POLA ASUH PEMBINA TERHADAF> SANITRI DI PONDOK PESANTREN DARUL ARQAM MUHAMMADIYAH GARUT
Oleh: CATUR TRESNA RUSWARADITFl'.A NIM: 103070028987 Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian per.syaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi ($.Psi)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
POLA ASUH PEMBINA TERHADAP SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUL ARQAM MUHAMMADIYAH GARUT Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk mememuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh: Catur Tresna Ruswaraditra
NIM: 103070028987
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I,
~
Pembimbing II,
(-
Bamban di Ph.D NIP. 150 326 891
NIP. 150 293 234
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJllAN Skripsi yang berjudul POLA ASUH PEMBINA TERHADAP SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUL ARQAM MUHAMMADIYAH GARUT telah
diajukan
dalam
sidang
munaqasyah
Fakultas
Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 06 Februari 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Jakarta, Februari 2008 Sidang Munaqasyah Ketua Mer Jkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota
,:,/\-1~ Ora. H'. Net NIP. 150 21
Hartati M.Psi. 38 Anggota:
Penguji I
Penguji II
Ors. Rachmat Mulyono. M.Si NIP. 150 293 240 Pernbirnbing I
Bamban Su adi Ph. D NIP. 150 326 891
Pembimbing II
MOTTO Jadilah Sukses Berdasarkan Penilaian Tuhan Lakukanlah Sekuat Tenaga bukan semampunya lngatlah selalu dan perbaiki kesalahan yang pernah kita pe?rbuat, k@mudian Lupakan ke?baikan yang pernah kita perbuat (AAGymj
"Ke bahagiaan ada pada ji~ra yang be rs yukur" (Andy F Noya)
"<Pada setiap satu ~suutan terdapat 6anyak,~mudahan. Sunggufi, setefali ftesuutan adiz ~mudahan-~mudafian. :Malig apa6ifa f«imu CJ'e{afi sefesai (dari. sesuatu urusan), R§tjalignfali dengan sungguli-sungguli (umsan) yang fain.
KATA PENGANTAR Tiada kata indah selain memuji dan bersyukur kepada Allah SWT yang dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walau dalam menjalaninya penuh dengan perjuangan dan pengorbanan. Tak lupa Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Kanj13ng Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah membimbing manusia keluar dari masa kegelapan menuju masa yang penuh asa.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada insan-insan yang menjadi penyemangat penulis di saat-saat genting tanpa inspirasi dan mengajarkan berbagai hal mengenai kehidupan.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak dan !bu tercinta yang selalu mendampingi tanpa mengenal kata lelah yang dengan doa dan semangatnya terus mendukung tiada henti agar penulis cepat menyelesaikan skripsi. Kedua kakaku Owi Tresna R sekeluarga, dan Tri Tresna R sekeluarga yang banyak mewarnai kehidupan penulis. Kalian merupakan anugerah untukku, terima kasih Allah atas keluarga yang hebat ini. 2. Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si., Oekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ora. Hj. Zahrotun Nihayah, M.Si., Pembantu Oekan I Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
..
4. Prof. Hamdan Yasun, M.Si., Ketua Bidang Psikolooi Sosial dan Pembimbing Akademik kelas A Fakultas Psikologi 2003 yang telah memberikan banyak arahan dan pengalamannya kepada penulis. 5. Bambang Suryadi, Ph.D Pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan untuk perbaikan skripsi pada penulis. 6. Solicha, S.Ag. Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu pribadinya untuk memberi koreksi pada skripsi penulis. 7. Seluruh staff pengajar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah bersedia memberikan secercah harapan masa depan selama proses perkuliahan. Jajaran akademik dan karyawan Fakultas Psikologi lbu Sri, Pak Miftah lbu Syariah dan lbu Nur, dkk, yang sabar mendengar keluhan-keluhan dan direpotkan dalam menyusun nilai-nilai penulis yang tak beraturan. 8. Pimpinan Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut beserta seluruh staff pengajar dan pembina yang telah memberikan keleluasaan dan kemudahan bagi penulis dalam mengadakan penelitian. 9. Siti Rahmi Rahimah yang sudah memberikan begitu banyak perhatian dan kesabaran bagi perkembangan penulisan skripsi ini. 1O. The Kostan Family (Dani dan Yusuf) Plus Uwa Ramdan, dengan kalian kuliah serasa penuh makna. Arif, Badru, Yamani, Sugih, Indra, Adit, dan Cupie atas kerja samanya selama perkuliahan. Semua orang-orang luar biasa angkatan 2003 kelas A, lta, Maya, Tika, Yeyen, lea, Nca, Rida, dan lain-lain yang banyak memberi warna kehidupan. Persahabatan kita selamanya. 11. Anak-anak The MIB (Koko, Uut, Boncu, Jurig, Uum, Hendra, Abi, dll), GEMC DA Club (Evi, Fani, Annisa, lsni, Lulu, dll) dan keluarga besar IKADAM yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu atas kenangankenangan yang telah kalian ukir selama skripsi ini dibuat. Kamaludin
dan keluarga untuk pencerahan hidup di saat tiada asa. Juga kepada Gina dan Agung atas dukungan teknisnya. 12. Terima kasih juga buat persaudaraan sesama lnteristi dimana saja sebagai penambah spirit dalam mengerjakan skripsi ini ketika jenuh. Dan untuk semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya karena keterbatasan ruang. Hanya doa yang bisa penulis panjatkan, semoga bantuan dan kebaikan yang telah mereka berikan menjadi amal ibadah yang diterima di sisi Allah SWT.
Jakarta, Januari 2008
Penulis
ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi (B) Januari 2008 (C) Catur Tresna Ruswaraditra (D) Pola Asuh Pembina Terhadap Santri Di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut (E) xi+ 108 (F) Pendidikan dalam jenjang menengah merupakan jembatan darl pendidikan dasar ke pendidikan tinggi. Oleh karena itu pendic:fikan menengah menjadi sangat penting. Lembaga pendidikan pesantren yang berada dalam jenjang pendidikan menengah bahkan membekali anak didiknya dengan menambahkan berbagai ilmu agama. Hal ini dimaksudkan untuk memiliki generasi yang unggul dalam ilmu dan akhlak. Pola asuh pembina terhadap santri merupakan faktor yang turut berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pendidikan di pesantren. Upaya untuk mendukung terlaksananya visi dan misi pesantren ini meliputi aspek pengasuhan, kontrol, harapan, dan komunikasi. Perkembangan zaman yang cepat dan penuh kemajuan juga berbagai perubahan dalam pesantren itu sendiri membuat peran pembina menjadi semakin vital sebagai pengganti orang tua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh pembina terhadap santri di pondok pesantren. Pola asuh yang dimaksudkan adalah segala bentuk interaksi pengasuhan antara pembina dan santri, baik yang berbentuk otoriter, demokratis, permisif indifferent, atau permisif indulgent. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Teknik analisa data penelitian menggunakan metode perbandingan tetap. Lokasi pelaksanaan penelitian di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut. Subjek dalam penelitian ini adalah pembina yang di tugaskan membina santri oleh pimpinan pondok pesantren di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut. Jumlah subjek sebanyak tiga orang. Berdasarkan hasil penelitian kualitatif yang didapat dari tiga orang pembina menggunakan pola asuh demokratis. Dapat disimpulkan bahwa pola asuh pembina terhadap santri di pondc>k pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut adalah demokratis.
'.
:
Untuk perkembangan lebih lanjut maka ada beberapa saran yakni; perlu adanya penambahan jumlah sampel termasuk membandingkannya dengan santri, serta mempertimbangkan aspek lainnya, seperti kelekatan santri dengan pembina, efektifitas rasio pembina dengan santri, dan tingkat ekonomi pembina dalam menggambarkan pola asuh responden. (G) 35 (1993-2007)
DAFTAR ISi
Halaman Judul Halaman Persetujuan Halaman Pengesahan Motto Persembahan Kata Pengantar ...................................................................................... i Abstrak ................................................................................................... iv Daftar lsi ................................................................................................v Daftar Tabel ........................................................................................... viii Daftar Bagan .......................................................................................... ix Daftar Lampiran ..................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN
1-10
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 1.2. ldentifikasi Masalah ........................................................................ 6 1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 6 1.3.1. Pembatasan Masalah ............................................................. 6 1.3.2. Perumusan Masalah ............................................................... 7 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 7 1.4. 1. Tujuan Penelitian ................................................................... 7 1.4.2. Manfaat Penelitian .................................................................. 8 1.5. Sistematika Penulisan .................................................................... 8
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
11-30
2.1. Pola Asuh ........................................................................................ 11
2.1.1. Definisi Pola Asuh .................................................................. 11 2.1.2. Tipe-tipe Pola Asuh ................................................................ 14 2.1.3. Faktor-faktor Pola Asuh ......................................................... 19 2.2. Pondok Pesantren ...........................................................................20 2.2.1. Definisi Pesantren .................................................................. 20 2.2.2. Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren .................... 22 2.2.3. Kultur Kehidupan Pondok Pesantren ..................................... 23 2.2.4. Jenis-jenis Pondok Pesantren ................................................ 26 2.2.5. Jenis-jenis Santri. ................................................................... 27 2.2.6. Program Pengasuhan ............................................................ 27 2.3. Pola Asuh Pembina Terhadap Santri di Pondok Pesantren ............. 28
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
31-42
3.1. Jenis Penelitian ............................................................................... 31 3.1. 1. Pendekatan Penelitian ............................................................ 31 3.1.2. Metode Penelitian .................................................................. 32 3.2. Definisi Variabel dan Definisi Operasional. ...................................... 33 3.3. Subjek Penelitian ............................................................................ 35 3.3.1. Responden ............................................................................. 35 3.3.2. Karakteristik Subjek ................................................................ 35 3.4. Sumber dan Jenis Data ................................................................... 36 3.5. Teknik dan lnstrumen Pengumpulan Data ....................................... 36 3.5.2. Wawancara ............................................................................. 37 3.5.3. Observasi. ............................................................................... 39 3.6. Teknik Analisa Data ........................................................................ 39 3.6.3. Analisa Data Kualitatif .............................................................39 3. 7. Prosedur Penelitian ........................................................................ .40
i.
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA
43-102
4.1. Gambaran Urn um Responden .........................................................43 4.2. Riwayat Kasus dan Analisa Kasus ................................................. .44 4.2.1 Kasus ES ..................................................................................46 4.2.2 Kasus NH .................................................................................. 63 4.2.3 KasusAY .................................................................................. 78 4.3. Analisa Perbandingan Antar Kasus .................................................. 93 4.4. Hasil Tambahan .............................................................................. 97
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
103-108
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 103 5.2. Diskusi ............................................................................................ 103 5.3. Saran .............................................................................................. 107
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 109-111 LAMPIRAN .................................................................................... 112-139
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kategori Pola Asuh ................................................................ 34 Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ............................................... 38 Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden ............................................. .44 Tabel 4.2 Kategori Pola Asuh ............................................................... .45 Tabel 4.3 Analisa Kasus ES .................................................................. 61 Tabel 4.4 Analisa Kasus NH .................................................................. 76 Tabel 4.5 Analisa Kasus AY .................................................................. 91 Tabel 4.6 Analisa Perbandingan Antar Kasus ........................................ 93 Tabel 4.7 Latar Belakang Responden .................................................... 98 Tabel 4.8 Skor Skala Pola Asuh ............................................................ 101 Tabel 4.9 Kategori Skala Pola Asuh ...................................................... 102
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Gambar 2.1 Skema perbandingan pola asuh dan jenis pe1santren ......... 30
'
'-!
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi .................................................... 1 ·12 Lampiran 2. Surat lzin Penelitian dari Fakultas Psikologi UIN Syahid .... 113 Lampiran 3. Surat lzin Telah Melaksanakan Penelitian dari Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut.. ..................................................... 114 Lampiran 4. Angket Penelitian Untuk Pembina ...................................... 115 Lampiran 5. Kunci Jawaban Angket.. ..................................................... 120 Lampiran 6. Validitas .............................................................................. 123 Lampiran 7. Reliabilitas .......................................................................... 125 Lampiran 8. Data Hasil Penelitian Pembina ........................................... 127 Lampiran 9. Surat Permohonan Kesediaan Wawancara ........................ 133 Lampiran 10. Pedoman Wawancara ...................................................... 135 Lampiran 11. Lembar Observasi ............................................................ 139
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini penulis membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
1.1. latar Belakang Masalah
Pondol< pesantren bukanlah institusi pendidikan baru, melainkan institusi pendidikan tertua di Indonesia. Bahkan pesantren jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang indigenous (asli). Pada zaman penjajahan, institusi ini bukan hanya tempat membina ilmu tetapi juga dijadikan basis perjuangan dalam mengusir penjajahan bangsa-bangsa asing seperti Belanda dan Jepang.
Dalam pendidikan pesantren figur Kiai sangat kental kebeiradaannya sebagai seseorang yang dihormati. Biasanya Kiai adalah seorang pendiri sekaligus pemilik pesantren yang mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada anak didiknya yang disebut santri. Cara pengajarannya unik, dikenal dua cara yang paling
2
um um digunakan yaitu bandongan dan sorogan. Metode bandongan atau layanan kolektif mengharuskan para santrinya mendengarkan Kiai membacakan naskah-naskah keagamaan yang berbahasa Arab sambil memberi catatan. Metode sorogan adalah santri yang membacakan kitab, sementara Kiai atau ustadz yang sudah mahir menyimak sambil mengevaluasi bacaan santri. Para santri yang mendapatkan pendidikan di pesantren ini ada yang tinggal di asrama dikenal dengan nama santri mukim dan ada yang tinggal di rumahnya masing-masing dikenal dengan nama
santri kalong.
Pondol< pesantren dapat menghasilkan lulusan yang berk.ualitas, baik secara intelektual maupun perilaku. Pola pendidikannya mengharusk.an para santri tinggal dalam asrama, selain bertujuan agar lebih fokus dalam mempelajari ilmu-ilmu agama dan umum, juga mengajarkan kemandirian. Namun pola seperti ini memiliki pengaruh yang tidak dapat diabaikan juga bukan jaminan bahwa masalah tidak akan ada. Karena pengasuhan berpindah dari orang tua masing-masing kepada pola pengasuhan di pondok pesantren.
Saat ini perkembangan pesantren telah sangat meluas di tanah air, terdapat ribuan pesantren yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia baik pesantren tradisional maupun pesantren modern. Data Statistik dari Departemen Agama (dalam Mastuki, 2003: 4) tahun 1977 jumlah pesantren masih sekitar 4.195 buah buah dengan santri sekitar 677.394 orang. Peningkatan yang
3
signifikan terlihat dalam dua dasawarsa kemudian tahun ·1977, di mana pesantren berjumlah 9.388 buah dengan jumlah santri mencapai 1. 770. 768 orang. Data terakhir Depag tahun 2001 menunjukkan jumlah pesantren seluruh Indonesia sudah mencapai 11.312 buah dengan :santri sebanyak 2.737.805 orang.
Namun bukan hanya jumlahnya saja yang mengalami perkembangan, dari segi kualitas pesantren juga mengalami perkembangan. Dari penyelenggaraan pendidikan pun sejak tahun 1970-an be1ntuk-bentuk pendidikan yang diselenggarakan di pesantren sudah sangat bervariasi. Sistem pembelajaran tradisional yang berlaku, yaitu sorogan, bandongan,
balaghan, dan halaqah mulai diseimbangkan dengan sist19m pembelajaran modern. Dalam aspek kurikulum juga mengalami perubahan, bila dahulu pesantren hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan saja kini beberapa pesantren banyak yang telah mengadopsi ilmu-ilmu umum untuk diajarkan kepada para santrinya.
Dengan semakin berkembangnya pesantren sebagai institusi pendidikan, berkembang pula cara pengasuhan terhadap santri, karena santri tinggal di asrarna atau pondok sebagai tempat tinggal sekaligus tempat untuk belajar hidup rnandiri. Dhofier (dalam Zarkasyi, 2005: 70) mengatakan Sistern asrarna ini rnerupakan ciri khas tradisi pesantren yang rneimbedakannya
4
dengan sistem pendidikan Islam lain seperti sistem pendidikan di daerah Minangkabau yang disebut surau.
Kini cara pengasuhan di banyak pondok pesantren tidak hanya berpusat pada satu figur Kiai saja, akan tetapi melibatkan para pengasuh lainnya; ustadz, ustadzah, pembina atau apapun istilahnya. Hal ini dikarenakan banyak pesantren yang memiliki jumlah santri yang cukup banyak, sehingga dibutuhkan tenaga pengasuh yang lebih banyak pula untuk membina santri yang tinggal di asrama.
Pola asuh yang diterapkan di asrama oleh pembina cenderung bergaya authoritarian atau terpusat pada satu figur saja. Melalui gaya pengasuhan seperti ini diharapkan santri akan patuh dan berkembang ke arah yang diinginl
t tabel, berarti ada perbedaan kontribusi l<ebervariasian pola asuh otoriter terhadap prestasi belajar santri rnukim dan santri nonmukim"
5
Hasil penelitian tersebut memberikan gambaran bagaimana pola asuh authoritarian berpengaruh terhadap kondisi santri yang tinggal di pondok pesantren bila dibandingkan dengan gaya pola asuh yan{l lainnya seperti permisif dan demokratis. Pengaruh yang menonjol salah satunya terhadap prestasi belajar. Oleh karena itu para pembina harus merniliki pengetahuan yang lebih mendalam mengenai pengasuhan.
Latar belakang santri yang berbeda-beda dan jumlahnya yang banyak menyebabkan pola asuh yang dijalankan pembina tidaklah mudah dilakukan. Para santri datang dengan membawa kebiasaan pengasuhan dari orang tuanya masing-masing yang berbeda-beda dan kemudian harus mengikuti gaya pengasuhan di pondok pesantren. Belum lagi jika p~mggantian kelas terjadi, maka penggantian pembina pun bisa jadi berubah. Hal ini menjadi masalah tersendiri tak hanya bagi santri tapi juga pembina, pengasuh, ustadz, ustadzah sebagai pengasuh di pondok pesantren. Kesulitan lain jika rasio pengasuh tidak berimbang dengan jumlah santri. Pcmdok pesantren yang menggunkan sistem asrama di mana jumlah santrinya dikelompokan dalam jumlah yang besar dengan tenaga yang minim akan mengurangi intensifnya bimbingan yang diberikan terhadap santri mukim.
Berpijak dari uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti "Pola Asuh Pembina Terhadap Santri Di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut".
6
1.2. ldentifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di alas penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pola asuh pembina terhadap santri di pondok pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut? 2 Apakah pola asuh yang dilakukan pembina di pondok pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut dapat mengatasi problem keterpisahan santri dengan orang tuanya? 3. Apakah pola asuh yang dilakukan pembina di pondok pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut dapat mengganti peran orang tua santri?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan tidak meluas dan lebih terarah, penulis memberikan batasan pada penelitian ini terhadap: 1. Jenis pola asuh yang dimaksud oleh penulis mencakup keseluruhan macam-macam pola asuh, yaitu: otoriter, demokratif, dan permisif. 2. Pembina yang dimaksud oleh penulis adalah orang yang ditunjuk secara khusus oleh pimpinan pondok pesantren yang bertugas sebagai pengganti orang tua bagi santri baik sebagai usatdz, santri senior, maupun yang tidak memiliki kegiatan lain selain membina santri.
7
3. Santri yang dimaksud oleh penulis adalah santri mukim, yaitu santri yang tinggal di asrama sebagai tempat istirahat, dan kegiatan-kegiatan rumah tangga lainnya. 4. Pondok pesantren yang dimaksud oleh penulis adalah pondok pesantren khalafi atau disebut juga pondok pesantren yang sudah menggabungkan kurikulum agama dan umum. Selain itu pola pengasuhan yang diberikan kepada santri tidak lagi terpusat pada satu orang saja, melainkan dibagi kepada kelompok-kelompok atau kelas-kelas dengan melibatkan banyak pembina.
1.3.2. Perumusan Masalah Untuk memudahkan penulis menjawab masalah tersebut diatas, maka penulis mencoba merumuskannya dalam bentuk rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana pola asuh pembina terhadap santri di pondok pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut ?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola asuh pembina terhadap santri di pondok pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut.
8
1.4.2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi upaya pengembangan ilmu-ilmu psikologi melalui data-data yang diperoleh dari proses penelitian ini, khususnya dalam bidang Psikologi Perkembangan.
2.
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: a. Penulis sebagai bahan kajian yang berguna terutama dalam bidang psikologi perkembangan khususnya pengasuhan di pondok pesantren. b. Pihak Pondok Pesantren sebagai bahan evaluasi bagi peningkatan pola asuh di pondok pesantren. c. Pemerhati atau peneliti lain sebagai referensi guna melakukan penelitian serupa yang lebih komprehensif.
Dengan demikian, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu upaya menghimpun data tentang pola asuh terhadap santri di pondok pesantren.
1.5. Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan kaidah penulisan American Psychology Assosiation (APA) style yang mengacu pada Pedoman Penyusunan dan Penulisan Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri
9
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2004. Untuk mengetahui gambaran tentang hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan sistematika penulisan skripsi ini dalam lima bab, yakni: Bab 1 Pendahuluan Berisi: Latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab 2 Kajian Pustaka Berisi: Pola asuh; Definisi pola asuh, tipe-tipe pola asuh, indikator pola asuh. Pondok pesantren; definisi pesantren, sejarah dan perkembangan pondok pesantren, kultur kehidupan pondok pesantren, jenis-jenis pondok pesantren, jenis-jenis santri, dan program pengasuhan. Disertakan juga kerangka berpikir mengenai pola asuh pembina terhadap santri di pondok pesantren. Bab 3 Metodologi Penelitian Berisi: Jenis Penelitian; Pendekatan penelitian, metode penelitian, definisi variable dan definisi operasional, subjek penelitian; populasi dan sampel, karakteristik subjek, sumber dan jenis data, teknik pengambilan sampel; teknik dan instrument pengumpulan data, teknik analisa data, serta prosedur penelitian. Bab 4 Hasil Penelitian Meliputi: gambaran umum responden; uji instrumen penelitian; hasil penelitian; riwayat dan analisa kasus; perbandingan antar kasus.
10
Bab 5 Penutup Berisi: kesimpulan; diskusi; dan saran.
BAB2 KAJIAN PUSTAKA
Seperti yang telah diuraikan dalam bab pendahuluan, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pola asuh pembina terhadap santri pondok pesantren. Berdasarkan tujuan tersebut, maka dalam bab ini akan dibahas berturut-turut mengenai pola asuh, pesantren, pembina, santri, program pengasuhan dan kerangka berfikir.
2.1. Pola Asuh 2.1.1. Definisi Pola Asuh Baumrind (dalam Boyd, 2006: 202) mengatakan ketika anak memasuki usia remaja (9 -21 tahun), orang tua harus memberikan model tingkah laku kemandirian sesuai dengan usia mereka. Proses-proses interaksi seperti ini, secara umum disebut pengasuhan.
Hurfocl< (2002) berpendapat kecenderungan cara-cara yang dilakukan orang tua terhadap anak merupakan cerminan pola asuh yang clilakukan oleh orang tua itu sendiri.
12
Tarmudji menyatakan, pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing dan mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat (Tarmudji, 2007).
Sedangkan Menurut Slavin (dalam Mukhtar, 2005) pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang digunakan orang tua untuk berhubungan dengan anak-anak.
Bagi seorang anak interaksi pertama kali yang terjadi dalam kehidupannya adalah dengan keluarga. Oleh karena itu keluarga khususnya orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalarn proses turnbuhkernbangnya anak rnenuju kedewasaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hess bahwa lbu dan Ayah rnernpunyai peranaan yang sangat penting dalarn perkembangan sikap-sikap positif anak kecil terhadap pembelajaran dan pendidikan (Santrock, 2006: 247).
Jadi berdasarkan pengertian-pengertian di atas yang dimaksud dengan pola asuh menurut penulis di sini adalah bahwa pola asuh merupakan kecenderungan cara-cara yang dilakukan orang tua terhadap anak dengan memberikan model tingkah laku yang berarti mendidik, membimbing dan
13
mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk mencapai kEidewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Baumrind (dalam Boyd, 2006: 202) mengidentifikasikan adanya empat aspek pola asuh, yaitu:
1. Kehangatan atau pengasuhan, yaitu orang tua menunjukan ekspresi-ekspresi kehangatan dan kasih sayang terhadap anak dan menunjukan rasa bangga akan prestasi yang diperoleh anak. 2. Kejelasan dan konsistensi peraturan, yaitu orano tua berusaha untuk mengontrol kebebasan, inisiatif, dan tingkah laku anaknya. 3. Tingkat pengharapan, di mana Baumrind menguraikan dalam masa dari tuntutan kedewasaan, yaitu orang tua menekankan pada anak untuk mengoptimalkan kemampuan agar lebih dewasa dalam s1agala hal. 4. Komunikasi antara orang tua dan anak, yaitu orang tua meminta pendapat anak disertai dengan alasan yang jelas ketika anak menuntut pemenuhan kebutuhannya
Dari empat aspek pola asuh tersebut Baumrind (dalam B<>yd, 2006: 202) mengidentifikasikan tiga pola, atau tipe pengasuhan. Tipe pengasuhan permisif adalah tinggi dalam pengasuhan namun rendah dalam tuntutan kedewasaan, kontrol dan komunikasi. Tipe otoriter adalah tinggi dalam kontrol dan tuntutan kedewasaan namun rendah dalam piangasuhan dan komunikasi. Tipe demokratis adalah tinggi dalam keempat dimensi tersebut.
14
2.1.2. Tipe-tipe pola asuh Elannor Maccoby dan John Martin (dalam Boyd, 2006: 202) mengajukan variasi sistem kategori milik Baumrind. Mereka mengkate!;JOrikan keluarga dalam dua dimensi: tingkat tuntutan atau kontrol dan kuar\titas penerimaan melawan penolakan. Pemotongan dari dua dimensi ini mEmciptakan empat tipe, tiga tipe dari Baumrind yaitu otoriter, demokratis, dan permisif. Maccoby dan Martin mengkonsepkan jumlah tambahan sebuah tipe keempat, tipe pengasuhan tidak melibatkan (Permisif Indifferent). Tipe pengasuhan Pennisif Indifferent sebuah tipe pengasuhan yang rendah dalam
pengasuhan, tuntutan, kontrol, dan komunikasi.
a. Pola Asuh Otoriter Pengasuhan yang otoriter adalah suatu gaya membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang otoriter menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberikan peluang yang besar kepada anak-anak untuk berbicara (bermusyawarah). Pengasuhan yang otoriter diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak-anak (Santrock, 2006: 257).
Anak yang berkembang atau tumbuh dalam keluarga otoriter -dengan level yang tinggi dalam tuntutan namun relatif rendah dalam kehangatan dan komunikasi- anak akan kurang baik di sekolah. Memiliki harga diri yang rendah, dan mereka memiliki tipikal kemampuan keterampilan yang rendah
15
dengan teman sebaya daripada anak-anak dari tipe keluarga lainnya. Beberapa dari anak-anak ini terlihat mengganti hak; lainnya mungkin mempertihatkan agresivitas tinggi atau indikasi lainnya adalah di luar kontrol (Boyd, 2006: 202).
Elizabeth Hurlock menyatakan bahkan setelah anak bertambah besar, orang tua yang menggunakan pengendalian otoriter yang kaku jarang mengendurkan pengendalian mereka atau menghilangkan hukuman badan. Tambahan pula, mereka tidak mendorong anak untuk dengan mandiri mengambil keputusan-keputusan yang berhubungan den1Jan tindakan mereka. Sebaliknya mereka, hanya mengatakan apa yan1J harus dilakukan. Jadi anak-anak kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku mereka sendiri (Hurlock, 2002: 9a).
b. Pola Asuh Demokratis Pengasuhan yang demokratis mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Musyawarah verbal yang ekstensif dimungkinkan, dan orang tua memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada a1nak. Pengasuhan yang demokratis diasosiasikan dengan kompetensi sosial, anak-anak (Santrock, 2006: 258).
16
Hasil yang positif paling konsisten memiliki hubungan dengan pola asuh demokratis. Yang mana orang tua dengan kedua kontrol dan penerimaan yang tinggi, penetapan batasan yang jelas namun juga merespon kebutuhan individual anak-anak. Anak-anak dengan latar belakang tipikal orang tua yang seperti itu menunjukan harga diri yang lebih tinggi dan lebih mandiri, namun mereka juga mungkin untuk tunduk dengan permintaan orang tua dan mungkin memperlihatkan tingkah laku yang lebih penolong (simpatik) yang bagus. Mereka percaya diri dan berorientasi prestasi di sekolah dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang orang tuanya dengan gaya pengasuhan yang lain (Boyd, 2006: 203).
Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek hukumannya. Disiplin demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman hanya digunakan bila terdapat bukti bahwa anakanak secara sadar msnolak melakukan apa yang diharapkan dari mereka. Falsafah yang mendasari didiplin demokratis ini adalah falsafah bahwa disiplin berbentuk mengajar anak dan mengembangkan kendali atas perilaku mereka sendiri sehingga mereka akan melakukan apa yang benar meskipun tidak ada penjaga yang mengancam mereka dengan hukuman bila mereka melakukan sesuatu yang tidak dibenarkan (Hurlock, 2002: 94).
17
c. Pola Asuh Permisif Indulgent Pengasuhan yang Permisif Indulgent ialah suatu gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi sedikit batas atau kendali terhadap mereka. Pengasuhan yang permisif indulgent diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak, khususnya kurangnya kendali diri (Santrock, 2006: 258).
Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua pemurah dan serba membolehkan juga menunjukan sebuah hasil yang negatif. Penelitian menemukan bahwa anak-anak ini sedikit lebih buruk dalam sekolah sejak remaja dan mungkin menjadi yang kedua daripada agresifitas (fakta-fakta jika orang tua spesifik permisif ke arah agresifitas) dan agak belum matang dalam tingkah laku mereka dengan teman sebaya dan di sekolah. Mereka mungkin kurang menggunakan kemampuan merespon dan mereka kurang mandiri (Boyd, 2006: 203).
Akibat buruk yang harus diterima anak sehubungan dengan pola asuh orang tua yang seperti ini jelas tidak sedikit. Di antaranya anak jadi sama sekali tidak belajar mengontrol diri. la selalu menuntut orang lain untuk menuruti keinginannya tapi tidak berusaha belajar menghormati orang lain. Anak pun cenderung mendominasi orang lain, sehingga punya kesulitan dalam berteman (Kriswanto, 2007).
18
d. Pola Asuh Permisif Indifferent Pengasuhan yang permisif indiferent ialah suatu gaya di rnana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak, tipe pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak, khususnya kurang kendali diri (Santrock, 2006: 258).
Hasil yang paling konsisten negatif adalah berhubungan dengan empat pola, tidak melibatkan, atau mengabaikan gaya pengasuhan. Dari diskusi aman, dan kelekatan gelisah bahwa satu dari karakteristik keluarga sering ditemukan dalam tempo bayi sebuah kegelisahan atau peinghindaran adalah "ketidaktersediaan kejiwaan" dari ibu. lbu mungkin depresi atau mungkin ditenggelamkan dengan masalah-masalah lain dalam hidupnya dan mungkin mudah bukan membuat koneksi terdalam manapun dari anak. Demikian juga, orang tua mungkin mengalihkan dari pengasuhan oleh aktifitas yang lebih aktif. Dalam masa remaja, sebagai contoh, remaja dari keluarga yang mengabaikan lebih impulsif dan anti sosial, kurang kompeten dengan teman sebaya mereka dan sangat rendah orientasi berprestasinya disekolah (Boyd, 2006: 203).
Pola asuh seperti ini tentu akan menimbulkan serangkaian dampak buruk. Di antaranya anak akan mempunyai harga diri yang rendah, tidak punya kontrol diri yang baik, kemampuan sosialnya buruk, dan merasa bukan bagian yang penting untuk orang tuanya (Kriswanto, 2007).
19
2.1.3. Faktor-faktor Pola Asuh Pola Asuh orangtua terhadap anak dapat terbentuk oleh karena beberapa faktor, dari beberapa faktor tersebut ada yang merupakan faktor internal, yaitu berasal dari dalam diri orang tersebut dan faktor eksternal yang merupakan hasil dari pengalaman dan belajar. Menurut Elder (dalam Kurniasih, 2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor pola asuh meliputi: a. Pola asuh yang diterima orangtua ketika masih anak-anak. Orang tua cenderung menerapkan pola asuh yang sama dengan yang mereka terima ketika masih anak-anak, dalam hal ini orang tua mengidentifikasi pola pengasuhan yang didapatkannya adalah model yang paling diidentifikasi anak dalam tingkah laku mereka. b. Pendidikan orang tua. Orang tua berpendidikan yang baik cenderung menerapkan pola asuh permisif dan demokratis ketimbang orang tua dengan pendidikan terbatas, ini disebabkan karena pendidikan lebih membantu orang tua untuk memahami kebutuhan anak c. Status sosial ekonomi. Orang tua dengan keadaan ekonomi yang berlebih cenderung menerapkan pola asuh permisif, ini biasanya disebabkan orang tua menganggap uang bisa menggantikan semua hal yang dibutuhkan oleh anak seperti perhatian dan kasih sayang. d. Konsep tentang peran orang tua. Orang tua yang memegang konsep tradisional cenderung menerapkan pola asuh otoriter, sedangkan orang tua yang memegang konsep modern cenderung menerapkan pola asuh permisif dan demokratis.
20
e. Kepribadian orang tua. Orang tua dengan kepribadian introvet dan konservatif lebih menerapkan pola pengasuhan anak secara ketat dan otoriter.
f. Kepribadian anak. Anak ekstrovet biasanya lebih terbuka terhadap rangsangan yang diberikan orang tuanya, hal ini yang membuat orang tua mengetahui kebutuhan dan kemandirian anak. g. Faktor nilai yang dianut orang tua. Orang tua yang menganut nilai barat lebih berpegang pada konsep equlitarian yaitu orang tua sejajar dengan anak, sedangkan orang tua yang menganut nilai ketimuran lebih berpegang pada konsep kepatuhan. h. Usia anak. Tingkah laku dan sikap orang tua sangat dipengaruhi oleh usia anak, sehingga dalam menerapkan pola asuh juga disesuaikan dengan usia anak.
2.2. Pondok Pesantren 2.2.1. Definisi Pesantren Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata pondok dan pesantren memilil
21
Menurut Dhofier (seperti dikutip Mansur, 2005: 95) Pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe dan akhiran an, berarti tempat tinggal para santri. lstilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru ngaji, dan ada juga yang mengatakan bahwa santri mempunyai arti orang yang tahu buku-buku suci, buku agama, atau buku-buku tentang ilmu-ilmu pengetahuan.
Pondok Pesantren menurut Arifin (seperti dikutip Qomar, 2007: 2) berarti, suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) di rnana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa orang Kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal.
Menurut Syarif (dalam Mansur, 2005: 96) Pesantren menipakan lembaga pendidikan Islam yang sekurang-kurangnya mempunyai tiga ciri umum yaitu Kiai sebagai figur sentral, asrama sebagai tempat tinggal para santri, masjid sebagai pusat kegiatan, adanya pendidikan dan pengajaran agama Islam melalui kitab dengan metode wetonan (bandongan), sorogan, dan musyawarah yang sebagian sekarang telah berkembang dengan sistem klasikal atau madrasah.
22
Sugarda (dalam Zarkasyi 2005: 59 - 60) mengemukakan bahwa kata santri berarti orang yang belajar agama Islam, sehingga pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam.
2.2.2. Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Sejarah masuknya agama Islam di Indonesia adalah karena penyebaran agama Islam oleh mubaligh-mubaligh pertama dengan ptmerangan dan amalan serta melalui pendidikan berbentuk pondok pesantren. Kemudian mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Maka tepatlah jika dikatakan bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan pertama yang dikenal oleh umat Islam di Indonesia (Mansur, 2005: 97).
Salah satu upaya penyebaran agama Islam kepada mas11arakat Jawa adalah melalui jalur pendidikan. Lembaga pendidikan Islam yang didirikan pada masa awal penyebaran Islam merupakan prototype dari sistem pendidikan pesantren. Pendidikan Islam pada waktu itu difokuskan pada ajaran-ajaran Islam baik yang terdapat dalam al-Qur'an, Hadist, maupun yang telah dikupas oleh ulama-ulama salaf seperti yang tertuang dalam kitab-kitab klasik (Zarkasyi, 2005: 57).
Bruinessen (seperti dikutip Mastuki, 2003: 2 - 3) menyebutkan pada masa awal-awal, pesantren sudah memiliki tingkatan yang berbeda-beda.
23
Tingkatan pesantren paing sederhana hanya mengajarkan cara membaca huruf Arab dan Al-Qur'an. Sementara, pesantren yang agak tinggi adalah pesantrenn yang mengajarkkan berbagai kitab fiqih, ilmu akidah, dan kadangkadang amalan sufi, di samping tata bahara Arab (Nahwu Sharf).
Mastuki (2003: 3) mengatakan pada paruh kedua abad k13 - 20 mengamati adanya dorongan arus besar dari pendidikan ala Barat yang dikembangkan pemerintah Belanda dengan mengenalkan sistem sekolal1. Di kalangan pemimpin-pemimpin Islam, kenyataan ini direspon secara positif dengan memperkenalkan sistem pendidikan berjenjang dengan nama "madrasah" (yang dalam beberapa hal berbeda dengan sistem sekolah).
2.2.3. Kultur Kehidupan Pondok Pesantren Pada dasarnya pesantren memiliki tradisi yang tidak bisa dilepaskan dari pesantren itu sendiri. Untuk lebih jelasnya, di sini dikutip tradisi-tradisi (bentuk fisik) meminjam istilah Dhofier (dalam Zarkasyi, 2005: 67), ada 5 elemen pesantren, yaitu; a. Kiai. Pesantren adalah lembaga pendidikan yang ciri-cirinya dipengaruhi dan ditentukan oleh pribadi pendiri dan pimpinannya. Di sinilah signifikansi Kiai. Kiai merupakan elemen yang paling esensial dalam pendirian, perkembangan, dan pengurusan pesantren, sebab umumnya Kiai menjadi pendirinya. Sebagai pemimpin pesantren, keberhasilan pesantren banyak tergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karisma dan wibawa,
24
serta keterampilan Kiai. Oleh karena itu, wajar kalau hidup mati pesantren tergantung Kiainya.
Salah satu tradisi pesantren adalah tradisi penghormatan santri kepada guru dan Kiai. Prinsip yang menjadi patokan hidup santri yang tinggal di pesantren adalah kemauan menerima realitas hidup alias sanggup rnenanggung penderitaan atau tabah untuk hidup apa adanya. Apabila tiada perjuangan, tidak akan ada kemajuan; tiada kemajuan tidak ada kemerdekaan; tiada kemerdekaan tidak akan ada kebudayaan. Artinya, semakin besar cobaan dan keprihatinan yang dilewati santri dalam menuntut ilmu Allah, semakin besar pula ilmu yang diperoleh dan sekaligus memperolel1 pahala yang banyak (Madjid, 1997: 3).
Imam Bawani (dalam Yasmadi, 2002: 63) mengibaratkan keberadaan seorang Kiai dalam lingkungan pesantren laksana jantunfJ bagi kehidupan manusia. lntensitas Kiai memperlihatkan peran yang otoriter disebabkan karena Kiailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin, dan bahkan juga pemilik tunggal sebuah pesantren.
b. Masjid yang merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri. Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi
25
pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional. c. Santri yaitu siswa yang tinggal di pesantren guna menyerahkan diri. Dalam pesantren santri diajarkan hidup dalam suasana kejujuran, jauh dari sifat serakah, apalagi menghalalkan segala cara. Dalam sistem pendidikan tradional, hubungan santri dan Kiai sangat erat. d. Asrama, Pondok. pesantren pada dasarnya sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para santrinya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan Kiai. Asrama fetaknya di dalam komplek pesantren. Kecil-besarnya asrama tergantung jumlah santrinya. Faktor urgensi asrama di antaranya mayoritas pesantren berada di desa, dimana tidak ada akomodasi yang cukup menampung santri-santri. e. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Entah berdiam sementara atau agak lama, pengajaran kitab klasik mesti diterima oleh santri. Pengajaran ini diperoleh melalui pengajian-pengajian. Kitab-kitab klasik iini di antaranya; nahwu, sharaf, fiqhi, usul fiqhi, hadis, tafsir, tasawuf, dan tauhid.
Di samping itu, pendidikan disiplin sangat ditekankan di pesantren. Mulai dari bangun sampai kembali lagi ke tempat tidur, jadualnya telah diatur. Bagi yang melanggar akan dikenakan sanksi, baik berupa sanksi fisik, penugasan, atau drop-out. Oleh karena itu, santri yang berhasil melewati hari-hari yang penuh
disiplin selama di pesantren, umumnya budaya disiplin melekat dalam dirinya ketika telah berada di tengah-tengah masyarakat.
26
Semua itu dimaksudkan agar out put pesantren menjadi manusia yang memiliki kesadaran tinggi bahwa ajaran Islam merupakan welstanchaung yang bersifat menyeluruh. Yaitu, aspek Tuhan, manusia, dan alam terintegrasi dalam sistem nilai pendidikan di pesantren. Dengan demikian, para santri memiliki tujuan yang konkret dalam mengarungi hidup, baik hidup di dunia maupun di akhirat (Madjid, 1997: 4).
2.2.4. Jenis-jenis Pondok Pesantren
Dhofier (seperti dikutip oleh Qomar, 2007: 16 - 17) memandang dari perspektif keterbukaan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, kemudian membagi pesantren menjadi dua kategori yaitu pesantren sa/afi dan khalafi.
Pesantren jenis salafi merupakan jenis pesantren yang
tt~tap
mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikannya. Di pesantren ini pengajaran pengetahuan umum tidak diberikan. Tradisi masa lalu sangat dipertahankan. Pemakaian sistem madrasah hanya untuk memudahkan sistem sorogan seperti yang dilakukan di lembaga-lembaga pengajaran bentuk lama. Pada umumnya pesantren dalam bentuk inilah yang menggunakan sistem sorogan clan weton.
Sedangkan pesantren khalafi dapat menerima hal-hal baru yang dinilai baik di samping tetap mempertahankan tradisi lama yang baik. Pesantren jenis ini
27
telah memasukan pelajaran-pelajaran umum di madrasah dengan sistem klasikal yang dikembangkan dan membuka sekolah-sekolah umum di dalam lingkungan pesantren. Tetapi pengajaran kitab islam klasik masih tetap dipertahankan. Pesantren dalam bentuk ini diklasifikasikan sebagai pesantren modem di mana tradisi salaf sudah ditinggalkan sama sekali.
2.2.5. Jenis-jenis Santri Penggolongkan jenis santri seperti dilakukan oleh Dhofier yang mengklasifikasikan santri ke dalam dua kelompok, yaitu santri kalong dan
santri mukim (Zarkasyi, 2005: 69).
Madjid (dalam Yasmadi, 2002: 66) menjelaskan bahwa Santri kalong merupakan santri yang tidak menetap dalam pondok tetapi pulang ke rumah masing-masing sesudah selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren. Sedangkan santri mukirn ialah santri yang menetap di dalarn pondok pesantren dan biasanya berasal dari daerah jauh.
2.2.6. Program Pengasuhan Partisipasi pernbina dalam program bimbingan di sekolah sangat diperlukan, rnengingat pernbina rnerupakan bagian terbesar dari keseluruhan petugas pesantren. Di sarnping itu pembina rnerniliki banyak kesempatan khusus untuk berhubungan langsung dengan santri (Mastuki, 2003: 156).
28
Khusus dalam kaitan dengan program bimbingan ini, Mai;tuki menyebutkan pembina memiliki tugas sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan masalah-rnasalah yang dirasakan santri di kelas yang berjenjang maupun konvensional {pondokan, asrama). 2) Mengidentifikasi gejala-gejala salah penyesuaian (mal.:1djustment) pada diri murid/santri. 3) Mendorong pertumbuhan dan perkembangan santri di pesantren. 4) Melengkapi bimbingan kelompok di dalam kelas atau pondokan. 5) Melengkapi rencana-rencana yang telah dirumuskan oleh santri bersama penyuluh. 6) Mengajar sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan santri. 7) Mengumpulkan informasi dan data tentang santri. 8) Melaksanakan kontak dengan masyarakat, dengan orang tua santri. 9) Melaksanakan penyuluhan terbatas, karena hubungan baik dapat mudah terjalin antara pembina dengan santri.
2.3. Pola Asuh Pembina Terhadap Santri di Pondok Pesantren Pondok pesantren telah mengalami perkembangan dari masa ke rnasa, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Hal ini dilakukan untuk rnemenuhi kebutuhan dan tantangan zarnan yang dernikian berubah juga. Bila dahulu di pondok pesantren hanya mengajarkan cara rnembaca huruf AlQur'an saja atau rnengajarkan beberapa ilrnu agarna Islam, kini telah banyak
29
pesantren yang telah mengkombinasikan dengan berbagai mata pelajaran seperti yang diberikan di dalam pendidikan formal.
Pendidikan di pondok pesantren tak lepas dari adanya pemgasramaan bagi santri-antrinya yang menginap untuk mendapatkan materi-materi pelajaran.
Di samping itu sekaligus mendidik santri dari kehidupan rnandiri, karena di pondol< pesantren para santrinya terutama santri mukim tidak tinggal lagi di rumah masing-masing yang mungkin dapat dibantu segala sesuatunya oleh para orang tuanya.
Berbicara mengenai pengasramaan santri berarti ada penggantian peran orang tua di sana. Para pengasuh seperti pembina ditugaskan untuk mengasuh anak didiknya (santri), mendampinginya bila ada kendala seputar kehidupan di pondok pesantren. Dalam hal ini pengasuh akan menggunakan cara untuk dapat mengasuh santri yang jumlahnya banya.k. Apalagi mereka yang datang dari latar belakang yang beraneka ragam. Dengan demikian segala hal yang berkaitan dengan pen~1asuhan di pondok pesantren merupakan pola asuh di pondok pesantren itu sendiri. Dan pola asuh di pondok pesantren tidak lepas dari pengasuh sebagai pengganti peran orang tua. Tentunya setiap pengasuh mempunyai
c~ra
yang berbeda
dalam menangani setiap anak didiknya. Hal seperti ini memjadi masalah tersendiri bagi pengasuh.
30
Cara yang berbeda pula di lakukan oleh dua jenis pesantren. Untuk lebih jelasnya berikut ini skema yang membandingkan antara keempat tipe pola asuh yaitu otoriter, demokratris, permisif indulgent, dan permisif indifferent dengan dua jenis pesantren yaitu salafi dan khalafi:
Gambar2.1 Skema perbandingan tipe pola as uh dengan jenis pesantren
Jenis Pesantren
lndikator
- otoritas Kiai, pengasuh tunggaf - jumlah santri yang sedikit - pengajaran tradisional, satu metode - keterbatasan informasi
- pengasuhan kolektif - jumlah santri yang banyak - pengajaran modem, berbagai metode - perkembangan teknologi dan komunikasi
PolaAsuh
-+
Otoriter
-+
Demokratris
Dari skema di atas terlihat bahwa pondok pesantren sa/al'i cenderung otoriter dan pondok pesantren kha/afi cenderung demokratis.
BAB3 METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai jenis penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi variabel dan operasional, subj1ak penelitian, responden dan karakteristik subjek, sumber dan jenis data, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik analisa data, serta prosedur penelitian.
3.1. Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran umum yang lebih objektif juga gambaran dinamika fenomenologis dari subjek penelitian secara mendalam. Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperdalam masalah penelitian, dan memahami gejala atau permasalahan sesuai perspektif subjek yang mengalaminya.
Berkaitan dengan kedua pendekatan tersebut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 4) mendefinisikan "metode kualitatiF sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati.
32
Ada dua alasan yang mendasari penulis untuk menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu: 1. Karena dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah mengenai proses pengasuhan di pondok pesantren. 2. Untuk lebih memaknai kegiatan interaktif ini, kare•na penulis seyogyanya berinteraksi langsung dengan para responden, antara lain dengan menginterview dalam latar alamiah.
3.1.2. Metode penelitian Metode penelitian yang akan digunakan adalah studi kasus (case study). Punch (Poerwandari, 2001: 65) yang didefinisikan sebagai kasus adalah fenomena yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi, meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas. Kasus itu dapat berupa individu, peran, kelompok kecil, organisasi, atau bahkan suatu bangsa. Kasus dapat pula berupa keputusan, kebijakan, proses, atau suatu peristiwa kasus tertentu.
Alasan penulis menggunakan studi kasus (case study) aclalah dengan metode ini penulis ingin mendapatkan gambaran dari per'!anyaan "bagaimana" secara mendetil tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakterkarakter yang khas dari kasus, ataupun status dari indiviclu, yang kemudian dari sifat-sifat di atas akan dijadikan suatu hal yang bersi1at umum.
33
3.2. Definisi Variabel dan Definisi Operasional Definisi pola asuh yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada definisi pola asuh orang tua yang diungkapkan oleh Tarmudji (2007) yakni pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini dapat berarti orang tua mendidik, membimbing, mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yan!~ ada dalam masyarakat. Pengasuhan orang tua tersebut dibagi menjadi empat kategori utama berdasarkan Maccoby dan Martin (dalam Boyd, 2006), yaitu: a. Pola Asuh Otoriter Adalah, tinggi dalam kontrol dan tuntutan kedewasaan, namun rendah dalam pengasuhan dan komunikasi. b. Pola Asuh Demokratis Adalah, tinggi dalam kontrol, tuntutan kedewasaan, pe1ngasuhan dan komunikasi. c. Pola Asuh Permisif Indulgent Adalah, tinggi dalam pengasuhan, namun rendah dalam kontrol, tuntutan kedewasaan dan komunikasi. d. Pola Asuh Permisif Indifferent Adalah, rendah dalam pengasuhan, tuntutan kedewasaan, kontrol, dan komunikasi.
34
Berikut bagan pola asuh berdasarkan empat kategori ternebut :
Tabel 3.1 Kategori Pola Asuh lndikator Tipe Pola Asuh Pengasuhan
Kontrol
Harapan
Komunikasi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rend ah
Demokratis
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Permisif Indulgent
Tinggi
Rendah
Rend ah
Rendah
Permisif Indifferent
Rend ah
Rend ah
f;tendah
Rendah
Otoriter
Pondok Pesantren yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pondok pesantren khalafi (modern) yang memiliki sistem pengasuhan yang dijalanl
Berdasarkan pengertian di atas, maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah pola asuh yang digunakan pembina di pesantre1n dalam mengasuh para santri selama dua puluh empat jam. Dalam hal ini pcila asuh pembina terhadap santri yang terdapat di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut.
35
3.3. Subjek Penelitian 3.3.1. Responden Dalam penelitian ini penulis menunjuk tiga orang sebagai responden atau subjek penelitian. Penentuan jumlah subjek ini adalah untuk jumlah sampel yang disesuaikan dengan fenomena yang akan diamati.
Adapun bentuk pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara
purposive sampling, yaitu subjek dipilih berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu. Hal ini seperti diungkapkan Patton (dalam Poerwandari, 2001) bahwa penelitian kualitatif umumnya menggunakan pendekatan purposif. Sampel tidak diambil secara acak tetapi justru dipilih mengikuti kriteria tertentu.
3.3.2. Karakteristik Subjek Adapun karakteristik sampel yang digunakan oleh penulis adalah pembina yang ditunjuk secara resmi oleh pondok pesantren untuk menggantikan peran orang tua di Pondok Pesantren berusia minimal 25 tahun. Baik pembina untuk kalangan santri putra maupun santri putri dengan lama masa membina di pondok minimal dua tahun dan memiliki latar pendidikan Sarjana
51.
36
3.4. Sumber dan Jenis Data Sumber data penelitian ini primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui skala dan wawancara. Sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari observasi dan bahan-bahan dokurnentasi, seperti buku-buku, dan referensi lainnya
Menurut Lofland dan Lofland (dalarn Moleong, 2007: 157). sumber data utarna dalam penelitian Kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokurnen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalarn kata-kata, dan tindakan, surnber data tertulis, foto, dan statistik
Berdasarkan pendapat di atas penulis rnenggunakan kata-kata, tindakan, surnber data tertulis, foto dan data statistik sebagai surnb13r data.
3.5. Teknik dan lnsfrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalarn pem~litian ini adalah rnelalui wawancara rnendalarn (in-depth interview) sebagai rnetode utarna (primer) dan observasi sebagai teknik penunjang (sekunder). Untuk memperoleh data kualitatif, penulis menggunakan wawancara dengan pedoman urnurn.
37
Patton (dalam Moleong, 2007: 187) mengatakan jenis wawancara dengan petunjuk umum mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar wawancara. Pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi pt~tunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok- pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup.
3.5.1. Wawancara Wawancara di sini adafah untuk memperoleh gambaran rnengenai pola asuh yang dilakukan oleh pembina. Wawancara dilakukan kepada subjek yang rnernunculkan fenornena tertentu dan bersedia untuk diwawancarai. Jumlah subjek yang akan diwawancarai adalah sebanyak tiga orang pembina. Wawancara ini dilakukan setelah kuesioner disebar dan diisi oleh subjek dengan tujuan mendapatkan responden yang sesuai
den!~an
karakteristik
penelitian.
Wawancara dalarn penelitian ini rnernerlukan pedoman wawancara agar melalui wawancara didapatkan data-data yang tidak menirimpang dari tujuan penelitian. Dalarn teknik wawancara ini, pewawancara dapat rnemodifikasi, rnengulangi, rnenguraikan pertanyaan yang ditanyakan dan dapat mengikuti jawaban responden asal tidak menyimpang dari tujuan wawancara. Selain itu,pedoman wawancara juga sebagai alat bantu untuk mt:ilakukan kategorisasi jawaban sehingga mernudahkan analisis.
38
Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini dibuat tidak hanya berdasarkan teori teori pada bab dua dan permasalahan di bab satu. Pedoman wawancara juga mengacu pada teori yang dirangkum dari berbagai penelitian mengenai pola asuh.
Berikut isi dari kisi-kisi pedoman wawancara yang dibuat oleh penulis;
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman wawancara No.
1.
2.
lndikator Gambaran dan riwayat responden
Pengetahuan mengenai pofa as uh
• • • • • • • " " • • • •
3.
4.
Aspek-aspek tentang pola asuh di pondok pesantren
Output yang diharapkan dari pola asuh di pondok pesantren
" • • • " • • •
Sub lndikator Latar belakang keluarga Latar belakang p(~ndidikan Pengalaman mengasuh/membina Motivasi menjadi Pembina Awai mula mengasuh, proses adaptasi kepada :santri Perasaan pada waktu mengasuh Pengertian pola asuh dan macammacamnya Pentingnya pengasuhan Orang yang berperan Tempat-tempat pengasuhan Pengasuhan yan!~ baik Pengarahan mengenai pengasuhan Hal-hal penting yang patut dipersiapkan untuk mengasuh Kehangatan dan pengasuhan Kontrol (kejelasan dan konsistensi peratur1;1n) Harapan (tuntutan kedewasaan) Komunikasi terhadap santri Jenis Pola Asuh vang diaunakan Secara individu (pribadi) Terhadap keluarga dan hubungan sosial Baai oesantren
39
3.5.2. Observasi Metode observasi digunakan untuk memperoleh informasi perilaku manusia yang menggunakan tempat-tempat umum baik untuk bemosialisasi maupun untuk melakukan kegiatan mandiri. Metode ini menggunakan pendekatan pengamatan terhadap objek yang diamati. Dalam penelitian ini observasi digunakan sebagai metode sekunder untuk menunjang metode primer yaitu wawancara.
3.6. Teknik Analisa Data 3.6.1. Analisa Data Kualitatif Sedangkan dalam mengolah data kualitatif, maka penulis menggunakan teknik analisis kualitatif.
Analisis data yang dilakukan mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Organisasi data, karena data kualitatif sangat beragam dan banyak sehingga mesti disusun secara rapi, sistematis, dan selengkap mungkin. 2. Pemberian kode, Coding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistematisasi data sec:ara lengkap dan mendetil sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari, dengan demikian peneliti dapat menemukan makna dari data yang dikumpulkan (Poerwandari, 2001: 86)
40
3. Melakukan analisis data, pada tahap ini penulis menggunakan metode perbandingan tetap dari Glaser dan Strauss (dalam Moleong, 2007: 288), yaitu dalam menganalisis datanya secara tetap membandingkan satu data utama (datum) dengan datum lainnya, kemudian secara tetap membandingkan satu kategori dengan kategori lainnya. 4. Selanjutnya dilakukan lnterpretasi, menurut Kvale (Poerwandari, 2001: 95) linterpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif (luas) sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data melalui perspektif tersebut.
3.7. Prosedur Penelitian Ada beberapa tahapan yang akan penulis lalui untuk menyelesaikan penelitian ini. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
Tahap 1
Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan pengambilan data di lapangan terlebih dahulu penulis melakukan beberapa persiapan terutama yang berkaitan dengan pedoman wawancara, menemukan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dan bersedia untuk diwawancarai, serta menyiapkan alat bantu untuk merekam hasil wawancara.
41
Tahap2
Pembuatan Pedoman Wawancara.
Pedoman wawancara ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian dan teori yang berkaitan dengan permasalahan penelitian seperti yang telah dicantumkan dalam kajian pustaka. Pedoman wawancara ini juga digunakan agar wawancara tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Tahap 3
Mempersiapkan Alat Bantu Perekam
Untuk memudahkan berlangsungnya wawancara maka jawabanjawaban yang diberikan subjek direkam, hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Poerwandari bahwa setepat mungkin wawancara perlu direkam dan dibuat transkrip secara verbatim (Poerwandari, 2001 ). Oleh karena itu, diperlukan tape recorder dan perlengkapan lainnya. Tahap 4
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah pedoman wawancara dibuat, tape recorder beserta perlengkapannya siap untuk digunakan, maka penulis menghubungi semua subjek membuat janji mengenai tempat dan waktu untuk proses wawancara yang lebih mendalam. Dalam tahap penelitian ini penulis meminta kesediaan subjek untuk mengisi angket dan untuk diwawancarai. Kemudian menjelaskan tujuan penelitian serta berapa lama penelitian tersebut akan berlangsung. Dalam penelitian ini pencatatan hanya dilakukan secara garis besarnya saja. Untuk membantu agar seluruh hasil penelitian dapat direfcam penulis menggunakan tape recorder.
