BIO-PEDAGOGI Yuliana, R.Nomor et al. – 2Pengaruh Pemanfaatan Concept Map Volume 2, Halaman 45-57
ISSN: 2252-6897 1 Oktober 2013
Pengaruh Pemanfaatan Concept Map dalam Model Konstruktivisme tipe Novick terhadap Miskonsepsi pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia The Influence of Utilization Concept Map in Constructivisme Type Novick Model towards Misconception on The Concept of the Human Respiratory System
Renita Yuliana, Puguh Karyanto, Marjono Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta Email:
[email protected] Diterima 23 Juli 2013, disetujui 9 September 2013
ABSTRACT- The purpose of this research is to ascertain the influence utilization concept map in constructivisme type Novick model to overcome misconception on the concept of the human respiratory system. The research was quasi experiment research using quantitative approach. The research was designed using post-test only with nonequivalent group design. The sample of this research was established by cluster sampling. The populations of this research were all of 11th degree students of science at SMA Negeri 2 Karanganyar in academic year 2012/2013. The samples of this research were the students of 11th Imersi I as experiment group and 11th Imersi II as control group. The data was collected using reasoning multiple choice test and observation form. The hypotheses analyzed by t-test. The research concluded that application of utilization concept map in constructivisme type Novick model didn’t influence on the efforts to overcome the misconceptions on the concept of the human respiratory system with the misconception degree that revealed unti 3,2% in the experimental group. Key Words: Concept map, constructivisme type Novick model, misconception, the human respiratory system
evolusi, struktur sel tumbuhan dan
Pendahuluan
hewan, struktur DNA/RNA, daur hidup Irawan dan Sidauruk mengungkap kan bahwa kelemahan pada proses pendidikan pemahaman
adalah siswa
rendahnya
terhadap
konsep
(Kustiyah, 2007). Contoh kasus di SMA Negeri 2 Karanganyar menunjukkan bahwa daya serap/ serapan hasil ujian nasional 3 tahun terakhir, yaitu tahun 2010, 2011,dan 2012 jenjang SMA untuk mata uji biologi, beberapa kompetensi dasar menunjukkan hasil yang rendah. Berdasarkan
data
Balitbang
Kemendikbud materi yang terjadi lemah konsep adalah hukum Hardy Weinberg,
lumut/paku, katabolisme dan anabolisme, jaringan pada manusia, sistem gerak pada manusia, fungsi organ pada alat indera, sistem pencernaan pada manusia serta gangguannya, sistem pernafasan pada manusia
serta
gangguannya,
biotek
nologi, dan objek dan permasalahan biologi.
Data
lemahnya
konsep
di
sekolah (SMA Negeri 2 Karanganyar) juga terjadi di tingkat kabupaten. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lemah konsep pada siswa yaitu metode pembelajaran yang digunakan
46
BIO-PEDAGOGI Vol.2, No.2, hal. 45-57
masih
konvensional
yaitu
dengan
pelajaran
biologi
yang
ceramah. Penggunaan metode ceramah
menyebabkan
dapat menyebabkan siswa lebih cepat
memahami konsep dalam biologi, selain
bosan, mengantuk, lebih pasif, dan
itu istilah-istilah dalam biologi dalam
melakukan aktifitas lain seperti mencatat
bahasa asing yang sulit dimengerti siswa.
(Slameto, 2010: 65). Faktor lain yang
Hasil
menyebabkan
adalah
didapatkan hasil bahwa materi dalam
pemahaman konsep yang tidak sesuai
pelajaran biologi yang banyak tidak
dengan konsep sebenarnya, informasi
diimbangi dengan waktu yang cukup
yang diterima siswa kurang lengkap,
yaitu waktu untuk pembelajaran biologi
pengalaman siswa, dan minat belajar
dapat dikatakan singkat, sehingga tidak
siswa yang rendah. Faktor ketersediaan
semua informasi dapat tersalurkan pada
sumber belajar seperti buku ataupun
siswanya, selain itu minat belajar siswa
referensi lain juga akan mempengaruhi
yang rendah terhadap pelajaran biologi
lemah
juga mempengaruhi siswa memahami
lemah
konsep
keterbatasan
konsep
pada
informasi
siswa
karena
yang mereka
siswa
abstrak
wawancara
bingung
terhadap
dalam
guru
konsep-konsep pada materi biologi.
terima. Minat membaca buku siswa yang
Berg berpendapat bahwa konsepsi
masih rendah mempengaruhi daya serap
merupakan tafsiran siswa terhadap suatu
siswa terhadap konsep materi yang
konsep ilmu tertentu (Komala, 2008).
diajarkan.
