SISA TANAMAN CRUCIFERAE SEBAGAI BIOFUMIGAN UNTUK MENGENDALIKAN NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.)
NOVITA SARI DAULAY
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sisa Tanaman Cruciferae Sebagai Biofumigan Untuk Mengendalikan Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013 Novita Sari Daulay NIM A34090008
ABSTRAK NOVITA SARI DAULAY. Sisa Tanaman Cruciferae Sebagai Biofumigan Untuk Mengendalikan Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.). Dibimbing oleh SUPRAMANA. Meloidogyne spp. merupakan nematoda endoparasit penyebab puru pada akar tanaman. Nematoda puru akar (NPA) menyebabkan kerugian lebih dari 77 miliar dolar AS setiap tahun, pada 21 jenis tanaman penting di seluruh dunia. Biofumigan merupakan salah satu senyawa asal tumbuhan yang dapat mematikan nematoda. Biofumigan adalah senyawa toksik yang volatil, berasal dari tanaman dan bersifat biosida terhadap serangga dan patogen tanaman. Tanaman dari famili cruciferae seperti kubis, lobak, dan brokoli dapat dijadikan sebagai biofumigan. Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan sisa tanaman kubis, lobak, dan brokoli sebagai biofumigan terhadap NPA. Bahan yang digunakan berupa tanah terinfestasi NPA yang berasal dari Kebun Percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas. Percobaan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan perlakuan sisa tanaman kubis, brokoli, lobak, 2 perlakuan kontrol negatif (terbuka dan tertutup), dan nematisida sintetik. Masing-masing perlakuan disimpan selama 2 dan 4 minggu dengan 5 kali ulangan dan tanaman tomat sebagai tanaman indikator. Berdasarkan hasil penelitian, sisa tanaman kubis, brokoli dan lobak efektif dalam menurunkan jumlah puru pada akar tanaman tomat. Aplikasi dengan sisa tanaman lobak dan kubis yang paling efektif, hasil penekanan jumlah puru setara dengan aplikasi nematisida sintetik. Lama biofumigasi yang paling efektif untuk mematikan nematoda puru akar yaitu 2 minggu. Kata kunci : brokoli, kubis, lobak, pengendalian nematoda, tomat.
ABSTRACT NOVITA SARI DAULAY. Plant Waste of Cruciferae as Biofumigant For Controlling Root Knot Nematodes (Meloidogyne spp.). Supervised by SUPRAMANA. Meloidogyne spp. are endoparasitic nematodes which cause galls on plant roots. They cause loses amounting to USD 77 billion per year in 21 important crops species around the world. One of the control strategy against root knot nematodes (NPA) is by using biofumigant. Biofumigants are volatile toxic compound derived from plants, and have biocide properties against insects and plant pathogents. Cruciferous family plant such as cabbage, broccoli and radish can be used as biofumigant sources. This research aimed at knowing the effectiveness of cabbage, broccoli and radish as biofumigant against NPA. The materials sources include NPA infested soil from IPB experimental farm in Pasir Sarongge Cipanas. The experiment was set in a completely randomized design (CRD) with the treatment being waste of cabbage, broccoli, radish and 2 negative controls (open and closed) as well as a possitive control (synthetic nematicide). Each of the biofumigant treatment was prepared and stored for 2 and 4 weeks. These were replicated 5 times with tomato being used as indicator plants. The results showed that cabbage, broccoli and radish were effective in decreasing the number of galls in tomato plants. The most effective treatment was application with radish and cabbage wastes, which were equivalent to application with synthetic nematicide in reducing root galls. The optimum storage time for biofumigants against root knot nematodes was found to be 2 weeks. Key words : broccoli, cabbage, nematodes control, radish, tomato.
©
Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
SISA TANAMAN CRUCIFERAE SEBAGAI BIOFUMIGAN UNTUK MENGENDALIKAN NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.)
NOVITA SARI DAULAY
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi Nama Mahasiswa NIM
: Sisa Tanaman Cruciferae Sebagai Biofumigan Untuk Mengendalikan Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) : Novita Sari Daulay : A34090008
Disetujui oleh
Dr. Ir. Supramana, M.Si
Dosen Pembimbing
Tanggal disetujui:
1 8 DE.C 20\3
Judul Skripsi Nama Mahasiswa NIM
: Sisa Tanaman Cruciferae Sebagai Biofumigan Untuk Mengendalikan Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) : Novita Sari Daulay : A34090008
Disetujui oleh
Dr. Ir. Supramana, M.Si Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si Ketua Departemen
Tanggal disetujui:
PRAKATA Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sisa Tanaman Cruciferae Sebagai Biofumigan Untuk Mengendalikan Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.)”. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada kedua orangtua tercinta Burhanuddin Daulay dan Gustina Harahap, ketiga kakak penulis (Junita Karmila, Tukmaida Sari, dan Jelita Hati), serta keluarga besar atas doa, dukungan moril, materil, kasih sayang, serta semangat yang selalu diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di IPB. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Supramana, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan masukan dalam penulisan tugas akhir. Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis. Penulis mengucapkan terimakasih juga kepada Bapak Gatot Heru Bromo, Kak Halimah, rekan-rekan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan, yang telah banyak membantu, teman seperjuangan Proteksi Tanaman angkatan 46 khususnya Riza, Widya, Tega, Jenita, kepada sahabat-sahabat penulis di omda IMATAPSEL Bogor, Sahri, Yeni, Aldhi, Azis, Arman, Habibi, Adil dan teman-teman lain yang namanya tidak dapat penulis sebutkan semua, atas dukungan dan kebersamaan selama di IPB. Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, doa, bantuan, bimbingan, dan pengorbanan kecuali doa semoga Allah SWT memberikan rahmat dan balasan yang jauh lebih baik kepada semuanya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.
Bogor, Desember 2013 Novita Sari Daulay
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat
1 2 2
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Persiapan Penelitian Populasi Awal NPA Perlakuan Biofumigasi Pewarnaan Nematoda Identifikasi Spesies NPA dengan Pola Perineum (Sidik Pantat) Rancangan Percobaan dan Analisis Data
3 3 3 3 3 3 4 4 5
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keefektifan Biofumigasi dengan Sisa Tanaman Famili Cruciferae NPA Dalam Akar Tanaman Tomat Hasil Identifikasii Spesies NPA Pembahasan
6 6 8 9 10
PENUTUP Simpulan Saran
12 12
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
24
1 DAFTAR TABEL
1. Keefektifan biofumigasi sisa tanaman famili cruciferae terhadap ratarata persentase penekanan puru akar pada tanaman tomat 2. Pengaruh biofumigan sisa tanaman cruciferae terhadap jumlah puru dan bobot tanaman tomat 3. Populasi spesies Meloidogyne spp. yang ditemukan pada sampel tanah yang digunakan dalam penelitian
1 6 9
DAFTAR GAMBAR
1. 2. 3.
4. 5.
6. 7.
Sisa tanaman cruciferae yang tidak dimanfaatkan; A di lahan pertanaman, B di tempat pembuangan sampah Polibag tanah perlakuan dicampur bahan biofumigan yang ditutup rapat dengan mengikat Rata-rata tinggi tanaman tomat pada biofumigasi 2 minggu; P1A1: brokoli, P1A2: kubis, P1A3: lobak, P1K1: Furadan 3G, P1K2: kontrol negatif tertutup, P1K3: kontrol negatif terbuka Tanaman tomat dengan aplikasi sisa tanaman kubis; tanaman fitotoksik (kiri) dan tanaman sehat (kanan) Rata-rata tinggi tanaman tomat pada biofumigasi 4 minggu; P2A1: brokoli, P2A2: kubis, P2A3: lobak, P2K1: Furadan 3G, P2K2: kontrol negatif tertutup, P2K3: kontrol negatif terbuka Meloidogyne spp. betina di dalam puru akar tomat Pola sidik pantat nematoda betina; A: M .javanica, B: M. arenaria, C: M. incognita
2 4
7 8
8 8 9
DAFTAR LAMPIRAN
1. 2. 3. 4. 5.
Perhitungan SAS Penekanan Jumlah Puru Perhitungan SAS Jumlah Puru Akar Perhitungan SAS Bobot Basah Perhitungan SAS Bobot Kering Perhitungan SAS Bobot Akar
14 16 18 20 22
13
PENDAHULUAN Latar belakang Nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) merupakan salah satu parasit akar yang menyerang lebih dari 2000 jenis tanaman baik yang monokotil, dikotil, tanaman herba, maupun tanaman keras. Nematoda puru akar bersifat endoparasit menetap (sedentary endoparasite), sehingga hubungan antara nematoda dengan tanaman inangnya sangat spesifik dan kompleks. Pada umumnya nematoda puru akar melakukan interaksi dengan patogen terbawa tanah lainnya, seperti interaksi dengan cendawan dan bakteri. Gejala penyakit yang diakibatkan oleh nematoda puru selain terbentuknya puru akar, juga terjadi pelukaan pada akar, pembusukan akar serta akar bercabang, pendek dan mengeriting. Kerusakan akar tanaman mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan tidak menghasilkan. Untuk daerah tropika (termasuk Indonesia) kerusakan tanaman akibat nematoda puru akar lebih besar daripada di daerah subtropika. Kerugian yang disebabkan oleh nematoda puru akar di seluruh dunia pada 21 jenis tanaman penting bernilai lebih dari 77 miliar dolar AS di setiap tahunnya (Mulyadi 2009). Salah satu metode pengendalian nematoda puru akar yaitu dengan biofumigan. Biofumigan merupakan senyawa toksik yang volatil dihasilkan oleh makhluk hidup yang digunakan untuk mengendalikan hama, penyakit, maupun gulma yang ada di dalam tanah. Senyawa volatil dapat dihasilkan oleh tanaman, salah satunya adalah tanaman dari famili cruciferae (kubis-kubisan). Umumnya tanaman famili cruciferae menghasilkan senyawa glucosinolate (GSL) yang berperan sebagai biofumigan (Monfort et al. 2007). Menurut Anita (2012) dalam proses hidrolisis glucosinolate akan menghasilkan isotiosianit (ITS) yang berperan sebagai fungisida dan nematisida. Pengendalian beberapa penyakit tanaman menggunakan sisa tanaman dari famili cruciferae telah banyak diteliti. Berdasarkan penelitian Kirkeegard (2007) di Filiphina, tanaman dari famili cruciferae dijadikan sebagai tanaman rotasi karena berpotensi mengendalikan bakteri Ralstonia solanacearum dan Meloidogyne spp. pada tanaman Solanaceae. Tanah yang dicampurkan dengan tanaman dari famili cruciferae dengan dan tanpa pemanasan dapat menurunkan puru akar pada tanaman tomat yang disebabkan oleh M. incognita serta penyakit yang disebabkan Sclerotium rolfsii dan Pythium ultimum (Stapleton dan Ducan 1998). Anita (2012) juga menyatakan tanaman dari famili cruciferae seperti kubis, kembang kol, lobak dan brokoli dapat mengendalikan nematoda puru akar (Meloidogyne hapla) pada tanaman seledri. Pemanfaatan sisa tanaman brokoli juga pernah dilakukan oleh Fitriyani (2012) untuk mengendalikan penyakit akar gada (Plasmodiophora brassicae) pada tanaman caisin. Beberapa tanaman dari famili cruciferae yang banyak meninggalkan sisa tanaman setelah panen adalah kubis, lobak, brokoli dan kembang kol, seperti sisa daun dan batang yang banyak dibiarkan berserakan di lahan petani maupun di tempat pembuangan sampah (Gambar 1). Sisa tanaman tersebut selain dapat mengotori lingkungan sekitar juga dapat menjadi sumber inokulum penyakit. Sisa tanaman kubis, brokoli dan lobak dapat dimanfaatkan sebagai biofumigan untuk mengendalikan nematoda dan penyakit tular tanah lainnya.
2 Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengujian keefektifan sisa tanaman famili cruciferae sebagai biofumigan untuk mengendalikan nematoda puru akar.
A
B
Gambar 1 Sisa tanaman cruciferae yang tidak dimanfaatkan; A di lahan pertanaman, B di tempat pembuangan sampah. Tujuan Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak sebagai biofumigan untuk mengendalikan nematoda puru akar (Meloidogyne spp.). Manfaat Manfaat penelitian ini untuk memberikan informasi tentang keefektifan penggunaan limbah tanaman brokoli, kubis dan lobak dengan cara biofumigasi untuk mengendalikan penyakit nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) dan patogen tular tanah lain yang ramah lingkungan.