42
Tahap5
Pengolahan Data
Hasil wawancara di lapangan yang telah direkam kernudian dipindahkan secara verbatim ke dalarn bentuk naskah (teks}. Sistimatika penulisan naskah digunakan dengan aara rnernilah-rnilah hasil wawancara berdasarkan pedornan wawancara. Data-data yang telah diproses dari hasil wawancara akan dianalisa1 secara kualitatif, yaitu rnenggambarkan data dengan kata atau kalirnat yang dipisahpisahkan rnenurut kategori tertentu. Kernudian analisis akan dilakukan juga per subjek, untuk rnelihat keunikan rnasing-rnasing rnasalah yang dihadapi subjek, serta dilakukan analisa secara keseluruhan. Lalu diinterpretasi untuk mernperoleh gambaran secara urnurn dan dibuat ringkasannya. Sehingga memudahkan melihat gambaran hasil penelitian dan perbedaan dari masing-rnasing subjek penelitian.
BAB4 1PEMBAHASAN DAN ANAL1S1S !DATA
Pada bab ini penuiis menjelaskan data dan hasil dari penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif berisi tentang garnbaran urnurn responden, riwayat kasus, analisa kasus, perbandingan antar kasus, dan data tarnbahan.
4. 1. Gambaran Umum Responden Adapun pengarnbilan responden sebagai sampel penelitian kualitatif adalah sebanyak tiga orang pernbina yang berada di pondok pesantn~n Darul Arqam Garut. Terdiri dari dua orang laki-laki masing-masing berusia 28 tahun dan 40 tahun, dan satu orang perernpuan berusia 39 tahun yang telah dipilih berdasarkan karakteristik subjek penelitian. Berdasarkan identitas responden yang didapatkan, maka gambaran umum dari responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan terakhir, usia, pekerjaan, suku bangsa, status, dan masa kerja membina secara umum adalah sebagai berikut:
44
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Nama lnisial
ES
NH
AY
Jenis Kelamin
p
L
L
Pendidikan
S1
S1
S1
Usia
39Tahun
40Tahun
28Tahun
Pekerjaan
Pembina I guru I
Pembina I Guru I
Pembina I Guru
pembina lrmawati
Staff keuangan
Suku Bangsa
Sunda
Sunda
Sunda
Status
Menikah
Menikah
Single
Masakerja
12
12
2
Teralkhir
Membina
4 . 2. Riwayat Kasus dan Analisa Kasus Untuk analisa kasus, penulis menggunakan indikator berupa e1mpat dimensi pola asuh dari Baumrind (dalam Boyd, 2006: 202) yaitu: 1. Kehangatan atau pengasuhan 2. Kejelasan dan konsistensi peraturan (kontrol) 3. Tingkat pengharapan (tuntutan) 4. Komunikasi
Berdasarkan empat dimensi pola asuh di atas, penulis mengkategorikan empat tipe pola asuh. Keempat tipe pola asuh tersebut diambil tiga dari Baumrind (dalam Boyd, 2006: 202), yaitu otoriter, demokratis, dan perm!sif. Satu dari
45 Maccoby dan Martin (dalam Boyd, 2006: 202) yaitu tipe pola asuh tidak melibatkan (Uninvolvecf).
Cara untuk mengetahui subyek termasuk ke dalam klasifikasi tipe pola asuh tertentu, dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Kategori Pola Asuh lndikator Tipe Pola Asuh Pengasuhan
Kontrol
Harapan
Komunikasi
Rend ah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Demokratis
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Permisif Indulgent
Tinggi
Rendah
Rendah
Rend ah
Permisif Indifferent
Rendah
Rendah
Rend ah
Rendah
Otoriter
Untuk mengukur tinggi rendahnya indikator, berdasarkan kepada karakteristik masing-masing tipe pola asuh. Disebut kategori tinggi, apabila terdapat hal-hal seperti; menunjukkan ekspresi kehangatan dan kasih sayang, menunjukkan rasa bangga akan prestasi yang diperoleh oleh anak, berusaha mengontrol kebebasan, inisiatif, dan tingkah laku anak, ada penekanan kepada anak untuk mengoptimalkan semua kemampuan yang dimilikinya, serta memberikan alasan yang jelas pada saat pemenuhan kebutuhan anak. Sedangkan yang disebut kategori rendah, apabila terdapat hal-hal seperti; menghukum dan menuntut tanpa adanya konfirmasi, menuntut secara berlebihan, tidak rnemberikan
46 peluang yang besar untuk bermusyawarah, tidak menetapkan batasan yang tegas, tidak terlibat dalam kehidupan anak, dan sedikit kendali terhadap anak.
Berikut satu persatu hasil analisa kasus terhadap setiap
subyE~k:
4. 2. 1. Kasus ES Riwayat Kasus ES ES adalah seorang wanita berkeluarga berusia 29 tahun kelahiran kota Kembang Bandung yang besar bersama bibinya hingga SMA. ES diadopsi karena bibinya tidak mempunyai anak, sehingga meminta kepada kedua orang tuanya agar dapat merawatnya hingga besar. Anak sulung dari enam bersaudara ini memulai pendidikan sekolah dasar hingga tiga sekolah karena seringnya berpindah tempat. Sedangkan jenjang pendidikan kuliahnya, ES tempuh di salah satu perguruan tinggi swasta di Solo yang mana mengantarkan dirinya kepada suami yang diikutinya hingga saat ini. Wawancara dengan ES berlangsung dua kali kareha keterbatasan waktu. Wawancara pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 22 September 2007 pukul 10.50 hingga 11.30 WIB bertempat di ruang mahkamah pondok pesahtren. Ketika proses wawancara berlangsung ES memakai pakaian resmi yaitu seragam karena usai mengajar di kelas. ES mengenakan baju berwarna cokelat, serta celana dan kerudung hitam. Wawancara kedua dilaksanakan di tempat yang sama pada keesokan harinya yaitu hari Minggu tanggal 23 September 2007 pukul 14.00 hingga 15.00 WIB. Kali ini ES mengenakan baju dan kerudung berwarna kuning dan celana hitam.
47 Selama proses wawancara berlangsung ES tampak serius meimperhatikan setiap pertanyaan yang diajukan oleh interviewer kepadanya. Hal ini terlihat dari alis matanya yang sering meruncing. Namun secara keseluruhan ES tetap terlihat santai dan senang diwawancarai, ES juga suka tertawa ketika membicarakan hal-hal yang lucu. Dengan suara rendah dan intonasi yang terkadang naik turun, ES dengan lugas menjawab setiap pertanyaan. Meskipun pada saat diadakannya wawancara tidak terdapat kehadiran orang lain, !Jangguan sempat terjadi ketika beberapa pembina lain sebanyak dua orang mernasuki ruangan untuk mencari suatu barang yang tertinggal, sehingga wawarn::ara sempat terhenti selama Hrna menit.
ES mulai membina sejak tahun 1994. Awai mula membina di pesantren ini karena ikut suami yang telah 1ebih dulu bekerja di sini. Meskipun orang tua asuhnya sempat keberatan karena akan merasa kesepian, tetapi mereka mengerti yang harus diikuti adalah suami, akhimya diizinkan juga untuk bekerja di pesantren dengan izin yang tidak dilakukan secara formal.
"Ortu ikut saja pada yang ngasuh karena dari awal seperti itu . Meskipun sempat ada sedikit keberatan dari bapak yang mengasuh. Karena akan merasa kesepian. /bu sempat mfnta izin meskipun secara tidak resmi. Tetapi karena o/'$ng tua juga mengerti I paham yang harus diikuti adalah suami, akhimya tetap mengizinkan ibu untuk membina disini."
Bila dibandingkan dengan jurusan yang diambil ketika kuliah s:aat itu memang tidak berhubungan dengan apa yang dikerjakannya sekarang. Apalagi ES berasal dari keluarga yang berlatar belakang bukan dari lingkungan pondok
48 pesantren. Hanya yang menjadi pertimbangan adalah pelajaran-pelajaran agama yang pemah dipelajarinya dari SD sampai kuliah. ES juga sernpat belajar dan membaca pengetahuan seputar psikologi agama yang mungkin membantunya dalam membina santriwati selama ini. Menurut apa yang dituturkannya tidak pemah terbayang sebelumnya menjadi seorang pembina, kartma di jurusan yang diambilnya di Universitas tersebut yang tergambar paling menjadi penyuluh, pegawai di KUA atau di BKKBN. Karena yang tergambar padst saat kuliah adalah melanjutkan studi saja. Alasan lain yang menguatkan ES untuk membina adalah karena biaya kuliahnya adalah beasiswa dari sebuah organisasi kemasyarakatan bemama Muhammadiyah. ES mendapatkan beasiswa tersebut karena lolos seleksi mewakili Jawa Barat bersama seorang temannya dari lima orang yang mendaftar. Program ini diadakan untuk menjadi pembinaan kader Muhammadiyah. Dan pesantren yang ES diami saat ini berada dalam naungan Muhammadiyah, sehingga ES berpikir sekaligus mengabdi saja.
"Masuk ke UMS itu beasiswa dari utusan masing-masing wilaJrah muhammadiyah. Setiap wilayah boteh mengirim berapa saja esat tutus seteksi. Dari jabar ada lima orang peserta yang tu/us dua orang ibu dan pa Ncep. Programnya untuk kader muhammadiyah. Yang tergambar ada/ah melanjutkan studi aja. Lapangan pekerjaan ushutudin adatah di tapangan itu sendiri. Seperti di KUA, BKKBN ataujadi penyutuh. Ga ada gambaran untukj;!ldi pembina" Berdasarkan pengakuan ES menjadi pembina adalah keinginan dirinya sendiri. Karena ES mempunyai pendapat apabila telah lulus kuliah tentunya harus cari kerja, apa saja yang mampu akan dikerjakannya. Apalagi ES seorang wanita, mau apa lagi, paling menikah dan lain-lain. Ternyata beberapa hari setelah menikah ES ditawari oleh pimpinan untuk bekerja di pesantren menjadi pembina
49 santri perempuan. Baginya mengapa tidak untuk dilakukan, apalagi suarni juga menganjurkan.
"Setelah lu/us tentunya cari kerja, apa saja yang kita mampu saya akan kerjakan, ketika menikah ditawari o/eh pimpinan untuk kerja disini. Ya kenapa tidak. Suami juga menganjurkan meskipun semua keputusan ada di tangan ibu. Sudah Ju/us kuliah mau apa? Ap.alagi wanita., paling menikah ... dll. Nikah Si:Jtelah tutus. Karena bapak sudah mengajar disini. Pak farid ada/ah kakak kelas ibu. empat hari nikah (19 Juni) /angsung siap siap buat ngajar di tahun ajaran baru bu/an juli." ES mengaku belum pemah mengasuh sebelumnya, hanya saja ES memiliki orang tua asuh yang mempunyai panti asuhan, mungkin pengalaman secara tidak langsung. Karena pada saat itu ES masih berusia anak-anak atau masih di SD, ketika telah SMP bapak sudah tidak lagi mengurusi panti asuhan tersebut. Hanya ES suka bergaul dengan anak-anak di panti asuhan,
"Dari segi pengalaman orang tua ada. Pengasuh atau bapak ;mgkat ibu yang berada di jalan karapitan punya panti asuhan bernama taman harapan. Punya (pimpinan cabang) PC Lengkong. Bapak waktu itu berlugas disitu. Namun pada saat itu ibu masih usia SD (anak-anak) pada saat SMP udah imgga, hanya ibu bergau/ dengan mereka. n Analisa Kaisus ES Pola asuh menurut ES adalah membina atau membimbing anak-anak sesuai visi dan rnisi pondok pesantren. Menjadikan anal< lebih baik. ES menyebutkan ada dua macam pola asuh, satu pola asuh yang bersifat langsung, kedua pola asuh tidak langsung. Yang dimaksud dengan pola asuh Jangsung adalah pembina melakukan pembinaan langsung terhadap santri seperti di Darul Arqam (DA) sebagaimana yang dilakukan orang tua di rumah. Karena harapan pondok adalah pembina dapat mengganti peran orang tua santri di pondok pesantren. Sedangkan pola asuh bertingkat pembina memiliki wakil-wakil dalam membina
50 santri, dalam hal ini kakak kelas mereka atau para senior yang telah lulus namun belum meneruskan studi.
"Menurut ibu po/a asuh yaitu membina atau membimbing anak-anak sesuai visi dan misi pondok pesantren. Menjadikan anak lebih baik. Maccrm-macam po/a asuh yang ibu ketahui yaitu Pola asuh langsung dan bertingkat. Yang disebut Pola asuh /angsung yaitu pembina !angsung membina anak asuh (santri) seperti di Darul Arqam (DA). Pola asuh secara langsung, yang dilakul(an pembina terhadap anak asuhnya. Sebagaimana dilakukan orangtua di rumah. Pada mu/anya Kiai Miskun du/u berpegang teguh agar santri tidak diasuh o/eh kakak kelasnya. Tetapi o/eh pembina yang bertugas mengganti peran orang tua di pondok pesantren, pembina yang ditunjuk dan sampai sekarang tidak pemah berubah yaitu po/a asuh secara langsung, karena harapan pondok pembina dapat berperan sebagai pengganti orang tua. Sedangkan bertingkat arlinya pembina memiliki bawahan-bawahan, dalam ha/ ini kakak ke/as mereka atau para senior. Mereka/ah yang membina santri." Dalam membina ES menganggap santri sebagai anak sendiri meskipun tetap saja berbeda. Bila anak sendiri ES mengaku dapat bebas mernarahi dan tidak ada beban terhadap siapapun atau apapun. Tetapi jika terhadap anak asuh rasa sayangnya sama terhadap anak-anak yang lain, hanya dalam pemberian hukumannya mesti mempertimbangkan banyak hal. Karena bukan anak kita sendiri, sehingga bila nanti ketika dimarahi santri melapor kepada orang tuanya bagaimana pertanggung jawabanya.
"Anak sendiri bebas ngemarah-marahin ga ada beban untuk clpa-apa. istilahnya milik kita sendiri jadi ka/au punya sa/ah dimarah-marahin juga ga apa-apa. Tapi kalau anak asuh kasih sayangnya sama ke anak-anak yang le1in. Tetapi dalam pemberian hukuman mesti memperlimbangkan banyak ha/ karena bukan anak kita sendiri, karena anak orang. Anak sendiri di ceprat-cepret lidak ada yang marah. Tapi kalau anak orang, nanti dia bilang sama orang tuanya bagaimana? Tapi ka/au kasih sayang sama." ES mengaku waktu membina dalam waktu satu tahun tidaklah cukup, karena rata-rata satu kelas santri yang dibina berjumlah 40 Orang. SEilama 24 jam sehari
51
hanya dapat membina santri sesuai dengan kemampuannya saja. Dalam mempersiapkan pembinaan ES menyebutkan ada persiapan yang khusus, karena setiap menghadapi tahun ajaran baru selalu diadakan rapat pembina satu hari menjelang libur. Dalam rapat tersebut ditetapkan pembini:1-pembina yang akan menangani kelas berapa saja di tahun ajaran baru. Jadi IES dapat mempersiapkan dan merancang akan melakukan apa saja nainti, juga mencari tahu latar belakang santri yang akan diasuhnya kemudian hari. Selain itu sebagian besar santri sudah ES kenal, karena ES lebih banyak ditunjuk untuk membina kelas-kelas besar. ES mengaku dalam menghadapi kelas besar bila diajak curhat atau bicara, santri-santri dapat mengerti. Bila melanggar peraturan tinggal ditanya balik saja apakah hal itu baik untuk dirinya atau tidak. Lain halnya terhadap kelas kecil, harus banyak bicara dan memanjakan. ES mengaku kesulitan jika ditunjuk untuk menangani kelas kecil karena dirinya merasa kurang dapat bersabar. ''Tidak cukup. Rata-rata 40 orang ibu membina. Selama 24 jam bisa membina paling sekemampuan ibu saja. Biasanya ibu membina anak besar. Tidak pemah kelas 1 (satu) karena dari segi kesabaran ibu kurang. Kan harus banyak ngomong. Harus manjain kurang bisa. Ka/au ditunjuk ke/as besar tidak begitu kesulitan. Diajak curhat atau bicara mereka bisa nyambung, kalau melanggar tinggal dibalikan saja, bagus ga buat kamu. Ka/au di ke/as 2 (dua) dan 3(tiga) pemah membina cuma satu tahun. Ka/au anak kecil paling nangis, nah ibu kurang bisa sabar"
Bagi ES hal yang paling berpengaruh dalam pembinaan adalah perhatian yang dilakukan oleh pembina kepada santri. Oleh karena itu pembina memiliki peranan yang sangat berpengaruh terhadap pola asuh. Akan berbeda seorang anak yang diasuh dengan cukup perhatian dengan anak yang dibiarkan saja.
52 Dalam pengasuhan di Darul Arqam bila pembinanya acuh ata1J tidak memperhatikan perkembangan anak didiknya, para santri akan membuat ulah untuk diperhatikan. Pada dasamya santri suka dan senang diperhatikan atau diasuh. Bila perhatian bisa maksimal maka pengaruhnya akani baik. Kalau pengasuhannya tidak maksimal akan kurang baik. Selain itu faktor bawaan dari rumah, faktor sosial cara santri bergaul dengan teman-temannya, dan kemampuan anak untuk belajar disekolah merupakan hal-hal yang mesti diperhatikan akan berpengaruh terhadap anak. uTentu berbeda, ada anak yang diasuh dengan perhatian yani1 cukup dengan anak yang dibiarkan sa1a. Jangan jauh-jauh, coba saja lihat dalam keluarga. Beda anak yang ke/uarganya broken home dengan keluarga yang perhatiannya cukup atau baik baik.sama juga dengan po/a asuh di DA, kalau pembinanya acuh tidak memperhatikan perkembangan anak-anak didiknya/asuhnya. Mereka akan membuat ulah untuk pengen diperhatikan. Pada dasamya mereka pengen dilihat, senang diperhatikan atau diasuh. Yang paling berpengaruh adafah perhatian, kalau perhatian bisa maksimal maka pengaruhnya ,akan baik. Ka/au pengasuhannya tidak maksimal akan kurang baik. Dan faktor-faktor lain yang berpengaruh diantaranya faktor bawaan dari rumah, faktor sosial setelah mereka beradaptasidengan teman-temannya. Atau kemampuan anak· untuk bersekolah. Sekolah itu sendiri. Menghadapi masalah itu sendiri, dan masl'h banyak lagi ha/ha/ yang berpengaruh."
"
Pengasuhan
Terhadap santri yang rnenderita sakit ES akan rnelihat dulu kcmdisinya. Bila hanya panas saja cukup dikompres, tetapi jika sampai mengaiami kejang-kejang selama satu malam dan telah dibawa ke dokter pesantren, m21ka orang tua santri tersebut dihubungi untuk dibawa pulang agar perawatannya le1bih intensif. Tugastugas santri pun ditunda agar istirahat lebih dulu, bila kelihatan sudah agak baik baru difanjutkan kembali. Sedangkan untuk santri yang sakitnya berhubungan
53
dengan mental sebisa mungkin diatasi oleh ES dengan hati-hati. Akan digali permasalahannya sampai sejauh apa namun tidak tenalu dalam upaya yang dilakukan pondok untuk mengatasinya. Sebagai contoh santri yang sudah merasa tidak betah tinggal di pondok, ES akan memberikan perhatian lebih. Tetapi hat tersebut tidak ditampakkan di depan teman-temannya yang lain, seperti diajak ke rumah ES lalu diajak ngobrol. Jika ES sakit, tugas digantikan oleh kepala sekolah, atau memanggil santri yang telah dianggap dewasa untuk membimbing teman-temannya. Pada saat ES sakit ada perasaan pada dirinya ingin dijenguk oleh santri namun tidak memaksakan kepada santri untuk datang. "Bila santri sakit ibu dilihat saja dulu. Sakit ringan, sedang atau berat. Ka/au panas saja, dilongok dahu/u, dikompres, di/akukan sendiri sebisa mungkin, jika agak sedang dibawa ke dokter. Ka/au berat seperti kejang jam 1 ma/am (kolik) dan setelah diberi obat tetap saja, lalu dibawa ke rumah sakit (terus dibawa ke orang tuanya). Terhadap tugasnya dilihat dulu, jika ringan disuruh istirahat, kalau kelihatan udah agak baik si/ahkan dilakukan lag; tugasnya. Ka/au sakit mental ga terlalu dalam, ya sejauh mana dikoreknya, ka/au bisa diatasi ya diatasi. Contohnya ada anak yang ngerasa intimidasi anak yang lain. Ditangani setahun febih dengan ekstra hati-hati, afhamdulillah sekarang berubah sudah lebih baik. Apalagi mengasuh anak itu lagi. Sekarang dia menyadari kesalahannya bahwa hat itu tidak baik (sikapnya selama ini). Ada anak yang punya .keluhan hanya untuk diperhatikan saja" Santri yang dibina oleh ES tidak terlihat tegang atau takut ketilerbuat tidak benar akan malu dengan sendirinya. Karena berdasarkan pengakua11 ES, beliau ingin membina hubungan yang harmonis, sehingga bila terjadi sesuatu ES akan sebisa mungkin menyikapinya dengan tenang tidak dengan marah-marah. Pertama ES akan mengajak santri untuk ngobrol, biasanya santri akan mengaku lebih dulu sebelum ES menunjukan kesalahannya.
54
"Anak-anak waktu ketemu ibu, tidak tegang, tidak takut tapi malu sendiri bi/a ada santri yang berbuat yang tidak benar. Diajak ngobrol, merasa berdosa ya me/akukan ha/ itu. Tidak disikapi dengan marah. Ka/au dia punya salah, dia akan mengaku dutuan sebelum ibu menunjukan kesalahannya. /bu ingin membentuk hubungan yang harmonis sama anak. terkadang kita waktuny,9 marah ya marah. Ka/au susah diatur ya marah. Tapi sekalinya marah mereka p;rada takut" Waktu-waktu yang digunakan ES untuk mengontrol anak-anak di asrama adalah lima kali waktu shalat ditambah waktu-waktu berangkat ke kelas yaitu pagi, sore, dan malam hari. Sekali waktu ES suka mengontrol ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas. Sedangkan pada hari libur atau hari Jum'at ES mengaku hanya sesekali mengontrol ke asrama untul< me1iha1: sejauh apa kedewasaan santri yang dibinanya. Selain itu karena anak-anak perlu waktu istirahat "ngontrol yang wajibya sehari lima kali (waktu shalat) ditambah waktu-waktu berangkat seko/ah pagi, sore, ma/am. (de/apan kali wajib) ka/ctu hari biasa. Suka ngontrol pas jam be/ajar, pu/ang ngajar jam 07.00 sampai jam 09.00 pagi tidak ke rumah ke asrama dulu." Bagi santri yang terlambat bangun tidur ES akan memberikan toleransi bila sehari sebelumnya sibuk karena ada kegiatan, sehingga men1iakibatkan santri kecapaian. Meskipun begitu ES tetap menegaskan untuk ban1iun dan siap-siap untuk shalat subuh. Setelah membangunkan ES akan langsung pergi ke mushola untuk menghindari dirinya masbuk (shalat berjama'ah namun tertinggal beberapa raka'at dari imam). Sehabis shalat baru ES kembali ke asrama untuk mengontrbl santri apakah masih ada yang tidur atau tidak. Bila ada sl!lntri yang melakukan kesalahan berulang kali ES akan memanggil orann tuanya. Hl:ll ini
55
dimaksudkan agar orang tua mengerti akan kelemahan anakniya sehingga ada perhatian. "Ngontrol mulai dari jam 04. 00 sebelum subuh, kalau yang kemarinnya sibuk mereka capek, suka masih ada yang tidur, bukan pada bangun. Ka/au keadaannya biasa-biasa saja, tenang gitu kadang suka mend1~patkan anak-anak yang suka shalat tahhajud, ngaji Al-qur'an, di/. Ka/au hari biasa ga da yang ke/ewat shalat subuh. Tapi kecuali hari Jum'at, kadang ngebangunin kadang ngga, soalnya libur. Cuma sesekali suka ngontrol juga. Nguji kemandirian mereka bisa atau ngga ya, banyak yang kesiangan. Kesiangan tahu karena tidak dibangunkan. Jadi kemandirian kurang. Tapi tidak semua, kaclang dibangunin, juga diberi peringatan. Jangan seperti itu /agi." ES menyadari terhadap cara belajar santri kurang begitu
men~gontrol.
Bila di
kelas menjadi tanggung jawab wali kelas, sedangkan di asrama kesulitan karena waktu yang padat. Meskipun begitu ES tidak melepaskan tanggung jawab, caranya ketika ES mengajar di kelas dan di sela-sela waktu
p(~fajaran
kosong ES
memperhatikan anak, sehingga tetap mengetahui kondisi analk didiknya. "Terhadap cara be/ajar santri sekarang kebetulan ada wali kelas, ya. Dibagi dua tugasnya. satu lagi wali kelas selain pembina. Jadi yang lebih ngontrol be/ajar ya mereka. Tapi ibu juga ga lepas begitu aja tanggungjawab. /bu juga kan sesekali ngajar. Jadi tahu juga kondisi si anak. Yang semangat belajamya kurang, kembang kempis atau lemah." • Kontrol ES akan menyikapi santri yang bertengkar, saling menyindir, atau bersengketa dengan memanggil semua yang terlibat untuk didamaikan. Mereka disatukan untuk dicari tahu permasalahannya. Kemudian diselesaikan d1~ngan jalan musyawarah. Ditanyai semua pihak yang terkait, kemudian diluruskan duduk perkaranya. Bila kejadiannya terulang sampai tiga kali baru dipanggil orang tua yang bersangkutan. "Secara fisik mungkin jarang terjadi perlengkaran. Cuma mun17kin berantem secara lisan. Silih sindir atau berupa ancaman. Untuk anak kelas besar jarang
56 atau bahkan tidak ada. Cara penanggulangannya kalau masa.lahnya saling sindir, atau paling juga sengketa, biasanya anak itu nge/uh. P13/ing dipanggil keduanya kemudian di islahkan, dikasih penjelasan, untuk kerukunan, iya se/esai gitu. Disatukan, diminta damai. Hanya permasalahannya dicari dulu, kemudian diluruskan bahwa masalah tersebut bisa diselesaikan dengan cara musyawarah. Dengan saling mengerti dan memahami. Seperti yang dibilan£1 tadi ada yang mengulang terus menerus. Di catatan kasus saja banyak. ltu l'>e!jenjang satu kali diperingati, dua kali dinasihatin, tiga kali dipanggil orang tua." ES tidak terlalu mengatur waktu bermain anak. Karena jadwal di pondok sudah ada, paling santri memanfaatkan waktu-waktu istirahat saja. Bila terdapat jam pelajaran kosong ES akan bertanya dulu kepada santri apakah ada tugas, kemudian diajak berdiskusi. ES merasa mengobrol dengan santri adalah sebuah keharusan, karena itu sebagai bentuk komunikasi dengan anak. Dengan mengobrol itulah ES dapat mengetahui permasalahan santri. "Waktu bermain di DA santri memakai waktu istirahat siang setiap hari mulai jam 12.00 sampai jam 15.00 dan harijum'at full untuk istirahat, untuk refreshing. Waktu kosong pas be/ajar sekolah digunakan santri untuk tidur, baca, badminton, olah raga (seadanya). /bu juga suka nanya ada tugas tidak, kalau tidak diajak ngobrol atau diskusi. Ka/au lagi mengajar tidak sempat, jadi anak-anak ke asrama." Yang paling tegas ES lakukan adalah terhadap waktu shalat santri, dirinya akan menggiring santri setiap waktu-waktu shalat wajib. Langsung ditegur bila masih ada yang belum benar shalatnya, langsung diluruskan bila ada yang bergurau. ES tidak dapat mentolerir bagi santri yang melalaikan shalat, hal itu adalah kewajiban, sehingga tidak dianggap wajar bila ada yang lalai. Meskipun sakit tetap harus dilaksanakan semampunya. Hanya bila ES dalam kondisi capek atau kurang segar kadang suka terlewatkan hingga lupa memperhatikan santri.
57
"Pemah lupa tidak memperhatikan santri, ya.. kadang-kadang kalau lagi capek ya sekali-kali. Ka/au kefewat capek ya sukalah yang namanya kondisi badan kecapean yang kurang segar kadang terlewatkem"
•
Harapan
Terhadap harapan dan cita-cita santri ES mengarahkan agar mencapainya sesuai dengan kemampuan minat dan bakatnya. ES mengaku cara memotivasi santri adalah dengan menekankan bahwa di Darul Arqam itu adalah untuk belajar, punya tanggung jawab, sehingga setelah lulus bisa berhasil dan sukses.
ES benar-benar memberikan tuntutan kepada santri belajar dEmgan sungguhsungguh untuk memudahkan dia mendapatkan beasiswa ketika lulus. Karena kuliah dengan beasiswa adalah keuntungan tersendiri, jika bukan santri yang mengupayakannya siapa lagi.
"Terhadap harapan dan cita-cita ibu mengarahkan sesuai dengan kemampuan minat dan bakatnya santri sendiri, ibu selalu memotivasi kepada mereka bahwa disini untuk be/ajar. Punya tanggung jawab dan sebagainya. Sehingga harapannya setelah tu/us sukses dan berhasi/." Bila ES menyuruh atau meminta tolong hal pribadi kepada santri akan dilakukannya secara langsung, hanya jarang terjadi. Sedangkan menyuruh santri untuk beres-beres, membersihkan asrama dan lingkungannya ES memberikan kontrol yang cukup. Meskipun tidak diabsen tetap ES pantau, sehingga bila ketahuan ada yang malas atau tidak bekerja akan ditegur atau dipanggil.
