78
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa............Eline Yanty Putri Nasution
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBELAJARAN HYPNOTEACHING Oleh: Eline Yanty Putri Nasution, M.Pd1 ABSTRACT This article is classroom action research that contains 2 cycle. The purpose of this study is to investigate Hypnoteaching technique in order to fasilitate students to improve their achievement in mathematics learning. This study was implemented in one of the junior high school in Padangsidimpuan, SMP Negeri 1. The population of this study are all students of eighth grade, the subject are 32 eighth grade students and the object is student’s achievement outcomes. This study use test and non-test instruments, that are: students achievement test I, students achievement test II, students attitude scale, observation sheet and interview. Based on the analysis of the data, the finding is obtained in this study are: (1) the average of students achievement outcomes in first cycle is 66, (2) the average of students achievement outcomes in second cycle is 86, (3) gain of students achievement outcomes from first cycle to second cycle is 34,4% with gain of the average of students achievement outcomes is 20 point. (3) students attitude scale, observation sheet and interview indicate that students interested and enjoyed in mathematics learning using hypnoteaching technique. The conclution of this study is hypnoteaching technique can increase students achievement outcomes in learning mathematics. Keywords: hypnoteaching, classroom action research, learning mathematics
PENDAHULUAN Dunia pendidikan dihadapkan pada masalah rendahnya hasil belajar siswa pada setiap jenjang pendidikan terutama pada pelajaran matematika. Pada umumnya di sekolah-sekolah sering dijumpai siswa-siswa yang tidak tertarik belajar matematika. Bagi siswa, pelajaran matematika sangat sulit, membingungkan dan
1
Penulis adalah Dosen Jurusan Tadris/Pendidikan Matematika IAIN Padangsidimpuan
Logaritma Vol. III, No.01 Januari 2015
79
susah dipahami sehingga menyebabkan hasil belajar matematika siswa rendah. Sementara itu, matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari. Untuk mengatasi hal ini, guru membutuhkan suatu metode pembelajaran yang dapat menciptakan situasi belajar yang nyaman dan menyenangkan dalam pembelajaran sehingga dapat menimbulkan pembelajaran yang efektif guna meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini guru dapat menerapkan teknik pembelajaran matematika yang lebih bervariasi. Salah
satu
variasi
teknik pembelajaran yang inovatif adalah Hypnoteaching. Hypnoteaching adalah perpaduan pengajaran yang melibatkan pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Hypnoteaching merupakan perpaduan dua kata Hypnosis yang berarti sugesti dan Teaching yang berarti mengajar2. Oleh sebab itu beberapa literatur tidak menyebutkan Hypnoteaching, tetapi menyebutkan Hypnosis in Teaching atau Hypnosis in Teaching. Hypnosis bukanlah hal yang aneh yang berkaitan dengan hal-hal mistis dan magis. Hypnosis bersifat ilmiah dan hadir di setiap situasi dan aktivitas kehidupan, termasuk pada proses belajar mengajar sehingga siswa dapat dengan mudah menerima informasi atau memahami pelajaran yang diajarkan oleh guru. Hypnosis merupakan suatu teknik yang efektif, cepat dan efisien untuk mennghantarkan informasi ke dalam pikiran bawah sadar3. Teknik Hypnoteaching yang diterapkan di kelas bukan berarti menghipnotis siswa sehingga bisa menidurkan seluruh siswa yang berada di dalam kelas yang kemudian secara tiba-tiba kelas tersebut menjadi sunyi senyap karena murid-muridnya tak sadarkan diri. Hypnosis Learning adalah sebuah pembelajaran yang dirancang dengan menciptakan situasi yang nyaman dan menyenangkan dalam lingkungan yang terkendali, untuk dapat masuk ke dalam pikiran bawah sadar anak4. Salah satu manfaat Hypnoteaching adalah membuat siswa mau melaksanakan perintah guru dengan senang hati, baik itu mengerjakan soal latihan secara mandiri, mengerjakan PR, mentaati peraturan sekolah dan sebagainya. Artinya guru dalam hal ini memberdayakan siswa, bukan memperdaya. Hal inilah 2
Novian Jaya, Hypnoteaching, Bukan Sekadar Mengajar, ( Bekasi: D-Brain, 2010), hlm.
