UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT MARINIR CILANDAK PERIODE 2 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
TIKA SINDRA WARDHANI NASTI, S.Farm. 1206330186
ANGKATAN LXXVII
PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT MARINIR CILANDAK PERIODE 2 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar apoteker
TIKA SINDRA WRDHANI NASTI, S.Farm. 1206330186
ANGKATAN LXXVII
PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JANUARI 2014 ii
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karuniaNya maka penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSAL Marinir Cilandak serta menyusun laporan ini tepat pada waktunya. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Penulisan dan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Kolonel Laut dr. Arie Zakaria, SpOT., FICS selaku Komandan Rumah Sakit Marinir Cilandak, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Marinir Cilandak.
2.
Kolonel Laut (K) Drs. Agusman, MM., Apt., selaku Kepala Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak.
3.
Mayor Laut Dra. Mayannaria Simarmata, M.Farm., Apt., selaku pembimbing I di Rumah Sakit Marinir Cilandak, atas bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan ini.
4.
Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed, Apt. selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini.
5.
Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktek kerja profesi apoteker ini.
6.
Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah membantu penulis melaksanakan praktek kerja profesi apoteker ini.
7.
Seluruh staf dan karyawan Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak atas segala keramahan, pengarahan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama melaksanakan PKPA. iv
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
v
8.
Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
9.
Ibu, Bapak, seluruh anggota keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral.
10. Seluruh teman-teman apoteker angkatan 77 yang telah memberikan banyak sekali bantuan dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dan dengan senang hati menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga laporan PKPA ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang farmasi dan aplikasi pelayanannya di Rumah Sakit.
Penulis
2013
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Tika Sindra Wardhani Nasti, S.Farm. : Profesi Apoteker : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apoteker adalah tenaga kefarmasian yang dapat menjalankan praktek kefarmasiannya pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, diantaranya adalah apotek. Tugas dan fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan; sebagai sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat dan sebagai sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Peran apoteker menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 adalah melakukan pengadaan, produksi, distribusi dan pelayan kesehatan. Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, diatur dan dikelola oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Keberadaan pelayanan farmasi yang baik akan berpengaruh pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan, penurunan biaya kesehatan, dan peningkatan prilaku rasional dari seluruh tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan masyarakat lain. Peran apoteker dalam farmasi Rumah Sakit, diantaranya : melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal, menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik farmasi, melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), meningkatkan pelayanan mutu farmasi, melakukan pengawasan, serta memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit.
Kata kunci
: Praktek Kerja Profesi; Apoteker; Apotek Mediko Farma; Dirjen Binfar Alkes; Rumah Sakit Marinir Cilandak; Pelayanan. xii + 55 halaman : 12 gambar; 12 tabel; 39 lampiran Daftar referensi : 54 (1985-2013)
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
ABSTRACT
Name Study Program Title
: Tika Sindra Wardhani Nasti, S.Farm. : Profesi Apoteker : Apothecary Internship Program Report
Pharmacist is a profession that can run on a variety of healthcare facilities, including community pharmacist. Duties and function of an apothecary ai a place of devotionthe profession of a pharmacist that has been utter a vow of tenure; As a place of pharmaceutical that carry out compounding, transformation form, mixing and the delivery of drugs or ingredients drug and as a distributor of supplies pharmaceutical must deploy a drug that is required to society as extends and equitable. The function of apotechary in Government rules No. 51 Tahun 2009 are procurement, produce, distribute, and give health services. Pharmaceutical services in hospital, organized and managed by Installation of Hospital Pharmacy. Good pharmaceutical services will affect the healthcare quality improvement, cost reduction, and improved health of rational behaviourof the entire health workforce, patient, patient’s family, and other community. The role of pharmacist in he pharmacy hospital, such as : make optimal pharmacy services, professional pharmacy services organizes activities based on pharmaceutical procedure and ethics pharmacy, discharge of communication information and education, improve quality services pharmaceutical monitoring, and facilitate and managed standard treatment and formulary hospital.
Keywords
xii + 120 pages Reference
: Apothecary Internship Program; Pharmacist; Apotek Mediko Farma; Dirjen Binfar Alkes; Marinir Cilandak Hospital; Services. : 12 pictures; 12 tables; 39 : 54 (1985-2013)
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................... i HALAMAN JUDUL .........................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iii LEMBAR ORISINALITAS .............................................................................iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v LEMBAR PUBLIKASI ....................................................................................vii ABSTRAK .........................................................................................................viii ABSTRACT .......................................................................................................ix DAFTAR ISI ......................................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xi BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................1 1.1 Latar Belakang ...............................................................................1 1.2 Tujuan ............................................................................................2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................3 2.1 Rumah Sakit ...................................................................................3 2.1.1 Definisi Rumah Sakit ............................................................3 2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ............................................3 2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit .......................................................3 2.1.4 Fasilitas dan Peralatan Rumah Sakit .....................................6 2.1.5 Penilaian Kinerja Rumah Sakit .............................................8 2.1.6 Struktur Organisasi Rumah Sakit .........................................9 2.1.7 Ketenagaan Rumah Sakit ......................................................10 2.1.8 Panitia Farmasi dan Terapi ...................................................10 2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit.......................................................13 2.2.1 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit................................13 2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit .................................13 2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit .....14 2.2.4 Staf dan Pimpinan Instalasi Farmasi Rumah Sakit ...............16 BAB 3. TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK ....17 3.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak .................17 3.2 Tujuan, Visi, Misi, Motto dan Tugas Pokok RS Marinir Cilandak 19 3.2.1 Tujuan ...................................................................................19 3.2.2 Visi ........................................................................................19 3.2.3 Misi .......................................................................................19 3.2.4 Motto .....................................................................................20 3.2.5 Tugas Pokok .........................................................................20 3.3 Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak .......................................20 3.4 Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak .......................................20 3.5 Instalasi Rawat Jalan .......................................................................20 3.6 Instalasi Rawat Inap ........................................................................21 3.7 Fasilitas Penunjang .........................................................................21 x
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
xi
3.8 Rekam Medis ..................................................................................22 3.9 Formularium ...................................................................................23 3.10 Unit Sterilisasi...............................................................................23 3.11 Pengelolaan Limbah RSMC .........................................................24 3.11.1 Pengolahan Limbah Cair ....................................................24 3.11.2 Pengolahan Limbah Padat ..................................................25 BAB 4. TINJAUAN KHUSUS DEPARTEMEN FARMASI RS MARINIR CILANDAK .....................................................................27 4.1 Struktur Organisasi Departemen Farmasi RS Marinir Cilandak ....27 4.1.1 Kepala Departemen Farmasi .................................................27 4.1.2 Kepala Sub Departemen Pengendalian Farmasi ...................28 4.2 Fungsi dan Tugas Pokok Departemen Farmasi ..............................30 4.2.1 Fungsi Departemen Farmasi .................................................30 4.2.2 Tugas Pokok .........................................................................30 4.3 Uraian Tugas Departemen Farmasi ................................................31 4.4 Gudang Farmasi ..............................................................................32 4.4.1 Jam Kerja ..............................................................................33 4.4.2 Personalia ..............................................................................33 4.4.3 Kegiatan Gudang Farmasi ....................................................33 4.5 Apotek Dinas ..................................................................................36 4.5.1 Jam Kerja ..............................................................................36 4.5.2 Personalia ..............................................................................37 4.5.3 Jenis Pelayanan .....................................................................37 4.5.4 Pengadaan Obat ....................................................................38 4.5.5 Penyimpanan .........................................................................38 4.5.6 Pelayanan Farmasi ................................................................38 4.6 Apotek Pelayanan Masyarakat Umum (Yanmasum) ......................38 4.6.1 Jam Kerja ..............................................................................39 4.6.2 Personalia ..............................................................................39 4.6.3 Jenis Pelayanan .....................................................................39 4.6.4 Pengadaan Obat ....................................................................39 4.6.5 Penyimpanan .........................................................................40 4.6.6 Pelayanan Farmasi ................................................................40 4.7 Apotek ASKES ...............................................................................41 4.7.1 Jam Kerja ..............................................................................41 4.7.2 Personalia ..............................................................................41 4.7.3 Jenis Pelayanan .....................................................................41 4.7.4 Pengadaan Obat ....................................................................41 4.7.5 Penyimpanan .........................................................................42 4.7.6 Pelayanan Farmasi ................................................................42 BAB 5. PEMBAHASAN ...................................................................................43
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
xii
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................52 6.1 Kesimpulan .....................................................................................52 6.2 Saran ...............................................................................................52 DAFTAR ACUAN.............................................................................................54
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15 Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22. Lampiran 23. Lampiran 24. Lampiran 25. Lampiran 26. Lampiran 27. Lampiran 28. Lampiran 29. Lampiran 30.
Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak ....................55 Struktur Organisasi Departemen Farmasi ...................................56 Tim Panitia Farmasi dan Terapi RS Marinir Cilandak ................57 Alur Resep Pasien Rawat Jalan di Apotek Dinas RSMC ............58 Alur Resep Pasien Rawat Inap di Apotek Dinas dan Yanmasum di RSMC...................................................................59 Alur Resep Pasien Individu di Apotek Yanmasum RSMC .........60 Alur Resep Pasien Rawat Jalan dan Inap di Apotek Askes RSMC ..........................................................................................61 Formulir Lembar Konseling Obat ...............................................62 Formulir Kartu Catatan Obat Pasien Rawat Inap .......................63 Surat Pesanan Obat Apotek Dinas, Yanmasum, ASKES ke PBF ..........................................................................................64 Surat Pesanan Obat Narkotika .....................................................65 Surat Pesanan Obat Psikotropika.................................................66 Berita Acara Pemusnahan Obat ...................................................67 Alur Proses Dukungan MatKes dari LAFIAL.............................68 Surat Permintaan Dukungan MatKes dari LAFIAL ....................69 Bukti Surat Pengeluaran Material Kesehatan dari Diskesal ........70 Bukti Surat Penerimaan Material Kesehatan ...............................71 Laporan Hasil Pengujian Limbah ................................................72 Alur Berkas Rekam Medis Rawat Jalan di RSMC ......................73 Alur Berkas Rekam Medis Rawat Inap di RSMC .......................74 Flow Chart Rawat Jalan Tingkat Lanjutan Pasien pada Kunjungan Pertama ....................................................................75 Flow Chart Rawat Inap Tingkat Lanjutan Pasien ASKES pada Rawat Inap Pertama .....................................................................76 Formulir Pendaftaran Pasien Baru...............................................77 Kartu Stok Perbekalan Kesehatan ...............................................78 Lembar Resep Apotek Dinas .......................................................79 Salinan Resep Apotek Yanmasum ..............................................80 Salinan Resep Apotek ASKES ....................................................81 Alur Pasien Rawat Jalan di RSMC ..............................................82 Alur Pasien Rawat Inap di RSMC ...............................................83 Alur Pasien Gawat Darurat di RSMC .........................................84
viii
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat (Kemenkes RI, 2009). Tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan disebut sebagai sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan atau upaya kesehatan penunjang (Siregar, 2004). Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan rujukan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas Rumah Sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan (Undang-Undang No. 44, 2009). Tenaga kefarmasian merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien di Rumah Sakit. Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, diatur dan dikelola oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Keberadaan pelayanan farmasi yang baik akan berpengaruh pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan, penurunan biaya kesehatan, dan peningkatan prilaku rasional dari seluruh tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan masyarakat lain (Departemen Kesehatan, 2004). Apoteker mempunyai peranan yang penting dalam IFRS. Peran apoteker dalam farmasi Rumah Sakit, diantaranya : melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal, menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik farmasi, melaksanakan komunikasi, 1
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
2
informasi dan edukasi (KIE), meningkatkan pelayanan mutu farmasi, melakukan pengawasan, serta memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit. Untuk itu, Apoteker diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian. Apoteker yang memiliki pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi Rumah Sakit dapat dipilih sebagai kepala IFRS. Apoteker sebagai Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mampu menerapkan manajemen yang baik untuk mengelola ketersediaan dan kesinambungan perbekalan dan pelayanan farmasi tersebut (Departemen Kesehatan, 2004). Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya, maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan RS Marinir Cilandak menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) periode 1 September– 31 Oktober 2013. Melalui kegiatan PKPA ini mahasiswa calon Apoteker diharapkan memiliki bekal pengetahuan tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit sehingga dapat mengabdikan diri sebagai apoteker yang profesional dan handal di masa yang akan datang.
1.2
Tujuan Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instalasi Farmasi RS Marinir
Cilandak adalah: 1. Mengetahui dan memahami tugas, peranan, fungsi, serta tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi RS Marinir Cilandak. 2. Mendapatkan wawasan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di RS Marinir Cilandak. 3. Mengetahui permasalahan atau kendala yang terjadi dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di RS Marinir Cilandak serta ikut mencari alternatif solusi yang tepat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Rumah Sakit
2.1.1
Definisi Rumah Sakit (UU No 44, 2009) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan instalasi gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
2.1.2
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
2.1.2.1 Tugas Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. 2.1.2.2 Fungsi Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi: a.
Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit
b.
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
c.
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Sumber Daya Manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
d.
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit (Siregar, 2003) Rumah Sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe kepemilikan, tipe pelayanan, lama tinggal, fasilitas pelayanan dan kapasitas tempat tidur, afliliasi pendidikan dan status akreditasi:
3
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
4
2.1.3.1 Kepemilikan Rumah Sakit berdasarkan kepemilikannya dapat digolongkan menjadi: a. Rumah Sakit pemerintah Rumah Sakit pemerintah adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dan diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, Kementrian Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Rumah Sakit ini umumnya bersifat non profit, tidak mencari keutungan semata-mata. Sebagai contoh: Rumah Sakit Umum Pemerintah, Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL), Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD), Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU), Rumah Sakit Polisi Republik Indonesia (RS POLRI). b. Rumah Sakit non pemerintah (swasta) Rumah Sakit swasta adalah Rumah Sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh yayasan, organisasi keagamaan, atau oleh badan hukum lain dan dapat juga bekerja sama dengan institusi pendidikan. a) Rumah Sakit swasta berdasarkan tujuan : 1) Rumah Sakit profit Rumah Sakit tipe ini yaitu, Rumah Sakit yang dimiliki dan dikelola oleh yayasan atau badan yang bukan milik pemerintah, dengan tujuan mencari keuntungan. 2) Rumah Sakit non profit Rumah Sakit tipe ini yaitu Rumah Sakit yang biasanya dimiliki oleh organisasi atau yayasan keagamaan, kekeluargaan, dan tidak mencari keuntungan. b) Rumah Sakit swasta berdasarkan pelayanan : 1) Rumah Sakit swasta pratama, yaitu Rumah Sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas D. 2) Rumah Sakit swasta madya, yaitu Rumah Sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang, setara dengan Rumah Sakit pemerintah kelas C.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
5
3) Rumah Sakit swasta utama, yaitu Rumah Sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan subspesialistik, setara dengan Rumah Sakit pemerintah kelas B. 2.1.3.2 Jenis Pelayanan Berdasarkan jenis pelayanaan yang diberikan, Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi: 1) Rumah Sakit Umum Pelayanaan kesehatan yang diberikan rumah sakit umum bersifat dasar, spesialitik, dan sub spesialitik. Rumah Sakit umum memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagi kondisi medik, ibu hamil dan lain sebagainya. 2) Rumah Sakit Khusus Rumah sakit khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan Khusus bagi penderita dengan spesialisasi dan pelayanan sub spesialis khusus, misalnya Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit paru-paru, Rumah Sakit mata, Rumah Sakit kanker, Rumah Sakit jantung. 2.1.3.3 Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur Berdasarkan kapasitas tempat tidurnya, Rumah Sakit pemerintah dibagi menjadi lima kelas, yaitu : 1) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas A RSU Kelas A adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialistik dasar, 5 pelayanan spesialis penunjang medik, 12 pelayanan medik spesialis lain, dan 13 pelayanan medis sub spesialis, serta memiliki kapasitas tempat tidur minimal 400 buah. 2) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B RSU Kelas B adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, 4 pelayanan spesialis penunjang medik, 8 pelayanan medik spesialis lainnya, dan 2 pelayanan medik subspesialis dasar, serta memiliki kapasitas tempat tidur minimal 200 buah. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
6
3) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas C RSU Kelas C adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar dan 4 pelayanan spesialis penunjang medik, serta memilki kapasitas tempat tidur minimal 100 buah. 4) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas D RSU Kelas D adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 pelayanan medik spesialis dasar serta memiliki kapasitas tempat tidur minimal 50 buah.
2.1.4 Fasilitas dan Peralatan Rumah Sakit (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197, 2004) 2.1.4.1 Bangunan Fasilitas bangunan, ruangan, dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan perundang-undangan kefarmasian yang berlaku, yaitu : a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan Rumah Sakit. b. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di rumah sakit. c. Dipisahkannya antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsung pada pasien, dispensing, serta ada penanganan limbah. d. Dipisahkannya juga antara jalur steril, bersih, dan daerah abu-abu, bebas kontaminasi. e. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan, dan keamanan binatang pengerat. f. Fasilitas peralatan memenuhi pesyaratan yang ditetapkan terutama untuk perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk obat luar atau dalam. 2.1.4.2 Pembagian Ruangan a. Ruang Kantor -
Ruang pimpinan
-
Ruang staf
-
Ruang kerja/administrasi
-
Ruang pertemuan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
7
b. Ruang Produksi Lingkungan kerja ruang produksi harus rapih, tertib, dan efisien untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi sediaan dan dipisahkan antara : -
Ruang produksi sediaan non steril
-
Ruang produksi sediaan steril
c. Ruang Penyimpanan Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur, sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas yang terdiri dari : -
Kondisi umum untuk ruangan penyimpanan obat jadi, obat produksi, bahan baku obat, alat kesehatan, dll.
-
Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan obat termolabil, alat kesehatan dengan suhu rendah, obat mudah terbakar, obat/bahan obat berbahaya, dan barang karantina.
d. Ruang Distribusi/Pelayanan Ruang distribusi yang cukup untuk seluruh kegiatan farmasi Rumah Sakit : -
Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (apotek)
-
Ada
ruang
khusus/terpisah
dari
ruang
penerimaan
barang
dan
penyimpanan barang -
Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap (satelit farmasi)
-
Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan
-
Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan
barang dan
penyimpanan barang -
Dilengkapi kereta dorong trolley
e. Ruang Konsultasi Sebaiknya ada ruang khusus untuk Apoteker memberikan konsultasi pada pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien.Ruang konsultasi ini untuk pelayanan rawat jalan (apotek) dan pelayanan rawat inap. f. Ruang Informasi Obat Sebaiknya tersedia ruangan sumber informasi dan teknologi komunikasi dan penanganan informasi yang memadai untuk mempermudah pelayanan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
8
informasi obat. Luas ruang yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi obat tergantung dari jumlah tempat tidur yang dimiliki oleh rumah sakit, yaitu : -
-
200 tempat tidur
: 20 m2
-
-
400-600 tempat tidur
: 40 m2
-
-
1300 tempat tidur
: 70 m2
g. Ruang Arsip Dokumen Harus ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan menyiapkan dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan sesuai hokum, aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik. h. Peralatan Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran dan memenuhi persyaratan, peneraan, dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap tahun. Peralatan minimal yang harus tersedia : -
Peralatan untuk penyimpanan, peracikan, dan pembuataan obat baik non steril maupun aseptik
-
Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
-
Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat
-
Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika
-
Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
-
Penerangan, sarana air, ventilasi, dan system pembuangan limbah yang baik
2.1.5
Penilaian Kinerja Rumah Sakit Salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja Rumah Sakit
adalah melalui penilaian efisiensi pengelolahan Rumah Sakit yang menetapkan 4 (empat) parameter dasar dalam perhitungan, yaitu : 1.
Bed Occupancy Rate (BOR) Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa banyak tempat tidur di Rumah Sakit yang digunakan pasien dalam satu periode. Nilai ideal BOR menurut Depkes (2001) adalah antara 70%-85%. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
9
Rumus : BOR =
Jumlah hari perawatan Rumah Sakit x 100%
(Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode) 2.
