PENGARUH KOMBINASI CENDAWAN Metarhizium anisopliae DENGAN EKSTRAK BIJI JARAK TERHADAP MORTALITAS Helopeltis spp. DI LABORATORIUM
(SKRIPSI)
IKA RACHMA PANGESTI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2016
PENGARUH KOMBINASI CENDAWAN Metarhizium anisopliae dengan EKSTRAK BIJI JARAK TERHADAP MORTALITAS Helopeltis spp. DI LABORATORIUM
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara kombinasi cendawan Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarak dalam menimbulkan mortalitas Helopeltis spp. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Agustus sampai November 2015. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 3 ulangan, masing-masing perlakuan sebagai berikut: 1) Kontrol (0,1% Tween 80), 2) M. anisopliae (tanpa penambahan pestisida nabati) konsentrasi 106, 107, dan 108, 3) M. anisopliae + ekstrak biji jarak 3 ml konsentrasi 106, 107, dan 108. Hasil penelitian menunjukkan mortalitas Helopeltis spp. pada 1 hsa sebesar 13,33% pada perlakuan M. anisopliae 108 dan M. anisopliae + ekstrak biji jarak 3 ml konsentrasi 108. Kombinasi antara cendawan M. anisopliae dengan ekstrak biji jarak mampu meningkatkan diameter, kerapatan, dan viabilitas spora cendawan. Pada 7 hsa mortalitas Helopeltis spp. sebesar 56,67% pada perlakuan M. anisopliae dan ekstrak biji jarak. Key words : Ekstrak biji jarak, Helopeltis spp., M. anisopliae
PENGARUH KOMBINASI CENDAWAN Metarhizium anisopliae DENGAN EKSTRAK BIJI JARAK TERHADAP MORTALITAS Helopeltis spp. DI LABORATORIUM
Oleh Ika Rachma Pangesti Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Program Studi Agroteknologi Jurusan Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Gadingrejo Kecamatan Gadingrejo, Pringsewu pada tanggal 05 Mei 1993. Penulis merupakan anak petama dari pasangan Bapak A. Rachman Ardhy dan IbuTamiyati.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri7 Gadingrejo pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di SMP Negeri 1 Gadingrejo dan lulus pada tahun 2008. Pendidikan menengah atas ditempuh di SMA Negeri 1 Gadingrejo dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke jenjang perkuliahan dan berhasil terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur UjianMandiri (UM).
Penulis tercatat pernah menjadi asisten dosen praktikum untuk beberapa mata kuliah umum dan khusus bidang proteksi tanaman. Mata kuliah tersebut meliputi Bioekologi Hama Tumbuhan (2014),MikrobiologiPertanian (2015), dan Ilmu Hama danPenyakitTumbuhan (2015).
Pada Bulan Juli 2014, penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum di PT. Sinar Abadi Cemerlang (SAC), Cianjur, Jawa Barat. Kemudian pada bulan Februari– Maret 2015, penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Lampung di DesaWonosari, Mesuji Timur.
“One day you will wake up and there won’t be any more time to do the things you’ve always wanted. Do it now.” (Paulo Coelho) “Bukan, bukan puncaklah yang kita taklukkan melainkan diri sendiri. Sebuah gunung keangkuhan yang tiap detik kita bakar dengan api egoisme” (J. S. Khairen) “Dance, when you're broken open. Dance, if you've torn the bandage off. Dance in the middle of the fighting. Dance in your blood. Dance when you're perfectly free.” (Rumi)
Dengan penuh rasa syukur, karya ilmiah ini didedikasikan untuk: Keluargaku Tercinta, Bapak tercinta A. Rachman Ardhy dan Ibu tercinta Tamiyati
Seluruh Insan Akademis dan Almamater tercinta, Universitas Lampung
SANWACANA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1.
Ibu Yuyun Fitriana, S.P., M.P., Ph.D., pembimbing utama yang telah memberikan banyak ilmu dan wawasan, nasihat serta semangat, bimbingan dan juga teguran pada setiap proses yang terlewati dalam penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.
2.
Ibu Puji Lestari, S.P., M.Si., pembimbing kedua yang dengan sabar telah menguatkan di kala lemah, memberikan teladan sikap di kala lengah, serta bimbingan dan ilmu yang berharga bagi penulis.
3.
Ibu Prof. Dr. Ir. Rosma Hasibuan, M.Sc., Penguji Utama dan Pembimbing Akademik atas nasehat, bimbingan serta kritik yang membangun dalam penulisan skripsi ini.
4.
Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa M.Si., Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
5.
Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M. P., Ketua Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
6.
Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., Ketua Bidang Proteksi Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
7.
Ibu Ir. Titik Nur Aeny, M.Sc., dan Bapak Radix Suharjo, S.P., M.Agr., Ph.D. yang juga telah menularkan semangat.
8.
Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan doa dan harapan, cinta dan kepercayaan serta untaian panjang nasehatnya.
9.
Mbak Uum, Mustofa, Muhlasin, dan Pak Endang atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian.
10.
Teman-teman seperjuangan Icha Deska Rani, Ucha, Thorik, Idha, Desnida, Fransiska, Eka R., Aris, Peni Yulianti, Maya, Kak Ruby, Fransiskus, Fitri Mulria, Rohman, Suhendra, Agung S., Ali, Kak Eko, Kak Septy, Kak Desye, Kak Aldi, Wahyu W., Annisa, dan Aziz atas semangat, kerjasama, berbagi pengetahuan, dan kebersamaannya.
11.
Sahabat-sahabat tercinta Dodi Aloga, Dyah Rahyati Susiwi, Fitria Haryati, Chanapat Tangtirawat atas nasehat, semangat, serta motifasi yang diberikan selama penelitian.
Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis
Ika Rachma Pangesti
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ……………………………………………………………
Halaman i
DAFTAR TABEL ………………………………………………………
iii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………...
vii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah………………………………………
1
1.2 Tujuan Penelitian …………………………………………………
3
1.3 Kerangka Pemikiran ……………………………………………...
4
1.4 Hipotesis ……………………………………………………….…
5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Helopeltis spp. ……………………………………….
