TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Tanaman aren menurut klasifikasi tanaman dimasukkan dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, bangsa Spadicitlorae, suku Palmae, marga Arenga dan jenis Arenga pinnata Merr. Tanaman ini tumbuh pada beberapa daerah dengan nama yang berbeda. Di Aceh diberi nama Bakjuk, Batak Karo dinamai Paula, Nias diberi nama Peto, Minangkabau nama Biluluk, Lampung nama Hanau, Jawa Tengah diberi nama Aren, Madura nama Are dan di Bali nama Hano. Untuk NusaTenggara diberi nama : Jenaka, Pola, Nao, Karodi, Moka, Make, Bale dan Bone. Pemberian nama tanaman ini untuk Sulawesi: Apele, Naola, Puarin, Onau, dan Inau. Sedang untuk kepulauan Maluku diberi nama: Seko, Siho, Tuna, Nawa dan Roni. (Rindengan dan Manaroinsong, 2009 ). Akar pohon aren berbentuk serabut, menyebar dan cukup dalam dapat mencapai > 5 m sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegah erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari
20 % (Sunanto, 1993).
Batang pohon aren padat, berambut, dan berwarna hitam (Mc Currach, 1970; dan Keng, 1969). Secara morfologi tanaman atau pohon aren itu hampir mirip dengan pohon kelapa (Cocos nucifera), perbedaannya adalah tanaman kelapa batang bawahnya bersih (pelepah daun dan tapasnya mudah diambil), sedangkan batang aren terbalut ijuk yang warnanya hitam dan sangat kuat. Perakaran pohon aren menyebar dan cukup dalam, sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegah erosi,
Universitas Sumatera Utara
terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20% (Djajasupena, 1994 dan Sunanto, 1993). Batang tanaman aren tidak mempunyai lapisan kambium, sehingga tidak dapat tumbuh semakin besar lagi (Sunanto, 1993). Selanjutnya Soeseno (2000) menambahkan bahwa pohon aren memang bisa tinggi besar. Garis tengah batangnya mencapai 65 cm, sedang tingginya 15 m. Jika ditambah dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang, tinggi keseluruhannya bisa mencapai 20 m. Batang aren yang sudah tua dan turun produksi niranya, biasanya ditebang untuk diremajakan dengan tanaman muda yang lebih produktif. Menurut Samingan (1974) bahwa bagian-bagian daun aren bergerigi renggang, dan pada ujungnya bergerigi banyak dan letaknya berkelompok. Sunanto (1993) mengemukakan bahwa daun tanaman aren pada tanaman bibit (sampai umur 3 tahun), bentuk daunnya belum menyirip (berbentuk kipas). Daun tanaman aren yang sudah dewasa dan tua bersirip ganjil seperti daun tanaman kelapa, namun ukuran daun dan pelepah daunnya lebih besar dan lebih kuat jika dibandingkan dengan daun tanaman kelapa. Warna daun tanaman aren adalah hijau gelap. Tanaman aren memiliki tajuk (kumpulan daun) yang rimbun, di mana daun-daun muda yang terikat erat pada pelepahnya berposisi agak tegak. Daun tanaman aren makin tua tidak akan melengkung ke bawah tapi tetap kaku ke atas atau menempel agak miring ke samping pada batangnya. Kalau sudah tua benar, helaian daunnya rontok, tetapi pangkal pelepahnya yang menyisa masih lama menempel pada batang, sebelum akhirnya terlepas. Pelepah itu melebar di bagian pangkalnya, tapi makin ke pucuk makin menyempit, dan merupakan tangkai daun sepanjang 5 m. Pada pelepah tersebut tumbuh tulang-tulang
Universitas Sumatera Utara
(atau poros) berikut helaian daun yang sebenarnya, helaian daun ini memanjang seperti pita, yang terpanjang bisa mencapai 1.5 m (Soeseno, 2000). Karangan bunga yang pertama dari ruas batang yang berada di pucuk pohon akan keluar saat aren sudah berumur 8 tahun, kira-kira letaknya sedikit di bawah tempat tumbuh daun muda (muncul dari daerah puncak saja), tetapi makin tua pohon itu, keluarnya bunga juga bisa dari ketiak daun di daerah bawah.
