TINJAUAN PUSTAKA
1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Famili
: Cossidae
Genus
: Phragmatoecia
Spesies
: P. castaneae Hubner. Telur berwarna putih kelabu kemudian berubah menjadi hitam kelabu.
Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur dalam setiap 1 cm panjang deretan kelompok sekitar 9-12 butir (Gambar 1).
Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Sumber: foto langsung Telur diletakkan secara berkelompok di permukaan bawah daun. Jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 282 - 376 butir perbetina. Masa hidup stadia telur antara 9-10 hari (Pramono, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Larva memiliki ruas-ruas tubuh yang jelas, terdiri dari 5-6 instar, masa larva + 9-10 hari. Larva bergerak dari daun menuju jaringan batang yang muda Gambar 2).
Gambar 2. Larva P. castanae Hubner. Sumber: foto langsung Selanjutnya larva menggerek dan masuk ruas tebu. Stadia larva terdiri dari 10 instar. Lama stadia larva sekitar 78-82 hari (Pramono, 2007). Stadia pupa berlangsung selama 14-19 hari di dalam ruas batang tebu. Pada awalnya pupa berwarna kuning muda kemudian menjadi coklat tua dengan panjang 2,5-3 cm (jantan) dan 3,5-4 cm (betina) (Gambar 3).
Gambar 3. Pupa P. castanae Hubner. Sumber: foto langsung Apabila pupa ini menetas menjadi imago, maka kulit pupa tertinggal dan menonjol ke luar dari lubang gerekan (Pramono, 2007). Imago berupa ngengat, aktif di malam hari. Imago berukuran kecil dengan rentang sayap 1,5-3 cm. Imago betina lebih besar dan lebih gelap daripada imago jantan. Imago menghisap nektar (Gambar 4).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Imago P. castanae Hubner. Sumber: foto langsung Pada siang hari imago ini bersembunyi di antara pelepah daun kering. Imago tertarik pada cahaya lampu (Pramono, 2007).
Gejala Serangan Hama penggerek batang raksasa menyerang tanaman tua maupun muda. Pada serangan berat, bagian dalam batang tebu hancur dimakan oleh larva PBR (Gambar 5).
Gambar 5. Gejala Serangan P. castanae Hubner. Sumber: foto langsung Pada batang tebu terdapat bekas gorokan. Semakin besar ukuran ulat maka ukuran diameter gerekan juga akan semakin besar. Pada pangkal batang terdapat serbuk/serat hasil gerekan ulat. Bekas lubang gerekan akan berwarna merah Bila populasi hama tinggi, juga dapat menyebabkan kematian pada tanaman tua.
Universitas Sumatera Utara
Kerugian yang ditimbulkan mengakibatkan penurunan bobot batang, serta penurunan kualitas dan kuantitas nira (Diyasti, 2010). Pengendalian Secara umum pengendalian hama penggerek batang tebu raksasa (P. castanae Hubner.) yaitu: 1. Sanitasi Kebun dengan memusnahkan sumber inokulum berupa serasah daun kering, sisa batang dan pucuk tebu pasca tebangan, serta memusnahkan gelagah yang merupakan inang hama PBR. 2. Eradikasi tanaman dengan memanen tebu lebih awal yaitu sekitar umur 7-8 bulan. 3. Secara hayati dengan melepas musuh alami hama PBR yaitu Tumidiclava sp. dan
S.
inferens
serta
penggunaan
cendawan
entomopatogen
Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae (Diyasti, 2010).
2. Biologi Penggerek Batang Berkilat (Chilo auricilius Dudgeon. ) Menurut Nesbitt, dkk (1980), adapun klasifikasi dari penggerek batang tebu berkilat (Chilo auricilius Dudgeon.) adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Lepidoptera
Family
: Pyralidae
Genus
: Chilo
Spesies
: Chilo auricilius Dudgeon.
Universitas Sumatera Utara
Stadia telur berbentuk eliptik dan pipih dengan ukuran panjang dan lebar sekitar 7 x 1 – 10 x 3 mm (Wirioatmodjo, 1977) warna telur putih kekuningan dan berangsur-angsur gelap ungu kehitaman. Telur diletakkan dalam kelompok yang terdiri dari 7-30 butir (Gambar 6),
Gambar 6. Telur C. auricilius Dudg. Sumber : foto langsung dengan rata-rata 24 butir per kelompok. Lama stadia telur 5-6 hari. Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor imago betina sekitar 285 - 412 butir dan diletakkan pada malam hari (Wirioatmodjo, 1977) Larva memiliki panjang badan larva yang baru menetas + 2mm, sedang larva dewasa sekitar 11,5 - 21 mm. Kepala dan protoraks berwarna coklat kehitaman hingga hitam, sedang warna bagian badan yang lain putih kekuningan (Gambar 7).
