya dengan keseluruhan. Dan seperti organisme, praktik organisasi berasal dari gambaran-gambaran tersebut. Organisasi adalah sebuah artefak dari cara individu yang mewakili organisasi. Oleh karena itu, penyelidikan dalam proses belajar organisasi harus memperhatikan dirinya tidak dengan sebagai organisasi sebagai entitas, tetapi dengan proses aktif pengorganisasian yang pada dasarnya sebuah keberanian kognitif. Setiap anggota terus terlibat dalam upaya untuk mengetahui organisasi, dan untuk mengetahui diri mereka dalam konteks organisasi. Pada saat yang sama, upaya mereka untuk terus mengetahui dan menguji pengetahuan mereka merupakan obyek penyelidikan mereka. Teori yang dipakai organisasi terus dibangun melalui penyelidikan individu, dikodekan dalam private image dan public maps. Ini adalah media pembelajaran organisasi. (Argyris dan Schön 1978: 16-17). Dengan sekumpulan gerakan, bisa dilihat bagaimana Chris Argyris dan Donald Schön menghubungkan dunia individu pekerja dan praktisi dengan dunia organisasi. Fokus mereka jauh lebih kuat pada interaksi 5
individu dan kelompok dan pertahanan dibandingkan pada sistem dan struktur (kita bisa kontras dengan posisi mereka). Dengan melihat cara orang bersama-sama membangun kepentingan itu maka kemungkinan untuk berbicara tentang pembelajaran organisasi (melibatkan deteksi dan koreksi kesalahan) dan teori yang organisasi. Untuk pembelajaran organisasi terjadi, agen pembelajaran, penemuan, penemuan, dan evaluasi harus tertanam dalam memori organisasi (Argyris dan Schön 1978: 19). Jika tidak dikodekan dalam gambar bahwa individu-individu memiliki, dan kepentingannya membangun dengan orang lain, maka 'individu akan belajar tetapi organisasi tidak akan melakukannya. Dalam skema organisasi single loop learning ditandai ketika, anggota organisasi merespon perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal organisasi dengan mendeteksi kesalahan yang mereka kemudian perbaiki sehingga dapat mempertahankan fitur utama teori yang dipakai. Double loop learning kemudian menjadi organisasi melakukan penyelidikan dengan menyikapi kembali norma-norma organisasi yang tidak kompatibel dengan menetapkan prioritas baru dan bobot norma, atau dengan restrukturisasi norma sendiri bersama-sama dengan strategi terkait dan asumsi-asumsi. (Argyris dan Schön 1978: 18).
Senge
(1990) mengungkapkan bahwa dimensi dari
organizational learning (pembelajaran organisasi) terdiri atas 7 (tujuh) dimensi antara lain; Continuous Learning (pembelajaran secara terus menerus), Dialogue & Inquiry (komunikasi secara terbuka dan penyelidikan), Collaboration (kerjasama), Embedded System (sistem untuk menghasilkan kreasi baru), Empowerment (pemberdayaan), System Connection (sistem kneksi) dan Strategic Leadership (kepemimpinan strategis).
