TEKNIK BUDIDAYA BIVALVIA TEKNIK BUDIDAYA BIVALVIA (KERANG – KERANGAN)
A. Pendahuluan Bivalvia atau lebih banyak dikenal dengan nama kelompok kerang – kerangan, banyak terdapat di perairan laut di seluruh Indonesia. Disebut bivalvia karena jenis binatang ini mempunyai 2 valve atau cangkang, yang pada umumnya simetris. Jenis ini biasanya banyak dijumpai di daerah – daerah muara (eustuarin), perairan pantai dan juga pada ekosistem terumbu karang. Jenis – jenis yang hidup di daerah muara antara lain Kerang hijau (Perna viridis), Kerang darah (Anadara granosa), Tiram (Crassostresa spp.), Serimping (Amusium pleuronectes), Simping (Placuna placenta). Jenis – jenis kerang yang hidup di ekosistem terumbu karang antara lain Pinctada maxima, Pinctada margaritifera atau lebih banyak dikenal sebagai kerang mutiara. Pemanfaatan kerang – kerangan sebagai bahan makanan sudah dilakukan sejak lama, terutama bagi nelayan dan masyarakat yang hidup di tepi pantai. Masyarakat cenderung hanya mengambil atau memanen kerang – kerangan ini, tapa melakukan usaha – usaha untuk budidayanya. Di beberapa tempat kerang telah mengalami penurunan populasi secara drastis, seperti kerang darah (Anadara granosa), dan tiram (Crassosetra calculate). Untuk menghindari terjadinya kepunahan dan untuk menjamin tersedianya kerang seiring dengan semakin meningkatnya permintaan produk kerang – kerangan ini, maka usaha – usaha ke arah pembudidayaannya perlu terus dilakukan. Beberapa negara tetangga kita seperti Malaysia, Filipina dan Thailand bahkan negara – Negara di Eropa telah mengembangkan usaha ini secara besar – besaran dan mampu menempatkan negara mereka sebagai penghasil kerang terbesar. Pemanfaatan sumber protein dari laut, terutama untuk jenis kerang – kerangan ini masih perlu ditingkatkan dan dimasyarakatkan. Selain untuk sumber protein, beberapa jenis kerang dapat menjadi bahan industry bahkan untuk menjadi komoditi eksport, contohnya adalah kerang mutiara. Berdasarkan pada kemanfaatannya, maka budidaya kerang dikelompokan menjadi 2 bagian, yaitu kerang sebagai sumber protein (bahan makanan) dan yang kedua kerang yang menjadi bahan baku industri. Tabel berikut ini menunjukkan beberapa jenis kerang yang sudah dibudidayakan, nama lokal dan habitatnya.
Universitas Gadjah Mada
1
Tabel III. 1. Jenis-Jenis Kerang Yang Menjadi Sumber Protein. No. 1.
Nama Jenis
Nama Daerah
Habitat
Suku Archidae
Kerang darah
Eustuanin mebenankan diri
a. Ariadara granosa
Kerang koja
pada
b. Anadara modifera
Kerang bulu
menyukai dasar berlumpur,
c. Anadara indica
Kerang bulu
Perairan berpasir/ lumpur
d. Anadara inflata
Kerang bulu
e. Scapharca globosa
Kerang gelatik
lumpur,
Iebih
f. Anadara pillula 2.
3.
4.
Suku Mytilidae
Kerang hijau
Muara/eustuanin,
melekat
Perna viridis
pada subtrat.
Suku Pectinidae Amusium Serimping
Membenankan
pleuronectes
melekat pada subtrat
Suku Ostreidae
Tiram
a. Crassostrea calculata
Tiram
diri
atau
b. Crassostrea iredaele 5.
Suku Veneridae Meretrix
Kerang Tahu
meretrix
Tabel III.2.Jenis-jenis Kerang Yang Menjadi Komoditi Eksport No. 1.
