3
TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanah Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kacang tanah adalah lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Keasaman (pH) tanah yang optimal untuk pertumbuhan kacang tanah adalah sekitar 6.5 sampai 7.0. Apabila pH tanah lebih dari 7.0, maka daun akan berwarna kuning akibat kekurangan suatu unsur hara (N, S, Fe, Mn) dan sering menimbulkan bercak hitam pada polong (Adisarwanto, 2001). Pada jenis tanah berstruktur berat seperti Vertisol, kacang tanah masih dapat tumbuh dengan baik. Kendala yang sering dihadapi pada tanah jenis ini adalah banyaknya polong yang tertinggal di dalam tanah sehingga menurunkan hasil. Kacang tanah memberikan hasil terbaik jika di tanam pada tanah remah dan berdrainase baik, terutama di tanah berpasir. Tanah berstuktur ringan memudahkan penembusan ginofor ke dalam tanah dan perkembangan polong (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Pada tanah Alfisol kendala yang sering dihadapi adalah tingginya pH tanah. Rendahnya kadar unsur Fe dan tingginya pH menjadi pembatas (penyebab rendahnya) produktivitas kacang tanah pada tanah Alfisol. Keseimbangan unsur Fe dengan unsur mikro lainnya dan rendahnya unsur Ca, juga menjadi penyebab rendahnya produktivitas kacang tanah. Kahat unsur P pada tanah ini terjadi pada tanah ber-pH tinggi dan kaya unsur Ca. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kacang tanah pada sebagian besar tanah Alfisol adalah melalui pemupukan N dan P (Taufiq, 1999). Iklim Suhu dan panjang hari (fotoperiode) mempunyai peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan kacang tanah. Ketring (1979) melaporkan bahwa tanaman kacang tanah yang mengalami fotoperiode yang panjang (16 jam) lebih meningkatkan pertumbuhan vegetatif daripada pertumbuhan reproduktif. Kacang tanah dapat tumbuh baik pada suhu 28 sampai 32 0C. Suhu di bawah 10 0C akan
3
4
menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, bahkan tanaman menjadi kerdil yang disebabkan oleh pertumbuhan bunga yang kurang sempurna (Menegristek, 2011). Perbandingan antara suhu siang dan suhu malam dalam tanah juga mempegaruhi pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Golombek dan Johansen (1997) menguji pertumbuhan dan hasil kacang tanah pada empat suhu tanah yang berbeda yaitu 20/14 oC (suhu siang/suhu malam), 26/20 oC, 32/26 oC, dan 38/32 oC. Peningkatan suhu tanah dari 20/14 oC sampai 32/26 oC menurunkan biomassa daun, batang dan akar lateral. Suhu tanah 26/20 oC (suhu siang/suhu malam) dan 32/26 oC memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan kacang tanah yang diberi perlakuan 20/14 oC. Keragaman dalam jumlah dan distribusi curah hujan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pencapaian hasil kacang tanah. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1,300 mm per tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah (Menegristek, 2011). Penyakit Bercak Daun Penyakit bercak daun disebabkan oleh serangan cendawan Cercospora aradichola dan Cercospororidium personatum. Tingkat kehilangan hasil akibat penyakit ini cukup besar. Ditingkat petani, penyakit bercak daun dikenal dua macam penyakit bercak daun yaitu bercak daun awal (early leafspot) yang disebabkan oleh Cercospora aradichola dan penyakit bercak daun akhir (late leafspot) yang disebabkan oleh Cercospororidium personatum. Gejala awal dari penyakit bercak daun awal (early leafspot) adalah munculnya bercak bulat berwarna coklat tua sampai hitam pada permukaan bawah daun dan coklat kemerahan sampai hitam pada permukaan atas daun. Pada daun terdapat halo berwarna kuning jelas. Gejala mulai timbul pada awal pertumbuhan, yaitu sejak tanaman berumur 3 sampai 4 minggu setelah tanam (MST). Tanaman yang terserang berat, daunnya mengering, rontok, dan batangnya berwarna kehitaman (Deptan, 2000).
