TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan. Oleh karena itu, minyak goreng dapat pula dikategorikan sebagai komoditas yang cukup strategis, karena pangalaman selama ini menunjukkan bahwa kelangkaan minyak goreng dapat menimbulkan dampak ekonomis
dan
politis
yang
cukup
berarti
bagi
perekonomian
kita
(Amang,dkk,1996) Minyak goreng nabati adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Penggunaan minyak goreng biasanya sebagai media penggorengan bahan pangan, penambah cita rasa ataupun shortening yang membentuk tekstur pada roti. Sebanyak 49% dari total permintaan minyak goreng di Indonesia adalah untuk konsumsi rumah tangga dan sisanya untuk keperluan industri, termasuk industri perhotelan dan restoranrestoran dan juga usaha fast food (Wijana, 2005). Menurut Amang (1993), minyak goreng dapat dibuat dari berbagai macam bahan baku, diantaranya adalah kelapa sawit, kelapa, kacang-kacangan, bunga matahari dan bahan baku lainnya. Penggunaan minyak goreng berbahan baku kelapa sawit semakin mendominasi pengolahan minyak goreng setelah sempat dipegang oleh kelapa sebagai bahan baku minyak goreng di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Minyak sawit terutama dikenal sebagai bahan mentah minyak dan lemak pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, margarin dan minyak makan lainnya. Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh yang ikatan molekulnya mudah dipisahkan dengan alkali, sehingga
mudah dibentuk
menjadi produk
dengan
berbagai keperluan
(Amang, dkk, 1996) Dan kini penggunaan minyak goreng sawit hampir secara penuh menggantikan minyak goreng kelapa yang sebelumnya mendominasi jumlah konsumsi minyak goreng di Indonesia. hal ini dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1 Konsumsi Minyak Goreng Kota Medan TAHUN KONSUMSI (Gr/Kap/Bln)
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
MINYAK KELAPA
MINYAK SAWIT
304,8 236,1 176,1 189,6 50.1 266.4 213,6 222,6 219,3 137,1 108,3 1500 240 0 0
575,4 578,7 765,3 882,3 864,6 711,9 1549,2 1444,2 449,1 439,5 444,6 1500 1620 750 750
Sumber ; Badan Ketahanan Pangan, 2006
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah konsumsi minyak goreng sawit meningkat setiap tahunnya, sedangkan jumlah konsumsi minyak goreng kelapa semakin menurun. Bahkan ditahun 2004 dan 2005 kelapa sawit secara penuh menggantikan minyak goreng kelapa dimana jumlah konsumsi minyak goreng sawit sebanyak 750 Gr/Kap/Bln dan minyak kelapa 0 Gr/Kap/Bln.
Universitas Sumatera Utara
Konsumsi Minyak Goreng Sebagian besar permintaan terhadap minyak goreng adalah untuk konsumsi rumah tangga. Tingginya tingkat permintaan terhadap minyak goreng kelapa sawit disebabkan banyaknya manfaat yang dapat diperoleh, seperti mengandung beta karoten atau pro-vitamin A serta E yang dapat berguna untuk menurunkan kolesterol dan menghambat penuaan. Berbagai kelebihan inilah yang dimanfaatkan oleh para industri minyak goreng dalam memasarkan produkproduknya (Pratomo,2008). Akan tetapi baik oleh rumah tangga maupun industri makanan, fungsi minyak goreng pada umumnya bukan sebagai bahan baku, namun sebagai bahan pembantu. Fungsinya sangat penting dalam menciptakan aroma, rasa, warna, daya simpan
dan
dalam
beberapa
hal
juga
dalam
peningkatan
nilai gizi
(Amang,dkk,1996). Dan sebagaimana diketahui bahwa minyak goreng memiliki kandungan lemak yang tinggi sehingga konsumsinya cenderung dibatasi atau bahkan dikurangi. Semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga, semakin besar pula peluang untuk menggantikan minyak goreng yang mengandung lemak atau minyak goreng curah dengan minyak goreng yang lebih baik mutu kesehatannya yaitu
minyak
goreng
bermerek,
yang
pada
umumnya
lebih
mahal
(Simatupang dan Purwoto,1996).
Universitas Sumatera Utara
Landasan Teori Permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Salah satu konsep permintaan dalam pasar yaitu permintaan konsumen atau yang disebut dengan konsumsi. Konsumsi merupakan bagian dari permintaan agregat yang disamping faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Permintaan konsumen (secara perseorangan) tidak akan mampu mempengaruhi harga dan persediaan barang, akan tetapi jika bersama-sama akan membentuk sisi dalam pasar (Umar,2000). Faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi permintaan akan suatu barang, adalah: 1. Jumlah pembeli/konsumen 2. Besarnya penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan 3. Harga barang-barang lain 4. Pengaruh musim, mode, selera, kebiasaan, perubahan jaman, pengaruh lingkungan 5. Harapan atau pandangan orang tentang masa depan Jika jumlah pembeli suatu barang bertambah, maka pada harga yang sama jumlah yang mau dibeli bertambah banyak juga, hal ini dapat terjadi karena pertambahan penduduk. Besar pendapatan yang tersedia untuk dibelanjakan jelas berpengaruh sekali terhadap permintaan. Dari pendapatan yang lebih tinggi orang akan dapat membeli lebih banyak dari segala macam barang dan jasa (Gilarso, 1993).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sukirno (2005), berdasarkan kepada sifat perubahan permintaan terhadap perubahan pendapatan, barang dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu a. Barang inferior adalah barang yang jumlah permintaan berkurang dengan meningkatnya pendapatan. b. Barang normal adalah barang yang apabila ia mengalami peningkatan dalam permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan. c. Barang esensial merupakan barang yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari,
permintaannya
tidak
berubah
walaupun
pendapatan meningkat. d. Barang mewah/superior adalah jenis barang yang dibeli orang yang pendapatannya sudah relatif tinggi, biasanya barang tersebut baru dibeli setelah memenuhi kebutuhan pokok. (Sukirno,2005). Untuk kebanyakan barang, kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan permintaan. Apabila nilai elastisitas perubahan pendapatan terhadap perubahan permintaan tingkat elastisitasnya adalah positif maka barang tersebut disebut barang normal. Elastisitas adalah ukuran derajat kepekaan perubahan jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga. Disamping itu apabila terdapat barang yang mengalami pengurangan dalam jumlah yang dibeli apabila pendapatan bertambah berarti elastisitasnya adalah negatif dan barang ini disebut barang
inferior.
