UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SDN IV CIPUTAT
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh: DIMAS KOKO 109018300103
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
ii
iii
iv
v
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses dan hasil pembelajaran bahasa Indonesia dalam meningkatkan keterampilan menulis puisi di kelas V SD Negeri 4 Ciputat melalui pendekatan kontekstual. Jenis penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kemmis dan McTaggart. Tahapan-tahapan yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi serta refleksi. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri 4 Ciputat yang berjumlah 39 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, pengamatan, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa keterampilan menulis pusi bebas di kelas V SD Negeri 4 Ciputat melalui pendekatan kontekstual mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukan dengan hasil belajar siswa di siklus I dengan tiga kali pertemuan jumlah siswa yang tuntas adalah 21 orang siswa atau 54% dan siswa yang tidak tuntas adalah 18 siswa atau 46%, sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan yaitu jumlah siswa yang tuntas adalah 30 orang siswa atau 77% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 9 orang siswa atau 23%. Terjadi peningkatan sebesar 23%. Sedangkan nilai rata-rata kelas dalam menulis puisi bebas mengalami peningkatan dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata menulis puisi bebas pada prasiklus sebesar 63,2; siklus I sebesar 66,26; peningkatan sebesar 3,06. Pada siklus II sebesar 71,38; peningkatan dari siklus I sebesar 5,12. Disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil menulis puisi siswa. Kata kunci: Keterampilan menulis puisi, pendekatan kontekstual.
vi
Abstract This study aims to describe the process and the results of learning bahasa in improoving the skills of writing poerty in grade V of SD Negeri 4 Ciputat through a Contextual Teaching and Learning approach. The type of this research is Classroom Action Research (PTK) with Kemmis and McTaggart model. Stages include planning, implementation of action and observation and reflection. The subjects of this studies are the students of grade V of SDN 4 Ciputat which amounted to 39 students. This study was conducted in 2 cycles. Each cycle consists of 3 meetings. Data collection techniques used are tests, observations, and documentation. Data analysis techniques used are descriptive statistics. The result showed that free poerty writing skill in grade V of SD Negeri 4 Ciputat through Contextual Teaching and Learning approach has increased. This is indicated by the results of student learning in cycle I with three meetings, the number of students who completed is 21 students or 54% and students who are not complete is 18 students or 46%, while in cycle II there is an increase of the total number of students who completed 30 Students or 77% and students who do not complete as many as 9 students or 23%. An increase of 23%. While the average value of the class in writing free poetry has increased from pre cycle, cycle I, and cycle II. The average value of free poetry writing on pre cycle is 63.2; Cycle I is 66,26; An increase of 3.06. In cycle II equal to 71,38; An increase from cycle I of 5.12. It was concluded that a contextual approach could improve the writing of students' poetry. Keywords: Poetry writing skill, contextual approach.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikann. Shalawat serta salam semoga tercurah pada baginda Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan menulis Puisi dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas V SDN IV Ciputat” ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di
Program Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian
ini
dapat
terselesaikan
dengan
baik
atas
kerjasama,
bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Khalimi, M.Ag sebagai ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Asep Ediana Latip M. Pd selaku Sekretaris Program Studi PGMI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Makyun Subuki, M.Hum sebagai pembimbing yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Segenap Dosen sertra Staf Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama ini. 6.
Sugiyanti, S.Pd sebagai kepala SDN IV Ciputat, Tangerang selatan. Beserta dewan guru dan staf TU yang telah memfasilitasi waktu dan tempat dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.
viii
7. Ayahanda Idris dan Ibunda Poniah yang selalu sabar dan memberikan motivasi serta kasih sayang kepada penulis hingga tahap ahir penulisan skripsi ini. 8. Kepada para sahabat, Muhammad Fadhilatul Amri, Yanwar Abdullah dan Muhammad Basyrul Arofah yang tidak henti-hentinya memotifasi penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. 9.
Rekan-rekan seperjuangan yang telah bersama-sama menempuh pendidikan S1 di UIN Jakarta, serta rekan-rekan sejawat dalam satu bimbingan.
10. Seluruh siswa kelas V SD Negeri IV Ciputat atas kerjasama yang diberikanselama pelaksanakan penelitian, dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini Dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. Apabila ada kesalahan dalam penulisan nama, gelar dan jabatan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Jakarta, 29 Juli 2016
Penulis,
Dimas Koko NIM 109018300103
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL JUDUL ......................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ...........................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI PENGESAHAN .
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................
v
ABSTRAK ..............................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
ix
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. B.Identifikasi Masalah.................................................................
4
C. Batasan Masalah .........................................................................
4
D. Rumusan Masalah.......................................................................
4
E. Tujuan Penelitian ........................................................................
4
F. Manfaat Penelitian ......................................................................
4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................
6
A. Keterampilan berbahasa................................. ................................ 6 1.
Pengertian Menulis ..............................................................
9
2.
Tujuan Menulis .................................................................... 10
3.
Manfaat Menulis .................................................................. 12
B. Keterampilan Menulis ................................................................ 13 1.
Hakikat Puisi ................................... .................................... 14
2.
Unsur-unsur Puisi ............................... ...............................
3.
Jenis-jenis Puisi ................................................................... 19
4.
Bentuk Puisi ............................. ........................................... 20
5.
Langkah-langkah Menulis Puisi .............................. ........... 21
15
C. Penilaian Menulis Puisi .................... ......................................... 24 D. Pendekatan kontekstual .............................................................. 28 1. Pengertian Pendekatan Kontekstual ..................................... 28
x
2. Karakteristik Pembelajaran Pendekatan kontekstual ......... .. 29 3. Tujuan Pembelajaran Pendekatan kontekstual ..................... 30 4. Asas-asas Pembelajaran Pendekatan kontekstual ................ 31 5. Materi Pembelajaran Berbasis Kontekstual .......................... 31 6. Kelebihan Pendekatan Kontekstual ............ ......................... 32 E. Karakteristik Anak Kelas V SD .............................. ................... 32 F. Kerangka Pikir ............................................................................ 32 G. Hipotesis Penelitian .................................................................... . 33 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................
34
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 34 B. Setting Penelitian ........................................................................ 35 C. Subjek Penelitian ........................................................................ 37 D. Objek Penelitian.......................................................................... 39 E.
Model Penelitian ......................................................................... 39
F.
Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 39
G. Instrumen Penelitian ................................................................... 39 H. Teknik Analisis Data .................................................................. 39 I.
Rencana Tindakan ...................................................................... 39
J.
Indikator Keberhasilan Penilaian ............................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................
40
A. Deskripsi Lokasi ......................................................................... 40 B. Deskripsi Subjek ......................................................................... 40 C. Deskripsi Data Hasil Penelitian .................................................. 41 D. Analisi Data ................................................................................. 47 E. Pembahasan.................................................................................. 80 F.
Keterbatasan Penelitian................................................................ 89
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... ..... 86 A. Simpulan .................................................................................. ... 86 B. Saran ........................................................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
87
LAMPIRAN ...................................................................................................
89
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keterampilan baca tulis sejak dini harus dimiliki siswa untuk memasuki dunia yang lebih luas. Melalui keterampilan baca tulis yang baik maka kemampuan berfikir kritis dan kreatif anak akan terbentuk, serta keterampilan afektif siswa akan dapat dioptimalkan.
Dengan demikian, beranjak dari
pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembentukan nilai karakter yang di dalam proses pembelajarannya akan selalu melibatkan dua pelaku aktif di dalamnya, yakni siswa dan guru. Siswa sebagai subjek dari pembelajaran itu sendiri sedangkan guru sebagai orang yang merancang serta merencanakan skenario pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan agar proses pembelajaran bisa terwujud dengan baik dengan menciptakan suasana belajar yang menarik sehingga siswa bisa secara aktif mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang paling pokok, hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar itu dijalankan secara professional.1 Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.2 Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang menekankan pada aspek komunikasi. Di dalam komunikasi sendiri terdapat berbagai macam keterampilan berbahasa yang mencakup keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan dan juga keterampilan menulis. Berbagai macam keterampilan tersebut bertujuan agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan 1
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno. “Strategi Belajar Mengajar Melalui Konsep Umum & Konsep Islami”. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), h.8 2 Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, “Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan”. (Jakarta: Prestasi Pusaka, 2011), h.82-83
1
2
benar. Hal ini tentunya menjadi suatu yang perlu mendapatkan perhatian ekstra agar tujuan tersebut dapat tercapai. Untuk mengungkapkan ide atau gagasan siswa, terdapat berbagai macam cara, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Contoh dari menyampaikan ide secara idak langsung adalah melalui media tulisan. Untuk itulah keterampilan menulis perlu dipelajari. Dalam keterampilan menulis siswa sekolah dasar, terbagi menjadi 2, yaitu menulis permulaan yang terdapat pada kelas 1 sampai dengan kelas 3. Dan menulis lanjut yang terdapat di kelas 4 sampai dengan kelas 6. Pada pembelajaran menulis lanjut, berisi tentang kegiatan-kegiatan berbahasa tulis yang biasa digunakan pada kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan menulis lanjut diantaranya adalah menulis surat, prosa, puisi, pidato, naskah drama, naskah berita, iklan, laporan, dan sebagainya. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran yang menuntut pemahaman siswa terhadap suatu hal, serta penalaran yang cukup tinggi untuk dapat dituangkan dalam bentuk tulisan. Di dalam menulis puisi siswa dituntut untuk membuat tulisan yang indah, bermakna, dan memenuhi aturan-aturan yang ada. Dengan mempelajari keterampilan menulis puisi siswa dapat mempertajam pengamatan, meningkatkan kemampuan berbahasa, dan dapat memperoleh makna yang muncul dari puisi tersebut. Namun pada kenyataannya, bahwa di SDN IV CIPUTAT prestasi siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam hal menulis puisi masih rendah. Penyebab rendahnya prestasi belajar tersebut dapat dilihat pada proses pembelajaran yang belum memberi kesan menarik sehingga pengertian siswa tentang materi-materi pembelajaran menjadi sangat lemah. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, salah satu materi yang paling tidak diminati siswa adalah pembelajaran sastra, utamanya puisi. Ketidaksukaan siswa terhadap puisi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena puisi sulit dipahami maknanya, juga disebabkan oleh situasi pembelajaran yang kurang menarik. Berdasarkan data yang diperoleh, proses pembelajaran pada kompetensi dasar “menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat” tanpa menggunakan alat bantu tidak mampu meningkatkan prestasi belajar siswa yang berakibat pada
3
rendahnya hasil belajar siswa. Kurangnya penggunaan pendekatan yang baik mengakibatkan rendahnya tingkat daya serap siswa berdasarkan data tahun pelajaran 2015-2016 di kelas lima yang berjumlah 39 siswa, hanya terdapat 19 orang siswa yang mencapai standar Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM = 6,5) sementara 20 siswa lainnya berada di bawah standar ketuntasan belajar minimal. Kenyataan ini menunjukan bahwa siswa tidak mampu menyerap pelajaran yang diajarkan. Selama proses pembelajaran pada materi menulis puisi guru menggunakan metode ceramah. Dalam proses pembelajaran siswa masih terlihat kurang aktif, dan siswa belum sepenuhnya memahami materi yang diajarkan. Berdasarkan analisis pencapaian kompetensi atau hasil belajar dan proses pembelajaran tentang keterampilan menulis puisi, maka dinyatakan masih rendah. Dari analisis hasil belajar dan proses pembelajaran, penulis mencoba memperbaiki cara pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang keterampilan menulis puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang megaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.3 Pendekatan kontekstual inilah yang diduga efektif untuk meningkatkan hasil pembelajaran menulis puisi tersebut, karena dengan pendekatan kontekstual siswa akan terlibat langsung dan juga mengalami langsung peristiwa pembelajaran, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar menulis puisi. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas V SDN IV Ciputat”.
3
Dr. Kokom Komalasari, M.pd, Pembelajaran Kontekstual, Bandung 2010 h. 7
4
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan Uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi penyebab timbulnya masalah antara lain: 1. Rendahnya kemampuan menulis puisi siswa. 2. Cara pengajaran guru terhadap siswa kurang efektif. 3. Menulis puisi merupakan hal yang sulit bagi siswa.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada “Rendahnya kemampuan menulis puisi siswa”.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumukan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis puisi siswa dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V SDN IV Ciputat?
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis puisi siswa dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V SDN IV Ciputat.
F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a.
Sebagai bahan masukan dan daapat memberi tambahan wawasan yang berkaitan dengan materi pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan kontekstual.
b.
Dapat dipergunakan sebagai pembelajaran alternative bagi guru di sekolah dalam mengajarkan materi menulis puisi yang lebih effekti dan efisien bagi siswa.
5
2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Jika pendekatan kontekstual ini memang terbukti effektif, maka ini adalah pembelajaran inovatif yang mungkin bisa diterapkan pada materi lain. b. Bagi Siswa Dengan pendekatan kontekstual siaswa akan lebih mudah untuk menulis puisi. c. Bagi Peneliti Pelaksanaan penelitian ini diharapkan menjadi pembelajaran bagi peneliti sebagai guru yang memiliki inovasi dan kreativitas dalam mengajarkan materi pembelajaran. d. Bagi Sekolah Penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru di sekolah dalam mengajarkan materi pembelajaran yang dirasakan sulit untuk diajarkan. e. Bagi Dunia Pendidikan Di harapkan dengan adanya penelitian ini paradigma sekarang berubah dari pengajaran menjadi pembelajaran, yang berarti bahwa siswa belajar tidak cukup dengan memperhatikan, menulis, dan membaca. Tetapi siswa dapat melakukan dan megalami langsung proses pembelajaran tersebut dalam kehidupan nyata.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Berbahasa 1.
Konsep Menulis Menulis merupakan salah satu dari enpat keterampilan berbahasa. Tarigan
menjelaskan bahwa menulis memiliki kesamaan media dengan membaca, yakni sama-sama menggunakan bahasa tulis (grafem).1 Mnulis dipengaruhi oleh sejumlah faktor dalam komunikasi. Selain faktor kebahasaan, faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis adalah: 1) Kondisi penulisan, 2) Pesan yang dikomunikasikan, 3) Kondisi pembaca dan 4) Media atau bentuk tulisan. Menulis
merupakan
keterampilan
seseorang
(individu)
mengkomunikasikan pesan dalam sebuah tulisan.2 Keterampilan tersebut berkaitan dengan kegiatan seseorang dalam memilih, memilah dan menyusun pesan untuk di informasikan, hal demikan itu dapat berwujud ide (gagasan), kemauan, keinginan, perasaan, ataupun informasi. Selanjutnya pesan tersebut dapat menjadi isi sebuah tulisan yang di informasikan kepada pembaca. Melalui sebuah tulisan, pembaca dapat memahami pesan yang di informasikan serta tujuan penulisan. 2.
Kegunaan Menulis Banyak kegunaan yang didapatkan dari keterampilan menulis. Novi
Resmini dkk, ada delapan kegunaan menulis yaitu sebagai berikut3: 1. Mampu mengembangkan pola berfikir dalam menggali pengetahuan dan pemahamannya. 2. Mampu
mengembangkan
pola
bernalar,
menghubungkan,
serta
membanding-bandingkan fakta sehingga menimbulkan gagasan baru. 1
Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: 1993), h.10 Lapis PGMI, Kemampuan Berbahasa di SD, (Jakarta: 2009), h.126 3 Novi Resmini dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung: 2007), h.117 2
6
7
3. Mampu memperluas wawasan penulisan serta teoritis mengenai fakta-fakta yang berhubungan. 4. Mampu mengorganisasikan gagasan-gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. 5. Penulis akan sapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif. 6. Dengn menulis akan memusahkan dalam penyelesaian permsalahan, mampu menganalisis secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret. 7. Penulis terdorong untuk terus belajar secaara aktif. 8. Kegiatan menulis mampu membiasakan untuk berfikir dan berbahasa secara tertib dan benar. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis dapat mengembangkan berbagai kemampuan yang dimiliki penulis. Di antaranya adalah kemampuan unuk mengembangkan ide atau gaasan secara lebih luas, kritis, dan sistematis, juga penulis dapat membiasakan diri untuk berfikir dan berbahasa secara benar. 3.
Tujuan Menulis Menurut Hugo Hartig dalam Tarigan, menyatakan tujuan menulis adalah
sebagai berikut4: 1. Assigment Purpose (tujuan Penugasan) Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak memiliki tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas dasar kemauan sendiri. 2. Altruistick Purpose ( Tujuan Alturistik) Penulis bertujuan menyenangkan pembaca, menghindarkan kedukaan pada pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai, perasaan penalarnya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya. 4
25
Tarigan H. G, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: 1997), h.24-
8
3. Persuasive Purpose ( Tujuan Persuasif) Tujuan menulis adalah meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakannya. 4. Infomational Purpose ( Tujuan Informasional) Penulis bertujuan memberikan informasi atau keteraangan atau penerangan kepada pembaca. 5. Self-Expressive Purpose ( Tujuan Pernyataan Diri) Tujuan menulis adalah memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca. 6. Creative Purpose (Tujuan Kreatif) Tujuan dari penulisan ini erat kaitannya dengan tujuan pernyaaan diri. Tulisan ini bertujuan mencapai nilai-nilai artistic dan nilai-nilai kesenian. 7. Problem Solving Purpose (Tujuan Pemecahan Masalah) Tujuan penulisan ini adalah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Penulis menjernihkan, menjelaskan, serta menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.