2.2. Knowledge Management Beberapa penelitian seperti yang dilakukan Stewart (2007), Kosasih dan Budiani (2008) dan Cassidy (2009) menungkapkan bahwa knowledge management mendorong pencitraan. Sehingga, knowledge management pada pelaku industripun, sangat pasti juga mempunyai dampak positif pada kemampuan dalam melakukan inovasi produk dan jasa yang dihasilkan, yang kemudian akan berpotensi pada meningkatnya daya saing usahanya. Perlu diketahui, konsep knowledge management
menjadi
guidance tentang
pengelolaan intangible assets yang menjadi pilar perusahaan dalam menciptakan nilai (dari produk/jasa/solusi) yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggannya. Oleh karena itu, pemahaman mengenai nilai buku perusahaan harus disertai dengan pemahaman nilai
6
intangible assets
perusahaan. Sedangkan jenis penerapan pengelolaan knowledge
management ada dua, yaitu: a. Tacit Knowledge Pada dasarnya tacit knowledge bersifat personal, dikembangkan melalui pengalaman yang sulit untuk diformulasikan dan dikomunikasikan (Carrillo et al., 2007). Berdasarkan pengertiannya, maka tacit knowledge dikategorikan sebagai personal knowledge atau dengan kata lain pengetahuan yang diperoleh dari individu (perorangan). Menurut Bahm (2008) penelitian pada sifat dasar pengetahuan seketika mempertemukan perbedaan antara knower dan known, atau seringkali diartikan dalam istilah subject dan object, atau ingredient subjective dan objective dalam pengalaman. Pengalaman yang diperoleh tiap karyawan tentunya berbeda-beda berdasarkan situasi dan kondisi yang tidak dapat diprediksi. Definisi experience yang diambil dari kamus bahasa Inggris adalah the process of gaining knowledge or skill over a period of time through seeing and doing things rather than through studying. Yang artinya proses memperoleh pengetahuan atau kemampuan selama periode tertentu dengan melihat dan melakukan hal-hal daripada dengan belajar. b. Explicit knowledge Explicit knowledge bersifat formal dan sistematis yang mudah untuk dikomunikasikan dan dibagi (Carrillo et al., 2007). Penerapan explicit knowledge ini lebih mudah karena pengetahuan
yang
diperoleh
dalam
bentuk
tulisan
atau
pernyataan
yang
didokumentasikan, sehingga setiap karyawan dapat mempelajarinya secara independent. Explicit knowledge dalam penelitian ini adalah job procedure dan technology. Job procedure adalah tanggung jawab atau tugas yang bersifat formal atau perintah resmi atau cara melakukan hal-hal. Berdasarkan pernyataan Anshori selaku pihak yang mencetuskan knowledge management, salah satu bentuk konkret dari
explicit knowledge adalah
Standard Operation Procedure. Standard Operation Procedure atau prosedur pelaksanaan dasar dibuat untuk mempertahankan kualitas dan hasil kerja, dimana tugas-tugas akan semakin mudah dikerjakan dan tamu akan terbiasa dengan sistem pelayanan yang ada. Teknologi merupakan salah satu elemen pokok yang terdapat pada knowledge management, dikenal sebagai media yang mempermudah penyebaran explicit knowledge. Salah satu teknologi paling mutakhir yang saat ini digunakan oleh banyak perusahaan untuk proses penyebaran knowledge adalah intranet, dimana hal ini didasarkan pada kebutuhan untuk mengakses knowledge dan melakukan kolaborasi, komunikasi serta sharing knowledge secara on line. 7
2.3. Talent Development Talenta merupakan sebuah kemampuan atau bakat asal yang dimiliki oleh seseorang. Talenta tidak bisa ditransfer dari seseorang pada orang lain. Keunikan talenta yang dimiliki seseorang dapat merupakan sebuah asset berharga dan menjadi kelebihan yang dalam perspektif bisnis dapat berkontribusi pada kemampuan berinovasi, yang kemudian secara tidak langsung akan berdampak pada keunggulan bersaing (Theodorus, 2010). Namun demikian, talenta hanya akan menjadi sekedar asset manakala tidak mendapatkan sentuhan menejemen. Untuk itu, perlunya pengembangan talenta (talenta development) melalui berbagai cara diantaranya dengan business coaching, business sharing dan knowledge transfer. Menurut hasil riset yang dilakukan Schooley (2007) terungkap bahwa upaya-upaya pengembangan talenta mempunyai dampak signifikan pada pelaku kreatif seseorang. Temuan tersebut juga terjadi pada hasil rise Humayoun (2008) yang menyatakan bahwa pengembangan talenta pada pelaku usaha ternyata berdampak besar pada kemampuan dalam hal inovasi produk yang diproduksinya. Penelitiannya dilakukan pada pelaku bisnis kreatif di Pakistan. Selanjutnya, Tareqeu and Schuler (2009) pada hasil risetnya mengungkapkan bahwa banyak perusahaan melakukan rekuitmen pada calon pekerja dengan mengutamakan pada kepemilikan talenta tertentu. Sehingga, berdasarkan beberapa hasil riset tersebut maka nampaknya talent development memang mempunyai pengaruh pada kemampuan berinovasi, yang manakala dilakukan pada para pelaku industri juga mempunyai dampak yang relatif sama.