6
2.2 Pestisida Nabati Ekstrak Biji Jarak ……………………………….
7
2.3 Cendawan Metarhizium anisopliae ………………………………
8
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………........
10
3.2 Bahan dan Alat ………………………………………………….
10
3.3 Uji Pendahuluan ………………………………………………...
11
3.4 Metode Penelitian ……………………………………………….
12
3.5 Analisis Data ……………………………………………………
13
3.6 Persiapan Penelitian …………………………………………….
13
3.6.1 Pembuatan Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) ……
13
3.6.2 Penyediaan Cendawan Metarhizium anisopliae …………
14
ii
3.6.3 Penyiapan Serangga Uji ………………………………….
15
3.6.4 Pembuatan Suspensi Cendawan Metarhizium anisopliae .. 3.6.5 Pembuatan Pestisida Nabati Ekstrak Biji Jarak …………... 3.7 Pelaksanaan Penelitian …………………………………………...
16 17
3.7.1 Inokulasi Cendawan Metarhizium anisopliae dalam Media SDA yang Diberi Ekstrak Biji Jarak ……………………..... 3.7.2 Pengaplikasian Suspensi Cendawan Metarhizium anisopliae terhadap Helopeltis spp. ……………………….. 3.8 Pengamatan …………………………………………………........
17 17
3.8.1 Perkembangan Koloni Cendawan Metarhizium anisopliae …………………………………………………...
17
3.8.2 Kerapatan Spora dan Viabilitas Spora Cendawan Metarhizium anisopliae…………………..............................
18
3.8.3 Kompatibilitas Cendawan Metarhizium anisopliae dan Ekstrak Biji Jarak……………………………………………
19
3.9 Mortalitas Nimfa Helopeltis spp. Setelah Aplikasi ……………....
19
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Penambahan Ekstrak Biji Jarak pada Media Tumbuh terhadap Diameter Koloni Cendawan Metarhizium anisopliae ...
21
4.2 Pengaruh Penambahan Ekstrak Biji Jarak ke dalam Media Tumbuh terhadap Kerapatan Spora dan Viabilitas Spora Cendawan M. anisopliae ….……………………………………..
23
4.3 Mortalitas Helopeltis spp. setelah Aplikasi Metarhizium anisopliae yang Ditumbuhkan pada Media dengan PenambahanEkstrak Biji Jarak …………………………………………….… 26 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……………………………………………………….
33
5.2 Saran ……………………………………………………………...
33
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan diameter koloni, kerapatan spora, viabilitas spora Metarhizium anisopliae masing-masing perlakuan ………………....
Halaman 11
2. Diameter koloni cendawan Metarhizium anisopliae yang Ditumbuhkan dalam media SDA yang mengandung ekstrak biji jarak ……………………………………………………………..
21
3. Kerapatan spora Metarhizium anisopliae yang terbentuk pada media SDA yang mengandung ekstrak biji jarak dan viabilitas spora setelah diinkubasi selama 18 jam …………….....…………….
24
4. Mortalitas Helopeltis spp. oleh pengenceran kombinasi cendawan Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarak pada 1 hsa …………………………………………………………....
26
5. Mortalitas Helopeltis spp. oleh pengenceran kombinasi cendawan Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarak pada 2 hsa ………………………………………………………........
26
6. Mortalitas Helopeltis spp. oleh pengenceran kombinasi cendawan Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarak pada 3 hsa ………………………………………………………........
27
7. Mortalitas Helopeltis spp. oleh pengenceran kombinasi cendawan Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarak pada 4 hsa ………………………………………………………........
27
8. Mortalitas Helopeltis spp. oleh pengenceran kombinasi cendawan Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarak pada 5 hsa ………………………………………………………........
28
9. Mortalitas Helopeltis spp. oleh pengenceran kombinasi cendawan Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarak pada 6 hsa …………………………………………………………..
28
iv
10. Mortalitas Helopeltis spp. oleh pengenceran kombinasi cendawan Metarhizium anisopliae dengan ekstrak biji jarak pada 7 hsa …………………………………………………………..
28
11. Kompatibilitas ekstrak biji jarak dengan cendawan Metarhizium anisopliae ……………………………………………
32
12. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhizium anisopliae pada 1-14 hsi uji pendahuluan …………………….........
38
13. Kerapatan spora dan viabilitas spora cendawan Metarhizium anisopliae uji pendahuluan ………………………………………...
38
14. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhizium anisopliae untuk perlakuan 3 hsi …………………………………..
39
15. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhizium anisopliae untuk perlakuan 6 hsi …………………………………..
40
16. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhizium anisopliae untuk perlakuan 9 hsi …………………………………..
41
17. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhizium anisopliae untuk perlakuan 12 hsi …………………………………
42
18. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhizium anisopliae untuk perlakuan 15 hsi ……………………………........
43
19. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhizium anisopliae untuk perlakuan 18 hsi ……………………………........
44
20. Rata-rata diameter pertumbuhan cendawan Metarhizium anisopliae untuk perlakuan 21 hsi …………………………………
45
21. Kerapatan spora dan viabilitas spora Metarhizium anisopliae untuk aplikasi ……………………………………………………………..
46
22. Mortalitas Helopeltis spp. 1 hsa …………………………………… 47 23. Mortalitas Helopeltis spp. 2 hsa …………………………………… 47 24. Mortalitas Helopeltis spp. 3 hsa …………………………………… 48 25. Mortalitas Helopeltis spp. 4 hsa …………………………………… 48 26. Mortalitas Helopeltis spp. 5 hsa …………………………………… 48
v
27. Mortalitas Helopeltis spp. 6 hsa …………………………………… 49 28. Mortalitas Helopeltis spp. 7 hsa …………………………………… 49 29. Pengolahan data mortalitas menggunakan ortogonal kontras 1 hsa ……………………………………………………….