Turn Over Interval (TOI) Indikator ini digunakan untuk menghitung waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong. Idealnya adalah 2 sampai 3 hari. Rumus : TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode)-Hari perawatan) Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
3.
Length of Stay (LOS) Indikator ini digunakan untuk menghitung lama hari perawatan bagi 1 (satu) pasien selama 1 (satu) tahun. Idealnya adalah 6 sampai 9 hari. Rumus : LOS =
Jumlah hari perawatan pasien rawat inap (hidup+mati) Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
4.
Bed Turn Over (BTO) Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa kali satu tempat tidur ditempati pasien dalam satu tahun. Idealnya adalah 40 sampai 50 kali. Data-data pengunjung yang harus dilengkapi dalam perhitungan tingkat efisiensi tersebut adalah : -
Rata-rata jumlah tempat tidur per tahun
-
Jumlah hari perawatan pasien selama 1 (satu) tahun
-
Jumlah pasien keluar rawat inap dalam keadaan hidup dan meninggal selama 1 (satu) tahun.
Rumus : BTO =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) Jumlah tempat tidur
2.1.6 Struktur Organisasi Rumah Sakit (UU No.44 Tahun 2009 ) Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan akuntabel. Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksa internal, serta administrasi umum dan keuangan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
10
2.1.7 Ketenagaan Rumah Sakit (UU No.36, 2009) Tenaga kesehatan di rumah sakit terdiri dari: a.
Tenaga medis meliputi Dokter dan Dokter Gigi.
b.
Tenaga keperawatan meliputi Perawat dan Bidan.
c.
Tenaga kefarmasian meliputi Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian (Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga MenengahFarmasi / Asisten Apoteker).
d.
Tenaga Kesehatan Masyarakat meliputi Epidemiolog Kesehatan, Entemolog Kesehatan, Mikrobiolog, Penyuluh Kesehatan, Administrator Kesehatan, Sanitarian.
e.
Tenaga Gizi meliputi Nutrition, dietician.
f.
Tenaga keterapian fisik meliputi Fisioterapis, Okupasiterapis, terapis wicara.
g.
Tenaga keteknisian medis : Radiografer, Radioterapis, Teknisi gigi, Teknisi elektromedia, Analis Kesehatan, Dokter mata, tehnik transfusi, perekam medis.
2.1.8 Panitia Farmasi dan Terapi (Kepmen RI No.1197, 2004) 2.1.8.1 Definisi Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) merupakan badan penghubung antara staf medis dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari Dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di Rumah Sakit dan Apoteker yang mewakili farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Selain itu juga membuat kebijaksanaan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penilaian dan pemilihan obat di rumah sakit agar didapat penggunaan yang rasional. PFT dipimpin oleh seorang Dokter, sedangkan Apoteker dari Instalasi Farmasi sebagai sekretaris. Tugas utama panitia ini adalah menyeleksi obat yang memenuhi standar kualitas terapi obat yang efektif, mengevaluasi data klinis obat baru atau bahan yang diusulkan untuk dipakai di rumah sakit, mencegah duplikasi pengadaan obat, menganjurkan penambahan-penambahan dan penghapusan obat dari formularium rumah sakit dan mempelajari reaksi obat yang tidak diinginkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
11
2.1.8.2 Tujuan Adapun tujuan dari Panitia Farmasi dan Terapi adalah sebagai berikut: a.
Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan dan penggunaan obat secara rasional serta evaluasinya.
b.
Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.
c.
Meningkatkan efektivitas, keamanan, dan nilai ekonomis dari penggunaan obat di rumah sakit.
2.1.8.3 Struktur Organisasi dan Kegiatan Susunan kepanitian PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi setiap rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi Rumah Sakit setempat. Ketentuan umum bagi PFT di antaranya : a.
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang yaitu Dokter, Apoteker dan perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar tenaga dokter bisa melebihi 3 orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada.
b.
Ketua PFT dipilih dari Dokter yang ada dalam kepanitiaan dan jika rumah sakit
tersebut
mempunyai
ahli
farmakologi
klinik,
maka
farmakolog yang dipilih sebagai ketua. Sekretaris adalah Apoteker dari instalasi farmasi atau Apoteker yang ditunjuk. c.
PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 bulan sekali dan untuk Rumah Sakit yang besar diadakan sebulan sekali. Rapat PFT dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun luar Rumah Sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan PFT.
d.
Segala sesuatu
yang berhubungan dengan rapat PFT
diatur oleh
sekretaris, termasuk persiapan dan hasil-hasil rapat. e.
Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
2.1.8.4 Fungsi dan Ruang Lingkup PFT a.
Mengembangkan
formularium
di
Rumah
Sakit
dan
merevisinya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
12
Pemilihan obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang sama. b.
Mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.
c.
Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di Rumah Sakit yang termasuk dalam kategori khusus.
d.
Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di Rumah Sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.
e.
Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di Rumah Sakit dengan mengkaji rekam medik dan dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. Tinjauan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus
menerus penggunaan obat secara rasional. f.
Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
g.
Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan perawat melalui media berkomunikasi.
2.1.8.5 Peran dan Tugas Apoteker dalam PFT Peran Apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Tugas apoteker dalam PFT adalah sebagai berikut: a.
Menjadi sekretaris PFT
b.
Menetapkan jadwal pertemuan
c.
Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
d.
Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk pembahasan dalam pertemuan khususnya tentang obat
e.
Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada pimpinan Rumah Sakit
f.
Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada seluruh pihak yang terkait Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
13
g.
Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan
h.
Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain
i.
Membuat formularium Rumah Sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT
j.
Melaksanakan pendidikan dan pelatihan
k.
Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat
l.
Melaksanakan
umpan
balik
hasil
pengkajian
pengelolaan
dan
penggunaan obat pada pihak terkait.
2.2
Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.2.1 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit di suatu Rumah Sakit yang berada di bawah pimpinan seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa orang Apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional. IFRS juga merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan, pengendalian mutu, pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit, serta pelayanan farmasi klinik yang mencakup layanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan.
2.2.2 Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit 1. Manajemen a.
Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
b.
Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.
c.
Menjaga dan meningkatkan mutu kemampuan tenaga kesehatan Farmasi dan staf melalui pendidikan.
d.
Mewujudkan sistem informasi manajemen tepat guna, mudah dievaluasi dan berdaya guna untuk pengembangan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
14
e.
Pengendalian mutu sebagai dasar setiap langkah pelayanan untuk peningkatan mutu pelayanan.
2. Farmasi Klinik a.
Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat rasional termasuk pencegahan dan rehabilitasinya.
b.
Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan obat baik potensial maupun kenyataan.
c.
Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat melalui kerja sama pasien dan tenaga kesehatan lain.
d.
Merancang, menerapkan dan memonitor penggunaan obat untuk menyelasaikan masalah yamg berhubungan dengan obat.
e.
Menjadi pusat informasi obat bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta tenaga kesehatan rumah sakit.
f.
Melaksanakan konseling obat pada pasien, keluarga dan masyarakat serta tenaga kesehatan rumah sakit.
g.
Melakukan pengkajian obat secara prospektif maupun reprospektif.
h.
Melakukan pelayanan Total Parenteral Nutrition.
i.
Memonitor kadar obat dalam darah.
j.
Melayani konsultasi keracunan.
k.
Bekerja sama dengan tenaga kesehatan terkait dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi pengobatan.
2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit 2.2.3.1 Tugas Pokok IFRS Tugas Pokok : 1.
Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
2.
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
3.
Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
4.
Memberi
pelayanan
bermutu
melalui
analisa,
dan
evaluasi
untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi 5.
Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
15
6.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
7.
Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
8.
Memfasilitasi
dan
mendorong
tersusunnya
standar
pengobatan
dan
formularium Rumah Sakit 2.2.3.2 Fungsi IFRS a.
Pengelolaan Perbekalan Farmasi 1.
Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
2.
Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
3.
Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
4.
Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
5.
Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.
6.
Menyimpan
perbekalan
farmasi
sesuai
dengan
spesifikasi
dan
persyaratan kefarmasian. 7. b.
Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit pelayanan di rumah sakit.
Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan 1.
Mengkaji instruksi pengobatan / resep pasien.
2.
Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
3.
Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan.
4.
Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
5.
Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
6.
Memberi konseling kepada pasien/keluarga.
7.
Melakukan pencampuran obat suntik.
8.
Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
9.
Melakukan penanganan obat kanker.
10. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah. 11. Melakukan pencatatan setiap kegiatan. 12. Melaporkan setiap kegiatan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
16
2.2.4 Staf dan Pimpinan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Struktur Organisasi) Ketentuan bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit antara lain: a.
IFRS dipimpin oleh Apoteker.
b.
Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi Rumah Sakit.
c.
Apoteker telah terdaftar di Departemen Kesehatan dan mempunyai surat ijin kerja.
d.
Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh tenaga ahli madya farmasi (D3) dan tenaga menengah farmasi/ asisten apoteker.
e.
Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi barang farmasi.
f.
Setiap saat harus ada Apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan mengawasi
pelayanan
farmasi
dan
harus
ada
pendelegasian
wewenang yang bertanggung jawab bila apoteker berhalangan. g.
Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
h.
Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan kebutuhan.
i.
Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau tenaga farmasi lainnya, maka harus ditunjuk Apoteker yang memiliki kualifikasi pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.
j.
Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK 3.1
Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) sebelumnya merupakan suatu
poliklinik kecil yang menempati sebuah ruang dinas bintara KKO. Poliklinik ini dipindahkan ke lokasi Rumah Sakit saat ini pada tahun 1961 dan dikembangkan menjadi Balai Pengobatan yang dipimpin oleh Kapten Laut (K) dr. O.M. Sianipar. Berdasarkan S.Kep. Panglima KKO AL No. 5401/5/1968 pada tanggal 22 Maret 1968, status Rumah Sakit diubah menjadi Rumah Sakit Korps Komando TNI AL (RSKO wilayah barat), yang berlokasi di tempat sekarang ini. Tanggal 22 Maret diresmikan sebagai hari jadi Rumah Sakit Marinir Cilandak. Komandan Rumah Sakit yang pertama adalah Mayor Laut (K) dr. Foead Arief Tirtohusodo. Berdasarkan ketetapan Menhankam/Pangab S.Kep. No. 226/11/1977 Rumah Sakit AL lanmar ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat IV dan mengganti istilah Komandan Rumah Sakit menjadi Kepala Rumah Sakit (Ka Rumkit). Penerbitan S.Kep. Kasal No 813/IV/1979 membawa perubahan pada Rumah Sakit melalui Surat Keputusan Panglima Daerah No 3 S.Kep/42/VII/1979 tentang perubahan nama RS TNI AL tingkat IV Lanmar Jakarta Cilandak menjadi RS TNI AL Daerah 3 (Rumkital Daerah 3 Cilandak). Pada tahun 1980, Rumah Sakit telah memiliki 2 orang dokter umum dan 2 orang dokter gigi. Status Rumah Sakit meningkat menjadi Rumah Sakit ABRI tingkat III dengan 60 tempat tidur melalui penerbitan S.Kep. Menhankam/Pengab No. 226a/II/1980. Kedudukan Rumkit AL Cilandak di bawah Suriak Teklap Diskes daerah 3 yang ditetapkan melalui S.Kep. Kasal No 609/II/1980. Pada tanggal 24 Maret 1990, jabatan Kepala Rumkital Cilandak diserahterimakan ke Mayor laut drg. Moeryono Aladin. Peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit terus dilaksanakan. Berbagai perbaikan terus dilakukana baik dari segi sarana Rumah Sakit maupun kemampuan Sumber Daya Manusia yang dituangkan melalui “Tiga Perintah Harian” yang berbunyi: a.
Tingkatkan profesionalisme dan semangat pengabdian seluruh jajaran RSMC 17
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
18
b.
Ciptakan lingkungan bersih, nyaman dan asri di RSMC.
c.
Tingkatkan dukungan dan pelayanan kepada prajurit dan keluarganya. Pada tanggal 24 Maret 1990, RSMC ditetapkan sebagai kawasan bebas
rokok dan merupakan Rumah Sakit pertama di Indonesia yang memberlakukan larangan merokok di lingkungan Rumah Sakit. Pada tahun 1992, RSMC menjadi Rumah Sakit terbersih se-DKI Jakarta dan menjadi juara II untuk tingkat nasional. Berdasarkan Surat Keputusan Kasal No. Kep/42/VII/1997 dan No. SKEP/22/III/1998, Rumah Sakit Marinir Cilandak secara bertahap mengalami perubahan organisasi, saarana, dan prasarana sesuai persyaratan yang ada sebagai Rumah Sakit TNI AL tingkat II. Pada tanggal 18 juni 1998, Rumah Sakit Marinir Cilandak ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat II B dan sebagai unsur komando pelaksana fungsi Korps Marinir di bidang kesehatan yang berkedudukan langsung di bawah Korps Marinir. Pada tahun 1990, akreditasi Rumah Sakit tingkat dasar berhasil dilaksanakan. Berdasarkan S.Kep Depkes RI No. YM.00.03.3.5.400, Rumah Sakit TNI AL Marinir Cilandak telah mendapatkan status akreditasi penuh tingkat dasar pada tanggal 14 Februari 2000. Pada tanggal 21 Desember 2000, jabatan Kepala Rumkital diserahkan kepada Kolonel Laut (K) dr. Musana, Sp.KJ. Peningkatan kemampuan fasilitas dan pelayanan Rumah Sakit dilaksanakan dengan moderenisasi peralatan yang ada serta melengkapi sarana dan prasarana kesehatan. Upaya peningkatan fasilitas Rumah Sakit memanfaatkan hasil pelayanan masyarakat umum yang dikelola dengan baik oleh Rumkital Marinir Cilandak.Kegiatan renovasi diawali dengan melengkapi kendaraan operasional dan peralatan kesehatan yang canggih, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan registrasi keuangan dan komputerisasi rekam medik pasien. Pada tahun 2003, pengembangan fasilitas penunjang pelayanan kesehatan lain dilakukan berupa pembangunan ruang serba guna, ruang kebidanan dan kandungan, ruang bayi, ruang bersalin, ruang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), ruang tunggu rawat jalan, renovasi radiologi dan penyelesaian pembangunan gedung rawat inap kelas III dengan bantuan dari Departemen Pertahanan. Untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik, Rumkital Cilandak memberikan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
19
bantuan keringanan perawatan atau subsidi kepada pasien miskin dan tidak mampu. Unsur pelayanan di Rumah Sakit Marinir Cilandak meliputi pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap dan pelayanan unit gawat darurat. Unsur pelayanan ini meliputi penunjang medis dan pelaksanaan pelayanan medis. Selain memberikan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Marinir Cilandak juga menjadi tempat prakek kerja dari beberapa institusi pendidikan di Jakarta, seperti Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional, Fakultas Kedokteran Pelita Harapan, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional serta beberapa Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan, Akademi Fisioterapi dan Akademi Farmasi.
3.2. Tujuan, Visi, Misi, Motto dan Tugas Pokok RS Marinir Cilandak 3.2.1 Tujuan Tujuan Rumah Sakit Marinir Cilandak adalah sebagai berikut : a. Tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi personil militer TNI AL khususnya marinir agar selalu siap operasional. b. Terpeliharanya kesiapan Rumah Sakit Marinir Cilandak dalam memberikan dukungan kesehatan pada operasi Korps Marinir. c. Terlaksananya pelayanan kesehatan secara profesional bagi anggota dan keluarganya serta masyarakat umum, tanpa memandang agama, golongan, kedudukan, dan pangkat.
3.2.2. Visi Menjadi Rumah Sakit TNI AL yang berkualitas dan mampu melaksanakan dukungan kesehatan pada operasi militer dan pelayanan kesehatan yang profesional. 3.2.3. Misi 1. Menyiapkan sarana dan prasarana guna terlaksananya dukungan dan pelayanan kesehatan. 2. Meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mencapai sasaran program secara berhasil guna dan berdaya guna. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
20
3.2.4. Motto “Keselamatan pasien prioritas layanan kami.”
3.2.5. Tugas Pokok Rumah Sakit Marinir Cilandak bertugas melaksanakan dukungan kesehatan dan pelayanan kesehatan spesialistik dan sub spesialistik terbatas bagi personil militer dan Pegawai Negeri Sipil TNI AL beserta keluarganya di wilayah barat.
3.3. Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak Struktur organisasi RS Marinir Cilandak dipimpin oleh seorang Komandan Rumah Sakit (Dan Rumkit) dan dibantu oleh Wakil Komandan Rumkit (WaDan Rumkit). Setelah itu WaDan Rumkit dibantu oleh Kepala Departemen Kesehatan Kelautan (Kesla); Kepala Departemen Penyakit Dalam, Paru, Jantung, Jiwa dan Saraf (P2J2S); Kepala Departemen Gigi dan Mulut (Gilut); Kepala Departemen Bedah; Kepala Departemen Kulit, Telinga, dan Mata (Kutema); Kepala Departemen Kesehatan Ibu dan Anak (KIA); Kepala Departemen Penunjang Klinik; Kepala Departemen Farmasi; dan Kepala Departemen Perawatan.
3.4
Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak Sumber Daya Manusia merupakan aset terpenting bagi Rumah Sakit untuk
dapat melaksanakan upaya pelaksa kesehatan. Tenaga profesional yang dimiliki oleh Rumah Sakit marinir Cilandak saat ini terdiri dari: a.
Dokter Umum
b.
Dokter Gigi Umum dan Spesialis
c.
Dokter Spesialis: Kesehatan Anak, Kebidanan dan Kandungan, Penyakit Dalam, jantung, Paru, Bedah Umum, Bedah Plastik, Bedah Tulang, Bedah Urologi, Bedah Syaraf, THT, Mata, Kulit dan Kelamin, Saraf, Anastesi, Radiologi, Patologi Klinik dan Jiwa.
3.5
Instalasi Rawat Jalan Pelayanan rawat jalan yang tersedia di RS Marinir Cilandak terdiri dari:
a.
Polikilinik Penyakit Dalam (internist) Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
21
b.
Poliklinik Penyakit Bedah: Umum, Tulang, Saraf, Plastik, Urologi
c.
Poliklinik Paru
d.
Poliklinik Jantung
e.
Poliklinik Kebidanan dan Kandungan
f.
Poliklinik Kesehatan Anak
g.
Poliklinik Mata
h.
Poliklinik Saraf
i.
Poliklinik THT
j.
Poliklinik Kulit dan Kelamin
k.
Poliklinik Fisioterapi
l.
Poliklinik Umum
m.
Poliklinik Gigi Umum
n.
Poliklinik Gigi Spesialis
o.
Poliklinik Akupuntur
3.6
Instalasi Rawat Inap Pelayanan rawat inap adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang
membutuhkan perawatan secara intensif di Rumah Sakit sehingga mengharuskan pasien untuk tinggal di Rumah Sakit sampai kesehatannya membaik. Instalasi Rawat Inap RSMC memiliki kemampuan dalam menyiapkan tempat rawat inap pasien sebanyak 188 tempat tidur terpasang yang meliputi: a.
Rawat Inap Pavilun A (Anyelir)
: Khusus pasien kebidanan
b.
Rawat Inap Paviliun B (Bougenvile)
: Khusus pasien bedah
c.
Rawat Inap Paviliun C (Cempaka)
: Khusus pasien penyakit dalam
d.
Rawat Inap Paviliun D (Dahlia)
: Khusus pasien anak
e.
Rawat Inap Paviliun E (Edelweis)
: Khusus pasien VVIP, VIP, Kelas I
f.
Rawat Inap Paviliun F (Flamboyan)
: Pasien campuran
3.7
Fasilitas Penunjang Fasilitas penunjang yang terdapat pada Rumah Sakit Marinir Cilandak
adalah: a.
Laboratorium Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
22
b.
Radiologi
c.
Farmasi
d.
Gizi
e.
High Care Unit (HCU)
f.
Medical Check Up (MCU)
g.
Intensif Care Unit (ICU)
h.
