KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI LAUT JL. MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 5 JAKARTA PUSAT
STUDI PENYUSUNAN KONSEP STANDAR DI BIDANG PRASARANA PELAYARAN
Laporan Akhir Jakarta, November 2013
PT Anditama Infocon Consultant – Supplier – General Trading Jl. Dewi Sartika No.4, Cililitan – Jakarta Timur 13840 Telepon. (021)80885356 Fax. (021)80885356
KATA PENGANTAR Dengan segala kerendahan hati Konsultan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Akhir pekerjaan “Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran”. Indonesia merupakan negara kepulauan di mana masing-masing pulau dipisahkan oleh lautan sehingga transportasi laut merupakan salah satu pilihan moda transportasi antar pulau baik untuk mengangkut kendaraan, barang maupun penumpang. Prasarana merupakan salah satu bagian penting untuk menunjang kelancaran dari transportasi laut. Gagasan yang melatari tajuk permasalahan ini timbul karena belum adanya standardisasi pada prasarana pelayaran. Karena itu Konsultan bermaksud untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan melakukan studi, analisis dan menyusun konsep standar di bidang prasarana pelayaran. Laporan Akhir ini menyajikan hasil penyusunan konsep standar prasarana pelayaran berdasarkan hasil analisis data primer dan sekunder. Konsultan menyampaikan terima kasih kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan, Tim Pengarah dan Pendamping, dan kepada pihak-pihak yang namanya tidak tercantum namun telah banyak membantu dalam menyelesaikan studi ini.
Jakarta, November 2013
PT Anditama Infocon
ABSTRAK Prasarana pelayaran merupakan salah satu bagian penting untuk menunjang kelancaran transportasi laut. Prasarana pelayaran dan transportasi laut merupakan dua komponen yang saling terkait dan saling menunjang dalam setiap kegiatannya. Namun pada saat ini prasarana pelayaran belum memiliki standar yang dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan yang berkaitan dengan transportasi laut. Untuk menjaga kelancaran, keamanan, dan ketertiban dalam menjalankan fungsi transportasi laut, diperlukan suatu konsep standar prasarana pelayaran yang sesuai dan mengacu pada aturan nasional dan internasional. Standar-standar tersebut antara lain (1) Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional; (2) Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar tipe Yacht; (3) Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis; (4) Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair; (5) Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering; (6) Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas; (7) Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Lolo; (8) Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Roro; (9) Standar Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan; (10) Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya; (11) Standar Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area); (12) Standar Car Terminal; (13) Standar Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan. Analisis dan evaluasi dalam studi ini dilakukan secara komprehensif, dengan pendekatan deskriptif dan kuantitatif yang ditunjang oleh data primer hasil pengukuran, pengamatan dan wawancara serta data sekunder berupa kepustakaan dan peraturan perundang-undangan. Kata Kunci: kepelabuhanan, pelayaran, standardisasi, keselamatan.
ABSTRACT Shipping infrastructure is one important key for supporting maritime transport. Shipping infrastructure and maritime transport are the two interrelated components that mutually support in every activity. But at this moment, shipping infrastructure has no a standard that can be used as a reference in activities related to maritime transport. To maintain the continuity, safety and regularity in performing the functions of maritime transport, suitable shipping infrastructure standards which refer to national and international regulations are required. These standards include (1) Standard of Facilities and Equipment for Cruise Ship and International Passenger Service; (2) Standard of Facilities and Equipment for Yacht; (3) Standard of Berthing Facility for Interisland Ship; (4) Standard of Berthing Facility for Dry Bulk Cargo Ship and Handling Service; (5) Standard of Berthing Facility for Liquid Bulk Cargo Ship and Handling Service; (6) Standard of Berthing Facility for Container Ship and Handling Service; (7) Standard of Berthing Facility for Lolo Ship Service; (8) Standard of Berthing Facility for Roro Ship Service; (9) Standard of Facilities for Particular Land Area Functioned as Port (Dry Port);(10) Standard of Private Terminal for Hazardous Cargo; (11) Standard of Facilities for Dredged Material Dumping area; (12) Standard of Car Terminal; (13) Standard of Storage Facility for Port Generated Waste and Garbage. Analysis and evaluation of this study will be conducted in a comprehensive manner, with descriptive approach and quantitative means which are supported by primary data (measurements, observations and interviews) and secondary data in the form of textbooks, references and legislation. Keywords: seaport, shipping, standardization, safety.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................ i ABSTRAK ........................................................................................... iii ABSTRACT............................................................................................. v DAFTAR ISI........................................................................................vii DAFTAR TABEL................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xiii BAB I
PENDAHULUAN ............................................................. 1-1 A. Latar Belakang ............................................................ 1-1 B. Maksud dan Tujuan..................................................... 1-2 C. Ruang Lingkup............................................................ 1-2 D. Lokasi Studi ................................................................ 1-3 E. Sistematika Penyajian ................................................. 1-3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 2-1 A. Peraturan Perundangan ............................................... 2-1 B. Studi Terdahulu ......................................................... 2-11 C. Literatur Lainnya ...................................................... 2-49 D. Terminologi Standar Menurut Referensi .................. 2-56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 3-1 A. Rancangan Studi ......................................................... 3-1 B. Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................... 3-2 C. Pendekatan Penelitian ................................................. 3-2 D. Uraian Metodologi ...................................................... 3-3 BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI ... 4-1 A. Pelabuhan Tanjung Priok ............................................ 4-1 B. Pelabuhan Tanjung Perak ......................................... 4-28 C. Pelabuhan Makassar.................................................. 4-60 D. Pelabuhan Teluk Bayur ............................................. 4-76 E. Pelabuhan Benoa ..................................................... 4-101
viii
F. Terminal Peti kemas Bandung ................................ 4-114 BAB V
ANALISIS ......................................................................... 5-1 A. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional ................ 5-1 B. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis ................... 5-6 C. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah .. 5-8 D. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas 5-11 E. Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan Roro .......................................................................... 5-13 F. Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan.................................... 5-15 G. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya ..................................................... 5-17 H. Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area) 5-18 I.
Car Terminal ............................................................. 5-20
J.
Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan .................................................. 5-20
BAB VI KESIMPULAN ................................................................. 6-1 A. Kesimpulan ................................................................. 6-1 B. Saran ........................................................................... 6-2 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 7-1
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1
Materi terkait dalam Studi Standarisasi di Bidang Prasarana Transportasi Laut, 2010 ......................... 2-12
Tabel 2.2
Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang (m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang Internasional Kelas A............................................. 2-13
Tabel 2.3
Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang (m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang Internasional Kelas B ............................................. 2-16
Tabel 2.4
Materi terkait dalam Studi Standarisasi di Bidang Kepelabuhanan, 2011............................................. 2-26
Tabel 2.5
Terminal peti kemas di pelabuhan-pelabuhan yang disurvey.................................................................. 2-27
Tabel 2.6
Ukuran dermaga dan kedalaman kolam Pelabuhan Utama ..................................................................... 2-29
Tabel 2.7
Luas lapangan penumpukan sesuai arus peti kemas .. 230
Tabel 2.8
Jumlah crane minimal sesuai arus peti kemas ....... 2-31
Tabel 2.9
Peralatan Terminal Peti kemas di Pelabuhan-Pelabuhan ............................................................................... 2-36
Tabel 2.10
fasilitas pendukung transhipment peti kemas ........ 2-36
Tabel 2.11
Penerapan RSNI di lokasi survey TK Batubara ..... 2-39
Tabel 2.12
Materi terkait dalam Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran, 2012..................... 2-43
Tabel 2.13
Data Fasilitas di 18 Lokasi Pelabuhan Tujuan Kapal Pesiar...................................................................... 2-53
Tabel 2.14
Annex dalam MARPOL 73/78 ............................... 2-56
Tabel 4.1
Data trafik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok ......... 4-6
Tabel 4.2
Data trafik kapal dan penumpang 5 (lima) tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok ....................... 4-7
x
Tabel 4.3
Data trafik barang di Pelabuhan Tanjung Priok 20092010 ......................................................................... 4-8
Tabel 4.4
Data trafik barang di Pelabuhan Tanjung Priok 20112012 ......................................................................... 4-8
Tabel 4.5
Data trafik kapal dan penumpang 5 (lima) tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok ..................... 4-10
Tabel 4.6
Data Dermaga Curah Kering Pelabuhan Tanjung Priok ....................................................................... 4-13
Tabel 4.7
Data Fasilitas Terminal Peti kemas JICT............... 4-17
Tabel 4.8
Fasilitas dan Peralatan RF Pelabuhan Tanjung Priok 420
Tabel 4.9
Data volume limbah Tanjung Priok ....................... 4-23
Tabel 4.10
Data Penampungan Sampah di Pelabuhan Tanjung Priok ....................................................................... 4-26
Tabel 4.11
Tenaga Kerja Kebersihan di Pelabuhan Tanjung Priok ....................................................................... 4-26
Tabel 4.12
Mitra Kerja dan Alat Angkut yang digunakan untuk Penampungan Sampah Pelabuhan Tanjung Priok . 4-27
Tabel 4.13
Data Volume Sampah yang Terangkut Dari LPS Pelabuhan Tanjung Priok Januari s/d Desember 2011 dalam satuan m3 ..................................................... 4-27
Tabel 4.14
Fasilitas Terminal di Pelabuhan Tanjung Perak .... 4-30
Tabel 4.15
Fasilitas Terminal Jamrud ...................................... 4-33
Tabel 4.16
Peralatan Terminal Jamrud .................................... 4-33
Tabel 4.17
Fasilitas Terminal Nilam ....................................... 4-35
Tabel 4.18
Peralatan Terminal Nilam Timur Multipurpose..... 4-35
Tabel 4.19
Fasilitas Terminal Mirah ........................................ 4-37
Tabel 4.20
Peralatan Terminal Mirah ...................................... 4-37
Tabel 4.21
Fasilitas Terminal Kalimas .................................... 4-38
Tabel 4.22
Fasilitas Terminal Berlian ...................................... 4-40
Tabel 4.23
Fasilitas Lapangan PT BJTI ................................... 4-40
Tabel 4.24
Fasilitas Peralatan PT BJTI .................................... 4-41
Tabel 4.25
Produksi PT BJTI................................................... 4-42
xi Tabel 4.26
Kinerja Bongkar Muat PT BJTI 2012 .................... 4-42
Tabel 4.27
fasilitas terminal peti kemas surabaya. .................. 4-43
Tabel 4.28
Standar kinerja PT TPS.......................................... 4-43
Tabel 4.29
Data Kunjungan dan Tonase Kapal di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ........................................ 4-44
Tabel 4.30
Data Arus Penumpang di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ................................................................ 4-45
Tabel 4.31
Data Perbandingan Arus Bongkar Muat Barang (Cargo Flow) di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ........ 4-46
Tabel 4.32
Fasilitas Kade Perak (Roro) ................................... 4-50
Tabel 4.33
Data trafik kapal di Pelabuhan Makassar............... 4-63
Tabel 4.34
Data Trafik Penumpang di Pelabuhan Makassar ... 4-63
Tabel 4.35
Data Trafik Barang di Pelabuhan Makassar .......... 4-64
Tabel 4.36
Data Dermaga di Pangkalan Hatta Pelabuhan Makassar ............................................................................... 4-69
Tabel 4.37
Produktivitas dermaga peti kemas Pelabuhan Makassar ................................................................ 4-70
Tabel 4.38
Dermaga di Pelabuhan Teluk Bayur ...................... 4-79
Tabel 4.39
Trafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Teluk Bayur . 482
Tabel 4.40
Trafik barang berdasarkan komoditi melalui Pelabuhan Teluk Bayur ........................................................... 4-84
Tabel 4.41
Trafik Barang Berdasarkan Komoditi Curah Kering di Pelabuhan Teluk Bayur tahun 2007-2012.............. 4-89
Tabel 4.42
Trafik Barang Berdasarkan Komoditi Curah Cair di Pelabuhan Teluk Bayur tahun 2007-2012.............. 4-91
Tabel 4.43
Arus peti kemas di Pelabuhan Teluk Bayur. .......... 4-92
Tabel 4.44
Kegiatan Kunjungan Kapal dan Bongkar Muat DUKS Pertamina Pelabuhan Teluk Bayur Tahun 2012 .... 4-95
Tabel 4.45
Trafik Kapal di Pelabuhan Benoa 2008-2012 ...... 4-104
Tabel 4.46
Trafik Penumpang di Pelabuhan Benoa 2008-2012. . 4105
Tabel 4.47
Trafik Barang di Pelabuhan Benoa 2008-2012 .... 4-106
Tabel 4.48
TUKS Barang Berbahaya di Pelabuhan Benoa ... 4-110
xii
Tabel 4.49
Data Dermaga Khusus Pertamina di Pelabuhan Benoa. .................................................................. 4-111
Tabel 4.50
Data fasilitas Terminal Peti kemas Bandung ....... 4-115
Tabel 5.1
Rangkuman Data Fasilitas Pelayanan Kapal dan Penumpang............................................................... 5-1
Tabel 5.2
Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang (m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang Kapal Pesiar........................................................................ 5-5
Tabel 5.3
kebutuhan luas terminal penumpang ....................... 5-6
Tabel 5.4
rangkuman data dermaga perintis. ........................... 5-6
Tabel 5.5
dimensi tipikal kapal perintis ................................... 5-7
Tabel 5.6
Rangkuman data Dermaga Curah Kering ................ 5-8
Tabel 5.7
Rangkuman data Dermaga Curah Cair .................... 5-9
Tabel 5.8
Rangkuman data Dermaga Peti kemas .................. 5-11
Tabel 5.9
Dimensi tipikal Kapal Peti kemas .......................... 5-13
Tabel 5.10
Rangkuman data Dermaga Multipurpose .............. 5-14
Tabel 5.11
Rangkuman Data Dry Port .................................... 5-15
Tabel 5.12
Daftar TUKS di Lokasi Survey.............................. 5-17
Tabel 5.13
Data Pembuangan Hasil Keruk di Lokasi Survey. . 5-19
Tabel 5.14
Fasilitas penampungan limbah di lokasi survey .... 5-21
Tabel 5.15
Fasilitas penampungan sampah di lokasi survey ... 5-21
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1
Peta Orientasi Lokasi Studi...................................... 1-3
Gambar 2.1
Denah Terminal Penumpang Internasional Kelas A .. 215
Gambar 2.2
Denah Terminal Penumpang Internasional Kelas B .. 218
Gambar 2.3
Tata letak tipikal Terminal Curah Kering secara umum ..................................................................... 2-19
Gambar 2.4
Tata letak tipikal Terminal Curah Kering dengan sistem sederhana ............................................................... 2-20
Gambar 2.5
Tata letak tipikal Terminal Curah Kering dengan sistem canggih ................................................................... 2-21
Gambar 2.6
Tata letak tipikal Terminal Curah Cair secara keseluruhan ............................................................ 2-23
Gambar 2.7
Tata letak tipikal Peralatan Bongkar Muat pada dermaga Terminal Curah Cair ............................... 2-23
Gambar 2.8
Tata letak tipikal dermaga Terminal Curah Cair ... 2-24
Gambar 2.9
Tata letak tipikal Fasilitas Darat Terminal Curah Cair ........................................................................ 2-24
Gambar 2.10
Kegiatan transhipment peti kemas merupakan bagian dari arus peti kemas total ....................................... 2-27
Gambar 2.11
Sketsa definisi perhitungan panjang dermaga ........ 2-28
Gambar 2.12
Sketsa definisi lebar apron dermaga. ..................... 2-30
Gambar 2.13
Ilustrasi penumpukan peti kemas sisterm truck trailer dan reach stacker/forklift ....................................... 2-32
Gambar 2.14
Ilustrasi penumpukan peti kemas sistem straddle carrier .................................................................... 2-32
Gambar 2.15
Ilustrasi penumpukan peti kemas sisterm RTG/RMG dengan head truck .................................................. 2-33
Gambar 2.16
Ilustrasi penumpukan peti kemas sistem RTG/RMG dengan Shuttle-carrier ........................................... 2-33
Gambar 2.17
Standar sistem penanganan batubara. .................... 2-38
xiv
Gambar 2.18
Sistem penanganan batubara sederhana. ................ 2-38
Gambar 2.19
Standar sistem penanganan di terminal khusus CPO. 240
Gambar 2.20
Halaman depan Paparan Wamen Perhubungan pada International Cruise Workshop 2012..................... 2-50
Gambar 2.21
Grafik jumlah kunjungan kapal berdasarkan lokasinya ................................................................ 2-51
Gambar 2.22
Jumlah Penumpang Kapal Pesiar di Beberapa Tujuan Wisata di Indonesia 2009-2012 ............................. 2-51
Gambar 2.23
Sampul buku Standar Konstruksi Dermaga. .......... 2-54
Gambar 2.24
Contoh isi buku Standar Konstruksi Dermaga. ...... 2-55
Gambar 3.1
Metode pelaksanaan pekerjaan ................................ 3-2
Gambar 4.1
Lokasi terminal pada Kawasan Tanjung Priok ........ 4-2
Gambar 4.2
Dermaga di Terminal I Tanjung Priok ..................... 4-2
Gambar 4.3
Dermaga di Terminal I Tanjung Priok (lanjutan) .... 4-3
Gambar 4.4
Dermaga di Terminal II Tanjung Priok ................... 4-3
Gambar 4.5
Dermaga di Terminal II Tanjung Priok (lanjutan) ... 4-4
Gambar 4.6
Dermaga di Terminal III Tanjung Priok .................. 4-4
Gambar 4.7
Penempatan peralatan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok .......................................................... 4-5
Gambar 4.8
Orientasi dermaga kapal penumpang Tanjung Priok pada citra satelit ....................................................... 4-9
Gambar 4.9
Dokumentasi Terminal Penumpang Tanjung Priok 4-11
Gambar 4.10
Trafik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok .............. 4-12
Gambar 4.11
Trafik peti kemas tahun 2008-2011 ....................... 4-14
Gambar 4.12
Orientasi Lokasi Terminal Peti kemas Koja .......... 4-15
Gambar 4.13
Terminal peti kemas Koja pada peta satelit ........... 4-16
Gambar 4.14
Denah Fasilitas Car Terminal di Pelabuhan Tanjung Priok ....................................................................... 4-18
Gambar 4.15
Pembangunan Car Terminal tahun 2011 ............... 4-18
Gambar 4.16
Kondisi di depan dermaga Car Terminal............... 4-19
xv Gambar 4.17
Standard Operational Procedure Pengelolaan Limbah B3 di Reception facilities (RF) Cabang Pelabuhan Tanjung Priok ........................................................ 4-21
Gambar 4.18
Kapal tunda dan tongkang di RF Tanjung Priok ... 4-24
Gambar 4.19
Oil Boom dan tangki di RF Tanjung Priok ............ 4-24
Gambar 4.20
Prosedur pengumpulan sampah dan penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan ............................ 4-25
Gambar 4.21
Dokumentasi fasilitas penampungan sampah di Tanjung Priok ........................................................ 4-28
Gambar 4.22
Orientasi Pelabuhan Tanjung Perak pada Peta Provinsi Jawa Timur ............................................................ 4-29
Gambar 4.23
Citra satelit Pelabuhan Tanjung Perak ................... 4-29
Gambar 4.24
Citra satelit Terminal Jamrud Tanjung Perak ........ 4-31
Gambar 4.25
Layout Terminal Jamrud Tanjung Perak ............... 4-32
Gambar 4.26
Citra satelit Terminal Nilam Tanjung Perak .......... 4-34
Gambar 4.27
Layout Terminal Nilam Tanjung Perak ................. 4-34
Gambar 4.28
Citra satelit Terminal Mirah Tanjung Perak .......... 4-36
Gambar 4.29
Layout Terminal Mirah Tanjung Perak ................. 4-36
Gambar 4.30
Citra satelit Dermaga Berlian ................................ 4-39
Gambar 4.31
Layout Dermaga Berlian ........................................ 4-39
Gambar 4.32
Dokumentasi kegiatan sandar kapal penumpang di Dermaga Jamrud Utara .......................................... 4-47
Gambar 4.33
Gedung terminal penumpang lama yang kini sudah dibongkar ............................................................... 4-47
Gambar 4.34
Kondisi eksisting pekerjaan Pembangunan Terminal Penumpang Modern di Pelabuhan Tanjung Perak . 4-48
Gambar 4.35
Tampak depan dan tampak dalam Terminal Penumpang Sementara Tanjung Perak ...................................... 4-48
Gambar 4.36
Fasilitas di Terminal Penumpang Sementara Tanjung Perak ...................................................................... 4-49
Gambar 4.37
Aktivitas muat curah kering pangan (atas) dan semen (bawah) di Dermaga Jamrud Selatan ..................... 4-51
Gambar 4.38
Aktivitas muat curah cair CPO di Dermaga Nilam Timur Konvensional .............................................. 4-51
xvi
Gambar 4.39
Dermaga peti kemas di Terminal Nilam Timur Multipurpose .......................................................... 4-52
Gambar 4.40
Dokumentasi terminal peti kemas PT BJTI ........... 4-52
Gambar 4.41
Dokumentasi Terminal Peti kemas PT TPS........... 4-53
Gambar 4.42
Aktivitas bongkar muat peti kemas secara Lo-Lo di Dermaga Jamrud .................................................... 4-53
Gambar 4.43
Dokumentasi fasilitas RF Tanjung Perak. ............. 4-55
Gambar 4.44
Standard Operating Procedure Penerimaan, Penyimpanan dan Pengeluaran Limbah B3 di RF Tanjung Perak. ....................................................... 4-56
Gambar 4.45
Orientasi lokasi Pelabuhan Makassar di Sulawesi Selatan.................................................................... 4-61
Gambar 4.46
Tata letak Pelabuhan Makassar .............................. 4-61
Gambar 4.47
Tata letak dermaga dan peruntukannya di Pangkalan Soekarno Pelabuhan Makassar .............................. 4-62
Gambar 4.48
Tata letak dermaga dan peruntukannya di Pangkalan Hatta Pelabuhan Makassar ..................................... 4-62
Gambar 4.49
Denah Terminal Penumpang Pelabuhan Makassar 4-65
Gambar 4.50
Dokumentasi limbah oli dari kapal dan kegiatan pelabuhan yang ditampung dengan drum di Pelabuhan Makassar ................................................................ 4-74
Gambar 4.51
Gambar Detail Fasilitas Penampungan Limbah Oli dalam drum-drum .................................................. 4-75
Gambar 4.52
Layout Pelabuhan Teluk Bayur ............................. 4-77
Gambar 4.53
Dokumentasi Dermaga 01 (atas) dan Dermaga 02 (bawah) Pelabuhan Teluk Bayur. ........................... 4-79
Gambar 4.54
Dokumentasi Dermaga 03 (atas) dan Dermaga 04 (bawah) Pelabuhan Teluk Bayur. ........................... 4-80
Gambar 4.55
Dokumentasi Dermaga 05 (atas) dan Dermaga 07 (bawah) Pelabuhan Teluk Bayur. ........................... 4-80
Gambar 4.56
Dokumentasi Dermaga Baru Teluk Bayur. ............ 4-81
Gambar 4.57
Dokumentasi Dermaga Khusus Semen Teluk Bayur. 490
Gambar 4.58
Lokasi Dumping area Pelabuhan Teluk Bayur. ..... 4-97
xvii Gambar 4.59
Citra satelit Pelabuhan Benoa. ............................. 4-102
Gambar 4.60
Dokumentasi Dermaga Timur Pelabuhan Benoa. 4-107
Gambar 4.61
Dokumentasi Lahan Reklamasi untuk sandar Kapal Curah Pasir Pelabuhan Benoa. ............................. 4-108
Gambar 4.62
Dokumentasi Dermaga Umum (Selatan) Pelabuhan Benoa. .................................................................. 4-109
Gambar 4.63
Dokumentasi Jetty Pertamina di Pelabuhan Benoa.... 4111
Gambar 4.64
Dokumentasi Dumping area (Reklamasi) Pelabuhan Benoa. .................................................................. 4-112
Gambar 4.65
Fasilitas Penampungan Limbah Pelabuhan Benoa. ... 4113
Gambar 4.66
Dokumentasi Fasilitas Penampungan Sampah Pelabuhan Benoa.................................................. 4-113
Gambar 4.67
Citra satelit Terminal Peti kemas Bandung ......... 4-114
Gambar 4.68
Dokumentasi Terminal Peti kemas Bandung. ...... 4-116
1
PENDAHULUAN BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prasarana merupakan salah satu bagian penting untuk menunjang kelancaran dari transportasi laut. Angkutan perairan dengan pelabuhan merupakan husbandry yang saling terkait dan menunjang dalam setiap kegiatannya. Hal ini tertuang dalam UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang menyebutkan bahwa kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra dan antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting dan strategis sehingga penyelenggaraannya dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan nasional, dan memperkukuh ketahanan nasional. Pembinaan kepelabuhanan dalam satu kesatuan Tatanan Kepelabuhanan Nasional yang ditujukan untuk mewujudkan kelancaran, ketertiban, keamanan dan keselamatan pelayaran dalam pelayanan jasa kepelabuhanan, menjamin kepastian hukum dan kepastian usaha, mendorong profesionalisme pelaku ekonomi di pelabuhan, mengakomodasi teknologi angkutan, serta meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing dengan tetap mengutamakan pelayanan kepentingan umum. Prasarana transportasi laut mutlak dibutuhkan untuk mendukung kelancaran kegiatan transportasi laut dalam satu sistem transportasi laut yang terpadu. Dengan demikian diperlukan standar yang sesuai dengan mengacu kepada konvensi internasional dan aturan nasional.
1-2
B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Studi Menganalisis dan merumuskan konsep standar di bidang prasarana pelayaran. 2. Tujuan Studi Tersusunnya 10 konsep standar di bidang prasarana pelayaran. C. Ruang Lingkup Kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi penyusunan standar prasarana pelayaran, antara lain: 1. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional: a. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar (cruise) dan Penumpang Internasional. b. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar tipe Yacht. 2. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis; 3. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah: a. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair; b. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering; 4. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas; 5. Standar Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan Roro: a. Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Lolo; b. Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Roro; 6. Standar Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan; 7. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya; 8. Standar Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area); 9. Standar Car Terminal; 10. Standar Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan.
1-3 D. Lokasi Studi Kegiatan penelitian dilakukan di Jakarta, Surabaya, Makassar, Padang dan Benoa. Peta orientasi lokasi studi diberikan pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1
Peta Orientasi Lokasi Studi
E. Sistematika Penyajian Sistematika penyajian Laporan Pendahuluan ini terdiri dari 6 (enam) Bab, Daftar Pustaka dan Lampiran sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab I adalah bagian ini, menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah maksud, tujuan serta indikator keluaran dan keluaran, lokasi penelitian, lingkup pekerjaan, jangka waktu pelaksanaan dan sistematika penyajian. Uraian mengenai hal-hal tersebut disusun berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK). Bab II Tinjauan Pustaka Bagian ini menyajikan pustaka dan literatur yang akan digunakan sebagai dasar pelaksanaan studi. Pustaka dan literatur tersebut meliputi hasil studi terdahulu, buku-buku teks yang berkaitan dengan subyek penelitian, aspek legalitas dalam bentuk peraturan-peraturan
1-4
dan undang-undang serta codes dari negara lain yang terkait dan terminologi atau glossary standar. Bab III Metodologi Penelitian Pada bab ini diuraikan mengenai metodologi pelaksanaan pekerjaan dari masing-masing kegiatan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK). Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang diuraikan pada bab ini terdiri dari kegiatan persiapan, pengumpulan data sekunder, kegiatan survey dan pengamatan lapangan, kegiatan pengolahan data hasil survey, kegiatan evaluasi dan analisis data hasil survey, serta kegiatan penyusunan konsep standar. Bab IV Hasil Pengumpulan Data dan Informasi Pada bab ini diuraikan data yang telah diperoleh berdasarkan kegiatan survey lapangan. Bab V Analisis Pada bab ini diuraikan analisis data survey dan literatur yang digunakan sebagai dasar penyusunan konsep standar. Bab VI Kesimpulan Pada bab ini disajikan kesimpulan dari hasil analisis dan penyusunan konsep standar yang telah dilakukan. Daftar Pustaka
2
TINJAUAN PUSTAKA BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peraturan Perundangan 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran Aturan yang ada di dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang pelayaran meliputi aturan mengenai penyelenggaraan kepelabuhanan secara perinci mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Kepelabuhanan. Undang-Undang ini mendefinisikan kepelabuhanan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu-lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra- dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Pelaksanaan fungsi pelabuhan tersebut diatur oleh suatu sistem kepelabuhanan yang disebut tatanan kepelabuhanan nasional. Hal-hal yang diatur dalam Undang-undang ini antara lain penjelasan pelaku-pelaku kegiatan pelayaran beserta kewajiban, tanggung-jawab, perizinan, pemberdayaan, aturan main, hingga sanksi administratif baik untuk pelaksana, pengontrol maupun pihak penyedia jasa lainnya yang terkait dengan angkutan di perairan. Sisi-sisi pengaturan pelaksanaan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri, dan peraturan pelaksanaan lainnya.
b. Terminal. Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar, dan tempat kapal bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan naik turun penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang. Dalam sistem fasilitas pelabuhan, terminal merupakan salah satu fasilitas pokok yang harus tersedia di pelabuhan. Selain terminal yang dimaksud dalam penjelasan di atas, ada pula jenis-jenis
2-2
terminal lain yakni terminal khusus, dan terminal untuk kepentingan sendiri. Terminal khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya. Terminal untuk kepentingan sendiri adalah terminal yang terletak di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya. Kedua terminal tersebut dapat dibangun untuk menunjang kegiatan tertentu di luar Daerah Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan. Terminal khusus dan terminal untuk kepentingan sendiri dapat saja digunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan pelayaran luar negeri bila telah ditetapkan oleh menteri. Terminal-terminal seperti ini ditetapkan menjadi bagian dari pelabuhan terdekat. Pertimbangan pembangunan, perizinan dan aturan pengoperasian, serta persyaratan pengubahan status diatur sedemikian rupa agar penggunaan terminal seperti ini dapat dilaksanakan dengan baik dengan pola integrasi yang teratur. 2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan Menurut Permen LH 5/2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan, Pengelola dapat menerima dan/atau mengelola limbah yang berasal dari kegiatan rutin operasional kapal dan/atau kegiatan penunjang pelabuhan. Limbah tersebut meliputi: a. b. c. d. e. f. g. h.
minyak; material cair dan/atau padat berbahaya dalam bentuk curah; kemasan bekas bahan berbahaya; limbah cair domestik; sampah; emisi; limbah elektronik; dan/atau limbah bekas kapal.
Pengelola dapat menyediakan fasilitas pengelolaan limbah untuk seluruh atau sebagian jenis limbah.
2-3 3. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan
a. Kegiatan-kegiatan (fungsi) pelabuhan. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang digunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta berbagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. Pelabuhan memiliki peran sebagai simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya, pintu gerbang kegiatan perekonomian, tempat alih moda transportasi, penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan, tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang, dan sarana perwujudan Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara. Secara hirarki, pelabuhan dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut: 1) Pelabuhan Utama; Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi. 2) Pelabuhan Pengumpul; Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi. 3) Pelabuhan Pengumpan; Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut
2-4
dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi.
b. Perbandingan kelas pelabuhan. Pelabuhan terdiri atas dua jenis yakni Pelabuhan Laut, dan Pelabuhan Sungai dan Danau. Pelabuhan Laut didefinisikan sebagai pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani kegiatan angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan yang terletak di laut atau di sungai. Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, angkutan laut terdiri atas pelabuhan utama, pengumpul, dan pengumpan. Pelabuhan utama digunakan untuk melayani angkutan laut, dan angkutan penyeberangan dalam negeri dan luar negeri. Pelabuhan Pengumpul digunakan untuk melayani angkutan laut dan angkutan penyeberangan antarprovinsi dan/atau antarnegara. Sedangkan Pelabuhan Pengumpan dapat diklasifikasikan lagi menjadi Pelabuhan Pengumpan regional dan lokal. Pelabuhan Pengumpan regional digunakan untuk melayani angkutan laut dan angkutan penyeberangan antar kabupaten/kota dalam satu provinsi. Pelabuhan pengumpan lokal digunakan untuk melayani angkutan laut dan angkutan penyeberangan antar kabupaten/kota dan/atau antarkecamatan dalam satu kabupaten/kota. Sedangkan Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang digunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau yang terletak di sungai dan danau. Pelabuhan sungai dan danau dapat digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan antar provinsi dan/atau antar negara, antar kabupaten/kota dalam satu provinsi, maupun penyeberangan antar satu kabupaten/kota. Pola pengoperasian dan pengembangan pelabuhan di Indonesia diatur dalam Rencana Induk Pelabuhan Nasional yang berlaku untuk jangka panjang. Fasilitas yang dapat ditemukan di pelabuhan terdiri dari fasilitas pokok dan fasilitas penunjang di daratan dan perairan.
2-5 Fasilitas pokok pelabuhan di daerah daratnya terdiri dari dermaga, gudang lini 1, lapangan penumpukan lini 1, terminal penumpang, terminal peti-kemas, terminal roro, fasilitas penampungan dan pengolahan limbah, fasilitas bunker, fasilitas pemadam kebakaran, fasilitas gudang untuk bahan/barang berbahaya dan beracun, dan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan sarana bantu navigasi pelayaran. di perairan, fasilitas pokoknya terdiri dari alur pelayaran, perairan tempat labuh, kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal, perairan tempat alih muat kapal, perairan untuk kapal yang mengangkut bahan/barang berbahaya dan beracun (B3), perairan untuk kegiatan karantina, perairan alur penghubung intrapelabuhan, perairan pandu, dan perairan untuk kapal pemerintah. Sedangkan fasilitas penunjang yang tersedia di daratannya terdiri dari kawasan perkantoran, fasilitas pos dan telekomunikasi, fasilitas pariwisata dan perhotelan, instalasi air bersih, listrik, dan telekomunikasi, jaringan jalan dan rel kereta api, jaringan air limbah, drainase dan sampah, areal pengembangan pelabuhan, tempat tunggu kendaraan bermotor, kawasan perdagangan, kawasan industri, dan fasilitas umum lainnya. Fasilitas penunjang di perairan terdiri dari perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang, perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal, perairan tempat uji coba kapal (percobaan kapal), perairan tempat kapal mati, perairan untuk keperluan darurat, perairan untuk kegiatan kepariwisataan dan perhotelan. 4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional Hirarki pelabuhan dalam PP 61/2009 telah diperbaharui melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional, dengan kriteria sebagai berikut:
a. Pelabuhan Utama. 1) kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar internasional; 2) berada dekat dengan jalur pelayaran internasional ± 500 mil dan jalur pelayaran nasional ± 50 mil;
2-6
3) memiliki jarak dengan pelabuhan utama lainnya minimal 200 mil; 4) memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang 5) kedalaman kolam pelabuhan minimal –9 m LWS; 6) berperan sebagai tempat alih muat peti kemas, curah, general cargo, atau penumpang internasional; 7) melayani Angkutan peti kemas sekitar 300.000 TEUs/tahun atau angkutan lain yang setara; 8) memiliki dermaga peti kemas, curah, atau general cargo, minimal 1 (satu) tambatan, peralatan bongkar muat peti kemas, curah, atau general cargo, serta lapangan penumpukan/gudang penyimpanan yang memadai. 9) berperan sebagai pusat distribusi peti kemas, curah, general cargo, atau penumpang, di tingkat nasional dan pelayanan angkutan peti kemas internasional;
b. Pelabuhan Pengumpul. 1) kebijakan Pemerintah yang meliputi pemerataan pembangunan nasional dan meningkatkan pertumbuhan wilayah; 2) memiliki jarak dengan pelabuhan pengumpul lainnya setidaknya 50 mil; 3) berada dekat dengan jalur pelayaran nasional ± 50 mil; 4) memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang; 5) berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota provinsi dan kawasan pertumbuhan nasional; 6) kedalaman minimal pelabuhan –7 m LWS; 7) memiliki dermaga multipurpose minimal 1 tambatan dan peralatan bongkar muat; 8) berperan sebagai pengumpul angkutan peti kemas, curah, general cargo, atau penumpang nasional; 9) berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional;
c. Pelabuhan Pengumpan Regional. 1) berpedoman pada tata ruang wilayah provinsi dan pemerataan pembangunan antarprovinsi; 2) berpedoman pada tata ruang wilayah kabupaten/kota serta pemerataan dan peningkatan pembangunan kabupaten/kota;
2-7 3) berada di sekitar pusat pertumbuhan ekonomi wilayah provinsi; 4) berperan sebagai pengumpan terhadap Pelabuhan Pengumpul dan Pelabuhan Utama; 5) berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke Pelabuhan Pengumpul dan/atau Pelabuhan Pengumpan lainnya; 6) berperan melayani angkutan laut antar kabupaten/kota dalam propinsi; 7) memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang; 8) melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota dan/atau antar kecamatan dalam 1 (satu) provinsi; 9) berada dekat dengan jalur pelayaran antar pulau ±25 mil; 10) kedalaman maksimal pelabuhan –7 m-LWS; 11) memiliki dermaga dengan panjang maksimal 120 m; 12) memiliki jarak dengan Pelabuhan Pengumpan Regional lainnya 20 – 50 mil.
d. Pelabuhan Pengumpan Lokal. 1) Berpedoman pada tata ruang wilayah kabupaten/kota dan pemerataan serta peningkatan pembangunan kabupaten/kota; 2) Berada di sekitar pusat pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota; 3) Memiliki luas daratan dan perairan tertentu dan terlindung dari gelombang; 4) Melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota dan/atau antar kecamatan dalam 1 (satu) kabupaten/kota; 5) berperan sebagai pengumpan terhadap Pelabuhan Utama, Pelabuhan Pengumpul, dan/atau Pelabuhan Pengumpan Regional; 6) berperan sebagai tempat pelayanan penumpang di daerah terpencil, terisolasi, perbatasan, daerah terbatas yang hanya didukung oleh moda transportasi laut; 7) berperan sebagai tempat pelayanan moda transportasi laut untuk mendukung kehidupan masyarakat dan berfungsi sebagai tempat multifungsi selain sebagai terminal untuk penumpang juga untuk melayani bongkar muat kebutuhan hidup masyarakat di sekitarnya; 8) berada pada lokasi yang tidak dilalui jalur transportasi laut reguler kecuali keperintisan; 9) kedalaman maksimal pelabuhan –4 m-LWS;
2-8
10) memiliki fasilitas tambat atau dermaga dengan panjang maksimal 70 m; 11) memiliki jarak dengan Pelabuhan Pengumpan Lokal lainnya 5 – 20 mil. 5. Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2011 Tentang Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia Inti dari peraturan ini adalah pemberian kemudahan bagi kapal wisata (yacht) asing yang berkunjung ke Indonesia, dalam rangka mengembangkan industri wisata bahari dan meningkatkan perekonomian masyarakan pesisir, pulau-pulau kecul dan perairan pedalaman. Beberapa pokok dari peraturan ini adalah sebagai berikut: a. Kapal wisata (yacht) asing beserta awak kapal dan/atau penumpang termasuk barang bawaan dan/atau kendaraan yang akan memasuki wilayah perairan Indonesia dalam rangka kunjungan wisata diberikan kemudahan di bidang Clearance and Approval for Indonesian Territory (CAIT), kepelabuhanan, kepabeanan, keimigrasian, dan karantina (Pasal 2 ayat (1)). b. Kemudahan ini diberikan bagi kapal wisata asing yang berkunjung melalui 18 (delapan belas) pelabuhan tertentu (Pasal 4 ayat (1)). c. Kapal wisata asing diwajibkan untuk: Memenuhi ketentuan kepabeanan tentang impor sementara, Memiliki izin tinggal, Menjalani pemeriksaan karantina, d. Dalam rangka peningkatan kunjungan kapal wisata asing, Pemerintah dapat memberikan dukungan fasilitas berupa: Penyiapan alur pelayaran, Kemudahan dalam pembangunan marina atau terminal khusus, Pembangunan dermaga, Pemasangan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Kemudahan untuk fasilitas perawatan dan perbaikan kapal, Dan fasilitas lainnya sesuai kebutuhan.
2-9 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 51 Tahun 2011 Tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya (Pasal 1 butir 3). Terminal Untuk Kepentingan Sendiri adalah terminal yang terletak di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya (Pasal 1 butir 4). Daerah Lingkungan Kerja adalah wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan (Pasal 1 butir 5). Daerah Lingkungan Kepentingan adalah perairan di sekeliling Daerah Lingkungan Kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran (Pasal 1 butir 6). Secara keseluruhan Peraturan ini mengatur tentang syarat penetapan lokasi terminal khusus, syarat pembangunan terminal khusus, syarat pengoperasian terminal khusus, syarat-syarat terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri, syarat-syarat Terminal untuk Kepentingan Sendiri serta pembinaan, pengendalian dan pengawasan terminal khusus, terminal untuk kepentingan sendiri. 7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2011 Tentang Pengerukan Dan Reklamasi
a. Terminologi. 1) Pengerukan adalah pekerjaan mengubah bentuk dasar perairan untuk mencapai kedalaman dan lebar yang dikehendaki atau untuk mengambil material dasar perairan yang dipergunakan untuk keperluan tertentu 2) Reklamasi adalah pekerjaan timbunan di perairan atau pesisir yang mengubah garis pantai dan/atau kontur kedalaman perairan 3) Kapal Keruk adalah kapal dengan jenis apapun yang dilengkapi dengan alat bantu, yang khusus digunakan
2-10
untuk melakukan pekerjaan pengerukan dan/atau reklamasi 4) Daerah Buang adalah lokasi yang digunakan untuk tempat penimbunan hasil kerja keruk
b. Persyaratan Teknis Pengerukan. Berdasarkan pasal 5 ayat 1, persyaratan teknis pengerukan meliputi Desain teknis, Peralatan keruk, Metode kerja dan Lokasi pembuangan hasil keruk (dumping area). 1) Desain Teknis. Berdasarkan pasal 5 ayat 2, desain teknis meliputi: a) layout (peta bathymetry); b) profil/potongan memanjang dan melintang; c) lebar alur, luas kolam, dan kedalaman sesuai dengan ukuran kapal yang akan melewati alur pelayaran; d) alignment alur-pelayaran; e) slope/kemiringan alur-pelayaran; f) hasil survey jenis material keruk; g) lokasi dan titik koordinat geografis area yang akan dikeruk; dan h) volume keruk. 2) Peralatan Keruk. Berdasarkan pasal 5 ayat 3, peralatan keruk meliputi: a) Jenis kapal keruk hopper; dan b) Non hopper. 3) Metode Kerja. Berdasarkan pasal 5 ayat 4, metode kerja paling sedikit memuat: a) Tata cara pelaksanaan pekerjaan pengerukan; b) penggunaan peralatan; c) jadwal pelaksanaan pekerjaan pengerukan; dan d) produktifitas kerja.
2-11 c. Lokasi Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area). Berdasarkan pasal 5 ayat 5, lokasi pembuangan hasil keruk (dumping area) tidak diperbolehkan di: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12)
alur-pelayaran; kawasan lindung; kawasan suaka alam; taman nasional; taman wisata alam; kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; sempadan pantai; kawasan terumbu karang; kawasan mangrove; kawasan perikanan dan budidaya; kawasan pemukiman; dan daerah lain yang sensitif terhadap pencemaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Pasal 6, lokasi pembuangan juga harus memenuhi syarat: 1) kedalaman lebih dari 20 (dua puluh) meter LWS dan/atau jarak dari garis pantai lebih dari 12 (dua belas) Mil; 2) didasarkan pada studi lingkungan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. 8. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2012 Tentang Reception facility Perpres 29/2012 merupakan penyempurnaan dari Instruksi Presiden terkait ratifikasi Annex I dan Annex II MARPOL. Dalam Perpres ini dilakukan pengesahan Annex III, IV, V dan VI MARPOL. Dengan dikeluarkannya Perpres ini, maka Indonesia telah mewajibkan diri secara penuh untuk memenuhi seluruh ketentuan yang diatur dalam MARPOL. B. Studi Terdahulu 1. Studi Standarisasi di Bidang Prasarana Transportasi Laut, 2010 Studi Standardisasi di Bidang Prasarana Transportasi Laut yang disusun pada tahun 2010 menghasilkan beberapa Rancangan
2-12
Standar Nasional Indonesia di bidang prasarana transportasi laut yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas A. Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas B. Standar Terminal Penumpang Domestik Kelas A. Standar Terminal Penumpang Domestik Kelas B. Standar Terminal Penumpang Domestik Kelas C. Standar Rambu-rambu Pelabuhan. Standar Pelayanan Air di Pelabuhan Hub Internasional. Standar Pelayanan Air di Pelabuhan Internasional. Standar Terminal Curah Cair. Standar Terminal Curah Kering.
Dari kesepuluh RSNI tersebut, terdapat 4 (empat) materi yang berkaitan dengan studi yang akan dilaksanakan, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1
Materi terkait dalam Studi Standardisasi di Bidang Prasarana Transportasi Laut, 2010
No.
Studi terdahulu yang relevan
1
Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas A
2
Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas B
3
Standar Terminal Curah Cair
4
Standar Terminal Curah Kering
Studi saat ini Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah
2-13 a. Rancangan Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas A. Analisis Rancangan Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas A merupakan hasil adopsi dari CTDS. Namun ada beberapa hal lain yang distandarkan yaitu hal-hal yang terkait dengan perkembangan masa kini dan ketentuan lain yang terkait juga diakomodir dalam standar ini baik itu dari standar dalam negeri maupun luar negeri. Standar luas terminal penumpang Internasional Kelas A berdasarkan studi dari referensi-referensi diperoleh sebagai berikut. Tabel 2.2
Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang (m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang Internasional Kelas A Ruang m²/penumpang (n)
Ruang Esensial Ruang Umum (f1) Ruang Pelaporan (f2) Ruang Tunggu Keberangkatan (f3) Ruang Tunggu Kedatangan (f4)
3 0.5 1.5 1
Sumber: Adopsi dari The Air Transport Association (IATA), 2005.
Dari pemilihan kebutuhan ruang m²/penumpang tersebut kemudian dibuat rumus luas ruang esensial sebagai berikut: Gedung Terminal
A = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 +A6
Ruang Umum (Public Hall), A1 = n x f1 Ruang Pelaporan (Check-in), A2 = n x f2 Ruang tunggu keberangkatan, A3 = n x f3 Ruang tunggu kedatangan, A4 = n x f4 Area Konsesi/Kios, A5 = 25% x (A1+ A3) +10% x A4 Ruang Utilitas, A6 = 10% x (A1+ A2+ A3) + 25% xA4 Parkir, A = E x f x h
Dimana: A = luas lahan parkir. E = jumlah penumpang dalam satu kali keberangkatan. F = jumlah kendaraan per penumpang (0.5). H = kebutuhan lahan parkir per kendaraan (25m²)
2-14
Terminal Penumpang Internasional Kelas A dengan kapasitas minimum 800 orang didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:
Ruang Umum (Public Hall) = 2.400 m² Ruang Pelaporan (Check-in)= 400 m² Ruang tunggu keberangkatan = 1.200 m² Ruang tunggu kedatangan = 800 m² Area Konsesi/Kios = 980 m² Ruang Utilitas = 480 m² Parkir = 10.000 m²
Sehingga didapatkan luas areal gedung terminal 6.300 m² dan luas areal Parkir kendaraan antar / jemput & intermodal 10.000 m². Dari Luasan Bangunan, Luasan Parkir dan Intermoda serta Kebutuhan Fasilitas-Fasilitas di Terminal Penumpang Internasional Kelas A maka disusun contoh denah dari terminal penumpang tersebut. Denah terminal penumpang Internasional Kelas A disajikan pada Gambar 2.1.
2-15
71.00
F
8.00 23.00
E
D
C
B
B A
19.50
105.00 Jalan
J
18.00
16.25 18.75 25.00
60.00
3.00
G
Jalan
H
J
I
18.00
G
100.00
100.00
Legenda : Ruang Umum
I
Tempat Parkir Cadangan
Ruang Semi Steril
J
Jalan
Ruang Steril
Ruang Konsesi
Tempat Parkir
Loket Tiket
A
Ruang Umum
Cargo
B
Pemeriksaan Pintu, x-ray-cam
Pos kesehatan
C
Ruang Lapor Diri
Pos Keamanan
D
Ruang Tunggu Kedatangan
Ruang Info
E
Ruang Tunggu Keberangkatan Sistem Penanganan Bagasi
F G
Kendaraan Umum Dan Intemoda
Toilet
H
Kendaraan Pribadi
Pepohonan
Gambar 2.1
Denah Terminal Penumpang Internasional Kelas A
2-16
b. Rancangan Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas B. Rancangan Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas B merupakan hasil adopsi dari CTDS. Namun ada beberapa hal lain yang distandarkan yaitu hal-hal yang terkait dengan perkembangan masa kini dan ketentuan lain yang terkait juga diakomodir dalam standar ini baik itu dari standar dalam negeri maupun luar negeri. Standar luas terminal penumpang Internasional Kelas B berdasarkan studi dari referensi-referensi diperoleh sebagai berikut. Tabel 2.3
Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang (m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang Internasional Kelas B
Ruang Esensial
Ruang m2/penumpang (n) Ruang Umum (f1) 3 Ruang Pelaporan (f2) 0.5 Ruang Tunggu Keberangkatan 1.5 (f3) Ruang Tunggu Kedatangan 1 (f4) Sumber: adopsi dari The Air Transport Association (IATA), 2005.
Dari pemilihan kebutuhan ruang m²/penumpang tersebut kemudian dibuat rumus luas ruang esensial sebagai berikut: Gedung Terminal
A = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 +A6
Ruang Umum (Public Hall) A1 = n x f1 Ruang Pelaporan (Check-in)A2 = n x f2 Ruang tunggu keberangkatan A3 = n x f3 Ruang tunggu kedatangan A4 = n x f4 Area Konsesi/ Kios A5 = 25% x (A1+ A3) +10% x A4 Ruang Utilitas A6 = 10% x (A1+ A2+ A3) + 25% xA4 Parkir A=Exfxh
Dimana: A = luas lahan parkir. E = jumlah penumpang dalam satu kali keberangkatan. f = jumlah kendaraan per penumpang (0.5). h = kebutuhan lahan parkir per kendaraan (25m²).
2-17 Terminal Penumpang Internasional Kelas B dengan kapasitas minimum 400 orang didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:
Ruang Umum (Public Hall) Ruang Pelaporan (Check-in) Ruang tunggu keberangkatan Ruang tunggu kedatangan Area Konsesi/ Kios Ruang Utilitas Parkir
= 1.200 m² = 200 m² = 600 m² = 400 m² = 490 m² = 240 m² = 5.000 m²
Sehingga didapatkan luas areal gedung terminal 3.200 m² dan luas areal Parkir kendaraan antar / jemput & intermodal 5.000 m². Dari Luasan Bangunan, Luasan Parkir dan Intermoda serta Kebutuhan Fasilitas-Fasilitas di Terminal Penumpang Internasional Kelas B maka disusun contoh denah dari terminal penumpang tersebut. Denah terminal penumpang Internasional Kelas B disajikan pada Gambar 2.2.
2-18
F
12.00 14.00
6.00
7.00
E C
D
B
B
B A
14.50
80.00 Jalan
J
18.00
19.00
45.00
67.00
G
Jalan
H
J
I
18.00
G
50.00
100.00
Legenda : Ruang Umum
J
Jalan
Ruang Semi Steril
Ruang Konsesi
Ruang Steril
Loket Tiket
Tempat Parkir
Pos kesehatan
A
Ruang Umum
Pos Keamanan
B
Pemeriksaan Pintu, x-ray-cam
Ruang Info
C
Ruang Lapor Diri
D
Ruang Tunggu Kedatangan
Ruang Karantina
E
Ruang Tunggu Keberangkatan
Bea Cukai Sistem Penanganan Bagasi
F G
Kendaraan Umum Dan Intemoda
Toilet
H
Kendaraan Pribadi
Pepohonan
I
Tempat Parkir Cadangan
Gambar 2.2
Denah Terminal Penumpang Internasional Kelas B
c. Rancangan Standar Terminal Curah Kering. Standar yang akan dianalisis adalah untuk terminal curah kering batubara. Batubara merupakan produk yang banyak didistribusikan melalui angkutan laut. Saat ini perusahaanperusahaan memiliki kecenderungan membangun Pelabuhan Khusus Batubara, karena penyimpanan dan penanganan
2-19 batubara relatif mudah. Perencanaan terminal curah kering melalui adopsi dari berbagai sumber yaitu:
(UNCTAD)-Port Development: a handbook for planners in developing countries 2nd edition revised and expanded (1985) (UNCTAD)-Suitable development for ports (1993) (ISPS) Code-International Ship & Port Facility Security (IMO)-Comprehensive Manual on port reception facilities (IMO-597E) (1999) (IMO)-BLU Code: Code of Practice for the Safe Loading and Unloading of Bulk Carriers (IMO-266E) (1998)
Bentuk zoning terminal curah kering untuk satu unit sandaran dijelaskan seperti pada gambar di bawah ini.
Keterangan gambar: 1. Terminal curah kering fasilitas darat; 2. Loading platform; 3. Sistem tambat; 4. Tongkang.
Gambar 2.3
Tata letak tipikal Terminal Curah Kering secara umum
2-20
1 2
3 6 5
4
13
14
9
7 10
8
11
12 15 16
Keterangan gambar: 1. Pintu gerbang 2. Pos keamanan 3. Perkantoran 4. Area parkir 5. Lapangan penumpukan 1 6. Lapangan penumpukan 2 7. Kolam penampungan aliran drainase dari area terminal 8. Loading platform 9. Jembatan timbang 10. Ruang kontrol terbuka 11. Area supply air 12. Kran 13. Buldozer 1 14. Buldozer 2 15. Sistem tambat 16. Tongkang
Gambar 2.4
Tata letak tipikal Terminal Curah Kering dengan sistem sederhana
2-21 1 2
3
11 8 12 9
10 4
13
14
5
15 16
6
17
7
18
19
Keterangan gambar: 1. Pintu gerbang 2. Pos keamanan 3. Perkantoran 4. Area parkir 5. Jembatan timbang
11. 12. 13. 14. 15.
6.
16.
Reclaimer Stacker Buldozer 1 Buldozer 2 Kolam penampungan aliran drainase dari area terminal Conveyor system
17. 18.
Loading platform Sistem tambat
19.
Tongkang
7. 8. 9. 10.
Ruang kontrol terbuka Area supply air Lapangan penumpukan 1 Lapangan penumpukan 2 Lapangan penumpukan 3
Gambar 2.5
Tata letak tipikal Terminal Curah Kering dengan sistem canggih
d. Rancangan Standar Terminal Curah Cair. 1) Tangki. Desain dan analisis tanki disesuaikan berdasarkan kebutuhan dengan mengacu kepada API 650/653 Oil Storage Tank Design and Analysis. Tipikal tangki
2-22
penyimpanan untuk ekspor LNG berkapasitas 300 000 barrel atau 47.750 m3. 2) Pipa. Pipa-pipa penyalur diletakkan di bawah atau samping jetty dengan tujuan lalu lintas di jetty tidak terganggu. Pipa yang berada di platform dinaikkan ke atas jetty guna memudahkan penyambungan pipa-pipa. Pipa uap untuk membersihkan tangki kapal dan pipa suplai air tawar ditempatkan di sisi pipa utama. Rentang pipa yang menggantung tidak lebih dari 4-12 m. 3) Rumah Pompa. Rumah pompa diletakkan terpisah dari kantor tetapi tidak berjauhan, dan diletakkan dekat dengan jetty. 4) Jetty. Tipikal jetty yang digunakan untuk terminal curah cair adalah tipe jetty L atau T dan tipe jetty jari. Jetty harus dilengkapi dengan fasilitas: a) b) c) d) e) f)
Loading arm Daerah layanan Bangunan pelayanan Derek jetty Cerobong api khusus untuk terminal curah cair LNG Tipikal dimensi platform 20 x 35 m2.
Tipe jetty jari dipasang dengan platform dan mooring dolphin terpisah. Jarak minimum dari kapal ke dolphin adalah 30 m.
2-23
Terminal Curah Cair (Faslitas Darat)
Terminal Curah Cair (Faslitas Laut)
Gambar 2.6
Tata letak tipikal Terminal Curah Cair secara keseluruhan X1
X2
3 1 2
4
5 6
7
. Keterangan gambar: (1) Rak pipa; (2) Pipa; (3) Pagar; (4) Walkways; (5) Balok; (6) Pile cap/poer; (7) Tiang pancang; (X1) Panjang rak sistem pipa; (X2) Panjang walkways
Gambar 2.7
Tata letak tipikal Peralatan Bongkar Muat pada dermaga Terminal Curah Cair
2-24
2
3
1
4 5
Keterangan gambar: (1) Mooring dolphin; (2) Catwalk; (3) Dolphin; (4) Breasting Dolphin; (5) Fender
Gambar 2.8
Tata letak tipikal dermaga Terminal Curah Cair 5
1
2
3
4 6 10
7 8
11
9 12
13 15 14
16 18
17
Keterangan gambar: (1) Pintu gerbang 1; (2) Pintu gerbang 2; (3) Pos keamanan 1; (4) Pos keamanan 2; (5) Ruang kontrol terbuka; (6) Jembatan timbang; (7) Area perkantoran; (8) Filling station; (9) Rumah pompa; (10) Gen set; (11) Boiler; (12) Area supply BBM; (13) Concrete ring beam; (14) Tangki; (15) Area sistem pemadam kebakaran; (16) Piping system; (17) Pos keamanan 3; (18) Pintu masuk menuju ke arah jetty
Gambar 2.9
Tata letak tipikal Fasilitas Darat Terminal Curah Cair
2. Studi Standarisasi di Bidang Kepelabuhanan, 2011 Studi Standardisasi di Bidang Kepelabuhanan yang disusun pada tahun 2011 menghasilkan beberapa Rancangan Standar Nasional Indonesia di bidang kepelabuhanan, yaitu:
2-25 a. Standar Fasilitas Transshipment Peti kemas Pada Pelabuhan Utama b. Standar Fasilitas Transshipment General cargo Pada Pelabuhan Utama c. Standar Pelayanan Jasa Penumpukan di Gudang Tertutup d. Standar Fasilitas Pemeliharaan dan Perawatan Kapal di Pelabuhan e. Standar Sistem Manajemen Perawatan Fasilitas Pelabuhan f. Standar Perhitungan Kinerja Pelayanan Kapal Dan Barang di Pelabuhan g. Standar Terminal Khusus (TK) Batubara h. Standar Terminal Khusus (TK) CPO. i. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) Batubara j. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) CPO. k. Standar Fasilitas Penampungan dan Pengelolaan Limbah Kapal di Pelabuhan Utama. Standar Peralatan Bongkar Konvensional di Pelabuhan.
Muat
Peti
kemas
secara
Dari keduabelas RSNI tersebut, terdapat 6 (enam) materi yang berkaitan dengan studi yang akan dilaksanakan, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.4.
2-26
Tabel 2.4 No. 1
2
Materi terkait dalam Studi Standardisasi di Bidang Kepelabuhanan, 2011
Studi terdahulu yang relevan Standar Fasilitas Transshipment Peti kemas Pada Pelabuhan Utama Standar Terminal Khusus (TK) Batubara
3
Standar Terminal Khusus (TK) CPO
4
Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) Batubara Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) CPO Standar Fasilitas Penampungan dan Pengelolaan Limbah Kapal di Pelabuhan Utama
5
6
Studi saat ini Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Standar Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan
a. Standar Fasilitas Transhipment Peti kemas Pada Pelabuhan Utama. Transshipment peti kemas di pelabuhan atau terminal peti kemas hanya menangani jumlah/prosentase tertentu dari arus kontainer total (total container throughput), dan setelah penyimpanan sementara di lapangan penumpukan, peti kemas segera diangkut kembali oleh kapal lain untuk pengiriman selanjutnya. Diagram yang menggambarkan proses penanganan peti kemas dari laut ke darat melalui terminal ditunjukkan pada gambar berikut ini. Dapat dilihat bahwa transshipment peti kemas merupakan bagian dari proses penanganan peti kemas yang terbatas di hingga ke terminal. Sementara arus keluarmasuk (ekspor-impor) ke darat melibatkan juga angkutan darat (hinterland transport).
2-27
Sisi Dermaga/Laut
Pelabuhan/Terminal
Sisi Darat
TRANSSHIPMENT transshipment
stack petikemas
Transpor hinterland (truck/trailer, KA)
ekspor (outbond)
ekspor
impor (inbond)
impor
arus petikemas total (TEU’s/tahun) (volume petikemas yang ditangani/tahun)
Gambar 2.10 Kegiatan transshipment peti kemas merupakan bagian dari arus peti kemas total Tabel 2.5 Terminal peti kemas di pelabuhanpelabuhan yang disurvey Terminal Peti kemas di pelabuhan yang disurvei adalah sebagai berikut: 1) Pelabuhan Tanjung Priok a) PT Jakarta International Container Terminal (JICT). b) TPK Koja. c) PT MTI (Multi Terminal Indonesia). d) Terminal Operasi 3. 2) Pelabuhan Belawan Belawan International Container Terminal 3) Pelabuhan Tanjung Perak a) Terminal Berlian, dikelola oleh PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (BJTI) b) Terminal Peti kemas Surabaya, dikelola oleh PT Terminal Peti kemas Surabaya (TPS) 4) Pelabuhan Makassar Terminal Peti kemas Makassar (TPM) 1) Fasilitas Utama. Fasilitas utama pendukung kegiatan transshipment peti kemas di pelabuhan utama minimal terdiri dari fasilitas yang disebutkan pada bagian berikut:
2-28
a) Dermaga. Panjang dermaga harus mengikuti kriteria teknis sesuai dengan panjang rata-rata kapal terbesar yang dilayani, termasuk memperhitungkan persyaratanpersyaratan ruang yang diperlukan untuk peralatan tambat labuh yang aman antara lain fendering, mooring dan jarak aman antar kapal. IMO (International Maritime Organization) mengusulkan persamaan berikut untuk menghitung panjang dermaga. Lw n LOA n 1 10% LOA
(1) dimana Lw = panjang dermaga LOA = panjang total kapal (length overall) N = jumlah tambatan 10% x LOA
10% x LOA
10% x LOA LOA
LOA
kapal
kapal dermaga
Gambar 2.11 Sketsa definisi perhitungan panjang dermaga Ukuran kolam dermaga harus memenuhi ketentuan untuk kebutuhan olah gerak kapal dan kedalaman yang cukup sesuai dengan draft kapal pengangkut peti kemas terbesar yang dilayani. Sebagai pedoman, Pelabuhan utama yang melayani kapal peti kemas berkapasitas 5.000 TEUs, memerlukan panjang total dermaga minimal 350 meter dan kedalaman kolam dermaga 15 meter. Panjang dermaga dan kedalaman kolam untuk transshipment peti kemas Pelabuhan Utama minimal adalah 200 m dengan kedalaman 11m dari
2-29 praktek yang ada1, namun sesuai dengan Kepmenhub No. 53 Tahun 2002 disajikan pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Ukuran dermaga dan kedalaman kolam Pelabuhan Utama Hirarki Pelabuhan Utama Primer Utama Sekunder Utama Tersier
Panjang Dermaga Min. (meter) 350 250 150
Kedalaman Kolam Min. (meter LWS) -12,00 -9,00 -7,00
Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan No KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
b) Apron. Lebar apron yang aman (ad) dan nyaman untuk operasional alat angkut (truk dan KA) yang diukur dari berth line dermaga sampai dengan sisi gudang laut (gudang lini I) atau lapangan penumpukan sebagai berikut (lihat Gambar 2.12). (Quin,1972).
1
Lebar apron minimum 3,00 m dengan crane dan 1 jalur KA 20,00 m dengan 2 jalur truk trailer 8,00 m dengan 1 jalur KA dan 1 jalur truk trailer 9,00 m dengan 2 jalur KA dan 1 jalur truk trailer 13,00 m dengan crane dan 2 jalur KA 25,00 m
sumber: http://www.internationalpsa.com/factsheet/map.html
2-30
ad Lapangan penumpukan berth line/tepi dermaga
Gambar 2.12 Sketsa definisi dermaga.
lebar
apron
c) Lapangan Penumpukan. Kebutuhan luas lapangan penumpukan peti kemas yang disarankan untuk pelabuhan utama menurut Kepmenhub No. 53 Tahun 2002 diberikan pada Tabel 2.7. Tabel 2.7 Hirarki Pelabuhan
Utama Primer Utama Sekunder Utama Tersier
Luas lapangan penumpukan sesuai arus peti kemas Arus Peti Luas kemas Lapangan (TEUs/tahun) Penumpukan (Ha) 3 juta-3,5 juta 15 1,5 juta 10 Tidak diperinci
Tidak diperinci
Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan No KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional.
2-31 d) Fasilitas Penanganan Peti kemas. Tabel 2.8 adalah kebutuhan peralatan minimal (crane) yang disyaratkan sesuai dengan arus peti kemas menurut Kepmenhub No. 53 Tahun 2002. Tabel 2.8
Jumlah crane minimal sesuai arus peti kemas
Hirarki Arus Peti Pelabuhan kemas (TEUs/tahun) Utama 3 juta-3,5 juta Primer Utama 1,5 juta Sekunder Utama Tidak Tersier diperinci
Peralatan Jumlah
crane
4 unit
crane
2 unit
mobile Tidak crane / diperinci ship gear 50 ton
Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan No KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional
Jenis peralatan tergantung pada sistem bongkar muat peti kemas yang digunakan. Secara umum sistem bongkar muat peti kemas yang biasa digunakan adalah:
Sistem truck trailer/forklift dan reach stacker Sistem straddle carrier Sistem Rubber-tyre gantry (RTG) dan/atau railmounted gantry (RMG) Campuran dari ketiga sistem di atas
Sistem truck trailer dan reach stacker/forklift paling ekonomis diterapkan pada terminal kecil berkapasitas antara 60.000-80.000 TEUs per tahun dan luas lapangan penumpukan tak terbatas. Gambar menunjukkan sistem truck trailer dan reach stacker/forklift.
2-32
Gambar 2.13 Ilustrasi penumpukan peti kemas sistem truck trailer dan reach stacker/forklift Sistem straddle carrier adalah sistem penanganan peti kemas yang cocok untuk terminal dengan luas lapangan penumpukan yang terbatas. Sistem straddle carrier dapat menumpuk peti kemas 3 hingga 4 tumpukan dan merupakan sistem yang paling optimal dari segi kecepatan untuk terminal yang menangani arus peti kemas 100.000 hingga 3.000.000 TEUs per tahun. Gambar 2.14 adalah ilustrasi penanganan peti kemas sistem straddle carrier.
Gambar 2.14 Ilustrasi penumpukan peti kemas sistem straddle carrier Sistem RTG/RMG bisa menyusun peti kemas 5-9 blok dalam 4-6 tumpuk. Sistem ini ekonomis untuk terminal yang menangani peti kemas lebih dari
2-33 200.000 TEUs per tahun dan luas lapangan penumpukan terbatas atau mahal. Gambar 2.15 dan Gambar 2.16 masing-masing adalah ilustrasi sistem RTG dan/atau RMG dengan head truck dan shuttle carrier.
Gambar 2.15 Ilustrasi penumpukan peti kemas sistem RTG/RMG dengan head truck
Gambar 2.16 Ilustrasi penumpukan peti kemas sistem RTG/RMG dengan Shuttlecarrier Peralatan sisi laut Terminal peti kemas adalah Quayside Gantry Crane (QGC). Kapasitas minimum QGC yang disyaratkan adalah: Daya angkat: 40 ton Jangkauan ke sisi laut: 32,5 m Tinggi hoist di bawah spreader: 25 m Lebar track: 15-18 m
2-34
Jangkauan ke sisi darat: 15 m Jarak bebas di bawah crane: 12 m
Kapasitas/kemampuan crane dinyatakan dalam Gross Crane Rate (GCR) yang dinyatakan dengan:
GCR
TCH TWH
TCH, Total Container Handled = jumlah peti kemas (masuk atau keluar) yang ditangani TWH, Total Worked Hours = seluruh waktu yang diperlukan crane untuk menangani peti kemas, termasuk idle time. Untuk Pelabuhan utama primer, Kepmenhub No. KM 53 Tahun 2002 mensyaratkan minimal 4 unit crane dengan arus peti kemas total (transit dan non transit) antara 3 juta-3,5 juta TEUs/tahun. Jika dari volume tersebut dianggap 20% adalah peti kemas transit, maka arus peti kemas transit adalah 600.000700.000 TEUs/tahun, rata-rata = 650.000 TEUs/tahun. Produktivitas 1 unit crane rata-rata adalah 0,5 TEUs/menit atau 30 TEUs/jam atau 262.800 TEUs/tahun. Jumlah crane yang diperlukan adalah 650.000/262.800 = 2,47 3 unit. Peralatan sisi darat Terminal peti kemas adalah sebagai berikut: (1) Rubber-tyred Gantry (RTG) Crane dan Railmounted Gantry (RMG) Crane RTG dan RMG crane atau biasa disebut dengan transtainer adalah crane peti kemas yang berupa portal lebar beroda karet (RTG) atau sistem rel (RMG). Alat ini dapat menumpuk peti kemas 59 blok dalam 4-6 tingkat. Kapasitas RTG yang disarankan untuk transshipment peti kemas di Pelabuhan utama adalah minimal 35 ton. Jumlah RTG/RMG yang ideal adalah 3 unit untuk 1
2-35 buah QGC, sehingga untuk 3 unit QGC diperlukan 9 unit RTG/RMG. (2) Straddle carrier Straddle carrier adalah kendaraan pengangkut peti kemas berbentuk portal persegi empat panjang beroda karet. Straddle carrier hanya dapat menumpuk hingga 2 atau 3 tingkat. Kapasitas minimal straddle carrier untuk pelabuhan utama berkisar antara 30-35 ton. Satu buah QGC biasanya cukup ideal dilayani oleh 35 unit straddle carrier. (3) Forklift, reach stacker dan side loader Forklift, reach stacker dan side loader merupakan kendaraan khusus pengangkut peti kemas yang dapat menyusun peti kemas di lapangan penumpukan. Reach stacker juga dapat digunakan untuk memuat peti kemas ke truk trailer. (4) Head truck dan container chassis Head truck adalah truk semi-trailer yang memiliki sambungan permanen atau semi permanen sehingga dapat berbelok tajam. Untuk mengangkut peti kemas, head truck dilengkapi dengan container chassis yang dapat di lepas. (5) Shuttle-carrier Shuttle-carrier merupakan kendaraan pengangkut peti kemas generasi terbaru yang merupakan pengembangan dari straddle carrier sehingga dapat bermanuver lebih baik sehingga memiliki produktivitas yang tinggi.
2-36
Tabel 2.9
Peralatan Terminal Peti kemas di Pelabuhan-Pelabuhan
Nama Pelabuhan & Terminal
Container Crane/ Quay Gantry Crane Utama Primer (UP)=4 buah Utama Sekunder(US)=2 buah
RSNI Tanjung Priok JICT TPK Koja PT MTI TO3 Belawan (BICT) Tanjung Perak BJTI TPS
21 buah 6 buah 4 (35 ton) 5=40 ton 1=35 ton
11 buah
Makassar (TPM) Sumber: Hasil Survey, 2011. 2) Fasilitas Pendukung. Fasilitas pendukung disajikan pada Tabel 2.10. Tabel 2.10 RSNI Kantor administrasi Kantor Pabean Refrigerator Menara pengawas Bengkel perawatan Penyedia jasa bongkar muat
fasilitas pendukung transshipment peti kemas T. Priok
Belawan
T. Perak
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
ada
Ada
2-37 Tabel 2.10 (lanjutan) RSNI Kantor administrasi Kantor Pabean Refrigerator Menara pengawas Bengkel perawatan Penyedia jasa bongkar muat
Makassar
Tenau
ada
ada
ada
Tidak ada
ada ada
ada
ada
ada
ada
Tidak diketahui
b. Standar Terminal Khusus (TK) Batubara. Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Terminal Khusus merupakan hasil adobsi dari Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2011 ‘Terminal Khusus dan Terminal untuk Kepentingan Sendiri’ serta untuk Batubara merupakan hasil adopsi dari Standardisasi Terminal Curah yang dikeluarkan oleh UNCTAD. Standar sistem penanganan batubara disajikan pada Gambar 2.17. Sistem dilengkapi dengan peralatan khusus untuk loading/unloading dan untuk menumpuk batubara. Sistem terdiri dari penanganan batu bara dari darat untuk dikapalkan dengan kapal khusus pengangkut material curah dan sebaliknya.
2-38
Penumpukan/Stockpile Stacker-Reclaimer Truk/ kereta api
Conveyor
Conveyor Transfer
Loading
Unloader
Ship Loader
Kapal Curah
Conveyor
Barge Unloader conveyor
Muat langsung
Barge
LAPANGAN PENUMPUKAN Penumpukan/Stockpile Stacker-Reclaimer
Truk/ kereta api
Conveyor
Conveyor Loading
Transfer
loader
Ship Loader
Kapal Curah
Conveyor
Conveyor, Barge Loader
Muat langsung
Barge
Gambar 2.17 Standar sistem penanganan batubara. Standar sistem penanganan batubara sederhana dengan kapasitas yang lebih kecil ditunjukkan oleh flow chart berikut. Truk Dozer /Stacker Truk
Penumpukan/St ockpile Dozer, Loader Loading
Loader
Dozer, Loader
Loading Barge/Ship Loader Penumpukan/St ockpile
Barge/ Kapal
Barge/ Kapal Barge/Ship Unloader
Gambar 2.18 Sistem penanganan batubara sederhana.
2-39 Tabel 2.11
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Penerapan RSNI di lokasi survey TK Batubara
Standar Fasilitas Fasilitas Sisi Laut Alur pelayaran Kolam sandar Tempat labuh kapal Sarana bantu navigasi pelayaran Perairan untuk keperluan darurat Fasilitas Sisi Darat Fasilitas tambat Lapangan penumpukan Fasilitas bongkar muatan
9
Fasilitas penumpukan dan pengambilan
10
Fasilitas muat
11 12 13 14 15
Fasilitas bunker bahan bakar Fasilitas pemadam kebakaran Fasilitas pengaman debu Jaringan drainase dan pengolahan air buangan Perkantoran
Kaltim Prima Coal -18 m Tidak diketahui -18 m Stacker-reclaimer 1.350 ton per jam dan reclaimer 3.350 ton per jam Dua ship loaders dengan kapasitas nominal 4.700 ton per jam Tidak diketahui
17
nstalasi air bersih, listrik, dan telekomunikasi Jaringan jalan
18
Timbangan
16
2-40
c. Standar Terminal Khusus (TK) CPO. Standar sistem penanganan CPO ditunjukkan oleh diagram berikut ini.
Gambar 2.19 Standar sistem penanganan di terminal khusus CPO. Temperatur penanganan CPO yang direkomendasikan selama transportasi perlu dijaga antara 32°C hingga 40°C, sementara untuk proses loading/unloading, dibutuhkan temperatur lebih tinggi antara 50°C hingga 55°C sementara suhu penyimpanan berkisar dari 37°C hingga 45°C. Saat dibutuhkan pemanasan, perubahan maksimum temperatur selama 24 jam tidak boleh melampaui 5°C. Minyak tidak boleh dipanaskan dan didinginkan berulangulang karena akan menyebabkan penurunan kualitasnya. Berat jenisnya bervariasi antara 0.8 dan 0.95, tergantung pada jenis minyak dan juga temperaturnya. Terminal khusus di Indonesia terdiri dari berbagai macam usaha. Standar terminal khusus meliputi segi keselamatan pelayaran untuk pemilihan lokasi, pembangunan dan operasi yang sudah diatur dalam peraturan Menteri nomor 51 tahun 2011.
d. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) Batubara dan CPO. Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Terminal untuk Kepentingan sendiri hampir sama dengan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Terminal Khusus yang
2-41 merupakan hasil adopsi dari Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2011 ‘Terminal Khusus dan Terminal untuk Kepentingan Sendiri’ serta untuk Batubara dan CPO merupakan hasil adopsi dari Standardisasi Terminal Curah yang dikeluarkan oleh UNCTAD. Namun dari rancangan tersebut ada bagian-bagian fasilitas yang dihilangkan, hal ini karena TUKS berada pada DLKr maupun DLKp Pelabuhan Umum yang sebagian fasilitas telah disediakan oleh Pelabuhan umum. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain Alur pelayaran, tempat labuh kapal dan sarana bantu navigasi pelayaran.
e. Standar Fasilitas Penampungan dan Pengelolaan Limbah Kapal di Pelabuhan Utama. Pengadaan fasilitas pengelolaan limbah di pelabuhan merupakan bagian dari pelaksanaan Konvensi Internasional tahun 1973 tentang pencegahan pencemaran dari kapal yang kemudian dimodifikasi oleh Protokol 1978 (selanjutnya disebut MARPOL 73/78). Protokol ini telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 46 Tahun 1986 tanggal 9 September 1986. Dan untuk mendukung program Ecoport Kementerian Perhubungan maka pelabuhan-pelabuhan di wilayah Indonesia perlu adanya fasilitas penampungan dan pengelolaan limbah kapal. Selama ini fasilitas tersebut tidak berfungsi dengan baik sehingga aktivitas pengelolaan limbah dikelola oleh berbagai pihak dari luar pelabuhan. Hal-hal seperti ini perlu ditertibkan agar sistem kendali mutu pengelolaan limbah dapat diatur dengan baik sehingga nantinya limbah tersebut tidak membawa dampak negatif ke lingkungan pelabuhan. Kriteria pelabuhan yang harus dilengkapi fasilitas Reception facility adalah: 1. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga dimana minyak mentah dimuat ke dalam tanker minyak yang mana tanker tersebut mempunyai prioritas untuk segera melakukan ballast tidak lebih dari 72 jam atau lego jangkar pada perairan pelabuhan (DLKR dan atau DLKP) atau yang menempuh perjalanan minimal 1200 mil laut.
2-42
2. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga di mana minyak selain minyak mentah curah dimuat pada tingkat rata-rata lebih dari 1000 metrik ton per hari. 3. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga yang mempunyai halaman untuk perbaikan kapal atau fasilitas tank cleaning dan atau jenis pengusahaan tank cleaning. 4. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga yang menangani kapal-kapal harus di lengkapi pula dengan tangki sludge sebagaimana dalam peraturan 17 Annex I MARPOL 73/78. 5. Semua pelabuhan yang berhubungan dengan air kotor berminyak dan jenis-jenis residu lainnya, yang tidak dapat dibuang sesuai ketentuan peraturan 9 Annex I MARPOL 73/78 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Semua pelabuhan untuk pemuatan kargo curah dan yang berhubungan dengan residu minyak yang tidak dapat dibuang sesuai dengan ketentuan peraturan 9 Annex I MARPOL 73/78 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Pelabuhan, terminal dan dermaga perbaikan kapal yang melakukan kegiatan perbaikan dan pembersihan tangki kapal tanker pengangkut bahan kimia. 3. Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran, 2012
a. Umum. Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran yang disusun pada tahun 2012 menghasilkan beberapa Konsep Standar di bidang prasarana pelayaran yaitu: 1) 2) 3) 4)
Standar Teknis Menara Suar; Standar Teknis Rambu Suar; Standar Teknis Pelampung Suar; Standar Teknis Tanda Siang;
2-43 5) Standardisasi Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran audible (peluit, gong, lonceng, dan sirene); 6) Standar Penerangan di Dermaga, Lapangan Penumpukan dan Gudang Pelabuhan Laut; 7) Standar Dermaga untuk Pelayaran Rakyat; 8) Standar Prasarana/Pangkalan Armada Penjaga Laut dan Pantai Berdasarkan Kelasnya; 9) Standar Peralatan Pemadam Kebakaran di Pelabuhan Laut Utama; Dari kesembilan konsep standar tersebut, terdapat 1 (satu) kajian yang relevan dengan studi ini, yakni Standar Dermaga untuk Pelayaran Rakyat (Tabel 2.12). Tabel 2.12
Materi terkait dalam Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran, 2012
Studi terdahulu yang relevan Standar Dermaga untuk Pelayaran Rakyat
Studi saat ini 1. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis 2. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah; 3. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas; 4. Standar Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan Roro.
b. Kajian Standar Dermaga untuk Pelayaran Rakyat. 1) Umum. Penyusunan standar dermaga Pelra difokuskan pada dermaga dengan struktur deck-on-pile. Dermaga dengan struktur ini telah distandarkan oleh Kementerian Perhubungan dalam Standar Dermaga, 2010. 2) Jenis kapal. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan Pasal 99 butir 4, jenis
2-44
kapal yang dilayani oleh dermaga pelayaran rakyat adalah: (1) kapal layar (KL) berbendera Indonesia yang laik laut dan digerakkan sepenuhnya dengan tenaga angin; (2) kapal layar motor (KLM) tradisional berbendera Indonesia yang laik laut berukuran sampai dengan 500 GT yang digerakkan oleh tenaga angin dan motor; atau (3) kapal motor (KM) berbendera Indonesia yang laik laut yang laik laut berukuran sampai dengan 35 GT. 3) Tonase kapal. Ukuran kapal biasanya diungkapkan dalam tonase mati (deadweight tonnage, DWT) dan tonase kotor (gross tonnage, GT). DWT didefinisikan sebagai berat maksimum barang yang dapat dimuat ke atas kapal dalam satuan ton (OCDI, 1999). GT adalah ukuran kapasitas isi kapal berdasarkan konvensi Internasional dari IMO Tahun 1969 tentang International Convention on Tonnage Measurement of Ships; untuk kapal-kapal non-konvensi berdasarkan peraturan negara bendera kapal dan tercantum dalam Surat Ukur Kapal yang dinyatakan sebagai tonase kotor. (Sumber: http://www.dephub.go.id). Tonase kapal Pelra lazim dinyatakan dalam satuan GT, yang merupakan fungsi dari volume lambung kapal. Dalam perencanaan kekuatan struktur dermaga, DWT kapal perlu diketahui untuk menghitung gaya tambat dan sandar kapal. Menurut Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan (OCDI, 1999), DWT kapal dapat dihitung berdasarkan korelasi antara GT dan DWT sebagai berikut: DWT = GT/0,541 Dengan demikian untuk kapal Pelra terbesar dengan GT=500, DWT kapal adalah 500/0,541 = 925 ton.
2-45 4) Dimensi kapal. Untuk penentuan standar dimensi dermaga, perlu ditentukan dimensi kapal yang dapat dilayani. Berdasarkan Standard Design Criteria for Ports in Indonesia (Dirjen Hubla, 1984), Dimensi kapal Pelra adalah: Panjang Lebar Draf maksimum
25-39 m 5,5-7,5 m 2,2-2,5 m
5) Dermaga Bongkar-Muat dan Dermaga Tambat. Untuk pelayanan maksimal kepada kapal Pelra, idealnya terdapat dermaga bongkar-muat dan dermaga tambat (parkir) yang terpisah. Standar ini mengatur dermaga yang dimaksudkan sebagai dermaga bongkar-muat dengan posisi kapal sandar sejajar sisi panjang dermaga. Posisi kapal di dermaga tambat (parkir) adalah tegak lurus atau membentuk sudut dengan sisi panjang dermaga untuk memaksimalkan jumlah kapal yang tambat. Kondisi yang ada sering mengharuskan kapal Pelra melakukan bongkar-muat dan tambat pada dermaga yang sama dalam posisi membentuk sudut dengan sisi panjang dermaga atau berbanjar sejajar sisi panjang dermaga. Kondisi ini tidak efektif baik untuk kegiatan bongkar-muat barang maupun naik-turun penumpang, karena perlu melalui beberapa kapal untuk mencapai bibir dermaga. 6) Dimensi dermaga. a) Dimensi dermaga. Dimensi dermaga Pelra dirancang untuk dapat melayani semua jenis kapal Pelra. Struktur bawah (tiang pancang, karena yang diatur oleh standar ini hanya struktur deck on pile) tetap harus bervariasi, diperhitungkan terhadap kondisi tanah setempat.
2-46
Demi kesederhanaan, dalam penyusunan standar ditetapkan satu ukuran struktur atas tipikal dermaga Pelra. Ukuran ini ditentukan mengacu pada ukuran kapal terbesar yakni: Panjang 39,0 m Lebar 7,5 m Draf 2,5 m b) Elevasi acuan vertikal (chart datum, CD). Sebagai acuan dimensi vertikal dermaga (elevasi vertikal nol) harus diambil elevasi pasang surut terendah setempat atau ditetapkan lain oleh otoritas yang berwenang. c) Elevasi dermaga. Elevasi dermaga diukur terhadap elevasi acuan vertikal (CD) dengan memperhitungkan tunggang pasang surut dan gelombang mengikuti rumus sebagai berikut: Hd =MHHW + 2/3 Hmax + tinggi jagaan Keterangan: Hd Hmax Tinggi jagaan
Tinggi dermaga terhadap MLLW (meter) Tinggi gelombang maksimum (meter) Tinggi bebas di atas geladak lambung timbul, minimum 0,9 meter.
d) Kedalaman perairan. Kedalaman perairan diukur terhadap elevasi acuan vertikal (CD) dengan memperhitungkan draf kapal Pelra saat bermuatan penuh mengikuti rumus sebagai berikut: d = draftmax + 0,3 meter Keterangan: d
kedalaman dermaga
perairan
di
depan
2-47 draftmax
draf kapal terbesar dalam kondisi sarat muatan
Karena dimensi maksimum kapal Pelra sudah ditentukan, kedalaman perairan di dermaga Pelra dapat dinyatakan dengan angka tetap, yakni 2,8 m e) Panjang dan lebar dermaga dan trestle. Sesuai panjang maksimum kapal Pelra telah ditentukan, panjang dermaga Pelra ditetapkan sebagai berikut Ldermaga = =
LOA + 30 meter untuk 1 kapal 39 + 30 = 69 meter
Ldermaga =
n (LOA + 15 meter) + 15 meter untuk n kapal n (39 + 15) +15 = 54 n + 15 meter
=
Lebar dermaga Pelra ditetapkan minimal 10 meter. Jika kondisi setempat mengharuskan, dibangun trestle (jembatan penghubung) untuk menghubungkan dermaga dengan darat. Trestle tunggal terhubung dengan dermaga di tengahnya. Dalam hal dipilih trestle tunggal, lebar dermaga harus diperhitungkan untuk memungkinkan kendaraan operasional berputar di atas dermaga. Trestle ganda terhubung dengan dermaga di kedua ujungnya. Dalam hal dipilih trestle ganda, lebar dermaga dapat dipilih minimal (10 meter) karena kendaraan operasional dapat berjalan satu arah di trestle dan dermaga. 7) Kekuatan struktur. a) Umum. Kekuatan dermaga Pelra dirancang untuk kuat menahan semua beban dan gaya yang mungkin
2-48
bekerja padanya: berat sendiri, beban operasional, dan gaya lingkungan. b) Berat sendiri dermaga dan kelengkapannya. Dalam perhitungan kekuatan struktur dermaga, semua komponen bangunan dan kelengkapan dermaga harus diidentifikasi ukuran dan materialnya sehingga dapat dihitung berat sendirinya. Komponen bangunan dermaga dan kelengkapan dermaga mencakup a) b) c) d) e) f) g)
Pelat; Balok; Kepala tiang; Tiang pancang; Bollard (titik tambat); Fender (bantalan sandar); Kerb (curb, pembatas pergerakan kendaraan di dermaga); h) Bangunan lain yang dipasang atau diletakkan pada dermaga, misalnya pipa air, pipa bahan bakar, fasilitas penerangan, tangga akses, dan lain-lain). c) Beban operasi. Beban operasional merupakan beban hidup yang besarnya tergantung pada pemakaian dermaga, yang meliputi: a) Beban yang bekerja pada lantai dermaga: aktivitas pejalan kaki, kendaraan, alat berat untuk bongkar-muat. b) Beban dari operasi kapal: Sandar, Tambat. c) Beban lingkungan Gaya lingkungan yang harus diperhitungkan mencakup angin, arus, gempa dan gelombang.