15
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari hingga Juli 2013. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak, benih tomat varietas Ratna, Furadan 3G, larutan asam Fuchsin, tanah steril dan tanah terinfestasi NPA. Alat berupa Polibag ukuran 22x33x0.04 cm yang tidak berlubang, tali serut, counter, timbangan, hot plate dan peralatan laboratorium lainnya. Metode Persiapan Penelitian Persiapan penelitian meliputi penyemaian bibit tanaman tomat varietas Ratna selama 35 hari. Tanah perlakuan yang terinfeksi NPA diambil dari kebun percobaan IPB Pasir Sarongge Kecamatan Pacet Cianjur yang berada pada ketinggian 1122 m dpl (di atas permukaan laut). Sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak diambil di pertanaman sayur di sekitar lahan pengambilan tanah perlakuan. Populasi Awal NPA Jumlah awal nematoda puru akar dihitung dengan menghitung jumlah puru pada akar tanaman tomat awal. Sebanyak 10 polibag tanah perlakuan ditanami bibit tomat. Pada tanaman tomat dilakukan pengamatan dan pemeliharaan tanaman selama 20 hari dengan mengukur tinggi tanaman pada hari ke-3, 6, 9, 12, 15, 18, 20 dan perhitungan jumlah puru akar, bobot basah, bobot kering, dan bobot akar. Perlakuan Biofumigasi Perlakuan biofumigasi dengan sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak, kontrol negatif (tanpa sisa tanaman cruciferae) polibag tertutup dan polibag terbuka, serta kontrol positif perlakuan Karbofuran (Furadan 3G). Sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak dicacah kemudian dicampurkan dengan tanah terinfestasi NPA dengan dosis 0.4 kg cacahan sisa tanaman/2 kg tanah (1:5). Untuk karbofuran menggunakan dosis yang sesuai dengan anjuran yaitu 4 g/2 kg tanah. Tanah yang telah dicampur dengan bahan biofumigan dimasukkan ke dalam polibag yang tidak berlubang, kemudian ditutup rapat dengan mengikat kuat dan disimpan selama 2 dan 4 minggu (Gambar 2). Setelah itu, polibag dibuka dan dibiarkan sehari kemudian ditanami bibit tomat, dilakukan pemeliharaan dan pengamatan selama 20 hari. Pengamatan yang dilakukan sama dengan pengamatan pada populasi awal NPA dengan cara perhitungan jumlah puru dan
4 pengukuran pertumbuhan tanaman dengan mengukur tinggi tanaman pada hari ke3, 6, 9, 12, 15, 18, 20 serta perhitungan bobot basah, bobot kering, dan bobot akar tanaman tomat. Untuk menghitung keefektikan penekanan puru akar menggunakan rumus (Abbot 1925):
Po : Populasi awal nematoda Pt : Populasi akhir nematoda
Gambar 2 Polibag tanah perlakuan dicampur bahan biofumigan yang ditutup rapat dengan mengikat. Pewarnaan nematoda Pewarnaan nematoda dalam akar tomat dilakukan untuk membuktikan kebenaran bahwa puru yang terbentuk pada akar disebabkan oleh NPA (Meloidogyne spp.). Metode pewarnaan dimulai dengan membersihkan akar dari tanah dan dipotong sepanjang 1-2 cm, kemudian akar direndam dalam larutan kloroks (5.25%) dengan konsentrasi 20 ml kloroks/30 ml air selama 4 menit, selanjutnya akar dibilas dengan air mengalir hingga bau kloroks hilang, setelah itu ditambah larutan Fuchsin sampai akar terbenam dan dipanaskan sekitar 30 detik. Larutan Fuchsin dibuang dan dibilas dengan air mengalir. Akar yang telah dibilas diberi Glyserin hingga akar terendam dan ditambah 2 tetes HCl, kemudian dipanaskan hingga warna pada akar terlarut (Shurtleff dan Averre 2000). Nematoda di dalam akar akan berwarna merah muda, sedangkan akar menjadi tidak berwarna. Identifikasi Spesies NPA dengan Pola Perineum (Sidik Pantat) Identifikasi dilakukan untuk mengetahui spesies-spesies Meloidogyne spp. yang terdapat pada tanah perlakuan. Metode identifikasi dilakukan dengan pola sidik pantat (parineal pattern) nematoda betina dewasa. Akar-akar tanaman tomat yang terinfeksi NPA dicuci bersih untuk menghilangkan partikel tanah yang menempel. Bagian akar yang membengkak dibedah dengan jarum bedah untuk memperoleh nematoda betina. Pembuatan preparat dengan cara memotong bagian anterior dan posterior dengan pisau bedah. Bagian posterior dibersihkan dengan asam laktat 45% kemudian potongan nematoda betina dipindahkan ke objek glass yang telah ditetesi laktofenol dan ditutup menggunakan cover glass. Bagian
5 pinggiran cover glass direkatkan dengan cat kuku kemudian diamati di bawah mikroskop compound (Eisenback et al 1981). Rancangan Percobaan dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor utama perlakuan biofumigasi sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak, 2 kontrol negatif (terbuka/tertutup) serta kontrol positif. Anak faktor berupa perbedaan waktu biofumigasi 2 dan 4 minggu. masing-masing perlakuan diulang 5 kali. Data yang diperoleh diolah dengan Microsoft Office Excel 2010 dan dianalisis secara statistika dengan menggunakan prosedur General Linear Model (GLM) dilanjutkan dengan uji Duncan pada program SAS 9.1.3 for Window dengan selang kepercayaan 95%.