Nama Jenis SUKU Ptenicjae a. Pinctada margaritifera
Nama Daerah
Habitat
Kerang mutiara
Habitat terumbu karang
Kerang mutiara
b. Pinctada maxima; 2.
Suku Placunidae
Simping
Membenamkari
Placuna placenta 3.
Suku Tridacnidae a. Tridacna gigas
diri
pada
Iumpur Kimah
Habitat terumbu karang
Kimah
b. Tridacna squamosa
Selain dimanfaatkan dagingnya ada beberapa jenis kerang yang dimanfaatkan cangkangnya. Sebagai contoh Serimpirig (Amusium pleuronectes), cangkang merupakan komoditi eksport, demikian juga dengan Kimah (Tridacna Spp).
Universitas Gadjah Mada
2
B. Biologi Kerang Untuk dapat melaksanakan budidaya kerang dengan baik, maka perlu diketahui sifat biologi kerang yang mencakup cara hidup, perkembangbiakan, makanan dan cara makannya. Cara hidup kerang dapat berlainan satu dengan yang lain, walaupun termasuk dalam satu suku. Suku Arcidae biasanya hidup dengan membenamkan diri ke dalam lumpur dasar perairan. Kerang darah (Anadara granosa), kerang bulu (Anadara indica, Anadara infiata, dan Ariadara globosa) Iebih banyak ditemukan di perairan yang berlumpur. Kerang Gelauk (Anadara pillula) Iebih banyak dijumpai diperairan dengan dasar lumpur pasir. Kerang hijau (Perna viridis) Iebih banyak hidup dengan melekatkan dirinya pada subtrat atau benda air. Serimping lebih banyak berada di dasar perairan, dan akan meletaknya cangkang di dasar perairan bila sedang tidak aktif berenang. Suku Ostreidae (Tiram) hidup dengan melekatkan diri pada subtrad yang keras tidak dengan bissusnya tetapi salah satu cangkangnya. Suku Arcidae, seperti kerang tahu (Meretrix meretrix) dan simping (Placuna placenta) biasa hidup dengan membenamkan diri dalam lumpur. Kerang Mutiara (seperti Pinctada maxima, Pinctada margaritifera) biasa hidup di peraiaran terumbu karang sampai kedalaman 30 meter. Kerang ini juga melekatkan diri pada suatu subtrad dengan bissusnya. Tridacna gigas dan Tridacna Squamosa juga hidup diperairan terumbu karang. Secara umum kerang atau tiram terniasuk pada binatang yang filter feeder atau bahkan non selektive filter feeder (makan dengan cara menyaring dan tanpa pilih-pilih). Jika dilihat dan jenis makanannya maka kerang dikelompokan menjadi kerang pemakan suspensi (suspention feeder) dan kerang pemakan endapan (deposite feeder). Contoh karang suspension feeder : Kerang hijau, Kerang Mutiara, Serimping, Tiram, Kimah. Contoh kerang yang Deposite feeder : Kerang tahu (Metntrix mereitrix), dan simping. Dengan cara makan seperti ini maka kerang atau tiram sangat peka terhadap polutan yang ada di perairan, sehingga menempatkan kerang sebagai indikator biologis untuk pencemaran perairan. Kerang atau tiram ini juga digunakan oleh para petambak untuk pengelolaan kualitas air, khususnya untuk mengurangi partikel tersuspensi atau endapan organik di dalam petakan tambaknya. Tiram adalah binatang yang mempunyai sifat dicecious (mempunyai dua jenis kelamin jantan dan betina), tetapi bisa berubah menjadi hermaprodit dan kemudian bisa menjadi jantan jika kondisinya memburuk. Pada jenis-jenis kerang hanya dikenal reproduksi seksual. Dalam reproduksi kerang dapat dibagi menjadi 3 fase utama, yaitu fase perkembangan gonad, fase pemijahan dan pembuahan dan fase perkembangan dan pertumbuhan. Fase perkembangan gonad dibedakan menjadi stadium berkembang dan stadium masak. Pada stadium berkembang terbagi lagi menjadi 4 substadium, satu, dua, tiga dan
Universitas Gadjah Mada
3