Unit Gawat Darurat (UGD)
i.
Kamar Operasi (OK)
3.8
Rekam Medis (Depkes,2008) Rekam Medis merupakan alat komunikasi antara pasien, dokter, perawat
dan apoteker. Rekam medis atau catatan medis adalah kumpulan data medis dan sosial dari seorang pasien baik rawat inap maupun rawat jalan sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien sembuh dan pulang. Penulisan rekam medis di RS Marinir Cilandak dimulai pada saat pasien mendaftar di tempat pendaftaran, kemudian menuliskan identitas lengkap seperti nama, umur, alamat, pendidikan, tempat tanggal lahir, dan sebagainya. Kemudian data-data tersebut akan disimpan dalam file berdasarkan nomor dan warna dan tidak ada perbedaan antara pasien anggota dan pasien umum. Isi dari rekam medis adalah: a.
Identitas pasien.
b.
Ringkasan riwayat klinis.
c.
Kartu pasien.
d.
Pemeriksaan lab, terdiri dari analisa gas darah, darah rutin, kultur atau resistensi.
e.
Ringkasan masuk darurat yang terdiri dari: anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis.
f.
Pengukuran denyut nadi, suhu tubuh, tekanan darah (untuk rawat inap)
g.
Catatan perkembangan pasien dan instruksi dokter.
h.
Rencana tindakan perawatan.
i.
Catatan terapi terdiri dari: nama pasien, tanggal masuk, ruang rawat, nama obat (dosis, tanggal pemberian, waktu pemakaian). Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
23
3.9
Formularium Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki formularium Rumah Sakit yang
berisi kelas terapi obat, nama obat, sediaan, nama dagang, dan nama produsen obat. Susunan daftar obat dievaluasi tiap setahun sekali oleh tim komite medik berdasarkan kualitas, potensi dan harga obat.
3.10 Unit Sterilisasi (Sterilization Unit) Pelaksanaan proses sterilisasi RSMC belum dilakukan di unit sterilisasi yang terpusat atau Central Sterile Supply Departement (CSSD). Proses sterilisasi dilakukan di setiap ruangan seperti rawat inap, kamar operasi, unit gawat darurat, dan lain-lain. Sterilisasi alat di RSMC menggunakan Pricef (formalin) dan untuk lantai digunakan Viorex. Untuk proses sterilisasi ruangan, langkah awal yang dilakukan adalah ruangan harus dibersihkan lalu disterilkan dengan cara disinari dengan sinar UV. Setiap 6 bulan sekali dilakukan pengujian terhadap keberadaan bakteri. Apabila bakteri melebihi ambang batas maka ruangan harus dibersihkan dengan desinfektan dan setelah itu di-fogging. Sterilisasi alat-alat kedokteran dilakukan berdasarkan jenis bahannya, yaitu menggunakan cara sebagai berikut: a.
Sterilisasi dengan panas kering Sterilisasi panas kering digunakan untuk mensterilkan alat-alat logam seperti gunting bedah, tong spatel, pisau bedah, jarum bedah, dan alat-alat bedah lainnya. Cara sterilisasi yang dilakukan yaitu memasukkan alat kedalam oven dengan suhu 150’C selama 2 jam. Setelah selesai proses sterilisasi, alat-alat yang sudah steril disimpan di dalam lemari yang disusun berdasarkan jenis tindakan operasi (bedah umum, bedah ortopedi, bedah kandungan dan bedah urologi).
b.
Sterilisasi dengan panas basah Sterilisasi dengan autoklaf digunakan untuk mensterilkan linen/kain katun, dressing kain kassa dan perban. Cara yang dilakukan adalah dengan memasukkan alat dan bahan ke dalam autoklaf dengan suhu 121’C selama Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
24
15 menit. Setelah selesai proses sterilisasi alat dan bahan disimpan dalam di lemari dalam ruangan yang telah disterilisasi dengan menggunakan formaldehid.
3.11 Pengolahan Limbah RSMC Pengolahan limbah RSMC meliputi limbah padat dan cair. 3.11.1 Pengolahan Limbah Cair Limbah cair berasal dari berbagai unit, seperti ruang perawatan, laboratorium, dapur dan laundry. Pengolahan limbah cair di RSMC terdiri dari 3 jenis bak penampungan, yaitu bak perangkap lemak, bak equal, dan bak reaktor Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Proses awal pengolahan limbah, semua limbah cair dari laboratorium dan dapur akan melewati bak perangkap lemak. Sedangkan limbah cair yang berasal dari laundry akan melewati bak pemecah detergen. Setelah itu limbah cair akan masuk ke bak equal kemudian dialirkan ke bak reaktor IPAL. Bak reaktor IPAL terdiri dari 4 bak, yaitu bak pengumpul awal, bak anaerob, bak aerob, dan bak pengumpul akhir. Bak pengumpul awal merupakan bak tempat pengumpulan limbah yang berasal dari bak equal serta bak pemecah detergen. Setelah dari bak pengumpul, limbah dialirkan ke dalam bak anaerob yang berisi bakteri anaerob. Bakteri anaerob berfungsi menguraikan limbah cair secara anaerob. Kelemahan penggunaan bakteri anaerob ini adalah akan timbul bau yang kuat dari air limbah yang diolah dan proses pengolahan limbah lebih lama. Oleh karena itu, setelah dari bak anaerob, limbah dialirkan ke dalam bak aerob. Proses pengolahan air limbah secara aerob adalah dengan memanfaatkan aktivitas bakteri aerob, untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam air limbah menjadi zat non organik yang stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran terhadap lingkungan. Setiap hari pada bak aerob ditambahkan bakteri aerob dari luar. Contoh bakteri aerob yang ditambahkan yaitu Nitrosomonas sp, Nitrobacter, Pseudomonas, dan Bacillus. Penambahan bakteri ini dimaksudkan untuk mempercepat proses penguraian senyawa organik dalam limbah cair dan mencegah pertumbuhan bakteri patogen. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
25
Bakteri aerob sebenarnya sudah terdapat di alam dalam jumlah yang tidak terbatas dan selalu dapat diperoleh dengan sangat mudah. Dalam kapasitas yang terbatas, alam sendiri sudah mampu menetralisir zat organik yang terdapat di dalam air limbah. Sementara itu kemampuan air dalam menyerap oksigen di udara sangat terbatas, walaupun keberadaan oksigen di udara tidak terbatas. Oleh karena itu, di dalam bak aerob terdapat blower, yang membantu pemenuhan kebutuhan oksigen di dalam air. Proses ini dinamakan aerasi. Aerasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan kontak antara udara dengan air sehingga terjadi peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air. Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau. Setelah proses penguraian air limbah secara aerob, air limbah yang sudah tidak berbau tersebut dialirkan ke dalam bak pengumpul akhir, dan selanjutnya dialirkan ke dalam bak bio indikator. Indikator biologi yang digunakan adalah koi. Pemantauan pengolahan limbah RSMC dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan mengirim sampel ke BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah) untuk melihat aman tidaknya limbah tersebut dibuang ke sungai Krukut. Parameter pemeriksaan limbah cair adalah kadar klorin, ammonia, kesadahan, senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand
3.11.2 Pengolahan Limbah Padat Limbah padat dibedakan menjadi limbah medis dan limbah non medis, Limbah medis merupakan limbah yang berasal dari ruangan perawatan, laboratorium, kamar operasi, UGD, urilogi, misalnya kassa, jarum suntik, botol infus, vial, ampul, kapas dan perban. Penanganan untuk alat-alat yang tajam dimasukkan dalam wadah khusus seperti jirigen. Limbah padat yang tidak bersifat non-infectious dimasukkan ke dalam plastik hitam sedangkan limbah yang bersifat infectious dimasukkan ke dalam plastik kuning. Semua limbah dibakar menggunakan incinerator dengan suhu 800’C – 1200’C. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
26
Limbah non medis merupakan limbah yang berasal dari dapur, kertas, botol plastik, botol infus, vial dan ampul. Penanganan limbah non medis dilakukan dengan pengumpulan oleh petugas kesehatan kemudian dua kali dalam seminggu diambil oleh petugas kebersihan setempat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
BAB 4 TINJAUAN KHUSUS DEPARTEMEN FARMASI RS MARINIR CILANDAK 4.1
Struktur Organisasi Departemen Farmasi RS Marinir Cilandak Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan suatu unit
fungsional yang mengelola semua perbekalan farmasi yang digunakan oleh RSMC yang dipimpin oleh seorang Kepala Departemen Farmasi (Kadep Far) yang secara struktural berada di bawah Komandan Rumah Sakit. Tenaga personalia Departemen Farmasi RSMC terdiri dari 6 apoteker, 23 orang asisten apoteker, dan 13 orang non asisten apoteker.. 4.1.1 Kepala Departemen Farmasi Kepala Departemen Farmasi bertugas dalam membantu Komandan Rumah Sakit (Dan Rumkit) yang berada dibawah koordinasi dan pengawasan Wakil Komandan
Rumah
Sakit
(Wadan
Rumkit)
yang
bertugas
dalam
menyelenggarakan pelayanan farmasi di RSMC. Dalam menjalankan tugasnya, Kadep Far bertanggung jawab langsung kepada Dan Rumkit atau melalui Wadan Rumkit. Dalam kegiatan administrasi Kadep Far dibantu oleh TU dengan uraian tugas dan pekerjaan sebagai berikut : a.
Menyelenggarakan ketatausahaan di Departemen Farmasi dan kegiatan surat menyurat sesuai dengan petunjuk administrasi yang berlaku.
b.
Melaksanakan agenda/ekspedisi serta penyimpanan arsip.
c.
Menyediakan bahan dan alat-alat kebutuhan surat-menyurat bagi keperluan Departemen Farmasi.
d.
Melaksanakan pencatatan, pengawasan, pemeliharaan dan pengamanan material/dokumen serta inventaris yang ada dalam Departemen Farmasi.
e.
Mengadakan koordinasi dengan sekretariat RSMC tentang surat-menyurat yang berasal dari dan ditujukan untuk Departemen Farmasi.
27
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
28
4.1.2
Kepala Sub Departemen Pengendalian Farmasi (Ka Subdep Dalfar) Kadep Far dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Ka Subdep
Dalfar. Ka Subdep Dalfar memiliki tugas sebagai berikut: a. Menyusun dan menyiapkan perkiraan kebutuhan material kesehatan. b. Membantu melaksanakan pengadaan material kesehatan. c. Melaksanakan pemeliharaa nalat kesehatan. d. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran Material Kesehatan. e. Merancang sistem penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran material kesehatan. f. Melaksanakan administrasi, penyimpanan, dan penyaluran material. g. Merancang bekal diagnostik kepada unit pelaksana diagnostik. h. Menyusun laporan penerimaan dan penyaluran material kesehatan serta pengajuan material kesehatan secara periodik. Kepala Sub Departemen Pengendalian Farmasi dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kadep Far dan dibantu oleh petugas : a. Kepala Seksi Pemeliharaan Material Kesehatan (Kasi Har Matkes) Kepala seksi pemeliharaan material kesehatan memiliki tugas sebagai berikut: 1. Melaksanakan
pemeliharaan
material
kesehatan
sesuai
jadwal
pemeliharaan. 2. Melaksanakan inventarisasi material kesehatan. 3. Membantu Ka Subdep Dalfar dalam pengendalian dan pengawasan material kesehatan. 4. Dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Ur Har Matkes. b. Kepala Seksi Perbekalan Farmasi (Kasi Bek Far) Kepala seksi perbekalan farmasi memiliki tugas sebagai berikut: 1. Melaksanakan penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran material perbekalan farmasi. 2. Melaksanakan
administrasi
penerimaan,
penyimpanan,
dan
pengeluaran perbekalan farmasi. 3. Menyelenggarakan tatalaksana penyimpanan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
29
4. Merencanakan,
menyiapkan,
dan
mengembangkan
ruang-ruang
penyimpanan. 5. Membantu Ka Subdep Dalfar dalam menyusun perkiraan kebutuhan material kesehatan. 6. Membantu Ka Subdep Dalfar dalam menyusun laporan penerimaan dan penyaluran perbekalan farmasi. 7. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Ur Bek Far. c. Kepala Sub Departemen Apotek (Ka Subdep Apotek) Selain dibantu oleh Ka Subdep Dalfar, Kadep Far juga dibantu oleh seorang Ka Subdep Apotek yang memiliki tugas sebagai berikut: 1. Melaksanakan pelayanan bekal kesehatan kepada pasien rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, dan unit-unit perawatan. 2. Melaksanakan penyuluhan tentang khasiat dan efek samping obat kepada pasien dalam rangka pemberian informasi obat. 3. Menyelenggarakan
administrasi
penerimaan,
penyimpanan,
dan
penyaluran material kesehatan. 4. Membuat laporan pelaksanaan tugas Sub Dep Apotek secara periodik. 5. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kadep Far. Kepala Sub Departemen Apotek dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh: a) Kepala Seksi Perencanaan Farmasi (Kasi Ren Far) Kepala seksi perencanaan farmasi memiliki tugas sebagai berikut: 1) Menyusun rencana pengadaan dan pemeliharaan material kesehatan secara terjadwal. 2) Melaksanakan pembuatan/penyiapan obat/alat kesehatan untuk pasien rawat jalan dan rawat inap. 3) Melaksanakan administrasi pengadaan material kesehatan. 4) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ka Subdep Apotek b) Kepala Seksi Pendistribusian Kepala seksi pendistribusian dengan tugas sebagai berikut: Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
30
1) Melaksanakan penyaluran material kesehatan pada apotek dan poli-poli di RSMC. 2) Melaksanakan administrasi penyimpanan dan penyaluran alat/bekal kesehatan. 3) Melaksanakan kegiatan farmasi rumah sakit. 4) Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Ka Subdep Apotek.
4.2 Fungsi dan Tugas Pokok Departemen Farmasi 4.2.1
Fungsi Departemen Farmasi adalah sebagai berikut : a. Melaksanakan perencanaan kebutuhan barang farmasi. b. Melaksanakan pengadaan barang farmasi sesuai ketentuan yang berlaku. c. Mengatur sistem penyimpanan barang farmasi sesuai peraturan yang berlaku. d. Mengatur sistem pendistribusian barang farmasi ke seluruh poli di RSMC yang membutuhkan. e. Melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di lingkungan rumah sakit. f. Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang pelayanan farmasi.
4.2.2
Tugas Pokok
Sebagai salah satu unsur pelaksana utama Dan Rumkit, Kepala Departemen Farmasi bertugas membantu Dan Rumkit atau Wadan Rumkit untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur serta mengawasi seluruh kegiatan dan kebutuhan pelayanan Farmasi yang meliputi obat, alat kesehatan, alat kedokteran dan alat perawatan, bekal kesehatan, gas medik, dan barang kimia lainya di RSMC.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
31
4.3
Uraian Tugas Departemen Farmasi Departemen Farmasi mempunya tugas dengan uraian sebagai berikut :
a. Menyiapkan semua data di Departemen Farmasi untuk disajikan kepada Dan Rumkit baik secara langsung maupun melalui Wadan Rumkit. b. Memberikan saran mengenai bidang kefarmasian baik diminta maupun tidak diminta kepada Dan Rumkit baik secara langsung maupun melalui Wadan Rumkit. c. Menyusun program kerja Departemen Farmasi sebagai bahan penyusunan program kerja RSMC. d. Mengajukan kebutuhan personel, peralatan dan anggaran biaya kepada Dan Rumkit dalam rangka kelancaran tugas dan pengembangan Departemen Farmasi. e. Merumuskan dan menyiapkan kebijakan dalam kegiatan farmasi rumah sakit. f. Menyusun dan menyiapkan petunjuk-petunjuk dalam rangka pelaksanaan kegiatan di Departemen Farmasi. g. Menyelenggarakan fungsi staf dalam bidang pembinaan kefarmasian di lingkungan RSMC atas dasar pengembangan ilmu dan teknologi masingmasing Sub Departemen. h. Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap tata tertib, disiplin, kebersihan, keamanan dan kelancaran tugas di lingkungan Departemen Farmasi. i. Mengaturdan mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua peralatan dan sarana yang ada di Departemen Farmasi, agar selalu dalam keadaan baik, lengkap serta siap pakai. j. Menyiapkan dan meneliti surat-surat yang berhubungan dangan Departemen Farmasi sebelum ditandatangani Dan Rumkit. k. Melaksanakan koordinasi di lingkungan Departemen Farmasi dengan unit kerja lain di luar Departemen Farmasi dalam rangka penyusunan prosedur kerja pelayanan farmasi di RSMC. l. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan Kepala Departemen dan unit kerja lain yang terkait dalam rangka merencanakan kebutuhan obat, alat kesehatan, alat kedokteran dan alat perawatan, pengembangan pelayanan farmasi di departemen atau unit kerja yang bersangkutan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
32
m. Melaksanakan koordinasi dengan unsur, badan dan instansi baik di dalam maupun di luar RSMC untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya sesuai tingkat dan lingkup kewenangannya. n. Mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian barang-barang farmasi guna menjamin pencapaian tujuan sasaran program kerjanya secara berhasil guna dan berdaya guna. o. Membuat uraian tugas bagi para pelaksana yang bekerja di lingkungan Departemen Farmasi. p. Mengawasi dan bertanggung jawab agar semua kegiatan di lingkungan Departemen Farmasi berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan peraturan yang berlaku dan dapat mencapai sasaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Membuat laporan kepada Dan Rumkit atau Wadan Rumkit baik secara langsung maupun secara tertulis. q. Membuat laporan berkala meliputi: pengadaan dan penggunaan obat, alat kesehatan, alat kedokteran dan bekal kesehatan setiap bulan, per triwulan dan setiap akhir tahun anggaran, menyiapkan data penggunaan obat narkotik, Stock
opname
setiap
menyelenggarakan
akhir
usaha-usaha
triwulan
dan
akhir
yang
bertujuan
tahun
untuk
anggaran,
meningkatkan
pelayanan farmasi sesuai dengan tuntutan masyarakat pengguna jasa rumah sakit dan kemampuan rumah sakit agar tugas pokok Departemen Farmasi dapat dilaksanakan secara optimal. r. Selalu mengadakan koordinasi dan kerja sama serta memelihara hubungan baik dengan departemen lain untuk menunjang tercapainya tugas pokok dan fungsi Departemen Farmasi. s. Mengadakan kegiatan lain sesuai dengan pengarahan Dan Rumkit atau Wadan Rumkit.