Elastisitas
ini
disebut
dengan
elastisitas
pendapatan
(Sukirno,2005).
Universitas Sumatera Utara
Disamping elastisitas pendapatan terdapat dua elastisitas lain yaitu elastisitas harga dan elastisitas silang. Elastisitas harga adalah persentase perubahan jumlah barang yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang itu sebesar satu persen. Dari elastisitas ini dapat diketahui apakah suatu barang itu merupakan barang elastis, inelastis atau elastis tunggal. Elastisitas silang adalah persentase perubahan jumlah barang yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang lain (barang yang mempunyai hubungan) sebesar satu persen. Dari elastisitas silang dapat diketahui apakah suatu barang mempunyai sifat komplementer atau substitusi. Apabila elastisitas bernilai positif maka barang tersebut merupakan barang substitusi dan apabila bernilai negatif maka barang tersebut merupakan barang komplementer (Sukirno, 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi Menurut Setiadi (2005) pembelian konsumen amat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain: 1. Umur Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. 2. Pendapatan Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyrakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada
Universitas Sumatera Utara
uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (normal goods). Pendapatan seseorang mempengaruhi pilihan produk. 3. Pendidikan Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkat individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani. Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dlihat dari pendidikan terakhir konsumen 4. Harga barang lain Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh harga barangbarang lain yang ada kaitannya. Seperti barang yang saling mengganti (substitusi) atau barang yang saling melengkapi (komplementer). Naik turunnya harga barang substitusi dan komplementer dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang yang digantikan atau yang dilengkapi. 5. Harga barang itu sendiri Kenaikan terhadap harga barang itu sendiri dapat mempengaruhi jumlah permintaannya. Karena akibat kenaikan tersebut pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai barang pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan dan atau pembeli mengurangi jumlah barang yang diminta tersebut. Oleh karena itu naik turunnya harga barang tersebut secara langsung dapat mempengaruhi jumlah barang yang diminta.
Universitas Sumatera Utara
Kerangka Pemikiran Konsumen
melakukan
kegiatan
pembelian
untuk
memenuhi
kebutuhannya. Konsumen akan memenuhi semua kebutuhan yang diperlukannya. Adapun yang mempengaruhi permintaan minyak goreng adalah harga minyak goreng, pendapatan rata-rata perbulan, jumlah tanggungan dan selera konsumen yang terdiri dari umur dan pendidikan. Dari segi usianya, orang akan merubah pola pembeliannya selama usianya terus bertambah. Dan tingkat pendidikan konsumen sangat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu barang baik dari segi kualitas maupun manfaatnya. Jumlah konsumsi sampel juga sangat dipengaruhi oleh anggota keluarga yang menjadi tanggungannya didalam kelaurga. Daya beli masyarakat dapat dilihat melalui pendapatannya, jika pendapatan cukup tinggi, maka pada umumnya daya beli masyarakat juga tinggi. Setelah
mempertimbangkan
berbagai
faktor
dalam
menentukan
konsumsinya, akhirnya konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak. Untuk mengetahui sejauh mana responsifnya permintaan dari minyak goreng terhadap perubahan harga maka perlu diketahui tingkat elastisitasnya permintaan berdasarkan faktor-faktor yang diteliti. Apabila perubahan harga yang kecil menimbulkan perubahan yang besar terhadap permintaan maka barang tersebut bersifat sangat responsif terhadap perubahan harga atau disebut elastis. Dan apabila perubahan harga relatif besar tetapi permintaannya tidak banyak berubah maka dikatakan bersifat inelastis. Dari nilai elastisitas juga dapat diketahui bahwa minyak goreng termasuk barang normal, inferior atau barang superior yang dipengaruhi oleh pendapatan konsumen.
Universitas Sumatera Utara
Konsumsi Minyak Goreng
Harga Minyak Goreng Sawit
Jumlah Tanggungan
- Elastis - Inelastis
Pendapatan
Umur
Pendidikan
- Brg Superior - Brg Normal - Brg Inferior
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : : Adanya pengaruh
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis Penelitian 1. Ada pengaruh harga minyak goreng, pendapatan rata-rata/bulan, jumlah tanggungan, umur dan pendidikan terhadap tingkat konsumsi minyak goreng di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara