II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Nilam Menurut Sudaryani (2003) tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan minyak nilam (“patchouly oil”). Minyak nilam banyak dipergunakan dalam industri
kosmetik,
parfum,
sabun,
dan
industri
lainnya.
Dengan
berkembangnya pengobatan aromaterapi, minyak nilam selain sangat bermanfaat untuk penyembuhan fisik juga mental dan emosional. Manfaat lainnya, minyak nilam bersifat fixatif (yakni bisa mengikat minyak atsiri lainnya) yang sampai sekarang belum ada produk substitusinya (pengganti). Produk yang dihasilkan dari usahatani nilam adalah terna (daun dan ranting). Melalui proses penyulingan dihasilkan minyak nilam. Tanaman nilam merupakan jenis tanaman dengan ciri-ciri sebagai berikut: Akar
:
Serabut
Bentuk daun :
Bulat dan lonjong
Batang
Berkayu
:
dengan
diameter
10-20
mm.
Sistem
percabangannya banyak dan bertingkat mengelilingi batang antara (3-5 cabang per tingkat). Setelah tanaman berumur 6 bulan, tingginya dapat mencapai 1 meter dengan radius cabang selebar lebih kurang 60 cm. 2.2. Syarat Tumbuh Tanaman nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti herba lainnya. Untuk memperoleh produksi yang tinggi, maka dalam pengelolaannya perlu memperhatikan beberapa hal. Pengelolaan ini juga bertujuan agar produksi yang dilakukan dapat optimal dan menguntungkan (BPTP, 2008). Menurut Mangun (2005) tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun pada dataran tinggi yang mempunyai ketinggian 2.200 meter di atas
5
permukaan laut. Akan tetapi nilam akan tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat l0-400 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini menghendaki suhu yang panas dan lembab serta memerlukan curah hujan yang merata. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara 2500-3500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Sedangkan suhu yang baik untuk tanaman ini adalah 240C-280C dengan kelembaban lebih dari 75%.Agar pertumbuhannya optimal, tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran matahari yang cukup.Pada tempat-tempat yang agak terlindung tanaman ini juga masih dapat tumbuh dengan baik, asalkan tidak pada tempattempat yang sangat terlindung (di bawah pohon yang rimbun). BPTP (2008) menambahkan bahwa tanaman nilam dapat tumbuh dan berproduksi baik pada daerah dengan ketinggian 0-1.200 m di atas permukaan laut (dpl). Namun dia akan tumbuh dan berproduksi optimum pada daerah dengan ketinggian 10-400 m dpl. Curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman nilam 2.300-3.000 mm/tahun. Suhu udara antara 2428oC dengan kelembaban di atas 75%. Intensitas penyinaran untuk produksi minyak nilam optimal berkisar 75-100%. Tanaman nilam menghendaki tanah yang subur dan gembur, membutuhkan banyak air, tetapi tidak tahan genangan air, karena itu perlu dibuat drainase (pengairan) yang baik dan dapat menahan air. Tanaman ini menghendaki tanah bertekstur lempung sampai liat berpasir, dengan pH 5,5-7. Lebih lanjut Sudaryani (2003) tanah yang subur dan gembur serta kaya akan humus, sangat diperlukan oleh tanaman nilam. Baik di tanah yang datar, tanah yang miring, ataupun pada tanah yang berbukit-bukit nilam bisa ditanam. Pada tanah yang subur tersebut nilam dapat memberikan hasil yang sangat baik. Pada tanah yang kandungan airnya tinggi, perlu dilakukan sistem drainase yang baik dan intensif. Pada tanah-tanah yang tergenang air atau permukaan air tanah yang terlalu dangkal, tanaman ini akan mudah terserang penyakit busuk akar yang disebabkan oleh cendawan Phytoptora. Keadaan fisik tanah yang berat (tanah liat), tanah berpasir, dan berkapur kurang baik untuk pertumbuhan tanaman nilam.