4.4
Gudang Farmasi Tugas gudang farmasi yaitu menerima, menyimpan, dan mendistribusikan
obat dan perbekalan kesehatan. Perbekalan kesehatan yang dimaksud meliputi material kesehatan yang berupa obat-obatan dan alat kesehatan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
33
4.4.1
Jam Kerja Jam kerja gudang farmasi setiap hari senin-jumat pukul 07.00-15.00 WIB
4.4.2
Personalia Tenaga personalia di bagian gudang farmasi RSMC terdiri dari
1
apoteker, 3 asisten apoteker, dan 1 non asisten apoteker. 4.4.3
Kegiatan Gudang Farmasi
4.4.3.1 Penerimaan Perbekalan Farmasi RSCM Sumber perbekalan farmasi RSMC meliputi : a. Dropping b. Pembelian / Pengadaan a. Dropping Dropping obat dan alkes habis pakai dapat berasal dari Dinas Kesehatan Angkatan Laut (Diskesal), Puskesmas Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Puskes TNI AL), dan Korps Marinir (Korps Marinir). Dropping dari Diskesal merupakan sumber utama perbekalan farmasi di gudang farmasi. Dropping ini dilakukan secara rutin setiap 6 bulan. Gudang farmasi Rumah Sakit bertugas membuat permintaan berdasarkan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan dari ruangan/poli yang kemudian dikirimkan ke Diskesal. Untuk semester pertama tiap tahunnya, surat Permintaan Untuk Terima (PUT) diajukan ke Diskesal paling lambat pada akhir Desember tahun sebelumnya dan sekitar bulan April akan dikirimkan Surat Perintah Pengeluaran Matkes (SPPM) dari Diskesal. Sedangkan untuk semester kedua, PUT paling lambat dikirimkan pada akhir Juni. Permintaan yang diajukan ke Diskesal pada semester 1 yaitu obat-obatan LAFIAL, obat-obatan non LAFIAL, obat untuk penyakit kronik, bekal kesehatan Gigi dan Mulut, dan formulir. Sedangkan permintaan yang diajukan ke Diskesal pada semester 2 yaitu obat-obatan LAFIAL, bekal kesehatan umum, dan bekal kesehatan radiologi. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
34
Perbekalan farmasi yang diminta akan diberikan oleh Diskesal pada selambat-lambatnya akhir Mei untuk semester pertama dan akhir Oktober untuk untuk semester kedua. Sebelumnya Rencana Distribusi (Rendis) telah dikirimkan kepada setiap gudang farmasi Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL). Untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta biasanya perbekalan farmasi diambil sendiri ke gudang farmasi Diskesal. Untuk wilayah luar DKI Jakarta biasanya perbekalan kesehatan langsung dikirim ke gudang farmasi RSAL Pada akhir bulan April akan dikirimkan surat koordinasi ke gudang farmasi Diskesal. Jika gudang farmasi Diskesal telah selesai menyiapkan obat dan perbekalan kesehatan, maka akan dikirimkan surat koordinasi kepada RS. Berdasarkan surat tersebut petugas gudang RS akan mengambil obat dan perbekalan kesehatan ke Diskesal. Pada saat pengambilan obat dan perbekalan kesehatan ke gudang farmasi Diskesal petugas gudang RS harus membawa SPPM dan PUT. Setelah obat dan perbekalan kesehatan diterima, Berita Acara pengeluaran obat dan perbekalan kesehatan dari gudang farmasi Diskesal ditandatangani oleh petugas gudang Diskesal dan petugas gudang RS. Dropping obat dan Material Kesehatan dari Puskes TNI AL dilakukan berdasarkan PUT yang diajukan gudang farmasi RS. Permintaan yang diajukan dalam PUT meliputi pemeriksaan kesehatan/ check-up (Rikes) untuk para anggota TNI di laboratorium. PUT diajukan kepada Puskes TNI AL setahun sekali dan dilakukan perincian setiap 3 (tiga) bulan. PUT tidak dibuat untuk dropping obat-obat untuk Pelayanan Kesehatan Dasar yang menjadi program Puskes TNI.
b. Pengadaan / Pembelian Sumber dana untuk pembelian obat dan perbekalan kesehatan RS didapat dari dana Yanmasum dan Dana Pemeiharaan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
35
Kesehatan
(DPK)
yang
berasal
dari
APBN
(Anggaran
Pemeliharaan Belanja Negara), yang diberikan setiap tiga bulan (triwulan), sedangkan dana Yanmasum merupakan dana yang diperoleh dari keuntungan Rumah Sakit untuk pelayanan pasien umum di luar pasien dinas. Pola pembelian yang dilaksanakan di RSMC adalah pembelian dalam jumlah terbatas (sesuai kebutuhan) dan direncanakan untuk kebutuhan satu bulan. Setiap penerimaan obat, baik yang sumbernya dari dropping maupun pembelian sendiri, harus didukung dengan bukti penerimaan. Penerima barang harus memeriksa kesesuaian antara fisik barang dengan dokumen pengantar kiriman barang. Dokumen bukti pemeriksaan tersebut harus ditandatangani oleh petugas penerima barang, yang menyerahkan barang, serta diketahui oleh Kepala Departemen Farmasi dan dibubuhi stempel. Untuk jenis barang yang diadakan melalui pembelian sendiri, bila terjadi ketidaksesuaian antara fisik barang dengan dokumen, maka dilakukan pengembalian barang (retur) dan dicatat di buku berita acara. 4.4.3.2 Penyimpanan (Pergudangan) Penyimpanan barang dilakukan menurut sumbernya, yaitu obat yang berasal dari DPK/APBN, Yanmasum, dan dropping baik dari Diskesal maupun Puskes TNI AL. Selain itu, obat dan perbekalan kesehatan lainnya juga dikelompokkan berdasarkan ruangan yang membutuhkan, seperti OK dan UGD. Setiap jenis barang yang terdapat di gudang dilengkapi dengan kartu stok yang menunjukkan jumlah dan tanggal pemasukan serta pengeluaran dari setiap barang. Sistem pengeluaran obat atau barang dilakukan menurut metode First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). 4.4.3.3.Pendistribusian Pendistribusian di gudang farmasi dibagi menjadi dua yaitu : a. Distribusi untuk Apotek Dinas berupa obat dan alat kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
36
b. Distribusi untuk ruang rawat inap, ruang ICU, Ruang OK, UGD, dan laboratorium berupa material kesehatan seperti kasa, perban, desinfektan, alkohol, reagen, cairan infus, obat gawat darurat, dan alat kesehatan. Jadwal pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan dari gudang farmasi ke ruangan/poli/ apotek selama seminggu adalah sebagai berikut: a. Senin : Paviliun Flamboyan atas dan bawah, OK, serta poli kandungan. b. Selasa : Paviliun Bougenville. c. Rabu : Paviliun Cempaka 1 dan 2, serta UGD. d. Kamis : Ruang bayi, paviliun Dahlia, Apotek Dinas. e. Jumat : Paviliun Edelweis, OK, dan ICU. Oleh karena keterbatasan Sumber Daya Manusia di gudang farmasi, obat dan perbekalan kesehatan diambil sendiri oleh petugas dari masing-masing ruangan yang mengajukan permintaan. Obat dan perbekalan kesehatan yang diambil oleh petugas dari masing-masing ruangan tersebut dicatat jenis dan jumlahnya pada buku mutasi barang. Buku tersebut juga ditandatangani oleh petugas gudang farmasi dan petugas masing-masing ruangan sebagai bukti pengambilan obat dan perbekalan kesehatan. Apabila perbekalan farmasi di ruangan telah habis, maka ruangan dapat mengambil obat dan perbekalan kesehatan di luar jadwal yang sudah ditentukan. Gudang juga melayani pengisian gas medik seperti NO2, O2 dan perbaikan alat kesehatan.
4.5
Apotek Dinas Apotek Dinas merupakan salah satu apotek yang berada dibawah struktur
organisasi Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak. Apotek Dinas khusus ditujukan untuk melayani pasien anggota TNI AL dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) beserta keluarganya. 4.5.1
Jam Kerja Pelayanan di Apotek Dinas dilakukan setiap hari kerja dan dibagi menjadi
2 (dua) shift yaitu pukul 07.00–15.00 WIB dan pukul 15.00–21.00 WIB. Setelah itu pelayanan untuk pasien dinas akan diberikan di Apotek Pelayanan Masyarakat Umum /Yanmasum (Apotek Swasta). Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
37
4.5.2
Personalia Tenaga personalia di Apotek Dinas terdiri dari 1 orang apoteker, 4 asisten
apoteker, 2 non asisten apoteker dan 1 administrasi.
4.5.3
Jenis Pelayanan Apotek Dinas hanya melayani pasien yang merupakan anggota TNI AL
dan Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya. Keluarga yang dimaksud adalah istri dengan anak maksimal dua orang. Pelayanan ditujukan untuk pasien rawat jalan dan rawat inap. Apabila terdapat obat yang tidak tersedia di apotek dinas, maka petugas akan memberikan resep yang diberi stempel restitusi. Selanjutnya pasien dapat memperoleh obat yang dimaksud di apotek Yanmasum sesuai dengan prosedur yang berlaku. Prosedur restitusi dilaksanakan sesuai surat edaran Kepala Rumkital Marinir Cilandak, Nomor SE/75/VI/2006 tanggal 22 Juni 2006 yang berdasar kepada SE/002 1/I/94/Ditkes tanggal 25 Januari 1994 tentang Pedoman Pemberian Restitusi Kesehatan di Lingkungan TNI AL. Prosedur pelaksanaan restitusi sebagai berikut : a. Resep yang sudah distempel restitusi dari Apotek Dinas dibawa ke Apotek Yanmasum (Apotek Swasta) di Rumah Sakit Marinir Cilandak, diberi harga, kemudian diserahkan kepada pasien. b. Pasien menghadap Komandan Rumah Sakit Marinir Cilandak atau Wadan untuk meminta persetujuan dari Dan Rumkit atau Wadan Rumkit. c. Apabila sudah mendapat persetujuan dari Dan Rumkit atau Wadan Rumkit, pasien dapat membawa kembali resepnya ke Apotek Yanmasum untuk mendapatkan obat. d. Obat-obatan yang sudah direstitusi dapat diberikan untuk 3 hari. Untuk penyakit kronik dapat diberikan 30 hari. Jenis restitusi yang dapat diberikan adalah obat dengan resep dokter RSMC yang disetujui oleh Dan Rumkit atau Wadan Rumkit, serta kacamata untuk anggota RSMC sesuai ketentuan dan berdasarkan resep Dokter mata. Jenis restitusi yang tidak dapat diberikan antara lain obat-obat tradisional, susu, obat pelangsing, kosmetik, vitamin, hormon dan mineral. Persetujuan oleh pejabat Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
38
yang berwenang memperhatikan pertimbangan urgency dari pemberian obat kepada pasien, jenis dan harga obat serta patokan dukungan anggaran non APBN per bulan. Pembayaran dari dana non APBN dilakukan setelah dibuat rekapitulasi per bulan.
4.5.4 Pengadaan Obat Perbekalan farmasi yang terdapat di apotek dinas yaitu obat dan perbekalan kesehatan, berasal dari gudang farmasi. Untuk pemenuhan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan di apotek dinas, setiap minggu diajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada gudang farmasi. Apotek Dinas juga memberikan rencana kebutuhan obat setiap bulannya kepada gudang farmasi.
4.5.5 Penyimpanan Penyimpanan obat dikelompokkan berdasarkan jenis sediaan yaitu sedian tablet, sirup, injeksi, dan alat kesehatan, kemudian disusun berdasarkan alfabetis.
4.5.6
Pelayanan Farmasi Pelayanan farmasi yang dilakukan berdasarkan resep dokter dari tiap poli
rawat jalan, ruangan rawat inap, UGD, dan ICU. Pada saat resep masuk, resep diberi nomor oleh petugas. Setiap resep yang masuk akan diskrining oleh petugas apotek. Jika terdapat permasalahan, petugas akan menghubungi dokter penulis resep. Setelah dilakukan skrining resep, dilakukan dispensing, penulisan etiket, dan dilakukan pengecekan kembali oleh petugas apotek yang lain. Setelah itu, obat siap diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat kepada pasien juga disertai dengan pemberian informasi obat.
4.6
Apotek Pelayanan Masyarakat Umum (Yanmasum) Apotek Yanmasum merupakan salah satu apotek yang berada di bawah
struktur organisasi Departemen Farmasi RSMC. Apotek Yanmasum dapat melayani seluruh obat untuk pasien umum maupun obat untuk pasien Dinas yang tidak ditanggung oleh Apotek Dinas RSMC, baik melalui mekanisme restitusi
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
39
maupun pembelian sendiri oleh pasien dinas. Apotek Yanmasum dapat melayani obat untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
4.6.1
Jam Kerja Apotek Yanmasum RS Marinir Cilandak memberi pelayanan selama 24
jam setiap harinya. Pelayanan dilaksanakan dengan pembagian shift kerja di Apotek Yanmasum yaitu dengan adanya shift jaga di luar shift normal setiap harinya. Shift normal apotek adalah pada pukul 07.00 – 15.00 WIB. Di luar jam tersebut, terdapat tiga orang petugas jaga yang bertugas pada shift jaga pukul 15.00– 21.00 WIB serta dua orang bertugas jaga mulai pukul 21.00 – 07.00 WIB.
4.6.2
Personalia Tenaga personalia di Apotek Yanmasum RSMC terdiri dari 1 orang
Apoteker, 5 Asisten Apoteker dan 2 non Asisten Apoteker.
4.6.3 Jenis Pelayanan Apotek Yanmasum melayani pasien umum swasta rawat jalan dan rawat inap, pasien yang terdaftar sebagai anggota asuransi tertentu (pasien jaminan), pasien gawat darurat dan juga pelayanan restitusi untuk pasien dinas dan keluarganya. Untuk pasien jaminan, apotek Yanmasum melakukan kerjasama dengan JAMSOSTEK serta beberapa perusahaan asuransi seperti MANULIFE, BRINGIN LIFE, EQUITY, dan lain-lain. Untuk pasien rawat inap yang merupakan pasien jaminan resep diserahkan oleh perawat, sedangkan untuk pasien rawat inap umum resep dapat dibeli langsung oleh keluarga pasien atau melalui hospital pharmacy dimana pasien tidak membeli langsung ke apotek tetapi melalui perawat.
4.6.4
Pengadaan obat Pengadaan barang di Apotek Yanmasum dilakukan terpisah dari Apotek
Dinas. Prosedur pemesanan obat dilakukan dengan memesan langsung ke distributor. Petugas apotek yang bertanggung jawab atas tugas defekta melihat stok barang yang perlu dipesan dan mencatatnya pada buku defekta. Kemudian Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
40
daftar barang yang perlu dipesan diserahkan pada Kepala Sub Departemen Pengendalian Farmasi (Ka Sub Dep Dalfar). Setelah disetujui, barang dapat dipesan langsung ke distributor menggunakan surat pesanan. Surat pesanan khusus narkotika dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dengan menyertakan tanda tangan dari APA (Apoteker Pengelola Apotek). Barang yang dipesan kemudian diantarkan langsung oleh distributor ke Apotek Yanmasum. Faktur diserahkan ke apotek oleh distributor, namun mekanisme pembayaran obat dilakukan melalui bagian Pekas Rumah Sakit menurut ketentuan Rumah Sakit Marinir Cilandak.
4.6.5
Penyimpanan Pengelompokan barang di Apotek Yanmasum dilakukan berdasarkan
bentuk dan jenis sediaan. Sediaan padat dan cair serta alat kesehatan dipisahkan dalam penyimpanan. Terdapat lemari khusus untuk menyimpan obat injeksi dan refrigerator untuk menyimpan jenis-jenis obat yang termolabil seperti suppositoria dan vaksin. Lemari khusus untuk menyimpan sediaan cair memiliki pemisahan tersendiri untuk jenis sirup antibiotik. Setelah pengelompokan berdasarkan bentuk dan jenis sediaan, obat disusun berdasarkan alfabetis. Apotek Yanmasum tidak memiliki ruangan khusus untuk menyimpan persediaan obat dan alat kesehatan (gudang), namun persediaan disimpan pada lemari tersendiri yang terdapat di ruangan Apotek Yanmasum. Pencatatan stok obat dan alat kesehatan yang masuk dan keluar dicatat pada kartu stok.
4.6.6
Pelayanan farmasi Pelayanan farmasi yang dilakukan di Apotek Yanmasum yaitu pelayanan
pemberian obat berdasarkan resep dan non resep kepada pasien umum serta pemberian obat restitusi kepada pasien dinas. Pada saat resep masuk, resep diberi nomor oleh petugas. Setiap resep yang masuk akan diskrining oleh petugas apotek. Jika terdapat permasalahan, petugas akan menghubungi dokter penulis resep. Setelah dilakukan skrining resep, dilakukan dispensing, penulisan etiket, dan dilakukan pengecekan kembali oleh
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
41
petugas apotek yang lain. Setelah itu, obat siap diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat kepada pasien juga disertai dengan pemberian informasi obat.
4.7
Apotek ASKES Apotek ASKES RSMC adalah apotek yang dibentuk atas dasar kerjasama
antara Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) dengan PT. ASKES. Apotek ASKES RSMC berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada peserta ASKES sesuai dengan Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) yang telah ditentukan oleh PT. ASKES, yaitu daftar obat yang digunakan untuk pelayanan obat bagi peserta ASKES, baik untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap.
4.7.1
Jam Kerja Pelayanan di Apotek ASKES dilakukan setiap hari kerja dan dibagi
menjadi dua shift yaitu pukul 07.00 – 15.00 WIB dan pukul 15.00 – 21.00 WIB. Setelah itu pelayanan untuk pasien ASKES akan diberikan di Apotek Pelayanan Masyarakat Umum (Yanmasum).
4.7.2
Personalia Tenaga personalia di Apotek ASKES RSMC terdiri dari 1 orang apoteker,
4 orang asisten apoteker dan 1 orang petugas dari ASKES sebagai verifikator.
4.7.3
Jenis Pelayanan Apotek ASKES hanya melayani pasien yang terdaftar sebagai peserta
ASKES.
4.7.4
Pengadaan Obat Perencanaan pengadaan obat dilakukan setiap minggu. Prosedur
pengadaan obat di Apotek ASKES adalah dengan mencatat obat-obatan yang stoknya minimum dalam buku defekta. Buku defekta tersebut kemudian diserahkan kepada Ka Sub Dep Dalfar. Setelah diperiksa oleh Ka Sub Dep Dalfar, buku defekta diserahkan kepada Ka Dep Far dan jika disetujui selanjutnya Ka Sub Dep Dalfar akan membuat surat pemesanan atau Purchase Order (PO) dengan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
42
persetujuan PT. ASKES. Purchase Order dikirim ke PBF (Pedagang Besar Farmasi) dan PBF akan mengirimkan barang berdasarkan PO yang telah dibuat. Data-data penjualan obat selama satu bulan direkapitulasi oleh Apoteker yang bertugas di Apotek ASKES dan dikirim ke PT. ASKES untuk diverifikasi. Selanjutnya PT. ASKES akan membayar sesuai hasil rekapitulasi tersebut ke rekening Dep Far.
4.7.5 Penyimpanan Obat di apotek ASKES dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaannya, kemudian disusun secara alfabetis.Setiap pemasukan dan pengeluaran obat dicatat dalam kartu stok obat.