Tafsiran
tentang suatu konsep pada
Pemahaman konsep yang lemah
setiap individu akan berbeda dengan
dapat juga terjadi karena adanya kondisi
individu yang lain. Hal ini disebabkan
pembelajaran yang kurang memperhati
oleh beberapa faktor, yaitu: pengalaman
kan prakonsepsi/ konsepsi awal
yang
dan pengetahuan yang dimiliki tiap
siswa. Penyebabnya karena
individu berbeda, struktur pengetahuan
dimiliki para asumsi
guru
mengajar
bahwa
dipindahkan
berdasarkan
pengetahuan
yang telah dibentuk akan berbeda pada
dapat
pemikiran
masing-masing
secara utuh dari pikiran
perbedaan
kemampuan
informasi
pada
guru ke pikiran siswa. Berdasarkan
hasil
saat
individu, menangkap
belajar dapat
wawancara
menentukan apa yang masuk dalam otak
terhadap siswa, lemahnya konsep yang
dan bagaimana otak tersebut menafsirkan
terjadi karena pelajaran biologi memiliki
informasi yang diterima (Diyanti, 2010)
cakupan materi yang banyak sehingga
Kaum konstruktivis memandang
siswa dituntut untuk menghafal, sifat
bahwa mengajar merupakan kegiatan
Yuliana, R. et al. – Pengaruh Pemanfaatan Concept Map
47
untuk siswa mengkonstruk/ membangun
dari
pengetahuannya sendiri, bukan sekadar
prakonsepsi/
memindahkan pengetahuan guru kepada
diperoleh
siswa (Yamin, 2008:3). Kesimpulannya
masing individu. Faktor eksternal dapat
bahwa siswalah yang mengkonstruk/
berasal dari metode pembelajaran, sifat
membangun sendiri pengetahuannya dan
materi yang abstrak, dan buku teks.
menghubungkan antara konsep-konsep yang
diterimanya.
Suatu
konsep
individu
itu
sendiri,
yaitu
awal
yang
konsepsi
dari
pengalaman
Berkaitan
dengan
masing-
buku
teks
dalam pembelajaran biologi di kelas,
mempunyai hubungan dengan konsep
buku
yang lain, sehingga pengetahuan awal
sumber
berperan di dalamnya. Pengetahuan yang
kemungkinan terdapat miskonsespsi pada
diperoleh siswa berasal dari pengalaman
siswa. Buku teks biologi SMA terdapat
karena
mengkonstruksi
kesalahan sebesar 17%, miskonsepsi
sendiri pengetahuannya siswa itu sendiri.
11%, dan memerlukan konsepsi alternatif
Konsepsi awal siswa yang diperoleh dari
sebesar
pengamatannya sendiri dapat menyebab
Sebagian kecil siswa (25%) terpengaruh
kan pengertian yang berbeda dengan para
oleh kesalahan dan miskonsepsi yang
ahlinya, sehingga menyebabkan terjadi
terdapat di dalam buku teks (Adisendjaja
nya miskonsepsi.
2007).
siswa
yang
Miskonsepsi tersebut merupakan penyebab
yang
yang
digunakan
sebagai
tidak
menutup
belajar
25%
dari
seluruh
konsep.
Secara umum miskonsepsi yang
universal.
terjadi pada siswa merupakan prioritas
Miskonsepsi adalah perbedaan pemaha
yang harus ditangani. Miskonsepsi yang
man suatu konsep yang dimiliki oleh
terjadi
seorang
siswa
Miskonsepsi
bersifat
ajar
pada
dengan
ahli
sains.
pemahaman
mempunyai
sifat
tahan
menguasai
siswa siswa
suatu
menyebabkan rendah
konsep,
dalam sehingga
terhadap perubahan sehingga sulit untuk
miskonsepsi yang terjadi pada siswa
diubah. Miskonsepsi dapat terjadi pada
perlu untuk diperbaiki. Terdapat berbagai
semua tingkatan siswa. Siswa yang sudah
cara untuk mengatasi miskonsepsi adalah
pernah mengalami miskonsepsi tidak
analogi
menutup
terjadi
Rismayanti (2012) menyimpulkan bahwa
miskonsepsi yang terulang. Terdapat dua
remediasi dengan menggunakan analogi
faktor
menyebabkan
dapat menanggulangi miskonsepsi yang
miskonsepsi, yaitu faktor internal dan
dialami siswa. Selain dengan analogi peta
faktor eksternal. Faktor internal berasal
konsep
kemungkinan
yang
dapat
akan
seperti
juga
pada
dapat
penelitian
meminimalisasi
48
BIO-PEDAGOGI Vol.2, No.2, hal. 45-57
terjadinya miskonsepsi. Pendidik dapat
adalah
melihat pemikiran seorang siswa dalam
dikemukakan oleh Novick yang dikenal
memahami
dengan
suatu
hal
yang
sedang
model
pembelajaran
pembelajaran
yang
konstruktivisme
dipelajari dengan melihat peta konsep
tipe Novick. Model ini merupakan model
tersebut (Musidah 2011). Cara untuk
yang
mengatasi miskonsepsi adalah dengan
sebagai
menggunakan Concept Map/ peta konsep
dikembangkan
(Dahar, 2011: 111).
