Jurnal HPT Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015 ISSN: 2338-4336
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SALAM KOJA (Murraya koenigii L. Spreng.) SEBAGAI NEMATISIDA NABATI PADA NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.) Karisma Aditya Wardani, Bambang Tri Rahardjo, Hagus Tarno Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia
ABSTRACT The use of chemical nematicides is the most common way to control nematodes Meloidogyne spp. that attack plant roots. The use of chemicals cause environmental pollution and residues. Awareness of this case encouraged to use natural materials such as plant as biopesticides are relatively safer for the environment. One of plants suspected to be potentially as a biopesticides is curry leaf (Murraya koenigii L. Spreng.). Research aimed to determine the effectiveness of curry leaf extract on Meloidogyne spp. based on mortality of eggs and second juveniles. In addition, it was aimed to determine the Median Lethal Concentration (LC50) and Median Lethal Time (LT50) of curry leaf extract. The research was designed by Completely Randomized Design with several concentrations of treatments such as 0 (as control), 3, 6, 9 and 12% of curry leaf extract. Each treatment was repeated four times. Result showed that the effectiveness of curry leaf extracts on Meloidogyne spp. based on mortality of eggs was 71.38% at 12% of curry leaf extract. In case of the second juveniles, the mortality reached 100% at 12% of curry leaf extract. Median Lethal Concentration (LC50) of curry leaf extract on egg mortality and second juvenile were 6.48% within 10 days, and 8.10% respectively. Median Lethal Time (LT50) on mortality of second juveniles was 15.29 hours. Keywords: Curry leaf extract ; LT50 ; LC50 ; Meloidogyne spp. ; Mortality
ABSTRAK Penggunaan nematisida kimia adalah cara yang sering dilakukan untuk mengendalikan nematoda Meloidogyne spp. Namun penggunaannya dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan residu. Kesadaran akan hal ini mendorong untuk memanfaatkan bahan alami berupa tanaman sebagai pestisida nabati yang relatif aman bagi lingkungan. Tanaman yang berpotensi sebagai pestisida nabati adalah tanaman salam koja (Murraya koenigii L. Spreng.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun salam koja terhadap mortalitas telur dan juvenil II Meloidogyne spp. serta mengetahui nilai Median Lethal Concentration (LC50) dan Median Lethal Time (LT50) ekstrak daun salam koja. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan konsentrasi ekstrak daun salam koja 0% (kontrol), 3% (K1), 6% (K2), 9% (K3) dan 12% (K4). Efektivitas ekstrak daun salam koja terhadap mortalitas telur Meloidogyne spp. mencapai 71,38% pada konsentrasi 12% dan mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. mencapai 100% pada konsentrasi yang sama. Nilai LC50 ekstrak salam koja terhadap mortalitas telur adalah 6,48% dalam waktu 10 hari dan mortalitas juvenil II adalah 8,10%. Nilai LT50 ekstrak daun salam koja terhadap mortalitas juvenil II adalah selama 15,29 jam. Kata Kunci: Ekstrak daun salam koja ; LC50 ; LT50 ; Meloidogyne spp. ; Mortalitas
63
Wardani et al., Efektifitas Ekstrak Daun Salam Koja…
PENDAHULUAN Nematoda Meloidogyne spp. adalah salah satu Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang menjadi sorotan utama dalam budidaya tanaman hortikultura. Nematoda ini menyerang perakaran dengan membentuk puru (Walker, 1957). Meloidogyne spp. memiliki 51 spesies dan 4 spesies yang banyak tersebar di lahan pertanian dunia yaitu M. incognita, M. javanica, M. arenaria dan M. hapla (Luc, Sikora dan Bridge, 1995). Percobaan menunjukkan bahwa dengan sekitar 500-800 larva Meloidogyne spp. perkilogram tanah dapat menurunkan produksi sebesar 40% (Sastrahidayat, 2011). Akibat serangan Meloidogyne spp. kehilangan hasil pada tanaman tomat berkisar antara 24-38% (Luc et al., 1995). Pada umumnya, upaya pengendalian kimia dilakukan petani dengan pertimbangan cara