41. Isma Almatin. Dahsyatnya Hypnosis Learning untuk Guru dan Orangtua, (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2010) hlm. 102. 4 Ibid. hlm.102. 3
80
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa............Eline Yanty Putri Nasution
yang membuat peneliti merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Teknik Pembelajaran Hypnoteaching”
PEMBAHASAN Hasil belajar merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar juga diperoleh oleh intelegensi dan penguasaan awal seseorang tentang materi yang akan dipelajari. Proses belajar dan hasil belajar adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu, maka segala faktor yang mempengruh hasil belajar harus dioptimalkan untuk mencapai hasil belajar yang baik terutama proses belajar mengajar yang sangat menentukan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan guru. Teknik Hypnoteaching diyakini dapat mengatasi rendahnya hasil belajar siswa. Hypnoteaching ditemukan oleh John Gruzelier, seorang psikolog dari Imperial College di London. Dia menyebutkan bahwa manusia mampu melakukan hal-hal yang ia sendiri tidak berani memimpikannya. Dalam proses belajar mengajar, Hypnoteaching juga baik untuk memotivasi siswa, meningkatkan kemampuan konsentrasi, kepercayaan diri, kedisiplinan dan keorganisasian. Hypnoteaching juga menerapkan asas-asas didaktik dalam pembelajaran matematika. Didaktik berasal dari bahasa Yunani “ didaskein” yang berarti pengajaran dan “didaktikos” yang berarti pandai mengajar. Dengan demikian, didaktik adalah ilmu mengajar yang memberikan prinsip-prinsip tentang cara-cara menyampaikan materi matematika pada khususnya sehingga dapat dikuasai dan dimiliki siswa. Didaktik adalah bagian dari pedagogik atau ilmu mendidik anak. Ada 6 prinsip atau asas didaktik yang diterapkan dalam Hypnoteaching. 1. Asas Apersepsi Hypnoteaching mengkaitkan pengetahuan baru dengan pengatahuan yang sudah dimiliki siswa di dalam benaknya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan belajar bermakna pada siswa. Hal ini sesuai dengan teori belajar Ausubel. 2. Asas Peragaaan Guru yang menerapkan teknik pembelajaran Hypnoteaching, di samping menggunakan gambar atau diagram, juga harus menggunakan model atau benda
Logaritma Vol. III, No.01 Januari 2015
81
nyata agar dapat membantu pemahaman siswa. Hal ini sesuai dengan teori belajar Bruner. 3. Asas Motivasi Motivasi sudah pasti sangat penting dalam Hypnoteaching, baik itu dengan memberikan hukuman, memberikan nilai, memberikan hadiah atau penghargaan dan menumbuhkan rasa sukses. Motivasi yang diberikan guru berperan sebagai suatu sugesti yang dapat masuk jauh ke dalam pikiran bawah sadar anak sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta kepada Matematika, juga rasa cinta kepada guru. 4. Asas Mandiri Hypnoteaching dapat menumbuhkan sifat mandiri pada anak. Seperti mengerjakan soal atau tugas tanpa mencontek, mengumpulkan pekerjaan rumah tepat waktu, masuk kelas tepat waktu dan sebagainya sehingga secara tidak langsung Hypnoteaching dapat membuat soft skill anak menjadi lebih baik. 5. Asas Korelasi Hypnoteaching mengkaitkan pokok bahasan yang diajarkan dengan pokok bahasan lainnya dan mengkaitkan hubungan atau menfaat suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ahli pendidikan klasik John Dewey, peserta didik akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan denga apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran di sekolah5. 6. Asas Evaluasi Tahap evaluasi pada pembelajaran yang menggunakan Hyonoteaching bersifat menyeluruh, berkesinambungan, berorientasi pada tujuan, obyektif, terbuka, bermakna dan mendidik. Teknik Hypnoteaching juga memperkenalkan cara menciptakan daya tarik seorang guru dalam mengajar, yaitu: (1) niat dan motivasi dalam diri sendiri; (2) pacing (menyamakan posisi); (3) Leading (memimpin); (4) menggunakan kata positif; (5) memberikan pujian; (6) Modeling (menjadi teladan). 1. Niat dan motivasi dalam diri sendiri Kesuksesan seseorang tergantung pada niat seseorang untuk berusaha dan bekerja keras untuk mencapai kesuksesan tersebut.Lakukan sesuatu yang diyakini Solichan Abdullah. Proses Versus Produk dalam Pembelajaran Matematika, Limas Media Komunikasi, Edukasi, dan Informasi, (Yogyakarta: PPPG Matematika, 2006). hlm. 44. 5