konstruktivisme. Model ini terdiri dari
Concept
Map/
peta
konsep
berawal
pada
perubahan
konsep
belajar
konseptual dari
yang
pendekatan
tiga fase, yaitu; mengungkap konsepsi
merupakan hubungan antara konsep yang
awal
bermakna
konseptual,dan mengupayakan terjadinya
(Yamin,
dalam 2008:
bentuk
proposisi
144). Kelebihan dari
siswa,
akomodasi.
menciptakan
Beberapa
konflik
penelitian
di
peta konsep adalah untuk mengetahui
bidang fisika yang dilakukan oleh Natsir
konsep-konsep yang telah dimiliki siswa,
(1997) dan Komala (2008) menunjukkan
supaya belajar bermakna. Penggunaan
bahwa pembelajaran konstruktivis tipe
strategi peta konsep dalam cooperatif
Novick dapat meningkatakan kemam
learning
puan pemahaman siswa. Diyanti (2010)
dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran, meliputi penurunan
melakukan
tingkat miskonsepsi, meningkatkan peran
menerapakan pembelajaran konstrukti
serta
visme tipe Novick untuk meminimalisasi
siswa
dalam
pembelajaran
(Susilawati, 2008).
penelitian
dengan
miskonsepsi siswa pada mata pelajaran
Selain pemanfaatan media seperti
fisika
didapatkan
bahwa
peta konsep model belajar yang dapat
penggunaan
digunakan untuk mengatasi miskonsepsi
konstruktivisme tipe Novick dapat lebih
adalah penemuan terbimbing/ Guided
meminimalisasi
Inquiri
model
Penelitian tentang model konstruktivisme
pembelajaran konstruktivisme melalui
tipe Novick lebih berkembang dalam
metode eksperimen (Syahroni, 2011),
pembelajaran fisika, padahal berdasarkan
Cooperatif learning (Susilawati, 2008),
prinsip dasarnya dapat dikembangkan
Metode demonstrasi (Kurniadi, 2008),
dalam berbagi pembelajaran termasuk
dan model konstruktivisme tipe Novick
biologi.
(Syaifudin,
2008),
(Diyanti, 2010).
model
hasil
pembelajaran
miskonsepsi
siswa.
Salah satu konsep yang memiliki
Model mengajar yang dianggap
serapan rendah pada 2 tahun terakhir
memenuhi dari kerangka konseptual
yaitu tahun 2011 dan 2012 adalah konsep
Yuliana, R. et al. – Pengaruh Pemanfaatan Concept Map
49
sistem pernapasan. Pada tahun 2011
2012/2013. Teknik pengambilan sampel
serapannya
37,43%
untuk
dengan cluster sampling. Sampel yang
untuk
tingkat
ditetapkan kelas XI Imersi 1 sebagai
kabupaten. Pada tahun 2012 serapannya
kelas/ kelompok eksperimen dan XI
sebesar 57,47% untuk sekolah dan
Imersi
60,27% untuk tingkat kabupaten. Konsep
kontrol.
sekolah
sebesar
dan
47,02%
sistem pernapasan yang menitik beratkan pada
proses
pernapasan
2
sebagai
kelas/
kelompok
Variabel bebas dalam penelitian
manusia
ini adalah model pembelajaran konstruk-
merupakan suatu konsep yang memiliki
tivisme tipe Novick dipadu Peta konsep.
karakteristik yang abstrak dan terjadi
Variabel terikat dalam penelitian ini
pada tubuh manusia. Siswa diharapkan
adalah miskonsepsi pada konsep sistem
dapat menjelaskan bagaimana proses-
per-napasan
proses
pengumpulan
yang
terjadi
dalam
sistem
manusia. data
Teknik
dalam
penelitian
pernapasan dalam kegiatan pembelajaran
adalah teknik tes dengan tes pilihan
nya. Konsep yang bersifat abstrak ini
ganda beralasan dan non tes dengan
dapat menyebabkan miskonsepsi pada
lembar observasi.
siswa.
Tes uji coba instrumen penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui concept
pengaruh map
konstruktivisme mengatasi
pemanfaatan
dalam tipe
dilakukan untuk mengetahui validitas tes kognitif menggunakan product moment
model
dan divalidasi konstruk oleh ahli juga
Novick
untuk
untuk mengetahui reliabilitas soal.
pada
konsep
miskonsepsi
sistem pernapasan manusia.
Analisis data penelitian meng gunakan uji t yang sebelumnya diuji normalitasnya dengan uji Kolmogorov
Metode Penelitian
Smirnov dan uji homogenitas dengan Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Karanganyar pada semester genap
tahun
pelajaran
dibanding varians terkecil.
2012/2013.
Penelitian ini termasuk Quasy experiment dengan desain penelitian Posttest Only with Nonequivalent Group Design. Populasi dalam
membandingkan antara varians terbesar
penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran
Hasil dan Pembahasan Hasil concept
analisis map
konstruktivisme mengatasi
pemanfaatan
dalam tipe
miskonsepsi
model
Novick
untuk
pada
konsep
50
BIO-PEDAGOGI Vol.2, No.2, hal. 45-57
sistem pernapasan
manusia disajikan
Hasil
analisis
statistik
pada Tabel 1 berikut.
menunjukkan bahwa pemanfaatan ncept
Tabel 1. Hasil Uji Pengaruh Model Konstruktivisme Tipe Novick dipadu Concept Map Terhadap Miskonsepsi Siswa pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia
map dalam model konstruktivisme tipe
Rata-rata Variansi N Dk T hitung T tabel Signifikansi Keputusan Uji
Eksperimen 0,8 0,917 25 24 1,994 2,064 0,053 H0 diterima
Kontrol 1,52 2,343 25
Novick mengatasi
hal ini menunjukkan bahwa tingkat miskonsepsi antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol tidak berbeda. Berdasarkan perbedaan rata-rata tersebut bahwa
tipe
berpengaruh
untuk
miskonsepsi
pemanfaatan
dalam
konstruktivisme
pada
model
Novick
tidak
mengatasi
konsep
sistem
tersebut
didasarkan
pada
hasil
uji
hipotesis yang menghasilkan keputusan
beda antara rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui bahwa tingkat miskonsepsi lebih tinggi pada kelas kontrol, yaitu pada kelas eksperimen sebesar 3,2% dan pada
kelas
kontrol
sebesar
6,08%.
Gambar 1 menunjukkan bahwa hampir pada
setiap
sub
konsep
sistem
pernapasan manusia, siswa mengalami miskonsepsi, terutama pada sub konsep mekanisme pernapasan. Siswa belum dapat membedakan antara pernapasan dada dengan pernapasan perut.
pernapasan manusia.
persentase (%)
konsep
diterima menunjukkan bahwa tidak ada
diambil keputusan bahwa H0 diterima,
map
pada
sistem per-napasan manusia. Pernyataaan
> 0,05 yaitu 0,053 sehingga dapat
concept
miskonsepsi
untuk
dan Sig. > 0,05 yaitu 0,053, sehingga H0
thitung < ttabel, yaitu 1,994 < 2,064 dan Sig.
diketahui
berpengaruh
uji nilai thitung < ttabel, yaitu 1,994 < 2,064
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai
dapat
tidak
3 2 1 0 Pengertian Pernapasan
Organ Pernapasan
Mekanisme Pernapasan
Hasil Pernapasan
Sub Konsep Sistem Pernapasan Miskonsepsi Eksperimen Miskonsepsi Kontrol
Gangguan Pernapasan
Gambar 1. Persentase Miskonsepsi Pada Setiap Sub Konsep Sistem Pernapasan Manusia
Yuliana, R. et al. – Pengaruh Pemanfaatan Concept Map Model
konstruktivisme
51
tipe
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri,
Novick terdiri dari 3 tahapan, yaitu: fase
cenderung lebih sering bertanya pada
exposing
guru tentang materi.
alternative
(mengungkap
framework fase
Fase pertama dalam model ini
(men
dapat diketahui bahwa konsepsi awal
ciptakan konflik konseptual), dan fase
siswa mengenai materi pernapasan masih
encouraging
sangat minim. Hal ini dapat terlihat dari
creating
konsepsi
conceptual
awal), conflict
cognitive
(mengupayakan
accomodation
terjadinya
akomodasi
jawaban siswa yang disampaikan dalam
kognitif). Keterlaksanaan pada masing-
diskusi
kelas
masing tahap/ fase dalam model ini dapat
pengelompokan gambar sistem organ
dijabarkan sebagai berikut:
pernapasan manusia.
materi
struktur
pernapasan Pembelajaran pada fase pertama diikuti oleh 26 siswa kelas XI Imersi 1. Fase pertama dalam proses pembelajaran dilakukan dengan menampilkan gambar organ-organ
tubuh
manusia.
Siswa
diminta untuk memilih dan mengelom pokkan gambar-gambar yang termasuk dalam organ sistem pernapasan manusia. Suasana pembelajaran di kelas pada fase ini menjadi lebih aktif, siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, tetapi tidak
semua
berkontribusi beberapa
siswa dalam
diantaranya
mau
untuk
kelompoknya, masih
tersebut. Hal ini dikarenakan siswa yang terbiasa
dengan
metode
ceramah,
sehingga
dalam
pencarian
informasi
secara mandiri jarang untuk dilakukan. Siswa
yang
diharapkan
dapat
saat
yang
dan
fungsi
sedang
organ
dipelajari,
hampir sepenuhnya terungkap dalam diskusi kelas. Diskusi dilakukan secara mandiri oleh siswa dalam kelas untuk menjawab fenomena yang terjadi melalui gambar-gambar organ manusia. Pada aspek
penerimaaan
(akomodasi),
akomodasi yang diharapkan adalah siswa dapat memahami bahwa masing-masing organ pernapasan memiliki struktur dan fungsinya masing-masing serta dalam suatu sistem pernapasan, kerja organ tidak berdiri sendiri melainkan saling berhubungan.
terlihat
bingung dalam mengelompokkan gambar
pada
Konsepsi awal siswa tentang sub
Fase exposing alternative framework (mengungkap konsepsi awal)
dan
Peran guru dalam fase ini adalah sebagai
fasilitator,
memberikan
komentar
guru
belum
atas
jawaban
siswa dan belum menjawab pertanyaan siswa karena tugas
guru
dalam
pembelajaran adalah mengetahui dengan pasti
konsepsi
awal
siswa
secara
52
BIO-PEDAGOGI Vol.2, No.2, hal. 45-57
individual terhadap topik yang akan
pada siswa, sehingga pengetahuan yang
dipelajari. Apabila tidak sesuai dengan
dikonstruk
konsepsi para
permukaan dan tahapan hanya terbatas
harus
ilmuwan,
berusaha
maka
guru
memodifikasinya
menuju konsepsi yang sesuai dengan konsepsi
para
ilmuwan
2008:21).
Fase
tahap
(Komala,
pertama
konsep
struktur
dan
tertutama fungsi
sub organ
Fase creating
conceptual
conflict
(menciptakan konflik konseptual) Pembelajaran pada fase kedua diikuti oleh 26 siswa kelas XI Imersi 1. Proses pembelajaran pada fase kedua ini adalah dengan simulasi dan percobaan. Proses pembelajaran dengan simulasi
pernapasan. Pelaksanaan pembelajaran pada fase I ini mengalami beberapa hambatan, yaitu alokasi waktu dalam pelaksanaan yang sangat kurang. Fase pertama dalam model ini membutuhkan waktu yang lebih lama karena membutuhkan suatu proses adaptasi pada diri siswa tentang kebiasaan dalam belajar. Siswa yang terbiasa dengan metode ceramah dan tampilan power point cenderung kurang aktif dan kurang terbiasa dalam mencari informasi
tingkatan
ini
konsepsi awal siswa tentang materi sisem manusia
pada
pada keterlaksanaannya.
merupakan suatu fase untuk mengetahui
pernapasan
masih
secara
mandiri,
sehingga
membutuhkan waku yang lebih lama
dilakukan dengan cara meminta siswa memperagakan mekanisme pernapasan dada
mengevaluasi konsepsi awal siswa belum terlaksana karena keterbatasan waktu dalam penelitian. Kesimpulan keterlaksanaan pada tahap/ fase I adalah proses belajar sesuai dengan tahap I model konstruktivisme tipe Novick tetapi belum dapat mengena
pernapasn
pembelajaran
perut.
dengan
Proses
simulasi
ini
berjalan dengan lancar, siswa lebih aktif, dan
mulai
belajar
mengkonstruksi
pengetahuannya berdasarkan apa yang siswa peragakan. Suasana kelas pada saat simulasi menjadi lebih aktif seperti pada tahap I dan siswa lebih terlihat antusias dalam memperagakan simulasi karena siswa menggunakan anggota tubuhnya sendiri dalam proses simulasi tersebut. Proses pembelajaran selanjutnya
untuk membiasakan siswa mengkonstruk pengetahuannya secara mandiri. Tahapan
dan
adalah dengan percobaan pembuktian kandungan CO2 dan H2O dalam udara pernapasan.
Percobaan
dilakukan
menggunakan air kapur dan larutan PP dan BTB untuk membuktikan kandungan CO2, sedangkan untuk membuktikan kandungan H2O dengan meniup plastik. Siswa
lebih
aktif
pada
proses
Yuliana, R. et al. – Pengaruh Pemanfaatan Concept Map pembelajaran
tetapi
Kesimpulan keterlaksanaan pada
pembelajaran menjadi kurang kondusif
tahap/ fase II adalah proses belajar sesuai
akibat siswa lebih banyak becanda
dengan tahap II model konstruktivisme
dengan plastik yang ditiup kemudian
tipe Novick dan siswa lebih menikmati
dipecahkan.
pembuktian
dan antusias pada tahap ke II tersebut,
kandungan CO2, tidak semua siswa dapat
tetapi karena keterbatasan waktu dan alat
mempraktikkan karena keterbatasan alat.
yang digunakan, konstruksi pengetahuan
Siswa
mulai
siswa menjadi kurang optimal.
model
konstruktivisme
terlihat
ini,
akan
53
Percobaan
dari
terbiasa
diskusi
menggunakan tipe
Novick
siswa
dalam
pengisian LKS yang mulai dilakukan
Fase
encouraging
accomodation
cognitive
(mengupayakan terjadi
nya akomodasi kognitif)
secara mandiri. Pelaksanaan pada fase II ini mengalami hambatan seperti keterse diaan alat percobaan yang kurang dan alokasi
waktu
yang
juga
kurang.
Keterbatasan alat menyebabkan tidak semua
siswa
percobaan,
dapat
mempraktikan
pengetahuan
tentang
praktikum diperoleh siswa dari diskusi dalam kelompoknya. Waktu yang kurang menyebabkan
siswa
kurang
leluasa
dalam menganalisis hasil percobaannya. Peran pembelajaran
guru ini
dalam
adalah
fase
membantu
siswa mendeskripsikan dan menjelaskan gagasannya kepada
siswa
yang
lain
yang terlibat dalam diskusi, membimbing siswa melakukan
demonstrasi atau
eksperimen, dan mengarahkan penafsiran siswa terhadap pengamatan yang telah mereka lakukan, salah satunya adalah dengan membimbing terjadinya diskusi kelas (Diyanti, 2010).
Pembelajaran pada fase ketiga diikuti oleh 26 siswa kelas XI Imersi1. Fase ketiga dalam proses pembelajaran dilakukan
dengan
memberikan
pertanyaan kepada siswa yang bersifat menggali seperti bagaimana mekanisme pernapasan dada dan perut, bagaimana proses itu dapat terjadi. Selain itu pertanyaan
yang
bersifat
menggali
lainnya adalah dengan bertanya tentang hasil percobaan siswa pada fase kedua. Suasana pembelajaran cenderung lebih pasif, karena hanya beberapa siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru, dan siswa lainnya lebih banyak yang mendengarkan. diharapkan
Fase bahwa
ketiga siswa
ini dapat
mengakomodasi materi dalam struktur kognitifnya. Pelaksanaan pada fase ketiga tidak mengalami hambatan seperti pada fase pertama maupun kedua sehingga
54
BIO-PEDAGOGI Vol.2, No.2, hal. 45-57
pada fase ketiga sesuai dengan tahap model
konstruktivisme
tipe
Novick.
Ketiga fase dalam model konstruktivisme
persentase (%)
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
80 60 40 20 0
berjalan sesuai dengan tahapan. Pada akhir
tiap
tahapan
menghubungkan diterimanya
siswa
melalui
peta
yang
konsep.