4.
Aspek Menulis Penetapan pembelajaran menulis dengan pendekatan linguistic kontrasif
atau perbedaan kebahasaan dapat dibagi menjadi beberapa persoalan5: a) menulis sebagai latihan keterampilan membuat huruf-huruf dan ejaan, b) Menulis dalam pengertian dikte, c) menulis sebagai keterampilan mengarang. a. Menyalin Latihan menulis yang berupa menyalin dapat dilakukan pada permulaan siswa belajar menyalin atau menulis, dengan tujuan membuat huruf atau ejaan. Bahan yang disalin adalah tulisan dari buku atau dari papan tulis. 5
Novi Resmini, Membaca dan Menulis di SD: Teori dan Pengajarannya, (Bandung: 2006), h.212-213
9
Makin banyak siswa menyalin, maka akan semakin baik dan cepat dalam menulis. Untuk dapat membantu siswa cepat mengenal hurf-huruf, maka akan lebih baik jika tulisan berada pada papan tulis yang bias dapat dilihat langsung oleh siswa. b. Dikte Penerapan dikte sebagai realisasi menulis bahasa lisan atau menulis bahasa yang didengar. Menulis dalam hal ini termasuk juga dalam pembelajaran mendengar. Pembelajaran dikte dapat dilakukan secara incidental. c. Mengarang Mengarang dalam pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan pendekatan linguistic kontrastif, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) menulis isian-isian, b) menjawab pertanyaan-pertanyaan, c) meringkas isi bacaan, d) latihan-latihan pola kalimat.
5.
Macam-macam Menulis SD Macam-macam menulis SD dapat dijelaskan sebagai berikut6:
1. Menurut tingkatannya a. Menulis permulaan (kelas 1 dan 2) b. Menulis Lanjut (kelas 3 sampai 6) 2. Menurut isi atau bentuknya a. Karangan Verslag (laporan). Umumnya diberikan di kelas rendah, misalnya: menceritakan kembali secara tertulis apa-apa yang dialami dalam Pengajaran Lingkungan. b. Karangan Fantasi: Mengeliarkan isi jiwa sendiri (ekspresi jiwa), misalnya: “Cita-citaku setelah tamat SD”, seandainya aku jadi Presiden” c. Karangan Reproduksi: Umumnya menceritakan atau mrnguraikan suatu perkra yang telah dipelajari atau difahami, seperti hal-hal yang bersifat astronomi, gejala alam, atau menuliskan dengan kata-kata sendiri apa yang telah dibaca. 6
Novi Resmini dkk, Opcit, h.119
10
d. Kaangan Argumentasi: Karangan berdasarkan alas an tertentu, yaitu siswa diminta untuk menyampaikan pendapat atau apa yang ada di pikirannya sesuai dengan alasan-alasan menurut dirinya. 3. Menurut susunannya a. Karanga terikat: Pusi b. Karangan bebas: prosa c. Karangan setengah bebas setengah terikat
6.
Proses Menulis dalam Pembelajaran Sebagai suatu proses, menulis merupakan sesuatu yang dapat dipelajari
dan difahami. Menulis merupakan keterampilan dasar yang memiliki beberapa tahapan, yaitu: pramenulis (prewriting), menulis konsep (drafting), merevisi (revising), mengedit (editing), dan publikasi (publishing)7. 1. Pra menulis (previewing) Pada tahap ini siswa berusaha mngemukakan apa yang akan mereka tulis. Gagasan yang akan mereka tulis berkaitan erat dengan pengetahuan yang mereka miliki. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai strategi untuk mengembangkan kemampuan mereka dengan membantu siswa menemukan gagasan untuk ditulisnya. Tentu saja gagasan yang ditentukan oleh siswa merupakan hal yang diminati. Untuk dapat menemukan sesuatu yang diminati sesuai dengan keinginan siswa, guru dapat melakukan curah pendapat dengan siswa mengenai tema dan topic yang sesuai. Pra menulis sebagai suatu tahapan dari rangkaian proses yang akan tampak ketika seorang penulis mengenali, menggali, memahami, dan menyeleksi pengetahuan awalnya sesuai dengan topik tulisannya. Berikut ini beberapa kegiatan pramenulis: 1. Siswa memilih topic. 2. Menemukan dan mengorganisasikan gagasan. 3. Mengidentifikasi untuk siapa dia menulis.
11
4. Mengetahui tujuan a menulis. 5. Memilih bentuk dan komposisi yang tepat berdasarkan audien dan tujuan. Topik yang akan ditulis siswa akan lebih baik jika sesuai dengan minatnya. Karena dalam menulis melibatkan pengalaman si penulis dalam tulisannya. Apabila topik yang ditulis dibatsi atau ditentukan terlebih dahulu, maka preses menulis akan menjadi lebih terbatas dan tidak sesuai dengan minat siswa. Siswa akan kesulitan menemukan gagasan dan mengorganisasikan gagasan yang dipola oleh guru. Dalam menulis pun, seorang penulis harus tahu betul tujuan apa yang ditulisnya. Oleh karena itu, siswa juga diarahkan oleh guru dalam menulis, menentukan tujuan dari tulisannya sehingga siswa menjadi faham. Siswa perlu difahamkan pada fungsi bahasa yang diungkapkan Halliday dalam Amminudin, sebagai berikut7: a. Fungsi instrumental, bahasa dapat difungsikan sebagai wahana untuk memenuhi keperluan, misalnya kontak bisnis, dialog, membuat surat, pengumumana dan lain-lain. b. Fungsi aregulator, bahasa dapat digunakan untuk mengatur perilaku dan hubungan orang yang satu dengan lainnya. Misalnya memberikan pengarahan, peraturan di kelas, menyusun pedoman, dan lain-lain. c. Fungsi Interaksional, bahasa digunakan untuk mengadakan percakapan, tukar pendapat, diskusi dan lain-lain. d. Fungsi
personal,
bahasa
dapat
digunakan
untuk
mengungkapkan
pengalaman, pendapat pribadi, menyampaikan gagasan dalam diskusi, dan mengusulkan sesuatu. e. Fungsi Imajinatif, bahasa dapat digunakan untuk mengekspresikan imajinasi dan daya kreativitas, misalnya menulis puisi, serita fiksi, dan drama.
7
Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, (Bandung: 2001), h.120
12
f. Fungsi Heuristik, bahasa merupakan wahana untuk mencari dan menemukan pemahaman, misalnya penggunaan bahasa dalam wawancara, bermain peran, dan proses berfikir untuk memahami dan menyimpulkan sesuatu. g. Fungsi Informatif, bahasa digunakan untuk menyampaikan berita, laporan lisan atau tulis, dan menggambarkan sesuatu, misalnya telegram, surat, serta penyusunan laporan.
2. Menulis Konsep (drafting) Pada tahap ini siswa menulis konsep kerangka tulisannya dalam bentuk dasar. Dalam tulisan kasar inilah penulis berupaya untuk menarik pembaca dengan tulisannya. Dengan denikian konsep tulisan yang masih kasar ini lebih mengutamakan isi bukan hal-hal yang bersifat mekanis. Siswa dibiarkan mengembangkan gagasannya sebebas mungkin. Tidak harus terikat dengan ejaan, tanda baca, kesalahan berbahasa, atau kerapian tulisan.
3. Merevisi (revising) Pada tahap perbaikan siswa membaca kembali tulisannya untuk selanjutnya menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide berkaitan dengan penggarapan tulisannya. Siswa berkesempatan untuk merevisi kekeliruan yang dibuatnya, baik kekeliruan dalam penempatan gagasan, penyusunan tulisan, atau terkait denga isi tulisan. Perbaikan tersebut bisa hasil pemikiran penulisnya atau hasil diskusi dalam kelompok.
4. Mengedit (editing) Mengedit merupakan tahap penyempurnaan tulisan yang dilakukan sebelum publikasi. Pada tahap in siswa mengedit kesala han mekanikan yang dibuatnya pada saat menulis draft kasar. Pengeditan lebih diarahkan pada ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanikal lainnya. Dan proses ini juga bias dilakukan secara berkelompok. Tulisan bias diedit oleh teman baik dalam kelompok maupun
13
dalam kelas. Pelaksanaan pengeditan ini, siswa bias dibekali buku-buku yang terkait dengan teori ejaan, misalnya Ejaan Yang Disempurnakan.
5. Publikasi (publishing) Setelah semua tahap telah selesi dilaksanakan, tahap terahir adalah publikasi. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui penugasan untuk membacakan hasil karangan atau diempel pada majalah dinding sekolah atau di depan kelas. Jadi publikasi yang dimaksud disini adalah menyampaikan hasil karangan kepada audien, bisa dikelas, kepada teman, lainnya, kepada orang tua. Sehingga memperoleh kesadaran bahwa ia adalah pengarang.
Dalam menyusun perencanaan pembelajaran menulis, guru perlu memperimbngkan karakerisik proses berfikir siswa dalam mengolah, menghargai, dan mengkonseptualisasikan isi pembelajarannya. Sedangkan pengorganisasian kegiatan pembelajaran menulis, secara ideal selain memberikan peluang belajar secara individual, juga memberikan peluang belajar menulis secara kooperatif.
7. Perkembangan Menulis Lanjut Pada usia 11-12 tahun seorang anak telah memasuki tahap integrasi. Pada tahap itu anak-anak telah dapat mempertimbangkan seluruh aspekyang meliputinya. Menurut Kroll dan Wells dalam Tan dalam UPI Press menyatakan bahwa anak telah dapat mengaplikasikan kontek komunikatif dalam mengarang sepeti bentuk, gaya, pembaca, dan tujuan penulisan. Secara lebih rinci dan sistematis farris dalam UPI Press menunjukan profil kemampuan siswa sekolah dasar dalam mengarang berdasarkan proses dan kegiatan menulisnya12. Siswa kelas tinggi sekolah dasar pada proses menulisnya, yakni dalam tahapan pra menulis sudah mampu (1) memfouskan gagasannya pada topic tertentu, (2) berfikir abstrak dengan tidak lagi menghadirkan contoh konkrit, (3) mengajkan pertanyaan pada dirinya sendiri. Pada tahap pengesahan mereka telah mampu (1) menuangkan gagasannya dalam bentuk draft secara berbeda-beda menurut sudut pandang, bentuk, dan
14
suasana, (3) mengawali cerita dari berbagai bagian, misalnya bagian tengah, (4) menunjukan rasa simpati, (5) menumbuhkan kesadaran terhadap pemenuhan elemen tulisan yang baik, dan (6) menulis, membaca, serta menyunting tulisannya sendiri. Pada tahap perbaikan, siswa sekolah dasar kelas tinggi sudah mampu (1) melakukan penyuntingan pada tulisannya sendiri, (2) mengaplikasikan aspek mekanika tulisan atau karangan dan (3) mempertimbangkan calon pembacanya.
B. Pembelajaran Menlis Puisi 1. Pengertian Puisi Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cemat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus. Puisi mencakupi satuan yang lebih kecil, seperti sajak, pantun, dan balada.8 Menurut Wardijto Soeharso, puisi merupakan bentuk ekspresi pikiran dan perasaan penulisnya dalam bentuk susunan kata-kata yang indah dan bermakna9 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah pengungkapan pikiran dan perasaan yang dituangkan dalam bentuk teks dengan menggunakan bahasa yang memperhatikan struktur fisik dan struktur bathinnya. 2. Unsur-Unsur Puisi 1. Unsur dari segi puisi, terdiri atas: a. Tema Tema adalah isi keseluruhan puisi yang biasanya terdiri atas pikiran, sikap, serta maksud dan tujuan penulisan. b. Rasa
8
Dendy Sugono, Buku Praktis Bahasa ndonesia Jilid 1, (Jakarta: 2011), h.159 Wardito Soeharso, Yuk Nulis Puisi, (Surabaya: Perum Percetakan Negara RI Cabang Surabaya, 2009), h.18 9
15
Rasa yaitu sikap pengarang terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam puisinya. Rasa disebut juga sebagai emosional, misalnya senang, sedih, marah, gembira, dan lain-lain. c. Nada Nada adalah sikap pengarang terhadap pembacanya. Nada
yang
dikemukakan oleh pengarang dalam suatu sajak, ada hubungannya dengan tema dan rasa yang terkandung pada sajak tersebut. d. Amanat Pesan yang disampaikan oleh pengarang 2. Unsur dari segi puisi, terdiri atas: a. Diksi Diksi adalah pilihan kata yang digunakan dalam puisi tersebut. Untuk puisi anak yang lebih sering dipergunakan adalah bermakna denotative. Karena puisi anak benar-benar harus menggunakan bahasa yang sederhana dan lugas. b. Imajinasi Pengimajinasian adalah pengindraan. Artinya bagaimana cara menulis puisi dalam menyuguhkan pengalaman batin kepada pembaca seolah-olah pembaca ikut melihat, mendengar, menyentuh, dan mengalaminya sendiri peristiwa tersebut. c. Kata-kataKonkrit Penggunaan kata-kata konkrit bukan hanya nyata, dan jelas, tetapi juga padat. d. Gaya bahasa Gaya bahasa yatu penggunaan bahasa (kata-kata atau kalimat) untuk pengertian yang khusus. Dengan maksud untuk memperjelas atau menambah dalam pengertian puisi tersebut. e. Ritme/Irama Merupakan gambaran suasana hati penyair dalam melafalkan puisi. f. Rima/Bunyi
16
Ritme atau irama adalah turun naiknya suara secara teratur, sedangkan rima atau sajak adalah persamaan bunyi.
3. Langkah-langkah dalam menulis puisi Dalam membuat puisi tak langsung menuis puisi pada media yang akan digunakan, tetapi juga harus mempunyai tahap-tahap menulis puisi dengan baik dan benar. Berikut adalah langkah-langkahnya: a. Amati objek atau sesuatu yang akan ditulis b. Tentukan temanya c. Tuliskan tema tersebut menjadi judul puisi d. Kembangkan menjadi sebuah puisi e. Susunlah tiap kalimat berurutan ke bawah, satu baris berisi kalimat yang tidak terlalu panjang. f. Jika kalimat terlalu panjang, buanglah kata tugas satu menjadi kalimat inti g. Carilah kata atau kalimat yang bisa diganti dengan kata yang memilliki intensitas makna lebih kuat dan lebih imajinatif h. Perbaiki kata tiap kalimat jika dianggap masih kurang memenuhi keindahan bunyi dan boleh juga mempergunakan gaya bahasa.
C. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning) A. Pengertian Pendekatan Kontektual Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.10 Orang dewasa akan mempelajari sesuatu karena yang dipelajarinya itu berguna dan mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan pembelajaran ini 10
Riyanto, Yatim. “Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/ Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran YangEfektif dan Berkualitas”. (Jakarta: Kencana, 2009). h. 159
17
dalam kehidupan sehari hari. Sedaaangkan siswa memiliki kesempatan terbatas untuk menerapkan pembelajarannya dalam konteks kehidupan nyata. Mereka masih mengembangkannya, sehingga seringkali tidak melihat relevansi dari isi pelajaran di kelas dengan kehidupan sehari-hari. Upaya guru untuk membantu siswa memahami relevansi materi pembelajaran yang dipelajarinya itu adalah dengan melakukan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di kelas. Pembelajaran ini disebut Pembelajaran
Kontekstual
(Contextual
Teaching
and
Learning/CTL).
Pembelajaran kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna jika guru lebih menekankan agar siswa mengerti relevansi apa yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata di mana isi pelajaran akan digunakan.11 “Contextual
Teaching
and
Learning”
adalah
suatu
pendekatan
pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu, anggota (keluarga, masyarakat dan bangsa).12 Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan.13 Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan 11
Hakim, Lukman. “Perencanaan Pembelajaran”. (Bandung: CV Wacana Prima, 2009).
H. 56-64 12
Andi, “MBS, Life Skill KBK, CTL & saling keterkaitannya” , dalam pelangi (Buletin Pendidikan), Jakarta, Desember 2005, Edisi III 13 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2006) h. 255
18
tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian autentik. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat. Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam di mana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara penyelesaiannya. Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran
yang
mengakui
dan
menunjukkan
kondisi
alamiah
dari
pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau gaya / cara siswa belajar. Konteks memberikan arti, relevansi dan manfaat penuh terhadap belajar. The Northwest Regional Education Laboratory USA dalam LAPIS PGMI mengidentifikasikan adanya 6 kunci dasar pembelajaran kontekstual, sebagai berikut: 1) Pembelajaran bermakna: pemahaman, relevansi dan penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa di dalam mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan terkait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasakan berkepentingan untuk belajar demi kehidupannya di masa mendatang. 2) Penerapan pengetahuan adalah kemampuan siswa untuk memahami apa yang dipelajari dan diterapkan dalam tatanan kehidupan dan fungsi di masa sekarang atau di masa depan.