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keefektifitasan Biofumigasi dengan Sisa Tanaman Famili Cruciferae Hasil penelitian menunjukkan bahwa biofumigasi dengan sisa tanaman cruciferae selama 2 minggu, efektif dalam menekan jumlah puru akar pada tanaman uji. Berdasarkan rata-rata persentase penekanan jumlah puru, biofumigan sisa tanaman cruciferae, kontrol negatif tertutup dan nematisida sintetik (Furadan 3G) berbeda nyata dengan kontrol negatif terbuka. Penggunaan sisa tanaman kubis dan lobak paling efektif, karena keefektifannya setara dengan nematisida sintetik. Pada biofumigasi 4 minggu penggunaan biofumigan sisa tanaman cruciferae tidak cukup efektif menekan jumlah puru akar pada tanaman uji, dimana aplikasi sisa tanaman brokoli, lobak dan kontrol negatif tertutup, tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif terbuka (Tabel 1). Tabel 1 Keefektifan biofumigasi sisa tanaman famili cruciferae terhadap rata-rata persentase penekanan puru akar pada tanaman tomat Perlakuan Rata-rata persentase penekanan puru akar (%)a 2 minggu 4 minggu Brokoli 80.634bc 38.94bc Kubis 83.151abc 54.10b Lobak 95.065ab 35.13bc Furadan 3G 97.039a 85.97a Kontrol negatif tertutup 72.297c 34.80bc Kontrol negatif terbuka 45.510d 9.11c a
Menggunakan rumus Abbot 1925. b Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Pada tanaman tomat juga dilakukan pengamatan tentang pengaruh penggunaan biofumigan sisa tanaman famili cruciferae terhadap bobot pertumbuhan tanaman tomat. Berdasarkan hasil pengamatan biofumigasi 2 minggu, jumlah puru akar pada biofumigasi sisa tanaman cruciferae setara dengan Furadan 3G. Bobot basah, bobot kering dan bobot akar pada perlakuan biofumigasi sisa tanaman cruciferae, Furadan 3G dan kontrol negatif tidak berbeda nyata, namun biofumigasi dengan sisa tanaman brokoli dapat meningkatkan bobot tanaman secara signifikan dibandingkan perlakuan lain. Pada biofumigasi 4 minggu, jumlah puru pada aplikasi dengan sisa tanaman cruciferae bebeda nyata dan lebih rendah jika dibandingkan dengan aplikasi Furadan 3G. Bobot basah, bobot kering dan bobot akar semua perlakuan hampir sama, pada aplikasi dengan sisa tanaman kubis bobot basah dan bobot kering lebih rendah dibandingkan penggunaan Furadan 3G dan kontrol negatif (Tabel 2).
7 Tabel 2 Pengaruh biofumigasi sisa tanaman cruciferae terhadap jumlah puru dan bobot tanaman tomat Jumlah puru Bobot basah Bobot kering Bobot akar Perlakuan akar (gr) (gr) (gr) Biofumigasi 2 minggu Brokoli Kubis Lobak Furadan 3G Kontrol tertutup Kontrol terbuka
418.6bc 364.2bc 415.0bc 50.2c 598.8b 1177.8a
24.036a 15.366ab 12.400b 16.094ab 18.896ab 15.672ab
2.932a 1.502b 1.238b 1.850ab 2.212ab 1.778ab
4.894a 2.006b 2.402b 3.864ab 3.548ab 2.826ab
1319.8b 992.2b 1402.2ab 303.2c 1409.4ab 2033.8a
12.244a 5.532b 9.990ab 14.702a 12.082a 14.702a
1.026a 0.470b 0.804ab 1.286a 1.144a 1.076a
3.348ab 2.338b 2.922ab 2.532b 4.408a 3.288ab
Biofumigasi 4 minggu Brokoli Kubis Lobak Furadan 3G Kontrol tertutup Kontrol terbuka
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Tinggi tanaman (cm)
Berdasarkan grafik pertumbuhan, rata-rata tinggi tanaman pada perlakuan biofumigasi 2 minggu lebih tinggi dibanding biofumigasi 4 minggu. Polibag berisi tanah perlakuan biofumigasi dengan sisa tanaman brokoli selama 2 minggu dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat (Gambar 3). Pada biofumigasi 4 minggu sisa tanaman cruciferae tidak dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat. Hasil pertumbuhan tanaman tomat menunjukkan bahwa tanaman tomat tumbuh lebih baik pada polibag tanah berisi Furadan 3G (Gambar 4). 37 35 33 31 29 27 25 23 21 19 17 15
P1A1 P1A2 P1A3 P1K1 P1K2 P1K3 H0
H3
H6 H9 H12 H15 H18 H20 Waktu pengukuran
Gambar 3 Rata-rata tinggi tanaman tomat pada biofumigasi 2 minggu; P1A1: brokoli, P1A2: kubis, P1A3: lobak, P1K1: Furadan 3G, P1K2: kontrol negatif tertutup, P1K3: kontrol negatif terbuka.
Tinggi Tanaman (cm)
8 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6
P2A1 P2A2 P2A3 P2K1 P2K2 P2K3 H0
H3
H6 H9 H12 H15 H18 H20 Waktu Pengukuran
Gambar 4 Rata-rata tinggi tanaman tomat pada biofumigasi 4 minggu; P2A1: brokoli, P2A2: kubis, P2A3: lobak, P2K1: Furadan 3G, P2K2: kontrol negatif tertutup, P2K3: kontrol negatif terbuka. Aplikasi biofumigan sisa tanaman lobak selama 2 minggu memberikan efek negatif pada tanaman tomat. Tardapat satu tanaman tomat yang mati akibat perlakuan yang diduga mengalami fitotoksisitas namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut (Gambar 5).
Gambar 5
Tanaman tomat dengan aplikasi sisa tanaman kubis; tanaman fitotoksik (kiri) dan tanaman sehat (kanan).
NPA Dalam Akar Tanaman Tomat Untuk membuktikan kebenaran bahwa puru yang terdapat pada akar tanaman tomat disebabkan oleh NPA (Meloidogyne spp.) dilakukan pewarnaan nematoda dalam akar tanaman. Hasil pewarnaan membuktikan adanya nematoda Meloidogyne spp. fase betina dewasa yang berbentuk seperti alpukat pada puru akar tanaman tomat. Pada satu puru akar tanaman tomat, terdapat satu nematoda. Untuk ukuran puru yang lebih besar nematoda yang menginfeksi lebih dari satu (Gambar 6).