MISKONSEPSI
PAHAM
tingkat pemahaman EKSPERIMEN KONTROL
diminta
konsep-konsep
TIDAK PAHAM
Gambar 2. Grafik Persentase Tingkat pemahaman Siswa
seharusnya
Gambar 2 diatas menunjukkan
dilakukan setiap akhir pembelajaran akan
bahwa tingkat pemahaman siswa pada
tetapi keterlaksanaannya tidak sesuai.
kelas eksperimen maupun kelas kontrol
Peta konsep dibuat setelah fase kedua
diatas 50% tidak paham, yaitu pada kelas
karena keterbatasan waktu. Pelurusan
eksperimen sebesar 60,2% dan pada
peta
akhir
kelas kontrol sebesar 54,72%. Pada
pertemuan pada fase ketiga berjalan
tingkatan paham, kelas kontrol lebih
dengan baik.
tinggi
Pembuatan
peta
konsep
konsep
dilakukan
di
Berdasarkan data hasil penelitian persentase
miskonsepsi
pada
kelas
dibanding
dengan
kelas
ekperimen, yaitu pada kelas kontrol sebesar
39,2%
dan
eksperimen
kelas
kelas
ketidakpahaman pada kelas ekperimen
eksperimen sebesar 3,2% dan pada kelas
yang lebih tinggi memungkinkan tingkat
kontrol sebesar 6,08%. Dilihat dari hasil
miskonsepsinya
lebih
tingkat pemahaman siswa, pada kelas
dikarenakan
cenderung
eksperimen
tingkat ketidakpahaman
paham, berbeda dengan kelas kontrol
lebih tinggi daripada kelas kontrol.
yang tingkat ketidak pahamannya lebih
Tingkat pemahaman siswa terhadap soal
rendah
dapat dilihat pada gambar 2 berikut:
terjadi
yaitu
pada
lebih
siswa
36%.
kelas
eksperimen lebih rendah dibanding pada kontrol,
sebesar
pada
besar
kesalahan
Tingkat
rendah tidak
kemungkinannya konsep
atau
miskonsepsi. Miskonsepsi terjadi pada kelas eksperimen
dan
kelas
kontrol.
Miskonspesi terjadi hampir disemua sub konsep sistem pernapasan. Persentase miskonsepsi pernapasan
sub manusia
konsep pada
sistem kelas
Yuliana, R. et al. – Pengaruh Pemanfaatan Concept Map
55
eksperimen maupun kelas kontrol dapat
konsep lain yang dijumpai pada sub
dilihat pada gambar 1. Gambar 1
konsep mekanisme pernapasan adalah
menunjukkan bahwa miskonsepsi terjadi
kesamaan antara proses inspirasi dengan
pada setiap sub konsep pada kelas kelas
pernapasan internal. Miskonsepsi juga
kontrol, yaitu pada sub konsep pengertian
ditemukan
pernapasan, organ pernapasan, meka
pernapasan menempati urutan kedua di
nisme pernapasan, hasil pernapasan dan
kelas ekperimen maupun dikelas kontrol.
gangguan pernapasan, sedangkan pada
Kesalahan konsep lebih banyak terjadi
kelas
pada organ alveolus. Beberapa siswa
eksperimen
tidak
terjadi
pada
sub
mengalami
pernapasan dan gangguan pernapasan.
menyebutkan fungsi alveolus seperti
Persentase miskonsepsi pada masing-
pada jawaban siswa berikut: organ
masing sub konsep dapat dilihat pada
tempat terjadinya pertukaran O2 dan CO2
tabel 2 berikut:
adalah paru-paru. Kesalahan konsep
Tabel 2. Persentase Miskonsepsi Pada Setiap Sub Konsep Sistem pernapasan Manusia
lainnya adalah pada organ tenggorokan,
Sub Konsep Pengertian Pernapasan Organ Pernapasan Mekanisme Pernapasan Hasil Pernapasan Gangguan Pernapasan
bahwa
Kontrol
0%
0,32%
1,44%
2,4%
1,6%
2,72%
0,16%
0,48%
eksperimen dan kontrol adalah sub
0%
0,16%
konsep hasil pernapasan, pada kelas
tenggorokan bukan merupakan organ pernapasan melainkan organ pencernaan, dan
organ
tenggorokan
Miskonsepsi yang paling tinggi adalah pada sub konsep mekanisme pernapasan. Miskonsepsi yang terjadi pada kelas eksperimen seperti pada saat tulang rusuk membesar akan terjadi dan
berpendapat
dalam
Miskonsepsi Eksperimen
pada
kelas
kontrol
miskonsepsi yang terjadi adalah seperti pada saat tekanan udara membesar dan udara masuk ke paru-paru. Kesalahan
pernapasan adalah
pengganti
kerongkongan.
