Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1 Januari 2015 ISSN: 2338-4336 UJI LABORATORIUM EKSTRAK KIRINYUH (Chromolaenaodorata: King & Robinson) SEBAGAI NEMATISIDA NABATI TERHADAP Meloidogyne spp. (Chitwood) Maspupah Huzni, Bambang Tri Rahardjo, HagusTarno Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145
ABSTRACT
Siam weed (Chromolaenaodorata) is weed that can be used as botanical pesticide. Research was aimed to evaluate Siam weed extract as botanical nematicide by inhibition of egg to hatch and mortality of juvenile II on Meloidogyne spp. in the laboratory. In addition, to calculate LC50 and LT50 of Siam weed extract. Result showed that the application of Siam weed extract at four level of concentration for three time levels influenced the mortality of juvenile II and the eggs hatch on Meloidogyne spp. Application of the highest concentration, 20 % of Siam weed extract resulted the inhibition of egg hacth and mortality rate of juvenil II of Meloidogyne spp. 100%. LC50 of eggs and juvenile II of Meloidogyne were 4.7866% for 11 days and 6.7660% for 24 hours respectively. LT50for Juvenil II of Meloidogyne spp. was 2.91 hours at 20% concentration of Siam weed extract. Keywords: Siam weed, Inhibition of egg hatch, Mortality of juvenile II Meloidogyne spp., LC50, LT50 ABSTRAK Tumbuhan kirinyuh (Chromolaena odorata) adalah tumbuhan liar yang berpotensi dijadikan sebagai pestisida nabati. Penelitian bertujuan untuk mengujiekstrak kirinyuh sebagai nematisida nabati dalam menghambat tetas telur dan mortalitas juvenile II Meloidogyne spp. serta untuk mengetahui nilai LC50 dan LT50 dari ekstrak kirinyuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak kirinyuh pada 4 level konsentrasi dalam 3 tingkat waktu tertentu mampu menyebabkan kematian terhadap juvenil II dan mengurangi daya tetas telur Meloidogyne spp. Tingkat pengaruh yang paling tinggi terdapat pada konsentrasi 20% ekstrak kirinyuh dengan tingkat daya hambat tetas telur dan mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. hingga 100%. Nilai LC50 pada telur Meloidogyne spp. adalah 4.7866% dalam waktu 11 hari dan 6.7660% dalam waktu 24 jam pada juvenil II Meloidogyne spp. Sedangkan nilai LT50 pada juvenil II Meloidogyne spp. adalah 2,91 jam pada konsentrasi 20% ekstrak kirinyuh. Kata kunci: Ekstrak kirinyuh, Daya hambat tetas telur, Mortalitas juvenil II Meloidogyne spp., LC50, LT50. inang yang luas dan perkembangannya yang cepat. Serangan nematoda Meloidogyne spp. menyebabkan kerugian produksi tanaman mencapai 17-40%
PENDAHULUAN Nematoda Meloidogyne spp. adalah salah satu OPT penting dunia yang cukup sulit dikendalikan karena kisaran 93
Huzni et al., Uji Laboratorium ekstrak kirinyuh (Chromolaenaodorata …
(Dropkin, 1996). Upaya pengendalian dengan menggunakan nematisida sintetik secara intensif memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan makhluk hidup sekitarnya. Maka dari itu saat ini mulai banyak dikembangkan pengendalian ramah lingkungan, salah satunya dengan penggunaan nematisida nabati (Mustika, 2005). Tumbuhan kirinyuh (Chromolaena odorata) adalah tumbuhan liar yang berpotensi dijadikan sebagai nematisida nabati untuk mengendalikan Meloidogyne spp. Namun selama ini tumbuhan kirinyuh hanya dianggap sebagai tumbuhan yang merugikan karena pertumbuhannya yang sangat cepat dan dapat menekan pertumbuhan tanaman budidaya serta sifatnya yang toksin terhadap manusia dan hewan ternak sehingga dipandang sebagai tumbuhan yang diwaspadai (CRC Weed Management of Australia et al., 2003). Padahal kirinyuh mempunyai potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai nematisida nabati karena kandungan senyawa aktif yang dimilikinya dapat bersifat sebagai ovisidal, larvasidal dan antimikrobial (Bouda et al., 2001; Noudogbessi et al., 2008 dalam Felicien et al., 2012) Menurut Adegbite dan Adesiyan (2005) kirinyuh mempunyai kandungan senyawa aktif yang bersifat sebagai ovisidal dan juvenilsidal terhadap Meloidogyne spp. maka dari itu peneliti ingin mengetahui kemampuan senyawa aktif dalam ekstrak kirinyuh terhadap daya hambat tetas telur dan mortalitas juvenil II Meloidogyne spp.
Pembuatan ekstrak kirinyuh Daun kirinyuh dicuci dengan air, kemudian dipotong kecil dan ditimbang 20 gram. Daun kirinyuh dimasukkan pada tabung 200 ml dan ditambahkan alkohol 80% sebagai pelarut. Kemudian digojok selama 24 jam dengan menggunakan orbital shaker, lalu disaring menggunakan kertas Waltman. Ekstrak kirinyuh di dimurnikan dengan destilasi vacum rotary evaporator. Hasil destilasi dibedakan atas beberapa konsentrasi yaitu 0, 5, 10 dan 20% ekstrak kirinyuh. Ekstraksi Telur Meloidogyne spp. Akar tomat terinfeksi dicuci bersih kemudian direndam selama +2 hari untuk melunakkan akar. Akar yang terinfeksi dibedah dengan jarum untuk mengambil massa telur. Massa telur yang terkumpul dicuci dengan larutan klorok (NaOCl) 1% kemudian dibilas dengan aquades untuk menghilangkan bau klorok dari massa telur. Massa telur yang telah dicuci dipecahkan dengan jarum untuk mengeluarkan telur. Kemudian petri digoyangkan untuk memisahkan telur dengan massa telur. Ekstraksi Juvenil II Meloidogyne spp. Juvenil II Meloidogyne spp. didapatkan dari massa telur yang telah diinkubasi selama +5-7 hari dalam petri berisi aquades hingga telur menetas dan mengeluarkan juvenil II. Pengujian ekstrak kirinyuh Pada percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 8 perlakuan yang terdiri dari pengujian konsentrasi ekstrak daun kirinyuh yaitu 0, 5, 10, 20% dan 2 objek pengujian yaitu telur dan juvenil II Meloidogyne spp. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Pada Masing-masing petri berisi telur dan juvenil II Meloidogyne spp.di ambil sebanyak 25 dan dipindahkan pada
METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2014 di sublaboratorium Nematologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. 94
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 1
cawan petri. Kemudian masing-masing petri yang telah diisi oleh telur ataupun juvenil II ditambahkan ekstrak kirinyuh dengan konsentrasi 0, 5, 10 dan 20%.
Januari 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Daya Hambat Tetas Telur Meloidogyne spp. Gambar 1. Menunjukkan bahwa uji ekstrak kirinyuh pada konsentrasi 0, 5, 10 dan 20% memberikan pengaruh nyata terhadap daya hambat tetas telur Meloidogyne spp. berdasarkan uji lanjutan BNT pada taraf 0,05. Daya hambat tetas telur atas pemberian ekstrak kirinyuh semakin meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak kirinyuh. Hal ini dikarenakan semakin pekat ekstrak pestisida nabati, maka volume kandungan senyawa aktif dalam ekstrak pestisida nabati semakin besar dan pengaruh daya racun terhadap hewan uji semakin tinggi (Grainge dan Ahmed, 1988). Konsentrasi 20% ekstrak kirinyuh memberikan pengaruh yang paling tinggi, yaitu dengan nilai 100%. Berdasarkan pengamatan pada penelitian ini, lama tetas telur Meloidogyne pada kontrol terjadi hingga 11 hari. Namun dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa lama tetas telur terjadi dari hari ke 4 hingga hari ke 7. Menurut Sastrahidayat (2010), lama tetas telur dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah suhu. Kondisi suhu yang efektif untuk penetasan telur nematoda Meloidogyne spp. adalah pada suhu 20-250C dengan tingkat penetasan 76% yang berlangsung selama kurang lebih 7 hari. Sedangkan pada suhu dibawah atau diatas 20-250C penetasan telur lebih sedikit atau banyak yang tidak menetas (Morris et al., 2011). Hal ini didukung oleh pernyataan Adegbite (2011) dalam penelitiannya, bahwa telur Meloidogyne dengan inkubasi suhu 280C, periode penetasan telur terjadi hingga 10 hari. Sedangkan dari penelitian Adekunle et al. (2007), penetasan telur Meloidogyne spp. terjadi hingga 14 hari.