Kira-kira 2 bulan
kemudian, muncul tandan bunga jantan yang disebut ubas, Selanjutnya disusul oleh bunga -bunga jantan lainnya, yang disebut adik ubas, penyadapan nira sudah bisa dilakukan ketika itu. Bunga jantannya muncul bergantian dengan bunga betina di ketiak daun daerah bawah (Sastrapradja dkk, 1980; dan Soeseno, 2000). Menurut Sunanto (1993) bunga aren jantan duduk berpasangan pada untaian yang berjumlah sekitar 25, pangkalnya melekat pada sebuah tandan. Jika bunga betina berbentuk butiran (bulat) berwarna hijau dan duduk sendiri-sendiri pada untaian, sedangkan bunga jantan berbentuk bulat panjang 1.2 – 1.5 cm berwarna ungu. Bunga jantan setelah dewasa kulitnya pecah dan kelihatan banyak benang sari dan tepung sari berwarna kuning. Selanjutnya Soeseno (2000) menambahkan bahwa bila pohon aren sudah berumur 12 tahun, dan makin banyak membentuk tongkol bunga betina, biasanya pemiliknya membiarkannya membentuk buah, dan niranya tidak disadap lagi. Buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan perantaraan angin atau serangga. Buah aren berbentuk bulat, berdiameter 4 – 5 cm, di dalamnya berisi biji 3 buah, masing-masing berbentuk seperti satu siung bawang putih. Bagianbagian dari buah aren terdiri dari: 1). Kulit luar, halus berwarna hijau pada waktu masih muda, dan menjadi kuning, setelah tua (masak). 2) Daging buah, berwarna putih
Universitas Sumatera Utara
kekuning-kuningan. 3) Kulit biji, berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda, dan berwarna hitam yang keras setelah buah masak. 4). Endosperm, berbentuk lonjong agak pipih berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu buah masih muda; dan berwarna putih, padat atau keras pada waktu buah sudah masak. (Sunanto, 1993). Syarat Tumbuh Iklim Dalam pertumbuhan tanaman aren yang optimal membutuhkan suhu
20 -
250C. Pada kisaran suhu yang demikian membantu tanaman aren untuk berbuah. Kelembaban tanah dan ketersediaan air sangat perlu dengan curah hujan yang cukup tinggi diantara 1.200 - 3.500 mm/tahun berpengaruh dalam pembentukan mahkota pada tanaman aren (Polnaja, 2000). Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun. Jika diperhitungkan dengan perumusan Schmidt dan Fergusson, iklim yang paling cocok untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai iklim agak basah. Tanaman aren tidak membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang hari, sehingga dapat tumbuh dengan subur di daerah-daerah perbukitan yang lembab yang banyak ditumbuhi oleh berbagai tanaman keras (Sunanto, 1993). Tanah Jenis tanah yang dipilih untuk berkebun aren harus jenis tanah-tanah yang yang cukup sarang (mudah meneruskan kelebihan air), seperti misalnya tanah beranjangan yang gembur, tanah vulkanis di lereng gunung, dan tanah liat berpasir di sepanjang tepian sungai. Tanah-tanah itu tidak boleh mengandung batu cadas dan air tanah yang
Universitas Sumatera Utara
menggenang (berhenti mengalir) di lapisan dangkal yang kurang dari 1 m, karena dapat menghambat pertumbuhan akar (Soeseno, 2000). Tanaman aren dapat tumbuh di dekat pantai sampai pada ketinggian
1.400 m
dpl. Pertumbuhan yang baik adalah pada ketinggian sekitar 500-1.200 m dpl karena pada kisaran lahan tersebut tidak kekurangan air tanah dan tidak tergenang oleh banjir permukaan (Akuba, 1993). Pembibitan Pembibitan bertujuan untuk mendapatkan bibit dengan pertumbuhan yang baik, maka mulai dari waktu pemindahan kecambah sampai pemeliharaan bibitperlu perhatian yang serius. Media yang digunakan untuk pembibitan dalam kantong plastik (polybag) adalah tanah-tanah lapisan atas yang di campur dengan pupuk kandangdengan perbandingan 1 : 1 (Goenadi, dkk, 1993). Bibit yang telah ditanam dalam polybag memerlukan penyiraman dan naungan agar terhindar dari cahaya matahari secara langsung. Bibit aren dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 8 - 10 bulan sejak daun pertanam terbentuk atau telah memiliki 4 - 5 daun terbuka penuh. (Bernhard, 2007). Pupuk Organik Cair Pupuk adalah setiap bahan organik atau anorganik, alam atau butan, mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Tiap jenis tanah berbeda tingkat kesuburan tanahnya, sehingga dalam program pemupukan haruslah diketahui sifat-sifat tanah baik sifat fisik maupun kimianya terutama tingkat kesuburan tanahnya. Berdasarkan bentuknya pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan
Universitas Sumatera Utara