19
3) Berpikir tingkat tinggi siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis dan berpikir kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah. 4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar. Isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, provinsi, nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dunia kerja. 5) Responsifterhadap budaya: guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa teman pendidik dan masyarakat tempat ia mendidik. Ragam individu dan budaya suatu kelompok serta hubungan antara budaya tersebut akan mempengaruhi pembelajaran dan sekaligus akan berpengaruh terhadap cara mengajar guru. 6) Penilaian autentik: penggunaan berbagai strategi penilaian (misalnya penilaian proyek tugas terstruktur, kegiatan siswa, penggunaan portofolio, rubrik, daftar cek, pedoman observasi, dan sebagainya) akan merefleksikan hasil belajar yang sesungguhnya.14
B. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional Perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan konvensional menyandarkan pada pemahaman makna. Pembelajaran konvensional terletak pada penekananannya, di mana pada model konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai, sementara program pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya, yaitu kegiatan tahap-demi tahap yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, mendiskusikan, menambah daya pikir kritis, atau mengerjakan proyek dan memecahkan masalah. Perilaku dibangun atas kesadaran diri. Keterampilan
14
Jauharoti Alfin, dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, LAPIS PGMI, 2009, h. 3, 12
20
dikembangkan atas dasar pemahaman. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri yang bersifat subjektif.15 Siswa
secara
pasif
menerima
informasi,
khususnya
dari
guru.
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan. Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu Berikut ini perbedaaan antara pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional: 16 N No
1 1
2
3
5
Pendekatan Tradisional
Siswa secara aktif terlibat
Siswa adalah penerima
dalam proses pembelajaran Siswa belajar dari teman 2 melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi Pembelajaran dikaitkan 3 dengan kehidupan nyata dan atau masalah disimulasikan 5
4
Pendekatan Kontekstual
Perilaku dibangun atas
kesadaran diri Keterampilan 6 dikembangkan atas dasar pemahaman
15
informasi secara pasif
Siswa belajar secara individual
Pembelajaran sangat abstrak dan teoretis
Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
Nanik Rubiyanto, Strategi Pembelajaran Holistik di Sekolah, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2010) h. 73 16 Jauharoti Alfin, dkk, op. cit, h. 3.13
21
7 6
7
Hadiah untuk perilaku baik
adalah kepuasan diri
9
adalah pujian atau nilai (angka) rapor
Seseorang tidak melakukan 8 yang jelek karena dia sadar hal itu
yang jelek karena dia takut
keliru dan merugikan
hukuman
Bahasa diajarkan dengan
8
Hadiah untuk perilaku baik
Seseorang tidak melakukan
Bahasa diajarkan dengan
pendekatan 8 komunikatif, yakni
pendekatan struktural, rumus
siswa diajak menggunakan bahasa
diterangkan sampai paham,
dalam konteks nyata
kemudian dilatihkan (driil)
Pemahaman rumus 9 dikembangkan atas dasar skemata
Rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus diterangkan,
yang sudah ada dalam diri siswa
diterima, dihafalkan, dan dilatihkan Rumus adalah kebenaran
10
Pemahaman rumus itu 1 relatif berbeda antara siswa yang
absolut. Hanya ada dua
satu dan lainnya.
rumus yang salah atau pemahaman
kemungkian, yaitu pemahaman
rumus yang benar 1 11
Siswa menggunakan
kemampuan berpikir kritis
Pengetahuan yang dimiliki
12
1 manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri.
1 13
Karena ilmu pengetahuan
itu dikembangkan (dikonstruksi)
Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkai fakta, konsep, atau hukum yang berada diluar diri manusia. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
22
oleh manusia sendiri Siswa diminta bertanggung jawab 1 memonitoring dan 14
mengembangkan pembelajaran
Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
mereka masing-masing 1 15
Penghargaan terhadap
pengalaman siswa diutamakan
Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa
Hasil belajar diukur dengan cara: 1 proses bekerja, hasil karya, 16
penampilan, rekaman, tes, dan lain-
Hasil belajar hanya diukur dengan tes
lain
17
Pembelajaran terjadi di 1 berbagai tempat, konteks, dan setting. 1
18
dari perilaku jelek 1
19
Penyesalan adalah hukuman
Perilaku baik berdasar
motivasi instrinsik
Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas
Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik Seseorang berperilaku baik
20
Seseorang berperiaku baik 2 karena dia yakin itulah yang terbaik
karena dia terbiasa melakukan
dan bermanfaat.
dengan hadiah yang
begitu. Kebiasaan ini dibangun
menyenangkan. Sumber :Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, LAPIS PGMI, 2009, halaman. 3.13
23
C. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Sounders (1999: 5-10) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual difokuskan pada REACT (Relating: belajar dalam konteks pengalaman hidup, Experiencing: belajar dalam konteks pencarian dan penemuan; Applying: belajar ketika pengetahuan diperkenalkan dalam konteks penggunaannya; Cooperating: belajar melalui konteks komunikasi interpersonal dan saling berbagi; Transfering: belajar penggunaan pengetahuan dalam suatu konteks atau situasi baru. Penjelasan masing-masing prinsip pembelajaran kontekstual tersebut adalah sebagai berikut: 1. Keterkaitan, relevansi (relating) Proses pembelajaran hendaknya ada keterkaitan (relevansi) dengan bekal pengetahuan yang telah ada pada diri siswa (relevansi antar faktor internal) seperti bekal pengetahuan, keterampilan, bakat, dan minat dengan faktor eksternal seperti pengalaman dalam kehidupan dunia nyata. 2. Pengalaman langsung (experiencing) Dalam proses pembelajaran, siswa perlu mendapatkan pengalaman langsung melalui eksplorasi, penemuan, inventori, investigasi, penelitian dan sebagainya.
Pengalaman
langsung
ini
dipandang
sebagai
jantung
pembelajaran kontekstual. Proses pembelajaran akan berlangsung cepat jika siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan sumber belajar, dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian yang lain secara aktif. 3. Aplikasi (applying) Menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks lain merupakan pembelajaran tingkat tinggi, lebih dari sekedar hafal. Kemampuan siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari untuk diterapkan atau digunakan pada situasi lain yang berbeda merupakan penggunaan (use) fakta konsep, prinsip atau prosedur atau „‟pencapaian tujuan pembelajaran dalam bentuk menggunakan (use)‟‟ (Reigeluth dan Merril, 1987:17). Kemampuan siswa menerapkan konsep dan informasi dalam konteks yang bermamfaat juga dapat mendorong siswa untuk memikirkan karir dan pekerjaan di masa depan yang mereka minati. Dalam pembelajaran kontekstual, penerapan ini
24
lebih banyak diarahkan pada dunia kerja. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, pengenalan dunia kerja ini dilaksanakan dengan menggunakan buku teks, video, laboratorium, dan bila memungkinkan ditindaklanjuti dengan memberikan pengalaman langsung melalui kegiatan karyawisata, praktik kerja lapangan dan sebagainya. 4. Kerjasama (cooperating) Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antarsesama siswa, antar siswa dengan guru, antarsiswa dengan nara sumber, memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan strategi pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar menguasai materi pembelajaran, tetapi juga sekaligus memberikan wawasan pada dunia nyata bahwa untuk menyelesaikan suatu tugas akan lebih berhasil jika dilakukan secara bersama-sama atau kerja sama dalam bentuk tim kerja. 5. Alih pengetahuan (transferring) Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki pada situasi lain. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki tidak sekedar untuk dihafal, tetapi dapat digunakan atau dialihkan pada situasi dan kondisi lain. Kemampuan siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari untuk memecahkan masalah-masalah baru merupakan penguasaan strategi kognitif (Gagne, 1988:19) atau „‟pencapaian tujuan pembelajaran dalam bentuk menemukan (finding)”17. Tujuan dari penerapan dan pendekatan pembelajaran kontekstual adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan makna sehari-hari sebagai individual, anggota keluarga, anggota masyarakat dan bangsa. Untuk mencapai tujuan
17
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010) h. 8-10
25
tersebut, sejumlah hasil yang diharapkan dalam penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual, di antaranya adalah:
1. Guru yang berwawasan luas 2. Materi dalam pembelajaran 3. Strategi metode dan teknik belajar mengajar 4. Media pendidikan yang memadai 5. Fasilitas yang berkualitas 6. Proses belajar mengajar 7. Kancah pembelajaran 8. Penilaian yang adil 9. Suasana.18
D. Komponen Pendekatan Kontekstual Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama untuk pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Pembelajaran dikatakan menggunakan pendekatan
CTL
jika
menerapkan
ketujuh
prinsip
tersebut
dalam
pembelajarannya. 1) Konstruktivisme Konstruktivisme, yaitu mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Pada dasarnya, pengetahuan dibentuk pada diri manusia berdasarkan pengalaman nyata yang dialaminya dan hasil interaksinya dengan lingkungan sosial di sekelilingnya. Pengetahuan yang siswa peroleh itu adalah hasil interpretasi pengalaman tersebut yang disusun dalam pikirannya. Jadi siswa bukan berasal dari apa yang diberikan
18
Nanik Rubiyanto op. cit,h. 77
26
guru, melainkan merupakan hasil usahanya sendiri berdasarkan hubungannya dengan dunia sekitar.19 Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak mampu memberikan semua pengetahuan siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori ini adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan kata lain, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi”
bukan
“menerima”
pengetahuan.
Dalam
kegiatan
pembelajaran, siswa membangun pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. 20
2) Inkuiri Menemukan atau inkuiri, yaitu melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Siswa diberi pembelajaran untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata. Guru harus merencanakan situasi sedemikian rupa, sehingga para siswa bekerja menggunakan prosedur mengenali masalah, menjawab pertanyaan, menggunakan prosedur penelitian, dan menyiapkan kerangka berpikir, hipotesis, dan penjelasan yang relevan dengan pengalaman dunia nyata.21 Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.22
19
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran,( Bandung: CV. Wacana Prima, 2009),
h. 57 20
Trianto, op. cit., h. 108 Lukmanul Hakim, op. cit., h. 59 22 Trianto, op. cit., h. 109 21
27
Dilihat dari segi kepuasan emosional, sesuatu hasil menemukan sendiri nilai kepuasan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pemberian. Di mana hasil pembelajaran merupakan hasil kreativitas siswa sendiri, akan bersifat lebih tahan lama diingat oleh siswa bila dibandingkan dengan sepenuhnya merupakan pemberian dari guru. Untuk menumbuhkan kebiasaan siswa secara kreatif agar bisa menemukan pengalaman belajarnya sendiri, berdampak pada strategi yang dikembangkan oleh guru. 2) Bertanya Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”, Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
3) Masyarakat Belajar Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang guru mengajari siswanya bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari siswa atau dalam contoh ini yang belajar hanya siswa, bukan guru. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama lain. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kebiasaan penerapan dan mengembangkan masyarakat belajar ini sangat dimungkinkan dan dibuka dengan luas memanfaatkan masyarakat belajar lain diluar kelas. Setiap siswa semestinya dibimbing dan diarahkan untuk
28
mengembangkan rasa ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara luas yang tidak hanya disekat oleh masyarakat belajar di dalam kelas, akan tetapi sumber manusia lain di luar kelas (keluarga dan masyarakat). Ketika kita dan siswa dibiasakan untuk memberi pengalaman yang luas kepada orang lain, maka saat itu pula kita atau siswa akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dari komunitas lain.
4) Pemodelan Perkembangan ilmu dan teknologi, telah mengantarkan dan memberi dampak kepada kemampuan guru. Oleh karena itu, maka kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh guru.
5) Refleksi Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lampau. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari suatu proses yang bermakna pula, yaitu melalui penerimaaan, pengolahan, pengendapan, untuk kemudian dapat dijadikan sandaran dalam menanggapi terhadap gejala kemunculan kemudian. Melalui model ini, pembelajaran siswa akan jauh lebih penting berada diluar kelas, yaitu pada saai ia dituntuu untuk menangggapi dan memecahkan permasalahan
nyata
yang
dihadapi
sehari-hari.
Kemampuan
untuk
29
mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada dunia nyata dihadapinya akan mudah diaktualisasikan manakala pengalaman belajar siswa telah memasuki dalam setiap jiwa siswa dan di sinilah pentingnya menerapkan unsure refleksi pada setiap kesempatan pembelajaran.
6) Penilaian Sebenarnya Penilaian sebagai integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa. D. Penerapan Pendekatan Kontektual dalam Pembelajaran Bahasa Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungan pengetahuan siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru. Pendekatan pengajaran kontekstual harus menekankan pada hal-hal sebagai berikut: 1) Belajar berbasis masalah (Problem-Based Learning), yaitu suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. 2) Pengajaran autentik (Authentic Instruction), yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Ia mengembangkan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting di dalam konteks kehidupan nyata.
30
3) Belajar berbasis inkuri yang membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti
metodologi
sains
dan
menyediakan
kesempatan
untuk
pembelajaran bermakna. 4) Belajar berbasis projek/tugas terstruktur yang membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalam materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. 5) Belajar berbasis kerja yang memerlukan suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan
siswa
menggunakan
konteks
tempat
kerja
untuk
mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di dalam tempat kerja. 6) Belajar jasa-layanan yang memerlukan penggunaan metodologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa-layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis
sekolah
untuk
merefleksikan
jasa-layanan
tersebut,
jadi
menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. 7) Belajar kooperatif yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan
kelompok
kecil
siswa
untuk
bekerjasama
dengan
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.23 Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam pembelajaran sebagai berikut: a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. b) Laksana sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya d) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan 23
Jauharoti Alfin, dkk,op. cit, h. 3.15
31
g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.24
E. Evaluasi Pembelajaran CTL Adapun evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran CTL antara lain: a. Penilaian Kinerja, yaitu penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian kinerja adalah mengidentifikasi semua aspek penting. Tuliskan semua kemampuan khusus yang diperlukan, usahakan kemampuan yang akan dinilai dapat diamati dan tidak terlalu banyak. Urutan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati. b. Penilaian tes tertulis, penilaian ini dilakukan dengan tes tertulis tes tertulis yang digunakan adalah pilihan ganda. Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk kemampuan mengingat dan memahami. Dalam menyusun instrument penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut yaitu materi, konstruksi, dan bahasa.
D. Pembelajaran
menulis
puisi
dengan
menggunakan
pendekatan
Kontekstual. Pembelajaran menulis puisi dengan penggunaan pendekatan kontekstual yang dimaksud adalah siswa membuat suatu puisi dengan melihat langsung objek yang akan menjadi tema dalam puisi yang dibuatnya. Dengan begitu siswa akan mengamati, merenungkan, merasakan, dan berimajinasi menurut objek tersebut.
E. Hasil Penelitian yang Relevan. Telah banyak dilakukan penelitian tentang pendekatan CTL, pendekatan ini telah terbukti efektif membantu siswa meningkatkan motivasi belajar siswa. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh:
24
Trianto, op. cit., h. 106
32
a. Penelitian yang dilakukan oleh Suryani, Skripsi dengan judul “Peningkatan Kreativitas
Menulis
Deskriptif
dengan
Menggunakan
Pendekatan
Kontekstual” (The Increasing of Descriptive Writing Creativity Through Contextual Teaching and Learning (CTL) Learning Models in 5th Grade of Hidayatul Athfal Islamic Elementary School Cinere Depok). Universitas Islam Negeri, Jakarta. Hasil penelitian tersebut yaitu, dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa yang pada siklus awal terdapat 25 siswa mencapai KKM, atau dengan kata lain presentase keberhasilannya mencapai 75,27%. Kemudian pada siklus kedua, terdapat 34 siswa yang mencapai KKM, atau dengan kata lain presentase keberhasilan pada siklus kedua mencapai 100%. Adapun perbedan yang dilakukan oleh Suryani dengan peneliti terletak pada materi pelajaran. Suryani meneliti pada keterampilan menulis kreatif yang berkaitan dengan membuat iklan suatu produk, sedangkan peneliti melakukan penelitian pada materi kreatifitas menulis puisi. b. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Azizah, dalam skripsinya yang berjudul “Meningkatkan
Keterampilan
Menulis
Indah
dengan
Pendekatan
Kontekstual Pada Siswa Kelaas IV Madrasah Ibtidaiyah Raudhatussa‟adah Jakarta Selatan”. Hasil dari penelitian tersebut yaitu, bahwa dengan penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis indah pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukan pada pre action test siklus I diperoleh nilai rata-rata 71,6% dengan presentase keberhasilan 55%, dan pada post action test siklus 1, diperoleh nilai rata-rata 74,1 dengan presentase keberhasilan mencapai 72%. Kemudian pada post action test siklus II terjadi peningkatan yaitu perolehan nilai siswa mencapai nilai rata-rata 75 dengan presentase keberhasilan 95%. Adapun perbedan yang dilakukan oleh Nur Azizah dengan peneliti terletak pada materi pelajaran. Nur Azizah meneliti pada keterampilan menulis indah, sedangkan peneliti melakukan penelitian pada materi kreatifitas menulis puisi.
33
F. Hipotesis Tindakan 1. Kerangka Berfikir Kemampuan menulis puisi yang masih rendah pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh guru dengan cara yang masih konvensional, seolah guru sebagai sumber utama dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Umumnya metode yang digunakan adalah metode ceramah, sehingga proses pembelajaran menjadi monoton dan pasif. Hal inilah yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar. Agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus menciptakan suasana belajar dan pendekatan yang menarik. Maka dari itu digunakan pendekatan kontekstual agar siswa dapat mempelajari sesuatu dengan lebih mudah, lebih konkrit, dan lebih menarik. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Hal inilah yang menjadi pendorong bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kontekstual. 2. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diungkapkan, maka dapat diajukan sebuah hipotesis tindakan sebagai berikut: Ho :Tidak terdapat pengaruh penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap keterampilan menulis pada pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan menulis puisi. Ha : Terdapat pengaruh penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap keterampilan menulis pada pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan menulis puisi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN VI Ciputat pada siswa kelas V tahun ajaran 2015/2016. B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas atau PTK. Metode ini merupakan metode yang sangat bagus digunakan dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas. Dalam
konteks
kependidikan,
penelitian
tindakan
kelas
(PTK)
mengandung pengertian bahwa PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi pendidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: a) praktikpraktik kependidikan mereka, b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut,
c)
situasi
dimana
praktik-praktik
34
tersebut
dilaksanakan.