Variabel pengamatan Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah 1) daya hambat tetas telur pada hari ke 7. 2) mortalitas juvenil II Meloidogyne spp., pada pengamatan 6, 12 dan 24 jam. 3) nilaiLC50 dan LT50 ekstrak kirinyuh. Analisa data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Anova dari aplikasi SPSS 16.0, Apabila dari tiap perlakuan terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji perbandingan BNT pada taraf 0,05 dan Analisis Probit yang dikembangkan oleh Hsin Chi (1925) untuk mengetahui Median Lethal Consentrate (LC50) dan Median Lethal Time (LT50).Selanjutnya dilakukan uji kesejajaran garis regresi probit masingmasing perlakuan. Apabila pada perlakuan kontrol terdapat kematian atau daya hambat tetas telur Meloidogyne spp. tidak lebih dari 20% maka persentase kematian dan daya hambat tetas telur perlu dikoreksi dengan rumus Abbot (1925): P= Dimana P adalah persentase kematian yang terkoreksi, X adalah jumlah nematoda pada kontrol yang hidup dan Y adalah jumlah nematoda pada perlakuan yang hidup.
95
Huzni et al., Uji Laboratorium ekstrak kirinyuh (Chromolaenaodorata …
Daya hambat tetas telur setelah 11 hari (%)
120 d 100 c 80 b
60
40
20 a 0 0
5
10
15
20
25
Konsentrasi (%)
Gambar 1. Persentase daya hambat tetas telur setelah 11 hari pengamatan pada konsentrasi 0, 5, 10 dan 20 %, (notasi huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata antara perlakuan dengan uji BNT 5%; n=25) terbentuk juvenil sehingga menyebabkan gagalnya pembentukan embrio dan menghambat penetasan telur akibat rusaknya protein selubung telur (Lopes, 2005). Hal ini didukung dengan pernyataan Bird and Bird (1991) dalam Mulyadi (2009), bahwa dinding telur umumnya terdiri atas tiga lapisan utama yaitu lapisan lipid, lapisan kitin dan lapisan vitelin. Pada lapisan lipid dan lapisan kitin mengandung prolin yang merupakan asam amino dari susunan protein. Pada dinding telur Meloidogyne javanica dinyatakan mengandung 50% protein dan 30% kitin.
Berdasarkan penelitian Adegbite dan Adesiyan (2011), bahwa daya hambat tetas telur dipengaruhi oleh kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak kirinyuh.Senyawa yang berperan adalah alkaloid dan flavonoid yang bersifat toksik sehingga mengganggu perkembangan telur Meloidogyne spp. Selain alkaloid dan flavonoid diduga adanya senyawa tanin dan saponin yang mempengaruhi perkembangan telur nematoda. Berdasarkan penelitian dari Prasad et al.(2005) bahwa senyawa yang larut dalam larutan ethanol adalah steroid, alkaloid, flavonoid, tanin, lactone, diterpen, dan saponin. Menurut Knobloch et al., 1989; Trifone and Atanasov, (2009) dalam Ojo dan Umar (2013), menyatakan bahwa senyawa flavonoid dan saponin mempunyai sifat lipophilic yang dapat meleburkan membran sitoplasmik sel nematoda dan mengganggu fungsional struktur enzim protein dari nematoda. Sedangkan senyawa tanin mampu melarutkan protein dalam kulit telur nematoda pada fase awal yang belum
Persentase Mortalitas Juvenil II Meloidogyne spp. Gambar 2. menunjukkan bahwa uji ekstrak kirinyuh pada konsentrasi 0, 5, 10 dan 20% memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. berdasarkan uji lanjutan BNT pada taraf 0,05, tetapi pada konsentrasi 5 dan 10% ekstrak kirinyuh tidak memberikan pengaruh yang nyata.