82
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa............Eline Yanty Putri Nasution
akan dapat mengembangkan kualitas diri., termasuk dalam hal ini yaitu hypnoteaching. 2. Pacing Pacing berarti menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak antara guru dengan siswa. Prinsip dasar disini adalah “manusia cenderung, atau lebih suka berkumpul/berinteraksi dengan sejenisnya/memiliki banyak kesamaan”, misalnya kedudukan, usia, kegemaran, kebutuhan dan lain-lain. Kesamaan-kesamaan diantara beberapa orang, akan memancarkan gelombang otak yang sama, maka setiap pesan yang disampaikan dari orang satu pada orangorang yang lain akan dapat diterima dan dipahami dengan sangat baik. Sama dengan siswa-siswa kita. Jika mereka membenci proses pembelajaran, berarti gelombang otak guru belum setara dengan siswa. Guru dan para siswa belum “click”. Cara-cara melakukan pacing pada siswa adalah sebagai berikut : Samakan posisi dengan siswa yang sedang di ajar yang melakukan aktivitas dan merasakan hal-hal yang dialami siswa-siswa pada masa sekarang. Gunakan bahasa yang sesuai dengan bahasa yang sering digunakan oleh siswa-siswa. Lakukan gerakan-gerakan dan mimik wajah yang sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Kaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sekarang ini. Selalu mengikuti berita terkini sebagai sebagai sumber pengetahuan 3. Leading Setelah melakukan pacing, maka siswa akan merasa nyaman dengan guru. Leading berarti memimpin atau mengarahkan setelah proses pacing Anda lakukan. Pada saat itulah hampir setiap apapun yang guru ucapkan atau tugaskan pada siswa Anda, maka siswa akan melakukannya dengan suka rela dan bahagia. 4. Gunakan Kata Positif Penggunaan kata positif ini sesuai dengan cara kerja pikiran bawah sadar yang tidak mau menerima kata negatife yang dirasa bertentangan. Contohnya adalah sebagai berikut, perhatikan kalimat berikut ini : “Saya minta kalian untuk jangan pernah sekali-kali membayangkan kelinci memakai topi. Saya ulangi lagi bahwa Anda tidak diperkenankan sama sekali untuk membayangkan kelinci memakai topi. Yang ada dipikiran malah semakin membayangkan kelinci memakai topi, padahal instruksi awal adalah tidak boleh membayangkannya”.
Logaritma Vol. III, No.01 Januari 2015
83
5. Berikan pujian
Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Maka berikanlah pujian dengan tulus pada siswa . Khususnya ketika ia berhasil melakukan atau mencapai prestasi. Sekecil apapun bentuk prestasinya, tetap berikan pujian. Termasuk ketika ia berhasil melakukan perubahan positif pada dirinya sendiri, meski mungkin masih berada di bawah standart teman-temannya, tetaplah berikan pujian. Dengan pujian, seseorang akan terdorong untuk melakukan yang lebih dari sebelumnya. 6. Modeling Modeling adalah proses memberi tauladan melalui ucapan dan perilaku yang konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi salah satu kunci hypnoteaching. Perlu adanya kepercayaan siswa pada guru. Artinya guru bersikap konsisten dengan ucapan dan sebagai contoh figure yang menyenangkan bagi siswa sebagai seorang guru. Menurut Colin Rose dan Malsolm J. Nicholl dalam buku Accelerated
Learning for the 21st Century: The Six-Step Plan to Unlock Your Master Mind menampilkan enam langkah pembelajaran dalam Hypnoteaching, yaitu: (1) Mind; (2) Acquiring the Fact; (3) Search Out the Meaning; (4) Trigger the Memory; (5) Exhibit; (6) Reflect6. Langkah 1: Mind Dalam hal ini Mind artinya adalah menciptakan ketenangan dalam berpikir. Lingkungan kelas, baik itu guru, ruangan kelas, ruangan di luar kelas harus saling sinergi untuk memberi ketenangan pada pikiran siswa. Guru menciptakan suasana yang tenang bagi siswa dengan menggunakan katakata dan tindakan sugesti. a. Pada saat guru menuju ruang kelas, guru tidak boleh menciptakan rasa tegang pada benak siswa, seperti suara derap langkah guru pada saat menuju ruang kelas harus dihindarkan. b. Pada saat guru memasuki ruang kelas, guru harus tersenyum ramah dengan mata terbuka dan melebar sambil melihat ke setiap pasang mata siswa lalu menyapa dengan hangat dan semangat.