2.4. Modal Sosial Modal sosial (social capital) dapat didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama, di dalam berbagai kelompok dan organisasi (Coleman, 2004). Secara lebih komperehensif, Burt (2005) mendefinsikan, modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk melakukan asosiasi (berhubungan) satu sama lain dan selanjutnya menjadi kekuatan yang sangat penting bukan hanya bagi kehidupan ekonomi akan tetapi juga setiap aspek eksistensi sosial yang lain. Fukuyama (2006) mendifinisikan, modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat didefinisikan bahwa modal sosial sebagai hubungan-hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam 8
masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama. Namun yang menarik, hasil riset Ramdani (2009) menemukan bahwa modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong kemampuan dan kapabilitas untuk bekerjasama dan berkoordinasi yang menghasilkan inovasi. Sebelumnya Cohen dan Prusak (2003), dalam hasil risetnya menyimpulkan bahwa modal sosial yang diikat oleh suatu kepercayaan (trust), kesaling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk berprilaku positif dan kreatif. Demensi modal sosial menggambarkan segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan, serta didalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi (Dasgupta dan Serageldin, 1999). Demensi modal sosial inheren dalam struktur relasi sosial dan jaringan sosial di dalam suatu masyarakat yang menciptakan berbagai ragam kewajiban sosial, menciptakan iklim saling percaya, membawa saluran informasi, dan menetapkan normanorma, serta sangsi-sangsi sosial bagi para anggota masyarakat tersebut. Namun demikian Fukuyama (2006) dengan tegas menyatakan, belum tentu norma-norma dan nilai-nilai bersama yang dipedomani sebagai acuan bersikap, bertindak, dan bertingkah-laku itu otomatis menjadi modal sosial. Akan tetapi hanyalah norma-norma dan nilai-nilai bersama yang dibangkitkan oleh kepercayaan (trust). Dimana trust ini adalah merupakan harapanharapan terhadap keteraturan, kejujuran, dan perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas masyarakat yang didasarkan pada norma-norma yang dianut bersama oleh para anggotanya. Norma-norma tersebut bisa berisi pernyataan-pernyataan yang berkisar pada nilai-nilai luhur dan keadilan. Setidaknya dengan mendasarkan pada konsepsi-konsepsi sebelumnya, maka dapat ditarik suatu pemahaman bahwa demensi dari modal sosial adalah memberikan penekanan pada kebersamaan masyarakat untuk mencapai tujuan.