9
betina dewasa
Gambar 6 Meloidogyne spp. betina di dalam puru akar tomat. Hasil Identifikasi Spesies NPA Berdasarkan hasil identifikasi spesies NPA pada akar tanaman tomat terdapat jumlah proporsi M. incognita sebesar 50%, M. arenaria sebesar 45% dan M. javanica 5% (Tabel 3). Pola sidik pantat dari masing-masing spesies berbeda dan memiliki ciri yang khas, seperti M. javanica dicirikan dengan adanya garis lateral yang memisahkan antara lengkungan dorsal dan lengkungan vertikal, M. arenaria pertemuan lengkung dorsal dan vertikal membentuk seperti bahu, ujung tonjolan kutikula bercabang seperti garpu, dan M. incognita memiliki garis lengkungan dorsal yang tinggi dan menyempit berbentuk persegi, bagian paling luarnya sedikit melebar dan datar, tidak memiliki garis lateral dan stria terlihat jelas (Gambar 7). Tabel 3 Proporsi spesies Meloidogyne spp. yang ditemukan pada sampel tanah yang digunakan dalam penelitian Spesies Meloidogyne spp. M. javanica M. arenaria M. incognita
A
B
Jumlah Populasi (%) 5 45 50
C
Gambar 7 Pola sidik pantat nematoda betina ; A: M. javanica, B: M. arenaria, C: M. incognita
10
Pembahasan Biofumigasi dengan sisa tanaman cruciferae efektif dalam menekan jumlah puru akar pada tanaman uji jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Berdasarkan hasil rata-rata persentase penekanan jumlah puru, biofumigasi dengan sisa tanaman lobak dan kubis memberikan hasil yang paling efektif, setara dengan aplikasi nematisida sintetik (Furadan 3G). Hasil yang diperoleh sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Anita (2012) tentang biofumigasi sisa tanaman cruciferae yang dapat mengendalikan M. hapla pada tanaman seledri. Dari beberapa tanaman famili cruciferae yang diteliti tanaman lobak yang paling efektif menekan puru akar sebesar 60.6% dan dapat meningkatkan bobot daun dan batang seledri sebesar 41.9%. Pengaplikasian sisa tanaman dari famili cruciferae dengan waktu biofumigasi yang berbeda memberikan hasil yang berbeda nyata. Biofumigasi 4 minggu menunjukkan keefektifan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan biofumigasi 2 minggu. Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah puru semua perlakuan biofumigansi sisa tanaman cruciferae selama 2 minggu lebih rendah dibandingkan dengan kontrol negatif. Hal ini disebabkan adanya pengaruh biofumigasi dan penutupan tanah pada kontrol tertutup yang diaplikasikan terhadap tanah yang terinfestasi oleh NPA. Biofumigasi sisa tanaman famili cruciferae menghasilkan senyawa GSL yang mengandung nitrogen dan balerang hasil metabolit sekunder tanaman bersifat volatil sehingga tidak dapat bertahan lama. Menurut Yulianti (2009) pelepasan senyawa GSL dari jaringan tanaman yang kemudian diikuti dengan hidrolisis untuk menghasilkan senyawa beracun sehingga dapat mematikan nematoda. Hidrolisis GSL yang menghasilkan senyawa beracun Isotiosianat (ITS) terjadi pada saat pembenaman sisa-sisa tanaman cruciferae dan berada di dalam tanah 5-10 hari untuk membunuh patogen. Gimsing dan Kirkegaard (2006) juga menyatakan bahwa ITS masih bisa dideteksi 8-12 hari setelah perlakuan dengan efisiensi pelepasan 26-56%. Senyawa ITS merupakan senyawa alelokimia paling toksik yang dapat mematikan nematoda dengan cara menghambat pernafasan nematoda. Nematoda bernafas dengan sistem difusi, pada proses difusi, senyawa yang dimasukkan ke dalam tubuh adalah senyawa ITS yang bersifat racun dalam tubuh nematoda sehingga mematikan nematoda tersebut. Perlakuan penutupan tanah pada kontrol dapat mematikan nematoda karena adanya peningkatan suhu di dalam polibag perlakuan. Jumlah puru akar pada perlakuan biofumigasi sisa tanaman cruciferae selama 4 minggu hampir sama dengan perlakuan kontrol negatifnya. Hal ini disebabkan oleh senyawa ITS yang dihasilkan selama proses biofumigasi sudah tidak bersifat toksik bagi NPA, selain itu, keberadaan nematoda di dalam tanah juga mempengaruhi. Siklus hidup nematoda dalam satu generasi 3-8 minggu, dengan fase telur sebagai fase bertahan. Penggunaan senyawa biofumigan di dalam tanah yang terinfestasi NPA tidak dapat mematikan fase bertahannya karena permeabilitas kulit telur lebih rendah dibandingkan kutikula nematoda dan massa gelatin yang melindungi kulit telur menghambat penetrasi biofumigan ke dalam telur nematoda (Mulyadi 2009). Untuk meningkatkan keefektifannya diperlukan jumlah biofumigan yang lebih banyak dan pembasahan tanah sebelum
11 ditambahkan bahan biofumigan ke dalam tanah. Kandungan GSL yang tinggi di dalam sisa tanaman famili cruciferae, belum dapat menjamin kadar ITS yang dihasilkan tinggi. Ada faktor-faktor lain yang berperan cukup penting agar proses hidrolisis GSL berlangsung optimum seperti ketersediaan air (Matthiessen 2002) dan kecepatan rusaknya jaringan tanaman (Kirkegaard et al. 2001). Dalam proses pembenaman sisa tanaman cruciferae ke dalam tanah selain terjadi pelepasan senyawa GSL juga terjadi proses dekomposisis bahan organik. Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat memperbaiki kondisi fisik dan kimia tanah dan menambah mikroba dalam tanah sehingga keseimbangan alami di dalam tanah tetap terjaga. Biofumigasi sisa tanaman cruciferae selama 2 minggu dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat secara signifikan dibandingkan dengan biofumigasi 4 minggu. Hal ini disebabkan oleh jumlah puru pada biofumigasi 4 minggu lebih banyak sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan biofumigasi sisa tanaman brokoli selama 2 minggu mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat yang lebih baik. Pada biofumigasi 4 minggu, pertumbuhan tanaman tomat dengan aplikasi karbofuran Furadan 3G tumbuh lebih baik dibandingkan dengan penggunaan sisa tanaman cruciferae. Hasil pewarnaan puru akar tanaman tomat menunjukkan bahwa puru akar yang terbentuk merupakan hasil infeksi dari Meloidogyne spp.. Puru akar atau “giant cell” berfungsi sebagai sumber makanan bagi nematoda. Nematoda yang terdapat pada giant cell merupakan nematoda betina dewasa yang hidup menetap untuk berreproduksi, sedangkan nematoda jantan dewasa hidup di luar sel tanaman. Puru akar terbentuk akibat adanya pengalihan fungsi jaringan pengangkut tanaman yang disebabkan nematoda untuk keperluannya sendiri (Perry et al. 2009). Identifikasi spesies NPA dengan pola sidik pantat pada tanah percobaan terdapat spesies Meloidogyne javanica, Meloidogyne arenaria dan Meloidogyne incognita. M.incognita merupakan spesies terbanyak dengan jumlah populasi 50% dan M.. javanica terendah dengan jumlah populasi 5% dari total populasi sampel. Pola sidik pantat dari masing-masing spesies berbeda dan memiliki ciri yang khas, seperti M. javanica dicirikan dengan adanya garis lateral yang terlihat jelas, M. arenaria memiliki garis dorsal yang melengkung seperti berbentuk bahu dan M. incognita garis lengkungan dorsal yang tinggi dan menyempit, bagian paling luarnya sedikit melebar dan datar, tidak memiliki garis lateral dan stria terlihat jelas.