empat. Pada stadium masak seluruh rongga folikel tersisi oleh sel-sel telur atau spermatozoa. Pada fase pemijahan dan pembuahan sel telur atau sperma yang telah masak, siap untuk dipijahkan. Untuk terjadinya pembuahan perlu adanya stimufan, yang secara alami ada berbagai faktor seperti perubahan suhu, salinitas, cahaya, tekanan, arus dan yang lainnya. Diperairan tropis pemijahan terjadi sepanjang tahun, dengan intensitas pemijahan yang berbeda-beda. Sebagai contoh pengamatan Kastoro (1975) menyebutkan bahwa Crassostrea calculata (Tiram) memikah sepanjang tahun dengan puncak musim bulan April Juni, Agustus-September dan Desember. Pada fase perkembangan dan pertumbuhan zygote yang terbentuk berkembang mencapai phase burayak (larva) yang disebut trochophore. Burayak ini terdiri atas ektoderma apikal, rambut getar (cilia) dan sekeliling tubuhnya, flagela Apikal, stornodeum dan cangkang. Burayak ini berenang dengan cara berputar dengan bantuan flagellanya. Selanjutnya trochopora berkembang menjadi veIiger. Pada stadia ini bentuknya Iebih komplek dengan bermacam-macam organ untuk mencapai perkembangan selanjutnya. Veliger cenderung berada di dasar perairan, dan berubah stadium berenang menjadi stadium merayap dan pada stdium ini disebut dengan stadium pediveliger. Pada stadium ini tanda-tandanya cangkang bulat, velum, bentuk yang mencolok. Pada stadium ini burayak mencari subtrad untuk menetap dan angka mortalitasnya sangat tinggi. Pembahan yang terjadi antara masa menempel dan terbentuknya cangkang pada burayak disebut masa metamorphosa. Setelah phase ini burayak akan tumbuh menjadi anak kerang, yang menempel pada subtrad dengan bantuan byssusnya. C. Teknik Budidaya Pada, dasarnya budidaya tiram dibedakan menjadi usaha untuk mengumpulkan benih atau Spat dan usaha untuk pembesaran. Usaha pengumpulan spat banyak dilakukan oleh para nelayan karena usaha pembenihan sendiri secara ekonomis belum dilakukan secara berkelanjutan . Dalam usaha pengumpulan spat ini yang harus dipertimbangkan adalah jenis kolektor dan waktu penempatan. Kolektor adalah benda yang dimasukan ke dalam air yang bertujuan untuk mengumpulkan spat tiram. 1. Pengumpulan spat / anak kerang. Secara umum burayak akan mencari benda-benda air yang terumbai atau berupa filament. Ada berbagai jenis kolektor yang telah digunakanoleh nelayan untuk mengumpulkan kerang. Sebagai contoh untuk mengumpulkan kerang hijau (Perna viridis) telah digunakan kolektor seperti tambang plastic yang berdiameter 5 mm, dan pada setiap jarak 5-6 cm diselingi sabut kelapa yang dibuat setengah lingkaran (seperti pada gambar). Kolektor atau tambang-tambang tersebut digantungkan pada rak bambu Universitas Gadjah Mada
4
yang terapung. Jenis lain adalah baerupa kolektor kupu-kupu (butterty collector) yaitu kolektor yang terbuat dari tambang palsting yang setiap jarak 30 cm disisipkan potongan jaring. Kolektor-kolektor ini diikatkan pada rakit pada waktu-waktu tertentu. Pemasangan kolektor harus mempertimbangkan waktu pemijahan, dan tidak setiap saat ada burayak. Kolektor yang dipasang jauh sebelum waktu pemijahan, maka akan dihinggapi teritip, lumut atau lumpur sehingga spat tidak mau menempel. Cara menempel kerang berbeda dengan cara menempel tiram. Kerang biasanya menempel dengan bissusnya, sedang tiram menempel erat dengan salah satu cangkangnya. Beberapa nelayan Jakarta juga menggunakan cangkang kerang untuk menjadi kolektor. kolektor ini disebar di dasar peraiaran pada bulan Februari dan meraka akan panen pada bulan Oktober November. Spat kerang mutiara sering dikumpulkan menggunakan kolektor yang berupa daun-daunan atau serabut plastik. Kerang-kerangan yang hidup di dasar perairan pengumpulan spat-nya agak sulit dilakukan, seperti pengumpulan kerang suku Archidae. Untuk mengumpulkan spat ini di Malaysia digunakan dredge atau trowl.