2.5. Pencitraan Institusional George & Wesley (2008) mengungkapkan bahwa pencitraan institusional adalah sebuah popularitas positif organisasi yang memiliki dampak luas pada persepsi dan prilaku masyarakat terhadap organisasi yang bersangkutan. Seorang top leader organisasi yang terkenal akan memiliki kontribusi besar pada pencitraan organisasi yang dipimpinnya. 9
Kemasyhuran di luar organisasi akan menambah kekuatan bagi organisasi termasuk pula pada poduk dan jasa yang ,menjadi luarannya. Tentunya pencitraan institusional tidak hanya dipengaruhi figur pimpinan tetapi juga image produk, akuntabilitas dan modal sosial. Hal tersebut tentu pula akan berlaku dalam dunia pendidikan, baik dari strata pendidikan dasar, menengah sampai pada strata pendidikan tinggi. Maknanya prestasi akademik dan non akademik para peserta didiknya dan bahkan prestasi kelembagaan serta akuntabilitas pengelolaa sekolah akan sangat bekontribusi besar pada pencitraan menejemen, yang kemudian secara bertahap akan membangun pencitraan institusional. Menurut Harahap (2007) pencitraan institusional tidak hanya berasal dari kepopuleran pimpinan sebuah organisasi, melainkan juga pada luaran-luarannya serta kinerja menejemennya. Menurut Jefkins (1992), terdapat beberapa jenis pencitraan berikut: a. Citra Bayangan (mirror image) Citra bayangan merupakan sebuah citra yang dianut oleh seseorang dalam memaknai pandangan orang luar terhadap organisasi. b. Citra yang berlaku (current image) Citra yang berlaku (current image) adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Namun, citra ini pun memiliki ketidakakuratan yang sama dengan citra bayangan, karena semata-mata terbentuk hanya dari pengalaman dan pengetahuan orang luar yang biasanya tidak memadai. c. Citra harapan (wish image) Citra harapan (wish image) adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan lebih baik dari citra yang sebenarnya. Citra yang diharapkan itu biasanya dibentuk atau dirumuskan dan di perjuangkan saat menyambut sesuatu yang baru. d. Citra Organisasi (organizational image) Citra organisasi adalah citra suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas suatu produk dan pelayananya. Citra tersebut terbentuk oleh banyak hal yang salah satunya adalah kesediaan organisasi untuk ikut berperan dalam tanggung jawab sosial. e. Citra majemuk (multiple image) Setiap organisasi atau organisasi memiliki banyak karyawan, mereka pasti memunculkan citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau organisasi secara keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki organisasi dapat dikatakan sebanyak jumlah pegawainya. 10
2.6. Keunggulan Bersaing Keunggulan bersaing (Competitive Advantage) adalah jantung kinerja organisasi. Keunggulan bersaing pada dasarnya tumbuh dari nilai atau manfaat yang diciptakan oleh perusahaan bagi para pembelinya yang lebih dari biaya yang harus dikeluarkan untuk menciptakannya. Nilai atau manfaat inilah yang sedia dibayar oleh pembeli, dan nilai yang unggul berasal dari penawaran harga yang lebih rendah ketimbang harga pesaing untuk manfaat setara atau penawaran manfaat unik yang melebihi harga yang ditawarkan (Porter, 1993).
Keunggulan bersaing juga sebagai strategi
benefit dari perusahaan yang
melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam market place. Day dan Wensley (2008) menyatakan ada dua pijakan dalam mencapai keungulan bersaing yaitu keunggulan sumber daya dan keunggulan posisi. Colgate (2009) menjelaskan keunggulan bersaing sebagai posisi organisasi unik terhadap pesaingnya. Keunggulan bersaing dapat diperoleh sebagian besar dari sumberdaya dan modal. Sumberdaya yang dimaksud adalah kekuatan dan kelemahan kinerja pemasaran, sedangkan modal diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki untuk bekerja sama seperti tim kerja dalam satu departemen, atau dengan kata lain tinggi rendahnya kinerja pemasaran akan berpengaruh kepada tinggi rendahnya keunggulan bersaing perusahaan. Keunggulan bersaing bisa diciptakan dengan pengetahuan yang benar akan variabel-variabel yang mendahuluinya Pengukuran keunggulan bersaing dalam penelitian Day dan Wensley (2008) menyatakan ada dua pijakan dalam mencapai keunggulan bersaing. Pertama keunggulan sumberdaya yang terdiri dari keunggulan posisi yang terdiri dari keunggulan biaya relatif rendah dan keunggulan nilai bagi pelanggan.
2.7. Kerangka Pikir Teoritis Kerangka pikir teoritis pada kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: Learning Org.