Gambar 7. Larva C. auricilius Dudg. Sumber : foto langsung Lama stadia larva 21-41 hari dengan melalui 5-9 kali pergantian kulit. Seekor larva mampu menggerek 1-3 ruas. Dalam satu ruas biasanya dijumpai seekor larva, tetapi kadang-kadang dapat juga dari 1 ekor larva (Wirioatmodjo,1977)
Universitas Sumatera Utara
Stadia Pupa terjadi di dalam lobang gerek pada ruas tebu. Panjang pupa sekiselanjuttar 10-15,8 mm. Pupa betina lebih panjang dan besar dari pada pupa jantan (Gambar 8)
Gambar 8. pupa C. auricilius Dudg. Sumber : foto langsung Warna pupa semula kuning muda, selanjutnya makin lama makin coklat kehitaman. Pada bagian kepala terdapat 2 tonjolan semacam tanduk. Lama masa stadia pupa sekitar 5-7 hari (Wirioatmodjo,1973). Imago memiliki ciri khusus yang terletak pada sayapnya. Sayap depan berwarna kecoklatan dengan noda berwarna hitam ditengahnya. Di dalam noda hitam tersebut terdapat bintik-bintik berwarna mengkilat.( Gambar 9 ).
Gambar 9. Imago C. auricilius Dudg. Sumber: foto langsung Bangun sayap belakang agak menyudut lima dan berwarna abu-abu muda dengan rumbai-rumbai
putih
keabu-abuan.
Lama
stadia
imago
4-5
hari
(Wirioatmodjo,1973).
Universitas Sumatera Utara
Gejala Serangan Gejala pada daun berupa luka-luka berbenuk lonjong atau bulat. Luka pada daun ini dibatasi oleh warna cokelat. Pada daun muda juga terdapat lubang-lubang yang terjadi sewaktu ulat tersebut menggerek masuk ke dalam pupus daun yang masih menggulung. Pada tanaman yang masih sangat muda gerekan ulat dapat juga mengakibatkan terjadinya gejala mati puser (Gambar 10).
Gambar 10. Gejala serangan C. auricilius Dudg. Sumber :foto langsung Kerusakan yang ditimbulkan penggerek batang berkilat mengakibatkan penurunan bobot batang tebu serta kemunduran kualitas nira dan kuantitas nira.Tanaman yang terserang berat akan mati atau batangnya mudah patah. Luka-luka bekas gerekan larva dapat menjadi tempat infeksi beberapa macam pathogen. (Wirioatmodjo,1973).
Pengendalian
Umumnya
pengendalian
penggerek
batang
tebu
berkilat
(Chilo auricilius Dudgeon.) adalah : 1. Dengan penanaman varietas tebu yang tahan / toleran terhadap serangan penggerek biasanya memiliki cirri daunya yang tegak, berbulu, pelepahdaun sulit di klentek, kulit batang keras.
Universitas Sumatera Utara
2. Secara kultur teknis dengan sanitasi lingkungan ari berbagai gulma yang bisa merupakan inang alternative (misal: Gelagah/tebu liar, gulma Rottboelia spp.) 3. Secara Mekanis dengan pengacauan perkawinan imago saat musim penerbangan yang dilakukan pada awal musim hujan (mating distribution) menggunakan feromon seks. 4. Secara
Biologis
dengan
menggunakan
musuh
alami
(misal:
Trichogramma spp. 5. Secara Kimiawi dengan menggunakan berbagai insektisida golongan organofosfat, carbamate, dan hidrocarbon berklor yang merupakan alternative terakhir (Wirioatmodjo,1973).
Biologi Trichogramma spp.
Adapun sistematika dari Trichogramma spp. menurut Nurindah dan Bindra, (1989) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Hymenoptera
Famili
: Trichogrammatidae
Genus
: Trichogramma
Spesies
: Trichogramma spp.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 11. Mekanisme parasitasi Trichogramma spp. Sumber : http://www.ipm.ucdavis.edu/ trichogramma_spp.jpg Diakses tanggal 10 Maret 2011 Trichogramma spp. mengalami metamorfosis lengkap. Trichogramma spp. dewasa meletakkan telur dalam telur inang baru diletakkan, dan sebagai larva berkembang, makan embrio tuan rumah, menyebabkan telur berubah menjadi hitam. Ukuran tubuh imago betina lebih besar daripada imago jantan. Imago jantan lebih dahulu keluar daripada imago betina dan segera berkopulasi dalam beberapa detik. Telur diletakkan kira-kira 24 - 28 jam setelah imago muncul. Daur hidup Trichogramma spp. antara 7 - 9 hari (Peterson, 1930 dalam Rauf dan Hidayat, 1999), mengemukakan bahwa larva Trichogramma spp. terdiri dari 3 instar, kemudian larva berkembang menjadi pupa, setelah 7 - 8 hari pupa akan menjadi imago dan keluar dari telur inang dengan membuat lubang pada kulit telur. Trichogramma
spp.
termasuk
famili
Trichogrammatidae,
ordo
Hymenoptera. (Kalshoven 1981). Diketahui tidak kurang dari 100 spesies parasitoid termasuk famili Tricogrammatidae. Umumnya berupa serangga dengan ukuran tubuh sangat kecil (0,4 - 0,69 mm) dan hidup sebagai parasitoid telur khususnya serangga dari ordo Lepidoptera ada empat jenis Trichogramma
Universitas Sumatera Utara
terhadap penggerek batang tebu. Ini adalah T. chilonis, T. chilotraeae, T. bactrae dan T. nana. Pada 280 – 320C, Trichogramma spp. melengkapi siklus hidupnya dalam 7 hari dan 9 hari pada 250 – 270C . Percobaan telah menunjukan Trichogramma spp. harus 60% sampai 95% lebih baik untuk mengendalikan hama seperti budworm Armigera dan tembakau dari pada di bidang yang tidak diobati (Hanjani, 2010).
Gambar 12. Imago parasitoid Trichogramma spp Sumber :foto langsung Trichogramma spp. sering mengkonsumsi sampai 98 % dari telur inang di alam. Betina menyimpan telur-telur mereka di dalam telur serangga inang. Kaum muda parasit segera menetas dan memakan cairan tubuh inang di dalam telur inang, sehingga membunuh inang tersebut. (Buchori et al,2010). Masa depan pemanfaatan parasitoid telur dari famili Trichogrammatidae sebagai agen hayati untuk mengendalikan hama penggerek batang C. auricilius cukup baik dibandingkan dengan penggunaan insektisida. Parasitoid ini dapat mematikan telur, sehingga memutus siklus hidup hama. Namun, karena populasi parasitoid telur di lapangan rendah, parasitoid tersebut belum mampu menekan populasi hama penggerek batang tebu ( Supriyatin dan Marwoto,1997). Perubahan warna pada telur inang yang terparasit dimulai sejak Trichogramma spp. Memasuki stadia larva yaitu telur inang berwarna kelabu dan pada saat larva mencapai instar akhir atau memasuki stadia prapupa telur inang
Universitas Sumatera Utara
berubah menjadi hitam, karena dipengaruhi oleh terbentuknya butiran pada permukaan dalam korion (Clausen ,1940 dalam Zulkaidah, 2006)
Gambar 13. Gejala parasitasi Trichogramma spp. Sumber : http://www.ipm.ucdavis.edu/ trichogramma_spp.jpg Diakses tanggal 10 Maret 2011
Tingkat penerimaan parasitoid terhadap suatu inang dapat dilihat berdasarkan jumlah imago parasitoid yang keluar. Kemampuan parasitasi berbeda-beda dan tergantung pada kemampuannya mencari inang seperti preferensi dan ketahanannya terhadap kondisi lingkungan (Nurariaaty, 2000) Parasitoid akan mencari inang yang sesuai yang mendukung pertumbuhan telur parasitoid sampai menjadi imago, yang dapat diketahui berdasarkan jumlah imago parasitoid yang keluar dari inang ( Juliano, 1981 dalam Nurariaty, 2000). Parasitoid dalam meletakkan telur pada inangnya terlebih dahulu mendeteksi telur inang dengan cara meraba permukaan inang dengan menggunakan antena dan akan terus melakukan hal tersebut jika inang yang tersedia terbatas agar dapat menembus dinding telur dan memarasit inangnya serta berkembang di dalam inang dengan baik hingga keluar menjadi imago (Godfray, 1994).
Universitas Sumatera Utara