12
PENUTUP Kesimpulan Biofumigasi sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak efektif menurunkan jumlah puru akar pada tanaman tomat. Aplikasi sisa tanaman lobak lebih efektif menekan jumlah puru dibandingkan dengan sisa tanaman brokoli dan kubis dengan rata-rata persentase penekanan hampir setara dengan nematisida sintetik sebesar 95.07%. Inkubasi 2 minggu sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak paling efektif menurunkan populasi nematoda puru akar, selain itu dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat secara signifikan. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji fitotoksisitas biofumigasi sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak terhadap tanaman, pengukuran senyawa yang dihasilkan pada saat biofumigasi, serta pengujian yang lebih luas pada tahap lapangan dengan perbaikan metode dan dosis yang sesuai.
13
DAFTAR PUSTAKA Anita B. 2012. Crucifer vegetable leaf wastes as biofumigants for the management of root knot nematode (Meloidogyne hapla Chitwood) in celery (Apium graveolens L.). J Biopestic. 2012 (5 Suppl): 111-114. Eisenback JD, Hirschmann H, Sasser JN, Triantaphyllou AC. 1981. A guide to the four most common species of root-knot nematodes (Meloidogyne spp.) with a pictorial key. Raleigh (USA). IMP Fitriyani M. 2012. Pemanfaatan limbah tanaman brokoli untuk pengendalian penyakit akar gada (Plasmodiophora brassicae Wor.) pada tanaman caisin. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gimsing AL, Kirkegaard JA. 2006. Glucosinolate and isothiocyanate concentration in soil following incorporation of Brassica biofumigants. Soil Biol & Biochem. 38: 2255-2264. Kirkegaard JA. 2007. Evaluating biofumigation for soil-borne disease management in tropical vegetable production. ACIAR Final Report. ACIAR Camberra. 15 pp. Kirkegaard JA, Smith BJ, Morra MJ. 2001. Biofumigation: soil-borne pest and disease suppression by Brassica root. In Proc. The 6th Symposium of the International Society of Root Research; 2001 Nov 11-15 Nagoya, Japan. Japanese Society for Root Research. Nagoya, Japan: 416-417. Kurniawan W. 2010. Identifikasi penyakit umbi bercabang pada wortel, Daucus carrota (L.) di Indonesia. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Matthiessen J, Kirkegaard JA. 2002. Plant maceration and moisture hold the key to biofumigation success. CSIRO Bulletin: Biofumigation update: Horticulture 15: 1-2. Monfort WS, Csinos AS, Desaeger J, Seebold K, Webster TM, Diaz-Perez JC. 2007. Evaluating Brassica species as an alternative control measure for rootknot nematode (M. incognita) in Georgia vegetable plasticulture. Crop Prot. 26 (2007): 1359-1368. Mulyadi. 2009. Nematologi Pertanian. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Perry RN, Moens M, Starr JL, editor. 2009. Root-knot Nematodes. Wallingford (GB): CABI. Stapleton JJ, Ducan RA. 1998. Soil disinfestation with cruciferrous amandements and subhlethal heating: effect on Meloidogyne incognita, Sclerotium rolfsii and Pythium ultimum. Plant Pathology. 47 (1998): 737-742. Shurtleff MC, Averre CW. 2000. Diagnosing Plant Disease Caused by Nematodes. Minnesota (USA): APS Press. Yulianti T. 2009. Biofumigasi: Alternatif baru dalam mengendalikan penyakit tanaman. Warta Penelitian Pengembangan Pertanian. 31(6): 4-5. Yulianti T. 2009. Biofumigan untuk mengendalikan patogen tular tanah yang ramah lingkungan. Pengembangan Inovasi Pertanian. 2(3): 154-170.
14 Lampiran 1 Perhitungan SAS Penekanan Jumlah Puru Akar The GLM Procedure Class Level Information Class P
Levels 6
Values P1A1 P1A2 P1A3 P1K1 P1K2 P1K3
Number of Observations Read Number of Observations Used Dependent Variable: Penekanan Jumlah Puru 2 minggu Source Model Error Corrected Total R-Square 0.777205 Source P Source P
DF 5 20 25
Sum of Squares 7495.637432 2148.716681 9644.354113
Coeff Var 13.58149 DF 5 DF 5
Root MSE 10.36513
Type I SS 7495.637432 Type III SS 7495.637432
28 26
Mean Square 1499.127486 107.435834
F Value 13.95
Pr > F <.0001
pp Mean 76.31804
Mean Square 1499.127486 Mean Square 1499.127486
F Value 13.95 F Value 13.95
Pr > F <.0001 Pr > F <.0001
Duncan's Multiple Range Test for pp NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 20 Error Mean Square 107.4358 Harmonic Mean of Cell Sizes 4.090909 NOTE: Cell sizes are not equal. Number of Means 2 3 4 5 6 Critical Range 15.12 15.87 16.35 16.68 16.92 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A 97.039 3 P1K1 A AB 95.065 3 P1A3 AB ABC 83.151 5 P1A2 BC BC 80.634 5 P1A1 BC C 72.297 5 P1K2 C D 45.510 5 P1K3
15 Class P
Levels 6
Values P2A1 P2A2 P2A3 P2K1 P2K2 P2K3
Number of Observations Read Number of Observations Used Dependent Variable: Penekanan Jumlah Puru 4 minggu Source Model Error Corrected Total R-Square 0.602201
DF 5 24 29
Sum of Squares 16321.06703 10781.29282 27102.35985
Coeff Var 49.28238
Source P Source P
DF 5 DF 5
Root MSE 21.19482
Type I SS 16321.06703 Type III SS 16321.06703
30 30
Mean Square 3264.21341 449.22053
F Value 7.27
Pr > F 0.0003
pp Mean 43.00690
Mean Square 3264.21341 Mean Square 3264.21341
F Value 7.27 F Value 7.27
Pr > F 0.0003 Pr > F 0.0003
Duncan's Multiple Range Test for pp NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square 449.2205 Number of Means Critical Range
2 27.67
3 29.06
4 29.95
5 30.58
6 31.05
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A 85.97 5 P2K1 B B BC BC BC BC BC C C
54.10
5
P2A2
38.94
5
P2A1
35.13
5
P2A3
34.80
5
P2K2
9.11
5
P2K3
16 Lampiran 2 Perhitungan SAS Jumlah Puru Akar The GLM Procedure Class Level Information Class Ulangan Perlakuan
Levels 5 6
Values 12345 K1 K2 K3 P1A1 P1A2 P1A3
Number of Observations Read Number of Observations Used Dependent Variable: Jumlah puru P1 Source Model Error Corrected Total R-Square 0.519054
DF 5 24 29
Sum of Squares 3518430.300 3260110.400 6778540.700
Coeff Var 73.11287
Source P Source P
DF 5 DF 5
Root MSE 368.5620
Type I SS 3518430.300 Type III SS 3518430.300
30 30
Mean Square 703686.060 135837.933
F Value 5.18
Pr > F 0.0023
Hasil Mean 504.1000
Mean Square 703686.060 Mean Square 703686.060
F Value 5.18 F Value 5.18
Pr > F 0.0023 Pr > F 0.0023
Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square 135837.9 Number of Means Critical Range
2 481.1
3 505.3
4 520.8
5 531.8
6 540.0
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A 1177.8 5 K3 B B BC BC BC BC BC C C
598.8
5
K2
418.6
5
P1A1
415.0
5
P1A3
364.2
5
P1A2
50.2
5
K1
17 Class Ulangan Perlakuan
Levels 5 6
Values 12345 K1 K2 K3 P2A1 P2A2 P2A3
Number of Observations Read Number of Observations Used Dependent Variable: Jumlah puru P2 Source Model Error Corrected Total R-Square 0.606735 Source P Source P
DF 5 24 29
Sum of Squares 8152100.17 5283919.20 13436019.37
Coeff Var 37.73549 DF 5 DF 5
Root MSE 469.2156
Type I SS 8152100.167 Type III SS 8152100.167
30 30
Mean Square 1630420.03 220163.30
F Value 7.41
Pr > F 0.0003
Hasil Mean 1243.433
Mean Square 1630420.033 Mean Square 1630420.033
F Value 7.41 F Value 7.41
Pr > F 0.0003 Pr > F 0.0003
Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square 220163.3 Number of Means Critical Range
2 612.5
3 643.3
4 663.1
5 677.0
6 687.5
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A 2033.8 5 K3 A AB 1409.4 5 K2 AB AB 1402.2 5 P2A3 B B 1319.8 5 P2A1 B B 992.2 5 P2A2 B C 303.2 5 K1
18 Lampiran 3 Perhitungan SAS Bobot Basah The GLM Procedure Class Level Information Class Ulangan Perlakuan
Levels 5 6
Values 12345 K1 K2 K3 P1A1 P1A2 P1A3
Number of Observations Read Number of Observations Used Dependent Variable: Bobot basah P1 Source Model Error Corrected Total R-Square 0.220300 Source P Source P
DF 5 24 29
Sum of Squares 397.393027 1406.478160 1803.871187
Coeff Var 44.82712 DF 5 DF 5
Root MSE 7.655276
Type I SS 397.3930267 Type III SS 397.3930267
30 30
Mean Square 79.478605 58.603257
F Value 1.36
Pr > F 0.2755
Hasil Mean 17.07733
Mean Square 79.4786053 Mean Square 79.4786053
F Value 1.36 F Value 1.36
Pr > F 0.2755 Pr > F 0.2755
Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square 58.60326 Number of Means Critical Range
2 9.99
3 10.50
4 10.82
5 11.05
6 11.22
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A 24.036 5 P1A1 A AB 18.896 5 K2 AB AB 16.094 5 K1 AB AB 15.672 5 K3 AB AB 15.366 5 P1A2 B B 12.400 5 P1A3
19 Class Ulangan Perlakuan
Levels 5 6
Values 12345 K1 K2 K3 P2A1 P2A2 P2A3
Number of Observations Read Number of Observations Used Dependent Variable: Bobot basah P2 Source Model Error Corrected Total R-Square 0.360430 Source P Source P
DF 5 24 29
Sum of Squares 247.6877900 439.5132400 687.2010300
Coeff Var 38.26679 DF 5 DF 5
Root MSE 4.279375
Type I SS 247.6877900 Type III SS 247.6877900
30 30
Mean Square 49.5375580 18.3130517
F Value 2.71
Pr > F 0.0447
Hasil Mean 11.18300
Mean Square 49.5375580 Mean Square 49.5375580