Knowle dge Mg
PENCITRAAN INSTITUSIONAL
Talent Develp
Modal Sosial
11
KEUNGGULAN BERSAING
2.8. Hipotesis Adapun rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Terdapat pengaruh langsung dan signifikan antara organizational learning terhadap pencitraan institusional. H2: Terdapat pengaruh langsung dan signifikan antara knowledge management terhadap pencitraan institusional. H3: Terdapat pengaruh langsung dan signifikan antara talent development terhadap pencitraan institusional. H4: Terdapat pengaruh langsung dan signifikan antara modal sosial terhadap pencitraan institusional H5: Terdapat pengaruh langsung dan signifikan antara organizational learning, knowledge management, talent development dan social capital secara simultan terhadap pencitraan institusional H6: Terdapat pengaruh tidak langsung dan signifikan antara organizational learning, knowledge management, talent development dan social capital terhadap keunggulan bersaing. H7: Terdapat pengaruh langsung dan signifikan antara pencitraan institusional terhadap keunggulan bersaing.
12
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Disain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research) dengan metode kuantitatif. Pengumpulan data yang digunakan adalah teknik survei, suatu kajian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok. Unit analisisnya, semua dosen (S2 Lektor Kepala, Doktor dan Guru Besar) pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Jawa Timur. Dari sifat pembentukannya ada dua variabel yang dikaji, yaitu: variable laten dan variabel manifes. Variabel laten (variabel konstruk, variabel bentukan dan variabel tak teramati) adalah variabel yang dibentuk dari variabel-variabel indikator, sedangkan variabel manifes (variabel terukur, variabel teramati, variabel indikator) adalah variabel yang datanya harus dicari di lapangan, yang diperoleh melalui kuesioner. Dari sifat hubungannya dengan variabel lain, terdiri dari variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen adalah variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain, sedangkan variabel endogen adalah variabel yang variasinya dipengaruhi variabel lain. Variabel mediasi sifatnya memperkuat atau memperlemah hubungan
antar
variabel. Pada
penelitian ini, organizational learning, knowledge management, talent developmenet dan modal sosial sebagai variabel eksogen, variabel pencitraan instutisional dan keunggulan bersaing sebagai variabel endogen.
3.2. Definisi Operasional Variabel Berdasarkan telaah pustaka, pernyataan hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dan kerangka pikir teoritis, maka difinisi operasional secara lengkap adalah sebagai berikut: a. Organizational Learning adalah sebuah kondisi yang mana anggota-angota organisasi bertindak sebagai agen pembelajaran bagi organisasi, merespon untuk mengubah lingkungan internal dan eksternal organisasi dengan mendeteksi dan mengkoreksi kesalahan-kesalahan teori yang digunakan. b. Knowledge Management adalah sebuah pengelolaan pengetahuan yang diukur dengan tiga dimensi yang meliputi personal knowledge, job procedure, dan technology. c. Talent Development adalah pengelolaan dan pengembangan talenta melalui business coaching, business sharing dan knowledge transfer.
13
d. Social Capital adalah setiap hubungan yang diikat oleh suatu kepercayaan (trust), kesaling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dilakukan secara efisien dan efektif. e. Pencitraan Isntitusional adalah sebuah popularitas positif organisasi yang memiliki dampak luas pada persepsi dan prilaku masyarakat terhadap organisasi yang bersangkutan. f. Keunggulan bersaing adalah tingkat posisi organisasi yang unik terhadap pesaingnya dan biasanya dapat diperoleh sebagian besar dari sumberdaya dan modal yang digunakan. Tabel 3.1. Indikator Variabel Penelitian Variabel/Atribut
Notasi
Indikator
Organizational Learning
X1
Continuous Learning
X2
Dialogue & Inquiry
X3
Collaboration
X4
Embedded System
X5
Empowerment
X6
System Connection
X7
Strategic Leadership
X8
Pengalaman
X9
Prosedur Kerja
X10
Intranet
X11
Business Coaching
X12
Business Sharing
X13
Knowledge Transfer
X14
Share Vision
X15
Social Interaction Ties
X16
Norms & Value Ownership
X17
Sikap Kooperatif
X18
Kepercayaan Publik
X19
Reputasi
X20
Penilaian Publik
X21
Posisi Keuangan
X22
Posisi Pasar
X23
Pertumbuhan Pelanggan
Knowledge Management
Talent Development
Modal Sosial
Pencitraan Institusional
Keunggulan Besaing
14
3.3. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer,yang diperoleh secara langsung dari para responden penelitian (dosen PTS). Data primer pada penelitian ini diperoleh dari jawaban yang didapat dari kuesioner yang diberikan kepada responden penelitian, dan hasil dari pengujian yang dilakukan. Pada penelitian ini terdapat 23 indikator yang menjadi data primer. Jenis data ini didapat langsung dari penyebaran kuesioner kepada dosen PTS di Provinsi Jawa Timur.