50
30. Perbandingan mortalitas menggunakan ortogonal kontras 1 hsa ………………………………………………………………..
50
31. Analisis perbandingan mortalitas menggunakan tabel ortogonal kontras 1 hsa ……………………………………………………….
51
32. Pengolahan data mortalitas menggunakan ortogonal kontras 2 hsa ……………………………………………………….
51
33. Perbandingan mortalitas menggunakan ortogonal kontras 2 hsa ……………………………………………………………….
52
34. Analisis perbandingan mortalitas menggunakan tabel ortogonal kontras 2 hsa ……………………………………………………….
52
35. Pengolahan data mortalitas menggunakan ortogonal kontras 3 hsa ……………………………………………………….
53
36. Perbandingan mortalitas menggunakan ortogonal kontras 3 hsa ………………………………………………………………..
53
37. Analisis perbandingan mortalitas menggunakan tabel ortogonal kontras 3 hsa ……………………………………………………….
54
38. Pengolahan data mortalitas menggunakan ortogonal kontras 4 hsa ……………………………………………………….
54
39. Perbandingan mortalitas menggunakan ortogonal kontras 4 hsa ………………………………………………………………..
55
40. Analisis perbandingan mortalitas menggunakan tabel ortogonal kontras 4 hsa ……………………………………………………….
55
41. Pengolahan data mortalitas menggunakan ortogonal kontras 5 hsa ……………………………………………………….
56
42. Perbandingan mortalitas menggunakan ortogonal kontras 5 hsa ……………………………………………………………….
56
43. Analisis perbandingan mortalitas menggunakan tabel ortogonal kontras 5 hsa ……………………………………………………….
57
vi
44. Pengolahan data mortalitas menggunakan ortogonal kontras 6 hsa ……………………………………………………….
57
45. Perbandingan mortalitas menggunakan ortogonal kontras 6 hsa ………………………………………………………………..
58
46. Analisis perbandingan mortalitas menggunakan tabel ortogonal kontras 6 hsa ……………………………………………………….
58
47. Pengolahan data mortalitas menggunakan ortogonal kontras 7 hsa ……………………………………………………….
59
48. Perbandingan mortalitas menggunakan ortogonal kontras 7 hsa ………………………………………………………………..
59
49. Analisis perbandingan mortalitas menggunakan tabel ortogonal kontras 7 hsa ……………………………………………………….
60
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Hama Helopeltis spp. ………………………………………………..
6
2. Biji Jarak …………………………………………………………….
7
3. Perbandingan spora Metarhizium anisopliae ………………..............
11
4. Hama Sanurus sp. yang terinfeksi jamur ………………………........
14
5. Koloni hasil isolasi cendawan Metarhizium anisopliae umur 2 hari ………………………………………………………………......
15
6. Pengamatan secara mikroskopis spora cendawan Metarhizium anisopliae ……………………………………………………………
15
7. Grafik pertumbuhan koloni cendawan Metarhizium anisopliae ……
21
8. Grafik mortalitas Helopeltis spp. ……………………………..……..
29
9. Mortalitas Helopeltis spp. akibat cendawan Metarhizium anisopliae ……………………………………………………………
30
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting di Indonesia setelah kelapa sawit dan karet yang memperoleh prioritas untuk dikembangkan. Sebanyak 95% perkebunan kakao dikelola oleh 1,7 juta petani di seluruh Indonesia dengan total produksi biji kakao nasional pada tahun 2013 mencapai 740.000 ton. Saat ini, produktivitas tanaman kakao mulai mengalami penurunan. Salah satu penyebabnya adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Rata-rata kehilangan hasil tanaman kakao akibat serangan OPT setiap tahunnya diperkirakan mencapai 30%, diantaranya disebabkan oleh kepik pengisap buah (Helopeltis spp.) (Karmawati dkk., 2010). Hama pengisap buah kakao Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae) merupakan hama utama kedua setelah penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella Snell (PBK). Spesies Helopeltis yang bisa menyerang tanaman kakao yaitu H. antonii Sign. dan H. theivora Watt. (Sulistyowati, 2009 dalam Syahnen & Muklasin, 2013). Stadium nimfa (serangga muda) dan imago Helopeltis spp. menyerang buah muda dengan menusukkan alat mulut ke dalam jaringan, kemudian mengisap cairan di dalamnya. Helopeltis spp. juga mengeluarkan cairan bersifat racun yang dapat mematikan sel-sel jaringan yang ada di sekitar tusukan.
2 Serangan pada buah muda akan menyebabkan bercak yang akan bersatu sehingga kulit buah menjadi retak, buah tidak berkembang dan menghambat pekembangan biji. Serangan pada daun menyebabkan daun timbul bercak-bercak berwarna coklat atau kehitaman. Sedangkan serangan pada pucuk menyebabkan terjadinya layu, kering dan kemudian mati (Siswanto & Karmawati, 2012). Pengendalian Helopetis spp. dapat menggunakan beberapa cara seperti kultur teknis, mekanik, kimia, dan biologi. Namun, pengendalian yang lebih dipilih petani adalah pengendalian secara kimia dengan menggunakan pestisida kimia karena lebih cepat dalam mengendalikan hama dibandingkan dengan pengendalian secara alami (Cooper & Dobson, 2007). Penggunaan pestisida kimia dengan bahan aktif yang sangat toksik dan sulit terdegradasi dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada lingkungan antara lain hilangnya keragaman hayati, menurunnya populasi organisme berguna seperti musuh alami, dan pencemaran lingkungan (Isenring, 2010). Dampak negatif lain yaitu munculnya ketahanan hama terhadap insektisida (resisten) dan resurjensi hama (Untung, 1993). Untuk meminimalkan dampak negatif tersebut, perlu dilakukan pengendalian hama yang ramah lingkungan (Cooper & Dobson, 2007). Pengendalian hama tanaman selain dengan pestisida kimia juga dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati dapat diperoleh dari ekstrak tanaman yang berfungsi sebagai senyawa pembunuh, penolak, pengikat, dan penghambat pertumbuhan. Pestisida nabati sudah dipraktikkan sejak tahun 1690 oleh petani di Perancis yang menemukan perasan daun tembakau untuk mengendalikan kepik pada tanaman buah persik (Sudarmo, 2005). Penggunaan
3 pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan juga relatif lebih murah bila dibandingkan dengan pestisida kimia (Sudarmo, 2005).
