Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Keramik Teknik Slab dengan Menggunakan Media Audio Visual di SMAN 1 Dolok Masihul Peneliti melakukan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaru media Audio Visual dalam meningkatkan hasil pembuatan keramik teknik slab di SMA Negeri I Dolok Masihul. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-a Semester I/Ganjil 2012 yang berjumlah 30 orang. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara test hasil belajar, instrumen tersebut merupakan hasil test praktikum dengan melakukan pretest terlebih dahulu, kemudian menggunakan siklussiklus dalam penelitian ini peneliti melakukan 2 siklus penelitian. Dari analisis data diperoleh nilai rata-rata pretest sebesar 53,95 seteleh melakukan fretest maka peneliti masuk pada bagiansiklus I, pada siklus I nilai rata-rata keramik teknik slab siswa 68,9 . Pada siklus I ini terdapat 15 ( 50 %) siswa/i yang mendapatkan predikat kurang bagus, sedangkan 15 (50%) siswa/i lainnya mendapatkan predikat cukup baik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa/i dalam pembuatan keramik belum mencapai nilai yang maksimal, sehingga perlu diperbaiki pada siklus selanjutnya. Dalam kagiatan di siklus ke II nilai rata keramik teknik slab siswa mencapai 80,72 Pada siklus ke dua ini terdapat 23 (76 %) siswa dari 30 siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori baik. Dan 7 siswa (23 %) mendapatkan nilai cukup baik. Terdapat rentang peningkatan hasil belajar yang cukup maksimal dari siklus pertama sampai pada siklus ke dua. Pada siklus pertama, nilai rata-rata siswa/i adalah 68, 9 sedangkan pada siklus yang kedua nilai ratarata siswa/i meningkat menjadi 80,72. Terjadi peningkatan hasil belajar yang lebih dari nilai KKM yanga da di sekolah yaitu yaitu 70. Oleh karena itu penelitian ini dianggap telah memenuhi target penilitian yaitu meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri I Dolok Masihul.
Kata kunci : Hasil belajar, keramik teknik slab, media audio visual. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah lingkungan formal sebagai media yang akan menanamkan rasa cinta tanah air lewat mempelajari kesenian pada mata pelajaran Seni Rupa. Keramik adalah salah satu materi dalam pelajaran Seni Rupa di SMAN 1 Dolok Masihul yang memiliki tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan serta siswa dapat membuat karya seni rupa terapan, diharapkan dapat memacu kreativitas dan kompetensi siswa dalam
pembelajaran keramik yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dalam pembuatan keramik dapat di pengaruhi dengan metode pembelajaran ataupun media pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran pembuatan keramik. Media audio visual digunakan guru Seni Rupa di SMAN 1 Dolok masihul untuk memotivasi, meningkatkan minat serta memacu kreativitas siswa dalam belajar keramik teknik slab yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Seni Rupa merupakan salah satu pelajaran yang ada di SMAN 1 Dolok Masihul. Pelajaran seni rupa ini menyediakan beragam ilmu yang bisa mengekspresikan kreativitas siswa/i. Kreativitasi siswa/i terebut dapat menghasilkan suatu karya yang lahir lewat imajinasinya. Melalui mata pelajaran Seni Rupa siswa/i dilatih untuk memiliki kepercayaan diri yang sangat besar sehingga mampu memotivasi dan mendukung dirinya dalam berkarya. Karya yang telah diciptakan oleh siswa.i akan disesuaikan dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan di sekolah. Karya tersebut akan menentukan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa/i dapat dipengaruhi lewat metode belajar dan media belajar yang digunakan oleh guru. Di SMAN 1 Dolok Masihul, keramik adalah