Andri Hakim, Hypnosis in Teaching, Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar, (Jakarta: Visimedia, 2010), hlm. 27. 6
84
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa............Eline Yanty Putri Nasution
c.
Menyapa siswa dan sekadar menanyakan kabar siswa. Lebih bagus lagi jika dibumbui dengan sedikit humor guna menghilangkan ketegangan dan ketakutan siswa. d. Pada kegiatan awal pembelajaran, guru memotivasi siswa, memberikan tujuan pembelajaran dan manfaat pembelajaran pada kehidupan sehari-hari. e. Guru memberitahukan kaitan pembelajaran dengan pelajaran sebelumnya dan pelajaran yang akan datang. Langkah 2: Acquiring the Fact Acquiring the Fact artinya memperolah fakta. Pada proses belajar-mengajar, siswa memrlukan contoh-contoh dan fakta dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, mengapa siswa harus belajar Kimia bisa dijelaskan secara fakta bahwa bahan baku sabun mandi, shampo dan semacamnya merupakan hasil dari reaksi kimia. Begitu juga komposisi tubuh kita. Guru menjelaskan mengapa siswa harus belajar materi pelajaran yaitu dengan memberikan contoh-contoh dan fakta-fakta dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya guru menerangkan bahwa SPLDV sering terjadi dalam kehidupan terutama di bidang perdagangan. Misalnya pada contoh soal sebagai berikut:
Upin membeli 2 pinsil 2B dan 4 buku berpetak di Koperasi dengan harga Rp 10.000. Kemudian Ipin juga membeli 3 pinsil 2B dan 1 buku berpetak di Koperasi dengan harga Rp 10.000. Jika Mail ingin membeli 3 pinsil 2B dan 12 buku berpetak di Koperasi, berapakah harga yang harus dibayar Mail? Pada contoh soal di atas, guru menggunakan nama-nama tokoh kartun yang saat ini sedang marak di Televisi. Selain itu, guru juga menggunakan “pinsil 2B” , “buku berpetak” dan “koperasi”. Selanjutnya, guru harus benar-benar membawa pinsil 2B dan buku berpetak ke dalam ruang kelas kemudian penyelesaian sistem persamaan di atas, dalam hal ini harga sebuah pinsil 2B dan harga sebuah buku berpetak nantinya harus sama atau sejalan dengan harga sebuah pinsil 2B dan harga sebuah buku berpetak pada kenyataannya di koperasi sekolah. Inilah yang dimaksud dengan Acquiring the fact, yaitu menggunakan fakta-fakta dan kejadian nyata yang sering terjadi dalam kahidupan. Hal ini bertujuan untuk membuat siswa menjadi tertarik terhadap pelajaran.