"...mm.. h ga sih kayaknya cuman minta tolong "neng tolong de>ng ambilin kunci. Ka!au nyuruh bersih-bersih (.11adzofah) hat itu sudah dijadwal. Ka/au ada yang tidak kerja atau ma/as, dipanggil aja. Dia juga tidak pemah m~1cam-macam, "ya bu mau", Tapi maunya itu kadang belok kemana dulu. Tapi te1'ap dipantau, tidak hanya sekedar menyuruh dan terserah mau diketjakan atau tidak. "
58 Terhadap santri yang kurang terhadap prestasi belajar ES akan memberikan bimbingan, lalu mencari kelebihan yang ia punya dan memberikan kesempatan untuk mengembangkannya. ES juga memberikan motivasi kepada santri yang kurang untuk mengejar prestasi semampunya, karena asalkan ia rajin siapapun bisa. Oleh karena itu psychotest yang diberikan BK kepada santri sangat membantu ES dalam melihat kekurangan dan kelebihan santri secara spesifik. Sedangkan terhadap santri yang berprestasi ES tidak perlu melakukan apa-apa lagi karena sudah bisa berkembang sendiri, malah kalau bisa membantu temannya yang lain. Hanya berdasarkan pengakuan ES mereka yang berprestasi akan mendapatkan penghargaan langsung dari pondok. "Terhadap yang kurang kita tetap memberikan bimbingan. Setiap anak ada kekurangan dan ke/ebihan. Kita cari kelebihan anak itu, mung,f
Terhadap cara berbusana santri ES menyebutkan sudah ada aturan yang baku. Bila ada yang melanggar akan dipangil, lalu ditanya mengapa sampai melanggar dan diserahkan ke mahkamah untuk ditindaklanjuti. ES mengakui jenis hukuman yang diterima santri saat ini lebih ke aran yang mendidik seperti menghapal AlQur'an. "Terhadap cara berbusana sekarang kita sudah punya peraturan yang baku tentang berbusana. Secara seragam kafau ada anak yang mefanggar dipanggil.. ditanya kenapa melanggar dan fain sebagainya ada saja yang metanggar, kalau melanggar diserahkan ke mahkamah. Satu kali dikasih peringatan, dua kali masih peringatan ditambah hukuman berupa ayat Al-Qur'an, tiga kali kelipatan 10"
59
Bila ES melakukan kesalahan terhadap santri akan mengakuinya lalu meminta maaf. Hal itu tidak akan membuatnya turun wibawa apalagi m1:mjaga gengsi. ES siap untuk dikritik oleh santri bila memang salah, bahkan membebaskan santri untuk mengutarakan keberatannya. "kalau ibu sih siap saja dikritik sama santri, bahkan bebas-bebas /ah bagi anak kalau misalkan ibu salah. Misalnya, ada permasafahan pada ,;1nak, kemudian ibu marah, setelah diungkapkan alasannya temyata ibu yang salah. Ya ibu minta maaf. /bu tidakjaga gengsi atau turun wibawa. Ka/au meman~1 ibu salah ya ibu mengakui. Tidak ada manusia yang sempuma. Kadang-kadang manusia juga suka sa/ah." •
Komunikasi
Cara berkomunikasi ES terhadap santri mengenai pembinaan yang akan dilakukannya yaitu dengan memberi tahu dulu di kelas di awal tahun pengajaran. ES memberikan arahan-arahan dengan menjelaskan seperti apa gambaran
dirinya. Harapannya agar santri mengerti, memahami bahwa clirinya sudah sepantasnya bertindak dewasa, mempunyai tanggung jawab pribadi, sehingga dapat melakukan sesuatu dengan kesadarannya sendiri. "Pemah buat kontrak tapi dalam waktu be/ajar santri, contoh yang datang terlambat terus masuk kelas. Seperti tahun ini (semester ini) ibu ke anak-anak kelas 2 (dua) dan 3 (tiga). "Pokoknyajika kalian tidak punya b11ku catatan, sering bolos sekolah, ibu akan akan melaporkan pembina. Dan bi/a t•9tap begitu juga ibu akan minta orang tua ka/ian yang datang". Kalt!IU kontrak ketj& dengan santri tentang pengasuhan, be/um ya, be/um pemah kalau ke pengasuhan. Karena kalau ke pengasuhan istilahnya hanya lebih ke membimbing dan memotivasi santri saja. Ka/au kontrak ketja seperti ini be/um pemah dilakukan" Bila selesai belajar di kelas ES mengharapkan santri untuk mEmgerjakan yang wajibnya terlebih dahulu. ES mengharapkan santri dapat men!;;iusahakan dirinya menempatkan waktu, bila seusai sekolah harus siap-siap shalat berjamaah maka
60 harus dilakukannya. Namun ES suka memberikan toleransi istirahat bila memang santri merasa kelelahan sebelum akhirnya pergi ke mushola.
"Sele/ah be/ajar dike/as, seusai be/ajar di sekolah kewajibannJra kan ada shalat berjamaah, santri diusahakan harus bisa menempatkan waktunya. Nanti kalau setelah sha/at baru bisa istirahat dan makan. Kerjakan dulu yeing wajibnya."
ES memberikan kebebasan kepada santri untuk mengatur kasur, lemari dan semua yang ada di asrama. Cuma bila terlihat tidak enak dilihat. sumpek, susah bersih-bersih ES selalu memberi saran yang bagus seperti apa. Hal itu karena santri yang menempati asrama, berarti santri yang lebih tahu E~naknya seperti apa. Mungkin juga santri menginginkan perubahan, suasana baru yang lebih segar, bagi ES hal itu diserahkan kepada santri.
"Yang mengatur lemari dan kasur kebanyakan sih anak-anak, cuma kalau kelihatannya sumpek banget, ga enak dilihat, kadang ibu suka beri saran juga, gini /ah. Susah bersih-bersih, ga enak coba diganti suasanannya yang /ebih baru, yang lebih enak buat mereka sendiri. Terserah mereka maunya seperti apa." T erhadap kegiatan ekstrakulikuler ES selalu mendukung kegiatan yang santri lakukan asalkan tidak mengganggu waktu belajar di kelas. Hal itu karena ES merupakan pembina IRM (OSIS di pesantren), sehingga sesekali suka ikut mempersiapkan juga. Begitupun untuk lomba·lomba yang diadakan di luar pondok. Bahkan bila ES ditunjuk sebagai pembinanya akan .ikut mengantar santri yang berlomba. Oleh karena itu harapan agar santri berprestasi sangat besar. Santri dituntut agar berprestasi sebaik mungkin, tidak dibiarkan saja, karena ES merasa sayang sudah tanggung ikut bertanding berarti harus l:>erprestasi.
''Terhadap l<egiatan ekstra ya sesekali /ah suka ngobrol juga, ;3palagi tugas ibu memang disini. Jadi ya dobe!. Sekali waktu suka ikut mempen~iapkan juga kan, mulai dari segala macem seperti proposal ibu yang periksa, jadi ya .. gimana. !bu
61
mendukung ya .. selama kegiatan itu tidak mengganggu waktu belajamya selama kegiatan itu bagus ya kita dukung. Seperti waktu kemarin ada kegiatan, tidak sampai tuntas acaranya kena waktu be/ajar. Tapi kata ibu "Usahakan selesaikan dulu". Waktu adzan juga kadang belum beres acranya. Acara tinggal dikit lagi dan beres-beres nya. Kadang ada anak yang tidak masuk ke/as sore harinya setelah kegiatan itu." Untuk memudahkan melihat analisa pada kasus ES dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3 Analisa Kasus ES
Aspek-Aspek Pola Asuh Di Pondck Pcs::mtr:m
lndik"'·~p I UW•
A.Pengasuhan
1. Menghadapi santri yang
-
-
2.
3.
4.
5. B. Kontrol
mengalami sakit Tindakan pertama Cara perawatannya Menghadapi santri yang mengalami kesulitan Penanganannya Menghadapi santri yang mengalami kecelakaan Dalam suatu kegiatan (bermain, olah raga, training, dll) Tindakan pertama Cara perawatannya Harapan kepada santri ketika pembina sakit Sikap saat mengontrol keadaan santri di asrama
x
-
x x x
-
x
1. Menghadapi santri yang
-
terlambat Bangun kesiangan Masuk kelas Melakukannya berulang kali
x -
x
-
1
62 2. Mengatur cara belajar santri 3. Menghadapi santri yang berkelahi - penanggulangannya 4. Mengatur waktu bermain santri 5. Cara mendidik santri shalat
C. Harapan
-
2. 3.
4. 5.
Nilai-nilai ujian santri Penanganan bagi santri yang prestasinya kurang baik Santri berprestasi Menuntut harapan dan citacita santri Memberikan perintah kepada santri Mengatur cara berbusana Melakukan kesalahan kepada santri
1. Mengobrol dengan santri
2. Membuat kesepakatan dengan santri 3. Harapan seusai santri belajar di kelas 4. Mengatur tata letak kasur atau lemari di asrama 5. Mengatur kegiatan yang diikuti santri - seperti olah raga, ekstrakulikuler, lomba, dll. - kerja bakti Keterangan;
-
x
1. Mengenai prestasi belajar
-
D. Komunikasi
x
x: Tmgg1
-: Rendah
x x
-
x
-
x x x x
x
-
63
4. 2. 2. Kasus NH Riwayat Kasus NH
NH adalah seorang pria berurnah tangga rnerniliki seorang istri dan ernpat orang anak. Anak ke dua dari tiga bersaudara ini lahir 40 tahun yang lalu. NH rnernulai pendidikan dasar di SD Muhamrnadiyah 1 LIO, lalu rnelanjutkan SMP dan SMA di Pondok Darul Arqarn Muharnrnadiyah Garut. Pendidikan terakhir NH adalah sarjana S1 di UMS Solo Jurusan Muarnalah Jinayah Fakultas Hukurn. Wawancara dengan NH berlangsung dua kali karena waktu yang padat bagi responden. Wawancara pertarna dilakukan pada hari Jurn'at tanggal 5 Oktober 2007 pukul 10.00 s.d 11.45 berternpat di ruang kantor ponpes . Pada saat proses wawancara berlangsung NH rnengenakan kaos berkerah. BelYl!arna putih, celana kain, dan sendal kulit. Wawancara kedua dilaksanakan pada hari yang sama pukul 13.30 s.d 15.10 di kediarnan beliau di komplek pembina ponpes. Selarna proses wawancara berlangsung NH bersikap baik terhadap interview. Hal ini tarnpak dari antusiasrne yang di perlihatkan responden. Secara keseluruhan NH cukup responsif terhadap setiap pertanyaan yang diajukan. Catatan khusus bagi NH adalah sering rnembolak-balikan koran yang berada di hadapannya dan rnelihat kanan kiri seolah-olah menunjukan kurang percaya diri atau kurang fokus. Ketika rnenjawab NH bersuara datar dan lurus dengan sikap suka bergoyang-goyang. Gangguan yang terjadi selama proses wawancara tidak banyak, hanya cukup rnengganggu, seperti ada telepon berdering, diminta rnelakukan sesuatu oleh salah satu staff pondok, anaknya yang sering bolak-
64 batik, bermain, dan menangis. Hal ini sempat menghentikan proses wawancara beberapa saat saja.
NH mulai bekerja di Darul Arqam sejak tahun 1993. Pada saat itu pondok membutuhkan pembina yang dapat mendampingi pembina yang lebih dahulu bekerja di DA Selain itu karena komitmen NH saat menjadi santri terhadap Kiai .Miskun, Alm (Pimpinan Pondok Pesantren Darul Arqam saat itu) untuk mengembangkan pesantren. Hal yang juga menguatkan dalam pengambilan keputusan menjadi pembina adalah pengabdian kepada Muhammadiyah yang memberikan beasiswa pendidikan. NH mengakui cita-cita awal sebenamya ingin mengambil jurusan Farmasi, menjadi analis karena ketika di pesantren guru Kimia adalah favoritnya. Tetapi karena tidak lulus di Farmasi dan terlanjur tidak enak sudah sekolah gratis di DA akhimya melanjutkan di Pondok Sobroni sambil kuliah di UMS. Pondok Sobroni adalah sekolah pengkaderan yang mahasiswanya dipersiapkan menjadi kader Muhammadiyah. NH juga menyebutkan ingin meneruskan apa yang dilakukan pendahulunya, yaitu kakeknya sendiri yang merupakan kader Muhammadiyah. Dengan menjadi pembina di DA NH berarti melakukan perjuangan di Muhammadiyah juga.
"Pertama jadi pembina meminta izin sama Ortu pasti, tentu karena kita lulusan DA sudah komitmen terhadap pa Kiai Miskun persisnya di DA untuk mengembangkan DA. Sekarang ya sudah di DA saja, meskipun bukan tempat mencari uang. Oulu waktu di DA inginnya masuk farmasi jadi analis, awalnya UMS hanya pilihan kedua. Namun karena tidal< tutus di farma~:i dan juga sudah kandung tidak enak karena sekolah tidak bayar, ya sudah dilanjutkan di Sobron. Perlama sekolah pengkaderan sekolah yang dipersiapkan untuk jadi kader Muhammadiyah. Karena dulu kakek adalah kader Muhammadiyah. Ya sudah bapak me/anjutkan apa yang sudah pendahulu lakukan, berjucmg di Muhammadiyahn
65 Berdasarkan pengakuan NH menjadi pembina adalah pekerjaan yang menyenangkan, hal ini karena NH sempat mempunyai pengalaman membina di Pondok Sobroni selama 3 tahun. Membina mahasiswa dari berbagai daerah dan wilayah. Sehingga ketika membina santri pondok pesantren sudah terbiasa. Hanya NH merasa lebih cocok membina kelas-kelas besar atau santri yang akan menghadapi ujian naik tingkat seperti kelas 3 SMP atau 3 SMA.
".. .jadi cukup menyenangi menjadi pembina, tidak djadikan sebuah tekanan menjadi pembina itu. Karena sudah punya konsep dari sana, ketika kita membina di Sobron. Sebelum di DA, pemah ngasuh di Pondok Hajjah Nuriyah Sobron. Jadi pondok itu ada/ah proyek UMS. Dulu Pa Jazman,Alm punya ide untuk mempunyai kader pada tingkat mahasiswa (Perguruan Tinggi)." Berdasarkan pengakuan NH menjadi pembina ada1ah keinginan dirinya sendiri karena pengalaman membina di Pondok Sobroni jadi ingin membina. Karena terbiasa membina mahasiswa NH lebih menginginkan membina kelas-kelas besar seperti kelas 4 (empat), 5 (lima) dan 6 (enam). Hal ini dikarenakan bila membina kelas kecil dirasa kurang berkembang dan sistem yang diterapkannya berupa doktrin-doktrin terhadap anak. Motivasi kuat yang melandasi NH menjadi pembina adalah karena ingin mengabdi, berjuang mengembangkan Muhammadiyah. Jadi kesimpulannya agar ada penerus atau kader yang meneruskan agama kita, organisasi kita sehingga siap menghadapi tantangan di masa depan. Memperkuat barisan untuk menciptakan pondasi yang kokoh.
"Menjadi pembina itu keinginan sendiri karena ada pengalaman membina di pondok sobroni jadi pengen membina. Tetapi inginnya membina tidak kelas yang kecil-kecil, soalnya tidak akan berkembang juga. Ka/au yang kecil kan sistemnya doktrin, akhirnya setelah negosiasi sama pak /yet disimpan di kelas 6. Waktu kita kuliah diajarkan bahwa nanti bagaimana seandainya kita tidak mendidik kader untuk meneruskan agama kita, organisasi kit~1, akhimya kan
66 kalau tahun sekian, tahun sekian, bagaimana kalau adanya pasar bebas, modemisasi, globafisasi. Sedangkan kita tidak punya pondasi yang kuat. n
Analisa Kasus NH Pola asuh menurut NH adalah bagaimana cara mengasuh anak, supaya anak itu senantiasa hidup sesuai aturan yang ada. Jadi pola asuh yan{J dimaksud bisa juga membimbing dan memberi arahan kepada santri berdasa1rkan aturan yang ada. NH mengungkapkan tidak begitu mengetahui macam-macam pola asuh hanya mungkin secara teknik, atau cara menghadapi berbagai macam kepribadian santri beliau mengetahuinya. NH menyakini akan pentingnya pola asuh dilakukan agar dalam membimbing anak dapat lebih terarah. Konsep pola asuh harus tetap ada meskipun hanya berdasarkan pengalaman saja.
"Yang dimaksud dengan pola asuh yaitu bagaimana cara mengasuh anak, supaya anak itu senantiasa hidup sesuai aturan yang ada, jadi mengarahkan, membimbing, memberikan arahan sehingga berdasarkan aturan yang ada, sedangkan mengenai macam-macam po/a asuh yang bapak ketahui palingjuga tekniknya, cara menghadapi anu.. anu... seperti anu.. anu.. " NH menuturkan dalam membina santri terkadang seperti men1~hadapi anakanak, dan kadang-kadang menghadapi teman. Seperti menghadapi anak-anak karena ada manjanya, tetapi tidak dianggap macam-macam dan tetap disikapi. Sedangkan dianggap teman karena bersikap dewasa, sehinQt1a pola pikirnya juga dewasa.
"Santti pemah bapak anggap sebagai anak sendiri, pemah ada bagaimana ya, udah mah jauh dari orang tuanya, mereka dititipkan. Pada prinsipnya ketika dalam binaan pada hakikatnya sebagai anak sendiri, walaupun tidak 100%. Karena bagaimanapun kan hubungan darah itu berbeda .. kad19ng-kadang kita menganggap kita punya tanggung jawab kalau ada anak saya yang kena ini
67 maka saya hams terjun, misafkan anak saya kecefakaan, atau anak saya sakit kita mesti tanggung jawab kafau ada disini." NH mengaku dalam menghadapi ajaran baru tidak ada persiapan khusus apalagi jika NH membina kelas yang sama dengan tahun sebelumnya. Seperti tahun lalu membina kelas 6 (enam), tahun ini membina kelas 6 (enam) lagi, meskipun anak yang diasuh tampaknya tidak bermasalah. NH hanya menerapkan apa yang dibina kemarin dengan sisi baik yang dipertahankan dan sisi kurang baik yang dibuang. Kecuali bila harus membina kelas lain di tahun berikutnya. NH menyebutkan hal itu tidak bisa disamakan, karena setiap kelas berbeda. Bila terjadi seperti itu harus dikonsep lagi, dengan cara menanyakan terlebih dahulu kepada pembina yang menangani sebelumnya. "Karena kita sebefumnya di kefas 6 (enam)sekarang dike/as fi (enam) fagi. /tu tampaknya fidak bennasafah, menerapkan apa yang dibina kemarin, sisi baiknya kita pertahankan, sisi jefeknya kita buang. Lain hafnya kalau kita diminta membina kefas 3 (tiga), nah itu fa/u kita betfikir fagi untuk menanganinya tidak bisa disamakan ketika kita menangani kelas 6 (enam) jadi mesti dikonsep lagi, kita buat lagi programnya. Otomatis kita bertanya dulu, dengan pembina yang menangani sebelumnya."
Bagi NH ada dua hal yang berpengaruh dalam pengasuhan, yang pertama adalah bakat, dan kedua adalah lingkungan. Bakat adalah pembawaan seorang anak yang memang sudah ada ketika anak masuk ke Darul Arqam. Sedangkan lingkungan adalah bagaimana mengkondisikan lingkungan (asrama, jarak yang cukup dekat ke pusat kota) terhadap anak. Sehingga ada dua pihak yang mempengaruhi perkembangan anak. Yang pertama dari struktural seperti pimpinan dan jajaran staf pondok agar bisa dijadikan contoh atau suri tauladan.
68 Kedua adalah pembina yang masuk secara langsung kepada santri. Diantara kedua pihak tersebut pembinalah yang sangat berperan
men~1hadapi
pola asuh.
Karena pembina harus jeli melihat pengaruh-pengaruh kejiwaan bagi santri dan bakat yang dimiliki anak sedini mungkin. "Hal-ha/ yang berpengaruh terhadap pengasuhan adalah bahwa manusia dibentuk o/eh dua ha/ ya11u bakat dan fingkungan. Lingkungan ada/ah bagaimana kita mengkondisikan /ingkungan, Darul Arqam kan dekat dengan pusat kota. Jadi kalau sering dibiarkan keluar atau mudah dibebaskan ke kota akan sulit untuk menetralisasinya. Yang kedua bakat, jadi ada anak yang dari sananya sudah masuk kesini punya pembawaan yang kurang baik, seperti ada kebiasaankebiasaan yang suka dimanjakan oleh orang tuanya, sementara disini tidak, akhimya ken memberontak."
•
Pengasuhan
NH akan bertanya dulu kepada santri yang sakit, sudah ke baiai pengobatan (BP} untuk diperiksa, sudah minum obat atau belum. NH akan meminta kepada santri lainnya untuk mengantar atau menemani temannya yang sakit ke BP. Apalagi saat ini sudah ada dana kesehatan jadi lebih mudah dalam menangani santri yang sakit karena tidak bayar. Terhadap tugas-tugas yang sedang santri kerjakan NH menganjurkan untuk ditunda dulu, bila ada ujian bisa susulan. Bila kondisinya sangat berat seperti terkena tifus atau penyakit menular, disarankan dibawa pulang ke rumah. Karena kondisi di pesantren yang kurang memungkinkan untuk perawatan intensif, sebaliknya di rumah ada orang tua yang lebih memperhatikan. Sedangkan NH mengakui bila dirinya sakit, secara
alami ingin anak-anak asuhnya mengerti bapaknya sakit. Tapi tetap suka memaksakan diri ke asrama, khawatir ada anak yang kurang i1ehat atau ada masalah.
69 "kafau anak sakit ditanya dufu, sudah ke BP befum untuk diperiksa, sudah minum obat be/um, /agi pu/a sekarang kan ada dana kesehatan di BP itu, jadi tidak bayar, anal< membayar Rp 60.000 per tahun. Terus ditanya sudah sehat be/um. Ada seorang yang diminta totong untuk mengantar atau menemaninya ke BP. Sekarang kan ada beberapa orang yang kena penyakit harus terus menerus minum obat, tidak bofeh keluar ya diingatkan. Ka/au ada ulangan atau ujian bisa susu/an tetapi, kalau mendingan atau sakitnya "bisa masuk kE1/as melaksanakan tugasnya" ya kita sarankan itu. Ka/au yang parah seperti tifus atau penyakit menular ya di sarankan dibawa pulang ke rumah. Soa/nya kondisi disini kurang memungkinkan atau tidak kundusif. Ka/au di rumah kan ada yang memperflatikan lebih." Bila terdapat anak yang masih sulit beradaptasi langkah pertama yang NH lakukan adalah mengamankannya. Memisahkannya dengan anak yang lain, kemudian mengambil seseorang untuk menemaninya, membimbingnya sambil terus diawasi. Hal ini untuk menghindari terjadinya korban apabila tetap dipaksakan menyatu di asrama yang tidak dapat menerimanya.
"... bahkan ada anak yang dikucilkan, kita sangat hati-hati dalam menangani ha/ seperti ini, yang satu ini kita /ihat kamar ini, kamar ini tidak ada yang menerima, daripada dipaksakan ma/ah ada korban, akhirnya kita pisahkan dan mengambil satu orang untuk menemaninya, membimbing dia tapi diawasi tidak /epas, kita juga selalu tanya atau berkomunikasi sama temannya itu, bagaimana sekarang keadaan anak itu, kayak gini.. dan kita juga sela/u berkomunikasi dengan orang itu (anak yang dikucifkan) secara langsung. Tapi pada akhimya ya susah juga, soa/nya dimana-mana bersama, makan bersama, ketemu anak-anak lagi, di seko/ah juga, akhimya ya bisa juga beradaptasi. Ya yang pert.ama di amankan dulu." Bila ada santri yang terjatuh ketika olah raga atau bermain, tindakan yang NH lakukan adalah membawanya ke pengobatan alternatif, dan bila terlampau parah akan dirawat di rumah. Terhadap santri yang melakukan hal teirsebut berulang kali NH memaklumi, apalagi ketika yang dilakukannya adalah hobinya tidak menjadi soal. NH juga mempunyai perkiraan, tidak begitu mengkhawatirkan bagi anak-anak di kelas besar.
70
".. terhadap anak yang kecelakaan atau jatuh,biasanya kalau ;;1da yang sakit terjatuh atau kesaleo dibawa ke tempat pengobatan khusus, Ice Wanaraja (pa Adin), khususnya sekarang yang sering main basket. Disana di urut, bawa mobil. Ka/au parah ya dipulangkan, kadang-kadang ga kapok, main rieui jatuh deui. Ya namanya juga hobi susah ya, waktu di Praktek Kerja Lapangan (PKL) ada yang bilang lalaki mah entong kapokan, lamun geus labuh terus keun deui weh labuhna. Tapi biasa/ah sebatas hoby, tidakjadi soal, kitajuga punya perkiraan, untuk kelas besar tidak terlalu khawatir." Dalam sehari NH mengontrol empat sampai lima kali sehari, tt~patnya ketika waktu-waktu shalat wajib tiba. NH mengakui keadaan di asrama waktu menggiring ada saja anak yang masih kaget. Namun pada prinsipnya anak-anak jika diajak itu mau, apalagi diabsen. Anak-anak juga senang diperhatikan, ingin disapa, dan ditanya. Sekalipun ada ketegangan NH merasa dialah yang harus mengerti lebih dulu, paling dilaporkannya ke mahkamah untuk ditindaklanjuti.
".. yang pasti waktu-waktu shalat empat sampai lima ka/i sehati, waktu bapak ngontrol ke asrama keadaanya ada yang masih kaget garabag gurubug, kadangkadang kumaha kitu /ah pas mau dzuhur setelah pu/ang sekolah, ngago/er, reup .. terus dibangunkeun. Tapi pada prinsipnya anak-anak kalau diajak itu mau, apalagi ka/au di absen.
•
Kontrol
Bila ada santri yang bangun kesiangan dan sudah beberapa kali dibangunkan masih susah NH akan dipukul perlahan. Tapi bila santri kesiangan karena tidak dibangunkan olehnya akan ditanya dulu, dilihat alasannya masuk akal atau tidak. Hal ini sama halnya ketika santri terlambat datang ke pondok. Bila alasannya tidak diterima NH meminta agar orang tuanya menghubungi NH.
"kalau sudah beberapa kali dibangunkan masih susah ya di Cf.tpret, tapi kalau kesiangan karena tidak dibangunkan paling ya ditanya gitu, yang jelas /ah "kenapa kamu terlambat?" seperti juga jika terlambat datang ke pondok, bila alasannya bisa diterima it's OK, tapi kalau tidak, diminta menghubungi orang tuanya, terus orang tuanya nelepon ke bapak."
71
Terhadap cara belajar santri berdasarkan pengalarnan NH adalah hanya jika ada ulangan atau ujian, NH akan bertanya kepada santri apakah sudah menghapal atau belum. Sekalipun belurn belajar tidak rnenuntut untuk menghapal saat itu juga, semuanya diserahkan kepada rnasing-rnasing individu. Bila ketahuan ada santri yang hasil ujiannya kurang baik NH akan bertanya kepada yang bersangkutan. Kernudian NH menghubungkan dengan Pengembangan Minat dan Bakat (PMDK), bila nilai seperti itu rnasuk raport akan sulit diterima oleh perguruan tinggi. NH tidak rnenuntut terlalu keras, karena dirasa berat oleh santri. "ini mah penga/amannya karena dike/as anu besar jadi pengontro/annya.yang perlama adalah sama anak-anak apakah ada ulangan, talaran, atau apa ada yang diapafin kita nanya sudah menghapal atau be/um, kalau sudah ya bagus, kalau be/um ya menghapal, tetapi tidak harus ayo.. sekarang menghapal sekarang! Diserahkan kepada masing-masing, tapi pengawasannya semacam itu. ketika ada yang kelihatan hasilnya kurang ya ditanya, kenc3pa hasil u/angannya seperli ini? kurang menghapal ya?anu .. anu.. akhirnya ya kita balikan, ya inilah hasilnya jika kita kurang menghapal, dihubungkan dengan nilai itu. Ka/au nilai segini masuk raporl dan kamu mau PMDK itu sulit, itu dihubungkan terus jadi dituntut intina teh. Tapi ka/au dituntut terfa/u keras ki~las 6 mah engap." Menghadapi santri yang main hakim sendiri NH akan rnengambil tindakan yang tegas karena pada prinsipnya ha1 tersebut tidak dibenarkan. NH rnenuturkan bila mendapatkan perilaku santri yang berrnasalah dengan ternannya sendiri harus melalui jalur yang ada. Yaitu, melaporkan kepada pembina, seihingga pembina lah yang akan menindaklanjuti. NH mengaku bagi santri di kelas besar mungkin tidak terjadi lagi pertengkaran, hanya paling menghakimi sendiri bila ada yang mencuri. Bila hal ini terjadi NH mengumpulkan semua pihak yang terkait untuk dimintai keterangan lalu melaporkannya kepada orang tua.