35
C. Subjek Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN VI yang berlokasi di Ciputat, Tangerang Selatan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN VI Ciputau tahun ajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini peneliti akan berkolaborasi dengan guru kelas yakni guru kelas V. D. Peran dan Posisi Penelitti dalam Penelitian Peran penelii adalah sebagai perencana, pelakana, dan pengamat. Peneliti membuat
rencana
penelitian,
kemudian
melaksanakan,
mengamati,
mengumpulkan data, menganalisis, dan melaporkan hasil penelitian. E. Instrumen Penelitian Instrumen yang akan digunakan adalah instrument tes dan non tes. Instrumn tes digunakan untuk mengetahui kemempuann siswa dalam menulis puisi. Adapun instrument non tes digunakan untuk mengetahui perubahan tingkah laku yang berupa lembar observasi, dan dokumentasi. 1. Instrumen Tes Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untik mengukur tingkat pemahaman dan penguasaan terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pembelajaran tertentu ( Endang Poerwati, dkk, 2008:1-5). Seperti halnya tes berbicara, tes kemampuan menulis juga merupakan kegiatan penggunaan kemampuan bahasa yang aktif-produktif yang sebaiknya diselenggarakan dalam bentuk tes subjektif.1 Tes tertulis yang akan digunakan berbentuk essai, yaitu menulis puisi. Kriteria dalam menulis puisi, yaitu judul puisi, pemilihan kata, kesesuaian isi dengan tema, dan tipografi.
1
Djiwandono, Soenardi. “Tes Bahasa: Pegangan bagi Pengajar Bahasa”. (Jakarta: PT Indeks, 2008) h. 123
36
No
Aspek Penilaian
Skala Nilai
1
Judul
Sangat Baik, kurang
2
Kesesuaian dengan tema
isi Sangat Baik, kurang
Tolak Ukur
baik, Judul
Skor
puisi (4,3,2,1)
cukup, menarik bagi pembaca
baik, Isi
(4,3,2,1)
cukup, menerangkan sebagian besar tema
3
Diksi
Sangat
baik, Diksi
Baik,
cukup, dipilih
kurang
yang (4,3,2,1)
sangat tepat, indah,
dan
mendukung makna ini 4
Tipografi
Sangat Baik, kurang
baik, Tipografi cukup, yang dipilih sangat mendukung suasana puisi
Keterangan: 1= Kurang 2= Cukup 3= Baik 4= Sangat Baik
(4,3,2,1)
37
2.
Insrumen Non Tes Bentuk Instrumen Non Tes berupa pedoman observasi, dan dokumentasi foto.
a. Pedoman Observasi Pedoman Observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran serta mengamati sikap positif dan negative siswa dalam proses pembelajaran. Pada pedoman observasi inilah yang nantinya akan dijabarkan sikap positif dan negatif siswa selama pembelajaran pada siklus I dan II.
b. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berupa rekaman video, rekaman pita, foto, atau slide (Mansur Muslich. 2010:64). Dokumentasi dalam penelitian ini diambil menggunakan kamera handphone dengan hasil berupa foto-foto dan video saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam sebuah penelitian, dokumentasi amatlah penting peranannya karena menjadi sebuah bukti otentik yang akan dilaporkan bahwa peneliti telah melakuakan penelitian di sekolah terkait. Namun demikian, terdapat dokumendokumen lain yang berupa hasil menulis puisi siswa.
F. Proses Tindakan Kelas Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peningkatan keterampilan menulis puisi siswa setlah peneliti memberikan tindakan. Presedur penelitian berlangsung dua siklus, siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Berikut tahapantahapan dalam penelitian:
38
a. Tahap Pra-Penelitian Tahap pra penelitian yaitu meliputi observasi proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas V SDN VI Ciputat. b. Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Perencanaan
tindakan
yaitu
dengan
menyusun
perangkat
pembelajaran. Pembelajaran akan dilakukan dengan menggunakan objek real yang akan dijadikan puisi, dalam hal ini bisa berupa setangkai bunga mawar dan lain-lain. 2. Tindakan Pada pembelajaran ini dilakukan pengambilan data tes dengan tujuan untuk melatih siswa dalam menulis puisi. 3. Pengamatan Pengamatan yang akan dilakukan peneliti adalah pengamatan terhadap siswa selama kegiatan berlangsung dalam menulis puisi. 4. Refleksi Pada kegiatan refleksi peneliti akan mengevaluasi hasil puisi dan perilaku siswa pada siklus I. Setelah mendapatkan hasil, peneliti akan melanjutkan siklus selanjutnya dengan tujuan meningkatkan kemampuan menulis puisi. c. Siklus II a. Perencanaan Tindakan Pada siklus kedua peneliti akan menjelaskan kembali materi puisi dan aturan menulis puisi. b. Tindakan Pengambilan data siklus kedua dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontekstual, siswa diberi kebebasan menulis puisi dengan mengamati objek secara langsung. c. Pengamatan Pengamatan terhadap siswa dilakukan selama proses pembelajaran, dan pada siklus kedua ini diharapkan bisa mengalami peningkatan
39
d. Refleksi Pada kegiatan refleksi peneliti akan mengevaluasi hasil puisi dan perilaku siswa pada siklus I dan siklus II.
G. Metode Pengumpulan Data 1. Tes Metode tes berguna untuk mengetahui data keterampilan siswa dalam menulis puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Data dalam menulis puisi dengan penggunaan pendekatan kontekstual diperoleh melalui tes. Tes yang akan dilakukan peneliti yaitu pemberian tugas menulis puisi berdsarkan pengamatan objek secara langsung. Tes dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.2 2. Non Tes Data dalam penelitian akan diambil dengan beberapa teknik di antaranya
dengan
observasi,
jurnal
harian,
wawancara,
dan
dokumentasi kegiatan pembelajaran. a. Observasi Teknik observasi digunakan untuk mengetahui perilaku siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti dan guru pengampu bahasa Indonesia sebagai kolaborator.
b. Jurnal Harian Jurnal harian berfungsi untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan kontekstual c. Dokumentasi Dokumentasi berupa foto-foto kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan dari awal sampai ahir yang berguna untuk merekam peristiwa penting dalam aspek kegiatan kelas. 2
Kunandar, “Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru”. Jakarta. Rajawali Pers,2013. Hal126.
40
H. Metode Analisis Data Data analisis selama kegiatan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Metode analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif. 1. Metode Kuantitatif Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif. Teknik analisis statistik deskriptif yaitu teknik analisis yang memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis. Statistik deskriptif hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data agar lebih bermakna dan komunikatif disertai perhitungan-perhitungan sederhana. Data kuantitatif dikumpulkan melalui tes. Data yang berupa skor dianalisis dengan mencari rata-rata (mean) dan presentase, kemudian dibuat table dan diagram sehingga dapat diketahui kemampuan siswa dalam menulis puisi. 2. Metode Kualitatif Analisi data kualitatif digunakan dengan menggunakan tekhnik deskriptif kualitatif. Data kualitatif berupa, jurnal harian dan dokumentasi.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Ciputat yang beralamat di Jalan Pendidikan No 7 Ciputat,
Kabupaten Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Tempat penelitian ini yaitu ruang kelas VA SD Negeri 4 Ciputat. Ruang kelas tersebut terletak di lantai dua bersebelahan dengan ruang kelas IV dan V. Siswa dapat belajar dengan nyaman karena kondisi ruangan yang cukup luas dan memiliki banyak jendela, sehingga mendapatkan cukup penerangan. Fasilitas yang terdapat dalam kelas tersebut berupa papan tulis putih (whiteboard), sebuah meja guru, sebuah kursi guru, 20 buah meja siswa, 40 buah kursi siswa, dan sebuah lemari penyimpanan buku. Pada dinding depan kelas juga terpajang tempat foto presiden dan wakil presiden, serta gambar burung garuda dan sebuah jam dinding. B. Deskripsi Subjek Subjek penelitian ini merupakan siswa kelas V (Lima) SD Negeri 4 Ciputat yang berjumlah 39 siswa, yaitu 26 siswa putra dan 13 siswa putri, pada semester genap (semester 2), tahun pelajaran 2015/2016. Pada saat pelaksanaan tindakan, selama siklus I sampai dengan siklus II, tidak ada siswa yang absen. Siswa yang mengikuti pembelajaran genap berjumlah 39 siswa. C. Deskripsi Olahan Data Hasil Penelitian Berikut merupakan pemaparan proses dan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) terhadap keterampilan menulis puisi bebas siswa kelas V di SD Negeri 4 Ciputat, tahun pelajaran 2015/2016.
1. Olahan Data Prasiklus Kegiatan prasiklus dilaksanakan pada, tanggal 15 April 2016. Pertamatama peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada Kepala Sekolah SD Negeri 4 Ciputat untuk melakukan penelitian di SD tersebut. Peneliti menjelaskan kepada
41
42
Kepala Sekolah jika peneliti akan melakukan penelitian pada siswa kelas V di SD tersebut dalam rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi. Setelah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah, peneliti juga meminta izin kepada guru kelas V SD tersebut. Setelah mendapatkan izin dari Kepala sekolah dan guru kelas V, peneliti bertemu dengan guru kelas V untuk membicarakan penelitian yang akan dilaksanakan, dan mengkonsultasikan RPP yang sudah disiapkan peneliti. Diskusi tersebut dilakukan saat jam istirahat pada hari Jumat, 16 April 2016 di ruang guru. Pengambilan data pra siklus di Kelas V SD Negeri 4 Ciputat dilakukan pada tanggal 18 April 2016, sesuai dengan jadwal yang sudah ada. Siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran pada hari itu berjumlah 39 anak, yaitu 13 siswa putri dan 26 siswa putra. Pembelajaran pada waktu itu, guru meminta siswa untuk membuat puisi dengan tema bebas dengan tidak menggunakan pendekatan kontekstual. Setelah melihat pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V, ternyata memang benar jika keterampilan menulis puisi siswa masih rendah. Pada saat
guru meminta siswa untuk menulis puisi, masih banyak siswa yang
mendapat nilai di bawah KKM atau < 65. Siswa yang masih belum tuntas sebanyak 24 siswa. Itu artinya bahwa siswa yang tuntas baru mencapai 40% atau baru 15 siswa. Berdasarkan hasil menulis siswa, kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam pemilihan tema karena tidak ada benda yang bisa diamati secara langsung untuk inspirasi siswa dalam penulisan puisi bebas, dan belum memahami unsur-unsur yang ada dalam sebuah puisi. Selain itu, dengan melihat hasil puisi dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa merasa kesulitan dalam memilih kata-kata yang lebih indah dalam penulisan puisi. Berikut nilai hasil menulis puisi siswa pada prasiklus.
43
Tabel 5. Daftar Nilai Hasil Menulis Puisi Bebas Siswa pada Prasiklus
No
Nama
NILAI
KETERANGAN
1
AA
72
Tuntas
2
ANP
48
Tidak Tuntas
3
AB
52
Tidak Tuntas
4
BP
56
Tidak Tuntas
5
CNC
72
Tuntas
6
DK
60
Tidak Tuntas
7
DMN
48
Tidak Tuntas
8
DS
76
Tuntas
9
DP
64
Tidak Tuntas
10
DF
60
Tidak Tuntas
11
EN
52
Tidak Tuntas
12
FR
72
Tuntas
13
FS
64
Tidak Tuntas
14
FDN
68
Tuntas
15
F
52
Tidak Tuntas
16
FA
60
Tidak Tuntas
17
HF
68
Tuntas
18
HRH
64
Tidak Tuntas
19
JEA
76
Tuntas
20
MI
72
Tuntas
21
MAM
72
Tuntas
22
MAM
48
Tidak Tuntas
23
MF
52
Tidak Tuntas
24
MHA
60
Tidak Tuntas
25
MFA
60
Tidak Tuntas
44
26
MRA
52
Tidak Tuntas
27
MRA
76
Tuntas
28
MRS
60
Tidak Tuntas
29
NA
72
Tuntas
30
NJ
52
Tidak Tuntas
31
RM
80
Tuntas
32
RR
68
Tuntas
33
RA
72
Tuntas
34
RMA
60
Tidak Tuntas
35
RTM
60
Tidak Tuntas
36
TAS
64
Tidak Tuntas
37
YP
48
Tidak Tuntas
38
ZA
60
Tidak Tuntas
39
ZNA
80
Tuntas
Jumlah
2468
Nilai Tertinggi
80
Nilai Terendah
48
Rata-rata
63,2
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa masih banyak siswa yang belum tuntas. Penilaian hasil penulisan puisi di atas diperoleh dari penilaian kolaborasi bersama guru dan peneliti. Siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 baru ada 15 siswa atau baru 40% siswa yang tuntas dan rata-rata nilai menulis puisi bebas siswa yang belum mencapai ≥ 65 atau baru mencapai 63,2. Oleh karena itu, dengan melihat data tersebut dapat dinyatakan bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD Negeri 4 Ciputat belum tuntas. Nilai siswa masih banyak yang belum tuntas. Secara umum, siswa kurang memahami materi dan sulit untuk menuangkan ide karena kurangnya objek yang bisa dijadikan tema puisi. Kondisi pembelajaran terlihat pasif,
45
terbukti saat guru memberikan pertanyaan tidak ada siswa yang berani angkat tangan untuk menjawab pertanyaan. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil lembar pengamatan terhadap aktivitas guru dalam proses pembelajaran yang tersaji pada lampiran 7 dan hasil lembar pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelaja ran yang tersaji pada lampiran 8. Berdasarkan hal-hal tersebut, untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi perlu diadakan sebuah tindakan. Tindakan dalam penelitian ini yaitu melalui pendekatan kontekstual. Melalui pendekatan tersebut, diharapkan siswa dapat lebih memperkaya pilihan tema puisi, memperkaya pilihan kata dalam menulis puisi, mampu memahami unsur-unsur dalam puisi, sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa, dan yang paling membantu yaitu siswa dapat langsung mengamati objek yang menjadi tema puisi siswa sehingga siswa mudah dalam merangkai kata-kata dalam penulisan puisi. 2. Olahan Data Setiap Siklus Penelitian tindakan kelas (PTK) guna meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa melalui pendekatan kontekstual ini dilaksanakan dalam dua siklus. Jadwal perencanaan PTK dilakukan sebelum melaksanakan penelitian. Jadwal sebelumnya sudah dibicarakan terlebih dahulu dengan guru kelas V. Penelitian ini dilakukan selama tiga hari, yaitu tiga kali dalam satu minggu. Berikut laporan hasil penelitian tiap siklus. a. Olahan Data Siklus I Siklus I dalam penelitian ini terdiri dari tiga pertemuan. Masing-masing pertemuan berlangsung kurang lebih selama 70 menit (2 x 35 menit) atau 2 jam pelajaran, sehingga pembelajaran pada siklus I membutuhkan waktu kurang lebih 210 menit. Materi-materi yang diajarkan berkaitan dengan puisi, pengertian puisi bebas, unsur-unsur puisi, dan langkah-langkah menulis puisi bebas. Pada pertemuan pertama, guru menyampaikan materi tentang pengertian puisi bebas, unsur-unsur dalam puisi, serta menganalisis unsur-unsur yang ada dalam contoh puisi bebas yang berjudul Indahnya Bersekolah. Pada pertemuan kedua, guru melanjutkan materi tentang langkah-langkah menulis puisi bebas. Pada pertemuan ketiga guru memberikan evaluasi yaitu siswa diminta untuk menulis
46
puisi bebas secara individu. Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 April 2016, sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 25 April 2016, dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 27 April 2016 sesuai dengan jadwal pelajaran bahasa Indonesia kelas V di SD Negeri 4 Ciputat. Prosedur penelitian dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu: tahap perencanaan, tahap tindakan dan observasi, serta tahap refleksi. Berikut penjabaran dari tiap-tiap tahapan. 1) Tahap Perencanaan Hal-hal yang direncanakan untuk pertemuan pertama, kedua, dan ketiga pada siklus I secara umum hampir sama. Pada tahap perencanaan tindakan sesuai dengan bimbingan dosen pembimbing skripsi dibuatlah RPP. RPP siklus I tersaji pada lampiran 4. Sebelum melaksanakan tindakan, RPP terlebih dahulu dikonsultasikan kepada guru kelas V. RPP yang dibuat disesuaikan dengan materi yang terdapat pada silabus yaitu puisi bebas. RPP dibuat menggunakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Selain menyiapkan RPP, dipersiapkan pula media yang digunakan dalam proses pembelajaran selama siklus I. Media yang digunakan yaitu lembar teks contoh puisi bebas. 2) Tahap Tindakan dan Observasi a) Pertemuan Pertama (Rabu, 20 April 2016) Kegiatan Awal 1.
Siswa bersama guru membuka pelajaran dengan doa dan salam.
2.
Guru melakukan apersepsi berupa pertanyaan tentang pengalaman siswa.
3.
Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Kegiatan Inti
1.
Siswa menjawab pertanyaan guru tentang pengertian puisi. (Bertanya, karena dalam pembelajaran berbasis kontekstual ada kegiatan bertanya)
2.
Siswa menyimak penjelasan guru mengenai pengertian puisi bebas.
3.