6
2.3.Teknik Budidaya Nilam 2.3.1. Bahan Tanam Untuk perbanyakan tanaman, gunakan bahan tanaman yang berasal dari varietas unggul, sehat serta bebas dari hama dan penyakit. Ambil batang atau cabang stek yang berdiameter 0,8-1,0 cm, dengan panjang stek 10-20 cm dan paling sedikit mempunyai 3 atau 4 mata tunas. Bahan stek diambil dari cabang yang sudah cukup umur, dan berasal dari tengah-tengah cabang. Kebutuhan tanaman ± 20.000/ha tanaman, belum termasuk bahan tanaman untuk penyulaman (BPTP, 2008). 2.3.2. Pembibitan Ketelitian dalam memilih bibit unggul merupakan salah satu faktor utama yang tidak boleh diabaikan dalam proses persiapan penanaman dalam system budidaya. Kondisi ini menunjang rangkaian proses pengelolaan dan pemeliharaan tanaman sehingga hasil akhir berupa panen daun dan ranting dapat dioptimalkan (Mangun, 2005). Selanjutnya (BPTP, 2008) menjelaskan bahwa stek batang atau stek cabang dapat langsung ditanam di lapang, namun cara ini kurang efisien karena seringkali banyak stek yang mati sehingga harus banyak disulam dan pertumbuhan tidak merata. Sebaiknya benih nilam disemaikan terlebih dahulu.Tanah yang digunakan untuk persemaian dipilih tanah yang gembur dan datar, dekat dengan sumber air dan bersih dari tanaman. Media persemaian sebaiknya campuran dari tanah, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 2:1:1 (2 bagian tanah, 1 bagian pupuk kandang dan 1 bagian pasir). Sebelum disemai, rendam stek dalam air. Buang daun pada buku yang akan dibenamkan, kemudian padatkan tanah di sekelilingnya. Pupuk stek dengan pupuk daun seminggu sekali. Sekitar umur 1,5 bulan bibit siap ditanam. 2.3.3. Persiapan Lahan Pengolahan
tanah
merupakan
faktor
yang
menentukan
dalam
keberhasilan budidaya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian serius dalam
7
mempersiapkan penanaman sebelum realisasi penanaman stek dilakukan pada lahan yang telah dikelola (Mangun, 2005).Sebelum bibit ditanam, bersihkan lahan dari segala jenis rerumputan, kayu dan semak belukar.Setelah itu dicangkul dan diolah hingga gembur secara merata (BPTP, 2008). 2.3.4. Penanaman Penanaman nilam dilakukan dengan jarak 90-100 cm antar barisan dan 40-50 cm dalam barisan. Sesuaikan jarak tanam yang digunakan dengan kondisi lahan. Pada lahan yang datar dan terbuka, gunakan jarak tanam yang lebih lebar (100 x 50 cm) sehingga tidak saling menutupi dan sinar matahari dapat langsung mencapai permukaan tanah. Pada lahan yang miring (15%) jarak antar barisan lebih lebar, dan jarak dalam barisan lebih rapat (40 cm) dan arah barisan menurut kontur.Pada tanah dengan kesuburan yang tinggi jarak tanam sebaiknya 100 x 100 cm. Penanaman dapat dilakukan dengan menanam stek langsung di lapang atau menggunakan bibit. Bila menanam dengan stek langsung di lapang, gunakan 2-3 stek/lubang dan bila menggunakan bibit, tanam satu bibit per lubang. Tanaman nilam dapat ditanam secara monokultur, tumpangsari, tumpang gilir atau budidaya lorong dengan tanaman perkebunan, buah-buahan, sayuran atau tanaman lainnya (BPTP, 2008). 2.3.5. Pemupukan Mangun (2005) menjelaskan bahwa pemupukan hendaknya dilakukan dengan pedoman 5 tepat, yaitu tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, tepat cara, dan tepat tempat. a. Tepat Jenis Tepat jenis diartikan penggunaan jenis pupuk disesuaikan dengan jenis tanaman. b. Tepat Jumlah Tepat jumlah diartikan jumlah pemberian pupuk disesuaikan dengan luas area tanaman. c. Tepat Waktu Tepat waktu dimaksudkan agar pemupukan dilakukan pada awal proses penanaman dengan dosis sesuai takaran.