Selain penggunaan pestisida nabati untuk mengendalikan hama, terdapat alternatif lain dengan cara memanfaatkan cendawan entomopatogen yang berpotensi sebagai pengendalian hama pada tanaman, salah satunya cendawan Metarhizium anisopliae. Metarhizium anisopliae telah banyak digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman, antara lain hama tebu (Cleanus punctiventris), kumbang tanduk (Oryctes rhinocheros), hama bubuk kopi, termasuk juga hama penghisap buah kakao (Helopeltis spp.) (Gunapradangga, 2014).
Hingga saat ini, optimalisasi hasil pengendalian dengan cara melakukan kombinasi perlakuan antara pestisida nabati dengan jamur entomopatogen untuk mengendalikan hama tanaman khususnya Helopeltis spp. belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, dirasa sangat perlu untuk melakukan pengujian kombinasi antara pestisida nabati dengan pengendalian hayati menggunakan cendawan M. anisopliae terhadap mortalitas Helopeltis spp. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1.
Mengetahui pengaruh kombinasi cendawan M. anisopliae dengan ekstrak biji jarak dalam menimbulkan mortalitas Helopeltis spp.
2.
Mengetahui pengaruh kombinasi cendawan M. anisopliae dengan ekstrak biji jarak terhadap pertumbuhan koloni, kerapatan spora, dan viabilitas spora M. anisopliae.
4 1.3 Kerangka Pemikiran Sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti penting kesehatan dan keamanan lingkungan khususnya yang berkaitan dengan penggunaan pestisida sintetis, saat ini konsumen sudah mulai melirik produk organik dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi sehari-hari. Untuk itu, dalam usaha pengendalian hama dan penyakit tanaman, saat ini perlu dikaji alternatif pengendalian yang aman dan ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan mengkombinasikan insektisida nabati dari ekstrak biji jarak dan M. anisopliae (Willis, 2013).
Prayogo (2011) melaporkan bahwa kombinasi cendawan Lecanicillium lecanii dengan serbuk biji jarak terhadap telur kepik coklat Riptortus linearis pada kedelai dapat meningkatkan penekanan daya tetas telur kepik coklat. Kompatibilitas M. anisopliae dengan pestisida nabati juga telah dilaporkan oleh Yi et al. (2012). Mereka menyebutkan bahwa senyawa toksik dari cendawan entomopatogen M. anisopliae (destruksin) yang dikombinasikan dengan insektisida botani rotenon (tanaman tuba), azadirachtin (dari tanaman nimba), dan paenolum (bunga Paeonia lactiflora) menyebabkan mortalitas Aphis gossypii hingga mencapai 98%. Sampai saat ini belum banyak informasi mengenai penggunaan pestisida nabati dari ekstrak biji jarak yang dikombinasikan dengan M. anisopliae (Sinaga, 2006). Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati antara lain mimba, tembakau, mindi, srikaya, mahoni, sirsak, tuba, dan babandotan (Kardinan, 2004 dalam Pangestiningsih, 2011). Keefektifan insektisida nabati biji jarak ditentukan oleh kandungan phorbol ester yang bersifat toksik dapat mempengaruhi proses penularan baik sebagai anti
5 oviposisi maupun ovisidal bagi serangga. Kandungan yang bersifat toksik ini adalah asam lemak triasigliserol dan asam pentasikliktiterpene (Tukimin & Karmawati, 2012). Ekstrak biji jarak telah dilaporkan sebagai salah satu insektisida nabati yang cukup efektif mengendalikan berbagai jenis hama tanaman, begitu juga dengan cendawan M. anisopliae. Apabila kedua bahan tersebut dikombinasikan, maka diharapkan didapat efektifitas pengendalian hama. Oleh karena itu, sangatlah perlu untuk melakukan penelitian tentang potensi ekstrak biji jarak yang dikombinasikan dengan cendawan M. anisopliae untuk mengendalikan hama tanaman, khususnya hama pengisap buah kakao (Helopeltis spp.). 1.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka dapat dibuat hipotesis yaitu : 1.
Cendawan M. anisopliae yang dikombinasikan dengan ekstrak biji jarak mampu mempengaruhi mortalitas Helopeltis spp. di laboratorium.
2.
Cendawan M. anisopliae yang dikombinasikan dengan ekstrak biji jarak mampu mempengaruhi pertumbuhan koloni, kerapatan spora, dan viabilitas spora.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bioekologi Helopeltis spp. Helopeltis spp. termasuk ke dalam ordo Hemiptera dan famili Miridae. Serangga ini bertubuh kecil ramping dengan tanda yang spesifik yaitu adanya tonjolan berbentuk jarum pada mesoskutelum. Helopeltis spp. merupakan genus yang mempunyai banyak spesies. Di Indonesia, spesies yang banyak merusak tanaman kakao, teh, dan jambu mete adalah H. antonii dan H. theivora Waterh (Nanopriato, 1978 dalam Saputra, 2013).
Gambar 1. Hama Helopeltis spp. Helopeltis spp. mampu bertelur sebanyak 1-18 butir per hari, dengan rata-rata jumlah telur dalam satu siklus hidupnya 80 butir. Telur berbentuk kapsul, berukuran 1,5 mm yang diletakkan secara berkelompok pada jaringan tanaman yang lunak seperti ranting muda, bagian sisi bawah tulang daun, tangkai buah dan
7 buah yang masih muda dengan jumlah 2-3 kelompok telur. Telur dicirikan dengan adanya helai-helai benang berwarna putih, telur menetas dalam waktu 5-7 hari (Kalshoven, 1981). Perkembangan stadium nimfa sampai imago membutuhkan waktu 24 hari. Selama itu, nimfa mengalami lima ganti kulit, periode nimfa berkisar antara 11-13 hari. Lama pergantian kulit pertama, kedua, ketiga, dan keempat adalah 2-3 hari, sedangkan lama instar kelima 3-4 hari. Serangan pada buah muda menyebabkan matinya buah tersebut, sedangkan serangan pada buah berumur sedang mengakibatkan terbentuknya buah abnormal. Selain menyerang buah, H. antonii juga menyerang tunas-tunas muda atau pucuk. Serangan berat dan berulang-ulang pada pucuk dapat mengurangi produksi kakao sekitar 36−75% (Atmadja, 2012). 2.2 Pestisida Nabati Ekstrak Biji Jarak Pestisida nabati diartikan sebagai pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan karena terbuat dari bahan alami maka pestisida jenis ini mudah terurai di alam sehingga residunya mudah hilang dan relatif aman bagi manusia.
Gambar 2. Biji Jarak
8 Pestisida nabati biji jarak (dalam bentuk larutan) efektif untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap, sedangkan serbuknya efektif untuk mengendalikan nematoda (Sudarmo, 2005). Biji jarak dilaporkan mengandung resinin dan alkaloid. Selain itu, biji jarak juga dilaporkan mengandung jumlah risin tinggi, yang dikenal sebagai toxalbumin (molekul protein yang sangat beracun) dan mampu menghambat sintesis protein (Bourne, 1999). Menurut Purwaningsih (2006), ekstrak biji jarak dengan konsentrasi 15% mampu menimbulkan mortalitas tinggi pada hama pengisap polong tanaman kedelai. Sedangkan menurut Subhan (2011) perlakuan serbuk biji jarak mampu menyebabkan mortalitas tertinggi pada imago Sitophilus zeamais sebesar 93,33% pada dosis 15 g. 2.3 Cendawan Metarhizium anisopliae Klasifikasi cendawan M. anisopliae menurut Bischoff et al., (2009) : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Eumycota : Ascomycota : Sordariomycetes : Hypocreales : Clavicipitaceae : Metarhizium : Metarhizium anisopliae
M. anisopliae telah lama digunakan sebagai agen hayati dan dapat menginfeksi beberapa jenis serangga antara lain ordo Coleoptera, Lepidoptera, Homoptera, Hemiptera, dan Isoptera (Prayogo, 2006). Konidiofor M. anisopliae mempunyai ciri tumbuh tegak, spora berbentuk silinder atau lonjong dengan panjang 6-16 mm, warna hialin, bersel satu, M. anisopliae mempunyai miselia yang bersepta, dengan konidia yang berbentuk lonjong, massa spora berwarna hijau zaitun. M. anisopliae tumbuh pada pH 3,3-8,5 dan memerlukan kelembaban tinggi. Suhu
9 optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan spora berkisar pada 25-30°C. M. anisopliae bersifat saprofit pada media buatan, awal mula pertumbuhannya adalah tumbuhnya konidium yang membengkak dan mengeluarkan tabung-tabung kecambah (Prayogo, 2006). Menurut Sari dkk. (2014), M. anisopliae pada konsentrasi 20 g/l air mampu menyebabkan mortalitas H. hampei sebesar 80% dengan rata-rata waktu kematian total 10 hari.
10
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian berlangsung pada bulan Agustus 2015 sampai November 2015. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain isolat cendawan M. anisopliae yang diisolasi dari hama Sanurus sp. pada tanaman kopi di halaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung, nimfa Helopeltis spp. instar ke-3, buah mentimun, media SDA (Sabouraud Dextrose Agar), Tween 80, biji jarak, alumunium foil dan akuades. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain mikroskop, autoclave, cawan petri, Erlenmeyer, Laminar Air Flow, haemocytometer, jarum ose, jarum ent, stoples, ember, panci, kompor, sendok, blender, kertas label, kain kasa, karet, pisau, tisu, kuas, cover glass, breaker glass, gelas preparat, bor gabus, drigalski (alat pemanen spora cendawan), hand sprayer (15 ml), dan timbangan.
11 3.3 Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan volume terbaik ekstrak biji jarak yang dikombinasikan dengan cendawan Metarhizium anisopliae. Volume ekstrak yang digunakan adalah 2 ml, 3 ml, dan 4 ml dalam 10 ml SDA. Media tumbuh cendawan dibuat dengan cara mencampurkan 10 ml SDA dengan ekstrak biji jarak sesuai dengan volume ekstrak biji jarak yang diuji ke dalam Erlenmeyer lalu dihomogenkan. Campuran antara media SDA dan ekstrak biji jarak tersebut kemudian dituang dalam cawan petri steril. Biakan cendawan M. anisopliae yang berumur 21 hari dilubangi dengan bor gabus lalu diinokulasi ke dalam masing-masing perlakuan. Pengamatan dimulai 1 hari setelah inokulasi (hsi) hingga 14 hsi. Parameter yang diamati yaitu diameter koloni, kerapatan spora, dan viabilitas spora cendawan M. anisopliae. Hasil uji pendahuluan disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan diameter koloni, kerapatan spora, dan viabilitas spora M. anisopliae masing-masing perlakuan. Perlakuan Ma Ma + Bj 2 ml Ma + Bj 3 ml Ma + Bj 4 ml
Diameter koloni (mm) 40,60 31,64 15,68 20,79
Kerapatan spora (107) 1,73 5 5,46 1,73
Viabilitas (%) 33,30 40,50 46,60 38,70
Keterangan : Ma : Media tanpa penambahan ekstrak biji jarak Ma + Bj : Media dengan penambahan ekstrak biji jarak
12
Gambar 3. Perbandingan spora M. anisopliae (A) Media SDA, (B) Media SDA mengandung ekstrak biji jarak.
Hasil uji pendahuluan menunjukkan bahwa M. anisopliae yang ditumbuhkan pada media tanpa ekstrak biji jarak memiliki pertumbuhan koloni yang terbesar dibandingkan perlakuan lainnya yaitu 40,60 mm. Namun, pada kerapatan dan viabilitas spora hasil yang didapatkan berbeda. Kerapatan dan viabilitas spora tertinggi terdapat pada perlakuan M. anisopliae yang ditumbuhkan pada SDA mengandung ekstrak biji jarak 3 ml yaitu 5,46 x 107 dan 46,60%. Berdasarkan hasil uji pendahuluan (kerapatan spora dan viabilitas), maka perlakuan ekstrak biji jarak 3 ml tersebut dipilih sebagai perlakuan lebih lanjut di laboratorium. 3.4 Metode Penelitian Penelitian ini terdiri dari beberapa kegiatan diantaranya pertumbuhan koloni cendawan M. anisopliae, pengujian kerapatan spora dan viabilitas spora cendawan M. anisopliae, serta pengamatan mortalitas Helopeltis spp.
13 Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 3 kali ulangan dan dikelompokkan berdasarkan waktu aplikasi. Dalam 1 ulangan menggunakan 10 ekor serangga uji. Perlakuan yang diuji yaitu : 1. 2. 3. 4.
Ma 108 Ma 107 Ma 106 Ma + Bj 108
5. Ma + Bj 107 6. Ma + Bj 106 7. Kontrol Air Keterangan : Ma = Media tanpa penambahan ekstrak biji jarak Ma + Bj = Media dengan penambahan ekstrak biji jarak 106, 107, dan 108 = Kerapatan spora/ml 3.5 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam. Jika asumsi terpenuhi maka data diameter koloni, kerapatan spora, dan viabilitas spora akan diuji dengan uji T sedangkan untuk mortalitas diuji dengan Perbandingan Ortogonal Kontras 5%. 3.6 Persiapan Penelitian 3.6.1 Pembuatan Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) Sabouraud Dextrose Agar (SDA) merupakan media yang mengandung pepton yang banyak digunakan untuk perbanyakan jamur entomopatogen. Satu liter media ini dikomposisikan dari 40 g dextrose, 5 g pepton, 5 g kasein, 15 g agar, dan 1000 ml akuades. Semua bahan dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer kemudian ditutup menggunakan alumunium foil. Selanjutnya media SDA disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121°C dan tekanan 1 atm selama
14 15 menit. Sebelum dituang dalam cawan petri, larutan SDA terlebih dahulu dicampur dengan ekstrak biji jarak 3 ml dalam 10 ml SDA. 3.6.2 Penyediaan Cendawan Metarhizium anisopliae Cendawan M. anisopliae yang digunakan merupakan isolat yang diisolasi dari hama wereng pucuk (Sanurus sp.) yang diindikasi terserang cendawan M. anisopliae (Gambar 4) pada tanaman kopi di halaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Warna koloni M. anisopliae pada media setelah dua minggu diisolasi berwarna hijau zaitun (Gambar 5). Pengamatan spora menggunakan mikroskop perbesaran 400x terlihat spora dari cendawan M. anisopliae berbentuk oval (Gambar 6).
Gambar 4. Hama Sanurus sp. yang terinfeksi jamur
15
Gambar 5. Koloni hasil isolasi cendawan M.anisopliae umur 2 minggu
Gambar 6. Pengamatan secara mikroskopis spora cendawan M. anisopliae (perbesaran 400x)
3.6.3 Penyiapan Serangga Uji Serangga uji Helopeltis spp. yang digunakan untuk uji patogenisitas diperoleh dari kebun kakao di Pekon Bumiratu, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, Lampung. Serangga dimasukkan ke dalam stoples plastik berukuran 12 x 24 cm dan ditutup dengan kain kasa. Serangga hama yang didapatkan kemudian dibawa ke Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung untuk diperbanyak. Perbanyakan dilakukan dengan cara memberikan pakan
16 alternatif buah mentimun dan dipelihara di laboratorium pada suhu ruang (2728°C). Buah mentimun dimasukkan ke dalam stoples yang sudah berisi nimfa Helopeltis spp. dan ditutup menggunakan kasa. Dilakukan pemisahan buah mentimun yang berisi telur-telur Helopeltis spp. ke dalam stoples yang baru. Telur yang sudah menetas dipisahkan dalam stoples baru sampai mencapai instar ke-3 yang akan digunakan sebagai serangga uji. 3.6.4 Pembuatan Suspensi Cendawan Metarhizium anisopliae
Cendawan hasil uji in vitro M. anisopliae umur 21 hari dipanen dengan menggunakan drigalsky (alat yang digunakan untuk pemanenan spora cendawan) ditambah 0,1% Tween 80 steril sebanyak 10 ml. Suspensi hasil panen ini disebut larutan stok. Suspensi stok ini kemudian dihitung kerapatan sporanya, selanjutnya dilakukan pengenceran sesuai dengan kebutuhan dengan cara mengambil 1 ml stok ditambah dengan 9 ml akuades steril, sampai didapatkan pengenceran yang dibutuhkan. 3.6.5 Pembuatan Pestisida Nabati Ekstrak Biji Jarak Pembuatan pestisida nabati biji jarak dilakukan dengan cara menumbuk 100 g biji jarak ditambahkan 1000 ml akuades steril kemudian diblender. Untuk mendapatkan ekstrak biji jarak, biji yang telah diblender tersebut kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam botol 1000 ml. Ekstrak biji jarak selanjutnya disteril dengan menggunakan autoclave pada tekanan 1 atm dengan suhu 121°C selama 1 menit (Sudarmo, 2005).
