Sri Sartono
TEKNIK PENYIARAN DAN PRODUKSI PROGRAM RADIO, TELEVISI DAN FILM
SMK
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang
TEKNIK PENYIARAN DAN PRODUKSI PROGRAM RADIO, TELEVISI DAN FILM Untuk SMK Penulis Utama Pembantu Editor Desain Cover & Fotografer Lay out
SAR t
: FR. Sri Sartono : Sugeng Purbawanto Sutarno Tatyantoro Andrasto : Rugianto : Supadmo : Agus Suryanto
SARTONO, FR. Sri Teknik Penyiaran dan Produksi Program untuk SMK oleh Sri Sartono, Sugeng Purbawanto, Sutarno, Tatyantoro Andrasto ---- Jakarta : Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. xvii. 426 hlm Daftar Pustaka : 419-420
Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK. Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, Direktur Pembinaan SMK
KATA PENGANTAR Kemajuan dalam bidang komunikasi dewasa ini menuntut adanya sumber daya manusia yang adaptip sehingga tidak ketinggalan dari perkembangan dunia yang semakin menglobal. Perkembangan tersebut juga mengakibatkan berkembangnya teknologi komunikasi radio, televisi dan film yang berdampak kepada kebutuhan tenaga kerja (SDM) penyiaran dan produksi program radio, TV dan film yang makin besar. Pemerintah dalam rangka menyediakan SDM untuk mengisi peluang kerja dibidang penyiaran telah membuka pendidikan penyiaran radio, televisi dan film melalui Depdiknas dan telah menetapkan kurikulum serta standar kompetensi lulusannya melalui BSNP Dalam rangka mendukung program tersebut, maka buku sumber dengan judul Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio,TV dan Film disiapkan agar dapat dimanfaatkan para guru bidang penyiaran dan produksi program radio, TV dan Film sebagai buku sumber pembelajaran dalam rangka menyiapkan siswanya agar memiliki kompetensi sebagai SDM yang berkualitas dan mampu bersaing untuk mengisi peluang kerja di bidang penyiaran dan produksi program Radio, TV dan Film. Buku ini ditulis berdasarkan kurikulum 2004 dan KTSP sesuai bidang keahlian agar memiliki tingkat manfaat dan keterpakaian yang tinggi. Ditulis dengan bahasa yang dekat ke keteknikan dan mengarah ke praktis sehingga mudah dipahami bagi guru, siswa maupun para praktisi atau semua orang yang tertarik untuk mempelajarinya. Penggunaan buku ini untuk mengajar masih perlu didukung praktek sehingga benar-benar siswa memiliki kompetensi yang memiliki standar nasional. Buku ini ditulis dari berbagai sumber maupun dari pengalaman kami mengajar bidang komunikasi, media pembelajaran, multimedia serta pengalaman kerja di TKPK / Media Pembelajaran, mengelola UPT Sumber Belajar dan Media UNNES Semarang yang karakter pekerjaannya sangat dekat dengan masalah penyiaran dan produksi program radio, TV dan Film. Karena keterbatasan waktu, hanya dalam tempo kurang dari 3 bulan buku ini harus disiapkan, maka pasti masih banyak kekurangan di sana-sini. Oleh karena itu masukan untuk kesempurnaan buku ini sangat diharapkan, Akhirnya ucapan terimakasih atas kepercayaan yang diberikan, dan terimakasih kepada teman-teman dosen Teknik Elektro FT UNNES yang telah membantu sehingga buku ini sebagai sumbangan bagi generasi muda bangsa bisa terwujud. Semoga bermanfaat. FR. Sri Sartono, Nopember 2007
iii
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Program Keahlian Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, Televisi dan Film Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Teknik Penyiaran dan Produksi Program Televisi dan Film SK: Menggunakan kamera untuk syuting 1) Menentukan cakupan pengunaan kamera 2) Menyiapkan kamera dan perangkat pendukung sebelum syuting 3) Mengatur fokus 4) Menjaga daya baterai dan persediaan video untuk syuting 5) Mengatur persedian dan memasang film 6) Mengoperasikan crane kamera yang bergerak SK: Mengoperasikan clapperboard 1) Mentiapkan syuting harian 2) Mengoperasikan clapperboard 3) Mencatat syuting SK: Membuat teks, narasi dan script 1) Mempersiapkan pembuatan teks, narasi dan script 2) Menulis teks, narasi dan script 3) Menilai teks, narasi dan script 4) Meng-edit teks, narasi dan script SK: Membuat laporan siara berita 1) Mengidentifikasi siaran berita 2) Menulis laporan siaran berita 3) Meminta persetujuan dari personel lain yang relevan SK: Mengoperasikan mesin editing dengan sistem tak linier berbasis digital 1) Mempersiapkan mesin editing 2) Memproses secara digital raw material gambar dan suara 3) Menyunting gambar dan suara sesuai dengan brief 4) Menyempurnakan hasil editing 5) Memindah hasil editing sekuen dan file kedalam master SK: Mengkoordinasikan sumber-sumber produksi 1) Mengidentifikasi booking yang dibutuhkan 2) Memesan sumber daya dalam produksi 3) Memperbaharui dan menyelesaikan pemesanan 4) Mengatur kebutuhan transportasi
iv
SK: Menggunakan sistem peralatan audio 1) Mengoperasikan sistem peralatan audio 2) Memindahkan rincian soundtrack kedalam referensi frame 3) Mengatur materi suara ulangan 4) Mengkompilasi materi suara ulangan 5) Memelihara sistem peralatan audio SK: Menggunakan peralatan tata lampu 1) Mempersiapkan kebutuhan alat dan bahan peralatan tata lampu 2) Memasang instalasi tata lampu 3) Mengujicoba peralatan tata lampu yang terpasang 4) Melakukan pemeriksaan terhadapa keamanan mekanis dan elektrik 5) Memodifikasi peralatan tata lampu 6) Mengoperasikan lighting consule selama produksi 7) Melakukan pemantauan kualitas dan efek tata cahaya selama produksi SK: Membuat scenic art untuk screen 1) Membuat konstruksi pakaian scenic art 2) Mempersiapkan produksi untuk scenic art 3) Membuat scenic art untuk screen 4) Memperbaiki elemen pada scenic art 5) Mebuat properti untuk layar kaca 6) Memperbaiki properti SK: Membuat setting untuk layar 1) Mempersiapkan konstruksi setting 2) Memasang setting selama proses produksi 3) Mengatur setting selama proses produksi SK: Merawat setting selama proses produksi 1) Merawat adanya noda dan kotoran yang menempel pada barangbarang setting 2) Memperbaiki satuan item/barang-barang setting 3) Membuat alternatif perubahan dengan barang keperluan setting yang sejenis 4) Mengepak barang-barang setting untuk pengangkutan
v
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio SK: Memahami proses komunikasi melalui media radio 1) Mengerti dasar-dasar komunikasi 2) Mengidentifikasi proses komunikasi dan efek komunikasi media radio 3) Mengerti karakter media SK: Mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan public 1) Memahami ruang lingkup dan fungsi kehumasan 2) Mengerti korelasi fungsional antara human relation dengan public relation 3) Memahami tugas public relation 4) Memahami etika dalam human relation dan public relation SK: Menjalankan wawancara 1) Merencanakan dan mempersiapkan wawancara 2) Melakukan wawancara SK: Melakukan siaran radio on-air 1) Merencaakan program siaran 2) Menetapkan spesifikasi sound system 3) Mengerti audio output secara menyeluruh dalam produksi siaran 4) Menetapkan kebutuhan laporan langsung 5) Menjalankan siaran laporan langsung 6) Menyiarkan acaramusik SK: Merancang format program 1) Mengenali kebutuhan pasar 2) Membuat format disain 3) Memonitor format
vi
TUJUAN PROGRAM : Tujuan program keahlian Teknik Siaran Radio adalah membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar kompeten dalam: 1. Prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja 2. Announcing Skill 3. Operating Skill 4. Musical Show 5. Menulis Naskah Siaran 6. Menulis Karya Jurnalistik 7. Teknik Wawancara 8. Siaran Reportase 9. Membuat Iklan Radio 10. Pemrograman Siaran Radio
TERIDENTIFIKASI JENIS PEKERJAAN PENYIARAN RADIO
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
REPORTER PENYIAR ANNOUNCER JURNALIS TEKNIK PENULIS NASKAH DISAINER PROGRAMER PROGRAM- DIRECTOR/ sutradasra 10. PRODUCER
Tujuan program keahlian Produksi Program Pertelevisian Adalah membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar kompeten dalam: 1. Memelihara dan mengoperasikan peralatan Produksi Program Pertelevisian 2. Mengoperasikan kamera untuk pengambilan gambar 3. Menyiapkan dan mengoperasikan sistem perekam suara 4. Menyiapkan dan mengatur sistem pencahayaan 5. Melakukan proses editing 6. Merencanakan dan melaksanakan produksi program pertelevisian 7. Melakukan setting Artistik
TERIDENTIFIKASI JENIS PEKERJAAN PENYIARAN DAN PRODUKSI PROGRAM TV DAN FILM PENYIAR/ANNOUNCER /REPORTER/JURNALIS TEKNIK, KAMERAWAN, LIGHTING, SOUNDMAN, SWITTCHER,VTR, PEMANCAR, TELECINE PERENCANA SENI, SETING, NASKAH, HUMAS,ANIMATOR EDITOR, SUTRADARA, PRODUCER,
vii
AKU INGIN JADI REPORTER RADIO
UMUM SISKOM JURNALISTIK KES. KERJA
BAB I, II,III,VII
TEKNIK PENYIARAN DISAIN DAN PRODUKSI PROG. SIARAN RADIO BAB IV
AKU INGIN KERJA DI TV/FILM
TEKNIK PENYIARAN DISAIN DAN PRODUKSI PROG. SIARAN TV & FILM BAB V, VI
PRAKTEK
KOMUNIKA SI JURNALIST IK KES. KERJA
PRAKTEK TEKNIK SIARAN DISAIN PROG PROD. PROG TEKNIK RADIO
PRAKTEK TEKNIK SIARAN DISAIN PROG PROD. PROG TEKNIK TV & FILM
JURNALIS PENYIAR REPORTER TEKNIK PROGRAMER PRODUCER DLL
SDM TV & FILM PENYIAR/ANNOU NCER REPORTER/JURN ALIS TEKNIK KAMERAWAN SWITCHER LIGHTING NASKAH EDITOR SUTRADARA PRODUCER DLL
PILIH JADI APA ? APA SAJA BISA
PETA DAN DIAGRAM PENCAPAIAN KOMPETENSI
viii
DAFTAR I S I halaman TEKNIK PENYIARAN DAN PRODUKSI PROGRAM RADIO, TV DAN FILM Kata Pengantar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Program Keahlian Peta kompetensi Diagram Pencapaian kompetensi Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar BAB I PENDAHULUAN BAB. II SISTEM KOMUNIKASI A. Pengertian Komunikasi B. Perkembangan Sistem Komunikasi C. Sistem Komunikasi dengan Kawat Saluran 1. Telegraf 2. Teleprinter 3. Telepon 4. Faximile 5. Interpon 6. TV Kabel dan CCTV a. TV Kabel b. CCTV (Close Circuit Television) D. Sistem Komunikasi Tanpa Kawat Penghantar (Wireless) 1. Sistem Komunikasi Radio HT (Handy Talky) 2. Sistem Komunikasi Radio Handpon (Mobile Telephone) 3. Siaran Radio (Radio Broadcast) 4. Siaran TV (TV Broadcast) E. Komunikasi Melalui Satelit BAB. III JURNALISTIK PENYIARAN A. Pengertian Jurnalistik B. Dasar-dasar jurnalistik 1. Fungsi jurnalistik 2. Persyaratan seorang jurnalis 3. Kode etik jurnalistik 4. Informasi
iii iv vii viii ix xiv xv 1
3 6 11 11 13 13 16 17 18 18 20 22 23 27 30 32 39 39 40 40 41 42 45
ix
C.
D. E. F.
5. Jenis informasi 6. Sumber Informasi 7. Menghimpun/mencari informasi 8. Mengolah informasi 9. Menyajikan informasi Teknik Komunikasi 1. Teknik Menyampaikan Informasi (Presentation Skill) a. Komunikasi secara Tertulis b. Komunikasi secara Lisan/Verbal dan Non verbal 2. Teknik Wawancara Jurnalistik Penyiaran Radio 1. Menghimpun dan Mengolah informasi radio 2. Penyampaian informasi melalui siaran radio Jurnalistik penyiaran TV 1. Menghimpun dan Mengolah informasi TV 2. Penyampaian informasi melalui siaran TV Evaluasi dan Pengembangan Program 1. Evaluasi Program 2. Pengembangan program
BAB IV PENYIARAN RADIO A. Fungsi Siaran Radio B. Jenis informasi pada siaran radio C. Khalayak Sasaran siaran radio D. Stasiun Pemancar Radio 1. Studio Pemancar Radio 2. Peralatan Studio dan Fungsinya 3. Skema hubungan dan prinsip kerjanya 4. Operating prosedure E. Organisasi dan SDM 1. Struktur Organisasi 2. Deskripsi Tugas dan fungsi F. Kualifikasi SDM Radio 1. Direksi 2. Program Director 3. Music Director 4. News Director 5. Producer 6. Penyiar / Reporter 7. Script Writer 8. Public Relation 9. Off Air Division 10. Pendukung G. Teknik Siaran Radio
47 49 50 52 56 57 58 58 72 81 95 96 98 100 102 107 110 110 113 116 116 118 118 126 126 135 137 143 144 144 146 146 146 146 147 147 147 147 157 157 158 158 158
x
H. I.
J.
K.
L.
1. Siaran Langsung 2. Siaran Tidak Langsung 3. Menggunakan sistem peralatan audio Materi Program Siaran Radio 1. Merancang Format Program Siaran Radio 2. Jenis-jenis Program Siaran Radio Merencanakan Jadwal Siaran 1. Program Harian 2. Program Mingguan 3. Jadwal Siaran Radio Produksi Program Siaran Radio 1. Peralatan dan Bahan Produksi Audio 2. Membuat naskah program Radio 3. Teknik Rekaman Audio 4. Teknik Editing Audio 5. Mixing 6. Produksi MP3 Perpustakaan Audio 1. Program 2. Audio Music 3. Sound effect Iklan dan Pemasaran 1. Pengertian Iklan 2. Fungsi Iklan 3. Jenis Iklan 4. Pemasaran
BAB V PENYIARAN TV A. Fungsi TV B. Jenis informasi pada siaran TV C. Kalayak sasaran siaran TV D. Stasiun Pemancar TV 1. Studio Pemancar TV 2. Peralatan Studio TV dan Fungsinya 3. Skema hubungan dan proses kerjanya E. Organisasi dan SDM 1. Struktur Organisasi 2. Deskripsi Tugas dan fungsi F. Kualifikasi SDM TV 1. Producer 2. Pengarah / Sutradara 3. Penyiar / Reporter 4. Kamerawan 5. Penata Gambar / Artistik 6. Penata suara dan Sound efex
158 159 160 162 162 163 164 164 165 165 165 165 168 168 169 171 171 171 171 172 172 172 172 175 177 179 182 182 184 174 184 184 200 209 214 214 215 216 216 218 219 220 221 222
xi
G.
H. I. J.
K.
7. Penata Lampu 8. Tata Letak / Setting 9. Tata Busana (kostum) dan Rias 10. Properties 11. Keamanan dan Keselamatan Kerja (savety and health) 12. Animator dan images 13. Editor 14. Penulis Naskah/Script 15. Spesial efect 16. Pemeran/ Artis Teknik Siaran TV 1. Teknik Siaran Langsung 2. Teknik Siaran Tidak Langsung 3. Prosedur Pengoperasian 4. Menjaga daya bateray dan persediaan video Program Siaran TV 1. Format Program Siaran Televisi 2. Jenis-jenis Program TV Merencanakan Jadwal Siaran TV Perpustakaan Audio Visual 1. Pustaka Program 2. Pustaka Music dan Sound Efek 3. Bank Gambar 4. Buku Referensi Produksi Program TV 1. Sarana, Biaya, Organisasi dan Pentahapan pelaksanaan produksi 2. Penulisan Naskah Program TV 3. Produksi Program TV 4. Pengoperasian Kamera TV 5. Teknik Shooting Studio dan di luar studio 6. Lighting (Pencahayaan) 7. Editing
BAB VI PERFILMAN A. Pengertian Film B. Jenis Film C. Penyiaran Film 1. Penyiaran film melalui gedung bioskop 2. Penyiaran film melalui penyiaran TV D. Produksi Film 1. Peralatan dan Bahan Produksi Film 2. Penulisan Naskah Film 3. Pemeran /Artis Film E. Teknik Produksi Film
223 224 225 225 225 226 226 227 227 228 228 228 230 231 232 233 233 234 243 247 246 246 247 248 249 249 265 270 273 313 314 322 384 384 385 386 386 390 392 392 396 396 397
xii
1. 2. 3. 4. 5.
Produksi Gambar / Shooting Film Produksi Suara Film Procesing Editing Mixing / Penggabungan gambar dan suara
BAB. VII KESEHATAN, KESELAMATAN DAN KEAMANAN KERJA A. Pendahuluan B. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Mengapa kesehatan dan keselamatan kerja penting 2. Fakta-fakta dasar tentang UU keselamatan kerja 3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4. Tujuan dan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja 5. Manfaat lingkungan kerja yang aman dan sehat 6. Kerugian lingkungan kerja yang tidak aman dan tidak sehat 7. Gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja 8. Kecelakaan kerja 9. Penyakit yang diakibatkan pekerjaan 10. Stres pekerjaan 11. Pekerjaan yang rentan stres 12. Kelelahan kerja 13. Konsekuensi kelelahan kerja C. Strategi-strategi Peningkatan 1. Memantau tingkat keselamatan dan kesehatan kerja 2. Mengendalikan kecelakaan 3. Ergonomis 4. Mengurangi timbulnya penyakit 5. Mengendalikan Stres dan kecelakaan kerja D. Keamanan kerja kelistrikan di dalam studio penyiaran 1. Pengamanan yang terkait dengan rangkaian listrik dan elektronika 2. Sifat kelistrikan komponen elektrik dan elektronika 3. Arti warna untuk keselamatan di tempat kerja 4. Pentanahan pada sistem kelistrikan 5. Lockout sumber listrik 6. Langkah-langkah pokok prosedur lockout 7. Tindakan pencegahan untuk keamanan listrik 8. Undang-undang dan standar listrik Penutup Daftar Pustaka Lampiran-lampiran 1. Daftar Istilah 2. Riwayat Hidup
397 401 402 402 406 412 412 423 418 418 419 419 419 420 420 420 421 422 423 423 423 423 423 424 424 425 426 426 426 427 429 429 430 430 431 432 433
xiii
Daftar Tabel NAMA TABEL
HALAMAN
No Tabel 1
Jenis band frekuensi dan penggunaannya
29
2
Pembagian kanal/saluran TV di Indonesia
32
3
Struktur organisasi/daftar nama dan jabatan salah satu stasiun penyiaran radio
144
4
Contoh jadwal siaran radio
165
5
Jenis tegangan dan resistansi pada mikropon
167
6
Perbandingan format artistic dan jurnalistik
233
7
Format jadwal acara TV
244
8
Acara TV jumat 5 Oktober 2007
245
9
Daftar peralatan dan bahan produksi
254
10
Format naskah program TV/video. Kolom ganda
267
11
Suhu warna dari berbagai jenis filter
312
12
Lighting
320
13
Format editing script
325
14
Format file MPEG
333
xiv
DAFTAR GAMBAR No
NAMA GAMBAR
HALAMAN
GAMBAR
a
Komunikasi satu arah
3
b
Komunikasi dua arah
3
1
Sistem Komunikasi
3
a
Diagram blok prinsip komunikasi satu arah
4
b
Diagram blok prinsip komunikasi dua arah
5
2
Diagram blok prinsip komunikasi
5
3
Peralatan komunikasi tradisional
6
4
Berbagai jenis peralatan telepon
7
5
Gelombang mikro merambat dalam garis pandang (line of side) dari antene pemancar ke antenna penerima
9
6
Sistem konunikasi melalui satelit
10
a
Kabel punter
10
b
Koaksial
10
c
Serat optic
10
7
Perangkat transmisi
10
8
Kebutuhan dasar komunikasi dengan penghantar satu arah
11
a
Proses/prosedur pada telegraph
12
b
Kunci morse dan mesin telegraph
12
9
Sistem Telegraph
12
xv
No GAMBAR
NAMA GAMBAR
HALAMAN
10
Pesawat teleprinter
13
11
Sistem sambungan telepon manual
14
a
SIstem sambungan telepon otomatis
15
b
Sistem hubungan telepon SLJJ
15
12
Sistem hubungan telepon
15
13
Sistem pengiriman data dengan mesin faximili
17
14
Prinsip sambungan jaringan interpon/Aipon
18
15
Sistem sambungan TV kabel
19
16
Sistem sambungan CCTV
20
17
Sistem komunikasi radio
21
18
Kebutuhan dasar Sistem komunikasi radio satu arah
21
a
Komunikasi antar pesawat HT
22
b
Jenis pesawat HT
23
c
Pemanfaatan HT untuk bantuan komunikasi
23
19
Prinsip dasar komunikasi HT
23
a
Berbagai macam pesawat Handphone (HP)
24
b
Sistem hubungan komunikasi pesawat HP
25
20
Prinsip komunikasi handphone
25
21
27
22
Prinsip sederhana dari suatu sistem siaran radio Prinsip sederhana dari suatu sistem siaran TV
31
a
Antena stasiun bumi (parabola)
34
xvi
No GAMBAR
NAMA GAMBAR
HALAMAN
b
Peluncuran satelit
34
c
Satelit yang mengorbit
34
23
Perangkat komunikasi lewat satelit
34
24
Transmisi gelombang mikro dari A ke B dengan sistem relay secara estafet dengan melalui satelit
35
25
Stasiun relay untuk mengatasi hambatan komunikasi geografis yang berbukit-bukit.
36
26
Sistem komunikasi penyiaran TV melalui satelit
27
27
Perpaduan sistem komunikasi
38
28
Prinsip penulisan berita dengan segitiga terbalik
55
29
Prinsip presentation skills
73
30
Bung karno dan seorang tokoh dengan gaya pidatonya menggunakan teknik presentasi
78
31
Wartawan sedang wawancara dan meliput peristiwa
81
32
Peralatan wawancara
89
33
Wartawan sedang mewawancarai sumber informasi
91
34
Pemandangan dalam pers conference
94
35
Wartawan di tempat kejadian perkara
95
36
Gedung station pusat penyiaran RRI
96
37
Salah satu contoh ruang studio stasiun penyiaran radio dengan peralatannya
99
xvii
No
NAMA GAMBAR
GAMBAR
HALAMAN
38
Penyiar stasiun radio sedang siaran
100
39
Kamera TV khusus untuk studio (putih) dan Kamera TV portable (hitam)
101
a
Shooting di studio
102
b
Shooting di lapangan
102
40
Pengambilan gambar oleh kamerawan
102
41
Kamerawan TV sedang mengambil gambar di tempat kejadian/peristiwa
103
42
Kamerawan sedang mengambil gambar di stadion olah raga
105
43
Kamerawan dan presenter meliput acara
106
44
Kamerawan meliput data dokumen
107
45
Prinsip penyampaian informasi TV dari lapangan ke publik melalui satelit komunikasi
109
46
Penyiar TV sedang menyiarkan berita
110
47
Radio Penerima
116
48
Diagram blok penerima radio FM mono
117
a
Mendesain box untuk rangkaian pemancar radio
127
b
Rangkaian pemancar radio
128
c
Pemancar yang siap digunakan
128
49
Proses pembuatan pemancar radio
128
50
Berbagai ruang studio pemancar radio
131
a
Antene Ombi
132
xviii
No
NAMA GAMBAR
GAMBAR
HALAMAN
b
Antene ring-O
132
c
Antene Ombi
132
51
Berbagai macam antene pemancar radio
132
52
Receiver radio
134
53
Berbagai peralatan transmitter radio
135
54
Peralatan stasiun pemancar radio
137
55
Diagram blok pemancar FM sistem langsung
139
56
Diagram blok pemancar FM sistem tak langsung
142
57
Diagram blok pemancar FM stereo dengan pilihan SCA
143
58
Reporter sedang wawancara mencari berita
147
59
Ilustrasi siaran langsung pandangan mata HUT RI di istana Negara
159
60
Ilustrasi siaran tidak langsung pandangan mata HUT RI di Istana Negara
160
61
Skema blok Sistem dan peralatan rekaman audio
169
62
Transisi pada rekaman audio/musik
170
63
Berbagai ruang dan kegiatan rekaman di studio TV
187
64
Berbagai macam ruang studio pengendali/kontrol penyiaran TV dengan peralatannya
188
65
Studio alam berupa taman dan rumah tradisional
189
xix
No
NAMA GAMBAR
GAMBAR
HALAMAN
66
Setting peralatan shooting di luar studio
190
67
Ruang studio telecine
190
a
Komputer editing
192
b
Peralatan editing
192
c
Ruang editing
192
68
Ruang produksi/editing program dan peralatannya
192
69
Ruang tata busana/rias
193
70
Tower, antenna parabola dan ruang pemancar
194
71
Ruang auditorium / pertunjukan
196
72
Ruang sidang / pertemuan
196
a
CD/DVD Software
197
b
Buku referensi
198
c
Arsip-arsip
198
73
Semua jenis software/program dan buku referensi disimpan di perpustakaan
198
74
Ruang bengkel /perbaikan alat
199
75
Berbagai jenis kamera video/TV dan crene
201
76
Lampu studio yang dipasang tetap di plafon dan lampu stand
202
77
Box sakelar lampu studio
203
78
Televisi monitor
204
79
Mixer/switcher video
204
xx
No
NAMA GAMBAR
GAMBAR
HALAMAN
80
Video Tape Recorder VTR dan Video Casette Recorder Umatic
205
81
Peralatan sound sistem dan sumber-sumber audio (PU, tape recorder dan mikropon)
206
82
Studio telecine, tempat transfer film ke video
207
83
Komputer editing program TV/video
208
84
Sistem sambungan peralatan studio TV
209
85
Sistem sambungan peralatan sound Sistem
211
86
Sistem sambungan dan proses kerja telecine
213
87
Struktur organisasi stasiun penyiaran TV (Tipikal)
214
88
Sistem siaran TV langsung di dalam studio
229
89
Sistem siaran TV langsung di luar studio
230
90
Sistem siaran TV tidak langsung
231
91
Perpustakaan /discotiq program TV
247
92
Tempat gambar
Bank
248
94
Bahan produksi: tape, kaset analog dan digital, CDR
251
95
Peralatan-peralatan produksi program TV
253
96
Struktur organisasi pelaksanaan produksi Program TV
260
97
Kamera foto film jenis rangefinder
275
98
Kamera foto film jenis SLR
276
penyimpanan
stockshoot
/
xxi
No
NAMA GAMBAR
GAMBAR
HALAMAN
99
Sistem optic kamera
277
100
Hasil foto satu obyek dengan framing yang berbeda
281
a
Kamera Televisi/Video
292
b
Bagian-bagian kamera Video/TV
293
101
Kamera Televisi/video dan bagian-bagiannya
293
102
Bagian optic kamera TV
295
103
Ilustrasi vocal length
296
104
Ilustrasi standar vocal length kamera TV
297
105
Ilustrasi perbedaan penggunaan lensa zoom
298
106
Ilustrasi hubungan diaphragma dengan ruang ketajaman
300
107
Ilustrasi hubungan jarak dengan ruang ketajaman
301
108
Ilustrasi tabung kamera
304
109
Gerakan kamera pan left/right dan tilt up/down
306
110
Gerakan kamera dolly in/out dan Pedestal up/down
307
111
Gerakan kamera crab left/right dan Crene up/down
308
112
Ilustrasi gerakan ARC left/right
309
113
Bentuk film
385
114
Sistem penyiaran film di gedung bioskop
387
115
Proyektor film. Alat untuk menayangkan film
389
xxii
No
NAMA GAMBAR
GAMBAR
HALAMAN
116
Simulasi perjalan film pada proyektor
390
117
Penyiaran film melalui stasiun pemancar TV
391
118
Sistem transfer dari film ke bentuk digital
392
119
Bermacam-macam bentuk kamera film, alat shooting film
393
120
Bahan produksi
394
121
Lampu/pencahayaan pada produksi film
385
122
Mengejar engle yang baik
397
a b
Roll Film Film Copyer
402 402
c
Film Recorder
402
123
Mesin film copier dan film recorder
402
124
Potongan film yang dibesarkan. Perhatikan jalur soundnya. Sistem optis (gelap terang pada film)
406
125
Roll film
407
126
Proyektor film di ruang gelap
408
127
Jalur audio sistem magnetis 2 trax
411
128
Potongan film yang dibesarkan
412
129
Pemotongan film
412
130
Potongan film. Perhatikan perbedaan setiap gambar. 24 gambar perdetik dalam satu frame
412
xxiii
BAB. I PENDAHULUAN Sekarang ini telah masuk di dalam era komunikasi, yang di dalamnya sarat dengan penggunaan teknologi komunikasi yang makin lama makin canggih. Oleh karena itu manusia harus bisa mengadaptasi terhadap Iptek yang berkembang disekitar kehidupannya agar tidak disebut orang yang ketinggalan jaman. Pepatah mengatakan bahwa Siapa yang menguasai pengetahuan dan teknologi komunikasi serta memanfaat-kannya dalam kehidupannya, maka dialah pemenangnya. Perkembangan dalam teknologi komunikasi, membuat peralatan komunikasi yang kita gunakan untuk dapat berkomunikasi dengan cepat dan berkualitas dapat terpenuhi. Hal ini dapat dirasakan dewasa ini dengan pemanfaatan radio, TV, telepon, fax, handphone, computer, laptop, jaringan internet, penggunaan satelit komunikasi dan sebagainya dapat membantu kebutuhan kehidupan manusia semakin mudah. Hal ini membuat dunia seakan menjadi semakin sempit bahkan tanpa jarak, sehingga orang dapat mendapatkan informasi yang sangat cepat dan mudah dari jarak yang sangat jauh sekalipun. Indikasi perkembangan di bidang penyedia informasi juga nampak dengan munculnya pemancar radio swasta dan TV swasta di berbagai daerah wilayah propinsi maupun kabupaten di seluruh Indonesia. Bahkan di kota-kota propinsi sudah muncul beberapa TV lokal yang sama-sama bersaing merebut pasaran pemirsanya, dengan warna sajian yang didesain semenarik mungkin. Di masyarakat juga telah muncul banyak sekali semacam lembaga PH (Production Hause) yang bekerja memproduksi berbagai kebutuhan yang memerlukan keahlian dan keterampilan produksi program TV dan iklan serta kebutuhan sejenis lainnya baik yang bersifat bisnis maupun untuk layanan masyarakat. Dengan kemunculan berbagai lembaga penyiaran di setiap daerah, diperkirakan akan muncul pula aturan yang membatasi radius siarnya, yaitu berkaitan dengan otonomi daerah dimungkinkan akan menerapkan aturan-aturan untuk meningkatkan pendapatan asli daerahnya, sehingga lembaga penyiaran harus didisain untuk bersifat lokal. Dengan kata lain mereka yang melebihi batas radius suatu daerah, harus ada konsekuensi pajak daerah yang dikenakan. Hal ini akan semakin memacu tumbuh dan berkembangnya lembaga penyiaran lokal, karena lembaga penyiaran besar yang sifatnya sudah nasional akan terhambat dengan aturanaturan daerah. Perkembangan tersebut membuka peluang bagi tenaga kerja bidang penyiaran yaitu penyedia informasi yang akan disajikan melalui media komunikasi yang ada baik melalui media cetak maupun elektronik seperti radio dan televisi. Oleh karena itu sangat tepat bila sumber daya manusia Indonesia sebagian dipersiapkan menjadi orang orang yang memiliki kompetensi di bidang komunikasi pada umumnya
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film “
1
dan secara khusus pada bidang Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film. Pemerintah melalui Depdiknas telah mengembangkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan penyiaran guna menyediakan tenaga kerja tingkat menengah bidang penyiaran yang memiliki standar kompetensi pada bidang penyiaran sesuai kurikulum yang berlaku. Untuk mendukung pencapaian kompetensi tersebut perlu disediakan buku sumber materi pembelajaran yang berisi pengetahuan tentang sistem komunikasi, jurnalistik penyiaran, seluk beluk penyiaran dan produksi program radio, TV dan film serta pengetahuan tentang kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja. Seorang tenaga kerja bidang penyiaran perlu memiliki pengetahuan tentang sistem komunikasi dan perkembangannya mulai dari sistem tradisional, sistem dengan kawat saluran maupun sistem yang menggunakan gelombang radio, gelombang mikro sampai sistem yang menggunakan satelit. Demikian pula pengetahuan tentang jurnalistik penyiaran yaitu pengetahuan dasar jurnalistik, jurnalistrik penyiaran radio, TV dan film serta kemampuan menyampaikan informasi (Presentation Skills) secara lisan maupun tertulis, dan pengetahuan tentang teknik wawancara. Pengetahuan-pengetahuan tersebut akan mendukung pencapaian kompetensi sebagai seorang jurnalis penyiaran. Materi pengetahuan tentang penyiaran radio diharapkan memberikan pengetahuan tentang peralatan pemancar radio dan proses penyiarannya serta bagaimana mendisain dan memproduksi informasi sebagai materi yang akan disiarkan melalui media radio. Pada bidang pertelevisian dan perfilman, tenaga kerja dituntut memiliki pengetahuan tentang peralatan studio TV dan film dan proses penyiaran informasinya serta bagaimana mendisain program dan memproduksinya sampai siap untuk disiarkan melalui media TV dan film. Agar dapat bekerja dengan baik, seorang tenaga kerja perlu pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada bidang penyiaran radio, TV dan film. Sebelum mempelajari tentang pertelevisian dan perfilman seorang jurukamera khususnya sangat baik kalau mempelajari terlebih dahulu tentang fotografi yang mendasari pengetahuan pengoperasian kamera televisi dan film. Di samping menguasai pengetahuan yang telah disebutkan, agar memiliki kompetensi standar sebagai SDM penyiaran radio, TV dan film siswa sangat perlu belajar melalui praktek langsung di sekolah maupun di luar sekolah, untuk pembentukan skills dan sikap sebagai seorang SDM penyiaran. Akhirnya semoga apa yang disajikan ini bermanfaat bagi caloncalon SDM penyiaran maupun semua orang yang tertarik untuk mempelajarinya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film “
2
BAB II SISTEM KOMUNIKASI A. Pengertian Komunikasi Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai hubungan atau pertukaran informasi. Informasi sendiri sebagai suatu yang akan disampaikan dapat berupa data, berita ataupun pesan yang dilambangkan dalam bentuk simbol/tanda, tulisan, gambar ataupun suara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi didefinisikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antar manusia, dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Oleh karena itu dalam komunikasi ada tiga bagian pokok, yaitu sumber informasi sebagai pengirim; media transmisi sebagai pembawa informasi; dan tempat tujuan informasi sebagai penerima informasi. Dengan demikian secara umum, suatu sistem komunikasi dapat ditunjukkan seperti Gambar 1.
Sumber informasi
Media transmisi
Tujuan/peneri ma informasi
a. Komunikasi satu arah
Sumber informasi
Media transmisi
Tujuan/peneri ma informasi
Tujuan/pener ima
Media transmisi
Sumber informasi
b. Komunikasi dua arah Gambar 1. Sistem Komunikasi Sumber informasi, yaitu sumber dari informasi asli (simbol/tanda, gambar ataupun suara) yang akan dikirimkan/ditransmisikan. Media transmisi, yaitu sarana untuk menyalurkan informasi yang telah dirubah menjadi sinyal listrik dengan melalui kawat atau gelombang radio. Sedangkan Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
3
tujuan/penerima informasi yaitu tempat dimana informasi asli harus diterima. Sedangkan telekomunikasi, berasal dari kata tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan komunikasi yang berarti hubungan/pertukaran informasi. Jadi telekomunikasi dapat diartikan sebagai hubungan atau pertukaran informasi pada jarak yang berjauhan. Suatu pengertian yang mencakup proses, bentuk informasi maupun media transmisinya menyebutkan, bahwa telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman atau penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara atau informasi dalam bentuk apapun melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya. Dari pengertian tersebut, akhirnya dijumpai sarana komunikasi yang sesuai dengan bentuk informasinya sebagai jasa telekomunikasi. Seperti halnya telepon, yang berasal dari kata tele dan phone (suara atau pembicaraan), sehingga telepon dapat diartikan sebagai pembicaraan jarak jauh. Demikian pula istilah telegrap yang berarti penulisan jarak jauh, televisi yang berarti penglihatan jarak jauh dan sebagainya. Agar dapat berlangsung proses telekomunikasi, maka informasi asli yang masih berupa tanda, tulisan, gambar atau suara haruslah diubah dulu menjadi suatu energi listrik atau sinyal listrik, sehingga dapat disampaikan ke tujuan pada jarak tertentu. Selanjutnya di tempat tujuan, energi atau sinyal listrik tersebut diubah kembali menjadi bentuk informasi aslinya. Dengan demikian suatu hal yang sangat penting dalam proses telekomunikasi adalah adanya transduser, yang berfungsi sebagai pengubah dari informasi asli menjadi bentuk sinyal yang dapat ditransmisikan atau sebaliknya. Oleh karena itu secara umum sistem telekomunikasi pada Gambar 1 dapat digambarkan kembali dengan diagram blok sebagai berikut:
Sumber Informa si
Transdu ser (Coder)
Pengirim
Peneri ma
Transdus er (Decoder )
Tujuan Informasi
Media Transmisi
a. Diagram blok prinsip komunikasi satu arah
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
4
Media Transmisi Sumber Informasi
Tujuan Informasi
Transd user (Coder) Transdu ser (Decoder )
Pengirim
Peneri ma
Penerima
Pengi rim
Transdus er (Decoder)
Transdu ser (Coder)
Tujuan Informasi
Sumbe r Informa
Media Transmisi
b. Diagram blok prinsip komunikasi dua arah Gambar 2. Diagram blok prinsip komunikasi Untuk melaksanakan suatu sistem komunikasi dua arah, maka alat-alat seperti pada Gambar 2 harus dibuat duplikatnya pada arah yang berlawanan. Sebagaimana telah disebutkan bahwa untuk dapat mentransmisi-kan informasi, maka informasi tersebut harus diubah dulu menjadi sinyal. Sinyal sendiri pada hakekatnya merupakan lambang yang terbentuk secara tepat dari media yang telah dipilih sebagai transdusernya, yang biasanya dilambangkan melalui variasi dari sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh transduser yang bersangkutan terhadap waktu. Bentuk sinyal dalam telekomunikasi ada 2 (dua) macam, yaitu sinyal analog dan sinyal kode (termasuk di dalamnya ada sinyal digital). Sinyal analog adalah sinyal listrik yang langsung mengikuti perubahan-perubahan sesaat dari energi informasi aslinya. Sebagai contoh, mikropon sebagai transduser yang menghasilkan suatu sinyal listrik yang langsung mengikuti perubahan-perubahan dari energi suara yang menggerakkan mikropon. Sedangkan sinyal kode adalah sinyal listrik dalam bentuk kode atau tanda yang telah ditentukan terlebih dahulu, yang berupa pulsa-pulsa atau perubahan-perubahan dari sinyal tersebut yang dapat dimengerti oleh manusia dan alat/mesin pada kedua sisi dari sistem komunikasi. Akhirnya secara garis besar, sistem komunikasi dibutuhkan untuk jasa telekomunikasi (telepon, telegrap, telex, transmisi data) Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
5
dan juga jasa penyiaran (berita, penerangan) dengan mengutamakan penyiaran yang dapat didengar melalui radio atau yang nampak mata dan dapat didengar melalui televisi. B. Perkembangan Sistem Komunikasi Sebelum ditemukan listrik, sistem komunikasi dilakukan dengan cara menggunakan bunyi-bunyian ataupun tanda sebagai isyarat dalam penyampaian informasi. Cara-cara tersebut antara lain dengan kentongan, asap ataupun bendera (semaphore flag) yang sampai saat ini di beberapa belahan bumi mungkin masih digunakan.
kentongan
asap
bendera
Gambar 3. Peralatan komunikasi tradisional Setelah ditemukan listrik, maka teknologi komunikasi mulai berkembang. Yang semula dilakukan secara mekanis dan tradisional berganti secara listrik, seperti halnya sistem semaphore mekanis digantikan dengan telegrap listrik. Di bidang telegrap, sistem yang tertua adalah sistem morse dengan menggunakan pesawat-pesawat morse. Di mana pengiriman telegram melalui pesawat morse dilakukan dengan mengetok tandatanda morse yang terdiri dari garis-garis dan titik. Tanda ini di kantor tujuan dibaca oleh operator dan ditulis kembali dalam huruf biasa untuk kemudian disampaikan kepada si alamat. Setelah itu muncul sistem teleprinter atau menulis jarak jauh dengan menggunakan pesawat teleprinter. Dengan pesawat teleprinter, pengirim telegram cukup dilakukan dengan jalan mengetik seperti mesin ketik biasa. Kemudian telegrap yang semula dengan sistem teleprinter berkembang menjadi telex (teleprinter exchange).
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
6
Dalam sistem ini para pelanggan harus mempunyai pesawat teleprinter yang dihubungkan dengan sentral telex. Di bidang telepon juga dikenal beberapa sistem telepon. Sistem yang tertua adalah sistem baterai setempat atau yang sering dinamakan baterai lokal (LB = Local Battery). Dari sistem ini kemudian dikenal adanya sistem baterai sentral (CB = Central Battery). Pada kedua sistem (LB dan CB) masih menggunakan tenaga operator di kantor telepon. Oleh karena itu kedua sistem tersebut juga sering dinamakan sistem manual (manual system). Setelah itu berkembang menjadi sistem otomat atau Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ), yang berarti pelanggan/orang dapat langsung berhubungan dengan orang lain dengan jalan memutar/menekan nomor yang dipanggil tanpa melalui operator.
Gambar 4. Berbagai jenis peralatan telepon Pada sistem-sistem komunikasi tersebut, untuk dapat menghubungkan antar pelanggan/pemakai memerlukan berbagai macam sarana/media yang termasuk dalam suatu bidang yang dinamakan teknik transmisi. Dalam teknik transmisi, secara garis besar dibagi 2 macam, yaitu: a. Media transmisi fisik, yaitu sistem transmisi melalui kawat penghantar (wire bounded transmission system). b. Media transmisi non fisik, yaitu sistem transmisi tanpa kawat (wireless transmission system) atau melalui gelombang radio. Pada transmisi dengan kawat penghantar terbagi menjadi saluran atas tanah dan saluran bawah tanah. Saluran atas tanah pada awalnya menggunakan kawat terbuka/telanjang (open wire) yang direntangkan pada tiang-tiang yang dilengkapi dengan rangka besi dan isolator-isolator. Pemasangan isolator-isolator ini Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
7
dimaksudkan agar kawat-kawat tersebut tidak kontak dengan tanah yang dapat mengakibatkan terjadinya hubungan listrik pendek (short circuit). Kemudian dengan semakin majunya teknik pembuatan bahan isolasi lalu menggunakan kabel untuk saluran di atas tanah. Kabel udara ini berisi kawat-kawat rangkap yang satu sama lain dipisahkan dengan bahan isolasi. Kabel ini sering disebut dengan kabel berpasangan (pair cable). Sedangkan untuk saluran bawah tanah menggunakan kabel-kabel tanah yang memang khusus dibuat untuk saluran bawah tanah. Teknik penyaluran dengan kabel atas tanah dan bawah tanah adalah untuk hubungan-hubungan dalam kota. Sedangkan untuk hubungan-hubungan antar kota dikenal adanya kabel pupin dan juga kabel koaksial (coaxial cable). Di samping kabel tanah, dikenal pula kabel laut, yaitu kabelkabel yang khusus dipergunakan di dalam laut, sehingga untuk ini sistem komunikasinya disebut dengan “Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL)”. Terkait dengan cara untuk memanfaatkan lebar jalur/pita media transmisi untuk mengirimkan lebih dari satu sinyal sekaligus, dilakukan multiplexing dengan cara membagi dalam pita-pita frekuensi atau pita-pita waktu. Cara atau sistem ini dikenal dengan Frequency Division Multiplex (FDM) atau Time Division Multiplex (TDM). Sistem transmisi yang lain, yaitu sistem gelombang radio. Dalam sistem ini, informasi yang telah dirubah menjadi sinyal listrik disalurkan melalui gelombang radio yang dipancarkan oleh suatu pemancar dan diterima oleh suatu alat penerima. Mengingat sifatsifatnya gelombang radio untuk keperluan telekomunikasi, maka gelombang radio tersebut dibagi beberapa jenis. Yaitu gelombang frekuensi tinggi (HF = High Frequency), frekuensi sangat tinggi (VHF = Very High Frequency), frekuensi ultra tinggi (UHF = Ultra High Frequency) dan gelombang mikro (Microwave). Penggunaan gelombang-gelombang tersebut disesuaikan dengan sifat-sifat gelombang yang bersangkutan. Gelombang HF pada umumnya dipergunakan untuk hubungan yang sangat jauh, sedangkan untuk gelombang VHF dan UHF digunakan untuk hubungan-hubungan yang cukup jauh. Kebutuhan akan lebar jalur yang relatif besar, maka teknologi gelombang mikro mulai dikembangkan dan digunakan sebagai jaringan transmisi jarak jauh. Dengan frekuensi pembawa antara 3 – 12 GHz, gelombang mikro merambat dalam ruang bebas dengan ragam garis pandang (Line of Sight), baik berada di atas tanah (terrestrial) maupun extra terrestrial, yaitu sistem komunikasi dengan menggunakan satelit. Sistem-sistem ini berkemampuan menyediakan lebar jalur transmisi dan keterhandalan yang Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
8
diperlukan untuk transmisi dari beberapa ribu saluran telepon atau beberapa saluran televisi.
Gambar 5. Gelombang mikro merambat dalam garis pandang (line of site)dari antena pemancar ke antene penerima. Sistem komunikasi dengan satelit dikembangkan dan digunakan karena selain untuk menanggulangi berkembangnya trafic perhubungan internasional juga untuk menjangkau daerah yang luas dan sukar dicapai. Keistimewaan/ kelebihan sistem ini ialah diperolehnya mutu dan kemampuan telekomunikasi yang tinggi, juga kapasitas jumlah saluran dari transpondernya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
9
Gambar 6. Sistem komunikasi melalui satelit Adanya kemajuan teknologi di bidang elektronika yang begitu pesat, sehingga berdampak pada perkembangan teknologi telekomunikasi. Teknologi analog yang sekarang masih ada dengan cepat akan digantikan oleh teknologi digital yang ditunjang dengan berkembang-nya perangkat jaringan/transmisi. Transmisi optik merupakan salah satu pilihan untuk menunjang perubahan tersebut. Dan akhirnya pemakaian kabel serat optik untuk sistem telekomunikasi berkembang pesat, dan secara perlahan akan menggantikan teknologi yang selama ini masih menggunakan kabel konvensional (kabel tembaga). Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO) digunakan karena banyak keunggulan serat optik dibanding kabel konvensional, bahkan juga terhadap transmisi gelombang mikro.
a. kabel punter
b. Koaksial
c. Serat optik
Gambar 7. Perangkat transmisi Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
10
C. Sistem Komunikasi dengan Kawat Penghantar Komunikasi dengan kawat penghantar adalah suatu sistem komunikasi yang menggunakan kawat penghantar sebagai sarana atau media transmisinya. Artinya kawat pengantar tersebut berfungsi sebagai pembawa informasi yang telah diubah dalam bentuk sinyal. Oleh karena itu kebutuhan dasar yang harus ada pada sistem komunikasi ini adalah penguat (amplifier) sebagaimana yang ditunjukkan pada diagram blok pada Gambar 8. SUMBER
Informasi asli
TUJUAN
Saluran Kawat + gangguan Transdu cer
Amplifi -er
Amplifier
Transduc er
+ gangguan
Informasi yang diterima + gangguan
Sinyal elektronis + gangguan
Gambar 8. Kebutuhan dasar sistem komunikasi dengan penghantar satu arah Hanya yang perlu diperhatikan bila jarak yang ditempuh jauh, maka dibutuhkan banyak penguat (amplifier) yang berfungsi sebagai penguat sinyal. 1. Telegraph Telegraph adalah suatu sistem komunikasi yang berkaitan dengan proses pengiriman dan reproduksi dari suatu dokumen dalam bentuk tulisan dan gambar antar tempat yang berjauhan. Atau dapat juga diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan salinan dari informasi apapun dalam bentuk yang telah ditentukan. Dalam prosesnya, huruf, angka dan simbol diberi kode dan diubah ke dalam bentuk sinyal-sinyal listrik yang kemudian dikirim melalui saluran transmisi (kawat penghantar). Di tempat tujuan/penerima, sinyal tersebut diubah kembali ke dalam bentuk informasi aslinya. Proses atau prosedur tersebut seperti diperlihatkan pada Gambar 9.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
11
Saluran transmisi
Ujung pengirim
Huruf
Kodifikasi Baca
Informasi
Pengirim Pindah sinyal listrik
Penerima
Ujung penerima
Dekodifi kasi
Transmisi
Huruf Terjemahan Informasi
a. Proses/prosedur pada telegraph
b. Kunci morse dan mesin telegraph Gambar 9. Sistem Telegraph Suatu rangkaian telegraph adalah suatu kumpulan sistem komunikasi yang terdiri dari sumber tenaga, pesawat pengirim, saluran transmisi dan pesawat penerima. Pada sisi pengirim informasi yang berupa huruf/tulisan dibaca dan diterjemahkan kedalam bentuk kode/simbul. Terdapat bermacam-macam kode yang digunakan seperti kode Morse, Undulator, Semaphore, Baudot dan sebagainya, tetapi kode morse yang paling banyak digunakan. Setelah diterjemahkan ke dalam kode morse yang terdiri dari gabungan titik dan garis (dot and dash), lalu diubah menjadi sinyal listrik oleh kunci Morse yang berfungsi sebagai skakelar yang bekerja membuat arus listrik mengalir dan tidak mengalir. Lama waktu mengalir dan tidak mengalir disesuaikan dengan kode Morse. Titik berarti ada arus Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
12
dengan waktu pendek ( 1 detik) dan garis berarti ada arus dengan waktu panjang (3 detik) dan jarak antara kode huruf yang satu dengan yang lainnya adalah disebut spasi dengan waktu tidak ada arus dengan waktu 3 detik. Sinyal-sinyal tersebut dikirimkan ke stasiun penerima melalui transmisi kawat (kabel). Pada sisi penerima, sinyal telegraph diterima oleh mesin telegraph dan secara magnetis dan mekanik dapat dicetak pada kertas dalam bentuk kode morse. Selanjutnya diterjemahkan kembali kebentuk huruf dan informasi dapat dibaca dan ditulis lalu disampaikan ke alamat sasaran yang di tuju. 2. Teleprinter Teleprinter merupakan alat komunikasi tertulis elektronik jarak jauh yang dipergunakan pada jasa telekomunikasi dalam bentuk Telex (Teleprinter exchange). Telex merupakan suatu sistem telegrap yang memungkinkan para pelanggan untuk sewaktu-waktu dapat saling berhubungan dengan menggunakan pesawat teleprinter melalui jaringan telegrap. Dengan kata lain, hubungan telex merupakan pertukaran informasi jarak jauh dalam bentuk tulisan.
Gambar 10. Pesawat Teleprinter 3. Telepon Yang dimaksud dengan telepon adalah suatu sistem telekomunikasi untuk meneruskan pembicaraan dalam bentuk suara pada jarak yang berjauhan. Prinsip dasar telepon adalah gelombang suara diubah menjadi gelombang/ sinyal listrik oleh mikropon, yang Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
13
diteruskan melalui kabel dan di tempat tujuan diubah kembali menjadi gelombang suara. Telepon adalah jawaban yang tepat bagi masalah waktu, jarak dan tempat. Dengan telepon, hubungan yang cepat, tepat dan efisien ke segala penjuru dapat terpenuhi.
A
Kantor Telepon (operator )
B
Gambar 11. Sistem sambungan telepon manual Pada sistem telepon manual, pelanggan menelpon operator dikantor telepon dan minta disambungkan ke nomor tujuan. Pelanggan dan nomor tujuan baru bisa berbicara/komunikasi setelah operator menghubungkan kontak hubungan dari terminal pelanggan ke terminal nomor tujuan.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
14
STO
A
Stasiun Telepon Otomatis
B
a. Sistem sambungan telepon otomatis.
Asal
Pengarah STO asal
Pengarah SLJJ tujuan
Register SLJJ asal
Selektor STO
Tujuan b. Sistem hubungan telepon SLJJ Gambar 12. Sistem hubungan telepon
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
15
Dari kota asal sinyal yang dikirim dari telepon pelanggan diarahkan oleh mesin STO asal dan diteruskan kemesin register untuk disimpan dan diteruskan melalui jaringan ke mesin Pengarah SLJJ tujuan untuk diarahkan ke jaringan lokal tujuan sampai hubungan terlaksana. Selanjutnya diteruskan ke mesin selektor STO tujuan dan disambungkan ke nomor tujuan. Pada sistem telepon otomatis, operator di kantor telepon otomatis digantikan mesin switching otomatis yang dapat digerakkan oleh sinyal yang dikirim oleh pelanggan pada waktu menekan/memutar tombol/dial pada pesawat telepon. Dengan demikian pelanggan langsung dapat berkomunikasi dengan nomor tujuan secara otomatis tanpa bantuan operator. Karena banyaknya sambungan telepon pelanggan dan luasnya daerah operasional telepon, maka dibangun mesin switching yang di tempatkan disetiap daerah secara bertingkat sehingga memungkinkan menjangkau sasaran yang banyak dan luas. 4. Faximile Mesin Faxsimile adalah mesin yang dapat merubah data /tulisan/gambar yang ada di kertas menjadi data elektrik dengan proses scaning seperti pada mesin fotokopi. Oleh karena itu mesin faximile juga dapat digunakan sebagai fotokopi. Data elektrik didapat dikirimkan ke tujuan dengan menggunakan jaringan telepon. Proses pengiriman dilakukan dengan cara menelpon nomor telepon tujuan untuk memberitahukan bahwa akan mengirim fax. Nomor tujuan menghidupkan mesin fax dan menunggu sampai proses pengiriman selesai. Data tercetak di kertas sama persis dengan data yang dikirimkan oleh pengirim.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
16
STO
fax
fax
Gambar 13. Sistem pengiriman data dengan mesin faximile 5. Interphone Interphone adalah salah satu sistem komunikasi melalui kawat yang sederhana dengan kapasitas terbatas. Sistem ini berguna untuk lingkungan kecil, dengan fasilitas yang dapat untuk komunikasi intern dan extern. Pesawat ini juga dapat berfungsi sebagai intercome (sambungan dalam satu lingkungan).
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
17
jaringan
amplifier
Mic
amplifier
amplifier
amplifier
amplifier loudspeaker
Gambar 14. Prinsip sambungan jaringan interphone/Aipon 6. TV Kabel dan CCTV (Close Circuit Television) a. TV Kabel. TV Kabel adalah sistem penyampaian informasi TV dengan jarak dekat (lokal). Sistem ini di Indonesia berkembang di masyarakat sebelum TV Swasta bermunculan, sehingga acara TV banyak didominasi oleh TVRI dan salah satu TV Swasta saja. Dengan adanya penggunaan satelit (palapa), maka berkembang pula penggunaan antene parabola dan unit penerima satelit. Disamping untuk memenuhi kebutuhan individu untuk keperluan rumah tangga ada pula yang memanfaatkan TV kabel ini untuk kepentingan usaha hiburan bagi masyarakat secara terbatas. Sistem ini juga digunakan untuk mengatasi daerah blank (sulit menerima siaran TV akibat geografis). Hal yang menjadi daya tarik bagi masyarakat adalah dapat menerima variasi siaran TV bahkan bisa menikmati siaran TV dari negara lain seperti Malaysia, Amerika, RRT dan sebagainya. Suatu usaha membuat variasi siaran yang ditayangkan, pusat TV kabel dapat menyediakan acara dari sumber lain yaitu dari VTR misalnya rekaman film, music dan sebagainya. Dengan penambahan kamera video pusat TV kabel bisa melakukan siaran langsung acaraacara untuk dinikmati bersama. Sistem sambungan TV Kabel secara sederhana dapat dilihat pada Gambar. 15. sebagai berikut. Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
18
Sinyal dari Satelit
Feeder
RF IN
VTR RF OUT
LNB
Parabola dan Satelit Receiver Gambar 15. Sistem sambungan TV kabel Sinyal TV gelombang mikro yang dikirimkan oleh stasiun bumi diterima satelit dan dipancarkan kembali ke Bumi dan diterima oleh antena parabola dipilih/ditala oleh bagian penala unit penerima satelit. Sinyal yang masih lemah ini diperkuat oleh unit LNB (low noise block) dan diteruskan ke unit penerima satelit untuk di deteksi sinyal TV nya. Sinyal TV dikeluarkan melalui RF unit sehingga memiliki frekuensi saluran yang sesuai. Selanjutnya disalurkan ke TV penerima melalui jek RF out dengan menggunakan kabel koaksial. Untuk keperluan penyaluran ke rumah-rumah pelanggan, dapat menggunakan sambungan pararel dengan menggunakan koaksial. Dalam penyaluran dengan kawat penghantar ini perlu memperhaltikan drop potensial akibat penampang dan panjang kabel yang digunakan. Untuk penggunaan kabel koaksial jenis RGB, paling panjang 100 yard (90m) atau maksimum satu rol harus diperkuat dengan unit boster penguat sinyal (UHF amplifier) supaya sinyal TV dapat diterima dengan kualitas yang baik. Untuk membuat variasi siaran bisa dilakukan sebagai berikut. Pertama, dengan mengganti Horn pada parabola dari yang satu arah menjadi dua arah (vertikal dan horisontal), sehingga bisa menikmati acara dua stasiun pemancar TV yang dapat disalurkan ke pelanggan. Kedua, Menambah unit VTR/VCR (video tape/casete recorder) atau VCD/DVD player untuk memutar rekaman film, music dan sebagainya sesuai permintaan dan kesenangan pelanggan. Ketiga, Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
19
dengan menambah unit Kamera video untuk meliput siaran langsung acara-acara kegiatan yang penting di wilayah itu. Misalnya pilkada, panggung gembira, pentas seni dan sebagainya. b. CCTV (Close Circuit Television) CCTV adalah system sambungan komunikasi terbatas, untuk keperluan yang terbatas pula. Peralatan CCTV terdiri dari kamera video, VTR (video tape recorder) dan TV monitor. CCTV banyak digunakan untuk pengamanan di toko-toko swalayan, kantor-kantor, perusahaan/pabrik dan sebagainya. CCTV juga dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan guna mengatasi jumlah murid yang banyak dan kelas pararel, sehingga memerlukan ruangan yang luas. Dengan menggunakan CCTV seorang guru mengajar sekaligus untuk semua dengan cara setiap ruangan sudah dilengkapi dengan TV monitor dan kamera sehingga memungkinkan terjadi komunikasi antara guru dengan para siswa di setiap ruangan. Sistem sambungan dasar CCTV dapat dilihat pada Gambar 16 sebagai berikut
ARTIS
VTR
TV
Gambar. 16. Sistem sambungan CCTV D. Sistem Komunikasi Tanpa Kawat Penghantar Yang dimaksud dengan komunikasi tanpa kabel (wireless) adalah suatu sistem komunikasi yang menggunakan gelombang radio sebagai Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
20
media transmisinya. Artinya, gelombang radio digunakan sebagai pembawa informasi yang telah diubah dalam bentuk sinyal. Dalam sistem ini yaitu, sebuah pemancar (transmitter) yang memancarkan dayanya melalui antena ke arah tujuan dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Di tempat tujuan, gelombang elektromagnetik ini ditangkap oleh antena pesawat penerima (receiver), sebagaimana seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut ini.
Pemancar
Penerima
Gambar 17. Sistem komunikasi radio Adapun kebutuhan dasar yang harus ada pada sistem komunikasi radio ini ditunjukkan seperti pada Gambar 18 berikut. PEMANCAR
PENERIMA
Hubungan radio + gangguan Antena Pemancar
Antena Penerima
SUMBER Transducer
TUJUAN
Amplifier
Amplifier
Informa si asli Transmiter
Receiver
Transducer
Informasi yang diterima + gangguan
Sinyal elektronis + gangguan
Gambar 18. Kebutuhan dasar sistem komunikasi radio satu arah
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
21
Yang perlu diperhatikan, gelombang radio mempunyai spektrum, frekuensi yang terbagi dalam beberapa daerah (band), juga sifat-sifat perambatannya, maka penggunaannya bergantung pada kebutuhan dan sistem komunikasinya. 1. Sistem Komunikasi Radio HT (Handy Talky) Pesawat radio HT sampai saat ini masih banyak digunakan untuk bantuan komunikasi. HT digunakan untuk komunikasi dengan jarak terbatas antar pesawat secara langsung. Radius jarak jangkaunya tergantung power pesawatnya. Namun untuk memperjauh jangkauan bisa dilaksanakan dengan menambah power/ Boster dan antene luar yang relatip tinggi dan terarah. Radio HT dengan panjang gelombang 2 meter banyak digunakan Satpam, Polisi, anggota ORARI. Radio antar Penduduk RAPI banyak menggunakan pesawat radio dengan panjang gelombang 80 meter dengan jangkaun antar pulau.
a. Komunikasi antar pesawat HT
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
22
b. Jenis Pesawat HT
c. Pemanfaatan HT untuk bantuan komunikasi Gambar 19. Prinsip dasar komunikasi HT 2. Sistem Komunikasi Handpone (Mobile Telephone) Berbeda dengan HT, Handpon atau telepon bergerak tidak dapat komunikasi secara langsung antar pesawat , meskipun dengan jarak yang berdekatan. Sistem komunikasi Handphon harus melalui stasiun yang berfungsi sebagai provider. Dalam perkembangannya terdapat dua sistem komunikasi yang berkembang juga di Indonesia yaitu GSM (Global system For Mobile Comunication) dan CDMA (Code Division Multiple Access). Sistem GSM dikembangkan oleh Amerika dan CDMA dikembangkan oleh Eropa.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
23
GSM pertama kali berkembang di Eropa th 1991 dan pada th 1993 berkembang ke Amerika selatan, Asia dan Australia. Arsitektur GSM terdiri 3 subsistem yang terhubung dan berinteraksi antar sistem dan dengan pengguna melalui interface Network. Ketiga sub sistem tersebut adalah BSS (Base Station Subsystem), NSS (Network and Switching System) dan OSS ( Operation Support System). BSS merupakan subsistem radio yang berfungsi sebagai penyedia dan pengatur jalur transmisi radio antara MS dengan MSC, dan untuk mengatur interface radio antara MS dengan subsistem lain dalam jaringan GSM. Setiap BSS terdiri dari beberapa BSC yang berfungsi menghubungkan MS ke NSS melalui MSC. Sedangkan NSS digunakan untuk mengatur fungsi switching dari sistem yang menjamin MSC dapat berkomunikasi dengan jaringan sistem lain seperti PSTN, ISDN dan Jaringan Data. Fungsi operasi dan perawatan secara keseluruhan sistem GSM dikontrol oleh OSS yang dapat dimonitor, dianalisis dan dilakukan troubleshooting oleh seorang enginer. Diagram blok sistem GSM dapat dijelaskan seperti Gambar berikut.
a. Berbagai macam pesawat Handphone (HP)
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
24
BSS
BTS
BTS
BSC
BSC
MSC
PS TN
MS
NSS SDN Data Network
BSS
OSS
OSS
MSC
PS TN
NSS MS ISDN Data Network
b. Sistem hubungan komunikasi pesawat Handphone Gambar 20. Prinsip komunikasi handphone Keterangan : MS ( Mobile Station) ; BTS (Base Tranceiver Station) ; BSC (Base Station Controller ) MSC (Mobile Switching Centre); PSTN (Public Switch Telepone Network). MS akan berkomunikasi dengan BSS (Base Station Subsystem) yang terdiri dari beberapa BSC dan BTS yang terhubung dalam satu MSC melalui antar muka (interface) radio . Setiap BSC bertugas mengontrol ratusan BTS yang tersebar di daerah layanan operator. Hubungan jaringan antara BTS dengan BSC melalui gelombang mikro. Proses komunikasi dua BTS dalam satu BSC dikontrol oleh BSC itu sendiri tanpa melibatkan MSC. Dalam waktu yang bersamaan yaitu mulai th 1995 diperkenalkan teknologi telepon selular CDMA. Teknologi yang menggunakan sistem multiple access sehingga dapat mendukung pengguna dengan jumlah besar untuk saling berbagi ruang kanal Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
25
radio dan sembarang pengguna dapat memperoleh access ke sembarang kannal radio. CDMA menggunakan kode digital (Pseudo-Random Code Sequences) untuk membedakan pelanggan yang di-share ke MS maupun base station, sehingga semua pelanggan membagi spectrum radio dengan range yang sama. CDMA juga menggunakan sistem penyebaran multiple access yang disebut Direct Sequence CDMA (DSCDMA), sehingga tiap pelanggan mendapatkan kode direct sequence biner sepanjang proses pemanggilan. Kode tersebut adalah sinyal yang dibangkitkan oleh modulasi linier dengan sequence psedorandom noise wideband yang menghasilkan penggunaan sinyal yang lebih lebar dibanding aplikasi yang digunakan teknologi yang lain. Di samping itu didisain tidak peka terhadap interferensi. Dalam sistem CDMA proses pengkodean pada link radio dari base station ke mobile station dilakukan dengan cara penambahan kode pseudorandom khusus pada sinyal periodic, sehingga base station dapat membedakan dirinya dengan base station yang lain pada selang waktu tertentu. Dengan demikian sistem CDMA telah disinkronisasikan dengan referensi waktu yang umum digunakan. Yaitu yang bersumber dari Global Posisioning System (GPS) yang merupakan sistem navigasi radio berbasis pada konstelasi satelit. Karena sistem GPS dari satelit yang mengorbit di luar angkasa mengkover bumi, maka sistem GPS ini menyediakan metode siap pakai untuk menentukan posisi dan waktu yang diperlukan semua receiver yang ada. Penyebaran kanal pada CDMA yaitu terdiri dari kanal-kanal : Forward. digunakan untuk komunikasi dari cell ke mobile, membawa trafik dan sinyal informasi overhead yang membangun sistem waktu dan identitas station. Kanal overhead terdiri dari kanal pilot, kanal sinkronisasi, kanal paging dan kanal trafik forward yang membawa sinyal panggilan telepon, suara dan informasi control daya mobile dari base station ke unit mobile ; Kanal Reverse. Digunakan komunikasi dari mobile ke cell. Kanal ini membawa trafik dan signaling. Kanal ini hanya akan aktif selama penggilan ke mobile station terhubung, atau signaling kanal access yang terhubung. Kanal access. Bila unit mobile tidak aktif, maka akan terbentuk komunikasi ke base station melalalui kanal access. Kanal ini dipasangkan dengan kanal paging yang saling berhubungan; Kanal Trafik Reverse. Membawa setengah bagian yang lain dari panggilan telepon, suara dan informasi control daya mobile dari unit mobile ke base station. Dari aspek teknologi sistem GSM maupun CDMA merupakan teknologi standar selular digital.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
26
3. Siaran Radio ( Broadcast) Pada siaran radio, yang ditransmisikan/dipancarkan adalah hanya sinyal suara (audio). Oleh karena itu proses komunikasinya dapat digambarkan seperti diagram blok sebagai berikut. PEMANCAR
PENERIMA
antena Amplifier
Mikro pon
Modula tor
Osilator RF
Tuner
Detek tor
Amplifi er
Osilator lokal
speaker
Gambar 21. Prinsip sederhana dari suatu sistem siaran radio Pada stasiun pemancar sinyal suara diproduksi oleh mikropon yang berfungsi sebagai tranduser, yaitu mengubah energi suara (audio) menjadi energi listrik (sinyal suara) dengan frekuensi maksimum 20 KHz (AF = audio Frequency). Selanjutnya sinyal suara diperkuat oleh rangkaian penguat (amplifier) yang berfungsi sebagai penguat sinyal suara sehingga memiliki energi yang cukup untuk rangkaian elektronika selanjutnya. Sinyal suara yang telah diperkuat selanjutnya dicampur dengan gelombang pembawa (carier wave) frekuensi radio (RF) yang diproduksi oleh rangkaian Osilator RF. Proses Pencampuran (mixing) sering disebut modulasi dilakukan oleh rangkaian modulator yang berfungsi sebagai mixer dan penguat daya sehingga sinyal modulasi memiliki energi yang cukup besar dan mampu merambat /meradiasi / memancar di udara melalui antena pemancar dengan jarak pancar sesuai energi yang dimilikinya. Dengan kata lain jarak pancar gelombang tergantung dari besarnya energi gelombang tersebut.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
27
Gelombang RF yang telah dipancarkan antena pemancar ke udara, diterima oleh antena radio penerima yang berfungsi menerima semua gelombang radio. Oleh rangkaian Tuner (penala) gelombang-gelombang radio tersebut dipilih satu gelombang saja yaitu yang berresonansi dengan frekuensi gelombang yang dihasilkan oleh rangkaian penala (frekuensi gelombang radio = frekuensi gelombang penala). Gelombang tersebut merupakan gelombang yang modulasi antara gelombang/sinyal suara dan gelombang pembawa. Setelah mengalami penguatan melalui rangkaian penguat, gelombang tersebut diteruskan ke rangkaian demodulasi untuk mendeteksi/ memisahkan gelombang suara dan gelombang pembawa yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Proses demodulasi dengan menggunakan sistem pencampuran dengan gelombang frekuensi bandingan dari rangkaian osilator lokal. Hasil pencampuran/bandingan tersebut menghasilkan gelombang frekuensi menengah sekitar 455 KHz. Selanjutnya gelombang ini dimasukkan ke rangkaian detector untuk memisahkan frekuensi tinggi dengan frekuensi suaranya. Karena gelombang yang masuk ada dua sisi, yaitu sisi atas dan sisi bawah maka pada rangkaian ini yang diambil hanya satu sisi dengan menggunakan rangkaian penyearah (diode). Proses pemisahan frekuensi menggunakan prinsip bahwa arus listrik lebih mudah mengalir melalui hambatan ohm yang lebih kecil. Nilai ohm yang diperoleh dari komponen kumparan (XL) berbeda dengan komponen kondensator (Xc). Xl = 2 π f L sedangkan Xc = 1/ (2 π f c). Dari rumus tersebut jelaslah bahwa listrik dengan frekuensi tinggi akan lebih mudah mengalir melalui kondensator C dari pada melalui kumparan L . Oleh karena itu rangkaian detektor menggunakan dasar tersebut, sehingga frekuensi tinggi yang sudah tidak diperlukan dibuang ke ground melalui kondensator dan frekuensi suara diteruskan melalui kumparan L ke rangkaian penguat. Setelah diperkuat beberapa kali sehingga sinyal tersebut memiliki power yang cukup untuk menggerakkan membran speaker yang berfungsi sebagai tranduser yaitu mengubah energi listrik menjadi energi suara. Suara yang dihasilkan sama dengan suara yang diucapkan didepan mikropon pada pemancar radio. Berkaitan dengan penggunaan besarnya frekuensi pembawa sinyal suara yang digunakan dalam system pemancar dan penerima radio, maka dapat dibuat klasifikasi frekuensi seperti pada Tabel. 1. berikut ini.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
28
Tabel 1. Jenis Band Frekuensi dan Penggunaannya Jenis/Na ma Band Freq VLF (Very Low Freq. ) LF (Low Freq)
Band Panjang Frequenc Gelomba y ng (f) (λ) 3 Hz – 30 KHz 108-104 m
Transmisi Yang digunakam Serat optik, laser
Transmisi data
104-103 m
Pengarah gelom bang, gelom- bang mikro
Rastronomi, radar, komunikasi antariksa, transmisi gelombang mikro Radar, Satelit dan komunikasi antariksa, transmisi gelombang mikro TV UHF, Radio CB, Radar, Radio jarak pendek, komunikasi militer TV VHF, radio FM, sarana navigasi
30–300KHz
MF (Midium Frequenc y)
300KHz – 3 MHz
HF (High Freq)
3 – 30MHz
VHF (Very High Freq ) UHF (Ultra High Freq ) SHF (Super High Freq ) EHF (Extreme ly High Freq )
1000–100 m
Pengarah gelom bang, gelom- bang mikro
Pengarah 100 – 10 gelom bang, m gelom- bang pendek
30MHz – 10 – 1 m 300 MHz
Kabel koaksial, gelombang pendek 300MHz – 100 – 10 Kabel 3 GHz cm koaksial, gelombang pendek 3GHz – 10 – 1 cm Kabel 30GHz koaksial, gelombang panjang 30GHz – 10 – 1 mm Kabel kawat ganda, 300 GHz gelom-bang panjang
Sri Sartono
Kegunaan
Radio amatir, telepon mobil, komunikasi militer, radio CB Pemancar AM, Radio amatir Radio suar dg navigasi, pemancar dg nada dan frekuensi standar
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
29
Ultra Ungu Cahaya Tampak Infra
1014 – 1016 Hz
3.10-4 – Kabel kawat 3.10-6 cm ganda, gelom-bang panjang
Audio, telepon, transmisi data, navigasi jarak jauh
Merah Gelombang radio memiliki sifat mendekati cahaya. Dengan demikian akan merambat lurus dan dapat dipantulkan. Cepat rambat gelombang (V) adalah 300.000 meter/detik. Hubungan antara Cepat rambat V, Frekuensi f dan panjang gelombang λ adalah : λ = V / f . 4. Siaran Televisi Pada sistem televisi, ada tiga bagian yang saling terkait, yaitu studio TV, pemancar TV dan penerima TV. Adapun sinyal yang dipancarkan / ditransmisikan adalah sinyal suara (audio) dan gambar (video). Diagram blok prinsip dari suatu sistem siaran televisi dapat digambarkan secara diagram blok
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
30
Antena pemancar
Sumber pembawa video
Saluran Kamera Penguat
Penguat video
video
Penguat daya
Modulator video
ttelevisi Unit penggabung Saluran
Penguat suara
Mikrofon
Penguat suara
Studio televisi
Modulato r suara
Penguat daya
Sumber pembaw a suara
Stasiun pemancar TV
Antena penerima
Penguat video
Loudspeaker Tabung TV Penguat R.F.
Detektor
Penguat suara
Penerima Televisi (sederhana)
Gambar 22. Prinsip sederhana dari suatu sistem siaran televisi Di dalam Studio TV, gambar kejadian ditangkap oleh Kamera TV yang sebagai tranduser yang merubah energi cahaya menjadi energi listrik (sinyal gambar/video). Sedangkan suara ditangkap oleh mikropon yang berfungsi sebagai tranduser yaitu merubah energi suara menjadi energi listrik (sinyal audio/suara). Keluaran (output) Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
31
dari kamera dan mikropon yaitu sinyal video dan sinyal audio dihubungkan ke Video Tape Recorder (VTR) untuk direkam dan atau secara langsung disalurkan ke unit pemancar TV. Pada unit pemancar TV, sinyal Video diperkuat oleh rangkaian penguat video dan selanjutnya dimodulasikan dengan gelombang pembawa video yang diperoleh dari rangkaian pembangkit gelombang pembawa video. Selanjutnya sinyal modulasi video diperkuat oleh rangkaian penguat daya agar memiliki daya yang cukup besar. Sedangkan sinyal audio diperkuat oleh rangkaian penguat audio dan dimodulasikan dengan gelombang pembawa audio yang diperoleh dari rangkaian pembangkit gelombang pembawa audio. Selanjutnya sinyal modulasi audio diperkuat oleh rangkaian penguat daya audio agar memiliki daya yang cukup besar. Setelah sinyal modulasi audio dan video memiliki daya yang cukup keduanya digabungkan pada rangkaian unit penggabung dan dipancarkan oleh antena pemancar ke udara. Pada penerima TV, sinyal gabungan audio dan video yang dipancarkan ke udara ditangkap oleh antena penerima TV setelah melalui penalaan sesuai prinsip frekuensi resonansi. Selanjutnya diperkuat oleh rangkaian penguat RF dan di deteksi oleh rangkaian detector untuk dipisahkan dari frekuensi pembawanya. Sinyal video selanjutnya diperkuat oleh rangkaian penguat video dan dikirim ke tabung gambar TV yang berfungsi sebagai tranduser yang merubah energi listrik menjadi energi cahaya (gambar) kembali dengan sistem scaning (perabaan). Demikian pula sinyal audio diperkuat oleh rangkaian penguat audio dan dikirim ke loadspeaker yang berfungsi sebagai tranduser yaitu merubah energi listrik menjadi energi audio kembali. Dengan demikian audio dan gambar kejadian di dalam studio dapat dilihat pada pesawat penerima TV. Sehubungan dengan banyaknya stasiun pemancar TV, pesawat penerima TV telah didisain dengan menyediakan saluran atau kanal. Untuk pesawat TV yang lama terdapat 8 – 12 saluran, tetapi untuk pesawat TV yang baru telah menyediakan sampai 100 saluran. Pembedaan saluran ini dimaksudkan agar tidak ada saling interferensi dari stasiun pemancar. Pembagian saluran TV di Indonesia dapat diperhatikan pada Tabel 2. sebagai berikut. Tabel. 2. Pembagian Kanal / Saluran TV di Indonesia Band
No. Saluran
Frek. Saluran (MHz)
Frek Gel Pembw Video (MHz)
Frek Gel Pembw Audio (MHz)
I
1
43 – 50
44,25
49,75
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
32
I
2
54 – 61
55,25
60,75
I
3
61 – 68
62,25
67,75
III
4
174 – 181
175,25
180,75
III
5
181 - 188
182,25
187,75
III
6
188 - 195
189,25
194,75
III
7
196 – 202
196,25
201,75
III
8
202 - 209
203,25
208,75
III
9
209 - 216
210,25
215,75
E. Komunikasi Melalui Satelit Satelit Komunikasi adalah perangkat yang diluncurkan ke orbit geostasioner bumi dan perangkat ini berfungsi untuk menerima gelombang informasi yang telah dimodulasi dengan gelombang mikro yang dikirimkan oleh stasiun bumi, dan memancarkan kembali ke stasiun bumi-stasiun bumi lain. Dengan demikian satelit dapat dikatakan sebagai reflektor gelombang mikro. Satelit digunakan dalam sistem komunikasi untuk memperluas jangkauan daya pancar stasiun pemancar radio maupun televisi, bahkan juga digunakan pada sistem komunikasi telepon dan data-data yang lain. Dalam hal usaha memperluas jangkauan dengan menggunakan gelombang mikro ada dua cara yaitu: Pertama, dengan membangun stasiun relay (Link Station) pada setiap daerah dan gelombang mikro dipancarkan secara estafet dari stasiun pemancar pusat sampai daerah. Sistem ini banyak kendala, karena harus membangun stasiun relay dengan jumlah banyak dan dengan ukuran tower antene yang tinggi sehingga tidak ekonomis. Di samping itu juga hambatan geografis sangat besar, karena sifat dari gelombang mikro seperti cahaya sehingga untuk penyalurannya harus line of side. Kedua, dengan menggunakan satelit yang diluncurkan ke orbit dan refleksinya diarahkan dapat mengarah ke bagian bumi tertentu. (satelit Palapa refleksinya dapat mengkover wilayah sebagian Asia Tenggara, Asean dan sebagian Australia). Dalam sistem ini Gelombang mikro yang membawa informasi dikirimkan dari stasiun bumi pusat ke arah satelit, diterima satelit dan dipancarkan kembali ke bumi setelah mengalami penguatan. Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
33
Selanjutnya diterima oleh stasiun bumi di setiap daerah untuk di salurkan ke masyarakat sasaran. Peluncuran satelit menggunakan tenaga peluncur yang sangat besar dan satelit dibawa menggunakan roket. Gambar berikut menunjukkan antena stasiun bumi , peluncuran roket pembawa dan satelit komunikasi.
a. Parabola
b. Peluncuran Satelit
c. Satelit yang sedang mengorbit Gambar 23. Perangkat komunikasi lewat satelit
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
34
BUMI
A
B
Gambar 24. Transmisi gelombang mikro dari A ke B dengan sistem relay secara estafet dengan melalui satelit. Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
35
Andaikata tidak ada satelit, agar A dapat berkomunikasi dengan B secara Langsung , maka diperlukan antena gelombang mikro dengan tower setinggi ratusan kilometer. Hal ini dapat dijelaskan melalui Gambar 24 diatas
Gambar 25. Stasiun Relay untuk mengatasi hambatan geografis yang berbukit-bukit Telah diketahui bahwa satelit berfungsi sebagai reflektor Gelombang Mikro. Dengan demikian dapat dimanfaatkan untuk semua sistem komunikasi yang menggunakan gelombang mikro, baik itu TV, Radio, Telepon maupun pengiriman data-data yang lain. Sebagai contoh dalam penyiaran TV seperti terlihat pada gambar berikut. Data audio maupun audio dimodulasikan dan dipancarkan dengan frekuensi gelombang micro ke satelit, selanjutnya oleh satelit gelombang mikro yang membawa data audio dan video diperkuat dan dipancarkan kembali ke stasiun bumi atau ke antene parabola dan diterima oleh penerima satelit dan diteruskan ke Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
36
pesawat penerima TV. Untuk keperluan penyiaran yang lebih jauh setelah diterima penerima satelit lalu dipancarkan kembali melalui antena pemancar TV ke TV penerima di rumah-rumah disekitar daerah tersebut. Dengan perkembangan Iptek bidang komunikasi saat ini membuat dunia tanpa jarak. Penggunaan sarana komunikasi melalui jaringan internet sudah bukan barang mewah lagi tetapi sudah merupakan kebutuhan manusia untuk melakukan komunikasi. Kenyataannya sekarang terjadi penggabungan berbagai sistem komunikasi menjadi sistem yang terpadu dan menghasilkan komunikasi yang efektif dan efisien.
4 GHZ
RECEIVER
6 GHZ RECEIVER
TRANSMITER
TRANSCEIVER AUDIO
VIDEO
Gambar 26. Sistem komunikasi Penyiaran TV melalui satelit.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
37
Internet
Gambar. 27. Perpaduan sistem komunikasi.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
38
BAB. III JURNALISTIK PENYIARAN A. Pengertian Jurnalistik Kata jurnalistik, berasal dari kata jurnalism atau jurnalisme yang berarti kegiatan mengumpulkan berita. Juga berarti kegiatan mempoduksi surat kabar. Dengan kata lain jurnalisme mengandung maksud kegiatan yang dilakukan oleh seorang wartawan. Sedangkan kata jurnalistik dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang berkaitan dengan pekerjaan kewartawanan. Pengertian yang berkembang di dalam masyarakat, istilah jurnalistik sama dengan jurnalisme yaitu kegiatan untuk mempersiapkan, mengedit dan menulis untuk dipublikasikan melalui media masa baik media cetak maupun media elektronik. Yang dimaksud media cetak adalah surat kabar, majalah dan lain-lain, sedangkan media elektronik yaitu siaran radio, siaran TV, Film dan saat ini berkembang dalam bentuk digital yaitu jaringan komputer atau internet. Masih banyak pengertian-pengertian tentang istilah jurnalistik yang berkembang di masyarakat. Guna lebih memperjelas pemahaman tentang istilah jurnalistik, berikut ini disampaikan berbagai pengertian tentang jurnalistik sebagai berikut. 1. Jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyajikan berita tentang peristiwa atau kejadian sehari-hari, untuk memenuhi kebutuhan khalayak sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat dan perilakunya sesuai dengan kemauan jurnalis. 2. Jurnalistik adalah semua peristiwa yang kejadiannya menarik perhatian publik yang berupa pendapat, aksi, buah pikiran sehingga merangsang wartawan untuk meliput dan dijadikan bahan informasi atau berita. 3. Jurnalistik merupakan pengetahuan dan keterampilan praktis tentang seluk beluk penyiaran informasi atau berita melalui media pers, radio, televisi, film, teater, rapat umum dan sebagainya. 4. Jurnalistik merupakan pengolahan laporan yang menarik minat khalayak mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada publik. 5. Jurnalistik merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasan berita tentang berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu yang secepat-cepatnya. Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan komunikasi yang menggunakan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
39
pengetahuan praktis untuk menghimpun informasi dari peristiwa/ kejadian yang menarik, aktual dan faktual untuk diolah dan disajikan kepada khalayak melalui media masa cetak maupun disiarkan melalui pemancar radio, Televisi dan Film. Dengan waktu yang secepat cepatnya. B. Dasar-dasar Jurnalistik. 1. Fungsi dan Tugas Jurnalistik Fungsi dan tugas jurnalistik sesuai dengan undang-undang pokok pers Bab. II pasal 3 adalah sebagai berikut: a. Pers nasional berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. b. Disamping fungsi tersebut, pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Dari undang-undang tersebut dapat dijelaskan bahwa jurnalistik berfungsi menghimpun, mengolah dan menyalurkan informasi melalui media masa di mana dia bekerja. Bidang kerja jurnalistik yaitu pada pendidikan, hiburan maupun kontrol sosial masyarakat. Pers dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi, hal ini mengandung maksud bahwa dalam bertugas pers dapat mengatas namakan atau diberi tugas oleh lembaga tempat kerja (perusahaan penerbitan) atau yang bersangkutan dapat mendirikan perusahaan sendiri. Sebagai kontrol sosial, dimaksudkan bahwa pers harus memperjuangkan hak-hak rakyat. Ikut membangun masyarakat melalui penegakan hukum dan hak asasi manusia serta melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap halhal yang berkaitan dengan kepentingan umum serta aktif memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Di samping fungsinya pers juga memiliki hak dan kewajiban. Sesuai undang-undang pokok pers Bab II pasal empat, pers memiliki hak sebagai berikut. a. Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara. b. Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelanggaran penyiaran. c. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. d. Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan memiliki hak tolak. Sedangkan kewajiban pers sesuai undang-undang pokok pers Bab II pasal lima sebagai berikut.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
40
a. Pers nasional berkewajiban menberitakan peristiwa, opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah. b. Pers wajib melayani hak jawab. c. Pers wajib melayani hak koreksi. Sesuai pasal enam, pers harus melaksanakan peranannya sebagai berikut. a. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui. b. Menegakkan hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaan. c. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar. d. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum. e. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Dari undang-undang tersebut, dapat diartikan bahwa pers merupakan lembaga sosial dan wahana komunikasi masa yang melaksanakan tugas-tugas jurnalistik/kewartawanan. Tugastugas tersebut meliputi bagaimana mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dalam bentuk sesuai dengan media publikasi yang digunakan yaitu dalam bentuk tulisan (teks), gambar, suara, suara dan gambar, data dan grafik maupun dalam bentuk lain dengan menggunakan media cetak, media radio, televisi maupun media lainnya yang tersedia. Sedangkan pengertian dari perusahaan pers adalah badan hukum yang menyelenggarakan usaha pers. Seperti perusahaan media cetak, media elektronik, kantor berita, dan perusahaan lain yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan dan menyalurkan informasi. 2. Persyaratan seorang jurnalis Mengingat beratnya tanggungjawab jurnalis serta karakteristik pekerjaan yang menuntut seseorang yang tangguh, maka untuk menjadi jurnalis diperlukan persyaratan-persyaratan kemampuan pengetahuan dan sikap sebagai berikut. a. Cerdas. Orang cerdas akan cenderung bersikap kritis terhadap informasi yang diperoleh dari sumber informasi. Semua informasi akan dianalisis terlebih dulu sehingga informasi yang diperoleh memiliki akurasi yang tinggi. Dengan cara ini tidak akan didekte oleh sumber informasinya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
41
b. c.
d.
e.
f.
g.
h.
i. j.
Waspada. Seorang yang memiliki kewaspadaan akan cenderung bersikap hati-hati, meskipun demikian tidak harus kelihatan seperti orang bodoh. Rasa ingin tahu yang besar. Sikap ini diperlukan untuk menggali dan memilih mana informasi yang memiliki nilai berita dan mana yang kurang. Hal ini dimaksudkan karena jurnalis harus menyampaikan/meneruskan informasi kepada khalayak, sehingga harus memiliki kepekaan yang tinggi terhadap nilai informasi yang ada disekitarnya. Perhatian terhadap masyarakat. Karena jurnalis bekerja untuk kepentingan masyarakat, maka ia harus memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di dalam masyarakat. Ia harus membela kepentingan masyarakat terutama masyarakat yang tertindas, lemah, miskin melalui informasi yang ditulisnya dan disiarkannya kepada khalayak melalui media masa sebagai kritik sosial. Akal yang panjang. Seorang yang berakal panjang tidak mudah putus asa dan mudah menyerah. Ia akan berusaha dengan akal yang dimilikinya untuk memecahkan kesulitan yang dihadapinya. Peka terhadap ketidak adilan. Bila terjadi ketidak adilan di masyarakat, maka ia harus segera mengangkat informasi tersebut menjadi berita, sehingga segera mendapat perhatian dan solusi. Berani. Seorang jurnalis harus berani berbeda pendapat dengan penguasa apabila kebijakannya dipandang tidak benar dan berdampak pada ketidak adilan dan kesengsaraan rakyat. Dalam berbeda pendapat tentunya disertai argumentasi yang kuat. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik bahasa tulis maupun lisan, agar dalam menyampaikan informasi tidak terjadi kesalahfahaman. Sebaiknya juga menguasai beberapa bahasa asing. Berpegang pada norma, etika dan kesusilaan. Bersikap jujur, terbuka, menghormati dan melindungi sumber informasi, agar mendapat kepercayaan dari masyarakat.
