news update
Afkar bulet n
kritis, idealis, dan sosialis
Suasana sosialisasi akademik
TINGKATKAN KUALITAS AKADEMIK, PK I ADAKAN SOSIALISASI Minimnya kesadaran mahasiswa terhadap akademik dan memahami buku pedoman akademik, terutama terhadap batas waktu administrasi dan meregistrasi Kartu Kencana Studi (KRS) membuat civitas akademik STKIP PGRI Bangkalan mengambil langkah jitu, yaitu
Edisi Perdana 25 April 2016
mengadakan sosialisasi akademik terhadap mahasiswa. Sosialisasi yang di letakkan di gedung Geraha STKIP PGRI Bangkalan tersebut dilaksanakan secara beergelombang, yaitu dimulai pada hari kamis (14/04/2016) dan ditarget selesai pada hari selasa (26/04/2016). Adanya
1
news update sosialisasi tersebut diharapkan mahasiswa lebih sadar dan lebih pro-aktif terhadap informasi di kampus khususnya informasi masalah registrasi akademik. Ketua Badan Administrasi Akademik Kemahasiswaan (BAAK) Eli Masnawati, M.Pd, menjelaskan prihal sosialisasi akademik, agar meningkatkan kesadaran mahasiswa “adanya sosialisasi akademik ini diharapkan mahasiswa menyadari, bagaimana dalam melaksanakan registrasi akademik cepat selesai dan mahasiswa menyadari kewajiban apa yang harus dilakukan supaya semuanya tepat waktu. Sehingga enak di mahasiswa, enak di sistem, dan enak di semuanya. Karena kalau kita ingin memperbaiki semuanya, semuanya harus diperbaiki, kalau kita hanya perbaiki salah satunya, maka akan hancur disalah satunya” paparnya. Wanita yang akrab di panggil Bu Eli tersebut menambahkan, selain meningkatkan kesadaran mahasiswa, adanya sosialisasi akademik ini merupakan sebuah kebutuhan “ adanya sosialisasi akademik ini merupakan sebuah kebutuhan, karena selama ini kami mengamati mahasiswa kurang begitu responsif melihat pengumaman, bahkan mahasiswa cenderung menunggu, sehingga mahasiswa keteteran dalam melakukan registrasi. Harapan saya setelah adanya sosialisasi akademik ini mahasiswa lebih pro-aktif
“kalau kita ingin memperbaiki s e m u a n y a , semuanya harus diperbaiki, kalau kita hanya perbaiki salah satunya, maka akan hancur disalah satunya”
2
terhadap informasi dikampus dan tidak lagi lambat dalam melaksanakan registrasi “ tambahnya. Disisi lain ketua STKIP PGRI Bangkalan Dr. H. Sunardjo, S.H., M.Hum mengharap dengan diadakannya sosialisasi akademik ini, mahasiswa akan tahu terhadap peraturan baru dilembaga ini dan juga mahasiswa tahu terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh Kemenristek “sosialisasi akademik ini merupakan kerjasama semua pihak civitas akademika, supaya semua pihak lebih disiplin dalam menerapkan peraturan di kampus STKIP PGRI Bangkalan ini, karena menurut peraturan kemenristek nomer 44 tahun 2016, semua kurikulum harus mengacu kepada standar pendidikan tinggi. Standar pendidikan tinggi tersebut di implemintasi dalam bentuk panduan buku akademik, selama ini mahasiswa banyak yang belum mengerti terhadap isi dari pedoman akademik tersebut, sehingga dengan adanya sosialisi akademik ini mahasiswa lebih memahami dan mengerti terhadap isi dari buku pedoman akademik tersebut” jelasnya. BA.