17 3.7 Pelaksanaan Penelitian 3.7.1 Inokulasi Cendawan Metarhizium anisopliae dalam Media SDA yang Diberi Ekstrak Biji Jarak Inokulum M. anisopliae berumur 21 hari dipotong menggunakan bor gabus berukuran diameter 3 mm, selanjutnya diambil dengan jarum ent dan diinokulasikan ke dalam cawan petri pada masing-masing perlakuan. Setiap perlakuan pada cawan petri diberi label dan ditutup dengan plastik wrap, kemudian diinkubasi selama 21 hari pada suhu ruang. 3.7.2 Pengaplikasian Suspensi Cendawan Metarhizium anisopliae terhadap Helopeltis spp. Aplikasi cendawan M. anisopliae dilakukan dengan terlebih dahulu membuat suspensi cendawan M. anisopliae. Suspensi kemudian diencerkan sehingga didapatkan konsentrasi 106, 107, dan 108 untuk setiap perlakuan (M. anisopliae yang ditumbuhkan pada media tanpa biji jarak dan dengan biji jarak). Masingmasing konsentrasi yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam hand sprayer berukuran 15 ml, selanjutnya disemprotkan pada serangga uji. Helopeltis spp. yang telah memperoleh perlakuan penyemprotan kemudian dipindahkan ke stoples pengamatan dan penggantian pakan dilakukan setiap hari setelah satu hari aplikasi. 3.8
Pengamatan
3.8.1 Perkembangan Koloni Cendawan Metarhizium anisopliae Pengamatan perkembangan koloni cendawan dilakukan setiap 72 jam setelah inokulasi dengan cara mengukur diameter koloni secara vertical dan horizontal
18 dilihat dari titik cendawan yang berada dalam cawan petri, hasil pengukuran dijumlahkan dan dibagi dengan 2. 3.8.2 Kerapatan Spora dan Viabilitas Spora Cendawan M. anisopliae Pengamatan kerapatan spora dilakukan dengan mengambil 1 ml suspensi spora, kemudian diteteskan pada haemocytometer. Kerapatan spora dihitung dengan menggunakan hand counter dari tiga kotak kemudian dihitung nilai rata-ratanya. Kerapatan spora dihitung dengan menggunakan rumus Gabriel & Riyanto (1989) dalam Ratna (2004) sebagai berikut:
Keterangan : s
= Kerapatan spora
t
= Jumlah spora yang dihitung pada kotak sampel
d
= Tingkat pengenceran
n
= Jumlah kotak sampel yang dihitung
0,25 = Faktor koreksi 106 = Konstanta
Viabilitas spora merupakan kemampuan spora untuk berkecambah. Spora dinyatakan berkecambah apabila panjang bulu kecambah berukuran dua kali panjang diameter spora (Espinel-Ingroff, 2001). Viabilitas diamati dengan meneteskan 1 ml suspensi di atas gelas preparat kemudian ditutup dengan cover glass yang diletakkan pada tisu lembab dan diinkubasi selama 18 jam dalam suhu ruang (Trizelia & Rusli, 2012). Viabilitas diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x. Viabilitas spora dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
19
Keterangan : v = perkecambahan spora (%) g = jumlah spora yang berkecambah u = jumlah spora yang tidak berkecambah
3.8.3 Kompatibilitas Cendawan M. anisopliae dan Ekstrak Biji Jarak
Untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji jarak terhadap cendawan M. anisopliae, maka dapat dihitung nilai kompatibilitas menggunakan rumus T dari Alves et al. (1998) dalam Oliveira et al. (2003) sebagai berikut:
dengan: T = nilai kompatibilitas PK = nilai relatif pertumbuhan koloni perlakuan dibandingkan dengan kontrol (%) SP =
nilai relatif perkecambahan perlakuan dibandingkan dengan kontrol (%) Nilai T dibagi kedalam kategori sebagai berikut: 0-30 sangat toksik; 31-45 toksik; 46-60 kurang toksik; dan > 60 tidak toksik atau kompatibel.
3.9
Mortalitas Nimfa Helopeltis spp. Setelah Aplikasi
Pengamatan dilakukan setiap 24 jam setelah aplikasi sampai nimfa menjadi imago. Nimfa Helopeltis spp. yang diduga terinfeksi cendawan M. anisopliae dipindahkan dari stoples dan dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah dilapisi kertas saring yang telah dilembabkan. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang untuk melihat cendawan yang tumbuh dari Helopeltis spp.
20 Pengamatan terhadap Helopeltis spp. dilakukan di bawah mikroskop untuk memastikan bahwa kematian nimfa Helopeltis spp. disebabkan oleh cendawan M. anisopliae. Untuk menghitung mortalitas nimfa Helopeltis spp. dapat dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut :
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Kombinasi antara cendawan M. anisopliae dengan ekstrak biji jarak 3 ml menimbulkan mortalitas tertinggi sebesar 56,67% pada 7 HSA, sedangkan tanpa penambahan biji jarak mortalitas hanya mencapai 16,67%.
2.
Kombinasi antara cendawan M. anisopliae dengan ekstrak biji jarak mampu meningkatkan diameter, kerapatan, dan viabilitas spora cendawan.
5.2
Saran
Perlu dilakukannya penambahan pestisida nabati ekstrak biji jarak pada saat aplikasi ke Helopeltis spp. serta aplikasi pestisida nabati dan Metarhizium anisopliae yang dilakukan tidak secara bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA Abou-Arab, A. Azza, & F. M. Abu-Salem. 2010. Nutritional quality of Jatropha curcas seeds and effect of some physical and chemical treatments on their anti-nutritional factors. African J. Food Sci. 4(3) : 93-103. Atmadja, W.R. 2012. Status Helopeltis antonii sebagai hama pada beberapa tanaman perkebunan dan pengendaliannya. J. Litbang Pertanian 22(2) : 5762 Bischoff, J. F., S.A. Rehner, & R.A. Humber. 2009. A multilocus phylogeny of the Metarhizium anisopliae. J. Lineage 101(4) : 512-530. Bourne, N. 1999. Effect of undecylenic acid as a topical microbicide against genital herpes infection in mice and guinea pigs. J. Antiviral Res. 40(3) : 139-144. Cooper, J. & H. Dobson. 2007. The benefits of pesticides mankind and the environment. J. Crop Prot. 26: 1337-1348. Ernawati, D. 2012. Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana. http://renaex.blogspot.co.id/2012/04/cendawan-entomopatogenbeauveria.html. Diakses 16 Desember 2015. Espinel-Ingroff. A. 2001. Germinated and nongerminated conidial suspensions for testing of susceptibilty of Aspergillus spp. to amphotericin B, itraconazole, posaconazole, ravuconazole, and variconazole. Antimicrobial Agents and Chemotherapy 45(2) : 605-607. Gunapradangga, A. 2014. Metarhizium anisopliae. http://agrikencanaperkasa.com/metarhizium-anisopliae/. Diakses 11 Mei 2015. Gao, L., Sun M.H., Liu X.Z., & Cha Y.S.. 2007. Effect of carbon concentration and carbon to nitrogen ratio on the growth and sporulation of several biocontrol fungi. Mycol. Res. 111(1) : 87-92. Isenring, R. 2010. Pesticides and the Loss of Biodiversity. How Intensive Pesticide Use Affects Wildlife Population and Species Diversity. Pesticide Action Network, Europe. 26 pp. Development House 56-64 Leonard Street, London EC24 4LT. www.pan-europe.info.