Siswa menyimak penjelasan guru mengenai unsur-unsur puisi bebas.
47
4.
Siswa menyimak pemodelan guru menganalisis unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah bebas puisi yang berjudul Indahnya Bersekolah. (Pemodelan/Modelling, karena dalam pembelajaran berbasis kontekstual ada kegiatan modelling)
5.
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya terkait materi yang masih belum jelas. (Bertanya, karena dalam pembelajaran berbasis kontekstual ada kegiatan bertanya)
6.
Siswa diberi kesempatan oleh guru untuk merenung atau mengingat kembali materi apa saja yang sudah dipelajari.
7.
Siswa merefleksi pembelajaran yang telah dipelajari. (Refleksi, karena dalam pembelajaran berbasis kontekstual ada kegiatan refleksi)
8.
Siswa menyimpulkan sendiri materi yang telah dipelajari.
9.
Guru memberikan pesan moral terkait materi puisi bebas. Kegiatan Akhir (5 menit)
1.
Siswa diberi tindak lanjut berupa perintah untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan.
Berdasarkan
hasil
pengamatan
selama
proses
pembelajaran
berlangsung, masih ada siswa yang bermain-main di kelas dan berbincangbincang, sehingga membuat suasana kelas menjadi sedikit tidak kondusif.
b) Pertemuan Kedua (Senin, 25 April 2016) Kegiatan Awal Kegiatan awal pada pertemuan kedua siklus I sama dengan kegiatan awal pada pertemuan pertama siklus I. 1. Siswa berdoa. 2. Siswa menyimak guru ketika dilakukan presensi. 3. Siswa menyimak guru ketika guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan materi pokok dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
48
Kegiatan Inti (60 menit) 1.
Siswa diberi kesempatan tanya jawab mengenai materi sebelumnya. (Bertanya,
karena
dalam
pembelajaran
berbasis
kontekstual
ada
kegiatan bertanya) 2.
Siswa menyimak penjelasan guru mengenai langkah-langkah menulis puisi bebas.
3.
Siswa menyimak pemodelan guru mengenai langkah-langkah menulis puisi bebas. (Pemodelan/ Modelling, karena dalam pembelajaran berbasis kontekstual ada kegiatan modelling)
4.
Siswa bersama guru melakukan refleksi terkait materi langkah-langkah menulis puisi.
(Refleksi, karena dalam pembelajaran berbasis kontekstual
ada kegiatan refleksi) 5.
Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Kegiatan Akhir Kegiatan akhir dalam pertemuan kedua siklus I sama dengan pertemuan pertama siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran, siswa tenang dan konsentrasi selama pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan tersaji pada lampiran 7 dan 8. a) Pertemuan Ketiga (Rabu, 27 April 2016) Kegiatan Awal Kegiatan awal pada pertemuan ketiga siklus I sama dengan kegiatan pada pertemuan pertama dan kedua siklus I. Kegiatan Inti 1.
Siswa dan guru keluar kelas tetapi masih di dalam area sekolah. (Keterkaitan dengan konteks lingkungan di mana siswa berada / lingkungan fisik siswa)
2.
Siswa menulis puisi bebas dengan tema sesuai dengan konteksnya/ benda yang ada di halaman sekolah, misalnya: pohon, bunga, matahari, guru, sekolah, perpustakaan, dll.
49
3.
Siswa kembali ke kelas untuk mengedit hasil tulisan puisi bebasnya yeng bertema semua hal yang ada di halaman sekolah. (Mengedit, karena mengedit merupakan salah satu langkah menulis puisi bebas)
4.
Siswa diberi kesempatan oleh guru melakukan tanya jawab mengenai materi puisi bebas dari awal sampai akhir. (Bertanya, karena dalam pembelajaran berbasis kontekstual ada kegiatan bertanya)
5.
Siswa merefleksi tentang materi puisi bebas. (Refleksi, karena dalam pembelajaran berbasis kontekstual ada kegiatan refleksi)
6.
Guru memberikan pesan moral yang berkaitan dengan materi puisi bebas.
Kegiatan Akhir Kegiatan akhir dalam pertemuan ketiga siklus I sama dengan pertemuan pertama dan kedua siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran dapat diketahui bahwa pembelajaran sudah berjalan lancar dan baik sesuai dengan yang direncanakan. Tema yang dipilih siswa lebih berkembang dibandingkan dengan tema pada prasiklus. Hasil pengamatan tersaji pada lampiran 7 dan 8. 3) Tahap Refleksi Pada tahap refleksi dilakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran. Peneliti dan guru kelas V mendiskusikan kekurangan-kekurangan atau masalah yang masih dihadapi selama melakukan tindakan dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga siklus I. Evaluasi terhadap proses pembelajaran ini dilakukan di setiap akhir pertemuan. Berikut tiga contoh hasil menulis puisi siswa pada siklus I. Contoh pertama untuk hasil menulis puisi dengan nilai tertinggi karya Calista Nazwa Camila Salsa. Contoh kedua untuk hasil menulis puisi dengan nilai sedang karya Habil Fadillah. Contoh ketiga untuk hasil menulis puisi dengan nilai tererendah karya Deco Muhammad Nur.
50
Berikut contoh pertama yaitu hasil menulis puisi dengan nilai tertinggi pada siklus I puisi karya Calista Nazwa Camila Salsa.
Berikut ini tabel hasil analisis menulis puisi bebas siswa dengan nilai tertinggi pada siklus I karya Calista Nazwa Camila Salsa. Tabel 6.Penilaian hasil menulis puisi bebas dengan nilai tertinggi pada siklus I karya Calista Nazwa Camila Salsa.
51
No.
Aspek yang Dinilai
Skor
Skor
Keterangan
maksimal 1
Kebaruan tema dan
5
5
makna
Aktual, sangat sesuai dengan objek yang diamati. Hal tersebut terlihat dari judul yaitu “Guru” karena siswa bisa melihat langsung guru tersebut.
2
Amanat
5
4
Amanat puisi tersurat sangat jelas, itu terlihat pada poin 2 di atas.
3
Citraan atau Imajinasi
5
4
Sesuai dengan objek yang diamati, tetapi kurang memunculkan daya khayal.
4
Ketepatan Diksi
5
4
Pilihan kata sederehana.
5
Gaya Bahasa
5
3
Penggunaan majas masih kurang
Jumlah
20
Nilai = 20 x 100 = 80 25
52
Berikut contoh kedua yaitu hasil menulis puisi dengan nilai sedang pada siklus I puisi karya Habil Fadillah.
Berikut ini tabel hasil analisis menulis puisi bebas siswa dengan nilai sedang pada siklus I karya Habil Fadillah. Tabel 7. Penilaian hasil menulis puisi bebas dengan nilai sedang pada siklus I karya Habil Fadillah.
53
No. Aspek yang Dinilai
Skor
Skor
Keterangan
maksimal 1
Kebaruan tema dan
5
4
makna
sangat sesuai dengan objek yang diamati, itu terlihat dari judul puisi yaitu “Tanaman” karena di halaman sekolah ada tanaman pohon.
2
Amanat
5
3
Amanat tidak jelas.
3
Citraan atau
5
4
Menciptakan kesan indrawi
4
Imajinasi
bagi pembaca, dan sesuai dengan
Ketepatan Diksi
objek yang diamati. Pilihan kata sederhana, sesuai
5
3
dengan objek yang diamati. 5
Gaya Bahasa
5
3
Kurang menguasai penggunaan majas, hal itu terlihat dari tidak adanya penggunaan majas dalam puisi tersebut
Jumlah
17
Nilai = 17 x 100 = 68 25
54
Berikut contoh ketiga yaitu hasil menulis puisi dengan nilai terendah pada siklus I puisi karya Deco Muhammad Nur.
Berikut ini hasil analisis menulis puisi bebas siswa dengan nilai sedang pada siklus I karya Deco Muhammad Nur. Tabel 8. Penilaian hasil menulis puisi bebas dengan nilai terendah pada siklus I karya Deco Muhammad Nur.
55
No.
Aspek yang Dinilai
Skor
Skor
Keterangan
Maksimal 1
Kebaruan tema dan makna
5
4
Aktual,
dan
sesuai
dengan objek yang
diamati.
Hal
tersebut terlihat dari
judul
puisi
yaitu
“Bunga” karena halaman
sekolah
di bisa
dilihat beberapa macam bunga. 2
Amanat
5
1
Amanat kurang jelas.
3
Citraan atau Imajinasi
5
3
Memunculkan kesan indrawi, dan sesuai dengan objek yang diamati.
4
Ketepatan Diksi
5
3
Pilihan kata sederhana
5
Gaya Bahasa
5
2
Belum menguasai penggunaan gaya bahasa.
Jumlah
13
Nilai = 13 x 100 = 52 25
Berdasarkan hasil menulis puisi siswa dan hasil wawancara dengan guru kelas V diperoleh beberapa masalah yang masih perlu diperbaiki. Masalahmasalah yang masih dihadapi antara lain siswa masih banyak yang belum menuliskan aspek amanat yang ingin disampaikan, dan sebagian besar siswa belum menggunakan gaya bahasa dalam menulis puisi bebas. Hasil
tindakan
pada
siklus
I menunjukkan
bahwa
keterampilan
menulis puisi bebas siswa masih belum mencapai kategori baik. Hal ini dapat
56
dilihat dari hasil nilai menulis puisi bebas siswa pada pertemuan ketiga siklus I. Dilihat dari nilai hasil menulis puisi siswa, masih ada beberapa siswa yang belum tuntas, sehingga dalam penelitian ini perlu dilakukan tindakan lanjutan. Berikut nilai hasil menulis puisi bebas siswa pada siklus I. Tabel 9. Daftar Nilai Hasil Menulis Puisi Bebas Siswa pada Siklus I
No
Nama
NILAI
KETERANGAN
1
AA
72
Tuntas
2
ANP
60
Tidak Tuntas
3
AB
52
Tidak Tuntas
4
BP
68
Tuntas
5
CNC
80
Tuntas
6
DK
60
Tidak Tuntas
7
DMN
52
Tidak Tuntas
8
DS
76
Tuntas
9
DP
68
Tuntas
10
DF
60
Tidak Tuntas
11
EN
52
Tidak Tuntas
12
FR
72
Tuntas
13
FS
76
Tuntas
14
FDN
68
Tuntas
15
F
52
Tidak Tuntas
16
FA
60
Tidak Tuntas
17
HF
68
Tuntas
18
HRH
64
Tidak Tuntas
19
JEA
76
Tuntas
20
MI
72
Tuntas
21
MAM
72
Tuntas
57
22
MAM
64
Tidak Tuntas
23
MF
52
Tidak Tuntas
24
MHA
72
Tuntas
25
MFA
76
Tuntas
26
MRA
52
Tidak Tuntas
27
MRA
76
Tuntas
28
MRS
60
Tidak Tuntas
29
NA
72
Tuntas
30
NJ
64
Tidak Tuntas
31
RM
80
Tuntas
32
RR
72
Tuntas
33
RA
76
Tuntas
34
RMA
60
Tidak Tuntas
35
RTM
60
Tidak Tuntas
36
TAS
68
Tuntas
37
YP
60
Tidak Tuntas
38
ZA
60
Tidak Tuntas
39
ZNA
80
Tuntas
Jumlah
2584
Nilai Tertinggi
80
Nilai Terendah
52
Rata-rata
66,26
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan menulis puisi bebas siswa ada peningkatan cukup signifikan yaitu dari nilai rata-rata kelas prasiklus 63,2 menjadi 66,26. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang belum tuntas yaitu sebanyak 18 anak atau baru 21 siswa yang sudah tuntas. Tujuan penelitian ini tercapai apabila siswa mencapai nilai ≥ 65 dan nilai
58
rata-rata kelas ≥ 65, dan penelitian ini berhasil karena 5 4 % siswa sudah tuntas atau mendapat nilai ≥ 65. Berdasarkan kajian dari hasil menulis puisi siswa pada siklus I diperoleh hasil bahwa aspek amanat, dan gaya bahasa memperoleh jumlah skor lebih rendah dibandingkan aspek yang lainnya. Berdasarkan hasil tersebut disepakati bahwa ada tindakan lanjutan untuk perbaikan pada kedua aspek tersebut
pada
siklus
selanjutnya.
Hasil
kesepakatan
tersebut
yaitu
memahamkan kembali unsur-unsur yang ada dalam puisi, terutama amanat dan gaya bahasa karena kedua unsur tersebut yang masih belum dipahami oleh siswa. Dalam pertemuan siklus II, ditekankan pada aspek amanat dan gaya bahasa pada puisi bebas. Hal ini dikarenakan kebanyakan siswa masih mengalami kesulitan dalam penggunaan gaya bahasa dan majas. Oleh karena hasil siklus I yang belum maksimal, maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II. b. Siklus II
Siklus II dalam penelitian ini terdiri dari tiga pertemuan. Masing-masing pertemuan berlangsung kurang lebih selama 70 menit (2x35 menit) atau 2 jam pelajaran, sehingga pembelajaran pada siklus II membutuhkan waktu kurang lebih 210 menit. Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 23 Mei 2016, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari R a b u , 2 5 Mei 2016, dan pertemuan ketiga dilaksanakan hari Jum’at, 27 Mei 2016. Prosedur penelitian pada siklus II ini sama dengan prosedur penelitian pada siklus I, yaitu: tahap perencanaan, tahap tindakan dan observasi, serta tahap refleksi. Berikut penjabaran dari tiap-tiap tahapan. 1) Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan tindakan siklus II ini hampir sama dengan tahap perencanaan tindakan pada siklus I. Pada tahap perencanaan tindakan siklus II, dibuat RPP terlebih dahulu. RPP siklus II tersaji pada lampiran 12. Sebelum melaksanakan tindakan, RPP terlebih dahulu dikonsultasikan kepada guru kelas V. RPP yang dibuat tetap menggunakan pendekatan kontekstual. Selain
59
membuat RPP, disiapkan media pembelajaran seperti lembar teks contoh puisi bebas yang berjudul Sepak Bola. 2) Tahap Tindakan dan Observasi a) Pertemuan Pertama (Senin, 23 Mei 2016) Kegiatan Awal Kegiatan awal pada pertemuan pertama siklus II sama dengan kegiatan pada pertemuan-pertemuan siklus I. Kegiatan Inti Pada pertemuan pertama siklus II, proses pembelajarannya hampir sama dengan pertemuan-pertemuan di siklus I. Pada pertemuan pertama siklus II yang berbeda dengan pertemuan-pertemuan di siklus I sebagai berikut. 1.
Siswa menjawab pertanyaan guru tentang perbedaan puisi bebas dengan puisi. ( Bertanya, karena bertanya merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam proses pembelajaran yang berbasis kontekstual )
2.
Siswa menyimak penjelasan guru mengenai unsur-unsur puisi, terutama menekankan pada unsur amanat dan gaya bahasa.
3.
Siswa menyimak pemodelan guru menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam puisi bebas yang berjudul “Sepak Bola”. ( Modelling, karena modelling merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam proses pembelajaran yang berbasis kontekstual )
4.
4.Siswa diberi kesempatan untuk bertanya terkait materi yang masih belum jelas. (Bertanya, karena bertanya merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam proses pembelajaran yang berbasis kontekstual )
5.
Siswa diberi soal essay menyebutkan 5 unsur instrinsik puisi bebas dan menyebutkan dua jenis gaya bahasa beserta contoh.
6.
Siswa menyimpulkan sendiri materi yang telah dipelajari.
7.
Guru memberikan pesan moral terkait materi puisi bebas.
60
Kegiatan Akhir Kegiatan akhir dalam pertemuan kedua siklus II sama dengan pertemuan- pertemuan di siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran dapat diketahui bahwa pembelajaran sudah berjalan lancar dan baik sesuai dengan yang direncanakan. Siswa sudah antusias dan konsentrasi mengikuti proses pembelajaran. Hasil pengamatan tersaji pada lampiran 7 dan 8. b) Pertemuan Kedua (Rabu, 25 Mei 2016) Kegiatan Awal Kegiatan awal pada pertemuan pertama siklus II sama dengan kegiatan pada pertemuan-pertemuan di siklus I. Kegiatan Inti Pada pertemuan kedua siklus II, proses pembelajarannya hampir sama dengan pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua siklus II yang berbeda dengan pertemuan-pertemuan di siklus I sebagai berikut. 1.
Siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi sebelumnya. (Bertanya, karena bertanya merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam proses pembelajaran yang berbasis kontekstual )
2.
Siswa menyimak penjelasan guru mengenai langkah-langkah menulis puisi.
3.
Siswa menyimak pemodelan guru tentang langkah-langkah menulis puisi. ( modelling, karena modelling merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam proses pembelajaran yang berbasis kontekstual )
4.
Siswa diberi soal essay menyebutkan empat langkah dalam menulis puisi bebas secara urut.
5.
Siswa melakukan refleksi terkait materi langkah-langkah menulis puisi. (refleksi, karena refleksi merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam proses pembelajaran yang berbasis kontekstual )
6.
Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
61
7.
Guru memberikan pesan moral.
Kegiatan Akhir Kegiatan akhir dalam pertemuan kedua siklus II sama dengan pertemuan- pertemuan di siklus I. Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat diketahui bahwa pembelajaran sudah berjalan lancar dan baik. Dalam proses pembelajaran siswa sudah bersemangat dan antusias mengikuti pelajaran. Hasil pengamatan tersaji pada lampiran 7 dan 8. c) Pertemuan Ketiga (Jum’at, 27 Mei 2016) Kegiatan Awal Kegiatan awal pada pertemuan pertama siklus II sama dengan kegiatan pada pertemuan-pertemuan di siklus I. Kegiatan Inti 1.