Logaritma Vol. III, No.01 Januari 2015
85
Langkah 3: Search Out the Meaning Search Out the Meaning artinya menemukan arti yang sebanarnya. Guru harus bisa memberikan analogi dan penjelasan yang realistis terhadap maksud dan tujuan dari setiap materi pelajaran. Melalui contoh-contoh dan fakta-fakta pada langkah 2, secara tak langsung siswa telah menemukan apa sebanarnya arti dari persamaan linear dua variabel, sistem persamaan linear dua variabel, substitusi dan eliminasi. Selanjutnya guru membimbing siswa menemukan apa sebenarnya pengertian SPLDV, pengertian Eliminasi dan pengertian Substitusi dalam Matematika. Misalnya pada contoh Langkah 2, siswa dapat menemukan bahwa harga 1 pinsil 2B samadengan harga 3 buku berpetak sehingga 1 pinsil 2B bisa ditukar dengan 3 buku berpetak. Maka secara tidak langsung siswa telah menemukan dan menggunakan metode substitusi dalam penyelesaian contoh soal tersebut. Langkah 4: Trigger the Memory Trigger the Memory artinya memicu memori. Seorang guru harus mampu membangkitkan rasa keingintahuan siswa dengan memberikan penjelasan detail yang lebih menarik. Pertanyaan bisa dibuat semenarik mungkin dalam bentuk permainan pertanyaan berantai misalnya. Secara otomatis, hal itu memicu setiap murid untuk bertanya dan memicu memorinya untuk merecall atau memanggil informasi ke dalam memori pikiran siswa. Setelah SPLDV dijelaskan melalui contoh-contoh dan fakta-fakta, guru membawa contoh-contoh dan fakta-fakta itu ke dalam model Matematika. Misalnya contoh pada langkah 3 di atas dibuat ke dalam model matematika:
Misalkan pinsil 2B = p dan buku berpetak b Sehingga: 2 pinsil 2B dan 4 buku berpetak adalah 2p + 4b 3 pinsil 2B dan 1 buku berpetak adalah 3p + 1b 3 pinsil 2B dan 12 buku adalah 3p + 12b Model Matematikanya adalah 2p + 4b = 9000 3p + 1b = 9000 3p + 12b Kemudian guru menyelesaikan sistem persamaan tersebut secara matematis.
86
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa............Eline Yanty Putri Nasution
Langkah 5: Exhibit Exhibit artinya memeragakan. Seorang guru harus mampu memberikan contoh secara nyata atau dengan melatih soal-soal yang membantu siswa untuk memahami dan mendalami materi pelajaran. Hal ini disebabkan karena dalam sebuah proses pembelajaran, siswa harus mampu memperagakan apa yang dipelajari. Sebuah ulangan atau latihan soal adalah pencerminan dari keandalan siswa dalam memeragakan aoa yang telah ia pelajari. Guru memberikan contoh soal dan mempersilahkan siswa mengerjakannya di depan kelas. Guru mengusahakan agar sebisa mungkin seluruh siswa mengerjakan contoh soal di depan kelas. Langkah 6: Reflect Reflect artinya merefleksikan yang telah dipelajari. Seorang guru harus menyimpulkan dan merefleksikan materi pelajaran yang baru diterangkan. Hal itu memudahkan siswa untuk mengingat dan memahami materi pelajaran yang baru ia peroleh. Guru juga harus memperhatikan refleksi dari siswa ketika siswa belum memahami apa yang telah diajarkan oleh guru. Guru menyimpulkan dan merefleksikan materi pelajaran yang baru diterangkan kemudian memberikan soal latihan. Semua tahapan mulai dari langkah 1 sampai langkah 6 dilaksanakan dengan menggunakan kata-kata dan tindakan-tindakan sugesti. Selanjutnya, Hypnoteaching memberikan suatu cara yang cepat, gembira, menyenangkan dan efektif untuk mengembalikan konsentrasi siswa7, yaitu: 1. Yelling Yelling atau berteriak digunakan untuk mengembalikan konsentrasi siswa dengan cara meneriakkan sesuatu secara bersama-sama. Tabel 1. Yelling GURU
SISWA
Hai Halo Apa kabar juara?
Yes Hai Semangat, belajar, berprestasi
7
50.
Novian Jaya, Hypnoteaching, Bukan Sekadar Mengajar, ( Bekasi: D-Brain, 2010), hlm.