salah satu materi pembelajaran menggekspresikan karya seni rupa terapan yang terdapat dalam mata pelajaran seni rupa. pada materi ini keadaan kelas terlalu pasif dan siswa kurang bersemangat dalam belajar, karena para siswa hanya mendengarkan ceramah dan tidak menggunakan metode demonstrasi ataupun menggunakan media pembelajaran. sehingga tidak semua siswa mampu mengingat dan mengerti bagaimana cara pembuatan keramik sehingga hasil belajar tidak sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Padahal pembuatan keramik ini merupakan salah satu pelajaran yang sangat banyak manfaatnya untuk para siswa. Siswa tidak hanya berkompeten dalam pelajaran pembuatan keramik tersebut, tetapi siswa juga dapat membuat wirausaha sendiri dari pembuatan keramik. Untuk memecahkan permasalahan di atas peneliti merasa perlu menggunakan sebuah media pembelajaran yaitu menggunakan media Audio Visual untuk meniingkatkan hasil belajar sisiwa dalam materi pembuatan keramik dalam hal ini teknik slab. Rumusan masalah Dari pembatasan masalah yang diatas, maka untuk lebih mefokuskan dan memusatkan masalah yang akan di teliti maka masalah dirumuskan sebagai berikut :”Apakah dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan kompetensi penciptaan keramik teknik slab di SMAN 1 Dolok Masihul?” Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dari kegiatan peneliti ini adalah untuk “Mengetahui apakah dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan kompetensi penciptaan keramik teknik slab di SMAN 1 Dolok Masihul”. Kegunaan Penelitian Peneliti berharap agar hasil akhir dari penelitian ini memberikan suatu kegunaan. Adapun kegunaan yang diharapkan yaitu sebagai berikut : a. Bagi Siswa 1. Meningkatkan keterampilan dan kreativitas siswa SMAN 1 Dolok Masihul dalam pembuatan keramik teknik slab 2. Meningkatkan semangat belajar siswa SMAN 1 Dolok Masihul dalam pembuatan keramik dengan menggunakan media audio visual. b. Bagi Guru
1. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. 2. Sebagai motivator bagi guru untuk semakin meningkatkan kiknerja mereka dengan mencoba mengunakan berbagai media pembelajaran.
Landasan Teoritis Teori Belajar Menurut Ali Muhammad dalam Arikunto (2004 :14) "Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" .Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil. Karena harus ada perubahan yang mengarah dalam kemajuan berpikir manusia dalam menghadapi fenomena- fenomena kehidupan yang ditemuinya. Belajar menjadikan seseorang lebih matang dalam merespon suatu hal/ keadaan yang sedang terjadi. Pembelajaran Pembuatan Keramik Teknik Slab a. Latar Belakang Munculnya Keramik Keramik adalah semua barang yang dibuat dari bahan- bahan anorganik “bukan logam”, dari bahan tambang yang memiliki sifat plastis utamanya batuan silica, kaolin, felspart, pasir kuarsa (Ambar Astuti, 1997 :3). Proses pembuatannya melalui proses bahan basah yang diakhiri dengan proses pembakaran suhu panas tertentu sehingga menjadi mengeras. Selain itu dijelaskan pula bahwa benda- benda keramik adalah termasuk golongan pecah- belah. b. Unsur Bahan dan Komposisi Bahan Keramik Unsur- unsur bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan prodkuk pembuatan keramik terdiri dari beberapa jenis bahan, baik itu sebagai bahan utama maupun bahan pendukung. Bahan utama meliputi ballaclay atau tanah liat plastis, dan zat pengisi, seperti pasir kuarsa, pasir sungai, carnot/grog, serta kaolin. Sedangkan bahan pendukung meliputi talk, feklsfart, dan bahan- bahan finishing lain. c. Desain dalam Pembuatan Keramik Desain adalah susunan bagian – bagian yang saling berkaitan dan membentuk suatu keseluruhan yang terkoordinasi. Sejalan dengan itu Sidik dan