72 ____________ , ______ '"""""
"yang menghakimi seperti terhadap yang mencuri ada, anu teu ngaku dipukul. Akhimya kita, berurusan dengan orang tua keduanya juga anak-anaknya. Caranya kita kumputkan semua korban den pelaku. Setelah se/esai baru ke orang tuanya. Alhamduli//ah mengerti soatnya katau tidak mengerti susah. Paling sama yang berwajib, itu juga awatnya tidak ketahuan juga, tapi karena ada bekasnya. Tahun yang lalu masih saja terjadi ha/ seperti itu." NH akan memberikan waktu kepada santri untuk bermain asalkan tidak mengganggu aktifitas yang ada, tidak berlebihan, dan hanya untuk refreshing. NH menganggap santri membutuhkan penyegaran dengan bermain, karena serius terus bagi santri akan terasa kurang baik. NH menyarankan bila ingin bermain siang hari karena waktu yang cukup lama, namun tidak semuanya dipakai bermain, santri juga harus bisa menggunakannya untuk istirahat jadi seimbang.
"selama ha/ itu tidak mengganggu aktifitas yang ada, tidak ap11-apa, dikasih waktu /ah, asal tidak betebihan. Lagi pula serius terus kan tidak baik. Ya lumayan /ah mereka itu main basket ke pengko/an, main komputer, kadang main PS 2, intinya yang pertama untuk refreshing. Asa/kan tidak ganggu be/ajar atau ke_giatan yang normal tidak ketagihan atau sebatas main begilu mah tidak apaapa. Tapi kalau sudah diluar itu mah sebenamya lingkungann,va yang kurang baik" Mengenai waktu-waktu sh1;1lat NH menuturkan bahwa hal itu adalah sebuah keharusan. Bahkan sanksi yang diterima santri akan keras bila terbukti lalai. Demikian juga terhadap kewajiban agama lainnya seperti pua:;a, bila sampai terjadi langsung dipanggil dan diadukan kepada orang tuanya.
"shatat mah harus, kadang sangsinya keras. Tetapi sampai santrinya pada tidak metaksanakan shalat, tidak kelihatan /ah yang seperti itu. lnsy,a Allah /ah mereka pada metaksanakan shatat, puasa. /tu kan kewajiban agama, J?arus seperti itu mah. Dulu ada santri yang tidak puasa ketemu makan es kelapa muda, langsung dipanggil. kenapa? ma/es, langsung dipanggil orang tuanya. Langsung disangsikan. Namun asalkan logis kalau putri mah bisa kan. Tapi jangan terlalu menampakan."
73
•
Harapan
Terhadap prestasi belajar santri NH melihat dulu dari raport, bila dibandingkan pada kelas sebelumnya temyata menurun, santri akan dipanggil. NH hanya memotivasi santri untuk bisa berprestasi dengan baik, namun bila terdapat kesulitan NH berusaha bertanya kepada santri. Konsentrasi NH adalah membimbing kepada yang kurang. Terhadap mereka yang mampu hanya tinggal mengembangkannya saja, tinggal diberi penghargaan bila berprestasi. "Terhadap prestasi be/ajar ya .. kita hanya motivasi saja, dengan melihat report. Prestasi be/ajar kan dilihatnya dari rapport. Kadang-kadang dibandingkan sekarang dari ke/as 5 (lima) ni/ainya bagus, temyata pas kelas 6 (enam) turun. Paling dipanggif kenapa bisa begitu, apa ada kesulitan dimana gitu, dll."
NH mengaku tidak pernah menuntut santri mengenai cita-cita yang akan diraih, karena berdasarkan angket yang diberikan anak-anak sudah memiliki cita-cita tinggi. Tugas NH adalah mengarahkan santri, bila jalan yang ditempuh salah akan diluruskan. Seperti santri yang akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi agar tidak memilih jurusan yang terdapat mata pelajaran yan~i kurang dikuasainya. "kalau dilihat dari angket yang mereka isi itu fuar biasa inginnya setinggi fangit, anak-anak kita istimewa. Dari sana kita hanya mengarahkan. Karena ada test minat dan bakat itu sangat membantu. Jadi tidak perlu dituntut juga mereka sudah punya cita-cita yang tinggi."
Mengenai cara santri berpakaian NH menyebutkan sudah ada arahan yang positif dan aturan dari pondok. Kriteria pakaian yang baik sudah ada, sehingga bila melanggar maka pakaiannya akan diambil. NH selalu menekankan bila ingin hidup nyaman, hiduplah berdasarkan peraturan.
74 "sekarang sudah ada arahan yang positif, ada kriteria pakaiarmya seperti ini.. malah kalau tidak sesuai kriteria pakaiannya akan diambil. Jadi dari pondok sendiri sudah ada aturannya. Jadi bapak hanya tinggal mengingatkan saja. lni aturannya seperti ini.. tolong kalau kita ingin hidup nyaman kita hidup berdasarkan peraturan." NH memberikan kebebasan kepada santri untuk mengobrol kapan saja, baginya boleh-boleh saja asalkan diatur waktunya. Atau bila keadaannya mendesak santri boleh langsung rnenghadap di kantor. Oleh karena itu f\IH juga rnernbolehkan santri untuk rnengkritik dirinya. Bila berbuat salah NH akan rnerninta rnaaf kepada santri, dirinya tidak merasa turun wibawa, bagi NH justru akan dipandang tidak baik jika sikap kita biasa-biasa saja.
"mengobrol dengan santri bo/eh, seringnya dike/as atau di mi~sjid membentuk kelompok-kelompok. Bo/eh kapan saja. ya di atur waktunya. Misa/kan ada masa/ah, ya langsung datang saja ke kantor. mengkritik boleh, tapi kalau kita melakukan kesa/ahan, yang wajar ya biasa aja. Ma/ah kadang santri yang mengkritik bapak."
•
Komunikasi
NH rnengaku tidak pernah rnernbuat kontrak mernbina, lebih baik langsung saja ditegur kalau anak berbuat salah. Namun sekalipun seperti itu NH suka rnenyarnpaikan harapan-harapannya kepada santri dengan cc:1ra formal di kelas pada sela-sela belajar dan perorangan di asrama. Untuk jam keluar kelas NH tidak memberikan penekanan harus melakukan sesuatu pada santri. Karena sudah terjadwal dari pondok jadi tergantung kondisinya.
"Lebih baik langsung saja, kalau anak berbuat apa di tegor. Cara memberi tahu keinginan bapak pertama di kelas, secara formal di sela-se/a l>elajar. Kita bertemu massal, karena dike/as kan tidak seorang. Tapi lain halnya jika di asrama, itu mah perorangan .. "
75
NH mengaku membebaskan kepada santri untuk mengatur letak kasur dan lemari di asrama. Hanya bila keadaannya terlalu sumpek NH akan melakukan dialog dengan santri, memberi tahu jika tidak cocok. Kendala yang NH alami adalah kadang-kadang santri sulit diarahkan. "Paling gitu suka di kasih tahu ka/au tidak cocokjangan kayak gini. Tapi memberikan kebebasan kepada santri untuk mengatumya. Asalkan posisinya tidak ada yang tertutup (rimbun). Sekarang tidak 100% ke am1k paling 50: 50. Sekarang anak pengennya ini anu.. anu..jadi dialog /ah."
Untuk kebersihan massal NH cukup mengontrol santri yang ikut atau tidak. Berdasarkan penuturannya hal seperti itu tidak sampai diabsen, tetapi bila ketahuan tidak bekerja akan ditegur. Karena hal ini baik untuk bersosialisasi dengan masyarakat. "program kerja bakti, dikoordinasikan sama /RM. Nadzofah m.
Terhadap kegiatan ekstra, atau kegiatan tambahan seperti olah raga dan lombalomba di luar pondok NH akan mengizinkannya bila ada surat resmi. Diusahakan waktu yang digunakannya adalah siang hari, dan tidak mengganggu pelajaran karena prestasi akademik lebih penting. NH juga mengutarakcin mengenai pekan olah raga pesantren saat ini sulit terwujud, disamping anak-anak suka kelelahan kadang-kadang juga terjadi kecelakaan yang mengakibatkan terganggunya aktifitas belajar. Padahal NH mengakui hal itu bagus untuk santri sebagai hiburan, bahkan pembina juga suka ikut terlibat. "Untuk sekarang kegiatan pekan olah raga pesantren tidak ad,9 waktunya, susah, selain itu anak-anak suka kecapaian, kadang-kadang anak kecefakaan. Jadi
76
mengganggu ke belajamyajuga. Tapi hiburanjuga bagi mereka. Bapak ikut mempersiapkan juga, ya kita mendukung saja. Pembina juga suka terlibat. lkut main, ikut jadi wasitnya."
Untuk memudahkan melihat analisa pada kasus NH dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4 Analisa Kasus NH
Jl•spek-Aspek Pola Asuh Di Pondok Pesantren
A.Pengasuhan
B. Kontrol
1. Menghadapi santri yang mengalami sakit Tindakan pertama - Cara perawatannya 2. Menghadapi santri yang mengalami kesulitan Penanganannya 3. Menghadapi santri yang mengalami kecelakaan - Dalam suatu kegiatan (bermain, olah raga, training, dll) - Tindakan pertama - Cara perawatannya 4. Harapan kepada santri ketika pembina sakit 5. Sikap saat mengontrol keadaan santri di asrama 1. Menghadapi santri yang terlambat - Bangun kesiangan - Masuk kelas - Melakukannya berulang kali 2. Mengatur cara belajar santri
lndikator
x
-
x
x
-
x
-
x x
.
77
3. Menghadapi santri yang berkelahi - Penannggulangannya 4. Mengatur waktu be1main santri 5. Cara mendidik santri shalat C. Harapan
-
2. 3. 4. 5.
Nilai-nilai ujian santri Penanganan bagi santri yang prestasinya kurang baik Santri berprestasi Menuntut harapan dan cita-cita santri Memberikan perintah kepada santri Mengatur cara berbusana Melakukan kesalahan kepada santri
1. Mengobrol dengan santri 2. Membuat kesepakatan dengan santri 3. Harapan seusai santri belajar di kelas 4. Mengatur tata letak kasur atau lemari di asrama 5. Mengatur kegiatan yang diikuti santri - seperti olah raga, ekstrakulikuler, lomba, dll. - kerja bakti
Keterangan;
-
x
1. Mengenai prestasi belajar
-
D. Komunikasi
-
x: Tinggi
-: Rendah
x x
-
x x x x -
x
x x
78
4. 2. 3. Kasus AY Riwayat Kasus A Y AY adalah seorang pria lajang berusia 28 tahun kelahiran Buah Batu Bandung. AY berasal dari keluarga sederhana dan bukan berlatar belak1~ng pesantren, hanya AY mempunyai bapak yang rajin ke mesjid, mengurus mesjid. Anak ke 10 dari 12 bersaudara ini merupakan satu-satunya anak yang ma.suk dalam pendidikan pesantren, AY juga satu-satunya di keluarga yang mengecap bangku kuliah. Pada masa kecil AY memulai sekolah di SD Nilem Bua:h Batu Bandung, SMP dan SMA di Pondok Pesantren Darul Arqam, kemudian kuliah di IAIN Bandung jurusan Jinayah Siyasah (Pidana Politik Islam) Fakultas Syariah dan Hukum. Wawancara dengan AY berlangsung satu kali dilakukan hari Sabtu tanggal 06 Oktober 2007 bertempat di mesjid Al-Islam Bandung. Pada saat proses wawancara berlangsung AY mengenakan baju kuning kotak,kotak dan celana hitam. AY juga membawa kertas-kertas gulungan dan Jbeberapa foto kopian. Selama proses wawancara A Y bersikap komunikatif, blsa diajak bicara dengan nyaman, bahkan sesekali AY tidak segan meminta saran kepada interviewer. Secara keseluruhan wawancara berlangsung dengan baik, tercatat hanya .satu kali mengalami gangguan ketika mesjid ada pengumuman mengumpulkan zakat. Dengan suara, rendah dan berat, AY menjawab setiap pertanyaan dengan jelas.
Seperti dituturkan oleh AY, beliau memulai membina di pondok sejak 3 tahun Jalu. Memang masih relatif baru, namun waktu sesingkat itu dirasa AY sudah
79
cukup memberikan .pengalaman. Pada saat mengajukan lamaran di pondok AY langsung bertemu dengan pejabat sementara (PJS) pondok pesantren. Waktu itu awalnya lngin mengajar, hanya saat itu posisi pembina lah yang kosong, namun akhirnya ada juga jam mengajar bagi AY. Sebelumnya AY sernpat bekerja di bengkel 1em.pat perakitan spare part motor hanya merasa kurang berkernbang. Setelah direnungkan A Y memutuskan untuk kembali l<e Darul Arqam melalui proses berflkir yang panjang. Salah satu pertimbangan yang melatarbelakangi keputusannya adalah mengabulkan keinginan Bapaknya. Yaitu, ada seorang anaknya yang bergerak di bidang agama. Karena A Y dari kecil belajar agama terus menerus hingga kuliah di perguruan tinggi Islam. Karena background agama yang kuat, AY merasa ilmunya berada disini, seperti bisa bergerak di Darul Arqam dan mengikuti alur-alur pendidikannya. Oleh kamna itu AY mempunyai .kepercayaan diri yang tinggi dan berani masuk kembali ke Darul Arqam. "Dulu saya bekerja di tetangga, di bengkel, bikin-bikin spare p.ert motor, tapi kayaknya ilmu saya disini kurang berkembang, paling di bagian administrasi. Befikir, berfikir, dan berfikir, akhimya saya memutuskan untuk kembali ke Pondok Pesantren Darul Arqam, saya berlemu Pa Rodia (PJS: ponpes) waktu mau mulai tahun ajaran baru 2005-2006. Langsung masukan !amaran ya memberanikan diri saja, karena i/munya ada disini back ground nya ada disini kayaknya saya bisa bergeraknya disini, jadi aja ke Darul Arqam. Karena ilmunya ada disini, backgroundnya ada disini, kayaknya saya bisa berf1erak disini, jadi aja ke Daro/ Arqam."
AY mengakui kembalinya ke Darul Arqam merupakan mumi keinginan dirinya sendiri. Sempat terflkirkan ootuk mendapat.pengalaman dulu sebelum akhimya ke pesantren, hanya setelah dikonsultasikan dengan lbu, AY ll;mgsung
80
memutuskan melamar di Darul Arqam. Karena berdasarkan
pt~nuturannya
pengalaman itu relatif, bisa dibicarakan dengan teman. Motivasi yang menjadi acuan AY adalah ingin melihat adik-adik kelas AY sekarang menjadi lebih baik darinya. AY mengakui ingin melihat pesantren yang menjadi ti~mpat belajarnya dulu berkembang. AY merasa senang saat ini pesantren tersebut begitu majunya, jadi AY termotivasi untuk dipertahankan agar lebih bagus lagi. AY berharap anak-anak didiknya tidak melakukan kesalahan-kesalahan melainkan meniru kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan AY. "Pengen sendiri mumi, cuma dulu berfikir ingin earl pengalamim dulu, di luar atau di berbagai tempat supaya dapat pengalaman sebelum ke sini. Cuma kata ibu kenapa ga dari sekarang aja, ha/ itu kan bisa di konsulkan same temen, ya yang namanya pengataman kan relatif. Motivasinya pengen lihat adik-adik kelas saya lebih baik dari saya dulu. Pengen lihat pesantren saya, almamater saya Jebih dari saya dulu. Diant;;iranyajuga saya senang Darul Arqam begitu majunya, jadi motivasinya buat saya juga. Darul Arqam sekarang udah bagus kayak gini, jadi seneng gitu melihatnya, jadi ada motivasi untuk mempertahankan supaya lebih bagus lagi. lntinya sih pengen lihat anak-anak didik saya, adik-adik ke/as saya jadi lebih dari saya, atau saya pemah /akukan kejelekan supava tidak melakukan atau ada kebaikan yang bisa ditiru kurang lebih itu." Analisa Kasus A Y
Pola Asuh menurut AY adalah terjalinnya komunikasi yang baik antara, pembina, santri, dan orang tua santri. Sehingga perkembangan santri di pondok dapat terlihat dan terkontrol dengan baik. Untuk mendukung hal itu dapat terwujud AY membuat kartu kegiatan kepada santri yang berisi tentang mengaji Al-Qur'an, shalat tahajud, shalat dhuha, puasa senin kamis, dan lain-lain. Kartu tersebut yang akhirnya menjadi sarana komunikasi antara pernbina, santri, dan orang tua santri. Cara kerjanya adalah setiap kegiatan ditandatangani oleh AY dan pada
81
akhir bulan diberikan kepada orang tua masing-masing untuk ditandatangani, diketahui oleh orang tua. "Mungkin begini, saya ngasih kartu kepada santri, kartu kegial'an, seperti kartu hatam Al-Qur'an. Hal ini saya pribadi yang punya inisiatif sendiri. /tu salah satunya diisi, pada akhimya pas /ibur bulanan dikasihkan sama orang tua. Jadi ada komunikasi antara saya, santri, dan orang tua. Tapi ada kartu yang sebe/umnya seperti shalat tahajjud betjamaah, shaum senin kamis, terus kegiatan-kegiatan seperti shalat tepat waktu, ke mesjid tepat waktu, dan kegiatan-kegiatan yang saya sebutkan tadi, HWllRM, hat itu bisa saya tanda tangani anak aktifnya dimana saja. /tu dikasihkan ke orang tuc1. /tu po/a asuh saya seperti itu. Nanti setelah ditandatangani o/eh orang tua dikembalikan lagi kepada saya. Jadi ada komunikasi, orang tua tahu anaknya diapakan, bagaimana perkembangannya. Harapan saya terwakili oleh kartu tersebut."
Dalam mempersiapkan diri menghadapi pembinaan AY mengakui suka mencari buku-buku umum yang akan dijadikan acuannya dalam membina di samping yang telah diberikan oleh pondok. AY mengakui kurang mengenal macammacam pola asuh, hanya AY meyakini di pondok harus ada polanya. Karena membina anak santri bukan satu hari saja melainkan terus-memerus sepanjang tahun maka harus ada pola hubungan yang terjalin antara santri dan pembina. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan yang harmonis tidak saling benci dan memarahi, di sisi lain peraturan harus tetap ditegakkan. "Saya suka mencari-cari buku yang dijadikan acuan untuk mengasuh ditambah dari pondok beberapa .. Karena saya membina anak itu tidak sehari saja. Terus menerus selama satu tahun. Jadi mesti ada po/a hubungan yc1ng dijalin. Hubungan yang harmonis tidak bisa dalam hubungan yang saling memarahi, sating benci. Jadi artinya berpedoman terhadap peraturan itu sendiri, itu yang sulit. Kita juga harus menekankan peraturan jadi anak-anak e1.mderung membangkang. n
Dalam menghadapi ajaran baru, yang berarti awal dari suatu pengasuhan, AY mengaku tidak ada persiapan khusus. Tetapi yang pasti kalau kaitannya sebagai
82 pekerja (bagian dari aparatur pondok). bila ada instruksi dari atas harus membina kelas tertentu hanya mempersiapkan mental saja. Tinggal bila ada keberatan atau perlu bantuan bisa dikonsultasikan kepada kepala sekolah dan pembina senior yang lebih berpengalaman. Ada dua faktor yang diyakini oleh AY mempengaruhi pola asuh. Latar belakang santri dan lingkungan tempat bergaulnya. Yang paling berperan dalam pembentukan kepribadian santri adalah teman-temannya sendiri. Jadi santri secara alamiah berkembang sendiri, perbandingannya guru-guru hanya sebatas pelajaran di kelas, dan pembina hanya beberapa jam mengasuh anak. Sehingga yang menjadi catatan bagi AY adalah mengkondisikan anak-anak agar yang lainnya mengikuti. AY merasa bila pembina mengasuh 2-5 orang santri atau paling banyak satu asrama saja akan lebih efektif. Sebagai posisi yang strategis pembina sangat berperan dalam pengasuhan. Tetapi jika satu pembina mengharuskan mengasuh 40 hingga 50 orang santri akhirnya pola hidup di pesantren itulah yang
ben~tr-benar
bekerja
dalam pembentukan kepribadian santri. "Saya tidak ada parsiapan khusus, tapi yang pasti kalau barkaitannya sebagai aparatur pondok I pakerja, kalau instruksinya dari atas harus membina ke/as 2, siapin saja metal. Ya siaplah kalau misa/nya agak keberatan, biasanya di konsultasikan sama kepala sekolah atau pembina yang lebih senior, atau berpengalaman, Latar belakang pendidikan, karakter anak, kondisi anak, latar belakang, ikut berpemgaruh, dan yang paling mempengaruhi 1=idalah pembina itu sendiri. Pembina itu bisa terpengaruh o/eh gab, banyak baca l>uku, banyak be/ajar, pengalaman, ya sarana dan prasarana. ltu memang membantu, tapi kepembinaannya saya sangat ideal bi/a satu pembina itu hanya membina dua sampai lima orang santri dalam satu kelas. Ka/au satu pembina harus membina 40 sampai 50 orang santri, akan apa adanya dan itu artinya po/a hidup di pesantren itu yang akhirnya bekerja"
83 •
Pengasuhan
AY mengatakan santri yang sedang menghadapi masalah
dis1~rahkan
kepada
santrinya sendiri. Tergantung kecakapan dirinya, bila berani dia mengkomunikasikan dengan pembina atau diselesaikan sendnri dengan curhat kepada temannya. Terhadap santri yang mengalami sakit ditanya dulu seberat apa penyakitnya. Karena menurut AY terkadang santri hanya perlu istirahat saja tidak perlu sampai dibawa ke dokter bila sakitnya tidak benar-lbenar parah. Bila terdapat anak yang masih kurang dapat beradaptasi AY aijak curhat dan mengutamakan dalam memberikan pengarahan, bagaimana ~;upaya bisa beradaptasi. Dan yang paling panting anak tersebut tidak menjadi bahan ejekan atau intimidasi bagi teman yang lain.
"Bila santri menghadapi masalah tergantung kecakapannya s<mtri juga, bi/a santri tersebut berani mengkomunikasikan ke pembina, dia ngomong. Ka/au tidak ya diselesaikan sendiri atau curhat sama teman sebayanya. • "Terutama si anaknya dikasih pengarahan atau sering curhat, bagaimananya supaya bisa beradaptasi. Terus yang kedua yang penting si anak itu tidakiadi bulan-bulanan yang lain, jangan jadi bahan ejekan, jangan jadi bah an intimidasi itu yang penting." AY merasa harus membuat anak-anak merasa senang ketika dirinya ngontrol ke asrama. AY tidak ingin begitu masuk ke asrama langsung mernberikan peraturan karena akan terkesan kaku. Oleh karena itu AY mengharuskan dirinya untuk bisa beradaptasi dengan mereka. Meskipun pernah ada ketegangan diakuinya bila NH mendapat penekanan dari atas. "Saya harus membuat anak-anak merasa senang. Soalnya saya masuk, terus tiba-tiba langsung kasih peraturan kesannya kan kaku jadi haius bisa beradaptasi ke mereka, jadi setiap kali saya masuk tuh suasananya hangat, tapi peraturan tetap jafan. n
84 Ketika dirinya sakit AY merasa kesulitan merawat dirinya karena tidak ada yang membantu sehingga anak-anak tidak terkontrol. Oleh karena itu AV mendewasakan beberapa anak untuk mewakili dirinya melakukan tugas rutin yang ringan seperti mengabsen anak-anak ke mesjid atau ke l<elas. Terhadap tugas anak-anak AY merasa kurang dapat mengontrol apalagi dalam kondisi sakit. AY merasa membina lima sampai enam santri atau satu pembina untuk satu asrama sudah maksimal. Sedangkan saat ini AY membina rata-rata 40 sarnpai 50 santri, sangat sulit baginya bisa terkontrol
semuan~1a.
"Pemah a/ami sakit karena menang kondisi tubuh tidak nyamtrn. Satu kesulitan pribadi sulit mekan atau minum obat, tidak ada yang bantu, /el)ih jauh lagi ka/au haros ke anak kayaknya sudah aja mati total, kalau lagi sakit. Ga bisa diajak ke mesjid atau ke kelas." Terhadap kegiatan ekstra kurikuler AV akui disini dia memberikan perhatian yang besar. Justru di luar kelas AY mencari potensi anak asuhnya
~:arena
AY kurang
dapat mengontrol belajar anak di kelas. Begitu anak rnengalarni cedera l<etika rnengikuti kegiatan ekstra AY langsung menanganinya dengan rnernbawa santri tersebut ke dokter atau pengobatan tradisional. Yang dapat membuat AY kesal adalah kejadian cedera ini terulang dalam waktu yang berdekatan, meskipun sebenamya AY menganggap hat tersebut wajar. Santri juga punya dunia berrnain sendiri sehingga resiko ke arah tersebut sangat besar.
"Terhadap kegiatan ekstra ka/au saya perhatiannya sangat besar, karena se/ain saya tidak bisa mengontrol anak kegiatan dike/as karena ada wali kelas. Saya justro di luar itu. Mencari potensi anak berada di luar kelaslekstrakulikuler. Tapi perasaan kesa/ juga suka ada ketika baro aja kemaren ada temennya yang celaka, sekarang ada lagi yang sakit biasa itu mah."
85
AV mengakui bahwa pada intinya semua kembali ke pembina, anak malas karena pembina, anak terlambat bangun karena pembina. Jadi bagi AV peran pembina sangat penting, meskipun santri suka ada yang tidur hingga larut malam tapi bila bangunnya kesiangan kebanyakan karena pembinanya terlambat membangunkan. AV tidak begitu marah bila santri terlambat karena dia juga terlambat. tapi AV akan sangat kesal jika membangunkan santri sudah maksimal dan anak-anak tetap terlambat. "Ka/au bangun kesiangan itu. Kebanyakan karena pembinany,<J tapi memang ada /ah ya karena santrinya bi/a tidurterla/u ma/am. Tapi sebenamya ka/au pembinannya datang lebih awal santri juga tidak akan ma/as, jadi tidak pas adzan membangunkannya" Terhadap cara belajar santri AV tidak memberikan arahan adanya pengetatan jam belajar. Menurut pengetahuan AV waktu belajar mandiri santri paling efektif ketika ada ulangan umum. Pada saat ulangan umum AV baru dapat mengontrol cara belajar santri, berbeda dengan ulangan harian yang belum optimal. "Ka/au mau ulangan mah kurang tahu, tapi usaha saya ke arah sana ada. Jadi saya menghubungi ketua ke/as, tolong kalau ada ulangan informasikan kepada saya. Yah tujuannya untuk ketika mau ulangan teh ngapa/keun. Ada usaha ke arah sana ta,oi be/um optimal. Pemah nemenin paling pas ulangan umum. ftu pasti saya temenin misalkan ada dua waktu itu ngapa/in. Misalkan subu/J dan habis dzuhur jadi saya temenin. Ka/au tidak bakal kalalabur, jc.1di saya pun harus ikut stand by satu jam mah, baca Al-Q atau buku mereka ngapa/in, setelah itu saya ke/uar."
•
Kontrol
AV menyadari konflik sosial sangat rentan dan tidak dapat dihindari bila tinggal di asrama. Jadi jika ada santri yang bertengkar AV akan memberikan pengarahanpengarahan, yaitu dengan bertanya terlebih dahulu mengapa bisa terjadi, tanpa
86 perlu dihukurn rnereka bisa berdarnai lagi dengan diajak ngobrol. Hanya yang tidak terkontrol oleh AY adalah frekuensi terjadinya konflik hingga ada anak yang rnelaporkan kepadanya. "Paling dikasih pengarahan-pengarahan ka/au ada santri yang berantem, karena tidak bisa dihindari konflik sosialnya rentan banget kalau diasrama. Gesekannya sangat banyak potensi-potensi untuk menghasilkan konflik ada saja." Terhadap waktu benllain santri AY mengutarakan ada waktu khusus yaitu malarn Jum'at dan hari Jum'at. Namun bila AY mengetahui ada jam pelajaran kosong tidak lantas santri disuruh pulang, atau bila ada permintaan dari anak untuk mengisi kelas AY akan diisi dulu dengan arahan-arahan yang sifatnya mendadak. Meskipun hanya beberapa menit masuk kelas, hal ini untuk membuat kesan bahwa tidak bebas setiap ada guru yang tidak hadir. "Ada waktu khusus ma/em Jum'at dan hari Jum'at. Untuk lebifl mendekatkan saya dengan santri diajak main ke rumah. Nonton film kalau hari jum'atnya silahkan main ke mana. Ka/au waktu jam kosong atau guru tid'ak hadir di kelas hat itu bagian wali ke/as, kalau tidak kembali lagi ke pembina nanti saya isi pengarahan yang bersifat aksidental. Yang saat itu sedang te1jadi apa nih gejalageja/a yang timbul. Baru boleh pulang." Dalam membina santri untuk melakukan shalat AY selalu membawa absen. AY mengakui anak-anak yang tidak ke mesjid akan dihukum rnen!gepel lantai namun hanya diberi absen saja biasanya mereka sudah pada takut. AY merasa jika intensitas ke asramanya cukup maka santri pun sedikit yang lalai dalam shalatnya. AY mengupayakan agar masbuk (shalat berjama'al1 namun tertinggal beberapa raka'at dari tmam) dalam sholat menjadi hal yang tabu, biasanya AY akan mengingatkan bila ada yang masbuk akan dilaporkan kepada orang tuanya.
87
"Wajib lima kali sehari, ka/au ada yang ketahuan ga ke mesjid, disuruh ngepel. Tapi dikasih absen saja mereka sudah ketakutan. Justru mereka ma/ah pengen kelihatan hadir ada absen teh memang jangan dibiarkan saja anak-anak itu digiring, diabsen "Pak saya hadir pak, saya hadir" mungkin an.sk aliyah tidak seperti itu."