Logaritma Vol. III, No.01 Januari 2015
87
2. Reward and Penalty Reward dan Penalty yang digunakan peneliti adalah berbentuk bintang ekspresi. Jika siswa mendapat reward maka guru memberikan bintang dengan ekspresi tersenyum. Sebaliknya, jika siswa mendapat penalty, maka guru memberikan bintang dengan ekspresi bersedih dengan skor tertentu. Pada akhir siklus, seluruh reward dan penalty dikumpulkan dan kemudian dihitung sebagai sumbangan penilaian bagi siswa. Tabel 2. Kriteria Pemberian Reward and Penalty
Reward
Penalty
Reward and penalty diberikan pada saat-saat berikut: Tabel 3. Kriteria Pemberian Reward and Penalty
Pada akhir pembelajaran, seluruh reward dan penalty dikumpulkan dan kemudian dihitung sebagai sumbangan penilaian bagi siswa. 3. Jam Emosi Jam emosi adalah jam untuk mengatur emosi siswa. Emosi setiap siswa selalu beruabah-ubah setiap detiknya dan setiap siswa memiliki emosi yang berbeda-beda. Semakin belia usia, semakin cepat berubah emosinya. Oelh karena itu jam emosi diperlukan agar siswa tetap dalam emosi yang sama,. Setiap siswa tidak akan mengetahui berada dalam kondisi emosi yang mana. Bisa dalam berbagai keadaan, seperti: ingin belajar, ingin bercerita, bosan, ingin istirahat, ingin tidur, dan keinginan lainnya. Sehingga emosi siswa perlu diarahkan guna menciptakan proses belajar mengajar yang lebih terarah dan siswa pun tetap merasa gembira dan senang.
88
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa............Eline Yanty Putri Nasution
Peneliti membuat jam emosi dengan menggunakan kertas karton yang kemudian diberi warna sehingga menarik perhatian siswa. Jam emosi ini diletakkan di depan kelas sedemikian sehingga seluruh siswa dapat melihatnya dengan jelas.
Gambar 1. Jam Emosi Jam tenang menunjukkan bahwa para siswa diminta untuk tenang dan berkonsentrasi karena pelajaran akan dimulai. Jam diskusi menunjukkan bahwa siswa diminta untuk mendiskusikan suatu topik yang baru dibahas atau mendiskusikan soal dan contoh soal yang diberikan oleh guru. Jam lepas menunjukkan bahwa siswa diminta untuk melepaskan emosinya, seperti tertawa, berbicara dan menghela nafas dengan batas waktu tertentu dengan tidak mengganggu kelas lain. Jam tombol meminta para siswa untuk mengaktifkan kondisi belajarnya. Caranya, guru membuat sebuah bulatan hitam di papan tulis lalu meminta siswa melihat bulatan hitam itu sambil bernafas dengan santai. Hal ini bertujuan untuk mengaktifkan pikiran bawah sadar siswa agar tetap fokus belajar. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan yang berlokasi di Jalan Mesjid Raya Baru No. 3 Padangsidimpuan, Sumatera Utara. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII–3 SMP Negeri 1 Padangsidimpuan yang berjumlah 32 orang siswa. Yang menjadi objek penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) serta upaya meningkatkannya dengan Teknik Pembelajaran Hypnoteaching. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika khususnya dalam materi
Logaritma Vol. III, No.01 Januari 2015
89
sistem persamaan linear dua variabel dan untuk mengetahui bagaimana aktivitas yang dilakukan siswa selama menyelesaikan permasalahan matematika. Untuk memperolah data digunakan instrumen tes yaitu Tes Hasil Belajar I dan Tes Hasil Belajar II dan juga menggunakan instrumen non-tes yaitu skala sikap siswa, lembar pengamatan (observasi) dan pedoman wawancara yang dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif yang berguna untuk mengungkapkan kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) serta cara mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi tersebut. Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas maka penelitian terdiri dari beberapa tahap yang berupa siklus sebagai berikut:
Gambar 2. Desain Penelitian Tindakan Kelas
90
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa............Eline Yanty Putri Nasution
Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan pada tabel berikut: Tabel 4. Hasil Penelitian Siklus
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-Rata