Gambar : Kerangka bambu untuk meletakan kolektor (atas) Pengumpul benih (spat) kerang hijau (bawah)
Universitas Gadjah Mada
5
2. Pembesaran Tidak semua jenis kerang yang dikupulkan dengan kolektor dapat hidup terus panpa ke tempat lain. Kerang hijau tetap dapat dibesarkan pada kolektor sampai pada saat panenan. Untuk menghindari penempelan kerang yang terlalu padat maka kolektor perlu dipindahkan pada tempat lain yang tidak banyak burayaknya. Jika kepadatan spat pada kolektor terlalu tinggi maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan kerang itu sendiri. Dalam pokok bahasan usaha pembesaran kerang akan dijelaskan salah satu jenis kerang yaitu kerang hijau. Kerang hijau pernah menjadi primadona bagi para petani ikan dan nelayan, dan dibudidayakan secara besar-besaran.
Sistematika Kerang Hijau : Phylum
: Molusca
Kelas
: Lamellibranchiata
Kelompok
: Filibranchia
Sub Kelompok
: Anisomyaria
Suku
: Mytilidae
Marga
: Mytflus
Jenis
: Mytilus viridis
Nama Lokal
: Kemudi kapal, Kapal-kapalan, si kijing, kaung-kaung.
Kerang hijau banyak ditemul di daerah pantai, dan penyebarannya di daerah tropic, dengan kisaran suhu air 27 - 37°C. Cangkang sama simetris, warna hijau kecoklatan, cangkang dihubungkan dengan engsel dan tubuhnya dibagi menjadi 3 bagian yakni kaki, mantel dan organ dalam atau viceral mass. Hidupnya menempel pada benda air atau subtrad yang ada di dalam air, dan tumbuh baik pada perairan dengan kedalaman 1-7 m. Kerang hijau akan tumbuh baik pada perairan yang kaya dengan plankton dan baban organik tersuspensi. Secara umum kualitas air yang optimal bagi Kerang hijau adalah pH air 6,5-8,5 , oksigen terlarut 3-8 ppm, dan salirñtas 27 - 34 %, namun kerang hijau tahan terhadap perubahan kadar garam yang tinggi. Di perairan tropis kerang hijau dapat memijah sepanjang tahun, tetapi puncaknya terjadi pada bulan Maret sampai Juli. Seekor kerang hijau dapat menghasilkan sel telur sebanyak 1,2 juta butir. Untuk pengumpulan benih kerang hijau digunakan kolektor, dan untuk keperluan tersebut terdapat bermacam-macam jenis kolektor seperti kolektor gantung, kolektor tancap, maupun kolektor terbenam. Larva kerang hijau banyak terkandung di lapisan permukaan perairan (pada kedalaman 0 - 3 meter dan pada lapisan 0 - 1 m merupakan yang paling banyak mengandung spat yang Iebih banyak. Untuk mengatur kepadatan spat pada kolektor, maka kolektor perlu dilakukan pemantauan secara periodik sehingga Universitas Gadjah Mada
6
apabila spat sudah terlalu padat kolektor segera dipindahkan. Pemasangan kolektor biasanya dilakukan selama 1 bulan, kemudian benih ini ditransplantasi atau dipindahkan ke lokasi lain. Selama pengangkutan benih-benih dapat bertahan hidup tanpa air selama 24 jam, namun akan lebih baik jika pengangkutannya dalam keadaan tertutup. Pembesaran kerang hijau dilakukan dengan cara memindahkan atau meletakan kolektor yang telah penuh dengan spat ke lokasi pemeliharaan. Pemilihan lokasi untuk pemeliharaan kerang seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya tentang pemilihan lokasi. Cara pemasangan kolektor yang telah penuh dengan spat dapat dilakukan dengan beberapa metoda sebagai berikut: 1. Metoda Rakit (lihat gambar) Metode ini dilakukan dengan cara meletakan kolektor yang penuh dengan spat, kedalam rakit yang telah dipersiapkan sebelumnya. Rakit dapat terbuat dari bambu atau kayu, yang dilengkapi dengan pelampung. Keuntungan penggunaan rakit adalah: a. Dapat dipindahkan dengan mudah apabila lokasi pemeliharaan kurang menguntungkan b. Dapat mengikuti irama pasang surut, sehingga kedalaman air pada surut terendah harus Iebih besar dari panjangnya kolektor. c. Memudahkan perawatan kerang yang dipelihara. Biasanya kolektor dipanen setelah dipasang selama 1 bulandan kolektor dipasang pada rakit dengan jarak kolektor satu dengan yang lain adalah 30 cm. 2. Metoda Rak Metoda ini hampir sama dengan metoda rakit, namun kondisinya Iebih tetap. Rak tidak dapat turun naik sesuai dengan kondisi pasang dan surut, dan rak ini juga tidak mudah dipindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. 3. Metoda Long Line (lihat gambar). Metoda ini Iebih dekat dengan metoda rakit namun hanya terdiri dan satu buah tali yang
dilengkapi dengan beberapa pelampung, agar tali ini mampu mengangkat
benan kerang yang dipelihara. Cara ini juga memungkinkan tempat pemeliharaan ini dapat dipindah dari satu tempat ke tempat Iainnya. Kecepatan pertumbuhan kerang hijau sangat dipengaruhi oleh padat tebar, dan semakin pacat tebar akan semakin cepat pertumbuhannya. Namun pertumbuhan ini kurang dipengaruhi oleh kedalaman air. Padat tebar optimum adalah 200 ekor / meter kolektor atau 800 ekor / 4 meter kolektor. Pada kepadatan optimum pertumbuhan kerang dapat 10 mm per bulan. Lama pemeliharaan samapai mencapai ukuran yang dapat dipasarkan adalah 6 - 8 bulan, dengan hasil yang dicapai 28 Kg / 4 m kolektor.
Universitas Gadjah Mada
7
Gambar : Pembesaran kerang hijau dengan metoda long-line
Penanganan Pasta Panen. Oleh karena kerang bersifat filter feeder, maka penanganan pasca panen harus betulbetul perlu mendapat perhatian agar konsuen tidak dirugikart. Secara umum penanganan pasca panen, meliputi : Universitas Gadjah Mada
8
a. Pemisahan kerang yang satu dengan Iainnya b. Dicuci atau kerang didiamkan dalam air yang relatif Iebih bersih dan mengalir. c. Kerang dibersihkan dari teritip atau biofauling yang lain. d. Dicuci atau dibilas dengan air bersih dan kerang siap dipasarkan. D. Teknik Budidaya Kerang Mutiara Pada dasarnya hampir semua jenis kerang atau tiram dapat menghasilkan mutiara, namun dalam budidaya kerang/tiram mutiara laut paling tidak ada 4 jenis kerang yang banyak diusahakan oleh petani ikan antara lain : Pinctada maxima, P. margaritifera, P. fucuta dan P. martensi. Sistematika dan kerang mutiara ini adalah : Phylum
: Mullusca
Kelas
: Pellecypoda
Ordo
: Anysomyaria
Familia
: Pterideae
Genus
: Pinctada
Species
: Pinctada maxima, P. margaritifera, P. fucuta dan P. martensi.