4.7.6
Pelayanan farmasi Pelayanan farmasi yang dilakukan berdasarkan resep dokter dari tiap poli
rawat jalan, ruangan rawat inap, UGD, dan ICU. Pada saat resep masuk, resep diberi nomor oleh petugas. Setiap resep yang masuk akan diskrining oleh petugas apotek. Jika terdapat permasalahan, petugas akan menghubungi dokter penulis resep. Setelah dilakukan skrining resep, dilakukan dispensing, penulisan etiket, dan dilakukan pengecekan kembali oleh petugas apotek yang lain. Setelah itu, obat siap diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat kepada pasien juga disertai dengan pemberian informasi obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
BAB 5 PEMBAHASAN Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan rujukan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas Rumah Sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan (Undang-Undang No. 44, 2009) Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan Rumah Sakit Angkatan Laut Marinir yang digolongkan sebagai rumah sakit tipe B, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, dan pelayanan medik subspesialis dasar. Rumah sakit ini memiliki berbagai unit fasilitas yaitu fasilitas pelayanan medik dan perawatan seperti instalasi rawat jalan (IRJ), instalasi gawat darurat (IGD), instalasi rawat inap (IRNA), instalasi perawatan intensif (ICU), instalasi bedah, instalasi kebidanan dan penyakit kandungan, instalasi rehabilitasi medik (IRM), instalasi radio terapi, serta fasilitas penunjang seperti instalasi farmasi, laboratorium, dan pemulasaraan jenazah (Kemenkes, 2010). Instalasi farmasi rumah sakit merupakan tempat dilakukannya proses pelayanan kefarmasian. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
diperjelas
dalam
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
:
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
43
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
44
Instalasi farmasi direncanakan mampu untuk melakukan pelayanan (Kemenkes, 2010): 1. Melakukan perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan obat, alat kesehatan, reagensia, radiofarmasi, gas medik sesuai formularium rumah sakit 2. Melakukan kegiatan peracikan obat sesuai permintaan dokter baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. 3. Pendistribusian obat, alat kesehatan, reagensi radio farmasi dan gas medik. 4. Memberikan pelayanan informasi obat dan melayani konsultasi obat 5. Mampu mendukung kegiatan pelayanan unit kesehatan lainnya selama 24 jam. Instalasi farmasi di RSMC memiliki 2 kegiatan pelayanan kefarmasian yang meliputi kegiatan farmasi klinik dan non klinik. Pelayanan farmasi klinik meliputi pelayanan resep dan pemberian informasi obat yang dilakukan di tiga apotek yaitu Apotek Dinas, Apotek Yanmasum dan Apotek ASKES sedangkan pelayanan farmasi non klinik dilakukan di bagian Pengadaan dan Administrasi dan gudang farmasi. Pelayanan
farmasi non
klinik
yang dilakukan berupa
pengelolaan
perbekalan farmasi meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pengawasan, administrasi dan pelaporan. Perencanan perbekalan farmasi di RSMC dilakukan berdasarkan permintaan atau kebutuhan dari setiap unit. Hal ini dapat dilihat dari hasil konsumsi rata-rata setiap semeseternya atau setiap tahunnya dari masing-masing unit. Pengadaan perbekalan farmasi di RSMC dilakukan dengan sistem satu pintu dimana seluruh pemesanan perbekalan farmasi harus melalui bagian Pengadaan dan Administrasi di Departemen Farmasi. Ketiga apotek di RSMC memiliki sistem pengadaan yang berbeda. Sumber perbekalan farmasi Apotek Dinas berasal dari bantuan (dropping) yang terutama berasal dari Dinas Kesehatan Angkatan Laut (Diskesal), Pusat Kesehatan TNI (Puskes TNI) dan Korps Marinir (KORMAR) serta dari pembelian yang berasal dari dana Yanmasum (Pelayanan Masyarakat Umum) Rumah Sakit. Pengadaan di apotek Yanmasum dan apotek ASKES dilakukan dengan pembelian melalui PBF. Pengadaan di apotek Yanmasum berdasarkan panduan pengadaan obat dari Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
45
formularium RSMC, sedangkan apotek ASKES berdasarkan Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) yang diterbitkan oleh PT. ASKES. Penerimaan, penyimpanan, pendataan defecta barang dan pengelolaan barang di apotek Dinas dilakukan oleh gudang farmasi sedangkan untuk apotek ASKES dan Yanmasum dilakukan oleh masing-masing apotek. Seluruh daftar defecta yang berasal dari ketiga apotek diserahkan kepada kepala sub Departemen Pengendalian Farmasi yang memiliki kewenangan dalam hal pengendalian bidang perencanaan dan distribusi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengelolaan perbekalan farmasi di RSMC menerapkan sistem satu pintu. Secara teori sistem satu pintu ini baik untuk menjamin pengawasan peredaran perbekalan farmasi di rumah sakit. Gudang farmasi di RSMC berfungsi untuk menerima, menyimpan, memelihara, mendistribusikan dan mengadministrasikan perbekalan farmasi ke Apotek Dinas dan semua unit RSMC. Untuk setiap kegiatan penerimaan maupun pendistribusian perbekalan farmasi, di gudang farmasi dibentuk suatu tim berdasarkan Surat Perintah Dan Rumkit. Setiap kegiatan yang telah dilakukan dibuat pencatatan serta pelaporannya. Perbekalan farmasi yang diterima dicocokkan
kembali
dengan
daftar
permintaan
serta
dilihat
waktu
kadaluwarsanya. Setelah itu perbekalan farmasi tersebut disimpan di dalam gudang. Perbekalan farmasi kemudian disusun berdasarkan bentuk sediaan, sumber penerimaan, dan tujuan distribusi. Selanjutnya, gudang farmasi akan melakukan kegiatan distribusi setiap minggu ke unit-unit yang berada di Rumah Sakit sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Gudang farmasi RSMC telah memenuhi beberapa syarat gudang yang baik seperti terdiri dari satu lantai sehingga memberi kemudahan dalam lalu lintas dan pengewasan perbekalan farmasi, dilengakapi dengan pendingin ruangan untuk menjamin stabilitas perbekalan farmasi selama penyimpanan, adanya rak untuk menyusun, adanya tabung pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik dan lokasi dekat dengan unit pemakaian tetapi jauh dengan sumber penerimaan barang. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian adalah belum sesuainya persyaratan gudang yang baik diantaranya belum adanya lemari khusus untuk menyimpan obat golongan narkotik dan psikotropik, kurangnya sirkulasi udara Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
46
dalam gudang, luas gudang kurang memadai untuk menyimpan perbekalan farmasi terutama obat-obat dropping, ukuran rak tidak sesuai dengan kemasan perbekalan farmasi yang disimpan sehingga kurang efektif. Apotek Dinas hanya melayani pasien anggota TNI AL dan Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya, yang terdiri atas suami atau istri dan 2 orang anak di bawah 21 tahun. Pelayanan di Apotek Dinas telah berjalan dengan baik, pelayanan resep dapat diselesaikan dengan cepat sehingga pasien tidak menunggu lama, namun karena banyaknya resep yang masuk pemberian informasi obat belum dilaksanakan dengan maksimal. Banyaknya resep yang masuk merupakan salah satu penyebab kealahan pemberian obat pada pasien. Untuk mengurangi kesalahan tersebut, dilakukan pemberian nomor resep menggunakan kombinasi angka dan huruf bila didapati dua atau lebih resep yang ditebus oleh satu pasien. Misalnya pemberian nomor resep 201/A dan 201/B untuk dua resep yang ditebus oleh satu pasien. Apotek Yanmasum melayani pasien umum yang merupakan seluruh masyarakat umum yang berobat di RSMC atau pasien dinas yang obatnya tidak ditanggung Apotek Dinas, baik melalui mekanisme restitusi maupun pembelian sendiri oleh pasien. Apotek Yanmasum tidak memiliki gudang penyimpanan obat. Obat-obat disimpan di rak-rak yang terdapat di Apotek tersebut. Keterbatasan rak dan keterbatasan ruang di apotek Yanmasum menyebabkan keterbatasan gerak petugas apotek dan penyimpanan obat-obat menjadi kurang teratur. Untuk itu disarankan penataan perbekalan farmasi yang lebih teratur di apotek Yanmasum. Apotek ASKES hanya melayani pasien peserta penjaminan PT.ASKES yang terdiri dari pensiunan instansi pemerintah termasuk Angkatan Laut beserta keluarganya (suami atau istri dan 2 orang anak di bawah 21 tahun). Pelayanan di apotek ASKES telah berjalan baik, setiap resep yang masuk diperiksa kerasionalannya oleh apoteker yang bertugas. Jika obat-obatan yang diberikan tidak sesuai dengan standar terapi atau tidak masuk DPHO maka apoteker akan menghubungi dokter penulis resep tersebut. Penataan obat-obatan di apotek ASKES juga sudah rapi dan teratur, dengan penataannya berdasarkan bentuk sediaaan dan secara alfabetis. Sama halnya dengan Apotek Yanmasum, Apotek
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
47
ASKES juga tidak memiliki gudang penyimpanan, sehingga obat-obatan disimpan di dalam apotek. Pelayanan farmasi klinik di RSMC berupa PIO (Pelayanan Informsi Obat). Pelayanan Informasi Obat dilakukan dengan memberikan informasi mengenai obat dan penggunaannya kepada pasien rawat jalan atau rawat inap yang mengambil obat di apotek ataupun kepada tenaga kesehatan lain. PIO yang dilakukan masih belum terlaksana dengan baik, karena apoteker yang bertanggung jawab terhadap pemberian informasi obat di apotek tidak selalu berada di tempat, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan jumlah apoteker yang bertugas. Fungsi pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh Departemen Farmasi RSMC masih sangat terbatas karena masih kurangnya kebijakan yang mendukung serta Sumber Daya Manusia seperti tenaga profesi Apoteker yang jumlahnya belum memadai. Fungsi pelayanan farmasi klinik tersebut diantaranya yaitu pelayanan informasi obat, konseling, proses pengawasan terhadap penggunaan obat, Monitoring Efek Samping Obat dan atau pengamatan terhadap Drug Related Problems. Hal ini menyebabkan kegiatan kefarmasian lebih banyak terpusat pada kegiatan yang bersifat non klinik, seperti : kegiatan manajemen atau pengelolaan perbekalan farmasi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit idealnya 1 orang apoteker berbanding 30 tempat tidur pasien. Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 188 tempat tidur, menurut Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, jumlah apoteker ideal yang bertanggungjawab terhadap pelayanan kefarmasian adalah 6 orang tenaga apoteker. Saat ini Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki 5 orang tenaga apoteker yang terdiri dari 1 orang apoteker sebagai Kepala Departemen Farmasi, 2 orang apoteker yang bertanggungjawab dalam pengelolaan perbekalan farmasi di RSMC, 1 orang apoteker yang bertugas secara bergiliran setiap hari di Apotek Dinas dan 1 orang apoteker yang bertugas di Apotek Askes. Untuk memaksimalkan peranan apoteker dalam kegiatan farmasi klinik dapat disarankan kepada pimpinan Rumah Sakit Marinir Cilandak untuk penambahan tenaga profesi apoteker, sekurangkurangnya menjadi enam tenaga apoteker. Keenam apoteker tersebut diharapkan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
48
memiliki peranan yang aktif terhadap pelayanan kefarmasian klinik, terutama di ruang rawat inap. Penghubung antara staf medik dan farmasi di rumah sakit adalah Panitia Farmasi dan Terapi (PFT). Peran apoteker dalam PFT sangat strategis dan penting karena semua kebijakan dan peraturan dan penggunaan obat di seluruh unit di rumah sakit ditentukan oleh PFT. PFT di RSMC telah terbentuk dan apoteker dari Departemen Farmasi telah masuk ke dalam struktur PFT. Salah satu kegiatan PFT dalam menunjang pelayanan medis di rumah sakit adalah dengan mengkaji dan menyusun formularium. Rumah Sakit Marinir Cilandak telah memiliki formularium rumah sakit yang menjadi acuan bagi staf medik dan kefarmasian di rumah sakit dalam hal peresepan ataupun pengadaan perbekalan farmasi. Pengadaan perbekalan farmasi yang sesuai dengan formularium sangat bermanfaat karena dengan adanya formularium, pengelolaan dana dan pengadaan perbekalan farmasi menjadi lebih terarah. Walaupun formularium sudah dibuat, namun kondisi di lapangan memperlihatkan bahwa pola peresepan masih ada yang tidak mengikuti formularium. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurangnya pendekatan staf farmasi kepada dokter penulis resep. Untuk mengetahui apakah penerapan formularium sudah berjalan dengan baik dan benar, perlu dilakukan evaluasi secara berkala, selain itu perlu disarankan untuk membuat formularium
yang handy seperti
membuat
formularium dalam ukuran buku saku sehingga mudah dibawa oleh staf medik maupun farmasis. Pengolahan limbah cair di RSMC terdiri dari 3 jenis bak penampungan, yaitu bak perangkap lemak, bak penyeimbang (equal), dan bak reaktor Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pada proses awal pengolahan limbah semua limbah cair dari laboratorium dan dapur akan melewati bak perangkap lemak. Sedangkan limbah cair yang berasal dari laundry akan melewati bak pemecah detergen. Setelah itu limbah cair akan masuk ke bak penyeimbang (equal) kemudian dialirkan ke bak reaktor IPAL. Bak reaktor IPAL terdiri dari 4 bak, yaitu bak pengumpul awal, bak bakteri anaerob, bak bakteri aerob, dan bak pengumpul akhir. Bak pengumpul awal merupakan bak tempat pengumpulan limbah yang berasal dari bak penyeimbang Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
49
(equal) serta bak pemecah detergen. Setelah dari bak pengumpul, limbah dialirkan ke dalam bak anaerob yang berisi bakteri anaerob. Bakteri anaerob berfungsi menguraikan limbah cair secara anaerob. Pada kondisi anaerob terjadi proses denitrifikasi yakni nitrat yang terbentuk diubah menjadi gas nitrogen (NO3 → N2). Setelah dari bak anaerob, limbah dialirkan ke dalam bak aerob. Proses pengolahan air limbah secara aerob dilakukan dengan kondisi adanya oksigen terlarut di dalam bak penampungan. Kemampuan air dalam menyerap oksigen di udara sangat terbatas, walaupun keberadaan oksigen di udara tidak terbatas. Oleh karena itu, di dalam bak aerob digunakan blower untuk membantu pemenuhan kebutuhan oksigen di dalam air. Proses ini dinamakan aerasi. Aerasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan kontak antara udara dengan air sehingga terjadi peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air. Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau. Pada kondisi aerob terjadi proses nitrifikasi yakni perubahan nitrogen amonium menjadi nitrat (NH4+→ NO3). Proses aerob juga memanfaatkan aktivitas bakteri aerob. Setiap hari pada bak aerob ditambahkan bakteri aerob dari luar. Contoh bakteri aerob yang ditambahkan yaitu Nitrosomonas sp, Nitrobacter, Pseudomonas, dan Bacillus. Penambahan bakteri ini dimaksudkan untuk mempercepat proses penguraian senyawa organik dalam limbah cair dan mencegah pertumbuhan bakteri pathogen. Setelah proses penguraian air limbah secara aerob, air limbah yang sudah tidak berbau tersebut dialirkan ke dalam bak pengumpul akhir, dan selanjutnya dialirkan ke dalam bak bio indikator. Indikator biologi yang digunakan adalah koi. Namun pada saat ini IPAL RSMC masih belum menggunakan ikan dalam bak bio indikator, karena masih dilakukan pengembangan IPAL yang baru. Sistem IPAL baru ini diperkirakan sudah beroperasi dengan sempurna dan sistematis dalam beberapa bulan ke depan. Pemantauan pengolahan limbah cair RSMC dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan mengirim sampel ke BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah) untuk melihat aman tidaknya limbah tersebut dibuang ke sungai Krukut. Parameter pemeriksaan limbah cair adalah kadar klorin, ammonia, kesadahan, Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
50
senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan ke BPLHD, pengolahan hasil limbah cair RSMC sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan atau di bawah standar yang diterapkan. Hasil pemeriksaan limbah cair bisa dilihat pada lampiran (Lampiran 18). Pengelolaan limbah perbekalan farmasi dalam bentuk padat seperti wadah gelas, kaca, plastik dan suntikan (syringe) di RSMC dilakukan dengan menggunakan
incenerator
yang sudah memiliki efisiensi
penghancuran
(degradasi) dan efisiensi pembakaran yang baik. Hasil pembakaran juga tidak menimbulkan polusi ke wilayah sekitarnya. Menurut operator yang bertugas, incenerator yang digunakan oleh RSMC termasuk yang terbaik, sehingga banyak rumah sakit sekitar yang juga ikut menggunakan incenerator ini untuk proses pengolahan limbah padatnya. Proses pembakaran incenerator RSMC dilakukan 34 kali dalam seminggu yamg dilakukan pada sore hari. Untuk sekali pembakaran incenerator ini mampu memproses 100 kg limbah padat. Praktek Kerja Profesi Apoteker di Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak yang dilaksanakan selama 8 minggu lebih ini, dapat dirasakan manfaatnya untuk memberikan gambaran kepada calon apoteker mengenai kegiatan farmasi klinik dan non klinik secara komprehensif di suatu rumah sakit, serta mempelajari permasalahan-permasalahan dalam menjalankan kegiatan kefarmasian di rumah sakit dan berupaya mencari solusi dari setiap permasalahan yang timbul. Praktek Kerja Profesi ini diharapkan dapat menjadi bekal sebelum memasuki dunia kerja, sehingga para calon apoteker mampu melihat kondisi nyata di bidang kefarmasian dan mempersiapkan diri dalam menghadapi pekerjaan profesinya, terutama dalam lingkup pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan a. Peran Apoteker di RSMC diantaranya memberikan pelayanan kefarmasian (pelayanan klinik) dalam bentuk Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien serta mengatur manajemen inventori perbekalan farmasi (pelayanan non klinik). b. Apoteker juga berperan dalam Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) salah satu bentuknya dengan mengkaji dan menyusun formularium rumah sakit. c. Kendala atau tantangan pada pelayanan kefarmasian di RSMC meliputi belum berjalannya pelayanan farmasi klinik, belum memadainya sumber daya manusia apoteker, belum adanya kebijakan yang mendukung dan belum diterapkannya sistem distribusi obat rawat inap dosis unit, serta belum optimalnya peranan Panitia Farmasi dan Terapi dalam menetapkan dan mengawasi kebijakan penggunaan obat di lingkungan RSMC.
6.2 Saran a. Meningkatkan pelayanan farmasi klinik, seperti pemberian konseling kepada pasien dengan kriteria khusus, screening instruksi pengobatan, monitoring efek samping obat, pengkajian dan evaluasi penggunaan obat, kunjungan ke ruang perawatan (ward), Therapeutic drug monitoring (TDM) dan Total Parenteral Nutrition (TPN). b. Kegiatan distribusi obat rawat inap dalam bentuk dosis unit (unit dose) untuk mengoptimalkan terapi pasien di RSMC. c. Perlunya penambahan personel farmasi, seperti : apoteker, sekurang-kurangnya menjadi enam apoteker yang memiliki tanggung jawab dan wewenang dalam pelayanan kefarmasian agar pekerjaan kefarmasian di RSMC dapat berjalan lebih optimal dan semua kegiatan kefarmasian yang berlangsung di RSMC dapat diawasi langsung oleh apoteker.
51
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
UniversitasIndonesia
DAFTAR ACUAN
Depkes. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis .2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kementrian Kesehatan. (2009). Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Kemntrian Kesehatan Republik Indonesia. Kementrian Kesehatan. (2009). Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Mentri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. 1996. Jakarta. Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 tentang Kesehatan Dan Gizi Masyarakat Berdasarkan Perpres No.5 Tahun 2010. Jakarta. Siregar, Charles J.P. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
52
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
53 Lampiran1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Marinir Cilandak KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK STRUKTUR ORGANISASI RUMKITAL MARINIR CILANDAK KARUMKIT WAKARUMKIT KPPRS
KOMITE DALIN
KOMITE MEDIS
PEKAS
SATMA
SET
BAG URDAL
DEP KESLA
DEP GILUT
BAG BEK
BAG ANG
DEP BEDAH
DEP KIA
BAG PROGA
BAG HARMAT
DEP P2J2S
DEP KUTEMA
DEP JANGLIN
BAG
BAG
DEP WAT
KSD DUKKES
KSD KESGUIM
KSD BDH UMUM
KSD KES ANK
KSD KITLAM
KSD KULKEL
KSD RADIO
KSD R.JALAN
KSD URIKKES
KSD BDH MLT
KSD ORTHOPEDI
KSD OBSGYIN
KSD PARU
KSD THT
KSD PATKLIN
KSD R.INAP
KSD UGD
KSD PROTETIK
KSD UROLOGI
KSD KKB
KSD JANTUNG
KSD MATA
KSD PAT AN
KSD ORTHO
KSD BDH PSLTK
KSD KESWA
KSD ANASTESI
KSD SARAF
KSD BANGDIKLAT
KSD KUBT
KSD DALFAR KSD APOTIK
KSD GIZI KSD REHAB/MED
119
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
DEP FARMASI
54
Lampiran 2. Struktur Organisasi Departemen Farmasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
55
Lampiran 3. Tim Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Marinir Cilandak
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
56
Lampiran 4. Alur Resep Pasien Rawat Jalan di Apotek Dinas RSMC
PASIEN
Penerimaan resep
Anggota
Anggota
Intern
Ekstern Pemilihan resep
Racikan : -
Puyer Salep Sirup Kapsul
Non racikan
Restitusi
Pengolahan resep
P u Etiket y e r Pengecekan Akhir Obat S a l e Loket p S i rPASIEN u p d l l
Pencatatan
Apotek Yanmasum
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
57
Lampiran 5. Alur Resep Pasien Rawat Inap di Apotek Dinas dan Yanmasum di RSMC.