Siklus I
92
27
66
Siklus II
100
60
86
Siswa Tuntas 17 (53,1 %)
Siswa Tidak Tuntas 15 (46,9%)
28 (87,5%)
4 (12,5%)
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa melalui Teknik Pembelajaran Hypnoteaching. Rata-rata tes hasil belajar I adalah 66 dengan rincian dari 32 orang siswa sebanyak 17 orang (53,1%) siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar klasikal (mendapat nilai ≥ 65) serta 17 orang (53,1%) lagi siswa belum mencapai tingkat ketuntasan belajar klasikal (mendapat nilai < 65). Sedangkan setelah dilakukan perbaikan dari siklus I pada siklus II, nilai rata-rata tes hasil belajar II mencapai 86 dan 28 orang dari 32 orang siswa atau 87,5%% siswa telah mencapai tingkat ketuntasan belajar klasikal serta 4 orang siswa (12,5%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar klasikal. Berdasarkan jawaban tes hasil belajar II dan wawancara terhadap siswa yang belum tuntas belajar pada siklus II, maka siswa tersebut tidak tuntas belajar bukan karena tidak memahami materi pelajaran, melainkan karena ketidaktelitian dalam mengerjakan soal. Dengan kata lain nilai dari ketuntasan klasikal tes hasil belajar I mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 34,4% (87,5 – 53,1%). Dengan membandingkan rata-rata kelas maupun ketuntasan belajar secara klasikal maka hasil dari penelitian ini adalah sangat baik. Hal ini disebabkan karena upaya-upaya dalam penelitian ini dilakukan untuk menanggulangi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Selain itu, hasil skala sikap siswa, lembar observasi dan wawancara menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik pembelajaran Hypnoteaching berjalan dengan sangat baik. Berikut ini disajikan tabel perbandingan tindakan pada Para Siklus, Siklus I dan Siklus II dengan menggunakan Teknik Hypnoteaching sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa:
Logaritma Vol. III, No.01 Januari 2015
91
Tabel 5. Perbandingan Tindakan pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II No LANGKAH . PEMBELAJARAN
TINDAKAN
PRA SIKLUS
Pemanasan
1.
-
-
Yelling
-
Mind
Humor
2.
-
Tombol
Reward Penalty
Acquiring the Fact
and
SIKLUS I Tepuk-Tepuk Hujan Posisi siswa: duduk Tanpa musik Peneliti tidak ikut serta
SIKLUS II -
Senam Otak Posisi siswa: berdiri Dengan musik Peneliti ikut serta
Membuat tombol Membuat gambar tombol pada sederhana dari kertas layar in-focus Origami Tiga yelling Tiga yelling pada Siklus I ditambah 1 yelling baru
-
4 kriteria reward and 4 kriteria reward and penalty penalty yang berbeda dengan Siklus I
-
- Melalui gerakan tubuh - Melalui ekspresi wajah - Melalui suara
- Berpantun - Bernyanyi
a. Tidak membawa a. Membawa alat peraga a. Membawa alat peraga Benda nyata, benda nyata ke berupa benda nyata berupa benda nyata di contoh nyata dalam kelas, hanya di depan kelas dan depan kelas dan menyebutkan menjelaskan alat menjelaskan alat peraga
92
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa............Eline Yanty Putri Nasution
benda dalam peraga dengan detail, dengan lebih mendetail contoh soal: seperti: lagi, seperti: - Pinsil - Pinsil 2B - Pinsil 2B merk Faber - Buku - Buku berpetak Castell b. Mencantumkan b. Mencantumkan nama - Buku berpetak Kiky nama orang tokoh yang dikenal b. Mencantumkan nama secara acak pada seluruh siswa pada beberapa orang siswa Kelas contoh soal: contoh soal, seperti VIII-3 pada contoh soal. - Budi tokoh dalam film Siswa yang dipilih adalah - Rudi kartun: siswa yang memiliki hasil - Ipin belajar rendah pada Tes - Upin Hasil Belajar I dan juga siswa yang kurang percaya diri. - Tommy - Novi
3.
Search Meaning
Menempelkan benda nyata di papan tulis dan Out the membandingkanny Tidak a dengan ilustrasi pada layar in-focus
Ya
Ya
Logaritma Vol. III, No.01 Januari 2015
Siswa membuat Tidak contoh soal sendiri Memberikan soal latihan dan LKS 4.
5.
Trigger the Memory
Exhibit
-
Hanya soal latihan Tanpa musik
Memberikan pertanyaan Tidak menantang Siswa mengerjakan Hanya latihan di depan siswa kelas Merefleksikan pembelajaran
6.