F Value 2.71 F Value 2.71
Pr > F 0.0447 Pr > F 0.0447
Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square 18.31305 Number of Means Critical Range
2 5.586
3 5.867
4 6.047
5 6.175
6 6.270
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A 14.702 5 K1 A A 12.548 5 K3 A A 12.244 5 P2A1 A A 12.082 5 K2 A AB 9.990 5 P2A3 B B 5.532 5 P2A2
20 Lampiran 4 Perhitungan SAS Penekanan Bobot Kering The GLM Procedure Class Level Information Class Ulangan Perlakuan
Levels 5 6
Values 12345 K1 K2 K3 P1A1 P1A2 P1A3
Number of Observations Read Number of Observations Used Dependent Variable: Bobot kering P1 Source Model Error Corrected Total R-Square 0.332448 Source P Source P
DF 5 24 29
Sum of Squares 8.87154667 17.81400000 26.68554667
Coeff Var 44.90302 DF 5 DF 5
Root MSE 0.861539
Type I SS 8.87154667 Type III SS 8.87154667
30 30
Mean Square 1.77430933 0.74225000
F Value 2.39
Pr > F 0.0679
Hasil Mean 1.918667
Mean Square 1.77430933 Mean Square 1.77430933
F Value 2.39 F Value 2.39
Pr > F 0.0679 Pr > F 0.0679
Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square 0.74225 Number of Means Critical Range
2 1.125
3 1.181
4 1.217
5 1.243
6 1.262
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A 2.9320 5 P1A1 A AB 2.2120 5 K2 AB AB 1.8500 5 K1 AB AB 1.7780 5 K3 B B 1.5020 5 P1A2 B B 1.2380 5 P1A3
21 Class Ulangan Perlakuan
Levels 5 6
Values 12345 K1 K2 K3 P2A1 P2A2 P2A3
Number of Observations Read Number of Observations Used Dependent Variable: Bobot kering P2 Source Model Error Corrected Total R-Square 0.385024 Source P Source P
DF 5 24 29
Sum of Squares 2.11013667 3.37040000 5.48053667
Coeff Var 38.72660 DF 5 DF 5
Root MSE 0.374744
Type I SS 2.11013667 Type III SS 2.11013667
30 30
Mean Square 0.42202733 0.14043333
F Value 3.01
Pr > F 0.0303
Hasil Mean 0.967667
Mean Square 0.42202733 Mean Square 0.42202733
F Value 3.01 F Value 3.01
Pr > F 0.0303 Pr > F 0.0303
Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square 0.140433 Number of Means Critical Range
2 .4892
3 .5138
4 .5296
5 .5407
6 .5491
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A 1.2860 5 K1 A A 1.1440 5 K2 A A 1.0760 5 K3 A A 1.0260 5 P2A1 A AB 0.8040 5 P2A3 B B 0.4700 5 P2A2
22 Lampiran 5 Perhitungan SAS Bobot Akar The GLM Procedure Class Level Information Class Ulangan Perlakuan
Levels 5 6
Values 12345 K1 K2 K3 P1A1 P1A2 P1A3
Number of Observations Read Number of Observations Used Dependent Variable: Bobot akar P1 Source Model Error Corrected Total R-Square 0.319231 Source P Source P
DF 5 24 29
Sum of Squares 28.07342667 59.86744000 87.94086667
Coeff Var 48.49717 DF 5 DF 5
Root MSE 1.579391
Type I SS 28.07342667 Type III SS 28.07342667
30 30
Mean Square 5.61468533 2.49447667
F Value 2.25
Pr > F 0.0819
Hasil Mean 3.256667
Mean Square 5.61468533 Mean Square 5.61468533
F Value 2.25 F Value 2.25
Pr > F 0.0819 Pr > F 0.0819
Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square 2.494477 Number of Means Critical Range
2 2.062
3 2.165
4 2.232
5 2.279
6 2.314
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A 4.8940 5 P1A1 A AB 3.8640 5 K3 AB AB 3.5480 5 K2 AB AB 2.8260 5 K1 B B 2.4020 5 P1A3 B B 2.0060 5 P1A2
23 Class Ulangan Perlakuan
Levels 5 6
Values 12345 K1 K2 K3 P2A1 P2A2 P2A3
Number of Observations Read Number of Observations Used Dependent Variable: Bobot akar P2 Source Model Error Corrected Total R-Square 0.315729 Source P Source P
DF 5 24 29
Sum of Squares 13.66690667 29.61988000 43.28678667
Coeff Var 35.38740 DF 5 DF 5
Root MSE 1.110928
Type I SS 13.66690667 Type III SS 13.66690667
30 30
Mean Square 2.73338133 1.23416167
F Value 2.21
Pr > F 0.0860
Hasil Mean 3.139333
Mean Square 2.73338133 Mean Square 2.73338133
F Value 2.21 F Value 2.21
Pr > F 0.0860 Pr > F 0.0860
Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square 1.234162 Number of Means Critical Range
2 1.450
3 1.523
4 1.570
5 1.603
6 1.603
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A 4.4080 5 K2 A AB 3.3480 5 P2A1 AB AB 3.2880 5 K3 AB AB 2.9220 5 P2A3 B B 2.5320 5 K1 B B 2.3380 5 P2A2
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Siunggam Jae Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara pada tanggaal 04 November 1990 sebagai anak kedelapan dari pasangan bapak Burhanuddin Daulay dan ibu Gustina Harahap. Pendidikan penulis dimulai dari SDN Siunggam Tonga dan melanjutkan pendidikan menengah pertama di MTsN Model Kota Padangsidimpuan. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 4 Kota Padangsidimpuan dan diterima masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. Selama perkuliahan penulis pernah aktif berorganisasi di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-A) sebagai sekretaris di Departemen Pertanian pada periode 2011-2012. Penulis juga aktif di Organisasi Daerah (Omda) IMATAPSEL sebagai sekretaris pada periode 2010-2012. Penulis sering terlibat kepanitiaan pada beberapa kegiatan kampus dan Omda seperti: panitia dalam acara Gebyar Nusantara 2010, sebagai komisi disiplin (Komdis) pada kegiatan masa perkenalan fakultas dan departemen (MPF dan MPD) tahun 2011, sebagai sekretaris umum pada acara Gebyar Pertanian 2012 dan acara kepanitiaan Maperca di Omda. Bidang akademik penulis pernah menjadi asisten praktikum Nematologi Tumbuhan tahun 2012 dan 2013, asisten praktikum Pengendalian Hama Penyakit Benih di D3 IPB tahun 2013.