Resep dari ruang perawatan
Apotek
Penomoran
Pengolahan resep UDD
IP
DISPENSING
DISPENSING Pengecekan
ETIKET
ETIKET
Obat di serahkan ke perawat CATAT FORMULIR
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
58
Lampiran 6. Alur Resep Pasien Individu di Apotek Yanmasum RSMC
Penerimaan Resep, Pengecekan & Penghargaan
Pasien
Penyerahan & KIE
Pembayaran Obat
Peracikan
Obat Siap
Pemberian Etiket
Kontrol
Pelayanan
Sediaan Jadi
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
59
Lampiran 7. Alur Resep Pasien Rawat Jalan dan Inap di Apotek Askes RSMC
Legalisasi ASKES
Rawat Inap
Resep, Foto Copy SJP, Foto copy ASKES
Pengecekan
Pasien
DPHO dan entri Resep, Foto copy Rawat Jalan
SJP, Foto copy ASKES
Penyerahan
Penyiapan Obat
Pemberian Etiket
Kontrol
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
60
Lampiran 8. Formulir Lembaran Konseling Obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
61
Lampiran 9. Formulir Kartu Catatan Obat Pasien Rawat Inap
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
62
Lampiran 10. Surat Pesanan Obat Apotek Dinas, Yanmasum, ASKES ke PBF
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
63
Lampiran 11. Surat Pesanan Obat Narkotika
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
64
Lampiran 12. Surat Pesanan Obat Psikotropika
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
65
Lampiran 13. Berita Acara Pemusnahan Obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
66
Lampiran 14. Alur Proses Dukungan MatKes dari LAFIAL
PUT FASKES MENGIRIMKAN PUT SELAMBAT-LAMBATNYA SAMPAI DI DISKESAL SEMESTER I : AKHIR DESEMBER SEMESTER II : AKHIR JUNI
PODUKSI OBAT LAFIAL SELURUH ITEM OBAT PRODUKSI LAFIAL TERSEDIA DI GUDANG P2 MATKES (KUANTITAS) SEMESTER I : AKHIR JANUARI (60%) SEMESTER II : AKHIR MARET (100%)
RENDIS SUBDIS-SUBDIS DISKESAL MEMBUAT RENDIS SEMESTER I : AKHIR FEBRUARI SEMESTER II : AKHIR JULI
SPPB SUBDIS MATKES MEMBUAT SPPB DITANDATANGANI KADISKESAL SEMESTER I : PERTENGAHAN APRIL SEMESTER II : PERTENGAHAN DESEMBER
PENGEPAKAN SIP 2 MATKES MELAKSANAKAN PENGEPAKAN SEMESTER I : AWAL MEI SEMESTER II : AWAL OKTOBER
PENGIRIMAN SIP 2 MATKES MELAKSANAKAN PENGIRIMAN SELAMBAT LAMBATNYA KE FASKES SEMESTER I : AKHIR15. MEI Lampiran SEMESTER II :AKHIR OKTOBER Surat Permintaan Material Kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
67
Lampiran 15. Surat Permintaan Dukungan MatKes dari LAFIAL
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
68
Lampiran 16. Bukti Surat Pengeluaran Material Kesehatan dari Diskesal
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
69
Lampiran 17. Bukti Surat Penerimaan Material Kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
70
Lampiran 18. Laporan Hasil Pengujian Limbah
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
71
Lampiran 19. Alur Berkas Rekam Medis Rawat Jalan di RSMC
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
72
Lampiran 20. Alur Berkas Rekam Medis Rawat Inap di RSMC
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
73
Lampiran 21. Flow Chart Rawat Jalan Tingkat Lanjutan Pasien ASKES pada Kunjungan Pertama
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
74
Lampiran 22. Flow Chart Rawat Inap Tingkat Lanjutan Pasien ASKES pada Rawat Inap Pertama
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
75
Lampiran 23. Formulir Pendaftaran Pasien Baru
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
76
Lampiran 24. Kartu Stok Perbekalan Kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
77
Lampiran 25. Lembar Resep Apotek Dinas
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
78
Lampiran 26. Salinan Resep Apotek Yanmasum
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
79
Lampiran 27. Salinan Resep Apotek ASKES
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
80
Lampiran 28. Alur Pasien Rawat Jalan di RSMC
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
81
Lampiran 29. Alur Pasien Rawat Inap di RSMC
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
82
Lampiran 30. Alur Pasien Gawat Darurat di RSMC
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT ANGKAYAN LAUT MARINIR CILANDAK PERAN SERTA APOTEKER DALAM PERMASALAHAN TERKAIT OBAT PADA PASIEN UNSTABIL ANGINA PECTORIS (UAP) MELALUI PENELUSURAN REKAM MEDIS PADA TANGGAL 7 – 11 NOVEMBER 2013 DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
OLEH : TIKA SINDRA WARDHANI NASTI, S.Farm. 1206330186
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK 2014
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii DAFTAR TABEL.................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... iv BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Tujuan............................................................................................. 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3 2.1 Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST ......................................... 3 2.1.1 Patofisiologi ......................................................................... 3 2.1.2 Evaluasi Klinis ..................................................................... 3 2.1.3 Biomarker Kerusakan Miokard ............................................ 4 2.1.4 Penatalaksanaan ................................................................... 4 2.2 Diabetes Mellitus ............................................................................ 6 2.2.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus ............................................... 6 2.2.2 Gejala Diabetes .................................................................... 7 2.2.3 Terapi Diabetes .................................................................... 7 2.3 Masalah Terkait Obat ..................................................................... 9 2.3.1 Definisi ................................................................................. 9 2.3.2 Klasifikasi............................................................................. 9 BAB 3. STUDI KASUS .................................................................................... 11 3.1 Data Diri Pasien.............................................................................. 11 3.2 Keluhan Utama ............................................................................... 11 3.3 Perkembangan Pasien ..................................................................... 12 3.4 Pemeriksaan Laboratorium............................................................. 15 3.5 Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 17 3.6 Rejimen Pengobatan ....................................................................... 17 3.7 Identifikasi dan Rekomendasi Masalah Terkait Obat .................... 17 BAB 4. PEMBAHASAN .................................................................................. 19 4.1 Masalah Terkait Obat Paien........................................................19 4.2 Peran Serta apoteker................................................................. 22 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 25 6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 25 6.2 Saran ............................................................................................... 25 DAFTAR ACUAN ............................................................................................ 26
ii Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 3.4. Tabel 3.5. Tabel 3.6. Tabel 3.7
Skor Risiko UA/STEMI .................................................................. 4 Pemeriksaan Fisik Pasien ................................................................ 11 Data Perkembangan Pasien.............................................................. 12 Hasil Pemeriksaan Astrud dan Elektrolit ......................................... 15 Hasil Pemeriksaan Kimia Darah dan Urinalisa ............................... 15 Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sewaktu .............................. 16 Hasil Pemeriksaan Rontgen Thorax ................................................ 17 Identifikasi DRPs pada Regimen Pengobatan Pasien ...................... 17
iii Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2.
Rejimen Pengobatan ................................................................... 27 Informasi Obat ............................................................................ 28
iv Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dalam UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, kesehatan didefinisikan sebagai
keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Tidak hanya terbebas dari gangguan fisik, mental dan sosial, tetapi kesehatan dipandang sebagai alat atau sarana untuk hidup secara produktif. Sedangkan menurut UU RI No. 36/2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan upaya kesehatan pada masyarakat, ditunjang salah satunya melalui pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu kegiatan yang penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan farmasi
rumah
sakit.
Menurut
keputusan
Mentri
Kesehatan
Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, disebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau semua lapisan masyarakat (Departemen Kesehatan,2004). Istilah farmasi
klinik
digunakan untuk
mendeskripsikan praktek
kefarmasian berorientasi pelayanan kepada pasien lebih dari orientasi kepada produk. Merupakan suatu disiplin yang terkait dengan penerapan dan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat dan meminimalkan efek toksisitas obat bagi pasien secara individual. Tujuan dilakukannya kegiatan farmasi klinik untuk memaksimalkan efek terapeutik yang meliputi tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat pengaturan dosis sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien dan evaluasi hasil terapi, meminimalkan reaksi obat yang tidak diinginkan, meminimalkan biaya pengobatan serta mampu menghormati pilihan pasien (Aslam Mohammed dkk.,2003). Satu diantara kegiatan farmasi klinis yaitu menentukan dosis rejimen yang sesuai dengan kondisi pasien. Rejimen dosis adalah cara, jumlah, dan frekuensi
1
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
2
pemberian obat yang mempengaruhi onset dan durasi kerja obat. Dosis rejimen diperlukan untuk memastikan penggunaan obat kepada pasien sudah tepat dosis, waktu dan cara pemakaian, sehingga dapat memberikan efek terapi yang optimal. Tanggung jawab seorang apoteker untuk menentukan dan memberikan rekomendasi dosis rejimen yang tepat dalam pengobatan pasien. Selanjutnya melalui kegiatan ini, diharapkan mampu memberikan gambaran kepada para tenaga kefarmasian dalam melakukan kegiatan farmasi klinis terutama dalam hal menentukan dan memberikan rekomendasi dosis rejimen yang sesuai agar tercipta sistem pelayanan kesehatan yang optimal untuk mendapatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
1.2
Tujuan
1. Mengidentifikasi rejimen pengobatan pasien melalui penelusuran rekam medik pasien pada tanggal 7 - 11 Oktober 2013. 2. Memberikan rekomendasi yang sesuai untuk rejimen pengobatan pasien pada tanggal 7-11 Oktober 2013.
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST Infark miokard akut tanpa elevasi ST (Non ST Elevation Myocardial
Infarction = NSTEMI) dan Angina pektoris tak stabil (Unstable Angina Pectoris =UAP) memiliki kemiripan patofisiologi dan gambaran klinis sehingga penatalaksanaan keduanya tidak berbeda. Diagnosis NSTEMI ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis UA menunjukkan bukti adanya nekrosis miokard berupa peningkatan biomarker jantung. Gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri dada, sekaligus merupakan gejala yang paling banyak dialami oleh pasien yang datang ke IGD. 2.1.1
Patofisiologis Non ST Elevation Myocardial Infarction dapat disebabkan oleh penurunan
suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena trombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil. Plak yang takstabil ini biasanya memiliki inti lipid yang besar, densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi
faktor
jaringan
yang
tinggi.
Inti
lemak
yang
cenderung
rupturmempunyai konsentrasi ester kolesterol proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limfosit T yang menunjukkan adanya proses inflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sitokin proinflamasi seperti TNF α dan IL 6 yang akan merangsang pengeluaran hsCRP di hati. 2.1.2
Evaluasi Klinis Gejala yang sering ditemukan pada NSTEMI adalah nyeri dada dengan
lokasi khas substeral atau kadangkala di epigastrum dengan ciri seperti diperas, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan. Pada pasien yang berusia lebih dari 65 tahun biasanya ditandai dengan beberapa gejala seperti : dispneu, mual, disforesis, sinkop atau nyeri di lengan, bahu atas atau leher. 3
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
4
2.1.3 Biomarker Kerusakan Miokard Troponin T atau troponin T merupakan pertanda nekrosis miokard yang lebih disukai, karena lebih spesifik daripada enzim jantung tradisional seperti CK dan CKMB. P ada pasien dengan IMA, peningkatan awal troponin awal pada daerah perifer setelah 3-4 jam dan dapat menetap sampai 2 minggu. 2.1.4
Penatalaksanaan Pasien NSTEMI harus istirahat total dengan pemantauan EKG untuk
deviasi segen ST dan irama jantung. Empat komponen utama terapi harus dipertimbangkan, yaitu : 1). Terapi antiiskemia; 2). Terapi antiplatelet/ antikoagulan; 3).Terapi invasif (kateterisasi dini/revaskularisasi); 4) Perawatan sesbelum meninggalkan RS dan sesudah perawatan RS. 2.1.4.1 Terapi Antiiskemia Untuk menghilangkan nyeri dada atau mencegah nyeri dada berulang diberikan terapi awal mencakup nitrat dan beta-blocker. Terapi antiiskemia terdiri darinnitrogliserin sublingual dan dapat dilanjutkan dengan intravena, dan betablocker (pada keadaan tertentu dapat diberikan intravena). Antagonis kalsium kalsium nonhihidropiridin diberikan pada pasien dengan iskemia refrakter atau yang tidak toleran dengan obat beta-blocker. Tabel 1. Skor Resiko UA/NSTEMI Usia > 65 tahun >2 faktor resiko PJK Stenosis sebelumnya > 50% Deviasi ST >2 kejadian angina < 24 jam Aspirin dalam 7 hari terakhir Peningkatan petanda jantu
Pasien yang mengalami nyeri dada iskemia harus diberikan nitrat pertama kalinya secara sublingual atau spray. Jika nyeri menetap setelah diberikan nitrat sublingual tiga kali dengan interval lima menit, direkomendasikan pemberian nitrogliserin intravena (mulai dari 5-10 μg/menit). Laju infus dapat ditingkatkan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
5 10 μg/menittiap 3-5 menit sampai tekanan menghilang atau tekanan darah sistolik < 100 mmHg. Jika pasien sudah terbebas dari nyeri selama 12-24 jam, dapat diberikan nitrat oral. Beta blocker oral diberikam dengan target fekuensi jantung 50-60 kali/menit.Antagonis kalsium yang mengurangi jantung frekuensi jantung seperti verapamil atau diltiazem direkomendasikan pada pasien dengan
nyeri dada
persisten atau rekuren setelah terapi nitrat dosis penuh dan beta blocker atau pada pasien yang kontraindikasi dengan beta blocker. Jika nyeri dada menetap setelah pemberrian nitrogliserin intravena, diberikan morfin sulfat dengan dosis 1-5 mg diberikan 5-30 menit samapai dosis total 20 mg. 2.1.4.2 Terapi Antitrombotik Oklusi trombus subtotal pada koroner mempunyai peran utama dalam patogenesis NSTEMI dan keduanya mulai dari agregasi platelet dan pembentukan thrombin-activated fibrin bertanggung jawab atas perkembangan klot. Oleh karena itu terapi antiplatelet dan antitrombin menjadi komponen utama dalam pengobatan. 2.1.4.3 Terapi Antiplatelet Salah satu obat yang digunakan adalah aspirin. Aspirin menghaambat siklooksigenase-1. Pada pemberian terapi aspirin dapat terjadi sindrom “resistensi insulin” yang ditandai dengan penghambatan agregasi platelet dan/atau kegagalan yang dapt memperpanjang waktu pendarahan. Pasien yang mengalami resitensi insulin beresiko mengalami rekuren. Walaupun penelitian prospektif acak belum ditemukan pada pasien-pasien ini, adalah logis untuk memberikan terapi klopidogrel, walaupun aspirin sebaiknya juga tidak dihentikan. Klopidogrel (thyenopyridine) memblok reseptor adenosine diphosphate pada permukaan platelet dan dengan demikian menginhibisi aktivasi platelet. Klopidogrel direkomendasikan sebagai obat lini pertama (first line drug) pada UA/NSTEMI dan ditambahkan aspirin pada pasien U/NSTEMI, kecuali pada mereka dengan resiko tinggi pendarahan dan pada pasien yang memerlukan CABG segera. Klopidogrel sebaiknya diberikan pada : 1). Pasien yang direncanakan untuk mendapatkan pendekatan non-invasif dini; 2). Pasien yang
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
6
diketahui bukan merupakan kandidat operasi koroner segera atau memiliki kontraindikasi untuk operasi; 3). Kateterisasi ditunda selama > 24-36 jam. 2.2
Diabetes mellitus Diabetes mellitus merupakan penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketiadaan absolut insulin atau penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin. Pemeriksaan yang digunakan untuk diagnosis diabetes, diantaranya : pemeriksaan glukosa plasma puasa (FPG, fasting plasma glucose), dan pemeriksaan toleransi glukosa oral (OGTT, oral glucose tolerance test). Kadar FPG antara 100 dan 125 ml/dL mengindikasikan pradiabetes, dan kadar FPG 126 ml/dL atau lebih dianggap diabetes. Untuk OGTT, kadar gula darah individu diukur setelah puasa dan dua jam setelah minum minuman manis. OGTT dua jam antara 140 dan 199 mg/dL
mengindikasikan
pradiabetes,
kadar
200
mg/dL
atau
lebih
mengindikasikan diabetes (Corwin, 2008). 2.2.1 Klasifikasi Diabetes mellitus (Corwin, 2008) 2.2.1.1 Diabetes Mellitus tipe I Diabetes mellitus tipe I adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan absolut insulin. Penyakit ini dapat timbul pada semua kelompok usia. Diabetes tipe ini merupakan penyakit yang biasanya berkembang secara perlahan selama beberapa tahun, dengan adanya autoantibodi dan destruksi yang terjadi secara terus – menerus pada diagnosis lanjut. 2.2.1.2 Diabetes mellitus tipe II Merupakan hiperglikemia yang disebabkan insensitivitas seluler terhadap insulin. Selain itu, terjadi defek sekresi insulin ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal. Predisposisi genetik yang kuat dan faktor lingkungan yang nyata dapat menyebabkan diabetes mellitus tipe 2. 2.2.1.3 Diabetes mellitus tipe III Diabetes tipe III merupakan tipe spesifik diabetes yang disebabkan trauma pankreatik, neoplasma, atau penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin, seperti penyakit Cushing. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
7
2.2.1.4 Diabetes mellitus tipe IV Diabetes mellitus tipe 4 atau diabetes gestasional merupakan diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Meskipun diabetes tipe ini dapat membaik setelah persalinan, sekitar 50% pengidapnya akan kembali ke status diabetes setelah kehamilan berakhir. Bahkan jika membaik setelah persalinan, resiko mengidap diabetes tipe dua
kira-kira lima tahun
mendatang lebih besar daripada normal. 2.2.2
Gejala Diabetes Penyakit diabetes mellitus dapat menunjukan gejala klinis yang
bermacam-macam. Beberapa gejala yang dapat terlihat dari pasien penderita diabetes mellitus adalah poliuria (peningkatan pengeluaran urin), polidipsia (peningkatan
rasa haus), polifagia (peningkatan rasa lapar), rasa lelah dan
kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi (Corwin,2008) 2.2.3
Terapi Diabetes
2.2.3.1 Terapi Nonfarmakologi a. Diet Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, dan kegiatan fisik, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Penurunan berat badan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respon sel-sel beta terhadap stimulus glukosa. Selain itu, asupan serat dapat penting karena dapat menghambat penyerapan lemak (Depkes RI, 2005). b. Olahraga Olah raga utuk penderita diabetes pada umumnya ringan dan dilakukan secara teratur. Olah raga dapat meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan meningkatkan penggunaan glukosa (Depkes RI, 2005).
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
8
2.2.3.2 Terapi Farmakologi Terapi obat diperlukan apabila terapi tanpa obat seperti pengaturan diet dan olah raga belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah. Terapi obat yang diberikan baik dalam bentuk antidiabetes oral ataupun terapi insulin (Depkes RI, 2005). Antidiabetes oral meliputi agen yang meningkatkan sekresi insulin seperti Sulfonilurea, biguanid, tiazolidin dan agen penghambat alfa-glukosidase (Katzung, 2008), dan penghambat Dipeptidil Peptidase IV (ACP, 2007). a. Sulfonilurea Sulfonilurea bekerja meningkatkan sekresi insulin dari pankreas (ACP, 2007). Efek samping yang sering terjadi adalah hipoglikemia dan penambahan berat badan (Wells, Dipiro, & Schwinghammer, 2003). b. Meglitinid Meglitinid merupakan antidiabetik oral dengan mekanisme kerja meningkatkan sekresi insulin secara cepat seperti golongan sulfonilurea sehingga disebut agen sekresi insulin nonsulfoniluea (ACP, 2007),
tetapi pengeluaran
insulin bergantung dari konsentrasi gula darah, sehingga dapat mengurangi terjadiya hipoglikemia berat (Wells, Dipiro, & Schwinghammer, 2003). c. Biguanid Biguanid
menghambat
glukoneogenesis
hati
dan
meningkatkan
glikogenolisis yang rendah (ACP, 2007). efek samping yang umum adalah mual, muntah, diare, anoreksia, dan rasa logam di mulut (Wells, Dipiro, & Schwinghammer, 2003). d. Tiazolidin Tiazolidin meningkatkan sensitivitas insulin dalam otot dan lemak (ACP, 2007). efek sampingnya adalah edema, peningkatan berat badan (Wells, Dipiro, Schwinghammer, & Hamilton, 2003).