Anda punya m a s a l a h , kehilangan barang, dll. Ayo pasang iklan! Hanya di buletin Afkar. HP. 085330323490 (Imam Faikly) Edisi Perdana 25 April 2016
berita utama
Dok. Internet
PK III APRESIASI ADANYA SOSIALISASI AKADEMIK Sosialisasi akademik yang dilaksanakan oleh civitas akademika STKIP PGRI Bangkalan di bawah komando Pembantu Ketua I bidang akademik mendapatkan apresiasi dari Pembantu Ketua III selaku bidang kemahasiswaan. Dalam hal ini Dr. Soubar Isman, S.H., M.H., MBA., M.Sc., M. Pd selaku Pembantu Ketua III bidang kemahasiswaan mengatakan bahwa tanpa adanya workshop, seminar, dan sosialisasi, pengetahuan mahasisawa maupun dosen tidak akan mendapatkan penambahan pengetahuan “ saya selaku Pembatu Ketua III bidang kemahasiswaan sangat mengapresiasi adanya sosialisasi akademik yang diadakan oleh Pembantu Ketua I ini, karena adanya semacam workshop, seminar, dan sosialisasi akademik akan menambahkan pengetahuan mahasiswa maupun dosen, jadi sekali saya lagi
Edisi Perdana 25 April 2016
sangat mengapresiasi terhadap kegiatan ini” paparnya. Pria yang aktif di Badan Narkotika Nasional (BNN) dan juga menjadi kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Jawa Timur ini juga menghimbau terhadap mahasisawa untuk tidak lalai dalam akademiknya, meskipun aktif di organisasi “ sebenarnya dalam berorganisasi merupakan kegiatan atau pelatihan dalam berorganisasi atau juga biasa disebut pendidikan dalam berorganisasi. Jadi ketika nanti keluar atau lebih tepatnya dikatakan lulus dari kampus mahasiswa tidak kebingungan dan tidak canggung untuk aktif di organisasi luar dan mempunyai bekal untuk berkompetisi diluar, tetapi tujuan utama dalam perkuliaha ini adalah pengetahuan akademik, jadi meskipun aktif diorganisasi jangan sampai lupa terhadap akademiknya” tutupnya. (ba)
3
sudut pandang tokoh ILUSI REFORMASI; Sketsa Historis dan Realitas Politis Oleh: Zaini Tamim AR**
Mei 1998, Indonesia terguncang, tegang, dan suasana menakutkan. Ribuan mahasiswa berdemonstrasi, menyusuri jalan, membakar ratusan kendaraan, dan membumihanguskan bangunan. Pada suatu momen, ketika pers belum dijerat ketat oleh penguasa, para aktivis dan intelektualis menyuarakan kecaman mereka kepada penguasa. Dan hari itu aksi massa tak terbendung kuasa. Perubahan; mungkin itulah yang diinginkan. Namun, nampaknya hari itu yang terjadi sebuah lakon tanpa ide. Ide tanpa pemikiran matang. Sehingga emosi yang terpakai. Lenin, cenderung melihat people power sebagai langkah untuk perubahan radikal yang bukan hanya disertai gerakan ideologi, tapi juga berkait dengan sebuah ”teori” atau gagasan yang tak cuma datang dari akal, melainkan dari benturan dengan keadaan. Lenin, bertolak dari telaah tentang keadaan sosial dan ekonomi. Dari telaah itu disusun ”program umum” dan ”program khusus”. Dalam strategi itu, perebutan kekuasaan politik menjadi faktor penting. Jelas pihak yang akan memimpin, jelas pula sistem politik dan ekonomi yang akan diterapkan. Revolusi Oktober 1917 di Rusia bisa menjadi acuan. Revolusi Prancis memang tak tampak berangkat dari ”program” apa pun. Namun, seperti yang dikatakan Lenin, itu juga sebuah revolusi besar;
4
dengan itu dasar baru masyarakat diletakkan dan tak bisa diubah lagi. Perebutan kekuasaan Sang Raja digulingkan bahkan menjadi tanda zaman baru; tak ada lagi yang kekal di tahta itu. Revolusi Prancis juga tak hanya meletus dari konflik sosial, dan sebab itu melibatkan orang ramai. Ia sambungan cita-cita yang lahir dari konflik sosial itu, yang dirumuskan oleh para pemikir dan disaripatikan dalam semboyan liberté, egalité, fraternité. 