3.4. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah semua dosen PTS (S2 Lektor Kepala, Doktor, Guru Besar) yang berjumlah 1.351 orang (Kopertis VII Jawa Timur).
Mengingat jumlah
responden yang relatif besar dan untuk mengantisipasi adanya data yang cacat, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah proportional dan purposive random sampling yaitu sebuah satuan sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sampel dengan karakteristik tertentu, dengan kuota sampel sebanyak 200 responden. Menurut Sugiyono (2009), mengenai responden yang representatif dengan menggunakan teknik analisis SEM adalah 100-200 orang responden. Karenanya, jumlah responden dalam penelitian ini ditentukan 100 responden.
3.5. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini data yang dikumpulkan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner. Kuesioner merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner dibuat dalam bentuk pertanyaan dengan menggunakan skala 1-10 dari tidak setuju sampai sangat setuju. Tentu, instrumen penelitiannya yang sudah teruji kevalidan dan reliabilitasya.
3.6. Teknik Analisis Data Sebuah penelitian membutuhkan analisis data dan interpretasi. Teknik analisis digunakan untuk menginterpretasikan dan menganalisis data. Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Menganalisis model penelitian dengan SEM dapat mengidentifikasi dimensi-dimensi sebuah construct dan pada saat yang sama mengukur pengaruh atau derajat hubungan 15
antar faktor yang telah diidentifikasikan dimensi-dimensinya itu (Yamin & Kurniawan, 2009). Penelitian ini akan menggunakan 2 macam teknik analisis : a. Faktor Analysis pada SEM yang digunakan untuk mengkonfirmasikan faktor-faktor yang paling dominant dalam satu kelompok variabel. b. Regression Weight pada SEM yang digunakan untuk Confirmatory meneliti seberapa besar hubungan antar variabel. Selanjutnya, untuk membuat pemodelan SEM lengkap perlu langkah berikut ini : Selanjutnya dilanjutkan dengan pengembangan model, diagram path, memilih matriks input dan estimasi model, Evaluasi Kriteria Goodness-of-fit dan Interpretasi dan Modifikasi Model, Dengan alur penelitian sebagai berikut:
Gambar 3.2. Flow Chart Penelitian
Penyusunan Instrumen
Interpretasi dan Modifikasi Model
Seminar Hasil
Uji Instrumen & Penelitian Lapangan
Analisis Data: a. Factor Anlysis b. Reg. Weightt
Pemilihan Matrix Input & Estimasi Model
Ev. Kriteria Goodness of Fit
Pengembangan Model
Diagram Path
Publikasi Artikel pada Jurnal Internasional Business Studies
Finalisasi Laporan
(JIBS)
16
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELEITIAN 4.1. Anggaran Biaya No.
Jenis Pengeluaran
Biaya yang Diusulkan Tahun 1
Tahun 2
1
Gaji dan Upah
13.500
-
2
Bahan Habis Pakai dan Peralatan
12.100
-
3
Perjalanan
21.500
-
4
Lain-lain (publikasi, Seminar, laporan)