kerja yang cepat dan bahan yang mudah diperoleh. Namun, penggunaan bahan kimia dapat menimbulkan dampak pencemaran lingkungan dan residu. Kesadaran akan hal tersebut menjadi pendorong untuk memanfaatkan bahan alami berupa tanaman sebagai pestisida nabati. Tanaman yang diduga berpotensi sebagai pestisida nabati terhadap nematoda Meloidogyne spp. salah satu diantaranya adalah tanaman salam koja (Murraya koenigii L. Spreng.). Salam koja (Murraya koenigii L. Spreng.) merupakan tanaman rempah yang dapat digunakan untuk perawatan berbagai jenis penyakit pada sistem pengobatan tradisional. Efek farmakologis salam koja yaitu bersifat antimikroba. Kandungan kimia pada salam koja ini adalah alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin (Handral, 2012). Senyawa tersebut diketahui bersifat antelmintik/ anticacing yang dapat menghambat perkembangan nematoda (Razali, 2014). Efek tanin terhadap dinding sel kulit larva adalah dapat memblokade respon otot
64
nematoda terhadap asetilkolin sehingga nematoda menjadi lumpuh dan mati (Nezriyetti dan Novita, 2012). Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun salam koja terhadap mortalitas telur dan juvenil II nematoda Meloidogyne spp. serta untuk mengetahui nilai Median Lethal Concentration (LC50) dan Median Lethal Time (LT50) ekstrak daun salam koja. METODOLOGI
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama, Sub laboratorium Nematologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang mulai 30 Februari hingga 20 Mei 2015. Pembuatan Ekstrak Daun Salam Koja (EDSK) Daun salam koja dibersihkan, dipotong kecil dan ditimbang sebanyak 20 gram kemudian dimasukkan ke dalam tabung Erlenyemer 250 ml dan ditambahkan 100 ml etanol 80% sebagai pelarut. Selanjutnya dikocok dengan menggunakan shaker selama 24 jam lalu disaring dengan menggunakan kertas saring dan pekatkan dengan menggunakan Vacuum Rotary Evapotarator (Shutong, 2001). Ekstrak daun salam koja dibedakan pada konsentrasi 0% (Kontrol), 3% (K1), 6% (K2), 9% (K3) dan 12% (K4). Pengumpulan Telur dan Juvenil II Meloidogyne spp. Massa telur diperoleh dari akar tomat yang terinfeksi Meloidogyne spp. Akar tomat yang terinfeksi dicuci dengan air mengalir dan dipotong kecil ± 1 cm. Potongan akar dimasukkan dalam tabung Erlenmeyer yang berisi larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 0,5%. Selanjutnya dikocok selama 1 menit dan disaring dengan menggunakan kain kasa. Hasilnya
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 3
Agustus 2015
dengan dihitung jumlah juvenil II yang masih hidup.
disaring dengan menggunakan saringan 325 mess dan disaring lagi dengan menggunakan tissue. Telur yang terperangkap lalu dibilas dengan aquades hingga tidak tercium aroma NaOCl. Juvenil II diperoleh dengan menginkubasi telur yang telah dikumpulkan sebelumnya selama ±10 hari dalam petri berisi aquades hingga telur menetas dan mengeluarkan juvenil II (Ojo dan Umar, 2013).
Analisa Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan uji BNT 5%. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis probit untuk mengetahui Median Lethal Concentration (LC50) dan Median Lethal Time (LT50) dengan menggunakan Software Probit Analysis Hsin Chi. Apabila pada kontrol terdapat kematian (kurang dari 20%) maka presentase kematian perlu dikoreksi dengan rumus Abbott (1987) yaitu:
Pengujian Ekstrak Daun Salam Koja pada Telur dan Juvenil II Meloidogyne spp. Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan konsentrasi ekstrak daun salam koja yaitu 0, 3, 6, 9, dan 12% pada 2 objek pengujian yaitu telur dan juvenil II Meloidogyne spp. Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Masing-masing Petri dalam setiap pengujian diletakkan 50 telur dan juvenil II Meloidogyne spp. pada setiap perlakuan. Penetasan telur diamati pada hari kesepuluh setelah aplikasi dan pengamatan kematian juvenil II dilakukan pada interval waktu 3, 6, 21, 24 dan 48 jam dengan menghitung kematian juvenil pada setiap interval waktu pengamatan.
