Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MEDIA KARTU DOMINO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 NATAR Westi Bilda Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Tangerang
[email protected]
Abstrak Proses belajar mengajar yang selama ini dilakukan di SMP Negeri 1 Natar khususnya pelajaran matematika selain mengacu pada kurikulum dan ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah, juga telah diambil beberapa langkah dalam usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa setiap tahunnya. Beberapa usaha tersebut diantaranya dengan memberikan soal-soal latihan kepada siswa, memberikan pekerjaan rumah, menyediakan LKS, dan memberikan tes tambahan di luar jam pelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah pembelajaran matematika menggunakan media kartu domino dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Natar yang berjumlah 32 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media kartu domino dapat meningkatkan hasil belajar, terlihat dari hasil belajar siswa yang meningkat pada setiap siklusnya, dengan hasil belajar pada pra PTK hingga siklus II, hasil belajar meningkat sebesar 50,8 %. Hasil penelitian ini adalah Pembelajaran matematika dengan menggunakan media kartu domino dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012. Kata kunci: Hasil belajar, kartu domino
I. Pendahuluan Seiring dengan terus berkembangnya Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK), pendidikan saat ini hendaknya didasarkan pada tingkat kualitas dan kemampuan para guru dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran yang ada untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Guru sebagai pendidik juga harus mempersiapkan pembelajaran yang dapat menumbuhkan cara berfikir siswa agar menjadi lebih kritis dan kreatif. Matematika adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga dapat menjadikan siswa menjadi manusia yang dapat berfikir secara logis, kritis, rasional dan percaya diri. Tetapi matematika seringnya dianggap oleh siswa sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami penerapannya, baik teori maupun konsepkonsepnya sehingga menyebabkan prestasi belajar matematika belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari daftar nilai ulangan harian, nilai tugas, nilai tes semester dan nilai ujian akhir nasional yang belum sesuai dengan harapan guru dan siswa. Dalam pembelajaran matematika diharapkan agar siswa mampu menguasai dan memahami teori, konsep dan prinsip-prinsip penerapannya, maka konsep-konsep yang menjadi dasar ilmu harus diberikan kepada siswa secara benar dan penekannya pada kegiatan pengamatan secara langsung ditransfer kepada orang lain. Mentransfer konsep melalui informasi atau ceramah belum tentu menghasilkan konsep yang jelas secara keseluruhan malah mungkin akan menimbulkan salah konsep. Dengan demikian diperlukan interaksi sosial yang baik antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Agar terjalin komunikasi dan interaksi yanng baik antara guru dengan siswa, sehingga proses belajar mengajar lebih optimal dan akan meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia (SDM) yang merupakan prioritas dan sasaran utama pembangunan nasional pengajaran matematika dan IPA juga memainkan peranan yang penting. Terutama dalam peningkatan mutu dan kualitas tenaga pemikir dan tenaga kerja. Oleh karena itu, dari waktu ke waktu perlu adanya usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Mutu pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan pendidikan formal, yang berupa hasil belajar. Sedangkan hasil belajar siswa sangat ditentukan oleh keberhasilan suatu sistem pengajaran. Jadi, untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan adanya peningkatan dan pengembangan sistem pengajaran. Sebagai suatu lembaga pendidikan formal, pemerintah sekolah juga mempunyai tanggung jawab besar dalam mencapai tujuan pendidikan di Indonesia. Dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi agar siswa Halaman | 9
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan tanpa mengabaikan keadaan siswa yang diajar baik guru sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Proses belajar mengajar yang selama ini dilakukan di SMP Negeri 1 Natar khususnya pelajaran matematika selain mengacu pada kurikulum dan ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah, juga telah diambil beberapa langkah dalam usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa setiap tahunnya. Beberapa usaha tersebut diantaranya dengan memberikan soal-soal latihan kepada siswa, memberikan pekerjaan rumah, menyediakan LKS, dan memberikan tes tambahan di luar jam pelajaran. Akan tetapi, proses pembelajaran mata pelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri 1 Natar selama ini belumlah menunjukkan hasil belajar yang diharapkan. Hal ini dapat terlihat dari hasil ujian kelas VII pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Tabel 1 Data Nilai MID Semester siswa kelas VII Semester genap SMP N 1 Natar tahun 2010/2011. No Nilai Kategori Jumlah Siswa Persentase 1