96
Rerata mortalitas Meloidogyne spp. juvenil II (%)
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 1
Januari 2015
120 n = 25 c
100
c
0% 5% 10 % 20 %
c
80
b
bc
60 b
b
ab
b
40
20 a
a
a
0 6 Jam
12 Jam
24 Jam
Gambar 2. Rerata mortalitas Meloidogyne spp. Juvenil II selama periode pengamatan 6, 12 dan 24 jam dalam konsentrasi ekstrak kirinyuh 0, 5, 10 dan 20 % (notasi huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata antara perlakuan dengan uji BNT 5%; n=25) otot, jaringan yang lain, serta berperan dalam pergantian kulit dan produksi telur. Sedangkan lipida berfungsiuntuk melindungi tubuh nematoda dan sebagai sumber energi (Mulyadi, 2009).
Kematian juvenil II Meloidogyne spp. disebabkan oleh senyawa aktif dari ekstrak kirinyuh yang mengandung alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin. Senyawa flavonoid mempunyai sifat lipophilic yang dapat meleburkan membran sitoplasmik sel nematoda dan mengganggu fungsional struktur enzim protein dari nematoda (Knobloch et al., 1989; Trifone and Atanasov, 2009 dalam Ojo dan Umar, 2013). Senyawa alkaloid dan flavonoid bersifat racun perut sehingga dapat menghambat dan mengganggu sistem pencernaan (Cahyadi, 2009). Sedangkan senyawa tanin mampu mengendapkan protein dikarenakan tanin mengandung sejumlah kelompok ikatan fungsional yang kuat dengan molekul protein sehingga protein tidak mampu tercerna oleh saluran pencernaan (Lopes, 2005). Selain itu, senyawa tanin dapat memblokade respon otot nematoda terhadap asetilkolin sehingga nematoda menjadi lumpuh dan mati.Pada tubuh nematoda, protein merupakan komponen penyusun kutikula,
Median Lethal Consentrate (LC50) Ekstrak Kirinyuh Pada Telur dan Juvenil II Meloidogyne spp. Median Lethal Concentrate (LC50) adalah metode untuk menentukan konsentrasi atau dosis dalam membunuh hewan uji sebesar 50%.Pegujian ini biasanya dilakukan sebelum jenis pestisida diaplikasikan di lapang. Berdasarkan Tabel 1. konsentrasi ekstrak kirinyuh yang berpotensi untuk menyebabkan kematian sebesar 50% pada telur Meloidogyne spp. adalah 4,7866% dalam waktu 11 hari dengan persamaan garis regresi y= 2,7426x+3,3195. Pada tabel diatas menunjukkan nilai x2 hitung lebih kecil daripada x2 tabel pada taraf 0,05, artinya bahwa konsentrasi ekstrak kirinyuh yang diberikan tidak memberikan pengaruh nyata pada uji telur 97
Huzni et al., Uji Laboratorium ekstrak kirinyuh (Chromolaenaodorata …
Gambar 3 adalah adalah gambar garis linier yang menunjukkan bahwa pada setiap peningkatan persentase konsentrasi telah meningkatkan daya mortalitas baik pada telur maupun pada juvenil II Meloidogyne spp. Pada Gambar3. Menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi ekstrak kirinyuh memberikan pengaruh yang meningkat pula, baik terhadap daya hambat tetas telur maupun terhadap mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. Pada uji telur, ekstrak kirinyuh dengan konsentrasi 4,7866% sudah dapat mempengaruhi daya hambat tetas telur sebesar 50%. Sedangkan pada uji juvenil II konsentrasi 6,7660% ekstrak kirinyuh pada juvenil II Meloidogyne spp.
Meloidogyne spp. secara statistik. Hal ini dikarenakan telur nematoda umumnya merupakan stadia yang paling tahan dalam siklus hidup nematoda serta memerlukan teknologi yang relatif lebih sulit untuk dapat diamati dengan baik disbanding stadia yang lain (Mulyadi, 2009). Pada juvenil II konsentrasi yang berpotensi dalam mematikan juvenil II sebesar 50% adalah 6,7660% ekstrak kirinyuh dalam waktu 24 jam. Pada tabel 2 menunjukkan nilai x2 hitung yang lebih besar daripada x2 tabel, artinya bahwa setiap perlakuan dari konsentrasi ekstrak kirinyuh yang diberikan pada juvenil II memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat mortalitas dan adanya korelasi antara konsentrasi dengan mortalitas.