Prayetno dalam ponimin (2010) menyatakan bahwa desain adalah pengorganisasian atau penyusunan elemen - elemen visual seperti garis, warna, ruang, terkstur, cahaya, dan lain sebagainya sehingga menjadi kesatuan organik dan harmonis di antara bagian – bagian dengan keseluruhannya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas mendesain adalah proses rancangan betuk – bentuk yang akan di ciptakan kedalam media sesungguhnya. Sehingga dalam pembuatan keramik mendesain merupakan tahap awal yang harus dilakukan oleh seniman yang membuat keramik, pada proses ini seniman merancang bentuk gambar yang akan diwujudkannya dalam bentuk keramik. d. Pelaksanaan Pembentukan Keramik Sebelum memulai bekerja, tanah liat harus dipersiapkan (digemblong/ diadon) sebaik mungkin. Ini berlaku untuk emua teknik, baik pembentukan keramik dengan tangan telanjang ( Hand Building) atau dengan menggunakan bantuan meja putar. Tujuan dari penggemblongan/ pengadonan tanh dengan baik ini adalah untuk menghilangkan kandungan udara yang masih terdapat didalam tanah liat, sehingga tidak ada rongga yang bersembunyi di dalam tanah dan untuk meningkatkan kelembapan tanah. Tanah liat yang sudah siap di gemblong/diadon akan menjadi lembab dan tingkat kelembekan seperti adonan kue ( kalis tidak menempel di tangan). Apabila tanah liat tersebut
masih terlalu banyak air ( seperti adonan mentega) belum bisa di gemblong, maka harus dijemur dulu sampai tingkat kelembekannya siap untuk digemblong. e. Pembuatan Keramik dengan Teknik Slab Teknik slab atau teknik lempeng digunakan untuk membuat bentuk- bentuk utamanya bentuk yang memiliki sudut, seperti bentuk kubus, kotak, persegi panjang, segitiga, segilima, hexagon, silinder, mangkok, vas dan lain sebagainya. Dalam teknik lempeng dapat menghasilkan demensi bentuk dasar dua jenis : - Lempeng lunak (soft slabbing), berupa bentuk dasar silinder (lengkung) - Lempeng keras (hard slabbing), berupa bentuk dasar persegi (bersudut) Benda keramik yang dihasilkan dengan teknik lempeng ini dapatdigabung dengan teknik pembentukan lain seperti teknik slab, teknik bebas, dan sebagainya. Untuk memperkuat pada bagian sumbangan pada teknik ini biasanya ditambahkan pilihan pda sudut- sudut yang dirangkai. Cara menyambung dengan lem terbuat dari lumpur tanah liat kemudian disatukan dengan kuat. Bentuk- bentuk benda keramik yang dibuat dengan teknik lempeng selain bentuk lempeng datar juga dapat dibentuk dengan lempeng lengkung. Dalam membentuk lempengan lengkung dibuthkan tanah liat yang plastis agar lempengan yang dilengkungkan tidak mengalami keretakan. Pembentukan dengan lempengan lengkungan ini dapat menggunakan bantuan pola atau mal dari kertas karton.
Gambar 7
Pembentukan dengan teknik Slab httpalisupojoputro.blogspot.com2011_04_01_archive.html Diakses tanggal 6 juni 2012, Pukul 22.00 Wib
f. Dekorasi atau Ornamen Keramik Inspirasi untuk memunculkan kreativitas dalam mendesain keramik bisa digali di mana saja dan kapan saja. Segala sesuatu yang ada di halaman rumah pun bisa menjadi sumber inspirasi. Banyak melihat hasil karya orang lain melalui pameran- pameran juga bisa membuka mata kita untuk dapat berkreativitas dalam mendesain keramik. Hal ini sesuai dengan pendapat “Dekorasi adalah unsur hiasan- ornamen atau bagian yang fungsinya sebagai penghias untuk memperindah penampilan suatu benda, termasuk juga keramik. Tahap ini merupakan tahap yang memerlukan cita rasa estetis, sebab dalam proses