< 68
Belum tercapai
19
63,3 %
2
≥ 68
Tercapai
13
36,7 %
32
100 %
Jumlah
Sumber data: Daftar nilai mata pelajaran matematika kelas VII F Dari hasil data tabel di atas, didapat bahwa hasil belajar pada pokok bahasan sudut masih belum tercapai. Yaitu < 68 sebesar 63,3 % dan nilai ≥ 68 sebesar 36,7 %. Sedangkan harapan dari pihak sekolah untuk sub pokok bahasan sudut ketuntasannya mencapai 85 % namun persentase itu belum tercapai. Siswa kurang memperhatikan ketika guru sedang menerangkan materi pelajaran, dan ketika diberikan soal latihan, hanya sedikit siswa yang mengerjakannya dengan serius dan sampai tuntas. Selama pembelajaran berlangsung guru menyampaikan materi dan siswa hanya memperhatikan materi yang diberikan oleh guru sampai jam pelajaran habis serta adanya perbedaan daya tangkap diantara siswa. Begitu juga dari hasil wawancara dan observasi pada siswa yang belum tuntas bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit untuk dipahami, dan matematika adalah pelajaran yang menjenuhkan karena selama mengajar, guru kurang bervariasi. Dilihat dari hasil wawancara tersebut, diketahui bahwa kesulitan yang mereka alami selama proses pembelajaran matematika adanya kesulitan memahami konsep matematika yang abstrak. Hal ini menjelaskan siswa SMP pada umumnya masih menganggap bahwa konsep matematika yang ada selama ini masih sulit untuk dipahami dan menyebabkan kejenuhan pada siswa. Kejenuhan siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yang kurang baik atau tidak dapat mencapai ketuntasan minimum yang diberikan oleh sekolah. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba menerapkannya pada materi sudut. Peneliti menyampaikan materi pembelajaran tersebut dengan menggunakan media. Dalam hal ini media yang digunakan adalah kartu domino. Darhim (2001) menyatakan bahwa,” dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan media pembelajaran kartu domino dirasakan akan lebih efektif dan berhasil daripada menggunakan metode ceramah/informasi terutama bagi siswa yang daya ingatnya kurang dalam belajar karena banyaknya materi yang harus diterima di sekolah, selain itu dengan menggunakan kartu domino ada keasyikan tersendiri dalam belajar sehingga siswa akan tertarik dan mudah untuk menerima, mengerti dan memahami pelajaran yang diterima khususnya materi sudut yang mana pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.” Tinjauan Teoritis Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, peneliti mencoba menerapkannya pada materi sudut. Peneliti menyampaikan materi pembelajaran tersebut dengan menggunakan media. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti‘tengah’,’perantara’ atau pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Gerlach dan Ely (dalam Arsyad,1997:3) mengatakan bahwa,”media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap”. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah adalah media. Sedangkan menurut Hamidjojo (dalam Arsyad,1997:4) mengatakan bahwa media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Seorang guru perlu menyadari bahwa proses komunikasi Halaman | 10
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 tidak selalu dapat berjalan dengan lancar, bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan salah satu penyebab terjadinya kesalahan dalam komunikasi. Oleh karena itu media matematika dengan sengaja dirancang oleh pendidik yang bertujuan untuk mengembangkan konsep-konsep matematika yang masih bersifat abstrak. Siswa pada umumnya lebih menyukai pelajaran yang bersifat fakta dan menarik perhatian mereka. Hal inilah yang menyebabkan pendidik dituntut untuk dapat membuat media yang dapat membantu siswa untuk memahami materi yang disampaikan. Dalam hal ini media yang digunakan adalah kartu domino. Kartu domino disini bukanlah kartu yang biasanya digunakan untuk berjudi, melainkan suatu media pembelajaran yang bentuknya dibuat seperti kartu domino. Dengan tujuan untuk menarik perhatian siswa dalam belajar matematika terutama dalam materi bilangan pecahan. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2008:339) bahwa: “ domino adalah permainan dengan 28 kartu (kayu, tulang, dansebagainya) yang bermata (bertitikbesar), tiap kartu dibagi menjadi dua bidang, tiap bidang berisi 0-6 titik ”. Sedangkan menurut Darhim (2001),” Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan media pembelajaran kartu domino dirasakan akan lebih efektif dan berhasil daripada menggunakan metode ceramah/informasi terutama bagi siswa yang daya ingatnya kurang dalam belajar karena banyaknya materi yang harus diterima di sekolah, selain itu dengan menggunakan kartu domino ada keasyikan tersendiri dalam belajar sehingga siswa akan tertarik dan mudah untuk menerima, mengerti dan memahami pelajaran yang dipelajari”. Seperti halnya permainan–permainan, permainan domino pun memiliki aturan yang jelas. Dan setiap aturan wajib diikuti oleh semua pemain. Seperti yang dinyatakan oleh Indriyani di bawah ini. Menurut Indriyani (2011:2), “ Kartu domino ini dapat dimainkan sekitar 4 orang dan alat yang digunakan adalah 28 kartu. Kartu-kartu ini mempunyai dua macam yaitu bilangan pecahan biasa dan penjumlahan bilangan pecahan. Adapun aturan permainannya yaitu salah seorang mengocok kartu kemudian membagikannya kepada semua pemain, masing-masing mendapatkan jumlah kartu yang sama. Pemain yang mengocok, meletakkan satu kartu dan pemain kedua eletakkan kartu yang senilai dengan kartu yang dikeluarkan oleh pemain satu. Jika pemain kedua tidak mempunyai kartu yang senilai, maka dilanjutkan oleh pemain ketiga dan keempat, setelah pemain keempat, maka kembali lagi ke pemain satu, begitu seterusnya sampai kartu habis dimainkan. Pemain yang kartunya habis lebih dahulu adalah pemenangnya”. Dari uraian di atas terlihat bahwa permainan menggunakan kartu domino memiliki aturan permainan yang harus diikuti oleh semua pemain yang memainkannya. Aturan tersebut, seperti pemain sekitar 4 orang dan memiliki 28 kartu. Adapun aturannya yaitu salah satu pemain membagikan kartu sampai habis dan memasang satu kartu sebagai awal permainan. Pemain memainkannya secara berurutan. Apabila pemain tidak memiliki kartu yang sesuai dengan kartu sebelumnya, maka pemain selanjutnya berhak untuk melanjutkan permainan. Pemain yang kartunya habis lebih dulu adalah pemenangnya. Itu adalah aturan dalam permainan domino ini. Aturan-aturan tersebut harus dilaksanakan agar permainan dapat berjalan dengan baik. Terkait dengan materi yang belum tercapai yaitu materi sudut, maka media kartu domino adalah media yang pas untuk materi tersebut dan diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat. Pada penelitin ini, variabel terikatnya adalah hasil belajar. Hasil belajar merupakan interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam proses belajar mengajar seperti yang diungkapkan oleh Hamalik (2004:27), bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Sedangkan menurut Djamah dan Zain (2006:38), “Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas belajar. Walaupun pada kenyataanya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.” Dari pendapatpendapat tersebut, dapat ditarik suatu pengertian bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dalam bentuk angka atau nilai siswa baik tinggi maupun rendah selama mengikuti proses belajar mengajar. Tentunya hasil belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini sesuai dengan menurut Muhibbin (2003:145) bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor–faktor tersebut dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi tinggi dan mendapat dorongan positif dari orangtuanya, mugkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena pegaruh faktor–faktor tersebut di ataslah, muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka. Halaman | 11
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 II. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggambarkan suatu proses yang dinamis, meliputi aspek perencanaan, aksi, observasi, dan refleksi. Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VIIF semester genap SMP N 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 32 siswa. Pengambilan kelas tersebut menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan kelas yang disesuaikan dengan tujuan peneliti dan dengan berbagai pertimbangan kelas yang akan diambil. Tujuan dan pertimbangan tersebut dilihat dari kelas yang memiliki hasil belajar paling rendah. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti dikelompokkan menjadi dua, yaitu variabel bebas (X) adalah media kartu domino dan variabel terikat (Y) adalah hasil belajar. Penelitian ini dimulai pada tanggal 8 Maret 2012 hingga 19 Maret 2012. Setiap pertemuan memiliki alokasi waktu 2 x 40 menit. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tes siklus yang akan digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa, dan membuat media kartu domino sesuai indikator yang akan dipelajari. Persiapan tersebut dibuat pada setiap awal siklus. Siklus yang berlangsung sebanyak dua siklus, dan setiap siklus ada 3 pertemuan. Setiap akhir siklus, siswa diberi tes untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa karena data penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini berupa data kuantitatif yaitu berupa data hasil belajar siswa yang diambil dari tes yang dilakukan untuk siswa. Tes yang dilakukan yaitu secara tertulis dengan memberikan soal uraian sebanyak 5 soal pada siklus pertama dan 5 soal pada siklus kedua. Data yang dianalisis adalah data hasil belajar. Data hasil belajar merupakan data yang diperoleh dari hasil test yang dilakukan setiap siklus. Untuk menghitung angka persentase ketuntasan belajar adalah hasil bagi antara frekuensi siswa yang mencapai KKM dengan jumlah siswa dan dikalikan 100%. Adapun Hasil belajar siswa dinyatakan berhasil apabila di akhir siklus siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditentukan oleh sekolah yaitu ≥ 68 mencapai ≥ 85%. III. Hasil dan Pembahasan III.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yaitu hasil belajar siswa setelah dilakukannya tindakan pembelajaran menggunakan media kartu domino pada siklus I diperoleh data sebagai berikut:
No 1 2
Tabel 2 Data nilai hasil tes siklus I siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Natar Nilai Kategori Jumlah Siswa Persentase < 68 Belum Tercapai 7 21,9 % ≥ 68 Tercapai 25 78,1 % Jumlah 32 100 %
Kemampuan siswa pada tes akhir siklus I setelah dilakukan pembelajaran menggunakan media kartu domino pada siswa, yang tercapai hasil belajarnya sebanyak 78,1 %. Dengan demikian siklus 1 telah terjadi perubahan dari data pra penelitian tindaan kelas yaitu nilai MID Semester siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Natar tahun 2010/2011 yaitu 36,7% menjadi 78,1%. Pada sub bab latang belakang di atas, telah dikemukakan bahwa penelitian ini mengharapkan persentase siswa yang mencapai KKM adalah sebesar ≥ 85%. Terdapat beberapa hal yang menjadi masalah dalam siklus I, yaitu karena siswa belum terbiasa dengan media kartu domino, siswa sering bertanya kepada teman sekelompoknya tentang tata cara permainan, sehingga permainan berlangsung cukup lama dan masih ada beberapa siswa yang bermalas-malasan saat pelajaran berlangsung. Oleh karena hasil dari siklus I belum memenuhi harapan, sehingga perlu adanya siklus lanjutan yaitu siklus II. Tentunya dengan memperhatikan kekurangan yang terjadi pada siklus I. Hasil belajar siswa pada tes akhir siklus II setelah dilakukan pembelajaran menggunakan media kartu domino pada siswa, yang memenuhi kategori tercapai sebanyak 28 siswa atau 87,5 %. Dengan demikian siklus II telah terjadi peningkatan dari 78,1 % menjadi 87,5 %. Data tersebut terangkum dalam tabel berikut:
Halaman | 12
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 Tabel 3 Data nilai hasil tes siklus II siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Natar Nilai Kategori Jumlah Siswa Persentase
No 1
< 68
Belum Tercapai
4
12,5 %
2
≥ 68
Tercapai
28
87,5 %
32
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, bahwa siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 87,5%. Hal ini berarti telah sesuai dengan harapan dari pihak sekolah dan tujuan penelitian ini. Oleh karena itu, pengambilan data berakhir di siklus II. Berikut adalah rangkuman data hasil belajar dari siklus I dan siklus II:
No
Tabel 4 Data hasil belajar siswa siklus I dan II kelas VII SMP Negeri 1 Natar Nilai / Kategori Frekuensi Persentase I
II
I
II
1
< 68 ( Belum Tercapai )
7
4
21,9 %
12,5 %
2
≥ 68 ( Tercapai )
25
28
78,1 %
87,5 %
III.2 Pembahasan Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II umumnya sudah cukup baik meskipun ada 7 siswa pada siklus I yang belum tercapai dan ada 4 siswa yan belum tercapai pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus pertama dan kedua dapat dilihat pada tabel berikut :
No
Nilai (Kategori)
Pra PTK
Tabel 5 Data nilai hasil belajar siswa Banyak Siwa
Persentase
Banyak Siswa
%
Siklus I
Siklus II
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
1
< 68 (Belum Tercapai)
19
63,3%
7
4
21,9%
12,5%
-
2
≥ 68
13
36,7%
25
28
78,1%
87,5%
9,4%
32
100%
32
32
100%
100%
9,4%
(Tercapai) Jumlah