3. Kode Etik Jurnalistik Di dalam melakukan tugasnya seorang jurnalis/wartawan diituntut untuk mentaati kode etik jurnalistik. Hal ini diatur karena setelah reformasi bermunculan berbagai organisasi jurnalistik, sehingga PWI (persatuan wartawan Indonesia ) bukan satu-satunya organisasi jurnalistik. Organisasi yang muncul diantaranya AJI ( Asosiasi Jurnalistik Indonesia), AJTI (Asosiasi
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
42
Jurnalis Televisi Indonesia) dan sebagainya. Setiap organisasi memiliki kode etik yang harus ditaati oleh segenap anggotanya. Di samping itu juga ada kode etik yang telah disepakati untuk ditaati seluruh wartawan/jurnalis seluruh indonesia yaitu adalah KEWI (Kode Etik Wartawan Indonesia). Kode etik ini dimaksudkan untuk menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak masyarakat. Dengan demikian KEWI merupakan landasan moral dan etika profesi yang dipakai sebagai pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas. Kode etik tersebut adalah berbunyi sebagai berikut. a. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar. b. Wartawan Indonesia menempuh tatacara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi. c. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi dan tidak melakukan plagiat. d. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis dan cabul serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan asusila. e. Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalah gunakan profesi. f. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak jawab. Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik ini sepenuhnya diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh organisasi yang dibentuk untuk itu. Di samping kode etik jurnalis juga harus memahami dan mentaati undang-undang pers dan penyiaran. Undang-undang Pers ditetapkan/syahkan oleh Presiden Republik Indonesia tanggal 23 September 1999 di Jakarta, dengan ketetapan UURI No. 40 Tahun 1999. Undang-undang pers ditetapkan agar pers berfungsi secara maksimal, karena kebebasan pers adalah satu wujud kedaulatan rakyat dan merupakan unsur penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis. Pers meliputi media cetak, media elektronik, dan media lainnya merupakan salah satu sarana untuk mengeluarkan pikiran baik secara lisan maupun tertulis. Oleh karena itu pers dalam menjalankan fungsinya harus dilaksanakan secara bertanggungjawab. Pers diberi kebebasan mencari dan menyampaikan informasi sebagai perwujudan hak asasi manusia yang menjamin setiap orang berhak berkomunikasi dan mendapatkan informasi. Hal ini juga
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
43
ditegaskan dalam piagam PBB tentang hak asasi manusia seperti pada pasal 19 yang menyatakan : ”Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat. Termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas wilayah”. Pers sebagai kontrol sosial sangat penting untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, KKN maupun penyelewengan dan penyimpangan yang lain. Pers dalam melaksanakan fungsinya juga harus menghormati hak asasi setiap orang, oleh karena itu dituntut pers yang profesional dan bertanggungjawab dan terbuka dikontrol oleh masyarakat. Masyarakat memiliki hak jawab dan hak koreksi. Dalam hal ini masyarakat diwakili oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti pemantau media dan oleh dewan pers dengan berbagai bentuk dan caranya. UURI Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran telah ditetapkan/disyahkan Presiden tanggal 28 Desember 2002 di Jakarta. UU Penyiaran ini dimaksudkan untuk menjamin kemerdekaan berpendapat, menyampaikan dan memperoleh informasi yang bersumber dari kedaulatan rakyat dan hak asasi manusia di negara RI, seperti diamanatkan UUD 1945. Namun demikian kemerdekaan tersebut harus bermanfaat bagi upaya dalam menjaga integrasi nasional, menegakkan nilai-nilai agama, kebenaran, keadilan, moral, dan tata susila serta memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan RI. Dengan demikian kebebasan harus dilaksanakan secara bertanggungjawab, selaras dan seimbang berdasarkan Pancasila dan UUD RI 1945. Menyadari pula bahwa perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah melahirkan masyarakat informasi yang menuntut hak untuk mengetahui dan mendapat informasi, karena informasi telah menjadi kebutuhan pokok dan komoditas penting bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perkembangan teknologi dan informasi tersebut juga berimplikasi terhadap dunia penyiaran termasuk penyiaran di Indonesia. Penyiaran merupakan salah satu sarana berkomunikasi bagi masyarakat, lembaga penyiaran, dunia bisnis dan pemerintah, sehingga memiliki peranan yang strategis. Hal-hal di atas mengakibatkan landasan hukum yang telah ada selama ini menjadi kurang memadai. Oleh karena itu diperlukan UU yang dapat mengakomodasi perkembangan teknologi dan informasi dewasa ini. UU Penyiaran disusun berdasarkan pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
44
1. Penyiaran harus mampu menjamin dan melindungi kebebasan berekspresi atau mengeluarkan pikiran secara lisan dan tertulis, termasuk menjamin kebebasan berkreasi dengan bertumpu pada asas keadilan, demokrasi dan supremasi hukum. 2. Penyiaran harus mencerminkan keadilan dan demokrasi dengan menyeimbangkan antara hak dan kewajiban masyarakat ataupun pemerintah, termasuk hak asasi setiap individu/orang dengan menghormati dan tidak mengganggu hak individu/orang lain. 3. Memperhatikan seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, mempertimbangkan bahwa penyiaran sebagai lembaga ekonomi yang penting dan strategis dalam skala nasional maupun internasional. 4. Mengantisipasi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi khususnya di bidang penyiaran, seperti teknologi digital, kompresi, komputerisasi, televisi, kabel, internet dan bentuk-bentuk khusus lain dalam penyelenggaraan siaran. 5. Lebih memberdayakan masyarakat untuk melakukan kontrol sosial dan berpartisipasi dalam memajukan penyiaran nasional. Untuk itu dibentuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang menampung aspirasi masyarakat dan mewakili kepentingan publik akan penyiaran. 6. Penyiaran berkaitan erat dengan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit geostasioner yang merupakan sumber daya alam yang terbatas, sehingga pemanfaatatannya perlu diatur secara efektif dan efisien. 7. Pengembangan penyiaran diarahkan pada terciptanya siaran yang berkualitas, bermartabat, mampu menyerap dan merefleksikan aspirasi masyarakat yang beraneka ragam untuk meningkatkan daya tangkal masyarakat terhadap pengaruh buruk nilai budaya asing. 4. Informasi Informasi atau dalam jurnalistik sering disebut berita berarti fakta atau keterangan. Berita dalam jurnalistik harus mengandung kebenaran dan faktual dan jelas sumber beritanya sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Berita memiliki keterkaitan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi. Sumber lain menyatakan bahwa berita adalah laporan tentang fakta atau pendapat seseorang yang terikat oleh waktu, menarik, penting bagi sejumlah orang tertentu. Berita juga diartikan sebagai segala sesuatu yang terikat waktu dan menarik perhatian banyak orang, berita terbaik adalah hal-hal yang paling menarik sebanyak mungkin orang untuk membacanya/ mendengarkannya
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
45
atau mendengar dan menyaksikannya. Berita adalah informasi yang merangsang artinya dengan menerima informasi tersebut orang akan mendapat kepuasan atau bergairah. Berita juga diartikan sebagai laporan tentang suatu kejadian yang dapat menarik perhatian khalayak. Dari beberapa pengertian tentang berita tersebut pada prinsipnya mengandung unsur penting yang harus diperhatikan dari sebuah berita yaitu nyata (faktual), kejadian, peristiwa, pendapat yang menarik, penting dan cepat (terikat waktu). Unsur-unsur penting yang terkandung dalam berita tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Nyata (faktual). Berita yang nyata mengandung informasi tentang fakta, bukan berisi fiksi atau karangan. Dalam jurnalistik fakta terdiri dari kejadian nyata (real event), pendapat (opinion) dan pernyataan (statement) sumber berita. Berita yang disajikan merupakan realita tangan ke dua (second hand reality) bukan realita itu sendiri, karena khalayak hanya membaca tulisan wartawan melalui media cetak bukan hasil melihat kejadian itu sendiri. Sehingga sudah terpengaruh berbagai hal seperti panjangnya tulisan, sumber pelengkap, sudut pandang, kemampuan wartawannya dan sebagainya. Dalam media radio pendengar juga hanya mendengar berita kejadian dari penyiarnya tidak menyaksikan sendiri. Sehingga apa yang didengar tergantung oleh ide atau pemikiran penyiar/reporter dalam membuat sajian terbaiknya. Dalam media televisi, pemirsa juga hanya menyaksikan tayangan kembali kejadian atau peristiwa dan bukan hasil pengamatan sendiri secara langsung . Dengan demikian dengan media apapun baik cetak maupun elektronik tetap memiliki keterbatasan, namun seorang wartawan harus melaporkan apa yang sebenarnya terjadi tanpa mengubah fakta untuk tujuan kepuasan pribadi maupun golongan tertentu. b. Kejadian atau Peristiwa dan Pendapat yang Menarik dan Penting. Kejadian atau peristiwa secara rutin banyak terjadi lingkungan sekitar kita, seperti sekolah, kelulusan, wisuda, banjir, mahalnya biaya sekolah, harga naik, pengangguran, penggusuran, kebakaran dan sebagainya. Kejadian mana yang penting dan menarik untuk diangkat sebagai berita ? Ada dua hal yang dapat diangkat sebagai berita yaitu peristiwa atau kejadian dan ucapan atau opini seseorang. Wartawan harus peka terhadap berita yang memiliki indera berita (sense of news), sehingga kejadian dapat diangkat benjadi berita yang menarik dan penting bagi
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
46
pembaca,pendengar dan pemirsa. Penting, bila menyangkut kepentingan orang banyak. Menarik, bila mampu mengundang orang untuk membaca, mendengar maupun memirsanya. c. Disajikan secepat mungkin. Kejadian atau peristiwa bisa menjadi berita bila disajikan secepatnya karena khalayak selalu ingin mengetahui hal yang terbaru dan terakhir ketika dia membaca/ mendengar/ menyaksikan. Dengan demikian kesegeraan ini hal pokok dalam menyampaikan berita. Suatu berita disampaikan tiga hari setelah kejadian, tentu saja hal ini telah menjadi berita yang basi dan tidak menarik. Disamping ketiga hal diatas ada unsur lain yang harus diperhatikan dalam berita diantaranya sumbernya harus jelas dan mengandung kebenaran, akurat, seimbang, obyektif, terbaru, singkat dan jelas. 5. Jenis Informasi Berdasarkan penyajiannya informasi atau berita dalam jurnalistik dibagi menjadi dua yaitu berita langsung (straight news) dan tidak langsung (feature news). Berita langsung (stright news) adalah laporan kejadian terbaru yang mengandung unsurpenting dan menarik, tanpa mengandung pendapat-pendapat dari penulis berita. Stright news pelaporannya singkat, lugas, ringkas namun tetap tidak mengabaikan unsur kelengkapan data dan obyektivitas datanya. Straight news disajikan kepada khalayak secepat mungkin dan langsung menyajikan pokok-pokok beritanya. Stright bersifat informatif, sehingga dalam waktu singkat dan terbatas khalayak segera dapat mengetahui peristiwa/kejadian secara lengkap dan singkat apa, siapa, di mana, kapan, mengapa dan bagaimana peristiwa itu terjadi. Jenis-jenis produk stright news antara lain : a. Matter of fact news, yaitu berita yang hanya mengemukakan fakta utama yang terlibat dalam peristiwa. b. Action news, Berita yang mengisahkan jalannya peristiwa yaitu perbuatan atau tindakan yang terlibat dalam peristiwa. Straigt news dibedakan menjadi dua bentuk yaitu hard news dan soft news. Hard news adalah berita yang penting dan signifikan bagi sebagian besar khalayak seperti berita tentang kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, agama, pemilu, pengumuman pemerintah dan berita yang berpengaruh pada orang banyak lainnya. Hard news menuntut secepat mungkin disajikan. Hard news dalam jurnalistik juga dikenal sebagai Spot news.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
47
Sedangkan Soft news adalah berita-berita yang menyangkut kemanusiaan dan menarik banyak orang; seperti kisah jenaka (komedi), lust (nafsu birahi manusia), Keanehan (oddity). Misalnya berita tentang artis terkenal yang diadili karena masalah narkoba, presiden berkunjung ke kota kelahirannya untuk bernostalgia dan sebagainya. Feature news adalah informasi atau berita yang tidak langsung, tetapi telah dikembangkan dengan kata-kata diplomatis, sehingga fakta yang kelihatannya sederhana atau sepele menjadi laporan yang menarik untuk dinikmati. Berdasarkan gaya penulisannya, feature news dapat dibedakan menjadi Interpretative news dan Reportase. Interpretative news dalam penyajiannya mengemukakan maksud pemberitaan secara tersirat untuk memberikan kesempatan bagi khalayak untuk menafsirkan sendiri pesan yang terkandung dalam berita. Sedangkan reportase gaya penulisannya dibuat seolah-olah khalayak melihat dengan mata kepala sendiri peristiwa yang diberitakan. Di samping jenis-jenis informasi yang telah disebutkan, dalam jurnalistik berkembang beberapa jenis istilah pemberitaan sebagai berikut. a. Tally news, yaitu berita yang memuat pidato, hasil pembicaraan, hasil wawancara dengan seorang tokoh. b. Trend news, yaitu berita yang terus berkembang sesuai dengan kelanjutan peristiwanya. c. Dept news (berita mendalam), yaitu berita yang dikembangkan dari hasil galian dari wawancara mendalam atau ciptaan sendiri dan ditulis cecara panjang lebar dan mendalam. d. Investigative news, yaitu berita yang dikembangkan berdasarkan hasil penelitian dari berbagai sumber. e. Preview news, berita yang mengemukakan akan berlangsungnya suatu acara atau kegiatan. Berdasarkan permasalahan yang dibahas dalam jurnalistik dikenal jenis-jenis berita sebagai berikut. a. Berita Politik, misalnya tentang pemilu, pergantian kekuasaan dan sebagainya. b. Berita Ekonomi, misalnya kenaikan harga, ekspor, impor, resesi ekonomi, harga saham dan sebagainya. c. Berita budaya, misalnya tentang keramik, lukisan, seminar budaya dan sebagainya. d. Berita Olah raga, misalnya tentang kejuaraan tinju, sepakbola, sea game, ramalan maupun ulasan pertandingan dansebagainya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
48
e. Berita Lain, misalnya tentang pendidikan, kriminal dansebagainya. Berdasarkan wilayah kejadiannya dibedakan menjadi beberapa jenis berita sebagai berikut. a. Berita International/Luar negeri, seperti kejadian di Amerika, Eropa, perang Irak dan sebagainya. b. Berita Nasional, yang memiliki ruang lingkup dan dampak secara nasional. Seperti sidang umum DPR, pencalonan presiden, peraturan pemerintah dan sebagainya. c. Berita Regional/Daerah/Lokal, berita dalam lingkup wilayah tertentu. Berdasarkan waktu pemberitaannya dapat dibedakan menjadi berita pagi, berita sore, liputan pagi, liputan siang, liputan petang, liputan malam, dan sebagainya. 6. Sumber Informasi Sumber informasi atau berita adalah orang atau peristiwa yang memberikan informasi berupa data, fakta, pernyataan dari suatu peristiwa yang terjadi. Untuk mendapatkan sumber informasi, wartawan harus memiliki kepekaan mengindera berita dan minat khalayaknya. Berita terjadi melalui proses turun lapangan untuk menentukan sumber beritanya, mengambil data dan fakta sebagai bahan berita, mengolah bahan berita menjadi laporan yang berbentuk tulisan jadi, editing dan publikasi melalui media massa. Pada dasarnya orang maupun peristiwa merupakan sumber berita yang menjadi ide penulisan dan sebagai materi atau bahan berita. Misalnya tokoh terkenal, pejabat tinggi, publik figure, ilmuwan dan sebagainya. Dengan pengertian yang lebih luas sebagai sumber berita adalah siapa saja yang dapat dimintai keterangan dan informasi. Persyaratan sebagai sumber berita agar berita memiliki keabsahan sebagai karya jurnalistik adalah sebagai berikut. a. Layak dipercaya atau kredibel. Sumber berita harus kredibel sehingga bicaranya tidak diragukan kebenarannya. Untuk mengetahui hal ini diperlukan kepekaan secara psikologis untuk menilai mana pernyataan fiktif dan mana pernyatan yang faktual, dengan menguji melalui pertanyaan-pertanyaan croscek. b. Berwenang. Maksudnya adalah orang yang memiliki kekuasaan dan bertanggungjawab terhadap masalah yang ditulis. Keterangan pihak yang berwenang ini digunakan sebagai ceking atau klarifikasi apakah informasi yang
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
49
diperoleh dibenarkan atau disetujui oleh pihak yang berwenang. Upaya menggunakan pihak yang berwenang dilakukan untuk mendapatkan keseimbangan penulisan berita, keamanan berita dan akurasi serta dapat dipercaya. c. Kompeten. Apakah sumber berita layak untuk dimintai keterangan. Misalnya dalam masalah keluarga berencana dokter lebih berkompeten untuk dimintai keterangan. d. Orang yang berkaitan langsung dengan peristiwa yang terjadi. Yaitu orang yang memiliki hubungan, terpengaruh atau mempengaruhi peristiwa yang terjadi yaitu : pelaku utama, orang yang ada ditempat kejadian, saksi mata, saksi ahli. Pelaku utama adalah orang yang menjadi penyebab terjadinya suatu peristiwa. Misalnya dalam peristiwa kecelakaan kendaraan, pelaku utamanya adalah sopir yang ugal-ugalan. Sedangkan yang berada di tempat kejadian dapat diwakili para penumpang yang terluka, kernet, atau polisi lalu lintas yang menangani. Sedangkan saksi mata adalah orang yang menyaksikan sendiri peristiwa tersebut berlangsung. Saksi mata biasanya diperlukan untuk kasuskasus musbah, pembunuhan, perkosaan, bencana alam, kecelakaan. Tetapi bila kasus tersebut menimpa seorang artis saksi mata dapat dipilih orang-orang yang dekat dengan kehidupannya seperti menejernya, pengasuhnya, gurunya dan sebagainya. Saksi ahli yaitu sumber yang benar-benar berkompeten untuk mengomentari peristiwa. Pernyataannya mengandung analisis, penalaran tentang masalah. 7. Menghimpun/memperoleh Informasi. Untuk memperoleh berita diperlukan berbagai cara atau teknik. Teknik yang paling banyak digunakan adalah teknik wawancara. Ada beberapa teknik untuk memperoleh berita dari sumber berita sebagai berikut. a. Teknik Wawancara. Yaitu kegiatan tanya-jawab dengan sumber berita untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu hal sebagai bahan berita. Wawancara adalah yang paling cepat untuk melegimitasi bahwa laporan merupakan hasil liputan dan bukan hasil rekayasa. Teknik wawancara ini perlu latihan untuk mendapatkan proses yang efektip dan efisien. b. Observasi atau Pengamatan. Yaitu pengamatan terhadap situasi dan kondisi tempat peristiwa itu terjadi. Merupakan kegiatan mental yang subyektip sebagai hasil pengolahan stimulus disekitarnya. Teknik observasi ini biasanya digunakan untuk memperindah laporan, dan bukan/jarang digunakan untuk memperkaya laporan. Observasi juga
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
50
c.
d.
e.
f.
banyak digunakan untuk menggali tulisan bentuk feature, terutama yang mengangkat humanitis. Hasil observasi sebaiknya diungkapkan dengan mendeskripsikan kejadian secara detil dan apa adanya, hal ini untuk menghindari subyektivitas. Riset Kepustakaan. Adalah untuk memperoleh informasi tertulis dari sumber pustaka. Sebagai contoh, jurnalistik saat ini banyak mencari dukungan data berupa angka, grafik secara akurat. Hal ini banyak ditemukan dalam sumber pustaka. Riset seperti poling juga merupakan teknik memperoleh informasi yang sering digunakan untuk membuat laporan yang tidak monoton. Press Cenference. Adalah pertemuan formal antara sumber dengan para wartawan untuk menyampaikan informasi penting pada waktu dan tempat yang telah ditentukan. Dengan teknik ini akan diperoleh informasi secara ringkas gamblang dan cepat. Dalam teknik ini berita tidak perlu dikejar. Perlu dihindari pengaruh sumber terhadap laporan yang di buat, sulit memperoleh isu kontroversial merupakan kekurangan dari teknik ini. Statment of informan. Merupakan pernyataan informan dari kalangan jalanan (lipster). Pernyataan ini merupakan metode untuk memperoleh berita yang berharga. Informan sering dimanfaatkan sebagai mitra wartawan untuk melacak berita langka yang sulit ditembus, sehingga membutuhkan matamata yang bisa menembus ke tempat yang sifatnya rahasia. Mendapatkan Informasi melalui Internet. Internet menyediakan berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan komunikasi melalui situs pencari seperti Yahoo, Gogle, Plasa dan sebagainya. Oleh karena itu reportase menggunakan bantuan internet sangat membantu kerja para jurnalis untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Melalui surat elektronik (e-Mail) dapat berkomunikasi surat menyurat antara wartawan dengan sumber berita berupa wawancara tertulis. Dengan e-mail kendala sumber yang sulit ditemui bisa teratasi. Dengan surat elektronik pertanyaan bisa dijawab dengan lebih luas karena tersedia waktu berpikir yang relatip lebih lama. Di internet berbagai kalangan telah membangun situs. Situs tersebut dapat dikunjungi melalui mesin pencari yang tersedia. Di sini dapat menemukan informasi yang diinginkan. Melalui mailing list dapat mendapatkan pelayanan media diskusi tentang topik-topik tertentu.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
51
8. Mengolah informasi Pada prinsipnya mengolah informasi adalah penulisan laporan dari fakta- fakta yang diperoleh di lapangan untuk di jadikan berita. Oleh karena itu bentuk tulisannya tergantung dari media publikasi yang akan digunakan. Apakah akan dipublikasikan ke khalayak melalui koran, majalah, disiarkan melalui siaran radio, siaran televisi atau melalui media lainnya seperti internet dan sebagainya, format penulisan harus disesuaikan dengan karakteristik dan format media tersebut. Agar laporan/penulisan mengandung prinsip kejujuran, maka semua peryataan yang ditulis harus sepenuhnya nyata dan benar. Kutipan dikutip kata demi kata secara harfiah. Terdapat lima prinsip dasar penulisan berita, yaitu : b. Akurasi/Kecermatan. Kecermatan/akurasi sangat berkaitan dengan kredibilitas, dan hal ini merupakan dasar dari segala penulisan jurnalistik. Akurasi ini dipengaruhi banyak faktor diantaranya batas waktu penyerahan berita ke media masa (Deadline). Faktor ini akan membuat penulisan yang terburuburu, sehingga akan mengurangi ketelitiannya. Faktor kekurangan informasi, tidak melakukan chek and rechek informasi yang diterima juga menjadi penyebab kurang cermatnya tulisan. Penyebab lain yang membuat tulisan kurang akurasinya yaitu karena fakta diperoleh dari sumber tunggal dan tidak ada sumber pembanding. Atau juga karena banyak sumber informasinya, sehingga terlalu banyak fakta dan beragam. Hal ini akan menyebabkan kesulitan dalam memilih fakta yang paling benar dan akurat. Agar penulisan berita akurat, maka harus menggunakan prinsip: Seluruh berita harus benar 100 % seperti kenyataanya; Seluruh pernyataan tentang fakta atau opini harus disebutkan dengan jelas siapa sumber beritanya. Untuk menjaga akurasi berita, maka disarankan agar wartawan dalam memperoleh fakta nelakukan hal-hal sebagai berikut. 1) Peroleh fakta yang benar, tinggalkan/buang fakta yang meragukan. 2) Periksa (chek and rechek) kebenaran fakta dan lakukan verivikasi 3) Jangan menyiarkan desas desus, pastikan kebenarannya dan jangan berspekulasi. 4) Pastikan sumber informasi dan fakta dapat dipertanggungjawabkan kewenangan keabsahannya. Jangan diterima begitu saja. 5) Hati-hati dalam membuat atribusi untuk kutipan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
52
6) Konfirmasi/periksa referensi dari buku-buku dan dokumen yang digunakan. c. Keseimbangan. Penulisan berita harus menggunakan prinsip keseimbangan, sehingga tidak memihak. Keseimbangan berita ini juga menentukan kredibilitas jurnalis. Berita yang seimbang (balanced) akan memuat dua sisi pihak yang berkepentingan, sehingga diperoleh keadilan. Berita yang tidak seimbang memiliki kelemahankelemahan diantaranya adalah condong ke pihak penguasa sehingga kurang memperhatikan kepentingan masyarakat atau sebaliknya; Terlalu cepat menuliskan informasi padahal belum semua pihak dihubungi untuk mendapatkan data yang lengkap dan seimbang; Ketidak seimbangan diakibatkan oleh visi penulisan yang condong pada aspek human interes dari pada mengedepankan fakta. Untuk menghasilkan berita yang seimbang, beberapa pernyataan berikut dapat digunakan bahan pertimbangan yaitu: Tak mungkin sebuah berita adil tanpa memperhatikan fakta dari masalah pokoknya; Tak mungkin menghasilkan berita yang adil dengan memuat informasi yang kurang relevan tapi mengorbankan fakta-fakta penting; Prinsip keseimbangan akan terabaikan bila secara sadar maupun tidak berita itu menyesatkan atau membohongi khalayak; Berita tidak seimbang bila dalam penulisannya wartawan memasukkan emosi yang menyebabkan bias dari dalam dirinya dengan menggunakan kata-kata yang merendahkan atau memojokkan, memuji atau mengunggulkan. Selain itu dalam usaha menulis berita yang seimbang yaitu: Memuat semua sisi pandang (angle) terhadap persoalan yang diberitakan. Dengan demikian akan diperoleh obyektivitas; Menghindari pendapat editorial, karena editorial ada tempatnya sendiri yaitu di kolom editorial atau tajuk. d. Kelengkapan. Berita yang lengkap akan memuat semua informasi penting yang berkaitan dengan pokok masalah. Dengan demikian khalayak akan mengetahui inti persoalan, latarbelakang dan konsekuensi serta dampaknya Berita yang ditulis dengan lengkap akan mengandung jawaban atas pertanyaan 5w + 1 H yaitu : What : Peristiwa apa yang terjadi Who : Siapa yang terlibat dalam kejadian When : Kapan peristiwa terjadi Where : Di mana peristiwa terjadi
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
53
Why How
: Mengapa peristiwa terjadi : Bagaimana peristiwa terjadi
e. Kejelasan dan Ringkas. Berita harus jelas dan ringkas. Berita yang Jelas dan ringkas akan mudah dipahami khalayak, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda. Untuk menulis berita yang jelas, wartawan harus memahami benar berita yang ditulisnya. Hilangkan sesuatu yang masih meragukan, dan tulislah hal-hal yang sudah pasti kebenarannya. Wartawan harus sadar tentang pembacanya sehingga dapat mengembangkan tulisan dengan bahasa yang sesuai dan tidak membingungkan pembacanya. Tulisan berita yang ringkas akan membuat pembaca dapat memahami isi berita dengan cepat. Oleh karena itu berita agar ditulis dengan kalimat yang singkat. Kalimat yang panjang apalagi sampai beranak cucu akan membuat lelah pembaca bahkan akan membingungkan. Hal ini akan mengakibatkan pembaca sulit memahami isi beritanya. Namun harus tetap memperhatikan tata bahasa yang baik dan benar. Dalam penggunaan kalimat dapat dipakai patokan bahwa kalimat pendek terdiri dari 1 – 10 kata, kalimat sedang terdiri dari 11 – 20 kata dan kalimat panjang terdiri dari 21 – 30 kata. f. Obyektivitas dan berdasarkan fakta. Berita yang obyektip dan berdasarkan fakta adalah berita yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Fakta dalam jurnalistik terdiri dari: Kejadian nyata (real event), Pendapat (opinion) dan Pernyataan nara sumber. Dalam penulisan berita dapat digunakan konsep penulisan sebagai berikut ini. 1) Bahasa yang dipakai harus komunikatif ( bahasa tutur ) 2) Tulis seperti apa yang kita katakan ”Write the Way Your Talk ” 3) Satu ide satu kalimat 4) Menggunakan kalimat tunggal 5) Penulisan singkat, padat, tajam (Short, Sharp & Strenght) 6) Sebaiknya menggunakan kalimat positif 7) Menggunakan kalimat aktif ( Subjek Predikat Objek ) Sedangkan gaya penulisan dapat digunakan konsep penyajian mulai hal-hal yang penting sampai yang kurang penting dengan memperhatikan prinsip segitiga terbalik untuk berita yang terikat waktu dan segitiga tegak dari yang
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
54
kurang penting menuju ke yang penting untuk berita yang tidak begitu terikat dengan waktu. Perhatikan ilustrasi pada gambar berikut. LEAD 5W+1H • Teras Berita/ Substansi • Atmosfere • Background • Data Pelengkap
JUDUL
Sangat penting
TERAS
penting
TUBUH
Cukup penting
penutup
Kurang penting
Gambar 28. Prinsip penulisan berita dengan segitiga terbalik. Sedangkan untuk menulis berita dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut . 1) Dipahami/ dipikirkan 2) Ceritakan kembali 3) Tulis 4) Evaluasi Tingkat kredibilitasnya dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut. A : Accuracy/ Akurat B : Balance/ Imbang C : Clearity/ Jelas A + B + C = Credible/ Dipercaya Struktur penulisan berita adalah terdiri dari Judul, Teras dan tubuh berita. 1) Judul Berita. Penulisan Judul berita diharapkan memenuhi kriteria kemenarikan, yaitu dengan menggunakan tampilan tipografi yang baik dan menarik agar pembaca terpikat untuk membacanya. Judul harus merangkum isi berita, berarti harus ditulis secara menyeluruh dan mencerminkan isi berita secara ringkas. Dapat melukiskan suasana berita, berati judul harus mengilustrasikan peristiwa yang diberitakan. Memudahkan pembaca dalam menentukan berita mana yang diperlukan. Memberi identitas pada berita itu sendiri. Di tulis dengan serasi agar lebih terpadu. 2) Teras berita. Penulisan teras berita (lead) yang merupakan satu atau dua kalimat yang menjadi sari dari sebuah berita dan menjadi penentu ketertarikan pembaca untuk membacanya lebih jauh. Biasanya
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
55
ditempatkan pada alinea pertama. Teras berita harus memuat semua elemen penting (5W dan 1H) dan tidak mengandung informasi yang menyesatkan/bohong. Teras berita harus ditulis secara singkat, spesifik, identitasnya jelas, menghindari bentuk pertanyaan dan kutipan, pernyataan waktu yang tepat dan terdapat keterangan yang tepat. 3) Tubuh Berita. Pada piramida terbalik informasi yang penting ditempatkan pada bagian awal dan yang kurang penting ditempatkan pada bagian akhir berita. Tubuh berita menyajikan isi berita yang terdiri dari atmosfere, background dan data-data pelengkap berita. 9. Menyajikan informasi Setelah berita ditulis sesuai dengan media publikasinya, maka berita tersebut diserahkan ke lembaga publikasi di mana wartawan itu bekerja atau ke media lain yang bersedia mempublikasikannya. Pada Media cetak, berita yang ditulis kedalam bentuk-bentuk yang ada di media cetak tersebut seperti feature, editorial, kolom, komentar berita, analisis berita, artikel, opini dan review atau resensi dan kritik. Pada media radio pemancar, bentuk-bentuk program yang ada adalah: Fisitasi : Pembacaan salam-salam kepada orang lain bisa lewat telpon, SMS atau kartu pendengar dll. Comment : Bentuk informasi penyiar kepada pendengar yang bisa berupa pengingatan kembali, berbagi Tips, berita atau info terbaru selebritis dll. Adlib : Bentuk penyampaian informasi Iklan/ Advertaising yang dibawakan secara bebas sesuai dengan pembawaan penyiar. Spot Iklan : Bentuk informasi komersial berupa hasil dari ide kreatif yang menghasilkan informasi yang bertujuan memudahkan pendengar untuk mengingatnya. Standar Spot Iklan berdurasi 30’ detik dan 60’ detik. PSA : Bentuk informasi berupa iklan layanan masyarakat yang berbentuk iklan sesuai dengan tema. Bumper : Bentuk informasi komersial yang letaknya bisa di depan comment penyiar ( Bumper In ) atau dibelakang comment penyiar ( Bumper Out ). Bentuk Bumper bisa berupa spot iklan atau Adlib. Reportase : Reportase/Live Report merupakan penyampaian informasi kepada pendengar dari suatu tempat bisa live/ recording tentang suatu informasi dengan bantuan reporter.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
56
Pada Media radio pemancar, berita disampaikan oleh penyiar dengan membacakan naskah berita yang telah dibuat, karena informasi yang disampaikan berbentuk suara atau audio. Maka dari itu untuk mempermudah pemahaman pendengarnya naskah dibuat dengan bahasa sehari-hari (tutur) dan dibuat dengan ringkas dan padat. Pada Media Televisi berita yang disampaikan berbentuk audio visual berupa gambar dan suara sehingga pemirsa dibawa pada suatu kejadian atau peristiwa yang nyata. Oleh karena itu informasi disampaikan oleh seorang presenter yang membacakan narasinya dan gambar presenter dan fakta visual disampaikan untuk memberikan kesan visual. Dengan demikian akan terjadi perpaduan yang harmonis saling mendukung antara audio dan videonya, sehingga akan lebih memudahkan pemirsanya untuk memahami beritanya. Kelemahan media radio dan televisi dibanding dengan media cetak terletak pada siaran program hanya disiarkan sekali, sehingga pemirsa/pendengar hanya menerima informasi sekali tidak dapat diulang-ulang seperti pada media cetak pembaca dapat membaca berulang-ulang dan bisa konsentrasi untuk memahami isi beritanya. Untuk mengurangi kelemahan ini lembaga media radio maupun televisi juga memanfaatkan media cetak untuk menginformasikan panduan acaranya disamping informasi-informasi lain yang perlu disampaikan kepada khalayak sebagai bahan penyerta siaran. Misalnya sekarang ada tabloid TV dan sebagainya, hal ini dimaksudkan untuk lebih merebut pendengar/pemirsanya. Semakin banyak pemirsa/pendengar pada acara tertentu, akan makin banyak mendatangkan keuntungan (rating), karena pemasang iklan komersial akan memburunya. C. Teknik Komunikasi Teknik komunikasi dalam hal ini dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada para mediawan ataupun calon mediawan baik cetak maupun elektronik sehingga mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengembangkan diri dalam bidang komunikasi. Dengan memiliki pengetahuan tentang teknik presentasi (presentation Skills) yang cukup mereka akan dapat mengembangkan dirinya sebagai presenter yang baik guna menyampaikan informasi/ide kepada orang lain baik secara personal maupun sekelompok orang. Penyampaian informasi dapat dilaksanakan secara tertulis seperti pembuatan makalah, naskah, paper, buku, skripsi yang harus memiliki kemampuan dan keterampilan menulis atau writing presentation skills. Sedangkan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
57
kemampuan dan keterampilan menyampaikan informasi secara lisan baik verbal dan nonverbal disebut oral presentation skills. Misalnya pidato, mengajar, wawancara, penyaji dalam seminar dan sebagainya. 1. Teknik Menyampaikan Informasi ( Presentation Skills) a. Komunikasi Secara Tertulis (writing Presentations Skills). Presentation Skills adalah kemampuan seorang presenter dalam menyampaikan informasi atau idenya secara tertulis. Misalnya menulis paper atau makalah untuk diseminarkan; menulis naskah program TV, radio maupun cetak dan sebagainya. Untuk dapat menulis karya tulis tersebut tentunya harus meniliki pengetahuan dan kemampuan bahkan keterampilan menulis. Setiap karya tulis memiliki kaidah atau aturan aturan penulisan yang harus ditaati oleh seorang penulis. Misalnya seorang penulis paper, makalah harus menulis menggunakan tata tulis paper atau makalah yang berlaku. Banyak buku yang memuat aturan penulisan karya tulis, namun penulis dapat memilih salah satu aturan dan menggunakannya secara konsisten. Jadi tidak dicampur-campur dengan yang lain agar tidak membingungkan pembacanya. 1) Penulisan Judul. Judul ditulis dengan kalimat singkat, ringkas dan padat. Memuat seluruh variabel yang ada dan merupakan kalimat lengkap sehingga pembaca dapat mengetahui gambaran isi dari karya tulis tersebut dengan mudah. 2) Penulisan Out Line/ Heading dan Subheading / Bab. dan Sub Bab. Terdapat dua macam model tata tulis yang terkenal dan banyak digunakan di Indonesia yaitu : a) Contoh model pertama
A.
B. C. D.
BAB. I PENDAHULUAN Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah 2. Identifikasi Masalah 3. Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Sistematika Penulisan BAB. II
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
58
A. 1. 2.
KAJIAN TEORITIK (Sub Bab.) (bagian dari sub bab) a. (bagian dari sub sub bab) b. 1). (bagian dari sub sub sub bab) 2). a). (bagian dari sub sub sub sub bab) b). (1) . (bagian dari sub sub sub sub sub bab) (2). (a). (bagian dari sub sub sub sub sub sub bab) (b). dan seterusnya.
b) Contoh model ke dua BAB. I PENDAHULUAN I.1. Permasalahan I.1.1. Latar Belakang Masalah I.1.2. Identifikasi Masalah I.1.3. Rumusan Masalah I.2. Tujuan I.3. Manfaat I.4. Sistematika Penulisan BAB. II KAJIAN TEORITIK (bagian dari bab atau sub bab) (bagian dari sub bab)
II. II.1. II.2. II.2.1. (bagian dari sub sub bab) II.2.2 II.2.2.1. (bagian dari sub sub sub bab) II.2.2.2. II.2.2.2.1. (bagian dari sub sub sub sub bab) II.2.2.2.2. II.2.2.2.2.1. (bagian dari sub sub sub sub sub bab) II.2.2.2.2.2. II.2.2.2.2.2.1.(bagian dari sub sub sub sub sub sub bab) II.2.2.2.2.2.2. dan seterusnya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
59
3) Alineanisasi. Alineanisasi maksudnya adalah penulisan setiap alinea. Penulisan alinea sebaiknya mengingat pokok masalah atau gagasan utama yang akan ditulis/dijabarkan. Alinea terdiri beberapa kalimat, namun hindari kalimat yang terlalu panjang bahkan sampai ada anak kalimat, cucu kalimat bahkan sampai cicit kalimat. Memang sulit dihindari untuk penggunaan kalimat majemuk, tetapi dalam penulisan dapat dikiati dengan tanda baca yang jelas. Setiap alinea berisi pokok masalah yang dibahas tuntas. Sebaiknya terkait antara alinea yang satu dengan alinea yang lain terutama alinea sebelum dan sesudahnya. Oleh karena itu perlu kalimat atau kata penghubung antara alinea /pokok masalah sesudah dan sebelumnya. Hal ini akan menghasilkan tulisan yang runtut dan tidak ”njeglek”. 4) Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan ragam bahasa sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Hal ini bertalian dengan topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, lawan bicara, dan tempat pembicaraan. Bahasa yang baik adalah bahasa yang logis, dan sesuai dengan tata nilai masyarakat. Di samping itu ukuran baik juga bertalian dengan ketersampaian informasi kepada lawan bicara. Kriteria penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar adalah penggunaan kaidah bahasa seperti tata bunyi (fonologi), tata bahasa (pembentukan kata dan kalimat), kosa kata dan istilah, ejaan dan makna. Pada aspek tata bunyi misalnya penggunaan bunyi f, v dan z pada kata-kata film, motiv, vitamin, variasi, zakat, izin adalah benar bukan ditulis: pilm, notip, pitamin, pariasi, jakat dan ijin. Pada aspek tata bahasa, bentuk kata yang benar adalah ubah, mencintai, bertemu, dan pertanggungjawaban, bukan ditulis rubah, ketemu, dan pertanggungan jawab. Dalam bentuk kalimat, kalimat yang benar sekurangkurangnya harus mengandung subyek dan predikat. Contoh kalimat pernyataan “Pada Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah wanita lebih besar daripada jumah pria”, adalah kalimat yang tidak benar, karena kalimat tersebut tidak mengandung subyek. Bila kata pada dihilangkan, maka Tabel akan berubah menjadi subjek dan kalimat menjadi benar penulisannya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
60
Pada aspek kosa kata, penggunaan kata-kata bilang, kasih tahu, enggak, entar agar dihindari karena bukan bahasa tulis tetapi bahasa tutur. Tulislah dengan kosa kata berkata, beritahu, tidak, sebentar. Peristilahan yang benar adalah seperti dampak (impact), bandar udara, keluaran (output) bukan ditulis pengaruh, pelabuhan udara, dan hasil. Dari segi ejaan penulisan yang benar adalah analisis, sistem, subjek, jadwal, kuitansi, dan hierarki . Dari segi makna, penulisan yang benar adalah bertalian dengan ketepatan penggunaan kata yang sesuai dengan tujuan /tuntutan makna. Contoh-contoh pembentukan kata yang perlu diperhatikan dalam penulisan adalah : Jika meng- ditambahkan kata dasar bersuku satu, bentuknya berubah menjadi menge- seperti meng + tik menjadi mengetik, meng- + bom menjadi mengebom, meng-+ cek menjadi mengecek dan sebagainya. Jika konsonan rangkap pada awal kata, tidak luluh bila ditambah dengan meng-, seperti meng- + produksi menjadi memproduksi, meng- + klasifikasi menjadi mengklasifikasi, meng- + transfer menjadi mentransfer dan sebagainya. Bila verba berdasar tunggal direduplikasi, dasarnya diulang dengan mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar bersuku satu mempertahankan nge- di depan dasar yang direduplikasi. Contohnya seperti tulis------menulis---------menulis-nulis, pijit--------memijit-------memijit-mijit, cek-------mengecek--------mengecekngecek dan sebagainya. Bila kata majemuk direduplikasi, yang diulang kata awal. Cantohnya adalah seperti kereta api-------keretakereta api, meja makan ------meja-meja makan, buku tulis-------buku-buku tulis. Dan sebagainya. Dalam pemungutan kata atau kata-kata serapan terdapat beberapa azas yaitu: Azas pemungutan kata secara utuh seperti kata-kata abjad, ilham, radio, mode, hotel, biadab, hikayat, ijab,izin, motor, orator dan sebagainya; Azas pemungutan kata dengan penyesuaian bunyi adalah seperti kata-kata subject ------ subjek, system ------- sistem, effective ------- efektif, frequency ------ frekuensi dan sebagainya; Azas Pemungutan dengan terjemahan seperti kata-kata medical ------- pengobatan, spoortrein ------- kereta api, dentist ------- dokter gigi, vulcano -------- gunung api dan sebagainya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
61
Penggunaan penulisan kata-kata sebaiknya dalam bentuk yang sudah dibakukan. bentuk kata baku dan bukan baku adalah seperti contoh berikut. Baku ----------------------Bukan Baku Kemarin kemaren Hakikat hakekat Sistem sistim Kongkret konkrit Manajemen management Dan sebagainya Penulisan karya ilmiah juga harus memperhatikan pembentukan kalimat. Pembentukan kalimat yang benar adalah kalimat yang memenuhi syarat gramatical (aturan bahasa). Syarat pembentukan kalimat di antaranya adalah: sekurang-kurangnya memiliki subjek dan predikat. Ada dua macam predikat yaitu predikat dari kata kerja dan non kata kerja. Untuk menandai apakah suatu kalimat yang benar dengan cara mencari predikat kata kerja, setelah itu mencari subjeknya dengan pertanyaan siapa atau apa yang mengerjakan. Bila ternyata ditemukan subjek sebagai keterangan, maka kalimat tersebut tidak bersubjek. Jadi bukan merupakan kalimat. Lebih jelasnya perhatikan contoh berikut. Pernyataan : Tugas itu dikerjakan oleh pegawai pabrik. Sebagai predikat kata kerja adalah kata dikerjakan, Subjek dicari dengan pertanyaan siapa atau apa yang dikerjakan, jawabannya adalah tugas itu. Berarti kata tugas itu merupakan subjek. Jadi pernyataan tersebut merupakan kalimat. Pernyataan : Dalam perlengkapan musik.
studio
ini
membutuhkan
Predikatnya adalah kata kerja membutuhkan. Subjeknya dicari dengan menjawab pertanyaan apa atau siapa yang memerlukan. Jawabnya adalah studio ini, tetapi kata studio diawali dengan kata depan dalam yang berarti studio merupakan kata objek/keterangan tempat. Berarti pernyataan tersebut tidak memiliki subjek. Dengan kata lain pernyataan tersebut bukan kalimat. Predikat yang terdiri dari kata non kata kerja adalah predikat kalimat kata benda seperti ” Ibunya
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
62
pengusaha”, Predikat kalimat dengan katasifat seperti ”Harganya mahal”, Predikat kalimat dengan kata bilangan seperti ” rumahnya dua buah” dan predikat kalimat frase preposisi seperti ”ayahnya ke luar negeri”. Penulisan kalimat yang tidak bergramatical, biasanya disebut kesalahan struktur yang disebabkan oleh ketaksaan pikiran penutur bahasa. Yaitu memadukan dua konsep menjadi satu sehingga melahirkan kalimat yang kurang tegas dan bermakna ganda. Sebagai contoh penggunaan kalimat aktif dan pasif menjadi satu kalimat yaitu: ”Saya sudah katakan bahwa berbahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak mudah” Kalimat aktif :”Saya sudah mengatakan bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak mudah”. Kalimat pasif:” Sudah saya katakan bahwa berbahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak mudah”. Perpaduan dua konsep juga terjadi antara konsep subjek dan keterangan, pengantar kalimat dan predikat, kalimat majemuk dan kalimat bersusun, induk kalimat dan anak kalimat. Penulisan yang salah akibat kesalahan diksi. Pertama, adalah kesalahan kalimat yang diakibatkan oleh kesalahan pemakaian kata yang tidak tepat misalnya ”hasil daripada penjualan akan digunakan untuk membangun rumah” ; ”Sebagian dari kekayaan pejabat akan disumbangkan ke panti asuhan”. Yang tepat adalah ”hasil dari penjualan akan digunakan untuk membangun rumah” ; ”Sebagian dari pada kekayaan pejabat akan disumbangkan ke panti asuhan”. Kedua, adalah pemakaian kata yang berpasangan yang tidak memenuhi kaidah seperti ini: baik ....maupun ........; bukan......melainkan.......... ; tidak.........tetapi........ ; antara.......dan........... Ketiga, adalah pemakaian dua kata yang makna dan fungsinya kurang lebih sama dipakai secara serentak. Contoh : ”Sehubungan dengan itu, maka suatu penelitian harus dibatasi secara jelas agar simpulannya terandalkan”. Penggunaan yang benar kata sehubungan dengan itu saja atau menggunakan kata maka saja. Keempat, adalah peniadaan preposisi yang menyertai verba. Contoh yang salah : Pegawai SMK I terdiri 20 pria dan 25 wanita. Yang benar adalah Pegawai SMK I terdiri atas 20 pria dan 25 wanita. Contoh yang lain : Jumlah itu
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
63
sesuai keadaan dan fasilitas tersedia. Yang benar adalah Jumlah itu sesuai dengan keadaan dan fasilitas yang tersedia. Penulisan yang salah akibat ejaan. Pertama, kesalahan pemenggalan kata atas sukunya yaitu : Makh – luk bukan mak – hluk ; cap – lok bukan ca – plok ; Ap – ril bukan A – pril ; prog – ram bukan pro – gram; Ab – strak bukan abs – trak ; kon – struksi bukan kons – truksi ; In – stansi bukan ins - stansi ; Santap – an bukan santa – pan ; me – ngail bukan meng – ail ; Meng – akui bukan me- ngakui ; bel – ajar bukan be – lajar ; Robi bukan Robi Dar – wis ; Toyib bukan Toyib Us-man. Kedua, adalah kesalahan penggunaan huruf kapital yang tidak sesuai dengan kaidah penggunaannya. Penggunaan yang benar adalah: Huruf kapital digunakan pada huruf pertama petikan langsung, pada huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, nama Tuhan, pada huruf pertama gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan yang diikuti nama orang, pada huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, instansi atau nama tempat, pada huruf pertama nama bangsa, suku bangsa dan bahasa, pada huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah, pada huruf pertama nama geografi, pada huruf pertama namanegara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, pada huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna pada nama badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, pada huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan kecuali di, ke, dari, yang tidak terletak pada posisi awal, pada huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan, pada huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, anak, paman, saudara, kakak, adik yang
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
64
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan, pada huruf pertama kata ganti anda. Ketiga, kesalahan penulisan akibat penggunaan huruf cetak miring yang tidak tepat. Pengunaan huruf cetak miring yang benar adalah, untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan, untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata, untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang disesuaikan ejaannya. Keempat, kesalahan penulisan akibat penggunaan kata ulang yang tidak benar. Kaidah yang benar dalam penulisan kata ulang adalah : Anak-anak; sekolah-sekolah; tinggi-tinggi Berkejar-kejaran; didorong-dorong; sayur-sayuran Meja-meja tulis; buku-buku gambar; rumah-rumah sakit Sayur-mayur; lauk – pauk; ramah-tamah Kelima, kesalahan penulisan akibat penulisan gabungan kata yang tidak benar. Penulisan yang benar adalah : limbah industri bukan limbahindustri kotak pos bukan kotakpos kompor gas bukan komporgas dan sebagainya. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti, daripada, barangkali, padahal, sekaligus, bilamana, apabila, matahari, hulubalang, saputangan, bumiputra, segitiga dan sebagainya. Gabungan kata yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata yang mengandung arti penuh. Misalnya : Nonteknis, amoral, tunawisma, caturwarga, mahaguru, pascapanen, subunit, perilaku, antarkota, non-RRC, antar-SMK dan sebagainya. Gabungan kata yang nendapat awalan dan akhiran sekaligus, penulisannya harus serangkai. Misalnya : pertanggungjawaban, diujicobakan, diserahkan dan sebagainya. Keenam, Kesalahan penulisan akibat penulisan kata ganti yang tidak benar. Penulisan yang benar kata ganti ku, kau, mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahului/mengikutinya. Misalnya : kutulis, kauselidiki, bukuku, bajumu, sepatumu, miliknya dan sebagainya. Ketujuh, Kesalahan penulisan akibat penulisan lambang dan angka yang salah. Penulisan yang benar, lambang bilangan ditulis dengan angka jika berhubungan dengan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
65
ukuran panjang, luas, isi, berat, satuan waktu, nilai uang, nomor jalan, rumah, kamar, pada alamat yang bukan dokumen resmi. Misalnya : 5 sentimeter, 10 meter persegi, 25 liter, 30 kilogram, 1 jam 15 menit, Rp. 15.000,00, Jalan Semarang, Nomor 16. dan sebagainya. Bilangan dalam perincian dituliskan dengan angka. Misalnya: Siswa yang datang mengikuti kegiatan praktek tadi pagi ada 30 orang, yaitu 17 orang pria dan 13 orang wanita. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata dituliskan dengan huruf, sedangkan yang lebih dua kata dituliskan dengan angka. Misalnya :satu bus, tiga orang, tiga ribu pohon, 28 orang, 33 lembar, dan sebagainya. Lambang bilangan pada awal kalimat dituliskan dengan huruf. Misalnya : Sepuluh orang telah dibawa ke Rumah Sakit. Kata bilangan yang mendapat akhiran an, dituliskan 75an, 100-an. Bilangan yang ditulis dalam dokumen resmi seperti kuitansi, akta, cek, dan sebagainya dapat dituliskan angka dan huruf. Misalnya 5.000 (lima ribu), Rp. 1.500.000,00 (Satu juta lima ratus ribu rupiah). Penulisan kata bilangan tingkat. Misalnya : Hari ulang tahunku yang ke XLV, Hari Ulang Tahun ke-45 RI, Hari Ulang Tahun Keempat Puluh Lima Republik Indonesia. Kedelapan, Kesalahan penulisan akibat penggunaan tanda baca yang tidak tepat. Penggunaan tanda baca yang tepat adalah : Tanda koma, digunakan diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya, Pegawai yang jujur, terampil, dan disiplin sangat dibutuhkan. Digunakan untuk memisahkan kalimat setara berlawanan yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misalnya: Tini tidak pergi sekolah, tetapi mengantar adiknya ke Puskesmas. Ia bukan Siswa SMK, melainkan Wartawan RRI. Digunakan untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya. Misalnya : Karena sakit, ia tidak mengikuti kunjungan ke Studio TVRI. Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat. Misalnya : Pertama, Kedua, Selanjutnya, Namun,
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
66
Lagipula, Meskipun demikian, Sebenarnya, Kalau begitu, Kemudian, Sebaliknya, Selain itu, Bahkan, Akhirnya, dan sebagainya. Digunakan dibelakang kata-kata seperti wah, ah, aduh, kasihan, o, dan ya, Digunakan antara nama dan alamat, tempat dan tanggal, serta tempat dan wilayah yang ditulis secara berurutan. Seperti, Jalan Pedidikan I, Duren Sawit, Jakarta Timur; Jakarta, 9 Desember 2006. ; Kelurahan Duren Sawit, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Digunakan di antara nama orang dan gelar yang mengikutinya. Seperti, Arifin, M.A. ; Mulyanto, S.H. ; Agung Suwanda, M.Pd. Digunakan untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi. Misalnya : Rektor UNNES, Prof. Dr. Sudiono, mengatakan bahwa ....... Tidak digunakan pada kalimat yang kalimatnya mengiringi induk kalimatnya. Seperti, Ia terpaksa membatalkan rencananya untuk berkunjung kepada orang tuanya di Klaten karena harus menyelesaikan pekerjaanya pada hari itu juga. Tanda titik koma, kesalahan penulisan akibat pemakaian tanda titik koma yang tidak tepat. Pemakaian tanda titik koma yang tepat adalah: Dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam satu kalimat majemuk sebagai pengganti kata hubung. Misalnya : Ketela pohon banyak sekali kegunaannya, yaitu daunnya dapat digunakan sebagai sayuran; ketelanya dapat dibuat berbagai makanan ringan; pohonnya dapat digunakan sebagai kayu bakar. Dapat digunakan pada rincian kebawah yang unsurunsurnya berupa kelompok kata yang panjang atau kalimat. Misalnya : Ia tidak dapat menyelesaikan pekerjaan pada waktunya karena a. isterinya sakit dan sudah lama dirawat di rumah sakit; b. rekan kerjanya sedang pergi keluar kota; c. peralatan kerjanya ada yang rusak dan belum sempat diperbaiki. Tanda titik dua. Kesalahan penulisan akibat pemakaian tanda titik dua yang tidak tepat. Pemakaian tanda titik dua yang tepat adalah : digunakan pada kalimat lengkap, yang diikuti rincian berupa kata atau frase. Misalnya: Syarat-syarat untuk dapat melamar menjadi PNS, antara lain sebagai berikut : a. warga negara Indonesia
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
67
b. usia antara 18 sampai dengan 40 tahun c. berkelakuan baik d. berbadan sehat Tidak digunakan sebelum rincian yang merupakan pelengkap kalimat. Misalnya : syarat-syarat untuk dapat melamar menjadi PNS, antaralain, adalah a. warga negara Indonesia; b. usia antara 18 sampai dengan 40 tahun; c. berkelakuan baik; d. berbadan sehat. Tanda titik dua diganti dengan tanda titik satu pada kalimat lengkap, yang diikuti rincian berupa kalimat lengkap pula dan tanda akhir rincian harus tanda titik. Misalnya : Syarat-syarat untuk dapat melamar menjadi PNS, antara lain sebagai berikut. a. Pelamar harus warga negara Indonesia. b. Pelamar berusia antara 18 sampai dengan 40 tahun. c. Pelamar berbadan sehat. d. Pelamar harus berkelakuan baik. 5) Tata tulis ilmiah yang lain. a) Integritas keilmuan. Yang menandai keintegritasan seorang penulis karya tulis adalah kejujuran ilmiah. Kejujuran ilmiah meliputi pengakuan dan pemanfaatan aspek-aspek teoritis dari penulis/sumber lain yang memiliki otoritas, pengakuan dan pemanfaatan hasil penelitian, penyertaan sumber-sumber acuan, kejujuran dalam mendapatkan data, dan pengakuan secara jujur terhadap hal-hal yang belum dapat dipecahkan secara tuntas. Jika merumuskan masalah dengan menggunakan buku sumber, maka harus secara jujur menyebutkan sumbernya. Jujur terhadap batas kemampuan diri yang secara implisit merupakan pengakuan secara jujur batas kemampuan diri terhadap bidang lain sehingga akan menghormati orang lain yang lebih kompeten dalam bidangnya. Hal ini dapat ditunjukkan melalui pengutipan dan penulisan sumber pustaka secara jelas. b) Kutipan, sumber acuan dan catatan Dalam penulisan karya tulis sering dilakukan pengutipan beberapa masalah teoritis, pernyataan, kupasan,hasil penelitian, dari sumber-sumber tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
68
keperluan penulisan sering juga mengambil rumusan orang lain dan membahasakannya menurut rumusan sendiri. Rumusan ini ditulis dan diikuti nama penulis asli, dan tahun terbit buku yang diacu yang ditempatkan di dalam kurung. Contoh : ...........(Lado,1976). Atau Ispen dkk (1976) menyatakan ............ Seorang penulis juga dibenarkan mengutip secara langsung masalah-masalah teoritis, pernyataan atau hasil penelitian baik dengan bahasa sendiri maupun bahasa asli penulisnya. Contoh : Dalam menganalisis sistem bunyi, Lado (1976) menyatakan: ..................................... ............................................. c) Penulisan daftar pustaka. Berikut ini contoh penulisan sumber pustaka. Daftar pustaka 1 1. Agus Tiarso .(2005). Penulisan naskah multimedia. (Bahan sajian pelatihan). Semarang : BPM 2. Brown,G.& Atkins, M. (1987). Effective teaching in higher education. New York : Longman Methew 3. Hari Wibawanto (2004). Membuat bahan ajar elektronik dengan program front page . (Bahan sajian pelatihan). Semarang : UPT SBM UNNES 4. Kemp Jerrold, E & Dayton Deane, K. (1985). Planning and producing instructional media. USA : Harper & Row 5. Palmer W, Agnew at all. (1996). Multimedia in the classroom. Boston : Allyn & Bacon. 6. Sadiman Arif, S. (1994). Pengembangan media instruksional. Jakarta : Pustekom dikbud. 7. Sri Sartono, FR. (2004). Strategi Belajar Mengajar. (Bahan sajian pelatihan). Semarang : UPT SBM UNNES
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
69
8. Tony
Setiawan. (2005). Teknik produksi multimedia. (Bahan sajian pelatihan). Semarang : BPM
Daftar pustaka 2 : Bise Wana dan Sutisno. 1986. Karakteristik dan Komponen Media Transparansi (OHT). Jakarta: Depdikbud. Brown, G dan Atkins, M. 1987. Effective Teaching in Higher Education. New York: Longman Metheu. Kemp Jerrold E dan Dayton Deane K. 1985. Planning & Producing Instructional Media. USA: Harper & Row Publishers. Palmer W. Agnew , dkk. 1996. Multimedia In The Classroom. Boston: Allyn and Bacon. Priyono,A. dan Sri Sartono, FR. 2000. Presentation Skills. Semarang: UPT SBM Universitas Negeri Semarang. Rahardjo. 1991. Desain Media. Jakarta: Depdikbud. Sadiman, Arief S. 1994. Pengembangan Media Instruksional. Jakarta: Pustekom Depdikbud. _________. 1996. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Daftar pustaka 3 Atwi Suparman. 1997. Desain Instruktional. Jakarta : PAU-PPAI Universitas Terbuka. Baddeley, A.D. 1986. Working Memory. Oxford: Oxford University Press. Chandler, P. dan Sweller, J. 1988. The split-attention effect as a factor in the design of instruction. British Journal of Educational Psychology, 62, hal 233-246. Goldberg, R. 1993. The big squeeze. Popular Science, 269:107-108
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
70
Heinich, Robert, Michael Molenda, dan James D. Russel. 1985. Instructional Media and the New Technologies of Instruction. Second Edition. New York: John Wiley and Sons. Marshall, David dan Stepen Hurley. 1997. Delivering Hypertext-based Courseware on the Worldwide Web. [Edisi Online]. URL: http://www.iicm.edu/jucs_2_12/delivering_hy pertext_based_courseware/html/paper.html. Tanggal 10 Juni 2000. Maurer, Hermann dan Jennifer Lennon. 1997. Digital Libraries as Learning and Teaching Support. [Edisi Online]. URL: http://www.iicm.edu/jucs_2_11/digital_librar ies_as_learning/html/paper.html. Tanggal 10 Juni 2000. Mayer, R.E. 1997. Multimedia learning: Are we asking the right question? Educational Psychologist, 32, hal. 1-19 Mayer, R.E. dan Anderson, R.B. 1991. Animation need narrations: An experimental test of a dualcoding hypothesis. Journal of Educational Psychology, 83, hal 484-490. Merril, Paul F., dkk. 1996. Computers in Education. Third Edition. Boston: Allyn and Bacon Microsoft. 1999. Microsoft Encarta 99. [CD ROM]. USA: Microsoft Corp. Moreno, R. dan Mayer, R.E. 2000. A Learner-Centered Approach to Multimedia Explanation: Deriving Instructional Design Principles from Cognitive Theory. [Edisi OnLine]. URL: http://imej.wfu.edu/articles/2000/2/index.as p Nelson, T.H. 1965. The hypertext. Proceding of the World Documentation Federation. Paivio, A. 1986. Mental Representation: A Dual Coding Approach. Oxford: Oxford University Press.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
71
b. Komunikasi Lisan/ Verbal dan Non verbal Komunikasi secara lisan (oral presentation) adalah komunikasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih secara lisan/verbal antara sumber pesan/informasi kepada penerima pesan/informasi. Agar pesan/informasi dapat disampaikan secara baik dan dapat difahami oleh penerima pesan/informasi, sumber pesan memerlukan kemampuan dan keterampilan mengkomunikasikan / mempresentasikan pesan yang akan disampaikan secara lisan. Kemampuan dan keterampilan tersebut dikenal dengan istilah oral presentation skill. Presentation skills ini diperlukan pada saat proses pembelajaran, pelatihan, rapat, seminar, simposium, wawancara dan forum-forum komunikasi yang lain. Dalam komunikasi secara lisan, pesan disampaikan dalam bentuk ucapan melalui mulut/oral dalam bentuk verbal. Dalam hal ini sumber atau selanjutnya disebut presenter akan banyak menggunakan bahasa tubuh (nonverbal) untuk memberikan penegasan, penekanan ucapan dan gaya bicara yang dapat lebih memberikan daya tarik dan menimbulkan atensi terhadap informasi yang sedang disampaikan. Sehingga meningkatkan pemahaman audien terhadap informasi yang disampaikan. Pada prinsipnya seorang presenter dalam proses presentasi melakukan proses pembelajaran, yaitu menjelaskan informasi sejelas-jelasnya kepada audien. Kemampuan utama yang diperlukan oleh presenter dalam pembelajaran secara sukses adalah sebagai berikut. 1) Kemampuan menjelaskan (explainning) 2) Kemampuan menyajikan informasi (presenting information) 3) Kemampuan membangkitkan minat dan perhatian (geting interest) 4) Kemampuan mempersiapkan materi. Tugas seorang presenter adalah dapat menjelaskan informasi sejelas mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyampaikan informasi dengan jelas dan membuat presentasi menarik bagi audien. Materi bisa disampaikan secara jelas bila tersusun dengan struktur yang baik, sehingga dapat dipresentasikan dengan baik pula. Selanjutnya bagaimana membuat presentasi itu menarik, sehingga audien tertarik untuk mengikuti dengan antusias. Langkah-langkah agar presenter dapat menyajikan presentasi yang menarik adalah using media, varying activities,
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
72
comparing/contrasting, opening/ending. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan ilustrasi pada skema berikut. explaining
clearity
interest • • • •
using MEDIA varying activities comparing/contrasting opening/ending
getting interest
presenting information PERSIAPAN
Gambar. 29. Prinsip Presentation skills Menjelaskan adalah memberikan pemahaman kepada orang lain. Dengan demikian seorang presenter harus mampu mempresentasikan informasi dengan sejelas-jelasnya agar informasi tersebut secara jelas dipahami audien. Agar dapat menjelaskan materi informasi dengan baik sehingga mampu meningkatkan pemahaman, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Bicara dengan jelas, gunakan jeda, jangan terlalu cepat 2) Strukturisasi bahan yang akan disajikan 3) Ulas kembali pokok-pokok pembicaraan melalui paraphrasing. 4) Amati reaksi audien 5) Cek pemahaman audien. Dalam melakukan presentasi bicara harus kuat dan jelas, sehingga semua audien benar-benar bisa mendengar dengan baik. Biasanya dibantu dengan alat pelantang suara (sound
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
73
system). Dalam bicara tidak perlu tergesa-gesa dan sebaiknya ada jeda dan jangan terlalu cepat untuk memberi kesempatan audien untuk mencerna informasi. Penyampaian bahan agar diatur dengan struktur yang baik supaya bahan dapat disampaikan secara runtut dan logis sehingga mudah dipahami. Perlu ada pengulasan kembali bahan-bahan yang sekiranya sulit dipahami melalui paraphrasing, agar memudahkan pemahaman. Paraphrasing adalah teknik mendengar dengan baik, meringkas dengan baik sehingga akan mampu mendorong audien untuk mendengar secara hati-hati, mendapatkan kesempatan untuk mengecek kebenaran informasi dan mampu mengurangi atau menghindari kesalahpahaman yang menyebabkan konflik. Mengamati reaksi audien merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Dengan mengamati perilaku audien dapat mengetahui respon/reaksi audien yang positif dan negatif. Reaksi ini segera dapat dikelola oleh presenter sehingga tidak sampai mengganggu presentasi. Mengecek pemahaman audien dilakukan untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan telah difahami. Mengecek pemahaman dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara acak atau memberikan kesempatan audien untuk bertanya. Membangkitkan minat audien agar berminat mengikuti presentasi dengan baik adalah juga tugas seorang presenter. Ada tiga strategi dalam membangkitkan minat audien yaitu : 1) Kontak pandang (Eye contact) Bahasa Tubuh (Gestures) dan Pengaturan suara. 2) Penggunaan contoh-contoh yang tepat dan analogi, dan 3) Pemanfaatan humor, cerita, konsep-konsep. Kontak Pandang. Biasanya presenter yang baru dan belum pengalaman bicara di depan orang banyak memiliki perasaan minder/nervous, sehingga takut memandang audien. Hal ini merupakan hambatan psikhologis yang sangat mengganggu presenter untuk sukses dalam presentasi. Oleh karena itu presenter harus berlatih dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain. Makin banyak pengalaman presenter akan semakin siap mentalnya dan hambatan psikhologis semakin berkurang. Dalam presentasi kontak pandang (eyes contact) harus diusahakan secara menyeluruh mulai dari depan ke belakang, dari kanan ke kiri secara merata. Kontak pandang presenter terhadap audien adalah merupakan bentuk perhatian/atensi. Hal ini sangat penting dan perlu untuk memenuhi kebutuhan audien dalam proses komunikasi yang baik, karena akan meningkatkan minat
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
74
audien untuk mengikuti presentasi dengan lebih antusias dan serius sehingga akan meningkatkan pemahaman. Gestures. Yang dimaksud dengan gestures dalam presentasi adalah penggunaan gerakan anggota badan/tubuh untuk memberikan penekanan/penegasan ketika informasi disampaikan, sehingga informasi nampak lebih meyakinkan kebenarannya. Misalnya gerakan tangan, mimik/wajah, senyuman, perpindahan posisi, dan sebagainya. Gerakan anggota badan ini sangat baik bila disesuaikan dengan pengolahan suara sehingga menghasilkan gaya bicara yang meyakinkan dan simpatik. Dengan cara seperti ini akan menghasilkan image yang baik dari audien dan akan menambah kepercayaan serta kewibawaan presenter di mata audien. Pengaturan Suara. Presenter dalam berbicara, suaranya perlu diolah/diatur sedemikian rupa sehingga jelas, tidak monoton, enak didengar. Dalam berbicara artikulasi harus jelas, intonasinya dinamis tidak monoton, kadang keras kadang lembut, dengan kecepatan bicara sedang, ada jeda dan warna suara tidak perlu dibuat-buat. Pengaturan suara ini disesuaikan dengan kebutuhan dan biasanya sekaligus untuk menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif mendukung proses komunikasi. Penggunaan contoh-contoh dan analogi. Penggunaan contoh-contoh yang tepat dan analogi-analogi dari informasi yang disampaikan akan membantu imajinasi audien sehingga dapat dengan mudah memahami informasi yang di presentasikan. Hal ini akan membuat presentasi lebih variatif, tidak monoton sehingga audien tidak jenuh dan tahan lama berkonsentrasi dalam mengikuti presentasi. Ingat otak hanya peka terhadap perubahan, sehingga hal-hal yang statis tidak akan lama mendapatkan perhatian. Pemanfaatan humor, cerita, dan konsep-konsep tentang sesuatu hal juga dapat membuat variasi. Biasanya digunakan sebagai selingan untuk menarik perhatian audien kembali berkonsentrasi pada informasi yang disampaikan. Untuk menciptakan suasana baru, mengendorkan saraf yang tegang sehingga menjadi fresh kembali dan siap menerima informasi yang baru. Dengan demikian minat audien dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. Cara meningkatkan minat yaitu dengan langkah-langkah strategi sebagai berikut. 1) Tunjukkan bahwa presenter sendiri juga menaruh minat terhadap topik yang sedang dibicarakan.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
75
2) Tunjukkan bahwa presenter credible, trustworthy dan having expertise (Dapat dipercaya, solid dan memiliki kemampuan) 3) Gunakan contoh yang tepat, analogi, cerita dan sebagainya 4) Bila materi masih terasa asing, mulailah dengan contohcontohnya. Mainkan minat / keingintahuan dengan melempar pertanyaan, masalah atau teka-teki. Pemanfaatan Media. Presentasi perlu memanfaatlakan media komunikasi, karena media komunikasi bila didisain dan dimanfaatkan dengan baik akan dapat memperlama minat/rasa keingintahuan. Sebaliknya kalau penggunaannya kurang tepat/baik malah akan menambah kebosanan. Oleh sebab itu penggunaan media dalam presentasi sebaiknya, 1) Ilustrasi, diagram, ringkasan dibuat sederhana, singkat dan keterbacaannya tinggi, artinya audien yang paling belakang/jauh dapat membaca dengan mudah. Jika terdapat informasi yang penting, beri waktu kepada audien untuk memperhatikan lalu dijelaskan. 2) Handout, juga didesain sederhana dan terstruktur secara jelas terdiri dari pendahuluan, isi dan penutup. 3) Slide, audio, film dan video/vcd dapat meningkatkan minat, tetapi kalau durasinya terlalu lama akan menyebabkan audien cenderung bosan dan mengantuk. Dianjurkan durasi 10 – 20 menit maksimum. Atau kalau durasinya panjang diputar secara bertahap dan diselingi penjelasan oleh presenter. Hal ini akan membuat penggunaan media lebih efektif. Media komunikasi yang berkembang saat ini adalah penggunaan laptop dan LCD proyektor/ infocus. Penggunaan media ini softwarenya didisain dengan program aplikasi komputer diantaranya dengan program powerpoint. Program ini memberikan fasilitas pembuatan disain slide presentasi dengan variasi yang sangat baik dan menarik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam presentasi dengan bantuan media LCD adalah sebagai berikut : 1) Lakukan pengaturan optimal sebelum presentasi 2) Siapkan icon shortcut di layar desktop 3) Bila menggunakan timer untuk pergantian slide, pastikan bahwa telah dilakukan simulasi 4) Gunakan laser pointer untuk menunjuk tampilan di layar 5) Bila tidak menggunakan timer untuk mengatur waktu tayangan, sebaiknya gunakan remote mouse atau asisten agar anda bebas berhadapan dengan audiens supaya anda
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
76
bebas melakukan kontak mata dan komunikasi non verbal lainnya 6) Jangan sibuk dengan peralatan danJangan bersembunyi di balik peralatan, yang utama adalah pesan, alat hanya pembantu. 7) Jangan sering melihat layar tampilan, supaya dapat selalu melihat audien. Karena semua respon audien harus dikelola baik yang berupa oral maupun gerak-gerik tubuhnya. Dalam menyiapkan Slide presentasinya perlu memperhatikan prinsip dasar-dasar disain yang terdiri dari Irama, Penekanan, Kesetimbangan, kesatuan dan kesederhanaan. Langkah-langkah penulisannya adalah sebagai berikut. 1) Buat konsep setiap framenya 2) Pilih font yang mudah dibaca 3) Jangan terlalu besar dan jangan terlalu kecil. Besar huruf/font 20 - 40 4) 1 frame maksimum 10 baris 5) Pilih warna yang kontras (2-3 warna) 6) Yang ditulis hanya kata kunci saja, jangan berupa kalimat panjang supaya tidak rumit (complicated). Tulis dengan singkat, padat dan bermakna (condensed). 7) 1 frame sebaiknya hanya berisi 1 konsep. 8) Beri penekanan pada kata-kata yang penting, dengan menggunakan font yang berbeda, warna yang berbeda sehingga menjadi point of interest, garis, bidang, ruang sehingga frame menjadi kesatuan disain yang tidak norak tetapi lembut dan serasi. Sehingga enak dilihat dan menjadikan betah menikmatinya. Meningkatkan variasi kegiatan. Kegiatan yang bervariasi akan meningkatkan minat dan perhatian dan rasa ingin tahu dari audien. Strategi untuk membuat kegiatan yang bervariasi adalah dengan melemparkan sebuah pertanyaan, memperlihatkan video klip, membagi tugas, mendorong pemecahan masalah secara kolektif, mendorong terjadinya diskusi dan sebagainya. Persiapan. Persiapan penting bagi presenter agar presentasi berjalan dengan baik. Persiapan berupa persiapan mental psikhologis maupun fisik dan persiapan materi yang akan dipresentasikan. Pada tahap persiapan ini presenter harus mengungkap kembali apa yang dimiliki yaitu yang berupa kekuatan maupun kelemahan. Hal-hal yang menjadi kekuatan didorong kemunculannya secara optimal, dan yang menjadi kelemahan ditekan /dikurangi. Bahan disiapkan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
77
dengan struktur yang baik mulai pembuka, isi dan penutup. Struktur yang baik akan menentukan ketuntasan penyampaian gagasan/ide. Penetapan pokok-pokok pikiran yang akan atau perlu pengulasan kembali juga merupakan yang penting dalam persiapan. Media atau alat bantu presentasi juga harus dipersiapkan. Sebaiknya datang awal di tempat presentasi untuk mengenal medan dan persiapan media yang digunakan, sebab ketidak siapan hal ini akan mengganggu secara psikhologis yang akhirnya bisa membuat fatal presentasi. Mungkin akan menjadi tontonan bukan tuntunan.
Gambar 30. Bung Karno dan seorang tokoh dengan gaya Pidatonya menggunakan teknik presentasi. Perlu diingat bahwa presentation skills merupakan kemampuan yang dapat dipelajari untuk meningkatkan kemampuan berekspresi diri baik secara lisan maupun tertulis. Pemahaman tentang bahasa tubuh (body language) juga merupakan peran penting dalam peningkatan kemampuan presentasi. Prinsip-prinsip presentasi adalah bagaimana mengelola gesture atau gerak-gerik anggota badan yang dimanfaatkan untuk menjelaskan maupun gerakgerik audien yang harus dikelola; Pengelolaan Voice/suara; struktur penyampaian bahan; pemahaman audien (understanding audience) bahwa harus dipahami kenyataannya audien terdiri 70 % pemalas sehingga harus dilayani; Pemanfaatan 15 menit pertama bahkan 5 menit pertama adalah waktu yang sangat menentukan keberhasilan presentasi. Bila dalam waktu itu berhasil menguasai audien maka 90% presentasi akan berhasil, demikian pula sebaliknya; Penggunaan media yang sebaik-baiknya. Baik disainnya maupun penggunaannya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
78
Dalam setiap detik kehidupan manusia dituntut mampu berkomunikasi secara efektif dalam berbagai suasana seperti di kantor, dalam keluarga, bisnis, karir, dansebagainya. Dalam kesempatan tersebut manusia dituntut sebagai komunikator yang efektif. Kemampuan berkomunikasi bagi sementara orang adalah sebuah talenta alami. Menjadi komunikator yang efektif akan disegani dan dihormati, berwibawa. Namun kemampuan tersebut bagi sementara orang harus dipelajari dan dilatih agar berkembang. Dengan demikian keterampilan presentasi merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar manusia sebagai makhluk sosial yang harus berkomunikasi dengan orang lain. Keterampilan komunikasi harus dimiliki dan dikembangkan secara berkelanjutan sehingga tidak ditinggalkan orang lain hanya karena lemah dalam komunikasi. Bila seorang mampu sebagai komunikator yang efektif, maka dia akan percaya diri bahkan mampu menghargai dirinya sendiri, disegani/dihormati, mampu menghargai orang lain secara tulus dan menimbulkan rasa kebanggaan dan kebahagiaan pada dirinya. Belajar menjadi komunikator yang efektif berarti harus belajar mengekspresikan perasaan, menghadirkan/ menyajikan diri secara baik, memberi pujian sepantasnya kepada orang lain, dan belajar mengatasi konflik secara efektif. Mengekspresikan diri. Untuk belajar mengekspresikan diri pertama-tama kenalkan diri sedemikian rupa sehingga orang lain/audien mengenal dan memahami. Setelah itu harus berusaha mengenal mereka, latar belakangnya, pengetahuannya, perasaannya, pandangannya dan sebagainya. Bila harus berbicara, harus dilakukan dengan ringkas/padat dan tidak umum. Berbicara satu ide saja. Tampilkan/tunjukkan rasa senang tidak emosional dan percaya diri dan bicaralah dengan jelas. Belajar Mendengar merupakan hal yang penting untuk menghindari diri dari kesalahpahaman. Usahakan jangan sampai perhatian terbagi dan tunjukkan minat pada apa yang sedang dibicarakan, usahakan jangan menginterupsi pembicaraan orang lain sebelum orang lain menyelesaikan kalimatnya. Ajukan pertanyaan dengan baik dan terstruktur, jangan pertama......, kedua......., ketiga......... dan seterusnya, tetapi singkat dan jelas. Bila akan merespon, sampaikan secara singkat dan jelas bukan umum, melantur, putar-putar ; logis dan tidak emosional dan Be Tacful artinya meskipun tidak /kurang
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
79
setuju sampaikan dengan cara yang positif. Jelaskan alasanalasan ketidak setujuannya tanpa harus menyerang pribadi apalagi di depan orang banyak. Bicara secara jujur merupakan hak dan tanggungjawab bagi setiap orang, namun usahakan bicara jujur tanpa menyakiti orang lain. Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, sadarilah dan pahamilah gejolak emosi diri (perut, jantung berdebar-debar). Apakah gejala tersebut fair ? jangan-jangan sedang emosi. Segera ambil langkah tindakan untuk mengatasinya, misalkan dengan cara tarik napas panjang berkali-kali, diam dan renungkan penyebabnya dan buang dengan melawan dengan kata-kata yang positif; Buatlah daftar keunggulan dan kekurangan diri, Latihan diri untuk mengurangi kelemahan dan lebih menonjolkan keunggulannya; Tidak semua komunikasi berlangsung secara verbal bahkan berdasarkan penelitian 55% disampaikan secara non verbal. Oleh karena itu pelajari gerak-gerik anggota badan, mimik lawan bicara untuk di kelola. Coba bandingkan dan pelajari bahwa teman mengatakan ”tidak apa-apa” tetapi dengan wajah murung, ceria, dan memalingkan muka. Apa maksudnya ? Mengatasi konflik sangat memerlukan keterampilan dan kemampuan untuk itu. Konflik muncul saat bekerjasama dengan orang lain baik secara individual maupun kelompok. Memang kalau dirasakan konflik itu menyakitkan. Tetapi kalau dihayati betul, konflik tersebut juga bermanfaat yaitu menjadikan lebih memahami orang lain, lebih bisa memahami diri sendiri, pengambilan keputusan dapat berlangsung secara lebih baik, dan mengatasi konflik merupakan pekerjaan yang menantang dan menarik. Bila harus mengatasi konflik, harus diusahakan terfokus tidak membawa masalah-masalah yang lain. Atasi masalahnya dan jangan menyerang pribadi. Ungkapkan perasaan secara tenang jangan emosional. Lakukan analisis masalahnya. Duduk bersama, buat daftar kemungkinan penyelesaian masalah, dan cari kemungkinan yang paling memungkinkan dan menyenangkan semua pihak. Sering kali kompromi harus terjadi dan mungkin tidak bisa dihindari, oleh karena itu laksanakan solusi yang disepakati.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
80
Gambar 31. Wartawan sedang wawancara dan meliput peristiwa 2. Teknik Wawancara a. Pengertian dan jenis wawancara Wawancara adalah kegiatan pencarian informasi dengan cara menanyakan secara detail dan mendalam, memancing dengan pernyataan maupun mengkonfirmasikan sesuatu hal agar dapat diperoleh gambaran yang utuh tentang individu, atau peristiwa maupun isu-isu dari informasi yang sedang digali. Wawancara biasanya dilaksanakan secara langsung atau berhadapan (face to face) atau tidak secara langsung yaitu melalui telepon, e-mail atau secara tertulis dengan surat kepada orang yang diwawancarai (interviewer). Berarti wawancara adalah kegiatan bertanya kepada orang lain untuk memperoleh fakta atau latar belakang suatu informasi. Dalam hal ini sangat dibutuhkan kemampuan mendengar dan kemampuan membaca kesan indera orang lain. Dalam wawancara kesan indera orang lain dibutuhkan saat tidak dapat menghadapi suatu peristiwa/kejadian secara langsung, sehingga harus digali melalui orang lain yang berkaitan dengan kejadian tersebut. Meskipun terdapat kesulitan bila orang yang diwawancarai tidak teliti mengingat fakta yang dilihat, serta tidak cukup mampu mendeskripsikan fakta dengan baik. Oleh karena itu diperlukan kesabaran dalam mengorek ingatan, dengan mengajukan pertanyaan berulang-ulang atau bersilang (cros) untuk mengetahui konsistensi jawaban orang yang diwawancarai. Atribut pribadi orang yang diwawancarai perlu diketahui sebagai pelengkap informasi, seperti nama, alamat, pekerjaan, umur, status perkawinan, ekonomi dan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
81
sebagainya. Pertanyaan yang diajukan sebaiknya diperkirakan dapat dijawab oleh orang yang diwawancarai dan menarik untuk dibicarakan, dengan menggunakan gaya pembicaraan agar tidak terkesan menginterogasi. Menunjukkan empati dan terus menjaga agar tidak larut dalam persoalan orang yang diwawancarai. Jenis wawancara ada beberapa macam yaitu, 1) Wawancara untuk berita (factual news interview). Adalah wawancara yang bertujuan untuk mendapatkan opini dan komentar singkat dan penting dari seorang ahli, pejabat atau pihak yang berkompeten dengan isuisu yang aktual. Apapun yang diucapkan narasumber tadi memiliki nilai berita yang tinggi. 2) Wawancara untuk features tentang orang terkenal (Features on personality interview). Adalah wawancara dengan tujuan memperoleh pernyataan khas dari kalangan selebitis atau pendapat yang unik dan penuh kejutan dari orang-orang dengan latar belakang dan karakteristik yang beragam. Dalam wawancara jenis ini, keunikan gaya bicara, pemilihan kata dan jargon maupun ungkapan-ungkapan khas nara sumber harus diamati dan dimasukkan pada laporan untuk memberikan kemenarikan dan keragaman serta kekhasan pendapat narasumber. 3) Wawancara biografis (biographical interview). Adalah wawancara yang bertujuan mengungkapkan dengan lengkap dan mendetail tentang seorang sosok nara sumber seperti prestasinya, cita-citanya, kiat-kiat keberhasilannya, filosofi hidupnya, keluarganya, hobynya dan sebagainya. Dalam wawancara jenis ini fakta yang berupa kalimat khas individu, harapan-harapannya yang paling pribadi sekalipun harus diungkap dan ditonjolkan, sehingga pembaca/pemirsa/pendengar dapat memperoleh gambaran secara lengkap tentang sosok yang diangkat dalam artikel profil tersebut secara jelas. b. Teknik wawancara Ada beberapa teknik wawancara yaitu, 1) Jumpa Pers (news conference). Jumpa pers adalah wawancara antar sumber berita, biasanya suatu lembaga dengan para wartawan yang diundang oleh lembaga itu untuk menerima informasi/ press release. Dalam acara Jumpa pers semacam ini
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
82
wartawan/reporter kurang mendapat kesempatan wawancara yang eksklusif dan juga tidak mendapatkan jawaban yang diinginkan. Hal ini tidak semua wartawan mendapat kesempatan bertanya, karena jumlah pertanyaan dibatasi bahkan kadang-kadang sifat jumpa pers yang diadakan secara tertutup dan tidak ada kesempatan tanya jawab. Sumber hanya menginginkan memberikan informasi/pernyataan saja. Dalam hal ini reporter/wartawan harus kreatif untuk merancang waktu khusus diluar jumpa pers untuk wawancara tersendiri. Dalam jumpa pers reporter diberi siaran berita secara tertulis yang sudah terstruktur mulai judul, tanggal atau baris tanggal yang berisi petunjuk tempat kejadian, tanggal dan identitas, teras berita yang berisi substansi berita, tubuh berita dan elaborasi atau catchall, yang berisi tambahan keterangan dan penjelasan, data-data pendukung. Press release yang sudah lengkap seperti itu meringankan reporter karena reporter tidak perlu menulis ulang tinggal memasukkan ke lembaga penyiaran untuk disiarkan. Jumpa pers semacam ini biasa disebut pers klaar, yaitu siaran pers yang sudah siap dan sepadan dengan standar ukuran redaktur sehingga redaktur tertarik untuk memuat tanpa harus menulis ulang. Jumpa pers memiliki ciri-ciri yang khas sebagai berikut. a) Waktu ditentukan oleh lembaga yang mengadakan jumpa pers b) Masalah yang ditanyakan baru muncul pada saat jumpa pers berlangsung. c) Reporter atau wartawan diundang untuk diberi informasi. d) Jumpa pers berlangsung cepat sekitar 30 menit, sehinggass tidak cukup waktu bagi reporter untuk mengajukan pertanyaan. 2)
Sri Sartono
Wawancara Spontan (on the spot interview). Wawancara spontan adalah wawancara yang diadakan secara spontan/mendadak, tanpa ada janji antara reporter dan sumber berita. Dalam wawancara seperti ini reporter harus siap, sigap dan antisipatip serta selalu bereaksi secara cepat melihat situasi dan kondisi yang berkembang. Disamping itu reporter harus menyadari bahwa nara sumber juga belum tentu siap diwawancarai. Oleh karena itu reporter perlu melakukan hal-hal sebagai berikut.
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
83
a) Segera memutuskan pilihan nara sumber mana yang pas untuk diwawancarai sesuai kapasitas dan pengetahuannya. b) Melakukan pendekatan dengan cepat, dan menjelaskan tujuan wawancara secepat mungkin agar nara sumber tidak merasa kaku dan takut. c) Terhadap masyarakat umum yang diwawancarai, sehubungan dengan peran mereka sebagai saksi mata dalam suatu peristiwa, hendaknya ditanyakan hal-hal yang diketahui dan dilihatnya saja tanpa diminta pendapat dan opininya. Wawancara pada umumnya memiliki ciri-ciri yang khas diantaranya sebagai berikut . a) Dilakukan setiap saat sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara reporter dan nara sumber/pejabat yang akan diwawancarai. b) Reporter sudah siap pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. c) Reporter yang memiliki inisiatif untuk memperoleh informasi. d) Waktu pertemuan sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Karena alasan waktu yang mendesak serta sulitnya nara sumber untuk wawancara secara langsung/tatap muka karena jauh/berada diluar kota, nara sumber selalu sibuk, maka wawancara dapat diselenggarakan melalui media komunikasi yang telah disepakati kedua belah pihak diantaranya: a) Melalui Telepon. Wawancara melalui telepon dapat dibenarkan, tetapi memiliki kelemahan yaitu tidak dapat mendapatkan keterangan secara mendalam dan lengkap, tidak bisa melihat gaya dan ekspresi nara sumbernya dalam mengungkapkan opini serta gerak-gerik tubuhnya. Sehingga proses komunikasi kurang hangat, tidak akrap dan cenderung formal. Biasanya wawancara melalui telepon dilakukan oleh wartawan terhadap nara sumber yang sudah kenal dan akrap sehingga nara sumber tidak keberatan. b) Secara Tertulis. Wawancara secara tertulis dilakukan bila nara sumber takut bila pendapatnya salah diinterpretasikan oleh reporter, atau isu yang akan disampaikan sensitif sehingga khawatir salah ucap bila dijawab secara lisan. Mengajukan pertanyaan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
84
dan jawaban secara tertulis juga memiliki kelemahan yaitu reporter tidak dapat mendapat keterangan dengan cepat, tidak bisa melakukan probing/mengejar pertanyaan yang lebih mendalam, Serta tidak bisa mengonfirmasikan data secara cepat dan taktis. Wawancara model ini biasanya dihindari reporter, namun dilakukan juga karena nara sumber menghendaki demikian. Jawaban wawancara seperti ini biasanya ditempatkan sebagai informasi latarbelakang atau pelengkap informasi dan untuk kepentingan justifikasi pemberitaan dari pejabat yang berwenang. 3)
Sri Sartono
Wawancara Serempak dalam bentuk kelompok diskusi (group interview). Dengan wawancara seperti ini reporter mendapatkan informasi yang beragam dan menarik, karena ada diskusi dan penajaman pikiran. Reporter tinggal mengajukan beberapa pertanyaan kunci, masingmasing narasumber akan melemparkan pendapatnya sehingga tercipta pro dan kontra. Reporter tinggal membandingkan, mempertentangkan menganalisis dan menafsirkan opini dengan konteks dan tujuan laporan yang direncanakan. Model wawancara ini lebih efisien dalam waktu, dan reporter dapat mengarahkan narasumber untuk menjawab secara beragam karena jawabannya langsung dapat dipertentangkan. Berdasarkan kegiatannya wawancara seperti ini dapat dibedakan sebagai berikut. a) Man in the street interview. Wawancara ini dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan pendapat beberapa orang terhadap suatu keadaan atau kebijakan baru pemerintah. Dengan istilah populer mengumpulkan pendapat umum. Biasanya dilakukan segera setelah terjadi peristiwa penting dikeluarkannya kebijakan baru pemerintah. b) Casual interview (wawancara tidak resmi dan mendadak). Reporter tidak meminta secara resmi kepada narasumber untuk diwawancarai, tetapi secara kebetulan terjadi pertemuan antara reporter dan narasumber (tokoh), kemudian secara spontan dilakukan wawancara. c) Personality interview. Yaitu wawancara tentang pribadi seorang yang mempunyai nilai berita karena reputasinya atau karena kehidupannya yang unik.
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
85
d) News interview. Yaitu wawancara yang berkaitan dengan berita yang bersangkutan dan untuk memperoleh bahan pemberitaan. e) Prepared question interview. Wartawan/reporter menuliskan pertanyaan-pertanyaan untuk disampaikan kepada pejabat melalui sekretarisnya karena wartawan sangat membutuhkan informasi penting dari pejabat itu, sedangkan pejabat tersebut sulit ditemui. f) Group interview. Yaitu wawancara terhadap beberapa orang narasumber dijalankan sekaligus untuk membahas suatu persoalan atau implikasi persoalan. Situasinya seperti diskusi atau mirip dengan siaran radio dan televisi. c. Persiapan wawancara Wawancara yang baik atau sukses akan menghasil kan data yang baik dam lengkap sesuai harapan. Semua itu bisa terjadi kalau dipersiapkan dengan baik pula. Oleh karena itu persiapan sebelum wawancara merupakan faktor yang penting untuk dilakukan seorang reporter/wartawan agar wawancara yang akan dilakukan terlaksana dengan sukses. Kesuksesan wartawan/ reporter juga akan meningkatkan kredibilitas reporter itu sendiri dan lembaga penyiaran dimana ia bekerja. Persiapan wawancara tergantung dari tujuan wawancara itu sendiri dan banyaknya data yang ingin diperoleh. Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum wawancara berlangsung bagi seorang wartawan/reporter adalah sebagai berikut. 1) Persiapan diri dengan informasi yang terkait dengan permasalahan atau orang yang akan diwawancarai. Yaitu: mengumpulkan kliping, membaca ulang pernyataan narasumber yang pernah dimuat di media massa, menghafal dan menguasai permasalahan pokok isu dari hal-hal yang akan ditanyakan, melihat foto diri dan mengenal karakter narasumber baik keluarganya dan filosofi kehidupannya. 2) Mengkonfirmasikan pada atasan, tentang tujuan wawancara dan jenis informasi yang harus diperoleh. Sebelum berangkat wawancara reporter perlu konfirmasi dengan seniornya atau atasannya meskipun persiapannya sudah matang, daftar pertanyaan sudah di tangan. Hal ini perlu dilakukan agar data atau fakta yang diperoleh sesuai dengan kehendak atasan, sehingga wawancara
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
86
3)
4)
5)
Sri Sartono
ulang untuk mendapatkan kelengkapan data/fakta bisa dihindari. Persiapan Mental, untuk menghadapi situasi dan karakter narasumber termasuk rasa antipati, rasa enggan dan tidak percaya diri dalam diri reporter/wartawan. Wartawan/reporter harus dapat menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi dan status narasumbernya. Wartawan/reporter harus bisa masuk di semua kalangan, maka bila tekanan psikhologis menyerangnya harus bisa mengendalikan diri dan memulihkan kemampuan agar wawancara tidak gagal karena rasa gugup/nervous wartawan. Untuk menanggulangi sikap antipati dan rasa tidak berminat dengan narasumbernya yaitu dengan menimbulkan rasa senang dan tertarik dengan image positifnya dan mengubur/tidak mengingat image yang kurang baik. Yang harus dipertahankan adalah tujuan wawancara untuk mendapatkan fakta yang menarik dan lengkap dari narasumber. Membaca berita dan memprediksi kemana arah isu berkembang. Membaca berita aktual merupakan modal bagi wartawan/reporter untuk mengikuti perkembangan berita dan meramalkan arah perkembangannya. Dengan demikian reporter bisa mempersiapkan penulisan kelanjutan berita tersebut untuk memenuhi harapan khalayaknya. Merencanakan pertanyaan sebagai panduan wawancara. Menyusun pertanyaan panduan wawancara merupakan hal yang utama dan menentukan keberhasilan wawancara. Substansi pertanyaan yang disusun harus sesuai arah laporan yang akan dibuat. Wartawan yang berpengalaman daftar pertanyaan tidak disusun secara lengkap tetapi hanya dituliskan poin-poinnya saja dan pertanyaannya nanti dikembangkan di lapangan dari jawaban-jawaban narasumber. Untuk wartawan junior biasanya menyusun pertanyaan secara lengkap untuk mengantisipasi bila tiba-tiba kehilangan konsentrasi atau kehabisan bahan pertanyaan, sedangkan waktu yang tersedia masih ada, sementara narasumber masih bergairah dalam menjawab pertanyaan. Contoh pertanyaan yang tidak lengkap (poin-poinnya saja) sebagai berikut: Perubahan politik, isu terakhir, kaitan perubahan dengan demokrasi, siapa dibalik isu suksesi, dan seterusnya. Contoh daftar pertanyaan yang lengkap sebagai berikut.
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
87
6)
7)
Sri Sartono
− Pertanyaan umum : data diri, nama, hoby, umur, ukuran tubuh, warna favorit, cita-cita, sekolah, pandangan hidup dansebagainya. − Pertanyaan opini seperti : Bagaimana perjalanan karier anda ? Siapa yang menunjang karier anda ? Bagaimana rasanya setelah sukses ? Bagaimana cara anda membagi waktu? Dan sebagainya. Di samping itu reporter/wartawan penting meningkatkan kemampuan dan keterampilan komunikasi secara lisan dan bertanya secara singkat dan jelas demi suksesnya wawancara. Membuat Janji. Adalah menghubungi narasumber untuk mendapatkan kesepakatan kapan dan dimana jam berapa, berapa lama wawancara bisa dilakukan. Untuk menghubungi perlu tahu data alamat, nomor telepon narasumber. Permintaan bisa melalui surat resmi maupun telepon. Langkah awal dalam membuat janji adalah mengenalkan nama, identitas resmi termasuk dari media apa serta tujuan wawancara dengan bahasa dan gaya bicara yang simpatik supaya narasumber tertarik dan percaya serta menyediakan diri untuk diwawancarai. Catat semua kesepakatan janji tersebut untuk ditepati jangan sampai terlambat. Keterlambatan akan mempengaruhi kredibilitas baik wartawan maupun media di mana ia bekerja. Persiapan alat wawancara. Peralatan yang harus disiapkan diantaranya adalah : Camera, buku dan pena, tape recorder, telepon, fotocopy dokumen yang diperlukan sebagai barang bukti dan sebagainya.
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
88
Gambar. 32. Peralatan wawancara d. Sikap wawancara Agar wawancara berjalan dengan baik dan berhasil, reporter/wartawan perlu menjaga sikapnya sehingga tidak mempengaruhi secara psikhologis jalannya wawancara. Sikap-sikap yang harus dipertahankan selama wawancara adalah : 1) Kesan pertama yang baik. Hal ini dilakukan dengan cara berpenampilan yang menarik, pakaian rapi dan bersih serta sopan, sesuai dengan suasana wawancara dan status sosial nara sumber. Menjaga etika komunikasi seperti cara masuk ruangan, berjabat tangan dan bertegur sapa akan mencerminkan kepribadian wartawan dimata narasumber. Bicara tegas dan percaya diri, kontak pandang, sikap hormat dan perhatian akan mencerminkan keterampilan komunikasi yang baik. 2) Ceria dalam menghadapi narasumber. Menunjukkan wajah yang berseri-seri dan menyenangkan merupakan modal untuk membina hubungan baik dengan narasumber baik pada saat wawancara maupun masa yang akan datang, karena narasumber akan memiliki kesan image yang positif terhadap reporter/wartawan. Keceriaan akan menghilangkan rasa asing dan sikap yang kurang bersahabat nara sumber terhadap reporter dan mampu membuat gairah dalam wawancara.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
89
3) Percaya diri. Sikap percaya diri dapat ditimbulkan kesiapan reporter yang telah dibuat pada waktu persiapan. Kesiapan dalam pengetahuan akan menimbulkan kepercayaan diri sehingga tidak bloon didepan narasumber. Rilaks atau santai tetapi serius dalam wawancara akan menghilangkan keteganganketegangan dalam wawancara baik yang dialami oleh reporter maupun nara sumber. 4) Pandai menyesuaikan diri. Menyesuaikan diri dengan narasumber merupakan wahana membina hubungan yang lebih erat dengan narasumber. Menyesuaikan diri dapat ditempuh dengan cara bersikap ramah, halus dan sopan. 5) Memahami ungkapan yang sesuai. Memahami istilah, ungkapan, lelucon, dan jargon-jargon khas narasumber akan membuat narasumber yakin dan respek pada reporter/wartawan. Penguasaan istilah dan maknanya yang diungkapkan narasumber akan membuat wawancara menjadi lancar dan proses pengumpulan informasi dan penyusunan laporan menjadi lebih cepat. e. Pelaksanaan wawancara Tahap ini merupakan yang paling penting dari wawancara. Persiapan yang yang telah dilakukan dan sikap reporter/wartawan akan diuji keterandalannya. Untuk menghindari gangguan masalah psikhologis seperti gugup, nervous dansebagainya sebaiknya reporter datang lebih awal dari waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Kesempatan yang ada dapat digunakan untuk adaptasi tempat/lingkungan dan mendapatkan informasi awal yang berupa obrolan ringan sebelum masuk pada wawancara. Adaptasi suasana ruang kantor, bicara dengan stafnya untuk menggali karakter narasumber sangat bermanfaat. Waktu luang yang masih ada bisa digunakan untuk rechek kesiapan, yaitu tentang daftar pertanyaan, apakah sudah lengkap dan dipahami; kondisi peralatan seperti tape recorder, camera apakah dalam kondisi siap pakai dan sebagainya. Apabila sudah pada saatnya menemui narasumber, yang dilakukan pertama kali adalah menyapa dengan sopan dan membuka obrolan ringan dan menarik bagi narasumber sepaerti : apa khabar pak ? wah tempat ini sangat menyenangkan ya, siapa yang mendisain? Bapak sendiri ya. Dengan salam pembuka yang baik dan hangat, narasumber akan senang dan menilai bahwa wartawan memiliki ini
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
90
mengikuti perkembangan zaman dengan baik. Pembukaan yang disampaikan dengan wajar dan tidak gugup didepan narasumber merupakan keberhasilan awal wawancara. Ketika akan memulai wawancara, letakkan taperecorder di meja sambil menyatakan bahwa wawancara ini direkam untuk membantu wartawan agar tidak terjadi salah persepsi. Mungkin juga bisa didahului dengan pemotretan narasumber untuk jembatan masuk pada wawancara. Ajukan pertanyaan ringan dan atur secara berjenjang sampai pertanyaan inti atau ke hal-hal yang serius sebagai klimaks wawancara tersebut.
Gambar. 33. Wartawan sedang mewawancarai sumber informasi Beberapa hal yang pokok perlu perhatian dalam pelaksanaan wawancara yaitu sebagai berikut. 1) Ajukan pertanyaan dengan jelas. Jelas dalam arti sesuai dengan kemampuan dan karakter narasumber. Nara sumber yang intelek dengan pertanyaan yang berganda sekalipun tidak masalah, tetapi untuk pedagang kakilima hal tersebut akan membingungkan. Sehingga perlu dirumuskan formulasi yang bisa dengan mudah ditangkap dan dimengerti. Dalam bertanya jangan ada kesan menggurui, interogasi dan sebagainya agar narasumber tidak gugup dalam menjawab/mengemukakan pendapatnya. Gaya bertanya yang berubah-ubah, intonasi dan artikulasi yang baik merupakan gaya wawancara yang membuat betah nara sumber mendengarkannya. Hal ini merupakan keberhasilan wawancara. a) Formulasi Pertanyaan sebaiknya disusun sebagai berikut. (1) Formulasi Pertanyaan. Gunakan 1 kalimat 1 ide. Penempatan satu topik tunggal untuk satu kalimat pertanyaan agar mudah dipahami.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
91
(2) Lontarkan pertanyaan dengan alur yang runtut. Tuntaskan satu topik dulu baru pindah ke topik lain. (3) Harus tangkas mengajukan pertanyaan improvisatif. Siap siaga bila harus merubah pertanyaan. (4) Lakukan prioritas pertanyaan. Biasanya pertanyaan yang disiapkan terlalu banyak. Oleh karena itu tandai pertanyaan-pertanyaan berdasarkan skala prioritas untuk disampaikan lebih dulu berdasarkan kepentingan. (5) Formulasikan pertanyaan secara ringkas, padat dan jelas. Sederhana dan mendalam. (6) Hindari jenis pertanyaan yang klise seperti : mungkin bapak bisa menjelaskan, barang kali anda bisa menjawab dan sebagainya. b) Golongan Pertanyaan. Untuk dapat membuat pertanyaan yang sakih dan handal, bisa menggunakan beberapa golongan pertanyaan sebagai berikut. (1) Eksplorasi eksternal, yaitu pertanyaan yang berada diluar referensi narasumber. (2) Eksplorasi internal, yaitu pertanyaan yang berada dalam referensi narasumber. (3) Evaluatif, Pertanyaan yang menghendaki jawaban yang menilai baik-buruk, benar-salah. Arahnya merupakan pendapat subjektif narasumber. (4) Asumtif atau Antisipatif, Pertanyaan yang mengasilkan jawaban dugaan sehingga sangat bersifat subyektif. (5) Ordering atau refleksi. Memanfaatkan jawaban narasumber untuk membuat pertanyaan baru. (6) Informatif. Pertanyaan yang jawabannya menarik perhatian pewawancara. (7) Sisipan. Pertanyaan yang maksudnya untuk menimbulkan kesinambungan suasana wawancara. (8) Formal. Pertanyaan yang lazim dipakai untuk memulai wawancara. (9) Advis. Pertanyaan yang bersifat minta nasehat terhadap sebuah topik. 2) Berkonsentrasi penuh pada jawaban narasumber dan menyiapkan pertanyaan berikutnya. Wartawan sering kehilangan kesadaran karena terpukau dengan jawaban nara sumber, sehingga lupa apa yang
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
92
harus dilakukan. Meskipun sudah direkam, perlu membuat catatan singkat (key point) tentang informasi dari jawaban narasumber agar otak tetap aktif dan bisa menelusuri kembali setelah narasumber menyelesaikan jawabannya. Kata kunci yang belum jelas bisa ditanyakan kembali. Kegiatan mencatat tidak perlu terlalu sering sehingga membuat lepas perhatian. 3) Mencatat hal-hal penting sesuai tujuan wawancara. Apabila tulisan tentang profil, perlu banyak catatan tentang kekayaan, atmosfer dan deskripsi setting untuk menunjang keindahan dan kelengkapan. Hal ini dilakukan karena tape recorder hanya bisa merekam data verbal, dan tidak bisa merekam suasana ruang, interiornya, gerak-geriknya, kebiasaannya, ekspresinya serta gaya bicaranya padahal ini perlu dicatat untuk melengkapi laporan. Cara mencatat data tersebut di tengah wawancara yang sedang berlangsung adalah dengan menulis butir-butir penting. 4) Menghargai hak narasumber tentang pernyataan. Dalam praktek jurnalistik sering narasumber membatasi penjelasan tertentu yaitu yang bersifat of the record. Dalam hal ini tape recorder harus dimatikan dan wartawan hanya mendengar untuk dirinya. Hal yang bersifat of the record ini tidak boleh disiarkan secara fulgar. Oleh karena itu biasanya dengan menyembunyikan identitas narasumber. Dalam hal ini terdapat cara yang bervariasi untuk menangani masalah of the record sebagai berikut. a) Not for distribution. Informasi dapat direkam, dicatat, disiarkan ke publik tetapi tidak menyebutkan narasumber. b) Not for direct quotation. Informasi dapat direkam dan disiarkan secara luas dengan menyebut sumbernya, tetapi tidak boleh kutipan langsung. c) For background. Informasi boleh digunakan untuk memperkuat analisis wartawan. Tidak boleh disiarkan apalagi dengan menyebut sumbernya. d) For deep background. Informasi hanya boleh digunakan untuk referensi pribadi wartawan. e) Embargo. Artinya informasi mempunyai batas waktu tertentu sebelum boleh disiarkan. Karena narasumber menunggu situasi politik yang tepat dan aman sebelum pernyataan diketahui masyarakat luas.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
93
5) Menutup wawancara dengan simpatik. Menutup wawancara dengan simpatik bertujuan agar tetap terbina hubungan baik antara wartawan/reporter dengan narasumber. Penutup wawancara dilakukan setelah informasi yang dibutuhkan telah terpenuhi. Penutupan dilakukan sehingga tidak menyinggung perasaan narasumber yang masih bergairah menjawab pertanyaan. Teknik yang biasa digunakan adalah dengan menanyakan hal-hal kecil sehingga tidak menuntut jawaban panjang dari narasumber, sambil membereskan peralatan untuk memberi sinyal bahwa wawancara akan berakhir. Setelah itu segera ajukan pernyataan maaf dan terimakasih atas kesediaan menjadi narasumber. Sebelum berpamitan tawarkan untuk memotret nara sumber, dan jangan lupa meminta kartunama, nomor telepon, HP dan permohonan untuk kesediaan dihubungi sewaktu-waktu bila diperlukan informasi tambahan.
Gambar. 34. Pemandangan dalam pers conference Sebagai rangkuman tentang wawancara, hal-hal yang perlu diingat oleh wartawan/reporter dalam wawancara adalah sebagai berikut. 1. Datang tepat waktu jangan sampai terlambat. 2. Perhatikan penampilan diri 3. Datang dengan persiapan dan pengetahuan tentang masalahnya. 4. Kemukakan maksud dan tujuan wawancara 5. Pertanyaan diawali dari yang umum dan mengarah pada inti persoalan 6. Pertanyaan tidak interogatif dan memojokkan narasumber. Dan tidak menggurui.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
94
7. Dengarkan jawaban dengan baik, boleh menyela bila akan melenceng dari persoalan. 8. Siapkan catatan dan jangan ragu menulis dan mengajukan pertanyaan baru. Hendaknya wartawan juga mematuhi berikut ini. 1. Tidak pamer diri 2. Tidak mendebat jawaban narasumber 3. Batasi komentar 4. Wajib bertanya.
rambu-rambu
Gambar. 35. Wartawan di tempat kejadian perkara D. Jurnalistik Penyiaran Radio. Telah di jelaskan dimuka bahwa jurnalistik adalah kegiatan komunikasi yang menggunakan pengetahuan praktis untuk menghimpun informasi dari peristiwa/kejadian yang menarik, aktual dan faktual untuk diolah dan disajikan kepada khalayak melalui media masa cetak maupun disiarkan melalui pemancar radio, televisi dan film, dengan waktu yang secepat-cepatnya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan jurnalistik penyiaran radio adalah jurnalistik yang bergerak dalam bidang penyiaran radio (Radio Broadcast). Penyiaran radio memiliki karakteristik yang berbeda dengan media masa lainnya seperti media cetak maupun media penyiaran televisi dan film. Oleh karena itu sebelum lebih jauh membicarakan jurnalistik perlu diketahui tentang karakteristik penyiaran radio sebagai berikut. Informasi yang disiarkan melalui pemancar radio adalah informasi auditif yaitu bentuk sinyal elektrik yang bersumber dari suara /audio. Sumber informasi pada siaran radio terdiri dari suara
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
95
yang berasal dari suara penyiar, musik, atau merupakan gabungan dari suara penyiar dan musik. Oleh karena itu hasil siaran radio hanya bisa didengarkan. Dengan demikian siaran radio memiliki fungsi menyiarkan informasi suara melalui pemancar radio kepada khalayak pendengarnya. Meskipun demikian dalam memberikan informasi seorang penyiar harus bisa memberikan gambaran imajinatif para pendengarnya agar informasi tersebut mudah dipahami. Oleh karena itu segala informasi bentuk apapun yang diperoleh seorang jurnalis radio harus diolah lebih lanjut menjadi bentuk audio untuk dapat disiarkan kepada pendengarnya melalui pesawat pemancar.
Gambar 36. Gedung stasiun pusat penyiaran RRI Jenis informasi pada siaran radio disesuaikan dengan programprogram radio yang telah direncanakan seperti request, talk show, warta berita, profil, pendidikan, budaya, dan sebagainya. Karena siaran radio berfungsi sebagai media hiburan dan intertainment, maka program-program yang dibuat selalu menyertakan musik sebagai penghibur pendengar. Oleh karena itu dalam mencari informasi akan disesuaikan untuk program apa informasi itu dicari. Setelah dimiliki, informasi tersebut diolah, biasanya menjadi bentuk naskah (script) untuk dibacakan penyiar secara langsung atau direkam terlebih dahulu sebelum disiarkan pada waktu yang telah direncanakan sesuai dengan jadwal siarannya. 1. Menghimpun dan Mengolah Informasi Radio Dalam uraian tentang dasar-dasar jurnalistik di muka, telah banyak diuraikan teori- jurnalistik secara umum bagaimana
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
96
seorang jurnalis/wartawan/ reporter mencari, mengumpulkan informasi dan bagaimana mengolah dan menyajikannya sampai mengirimkan informasi tersebut kepada khalayak sasarannya. Pada prinsipnya bagai mana menghimpun dan mengolah informasi radio sama dengan yang telah diuraikan, hanya yang berbeda adalah karakter dan cara menyiarkannya kepada khalayak. Seorang jurnalis radio juga dituntut untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, skeptis atau tidak gampang percaya, daya endus berita tinggi, watak ketergesaan karena terbiasa dengan gerak cepat untuk mengejar waktu yang terbatas. Informasi yang dicari adalah juga informasi yang memiliki nilai berita tinggi. Informasi yang memiliki nilai berita (news value) yang tinggi adalah informasi yang memiliki prinsip kedekatan, kemashyuran, aktual dan esensial. Prinsip kedekatan yaitu dekat dengan masyarakatnya. Kemasyhuran karena terkait dengan nama-nama orang terkenal atau pembuat beritanya adalah orang terkenal. Aktual karena tepat waktu, relevan dengan situasi saat ini. Esensial/penting bagi nilai-nilai yang hidup pada suatu masyarakat (human interest). Di samping itu berita yang dicari adalah yang istimewa atau luar biasa (unusual), sehingga memiliki daya tarik yang tinggi. Teknik pencarian/penghimpunan berita radio yang paling banyak digunakan adalah teknik wawancara antara jurnalis radio dengan narasumber. Kelengkapan informasi tetap menjadi unsur penting, oleh karena itu penggunaan prinsip 5W dan 1H tetap dituntut. Setelah informasi diperoleh, langkah pertama sebelum pengolahan informasi adalah Chek-rechek apakah informasi tadi memiliki kebenaran secara pasti dengan cara konfirmasi ke beberapa sumber yang relevan dan terpercaya. Pengolahan informasi untuk disajikan melalui media radio, tentu saja harus disesuaikan dengan jenis program yang ada pada radio. Oleh karena karekter radio adalah auditif, maka semua informasi harus diolah kedalam bentuk audio dengan cara dibuat dulu menjadi naskah program radio (script). Dalam pembuatan naskah menggunakan bahasa tutur supaya mudah dipahami pendengarnya. Karena radio hanya bisa didengar dan hanya satu kali tidak dapat diulang. Naskah juga dilengkapi dengan musik, sound efek untuk lebih menciptakan suasana yang sesuai dengan isi informasi. Selanjutnya naskah sudah siap disajikan secara langsung dengan cara dibacakan oleh penyiar radio didepan mikropon dan disalurkan ke pesawat pemancar, atau direkam ke pita kaset audio untuk disajikan dengan menggunakan bantuan tape recorder langsung ke pesawat pemancar radio untuk disiarkan ke khalayak pendengar.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
97
2. Penyampaian Informasi melalui Siaran Radio. Penyampaian informasi/berita ke publik melalui siaran radio ada dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Proses penyampaian informasi secara langsung adalah sebagai berikut: Informasi yang telah diolah menjadi naskah siaran sesuai dengan format siaran radio, disiarkan secara langsung oleh penyiar radio dengan cara dibacakan di depan mikropon. Sinyal suara dari mikropon dikirim ke pesawat pemancar setelah melalui pesawat mixer yang berfungsi menggabungkan sumber-sumber suara. Oleh pesawat pemancar sinyal suara dibawa oleh gelombang radio dan dipancarkan/diradiasikan oleh antene pemancar keseluruh penjuru. Jauhnya radiasi/pemancaran tergantung dari tenaga yang dimiliki pemancar itu. Di tempat lain sinyal suara ditangkap oleh antene penerima pesawat radio yang memiliki frekuensi yang sama/berresonansi. Selanjutnya dideteksi dan dipisahkan dengan gelombang radio pembawa sinyal suara. Setelah itu sinyal suara diperkuat oleh amplifier penguat suara dan diubah menjadi suara oleh load speaker dan sampailah berita ke tempat tujuan yaitu ke para pendengar. Siaran langsung yang lain misalnya laporan pandangan mata suatu acara-acara penting pemerintah, acara pertandingan sepak bola, dan sebagainya. Dalam hal ini tidak membutuhkan naskah. Sebagai panduan siarannya adalah acaranya itu sendiri. Reporter melaporkan sesuai dengan peristiwa/kejadian dengan menambahkan informasi gambaran fisual (teater of mind) untuk membantu pendengar berimajinasi membayangkan peristiwa yang sedang terjadi dalam acara tersebut. Suara-suara dalam acara tersebut ditangkap oleh mikropon yang telah disiapkan dan sinyal suaranya disalurkan ke mixer untuk digabungkan dengan sumber suara yang lain lalu disalurkan ke pesawat pemancar di studio mini yang disiapkan ditempat kejadian dan dipancarkan mengarah ke stasiun pusat penyiaran. Oleh stasiun pusat dipancarkan kembali ke seluruh pendengar.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
98
Gambar 37. Salah satu contoh ruang studio stasiun penyiaran radio dengan peralatannya. Siaran yang tidak langsung dilakukan dengan memproduksi naskah program siaran dengan merekam ke alat perekam suara (tape recorder) menjadi dalam bentuk tape/cassete. Pada saat waktu siaran informasi yang sudah disimpan dalam tape di putar kembali (play back) dengan menggunakan sumber suara tape recorder disalurkan ke mixer dan keluarannya disalurkan ke pesawat pemancar untuk dipancarkan ke pendengar. Dengan kemajuan teknologi saat ini proses perekaman maupun pemutaran kembali sudah menggunakan perangkat komputer dengan program aplikasi yang sangat membantu proses kerja dengan mudah dan murah. Perkembangan komunikasi melalui satelit saat ini juga sangat membantu penyiaran radio menjadi lebih instan dunia ini bagaikan tanpa jarak sehingga komunikasi penyiaran lebih efektif dan efisien dari sebelumnya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
99
Gambar 38. Penyiar stasiun Penyiaran Radio sedang siaran
E. Jurnalistik Penyiaran TV Jurnalis penyiaran TV tidak jauh berbeda dengan penyiaran radio yang bersifat auditif. Penyiaran TV memiliki sifat auditif sekaligus visual, karena informasi yang disiarkan terdiri dari informasi visual/gambar dan audio/suara. Gambar/visual merupakan informasi yang utama dan audio/suara menjadi penunjang. Perpaduan antara visual dan narasi suara secara harmonis membuat pemirsanya seakan dibawa pada situasi yang sebenarnya, melihat dan mendengar informasi dengan mata dan telinga sendiri. Hal ini akan membuat pemahaman pemirsa terhadap materi informasi akan lebih mudah karena tidak perlu berimajinasi lebih mendalam.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
100
Gambar 39. Kamera TV khusus untuk Studio (putih) dan Kamera TV portable (hitam) Seperti media penyiaran radio, penyiaran TV juga memiliki kelemahan, karena pemirsa hanya bisa menyaksikan acara TV sekali dan tidak bisa diulang-ulang seperti yang terjadi pada media cetak. Dalam media cetak juga sering menyampaikan pesan visual berupa gambar, foto dan grafik. Media penyiaran TV memiliki kelebihan dalam hal ini. Yang disampaikan adalah gambar visual yang bergerak (life) bukan gambar diam sepaerti di media cetak. Media penyiaran TV mampu menyiarkan pesan multimedia yang berupa tex, gambar/video dan audio sekaligus. Hal ini sangat menarik bagi pemirsa apalagi setelah karya animasi komputer berkembang, program siaran TV dan film menjadi enak dinikmati. Dalam menghimpun berita juga tidak berbeda dengan media masa lainnya yaitu mengutamakan berita yang lengkap, penting, menarik, faktual, benar, yang luar biasa dan sebagainya. Pengolahan informasi pada penyiaran TV lebih sulit dibanding media lainnya karena harus mengolah/memproduksi informasi berupa tex, video, suara, animasi digabung menjadi satu format program yang serasi/harmonis sehingga menjadi tayangan yang menarik dan enak dinikmati. Hal ini akan membutuhkan kemampuan dan keterampilan tersendiri serta memerlukan waktu yang relatif banyak. Penyajian informasi melalui siaran TV secara langsung maupun tidak langsung saat ini tidak banyak kendala dengan bantuan peralatan teknologi komunikasi komputer dan satelit komunikasi
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
101
1. Menghimpun dan Mengolah Informasi TV Dalam menghimpun informasi penyiaran TV, tidak jauh berbeda dengan media masa lainnya. Dalam pencarian berita juga memilih berita yang memiliki nilai berita (news value)tinggi. Yaitu berita yang luar biasa atau istimewa sesuai prinsip kedekatan dan kemashuran (unusual), penting menyangkut kehidupan manusia/Human interest (esential), dan aktual (time liness). Selain itu berita harus dapat dipercaya kebenarannya. Oleh karena itu perlu ada klarifikasi/konfirmasi dengan berbagai sumber yang dapat dipercaya dan kompeten. Teknik yang digunakan juga sama dengan media lainnya yaitu wawancara dengan narasumber dan pengambilan langsung peristiwa/kejadian di lapangan dan tetap menggunakan prinsip 5W dan 1H. Pada berita TV dilengkapi dengan prinsip dapat menyentuh perasaan (emosional) yang memiliki kadar pengaruh yang kuat. Tidak seperti pada media cetak dan Radio, Media Televisi informasi yang diambil berbentuk gambar bergerak (video) dan suara(audio). Video adalah gambar peristiwa/kejadian sesungguhnya dan suara terdiri dari suara sesungguhnya dan ditambah dengan suara reporter sebagai pendukung kebenaran informasi yang terjadi.
a. Shooting di studio
b. Shoting di lapangan
Gambar 40. Pengambilan gambar / shooting oleh kamerawan. Oleh karena itu proses pengambilannya tidak dapat dilakukan sendiri seperti pada media cetak dan radio, tetapi dituntut kerjasama dalam suatu tim yang solit antara kamerawan, reporter dan producer serta tenaga teknik. Meskipun kadang-kadang hanya dilakukan oleh kamerawan dan reporter saja karena pekerjaan yang diperlukan telah dirangkap.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
102
Dalam pengambilan gambar digunakan kamera video yang dapat merekam gambar sekaligus suara. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan gambar adalah Image harus jelas, urutan tayangan gambar runtut, dan materi visual cukup. Image gambar yang jelas maksudnya sudut pengambilan harus tepat dan memperhatikan komposisi, pusat perhatian dan sebagainya. Focusnya tepat sehingga menghasilkan tayangan gambar yang tajam. Gambar tidak goyang berarti stabil dan tidak membuat mata cepat lelah menikmatinya. Karena sifatnya adalah video gambar gerak maka pengambilannya juga harus ada gerakan yang lembut dan dinamis sehingga tidak ada tayangan gambar diam. Gambar tayangan runtut maksudnya ada keterikatan antara pengambilan yang satu dengan yang lain sehingga tidak ada kesan ”njeglek” ada koherensi yang jelas, sehingga mudah dimengerti dan diikuti rangkaian gambarnya. Materi visual harus cukup artinya dalam pengambilan gambar harus cukup banyak memenuhi kebutuhan editing, sehingga tidak ada pengulangan tayangan gambar yang sama untuk ilustrasi narasi yang berbeda. Dengan demikian kesatuan dan kesamaan pikiran/ide dalam kerja tim sangat diperlukan. Oleh karena itu harus ada koordinasi yang terus menerus dalam tim terebut. Pengolahan informasi pada informasi Penyiaran TV adalah penggabungan informasi video, audio dan teks menjadi satu perpaduan yang serasi dan harmonis (mixing), sehingga menjadi sajian tayangan /cerita tentang kejadian yang alurnya jelas, runtut, mudah dipahami dan diikuti, menarik dan enak di nikmati sehingga penonton betah dan tidak jenuh menyaksikannya.
Gambar. 41. Kamerawan TV sedang mengambil gambar di tempat kejadian/peristiwa.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
103
Dalam menyaksikan sajian yang menarik dan enak dinikmati perlu ditambah ilustrasi musik sebagai background maupun untuk menciptakan situasi yang sesuai dengan isi berita, sehingga seakan-akan penonton dibawa pada situasi nyata dalam peristiwa yang sebenarnya. Untuk mendapatkan hasil produksi yang dimaksud, maka perlu dibuat disain berupa naskah (script). Naskah suara harus dibuat dengan bahasa tuturan yang komunikatif, dengan bahasa yang baik dan singkat padat dan jelas tidak bertele-tele, sederhana dan tepat. Menghindari bahasa yang rumit. Dalam hal ini dapat digunakan rumus ELF (easy Listening Formula) agar sajian mudah dipahami lewat pendengaran atau telinga. Jurnalis TV merupakan jurnalis audio visual. Unsur visual dalam penyajian berita atau reportase di TV merupakan unsur penting dalam hal ini hasil liputan juru kamera (kamerawan) dan reporter menjadi materi utama dalam penyusunan berita. Kehadiran reporter ditempat kejadian akan memberikan nilai lebih dan daya tarik yang kuat pada berita yang disampaikan. Sistem ini disebut ROSS ( reporter on the spot and on the screen) dengan penyaji berita yang disebut newscaster karena reporter berfungsi sebagai pencari, penyeleksi, pengolah dan penyusun berita sekaligus. Terdapat beberapa pengertian dari ROSS dalam membuat sajian berita Televisi sebagai berikut. ROSS (reporter onthe spot and on the screen). Reporter berada di lokasi kejadian dan muncul di televisi melaporkan sendiri kejadian tersebut. Reporter on the spot and off the screen yaitu reporter berada ditempat kejadian dan tidak muncul di TV hanya suaranya melaporkan kejadian. Reporter off the spot and on the screen, reporter tidak berada di tempat kejadian, tetapi sebagai redaksi yang menyusun dan menyampaikan laporan berita dari sumber melalui telepon, teleks, faximile, dan muncul di layer TV. Reporter off the spot and off the screen maksudnya reporter tidak berada di tempat kejadian dan tidak muncul di TV, namun ia mengumpulkan, menyeleksi dan menyusun berita yang diperoleh dari sumbersumber berita.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
104
Gambar 42. Kamerawan sedang mengambil gambar di stadion olah raga Sajian visual dalam jurnalis penyiaran audio visual merupakan unsur utama yaitu unsur sajian berita itu sendiri yang memiliki obyektivitas yang tinggi. Sedangkan unsur yang lain seperti audio merupakan pendukung berita. Meskipun demikian kadang muncul subyektivitas juga muncul dari editor yang menentukan sudut pengambilan dan pemikiran gambar hasil liputan yang mana dipakai atau dibuang. Dalam jurnalis TV dikenal 4 materi sajian unsur visual hasil liputan juru kamera sebagai berikut.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
105
a. VOHN (Visual Object and Hot News). Adalah hasil liputan peristiwa atau wawancara dan isi pernyataan saat itu. Atau sering disebut visual aids yang merupakan gambar pembantu/ilustrasi. b. SFOB (Shooting on the Field Operation Back-up). Maksudnya tambahan liputan untuk melengkapi materi visual yang sudah ada. Biasanya sebagai pengisi/pengganti visual pada waktu seorang tokoh sedang berbicara dalam waktu yang cukup lama (insert). Selama itu andaikata yang muncul hanya wajah tokoh akan sangat menjemukan, oleh karena itu di insert dengan gambar visual yang sesuai dengan uraian tokoh tersebut. c. FLOB (Full Library Operation Object). Seluruh materi visual diperoleh dari perpustakaan visual, seperti stock shoot, footages dan grafik-grafik yang lain. d. Gabungan dari ketiga materi diatas.
Gambar 43. Kamerawan dan presenter meliput acara Liputan-liputan tersebut diatas dlaporkan dalam bentuk naskah sesuai dengan format program sajian penyiaran TV. Selanjutnya diproduksi oleh produser program diantarnya dikerjakan oleh editor dengan tidak meninggalkan koordinasi dengan juru kamera dan reporter agar tidak terjadi salah interpretasi. Setelah diproduksi menjadi program sajian, maka siap untuk disiarkan ke penonton TV diseluruh wilayah.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
106
Dengan kemajuan dibidang elektronik, komputer, internet, dan penggunaan sistem komunikasi melalalui satelit, program sajian siaran TV menjadi lebih mudah dikerjakan dan penyampaian berita dapat dilakukan secara cepat meskipun pada jarak yang sangat jauh, mengarungi lautan sekalipun. Dengan demikian saat ini peran public bergeser dari yang dulu hanya sebagai penonton berita TV yang pasif menjadi diajak terlibat langsung secara emosional mengalami kejadian yang diberitakan tersebut. Hal ini semakin nampak bahwa televisi semakin dapat mempengaruhi public.
Gambar 44. Kamerawan meliput data dokumen 2. Penyampaian informasi melalui siaran TV Secara umum iystem penyajian siaran TV dibedakan menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung. Sistem siaran langsung terjadi pada program-program spot seperti acara-acara pemerintah misalnya sidang pleno DPR, Penghitungan suara Pemilu, acara liputan Sepak Bola, Bulu Tangkis dan sebagainya. Secara teknis sistem siaran langsung dapat dijelaskan sebagai berikut. Di tempat kejadian biasanya didirikan sementara studio mini dengan peralatan yang terdiri dari dari : Kamera Video minimal 2 buah satu sebagai peliput acara utama dan satunya sebagai peliput materi visual pengganti (insert). Bila ada 3 Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
107
kamera, yang satu kamera bertugas peliput mater kreatif atau yang aneh, luar biasa dan menarik.; Lampu paling tidak satu kamera minimal satu lampu. : Mixer Video yang segaligus berfungsi sebagai switchser. TV monitor sebanyak jumlah kamera ditambah satu untuk master; VTR untuk merekam hasil mixing; Sound system untuk pengambilan suara langsung dari acara, pemberian musik latar dan ilustrasi maupun untuk keperluan komunikasi antara studio dengan lapangan/floor.serta bahan rekaman berupa kaset-kaset, bateray, dan kabel-kabel exstention sesuai dengan kebutuhan. Tidak lupa sumber listrik/ genset. Crew atau kerabat kerja yang harus ada adalah juru kamera satu kamera satu orang, juru lampu satu kamera satu orang, kabelman satu kamera satu orang, reporter satu orang, produser biasanya merangkap sutradara, switcher merangkap mengoperasikan VTR dan juru suara. Secara teknis dapat dijelaskan, peristiwa/kejadian /acara diliput melalui kamera video yang menghasilkan sinyal listrik suara dan gambar dan diteruskan ke mixer/switcher, oleh sutradara dipilih gambar dari kamera I, 2 atau 3 yang diambil untuk direkam di VTR dan ditayangkan secara langsung ke pemancar relay dan dikirim ke studio pusat melalui satelit atau antena pengarahan yang selanjutnya studio pusat memancarkan ke stasiun relay seluruh wilayah melalui satelit dan stasiun relay memancarkan ke penonton di rumah. Dengan demikian penonton di rumah di seluruh Indonesia dapat mengikuti secara langsung sidang pleno DPR yang ada di Jakarta. Hasil rekaman VTR sekaligus dapat menjadi dokumen program siaran yang sewaktuwaktu dapat disiarkan tunda untuk memberi kesempatan public yang pada saat itu tidak dapat mengikuti acara tersebut. Siaran tunda ini merupakan siaran tidak langsung. Biasanya disiarkan tidak dari tempat kejadian tetapi dari studio pusat. Dengan proses yaitu dari VTR diputar kembali dan keluaran video dan audio disalurkan ke mixer dan keluaran mixer dikirim ke pemancar gelombang mikro untuk dikirimkan ke stasiun relay seluruh wilayah melalui satelit. Selanjutnya stasiun relay meneruskan ke publik di rumah-rumah.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
108
SATELIT
Gambar 45. Prinsip penyampaian informasi TV dari lapangan ke publik melalui satelit komunikasi.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
109
Gambar 46. Penyiar TV sedang menyiarkan berita F. Evaluasi dan Pengembangan Program 1. Evaluasi Program Evaluasi (evaluation) adalah suatu proses memperoleh informasi tentang sesuatu melalui kegiatan pengukuran (measurement) dan penilaian. Sedangkan program adalah rencana kerja yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk dilakukan guna mencapai tujuan. Dengan demikian evaluasi program memiliki pengertian untuk memperoleh informasi sejauhmana tujuan lembaga/perusahaan tercapai melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pelaksanaan program suatu lembaga/perusahaan tersebut. Pengukuran adalah proses membandingkan pelaksanaan program dengan ukuran/criteria yang telah ditetapkan secara kuantitatif. Sedangkan penilaian adalah pengambilan keputusan terhadap pelaksanaan program tersebut secara kualitatif, berhasil atau tidak berhasil berdasarkan data-data hasil pengukuran yang telah dilakukan. Tujuan suatu lembaga/perusahaan atau sebut saja suatu organisasi, karena merupakan sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan bersama atau tujuan organisasi/ perusahaan tersebut. Secara garis besar tujuan organisasi dapat dikelompokkan menjadi: a. Laba/Keuntungan b. Pelayanan terhadap pelanggan/konsumen. Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
110
c. Pemenuhan kebutuhan dan kepuasan karyawan. d. Tanggungjawab sosial. Tujuan mencari keuntungan, bertolak dari berapa modal yang telah dikeluarkan dan berapa penghasilan yang telah diperoleh. Apabila perolehan hasil lebih besar dari modal yang telah dikeluarkan ditambah dengan biaya produksi, maka dapat dikatakan organisasi tersebut mendapatkan keuntungan/laba. Demikian juga sebaliknya maka dapat dikatakan mengalami kerugian. Untuk mengetahui laba atau rugi melalui kegiatan pengukuran dan penilaian. Tujuan untuk pemenuhan pelayanan terhadap pelanggan/ konsumen. Konsumen adalah orang/ masyarakat yang menggunakan produk organisasi tersebut. Pelayanan dimaksudkan untuk pemenuhan kebutuhan selera dan kepuasan pelanggan. Dengan demikian pernyataan pelanggan merupakan informasi yang berharga sebagai ukuran pencapaian tujuan. Oleh karena itu pengukuran keberhasilannya melalui pernyataan konsumen untuk menilai apakah mereka sudah terlayani harapan-harapannya. Tujuan untuk pemenuhan kebutuhan dan kepuasan karyawan dalam organisasi. Apakah kebutuhan dasar sebagai manusia telah dapat terpenuhi secara ekonomi, fisik, psikis sehingga mereka merasakan kedamaian, ketenteraman, kesejahteraan dan kesehatannya. Dengan demikian mereka akan merasakan kepuasan hidup. Untuk mengevaluasi pencapaian tujuan ini dapat dilakukan melalui pendapat/pernyataan karyawan sebagai hasil pengukuran dan penilaian. Tujuan untuk pemenuhan tanggungjawab social berkaitan keberadaan organisasi tersebut didalam social kemasyarakatan. Sejauhmana organisasi tersebut tanggap terhadap permasalahan yang muncul di dalam masyarakat. Sejauhmana pula organisasi tersebut berperan/memprogramkan dalam usaha memberikan solusi untuk kepentingan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu untuk mengetahui capaian tujuan ini dapat dilakukan penilaian program oleh masyarakat, penilaian dampak dari program terhadap lingkungan masyarakat. Dengan demikian peryataan/pendapat masyarakat sangat penting digunakan sebagai bahan evaluasi. Guna pencapaian tujuan tersebut organisasi/perusahaan harus melaksanakan managemen/pengelolaan kegiatan-kegiatan secara menyeluruh serta memberdayakan sumberdayanya untuk mencapai tujuan secara efektip dan efisien. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah: a. perencanaan (planning), b. pengorganisasian (organizing) ,
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
111
c. pengarahan (leading) dan d. pengawasan (controlling). Kegiatan perencanaan meliputi penetapan tujuan yang hendak dicapai pada kurun waktu tertentu di masa datang dan penetapan strategi/langkah-langkah apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Kegiatan pengorganisasian adalah mengelompokkan kegiatan-kegiatan, menugaskan pada pelaksana untuk melakukan kegiatan, dan memberi wewenang yang diperlukan untuk melaksanakan tugas. Kegiatan pengarahan yaitu menggerakkan, memotivasi, menyalurkan serta menuntun/memberi petunjuk pelaksana untuk berbuat dan bertingkahlaku sesuai dengan persyaratan kondisi pencapaian tujuan. Kegiatan pengawasan adalah mengukur pelaksanaan dengan acuan tujuan yang telah ditetapkan, mencari penyebab adanya penyimpangan-penyimpangan, dan mengadakan tindakan korektif bila diperlukan. Dengan demikian bidang pengawasan inilah yang melakukan kontrol dan evaluasi apakah program kerja/kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan setrategi yang telah ditetapkan dan apakah tujuan dapat dicapai secara efektip dan efisien. Tujuan dicapai secara efektip bila tujuan tercapai dengan tepat dan memiliki ketercapaian tinggi. Dikatakan efisien bila didalam mencapai tujuan tersebut menggunakan sumberdaya tidak boros/keborosannya rendah. Efektivitas lebih merujuk pada tercapainya sasaran/hasil kerja (hasil kerja tercapai sama dengan yang telah dirancang), sedangkan efisiensi lebih merujuk pada pencapaian tujuan. Bila hasil kerja (keluaran) lebih besar dari sumberdaya yang ada berarti efisiensi kerja telah tercapai. Atau dengan kata lain hasil kerja optimal dengan resiko minimal. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan membandingkan sumber kerja yang terdiri dari penggunaan pikiran, tenaga fisik, waktu, benda/biaya. Pekerjaan yang tidak banyak menggunakan pikiran berarti mudah, tidak banyak menggunakan tenaga berarti ringan, tidak banyak menggunakan waktu berarti cepat, tidak banyak menggunakan ruang berarti praktis dan tidak banyak menggunakan benda/biaya berarti murah. Pengawasan berlaku disemua aspek secara langsung maupun tidak langsung. Pengawasan untuk kepentingan evaluasi ini bermanfaat untuk : a. Memperoleh data untuk perbaikan dan pengembangan program b. Memperoleh model cara kerja yang paling efisien
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
112
c. Memperoleh data hambatan-hambatan agar dihindari pada program mendatang d. Memperoleh data untuk meningkatkan Usaha Pengembangan Program e. Mengetahui sejauhmana tujuan program tercapai Langkah-Langkah kontrol atau pengawasan sebagai Bahan Evaluasi adalah dapat dilakukan melalui pemeriksaan pekerjaan, laporan pertanggungjawaban dan melakukan pengecekan cheking dengan Kriteria Pencapaian Tujuan (Standar Keberhasilan). Evaluasi yang efektif adalah evaluasi yang dilakukan secara kontinyu, menyeluruh, dan obyektif serta bertujuan untuk pembinaan, pemberian motivasi untuk peningkatan prestasi. Teknik dan instrumen ukur yang digunakan untuk mengukur dan mendapatkan data-data dalam evaluasi program diantaranya adalah observasi/pengamatan dengan meminta pendapat orang yang menjadi subyek evaluasi. Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Observasi langsung biasanya menggunakan teknik wawancara dengan menggunakan instrumen panduan wawancara. Sedangkan observasi yang tidak langsung dapat menggunakan instrumen angket. 2. Pengembangan Program. Yang dimaksud pengembangan program adalah mengembangkan kegiatan dari suatu program berdasarkan masukan data-data dari hasil evaluasi program tersebut. Misalkan pada penyiaran radio, menyiarkan suatu program hiburan seni tradisional wayang kulit dengan khalayak sasaran masyarakat umum di daerah jangkauan pemancar radio tersebut. Misalnya di seluruh wilayah kota Semarang dan sekitarnya dengan radius 10 km dari stasiun pemancar. Dari hasil evaluasi diperoleh data-data sebagai berikut : a. Populasi dan sampel. Sebagai populasi adalah masyarakat di seluruh kecamatan di Semarang yang terdiri dari 9 kecamatan. Dan 5 kecamatan di sekitar semarang. Sebagai sampel respounden diambil 3 kecamatan di kota dan 1 kecamatan di luar kota. Setiap kecamatan diambil 1 desa masing-masing diambil 6 orang yang akan diwawancarai, sehingga jumlah sampel semua ada 24 orang yang terdiri dari 8 orang orang tua berusia 41 tahun keatas, 8 orang dewasa usia 26 – 40 tahun dan 8 orang kaum muda usia 25 tahun ke bawah.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
113
b. Dari hasil wawancara diperoleh informasi, bahwa 12 0rang (50%) selalu mendengarkan program dengan alasan sangat menyenangi acara tersebut, 6 orang (25%) sering mendengarkan karena alasan waktu sehingga kadang-kadang terpaksa tidak mendengarkan, 4 orang (16,67% ) jarang mendengarkan dengan alasan tidak begitu senang dengan acara tersebut dan 2 orang (8,33 %) menyatakan tidak pernah sama sekali mendengarkan karena tidak menyenangi acara tersebut. Setelah diteliti lebih lanjut dari respoundennya ternyata yang selalu mendengarkan adalah terdiri dari semua kaum tua yaitu 8 orang dan hanya 4 orang orang dewasa dan sebagian orang dewasa lainnya menyatakan sibuk dan begitu menyenangi acara tersebut. Sedangkan sisanya yaitu orang usia muda menyatakan tidak senang dengan acara tersebut. Informasi ini merupakan gambaran yang ditunjukkan masyarakat terhadap program siaran wayang kulit di daerah Semarang dan sekitarnya. Hasil evaluasi ini memberikan gambaran kepada manajemen program bahwa acara wayang kulit adalah program suguhan bagi orang tua. Dari data yang diperoleh program terebut masih diminati pendengar sehingga perlu dipertahankan dan bahkan dikembangkan dengan memperhatikan alasan dan harapan pendengarnya. Sehingga bisa merebut hati sebagian dari orang muda bahkan para remaja untuk mendengarkan program siaran wayang kulit tersebut. Pengembangan program dapat dilakukan dengan menyesuaikan waktu jam siar maupun lamanya/durasi siarannya, misalnya tidak perlu dengan durasi semalam suntuk atau sampai pagi, tetapi bisa disingkat dengan tidak menghilangkan isi pokok ceriteranya. Membuat kolaborasi dengan artis terkenal seperti penyanyi, pelawak dan sebagainya sehingga menjadi acara yang terpadu dan menarik. Dengan cara demikian program akan lebih diminati banyak orang sehingga pesan-pesan untuk mempengaruhi pendengar bisa disampaikan dan diterima dengan baik. c. Bila hasil evaluasi menunjukkan data wawancara yang sebaliknya. Misalnya bahwa 2 0rang (8,33 %) selalu mendengarkan program dengan alasan sangat menyenangi acara tersebut, 4 orang (16,67 %) sering mendengarkan karena alasan waktu sehingga kadang-kadang terpaksa tidak mendengarkan, 6 orang ( 25 % ) jarang mendengarkan dengan alasan tidak begitu senang dengan acara tersebut dan 12 orang (50 %) menyatakan tidak pernah sama sekali mendengarkan karena tidak menyenangi acara tersebut.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
114
Pengembangan program siaran ini perlu dipikirkan dengan masak-masak. Apakah program siaran ini mau dipertahankan atau dihilangkan dan diganti dengan program yang baru yang lebih diminati pendengar, karena sesuai dengan data hasil wawancara dengan pendengar terdapat 75 % tidak menyenangi program siaran wayang kulit. Apabila masih akan dipertahankan, perlu dibuat/dikemas yang lebih menarik dengan kolaborasi seperti pada poin b, atau dengan cara lain yang lebih sesuai dengan harapan pendengar. d. Dari hasil wawancara ditemukan informasi bahwa pendengar tidak pernah atau jarang mendengarkan stasiun pemancar ini dengan alasan kualitasnya kurang bagus, tidak bersih dan terlalu dekat dengan stasiun pemancar lain dan suaranya kalah/terganggu. Berarti program yang harus dikembangkan adalah kualitas pancarannya. Memang perlu kita sadari bahwa saat ini perkembangan stasiun pemancar sangat cepat. Banyak bertumbuh stasiun pemancar baru dengan kualitas yang bagus, dengan menggunakan peralatan dengan teknologi yang modern. Hal ini mengakibatkan masyarakat memiliki variasi pilihan yang banyak. Apalagi program siarannya sangat menarik, sehingga pendengar akan selalu scanning mencari stasiun pemancar dengan program siaran yang mereka senangi. Oleh karena itu pengembangan bidang teknik perlu segera dipikirkan sehingga mampu bersaing dengan stasiun pemancar yang lain. Demikian pula pengembangan program siaran, harus direncanakan dengan banyak mempertimbangkan/memasukkan harapan pendengarnya. Dengan demikian perlu jalinan komunikasi antara stasiun pemancar dengan masyarakat. Untuk keperluan ini dapat ditempuh dengan mengadakan event temu pendengar, sosialisasi program dengan mengadakan siaran langsung dengan acara bersama dengan masyarakat, dan sebagainya sehingga stasiun pemancar ini dikenal dan diminati pendengarnya. Pengembangan program pada penyiaran TV pada prinsipnya sama dengan penyiaran radio. Oleh karena itu contoh diatas dapat diterapkan dan disesuaikan dengan program-program siaran yang ada.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
115
BAB IV PENYIARAN RADIO A.
Fungsi Siaran Radio Fungsi siaran radio adalah menyampaikan informasi dari stasiun pemancar ke seluruh stasiun penerima dengan transmisi tanpa kabel (wireless). Keberadaan radio berawal dari penemuan James C. Maxwell mengenai teori gelombang elektromagnet yang kemudian direalisasikan oleh Henrich Hertz pada 1887. Kemudian Marconi menemukan metode transmisi suara tanpa kabel dan dilanjutkan dengan penyempurnaan eksperimen tentang berbagai susunan transmisi tanpa kabel oleh Nicola Tesla. Kemudian David Sarnoff mengemukakan ide tentang bagaimana jika stasiun penerima dibuat secara massal sehingga dapat dijadikan sebagai peralatan rumah tangga seperti halnya piano atau phonograph yang dapat menghadirkan musik ke dalam rumah secara wireless. Sarnoff memberi nama ” Radio Music Box” untuk idenya ini. Pada 1919 impian Sarnoff terwujud, pesawat radio diciptakan dan dapat dibeli oleh masyarakat umum sampai sekarang dan kita pun dapat menimatinya. Bahkan kini kita dapat membeli radio dengan harga yang relatif murah dan ukuran sangat kecil, sekarang ikut sebagai feature pelengkap untuk handphone dan MP3 player. Berdasar fakta di atas jadi wajar jika sampai sekarang radio identik dengan musik, radio adalah sarana hiburan termurah dan tercepat sehingga menjadi media utama untuk mendengarkan musik.
Gambar 47. Radio Penerima
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
116
Diagram blok penerima FM mono diperlihatkan pada gambar 48. Fungsi setiap blok ialah sebagai berikut : 1. Penguat RF, memperkuat frekuensi radio yang berasal dari pemancar FM yang ditangkap oleh antene untuk diumpan ke pencampur. 2. Osilator lokal, menghasilkan getaran sinus berkesinambungan dengan frekuensi 10,7 MHz lebih tinggi dari frekuensi antene untuk diumpan ke pencampur. 3. Pencampur, mencampur frekuensi antene dari penguat RF dengan frekuensi osilator dan hasilnya adalah frekuensi antara (IF) yaitu 10,7 MHz. 4. Penutuh, membatasi/memangkas amplitudo gelombang termodulasi agar amplitudonya rata ( berupa sinyal FM murni). 5. Detektor FM, mendeteksi perubahan freekuensi menjadi perubahan tegangan sinyal audio. 6. Peng-aksen, menekan penguatan frekuensi audio tinggi yang berlebihan yang berasal dari pemancar. 7. Pengaturan frekuensi otomatik (AFC), mengatur frekuensi osilator lokal secara otomatik agar tetap. Pengaturan penguatan otomatik (AGC), agar hasil keluaran dari detektor hampir konstan.
Penguat RF
Pencampur
Penguat IF
Penutuh
Osilator Lokal
Detektor FM
AFC
Pengaksen
Penguat Audio
AGC
Gambar 48. Diagram blok penerima radio FM mono Selain identik dengan musik, karakter yang dimiliki oleh radio adalah : Auditif, yaitu apapun yang ingin disampaikan lewat radio harus dalam bentuk suara, selain itu tidak bisa. Berdasarkan pada karakter ini maka kualitas suara sangat diperhatikan oleh para pengelola radio, utamanya bagian produksi yang tugas utamanya memproduksi lagu, spot iklan, promo program atau apapun yang
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
117
akan diputar di ruang siaran suaranya harus jernih dan enak didengar. Theatre of Mind, menciptakan gambar dalam imajinasi atau khayalan pendengar. Jadi penyiar harus mampu memaparkan sesuatu yang ingin disampaikan kepada pendengar secara detil supaya imajinasi pendengar sama dengan tujuan yang ingin dicapai penyiar. Misalnya penyiar menyampaikan siaran langsung pertandingan sepakbola maka apa yang diucapkan penyiar harus mampu menggambarkan betapa pertandingan berlangsung sangat seru misalnya dengan menggunakan intonasi tinggi dan tempo cepat, tentu berbeda dengan saat menyiarkan talkshow mengenai musik. Transmisi, proses penyebarannya atau penyampaian kepada pendengar melalui pemancaran (transmisi) lalu diterima oleh radio masing-masing sesuai dengan frekuensi masing-masing. B.
Jenis informasi pada siaran radio Jenis informasi yang disampaikan melalui media radio terdiri dari berbagai macam jenis program akan tetapi secara umum program radio terdiri dari : Music Program, ini program utama radio manapun kecuali radio khusus berita. Biasanya berisi pemutaran lagu pilihan pendengar diselingi info ringan atau kuis, seusai pemutaran lagu biasanya diselingi juga komentar tentang lagu tersebut. Talkshow, biasanya mendatangkan nara sumber atau bintang tamu untuk bincang-bincang tentang sebuah tema atau topik hangat. News Program, disebut juga acara berita.
C.
Khalayak Sasaran siaran radio Hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Zogby International yang diterbitkan pada tanggal 3 Oktober 2003 menunjukkan bahwa orang-orang Amerika sangat menyenangi dan menghargai stasiun penyiaran publik lokal didaerahnya. Lebih dari tiga perempat penduduk Amerika (76%) sangat menyenangi siaran radio lokal yang menyuguhkan acara berita, informasi dan hiburan. Jajak pendapat mencari informasi dari responden tentang berapa besar manfaat siaran radio lokal ketik terjadi keadaan darurat seperti bencana alam, adanya serangan teroris, cuaca buruk, badai dll. Sembilan dari sepuluh orang (93%) menjawab bahwa radio merupakan sumber informasi yang sangat penting bila dalam keadaan darurat. Bahkan diantara orang-orang yang mengaku tidak pernah mendengarkan radio, 70% diantaranya bila dalam keadaan darurat atau keadaankeadaan tertentu selalu mengandalkan informasi dari radio, dan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
118
peran radio menjadi sangat penting. Jajak pendapat juga bertanya kepada responden berapa sering stasiun radio lokal menyiarkan musik yang merek sukai? Dari pertanyaan tadi diperoleh hasil bahwa stasiun penyiaran radio lokal sangat memuaskan pendengarnya. Sementara siaran radio lokal juga memenuhi keinginan sub kelompok demografis masyarakat. Anak-anak remaja usia 18 tahun s/d. 19 tahun memberikan rating yang sangat kuat (84%) dan musik yang didengarkan melalui radio mendominasi siaran radio (74%) menyatakan bahwa radio lokal selalu dan sebagian besar waktu siarannya memperdengarkan musik yang mereka inginkan. Bila terjadi kemacetan lalu lintas, pendengar radio di mobil selalu mencari informasi lebih banyak tentang keadaan lalu lintas dari radio, dan radio digital dapat memberikan informasi lebh banyak lagi bagi pendengar yang segmentasinya lebih bervariasi dan lebih banyak lagi. Radio merupakan suatu industri yang sehat dalam industri iklan. Radio merupakan segmen media yang membantu percepatan ekonomi paling cepat selama tahun 1997 s/d. 2002, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Merchant Bank Veronis Suhler Stevenson. Selain dari kontribusi ekonomi di bidang iklan, biaya untuk mengubah sistim penyiaran analog ke digital juga memerlukan investasi yang besar. Beberapa stasiun penyiaran radio yang tidak siap akan menolak atau setidak-tidaknya menunda untuk beralih dari sistim penyiaran analog ke digital. Beberapa diantaranya masih menunggu dan melihat kecenderungan penyiaran digital dengan harapan agar pesawat penerima radio digital segera diproduksi masal dan harganya turun dan terjangkau oleh masyarakat, sejalan dengan rencana migrasi dari teknologi penyiaran analog ke digital. Stasiun penyiaran radio terestrial dari yang diselenggarakan oleh komunitas stasiun penyiaran radio saat ini masih menggunakan sistem analog, dan saat ini mulai memikirkan beralih teknologi penyiaran digital. Radio digital cepat menghasilkan beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan teknologi penyiaran analog. Khususnya, bila siaran radio AM-MW analog dirubah ke teknologi radio digital hasilnya sangat menakjubkan. Siaran radio digital MW menghasilkan kualitas suara yang jauh lebih baik dibandingkan dengan penyiaran AM-MW biasa, bahkan digambarkan sebagai “mendekati kualitas penyiaran radio FM”. Teknologi penyiaran yang dipancarluaskan pada spektrum frekuensi 88 Mhz s/d. 108 MHz kualitasnya dinyatakan mendekati kualitas Compact Disc dengan berkurangnya distorsi-distorsi yang biasanya mengurangi kualitas transmisi radio FM. Teknologi penyiaran digital pertamakali didemonstrasikan di Jenewa, Swis pada “World Administrative Radio Conference” musim panas tahun 1988. Teknologi penyiaran radio digital yang pertama kali diperkenalkan di Amerika adalah
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
119
EUREKA-147 Digital Audio Broadcasting (DAB) pada pertengahan tahun 1990 pada “National Association of Broadcasters Convention” di Atlanta, Georgia. Siaran radio digital EUREKA-147 pertamakali didemonstrasikan pada NAB tahun 1991 di Las Vegas. Amerika telah memilih menggunakan sistim penyiaran radio digital In-Band/On Channel, yang sering dikenal sebagai IBOC, sebagai salah satu sistem penyiaran radio digital. Sistim IBOC bekerja dengan menggabungkan sinyal audio analog dengan sinyal audio digital agar diperoleh kompatibilitas antara penyiaran radio analog dengan penyiaran radio digital, baik pada radio AM maupun FM. Sistim penyiaran radio digital IBOC yang juga disebut sebagai “HD-Radio” dikembangkan oleh iBiquity Radio dan secara resmii telah ditentukan sebagai sistem penyiaran radio digital di Amerika Serikat. Sistem teknologi penyiaan radio digital IBOC menyajikan penerimaan siaran radio yang bebas dari distorsi sinyal elektrostatis, noise baik pada siaran spektrum frekuensi penyiaran AM-MW dan FM-VHF. Selain daripada itu, penyiaran radio IBOC juga menyediakan layanan data nirkabel (wireless), audio on demand, data yang berkenaan dengan materi yang disiarkan oleh siaran radio digital (judul lagu, artis musik, berita, ramalan cuaca, keadaan lalu lintas dan tentunya siaran komersial tambahan Teknologi penyiaran radio digital IBOC di Amerika memberikan kemiripan dengan siaran radio dgital di negara-negara lain di luar Amerika. Yang telah bermigrasi ke arah penyiaran digital. Media audio, termasuk siaran radio melalui satelit, radio internet, alat pemutar (player) pribadi MP3, layanan audio on demand, siaran kabel dan sistem penyiaran audio DBS, menurut penelitian konsumen menunjukkan adanya kecenderungan masyarakat untuk menyukai media informasi dan hiburan yang telah berbasis digital. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya produk peralatan digital yang sangat diminati masyarakat. Masyarakatpun juga sudah sangat memahami keuntungan teknologi digital. Sebagai contoh di masa transisi dari penyiaran TV analog ke penyiaran TV digital telah menunjukkan bahwa konsumen sangat menikmati kesempurnaan kualitas hiburan gambar dan suara hasil teknologi digital. Tanda-tanda ini ini telah ditunjukkan dengan baik pada penyiaran radio digital. Tetapi memang di lain pihak bagi sebagian masyarakat datangnya teknologi digital bahkan sangat membingungkan. Jadi penyelesaiannya, agar migrasi dari sistem penyiaran analog ke digital berhasil dengan baik, pemerintah harus melakukan pendidikan kepada masyarakat/ konsumen dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hal-hal yang harus dimengerti oleh masyarakat sebagai dampak dari perkembangan teknologi digital tadi.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
120
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Visteon Corporation, “HD-Radio” telah berada ditengah-tengah masyarakat, dan masyarakatpun juga telah siap menerima keberadaan HD-Radio. Penelitian Visteon’s Consumer Research menunjukkan bahwa 80% responden yang telah membeli mobil-mobil mewah menginginkan agar di mobil merekan telah dipasang sistim penerima radio digital, dan lebih dari 50% responden yang telah memiliki kendaraan setuju dengan hal ini. Visteon juga menyebutkan: “Sistim penerima “HDRadio” memberikan layanan kualitas audio yang berkualitas tinggi melalui penyiaran radio digital AM dan FM tanpa harus membayar biaya tambahan sebagaimana layanan pada radio satelit. Sistim penyiaran radio digital selain memperbaiki kualitas suara dan bebas dari gangguan muatan elektrostatis, pemilik “HD-Radio” juga menghilangkan kehausan pendengar dengan adanya fitur-fitur tambahan penyiaran digital seperti informasi keadaan lalulintas, layanan berita dan layanan-layanan hiburan lainnya, disamping layanan lain yang dapat diperoleh secara berlangganan. Penyiaran radio digital merupakan teknologi di bidang penyiaran radio terestrial yang mengirimkan sinyal audio/suara setara kualitas kualitas CD (Compact Disc) bebas dari interferensi dan noise kepada pendengar radio. Di Amerika Serikat istilah umum yang digunakan untuk sistim penyiaran radio digital ”In-Band/OnChannel (IBOC) adalah ”HD-Radio” yang merupakan nama dagang untuk sistim enyiaran radio digital AM dan FM. Izin pemakaian nama HD-Radio diberikan pada iBiquity Digital Corporation, satu-satunya perusahaan yang mengajukan nama untuk sistim penyiaran radio digital. Istilah Digital Audio Broadcasting (DAB) aslinya berasal dari Eropa dan saat ini digunakan di beberapa negara Eropa, Kanada dan Asia untuk menyatakan sistim penyiaran radio digital secara komersial yang memerlukan pita frekuensi penyiaran diluar spektrum frekuensi radio AM dan FM. Sistem penyiaran radio digital DAB memerlukan lebar pita atau lebar kanal untuk setiap stasiun penyiaran yang lebih lebar dari yang dialokasikan untuk stasiun penyiaran radio AM dan FM di Amerika Serikat saat ini. Sehingga memerlukan spektrum frekuensi baru untuk memancarluaskan siaran radio digital DAB. Eureka-147-DAB™ merupakan merek dagang untuk teknologi penyiaran radio digital yang dioperasikan di luar Amerika Serikat dimana disana tersedia pita frekuensi baru (misalnya pita frekuensi diluar spektrum frekuensi untuk penyiaran AM-MW dan radio FM-VHF). Di Amerika Serikat tidak tersedia pada frekuensi baru di luar spektrum frekuensi yang ada untuk penyiaran AM dan FM, sehingga untuk penyiaran radio digital IBOC secara terestrial harus tetap beroperasi pada spektrum frekuensi radio AM dan FM. Eureka-147 DAB, bersama-sama dengan beberapa sistem penyiaran digital lainnya dievaluasi dan diuji coba pada tahun 1995.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
121
Saat itu Eureka-147 telah menjadi suatu sistem yang mendominasi sistim penyiaran digital dan menempati spektrum frekuensi baru, sementara IBOC (In-Band-on-Channel) dan IBAC (In-Band/Ajacent Channel) secara domestik telah diajukan untuk tetap menempati spektrum frekuensi yang digunakan untuk penyiaran AM dan FM yang sudah ada untuk memancarluaskan sistem penyiaran radio analog dan digital. Pengembangan teknologi penyiaran radio digital IBOC terjadi dalam tiga tahap: 1) Tahap pertama sebagai proyek ACORN: terjadi antara tahun 1990 s/d. 1992 dimana USA Digital Radio’s (USADR) yang mencoba untuk membuat suatu konsep penyiaran radio secara digital. Ternyata didalam perkembangannya, usaha-usaha yang dilakukan diterjemahkan salah oleh industri yang mencoba menerapkan penyiaran radio digital. USADR bermaksud untuk secara konseptual mendemonstrasikan penyiaran radio secara digital dan diterima oleh pesawat penerima radio pada spektrum frekuensi radio AM-MW dan FM-VHF yang telah ada dengan interferensi minimal pada pesawat penerima analog. Peristiwa penting yang perlu dicatat pada periode ini adalah: − Transmisi siaran IBOC pertama diselenggarakan pada tanggal 9 Juli 1992 jam 14:45 pada frekuensi 1660 kHz di Xentron Corporation, Cincinati, Ohio. − Transmisi siaran FM-IBOC pertama diselenggarakan pada tanggal 29 Agustus 1992, pada WILL, Urbana, IL 2) Tahap kedua dimana USADR’s secara komersial berhasil menyebarluaskan penggunaan sistim AM dan FM. Usaha ini menghasilkan modem AM dan FM yang digunakan pada saat ini. Tanpa ragu-ragu merupakan salah satu dapat dikatakan bahwa modem ini merupakan salah satu modem yang dikembangkan untuk mengirimkan sinyal digital. Peristiwa penting yang perlu dicatat pada periode ini adalah: − Perkembangan cukupnya perangkat keras dan perangkat lunak bagi pesawat penerima dan pemancar yang cukup untuk melakukan percobaan-percobaan di laboratorium dan di lapangan serta untuk keperluan komersial. − Peragaan sistem penyiaran pada pita frekuensi FM oleh USADR pertama kali ketika berlangsung NAB Radio Show di WMMO, Orlando, Florida di bulan September 1999. 3) Tahap ketiga ialah uji coba penyiaran digital yang berlangsung hampir lima tahun terus menerus di NPR, yaitu salah satu afiliasi dari stasiun penyiaran WETA-FM di W dan NRC menyetujui percobaan siaran ini hanya pada siang hari saja. Sementara untuk sistim penyiaran FM Digital boleh diselenggarakan pada siang dan malam hari. Menindaklanjuti
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
122
persetujuan NRSC tadi, iBiquity Digital Corpotation mulai memperkenalkan sistim penyiaran IBOC dan para pabrikan peralatan penyiaran radio juga memperkenalkan peralatan exciter dan pemancar IBOC. Di sisi konsumen 13 perusahaan yang membuat peralatan elektronik untuk rumah tangga pada acara Consumer Electronic Show di tahun 2003 mengumumkan rencananya untuk segera menerapkan sistim penyiaran radio ditigal. Pada tanggal 2 Oktober 1992, FCC telah mengesahkan pemakaian sistim IBOC sebagai sistim penyiaran radio digital di Amerika Serikat. Radio Digital IBOC memancarkan sinyal audio digital dalam bentuk aliran data digital yang dikirim secara berurutan sebagaimana pada modem dan faksimili bersama sama dengan signal analog. Dengan ini memungkinkan spektrum yang sama digunakan untuk kedua jenis signal analog dan digital, sehingga pesawat penerima radio AM atau FM masih bisa menerima digunakan untuk menerima siaran yang sama. Penyiaran radio digital mengubah informasi analog menjadi angka-angka biner yang nilaunya selalu berubah-ubah sesuai dengan besaran sinyal audio analog yang masuk. Sistem pemancar radio digital mengubah atau menyandikan (encode) sinyal suara analog yang masuk menjadi bilangan biner untuk dipancarluaskan/ Proses ini disebut sebagai Code/Decode (penyandian sinyal analog menjadi sinyal digital dan penguraian kembali dari sinyal digital menjadi sinyal analog, atau dari satu sistim penyandian yang satu ke penyandian yang lain), yang selanjutnya disebut CODEC. Dalam hal dimana studio telah mengirim sinyal digital ke pemancar, pemancar radio digital hanya memproses sinyal audio digital yang masuk siap untuk dipancarluaskan. Proses ini disebut modulation. Pesawat penerima radio digital menguraikan kembali (decode) sinyal digital yang diterima menjadi sinyal audio analog kembali (pada proses yang berlawanan dari digital ke analog). Proses ini disebut demodulation. Terdapat beberapa cara untuk merubah sinyal analog menjadi sinyal digital. Cara-cara ini dapat diuraikan secara matematis yang disebut dengan Algorithm (Algoritma). Dalam menggunakan algoritma, para pakar dan teknisi dapat membuang komponen-komponen sumber sinyal audio digital yang tidak diperlukan dan hanya meninggalkan bagian-bagian yang penting saja untuk dipancarluaskan melalui antene dan selanjutnya direproduksi pada pesawat penerima radio atau pada atau pafda alat pemutar rekaman. Sebagai contoh, berdasarkan “psychoacoustical” yang dimiliki telinga manusia diketahui bahwa telinga tidak dapat merasakan suara-suara yang berintensitas rendah yang tersembunyi oleh frekuensi-frekuensi lain yang sama. CODEC
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
123
algoritma sangat membantu konsep ini dengan memisahkan dan tidak memancarluas-kan suara-suara yang tidak diperlukan tadi tanpa mengurangi kualitas suara audio yang telah disandikan (decode) menjadi informasi analog pada pesawat penerima. Proses pengurangan bit ini dikenal dengan istilah compresion (kompresi). Kompresi akan mengurangi sinyal yang masuk menjadi komponenkomponen penting sedemikian rupa yang berakibat pada berkurangnya lebar pita (band-width) saluran transmisi. Kompresi sinyal audio ini menjadi sangat penting untuk mengurangi lebar pita transmisi siaran digital. Beberapa jenis kompresi algoritma sistim pengolahan sinyal audio secara digital yang kita kenal adalah AAC, PAC, MP-3 atau HDC. Ini semua merupakan nama dagang dari sistim kompresi informasi audio digital dan untuk menyatakan hak cipta intelektual dan sekaligus untuk membedakan masing-masing cara kodefikasi algoritma diantara beberapa sistim tadi. Dengan menggunakan HD-Radio secara digital sinyal yang telah dimodulasikan pada frekuensi yang sama dengan frekuensi analog yang ada. Pada rangkaian jalur transmisi penyiaran audio, terdapat titik-titik atau simpul-simpul dimana dilakukian kompresi sinyal audio; yaitu ketika sistim otomatisasi level dinyal audio, saat perekaman audio, hubungan antara studio ke pemancar (Studio to Transmitter Links), saat dial-up (yaitu ketika mengirimkan sinyal audio pada jarak jauh dengan menggunakan saluran telepon digital “ISDN”, dan sekarang ditambah lagi dengan memancarluaskan sinyal audio ke pesawat penerima secara digital. Di setiap titik-titik tadi masing-masing menggunakan kompresi sinyal sinyal audio yang secara teknis dikelola sedemikian rupa agar sinyal-simyal audio tidak berkurang kualitasnya bila pada tahap berikutnya melalui proses penyandian dan diurai kembali (encode dan decode) beberapa kali. Hasil kerugian yang tidak begitu kentara dapat terjadi pada frekuency response, hilangnya dynamic range, atau yang lebih parah lagi bisa juga terjadi pada informasi tambahan yang dibuat belakangan. Dalam hal ini, kualitas sinyal audio digital akan terdengar sangat jelek dan lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan kualitas suara pada sistim pemancaran radio FM. Tentu saja kualitas audio digital yang jelek akan membuat pendengar menolak rencana migrasi dari sistim penyiaran analog ke digital. Cara-cara CODEC sinyal audio dimaksudkan untuk sebanyak mungkin mengurangi jumlah informasi bit, sementara membuat tiruannya secara tepat tanpa dapat dikenali perbedaannya secara nyata oleh pendengar. Untuk mengenali perbedaan tadi diperlukan orang-orang terlatih yang “bertelinga emas”. Setelah melalui kajian dan penelitian secara intensif pada akhirnya diperoleh cara CODEC
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
124
dengan menggunakan jumlah bit minimal dengan hasil yang sangat memuaskan. Cara kodifikasi (CODEC) dengan menggunakan jumlah bit minimal untuk menghasilkan kualitas suara sesuai dengan kualitas asli tersebut disebut “Low Bit Rate” atau “Low Data Rate” CODEC. Hingga saat ini sistim HD Radio menggunakan teknologi kompresi yang dikenal dengan istilah PAC, dikembangkan oleh Lucent Technologies. Namun iBiguity Digital telah mengembangkan sistim HD-Radio dengan CODEC HDC baru yang secara signifikan dapat memperbaiki kualitas “Low Bit Rate” pada sistim HD-Radio AM. Di dalam mengevaluasi kualitas CODEC audio, kriteria yang digunakan pada sinyal audio analog di masa lampau benjadi tidak berguna lagi. Sementara parameter-parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas suara seperti “Signal to Noise Ratio (S/N Ratio), “Frequency Response” dan distorsi masih dapat digunakan. Proses coding memasukkan sejumlah komponen-komponen yang benar-benar baru berupa perangkat lunak untuk memanipulasi, memperbaiki, mengatur, menyesuaikan setiap kekurangan yang muncul akibat CODEC. Antara tahun 1950 hingga tahun 1960-an untuk menggambarkan suara yang berkualitas tinggi berpedoman pada “High Fidelity”, kemudian pada tahun 1970 hingga 1980-an kriteria suara berkualitas tinggi ditambah dengan “Stereophonic”. Namun setelah Compact Disc masuk pasar peralatan hiburan di rumahrumah, diperkenalkanlah suatu parameter baru untuk menilai kualitas audio, yaitu yang disebut dengan “kualitas CD”. Kualitas penyiaran radio FM baru dikenal sebagai Kualitas “High Fidelity” dan “Stereophonic”. Namun dengan munculnya CD penilaiannya ditambah dengan “Low Noise” dan “High Dynamic Range”. Harapan inilah yang didambakan oleh masyarakat ketika mendengarkan radio. Pada penyiaran radio FM kita bisa mendengarkan siaran FM yang masih menghadapi beberapa kekurangan, yaitu ketika menerima siaran siaran radio dengan bergerak melaju di mobil dengan kecepatan tinggi. Siaran radio AM juga mempunyai beberapa masalah kualitas audio serius yang tidak dapat dipisahkan. Gangguan dari pemancar radio yang beroperasi di kanal sebelah (adjacent channel) dan gangguan dari pemancar radio yang beroperasi pada frekuensi yang sama (co-channel) khususnya pada malam hari sangat mengganggu. Setelah bertahun-tahun tidak bisa mengatasi masalah ini, beberapa stasiun penyiaran radio AM melempar handuk untuk tidak menyiarkan acara musik. Sebagai gantinya mereka bermigrasi ke stasiun penyiaran radio FM. Di lain pihak stasiun pemancar AM mempunyai keuntungan berupa jangkauan siaran yang sangat jauh di malam hari, namun tetap tidak dapat mengatasi keinginan pendengar yang lebih senang mendengarkan siaran musik yang berkualitas tinggi. Hanya dengan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
125
menggunakan siaran AM-Digital sajalah yang dapat menyelesaikan masalah ini. Tahun pertama dari penyiaran radio digital di Amerika dimulai pada tahun 2003. Kira-kira 300 stasiun pemancar radio AM dan FM telah diberi izin untuk bermigrasi dari analog ke digital dengan menggunakan sistim “H-D Radio”. Selama masa transisi tadi, stasiun penyiaran radio yang bermigrasi ke penyiaran digital diharuskan memancarkan siarannya pada dua sistim (analog dan digital) sekaligus yang disebut “Simulcast”. Pada bulan Oktober di tahun yang sama, Kenwood USA membagi-bagikan 1000 pesawat penerima radio digital HD-Radio. Pada bulan Januari 2004 pesawat penerima radio digital buatan Kenwood telah beredar di pasar. Pada saat itu juga pesawat penerima radio digital IBOC pertama kali juga dapat dibeli di Cedar Rapid, Iowa. D.
Stasiun Pemancar Radio 1. Studio Pemancar Radio Salah satu komponen penting pada stasiun pemancar radio adalah antene pemancar dan saluran transmisinya. Saluran transmisi (transmission line) adalah sarana untuk menghantarkan tenaga listrik yang berasal dari sumber (pesawat pemancar) ke beban (antene pemancar), dimana letak beban berjauhan. Selain untuk menghubungkan antara pemancar dan antene, saluran transmisi juga dipergunakan untuk saluran ukur dalam pengukuran VHF/UHF dan sebagai trafo penjodoh (matching transformer). Saluran transmisi disebut juga saluran pancar atau saluran pengumpan (feeder line). Rangkaian ekuivalen saluran transmisi, L adalah induktansi yang disebabkan oleh bocoran medan magnet, R adalah resistansi yang terbentuk karena hambatan kawat, C adalah kapasintansi yang disebabkan oleh bocoran medan magnet, dan G adalah konduktansi yang terbentuk karena bocoran arus antara kedua penghantar. Pada frekuensi tinggi (RF), reaktansi induktif lebih besar dari resistansi, dan suseptansi kapasitif lebih besar dari konduktansi. Oleh karena itu, rangkaian ekuivalen tersebut dapat disederhanakan. Sebuah pemancar memberikan tenaga listrik ke antene melalui saluran transmisi. Gelombang yang berasal dari pemancar menuju antene disebut gelombang datang (incident wave). Jika impedansi karakteristik saluran transmisi tidak jodoh dengan impedansi antene, maka akan terjadi gelombang pantulan (reflected wave) dari antene ke pemancar. Hal ini terjadi karena adanya induksi pada saluran transmisi, dimana arus maupun tegangan terpotong secara tiba-tiba. Gelombang
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
126
datang maupun gelombang pantulan menjalar pada saluran transmisi. Oleh karena itu disebut gelombang menjalar (traveling wave). Interferensi antara gelombang datang dan gelombang pantulan menghasilkan gelombang tegak (standing wave). Gelombang tegak tidak menjalar, dan amplitudonya berubah-ubah ketika ada gelombang datang maupun gelombang pantulan yang baru. Bandingan gelombang tegak tegangan (VSWR, voltage standing wave ratio) adalah perbandingan tegangan maksimum dan tegangan minimum gelombang tegak pada saluran transmisi. Kondisi jodoh (match) didapat jika seluruh energi pada gelombang datang tersalur ke beban, tidak ada energi yang dipantulkan kembali ke sumber. Kerugian saluran transmisi adalah ketidak-mampuan saluran transmisi untuk menghantarkan tenaga listrik seluruhnya ke bebab. Semaki panjang saluran transmisi, kerugian semaki besar. Kerugian daya pada saluran transmisi tidak berbanding langsung dengan panjang saluran, tetapi berubah secara logaritmik. Oleh karena itu,kerugian pada saluran transmisi dinyatakan dalam dB (desibel) untuk setiap panjang tertentu. Kerugian pada saluran transmisi semaki besar, jika frekuensi kerjanya semakin tinggi.
a. Mendesain box untuk pemancar radio
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
127
b. Rangkaian pemancar radio
b. Pemancar yang siap digunakan gambar 49. Proses pembuatan pemancar radio
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
128
Macam-macam kerugian pada saluran transmisi adalah sebagai berikut : a. Kerugian pancaran, yaitu kecenderungan saluran transmisi untuk bekerja sebagai antene pemancar (dapat memancarkan gelombang elektromagnetik meskipun tanpa ada antene yang terhubung padanya). b. Kerugian panas, yaitu panas yang timbul akibat arus yang mengalir pada perlawanan kawat dan adanya efek kulit pada frekuensi tinggi. c. Kerugian dielektrika, yaitu bocornya isolator/penyekat diantara kedua kawat pada saluran transmisi. d. Kerugian pantulan, yaitu adanya pantulan balik tenaga listrk sumber, sehingga menimbulkan gelombang tegak yang tidak diinginkan. Balun dipergunakan untuk menjodohkan beban / antene balans dengan saluran transmisi tak balans (unbalance). Balun kumparan adalah basis dari balun lineir saluran transmisi. Balun kumparan adalah dua buah saluran transmisi yang sama panjang dengan impedansi kareteristik Zo, dihubungkan secara deret pada satu sisi, sementara sisi lainya dijajarkan. Panjang saluran adalah kelipatan ganjil dari ¼ λ. Jika Zo = 150 ohm, maka balun kumparan dapat menjodohkan impedansi 300 (balans) dengan impedansi 75 ohm (tak balans). Balun kumparan yang beroperasi pada frekuensi 1,9…30 MHz bentuknya agak besar. Untuk membuat bentuk yang kecil dipergunakan inti ferit toroida. oleh karena itu disebut balun toroida. Balun toroida 1:1, yang dipergunakan untuk menjodohkan impedansi 50 ohm balans impedansi 50 ohm tak balans. Balun toroida 4:1 yang dipergunakan untuk menjodohkan impedansi 200 ohm balans dengan impedansi 50 ohm tak balans, atau untuk menjodohkan impedansi 300 ohm balans dengan 75 ohm tak balans. Balun koaks adalah balun yang terbuat dari saluran koaks1/2 λ. Balun koaks menjodohkan impedansi 300 Ohm balans dengan impedansi 75 ohm tak balans (4:1). Sedangkan Balun redam berfungsi untuk meredam / menekan arus yang mengalir pada sisi luar saluran umpan. Hal ini dilakukan dengan memasang saluarn ¼ λ. Balun ini dikenal sebagai Bazooka. Penjodoh T dipergunakan untuk menjodohkan saluran jajar dengan titik tengah antene. Sedangkan penjodoh gamma dipakai untuk menjodohkan saluran koaks dengan titik tengah antene. Keduanya mempergunakan batang penghantar yang dipasang berjajar dengan antene. Jarak batang penghantar dengan titik tengah antene diatur sedemikian rupa sehingga
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
129
diperoleh VSWR mendekati 1. Jika VSWR lebih dari 2, maka panjang antene harus diubah.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
130
Gambar 50. Berbagai ruang studio pemancar radio Jika impedansi saluran jajar lebih kecil dari impedansi keluaran pemancar, maka dibutuhkan rangkaian talaan deret. Jika impedansi saluran jajar lebih besar dari impedansi keluaran pemancar, maka dibutuhkan rangkaian talaan jajar. Penunjuk SWR dipasang antara keluaran pemancar dengan ranfkaian talaan deret / jajar. Pertama kali, tentukan kopling antara L 1 dan L 2. Kemudian, Cs dan Cp diatur sehingga diperoleh VSWR yang mendekati 1. Jika VSWR tidak mendekati 1 aturlah kembali kopling h antara L 1 dan L 2. Antene pemancar adalah batang konduktor yang mengubah arus frekuensi radio (RF) menjadi gelombang elektromagnet dan memancarkannya. Dalam sistem rancangan yang baik, hanya antene yang boleh melakukan pemancaran. Antene penerima merupakan batang konduktor yang mengubah induksi gelombaang elektromagnet menjadi arus listrik. Resiprositas antene artinya antene yang dapat dipergunakan untuk memancarkan maupun menerima gelombang elektromagnet. Perbedaan antara antene pemancar dan penerima adalah :
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
131
Antene penerima
Antene Pemancar
Daya kecil Penyekatnya sedang Beresonansi pada banyak frekuensi
Daya besar Penyekatnya harus kuat Beresonansi pada satu frekuensi
a. Antene Ombi
b. Antene ring-O
c. Antene Ombi
Gambar 51. Berbagai macam antene pemancar radio Polarisasi gelombang elektromagnet tergantung pada medan listriknya. Medan listrik sejajar dengan antene, sedangkan medan magnetnya tegak lurus terhadap antene. Posisi antene penerima harus sejajar dengan arah medan listrik (sejajar dengan antene pemancar) atau tegak lurus terhadap arah medan magnet, agar dapat menangkap daya semaksimal mungkin dari pemancar. Jika natena pemancar terletak vertikal/tegak lurus, maka polarisasi gelombang
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
132
elektromagnetnya ke arah vertikal. Pada antene vertikal, pancaran ke segala penjuru sama kuat, sama jauh, dan dayanya sama besar. Jika antene pemancar terletak horizontal/mendatar, maka polarisasi gelombang eektromagnetnya ke arah horizontal. Pada antene horizontal, pancaran terkuat ada pada garis yang tegak lurus terhadap sumbu antene. Resistansi antene terdiri atas : a. Resistansi ohm (Ro). Akibat resistansi ohm ini, arus yang mengalir melalui antene akan menimbulkan panas sebesar Ro. b. Resistansi bocoran (leakage resistance). Ini adalah kebocoran pada penyekat antene, dan disebut pula sebagai kerugian dielektrika. c. Resistansi radiasi (RR). RR mengakibatkan adanya tenaga yang terpancar sebesar RRR. Resistansi radiasi tergantung pada tinggi antene terhadap tanah. Kurva resistansi radiasi antene dua kutub (dipole) ½ λ vertikal dan horizontal di beberapa ketinggian dari tanah.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
133
Gambar 52. Receiver radio
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
134
Gambar 53.
2.
Berbagai macam peralatan transmitter radio
Peralatan Studio dan Fungsinya. Biasanya terdapat 2 studio dalam sebuah stasiun radio, yaitu studio siaran dan studio produksi. Studio siaran digunakan untuk menyiarkan materi-materi siaran, tempat penyiar berbicara, memutar lagu dan iklan. Studio produksi digunakan untuk mempersiapkan dan membuat materi-materi siaran, seperti bikin spot iklan, tes vokal calon penyiar, editing lagu, dsb. Peralatan yang terdapat di kedua studio prinsipnya sama maka jika studio siaran ada masalah penyiar bisa menggunakan studio produksi. Secara umum peralatan yang ada di studio adalah: komputer, audio console (mixer), audio input, speaker monitor, monitor studio, headphone, microphone dan telephone. Sedangkan pesawat pemancarnya biasanya berada di ruang tersendiri.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
135
Mixer adalah peralatan paling penting dalam sebuah studio, fungsi alat ini adalah mencampur semua masukan suara (audio input) yang tersedia dan menjadikannya satu output untuk disiarkan. Sehingga bisa mendengar suara penyiar, lagu atau background sekaligus. Audio input. Adalah sumber audio yang terdiri dari mikropon, tape recorder, pick up atau piringan hitam, CD (compact Disk), Komputer. Sumber audio tersebut berfungsi sebagai player untuk mengahasilkan sinyal audio. Yang selanjutnya disalurkan ke mixer untuk dipilih mana yang akan di siarkan melalui pesawat pemancar radio. Speaker monitor, monitor studio dan head phone adalah merupakan alat pendengar/speaker yang berfungsi sebagai display untuk memonitor suara baik itu suara dari sumber suara ataupun suara yang telah/akan dipancarkan. Telepon. Adalah peralatan komunikasi yang digunakan untuk program interaktif dari pendengar radio dengan penyiar. Catu daya listrik. Adalah sumber tenaga listrik yang dipakai untuk mencatu daya listrik bagi semua peralatan elektronik agar dapat bekerja. Catu daya listrik dapat menggunakan sumber listrik dari PLN, Generator set maupun bateray atau aki. Peralatan ini harus selalu dalam keadaan siap pakai, karena tanpa catu daya semua peralatan elektronik tidak akan bekerja. Oleh karena perawatan peralatan catu daya sangat mutlak diperlukan untuk menjaga kelangsungan kerja. Misalnya selalu menjaga dalam keadaan bersih, selalu control tegangan dan arus yang tersimpan, mengisi cairan air accu, mengisi accu dan sebagainya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
136
Gambar 54. Peralatan stasiun pemancar radio 3.
Skema sambungan peralatan dan prinsip kerjanya Pemancar berfungsi memberikan daya kepada antene dengan frekuensi tertentu dan memindahkan tanda-tanda bersama sinyal yang dipancarkan. Supaya bisa dipancarkan maka sinyal informasi harus dimodulasi dengan sinyal pembawa. Macam-macam gelombang termodulasi : a. Gelombang termodulasi amplitudo (AM, Amplitude Modulation): modulasi dimana Amplitudo gelombang pembawa berubah-ubah sesuai dengan perubahan amplitudo sinyal informasi/suara. Macam-macam sistem modulasi amplitudo AM : • Amplitudo jalur samping ganda dengan pembawa terpancar (DSBSC, Double Sideband Transmitted Carrier). • Modulasi amplitudo jalur samping ganda dengan pembawa tertindas. (DSBSC, Double Sideband Suppressed Carrier). • Modulasi amplitudo jalur samping tunggal dengan pembawa terpancar. (SSBTC, Single Sideband Transmitted Carrier). • Modulasi amplitudo jalur samping tunggal dengan pembawa tertindas. (SSBSC, Single Sideband Suppressed Carrier). b. Gelombang termodulasi frekuensi (FM, frequency Modulation) modulasi dimana Frekuensi gelombang
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
137
pembawa berubah-ubah sesuai dengan perubahan amplitudo sinyal informasi/suara. c. Gelombang termodulasi pulsa. Gelombang termodulasi pulsa banyak dipergunakan dalam telemetri dan sistem radar. Macam-macam gelombang termodulasi pulsa: • Modulasi Amplitudo pulsa (PAM, Pulse Amplitude Modulation), Modulasi dimana amplitudo pulsa pembawa berubah-ubah sesuai dengan perubahan amplitudo sinyal informasi/suara. • Modulasi lebar pulsa (PWM, Pulse Width Modulation atau PDM, Pulse Duration Modulation), modulasi dimana lebar/lamanya pulsa pembawa berubah-ubah sesuai dengan perubahan amplitudo sinyal informasi/suara. • Modulasi posisi pulsa (PPM, Pulse Position Modulation), modulasi dimana posisi pulsa pembawa berubah-ubah sesuai dengan perubahan amplitudo sinyal informasi/suara. Pada sistem FM bandingan sinyal terhadap desah (S/N) cukup besar. Ini karena desah yang terdapat pada jalur VHF (very high frequency) hanya sedikit dan penjalaran (propogasi) gelombang VHF terbatas sejauh garis pandang. Selain itu, penerima radio FM dilengkapi dengan penguat RF untuk menaikkan bandingan sinyal terhadap desah dan penutuh untuk menindas desah. Dua buah pemancar FM yang beroperasi pada frekuensi yang sama, tetapi letaknya berjauhan, tidak akan saling berinterferensi, karena jangkauan penjalaran gelombang VHFnya terbatas sejauh garis pandang. Oleh karena itu, untuk komunikasi jarak jauh yang mempergunakan gelombang VHF, diperlukan banyak stasiun pemancar dan penerima (stasiun) relai. Daya yang dipancarkan oleh pemancar FM tidak terbuang/hilang pada sinyal pembawa, tetapi diserap oleh sinyal-sinyal jalur samping. Pemancar FM dapat menerapkan modulasi tingkat rendah, yaitu modulasi yang dilakukan pada tingkat RF perantara dengan daya sinyal audio yang masih rendah. Pemancar FM dapat menerapkan penguat daya kelas C yang memiliki efiensi paling tinggi, tidak perlu menggunakan penguat linear. Meskipun penguat daya kelas C cacat, namun kerana yang diperlukan adalah perubahan frekuensinya bukan perubahan amplitudo, maka cacat ini tidak berpengaruh. Pada sistem FM, penggandaan frekuensi dilakukan setelah sinyal dimodulasi. Sedangkan pada sistem AM, penggandaan frekuensi dilakukan sebelum sinyal dimodulasi. Spektrum frekuensi pada pemancar FM lebih lebar
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
138
dibandingkan dengan spektrum frekuensi pada pemancar FM. Spektrum frekuensi FM mono sebesar 180 Khz FM stereo 256 Khz dan AM 10 Khz.
Penguat Microfon
Penguat Daya
Penutuh/ Pemangkas
Penggerak
a
LPF 300-3000 Hz
Modulator FM
Osilator X'tal
Penyangga
(b)
(a)
Pengganda Frekuensi
Penyangga
Pencampur
BPF
PLL
Penguat Mikrofon
Penguat Daya
Penutuh/ Pemangkas
Penggerak
LPF 300-3000 Hz
Penyangga
Mic
Modulator FM
VCO
Penyangga
AFC
Pencampur
BPF
Osilator Pembawa
(b)
Gambar 55. Diagram blok/skema pemancar FM sistem langsung.
Diagram blok pemancar FM sistem langsung dapat dilihat pada gambar 55 di atas, perhatikan gambar 55 a, penguat mikrofon merupakan penguat audio linear, agar sinyal suara yang dihasilkan tidak cacat. Penutuh/pemangkas berfungsi untuk membatasi amplitudo sinyal suara, agar deviasi frekuensi tidak melampaui deviasi maksimum. Tapis lulus bawah (LPF) berfungsi untuk melewatkan frekuensi di bawah 3 KHz (jalur frekuensi percakapan). Gelombang FM secara langsung
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
139
dihasilkan oleh modulator FM, dengan mengubah-ubah frekuensi osilator kristal sesuai dengan sinal suara ang berasal dari LPF. Keluaran dari osilator kristal merupakan gelombang FM dengan frekuensi tengah 16,9 MHz (ICOM) atau 10.695 MHz (trio Kenwood) pengheterodinan frekuensi PLL, yaitu 127,1..129,09 MHz (ICOM) atau 133,405…138,304 MHz (triokenwood). Keluaran dari rangkaian pencampur ditapis oleh tapis lulus jalur (BPF) yang berfungsi untuk melewatkan frekuensi 144..145,99 MHz (ICOM) atau 144,1….148,99 MHz (trio-kenwood). Gambar 55 b hampir mirip dengan gambar 55a modulator FM mengemudikan VCO dan distabilkan oleh kemudi frekuasi otomatik (AFC). Pengheterodinan frekuensi dilakukan dengan mengatur pembagi terprogram yang terdapat pada rangkaian AFC. Frekuensi keluaran dari VCO merupakan gelombang FM dengan frekuensi tengah 16,27….16,71 MHz. Frekuensi tersebut dicampur dengan frekuensi osilator pembawa 10,695 MHz. Keluaran dari rangkaian pencampur ditapis oleh BPF, agar melewatkan frekuensi 26,965….27,405 MHz (centonix MARK IX). Diagram blok pemancar FM sistem tak langsung dapat dilihat pada gambar 56 perhatikan gambar 56 a. gelombang FM tidak dihasilkan secara langsung dari modulator FM, tetapi dari modulator PM. Rangkaian equaliser audio berfungsi untuk menyondol nada frekuensi rendah (bass), agar keluaran dari modulator PM merupakan gelombang FM (seperti yang dihasilkan oleh moderator FM). Pengganda frekuensi berfungsi untuk meningkatkan frekuensi kerja sekaligus menaikkan deviasi frekuensi. Rangkaian pencampur berfungsi untuk mencampurkan frekuensi kerja dengan frekuensi osilator pembawa II. Rangkaian pencampur hanya mengubah frekuensi kerja, tidak mengubah deviasi frekuensi. Gambar 56b hampir mirip dengan gambar 56 a. sistem ini dikenal sebagai sistem Armstrong. Modulasi fasa (PM) dilakukan oleh rangkaian 90 derajat, modulator balans, jaringan penggabungan, dan penutuh. Rangkaian 90 derajat berfungsi untuk menggeser fasa sinyal pembawa sebesar 90 derajat. Modulator balans menghasilkan gelombang DSBSC dengan fasa sinyal pembawa 90 derajat. Jaringan penggabung berfungsi untuk menggabungkan DSBSC tersebut dengan sinyal pembawa 0 derajat. Hasil dari penggabungan dua sinyal tersebut dapat digambarkan secara vektor, seperti tampak pada gambar c. Ec adalah gelombang pembawa, Em adalah tegangan satu jalur samping, dan θ menunjukkan besarnya simpangan fasa sinyal pembawa yang diakibatkan oleh amplitudo informasi. Semakin
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
140
besar amplitudo informasi, semakin besar pula tegangan kedua jalur samping, dan semakin besar simpangan fasa sinyal pembawa. Perhatikan gambar 56 c, untuk mempertahankan agar Et ≈ Ec, maka θ dibuat kecil dengan satuan radian. Untuk mendapatkan simpangan fasa yang besar, dilakukan penggandaan frekuensi. Penuntun berfungsi untuk membatasi amplitude gelombang termodulasi fasa, karena penggabungan dengan sinyal DSBSC agar menjadi FM murni.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
141
Penguat Microfon Mic Penutuh/ Pemangkas
Penguat Daya
Equaliser Audio
Penggerak
Modulator FM
Pengganda Frekuensi
Penyangga
Osilator Pembawa II
BPF
(a)
Penguat Mikrofon Mic Penutuh/ Pemangkas
Penguat Daya
Equaliser Audio
Penggerak
Modulator Balans
Jaringan Penggabung
90 o II
Osilator Pembawa I
Penutuh
Penggaanda Frekuensi
Pencampur
Osilator Pembawa
Osilator Pembawa II
(b)
Et Em
Em
0 Ec
(C)
Gambar 56. Diagram blok pemancar FM sistem tak langsung
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
142
Sistem multipleks FM stereo menurut FCC, mulai dipergunakan sejak tahun 1961. sinyal SCA (Subsidiary Communications Authorization) juga dipancarkan pada sistem stereo di Amerika. Beberapa stasiun pemancar menambah pancaran sinyal SCA sebagai musik latar belakang. Sinyal SCA dipancarkan secara FM oleh sinyal sub-pembawa (sub-carier) berfrekuensi 67 kHz, dengan lebar jalur 59,5…74,5 kHz. diagram blok pemancar radio FM stereo dengan pilihan SCA dapat dilihat pada gambar 54. rangkian Matriks (R+L) dan (R-L) yang dipergunakan pada pemancar radio FM stereo dapat dilihat pada gambar 1.14. Transistor T1, sebagai pembelah fasa, membelah fasa sinyal L menjadi 2 sama besar dengan beda fasa 1800.
Masukan Audio
Pembangkit SCA
Sinyal kiri L
+
R+L
R
-
R-L
+ Modulator Balance
Osilator RF
Sinyal kanan Osilator 38 kHz
Modulator FM
19 kHz
Gambar 57. Diagram blok pemancar FM stereo dengan pilihan SCA 4.
Operating prosedure Dalam setiap siaran maka Program Director menjadi orang yang paling didengar baik oleh penyiar maupun bidang teknik karena dia yang paling bertanggungjawab atas baik buruknya sebuah program acara. PD juga yang menentukan siapa berada posisi apa, misalnya penyiar yang bertugas siapa, didampingi oleh siapa, materi yang harus disiapkan oleh script writer tentang apa, durasinya berapa lama, dsb. Prosedur pengoperasian harus sesuai dengan standard penyiaran radio. Semua peraralatan harus dioperasikan dengan benar sesuai dengan petunjuk pada instruction book pada setiap peralatan. Sebelum on air semua pesawat harus sudah melalui tes apakah layak siar atau tidak. Oleh karena itu paling tidak satu jam sebelum siaran semua pesawat harus sudah dihidupkan untuk pemanasan dan tes alat. Setelah semua siap dan tidak ada gangguan baru siaran dapat dimulai.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
143
E.
Organisasi dan SDM 1. Struktur Organisasi Struktur organisasi yang baku dari sebuah stasiun radio tidak ada, terserah keinginan pemilik. Sebagai referensi berikut ini contoh dari struktur organisasi dari sebuah stasiun radio. Tabel 3. Struktur Organisasi/Daftar Nama dan Jabtan Salah Satu Penyiaran Radio
Management JABATAN
STATUS
Ir. Suprapto Purwijayanto
Director & CEO
Drs. Dwi Rusyanto L.G. Ratnaningtyas
Programming Manager Marketing Manager
Yuhariono
Engineering & Maintenance Manager
Handanu
Finance Manager
Sapto Raharjo
HRD Manager
WM Haribowo
Public Relation & Promotion Manager
Helly Barniati
Secretary to The Director & Programming Staff
Rhino
Music Director
Eka Rachmat
Archiving Staff
Soeryo Banar Sufaat Sri Dayadi Adi Wardoyo Koostarina
Sri Sartono
Marketing Assistant Engineering & Maintenance Staff Broadcast Equipment Staff IT Equipment Staff Finance Staff
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
144
Irmawati
HRD Staff
Dimas Siswandanu
Off Air Staff
Yanu
Off Air Staff
Henky Koerniawan
Off Air Staff
DeeJay NAMA
JABATAN
Bayu
DeeJay
Dani Arya
DeeJay
Dinar
DeeJay
Ella Arlika
DeeJay
Gaby
DeeJay
Giliran Minggu
DeeJay
Giliran Sabtu
DeeJay
Metri
DeeJay
Okta Savina
DeeJay
Rama
DeeJay
Reno
DeeJay
Rhino
DeeJay
Santi
DeeJay
Shani
DeeJay
Shanty
DeeJay
Thomas Andesta
DeeJay
Tyas
DeeJay
Ulin Galuh
DeeJay
Usha
DeeJay
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
145
Support NAMA Sakino
2.
F.
JABATAN Pembantu Umum
Sigit Junantoro
Satpam
Subardjo
Satpam
Deskripsi Tugas dan fungsi Secara garis besar berdasarkan contoh di atas maka terdapat 3 bagian, yaitu : manajemen, DJ dan Support. Bagian manajemen berfungsi sebagai koordinasi sementara DJ dan support berfungsi dalam operasional sehari-hari.
Kualifikasi SDM Radio 1. Direksi Dalam jajaran direksi dipimpin oleh seorang Direktur Utama, yaitu pemilik atau orang yang ditunjuk oleh pemilik. Di bawahnya terdapat General Manager (GM) yang bertanggungjawab atas keseluruhan operasional sehari-hari. Selanjutnya di bawahnya terdapat para manajer, yaitu Manajer Produksi, Manajer Marketing dan Manajer Teknik. Manajer Produksi bertugas menentukan sesi perekaman, menangani spot iklan, mengarahkan program siaran bersama dengan PD dan MD. Manajer produksi adalah orang yang paling bertanggungjawab atas kulitas audio sebuah lagu agar enak didengar. Manajer Marketing bertugas meningkatkan pendapatan stasiun radio dengan mengatur penjualan jam siaran komersial (Air Time) atau mencari iklan. Manajer Teknik bertanggung jawab atas bekerjanya semua peralatan stasiun (radio tools), termasuk saat siaran jarak jauh. 2.
Program Director Tanggung jawab Program Director adalah membuat jadwal siaran, mengatur format siaran, pengatur staff penyiar sesuai dengan program dan jadwal yang dibuat, memantau siaran, mengontrol kualitas program siaran.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
146
3.
Music Director Bertanggung jawab atas boleh tidaknya sebuah lagu diputar oleh penyiar, promo album dari sebuah perusahaan rekaman dan berkoordinasi dengan PD selaku atasannya.
4.
News Director Bertugas menangani berita atau informasi yang harus disampaikan oleh penyiar dan memilih tema-tema yang akan dibicarakan antara penyiar dan pendengar.
5.
Producer Producer atau pengarah acara adalah orang yang khusus menangani suatu program siaran, dia yang menentukan materi siaran, siapa penyiarnya, siapa narasumbernya (jika perlu) dan memastikan kesiapan orang, bahan, peralatan, daftar lagu yang akan diputar saat siaran. Producer berkewajiban menggali ide-ide kreatif untuk mengembangkan program siaran yang menjadi tanggungjawabnya dan ia bertanggungjawab kepada Program Director selaku atasan langsungnya.
6.
Reporter/Penyiar Reporter sering juga disebut penyiar. Berdasarkan tugasnya juga sering disebut announcer. Seorang reporter juga memiliki tugas sebagai seorang jurnalis yaitu mencari, mengolah dan menyiarkan berita. Bagaimana menjadi jurnalis radio dan bagaimana kemampuan yang diharapkan. Berikut ini bahan kutipan untuk memberi pengetahuan jurnalistik radio sebagai berikut.
Gambar 58. Reporter sedang wawancara mencari berita
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
147
Jurnalistik Radio Jurnalistik radio (radio journalism, broadcast journalism) adalah proses produksi berita dan penyebarluasannya melalui media radio siaran. Jurnalistik radio adalah “bercerita” (storytelling), yakni menceritakan atau menuturkan sebuah peristiwa atau masalah, dengan gaya percakapan (conversational). Karakteristik a. b.
c. d.
Auditif. untuk didengarkan, untuk telinga, untuk dibacakan atau disuarakan. Spoken Language. Menggunakan bahasa tutur atau katakata yang biasa diucapkan dalam obrolan sehari-hari (spoken words). Kata-kata yang dipilih mesti sama dengan kosakata pendengar biar langsung dimengerti. Sekilas. Tidak bisa diulang. Karenanya harus jelas, sederhana, dan sekali ucap langsung dimengerti. Global. Tidak detail, tidak rumit. Angka-angka dibulatkan, fakta-fakta diringkaskan.
Prinsip Penulisan a. b.
c. d.
ELF - Easy Listening Formula. Susunan kalimat yang jika diucapkan enak didengar dan mudah dimengerti pada pendengaran pertama. KISS - Keep It Simple and Short. Hemat kata, tidak mengumbar kata. Menggunakan kalimat-kalimat pendek dan tidak rumit. Gunakan sesedikit mungkin kata sifat dan anak kalimat (adjectives). WTYT - Write The Way You Talk. Tuliskan sebagaimana diucapkan. Menulis untuk “disuarakan”, bukan untuk dibaca. Satu Kalimat Satu Nafas. Upayakan tidak ada anak kalimat. Sedapat mungkin tiap kalimat bisa disampaikan dalam satu nafas.
Elemen Pemberitaan a. b.
Sri Sartono
News Gathering – pengumpulan bahan berita atau peliputan. Teknik reportase: wawancara, studi literatur, pengamatan langsng. News Production – penyusunan naskah, penentuan “kutipan wawacara” (sound bite), backsound, efek suara, dll.
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
148
c. d.
News Presentation – penyajian berita. News Order – urutan berita.
Teknis Penulisan: Pilihan Kata a. b. c.
d.
e.
f.
g.
h.
Spoken Words. Pilih kata-kata yang biasa diucapkan sehari-hari (spoken words), e.g. jam empat sore (16.00 WIB), 15-ribu rupiah (Rp 15.000), dll. Sign-Posting. Sebutkan jabatan, gelar, atau keterangan sebelum nama orang. Atribusi/predikat selalu mendahului nama, e.g. Ketua DPR –Agung Laksono— mengatakan… Stay away from quotes. Jangan gunakan kutipan langsung. Ubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung, e.g. Ia mengatakan siap memimpin demo (”Saya siap memimpin demo,” katanya). Avoid abbreviation. Hindari singkatan atau akronim, tanpa menjelaskan kepanjangannya lebih dulu, e.g. Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri –BEM UIN— Bandung menggelar… (Ketua BEM UIN Bandung –Fulan— mengatakan…). Subtle repetition. Ulangi secara halus fakta-fakta penting seperti pelaku atau nama untuk memudahkan pendengar memahami dan mengikuti alur cerita, e.g. Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mengatakan… Menurut Presiden…. Kepala Negara juga menegaskan…. Present Tense. Gunakan perspektif hari ini. Untuk unsur waktu gunakan kata-kata “kemarin”, “hari ini”, “besok”, “lusa”, bukan nama-nama hari (Senin s.d. Minggu). Mahasiswa UIN Bandung melakukan aksi demo hari ini… Besok mereka akan melanjutkan aksi protesnya… Angka. Satu angka (1-9) ditulis pengucapannya. Angka 1 ditulis “satu” dst. Lebih dari satu angka, ditulis angkanya. Angka 25 atau 345 jangan ditulis: duapuluh lima, tigaratus empatpuluh lima. Angka ratusan, ribuan, jutaan, dan milyaran, sebaiknya jangan gunakan nol, tapi ditulis: lima ratus, depalan ribu, 15-juta, 145-milyar. Mata uang. Ditulis pengucapannya di belakang angka, e.g. 600-ribu rupiah (Rp 600.000), 500-ribu dolar Amerika Serikat (US$ 50.000)
Tanda Baca Khusus a.
Sri Sartono
Dash. tanda garis pisah (–) untuk sebelum nama atau kata penting atau butuh penekanan.
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
149
b. c.
Punctuation. Tanda Sengkang, yaitu tanda-tanda pemenggalan (-) untuk memudahkan pengucapan singkatan kata yang dieja. M-U-I, B-A-P, W-H-O, P-U-I, dsb Garis Miring. Jika perlu, gunakan garis miring satu (/) sebagai pengganti koma atau sebagai tanda jeda untuk ambil nafas, garis miring dua (//) untuk ganti titik, dan garis miring tiga (///) untuk akhir naskah.
Contoh: Menjelang Pemilu 2009/sedikitnya sudah 54 partai politik/mendaftarkan diri ke Departemen Hukum dan HAM//Mereka akan diverifikasi untuk ikut Pemilu. Menurut pengamat politik - Arby Sanit/banyaknya parpol itu menunjukkan animo elite untuk berkuasa masih tinggi/// Produk Jurnalistik Radio a.
b. c. d.
e.
Copy – Berita pendek, durasi 15-20 detik. Biasanya berita penting, harus cepat diberitakan, disampaikan di sela-sela siaran (breaking news) atau program reguler insert berita (news insert) tiap menit 00 tiap jam misalnya. Berupa Straight News. Voicer – Laporan Reporter. Terdiri dari pengantar (cue) penyiar di studio dan laporan reporter di tempat kejadian, termasuk sound bite dan/atau live interview. Paket. Panjangnya 2-8 menit. Isinya paduan naskah berita, petikan wawancara (soundbite). Feature. Durasi 10-30 menit. Paduan antara berita, wawancara, ulasan redaksi, musik pendukung, dan rekaman suasana (wild tracking). Membahas tema tertentu yang mengandung unsur human interest. Bisa pula berupa dokumenter (documentary). Vox Pop. Singkatan dari vox populi (suara rakyat). Berisi rekaman suara opini masyarakat awam tentang suatu masalah atau peristiwa. Cue: Menjelang Pemilu 2009, sedikitnya sudah 54 partai politik mendaftarkan diri ke Departemen Hukum dan HAM, guna diverifikasi sehingga bisa ikut Pemilu. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang banyaknya parpol tersebut, berikut ini petikan wawancara kami dengan beberapa warga masyarakat:
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
150
Sound Bite : 1. “Bagus lah, biar banyak pilihan…” 2. “Saya sih mau golput aja, gak ada partai yang bagus sih menurut saya mah…” 3. “Saya akan setia pada parpol pilihan saya, tidak akan terpengaruh oleh parpol baru, belum tentu lebih bagus kan…” dst. News Program a.
b.
c. d.
Buletin (Paket berita) – Berisi rangkaian berita-berita terkini (copy, straight news) –bidang ekonomi, politik, sosial, olahraga, dan sebagainya; lokal, regional, nasional, ataupun internasional. Durasi 30 menit atau lebih.Durasi bisa lebih lama jika diselingi lagu dan “basa-basi” siaran seperti biasa. News Insert – insert berita. Berisi info aktual berupa Straight News atau Voicer. Durasi 2-5 menit bergantung panjang-pendek dan banyak-tidaknya berita yang disajikan. Biasanya disajikan setiap jam tertentu. Bisa berupa breaking news, disampaikan penyiar secara khusus di sela-sela siaran non-berita. Majalah Udara — Berisi straight news, wawancara, dialog interaktif, feature pendek, dokumenter, dan sebagainya. Talkshow – Dialog interaktif atau wawancara langsung (live interview) di studio dengan narasumber, atau melalui telepon Dikutip dari : ASM. Romli. Ikhtisar perkuliahan “Jurnalistik Radio” Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi & Dakwah UIN SGD Bandung.* Copyright © 2007 ASM. Romli. www.romeltea.co.nr e-mail:
[email protected]
Untuk menjadi penyiar yang handal perlu melatih diri terutama suara/vokal di samping itu juga kemampuan fisik karena dituntut untuk kerja keras. Oleh karena itu lakukanlah tip berikut ini untuk menemukan suara yang terbaik sebagai berikut : RADIO adalah suara (sound) Media yang hanya bisa didengar (auditif). Suara (voice) pula yang jadi aset terpenting seorang penyiar –sebagai ujung tombak, front liner, sebuah radio yang berinteraksi langsung dengan pendengar. Banyak orang terlahir dengan memiliki suara indah. Namun, kebanyakan dari kita harus bekerja keras untuk menjadi penyiar profesional. Lagi pula, jadi penyiar profesional tidak cukup bermodal suara emas (golden voice),
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
151
tapi juga perlu modal lainnya, seperti wawasan, sense of music, dan sense of humor. Wawasan. Penyiar harus berwawasan agar siarannya hidup, dinamis, berisi, dan tidak monoton. Kosakata, varietas kata, improvisasi, hanya bisa dilakukan oleh penyiar yang berwawasan luas. Karena itu, banyak baca, jadilah orang yang haus pengetahuan! Dijamin, jika Anda berwawasan luas, takkan kehabisan kata-kata untuk berbicara. Sense Of Music Penyiar harus memiliki sense of music yang tinggi. Soalnya, tugas penyiar bukan hanya mutar lagulagu, tapi mesti paham juga tentang jenis musik, alat musik, dan artisnya. Sense Of Humor. Penyiar juga harus humoris, punya bakat menghibur. Bakat itu diperlukan karena profesi penyiar radio dituntut mampu menghibur pendengar. Lagi pula, radio identik dengan hiburan (entertaintment). Bahasa Tutur. Siaran harus menggunakan bahasa tutur, bahasa percakapan (conversational language), demikian juga naskah berita atau iklan. Bahasa tutur yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari yang mempunyai ciri khas: (a) kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung; dan (b) menggunakan kata-kata yang lazim dipakai sehari-hari (spoken words). Didalam bahasa tutur, lagu kalimat (infleksi, inflection) memegang peranan penting. Tanpa bantuan lagu kalimat, sering orang mengalami kesukaran dalam memahami bahasa tutur. Sama pentingnya adalah artikulasi atau pronounciation (pengucapan kata), intonasi (nada suara atau irama bicara), aksentuasi (logat, dialek, stressing), dan speed (kecepatan berbicara, tempo). Tampilkan Suara Terbaik dengan Rileks. Penyiar adalah “pemain sandiwara” (performer) dan menghadapi tantangan yang sama dengan penyanyi atau aktor. Begitu di atas pentas, di depan kamera, atau di belakang microphone, Anda tidak akan dapat memberikan penampilan terbaik kecuali jika Anda santai (relax). Tenggorokan tercekik (tight throat), leher tegang, dan pundak yang kaku, akan membuat Anda tidak dapat mengeluarkan suara terbaik. Bagaimana biar rileks? Bukan dengan mengatakan pada diri Anda, “Relax, fool, relax!” Relaksasi bukanlah soal psikologis, tapi soal fisik. Ia tidak dimulai di otak, tapi di badan. Relaksasi diperoleh melalui sebuah proses fisik berupa peregangan dan pernafasan. Jika tubuh Anda rileks, emosi Anda akan mengikuti.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
152
Atur Nafas. Mati lemas atau kekurangan nafas (suffocation) adalah penyebab kematian nomor satu di kalangan penyiar. Banyak penyiar biasa terus menahan nafas selama bertutur. Nafas megap-megap tidak akan menghasilkan siaran yang bagus. Bernafas secara tepat adalah dasar siaran profesional. Naskah siaran harus memberi kesempatan untuk bernafas. Ketika Anda membaca naskah, buatlah tanda di mana Anda akan mengambil nafas. Ikuti instruksi Anda sendiri dan bernafaslah saat Anda melihat tanda itu. Sikap badan yang baik dan dukungan dari diafragma Anda, akan membuat tiap nafas bekerja lebih lama bagi Anda. Anda bisa latih hal itu dengan cara meratakan jari tangan dan tekan diafragma (rongga antara dana dan perut). Ketika Anda mulai dengan suara rendah, tekan diafragma Anda dengan tangan. Teknik ini akan memberi Anda kekuatan ekstra. Jauhkan mulut Anda dari microphone saat menarik nafas. Jangan sampai tarikan nafas Anda mengudara Visualisasi. Penyiar radio berbicara kepada pendengar yang tidak terlihat. Secara simultan (bersamaan), sebagai penyiar Anda berbicara kepada tidak seorang pun (talk to no one) –karena tidak satu orang pendengar pun yang hadir secara fisik di depan Anda— dan kepada setiap orang (talk to everyone), mungkin ribuan pendengar. Talk to one one and eveyone! Penyiar radio juga sering sendirian di ruang siaran, tidak ada lawan bicara, hanya ditemani sejumlah “benda mati” –komputer, mixer, dan sebagainya. Membentuk “mental image” tentang pendengar Anda sangat penting untuk siaran terbaik. Berbicara kepada benda mati bukan saja tidak membangkitkan semangat (uninspiring), tapi juga tidak realistis. Karenanya, saat siaran, bayangkan Anda sedang berbicara pada seorang teman, atau sekelompok kecil orang. Membayangkan adanya seorang pendengar di depan Anda, akan membantu Anda berkomunikasi secara alamiah, gaya ngobrol (conversational way). Tentukan Pilihan Kata! Di radio, Anda hanya punya satu kesempatan untuk membuat pendengar Anda mengerti yang Anda kemukakan. Di media cetak, pembaca akan mengulang bacaan pada bagian yang mereka tidak pahami. Di televisi, ada bantuan visual untuk memperjelas berita. Tapi di radio, yang dimiliki pendengar hanya suara Anda. Karena itu, saat menyampaikan sebuah informasi, putuskan katak-kata mana yang menjadi kata kunci (key words) dan garis bawahi. Tiap kata memiliki nilai berbeda. Putuskan apa yang akan Anda tekankan, di mana lagu kalimat (inflection) Anda akan menaik dan menurun, dan di mana Anda akan bernafas. Biasanya,
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
153
infleksi menaik kalau akan bersambung dan menurun jika akan berhenti. Konsentrasi. Tidak ada pilot otomatis dalam siaran. Jika Anda tidak mendengar apa yang Anda katakan, tidak ada orang lain yang akan mendengar. Siaran yang baik membutuhkan konsentrasi tingkat tinggi. Tidak mudah untuk mengatur nafas Anda, memvisualkan pendengar Anda, dan melaporkan cerita pada saat yang sama. Karena itu, relaksasi adalah kunci konsentrasi. Latihan. Best voice requires experimentation. Seorang penyiar harus menemukan suara terbaiknya dan ini butuh eksperimen. Jika Anda punya pilihan mikrofon, cobalah satu per satu untuk menemukan mike paling sesuai bagi Anda. Beberapa mike dibuat untuk mendorong tinggi-rendah suara Anda, dan Anda bisa menyelaraskannya sesuai dengan kebutuhan Anda. Mintalah bantuan teknisi. Cobalah dengan merekam suara Anda dalam sikap tubuh yang berbeda, kedekatan yang berbeda dengan mike, dan tingkat proyeksi (pengerasan) yang berbeda. Bayangkan ragam pendengar dan lihatlah bagaimana “mental image” ini mempengaruhi penyampaian Anda. Bicara kepada satu orang. Bayangkan, pendengar itu satu orang! Orang yang baru pertama kali berbicara di radio, sering secara salah memvisualkan pendengarnya – membayangkan bahwa pendengar itu ribuan. Padahal, orang yang mendengarkan itu dalam kelompok berjumlah satu orang (in group of one). Ya, bayangkan pendengar itu satu orang! Teman Akrab. Berbicaralah layaknya kepada teman akrab (intimate friend). Lihat wajah teman Anda itu dalam “pikiran mata” (mind’s eye) Anda. Smile. Senyumlah, meski pendengar tidak melihat Anda. Berbicara dengan senyum, akan terasa hangat, ramah, friendly, di telinga pendengar. Kontak Mata. Lakukan kontak mata! Pandanglah ia sekali-sekali untuk melakukan kontak mata (eye contact), meskipun hanya ada satu orang di ruangan –Anda sendiri! Gesture. Gunakan gerakan tubuh (gesture), meskipun tidak ada orang yang melihat Anda. Anda adalah aktor. Saat berbicara di depan umum (public speaking), jika Anda punya mike portable (mudah dibawa), bergeraklah mengitari panggung. Bayangkan Anda adalah seorang aktor yang sedang “mentas” di televisi. Jeda. Jedalah untuk beberapa detik untuk membiarkan pesan Anda sampai ke pendengar. Saat jeda, buatlah kontak mata. Anda juga bisa jeda jika mencari gagasan berikutnya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
154
Infleksi. Pelajarilah cara orang berbicara saat ngobrol dan gunakan pola pembicaraan itu ketika memnbaca naskah. “Intiplah” pembicaraan orang di restoran. Perhatikan bagaimana dinamika vokal mereka berfluktuasi: lebih keras, lebih lembut. Juga perhatikan obrolan itu berubah-ubah arah dan bagaimana tingkat lagu kalimat (range of inflection) mereka melebar. Mengatasi Gugup. Mulut Anda kering, jantung berdebar, dan lutut bergetar. Anda pun panik! Ya, Anda gugup (nervous). Lantas harus bagaimana? a. Tarik nafas yang dalam (deep breath) – penuhi tubuh Anda dengan oksigen. Ini akan membantu otak Anda bekerja. b. Gerakkan badan Anda (bluff). Berdiri tegak, layaknya tentara berbaris dengan bahu dan dada yang tegap. Lalu tersenyumlah! Meskipun Anda tidak merasa bahagia atau percaya diri, lakukanlah. Anda akan tampak percaya diri dan tubuh Anda akan “mengelabui” otak Anda untuk berpikir bahwa ini adalah percaya diri. Bluff - body and smile c. Jaga agar mulut dan tenggorokan Anda tetap basah. Siapkan selalu air mineral, jangan sampia mulut dan tenggorokan Anda kering. d. Lancarkan aliran darah dengan memijat dahi. e. Pastikan Anda sudah siap. Siapkan bahan pembicaraan, pahami tema atau naskah. Teknik Vokal. Penyiar harus lancar bicara dengan kualitas vokal yang baik. Teknik vokal yang diperlukan antara lain kontrol suara (voice control) selama siaran, meliputi pola titinada (pitch), kerasnya suara (loudness), tempo (time), dan kadar suara (quality). Diafragma. Kualitas suara yang diperlukan seorang penyiar adalah “suara perut”, suara yang keluar dari rongga badan antara dada dan perut –dikenal dengan sebutan “suara diafragma”. Jenis suara ini akan lebih bertenaga (powerfull), bulat, terdengar jelas, dan keras tanpa harus berteriak. Untuk bisa mengeluarkan suara diafragma, menurut para ahli vokal, bisa dilakukan dengan latihan pernafasan, antara lain: a. Ucapkan huruf vocal A, I, U, E, O dengan panjang-panjang. Contoh: tarik nafas, lalu suarakan AAAAAaaaaaaaaaaaaa… (dengan bulat), terus, sampai habis nafas. Dilanjutkan lagi untuk huruf lainnya. Suarakan AAAAaaaaaaa… dari nada rendah, lalu naik sampai AAAAaaaaaaa… nada tinggi. b. Ambil napas pelan-pelan. Ketika diafragma dirasa udah penuh, buang pelan-pelan. Untuk menambah power, buang
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
155
nafas itu, hela dengan cara berdesis: ss… ss… ss… (putusputus), seperti memompa isi udara keluar. Akan tampak diafragma Anda bergerak. c. Saat mengambil napas, bahu jangan sampai terangkat. Kalau terangkat, berarti Anda bernapas dengan paru-paru. Contoh: ketika orang sedang ambil napas mendadak karena kaget, ia akan mengambil napas dengan paru-paru. Makanya, orang kaget suka megang dada. Intonasi. Intonasi (intonation) adalah nada suara, irama bicara, atau alunan nada dalam melafalkan kata-kata, sehingga tidak datar atau tidak monoton. Intonasi menentukan ada tidaknya antusiasme dan emosi dalam berbicara. Misalnya, mengucapkan “Bagus ya!” dengan tersenyum dan semangat, akan berbeda dengan mengucapkannya dalam ekspresi wajah datar, bahkan nada sinis. Latihan intonasi bisa dengan mengucapkan kata “Aduh” dengan berbagai ekspresi –sedih, kaget, sakit, riang, dan seterunya. Aksentuasi. Aksentuasi (accentuation) adalah logat atau dialek. Lakukan penekanan (stressing) pada kata-kata tertentu yang dianggap penting. Misal, “Saat sakit, tindakan terbaik adalah dengan minum obat”; atau “Saat sakit, tindakan terbaik adalah dengan minum obat”; “Saat sakit, tindakan terbaik adalah dengan minum obat”. Aksentuasi dapat dilatih dengan cara menggunakan “konsep suku kata” -dan, yang, di (satu suku kata); minggu, jadi, siap, Bandung (dua suku kata); bendera, pendekar, perhatian (tiga suku kata); dan sebagainya. Ucapkan sesuai penggalan atau suku katanya! Speed. Gunakan kecepatan (speed) dan kelambatan berbicara secara bervariasi. Kecepatan berpengaruh pada kejelasan (clarity), juga durasi. Kalo waktu siaran sudah mepet, kecepatan diperlukan. Artikulasi (articulation), yaitu kejelasan pengucapan kata-kata. Disebut juga pelafalan kata (pronounciation). Setiap kata yang diucapkan harus jelas, misalkan harus beda antara ektrem dengan eksim. Seringkali, dijumpai kata atau istilah yang pengucapannya berbeda dengan penulisannya, utamanya kata-kata asing seperti “grand prix” (grong pri), atau namanama orang Barat — -”Tom Cruise” (Tom Cruz), George Bush (Jos Bus), dan banyak lagi. Be Yourself. Keaslian (naturalness) suara harus keliar. Bicara jangan dibuat-buat. Anda harus menjadi diri sendiri, be yourself, tidak meniru orang lain. Ceria. Kelincahan (vitality) dalam berbicara sehingga dinamis dan penuh semangat, cheerful! Anda harus ceria
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
156
selalu. Jangan lemas, lunglai, nanti terkesan tidak mood, apalagi ”judes”! Ingat, penyiar adalah penghibur, entertainer! Hangat. Keramahtamahan (friendliness) sangat penting. Anda harus sopan, hangat, dan akrab. Penyiar profesional menjadi teman dekat bagi pendengar. Disarikan dari Romli (Romeltea). Materi Workshop ‘Menjadi Penyiar Profesional’ LDM UIN SGD Bandung, 6 Juni 2007. 7.
Script Writer Sebagai bawahan News Director, Script Writer (Penulis Naskah) bertugas mengedit naskah yang akan digunakan oleh penyiar dan menyiapkan naskah-naskah pendukung yang barangkali diperlukan dalam siaran (misalnya sebagai selingan saat jeda pemutaran lagu). Oleh karena itu SDM penulis naskah harus mampu membuat/menulis, membaca, menganalisis /mengevaluasi serta mengedit naskah. Pengetahuan yang diperlukan untuk mencapai kemampuan tersebut telah dibicarakan pada bab jurnalistik penyiaran.
8.
Public Relation Public Relation (Humas) bertugas menjembatani antara pihak radio dan pihak luar, misalnya ada proposal kerjasama dengan pihak luar maka ia yang mengkoordinasikannya dengan Program Director dan Marketing Manager. Selain itu ia berkewajiban membangun citra positif stasiun radionya. Oleh karena itu SDM bagian humas harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat secara personal maupun secara kelompok, untuk mendukung pelaksanaan tugas kehumasan. Bidang tugas kehumasan adalah melaksanakan sosialisasi dan mengkomunikasikan segala yang ada/dimiliki oleh lembaga/perusahaan kepada masyarakat. Dengan demikian SDM humas merupakan sumber informasi bagi masyarakat tentang perusahaan tersebut misalnya visi, misi, potensi, program dan produk yang dimiliki. Guna mendukung kompetensi yang diharapkan, SDM humas harus memahami teknik komunikasi yang etis dengan sesama orang (human relation) maupun kepada masyarakat luas (public relation). Memahami etika komunikasi antar manusia sangat mendukung kemampuan komunikasi publik. Keterampilan berkomunikasi yang baik telah banyak dibahas pada bab III, diantaranya tentang presentation skills.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
157
9.