8
d. Tepat Cara Tepat cara diartikan perlakuan dan mekanisme pupuk beserta takaran jumlah dan urut-urutan pemberiannya mengikuti program dan pola budidaya tanaman. e. Tepat Tempat Tepat tempat diartikan lokasi penyimpanan pupuk berada pada tempat yang baik, mudah dijangkau, serta jarak antara tempat penyimpanan dan lahan budidaya saling berdekatan.Hal ini dilakukan agar efektivitas dan efisiensi pemupukan menjadi lebih tinggi. 2.3.6. Pemeliharaan Untuk mempertahankan air, terutama pada musim kemarau gunakan mulsa belukar atau alang-alang. Beri mulsa pada tanaman nilam yang baru dipanen,
untuk
merangsang
pertumbuhan
tunas-tunas
baru.
Bila
perkembangan kanopi cukup lebar, lakukan pemangkasan, sehingga tanaman tidak saling menutupi. Selain menggunakan mulsa tanaman nilam perlu disiang. Lakukan penyiangan pada saat tanaman berumur satu bulan atau saat gulma mulai tumbuh. Penyiangan perlu dilakukan untuk mengurangi persaingan tanaman dengan gulma dalam pengambilan unsur hara dan air dari tanah. Selain itu gulma merupakan inang bagi hama dan penyakit tanaman. Lakukan pembumbunan pada saat tanaman berumur 3 bulan dan setelah panen. Pembumbunan dilakukan agar tanah tetap gembur dan pertumbuhan akar pada cabang dekat permukaan tanah terpacu (BPTP, 2008). 2.3.7. Pengendalian Hama dan Penyakit Menurut BPTP (2008) beberapa jenis hama yang dapat menurunkan hasil tanaman nilam di daerah sentra produksi antara lain adalah sebagai berikut: 1. Ulat penggulung daun (Pachyzaneba stutalis). Ulat hidup dalam gulungan daun muda, sambil memakan daun yang tumbuh, pada serangan berat hanya tinggal tulang-tulang daun saja.
9
Pengendalian : a. Kumpulkan dan musnahkan bagian tanaman yang terserang. Lakukan sistim monitoring (pengamatan) yang ketat pada areal terserang untuk menghindari terjadinya peledakan populasi. Monitoring dilakukan dengan cara mengamati saat munculnya gejala awal kerusakan daun akibat serangan larva stadia muda. Mengingat siklus hidup hama ini berkisar antara 38 - 42 hari, maka monitoring perlu dilakukan setiap bulan sejak tanaman berumur satu bulan sampai saat panen. b. Gunakan ekstrak mimba dan bioinsektisida (Beauveria bassiana), cara ini walaupun tidak mematikan secara langsung, tapi efektif dan tidak mencemari lingkungan. 2. Belalang (Orthoptera). Hama ini memakan daun, sehingga tanaman menjadi gundul. Pada serangan berat, batang tanamannya dimakan dan akhirnya mati. Jenis belalang yang banyak merusak tanaman nilam adalah belalang kayu (Valanga nigricornis) dan belalang daun (Acrida turita). Belalang kayu dapat menyebabkan kerugian hasil 20-25%, karena belalang tersebut berpindah dari satu kebun ke kebun lainnya bila tanaman sudah habis dimakannya. Batang dan cabang tanaman sering patah akibat gigitannya sehinggan pertumbuhan tanaman terganggu. Belalang daun biasanya memakan daun mulai dari pinggir atau tengah sehingga terbentuk bekas gigitan melingkar atau lonjong. Adakalanya belalang ini juga merusak batang dan ranting tanaman. Pengendalian : a. Sanitasi lingkungan . b. Pengolahan tanah yang baik dapat membunuh telur belalang kayu sebelum menetas. c. Menggunakan musuh alami seperti cendawan Metarrhizium anisopliae 3. Tungau merah (Tetranychus sp.) Tungau merah pada umumnya menyerang daun tua dan muda. Tungau hidup berkelompok di permukaan daun bagian bawah, merusak tanaman dengan cara mengisap cairan daun. Gejala serangan memperlihatkan bercak-
10
bercak putih. Semakin lama bercak semakin melebar. Selain itu juga memperlihatkan gejala daun berlekuk-lekuk tidak teratur. Pada tingkat serangan berat daun akan rontok. Kerugian hasil dapat mencapai 15-25%. Pengendalian: a. Pemangkasan (pemetikan daun), untuk mencegah meluasnya serangan. Pemetikan dilakukan pada saat populasi tungau masih rendah. Pemetikan yang dilakukan sedemikian rupa dapat menyebabkan terbuangnya telur dan tungau dewasa. b. Tanaman perangkap, dengan menanam tanaman ubi kayu dan jarak (Ricinus communis) sebagai “barrier”. c. Penggunaan