2-49 8) Perhitungan kekuatan struktur. Perencanaan struktur dermaga harus mematuhi standar sebagai berikut atau standar terbaru yang menggantikannya. 1) SK SNI 03 - XXXX – 2002 (Tata cara perencanaan struktur kayu untuk bangunan gedung) untuk dermaga kayu. 2) SNI 03-2847-2002 (Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung) untuk dermaga beton. 3) SNI 03-1729-2002 (Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung) untuk dermaga baja. 4) SNI 03-1726-2002 (Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung) untuk perhitungan gempa. 5) Untuk dermaga baja dan beton, perhitungan kekuatan makro struktur harus dilaksanakan menggunakan perangkat lunak yang diakui luas dalam praktek jasa konstruksi. 9) Gambar Tipikal. Gambar tipikal dermaga mengacu pada Standar Dermaga 2010 yang diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan. Gambar tipikal ini disajikan sebagai acuan informatif. Gambar rencana aktual dapat berbeda dari gambar tipikal karena kekhasan kondisi setempat atau ditetapkan lain oleh otoritas yang berwenang. C. Literatur Lainnya 1. Paparan Wakil Menteri Perhubungan Dalam International Cruise Workshop 2012 Dalam International Cruise Workshop 2012, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, Ph.D memaparkan materi dengan judul ”The Readiness Of Ports In Anticipating Cruise Calls To Indonesia”.
2-50
Gambar 2.20 Halaman depan Paparan Wamen Perhubungan pada International Cruise Workshop 2012 Beberapa informasi yang dapat diambil dari materi paparan ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Kapal Pesiar di Indonesia. Terdapat lebih dari 70 lokasi tujuan kapal pesiar di Indonesia. 25 di antaranya dapat mengakomodasi kapal pesiar di pelabuhan dengan fasilitas berstandar internasional. Jumlah kunjungan kapal pesiar pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 200 kunjungan dengan 118.800 penumpang.
b. Statistik Jumlah Penumpang berdasarkan Lokasi Kunjungan Kapal Pesiar. Lokasi yang paling banyak dikunjungi adalah Nusa Tenggara yang mencapai 26% dari seluruh kunjungan kapal pesiar.
2-51
Gambar 2.21 Grafik jumlah kunjungan kapal berdasarkan lokasinya Secara statistik terdapat kecenderungan peningkatan jumlah penumpang di lokasi kunjungan kapal pesiar, kecuali di Jakarta, yang dapat dilihat pada gambar berikut. 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 2009
2010
2011
Bali
Lombok
Semarang
Jakarta
2012
P. Komodo
Gambar 2.22 Jumlah Penumpang Kapal Pesiar di Beberapa Tujuan Wisata di Indonesia 20092012
2-52
c. Milestone. Kapal Pesiar Legend of the Seas (Royal Carribean International) adalah kapal pesiar terbesar yang pernah sandar di Indonesia, yakni di Pelabuhan Benoa pada awal 2012. Panjang kapal ini adalah 264 meter, yang sandar dengan bantuan kapal pandu dan kapal tunda. Kapal ini mengangkut 1.751 penumpang dan 756 awak kapal.
d. Dukungan Pemerintah. Pemerintah Indonesia menyediakan fasilitas dan infrastruktur untuk menyokong kedatangan kapal pesiar melalui beberapa langkah:
Penerbitan lisensi untuk marina atau terminal khusus Penerbitan Clearance and Aproval for Indonesian Territory (CAIT) dan Port Clearance Pembangunan Terminal Penumpang Pengerukan alur dan kolam pelabuhan Pemasangan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran Pelayanan docking dan perawatan kapal pesiar Penerbitan Peraturan Presiden Nomor 79/2011 tentang Kunjungan Kapal Pesiar di Indonesia.
Perpres 19/2011 menetapkan 18 lokasi pelabuhan yang dapat dikunjungi kapal pesiar. Data fasilitas di pelabuhan tersebut ditunjukkan pada tabel berikut ini.
2-53 Tabel 2.13
Data Fasilitas di 18 Lokasi Pelabuhan Tujuan Kapal Pesiar
No Pelabuhan
Dermaga Panjang Lebar (m) (m)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18
Belawan Benoa Kupang Kumai Tarakan Nunukan Bitung Ambon Batam Tual Sorong Biak Teluk Bayur Tanjung Pandan Nongsa Point Marina, Batam Sunda Kelapa Tenau, Kupang Saumlaki
115 290 223 255 400 250 567 576 117 285 291 322 1540
20 20 15 10 25 20 15 15 10 8 20 20 20
Draft (m LWS) -8,5 -9 -8 -6 -9 -8 -12 -8 -9 -10 -9 -12 -7
173
10
250
Terminal Penumpang Luas Kapasitas (m2) (orang) 2298 1400 760 500 300 800 2145 1060 1000 1300 2000 400 1608
2230 600 500 200 150 400 1000 1000 500 1000 900 180 2000
-6
300
100
12
-9
1700
-
310
25
-4
V
-
100
15
-6
V
442
120
8
-6
2100
200
2. Keputusan Dirjen Hubla Tentang Trayek Kapal Perintis 2013 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor: AL.I08/1/10/D.JPL-12 Tentang Jaringan Trayek dan Kebutuhan Kapal Pelayaran Perintis Tahun Anggaran 2013 serta KetentuanKetentuan Pelaksanaannya menetapkan 80 (delapan puluh) trayek Pelayaran Perintis yang tersebar di 19 provinsi dan 32 pangkalan di seluruh Indonesia. Ukuran kapal yang dibutuhkan berkisar antara 200-1000 DWT atau 133-1200 GT.
2-54
3. Standar Konstruksi Dermaga, Departemen Perhubungan, 2010 Pada tahun 2010, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan Kementerian Perhubungan telah menerbitkan buku Standar Konstruksi Dermaga. Buku ini memberikan pedoman dimensi dermaga dan trestle untuk beberapa pilihan ukuran kapal, mulai dari 500 DWT sampai 10.000 DWT. Selain menetapkan persyaratan dimensi dermaga, buku ini juga memberikan acuan terkait persyaratan penulangan struktur beton dermaga dan ukuran bollard yang digunakan. Sampul dan contoh isi buku ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 2.23 Sampul buku Standar Konstruksi Dermaga. Contoh isi buku Standar Konstruksi Dermaga ditunjukkan pada gambar berikut ini.
2-55
Gambar 2.24 Contoh isi buku Standar Konstruksi Dermaga. 4. Konvensi Internasional Marpol 73/78 Konvensi Internasional tentang Pencegahan Pencemaran dari Kapal Tahun 1973 dan Protokol Konvensi Tahun 1978 (International Convention For the Prevention of Pollution From Ships, 1973, as modified by the Protocol of 1978 relating thereto)—selanjutnya disingkat MARPOL 73/78—adalah asal mula diberlakukannya ketentuan lebih lanjut terkait penyediaan Reception facility di pelabuhan. MARPOL 73/78 bertujuan untuk mengurangi pencemaran laut dengan mengatur atau melarang pembuangan limbah dari kapal. Konvensi ini mensyaratkan tersedianya Reception facility yang memadai di pelabuhan. Jenis dan ukuran fasilitasnya tergantung pada kebutuhan kapal yang datang secara rutin ke pelabuhan tersebut. MARPOL 73/78 terdiri dari 20 (dua puluh) pasal, 2 (dua) protokol dan 6 (enam) annex yang berisi peraturan tentang pencegahan pencemaran limbah dari kapal. Jenis pencemar yang diatur dalam masing-masing annex dan tanggal mulai berlaku wajibnya disajikan pada Tabel 2.14.
2-56
Tabel 2.14
Annex dalam MARPOL 73/78 Tanggal Annex Sumber pencemar diwajibkan I Minyak 2/10/1983 II Bahan cair beracun dalam 6/4/1987 bentuk curah III Bahan berbahaya dalam 1/7/1992 kemasan IV Limbah cair domestik 27/9/2003 V Sampah 31/12/1988 VI Udara 19/5/2005
Perlu RF Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
MARPOL 73/78 dalam bentuk aslinya hanya menetapkan bahwa Annex I dan II wajib dilaksanakan oleh negara yang telah meratifikasi atau menerima MARPOL 73/78. Penerapan annex lainnya bersifat pilihan; tiap negara dapat memutuskan sendiri kapan annex tertentu diterapkan. Sesuai dengan ketentuan pada Article 15 dari MARPOL 73/78, suatu annex pilihan ditetapkan sebagai kewajiban dalam jangka waktu 12 bulan setelah dipenuhinya kriteria/kuota anggota konvensi. Pada saat ini keenam annex tersebut sudah memenuhi kriteria ini sehingga sudah berlaku wajib bagi setiap negara yang mengakui annex tersebut. Di Indonesia, seluruh ketentuan dalam MARPOL 73/78 dan keenam annex-nya harus dipenuhi, setelah dikeluarkannya beberapa peraturan sebagai berikut: a. Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 1986 tentang Pengesahan MARPOL 73/78 berikut Annex I dan II yang diundangkan pada tanggal 9 September 1986. b. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2012 tentang Pengesahan Annex III-VI MARPOL 73/78 yang diundangkan pada tanggal 20 Maret 2012. D. Terminologi Standar Menurut Referensi Hasil kajian pustaka berkaitan dengan terminologi standar dapat diuraikan sebagai berikut.
2-57 1. Definisi Beberapa pengertian mengenai standar dari berbagai sumber, dapat diuraikan sebagai berikut: a. Standarisasi adalah penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas, dan sebagainya) dengan pedoman (standar) yg ditetapkan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia-online). b. Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak. (Peraturan Pemerintah Nomor: 102 Tahun 2000). c. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tatacara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. (Peraturan Pemerintah Nomor: 102 Tahun 2000). d. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional dan berlaku secara nasional. Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) adalah rancangan standar yang dirumuskan oleh panitia teknis setelah tercapai konsensus dari semua pihak yang terkait. e. Standar atau lengkapnya standar teknis suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan kriteria, metode, proses dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam. Suatu standar dapat pula berupa suatu artefak atau perangkat formal lain yang digunakan untuk kalibrasi. f.
Standardisasi adalah penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas, dsb) dengan pedoman (standar) yang telah ditentukan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka)
g. Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar yang dilaksanakan secara
2-58
tertib dan bekerja sama dengan pihak yang terkait. (Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 19/MIND/PER/5/2006) h. Sistem Standardisasi Nasional (SSN) adalah tatanan jaringan sarana dan kegiatan standardisasi yang serasi, selaras dan terpadu serta berwawasan nasional, yang meliputi penelitian dan pengembangan standardisasi, perumusan standar, penetapan standar, pemberlakuan standar, penerapan standar, akreditasi, sertifikasi, metrologi, pembinaan dan pengawasan standardisasi, kerjasama, informasi dan dokumentasi, pemasyarakatan serta pendidikan dan pelatihan standardisasi. (Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 19/M-IND/PER/5/2006). i.
Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. (Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 19/MIND/PER/5/2006)
2. Ketentuan Dalam Standar Empat ketentuan dalam standar adalah sebagai berikut: a. Harus tertulis dan dapat diterima pada suatu tingkat praktek, mudah dimengerti oleh para pelaksananya; b. Mengandung komponen struktur (peraturan-peraturan), proses (tindakan/actions) dan hasil (outcomes). Standar struktur menjelaskan peraturan, kebijakan fasilitas dan lainnya. Proses standar menjelaskan dengan cara bagaimana suatu pelayanan dilakukan dan outcome standar menjelaskan hasil dari dua komponen lainnya. c. Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan sistem dalam organisasi. Pernyataan standar mengandung apa yang diberikan kepada pelanggan, bagaimana staf berfungsi atau bertindak dan bagaimana sistem berjalan. Ketiga komponen
2-59 tersebut harus berhubungan dan terintegrasi. Standar tidak akan berfungsi bila kemampuan atau jumlah staf tidak memadai. d. Standar harus disetujui atau disahkan oleh yang berwenang. Sekali standar telah dibuat, berarti sebagian pekerjaan telah dapat diselesaikan dan sebagian lagi adalah mengembangkannya melalui pemahaman (desiminasi). Komitmen yang tinggi terhadap kinerja prima melalui penerapan-penerapannya secara konsisten untuk tercapainya tingkat mutu yang tinggi. 3. Komponen Standar Komponen-komponen standar meliputi: a. Standar Struktur; b. Standar Proses; c. Standar Outcomes; Pada dasarnya, ada dua tingkatan standar yaitu minimum dan optimum. Standar minimum adalah sesuatu standar yang harus dipenuhi dan menyajikan suatu tingkat dasar yang harus diterima, disamping ada standarlain yang secara terarah dan berkesinambungan dapat dicapai. Ini merupakan keinginan atau disebut juga standar optimum. Standar minimum harus dicapai seluruhnya tanpa ada pertanyaan. Standar optimum mewakili keadaan yang diinginkan atau disebut juga tingkat terbaik, dimana ditentukan hal-hal yang harus dikerjakan dan mungkin hanya dapat dicapai oleh mereka yang berdedikasi tinggi. 4. Manfaat Penetapan Standar Manfaat dari ditetapkannya suatu standar adalah: a. Standar dapat mewujudkan jaminan mutu produk dan jasa; b. Memelihara keselamatan publik dan perlindungan lingkungan; c. Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing; d. Melancarkan transaksi (perdagangan) dan pencapaian kesepakatan dagang (kontrak); e. Dalam era globalisasi, sebagai alat seleksi entry barriers & entrance facilitation/tools; f. Standar menetapkan norma dan memberi kesempatan anggota masyarakat dan perorangan mengetahui bagaimanakah tingkat pelayanan yang
2-60
diharapkan/diinginkan. Karena standar tertulis sehingga dapat dipublikasikan/diketahui secara luas; g. Standar menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku sebagai tolak ukur untuk memonitor kualitas kinerja; h. Standar berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan pada situasi aktual dan sesuai dengan kondisi lokal; i. Standar meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan sumber daya dengan lebih baik; j. Standar meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf; k. Standar dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada keadaan dasar maupun post-basic pelatihan dan pendidikan. 5. Terminologi Standar Dalam Studi Ini Berdasarkan referensi-referensi yang telah disebutkan pada sub bab sebelumnya, maka diambil definisi standar dalam pekerjaan ini yaitu: Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode khususnya yang terkait dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan transportasi laut.
3
METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Studi Studi ini bermaksud menganalisis dan merumuskan konsep standar di bidang prasarana pelayaran dengan tujuan tersusunnya 10 konsep standar di bidang prasarana pelayaran, yakni: 1. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional; 2. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis; 3. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah; 4. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas; 5. Standar Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan Roro; 6. Standar Lokasi dan Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan; 7. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya; 8. Standar Lokasi Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area); 9. Standar Sistem Informasi Pelabuhan; 10. Standar Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan. Berdasarkan maksud dan tujuan ini, dirancang suatu studi dengan metode pengumpulan data terkait standar yang akan disusun. Pengumpulan data ini berupa data primer dan sekunder dari beberapa pelabuhan yang dijadikan sampel. Hasil pengumpulan data selanjutnya diolah dan dianalisis dengan metode deskriptif dan kuantitatif. Analisis didukung oleh data sekunder berupa perundangan dan literatur lainnya. Hasil analisis ini adalah parameter-parameter yang terukur dan selanjutnya disusun ke dalam naskah standar prasarana. Keseluruhan rancangan studi ini terangkum ke dalam suatu skema yang diberikan pada Gambar 3.1.
3-2
Persiapan
Data Sekunder
Pengumpulan Data
Survey dan Wawancara
Pengolahan Data
Studi Literatur
Analisis Data
Perumusan RSNI
Gambar 3.1
Metode pelaksanaan pekerjaan
B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan ke 5 (lima) lokasi pelabuhan yang dianggap representatif terhadap konten standar yang akan disusun. Kelima pelabuhan tersebut adalah: 1. 2. 3. 4. 5.
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya Pelabuhan Teluk Bayur, Padang Pelabuhan Benoa, Denpasar Pelabuhan Makassar
Waktu pelaksanaan pengumpulan data ini, dimulai dari persiapan survey hingga verifikasi data, dialokasikan selama 6 (enam) minggu. C. Pendekatan Penelitian 1. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah formulir permohonan data. Dalam formulir ini tercantum datadata yang diperlukan sesuai konteks konsep standar yang akan disusun. Agar formulir ini lebih terarah, maka untuk setiap narasumber disusun formulir yang berbeda sesuai dengan
3-3 kewenangan dan kemungkinan tersedianya data yang akan diminta kepada narasumber tersebut. Apabila diperlukan, juga akan digunakan instrumen dalam bentuk kuesioner. Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan dan permintaan data terkait konten standar yang akan disusun. Pertanyaan dalam kuesioner ditujukan untuk memperoleh informasi yang mungkin tidak dapat diperoleh melalui permintaan data dan untuk lebih mempertegas data yang diperoleh. 2. Teknik Analisis Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari kelima lokasi yang disurvey. Data ini juga dibandingkan dengan data sekunder lainnya yang mungkin diperoleh selama proses pekerjaan berlangsung. Dari perbandingan ini selanjutnya dipilih parameter-parameter yang dapat dibakukan dalam naskah standar. Analisis data lapangan akan dilakukan sesuai dengan metodemetode baku yang telah teruji dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode analisis yang digunakan meliputi metode deskriptif kualitatif dan metode kuantitatif.Pendekatan dalam analisis akan dilakukan secara deduktif (analitis) maupun induktif (sintetis). Pada metode deskriptif kualitatif hasil penelitian berikut hasil analisisnya diuraikan secara narasi, Kemudian dari analisis tersebut diambil suatu kesimpulan. Sebaliknya pada metode kuantitatif, penarikan kesimpulan baru dapat dilakukan setelah sejumlah varibel data dianalisis menggunakan perhitungan statistik dan/atau formula-formula empiris terkait. Dalam pelaksanaannya metode deskriptif kualitatif dan metode kuantitatif akan saling menunjang sehingga kesimpulan yang diperoleh dapat lebih dipertanggungjawabkan. D. Uraian Metodologi 1. Persiapan Tahap persiapan adalah tahap yang sangat penting dalam pelaksanaan seluruh metode kerja. Dalam tahap ini semua langkah kerja harus sudah direncanakan secara matang, dan
3-4
semua komponen pelaksanaan kerja dipersiapkan. Komponen ini setidaknya terdiri atas: a. Tenaga ahli dan pendukung, b. Peralatan pendukung pekerjaan kantor dan mobilisasi, dan c. Formulir permohonan data untuk kegiatan pengumpulan data. 2. Pengumpulan Data
a. Pengumpulan data sekunder. Data sekunder yang dikumpulkan adalah acuan kepustakaan seperti peraturan perundangan, pedoman, hasil studi terdahulu dan tulisan ilmiah lainnya. Data sekunder ini nantinya digunakan dalam studi literatur dan perundangan.
b. Kunjungan lapangan. Kegiatan kunjungan lapangan dilaksanakan untuk mengetahui kondisi saat ini dari fasilitas yang akan dibuat konsep standarnya. Berdasarkan kondisi saat ini dapat diketahui apakah fasilitas yang ada sudah memadai sehingga dapat diterapkan dalam kandungan konsep standar. Kunjungan lapangan juga dilaksanakan untuk mengumpulkan data sekunder yang mungkin tersedia di lokasi yang dikunjungi. Lokasi kunjungan lapangan adalah 5 (lima) sampel pelabuhan yang dinilai dapat mewakili kondisi saat ini pelabuhan di Indonesia, yaitu Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, Teluk Bayur dan Benoa. Pemilihan lokasi ini juga didasarkan pada ketersediaan fasilitas yang relevan dengan konsep standar yang akan disusun. 3. Studi Literatur dan Perundangan Studi literatur dan perundangan dilaksanakan untuk menginventarisasi unsur standar yang sudah ada dan dapat diadopsi dalam penyusunan konsep standar. Selain itu hasil studi literatur dan perundangan juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk membuat standar yang berlandaskan hasil kajian ilmiah dan sejalan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3-5 4. Pengolahan Data Pengolahan data dilaksanakan untuk menyusun seperangkat data secara terstruktur sehingga memudahkan langkah analisis data. Hal ini diperlukan mengingat data yang diperoleh dari setiap lokasi mungkin sekali tidak seragam, sehingga perlu diolah lebih lanjut sebelum digunakan dalam analisis. 5. Analisis Data Analisis Data dilaksanakan untuk menyimpulkan unsur apa saja yang dapat distandarkan dalam naskah konsep standar. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan data-data yang telah diolah dan hasil studi literatur, dan menarik benang merah keterkaitan antara kondisi saat ini dengan kondisi seharusnya. 6. Perumusan Konsep Standar Perumusan Konsep Standar adalah tujuan akhir dari studi ini. Konsep Standar dirumuskan berdasarkan kesimpulan dari analisis data, dan disusun secara terstruktur mengacu pada Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) yang telah diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).
4
HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI
BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI A. Pelabuhan Tanjung Priok 1. Informasi Pelaksanaan Survey Survey Pelabuhan Tanjung Priok dilaksanakan pada tanggal 1722 Juni 2013. Instansi terkait yang dikunjungi dalam kunjungan lapangan di Pelabuhan Tanjung Priok adalah: a. b. c. d.
Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Tanjung Priok Terminal Peti kemas Koja Jakarta International Container Terminal
2. Gambaran Umum Pelabuhan Pelabuhan Tanjung Priok adalah pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia yang terletak di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Provinsi Jakarta. Pelabuhan ini berfungsi sebagai pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor maupun barang antar pulau serta arus penumpang. Pelabuhan Tanjung Priok juga merupakan pelabuhan Internasional termaju di Indonesia yang masuk dalam wilayah kerja PT Pelabuhan Indonesia II (Persero). Denah lokasi terminal di kawasan Tanjung Priok pada citra satelit ditunjukkan pada Gambar 4.1.
4-2
PT. MTI Terminal ITerminal II Terminal III PT. JICT TPK Koja Car Terml.
Gambar 4.1
Lokasi terminal pada Kawasan Tanjung Priok
Gambar 4.2 menunjukkan letak dan dimensi Dermaga Serbaguna Nusantara, Dermaga KBN, Dermaga Batching Point Selatan, Dermaga 003 s/d 004 Utara, Dermaga 001 s/d 003 Selatan, Dermaga 007 Utara dan Dermaga 005 s/d 007 di Terminal I Pelabuhan Tanjung Priok.
Gambar 4.2
Dermaga di Terminal I Tanjung Priok
Gambar 4.3 menunjukkan letak dan dimensi Dermaga Walie Jaya, Dermaga Kalimati dan Dermaga Utama VTP/MTI di Terminal I Pelabuhan Tanjung Priok.
4-3
Gambar 4.3
Dermaga di Terminal I Tanjung Priok (lanjutan)
Gambar 4.4 menunjukkan letak dan dimensi Dermaga 100 s/d 107 di Terminal II Pelabuhan Tanjung Priok.
Gambar 4.4
Dermaga di Terminal II Tanjung Priok
4-4
Gambar 4.5 menunjukkan letak dan dimensi Dermaga 108 s/d 115, Dermaga 200, Dermaga 200 s/d 203, dan Dermaga JICT II di Terminal II Pelabuhan Tanjung Priok.
Gambar 4.5
Dermaga di Terminal II Tanjung Priok (lanjutan)
Gambar 4.6 menunjukkan lokasi dan dimensi Dermaga 207X, Dermaga 208 s/d 211, Dermaga Pertamina Gulf/212-213, Dermaga Gudang Arang/300, dan Dermaga TBB 301 s/d 305 di Terminal III Tanjung Priok.
Gambar 4.6
Dermaga di Terminal III Tanjung Priok
4-5 Gambar 4.7 menunjukkan penempatan peralatan bongkar-muat di Pelabuhan Tanjung Priok.
Gambar 4.7
Penempatan peralatan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok
3. Trafik Pelabuhan
a. Data trafik kapal 5 (lima) tahun terakhir. Data traffic kapal 5 (lima) tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok tidak dibedakan berdasarkan jenis kapalnya (pesiar, penumpang internasional, perintis, curah cair, curah kering, peti kemas, Lolo, Roro barang berbahaya). Data ini ditunjukkan pada tabel berikut ini.
JUMLAH
226
4,489 73,147,578 14,199 39,194,606 0 0 0 0
2011
172
4,588 78,206,546 14,072 40,760,227 0 0 0 0
2012
563,384 670,826 912,991 641,817 133 33 0 0 24,544 6,087 0 0 16,67 17,457 18,914 18,832 91,578,900 102,502,367 113,255,175 119,608,590
188
4,687 67,953,098 12,549 33,872,357 0 0 0 0
2010
Sumber: PT Pelindo II (Persero) Cabang Tanjung Priok.
Kapal Lainnya
6
GT Unit GT Unit GT
158
Kapal Negara/ Tamu
Pelayaran Luar Negeri
Unit
2009 4,508 61,465,032 11,871 29,525,940 0 0 0 0
Satuan
Data trafik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok
Unit GT Unit Pelayaran Dalam Negeri GT Unit Pelayaran Rakyat GT Unit Pelayaran Perintis GT
Uraian
5
4
3
2
1
No
Tabel 4.1
4-6
4-7 b. Data trafik penumpang 5 (lima) tahun terakhir. Pada pelabuhan Tanjung Priok data trafik penumpang tidak dibedakan antara penumpang local maupun kapal pesiar karena kapal pesiar yang tambat di Pelabuhan Tanjung Priok sangat jarang. Untuk data penumpang Internasional di Pelabuhan Tanjung Priok tidak ada, karena kapal Internasional yang pernah tambat di Pelabuhan Tanjung Priok adalah kapal Pesiar. Data trafik penumpang ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.2 THN 2008 2009 2010 2011 2012 TOTAL
Data trafik kapal dan penumpang 5 (lima) tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok KPL (Unit) 1,238 1,265 1,116 1,105 979 8,326
DEB. (Orang ) 299,891 227,927 200,146 224,259 210,159 1,907,559
EMB. (Orang) 275,605 192,845 205,532 202,961 186,853 1,840,521
TOT (Orang) 575,496 420,772 405,678 427,220 397,012 3,748,080
c. Data trafik barang 5 (lima) tahun terakhir. Data trafik barang 5 (lima) tahun terakhir yang didapatkan dari Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada tabel berikut.
4-8
Tabel 4.3
Data trafik barang di Pelabuhan Tanjung Priok 2009-2010
No. 1 2 3 4 5
Uraian General cargo Bag Cargo Curah Cair Curah Kering Peti kemas
6
A. Isi 20' B. Isi 40' C. Kosong 20' D. Kosong 40' Lain - Lain Jumlah
Tabel 4.4
2009 8.366.494 1.483.985 7.846.171 11.400.432 11.724.538 1.509.338 763.332 206.119 260.102 36.833 0 40.821.620 1.266.386 1.509.338
2010 8.934.858 1.596.935 7.549.626 11.930.399 14.126.160 1.865.257 915.500 248.558 351.458 50.592 0 44.137.978 1.566.108 1.865.257
Data trafik barang di Pelabuhan Tanjung Priok 2011-2012
No. 1 2 3 4 5
Uraian General cargo Bag Cargo Curah Cair Curah Kering Peti kemas
6
A. Isi 20' B. Isi 40' C. Kosong 20' D. Kosong 40' Lain - Lain Jumlah
Sat Ton Ton Ton Ton Ton TEUs Box Box Box Box Ton Ton Box TEUs
Sat Ton Ton Ton Ton Ton TEUs Box Box Box Box Ton Ton Box TEUs
2011 9.734.704 2.641.590 9.687.979 12.080.489 18.623.910 2.442.496 1.238.077 309.202 442.497 71.759 0 52.768.673 2.061.535 2.442.496
2012 11.025.842 2.342.314 9.072.334 12.862.926 22.688.710 3.046.891 1.474.751 397.060 536.086 120.967 0 57.992.126 2.528.864 3.046.891
4-9 4. Hasil Survey
a. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional. Terminal penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok tidak dikhususkan untuk pelayanan kapal pesiar namun untuk semua kapal penumpang. Fasilitas khusus untuk kapal pesiar pun tidak ada, karena jumlahnya tidak banyak, dan juga waktu singgahnya singkat. Orientasi posisi dermaga untuk kapal penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8
Orientasi dermaga kapal penumpang Tanjung Priok pada citra satelit
Data fasilitas pelabuhan untuk kapal pesiar di Tanjung Priok adalah sebagai berikut: 1) Fasilitas Penumpang a) Ruang Ibu Hamil dan Menyusui; b) Ruang Penyandang Cacat; c) Kanopi dan Facade Cladding; d) Aluminium Terminal Nusantara I&2; e) Dropping Area; f) Area Parkir; g) Gate In dan Out; h) Taman di seputar area Terminal Penumpang
4-10
2) Terminal Nusantarapura 1 a) Luas Lantai Dasar 3.744,05 M2 b) Luas Lantai Atas 2.643,62 M2 3) Terminal Nusantarapura 2 a) Luas Lantai dasar 7.336,23 M2 b) VIP 256.50 M2 c) Kantor, Bank & Toilet 1.165 M2 d) Ruang Debarkasi/embarkasi 5.914,73 M2 4) Area Parkir a) Luas Area Parkir 12.282,69 M2 b) Kapasitas Area Parkir 240-270 unit kendaraan mini bus; 12-15 unit Bis; 8 unit Taxi; 46 unit Motor. c) Area Dropping Penumpang 1.492,50 M2 Data kapal pesiar tidak dicatat tersendiri namun menjadi satu dengan data kapal penumpang yang lain. Kapal pesiar yang terkadang sandar di terminal penumpang maupun di dermaga barang menyulitkan pengelola pelabuhan untuk mendata kapal pesiar tersendiri. Data trafik kapal dan penumpang ditunjukkan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5
Data trafik kapal dan penumpang 5 (lima) tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok
KPL (Unit) 2008 1,238 2009 1,265 2010 1,116 2011 1,105 2012 979 JUMLAH 8,326 THN
DEB. (Orang ) 299,891 227,927 200,146 224,259 210,159 1,907,559
EMB. (Orang) 275,605 192,845 205,532 202,961 186,853 1,840,521
TOT (Orang) 575,496 420,772 405,678 427,220 397,012 3,748,080
Rencana pengembangan pelabuhan terkait pelayanan kapal penumpang tidak terbatas hanya kapal pesiar masih berupa wacana, sehingga pengelola pelabuhan tidak dapat memberikan data.
4-11 Dokumentasi Terminal Penumpang Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 4.9
Dokumentasi Terminal Penumpang Tanjung Priok
b. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis. Pelabuhan Tanjung Priok yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Tanjung Priok tidak disinggahi angkutan pelayaran perintis.
c. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering. Data arus kedatangan kapal yang diperoleh di Pelabuhan Tanjung Priok hanya dibedakan antara kapal peti kemas dengan non peti kemas, sehingga sulit untuk mengetahui kapal yang tambat dengan jenis tertentu. Gambar 4.10 menunjukkan trafik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok.
Gambar 4.10 Trafik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok
4-12
4-13 Pelayanan kapal dan barang curah kering di Pelabuhan Tanjung Priok dikelola pada Dermaga 001 sampai dengan Dermaga 213. Data fasilitas dermaga curah kering di Pelabuhan Tanjung Priok adalah sebagai berikut: Tabel 4.6
Data Dermaga Curah Kering Pelabuhan Tanjung Priok
Panjang (m) 001 GD s/d 003 slt 310 109 GD & 110 GD 321 111 178 113 GD 640 201 GD s/d 202 320,4 GD 203 185,5 212-213 322,8 Dermaga
Lebar (m) 15 15 16 25 14
Kedalaman (m) 6 8 8 8 9
18,5 11
9 9
Pelayanan kapal dan barang curah cair di Pelabuhan Tanjung Priok dikelola pada Dermaga GD 003 sampai Utara 004. Dermaga ini berukuran panjang 356 m, lebar 16 m dan kedalaman rencana 6 m.
d. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas. Pelabuhan Tanjung Priok melayani kapal dan barang peti kemas pada beberapa terminal, yakni pada UTPK (Unit Terminal Peti kemas) Tanjung Priok, Terminal Peti kemas Koja dan PT Jakarta International Container Terminal. 1) Pelabuhan Tanjung Priok. Data arus kedatangan peti kemas 5 (lima) tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.11 Trafik peti kemas tahun 2008-2011
Sumber: Ari Henryanto, Port of Tanjung Priok: Challenges in Running Indonesia’s Largest Port.
4-14
4-15 Pelayanan kapal dan barang peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok ditempatkan pada Terminal I, II dan III. 2) Terminal Peti kemas Koja. TPK Koja adalah salah satu pelabuhan peti kemas yang beroperasi di kawasan Tanjung Priok. Orientasi lokasi TPK Koja ditunjukkan pada Gambar 4.12. U
LOKASI PEKERJAAN
200 400
0
Skala
1000
2000m
TPK Koja WILAYAH TERMINAL II WILAYAH BOGASARI
WILAYAH TERMINAL III
D 101 U
WORKSHOP KEPANDUAN D 115
D
KOMPLEK TNI-AL
200
JL. ALOR
PT. BSA
D 213
D 300
PT. MAL
B E T ON
Terminal Peti Kemas KOJA
D 212
CAR TERMINAL PT BOGASARI
Jakarta International Container Terminal (JICT 1) PMB III
GD 112
MIKIE
WALIE JAYA
D 211
JL. ACEH
SMART
Ex PT Walie Jasa P
D ER M A G A
JL. AMBON
JL. ALAS
GD 113
Gate Pombo
JL. POMBO
GD 202
PT. PBI
ADIPURUSA
Ex. DLN
EX PT Dwipahasta Utamaduta
ALAM
D 007
D 214
EX PT PERINTIS ASPALINDO
JL. PANAMBANGAN
PELNI
PMB IV
EX KSJ
PT. DKB
TNI AL DIV. KPL CPT
EX TERMINAL BESI BEKAS
GD 114
KOMPLEK AIRUD
GD 203
WILAYAH PT MTI
WILAYAH TERMINAL I
B&C
EX AKR
PT. DKP
ADIPURUSA
UKMB
D ER M A G A
B E T ON
PT PNP
PT. DKB
PMB II
JL. SINDANG LAUT
PMB I
PT. SAMUDERA INDONESIA
KARANTINA
KOLINLAMIL
POS IX
EX. GESSURY LLOYD
EX. VTP
BEA & CUKAI
EX. RUMAH MAKAN
PT. LBS
DISHIDROS
PT. PUL
PT. DHU
JL. RAYA PELABUHAN
PT BOGASARI
PT. EASTERN POLYMER
PT. SAMUDERA INDONESIA
PERTAMINA JL. JAMPEA DWIPA MANUNGGAL KONTENA
KARANTINA HEWAN
KARANTINA IKAN
AGUNG RAYA
POS VIII
RUKO ENGGANO
JL. ENGGANO
PT.
PKL
PT. INGGOM
AIRUD
PT MBL
BULOG
JL. NUSANTARA
PT. KBS
Ex. GD B&C
LAP .EX. PT GLORIUS/ 003 X
Ex PT . Dj asa Sum at er a
Ex. KANTIN
Ex PT . Enggano Sam o sir
API
AIR YON
ETA
PAYUNG JL.
PULAU
. KER
Ex. PT. J as a Nu r ani Ser v ice
STA I
GD 002
PT HARAPAN JAYA
GD 001
Bahtera Jaya
JL. NUSANTARA
PLTU
KALIJAPAT V
PMC JL. PALIAT
GD 003
II
TERMINAL
MASAJI KARGOSENTRA TAMA
PT. SABINDO VEEM
JL. BANDA
GUDANG CDC
PT TJETOT
POS III
EX PT. TSJ
Ex. PMK
TKBM
JL. KALIMANTAN SELATAN
E X PT JBY
JL. AYUNG
ORGANDA EX ADMIRAL LINES
EX PT DAHAN
PT PELINDO II
PT AD IPURUSA
JL. BANGKA
KANTOR ARSIP
JL. PASOSO
PMK
JL. AMBON SELATAN
BEA & CUKAI
MASJID
PT.DJAKARTA LLOYD
GUPER
JL. RAYA PELABUHAN
KESEHATAN
KANTOR CABANG
PT DHU / BCA
EX PT DAHAN
PT. SARI JASA
PT. RAMA ADI PUTRA
PT TJETOT
JL. DIGUL
JL. RAYA PELABUHAN
KPPP
BANK BUMI PUTRA
DM SWEATER
LAP . EX OFFICE CENTRE Office Area
JL. PABEAN
JL. PADAMARANG
JL. PENJALAI
PT. SARI JASA
S TAM AN
GD CFS
KOTERM A
Ex. PT PELOPOR / 005 X
JL. PANAITAN
JL. PALMAS
PT. PELNI
GRAHA SAMUDRA
PALIAT
PT. TEMPURAN MAS
PT. AIRIN
JL. BANGKA
JL. KALIMANTAN
GD 304
GD 209
JL. BITUNG
JL. ALAS
PT ADHIGUNA S.E
PT. JTT
Ex. B & C
KBN
PLTU GD 004
GD 208
GD
005
Ex. PT UCL
GD 207X
PARKIR TERMINAL PENUMPANG
TERMINAL PENUMPANG
PT. GRAHA SEGARA (JICT II)
Ex. PT PRIMANATA
JL. PANAITAN
JL. PADAMARANG
JL. TEMBUS
GD 110
GD 006
Ex. PT AGUNG RAMA
PT MTI
GD 109
GD 007
Ex Roro Sam
Ex PT Jelajah Laut Nusantara
ADHIGUNA
PT PNP
Ex. PT. BJI Ex. PT. KPI Ex. UKS
EX. PRIMANATA
DLN
Ex. PT. AT
POS I HIJAU JALUR
Ex. PT. KBM Ex. PT. EIM
NATA TADI MAR LAKS
PT SALIM IVOMAS
JL.
PT. DKB PT RUKINDO
WILAYAH MASAJI KARGOSENTRA WILAYAH RF
EX PT INGGOM
PT
RI A NU . EK
. RE
PT SINDULANG
WILAYAH PERTAMINA
PT. PACIFIC PAINT
FISHING
ANCOL
SAMUDRA PT
DARMA
CARAKA LAUT SANDI PT
Gambar 4.12 Orientasi Lokasi Terminal Peti kemas Koja Citra satelit TPK Koja ditunjukkan pada Gambar 4.13.
4-16
U
200 m
Gambar 4.13 Terminal peti kemas Koja pada peta satelit Peralatan bongkar muat yang beroperasi di dermaga peti kemas TPK Koja adalah: -
3 units Post-Panamax type Quayside Cranes (QCC) 3 units Panamax type Quayside Cranes (QCC) 22 units Rubber-Tyred Gantry Cranes (RTG).
Dalam pengoperasiannya, kegiatan bongkar muat peti kemas di TPK Koja murni hanya terhadap peti kemasnya, dan tidak ada pelayanan bongkar muat isi dari peti kemas. Dermaga Peti kemas Koja berukuran panjang 650 m, lebar 40 m dan kedalaman 14 m. Awalnya dahulu terdapat fasilitas pipa air dan bahan bakar namun jarang kapal yang tambat menggunakan fasilitas tersebut sehingga saat ini fasilitas pengisian air dan bahan bakar tidak ada, namun alatnya masih terdapat di pelabuhan.
4-17 3) Jakarta International Container Terminal. Data yang diperoleh dari PT JICT adalah data dermaga, lapangan penumpukan dan peralatan, yang ditunjukkan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7
Data Fasilitas Terminal Peti kemas JICT
Uraian Lokasi Berth Length (m) Berth Draught (m) CY Area (Ha) CY Capacity (TEUs) Reefer (380 V) (Plugs) QCC (Unit) RTGC (unit) Forklift (unit) Head truck (unit) Reach stacker (unit) Side loader (unit) Chassis (unit)
Keterangan Terminal 1 Terminal 2 1.640 500 11 – 14 8.6 45.50 9.24 43.471 5.894 260 68 16 3 63 11 8 6 129 13 4 1 6 112 21
e. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Roro. Kapal Roro yang dilayani oleh dermaga di Pelabuhan Tanjung Priok terdiri atas Kapal roro penumpang dan kapal roro non penumpang yang didesain untuk mengangkut kendaraan. Dermaga untuk Roro adalah Dermaga di depan Gudang 105 s/d 107. Dermaga ini berukuran panjang 529,5 m, lebar 25 m dan kedalaman existing -7 m LWS.
f. Fasilitas Car Terminal. Tanjung Priok memiliki terminal khusus bongkar muat kendaraan atau Car Terminal. Denah dari foto udara ditunjukkan pada Gambar 4.14.
4-18
Yard F 2,5 Ha
Yard C 1,7 Ha
Yard E, 5 Ha
Building 2 Floor 1 Ha x 3
Yard B 0,5 Ha
12,8 Ha
Here We Are
Temporary Landing 1,8 Ha (Yard A)
: 2007 : 7.070 slot : 7 days : 250.000 unit
– 11 m LWS
220 m - Operating Started - Total Capacity - Average Dwelling Time - Throughput 2011
Sumber: Ari Henryanto, Port of Tanjung Priok: Challenges in Running Indonesia’s Largest Port.
Gambar 4.14 Denah Fasilitas Car Terminal di Pelabuhan Tanjung Priok
Denah Car Terminal dari citra satelit ditunjukkan pada Gambar 4.15. Extended 2 Floors in car park building
WareHouse/ Shed (3000 m2) Fungsi untuk: gudang spare part gudang general cargo luxury car slot minor repair slot pre delivery inspection (PDI)
Fungsi untuk: - minor assembling - pre voyage arrangement stall area Extended Yard : 2,5 Ha
Sumber: Google earth; Paparan PT Pelindo II Cabang Tanjung Priok.
Gambar 4.15 Pembangunan Car Terminal tahun 2011 Data fasilitas Car Terminal adalah sebagai berikut: 1) Kedalaman alur perairan -14 m LWS 2) Dermaga I, panjang 88 m’, kedalaman -12m LWS 3) Dermaga II, panjang 220 m’, kedalaman -12m LWS 4) Tempat Parkir Terbuka:
4-19 a. Yard A (Temporary Landing) 1,8 Ha, Kapasitas = 1.000 units b. Yard B 0,5 Ha, Kapasitas = 180 units c. Yard C 1,7 Ha, Kapasitas = 740 units d. Yard E 5,0 Ha, Kapasitas = 2.500 units e. Yard F 2,5 Ha, Kapasitas = 1.100 units 5) Gedung Parkir 2 lantai 3,0 Ha, Kapasitas = 1.550 units 6) Kapasitas total 7.070 units 7) Fasilitas lainnya a. Jalan akses 500m b. Gudang 3.000 m2 c. Car wash 3 lines d. Kantor dan workshop 1 unit e. Gate in/out 6 ways f. Service Point 2 units g. Yard Sweeper 2 units Kondisi di depan Car Terminal ditunjukkan pada Gambar 4.16.
Sumber: http://www.panoramio.com/photo/9562814, diunduh 24 Juni 2013.