Off Air Division Bagian ini bertanggungjawab atas penyelenggaraan acara-acara off air, pengoperasian On Board Van dan Mobile Stage serta menangani Branding (Promosi dan pembentukan citra positif stasiun radio).
10. Pendukung Bagian pendukung ini biasanya tidak terlibat langsung dengan proses siaran akan tetapi dibutuhkan oleh perusahaan pemilik stasiun radio, misalnya administrasi, keuangan, keamanan, dsb. G.
Teknik Siaran Radio 1.
Siaran Langsung Siaran langsung atau Live adalah siaran yang proses produksi sampai dengan pemancaran dilakukan pada saat itu juga (real time). Contoh : upacara peringatan kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus, siaran pandangan mata pertandingan sepakbola Indonesia vs Arab Saudi, siaran langsung panggung musik dari Ancol dengan bintang Peterpan, dsb. Siaran langsung dapat diselenggarakan di dalam studio atau di luar studio, tergantung dari acara yang akan disiarkan secara langsung tersebut berada di mana. Misalnya acara tersebut adalah upacara pengibaran bendera tgl 17 Agustus yang diadakan di halaman istana negara, maka crew radio akan memasang studio mini di sana. Artinya peralatan audio yang dibutuhkan dibawa di istana negara termasuk pesawat pemancar untuk mengirim sinyal acara ke stasiun induk untuk disebarluaskan ke seluruh wilayah jangkauan pemancar.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
158
VIP
HALAMAN ISTANA NEGARA TEMPAT UPACARA BENDERA HUT RI
PEMANCA R
STUDIO MINI RADIO
Gambar 59. Ilustrasi siaran langsung pandangan mata HUT RI di Istana Negara Pada siaran langsung peralatan yang dibawa minimal adalah mic, mixer audio, amplifier, alat perekam tape recorder/kaset recorder, Kaset player dan pesawat pemancar lengkap dengan antenenya. Peralatan pendukung seperti kabel power kabel audio dan genset. Crew secara minimal harus ada reporter yang melaporkan pandangan matanya satu atau dua orang, operator dan tenaga teknik. Reporter melaporkan apa yang dilihat dan jalannya upacara didepan mic yang dihubungkan ke mixer pada mixer dicampur dengan suara musik (perjuangan). Output mixer disalurkan ke amplifier untuk diperkuat dan disalurkan ke tape recorder untuk direkam dan ke pemancar untuk dipancarkan kestudio pusat melalui antene directional dan langsung diterima antene stasiun pusat dan diteruskan ke pemancar pusat untuk disiarkan secara luas. 2.
Siaran Tidak Langsung Siaran tidak langsung adalah siaran yang proses produksi dilakukan dahulu baru kemudian pada waktu berikutnya disiarkan. Jadi proses produksinya dilakukan di studio rekaman
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
159
sehingga dihasilkan produk penyimpan audio, bisa berupa kaset atau mp3 atau naskah yang harus dibacakan oleh penyiar
VIP
HALAMAN ISTANA NEGARA TEMPAT UPACARA BENDERA HUT RI
STUDIO MINI RADIO
Gambar 60. llustrasi siaran tidak langsung pandangan mata HUT RI di Istana Negara Untuk siaran yang tidak langsung, peralatan yang tidak dibawa hanya pesawat pemancarnya karena akan disiarkan lain waktu. Seperti proses siaran langsung tetapi hanya direkam pada tape recorder. Hasil rekamannya dibawa ke studio untuk disempurnakan dan penyiarannya dengan cara memutar kembali tape hasil rekaman dan output tape recordernya disalurkan ke pemancar untuk dipancarkan secara luas. Program ini disebut siaran ulang/tunda. 3.
Menggunakan sistem peralatan audio Kualitas audio yang tinggi merupakan tujuan dan harapan dari sistem peralatan audio, sehingga penggunaan yang baik dari sistem peralatan audio dituntut untuk menghasilkan kualitas audio yang baik. Audio yang berkualitas baik adalah audio yang memiliki power yang cukup, warna suara yang baik, keharmonisan antara nada bass dan treble, dinamis, intonasi dan artikulasi jelas, tidak mengandung derau/noise dan sebagainya. Oleh karena itu perlu digunakan peralatan yang
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
160
berkualitas baik juga, disamping penggunaan peralatan yang memiliki impedansi matching. Misalnya antara mic dengan amplifier harus match impedansinya, sehingga dapat menghasilkan produk audio yang maksimun tanpa hambatan. Antara amplifier dengan speaker juga demikian agar kualitas suara baik. Ketidak cocokan impedansi akan menyebabkan pembebanan pada peralatan sehingga peralatan bekerja di luar karakteristiknya, sehingga akan menghasilkan produk audio yang kurang berkualitas. Informasi besarnya impedansi dapat diamati pada nameplate setiap peralatan. Disamping peralatan kadang-kadang kesalahan timbul dari pengguna yaitu operator dan obyek/penyiar. Menggunakan mic misalnya, harus mengetahui karaktristik setiap jenis mic yang digunakan. Jarak antara mic dengan mulut, arah mic terhadap mulut akan sangat berarti dalam pengaturan sinyal audio yang dapat ditangkap oleh mic. Sinyal audio ini menjadi masukan amplifier, selanjutnya diolah nada tinggi, medium dan bassnyaa melalui equaliser dan diperkuat sehingga memiliki power yang cukup untuk menggerakkan speaker. Kesalahan pada umumnya yang terjadi oleh operator adalah karena pengaturan yang tidak tepat, selalu mengubah-ubah pengaturan baik sinyal masukan maupun nadanya sehingga kadang-kadang menimbulkan suara dengung, derau sehingga produk audionya menjadi tidak berkualitas. Pada hal dengan pengolahan yang cermat dan tepat, suara masukan yang kurang baikpun bisa menghasilkan produk yang baik. Hasil audio dari amplifier disalurkan ke speaker dan atau ke tape recorder untuk direkam pada pita tape. Pada studio menggunakan pitatape paling tidak terdiri dari 8 - 16 track/jalur. Pada perekaman musik track-track tersebut digunakan oleh setiap alat music satu jalur dan satu jalur untuk penyanyi /vocal. Hal ini akan sangat menguntungkan, karena kesalahan pada satu alat musik tidak harus rekaman ulangan semua; tetapi hanya alat yang salah itu saja. Biasanya pada rekaman music, music direkam terlebih dahulu. Setelah rekaman musicnya benar baru penyanyi vokalnya direkam bersamaan mendengarkan playback musik yang telah direkam lebih dulu. Kadang-kadang rekaman vokal ini dilakukan berulang-ulang karena kesalahan penyanyi. Untuk menggabungkan materi rekaman audio pada setiap track dengan kerangka/frame perlu dilakukan secara cermat. Yang harus diperhatikan adalah patokan waktu. Counter dari recarder akan membantu dengan menggunakan resett to zero pada saat record mulai on dan dalam hitungan ke 5 musik on. Hal ini akan memudahkan operator untuk memindahkan rincian
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
161
soundtrack kedalam referensi frame. Memadukan hasil rekaman dari beberapa track menjadi satu. Setelah benar benar padu baru direcord kembali menjadi stereo atau mono. Dalam hal memadukan ini harus cermat, karena adanya suara ulangan. Suara ulangan ini harus dapat digabungkan dengan tepat ditempatnya. Caranya adalah dengan menpaskan start awal recordnya sambil mendengarkan playback hasil record masternya. Dengan cara ini suara ulangan tinggal menyesuaikan temponya. Hal ini kalau terdapat kesalahan seluruhnya, bila kesalahannya hanya sebagian maka pengulangan hanya pada bagian yang salah saja dengan cara menandai bagian awal dan akhir dengan counter tape. Dalam berbagai hal lain kadang-kadang suara ulangan ini diperlukan oleh karena itu materi suara ulangan ini perlu disimpan, sewaktu-waktu bisa dikompilasi/diambil yang diperlukan untuk dimanfaatkan. Agar supaya kulitas produksi audio bisa dijaga, maka sistem peralatannya harus dirawat dengan baik. Dijaga dari debu, suhu tinggi, kelembabam udara. Hal ini berarti peralatan harus selalu bersih bebas dari debu, diletakkan pada ruang ber AC, dan setiap hari dihidupkan agar komponen elektronisnya tidak lembab. Disamping itu perawatan bateray, membersihkan Head, roller pada tape recorder harus menjadi kegiatan sehari-hari. H.
Materi Program Siaran Radio 1.
Merancang Format Program Siaran Radio Berdasarkan pada teknik siarannya ada 2 macam teknik siaran, yaitu : Teknik Ad Libitum dan Teknik Script Reading. Berdasarkan pada teknik siaran tersebut bisa ditentukan format program siaran. Pada teknik Ad Libitum, yaitu siaran tanpa naskah dimana penyiar berbicara santai, tanpa tekanan dan beban maka perlu dibuat format siaran supaya tidak ngelantur. Format ini harus dipatuhi oleh penyiar, misal lama bicara maksimum 5 menit, perbandingan musik dan bicara 2 : 1, informasi yang diangkat mengenai teknologi maka format ini harus dijadikan pegangan penyiar supaya sesuai dengan program siaran. Biasanya untuk memudahkan penyiar membaca format program siaran dibuat dalam format Clock, yaitu dalam bentuk jam dimana persentasenya diwakili dengan bagian-bagian sudut lingkaran jam. Pada Teknik siaran Script Reading, yaitu siaran dengan cara membaca naskah karena biasanya naskah sudah diukur
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
162
durasinya maka format program siarannya tidak perlu lagi harus ditulis detil, penyiar tinggal baca naskah di situ sudah sudah ditulis kapan mesti berhenti untuk lagu atau iklan. Format setiap jenis sangat perlu direncanakan, agar proses siaran lancar dan mengalir. Untuk merencanakan format siaran perlu diperhatikan durasi atau lama siaran, materi siarannya, musik yang akan digunakan sebagai selingan, backsound, kapan dan berapa lama penyiar berbicara baik secara formal maupun nonformal, berapa banyak iklan yang harus disiarkan dan dimana ditempatkan dan sebagainya. Dalam membuat perencanaan format juga harus memperhatikan kemauan pendengar/pasar. Hal ini tentunya adalah usaha menaikkan rating/jumlah pendengar, yang akhirnya akan menjadi daya tarik pemasang iklan. Pelaksanaan siaran dengan format yang telah dirancang harus dimonitor dan dievaluasi sejauh mana format tersebut efektip. Bila ternyata kurang efektip, maka format tersebut harus direvisi. 2.
Jenis-jenis Program Siaran Radio Secara garis besar Program Siaran radio terdiri dari Music Program, Talkshow dan News Program. Meski demikian pada prakteknya suatu program siaran biasanya merupakan kombinasi (mix) dari 2 atau 3 jenis siaran tersebut. Music Program – Program yang menyiarkan musik untuk menghibur pendengar. Biasanya dibuat format sesuai jenis musiknya dan jarang sekali dicampur untuk berbagai jenis musik. Misalnya siaran khusus untuk musik keroncong, pop, jass, dangdut, campursari, barat, Indonesia dan sebagainya. Secara umum siaran program musik dirancang dengan format : kontak / bicara dg pendengar; menyuguhkan musik; selingan iklan dan dilanjutkan pemutaran lagu berikutnya. Judul lagu biasanya sudah ditetapkan dan disiapkan oleh penyiar sebelumnya. Dengan perkembangan yang ada sekarang ini dirancang lebih memperhatikan pendengarnya yaitu dirancang format pilihan pendengar, bahkan dirancang format siaran interaktif antara penyiar dan pendengar melalui komunikasi telepon dan radio. Talkshow – Dialog interaktif atau wawancara langsung (live interview) di studio dengan narasumber, atau melalui telepon. Dalam ini telah dikembangkan menjadi program diskusi interaktif yang melibatkan narasumber dan peserta baik yang ada di dalam studio maupun pemirsa di rumah. Penyiar dalam hal ini bertindak sebagai pemandu acara dan bahkan sebagai moderator. Oleh karena itu harus dilakukan oleh
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
163
penyiar yang memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang tema/masalah yang dibicarakan, mampu mengelola waktu yang tersedia dan mampu mendistribusikan secara adil dan merata serta mampu membuat kesimpulan. Talkshow umumnya didisain dengan format : Pembukaan yang diisi dengan perkenalan narasumber maupun peserta; sesi/segmen pertama yang mengupas subtema pertama; jeda untuk iklan, selingan; sesi/segmen kedua yang mengupas subtema kedua; jeda iklan, selingan dan seterusnya sampai selesai dan ditutup dengan penyampaian kesimpulan dan salam. Program News terdiri dari: Buletin (Paket berita) – Berisi rangkaian berita-berita terkini (copy, straight news) –bidang ekonomi, politik, sosial, olahraga, dan sebagainya; lokal, regional, nasional, ataupun internasional. Durasi 30 menit atau lebih.Durasi bisa lebih lama jika diselingi lagu dan “basa-basi” siaran seperti biasa. News Insert – insert berita. Berisi informasi aktual berupa Straight News atau Voicer. Durasi 2 - 5 menit tergantung panjang-pendek dan banyak-tidaknya berita yang disajikan. Biasanya disajikan setiap jam tertentu. Bisa berupa breaking news, disampaikan penyiar secara khusus di sela-sela siaran non-berita. Majalah Udara — Berisi straight news, wawancara, dialog interaktif, feature pendek, dokumenter, dan sebagainya. Program News biasanya dirancang dengan format siaran berita: Tune pembuka; penyampaian bidang pemberitaan dengan backsound musik diteruskan dengan pembacaan isi berita; penyampaian bidang berita yang lain; pembacaan isi berita dilanjutkan dengan ulasan berita dan penutup program. I.
Merencanakan Jadwal Siaran 1.
Program Harian Untuk mengoperasikan sebuah stasiun setiap hari maka biasanya dibuat program acara harian, dimana crew sudah menyiapkan nama acara berikut slot iklan dan lagu jika diperlukan. Berikut ini contoh program harian sebuah stasiun radio.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
164
Tabel 4. Contoh Jadwal Siaran radio 08 November 2007 00.0 - 01.00 05.00 - 07.00 07.00 - 09.00 09.00 - 10.00 10.00 - 12.00 12.00 - 13.00 13.00 - 14.00 14.00 - 15.00 15.00 - 16.00 16.00 17.00 19.00 21.00 22.00
J.
-
17.00 19.00 21.00 22.00 00.00
Program
Penyiar
Hot Request [ Dj : Shani, Shanty ] Good Morning Youngsters [ Dj : Ella, Shanty ] Citra Kota [ Dj : Shanty ] Sasanastri [ Dj : Shanty ] Tancap Gas [ Dj : Sanny ] Rolasan [ Dj : Shani ] BaRolasan [ Dj : Shanty ] Musik Ngaso [ Dj : Shani ] GARISAN (GAulnya paRa sISwa sekolahaAN)[ Dj : Reno, Tyas ] Musik Ngaso [ Dj : ] Gita Pertiwi [ Dj : Thomas ] Andrawina [ Dj : Ulin ] TTK [ Dj : Dimas ] Kedai 24 [ Dj : Shani, Shanty ]
2.
Program Mingguan Program mingguan adalah program siaran yang harus dijalankan rutin tiap minggu, wujud penjabarannya dilakukan pada program harian.
3.
Jadwal Siaran Radio Jadwal siaran mirip dengan program harian (contoh di atas), biasanya lebih spesifik ditujukan kepada crew yang harus siap untuk suatu jam tertentu.
Produksi Program Siaran Radio 1.
Peralatan dan Bahan Produksi Audio Microphone adalah alat bantu yang merubah getaran suara menjadi getaran listrik. Microphone merupakan input utama dari peralatan audio, karena peka terhadap getaran suara maka tata letaknya menjadi perhatian khusus agar suarasuara yang tidak diperlukan tidak masuk ke dalam microphone dan mengganggu suara yang kita perlukan. Berdasarkan pada
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
165
media perambatannya maka microphone dibagi menjadi 2, yaitu : wiring mic (menggunakan kabel) dan wireless mic (tanpa kabel). Berdasarkan pada arah penangkapannya microphone dibagi menjadi 3, yaitu : a. Uni Direct (satu arah) Microphone yang wilayah penangkapan suaranya hanya dari arah di depannya saja. Cirinya adalah bentuknya ramping, dipergunakan untuk wawancara agar dari arah depan saja yang tertangkap suaranya. b. Omni Direct (segala arah) Microphone yang wilayah penangkapan suaranya dari segala arah. Cirinya adalah bentuknya tidak terlalu ramping, sensitivitasnya rendah dan biasanya digunakan untuk membuat general sound. c. Bi Direct (2 arah) Microphone yang wilayah penangkapan suaranya dari 2 arah. Cirinya adalah sensitivitasnya rendah, dipergunakan untuk membuat rekaman live agar dapat menangkap suara dari arah depan dan belakang. Berdasarkan pada typenya microphone dibagi menjadi 3, yaitu : a. Dynamic Microphone, adalah microphone yang menggunakan prinsip kerja induksi. Getaran suara menggerakan membran/diafragma, getaran yang dihasilkan membran menggerakan moving coil yang berada dalam medan magnet sehingga akan menyebabkan timbulnya arus listrik. Arus listrik yang dihasilkan seirama dengan getaran suara yang diterima. Dynamic microphone memiliki ciri : tidak memerlukan catudaya, berat (karena ada trafo), Respon Frekuensi lebih rendah dibanding Microphone Condensor dan dapat menangkap suara dari instrumen yang keras (drum, trompet, dsb). b. Carbon Microphone, adalah microphone yang menggunakan prinsip kerja nilai hambatan/resistor (berbahan arang) yang berubah-ubah. Getaran suara yang dihasilkan akan menggerakkan membran/diafragma, getaran membran menghasilkan kerapatan dan kerenggangan arang sehingga akan menghasilkan perubahan nilai hambatan pada lilitan primer. Sehingga perubahan arus listrik yang dihasilkan lilitan sekunder akan sebanding dengan perubahan getaran suara yang diterima. Carbon Microphone memiliki ciri : catu daya besar, berat (karena ada trafo), Respon
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
166
Frekuensi lebih rendah dibanding Dynamic Microphone, contohnya adalah telepon rumah. Condensor Microphone, adalah microphone yang menggunakan prinsip kerja condensator. Getaran suara menggetarkan membran/diafragma, getaran yang dihasilkan menggerakan maju/mundur lempeng penghantar pada condensator sehingga menghasilkan perubahan nilai kapasitansi sesuai dengan getaran suara yang diterima oleh membran. Perubahan nilai kapasitansi diubah menjadi perubahan isyarat listrik yang kemudian diperkuat dengan pre-amp sehingga dapat dipakai sebagai input audio. Condensor Microphone memiliki ciri : perlu catu daya, Respon Frekuensinya flat, sensitivitas tinggi, noise rendah, membutuhkan pre-amp untuk mencocokkan impedansi capsul condensor dengan low impedance input.
c.
Tabel 5.
Jenis tegangan dan resistensi pada mikropon
No.
Tegangan
Resistansi
1
12 Volt
680 Ω
2
24 Volt
1200 Ω
3
48 Volt
6800 Ω
Berdasarkan pada tata letak yang disesuaikan dengan fungsinya secara garis besar terdapat 3 jenis, yaitu : a. Mikrofon untuk announcer, sebaiknya digunakan Condensor Microphone dengan pola tangkapan uni directional. Diletakkan kira-kira 15-30 cm di depan mulut. Perlu diperhatikan keras atau pelan sumber suara dibandingkan dengan kondisi akustik ruang dan gangguan sekitar. b. Mikrofon untuk dialog, 1 mic untuk untuk 2 pembicara yang berdampingan akan berakibat keduanya harus duduk merapat selain itu jika volume suara keduanya tidak sama akan membuat operator kesulitan mengaturnya. Sebaiknya posisi duduknya berseberangan dengan menggunakan mic yang memiliki pola tangkapan bi directional.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
167
c.
Mikrofon untuk drama, 1 mic untuk 2 pemain (biasanya bi directional atau omni directional). Supaya mic tidak terlihat oelh penonton digunakan Gun Microphone dengan pola patern super cardioid. Mic digantung pada ketinggian tertentu pada boom stand dengan sudut sekitar 30o pada pembicara maka perlu boomer yang bertugas menjaga posisi mic sehingga didapat hasil yang maksimal.
Disamping micropon peralatan produksi audio diantaranya alat sumber audio yang akan direkam, mixer, equalizer, amplifier, headpoe/speaker, audio tape recorder (multi trax) atau komputer. Bahan Produksi Audio. Adalah bahan yang digunakan untuk menyimpan audio yaitu pita tape dalam bentuk roll atau kaset audio blank. Sedangkan bahan lain sebagai perlengkapan pendukung seperti bateray untuk mic dan untuk peralatan lainnya. Dan sebagainya. 2.
Membuat naskah program Radio Naskah dalam pengertian ini adalah hasil karya pengarang yang dituangkan ke dalam tulisan kemudian disajikan dalam bentuk program. Hal yang perlu diperhatikan dalam naskah adalah : Identitas Naskah, hal ini sangat penting karena berisi informasi mengenai jenis program, proses produksi, sound effect yang dubutuhkan. Nomor Urutan Dialog Antar Pemain, akan sangat berguna saat proses produksi karena jika terjadi kesalahan (kesalahan baca, kesalahan rekam) proses pengulangan akan dapat diketahui mulai dari mana dan berakhir di mana. Penulisan, gunakan huruf kecil kalimat yang disuarakan dan gunakan huruf kapital untuk keterangan atau perintah. Gunakan pula tanda baca dengan menggunakan garis miring / untuk koma, // untuk titik koma dan /// untuk titik pada bagian yang harus dibaca atau disuarakan. Gunakan sistem penulisan menggunakan bahasa yang baik dan benar
3.
Teknik Rekaman Audio Merekam adalah kegiatan mendokumentasikan informasi kedalam suatu media tertentu (kaset, CD) kemudian informasi ini dapat kita perdengarkan kembali untuk tujuan tertentu. Jenis audio yang direkam meliputi musik, sandiwara radio, wawancara, dsb. Hal – hal yang perlu dicermati saat siaran adalah: soundproof studio rekaman yang baik, hasil rekaman
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
168
bebas noise, artikulasi jelas,intonasi, keindahan, pengaturan microphone, sound effect yang sesuai, dan sebagainya.
micropon
orgen
Audio
Recorder
Mixer PU
Lainnya
Reverberator
Audio Monitor
Gambar 61. Skema blok sistem dan peralatan rekaman audio 4.
Teknik Editing Audio Editing audio biasanya dilakukan dengan cara mengambil dialog yang diperlukan untuk disiarkan. Setelah semua dialog yang dibutuhkan sudah diedit berikutnya diberi sound effect, hal ini diperlukan untuk mengatasi latar belakang suara yang patah-patah sebagai hasil editing. Secara umum sound effect meliputi : Background Sound, misalnya suara angin, air, burung, dsb agar mampu memberi kesan tertentu bagi pendengar. Hard Effect, meliputi suara keras, misal : ledakan gunung, tabrakan mobil, buka/tutup pintu, ledakan senjata, dsb. Biasanya suara-suara seperti ini sudah ada di sound library atau keyboard. Folley, yaitu merekayasa suara dengan cara tertentu sehingga menyerupai suara yang diinginkan, misal suara langkah kaki.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
169
Musik Illustrasi, biasanya direkam dulu di studio baru disinkronkan dengan yang lain saat editing. Ada juga yang direkam langsung saat adegan / dialog. Cara menyisipkan music ada beberapa cara, yaitu : Fade In & Fade Out :
Awal
Akhir
Stealing In & Stealing Out :
Awal
Akhir
Cut to : Musik Pertama
Musik Kedua
Cross Fade : Musik 1
Musik 2
Background : Teks/Narasi Musik Background (1/3 level) Gambar 62.
Sri Sartono
Musik
Transisi pada rekaman audio/musik
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
170
Cara mengedit kesalahan pembacaan teks bisa juga dengan cara pemotongan bagian pita kaset yang salah yaitu sebelum dan sesudah bagian yang salah tersebut, selanjutnya dilakukan penyambungan kembali dengan menggunakan selotip. Pemotongan dilakukan miring dengan membentuk sudut 45 derajat dengan menggunakan pisau silet yang tajam dan dibawah pita dilandasi dengan mal dari alluminium yang telah dipola memiliki lobang tipis dengan kemiringan 45 derajat dan lekukan horisontal memanjang sebagai tempat pita.
K.
5.
Mixing Mixing adalah proses dimana mencampur masing-masing track hasil rekaman sehingga dihasilkan satu produk rekaman. Misal sebuah lagu dimana suara vokal, suara keyboard, suara gitar, suara drum, suara bass masing-masing direkam dalam waktu yang berbeda ke dalam media yang berbeda juga tentunya kemudian dilakukan proses penggabungan, proses ini yang disebut dengan proses mixing.
6.
Produksi MP3 Mengingat bahwa saat ini teknologi komputer telah merambah ke berbagai bidang tidak terkecuali bidang radio broadcasting maka untuk menyimpan file rekaman (lagu, iklan, dsb) tidak lagi melulu dalam bentuk kaset akan tetapi lebih banyak dalam bentuk file yang sudah dimampatkan dan diberi nama mp3. Proses pembuatannya bisa dilakukan dengan mengubah file audio analog yang dimasukan ke input sound card komputer kemudian akan dikonversi ke dalam file mp3.
Perpustakaan Audio/Discotique 1.
Program Program-program yang telah/pernah disiarkan sangat penting untuk disimpan dan diadministrasikan dengan baik dan tertib. Hal ini sangat berguna bagi stasiun radio pemancar untuk digunanakan sebagai arsip dan sebagai bahan pengembangan untuk dikemas menjadi program siaran yang baru. Demikian pula dapat dipergunakan sebagai referensi untuk merencanakan program siaran baru yang menarik.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
171
L.
2.
Audio Music Penyiaran radio paling banyak menyiarkan acara hiburan jenis musik. Oleh karena itu stasiun radio harus memiliki persediaan segala jenis musik, lagu mulai dari yang lama sampai dengan yang baru. Disinilah pentingnya diskotik/perpustakaan audio. Dengan adanya perpustakaan musik akan memudahkan untuk materi siaran maupun produksi program.
3.
Sound effect Sound efek sangat diperlukan untuk pendukung produksi. Oleh karena itu perpustakaan juga perlu memiliki segala macam sound efek untuk menyediakan kebutuhan produksi program.
Iklan dan Pemasaran 1.
Pengertian Iklan Era Filosofi Pasar sebuah keniscayaan pemikiran yang sangat dibutuhkan pada masa sekarang ini. Era ini diprediksikan sebagai era yang penuh persoalan ekonomi yang tinggi bersamaan dengan munculnya fase pertumbuhan yang makin tidak menentu dan gonjang ganjing era otonomi daerah serta pasar global. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya tingkat persaingan di dunia usaha baik lokal, maupun global. Fenomena ini secara nyata dapat diamati yaitu semakin banyaknya perusahaan memasarkan produk melalui iklan diberbagai media massa . Iklan adalah salah satu alat pemasaran modern yang kegiatannya berlandaskan pemikiran konsep komunikasi untuk mendukung keberhasilan pemasaran. Hal yang terpenting agar komunikasi efektif di Radio dalam pencapaian sasaran yaitu : bagaimana pengaruh iklan terhadap minat pendengar, proses komunikasi dan pengambilan keputusan yang mempengaruhi perilaku, serta target pendengarnya. Iklan media elektronik radio menjadi alternatif pilihan yang menarik, disamping jangkauannya luas, juga ada unsur hiburan yang sangat mendukung pembentukan persepsi konsumen terhadap suatu produk, yang pada akhirnya dapat mengarah pada tindakan pertukaran guna memuaskan berbagai pihak yang terlibat dalam aktifitas pemasaran. Dr. Tony Schwartz, dalam penelitiannya bahwa seseorang akan lebih sering mangatakan, “Saya seorang yang lamban membaca,” tetapi tidak ada satu pun orang yang akan mengatakan, “Saya orang yang lamban dalam mendengarkan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
172
sesuatu.” Beliau juga menulis bahwa, dalam konteks lingkungan yang bagaimanapun juga, semua suara yang ada di dalam lingkungan tersebut akan masuk ke dalam pendengaran mereka. Kita bisa saja menutup mata kita karena kita memiliki kelopak mata. Tetapi kita tidak bisa menutup mata kita karena kita tidak memiliki “kelopak telinga”…Kita tahu bahwa (dalam konteks pendengaran) otak akan selalu mencatat suatu suarasuara yang melintas dengan cepat, tetapi otak kita juga selalu mengingat pencatatan atas suara sebelumnya dan sekaligus mengantisipasi suara-suara yang akan segera datang atau terdengar. Berdasarkan data penelitian terhadap pendengar radio di Surabaya untuk mengetahui “ Seberapa besar pengaruh terpaan iklan radio terhadap minat khalayak? “. Penelitian ini menggunakan Grand Theory Psikologi Kognisi yaitu proses yang mengubah, mereduksi memperinci, menyimpan, mengungkapkan dan memakai setiap masukan (input) yang datang dari alat indera. Di samping menggunakan teori tersebut diatas dalam penelitian ini juga menggunakan teori SM-C-R sebagai applyed-nya. S adalah source yang berarti sumber, pada konseptual adalah Advertiser (Pemasang Iklan). M adalah Message yang berarti pesan, pada tingkat konseptualnya adalah Commercial Spot (Iklan). C adalah Channel artinya saluran atau media , pada tingkat konseptualnya adalah Radio (Radio Siaran) , dan R adalah receiver atau komunikan yang pada tingkat konseptualnya berarti Audience (Khalayak ). Pada penelitian ini terdapat variable X dan Variabel Y . Variabel X nya adalah iklan radio, sedangkan variable Y nya adalah minat khalayak, yang dimaksud dengan iklan radio disini yaitu terdiri dari elemen iklan (X1) : Gaya Pesan , Struktur Pesan , Presenter, dan Intensitas penyiaran iklan (X2 ). Sedangkan Y nya adalah minat khalayak yaitu kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu, dalam hal ini adalah iklan radio. Jenis Penelitian ini menggunakan Explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan penjelasan baik pengetahuan secara umum maupun pengetahuan secara khusus. Populasinya adalah Pendengar Radio di Surabaya, Teknik pengambilan sampel menggunakan “ Cluster Random Sampling “. Untuk menjawab dan menguji Penelitian : “ Pengaruh Terpaan Iklan Radio terhadap Minat Khalayak “ penulis menggunakan analisis kuantitatif: (1) Uji Validitas Instrumen Penelitian: terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk test dan nontest dengan pendekatan construct validity dan teknik uji yang digunakan adalah
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
173
korelasi Pearson – Product Moment, (2) Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian : digunakan teknik croanbach’s alpha (koefisien alfa), (3) Analisis Regresi Berganda: Pengujian multikolinearitas, Heteroskedastisitas, Autokorelasi, dan Normalitas. Kesimpulan dari hasil penelitian penulis Apa yang dicari dan didengar khalayak di radio ? jawaban umumnya: “ musik “. Kenyataannya, itu bukanlah jawaban tunggal. Minat khalayak sangat beragam. Sesuai kodrat saat radio lahir, orang juga ingin memperoleh informasi dari radio. Bahkan, saat asyik mendengarkan musik, tiba-tiba diinterupsi oleh informasi dengan pesan iklan, hal ini menjelaskan bahwa radio mampu melakukan banyak hal untuk khalayaknya. Perancangan dan pelaksanaan program komunikasi melalui keselarasan pesan yang ingin disampaikan dengan kekuatan jenis medium radio, harus mengacu kepada sasaran khalayak yang ingin diraih serta berlandaskan pada tujuan komunikasi, perupakan tolok ukur kesaktian radio untuk membujuk atau mempengaruhi khalayak. Oleh karena itu hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perencanaan suatu komunikasi yang efektif di media radio perlu mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan dari penerima pesan. Komunikasi tersebut hendaknya memberikan kepada penerima motif atau intensif untuk bertindak. Di samping itu, komunikasi seharusnya menguraikan secara akurat rangkaian tindakan apa yang diharapkan diikuti oleh khalayak penerima pesan. Itu sebabnya mereka yang berkecimpung di bidang promosi dan pemasaran, sebaiknya memahami konsep produk, merek dan periklanan. Dengan pemahaman ini akan mampu membuat usulan dengan suatu nilai tambah bagi produk tertentu yang sedang melakukan kampanye periklanan. Begitu pula dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa dalam mendengarkan radio, minat khalayak radio dalam mendengarkan iklan akan sangat dipengaruhi oleh elemen iklan serta intensitas penyiaran iklan tersebut. Hasil analisa data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa elemen iklan dan intensitas iklan yang disiarkan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat mendengar produk yang diiklankan. Elemen iklan memiliki hubungan yang kuat terhadap minat khalayak dari pada intensitas iklan yang ditayangkan, hal ini dapat dikaji dari nilai korelasi antara X1 (elemen iklan) dan Y (minat khalayak) yang lebih tinggi dari X 2 (Intensitas penyiaran Iklan) danY (minat khalayak). Secara statistik, setiap perbaikan atau peningkatan kualitas Elemen Iklan Radio (gaya, struktur, dan penyampai
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
174
pesan), maka Minat Khalayak akan meningkat 0.125. Dan dengan kondisi yang sama pula, setiap peningkatan Intensitas Penyiaran Iklan Radio (Frekuensi dan durasi) akan menyebabkan terjadinya penurunan Minat Khalayak 0.0512 kali. Hal ini sepertinya kontradiktif, karena terjadi penurunan Minat Khalayak ketika Intensitas Penyiaran Iklan Radio ditingkatkan. Namun hal ini boleh jadi karena dari survey di lapangan menunjukkan bahwa khalayak lebih senang atau tertarik mendengarkan iklan radio yang mempunyai kualitas yang baik dan iklan radio yang berkualitas tercipta jika elemen iklan radio sangat diperhatikan dalam pembuatannya. Dan masyarakat atau khalayak lebih cenderung bersikap kurang senang terhadap Intensitas Penyiaran Iklan Radio yang cukup tinggi, apalagi iklan yang diputar adalah iklan yang kurang bermutu. Dan dengan melihat bahwa 62 % “ tertarik dan berusaha mendengarkan seluruh iklan ditengah acara radio “, maka dapat disimpulkan bahwa penurunan minat khalayak karena peningkatan intensitas penyiaran iklan radio belum tentu dibenarkan, kecuali anggapan bahwa iklan yang disiarkan dengan intensitas penyiaran yang semakin meningkat adalah iklan yang kurang berkualitas. Sehingga secara garis besar dapat dikatakan bahwa minat khalayak sebenarnya sangat terpengaruh oleh iklan radio yang berkualitas dan mempunyai intensitas penyiaran yang tinggi, karena iklan yang menarik akan sangat disukai oleh khalayak. 2.
Fungsi Iklan Dari masa ke masa, peranan radio selalu penting. Bermunculannya berbagai media elektronik, termasuk maraknya Internet pun, tidak menenggelamkan radio sebagai salah satu media pilihan konsumen. Karenanya, iklan di radio tetap perlu untuk dipertimbangkan dalam integrated marketing communication (IMC) sebuah brand campaign. Pada pagi hari dan sore hari dimana sebagian masyarakat terjebak kemacetan lalu lintas, radio di mobil menjadi teman perjalanan yang menyenangkan. Breaking news dan obrolan santai dari para penyiar radio mengurangi stress yang dirasakan sepanjang perjalanan. Sulit bagi media lain untuk mendapatkan coverage setinggi radio pada jam-jam kemacetan lalu lintas ini. Disamping teve lokal yang sekarang sudah mulai menjamur, radio merupakan pilihan yang tepat untuk menjangkau konsumen di daerah tertentu, termasuk di pedalaman. Dengan memilih tipe program dan segmen radio yang sesuai, pengiklan bisa lebih fokus untuk mengekspose
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
175
brandnya ke tipe pendengar yang lebih segmented, baik itu dari segi usia, etnik maupun lifestyle tertentu. Kelebihan lain dari radio adalah lebih singkatnya waktu untuk mempersiapkan materi iklan. Materipun bisa dikemas/dibawakan dengan gaya bahasa sedemikian rupa sehingga sesuai dengan selera pendengar lokal. Salah satu tipe program radio yang mendapat rating tinggi adalah yang menyediakan interaksi langsung, baik itu antar pendengar maupun antar pendengar dan penyiar. Diskusi-diskusi interaktif ini punya magnet yang kuat karena terbukti memberikan banyak insight bagi pendengar untuk masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan di media lainnya. Materi iklan yang baik selain mampu untuk mendorong penjualan, juga merupakan citra kredibilitas brand dan perusahaan. Iklan radio yang efektif adalah yang mampu melibatkan pendengarnya. Engagement bisa diperoleh dari pemilihan kata-kata yang menarik atau humoris, dari komponen musik dan dari sound effect lainnya. Adakalanya, radio setempat juga menawarkan jasa untuk membacakan script iklan oleh penyiarnya. Ini bagus, karena mampu menepis kebosanan pendengar yang lelah dijejali iklan yang bertubitubi. Dengan gaya tersendiri, penyiar membacakan script iklan dengan renyah dan dibumbui cerita-cerita keseharian, sehingga lebih merasuk ke benak pendengar. Hanya saja, harus tetap dilakukan suatu monitoring khusus, untuk meyakinkan bahwa penyiar tidak terlalu jauh memodifikasi script yang dikemas untuk brand. Karena harganya yang relatif lebih murah, iklan radio bermanfaat untuk meningkatkan frekuensi eksposure sebuah campaign. Dengan tingginya frekuensi, awareness terhadap pesan yang disampaikan melalui media radio akan dengan cepat dibangun. Yang perlu diperhatikan adalah adanya sinergi antara pesan brand yang disampaikan lewat media radio dengan pesan brand yang disampaikan di media lainnya. Jangan sampai masing-masing media menyampaikan hal yang tidak berhubungan, bahkan bertentangan. Ada beberapa kelemahan media radio. Media ini kadang hanya dijadikan semacam latar belakang saja, sehingga kesannya diabaikan oleh pendengarnya. Oleh karenanya iklan di radio harus sering frekuensinya. Juga, iklan ini tidak memiliki visual, baik itu berupa gambar maupun teks, sehingga ada keterbatasan untuk menarik perhatian secara suara/audio. Kekurangan lainnya adalah tidak tersedianya banyak studi atau survei yang secara spesifik menunjukkan efektivitas iklan radio, sehingga pengiklan tidak punya support kuat untuk
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
176
mendukung keputusannya. Akan tetapi masih lebih banyak manfaat beriklan di radio dibandingkan kekurangannya. 3.
Jenis Iklan a. Iklan Layanan Masyarakat. Pesan untuk kepentingan masyarakat luas dan tidak berhubungan langsung dengan kepentingan produk pengiklan atau sponsor. Contoh: kesadaran lingkungan, pendidikan, kesehatan dan keselamatan umum, lembaga swadaya masyarakat, penghimpunan dana yang sejenisnya. b. Iklan komersial 1) Iklan Minuman & Produk Susu. Kopi, teh, creamer, minuman coklat/malt/ ringan, sari buah/sayur, air mineral, susu, yoghurt, mentega, keju dan sejenisnya. 2) Iklan Permen & Cemilan. Cokelat, permen, chewing gum, ice cream, biskuit, camilan/kudapan dan yang sejenisnya 3) Iklan Makanan & bumbu Masak. Daging, ikan, telur, sup, mie, beras, isi roti, makanan kaleng/segar/beku, makanan bayi, minyak goreng, gula, margarine, bumbu masak/penyedap dan yang sejenisnya 4) Iklan Properti & Bahan Bangunan. Perumahan, perkantoran, apartemen, genteng, keramik, ubin, marmer, saniter dan yang sejenisnya 5) Iklan Produk Kesehatan & Obat Bebas (OTC) Termasuk vitamin, makanan pelengkap (food supplement), minuman energi, jamu, larutan penyegar, produk diet (dietetic produk) dan yang sejenisnya. 6) Iklan Produk Perlengkapan Rumah Tangga. Mesin cuci, lemari es/pendingin, alat masak, microwaves, pecah belah, sendok garpu, meja-kursi, seprei, taplak meja, AC, bohlam dan yang sejenisnya 7) Iklan Perawatan Rumah Tangga. Pembersih, Pewangi, Pembasmi serangga, deterjen dan kaitan, penyegar udara, pembasmi hama, semir sepatu, peralatan kebun dan yang sejenisnya 8) Iklan Produk Elektrik, Komputer & Peralatan kantor. Peralatan Audio/Video, kamera Video/photo, mesin cetak, mesin Fax, mesin fotocopy, mesin penghancur kertas, lemari besi, alat tulis dan yang sejenisnya 9) Iklan Kosmetik Dekoratif. Alas bedak, kosmetik dekoratif wajah/rambut/tubuh
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
177
10) Iklan Produk Perawatan Pribadi. Pembersih,krem pelembab wajah/tubuh, sabun mandi, perawatan rambut, popok, pembalut wanita, parfum, busa cukur, kapas pembersih, tisu dan yang sejenisnya 11) Iklan Pakaian Aksesoris. Perhiasan, pakaian dan pakaian olahraga, pakaian dalam, sepatu/alas kaki, jam tangan, kacamata, tas/koper dan yang sejenisnya 12) Iklan Korporat. Identitas atau citra perusahaan/instansi dan bebas dari kandungan produk/jasanya 13) Iklan Otomotif & Kaitannya. Kendaraan bermotor, pelumas, perlengkapan audio/video mobil, ban, suku cadang dan yang sejenisnya 14) Iklan Hotel, Restaurant & Pariwisata, Termasuk biro wisata/perjalanan, jasa transportasi dan sejenisnya 15) Iklan jasa Keuangan dan Investasi, Termasuk Bank, Asuransi, Kartu Kredit, Produk Investasi, Reksadana, Rumah Gadai dan yang sejenisnya 16) Iklan Niaga. Grosir, pengecer, pasar swalayan, toserba, mall, penyewaan video/VCD/DVD, kantor pos, penyewaan mobil/motor, bengkel, optik, apotik, spa, salon, panti pijat dan yang sejenisnya 17) Iklan Media. Stasiun televisi/radio, surat kabar, tabloid, majalah, situs web dan wahana penyampai pesan lainnya 18) Iklan Promosi berhadiah. Menjanjikan pemberian hadiah dalam bentuk apapun yang dikaitkan dengan produk/jasa yang ditawarkan 19) Iklan Telekomunikasi. Jasa hubungan telekomunikasi lokal/internasional, perusahaan telekomunikasi, penyedia sarana hubungan internet, kartu telepon, kartu SIM dan yang sejenisnya 20) Iklan Rokok. Rokok kretek, rokok putih dan macam-macam rokok lainnya 21) Iklan Promosi Hiburan & kegiatan, Termasuk musik, tarian, teater, sinema, kuis, sirkus, film, sinetron, kegiatan olahraga, taman hiburan/rekreasi, program televisi, program museum, pameran seni, permainan komputer, CD/kaset/VCD/DVD dan sejenisnya
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
178
22) Iklan lain-lain. Produk/jasa lain yang tidak termasuk dalam kategori 1 s/d 22 di atas 23) Iklan Media Luar Ruang, Termasuk poster, ultravision, billboard, spanduk, iklan transit(iklan di bis/kereta dan alat tranportasi lainnya, halte, pelabuhan udara/laut dan sejenisnya), signboard dan Point of Sales (POS) dalam bentuk materi lepasan/tunggal 24) Iklan Media Non Konvensional (Inovatif). Iklan yang memanfaatkan medium yang tidak tradisional/konvensional. Termasuk jenis materimateri penunjang dan sejenisnya 25) Iklan Seri Media Cetak/Radio/Televisi/Media Luar Ruang. Iklan dari produk-produk yang termasuk dalam kategori 1-23, namun menggunakan minimum 3 (tiga) macam materi iklan yang saling berkaitan atau berkesinambungan dan dalam medium sejenis 26) Promosi/Pemasaran Langsung (Direct Promotion/ Marketing). Termasuk surat/materi satu dimensi atau lebih, iklan cetak/radio/televisi yang mengandung unsur kebutuhan konsumen untuk memberi jawaban/respon langsung melalui telepon/SMS/surat elektronik dan sejenisnya 27) Iklan di Internet & Mobile Phone. Segala iklan yang ditayangkan di internet, termasuk yang berbentuk banner, pop-ups, viral marketing, serta segala jenis promosi melalui mobile phone seperti SMS, MMS dan sejenisnya. Tidak termasuk dalam kategori ini situs web/WAP atau portal, maupun promosi dalam bentuk lampiran pada surat elektronik, kecuali jika didukung dengan bukti-bukti bahwa ia bersifat viral 28) Kampanye Periklanan Terintegrasi (Media Mix). Kampanye periklanan yang disiarkan pada minimum 3 (tiga) jenis media yang berbeda. 4.
Pemasaran Untuk menarik perhatian pendengar sekaligus pengiklan, radio wajib menunjukkan kredibilitasnya. Terkait usaha menjual produk jurnalistik, tantangan terbesarnya melindungi integritas independensi materi pemberitaan itu. Dalam konteks periklanan, karya jurnalistik berpeluang besar mengalami
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
179
konflik dengan target ekonomi radio. Menafikan independensi pemberitaan untuk menyenangkan sponsor iklan, mempercepat keruntuhan fondasi bisnis radio karena keputusan ini memperlemah integritas radio dan kebijakannya. Karya jurnalistik seharusnya ditentukan semata-mata melalui ‘kebijakan pemberitaan’. Sponsor karya pemberitaan tidak berhak mendikte atau mempengaruhi isi pemberitaan. Isi pemberitaan seharusnya nyata berbeda dibandingkan isi periklanan. Manajer berperan menyusun panduan berisi ketentuan hubungan pemberitaan dan penjualan yang harus dimiliki radio. Panduan berisi rambu-rambu tentang kebijakan karya pemberitaan yang boleh dan tidak diiklankan. Panduan dibuat tertulis dan dimiliki divisi pemberitaan maupun penjualan. Manajer berkewajiban menyamakan persepsi panduan ini antara divisi pemberitaan maupun penjualan dan kalangan periklanan. Fakta yang pernah terjadi: akibat panduan ini tidak terkomunikasikan dengan baik, kesimpangsiuran kebijakan pemberitaan dan periklanan, membuat radio pada posisi memalukan di hadapan pendengar dan klien periklanan. Yang harus diperhatikan pada hubungan pemberitaan dan pemasaran adalah : a. Apa dampak atau konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang bila radio membuat atau tidak membuat sistem dan prosedur hubungan pemberitaan dengan pemasaran ? b. Apa persepsi pendengar ketika mereka mendengar sponsor atau iklan dalam pemberitaan, termasuk advetorial. Bagaimana dengan kekhawatiran pendengar yang mempertanyakan kemungkinan iklan atau sponsor mempengaruhi kebijakan pemberitaan, atau nampaknya akan mempengaruhi isi pemberitaan. Akankah hal ini mengganggu citra dan reputasi radio c. Bagaimana manajer menjelaskan keputusan mengijinkan advetorial dan sponsor pemberitaan kepada pendengar, personil siaran dan pemberitaan di radio ? d. Apakah manajer akan menuangkan secara tertulis ketentuan hubungan pemberitaan dan pemasaran di radio, termasuk regulasi advetorial dan sponsor dalam pemberitaan ? Sementara pucuk pimpinan radio sebaiknya melakukan : a. Segera terlibat dalam proses pembuatan panduan advetorial, sponsor dan iklan dalam pemberitaan. Ia selanjutnya bertanggung jawab memastikan bahwa proposal divisi pemasaran tidak melanggar rambu iklan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
180
dalam pemberitaan, yang dapat mengganggu integritas radio. b. Melakukan kajian dan tinjauan ulang setiap kesepakatan periklanan atau sponsor dalam pemberitaan radio, terhadap kemungkinan yang mengganggu kredibilitas divisi pemberitaan, profesionalnya dan citra radio. c. Menjadi penentu akhir terhadap proses dan aplikasi advetorial serta iklan dalam pemberitaan radio. Siapapun di radio seyogyanya bertanggung jawab terhadap kredibilitas pemberitaan, sekaligus bisnis radio yang sukses. Radio dapat menjembatani pengertian antara seluruh unsur pemberitaan dengan unsur pemasaran melalui berbagai cara: Pucuk pimpinan dapat mengundang seluruh manajer divisi mengamati dan mendiskusikan produk pemberitaan. Manajer Pemberitaan berbicara di hadapan kelompok klien untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana kebijakan editorial dibuat. Manajer Pemberitaan dapat membuat presentasi berkala bagi professional pemasaran mengenai proses perencanaan, peliputan dan produksi pemberitaan. Bagi radio berkategori komersial (swasta), hak dan sekaligus kewajibannya adalah memproduksi siaran-siaran yang bermuara di pendapatan komersial. Apabila radio mengaku sebagai radio swasta, kegagalan terbesarnya adalah merugi ! Kecuali anda mengelola radio publik dan radio komunitas yang tidak mengandalkan iklan. Jurnalisme radio merupakan ranah yang memiliki batasan ketat, terutama mengenai kehormatan independensi, kejujuran dan kemandirian. Tugas radio swasta: mengawinkan keduanya sebagai sinergi harmonis tanpa harus mematikan jati diri keduanya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
181
BAB V PENYIARAN TV A.
Fungsi Siaran TV Telah kita ketahui bersama bahwa wilayah Negara Republik Indonesia merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari lima pulau besar dan ribuan pulau kecil yang tersebar di antara benua Asia dan Australia. Dengan Luas daratan sekitar 1,9 juta kilometer persegi yang didiami oleh jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa yang tersebar di sekitar 13 ribu pulau dengan kepadatan penduduk yang tidak merata. Hal ini merupakan faktor kendala dalam membina komunikasi antara pemerintah pusat dengan rakyat di seluruh wilayahnya dalam rangka pelaksanaan pembangunan bangsa. Hal ini mengakibatkan kesulitan dalam penyampaian informasi yang benar kepada masyarakat, karena informasi dapat direkayasa sedemikian rupa sehingga kebenarannya bisa diputarbalikkan. Apalagi masyarakat Indonesia yang tingkat pendidikannya relatip masih rendah sehingga sulit untuk menyeleksi informasi yang diterimanya. Dengan demikian akan menyebabkan terjadinya miskomunikasi dan ini akan mengakibatkan kerawanan-kerawanan. Dengan kemajuan teknologi di bidang elektronika komunikasi dan komputer sangat mendukung kemajuan dalam teknologi informasi. Sehingga kebutuhan akan informasi dalam kehidupan modern seperti saat ini dapat terpenuhi dengan pemanfaatan produk teknologi informasi. Produk-produk tersebut seperti : telex, facsimile, telepon, radio, televisi, jaringan komputer atau internet dan satelit. Hal ini sangat membantu mempercepat dan memperluas jangkaun arus informasi. Informasi yang masuk melalui media elektronik sulit dibendung dan disaring, oleh karena itu harus diatasi dengan mengimbangi dengan memberikan informasi dengan cara dan media yang sama. Dengan kemajuan bidang teknologi informasi yang sangat pesat membuat dunia terasa makin kecil dan transparan serta makin terasa cepat berubah. Apalagi dengan adanya isu globalisasi, batas-batas yang selama ini membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain menjadi makin tipis dan kabur. Bahkan saat ini informasi telah menjadi komoditi yang memiliki arti ekonomis, politis maupun strategis. Sehingga penguasaan dalam bidang informasi ini sangat diperlukan oleh bangsa Indonesia agar dapat maju dan berkembang tidak ketinggalan oleh bangsa lain di dunia. Media informasi TV merupakan media yang sangat efektif karena kandungan informasi yang ada dalam TV (gambar) jauh lebih besar dari pada media lainnya baik media cetak maupun
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
182
radio. Oleh karena itu di Indonesia perlu dibangun banyak stasiun pemancar TV sebagai sarana yang dapat mempererat persaudaraan, persatuan dan kesatuan bangsa, memberikan informasi yang cepat dan benar dan sebagai wahana hiburan serta untuk mencerdaskan bangsa. Dengan demikian Siaran TV memiliki arti dan fungsi yang sangat penting untuk penyampaian informasi dari pemerintah maupun dari sumber-sumber yang lain untuk kepentingan nasional maupun regional. Informasi dari pemerintah berupa berita-berita pembangunan diseluruh wilayah Negara, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengetahuan dan memotivasi masyarakat untuk membangun daerahnya. Demikian pula masyarakat perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kehidupan dan kemajuan negaranya sebagai upaya melakukan pendidikan politik masyarakat. Informasi yang berupa hiburan yang diwujudkan dalam bentuk pengembangan kesenian, budaya, dan pendidikan. Hal ini dapat mendukung dalam mencerdaskan bangsa serta untuk membendung masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Informasi yang berupa intertainment juga sangat diperlukan dalam membawa bangsa mampu memasuki kehidupan yang lebih modern. B.
Jenis informasi pada siaran TV. Terdapat berbagai jenis siaran Televisi, yang dapat dikelompokkan menjadi : 1. Berita. Beberapa stasiun siaran TV mengemas berita ini sesuai dengan selera masing-masing. Misalnya dengan menamakannya program liputan. Berdasarkan waktu siarnya lalu dikenal dengan nama liputan pagi, liputan siang, liputan petang dan liputan malam. Ada juga yang memberikan nama berita pagi, berita nusantara, berita siang, berita nasional dan berita malam. Ada pula yang menamakan topic pagi, topic siang, topic petang dan topic malam. Demikian pula yang menamakan focus, seputar Indonesia, expose, redaksi, metro hari ini dansebagainya. Informasi jenis berita ini juga dapat dikemas menjadi bentuk dialog seperti dialog pro dan kontra, dialog perikanan dan kelautan, dialog ekonomi, politik dan sebagainya. 2. Hiburan. Siaran hiburan ini juga dikemas secara sangat variatif oleh setiap stasiun siaran TV. Misalnya film, sinetron, musik, kesenian, drama dan sebagainya. Film dapat dibedakan menjadi film anak-anak, dan untuk orang dewasa, Fim cerita, legenda, komedi dan sebagainya. 3. Entertaintmen. Jenis ini juga tergantung setiap stasiun siaran TV dalam mengemas program ini. Mereka saling menyuguhkan yang terbaik dan berusaha membuat semenarik mungkin untuk
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
183
merebut pemirsanya. Hal ini kita sadari dan maklumi karena saat ini telah banyak stasiun penyiaran TV dengan kualitas dan karakternya masing-masing. Sebagai contoh acara ini adalah Dorce Show, Empat Mata, Kasak-Kusuk, Kiss, Gosip, Wisata Kuliner, Kuis dan sebagainya. 4. Iklan. Terdapat dua kelompok iklan yaitu iklan layanan masyarakat dan iklan produk barang tertentu dengan tujuan profit/ mencari keuntungan. Iklan layanan masyarakat seperti hemat energi, beralih dari minyak tanah ke kompor gas dan sebagainya. Iklan yang profit misalnya rokok, pasta gigi, minyak goreng, dan sebagainya. C.
Kalayak sasaran siaran TV. Khalayak sasaran siaran televisi didasarkan pada : Umur dan Status Sosial. Berdasarkan umur pemirsa televisi dikelompokan menjadi 3 yaitu 1. Anak-anak : Umur 5 sampai 10 tahun 2. Remaja/ Teeneger : Umur 15 sampai 25 tahun 3. Dewasa/ Adult : diatas 25 tahun Berdasarkan Status Sosial pemirsa televisi dibagi menjadi 3 kategori/ class, yaitu : 1. Kategori High Class: Kategori ini merupakan komunitas orang yang mempunyai status sosial/ pekerjaan tinggi seperti Pengusaha/ Boss, Orang Kaya dll. 2. Kategori Medium Class : Kategori ini merupakan komunitas orang yang mempunyai pekerjaaan sedang seperti mahasiswa, pelajar, pegawai, TNI/Polri, wiraswasta, dll. 3. Kategori Low Class : Kategori ini diisi oleh komunitas buruh dan pengangguran.
D.
Stasiun Pemancar TV 1. Studio Pemancar TV Sebuah stasiun pemancar harus mempunyai kelengkapan alat dan tempat/ruang sebagai pendukung program acara yang sudah dibuat. Kelengkapan studio sebuah stasiun siaran TV meliputi, a. Ruang Studio Siaran. Tempat penyiar / reporter menyiarkan informasi/berita. Ruangan ini dilengkapi meja dan kursi siar serta dekorasi ruang yang mendukung estetika, Sistem penerangan studio, mic jepit dan beberapa kamera TV studio. Ruangan ini juga bisa digunakan untuk shoting paket siaran studio yang lain seperti dialog dan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
184
sebagainya. Ruangan ini didesain kedap suara dan berdampingan dengan ruang pengendali dan dibatasi dengan kaca yang hanya bisa dilihat/tembus pandang dari ruang pengendali sehingga sutradara / producer bisa mengamati secara langsung jalannya rekaman /siaran. Untuk keperluan cromakey biasanya tersedia latar biru secara portable atau dibuat permanen.
a
c
e
Sri Sartono
b
d
f
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
185
g
h
i
j
k
l
keterangan gambar : a. b. c. d. e. f. g.
Disain ruang studio Siaran Ruang studio siaran dengan latar biru dan kamera TV studio Meja Siaran dengan latar lukisan Seting meja siaran dengan latar biru, lampu dan kamera Seting lampu portable di dalam ruang studio siaran Salah satu corner studio rekaman dengan lampu studio tetap Kegiatan rekaman format dialog di dalam studio rekaman dengan kamera krane h. Rekaman presenter disalah satu corner studio dengan penerangan alam dan mic dengan stand i. Kegiatan rekaman dengan seting dan dekorasi yang berbeda j. Kegiatan rekaman dengan seting tambahan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
186
k. Kegiatan rekaman dialog l. Kegiatan rekaman dialog dengan seting yang lain Gambar 63. Berbagai ruang dan kegiatan rekaman di studio TV
b. Ruang Pengendali (control Room) Studio TV: Tempat produksi suatu acara bisa untuk Mixing paket siaran. Ruangan ini berfungsi sebagai ruang pengendali rekaman yang di dalamnya dilengkapi dengan peralatan studio seperti mixer video, TV monitor setiap sumber audio visual satu monitor dan sebuah master monitor TV; Switcher Video, Switcher lampu, VTR, VCD/DVD player, Telecine (pada stasiun yang besar memiliki ruang tersendiri), komputer dan sound system untuk keperluan talk back dengan ruang siaran maupun sebagai sumber audio/musik. Ruang ini dekat/ bersebelahan dengan ruang studio rekaman dan dibatasi dengan kaca oneway yang hanya tembus pandang dari ruang pengendali ke ruang rekaman.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
187
Gambar 64. Berbagai macam ruang studio pengendali/kontrol penyiaran TV dengan peralatannya.
Pada stasiun penyiaran TV yang lengkap dan besar, terdapat fasilitas ruang studio siaran/rekaman lebih dari satu seperti studio 1, studio 2, studio 3 dan sebagainya. Di samping ruang siaran/rekaman indoor di dalam studio, stasiun siaran TV juga menyediakan studio alam untuk keperluan setting rekaman
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
188
outdoor diluar studio. Biasanya terdiri dari sebuah taman yang indah banyak tanaman bunga, hutan buatan, bangunanbangunan tradisional dan sebagainya.
Gambar 65. Studio alam berupa taman dan rumah adat
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
189
Dalam pelaksanaan shoting di luar studio, diperlukan seting peralatan studio rekaman. Peralatan yang diperlukan antara lain beberapa kamera video, lampu, kabel-kabel, mixer/switcher, VTR/VCR, TV monitor, peralatan sound system, headphone, genset dan sebagainya.
Gambar 66. Seting peralatan shoting di luar studio
c. Ruang Telecine. Pada studio yang lengkap telecine diletakkan pada ruang tersendiri. Telecine adalah peralatan transfer audio visual dari film, slide menjadi video audio. Peralatan yang ada pada ruangan ini adalah proyektor film dari ukuran 8 mm, 16 mm, 35 mm, 70 mm. ukuran ini disesuaikan dengan jenis ukuran film yang sudah standar ; Kamera Video untuk shoting proyeksi film sehingga menjadi gambar video; sound system dan sebagainya.
Gambar 67. Ruang studio Telesine
d. Ruang Produksi/editing program: Tempat memproduksi suatu paket acara setelah proses shoting selesai. Ruangan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
190
ini terdapat peralatan produksi analog atau peralatan produksi digital. Pada stasiun siaran TV yang besar ruang studio produksi analog dan digital dibuat terpisah/tersendiri. Proses produksi digital merupakan pengembangan proses analog dikarenakan perkembangan teknologi peralatan karena perkembangan di bidang elektronika. Sehingga studio produksi analog sudah tidak efektif lagi disamping bahan produksinya semakin langka dan mahal. Tetapi juga masih banyak yang memanfaatkan supaya peralatan yang sudah ada tidak terbuang begitu saja. Peralatan studio produksi program analog terdiri dari mixer/switcher video, sumber video seperti VTR, VCR, VCD/DVD player; VTR/VCR untuk perekaman master; TV monitor; mixer audio, sumber audio seperti mic, tape deck, equalizer, amplifier, PH, tape recorder, speaker, headpon dan sebagainya. Peralatan produksi program digital terdiri dari beberapa unit komputer yang sudah dihubungkan dalam satu jaringan (LAN). Satu unit komputer digunakan untuk editing, yang lain untuk disain animasi grafis dan yang lain lagi untuk keperluan capturing serta untuk menyimpan file-file program pendukung seperti musik, sound efek dan program yang sudah jadi. Di samping itu juga terdapat peralatan sumber video seperti VTR/VCR dari beberapa jenis, mixer video,sound system, mic, headpon, speaker, printer dan sebagainya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
191
a. Komputer editing
b. Peralatan editing
c. Ruang editing
Gambar 68. Ruang produksi/editing program dan peralatannya
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
192
e. Ruang Ganti /make up. Ruang ini juga sangat diperlukan untuk membuat obyek tetap tampil menarik sesuai disain. Agar kualitas gambar yang dihasilkan tetap optimal dan menarik, maka obyek atau artis harus di make up dan selalu dijaga agar tidak memantulkan cahaya sewaktu dishoting akibat banyak berkeringat.
Gambar 69. Ruang Tata busana dan Rias
f. Ruang pemancar. Adalah ruangan untuk menempatkan perangkat pemancar TV. Ruangan ini berisi cabin-cabin peralatan elektronik pemancar dan penerima sinyal frekuensi gelombang TV dengan maupun gelombang mikro dari dan ke satelit. Selanjutnya dipancarkan ke masyarakat melalui peralatan pemancar dan antena yang dipasang di tower yang berada di luar studio.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
193
Gambar 65. Tower, antene parabola dan Ruang Pemancar
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
194
g. Ruang Properti: Tempat pembuatan sarana pendukung untuk seting tempat/ruang sehingga sesuai dengan situasi dan kondisi yang diharapkan oleh naskah produksi TV. Tempat ini digunakan untuk merancang dekorasi, pembuatan lukisan untuk background, pembuatan miniatur, maket dan sebagainya. h. Auditorium. Ruangan ini digunakan untuk berbagai acara seperti panggung musik, kesenian/budaya, lawak, talkshow interaktif dan acara-acara life lain yang akan melibatkan banyak artis maupun penonton/peserta. Peralatan yang dipasang di ruangan ini diantaranya sound sistem, genset, lampu spot dan tata lampu panggung, lcd monitor layar lebar, dan set peralatan rekaman video. Ruangan ini biasanya lantainya didesain bagian belakang lebih tinggi, agar penonton yang berada dibelakang bisa menyaksikan panggung dengan jelas tidak terhalang penonton di depannya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
195
Gambar 66. Ruang Auditorium / Pertunjukan
i. Ruang Sidang/Rapat. Ruangan ini digunakan untuk pertemuan, rapat koordinasi, diskusi dan sebagainya. Biasanya terdapat beberapa ruang jenis ini dengan ukuran yang bervariasi. Peralatan yang ada ditempat ini diantaranya meja, kursi, laptop, lcd proyektor, layer dan sound system. Seting tempat duduk dapat diatur berubahubah sesuai dengan selera/ menurut kebutuhan.
Gambar 72. Ruang Sidang / Pertemuan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
196
j. Ruang Discotique/Perpustakaan. Ruangan ini sebagai tempat penyimpanan perangkat lunak seperti kaset video hasil shoting sebagai bank gambar, kaset / tape / CD hasil produksi program dan musik lagu,instrumental, sound efek dan sebagainya yang disusun rapi dengan penomeran khusus, sehingga memudahkan pencarian. Disamping software (perangkat lunak) juga untuk menyimpan arsip naskah program, buku-buku referensi dan sebagainya. Ruangan ini dilengkapi dengan computer untuk keperluan administrasi dan juga disediakan hardware(perangkat keras) untuk memutar ulang program serta ruang baca.
a. CD/DVD software
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
197
b. Buku referensi
c. Arsip-arsip
Gambar 73. Semua Jenis software/program dan buku referensi disimpan di perpustakaan
k. Ruang Gudang / Peralatan. Ruangan ini digunakan untuk menyimpan berbagai peralatan stasiun siaran TV dengan tujuan agar dapat diadministrasikan dengan baik. Peralatanperalatan tersebut diantaranya kamera, lampu, tripot, kabel-kabel TV monitor, mixer video, sound sistem dan peralatan lain yang tidak dipasang tetap. Peralatan ini biasa digunakan untuk shoting outdoor. Apabila peralatan tersebut mau digunakan dapat dipinjam di gudang dengan mekanisme yang telah ditetapkan yaitu mengisi formulir peminjaman alat. Setelah selesai digunakan peralatan tersebut dikembalikan kepada petugas gudang. Oleh petugas gudang dicatat dan dicek apakah ada yang rusak atau dalam keadaan baik. Peralatan yang rusak dikirim kebagian perbaikan/bengkel. l. Ruang
Bengkel. Ruangan ini digunakan oleh petugas perawatan dan perbaikan peralatan untuk menangani peralatan-peralatan yang rusak untuk diperbaiki.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
198
Gambar 74. Ruang Bengkel/Perbaikan Alat
m. Ruang Humas dan Marketing. Ruangan ditempati oleh manager dan staf bagian humas dan pemasaran untuk merencanakan dan menjual program siaran kepada masyarakat pengusaha melalui pemasangan iklan. n. Ruang Sekretariat. Ruangan ini merupakan ruangan kantor yang ditempati oleh pimpinan dan staf sekretariat untuk
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
199
melaksanakan kegiatan administrasi perusahaan penyiaran TV. o. Ruang Manager. Merupakan ruangan kantor yang ditempati oleh para manager untuk melaksanakan tugasnya memanage perusahaan penyiaran TV 2. Peralatan Studio TV dan Fungsinya Pada ruang studio siaran terdapat beberapa peralatan sebagai berikut. a. Kamera studio yang dilengkapi tripot dan dolly / craine. Kamera berfungsi untuk menangkap gambar/visual dari obyek. Biasanya telah dilengkapi micropon untuk menangkap suara didepan kamera. Kamera juga dilengkapi dengan VCR untuk merekam gambar dan suara dari obyek. Tripot berfungsi sebagai penyangga kamera agar tidak goyang. Craine digunakan sebagai pengangkat kamera apabila diperlukan posisi dengan sudut pengambilan (engle) yang tinggi. Craine bisa digerakkan secara elektric sehingga meringankan beban kamerawan. Di samping kamera yang dipasang tetap di studio biasanya juga terdapat beberapa kamera portable yang juga berfungsi untuk pengambilan gambar dan suara.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
200
Gambar 75. Berbagai Jenis Kamera Video/TV dan Crane
b. Lampu studio yang dipasang tetap dan lampu portable yang dilengkapi dengan stand lampu. Lampu berfungsi untuk penerangan agar cahaya yang mengenai obyek mencukupi untuk memenuhi kebutuhan kamera, sehingga dapat diperoleh gambar yang berkualitas/jelas. Lampu studio yang di pasang tetap pada plafon diatas arena shoting jumlahnya lebih dari 10 lampu dan arahnya diatur sehingga mengarah pada obyek. Pengaturan lampu dilakukan oleh seorang operator penata cahaya. Sedangkan lampu portabel yang dilengkapi tripot/stand digunakan bila dirasa intensitas cahayanya masih kurang. Setiap lampu biasanya memiliki daya 1000 -1500 watt. Semua lampu dihubungkan ke sumber listrik melalui switcher box dan switcher utama dengan menggunakan kabel listrik dan pengaman.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
201
Gambar 76. Lampu Studio yang dipasang tetap di plafon dan lampu stand
c. Switcher box lampu. Terdiri dari kumpulan switch (skakelar) lampu yang masing-masing berfungsi untuk menyalakan dan mematikan lampu studio. Switcher box dihubungkan ke sumber listrik melalui panel sekering pengaman otomatis/MCB ke switcher utama jenis handle.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
202
MCB DARI LAMPU
P L N
SWITCH HANDLE
Gambar 77. Box sakelar lampu studio
d. TV monitor. Berfungsi sebagai display kamera untuk memonitor hasil pengambilan gambar setiap kamera sehingga bisa diketahui kualitasnya agar dipilih sutradara untuk direkam di master VTR. Oleh karena itu Setiap kamera dipasang satu monitor. Master VTR juga membutuhkan dipasang satu monitor untuk mengetahui gambar dari kamera mana yang sedang direkam di VTR. Pemilihan gambar dilaksanakan oleh switcherman dengan memilih menggunakan mixer Video yang telah dilengkapi dengan vasilitas switcer. Perpindahan gambar dari kamera satu ke kamera yang lain menggunakan mode wiper sehingga perpindahan atau transisi dari gambar tidak jumping dan halus. Transisi ada beberapa mode seperti super inpose, wip horisontal, vertikal, diagonal dan sebagainya
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
203
Gambar 78. Televisi Monitor
e. Mixer/Switcher video. Digunakan untuk menerima masukan dari setiap kamera yang digunakan untuk shoting dan meneruskan ke VTR untuk direkam. Alat ini jjuga berfungsi untuk memilih gambar dari kamera mana yang akan direkam ke VTR. Dan efek-efek apa yang akan dipilih dan digunakan sebagai transisi perpindahan gambar dari kamera yang satu ke kamera yang lain oleh sitcherman atas perintah sutradara.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
204
Gambar 79. Mixer Video/switcher Video
f. VTR (video tape recorder) / VCR (video cassette recorder). Digunakan untuk merekam gambar dan suara obyek yang dishoting. VTR menerima masukan gambar dari mixer video dan masukan suara dari mixer audio atau langsung dari micropone yang dipasang pada obyek shoting. Keluaran dari VTR dihubungkan ke pesawat pemancar yang ada diruang pemancar untuk dipancarkan sebagai siaran langsung atau direkam dulu pada pita magnetis, diedit dan dijadikan dalam bentuk kaset atau keping VCD/DVD program untuk siaran tunda/tidak langsung.
Gambar 80. Video Tape Recorder (VTR) dan Video Casette Recorder Umatic
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
205
g. Sound system yang terdiri dari mic, mixer audio, equalizer, amplifier, speaker, headpone, tape recorder/cassette recorder, piringan hitam, CD/DVD player dan sebagainya. Sound sistem digunakan untuk keperluan talk back komunikasi antara kamerawan dengan sutradara/pengarah dalam rangka koordinasi, pemberian instruksi oleh pengarah kepada kamerawan.Talkback juga disalurkan ke ruang-ruang lain seperti ruang telecine untuk koordinasi pemutaran film, slide dan sebagainya. Sound sistem juga berfungsi sebagai sumber suara utama dan pendukung program. Suara utama adalah suara obyek shoting dan suara pendukung adalah sebagai sumber suara untuk backsound musik, sound efex dan sebagainya. Microphone untuk menangkap suara dan diubah menjadi elektris dan disalurkan ke mixer audio.dari mixer disalurkan ke qualizer. Pada mixer dan equalizer suara bisa diolah nadanya sehingga kualitas suaranya baik. Selanjutnya keluarannya disalurkan ke amplifier untuk diperkuat dan keluaranya disalurkan ke tape recorder untuk direkam atau langsung ke Video Tape Recorder (VTR).
Gambar 81.
Peralatan Sound system dan sumber-sumber audio (PU, tape recorder dan mikropon).
h. Telecine yang terdiri proyektor film 8 mm, 16 mm, 35 mm, 70 mm, screen, dan pengarah proyeksi, kamera video, tv monitor. Telecine berfungsi untuk mengubah dari bentuk
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
206
film ke video sehingga dapat disiarkan ke masyarakat melalui pemancar TV
Gambar 82.
Studio Telesine, tempat transfer film ke
video
i. Komputer editing. Yaitu komputer yang berisi program aplikasi untuk keperluan editing program dan animasi seperti program pinacle studio, matrox, adob premiier dan sebagainya. Sebagai komputer editing video perlu memiliki memori yang besar demikian pula kapasitas hard disk yang besar pula untuk menyimpan data-data gambar yang cukup banyak. Biasanya terdapat beberapa komputer untuk keperluan editing video yaitu untuk animasi disain tampilan screen, caption dan karya grafis lainnya. Beberapa komputer tersebut dikoneksi pada satu jaringan untuk keperluan komunikasi data.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
207
Gambar 83. Komputer editing program TV/Video
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
208
3. Skema sambungan dan proses kerjanya a. Studio televisi
Gambar 84.
Sistem sambungan peralatan studio TV
Proses kerjanya adalah sebagai berikut. Obyek shoting misalnya acara kesenian tari, dishot menggunakan dua buah kamera video yaitu kamera 1 dan kamera dua. Pengambilan obyek dilakukan oleh kamerawan atas instruksi pengarah/sutradara yang berada di ruang pengendali, melalui talkback sound system yang disalurkan ke headphone pada setiap kamera. Dengan demikian tidak ada pengambilan yang sama. Dari kamera 1 maupun kamera 2 hasil pengambilan gambarnya disalurkan ke TV monitor 1 dan TV monitor 2 serta disalurkan ke mixer video yang sudah dilengkapi dengan fasilitas switcher dan wiper transisi. Dengan demikian pengarah dapat melihat hasil pengambilan gambar melalui TV monitor yang diset di ruang pengendali. Suara dari obyek shoting dapat ditangkap oleh micropon yang dipasang khusus atau menggunakan fasilitas micropon pada kamera. Suara disalurkan langsung ke VTR atau dapat juga melalui mixer audio. Pengarah memilih gambar yang akan direkam di VTR secara bergantian antara kamera 1 dan kamera 2 pergantian gambar dan pemilihan transisi dilakukan oleh operator atas perintah
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
209
pengarah/sutradara. Pada waktu kamera 1 dipilih, kamera 2 diberi instruksi untuk pengambilan gambar berikutnya dengan engle maupun komposisi yang berbeda. Gambar yang dipilih disalurkan ke VTR untuk direkam. Gambar yang direkam dapat dilihat pada monitor master. Demikian seterusnya sampai rekaman selesai. Apabila rekaman tersebut langsung disiarkan (on air) maka disamping disalurkan ke VTR untuk direkam gambar dan suara disalurkan kepesawat pemancar TV yang ada di ruang pemancar. Oleh pemancar sinyal suara dipancarkan oleh antena yang berada di tower antene dengan frekuensi pembawa gelombang mikro ke statiun bumi. Oleh stasiun bumi dipancarkan ke satelit komunikasi dan oleh satelit dipancarkan kembali kebumi dan diterima oleh stasiun bumi-stasiun bumi diseluruh wilayah jangkauan satelit. Oleh stasiun bumi dipancarkan kemabli ke stasiun relay dan oleh stasiun relai dipancarkan ke masyarakat pemirsa di rumah masing-masing. Sumber informasi penyiaran tidak hanya acara langsung tetapi bisa dilakukan siaran tunda, maupun siaran dari bahan yang sudah jadi seperti sinetron, film dan program siaran iklan/promosi. Dengan demikian sumber informasinya bisa bermacam-macan seperti telecine, VTR/VCR, komputer untuk menayangkan VCD/DVD atau menggunakan VCD/DVD player. Dari VTR/VCR atau dari telecine dan sumber yang lainnya, output video dan audio disalurkan langsung ke video input dan audio input pesawat mixer dan oleh mixer melalui output video dan audio disalurkan ke VTR atau langsung ke pemancar . b. Sound System
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
210
Gambar 85. Sistem sambungan peralatan sound sistem
Proses kerja Sound Sistem adalah sebagai berikut Suara obyek shoting ditangkap oleh micropon yang dipasang di arena shoting disalurkan dengan kabel koaksial ke pesawat mixer audio. Setelah diolah oleh lalu disalurkan ke VTR/VCR bersama-sama dengan sinyal video yang dikeluarkan oleh mixer video untuk direkam. Atau langsung disalurkan ke pesawat pemancar untuk disiarkan bersama dengan sinyal videonya. Suara dari sumber suara yang lain seperti musik dari piringan hitam yang diputar pada pick up atau dari CD player yang dimaksudkan sebagai musik back sound, disalurkan ke mixer dan dicampur dengan suara obyek shoting selanjutnya disalurkan ke VTR/VCR untuk direkam atau langsung dikirim ke pemancar untuk disiarkan secara langsung. Saat ini telah dipakai komputer yang berfungsi sebagai sumber suara maupun sebagai alat penyimpan suara (recorder). Dengan menggunakan komputer pekerjaan menjadi lebih ringan dan mudah, karena komputer dilengkapi dengan sistem pencari yang dapat memanggil dengan cepat file suara yang dibutuhkan. Demikian pula dengan komputer dapat mengedit dengan mudah dan teliti. Untuk keperluan koordinasi bagi sutradara/pengarah terhadap kamerawan, operator telecine yang berada di ruang studio telecine, digunakan talk back sound yang diperoleh dari micropon sutradara disalurkan ke amplifier dan keluarannya disalurkan ke headpon yang dipakai oleh kamerawan dan operator telecine. Sistem komunikasi ini searah karena sifatnya adalah instruksi dari sutradara/pengarah kepada kamerawan maupun operator. Oleh karena itu kamerawan dan operator tidak dilengkapi dengan micropon untuk komunikasi dengan sutradara/pengarah. c. Telecine. Adalah singkatan dari telecinema atau film yang
disiarkan jarak jauh. Telecine mengerjakan transfer data dari film ke bentuk video digital dan disalurkan ke studio pemancar untuk dipancarkan ke masyarakat. Transfer data ini dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Transfer data secara tidak langsung dilakukan dengan cara pemutaran film dengan proyektor, tayangannya
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
211
direkam menggunakan kamera video dan disalurkan ke VTR atau komputer untuk disimpan dan sewaktu-waktu diperlukan dapat dipanggil disalurkan ke pemancar untuk disiarkan.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
212
Gambar 86. Sistem sambungan dan proses kerja Telesine
Proses kerjanya adalah sebagai berikut: Telecine adalah berfungsi untuk mengubah film menjadi video. Film yang diputar dengan proyektor film menghasilkan gambar proyeksi yang berupa cahaya. Dengan demikian tidak bisa disiarkan melalui pesawat pemancar karena sifat atau bentuknya bukan elektrik. Oleh karena itu perlu diubah dahulu menjadi elektrik yaitu menjadi sinyal video. Pengubahan menjadi sinyal video dilakukan dengan cara mengambil/ shot gambar hasil proyeksi dari proyektor film yang berada di layar/screen dengan kamera video dan disalurkan ke VTR/VCR untuk direkam. Sinyal suaranya mengambil dari keluaran audio out proyektor film dan disalurkan ke VTR/VCR. Hal ini untuk menghindari gangguan suara berisik dari proyektor film. Proses proyeksi gambar oleh proyektor film kelayar dapat dilakukan dengan menggunakan telecine box atau menggunakan layar pada umumnya seperti di gedung bioskop. Dalam hal ini dapat diperhatikan dua model transfer film ke video pada gambar di atas. Kamera video diletakkan sejajar dengan proyektor film untuk mengambil gambar proyeksiny di layar. Sinyal suaranya diambil secara Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
213
langsung dari proyektor dan disalurkan ke perekam videodan audio. Perekam video bisa bermacam-macam yaitu VTR/VCR, komputer, DVD/VCD recorder atau peralatan perekam video yang lain. E.
Organisasi dan SDM 1. Struktur Organisasi Salah satu model gambaran umum Struktur organisasi lembaga penyiaran TV dapat diperhatikan Gb. 87 berikut ini. Model struktur organisasi sangat tergantung dari bagaimana lembaga itu merencanakan dan mengelolanya. Oleh karena itu bentuk strukturnya sangat relatip.
MANAGER STASIUN
MANAGER PROGRAM
MANAGER TEKNIK
Jurnalis
Broadcast
Animasi &image
Kamerawan Sound Sistem
Produksi Producer Directing Scene Editing
MANAGER MISCELLANEOU S
MANAGER BISNIS DAN PEMASARAN
Costume & Make up
Administra si
Properties Setting
Pemasaran Keuangan
Lighting
Keamanan & Kesehatan Spesial efek
Gambar 87. Struktur Organisasi Stasiun Penyiaran TV (tipikal)
Stasiun penyiaran TV dipimpin oleh seorang manager stasiun (SM). Untuk melaksanakan tugasnya dibantu oleh
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
214
menager bidang penyiaran yaitu manager program (PM), manager teknik (TM), manager miscellaneous (MM) dan manager bisnis dan pemasaran (BM). Seorang manager program dibantu oleh asisten manager program dan membawai koordinator-koordinator sub bidang program seperti koordinator jurnalis penyiaran (BJ), koordinator animasi dan image (AI), koordinator produksi (PR), koordinator directing/ pengarah (DR), koordinator scene dan seni (SC), koordinator naskah/writing (WR), koordinator editing (ED) dan koordinator management produksi/producer (PM). Selanjutnya setiap koordinator membawai staf/tenaga sesuai dengan bidang kerja masing-masing. Seorang manager bidang teknik/enginering (ENG) dibantu oleh asisten manager teknik dan membawai koordinatorkoordinator sub bidang seperti koordinator penyiaran/broadcast (BR), koordinator camera (CA), koordinator Sound(SO) dan koordinator lighting (LG). Masing –masing koordinator sub bidang mengkoordinir tenaga/staf sesuai dengan pekerjaan/bidang kerja masing-masing. Seorang manager bidang miscellaneous (MIS) dibantu oleh asisten manager bidang miscellaneous dan membawai koordinator sub bidang costum dan make up (CM), koordinator properties (PO), koordinator setting (ST), dan koordinator keselamatan kerja dan kesehatan/ safety and health (SH). Setiap koordinator mengkoordinir staf/tenaga sesuai dengan bidang kerja masing-masing. Seorang manager bidang bisnis dan pemasaran / penjualan (BS) dibantu oleh asisten manager bidang bisnis dan penjualan yang membawahi koordinator sub bidang administrasi (AD), koordinator pemasaran / marketing (MK) dan koordinator keuangan / accounting (AC). Masing-masing koordinator mengkoordinir staf/tenaga sesuaibidang kerja masing-masing. Struktur organisasi ini adalah tipikal, maksudnya setiap perusahaan penyiaran mempunyai tipe dan sistem sendirisendiri. 2. Deskripsi Tugas dan fungsi. a. Stasiun Manager. Merupakan pimpinan tertinggi pada stasiun penyiaran TV. Berfungsi sebagai Manager/pengelola stasiun penyiaran TV dengan tugas mengelola yaitu merencanakan program kerja dan pengembangan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengadakan pengawasan dan mengkomunikasikan kegiatan kerja, melakukan pembinaan SDM sehingga para karyawan bekerja dengan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
215
tepat, efektif dan efisien serta memiliki produktivitas kerja yang tinggi. b. Manager bidang. Berfungsi sebagai pimpinan bidang yang bertugas membantu manager stasiun penyiaran dalam mengelola perusahaan penyiaran TV sesuai bidang kerja masing-masing. Bidang program meliputi pekerjaan yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan produksi jurnalisme penyiaran, animasi dan pengolahan gambar, produksi program siaran, penyutradaraan, penulisan naskah, dan managemen produksi. Bidang enginering/teknik meliputi pekerjaan yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan program teknik penyiaran/broadcast, sarana dan fasilitas serta peralatan penyiaran, teknik pengambilan gambar/shoting, penataan suara, sound efek, musik dan spesial efek serta penataan cahaya untuk shoting di dalam maupun di luar studio. Bidang Miscellaneous meliputi pekerjaan yang berkaitan dengan pemilihan kostum dan make up yaitu penataan busana dan rias untuk pemeran, properti atau penyediaan peralatan pendukung produksi, setting atau penataan tempat dan tata letak termasuk penataan peralatannya, serta bidang kerja yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Bidang bisnis dan penjualan program meliputi pekerjaan yang berkaitan dengan administrasi, pemasaran program dan keuangan perusahaan. c. Koordinator sub bidang berfungsi sebagai koordinator yang mengkoordinir kegiatan kerja yang dilakukan oleh staf/tenaga kerja sesuai dengan bidang pekerjaan masingmasing.
F.
Kualifikasi SDM TV 1. Producer Producer adalah jabatan yang memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan/managemen produksi penyiaran TV. Oleh karena itu seorang producer diharapkan memiliki kualifikasi kemampuan sebagai berikut. a. Menjabarkan naskah b. Mengkompilasi jadwal produksi harian (running sheet) c. Memesan dan mengkoordinasikan sumber-sumber produksi d. Melakukan survey lokasi
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
216
Mengatur jalannya shoting Mengatur lokasi shoting Melaksanakan pengarahan/briefing Merencanakan dan mengkoordinasikan jalur pascaproduksi Mengkoordinasikan kelangsungan kerja Mengkoordinasikan pemeran dan kru Mengatur gladi bersih Memproduksi topik program prarekam Memproduksi program prarekam Memproduksi siaran langsung Merencanakan dan menyiapkan program Merancang format program Mendata jadwal acara Menulis laporan kelancaran produksi Mengatur pengamanan produksi Mengawasi kelangsungan produksi Merencanakan dan mengkoordinasikan adegan laga dan pemeran pengganti v. Merencanakan dan mengkoordinasikan pemakaian alat-alat yang berbahaya w. Mengembangkan dan mengawasi jadwal program. Bila diperhatikan dari kualifikasi yang diharapkan, seorang producer harus memiliki kemampuan managerial yang tinggi untuk dapat memanage seluruh pekerjaan yang menjadi tanggung-jawabnya. Dalam melakukan tugasnya jelas tidak bisa melakukan sendiri, tetapi harus bekerjasama dengan bidang/orang lain. Dalam hal ini Sutradara merupakan orang/pekerja yang tidak bisa dikesampingkan tetapi harus bisa diajak bekerjasama dalam produksi. Tugas utama seorang producer, harus dapat memproduksi sebuah naskah program yang ditulis oleh penulis naskah dengan baik dan berkualitas dengan biaya yang wajar/murah secara ekonomi. Oleh karena itu bersama Sutradara dan Penulis naskah seorang Producer harus selalu berkoordinasi dalam membaca dan menginterpretasikan naskah. Bagaimanah naskah tersebut dapat diterjemahkan menjadi naskah yang dapat diproduksi dengan tingkat kesulitan dan biaya yang wajar. Demikian pula untuk penetapan lokasi. Survey lokasi harus dilakukan dan harus dibicarakan dengan penulis naskah, apakah lokasi telah sesuai dengan yang dikehendaki naskah. Apakah diperlukan penataan/seting tambahan, apakah sepenuhnya seting buatan yang akan banyak melibatkan fungsi seorang settingman dan penata gambar maupun bagian property. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q. r. s. t. u.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
217
Jadwal shoting/produksi harus direncanakan dan dituangkan dalam runing sheet, dengan urutan shoting berdasarkan area lokasi bukan urutan cerita. Hal ini untuk tujuan efisiensi biaya. Penetapan artis/pemeran juga perlu dikoordinasikan agar mendapatkan pemeran yang memiliki karakteristik yang diharapkan naskah termasuk kemampuan actingnya. Koordinasi, briefing kepada seluruh komponen yang terkait dalam seluruh kegiatan produksi sangat penting untuk menjaga kelancaran produksi. Oleh karena itu harus selalu dilakukan sebelum kegiatan produksi dimulai. Pengamanan produksi termasuk menjaga keselamatan artis dalam pelaksanaan shoting saangat penting. Oleh karena itu pada laga yang berbahaya perlu ada pemeran pengganti dan mengambil langkah-langkah preventip agar tidak terjadi kecelakaan. Setelah kegiatan shoting selesai producer selanjutnya berkoordinasi mengatur kegiatan editing sampai menghasilkan hasil produksi yang siap dipublikasikan melalui pemancar TV. Producer dalam hal ini juga harus merencanakan format program siarannya. 2. Pengarah / Sutradara Pengarah / Sutradara juga dikenal sebagai Directing adalah jabatan yang bertanggung jawab membantu producer untuk melaksanakan pekerjaan mengarahkan para tenaga kerja produksi program agar berjalan dengan lancar dan berhasil. Oleh karena itu dibutuhkan orang yang memiliki kemampuan managerial yang baik. Kualifikasi kemampuan seorang sutradara yang diharapkan adalah sebagai berikut. a. Membaca dan menginterpretasikan naskah b. Mengatur proses seleksi pemeran/artis c. Mengatur latihan pemeran d. Menyutradarai/mengarahkan para pemain e. Mengarahkan kru f. Bekerjasama dengan penyunting/penulis naskah untuk menyelesaikan produksi g. Menentukan cakupan kamera Seorang sutradara harus selalu berkoordinasi dengan produser dalam melaksanakan tugasnya. Diantaranya bagaimana menterjemahkan naskah menjadi naskah yang dapat diproduksi, melakukan seleksi artis, mengatur latihan para artis, mengarahkan proses shoting , menentukan cakupan kamera dan sudut pengambilan gambar dansebagainya. Sutradara akan sangat menentukan kelancaran proses shoting.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
218
3. Penyiar /Reporter Penyiar/reporter diharapkan memiliki kemampuan sebagai jurnalis di samping kemampuan untuk membaca kan/atau menyiarkan naskah berita didepan kamera TV. Demikian juga harus mampu menjadi presenter yang baik. Oleh karena itu seorang penyiar harus memiliki pengetahuan dan pengalaman mencari, mengolah dan mempresentasikan atau menyiarkan berita/informasi. Kualifikasi kemampuan seorang penyiar adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan dan memelihara pengetahuan umum yang diperlukan seorang penyiar sehingga memiliki wawasan yang luas. b. Mampu menjalankan wawancara c. Mampu menjalankan siaran laporan langsung Sebenarnya terdapat perbedaan fungsi antara penyiar dan reporter. Reporter atau sering disebut wartawan lebih berkonsentrasi pada pencarian, pengolahan informasi. Sedangkan penyiar lebih berkonsentrasi dalam bagaimana menyajikan informasi. Seorang penyiar juga kadang-kadang disebut sebagai announcer yaitu orang yang memberitahukan informasi. Informasi tersebut belum tentu dari hasil tulisannya sendiri tetapi tulisan seorang reporter. Tetapi bukan hal yang tidak mungkin penyiar juga berfungsi sebagai reporter yang harus mencari dan mengolah informasi sekaligus membacakan informasi didepan kamera TV untuk disiarkan ke publik/pemirsa. Dengan demikian antara reporter dan penyiar memiliki kedekatan dalam pekerjaan yang kadang-kadang bisa ditangani satu orang. Di samping kedua tugas reporter dan penyiar/announcer ada juga orang yang bertugas sebagai pengantar informasi/laporan yaitu disebut dengan presenter. Presenter bisa membuat informasi menjadi lebih menarik dengan sedikit kata-kata yang memukau penonton. Presenter biasanya nampak dalam tayangan pada awal disela-sela dan diakhir program. Apabila yang tersiar hanya suara saja tanpa gambar dirinya, dan gambar yang muncul hanya gambar informasinya saja, maka orang yang membacakan informasi tersebut disebut narator (orang yang membacakan narasi). Ada juga orang yang tugasnya mirip dengan penyiar yaitu seorang anchor atau telangkai yaitu seorang yang bertugas sebagai penghubung dari acara yang satu ke acara yang lain atau dari tempat kejadian/lokasi informasi yang satu ke tempat lain. Ia boleh memberi komentar acara yang diinformasikan asalkan ia tahu benar tentang informasi tersebut. Dalam melakukan tugas
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
219
seorang reporter selalu bekerjasama dengan kamerawan yaitu orang yang bertugas meliput informasi. Bukan hal yang mustahil seorang kamerawanpun bisa berfungsi sebagai reporter, karena pengalamannya selalu meliput berita, sehingga tahu pengetahuan-pengetahuan yang harus dikuasai oleh reporter. 4. Kamerawan Kamerawan merupakan orang yang diandalkan mampu mengoperasikan kamera sehingga didapatkan hasil gambar yang baik. Oleh karena itu seorang kamerawan diharapkan memiliki kualifikasi sebagai berikut a. Menyiapkan dan mengoperasikan kamera b. Mengembangkan dan menerapkan kamera plan c. Melakukan shoting dan mengoperasikan kamera d. Mengoperasikan kamera pada kondisi tertentu e. Mengatur Focus f. Shoting untuk televisi dengan multikamera g. Menjaga daya batere dan persediaan video untuk shoting h. Mengatur persediaan dan memasang film/kaset i. Memeriksa kamera sebelum shoting j. Mengoperasikan clapperboard k. Menyiapkan kamera l. Memasang kabel kamera m. Memasang crane dan dolly n. Memasang crane kamera o. Mengoperasikan crane kamera yang bergerak Baik tidaknya kualitas produksi akan sangat tergantung dari bagaimana seorang kamerawan bekerja. Sebelum shoting dilaksanakan, Kamerawan harus meyiapkan kamera yang akan dipakai, dibersihkan lensanya dan head video dan audionya, diujicoba dengan memasukkan cassete/film apakah bisa loading dengan lancar, untuk record dan playback, mengatur focus dengan memutar focus ringnya apakah gambar yang diambil bisa focus dengan baik. Demikian pula menyiapkan bahan cassete/film apakah masih cukup tersedia, adakah bahan cadangan bila sewaktu-waktu cassete/film habis atau macet. Menyiapkan peralatan pendukung juga sangat penting. Misalnya apakah bateray sudah diisi, adakah bateray cadangan. Generator Set yang akan dipakai apakah bisa berjalan normal. Menyiapkan dolly, tripot. Bagaimana kelengkapan skrupnya, pelumasan pada bagian yang bergerak agar licin dan tidak menimbulkan efek getar pada gambar bila digunakan. Apakah diperlukan crane untuk pengambilan engel tertentu, apakah diperlukan crane yang digerakkan dengan mesin. Semua peralatan tersebut perlu dicoba oleh camerawan agar
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
220
pelaksanaan shoting lancar dan tidak ada hambatan. Disamping itu camerawan harus kreatif agar dapat mengembangkan camera plan dengan baik. 5. Penata Gambar / Artistik (Scene) Seorang penata gambar/scene diharapkan memiliki kreatifitas yang tinggi untuk menciptakan desain seni untuk screen. Oleh karena itu seorang scane art dibutuhkan kualifikasi kemampuan sebagai berikut. a. Mengembangkan dan mengimplementasikan disain scenic art pada screen/layar. b. Mengkoordinasikan produksi scenic art c. Menyiapkan scenic art untuk pakaian utama d. Memproduksi scenic art untuk screen e. Memperbaiki, menangani dan mengubah scenic art Pekerjaan seorang penata gambar juga terkait dengan pekerjaan penata cahaya, penata letak/setting penata busana/make up dan bagian property. Kerjasama beberapa bidang ini akan sangat baik dalam menciptakan gambar layar yang baik, sehingga akan dihasilkan gambar sesuai yang diharapkan naskah. Karena lokasi shoting berbeda karakteristiknya maka juga memerlukan desain yang berbeda pula. Apakah dibutuhkan tambahan animasi pada gambar tertentu sehingga diperlukan seorang animator untuk membuat efek gambar untuk membuat hasil yang lebih meyakinkan dan menarik. Kadang-kadang produk scenic perlu diubah ataupun diperbaiki, maka tim kerja penata gambar harus selalu siap melaksanakan. Memproduksi scenic art untuk layar. Dengan kemampuan yang dimiliki penata gambar/scenic art bertugas untuk memproduksi scenic art untuk layar, diantaranya adalah membuat konstruksi pakaian scenic art, mempersiapkan produksi scenic art, membuat atau produksi scenic art untuk layar, memperbaiki elemen pada scenic art, membuat properti untuk layar kaca, dan memperbaiki properti. Membuat konstruksi pakaian scenic art harus memperhatikan karakter dan bentuk postur pemakainya, karakter peran yang dibawakan, jenis dan tekstur bahan yang digunakan tidak banyak memantulkan cahaya, ciri budaya peran, perpaduan warna dan sebagainya sehingga dikonstruksi dan dipakai akan menjadi produk gambar yang menarik dan berkualitas. Apabila hal tersebut telah difahami, langkah selanjutnya adalah membuat disain konstruksi dan hasilnya dikonsultasikan kepada produser/ sutradara atau pihak terkait
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
221
untuk dimintakan persetujuan. Setelah disetujui baru dilanjutkan pada langkah produksi. Mempersiapkan produksi scenic art. Yang perlu dipersiapkan sebelum produksi adalah disain yang telah disetujui, bahan-bahan yang digunakan, peralatan untuk produksi dan tenaga-tenaga yang melaksanakan produksi serta biaya yang diperlukan. Jadwal pelaksanaan produksi juga merupakan hal yang penting. Kapan akan dimulai dan kapan harus selesai, karena dituntut batas waktu. Membuat scenic art. Yang penting dilakukan adalah koordinasi dengan tenaga yang melaksanakan, pengarahan, pengawasan dan komunikasi yang baik berbagai pihak terkait akan membantu pembuatan scenic art berjalan efektip dan efisien. Memperbaiki elemen pada scenic art. Kadang-kadang setelah digunakan terdapat elemen-elemen yang hilang atau rusak, maka perlu di perbaiki/ diganti dan dikonstruksi kembali sehingga menjadi utuh dan baik kembali. Membuat properti untuk layar. Kebutuhan properti untuk layar perlu diidentifikasi oleh bagian penata gambar/scenik art. Setelah kebutuhan properti teridentifikasi, selanjutnya pembuatannya dikoordinasikan dengan bagian properti. Bagian properti membuat sendiri atau memesan/menyewa, yang penting segala kebutuhan produksi dapat disediakan. Memperbaiki properti. Dalam proses produksi kadangkadang properti menjadi rusak atau kurang baik, maka harus diperbaiki sebelum digunakan pada shot berikutnya. 6. Penata suara dan Sound efex Seorang penata suara dan sound efex dituntut memiliki kemampuan secara teknik dan instalasi peralatan sound sistem yang diperlukan untuk keperluan produksi program TV di dalam studio rekaman maupun di luar studio. Oleh karena itu seorang penata suara dan sound efek diharapkan memiliki kualifikasi sebagai berikut. a. Mengoperasikan sistem penguat suara b. Memadukan sumber-sumber suara c. Menghilangkan derau/noise pada soundtrack d. Mengoperasikan sound mixing console e. Menyunting suara menggunakan sistem digital f. Memasang, mengoperasikan dan membongkar perangkat perekam suara portable g. Merinci soundtrack
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
222
h. Menciptakan keharmonisan suara akhir i. Mengembangkan dan menerapkan produksi suara untuk rekaman j. Mengatur produksi disain suara k. Mempersiapkan dan mengkompilasi musik untuk soundtrack l. Mengarahkan pembuatan master audio final m. Menerapkan disain suara n. Menetapkan spesifikasi sound system o. Mengawasi operasional yang bersifat teknis p. Memperbaiki dan memelihara peralatan audio q. Mengoperasikan peralatan audio profesional. r. Memadukan audio untuk siaran langsung s. Menerapkan pengetahuan umum audio untuk kegiatan kerja t. Memilih dan mengatur microphone dan alat input audio lainnya u. Menghimpun dan mengkompilasi materi suara ulangan v. Membangun dan mengoperasikan sistem monitor suara panggung w. Membangun dan mengoperasikan jaringan pengendali sistem audio x. Menetapkan spesifikasi, menginstal dan mengoperasikan audio outdoor y. Menginstal, menyelaraskan dan menguji coba peralatan audio. 7. Penata Lampu/Lighting. Lighting sangat dibutuhkan dalam shoting di dalam maupun di luar studio untuk memenuhi kebutuhan cahaya bagi sebuah kamera agar menghasilkan gambar yang baik, di samping itu variasi disain cahaya dapat menciptakan situasi pada obyek shoting. Oleh karena itu perlu kreativitas dan pengetahuan yang memadai bagi seorang penata cahaya. Kualifikasi kemampuan seorang penata cahaya yang diharapkan adalah sebagai berikut. a. Melakukan pengembangan dan implementasi tata lampu / lighting b. Melakukan persiapan, instalasi dan monitoring peralatan tata lampu c. Menentukan kebutuhan tata lampu dan mengoperasikan tata lampu d. Mengoperasikan lighting console e. Melakukan pemeliharaan, perbaikan dan memodifikasi peralatan tata lampu
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
223
8. Tata Letak / Setting Tata letak/setting bertanggungjawab atas seting tempat dan peralatan yang diperlukan seperti forniture dan perlengkapan lainnya untuk menciptakan situasi seperti diharapkan oleh naskah produksi. Oleh karena itu seorang penata setting diharapkan memiliki kemampuan dalam seni dekorasi/tata ruang. Kualifikasi penata setting diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut. a. Mengembangkan dan mengimplementasikan disain setting pada layar b. Mengkoordinasikan produksi seting c. Membuat setting untuk layar d. Memperbaiki, merawat dan mengubah setting sebagai langkah alternatif e. Mengkoordinasikan transportasi dan pemasangan setting f. Memasang dan merawat setting selama proses produksi. Bagian Setting/tata letak harus membuat disain setting untuk setiap shot termasuk setting untuk layar. Yang harus dilakukan dalam membuat setting untuk layar adalah membuat konstruksi setting, memasang setting selama produksi, dan mengatur setting selama produksi. Yang perlu diperhatikan dalam setting adalah tersedianya materi setting. Oleh karena itu materi setting harus tersedia sebelum proses shoting/produksi dimulai. Hal ini akan membuat kelancaran produksi karena shoting tidak akan dimulai sebelum pekerjaan setting siap/selesai. Merawat setting selama proses produksi adalah tugas bagian setting dalam menjaga agar setting tetap dalam keadaan baik dan siap pakai. Misalnya menjaga barang-barang setting dari noda dan kotoran, dilakukan dengan membersihkan debu dan menghilangkan noda-noda yang menempel dengan cara dan bahan yang benar; memperbaiki bagian/item dari barangbarang setting yang rusak atau kurang pas; membuat alternatif perubahan dengan barang-barang keperluan setting dengan barang-barang yang sejenis. Memasang dan membongkar setting. Produksi dilaksanakan dilokasi yang berpindah-pindah. Oleh karena itu bagian setting harus siap memasang sebelum shoting di lokasi tertentu dimulai. Dan harus siap membongkar setelah shoting selesai. Dalam pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati, karena barang-barang setting masih dapat dipergunakan sebagai materi setting di lokasi yang lain. Setelah dibongkar dilanjutkan untuk pengepakan barang-barang setting agar tidak rusak
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
224
karena pengangkutan dari lokasi yang satu ke lokasi yang lain. Pengangkutan dapat menggunakan transportasi yang telah disepakati dan harus memperhatikan agar peralatan yang diangkut aman dan tidak rusak. 9. Tata Busana (kostum) dan Rias Pemeran/artis dalam proses produksi harus dijaga penampilannya sesuai dengan karakter yang diharapkan penulis naskah. Di samping itu agar menghasilkan gambar yang berkualitas maka harus dijaga bagian wajah tidak memantulkan cahaya karena keringat atau berminyak. Oleh karena itu seorang penata busana dan rias diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut. a. Mengembangkan dan mengimplementasikan disain kostum/ busana b. Menyiapkan kostum untuk para pemeran c. Memodifikasi, memperbaiki dan memelihara kostum d. Mengoperasikan off side wardrobe departemen e. Memperagakan kostum f. Membuat karakter dan periode kostum g. Menjaga ketahanan kostum h. Membuat kostum i. Mendisain, menerapkan dan membersihkan make up khusus periodik j. Mendisain, menerapkan dan membersihkan make up k. Mempertahankan keberlangsungan make up. 10. Properties Properties adalah bidang yang bertanggungjawab menyedia kan peralatan pendukung dalam produksi. Seseorang yang menangani bidang properties ini diharapkan memiliki kualifikasi kemampuan sebagai berikut. a. Mengembangkan dan menerapkan disain properties untuk layar b. Mengatur produksi properties untuk peralatan c. Membuat properti untuk layar kaca d. Memperbaiki, memelihara dan melakukan perubahan pada properti e. Mengoperasikan departemen properties di luar lokasi f. Menyiapkan lokasi pengambilan gambar dan mempertahankan kelangsung-an properti. 11. Keselamatan dan kesehatan kerja (savety and health) Bidang ini yang bertanggung jawab menjaga keselamatan kerja dan kesehatan bagi pemeran dan kru yang terlibat dalam
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
225
produksi. Oleh karena itu, seseorang yang bertugas pada bidang ini harus selalu melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap kru produksi dan pemeran agar melakukan tugas pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja yang benar/ tidak menyimpang dengan prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja; Sehingga mereka bekerja dengan aman baik jiwa maupun peralatannya. 12. Animator dan Images Seorang animator and images bertanggungjawab atas disain dan pembuatan animasi dan pengolahan citra gambar yang diperlukan dalam produksi. Oleh karena itu dituntut memiliki kemampuan membuat disain animasi dan mengolah gambar sehingga hasil produksi memiliki kualitas yang baik dan menarik untuk dipandang.Untuk itu seorang animator dan pengolah citra perlu menguasai disain grafis. Secara rinci kualifikasi kemampuan yang diharapkan sebagai animator dan pengolah gambar adalah sebagai berikut. a. Mengembangkan dan mengimplementasikan disain animasi b. Mengkoordinasikan produksi animasi c. Memproduksi storyboard animasi d. Mempersiapkan dan mewarnai cel atau frame untuk animasi e. Membuat artwork dari referensi Life action f. Merekam data gambar garis untuk animasi (line test) g. Memproduksi dan memanipulasi data gambar digital h. Membuat gambar tiga dimensi i. Mengembangkan dan mengimplementasikan sebuah disain efek visual j. Membuat judul untuk produksi dalam screen 13. Editor Editor bertanggung jawab untuk editing program yaitu mengumpulkan, memilih, memotong , menyambung gambargambar hasil shoting dan mengurutkan, menata gambar dan suara, musik backsound, sound efect sesuai dengan naskah program sehingga menghasilkan hasil produksi program yang berkualitas tidak jumping dan enak dinikmati. Oleh karena itu seorang editor diharapkan memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai. Demikian pula juga harus memiliki ketahanan fisik yang baik, karena dituntut bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaannya. Secara rinci kualifikasi kemampuan seorang editor adalah sebagai berikut. a. Membuat perencanaan kreatif dan keputusan teknis b. Mempersiapkan peralatan editing
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
226
c. Mengoperasikan peralatan mesin editing d. Mengoperasikan mesin editing dengan sistem linier berbasis digital e. Mempersiapkan EDL (editing decision list) dalam proses editing on line f. Mengedit material hasil pengambilan gambar untuk kebutuhan penyiaran yang mendesak g. Mengedit dialog dan suara 14. Penulis Naskah/Script Seorang penulis naskah diharapkan memiliki kemampuan menulis (writen presentation) yang baik untuk menuangkan ideidenya, memiliki kemampuan dan pengetahuan produksi program, jurnalistik penyiaran dan sebagainya sehingga naskah yang ditulis mudah dipahami dan dapat diproduksi dengan mudah dan cepat. Secara rinci kualifikasi kemampuan yang diharapkan dari penulis naskah adalah sebagai berikut. a. Mengembangkan tulisan/cerita b. Menulis script c. Mengedit script d. Menulis materi presentasi e. Menulis isi tulisan atau teks f. Menulis laporan siaran berita g. Menulis sekuen interktif untuk multimedia h. Menulis narasi 15. Spesial efect Spesial efect atau efek khusus sangat diperlukan untuk keperluan penekanan-penekanan terutama pada adegan yang sulitdilakukan dan berbahaya. Agar nampak seperti dalam kejadian yang sesungguhnya maka diperlukan efek khusus ini. Oleh karena itu tenaga yang menangani refek khusus ini perlu memiliki kemampuan dan kreativitas untuk menciptakan efekefek khusus untuk keperluan produksi program. Kualifikasi dan kemampuan yang diharapkan bagi tenaga efek khusus adalah sebagai berikut. a. Mengembangkan dan mengimplementasikan disain efek husus untuk layar b. Mengkoordinasikan penciptaan efek-efek khusus (special effect) c. Menciptakan efek khusus untuk layar d. Memperbaiki, memelihara dan mengubah efek khusus e. Mengkoordinir transportasi dan perakitan efek khusus f. Merakit dan memelihara efek khusus dalam masa produksi g. Mengeksekusi efek khusus dengan aman
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
227
16. Pemeran / Artis Pemeran atau artis diharapkan berkepribadian menarik, memiliki ketahanan fisik yang baik, sesuai dengan karakter yang diperani, memiliki kemampuan akting, mampu bermain watak, berbakat, mampu bermain teater/drama, Vokal yang bagus dan memiliki keberanian, tidak mudah putus asa dan sebagainya. Demikian juga harus memiliki pengetahuan yang luas,memiliki pengetahuan dan keterampilan bermacam-macam seni serta mampu menciptakan karya seni dan sebagainya. Dengan demikian artis yaiti aktor dan aktris yang handal dan terkenal akan menjadi seorang aktar/aktris sekan sekaligus menjadi seorang seniman dan pencipta. Oleh karena itu dalam perekrutan pemeran seorang produser perlu meadakan seleksi yang cermat agar produser dapat memilih pemeran yang tepat dan berbakat. G. Teknik Siaran TV 1.
Teknik Siaran Langsung (on line) Siaran langsung dapat dilakukan didalam studio maupun di luar studio. Siaran di dalam studio misalnya siaran acara/program talk show, dialog dan sebagainya. Siaran di luar studio misalnya liputan acara yang sifatnya resmi misalnya acara kenegaraan seperti upacara 17 Agustus, sidang pleno DPR, pertandingan final olah raga piala sudirman dan sebagainya. Proram- program siaran langsung biasanya sangat ditentukan oleh waktu yang tidak dapat diubah dan pada saat itu juga harus disiarkan ke publik. Berarti antara pengambilan gambar/liputan dengan penyiarannya bersamaan. Jadi editingnya dilaksanakan secara langsung (on line) pada studio mini yang diset di lokasi acara berlangsung. Panduan editingnya menggunakan urutan acara dan EDL (editing dicision list) yang dibuat oleh editor. Liputan seperti ini biasanya berbentuk laporan pandangan mata oleh reporter TV. Teknik siaran langsung di dalam studio dapat dijelaskan seperti gambar ilustrasi berikut ini.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
228
Kamera 1
arena
Pemancar
Headpo
Mic
R.Rekaman Kamera 2
Lampu
Headpon
Studio TV
Gambar 88. Sistem Siaran TV langsung di dalam Studio
Personal yang terlibat dalam proses siaran dengan tugas masing-masing adalah: pemeran/aktor, reporter sebagai obyek shoting. Sebagai pelaksana produksi adalah: produser/asisten produser, sutradara, asisten sutradara/ floor manager, switcherman, VTR operator, sound operator, lighting operator, kamerawan dan operator pemancar. Kegiatan siaran merupakan kerja tim. Oleh karena itu dituntut kerjasama yang baik dan serasi dalam bertugas. Sedangkan teknik siaran langsung di luar studio dapat dijelaskan seperti gambar ilustrasi berikut ini.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
229
Kamera 1
arena
Headpon
Mic
R.Rekaman
Kamera 2 Lampu
Headpon
Studio TV mini
Pemancar
video audio
MIXER AUDIO & VIDEO
VCR
Gambar 89. Sistem Siaran TV langsung diluar studio
2.
Teknik Siaran Tidak Langsung Siaran tidak langsung terjadi antara pengambilan gambar/liputan dengan penyiarannya ada tenggang waktu, sehingga ada kesempatan menyiapkan program lebih baik melalui proses editing. Dengan demikian liputan yang dilakukan adalah pengambilan materi siaran yang selanjutnya dikirim ke editor untuk dilakukan editing program. Setelah rekaman program diedit dan sudah menjadi kaset video program atau dalam bentuk lain, maka pada waktu akan disiarkan kaset tersebut disiapkan di studio pengendali dan diputar kembali. Keluaran audio dan videonya disalurkan ke pesawat pemancar untuk dipancarkan melalui antena. Dari antena dipancarkan dan diterima dan dipancarkan stasiun bumi ke sateit lalu dipancarkan ke bumi kembali dan diterima stasiun relay untuk dipancarkan ke rumah-rumah penduduk di wilayahnya. Sebagai contoh rekaman program sinetrom, drama, sepak bola yang siarannya ditunda, berita, kuis, dan sebagainya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
230
Pemancar
video
audio
VCR
Gambar 90. Sistem siaran TV tidak langsung
3.
Prosedur Pengoperasian. Yang paling utama dari prosedur pengoperasian adalah keruntutan dan kesinambungan dari program siaran. Sehingga tidak sampai ada jeda gambar tayangan yang disiarkan ke pemirsa. Suatu hal yang tidak baik bila pemirsa disuguhi dengan frame kosong apalagi terus muncul caption yang berbunyi ” maaf siaran terganggu karena ada kesalahan teknis”. Sungguh ini akan membuat penonton tidak percaya, menilai kurang profesional dan sebagainya lalu pindah pada stasiun pemancar yang lain yang berarti meninggalkan stasiun itu. Oleh karena itu program siaran harus sudah siap sebelum waktu siaran dimulai. Untuk tayangan langsung mungkin lebih mudah karena sifatnya hanya menayangkan acara yang sedang berlangsung, sehingga tinggal membuat variasi gambar yang ditayangkan. Hal ini diperlukan kecermatan bagi sutradara untuk memilih gambar mana yang sesuai dari karya kamerawan yang yang satu dengan yang lain atas instruksi sang sutradara atau improvisasi kamerawan itu sendiri. Semua gambar yang ditayangkan akan direkam di VTR sebagai arsip tayangan program yang sewaktu-waktu bisa ditayangkan kembali atau
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
231
menjadi bahan untuk program pengembangan menjadi program sajian baru yang lebih menarik. Setelah siap program tayangan sutradara tinggal memberi perintah kepada operator pemancar maupun switcher/VTR untuk on air. Setelah itu siaran harus berlangsung tidak terputus dari program yang satu ke program yang lain sampai pada akhir program ditutup oleh presenter atau penyiar dan muncul gambar cue penutup dan musik tune sebagai tanda pemancar segera off air. 4.
Menjaga daya bateray dan persediaan video. Menjaga daya bateray sangat penting dalam pelaksanaan shoting, baik shoting di luar studio maupun di dalam studio. Apalagi pada shoting yang langsung disiarkan ke publik. Apabila daya bateray tidak dijaga, maka akan terjadi drop tegangan maupun arus listriknya sehingga akan berakibat tidak mampu mensuplay energi listrik untuk keperluan peralatan elektronik camera, mic yang menyebabkan peralatan tidak bekerja normal. Hal ini akan berakibat mengganggu jalannya shoting maupun siaran TV. Oleh karena itu bateray harus di charg/disetrum sebelum kegiatan shoting dimulai sehingga bateray telah dalam kondisi penuh/full. Di samping itu menyediakan bateray cadangan sangat dianjurkan, agar pelaksanaan shoting tidak terganggu karena bateraynya kosong. Peralatan yang menggunakan bateray diantaranya adalah camera dan mic. Mic yang bateraynya drop juga akan mengganggu produksi suara. Suara akan menjadi tidak jelas kualitasnya dan biasanya akan menimbulkan noise/derau. Oleh karena itu cadangan bateray untuk mic juga sangat diperlukan untuk kelancaran shoting/siaran TV. Drop bateray pada camera bisa diatasi dengan menyediakan genset, karena biasanya camera dilengkapi dengan adaptor sehingga bisa bekerja dengan sumber listrik dari genset maupun dari PLN. Menjaga kebutuhan kaset video juga harus mendapat perhatian, karena kekurangan stok kaset video juga akan mengganggu pelaksanaan shoting. Akan mengakibatkan tidak memiliki backup siaran ataupun dokumentasi karena tidak ada bahan untuk merekam videonya. Oleh karena itu dalam mempersiapkan shoting jangan sampai ketinggalan menyediakan kaset video yang cukup. Sebelumnya semua kaset video harus dicek apakah tidak ada yang macet karena lengket, apakah tidak berjamur dan sebagainya. Pastikan semua peralatan dan bahan ready for use.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
232
H. Program Siaran TV 1. Format Program Siaran Televisi Ditinjau dari pendekatan produksinya Format program siaran TV dapat dikategorikan menjadi dua yaitu karya artistik dan karya jurnalistik. Karya artistik adalah program TV yang diproduksi melalalui pendekatan artistik yang sangat mengutamakan keindahan. Contoh jenis program artistik adalah sebagai berikut. a. Pendidikan/Agama : mimbar, monolog, khotbah dan sebagainya b. Hiburan : kuis, Video klip, drama, komedi, sinetron dan sebagainya c. Seni dan budaya : feature d. Iklan / public service : spot komersial, spot layanan masyarakat e. Penerangan umum : Drama instruksional f. IPTEK : dokumenter, kuis Program jurnalistik diproduksi melalui pendekatan jurnalistik yang sangat mengutamakan kecepatan dan aktualitas informasi. Contoh jenis program jurnalistik adalah sebagai berikut. a. Berita aktual (news bulletin) merupakan program yang sangat terikat dengan waktu siaran ( Time concern) b. Berita non actual (news magazine) merupakan program yang tidak begitu terikat dengan waktu siaran (timeless) c. Penjelasan masalah hangat : dialog, wawancara, diskusi panel Monolog : pidato; Siaran langsung : reportase, komentar, laporan Perbandingan dari kedua jenis karya program TV tersebut dapat dijelaskan melalui tabel berikut. Tabel 6. Perbandingan format artistik dan jurnalistik
Karya Artistik Sumber : ide/gagasan Mengutamakan keindahan Isi pesan, bisa fiksi dan non fiksi Penyajian tidak terikat waktu Sasaran: kepuasan penonton
Sri Sartono
Karya Jurnalistik Sumber: permasalahan hangat Mengutamakan kecepatan dan aktualitas Isi pesan, harus aktual Penyajian terikat waktu Sasaran: kepercayaan dan kepuasan penonton
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
233
Memenuhi rasa apresiasi Improvisasi tak terbatas Isi pesan terikat kode moral Penggunaan bahasa bebas/ dramatis Refleksi daya hayat kuat Isi pesan tentang realitas sosial.
2.
Memenuhi rasa ingin tahu penonton Improvisasi terbatas Isi pesan terikat kode etik Menggunakan bahasa jurnalistik Ekonomis dalam bahasa dan kata Refleksi penyajian kuat Isi pesan realitas dan faktual
Jenis-jenis Program TV Terdapat berbagai program tayangan TV yang selama ini disiarkan oleh perusahaan penyiaran televisi adalah sebagai berikut. a. Program Seni dan Budaya. Program ini termasuk karya artistik program televisi. Secara garis besar program seni dan budaya dibedakan menjadi dua yaitu program seni pertunjukan dan program seni pameran. Program seni pertunjukan diantaranya seni musik, seni tari, pertunjukan boneka. Seni musik misalnya konser, gamelan, jazz, klasik, pergelaran musik daerah dan sebagainya. Seni tari misalnya tari tradisional, tari daerah, tari modern dan sebagainya. Seni pertunjukan boneka misalnya puppet show, si unyil, wayang kulit, wayang golek dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk seni pameran misalnya adalah seni arsitektur, seni kriya, seni lukis, seni instalasi, seni patung, seni rupa dan sebagainya. Seni pertunjukan dalam hal ini berkaitan seni budaya pengemasannya tidak mudah. Seorang produser harus memiliki pengetahuan tentang seluk beluk seni dan budaya yang mau disajikan. Misalnya tentang asal-usulnya, penciptanya, substansinya, dan bagian-bagian atau detail tentang seni budaya tersebut. Akan lebih baik lagi bila yang menjadi produser atau sutradaranya adalah orang seni budaya itu sendiri. Misalnya seorang penari tradisional menjadi sutradara dari pertunjukan tari yang akan diproduksi. Agar pertunjukan seni budaya bisa menarik pemirsa yang banyak perlu dikemas dan dipadukan secara pop sehingga disenamgi banyak orang. Suatu bukti keberhasilan ini misalnya ketoprak, drama tradisional jawa tengah pernah mendapatkan rating yang tinggi ketika dikemas secara pop dengan homor, lalu menjadi ketoprak
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
234
humor. Wayang kulit digabung dengan penyanyi pop, kroncong maupun campursari dengan melibatkan para selebritis terkenal juga banyak menarik pemirsa. Seni pameran seperti yang pernah di produksi dan ditayangkan adalah program seni arsitektur yaitu rumah kita, atau rubrik unik. Memang belum banyak digarap oleh produser karena takut rugi karena kurang menarik bagi seponsor. Sebenarnya bila digarap dengan lebih profesional dan mungkin bisa dipadukan dengan program lainnya seperti drama, tari yang dimasuki informasi tentang seni lukis, arsitek, patung dan sebagainya akan menjadi tayangan yang menarik dan disenangi sehingga akan mendatangkan profit karena seponsor mau mendanai. b. Program Hiburan Pop. Program ini meliputi beberapa macam program entertainment seperti lawak, musik pop, mode show, atau perpaduan ketiga-tiganya. Program ini dapat diseting di dalam studio maupun di luar studio yaitu di gedung pertunjukan atau di lapangan. Program hiburan lawak. Contoh program yang disenangi saat ini adalah parodi yaitu jenis lawak intelektual yang dikemas menjadi program republik mimpi. Dorce show, Vina panduwinata show, Iwan Fals show dan sebagainya juga merupakan program hiburan pop yang menarik. Program lawak juga banyak yang dikemas dalam format interview. Dalam hal ini wawancara hanya dipakai sarana untuk memunculkan humor yang merangsang penonton untuk tertawa karena lucu. Biasanya untuk lebih memberi kemenarikan program ini dipadukan dengan selingan penyanyi untuk memberikan intermezo dengan lagu atau juga dialog. Program empat mata yang dipandu seorang Tukul Arwana yang yang menjadi pusat lawakan ditambah dengan program hiburan variatif dari pelawak lain, penyanyi dan artis-artis yang lain merupakan suatu contoh program hiburan yang menarik dan mendapatkan rating yang tinggi. Program hiburan musik. Seperti musik dangdut sudah menjadi primadona televisi. Bahkan telah dikemas format program yang mengarahkan penyanyi yang tidak biasa/ senang dengan jenis musik ini mendadak menjadi penyanyi dangdut dengan goyang pinggulnya yang aduh hai. Jenis musik ini memang menjadi kesenangan masyarakat menengah ke bawah (dulu) yang bertempat tinggal di daerah pantai. Tetapi saat ini sudah berubah menjadi musik rakyat dari segala kalangan, sehingga hiburan ini banyak disukai dan memperoleh rating yang tinggi yang berarti
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
235
mendatangkan keuntungan bagi perusahaan penyiaran TV melalui banyak sponsor komersial. Program musik jazz dan klasik sebagai program seni dan budaya saat ini sedang mencari format untuk mendapatkan penggemarnya. Lain halnya musik pop dan dangdut dapat dikemas dengan berbagai macam format karena memiliki karakter yang agak bebas dan berbeda dengan musik klasik/jazz. Model pertunjukannya bisa diseting di studio maupun diluar studio. Kecantikan dan kepiawaian artis juga sangat dibutuhkan untuk memuaskan penonton baik distudio maupun di rumah. Oleh karena itu pengambilan gambar yang bervariasi sangat penting dalam hal ini. Tayangan siaran dapat secara langsung maupun tak langsung. Secara langsung berarti tayangan programnya menjadi natural apa adanya seperti saat itu terjadi. Tetapi untuk tayangan tidak langsung dapat dilakukan editing dan diinsert materi/animasi untuk menambah tayangan lebih menarik dan mampu memuaskan penonton. c. Program Talk show. Program ini juga dikenal program wicara. Banyak format untuk mengemas program ini diantaranya adalah vox-pop, kuis, interview, diskusi panel dan sebagainya. Program ini banyak mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih tentang sesuatu yang menarik, hangat dibicarakan masyarakat, tanya jawab persoalan dengan hadiah dan sebagainya. Program uraian pendek (the talk program) didahului munculnya seorang presenter membicarakan sesuatu yang menarik untuk membuka acara. Selanjutnya uraian disampaikan oleh seorang pembicara dengan waktu yang pendek misal 2-5 menit. Dalam waktu tersebut bila hanya wajah pembicara yang muncul, maka tayangan akan menjadi monoton dan menjemukan. Oleh karena itu ditengah pemberian uraian perlu ditayangkan gambar pengganti pembicara yang merupakan ilustrasi yang sesuai dengan apa yang diuraikan. Sehingga tayangan akan lebih menarik. Selajutnya ditutup oleh presenter dengan merangkum/memberikan komentar dan sekaligus menyampaikan acara selanjutnya setelah tayangan iklan. Kadang-kadang seorang presenter juga menjadi pembicara sendiri. Oleh karena itu presenter dituntut memiliki kemampuan dan pengetahuan yang luas. d. Program vox pop / suara masyarakat. Kata vox pop berasal dari kata vox populi yang berarti suara masyarakat. Yaitu program yang mengetengahkan pendapat umum tentang
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
236
suatu masalah. Program ini dapat dipisahkan antara vox pop sebagai program dengan vox pop sebagai penyelidikan. Vox pop sebagai program, mengetaengahkan serangkaian pendapat umum tentang suau masalah yang sedang dibahas dalam program kepada penonton dengan tujuan agar penonton mengetahui bermacam-macam pendapat dari berbagai orang atau kelompok sehingga dapat dikonfrontir dengan pendapatnya sendiri. Dengan cara ini penonton diajak untuk berpikir dan mempertimbngkan atau memilih pendapat mana yang sesuai dengan pendapatnya. Dari pendapat-pendapat itu producer dapat menarik kesimpulan dan mengetahui tanggapan masyarakat yang sebenarnya terhadap masalah yang sedang dibahas. Vox pop juga untuk menunjukkan bahwa masalah tersebut merupakan masalah yang penuh kontradiksi. Dan masalah yang pelik karena pendapat mereka bermacam-macam, berarti sulit untuk dipecahkan. Vox pop untuk penelitian dapat dipakai sebagai masukan /feedback dalam proses komunikasi tentang suatu masalah. Producer menggunakan berbagai pihak untuk berpendapat tentang suatu masalah, sehingga terjadi komunikasi dua arah secara wajar. Vox pop biasanya menjadi bagian dari program lain meskipun bisa berdiri sendiri. Yaitu menjadi bagian dari program feature atau majalah udara. Sebagai bagian dari program lain program vox pop harus menyesuaikan dengan tema program utamanya. e. Program Wawancara (interview). Program ini termasuk the talk show program. Bentuk yang lain adalah diskusi panel. Dalam pelaksanaannya dapat dilaksanakan di dalam studio maupun diluar studio. Demikian pula dapat dilaksanakan siaran secara langsung maupun tidak langsung. Agar program ini tidak membosankan perlu dipersiapkan dengan matang agar penonton juga memperoleh apa yang diharapkan. f.
Sri Sartono
Program diskusi panel. Program ini dikenal dengan talkshow diskusi. Program ini tentunya tidak akan menarik bila pengemasannya tidak baik. Akan menjadi program yang membosankan penonton karena variasi gambarnya tidak banyak ya tokoh itu saja dengan posisi yang sama duduk dan berbicara. Hal ini bertentangan dengan prinsip program audio visual yang memerluakan kreatifitas dan variasi gambar sehingga tayangan menjadi hidup dinamis dan
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
237
menarik. Oleh karena itu perlu dipersiapkan format yang luwes dan terpadu. Mungkin dapat dibuat interaktif sehingga dapat ikut dalam acara diskusi tersebut. Mendatangkan tokoh pro dan kontra sehingga dapat menghidupkan suasana dan sebagainya. Presenter akan bertindak sebagai moderator untuk mengatur pembicaraan agar adil dan merata tidak didominasi seseorang pembicara saja. Oleh karena itu presenter merupakan faktor penting sehingga harus bisa memanage acara sehingga acara berjalan lancar dan tuntas. Untuk itu dibutuhkan presenter yang berpengalaman dan memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang masalah yang sedang dibahas. g. Program berita (News). Merupakan program sajian berupa fakta dan kejadian/peristiwa yang memiliki nilai berita yaitu yang unusual, factual dan esensial dan disiarkan melalui media secara periodik. Penyajian berita harus obyektif, liputan gambar yang disajikan agar tidak membuat shock tetapi obyektivitasnya harus dipertahankan. Namun demikian subyektivitas dapat terjadi karena peliput, karena penyusunan kalimat/bahasa yang digunakan dan kebijakan stasiun penyiarnya yang memiliki kebijakan pemberitaan (editorial policy). Kebijakan rekdaksi dapat menentukan komposisi berita (newscast). Berdasarkan lingkup kawasan menjadi berita nasional,internasional maupun regional. Berdasarkan aspek kehidupan dapat menjadi berita ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan. Berdasarkan bidang khusus menjadi berita olah raga, berita kewanitaan, dan pariwisata. Selanjutnya karakterkarakter tersebut disusun menjadi blok. Dan blok-blok ditata menjadi urutan blok yang mempertimbangkan perhatian penonton. Penyusunan materi berita sangat bervariasi. Biasanya bagian yang aktual ditempatkan di depan baru berita penting dan disusul bagian yang kurang penting seperti tentang humanitas. Bagian humanitas ini disampaikan dengan agak humoris yang berfungsi mengendorkan syaraf penonton setelah menyaksikan peristiwa yang menegangkan. Juga berfungsi sebagai jembatan bagi acara berikutnya. Terdapat duamacam berita yaitu berita yang terikat waktu (time concern) dan berita yang tidak terikat waktu (timeless). Berita yang terikat waktu diprogramkan menjadi berita harian dan yang tidak terikat waktu disajikan secara berkala. Berita Harian. Disebut juga dengan berita hangat (hot news) adalah berita yang segera disampaikan ke
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
238
masyarakat. Memiliki corak terikat waktu, singkat dan aktual. Berita hangat juga bersifat linier dan langsung (stright news) misalnya program seputar indonesia,Topik, Liputan 6. dalam hal ini tidak menampilkan opini dan interpretasi reporter maupun tokoh. Disamping bentuk berita harian tersebut dapat pula berbentuk pembahasan mendalam (indept news), contohnya adalah program kupas tuntas. Terdapat pula berita yang lunak (soft news) yang memberitakan kejadian umum yang penting di masyarakat misalnya berita tentang konferensi, seminar, pembangunan daerah, kegiatan masyarakat dan human interest Berita seperti ini tidak melibatkan tokoh masyarakat atau orang terkenal. Bentuk lain dari berita harian adalah hard news (berita keras). Yaitu berita yang mengandung konflik dan memberi sentuhan emosional serta melibatkan tokoh terkenal. Yang termasuk dalam berita ini adalah berita yang memiliki high political tetion, very unusual, dan controversial. Soft news juga bentuk lain dari berita harian. Yaitu berita singkat dan penting tentang informasi kejadian. Sebagai contoh adalah program sekilas info, yang dijadwalkan setiap jam sebagai breaking news atau stop press. Berita berkala. Merupakan karya jurnalistik TV yang tidak terikat waktu (timeless) sehingga memiliki kemungkinan penyajian berita yang lebih lengkap dan mendalam serta ditambah kan sentuhan artistik yang membuat kemenarikan penonton. Berita berkala ini dapat berbentuk feature, dokumenter, dan magazine. Menulis Laporan Siaran Berita. Setelah Wartawan TV meliput berita, sehingga berita telah didapatkan secara lengkap, maka dapat dilanjutkan dengan klarifikasi berita tersebut kepada sumber berita untuk recek kebenaran berita. Selanjutnya diteruskan dengan langkah penulisan laporan berita. Penulisan laporan berita disesuaikan dengan format program yang dipilih untuk penyiarannya melalui program TV. Apakah termasuk berita yang terikat waktu atau berita yang tidak terikat waktu. Apabila termasuk berita yang terikat waktu, maka dapat dimasukkan kedalam berita harian. Sehingga penulisannya harus singkat dan aktual linier dan langsung (Stright). Dapat pula dimasukkan pada bentuk berita lunak (soft) kalau beritanya tentang kejadian umum yang penting di masyarakat. Atau berita yang dibahas mendalam (indepth). Apabila beritanya
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
239
termasuk kategori yang tidak terikat waktu, maka laporannya ditulis menjadi berita berkala. Dalam hal ini dapat dipilih bentuk feature, dokumenter atau magazine. Teknik penulisan laporan program berita dapat dibaca kembali pada bab jurnalistik penyiaran TV yang telah banyak dibahas di muka. h. Program dokumenter. Dalam program dokumenter terkandung unsur nilai dan faktual. Faktual berarti nyata, ada dan pernah terjadi. Nilai adalah esensial dan bermakna. Suatu dokumen dapat berwujud kertas dengan tulisan atau berkas-berkas seperti ijazah, catatan,surat penting dan juga berwujud gamber, foto,film,video dari suatu peristiwa atau kejadian dimasa lampau. Yang disebut memiliki dokumenter adalah dokumen yang memiliki makna bagi suatu lingkungan/daerah, sehingga yang dapat mengetahui apakah dokumen itu memiliki nilai dokumenter adalah lingkungan itu sendiri. Program dokumenter TV mengandung dua unsur pokok yaitu gambar dan suara. Unsur gambar terdiri dari antara lain: 1) Rangkaian kejadian : suatu peristiwa, kegiatan lembaga 2) Kepustakaan : potongan arsip, majalah atau mikrofilm 3) Pernyataan : Individu yang berbicara sadar didepan kamera 4) Wawancara : pewawancara boleh kelihatan atau tidak 5) Foto still : foto-foto bersejarah 6) Dokumen : gambar, grafik, kartun 7) Pembicaraan : diskusi, atau pembicaraan sekelompok orang 8) Layar kosong /silhouette : untuk memberi perhatian pada sound atau silhouette karena pribadi yang berbicara dibahayakan keselamatannya jadi perlu dilindungi dengan memburamkan wajah biar tidak nampak jelas. 1) 2) 3) 4) 5)
Sri Sartono
Unsur suara antara lain sebagai berikut. Narasi/reporter : dengan narator/reporter/voice over Synchronous sound : dengan suara apa adanya dalam gambar yang direlay secara tersendiri, kemudian di mix/dipersatukan. Sound efect : suara-suara suasana dan latar belakang Musik/lagu : harus diciptakan musik Kosong/sepi : untuk memberi kesempatan penonton memperhatikan secara detail.
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
240
i.
Program Feature. Yaitu program yang membahas suatu pokok bahasan, satu tema yang diungkapkan melalui berbagai pandangan yang saling melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis dan disajikan dalam berbagai format. Satu feature dapat disajikan dengan merangkai beberapa format program sekaligus. Misalnya dalam format wawancara, show, vox pop, puisi, musik, sandiwara singkat/fragmen. Dalam faeture, setiap format harus membicarakan hal yang sama tetapi dari sudut pandang yang berbeda agar tidak overlaping. Feature merupakan gabungan dari unsur dokumenter, opini dan ekspresi. Karya puisi, musik dan nyanyian merupakan ungkapan ekspresi dari pokok bahasan yang disajikan namun nilai faktualnya kurang dan hanya dipakai untuk menciptakan suasana.
j.
Program magazine (majalah). Program ini dikenal sebagai majalah udara. Contohnya program Apresiasi Film dan Spectrum. Seperti media cetak majalah udara terbit mingguan, bulanan, tergantung dari kemauan produser. Dalam majalah udara juga terdapat rubrik tetap yang berisi bahasan-bahasan. Dengan demikian program ini mirip dengan feature, bedanya kalau feature hanya memuat satu bahasan yang disorot dalam berbagai format, tetapi kalau majalah udara memuat satu bidang kehidupan seperti wanita, film, pendidikan. Musik yang ditampilkan dalam rubrik tetap disajikan dalam berbagai format. Contohnya progra Gebyar dan Gelar, Karya dan Pencipta, Bintang Kita dan sebagainya. Durasi program ini adalah berkisar dari 30 – 50 menit dan memuat 6-10 rubrik.
k. Program Spot. Adalah program untuk mempengaruhi dan mendorong penonton TV untuk tujuan tertentu. Program ini sangat pendek hanya memiliki durasi penayangan berkisar antara 10 detik sampai 1,5 menit. Program spot merupakan program spesifik yang diciptakan untuk kepentingan tertentu, secara efektif dapat mencapai dan pesannya dipahami penonton dalam waktu yang singkat. Terdapat macam-macam program spot diantaranya spot komersial, spot layanan masyarakat, spot sosial, spot propaganda politik, dan sebagainya. Pengertian kebanyakan orang yang namanya program spot adalah iklan promosi komersial yang bertujuan menggiring penonton untuk membeli produk yang ditawarkan.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
241
Program spot memiliki keunggulan dibanding program lainnya yaitu 1) Dapat mencapai penonton yang banyak, karena tidak membutuhkan waktu perhatian yang lama 2) Penonton dapat menerima pesan sebelum berubah menjadi bosan 3) Dapat diulang beberapa kali dan mudah diingat 4) Ide yang singkat tetapi memiliki kekuatan yang besar jika dikerjakan dengan baik dan hanya memuat satu obyek 5) Mudah disisipkan diantara program sebagai selingan karena waktunya singkat. 6) Biaya pembuatan relatif murah, namun spot komersial dapat mendatangkan pemasukan dana yang besar. Program spot digunakan untuk kepentingankepentingan sebagai berikut. 1) Memberitahukan kejadian penting yang akan disiarkan (promo) 2) Memberitahukan tempat di mana mayarakat dapat memperoleh keterangan tentang sesuatu yang diperlukan (informasi) 3) Memberikan kritik ringan terhadap peritiwa, perbuatan, dan hal lain di masyarakat agar masyarakat menyadari hal itu (spot layanan masyarakat) 4) Meyakinkan masyarakat tentang kebenaran (religius spot) atau pandangan tertentu tentang persoalan mayarakat atau politik. Ciri-ciri program spot adalah sebagai berikut 1) Sering diulang-ulang penayangannya, kadang-kadang dapat mencapai penonton yang luas karena pengulangan itu 2) Sering tidak ada hubungannya dengan program lain ketika spot ditayangkan. Sering ditayangkan sebagai selingan diantara program lain 3) Tidak ada kata pembukaan dan penutup, tetapi dengan cara sederhana langsung menyampaikan pesan. Ditulis dengan gaya penulisan cepat. l.
Sri Sartono
Program Doku-drama. Merupakan kependekan dari program drama dokumenter yaitu dokumenter yang dikemas dalam bentuk drama. Suatu kejadian yang sudah lampau, faktual ada peninggalan dan bekasnya, beberapa tokohnya masih hidup didramakan kembali karena memiliki daya tarik atau
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
242
kejadian tersebut memiliki nilai. Program Video/TV tersebut disebut doku-drama. Tidak sepenuhnya dokumenter dan tidak sepenuhnya drama karena mengandung kebenaran faktual. Materinya disebut faksi yaitu gabungan antara fakta dan fiksi. Tampilan programnya hampir sama dengan sinetron. Perbedaannya doku-drama bertolak dari pengalaman atau kejadian nyata, shotingnya juga mengambil lokasi tempat yang sama dengan kejadian sesungguhnya. Di dalamnya kadang dimasukkan adegan nyata yang diambil dari footages dokumenter atau dokumen yang lain. Memproduksinya mirip dengan produksi dokumenter, namun adegan masa lalu boleh direkayasa. Contoh program doku-drama misalnya film Anak Seribu Pulau. m. Program Sinetron. Adalah program film yang diproduksi elektronik (sinema elektronik). Program ini di jaman TVRI disebut drama Televisi atau teleplay atau sandiwara televisi. Program sinetron penggarapannya hampir sama dengan film layar putih. Demikian pula penulisan dan format naskahnya. Naskah sinetron disebut juga skenario. Perbedaan dengan film layar putih, sinetron pembuatannya sudah menggunakan kamera elektronik dengan video tape recorder sebagai perekam. Saat ini kamera sudah dilengkapi dengan VCR untuk merekam gambar dan suara. Bahannya pita magnetik didalam kaset. Penyajiannya dipancarkan dari stasiun TV dan diterima dirumah-rumah dengan pesawat penerima TV. Sedangkan film layar putih pengambilannya menggunakan kamera optik, bahan filmnya seluloid dan media penyajiannya menggunakan proyektor film dan layar putih didalam gedung bioskop yang gelap. Pengambilan gambarnya menggunakan engle lebar, sedangkan sinetron menggunakan angle close shot. TUGAS : Saksikan acara salah satu stasiun TV, Coba identifikasi setiap jenis program yang ditayangkan dan termasuk program yang mana menurut apa yang telah anda pada buku ini. Buat laporan kepada Pembimbing/Guru
I.
Merencanakan Jadwal Siaran TV Merencanakan jadwal siaran sangat terkait dengan program yang telah direncanakan. Program apakah yang direncanakan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
243
disiarkan setiap hari atau menjadi program harian. Program apakah yang direncanakan ditayangkan setiap minggu, atau menjadi program mingguan. Dan seterusnya menjadi program tayangan bulanan, triwulanan dan sebagainya. Untuk merencanakan jadwal harian, mingguan maupun bulanan juga terkait suatu konsekuensi bahwa program yang akan ditayangkan harus sudah siap diproduksi sebelum waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu jadwal siaran juga menjadi panduan produksi program. Produksi program juga diklasifikasikan untuk program singkat/harian dan program yang berkala/mingguan atau bulanan. Dalam merencanakan jadwal perlu langkah identifikasi program khususnya durasi/ lama putar setiap program, ditayangkan setiap hari, sehari berapa kali, waktu tayang pagi, siang atau malam, ada program lanjutan atau lepas/berdiri sendiri dan sebagainya. Perencana jadwal juga harus tahu berapa jam waktu yang tersedia mulai pembukaan (on air) sampai penutupan (off air). Berapa lama waktu untuk tayangan program dan berapa waktu yang disediakan untuk spot komersial dan layanan masyarakat. Disamping itu juga harus diketahui seponsor setiap program, untuk penempatan tayangan spot komersialnya. Setelah langkah identifikasi dan menghasilkan kelompokkelompok data langkah selanjutnya menyusun/menempatkan setiap program pada format jadwal yang berisi bulan, hari, tanggal, jam, program dan sebagainya. Contoh format jadwal adalah sebagai berikut.
Tabel 7. Format Jadwal Acara Siaran TV Program dan Jam tayang 05.00-05.15
Kamis, 01-11-07 Tune pembuka
Jumat 02-11-07 Tune pembuka
Sabtu 03-11-07 Tune pembuka
05.15-05.30
...................
...................
...................
05.30-05.05
Spot x,y,z
..
...
dan seterusnya
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
244
Contoh jadwal Siaran TV salah satu stasiun penyiaran TV swasta adalah sebagai berikut: Tabel 8. ACARA TV Jumat tgl.5 Oktober 2007 Metro TV
07.05 07.30 08.05 08.30 09.35 10.05 11.05 11.30 12.05 13.05 14.05 14.30 15.05 15.30 16.05 16.30 17.05 18.05 19.05 19.30 20.05 21.05 21.30 22.05 23.05 23.30
Sri Sartono
Trans TV
Indonesia This Morning Metro Xin Wen Sport Corner The Breakfast Club Market Review Oprah Winfrey Show Showbiz On Location Box Office America Metro Siang Absolut 20/20 Archipelago Public Corner Bisnis Hari Ini World News Tajuk RAMADAN Khasanah Religi Nusantara Ensiklopedia Alquran Metro Hari Ini Suara Anda Satu Jiwa Gebyar Wisata Nusantara Top Nine News Expedition Open House Republik Mimpi Metro Sport Metro malam
07.00 07.30 08.00 08.30 09.30 10.30 11.00 11.45 12.30 13.30 14.00 14.30 15.00 15.30 16.00 16.30 17.00 19.00 21.00 21.30 23.30
Insert Pagi Cerita Pagi Ngelenong Nyok Good Morning Dorce Show Kejamnya Dunia Insert Jelang Siang Ceriwis Sisi Lain Wisata Koliner Surat Sahabat Jelajah Kroscek Reportase Sore Insert Sore Menuju Surgamu Legenda Ketupat Ramadan Taking Lifes Reportase Malam
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
245
J.
Perpustakaan Audio Visual 1. Pustaka Program. Pustaka program adalah berbagai program hasil produksi sendiri maupun dari hasil pembelian dalam bentuk kaset, tape,cd, film dan sebagainya yang telah atau akan disiarkan perlu diadministrasikan dan disimpan dengan baik di dalam ruang perpustakaan audio visual. Biasanya hasil produksi program (master) digandakan beberapa copy kebentuk sesuai dengan perangkat playernya. Perpustakaan mendapat satu copy dengan informasi yang lengkap seperti judul, ditayangkan hari tanggal tahun jam dan durasinya, termasuk artis dan kerabat kerjanya sehingga menjadi media yang informatif. Data tersebut dibukukan dan diberi nomor dan didaftar pada katalog, sehingga akan lebih memudahkan pencarian bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Berikut ini contoh berbagai program yang disimpan di perpustakaan. Audio musik
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
246
Gambar 91. Perpustakaan/discotic Program TV
2. Pustaka Musik dan Sound Efek. Disamping hasil produksi, untuk keperluan produksi diperlukan materi pendukung berbagai musik untuk backsound maupun sound efek. Oleh karena itu perpustakaan perlu melengkapi pustaka musik berbagai jenis seperti musik tradisional, klasik, jazz, pop dan sebagainya. Atau musik hasil ciptaan sendiri (penata suara) dan musik-musik yang pernah digunakan untuk mendukung produksi program perlu penyimpanan dan pengadministrasian dengan baik. Biasanya jenis musik yang digunakan dalam produksi adalah jenis instrumentalia. Demikian pula berbagai jenis sound efek seperti suara angin, hujan, petir, berbagai suara binatang, suara orang berjalan, membuka pintu, tepuk tangan dan sebagainya, perpustakaan perlu memiliki koleksi sehingga memudahkan bila sewaktu-waktu producer membutuhkan. 3. Bank Gambar. Yang dimaksud dengan bank gambar adalah kumpulan dari materi produksi hasil shoting. Setelah produksi selesai maka gambar-gambar hasil shoting dikumpulkan dan diberi identitas dan informasi yang lengkap. Gambar-gambar ini bermanfaat untuk produksi revisi ataupun bisa dimanfaatkan untuk memproduksi program baru dengan tinjauan maupun tema yang berbeda. Disamping disimpan untuk keperluan arsip/dokumen yang kemungkinan sewaktu-waktu diperlukan.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
247
Gambar 92. Tempat penyimpanan Stock Shot/Bank gambar
4. Buku referensi. Buku-buku referensi juga sangat diperlukan terutama para produser dan penulis naskah untuk merencanakan suatu program. Oleh karena itu perpustakaan perlu memiliki koleksi buku referensi yang lengkap, untuk mempermudah produser dan penulis naskah dalam mendapatkan buku acuan atas naskah yang dibuatnya.
Gambar 93. Perpustakaan/ buku referensi
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
248
K.
Produksi Program TV Produksi program TV memerlukan pemikiran serius dari seorang produser, karena produser adalah orang yang paling bertanggung jawab atas produksi program. Terdapat beberapa hal yang harus dipikirkan atau direncanakan oleh seorang producer untuk produksi program TV yaitu : materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi. Materi Produksi adalah apasaja yang mampu menggugah ide seperti kejadian, peristiwa, pengalaman, karyacipta, binatang, hutan dan sebagainya. Seorang producer akan tersentuh pikirannya dan akan merangsang untuk beride untuk menciptakan sesuatu program Tv. Ide atau gagasan tersebut diubah menjadi tema program dokumenter atau sinetron atau program yang lainnya. Dari tema muncullah konsep program tersebut diwujudkan menjadi sinopsis yang menceriterakan kejadian secara singkat tetapi menyeluruh. Dari sinopsis dibuat treatment yang memuat langkahlangkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi suatu program. Dari treatment diciptakan/ditulis naskah/script atau langsung diproduksi. Sebenarnya dari treatment telah nampak apakah program yang akan dibuat bermutu/berbobot atau tidak. Oleh karena itu perlu penyempurnaan konsep program sehingga menghasilkan naskah program yang baik. Kriteria program yang baik menurut NHK adalah: Kesatuan antara gagasan dan kebenaran, Kesatuan antara kemampuan daya cipta dan kemampuan teknis, relevan untuk setiap masa, memiliki tujuan yang jelas dan luhur, mendorong kemauan belajar dan mengetahui, mereduksi nafsu dan kekerasan, keaslian, menyajikan nilai-nilai universal,menyajikan suatu yang baru dalam gagasan format dansajian, serta memiliki kekuatan mendorong perubahan yang positip. Program yang akan diproduksi dikelompokkan menjadi dua yaitu program adlib yaitu program yang diproduksi tanpa/tidak perlu menggunakan naskah karena tidak mungkin ditulis dan produksi program sistim bloking yaitu produksi program yang menggunakan naskah/script. Contoh progaram yang tanpa naskah seperti wawancara, talkshow secara langsung dan mungkin seorang pelawak tidak mungkin/sulit untuk menghafalkan naskah. 1. Sarana, Biaya, Organisasi dan Tahapan Pelaksanaan Produksi a. Sarana (Peralatan dan bahan) Produksi Peralatan produksi program TV dikelompok peralatan utama yaitu : peralatan perekam gambar, perekam suara dan peralatan pencahayaan. Peralatan produksi di dalam studio sudah dipasang/diinstal tetap di dalam ruang studio
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
249
pengambilan gambar/shoting dan ruang pengendali. Peralatan-peralatan tersebut adalah sebagai berikut. Peralatan yang ada di arena shoting yaitu : 1) Kamera TV/Video sebanyak 2 – 4 buah 2) Perlengkapan Kamera : Tripot, dolly, headpon, kabel kamera 3) Lampu : Lampu studio, lampu stand, lampu spot 4) Micropon 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Peralatan di ruang pengendali yaitu : Mixer Video Switcher Video VTR atau VCR Mixer audio, amplifier, tape dack, equalizer, Speaker headpon Switcher lampu studio Peralatan Sumber Video : VCD/DVD Player, VTR/Telecine Sumber audio : computer, Pick Up (turntable), Tape/kaset recorder
Peralatan-peralatan tersebut adalah yang diperlukan untuk produksi di dalam studio. Biasanya sudah dipasang/ diinstal tetap. Untuk keperluan produksi di luar studio biasanya menggunakan peralatan yang portable karena mudah dibawa ke mana-mana. Pada prinsipnya peralalatan yang digunakan untuk produksi/shoting di luar studio adalah sama dengan di dalam studio. Bahan Produksi adalah material perangkat lunak yang dipakai produksi. Misalnya tape/kaset video dari berbagai jenis sesuai dengan peralatan /kamera yang digunakan; kaset/tape audio; bolam lampu sesuai dengan jenis lampu yang digunakan; bateray sesuai dengan jenis peralatan yang menggunakan bateray, CDR/CDRW dan sebagainya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
250
Gambar 94. Bahan-bahan Produksi: Tape, Kaset analog dan digital, CDR
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
251
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
252
Gambar 95. Peralatan-peralatan produksi program TV
Pertimbangan jenis dan banyaknya peralatan tergantung format program yang akan diproduksi, apakah
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
253
akan/bisa diproduksi di dalam studio atau harus di luar studio, apakah dikejar waktu atau ada tenggang waktu. Oleh karena itu demi tertibnya administrasi penggunaan barang/peralatan dan juga dapat digunakan ceking sehingga tidak ada peralatan yang tidak terbawa, maka setiap produksi harus mengisi daftar peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Format kebutuhan/penggunaan peralatan adalah sebagai berikut. Tabel 9. Daftar Peralatan dan Bahan Produksi JENIS PERALATAN NAMA Kamera Video
VTR / VCR
Micropon
Lampu/ Pencahayaan Pita/Tape Perlengkapan
Sri Sartono
TIPE
MERK
WARNA JUMLAH
1. DXC 637 2. D 35 3. D 50 4. DSR 125 5. DSR 175 6. AGDP 800 7. AG 450 1. Betacam 2. Digital recorder 3. SVHS 4. VHS 1. handheld 2. Mikestand 3. Boom/shot gun 4. clip on/lavaliere 1. HMI 2. Standard 3. Broadlight 4. spotlight 5. Fresnel 6. Reflektor 1. Betacam 2. Digital Betacam 3. Mini DV 1. Tripot kamera 2. Dolly 3. Tripot/stand mic 4. Filter lampu 5. TV Monitor 6. Kabel-kabel - Kamera - Audio - Lampu
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
254
b. Biaya Produksi Seorang produser harus membuat dan mengajukan proposal rencana anggaran biaya produksi program yang akan dikerjakan kepada stasiun penyiaran (menager Program). Dalam merencanakan anggaran biaya produksi ada dua pendekatan yaitu budget/financial oriented dan quality oriented. Financial oriented. Perencanaan anggaran berdasarkan pada kemungkinan keuangan yang ada. Bila keuangan terbatas, maka tuntutan kebutuhan tertentu harus dibatasi. Misalnya lokasi shoting di dalam kota tidak perlu ke luar kota, artis kelas dua atau kelas tiga yang tidak terlalu mahal, penginapan dan waktu shoting dipersingkat, konsumsi yang tidak terlalu mewah dan sebagainya. Semua tergantung anggaran yang ada. Quality Oriented. Perencanaan biaya produksi berdasarkan tuntutan kualitas hasil produksi yang maksimal. Berarti dalam hal ini tidak ada masalah keuangan. Dengan demikian produser dapat mengajukan anggaran seideal mungkin agar bisa mempertahankan/mencapai kualitas produksi yang maksimal. Produksi semacam ini disebut dengan produksi prestige yaitu produksi yang diharapkan mampu mendatangkan keuntungan financial dan nama perusahaan. Artinya hasil produksi tersebut layak jual. Disamping itu juga memiliki nilai dan manfaat bagi masyarakat. Biasanya dalam merencanakan anggaran disamping dituntut kualitas juga harus melihat budget yang ada. Oleh karena itu bisa diambil jalan tengah yaitu dengan dua pendekatan secara simultan. Dalam hal ini seorang produser harus bisa mengidentifikasi hal-hal yang perlu dibiayai atau bagian apa yang bisa ditekan tanpa mengurangi kualitas produksi. Berarti merencanakan anggaran seefektif dan seefisien mungkin. Berikut ini merupakan contoh kegiatan atau pokokpokok yang memerlukan biaya sebagai bahan membuat rencana anggaran sebagai berikut. 1) Peralatan Lokasi Shoting Kamera Recorder Kaset/Tape Audio Lampu
Sri Sartono
: : : : :
Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ……………………………….
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
255
Perlengkapan TOTAL
: Rp. ………………………………. : Rp. ……………………………….
2) Sewa Lokasi Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3, dst TOTAL
: : : :
Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ……………………………….
3) Setting Grafik Dekorasi Visual, dst TOTAL
: : : :
Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ……………………………….
4) Transportasi Sewa mobil Bensin/solar Parkir Tiket pesawat Jalan tol Lain-lain TOTAL
: : : : : : :
Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ……………………………….
5) Akomodasi 10 hari shoting Hotel 1 /hari x 10 : Rp. ………………………………. Hotel 2 /hari x 10 : Rp. ………………………………. TOTAL : Rp. ………………………………. 6) Konsumsi 10 hari shoting Artis 15 orang : Rp. ………………………………. Crew 20 orang : Rp. ………………………………. Staf prod. 7 orang : Rp. ………………………………. TOTAL : Rp. ………………………………. 7) Property Sewa meja kursi Almari kuno Senapan Lain-lain
Sri Sartono
: : : :
Rp. Rp. Rp. Rp.
………………………………. ………………………………. ………………………………. ……………………………….
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
256
TOTAL
: Rp. ……………………………….
8) Kerabat kerja Kamerawan 1 Kamerawan 2 Audioman Lightman Kerabat kerja Tambahan TOTAL
: : : : : : :
Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ……………………………….
9) Editing dan Mixing Fasilitas editing Kerabat kerja Bahan TOTAL
: : : :
Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ……………………………….
10) Musik Komponis Rekaman Peralatan musik Bahan TOTAL
: : : : : :
Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ……………………………….
11) Administrasi Telepon Fax Fotocopy Stationary Petugas TOTAL
: : : : : :
Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ……………………………….
12) Artis Peran kelas 1, 3 orang Peran kelas 2, 4 orang Peran kelas 3, 3 orang Figuran TOTAL 13). Kostum Pembelian Sewa
Sri Sartono
: : : : :
Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ………………………………. Rp. ……………………………….
: Rp. ………………………………. : Rp. ……………………………….
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
257
TOTAL
: Rp. ……………………………….
14). Tata Rias Kosmetik Salon TOTAL
: Rp. ………………………………. : Rp. ………………………………. : Rp. ……………………………….
15). Biaya tak terduga 16). Pajak TOTAL ANGGARAN
: Rp. ………………………………. : Rp. ………………………………. : Rp. ……………………………….
c. Organisasi Pelaksanaan Produksi Agar produksi berjalan lancar dan sukses produser perlu menunjuk pembantu-pembantunya untuk menangani pekerjaan produksi program TV. Karena banyaknya jenis program yang membutuhkan keahlian yang bermacammacam, maka seorang produser tidak mungkin untuk menangani sendiri. Oleh karena itu perlu dibentuk organisasi produksi. Suatu produksi program TV melibatkan banyak orang misalnya artis, crew, dan fungsionaris lembaga penyelenggara, polisi, aparat setempat dimana shoting dilakukan, dan pejabat terkait dengan perijinan. Organisasi pelaksanaan disusun dengan rapi dengan memperhatikan kualifikasi kemampuan. Produser pelaksana mengkoordinir bendahara dan juru bayar, sekretariat yang mengurus surat menyurat dan perijinan. Organisasi lapangan diserahkan kepada seorang unit manager yang mengkoordinasikan pekerjaan dari sisi organisasi dan artiskik. Berarti manager unit menjadi penghubung antara unit organisasi dibawah sekretariat dan unit artistik dibawah sutradara. Bidang yang langsung di bawah koordinasi manager pelaksana unit adalah perijinan, transportasi, konsumsi,dan akomodasi. Sedangkan lokasi, seting/dekorasi, properti, kostum dan make up dan pelaksana lapangan berada dibawah koordinasi unit manager, tetapi pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan artistik dibawh koordinasi seorang art director atau art designer. Sutradara dalam bekerja dibantu oleh art director dan kamerawan yang mengkoordinasikan pekerjaan yang ditangani oleh penata cahaya dan penata sound. Sutradara
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
258
merupakan orang yang bertanggung jawab penuh produksi dan bertanggungjawab kepada produser. Agar organisasi dapat bekerja dengan baik dan untuk keperluan pengawasan perlu adanya daftar kerabat kerja sebagai berikut. 1) Sutradara : .................................................. Asisten sutradara : ............................................ 2) Kamerawan : ......................................... Asisten Kamerawan : ......................................... Pembawa kabel : ......................................... Penata cahaya : ......................................... Asisten penata cahaya : ...................................... Pengatur lampu : ......................................... 3) Penata Suara : ......................................... Asisten penata suara: ......................................... Pengatur Mic : ......................................... 4) Penanggung jawab teknik: ................................... Asisten penanggung jawab teknik: ......................... 5) Penata artistik (Art Director) : .............................. Asisten penata artistik : ...................................... Pekerja penata artistik : ..................................... 6) Penata Pakaian (Coctum Director) : ....................... Asisten penata pakaian : .................................... Pekerja penata pakaian: .................................... 7) Perancang Kostum : ......................................... 8) Penata rias : ......................................... Asisten penata rias : ......................................... Pekerja penata rias : ......................................... 9) VCR operator : ......................................... 10) Pencatat shoting (scriptman) : ............................. 11) Unit Manager : ........................................ Asisten Unit Manager : ........................................ 12) Pembantu produksi : .......................................... 13) Pekerja perlengkapan : ....................................... beberapa orang sesuai dengan kebutuhan 14) Sopir : ......................................... 15) Pelayanan umum (menyiapkan konsumsi) : ..............
Struktur organisasi pelaksanaan produksi program TV adalah sebagai berikut
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
259
PRODUCER
PRODUCER PELAKSANA
SEKRETARIAT
UNIT MANAGER
BENDAHARA/JURU BAYAR
ART DISIGNER
IJIN
LOKASI
TRANSPORT
SETTING
AKOMODASI / KONSUMSI
PROPERTY
KAMERAWAN
SUTRADARA
ARTIS
ASISTEN KAMERAWAN LIGHTING SOUND
KOSTUM/RIAS
Gambar 96. Struktur organisasi pelaksanaan produksi program TV
d. Pentahapan Pelaksanaan Produksi. Sesuai SOP (Standard Operation Procedure) Pelaksanaan produksi program TV diatur/ dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut 1) Pra Produksi. Yang terdiri dari kegiatan ide, perencanaan dan persiapan 2) Pelaksanaan Produksi 3) Pasca Produksi yang terdiri dari penyelesaian dan penayangan produksi. 1) Pra Produksi (Perencanaan dan Persiapan). Tahapan ini terdiri tiga tahap yaitu Penemuan Ide, Perencanaan dan tahap persiapan. Tahap Penemuan ide. Dimulai ketika produser menemukan gagasan lalu mengadakan riset dan menulis naskah sendiri atau memberikan tugas kepada script writer untuk mengembangkan gagasan menjadi naskah hasil riset.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
260
Tahap Perencanaan. Meliputi penetapan jangka waktu produksi dengan merencanakan jadwal kerja, penyempurnaan naskah, pemilihan artis, penetapan lokasi, dan crew. Di samping itu juga merencanakan anggaran biaya produksi yang didalamnya termasuk estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi penggunaan biaya. Tahap persiapan. Tahap ini meliputi kegiatan mengkoordinasikan sumber-sumber produksi diantaranya mengidentifikasi booking dan pemberesan semua kontrak, perijinan, dan surat menyurat. Memesan sumber daya dalam produksi, Latihan artis, pembuatan seting, ceking dan melengkapi peralatan. Pada tahap persiapan ini juga harus merencanakan pengaturan kebutuhan transportasi baik untuk pengangkutan bahan dan peralatan produksi maupun pengangkutan crew, artis dan pimpinan produksi dari dan ke lokasi shoting. Tahap ini dilaksanakan sesuai scedule yang telah ditetapkan. 2) Tahap Produksi. Tahap ini dimulai setelah perencanaan dan persiapan sudah selesai. Diharapkan sesuai dengan scedule yang telah ditetapkan. Sutradara bekerjasama dengan artis dan crew membuat shoting scrip yaitu menterjemahkan naskah menjadi naskah produksi sehingga menjadi susunan gambar-gambar yang mampu bercerita. Shoting script ini akan dipakai panduan bagi semua kerabat kerja termasuk para artis dan khususnya bagi kamerawan. Sutradara akan membuat daftar shot (shot list) dari setiap adegan (scene), karena sutradaralah yang menetapkan jenis shot yang akan diambil. Tetapi kadang-kadang juga memberi kebebasan kamerawan untuk berkreasi menentukannya. Satu kalimat dari naskah dapat diwujudkan menjadi beberapa shot yang berurutan. Penata cahaya melakukan tugasnya agar gambar tidak terlalu kontras atau juga sellouet, ada bayangan yang sangat mengganggu gambar atau situasinya berubah karena pencahayaan yang tidak tepat dan sebagainya. Oleh karena itu banyaknya sinar/cahaya yang dibutuhkan kamera sangat diperhitungkan jangan terlalu banyak dan jangan sampai kurang. Demikian pula arah cahaya yang jangan sampai menentang kamera. Hal itu semua harus dipikirkan oleh seorang penata cahaya. Penata sound/suara juga bertanggung jawab menempatkan posisi mic sehingga suara artis jelas dan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
261
logis, volume sesuai dengan situasi yang diharapkan naskah. Suara gangguan seperti angin dan suara lingkungan yang tidak diharapkan perlu dihindari/ dihilangkan. Dan yang penting jangan sampai mic kelihatan oleh kamera (kecuali penyanyi pada konser misalnya). Oleh karena itu mic dilengkapi dengan stand yang bisa diangkat dan diarahkan diluar jangkauan kamera. Semua shot harus dicatat dan diberi kode waktu (time code) sesuai nomer yang ada pada pita VCR untuk memberi petunjuk pada editor agar bisa mencari setiap shot dengan cepat. Setelah shoting, hasil shoting harus diperiksa apakah ada kesalahan, bagaimana kualitas gambarnya, suaranya dan sebagainya. Apabila terdapat kekliruan atau kualitas gambarnya kurang baik maka shot tersebut harus diulangi. Sudah biasa dalam produksi satu adegan diulang-ulang untuk mendapatkan hasil gambar yang terbaik. Setelah semua shot dilaksanakan dan tidak ada kesalahan, maka master shotnya atau juga disebut original material/ row foot age dibuat catatannya (logging) untuk kemudian diserahkan kepada editor. 3) Tahap pasca produksi. Tahapan ini ada tiga langkah yaitu editing off line, editing on line dan mixing. Proses editing ada dua macam sesuai peralatannya yaitu editing analog dan digital atau nonlinier dengan perangkat komputer editing. Editing off line analog/linier. Di dalam loggimg semua hasil shoting telah diberi tanda (time code) yaitu nomor kode berupa digit frame, detik, menit dan jam dimunculkan dalam gambar. Hasil pengambilan setiap shot telah dicatat oleh scriptman/girl. Berdasarkan catatan tersebut, Sutradara akan melakukan editing off line yaitu aditing kasar dengan copy video VHS sesuai dengan gagasan dalam synopsis dan treatmen. Materi shoting langsung dipilih dan disambung-sambung dalam pita VHS. Setelah selesai lalu hasilnya dilihat secara cermat dalam screening. Apabila masih belum memuaskan perlu ditambah atau diedit lagi sampai hasilnya memuaskan. Setelah editing off line selesai lalu membuat editing script atau naskah editing yang didalamnya sudah dilengkapi dengan narasi, ilustrasi musik. Format naskah editing sama dengan format naskah scenario,
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
262
tetapi sudah dilengkapi dengan logging untuk mempermudah editor melakukan editing. Selanjutnya hasil shoting asli dan naskah editing diserahkan kepada editor untuk dilakukan editing on line menggunakan pita betacam yaitu yang memiliki kualitas standard broadcast. Pita VHS hasil editing off line digunakan editor sebagai panduan editing on line. Editing on line analog. Berdasarkan naskah editing editor melakukan editing hasil shoting asli. Sambungansambungan setiap shot dan setiap adegan (scene) dibuat persis/tepat berdasarkan time kode dalam naskah editing. Sound asli dimasukkan dengan level yang seimbang dan sempurna sehingga tidak saling interferensi/menggangu agar enak didengar. Dengan demikian editing on line sudah selesai dan hasilnya masuk pada proses mixing. Mixing. Adalah pencampuran antara gambar dan suara. Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah direkam lalu dimasukkan kedalam pita hasil editing on line sesuai dengan petunjuk yang ada dalam naskah editing. Keseimbangan antara suara asli, narasai, ilustrasi musik dan sound efek sangat diperhatikan agar serasi dan harmonis dan terdengar dengan jelas. Misalnya pada waktu diperlukan suara narasi, maka suara lainnya menjadi backsound maka volumenya harus dikurangi. Demikian pula bila yang diperlukan suara asli maka yang lain volumenya dikurangi. Suara backsound adalah 1/3 dari suara normal. Setelah proses mixing selesai maka proses produksi sudah selesai dan tinggal mengadakan preview bila mungkin ada saran-saran perbaikan. Selanjutnya program siap ditayangkan/disiarkan ke public. Editing off line digital (non linier). Pada prinsipnya editing off line digital prosesnya sama dengan analog, hanya untuk editing digital menggunakan bantuan peralatan computer editing yang memiliki fasilitas editing seperti pinecle studio, matrox, canupus dengan program aplikasi juga bermacam-macam seperti adobe premier, yulied, three D max, After effect dan sebagainya. Juga program animasi grafis yang bermacam-macam pula. Semua itu akan memudahkan pekerjaan seorang editor dan biasanya editor akan menggunakan berbagai program sesuai dengan kebutuhannya. Pada editing analog kesulitan untuk menyambung antara shot yang satu dengan yang lain,
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
263
bila tidak cermat maka akan kelihatan jumping. Tetapi dalam proses digital pada setiap sambungan tinggal menambahi program transisi yang sudah teredia secara instant tinggal pilih jenisnya. Seperti ini tidak bisa dikerjakan pada proses analog. Tahap pertama yang dilakukan adalah capturing/digitalisasi hasil shoting yang masih analog dicapture melalui capture card diubah menjadi file data digital lalu bisa disimpan dalam harddisk dan setiap saat bisa dipanggil kembali bila diperlukan. Tahap kedua adalah editing off line yaitu menyusun hasil shot sesuai dengan keinginan / gagasan sutradara sesuai synopsis dan treatment. Urutan penyusunan tidak harus seperti editing analog, karena computer bisa mulai dari mana saja, dari tengah, akhir maupun dari awal.File yang cukup besar bisa dipecah-pecah menjadi beberapa file, sehingga bisa lebih konsentrasi. Setelah diurutkan menjadi satu lalu di tambah efek transisi pada setiap sambungan selanjutkan di “render” untuk fixing file. Setelah itu file dapat dilihat secara utuh dan dapat dilakukan screening untuk cek ulang bila mungkin ada kekurangan/kesalahan bisa disempurnakan. Setelah semua memuaskan maka editing off line selesai dan siap dilakukan editing on line. Editing on line digital (non linier). Tahap ini merupakan kelanjutan editing off line yang dilakukan editor dengan program computer. Yaitu menyempurnakan hasil editing off line, memasukan dan menata suara asli, ilustrasi musik, sound efek kedalam file gambar pada trak yang berbeda-beda sehingga gambar yang sudah ditata tidak akan terganggu. Berarti sekaligus masuk tahap mixing. Setelah hasilnya sempurna dan memuaskan selanjutnya dilakukan pengubahan format yang sesuai dengan player yang akan digunakan (VCD, DVD, Video dan sebagainya). Selanjutnya program ditransfer ke format pita betacam SP atau pita standard broadcast lainnya untuk ditayangkan melalui penyiaran TV. Berarti proses editing selesai, mungkin bisa dilanjutkan untuk pembuatan cover, pembakaran ke CD bila dikehendaki. Perlu diketahui pula dalam produksi program TV, bahwa durasi harus disesuaikan dengan format waktu atau frame/slot yang sudah ditetapkan. Yaitu 30 menit atau 60 menit sudah termasuk iklan komersial/layanan masyarakat. Untuk slot 30 menit durasi efektif adalah 24
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
264
menit. Untuk slot 60 menit durasi efektif 48 menit dan sisanya disediakan untuk iklan (comersial break). Hal ini penting supaya tidak ada pemotongan program sewaktu diadakan pennyiaran program. 2. Penulisan Naskah Program TV Dengan makin banyaknya stasiun televisi di Indonesia, menumbuhkan pula industri dibidang produksi pertelevisian atau yg dikenal dengan rumah produksi (production house =PH). Produksi program video dan juga program TV dapat dikerjakan dari yang sederhana sampai dengan menggunakan peralatan dan tehnik canggih. Sebuah produksi video/TV memerlukan pengelolaan yang rumit meliputi: pra produksi; konsep, ide/gagasan, survey, naskah/story board, anggaran; produksi; peralatan, kru, pengambilan gambar; pos produksi; editing dan penggadaan, namun demikian tiga pilar utama yang utama, yaitu : penulisan naskah produksi, Penggunaan kamera, dan editing, untuk dapat mewujudkan sebuah produksi. Penulisan Naskah untuk film, televisi, termasuk video, lazim dengan istilah scenario (scenario). Skenario merupakan bentuk tertulis dari gagasan atau ide yang menyangkut penggabungan antara gambar dan suara, dimaksudkan sebagai pedoman dalam pembuatan film, sinetron atau program televisi. Beberapa pakar sinematografi mengemukakan bahwa scenario itu menjadi jiwa dan darah dalam produksi film atau cerita televisi. Urutan langkah atau pentahapan dalam penyusunan naskah scenario video a. Persiapan Menulis naskah/ Teks / Narasi Yang harus dipersiapkan dalam menulis naskah, teks maupun narasi pada program TV adalah menemukan ide atau gagasan. Setelah ide ditemukan, seorang penulis naskah sangat perlu mempelajari substansi atau isi dari sumber-sumber yang terkait dengan substansinya, sehingga benar-benar memahami apa yang akan ditulis. Selanjutnya akan ditulis dalam bentuk apa, menjadi format program TV yang mana. Setelah ditetapkan format program yang dipilih maka baru berpikir bagaimana menulisnya. Untuk penulisan teks dapat diawali dengan penulisan kerangka tulisan (outline). Sedangkan untuk penulisan narasi dapat dilakukan menulis rencana gambaran visual yang akan diberi narasinya. Dalam hal ini narasi akan lebih memberikan penjelasan gambaran visual yang ditayangkan pada TV.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
265
Narasi bisa berbentuk life dari pemeran ataupun dubing oleh pengisi suara. Dapat juga disuarakan oleh narator maupun presenter. Sebelum menulis naskah untuk panduan produksi ditulis, biasanya didahului dengan membuat synopsis, dan Treatment 1) Sinopsis Gambaran secara ringkas dan tepat tentang tema atau pokok materi yang akan dikerjakan. Tujuan utama ialah memudahkan pemesan (produsen) menangkap konsep, kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai. Setelah synopsis ditulis maka sudah harus nampak adanya: alur, isi cerita, Perwatakan pemain (bila ada), tempat, waktu, serta keterangan lain yang memperjelas synopsis. 2) Treatment Uraian ringkas secara deskriptif, bukan tematis, yang dikembangkan dari synopsis dengan bahasa visual tentang suatu episode cerita, atau ringkasan dari rangkaian suatu peristiwa. Artinya dalam membuat treatment bahasa yang digunakan adalah bahasa visual. Sehingga apa yang dibaca dapat memberikan gambaran mengenai apa yang akan dilihat. Dengan membaca treatment bentuk program yang akan dibuat sudah dapat dibayangkan. Sehingga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut : a) urutan dalam video sudah makin jelas, b) Sudah kelihatan formatnya apakah dialog (bagaiamana pokok dialognya), narasi (bagaimana pokok narasinya), c) Sudah dimulai adanya petunjuk-petunjuk tehnis yang diperlukan. 3) Skenario Dari treatment kemudian dibuat naskah produksi atau scenario. Penulisan naskah produksi atau scenario harus operasional karena digunakan sebagai panduan tidak saja kerabat kerja (crew) tetapi juga pemain dan pendukung lain yang terlibat. Penulisan naskah atau scenario pada dasarnya menggambarkan sekaligus menyuarakan apa yang ingin disampaikan. Urutan synopsis-tritmen-skenario merupakan rangkaian yang baik untuk membuat naskah video (televisi), Baker (1981) mengemukakan juga
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
266
pentahapan dalam membuat naskah, yaitu : concept, story board, dan script. Setidaknya ada dua format naskah untuk penulisan naskah TV/video, yaitu double colum, dan wide margin a) Format kolom ganda (double colum). Format ini lazim digunakan untuk menulis naskah informasi, dokumentasi, pendidikan. Format kolom ganda, lembar kertas dibagi menjadi dua kolom utama, yaitu kolom visual (kiri) dan kolom audio (kanan). Pada kolom kiri berisi uraian yang menyangkut visual. Misal gambar harus dimabil dengan CU, kemudian zoom out, atau keterangan lain bagi kru kamera, termasuk siapa subyeknya, diambil dari mana, beberapa waktu lamanya pengambilan, dll. Kolom kanan berisi segala sesuatu yang menyangkut audio yang berupa narasi, dialog para pelaku atau efek-efek suara lain yang diperlukan. Untuk memudahkan narator atau juru suara (sound man) maka dalam menulis kolom kanan, semua informasi yang tidak akan dibaca (disuarakan) ditulis dengan huruf capital. Sedang narasi atau dialog yang akan dibaca atau disuarakan ditulis dengan huruf kecil. Tabel 10. Format Naskah Program Video/TV Kolom ganda NOMER
VISUAL/GAMBAR
WAKTU
AUDIO/SUARA
No.urut cerita bukan nomer urut pengambil an
Kolom ini (kiri) diisi dengan apa yang akan tampak. Dibawahnya ada petunjuk pengambilan gambar (CU,dll), keterangan lain yang dibutuhkan saat shoting (pengambilan gambar)
Lama pengambilan gambar/cap taion
Kolom ini (kanan) untuk keterangan segala sesuatu yang akan disuarakan (musik, FX, narasi, dialog)
b) Format Wide Margin
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
267
Format ini lebih lazim dipakai dalam cerita film atau sinetron. Sinetron Aku cinta Indonesia (ACI) naskahnya distulis dalam format Wide Margin. Dengan format wide margin tiap adegan ( kumpulan dari beberapa shot-scene) diuraikan atau dijelaskan dengan bahasa visual. Petunjuk dialog diketik dua spasi ditengah, sedang apa yang akan nampak (visual) dijelaskan dalam bentuk paragraf . Dialog biasanya diketik biasa, semua penjelasan untuk camerawan pengambilan gambar, ditulis dalam huruf capital. Penjelasan untuk tingkah laku pemain ditulis dalam tanda kurung dengan huruf capital pula. Urutan penulisannya sebagai berikut (1) Pertama kali ditulis : adegan (scene) ke…. (2) Gambar diambil dengan tehnik apa, misalnya : F.1, DISSOLVE, IN FRAME. (3) Gambaran visual yang akan nampak (4) Dialog Contoh Format wide margin sebagai berikut. ADEGAN 1 FADE IN (F.1) EXRTERNAL KAMPUS – PAGI (kemudian dijelaskan bagaimana pengambilan dari arah mana, apa saja yang nampak, tetapi jangan terlalu banyak memberi aba-aba kepada juru kamera karena nanti ada sutradara/pengarah acara) KRISNA (JALAN TERGESA-GESA MENUJU GERBANG KAMPUS) SANTI(BERDIRI MENUNGGU KRISNA)“hai krisna, ada apa sih kok buru-buru amat” Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut ini ditulis kembali satu adegan dari serial ACI (di TVRI) dengan judul : “Panggilan Hatinya” yang ditulis oleh Djasman Djakmin. ADEGAN 10 INTR.SMA NEGERI (R,KLAS IIa2.2)-PAGI BU WIDYA DUDUK DIKURSI GURU MENGHADAPI SISWA-SISWANYA. DIA BARU SAJA SELESAI MENGABSEN NAMA-NAMA SISWA. BU WIDYA: Jadi hanya asti yang belum masuk hari ini Hani: Iya, Bu, BU WIDYA SETELAH MENULIS KEMUDIAN MEMANDANG HANI BU WIDYA: Kenapa dia, apakah sakit ?
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
268
RINA : MENDAHULUI anu bu, katanya mau pindah sekolah, katanya biar dapat masuk kelas A1 HANI MENOLEH KEARAH RINA SAMBIL MENDENGUS KESAL.RINA JADI SERBA SALAH BU WIDYA MEMPERHATIKAN MEREKA DENGAN PENGERTIAN. PADA SAAT YANG SAMA KELAS JADI GADUH DENGAN BERBAGAI KOMENTAR ATAS UCAPAN RINA DIANTARANYA BISMAR YANG PALING VOKAL. BISMAR: Ah, memang payah Bu, kemungkinannya kecil kali BU WIDYA:PANDANG MENCARI-CARI, siapa yang bicara itu, kamu ya bismar FERDI: Betul bu BU WIDYA: Coba bismar kamu ke depan. BISMAR MAJU KE DEPAN SAMBIL MEMUKULKAN BUKU KEPUNDAK FERDI, TETAPI FERDI MENGELAK. DAN BISMAR TERUS MAJU KE DEPAN SAMBIL DIIRINGI TAWA RIUH TEMANNYA...........dan seterusnya. Dengan format seperti ini maka pengarah acara (sutradara) dan camerawan diberi kebebasan untuk berimprovisasi dalam pengambilan gambarnya, sesuai dengan keadaan yang diinginkan. b. Menilai Naskah/Teks/Narasi Setelah naskah/teks/narasi ditulis, maka perlu ada evaluasi atau penilaian dari produser, sebelum naskah tersebut diproduksi menjadi program TV. Penilaian teks akan menggunakan kriteria apakah telah menggunakan kaidah penulisan dan penggunaan bahasa yang benar serta keterbacaannya.. Sedangkan untuk penilaian narasi akan lebih menggunakan bahasa sehari-hari (tutur)sesuai karakter tokoh. Apakah sudah komunikatip, shg mampu menjelaskan atau dipahami penonton. Demikian pula untuk menilai naskah/script yang akan diproduksi disamping dengan kriteria penulisan naskah harus ditaati juga akan dinilai kelayakan produksinya, apakah setelah diproduksi akan memiliki tingkat manfaat yang tinggi, memiliki daya tarik, apakah dapat diproduksi secara teknik, biaya produksi mahal atau tidak dan sebagainya. c. Mengedit Naskah/Teks/Narasi Setelah naskah/teks/narasi dinilai penulis naskah akan melakukan editing, mengedit sesuai saran, masukan dari
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
269
produser. Untuk editing naskah program TV akan dilakukan sekaligus dalam bentuk naskah produksi yang di dalamnya telah terdapat petunjuk/perintah bagi kamerawan tentang teknik shoting dan obyek shoting. Petunjuk/perintah bagi narator/presenter dalam membacakan narasi, durasi setiap scene dan sebagainya. Naskah ini selanjutnya digunakan sebagai panduan produksi. 3. Produksi Program TV a. Program Seni Budaya dan Hiburan Pop Tata laksana produksi Program Seni dan budaya serta program hiburan adalah sebagai berikut: Tahap perencanaan. Produser atau sutradara melakukan riset untuk membuat program seni budaya menjadi program TV. Dalam hal ini produser harus tahu betul tentang materi produksi. Setelah mengetahui banyak hal berdasarkan hasil riset produser membuat konsep perencanaan produksi yang jelas bagi sutradara, dan crew yang akan melaksanakan produksi. Akonsep perencanaan berupa naskah. Naskah dalam produksi ini berbentuk floor plan atau rundown sheet karena sistem produksi yang digunakan adalah sistem adlib (adlibium). Sebelum pelaksanaan produksi perlu ada peninjauan latihan agar kamerawan dan crew memiliki pemahaman yang sama terhadap semua jalannya sajian. Program semacam ini biasanya direkam atau ditayangkan secara langsung dengan multikamera. Latihan juga berguna untuk seting lampu dan kamera serta perencanaan panggung (floor plan). Untuk mengantisipasi kekacauan yang mungkin terjadi karena ada perubahan acara mendadak, maka biasanya memasang sebuah kamera yang diset total shot yang dapat melihat seluruh kegiatan panggung untuk mengisi transisi kekosongan gambar karena misinformasi. Pada produksi jenis klip, dibutuhkan naskah treatment yang berisi teks lagu dan petunjuk tempat lokasi shoting yang akan menjadi latar belakang kegiatan artis. Demikian juga bloking artis dan kostumnya perlu ditulis pada treatment. Pada produksi klipini menggunakan sistem playback, yaitu artis rekaman suara dulu di studio dan rekaman gambarnya dilakukan action mengikuti/sesuai dengan suara hasil rekaman yang diputar kembali (play back).
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
270
Pada produksi program bentuk Life show dibutuhkan treatment yang jelas tentang seluruh sajian yang harus disiapkan. Untuk sajian yang tidak disiarkan langsung. Kegiatannya terfokus pada pengambilan gambar sebaikbaiknya. Setelah itu dilakukan editing untuk menghilangkan kesalahan dan penyempurnaan suara sehingga menjadi program yang baik. Pada tahap pelaksanaan produksi dilakukan seturut dengan treatment. Pada produksi Life show di studio atau melalui OB-van (outside broadcasting van) produksinya sesuai dengan rundown sheet yang telah disiapkan. Proses produksinya seperti produksi acara biasa. Pada pengambilan gambar/shoting untuk program musik dan tari dilakukan dengan sistem playback untuk menghindari gangguan suara dari luar yang tidak dikehendaki. Dengan sistem ini kesalahan penyanyi seperti suara fals, nada turun, salah ucap bisa dihindari. Sebagai pasca produksi program yang tidak ditayangkan secara langsung adalah editing off line dan on line untuk memberi title dan caption judul lagu, nama penyanyi. Dalam editing dapat dilakukan insert/memberi sisipan atau membuang gambar yang jelek, memberi ilustrasi dari stock shot atau foot age. Setelah selesai direview dan ditayangkan. b. Program talk show Tata laksana produksi progranm talk show adalah sebagai berikut: Produser melakukan riset untuk menetapkan topik/ permasalahan yang akan di diskusikan, menetapkan tokoh yang akan diundang untuk program talkshow, menetapkan presenter yang akan memandu jalannya diskusi. Presenter menyusun permasalahan yang akan dibicarakan berdasarkan studi pustaka dari buku, surat khabar, dan riset masyarakat. Menyusun pertanyaan bila formatnya diskusi panel. Pertanyaan disusun seperti tangga dramatik mulai dari yang sederhana sampai yang rumit dan menegangkan. Dipersiapkan pula pertanyaan-pertanyaan surprise untuk menghidupkan suasana dan membuat acara menjadi dinamis dan menarik. Produksi program talkshow ini menggunakan sistem adlib sehingga tidak tergantung naskah. Pada acara yang tidak disiarkan secara langsung, program diedit dan dicarikan ilustrasi dari stockshot dan diinsertkan pada program utama. Hal ini dilakukan untuk memberikan variasi
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
271
gambar sehingga tidak membosankan. Setelah selesai lalu dilakukan preview dan siap ditayangkan. c. Program Dokumenter Tatalaksana produksi program dokumenter adalah sebagai berikut: 1) Penentuan tema dukumenter 2) Riset untuk memperdalam materi, menghubungi personal terkait 3) Menetapkan thesis, menuliskan sinopsis/kerangka pikiran 4) Menyusun treatment yang jelas dan rinci setiap scenenya sebagai panduan shoting dan persiapan kerja 5) Shoting/pengambilan gambar sesuai dengan treatment 6) Seleksi hasil shoting, logging dan melakukan editing off line 7) Membuat editing script berdasarkan hasil editing off line 8) Melakukan editing on line berdasarkan naskah editing 9) Melakukan mixing untuk memasukkan narasi, ilustrasi musik, sound efek dicampur pada tempat yang sesuai dengan naskah editing 10) Preview dan penayangan program. d. Program Spot Menciptakan program Spot dimulai dengan menulis out line atau treatment dari materi dan tokoh yang telah dipilih. Adegan/scene dibuat sangat cepat dan dinamis, trik-trik efek special yang digunakan untuk memanipulasi gambar dan menambah daya tarik semua ditulis dalam treatment. Berdasarkan treatment, dilaksanakan shoting adeganadegan, rekaman musik jingle dan narasi. Setelah itu hasil gambarnya dipilih dalam editing off line. Meskipun durasinya sangat pendek tetapi materi gambar yang diambil cukup banyak, oleh karena itu harus ada seleksi yang cermat. Berdasarkan editing off line ditulis naskah editing sebagai panduan editing on line untuk memasukkan trik-trik images dan teks kedalam gambar. Dalam program spot manipulas gambar image visual merupakan seni tersendiri dengan menggunakan program grafis animasi computer. Selanjutnya hasil editing on line dimixing dengan musik dan narasi seturut naskah editingnya. Selanjutnya masuk tahap preview dan penayangan program spot.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
272
e. Program Doku-Drama Program ini merupakan perpaduan antara documenter dan drama, jadi ada unsure kejadian factual/nyata tapi juga mengandung unsure manipulasinya. Dalam produksi program ini seperti layaknya produksi program yang lain yaitu dengan tahapan pengembangan gagasan, synopsis, treatment, scenario/naskah, shoting, logging, editing off line, naskah editing, editing on line dan mixing dan diakhiri kegiatan preview dan penayangan program. f. Program Sinetron Sinetron adalah sinema elektronik, sehingga produksinyapun seperti layaknya produksi sinema film. Perbedaannya terletak pada peralatan/hardware yang digunakan. Kalau film menggunakan alat optic tetapi sinetron menggunakan optic elektronik. Program ini biasanya didukung oleh artis pemeran dan kerabat kerja yang cukup banyak, karena biasanya merupakan suatu cerita yang cukup panjang bahkan tidak jarang dibuat bersambung. Oleh karena itu dalam produksinya juga memerlukan waktu dan biaya yang besar serta persiapan yang cukup lama. Sehingga para artispun juga harus diikat kontrak supaya tetap siap bila diperlukan untuk shoting. Sebagai persiapan produksi mesti harus ada latihan, karena semua berdasarkan naskah yang harus dihafal meskipun diperbolehkan ada improfisasi dari pemeran. Sinopsis, treatment serta scenario harus ada untuk diterjemahkan/ dioperasionalkan menjadi naskah produksi yang informatif sebagai panduan semua yang terlibat dalam produksi. Pelaksanaan produksi dipimpin oleh sutradara. Karena pelaksana/kerabat kerja cukup banyak perlu management yang baik agar terjadi kerjasama yang baik untuk mewujudkan program ini. Proses produksinya juga sama dengan program yang lain yaitu mulai dari gagasan, sinopsis, treatment, scenario/naskah, shoting, logging, editing off line, naskah editing, editing on line dan mixing dan diakhiri kegiatan preview dan penayangan program. 4. Pengoperasian Kamera TV Sebelum mengetahui pengoperasian kamera TV/Video seorang kamerawan sebaiknya memahami terlebih dahulu pengetahuan tentang Fotografi, karena pengetahuan fotografi sangat terkait dengan pengetahuan kamera video; Sehingga seorang fotografer akan lebih mudah dan cepat belajar menjadi
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
273
seorang kamerawan TV. Oleh karena itu sebelum menjelaskan kamera video terlebih dulu akan mengenalkan materi Fotografi. a. Mengenal Fotografi Fotografi artinya melukis dengan sinar. Fotografi adalah seni, seperti seni yang lain fotografi adalah komunikasi. Sangat jarang orang membuat foto hanya untuk dilihat dan dinikmati sendiri. Hampir semua orang membuat foto dengan maksud agar orang lain melihat apa yang dilihat melalui kamera Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari fotografi. Hampir setiap saat kita melihat foto. Foto selalu ada dikoran, majalah, ilustrasi, buku, iklan dipinggir jalan, hiasan dinding, kalender dan lain sebagainya. Dewasa ini banyak sekali orang yang memiliki kamera, dengan kemajuan tehnologi yang sangat pesan dalam pembuatan alat foto, memotret menjadi suatu pekerjaan yang sangat mudah. Sekarang ini untuk membuat foto pemotretan tinggal menekan satu tombol pada kamera, kemudian kamera dengan computer yang ada didalamnya akan mengatur segala sesuatu secara otomatis, begitu mudahnya memotret sehingga anak kecilpun mampu melakukannya. Namun diantara banyak orang yang “bisa” memotret yang benar-benar pantas disebut pemotret sebetulnya hanya sedikit saja. Pemotretan yang baik bukan sekedar operator kamera saja tetapi juga seniman yang mampu mengekspresikan ide-idenya melalui hasil karya foto. Bagaimanapun canggihnya alat foto yang dipakai, tanpa dibekalim dengan pengetahuan tentang fotografi mustahil orang bisa membuat foto yang baik. Suatu foto yang bernilai dihasilkan oleh kreatifitas pemotretan yang ditunjang dengan kemampuannya mempergunakan alat foto. Maka kalau kita ingin menjadi pemotretan yang baik, tidak bisa ditawar lagi, salah satu syarat utamanya adalah memperdalam pengetahuan dan ketrampilan kita mempergunakan alat foto. 1) Kamera Foto Sekarang ini banyak sekali kita jumpai berbagai macam jenis dan model alat foto atau kamera. Dari yang sangat sederhana sampai yang sangat canggih, dari yang harganya puluhan ribu sampai puluhan juta rupiah. Diantara berbagai jenis kamera tersebut yang apling popular dan sangat umum dipakai adalah kamera yang memakai film 135. keuntungan memakai jenis ini adalah
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
274
bentuknya yang ringkas sehingga mudah dibawa dan dioperasikan, dan yang lebih penting lagi filmnya mudah didapat. Dari berbagai model dan merk kamera bisa dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu : a) Kamera Rangefinder Kamera jenis ini biasanya bentuknya sangat ringkas, malahan sekarang lebih banyak yang serba otomatis termasuk lampu kilat yang sudah ada dibadan kamera yang akan menyala sendiri kalau diperlukan. Karena mudah, praktis dan harganya lebih murah, kamera jenis ini paling banyak digunakan orang. Ciri-ciri dan sekaligus kelemahan dari kamera jenis ini adalah adanya jendela pengamat (viewfinder-window) yang ada diatas lensa kamera. Di sini pemotret melihat subject pemotretan melalui jendela pengamat yang ada diatas lensa. Sedang film “melihat” subjek yang ada dibawah jendela pengamat, sehingga ada perbedaan antara pandangan pemotret dan film yang merekam gambar. Perbedaan tersebut dinamakan paralax.
Gambar 97. Kamera foto film jenis rangefinder
b) Kamera SLR (Single lens Reflex Camera) Perbedaan pandangan atau paralax tersebut tidak ada pada kamera SLR karena apa yang dilihat pemotret melalui pengamat (view-finder) adalah refleksi bayangan subjek yang melewati suatu lensa yang sama juga akan mengenai film. Jadi apa yang dilihat pemotret melalui view finder sama seperti apa yang dilihat film. Dengan demikian pemotret bisa lebih mudah mengatur baik ketajaman (focus) maupun komposisi gambar
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
275
Keunggulan lain dari kamera SLR adalah lensanya yang bisa diganti-ganti sesuai dengan keinginan pemotret. Misalnya diganti dengan lensa tele, sudut lebar, dll.
Gambar 98. Kamera foto film jenis SLR
2) Film
Untuk “menangkap” sinar pantulan dari subjek yang kita foto kita memerlukan film. Bahan dasar film adalah lembaran plastic transparan dimana pada salah satu isinya dilapisi bahan-bahan kimia yang peka sinar, lapisan tersebut disebut Emulsi. Pada film negative bagian emulsi yang kena sinar akan tetap melekat padqa plastic setelah film tersebut dicuci, sedang bagian yang tidak kena sinar emulsinya akan rontok semua sehingga plastic menjadi bening kembali. Kepekaan (kecepatan bereaksi sebuah film terhadap sinar tergantung dari ISOnya (dahulu ASA). ISO (international Standart Organization) adalah satuan yang menunjukkan kecepatan film bereaksi dengan sinar. Ditoko toko bisa kita dapatkan bermacam-macam film dengan berbagai ISO, dari ISO 25 s.d ISO 3200. angka ISO selalu tertera pada kantong dan selongsong setiap film yang kita beli. Makin tinggi angka ISOnya menunjukkan makin peka (cepat beraksi) terhadap sianar dan makn rendah angka ISOnya menunjukkan makin kurang peka (lambat bereaksi) terhadap sinar. Untuk membuat gambar pada film tugas pemotret adalah mengatur agar sinar yang masuk melalui lensa kamera dan mengenai film cukup (tidak kurang, tidak lebih) sesuai dengan kepekaan film yang dipakai. Untuk itu pemotret harus mengatur alat-alat pengatur yang ada pada kamera.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
276
3) Lensa Dengan memakai kamera SLR kikta mempunyaim kemungkinan untuk mengganti berbagai macam jenis lensa. Dengan demikian kita lebih bisa berkreasi untuk menghasilkan efek tertentu pada subjek yang kita foto. Jenis lensa dapat diketahui dari panjang fokalnya. Panjang fokal dari suatu lensa biasanya tertulis dibagian depan. Misalnya : 50 mm. secara sederhana bisa dikatakan bahwa sepanjang fokal adalah jarak antara lensa dan bidang film pada saat lensa tersebut fokusnya pada titik tak terhingga. Biasanya kamera yang kita beli dari took sudah dilengkapi dengan lensa 50mm, lensa tersebut adalah lensa standar atau normal. Lensa standar artinya lensa yang mempunyai sudut pandang yang hamper sama dengan pandangan manusia. Sedang lensa yang mempunyai panjang fokal kurang dari 50mm, missal 35 mm, 28 mm, 20mm dsb disebut lensa sudut lebar (wide angle), lensa tersebut mempunyai sudut pandang lebih lebar dari pandangan manusia. Makin pendek fokalnya, makin lebar sudut pandangnya. Selain lensa-lensa dengan panjang fokal yang tetap (fixed focal length) seperti tersebut diatas masih ada lagi lensa yangh yang disebut zoom. Lensa zoom adalah lensa yang panjang fokal bisa diubah-ubah, misalnya 28mm – 135mm.
Gambar 99. Sistim optik kamera
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
277
4) Diaphragma. Pada lensa ada gelang berftuliskan angka-angka: 2; 28; 4;5.6 ;8 ;11 ;16 dsb. Gelang ini berhubungan dengan suatu alat berupa lempengan-lempengan baja tipis di dalam lensa yang membentuk satu lubang. Lubang inilah yang dinamakan diaphragma, sedang angka-angka yang tertera pada gelang diaphragma adalah skala diaphragma.ar kecilnya angka-angka skal diaphragma berbanding terbalik dengan besar kecilnya lubang diaphragma, demikian pula sebaliknya semakin kecil angka skala diaphragma menunjukkan semakin besar lubang diapragma. Dengan mengatur besar kecilnya lubang diaphragma berarti kita mengatur banyak sedikitnya sinar yang masuk lewat lensa. Seandainya kita memotret sesuatu, sedang subjek kita tersebut cukup gelap, maka kita harus membuka lebar diaphragma agar sinar yang masuk cukup untuk menyinari film yang ada dalam kamera. Sebaliknya kalau subjek kita terlalu terang, misalnya subjek dipotret disiang hari dengan sinar matahari yang langsung mengenainya, kita haru menutup lubang diaphragma agar film ttidak terlalu banyak kena sinar. 5) Kecepatan Rana (Shutter Speed) Didalam kamera di depan bidang film ada sebuah layer atau rana yang bisa membuka-menutup dengan selang waktu tertentu. Lamanya selang waktu antara rana tertutup-terbuka-tertutup lagi bisa diatur melalui sebuah tombol yang ditandai dengan angka-angka 1 2 8 15 30 v 60 125 250 dsb. Angka tersebut berarti 1/……. detik. Jadi misalnya kita pasang tombol kecepatan rana pada angka 125, maka kalau kita menekan tombol pelepas rana akan membuka selama 1/125 detik kemudian menutup lagi. Dengan mengatur kecepatan rana kita bisa mengatur banyak sedikitnya sinar yang mengenai film. Kalau subjek pemotretan gelap, kita harus membuka rana lambat, misalnya ½ detik bila obyek pemotretan terang kita membuka rana cepat, misalnya 1/250 detik 6) Komposisi Tidak dapat disangkal bahwa fotografi adalah seni. Seperti seni yang lain fotografi adalah komunikasi. Sangat sedikit orang yang membuat foto hanya untuk
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
278
dilihat dan dinikmati sendiri. Hampir semua orang membuat foto dengan maksud supaya orang lain melihat apa yang dilihatnya melalui kamera. Diantara banyak foto yang dibuat orang, yang bisa dikategorikan sebagai hasil karya seni hanya sedikit saja. Ketrampilan dalam menguasai alat foto dan sinar yang merupakan bahan dasar terciptanya sebuah foto, hanyalah merupakan salah satu syarat untuk bisa menghasilkan suatu foto yang bernilai seni. Setelah itu dituntut untuk menguasai cara bagaimana merancang komposisi gambar agar tampak lebih menarik perhatian. Hal inilah yang sering dilupakan banyak orang. Mungkin ini disebabkan karena sebuah foto dapat dibuat dalam waktu yang singkat. Foto yang menarik adalah foto yang bisa memberi kesan yang dalam. Foto yang mampu membawa emosi penonton. Emosi tentang keindahan, kegembiraan, kesedihan, kekejaman dan sebagainya. Karena foto hanyalah gambar dua dimensi sedang manusia melihat kenyataan yang ada dalam pandangan tiga dimensi, maka perasaan-perasaan tersebut diatas sulit didapatkan. Oleh karena itu pemotret harus membuat kesan gambar yang bisa menimbulkan ilusi pada penonton bahwa apa yang dilihatnya dalam gambar adalah tiga dimensi. Untuk itu pemotret bisa mengatur susunan bagian-bagian yang ada dalam gambar dan inilah yang bisa disebut komposisi. Dengan demikian jelaslah bahwa komposisi merupakan bagian yang penting dalam pembuatan foto. 7) Pandangan Kamera Perbedaan yang paling dasar antara seorang pemotret yang baik dan seorang pemotret yang asal jepret adalah caranya memandang suatu objek. Seorang pemotret asal jepret akan memandang suatu objek apa adanya, seperti pandangan manusia biasa. Seorang pemotret yang baik, memandang suatu objek dengan pikiran pandangan kamera. Pandangan kamera adalah dua dimensi karena melihat dengan satu lensa. Manusia biasa melihat dengan dua lensa mata sehingga pandangannya tiga dimensi. Karena dia bisa melihat dengan pikiran pandangan kamera yang dua dimensi itu, maka pemotret yang baik akan berusaha membuat kesan tiga dimensi agar sesuai dengan pandangan manusia. Perbedaan lainnya adalah bahwa manusia melihat
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
279
dengan pikiran yang dipengaruhi oleh emosi, sedang kamera hanya obyektif saja. Contoh: kalau berbicara dengan seorang teman dengan jarak sangat dekat, tidak melihat satupun keanehan pada wajah teman tersebut. Tetapi kalau memotret dengan jarak yang sama, maka akan melihat bahwa hidungnya terlalu besar, bibir terlalu lebar dan sebagainya. Mungkin secara tehnis bisa dikatakan bahwa kamera itu benar, karena dengan jarak yang dekat akan didapat distorsi dari lensa. Begitu juga mata manusia, tetapi otak manusia mengoreksi kesalahan optis itu, sehingga tidak terlihat adanya distorsi meskipun dilihat dari jarak yang sangat dekat. Karena manusia sudah terbiasa melihat semua kenyataan dalam pandangan pikiran manusia, maka sesuatu yang lain tidak akan terasa aneh. Dengan mengetahui perbedaan antara pandangan manusia dan pandangan kamera bisa membuat foto-foto yang lebih efektif. Yaitu dengan selalu mempertimbangkan apakah pandangan kamera seperti yang terlihat dalam viewfinder bisa memberikan imajinasi sebagai pandangan manusia. Dengan demikian mudah mengatur komposisi agar bisa didapatkan gambar yang bisa menimbulkan imajinasi sebagai pandangan manusia. 8) Pembingkaian (Framing). Potensi akan lahirnya sebuah foto terjadi setiap kali mengangkat kamera dan melihat ke dalam viewfinder untuk mengetahui apa yang masuk dalam gambar, apa yang tidak. Kalau senang dengan apa yang dilihat dalam viewfinder tersebut, kemungkinan besar akan segera menekan tombol rana untuk mendapatkan gambarnya. Saat menentukan apa yang masuk dan apa yang tidak masuk dalam gambar yang dibatasi oleh bingkai didalam viewfinder kamera itulah yang dinamakan pembingkaian atau framing. Dalam fotografi framing merupakan bagian yang sangat penting dari seluruh komposisi gambar. Karena dengan menentukan apa yang masuk dan apa yang tidak masuk dalam gambar secara tidak langsung sudah mengatur komposisi. Kalau melihat vas bunga yang ditaruh dipinggir meja, akan ada suatu perasaan yang kurang menyenangkan. Begitu pula kalau vas bunga tersebut dipindah, kemudian ditaruh di tengah sebuah
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
280
meja yang sangat besar, perasaan akan mengatakan bahwa penempatan vas bunga tersebut kurang sesuai. Demikian juga yang akan terjadi pada semua gambar lukisan atau gambar foto.
Gambar 100. Hasil foto satu obyek dengan framing yang berbeda
Bisa diandaikan bahwa meja adalah frame atau bingkai gambar dan bunga adalah sesuatu yang ingin ditampilkan dalam gambar tersebut. Dalam fotografi, pemotret harus mengatur gambar yang sudah tersedia dihadapannya agar masuk dalam bingkai yang sudah tersedia didalam kamera. Meskipun demikian pemotret masih mempunyai banyak kemungkinan untuk membuat bingkai dari subjek tertentu. Yaitu dia bisa bisa maju atau mundur, geser kekiri atau kekanan, naik keatas atau ke bawah, memakai kamera vertical atau horizontal. Yang harus anda ketahui untuk itu adalah bahwa setiap perubahan framing yang dibuat pemotret akan menghasilkan gambar yang berbeda. Misalnya ada seorang gadis yang harus difoto. Banyak kemungkinan untuk memasukkannya dalam bingkai dalam viewfinder kamera. Bisa mendekat untuk mengisi seluruh bingkai gambar dan wajahnya. Atau bisa mundur sehingga bisa melihat keadaan disekitarnya. Kalau lebih menjauh lagi dia akan tampak kecil dan pohon-pohon yang ada disekitarnya tampak lebih jelas. Pilihan hendaknya memberi informasi yang jelas tentang apa yang diinginkan. Kalau memutuskan untuk memasukkan seluruh wajah gadis tadi, berarti lebih menitik beratkan pada pribadi gadis tersebut. Subjek yang memenuhi frame biasanya lebih bisa memberi kesan yang kuat. Karena penonton diajak langsung melihat pada subyek, tidak ada pilihan lain.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
281
Lain kalaumemasukkan gadis dengan lingkungan sekelilingnya. Sekarang penonton melihat objek-objek lain selain gadis tersebut. Pilihan ini menunjukkan keberadaan gadis tersebut dengan lingkungan sekitarnya. Foto-foto semacam ini bisa memperlihatkan hubungan antara subjek dan tempat, aktifitas, suasana dan sebagainya. Selanjutnya kalau menempatkan gadis itu hanya sebagai bagian kecil dalam bingkai gambar, ini memberi kesan bahwa pemandangan alam lebih ditekankan. Sekarang gadis tadi tidak menjadi bagian pokok tetapi hanya sebagai penyerta saja. Kembali pada framing pilihan pertama, dimana memasukan wajah gadis pada seluruh bingkai gambar. Memang benar bahwa foto semacam ini menarik, karena penonton dengan jelas bisa melihat detail. Tetapi kalau membuat kesalahan misalnya dalam pemotongan, kesalahan tersebut juga akan terlihat jelas. Sehingga gambar terasa janggal. Dalam hal pemotongan bagian tubuh manusia, ada suatu ketentuan yang harus ditaati pemotret supaya gambar tampak wajar. Untuk mengetahuinya bisa memakai sebuah foto yang sudah tidak dipakai lagi dari seseorang yang sedang berdiri. Sekarang potonglah foto tersebut dengan gunting tepat pada bagian leher, kemudian amatilah potongan foto pada bagian kepala. Dari sini akan terlihat kejanggalan itu. Potongan gambar tersebut menimbulkan perasaan ngeri atau perasaan yang tidak mengenakkan. Hal ini disebabkan karena dan manusia-manusia lain melihat dengan pikiran. Pikiran manusia dipengaruhi oleh pengalaman yang sudah biasa mereka lihat. Maka kalau melihat foto setengah badan dari seseorang, meskipun tidak tampak tetapi tahu bahwa dia punya kaki. Demikian juga karena pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, semua manusia tahu bahwa persedianpersendian pada tubuh manusia adalah bagian yang paling memungkinkan bisa lepas, dan manusia tahu bahwa leher yang terpotong sangat mematikan. Maka anjuran yang patut anda ikuti adalah jangan memotong tepat pada persendian, dan bisa memotong diatas atau di bawahnya. Tetapi tidak bisa membuat batas frame tepat di atas kepala dan tepat di bawah kaki. Karena kita tidak pernah berada diruangan yang pas seperti itu, kalaupun pernah tentu akan terasa tidak enak. Di dalam rumah, di dalam mobil, justru ada ruangan diatas kepala kita. Ini juga berlaku untuk subjek pemotretan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
282
yang lain, bisa binatang, pohon, benda-benda mati dan sebagainya. Jangan membuat framing yang terlalu pas, berilah sedikit ruangan agar tampak lega. Tetapi ruangan kosong yang terlalu luas juga tidak menguntungkan, karena ruangan kosong yang terlalu luas tidak memberi arti apa-apa. Kalau subjek jauh dari kamera, sehingga seharusnya ada ruangan dihadapannya. Pemotret harus menciptakan kesan kedalaman, supaya penonton dapat merasakan adanya ruangan di depan subjek tersebut. Ada banyak cara untuk itu, misalnya bahwa subjek ditempatkan berada dibelakang sesuatu. Dengan cara lain, yaitu dengan menempatkan subjek di antara sesuatu yang mengelilinginya, sehingga subjek seperti berada pada suatu bingkai. Bisa juga memakai jendela, pintu, pohon, gua dan sebagainya sebagai bingkai tersebut. Tehnik ini disebut frame within frame. Melihat foto semacam ini, penonton akan merasakan adanya dua bidang datar, yaitu pada bingkai dan latar belakang, sehingga akan didapatkan kesan ruang. Kesan kedalaman atau perspekstif, bisa pula ditimbulkan oleh garis-garis yang konvergen (garis-garis panjang yang akan bertemu pada suatu titik). Seperti kalau melihat dari tengah jalan kerata api atau jalan tol yang lurus, tampak akan bertemu pada satu titik dikejauhan sana. Membuat kesan perspektif seperti itu mungkin pernah dipraktekkan sewaktu kecil dengan menggambar pemandangan gunung, di mana ada jalan lurus yang makin lama makin kecil, akhirnya menjadi titik di kaki gunung. Dengan lensa wide angle juga bisa dengan mudah membuat kesan perspektif seperti itu, bahkan bisa menjadi lebih dramatis kalau ditempatkan suatu sebagai latar depan. Dalam framing garis-garis tersebut bisa didapatkan garis-garis pada gedung, pagar, pematang sawah dan lain-lain. Gambar tidak menarik kalau subjeknya ditempatkan tepat ditenga-tengah bingkai gambar. Gambar akan lebih menarik kalau subjek tersebut ditempatkan sedikit agak kepinggir. Ada satu hokum klasik mengenai komposisi yang disebut potongan kencana (golden section). Hukum komposisi ini dipakai oleh pemahat-pemahat Yunani kuno dan juga pelukispelukis eropa. Pada dasarnya hukum tersebut menyatakan bahwa keselarasan akan tercapai kalau
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
283
suatu bidang itu adalah merupakan kesatuan dari dua bidang yang saling berhubungan. Bidang yang besar mempunyai hubungan dengan yang kecil, seluruh bidang yang saling berhubungan dengan yang besar, dengan perbandingan pembagian bidang yang besar dan yang kecil sama dengan perbandingan antara seluruh gambar dengan yang lain. Dengan perhitungan secara kasar bisa didapat bahwa bidang tersebut adalah 1/3 bagian, 2/3 bagian dan penuh. Hubungan 1/3, 2/3 dan penuh menurut hukum potongan kencana tersebut juga dapat diterapkan pada perancangan framing sebuah foto. Dengan membagi bidang horizontal atau bidang vertikal. Garis-garis tersebut dinamakan garis potongan kencana. Pada salah satu garis potongan kencana itulah subjek yang dimaksud sebagai pokok atau pusat perhatian dari seluruh gambar sebaiknya ditempatkan. Kalau subjek tersebut ditempatkan di tengah bidang gambar, bagian besar dari bidang gambar menurut hukum potongan kencana tidak mempunyai hubungan dengan bagian kecil. Kalau subjek tersebut ditempatkan pada salah satu garis potongan kencana, tampak bahwa bagian yang besar dari gambar mempunyai hubungan dengan bagian yang kecil. Selain itu subjek yang tepat ditengah gambar, akan membagi bidang gambar menjadi dua bagian yang sama dan simetris, sehingga mata penonton yang menelusuri seluruh bidang gambar, akan selalu mendapati jarak yang sama antara subjek dan tepi kiri dan kanan gambar. Hal ini akan berkesan bahwa tidak ada irama atau monoton. Gambar seperti itu terasa statis. Kebanyakan orang mengatur framing secara horizontal. Mungkin ini disebabkan karena kamera itu sendiri dibuat secara horizontal, sehingga untuk memakainya secara vertical terasa sedikit kurang enak. Juga mungkin karena manusia memandang dengan dua mata yang letaknya sejajar secara horizontal, sehingga orang selalu merasa bahwa bingkai yang horizontal itulah yang wajar. Tetapi secara estetis, keduanya baik horizontal maupun vertical dan binatang, gunung, mobil adalah horizontal. Meskipun begitu tidak bisa membuat framing hanya menurut bentuk subjek saja. Apapun subjeknya, semuanya mempunyai kemungkinan bisa difoto secara vertical atau horizontal. Sekarang tinggal
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
284
apa yang ingin lebih ditekankan atau apa yang dibutuhkan. Dalam hal terakhir ini, para pemotret professional yang memotret untuk majalah atau ilustrasi buku, lebih mudah menentukan format dari framing. Karena biasanya majalah atau buku mempunyai format vertical, sehingga pemotret tinggal mengatur komposisi subjek supaya bisa didapat gambar secara vertical. Tetapi kalau tidak mempunyai keperluan khusus seperti itu, harus dipertimbangkan sesuatu yang lain. Kalau tidak, cobalah mencari kemungkinan lain, misalnya dengan mengubah sudut pengambilan. Bisa naik keatas pohon, berlutut, tiarap diatas tanah atau banyak kemungkinan lain yang masing-masing akan memberi kesan gambar yang berbeda. Tetapi kalau membuat suatu foto reportase atau memotret keramaian, misalnya suatu pawai dimana semua bisa berubah dengan cepat, Pemotret tidak punya waktu untuk menganalisa framing yang sedang diatur. Dalam situasi seperti ini pengetahuan mengenai komposisi yang sudah menyatu dengan pikiran dan pemahaman terhadap sifat-sifat serta efek yang dihasilkan oleh foto, akan sangat menentukan. Pada saat seperti ini harus sudah menentukan framing sebelum mengangkat kamera. Jadi pada waktu melihat bingkai gambar dalam viewfinder dan menekan tombol rana untuk mengambil gambarnya adalah merupakan pelaksanaan dari framing yang sudah diputuskan sebelumnya. Untuk itu harus paham betul mengenai “pandangan kamera”. 9) Pusat Perhatian Seperti yang telah dibicarakan bahwa pusat perhatian sebaiknya ditempatkan pada garis potongan kencana, supaya gambar lebih menarik. Pusat perhatian adalah bagian pokok dari seluruh bagaian–bagian lain yang ada dalam gambar. Misalnya memotret seorang petani yang sedang bekerja disawah. Yang menjadi pusat perhatian adalah petani yang sedang bekerja tersebut. Sedang bagian-bagian gambar yang lain seperti sawah, pematang, pepohonan, lain dan sebagainya adalah pelengkap yang menghubungkan pusat perhatian untuk menunjukkan tempat, suasana, aktifitas dan sebagianya. Demikian juga seharusnya dirasakan penonton yang melihat foto itu menjadi kesan lain. Mata penonton yang melihat sebuah gambar akan terus bergerak dari satu titik ke titik yang lain menjelajahi
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
285
seluruh bidang gambar. Setelah mata penonton menemukana titik yang dimaksudkan sebagai pusat perhatian, yaitu petani, mata penonton masih akan terus bergerak. Kalau kemudian mata penonton menemukan ada bagian lain yang lebih menarik dari pada pusat perhatian yang dimaksud, misalnya warnanya lebih mencolok atau terang, maka dia tidak mendapat kesan seperti yang diharapkan. Hal serupa akan ditemui kalau latar belakang terlalu sarat dengan bermacam-macam warna dan bentuk yang dihasilkan oleh pepohonan. Mata penonton akan selalu tergoda untuk mengikuti garis-garis dari daun dan pepohonan yang ada dilatar belakang, sehingga subjek utama yang seharusnya menjadi pusat perhatian seakan tenggelam dalam latar belakang. Untuk membantu mengarahkan pandangan penonton kepada apa yang dimaksud, yaitu harus mengatur supaya perhatian lebih menonjol. Dalam pemotretan close-up hal ini tidak terlalu sulit, karena tidak ada atau hanya sedikit saja latar belakang sehingga komposisi atau susunan gambar menjadi sederhana. Dengan demikian penonton langsung diajak melihat subjek seperti apa yang dinginkan pemotret. Pada foto CLOSE-UP yang besar yang menjadi pusat perhatian adalah mata. Seperti kalau berbicara dengan orang lain yang dipandang pasti matanya. Untuk foto seperti ini, karena mata yang menjadi pusat perhatian, maka mata harus benar-benar tajam, artinya focus harus tepat. Jadi bisa dikatakan bahwa makin sederhana komposisi, makin mudah mengarahkan penonton pada suatu pusat perhatian. Salah satu cara untuk menyederhanakan komposisi adalah dengan membuat latar belakang yang polos/kosong. Misalnya burung yang sedang terbang dengan latar belakang langit yang biru. Karena latar belakang kosong, mata penonton lebih diarahkan untuk selalu melihat burung itu. Komposisi seperti ini sering dipakai dalam pembuatan foto-foto iklan. Kalau diperhatikan foto-foto iklan kebanyakan dibuat dengan latar belakang polos. Jika demikian harus mempertimbangkan apakah bagian-bagian lain dalam gambar bisa mendukung pusat perhatian atau tidak. Apakah latar depan dan latar belakang terlalu ramai sehingga membingungkan penonton. Kalau terlalu banyak benda-benda yang masuk dalam gambar,
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
286
sehingga komposisi menjadi terlalu rumit, bisa menyederhanakannya dengan cara yang disebut penajaman selektif (selective focusing), yaitu mengatur sebagian gambar saja yang ada dalam focus, sedangkan gambar yang lain kabur. Dengan memakai bukaan diaphragma lebar dan focus diatur tepat tentu pusat perhatian akan menghasilkan gambar yang tajam pada bagian pusat perhatian dan latar belakang kabur. Sekarang komposisi menjadi sederhana. Garis-garis dan bentuk-bentuk dari pepohonan yang ada dilatar belakang menjadi tidak jelas, ini tidak menarik perhatian penonton, sehingga akan lebih mengarahkan perhatian penonton pada pusat perhatian. Membuat latar belakang menjadi kabur seperti contoh diatas memang menguntungkan. Akan tetapi latar belakang yang kabur tidak selalu baik. Kadangkadang latar belakang yang tajam diperlukan juga, misalnya untuk menekankan keberadaan subjek pada seuatu tempat tertentu atau untuk lebih menonjolkan hubungan antara subjek dan latar belakang. Dalam hal ini tentu saja diperlukan kecermatan dalam mengatur penempatan sunjek dan latar belakang sehingga tidak saling mengganggu. Jadi, latar belakang baik yang tampak kabur ataupun yang tajam keduanya bisa menguntungkan atau merugikan. Latar belakang yang kabur menguntungkan karena bisa lebih mudah mengarahkan perhatian penonton pada subjek utama. Tetapi benda-benda yang terang dilatar belakang atau pantulan-pantulan sinar dilatar belakang yang tampak sebagai titik-titik putih yang menjadi kabur karena berada dalam focus lensa akan tampak menjadi lebih besar. Ini terasa akan mengganggu karena sesuatu yang terang, misalnya warna putih akan lebih menarik perhatian mata. Di lain pihak latar belakang yang tajam memang bisa lebih menekankan tempat dan suasana tetapi kalau tidak hati-hati mengaturnya mungkin merugikan karena komposisi lebih rumit. Subjek utama dan latar belakang bisa kita sebut sebagai figure dan ground. figure adalah gambar pokok yang menjadi pusat perhatian dan ground adalah suatu latar yang mempunyai kaitan dengan keberadaan dari figure. Dalam melihat suatu selalu mempunyai figure dan ground. Sebagai contoh, pada waktu melihat sebuah konser musik, perhatian tertuju pada penyanyi
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
287
dipanggung. Di sini penyanyi tersebut menjadi figure dan sekitarnya menjadi ground. Kemudian kalau perhatian beralih kepada penabuh drum itulah yang menjadi figure, dan seterusnya. figure dan ground akan selalu berubah-ubah sesuai apa yang menarik perhatian anda. Dalam sebuah foto pemilihan figure dan ground sudah ditentukan oleh pemotret. Pemotret menentukan dan mengatur figure dan ground sudah dalam satu gambar tunggal agar terjadi satu kesatuan, sehingga penonton bisa merasakan kesan seperti apa yang dimaksudkan. Perlu diingat bahwa figure dan ground tidak bisa dilihat dalam waktu yang bersamaan. Sama seperti waktu menonton televisi. Tidak melihat Koran sewaktu menonton televisi. Demikian halnya dalam sebuah foto. Penonton melihat figure dan ground secara bergantian. Dengan mengontrol secara menyeluruh dan dengan seksama pemotret bisa mengarahkan perhatian penonton pada figure yang dimaksudkannya. Garis-garis pantai, gunung, awan, cabang-cabang pohon, pagar yang ada sebagai latar atau ground bisa membawa perhatian penonton pada figure yang menjadi subjek utama. Pusat perhatian, seperti yang telah diterangkan selama ini, mengandaikan hanya ada satu pusat perhatian. Lalu bagaimana kalau ada lebih dari satu pusat perhatian, misalnya dua orang, beberapa buah benda, serombongan orang. Ini semua tergantung dari bagaimana posisi subjek tersebut dalam gambar. Misalnya ada dua atau sekelompok orang yang saling berdekatan rapat atau saling bersinggungan. Maka sekelompok orang tersebut bisa dikatakan sebagai satu kesatuan yang bisa menjadi satu pusat perhatian. Sedang kalau ada dua atau lebih pusat perhatian yang letaknya tidak berdekatan, untuk menyatukan mereka diperlukan suatu tegangan (tension) yang bisa mengikat perhatian penonton pada mereka. Tegangan atau tension ini bisa terjadi karena adanya arah gerak dan arah pandangan. Contohnya adalah sebuah foto pertandingan sepak bola dimana tampak dua orang sedang berebut bola. Pandangan dan arah gerak kedua pemain tersebut mengarah pada bola, sehingga terasa ada tegangan yang menjadikan kedua pemain tersebut menjadi pusat perhartian dari seluruh gambar. Pada umumnya kita selalau menginginkan perbandingan. Dalam foto perbandingan juga penting. Orang yang tingginya lebih dari dua meter akan tampak
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
288
tinggi kalau difoto diantara kerumunan orang. Kesan tinggi dari orang yang sama tampak dia difoto sendirian dengan latar belakang sawah yang luas. Dengan menampakkan perbandingan, penonton akan mendapatkan semacam bukti yang mengesankan mengenai ukuran. Misalnya sebuah pohon raksasa atau jurang yang tinggi, akan tampak dalam foto besar atau tingginya jika didalamnya tampak juga orang yang bisa dijadikan sebagai perbandingan. Perbandingan yang tajam, misalnya kesan berdampingan dengan yang kecil. Selain bisa memberi tekanan juga lebih menarik perhatian. Banyak orang akan melirik kalau melihat seorang gadis yang jangkung berjalan dengan seorang laki-laki yang pendek. 10) Garis dan Bentuk Komposisi Dalam komposisi fotografi yang dimaksudkan dengan garis bisa merupakan garis nyata yang pada dasarnya adalah merupakan tepi atau batas yang membedakan suatu bentuk, sehingga dengan adanya garis-garis kita bisa mengenali suatu bentuk. Selain garis-garis yang nyata tadi, ada juga garis-garis imajiner, yaitu garis yang yang tidak tampak secara nyata, tapi mempunyai kesan ada misalnya, arah pandangan mata. Dalam komposisi, garis merupakan salah satu unsur yang penting. Bahkan pelukis pertama kali memulai mengerjakan lukisan dengan membuat bentuk garis. Telah diketahui bahwa garis bisa membangkitkan kesan prespekstif atau kedalaman dan bisa dijadikan sebagai penghubung yang menuntun mata penonton ke pusat perhatian. Selain dari itu garis juga memberikan kesan tertentu. Anak-anak yang menggambar mobil, orang, selalu memberi garis horisontal dibawahnya sebagai tempat berpijak, Pandangan mata manusia adalah horizontal, mata kita sewaktu memandang sesuatu selalu dengan mudah dan enak menelusuri dari tepi secara horizontal, sehingga garis-garis horizontal yang kita lihat seakan mempunyai kesan yang biasa, tidak mengejutkan. Dari semua contoh di atas , pada umumnya garis-garis horizontal memberi kesan stabil, tenang, istirahat (tidur) dan statis. Garis-garis horizontal yang sejajar memberi kesan di atas. Unsur lain dalam komposisi adalah garis vertikal, garis-garis ini sering kita jumpai. Garis-garis vertikal adalah bentuk utama dari pohon dan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
289
manusia. Arahnya yang atas bawah memberi kesan gravitasi, sehingga lebih menimbulkan kesan gerak.Tetapi garis–garis vertical yang banyak dan sejajar memberi kesan rintangan-rintangan seperti pagar atau sederetan orang yang berdiri menghadap kamera. Di antara unsur-unsur garis dalam komposisi, garis diagonal merupakan yang paling enak dilihat dan dramatis. Garisgaris diagonal juga lebih dinamis dan hidup, kesan garisgaris tersebut mempunyai tegangan yang tak terduga dan posisi yang terkesan tidak stabil. Garis-garis diagonal juga membuat kesan perspektif yang menimbulkan ilusi kedalaman ini bisa anda buat dengan mudah kalau anda memakai lensa sudut lebar. Dari sudut komposisi, unsur garis diagonal sering menjadikan suatu yang “mengundang mata”. Mungkin ini disebabkan karena kebanyakan yang dilihat adalah lensa vertical dan horizontal, termasuk pinggiran dari gambar itu sendiri, sehingga kalau ada unsur garis diagonal pada gambar akan segera menyegarkan. Garis-garis diagonal yang sejajar tidak tampak menjadi penonton karena mereka selalu mempunyai panjang yang berbeda. Garisgaris yang berhubungan akan menjadi suatu bentuk. Dalam komposisi bentuk merupakan kesatuan yang membuat bagian-bagian dari gambar menjadi saling berhubungan. Diantara banyak macam bentuk yang bisa terjadi, bentuk komposisi yang paling enak dipandang adalah bentuk geometris. Kalau dilihat hampir semua yang dibuat manusia mempunyai bentuk geometris. Ada tiga bentuk komposisi yang utama yaitu segi empat, segitiga dan lingkaran. Sedang trapezium dan oval adalah variasi dari ketiga bentuk komposisi tersebut. Bentuk yang paling sering dilihat adalah segi empat. Rumah, pintu , jendela, meja, televisi semua mempunyai unsur segi empat. Bahkan bentuk frame dari gambar itu sendiri juga segi empat, dan pembagian bidang-bidang gambar-gambar menurut hukum golden section yang telah diterangkan sebelumnya, juga adalah pembagian bidang-bidang segi empat. Segi empat adalah merupakan perpaduan dari gari-garis vertical dan horizontal. Garis-garis vertical dan horizontal yang bertemu cenderung menimbulkan kesan mapan, formal, statis karena garis vertical yang mempunyai gravitasi bertemu dengan garis horizontal sebagai tempat berpijak. Memotret dengan mengarah kamera keatas atau kebawah atau memakai lensa sudut lebar akan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
290
sulit untuk mendapatkan gambar dengan komposisi berbentuk segi empat. Bentuk segi empat akan lebih mudah adidapat dengan pemotretan yang lurus (waterpas). Dilihat dari pemotretan saja sudah bisa terasa bahwa komposisi segi empat itu terasa formal dan terencana. Dalam komposisi fotografi dan juga seni grafis lainnya bentuk yang paling sering dipakai adalah bentuk segitiga. Bentuk segitiga hampir selalu dapat dibuat dengan mudah karena hanya diperlukan tiga titik dan tanpa garis sejajar. Bentuk segitiga menarik karena selalu ada unsur diagonal yang membuat terasa lebih dinamis. Bentuk segitiga sangat menarik pandangan tidak hanya karena adanya garis-garis diagonal tetapi juga karena tiga titik yang dimilikinya. b. Kamera Televisi Gambar-gambar yang kita saksikan pada layar pesawat televisi, baik yang disiarkan langsung maupun yang telah direkam terlebih dahulu, adalah gambar yang telah dilihat oleh kamera televisi. Gambar-gambar tersebut ditentukan oleh apa yang bisa dilihat dan bagaimana cara kamera melihatnya. Sebagai contoh, apabila pada suatu malam kita berjalan-jalan di kaki lima di sebuah kota, pemandangan yang khas dari suasana malam akan nampak sempurna oleh mata kita. Kita bisa melihat dengan jelas barang-barang yang dipajang di etalase toko, hotel-hotel, rumah makan dengan neon signnya, orang-orang, kendaraan yang berlalu lalang. Dengan penerangan lampu jalan, lampu toko, lampu mobil, kiranya cukup bagi mata kita untuk melihat dengan jelas. Tetapi bagi kamera televisi, penyinaran yang demikian itu sangat kurang, pemandangan akan nampak agak gelap dan tidak jelas pada layar televisi apabila merekamnya. Tanpa gambar yang jelas pesawat televisi tak lebih dari pesawat radio, sebab pada media televisi unsur yang paling penting adalah gambar, meskipun tentu saja kita tidak boleh mengabaikan unsur audio atau suara. Jika bisa dikatakan bahwa produksi televisi sangat ditentukan oleh apa yang bisa dilihat dan apa yang tidak bisa dilihat oleh kamera.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
291
1) Bagian-bagian Kamera TV
a. Kamera Televisi/Video
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
292
MIC BODY VIEW FINDER VCR
OPTIC
BATTTERY
SUM SWITCH
b. Bagian-bagian Kamera Video/ TV Gambar 101. Kamera televisi/video dan bagian-bagiannya
Kamera televisi terdiri dari 4 bagian utama: a) Lensa/Optik b) Kepala kamera dan body ( camera head ) c) View finder d) VCR (Video Casette Recorder ) a) Lensa Fungsi lensa adalah untuk mengumpulkan sinar yang dipantulkan oleh obyek sehingga membentuk bayangan optis pada permukaan tabung kamera atau CCD (Charge Couple Device). Lensa menentukan perspektif visual dari pemandangan yang dilihat oleh penonton. Lensa tersusun atas 3 bagian: (1) Elemen-elemen optik yang menghasilkan bayangan dan mengubah panjang fokal. (2) Iris, yang bisa diubah-ubah untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk kedalam Kamera. (3) Sistem mounting, pemasangan lensa pada kamera dengan sistem bayonet atau sistem ulir (C-mount).
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
293
Lensa yang digunakan untuk kamera video, biasanya lensa zoom. Elemen-elemen optik lensa. Sebuah lensa terdiri dari sejumlah elemen-elemen optik yang ditempatkan dalam silinder metal. Elemen-elemen ini berupa kepingan kaca bulat dengan lapisan-lapisan khusus yang berfungsi untuk mengurangi refleksi sinar yang dipantulkan oleh obyek, memfokuskan bayangan pada permukaan tabung kamera atau CCD. Iris (diafragma). Iris adalah sejumlah lembaran metal tipis yang disusun sedemikian rupa sehingga bisa dibuka dan ditutup untuk mengatur banyaknya sinar yang bisa masuk melalui lensa. Bila iris dibuka selebar mungkin, lensa mengirim sinar maksimum kedalam kamera, dan bila bukaan iris kita kurangi atau kita tutup, lubang diafragma akan menyempit, sehingga sedikit sinar yang masuk ke dalam kamera. Bukaan difragma diukur dengan nomor f-stop dimulai dari f/1,4 sampai f/22. Lebih kecil nomor f-stop, lebih besar bukaan difragma, lebih besar nomor f-stop berarti lebih kecil bukaan diafragma. Sifat-sifat optik lensa Sifat-sifat optik lensa menentukan ukuran dan pembesaran bayangan, menghasilkan pandangan horisontal dari adegan yang difoto, dan menentukan perspektif visual dari shot. Adapun sifat-sifat optik lensa zoom adalah: panjang fokal (focal length) dan f-stop
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
294
SUM RING
FUCUS RING
IRIS RING
LENSA
FL RING MACRO RING
Gambar 102. Bagian-bagian Optik Kamera TV/Video
Panjang fokal (Focal Length). Panjang fokal adalah kwalitas lensa yang menentukan ukuran pembesaran bayangan dan bidang pandangan horisontal. Panjang fokal ditentukan dengan mengukur titik pusat lensa ke titik dimana sinar berkumpul dibelakang lensa dalamkeadaan tajam (fokus). Titik ini disebut titik fokus dimana ditempatkan permukaan tabung atau CCD, untuk menangkap gambar atau bayangan. Panjang fokal dihitung dalam milimeter. Lebih besar panjang fokal, lebih sempit bidang pandangan dan lebih besar ukuran obyek.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
295
FOCAL LENGTH
MID POINT LENS
POINT OF FOCUS FOR FILM
Gambar 103. Ilustrasi Vocal Length
Lensa normal menghasilkan pandangan sebagaimana mata kita melihatnya. Bidang pandangan horisontal dan pembesaran gambar lensa normal sebanding dengan apa yang kita lihat apabila kita berdiri ditempat dimana kamera berada. Panjang fokal lensa normal dalam format 16 mm (permukaan tabung kamera atau CCD berukuran 2/3 inci) kira-kira 25 – 75 mm dengan pandangan horisontal 20°- 9°, lensa sudut lebar dari 12 – 25 mm mempunyai bidang pandangan horisontal 57°- 20°, lensa telephoto dengan panjang fokal 75 – 200 mm mempunyai bidang pandangan horisontal 9°- 3°. Standar panjang fokal lensa dan sudut pandangan horisontal. Bidang pandangan horisontal adalah seberapa besarnya sudut suatu shot yang bisa diperoleh oleh sebuah lensa. Dengan mengetahui bidang pandangan horisontal lensa, sutradara dan juru kamera bisa merencanakan shot-shot dan penempatan kamera pada suatu lokasi atau studio dalam floor plan.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
296
75
9
25
20
16
37
10
57
4,8
110 STANDART FOCAL LENGTH
Gambar 104. Ilustrasi standard vokal length kamera TV
Lensa Zoom. Kamera televisi pada umumnya mempergunakan lensa zoom. Lensa zoom adalah lensa yang bisa diubah-ubah panjang fokalnya, dari sudut pandang yang paling lebar (wide angle) ke sudut yang paling sempit telefoto.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
297
Gambar 105. Ilustrasi perbedaan penggunaan lensa zoom
Zoom range adalah batas perbandingan antara panjang fokal lensa zoom terpendek dan terpanjang. Zoom range biasanya dituliskan dengan dua nomor, misalnya 10 x 12. Nomor pertama 10 adalah zoom rangenya, artinya perbandingan panjang fokal terpendek dengan panjang fokal terpanjang adalah 10 : 1. Sedangkan nomor yang ke dua 12 adalah panjang fokal terpendek dalam milimeter. Jadi 10 x 12 artinya lensa tersebut mampu membuat zooming dari 12 mm (panjang fokal terpendek) sampai 120 mm (panjang fokal terpanjang). Lensa zoom dalam melakukan zooming bisa digerakkan dengan cara:
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
298
Manual : mengatur sudut pandang dan kecepatannya dengan memutar sticknya. Servo : dengan menekan tombol yang menggerakkan motor elektronisnya. Dengan lensa zoom ini kita bisa menghasilkan fokus yang tepat apapun bidang pandangan yang kita kehendaki dengan membuat kalibrasi atau prefokus lensa sebelum shot-shot direkam. Dekatilah subyek dengan zoom in, kemudian atur fokus sehingga obyek nampak tajam. Bila obyeknya manusia fokuskan pada matanya. Setelah focusing dengan melakukan zoom out buatlah framing dan komposisi seperti yang kita inginkan. Kemudian rekaman bisa kita mulai, pada saat merekam kita buat zoom in secara perlahan, gambar akan tetap fokus sepanjang kamera atau subyek tidak bergerak dari posisi semula. Apabila jarak dari kamera ke subyek berubah, misalnya dengan merekam adegan baru pada subyek lain yang posisi atau jarak berbeda, tentu saja kita harus mencocokkan fokus lagi untuk menghasilkan gambar yang tajam. F – stop. F-stop adalah satuan bukaan iris (diafragma). Dengan merubah f-stop berarti menambah atau mengurangi cahaya yang masuk kedalam kamera. Semakin tinggi nomor fstop, semakin kecil bukaan diafragma, semakin sedikit sinar yang masuk kedalam kamera. Semakin kecil nomor f-stop, semakin besar bukaan diafragma, semakin banyak sinar yang masuk kedalam kamera. Bilangan f-stop tersebut telah dirancang sedemikian rupa sehingga setiap naik satu stop, maka banyaknya cahaya yang melewati diafragma tinggal separuh dari semula. Sebaliknya dengan turun 1 stop, sinar yang masuk 2 kali lipat
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
299
f/2
f/4
f/8
f/16
f/22
DEPTH OF FILD
Gambar 106. Ilustrasi hubungan diaphragma dengan ruang ketajaman
Fokus. Fokus adalah pengaturan lensa yang tepat untuk jarak tertentu. Gambar dikatakan fokus apabila proyeksi gambar yang dihasilkan oleh lensa jatuh dipermukaan tabung atau CCD, jelas dan tajam. Juga yang nampak pada viewfinder atau TV monitor. Bidang Kedalaman (Depth of field) atau Ruang Tajam. Bidang kedalaman atau depth of field adalah bidang dimana obyek-obyek di depan dan di belakang obyek utama nampak dalam fokus. Bidang kedalaman sangat penting untuk hal-hal teknis dan estetis. Secara teknis, shot dengan bidang kedalaman yang luas, memudahkan juru kamera mengikuti action, gerakan subyek. Bidang kedalaman yang sempit mengharuskan kita secara terus menerus mengubah fokus, apabila subyek ataupun kamera sendiri bergerak. Secara estetis bidang kedalaman sangat berperan dalam menciptakan perspektif visual pada keseluruhan adegan (shot). 3 hal yang menentukan bidang kedalaman adalah: (1) panjang fokal lensa (2) f-stop bukaan iris dan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
300
(3) jarak antara kamera dan obyek.
4 METER
DEPTH OF FIELD
10 METER
20 METER
DEPTH OF FIELD
DEPTH OF FIELD
Gambar 107. Ilustrasi hubungan jarak dengan ruang ketajaman
Panjang fokal. Lebih pendek panjang fokal atau lebih besar sudut pandang lensa, lebih dalam atau lebar bidang kedalaman. Panjang fokal ditambah, bidang kedalaman semakin sempit. F-stop. Lebih kecil lensa dibuka (lebih besar nomor fstop), lebih luas bidang kedalaman. Lebih besar bukaan lensa (lebih kecil nomor f-stop), bidang kedalaman lebih sempit. Jarak kamera dengan subyek. Semakin jauh jarak antara kamera dengan subyek, makin luas bidang kedalaman. Semakin dekat jarak kamera dengan subyek, semakin sempit bidang kedalaman. Perspektif Lensa. Menunjukkan cara lensa memotret kedalaman, dimensi dan hubungan antara obyek-obyek di dalam videospace. Lensa normal menghasilkan perspektif normal, videospace nampak wajar sebagaimana mata kita melihatnya. Lensa wide angle (sudut lebar), menambah kedalaman, jarak antara latar belakang dengan latar depan lebih jauh dari kenyataannya. Gerakan yang mengarah menuju ke kamera atau meninggalkan kamera nampak lebih cepat dari gerakan sebenarnya. Lensa telefoto (sudut sempit) mengurangi kedalaman ruangan, jarak antara latar belakang dengan subyek utama nampak dekat sehingga gambar terkesan datar. Gerakan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
301
menuju atau meninggalkan kamera nampak lebih lambat dari gerakan yang sebenarnya. Filter. Filter befungsi untuk mengubah atau mencocokkan cahaya yang masuk ke dalam kamera. Filter koreksi suhu warna. Televisi berwarna membagi cahaya yang terlihat oleh mata manusia menjadi 3 warna primair, yaitu merah, hijau dan biru (RGB). Ketiga warna ini apabila dipadukan dalam perbandingan yang tepat (R=30%, G=59%, B=11%) akan menghasilkan warna putih, dengan perbandingan yang berbeda akan menghasilkan warna-warna yang lain. Warna dari suatu benda disebabkan oleh pantulan cahaya yang mengandung warna tertentu. Benda putih terlihat sebagai warna putih yang tepat apabila dikenai cahaya putih. Tetapi cahaya putih yang murni jarang sekali, kebanyakan yang kita lihat adalah sebagai warna putih yang mengandung warna kebiru-biruan atau kemerah-merahan. Mata kita secara otomatis bisa mengimbangi perubahanperubahan itu dengan mengubah balans warna, sehingga kita selalu melihat warna putih sebagai putih, tetapi kamera televisi tidak. Untuk memecahkan masalah ini, kamera video dilengkapi dengan sebuah filter yang dipasang pada suatu piring ditempatkan di antara lensa dan tabung kamera. Roda filter ini berisi sejumlah filter koreksi warna yang berbeda, masingmasing bisa secara cepat diputar dicocokkan dengan kondisi cahaya yang kita pergunakan untuk melakukan rekaman. Umumnya Kamera video memiliki 2 buah filter koreksi warna. Untuk shoting didalam ruangan dengan cahaya lampu video kita pasang filter 3200°K dan untuk shoting dengan penerangan cahaya matahari kita gunakan filter 5600°K. Cahaya matahari banyak mengandung warna biru. Kalau kita memasang filter nomor 2 untuk matahari, sebetulnya kita memasang filter berwarna oranye, yang bisa mengimbangi banyaknya warna biru yang terdapat dalam cahaya matahari. Sebaliknya cahaya lampu video lebih mengandung warna merah, maka kita pasang filter nomor 1 (3200°K), yang berwarna kebiru-biruan. Sumber cahaya yang lebih tinggi intensitas sinarnya mengandung warna biru, sumber cahaya yang lebih rendah lebih mengandung warna merah. Perbedaan warna cahaya ini tergantung pada suhu, dan diukur dengan derajad Kelvin. White Balance. Intensitas cahaya berbeda-beda pada saat yang berbeda dalam sehari. Cahaya pagi hari atau senja mempunyai suhu 2000°K, cahaya tengah hari mempunyai ukuran 10.000°K. Karena intensitas cahaya sangat berbeda maka filter koreksi warna tidak bisa menghasilkan warna putih
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
302
yang tepat. Maka dari itu kamera video juga dilengkapi dengan tombol untuk menyetel white balance. Cara termudah untuk menyetel white balance ialah dengan mengarahkan kamera terhadap benda putih apa saja yang berada dalam kondisi cahaya yang sama dengan cahaya yang kita pergunakan untuk merekam adegan. Cara menyetel white balance: Pertama-tama cocokkan filter koreksi warna dengan kondisi cahaya yang kita pakai shoting. Arahkan kamera terhadap benda putih apa saja. Kamera di zoom sampai yang terlihat dalam viewfinder hanyalah warna putih.Tekan tombol pengatur white balance. White balance harus diubah, apabila keadaan cahaya berubah. Filter Neutral Density (ND). Berfungsi untuk mengurangi intensitas sinar yang terlalu kuat tanpa mempengaruhi kwalitas warna cahaya. Filter ini digunakan bila kamera membuat rekaman dimana kondisi cahaya terlalu tinggi. Dengan mempergunakan filter ND ini kita bisa membuat selective focusing atau rack focus. Karena pemasangan filter ini akan memaksa bukaan f-stop melebihi normal; sehingga mempersempit bidang kedalaman tanpa mengurangi intensitas cahaya. b) Camera Head Camera head berisi: (1) Sistem Optik Internal Semua kamera televisi berwarna menggunakan sistem optik bagian dalam, yang berfungsi memisahkan cahaya yang difokuskan oleh lensa ke dalam 3 warna primair (RGB). Sistem optik yang biasa digunakan adalah prism beam splitter (prisma pemisah cahaya), yang menerima sumber cahaya secara maksimum dan sedikit sinar yang hilang atau mengurangi distorsi optik. Kamera televisi yang lebih murah harganya biasanya menggunakan sistem optik cermin dikroik (dichroic mirror). (2) Photoelektric transducer Photoelectric transducer berfungsi mengubah bayangan optis dari lensa ke dalam sinyal elektronik yang disebut sinyal video. Baik itu berupa pickup tube (tabung), maupun CCD (charge coupled device).
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
303
(3) Pickup tube Jenis tabung yang banyak digunakan adalah jenis Plumbicon dan Saticon. Tabung-tabung ini mampu menghasilkan gambar berwarna yang berkwalitas tinggi. REFLEKTOR
CAHAYA
PRISMA PEMISAH CAHAYA
Gambar 108. Ilustrasi Tabung Kamera
Tabung Plumbicon yang dibuat untuk kamera studio tersedia dalam 2 ukuran, format berdiameter 1¼ inch (30mm) dan 1 inch (25mm). Format ini menunjukkan ukuran permukaan photoconductive pada tabung. Semakin lebar permukaan tabung, semakin bagus kuwalitas gambarnya. Kamera studio yang baru dengan format 2/3 inch (18mm) dan kamera ENG/EFP dengan format ½ inch (12mm) juga mampu menghasilkan gambar yang berkualitas tinggi. (4) CCD (Charge Coupled Device) CCD adalah sebuah microchip terpadu sebagai pengganti pickup tube. Fungsinya persis sama, hanya cara kerjanya berbeda. CCD memberikan beberapa keuntungan, bentuknya lebih kecil dan ringan sehingga kamera bisa dirancang lebih praktis dan ringan dari pada kamera tabung. (5) Viewfinder Viewfinder adalah jendela pengamat dimana kita bisa melihat obyek-obyek yang masuk ke dalam kamera. Viewfinder dengan ukuran 1 – 6 inch merupakan sebuah pesawat televisi hitam putih kecil yang berfungsi mengubah sinyal video kembali menjadi gambar yang bisa dilihat.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
304
Juru kamera bisa menggunakan viewfinder ini untuk mengatur framing, menyusun komposisi dan memfokuskan gambar. Dalam produksi multikamera pada viewfinder kita bisa menyaksikan hasil gambar yang sedang on air atau masuk program pada switcher di kontrol room dengan menekan tombol return video, sehingga kita bisa melihat bagaimana adegan yang sedang kita rekam dicampur adegan dari kamera lain dengan efek khusus. Di bagian dalam viewfinder dilengkapi dengan lampu-lampu indikator atau display tulisan yang menginformasikan white balance, low light (kurang sinar), on recording, baterai atau kaset yang nyaris habis. Pada viewfinder bagian depan terdapat lampu merah kecil yang dinamakan tally light, lampu ini menyala apabila kamera sedang record atau on air. 2) Gerakan Kamera a) Pan, Panning Pan adalah gerakan kamera secara (mendatar) dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Pan right (kamera bergerak memutar ke kanan) Pan left (kamera bergerak memutar kekiri)
Sri Sartono
horisontal
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
305
Gambar 109. Gerakan kamera pan left/right dan tilt Up and Down
Gerakan pan biasanya dilakukan untuk mengikuti gerakan subyek (orang yang sedang berjalan), mempertunjukkan suatu pemandangan yang luas secara menyeluruh. Gerakan pan secara pelan menimbulkan perasaan menanti. Kadang-kadang panning cepat atau swish pan dilakukan untuk menghubungkan dua peristiwa yang terjadi di dua tempat. Jangan melakukan panning tanpa maksud tertentu. Sebelum melakukan panning hendaknya terlebih dahulu menentukan titik awal dan titik akhir dari shot (adegan) yang akan direkam. Apabila kita mengikuti gerak seseorang yang sedang berjalan (follow camera) berilah ruang kosong yang lebih longgar di depannya. Ruangan kosong ini dinamakan leading space. b) Tilt, Tilting Tilting adalah gerakan kamera secara mendongak dari bawah ke atas atau sebaliknya. Tilt Up – mendongak ke atas Sri Sartono
vertikal,
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
306
Tilt Down – menunduk ke bawah Gerakan tilt dilakukan untuk mengikuti gerakan obyek (peluncuran balon, pesawat take off dan sebagainya), untuk menciptakan efek dramatis, mempertajam situasi. Seperti halnya dengan gerakan panning, alangkah baiknya apabila ditentukan dulu titik awal dan titik akhir shot. c) Dolly, Track Dolly atau track adalah gerakan kamera diatas tripod atau dolly mendekati atau menjauhi subyek. Dolly In – mendekati subyek Dolly Out – menjauhi subyek
Gambar 110. Gerakan Kamera dolly in/out dan pedestal up/down
d) Pedestal Pedestal adalah gerakan kamera di atas pedestal yang bisa di naik turunkan. Sekarang ini kebanyakan menggunakan Porta-Jib traveller. Pedestal Up : kamera dinaikkan Pedestal Down: kamera diturunkan Dengan menggunakan teknik pedestal up/down kita bisa menghasilkan perubahan perspektif visual dari adegan.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
307
e) Crab Gerakan kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar dengan subyek yang sedang bergerak. Crab left (bergerak ke kiri), Crab right (bergerak ke kanan)
Gambar 111. Gerakan Kamera crab left/right dan gerakan crene up/down
f) Crane Crane adalah gerakan kamera di atas katrol naik atau turun. g) ARC
Arc adalah gerakan kamera memutar mengitari obyek dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
308
Gambar 112. Ilustrasi gerakan kamera ARC left/right
h) Zoom Zooming adalah gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi obyek secara optik, dengan mengubah panjang fokal lensa dari sudut pandang sempit (telephoto) ke sudut lebar (wide angle) atau sebaliknya. Zoom in : mendekatkan obyek dari long shot ke close up Zoom out: menjauhkan obyek dari close up ke long shot Perbedaan visual zooming dengan tracking Zooming . Memperbesar atau memperkecil obyek dengan mengubah sudut pandang lensa. Dengan zoom in, latar belakang menjadi out focus, gambar menjadi datar. Kesan yang kita peroleh seolah- olah obyek kita dekatkan atau jauhkan dari pandangan kita. Tracking. Mendekati atau menjauhi obyek dengan mengubah kedudukan kamera. Dengan melakukan dolly in, latar belakang dan latar depan tetap fokus. Gambar lebih mempunyai kedalaman, memberikan kesan lebih dinamis dengan gerak gambar yang sesungguhnya. Gerakan dolly lebih impresif, bila melewati pintu-pintu, lekukan, ataupun mebel dengan maksud menyajikan pandangan subyektif dari adegan. i) Rack Focus Rack focus atau selective focusing adalah mengubah focus lensa dari obyek di latar belakang ke obyek di latar depan atau sebaliknya, untuk mengalihkan perhatian penonton dari satu obyek ke obyek lainnya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
309
j) Framing / Bidang Pandangan ELS (Extreme Long Shot). Shot sangat jauh, menyajikan bidang pandangan yang luas, kamera mengambil keseluruhan pemandangan. Obyek utama dan obyek lainnya nampak sangat kecil dalam hubungannya dengan latar belakang. LS (Long Shot). Shot jauh, menyajikan bidang pandangan yang lebih dekat dibandingkan dengan ELS, obyek masih didominasi oleh latar belakang yang lebih luas. MLS (Medium Long Shot). Shot yang menyajikan bidang pandangan lebih dekat dari pada long shot, obyek manusia biasanya ditampilkan dari atas lutut sampai diatas kepala. MS (Medium Shot). Di sini obyek menjadi lebih besar dan lebih dominan, obyek manusia dinampakkan dari atas pinggang sampai di atas kepala. Latar belakang masih nampak sebanding dengan obyek utama. MCU (Medium Close Up). Shot amat dekat, obyek diperlihatkan dari bagian dada sampai atas kepala. MCU inilah yang paling sering dipergunakan dalam televisi. CU (Close Up). Shot dekat, obyek menjadi titik perhatian utama di dalam shot ini, latar belakang sedikit sekali. Untuk manusia biasanya ditampilkan wajah dari bahu sampai atas kepala. BCU (Big Close Up) dan ECU (Extreme Close Up). Shot yang menampilkan bagian tertentu dari tubuh manusia. Obyek mengisi seluruh layar dan jelas sekali detailnya. CUT OFF LINE. Istilah dalam framing (pembingkaian) gambar dengan obyek manusia berdasarkan garis/potongan bagian pada tubuh yaitu sebagai berikut : FS (Full Shot) atau TS (Total Shot): menyajikan seluruh tubuh. Knee Shot : (Shot lutut) menampilkan bagian tubuh dari lutut sampai atas kepala Waist Shot (Shot Pinggang) : menyajikan bagian tubuh dari pinggang sampai ke atas kepala Beast Shot : (Shot Dada) Head Shot : (Shot Kepala) Beberapa istilah shot yang lain adalah sebagai berikut. Tigh Shot (Shot Dekat) Wide Shot (Shot jauh atau lebar) Cover Shot (Shot-shot MS sampai CU) Two Shot : shot dua orang Three Shot : shot tiga orang, dan seterusnya
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
310
OS (Over the Shoulder Shot) adalah shot dimana obyek utama menghadap ke arah kamera, dengan bingkai disamping kiri atau kanan nampak bahu dan sebagian kepala obyek lain sebagai lawan bicara. Establising Shot adalah, pengambilan gambar dengan kamera statis, (biasanya dalam posisi Extreme Long Shot atau Long Shot) yang menampilkan keseluruhan pandangan untuk memperkenalkan suatu tempat dimana suatu peristiwa sedang terjadi. 3) Camera Angle (sudut pengambilan gambar). Camera angle adalah sudut penempatan dimana kamera mengambil gambar suatu subyek, pemandangan atau adegan. Dengan sudut tertentu kita bisa menghasilkan suatu shot yang menarik, dengan perspektif yang unik dan menciptakan kesan tertentu pada adegan yang kita sajikan. Normal Angle. Pada posisi normal angle, kamera ditempatkan kira-kira setinggi mata subyek. Tentu saja normal angle sangat tergantung pada tinggi subyek yang dishoting. Bila kita merekam sekelompok anak kecil yang sedang bermain, normal angle untuk orang dewasa tentu saja terlalu tinggi, maka kamera harus diturunkan hingga setinggi mata anak. Pada program wawancara, dimana semua pemain duduk di kursi, kita pasang level untuk menaikkan setting/Kursi, sehingga juru kamera bisa menshot adegan pada normal angle tanpa membungkukkan badan selama produksi berlangsung. High Camera Angle. Posisi kamera lebih tinggi di atas mata, sehingga kamera harus menunduk untuk mengambil subyeknya. High Camera Angle sangat berguna untuk mempertunjukkan keseluruhan set beserta obyek-obyeknya. Dengan high camera angle bisa diciptakan kesan obyek nampak kecil, rendah, hina, perasaan kesepian, kurang gairah, kehilangan dominasi. Low Camera Angle. Posisi kamera dibawah ketinggian mata subyek, sehingga kamera harus mendongak untuk merekam subyek. Dengan low camera angle cenderung menambah ukuran tinggi obyek, dan memberikan kesan kuat, dominan dan dinamis. Bird Eye View. Kamera mengambil subyek dari atas. Subjective Camera Angle. Kamera diletakkan di tempat seorang karakter (tokoh) yang tidak nampak dalam layar dan mempertunjukkan pada penonton suatu pemandangan dari sudut pandang karakter tersebut.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
311
Objective Camera Angle. Kamera merekam peristiwa atau adegan seperti apa adanya. 4) Alat Penyangga kamera. tripod dan dolly, studio pedestal, crane atau boom atau porta jib-traveler 5) Alat Perekam Gambar dan Perlengkapannya. Portable video casette recorder, battery pack, battery charger,camera, adaptor, camera cable 6) Alat Perekam Audio/Sound. Microphone, Kabel Microphone 7) Alat Pencahayaan. Lampu, lampu stand, reflektor, Kabel listrik, dan generator set 8) Langkah-langkah Merekam Gambar dengan kamera : a) Cek sambungan-sambungan peralatan b) Hidupkan power kamera dan semua peralatan yang bersambungan c) Pasang portable VCR pada Record Stand By d) Pilih filter koreksi warna yang cocok dengan kondisi cahaya setempat e) Atur black balance dan white balance f) Arahkan kamera pada subyek, atur iris, zooming fokus. Buat framing dan komposisi yang di inginkan. g) Untuk mulai rekaman, tekan tombol VTR Start/Stop. Indikator REC/TALLY pada viewfinder akan menyala selama rekaman. h) Untuk menghentikan rekaman, tekan tombol VTR Start/Stop sekali lagi. Tabel 11
Suhu warna dari berbagai jenis filter
No Filter
Suhu Warna
Kondisi Cahaya
1
3200º K
Lampu listrik, indoor, matahari terbit, matahari tenggelam
2
5600ºK+¼ ND
3
5600º K
Langit berawan, hujan
4
5600ºK+1/16ND
Langit sangat terang, pantai dimusim panas,salju
Sri Sartono
Outdoor, matahari terang
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
312
5. Teknik Shoting Studio dan di luar studio Teknik shoting adalah bagaimana cara kamerawan melakukan Shoting dengan menggunakan kamera Televisi/film. Shoting diharapkan dapat menghasilkan gambar yang baik dan dinamis. Gambar yang baik adalah yang di shot dengan pengaturan fokus yang tepat, komposisi/ framing yang benar diaphragma yang tepat, pencahayaan yang pas dan gerakan yang logis dan halus atau tidak goyang. Gerakan kamera bisa dilakukan dalam bermacam-macam jenis seperti paning kekiri atau ke kanan, tilting up atau down, suming in atau out, dolly in atau out dan sebagainya. Dengan melakukan gerakan-gerakan tersebut akan menghasilkan gambar yang bervariasi dan dinamis. Gerakan dilakukan dengan halus sehingga gambar tenang dan tidak goyang seperti berada di atas perahu. Untuk menghindari hal ini bisa ditempuh dengan menggunakan bantuan tripot. Atau berlatih terus mengoperasikan kamera tanpa bantuan tripot tetapi kamera dipanggul diatas bahu dan siku ditumpukan ke dada. Dengan berlatih kamerawan akan mendapatkan pengalaman dan makin terampil dan menghasilkan gambar yang baik. Jangan sekali-kali mengambil gambar dengan framing clos up dari jarak jauh tanpa menggunakan tripot, karena hasil gambar akan cenderung goyang dan tidak stabil. Hal ini disebabkan karena gerakan dengan sudut yang sangat kecilpun pada kamera akan menyebabkan gerakan pada gambar dengan sudut yang besar. Oleh karena itu gambar menjadi goyang. Gambar yang dinamis dapat diperoleh dari variasi gerakan yang halus dan logis. Jangan membuat still picture karena video berbeda denga foto. Video harus hidup dan selalu ada gerakan agar tidak membuat penonton menjadi jenuh dan tidak tertarik lagi. Ingat otak manusia hanya peka terhadap perubahan. Perubahan akan merangsang otak manusia untuk merespon. Oleh karena itu gambar yang diam/ still dalam video akan mengurangi kemenarikan. Demikian pula gambar yang goyang, meskipun banyak gerakan/goyangan akan membuat mata manusia bekerja keras untuk melihatnya dengan jelas dan gerakan/goyangan akan membuat mata menjadi capai dan menggangu konsentrasi. Meskipun kadang-kadang still picture/gambar yang diam juga diperlukan agar penonton bisa lebih detail mengamatinya. Tetapi hanya dalam waktu yang singkat atau beberapa detik saja. Misalnya bila shoo terhadap seorang pembicara/pidato, kejadian yang membutuhkan pengamatan yang detail. Shoting di dalam studio dan di luar studio sebenarnya teknisnya sama. Perbedaanya kalau di dalam studio digunakan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
313
pencahayaan tetap dari beberapa lampu, tetapi shoting di luar akan banyak mengandalkan pencahayaan alam yaitu dari sinar matahari. Meskipun kadang-kadang juga perlu pencahayaan dari lampu tambahan. Dengan cahaya matahar tidak stabil mengakinatkan pengaturan kamera harus lebih cermat agar cahaya yang masuk pada kamera sesuai dengan yang dibutuhkan. Pengambilan shot jangan menentang cahaya agar tidak diperoleh gambar yang seluet. Oleh karena itu penempatan kamera harus pada engle yang tepat. Shoting juga harus memperhatikan komposisi gambar, bisa membuat point of interest atau pusat perhatian, mengatur jarak antara obyek dengan kamera agar obyek terletak pada ruang tajam dan sebagainya. Ini semua dapat dikuasai oleh seorang kamerawan dengan berlatih dan berlatih disamping memiliki pengetahuan tentang fotografi. Seorang kamerawan yang berpengalaman akan menghasilkan gambar yang berkualitas dan menarik, sehingga program yang diproduksi akan berkualitas dan menarik. 6. Lighting (Pencahayaan) Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya dengan mempergunakan peralatan pencahayaan agar kamera mampu melihat obyek dengan jelas, dan menciptakan ilusi sehingga penonton mendapatkan kesan adanya jarak, ruang, waktu dan suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukkan dalam program televisi. Seperti halnya mata manusia, kamera video membutuhkan cahaya yang cukup agar bisa berfungsi secara efektif. Dengan pencahayaan penonton akan bisa melihat seperti apa bentuk obyek, di mana dia saling berhubungan dengan obyek lainnya, dengan lingkungannya, dan kapan peristiwa itu terjadi. Secara teknis Tujuan penataan cahaya adalah untuk a. Memperoleh cahaya dasar (base light) sehingga kamera mampu melihat obyek dengan jelas. b. Menghasilkan contrast ratio yang tepat, perbandingan antara cahaya yang kuat dan bayangan tidak menyolok, begitu juga warna-warna yang terang dengan warna yang gelap. c. Mengatur suhu warna yang tepat, sehingga warna kulit manusia akan nampak alamiah. Secara artistik Tujuan penataan cahaya adalah untuk a. Memperjelas bentuk dan dimensi obyek. b. Menciptakan ilusi dari suatu realitas. c. Menciptakan kesan/suasana tertentu.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
314
d. Memusatkan perhatian pada unsur-unsur penting dalam suatu adegan. a. Contrast Ratio Contrast ratio (perbandingan kontras) berhubungan erat dengan reaksi tabung kamera atau CCD terhadap tingkat brightness yang berbeda dalam suatu gambar. Sebagai contoh, misalnya suatu adegan di dalam suatu ruangan dengan posisi wide shot, warna gambar seimbang antara terang dan gelap, detil gambar jelas. Tetapi begitu ada seseorang yang mengenakan baju putih masuk ke dalam adegan tersebut dan mengisi ¼ bagian dari frame sebelah kiri, akan terjadi perubahan drastis, di mana ¾ bagian frame sebelah kanan otomatis menjadi lebih gelap, warna menjadi keruh. Hal ini disebabkan karena AGC (Automatic Gain Control) pada kamera bereaksi terhadap bidang yang paling terang dengan mengurangi cahaya yang masuk ke dalam kamera. Cahaya yang tadinya tepat untuk adegan tersebut di atas diperkuat dengan tambahan cahaya yang dipantulkan oleh warna putih, sehingga perbandingan kontras antara gelap dan terang menjadi lebih besar. Maka dari itu penataan cahaya harus diusahakan untuk menghindari perbandingan kontras yang menyolok. b. Suhu Warna Sumber cahaya yang berbeda akan menghasilkan suhu warna yang berbeda. Lampu neon memberikan warna hijau kebiru-biruan, lampu tungsten-halogen menghasilkan warna kemerah-merahan, sinar matahari memancarkan warna cahaya kebiru-biruan. Suhu warna diukur dengan derajat Kelvin. Cahaya yang mengandung warna kemerahmerahan lebih rendah derajat Kelvinnya, lebih tinggi derajat Kelvinnya mengandung warna kebiru-biruan. Cahaya lampu tungsten-halogen mempunyai suhu warna antara 3000°-3200°K, adalah cahaya yang sangat cocok untuk televisi 10.000° 9.000° 7.000° 5.600° 4.900° 4.200°
Sri Sartono
Langit biru Langit mendung Cahaya matahari Lampu neon Dua (2) jam sebelum matahari terbit/sebelum terbenam
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
315
3.800° 3.200° 2.800° 2.200° 1.600°
Satu (1) jam sebelum matahari terbit/sebelum terbenam Lampu halogen Lampu pijar Matahari terbit/terbenam Cahaya lilin
Suhu warna ditentukan pula oleh intensitas cahaya. Cahaya untuk studio televisi yang dikontrol dengan dimmer bisa menghasilkan cahaya putih dengan intensitas penuh, tetapi bila diturunkan intensitasnya, cahaya akan berubah menjadi kemerah-merahan. Kalau shoting di lapangan (out door), cahaya matahari adalah sumber cahaya utama. Tergantung pada kondisi langit, bersih atau berawan, suhu warna cahaya matahari antara 4.200°-10.000°K. Kamera harus dicocokkan dengan cahaya kebiru-biruan, dengan memasang filter koreksi warna untuk 5.600°K, ditambah dengan pengaturan write balance. Masalahnya adalah karena matahari terus bergeser atau cuaca sering berubah, sehingga suhu warna berubahubah pula, maka write balance harus selalu dicocokkan. c. Bentuk dan Dimensi Karena layar televisi hanya dua dimensi, tinggi dan lebar, maka kita ciptakan dimensi ketiga lewat pengaturan cahaya, yaitu ke dalam. Pengaturan cahaya yang tepat dengan terang dan bayangan akan memperjelas bentuk obyek yang tiga dimensi, posisinya di dalam ruang dan waktu, jarak dan hubungannya dengan obyek lain serta lingkungannya. Di sini pencahayaan lebih ditekankan pada pengaturan terang dan bayangan daripada menciptakan gambar yang terang sama sekali dan berkesan datar. Bayangan pada wajah obyek akan memperjelas tekstur dan bentuk. d. Realitas Suatu adegan yang diambil di dalam studio, dengan pengaturan cahaya yang tepat, kita bisa menciptakan waktu tertentu, pagi, siang atau malam. Bayangan-bayangan yang panjang menunjukkan waktu pagi hari atau senja, sinar yang terang memberikan kesan suasana siang hari. Dengan efek pencahayaan khusus juga bisa diciptakan ilusi sumber cahaya tertentu, misalnya suatu adegan yang kesannya hanya diterangi dengan sebuah lampu minyak.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
316
Sehubungan dengan efek cahaya tiruan dari realitas ini kita harus sering mengamati lingkungan kita sehari-hari. Misalnya, bagaimana perbedaan cahaya di suatu ruangan antara pagi dan sore hari. Dari mana sumber cahaya utama, apakah bayangan lebih gelap di siang hari atau sore hari. e. Kesan dan Suasana Kesan psikologis dari suatu adegan yang kita sajikan di televise bisa dicapai dengan pengaturan cahaya tertentu. Situasi komedi biasanya diberi pencahayaan yang terang sama sekali dengan menggunakan high key lighting, untuk memberikan kesan hati yang gembira dan terang. Begitu pula dengan acara kuis, permainan atau konser musik. Sebaliknya tragedi atau horor disajikan dengan pencahayaan yang redup atau gelap pada lingkungan sekitar pemainnya, dengan menggunakan low key lighting. Pencahayaan dari bawah pemain menimbulkan suasana misterius, horror. Bayangan-bayangan yang panjang di sebuah jalan yang sepi menciptakan suasana bahaya, takut, tegang. f.
Pusat Perhatian (Focus of Attantion) Beberapa pengaturan cahaya untuk memusatkan perhatian penonton: Limbo Lighting: Obyek yang nampak terang berada di depan latar belakang cyclorama yang netral tanpa menggambarkan sesuatu. Cameo Lighting: Obyek nampak terang sedangkan latar belakang gelap sekali, hitam tanpa penyinaran. Silhoutte Effect (Siluet): Obyek yang gelap tanpa penyinaran berada di latar belakang yang terang. Follow Lighting: Obyek yang bergerak diikuti dengan spot light yang lebih terang dari cahaya lainnya.
g. Instrumen Tata Cahaya Instrumen tata cahaya diklasifikasikan berdasarkan jenis cahaya yang dihasilkan: SPOT LIGHT Spot Light menghasilkan cahaya yang kuat, terarah, bisa difokuskan sesuai dengan keinginan. Spot light untuk menyinari suatu bidang yang cukup sempit, dengan sorotan sinar tajam, sehingga menghasilkan bayangan yang tajam. Jenis-jenis Spot Light 1) Fresnel Spot Ligh
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
317
Spot light ini paling banyak digunakan dalam produksi dilengkapi dengan lensa fresnel yang tipis dan tahan panas. Cahaya fresnel spot light bisa diatur penyebarannya dengan menggunakan lampu dan reflector yang terpasang di dalamnya. 2) Ellipsoidal Spot Light Ellipsoidal spot light disebut juga leko, biasanya digunakan untuk memproyeksikan pola-pola tertentu pada background atau setting. Spot light tanpa lensa. 3) HMI (Halogen Metalic Iodine) HMI menghasilkan cahaya dengan suhu warna 5.500°K, cocok dengan cahaya matahari, oleh karena itu HMI disebut juga day light dan digunakan untuk mengimbangi cahaya matahari. 4) Follow Spot Follow Spot dilengkapi dengan iris yang bisa dibuka dan ditutup untuk memperbesar dan memperkecil cahaya yang disorotkan. 5) PAR (Parabolic Aluminized Reflector) PAR adalah satu unit lighting yang berisi beberapa lampu, lensa dan reflector. 6) Flood Light Flood light memancarkan cahaya tersebar, lembut dan merah untuk menyinari bidang yang relative luas, menghasilkan bayangan-bayangan yang tidak terlalu tajam. Jenis-jenis Flood Light Scoop, Soft light, Broad light, Strip light h. Penyangga atau Gantungan Lampu Floor stand, tripod, Pantograph, Penjepit, Rel i.
Sri Sartono
Pengatur Penyebaran dan Intensitas Cahaya 1) Barn Door Penutup metal yang dipasang di depan lampu, untuk mengatur arah sinar. 2) Flag Potongan segi empat dari metal atau kain hitam yang dibingkai, dipasang pada tripod di depan lampu atau tangkai yang mudah digerakkan, digunakan untuk memblok atau menghalangi cahaya yang mengenai obyek atau setting. 3) Scrim
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
318
Dibuat dari anyaman kawat, berguna untuk mengurangi intensitas cahaya tanpa merubah suhu warna. Scrim biasanya digunakan pada flood light untuk melembutkan cahaya yang tersebar. 4) Screen Untuk mengurangi intensitas cahaya, dipasang di depan lampu, dibuat dari kertas kalkir atau spun. 5) Cuco, Break Potongan-potongan bahan, dipasang di depan spot untuk memproyeksikan pola tertentu pada cyclorama atau setting. j.
Jarak antara Lampu dengan Obyek Bila lampu dijauhkan dari obyek, penyebarannya akan meluas dan intensitasnya berkurang. Sebaliknya jika lampu didekatkan ke obyek, penyebaran cahaya menyempit dan semakin kuat intensitas cahayanya. Sudut pencahayaan juga akan mempengaruhi penyebaran cahaya. 1) Dimmer Alat untuk mengatur intensitas cahaya yang mirip dengan audio mixer. Dimmer mempunyai beberapa tombol fader untuk menambah dan mengatur jumlah daya pada masing-masing lampu. 2) Pencahayaan Segitiga Menunjukkan penggunaan tiga instrumen lampu yang ditempatkan pada tiga posisi. Posisi ini ditujukan dengan fungsinya masing-masing. a) Key light Key light adalah cahaya utama untuk menyinari adegan atau obyek, ditempatkan di depan obyek sedikit di samping kiri atau kanan kamera pada sudut kira-kira 30°- 45° mengarah ke bawah. b) Fill light Fill light digunakan untuk menyinari bayanganbayangan yang dihasilkan oleh key light. Fill light ditempatkan berlawanan arah dengan kamera dari key light. c) Back light Back light adalah penyinaran dari belakang obyek, digunakan untuk memisahkan obyek dari background, dan menambahkan penampilan obyek. Back light ditempatkan di belakang subyek pada sudut sedemikian rupa sehingga sinar tidak mengenai kamera dan membuat flare.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
319
3) Jenis Pencahayaan yang lain: a) Kicker light Kicker light adalah posisi khusus dari back light, ditempatkan di belakang obyek sedikit ke samping. Fungsinya adalah menambah tekanan pada rambut, kicker light sering digunakan untuk efek glamour. b) Eye light Eye light hanya bisa digunakan dalam close up shot. Fungsi eye light adalah untuk menghasilkan efek gemerlapan pada mata obyek. c) Side light Side light diarahkan ke sisi obyek dan menghasilkan tekanan pada samping obyek dengan sinar tajam. Side light memperjelas bentuk obyek, biasanya dipergunakan dalam produksi tarian, dimana garis-garis dan bentuk tubuh penari paling ditonjolkan. d) Background light Background light digunakan untuk menyinari setting, background untuk membantu menciptakan suatu suasana tertentu.
Tabel 12. L I G H T I N G FUNGSI
PERALATAN
POSISI TERHADAP KAMERA
EFEK DAN APLIKASI KHUSUS
KEY LIGHT
FRESNEL
Sudut vertikal 30°40°. Dan di samping kamera.
Sumber penyinaran utama, Sebagai referensi dasar untuk mengatur balans intensitas dan posisi peralatan lighting lainnya. Posisi frontal akan mengurangi efek dimensi, bentuk obyek, dengan sudut lebih tinggi atau lebih rendah, ke samping kiri atau kanan, akan menambah efek bentuk dan tekstur pada obyek.
FILL LIGHT
FRESNEL SCOOP BROAD SOFT LIGHT
Sudut vertikal 30°40°. Pada posisi yang berlawanan terhadap key light.
Digunakan untuk mengisi/menyinari bayangan yang diciptakan oleh key light, pada obyek dan mengisi bagianbagian yang gelap pada set, background dan seluruh arena permainan. Intensitas fill light diatur secara relatif terhadap key light, low key to fill ratio menghasilkan sedikit bayangan, high key to fill ratio menghasilkan bayangan tajam, memperjelas bentuk dan tekstur obyek.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
320
BACK GROUND LIGHTING
FRESNEL SCOOP BROAD ELLIPSOIDAL
Tempat di belakang obyek atau sedikit ke samping sudut vertical antara 30°40°.
Menghasilkan cahaya pinggir atau garis kontur disekitar kepala dan bahu obyek untuk memisahkan obyek foreground dan menambah perspektif kedalaman. Backlight yang kuat digunakan untuk menciptakan adeganadegan malam atau efek khusus.
BACK GROUND LIGHTING
FRESNEL SCOOP BROAD ELLIPSOIDAL
Posisi tergantung pada efek yang diinginkan. Posisi frontal membuat background merata, sedikit bergeser secara vertikal atau horisontal menambah bentuk dan tekstur background.
Digunakan untuk menyinari background, tirai atau cyclorama. Intensitas selalu diseimbangkan dengan cahaya foreground pada obyek. Kurangnya cahaya pada background menciptakan efek cameo. Background light biasanya diseimbangkan dan diarahkan setelah penyinaran foreground.
SIDE LIGHT
FRESNEL
Di samping obyek
Dgunakan untuk menonjolkan rambut, bahu dan garis-garis bentuk tubuh obyek, ini biasanya dipakai dalam program-programtari atau senam. Bisa digunakan secara efektif untuk memperkuat efek malam hari.
CYCLORA MA LIGHT
SCOOP STRIP LIGHT CYC LIGHT
Digantung pada langit-langit di depan cyclorama dan pada lantai di belakang ground row atau cyc row.
Untuk menyinari cyclorama. Biasanya lampu dilengkapi filter-filter warna untuk membuat efek warna pada cyclorama.
Mengujicoba peralatan tata lampu yang terpasang Semua jenis lampu yang digunakan dalam proses produksi harus dicek/diujicoba apakah dalam keadaan baik atau rusak/mati. Setelah dipastikan lampu dalam keadaan baik langkah berikutnya adalah mengintalasi lampu-lampu tersebut sesuai setting yang dikehendaki untuk produksi. Setting lampu dimaksudkan untuk menempatkan lampu sesuai dengan fungsi masing-masing, sebagai front light, back light, uplight maupun lampu untuk menciptakan situasi sesuai dengan karakter lokasi, untuk membuat pusat perhatian dan kemenarikan dan sebagainya. Dalam mengintalasi lampu-lampu tersebut harus memperhatikan keamanan dan keselamatan kerja baik bagi peralatan maupun manusia sebagai operatornya. Semua lampu disambungkan ke sumber listrik PLN/genset dengan menggunakan kabel standar yang telah terujui, melalui switcher atau sakelar box setiap sakelar satu lampu atau diatur berdasarkan grouping sejenis. Setiap sakelar diberi nomor atau informasi untuk lampu yang mana. Dari sakelar dihubungkan panel pengaman dan diteruskan ke panel listrik PLN/genset
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
321
Setelah setting dan instalasi lampu selesai dilanjutkan pada ujicoba, apakah telah dapat sesuai dengan rencana. Ujicoba dilakukan untuk mengevaluasi kebenaran instalasi. Dalam hal ini dilakukan dengan menyambungkan ke sumber listrik PLN/genset. Dicoba dengan menghidupkan sakelar satu persatu sambil memeriksa lampu apakah lampu menyala atau mati sampai semua lampu terdeteksi. Apabila lampu telah menyala semua, maka uji instalasi selesai dan dilanjutkan dengan uji kualitas. Uji kualitas dilakukan dengan jalan mengukur kuat cahaya dengan menggunakan light meter apakah kekuatan cahaya pada setiap situasi memenuhi kebutuhan camera untuk menghasilkan gambar yang baik. Sebaiknya juga diuji dengan menggunakan camera dan TV monitor apakah kualitas gambarnya sudah berkualitas baik. Bila belum perlu menambah/mengurangi kuat cahayanya dengan menambah/mengurangi lampu. 7. Editing Seorang yang bekerja sebagai editor haruslah seorang yang sabar, mampu mengendalikan diri dan mau terus mencoba dan belajar sesuatu secara terus menerus, dan pandai memutuskan sesuatu dalam kerjanya sebagai penyunting gambar. Dalam produksi program dokumenter seorang editor yang diberikan banyak peluang bagi kreativitasnya dapat dikatakan sudah menjadi sutradara kedua, ketika bahan editing diberikan ada banyak hal yang tidak sesuai dengan naskah produksi, dibutuhkan sungguh-sungguh tanggung jawab untuk membuat keputusan yang subyektif sifatnya. Pekerjaan seorang editor sangat jauh dari tantangan fisik yang biasa dialami crew produksi. Ketika seorang sutradara sangat terbiasa dengan berbagai situasi dalam produksi sebuah film, seorang editor yang tidak terlibat langsung dalam produksi akan menerima bahan editing sebagai keharusan dan tanpa dapat merubah bahan yang sudah ada, seorang editor harus dapat menyampaikan pada sutradaranya kemungkinankemungkinan yang dapat dilakukan pada bahan Editing yang ada. Ada beberapa metode kerja yang biasa digunakan seorang sutradara pada tahap pasca produksi. Seorang sutradara mungkin memberikan editing script kepada editor sebagai panduan editing. Sutradara yang lain mungkin mendiskusikan tentang hal-hal khusus yang didapatnya saat shoting dan menyerahkan sepenuhnya kepada editor untuk memilih bahan-
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
322
bahan terbaik yang dapat mendukung hal-hal khusus yang menurut sutradara penting untuk ditampilkan. Sutradara yang lain mungkin setiap kali akan memeriksa pekerjaan editornya untuk memastikan gambar-gambar yang kuat, perasaan yang dimunculkan dalam setiap sekuen bagian mana yang memiliki peristiwa dan dampak paling menarik untuk dimunculkan dan seterusnya.`Selanjutnya editor akan menyiapkandan mengumpulkan semua bahan yang diperlukan, membuat versi awal dari film. Sebagian besar editor meninggalkan ruang editingnya pada tahap ini untuk memastikan bahwa mereka sudah mengamati semua bahan yang ada. Sutradara yang sangat peduli dengan karyanya akan duduk diruang editing siang dan malam untuk memberikan masukan pada editor dalam kerjanya, walaupun yang memutuskan susunan gambar secara keseluruhan adalah editor. Sebagian editor senang bertukar pendapat selama proses editing berlangsung. Sebagian lagi lebih suka independen dalam pemikiran dan pekerjaan yang dilakukan, mereka lebih suka bekerja sendiri untuk menyelesaikan semua kesulitan dalam penyelesaikan film yang dibuat. Dalam pergulatan ini mereka ingin lebih berkonsentrasi denga editing script dan peralatan editing yang mereka gunakan. Pada akhirnya hanya sedikit hasil diskusi yang mungkin tertuang dalam hasil editing; setiap adegan setiap potongan gambar diteliti dengan cermat, dirundingkan lagi, dibuat berisi dan seimbang. Hubungan antara editor dan sutradara sangat kuat dan seorang editor seringkali menggunakan kepekaan rasanya yang sangat kuat tetapi bertentangan dengan gambaran dan keinginan yang direncanakan sutradara terhadap bahan editing yang ada. Editing adalah proses pasca produksi yang menggabungkan, menyusun shot demi shot menjadi scene, scene demi scene menjadi sequence, bertujuan untuk menyajikan cerita agar mudah dinikmati pemirsa. Sehingga perlu diperhatikan beberapa syarat berikut ini. (1) Kesinambungan cerita, (20 kesinambungan gambar dan kesinambungan suara, (3) kesinambungan irama adegan, hubungan shot yang satu dengan shot berikutnya, dengan memperhatikan variasi frame dan komposisi gambar. a. Jenis-jenis Editing. 1) Switching atau editing langsung Editing yang langsung dilakukan dengan menggunakan alat switcher untuk menggabungkan dua kamera atau lebih secara Life. Editing dengan menggunakan switcher harus
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
323
dilakukan dengan cepat bahkan spontan tetapi tepat pemilihannya. Kecepatan memilih juga sangat tergantung dari kesiapan kamerawan. 2) Post production Editing. Editing yang dilakukan setelah shot dan scene direkam dalam pita atau kaset (lazim disebut original atau master shoting) kemudian disusun sesuai alur cerita dalam naskah. Hasil editingnya disebut master editing. 3) linear Editing Editing dengan menggunakan peralatan video berupa VCR, TV monitor, editing control unit, audio dan video mixing. Dengan alat ini dapat dilakukan assemble editing dan insert editing. Assemble editing pada dasarnya memasukkan gambar yang sudah direkam ke dalam pita master edit. Setelah selesai disambung dengan gambar berikutnya, demikian seterusnya. Sedang insert editing adalah memasukkan gambar atau suara disisipkan kem dalam pita master edit. 4) Non linear Editing Editing dengan menggunakan computer beserta perlengkapannya, seperti : video capture card (pinnacle, Matrox, Canopus, dll), sound card, serta program editing seperti: adobe premier, ulead, Pinnacle studio dll b. Persiapan editing Setelah gambar direkam dalam pita atau kaset (master shoting atau original) selanjutnya dilakukan persiapan untuk editing dimulai dari : 1) workprint dan logging Workprint adalah memindah original ke kaset lain untuk mengetahui isi dan mencatat kedalamm kertas logging 2) editing off line Dengan menggunakan editing off line on paper dimana dapat ditulis secara langsung dan berurutan shotshot yang diperlukan. Kemudian dengan bantuan log sheet, shoting script dapat disusun editing script, sperti contoh berikut ini.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
324
Tabel 13. Format Editing Script
Editing Script Title:………………… Edit
In
Out
Shot/
No
Point
Point
Adegan
Durasi
Transisi
Audio
Durasi
3) Editing on Line Sesuai peralatannya dapat dilakukan dengan linear editing maupun non linear editing. Saat ini akan dikerjakan non linear editing dengan menggunakan computer yang telah dilengkapi untuk keperluan aditing. Langkah-langkah editing on line dengan computer, garis besarnya adalah sebagai berikut : a) Gambar original (master shoting) di-capture / dipindah ke computer. Setiap meng-capture hendaknya diberi judul untuk memudahkan dalam pemilihan sesuai yang diperlukan, kemudian disimpan. b) Merekam narasi dan suara (audio) lain yang diperlukan menggunakan software audio computer. c) Buka program adobe premier, buat proyek baru (new project) beri judul proyeknya. d) Impor dari file video hasil capture (a) dan audio dari hasil (b) e) Tempatkan audio yang diperlukan, khususnya narasi, pada track audio. f) Pilih gambar dan letakkan pada track video dengan cara video on sound (tentu saja sesuai editing script) g) Mixing hasil (f) dengan audio sebagai sound effect, background music. h) Sekarang telah diperoleh master editing.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
325
c. Video Transisi 1) Cut dan cutting Cut adalah cara yang paling sering digunakan dalam perpindahan langsung dari satu shot ke shor berikutnya. Macam-macam cutting-nya adalah : a) Jump cut Suatu pergantian shot, dimana kesinambungan waktu terputus, karena loncatan waktu dari shot ke shot berikutnya. b) Cut in, insert suatu shot yang yang disisipkan pada shot utama dengan maksud untuk menunjukan detil shot utama. c) Cut away, intercut, reaction shot Shot action yang diambil pada saat yang sama sebagai reaksi dari shot utama. d) Cut on direction suatu sambungan shot dimana shot pertama ditunjukan suatu obyek yang bergerak menuju ke satu arah, shot berikutnya objek lain yang mengikuti arah gerakan dari shot pertama. Misalnya seseorang yang sedang memperhatikan sesuatu yang sedang berjalan. e) Cut on movement sambungan shot dari satu objek yang bergerak kea rah yang sama, dengan latar belakang yang berbeda. f) Cut rhyme Cutting bersajak bergantian shot/scene dengan loncatan waktu pada kejadian yang sama, saling berhubungan, taqpi dalam suasana yang berbeda. Fungsi utama transisi dengan menggunakan cutting adalah kesinambungan action, detail objek, peningkatan atau penurunan suatu peristiwa, perubahan tempat dan waktu. 2) Dissolve Dissolve adalah perpindahan gambar secara berangsur-angsur, akhir dari shot sedikit demi sedikit bercampur dengan shot berikutnya. Jadi shot pertama berangsur-angsur hilang sedang shot kedua berangsurangsur muncul. Penggunaan dissolve memang lebih leluasa disbanding dengan cutting. Namun demikian pergantian tempat atau waktu (time of lapses) tepat jika menggunakan dissolve. Penggunaan lainnya adalah untuk jembatan penghubung atau transisi dari shot action, waktu dan tempat, hubungan yang erat antara
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
326
dua shot. Misalnya pengambilan LS seorang penyanyi kemudia CU wajah penyanyi, dengan menggunakan diossolve akan kelihatan artistic dan dramatis. Kedua shot yang berbeda digabung secara berangsur-angsur tanpa mengganggu satu dengan yang lainnnya. 3) Fade Penggunaan fading sedikit berbeda dengan dissolve. Pada fading gambar akan hilang secara berangsur-angsur (fade out), bila gambar muncul berangsur-angsur disebut fade in. kadang-kadang digunakan pula fade to black untuk perpindahan scene berikutnya, atau saat end title. Fade in dan fade out biasa digunakan pada saat awal dan akhir program. 4) Wipe, Split screen, superimpose, Chromakey Pernah melihat gambar seola-olah dihapus atau disapu sehingga keluar dari frame dan muncul gambar baru, inilah. Jika dilayar kelihatan dua gambar yang sama itu menggunakan split screen. Sering pada akhir program adegan ditumpangi dengan tulisan itulah superimpose. Chromakey merupakan tehnik menggabungkan dua objek dimana satu objeknya ditempatkan pada latar belakang warna tertentu biasanya warna biru tua. Kemudian dicampur/ditumpangi dengan gambar dari kamera lain yang tidak ada/sedikit warna birunya. Jadinya seakan akan menjadi satu gambar satu kondisi. Pada teknik analog proses penggabungannya adalah pada mixer/switcher video. Pada teknik digital proses semacam ini tidak mengalami kesulitan bahkan tidak hanya warna biru tetapi bisa warna dasar yang lain. Pada komputer warna latar gambar pertama misalnya warna biru, pada proses chromakey warna biru ditindas dikurangi atau dihilangkan. Apabila gambar yang akan ditumpangkan ada warna biru, maka bila di mix bagian warna biru tadi akan menjadi tembus pandang. Oleh karena itu seorang penyanyi/artis jangan menggunakan pakaian warna biru kalau direncanakan akan digunakan teknik chromakey. Tekniknya penyanyi bisa nyanyi/action di studio dan latarbelakangnya bisa mengambil di lokasi yang lain di luar studio. Hasilnya penyanyi seakan action dengan latar yang berbeda-beda di luar studio. Misalnya lagi seorang penyiar dishot dengan latar biru hasilnya ditumpangi gambar kapal dari
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
327
hasil liputan lain, seakan-akan penyiar melakukan siaran di kapal. d. Prinsip-prinsip editing Darmanto menulis setidaknya ada beberapa prinsip editing yang harus diperhatikan. Diantaranya adalah : 1) Jangan menyambung gambar dengan cutting, dissolve, panning atau tracking tanpa motivasi yang jelas 2) Jangan menyambung dua gambar dari format yang sama, misalnya dari MS ke MS, LS ke LS karena akan kelihatan jumping 3) Jangan menyambung dari angle yang ekstrem LS ke CU, lebih halus dijembatani dengan MS, atau zoom in. 4) angan menyambung dua gambar yang sama tetapi diambil dari arah berlawanan (crossing the line) 5) Walaupun esensi televisi, video dan film adalah close up namun diingat keseluruhan cerita tidak mungkin dengan CU semua, harus ada LS,MS dan sebagainya. 6) Jangan memotong shot saat bergerak panning ataupun tilting. Sambunglah saat awal atau akhir gerakan. Juga jangan membuat cutting dari dua kamera yang bergerak, kecuali dengan gerakan yang sama serta kecepatan yang sama pula. 7) Jangan dissolve gambar dari dua kamera yang bergerak (panning), atau dari kamera yang bergerak ke statis atau sebaliknya. Kecuali gerakannya sama atau ingin memberikan efek tertentu. 8) Hindari fast dissolve. Cobalah 2-3 detik untuk waktu perpindahan 9) Bila membuat fade in usahakan jangan gambar dahulu yang muncul, karena akan “mati”, usahakan bersama atau audio dahulu 10) Buatlah cut dissolve dan lainnya sesuai irama suara, musik, komentar, lakukan cut, fade out saat musik atau kalimat berakhir. Editing sebagai proses akhir sebuah produksi, dapat menolong kelemahan yang dilakukan petugas lain. Namun sebaliknya jika editor tidak maksimal bekerjanya juga dapat menurunkan kualitas produksi. Oleh karena itu kerjasama antar kru harus erat dan saling tolong menolong sesuai tanggung jawabnya masing-masing.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
328
e. Proses Editing Video VCD ( Video Compact Disc ) merupakan salah satu media yang efektif untuk menyampaikan suatu pesan atau maksud kepada orang lain. Berbagai tayangan video baik yang bersifat dokumentasi, hiburan, maupun pendidikan dapat dinikmati pada media VCD. VCD merupakan video yang dikemas dalam media CD, yang menggantikan pendahulunya yaitu kaset. Penggunaan kaset sudah mulai ditinggalkan karena sifatnya yang rentan terhadap jamur. Selain itu penggunaan keeping CD relative lebih murah. Namun demikian VCD memiliki kualitas visual (tayangan) lebih rendah daripada menggunakan pita kaset VHS. Hal ini disebabkan oleh format file yang dimampatkan (terkompres) serta rendahnya jumlah pixel yang digunakan yaitu 352 X 288 (format PAL). Pada perkembangan teknologi berikutnya kualitas tersebut diperbaiki pada format Super VCD maupun DVD (Digital Versetile Disc) . Perangkat pemutar ulang VCD (VCD player) sangat mudah dijumpai dikalangan masyarakat, sehingga penggunaan VCD sebagai media yang efektif untuk menyampaikan pendidikan kepada masyarakat. Dengan berkembang pesatnya teknologi computer, dapat dipakai untuk berbagai keperluan termasuk digunakan memutar VCD. Karena maraknya penggunaan computer, media video tersebut kemudian dikemas dengan berbagai informasi tambahan baik yang berupa kalimat maupun grafis menjadi CD interaktif. CD Interaktif ini merupakan alternatif media yang sangat efektif dalam pembelajaran. Dalam proses produksi Video / VCD sangat ditunjang penggunaan program computer. Penerapan computer dalam proses produksi VCD adalah sebagai berikut : 1) Proses perekaman atau penangkapan (capture) . 2) Pengolahan video (editing) yang meliputi : a) Pemotongan (cutting) b) Penambahan (titling) c) Pemberian efek (effect) d) Penambahan animasi (animation) e) Pengisian suara (dubbing) 3) Pemampatan file format VCD (encoding) 4) Pembakaran keeping VCD (burning) 5) Pembuatan cover Komputer yang digunakan untuk mengolah sinyal video atau editing harus memiliki spesifikasi perangkat keras tertentu, berdasarkan format yang dihasilkan serta jumlah efek yang digunakan. Semakin tinggi kualitas yang akan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
329
diproduksi serta semakin banyak jumlah efek digunakan dituntut piranti yang semakin cepat .
yang
1) Proses Penangkapan (Capture) Proses penangkapan (capture) adalah penyimpanan sinyal masukan (video & Audio) menjadi file berformat movie (AVI, MPEG, dll) ke dalam computer untuk keperluan penyimpanan ke format file video digunakan perangkat keras yang popular dengan nama Capture Card. Ada dua jenis capture card berdasarkan fasilitas pendukungnya (untuk keperluan edit video), yaitu kelas rumah tangga dan kelas professional. Untuk kelas rumah tangga fasilitas editing terbatas dibandingkan kelas professional, sehingga konsekuensi harganya juga terpaut jauh. Contoh piranti jenis ini adalah snazii Video Creator, pinnacle studio DC10 Plus, dll. Untuk kelas professional sudah dilengkapi fasilitas pengolahan video secara real time pada perangkat kerasnya sehingga prosesnya lebih cpat dan kualitas yang dihasilkan lebih baik. Contoh piranti jenis ini adalah Matrox Rt2500, Pinnacle Pro One RTDV dll. Software yang digunakan sudah menyertai pada saat pembelian. Contoh program yang sering disertakan pada card editing jenis professional adaalh adobe premiere. Proses penangkapan sinyal video meliputi dua jenis sinyal masukan yang digunakan , yaitu : a) Sinyal analog Untuk mengubah sinyak keluaran kamera video, handycam atau Video Cassete Recorder (VCR) jenis analog, digunakan piranti yang capture card. Piranti ini berfungsi mengubah video analog menjadi file format video atau movie (AVI, MPEG-1. MPEG-2, dll) b) Sinyal digital Untuk mengolah sinyal keluaran kamera video / handycam jenis digital, pada beberapa mainboard sudah dilengkapi dengan konektor jenis IEEE 1394. Pada computer yang belum memiliki fasilitas ini dapat ditambahkan capture card jenis digital yang memiliki konektor IEEE 1394. Contohnya adalah Dazzle DV editor SE. Pada capture jenis rumah tangga umumnya hanya digunakan untuk menangkap sinyal analog, sedangkan pada piranti video editing kelas professional pada umumnya memiliki kedua jenis masukan baik analog maupun digital .
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
330
2) Pengolahan Video (editing, penambahan animasi, dubbing) File video atau movie (AVI,MPEG,dll) dapat diolah atau dilakukan proses penyuntingan (editing) . Penyuntingan file video meliputi : a) Pemotongan (cutting) File movie dapat dipotong sesuai keperluan . Selain itu dapat dipisah (split) antara Video & audio untuk diambil bagian video atau audionya saja . b) Penambahan efek (effect) . File movie hasil encoding dapat diberi efek yang meliputi ; efek transisi (transition effect), efek gerak (motion), mauoun video filter (perwarnaan, efek kamera, pencahayaan, painting, focus, dll ). Selain itu dapat dilakukan pemberian efek dengan cara menumpangkan (overlay) beberapa video ke video lainnya dengan cara kroma key, bahkan diberikan polesan efek tambahan . c) Penambahan kalimat (tilling) Untuk memberikan keterangan mengenai tayang video dilakukan penambahan kalimat (tilling) Kalimat tersebut dapat diberi efek gerak atau animasi . d) Penambahan animasi (animation) Penambahan animasi pada gambar atau grafis (still image) dan teks akan memberikan kesan lebih hidup. Terdapat program animasi baik 2 dimensi (2D) maupun 3 dimensi (3D). e) Pengaturan audio (volume, efek suara ) Audio atau suara pada file video dapat diatur volumenya, ditambah efek (audio filter) maupun dicampur dengan sumber suara lain. f)
Sri Sartono
Penggantian suara atau sulih suara (dubbing) Suara pada file video juga dapat dihilangkan atau diganti dengan suara yang lain melalui proses rekaman suara menggunakan program computer. Selain itu juga dapat ditambahkan musik sebagai pengiring (sound track).
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
331
Untuk keperluan tersebut digunakan program editor video antara lain; Ulead Media Studio, Ulead Video Studio, Adobe Premiere, Pinacle Studio, MGI Video Wave, Vegas Video, dll. Setelah dilakukan pengolahan, maka dapat diperoleh file hasil campuran melalui proses rendering. Format file tersebut antara lain AVI, MPEG (format VCD), dll. Program-program penunjang editor video antara lain adalah program pengolah grafis (contoh : Adobe Photoshop, Ulead Photo Impact), program pembuat animasi (contoh : 3D Studio Max, Ulead Cool 3D), program perekam dan pengolah suara (contoh : Sonic Foundry Sound Forge, Musicmatch Jukebox) . 3) Pemampatan File Movie (encoding) . File hasil campuran program editing (hasil rendering) dapat diputar ulang (playback) dengan program computer, namun tidak dapat langsung diputar pada piranti lain seperti VCD player. File tersebut ukurannya sangat besar sehingga tidak muat pada keping CD (CDR). Supaya media penyimpanannya (CDR) mampu menampung file movie dengan durasi lebih lama, maka file tersebut harus dimampatkan atau dikompres sesuai standar piranti pemutar ulang yang digunakan (contoh : VCD-PAL). Proses pengubahan atau pemampatan file movie (AVI, MPEG, dll) ke format lain dinamakan encoding. Contoh program encoding VCD (MPEG-1) antara lain ; Panasonic encoder, TMPGenc, Xing MPEG encoder, LSX, dll . Untuk keperluan pembuatan CD interaktif, pada umumnya format yang digunakan adalah Quicktime Movie (MOV), oleh Karena itu dalam proses pemampatan file harus menggunakan format tersebut . 4) Pembakaran Keping VCD (burning) Cara menyimpan file pada keping CD (CDR) adalah melalui pembakaran sinar laser pada permukaan bagian bawah. Program pembakar keping CD (CD Burning) antara lain Ahead Nero Burning ROM, Roxio CD Creator, Ulead DVD Movie Factory, dll. Setelah proses pembakaran, maka keping CD (CDR) yang memiliki format VCD dapat diputar pada VCD player . 5) Pembuatan Cover Tampilan sampul (cover) VCD memiliki peran dan daya tarik tersendiri. Supaya kemasan VCD hasil produksi terlihat
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
332
lebih bagus, maka cover hendaknya dirancang dengan baik, pada sisi depan maupun pada keeping CD-nya. Untuk menunjang keperluan ini dapat digunakan program pengolah grafis seperti Corel Draw, Adobe Photoshop, Ulead Photo Impact. Selain itu ada program khusus pembuat cover yang biasanya dikemas bersama program pembakar CD seperti Ahead Nero Cover Design. Dalam proses penyuntingan (editing) perlu mengetahui format video yang akan dihasilkan. Dengan mengetahui format video yang akan digunakan, maka dalam mendesain suatu grafis atau gambar diam atau membuat animasi (baik 2D maupun 3D) dapat sesuai dengan rasio ukuran frame (frame size) dan jumlah frame per detiknya dari format video yang dihasilkan . Tabel 14. Format File MPEG Format
Frame /sec
Frame Size
Video data Rate
Audio Data Rate
Freq Audio
VCDNTSC
29,97
352 X 240
1123 Kbps
224 Kbps
44,1 KHz
VCD-PAL
25
352 X 288
1123 Kbps
224 Kbps
44,1 KHz
SVCDNTSC
29,97
480 X 480
Variabel
192 Kbps
44,1 KHz
SVCDPAL
25
480X576
Variabel
192 Kbps
44,1 KHz
DVDNTSC
29,97
720X480
Variabel
224 Kbps
48 KHz
DVD-PAL
25
720X576
Variabel
224 Kbps
48 KHz
Dari Uraian diatas menunjukkan bahwa computer sangat penting dalam proses produksi VCD. Bagus atau tidaknya tayangan VCD dipengaruhi oleh penerapan program yang digunakan serta kemampuan perangkat keras yang digunakan. Penggunaan program computer dalam proses produksi VCD banyak sekali macamnya. Pada tulisan ini hanya ditunjukkan beberapa contoh program yang digunakan untuk menunjang produksi VCD yang mudah
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
333
diperoleh di pasaran. Pengetahuan tentang tehnik pengolahan video (editing) sangat diperlukan dalam pembuatan media Video / VCD. Dengan mengetahui teknikteknik pengolahan video, akan membuka konsep pemikiran kepada pembuat naskah maupun tim produksi yang nantinya bekerja di lapangan dalam pengambilan gambar (video). TUGAS : •
•
Sri Sartono
Berlatihlah menggunakan camera foto dengan berbagai pengaturan (diapragma, kecepatan, jarak dan focus) dan catatlah masing-masing perubahan. Konsultasikan hasilnya kepada Pembimbing/Guru. Berlatihlah menggunakan camera video dengan berbagai pengaturan (focus, sum, pan, tilt, doly, arc) dan catatlah masing perubahan. Konsultasikan/ diskusikan hasilnya kepada Pembimbing/Guru.
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
334
8. Contoh Produksi Program Video a. Contoh Produksi Video informasi 1) Proposal Kegiatan Cover depan: PROPOSAL KEGIATAN PRODUKSI VCD INFORMASI 39 TAHUN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
PRODUSER EKSKUTIP: DR. H. AT. SOEGITO, SH. MM PRODUSER PELAKSANA : Drs. FR. SRI SARTONO, MPd. SUTRADARA : Drs. KUKUH SANTOSA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2004
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
335
Isi : A. JUDUL PROGRAM : VCD Informasi “39 TAHUN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)” B. Latar Belakang Dalam rangka sosialisasi Visi, Misi dan perkembangan hasil pencapaiannya sangat diperlukan media informasi yang efektif dapat mencapai sasaran baik masyarakat di dalam maupun di luar Unnes. Upacara Dies Natalis Unnes akan diselenggarakan tgl 30 Maret 2004 merupakan event yang tepat untuk sosialisasi informasi, karena upacara tersebut dihadiri oleh masyarakat luas baik dari dalam Unnes maupun relasi dari luar Unnes mencapai 1500 orang lebih. Oleh karena itu media VCD merupakan pilihan yang tepat untuk sasaran tersebut maka perlu diproduksi Software VCD informasi yang relevant dengan event tersebut yaitu “39 Tahun UNNES”. Sedangkan substansi materi informasi dikemas secara padat dan menarik dalam bentuk VCD dengan durasi 20 menit agar tidak menjemukan. C. Organisasi : 1. Ketua : Drs. FR. Sri Sartono, MPd. 2. Sekretaris : Dra. Rr. Sri Wahyu S, Mhum. 3. Anggota ( Properti software) : a. Drs. M. Sulton b. Drs. Subroto c. Drs. Anwar Haryono d. Drs. Sutrisno e. Drs. Lucas f. Drs. Suparno g. Drs. Budinaeni h. Drs. Sugiyanto i. Drs. Heri Kismaryono D. Tim Produksi : 1. Produser Ekskutip : DR. H. AT. Soegito, SH. MM. 2. Produser Pelaksana : Drs. FR. Sri Sartono, MPd. 3. Sutradara : Drs. Kukuh Santosa 4. Cameraman : a. Farouk b. Nurmanto c. Budi Susanto
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
336
5. 6. 7. 8. 9.
Editor : Narator : Perlengkapan Akomodasi Transportasi
Japari, SPd. Yuni : Ratmoko : Imam Prawoto, SPd. : Djoko Hartono
E. Biaya Produksi : 1. Naskah…………………Rp. 500.000,00. 2. Biaya Shoting …… Rp. 1.400.000,00. 3. Editing……………… Rp. 1.000.000,00. 4. Penggandaan……… Rp. 300.000,00. 5. Bahan Produksi…… Rp. 500.000,00. 6. Sewa 3 bh Camera Rp. 900.000,00. DV 6 hr@ 50.000
Jumlah :
Rp. 4.600.000,00. ( empat juta enam ratus ribu rupiah ).
Catatan : belum termasuk honorarium Tim
Semarang, 12 Maret 2004 UPT SBM UNNES, Kepala / Ketua Tim
Drs. FR. Sri Sartono, MPd. NIP. 130515780.
Mengetahui / Menyetujui Rektor Unnes,
DR. H. AT. Soegito, SH. MM. NIP. 130345757.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
337
2) Naskah Produksi Video Informasi : Cover : UP AND BOTTOM SCRIPT
39 TAHUN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
OLEH DRS. KUKUH SANTOSA STAF AHLI UPT SBM UNNES
PRODUKSI UPT SBM UNNES 2004
Isi : VISUAL 1 1.G.UNGARAN YANG DI PAN RIGHT SAMPAI STOP DI IMPOSED (BAWAH) DENGAN CAPTON: GUNUNG UNGARAN INI SEOLAH MENGAWAL DAN SAKSI, DENGAN KESAKSIANNYA 2.WIPER DENGAN GEDUNG UNNES DARI DEPAN AUDIO 1 1. MUSIK: INSTR.F.I.-UP-UND. 2. NAR PRIA: (DIPUISIKAN) “aku bersaksi tidak ada universitas negeri di sekaran selain universitas negeri semarang”
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
338
VISUAL 2 1.LOGO UNNES, KELUAR DARI DALAM GEDUNG HINGGA FULL SHOT 2.CAPTION: UPT SBM MEMPERSEMBAHKAN \ AUDIO 2 MUSIK: INSTR. SMASH-UND. VISUAL 3 39 TAHUN UNNES AUDIO 3 MUSIK: LANJUTAN NO.2 VISUAL 4 1. GEDUNG UNNES DENGAN PENGAMBILAN TAMPAK TULISAN H 2. GEDUNG PERPUSTAKAAN, LABORATORIUM, LAPANGAN, MASJID. AUDIO 4 1. MUSIK : LANJUTAN NO.3 UNDER 2. NAR CEWEK:” IKIP yang sejak tahun 1999 berubah statusnya menjadi Unversitas Negeri Semarang//terletak di Sekaran Gunung Pati kota Semarang. Pada lokasi seluas tidak kurang dari 149 hektar telah dibangun berbagai fasilitas sebagai sarana dibidang administrasi, akademik, olah raga, seni maupun keagamaan. VISUAL 5 GEDUNG FAKULTAS DAN PASCA 1. G. PASCA 2. FIP 5. FMIPA 3. FBS 6. FT 4. FIS 7. FIK TAMPILAN DIIMPOSED (DENGAN TULISAN JALAN DI BAWAH) MASINGMASING PRODI AUDIO 5
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
339
1. MUSIK: LANJUTAN NO.4 2. NAR: Universitas Negeri Semarang yang dikenal dengan UNNES//saat ini memiliki lebih dari enam belas ribu mahasiswa/ tersebar pada 6 fakultas dan program pasca sarjana. Keenam fakultas adalah: (1) fakultas ilmu pendidikan atau fip// terdiri 7 program studikependidikan dan 1 nonkependidikan//(2) fakulatas bahasa dan sani atau ef be es/ yang memiliki 8 program studi kependidikan dan 8 non kependidikan// (3) fakulatas ilmu sosial atau fis// terdiri dari 8 program studi kependidikan dan 12 non kependidikan// (4) fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam atau ef mipa// memiliki 5 program studi kependidikan dan 5 non kependidikan// (5) fakultas teknik atau ef te// terdiri dari 4 program studi kependidikan dan 10 non kependidikan// (6) fakultas ilmu keolahragaan atau ef i ka dengan 3 program studi kependidikan dan 3 non kependidikan. VISUAL 6 1. GAMBAR DEKAN MIPA-LINDA-DLL 2. PROF HARTONO CS. 3. PENGUKUHAN GURU BESAR RUSTONO/BINADJA 4. WISUDA TAMPAK MAHASISWA SALAMAN AUDIO 6 1. MUSIK: LANJUTAN NO.5 2. NAR: paradigma baru telah diterapkan untuk mewujudkan visi dan misi unnes// diawali dengan memperbanyak studi lanjut baik es dua maupun es tiga di dalam dan luar negeri/ serta mencetak guru besar// Peningkatan kualitas dosen menyebabkan ikip semarang pada tahun 1998 diberi wewenang untuk membuka program non kependidikan// dengan model coming ground (baca ejaan inggris)// hal ini berdampak positif dengan meningkatnya i pe lulusan//Bahkan pada tahun 2003 tercatat 6 mahasiswa program studi fisika kependidikan berhasil lulus hanya dalam waktu 7 semester dengan i pe di atas 3. VISUAL 7 1. GAMBAR TES SPMP 2. SITUASI DI LUAR KAMPUS 3. MEMBUKA DAN MEMBAGI SOAL 4. MENJAWAB SOAL
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
340
(NO. 1-3 DARI P KUKUH) 5. WAWANCARA DENGAN SISWA (COWOK DAN 2 CEWEK DIPILIH SESUAI NARASI) AUDIO 7 1. MUSIK: LANJUTAN NO.6 2. NAR peminat untuk masuk ke unnes//meningkat dari tahun ke tahun. Terbukti untuk tahun 2004 peminat melalui sistem penerimaan mahasiswa prestasi atau jalur es pe em pe lebih dari lima ribu calan mahasiswa. Mengapa mereka memilih unnes? Ternyata tidak saja karena unnnes merupakan peerguruan tinggi negeri// tetapi ada aslasan lain yang lebih prinsip seperti dikemukakan oleh ketiga calon mahasiswa ini. VISUAL 8 1. GAMBAR SITUASI FIS DARI SUDUT YANG LAIN (SEBELUM MASJID) 2. PROF MIYAKE MENGAJAR (P KUKUH) 3. AKTIVITAS MHS FT AUDIO 8 1. MUSIK: LANJUTAN NO.7 2. NAR: diusianya yang ke 39 unnes, selain mempercantik diri, telah memiliki 482 dosen berkualifikasi master, 45 doktor dan 39 guru besar// Bila yang sedang studi lanjut selesai maka unnes pada tahun 2005 memiliki dosen dengan kualifikasi es dua dan es tiga sebanyak 82,3%. Disamping studi lanjut, unnes juga menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi dalam maupun luar negeri// seperti ditampilkan jurusan bilogi ini yang berhasil mengundang profesor Miyake dari Kitakyusu University sebagai dosen tamu. Peningkatan kualitas dosen sangat mempengaruhi kinerja mahasiswanya// banyak mahasiswa unnes yang berjaya di tingkat nasional// bahkan sekelompok mahasiswa teknik mesin ini berhasil membuat mesin pencusi garam pesanan dari dinas perindustrian. VISUAL 9 GAMBAR KEGIATAN OLAH RAGA 1. TAMPAK RUMINI SEDANG
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
341
MENJELASKAN 2. SURYA LATIHAN DUDUK 3. LARI SART DAN FINISH 4. SURYA LARI BERTIGA (TAMPAK WAJAH SURYA) 5. DIIMPOSED DENGAN TULISAN BERJALAN DI BAWAH, NAMA PEMBERI BEA MAHASISWA(BEA MAHASISWA PPA, BBM, BINA PFOFESI, SUPER SEMAR, BMU, TPSDP, PASIAD, GUDANG GARAM, JARUM, BI, SALIM, ANEKA ILMU) AUDIO 9 1. MUSIK: LANJUTAN NO.8 2. NAR:Banyak mahasiswa yang memperoleh penghargaan dan bantuan bea mahasiswa// 29 mahasiswa pada tahun 2003 memperoleh penghargaan karena menjuarai berbagai even di tingkat regional maupun nasional. Di awal 2004 ini sudah 17 mahasiswa mandapat penghargaan diantaranya suryo agung mahasiswa ef i ka yang menjuarai lomba lari 100 m pomnas. VISUAL 10 1. GAMBAR OLAH RAGA LAIN DAN ALAT SENAM 2. PERESMIAN PKM FBS (P KUKUH) DAN BUDI AUDIO 10 1. MUSIK: LANJUTAN NO.9 2. NAR: Tidak saja sarana berbagai olah raga yang dikembangkan// pusat kegiatan mahasiswa juga terus dibangun seperti oleh fip dan ef be es ini// dalam rangka bulan fakultas yang dikenal dengan maret ramai ef be es meresmikan pe ka em// yang didahului dengan serangkaian upacara yang unik dan menarik oleh mahasiswa bem-ef maupun hima ini// dalam acara yang mereka namakan happening art (baca inggris) VISUAL 11 GAMBAR-GAMBAR UNNES/IKIP 1. GAMBAR GEDUNG H (P KUKUH) 2. GEDUNG SMA 5 (DEPAN, PANGGUING, DALAM, DEPAN) 3. KELUD LAMA NAMA IKIP
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
342
AUDIO 11 1. MUSIK: LANJUTAN NO 10. 2. NAR: Sebelum menjadi besar seperti sekarang//unnes dirintis dengan nama institut keguruan dan ilmu pendidikan semarang cabang yogyakarta// kemudian tanggal 30 Maret 1965 berdirilah ikip semarang//Drs. Wuryanto merupakan rektor pertama//disamping harus membangun jati diri sebagai sebuah el pe te ka//masalah lain adalah belum dimilikinya sebuah kampus// saat itu ikip menempati bangunan di mugas atas dan jalan pemuda 143. Dari ruang inilah Drs Wuryanto/seorang bapak yang disegani/ mengembangkan ikip dan juga merencanakan sebuah kampus di jalan kelud// sebuah kampus yang menurut beliau merupakan kampus kecil tetapi indah. Drs. Hari mulyono sebagai rektor kedua melanjutkan visi dan misi pendahulunya di kampus kelud ini//sehingga ikip semarang makin mantap. VISUAL 12 1. GAMBAR PROF RETMONO TENIS 2. PROF RETMONO DI WAWANCARI (SESUAI NARASI) AUDIO 12 1. MUSIK: LANJUTAN NO.11 2. NAR: Estafet kepemimpinan rektor jatuh pada doktor retmono//seorang yang populer//dan menggemari olah raga tenis// Pada saat Doktor Retmono menjadi rektor masalah utama kala itu adalah lokasi kampus jalan kelud/ tidak mencukupi lagi//mau tidak mau harus mencari lokasi baru untuk dapat menampung mahasiswa lebih dari sepuluh ribu. Inilah penjelasannya. VISUAL 13 GAMBAR P. RASDI DIWAWANCARAI AUDIO 13 1. MUSIK: LANJUTAN NO.12 2. NAR: Drs. Rasdi Eko Siswoyo/sebagai rektor periode tahun 1994 sampai 2000//terkenal karena berani//termasuk dalam memperjuangkan perubahan status dari IKIP ke Universita// yang
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
343
kemudian membuahkan lahirnya universitas eks ikip. Inilah harapan beliau sat dies ke 39 unnes. VISUAL 14 1. GAMBAR PROF MIYAKE – DEKAN MIPA 2. PROSESI SENAT SAAT DIES/ WISUDA 3. WAJAH DOKTOR MUDA (BLM ADA) DIIMPOSED CAPTION NAMA/JABATANNYA 4. PAK AT DIWAWANCARAI (DUDUK) YANG SESUAI AUDIO 14 1. MUSIK: LANJUTAN NO.13 2. NAR: Sejajar dengan perguruan tinggi terkemuka di Indonesia/ bahkan dapat menembus batas//merupakan harapan unnes mendatang. Dibawah pimpinan Doktor a te Sugito/rektor periode 20022006//berbagai persiapan telah dimulai//tidak saja mengaktivkan senat universitas//tetapi lebih mengutamakan pakar, doktor-doktor muda untuk menduduki berbagai bidang sesuai keahliannya// seperti penjelasan doktor a te sugito beriku ini VISUAL15 1. GAMBAR PROF HARTONO DI RUANG PENJAMIN MUTU 2. ALUMNI DIWAWANCARAI AUDIO 15 1. MUSIK: LANJUTAN NO.14 2. NAR: Beberapa unit pelaksana teknis atau u pe te telah dibentuk//ini semua untuk menunjang keberhasilan misi unnes//bahkan sejak tahun 2004 ini unnes telah memiliki tim penjamin mutu yang diketuai oleh Profesor Hartono Kasmadi dengan tugas utamanya untuk// menyusun berbagai standart mutu// baik dosen, mahasiswa, kurikulum, buku ajar, penilaian// sehingga lulusan unnes lebih dikenal masyarakat luas. Seperti harapan salah satu alumni berikut ini. VISUAL 16 GAMBAR PAK AT DIWAWANCARAI BERDIRI. AUDIO16. 1. MUSIK: LANJUTAN NO.15
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
344
2. NAR: Sesungguhnya jumlah dosen dan karyawan unnes masih sangat kurang// setiap tahunnya rata-rata 26 dosen memasuki masa pensiun/sedang penerimaan hanya 6 dosen// bersyukur sejak 2003 jumlah yang diterima menjadi dosen sebanyak 30. (PERNYATAAN PAK AT TENTANG INI) VISUAL 17 1. GAMBAR PPL DI SMA V 2. PROF WURYANTO DIWAWANCARAI AUDIO 17 1. MUSIK: LANJUTAN NO.16 2. NAR: Walaupun unnes sudah berkembang menjadi universitas// namun tugasnya dalam mempersiapkan tenaga guru tetapdiutama kan// sebelum lulus mahasiswa program studi kependidikan harus mengikuti praktik pengalaman lapangan di sekolah-sekolah// Seperti harapan Profesor Wuryanto berikut ini. VISUAL 18 GAMBAR MASJID (LS) DAN DARI ATAS, SERTA KHOTIB (P KUKUH) AUDIO 18 1. MUSIK : INSTR. ISLAMI UP-UNDER 2. NAR: Unnes membenahi semua aspek//tidak saja akademik, budaya, seni dan olahraga//tetapi juga dibidang keagamaan// agar semua sivitas unnes memiliki baik kualitas akademik, seni dan olahraga// juga dengan tetap beriman dan bertaqwa. VISUAL 19 1. GAMBAR GEDUNG UNNES 2. DI INPOSED CAPTION KERABAT KERJA NASKAH : DRS. KUKUH SANTOSA JURU KAMERA: FAROUK AKBAR BUDI NURMANTO
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
345
TIM KREATIV: BUDI VITA ERLIANA JURU LAMPU: N. MANTO EDITOR DARMOYO JURU SUARA: JEFRI NARATOR: YUNI PERLENGKAPAN: BUDI RATMOKO SUTRADARA: DRS. KUKUH SANTOSA PRODUSER EKSEKUTIV: DR.AT SUGITO,SH.MM. PRODUSER PELAKSANA: DRS.FR. SRI SARTONO, MPD. PRUDUKSI: UPT SBM UNNES . SEKIAN AUDIO 19 MUSIK: LANJUTAN NO.18. UP-DOWN-FO. 3) Kegiatan Shoting dan Editing JADWAL SHOTING 39 th UNNES DI UNNES SEKARAN 2004
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
346
No
Hari /Tanggal.
Jam
Tempat Shoting
Petugas
1.
Senin / 15 -3-2004
15.00
FIK Ambil mhs. Dan Dosen latihan. Ambil Gedung H sore/ petang dari barat.
Pimpro Sutradara Cameraman : 2 orang Juru lampu Property Pencatat shot
Ambil Pak Retmono di Lapangan Tenis Pegandan. Ambil SMA 5 tampak depan dan dalam ( panggung ) Mhs. PPL. Ambil Pak Wuryanto di rumah Singosari. Ambil Akademi Farming
Pimpro Sutradara Cameraman : 2 orang Property Pencatat shot
18.00
2.
Selasa / 16-3-2004
06.30 10.00 12.00 14.00
3.
Rabu / 173-2004
Sri Sartono
Ambil Gambar Fakultas-fakultas -FIS : jalan disamping lapangan -FIP : Gedung Utama - FMIPA : G. D1 (Biologi dari arah timur) - FT : Cari yang unik - FIK : Laboratorium dari arah beda dengan biasanya. Wawancara
Pimpro Sutradara Cameraman : 2 orang Juru lampu kabelman Property Pencatat shot
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
347
dengan Rektor Wawancara dgn. Mhs. 3 orang Yang masuk final
4.
Kamis / 18-3-2004
11.00
14.00 5.
Jumat / 19-3-2004
730.s/d 8.300 19.00 s/d 22.00
Kuliah Dosen tamu dari jepang di D4 (agak banyak CU Dosen dan Tamu) Kegiatan di FIS atau FIP Koordinasi Pengambilan Ulang
Pimpro Sutradara Cameraman : 2 orang Juru lampu kabelman Property Pencatat shot Full team
Transfer akhir dan pilih yang dipakai
6.
Sabtu / 203-2004
Jadwal Editing
7.
Senin / 223-2004
Rekaman suara
Pimpro Sutradara Editor Cameraman Pencatat shot Sutradara Editor Cameraman Kabelman Narrator/presenter Pencatat shot
Hasil Produksi program ini dapat dilakukan dengan CTRL+klik judul berikut ini : TUGAS :
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
348
Setelah mempelajari model naskah, carilah ide untuk memperkenalkan sekolah anda kepada masyarakat. • •
Tulis ide anda, wujudkan menjadi sinopsis dan Buat treatment dari sinopsis yang sudah anda tulis
•
Buat naskahnya (up and botom model) dan konsultasikan kepada pembimbing kemungkinan produksinya.
•
Produksi menjadi program Video/TV
b. Produksi Video Kebudayaan NASKAH / SKENARIO TATA RITUAL PENGHAYATAN PAGUYUBAN ULAH RASA BATIN (PURBA) KOTA MAGELANG Dokumentasi Kebudayaan Durasi : 45 menit Produksi : UPT SBM UNNES 2005 VISUALISASI
AUDIO/NARASI
01. LOGO JAWA TENGAH Caption : 1. Dinas PDK propinsi Jateng 2. MEMPERKENALKAN (capt 1 dan 2 muncul bergantian dibawah logo)
FX : gamelan fade in up
02. CAPTION : Pemerintah Propinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah MEMPERKENALKAN
FX : gamelan mengiring fade down mengiring
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
349
Budaya Spiritual Organisasi Penghayat Paguyuban Ulah Rasa Batin (PURBA) 03. Lingkungan Kota Magelang (RSJ Kramat, Kota Magelang, Kantor Pemerintah Kota Magelang, kawasan alun-alun, lalu lintas Kota Magelang, pusat perdagangan Kota Magelang)
Paguyuban Ulah Rasa Batin, PURBA merupakan salah satu organisasi penghayat tingkat pusat yang ada di Kota Magelang. Organisasi penghayat tingkat pusat lainnya adalah Ngesti Kasampurnan. Di samping itu masih terdapat organisasi tingkat Cabang antara lain SUBUD, Sapto Darmo, Sumarah dan Pangestu
04. Sosok Ketua Organisasi (Ilyas Sugeng) 05. Lingkungan rumah Ketua Organisasi PURBA 06. Kantor Kelurahan Magersari
Organisasi penghayat PURBA beranggotakan kurang lebih 200 orang dan dipimpin oleh Bpk Ilyas Sugeng. Untuk memudahkan pemantauan anggotanya, semua kegiatan dipusatkan di rumah Jlln. Magersari Mijil No. 345 RT 11/RW IX Kelurahan Magersari Kota Magelang.
07. Gereja, Masjid, Klenteng, Pura
Sikap saling menghargai dan hidup rukun antar pemeluk agama dan penganut kepecayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah terbina. Hal ini ditandai dengan adanya berbagai aktivitas kerohanian di tempat-tempat ibadah yang ada di Kota Magelang tanpa ada hambatan.
08. Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kota Magelang
Pelaksanaan pembinaan bagi organisasi Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Kota Magelang, ditangani oleh Kantor kebudayaan dan Pariwisata, dalam hal ini dilaksanakan oleh Seksi Kebudayaan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
350
09. Lambang Organisasi BUAT ANIMASI SESUAI PENJELASAN/NARASI DIVISUALKAN BERGANTIAN ATAU DENGAN CARA LAIN
PURBA dalam mengekspresikan jati dirinya menggunakan lambang organisasi. Masing-masing bagian lambang memiliki makna, antara lain; bintang sudut lima dengan empat sinar dimaksudkan sebagai sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang menyinari 4 sila lainnya dalam Pancasila. Pohon beringin melambangkan perlindungan dan telaga melambangkan sumber ilmu yang dapat mencerdaskan umat manusia. Padi dan kapas mengandung makna bahwa Tuhan memerintahkan manusia untuk mencari nafkah atau sandang dan pangan dengan mempertimbangkan kelestarian alam dan lingkungan. Pita bertuliskan PURBA, dimaksudkan agar manusia mencari petunjuk, mempertebal iman serta berbakti kepada nusa dan bangsa. Tulisan PURBA merupakan singkatan dari Paguyuban Ulah Rasa Batin. Sedangkan Padi berbiji 17, kapas berbuah 8 dan bintang bersudut lima dengan empat sinar melambangkan proklamasi kemerdekaan republik Indonesia yakni 17 Agustus 1945.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
351
10. Sosok Eyang Sapu Jagad dan Ilyas Sugeng
PURBA merupakan ajaran peninggalan Rono Aksani sejak tahun 1921. Ilyas Sugeng Dalam melestarikan dan mengembangkan ajaran tsb dibantu beberapa orang untuk mengelola organisasinya. Suwandi Pringgodigdo yand dikenal dengan sebutan Eyang Sapu Jagad dipercaya sebagai penasihat spiritual. Adapun anggota pengurus lainnya berfungsi sebagai Sekretaris, Bendahara dan Pembantu Umum.
11. Eyang Sapu Jagad, Ilyas Sugeng dan Rombongan menginggalkan rumah 12. Perjalanan memasuki Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kota Magelang 13. Sambutan Kepala Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kota Magelang 14. Sambutan Kasubdin Kebudayaan
Kehidupan organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara cukup kondusif dan baik. Sikap saling menghargai terwujud dalam kebersamaan forum semacam ini. Dalam kehidupan lebih lanjut tentunya peran serta penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sangat diharapkan dalam upaya membangun bangsa yang lebih baik. Hal ini sesuai uraian sambutan berikut (Sambutan Kasubdin Kebudayaan)
15. Sambutan Walikota Magelang
Demikian pula, Pemerintah Kota Magelang dalam melakukan pembinaan terhadap organisasi penghayat, juga menginginkan kondisi yang baik, seperti arahan wali kota berikut.
16. Warga penghayat PURBA dalam ruangan 17. Peragaan penerimaan
Sri Sartono
Jumlah anggota organisasi penghayat PURBA mengalami pasang surut, seiring dengan perkembangan jaman. Untuk
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
352
warga baru
menjadi warga penghayat PURBA, memerlukan syarat-syarat seperti yg tercantum dalam AD/ART yakni : Warga Negara Indonesia baik pria maupun wanita yang cukup umurnya Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa Sadar dan taat melaksanakan dasar dan tujuan PURBA Adapun proses penerimaan anggota baru PURBA, seperti peragaan berikut.
18. Paparan Ketua Organisasi (Ilyas Sugeng)
Ajaran PURBA mengandung nilainilai luhur, juga mengajarkan tentang kesempurnaan baik lahir maupun batin. Kesempurnaan lahir ditandai dengan perilaku yang sopan, terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan serta ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberi rasa damai. Adapun kesempurnaan batin ditandai dengan sabar, bijaksana, rendah hati, selalu ingat kepada Tuhan, waspada. Selanjutmya seperti diituturkan oleh Bapak Ilyas Sugeng selaku Ketua organisasi PURBA berikut.
19. Peragaan Ritual Penghayatan 1 Suro
Ritual Penghayatan atau dalam organisasi penghayat PURBA disebut upacara pasujudan merupakan sarana pengantar pikiran dan rasa manusia pada kebenaran Tuhan Yang Maha Esa. Ada dua macam ritual
20. Peragaan Ritual Penghayatan rutin setiap malam jumat kliwon dan selasa kliwon
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
353
21. Peragaan Sujud
22. Bapak Ilyas Sugeng sedang memberi penjelasan
23. Background : sapu jagad 24. Title PENUTUP berjalan
penghayatan, yakni untuk peringatan tangap warso 1 Suro yang dilaksanakan secara bersamasama dengan masyarakat umum dan untuk yang bersifat rutin dilaksanakan tiap malam Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon bertujuan memperdalam tuntunan. Dalam melakukan pasujudan pakaian harus bersih dapat menggunakan kamar khusus, sanggar atau tempat lain asal bersih. Pandangan menghadap ke timur, sedangkan sikap pasujudan ditunjukkan dalam peragaan berikut. Sedangkan doa ataupun ucapan yang digunakan dalam ritual penghayatan adalah seperti penjelasan Bapak Ilyas Sugeng berikut ini. FX : Back Sound music gamelan Fade up sampai selesai Down out off.
Ucapan terima kasih kepada : • Walikota Magelang • Kepala Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kota Magelang • Ketua dan segenap pengurus organisasi penghayat PURBA TIM PELAKSANA PRODUKSI : SEKSI SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL SUB DINAS KEBUDAYAAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROPINSI JAWA
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
354
TENGAH BEKERJA SAMA DENGAN : UPT - SBM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
PENANGGUNG JAWAB : KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROPINSI JAWA TENGAH KERABAT KERJA : Pimpinan Produksi Sodik Sutradara: DRS. FR. Sri Sartono, MPd Cameraman: Farouk Nurmanto Budi Susanto Juru lampu: Ratmoko Juru Suara: Eko Properti: Imam, P Editor: Darmoyo SEKIAN Untuk melihat hasil produksi dapat dilakukan dengan CTRL+klik judul berikut :
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
355
TATA RITUAL PENGHAYATAN PAGUYUBAN ULAH RASA BATIN (PURBA) KOTA MAGELANG (link to video file 1) TUGAS : •
Setelah mempelajari naskah model dan melihat hasil Produksinya, carilah ide untuk memperkenalkan budaya
di • • • •
lingkungan anda tinggal kepada masyarakat. Tulis ide anda, wujudkan menjadi sinopsis dan Buat treatment dari sinopsis yang sudah anda tulis Buat naskahnya (doble colom model) dan konsultasikan kepada pembimbing kemungkinan produksinya. Produksi menjadi program Video/TV
c. Video Profil untuk keperluan memperkenalkan lembaga UPT SUMBER BELAJAR DAN MEDIA NASKAH PRODUKSI VIDEO Judul Program : Selayamh Pandang UNNES Tujuan : Memperkenalkan UNNES Sasaran : Umum Durasi : 20 menit Naskah Program : Drs. Kukuh Santosa Produser : Drs. FR. Sri Sartono, M.Pd. Produksi : UPT SBM UNNES th 2003 No 1
Visual PEMANDANGAN SENJA MATAHARI MULAI TENGGELAM FS. REPRO SLIDE SENGGIGI (KUKUH SANTOSA ’90)
Sri Sartono
Waktu s/d NAR
Audio/Narasi NAR: DIPUISIKAN Senja mulai tiba, saat itu Rabu tanggal 26 januari 2000, mentari mulai tenggelam di ufuk barat, di balik gunung dan laut
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
356
2
PEMANDANGAN LAUT MATAHARI MUNCUL
s/d NAR
Keesokan harinya, Kamis tanggal 27 Januari 2000, mentari pun merekah. Cahayanya menerangi bumi, laut pun berkilat terkena cahayanya.
s/d NAR
Saat itulah bersamaan dengan diresmikannya perubahan status IKIP Semarang menjadi Universitas Negeri Semarang, sesuai Kepres no. 124 1999.
s/d Psw terbang
FX. SUARA DERU PESAWAT FI-UP-FO.
CF NO.1 FS. REPRO FOTO K. JAWA (KUKUH SANTOSA ’90)
3
GEDUNG BARU UNNES LIFE CU. TULISAN UNNESZOOM OUT KELIHATAN GEDUNG PENUH
4
PESAWAT TERBANG TAKE OFF LIFE FS TO ZOOM OUT
5
PEMANDANGAN LANGIT TAMPAK ADA AWAN ATAU GUNUNG
s/d awan tampak
MUSIK: INTRUMENTALIA ASEREJE (THE LAST KETCHUP SONG) OR KENNY G FI-UP
LIFE/REPRO IMRON CF DENGAN NO.4 6
UPT SBM MEMPERSEMBAHKAN CAPTION MUNCUL DARI BALIK AWAN
Sri Sartono
s/d ZI dan terbaca
MUSIK: LANJUTAN NO. 5 UP
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
357
7
GEDUNG UNNES DAN CAPTION “ SELAYANG PANDANG UNNES” LIFE SUPER IMPOSED
s/d terbaca
MUSIK: LANJUTAN NO.6 UP
8
TUGU MUDA/KUNTUL BEL. TERBANG/ BR IDE CERITA : DRS. KUKUH SANTOSA LIFE
s/d terbaca
MUSIK: LANJUTAN NO.7 UP NAR: Universitas Negeri Semarang yang dikenal dengan UNNES, terletak di sekaran, ke- camatan gunungpati,10 km dari bandara ahmad yani.
s/d TER BACA
MUSIK: LANJ. 8 UNDER UNNES lahir dan berkembang menuju kejayaan dalam berkarya bagi nusa dan bangsa, meningkatakan kualitas masyarakat melalui pendidikan
s/d NAR
MUSIK LANJUTAN SAMPAI VISI TERBACA UNNES sudah banyak menghasilkan tenaga diploma, sarjana maupun magister dari berbagai program studi, yang saat ini sudah terserap di lapangan kerja.
s/d NAR
MUSIK: LANJ.10 UNDER NAR: Ada enam fakultas,
CF. TUGU MUDA DENGAN KUNTUL SUPER IMPOSED DENGAN CAPTION 9
CAPTION VISI UNNES ( HURUF ARIAL) EFEK KOMPUTER CAPTION MUNCUL KATA DEMI KATA SAMPAI LENGKAP (FS)
10
UPACARA WISUDA 1. PROSESI SENAT 2. MEMBUKA SIDANG 3. WISUDA 10 BESAR LIFE MS ATAU CU
11
GEDUNG/PAPAN NAMA/KEGIATAN DARI
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
358
dengan dua puluh enam jurusan dan enampuluh enam program studi, serta sembilan program pasca sarjana.Keenam fakultas adalah: FIP (BACA: fakultas ilmu pendidikan dst), FBS, FIS, FMIPA, FT, dan FIK
FIP, FBS, FIS, FMIPA, FT,FIK DAN PASCA. LIFE PILIH YANG CU CUT TO CUT SESUAI NARASI (VIDEO ON SOUND) CAPTION TAK BERJALAN
12
KEGIATAN MICRO TEACHING/ PPL 1.PENERJUNAN 2.MENGAJAR DI KELAS
s/d NAR
MUSIK: LANJ.11 UNDER NAR: UNNES memiliki ciri khas yaitu: setiap jurusan me- ngelola program studi kependidikan dan non kependidikan Hal ini sesuai dengan perluasan wewenang bagi UNNES dengan tetap mempertahankan fungsi sebagai el pe te ka, agar penyediaan tenaga pendidik tetap terpenuhi
s/d NAR
MUSIK: LANJ..12 UNDER NAR: Perubahan status dari IKIP menjadi Universitas membawa konsekuensi sekaligus tantangan bagi UNNES untuk meningkatkan kualitas dosen, karyawan dan lulusannya
s/d NAR
MUSIK: LANJ..13 UNDER NAR: Peningkatan es de em, terus dilakukan. Saat ini UNNES memilki delapan ratus tiga puluh tujuh dosen, dengan tiga puluh sembilan guru
LIFE, PILIH MCU-CU
13
PENGUKUIHAN GURU BESAR SRI MULAYANI 1. ASTINI SUUDI 2. ORASI ILMIAH LIFE PILIH MCU-CU
14
UCAPAN SELAMAT GURU BESAR MUNGIN EDDY W 1. OLEH REKTOR/SENAT 2. UNDANGAN/DOSEN LIFE PILIH MCU-CU
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
359
CAPTION BERJALAN JUMLAH DOSEN GB, S3, S2, S1.
15
PERPUSTAKAAN/INTERNE T/ LABORATORIUM 1.B.ING, 2.BIO, 3.TM, 4.GEO
besar, empat puluh es tiga, tiga ratus lima puluh satu es dua, serta empat ratus dosen sedang menempuh program es dua atau es tiga. s/d NAR
MUSIK: LANJ.14 UNDER NAR: Sarana dan prasarana pendidikan terus ditingkatkan, seperti perpustakaan dan internet di tingkat Universitas , serta laboratorium bagi masingmasing jurusan atau pro gram studi, serta fasilitas pendukung lainnya.
s/d NAR DAN MUSIK
MUSIK: INSTR. KENNY G UNDER NAR: Fakultas mipa merupa- kan fakultas yang pertama menempati kampus sekaran pada tahun sembilan puluh.. Dengan seratus tujuh puluh tujuh dosen, lima diantaranya guru besar,mipa menetapkan profil lulusannya, yaitu beriman dan bertaqwa kepada tuhan yng maha esa,bersikap ilmiah dan memiliki integritas Kemipaan yang tinggi, didukung kemampuan berbahasa inggris dan, teknologi informatika
LIFE. CUT TO CUT
16
GEDUNG MIPA (ARAH BARAT) / MIPA NET/ LAB.MAT/FIS/KIM/BIO LIFE GEDUNG ZO. CUT TO LAB. SETERUSNYA WIPER CAPTION JURUSAN BERJALAN
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
360
MUSIK LANJUTAN 17
GEDUNG/MHS JALAN DI FIS
s/d NAR
MUSIK: LANJ.16 UNDER NAR: Fakultas ilmu sosial memiliki mahasiswa jumlah banyak, tersebar pada empat jurusan dan sepuluh program studi.
s/d NAR DAN MUSIK
setiap jurusan memiliki lab. ,seperti laboratorium sistem informasi geografi, sebagai sarana pendidikan lab. terus dikembangkan, sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas dan sesuai kebutuhan masyarakat. MUSIK: UP-UNDER
s/d NAR DAN MUSIK
MUSIK: LANJ.17 UNDER NAR: Fakultas teknik dikem- bangkan dengan membuka program studi de tiga non kependidikan, yaitu; prodi teknik mesin, teknik elektro serta jasa boga dan busana. Saat ini telah dibuka jurusan non pendidikan S1 Di laboratorium para maha- siswa di bawah bimbingan dosen berlatih kerampilan dan mengembang kan ide-
LIFE LS/FS GEDUNG TITLE JURUSAN BERJALAN 18
KEGIATAN DI LAB: 1. SEJARAH, 2. GEOGRAFI, 3. LAINNYA LIFE WIPER GEDUNG DENGAN KEGIATAN LAB CUT TO CUT
19
GEDUNG DARI ATAS ADA MOBIL LEWAT/LAB MESIN TITLE JURUSAN BERJALAN LIFE LS GEDUNG, CU LAB URUTAN CAPTIONSESUAI NAR .
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
361
idenya 20
ROBOT I – ROBOT II
LANJ.
Tidak mengherankan bila banyak mahasiswanya yang berprestasi, seperti membuat robot pekerja dan robot pengendali Dengan keahliannya tim mahasiswa teknik mesin UNNES berhasil pula menjuarai etape Semarang surabaya dan surabaya denpasar dalam lamba laga pantura dua ribu dua Desain indah dan masakan beraroma lezat ini juga karya mahasiswa teknik, jurusan busana dan boga.
s/d NAR
MUSIK: LANJ. 19 UNDER NAR: Fakultas pendidikan merupakan fakultas paling tua, memiliki lima guru besar. Fip menyelenggarakan pendidikan untuk tenaga pendidik mulai dari pe ge te ka, pe ge es de, maupun akta empat. Disamping membuka program pendidikan maka fip membuka program es satu non kependidikan yaitu: psikologi es satu.
s/d NAR DAN
MUSIK: KEMBALI INSTR. ASHEREJE UNDER
STEL MESIN PERAGAAN BUSANA LIFE MCU/CU ROBOT DAN STEL MESIN
21
CAPTION FIP KEGIATAN DI FIP 1. MICRO TEACHING 2. BIMBINGAN LIFE/REPRO CAPTION FIP MUNCUL MCU-CU KEGIATAN HURUF DEMI HURUF CAPTION JURUSAN BERJALAN
22
GEDUNG LAB FIK/ALAT KEGIATAN DI LAB
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
362
MUSIK
NAR: SETELAH GEDUNG, fakultaa ilmu keolahragaan atau ef i ka, masih tetap menghasilkan guru olah raga Sekarang membuka tiga jurusan baru, yaitu: ilmu kepelatihan, ilmu kesehatan olah raga, dan ilmu kesehatan masyarakat, semuanya es satu
s/d NAR DAN MUSIK
MUSIK: LANJ.22. UNDER NAR: ef i ka, dilengkapi dengan lab dan peralatan yang lengkap, sehingga banyak dosen dan mahasiswanya menjadi atlit nasional maupun egional. Bahkan koni dan beberapa induk organisasi, seperti persani, gulat ikut memanfaatkan alat yang ada MUSIK: LANJUTAN
s/d NAR
MUSIK:LANJ. 23 UNDER NAR: Sesuai dengan namanya fakultas bahasa dan seni atau ef be es, mempersiapkan mahasiswanya baik menjadi guru bahasa maupun menjadi ahli bahasa
s/d NAR DAN MUSIK
MUSIK: LANJ. 24 UNDER NAR: Selain bahasa ef be es juga memiliki dua jurusan seni dengan
LIFE LS/FS GEDUNG, CU ALAT, MCU KEGIATAN CAPTION JURUSAN BERJALAN
23
KEGIATAN TES KESEGARAN DAN LATIHAN LIFE MCU-CU KEGIATAN/LAT
24
GEDUNG/LAB BAHASA LAT JEPANG/PAMERAN LIFE FS GEDUNG/CAPTION CAPTION JURUSAN BAHASA BERJALAN
25
PAMERAN/SENI RUPA TARIAN LIFE
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
363
MCU-CU CAPTION JURUSAN SENI BERJALAN
26
KEGIATAN MAHASISWA BEM KEMAHASISWAAN
empat program studi. UNNES selain mendidik mahasiswa dibidang : pendidikan, sain, teknologi, juga olah raga dan seni. Seperti diperlihatkan mahasiswa ini dalam sebuah pameran, maupun gelar tari pada berbagai kesempatan. s/d NAR DAN MUSIK
LIFE DOKUMENTASI MHS
27
KEGIATAN MAHASISWA UKM PS, MENWA, KSR, REM,
Sri Sartono
s/d NAR DAN MUSIK
MUSIK: LANJ.25 UNDER NAR: Mahasiswa UNNES memang dipersiapkan tidak saja dibidang akademik, tetapi juga kegiatan kokurikuler maupun ekstra kurikuler. Baik melalui bem, u ka em. Mahasiswa UNNES dalam lima tahun terakhir selalu tampil difinal berbagai even kemaha siswaan seperti pimnas, peksiminas maupun pomnas. Banyak u ka em di lingkungan UNNES yang berkembang, sehingga memiliki prestasi yang membanggakan.
U ka em olah raga, seperti pe es UNNES misalnya, sekarang termasuk dalam divisi
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
364
utama pe es i es. Radio eksperimen mahasiswa yang terkenal dengan er e em di masa mendatang telah diminati oleh jurusan teknik elektro teve kampus untuk informasi akademik bagi mahasiswa.
REPRO DOK. KEGIATAN MHS WIPER ATAU CUT TO CUT URUTAN SESUAI NARASI (VIDOE ON SOUND)
28
HUTAN MINI DAN KEGIATAN MHPL
LANJ.
Kepedulian terhadap masalah lingkuingan juga diperlihatkan oleh berbagai u ka em, seperti mahasisw pecinta alam dengan membuat hutan mini kampus, kerja sama dengan kehati dan perhutani.
LANJ.
Budaya menulis dikembangkan melalui penerbitan kampus atau koran kampus nuansa. Sebuah koran yang mengkritisi masalah pendidikan dan kemasyarakatan
LANJ
NAR: Beberapa keperluan mahasiswa dapat diperoleh di koperasi mahasiswa. Poliklinikpun disedian baik untuk dosen, karyawan, mahasiswa maupun masyarakat luas.
LIFE/REPRO PILIH YANG MCU-CU
29
KORAN NUANSA/MAJALAH LIFE MCU KORAN DAN CU JUDUL
30
KOPERASI MAHASISWA dan POLIKLINIK LIFE MCU KOPMA CU DOKTER MEMERIKSA
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
365
31
MICRO TEACHING DAN PELEPASAN PPL.
s/d NAT DAN
MUSIK: LANJ. 29 UNDER NAR: Mahasiswa program studi kependi- dikan sebelum menyelesaikan studinya diwajibkan mengikuti program praktik pengalaman lapangan di sekolah MUSIK LANJUTAN
s/d NAR
Bagi mahasiswa non kependidikan diwajibkan mengikuti program praktik kerja lapangan atau pe ka el di institusi mitra yang sesuai dengan program studinya. Pe ka el merupakan tindak lanjut dari teori yang diperoleh saat kuliah, sehingga mahasiswa lebih mengenal pekerjaan yang akan ditekuninya kelak.
s/d NAR DAN
MUSIK: LANJ. 31 UNDER NAR: Darma penelitian dan pengabdian masyarakat oleh dosen dan mahasiswa dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat, sehingga manfaatnya dirasakan oleh masya rakat, seperti disampaikan oleh kepala dinas pendidikan nasional kabupaten magelang “…………………………….” (DARI REKAMAN
MUSIK
REPRO DARI P. ANDRE LIFE PELEPASAN (MCU0CU) TAMPAK NAMA SEKOLAH
32
PEMBEKALAN PKL DI BPN LIFE LS/FS SITUASI CU MHS TANYA CU PENYAJI DIBERI NAMA IR.A. RIYANTO, KASI PENGUKURAN TANAH (KOMPUTER)
33
KEGIATAN LEMLIT/LPM LIFE FS SITUASI LEMLIT KEG. LPM DI MUNTILAN 1.KELAS, 2.LAP., 3.WAWANCARA CU KADINAS MAGELANG9 DRS. SUBAGYO,MPD.
Sri Sartono
MUSIK
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
366
WAWANCARA DIAMBIL ………..YANG MANFAATNYA ............ 34
UPT-UPT PERPUSTAKAAN
s/d NAR DAN MUSIK
LIFE PILIH YANG MCU-CU CAPTION UPT BERJALAN
35
36
MUSIK: LANJ. 32 UNDER NAR: Untuk mendukung kegiatan intra kurikuler, ko dan ekstra kurikuler, berbagai unit pelayanan teknis atau u pe te sangat besar peranannya, seperti: puskom, sumber belajar dan media, percetakan, perpustakaan.
LINGKUNGAN PPS/UJIAN LIFE LS LINGKUNGAN MCU-CU PENGUJI DAN MHS
s/d NAR DAN MU SIK
MUSIK: LANJ. 33 UNDER
FASILITAS PASCA
s/d NAR DAN
LIFE MCU/FS RUANG TUNGGU DAN RUANG TIDUR
MUSIK
Untuk memudahkan mahasiswa program es dua dan es tiga, pasca sarjana juga menyediakan fasilitas non akademik, seperti asrama majasiswa dan kafetaria dengan harga murah MUSIK LANJUTAN:
Sri Sartono
NAR: Dengan dibukanya program pasca sarjana, UNNES memberi kesempatan kepada tenaga pendidik yang ingin meningkatkan mutunya. Pasca sarjana UNNES memiliki sembilam program es dua dan dua program es tiga kependidikan.
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
367
Untuk melihat hasil produksi dapat dilakukan dengan klik judul berikut. SELAYANG PANDANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) (link to video file 2) “UNNES DARI MASA KE MASA” (link to video file 3) TUGAS : •
Setelah melihat tayangan video ini, coba buat analisis dan laporkan kepada pembimbing/Guru bagaimana o Teknik shotingnya o Settingnya o Editingnya o Keaslian gambarnya o Musik/soundnya
d. Produksi Program Video Pembelajaran 1) Identifikasi Program Sasaran : Siswa kelas 7 / SMP kelas I Catur wulan : I (pertama) Pokok Materi : Jenis-jenis manusia purba dan kehidupan bangsa Indonesia zaman prasejarah. Rincian Materi : a). Penelitian tentang manusia purba dan jenisjenis manusia purba indonesia. b). Manusia purba di Asia dan Afrika. Topik : Jenis-jenis manusia purba di Indonesia dan tempat lain. 2) Langkah Pengembangan Program Program Video ini dikembangkan dari kurikulum yang berlaku yaitu dari GBPP (garis besar program pembelajaran) Sejarah Nasional Indonesia untuk kelas I SMP Cawu I yang dimodifikasi dan diadaptasi dengan kurikulum 2001 pada pokok materi : “jenis-jenis manusia
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
368
purba dan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia zaman prasejarah.” Dari GBPP / Silabi kemudian dikembangkan kedalam program media video kemudian disusun jabaran materi dan dibuat naskah videonya untuk diproduksi menjadi program video pembelajaran sejarah. Program ini dimaksudkan sebagai bahan pelengkap dan pengayaan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. 3) Garis Besar Isi Program Media a) Kompetensi Dasar : Siswa mampu mendeskripsikan jenisjenis manusia purba dan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia zaman prasejarah. b) Indikator Pencapaian Kompetensi : Melalui pengalaman belajar menggunakan media video diharapkan siswa mampu untuk : (1) Menjelaskan ciri-ciri manusia purba yang pernah hidup di Indonesia (2) Menunjukkan pada peta tempat-tempat penemuan fosilfosil manusia purba di Indonesia. (3) Membandingkan fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan tempat lain. (4) Menjelaskan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia pada masa berburu, berpindah-pindah dan bercocok tanam. (5) Menjelaskan corak kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. c) Pokok Materi. Jenis-jenis manusia purba yang pernah ada di Indonesia dan tempat lain serta perkembangan kehidupan bangsa Indonesia zaman prasejarah. d) Rincian Materi (1) Penelitian dan temuan tentang manusia purba dan jenisjenis manusia purba di Indonesia. (2) Manusia purba di Asia, Afrika dan Eropa. (3) Kehidupan manusia purba dan jenis-jenis peralatan hidup 4) Program Video Pembelajaran Sasaran : Siswa kelas 7 Topik : Jenis-jenis manusia purba dan kehidupannya pada zaman purba Durasi : 25 menit
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
369
a) Pencapaian kompetensi yang diharapkan. Setelah mengikuti pembelajaran dengan video siswa diharapkan akan dapat : (1) Menunjukkan jenis-jenis fosil manusia purba di Indonesia (2) Membandingkan jenis manusia purba di Indonesia: Pithecanthropus Erectus dan Homosapiens (3) Menyebutkan jenis fosil manusia purba di Asia, Afrika dan Eropa (4) Memberi contoh jenis peralatan hidup yang digunakan oleh manusia zaman purba (5) Menunjukkan lokasi temuan fosil-fosil manusia purba di Indonesia b) Rincian Pokok Materi (1) Penelitian dan temuan tentang manusia purba dan jenis-jenis manusia purba di Indonesia. (2) Manusia purba di Asia, Afrika dan Eropa. (3) Kehidupan manusia purba dan jenis-jenis peralatan hidup c) Soal Evaluasi (1) Jelaskan bagaimana gambaran bentuk manusia purba Pithecanthropus Erectus (2) Sebutkan nama jenis manusia purba di Asia, Afrika dan Eropa (3) Bandingkan tengkorak jenis Pithecanthropus Erectus dan Homo-sapiens (4) Berikan contoh-contoh peralatan hidup manusia purba jaman palaelitikum dan neolitikum (5) Tunjukkan benda peralatan hidup manusia purba jaman logam (6) Jelaskan kegunaan peralatan hidup manusia purba (7) Tunjukkan pada peta, lokasi temuan fosil-fosil manusia purba di Jawa Tengah dan Jawa Timur (8) Jelaskan penemuan fosil Homo Habilis dalam hal bentuk, volume otak dan tempat ditemukan. (9) Identifikasi penemuan fosil Australopitecus. d) Sumber Sartono kartodirdjo. 1975. Sejarah nasional indonesia I. Jakarta PN Balai Pustaka Sukmono.1975. Sejarah kebudayaan Indonesia I. Jakarta : BP Musium Ronggowarsito. Koleksi pustaka alam. e) Uraian Materi
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
370
Pendahuluan. Pada jaman purbakala hutan, sungai, lembah, gunung masih asli karena belum terjamah oleh budidaya manusia. Berbagai binatang yang sekarang belum punah merupakan sisa binatang yang mampu mempertahankan diri dari seleksi alam yang sangat ketat, hukum rimba dan waktu. Fosil kayu, tengkorak banteng, rusa gajah dan lain-lain yang ditemukan merupakan bukti bahwa pada jaman purba telah ada kehidupan. Ukuran tengkorak binatang purba rata-rata lebih besar dari binatang yang ada sekarang. Fosil sejenis banyak diketemukan disepanjang pegunungan kapur utara seperti daerah grobogan, Purwodadi sampai Blora serta di sepanjang lembah sungai Bengawan Solo, termasuk di perbukitan dan kubah-kubah di Sangiran. Sebagai contoh temuan adalah fosil terbesar dari gading gajah purba yang ditemukan di desa Terban Jekulo kabupaten Kudus. Gading gajah purba ini panjangnya lebih dari 4 meter. Karena ukurannya yang sangat besar, habitatnya tidak mampu menyediakan kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu mereka tidak dapat hidup menempati ruang dan habitatnya. Penelitian fosil manusia purba. Temuan-temuan fosil binatang dan manusia purba di Jawa tengah dan Jawa Timur, sempat menggemparkan para ahli ilmu pengetahuan. Temuan itu berupa tengkorak, tulang paha dan tulang belulang lain dari makhluk yang diperkirakan berjalan tegak seperti manusia. Selanjutnya temuan ini disebut sebagai Pitecanthropus Erectus yang berarti manusia kera berjalan tegak. Struktur tulang belakangnya mirip manusia modern. Perbedaan yang menonjol terletak pada tulang batok kepalanya. Dari sini dapat diketahui volume otaknya lebih kecil dari pada otak manusia sekarang. Penelitian ini makin menarik para ilmuwan, sehingga terdorong untuk saling berlomba untuk melakukan penelitian. Seorang ahli yang bernama Eugne Debuis, seorang dokter anatomi belanda yang bertugas di indonesia th 1887 sampai 1895. waktu luangnya ia manfaatkan untuk mencari fosil-fosil sisa kehidupan masa lampau di gua-gua di Jawa dan Sumatera. Pada th 1891 ia melakukan penggalian di desa Trinil dan menemukan tulang paha dan tengkorak manusia purba di lembah sungai Bengawan Solo. Vonkuningswalg, adalah seorang paleontolog Jerman pada tahun1902 melanjutkan perburuan fosil-fosil manusia purba dan pada th 1934 ia bertugas di bidang dinas pertambangan di Bandung. Ia sangat tertarik informasi bahwa di Sangiran
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
371
kecamatan Kali Jambe kabupaten Sragen Jawa Tengah banyak ditemukan fosil-fosil. Ia kemudian mengadakan penelitian pada th 1934 – 1939. Ia tidak hanya menemukan fosil-fosil tulangbelulang manusia dan binatang purba, tetapi juga menemukan fosil alat-alat dari batu dan tulang, serpih batu dan lancipan. Dari temuan ini ia menyimpulkan bahwa manusia purba yang ditemukan fosilnya telah menggunakan alat-alat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan berbudaya. Temuan-temuan ini sekarang telah disimpan di Museum Negeri Ronggowarsito di Semarang. Pada masa perang dunia II penelitian di Sangiran terhenti. Baru pada th 1962 penelitian dilanjutkan oleh putra-putra Indonesia sendiri diantaranya oleh Prof. Dr. Teuku Yacob, Prof. Dr. R. Sartono dan Prof. Dr. R. Suyono. Bagaimanakah penelitian manusia purba di belahan bumi yang lain ? Penelitian Manusia Purba di Asia, Afrika. Di Afrika timur dan selatan telah ditemukan fosil manusia purba yang dikenal dengan nama Australopitecus atau manusia kera dari selatan. Kepala Australopitecus mirip kepala kera, bentuk hidung ratam dagunya rendah dan tulang mata serta tulang rahangnya menonjol. Otot –ototnya lebih pendek dan susunan giginya berbeda. Volume otaknya 430cc sampai 500cc, sedikit lebih besar dari pada otak gorila tetapi lebih kecil dari otak manusia modern yang volume otaknya 1400cc. Ciri-ciri seperti ini dan sejumlah faktor lainnya mereka lebih mirip manusia dari pada kera. Australopitecus merupakan jenis manusia kecil yang tingginya sejajar dengan simpanse ditemukan pada tahun 1924 oleh Raymondat dari Inggris. Temuan manusia purba yang diperkirakan lebih maju juga ditemukan di Afrika timur. Pada th 1959 oleh Louis dan isterinya Nelly sangat tertarik dengan temuan ini, sehingga puteranya Richard meneruskan penelitiannya. Diperkirakan jenis manusia yang ditemukan mampu menggunakan alat-alat keperluan hidup sehingga dinamakan manusia Homohabilis atau manusia terampil.Tengkorak Homohabilis lebih bundar dari pada kepala Australopitecus. Wajahnya lebih kecil dan lonjong. Susunan lingkaran giginya lebih mirip manusia. Volume otaknya 650cc hingga 800cc. Tinggi tubuhnya kurang lebih 150cm lebih kecil dari pada manusia modern. Ada sejumlah bukti bahwa mereka telah mampu mendirikan gubug-gubug kecil bundar untuk didiami. Ini dibuktikan dari hasil penggalian purbakala di Oduby, George, Tansania. Mereka mengenal berbagai jenis alat seperti kapak batu, serpih tulang bahkan teknik pembuatan api.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
372
Sementara itu di Asia ditemukan pada lapisan geologi bumi yang kira-kira sama dengan lapisan dimana fosil Pitecantropus Erectus di Jawa, yaitu manusia purba Peking atau Sinantropus Pekingensis. Pada perkembangan selanjutnya telah ditemukan fosil jenis Homoerectus atau manusia berdiri yang berciri tertentu, dinamakan Homosapiens seperti temuan Homosoloensis yang bentuknya lebih mirip manusia dari pada Homohabilis. f) Petunjuk Penggunaan Video Pembelajaran Petunjuk Umum Program Video Pembelajaran ini ”Manusia purba dan kehidupan manusia purba Indonesia”. Digunakan untuk melengkapi kegiatan pembelajaran di kelas. Setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran tatap muka pada pokok bahasan jenis-jenis manusia purba dan kehidupan manusia purba. Di samping sebagai pelengkap juga digunakan sebagai pengayaan ataupun memantapkan persepsi melalui media visual gerak. Petunjuk Khusus (1) Program video ini lama putarnya 25 menit. (2) Sesudah selesai kegiatan pembelajaran tatap muka, guru dapat memutarkan program video ini di luar jam pelajaran atau mengambil waktu akhir tatap muka 25 menit. Dengan langkah-langkah sebagai berikut : (a) Persiapkan Video Casette Recorder / VCD player dan TV monitor (20 inci atau lebih) letakkan diatas meja didepan kelas. (b) Hubungkan dengan power listrik (c) Masukkan VCD atau casette pada VCR / VCD yang digunakan (d) Jelaskan terlebih dulu judul program, lama putarnya dan tujuannya (e) Persiapkan buku catatan siswa, berikan lembar evaluasi dan kertas kerja (f) Putar Video sampai selesai (g) Beri kesempatan siswa untuk bertanya (h) Suruh siswa mengerjakan lembar evaluasi (i) Kumpulkan lembar evaluasi dan periksalah (j) Keluarkan casette/VCD dari VCR/VCD player dan putuskan hubungan dengan sumber listrik (k) Masukkan casette /VCD pada tempatnya dan simpan di tempat yang kering.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
373
g) Naskah Produksi Video Pembelajaran Naskah Video Pembelajaran Bidang Studi Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Topik No. Program Sasaran Penulis NO
: IPS – Sejarah Nasional Indonesia : Jaman Pra Sejarah : Jenis manusia purba yang ada di Indonesia dan daerah lain : Jenis manusia purba Indonesia : SEJ/VCD/01 : Siswa SLTP kelas I : Drs. Heri Subagyo.
VISUAL
WAKTU
AUDIO
1
LOGO PEMDA TK I JAWATENGAH
15 dtk
FX : MUSIK INSTRUMEN
2
CU :PRESENTER
15 dtk
FX : MUSIC UNDER NAR: Pemirsa/ selamat berjumpa dengan museum negeri jawa tengah dalam program //
3
15 dtk CU CAPTION : SERI PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA
NAR: Seri Sejarah Indonesia FX: MUSIC FO
JENIS MANUSIA PURBA INDONESIA 4
LIFE : LS TO MEDIUM HUTAN, LEMBAH, GUNUNG DI SANGIRAN
15 dtk
FX: MUSIC FI UNDER NAR: pada jaman purba/hutan/gunung dan lembah masih asli/karena belum terjamah budidaya manusia//
5
LIFE : kebun binatang BINATANG: ULAR,BUAYA,
15 dtk
NAR: berbagai binatang ini/ merupakan contoh binatang yang mampu ber-
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
374
BERUANG,BADAK, dsb
evolusi dan hidup sampai sekarang/ karena mampu berjuang melawan hukum rimba dan seleksi alam yang sangat ketat// 10 dtk
6
PERBUKITAN, HUTAN LEMBAH lanjutan no 4
7
LIFE : CU FOSIL KAYU, 20 dtk TENGKORAK BANTENG DLL Museum Ronggo warsito smg
FX : MUSIC FI
FX : MUSIC FO UNDER NAR : fosil kayu/ tengkorak banteng/ rusa dll yang telah ditemukan / merupakan bukti sejarah bahwa pada jaman purba telah ada kehidupan// Ukuran tengkorak binatang purba ini/ rata rata lebih besar dari pada binatang yang sekarang masih ada//
8
20 dtk LIFE : LS TO MED PEGUNUNGAN KAPUR UTARA
9
LIFE/REPRO: FS TO LS. SUNGAI BENGAWAN SOLO DAN SEKITARNYA PERBUKITAN SANGIRAN CU : FOSIL GADING
Sri Sartono
20 dtk
NAR : fosil-fosil sejenis/ banyak ditemukan di pegunungan kapur utara/ seperti di daerah grobogan/ purwodadi sampai blora/ serta di sepanjang aliran sungai bengawan solo/ termasuk perbukitan dan kubah kubah di sangiran// NAR : Fosil terbesar sisa binatang purba/ ditemukan di lereng pegunungan pasir ayan/ tepatnya di desa Terban
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
375
GAJAH dari jekulo Kudus (dok museum RW)
Jekulo kabupaten Kudus// Berupa fosil gading gajah purba/ yang panjangnya mencapai 4 meter lebih//. Karena ukurannya yang sangat besar/ habitatnya tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya/ akibatnya ia tidak mampu bertahan hidup dalam habitatnya//
10
REPRO GAMBAR FS TO CU WITH PAN FRONT TO BACK MANUSIA KERA BERJALAN (museum ronggowarsito smg)
15 dtk
NAR : temuan-temuan fosil jaman purba/ sempat menggemparkan para ahli ilmu pengetahuan// temuan-temuannya berupa fosil fosil tengkorak/ rahang/ tulang belulang/ yang diperkirakan dari makhluk berjalan tegak seperti manusia//
11
LIFE : CU TENGKORAK PITECANTHROPUS REPRO GRAFIS/FOTO CU : DALAM SIKAP BERDIRI TEGAK (museum ronggowarsito)
15 dtk
NAR : selanjutnya temuan ini disebut sebagai/ Pitecanthropus Erectus/ yang berarti/ manusia kera berjalan tegak//.
12
REPRO GAMBAR CU : MANUSIA KERA BERDIRI, JONGKOK DSB (museum ronggowarsito).
15 dtk
NAR : struktur tulang belakangnya/ mirip manusia moderen//.
13
LIFE CU FOSIL BATOK KEPALA (ANIMASI GERAKKAN BERPUTAR)
20 dtk
NAR: perbedaan yang menonjol/ terletak pada batok kepalanya//.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
376
Dari sini/ dapat diketahui volume otaknya/ lebih kecil dibandingkan dengan otak manusia sekarang.//
TENGKORAK MANUSIA PITECANTHROPUS 14
REPRO FOTO/GAMBAR. 15 dtk CU E. DEBUIS
NAR : temuan ini makin menarik para ilmuwan/ sehingga saling berlomba untuk melakukan penelitian di indonesia//. Eu de boa/ adalah seorang dokter anatomi belanda// ia bertugas di Indonesia pada tahun 1887 sampai 1895//. Waktu luangnya/ ia manfaatkan untuk mencari fosil-fosil sisa kehidupan masa lampau/ di gua-gua di jawa dan sumatera//.
15
REPRO CU SITUS TRINIL
NAR: pada tahun 1891/ ia melakukan penggalian di desa Trinil/ dan menemukan fosil tulang paha/ di daerah aliran sungai bengawan solo// ia menemukan sisa rahang/ tengkorak dan tulang paha//
16
REPRO GAMBAR/FOTO. 15 dtk CU VAN KONINGSWALD INSERT SITUS SANGIRAN
Sri Sartono
15 dtk
NAR: van koningswald/ adalah seorang palaeontolog orang jerman//. Tahun 1902 ia melanjutkan perburuan fosil-fosil manusia purba//. Pada tahun 1934/ ia bertugas di bidang dinas pertambangan di bandung//. Ia sangat
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
377
tertarik mendapatkan informasi bahwa di sangiran/ kecamatan kali jambe kabupaten sragen/ banyak ditemukan fosilfosil//. 17
LIFE/REPRO GAMBAR 120 dtk CU ALAT DARI BATU KAPAK BATU CHOPPER MANIK-MANIK TULANG RAHANG TENGKORAK BATOK KEPALA (DALAM BERBAGAI POSISI) DI MUSEUM RW.
18
REPRO GAMBAR/FOTO. 15 dtk CU. TEUKU YACOB SARTONO SUYONO (VIDEO ON SOUND)
19
LIFE FS TO CU PRESENTER
Sri Sartono
10 dtk
NAR: van koningswald/ mengadakan penelitian pada tahun 1934 sampai 1939//. Ia tidak hanya menemukan fosil tulang belulang manusia dan binatang purba/ tetapi juga menemukan alat-alat dari batu dan tulang/ seperti serpih/ bilah/ bor batu dan lancipan dari tulang//. Dari temuan ini/ ia menyimpulkan bahwa/ manusia purba yang hidup di sangiran telah berbudaya//. Temuantemuan ini sekarang disimpan di museum negeri ronggowarsito semarang. NAR: pada saat pecah perang dunia II/ penelitian di sangiran terhenti//.baru pada th 1952 / penelitian dilanjutkan oleh puteraputera Indonesia/ diantara- nya oleh Profesor doktor Teuku Yacob/ prof. Dr. R. Sartono / dan prof. Dr. Suyono//. NAR : Pemirsa/ bagaimanakah kehidupan
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
378
20
BACKGROUND OBYEK CANDI DI DALAM MUSEUM
manusia purba di belahan bagian dunia lain?/ marilah kita simak tayangan berikut ini //.
120 dtk LIFE/REPRO/GRAFIS CU. FOSIL AUSTRALOPITECUS PETA AFRIKA SITUS FOSIL KERA BERDIRI KEPALA AUSTRALOP LENGAN OTOT PERBANDINGAN TENGKORAK FOTO REMONDAT
NAR : di Afrika timur dan Afrika selatan/ telah ditemukan bentuk fosil tertua dari manusia purba/ yang dikenal sebagai Australopitecus/ atau manusia kera dari selatan// Kepala Australopitecus mirip kepala kera/ dagunya rendah/ hidungnya rata/ dan tulang mata serta rahangnya menonjol//. Namun otot-ototnya lebih pendek dan susunan giginya berbeda//. Volume otaknya 450cc sampai 500cc sedikit lebih besar dari volume otak gorila/ tetapi lebih kecil dari otak manusia modern/ yang volumenya 1400cc//. Ciri-ciri seperti ini dan sejumlah faktor lainnya/ membuat mereka lebih mirip manusia dari pada kera//. Australopitecus merupakan jenis manusia terkecil/ yang tingginya sejajar dengan simpanse// Telah ditemukan th 1924/ oleh Raymondat dari Inggris//. Temuan manusia purba yang diperkirakan lebih maju/ juga ditemukan di Afrika timur// pada th 1959/
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
379
oleh LouisLicky dan isterinya Nelly//. 21
REPRO/LIFE/FOTO CU RICHART
60 dtk
NAR : temuan ini demikian menariknya/ sehingga mendorong puteranya Richart/ untuk meneruskan//. Diperkirakan temuan ini merupakan jenis manusia tertua/ yang mampu membuat alat keperluan hidup/ sehingga dinamakan Homohabilis/ atau manusia terampil//. Tengkorak homohabilis lebih bundar/ dari pada kepala australopitecus// wajahnya lebih kecil dan lonjong/ susunan lingkar giginya lebih mirip manusia// volume otaknya 650cc sampai 800cc/ tinggi tubuhnya kurang lebih 150cm/ lebih kecil dari pada manusia modern//.
60 dtk
NAR : ada sejumlah bukti bahwa/ mereka telah mampu mendirikan gubuggubug bundar/ untuk didiami//. Ini dibuktikan dari hasil penggalian purbakala di Oduby/ George / Tanzania //.mereka mengenal berbagai jenis alat / seperti kapak batu/ serpih tulang/ bahkan teknik membuat api //.
TENGKORAK HOMO HABILIS DUA MANUSIA PURBA
22
REPRO CU GUBUK PURBA KAPAK BATU SERPIH TULANG ALAT PEMBUAT API
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
380
23
LIFE/ REPRO 10 dtk CU FOSIL MANUSIA MODERN
NAR : pada perkembangan selanjutnya/ telah ditemukan fosil jenis Homoerectus/ atau manusia berdiri/ yang berciri-ciri tertentu/ sehingga lebih mirip manusia dari pada Homohabilis //.
24
REPRO GAMBAR CU BERBAGAI ALAT PRESENTER
20 dtk
FX : MUSIC FI NAR: Pemirsa/ demikian program video pembelajaran kali ini/ tanyakan hal-hal yang belum jelas kepada guru kalian/ dan juga jangan lupa untuk mengerjakan lembar evaluasi// sampai jumpa pada program yang lain/ terima kasih atas perhatian anda//
25
CU CAPTION TEKS BERJALAN BACKGROUND MANUSIA PURBA.
20 dtk
FX : MUSIC FO SAMPAI PENUTUP OUT
PRODUKSI BERSAMA UPTSBM UNNES DAN MUSEUM RONGGO WARSITO SEMARANG KERABAT KERJA Producer Drs. Agus Dono karmadi Producer Pelaksana Drs. H. Subagyo Pimpinan Produksi
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
381
Puji Joharnoto Sutradara: DRS. FR. Sri Sartono, MPd
Naskah Drs. H. Subagyo Cameraman: Farouk Nurmanto Djatmiko Juru lampu: Ratmoko Juru Suara: Budi Susanto Properti: Imam, P Editor: Djatmiko Farouk SEKIAN
Untuk melihat hasil produksi dapat dilakukan dengan klik judul berikut ”JENIS MANUSIA PURBA DI INDONESIA” (link to video file 4) TUGAS : •
Setelah melihat hasil video ini, coba jawablah soal evaluasi Berikut ini. Laporkan berapa % anda bisa menjawab dengan benar kepada pembimbing/Guru Soal Evaluasi : (1) Jelaskan bagaimana gambaran bentuk manusia purba Pithecanthropus Erectus (2) Sebutkan nama jenis manusia purba di Asia, Afrika dan Eropa (3) Bandingkan tengkorak jenis Pithecanthropus Erectus dan Homo-sapiens (4) Berikan contoh-contoh peralatan hidup manusia purba jaman palaelitikum dan neolitikum (5) Tunjukkan benda peralatan hidup manusia purba jaman logam (6) Jelaskan kegunaan peralatan hidup manusia purba
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
382
(7) Tunjukkan pada peta, lokasi temuan fosil-fosil manusia purba di Jawa Tengah dan Jawa Timur (8) Jelaskan penemuan fosil Homo Habilis dalam hal bentuk, volume otak dan tempat ditemukan. (9) Identifikasi penemuan fosil Australopitecus.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
383
BAB VI PERFILMAN A. Pengertian Film Seperti halnya televisi Film merupakan jenis media informasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber informasi ke kalayak sasarannya/masyarakat. Bentuk informasi adalah audio visual seperti pada televisi. Yang berbeda dengan televisi adalah kamera yang digunakan untuk shoting, pemrosesan produksinya dan penyiaran/ penayangannya. Film diproduksi dengan menggunakan Kamera Film yang menggunakan film sebagai bahan dasarnya seperti halnya pada kamera foto untuk memproduksi slide yang menggunakan jenis film positip. Hanya terdiri dari gulungan yang cukup panjang. Produksinya menggunakan sistem pembakaran dan pelarutan dengan proses pencahayaan (pada waktu shoting) dan proses kimiawi seperti juga pada fotografi (pada waktu prosesingnya). Oleh karena itu prosesing filmnya dilakukan secara laboratoris di laboratorium. Proses editingnya menggunakan sistem cuting /pemotongan pada bagian yang tidak diperlukan atau yang jelek di buang diganti dengan potongan gambar yang diperlukan/yang baik dengan sistem penyambungan. Penyambungan dari shoot yang satu ke shoot yang lain sesuai dengan urutan pada naskah/skenario. Penayangannya menggunakan proyekor film dengan menggunakan sistem optik dan harus pada ruang yang gelap untuk memperjelas hasil proyeksi. Film juga dapat ditayangkan dan disiarkan melalui pemancar televisi setelah ditransfer terlebih dahulu kedalam bentuk elektrik menjadi sinyal video melalui kamera televisi. Film yang disiarkan melalui televisi biasa disebut telecine atau tele sinema. Dahulu pada zamannya film sangat digemari dan menjadi hiburan menarik di gedunggedung bioskop. Saat ini karena sudah banyak stasiun tv, film bioskop terdesak dan sepi penonton akibatnya banyak pengusaha hiburan yang gulung tikar, seperti yang ada di kota-kota kecil. Di kota besar seperti Jakarta misalnya, bioskop masih cukup menjanjikan khususnya bagi masyarakat tertentu. Media film ini dahulu juga sangat efektip untuk media penerangan yang banyak digunakan oleh departemen penerangan dengan menggunakan film cerita yang mengandung penerangan dan pendidikan. Dengan maraknya media VCD sampai ke pelosok desa, saat ini banyak yang beralih ke media VCD yang ternyata dapat dibuat dengan biaya yang jauh lebih murah dibanding membuat film. Demikian pula saat ini film telah digeser oleh media tv dengan berkembangnya sinetron (sinema elektronik) yang biaya Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
384
produksinya jauh lebih murah dibandingkan dengan film. Terlebih lagi kegiatan membuat program TV dan Film sekarang ini sudah berkembang dimasyarakat dengan bermunculanya rumah-rumah produksi atau production house dengan segala kapasitas dan kualitasnya.
Gambar 113. Bentuk Fim B. Jenis Film Ditinjau dari lebar filmnya film dibedakan menjadi jenis film 8 mm, 16 mm, 35 mm, 70 mm. Jenis film 8mm dan 16 mm banyak digunakan untuk memproduksi film-film pendidikan dan penerangan serta dokumentasi. Untuk kepentingan rumah tangga banyak menggunakan film 8 mm. Sedangkan film untuk diputar di gedung-gedung bioskop menggunakan film jenis 35 mm dan 70 mm. Proyektor film yang tersedia dipasaran juga sesuai dengan ukuran 8 mm, 16mm, 35 mm dan 70 mm. Untuk keperluan film gedung bioskop menggunakan jenis 35 mm dan 70 mm. Panjang film 8 mm berkisar antara 50 – 200 feet, sedangkan film 16 mm panjangnya sekitar 400 – 2000 feet dan untuk film 35 mm dan 70 mm lebih panjang lagi. Ditinjau dari suaranya film dibedakan menjadi film bisu (silent film) dan film bersuara. Film bisu adalah film yang hanya menampilkan gambar visual saja sedang suaranya diperoleh dari ilustrasi musik diluar film yaitu dengan sound sistem tersendiri yang berfungsi untuk musik backgroud saja. Sebelum teknologi berkembang seperti sekarang ini dulu bioskop memutar film bisu seperti chelly chaplin dan sebagainya. Film bersuara menayangkan gambar visual dan suara yang telah disatukan pada Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
385
film, yaitu telah direkam pada pita film pada sisi lajur sepanjang film. Ada dua tipe sistem suara yaitu sistem optik dan sistem magnetik. Sistem suara optik suara direkam atau diputar kembali (play back) menggunakan sistem variasi perubahan sinar/cahaya yang menembus trak suara. Intensitas cahaya pada waktu merekam sesuai dengan perubahan tekanan suara yang direkam. Intensitas cahaya yang mengenai film jalur suara akan mempengaruhi daya bakar film sehingga setelah proses pelarutan daya larut film juga sesuai dengan intensitas cahaya/suara pada waktu rekaman. Sistem suara magnetik menggunakan jalur suara pada tepi film ditaburi bahan magnet sepanjang film. Karakternya sama dengan pita magnetik pada kaset/tape yang banyak digunakan pada video dan audio. Proses perekamannya menggunakan head recorder dan untuk play backnya menggunakan head playback dengan sistem pembangkitan elektromagnet yang besarnya sesuai dengan intensitas arus listrik yang mengalir yang dikendalikan oleh intensitas tekanan suara yang direkam. Oleh karena itu proyektor film yang digunakan harus dilengkapi optic sound lamp dan head play back agar kedua jenis sistem suara bisa dilayani. Ditinjau dari format program film yang diproduksi sebagai informasi yang akan disampaikan kepada penonton film dapat dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya adalah : film cerita, film drama keluarga,film noncerita, film komedi, film dokumenter, film action/laga dan sebagainya. Berbagai format film tersebut tidak berbeda dengan format program TV, baik penemuan gagasan, sinopsis, treatment, scenarionya maupun dalam pengambilan gambar/ shotingnya. Yang berbeda adalah pada jenis kamera, bahannya dan proses produksinya serta editingnya meskipun ada beberapa hal yang sama. C. Penyiaran Film Terdapat dua sistem penyiaran film kepada masyarakat yaitu sebagai berikut. 1. Penyiaran melalui Gedung Bioskop. Setelah film diproduksi, film tersebut diputar di gedunggedung bioskop menggunakan proyektor film sesuai dengan jenis filmnya yaitu 35mm atau 70mm. Sistem penyiarannya dapat dijelaskan dengan gambar ilustrasi sebagai berikut. Program Film yang sudah diproduksi siap ditayangkan di gedung bioskop dikemas dalam rol/tray untuk dipasang pada proyektor film yang berada di lantai dua/balkon bagian belakang ruang proyeksi. Biasanya ada paling tidak dua proyektor film, dan proyektor slide untuk penayangan iklan komersial maupun Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
386
layanan masyarakat. Proyeksi film diterima oleh layar/screen yang dipasang di panggung dan posisinya diatas kepala sejajar dengan proyektor filmnya. Output audio dihubungkan ke amplifier sound sistem dan output amplifier disalurkan ke speaker yang berada dibawah layar. Penonton berada di ruang proyeksi dan tempat duduknya diatur bagian belakang lebih tinggi dari pada yang di depan agar bisa melihat layar tanpa halangan. Durasi tayangan program antara 1 jam sampai 2 jam yang terbagi dalam beberapa rol film. Penayangan iklan biasanya dilakukan pada awal sebelum film utama diputar dan pada saat pergantian rol film dan menggulung kembali /rewind film yang sudah ditayangkan. Iklan biasanya dikemas dalam format film slide dan penayangannya menggunakan proyektor slide. Suara biasanya dibuat dengan sistem dolby sehingga suaranya enak di dengar apalagi didukung ruangan yang kedap suara.
KABEL AUDIO
PROYEKTOR FILM RUANG GELAP KEDAP SUARA
L A Y A R
AUDIO SISTEM
PENONTON
SPEAKER
Gambar 114. Sistem penyiaran film di gedung bioskop
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
387
Mengatur persediaan film dan memasang film. Untuk menjaga kontinuitas penyiaran film melalui gedung bioskop, yang penting diperhatikan adalah menjaga agar film sudah tersedia sebelum jadwal pemutaran dimulai. Oleh karena itu manajer gedung bioskop harus mampu mengatur persediaan film ini. Biasanya satu judul film diputar di beberapa gedung bioskop untuk tujuan ekonomis. Satu judul film biasanya terdiri dari beberapa tray/rol film dengan durasi kira-kira 30 menit perrolnya. Oleh karena itu penjadwalan pemutaran film harus dibuat ketat dan bergantian misalnya dengan selisih waktu 30 menit sampai satu jam tergantung jarak antar gedung bioskopnya. Hal ini dimaksudkan untuk memperhitungkan waktu perjalanan dalam pengambilan film. Waktu selebihnya digunakan untuk penyiaran iklan seponsor dan untuk pemasangan film pada proyektor serta untuk menggulung ulang fim pada rol sumbernya. Film iklan biasanya ada yang dalam bentuk slide, sehingga memerlukan slide projector. Pemasangan film pada proyektor film dapat dilakukan dengan membaca petunjuk yang ada pada proyektor atau pada infomation manual book proyektor tersebut. Biasanya sudah terdapat lobang tempat film, yang disertai tanda anak panah. Gedung bioskop biasanya minimal memiliki dua buah proyektor film 32 -70 inchi dan satu buah proyektor slide untuk menjaga kontinuitas penyiaran, sehingga tidak ada waktu menunggu bagi penontonnya. Dalam perkembangan teknologi saat ini telah diproduksi monitor dengan layar lebar seperti layar gedung bioskop. Dengan demikian gedung bioskop dapat membuat tanpa menggunakan proyektor tetapi dapat menggunakan LCD atau monitor layar lebar. Sebagai sumber sinyalnya menggunakan DVD/VCD player yang dapat memutar data digital dalam bentuk keping CD. Atau dapat langsung menggunakan sumber dari komputer. Sedangkan softwarenya dapat dipesan/dibeli bahkan diproduksi dengan mudah dan murah.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
388
Gambar 115. Proyektor Film, alat untuk menayangkan film
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
389
2. Penyiaran Film melalui stasiun TV. Penyiaran Film kemasyarakat melalui stasiun penyiaran TV dilakukan seperti proses berikut ini. Program Film yang telah diproduksi dikirim ke studio telecine stasiun penyiaran TV, dan di studio telecine program film tersebut ditransfer ke bentuk digital atau sinyal video. Proses transfernya adalah : film diputar menggunakan proyektor film, gambar proyeksinya diterima oleh screen/layar putih yang siap direkam oleh kamera video. Sinyal video hasil rekaman disalurkan ke komputer atau direkam langsung oleh VCR yang ada di dalam kamera. Dapat juga direkam pada VTR/VCR tersendiri. Sistem suaranya dikeluarkan dari output audio dari proyektor film untuk disalurkan ke komputer/VCR untuk direkam bersama gambarnya. Hasil rekaman berupa data program yang dikemas dalam bentuk kaset atau Compact disk (CD) dibawa ke unit pemancar atau disalurkan melalui kabel untuk dipancar luaskan ke masyarakat penonton TV.
Film Penjepit
lensa
Penggerak film
Gambar 116. Simulasi perjalanan film pada proyektor
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
390
Pemancar
SCREEN
Gambar 117. Penyiaran Film melalui stasiun penyiaran TV Data program yang dikemas dalam bentuk CD digandakan dan dipasarkan ke masyarakat luas untuk ditonton melalui VCD/DVD player yang ada di rumah-rumah. Saat ini VCD/DVD player sudah bukan barang langka di masyarakat bahkan sampai pelosok desa sekalipun. Di sana telah banyak terdapat rental CD yang cukup ramai dikunjungi orang. Hal ini merupakan indikasi bahwa penyiaran film saat ini bukan hal yang sulit untuk menjadi suguhan hiburan yang menarik bagi masyarakat, meskipun pengusaha bioskop banyak yang gulung tikar. Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
391
audio
video
Gambar 118. Sistem transfer dari film ke bentuk digital D. Produksi Film 1. Peralatan dan Bahan Produksi Film Peralatan produksi film sama dengan peralatan produksi program TV. Yang berbeda hanya jenis kamera yang dipakai untuk shoting. Yaitu menggunakan kamera optik seperti kamera foto, tetapi bahan filmnya bisa bergerak roling. Bahan seperti layaknya kalau akan memotret dengan kamera foto, ditoko sudah tersedia film foto. Demikian bahan untuk membuat film juga telah tersedia bahan film bisu, film bersuara optis dan film bersuara magnetis dengan berbagai ukuran 8mm, 16mm, 35mm dan 70mm. Peralatan yang diperlukan untuk shoting diantaranya a. Kamera Film. Bentuknya seperti gambar berikut ini.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
392
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
393
Gambar 119. Bermacam-macam bentuk kamera film, alat shoting film
Gambar 120. Bahan produksi Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
394
b. Lampu/alat Pencahayaan. Peralatan pencahayaan untuk produksi film sama dengan produksi program TV. Produksi juga dilakukan di dalam studio/ruangan maupun di luar studio / ruangan. Berikut ini merupakan Contoh bentuk peralatan lampu pencahayaan dalam produksi Film.
Gambar 121. Lampu/ pencahayaan dalam produksi film Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
395
2. Penulisan Naskah Film Penulisan naskah/scenario film sama dengan program TV. Format yang banyak di pakai adalah wide margin dan kolom ganda. Penulisan naskah diawali dengan penemuan ide/gagasan. Selanjutnya dilakukan visualisasi ide dan audionisasi ide/gagasan tersebut kebentuk visual dan audio setelah dilakukan berbagai riset baik lapangan maupun kepustakaan untuk memperdalam pengetahuan yang terkait dengan ide/gagasan. Berdasarkan hasil riset ide/gagasan dituangkan menjadi sinopsis yang merupakan cerita singkat yang menggambarkan isi/substansi cerita secara menyeluruh. Selanjutnya sinopsis dioperationalkan menjadi treatment yang di dalamnya telah mencakup scene-scene dalam suatu squence pada setiap episodenya. Treatment ini sudah operasional artinya dengan panduan treatment ini seorang produser telah dapat memproduksi program film. Selanjutnya treatment dikembangkan menjadi sekenario atau naskah yang digunakan sebagai panduan seluruh kerabat kerja yang terlibat dalam produksi film. Naskah/ scenario telah memuat secara lengkap bagaimana pemerannya, bagaiman pengambilan gambarnya, bagaimana narasinya, bagaimana setting tempatnya dan sebagainya. Namun demikian untuk keperluan produksi naskah ini perlu diperjelas menjadi naskah shoting/ shoting script. Setelah shoting selesai dan telah dilakukan editing off line naskah lebih dioperasionalkan menjadi naskah editing/editing script sebagai panduan editing bagi seorang editor film untuk melakukan editing on line dan mixing. 3. Pemeran /Artis Film Pemeran atau artis juga sama dengan program TV, hanya kapasitasnya lebih banyak karena program film biasanya memproduksi program yang membutuhkan banyak artis/pemeran. Hal ini disebabkan film biasanya diproduksi dengan durasi yang lebih panjang antara 1 – 2 jam apalagi pada produksi film yang kolosal. Artis diharapkan mampu memerankan karakter yang diperani, oleh karena itu perlu ada casting untuk memilih artis/pemeran yang tepat sehingga dapat memperlancar produksi film. Terdapat tokoh dan tokoh pembantu di dalam cerita film, maka pemeranya juka dikenal sebagai pemeran utama dan pemeran pembantu atau lazim disebut dengan figuran. Agar produksi lancar maka seorang artis film harus mampu menghafal naskah yaitu isi pembicaraan, acting yang harus dilakukan pada setiap shoot dalam scene-scene yang diperankan. Kesalahan yang sering dilakukan artis akan
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
396
menyebabkan terjadinya pengulangan-pengulangan shoot yang mengakibatkan pemborosan waktu, tenaga dan biaya. E. Teknik Produksi Film 1. Produksi Gambar / Shoting Film
Gambar 122. Mengejar angle yang baik Proses dan teknik shoting pada program film tidak berbeda dengan shoting pada program televisi/video yang telah banyak dibicarakan pada Bab V. Yang penting di sini adalah managemen produksi. Bagaimana produser mengorgasisasikan dan mengkoordinasikan kegiatan produksi mulai langkah persiapan, pelaksanaan sampai pada langkah evaluasi. Kaberhasilan produksi akan sangat ditentukan oleh semua komponen yang terkait dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta kerjasama yang baik saling menguntungkan seluruh komponen dalam organisasi produksi mulai dari produser, sutradara, pemeran, crew sampai pada komponen driver sekalipun. Semua komponen penting dan sekecil apapun peran masing-masing akan ikut menentukan kualitas hasil produksi. Hasil pengelolaan dan koordinasi akan terwujud adanya jadwal kegiatan dari program produksi lengkap dengan informasi tentang waktu, peralatan, bahan, orang yang terlibat dan sebagainya. Dengan demikian jadwal ini akan dapat digunakan bagi seluruh komponen untuk melaksanakan tugas masing-masing. Jadwal harian merupakan operasionalisasi dari jadwal program tersebut. Biasanya akan banyak memuat kegiatan persiapan/petunjuk operasional pelaksanaan program. Misalnya dalam pelaksanaan pengambilan gambar/shoting, semua kegiatan Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
397
harus didokumentasikan/dicatat baik untuk keperluan administrasi maupun untuk produksi lanjutan. Oleh karena itu dalam kegiatan shoting ada petugas pencatat shoting dan atau clapperboardman. Clapperboardman bertugas untuk menyiapkan shoting harian, mengoperasikan clapperboard dan mencatat shoting. Hal ini sangat penting untuk dapat mencari dengan mudah bagianbagian hasil shoting untuk keperluan editing selanjutnya. Apalagi pengambilan gambar oleh camera diulang-ulang untuk mendapatkan gambar dengan angel/sudut serta kualitas yang sempurna. Pada waktu sutradara memberi perintah shot/record yang direkam oleh kamera adalah clapperboard dulu yang sudah terdapat tulisan shot 1, 2, 3 dan seterusnya. Seterusnya seorang pencatat shoting mencatat pada buku shoting informasi tentang lokasi, jam, nomor pada naskah, nomor urut shoting, ulangan 1, 2, 3 dan seterusnya serta nomer counter pada camera, kaset nomer berapa dan sebagainya. Kelengkapan informasi dari pencatat shoting akan sangat membantu editor dalam memilih dan memadukan gambar. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan gambar diantaranya adalah, a. Angle pengambilan gambar. Angle kamera yang baik mampu membuat apresiasi yang sama bagi penonton film. Setiap kali kamera digerakkan yang berarti perubahan angle pengambilan, penonton dibawa ke titik pandang yang baru. Oleh karena penonton tidak mau digerakkan seenaknya, maka perubahan engle pengambilan gambar/kamera harus diperhitungkan secara cermat. Rangkaian shoot-shoot yang membentuk squence harus direkam dengan penataan yang progresive, impresive, pengkontrasan, pengulangan secara tersendiri atau dalam kombinasi. Jangan sampai membuat berbagai jenis shoot aneh dan campur aduk. Film harus membuat kejutan visual bagi penonton dengan cara menyajikan gambar visual yang selalu baru dan segar, jenis shoot yang berbeda-beda, ukuran gambar yang berubah-ubah, dan pola yang sulit diduga. Misalnya satu seri dari close up disusul oleh extrem long shoot atau sebaliknya. Gambar harus diperhitungkan skalanya dalam sebuah shoot dan dalam rangkaian shoot selanjutnya. Gerakan artis atau kamera harus selalu ditukarkan, dipindahkan, diputar-balik jangan sampai hanya mempertahankan ulangan pola yang itu-itu saja agar gambar menjadi dinamis dan tidak membosankan. Setting harus dapat dilihat dari segala sisi jangan monoton dari depan saja.Keanekaragaman gambar visual yang disajikan akan mampu membuat penonton terkekang dan tertarik dengan apa yang sedang dilihat dan yang akan dilihat berikutnya. Penonton harus Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
398
diberi sajian yang selalu baru dan berbeda pada setiap kesempatan. Kamerawan film noncerita harus mempertimbangkan lebih banyak pengambilan angle kamera lewat bahu (poin of view), dalam rangka melibatkan penonton pada subyek. Secara berseling penonton harus dibawa kedalam gambar dan berdiri bersama pemain dan memandang pemain lainnya, menyaksikan dan action dari angel bagian dalam. Dengan demikian penonton akan lebih siap menyatukan dirinya pada pemain dalam film dan menjadi lebih terpikat pada pesan yang terkandung dalam film yang ditontonnya. Juru kamera film dokumenter lebih beruntung karena boleh memiliki kebebasan dalam shoting atau pengambilan gambar. Bahkan memperbolehkan subyek/pemeran menatap langsung pada kamera. Subyek-subyek seperti seorang insinyur, pedagang, atau pimpinan perusahaan dapat ditampilkan dalam hubungan pemain-penonton dari mata-ke-mata sehingga penyampaian pesan film menjadi lebih kuat. Angel kamera yang paling sulit yaitu pengambilan pada suatu seting/penataan yang subyektif dimana kamera harus menggantikan tempat seorang pelaku yang harus berhubungan dengan pelaku lainnya dalam gambar. Penggunaan angle kamera yang dipikirkan dengan matang akan menambah keragaman dan kesan pada penuturan cerita. Harus dipilih angel kamera yang didisain untuk menangkap, menahan dan menunjukkan jalan pada lanjutan interest penonton. Berbagai jenis angel dan gerakan kamera dapat dipelajari lagi pada Bab. V yaitu seperti ELS, LS, MS, Two Shoot, CU, Sum, Tilt, dolly, dan sebagainya. b. Kontinuiti. Dalam pengambilan gambar/shoting harus memperhatikan kontinuiti arah di sepanjang sequence yng menggambarkan action yang bersinambungan, tanpa ada time lapse. Gerakan, posisi dan arah pandangan harus klop pada sisi shot yang akan bersinambung langsung. Semua pemain harus disajikan dengan baik dalam shoot-shoot cut in ataupun cut away dengan arah pandangan yang betul-betul klop. Poros action harus digambarkan ulang pada setiap akhir segala macam shoot dimana perubahan pemain dan kamera telah menyebabkan timbulnya perubahan poros asli. Hal penting yang perlu diingat bahwa gerakan atau pandangan pemain harus sama pada setiap sisi dari shoot yang akan bersambung klop. Oleh karena itu gerakan atau arah pandang pada awal dan akhir setiap shoot harus dicatat, dan poros baru digaris melalui pemain pada akhir shoot.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
399
Segala sesuatu dapat berubah ketika shot sedang berlangsung. Padawaktu pemain action kamera boleh melakukan gerakan pan atau dolly kesegala arah mengikuti gerakan pemain. Tidak boleh ada perubahan antara shoot, yang akan disambung langsungkan secara klop. c. Penyambungan dengan transisi. Terdapat beberapa teknik transisi sebagai penyambungan antara scene atau antar shoot yaitu transisi pictorial dan transisi suara. Transisi piktorial yang paling mudah adalah menggunakan title/caption yang menerangkan tempat dan waktu setting atau penjelasan dari scene atau shoot yang disajikan. Transisi ini untuk menjambatani perpindahan shoot dengan tujuan untuk menghindari screen direction yang tidak pas/klop. Transisi pictorial dilakukan dengan cara optik yaitu mode Fade, Dissolve dan Wipe. Mode transisi fade yaitu fade in dimana layar yang gelap lalu menjadi terang secara perlahan-lahan. Fade out, layar yang terang kemudian menjadi gelap perlahan-lahan. Fade in digunakan untuk mengawali sebuah cerita atau sequence, sedangkan fade out untuk mengakhirinya. Dissolve, yaitu membaurkan/ menumpangkan suatu scene pada scene lainnya. Atau fade in yang disuperifuse pada fade out. Atau menghilangkan citra gambar pada scene pertama dan memunculkan citra gambar scene kedua secara perlahan dalam waktu yang bersamaan. Dissolve digunakan untuk menanggulangi penghilangan waktu (time lapse) atau untuk menghaluskan pergantian scene supaya tidak merasa mendadak atau mengejutkan. Wipe merupakan efek optikal yang membuat seolah-olah suatu scene didorong/dihapus oleh scene yang lain. Gerakan penghapusan bermacam-macam yaitu horisontal, vertikal, diagonal dan sebagainya. Proses transisi dapat dilakukan dengan kamera yang harus diseting sebelum kamera digunakan untuk merekam gambar. d. Komposisi. Kerja kamera yang baik adalah mulai dari komposisi. Juru kamera bertugas membuat komposisi adegan/scene, menata aneka unsur gambar ( garis, ruang, bidang, masa-masa dan gerakan) kedalam suatu gabungan yang serasi, sebelum menata pencahayaan, gerakan kamera/pemeran, breakdown sequence shoot demi shoot dan menetapkan angle kamera yang dibutuhkan untuk shoting suatu action. Juru kamera bisa memilih engle dengan sudut pandang kamera yang terbaik sebagai konsekuensi penetapan komposisi yang terbaik/yang paling cocok. Untuk penataan komposisi setiap shoot juru kamera harus menjawab pertanyaan ” Apa yang bisa kulakukan agar subyek ini menunjang penuturan cerita?”. Action para pemain dan setting selalu membutuhkan penataan komposisi. Seorang juru kamera harus akrab dengan anekaragam karakteristik garis, Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
400
bentuk, masa-masa dan gerakan untuk mempertimbangkan secara komposisional bingkai/frame bisa dibuat seimbang baik secara formal maupun informal. Semua ini bertujuan untuk membuat penonton film memberikan respon yang sesuai. Penonton dapat dipengaruhi secara gambar maupun secara psikhologis. Oleh karena itu didalam satu frame hanya ada satu pusat perhatian yang diciptakan melalui penataan komposisi. Gunakan frame latar depan untuk mendukung komposisi, tetapi jangan menyimpang dari subyek utama yang harus menjadi pusat perhatian. Kaitkan latar belakang dengan action subyek utama. Pertimbangkan mata penonton yang mengamati dari shoot ke shoot. Kerjakan itu semua untuk mendapatkan keanekaragaman visual dengan sering merubah efek-efek komposisional. Hilangkan yang berlebihan, Gunakan muslihat/trik-trik yang sesuai. Dan akhirnya buat yang sederhana saja merupakan slogan kerja untuk komposisikomposisi yang menarik. Disamping beberapa hal diatas tentunya masih terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan agar diperoleh kulitas gambar yang maksimal dan menarik bagi penonton diantaranya pencahayaan yang tepat. Pencahayaan juga dapat menciptakan pusat perhatian dengan cara membuat subyek utama mendapatkan cahaya yang paling terang. Pengaturan fokus sangat menentukan kualitas gambar. Gambar yang paling jelas/fokus menjadi pusat perhatian. Oleh karena itu juru kamera harus membidikkan kameranya selalu pada subyek utama pada setiap framenya dan mengatur untuk mendapatkan focus yang paling tepat. 2. Produksi Suara Dalam film terdapat duatipe sistem suara yaitu secara optis dan magnetis. Untuk produksi suara bagi film bisu (yang diambil tanpa suara asli) dapat dilakukan rekaman suara tersendiri. Baik suara narasi, ilustrasi musik maupun sound efek direkam di studio rekaman audio. Selanjutnya hasil rekamannya menjadi master audio yang nantinya sebagai panduan editing filmnya (film on sound). Sedangkan film bersuara yang waktu shotingnya sekaligus merekam suara aslinya, produksi suara dilakukan untuk insert penjelasan dan ilustrasi musik serta sound efek direkam tersendiri dan ditata pada track yang berbeda. Setelah direkam menjadi master audio diserahkan kebagian mixing untuk disatukan dengan menggunakan mesin prosesing film.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
401
3. Film Procesing Film yang telah digunakan untuk shoting dmasukkan ke laboratorium film procesing untuk dilakukan proses cuci yaitu pencelupan dengan bahan kimia dengan teknik dan waktu tertentu untuk melarutkan bagian yang kena cahaya.
a. Roll Film
b. Film Copyer
c. Film Recorder Gambar 123. mesin Reproduksi Film 4. Editing Hanya editing yang baik yang dapat membuat film menjadi hidup. Dari beraneka ragam shoot yang merupakan potonganpotongan film yang tidak karuan akan dirangkai menjadi sebuah Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
402
penuturan cerita. Editing memilih shoot-shoot yang bermakna dan memotong serta membuang bagian-bagian shoot yang tidak bermakna seperti shoot pendahuluan/start, bagian yang overlaps, bagian yang tidak diperlukan dari action masuk, keluar, scene-scene tambahan, pengulangan gaya, shot yang salah dan sebagainya. Sedangkan yang tinggal yaitu shoot-shoot yang bermakna harus dirangkai menjadi penuturan cerita yang berkesinambungan dan menarik serta enak dinikmati penonton. Aleh karena itu Editor melakukan perakitan dengan memperhatikan hal-hal penting dalam editing yang baik seperti screen direction, arah pandang dan posisi pemain serta pengklop-an antara action dan dialog yang terjadi pada shoot demi shoot. Melakukan editing film cerita dengan naskah yang lengkap lebih ringan dari editing film noncerita yang tanpa naskah, karena editor dituntut untuk berimprofisasi secara kreatip untuk meramu potongan-potongan film menjadi sajian yang menarik dan bermakna. Di dalam produksi film terdapat dua macam editing film yaitu editing kontinuiti dan editing kompilasi serta gabungan keduanya. Editing kontinuiti adalah editing susunan adegan-adegan sehingga klop menjadi penuturan cerita yang berurutan sesuai dengan jalannya cerita yang tertulis pada naskah/scenario. Dalam hal ini mengidentifikasi dan menghubungkan shoot yang satu dengan shoot yang lain dalam suatu adegan /scene dan menghubungkan scene dengan scene yang lain yang sesuai sehingga membentuk sebuah sequence. Sering terjadi antara shoot yang satu dengan shoot yang lain disipi shoot tertentu untuk menciptakan suasana yang kondusif cerita. Demikian pula, kadang-kadang shoot sisipan tidak secara langsung menghubungkan shoot yang satu dengan shoot yang lain meskipun obyek shoting pada tempat/seting yang sama. Sisipan seperti ini disebut dengan cut away. Editing kontinuiti harus memperhatikan screen direction yaitu arah dari pandangan atau gerakan obyek dari kiri kekanan atau dari kanan kekiri dari berbagai engle pengambilan yang berbeda. Sambungan shoot yang arah obyeknya dari kiri kekanan harus disambung shot yang arahnya dari kiri kekanan juga agar tidak terjadi jumping/meloncat (jump cut). Jamping juga akan terjadi pada penyambungan dari pengambilan long shoot dengan close up dan sebagainya. Oleh karena itu seorang editor dituntut untuk bekerja secara teliti/cermat dan profesional sehingga penonton tidak mengetahui dimana letak sambungan filmnya. Disinilah perlunya cut away di antaranya untuk menutupi terjadinya jump cut yang Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
403
terpaksa dilakukan. Gambar cut away diarahkan juga untuk mengalihkan perhatian penonton untuk menutupi perubahan arah maupun jump cut. Editing kompilasi. Adalah penyusunan gambar berdasarkan editing script yang tidak terlalu terikat dengan kontnuitas gambar yang didasarkan pada sreen direction (arah gerakan gambar). Editing kompilasi biasa dipakai pada format program dokumenter seperti survei, laporan, analisa, dokumentasi, sejarah atau laporan perjalanan dan sebagainya. Hal ini karena penyusunan shoot-shoot berdasarkan narasi yang telah dibuat. Dengan demikian jalur suara akan merangkum penuturan dan mendorong scene-scene bergerak, yang sebenarnya scene tersebut kurang bermakna kalau ditonton tanpa ada penjelasan dari narasinya. Editing kompilasi hanya memberikan sedikit masalah-masalah peng-klop-an, karena shot-shot tunggal mendapatkan ilustrasi apa yang terdengar dan tidak perlu adanya keterkaitan secara visual satu sama lain. Dengan demikian narasi /penjelasan dipakai sebagai pedoman dalam editing kompilasi. Dalam editing kompilasi harus memperhatikan /memperhitungkan corak gambar yang didasarkan pada pemikiran yang ada pada treatment. Seting Lokasi dan kontinuitas gambar sepenuhnya berdasar pada naskah yang telah disusun setelah editing off line. Dengan demikian pelaksanaan editing kompilasi lebih ringan dibanding editing kontinuiti, sebab pada editing kompilasi penyusunan gambarnya sepenuhnya berdasar pada kerangka pemikiran dan naskah yang sudah disusun tanpa harus memperhatikan banyak faktor yang berkaitan dengan screen direction. Editing Kontinuiti dan Kompilasi. Pada editing film cerita boleh menggunakan editing kontinuiti maupun kompilasi. Misalnya di dalam film cerita yang mengandung kompilasi sebagai introduksi atau untuk keperluan transisi boleh menggunakan narasi. Untuk memberi ilustrasi narasi tersebut diperlukan scene-scene yang sesuai tanpa harus terkait dengan shoot utamanya, sehingga diperlukan editing kompilasi. Film-film kompilasi juga diperbolehkan menggunakan editing kontinuiti manakala squence dari sejumlah shoot digunakan untuk menggambarkan suatu bagian dari cerita. Sejumlah shoot yang tidak klop dapat disajikan dalam sebuah sequence yang menuturkan sedikit kisah tentang materi itu sendiri yang memerlukan peng-klop-an dari sequence yang berurutan. Editing kontinuiti harus digunakan manakala beberapa shoot yang berurutan memerlukan peng-klop-an action. Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
404
Cross-cutting editing. Cross-cutting merupakan editing pararel dari dua atau lebih kejadian yang tempatnya berbeda-beda dalam pola bolak-balik. Cross-cuting dapat digunakan untuk kepentingan sebagai berikut. Untuk Mempertinggi interest. Dengan mengambarkan secara simultan sejumlah action kejadian yang sedang berlangsung dan saling berhubungan dengan cara bolak-balik akan meningkatkan interest penonton. Untuk memberikan konflik. Dengan editing dua action yang bersamaan dapat menghasilkan klimaks yang baik. Misalnya pada film perang sebelum pasukan bertempur didahului dengan kedua pasukan saling berlari menuju pertempuran. Ditampilkan shoot kedua pasukan secara bergantian dan bertahap makin dekat makin cepat dan akhirnya berhadapan dan bertempur. Untuk meningkatkan ketegangan. Dengan menyambung dua kejadian yang memiliki kaitan langsung secara bergantian akan meningkatkan ketegangan penonton. Untuk mempertinggi suspense. Dengan menahan penonton dalam keadaan cemas menyaksikan kejadian bergerak menuju klimaks. Misalnya seorang polisi sedang menyelidiki bom waktu disebuah gedung, ditampilkan secara bolak-balik antara polisi dengan bom yang waktunya berdetak terus menuju angka nol yang terletak di kamar mandi. Untuk membuat perbandingan. Perbandingan antara orang yang sedang bersaing/berkompetisi dapat ditampilkan secara bergantian bolak-balik memperlihatkan kemajuan masing-masing. Menggambarkan kontras antara orang, obyek, kejadian, kebudayaan, hasil produksi, metode dan sebagainya. Kontras dapat diperlihatkan antara metode lama dan baru, pengerjaan secara manual dengan otomatis, kehidupan di kutub dan di daerah tropis dan sebagainya. Proses editing dilakukan setelah film hasil shoting diproses di laboratorium seperti halnya foto slide. Dan hasilnya adalah film positip yang gambarnya natural tercetak pada film. Untuk melihat hasil shoting digunakan proyektor atau dengan penyinaran dari bawah sehingga gambar-gambar terlihat dengan jelas atau dengan mesin modern yang sudah di modifikasi sehingga gambar tampilannya terlihat pada layar monitor. Pada waktu melihat hasil shoting berarti sekaligus melakukan pemilihan/mengidentifikasi dan memberi tanda/logging dan pemotongan serta mengumpulkan mulai shoot pertama sampai shoot terakhir berdasarkan catatan shoting yang dibuat pada waktu shoting berlangsung. Setelah itu dilakukan editing off line untuk mengetahui apakah ada shoot yang kurang, apakah ada Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
405
penambahan atau penggantian gambar serta apakah ada shoot sisipan yang perlu dan sebagainya. Langkah editing off line ini dilakukan oleh produser dan sutradara. Setelah itu berdasarkan hasil editing off line dibuat naskah editing (script editing). Selanjutnya diserahkan kepada editor untuk dilakukan editing on line. Sesuai editing script narator melakukan editing kompilasi maupun kontinuiti sesuai arahan sutradara/ producer. Editing dilakukan dengan pemotongan dan penyambungan film secara berurutan dari shoot yang satu ke shoot yang lain sesuai dengan naskah editing dan catatan-catatan pada logging. Setelah tersusun sesuai dengan naskah editing serta sisipan dan tambahan shoot sudah dimasukkan maka editing on line dapat dikatakan selesai. Langkah selanjutnya adalah preview gambar apakah ada kekurangan atau tidak. Bila telah memuaskan editing gambar ini sudah selesai.
Gambar 124. Potongan film yang dibesarkan. Perhatikan jalur soundnya. Sistem optis (gelap terang pada film) 5. Mixing / Penggabungan gambar dan suara Penggabungan suara dengan gambar visual pada editing film lebih sulit dibandingkan pada editing video yang menggunakan bahan pita magnetis, karena film setelah diproses tidak bisa dihapus/ditumpangi dengan rekaman baru seperti pada pita magnetis. Penyuntingan/editing scene-scene bersuara pada film harus sinchron secara klop. Hal ini lebih sulit dibandingkan penyuntingan scene-scene film tidak bersuara/bisu. Pada film bisu/silent action dalam scene-scene hanya perlu diklopkan susunannya. Shoot-shoot bisa dialihkan, sequencenya bisa Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
406
diringkas atau diperpanjang, reaksi-reaksi bisa disisipkan. Film bisu yang diberi suara narasi dan ilustrasi musik dan sound efek penyuntingannya lebih mudah dari film bersuara dialog yang lipsinchron (gambar gerakan bibir sinchron dengan suara dialog), dimana dialog menuturkan cerita harus disunting terhadap jalur suara. Perekaman suara dikaitkan dengan gambar visual, oleh karena itu editor tidak boleh memanipulasi citra-citra visualnya berarti gambar visualnya harus asli tidak boleh diganti dengan gambar lain. Dengan demikian editor dalam penyuntingan suarasynchron harus menerima apapun yang ada dari bagian jalur suara yang sedang digarap. Pada penyambungan klop scene-scene berdialog, action dan gerakan pemain harus tersambung langsung secara klop dan tepat. Editor harus memotong sesuai dengan jalur suara apa adanya. Oleh karena itu Kontinuiti audio visual harus dijaga secara ketat pada waktu proses pembuatan agar dialog dan action bisa klop dalam penyambungan langsung. Suara dan gambar agar tidak disunting secara pararel, karena unsur audio dan visual mulai dan berakhir bersama pada tiap-tiap shoot. Suara harus mengalun mengalir terus melintasi scenescene agar lebih efektip. Setelah gambar dengan suara asli ditambah dengan suara musik ilustrsi maupun sound efek selesai dipadukan secara klop dan synchron, maka perlu diriview untuk mengetahui apakah hasil editing sudah layak atau belum. Bila dinyatakan belum maka perlu diselaraskan kembali dan bila telah layak, maka tugas editing telah selesai dan bisa dikirim kebagian penggandaan film. Saat ini penggandaan film telah dapat dilakukan dengan mesin yang dapat mengkopi ribuan gambar perdetiknya. Demikian pula untuk keperluan mixingnya.
Gambar.125. Roll film Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
407
Gambar 126.
Proyektor film di ruang gelap
Sebagai contoh bagaimana melakukan produksi film, berikut ini merupakan kutipan bagaimana produksi film sebagai berikut: 1. Terjemahan Bebas dari Examining Film Scoring Techniques in Films that Alters Time, Space, and Death, oleh Matthew F. Skelton (dikutip dari situs web Film Score Monthly) Dulu, pita film belum menyimpan audiotrack/soundtrack sehingga film di masa itu disebut film bisu (silent movie). Musik film pada awalnya bukan hanya karena tuntutan artistik, tapi juga karena suara proyektor yang berisik, jadi buat nutupin suara proyektor. Tapi kemudian musik film untuk film bisu mulai diperlukan untuk menciptakan mood dan suasana. Musik film awalnya dimainkan oleh pianis, kemudian oleh live orchestra. Berkat perkembangan teknologi, akhirnya suara dapat direkam ke pita film. Sejak tahun 1929, telah muncul standar untuk sound movie. Musik film mulai digunakan: a. untuk menciptakan suasana dan latar belakang (latar belakang tempat dan waktu) yang lebih meyakinkan. b. untuk memberi penekanan pada unsur-unsur psikologi di film, misalnya menggambarkan apa yang ada di benak seseorang, atau implikasi dari suatu situasi (contohnya Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
408
terjadinya pembunuhan yang tidak sengaja yang bisa berimplikasi buruk bagi karakter pelakunya). c. sebagai latar belakang pengisi d. untuk menciptakan kesan kesinambungan e. mem-build-up suatu adegan dan memberikan konklusinya. Setelah bertahun-tahun, saat ini pembuatan musik film (composing original music for film) sudah terstandardisasi. a. Dalam pembuatan musik film, composer bertemu dan berkomunikasi dengan pembuat film, membaca script, dan melihat film itu sendiri (yang masih akan di-edit). b. Berikutnya adalah spotting, yaitu menentukan adegan mana yang akan diiringi musik. Kemudian composer mulai membuat konsep score-nya. Proses ini sangat penting, composer membuat unsur-unsur dasar score-nya (score concept). Konsep score sering kali mengikuti karakterkarakter dalam film, atau tema sentral dari film, menggunakan blok komposisi leitmotif dimana tema yang muncul berkali-kali merujuk kepada karakter tertentu, atribut, atau ide tertentu. Bagaimana pun materi atau metode yang digunakan, suatu model konseptual menciptakan asosiasi antara karakter-karakter dengan musik dan menjadi panduan composer untuk menentukan gaya musik yang tepat untuk film. c. Setelah menentukan adegan mana yang akan diiringi musik dan konsep score-nya, dilakukan timing/sinkronisasi yang lebih tepat yang akan menjadi panduan bagi composer dalam penulisan musiknya itu sendiri (composing). Teknik konvensional yang sering digunakan adalah menggunakan pengulangan tema atau variasi tema. Highlighting adalah salah satu teknik scoring lainnya, musiknya naik turun secara dramatis mengikuti adegan-adegan film. Salah satu teknik lainnya red herrings (pengalihan/umpan), musik mem-buildup suasana sampai terjadi sesuatu atau tidak terjadi sesuatu (teknik yang sering digunakan dalam film-film horor/suspense). d. Setelah musiknya ditulis (hasilnya bervariatif dari yang sangat lengkap sampai ke baru berupa musik sketches), mulailah dilakukan orchestrating. Orkestrator (bisa jadi composer-nya sendiri bertindak sebagai orkestrator) mempersiapkan musik yang sudah digubah untuk dimainkan oleh suatu orkestra. Di saat inilah pertama kali musik film tersebut akan terdengar. e. Jika segala perubahan sudah dilakukan, maka rekaman versi final akan digunakan untuk disatukan dengan film (dubbing). Satuan terkecil dalam musik film disebut cue. Sebuah Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
409
cue durasinya bisa panjang bisa pendek, tergantung dari adegan film. Setiap cue dalam film punya maksud tersendiri yang ditentukan oleh antara lain: composer, sutradara, editor, music editor, dan lain-lainnya. Orang-orang ini juga menentukan adegan apa perlu musik apa, kapan masuknya, kapan hilangnya, dan sebagainya. Superman, trilogi Star Wars, trilogi Indiana Jones, E.T.: The Extra-Terrestrial, dan sebagainya. Score untuk Superman bahkan menjadi acuan untuk setiap score dari film yang mengadaptasi komik sampai kemudian muncul Batmannya Danny Elfman yang bergaya Bernard Hermann. Sutradara adalah orang yang paling bertanggung jawab untuk semua urusan pembuatan film. Sutradara dan composer kadang-kadang menjadi ‘pasangan’ seperti Alfred HitchcockBernard Hermann (North By Northwest, Vertigo, Psycho, dan lain-lain), Steven Spielberg-John Williams (Schindler’s List, Jurrasic Park, ET, Jaws, dan lain-lain), Tim Burton-Danny Elfman (Pee Wee’s Big Adventure, Beetlejuice, Edward Scissorhands, Sleepy Hollow, dan lain-lain), dan Robert Zemeckis-Alan Silvestri (Forrest Gump, Contact, Death Becomes Her, Back To The Future, dan lain-lain). Hubungan mereka terbentuk karena antara lain kepuasan terhadap hasil kerja satu sama lain, kesamaan kreativitas, dan sebagainya. Editor (bekerja sama dengan sutradara) adalah orang yang menentukan gambar mana dari sekian banyak yang dishoot yang akan dipilih. Composer harus bekerja sama dengan editor untuk dapat menciptakan cue yang tepat untuk gambargambar yang dipilih. Posisi lain yang juga penting adalah orkestrator. Orkestrator adalah yang menerjemahkan musik dari composer untuk dimainkan oleh orkestra. Kadang-kadang orkestrator dapat memberikan pendapat kreatifnya namun hal itu tergantung kepada composer-nya, demikian pula dengan conductor. Sering kali terjadi sebelum composer membuat konsep score, sutradara sudah memiliki ide mengenai gaya musik dari filmnya. Ketika berkomunikasi dengan composer, sutradara akan mengacu kepada gaya musik yang sudah dan gaya musik tersebut disebut role model. Role model dapar berupa bagian score film atau cue, gaya musik sebuah film, sepotong musik klasik, sebuah lagu, dan lain-lain. Terkadang role model sudah dipasangkan dengan filmnya. Musik itu disebut temp track. Bagi composer, kemungkinan paling buruk yang dapat terjadi adalah temp track menjadi musik final bagi film. Contohnya Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
410
adalah Blue Danube karya Johann Strauss dan Also Sprach Zarathustra dari Richard Strauss yang menjadi musik film dari Stanley Kubrick 2001: A Space Odyssey. Composer film tersebut telah menyiapkan score-nya namun kemudian temp track menjadi musik final. Namun demikian hal ini sangat jarang terjadi. Music editor sering kali berhubungan dengan musik yang tidak ditulis oleh composer seperti musik dari radio atau jukebox atau adegan live music. Musik ini disebut source music. Interaksi antara source music dengan score yang dapat terjadi antara lain: a. source music berfungsi sebagai score b. source music berganti menjadi score c. source music cross-fading menjadi score d. source music dan score digunakan bersama. Berurusan dengan source music merupakan tantangan tersendiri bagi composer. Adegan yang berisi source music harus ditangani dengan hati-hati, terutama jika composer diminta untuk menciptakan score yang berinteraksi seperti tersebut di atas. Perubahannya harus lancar dan tidak terasa oleh penonton; jangan sampai penonton merasa terganggu dengan perpindahan antara keduanya. Saat ini kadang-kadang terjadi producer atau sutradara atau music supervisor memasukkan banyak lagu ke dalam film dengan harapan lagu-lagu tersebut akan meningkatkan daya jual film. Banyaknya lagu yang masuk dapat membuat pekerjaan composer semakin sulit karena score harus sesuai dengan lagu-lagu tersebut. Kadang-kadang lagu-lagu yang diinginkan untuk masuk di film akhirnya tidak masuk ke film dan sering kali lagu-lagu ini dimasukkan ke dalam album soundtrack dengan judul “music from and inspired by…”.