4.750
-
Rp. 50.000.000,-
-
Jumlah
4.2. Jadwal Penelitian No.
Kegiatan
Waktu (bulan) 1
1
Penyusunan & Uji Instrumen
2
Penelitian Lapangan
3
Analisis Data
5
Penyusunan Laporan
6
Seminar
7
Finalisasi Laporan
17
2
3
4
5
6
7
8
9
10
DAFTAR PUSTAKA Argyris, C., & Schön, D. (1978) Organizational learning: A theory of action perspective, Reading, Mass: Addison Wesley. Burt, Frederick, (2005), Measurement of Social Capital, The Third Edition, Ottawa University Publishing, Ottawa. Cassidy, Edwin (2009), Knowledge Management, The First Edition, The Longman Publishing, Philadepia. Coleman, Harry (2004), A Dimensional Approach to Measuring Social Capital: Development and Validation of a Social Capital Inventory, Sage Publication, Volme 42, Number 2, Reading University, London. Colgate, Mark, 2009, Creating Sustainable Competitive Advantage Through Marketing Information System Technology: A Triangulation Methodology Within The Banking Industry, International Journal of Bank Marketing, Vol. 16/2 Cohen, James and Prusak, Tamadon (2003), Study of The Social Capital Dimensions, Creativity and Productivity, Journal of Social Capital, Volume 11, Number 7, March Edition, Melbourne University, Melbourne. Day, George. S and Robin, Wensley, 2008, “Assesing Advantage : A Framework for Diagnosing Competitive Superiority”, Journal of Marketing, Vol. 52, April. Ferdinand, A. 2002. Structural Equation Modelling dalam Penelitian Manajemen. BP UNIDP. Semarang. Fukuyama, Takada (2006), Social Capital in The Japanese Society, The Fourth Edition, Oklahoma University Lmt, Oklahoma. Kosasih, Ida and Budiani, Sri (2008), The Knowledge Management in The Creative Industries, Jurnal of International Business Studies (JIBS), Volume 33, George Washington University, Washington. Porter, Michael. E, 1993, Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul, Erlangga, Jakarta. Ramdani, M (2009), Pengembangan Modal Sosial, Inovasi dan Produktivitas, Jurnal Pskilogi Industri, Volume 18, No.5, Edisi Juni, Pusat Pengembangan Psikologi Terapan, Jakarta. Stewet, Roger (2007), The Effect Talent Management to the Personal Creativity, Journal of Phsicology Management, Volume XX, No. 7, The Chicago University. Yamin, S. dan Kurniawan, H., 2009, Structural Equation Modeling: Belajar Lebih Mudah Teknik Analisis Data Kuesioner dengan LISREL-PLS, Buku Seri Kedua, Jakarta: Salemba Infotek. 18
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian (untuk tahun berjalan) 1
2.
3
4.
Honor a.Ketua b.Anggota c.Enumerator (mahasiswa) Total Peralatan Penunjang a. Kertas Folio b. Kertas Glossy c Tinta Printer Warna d. Ball Point e. Ordner f. Fix Stop map g. DVDRW h.Tinta Printer B/W i. Cetak Foto j. Catridge k.Sewa handycam l. Sewa LCD Projector m.Insentif responden n. Insentif Penyedia data sekunder o.Biaya FGD Total Biaya Perjalanan a.Trasp. luar kota
b.Lumpsum c.Perijinan Sub Total Biaya Lain-lain a. Scanning sample b.Dukument./Publikasi -Dokumentasi -Penulusuran Pustaka -Fotocopy -Penjilidan c Adm & surat menyurat d.Pemeliharaan Komp. Sub Total Total Biaya Penelitian
[email protected] [email protected] [email protected]
Jumlah (Rp) 6.400.000,4.600.000,2.500.000,13.500.000,-
2 rim @ Rp 50.000,1dos @ Rp 300.000,4 buah @ Rp 250.000,1 dos @ Rp 225.000,5 buah @ Rp 50.000,5 buah @ Rp 50.000,1 dos @ Rp 250.000,4 buah @ Rp 200.000,1 kali @ Rp 200.000,2 buah @ Rp 250.000,2 kali @ Rp 250.000,2 kali @ Rp 250.000,100 orang @ Rp 30.000,5 Instansi @ Rp 500.000,-
100.000 300.000 1. 000.000 225.000 250.000 250.000 250.000 800.000 200.000 500.000 500.000 500.000 3000.000 2.500.000
100 orang @ Rp 25.000.