pupuk cair. Pupuk cair umumnya diaplikasikan melalui daun tanaman, tetapi dapat juga diaplikasikan melalui bagian-bagian tanaman (Damanik, dkk, 2010). Pupuk organik cair adalah pupuk organik berbentuk cairan. Pupuk cair umumnya hasil ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan dengan pelarut seperti air, alkohol atau minyak. Senyawa organik mengadung karbon, vitamin atau metabolik sekunder dapat berasal dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung tulang dan enzim (Musnawar, 2006). Pupuk organik mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah pula. Kadar mineralnya memang rendah dan masih memerlukan pelapukan terlebih dahulu sebelum dapat diserap oleh tanaman. Telah dikemukakan bahwa unsurunsur hara diserap oleh tanaman dari dalam tanah yaitu dalam bentuk kation dan anion yang larut dalam air. Dengan demikian unsur hara tersebut dapat kemungkinan diserap oleh akar-akar tanaman karena sudah jelas air sangat diperlukan untuk melarutkan unsur-unsur hara atau zat mineral, sehingga cairannya dapat diserap dengan mudah (Sutejo, 2002). Keunggulan dari penggunaan pupuk organik dan anorganik secara seimbang sudah lama dipahami dan telah dilaksanakan dalam praktek pertanian. Pemupukan dengan cara ini akan memberikan keunggulan, antara lain: a) menambah kandungan hara yang tersedia dan siap diserap tanaman selama periode pertumbuhan tanaman; b) menyediakan semua unsur hara dalam jumlah yang seimbang dengan demikian akan memperbaiki persentase penyerapan hara oleh tanaman yang ditambahkan dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
pupuk; c) mencegah kehilangan hara karena bahan organik mempunyai kapasitas pertukaran ion yang tinggi; d) membantu dalam mempertahankan kandungan bahan organik tanah pada aras tertentu sehingga mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik tanah dan status kesuburan tanah; e) residu bahan organik akan berpengaruh baik pada pertanaman berikutnya maupun dalam mempertahankan produktivitas tanah; f) lebih ekonomis apabila diangkut dalam jarak yang lebih jauh karena setiap unit volume banyak mengandung nitrogen, fosfat dan kalium serta mengandung hara tanaman yang lebih banyak; g) membantu dalam mempertahankan keseimbangan ekologi tanah sehingga kesehatan tanah dan kesehatan tanaman dapat lebih baik (Sutanto, 2002). Bahan/pupuk organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Pupuk organik/bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti: penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan bahan organik (1) dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang; (2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan (3) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Agrobio adalah pupuk organik multiguna yang diformulasikan khusus untuk tanaman pertanian maupun perkebunan, diproses dari bahan-bahan organik pilihan yang ramah lingkungan dan aman untuk tanaman pertanian/ perkebunan. Agrobio digunakan
Universitas Sumatera Utara
untuk meningkatkan produksi dan hasil tanaman pertanian maupun perkebunan karena mengandung mikro organisme penghasil enzim pengurai yang sangat menguntungkan tanaman serta mengandung unsur hara makro & mikro yang dapat diserap langsung oleh tanaman pertanian maupun perkebunan. Agrobio berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, merangsang (stimulan) pertumbuhan perakaran, menjaga/meningkatkan hasil produksi. Komposisi : N : < 2%, P2O5 : < 2%, K2O : < 2%. Untuk tanaman aren dosis anjuran pupuk organik cair agrobio adalah 50 cc/bibit. Cara pengaplikasiannya adalah dengan mencampurkan pupuk dengan air secukupnya, lalu disiram di atas permukaan pangkal batang diatas tanah atau dapat juga diaplikasikan dengan menyiram pupuk sesuai dosis anjuran lalu disiram dengan air. Pengaplikasian dilakukan 2 minggu setelah tanam (Hermawan, 2009). Jago Tani menjadikan tanaman mempunyai daya tahan dan melebihi perkembangan standar. Terutama pada daun jadi lebar, padat berisim tunas akan bermunculan, bunga akan muncul dari semua pori-pori pohon, buah akan padat berisi, batang akan mengalami pemekaran sel-selnya, akar akan berkembang pesat. Jago tani terbuat dari sari tumbuhan alami (herbal) berbentuk cream cair/pekat berwarna putih kelabu. Digunakan dengan cara penyemprotan.
Manfaat jago tani antara lain:
Mempercepat pertumbuahan Daun jadi lebat, keras, padat, lebar, tebal, berisi, mengkilap, muncul warna asli dam tidak mudah rontok. mempercepat perkembangan batang dalam melakukan pembelahan sel dan tidak mudah gugur, mempercepat keluarnya bunga, kuncup disetiap pori pembungaan dan tidak mudah gugur, mempercepat pertumbuhan akar baru dan kokoh, mempercepat tumbuhnya tunas-tunas dan anakan baru pada setiap poti-pori, memperbaiki struktur tanah yang
Universitas Sumatera Utara
rusak.Kandungan yang terdapat dalam jago tani adalah N 0,011%, P 6,26mg/100 ml, K 72,13 mg/100ml, auksin IAA 0,066 g/l, Giberelin GA3 0,093 g/l (Jimmy, 2011). Pupuk yang mengandung unsur hara makro dan mikro sangat cocok untuk berbagai jenis tanaman antara lain sayuran, tanaman hias, padi, palawija, tanaman perkebunan, dan lain-lain. Manfaat dari pupuk ini adalah meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit tanaman, merangsang pertumbuhan akar, batang, daun, bunga, dan buah, mencegah kelayuan dan kerontokan daun dan buah, aman digunakan karena bersahabat dengan lingkungan dan tidak membunuh musuh alami, dapat digunakan bersamaan dengan cairan jenis lain, dapat diaplikasikan pada senua jenis tanaman.
Universitas Sumatera Utara