Gambar 127. Sri Sartono
Jalur audio sistem magnetis 2 track
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
411
Gambar 128. Potongan film yang dibesarkan
Gambar 129. Pemotongan film
Gambar 130. Potongan film. Perhatikan perbedaan setiap gambar 24 gambar perdetiknya dalam 1 frame.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
412
2. Membuat Film (Disarikan dari Kompas, jum’at, 11 Oktober 2002 & 18 Juni 2004 oleh Yunus/Andra/Muti Siahaan/Candra) a. Awalnya nonton Untuk bisa membuat film yang baik, perlu banyak mengapresiasi karya orang lain. Salah satu cara yang paling gampang adalah dengan banyak menonton film. Kesenangan Atrida pada Discovery Channel membuatnya terilhami menghasilkan film pendek yang kental dengan nuansa alamnya. Dalam Broke Wing Bird terlihat bagaimana kamera banyak mengambil suasana alam kota Yogyakarta. “ Kami sepakat waktu membuat film ini tidak mau banyak mengambil gambar gedung-gedung”. Cerita siswa kelas 1 SMUN 2 Yogyakarta ini. Selain itu Atrida senang menonton film-film asal Cina, Jepang dan korea. Wah.. terpengaruh dengan sinetron Asia? Ternyata malah tidak suka. Nonton pun sekali-sekali saja.” Katanya. Atrida paling suka film layar lebar yang banyak menampilkan pemandangan alam yang indah. “Film mereka bagus-bagus. Dari segi cerita juga variatif. Beda dengan cerita Hollywood yang banyak intrik dari cinta semata.” seru penggemar film ” Mare dari Korea dan Tiramisu dari Cina. Kecintaan pada film horor juga yang membuat Billy terinspirasi membuat film pendek bertema horor. Bayangkan sudah tiga film pendek yang dihasilkannya bertema horor, yaitu Killer Potrait dan 7, 6, 5. Film Potrait berhasil meraih penghargaan di FFVII tahun 2000. “saya memang suka film horor,” cerita Billy, yang suka menonton film horor. Film horor itu sangat gampang membawa emosi penonton,” cetusnya. Tapi Billy tidak mau hanya berhenti pada satu genre. Untuk tahun ini, ia mencoba genre baru. Film pendeknya yang berjudul Sebuah Kisah, genrenya drama. Dan ini sebuah langkah baru buat Billy yang kini duduk tingkat satu IKJ. “saya tertantang untuk membuat cerita drama yang tidak kayak sinetron. Baik dari segi dialog, angle, maupun cerita. Ceritanya harus tetap menarik tapi bisa membawa emosi penonton. Dennis juga mengawali dari nonton film. “Film pertama kali yang saya tonton adalah Never Ending story waktu umur tiga tahun di bioskop diajak orang tua.” Kenangnya. Sejak saat itu keinginannya menonton film tidak bisa dibendung. Kebetulan keluarganya pun pencinta film, jadi mudah saja menikmati berbagai jenis genre film untuk Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
413
mengasah apresiasinya. Hingga saat ini Dennis punya koleksi DVD sekitar 600-an dan koleksi LD sekitar 1000. Bersama ayahnya Dennis sering menyerbu rental yang sudah mau tutup. “Waktu tahun 2000 di Pos Kota banyak berita rental yang mau tutup. Pernah saya memborong hingga 250 keping LD.” ceritanya seru. Bentuk apresiasi tidak hanya menonton film. Ada cara lain, di antaranya banyak membaca buku. Dennis menyarankan membaca buku tentang penyutradaraan, penulisan skrip, maupun biografi pembuat film. Ada beberapa buku yang direkomendasikan oleh M. Abduh, antara lain Rebel Without Crew nya Robert Rodriguez, Directing: Shot By Shot karangan Steven D Katz. b. Banyak mencoba Banyak berapresiasi terhadap karya orang membuat kita tergerak untuk membuat karya. Tentunya dengan semangat membuat karya yang tidak kalah bagus dengan film-film yang pernah ditonton. Setelah banyak nonton, Ronald tergerak untuk membuat film. Penasaran saja. Melihat film lalu baca-baca artikel soal film, kok sepertinya asyik.” Cetus Ronald. Dari penasaran, muncul ide yang kadang datangnya tidak diduga. Kamera bisa jadi alat bantu mengembangkan gagasan-gagasan .”Aku sejak kecil senang main-main dengan handycam. Kalau liburan sepanjang perjalanan aku merekan gambar-gambar pemandangan atau keluarga,” cerita Atrida. Dennis pun tergerak membuat film sejak SMP. Waktu itu modalnya hanya handycam dan pemainnya para tetangga. Dennis juga sering menjahili orang dengan cara membuat hidden camera. Billy mulai tergerak membuat film saat kelas satu SMU. Waktu itu dia melihat ada tawaran mengikuti workshop membuat film yang diadakan oleh Pop Corner. Nah sejak mengetahui teknik membuat film, Billy jadi ketagihan membuat film. Dan untuk makin meningkatkan kemampuannya, ia sampai ikut dua kali workshop tersebut. Sekarangpun cara menonton film saya berbeda dengan dulu. Dulu ya Cuma nonton. Kalau sekarang saya jadi memperhatikan sudut pengambilan gambar dan gaya bercerita sang sutradara.” Papar Billy yang suka film Dancer in The Dark ini. Setelah mengikuti workshop, Billy tergerak untuk membuat ekstra kurikuler (ekskul) sinematografi di sekolahnya, SMU 34. Awalnya ditolak mentah-mentah tapi setelah film potrait-nya menang, baru ekskul ini mendapat Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
414
ijin untuk berdiri. Hingga sekarang masih ada walaupun Billy sudah jadi alumni. “Saya tetap rajin datang kalau hari ekskul. Ya saya hanya ingin memberitahu saja kalau membuat film itu gampang.” Ungkapnya. Bagaimana dengan yang lain? Dennis kini sedang mempersiapkan sebuah film panjang yang judulnya masih rahasia. Afrida kini punya proyek untuk membuat film tentang profil sekolahnya, SMU 2 Yogyakarta. Ceritanya sekolahnya ada pameran dan Atrida mengusulkan untuk membuat film soal isi sekolah, “Aku mau mengambil gambar soal isi gedung sekolah, ekskulnya hingga wawancara murid dan gurunya. Nanti kalau sudah jadi akan diputar di acara pameran sekolah.” Ungkap Atrida. c. Harus “serakah” Hanya mengandalkan kemampuan diri, tidak belajar dari orang lain, namanya hanya modal dengkul. Dan itu belum cukup. Untuk bisa punya kemampuan ekspresi yang bagus dan positif, maka perlu banyak belajar mengapresiasikan karya orang lain. Dan untuk itu, perlu “serakah”. Kok serakah? Kareka selain film, masih banyak bentu-bentuk lain yang bisa di apresiasi. Mendengarkan musik, membaca buku, menonton pertunjukan teater, menulis dan masih banyak lagi bentuk-bentuk lain yang bisa meningkatkan kemampuan berekspresi. Semua itu bisa menggugah gagasan-gagasan dan imajinasi. Banyak melihat, mendengar, mengamati karya orang lain, membuat ingin selalu belajar. Dan biasanya, makin sering mengapresiasikan karya orang lain, akan cenderung tergerak membuat karya, punya keberanian mengekspresikan gagasan. Itulah sebabnya, orang-orang seperti ini selalu terlihat menyenangkan dan asyik. d. Menyusun Skenario Banyak film Indonesia yang beredar, sayang tidak semuanya bagus. Salah satu kelemahan film Indonesia adalah skenarionya. Selesai menonton sebuah film kadang-kadang bukannya senang, tetapi malah jadi bete. Soalnya, tidak semua film yang ditawarkan itu menarik. Malah ada beberapa film yang ceritanya tidak jelas. Padahal waktu membaca sinopsisnya terdengar menarik. Dan kalau dilihat dari bintangnya ataupun sutradaranya cukup menjanjikan. Cukup banyak film yang punya sutradara maupun pemain hebat, tapi karena tidak didukung oleh skenario yang Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
415
menarik, jadinya melempem. Dan ini tidak hanya terjadi pada film Indonesia kok. Film made in Hollywood banyak juga yang jelek ceritanya. Pernah menonton film The Mexican? Film ini punya dua bintang besar, Bred Pitt dan Julia Robert. Siapa yang tidak kenal dengan mereka? Tapi ketika keduanya dipertemukan dalam film, hasilnya biasa saja. Tidak sebanding dengan kebesaran nama mereka. Ada juga film Proof of Life yang dimainkan oleh Russel Crow, jagoan Oscar, dan Meg Ryan. Film ini termasuk film yang jelek dipasaran. Alasannya? Skenarionya tidak bagus. Mengapa skenario itu jadi penting? Menurut Jujur Prananto, skenario itu nyawa atau blue print dari sebuah film. “Memang semua aspek lain dalam film ikut berpengaruh. Tetapi setelah gagasan, skenario memang jadi unsur penting dalam sebuah film.” Ungkap penulis skenario ”Ada Apa Dengan Cinta? (AADC?)” ini. Skenario yang bagus itu skenario yang bisa memberikan gambaran dengan jelas pada orang yang membaca, seperti apa jalan cerita filmnya. Sebelum membuat skenario, yang paling utama harus ada ide dulu. Kalau tidak ada ide atau gagasan, ya tidak ada yang bisa dibuat. Ide itu bisa didapat dari manamana. Paling enak dicari ide yang dekat dengan kehidupan remaja. Banyak membaca dan menonton akan membantu dalam menemukan ide yang segar dan unik. Jangan sekali-kali menulis cerita yang tidak dikuasai. Kalau tidak menguasai, maka sebelum menulis harus observasi dulu. Boleh mencari teman yang pernah mengalami atau mencari referensi. Entah dari buku, internet, atau wawancara orang. Sebab kalau menulis apa yang tidak dikuasai, nanti ceritanya akan terlihat tidak akurat. Wah, bisa dicela habis-habisan. Bisa juga sejak awal mencari ide sudah membuat tim. Masing-masing orang menyerahkan ide. Nanti diambil yang paling menarik. Atau bisa juga dari berbagai ide yang muncul digabung jadi sebuah cerita baru. Sambil menggodok ide, dilanjutkan dengan menggodok skenarionya. Dari pengalaman film-film yang sukses, skenario yang dikerjakan bersama dengan sebuah tim akan menghasilkan film yang baik. Tapi ini bukan jaminan juga. Ada juga penulis skenario yang sangat berpengalaman, bisa membuat skenario sendiri. “Dengan adanya tim akan membantu kemana jalan cerita mengalir. Dan biasanya didiskusikan bersama produser dan sutradara. Jadi, dari awal
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
416
sudah mengetahui ceritanya mau kemana.” Ujar Tisa TS, penulis skenario “Di Sini Ada Setan dan “The Movie”. Dari berkumpul bersama akan dapat saling memberi masukan. Entah itu soal ide, pengembangan tokoh, maupun dialog yang dipakai. Saat membuat skenario AADC?, Juga dibantu oleh tim yang menyumbang macam-macam untuk skenarionya. Ada yang menyumbang gagasan, gaya bercerita, dan gaya bahasa yang dipakai. Maklum dan Jujur saja kan sudah bukan remaja lagi, tapi dia bercerita untuk remaja. Jadi perlu penyesuaian dialog juga. Selain ide skenario yang menarik itu punya beberapa kejutan atau tidak mudah ditebak jalan ceritanya. Jadi perlu juga mengetahui rahasia membuat kejutan. Cara membuat kejutan juga dipengaruhi oleh dimana meletakkan kejutan itu. Apa ditengah cerita, atau diakhir cerita. Jujur punya tips untuk itu. Pertama buat dahulu naskah yang panjang dari awal hingga akhir. Baca ulang perscene-nya. Dengan memindah-mindahkan saja scene yang sudah dibuat. Misalnya scene 1 dipindah ke belakang jadi scene terakhir. Atau scene 10 kita pindah ke depan jadi awal cerita dan seterusnya.. Bayangkan saja sedang menyusun puzzel, butuh bongkar pasang jugakan? Terakhir, terus berlatih dan banyak-banyaklah nonton film. Dengan menonton berbagai film Wawasan akan semakin bertambah. Dan bila menemukan sebuah film bagus, jangan hanya ditonton satu kali. Tonton dua atau tiga kali. Asyiknya setelah menonton lihatlah riview dari beberapa pengamat film untuk mengetahui lebih banyak lagi keunggulan film itu. Mau lebih top lagi? Tonton film yang skripnya sudah dipunyai, bandingkan antara skrip dan hasil filmnya. Dari situ akan membuat punya gambaran lebih jelas soal membuat film, khususnya membuat skrip atau skenario. e. Proposal Film Dokumenter Judul Film dokumenter : Diajukan oleh: Isi proposal ; Gagasan apa yang ingin diceritakan melalui film dokumenter ini? Sinopsis cerita/situasi film dokumenter yang diusulkan? Karakter utama Daftar ringkas sekuen-sekuen utama untuk film dokumenter Lokasi pengambilan gambar :
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
417
BAB VII KESEHATAN, KESELAMATAN, DAN KEAMANAN KERJA A. Pendahuluan Kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja penting untuk dibicarakan pada teknik penyiaran radio dan televisi, yang menyangkut para manajemen dan para karyawan. Manajemen dan para perkerja pada hakekatnya ingin usahanya tetap berjalan dan lebih maju. Kita dapat membayangkan bila para karyawan bekerja dihantui oleh rasa tidak sehat hal ini akan mengganggu hasil kerja. Begitu pula apabila saat-saat sedang kerja para karyawan dihantuai rasa tidak nyaman dalam bekerja, maka hasil kerja akan tidak optimal. Lagi pula apa bila para karyawan sedang bekerja tidak merasa dijamin keamanan kerja, maka hal ini juga akan mengganggu kerja. Jadi antara kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja mutlak diperlukan agar para pemilik perusahaan, manajer, dan para karyawan dapat bekerja secara kontinyu dan optimal dengan sendirinya hasil produktivitas penyiaran dapat optimal. Mata pelajaran ini akan mengantarkan para siswa agar bila kelak bekerja dapat memahami tentang kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja. Hal ini dengan maksud para karyawan dapat merasa terlindungi hak-haknya. Begetu pula hasil produksi penyiaran dapat mencapai target produksi. B. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Mengapa Keselamatan dan Kesehatan Kerja Penting Keselamatan dan pencegahan kecelakaan kerja mendapat perhatian besar oleh para manajer karena beberapa alasan, salah satunya adalah bahwa angka kecelakaan yang berhubungan dengan kerja cukup tinggi. Begitu pula pengaruh kesehatan akibat kerja juga cukup tinggi, diantaranya adalah para pekerja yang berhubungan dengan frekuensi tinggi. Contoh para pekerja di studio radio dan televisi yang menimbulkan polusi medan elektromagnetik, akibat terkena polusi radiasi elektromagnetik tiap hari, maka para pekerja akan merasakan dampak kesehatan pada hari kemudian. 2. Fakta-Fakta Dasar tentang Undang-undang Keselamatan Kerja Occupational Savety Health Act (Kesehatan dan keselamatan Kerja) Undang-undang yang diluncurkan oleh Congres Amerika pada tahun 1970 untuk memastikan sejauh mungkin bahwa setiap pria dan wanita yang bekerja di AS aman dalam kondisi kerja yang sehat serta melindungi sumber daya manusia.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
418
Occupational Savety Health Administration (OSHA) perwakilan yang diciptakan dalam Departemen Tenaga Kerja untuk menetapkan standar keamana dan kesehatan kerja bagi hampir semua karyawan di AS. OSHA beroperasi berdasarkan standar “umum” bahwa setiap majikan akan menyediakan bagi masing-masing karyawannya pekerjaan dan sutau tempat kerja yang bebas dari bahaya yang diketahui yang menyebabkan atau kemungkinan menyebabkan kematian atau kerusakan fisik yang serius bagi karyawannya. 3. Keselamatan dan Kersehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja menunjuk kepada kondisi-kondisi fisiologis–fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Kondisi fisiologis-fisikal meliputi penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja seperti kehilangan nyawa atau anggota badan, cidera, sakit punggung, sindrom carpal tunnel penyakit-penyakit kardiovaskular, kanker dan leukimia, dsb. Kondisi-kondisi psikologis diakibatkan oleh stres pekerjaan dan kehidupan kerja yang berkualitas rendah 4. Tujuan dan Pentingnya Keselamata dan Kesehatan Kerja Stres adalah racun yang paling mudah menyebar dan berbahaya di tempat kerja (Leon J Warshaw). Jajak pendapat tahun 1990 menemukan bahwa 25 persen dari pekerja yang disurvey di New Jersey menderita penyakit-penyakit yang disebabkan oleh stress. Kekhawatiran muncul terhadap kondisikondisi fisik yang berkaitan dengan akibat-akibat yang tak tampak oleh mata. Seperti yang terjadi di tempat kerja terminal computer (misalnya kelelahan mata, keguguran, dan penyakit trauma kumulatif , dan banguan kantor yang tetutup, unsur-unsur kimia yang bersumber dari karpet dan bahan bangunan disebabkan melalui sistem ventilasi, radiasi medan elektromagnetik). 5. Manfaat lingkungan kerja yang aman dan sehat Jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan-kecelakaan kerja, penyakit dan hal-hal yang berkaitan dengan stress, serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, perusahaan akan semakin efektif. Peningkatan peningkatan ini akan menghasilkan :
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
419
a. Meningkatkan hasil produksi, karena menurunnya hari kerja yang hilang. b. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja. c. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi. d. Tingkat kompensasi kerja dan pemabayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim. e. Fleksibelitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dan meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan. 6. Kerugian lingkungan kerja yang tidak aman dan tidak sehat Kerugian-kerugian karena kematian dan kecelakaan di tempat kerja diperkirakan lebih dari $ 50 milyard. Kerugian yang sama diperkirakan dialami oleh dari 100.000 pekerja yang setiap tahun menderita penyakit-penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan. Kerugian-kerugian tersebut akan menyebabkan produktifitas menurun, meningkatnya biaya-biaya asuransi yang besar, rumah sakit, keperluan medis lainnya. 7. Gangguan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seperti telah telah dibahas di depan bahwa aspek fisik maupun sosio-psikologi lingkungan pekerjaan membawa dampak kepada keselamatan dan kesehatan kerja. Dewasa ini upayaupaya untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja tidaklah lengkap tanpa suatu strategi untuk mengurangi stress psikologis yang berhubungan dengan pekerjaan. 8. Kecelakaan-kecelakaan kerja Organisasi-organisasi tertentu dan departemen tertentu dalam organisasi, cenderng mempunyai tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi dari pada yang lainnya. Beberapa karakteristik dapat dijelaskan perbedaan tersebut : a. Kualitas organisasi, tingkat kecelakaan kerja berbeda secara subtansial menurut jenis industri. Pada umumnya, kodisi kerja di tempat terbuka atau di dalam gedung dan peralatan serta teknologi yang tersedia untuk melakukan pekerjaan (misalnya mesin-mesin berat, atau computer pribadi atau lingkungan terdapat polusi udara, poluisi medan elektromagnetik mempunyai dampak yang paling besar terhadap kecelakaan-kecelakaan kerja. b. Pekerja yang mudah celaka, sebagian ahli menunjuk pekerja sebagai penyebab utama terjadinya kecelakaan. Kecelakaan tergantung pada perilaku, tingkat bahaya dalam lingkungan pekerjaan, dan semata-mata nasib sial. Banyak kondisi psikologis, dapat berkaitan dengan kecenderungan mengalami kecelakaan, misalnya kebencian
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
420
dan ketidakmatangan emosional. Kondisi-kondisi ini tidak selalu ada dalam diri para pekerja, sulitlah menyeleksi dan menjaring para pelamar pekerjaan sebelum bekerja. c. Pekerja berperangai sadis, kekerasan di tempat pekerjaan meningkat dengan pesat, dan perusahaan dianggap bertanggung jawab. Pembunuhan adalah penyebab kematian terbesar di tempat pekerjaan saat ini. 9. Penyakit-penyakit yang diakibatkan pekerjaan Secara sistematis telah teridentifikasi bahwa penyebab penyakit-penyakit berbahaya berikut adalah : arsenik, asbes bensin, biklorometil-eter, debu batu bara, asap tungku batu arang, debu kapas, timah, radiasi dan vinil klorida. a. Kategori penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan Dalam jangka panjang, bahaya-bahaya lingkungan kerja dikaitkan dengan kanker kelenjar tiroid, hati, paru-paru, otak, dan ginjal, leukemia, bronchitis, lymphoma, anemia aplastik, kerusakan sistem syaraf pusat, dan kelainan reproduksi misal kemandulan kerusakan genetic, keguguran dan cacat pada waktu lahir. Berkenaan dengan timbulnya penyakit akibat kerja maka OSHA mewajbkan perusahaanperusahaan membuat catatan terhadap penyakit-penyakit yang timbul akibat kerja. b. Kelompok-kelompok pekerjaan yang berisiko, kelompok pekerjaan yang dapat menimbulkan resiko yaitu : 1) tempat kerja yang menimbulkan suara terlalu berisik 2) polusi udara dari asap rokok dan zat-zat kimia misalnya:mesin foto kopi 3) tempat duduk yang tidak nyaman 4) rancangan kantor/tempat kerja yang buruk 5) perlatan kantor seperti terminal displi video (rediasi medan elektromagnetik) c.
Kehidupan Kerja Bekualitas Rendah Bagi banyak pekerja, kehidupan kerja berkualitas rendah disebabkan oleh kondisi tempat kerja yang gagal untuk memenuhi preferensi-preferensi dan minat-minat tertentu seperti rasa tanggung jawab, keinginan akan pemberdayaan dan keterlibatan dalam pekerjaan, tantangan, harga diri, pengendalian diri, penghargaan, prestasi, keadilan, kemanan dan kepastian. Struktur organisasi yang menyebabkan terjadinya kehidupan kerja berkualitas rendah meliputi :
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
421
1) pekerjaan dengan tingkat penugasan, keragaman, identitas, otonomi, dan umpan balik yang rendah. 2) minimnya keterlibatan pekerja dalam pengambilan keputusan dan terlalu banyaknya komunikasi satu arah pada para pekerja. 3) sistem pengupahan yang tidak berdasarkan kinerja, atau berdasarkan kinerja yang tidak diukur secara obyektif, atau di bawah pengendalian pekerja. 4) supervisor, deskripsi pekerjaan, dan kebijakan-kebijakan orgenesasi yang gagal mengungkapkan kepada pekerja apa yang diharapkan dan apa yang akan mendapat imbalan. 5) kebijakan-kebijakan dan praktek-praktek sumber daya manusia yang diskrinatif dan bervaliditas rendah. 6) kondisi-kondisi pekerjaan sementara, dimana pekerja dapat dihentikan semaunya (hak pekerja tidak ada). 7) budaya perusahaan yang tidak mendukung pemberdayaan pekerja dan keterlibatan dalam pekerjaan. 10. Stres Pekerjaan Bentuk yang paling nyata stres meliputi ‘empat S’ perubahan organisasi, tingkat kecepatan kerja, lingkungan fisik, pekerja yang rentan terhadap stres dan kelelahan kerja. a. Empat S (salary, security, dan savety) Penyebab umum stres bagi banyak pekerja adalah supervisor (atasan), salary (gaji), security (keamanan) dan savety (keselamatan). Aturan-aturan kerja yang sempit dan tekanan-tekanan yang tiada henti merupakan penyebab utama stress. b. Perubahan organisasi Rasa was-was bila akan terjadi perubahan organisasi, barangkali saya akan digeser kedudukan atau dipindah ke tempat yang lebih berat. c. Tingkat kecepatan kerja Menurut laporan para pekerja yang bekerja pada pekerjaan-pekerjaan dengan kecepatan yang ditentukan oleh mesin (order) merasa lelah diakhir giliran mereka, dan tidak dapat bersantai segera setelah bekerja karena pengeluaran adrenalin yang meningkat selama bekerja. d. Lingkungan fisik Walaupun otomatisasi kantor adalah suatu cara meningkatkan produktivitas, hal itu juga mempunyai kelemahan-kelemahan yang berhubungan dengan stress. Satu aspek otomatisasi kantor yang mempunyai karakteristik berkaitan dengan sters adalah Video Display Terminal (VDT). Larangan membatasi para pekerja misalnya tidak boleh
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
422
menggeser kursi, letak mikrofon, meja dan tidak boleh menggantungkan gambar. 11. Pekerja yang rentan stress Manusia memang berbeda dalam memberikan respon terhadap penyebab stress. Perbedaan klasik yang disebut perilaku A dan perilaku B. Tipe A menghabiskan sebagian besar waktunya mengarahkan energi kepada hal-hal yang tidak biasanya dalam lingkungan. Tetapi tipe A adalah pengerak dan pendobrak. Tipe B pada umumnya lebih toleran, mereka tidak mudah frustasi atau marah, tidak banyak menghabiskan banyak energi dalam memberikan respon terhadap hal-hal yang tidak sesuai. Orang tipe B biasanya merupakan supervisor yang hebat. 12. Kelelahan kerja (Job Burnout) Kelelahan kerja adalah sejenis stress yang banyak dialami oleh orang-orang bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya, seperti perawatan kesehatan, pendidikan, kepolisian, keagamaan, dan sebagainya. Tanda-tanda kelelahan kerja adalah pekerja mengalami kelelahan emosional terhadap pekerjaan-pekerjaan perasaan tidak mampu menurunkan motivasi sampai suatu titik di mana kenerja pekerja akan tehambat, yang kahirnya menuju kepada kegagalan lebih lanjut. 13. Konsekuensi kelelahan kerja Pekerja yang mengalami kelehan kerja akan berprestasi lebih buruk dari pada yang masih “penuh semangat” kelelahan kerja dapat menjadi penyebab timbulnya masalah-masalah kesehatan, yang pada akhirnya prestasi dan semangat kerja akan berkurang. C. STRATEGI-STRATEGI PENINGKATAN Bila penyebabnya sudah diidentifikasi, strategi-strategi dapat dikembangkan untuk meng-hilangkan atau mengurangi bahayabahaya kerja. Untuk menentukan strategi efektif maka perlu membandingkan insiden, kegawatan, dan frekuensi penyakitpenyakit dan kecela-kaan sebelum dan sesudah strategi dilakukan. OSHA telah menyetujui metode-metode penentuan tingkat keselamatan dan kesehatan kerja. 1. Memantau tingkat keselamatan dan kesehatan OSHA mewajibkan perusahaan-perusahaan untuk menyimpan catatan insiden-insiden kecelakaan dan penyakit yang terjadi
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
423
dalam perusahaan. Sebagian perusahaan juga mencatat tingkat kegawatan dan frekuensi setiap kecelakaan atau penyakit yang timbul. a. Tingkat insiden, indeks keamanan industri yang paling eksplisit adalah tingkat insiden, yang menggambarkan jumlah kecelakaan dan penyakit dalam satu tahun. Indeks tersebut dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Tingkat insiden = (Jumlah Kecelakaan dan penyakit x 200.000) / (Jumlah Jam Kerja Pekerja) b. Tingkat frekuensi, tingkat frekuensi mencerminkan jumlah kecelakaan dan penyakit setiap satu jam kerja, dihitung dengan rumus : Tingkat frekuensi = (Jumlah Kecelakaan dan Penyakit x 1.000.000 jam) + (jumlah jam kerja pekerja) c. Tingkat kegawatan, tingkat kegawatan menggambarkan jam kerja yang hilang karena kecelakaan atau penyakit. Disadari bahwa tidak semua kecelakaan dan penyakit sama. Empat kategori kecelakaan dan penyakit telah ditetapkan yaitu : kematian, cacat tetap keseluruhan, cacat tetap sebagian, dan cacat sementara keseluruhan. Tingkat kegawatan dihitung dengan cara : Tingkat Kegawatan = (Jumlah Jam Kerja yang hilang x 1.000.000 jam ) + (jumlah jam Kerja Pekerja) 2. Mengendalikan Kecelakaan Cara terbaik untuk mencegah kecelakaan dan meningkatkan keselamatan kerja dengan merancang lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga kecelakaan tidak terjadi. Hal ini tidak dapat terjadi jika para pekerja menerima tanggung jawab keselamatan kerja, seperti kecenderungan pada beberapa perusahaan. 3. Ergonomis Cara lain untuk meningkatkan keselamatan kerja adalah dengan membuat pekerjaan itu sendiri menjadi lebih nyaman dan tidak terlalu melelahkan melalui ergonomis. Ergonomis
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
424
mempertimbangkan perubahan-perubahan dalam lingkungan pekerjaan sehuubungan dengan kemampuan-kemampuan fisik dan fisiologis serta keterbatasan-keterbatasan pekerja. a. Divisi keselamatan kerja, strategi lain dalam rangka mencegah kecelakaan adalah pemanfaatan divisi-divisi keselamatan kerja. Departemen SDM dapat berfungsi sebagai koordinator panitia yang terdiri dari beberpa orang wakil pekerja. Divisi harus mempunyai anggota yang diwakili serikat kerja tugas merumuskan kebijakan. b. Pengubahan tingkah laku, mendorong dilaksanakannya kebiasaan kerja yang dapat mengurangi kemungkinan kecelakaan juga dapat menjadi strategi yang sangat berhasil, untuk mengubah perilaku pekerja dpat dipakai imbalan yang bukan berbentuk uang, seperti umpan balik yang positif, berbentuk aktivitas (seperti libur kerja), atau berbentu materi yang sesuai dengan tingkat kerja. 4. Mengurangi Timbulnya Penyakit Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan jauh lebih memakan biaya dan berbahaya bagi perusahaan dan para pekerja dibandingkan dengan kecelakaan kerja. Karena berhubungan dengan sebab akibat antara lingkungan fisik dengan penyakit-penyakit tersebut sering kabur, umumnya sulit mengembangkan strategi untuk mengurangi timbulnya penyakitpenyakit. a. Penyimpanan catatan, OSHA mewajibkan perusahaan untuk setidak-tidaknya melakukan pemeriksaan terhadap kadar kimia yang terdapat dalam lingkungan pekerjaan, dan menyimpan catatan mengenai informasi yang terinci tersebut. catatan ini juga harus mencantumkan informasi tentang penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan dan jarak yang aman dari pengaruh berbahaya bahan-bahan tersebut. b. Memantau kontak langsung, pendekatan yang pertama dalam mengendalikan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan adalah membebaskan tempat pekerjaan dari bahan-bahan kimia atau racun. Satu pendekatan alternatif adalah dengan memantau dan membatasi kontak langsung terhadap zat-zat yang berbahaya. Jika kerusakan terjadi si pekerja dipindahkan ke pekerjaan lain, dan jika mungkin dilakukan perbaikan kondisi kerja.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
425
c.
Penyaringan genetik, penyaringan genetik adalah pendekatan untuk pengendalian penyakit-penyakit yang paling ekstrem, sehingga sangat kontraversial. Artinya pekerja sebelum menjadi pekerja di tes tentang genetiknya, bila seseorang mudah terserang penyakit maka tidak diterima. Tes sangat bertentangan dengan hak-hak asasi manusia.
5. Mengendalikan Stres dan Kelelahan Kerja Titik beratnya adalah pada penyediaan informasi yang konkret untuk mengurangi ambiguitas yang berkaitan dengan peran pekerjaan yang berlangsung dengan cepat. Peningkatan partisipasi dalam pengambilan keputusan mempunyai kesempatan untuk menen-tukan sendiri ditambah dengan kebebasan dan kemampuan untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di sekitarnya, dapat menjadi sumber motivasi intrinstik (dari dalam sendiri) dan penghargaan yang sangat berarti. Jika kesempatan untuik mengendalikan tidak dipunyai dan seseorang merasa terjebak dalam suatu lingkungan yang tidak dapat dikendalikan maupun diramalkan, kondisi psikologis maupun fisik seseorang kemungkinan besar akan terganggu. Beberapa solusi untuk menghilangkan stres pekerjaan, (hasil penelitian di Northwesten National Life Insurance Company: a. Biarkan pekerja berbicara bebas satu sama lain b. Mengurangi konflik-konflik pribadi pad pekerjaan c. Beri pekerja kendali yang cukup besar dalam melaksanakan pekerjaannya d. Pastikan pengadaaan staf dan anggaran yang cukup e. Berbicara secara terbuka dengan para pekerja f. Dukung upaya-upaya para pekerja g. Menyediakan tunjangan-tunjangan cuti dan liburan pribadi yangh kompetitif h. Mempertahankan tingkat tunjangan pekerja yang ada i. Kurangi birokrasi yang ada j. Akui dan beri imbalan kepada para pekerja karena prestasi dan kontribusi mereka D. KEAMANAN KERJA KELISTRIKAN DI DALAM STUDIO PENYIARAN 1. Pengaman yang Terkait dengan Rangkaian Elektrik dan Elektronika Menyadari akan tugasnya bahwa para pekerja di studio adalah bekerja dalam ruangan tertutup dan udara penuh dengan radiasi elektromagnetik. Pengaruh radiasi sering kali para pekerja mengalami gangguan sikis, sehingga apa yang dikerjakan sering kali tidak optimal. Pekerjaan di studio banyak
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
426
melibatkan rangkaian-rangkaian kelistrikan, oleh karena itu pada kesempatan ini yang akan dibahas lebih banyak tentang rangkaian kelistrikan. Sirkuit elektrik dan elektronik merupakan bagian sistem kelistrikan dan dapat berbahaya, bagi manusia dan alat. Berbahaya bagi manusia bila kita terkena sengatan listrik sedangkan pada alat bila kelistrikan tidak stabil. Berkenaan hal ini, diperlukan praktik-praktik yang aman untuk mencegah terjadinya sengatan listrik, kebakaran, kerusakan mekanik, dan kecelakaan yang terjadi karena penggunaan alat yang tidak tepat, gangguan suara, dan gambar. Bahaya bagi manusia yang paling besar adalah sengatan listrik, arus yang mengalir ke tubuh manusia yang lebih dari 10 mA dapat melumpuhkan korban. Aturan pengamanan umum untuk elektrik dan elektronik sebagai berikut : a. Jangan bekerja ketika anda lelah atau sedang minum obat yang membuat anda mengantuk atau lemas. b. Jangan bekerja di tempat yang tidak cukup penerangan cahaya. c. Jangan bekerja di tempat yang lembab atau basah, atau dengan mengenakan sepatu basah. d. Gunakan peralatan, perlengkapan, dan alat pelindung yang diakui. e. Hindari menggunakan cincin, gelang, atau item metal lainnya ketika bekerja di seputar sirkuit listrik dan rangkaian magnetik. f. Jangan pernah beranggapan bahwa sirkuit dalam keadaan off. Periksa dua kali sirkuit dengan alat yang yang anda yakin alat itu beroperasi. g. Beberpa situasi membutuhkan “sistem yang baik” untuk menjamin bahwa daya tidak akan hidup sementara teknisi masih bekerja pada sebuah sirkuit. h. Jangan pernah tergoda atau mencoba untuk mengesampingkan alat pengaman seperti interlock (tipe saklar yang secara otomatis menghentikan daya ketika pintu dibuka atau sebuah panel dipindah. i. Jagalah supaya perlatan dan perlengkapan tes dalam keadaan bersih dan bekerja dengan baik. j. Lakukan pemeriksaan yang tersimulasi dan mengarah kepada tanda pertama adanya kerusakan atau gangguan. 2. Sifat kelistrikan komponen elektrik dan elektronika Komponen peralatan dasar yang digunakan pada ruangan studio, pada umumnya komponen peralatan yang digunakan di dalam studio berupa komponen elektrik dan elektronik, masing-
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
427
masing komponen mempunyai sifat yang spesifik. Berkenaan dengan hal tersebut perludipahami hal-hal sebagai berikut : a. Beberapa alat, seperti kapasitor, dapat menyimpan beban lethal. Alat-alat seperti itu dapat menyimpan beban untuk periode waktu yang lama. Anda harus yakin bahwa alat tersebut berhenti sebelum anda bekerja di sekitarnya. b. Jangan memindah pentanahan, dan jangan menggunakan adaptor yang dapat menggagalkan perlengkapan pentanahan. c. Gunakan hanya alat pemadam api yang diakui untuk peralatan elektrik dan elektronik. Air dapat menghantarkan listrik dan perlengkapan dapat rusak berat. Pemadam tipe karbondioksida (CO2) atau tipe halogen biasanya lebih disukai. Pemadam tipe busa juga dapat dipakai dalam beberapa kasus. d. Ikuti petunjuk-petunjuk ketika mengunakan pelarut atau zat kimia lainnya. Zat itu dapat menjadi racun, mudah terbakar, atau dapat merusak materi tertentu, misal plastik. e. Beberapa materi yang digunakan dalam perlengkapan elektronik mengandung racun. Contoh kapasitor tantalun dan transistor berilium oksid. Alat tersebut tidak boleh dihancurkan atau digosok, dan anda harus mencuci tangan setelah menanganinya. f. Komponen sirkuit tertentu mempengarui kinerja pengaman perlengkapan dan sistem. Gunakan hanya hanya bagian yang pasti dengan pengganti yang diakui. g. Gunakan pakian pelindung dangan kacamata pengaman ketika menangani alat hampa udara seperti pipa gambar dan pipa sinar katoda. h. Jangan bekerja pada peralatan sebelum Anda mengetahui prosedur yang tepat dan mengetahui atau menyadari sembarang resiko keamanan potensial. i. Banyak kecelakaan terjadi karena sikap terburu-buru dan kasar. Ambillah waktu yang diperlukan untuk melindungi diri Anda dan para pekerja Anda. Berlari, kelakar kasar dan rebut, dan humor, sangat dilarang di ruang kerja dan laboratorium. j. Di dalam studio bekerja dengan sitem elektrik, berakibat timbulkan pemanasan elektrik, oleh karena itu diperlukan alat pendingin udara.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
428
3. Arti Warna untuk keselamatan di Tempat Kerja a. Merah digunakan untuk menandai : − Alat dan perlengkapan perlindungan bahaya kebakaran. − Tabung yang dapat dibawa-bawa yang berisi cairan yang mudah terbakar. − Tombol dan sakelar stop kontak untuk keadaan darurat. b. Kuning digunakn untuk : − Perhatian dan bahaya fisik. − Tabung bekas buang untuk bahan yang mudah meledak dan mudah terbakar. − Perhatian terhadap starting, penggunaan atau pemindahan perlengkapan yang menjalani perbaikan. − Titik starting atau sumber daya mesin. c. Oranye digunakan untuk menandai : − Bagian yang berbahaya dari mesin − Pengaman tombol starter − Bagian yang riskan (sisi) dari pulley (kerekan), roda gigi, penggulung, alat pemotong dan jepitan daya. d. Ungu digunakan untuk menandai : − Bahaya radiasi e. Hijau digunakan untuk menandai : − Pengaman − Lokasi perlengkapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (selain perlengkapan bahaya kebakaran) 4. Pentanahan pada Sistem Kelistrikan Listrik adalah aliran elektron. Aliran arus listrik adalah sesuatu yang bekerja seperti aliran air dari gunung ke tanah. Air selalu mencoba untuk mencari jalan ke lautan. Listrik selalu mencoba mencari jalan ke tanah. Rute yang diambil listrik disebut lintasan ke bawah tanah. Jika anda adalah bagian dari lintasan listrik ke tanah, listrik dapat mengalir melalui Anda. Jika Anda menyentuh kawat listrik yang beraliran sambil berdiri pada tanah, atau pada sesuatu yang bersinggungan dengan tanah maka Anda akan menjadi bagian dari lintasan listrik ke tanah. Pentanahan berkaitan dengan hubungan dari bagian-bagian instalasi pengawatan ke bumi (a common eartconnection). Pada umumnya pentanahan bertujuan untuk melawan dua bahaya : kebakaran dan sengatan listrik. Bahaya kebakaran dapat terjadi apabila ada keboroan arus dari penghantar atau sambungan beraliran yang rusak dan mencapai titik tegangan nol oleh beberapa lintasan yang tidak normal.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
429
Bahaya sengatan listrik biasanya terjadi : karena hubung sikat (langsung) dengan rumah alat (body), dan hubungan tidak langsung disebut induksi. Body yang ditanahkan akan dapat menetralkan arus bocor sedangkan untuk kontak body langsung maka zekering akan putus. Bila anda memegang body dan anda menginjak tanah maka anda akan merasakan senagtan listrik. 5. Lockout Sumber Listrik Lockout dan tagout listrik menunjuk pada proses penguncian sumber daya dengan gembok pada posisi OFF sesuai dengan petunjuk pada kartu, tentang prosedur yang terjadi. Prosedur ini perlu sehingga orang akan lebih berhati-hati memutar alat pada posisi ON sementara proses penguncian sedang bekerja. Kegagalan me-lock-out dapat mengakibatkan kecelakaan dan bahkan kebakaran. Lockout berarti pencapain tingkatan energi nol sementara alat sedang diservis. Prosedur lckout yang baik dikehendaki selama pemeliharaan, perbaikan, pencarian kesalahan, pengaturan, pemsangan atau pembersihan alat-alat listrik atau mekanan. Hanya dengan menekan tombol stop pada mesin saja tidak menjamin keselamatan Anda. 6. Langkah–langkah pokok prosedur lockout a. Buatlah dokumen semua prosedur dalam petunjuk manual keselamatan kerja b. Identifikasi lokasi semua sakelar daya, control, interlock dan alat lain yang diperlukan untuk mengunci dengan tujuan mengisolasi sistem. c. Hentikan semua peralatan yang berjalan atau bekerja dengan menggunakakan control dekat dengan mesin. d. Putuskan sakelar e. Kunci dan putuskan sakelar pada kedudukan OFF. f. Gunakan pengunci yang baik dengan satu anak kunci yang disimpan yang berhak. g. Berilah etiket atau label kunci dengan tanda tangan dari seseorang yang melakukan perbaikan. h. Ujilah isolasi, untuk memastikan listrik sudah OFF i. Pindahkan etiket dan kunci apabila pekerjaan sudah selesai j. Sebelum dihubungkan kembali dengan sumber daya periksalah bahwa semua pelindung ada pada tempatnya dan semua alat gagang dan penjepit yang digunakan dalam perbai-kan. Pastikan bahwa semua pekerja berdiri jauh dari mesin.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
430
7. Tindakan Pencegahan untuk Keamanan Listrik Dengan tindakan pencegahan yang benar tidak ada alasan bagi teknisi mengalami shock atau sengatan listrik. Terkena sengatan listrik adalah peringatan yang jelas bahwa ukuranukuran keamanan yang benar tidak diakui. Untuk mempertahankan keamanan listrik pada level yang tinggi pada saat Anda bekerja ada sejumlah tindakan pencegahan yang harus Anda ikuti. Suatu pekerjaan harus mempunyai persyaratan keamanan. Berikut ini merupakan dasar yang penting bagi persyaratan keamanan : a. Jangan pernah mengambil resiko mendapat sengatan listrik b. Simpanlah bahan atau peralatan pada jarak sekurangkurangnya sepuluh kali dari saluran udara bertegangan tinggi. Jangan menutup sakelar kecuali Anda pahan dengan rangkaian yang dikontrol dan mengetahui alasannya. c. Apabila bekerja pada suatu rangkaian ambillah langkah untuk memastikan bahwa saklar pengontrol tidak dioperasikan d. Hindari bekerja pada rangakain beraliran listrik (sedapat mungkin) e. Apabila memasang mesin baru, pastikan bahwa semua bagian kerangka logam ditanahkan secara efisien dan permanent. f. Selalu anggap rangkaian itu hidup (beraliran) sebelum Anda membuktikan bahwa itu mati g. Hindari untuk menyentuh setiap objek yang ditanahkan, pada saat bekerja pada peralatan listrik. h. Ingat bahwa meskipun dengan sistem kontrol 120 V. Anda mungkin mempunyai tegangan yang lebih tinggi pada panel itu. Meskipun Anda menguji sistem 120 V, kemungkinan besar Anda berada dekat dengan sumber yang mendekati tegangan 240 V atau 480 V. i. Jangan menggapai alat yang sedang aktif semjentara alat ini sedang beroperasi. j. Gunakan praktek listrik yang bagus meskipun pada pengawatan sementara untuk pengujian. Kadang Anda perlu membuat hubungan listrik yang berbeda, tetapi buatlah itu menjadi cukup aman dari bahaya listrik. k. Apabila bekerja pada peralatan dengan tegangan 30 V, bekerjalah dengan hanya satu tangan. Dengan bekerja satu tangan akan mengurangi arus listrik melalui dada. l. Kosongkan kapasitor sebelum memegangnya.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
431
8. Undang–undang dan Standar Listrik Dua lembaga yang bertanggung jawab untuk keselamatan kerja adalah National Fire Protection Association yang mendukung National Electric Code (NEC), dan National Borad of Fire Underwriters yang membentuk underwrites Laboratories. NEC adalah sekumpulan panduan penjelasan prosedur yang meminimalkan kecelakaan akibat sengatan listrik, kebakaran, dan ledakan yang disebabkan oleh instalasi listrik. NEC memberikan tabulasi kapasitas arus dan jenis kawat. NEC merupakan sumber praktis tentang informasi karena memasukan batasan-batasan terhadap tipe penyekatan dan pengaruh berbagai aplikasi. NEC berfungsi sebagai basis yang melaluinya pemerintah setempat berwenag membuat peraturan yang berkaitan dengan perlindungan keselamatan hidup para pekerja yang bekerja dengan atau menggunakan peralatan listrik. Hukum setempat selalu merujuk NEC sebagai “standar minimum”, kadang-kadang menanmbahkannya untuk memenuhi persyaratan local. Inspektur listrik setempat dan marsekal kebakaran memperkuat kode mereka sendiri dan dapat menerima atau menolak instalasi sesuai dengan hukum setempat. NEC bukan buku teks yang digunakan sebagai basis instruksi. NEC lebih merupakan kumpulan peraturan, dikembangkan selama bertahun-tahun, yang dibangun untuk memberikan instalasi listrik yang amandan praktis. Kata “ harus dan seharusnya” sering digunakan dalam NEC. Kata “harus” merujuk kepada hala-hal yang harus duilakukan untuk diterima oleh kode, kata “seharusnya” merujuk kepada hal-hal yang tidak diharuskan tapi harus dilakukan untuk keselamatan minimum. Produk-produk listrik pada umumnya harus melewati uji standarisasi untuk keamanan pamakaian. Salah satu organisasi pengujian yang terkenal adalah Underwriters’ Laboratories, yang ditunjukan dengan symbol UL. Berbagai tipe bahan yang digunakan pada pengawatan listrik seharusnya merupakan tipe yang didaftarkan oleh UL untuk memastikan bahwa tingkat keamanan pemakai terpelihara. Tujuan “Underwriters Laboratories” adalah untuk membangun memelihara, dan meng-operasikan laboratorium untuik pemeriksaan bahan-bahan, alat, prodiuk, perlengkapan, konstruksi, metode, dan sistem dengan mempertimbangkan bahaya yang mempengaruhi hidup dan property” Permanufaktur menyerahkan contoh-contoh produk mereka kepada laboratorium UL. Setelah pengujian yang cermat sesuai standar UL, produk, jika lolos, didaftarkan dengan UL dan diberi tanda
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
432
terdaftar. Pengujian hanya mengharuskan keamanan minimum, semua produk dengan tanda UL tidak sama kualitasnya. Barang dagang terdaftar dapat dikenal dengan label “UL”, ynag dilekatkan pada atau dicap pada barang dagangan. Standar yang dibuat oleh National Electrical Manufactures Association (NEMA) membantu para pemakai untuk memilih dengan tepat perlengkapan control industri. standar NEMA memberikan informasi praktis berkaitan dengan rating, pengujian, kinerja, dan manufaktur alat-alat kontrol motor seperti enklosur, kontaktor, dan stater.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
433
PENUTUP Keinginan bersama antara pihak manajemen dan pekerja adalah kontinuitas kerja. Kontinuitas dapat berjalan dengan baik apabila prinsip-prinsip kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja dapat terpelihara dengan baik. Unsur kesehatan terkait dengan kesehatan fisik dan sikis, hal ini dapat diperoleh apabila lingkungan kerja, suasana kerja, hubungan kerja, hak dan kewajiban pekerja dapat terpenuhi dengan baik. Unsur keselamatan terkait dengan jaminan yang diberikan oleh perusahaan bahwa selama bekerja baik di dalam ruang kerja dan di luar kerja dijamin keselamatannya. Unsur keamanan kerja terkait dengan kondisi kerja bahwa selama melakukan pekerjaan, manusia dan alat ditanggung tidak ada ada gangguan. Ketiga unsur ini apabila dapat dilakukan dengan baik niscaya hasil kerja akan meningkat. Hasil usaha meningkat maka kontinuitas kerja akan stabil, sehingga akan dapat meningkatkan hasil pendapat kerja. Sebagai sumber daya manusia bidang penyiaran, dituntut memiliki kompetensi yang standar secara nasional. Oleh karena itu penguasaan pengetahuan dan keterampilan kerja di bidang penyiaran dan produksi program radio, tv dan film sangat penting dan mutlak. Materi yang disajikan pada buku ini masih terlalu umum dan bersifat pengetahuan. Oleh karena itu perlu ditulis secara lebih fokus bagian perbagian dan lebih detail. Demikian pula harus didukung praktek langsung di lapangan/di laboratorium/studio akan sangat mendukung pencapaian kompetensi standar dan kompetensi dasar yang diharapkan kurikulum. Mengingat perkembangan teknologi komunikasi dan informasi sangat cepat, sehingga berdampak pula pada perkembangan di bidang penyiaran dan produksi program radio, tv dan film. Maka dari itu para guru dan siswa harus selalu mau belajar secara terus menerus agar tidak ketinggalan dan merasa asing dengan peralatan-peralatan canggih produk teknologi modern. Akhirnya tiada gading yang tak retak, apa yang ditulis pada buku ini tentunya belum dapat memenuhi harapan semua pihak, namun yang sekecil ini merupakan sumbangan bagi generasi penerus bangsa agar memperoleh keadilan dan kesejahteraan melalui pendidikan kejuruan. Tidak lupa kepada semua pihak mohon saran untuk penyempurnaan buku ini.
Penulis.
Sri Sartono
“ Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
434
Daftar Pustaka : Agus Tiarso .(2005). Penulisan naskah multimedia. (Bahan sajian pelatihan). Semarang : BPM Ashadi siregar.(2007).Bagaimana meliput dan menulis berita untuk media massa. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Astrit S Susanto.(1977). Komunikasi kontemporer. Jakarta : Binacipta ASM, Romli. (2007). Jadi penyiar itu asik lho. Broadcast for teen. Bandung : Penerbit Nuansa BP SDM Citra (1997). Kamus kecil istilah film. Jakarta : Yayasan Citra. Budianto (2006).Mengenal alat foto. Makalah pelatihan. Yogyakarta : SAV Puskad Depdiknas,(2002). Mengajar di Perguruan Tinggi. Buku pelatihan AA. Jakarta : PAU Depdiknas RI. (2004). Standar kompetensi nasional bidang penyiaran. Jakarta : Direktorat PSMK Depdiknas RI. (2004). Kurikulum SMK 2004 bidang penyiaran. Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. D. L. Kincaid & Wilbur Schramn.(1977).Asas-asas komunikasi antar manusia. Terjemahan Agus Setiadi. Jakarta : LP3ES Fred Wibowo. (2007). Teknik produksi program televise. Yogyakarta : Pinus Book Publisher. Heri Subagyo. (2000). Program produksi video pendidikan. Semarang : UPT SBM UNNES. Heri Subagyo. (2000). Media fotografi.Pembuatan dan pengembangannya Semarang : UPT SBMUNNES Ina Ratna Mariani dkk. (2006). Teknik mencari dan menulis berita. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sri Sartono
“Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
435
INFOLEN vol 1 no 1 (1993). Pemancar televisi. Majalah. Bandung : PT. LEN Industri. J.M. Peters. ( 1997). Montage bij film en televisie. Terjemahan Abdul Hamid. Jakarta : Yayasan Citra Joseph V Mascelli, ASC. (1986). Close up, angle, komposisi, kontiniti, editing dalam sinematografi. Terjemahan HMY. Biran. Jakarta : Yayasan Citra John Stevenson.(1987).Telekomunikasi . Pustaka sains. Jakarta: PT. Gramedia. Kukuh Santosa (2007). Penulisan naskah dan produksi video pembelajaran. Makalah pelatihan. Semarang : PPMP UNNES M. Wonohito. (1974). Kode etik jurnalistik dalam teori dan praktek. Hasil lokakarya Pers. Jakarta : Dept. Penerangan RI. PH. Smale. (1986). Sistem telekomunikasi I. Buku teks level I Technician Education Council (TEC). Jakarta : Erlangga Ruedi Hofmann.(1999).Dasar-dasar apresiasi program televisi. Menjalim televisi budaya rakyat. Jakarta : Grasindo SAV Puskad (2006).Kamera Televisi. Makalah pelatihan. Yogyakarta : SAV Puskad SAV Puskad (2006). Dasar-dasar audio recording. Makalah pelatihan. Yogyakarta : SAV Puskad SAV Puskad (2006). Dasar-dasar lighting. Makalah pelatihan. Yogyakarta : SAV Puskad Suhana SS (1977). Buku pegangan teknik telekomunikasi. Jakarta : Pradnya Paramita. Sri Sartono. (1998). Teknik pembuatan naskah video pendidikan. Materi Penlok Guru SLTP. Semarang : UPT SBM UNNES
Sri Sartono
“Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
436
Sri Sartono. (2002). Presentation skills. Materi Penlok dosen muda UNNES. Semarang : UPT SBM UNNES Sri Sartono. (2003). Teknik produksi media video/VCD. Materi Pelatihan Dosen Muda. Semarang : UPT SBM UNNES Tiur LH Simanjuntak. (2002). Dasar-dasar telekomunikasi. Bandung : PT. Alumni. ...................(2007).Undang-undang RI nomor 32 Tahun 2002 tentang PENYIARAN & undang-undang RI nomor 40 tahun 1999 tentang PERS. Bandung : Citra Umbara http://image.google.co,.id http://image.yahoo.com
Sri Sartono
“Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, TV dan Film”
437
LAMPIRAN Daftar Istilah A - Z ISTILAH
KETERANGAN
Amplifier
Perangkat untuk menguatkan sinyal listrik. Berupa rangkaian elektronika yang menggunakan komponen aktif maupun berupa R, L, C, dioda, transistor, IC maupun micro chip.
Amplitudo
Tinggi atau jangkauan getar sebuah gelombang
Amplitudo modulasi (AM)
Penyesuaian amplitude gelombang untuk membawa informasi
Analog
Sistem transmisi yang amplitude atau frekuensi sinyalnya merupakan perwujudan langsung sinyal aslinya, misalnya sinyal dari micropon
Antenna
Kawat, tongkat atau piringan untuk menerima atau mengirim gelombang radio
A and B cutting
Penyesuaian bahan baku asli baik master reversal maupun negative dari dua buah rol yang terpisah, sehingga efek optic dapat dibuat melalui pencetaan ganda. Dengan demikian dua buah shoot yang tumpang tindih dapat dilakukan crossfading.
A and Printing
Percetakan film rol A dan Rol B secara bersama. Kini digunakan secara universal untuk film ukuran kecil 816mm. Baik untuk optical effect maupun hasil akhir yang bebas dari gangguan penyambungan film yang kurang sempurna
A and B editing
Penyuntingan sistem A dan B yang membutuhkan 2 reel film yang terpisah dalam menyiapkan master print. Dengan mengantarai berbagai gambar scene dengan sebuah leader kosong sehingga tercapai susunan gambar yang selang-seling.
Abrasion Acting
Cacat pada permukaan film karena gesekan sehingga kualitas gambarnya berkurang. Permainan seorang aktor atau artis dalam sebuah film berupa penampilan tubuh, gerak laku, expresi wajah dan suara.
438
ISTILAH
KETERANGAN
Acoustic backing
Pendukung akuistik. Bahan yang digunakan untuk menerap kekuatan suara dalam rangka mengontrol suara agar tidak banyak terjadi feedback dan gema.
Action
Aba-aba sutradara untuk memulai pengambilan gambar. Seluruh aktifitas subyek yang dipotret atau dishooting.
Actor-actrees
Seorang pemeran film laki-laki atau- wanita
Action film
Film-film laga seperti silat, film tentang kejahatan dll yang mengutamakan faktor gerak dibanding dengan narasi atau acting yang halus.
Actual sound
Suara yang sumber suaranya tampak diatas layar atau suara yang ada sebagai kelanjutan action dalam film. Di luar teks, atau teks bebas. Acting yang mengandalkan improvisasi di luar scenario.
Adlib Aerial shoot
Shoot dari tempat yang tinggi. Menggunakan crene, pesawat terbang atau diatas gunung.
Advance.
Memajukan suara dan gambar. Ketika film diputar suara dan gambar letaknya jalurnya tidak berdampingan. Dengan demikian suara dan gambar tidak dapat dicetak pararel karena letak suara selalu 21 frame mendahului gambar (35mm) atau 26 frame (16mm).
Ambient sound
Suara latar belakang yang umum pada shooting. Untuk menciptakan suasana tempat itu agar tidak vacum
Angel
Sudut pengambilan gambar oleh camera. Cara pendekatan terhadap persoalan pada suatu cerita.
Animation
Animasi. Bagian dalam pembuatan film dmana dilakukan shooting terhadap gambar tangan, obyek 3 dimensi dll untuk menciptakan ilusi adanya gerakan. Misalnya film kartoon juga disebut film animasi.
Animation camera
Kamera animasi. Kamera yang dilengkapi dengan motor stop motion sehingga memungkinkan perekaman gambar bagian demi bagian sebuah gerak
Art
Seni. Istilah untuk berbagai pengertian yang berhubngan dengan aktivitas estetis.
439
ISTILAH
KETERANGAN
Art director
Penata artistik. Orang film yang bertanggungjawab membuat dekor/set dalam produksi film. Disamping itu tugasnya yang berkaitan setting interior exterior, properti yang bertujuan membentuk suasana/atmosfere cerita. Pekerjaan tersebut mampu mempengaruhi mutu visual film.
Art film
Film seni
Articulation
Artikulasi. Kejelasan ucapan sehingga tidak jadi perbedaan arti.
Assistant camerman
Asisten juru kamera. Bertugas mengisi dan melepas film, mengganti lensa, mengatur focus pada saat kamera sedang beroperasi, memelihara dan membuat laporan kamera.
Assistent editor
Asisten penyunting. Bertugas menjaga administrasi shoot, menyambung shoot dll
Assistent producer
Asisten produser. Pemimpin dalam produksi. Bertanggungjawab pada berbagai keputusan produser. Bila produser tidak ada di lapangan asisten produser yang mengambil keputusan/ kebijakan. Disebut juga sebagai pimpinan produksi.
Assisten director
Asisten sutradara. Tangan kanan sutradara. Melakukan tugas rutin sutradara sehingga sutradara dapat konsentrasi pada tugas kreatif dalam produksi film/program TV
Audio
Segala sesuatu yang bersifat bunyi atau suara. Berlawanan dengan video yang bertautan dengan visual atau yang bersifat dapat dilihat.
Audio visual
Yang dapat didengar dan dilihat, seperti film ,Tv, slid suara pada media pembelajaran.
Bandwith
Lebar ruang atau cakupan frekuensi dalam spektrum elektromagnetik yang dipergunakan oleh sebuah sinyal. 10 khz untuk radio dan 4Mhz untuk sinyal video.
Bit
Singkatan dari binery digit/angka biner yaitu 0 dan 1 Dalam istilah film berarti pera kecil yang berdialog.
440
ISTILAH
KETERANGAN
Backing
Penopang latar. Berupa layar lebar/lukisan/ untuk keperluan set studio untuk membangkitkan kesan pemandangan lain dibalik pintu atau jendela rumah.
Background
Latar belakang. Pemandangan atau action dibelakang bidang utama. Diciptakan untuk suasana dan kontinuiti gerakan/action pada suatu adegan.
Background light
Setting pencahayaan/lampu pada setiap set dan latar belakangnya.
Back light
Lampu yang diset untuk menerangi bagian dari belakan obyek. Cahaya langsung yang mengenai subyek maupun obyek dari arah belakang untuk mendapatkan cahaya dari atas subyek lebih efektif. Untuk menghilangkan bayangan.
backlighting
Sumber cahaya utama mengarah ke kamera sehingga menyebabkan seluet
Background noise
Bunyi atau suara yang tak jelas yang ditambahkan pada jalur suara untuk meningkatkan rasa realistis suatu adegan.
Back projection.
Film yang ditayangkan pada layar tembus cahaya untuk digunakan sebagai background yang hidup.
Back track
Recaman suara menyanyi dengan iringan musik yang sudah direkam terlebih dahulu, penyanyi bernyanyi seturut rekaman yang didengar melalui headpon.
Baselight
Cahaya yang diffuse/nondirectional yang diperlukan agar kamera mendapatkan cahaya optimal/normal sekitar 2000 lux (150 – 200 foot candle).
Bigclose up (BCU)
Istilah dalam pengambilan gambar clos up yang menonjolkan detail suatu obyek.
Bioscope
Bioskop. Gedung pertunjukan film
Blimp
Kotak peredam. Kotak untuk melindungi suara dari motor kamera dengan cara dibungkus dengan bahan peredam suara agar tidak menggangu suara dialog dalam produksi film/TV.
Blocking
Penataan komposisi dari scene. Biasanya dilakukan dalam bentuk latihan umum pemain.
441
ISTILAH
KETERANGAN
Blooper
Peralatan untuk menciptakan efek spesial. Misalnya Simulasi ledakan air keatas dengan menggunakan kompresor yang dipompakan pada tangki terbuka.
Blue back shoot
Shoot dengan latar biru untuk menciptakan trik shoot travelling matt atau penggunaan sistem chromakey.
Box ofice
Tempat penjualan karcis bioskop. Film yang sangat laku/digemari.
Bridge music
Musik jembatan/peralihan. Untuk peralihan adegan.
Bridging shoot
Shoot penghubung. Menjembatani/menambal perpindahan scene yang jumping.
Broad
Lampu yang cukup lebar yang mampu menerangi wilayah yang cukup luas.
Cableman
Pembawa/pengatur kabel yang digunakan pada waktu shooting .
Cable TV
Televisi kabel. Penyiaran program TV melalui kabel. Tidak melalui udara.
Camera
Kamera. Alat utama pembuatan film, foto, video. Berasal dari kata camera obscura yang berarti kamar gelap.
Cameraman
Juru kamera. Bertugas untuk mengubah bentuk ide/kata-kata/tulisan diatas kertas menjadi bentuk citra gambar pada film. Syarat juru kamera, berpengetahuan teknis, peka artistik dan mampu berkolaborasi dengan orang lain dalam proses kreatif
Camera angle
Sudut pandangan kamera. Posisi dan arah sebuah shoot yang menguntungkan penonton. High engle kamera memandang kebawah kearah subyek sebaliknya disebut low angle.
Camera operator
Tehnisi yang menangani kamera, menggerakkannya sehingga citra gambar terekam. Biasanya pekerjaan ini dirangkap oleh juru kamera.
Candela
Ukuran satuan kekuatan cahaya. Cahaya=1/60 dian pada 2042 derajat k.
442
ISTILAH
KETERANGAN
Caption
Teks yang muncul pada layar film/TV. Penjelasan adegan, lokasi, tanggal kejadian dsb
Cast
Dramatik personea. Pemain yang muncul dalam film termasuk pemeran utama, pembantu, figuran dan ekstra. Memilih /seleksi pemain dalam film.
Casting director
Orang yang bertanggungjawab atas pemilihan pemain dalam produksi.
Catching
Koordinasi yang tepat antara action dengan musik.
Catwalk
Titian kucing. Jalan kecil dari lampu ke lampu diatas ruang studio untuk untuk jalan bagi penataan cahaya dan perawatan teknis
Cel
Lapisan silloluid yang tembus pandang, terdapat dua atau lebih lubang untuk dikaitkan pada bagian dasar kamera animasi sehingga tidak bergeser. Ke atas sel ini digambarkan satu gerak yang melalui kamera animasi akan terekam sebagai gerak berkelangsungan.
Celluloid
Bahan dasar yang tembus pandang terbuat dari selolusa. Diatasnya ditaburkan emulsi fotografis seperti bahan film.
Cement film
Lem film. Zat perekat cair yang digunakan untuk nyambung film. Cairan tersebut dapat meluluhkan bahan dasar sehingga bila kedua potong film ditumpangkan dengan perekat tersebut dan ditekan maka film tersebut akan menyatu.
Chromakey /chroma
Singkatan dari chromakey. Proses penempatan citra elektronik pada latar belakang penyiar. Bisa berupa siaran langsung atau dari video/film stock. Chromakey juga dikenal lembaran sparasi. Efek ini digunakan dalam TV dimana satu sinyal dapat dihilangkan secara elektronik dari adegan sehingga obyek atau latar belakang yang berwarna tertentu jadi hilang . gambar lain bisa ditumpangkan untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan warna tertentu tersebut. Syarat gambar yang ditumpangkan jangan memiliki warna sama dengan warna yang dihilangkan. Bila demikian warna tersebut akan ikut hilang.
443
ISTILAH
KETERANGAN
Clapper
Sepasang papan kayu yang dihubungkan dengan engsel. Dipukulkan keduanya di depan kamera saat shoot dimulai yang dapat digunakan sebagai petunjuk editor dalam editing film.
Close shoot
Jenis frame pengambilan gambar jarak dekat
Clos Medium Shoot
CMS. Shot yang besarnya antara CU dan MCU
Close Up
CU. Shot dengan penekanan mengundang perhatian terhadap aspek dari subyek . wajah saja, tangan saja, dan sebagainya.
Commercial break
Satu atau dua iklan yang menyelingi program siaran.
Compilation film
Film kompilasi. Dibuat dari berbagai stock shoot scene-scene yang berlainan.
Composition
Komposisi. Framing untuk menentukan keseimbangan cahaya, sosok, bayangan, warna dan gerakan.
Console
Meja pengatur/pengontrol yang bertempat di studio yang digunakan untuk mixing, rekaman dsb.
Continuity editing
Editing yang menjaga konsistensi urutan dari shoot ke shoot
Continuity title
Teks yang digunakan untuk menutup/ menjembatani diskontinuiti gambar. Juga didebut bridging title.
Control room
Ruang pengendali/kontrol. Bersebelahan dengan ruang/studio rekaman dimana sutradara,penata teknis,juru lampu, jur suara melaksanakan fungsi produksi.
Cover shoot
Shoot yang mengulang action pemeran tertentu dalam sebuah adegan sebagai shoot alternatif.
Crane
Derek. Kereta kamera yang besar dan kuat dengan tangan dan leher panjang yang di ujungnya dapat dipasangkan kamera dan dapat ditempati juru kamera operator dan asisten sutradara. Krane dapat diatur naik turun scr hidrolik.
Crab dolly
Dolly kepiting. Dapat berjalan maju , memenyamping seperti kepiting.
444
ISTILAH
KETERANGAN
Crawl
Penyajian urutan kerabat kerja yang merayap pada layer/frame. Pada TV biasanya ditempatkan diakhir program.
Credyt
Daftar nama spesialis yang terlibat (producer,sutradara,naskah dll) yang ditempatkan di awal program.
Crawling title
Title yang dibuat merayap pada frame TV
Cross plot
Ploting menyilang. Rancangan singkat dari brekdown sheet untuk menunjukkan kebutuhan utama shooting. Pemain , peralatan, properti dsb.
Cross cutting
Sunting silang. Dua buah adegan yang berdiri sendiri dimunculkan secara bergantian. Sehingga berkesan hubungan satu sama lain.
Cross cut
Selang-seling shoot dari dua scene atau lebih sehingga frahmen dari scane itu muncul bergantian
Crosfade
Pembauran bersilang. Transisi memunculkan adegan yang satu dengan menghilankan adegan sambungannya. Bisa pditerapkan pada sistem gambar, suara atau cahaya.
Cue
Tanda yang telah ditetapkan, dalam bentuk action atau simbul untuk mengingatkan pemain untuk mulai action.
Cut
Aba-aba sutradara untuk stop rekam. Potongan film yang berisi shoot.
Cutaway
Sebuah shoot sisipan antara scene memperlihatkan kejadian ditempat lain.
Dept of field
Ruang ketajaman sebuah kamera.
Diaphragm lens
Diaprahma. Celah yang dapat diatur untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk pada kamera.
Director
Sutradara. Penanggung jawab tertinggi aspek kreatif produksi.
docudrama
Documenter-drama. Film dokumenter yang disajikan setengah fiksi dari kejadian nyata.
produksi biasanya
untuk
445
ISTILAH
KETERANGAN
Dubing
Proses penggabungan dan penyeimbangkan (mixing) dari suara-suara pada beberapa jalur menjadi satu jalur suara saja.
Dub
Rekaman ulang jalur suara. Untuk sulih suara/bahasa
Dynamic cutting
Editing yang dilakukan dengan sinambungan dan pacing cepat. Film propaganda, dokumenter polemik dsb.
Electromagnet
Magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik
Editing
Penyuntingan . proses seleksi, menyusun dan meletakkan kembali potongan-potongan film dan rekaman suara.
Aditing accelerated
Penyuntingan sequence atau kumpulan shoot-shoot yang diperpendek sehingga menciptakan perkembangan yang cepat dan menimbulkan kesan tegang.
Editor
Penyunting program film/tv
Educational film
Film untuk pendidikan dan pembelajaran
Emulsion
Emulsi. Lapisan gelatin yang dilekat-lapiskan pada bahan dasar film.
Episode
Bagian yang utuh dan bersifat sinambung dengan yang lain dalam sebuah film cerita. Bagian tertentu dari serial film action/laga biasanya diakhiri dengan situasi clif hanger sehingga membuat penonton penasaran menonton kelanjutannya.
Frequency
FM. Penyesuaian frekuensi untuk membawa informasi
modulation Fast motion
Perekaman gerak dengan kecepatan lambat, sehingga bila di putar ulang dengan kecepatan normal gambarnya gerakannya cepat. Seperti pada film silat.
Feature
Berita kisah yang menarik (human interest). Nilai beritanya tidak terikat pada hari penyiarannya.
Feature film
Film cerita. Sebuah film fiksi untuk peredaran di gedung bioskop.
446
ISTILAH
KETERANGAN
Final cut
Film yang sudah siap dikirim kelaburatorium untuk dicetak atau diperbanyak.
Fine cut
Tahap akhir editing film. Memenuhi struktur narasi sesuai dengan scenario.
Flash frame
Shoot singkat hanya beberapa frame kadang hanya satu frame sehingga sulit disimak mata tapi bisa membuat rasa ingin tahu penonton.
Flash pan
Pengambilan shoot pan yang dilakukan dengan cepat sampai hampir mencapai efek blur
Flat lighting
Pencahayaan yang merata atas scene yang akan difilmkan
Flat print
Hasil cetakan film yang cocok untuk diproyeksikan dengan lensa standar
Floor
Panggung/studio pembuatan film.
Floor plan
Rancangan sebuah ruang/studio yang digunakan untuk rekaman film/video/tv
FX
Singkatan dari ef-ek./efek. Spesial efek disingkat SpFX
Focal plane
Bidang focus. Yang berada pada focus utama lensa yang berada dalam garis lurus poros optiknya.
Fore ground
Action obyek/set yang berada lebih dekat kamera dari pada subyek sebenarnya. Bagian dari ruang adegan yang paling dekat dengan kamer. Daerah antara kamera dengan subyek. Disingkat FG.
Frame
Satu gambar tunggal dalam ukuran bingkai tertentu yang merupakan bagian dari film.
Frame line
Garis horisontal yang membatasi frame demi frame dari film
Frame timing
Pengitungan kode waktu maju atau mundur termasuk detik, menit, jam dan bingkai. Bingkai-bingkai berputar pada detik berikutnya setelah 29 bingkai. Tetapi detik dan menit setelah 59 bingkai.
Framing
Menepatkan celah bingkai proyektor sesuai dengan garis frame
447
ISTILAH
KETERANGAN
Gelombang mikro
Gelombang radio denganfrekuensi sangat (1000Mhz – 1000000Mhz) yang digunakan membawa informasi.
Gelombang pembawa
Gelombang yang pada teknik modulasi disesuaikan dengan sinyal informasi yang dibawanya.
Gelombang pendek
Gelombang radio dengan panjang gelombang sekitar 50 meter atau kurang.
Gelombang radio
Gelombang elektromagnetik didalam spektrum elektromaaagnetik dengan frekuensi 10 khz – 100 Ghz atau dengan panjang gelombang 30 km.
General release
Peredaran umum film di gedung bioskop.
Ghost
Dua atau beberapa gambar pada TV yang mengalami pantulan sinyal transmisi.
Glass shoot
Shoot melalui kaca. Bagian tertentu dishoot melalui pantulan pada permukaan kaca.
Hand held
Penggunaan kamer dengan tangan tanpa alat bantu lain. Tanpa tripot atau dolly
Hand props
Perlengkapan para artis pada waktu shooting sesuai dengan skenario seperti tas, tongkat, pistol, surat kabar, korek api dsb.
Head on shoot
Shoot yang berlangsung berjalan dari depan menuju kearah kamera
Hot spot
Bagian yang berlebihan.
Hot frame
Awal atau akhir shoot yang sengaja dibuat over expose sebagai tanda sinkron antara gambar dan suara.
Interferensi
Suara gemeretak yang mengganggu penerimaan siaran radio disebabkan oleh guruh/petir atau loncatan bunga api listrik pada peralatan mesin listrik.
Ionosper
Bagian atas atmosfer bumi byang terdiri dari beberapa lapisan yang dapat memantulkan gelombang radio. Lapisan tersebut bersifat menghantar karena mengandung partikel bermuatan.
mendapat
sinar
sehingga
tinggi untuk
kemilau
448
ISTILAH
KETERANGAN
Image
Citra gambar
Icon
Tanda yang menggantikan bentuk aslinya. Terutama karena kemiripan.
In between
Dalam mengerjakan animasi, melengkapi berbagai kesenjangan pada serangkaian gerak diantar dua posisi kunci yang telah ditetapkan animator utamanya.
In camera
Di dalam kamera. Bagian adegan yang terjangkau sudut pandang kamera.
Indirect sound
Suara yang memantul dulu 2 atau 3 kali sebelum sampai pada mikropon.
Insert
Shoot sisipan berupa obyek diam seperti buku, jam dll.
Iris
Cara pengontrolan masuknya sinar kedalam kamera sesuai kebutuhan lensa.
Iris in, iris out
Bila diaphragma dibuka akan terjadi iris in dan bila ditutup terjadi iris out. Digunakan shoot awal atau akhir.
Iris wipe
Transisi dari adegan ke adegan yang berbentuk lingkaran yang membesar atau mengecil.
Jalur transmisi
Jalur komunikasi antara dua tempat yang terdiri dari dua saluran dalam arah berlawanan.
Jingle
Obyek yang dapat digerak-gerakkan. Biasanya ranting atau dahan yang diletakkan diean cahaya. Untuk memberikan kesan bayangan realistik kepada suatu adegan.
Jump cut
Cut yang ada dalam sebuah scene bukan dua scene untuk memadatkan shoot. Cut yang mematahkan kontinuiti waktu, meloncat kedepan dari action ke action lainnya. Menyambung dua shoot yang berasal dari angle yang sama.
Kabel koaksial
Kabel yang salah satunya berada ditengah dan konduktor luarnya berbentuk tabung anyaman dan diantar kedua konduktor terdapat isolasi. Contoh : kabel TV. .
449
ISTILAH
KETERANGAN
Key light
Penataan chaya pada obyek utama suatu adegan. Cahaya utama yang jatuh pada obyek dengan sudut 45 derajat terhadap poros kamera-subyek.
Keys
Gambaran animasi tentang figur/obyek yang bergerak.
Keystone
Distorsi pada citra saat diproyeksikan ke layar. Biasanya disebabkan karena salah penempatan derajad proyektor terhadap layar. Bisa juga karena kemiringan kamera pada waktu shooting.
Kicker
Pencahayaan tambahan untuk menambah kemilau mata atau gigi tanpa menambah pencahayaan bagian lain selain wajah. Juga disebut eye light.
laser
Singkatan dari light amplificatio by stimulated emision of radiation. Perangkat untuk membuat berkas cahaya dan murni dan terpusat.
loss
Penurunan kekuatan sinyal transmisi ketika melalui kabel.
Laboratory for film
Laboratorium film. Berfungsi untuk proses kimiawi terhadap film untuk menghasilkan citra hitam putih maupun warna baik gambar maupun suara.
Library shoot
Shoot yang digunakan sebuah film diambil dari stock shoot dari perpustakaan atau arsip shoot. Disebut juga footage shoot
Light meter
Alat untuk mengukur pantulan cahaya dari obyek yang akan di shooting.
Light table
Meja yang daunnya dibuat dari kaca. Disinari dari bawah untuk melihat citra dalam film.
limbo
Jenis set yang menggunakan warna netral atau redup atau dengan latar belakang yang digelapkan kecuali obyek yang akan dishoot.
live
Siaran program tv yang dipancarluaskan secara langsung dari tempat asalnya. Berbeda dengan bila acara direkam dulu kemudian diputar ulang pada waktu penyiarannya.
posisi utama sebuah
450
ISTILAH
KETERANGAN
Live on tape
Rekaman pertunjukan scr lengkap untuk ditayangkan tanpa editing.
Living screen
Drama panggung yang menggunakan latar belakang gambar-gambar adegan film/foto yang disorotkan keatas layar.
Log sheet
Catatan yang dibuat asisten juru kamera yang berisi tentang detail shoot yang dikerjakan , kemudian dikirim ke laboratorium proses film. Disebut juga sheet laporan kamera.
Long shoot
Hoot jarak jauh untuk menunjukkan hubungan subyek dengan lingkungannya.
loadspeaker
Speaker. Corong suara yang bersifat elektro akuistik untuk merubah getaran listrik menjadi getaran suara.
lumen
Unit ukuran biasan cahaya (luminous flux).
Luminous flux
Ukuran aliran cahaya yang kesatuannya disebut lumen.
lux
Kesatuan ukuran iluminasi. Satuan baku ukuran intensitas cahaya 10.75 lux = 1 foot candle. Biasanya ukuran perkiraan yang dipakai 10 lux = 1 ft/c
Micropon
Mic . perangkat untuk merubah gelombang suara menjadi sinyal listrik.
Modem
Modulator-demodulator. Perangkat untuk mengubah data komputer kedalam bentuk yang dapat dikirim melalui saluran telepon biasa dan sebaliknya sinyal yang datang dapat dimengerti komputer.
Morse
Kode morse. Sistem isyarat menggunakan titik dan garis untuk menyatakan huruf dan angka.
Multiplexing
Cara pengiriman sejumlah informasi sekaligus melalui sebuah kawat saluran yang sama.
Main title
Judul film
Married print
Cetakan positip dimana negatip gambar dan suaranya dikawinkan pencetakannya sehingga menghasilkan copy yang siap diputar di proyektor.
Master scene
Shoot orietasi yang merekam bagian besar/seluruh dari scene untuk disisipi shoot lain sebagai penekanan.
451
ISTILAH
KETERANGAN
Multi track sound
Untuk menghasilkan efek steriofonik pada film,maka disediakan 2 atau 3 jalur suara pada jalur film release dan direproduksi melalui amplifier pemisah jalur ke speaker yang terpisah-pisah.
Narration
Narasi. Penjelasan scr verbal atas kejadian yang sedang berlangsung. Dapat berupa deskripsi ekspositorik.
Narrative
Bangunan krologi atau liniear dari sebuah cerita.
Narrative film
Film yang menuturkan sebuah cerita sebagai lawan dari poetic film atau documentary film.
NTSC
Singkatan dari national television standards commitee. Mengacu pada sinyal komposit tv yang merupakan kombinasi informasi kroma merah-hijau-biru dan informasi luminan hitam-putih.
Noise
Derau. Gangguan akibat sinyal dari luar sistem yang berinterferensi dengan sinyal yang ditransmisikan.
Off-camera
Di luar jangkauan sudut pengamatan kamera. Seorang yang tak tampak dalam gambar tapi kehadirannya dirasakan melalui implikasi.
Off line editing
Proses editing yang menghasilkan EDL(edit decsion list) atau cetak kerja pita video yang tidak untuk broadcast. Selanjutnya dimasukkan ke sistem yang siap menghasilkan master editing.
Off mic.
Diluar jangkauan rendah.
On line editing
Akhir proses editing yang menghasilkan kualitas tinggi dari pita edit master untuk broadcast atau penggandaan program.
Opening titles
Terdiri dari rangkaian judul, judul episode, nama pengarang, produser, sutradara yang dipampang pada awal program.
Oof
Singkatan dari out of frame/meninggalkan bingkai. Bila pemeran keluar oofR berarti meninggalkan dari sebelah kanan bingkai. oofL berarati dari sebelah kiri bingkai.
Out line
Kerangka sebuah naskah. Deskripsi narasi scr lugas scene demi scene termasuk karakter tokohnya.
micropon
sehingga
kualitasnya
452
ISTILAH
KETERANGAN
Out take
Shoot yang disisihkan pada waktu editing.
Overcrank
Usaha mempercepat jalannya film kamer pada waktu shooting. Sehingga bila hasilnya diputar ulang menjadi gambar slow motion.
Panjang gelombang
Jarak antara dua puncak gelombang yang berurutan. Panjang gelombang diukur dalam satuan meter.
Pace
Istilah untuk ritme sebuah film
Painted matte shoot
Efek trik dimana adegan yang sudah direkam dibubuhkan tambahan dengan memotret sebagian adegan yang dilukis.
PAL
Singkatan dari Phase Alternating Line. Sistem warna pal ini berdasarkan sistem jerman. Telah diadopsi australia dan digunakan juga di indonesia.
Panning shoot
Shoot yang diambil dengan menggerakkan kamera kekanan dan kekiri pada poros vertikalnya.
Parabolik mikropon
Antena parabola kecil yang ditengahnya terdapat mikropon, untuk menangkap suara dari kejauhan.
Pararel action
Teknik penuturan dari dua kejadian atau lebih secara bersamaan melalui cross cutting. Disebut juga pararel montase.
Photographic sound
Suara yang direkam dan digarap dengan proses optik, meliputi film negatip maupun positip.
Plot
Perencanaan dramatis yang dibuat penulis skenario untuk memanipulasi emosi penonton.
Ploting
Proses sutradara dalam menentukan shoot-shoot yang akan diambil dan memakai skala floor plan untuk seting kamera dan boom untuk mendapatkan liputan yang paling efektip dan efisien dari sebuah action/adegan.
Preview
Pemutaran percobaan dari pertunjukan/film kepada penonton yang dipilih/diundang sebelum diputar ke publik.
Print
Copy positip dari film.
Processing
Pencucian film dengan bahan kimia berbagai material film sehingg muncul citra yang terekam pada emulsinya. Sama dengan cuci film foto.
453
ISTILAH
KETERANGAN
Producer
Orang yang berkuasa dan bertanggungjawab penuh dalam produksi.
Proposal outline
Penjelasan ringkas mengenai kegunaan, sasaran penenton, konsep dan spesifikasi dari rencana pembuatan sebuah film noncerita.
Protagonis
Tokoh utama cerita yang nasibnya paling menarik perhatian penonton
Protektive master
Master cadangan, pelindung. Film positif hasil cetakan dari negatip utama yang telah diedit kemudian disimpan untuk dapat memproduksi duplikating negatip bila negatip aslinya rusak.
Pullback shoot
Tracking shoot atau zoom yang bergerak mundur dari obyek untuk mengungkapkan konteksnya dengan keseluruhan scene.
Pulldown
Gerakan menurun. Gerakan film di dalam kamera/proyektor dari bingkai ke bingkai selalu dari atas ke bawah merupakan gerak menurun.
Pushover
Tipe teknik wipe dimana gambar yang muncul terkesan mendorong gambar yang sudah ada keluar dari bingkai.
Pushpull sountrack
Jalur suara optis yang terbagi dalam dua bagian yang sama, disinari cahaya audio dalam tahap yang berbeda. Dapat mengurangi distorsi suara.
Radar
Suatu cara untuk menentukan lokasi sebuah benda dengan memantulkan gelombang radio pada benda tersebut.
Radio
Suatu bentuk komunikasi tanpa kawat penghubung.
Repeater
Amplifier yang berfungsi menangkap sinyal-sinyal lemah yang datang serta kemudian membuatkan yang baru dan serupa tetapi memiliki kekuatan maksimum.
Raw stock
Bahan baku film sebelum diekspose (disinari) atau dicuci (develope).
Reaktion shoot
Close up pemain yang memberikan reaksi terhadap sesuatu yang berada di luar gambar.
Real time
Waktu aktual suatu proses atau kejadian berlangsung.
454
ISTILAH
KETERANGAN
Rear proyektion
Penayangan dari belakang. Untuk menayangkan latar belakang yang dikehendaki sebuah adegan, kualitas gambarnya cukup memuaskan.
Recording Sistem
Peralatan dengan saluran lengkap. Terdiri dari mic, mixing console, equalizer, kompresor, monitor dll termasuk alat perekam magnetik maupun optik.
Report sheet
Formulir laporan kamera. Berisi data-data shoot dan permintaan yang dikehendaki untuk dikerjakan laboratorium. Diisi oleh asisten juru kamera.
Re-record
Membuat rekaman tunggal dari sejumlah soundtrack
Re-recording
Recam ulang. Diperoleh dari mixing beberapa jalur suara ke dalam satu jalur.
Re-take
Pengulangan pengambilan gambar karena pengambilan gambar yang lebih dulu kurang memuaskan.
Running time
Panjang waktu pemutaran dalam menit/detik.
SLJJ
Sambungan langsung jarak jauh=STD (subscriber trunk dialing).
Satelit komunikasi
Perangkat yang diluncurkan keorbit geostasioner bumi dan digunakan untuk memancarkan ulang sinyal-sinyal radio dan TV.
Serat optik
Benang gelas yang sangat tipis dan lentur yang mampu menghantarkan cahaya atau laser.
STO
Sentral telepon otomatis, yang memungkinkan penyambungan langsung oleh pengguna telepon.
Scenario
Naskah yang menjadi dasar pembuatan film. Juga disebut screen play.
Scene
Satu unit utuh dari sebuah film naratif bisa merupakan rangkaian shoot atau berupa shoot tunggal yang diambil dari set/tempat/dekor dan hanya menampilkan sebuah actio dramatik saja. Istilah ini kadang diartikan sebagai setting, satu shoot,sequence
Score
Skor. Penulisan komposisi musik sebagai pengiring film atau pertunjukan dramatik lainnya.
455
ISTILAH
KETERANGAN
Sequence
Penamaan atas serangkaian shoot yang beberapa unsur di dalamnya memiliki kesamaan yaitu setting, konsep, action, pelaku, suasana jiwa dll. Suatu bagian yang besar dalam film yang mirip dengan Bab dalam novel. Sejumlah rangkaian sequence membentuk episode.
Set
Tempat dimana sebuah scene berlangsung di shooting.
Set-up
Penataan/penempatan berbagai peralatan shooting. Seperti kamera, micropon lampu dan sebagainya.
Shooting script
Skenario yang telah dikembangkan/diolah diperinci shoot demi shoot disertai dialog sepenuhnya, set up kamera dan petunjuk lainnya.
Shoot
Satu pemotretan/pengambilan gambar
Short
Film yang panjangnya kurang dari 30 menit
Sinyal
Kata-kata, kode, atau suara yang ditransmisikan.
Spektrum elektromagnetik
Daerah cakupan gelombang elektromagnetik a.l terdiri gelombang radio dan cahaya yang terbentuk akibat kombinasi perubahan medan listrik dengan medan magnit.
SmatV
Satelit master antene TV. Sistem kabel multi saluran milik swasta.
Slow motion
Gerakan yang disajikan lebih lambat dari gerakan sebenarnya
Sound effect
Semua suara buatan yang bukan dialog atau musik
Soundtrack
Jalur sempit yang berada disepanjang tepi bingkai film bersuara. Suara direkam dengan sistem optik atau magnetik
Special effect
Setiap effect yang diterapkan kedalam film setelah pengambilan gambar seperti matte shoot, ghost image, special montage Visual disediakan oleh seksi efek khusus kebutuhan TV, suara disediakan oleh perpustakaan suara.
Stock
Persediaan bahan baku film yang belum digunakan atau disebut raw stock
Stock shoot
Library shoot atau shoot koleksi hasil shooting
456
ISTILAH
KETERANGAN
Sinopsis
Ikhtisar dari suatu plot atau cerita. Daftar seluruh adegan dengan deskripsi singkat dari perkembangan setiap plot. Penting sebagai panduan dalam editing kontinuiti.
Stand by
Aba-aba yang diberikan sutradara kepada pemeran, kru dan operator agar siap bekerja.
Stand in /Stuntman
Pemeran pengganti pemain asli. Biasanya pada adegan yang berbahaya stand man diperlukan untuk menggantikan acting.
Story board
Serangkaian sketsa umumnya diberi komentar yang merupakan perkembangan penampilan gambar secara garis besar. Rangkaian gambar shoot-shoot yang direncanakan untuk suatu sequence atau seluruh film. Rangkaian sketsa sudut-sudut pandang utama visualisasi gambar dari suatu peristiwa yang diikuti oleh informasi suara.
Telegraph
Perangkat pengirim pesan dengan pulsa-pulsa listrik melalui kawat penghantar.
Teleprinter
Perangkat elektromekanik yang bisa mencetak langsung telegraph yang diterimanya.
Teletex
Mesin telex yanglebih cepat dan canggih untuk menghubungkan perangkat pengolah kata.
Teletext
Sistem penyiaran informasi melalui saluran TV menggunakan pesawat penerima khusus sepert seefax(BBC) dan oracle (ITV)
Telex
Jaringan internasional yang menghubungkan hampir semua teleprinter di dunia
TDM
Time division multiplexing. Pengiriman lebih dari satu sinyal sekaligus melalui saluran yang sama dengan mengirimkan bagian-bagian sinyal secara bergantian.
Transmisi
Pengiriman informasi melalui suara atau peragaan visual menggunakan sinyal listrik atau radio
Take
Pengambilan atau pelaksanaan pemotretan yang menghasilkan sebuah shoot. Adegan sering di-take beberapa kali untuk mendapatkan shoot terbaik
457
ISTILAH
KETERANGAN
Tape
Pita. Sering digunakan untuk benda yang berbentuk pita berlapis bahan perekam magnetik. Digunakan semua jenis bahan perekam suara.
Tape splice
Cara penyambungan film yang menggunakan bahan perekat transparant.
Technirama
Sistem pembuatan film layar lebar menggunakan negatip 35mm yaitu hanya menggunakan setengah bingkai gambar pada waktu shooting. Pada waktu pencetakan/prosesing menggunakan lensa anamorfik yang mengembalikan gambar menjadi penuh satu bingkai. Pada waktu penayangan juga digunakan lensa anarmofik.
Telecast
Transmisi Televisi.
Telecine
Peralatan untuk menyiarkan film dan slide melalui televisi.
Teleplay
Skenario yang khusus ditulis untuktelevisi. Semua jenis naskah untuk program televisi ditulis berdasarkan model screenplay(skenario film).
Telefilm
Semula berarti programa televisi yang dikerjakan dengan film. Sekarang berarti semua film cerita yang dibuat khusus untuk ditayangkan lewat layar televisi.
Three color processes
Sistemyang digunakan untuk memproduksi warna, dimana spektrum warna yang terlihat dibagi kedalam tiga bagian yaitu merah, hijau dan biru.
Three strip camera
Kamera tiga jalur. Kamera film untuk pemotretan warna yang menggunakan tiga jalur terpisah yang mana masing-masing negatif merekam warna merah, hijau dan biru yang terdapat dalam adegan.
Threshold
Pencahayaan minimum bahan fotografis yang menghasilkan kepekaan yang dapat dilihat sesudah bidang pengkabutan setelah dilakukan prosesing.
Tight shoot
Istilah yang dipakai pada shoot yang lebih sempit dari yang standar. Misalnya two shot lebih sempit dari yang standar, ini akan dikatakan TTS.
Tilt shoot
Shoot dengan mendongakkan atau menundukan kamera pada poros horisontalnya.
458
ISTILAH
KETERANGAN
Timbre
Mutu nada. Penyebaran frekuensi dan intensitasnya dalam suara pada tiap waktu tertentu.
Timelapse
Selang waktu. Teknik sinematografi yang memungkinkan untuk mengekspose setiap bingkai berdasarkan selang waktu yang telah ditetapkan dari awal. Bila direkam dan diputar ulang dengan kecepatan normal akan terlihat proses yang sesungguhnya melalui waktu panjang kedalam waktu yang dipadatkan. Contoh : proses mekarnya bunga, memetasnya telur ayam dsb.
Timing
Manipulasi action oleh sutradara untuk mendapatkan tempo atau efek tertentu dalam scene. Dalam laboratorium berarti evaluasi warna dan densiti tiaptiap frame sebelum pencetakan film. Arti umum adalah pencatatan panjang waktu pemutara cerita atau bagian film.
Timing sheet
Pencatatan oleh ilustrator musik dalam melakukan breakdown dialog dan action dalam ukuran waktu yang tepat detik demi detik. Juga disebut CUESHEET.
Title
Tulisan yang muncul pada layar film/TV dan bukan bagian dari adegan. Misalnya Main, Creti, End dsb.
Track
Soundtrack
Tracking shoot
Shoot yang dilakukan dengan menggerakkan kamera kedepan atau kebelakang.
Tranducer
Alat yang dapat meneruskan aliran tenaga dari transmisi yang satu ke alat transmisi yang lain
Travel ghost
Bayangan hantu. Bayangan halus yang selalu menyertai citra utama. Dihasilkan oleh kamera atau proyektor yang disebabkan pemasangan rana yang tidak tepat/ keliru.
Treatment
Tahap pertengahan dalam proses pembuatan skenario. Yaitu setelah dibuat sinopsis. Memuat perkembangan penuh dari jalan cerita termasuk pokok-pokok ucapan yang akan dikembangkan dalam pembuatan dialog pada skenario.
Tripot
Cagak berkaki tiga untuk menempatkan kamera
Trolley
Dolly
Trucking shoot
Shoot yang diambil diatas trolly yang bergerak
459
ISTILAH
KETERANGAN
Two shoot
Shoot yang merekam dua orang. Biasanya dari pinggang keatas.
Undercrank
Memperlambat jalannya film pada kamera pada waktu perekaman, sehingga bila diputar dengan kecepatan normal(24gbd) menghasilkan gerak yang cepat atau fast motion.
Unit manager
Orang yang bertanggung jawab atas anggaran produksi yang mengcover pengeluaran dan organisasi dari unit produksi.
View data
Suatu jaringan yang memungkinkan para pelanggan telepon berkomunikasi dengan komputer sentral.
Variable area recording
Jenis perekaman suara secara optis, yang membagi jalur suara ke dalam bagian yang hitam pekat dan tembus pandang. Garis batas yang tajam diantaranya membentuk suatu jejak ascillografis gelombang suara dari sinyal yang direkam tersebut.
Variabel density recording
Jenis perekaman suara secara optis dimana suara direkam kedalam bentukserentetan gradasi densitas sejajar sepanjang jalur suara. Jarak diantaranya ditempatkan oleh frekuensi yang direkam, sedangkan amplitudo sinyal akan menetapkan kepekatan atau dinsitasnya sehingga dapat ditelusuri perbedaan densitasnya. Juga disebut striation.
VCR
Video Casette Recorder. Alat perekam program TV saat menonton tayangan lain pada waktu yang berbeda. Dapat digunakan untuk memperlihatkan program (film, acara TV dan home movie) yang telah direkam kedalam pita video.
VTR
Video Tape Recorder. Metode eleltronis perekaman gambar kedalam pita magnetis. Tidak perlu diproses program yang direkam dapat langsung diputar ulang.
VHS
Video home Sistem. Piranti VTR setengah inci yang diperuntukkan bagi para konsumen. Sekarang digunakan scr luas untuk produksi program TV pada tahap preview dan editing off line.
Videotex, videotext
Istilah generik yang memperlihatkan text, data atau grafik pada layar TV. Sinyal ditransmisikan oleh penyiaran satu arah (teletext) atau dengan kabel atau dengan sambungan telepon (on line videotext).
460
ISTILAH
KETERANGAN
Wide angle lens
Lensa bersudut lebar. Focal length lebih pendek dari yang normal sehingga menghasilkan magnifikasi lebih rendah atau sudut yang lebih lebar.
Widescreen
Perbandingan luas layar lebih besar 1 : 1,33. merupakan ciri film bersuara. Saat ini digunakan layar dengan perbandingan 1 : 1,65.
Wild shooting
Pengambilan gambar pada film bersuara tapi tanpa merekam suara scr langsung.
Wild sound
Setiap suara yang direkam scr bebas dan tidak sinchron dengan kamera dikenal dengan wildtrack.
wildtrack
Rekaman suara extra seperti suara sekelompok orang, potongan dialog, mungkin dapat digunakan oleh editor. Sebuah jalur suara yang direkam. Dalam pembuatan film wildtrack mengandung sound efek, dialog tanpa gerak bibir pada gambar dan suara latar belakang. Disebut juga non-sync-track
Wipe
Efek optik sebagai transisi dari adegan satu ke adegan berikutnya. Pada layar nampak sebuah garis menghapus gambar, sementara gambar lain muncul pada layar. Efek visual khusus pembersihan gambar dengan bentuk atau gambar lain. Menghapus gambar dan atau suara pada pita rekam video/suara.
Woofer
Unit berfrekuensi lemah/rendah/bass pada speaker
Xenon lamp
Lampu yang dibuat dengan tekanan tinggi dalam pelontaran cahayanya, berisi gas xenon, banyak digunakan untuk lampu proyektor, sebagai pengganti coolspit (carbon arc)
Yagi aerial
Antene Yagi. Antene yang ditemukan oleh Yagi yang digunakan untuk transmisi low power.
Z.O
Singkatan dari zoom out.
Zoom
Gerakan lensa kamera yang menuju subyek atau meninggalkan subyek.
Zoom lens
Semua lensa yang memiliki magnifikasi variable
461
FR. Sri Sartono Lahir di Klaten Jawa Tengah tanggal 22 September 1950 sebagai anak ke 5 dari 10 bersaudara keluarga Thomas S. Siswomartojo. Menamatkan sekolah rakyat Jetis Klaten th 1963, SMP Kristen I Klaten th 1966, STM Negeri Klaten jurusan listrik th 1970. Melanjutkan kuliah di jurusan Listrik FKT IKIP Semarang dan mendapatkan gelar sarjana muda (BSc) pendidikan teknik listrik th 1975. Melajutkan studi tingkat doctoral di TE FPTK IKIP Semarang th 1979 dan mendapat gelar sarjana pendidikan (Drs) teknik elektro arus lemah th 1982. Melanjutkan studi S2 pada PPS IKIP Jakarta KPK di IKIP Yogyakarta th 1990 dan mendapat gelar Magister Pendidikan Teknologi dan Kejuruan th 1995. Bekerja sebagai teknisi lab bahasa pada FKSS IKIP Semarang th 1975 sampai 1978, melimpah menjadi staf pengajar pada jurusan Teknik Elektro FT UNNES Semarang sampai sekarang. Di samping pekerjaan tetap aktif membantu pada TKPK IKIP Semarang, Bagian Media IKIP Semarang, Pusat Komputer IKIP Semarang. Pernah menjabat sebagai sekretaris PPSP(Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) Jawa Tengah th 1984 sampai th1986. Menjadi sekretaris PKT(Pendidikan Keterampilan Terminal) PPSP Jawa Tengah th 1984 – 1986. Ketua bidang II PKT P3M IKIP Semarang th 1987 -1991. Menjadi sekretaris pada UPT SBM (Sumber Belajar dan Media) UNNES th 1996 – 2002. dan Menjabat Kepala UPT SBM (Sumber Belajar dan Media) UNNES th 2002 – 2007. Menikah dengan alm. Caecilia Sri Maryunani putri ke 9 dari sepuluh bersaudara keluarga Bartholomeus Sastrapratedja tgl 22 April 1979 yang telah dipanggil Tuhan tgl 22 September 2003. Dikaruniai dua anak yaitu E. Retno Damayanti dan Ign. Dwinando Caesar. Saat ini telah dikaruniai dua orang cucu yaitu Yakobus Prima Cahyadi Nugroho. dan Nikolaus Unggul Cahyadi Kristianto.
462