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
9
e. Penghambat alfa-glukosidase Penghambat alfa-glukosidase yang menghambat secara kompetitif enzim alfa-glukosidase di usus kecil, sehingga penyerapan karbohidrat tertunda (ACP, 2007). Efek sampingnya adalah diare (Wells, Dipiro, & Schwinghammer, 2003) f. Penghambat Dipeptidil Peptidase IV Obat ini menghambat dipeptidil peptidase IV yaitu enzim yang menurunkan sekresi inkretin. Hormon inkretin dapat meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon (ACP, 2007). 2.3
Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems)
2.3.1
Definisi (Winslade, 1996) Masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs) didefinisikan
sebagai suatu keadaan yang tidak diinginkan yang terjadi pada pasien yang disebabkan oleh terapi obat dan secara nyata atau potensial mengurangi efek terapi yang diharapkan. 2.3.2
Klasifikasi (Hepler & Strand, 1990) Masalah terkait obat yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Indikasi yang tidak memperoleh terapi (untreated indication), yaitu pasien mempunyai masalah medis yang memerlukan pengobatan, tetapi tidak menerima obat yang sesuai dengan indikasi tersebut. 2. Pemilihan obat tidak tepat (improper drug selection), yaitu pasien mendapatkan obat yang tidak sesuai dengan kondisi medis yang dialaminya. 3. Dosis terlalu rendah (subtherapeutic dose), yaitu pasien mempunyai masalah medis dan menerima obat yang sesuai, namun dosis yang diberikan terlalu rendah. 4. Dosis terlalu tinggi (over dose), yaitu pasien mendapat masalah medis karena penggunaan obat yang berlebihan. 5. Efek samping obat (adverse drug reactions), yaitu pasien mendapat masalah medis karena efek yang tidak dikehendaki/efek samping obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
10
6. Interaksi obat (drug interactions), yaitu pasien mendapat masalah medis karena adanya interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, dan obat dengan uji laboratorium. 7. Kegagalan menerima pengobatan (failure to receive medication), yaitu pasien mempunyai masalah medis akan tetapi secara farmasetik, psikologis atau sosio ekonomis penderita tersebut gagal mendapatkan obat. 8. Penggunaan obat tanpa indikasi (medication use without medication), yaitu pasien menggunakan obat tanpa indikasi medis yang jelas. Ketika
ditemukan
sebuah
masalah
terkait
obat,
farmasis
harus
merencanakan cara mengatasinya. Farmasis harus memberikan skala prioritas untuk masalah terkait obat tersebut, yang didasarkan pada risiko yang mungkin diperoleh penderita. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan skala prioritas masalah terkait obat: 1. Masalah mana yang harus diselesaikan lebih dahulu dan masalah mana yang dapat diselesaikan kemudian. 2. Masalah yang merupakan tanggung jawab farmasis. 3. Masalah yang dapat diselesaikan dengan cepat oleh farmasis. 4. Masalah yang dalam penyelesaiannya memerlukan bantuan dari tenaga kesehatan lainnya (dokter, perawat, kelurga penderita, dan lain-lain).
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
BAB 3 STUDI KASUS
3.1
3.2
Data Diri Pasien Nama Pasien
: Tn. X
Jenis Kelamin
: Laki – laki
Tempat Tanggal Lahir
: Malang, 27 Juni 1964
Usia
: 49 tahun
No. Telepon
:-
No. Rekam Medik
: 16 60 51
Keluhan Utama Tn. X dengan umur 49 tahun masuk Unit Gawat Darurat (UGD) pada
tanggal 7 Oktober 2013. Keluhan utama pasien adalah nyeri dada seperti tertekan sejak pagi. Riwayat penyakit sekarang yaitu hipertensi (+). Sebelumnya sering nyeri di dada, sesak (+) apabila pasien berjalan kaki dan naik tangga sekitar 5 menit. Riwayat operasi (-). Kalau malam sering terbangun, kalau tidur lebih enak memakai 1 bantal. Hasil pemeriksaan fisik pasien dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1. Pemeriksaan Fisik Pasien Tekanan darah
130/90 mmHg
Frekuensi nadi
48 kali/menit
Suhu tubuh
35,2oC
Pernapasan
24 kali/menit
Kesadaran
CM (Compos Mentis = kesadaran penuh)
Kepala
Normochepal
Abdomen
Supel, NT (-), BU (N)
Ekstremitas
Hangat, edema O2
Diagnosa sementara dokter terhadap pasien adalah akut inferior MCI (myocard infarct). Pasien diberi terapi infus Ringer Laktat 7 tetes/menit, aspilet 11
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
12
1x80 mg, amlodipin 1x5 mg, dan ISDN 3x5 mg. Sebelumnya pasien di UGD telah diberikan ISDN 5 mg 1 tab dan aspilet 80 mg 2 tab.
3.3
Perkembangan Pasien Perkembangan Tn. S selama dirawat di rumah sakit dapat dilihat pada
tabel 3.2 Tabel 3.2. Data Perkembangan Pasien Tanggal
Subjective
Objective
Assesment
Planning
(S)
(O)
(A)
(P) Pasien dirawat inap
Nyeri dada infark 8 jam 07/10-13
sejak masuk Rumah Sakit Faktor risiko: merokok
KU : sedang
NSTEMI
Terapi:
Kes: CM
(non ST-
- O2: 2 l/mnt
TD: 121/69mmHg
elevation
- Infus RL 7 tpm
N: 60/mnt
myocardial - Arixtra 1x25mg sc (5 hr)
R: 16/mnt
infarction)
- Aspilet 1x80mg
c/p dbn
DD UAP
- ISDN 3x5mg
EKG serial: tetap,
(Unstable
- Amlodpin 1x5mg
ST elevasi (-)
Angina
- Diazepam 1x5mg
Lab. GDS 436
Pectoris)
Ur/ Cr: 20/1,2
- Diet cair DM 6x150kkal
TIMI score: - RB IPD 1 (low risk)
Lab. CK MB (hari ini) Lipid profile (besok pagi)
07/10-13 16.40
Konsul dokter
- Sliding scale kelipatan 4
penyakit
-
-
dalam
mulai dari 150 mg/dL per 6 jam
SS/CM
Terapi:
TD 106/66 08/10-13
Nyeri dada (-)
HR: 57x/mnt
Kardio
Sakit kepala
RR: 15x/mnt
08.30
(+)
Thorax: C/BJ reg
- O2 nasal: 2l/mnt NSTEMI DD UAP
G (-) P/SN VES
- IVFD RL 7 tpm - Inj. Arixtra 1x2,5mg sc (hari 2) - Aspilet 1x80mg - ISDN 3x5mg
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
13
reg -/- reg -/-
↓3x2,5mg (sakit
Abdomen: supel,
sesak)
BU (+)
- Amlodipin 1x5mg bila
Urin: 600cc/
TDS <110 lanjutkan
18jam
- Diazepam 1x 5mg
CKMB: 13
- Diet cair 6x150 kkal 5 jam - Bubur sumsum - Paracetamol 500mg kp (sakit kepala) - Simvastatin 1x10mg
Rw DM (-) 08/10-13
CM
TD: 116/69 HR : 56
-
-
GDS: 256 Periksa: GDS/8 jam A/I/C/ne
Terapi:
TD: 100/80 Pusing (+) 09/10-13
Nyeri perut (+) BAB (-) 3 hari
- Bubur sumsum tanpa
N: 80x/mnt T: 36⁰C
DM UAP
RR: 8x/mnt
gula - Dulcolax extra malam - Inj. Actrapid 3x10ui sc 15’ ac
NT (+)
- Terapi lainnya
epigastium
lanjutkan Terapi: - Arixtra hari III TD : 100/80 09/10-13 10.00
Sakit kepala
N: 80/mnt R: 1x/mnt C/P dbn
- Aspilet 1x80mg UAP hari III
- Amlodipin 1x1 tab - Diazepam alprazolam 2x0,25mg - Aff kateter - Mobilisasi - Diet lunak
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
14
Terapi: -diet lunak DM 1500 kkal
10/10-13
- IVFD RL 7 tpm
KU/KS: SS/CM
Sudah mencoba
TD : 100/70
untuk mika,
N: 70x/mnt
miki, duduk
S: 36⁰C
tapi terasa
- Inj. Arixtra 1x2,5mg sc hari ke-IV UAP hari ke-IV
RR: 20x/mnt
pusing
Thorax: c/p dbn
Nyeri dada
Abd: supel, NT
jika batuk
(+), Bu (+)N,
+ DM tipe 2
- Inj. Actrapid 3x10 unit c - Aspilet 1x80 mg tab - Amlodipin 1x5 mg tab - ISDN 3x2,5mg - Alprazolam 2x0,25mg (1-0-1)
Lab. GDS 129
- Simvastatin 10 mg (0-0-1) - PCT 3x1 tab (kp)
KU: SS Kes: CM 10/10-13
UAP
TD: 140/100
-
+
N: 75x/mnt
DM
R: 16x/mnt
Lanjutkan Alprazolam stop Mobilisasi Diet nasi tim
c/p dbn KU: SS
Terapi:
Kes: CM
- Inj. Arixtra 1x2,5mg sc
TD: 110/70
(hari 5) 14.00
N: 80x/mnt
- Aspilet 1x80mg tab
R: 18x/mnt 11/10-13
Keluhan (-)
UAP
T: 36⁰C
+
Thorax: C/BJ reg
DM t 2
G(-) P/SN VES Rh (-/) Wh (-/-)
- Amlodipin 1x5mg tab - ISDN 3x2,5mg - Alprazolam 2x2,5mg stop - Simvastatin 10mg (0-01)
Abd: supel, BU
- Diet nasi tim
(+)
- Glucodex (1-1-0) Pasien Pulang
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
15
3.4
Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium Tn. S dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3.3. Hasil Pemeriksaan Astrup dan Elektrolit JENIS NILAI NORMAL PEMERIKSAAN ASTRUP dan ELEKTROLIT
7/10/13
7,25 – 7,45
7,463
PCO2
33-44 mmHg
35,6
PO2
71-104 mmHg
149,2
HCO3
22-29 mmol/L
25,7
TCO2
19-24 mmol/L
26,8
Base excess
-2 s/d +3 mmol/L
2,8
O2 saturasi
85-95%
38,9
Na
135-147 mEq/L
129,9
K
3,5-5 mEq/L
4,14
Cl
5-105 mEq/L
29,4
pH
8/10/13
TANGGAL 9/10/13 10/10/13
8/10/13
TANGGAL 9/10/13 10/10/13
11/10/13
Elektrolit
Tabel 3.4. Hasil Pemeriksaan Kimia Darah dan Urinalisa JENIS PEMERIKSAAN
NILAI NORMAL
7/10/13
KIMIA DARAH Trigliserida
<175 MG/DL
260
Cholestrol total
< 200mg / dl
192
Cholestrol HDL
P: 33-55, W: 45-65 mg/dl
27
Cholesterol LDL
<130 mg/ dl
113
Ureum
20-50 mg/dl
20
0,8 - 1,1 mg/ dl
1,2
Creatinin
URINALISA Urine lengkap: Kuning
Warna
Kuning
Kejernihan
Jernih
Jernih
Berat jenis
1015-1025
1020
6–8
6,0
Protein
(-) negative
-
Glukosa
(-) negative
-
pH
muda
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
11/10/13
16
Keton
(-) negative
+
Urobilinogen
(-) negative
-
Bilirubin
(-) negative
-
Urobilin
(+) Positif
+
Nitrit
(-) Negatif
-
Blood
(-) negative
-
Leukosit
0-5 / LPB
2-4
Eritrosit
0-1 / LPB
0-2
Epitel
(-) Negatif
+
Bakteri
(-) negative
-
Silinder
(-) negative
-
Kristal
(-) negative
-
Sedimen:
DARAH RUTIN Hemoglobin
P: 13 - 17 gr/dl ; W: 12-16 gr/dl
16,1
Hematokrit
37 - 54 %
49
5.000 - 10.000 / ul
6000
150.000 - 400.000 / ul
247
Leukosit Trombosit
HITUNG JENIS Netrofil Segmen
50-70 %
55
Limfosit
25 - 40 %
35
Monosit
2-6 %
10
SGOT
P: < 50 u/l, W: < 35 u/l
45
SGPT
P: < 50 u/l, W: < 35 u/l
50
Tabel 3.5. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sewaktu Pemeriksaan
Nilai Normal
Tanggal 7/10/13
8/10/13 GDS
< 200 mg/dL 9/10/13
10/10/13 11/10/13
Waktu
Hasil
11.45 18.00 24.00 06.00 15.00 22.00 05.00 11.00 16.00 05.00 11.00 16.00 05.00
436 234 390 256 239 199 199 220 156 129 183 231 210
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
17
3.5
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Rontgen Thorax di RSMC tanggal 7 Oktober 2013 dapat dilihat pada tabel. Tabel 3.6. Hasil Pemeriksaan Rontgen Thorax Cor
Bentuk dan besar normal
Pulmo
Corakan paru baik
Infiltrat
Tak tampak
Sinus dan diafragma
baik
Tulang dan soft tissue
baik
Kesan
Jantung dan paru baik
3.6
Regimen Pengobatan Regimen pengobatan pasien selama dilakukan perawatan di Ruang
Flamboyan Rumah Sakit Marinir Cilandak dapat diamati pada tabel berikut Obat Oral Aspilet ISDN Amlodipin Diazepam PCT Simvastatin Dulcolac Alprazolam Glucodex Injeksi Inj. Arixtra Inj. Actrapid Infus / Transfusi IVFD Nasal O2
Tgl. 7/10-13 Tgl. 8/10-13 P Si So M P Si So M 80 mg √ √ 5 mg √ √ √ 2,5 mg √ √ √ 5 mg √ √ 5 mg √ √ 500 mg √ √ √ 10 mg √ 10 mg 0,25 mg 80 mg Dosis
2,5 mg √
√
Tgl. 9/10-13 Tgl. 10/10-13 Tgl. 11/10-13 P Si So M P Si So M P Si So M √ √ √ √ √
√
√
√ √
√
√
√
√
√ √ √ √
√
√
√ √
√
7 tpm √
√
√
√
√
√
√
√
2 lt/mnt √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
√
√
√
√
√
10 ui
√
√ √
18
3.7
Identifikasi dan Rekomendasi Masalah Terkait Obat Hasil identifikasi masalah terkait obat (Drug Related ProblemsI) pada
regimen pengobatan pasien Tn. S
Tabel 3.7. Identifikasi DRPs Pada Regimen Pengobatan Pasien No. Jenis DRPs 1.
Nama Obat
Permasalahan
Rekomendasi
Pemilihan obat
Untuk terapi
Diganti dengan
tidak
hiperkolesterolemia,
golongan fibric acid
(improper drug
sedangkan pasien
seperti gemfibrozil
selection)
mengalami
(600 mg BID)
tepat Simvastatin
peningkatan kadar trigliserida Arixtra injeksi
Bukan merupakan
Digunakan terapi lini
(fundaparinox)
pengobatan lini
pertama klopidogrel
pertama pasien UAP
1x75 mg dan Aspirin 1x80mg
2.
Efek samping obat (adverse drug reactions)
Insulin
Efeknya dapat
Diberikan terapi
meningkatkan
penurun kadar
penyimpanan asam
trigliserida,
lemak dalam bentuk
gemfibrozil 600 mg 2
trigliserida
kali sehari
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Masalah Terkait Obat (Drug Related Problems, DRP) Pasien Masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs) didefinisikan sebagai suatu keadaan yang tidak diinginkan yang terjadi pada pasien yang disebabkan oleh terapi obat dan secara nyata atau potensial mengurangi efek terapi yang diharapkan. Salah satu peran apoteker di rumah sakit adalah mengidentifikasi masalah terkait obat, menangani permasalahan tersebut agar terapi pengobatan yang diberikan pada pasien dapat optimal. Tn. X masuk Unit Gawat Darurat (UGD) pada tanggal 7 Oktober 2013 pukul 09.30. Keluhan utama pasien adalah nyeri dada seperti tertekan sejak pagi. Riwayat penyakit sekarang yaitu pasien mempunyai riwayat hipertensi. Sebelumnya sering nyeri di dada, mengalami sesak apabila pasien berjalan kaki dan naik tangga sekitar 5 menit. Pasien belum pernah operasi jantung sebelumnya. Kalau malam sering terbangun, kalau tidur lebih enak memakai 1 bantal. Hasil pemeriksaan fisik pasien menunjukkan frekuensi nadi 48x/menit yang menandakan pasien mengalami bradikardia (denyut nadi melemah), kecepatan respirasi 24x/menit menunjukkan pasien mengalami takipnea dikarekan pasien merasakan kecemasan dan rasa sakit. Tekanan darah pasien 130/90 mmHg yang menurut JNC 7 tergolong ke dalam pre hipertensi. Diagnosa sementara dokter terhadap pasien adalah akut inferior MCI (myocard infarct). Pasien diberi terapi infus Ringer Laktat 7 tetes/menit, aspilet 1x80mg, amlodipin 1x5mg, dan ISDN 3x5mg. Sebelumnya pasien di UGD telah diberikan ISDN 5 mg 1 tab dan aspilet 80mg 2 tab. Selama pasien dirawat dilakukan pemeriksaan perkembangan pasien yang meliputi subjektive (S), objective (O), assesment (A) dan planning (P). Hari pertama pemeriksaan pasien mengeluhkan (S) nyeri dada infark 8 jam sejak masuk rumah sakit, dan pasien memiliki faktor risiko merokok. Tekanan darah, frekuensi nadi dan kecepatan respirasi berada dalam rentang normal, berturutturut 121/69mmHg, 60x/menit dan 16x/menit. Pemeriksaan EKG menunjukkan tidak adanya elevasi ST, hal ini menandakan bahwa diagnosis awal pasien akut 19
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
20
inferior MCI kurang tepat sehingga assesment (A) menjadi NSTEMI (non STelevation myocardial infarction) dengan different diagnosis UAP (Unstable Angina Pectoris). Pasien direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium, meliputi pemeriksaan kadar gula darah, CKMB (MB band of creatine phosphokinase), urinalisa dan lipid profile. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa kadar gula darah sewaktu pasien 436mg/dL, hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami hiperglikemia, sehingga diberikan terapi insulin secara sliding scale. Nilai ureum dan creatinin berturut-turut 20mg/dL dan 1,2mg/dL, keduanya masih berada di dalam rentang normal yang menunjukkan bahwa ginjal pasien masih berfungsi normal. Hasil pemeriksaan CKMB pasien adalah 13U/L dimana nilai ini berada dalam rentang normal yang menandakan bahwa pasien mengalami angina pektoris tidak stabil, meskipun nilai CKMB ini kurang spesifik dan sensitif dibandingkan nilai troponin karena CKMB juga ditemukan di otot skeletal. Pemeriksaan
profile
lipid
dilakukan
pada
pasien
dan
hasilnya
menunjukkan adanya ketidaknormalan kadar trigliserida dan HDL kolesterol pasien yaitu 260 mg/dL dan 27 mg/dL, hal ini menunjukkan adanya gangguan metabolisme lipid pada pasien. Sedangakan kadar LDL kolesterolnya adalah 113 mg/dL yang masih masuk ke dalam rentang normal, walaupun sebaiknya diterapi sesuai National Cholesterol Education Program (NCEP) karena kadar kolesterol LDL sebaiknya tereduksi hingga kurang dari 100mg/dL. Pasien mendapat berbagai macam obat dengan multi regimen selama perawatan. Pasien mendapatkan obat oral maupun injeksi 5-10 jenis perharinya. Banyaknya obat yang diberikan kepada pasien selama perawatan memungkinkan terjadinya DRPs. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, DRPs yang terjadi pada terapi yang diberikan kepada Tn. S. meliputi: 1.