1998; Sisa Transisi Kuasa Dengan sedikit penyesuaian, kita bisa mengatakan, yang terjadi di tahun 1998 di Indonesia adalah sebuah transfer of authority. Sebab sejak itu, sejak kekuasaan berpindah tangan dari “Raja” orde baru, Republik ini tak bisa ditarik kembali ke “kerangkeng” ideologi berbaju pembangunanisme. Bertahuntahun sebelumnya, gagasan tentang sebuah bangsa dicanangkan dan sejak 1990-an; rakyat bersedia tewas untuk bebas. Tahun 1998. Kita tidak tahu bagaimana keadaan saat itu. Kita tidak bergumul di masa itu. Dari sebuah bangku di sekolah, barangkali kita hanya mendapat kabar parsial tentang aksi mahasiswa yang tiada henti-hentinya. Di dunia kampus, kita kemudian tahu bahwa ada kerja sama para mahasiswa dengan rakyat, mengusung satu misi pembebasan. Ya, ada hal-hal yang mengerikan dan mencekam. Perlahan,
Edisi Perdana 25 April 2016
sudut pandang tokoh tampak geliat militer akan mengambil yang begitu telah jadi sesuatu yang (kembali) gerak perubahan politik dianggap negatif – dan mungkin itu dengan rezim yang dianggap “baru” itu. sebabnya demokrasi harus mengalami Namun, membaca sejarah itu, kita tahap terendah. Bertahun-tahun lamanya bisa tahu, ada hasrat demokratisasi yang orang hidup dengan politik yang haus kuat di tahun 1998, ketika para aktivis akan klimaks yang berulang. Antara 1965 merobohan sistem ”demokrasi Raja dan 1998, di bawah panji Cendana, Jawa” Soeharto. Suara untuk mengukuh- politik jadi satu dengan kekerasan (juga kan hak-hak asasi manusia terdengar pembunuhan) dan korupsi. Keputusan n y a r i n g , u s a h a m e n e g a k k a n diambil setelah pihak yang satu (lawan kemerdekaan pers dan rule of law sangat bersaing) diancam atau dihancurkan. bising. Bukan saja harga diri “Revolusi Prancis juga tak hancur, tapi juga Apa yang dicita-citakan itu hanya meletus dari konflik sosial, s i s a - s i s a m o r a l kemudian memang dan sebab itu melibatkan orang terlebur. dikhianati. Namun ramai. Ia sambungan cita-cita J i k a yang terjadi bukan yang lahir dari konflik sosial itu, kompromi dianggap hanya kemarahan, yang dirumuskan oleh para mengalah, dan kalah juga tidak hanya pemikir dan disaripatikan dalam dianggap bukan saja rencana perubahan kehilangan harga semboyan liberté, egalité, d i r i , t a p i j u g a kekuasaan. Yang t e r j a d i a d a l a h fraternité.” punahnya ruang gerakan untuk hidup, disadari atau gagasan yang datang dari mulut yang tidak fasisme akan menjadi sebuah gaya terbungkam dan perut yang tak tenang. baru. Dalam fasisme, semua konfrontatif; Setelah 1998, demokrasi memang yang kuat yang menjadi raja. Demokrasi d i h e m b u s k a n , k e b e b a s a n p e r s mengandalkan sebuah proses di mana didengungkan, tapi ada yang sejak itu tak “panggung” seperti itu tak berlaku. dapat diganti; sistem ”kekerabatan”, Ketika dua kubu (atau lebih) berunding transaksi kekuasaan, dan tradisi keraton dan bersaing, mereka tak sekadar perlu cendana yang masih terpatri. mengemukakan kepentingan yang P a n g g u n g P o l i t i k , P o l i t i k diwakili, tapi juga mengemukakan sebuah wacana yang lebih universal, dan Panggung Tatkala kran demokrasi terbuka, sebab itu bisa diterima oleh semua. Universalisasi merupakan jalan situasi politik kerap kali tak bisa lurus dan tegas. Prosesnya seperti tak pernah pembebasan – karena tak ada lagi politik mengalami klimaks; seperti angin lewat penaklukan, karena tak akan ada tuan dan berlalu. Dan jika demokrasi adalah yang menindas budak, tak akan ada yang beban, beban yang terberat adalah terpasung. Di sini tampak demokrasi keniscayaan kompromi. Bahkan dengan bukanlah sebuah “syahwat” yang o r a n g y a n g p a l i n g m e m u a k k a n menggebu. Ia sebuah alternatif, yang s e k a l i p u n . M e m a n g a d a y a n g mungkin hambar, tapi tak bisa dielakkan memalukan, ada yang kurang bermoral. – ketika kita mendapatkan kesadaran Dalam situasi seperti ini, proses akan batas di hadapan.
Edisi Perdana 25 April 2016
5
sudut pandang tokoh Paradoks Reformasi Reformasi? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Kata itu dalam satu titik tak tersebut. Tapi ia punya pesona tersendiri; dalam historiografi populer Indonesia, ”reformasi” dikaitkan dengan sepatah kata yang ganjil tapi menjadi dalil; ”angkatan”. Kata ini tak jelas asalusulnya dan sebetulnya ambigu maknanya. Namun ia dipakai terus, yang berarti ” g enerasi ”, tapi i a menga ndung juga kesan ”perju angan ” dan “keku atan” yang gagah. Maka ”Angkatan 98” terunggah. Setelah 1998, tak ada lagi yang ditahbiskan dengan sebutan ”reformasi”. Peristiwa itu seolah tak punya dampak sosial yang berlanjut. Bahkan bisa disebut, amuk hari itu hanya bagian sebuah operasi gerakan massa, selapis tabir untuk menutupi konflik antara para jenderal pendukung orde baru dengan para “pembaharu”, lengkap dengan dusta dan propagandanya sebuah fragmen sejarah yang kelak perlu lebih jelas diungkapkan. Bagaimanapun, itu terjadi di sebuah masa, yang menunjukkan betapa mudahnya reformasi meledak dan menggema. Meskipun harus dicatat; reformasi seperti binatang liar; sekali
6
dilahirkan, ia tak bisa dikendalikan. Amarah yang meledakkannya dan gairah yang menyertainya tak bisa cuma repetisi. Tiap usaha selalu politis, akan tampak riuh, lalu absurd. Seperti dawuh Marx,: ”peristiwa besar dalam sejarah bisa diulangi; awalnya berupa tragedi, selanjutnya berupa ilusi.” Itu sebabnya reformasi bisa dilakukan, tapi ia tak bisa dipesan, dan kare nan ya ia sulit dike ndal ikan
Dok. Internet
. Layaknya sejarah, reformasi punya saatnya sendiri untuk lahir. Seperti kata Gus Dur, reformasi adalah bola panas dari kemarahan yang mencapai titik kulminasi dan antagonisme yang mendalam. Sehingga baranya tersebar dan membakar Negeri ini hingga gersang. Ada pembungkaman yang terjadi, ketika reformasi dilembagakan dalam program partai, media, atau hukum. Oleh karenanya, generasi muda harus menentukan kebebasan, keadilan, kemanusiaan dan harga diri NKRI. Jika tidak, maka reformasi hanyalah ilusi. **Dosen Prodi PKn STKIP PGRI Bangkalan
Edisi Perdana 25 April 2016
kolom sastra
Dok. Internet
Indahkan Namaku Dibalik bukit putih memanjang Sebuah cerita sedih terpangpang Rindu indah alur baru Merubah sendu menjadi syahdu Oh tuhan…indahkan namaku Kicauan dibalik bukit mencaci tanah air ini Penghargaan kian surut tersudut Seakan lenyap terbawa angin Harap kembali datang musim di ingin Oh tuhan… indah namaku Segelintir penjahat goreskan surat merah Yang kebetulan saudaraku disana Namun, kecaman setiap mata memandang Seakan bangsaku yang paling curang Oh tuhan… indahkan namaku Tanahku harum, sama seperti kalian Berilah setetes senyum keindahan Ulurkan suara kepercayaan Edisi Perdana 25 April 2016
Kau tau, ribuan nafas kami masih beriman Oh tuhan… indahkan namaku HM. Budak sang waktu Rentetan-rentetan detik dan menit Yang terus membara Tanpa menunggu batalion. Siang dan malam di jadikan sebuah alibi Yang sangat tegas, Sehingga Batalionpun tunduk terhadap keanggkuhannya. Tak hanya itu saja, Seluruh alam jagat raya terhipnotis oleh scenario Yang sangat luar biasa. Sesunguhnya kau siapa...? AS.
7
opini Seluruh Crew buletin Afkar mengucapkan, selamat atas terlantiknya BEM-KM STKIP PGRI Bangkalan periode 2016-2017 Semoga menjalankan tanggung jawab dengan amanah
BEM-KM STKIP PGRI Bangkalan mengucapkan Selamat atas terbitnya buletin afkar edisi perdana Semoga menjadi media kampus yang independen
PRESMA
Hobir
WAPRESMA
Kamalu Ruddat
Penanggung Jawab: BEM-KM STKIP PGRI Bangkalan. Dewan Redaksi: Kementrian Komunikasi Dan Informasi. Pimpinan Redaksi: Baijuri Alwi. Staf Redaksi: Imam Faikly, Senja Cipta Dewi, Devi Novalia Wati, Achmad. Sholeh. Lay outer: Moh. Ridlwan. Distributor: Imron Sadewo, Hoirul Mas'ud Alamat: Sekretariat BEM-KM STKIP PGRI Bangkalan
8
Edisi Perdana 25 April 2016