2.500.000 12.100.000
5 kali Malang-Surabaya 5 kali Malang Kediri 5 kali Malang Madiun 5 kali Malang-Jember
4.000.000 4.000.000 4.000.000 4.000.000
20 kali @ Rp 150.000,1 kali 2@ Rp 1.500.000,-
3.500.000 1.500.000 21.500.000
1 kali @ Rp 380.000,-
15 exp @ Rp 105.000,-
Terbilang:Lima puluh juta Rupiah
19
380,000 750.000 1.250.000 1.000.000 1.575.000 545,000 250.000 4.750.000 50.000.000
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas. No.
Nama/NIDN
Instansi Asal
Bidang Ilmu
1
Drs. Pudjo Sugito, FE Unmer Menejemen MBA Malang (0713056001)
2
Drs. Sumartono, FE Unmer Menejemen MM Malang (0027065501)
20
Alokasi Waktu (jam/minggu) 8 jam
8 jam
Uraian Tugas
Ketua Peneliti (Bertanggungjawab pada semua kegiatan penelitian mulai dari penyusunan instrumen, pengembangan model s/d laporan akhir Anggota peneliti (membantu pengumpulan data, Analis data)
Lampiran 3. Ketersedian Sarana dan Pasarana Penelitian.
Sarana dan prasarana yang tersedia di Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang, yang diperlukan untuk menunjang pada kegiatan penelitian fundamental ini adalah sebagai berikut:
1. Laboratorium Menejemen 2. Laboratorium Komputer 3. Laboratorium Internet 4. Perpustakaan Digital
21
Lampiran 4. Biodata Peneliti Ketua Peneliti A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap 2 Jabatan Fungsional 3 Jabatan Struktural 4 NIK/NIP 5 NIDN 6 Tempat & Tanggal Lahir 7 Alamat Rumah 8 Nomor Tlp/Faks./HP 9 Alamat Kantor 10 Nomor Tlp/Faks 11 e-mail 12 Lulusan yang telah dihasilkan 13 Mata Kuliah yang Diampu
B. Riwayat Pendidikan Strata Nama Perguruan Tinggi
Drs. Pudjo Sugito, MBA (L) Lektor Kepala 702/FE 0713056001 Probolinggo, 13 Mei 1960 Jl. Mertojoyo Barat 35 Malang 0341 7838760/-/081 334 546 815 Jl. Terusan Raya Dieng 62-64 Malang 0341 581056/0341 581056
[email protected] S1 : 75 orang; S2 : 12 orang 1. Menejemen Bisnis 2. Menejemen Operasional
S1 S2 Universitas Brawijaya Charles Malang University, Australia Menejemen Business Management 1980-1985 1992-1994
S3 Sturt Universitas Negeri Malang Bidang Ilmu Menejemen Pendidikan Tahun Masuk-Lulus 2012Belum Lulus Juduk Skripsi/Tesis Perencanaan Alokasi The Implementation Mesin pada PT KTI of MRP Model in Probolinggo The Australian Corp. Nama Dosen Pembimbing Drs. I Wayan Sweden, Norm Philp, PhD MS C. Pengalaman Penelitian (5 tahun terakhir) No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan Sumber Jumlah (Rp) 1 2007 Pengelolaan Koperasi Sistem DP2M Dikti 10.000.000 Tanggung Renteng dan Kontribusinya pada Kinerja Usaha 2 2008 Pengembangan Model Persediaan DP2M Dikti 36.000.000 Multi Item Stokastik pada Keterbatasan Ruang 3 2009 Pengembangan Database UKM di Pemkab. 40.000.000 Kabupaten Tulungagung Tulungagung 4 2010 Updating data dan Penyusunan Pemkab. 49.000.000 database UKM berbasis Ruang Tulungagung 22
23
24
Lampiran 5. Surat Pernyataan Ketua Peneliti.
25
Lampiran 6.
26