4
5
Gejala bercak daun akhir (late leafspot) mulai terlihat pada tanaman yang telah berumur 6 sampai 8 MST. Bercak yang timbul mirip dengan bercak daun awal, tetapi warnanya kehitaman dan memiliki halo tipis berwarna kuning. Gejala serangan penyakit bercak daun akhir juga menyerang tangkai daun dan batang. Tanaman yang terserang berat, daunnya akan kering dan rontok (Adisarwanto, 2001). Perkembangan penyakit bercak daun sangat didukung oleh kelembaban udara yang tinggi (95%) dengan kisaran suhu 12-33 oC (Sumartini, 2008). Kondisi suhu yang agak tinggi (25-30 oC) dengan kelembaban relatif yang tinggi akan mempercepat proses infeksi dan perkembangan penyakit ini. Infeksi jamur bercak daun dapat terjadi melalui kedua sisi daun dengan cara penetrasi langsung menembus sel-sel jaringan epidermis atau melalui mulut daun (stomata). Infeksi pada daun banyak melalui epidermis atas (Saleh, 2010). Cara pengendalian penyakit bercak daun dapat dilakukan melalui menghilangkan atau mengurangi sumber inokulum, memanipulasi faktor lingkungan untuk mengurangi laju infeksi, serta memanipulasi waktu dan peluang terjadinya infeksi. Menanam varietas tahan merupakan cara yang efektif dalam mengendalikan penyakit bercak karena dapat mengurangi penggunaan fungisida. Beberapa varietas unggul kacang tanah seperti Rusa, Anoa, Kelinci, dan Badak mempunyai sifat tahan/toleran terhadap penyakit bercak daun dan karat. Varietas Panter, Singa, dan Jerapah bersifat toleran dan agak tahan terhadap bercak daun dan karat. Dua varietas unggul baru kacang tanah yang dilepas pada tahun 2001 yaitu Turangga dan Kancil masing-masing bersifat agak tahan terhadap penyakit bercak daun dan karat (Saleh, 2010). Kriteria Seleksi untuk Perakitan Varietas Tahan terhadap Penyakit Bercak Daun dan Berdaya Hasil Tinggi Sifat tahan memiliki korelasi genotipik dan fenotipik negatif nyata dengan daya hasil (Yudiwanti et al., 1998). Hal inilah yang menjadi kendala dalam perakitan varietas tahan dan berdaya hasil tinggi. Galur-galur yang tahan selalu tersingkir dalam proses seleksi karena memiliki hasil yang rendah dibandingkan galur yang rentan. Menurut Yudiwanti (2006), korelasi negatif antara sifat tahan dengan daya hasil disebabkan oleh peran antagonis stomata terhadap daya hasil
5
6
dan tingkat ketahanan terhadap penyakit bercak daun. Stomata yang membuka sempit dengan kerapatan rendah mendukung tingkat ketahanan terhadap penyakit bercak daun karena dapat menurunkan peluang penetrasi patogen melalui stomata, akan tetapi karakter yang sama mengurangi difusi karbondioksida ke dalam daun sehingga kapasitas fotosintesis berkurang dan akibatnya daya hasilnya lebih rendah. Pemilihan karakter utama sebagai kriteria seleksi untuk mengembangkan varietas kacang tanah yang tahan terhadap penyakit bercak daun dan berdaya hasil tinggi terus dilakukan. Yudiwanti et al. (2007) melaporkan bahwa kandungan klorofil dan persentase panjang batang utama bebas serangan bercak daun berkorelasi positif dengan bobot biji per tanaman. Hal ini menunjukan bahwa karakter tersebut dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi yang berkaitan dengan ketahanan terhadap penyakit bercak daun. Karakter kandungan klorofil secara visual ditunjukan oleh tingkat kehijauan daun, sehingga tingkat kehijauan daun dapat digunakan sebagai kriteria seleksi tidak langsung untuk ketahanan terhadap penyakit bercak daun. Warna daun hijau tua mencerminkan tingkat ketahanan yang tinggi terhadap penyakit bercak daun karena kadar karotenoidnya yang tinggi. Karotenoid bersifat protektif terhadap efek merusak dari toksin cercosporin yang dihasilkan oleh patogen bercak daun. Oleh karena itu, kandungan karotenoid yang tinggi dalam daun yang lebih hijau diduga berperan dalam meningkatkan ketahanan tanaman kacang tanah terhadap penyakit bercak daun (Yudiwanti, 2007). Pemilihan karakter kuantitatif yang berkorelasi positif nyata terhadap daya hasil serta memiliki nilai duga heritabilitas yang tinggi juga penting dalam penentuan karakter seleksi untuk membentuk varietas yang berdaya hasil tinggi. Suatu karakter kuantitatif berpotensi diperbaiki melalui seleksi bila karakter tersebut memiliki nilai duga heritabilitas tinggi dan koefisien keragaman genetik yang luas (Yudiwanti dan Sutina, 2004). Arfansah (1999) melaporkan bahwa karakter jumlah polong total memiliki nilai duga heritabilitas yang tinggi (98.5%) dan merupakan salah satu komponen hasil yang dapat mempengaruhi hasil. Dalam kaitannya dengan penyakit bercak daun, karakter jumlah polong total merupakan karakter yang mencerminkan potensi genetik kacang tanah
6
7
terhadap penyakit bercak daun. Hal ini karena penyakit bercak daun berkembang pada pertanaman setelah polong terbentuk. Oleh karena itu, pengaruh penyakit ini terhadap pengurangan hasil lebih diakibatkan oleh pengaruhnya terhadap pengurangan kemampuan tanaman dalam pengisian polong, bukan terhadap pengurangan jumlah polong. Di lain pihak, karena polong terbentuk sebelum penyakit berkembang pada tanaman, maka jumlahnya kurang dipengaruhi oleh serangan patogen. Oleh karena itu, karakter jumlah polong total lebih mencerminkan potensi genetik daya hasil genotipe kacang tanah berkaitan dengan penyakit bercak daun (Yudiwanti et al., 1998).
7