•
Harapan
Terhadap prestasi belajar santri AY mengakui dapat melihatnya dari raport agama yang diisi olehnya, selain itu melihat keseharian santri di asrama atau ketika masuk kelas. AY rnerasa terbentur pada jumlah santri yang banyak sehingga banyak yang tidak terperhatikan. Untuk memaksimaikan hal tersebut AY mesti memaksimalkan tenaga dan fikiran ekstra selain diperlukan agenda khusus. Narnun sebisa rnungkin AY rnernberikan rnotivasi kepada anak untuk rajin belajar, menulis dan rnernbaca. "Ka/au pembina tuh tahu di bidang agama karena mengisi rapport juga yang pelajaran agama dj pesantren. Tapi selain raportjuga pembina tahu prestasi anak ka/au anak dia ini seperti apa. Dilihat dari kesehariannya atau masuk kelas, atau dari teman-temannya. lnformasi tahu/ah pembina seperti apa kalau santri itu seperli ini. Sete/ah itu dikonsu/tasikan kepada orang tua bahwa anaknya seperti ini. Gunanya untuk dicari penyebabnya setelah itu dibimbing lagi. Tapi sekali lagi terbentur di jum/ah santri atau anak yang banyak" AY rnernberikan garnbaran kepada santri tentang alumni-alumni yang sudah lulus dan berhasil lalu kernbali lagi ke Darul Arqarn untuk memotivasi anak-anak dalarn rnenentukan cita-cita mereka. AY selalu rnemberikan
SE~cara
keseluruhan
arahan agar santri merniliki cita-cita yang tinggi tidak perorangan. AY rnenuntut santri secara tidak langsung dengan rnernasukkan anak-anak ke berbagai kegiatan, harapannya akan tirnbul kernampuan-kernarnpuan santri sesuai bidang yang santri tersebut inginkan.
88 "Saya kasih gambarannya kepada alumni yang sudah pada lulus banyak yang kembali ke Darul Arqam untuk memberikan sesuatu seperti materi atau di seminar-seminar saya kasih motivasi kesana. Setiap orang tidak , tapi secara keseluruhan saya arahkan untuk mempunyai cita-cita yang tin,ggi" AY tetap memperhatikan cara berpakaian santri tidak mernbia1rkan dan tidak menekankan untuk berbusana lslami. AY memahami budaya di pondok pada masa-masa tertentu ingin mencari idola, sehingga suka mencoba-coba hat yang baru bahkan dianggapnya gaul. Hanya jika kurang pantas AY menegurkan dengan menyindir. Hal tersebut AY sadari adalah hal yang wajar meskipun sebenarnya AY lebih menyukai anak-anak berpakaian nyantri.
"saya tidak membiarkan 100%jangan tapijuga harus menekankan harus islami juga tidak. Karena kultur gitu di DA itu gararau/, /agipula anak-anak pada masa mencoba gitu yach. lngin mencari ido/a jadi /ebih terbiarkan sEifauh ini. Semisa/ celana yang modis, tapi dibiarkan 100% juga tidak. Ada lagi gak pakaian mode/2 seperti ini? Nanti diganti yah, atau cara lainnya disindir, manel'I kasep euy, buukna a/us. Tapi sigana kumaha lamun dikopeah sigana hese. Diheureuyan weh." Santri dibolehkan AY untuk mengkritik dirinya, hanya bentuknya lebih ke arah dialog. AY merasa pembina harus siap dengan berbagai reaki;i yang keluar dari santri, bahkan bila dirinya sampai melakukan kesalahan kepada santri. AY akan menganggap hal yang wajar bila santri memang nakal dan berbuat salah, dan dilakukan bukan karena faktor kesengajaan santri untuk melulcai pembina.
"Bo/eh santri mengkritik tapi lebih ke dialog, perlu diskusi, dan yang namanya pembina harus siap dengan berbagai reaksi yang akan kefuar dari santri. Bahkan ketika pembina mengeluarkan pendapat, statement, atau atun9n harus siap menghadapi timbaf batik dari santri. Ada yang begini.. begini.. " Dal(lm memerintah atau menyuruh kepada santri AY mengakui jarang dilakukan kecuali bila dalam kondisi terdesak. Sebagai contoh sesuatu yang akan
89 menjatuhkan wibawa, seperti membawa makanan ke rumah, AV meminta tolong kepada santri, dan reaksi anak pun merasa senang karena tenaganya terpakai. "Minta tolong, ya paling beres kamar, kalau untuk kepentingan pribadi tidak itu mah, pemah sesekali ketika da/am kondisi terdesak misalkan bawa makanan ke asrama. Sesuatu yang akan menjatuhkan wibawa pembina. /tu biasanya saya minta tolong ke santri dan biasanya santri tuh ketika dimintai tolong sama pembina tuh ya seneng aja, ngerasa kepake, tapi ha/ tertentu saja."
AV memberikan penuturan bahwa mengobrol dengan santri adalah sebuah keharusan. Karena menjalin komunikasi dengan santri itu san9at penting. Dan AV merasa senang lagi bila santri yang memulai lebih dulu. Tidak ada waktu khusus untuk mengobrol, tidak terlalu serius, dan jika ada keperluan saja. "Menjalin komunikasi sangat penting, justru saya seneng santri yang memulai lebih dahulu bertanya berarti si santri teh aktif, tidak pasif. Ka/au kita hanya satu pertanyaan dia menjawab dengan dua pertanyaan, mereka ya seperti itu. Waktunya ga ada waktu khusus, setiap waktu/ah ketika bertemu Cuma kadangkadang ngobro/nya pun tidak terlalu serius, ya ketika ada kepE1rluan saja ngobrol."
•
Komunikasi
AY mengaku pernah membuat kontrak membina dengan sant1·i tetapi tidak tertulis. Misalkan mengenai santri yang tidak ke mesjid atau
k1~
kelas AV
memberikan penjelasan dahulu. Hal ini dilakukan untuk mempermudah AY memberikan punishment (hukuman), karena mereka sebenamya sudah tahu peraturannya. "Pemah tapi tidak secara tertu/is, kurang lebih saya bilang baflwa tentang menyikapi anak yang tidak ke mesjid atau ke kelas ketika saya masuk ke kelas berulang kali, tapi santri tidak melakukan apa yang diharuskan dikerjakan saya bertanya salah siapa? Sa/ah dari santri, tapi ka/au mungkin saya tidak ke asrama itu hapak anggap wajar, mungkin kesa/ahan ada di tangan bapak juga. Hal itu pemah terungkap, untuk mempermudah punishment. Jadi sebetulnya mereka tuh sudah tahu aturannya atau rambu-rambunya. kadang peraturan itu dibuat
90 o/eh santri sendiri. Sehingga bisa saya sosialisasikan dulu kepada santri atau anak-anak jadi sekalipun kita memberikan punishment tidak fE1nggung lagi."
Menghadapi kelas-kelas kecil AY akan mengatur santri mengEmai tata letak kasur dan lemari di asrama. Namun bila santri mulai susah diatur AY tetap menekankan terhadap kebersihan dan kenyamanan asrarna. :Sehingga tidak sulit bagi AY dalam membangunkan anak-anak. AY juga memahami bahwa anak memerlukan penyegaran dan mendapat suasana baru, jadi nyaman di asrama dan tidak jenuh. "Saya tuh kelas satu mesti harus diatur, begini. Ke/as dua mereka sudah mulai susah diatur tapi tetap menekankan kepada anak mengenai kebersihan dan kenyamanan asrama tetap. Diantaranya, mudah membersihk1m, membangunkan mereka, tidak jadi bahan persembunyian. ltu juga bahan refreshing bagi anak. Maksudnya da/am perubahan itu mendapat suasana baru. Jadi nyaman di asrama, ga jenuh di asrama. Jadi saya biarkan, tapi tetap dibeiri rambu-rambu juga, supaya pas ke asrama bersih." Dalam menghadapi kebersihan massal AY mengontrol terus anak-anak hingga selesai. Jika terdapat santri yang tidak bekerja, biasanya anak:-anak sendiri yang menghukum dan melaporkan kepadanya. "Jarang bahkan hampirtidak ada, terus pemah ada dicanangkan satu minggu seka/i, pernah berjalan sekitar setengah bulan, tiga bulan ga ada lagi. Pemah ada dulu waktu diadakan kerja bakti, tidak diabsen tapi langsung dibagikan tugas oleh saya. Kalau ada yang tidak beketja biasanya anak-anak sendiri yang menghukum "Pa tuh si anu ga ketja.. pa tah si eta" jadi anak-s1nak takut sendiri dengan anak yang lain."
Karena jadwal pondok yang sangat padat setelah pulang dari kelas santri diharuskan siap-siap untuk kegiatan berikutnya, tergantung kondisi saat itu. Namun meskipun begitu AY tetap memberikan toleransi kepada anak-anak untuk istirahat dulu sebelum shalat ke mesjid.
91
"Sele/ah putang dari ketas ada yang dituntut ke mesjid paling, setetah ke mesjid ga da Jagi paling tergantung jadwat kegiatan hari itu. Ka/au mfaatkan ada jadwat kursus, berarli mereka harus kursus, katau ada pencak silat b1~rarli harus itu du/u. Atau jadwat hari rabu Korps Muba/igh Remaja (KMR), Korps Qori-Qori'ah Remaja (KQR) harus siap-siap. tiap hari itu padat, selalu ada kegiatan, tapi siang hari senin-kamis ada. Seminggu ada saja kegiatan. Pu/ang dari kelas sebelum ke kesjid boleh istirahat du/u, tidur dulu, ga apa-apa tapi pada akl'limya harus ke mesjid, ngagiring ge bapak katau jam 12.00 mah agak lunak, lihat mereka kecapean" Untuk memudahkan melihat analisa pada kasus AY dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Analisa Kasus A Y
Aspek-Aspek Pola Asuh Di Pondok Pesantren
A.Pengasuhan
lndikator
1. Menghadapi santri yang mengalami sakit - Tindakan pertama - Cara perawatannya 2. Menghadapi santri yang mengalami kesulitan Penanganannya 3. Menghadapi santri yang mengalami kecelakaan Dalam suatu kegiatan (bermain, olah raga, training, dll) - Tindakan pertama - Cara perawatannya 4. Harapan kepada santri ketika pembina sakit 5. Sikap saat mengontrol keadaan santri di asrama
x x
-
x
-
x x
-
x
92 B. Kontrol
1. Menghadapi santri yang
-
2. 3.
4.
C. Harapan
5. 1.
-
2. 3. 4. 5.
0. Komunikasi
1. 2. 3. 4. 5.
-
Keterangan;
terlambat Bangun kesiangan Masukkelas Melakukannya berulang kali Mengatur cara belajar santri Menghadapi santri yang berkelahi penannggulangannya Mengatur waktu bennain santri Cara mendidik santri shalat Mengenai prestasi belajar Nilai-nilai ujian santri Penanganan bagi santri yang prestasinya kurang baik Santri berprestasi Menuntut harapan dan cita-cita santri Memberikan perintah kepada santri Mengatur cara berbusana Melakukan kesalahan keoada santri Mengobrol dengan santri Membuat kesepakatan dengan santri Harapan seusai santri belajar di kelas Mengatur tata letak kasur atau lemari di asrama Mengatur kegiatan yang diikuti santri seperti olah raga, ekstrakulikuler, lomba, dll. kerja bakti
x: Tinggi
-: Rendcih
x
-
-
x x x
x
x x
x x
-
x x x x
x x
93
4. 3. Perbandingan Ant.ar Kasus Setelah peneliti menjabarkan gambaran data hasil wawancara dan observasi tiap-tiap kasus, selanjutnya penulis melakukan analisa perbandingan antar kasus yang didapat. Analisa ini bertujuan untulk melihat perbedaan clan persamaan yang dialami tiap-tiap subyek penelitian. Analisa ini digambarkan dalam sebuah tabel untuk memudahkan cara melihatnya. Adapun tabel analisa perbandingan antar kasus, sebagai berikut;
Tabel 4.6 Tabel Perbandingan Antar Kasus
Aspek-Aspek Pola Asuh Di Pondok Pesaniren A.Pengasuhan
I
ES
NH
x
x
-
x x
x
x
x
x
-
x
x -
x
x
-
-
-
x
x
AY
1. Menghadapi santri yang
2.
3.
-
4.
5.
mengalami sakit Tindakan pertama Cara perawatannya Menghadapi santri yang mengalami kesulitan Penanganannya Menghadapi santri yang mengalami kecelakaan Dalam suatu kegiatan (bermain, olah raga, training, dll) Tindakan pertama Cara perawatannya Harapan kepada santri ketika pembina sakit Sikap saat mengontrol keadaan santri di asrama
-
x
-
94 B. Kontrol
1. Menghadapi santri yang
-
-
2. 3.
4. 5. C. Harapan
-
2. 3.
4. 5.
Nilai-nilai ujian santri Penanganan bagi santri yang prestasinya kurang baik Santri berprestasi Menuntut harapan dan citacita santri Memberikan perintah kepada santri Mengatur cara berbusana Melakukan kesalahan kepada santri
1. Mengobrol dengan santri 2. Membuat kesepakatan dengan santri 3. Harapan seusai santri belajar di kelas 4. Mengatur tata letak kasur atau lemari di asrama 5. Mengatur kegiatan yang diikuti santri - seperti olah raga, ekstrakulikuler, lomba, dll. kerja bakti
-
Keterangan;
x
-
x x
x -
x
-
-
x x
x
x
x
x x
x x
x
-
x
-
x x
-
x
x
x
x x
x
x x
x
-
x x
x
-
x
-
x
x
x
x
x
-
x
x
-
x -
-
-
1. Mengenai prestasi belajar
-
D. Komunikasi
terlambat Bangun kesiangan Masukkelas Melakukannya berulang kali Mengatur cara belajar santri Menghadapi santri yang berkelahi penannggulangannya Mengatur waktu bermain santri Cara mendidik santri shalat
x: Tinggi
-: Rendah
-
95 Pada tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa terdapat beberapa perb!~daan dan persamaan dalam aspek-aspek pola asuh pada ketiga orang subyak. Pada aspek pengasuhan dalam hal harapan ketika pembina sakit, dan perawatan ketika santri mengalami kecelakaan, menunjukkan ketiga subyek memiliki tingkat pengasuhan yang rendah. Sedangkan tingkat pengasuhan yang tinggi pada ketiga subyek terdapat dalam hal tindakan pertama ketika santri sakit, kecelakaan, dan sikap mengontrol di asrama. Pada indikator lainnya menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Pada aspek ini AY meimiliki tingkat pengasuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ES dan NH. Tingkat pengasuhan paling rendah dimiliki oleh NH. Namun secara umum ketiga subyek memiliki tingkat pengasuhan yang positif atau tinggi.
Dari ketiga kasus di atas, terlihat bahwa aspek kontrol merupa1kan titik terlemah dibandingkan aspek-aspek pola asuh lainnya. Dengan demikian, bahwa jumlah santri yang banyak mempunyai pengaruh yang cukup tinggi bagi para pembina dalam mengontrol kondisi santri. Walaupun aspek kontrol bukan selalu yang menjadi kendala bagi subyek, namun setiap subyek merasakan keberatan mengenai banyaknya jumlah santri yang dibina. Secara umum pada NH terlihat jelas tingkat kontrol yang rendah dibandingkan A Y dan ES. Pada aspek ini terdapat dua hal yang bisa disebut menonjol. Pertama, dalam mengatur cara belajar santri, ketiga subyek sama-sama menunjukan tingkat kontrol yang rendah. Kedua, dalam mendidik santri shalat, ketiga subyek terlihat sepakat menunjukkan tingkat kontrol yang tinggi. Hal ini menurut ES adalah kewajiban
96 agama yang tidak dapat ditolerir bagi semua santri. Bagi NH merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar. Bagi A Y menyebutkan ingin agar masbuk dalam shalat menjadi hal yang tabu untuk santri.
Pada aspek harapan ketiga subjek menunjukkan hasil yang positif. Hal ini terlihat pada tabel 4.6 tidak terdapat tingkat harapan yang rendah dalam hal yang sama. Namun tercatat hanya satu indikator yang ketiganya sama-sama menunjukan tingkat harapan yang tinggi, yaitu dalam hal penanganan santri yang kurang berprestasi. Hal ini dikarenakan pembina menganggap santri yang telah mampu berprestasi sudah berkembang dengan sendirinya, bahkan diharapkan dapat membimbing santri lainnya. Oleh karena itu pada kasus ES fokus pembinaan kepada santri yang kurang dalam hal prestasi akan mendapatkan perhatian lebih. Hal yang sama dirasakan NH dan A Y. Penanganan santri yang kurang menunjukan tingkat pengharapan yang tinggi.
Sama halnya seperti pada aspek harapan, aspek komunikasi pada ketiga subyek memiliki hasil yang bervariasi. Tidak terdapat indikator yang ketiganya memiliki tingkat komunikasi yang rendah. Namun di sini ada dua indikator yang ketiganya menunjukan tingkat komunikasi yang tinggi yaitu, mengobrol dengan santri dan mengatur kegiatan santri dalam kegiatan ekstra, olah raga, maupun lomba. Pada AY aspek komunikasi terlihat sangat menonjol dibandingkan ES dan NH. Hal ini ditunjukan oleh tabel 4.6 AY memiliki tingkat komunikasi yang tinggi pada seluruh indikator.
97 Berdasarkan analisa antar kasus aspek-aspek pola asuh di pondok pesantren terlihat tipe pola asuh apa yang digunakan oleh ketiga subyek yaitu demokratis. Hal ini secara keseluruhan ditunjukan pada tabel yang memberikan gambaran ketiga subyek memiliki tingkat yang tinggi di semua aspek. Hanya secara umum AY terlihat lebih tinggi dibanding ES dan NH. Sedangkan perbandingan ES dan NH tidak jauh berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan pola asuh yang digunakan pembina di pondok pesantren adalah demokratis. Yaitu memiliki tingkatan yang tinggi pada semua aspek pola asuh, pengasuhan, kontrol, harapan dan komunikasi. Namun tingkatan tinggi dalam setiap aspek berbeda, aspek pengasuhan merupakan yang paling kuat dilakukan oleh subyek sedangkan yang paling lemah terdapat pada aspek kontrol. M1~skipun begitu setiap subyek merasakan perlu adanya pola asuh di pondok pesantren.
4.4. Hasil Tambahan Berdasarkan identitas responden yang didapatkan sebanyak '15 orang pembina yang berada di Pondok Pesantren Darul Arqam Garut, maka latar belakang dari responden berdasarkan jenis kelamin, status, pendidikan, usia, dan pengalaman membina digambarkan pada tabel 4.7 di bawah ini:
98
label 4.7 latar Belakang Responden n
F
9 6
62.5% 37.5%
Usia 28-38 Tahun 39-49 Tahun 50-61 Tahun
8 6 1
56 ..25% 37.5% 6.25%
Pendidikan Formal D1 02 S1 S2
1 1 12 1
6.25% 6.:
lama Masa Kerja 1-10 Tahun 11-20 Tahun 21-30 Tahun
8 4 3
56.:25% 2!5% 18.75%
13.
87.5%
2
125%
latar Belakang Jenis Kelamin L p
Status Pernikahan Berkeluarga Single
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwl'! subjel< paling banyak ad.alah Laki-l1:1ki •'
yi:titu sembilan orang atau 62.5%, sedangl
jj,!Jlllab santri putra febih banyak dibandingkan dengan santri putri.
99 Berdasarkan usia subjek tanpa memperhatikan perbedaan jenis kelamin, secara keseluruhan subjek penelitian yang paling banyak adalah mereka yang berusia 28-38 tahun, sebanyak delapan orang atau 56,25 %. Sedangkan untuk jumlah yang paling sedikit adalah pada kategori usia 50-61 tahun yaitu sebanyak satu orang atau 6,25% dari total subjek 15 orang. Dengan hasil data ini menunjukan bahwa masa usia 28-38 tahun merupakan masa yang paling clinamis dan produktif bagi seorang pembina di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammacliyah Garut. Hal ini dikarenakan dengan bertambahnya usia seseorang beban hidup yang ditanggungnya pun lebih banyak sehingga turut mempengaruhi pengasuhan di pondok pesantren.
Berdasarkan pendidikan formal subjek, dapat dilihat bahwa yang paling banyak adalah yang berpendidikan formal S1 yaitu sebanyak 12 oran1~ atau 75 %. Sedangkan yang paling sedikit adalah mereka yang berpendiclikan formal 01, 02, dan S2 yaitu masing-masing sebanyak satu orang atau 6,25 %, dari total subjek 15 orang. Dari hasil data di atas menunjukan bahwa Pondok Pesantren lebih banyak memilih pembina yang berlatar belakang pendidikan formal S 1, hal ini dikarenakan pembina yang berlatar belakang S1 dianggap cukup memenuhi standar ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk membina para santri.
Berdasarkan lama masa kerja subjek, dapat dilihat bahwa yang paling banyak adalah subjek yang bekerja pada rentang 1-10 tahun, yaitu sebanyak delapan orang atau 56,25 %. Sedangkan yang paling sedikit adalah m1~reka yang bekerja
100 pada rentang masa kerja 21-30 tahun, yai!u sebanyak tiga ora1ng atau 18,7 %, dari total subjek 15 orang. Dari hasil data di alas menunjukan bahwa pembina yang telah bekerja selama lebih dari 10 tahun di pesantren ini mulai berkurang, hal ini dimungkinkan karena dua hal; karena pembina yang telah bekerja di pesantren ini selama lebih dari 1o tahun, ada yang berhenti, pindah jabatan atau pindah kerja dari pondok pesantren Darul Arqam atau mungkin juga dikarenakan pesantren ini melakukan peremajaan pembinaan, dengan cara mengganti pembina-pembina lama yang sudah kurang
berkomp1~ten
dengan pembina-
pembina yang baru yang masih semangat dan berkompeten.
Berdasarkan status pernikahan, secara keseluruhan subjek pi:melitian yang paling banyak adalah mereka yang sudah berkeluarga atau menikah, sebanyak
13 orang atau 87,5 %. Sedangkan untukjumlah yang single atau belum menikah yaitu sebanyak dua orang arau 12,5% dari total subjek 15 orang. Dengan hasil data ini menunjukan bahwa status berkeluarga atau yang telal1 menikah menjadi hal yang cukup dipertimbangkan untuk seorang pembina bagi Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut.
Penulis juga memberikan kuesioner kepada 15 orang pembina, lalu penulis memberikan skor ke dalam empat kategori, yang terbagi menjadi, skor satu (1) untuk pola asuh ototriter, skor dua (2) untuk pola asuh demokratis, skor tiga (3) untuk pola asuh permisif indulgent, dan skor empat (4) untuk pola asuh permisif
Indifferent.
IOI
Skor pola asuh untuk pengukuran skala pola asuh dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.8 Skor Skala Pola Asuh
Skor
Pola Asuh
1
Otoriter
2
Demokratis
3
Permisif Indulgent
4
Permisif Indifferent
Dalam pengukuran skala pola asuh ini, peneliti menentukan pola asuh yang dipakai responden dengan cara melihat skor pola asuh yang terbanyak yang ada pada responden. Setelah ditetapkan norma seperti di atas, maka peneliti dapat mendiagnosis responden yang mempunyai pola asuh, otoriter, demokrastis, permisif Indulgent, dan permisif Indifferent dengan memasukkan jumlah skor responden ke dalam interval pola asuh. Interval te1rsebut di susun berdasarkan skor terendah dan tertinggi dalam setiap kategori pola asuh. Di bawah ini disajikan tabel frekuensi responden yang mengunakan masing-masing kategori skala pola asuh.
102
Tabel 4.7 Kategori Skala Pola Asuh
Pola Asuh
Interval
Frekwensi
Persen (%)
Otoriter
33-57
0
0%
Demokratis
58-82
15
100%
Permisif Indulgent
83-107
0
0%
Permisif Indifferent
108-133
0
0%
15
100 %
Total
Berdasarkan dari daftar distribusi di atas terlihat secara keseluruhan subjek penelitian yang paling banyak menggunakan pola asuh demokratis sebanyak 15 orang atau 100 %. Sedangkan untuk pola asuh otoriter, permi:sif indulgent, dan permisif indifferent tidak ada yang menggunakannya atau 0 % dari total subjek 15 orang. Dengan hasil data ini menunjukan bahwa pola asuh yang digunakan pembina Pondok Pesantren Darul Arqam Mt.lhammadiyah Garut secara umum adalah demokratis.
BABS KESIMPULAN, DISKUSI DAN !SARAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran untuk subjek penelitian maupun penelitian berikutnya.
5. 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data tentang pola asuh pembina terhadap santri di Pondok Pesantren dapat disimpulkan bahwa pembina di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut memiliki pola asuh deimokratis yang meliputi empat aspek pola asuh, yaitu pengasuhan, kontrol, harapan, dan komunikasi.
5. 2. IDiskusi Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa pola asuh pembina terhadap santri di Pondok Pesantren Darul Arqam adalah demokratis. Yang berarti hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian Mukhtar (2005) yang mengatakan bahwa ada perbedaan kontribusi dari kebervariasian pola asuh otoriter terhadap kebervariasian prestasi belajar santri mukim dan santri nonmukim. Juga tidak sama dengan pendapat Bawani (dl:tlam Yasrnadi,
104
2002: 63) yang menyatakan keberadaan seorang Kiai dalam lingkungan pesantren diibaratkan laksana jantung bagi kehidupan manusia. lntensitas Kiai memperlihatkan peran yang otoriter disebabl
Hal ini menjelaskan bahwa pola asuh di pondok pesantren kini mengalami perubahan. Bila melihat sejarah faktor Kiai dahulu begitu dominan dalam pengasuhan sehingga tak heran bila pola asuh yang terbentuk adalah pola asuh otoriter. Akan tetapi perubahan yang terjadi seperti penambahan jumlah santri yang semakin banyak, dan perkembangan zaman cli bidang teknologi dan informasi menuntut pesantren untuk menyesuaikan diri dengah tetap mempertahankan tradisi yang telah ada sebelumnya. Sedlangkan pada aspek pengasuhan kini tidak lagi terpusat kepl:ida satu figur Kiai saja melainkan secara kolektif oleh para pembina santri.
Perubahan ini pun mempengaruhi Pondok Pesantren Darul Arqam untuk membuat kebijakan baru dalam hal pola asuh di pondok pesantren. Salah satunya adalah memisahkan tugas pembina sebagai wali kelas santri. Dalam
105
satu kelas ditunjuk dua orang yang bertanggungjawab untuk mengurus santri, satu orang bertugas sebagai pembina di asrama dan yang lainnya bertugas sebagai wali kelas.
Dari hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan pada tiga orang pembina pondok pesantren Darul Arqam di Garut, penulis mendapatkan gambaran fenomena di pesantren berkaitan tentang pola asuh pembina terhadap santri di pondok pesantren Darul Arqam Garut. Hasil analisa data wawancara memberikan gambaran lebih mendalam men9enai pola asuh demokratis yang dilakukan pembina terhadap santri. Hal ini dapat dilihat dari tingginya keempat dimensi pola asuh yang dimiliki oleh pembina. Empat dimensi pola asuh yang dimaksud adalah aspek pengasuhan, kontrol, harapan, dan komunikasi. Masalah yang paling terlihat dailarn penelitian ini yaitu rendahnya aspek kontrol dalam pola asuh pernbina 1terhadap santri. Hal ini lebih disebabkan karena banyak jurnlah santri yang harus diasuh oleh seorang pembina. Oleh karena itu untuk rnencapai hasil yang rnaksimal dalam mengasuh, hal ini tergantung bagairnana pembina menggunakan waktunya untuk mengontrol santri dalam jumlah yang ban yak.
Pada hasil analisa data wawancara juga rnampu mengun1~kapkan mengenai persepsi rnengenai pola asuh, latar belakang dan riwayat pembina. Hal itu merupakan bagian tak terpisahkan sebagai faktor yang bEirpengaruh
106
terhadap pola asuh pembina kepada santri. Sebagai contoh, pembina yang ketika masa sekolahnya di lingkungan pondok pesantren tentu memiliki pengalaman bagaimana rasanya diasuh oleh pembina. Hal ini berpengaruh terhadap bagaimana seorang pembina mengasuh santri. Dengan mempelajari cara pengasuhan yang ia dapatkan semasa di pondok pesantren, pembina sudah memiliki gambaran bagaimana cara mengasuh santri. Apalagi bagi pembina yang sebelum mengasuh di Pondok Pesantren Darul Arqam pernah mengasuh di tempat lain. Hasil lain yang didapat adalah mengenai pekerjaan sebagai pembina merupakan pengabdian. Baik kepada , pesantren, organisasi maupun kepada Islam itu sendiri.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembina yang tinggi dalam keempat dimensi pola asuh, mengakibatkan santri menjacli bersemangat dalam belajar dan mengejar prestasi yang merupakan salah satu tujuan dari institusi pendidikan dalam hal ini pondok pesantren. Dengan tercapainya tujuan pondok pesantren dalam proses pengasuhan hal ini cepat atau lambat akan meningkatkan keuntungan bagi pondok pesantren. Oleh karena itu, pimpinan pondok pesantren perlu memperhatikan pola· asuh pembinanya agar pembina-pembina dapat memberikan pengasuhan yang optimal kepada santri.
107
5. 3. Saran Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan sebagai saran praktis, baik untuk kepentingan pembina maupun pihak pondok pesantren. 1.
Kepada pimpinan pondok pesantren, agar lebih memperhatikan dan memberikan solusi yang baik kepada pembinanya berkaitan tentang pola asuhnya, khususnya pada pembina-pembina yang mempunyai tingkat yang rendah pada aspek pola asuhnya, agar pembina merasa nyaman dan bersemangat dalam bekerja, sehingga tercipta pola asuh yang baik terhadap santri.
