3
TINJAUAN PUSTAKA
Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum
: Arthropoda
Klass
: Hexapoda
Ordo
: Diptera
Sub-ordo
: Cyclorropha
Family
: Tephritidae
Genus
: Bactrocera
Spesies
: Bactrocera spp.
Telur
berwarna
putih,
berbentuk
bulat panjang,
dan
diletakkan
berkelompok 2 - 15 butir (Gambar 1). Lalat buah betina dapat meletakkan telur 140 butir / hari. Satu ekor betina Bactrocera spp. dapat menghasilkan telur 1200 1500 butir dan ukuran telur lalat buah tomat memiliki panjang 0,3 mm dan berdiameter 0,1 mm (Soeroto et al., 1995 ).
Telur
Gambar 1. Kelompok telur lalat buah (Bactrocera spp.) (Sumber: Putra, 2001)
4
Larva berwarna putih keruh atau putih kekuningan, berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing, Larva lalat buah terdiri atas 3 bagian yaitu kepala, toraks (3 ruas), dan abdomen (8 ruas). Kepala berbentuk runcing dengan dua buah bintik hitam yang jelas, mempunyai alat kait mulut. Stadia larva terdiri atas tiga instar. Larva instar 3 berkembang maksimum dengan ukuran ± 7 mm (Gambar 2). Larva membuat saluran-saluran di dalam buah dan mengisap cairan buah. Larva ini hidup dan berkembang dalam daging buah selama 6 - 9 hari, menyebabkan buah menjadi busuk, dan biasanya larva jatuh ke tanah sebelum larva itu berubah menjadi pupa di dalam tanah (Soeroto et al., 1995).
Larva
Gambar 2. Larva lalat buah (Bactrocera spp.) Sumber: Koleksi pribadi Pupa berbentuk oval, warna kecoklatan, dan panjangnya ± 1 cm (Gambar 3). Masa pupa adalah 4-10 hari dan setelah itu akan keluar serangga dewasa (imago) lalat buah (Kuswandi, 2001).
5
Gambar 3. Pupa lalat buah (Bactrocera spp.) Sumber: (Khobir F, 2011)
Imago lalat buah rata-rata berukuran 0,7 mm x 0,3 mm dan terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen. Pada abdomen umumnya terdapat dua pita melintang dan satu pita membujur warna hitam atau bentuk huruf T yang kadangkadang tidak jelas. Ujung abdomen lalat betina lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang cukup kuat untuk menembus kulit buah, sedangkan pada lalat jantan abdomennya lebih bulat (Gambar 4) (Soeroto et al.,1995).
a
b
Ovipositor Gambar 4. a. Imago lalat buah jantan (♂) b. Imago lalat buah betina (♀) Sumber: Koleksi pribadi
6
Lalat buah terdiri atas ± 4000 spesies yang terbagi atas 500 genus. Tephritidae merupakan famili terbesar dari ordo Diptera dan merupakan salah satu famili terpenting karena secara ekonomi sangat merugikan. Sekitar 35% spesies lalat buah menyerang buah-buahan berkulit tipis dan lunak. Di Indonesia saat ini terdapat 66 spesies lalat buah, namun beberapa spesies yang diketahui inangnya (Siwi et al., 2006). Gejala Serangan Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik hitam pada bagian pangkalnya, tempat serangga dewasa memasukkan telur (Gambar 5). Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari langsung, pada buah yang agak lunak dengan permukaan agak kasar.
Bagian yang terserang lalat buah Gambar 5. Buah hijau dan merah terserang Sumber : Koleksi pribadi
Larva membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging buah serta menghisap cairan buah dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh OPT lain. Pada buah yang telah terserang akan berubah menjadi busuk dan biasanya jatuh ke
7
tanah sebelum larva berubah menjadi pupa (Gambar 6) (Departemen Pertanian, 2012).
Gejala serangan bagian dalam buah Gambar 6. Gejala serangan pada bagian dalam buah Sumber : Koleksi pribadi Pengendalian Lalat Buah (Bactrocera spp.) Beberapa cara pengendalian lalat buah yang dapat diterapkan dan dipadukan satu dengan yang lainnya adalah : (1) pencegahan terhadap serangan lalat buah, (2) sanitasi kebun, (3) penggunaan perangkap dan atraktan, (4) pemanfaatan musuh alam (pengendalian secara biologis), (5) penggunaan tanaman perangkap, (6) teknik serangga mandul, (7) eradikasi, (8) fisik mekanis (Sarwono, 2003). Penggunaan Perangkap Warna Imago betina akan tertarik pada warna kuning bila dibandingkan dengan warna lainnya. Imago terbang di sekitar tajuk tanaman sebelum meletakkan telurnya. Tingkat kematangan ikut menentukan perilaku lalat buah dalam mencari inang (Bes & Haromoto,1961).
8
Keefektifan daya tarik lalat buah terhadap perangkap dalam hal ini pemakaian warna kuning dengan lem perekat penting digunakan dalam perangkap, karena dapat memerangkap lalat buah baik jantan maupun betina. Ketinggian perangkap berpengaruh terhadap keefektifan pengendalian lalat buah. Hal ini diduga karena tanaman inang lalat buah mempunyai kanopi yang lebih tinggi, namun karena lalat buah membentuk pupa dan keluar dalam bentuk dewasa dari dalam tanah maka perangkap yang digunakan untuk mengendalikan lalat buah tidak perlu diletakkan sesuai dengan tingginya kanopi tanaman yang akan dikendalikan (Muryati & Jan, 1996). Perangkap warna berperekat cukup aman di gunakan dan tidak membunuh predator dan parasitoid dari hama. Perangkap ini telah digunakan untuk monitoring hama di lapangan dan di rumah kaca. Penggunaan perangkap berperekat tidak menyebabkan kerusakan tanaman namun dapat mengurangi populasi hama. Hal ini sesuai dengan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Sastrosiswoyo et al., 1993).