P=
X-Y x 100% X
Dimana: P: Presentase kematian yang dikoreksi X: Jumlah nematoda pada control yang hidup Y: Jumlah nematoda pada perlakuan yang hidup HASIL DAN PEMBAHASAN
Mortalitas Telur Meloidogyne spp. Pemberian ekstrak daun salam koja berpengaruh nyata pada mortalitas telur Meloidogyne spp. Pemberian ekstrak daun salam koja dengan konsentrasi 0%, 3%, 6%, 9% dan 12% memiliki daya hambat tetas telur yang berbeda pada setiap konsentrasinya.
Variabel Pengamtan Variabel yang diamati dalam percobaan ini adalah jumlah telur yang tidak menetas pada hari kesepuluh dan kematian Meloidogyne spp. juvenil II
Tabel 1. Rerata persentase mortalitas telur Meloidogyne spp. oleh konsentrasi EDSK
Kontrol (0%)
Mortalitas (%) ( X ± SE) 0,00 ± 0,00 a
3 % EDSK
15,38 ± 1,49 b
6% EDSK
51,92 ± 2,47 c
9% EDSK
67,81 ± 3,22 d
12% EDSK
71,38 ± 1,65 d
Perlakuan
Ket:
- Bilangan dengan huruf berbeda menunjukkan pengaruh beda nyata berdasarkan uji BNT 5%
65
Wardani et al., Efektifitas Ekstrak Daun Salam Koja…
- SE= Standar Error
Tingkat mortalitas semakin tinggi seiring dengan pemberian konsentrasi yang semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena jumlah konsentrasi ekstrak yang semakin tinggi, kandungan senyawa yang bersifat racun dalam ekstrak semakin banyak, sehingga memiliki daya nematisidal yang kuat. Primiari (2008) melaporkan hal serupa bahwa kandungan senyawa aktif dalam suatu bahan akan semakin banyak bersama dengan semakin tingginya tingkat kepekatan suatu bahan, dengan demikian bahan tersebut akan semakin efektif dalam membunuh hama. Mortalitas telur Meloidogyne spp. akan semakin meningkat seiring dengan pemberian tingkat konsentrasi yang semakin tinggi pula (Huzni, 2015). Perlakuan terbaik adalah konsentrasi 12% yang ditandai dengan notasi tertinggi. Daun salam koja mengandung beberapa senyawa antara lain alkaloid, flavonoid, tannin, saponin dan terpenoid (Saravanan et al, 2014). Menurut Handral et al. (2012) dengan adanya senyawa fitokimia alkaloid, tannin, saponin dan flavonoid yang terkandung itu membuat tanaman salam koja bersifat antimikroba dan antioksidan yang berguna bagi kehidupan manusia. Adegbite dan Adesiyan (2005) menyatakan bahwa senyawa yang dilaporkan dapat menghambat penetasan telur antara lain adalah alkaloid, flavonoid, dan saponin. Senyawa-senyawa tersebut akan menjadi kombinasi yang baik dalam menghambat penetasan telur Meloidogyne spp. melalui pengaruh berupa terganggunya perkembangan embrio sehingga telur tidak menetas. Huzni (2015) menyatakan bahwa selain alkaloid dan flavonoid diduga ada senyawa tanin dan saponin yang
66
mempengaruhi perkembangan telur nematoda. Senyawa ini dapat bekerja pada telur nematoda yang mempunyai tipe kulit telur dengan lapisan lipida dalam, lapisan relatif tebal yang mengandung kitin dan protein dan lapisan luar yang tipis. Semua lapisan tersebut disekresikan oleh telur itu sendiri setelah dibuahi di saluran telur. Nematoda mendeposit kolagen di dalam kutikula dan kulit telur untuk menambah struktur protein dalam jaringan (Dropkin, 1991). Sjam et al. (2014) melaporkan senyawa saponin memiliki daya hambat yang tinggi terhadap penetasan telur. Senyawa saponin bersifat mudah meluruhkan dan bersifat astrigent (zat yang menyebabkan jaringan biologis berkontraksi atau mengkerut). Menurut Hackney (1975) senyawa alkaloid, flavonoid dan saponin dapat menghambat penetasan telur, baik bekerja sendiri maupun dalam kombinasi. Pada penelitian ini, penetasan telur terjadi pada hari kesepuluh setelah perlakuan pada suhu ruang. Hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian Adegbite pada tahun 2011 bahwa dalam suhu berkisar 28 oC, telur menetas pada hari kesepuluh. Sastrahidayat (2011) mengemukakan bahwa salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi penetasan telur nematoda ini adalah suhu, dimana penetasan telur akan terhambat pada suhu rendah. Sedangkan suhu optimum untuk penetasan telur adalah 25-30 oC. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah telur yang tidak menetas. Ciri-ciri telur yang tidak menetas berwarna lebih gelap. Telur yang telah menetas berwarna lebih bening dan terlihat kosong. Ciri-ciri keduanya terlihat pada Gambar 1.