Gambar 4.16 Kondisi di depan dermaga Car Terminal
g. Fasilitas
Penampungan
Limbah
dari
Kegiatan
Pelabuhan. Tidak ada perbedaan sarana dan prasarana untuk penampungan limbah dari kegiatan pelabuhan maupun
4-20
limbah dari kapal yang tambat di pelabuhan. Data fasilitas RF Tanjung Priok ditunjukkan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Fasilitas dan Peralatan RF Pelabuhan Tanjung Priok
Sarana Kapal tunda Tongkang limbah Tanki penampungan Separator Oil boom Fasilitas jembatan Dermaga beton
Unit 2 3 1 1 1 1 1
Kapasitas @ 350 hp. 195-300 m³ 25 ton 5 m³ /hour 200 meter 6 meter tongkang 6 meter
Kegiatan penampungan limbah mengacu pada SOP yang tercantum pada Gambar 4.17 dan Surat Edaran Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok terkait penanganan limbah B3 di RF.
Gambar 4.17 Standard Operational Procedure Pengelolaan Limbah B3 di Reception facilities (RF) Cabang Pelabuhan Tanjung Priok
4-21
4-22
Prosedur kegiatan pengumpulan dan penampungan limbah dari kegiatan pelabuhan adalah: 1) Dalam Pelaksanaan Pengambilan/pengumpulan limbah B3 kapal Cabang Pelabuhan Tanjung Priok telah memiliki ijin sebagai Pengumpul dan Penyimpanan Sementara limbah B3 dari KLH. 2) Dalam pelaksanaan kegiatan pengambilan limbah B3 kapal Cabang Pelabuhan Tanjung Priok mengeluarkan manifest sebagai bukti alur limbah B3 berjalan sampai ke pembuangan terakhir dan akan melaporkan hasil Neraca kegiatan limbahnya ke KLH per 3 (tiga) bulan 3) Setiap kapal yang menyerahkan limbah minyaknya ke Pelabuhan Tanjung Priok akan menerima Sertifikat Penyerahan Limbah yang dikeluarkan resmi dari KLH dan sebagai pertanggungjawabannya dalam setiap 3 (tiga) bulan harus melaporkan ke KLH. 4) Bahwa setiap kapal yang akan menyerahkan limbahnya sesuai ketentuan yang berlaku harus melalui ke Pengelolaan Reception facilities PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Tanjung Priok. 5) Para Pengumpul limbah posisinya harus menghubungi Reception facilities Cabang Pelabuhan Tanjung Priok karena Pemilik kapal atau agen kapal untuk membuang/menyerahkan limbahnya ke RF Pelabuhan. 6) Dalam penyerahan Sertifikat Penyerahan Limbah B3 pihak-pihak yang berhak menandatangani adalah Pengelolaan RF dan Syahbandar sebagai pertanggungjawaban atas pengelolaan limbah minyak kotor dari kapal. 7) Cabang Pelabuhan Tanjung masih menunggu Sertifikat Penyerahan Limbah yang berlogo Garuda dari KLH karena dalam proses pencetakan karena perubahan struktur baru di kantor kesyahbandaran utama Tanjung Priok dan untuk sementara menggunakan sertifikat penyerahan limbah dengan logo Pelindo
4-23 8) Penambahan armada pengangkutan baru Kapal tunda Tanjung VII dan Tongkang RF 1 Rencana pengembangan fasilitas penampungan limbah yang telah/akan digunakan di RF Tanjung Priok adalah: 1) Penambahan armada baru kapal tunda dan tongkang baru 2) Pemberian sertifikat penyerahan limbah B3 kepada pemilik kapal atau agen kapal kepada setiap kapal yang membuang limbahnya ke pelabuhan Tanjung Priok. 3) Perputaran limbah dari pengambilan limbah kapal di pelabuhan sampai pembuangan akhir menggunakan manifest yang dilaporkan ke KLH 3 (tiga) bulan melalui neraca limbah. 4) Mempunyai ijin pengumpul sementara limbah B3 dari KLH.
dan
penyimpanan
5) Penambahan fasilitas oil boom. 6) Adanya Surat Edaran dari Kantor Kesyahbandaran Utama No.UM.062/11/2/SYB.TPK-2012 tanggal 31 Oktober 2012 tentang Penanganan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Melalui Reception facilities di Pelabuhan Tanjung Priok. Data volume limbah ditunjukkan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9
Data volume limbah Tanjung Priok
Tahun Pengambilan Pengeluaran 2006 6.068 5.601 2007 7.464 7.153 2008-2011 2012 4.191 4.191 2013 2.804 2.804 Sumber: PT Pelindo II (Persero) Cabang Tanjung Priok. Gambar 4.18 menunjukkan kapal tunda dan tongkang yang beroperasi di RF Tanjung Priok.
4-24
Gambar 4.18 Kapal tunda dan tongkang di RF Tanjung Priok Gambar 4.19 menunjukkan fasilitas RF berupa oil boom dan tangki yang beroperasi di RF Tanjung Priok.
Gambar 4.19 Oil Boom dan tangki di RF Tanjung Priok
h. Fasilitas
Penampungan
Sampah
dari
Kegiatan
Pelabuhan. Penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan di Tanjung Priok mengacu pada SOP yang ditunjukkan pada Gambar 4.20.
LPS
LPS
PENGAWASAN OLEH PELINDO
GEROBAK (MITRA)
BAK SAMPAH
BAK SAMPAH
BAK SAMPAH
BAK SAMPAH
LPS
TRUK (MITRA)
INCENERATOR
TPA
Gambar 4.20 Prosedur pengumpulan sampah dan penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan
29 Bak Sampah Yang Tersebar di 21 Lokasi Dan 214 Bak Sampah Kecil Yang Tersebar di Gudang, Terminal Operator dan masing-masing pos
BAK SAMPAH
BAK SAMPAH
4-25
4-26
Data penampungan sampah di Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada Tabel 4.10. Tabel 4.10
Data Penampungan Sampah di Pelabuhan Tanjung Priok
Tempat Sampah Bak sampah Fiber Bin
Jumlah
Stainless Bin
29
Drum
93
19 20
Keterangan Tersebar di 17 titik Untuk organik/non-organik; Outdoor. Untuk organik/non-organik; Indoor.
Data tenaga kerja kebersihan di Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.11
Tenaga Kerja Kebersihan di Pelabuhan Tanjung Priok
Uraian Pengumpul di TPS Pengangkut Tenaga lapangan
Keterangan 2 orang 9 orang (3 mobil @3 orang/mobil) 1 orang mandor 128 orang 51 orang (pekerja lepas)
Mitra kerja dan alat angkut yang digunakan untuk penampungan sampah pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada Tabel 4.12.
4-27 Tabel 4.12
Mitra Kerja dan Alat Angkut yang digunakan untuk Penampungan Sampah Pelabuhan Tanjung Priok
Uraian Keterangan Mitra Pangkalan I Barat CV. Yosit Anugrah Pangkalan I Timur dan II PT. Ernist Wiraguna Barat Pangkalan II Timur dan III PT. Arthapura Kendaraan Truk ¾ 3 buah milik Mitra (PT. Arthapura) Dump truck 2 buah milik PT. Pelindo II Gerobak Mitra TO I 12 buah TO II 12 buah TO III 15 buah PHL (Pekerja Harian Lepas) 12 buah Data volume sampah di Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada Tabel 4.13. Tabel 4.13
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember TOTAL
Data Volume Sampah yang Terangkut Dari LPS Pelabuhan Tanjung Priok Januari s/d Desember 2011 dalam satuan m3 Kertas /kardus 868 784 930 840 868 911 840 868 900 868 840 930 10.436
Sampah Plastik Jumlah dapur 1.085 2.108 4.061 980 1.904 3.668 1.116 2.015 4.061 1.050 2.040 3.930 1.085 2.108 4.061 1.080 1.950 3.930 1.050 2.040 3.930 1.085 2.108 4.061 1.080 1.950 3.930 1.085 2.108 4.061 1.050 2.040 3.930 1.116 2.015 4.061 12.862 24.386 47.684
4-28
Dokumentasi fasilitas penampungan sampah di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada Gambar 4.21.
Gambar 4.21 Dokumentasi fasilitas sampah di Tanjung Priok
penampungan
B. Pelabuhan Tanjung Perak 1. Informasi Pelaksanaan Survey Survey di Surabaya dilakukan pada tanggal 29 Mei - 4 Juni 2013. Lokasi dan instansi terkait yang dikunjungi adalah: e. f. g. h.
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak PT Terminal Peti kemas Surabaya PT Berlian Jasa Terminal Indonesia
2. Gambaran Umum Pelabuhan Pelabuhan Cabang Tanjung Perak adalah Pelabuhan Surabaya yang terletak pada posisi 112° 43’ 22” BT dan 7° 11’ 45” LS, tepatnya di Selat Madura sebelah Utara kota Surabaya yang meliputi daerah perairan seluas 1.574,3 Ha dan daerah daratan seluas 574,7 Ha. Orientasi lokasi diberikan pada Gambar 4.22.
4-29
Gambar 4.22 Orientasi Pelabuhan Tanjung Perak pada Peta Provinsi Jawa Timur Citra satelit Pelabuhan Tanjung Perak ditunjukkan pada Gambar 4.23.
Gambar 4.23 Citra satelit Pelabuhan Tanjung Perak Pelabuhan Tanjung Perak merupakan salah satu pelabuhan pintu gerbang di Indonesia, yang menjadi pusat kolektor dan distributor barang ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya untuk Propinsi Jawa Timur. Karena letaknya yang strategis dan didukung oleh daerah hinterland Jawa Timur yang potensial
4-30
maka Pelabuhan Tanjung Perak juga merupakan pusat pelayaran interinsulair Kawasan Timur Indonesia. Pelabuhan Tanjung Perak Memiliki 5 (lima) terminal, yakni: 1. Terminal Jamrud 2. Terminal Mirah 3. Terminal Berlian 4. Terminal Nilam 5. Terminal Kalimas Data dermaga, gudang dan lapangan di kelima terminal tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Terminal Jamrud Mirah Berlian Nilam Kalimas
Fasilitas Terminal di Pelabuhan Tanjung Perak Panjang Dermaga (m) 2.190 640 1.620 930 2.270
Gudang (m2) 33.604 11.920 3.032 6.060
Lapangan (m2) 39.160 13.174 38.600 34.880 3.520
a. Terminal Jamrud. Terminal Jamrud terdiri atas 3 (tiga) zona dermaga, yakni Jamrud Utara, Jamrud Selatan dan Jamrud Barat. Citra satelit Terminal Jamrud ditunjukkan pada Gambar 4.24.
4-31
Gambar 4.24 Citra satelit Terminal Jamrud Tanjung Perak Layout Terminal Jamrud ditunjukkan pada Gambar 4.25.
0
210
10 m
50
15
BA RUD
100
2 RAT
U
JAM
150m
109
119
108
107
121
106
15
124
102
1200
17C
125
101
A
126
201
200
100
A1 17
PERAK
204
203
202
ADPEL
ASDP
BUS KOTA
JALAN TEMBUS
KP3
PELABUHAN III
GAPURA SURYA
Gambar 4.25 Layout Terminal Jamrud Tanjung Perak
800
JAMRUD SELATAN 800 m
122
JL JAMRUD SELATAN
JL JAMRUD UTARA
104
15
JAMRUD UTARA 1.200 m
PT.PAL SBY
Layout Terminal Jamrud
4-32
4-33 Peruntukan Terminal Jamrud adalah pelayanan Pelayaran Samudera dan Antarpulau, dengan jenis muatan General cargo dan Curah Kering. Terminal Jamrud Utara pada sisi timurnya melayani Angkutan Penumpang. Data Fasilitas Terminal Jamrud ditunjukkan pada Tabel 4.15. Tabel 4.15
Fasilitas Terminal Jamrud
Uraian
Jamrud Utara Luas 1,8 Ha Draft 10 mLWS Panjang apron 1200 m Lebar apron 15 m Luas gudang Jumlah gudang 3 Luas lapangan penumpukan Peruntukan Samudera (GC, CK) & Penumpang
Jamrud Selatan 1,17 Ha 8,5 mLWS 780 m 15 m 24.783 m2 3 56.271 m2
Jamrud Barat 0,32 Ha 7,0 mLWS 210 m 15 m -
Antarpulau Antarpulau (GC) (CK)
Untuk pelayanan bongkar muat General cargo dan Curah Kering, Terminal Jamrud dilengkapi peralatan berupa Grab, Hopper, Shore Crane dan Harbour Mobile Crane. Jumlah dan kapasitas peralatan tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.16. Tabel 4.16
Peralatan Terminal Jamrud
Peralatan Grab Hopper Shore crane Harbour Mobile Crane
Jumlah 21 24 1 4
Kapasitas 8 ton 8 ton 45 ton
b. Terminal Nilam. Terminal Nilam terdiri atas 2 (dua) zona terminal, yakni Terminal Nilam Timur Konvensional dan Terminal Nilam Timur Multipurpose. Citra satelit Terminal Nilam ditunjukkan pada Gambar 4.26.
4-34
Gambar 4.26 Citra satelit Terminal Nilam Tanjung Perak
15
INDOMIX SILO 500
PUSRI
JL PR
APAT
501 502
BB M
STORAGE OPEN
N KINMA
207A
1072 767
PLTU
PEMU
CU
1072
PT. BOGASARI
RA
HC
AIR
JL NILAM TIMUR
APAT
860
TAMBATAN NILAM 800 m
503
JL PR
Layout Terminal Nilam
PEMU
DINA S PE NGER UKAN KURU NG UT ARA KURU NG SE LATA KINMA N N
Layout Terminal Nilam ditunjukkan pada Gambar 4.27.
PERTAMINA
JL NILAM BARAT
JALUR PIPA
U
KALI PERAK
SHOP WORK 0
50
100
150m
Gambar 4.27 Layout Terminal Nilam Tanjung Perak Terminal Nilam Timur Konvensional melayani Pelayaran Antarpulau dengan jenis muatan General cargo, Curah Kering dan Curah Cair. Terminal Nilam Timur Multipurpose hanya melayani muatan Peti kemas. Data fasilitas di Terminal Nilam ditunjukkan pada Tabel 4.17.
4-35 Tabel 4.17
Fasilitas Terminal Nilam
Uraian Luas Draft Panjang apron Lebar apron Luas gudang Jumlah gudang Luas lapangan penumpukan Peruntukan
Nilam Timur Konvensional 1,4 Ha 8 mLWS 930 m 15 m 3 -
Nilam Timur Multipurpose 4,8 Ha 9 mLWS 320 m 15 m 3.500 TEUs
Antarpulau (GC, CK, CC)
Peti kemas
Untuk melayani bongkar muat General cargo, Curah Kering dan Curah Cair, Terminal Nilam Timur Konvensional dilengkapi peralatan berupa Stigger dan Flexible Hose sebanyak masing-masing 1 (satu) unit. Untuk melayani bongkar muat Peti kemas, Terminal Nilam Timur Multipurpose dilengkapi peralatan berupa Container Crane, Rubber Tyred Gantry Crane (RTG) dan Truk/Chassis, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.18. Tabel 4.18
Peralatan Terminal Multipurpose
Peralatan Container Crane Rubber Tyred Gantry Crane Trucking
Jumlah 3 5 12
Nilam
Timur
Kapasitas 35 ton 40 ton 8,35 ton
c. Terminal Mirah. Terminal Mirah terletak di sebelah selatan Terminal Jamrud. Citra satelit Terminal Mirah ditunjukkan pada Gambar 4.28.
4-36
Gambar 4.28 Citra satelit Terminal Mirah Tanjung Perak Layout Terminal Mirah ditunjukkan pada Gambar 4.29. Layout Terminal Mirah U
60
125m
JL TANJUNG PERAK TIMUR
30
310
0
JL TANJUNG PERAK BARAT
300
301
330 TAMBATAN MIRAH 640 m
KARANTINA TUMBUH TUMBUHAN BENGKEL POOL
PN PERTAMINA
RESERVOIR INDUK
PERBEKALAN GUDANG
AIRUD
302
TAN IR JL. IN PARK PAT TEM
303
DIVISI USTER SG
GARDU HUBUNG (LISTRIK)
JL PRAPAT KURUNG UTARA JL PRAPAT KURUNG SELATAN
Gambar 4.29 Layout Terminal Mirah Tanjung Perak
4-37 Terminal Mirah diperuntukkan untuk melayani Pelayaran Antarpulau dengan muatan General cargo. Data fasilitas Terminal Mirah ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.19
Fasilitas Terminal Mirah
Uraian
Keterangan
Luas Draft Panjang apron Lebar apron Luas gudang Jumlah gudang Luas lapangan penumpukan Peruntukan
1,6 Ha 7 mLWS 640 m 25 m 11.920,35 m2 4 13.174,40 m2 Antarpulau (GC)
Untuk pelayanan bongkar muat General cargo, Terminal Mirah dilengkapi peralatan berupa Rubber Tyred Gantry Crane (RTG) dan Reach stacker, seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.20
Peralatan Terminal Mirah
Peralatan Ship crane Barge crane Rubber Tyred Gantry Crane Reach stacker
Jumlah 2 3
Kapasitas 40,6 ton -
d. Terminal Kalimas. Terminal Kalimas adalah terminal yang terletak di muara Sungai Kalimas, melayani Pelayaran Antarpulau, dan diperuntukkan bagi Kapal Lokal dan Kapal Layar Motor. Data fasilitas Terminal Kalimas ditunjukkan pada tabel berikut ini.
4-38
Tabel 4.21
Fasilitas Terminal Kalimas
Uraian Luas Draft Panjang apron Lebar apron Luas gudang Jumlah gudang Luas lapangan penumpukan Peruntukan
Keterangan 3,4 Ha 9,5 mLWS 2270 m 15 m 6060 m2 4 3520,00 m2 Kapal Lokal & Kapal Layar Motor
e. Terminal PT. Berlian Jasa Terminal Indonesia. PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (PT BJTI) merupakan anak perusahaan dari PT Pelabuhan Indonesia III (Persero). PT BJTI Sejak tahun 2002 dipercaya mengelola Terminal Berlian Tanjung Perak Surabaya dan Terminal Peti kemas di Tenau sejak awal tahun 2012. Sebagai operator pelabuhan selama satu dekade, PT BJTI telah banyak dipercaya oleh berbagai perusahaan Indonesia maupun mancanegara dalam pengelolaan peti kemas internasional, terminal peti kemas domestik, terminal curah kering, layanan intermoda, dan berbagai jasa bongkar muat penunjang lainnya. Pendirian PT BJTI dilakukan melalui proses pemisahan (Spin Off) dari salah satu unit bisnis PT (Persero) Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Perak yaitu Divisi Usaha Terminal Serbaguna (DUTS) yang berfokus pada layanan “Kargo dan Kontainer” di terminal konvensional. DUTS telah beroperasi sejak 1974. Status PT BJTI sebagai terminal operator pelabuhan dikukuhkan berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 410 Tahun 2010 Tanggal 27 September 2010 tentang pemberian ijin usaha kepada PT.Berlian Jasa Terminal Indonesia sebagai Badan Usaha Pelabuhan. Citra satelit Terminal BJTI ditunjukkan pada Gambar 4.30.
4-39
Gambar 4.30 Citra satelit Dermaga Berlian Layout terminal BJTI ditunjukkan pada Gambar 4.31.
PENAMBAHAN PAGAR PK. INTERNASIONAL PANJANG = 160 + 160 m'
PERKERASAN LAHAN EKS. RUKINDO + PAGAR 12.000 m²
PEMINDAHAN FASILITAS BEHANDLE UNTUK BEA & CUKAI 5,8 x 11,5 m
TAMBATAN BERLIAN BARAT 700 m
140
120
90
140 60
GUDANG CURAH KERING PT. UEPN
H. MAST
CCTV
BEHANDLE
PT. BERLIAN PENTA ± 3.000 m²
GATE OUT GATE IN OUT ALAT BERAT
25
TANDON AIR
PT. SUMA LAUT PERKASA
KANTOR PT. UEPN
GATE IN
PARKIR SEPEDA MOTOR
30 H. MAST
POS JAGA
TOWER KOMP
25
23
229
POS JAGA
POS JAGA
00
HANDYMAX / RORO / CURAH CAIR
PANAMAX (200 m)
PETIKEMAS INTENASIONAL (175 m)
200
175
175
780
750
720
690
660
630
600
570
540
510
480
450
420
390
360
330
300
270
240
210
180
150
120
90
60
UEPN
30
00
13
PT.
785
TAMBATAN BERLIAN TIMUR 785 m
U
0
25
50
100m
1. PEMBANGUNAN KANTOR 3 LANTAI : A. LANTAI 1 (700 m²) - KOPERASI TKBM, KP3, KPLP B. LANTAI 2 (700 m²) - BEA & CUKAI, PT. UEPN, PERHUTANI & PENGGUNA JASA C. LANTAI 3 (700 m²) - PT. BJTI 2. MEUBEULAIR + AC + TOWER KOMP + PINDAH INST. IT 3. PEMINDAHAN & PEMBENAHAN EKS. KANTOR OPRS 4. PARKIR MOBIL (2.300 m²)
Gambar 4.31 Layout Dermaga Berlian Data Terminal PT BJTI ditunjukkan pada tabel berikut ini.
TAMBATAN BERLIAN UTARA 140 m
00
180
240
210
300
270
360
MERATUS
CCTV
SIPIL ITS
34.5x47.5
H. MAST
H. MAST
8860
CFS
PT. GLOBAL PUTRA
TANTO
2 UNIT TRANA TAINER KONDISI RUSAK
H. MAST
PT. TSP
330
420
H. MAST
GARDU
TEMAS 28
23
390
480
450
540
510
600
570
660
630
16
KURU
16
33
STRIPPING & STUFFING
JL.