Pemilihan Obat tidak Tepat (Improper Drug Selection) Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap kadar lipid pasien,
terlihat bahwa terjadi peningkatan pada kadar trigliserida dan terjadi penurunuan pada kadar HDL kolesterol pasien, sedangkan kadar LDL kolesterolnya masih berada dalam rentang normal. Sesuai dengan NCEP (National Cholesterol Education Program) bahwa terapi yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
21
golongan fibric acid dan nicotinic acid dimana mampu menurunkan kadar trigliserida hingga 20-50% dan meningkatkan kadar HDL kolesterol hingga 1020%. Sedangkan pengobatan yang diterima pasien saat ini adalah golongan HMG CoA reductase inhibitors (statins) yang lebih cocok diberikan pada pasien hiperkolesterolemia yang tidak mengalami peningkatan kadar trigliserida. Maka dari itu, disarankan agar obat lipidnya diganti dengan golongan fibric acid atau nicotinic acid, berdasarkan keefektifan dan kemudahan di dapat maka dipilihkain golongan fibric acid yaitu gemfibrozil dengan dosis 600 mg dua kali sehari. Pasien yang didiagnosis mengalami UAP (Unstable Angina Pectoris) menurut jurnal Mangement of Patients with Unstable Angina / Non-ST- Elevation Myocardial Infarction, diterapi menggunakan Clopidogrel dan Aspirin, bila kemudian pasien mengalami intoleransi atau tidak mengalami perbaikan terapi, baru dilakukan penggantian terapi dengan menggunakan fundaparinux (Arixtra ®). Sehingga pasien direkomendasikan untuk terlebih dahulu diberikan terapi lini pertama Klopidogrel 1x75 mg dengan atau tanpa makanan dan aspirin 1x80 mg sesudah makan. 2.
Efek samping obat (adverse drug reactions) Peningkatan kadar trigliserida pasien terjadi pada hari kedua (08/10/2013)
setelah pasien menjalani sliding scale. Pemberian insulin secara sliding scale dimaksudkan agar pemberiannya lebih efisien dan tepat karena didasarkan pada kadar gula darah pasien pada waktu itu. Gula darah diperiksa setiap 6 jam sekali. Salah satu efek dari insulin adalah menurunkan asam lemak dan mendorong penyimpanan trigliserida dengan jalan: a. Insulin meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah ke dalam sel lemak b. Insulin menuingkatkan transpor glukosa ke dalam sel jaringan lemak melalui rekrutmen GLUT-4. Glukosa sebagai prekusor untuk pembentukan asam lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah untuk membentuk trigliserida c. Insulin mendorong reaksi-reaksi kimia yang akhirnya
menggunakan
turunan asam lemak dan glukosa untuk sintesis gliserida d. Insulin menghambat lipolisis (penguraian lemak), mengurangi pembebasan asam lemak dari jaringan lemak ke dalam darah. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
22
Meskipun hal ini belum bisa dipastikan dikarenakan tidak dilakukan pemeriksaan kadar lipid sebelum pasien menerima terapi insulin sehingga tidak ada perbandingan.
4.2 Peran Serta Apoteker Salah satu peran apoteker adalah menentukan masalah terkait obat (Drug Related Problems, DRPs) pada pasien. Tujuannya untuk menentukan dan menilai apakah pengobatan yang telah diberikan pada pasien sudah tepat.
Seorang
apoteker bertanggung jawab untuk mencapai kesembuhan pada pasien, mengurangi gejala sakit, memperlambat atau mencegah terjadinya sakit, atau timbulnya gejala suatu penyakit. Melalui konsep profesi kefarmasian yakni asuhan kefarmasian, apoteker dituntut untuk bertanggungjawab dalam peningkatan kualitas hidup pasien. Asuhan kefarmasian adalah suatu tanggungjawab dari profesi dalam hal farmakoterapi, penggunaan obat aman, rasional, efektif dan efisien dengan tujuan meningkatkan atau menjaga kualitas hidup pasien. Asuhan kefarmasian merupakan proses kolaboratif bersama dengan profesi kesehatan lainnya dalam merancang, mengimplementasikan, serta memantau terapi obat pasien agar tercapai hasil terapi obat yang optimal. Dengan demikian terwujudlah fungsi utama dar profesi farmasi, yakni mengidentifikasikan permasalahan yang timbul dan menanganinyasecara tepat dan cepat serta mengupayakan pencegahan timbulnya permasalahan terkait obat. Apoteker memiliki peran yang sangat pentingsebagai penyedia informasi tentang pengobatan serta permasalahan yang timbul terkait dengan terapi obat. Selain itu, apoteker juga berperan sebagai penyedia jasa penyuluhan dan pendidikan yang diperlukan untuk memotivasi pasien dan keluarga pasien agar tercapai hasil terapi yang diinginkan. Mengatasi permasalahan terkait obat (DRP) yang dialami oleh pasien X, apoteker berperan untuk menyampaikan permasalahan tersebut kepada dokter, sehingga dapat ditangani misalnya untuk pemberian terapi AH-2 untuk mengatasi gejala maag pasien, dan pengobatan lini pertama penyakit dengan klopidogrel dan aspirin atau tidak langsung diberikan injeksi Arixtra®. Salah satu peran apoteker Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
23
untuk memberikan rekomendasi, saran dan memeriksa kondisi pengobatan pasien secara berkala dengan memeriksa medical record pasien atau dengan wawancara langsung, Untuk pasien tn. X yang menderita diabetes mellitus juga perlu disarankan untuk memeriksakan kondisi kadar gulanya secara rutin dan diet seperti yang dianjurkan oleh dokter, serta pengaturan pola hidup yang baik dan seimbang. Pemberitahuan informasi pengobatan dan saran seperti pemeriksaan darah, dan kondisi pasien secara rutin juga perlu disampaikan kepada keluarga pasien, untuk meningkatkan kualitas hidup pasien X dan mencegah kondisi klinis yang dapat membahayakan. Mengingat kondisi pasien X yang mendapatkan pengobatan multi rejimen, apoteker juga dapat membuatkan lembaran isian jadwal minum obat yang diberikan untuk keluarga pasien sehingg dapat memperkecil risiko kegagalan terapi karena salah pemberian obat. Kerjasama dan komunikasi yang baik antara apoteker dan profesi kesehatan lainnya, serta dengan memberikan penyuluhan dan informasi kepada pasien atau keluarga pasien dapat meminimalkan risiko bahkan mencegah terjadinya permasalahn terkait obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
BAB 5 PENUTUP
5.1
Kesimpulan Hasil identifikasi DRP (Drug Related Problems) yang dilakukan melalui
penelusuran rekam medik terhadap pasien Tn. S di ruang Flamboyan Rumah Sakit Marinir Cilandak didapatkan kesimpulan bahwa terjadi permasalahan terkait penggunaan obat terhadap pasien tersebut. Hal tersebut diantaranya pemilihan obat tidak tepat (improper drug selection), dan efek samping obat (adverse drug reactions). Peran apoteker dalam mengatasi permasalahan terkait obat (DRP, diantaranya dengan menjalin kerjasama dengan profesi kesehatan lainnya dalam merancang, mengimplementasikan dan memantau terapi pengobatan pada pasien, agar
mencapai
kondisi
terapi
yang
optimal.
Peran
apoteker
untuk
mengidentifikasikan masalah yang timbul, menyelesaikannya secara cepat dan tepat serta mengupayakan pencegahan, memberikan informasi berkaitan dengan terapi obat dan berperan penting dalam memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga, memotivasi pasien dan keluarga pasien agar tercapai kondisi klinis yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
5.2
Saran Diharapkan peran apoteker di rumah sakit dapat berjalan lebih optimal,
dan terjalinnya kerjasama yang lebih baik anatar apoteker dan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan kondisi kesehatan pasien.
25
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Aslam Mohammed, Tan Chik Kaw, Prayitno Adji. 2003. Farmasi Klinis. Jakarta: PT. Elex media Computindo. Corwin, E.J. (2008). Handbook of Pathophysiology 3rd Edition. Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2003). Surat Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 1332/MENKES/SK/2002. Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberi Izin Apotik. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Hepler, C.D. & Strand, L.M. 1990. Opportunities and Responsibilities in Pharmaceutical Care. Am J Hosp Pharm; 47:533-43 Winslade NE, et al,. 1996. Pharmacist Management of Drug Related Problems, Tool for Teaching and Providing Pharmaceuical Care. Pharmacotherapy, 16(5).
26
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
25
Lampiran 1. Regimen Terapi Pasien Obat Oral Aspilet ISDN Amlodipin Diazepam PCT Simvastatin Dulcolac Alprazolam Glucodex
Tgl. 7/10-13 P Si So M 80 mg √ 5 mg √ √ √ 2,5 mg 5 mg √ 5 mg √ 500 mg 10 mg 10 mg 0,25 mg 80 mg Dosis
Tgl. 8/10-13 P Si So M √
Tgl. 9/10-13 P Si So M √
Tgl. 10/10-13 P Si So M √
Tgl. 11/10-13 P Si So M √
√ √ √ √
√ √
√
√
√ √
√
√
√ √
√
√
√
√ √
√
√
√ √ √ √
√
√
√ √
√
√
√
√
√
√ √
√
Injeksi Inj. Arixtra Inj. Actrapid Infus / Transfusi IVFD Nasal O2
2,5 mg 10 ui
√
√
7 tpm
√
√
√
√
√
√
√
√
2 lt/mnt
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√
√
√
√
√
√ √
√ √
√
√
√
√ √
√
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
26
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
28
Lampiran 2. Informasi Obat 1. Injeksi Arixtra Nama obat Inj. Arixtra Komposisi
Fondaparinux Na.
Indikasi
Mencegah kejadian tromboembolik pada pasien yang menjalani bedah ortopedik mayor pada tungkai bawah
Kontraindikasi Pendarahan aktif yang bermakna secara klinis, endokarditis bakterial akut, gangguan ginjal berat (bersihan kreatinin <20mL/mnt) Peringatan
Gangguan pendarahan, tukak GI akut, pendarahan intrakranial yang belum lama terjadi, sesaat sesudah bedah otak, spinal atau mata, penggunaan nastesi epidural/spinal atau pengambilan cairan spinal, lansia, pasien dengan BB <50kg, gangguan ginjal sedang (bersihan kreatinin <50mL/mnt)
Efek samping
Anemia, perdarahan, trombositopenia, purpura, hasil tes fungsi hati abnormal, edema.
Interaksi obat
Risiko perdarahan meningkat pada pemberian bersama obat yang dapat meningkatkan risiko perdarahan (desirudin, obat fibrinolitik, antagonis reseptor GP IIb/IIIa, heparin, heparinoid, heparin dengan berat molekul rendah), hati-hati jika digunakan bersama obat antiplatelet & OAINS.
Dosis
2,5mg sc 6 jam pasca op, lalu 2,5mg/hari selama 5-9 hari
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
29
2.
Actrapid Nama obat
Actrapid
Komposisi
Insulin HM Rekombinan DNA origin
Indikasi
Insulin-terapi DM
Kontraindikasi hipoglikemia Peringatan
Infeksi dan kondisi demam lain atau penyakit lain yang dapat meningkatkan kebutuhan akan insulin. Dapat menggangu kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin. Hamil
Efek samping
Hipoglikemia
Interaksi obat
Agen hipoglikemi oral, inhibitor MAO, alkohol, α-bloker non selektif, ACE inhibitor, salisilat, steroid anabolik, dan sulfonamid dapat mengurangi kadar inslin
Dosis
3.
Aspilet Nama obat
0,5 U/kg BB
Aspilet
Komposisi
Acetylsalicylic acid
Indikasi
Mengurangi risiko kematian & serangan infark miokard pada penderita dengan riwayat infark atau TIA yang berulang atau pada pasien dengan riwayat stroke & risiko iskemia otak sementara dimana terjadi hiperaktifitas dari trombosit atau aktivasinya merupakan faktor penentu terbentuknya trombo-emboli.
Kontraindikasi
Tukak peptik aktif, gangguan perdarahan, hipersensitifitas.
Peringatan
Gangguan fungsi hati, hamil, laktasi
Efek samping
Iritasi GI, hipoprotombinemia dan reaksi hipersensitifitas
Interaksi obat
Dengan warfarin meningkatkan risiko perdarahan GI dan intra serebral
Dosis
80-160mg/hari, infark miokard s/d 300mg/hari. TIA s/d 1000mg/hr Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
30
4.
ISDN Nama obat
ISDN
Komposisi
Isosorbid Dinitrat
Indikasi
Terapi jangka panjang untuk penyakit jantung koroner dan pencegahan angina pectoris. Terapi tambahan pada gagal jantung kongestif yang tidak memberi respon adekuat terhadap glikosida jantung dan/atau diuretik
Kontraindikasi
Kondisi hipotensi dan hipovolemia, kardiomiopati obstruktif hipertrofik, stenosis aorta, tamponade jantung, perikaritis konstriktiva, stenosis mitral, anemia yang jelas, trauma kepala, perdarahan otak, glaukoma sudut tertutup. Pemberian bersama dengan sildenafil.
Peringatan
Tidak untuk mengatasi serangan angina pektoris akut, gangguan hati atau ginjal berat, hipertiroid, malnutrisi, atau hipotermia, riwayat infark miokard yang belum lama terjadi. Hamil, laktasi.
Efek samping
Sakit kepala, rasa panas dan kemerahan pada wajah, pusing, hipotensi postural, takikardi (tetapi bradikardi paradoksial sudah terjadi)
Interaksi obat
Efek penurunan TD dapat ditingkatkan oleh obat antihipertensi. Hindari penggunaan bersama dengan sildenafil
Dosis
1 tab 2x/hr, bila perlu 1 tablet diberikan hingga 3x/hr. Maks: 120mg/hr.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
31
5.
Amlodipin Nama obat
Amlodipin
Komposisi
Amlodipin
Indikasi
Hipertensi, iskemia miokard karena obstruksi fixed (angina stabil) dan/atau vasopasme/vasokonstriksi (angina prinzmetal) pembuluh darah koroner. Angina, sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan obat antiangina lainnya.
Kontraindikasi
Pasien dengan sensitifitas terhadap dihidropiridin
Peringatan
Pasien dengan gangguan fungsi hati dan fungsi ginjal. Hamil, laktasi. Sakit kepala, edema, lelah, somnolen, mual, nyeri perut, rasa panas dan kemerahan pada kulit wajah, palpitasi, pusing Dapat diberikan secara aman bersama dengan tiazid, penyekat β, ACE inhibitor, nitrat kerja lama, nitrogliserin sublingual, AINS, antibiotik, obat hipoglikemik oral. DL: 5mg 1x/hr, dapat ditingkatkan hingga maksimal 10mg/hr. Angina stabil atau vasospastik5-10mg/hr. Pasien dalam kondisi lemah (fragil), lanjut usia, atau dengan gangguan fungsi hati. Awal 2,5mg 1x/hr
Efek samping
Interaksi obat
Dosis
6.
Diazepam Nama obat
Diazepam
Komposisi
Diazepam
Indikasi
Kondisi psikoneurotik (ansietas, tegang, tidak bisa istirahat). Kondisi psikosomatuk (gangguan otot karena tegang, gangguan tidur, gangguan GI, masalah jantung). Relaksasi otot pada kejang (kejang demam dan epilepsi). Premedikasi
Kontraindikasi
Miastenia gravis
Peringatan Efek samping
Jangan mengendarai kendaraan bermotor/menjalankan mesin. Hamil dan laktasi Mengantuk, lemah otot, ataksia, reaksi paradoksikal
Interaksi obat
Disulfiram, simetidin, alkohol, depresan SSP.
Dosis
Oral 2-5mg 3x/hari. Inj 5-10mg IM/IV.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
32
7.
Parasetamol Nama obat
Parasetamol
Komposisi
Parasetamol 500 mg
Indikasi
Meringankan rasa sakit pada sakit kepala dan sakit gigi, serta menurunkan demam
Kontraindikasi
Gangguan fungsi hati berat
Peringatan
Penyakit ginjal, konsumsi alkohol
Efek samping
Kerusakan hati (dosis besar, terapi jnagka panjang)
Interaksi obat
Alkohol, antikoagulan, antihipertensi, aminopirin, phenobarbital, vasopresin
Dosis
8.
Simvastatin Nama obat
1-2 tab 3-4x/hr
Simvastatin
Komposisi
Simvastatin 10 mg
Indikasi
Terapi dan mengurangi risiko hiperkolesterolemia
Kontraindikasi
Penyakit hati akut atau peningkatan kadar transaminase serum persisten yang tidak dapat diterangkan, wanita hamil dan menyusui, dan hipersensitif
Peringatan
Sebelum terapi singkirkan penyebab sekunder hiperkolesterolemia
Efek samping
Gangguan cerna, sakit kepala
Interaksi obat
Antikoagulan kumarin
Dosis
Dosis awal 10 mg pada malam hari. Penderita hiperkolesterolemia ringan sampai sedang: dosis awal sehari 5 mg, selanjutnya dapat dilakukan penyesuaian dosis sampai dosis maksimum sehari 40 mg sebagai dosis tunggal pada malam hari
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
33
9.
Dulcolac Nama obat
Dulcolac
Komposisi
Bisacodil 10 mg
Indikasi
Sembelit, menghilangkan rasa nyeri pada buang air besar, spthemoroid, sebelum dan setelah operasi, persiapan untuk barium enema, persiapan usus besar untuk protoksigmoidoskopi
Kontraindikasi
Operasi perut akut
Peringatan
Hindari penggunaan jangka panjang, hamil, laktasi
Efek samping
Kram dan nyeri abdomen, diare. Reaksi alergi, termasuk angioderma dan reaksi anafilaktoid
Interaksi obat
Pada dosis tinggi, risiko gangguan keseimbangan elektrolit akan meningkat jika diberikan bersama diuretik dan adrenokortikosteroid. Glikosida jantung
Dosis
2-3 tab/hari atau supp dws (10mg)
10. Alprazolam Nama obat
Alprazolam
Komposisi
Alprazolam
Indikasi
Kecemasan yang berhubungan dengan depresi dan gangguan panik Hipersensitif terhadap benzodiazepin. Glaukoma sudut
Kontraindikasi
sempit akut, miastenia gravis, insufisiensi paru akut, psikosis onsesif kronik dan fobia Peringatan
Hindari pemberian jangka panjang. Insufisiensi paru kronik. Tidak untuk terapi tunggal pada pasien dengan depresi-kecemasan. Ketergantungan
Efek samping
Interaksi obat Dosis
Mengantuk, kelemahan otot, ataksi, amnesia, depresi, kepala terasa ringan, bingung, halusinasi, penglihatan kabur Efek ditingkatkan oleh depresan SSP, alkohol, barbiturat. Ekskresi dihambat oleh simetidin 0,25-0,5 mg 3x/hari, dapat ditingkatkan dengan interval 3-4 hari s/d maks 4 mg/hr dalam dosis terbagi Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014
34
11. Glucodex Nama obat
Glucodex
Komposisi
Gliclazide
Indikasi
Semua tipe DM pada dewasa, kombinasi dengan biguanid
Kontraindikasi
IDDM, ketoasidosis, DM juvenil, DM menjelang pembedahan, koma diabetik
Peringatan
Insufisiensi ginjal, disfungsi hati
Efek samping
Mual, muntah, nyeri lambung, sakit kepala, reaksi kulit
Interaksi obat
Efek hipoglikemi ditingkatkan oleh salisilat, fenilbutazon, β-bloker, klofibrat, sulfonamida, antikoagulan kumarin & MAOI. Efek hipoglikemi diturunkan oleh kontrasepsi oral, kortikosteroid, diuretik tiazid
Dosis
Awal 40-80 mg sebelum makan pagi, ditingkatkan menjadi 40-80mg/hari s/d 320 mg/hari
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Tika Sindra, FF UI, 2014