Dari keempat jenis ini yang paling banyak diusahakan adalah Pinctada maxima Penyebaran jenis kerang ini adalah meliputi Sri Lanka, Australia, Jepang, Mexico, Panama dan Indonesia. Perbedaan dan jenis-jenis tersebut adalah seperti pada tabel berikut: Sifat 1. Ukuran a. Dewasa b. Rata-rata
P. martensi
P. Margaritifera
P. maxima
4 Inchi 3 Inchi
7 inchi 6 inchi
12 inchi 8 inchi
Cembung Abu-abu Kuning Atau coklat ungu
Agak cembung Coklat kehijauan Baris titik-titik.
Datar Coklat kuning pucat
3. Nacre
Perak Kehijauan
Kuning emas
4. Garis engsel
Sedang
Warna logam (metal) Pendek
5. Berat
60 - 100 cangkang per 3,75 Kg
15 cangkang per 3,75 Kg
9 - 10 cangkang per 3,75 Kg.
6. Habitat
daerah terumbu karang
Kedalaman 1-20 meter
Kedalaman 20 75 meter.
7. penyebaran
daerah terumbu karang di daerah tropic dan subtropik
Indo pasific, teluk kalifornia, teluk panama, persia dan sudan
Laut arafura, kep. Aru, laut banda, dan Ambon
2. Cangkang a. Kecembungan b. Warna luar
Sedang
Universitas Gadjah Mada
9
Mutiara alam dapat diperoleh dengan cara melakukan penyelaman-penyelaman ke dasar perairan atau ke daerah-daerah terumbu karang, namun cara ini lama kelamaan menghasilkan hasil yang tidak menentu dan populasi kerangnya sendiri semakin habis. Untuk mengatasi hal tersebut maka para nelayan mulai banyak melakukan pemeliharaan dan sengaja memasang inti pada kerang agar dapat terbentuk mutiaranya. Proses terbentuknya mutiara pada kerang atau tiram, adalah karena adanya benda asing yang masuk ke dalam tubuh kerang dan tidak dapat dikeluarkan oleh si kerang. Untuk menghilangkan pengaruh dari benda asing tersebut maka benda asing tersebut diselimuti oleh hasil sekresi dan terbentuklah mutiara. Teknik budidaya kerang mutiara pada dasarnya sama dengan budidaya kerang/tiram yang lain, namun ada beberapa perlakuan yang harus dilakukan. 1. Seleksi Seleksi terhadap tiram/kerang mutiara yang akan dipasang inti, dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Bentuk dan kondisi cangkang harus baik dan tidak ada kerusakan phisik. b. Warna sesuai dengan wama asli kerang/tiram, dan tidak ada biafauling yang menempel. Jika ada maka harus dibersihkan agar tidak menyebabkan kerusakan pada cangkang kerang/tiram. c. Panjang cangkang minimal 12 cm d. Lebar cangkang minimal 9 cm, dengan rata-rata ketebalan cangkang 3,5 mm. 2. Pemeliharaan. a. Bibit yang diseleksi dapat berasal dari pembesaran sendiri atau diambil dari alam. b. Kerang yang telah diseleksi diaklimatisasikan untuk beberapa saat dan dipelihara ditempat yang subur, menunggu saat operasi pemasangan inti. Pemeliharaan biasanya digunakan dengan menggunakan rakit, dan kerang dipelihara dengan menggunakan keranjang-keranjang pemeliharaan yang selalu diadakan pengamatan secara rutin untuk mencegah serangan hama. c. Pembersihan cangkang dan biofauling 3. Persiapan dan Pemasangan Inti. Ada beberapa bentuk inti yang dipasangkan pada kerang, seperti bentuk bundar, setengah bundar atau bentuk tetesan air mata. Bentuk yang dipilih disesuaikan dengan tujuan mutiara yang akan dihasilkan. Bentuk blister atau setengah lingkaran biasanya dipasang pada kerang yang sudah akan diafkir, karena bentuk ini cara panennya dilakukan dengan cara merusak cangkang kerang. Satu kerang dapat dipasang Iebih dari satu inti tergantung dari ukuran kerang, dan satu kerang dapat
Universitas Gadjah Mada