35
Jarlina, S. 2015. Kompatibilitas Jamur Entomopatogen Metarhizium anisopliae dan Pestisida Nabati Ekstrak Daun Babadotan (Ageratum conyzoides) terhadap Kepik Hijau (Nezara viridula) di Laboratorium. [Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Direvisi dan diterjemahkan oleh Van der Laan, P.A. PT. Inchtiar Baru- Van Hoeve. Jakarta. Karmawati, E., Mahmud, Z., Syakir, M., Munarso, J., Ardana, K., & Rubiyo. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 92 hal. Kim, J.S., Yeon H. J., & Jong Y. R. 2010. Production of thermotolerant entomopatogonic Isaria fumosoroseus SFP-198 conidia in corn-corn oil mixture. J. Biol Contr. 45(3) : 404-409. Nehls, U. 2008. Mastering entomycorrhizal symbiosis : the impact of carbohydrates. J. Exp. Bot. 59(5) : 1097-1110. Oladele, P.E.O. & A.A. Oshodi. 2007. Nutritional potential of berlandier nettle spruge (Jatropha cathartica) seed. Pakistan J.Nutrit. 6 (4) : 345-348. Oliveira, C.N., Neves P.M.O.J., & Kawazoe L.S.. 2003. Compatibility between the entomopathogenic fungus Beauveria bassiana and insecticides used in coffee plantation. J. Scientia Agricola 60(4) : 664-665. Pangestiningsih, Y. 2011. Uji efektifitas beberapa jamur entomopatogen dan insektisida botani terhadap Spodoptera exigua Hubn. pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). J. Ilmu Pertanian Kultivar 5(2) : 94-98 Prayogo, Y. 2006. Sebaran dan efikasi berbagai genus cendawan entomopatogen terhadap Riptortus linearis pada kedelai di Lampung dan Sumatera Selatan. J. HPT Tropika 6(1) : 14-22. Prayogo, Y. 2011. Sinergisme cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii dengan insektisida nabati untuk meningkatkan efikasi pengendalian telur kepik coklat Riptortus linearis pada kedelai. J. HPT Tropika 11(2): 166177. Purwaningsih, D. 2006. Aplikasi Ekstrak Biji Jarak (Ricinus communis L.) untuk Mengendalikan Hama Penghisap Polong dan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) pada Tanaman Kedelai. [Skripsi]. Universitas Jember. Jember. Rangel, D.E.N., D.G. Alston, & D.W. Roberts. 2008. Effects of physical and nutritional stress conditions during mycelial growth on conidial germination
36
speed, adhesion to host cuticle and virulence of Metarhizium anisopliae an entomopathogenic fungus. Mycol. Res. 112(11) : 1355-1361. Ratna, Y. 2004. Kajian kualitas spora Beauveria bassiana pada berbagai jenis media dan lama penyimpanan. J. Agronomi 8(1) : 59-62. Rodrigues-Lagunez, D.A., A.L. Tejedo, D.R. Diaz, C.R.Maciel, J.V.Mendoza, E.B. Roman, S.R. Colorado, & E.P. Velasco. 1997. Compatibilidad de Beauveria bassiana y extractos acuaosos de nim (Azadirachta indica) para el control de la broca del cafeto (Hypothenemus hampei). Man. Integr. Plagas 44: 14-19. Saputra, Z. 2013. Pengaruh Aplikasi Beberapa Konsentrasi Formulasi Kering Metarhizium anisopliae (Metsch.) Sorokin Isolat Tegineneng terhadap Mortalitas Hama Pengisap Buah Kakao (Helopeltis spp.). [Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Sari, T. E., M. Turnip, & F. Diba. 2014. Pemanfaatan daun sirsak (Annona muricata L.) pada media umpan sebagai pengendali rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren). J. Protobiont 3(1) : 71-74. Sinaga, E. 2006. Jatropha curcas L. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan UNHAS. Jakarta. Siswanto & Karmawati, E. 2012. Pengendalian hama utama kakao (Conopomorpha Cramerella dan Helopeltis spp.) dengan pestisida nabati dan agens hayati. J. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 2(11): 99-103. Subhan, F. 2011. Uji Efektivitas Beberapa Insektisida Nabati terhadap Mortalitas Sitophilus zeamais Motsch (Coleoptera; Curculionidae) pada Benih Jagung (Zea mays L.). [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan. Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius. Jakarta. Syahnen & Muklasin. 2013. Rekomendasi Umum Pengendalian Helopeltis spp. pada Tanaman Kakao. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. Medan. Trizelia & R.Rusli. 2012. Kompatibilitas cendawan entomopatogen Beauveria bassiana (Bals) Vuill (Deuteromycotina : Hyphomycetes) dengan minyak serai wangi. J. HPT Tropika 12(1) : 79-80. Tukimin, S.W. & E. Karmawati. 2012. Pengaruh minyak bungkil biji jarak pagar terhadap mortalitas 7 penularan Helicoverpa armigera Hubner. J. Penelitian Tanaman Industri 18(2) : 54-59.
37
Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Visalakshy, G., A. Krishnamoorthy, & A. M. Kumar. 2006. Compatibility of plant oils and additivites with Paecilomyces farinosus, a potential entomopathogenic fungus. J. Food, Agric. Environ.4(1) : 333-335. Willis, M. 2013. Formulasi Pestisida Nabati Berbahan Aktif Eugenol, Sitronela, Sinamoldehid, Curcumin dan Xanthorizol yang Efektif Menekan Conopomorpha cramerella dan Helopeltis sp. pada Kakao (40-50%) dan Tidak Membunuh Musuh Alami. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Yi, F., C. Zou, Q. Hu, & M. Hu. 2012. The joint action of destruxins and botanical insecticides (rotenone, azadirachtin and paeonolum) against the cotton aphid, Aphis gossypii Glover. Molecules 17: 7533-7542. Yunisman. 2008. Uji kompatibilitas jamur Beauveria bassiana dengan ekstrak air daun sirsak (Annona muricata: Annonaceae) untuk pengendalian Hama Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera: Pyralidae). Project Report. Lembaga Penelitian Universitas Andalas.