-
Membuat contoh secara umum
Ya
Reflect Memberikan hadiah Pujian
2-3
orang
soal
Soal latihan dan LKS Tanpa musik
93
Membuat contoh soal berdasarkan pengalaman yang benar-benar dialami siswa -
Soal latihan dan LKS Dengan musik
Ya
Ya
30% siswa
Seluruh siswa yang belum pernah maju ke depan kelas
Ya
Ya
-
Pujian Tepuk tangan Senyuman Reward
-
Pujian Tepuk tangan Senyuman Reward Alat peraga berpa benda nyata
94
Upaya Meningkatkan............Eline Yanty Putri Nasution
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kesulitan siswa dalam memahami sistem persamaanlinear dua variabel adalah : a. Siswa kurang memahami materi prasyarat yaitu penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. b. Siswa kurang mampu memanipulasi aljabar. c. Siswa kesulitan dalam mencari akar sistem persamaan linear dua variabel. d. Siswa kesulitan dalam mencari akar sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan metode substitusi. e. Siswa kesulitan dalam mencari akar sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan metode eliminasi. f. Siswa kesulitan dalam mencari akar sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan metode reduksi. g. Siswa sulit membedakan penggunaan metode substitusi, eliminasi dan reduksi dalam menyelesaikan sistem persamaan linear dua varibel. h. Siswa kurang hati-hati dalam mengerjakan soal sehingga terjadi kesilapan perhitungan. 2. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa tersebut adalah : a. Memberikan tindakan-tindakan dan kata-kata sugesti yang dapat menambah semangat dan motivasi siswa. b. Membuat olahraga kecil, yaitu senam otak sebagai pemanasan sebelum pembelajaran. c. Memberikan yel-yel yang dapat melatih konsentrasi siswa. d. Mengatur keadaan emosi siswa melalui jam emosi. e. Memberikan hadiah dan hukuman yang bernilai sugesti bagi siswa. f. Menempelkan gambar dan memberikan peraga yang terdiri dari pinsil 2B dan buku berpetak di papan tulis. g. Membagikan LKS pada masing-masing siswa. h. Memperhatikan kerja setiap siswa dan memberikan bimbingan dan bantuan secukupnya jika diperlukan siswa 3. Sebelum pemberian tindakan diperoleh nilai rata-rata tes awal siswa 50 dengan ketuntasan secara klasikal 28,1%. Setelah pemberian tindakan pengajaran dengan teknik pembelajaran Hypnoteaching, nilai rata-rata tes hasil belajar I mencapai 66 dengan tingkat ketuntasan belajar klasikal 53,1%.
.Logaritma Vol. III, No.01 Januari 2015
95
Karena hasil yang diperoleh untuk pembelajaran secara klasikal belum memenuhi nilai ketuntasan, maka dilanjutkan di siklus II dengan upaya-upaya yang telah disebutkan di atas. Nilai tes hasil belajar II mencapai 86 dengan tingkat ketuntasan belajar klasikal 87,5%, ini berarti teknik pembelajaran Hypnoteaching dapat mengatasi kesulitan belajar siswa sekaligus dapat meningkan hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Solichan, Proses Versus Produk dalam Pembelajaran Matematika, Limas
Media Komunikasi, Edukasi, dan Informasi PPPG Matematika Yogyakarta, 2006. Almatin, Isma, Dahsyatnya Hypnosis Learning untuk Guru dan Orangtua. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. 2010. Barber, Joseph, Practice, Hypnosis and Memory: A Hazardous Connection. Proquest Education Journals. 2011. Casler, Lawrence, USA Today, Hypnotize Students and Improve Their Ability to Learn. Proquest Education Journals. 2011. Hakim, Andri. Hypnosis in Teaching, Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar. Jakarta: Visimedia. 2010. Jaya, Novian, Hypnoteaching, Bukan Sekadar Mengajar. Bekasi: D-Brain. 2010. Saraswati, Hipnotis untuk Kecerdasan dan Kesembuhan. Yogyakarta: Media Pressindo. 2010. Sari, Farida, Hypnolearning. Jakarta: Visimedia. 2011. Setiawan, Aris. Hypnoteaching. Medan: PT ABCO Sugesti Motivatindo. 2011. The Indonesian Board of Hypnotherapy. Hypnosis Fundamental Workshop. Medan: IBH. 2011. Wong, Willy dan Hakim, Andri., Dahsyatnya Hipnosis. Jakarta: Visimedia. 2010.