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 3
Agustus 2015
a
b
Gambar1. Telur nematoda Meloidogyne spp. a) belum menetas, b) telah menetas (dokumentasi di mikroskop dengan perbesaran 10x). Tabel 2. Rerata persentase mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. pada berbagai konsentrasi EDSK Perlakuan
3 JSA
Persentase Mortalitas Juvenil II Meloidogyne spp. 6 JSA 21 JSA 24 JSA
48 JSA
( X ± SE)
( X ± SE)
( X ± SE)
( X ± SE)
( X ± SE)
Kontrol
0,00 ± 0,00 a
0,00 ± 0,00 a
0,00 ± 0,00 a
0,00 ± 0,00 a
0,00 ± 0,00 a
3% EDSK
6,76 ± 2,29 a
6,81 ± 1,73 a
48,01 ± 3,68 b
52,78 ± 5,14 b
56,57 ± 3,68 b
6 % EDSK
14,04 ± 4,50 a
18,36 ± 4,19 a
53,71 ± 8,57 b
56,85 ± 9,39 b
68,88 ± 7,07 c
9% EDSK
66,67 ± 8,78 b
69,24 ± 8,42 b
94,03 ± 2,78 c
94,99 ± 3,25 c
99,43 ± 0,56 d
12%EDSK
90,96 ± 2,27 c
95,74 ± 3,01 c
100 ± 0,00 c
100,00 ± 0 c
100,00 ± 0 d
Ket:
- JSA = Jam Setelah Aplikasi - SE = Standar Error - Bilangan dengan huruf berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%
Mortalitas Juvenil II Meloidogyne spp. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun salam koja memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. Persentase kematian juvenil II ini meningkat seiring dengan peningkatan jumlah konsentrasi yang diberikan. Hasil yang sama dilaporkan oleh Adegbite dan Adesiyan (2005) bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan, jumlah kematian juvenil juga semakin banyak. Kandungan senyawa alkaloid, flavonoid saponin dan tanin dalam ekstrak tanaman ini bersifat anthelmintik atau anticacing (Jain et al., 2012) dan Handral et al, 2012). Senyawa alkaloid dan flavonoid 67
bersifat racun perut sehingga dapat menghambat dan mengganggu aktivitas pencernaan (Cahyadi, 2009). Yenie et al. (2013) mengungkapkan bahwa flavonoid bekerja sebagai inhibitor pernapasan dan mengganggu metabolisme energi di dalam mitokondria. Sinaga (2009) bahwa senyawa flavonoid dan saponin berfungsi sebagai larvasida. Senyawa-senyawa itu mampu menghambat tiga hormon utama, yaitu hormon otak (brain hormon), hormon edikson dan hormon pertumbuhan (juvenile hormon). Hormon yang terganggu oleh senyawa tersebut dapat menghambat perkembangan larva. Senyawa tersebut dikenal memiliki sifat lipophilic yang dapat meleburkan membran sel nematoda (Knobloch et al., 1989; Trifone and
Wardani et al., Efektifitas Ekstrak Daun Salam Koja…
Atanasov, 2009 dalam Ojo dan Umar, 2013). Senyawa tanin dilaporkan dapat bereaksi dengan protein penyusun sel–sel serta menyebabkan denaturasi pada protein sehingga dapat mengurangi kemampuan nematoda dalam menginfeksi akar (Lopez, 2005).