pendekorasian di tuntut dengan menciptakan desain dekoratif yang menarik serta mampu penggugah rasa indah bagi para pengguna keramik”(Ponimin 2010 :96). Mendekorasi benda keramik berdasarkan prosesnya terbagi atas : - Dekorasi Langsung Dekorasi langsung merupakan proses menghias secara langsung setelah selesai dalam membuat bentuk pokok. Pada dasarnya menghias semacam ini bisa lebih praktis, karena bisa langsung sekali jadi. Cara menghias disini bisa menggunakan beraneka ragam alat yang disebut dengan rib. Alat ini bisa mengurangi bagian- bagian yang akan dihias atau dengan menggoreskan dan mencungkilkan. - Dekorasi Tempel Dekorasi tempel merupakan proses menghias dengan menempelkan bagian- bagian elemen. Caranya yaitu setelah bentuk pokok sudah baik, baru bagian mana yang akan diberi hiasan, sambil membuat hiasan langsung ditempelkan. Cara menempelkan hiasan tersebut adalah dengan cara membasahai tanah liat agar tidak mudah lepas. Kebasahan tanah harus sama dan harus dikulai dulu pada bagian yang akan ditempel, supaya tanahnya bisa menjadi satu dan mengkait. g. Pengeringan Keramik Setelah selesai dari proses pembentukan, keramik perlu dikeringkan terlebih dahulu agar menghilangkan air selaput dan air pori. Air selaput adalah air yang ada pada permukaan butir- butir tanah dan lebih cepat atau lebih mudah menguap dala proses pengeringan. Sedangkan air pori adalah air yang ada di dalam pori- pori tanah sehinggah air pori lebih sukar untuk menguap dalam pengeringan. Pada proses pengeringan yang harus kita ketahui adalah sifat jenis dari tanah liat yang kita gunakan. Tanah yang plastis adalah berbentuk butir- butir halus, sehingga tanah yang plastis di dalam pengeringan tidak dapat dilaksanakan secara mendadak. Bila pengeringan dilakukan secara mendadak akibatnya akan menjadi retak- retak atau pecah- pecah. h. Pembakaran Keramik Apabila keramik- keramik sudah dikeringkan maka proses selanjutnya adalah proses pembakaran. Proses pembakaran memiliki tujuan untuk mengeraskan, mengkristalkan unsurunsur bahan yang terkandung dalam keramik, dan memadatkan benda keramik supaya kuat serta tidak rusak karena bersentuhan dengan air. Dalam proses pembakaran keramik diperlukan peralatan pembakaran berupa alat utama dan alat pendukung. Alat utama berupa tungku/ oven pembakaran. Tungku akan menghasilkan kualitas pembakaran keramik serta efektifitas proses pembakarannya. Dengan hal ini, tungku memiliki peran utama untuk menghasilkan produk akhir benda keramik. Media Audio-visual dalam Pembelajaran Pembuatan Keramik a. Pengertian Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah artinya tengah atau pengantar. Menurut Bovee dalam Hujair ( 2011 : 3) “Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan”. Sedangkan menurut Munadi (2010) menyatakan bahwa “Media pmbelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber : secara terencana sehingga tercipta lingkungan yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”. Berdasarkan beberapa teori diatas, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan pembelajaran. Proses pembelajaran adalah proses komunikasi antara pelajar, pengajar dan bahan ajar. Sehingga dalam menyampaikan bahan ajar tentunya pengajar harus berinteraksi langsung serta
berkomunikasi terhadap pelajar. Komunikasi di dalam pembelajaran tersebut dapat terbantu dengan adanya media untuk menyampaikan pesan pembelajaran. b. Media Audio-visual Media pembelajaran sebagai sarana untuk menampilkan dan menyampaikan pelajaran terbagi kedalam 3 jenis media, yaitu : media audio, media visual, dan media audio-visual. Media audio merupakan media yang mengandalkan pendengaran. Media visual merupakan media yang mengandalkan penglihatan dan media audio-visual merupakan gabungan dari keduanya yaitu media yang mengandalkan pendengaran dan penglihatan. Media audio-visual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Paduan antara gambar dan suara membentuk karakter yang sama dengan obyek aslinya. Dengan teknologi audio- visual guru menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin- mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan- pesan secara audio dan visual. Ciri- ciri utama media audio visual adalah : 1. Biasanya bersifat linear 2. Umumnya menyajikan visual yang dinamis 3. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang 4. Merupakan presentasi fisik 5. Dikembangkan menurut prinsip psikologi behaviourisme dan kognitif 6. Umumnya berorientasi kepada guru. Media audio-visual maka proses komunikasi menjadi lebih efektif. Pembelajaran dengan menggunakan media audio- visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin,proyektor film, tape, recorder, dan proyektor visual yang lebar. Jadi pengajaran melalui audio visual produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pendengaran dan pandangan serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol- simbol yang serupa. Dalam pembelajaran membuat keramik ini, peneliti ingin menggunakan media audiovisual. Pada awal pembelajaran peneliti akan menjelaskan teori- teori mengenai pembuatan keramik, lalu peneliti akan memutar video pembuatan keramik. Semua siswa/i diinstruksikan untuk melihat video tersebut, kemudian para siswa/i mencatat hal- hal penting dalam video tersebut. Setelah video tersebut sudah selesai ditayangkan, maka peneliti memberikan kesempatan kepada siswa/i untuk memeberikan apresiasi dari apa yang baru saja mereka lihat. Dengan adanya apresiasi tersebut maka membantu siswa/i untuk dapat lebih mengingat pelajaran yang baru saja mereka dapatkan. Hasil belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas
pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39). Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan di dalam proses pembelajaran sehingga akan terlihat jelas pada diri individu suatu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Dolok Masihul jln. Kemerdekaan, kecamatan Dolok Masihul, Kab. Serdang Bedagai Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung tiga bulan, terhitung sejak disetujui proposal hingga selesai, yaitu pada bulan Juni sampai pada Agustus. seperti yang terter pada tabel sebagai berikut : Tabel 1 No Kegiatan Juni Juli Agustus 1
Meninjau Lapangan
2
Mengumpulkan data
3
Menggunakan media audio visual dan metode demonstrasi
4
Menganalisis
5
Mendeskripsikan penelitian
hasil
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Research). Menurut Saminanto (2010 :7) yang kemudian saya simpulkan bahwa sesuai dengan jenis penelitian ini maka penelitian ini memiliki tahap- tahap penelitian yang disebut dengan siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observasi), refleksi. Subjek dan objek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran kerami dengan media audio visual. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas x yang berjumlah 30 orang yang terdiri dari 19 perempuan dan 21 laki- laki di SMAN 1 Dolok Masihul. Defenisi operasional variabel a. Pembelajaran keramik di sekolah khususnya di SMA memberikan kebebasan kepada siswa/i untuk memunculkan kreatifitas yang diekspresikan lewat tanah liat yang akan diolah menjadi keramik b. Media yang digunakan dalam pembelajaran pembuatan keramik yaitu media audio visual. Media ini diharapkan dapat menyampaikan informasi dan menambah pemahaman mereka tentang bagaimana cara mebuatan keramik teknik slab sehingga hasil yang dicapai maksimal Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi (pengamatan) dan penilaian hasil karya siswa yang terdiri dari : 1. Observasi terdiri dari observasi keadaan lingkungan sekolah, observasi (kesiapan, pemilihan dan pengunaan media audio visual oleh guru.