2.
Bagi pembina sebaiknya lebih terbuka untuk mengungkapkan permasalahan pola asuhnya kepada pimpinan pondok pesantren, namun dalam proses perbaikannya, pembina juga harus ikut membantu pimpinan untuk menjadikan pola asuh terhadap santri menjadi lebih baik, dengan mematuhi aturan-aturan yang telah dibuat oleh pimpinan pondok pesantren.
Saran-saran teoritis bagi penelitian-penelitian selanjutnya; 1.
Penulis menyadari bahwa, dalam proses penulisan skripsi ini terdapat beberapa kekurangan dan kelemahan terutama dalam proses penelitiannya, maka pada peneliti selanjutnya yang berkeinginan untuk
108
melakukan penelitian dengan tema masalah yang sama, disarankan untuk memperdalam kajian permasalahan, menghubungkannya dengan variabel lain dan menambah jumlah sampel yang berbeda termasuk membandingkannya dengan santri. 2.
Penelitian ini juga memiliki keterbatasan dalam men1mambarkan pola asuh yang hanya mempertimbangkan faktor jenis kelamin, usia, masa kerja, status pernikahan dan latar belakang pendidikan terakhir responden. Untuk penelitian selanjutnya, dianjurkan untuk melakukan penelitian dengan menggambarkan pola asuh yang mempertimbangkan aspek lain, misalnya kelekatan pembina dengan orang tua santri, efektifitas pola asuh dengan rasio jumlah santri yang diasuh, tingkat ekonomi pembina.
109
DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2003), Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. (2003). Penyusunan Seka/a Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Boyd, D & Bee H. (2006), Life Span Development, 4hEdition, Boston: Pearson Education, Inc Bhuono, A (2005). Strategi jitu memilih metode statistik penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: ANDI Hurlock, E. B. (2002). Perkembangan Anak, Ji/id 1&2. Jakarta: Erlangga Khoerwadarminta, W. J. S. (1993). Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Kriswanto, C. I. 4 Tipe Pola Asuh Orang Tua. tanggal 30 April 2007. www.tabloidnakita.com Madjid, N. (1997). Bilik-Bilik Pesantren. Jakarta: Paramadina Mansur, Junaedi, dan Mahfud. (2005). Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Depag RI Martin, C. A (1997). Parenting, A Life Span Perspective. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc Mastuki, H. S. (2003). Managemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka Moleong, L. J. (2007). Metodo/ogi Penelitian Kua/itatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya \/lonk's, F. J. (2004). Psiko/ogi Perkembangan, Pengantar Dan Berbagai Kegiatannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press \/luhammad, A (1993). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen. Jakarta: =>ustaka Amani Mukhtar, M. (2005). Kontribusi Kebervariasian Pola Asuh, Konsep Diri, Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kebervariasian Prestasi Belajar Santri Mukim dan Santri Non Mukim. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia Vlulyadi, K. (1999). Pengaruh Gaya Pengasuhan Orangtua Terhadap Tingkah Laku Prososial Remaja Pada Remaja Akhir Jumal Psikologi Vol. 11. No. 1. Maret 2003. Bandung: UNPAD
110
Mulyana, D. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigms Baru I/mu Komunikasi dan I/mu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Netty, Hartati, dkk. (2004). Pedoman Penyusunan dan Penuli.san Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Papalia, D.E, Olds, S.W & Feldrnans, R. D. (2004). Human Development glhEdition. New York: McGraw Hill Partanto, Pius Adan M. Dahlan Al-Barry. (1994). Kamus llmiafl Populer. Surabaya: Arko la Poerwandari, K. (2001). Pendekatan Kualitatif Untuk Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 UI Qornar, M. (2007). Pesantren, Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi lnstitusi. Bandung: PT. Erlangga Santrock, J. W. (2006). Life Span Development, Perkembang;;m Masa Hidup, jilid I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga Santrock, J. W. (2006). A Topical Approach to Life Span Development, f.lh Edition. California: Brooks Cole Publishing Company Sarlito, W. S. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers Shaffer, D.D. (1999). Developmental Psychology, Childhooo' & Adolesence, rfh Edition. California: Brooks/Cole Publishing Company Singgih, D. G. (2003). Perkembangan Manusia dari Mass ke masa. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulya Strage & Brandt. (1999). Authoritative Parenting and College Students' Academic Adjustment an Success. Journal Of Educational Psychology. Vol. 91. No. 1. 146-156 Sudarwan, D. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia Sururin. (2003). I/mu Jiwa Agama. Jakarta: Rajawali Pers Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta rarsis, T. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan 30 April 2007. www.depdiknas.go.id
Agresivitt~s
Remaja,. tanggal
lasta, R. Muller, S.A & Ellis, S. (2004). Child Psychology, 467Edition. USA: John Willey & Sons. Inc (asmadi. (2002). Modemisasi Pesantren, Kritik Nurcho/is Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press
111 Yin, R. K. (2004). Studi Kasus, Desain dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Yusuf, M. (1996). Faktor-Faktor lntelektif Dan Non-lntelektif Vang Mempengaruhi Hasil Belajar, Studi Korelasi Antara lntelegensi, Kreativitas, Pola Asuh Orangtua Dan Perilaku Belajar Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Berprestasi Unggul. Tesis. Jakarta: Universitas lndonesta Zarkasyi, A. S. (2005). Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pe:santren. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Zikri, N. I. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Sikap Remaja Terhadap Premarital Sex Di OKI Jakarta. (2003). Tesis. Jakarta: Program Pasca Sarjana UI
LAMPIRAN .. LAMPIR.AN
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS PSIKOLOGJ JI. Kerta Mukti No. 5 Cireundeu Ciputat Jakarta Selatan 15419 Telp. 7433060 Fax. 74714714
Nomor: F.l .71/ICM.01.5/~2fl007 Lamp. : I (satu) berkas Perihal : Perpanjangan Bimbingan Skripsi
Jakarta, 4 Januari 2008
Kepada Yth. I. Bambang Suryadi, Ph. D 2. Solicha, S. Ag Dosen Fak.Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Assalamualaikum Wr.Wb. Dengan ini kami mengharapkan kesediaan Bapak/lbu/Saudara/i untuk menjadi Pembimbing penulisan skripsi mabasiswa : Nama Nomor Pokok Fakultas Judul Skripsi
Catur Tresna 103070028987 Psikologi : "Dinamika Pola Asuh Pembina Terhadap Santri di Pondok Pesantren Darul Arqam Garut".
Judul tersebut telab disetujui oleh Pembantu Dekan Bidang Akademik pada tanggal 28 Desember 2007 dengan out line, abstraksi dan daftar pustaka terlan1pir. Bimbingan skripsi ini kami mohon dapat diselesaikan dalan1 waktu 6 (enam) bulan, yakni sampai dengan tanggal 28 Maret 2008. Setelahjudul tersebut dikonsultasikan dengan Pembimbing dan terjadi perubahan, maka segera dilaporkan ke Pembantu Dekan Bidang Akademik dan laporan berikutnya dilaksanakan pada bulan ketiga dan kelima. Demikian atas kesediaan Bapak /Ibu/ Saudara/i kami ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.
fembusan: l. Dekan ( Sebagai laporan )
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS PSIKOLOGI \rta Mukti No.5 Cireudeu Ciputat Jakarta Selatan 15419 Telp. (021) 7433060 Fax. 74714714
.or
: Ft. 71/0T.Ol.7/ ~)tl /VI!l/2007
Jakarta, l 4 Agustus 2007
J.
: lzin Pene 1itian Kepada Yth. Pimpinan Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah di Garut Assalrnnu'alaikum Wr. Wb. Dengan hormat, kami sampaikan bahwa : Nam a Tempat/T gl Lahir Alamat
: Catur Tresna Ruswaraditra : Bogor, 24 Februari 1985 : Pancasan No.90 Rtl/12 Pasir Jaya Bogor Barat
adalah benar mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester NomorPokok Tahun Akademik Program
IX (Sembilan) 103070028987 2007/2008 Strata I (S-1)
Sehubungan dengan tugas penyelesaian skripsi yang berjudul : "Pola Asuh Pembina terhadap santri di Pondok Pes:mtren Dllrul Arqam Muhammadiyah Garut" mahasiswa tersebut memerlukan izin Penelitian di lembaga yang Bapak/Ibu/Saudara pimpin. Oleh karena itu kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya. Demikian atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Saudara kami ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
l:-ij~! ;;y~_,~..,~~i/~,;f.d~ iJ1l>.J MA'HAD DARUL ARQ.AM MUHAMMADIYAH DAERAH IGARUT JI. Ciledug No. 284 I 36 <(J 0262-233804 Fax. 02Ei2- 243816 Garut- 44i8i
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN NO. : 092 I III.4 IF I KET I MDA I 2007
Pimpinan Ma'had Dami Arqam Muhammadiyah Daerah Gamt menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :
Nama
: CATUR TRESNARUSWARADITRA
NIM
: 103070028987
Jumsan/Fakultas : Psikologi UIN SyarifHidayatullah Jakarta
telah melaksanakan Penelitian dalam rangka penyusunan Skripsi dengan judul "POLA ASUH PEMBINA TERHADAP SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUL ARQAM MUHAMMADIYAH GARUT" Demikian Surat keterangan ini kami buat untuk menjadi maklum.
Garut, 24 Oktober 2007
115
Pengantar Dengan Hormat, Salam teriring doa saya sampaikan, semoga Bapak/lbu SE1lalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Yang bertanda tangan di bawah ini; Nama
: Catur Tresna Ruswaraditra
NIM
: 103070028987
Semester
: VIII (Delapan)
Fakultas
: Psikologi
Universitas
: Universitas Islam Negeri (UI N) Syarif Hidayatullah Jakarta
Dengan ini bermaksud mengadakan penelitian dengan ju1:!ul "Pola Asuh Pembina di Pondok Pesantren", dalam rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat kecenderungan tipe pola asuh yang dipakai pembina di pondok pesantren. Penelitian ini tidak melihal: baik buruknya kinerja kerja Anda, akan tetapi kontribusi dari Anda akan sangat membantu dalam proses penelitian ilmiah ini. Pada halaman berikut ini, Anda akan menjumpai beberapa pernyataan, dimana pada setiap pernyataan disediakan beberapa kemungkinan yang dapat Anda pilih sebagai jawaban. Saya berharap Anda membaca setiap pemyataan dengan teliti sehingga jawaban yang Anda pilih sesuai dengtm pemikiran dan keadaan Anda yang sebenamya. Dalam hal ini tak ada jawaban yang benar atau yang salah. Oleh karena itu saya mohon kepada Bapak/lbu bisa memberlkan jawaban secara apa adanya untuk semua pemyataan yang telah disediakan. Adapun informai~i atau data yang Anda berikan akan sangat berrnanfaat bagi penelitian ini dan dijamin kerahasiannya. Atas kesediaan Bapak/lbu meluangkan waktu untuk menoisi kuesioner ini, saya mengucapkan terima kasih.
Peneliti
116
Data Prlbadi 1. Na ma
2. Jenis kelamin 3.
Usia
4. Pembina Kelas
5. Pendidikan terakhir
6. Pengalaman Membina :
Tahun
Petunjuk Di bawah ini terdapat pemyataan yang berkenaan dengan "Pola Asuh Pembina di Pondok Pesantren", jawablah dengan melingkari huruf pada salah satu pemyataan yang anda anggap sesuai diri anda. Tak ada jawaban yang salah, semua jawaban benar bila pilihan jawaban Anda sesuai dengan pemikiran dan kmidaan Anda yang sebenamya. Adapun contoh pernyataan dan alternatif pilihan ja11o/aban itu adalah :
1. Dalam membina saya memberlakukan santri a. Sebagai siswa/siswi yang harus taat pada peraturan yang berlaku @sebagai siswa/siswi yang mempunyai potensi untuk dikembangkan c. Sebagai anak sendiri d. Sebagai manusia biasa
t>.
c. d.
Hasil aKhir aclalah KesepaKatan antara santri dan pembina Santri tidak mempunyai hak berpandapat Pembina tidak peduli dengan hal ini
3ila ada santri yang sakit, make saya akan a. Memperhatikan perawatan, menyuruh santri untuk istirahat dan menjaga santri b. Tidak memperhatikan perawatan, dan tetap menyuruh santri tidak boleh melupakan tugas-tugas rutin c. Tidak peduli d. Memperhatikan perawatan, memanjakan serta melayani semua kebutuhan santri 3ila terdapat nilai ujian santri yang jelek a. Menghukum dan mempermalukan di hadapan santri lainnya b. Menerima apa adanya c. Kecewa, tetapi tetap memberi semangat terhadap santri d. Tidak peduli lila terdapat santri yang tidak memenuhi janji dengan pembina, make a. Tidak peduli den diam saja b. langsung menghukum santri c. Menannyakan alasan santri den memperingatkannya agar tidak mengulanginya lagi d. Memaklumi lila nilai rapor ada santri yang jelek, make pembina akan a. Menanyakan kesulitan yang santri alami den mencari jalan keluar yang balk untuk meningkatkan prestasi b. Menghukum den membodoh-bodohkan santri c. Tidak peduli d. Menerima apa adanya lila santri mengikuti lomba olah raga, maka saya akan a. Mempersulit santri b. Tidak peduli c. Pembina ikut mempersiapkan keperluan untuk mengikuti lomba d. Semua keperluan disiapkan oleh pembina
c. d.
Tidak menghiraukan Menangani sepenuhnya kesulitan santri
8.
Terhadap harapan clan cita-cita a. Tidak mempedulikan b. Menuntt..~ untuk diwujudkan secara wajar c. Menganggap hal tersebut mengganggu kegiatan belajar mengajar d. Tidak menuntut sama sekali
9.
Pada waktu liburan pesantren a. Memberi santri banyak tugas b. Memberi kebebasan sepenuhnya terhadap santri c. Menanyakan dan mengarahkan kegiatan yang akan dilakukan semasa liburan d. Tidak peduli
10. Bila ada seorang santri yang menjadi juara kales a. Bangga den terus memberikan semangat b. Merendahkan prestasi yang dicapai oleh santri tersebut c. Diam saja d. Sangat bangga, sehingga bebas menentukan ape yang diinginkannya 11 . Dalam hal prestasi santri a. Tidak pernah menuntut den menerima ape adanya b. Sama saja tidak ada yang berbeda c. Menuntut untuk dapat berprestasi sebaik mungkin d. Tidak peduli 12. Bila santri lalai mengerjakan tugas rutin a. Pembina tidak tahu yang santri kerjakan b. Menghukum santri tersebut c. Maklum d. Memperingatkan agar lain kali ia tidak mengulanginya lagi
13. Bila Santri bangun kesiangan dan terlambat mengikuti kegiatan belajm mengajar a. Menghukum santri b. Tidak peduli c. Menanyakan kenapa bisa kesiangan dan memperingatkan agar tidak mengulanginya lagi d. Menyuruh agar segera bersiap-siap
b.
c.
bisa melakukannya Bangga dan terus memberi semangat Bangga sekali hingga mengistimewakannya dari santri yang Iain
d. Tidak peduli
kegiatan bagi masing-masing santri c. Setuju-setuju saja, terserah santri maunya apa d. Pembina mendorong untuk berprestasi, jenis kegiatannya terserah kepada masing-masing santri namun menyarankan agar sesuai dengan minat dan kemampuan
lila terdapat santri yang jatuh hingga terluka a. Memarahinya kenapa ha! itu sampai terjadi b. Tidak peduli c. Menannyakan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan menyuruhnya untuk lebih hati-hati lain kali d. Sedih, dan terus merawat hingga sembuh
21. Bila sedang diadakan kerja bakti a. Membebaskan santri untuk ikul atau tidak b. Menghukum santri bila ada yang tidak mengiku!i c. Pembina tidak mengetahui kegiatan semua santri d. Bila tidak ada yang harus dikerjakan santri terlebih dahulu, pembina mengharapkan agar santri turut serta
'erhadap kegiatan yang diikuti oleh santri a. Tidak menyukai b. Tidak peduli c. Memberi kebebasan aktif, walaupun tidak harus berprestasi d. Mendukung atas kemampuan yang dimiliki oleh santri
22. Pada waklu memerintahkan sesuatu a. Memberitahu dengan cara yang baik b. Menuntut agar segala sesuatunya harus dilaksanakan dengan benar c. Tidak pernah menyuruh apapun d. Terserah nau dilaksanakannya perintah itu atau tidak
·erhadap cara belajar santri a. Menjaga ketat jam belajar santri, harus sesuai dengan paraturan pondok b. Membebaskan santri untuk belajar atau tidak c. Menemani belajar jika memiliki waktu d. Tidak peduli lila saya sakit a. Menginginkan ada santri yang menjenguk dan menanyakan keadaannya bila ada waktu b. Santri harus siap bila sewaktu-waktu dibutuhkan dan tetap harus mengikuti aturan yang berlaku, karena barangsiapa yang melanggar akan dihukum beral c. Santri tetap bebas, terserah saja d. Tidak pemah minta bantuan kepada santri Illa ketahuan terdapat santri mengubah letak kasur dan lemari di 1srama a. Tidak mempedulikannya b. Bila ide santri lebih baik, maka pembina tidak keberatan c. Menghukum karena tidak izin dahulu, juga karena tidak sesuai dengan yang dianjurkan oleh pembina d. Pembina tidak akan marah, dan membebaskan santri untuk mengubahnya sesuai dengan keinginan mereka
23. Bila ada santri yang berkelahi a. Oibiarkan saja b. Oimarahi dan menghukum keduanya atau semua yang terliba't c. Membela kepada santri yang tertihat lemah d. Menyuruh mereka untuk berdamai, dan menjelaskan bahwa berkelahi itu tidak baik
24. Terhadap waktu bermain santri a. Melarang bermain seenaknya, karena mengganggu kegiatan
KBM b.
Boleh bermain kapan saja, terserah santri karena sudah besar bisa mengatur diri sendiri c. Boleh melakukannya di waklu yang kosong dan tidak ada kegiatan dan tugas yang harus dilakukan lebih dulu d. Tidak pernah memperhatikan
b. Langsung menghukum karena tidak disiplin c. Tidak pernah mengontrol semuanya, mungkin ada satu atau dua orang saja d. Memaklumi k8rena padatnya jadwal yang telah diatur di ponclok pesantren iila pempina pada saat tertentu melakukan kesalahan a. Santri boleh mengkritik b. Tetap rnenganggap santri yang salah untuk menjaga wibawa c. Meminta maaf, karena wajar jika manusia melakukan salah d. Diam saja ·emadap tata care berpakaian santri a. Tidak pemah mengatur b. Memberikan pengarahan yang baik tentang tata cara berbusana c. Harus berbusana rnuslim/muslimah kalau tidak dihukum d. Membolehkan pakaian apa saja yang penting nyaman dan sopan •endapat anda bila pembina mengobrol dengan santri a. Hanya membuang-buang waktu dan tidak sopan b. Soleh 1
b. Harus selalu hadir dan diawasi dengan ketat, bila tidak datani~ akan clihukum c. Terserah santri ingin hadir atau tidak d. Santri diharapkan hadir untuk menanmbah wawasan dan informasi agar !idak ketinggalan
32. Seusai belajar di kelas a. Harus langsung bersiap mengerjakan tugas yang lain, karenai waktu adalah pedang b. Tidak memperhatikan c. Soleh pulang kapan saja dan bebas menentukan kegiatan apapun setelahnya d. Soleh lstirahat sejenak, namun tidak boleh berlama-lama karena jadwal kegiatan sudah ditentukan 33. Bila ada santri yang ketahuan mencuri a. Langsung menghukum karena bersalah melakukan pelanggaran b. Menyelesaikan dengan bijak dan menanyakan motif dia mencuri c. Memberikan perhatian lebih, mungkin santri kurang mendapat perhatian d. Oiblarkan saja, tidak pernah tahu
·emadap waktu masuk ke kelas pada kegiatan belajar mengajar a. Kapan sa]a karena menganggap santri sudah dewasa b. Harus tetap waktu apapun yang terjadi untuk membiasakan hidup disiplin c. Kurang memperha!ikan d. Membolehkan izin atau telat bila alasannya dapat dipertanggungjawabkan ~eadaan
a. b. c. d.
di asrama bila pembina sedang mengontrol seperti apa Membosankan Tenang dan nyaman, terjalin hubungan yang harmonis antara santri dan pembina Terlihat ada ketegangan antara pembina dan santri Biasa-biasa saja
SP.L)?l:MJ!'l':MP/N<jP/11.'J.Jl'l(Jl!N '1.tE~:MJ! 'K)tSJJ(
b. c. d.
Hasil akhir adalah kesepakatan antara santri dan pembina (2) Santri tidak mempunyai hak berpendapat ( 1) Pembina tidak peduli dengan hal ini (4)
lila ada santri yang sakit, maka saya akan (P) a. Memperhatikan perawatan, menyuruh santri untuk istirahat dan menjaga santri (2) b. Tidak memperhatikan perawatan, dan tetap menyuruh santri tidak boleh melupaken tugas-tugas rutin (1) c. Tidak peduli (4) d. Memperhatikan perawatan, memanjaken serta melayani semue kebutuhan santri (3} lila terdapat nilai ujian santri yang jelek (T) a. Menghukum dan mempermalukan di hadapen santri lainnya (1} b. Menerima ape adanya (3) c. Kecewa, tetapi tetap memberi semangat terhadap santri (2} d. Tidak peduli (4) lila terdapat santri yang tidak memenuhi janji dengan pembina, maka K) a. Tidak peduli dan diam saja (4) b. Langsung menghukum santri (1) c. Menannyakan alasan santri dan memperingatkannya agar tidak mengulanginya lagi (2) d. Memaklumi (3) lila nilai rapor ada santri yang jelek, maka pembina akan (n a. Menanyakan kesuli!an yang santri alami dan mencari jalan keluar yang baik untuk meningkatkan prestasi (2) b. Menghukum dan membodoh-bodohkan santri ( 1) c. Tidak peduli (4) d. Menerima apa adanya (3) lila santri mengikuti lomba olah raga, make saya akan (K) a. Mempersulit santri ( 1) b. Tidak peduli (4) c. Pembina ikut mempersiapkan keperluan untuk mengikuti lomba (2) d. Semua keperluan disiapkan oleh pembina (3)
c. d.
Tidak menghiraukan (4) Menangani sepenuhnya kesulitan santri (3)
8.
Terhadap harapan dan cita-cita (T) a. Tidak mempedulikan (4) b. Menuntut untuk diwujudkan secara \vajar (2) c. Menganggap hal tersebut mengganggu kegiatan belajar mengajar (1) d. Tidak menuntut sama sekali (3)
9.
Pada waklu liburan pesantren (C) a. Memberi santri banyak tugas (1) b. Memberi kebebasan sepenuhnya terhadap santri (3) c. Menanyakan dan mengarahkan kegiatan yang akan dilakukan semasa llburan (2) d. Tidak peduli (4)
10. Bila ada seorang santri yang menjadi juara kelas {T) a. Bangga dan terus mamberikan semangat (2) b. Merendahken prestesi yang dicapei oleh santri tersebut (1) c. Diem saja (4) d. Sangat bangga, sehingga bebas menenlukan apa yang diinginkannya (3)
m
11 . Dalam hal prestasi santri a. Tidak pernah menuntut dan menerima apa adanya (3) b. Sama saja tidak ada yang berbeda (1) c. Menuntut untuk dapat berprestasi sebaik mungkin (2) d. Tidak peduli (4) 12. Bila santri lalai mengerjakan tugas rutin (C) a. Pembina tidak tahu yang santri kerjakan (4) b. Menghukum santri tersebut (1) c. Maklum (3) d. Memperingatkan agar lain kali ia tidak mengulanginya lagi (2) 13. Bila Santri bangun kesiangan dan terlambat mengikuti kegiatan belajar mengajar ( C) a. Menghukum santri ( 1) b. Tidak peduli ( 4) c. Menanyakan kenapa bisa kesiangan dan memperingatkan agar tldak mengulanginya lagi (2) d. Menyuruh agar segera bersiap-siap (3)
01sa metaKuKannya (1 ) Bangga dan terus memberi semangat (2) c. Bangga sekali hingga mengistimewakannya dari santri yang lain (3) d. Tidak peduli (4} b.
:ila terdapat santri yang jatuh hingga terluka (P) a. Memarahinya kenapa hal itu sampai terjadi ( 1) b. Tidak peduli (4) c. Menannyakan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan menyuruhnya untuk lebih hati-hati lain kali (2) d. Sedih, dan terus merawat hingga sembuh (3) 'erhadap kegiatan yang diikuti oleh santri (K} a. Tidak menyukai (1) b. Tidak peduli {4} c. Memberi kebebasen aktif, walaupun tidek harus berprestasi (3)
d. Mendukung etas kemampuen yang dimiliki oleh santri (2) ·amadap cara belajar santri (C} a. Menjega ketat jam belajar santri, harus sesuai dengan peraturan pondok (1) b. Membebaskan santri untuk belajar alau tidak (3) c. Menemani belajar jika memiliki waktu (2) d. Tidak peduli {4) :ila saya sakit {P} a. Menginginkan ada santri yang menjenguk dan menanyakan keadaannya bila ada waktu (2) b. Santri herus siep bila sewaktu-waktu dibutuhken dan tetap harus mengikuti aturan yang berlaku, karena barangsiapa yang melanggar akan dihukum berat (1} c. Santri tetap bebas, terserah saja (3) d. Tidak pernah minta bantuan kepada santri {4)
b. Bila ide santri lebih baik, maka pernbina tidak keberatan (2) c. Menghukum karena tidak izln dahulu, juga karena tidak sesuai dengan yang dianjurkan oleh pembina ( 1} d. Pembina tidak akan marah, den membebasken santri untuk mengubahnya sesuai dengan keinginan mereka (3) 20. Dal am mengikuti kegiatan ekstra kurikuler (T) a. Tidak peduli (4) b. Harus aktif dan berprestasi, dan pembina menentukan jenis kegiatan bagi rnasing-masing santri { 1} c. Setuju-setuju saja, terserah santri maunya apa (3) d. Pembina mendorong untuk berprestasi, jenis kegiatannye terserah kepada masing-masing santri namun menyarankan agar sesuai dengan minat dan kemampuan (2) 21. Bila sedang diadekan kerje bekti (K)
a. Membebaskan santri untuk ikul atau tidak (3) b. Menghukum santri bila ade yang tidak mengikuti (1) c. Pembina tidak mengetahui kegiatan semua santri (4) d. Bila tidak ada yang harus dikerjakan santri terlebih dahulu, pembina mengharapkan agar santri turut serta (2) 22. Pada waktu memerintahkan sesuatu (T)
a. Memberitahu dengan care yang baik (2) b. Menuntut agar segala sesuatunya harus dilaksanakan denga1n benar (1) c. Tidak pernah menyuruh apapun (4} d. Terserah nau dilaksanakannya perintah itu atau tidak (3) 23. Bila ada santri yang berkelahi (C) a. Dibiarkan saja (4) b. Dimerahi dan menghukum keduanya atau semua yang terliba1t (1}
c. Membela kepada santri yang terlihat lemah (3) d. Menyuruh mereka untuk berdamai, dan menjelaskan bahwa barkelahi itu tidak baik (2)
b.
c. d.
Boleh bennain kapan saja, terserah santri karena sudah besar bisa rnengatur diri sendiri (3) Boleh rnelakukannya di waktu yang kosong dan tidak ada kegiatan dan tugas yang harus dilakukan lebih dulu (2) Tidak pemah rnernperhatlkan (4)
lila ada santri yang lalai dalarn shalat (C) a. Merninta penjelasan mengapa bisa terjadi hal tersebut dan rnernberitahu bahwa lalai dalarn shalat itu berdosa (2) b. Langsung menghukurn karena tidak disiplin (1) c. Tidak pemah mengontrol sernuanya, rnungkin ada satu atau dua orang saja (4) d. Mernaklurni karena padatnya jadwal yang telah diatur di pondok pesantren (3) rna pernbina pada saat tertentu rnelakukan kesalahan (T) a. Santri boleh mengkritik (3) b. Tetap rnenganggap santri yang salah untuk rnenjaga wibawa (1) c. Meminta rnaaf, karena wajar jika rnanusia rnelakukan salah (2) d. Diam saja (4) :erhadap tata cara berpakaian santri (T) a. Tidak pemah mengatur (4) b. Memberikan pengarahan yang baik tentang tata cara berbusana (2) c. Harus berbusana muslirn/muslirnah kalau tidak dihukum ( 1) d. Membofehkan pakaian apa saja yang panting nyarnan dan sopan (3) •endapat anda bila pembina mengobrol dengan santri (K) a. Han ya membuang-buang waktu dan tidak so pan (1) b. Boleh kapan saja (3) c. Boleh saja, asalkan waktunya disesuaikan dengan bahasannya (2) d. Tidak pemah rnengobrol (4)
Ket : P=Pengasuhan, C=Kontrol, T=Tuntutan, K=Komunikasi, l=Otoriter, 2=Demokratis, 3=Permisif Indulgent, 4=Permisf Indifferent
b.
c. d.