melalui perhitungan untuk menentukan konsentrasi suatu bahan yang dapat menyebabkan kematian hingga 50% dari jumlah organisme yang diuji. Konsentrasi ekstrak daun salam koja yang dapat menyebabkan 50% telur Meloidogyne spp. tidak menetas dalam waktu 10 hari adalah sebesar 6,48%, melalui persamaan regresi yang diperoleh yaitu y = 2,644x + 2,854 (Gambar 2). Pada perlakuan juvenil II Meloidogyne spp., nilai LC50 ekstrak daun salam koja adalah sebesar 8,10% dengan persamaan regresi yang diperoleh yaitu y = 8,010x - 2,277 (Gambar 3.).
Median Lethal Concentration (LC50) Ekstrak Daun Salam Koja terhadap Mortalitas Telur dan Mortalitas Juvenil II Meloidogyne spp. Median Lethal Concentration (LC50) adalah bentuk estimasi yang diperoleh
y = 2,644x+2,854 LC50 = 6,48 Mortalitas
Log (Waktu) Gambar 2. Regresi hubungan mortalitas telur Meloidogyne spp. oleh pemberian konsentrasi EDSK
y = 8,010x - 2,277 LC50 = 8,10 Mortalitas
Log (Waktu)
Gambar 3. Regresi hubungan mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. oleh pemberian konsentrasi EDSK. 68
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 3
Agustus 2015
menimbulkan efek toksik sehingga dapat mematikan 50 % dari jumlah hewan uji. Nilai LT50 ekstrak daun salam koja terhadap juvenil II Meloidogyne spp. adalah 15,29 dengan persamaan y = 2,496x + 2,043 (Gambar 4.).
Median Lethal Time (LT50) Ekstrak Daun Salam Koja Pada Juvenil II Meloidogyne spp. Median Lethal Time (LT50) dapat didefinisikan sebagai suatu nilai yang menyatakan waktu yang diperkirakan dapat
y = 2,496x + 2,043 LT50 = 15,29 Mortalitas
Log (Waktu) Gambar 4. Regresi hubungan mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. oleh waktu pemberian konsentrasi EDSK.
3.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Efektivitas ekstrak daun salam koja sebagai nematisida nabati dapat terlihat bahwa pada berbagai konsentrasi ekstrak daun salam koja dapat menyebabkan kematian telur dan juvenil II Meloidogyne spp. Tingkat mortalitas telur tertinggi tampak pada perlakuan konsentrasi 12% dengan nilai 71,38% dalam waktu 10 hari. Pada perlakuan yang sama mortalitas juvenil II mencapai 100% dalam waktu 21 jam. 2. Nilai LC50 ekstrak daun salam koja terhadap mortalitas telur adalah 6,48% dalam waktu 10 hari dan nilai LC50 ekstrak daun salam koja terhadap mortalitas juvenil II adalah 8,10%.
Nilai LT50 ekstrak daun salam koja terhadap mortalitas juvenil II adalah selama 15,29 jam. DAFTAR PUSTAKA
Abbott, W.S. 1987. Method of Computing The Effectiveness of an Insecticide. J. of the Americ. Mosq. Contr. Assoc. Bureau of Entomol.3(2): 302-303. Adegbite A.A, Adesiyan S.O. 2005. Root Extracts of Plants to Control RootKnot Nematode on Edible Soybean.World J. of Agr. Sci. 1(1): 18-21. ISSN 1817-3047. Cahyadi R. 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordicacharantina L.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. 69
Wardani et al., Efektifitas Ekstrak Daun Salam Koja…
Chi, H. 1997. Probit Analysis National Chung Hsing University. Taichung, Taiwan.
curcas L.) dalam Menghambat Perkembangan Nematoda Puru Akar Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat. Fakultas Pertanian Universitas Jambi. 5(2): 35-39.
Dropkin, V.H. 1991. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Edisi Kedua (Terjemahan dari bahasa inggris). Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Ojo G.T dan I. Umar. 2013. Evaluation of Some Botanical on Root-Knot Nematode (Meloidogyne javanica) in Tomato (Lycopersicum esculentum, Mill) in Yola Adamawa State, Nigeria. Biol. For. An Intern. Journal 5(2): 31-36.
Hackney R.W. and O.J Dickerson. 1975. Marigold, Castor bean and Chrysanthemum as control of Meloidogyne incognita and Pratylenchus alleni. J. Nematol.7 (1): 84-90
Primiari A, F. Rohman, dan Nugrahaningsih. 2008. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta Indica Juss) terhadap Mortalitas Kutu Daun Hijau (Myzus Persicae Sulzer) pada Tanaman Kubis (Brassica Oleracea). Makalah FMIPA Universitas Negeri Malang. Malang
Handral K.H, A. Pandith., Shruti. 2012. A Review On Murraya koenigii: Multipotential Medicinal Plant. Asian J. of Pharma. and Clinic. Res. 5 (4): 1-14. Huzni M, B.T Rahardjo dan H Tarno. 2015. Uji Laboratorium Ekstrak Kirinyuh (Chromolaenaodorata: King & Robinson) Sebagai Nematisida Nabati terhadap Meloidogyne spp. (Chitwood). Skripsi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang.
Razali, A. Novita, T.R Ferasyi, Ridwan, dan A. Munandar. 2014. Potensi Suspensi dan Ekstrak Daun Katuk Sebagai Antelmintik terhadap Nematoda Gastrointestinal pada Ternak Kambing. J. Ked. Hew. 8(2): 120-123. Saravanan M, D.B Mondal, K. Sarma dan V. Sasikala. 2014. In Vitro Qualitative and Quantitative Analysis of Certain Nutraceutical as Diuretic and Antioxidant for Hepatobiliary Disorders (HBD). Intern. J. of Phar. Sci. and Res. 5(12) :892-902. ISSN: 0975-9492.
Jain V, M. Momin, dan K. Laddha. 2012. Murraya koenigii: An Updated Review. Intern. J. of Ayurv. and Herb. Med. 2(4): 607-627. Lopez J, O.F Ibarra, G.J Canto, C.G Vasquez, Z.I Tejada, dan A. Shimada. 2005. In Vitro Effect of Condensed Tannins from Tropical Fodder Crops Against Eggs and Larvae of the Nematode Haemonchus contortus. J. of Food. Agr. and Env. 3(2): 191-194.
Sastrahidayat, I.R. 2011. Fitopatologi (Ilmu Penyakit Tumbuhan). Universitas Brawijaya Press. Malang. Shutong W, Wang X., Liu J. dan Cao K. 2001. Screening of Chines Herbs for the Fungitoxicity Against Phytophthora infestans. J. of Agri. University of Hebei.
Luc, M, R.A Sikora dan J. Bridge. 1995. Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian Tropik dan Subtropik. Terjemahan Supratoyo. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Sinaga R. 2009. Uji Efektifitas Pestisida Nabati terhadap Hama Spodoptera
Nezriyetti dan T. Novita. 2012. Efektivitas Ekstrak Daun Jarak Pagar (Jatropa 70
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 3
litura (Lepidoptera: Noctuidae) pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum L.). Skripsi Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan USU. Medan.
Agustus 2015
Nasional Padi Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin. Walker J.C. 1957. Plant Pathology. Second Edition. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York.
Sjam S, V.S Dewi dan D.E Sari. 2014. Aspek Biologi dan Bioaktivitas Ekstrak Ageratum conyzoides L. Terhadap Paraecosmetus pallicornis Dallas (Hemiptera: Lygaedae) pada Tanaman Padi. Makalah Seminar
Yenie E., S. Elystia, A.K Alvin dan M. Irfhan. 2013. Pembuatan Pestisida Organik Menggunakan Metode Ekstraksi dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi Bawang Putih. J. Tekn. Lingk.UNAND 10(1): 46-59.
71