2. Penilaian hasil karya siswa yang meliputi aspek kognitif dan psikomotorik Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk embar observais yang dilaukan dengan pengamatan terhadap seluruh kegiatan pembelajaran mulai dari awal hingga akhir. Adapun pengamatan dilakukan pada penggunaan media audio visual dan selama proses pembelajaran, penilaian terhadap kemampuan guru selama proses pembelajaran, dan penialaian terhadap aktivitas siswa selama proses belajar mengajar. Analisis Data Setelah data hasil pengamatan selam pembelajaran dan penilaian hasil praktek siswa dikumpulkan aka dilakukan analisis data yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini antara lain : aktifitas siswa dalam mengerjakan keramik. Adapun kriteria penilaian pembuatan keramik yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : Tabel 2 Tabel Indikator Penilaian Pembuatan Keramik Teknik Slab Bobot Skor Aspek-aspek yang dinilai
1
2
3
4
Teknik Bentuk Ornamentik/ dekorasi Finishing Nilai =
Presentasi pengamatan %
X 100% Tabel 3 Skor penilaian Kategori
Huruf
90-100
Sangat baik
A
80-89
Baik
B
70-79
Cukup baik
C
60-69
Kurang baik
D
0-59
Tidak Baik
E
Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah desain yang digambarkan oleh Saminanto (2010 : 7) yang mengemukakan secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilalui dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas, yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, (4) Refleksi. Adapun secara garis besar prosedur pelaksanaan PTK dapat digambarkan sebagai berikut : Prosedur Penelitian Sesuai dengan jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas maka penelitian ini memiliki tahap – tahap penelitian berupa siklus. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus,
ada satu kali pertemuan dalam setiap siklus, dan tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu : Siklus I a. Perencanaan 1. Menyusun RPP pada kompetensi dasar mengidentifikasi jenis karya seni rupa terapan daerah 2. Menyiapkan instrumen penelitian untuk siswa 3. Menyiapkan sumber : belajar yang berupa contoh- contoh gambar Keramik 4. Mengembangkan skenario pembelajaran dengan media audio- visual b. Tindakan 1. Melakukan apersepsi untuk memancing siswa sehingga siswa langsung dapat terarah untuk memasuki kompetensi dasar yang akan dibahas. 2. Menjelaskan tujan pembelajaran yang akan dicapai. 3. Menjelaskan materi pembelajaran yang saat itu akan diajarkan dan menjelaskan bagaimana pembelajaran menggunakan media audio visual. c. Pengamatan Observasi mengamati kegiatan siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan instrumen observasi yang telah disediakan. Oseervasi ini dilaksanakan berdasarkan pedoman pengamatan yang disusun sebelumnya Observasi difokuskan pada penggunaan media Audio Visual dalam upaya meningkatkan hasil belajar pada pembuatan keramik. d. Refleksi Melakukan evaluasi terhadap hasil observasi yang telah dilakukan. Apakah di dalam proses pembelajaran pembuatan keramik terdapat kendala ataupun hambatan. Dari hasil pembelajaran pada siklus ini menjadi acuan untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Siklus II 1. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah pada siklus I. Kemudian membangun program pembelajaran untuk dilaksanakan pada tindakan II. 2. Pelaksanaan program pembelajaran II. 3. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan dan pengumpulan data pada tindakan II. 4. Membahas hasil evaluasi. Siklus III Melakukan evaluasi terakhir terhadap kemampuan siswa dalam mendemosntrasikan pembuatan keramik teknik slab dengan menggunakan media audio visual HASIL PENELITIAN
Berdasarkan pretest yang dilakukan oleh penelitisangat terlihat bahwa tidak ada satupun siswa yang berhasil mencapai nilai standart pembuatan keramik dengan nilai ratarata yaitu 53, 95. Dengan demikian dapat diketahui kemampuan siswa dalam membuat keramik teknik slab masih di bawah standart dari KKM yaitu 53, 95. Sehingga peneliti akan melaksanakan penelitian pada kelas ini dan memulai siklus pertama. Pada siklus I ini terdapat 15 ( 50 %) siswa/i yang mendapatkan predikat kurang bagus, sedangkan 15 (50%) siswa/i lainnya mendapatkan predikat cukup baik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa/i dalam pembuatan keramik belum mencapai nilai yang maksimal, sehingga perlu diperbaiki pada siklus selanjutnya. Dari data hasil penelitian pada tindakan dua, siwa telah menunjukkan peningkatan hasil belajar. Pada siklus ke dua ini terdapat 23 (76 %) siswa dari 30 siswa yang mendapatkan nilai dengan kategori baik. Dan 7 siswa (23 %) mendapatkan nilai cukup baik. Terdapat rentang peningkatan hasil belajar yang cukup maksimal dari siklus pertama sampai pada siklus ke dua. Pada siklus pertama, nilai rata-rata siswa/i adalah 68, 9 sedangkan pada siklus yang kedua nilai rata-rata siswa/i meningkat menjadi 80,72. Terjadi peningkatan hasil
belajar yang lebih dari nilai KKM yanga da di sekolah yaitu yaitu 70. Oleh karena itu penelitian ini dianggap telah memenuhi target penilitian yaitu meningkatkan hasil belajar siswa.