Miskonsepsi urutan ketiga pada kelas
kontrol
relaksasi
siswa
konsep
organ
miskonsepsi pada konsep pengertian
sebagian
kesalahan
konsep
persentasenya
lebih
tinggi
dibanding kelas eksperimen. Miskonsepsi yang terjadi seperti udara yang kita hembuskan mengandung karbondioksida sehingga cermin mengembun dan buram. Miskonsepsi urutan keempat pada kelas kontrol
adalah
pada
gangguan
pernapasan. Kesalahan konsep pada sub bab
gangguan
pernapasan
seperti
penyakit pneumonia tidak disebabkan oleh bakteri. Miskonsepsi pada sub
56
BIO-PEDAGOGI Vol.2, No.2, hal. 45-57
konsep pengertian pernapasan terjadi
Kesimpulan
pada kelas kontrol, yaitu pernapasan
Berdasarkan hasil pembahasan
merupakan penggunaan energi didalam
penelitian diperoleh kesimpulan bahwa
tubuh manusia dalam bentuk panas dan
penerapan concept map dalam model
energi kimia melalui prosesn O2 +
konstruktivisme
C6H12O6 CO2 dan H2O.
berpengaruh terhadap upaya mengatasi
Hasil
data
penelitian
tipe
Novick
tidak
miskonsepsi
pada
konsep
sistem
menunjukkan bahwa pemanfaatan peta
pernapasan
manusia
dengan
tingkat
konsep dalam model
miskonsepsi yang terungkap 3,2% pada
konstruktivisme
tipe Novick tidak berpengaruh secara
kelas eksperimen.
signifikan dalam mengatasi miskonsepsi. Keadaan seperti ini karena siswa yang sudah terbiasa belajar dengan metode ceramah lebih dapat menyesuaikan diri dalam proses belajarnya, sedangkan pada saat
siswa
menggunakan
model
pembelajaran baru, siswa harus mulai beradaptasi dalam belajarnya. Penggu naan model pembelajaran konstrukti visme tipe Novick dengan memanfaatkan peta konsep didalamnya membutuhkan waktu secara bertahap. Setiap fase model yang
memfasilitasi
perubahan
siswa
konseptual
dalam
memerlukan
tahapan yang tidak bisa dilakukan secara cepat. Siswa yang terbiasa mendengar penyampaian materi melalui ceramah apabila diminta untuk belajar untuk mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri akan lebih kesulitan karena kebiasaan siswa menerima konsep yang sudah
terbentuk
tanpa
mengetahui
bagaimana konsep itu dapat terbentuk.
Daftar Pustaka Adisendjaja, Y. H. & Romlah, O. (2007). Identifikasi Kesalahan dan Miskonsepsi Buku Teks Biologi SMU. Makalah. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia 2526 Mei 2007. Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Diyanti, N. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick untuk Meminimalisasi Miskonsepsi Siswa pada Mata Pelajaran Fisika. Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan pada FPMIPA UPI Bandung. Komala, R. (2008). Implementasi Model Pembelajaran Novick Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Pemahaman konsep Fisika Siswa SMKN. Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan pada FPMIPA UPI Bandung. Kurniadi, E. (2011). Mengatasi Miskonsepsi Dinamika dengan Konflik Kognitif Melalui Metode Demonstrasi. Jurnal Pendidikan, 14(1), 2. Kustiyah. (2007). Miskonsepsi Difusi dan Osmosis pada Siswa MAN Model
Yuliana, R. et al. – Pengaruh Pemanfaatan Concept Map Palangkaraya. Jurnal Ilmiah Guru Kanderang Tingang, 01(1), 1. Litbang.kemdikbud.go.id Musidah,U. S. (2011). Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Ekosistem dengan Menggunakan Peta Konsep. Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan, FPMIPA UPI Bandung. Natsir, M. (1997). Strategi Penggunaan Model Pembelajaran Novick untuk Meningkatkan Keaktifan dan Pemahaman Siswa tentang Listrik dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Tesis tidak diterbitkan Pendidikan IPA UPI Bandung. Rismayanti. (2012). Remediasi Miskonsepsi Siswa SMU pada Konsep Sistem Pernapasan dengan Menggunakan Analogi. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan FPMIPA UPI Bandung. Slameto. (2010). Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Susilawati, F. D. (2008). Implementasi Strategi Peta Konsep dalam Cooperatif Learning Sebagai Upaya Meminimalisasi Miskonsepsi
57
Bioteknologi di SMA Negeri 8 Surakarta. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan pada FKIP PMIPA UNS Surakarta. Syahroni, I. (2011). Penggunaan Model Pembelajaran Konstruktivisme Melalui Metode Eksperimen untuk Mengurangi Miskonsepsi Siswa pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan FPMIPA UPI Bandung. Syaifudin, A. (2008). Implementasi Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing dalam Matematika Untuk Mengurangi Miskonsespsi Geometri Siswa Kelas VIII SMPN 3 Bulakamba Brebes Jawa Tengah Tahun Ajaran 2007/2008. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yamin, M. (2008). Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Pres.