Harus te!ap waktu apapun yang terjadi untuk membiasakan hidup disiplin (1) Kurang memperhatikan (4) Membolehkan izin atau telat bila alasannya dapat dipertanggungjawabkan (2)
30. Keadaan di asrama bila pembina sedang mengontrol seperti ape (P) a. Membosankan (4) b. Tenang dan nyaman, terjalin hubungan yang hannonis antam santri dan pembina (2) c. Terlihat ada ketegangan antara pembina dan santri ( 1) d. Biasa-biasa saja (3)
31. Terhadap kegiatan yang dilakulan di Mesjid atau aula yang sifatnya bukan kegiatan belajar mengajar, sepertl ceramah umurn (C) a. b.
c. d.
Kurang mengontrol ha! ini (4) Harus selalu hadir dan diawasi dengan ketat, bila tidak datani~ akan dihukum (1) Terserah sanlri ingin hadir atau tidak (3) San!ri diharapkan hadir untuk menanmbah wawasan dan infonnasi agar tidak ketinggalan (2)
32. Seusai belajar di kelas (K) a. Harus langsung bersiap rnengerjakan tugas yang lain, karena waktu adalah pedang (1) b. Tidak rnemperhatikan (4) c. Boleh pulang kapan saja dan bebas rnenentukan kegiatan apapun setelahnya (3) d. Boleh istirahat sejenak, narnun tidak boleh berlarna-lama karena jadwal kegiatan sudah ditentukan (2) 33. Bila ada sanl
123
Validitas Warnings
rhe space saver method Is used. That Is, the covariance matrix ls not calCJ.!1€\li;>d: or used in the analysis. Case Processing Summary
N
;,;ases
Valid
O,{,
40
Excluded'
Total
" u
40
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha ,731
N of Items 52
100,0 ,0 100,0
I
124 Item-Total statistics Scale
rAr
Scale Mean if Item Deleted 102,3750 102,9000 102,4000 102,3250 102,5500 102,6000 102,4250 102,4500 102,4000 102,3500 102,4750 102,4250 102,2250 102,3750 102,4000 102,4000 102,4500 101,8750 102,2750 102,4500 102,4000 102,4500 102,4000 102,4000 101,9250 102.4500 102,5000 102,4500 102,4000 102,1750 103,0250 102,2000 102,3250 102,4000 102,6750
Variance if Item Deleted 41,ng 42,092 42,605 40,943 43,074 44,451 41,379
Correlation ,266 ,004 ,039 ,399
,085 -,298 ,670
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,727 ,733 ,732 ,722 ,743 ,748 ,723
42,767 43,015 40,541 43,640 43,020 43,307 39,830 42,554 40,349
,000 -,103 ,551 -,430 ... 134 -,122 ,453 ,057 ,459
,732 ,735 ,718 ,738 ,734
43,433 41,343 40,204 42,510 41,221 38,356 42,041 42,810 42,943 42,459 44,923 42,787 42,503 39,379 39,563 37,292 39,866 39,169 40,225
,182
,739 ,734 ,720 ,731
102,7750 102,4750 102,4750 102,2750 102,4250 102,1500
43,331 40,318 42,256 42,743 39,384 37,126 41,692 39,328 39,977
102,5500 102,9250 102,n5o 102,2500 102,5750 102,4250
43,074 42,533 37,615 40,705 39,943 38,456
102,4250 102,5000
42,404 41, 179
102,4500 102,7000 102,5000
Corrected Item-Total
,100
,364 ,069 ,279 ,750 ,114 -,032 M,065 ,087 -,391 ,000 ,075 ,443 ,381 ,278 ,363 ,603 ,252 M,123 ,312 ,161 -,()32
,524 ,755 ,152 ,429 ,347
-.085 ..,021 ,383 ,198 ,392 ,511 ,050 ,366
,741 ,716 ,731
,718
,725
,704 ,730 ,733 ,739 ,731 ,750 ,732 ,731 ,715 ,717 ,728 ,719 ,711 ,725 ,742 ,722 ,729 ,737 ,713 ,697 ,729 ,715 ,720 ,746 ,746 ,715 ,728 ,718 ,710 ,732 ,723
125
Reliabilitas Warnings rhe space saver method is used. That is, the covariance matrb: Is not ca!c,.!!ate".! or 1sed in the analysis.
Case Processing Summary
N
:::ases
Valid Excluded' Total
%
40 0 40
a. Ustwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Aloha ,854
N of Items 33
100,0 ,0 100,0
I
126
Item-Total Statistics Corrected Scale Scale Mean if Variance if Item-Total Item Deleted Item Deleted Correlation VAR00001 64,5750 47,789 ,393 VAROOoo: 64,6000 48,862 ,130
Cronbach''s Alpha if Item Deleted ,850 ,854
VAROOOO•
64,5250
47,640
,337
,851
VAROOOO~
64,6250
47,984
,594
,850
VAR0001l
64,5500
46,767
,590
,847
VAR0001•
64,5750
46,353
,423
,848
VAROOOH
64,6000
49,374
-,036
,856
VAROOOH
64,6000
46,554
,491
,847
VAROOOH
64,4750
45,743
,490
,846
VAR0002C
64,6500
49,054
,065
,855
VAR00021
64,6000
47,374
,333
,851
VAR0002:
64,6500
44,592
,746
,840
VAR0002:
64,6000
47,938
,227
,853
VAR0002E
64,6500
48,849
,130
,854
VAR0002!
64,6000
49,323
-,020
,856
VAR0003(
64,3750
45,369
,487
,846
VAR00031
65,2250
45,666
,410
,848
VAR0003:
64,4000 64,5250
43,067
,308
,863
45,435
,468
,847
VAR0003' VAR0003l
64,6000
45,528
,589
,844
64,8750
47,446
,157
,857
VAR0003i
64,9000
46,144
,389
,849
VAR0003E
64,7000
48,985
,090
,854
VAR0004C
64,6750
45,404
,569
,844
VAR00041
64,6750
42,840
,813
,836
VAR0004:
64,4750
48,153
,155
,855
VAR0004:
64,6250
46,035
,376
,849
VAR0004• VAR0004i
64,3500
46,438
,332
,851
64,9750
42,230
,524
,845
VAR0004l
64,4500
46,767
,239
,854
VAR0004!
64,7750
45,666
,485
,846
VAR00051
64,6250
43,728
,634
,841
VAR0005:
64,7000
48,010
,274
,852
VAR0003:
r-c:11u1u11\ctn I1'H::ll\n1r
RS '!S
IA ~
IA
.
IA
s I iR
L p L p L p p L L L L
L L
-
L
~
L
M
p p
: ~
i
L L
~
p
<
L L L L p p L L p L p L L L L L L p p p
~A
< ~ ~
)
I
1
<
s
< \
'i
, \
<MN )
s
.
-··-
36 Berkeluaraa
~;1
28 Sinale 39 Berkeluaraa 36 Berkeluaraa 39 Berkeluaraa 25 Sinole 35 Berkeluama 27 Single 23 Sinale 22 Sin11le 22 Sina le 30 Sin!lle 21 Sinale 38 Berkeluama 38 Berkelu"m" 38 Berkeluam" 35 Berkeluaroa 24 Sino le 66 Berkeluarn" 62 Berkelua""' 25 Sinate 22 Sina le 24 Sinale 35 Berkeluaraa 30 Sina le 39 Berkeluama 29 Berkeluaraa 40 Berkeluarga 32 Berkefua"'a 31 Berkeluam<> 36 Sina le 35 Berkeluama 28 Sini:ile 43 Berkeluaraa 30 Berkeluaraa 30 Berkelu..ma 61 Berkeluaraa 45 Berkeluama 29 Berkeluama 44 Berkeluama
$1 03 Muallimien Muattimien S1 Muallimien Alivah Aliyah /\livah PKSDIMl·STAIDA $1
J\liw>n $~1
Muallimien [)3-STAI ~)1
llMK-STAIDA ~:>LTA
SLTP SLTA SMA STKIP Bale Endah Alivah 81 81 81 S.1 D2 S1 81-STAIM $1 S1 81 S2 D1 S1-STAI Siliwanai SMA-Pesantren S1 S1 Total
Ke1as1KavonrKamar 10 Ketua Pembimblna 9 Asrama Putri 2 Asrama Putri 2 Asrama Putri 13 Asrama Putra 2 Asrama Putra 12 Asrama Putri 1 Pembina Kelas 2 Kelas 1 Ruano 5 2 Pembina Kelas 2 Kelas 1 Kamara· 1 Kalas 7·8·9 1 Kelas 7 11 Asrama Putra
c -
memolna
27 6 4 15
l~ancaboQo
l~ancaboao
Rancabnno Rancaboao
Umum Kelas 2 Mualimin Kelas IV Putra Kalas 1-2-3 Putra Kelas 1-2-3 Putri Asrama Putra Ravon Putra Pembina Oroanisasi RG Asrama Putra konselor Kelas 5Pi Kelas 2Pa B Kelas6Pa Kelas2Pi Kelas 3PaA Keiss 3Pi Kelas4Pa Kelas2PaA Kelas Illa B Kalas IV Pa KelasVPa Kelas fpaA Kelast Pi Kelas4Pi Kelas VI Pi
nem 1
1tem2 item 3 Item 4 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2
2 2
2
1
2
2
2 2
1 1 2 1
2 2 2 3 2
2 2 2
2
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2
2 3 2 3 2
2 2
l~ancaboao
2
1
Rancaboao
2 2 2 2 2 2 2 2
1 1
l~ancabono
l~ancaboao
3 6 3 1 17 17 1 1 2 14 5 12 2 12 8 8 12 2 2 22 3 2
i'lentar 13entar 13entar \3entar !3entar 13entar 13entar
l~ancaboao
!~ancabooo
Mualimin-Mualimat Mualimin-Mualimat Mualimin-Mualimat Rancabanoo Rancabanoo Rancabanoo Rancabanao Rancabanao DA DA DA DA DA DA DA DA DA DA DA DA DA DA DA
2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2
2 2 2 3 2 2 2
83
1
2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 1 2 2 2 2
2 2
1
3 3
2
3
2 2
2
2
2
2
2
3
1
2
2 2 2 2
2 2
2 2 2
2
1 2
2 2
1 1 1 2
2 2 2
1
2 2
2 82
2
2
2 2 2 2
82
2 2 2
2 2
2 2 2 2 2
2 2 85
llC"HI V
llefll Q
2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2
2
1 1 1 2 1 2 3 2 2 1 3
'''
2 3 3 1 1 2 2 2 2 2 2 1 3 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2
76
1
.
'
2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
74
HCHll
ll:CITIO
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
,,, .2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 81
'
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 80
nern
tJ
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 82
nem·1v
2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 ----- 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 84
nem-1·1
'
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 79
11em-1.c::
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
'
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 _2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 81
aem ·1_,
nem
2 2 3 3
2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 89
~-.
l'f.
2 2 4 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 ,2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 83
io nem 10 nem 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1' 2' 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 ' ',2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 82 82
~tern
11
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 80
nem 11:1 item 19 11em 20 Item 21
3 ;: 3 2 3 3
1 3 3 1.
4J 1'
3
2 3 3 3 2 3 ~:
2 2
-~-
3 1 3 3 3 2 3 :. 3 3 3 3 3 2 3 3
2 3 2 3 2 103
2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2
87
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 80
2 2 3 2 2 2 2 1 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
82
Item 22
2 2 2 2 2 1 2 2 2 4 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 80
II.CHI Jf:..;;J
I !
I I I i
I l !
I
I i i
i I
2
1 2
2 2 2
2 3 2 3
2 2 2 3 2 2 2
2 2 2 2 3 2 2 2
2
2 2 2
2 3 2
2 3 2
2
2
2 1 2
2 2 2 2
2 i
ncrn L-t
2
2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 82
2 2 2 2 2
l\CUI
~V
3 3
2 2 3
2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2
2 2 2 2
2 2 2
2 2 2
2 2
2
2
2
2 2 2
2 2
2 2
2 2
2
2
2 2 2 1 2 2 2
2
2 2 3
2 2 2 i 2 2
2
2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2
2
2
2 3 3 2 3
2 2 2 2
2 2
2 2
2
2 2
2 2 2
3 3 3 2 3 3 3 3 101
2 82
3
2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2
2 80
llCHl~'O
1 2
2
2 3
2
2
H.CHI Jf:.0
llC"UI Jf:.f
2
2 2
2
2 2 2 1 2 2 2
2
2
2
"'°'
2 4
2 2
2
na1u
1 2
2 2
2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 78
2
2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2
so
TlClll UU
3 3 3
1 1
2
1 1 1 1 2 1 2 3 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2
2
2
2 2 2 3
1 1 1 1 3 2 2
2
2 2 2 2
2 2
2
2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 2 2 2 2 2
2 2 2
2 2
2 3 2 2 2 82
nen1
2
2 1 2 3 4 3 3 2 2 2 2
2 2
ncn1 .JI
2
3
2 2
2 3 2 2 2 2 91
"~
nern v.. 1nem
2
2
3 2 2 2 2
2 2
2
2
4 3 4 31 2 2 3 3 4 1 1 1
2 2 2 4 3 2 2
2 1 3
3 4 2 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2
2 2 2 2 2. 2 2 2
2
2
4 2
2 2
1 1 1 2 2
2
2 2 2 2
4
2 2 2 2 2 2 2 85
1. 1 1
4.
2
2
2 1 1 4 1
57
90
2 1
I 11.t:HTI .JU
3 1 4. 3 4. 1
2
2 2 2
2 2.
2
2. 2
2. 2
..
2 2 1
2 3
1 2 2 2 2
82
~::>
n:em .,o
1 1
2
2 2 1 1 2 2 1 3 1 1 2 1 1 2 2 2
2 2 2 1 2 2 1 2 1
2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
'2 2 2 2 2
2 3 4 1 1 2 2 71
1tem~1
2
2 3 2 2 2
2 3
2 2 2 2 3 2 2 2
2 1 1 2
2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2
2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2
2 3
2 2
2 2 2 2
2 2
2
-
2 2 2 1 2
2 1 1 2 1 2
·2
1
2
80
70
.3D
2 2 2
2
2
3 2. 1 2 2 2 2 2 2 2
nem
2 2 2 1 2 2 1 2 1 3 3 1 2 2
-
2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 78
nem
;:s:J
1
2 1 2
2 2 2
2 2 2 1 2 1 2 2 2
2 2 2 2 1 2 1 2 2 1
2 1 2 2 1 2 1
1 2 1 2 2 2
1
67
, . .,.v
2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2
1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2
1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 79
H¥111 "'TI
ll¥1ll
"T.:;.
2 2 2 2
3 3 2 2
1
1
2 2 2 2 4 4 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2
2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2
2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
79
2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 87
l\1;;111 .,....
2 2 2 2 1 1 2 3
1 3 3 3 3 2
2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
1 2 3 2 2 2 2 81
llWlll "T"T
3
3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 3 3 4 2
2 2 2
92
l\'Qll I .,.._,
2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2
1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2
1 2 2 2 2 76
HQlll .,.V
2
1 2
1
ILQlll "'Tl
HQlll "tO
1 1 2 2
1
1 3
4
1
2
1 1 2
1 1 2 1 1 2
1 1 1 1 2 1
1 2 3 2
1 1 2 2 1 2
1 2 4 4
1 1 2 2
1 2 1 2 2 1 1
2 1 1
1 1 2 1 1 1 2
1
1
2 2 3 2
1 2 4 2
1 1
2 1
2 61
1 67
2 2 2 2 3 4 2 2 3 3 3 2
1 3 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 88
llQlll "ti::r
2
1 2 2 2 1 2 2 2 2 4 2 2 21 2 2
1 2 2 2. 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2
llt::llll
;;JV
2 2 2
1 2 2 2 2 4
3 4 3
2 2 2 2 2 2 2
2 2
2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2
75
81
1 2 2 2
2
llC'rll VI
fllCHI
2: 2 21 2
2' 2! 21' 4f\ 21
2r 21 2, 2 2 2, 2, 2, 2 2 2, 2! 2 2 2, 2! 2 2 2 2 2
2 2
2 2 2 1 2
2 2
2 81
~.C
2 2
2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2
1 1 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2
2 2 2
Jum1an
104 104 110 103
101 S7
103 112 110 132 1~1
1C4
100 105 103 1C6 $9 1C6 1t4
1()1 94 95 103 102 106 100
102 100 103 103 105 105 101 105 109
2 2 2
110 103 102
2 2
100
78
106
K Usla
'
'
'
39 29 40 32 31 36 35 28 43 30
Status Berkeluaroa Berken 1 ~N"la
Berkeluar~
Berkeluaroa Berkeluama Single Berkeluaraa Sin~
Berkeluam• Berkeluarn•
30 Berkenmrna
61
' '
'
Berkeu~rrHO>
45 Berketuar~ 29 Berkeluaraa 44 Berkeluarga
Pengalaman Pendidikan terakhir memblna 12 51 2 51 51 12 8 D2 8 St 12 51-STAIM 2 51 2 51 22 51 3 52 2 01 27 51-STAI Slliwa"'" 6 SMA-Pesantren $1 4 15 51
Pembina KelaslRayonl Kamar Kelas5Pi Kelas2Pa8 KelasSPa Kelas2Pi Kelas 3Pa A Kelas 3Pi Kelas4Pa Kelaa2PaA Kelas lnaB Kelas IV Pa KelasVPa
Keras ml'! A Kelas I Pi Kelas4PI Kelas VI Pi
Tempat DA DA DA DA DA DA DA DA DA DA DA DA DA DA DA
Item 1 Item 2 ltem3 Item 4 Item 5 Items Item 7 Items ltem9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 114 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 ~ 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
31
30
30
30
30
29
30
31
32
30
31
30
30
30
Item 16 Item 17 Item 18 Item 19 Item 20 Item 21 ltem22 ltem23 Item 24 Item 25 ltem26 Item 27 Item 28 Item 29 Item 30 Item 31 Item 32 Item 33 2 2 2 2 2 1 2 2 1 3 2 2 2 2 1 2 2 2 63 D 2 2 2 2 2 2 2 1 4 2 2 2 2 1 2 2 2 2 66 D 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 62 D 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 64 D 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 64 D 2 2 1 2 2 2 2 2 2 4 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 3 1 2 2 64 D 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 65 D 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 63 D 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 3 1 3 1 2 3 1 4 2 2 2 1 2 67 D 2 : 2 3 3 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 70 D 2 2 3 3 4 2 2 2 4 4 2 73 D 2 1 3 2 2 1 2 2 2 2 ·1 2 2 2 2 1 2 64 D 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 64 D 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 67 D 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 4 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 64 D 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
32
23
31
30
29
31
26
30
30
29
31
29
36
23
31
27
27
30
133 SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN WAWANCARA
Assalamu'alaikum Wr. Wb Salam sejahtera bagi kita semua semoga dalam lindungan Allah SWT. 1alawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW, ng telah membawa kita dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh dengan nilaiai yang suci dan terang dengan cahaya Al-Qur'an. Banyak faktor penting yang menunjang tercapainya visi dan misi pesantren, lah satunya adalah pola pengasuhan terhadap santri. Seiriing dengan perubahan man, maka kebutuhkan penanganan yang tepat agar potensi-potensi santri dapat rkembang dengan baik, terasa perlu mendapat perhatian tersendiri. Tujuan dari 1dakannya wawancara ini adalah untuk mendapatkan gambaran bagaimana pola uh di pondok pesantren. Hal-hal yang peneliti perlukan dari bapak/ibu selaku ;ponden yaitu memberikan gambaran mengenai pola asuh di pondok pesantren. Dan likatornya berupa pengasuhan, kontrol, harapan, dan komunikasi. Untuk itu perkenankanlah saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam 1gri Syarif Hidayatullah Jakarta meminta waktu dan keterangan dari bapak/ibu untuk ~lakukan
wawancara dan penelitian mengenai "Pola Asul1 Pembina Terhadap
'ntri Di Pondok Pesantren". Demikianlah permohonan ini saya sampaikan. Semoga waktu yang diberikan mjadi amal ibadah di hadapan Allah SWT.
Wassalamu'a/aikum Wr. Wb Jakarta, September 2007
neliti :tur Tresna R
134 PERNYATAAN KESEDIAAN
1ngan ini saya menyatakan bahwa saya : 1ma Lengkap 1ma Panggilan mpat Tanggal Lahir 1ia rndidikan !ku Bangsa 1erahAsal
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan sebenar-benarnya tuk keperfuan penyusunan skripsi dengan judul "Pola Asuil1 Pembina Terhadap
'ntri Di Pondok Pesantren" yang disusun oleh saudara Catur Tresna R (mahasiswa kultas Psikologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta). Wawancara ini berkaitan dengan pengalaman mengasuh santri, wawasan 1ngenai pengasuhan dan aspek-aspek yang terkait mengenai pola asuh yang 1unakan di pondok pesantren. Wawancara ini juga mengguna~:an alat bantu pencatat ta dan alat perekam wawancara berupa alat rekam (tape recorder). Adapun data pribadi dan hasil wawancara ini merupakan satu hal panting dan 1asia, serta semata-mata untuk keperluan skripsi. Apabila terdapat data yang masih iang lengkap, maka saya bersedia untuk diwawancarai kembali. Wassalam, Jakarta, September 2007
erviewe turTresna R
Interviewer
135 PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN SKIUPSI
"Pola Asuli Pemhi11a Terlladap Sa11tri di Po11dok Pesa11tre11" No.
1. A.
Aspek Gambaran Pribadi Resuonden Belakang Latar Keluarga
B.
Belakang Latar Pendidikan
2.
Riwavat Pembina Pengalaman Membina
A.
Item Pertanyaan Gambaran Umum l'embina
I. Bisa anda ceritakan sedikit mengenai keluarga anda? Kedua orang tua masih ada?Asal bapak ibu dari mana? Pekerjaan mereka? Jumlab saudara anda? Anda anak ke? 2. Bagaimana pendapat mereka mengenai anda menjadi Pembina? Apakah anda memnta izin kepada mereka? Bila ya bagaimana? 3. Adakah keluarga anda yang ikut bekerja di pondok pesantren? Apakah anda berasal dari keluarga pesantren?
1. Dimana sajakah anda mengikuti jenjang pendidikan?SD,SMP,SMA,dan PT? 2. Bisa anda ceritakan sedikit mengena1 latar belakang pendidikan anda? 3. Apa yang anda harapkan dari pendidikan anda? Apa keinginan anda sebelumjadi Pembina?
1. Bagaimana perasaan anda menjadi Pembina? Anda senang menjadi Pembina? Apakah menjadi Pembina adalah keinginan anda 2. sendiri? Bila tidak siapa yang menganjurkan? Apa yang menjadi motivasi anda untulc menjadi Pembina? Pemah mengasuh sebelumnya? Bila ya dimana 3. saja, dan berapa lama? 4. Sampai saat ini sudah berapa lama anda menjadi Pembina? 5. Pada saat mengasuh bagaimana perasaan anda? Apa yang anda pikirkan? M<~nghadapi orang lain atau menganggap anak sendiri? 6. Bagaimana menghadapi awal dan akhir dari pengasuhan? Bagimana menghadapi tahun ajaran baru? Bagaimana menghadapi anak barn yang akan anda asuh? Apakab mudab atau sulit? Apa yang anda lakukan pertama kali? 7. Ceritakan hal-hal yang berkesan selama ------L=--q C'l-.1--
..1 •• 1__
--..l- -- __ _:_..i.: n---L.:__ o
136 Pem!etahuan Senutar Pola Asuh 3.
A.
4.
A.
Pengetahuan Mengenai Pola Asuh Secara Umum Pengertian Pola As uh
Pandangan Mengenai Pola Asuh Di Pondok Pesantren Pengertian I pengasuhan pembinaan
1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan pola asuh? 2. Berapa macam pola asuh yang anda kenal? 3. Pola asuh yang mana menurut anda yang sesuai dengan diri anda? Bisa andac jelaskan alasannya? Apakah itu yang terbaik bagi perkembangan anak? 4. Pentingkah pola asuh dilakukan? Bila ya, sepenting apakah? 5. Hal-ha! apa menurut anda yang mesti dipersiapkan dalam pengasuhan? Apakah perlu ada persiapan secara khusus? 6. Menurut anda, adakah hal-hal yang berpengaruh terhadap cara pengasuhan? Bila ya apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya? Bagaimana ha! itu berpengaruh? 7. Siapa saja yang berperan dalam ha! pengasuhan anak?
I. Menurut anda pengasuhan di pondok pesantren seperti apa? Apakah sama dengan pengasuhan orang tua terhadap anaknya? Bisa anda jelaskan? Apakah Pembina menggantikan peran orang tua santri di pondok pesantren? 2. Menurut anda pola asuh tipe apa yang digunakan di ponpes? 3. Apakah menurut anda pengasuhan yang ada sekarang ini sudah baik? Bagaimana seharusnya? Pola asuh tipe apa yang cocok digunakan di ponpes? Apa saja kelebihan cl.an kekurangan pengasuhan di pondok pesantren? Apa dampaknya terhadap perkembangan anak? 4. Menurut anda hal-hal apa yang mesti dipersiapkan dalam pengasuhan di ponpes? Apakah perlu ada persiapan ikhusus? 5. Menurut anda adakah yang berpengaruh terhadap pengasuhan di ponpes? Bila ya apa saja fitktorfaktor yang mempengaruhinya? Bagaimana hal itu berpengaruh? 6. Siapa saja yang berperan dalam ha! pengasuhan rli
nnncinlc
np_Q::1ntrPn?
i~rl::11r::1h
n1=1no::1r::1h::1n
137
7. Bagaimana perasaan anda terhadap santri yang sedang anda asuh? Seperti anak asuh atau anak sendiri? Pernahkah anda mengeluh selama membina? Bila ya apa saja? Seperti apa?
Indikator Pola Asuh 5. A.
Aspek-Aspek Tentang Pola Asuh Di Pondok Pesantren Pengasuhan
B.
Kontrol
C.
Harapan
1. Bila ada santri yang sakit apa yang anda lakukan pertama kali? Bagaimana anda merawatnya? 2. Pemahkah anda menemuk:an santri yang menjumpai kesulitan? Bagaimana anda menanganinya? 3. Pemahkah anda menemuk:an santri yang mengalami kecelakaan atau terjatuh dalam suatu kegiatan (bermain, olah raga, acara pengkaderan)? Bagaimana anda menanganinya? 4. Ketika anda sakit apa yang anda harapkan dari santri? 5. Dalam sehari berapa kali anda mengontrol keadaan santri di asrarna? Bagaimana keadaannva ketika anda mengontrol? 1. Pemahkah anda menemukan santri yang bangun kesiangan? Apa yang anda lakukan? Apakah ada santri yang melakukan perbuatan tersebut berulang kali? Bagaimana cara mengatasinya? 2. Apa yang anda lakukan te:rhadap cara belajar santri? 3. Adakah santri yang berkelahi? Bagaimana cara menannggulanginya? 4. Apa yang anda lakukan terhadap waktu bermain santri? 5. Bagaimana cara anda mendidik mereka shalat? 1. Pemahkah anda membahas mengenai prestasi belajar terhadap santri? Nilai-nilai ujiannya? Bagaimana menghadapi santri yang prestasinya baik ataupunjelek? 2. Terhadap harapan dan cita-·cita mereka apakah anda pernah menuntut melakukan sesuatu? 3. Pernahkah anda memerintah:kan sesuatu terhadap santri? Pada waktu memerintahkan sesuatu apa yang anda lakukan? 4. Terhadap cara berbusana apakah anda menuntut sesuatu kepada santri? Bagaimana pandangan anda mengenai cara berpakaian santri sekarang ini? 5. Pemah:kah anda melakukan kesalahan terhadap c;:.~ntri?
'R.iln
v~
l-"tn!l ugna
~nrl~
inffinlrl:ln rl•:irri
138 D.
Komunikasi
l. Pernahkah anda mengobrol dengan santri? Apa
2.
3. 4.
5.
6.
A.
Output Yang Diharapkan Dari Pola Asuh di Pondok Pesantren Secara Individu
B.
Hubungan Secara Sosial dan Keluarga
c.
Sebagai Alumni
pendapat anda bila santri mengobrol dengan Pembina? Apakah anda pemah membuat kontrak kerja atau apapun istilahnya terhadap santri? Seperti bangun tidur jam berapa? Bagaimana anda mengkomunikasikan keinginan anda? Seusai belajar di kelas apa yang anda harapkan? Bila ada santri yang mengubah tata letak kasur atau lemari di asrama apa yang anda lakukan? Terhadap kegiatan yang diikuti santri, seperti olah raga atau kegiatan ekstra, apa yang anda lakukan? Pernahkah diadakah kerja bakti di ponpes? Apa yang anda bicarakan mengenai ha! ini? Output
l. Secara pribadi apa yang anda harapkan terhadap basil pengasuhan anda terhadap santri (dirinya semdiri)? Apakah merubah karakter yang tadinya jelek jadi baik? Atau biarka1n anak berkembang denmm sendirinva? 2. Anda mengharapkan anak asuh anda memiliki hubungan seperti apa te,rhadap lingkungan keluarganya? Dan terhadap lingkungan sosialnya seperti apa? 3. Terhadap pesantren apa yang anda harapkan dari santri vang anda asuh?
139 LEMBAR OBSERVASI
Subjek
: 1/2/3
T anggal Observasi Wawancara ke Waktu (pukul)
: ....... s/d ..... .
Tempat
Catatan Lapangan : 1. Keadaan tempat wawancara, cuaca dan kehadiran pihak lain di sekitar tempat wawancara. 2. Gambaran fisik dan penampilan subyek. 3. Ringkasan sikap subjek selama jalannya wawancara; (suara, intonasi, sikap tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer, dll) 4. Gangguan dan hambatan selama wawancara. 5. Catatan khusus selama wawancara.