Tabel 1. Nilai LC50 pada uji ekstrak kirinyuh terhadap daya tetas telur dan mortalitas juvenil II nematoda Meloidogyne spp. Perlakuan Telur Juvenil II
Nilai LC50 (%) 4,7866 6,7660
Persamaan Regresi Y= 2,7426x+3,3195 Y= 2,2818x+3,2734
df 1 1
X2 hit 1,1152 14,8915
X2 tab 3.841 3.841
Keterangan: * log (5)= 0,6990, log (10)= 1, log (20)= 1,3010
Gambar3. a) Hubungan probit daya hambat tetas telur Meloidogyne spp. dengan konsentrasi ekstrak kirinyuh pada waktu ke 11 hari. b) Hubungan probit mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. dengan konsentrasi ekstrak kirinyuh pada waktu 24 Jam
98
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 1
Januari 2015
ekstrak kirinyuh.Pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai x2 hitung lebih kecil daripada nilai x2 tabel pada taraf 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa antara waktu dengan tingkat mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. saling bebas atau tidak memiliki keterkaitan. Dibawah ini adalah gambar yang menunjukkan hubungan probit mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. dengan waktu pada konsentrasi tertentu, disajikan pada gambar 4.
Median Lethal Time (LT50) Ekstrak Kirinyuh Pada Juvenil II Meloidogyne spp. Nilai LT50 ekstrak kirinyuh terhadap probit mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. disajikan padaTabel 2. Pada tabel 2 menunjukkan bahwa nilai LT50 yang efektif dalam mempengaruhi mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. adalah 2,91 jam, dengan persamaan regresi y= 3,8831x+2,4019 pada konsentrasi 20%
Tabel 2.Nilai LT50 pada uji ekstrak kirinyuh terhadap mortalitas juvenil II Meloidogyne spp X2 tab No. Perlakuan Nilai LT50 Persamaanregresi Df X2 hit (jam) 1 5% 607,80 Y= 4,5149x+0,1742 1 2,9104 3,841 2 10% 9,97 Y= 4,3721x+0,6287 1 0,5363 3,841 3 20% 2,91 y= 3,8831x+2,4019 1 0,2843 3,841
Keterangan: * log (6)= 0,7782 , log (12)= 1,0792 , log (24)= 1,3802
Gambar4. Hubungan probit mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. dengan waktu pada konsentrasi tertentu
99
Huzni et al., Uji Laboratorium ekstrak kirinyuh (Chromolaenaodorata …
Pada Gambar 4. menunjukkan bahwa pada masing-masing konsentrasi ekstrak kirinyuh berdasarkan pengamatan waktu 6, 12 dan 24 jam memberikan pengaruh mortalitas juvenile II Meloidogyne spp. yang meningkat seiring dengan lamanya tingkat waktu pengamatan, meskipun tidak berpengaruh nyata. Hal ini dapat dilihat dari kemiringan garis linier pada grafik.
DAFTAR PUSTAKA Adegbite, 2011.Effects of Some Indigenous Plant Extracts as Inhibitors of Egg Hatch in RootKnot Nematoda (Meloidogyne incognita race 2).ObafemiAwolowo University,.Nigeria.American Journal of Experimental Agriculture.1(3): 96-100, 2011. Adegbite A.A and Adesiyan S.O, 2005.Root Extracts of Plants to Control Root-Knot Nematode on Edible Soybean.Obafemi Awolowo University. Nigeria. World Journal of Agricultural Sciences 1 (1): 1821, 2005. ISSN 1817-3047. Cahyadi R. 2009. UjiToksisitasAkutEkstrakEtanolBu ah Pare (MomordicacharantiaL.) Terhadap Larva ArtemiasalinaLeach DenganMetode Brine Shrimp Lethality Test (BST).Skripsi. Semarang: UniversitasDiponegoro. Chi H. 1997.ProbitAnalysis.National Chung Hsing University. Taichung. Taiwan. CRC Weed Management of Australian and Common wealth Department of the Environment and Heritage. 2003. Alert List For Environmental Weeds-Weed Management Guide Chromolaenaodorata. Australia. ISBN 1-3 Dropkin, 1992.Pengantar Nematologi Tumbuhan. Edisi Kedua. Penerjemah: Ir. Supratoyo. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Felicien A, Alain AG, Sebastien D, Fidele T, Boniface Y, Chantal M. 2012. Chemical Composition and Biological Activities of The Essential Oil Extracted From The Fresh Leaves OfChromolaena odorata. (L. Robinson) Growing in
KESIMPULAN Berdasarkanhasilpenelitiandapatdisi mpulkanbahwa: 1. Ekstrak kirinyuh pada beberapa konsentrasi mempunyai kemampuan dalam menghambat daya tetas telur dan mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. Berdasarkan perhitungan chi square, pada uji telur tidak menunjukkan adanya keterkaitan antara pemberian konsentrasi dengan daya hambat tetas telur, sedangkan pada uji juvenil II terdapat adanya hubungan antara konsentrasi ekstrak dengan daya mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. 2. Tingkat kematian yang paling tinggi terdapat pada perlakuan pemberian konsentrasi ekstrak kirinyuh 20% dengan persentase 100% dalam waktu 11 hari pada perlakuan telur dan 24 jam pada perlakuan juvenil II. 3. LC50 pada telur adalah 4.7866% dalam waktu 11 hari dan 6.7660% dalam waktu 24 jam pada juvenil II. Sedangkan LT50padajuvenilII Meloidogyne spp. adalah 2,91 jam. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Dr. Ir. Bambang Tri Rahardjo, SU selaku pembimbing 1 dan Hagus Tarno SP., MP., PhD selaku pembimbing II atas semua bimbingannya sehingga naskah ini dapat diselesaikan dengan baik.
