II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura (2013) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
:Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dycotiledonae
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Dendranthema
Spesies
: Dendranthema grandiflora Tzelev
Tanaman krisan tumbuh menyemak dengan tinggi 30 – 200 cm. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), batang tanaman krisan tumbuh tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan tumbuh terus terutama bila dilakukan penyinaran, batang menjadi keras dan berwarna hijau kecokelat-cokelatan. Perakaran tanaman krisan dapat menyebar ke semua arah pada kedalaman 30 – 40 cm, akar tanaman krisan berjenis serabut (Hasim dan Reza, 1995). Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai (tandan) berukuran pendek sampai panjang. Berdasarkan jumlah kuntum bunga pada satu tangkai utama, krisan dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe spray dan tipe standar. Tipe spray, pada satu 4
5
tangkai utama terdapat banyak cabang tangkai dan kuntum bunga. Tipe tunggal, pada satu tangkai utama tidak bercabang dan hanya satu kuntum bunga dengan ukuran besar. 2.2
Bunga Potong Krisan Rismunandar (1992) menyebutkan bahwa tanaman dapat di pakai sebagai bunga
potong jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Warnanya indah, tidak bernoda, ada juga yang memiliki bau harum. b. Bunga dapat bertahan lama setelah di potong. c. Tangkai cukup panjang dan kuat. d. Bunga tidak mudah rusak dalam pengemasan. Pada perdagangan internasional tanaman hias, krisan merupakan komoditas bunga potong andalan yang penting, karena pembungaan dan masa panenya dapat diatur menurut pasar. Kalangan floris/decorator juga membedakan bentuk bunga krisan dalam lima bentuk, yaitu bentuk tunggal, anemone, pompom, dekoratif dan bunga besar (Hasim dan Reza ,1995). Ciri-ciri kelima bentuk bunga krisan tersebut adalah: 1. Tunggal Karakteristik bunga tunggal adalah pada tiap tangkai terdapat satu kuntum bunga, piringan dasar bunga sempit, dan susunan mahkota bunga hanya satu lapis atau dua di bagian tengahnya. 2. Anemone Bentuk bunga anemone mirip dengan bunga tunggal, tetapi piringan dasar bunganya lebar dan tebal
6
3. Pompom Bentuk bunga bulat seperti bola, mahkota bunga menyebar ke semua arah, dan piringan dasar bunganya tidak tampak. 4. Dekoratif Bunga berbentuk bulat seperti pompom tetapi mahkota bunganya bertempuk rapat, di tengah pendek dan bagian tepi memanjang. 5. Bunga besar Karakteristiknya adalah pada tiap tangkai terdapat satu kuntum bunga, berukuran besar dengan diameter lebih dari 10 cm. Piringan dasar tidak tampak, mahkota bunganya memiliki banyak variasi, antara lain melekuk ke dalam atau ke luar, pipih, panjang, bentuk sendok dan lain-lain. Warna bunga juga sangat bervariasi, terdiri atas kuning, merah, putih, pink, hijau, ungu, oranye dan kombinasi warna-warna tersebut. 2.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Bunga Potong Menurut Santoso (1996) bunga merupakan komoditi hortikultura yang mudah
rusak, sehingga mempengaruhi keindahan yang ditampilkan oleh mahkota bunga. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran bunga, adalah: 1. Respirasi Bunga potong setelah dipanen masih melakukan proses respirasi, yaitu melepas CO2, H2O menjadi oksigen dan proses penggunaan cadangan makanan untuk diubah menjadi energi. Berlangsungnya proses ini menyebabkan bunga cepat menjadi layu.
7
2. Mikroorganisme Pertumbuhan bakteri dan jamur akan menyebabkan kerusakan bunga potong seperti pembusukan. Selain itu, hama yang biasanya menyerang di kebun juga menyebabkan kerusakan bunga. 3. Pematangan dan Proses Penuaan Proses pematangan dan penuan bunga akan membatasi masa simpan bunga. Tingkat pematangan bunga merupakan faktor kritis, sebab ada bunga yang dipetik sebelum bunga mekar seperti bunga gladiol, sedap malam, mawar. Bahkan ada bunga yang bila dipotong sudah mekar akan segera mengalami keguguran pada mahkota bunga. 4. Memar dan luka Memar dan luka pada bunga potong akan mempercepat kerusakan bunga oleh karena, itu penanganan pada saat panen dan setelah panen harus menghindari penumpukan bunga dan kontak dengan benda keras. Adanya memar dan luka akan mempercepat proses respirasi pada bunga yang akan mempersingkat masa simpan bunga. 5. Akumulasi Etilen Etilen adalah gas yang dihasilkan oleh tanaman yang berperan dalam proses pematangan lebih lanjut setelah dipanen. Adanya akumulasi etilen di lingkungan tempat bunga disimpan akan mempercepat proses penuaan bunga, sehingga menyebabkan bunga cacat dan rontok.