10
dipelihara lebih dari satu periode pemeliharaan. Bahan inti biasanya dibuat dan bahan plastik dan ukurannya ± 0,5 cm 4. Pemasangan Inti Pemasangan inti dilakukan pada kerang yang benar-benar sehat, dan dilakukan secara cermat dan cepat. Untuk keperluan-keperluan tersebut diperlukan alat-alat sebagai berikut: - Shell holeder
- Nudeus carrier
- Shell opener
- Pinset
- Spatula
- Baji
Sebelum Inti dipasangkan maka cangkang kerang harus dibuka. Ada 2 cara untuk membuat cangkang membuka, yaitu dengan menempatkan kerang pada air yang mengalir atau menempatkan kerang pada keadaan kering. Secara skematis uruturutan pemasangan inti adalah sebagai berikut :
Pemasangan inti blister (setengah lingkaran) biasanya dipasang pada kerang-kerang yang sudah pernah di pasang inti bundar. Pada saat pemantauan kerang dipelihara pada tempat pemeliharaan sementara. Setelah pemasangan Inti kerang dipantau apakah inti yang dipasang dimuntahkan (dilepaskan) atau tetap pada posisinya. Untuk keperluan ini diperlukan bantuan foto rontsen, dan biasanya dilakukan di laboratorium yang dibangun di lokasi pemeliharaan. Jika dalam pemasangan banyak yang gagal maka kerang diistiraratkan sementara, untuk dipasang inti lagi. 5. Pemeliharaan. Pemeliharaan kerang-kerang yang sudah dipasang inti dilakukan dengan metoda rakit. Kerang-kerang ditempatkan di keranjang pemeliharaan dan dipasang (digantungkan) pada rakit. Perawatan dilakukan dengan membersihkan kerang dan organisme penempel. Hama yang sering menyerang kerang seperti ikan buas, cacing dan bunga karang. Universitas Gadjah Mada
11
E. RANGKUMAN Budidaya bivalvia (kerang-kerangan) dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan bahan makanan (sumber protein) dan untuk tujuan industri (kerang mutiara). Budidaya dilakukan mulai dari pengumpulan benih (spat), dan usaha pembesaran. Teknik budidaya yang banyak dilakukan adalah dengan metoda rakit, selain metoda yang lain. Usaha budidaya bivalvia cukup menguntungkan, baik sebagai penghasil bahan makanan maupun sebagai penghasil mutiara. Usaha pembenihan sudah mulai dilakukan, namun hasilnya belum memuaskan terutama pada kegiatan pendederannya. Usaha penebaran benih (larva) ke laut (sea ranching) banyak dilakukan untuk mengatasi semakin menurunnya populasi di alam. Budidaya bivalvia di tambak banyak dilakukan untuk tujuan memperbaiki kualitas air tambak, karena kerang bersifat filter feeder.
F. Latihan Soal-Soal. 1. Sebutkan jenis-jenis kerang yang digunakan untuk menghasilkan bahan makanan. 2. Sebutkan jenis-jenis kerang yang digunakan untuk menghasilkan mutiara. 3. Sebutkan daur hidup kerang hijau, dan bagaimana cara budidayanya. 4. DiIihat dari cara makannya kerang dikelompokan menjadi berapa ?, sebutkan contoh masing-masing kelompok. 5. Bagaimana cara pemasangan inti pada kerang mutiara. 6. Apa perbedaan prinsip antara mutiara bundar dan mutiara blister?
G. Daftar Bahan Bacaan. 1. Widarsih Kastoro, 1988.
Budidaya Jenis-Jenis kerang (Bivalvia).
Laboratorium
Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Semarang. 2. Anonim, 1985. Buku Petunjuk Budidaya Kerang Hijau (Perna viridis). Pusat Pengembangan dan Penelitian Perikanan, Departemen Pertanian. 3. Anonim, 1997. Teknik Budidaya Kerang Mutiara. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Departemen Pertanian.
Universitas Gadjah Mada
12