100
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 1
Benin. International Science Congress Assosiation (ISCA) Grainge, M. And S. Ahmed. 1988. Handbook of plants with pestcontrol properties. John wiley&Sons.New York-ChichesterBrisbane-Toronto-Singapore. p. 99153. Lopes. 2005. In vitro effect of condosed tannins from tropical fodder crops againts eggs and larvae of the nematode Haemunchuscontortus. Journal of Food, Agriculture and Environment (2): 191-194. www.world-food.net. Luc, M, RA Sikora and J Bridge.1995.Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian Subtropik dan Tropic. Terjemahan Supratoyo. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. 234 hlm. Morris, G. Horgan, Downes, Griffin. 2011. The Effect Of Temperature On Hatch And Activity Of SecondStage Juveniles Of The Root-Knot Nematode, Meloidogyne Minor, An Emerging Pest In North-West Europe. National University Of Ireland. Europe. Nematology, 2011, Vol. 13(8), 985-993. Mulyadi, 2009. Nematologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Mustika I. 2005.Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman Perkebunan di Indonesia.Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.Indonesian Spices and Medicinal Crops Research Institute. Bogor. Volume 4 Nomor 1, Juni2005 : 20 – 32 Ojo, G.T and Umar I. 2013.Evaluation of Some Botanicals on Root – Knot Nematode (Meloidogynejavanica) in Tomato (Lycopersiconesculentum, Mill) in Yola Adamawa State, Nigeria.ModibboAdama University
Januari 2015
of Technology. Nigeria. Biological Forum – An International Journal 5(2): 31-36(2013). ISSN No. (Print): 0975-1130. ISSN No. (Online): 2249-3239. Owolabi M.S, Ogundajo A, Yusuf K.O, Lajide L, Villanueva H.E, Tuten J.A, Setzer W.N. 2010. Chemical Composition and Bioactivity of The Essential Oil OfChromolaenaodorata From Nigeria.Academy o Chemistry of Globe (ACG) Publications.Lagos State University. Lagos. Nigeria. 4:1. ISSN: 1307-6167. Page 75. Prasad S, Narayana K, Jayakumar K, danSrikanth K.G. 2005. Phytochemical Analysis of Toxic Plant Chromolaenaodorata (Eupatorium odoratum).University of Saskatchewan. Canada. Journal of the Indian Society of Toxicology. Volume: 1, Issue: 1. Page17-19. Online ISSN: 0973-3566. Print ISSN: 0973-3558. Sastrahihayat, I. R. 1990. IlmuPenyakitTumbuhan. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya. Hal 201237. Semangun, H. 1996. PengantarIlmuPenyakitTumbuhan. UniversitasGadjahMada Press. Yogyakarta. Wardhiany C.K, Sritamin M danYuliadhi, 2014. Studi Uji Ekstrak Beberapa Jenis Gulma dalam Menekan Nematoda Puru Akar Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat (Licopersicum esculentum Mill).Universitas Udayana. Bali.EJurnalAgroekoteknologiTropika. ISSN: 2301-6515 Vol.3. Hal. 32-40
101