8
6. Suhu Di samping terjadinya evaporasi, suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses fisiologis dalam jaringan bunga, seperti respirasi dan pembentukan etilen. Suhu yang rendah dapat menghambat proses fisiologis. 7. Kelembaban Udara Banyaknya uap air yang terdapat dalam udara akan menghambat terjadinya perpindahan air dari bahan ke udara. Apabila kandungan uap air di udara rendah, proses perpindahan uap air berjalan lebih cepat dibandingkan kandungan uap airnya tinggi. 8. Oksigen dan karbondioksida Proses respirasi yang dilakukan oleh bunga tergantung pada ketersediaan oksigen di udara. Bila oksigen tersedia cukup, proses ini akan berjalan baik, sedangkan bila kekurangan oksigen, proses respirasi akan terhambat. Salah satu hasil dari proses respirasi adalah karbondioksida. Adanya karbondioksida dalam udara akan menghambat
proses respirasi,
sedangkan bila jumlah karbondioksida tinggi akan menyebabkan kerusakan pada bunga. 9. Cahaya Cahaya berperan dalam membantu proses fotosintesis, namun demikian cahaya
juga
dapat
merangsang
terjadinya
gerakan
dan
proses
pemanjangan batang. Adanya cahaya yang terpusat akan menyebabkan bunga bergerak ke sumber cahaya.
9
10. Transpirasi Kegiatan transpirasi menyebabkan hilangnya molekul- molekul air dari dalam tubuh tanaman (Dwidjoseputro, 1994). Santoso (1996) menyatakan apabila bunga potong kehilangan air hingga 10% atau lebih akan menyebabkan bunga layu sehingga mutu bunga menurun. Transpirasi akan meningkat bila suhu lingkungan tinggi dan kelembaban udara di sekitar bunga relatif rendah. 2.4
Peranan sukrosa terhadap kesegaran bunga potong krisan Sukrosa merupakan karbohidrat yang termasuk ke dalam kelompok disakarida
yang terdiri atas fruktosa dan glukosa. Sukrosa berperan sebagai sumber energi yang berguna untuk pertumbuhan dan pemekaran kuncup. Penambahan sukrosa juga dapat menunda kelayuan, hal ini disebabkan karena larutan gula bergerak secara osmotik ke mahkota bunga, sehingga mahkota bunga mempunyai turgor yang tinggi akibatnya kesegaran bunga menjadi lebih lama (Halevy dan Mayak, 1997). Rukmana dan Mulyana (2002) menyatakan bahwa kesegaran bunga potong krisan dapat diperpanjang dengan cara merendam tangkai bunga dalam wadah atau vas yang berisi larutan ber-pH rendah yang mengandung sukrosa 2% - 4%. Konsentrasi sukrosa yang dianjurkan untuk bunga krisan yaitu 2% - 5% (Swasanti, 1993). 2.5
Peranan asam sitrat terhadap kesegaran bunga potong krisan Asam sitrat merupakan senyawa organik yang tesebar luas di alam dan
terbentuk secara alami di dalam buah jeruk, nanas, dan pear. Asam sitrat diproduksi dalam bentuk Kristal monohidrat (C6H8O7.H2O), tidak berwarna, berasa asam dan
10
cepat larut dalam air. Kelarutanya lebih tinggi dalam air dingin dibandingkan dalam air panas. Branen dan Davidon (1983) melaporkan bahwa asam sitrat dapat menghambat aktivitas bakteri pada pH 5. Hal ini didukung oleh penelitian Primantari (2000) bahwa pH 3,57 mampu memperpanjang kesegaran bunga potong anggrek menjadi 30 hari di bandingkan kontrol dengan umur vase life 17 hari pada pH 6,21. Asam sitrat juga berfungsi sebagai senyawa pengikat yaitu senyawa yang dapat mengikat logamlogam divalent seperti Mg, Mn, dan Fe. 2.6
Peranan asam asetat terhadap kesegaran bunga Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan di
Indonesia. Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung alkohol, yang diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah-buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan air kelapa. Asam asetat juga berfungsi sebagai pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga bisa melarutkan baik senyawa polar seperti garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat mudah bercampur dengan pelarut polar maupun non-polar. Selain itu, Asam asetat juga dapat mengurangi proses embolisme, embolisme adalah hambatan penyerapan air melalui xylem dalam tangkai bunga karena ada gelembung udara dalam pembuluh xylem. 2.7
Peranan Chitosan terhadap kesegaran bunga Chitosan merupakan salah satu pelapis (anti transpiran) yang mulai
dikembangkan,
polisakarida
yang
berasal
dari
limbah
pengolahan
udang
11
(Crustaceae). Chitosan merupakan turunan dari deasetilasi kitin yang berasal dari dinding sel jamur, crustaceae, kutikula serangga, dan ganggang (Uthairatanakij, 2007). Bahan organik ini ramah lingkungan untuk keperluan pertanian karena mudah terdegradasi dan tidak beracun bagi manusia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa chitosan mempunyai potensi yang cukup baik sebagai pelapis pada benih dan buah-buahan, misalnya pada tomat dan leci (Zhang, et al., 2011). Menurut Bittelli et al 2001, sifat lain chitosan adalah dapat menginduksi enzim chitinase pada jaringan tanaman yaitu enzim yang dapat mendegradasi kitin yang merupakan penyusun dinding sel fungi. Chitosan mendorong sintesis lignin untuk beberapa komoditas hortikultura dan tanaman hias. Kemampuannya untuk membentuk lapisan semipermeabel tersebut sehingga chitosan dapat memperpanjang masa simpan pada buah dan sayuran dengan mengurangi kehilangan akibat transpirasi dan menunda pemasakan pada buah dan sayuran (Zhao, 2005).