Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah Vol.1 No.04 – Shafar 1431H/Januari 2010M
ISSN: 2086-0706 Jum‟at - IV
TANYA JAWAB SEPUTAR FIQIH dan SURAT AL-FATIHAH Dr. Drs. Suprapto, M.Sc
Tanya-1 Apakah dibolehkan melaksanakan mandi junub sekaligus merangkap mandi untuk shalat Jum‟at, mandi setelah habis masa haidh dan masa nifas? Jawaban-1 Barang siapa yang diwajibkan baginya untuk melaksanakan satu mandi wajib atau lebih, maka cukup baginya melaksanakan satu kali mandi wajib yang merangkap mandi-mandi wajib lainnya, dengan syarat dalam mandi itu ia meniatkan untuk menghapuskan kewajiban-kewajiban mandi lainnya, dan juga berniat untuk dibolehkannya shalat dan lainnya seperti Thawaf dan ibadah-ibadah lainnya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw yang artinya: “Setiap perbuatan itu tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan bagian sesuai dengan yang diniatkannya.” (Muttafaqun „Alaih). Oleh karena yang hendak dicapai dari mandi hari Jum‟at bisa sekaligus tercapai dengan mandi junub jika bertetapan harinya. Tanya-2 Bolehkah mengunggulkan sebagian surat dalam AlQur‟an di atas sebagian surat yang lain? Demikian juga, bolehkah mengunggulkan sebagian ayat di atas sebagian ayat yang lain? Jawab-2 Benar, boleh mengunggulkan sebagian surat AlQur‟an di atas sebagian yang lain. Hal itu berdasarkan sabda Nabi SAW kepada Abu Sa‟id bin al-Mu‟alla, “Aku benar-benar akan memberikan kepadamu surat yang paling Tanya Jawab Seputar Fiqh & Surat Al-Fatihah 1 Dr. Drs. Suprapto, M.Sc, Dosen UPN Jakarta
24
Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah Vol.1 No.04 – Shafar 1431H/Januari 2010M
ISSN: 2086-0706 Jum‟at - IV
agung di dalam Al-Qur‟an.” Lalu Nabi SAW pun mengabarkan kepadanya bahwa itu adalah surat Al-Fatihah (HR. Bukhari). Selain itu, juga berdasarkan sabda Nabi SAW tentang surat Qul huwallahu ahad yang menyatakan, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sesungguhnya surat itu sebanding dengan sepertiga Al-Qur‟an.” (HR. Bukhari dari hadits Abu Sa‟id al-Khudri radhiyallahu‟anhu). Adapun tentang ayat-ayatnya, maka boleh pula mengunggulkan sebagian ayat di atas sebagian yang lain. Nabi SAW bersabda kepada Ubay bin Ka‟ab radhiyallahu‟anhu, “Wahai Abul Mundzir, tahukah kamu manakah ayat yang paling agung di dalam Kitabullah yang ada bersamamu?”. Dia menjawab, “Aku katakan; „Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qayyum.” (QS. al-Baqarah : 255). – ayat itu ayat Kursi-, kemudian dia mengatakan, “Maka beliau pun menepuk dadaku seraya mengatakan, “Sungguh ilmu telah engkau serap dengan baik, wahai Abul Mundzir!”. (HR. Muslim dari Ubay bin Ka‟ab radhiyallahu‟anhu). Tanya : Surat Al-Fatihah itu Makiyah atau Madaniyah ? Jawab Surat al-Fatihah adalah surat Makiyah menurut pendapat yang kuat di antara pendapat ahli ilmu. Firman Allah SWT (yang artinya), “Sungguh Kami telah memberikan kepadamu tujuh ayat yang diulang-ulang dan sebuah Al-Qur‟an/bacaan yang sangat agung.” (QS. Al-Hijr : 87). Ayat ini terdapat di dalam surat Al-Hijr, sedangkan surat Al-Hijr adalah surat Makiyah berdasarkan ijma‟ (sebagaimana dinukil oleh al-Qurthubi). Dan Nabi SAW sendiri pun telah menafsirkan bahwa tujuh ayat yang diulang-ulang dan Al-Qur‟an yang agung itu sebagai surat Al-Fatihah (HR. Bukhari). Demikian pula shalat diwajibkan di Mekkah, sedangkan Nabi SAW bersabda, “Tidak sah Tanya Jawab Seputar Fiqh & Surat Al-Fatihah 1 Dr. Drs. Suprapto, M.Sc, Dosen UPN Jakarta