Siswa dan guru pergi keluar kelas, menuju sungai dekat sekolah. (Keterkaitan dengan konteks lingkungan dimana siswa berada/ lingkungan fisik siswa)
2.
Siswa bebas mencari objek yang akan dijadikan tema dalam menulis puisi.
3.
Siswa mengedit puisi bebas hasil tulisannya dengan tema sesuai dengan benda yang ada di sekitar sungai seperti: air, sungai, pohon, matahari, dll.
4.
Siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi puisi bebas dari awal sampai akhir. (bertanya merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan kontekstual)
5.
Siswa merefleksi tentang materi puisi bebas. (Refleksi merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan kontekstual)
6.
Guru memberikan pesan moral yang berkaitan dengan materi puisi bebas.
Kegiatan Akhir Kegiatan akhir dalam pertemuan ketiga siklus II sama dengan pertemuan- pertemuan di siklus I. Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat diketahui bahwa
62
pembelajaran sudah berjalan lancar dan baik. Dalam proses pembelajaran siswa sudah bersemangat dan antusias mengikuti pelajaran. Hasil pengamatan tersaji pada lampiran 7 dan 8. Hasil pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus II menunjukan bahwa hasil belajar siswa yaitu nilai hasil menulis puisi bebas siswa mengalami peningkatan. Berikutnilai
hasil
menulis
puisi
siswa pada siklus II.
Selengkapnya tersaji pada lampiran 11. Tabel 10. Daftar Nilai Hasil Menulis Puisi Bebas Siswa pada Siklus II
No
Nama
NILAI
KETERANGAN
1
AA
76
Tuntas
2
ANP
72
Tuntas
3
AB
68
Tuntas
4
BP
68
Tuntas
5
CNC
80
Tuntas
6
DK
60
Tidak Tuntas
7
DMN
72
Tuntas
8
DS
76
Tuntas
9
DP
68
Tuntas
10
DF
64
Tidak Tuntas
11
EN
60
Tidak Tuntas
12
FR
84
Tuntas
13
FS
76
Tuntas
14
FDN
76
Tuntas
15
F
64
Tidak Tuntas
16
FA
76
Tuntas
17
HF
72
Tuntas
18
HRH
68
Tuntas
63
19
JEA
76
Tuntas
20
MI
76
Tuntas
21
MAM
72
Tuntas
22
MAM
64
Tidak Tuntas
23
MF
64
Tidak Tuntas
24
MHA
76
Tuntas
25
MFA
76
Tuntas
26
MRA
64
Tidak Tuntas
27
MRA
76
Tuntas
28
MRS
68
Tuntas
29
NA
72
Tuntas
30
NJ
60
Tidak Tuntas
31
RM
80
Tuntas
32
RR
78
Tuntas
33
RA
76
Tuntas
34
RMA
74
Tuntas
35
RTM
68
Tuntas
36
TAS
68
Tuntas
37
YP
64
Tidak Tuntas
38
ZA
70
Tuntas
39
ZNA
80
Tuntas
Jumlah
2784
Nilai Tertinggi
84
Nilai Terendah
64
Rata-rata
71,38
64
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dikatakan bahwa keterampilan menulis puisi bebas siswa kelas V SD Negeri 4 Ciputat sudah baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata menulis puisi bebas siswa yang mencapai angka 71,38. Hal tersebut sudah melebihi KKM yang diharapkan. 3) Tahap Refleksi Berikut tiga contoh hasil menulis puisi siswa pada siklus II. Contoh pertama untuk hasil menulis puisi dengan nilai tertinggi karya Ferdiansyah. Contoh kedua untuk hasil menulis puisi dengan nilai sedang karya Rido. Contoh ketiga untuk hasil menulis puisi dengan nilai tererendah karya Nurhafiz. Berikut contoh pertama yaitu hasil menulis puisi dengan nilai tertinggi pada siklus II puisi karya Ferdiansyah.
65
Berikut ini tabel hasil analisis menulis puisi bebas siswa dengan nilai tertinggi pada siklus II karya Ferdiansyah.
Tabel 11.
Penilaian
hasil
menulis
puisi
bebas
dengan
nilai
tertinggi pada siklus II karya Fadli Nur Hakim
No. Aspek yang Dinilai 1
Kebaruan tema
Skor
Skor
Keterangan
maksimal 5
5
Aktual,
sesuai
dengan
perkembangan siswa, dan
dan
sesuai dengan objeknya, itu terlihat
makna
dari judul puisinya yaitu “Sungai” karena siswa menulis puisinya di tepi sungai. 2
Amanat
5
5
Amanat puisi jelas, itu terlihat pada baris terakhir, sesuai dengan objeknya.
3
Citraan atau
5
4
Menciptakan kesan indrawi, memunculkan daya
Imajinasi
khayal, sesuai dengan objek diamati. 4
Ketepatan
5
4
kata
sederhana,
memperhatikan keindahan.
Diksi 5
Pilihan
Gaya Bahasa Jumlah
5
3 21
Cukup menguasai penggunaan majas Nilai = 21 x 100 = 84 25
66
Berikut ini contoh kedua yaitu hasil menulis puisi dengan nilai sedang pada siklus II puisi karya Rido.
67
Berikut ini tabel hasil analisis menulis puisi bebas siswa dengan nilai sedang pada siklus II karya Rido. Tabel 12. Penilaian hasil menulis puisi bebas dengan nilai sedang pada siklus II karya Rido.
No. 1
Aspek yang
Skor
Dinilai
maksimal
Kebaruan tema
5
Skor 5
Keterangan Aktual,
dan
sangat
sesuai
dengan
dan
makna
objeknya, itu terlihat dari judul puisinya yaitu “Sungai” karena siswa menulis puisinya di tepi sungai.
2
Amanat
5
2
Amanat tidak jelas.
3
Citraan atau
5
3
Menciptakan kesan indrawi, dan sesuai
Imajinasi
dengan objek diamati. 4
Ketepatan
5
4
Pilihan kata sederhana.
5
Diksi Gaya Bahasa
5
2
Belum menguasai penggunaan majas
Jumlah
17
Nilai = 17 x 100 = 68 25
68
Berikut ini contoh ketiga yaitu hasil menulis puisi dengan nilai terendah pada siklus II puisi karya Nurhafiz.
Berikut ini tabel hasil analisis menulis puisi bebas siswa dengan nilai terendah pada siklus II karya Nurhafiz. Tabel 13. Penilaian hasil menulis puisi bebas dengan nilai terendah pada siklus II karya Nurhafiz.
69
No.
1
Aspek yang
Skor
Dinilai
maksimal
Kebaruan
5
tema
Skor
Keterangan
4
Aktual, dan sesuai dengan objeknya, itu terlihat dari judul puisinya yaitu
dan
“Sungai”
makna
karena
siswa
menulis
puisinya di tepi sungai. 2
Amanat
3
Citraan
atau
5
1
Amanat tidak jelas.
5
4
Menciptakan kesan indrawi, dan sesuai dengan objek diamati.
Imajinasi 4
Ketepatan
5
4
Pilihan kata sederhana.
5
2
Kurang menguasai penggunaan majas
15
Nilai = 15 x 100 = 60
Diksi 5
Gaya Bahasa Jumlah
25 Berdasarkan hasil menulis puisi bebas siswa pada siklus II, dapat diketahui bahwa keterampilan menulis puisi bebas siswa mengalami peningkatan. Ketuntasan siswa pada akhir siklus II mencapai 92%. Perbaikan pembelajaran menulis puisi bebas melalui pendekatan kontekstual tersebut telah mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu nilai nilai rata-rata menulis puisi bebas siswa ≥ 65 dan hampir seluruh siswa mendapatkan nilai ≥ 65. Berdasarkan peningkatan tersebut, maka pembelajaran sudah dianggap memuaskan. Oleh karena itu, penelitian melalui pendekatan kontekstual dalam meningkatkan keterampilan menulis puisi bebas siswa dianggap sudah berhasil. Peneliti dan guru kelas V sepakat untuk mengakhiri perbaikan pembelajaran dan penelitian tindakan kelas ini dicukupkan sampai siklus II sehingga tidak dilanjutkan ke siklus III.
70
D. Analisis Data Analisis data pada penelitian ini dilakukan pada data hasil tes menulis puisi bebas, data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa, data hasil wawancara, serta data hasil dokumentasi yang berupa foto. Berdasarkan hasil tes menulis puisi bebas siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II, nilai rata-rata menulis puisi bebas siswa mengalami peningkatan. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran juga mengalami penigkatan. 1. Analisis Data Tes Menulis Puisi Bebas Siswa Hasil tes menulis puisi bebas siswa pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 9. Nilai rata-rata kelas, diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh nilai menulis puisi bebas siswa dan dibagi sebanyak jumlah siswa. Pada kegiatan siklus I, jumlah nilai siswa sebanyak 1744 dibagi 25 siswa, sehingga nilai rata-rata yang diperoleh adalah 69,76. Siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 19 siswa, sehingga persentase ketuntasan pada siklus I sebesar 76%. Kategori tingkat penguasaan menulis puisi bebas siswa masih pada kategori cukup. Hasil tes menulis puisi bebas siswa pada siklus II dilihat pada lampiran 11. Nilai rata-rata kelas, diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh nilai menulis puisi bebas siswa dan dibagi sebanyak jumlah siswa. Pada kegiatan siklus II, jumlah nilai siswa sebanyak 1880 dibagi 25 siswa, sehingga nilai rata-rata yang diperoleh adalah 75,2. Siswa yang tuntas pada siklus II sebanyak 23 siswa, sehingga persentase ketuntasan pada siklus II sebesar 92%. Berdasarkan kategori tingkat penguasaan, tingkat penguasaan menulis puisi bebas pada siklus II berada pada kategori sangat baik. Berdasarkan uraian analisis data tes menulis puisi bebas di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis puisi bebas dalam proses pembelajaran sudah masuk dalam kategori sangat baik. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas dalam menulis puisi bebas pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. Peningkatan nilai menulis puisi bebas siswa
71
dan peningkatan nilai rata-rata kelas pada prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut dan selengkapnya tersaji pada lampiran 12. Tabel 14.
Peningkatan Nilai Hasil Menulis Puisi Bebas Siswa pada
Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
NILAI No
Inisial Nama Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
1
AA
72
72
76
2
ANP
48
60
72
3
AB
52
52
68
4
BP
56
68
68
5
CNC
72
80
80
6
DK
60
60
60
7
DMN
48
52
72
8
DS
76
76
76
9
DP
64
68
68
10
DF
60
60
64
11
EN
52
52
60
12
FR
72
72
84
13
FS
64
76
76
14
FDN
68
68
76
15
F
52
52
64
16
FA
60
60
76
17
HF
68
68
72
18
HRH
64
64
68
19
JEA
76
76
76
20
MI
72
72
76
21
MAM
72
72
72
72
22
MAM
48
64
64
23
MF
52
52
64
24
MHA
60
72
76
25
MFA
60
76
76
26
MRA
52
52
64
27
MR
76
76
76
28
MRS
60
60
68
29
NA
72
72
72
30
NJ
52
64
60
31
RM
80
80
80
32
RR
68
72
78
33
RA
72
76
76
34
RMA
60
60
74
35
RTM
60
60
68
36
TAS
64
68
68
37
YP
48
60
64
38
ZA
60
60
70
39
ZNA
80
80
80
Jumlah
2452
2584
2784
Nilai Tertinggi
80
80
84
Nilai Terendah
48
52
64
Rata-rata
63,2
66,26
71,38
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai hasil menulis puisi bebas siswa mengalami peningkatan dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata menulis puisi juga mengalami peningkatan dari prasiklus sebesar 63,2 meningkat menjadi 66,26 pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 71,38 pada
73
siklus II. Dilihat dari hasil evaluasi siklus II menunjukkan bahwa 77% siswa atau 30 sudah tuntas yaitu memperoleh nilai ≥ 65. Berdasarkan tabel peningkatan nilai rata-rata menulis puisi bebas siswa pada prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat bahwa keterampilan menulis puisi bebas siswa kelas V SD Negeri 4 Ciputat mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada gambar diagram berikut.
Gambar 3. Diagram Peningkatan Nilai Rata-Rata Menulis Puisi Bebas Siswa pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II 2. Analisis Data Hasil Pengamatan Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada pertemuan pertama siklus I, setelah dijumlahkan menghasilkan skor sebanyak 14. Setelah diambil rata-rata dan dibuat skoring memperoleh persentase sebesar 93%. Persentase tersebut dalam kategori tingkat penguasaan sudah dalam kategori sangat baik. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada pertemuan kedua siklus I, setelah dijumlahkan menghasilkan skor sebanyak 14. Setelah diambil rata-rata dan dibuat skoring memperoleh persentase sebesar 93%. Persentase tersebut dalam kategori tingkat penguasaan sudah dalam kategori sangat baik. Pertemuan ketiga siklus I, persentase rata-rata hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dalam proses pembelajaran memperoleh persentase sebesar 100% dan dalam kategori sangat baik. Setelah dirata-rata, hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dalam proses
74
pembelajaran siklus I memperoleh rata-rata sebesar 95 dengan persentase ratarata sebesar 95 % dalam kategori sangat baik. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada pertemuan pertama siklus II, setelah dijumlahkan menghasilkan skor sebanyak 14. Setelah diambil rata-rata dan dibuat skoring memperoleh persentase sebesar 93%. Persentase tersebut dalam kategori tingkat penguasaan sudah dalam kategori sangat baik. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada pertemuan kedua siklus II, setelah dijumlahkan menghasilkan skor sebanyak 14. Setelah diambil rata-rata dan dibuat skoring memperoleh persentase sebesar 93%. Persentase tersebut dalam kategori tingkat penguasaan sudah dalam kategori sangat baik. Pertemuan ketiga siklus II, persentase rata-rata hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dalam proses pembelajaran memperoleh persentase sebesar 100% dan dalam kategori sangat baik. Setelah dirata-rata, hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dalam proses pembelajaran siklus I memperoleh rata-rata sebesar 95 dengan persentase rata-rata sebesar 95% dalam kategori sangat baik. Berdasarkan uraian analisis data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru di atas, dapat dikatakan bahwa guru semakin baik dalam mengelola pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan pada tiap aspek yang diamati dari pra siklus, siklus I sampai siklus II. Persentase rata-rata pada pra siklus sebesar 60% meningkat menjadi 95% pada siklus I, dan meningkat menjadi 100% pada siklus II. Berdasarkan hasil perolehan persentase dari pengamatan terhadap aktivitas guru dalam proses pembelajaran selama pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat dalam tabel perbandingan di bawah ini.
75
Tabel 15. Peningkatan Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Guru pada Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
No
Siklus I
Persentase
Siklus II
Ketuntasan (%)
Persentase Ketuntasan (%)
1.
Pertemuan 1
93
Pertemuan 1
93
2.
Pertemuan 2
93
Pertemuan 2
93
3.
Pertemuan 3
100
Pertemuan 3
100
Jumlah
286
286
95
95
95
95
Rata-rata Persentase Ratarata (%)
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa aktivitas guru selama proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II tidak mengalami peningkatan yaitu presentase siklus I dan siklus II sebesar 95%. Presentase dari hasil pengamatan aktivitas guru selama siklus I dan siklus II dapat digambarkan dalam diagram berikut
76
Persentase Aktivitas Guru 100% 72%
90% 80%
67%
70% 60%
62%
50% 40% 30% 20% 10% 0%
Pra Siklus
Gambar
4.
Siklus I
Siklus II
Diagram Peningkatan Persentase Hasil Pengamatan terhadap
Aktivitas Guru pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II Berdasarkan gambar diagram diatas, dapat diketahui dengan jelas bahwa terjadi peningkatan persentase terhadap aktivitas guru dari pra siklus ke siklus I, dan siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut adalah 60% pada prasiklus dalam kategori cukup meningkat menjadi 95% pada siklus I berada pada kategori sangat baik. Siklus II sama dengan siklus I yaitu 95%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan aktivitas guru sudah sangat baik dalam mengelola pembelajaran menulis puisi bebas. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada pertemuan pertama siklus I, setelah dijumlahkan menghasilkan skor sebanyak 519. Setelah diambil rata-rata dan dibuat skoring memperoleh persentase sebesar 65%. Persentase
77
tersebut dalam kategori tingkat penguasaan sudah dalam kategori kurang. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada pertemuan kedua siklus I,
setelah
dijumlahkan menghasilkan skor sebanyak 538. Setelah diambil rata-rata dan dibuat skoring memperoleh persentase sebesar 67%. Ada peningkatan sebesar 2% tetapi tetap masih dalam kategori yang sama yaitu tingkat penguasaan masih dalam kategori kurang. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada pertemuan ketiga siklus I, setelah dijumlahkan menghasilkan skor sebanyak 561. Setelah di ambil rata-rata dan dibuat skoring memperoleh persentase sebesar 70%. Ada peningkatan sebesar 5% dari pertemuan pertaman dan mengalami kenaikan tingkat yaitu masuk kategori tingkat penguasaan masih dalam kategori baik. Berdasarkan hasil rata-rata pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga siklus I; diperoleh rata-rata hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada siklus I sebesar 1618 dengan persentase sebesar 67%. Persentase tersebut berada dalam kategori kurang. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada pertemuan pertama siklus II, setelah dijumlahkan menghasilkan skor sebanyak 556. Setelah diambil ratarata dan dibuat skoring memperoleh persentase sebesar 69%. Persentase tersebut dalam kategori tingkat penguasaan sudah dalam kategori kurang. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada pertemuan kedua siklus II, setelah dijumlahkan menghasilkan skor sebanyak 577. Setelah diambil rata-rata dan dibuat skoring memperoleh persentase sebesar 72%. Persentase tersebut dalam kategori tingkat penguasaan sudah dalam kategori baik. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada pertemuan ketiga siklus II setelah dijumlahkan menghasilkan skor sebanyak 602. Setelah diambil rata-rata dan dibuat skoring memperoleh persentase sebesar 75%. Persentase tersebut dalam kategori tingkat penguasaan dalam kategori
baik. Berdasarkan hasil
rata-rata
pengamatan
78
terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua siklus II, diperoleh rata-rata hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada siklus II sebesar 1735 dengan persentase sebesar 72%. Persentase tersebut berada dalam kategori baik. Berdasarkan uraian analisis data hasil pengamatan terhadap siswa dalam proses pembelajaran menulis puisi bebas di atas, terjadi peningkatan pada tiap aspek yang diamati dari prasiklus, siklus I sampai siklus II. Berdasarkan hasil perolehan persentase dari pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran selama prasiklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat dalam tabel perbandingan di bawah ini. Tabel 16. Peningkatan Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa pada Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
No
Siklus I
Persentase
Siklus II
Ketuntasan (%)
Persentase Ketuntasan (%)
1.
Pertemuan 1
65
Pertemuan 1
69
2.
Pertemuan 2
67
Pertemuan 2
72
3.
Pertemuan 3
70
Pertemuan 3
75
Jumlah
200
216
Rata-rata
67
72
Persentase Rata-
67
72
rata (%)
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus I dan II mengalami peningkatan sebesar 5%. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari persentase rata-rata pada siklus I sebesar 69% meningkat menjadi 72% pada siklus II. Persentase dari hasil Pengamatan terhadap aktivitas siswa yang diperoleh selama pra siklus, siklus I dan siklus II dapat digambarkan dalam diagram batang berikut.
79
Persentase Aktivitas Siswa
74% 72% 70% 68% 66% 64% 62% 60% 72%
58% 56%
67%
62%
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 5. Diagram Peningkatan Persentase Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus
80
Berdasarkan gambar diagram batang diatas, dapat diketahui dengan jelas bahwa terjadi peningkatan persentase terhadap aktivitas siswa dari prasiklus ke siklus I, dan siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut adalah 62% pada prasiklus dalam kategori kurang meningkat menjadi 67% pada siklus I masih berada dalam kategori kurang tetapi ada peningkatan 5% meningkat lagi menjadi 72% pada siklus II berada pada kategori cukup. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan aktivitas siswa kelas V SD Negeri 4 Ciputat sudah cukup baik dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi bebas berdasarkan pengalaman dan selalu mengalami penigkatan. 3.
Analisis Data Hasil Dokumentasi Data hasil dokumentasi yang berupa foto-foto dianalisis menjadi
kalimat kesimpulan. Dilihat dari hasil foto, dapat diketahui bahwa guru sedang menyampaikan materi pelajaran. E. Pembahasan 1. Siklus I Pelaksaan tindakan pada siklus I dimulai dari tanggal 20 April sampai dengan 27 April 2016. Siklus I terdiri dari tiga pertemuan. Satu siklus dapat diselesaikan dalam satu minggu karena setiap minggu ada tiga kali pembelajaran bahasa Indonesia yaitu hari senin, Rabu, dan Sabtu. Proses pembelajaran berlangsung menyenangkan karena ada suasana baru dengan pembelajaran kontekstual. Guru menanyakan kepada siswa pengertian puisi dan beberapa siswa menjawab sesuai dengan yang siswa pahami. Sebagian siswa menyimak penjelasan guru mengenai pengertian puisi bebas dan beberapa siswa yang duduk di belakang ada yang asik ngobrol dengan teman di sebelahnya. Semua siswa menyimak dengan serius penjelasan guru mengenai unsur-unsur puisi bebas, karena sudah ditegur oleh guru. Semua siswa menyimak dengan serius pemodelan yang dilakukan oleh guru mengenai cara menganalisis unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah bebas puisi yang berjudul Indahnya Bersekolah. Semua siswa merefleksi pembelajaran yang telah dipelajari dengan
81
baik. Siswa mendengarkan pesan moral
yang
disampaikan
oleh
guru
sebelum mengakhiri pembelajaran menulis puisi bebas. Proses pembelajaran pada pertemuan kedua di siklus I di antaranya sebagai berikut. Siswa tetap masih pasif/ belum punya keberanian untuk bertanya kepada guru saat diberi kesempatan bertanya mengenai materi pertemuan sebelumnya. Semua siswa menyimak penjelasan guru mengenai langkah-langkah menulis puisi bebas. Siswa menyimak dengan baik pemodelan yang dilakukan oleh guru mengenai langkah-langkah menulis puisi bebas. Siswa bersama guru melakukan refleksi terkait materi langkah- langkah menulis puisi. Siswa dapat menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan baik Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga di siklus I di antaranya yaitu. Siswa dan guru keluar kelas menuju halaman sekolah, siswa keluar dengan tertib dan begitu semangat untuk belajar di luar kelas. Siswa menulis puisi bebas di halaman sekolah untuk memilih tema sesuai dengan konteksnya/ sesuai dengan benda yang siswa amati, semua siswa antusias mencari benda yang siswa minati, ada yang berkelompok dan ada yang sendiri berada di salah satu benda yang ada di halaman. Setelah selesai menulis cepat dihalaman sekolah, siswa dan guru kembali kelas untuk memperbaiki/ mengedit hasil karya puisi bebas yang ditulis di halaman sekolah. Setelah selesai mengedit, siswa maju ke depan untuk mengumpulkan hasil karyanya secara berurutan sesuai nomor absen siswa. Semua siswa merefleksi pembelajaran yang sudah dipelajari. Setelah melaksanakan tindakan pembelajaran menulis puisi bebas melalui pendekatan kontekstual pada siklus I, terdapat peningkatan keterampilan menulis puisi bebas di kelas V. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata keterampilan menulis puisi bebas dan jumlah siswa yang tuntas KKM. Nilai rata-rata menulis puisi bebas pada siklus I mengalami kenaikan sebesar 3,06 dari kondisi awal 63,2 meningkat menjadi 66,26. Siswa yang mencapai KKM (≥ 65) juga mengalami peningkatan. Peningkatan siswa yang mencapai KKM sebanyak 6 orang siswa pada siklus I, keadaan awal sebelum dilakukannya tindakan adalah 15 orang siswa yang mencapai KKM dan
82
meningkat menjadi 21 orang siswa yang mencapai KKM pada siklus I. Masih terdapat beberapa masalah pada siklus I. Salah satunya adanya beberapa siswa yang belum mencapai KKM. Permasalahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah: a) beberapa siswa belum fokus mengikuti pelajaran, b) beberapa siswa belum paham dengan aspek amanat dalam sebuah puisi, c) masih ada siswa yang belum dapat menuliskan majas dalam puisinya. 2. Siklus II Pelaksaan tindakan pada siklus II dimulai dari tanggal 2 3 Mei sampai dengan 27 Mei 2016. Siklus II terdiri dari tiga pertemuan. Satu siklus dapat diselesaikan dalam satu minggu karena setiap minggu ada tiga kali pembelajaran bahasa Indonesia yaitu hari Senin, Rabu, dan Sabtu. Proses
pembelajaran
keterampilan
menulis
puisi
bebas
pada
pertemuan pertama di siklus II sebagai berikut. Masih sama seperti di siklus I, semua siswa belum ada yang berani bertanya kepada guru saat diberi kesempatan bertanya. Siswa hanya berani menjawab secara bersama pertanyaan dari guru tentang perbedaan puisi bebas dengan puisi. Selanjutnya semua siswa menyimak dengan baik penjelasan guru mengenai unsur-unsur puisi, terutama menekankan pada unsur amanat dan gaya bahasa. Siswa menyimak dan memperhatikan pemodelan yang dilakukan oleh guru saat menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam puisi bebas yang berjudul “Sepak Bola”. Kemudian siswa diberi soal essay, soal dibacakan secara lisan oleh guru yaitu “sebutkan lima unsur instrinsik yang terdapat dalam sebuah puisi bebas dan sebutkan dua jenis gaya bahasa beserta contoh”. Setelah selesai
siswa
mengumpulkan
hasil
pekerjaannya secara berurutan sesuai nomor absen siswa. Siswa menyimpulkan sendiri materi yang telah dipelajari. Sebelum pembelajaran berakhir, guru memberikan pesan moral terkait materi puisi bebas.
83
Proses pembelajaran pada pertemuan kedua di siklus II diantaranya sebagai berikut. Masih sama seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, semua siswa belum ada yang berani bertanya kepada guru saat diberi kesempatan bertanya. Siswa menyimak dengan serius penjelasan guru mengenai langkahlangkah menulis puisi. Siswa menyimak dengan baik pemodelan yang dilakukan oleh guru tentang langkah-langkah menulis puisi. Selanjutnya siswa diberi soal essay menyebutkan empat langkah dalam menulis puisi bebas secara urut. Setelah selesai, siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya dengan tertib. Siswa melakukan refleksi terkait materi langkah- langkah menulis puisi. Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga di siklus II menjadi pembelajaran paling menyenangkan karena untuk pertama kalinya siswa belajar di tepi sungai di dekat sekolah dan kegiatannya sebagai berikut. Siswa begitu antusias beserta guru keluar kelas, menuju sungai dekat sekolah. Pembelajaran terasa begitu menyenangkan dengan suasana baru yaitu di tepi sungai dengan pemandangan yang hijau dan udara segar dengan air mengalir. Selanjutnya siswa bebas mencari objek yang akan dijadikan tema dalam menulis puisi. Semua siswa semangat menulis cepat setelah menemukan objek yang siswa amati. Setelah selesai menulis cepat, siswa kembali ke kelas untuk mengedit puisi bebas hasil tulisannya pada selembar kertas dari guru. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi puisi bebas dari awal sampai akhir, siswa serempak menjawab tetapi belum berani apabila siswa menjawab secara individu. Siswa merefleksi tentang materi puisi bebas. Guru memberikan pesan moral yang berkaitan dengan materi puisi bebas sebelum mengakhiri pembelajaran menulis puisi bebas. Pada pelakasanaan siklus II proses pembelajaran hampir sama dengan siklus I. Pada siklus II telah terjdi perbaikan-perbaikan untuk mengatasi masalah yang ada pada siklus I. Guru tidak lagi terlalu cepat dalam menyampaikan materi. Guru lebih memberikan perhatian kepada siswa-siswa yang belum mencapai KKM. Pada proses diskusi guru lebih membimbing siswa sehingga siswa lebih paham dalam menulis puisi bebas. Pada siklus II siswa lebih terkondisikan untuk belajar. Siswa lebih tenang dan fokus dalam mengikuti penyampaian
84
materi yang disampaikan guru. Tidak lagi terlihat siswa yang mengobrol pada saat guru menyampaikan materi. Setelah melaksanakan tindakan pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan kontekstual pada siklus II, terdapat peningkatan keterampilan menulis puisi bebas di kelas V. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata keterampilan menulis puisi bebas dan jumlah siswa yang tuntas KKM. Nilai ratarata menulis puisi pada siklus II mengalami kenaikan sebesar 12,8 dari kondisi awal 63,2 meningkat menjadi 71,38. Siswa yang mencapai KKM (≥ 65) juga mengalami peningkatan. Peningkatan siswa yang mencapai KKM sebanyak 30 orang siswa pada siklus II, keadaan awal sebelum dilakukannya tindakan adalah 15 orang siswa yang mencapai KKM dan meningkat menjadi 30 orang siswa yang mencapai KKM pada siklus II. Merujuk pada keberhasilan penelitian, maka nilai rata-rata kelas yang dicapai pada akhir siklus II adalah 75,2. Hasil penelitian tentang keterampilan menulis puisi bebas melaui pendekatan kontekstual yang dilakukan dalam dua siklus menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan menulis puisi bebas siswa, sebagian besar siswa sudah mencapai KKM yang di tentukan. Hanya satu orang siswa yang belum dapat mencapai KKM. Ada beberapa faktor yang merupakan penyebab mengapa siswa tersebut tidak bisa memenuhi KKM yang ditentukan. Faktor-faktor tersebut salah satunya adalah siswa tersebut merupakan siswa tinggal kelas tahun lalu. Selain masalah tersebut, masalah lainnya yang menyebabkan kedua siswa tersebut tidak tuntas KKM adalah karena pendidikan orang tua kedua siswa tersebut rendah hanya lulus SD. Pendidikan orang tua yang rendah berdampak jika siswa mengalami kesulitan belajar, orang tua tidak mampu memberikan bimbingan belajar. Berdasarkan data nilai rata-rata menulis puisi bebas siswa yang meningkat dari
prasiklus,
siklus
I,
dan
siklus
II,
maka
dapat
dilihat
bahwa
melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi bebas siswa.
85
F. Keterbatasan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini memiliki keterbatasan-keterbatasan, antara lain : 1. Keterbatasan
waktu
yang
diberikan
dari
pihak
sekolah
untuk
melaksanakan penelitian. 2. Keterampilan menulis puisi siswa tidak hanya dipengaruhi oleh pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Akan tetapi.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan tentang Peningkatan Keterampilan Siswa Kelas V dalam Menulis Puisi Bebas dalam penelitian ini, disimpulkan berikut. 1.
Proses peningkatan pembelajaran keterampilan menulis puisi bebas siswa dicapai melalui penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam kegiatan menulis puisi bebas: 1) siswa masih belum berani bertanya terhadap guru saat diberi kesempatan untuk bertanya, 2) siswa memperhatikan
saat guru melakukan pemodelan sehingga
menjadi lebih paham terhadap unsur- unsur dan langkah-langkah menulis puisi bebas, 3) siswa semangat saat menulis cepat puisi di luar kelas yaitu di halaman sekolah dan di tepi sungai dekat sekolah, 4) siswa dapat mengedit/memperbaiki hasil puisi bebas dengan baik pada selembar kertas yang diberikan guru, 5) siswa dapat merefleksi dengan baik pembelajaran yang sudah dipelajari. 2.
Hasil penelitian menunjukan bahwa keterampilan menulis pusi bebas di kelas V SDN 4 Ciputat melalui pendekatan kontekstual mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukan dengan nilai rata-rata kelas dalam menulis puisi bebas mengalami meningkat dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata menulis puisi bebas pada prasiklus sebesar 63,2; siklus I sebesar 66.26; peningkatan sebesar 3,06. Pada siklus II sebesar 71,38; peningkatan dari siklus I sebesar 5,12.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut.
86
87
1. Bagi siswa a. Dalam menulis puisi bebas, siswa sebaiknya mencantumkan unsurunsur yang yang terkandung dalam sebuah puisi bebas. b. Dalam menulis puisi, siswa harus pintar dalam memilih kata-kata yang indah, agar pembaca senang dan merasa terhibur saat membaca puisi siswa. c. Dalam menulis puisi, siswa harus menuliskan amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca supaya pembaca dapat memahami pesan yang ingin disampaikan siswa kepada pembaca. 2.
Bagi guru a.
Guru mengajak siswa keluar kelas supaya lebih banyak objek yang bisa diamati secara langsung.
b.
Guru mengajarkan siswa dalam memilih tema puisi sesuai dengan benda yang siswa amati secara langsung sehingga akan memudahkan siswa dalam mengeluarkan kata-kata yang ada di pikiran siswa.
DAFTAR PUSTAKA Sugiyono, “Metode Penelitian Penddikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”. Bandung: Alfabeta, 2009) Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno. “Strategi Belajar Mengajar Melalui Konsep Umum & Konsep Islami”. Bandung: PT. Refika Aditama, 2007 Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, “Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan”. Jakarta: Prestasi Pusaka, 2011 Tarigan, “Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa”, Bandung: 1993 Lapis PGMI, “Kemampuan Berbahasa di SD”, Jakarta: 2009 Novi Resmini dkk,” Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi”, Bandung: 2007 Tarigan H. G,”Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa”, Bandung: 1997 Novi Resmini, “Membaca dan Menulis di SD: Teori dan Pengajarannya”, Bandung: 2006 Aminuddin, “Pengantar Apresiasi Karya Sastra”, Bandung: 2001 Dendy Sugono, “Buku Praktis Bahasa ndonesia Jilid 1”, Jakarta: 2011 Wardito Soeharso, “Yuk Nulis Puisi”, Surabaya: Perum Percetakan Negara RI Cabang Surabaya, 2009 Riyanto, Yatim. “Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/ Pendidik
Dalam
Implementasi
Pembelajaran
YangEfektif
dan
Berkualitas”. Jakarta: Kencana, 2009 Hakim, Lukman. “Perencanaan Pembelajaran”. Bandung: CV Wacana Prima, 2009 Andi, “MBS, Life Skill KBK, CTL & saling keterkaitannya” , dalam pelangi (Buletin Pendidikan), Jakarta, Desember 2005, Edisi III
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2006 Jauharoti Alfin, dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia MI, LAPIS PGMI, 2009 Nanik Rubiyanto, Strategi Pembelajaran Holistik di Sekolah, Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2010 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, Bandung: PT. Refika Aditama, 2010 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima, 2009 Kunandar, “Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru”. Jakarta. Rajawali Pers,2013 Djiwandono, Soenardi. “Tes Bahasa: Pegangan bagi Pengajar Bahasa”. Jakarta: PT Indeks, 2008
Lampiran 1: Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran
Nama Sekolah Nama Guru Mata Pelajaran Kelas Hari/ Tanggal
: : : : :
SDN 4 Ciputat Dimas Koko Bahasa Indonesia V Rabu, 20 April 2016
Petunjuk Pengisian Berilah tanda √ untuk pilihan “Ya” apabila melakukan dan “Tidak” apabila tidak melakukan! No.
Pernyataan
1.
Pra Pembelajaran a. Guru menyiapkan ruang, alat dan media pembelajaran b. Guru memeriksa kesiapan siswa Membuka Pelajaran a. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan b. Guru melakukan apersepsi Inti pembelajaran a. Guru menguasai materi pembelajaran b. Guru melaksanakan pembelajaran secara kontekstual c. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai d. Guru memusatkan kegiatan pada siswa e. Guru menggunakan waktu secara efisien f. Guru menggunakan media pembelajaran secara efektif dan efisien g. Guru melibatkan siswa dalam memanfaatkan media h. Guru menggunakan bahasa lisan secara benar dan lancer i. Guru menggunakan bahasa tulis secara benar dan lancer j. Guru membuat kesimpulan bersama siswa
2
3.
Pilihan Ya
Tidak √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4.
k. Guru memberikan soal evaluasi sesuai dengan kompetensi siswa
√
Penutup a. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas untuk mempelajari bab selanjutnya. Total
√ 9
Keterangan : Skor 1 jika “Ya” Skor 0 jika “Tidak”
Tangerang, 20 April 2016 Observer
Partini, S. Pd
Lampiran 2 : Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Nama Sekolah : SDN 4 Ciputat Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas
: V
Hari/ Tanggal : Rabu, 20 April 2016 Berilah tanda √ pada pilihan SB, B, C, dan K untuk pernyataan di bawah ini! No
Pernyataan
1. 2. 3. 4.
Siswa menyiapkan alat tulis Siswa berkonsentrasi saat proses pembelajaran Siswa aktif bertanya dan berpendapat Siswa mampu bekerja sama dengan anggota Kelompoknya 5. Siswa bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas 6. Siswa mampu menentukan tema dan makna puisi 7. Siswa mampu membuat bagian-bagian puisi 8. Siswa mampu menyusun puisi 9. Siswa menyelesaikan tugas tepat waktu 10. Siswa mampu membuat kesimpulan atas hal yang telah Dipelajari Total Keterangan : SB (Sangat Baik) = skor 4 B (Baik)
= skor 3
C (Cukup)
= skor 2
K (Kurang)
= skor 1 Tangerang, 20 April 2016 Observer
Partini, S. Pd
SB √
Skor B C
K √ √
√ √ √ √ √ √ √ 4
3
10
3
Lampiran 3 : Pedoman Penilaian Puisi Siswa
No
Aspek yang dinilai
Skor maksimal
1.
Kebaruan tema dan makna
1-5
2.
Amanat
1-5
3.
Citraan dan imajinasi
1-5
4.
Ketepatan Diksi
1-5
5.
Gaya bahasa
1-5 Jumlah
Aspek yang Dinilai
Kebaruan tema dan makna
25
Patokan
Skor
Kriteria
Tema puisi sangat aktual, sangat sesuai dengan perkembangan siswa, dan sangat sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
5
Sangat Baik
Tema puisi aktual, sesuai dengan perkembangan siswa, sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai.
4
Baik
Tema puisi cukup aktual, cukup sesuai dengan perkembangan siswa, cukup sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai.
3
Cukup
Tema puisi kurang aktual, kurang sesuai dengan perkembangan anak, kurang sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai.
2
Kurang
Tema puisi tidak aktual, kurang sesuai dengan perkembangan anak, tidak sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai.
1
Sangat Kurang
Amanat
Citraan dan imajinasi
Ketepatan
Amanat puisi tersurat dengan sangat jelas dan sangat sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
5
Sangat Baik
Amanat puisi jelas dan sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
4
Baik
Amanat puisi cukup jelas dan cukup sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
3
Cukup
Amanat puisi kurang jelas dan kurang sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
2
Kurang
Amanat puisi sangat kurang jelas dan sangat kurang sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
1
Sangat Kurang
Sangat menciptakan kesan indrawi kepada pembaca dan sangat sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
5
Sangat Baik
menciptakan kesan indrawi kepada pembaca, dan esuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
4
Baik
Cukup menciptakan kesan indrawi kepada pembaca dan cukup sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
3
Cukup
Kurang menciptakan kesan indrawi kepada pembaca,dan kurang sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
2
Kurang
Sangat surang menciptakan kesan indrawi kepada pembaca, dan tidak sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
1
Sangat Kurang
Pilihan kata sangat sederhana, sangat memperhatikan keindahan, sangat sesuai dengan
5
Sangat Baik
Diksi
objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai Pilihan kata sederhana, memperhatikan keindahan, sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
4
Baik
Pilihan kata cukup sederhana sehingga mengaburkan makna, cukup memperhatikan keindahan, cukup sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
3
Cukup
Pilihan kata kurang sederhana sehingga mengaburkan makna, kurang memperhatikan keindahan, kurang sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
2
Kurang
1
Sangat Kurang
Ada penggunaan majas yang sangat sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
5
Sangat Baik
Ada penggunaan majas indah tetapi kurang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
4
Baik
Penggunaan majas cukup dan cukup sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
3
Cukup
Penggunaan majas kurang indah, dan kurang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
2
Kurang
Tidak ada penggunaan majas dan tidak sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
1
Sangat Kurang
Pilihan kata sangat kurang sederhana sehingga mengaburkan makna, sangat kurang memperhatikan keindahan, sangat kurang sesuai dengan objek yang ada di halaman sekolah dan di sungai
Gaya bahasa/majas
Skor Maksimal
25
Lampiran 4 : Nilai Hasil Menulis Puisi Siswa pada Prasiklus
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama
ALIYAH ANGGRAINY AMANDA NAZILA PUTRI ANDIKA BIMANTORO BIMA PRAKASA CALISTA NAZWA CAMILA DARU KEMAL DECO MUHAMMAD NUR DEVANDRA SATYA DHARU PRASETYA DIRA FIRNA ELITA NATALIA FADLY RAHMAN FARJI SAPUTRA FAUZA DIANA N FERDIANSYAH FINA APRILIANI HABIL FADILAH HAIKAL RAFLI HIDAYAT JECONIA EMERY AUDRIC MAHDI IBRAHIM MUHAMMAD ADRIYAN MUTU MUHAMMAD ALIZAR MUHAMMAD FARABILLAH MUHAMMAD HABIB AKBAR MUHAMMAD MUFTY AL QUDSY MUHAMMAD RAFI ABDUL ROZAKI MUHAMMAD RAMADHAN MUHAMMAD RIZKY SALIM NISHA APRIYANTI NURHAFIZ JUNAFIAN REVINA MARCHIANI RIDHO RAMADHAN RISMA ANJANI RIZKI MAULANA AKBAR RIZKI TEGAR MAULANA TEUKU AZRIL SAPUTRA YUDRA PRATAMA
NILAI 72 48 52 56 72 60 48 76 64 60 52 72 64 68 52 60 68 64 76 72 72 48 52 60 60 52 76 60 72 52 80 68 72 60 60 64 48
KETERANGAN
Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
38 39
ZAHRA AMELIA ZAHWA NOER AFISAH Jumlah Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata
60 80 2468 80 48 63,2
Tidak Tuntas Tuntas
Lampiran 5 : Lembar Hasil Pengamatan Aktivitas Guru pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
No 1
2
3
Aspek Pra Pembelajaran a. Guru menyiapkan ruang, alat dan media pembelajaran b. Guru memeriksa kesiapan siswa Membuka Pelajaran a. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan rencana kegiatan b. Guru melakukan apersepsi Inti Pembelajaran a. Guru menguasai materi pembelajaran b. Guru melaksanakan pembelajaran secara kontekstual c. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai d. Guru memusatkan kegiatan pada siswa e. Guru mengguanakan waktu secara efisien f. Guru menggunakan media pembelajaran secara efektif dan efisien g. Guru melibatkan siswa dalam memanfaatkan media h. Guru menggunakan bahasa lisan secara benar dan lancer i. Guru menggunakan bahasa tulis secara benar
Prasiklus
Total Skor Siklus I P1 P2 P3
P1
Siklus II P2 P3
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
dan lancar j. Guru membuat kesimpulan bersama siswa k. Guru memberikan soal evaluasi sesuai dengan kompetensi siswa Penutup a. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas untuk mempelajari bab selanjutnya Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
9
14
14
15
14
14
15
Lampiran 6 : Lembar Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Total Skor No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Nama
ALIYAH ANGGRAINY AMANDA NAZILA PUTRI ANDIKA BIMANTORO BIMA PRAKASA CALISTA NAZWA CAMILA DARU KEMAL DECO MUHAMMAD NUR DEVANDRA SATYA DHARU PRASETYA DIRA FIRNA ELITA NATALIA FADLY RAHMAN FARJI SAPUTRA FAUZA DIANA N FERDIANSYAH FINA APRILIANI HABIL FADILAH HAIKAL RAFLI HIDAYAT JECONIA EMERY AUDRIC MAHDI IBRAHIM MUHAMMAD ADRIYAN MUTU MUHAMMAD ALIZAR MUHAMMAD FARABILLAH MUHAMMAD HABIB AKBAR MUHAMMAD MUFTY AL QUDSY MUHAMMAD RAFI ABDUL ROZAKI MUHAMMAD RAMADHAN MUHAMMAD RIZKY SALIM NISHA APRIYANTI NURHAFIZ JUNAFIAN REVINA MARCHIANI RIDHO RAMADHAN RISMA ANJANI RIZKI MAULANA AKBAR RIZKI TEGAR MAULANA TEUKU AZRIL SAPUTRA YUDRA PRATAMA ZAHRA AMELIA ZAHWA NOER AFISAH Jumlah Rata-rata Persentase
Prasiklus 22 15 20 22 17 23 22 19 20 21 21 21 22 20 18 19 18 17 20 20 20 22 21 21 21 21 22 20 18 19 18 17 20 22 21 21 21 21 22 785 20 50%
P1 22 18 21 22 18 25 23 21 20 21 20 22 22 20 20 21 19 17 20 21 20 22 21 21 20 22 22 20 20 21 19 17 20 22 21 21 20 22 22 806 21 52%
Siklus I P2 22 19 22 22 19 25 23 22 20 21 22 23 23 20 21 23 21 18 21 21 20 24 23 21 22 23 23 20 21 23 21 18 20 24 23 21 22 23 23 843 22 54%
P3 23 22 23 23 21 26 24 23 21 22 24 24 24 21 22 23 22 18 21 22 21 24 23 22 24 24 24 21 22 23 22 18 21 24 23 22 24 24 24 879 22 56%
P1 22 21 22 22 20 25 24 24 21 22 23 24 24 21 22 23 22 19 21 21 21 25 24 22 23 24 24 21 22 23 22 19 21 25 24 22 23 24 24 876 22 56%
Siklus II P2 23 22 23 22 21 27 25 25 21 22 22 25 26 22 22 25 23 19 22 22 22 26 25 22 22 25 26 22 22 25 23 19 22 26 25 22 22 25 26 906 23 57%
P3 24 22 24 24 23 28 26 26 22 23 23 26 27 22 23 27 24 20 23 22 23 27 26 23 23 26 27 22 23 27 24 20 23 27 26 23 23 26 27 945 24 60%
Lampiran 7 : Nilai Hasil Menulis Puisi Bebas Siswa pada Siklus I
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama
ALIYAH ANGGRAINY AMANDA NAZILA PUTRI ANDIKA BIMANTORO BIMA PRAKASA CALISTA NAZWA CAMILA DARU KEMAL DECO MUHAMMAD NUR DEVANDRA SATYA DHARU PRASETYA DIRA FIRNA ELITA NATALIA FADLY RAHMAN FARJI SAPUTRA FAUZA DIANA N FERDIANSYAH FINA APRILIANI HABIL FADILAH HAIKAL RAFLI HIDAYAT JECONIA EMERY AUDRIC MAHDI IBRAHIM MUHAMMAD ADRIYAN MUTU MUHAMMAD ALIZAR MUHAMMAD FARABILLAH MUHAMMAD HABIB AKBAR MUHAMMAD MUFTY AL QUDSY MUHAMMAD RAFI ABDUL ROZAKI MUHAMMAD RAMADHAN MUHAMMAD RIZKY SALIM NISHA APRIYANTI NURHAFIZ JUNAFIAN REVINA MARCHIANI RIDHO RAMADHAN RISMA ANJANI RIZKI MAULANA AKBAR RIZKI TEGAR MAULANA TEUKU AZRIL SAPUTRA YUDRA PRATAMA
NILAI 72 60 52 68 80 60 52 76 68 60 52 72 76 68 52 60 68 64 76 72 72 64 52 72 76 52 76 60 72 64 80 72 76 60 60 68 60
KETERANGAN Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
38 39
ZAHRA AMELIA ZAHWA NOER AFISAH Jumlah Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata
60 80 2584 80 52 66,26
Tidak Tuntas Tuntas
Lampiran 8 : Nilai Hasil Menulis Puisi Bebas Siswa pada Siklus II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama
ALIYAH ANGGRAINY AMANDA NAZILA PUTRI ANDIKA BIMANTORO BIMA PRAKASA CALISTA NAZWA CAMILA DARU KEMAL DECO MUHAMMAD NUR DEVANDRA SATYA DHARU PRASETYA DIRA FIRNA ELITA NATALIA FADLY RAHMAN FARJI SAPUTRA FAUZA DIANA N FERDIANSYAH FINA APRILIANI HABIL FADILAH HAIKAL RAFLI HIDAYAT JECONIA EMERY AUDRIC MAHDI IBRAHIM MUHAMMAD ADRIYAN MUTU MUHAMMAD ALIZAR MUHAMMAD FARABILLAH MUHAMMAD HABIB AKBAR MUHAMMAD MUFTY AL QUDSY MUHAMMAD RAFI ABDUL ROZAKI MUHAMMAD RAMADHAN MUHAMMAD RIZKY SALIM NISHA APRIYANTI NURHAFIZ JUNAFIAN REVINA MARCHIANI RIDHO RAMADHAN RISMA ANJANI RIZKI MAULANA AKBAR RIZKI TEGAR MAULANA TEUKU AZRIL SAPUTRA YUDRA PRATAMA
NILAI 76 72 68 68 80 60 72 76 68 64 60 84 76 76 64 76 72 68 76 76 72 64 64 76 76 64 76 68 72 60 80 78 76 74 68 68 64
KETERANGAN Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
38 39
ZAHRA AMELIA ZAHWA NOER AFISAH Jumlah Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata
70 80 2584 80 52 66,26
Tuntas Tuntas
Lampiran 9 : Peningkatan Nilai
Menulis Puisi
Bebas Siswa dan
Peningkatan Nilai Rata-rata Kelas pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II No Inisial Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
ALIYAH ANGGRAINY AMANDA NAZILA PUTRI ANDIKA BIMANTORO BIMA PRAKASA CALISTA NAZWA CAMILA DARU KEMAL DECO MUHAMMAD NUR DEVANDRA SATYA DHARU PRASETYA DIRA FIRNA ELITA NATALIA FADLY RAHMAN FARJI SAPUTRA FAUZA DIANA N FERDIANSYAH FINA APRILIANI HABIL FADILAH HAIKAL RAFLI HIDAYAT JECONIA EMERY AUDRIC MAHDI IBRAHIM MUHAMMAD ADRIYAN MUTU MUHAMMAD ALIZAR MUHAMMAD FARABILLAH MUHAMMAD HABIB AKBAR MUHAMMAD MUFTY AL QUDSY MUHAMMAD RAFI ABDUL ROZAKI MUHAMMAD RAMADHAN MUHAMMAD RIZKY SALIM NISHA APRIYANTI NURHAFIZ JUNAFIAN REVINA MARCHIANI RIDHO RAMADHAN RISMA ANJANI RIZKI MAULANA AKBAR RIZKI TEGAR MAULANA
Pra Siklus
NILAI Siklus 1
Siklus 2
72 48 52 56 72 60 48 76 64 60 52 72 64 68 52 60 68 64 76 72 72 48 52 60 60 52 76 60 72 52 80 68 72 60 60
72 60 52 68 80 60 52 76 68 60 52 72 76 68 52 60 68 64 76 72 72 64 52 72 76 52 76 60 72 64 80 72 76 60 60
76 72 68 68 80 60 72 76 68 64 60 84 76 76 64 76 72 68 76 76 72 64 64 76 76 64 76 68 72 60 80 78 76 74 68
36 37 38 39
TEUKU AZRIL SAPUTRA YUDRA PRATAMA ZAHRA AMELIA ZAHWA NOER AFISAH Jumlah Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata
64 48 60 80 2452 80 48 63,2
68 60 60 80 2584 80 52 66,26
68 64 70 80 2784 84 64 71,38
Lampiran 10 : Kegiatan belajar mengajar siklus I
Lampiran 11 : Kegiatan belajar mengajar siklus II