musuh
alami
seperti
Phytosentulus
persimlis
dan
P.macropelis (menyerang telur dan nimfa), Coccinelids d. Penyemprotan dengan insektisida nabati (ekstrak biji mimba) dosis 100 g/l 4. Criket pemakan daun (Gryllidae). Memakan daun muda sehingga daun berlubang-lubang dan produksi turun. Pengendalian dilakukan dengan cara: sanitasi lingkungan. Penyakit utama tanaman nilam yang sangat perlu diwaspadai, karena dapat menurunkan produksi dan mutu minyak adalah sebagai berikut: 1. Penyakit layu bakteri. Penyakit ini disebabkan oleh sejenis bakteri Ralstonia solanacearum dan umumnya timbul karena terbawa bibit yang digunakan sudah terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Kerugian hasil akibat layu bakteri diperkirakan dapat mencapai 60-95%. Gejala awal serangan penyakit berupa salah satu daun pucuk layu dan diikuti dengan daun bagian bawah. Setelah terlihat gejala lanjut dengan intensitas serangan di atas 50%, tanaman akan mati dalam waktu 7-25 hari. Jaringan akar dan batang tanaman yang terinfeksi membusuk, warna agak hitam. Irisan batang, berwarna coklat kehitam-hitaman sepanjang jaringan cabang yang layu. Bila bagian cabang yang layu dipotong akan terlihat lendir berwarna seperti susu, begitu juga bila direndam dalam air bersih. Cara pengendalian:
11
a. Sanitasi dan eradikasi (pemusnahan) untuk mengurangi inokulum (sumber penyakit). b. Memberakan lahan yang sudah terinfeksi bakteri selama 2-3 tahun dan mencabut tanaman terserang serta membakar atau menguburnya. c. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang bakteri layu seperti padi, jagung. d. Memperbaiki saluran drainase pada waktu curah hujan tinggi. e. Menggunakan bibit yang berasal dari tanaman sehat pada kebun yang belum terserang penyakit layu. f. Menggunakan pestisida untuk mencegah penularan. g. Menanam varietas toleran seperti Sidikalang. 2. Penyakit Budok (Hoprosep). Penyebabnya adalah virus, gejala penyakit terlihat pada batang yang membengkak, menebal dan daun yang berkerut keriting dan tebal, dengan permukaan bawah berwarna merah, permukaan atas daun menguning karena kekurangan unsur hara. Terbentuk benjolan-benjolan pada batang sampai akar bila dipijit baunya tidak enak. Penyakit ini tumbuh setelah musim kemarau dan disebabkan oleh pemangkasan yang terlalu berat saat panen. Penyakit ini tidak sampai mematikan tanaman secara total, tetapi menyebabkan produksi dan mutu daun merosot, bahkan tidak dapat dipanen secara ekonomis. Cara pengendalian: a. Teknik budidaya: sanitasi kebun, alat-alat kerja steril, pengolahan tanah yang baik serta budidaya nilam secara menetap, menggunakan bibit yang sehat, menggunakan mulsa (jerami padi, ampas nilam atau alang-alang), pemberian pupuk kandang dan abu sekam (10 ton/ha) b. Kimiawi: dengan pestisida lengkap (Agrep + Cobox +Curater + Azodrin) 3. Penyakit yang disebabkan oleh Nematoda menyerang akar tanaman nilam, kerusakan akar menyebabkan berkurangnya suplai air ke daun, sehingga stomata menutup, akibatnya laju fotosintesa menurun. Beberapa jenis nematoda yang menyerang tanaman nilam antara lain Pratylenchus brachyurus, Meloidogyne incognita. Gejala serangan nematoda terutama
12