25
Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah Vol.1 No.04 – Shafar 1431H/Januari 2010M
ISSN: 2086-0706 Jum‟at - IV
sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab/surat Al-Fatihah.” (HR. Bukhari dan Muslim) Tanya : Bisakah anda sebutkan sebagian nama yang dipakai untuk menyebut surat Al-Fatihah? Jawab : Sebagian di antara nama-nama tersebut adalah : o Fatihatul kitab, penamaan ini tidak diperselisihkan di kalangan ulama dikarenakan al-Kitab/al-Qur‟an memang dimulai dengannya, dan juga berdasarkan sabda Nabi SAW, “Tidak sah sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab/surat Al-Fatihah.” (HR. Bukhari dan Muslim) o Ummul Kitab, hal itu sebagaimana disebutkan di dalam hadits Abu Sa‟id al-Khudri radhiyallahu‟anhu, yang di dalamnya dia mengatakan, “… Dan tidaklah aku meruqyah melainkan dengan membaca Ummul Kitab.” (HR. Bukhari dan Muslim). o Ummul Qur‟an, hal itu berdasarkan sabda Nabi SAW, “Ummul Qur‟an itu adalah sab‟ul matsani -tujuh ayat yang selalu diulang-ulang- dan Al-Qur‟an yang agung yang dianugerahkan kepadaku.” (HR. Bukhari). o Al-Hamdu atau Alhamdulillahi Rabbil „alamin, hal itu berdasarkan ucapan Anas, “Aku pernah shalat di belakang Rasulullah SAW, Abu Bakar, dan Umar. Mereka dahulu selalu membuka bacaan shalat dengan Alhamdulillahi Rabbil „alamin.” (HR. Bukhari dan Muslim) [Namun dalam menafsirkan ungkapan 'Alhamdulillah' di sini ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan bahwa maksudnya adalah bacaan Alhamdulillah, bukan nama bagi surat Al-Fatihah, lihat Shahih Muslim cet Darul Kutub Ilmiyah 1427 H, hal. 156. pen] o As-Shalah, hal itu berdasarkan hadits qudsi, “Aku membagi ‟shalat‟ menjadi dua bagian antara Aku dengan Tanya Jawab Seputar Fiqh & Surat Al-Fatihah 1 Dr. Drs. Suprapto, M.Sc, Dosen UPN Jakarta
26
Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah Vol.1 No.04 – Shafar 1431H/Januari 2010M
ISSN: 2086-0706 Jum‟at - IV
hamba-Ku. Dan hamba-Ku akan mendapat apa yang dimintanya. Apabila hamba itu mengatakan, „Alhamdulillahi Rabbil „alamin‟ maka Allah ta‟ala mengatakan, „Hamba-Ku memuji-Ku.‟…” (HR. Muslim) o As-Sab‟ul Matsani wal Qur‟an al-‟Azhim, hal itu berdasarkan hadits yang telah disebutkan di atas (HR. Bukhari). o Ar-Ruqyah, karena Abu Sa‟id dahulu pernah meruqyah dengannya. o As-Syafiyah, sebab orang yang terkena sengatan binatang berbisa bisa sembuh dengan membacanya dengan izin Allah tentunya ADAB-ADAB BERTAMU 1. Memperbaiki Niat Tidak bisa dipungkiri bahwa niat merupakan landasan dasar dalam setiap amalan. Hendaklah setiap muslim yang akan bertamu, selain untuk menunaikan hajatnya, juga ia niatkan untuk menyambung silaturahim dan mempererat ukhuwah. Sehingga,… tidak ada satu amalan pun yang ia perbuat melainkan berguna bagi agama dan dunianya. Tentang niat ini Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu dengan niat dan setiap orang tergantung pada apa yang ia niatkan” (HR. Bukhari, Muslim dan selain keduanya). Ibnul-Mubarak berkata :
Tanya Jawab Seputar Fiqh & Surat Al-Fatihah 1 Dr. Drs. Suprapto, M.Sc, Dosen UPN Jakarta
27
Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah Vol.1 No.04 – Shafar 1431H/Januari 2010M
ISSN: 2086-0706 Jum‟at - IV
“Betapa amal kecil diperbesar oleh niatnya dan betapa amal besar diperkecil oleh niatnya” (Jaami‟ul-Ulum walHikam halaman 17 – Daarul-Hadits). 2. Memberitahukan Perihal Kedatangannya (untuk Minta Ijin) Sebelum Bertamu Adab ini sangat penting untuk diperhatikan. Mengapa? Karena tidak setiap waktu setiap muslim itu siap menerima tamu. Barangkali ia punya keperluan/hajat yang harus ditunaikan sehingga ia tidak bisa ditemui. Atau barangkali ia dalam keadaan sempit sehingga ia tidak bisa menjamu tamu sebagaimana dianjurkan oleh syari‟at. Betapa banyak manusia yang tidak bisa menolak seorang tamu apabila si tamu telah mengetuk pintu dan mengucapkan salam padahal ia punya hajat yang hendak ia tunaikan. Allah telah memberikan kemudahan kepada kita berupa sarana-sarana komunikasi (surat, telepon, sms, dan yang lainnya) yang bisa kita gunakan untuk melaksanakan adab ini. 3. Menentukan Awal dan Akhir Waktu Bertamu Adab ini sebagai alat kendali dalam mengefisienkan waktu bertamu. Tidak mungkin seluruh waktu hanya habis untuk bertamu dan melayani tamu. Setiap aktifitas selalu dibatasi oleh aktifitas lainnya, baik bagi yang bertamu maupun yang ditamui (tuan rumah). Apabila memang keperluannya telah usai, maka hendaknya ia segera berpamitan pulang sehingga waktu tidak terbuang sia-sia dan tidak memberatkan tuan rumah dalam pelayanan. Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam bersabda : “Apabila salah seorang diantara kamu telah selesai dari maksud bepergiannya, maka hendaklah ia segera kembali menuju keluarganya” (HR. Bukhari dan Muslim). 4. Berwajah Ceria dan Bertutur Kata Lembut dan Baik Ketika Bertemu Tanya Jawab Seputar Fiqh & Surat Al-Fatihah 1 Dr. Drs. Suprapto, M.Sc, Dosen UPN Jakarta
28
Lembaran Da‟wah Nurul Hidayah Vol.1 No.04 – Shafar 1431H/Januari 2010M
ISSN: 2086-0706 Jum‟at - IV
Wajah muram dan tutur kata kasar adalah perangai yang tidak disenangi oleh setiap jiwa yang menemuinya. Allah telah memerintahkan untuk bersikap lemah lembut, baik dalam hiasan rona wajah maupun tutur kata kepada setiap bani Adam, dan lebih khusus lagi terhadap orangorang yang beriman. Dia telah berfirman : “Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman” (QS. Al-Hijr : 88). Ibnu Katsir dalam Tafsirnya berkata : [ “Maksudnya bersikap lemah lembutlah kepada mereka sebagaimana firman Allah ta‟ala : “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang beriman” (QS. At-Taubah : 128).
}]
DAFTAR PUSTAKA 1. Al-Quran dan Terjemahnya 2. http://myquran.org/forum/index.php/topic,14115.0.html 3. Shahih Al-Bukhari 4. Shahih Muslim 5. Tafsir Ibnu Katsir
Tanya Jawab Seputar Fiqh & Surat Al-Fatihah 1 Dr. Drs. Suprapto, M.Sc, Dosen UPN Jakarta
29