Pada siklus I siswa yang mendapat nilai sesuai dengan KKM ≥ 68 sebanyak 78,1 %, namun beum sesuai yang diharapkan oleh sekolah yaitu siswa yang mencapai kategori mencapai KKM sebanyak 85 %. Hal tersebut dikarenakan siswa belum terbiasa menggunakan media kartu domino, sehingga menghambat jalannya permainan dan menyebabkan siswa masih bermalas-malasan dalam pembelajaran. Namun pada siklus II, dilakukan perbaikan agar siswa lebih memahami aturan permainan kartu domino dan pada akhirnya permainan dapat berlangsung dengan lancar, sehingga pada siklus II hasil belajar siswa berubah menjadi 87,5 % . Berdasarkan tabel di atas, terlihat ada peningkatan hasil belajar siswa yang nilainya pada kategori tecapai dari 25 siswa menjadi 28 siswa dari 32 siswa atau mengalami peningkatan sebesar 9,4 %. Sehingga hasil belajar pada siklus II lebih baik dari pada siklus I, meskipun masih ada yang belum tercapai sebanyak 4 siswa dalam pembelajaran tersebut. Dengan demikian pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan tindakan, yaitu siswa yang mendapat nilai ≥ 68 sebanyak 87, 5 % dari jumlah seluruh siswa dalam satu kelas. Dapat dikatakan bahwa pada pra PTK, siswa yang mencapai KKM sebanyak 13 siswa ( 36,7% ). Setelah dilakukan tindakan dan dilakukan tes siklus I, meningkat menjadi 25 siswa ( 78,1% ). Kemudian dilakukan siklus II, dan setelah dilakukan tes siklus II meningkat menjadi 87,5 %. Nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II adalah 2,97%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar penigkatan hasil belajar siswa dari pra PTK hingga siklus II sebesar 50,8 %. Halaman | 13
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 Peningkatan tersebut disebabkan karena angka yang terdapat pada kartu domino merangsang ingatan siswa ketika mengerjakan soal-soal latihan, maka siswa dapat mengingat angka yang senilai ketika bermain dan menerapkannya pada soal latihan tersebut serta membuat siswa berfikir aktif untuk menghitung angka-angka yang terdapat pada kartu domino karena para siswa berkompetisi untuk memenangkan permainan. Siswa juga merasa senang ketika bermain sambil belajar dan rasa jenuh mereka hilang ketika sedang melangsungkan permainan. Hasil belajar siswa dapat meningkat dikarenakan siswa dapat menguasai materi dengan baik. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil belajar siswa yang telah mencapai nilai ≥ 68 lebih dari 85 %, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa menguasai materi. Selain itu juga mereka dapat menghitung angka yang berada pada kartu domino dan menjalankannya sesuai aturan permainan. Kedua hal tersebut dapat dilihat melalui hasil belajar siswa yang meningkat setiap siklusnya. Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Darhim (2001) bahwa “ Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan media pembelajaran kartu domino dirasakan akan lebih efektif dan berhasil daripada menggunakan metode ceramah/informasi terutama bagi siswa yang daya ingatnya kurang dalam belajar karena banyaknya materi yang harus diterima di sekolah, selain itu dengan menggunakan kartu domino ada keasyikan tersendiri dalam belajar sehingga siswa akan tertarik dan mudah untuk menerima, mengerti dan memahami pelajaran yang dipelajari”. IV. Simpulan dan Saran IV.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat diambil kesimpulan yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan media kartu domino dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012. IV. 2 Saran Dengan adanya keterbatasan dan kekurangan yang dialami peneliti pada saat melaksanakan penellitian tindakan kelas dengan menggunakan media kartu domino pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012, maka untuk perbaikan proses pembelajaran peneliti menyarankan hal-hal seperti: bagi guru, disarankan untuk menggunakan media kartu domino dalam pembelajaran matematika dan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa agar siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran matematika tersebut serta bagi siswa, disarankan untuk mengikuti proses pembelajaran matematika dengan menggunakan media kartu domino karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Daftar Pustaka Aryad, Azhar . 1997 . Media Pembelajaran . Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Darhim. 2001 . Kartu Domino. http://one.indoskripsi.com/2011/02/judul-skripsi/pendidikan matematika/pembelajaran-matematika- media-pembelajaran-kartu-domino-siswa-kelas-vii Departemen Pendidikan Nasional . 2008 . Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Djamah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2006 . Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2004 . Proses Belajar Mengajar . Jakarta: Bumi Aksara. Indriyani. 2011 . Media Pembelajaran Matematika “ Kartu Domino Pecahan“. http://indriyaninurnaningsih.blogspot.com/2011/02/media-pembelajaran-matematika-kartu.html Syah, Muhibbin. 2003 . Psikoogi Belajar . Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Halaman | 14