nampak pada warna daun yang berubah menjadi kecoklatan atau kemerahan. Disamping itu perlu diperhatikan tanaman inang yang telah ada di lokasi sebelum dipergunakan untuk menanam nilam. Tanaman inang nematoda antara lain : pisang, jahe, tomat,kacang tanah dan lainlain. Penanggulangan serangan nematoda, selain dengan varietas yang tahan/toleran, juga dengan agen hayati(Pasteuria penetrans, Arthrobotrys sp., jamur penjeratnematoda, pestisida nabati (serbuk biji nimba, bungkil jarak),nematisida dan budidaya pupuk organik 2.4. Zat Pengatur Tumbuh Zat pengatur tumbuh tanaman sering disebut zat tumbuh atau hormon (plant growth regulator).Dalam kegiatan budidaya tanaman baik tanaman semusim maupun tanaman keras, zat pengatur tumbuh sangat bermanfaat dalam pertumbuhan tanaman seperti pembentukan bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, dan buah (Winten, 2009). Syafria (2009) menambahkan bahwa zat perangsang tumbuh merupakan salah satu alternatif yang berguna untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga tanaman bisa lebih cepat pertumbuhannya dan menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Zat perangsang tumbuh sintetik maupun alami mempunyai daya guna yang sama, yaitu merangsang proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan menggiatkan terjadinya proses-proses biokimia dan fisiologis tanaman. Air kelapa merupakan zat pengatur tumbuh yang peru dipertimbangkan penggunaannya, karena mudah didapat, murah harganya, serta mudah penggunaannya. 2.5. Air Kelapa Tanaman kelapa sangat penting artinya, sehingga merupakan lambang atau pengenal kepulauan Indonesia.Dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua bagian tanaman kelapa dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah air kelapa (Pikiran Rakyat Bandung, 2006). George dan Sherington dalam Pisesha (2008) menyatakan bahwa air kelapa mengandung asam organik, asam nukleotida, purin, gula, alkohol,
13
vitamin, zat pengatur tumbuh dan mineral. Senyawa penting bagi kultur jaringan yang terdapat dalam air kelapa adalah zat pengatur tumbuh. Kandungan zat pengatur tumbuh dalam air kelapa bermanfaat untuk menginduksi kalus serta menginduksi proses morfogenesis. Armini et. al, dalam Pisesha (2008) menyatakan bahwa air kelapa memiliki pH 4.8-5.3 disebabkan oleh adanya kandungan asam organik dalam air kelapa yang berfungsi sebagai buffer terhadap perubahan pH. Air kelapa muda memiliki manfaat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Air kelapa muda merupakan endosperm cair yang terbentuk setelah terjadi pembuahan atau peleburan inti sperma dengan inti sel telur. Oleh karena itu, di dalam air kelapa muda terkandung zat yang mempunyai aktivitas pembelahan sel seperti sitokinin (Hendaryono dan Wijayani, 1994 dalam Rumahdoni, 2009). Kandungan yang terdapat dalam air kelapa muda tidak hanya unsur makro, tetapi juga unsur mikro. Air kelapa muda juga mengandung vitamin C dan B kompleks serta protein dalam jumlah kecil (Rumahdoni, 2009). Menurut Kemala dan Velayutham (1978) dalam Rumahdoni (2009), air kelapa muda mengandung kadar gula total (5,6%), Nitrogen (432 mg/L), Fosfor (186 mg/L), Kalium (7300 mg/L). 2.6. Pertumbuhan Tanaman Hasil penelitian Prihatmanti dan Mattjik dalam Seswita (2010) bahwa penggunaan bahan alami air kelapa pada konsentrasi100 sampai 200 ml/l untuk multiplikasi tunas Anthuriumandreanum dapat meningkatkan daya tumbuh biakan invitro. Menurut Pradiyati dalam Syafria (2009) mengemukakan bahwa pengaruh pemberian zat perangsang tumbuh secara fisiologis terlihat pada perkembangan organ-organ tanaman diantaranya adalah pemanjangan batang, pembesaran batang, dan memperluas daun. Lebih lanjut dalam penelitian Surachman (2011) pada nilam yang diberikan air kelapa menunjukkan bahwa lebih tingginya persentase tunas hidup, jumlah tunas, tinggi tunas, dan jumlah daun diduga karena adanya
14
auksin dan sitokinin dalam air kelapa. Auksin berperan memicu pembentukan kalus, menghambat kerja sitokinin, membentuk klorofil dalam kalus, mendorong proses morfogenesis kalus, serta memacu pembentukan akar dan proses embriogenesis. Sitokinin memacu pembelahan sel dan proliferasi meristem ujung, menghambat pembentukan akar, dan memacu pembentukan klorofil pada kalus.