JL. PR
APAT
PRAP AT
KURU
NG
NG
UTAR
A
SELA TAN
690
700
60
10
Layout Terminal Berlian
30
16
PAVING JALAN KELUAR DAN MASUK TERMINAL BERLIAN = 16.000 m² (DIKERJAKAN OLEH TG. PERAK)
PERKERASAN LAHAN EKS. KPLP + PAGAR = 1.726 m² (PRE MEMORY)
120
PEM UKIM AN
DOCKING AREA
PERKERASAN LAHAN EKS. BIMASENA + PAGAR = 1.912 m²
90
TERMINAL NILAM
150
EX. BIM ASEMA
KPLP
4-40
Tabel 4.22
Fasilitas Terminal Berlian
Deskripsi International Container Vessels Domestic Container Vessels
Ocean Going Dry Bulk & General cargo Vessels
Posisi East Berlian West Berlian North Berlian East Berlian
Wharf LWS 540 -9,6 M 700 -8 M 140 M -6,5 240 M
-9,6
Fasilitas lapangan di Terminal PT BJTI ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.23 Deskripsi International Container Yard Domestic Container Yard Container Freight Station (CFS) Consolidation Stripping & Stuffing
Fasilitas Lapangan PT BJTI Luas 4,3 Ha 1,2 Ha 800 M2 1,755 M2 625 M2
Fasilitas peralatan di Terminal PT BJTI ditunjukkan pada tabel berikut ini.
4-41 Tabel 4.24
Fasilitas Peralatan PT BJTI
Alat Stevedoring
Keterangan Type Lifting Capacity
Harbour Mobile Crane I. Gottwald
II. Liebbherr
Total : Container Stacking Rubber Tyred / Rtg Reach stacker Top Leader Specific Equipment Grab
Hopper
Timbangan Armada Trailer
* 260 * 280 * 4406 * 280 * 400 * 420
Swl 40 Ton Swl 60 Ton Swl 100 Ton Swl 100 Ton Swl 104 Ton Swl 120 Ton
Spesifikasi 6 Row, 6 Tier 6 Row, 4 Tier * Kapasitas 40 Ton * Kapasitas 30 Ton Kapasitas 5 Ton 7 Ton 10 Ton 15 Ton 5 Ton 10 Ton 20 Ton 60 Ton
Jumlah
1 Unit 1 Unit 4 Unit 2 Unit 3 Unit 3 Unit 14 Unit Jumlah 5 Unit 4 Unit 6 Unit 1 Unit Jumlah 5 Unit 2 Unit 2 Unit 6 Unit 7 Unit 6 Unit 3 Unit 2 Unit 38 Unit
Produksi PT BJTI berupa arus barang ditunjukkan pada Tabel 4.25.
4-42
Tabel 4.25
Produksi PT BJTI
Produksi Satuan 2008 2009 2010 PK DN Teus 738.867 722.311 702.117 PK LN Teus 83.016 103.403 127.432 GC M3 77.446 83.774 235.87 CK Ton 1.679.831 1.962.585 2.661.280 CC Ton 596.797 484.709 355.484 Batubara Ton 47.543 Mobil Unit 27.891 25.458 371.721 Depo PK Box 279.438 557.817 437.871 M/Ton 21.181 24.141 23.495 Bunkering 23.875 27.285 45.055 Forwarding Box Produksi Satuan 2011 2012 PK DN Teus 664.257 802.219 PK LN Teus 128.431 110.572 GC M3 77.113 22.696 CK Ton 3.316.324 2.387.300 CC Ton 429.481 557.835 Batubara Ton 15.206 172.534 Mobil Unit 37.345 37.913 Depo PK Box 394.71 228.402 M/Ton 20.058 17.730 Bunkering 44.417 35.878 Forwarding Box Sumber: PT Berlian Jasa Terminal Indonesia. Kinerja bongkar muat PT BJTI ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.26 Uraian
Kinerja Bongkar Muat PT BJTI 2012 Satuan
Realisasi Triwulan I II III IV 15 15 15 15 43 43 44 46 27 24 25 27 4.060 4.326 4.291 5.411 2.297 2.711 2.812 2.952 612 644 582 592
PK Konv B/S/H PK Int B/S/H GC T/G/H CK T/S/D CC T/S/D Roro U/S/D Uraian Satuan Sumber: PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.
4-43 f. Terminal PT. Terminal Peti kemas Surabaya. PT Terminal Peti kemas Surabaya adalah anak perusahaan PT Pelabuhan Indonesia III yang dikhususkan untuk pelayanan peti kemas. Secara geografis, TPS berlokasi di bagian barat Pelabuhan Tanjung Perak dengan koordinat 7;12;S, 112;40E, di bagian ujung alur pelayaran di antara pulau Jawa dan pulau Madura sepanjang 25 mil. Lebar minimum alur adalah 80 meter, kedalaman minimum pada saat air surut adalah 9.5 meter. Alur pelayaran tersebut ditandai dengan jelas, dan disediakan layanan kepanduan selama 24 jam nonstop. Data Terminal PT TPS ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.27
fasilitas terminal peti kemas Surabaya.
Uraian Keterangan Panjang Dermaga 1.000 m’ Internasional Panjang Dermaga Domestik 400 m’ Lebar Dermaga 50 m’ Terminal Internasional – -10,5 mLWS Draft Terminal Domestik – Draft - 7,5 mLWS 49 Ha Container Yard 16.500 m2 Container Freight Station Sumber: PT Terminal Peti kemas Surabaya. Untuk mempertahankan pelayanannya, PT TPS menetapkan suatu standar kinerja bongkar muat seperti tertera pada tabel berikut ini. Tabel 4.28
Standar kinerja PT TPS
Kinerja Internasional Domestik 25 18 Boxes Crane Hours (BCH) 40 15 Boxes Ships Hours (BSH) 15 Boxes Vessel Working Hours 50 (BVWH) 30 Menit Truck Round Time Sumber: PT Terminal Peti kemas Surabaya.
4-44
3. Trafik Pelabuhan
a. Data Trafik Kapal. Data trafik diperoleh selama 5 (lima) tahun pada periode 2008-2012. Data yang diperoleh dikelompokkan menurut tonase, jumlah ship call, jenis pelayaran dan jenis muatan. Tabel berikut ini menunjukkan data kunjungan dan tonase kapal di Pelabuhan Tanjung Perak. Tabel 4.29
NO
URAIAN
Data Kunjungan dan Tonase Kapal di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya TAHUN 2008
2009
2010
2011
2012
1 SAMUDERA : - Ship Call ( unit's ) - DWT ( ton's )
1,721 33,064,650
1,805 42,928,967
1,911 38,944,274
1,965 41,737,340
2,040 46,830,037
2 INTERINSULER : - Ship Call ( unit's ) - DWT ( ton's )
9,254 25,932,766
9,300 27,712,342
8,395 25,926,685
7,757 23,945,619
10,584 38,919,702
3 KHUSUS : - Ship Call ( unit's ) - DWT ( ton's )
57 2,434,533
62 2,230,065
51 2,174,989
45 1,982,448
0 0
4 PELRA : - Ship Call ( unit's ) - DWT ( ton's )
847 222,341
700 183,753
703 156,875
730 103,002
776 77,855
11,879 61,654,290
11,867 73,055,127
11,060 67,202,823
10,497 67,768,409
13,400 85,827,594
JUMLAH : - Ship Call (unit's) - DWT (ton's)
Sumber: Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak Surabaya.
b. Data Trafik Penumpang. Data trafik diperoleh selama 5 (lima) tahun pada periode 2008-2012. Data trafik penumpang dapat dilihat pada tabel berikut.
4-45 Tabel 4.30
Data Arus Penumpang di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Satuan : Jiwa
NO
URAIAN
1 2 3 4
A. TURUN : Umum Turis Transmigrasi T KI
1 2 3 4
B. NAIK : Umum Turis Transmigrasi T KI
TAHUN 2008
2009
2010
2011
2012
557,815 8,455 566,270
459,019 7,465 466,484
785,914 2,360 788,274
415,670 415,670
406,504 1,080 407,584
533,032 1,043 534,075
445,773 2,024 447,797
283,361 676 284,037
434,292 934 435,226
373,106 1,080 934 375,120
1,100,345
914,281
1,072,311
850,896
782,704
Sumber: Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak Surabaya.
c. Data Trafik Barang. Data trafik diperoleh selama 5 (lima) tahun pada periode 2008-2012. Data arus bongkar muat ditunjukkan pada tabel berikut.
4-46
Tabel 4.31
Data Perbandingan Arus Bongkar Muat Barang (Cargo Flow) di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Satuan : Ton
NO
URAIAN
1 Angkutan L.N 1. Impor / Bongkar 2. Ekspor / Muat
2 Angkutan D.N 1. Bongkar 2. Muat
3 Angkutan PELRA : 1. Bongkar 2. Muat
TAHUN 2008
2009
2010
2011
2012
14,247,400 7,830,295 22,077,695
13,495,462 15,319,130 16,837,696 7,636,467 7,728,427 7,676,545 21,131,929 23,047,557 24,514,241
19,458,902 7,518,144 26,977,046
8,081,008 8,307,291 16,388,299
8,570,380 8,427,599 9,957,047 8,489,340 8,178,923 10,381,563 17,059,720 16,606,522 20,338,610
11,941,517 13,234,455 25,175,972
92,996 185,571 278,567
90,573 191,503 282,076
53,947 157,446 211,393
36,222 115,984 152,206
41,283 125,908 167,191
Jumlah Bongkar 22,421,404 Muat 16,323,157
22,156,415 16,317,310
23,800,676 16,064,796
26,830,965 18,174,092
31,441,703 20,878,507
38,744,561
38,473,725
39,865,472
45,005,057
52,320,209
Sumber: Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak Surabaya. 4. Hasil Survey
a. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional. Dermaga Jamrud Utara dapat digunakan untuk sandar kapal pesiar, dengan panjang dermaga 500 m, dan kedalaman -9 mLWS. Dokumentasi kegiatan sandar kapal penumpang di Dermaga Jamrud Utara ditunjukkan pada gambar berikut ini.
4-47
Gambar 4.32 Dokumentasi kegiatan sandar kapal penumpang di Dermaga Jamrud Utara Sebelumnya dermaga ini memiliki dua gedung terminal penumpang untuk transit penumpang yaitu Gapura Surya seluas 5.060 m2 dengan kapasitas 1.200 orang dan Gapura Nusantara seluas 4.950 m2 dengan kapasitas 1.500 orang. Kedua fasilitas tersebut telah sesuai dengan standar ISPS Code dan dilengkapi dengan X-Ray dan Walk Through Metal Detector untuk keselamatan dan keamanan serta tempat parkir kendaraan yang memadai. Dokumentasi Terminal Penumpang lama sebelum dibongkar ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4.33 Gedung terminal penumpang lama yang kini sudah dibongkar
4-48
Pada saat ini sedang dilaksanakan pembangunan Terminal Penumpang Modern. Letaknya adalah pada lokasi terminal lama, yang sudah dibongkar dan ditutup untuk sementara. Dokumentasi pembangunan Terminal Penumpang Modern ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 4.34 Kondisi existing pekerjaan Pembangunan Terminal Penumpang Modern di Pelabuhan Tanjung Perak Saat ini aktivitas pelayanan penumpang dialihkan ke Terminal Penumpang Sementara yang dibuat pada satu gudang di Dermaga Jamrud. Dokumentasi Terminal Penumpang Sementara ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 4.35 Tampak depan dan tampak dalam Terminal Penumpang Sementara Tanjung Perak Dokumentasi fasilitas di dalam Terminal Penumpang Sementara Tanjung Perak ditunjukkan pada gambar berikut ini.
4-49
Gambar 4.36 Fasilitas di Terminal Sementara Tanjung Perak
Penumpang
b. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis. Trayek Kapal Perintis yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak adalah Trayek R-11. Kapal yang digunakan untuk trayek ini adalah KM Amukti Palapa dengan ukuran kapal 500 DWT. Selain KM Amukti Palapa yang berpangkalan di Surabaya, Pelabuhan Tanjung Perak juga disinggahi oleh KM Sabuk Nusantara 27 dengan ukuran kapal 500 DWT. KM Sabuk Nusantara 27 melayani Trayek R-12 dengan pangkalan di Pelabuhan Tanjung Wangi. Kapal Perintis di Pelabuhan Tanjung Perak dilayani di Kade Perak yang fungsi utamanya adalah sebagai Dermaga Roro. Data fasilitas Kade Perak ditunjukkan pada tabel berikut ini.
4-50
Tabel 4.32
Fasilitas Kade Perak (Roro)
Uraian Luas Terminal Penumpang : -Embarkasi -Debarkasi -Teras Sisi Barat Kapasitas Terminal Penumpang Draft Panjang Dermaga Luas Lapangan Parkir : -Truk (Besar dan Kecil) -Sedan / Sejenis -Kendaraan ex bongkaran
Besaran 2.371,65 M2 201,50 M2 294,25 M2 700 Orang -7,2 M.LWS 140 M
3.870 M2 515 M2 1.912,5 M2 Kapasitas Parkir Mobil 250 Kendaraan Tempat Ibadah (Musholla) 32 M2 Sumber: PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Perak.
c. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering. Kapal dan Barang Curah Kering di Pelabuhan Tanjung Perak dilayani di Terminal Jamrud Utara, Jamrud Barat dan Nilam Timur Konvensional. Pelabuhan Tanjung Perak melayani muatan curah kering baik jenis pangan maupun non pangan. Dokumentasi aktivitas bongkar muat curah ditunjukkan pada gambar berikut.
4-51
Gambar 4.37 Aktivitas muat curah kering pangan (atas) dan semen (bawah) di Dermaga Jamrud Selatan
d. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair. Kapal dan Barang Curah Cair di Pelabuhan Tanjung Perak dilayani di Terminal Nilam Timur Konvensional. Dokumentasi ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.38 Aktivitas muat curah cair CPO di Dermaga Nilam Timur Konvensional
e. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas. Kapal dan Barang Peti kemas di Pelabuhan Tanjung Perak dilayani di Terminal Nilam Timur Multipurpose, Terminal PT BJTI dan Terminal PT TPS.
4-52
Dokumentasi dermaga dan aktivitas bongkar muat peti kemas di dermaga Nilam Timur Multipurpose ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4.39 Dermaga peti kemas di Terminal Nilam Timur Multipurpose Dokumentasi Terminal PT BJTI ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4.40 Dokumentasi terminal peti kemas PT BJTI Dokumentasi Terminal PT TPS ditunjukkan pada gambar berikut.
4-53
Gambar 4.41 Dokumentasi Terminal Peti kemas PT TPS
f. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Lolo. Kapal dan barang lolo di Pelabuhan Tanjung Perak dilayani di Terminal Jamrud. Dimensi Dermaga Jamrud sudah ditunjukkan pada Tabel 4.15 di halaman 4-33.
Gambar 4.42 Aktivitas bongkar muat peti kemas secara Lo-Lo di Dermaga Jamrud
g. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Roro. Kapal Roro di Pelabuhan Tanjung Perak dilayani di Terminal Jamrud dan Kade Perak. Dimensi Dermaga Jamrud sudah ditunjukkan pada Tabel 4.15 di halaman 4-33. Data fasilitas Kade Perak sudah ditunjukkan pada Tabel 4.32 di halaman 4-50.
4-54
h. Lokasi dan Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan yang Berfungsi sebagai Pelabuhan. Di Pelabuhan Tanjung Perak, dryport dikelola oleh PT Terminal Peti kemas Surabaya. Namun dengan dimilikinya dermaga di areal dryport tersebut, kini pelabuhan tersebut berkembang fungsinya menjadi pelabuhan laut (seaport). Data Terminal PT TPS sudah ditunjukkan pada Tabel 4.27 di halaman 4-43.
i. Terminal Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya. TUKS Barang Berbahaya yang beroperasi dalam Wilayah Tanjung Perak adalah TUKS PT Pertamina dan TUKS PT Aneka Kimia Raya.
j. Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area). 1) Prosedur dan Kriteria Penentuan Lokasi Dumping area. Berdasarkan keterangan dari Pihak Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak, selama ini tidak ditentukan lokasi spesifik untuk pembuangan material keruk. Lokasi pembuangan material keruk (dumping area) di Pelabuhan Tanjung Perak mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi. 2) Kegiatan Pengerukan dan Lokasi Pembuangannya. Kegiatan Pengerukan di Lingkungan Pelabuhan Tanjung Perak dilakukan pada Alur Kalimas dan Kolam Dermaga Jamrud. Pelaksanaannya dilakukan bergantian setiap tahun, sehingga masing-masing lokasi dikeruk setiap dua tahun sekali. Berdasarkan keterangan dari Pihak Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak, selama ini tidak ditentukan lokasi spesifik untuk pembuangan material keruk. Lokasi pembuangan material keruk (dumping area) di Pelabuhan Tanjung Perak mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi.
4-55 k. Fasilitas Car Terminal. Pelabuhan Tanjung Perak tidak memiliki fasilitas khusus Car Terminal. Namun demikian pelayanan bongkar muat kendaraan dilaksanakan di Terminal Berlian yang dikelola oleh PT BJTI.
l. Fasilitas
Penampungan
Limbah
dari
Kegiatan
Pelabuhan. Limbah dari kegiatan pelabuhan di Tanjung Perak dikelola bersama dengan limbah dari kapal pada Reception facility (RF). RF Tanjung Perak berlokasi di Jalan Nilam Barat. Limbah dari kegiatan pelabuhan biasanya dihasilkan dalam jumlah kecil, sehingga penampungannya dilakukan menggunakan Intermediate Bulk Container (IBC). Gambar IBC untuk penampungan limbah dari kegiatan pelabuhan ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4.43 Dokumentasi fasilitas RF Tanjung Perak. Standard Operational Procedure untuk penampungan limbah di RF Pelabuhan Tanjung Perak ditunjukkan pada gambar berikut.
4-56
Sumber: PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Perak. Gambar 4.44 Standard Operating Procedure Penerimaan, Penyimpanan dan Pengeluaran Limbah B3 di RF Tanjung Perak.
m. Fasilitas
Penampungan
Sampah
dari
Kegiatan
Pelabuhan. Data fasilitas penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan di Pelabuhan Tanjung Perak adalah sebagai berikut: Pemilahan dan Pewadahan Jenis pewadahan : Tempat sampah = 184 buah Sistem pewadahan Untuk pewadahan dengan sistem terpisah, apakah sampahnya sudah
: Tercampur dan Terpisah : Ya / Tidak
4-57 terpisah sesuai peruntukannya ? Jenis Pewadahan Letak Wadah Setiap ruangan Setiap lantai Setiap gedung Penempatan Pewadahan
Pengumpulan Proses pengumpulan Sampah dari setiap pewadahan besar dimasukkan Sampah dimasukkan ke dalam
: Organik = 30 buah Non Organik = 30 buah : Ada / Tidak Tercampur / Terpisah : Ada / Tidak Tercampur / Terpisah : Ada / Tidak Tercampur / Terpisah : Ruang Tunggu = 40 buah Halaman = 50 buah (Terminal Penumpang, Term Penumpang Ro-Ro, dermaga, kantor) Tempat Parkir = 40 buah Jalan Lingkungan = 10 buah Toilet = 44 buah (Term Penumpang Pelni dan RoRo, Kantor Cabang = 20 buah) : Setiap hari / Tidak setiap hari : Secara terpisah / secara gabungan
: Plastik (hanya untuk B3) Diikat / tidak diikat Dikumpulkan / dipisahkan Pemindahan dan Pengangkutan Jenis alat pengumpul : September 2012 Mobil = 6 buah Motor sampah = 0 buah Gerobak = 0 buah Diantar sendiri = 0 buah Lain-lain (container sampah) = 28 buah Desember 2012 Mobil = 6 buah Motor sampah = 0 buah
4-58
Gerobak = 0 buah Diantar sendiri = 0 buah Lain-lain (container sampah) = 28 buah 1 mobil pembersih sampah dan pengangkut sampah (sweeper) Waktu pengumpulan Frekuensi pengumpulan Sistem pengumpulan Cara pengumpulan Petugas Kebersihan pengumpul
: Pagi / Siang / Sore / Malam : Setiap hari / Tidak setiap hari : Tercampur / Terpisah : Rutin / Tergantung permintaan : 216 orang Desember 2012 Ditambah 2 org operator mobil sweeper (216 orang + 2 org) = 218 orang
Data TPS Jumlah Total TPS Nama/ Posisi Lokasi TPS Bak Penampung Jenis Bak
Dimensi (cm)
: 2 (dua) buah : Depo Jalan Kalimas Depo Jalan Tembaga : : Beton = 2 buah Container = 28 buah Tanpa bak = 0 buah : Untuk Beton Depo Kalimas Panjang : 12 m Lebar : 8 m Tinggi : 2 m Depo Tg Tembaga Panjang : 15 m Lebar : 15 m Tinggi : 2 m Untuk Container Panjang : 3,51 m Lebar : 1,9 m
4-59
Sifat
:
Kondisi Fisik
:
Kondisi Lingkungan
:
Sistem Penampung Sumber sampah yang masuk
: :
Sistem Pengangkutan Frekuensi pengangkutan dalam mingguan Alat angkut
Jadwal Angkut Kapasitas pengangkutan Cara pengangkutan Petugas Kebersihan pengangkutan Pengelola pengangkut
Volume Sampah Volume jenis sampah masuk (m3/hari) Komposisi jenis sampah masuk
Tinggi : 1,45 m Permanen (Depo) dan Mobile (Container sampah) dan mobil sweeper (pembersih jalan dan pengangkut sampah ke TPS. Baik / Sedang / Rusak / Tidak ada Banyak lalat / Bau / Berair / Bersih / Kotor Tercampur / Terpisah Dari lokasi pelabuhan (wilayah pelabuhan : sampah rumah tangga, perkantoran, non medis rumah sakit, sampah taman Tercampur dengan luar pelabuhan
: <1/2/3/4/5/6/7/> : Motor = 0 unit Dump Truck = 4 unit Arm Roll Truck = 2 unit : Pagi / Siang / Sore / Malam : Seluruhnya terangkut / Tidak seluruhnya terangkut : Rutin / Tergantung permintaan : 28 orang : Dinas Kebersihan / Kelurahan / Lain-lain (PT PELINDO III) : < 1 m3 / 1-5 m3 / 6-10 m3 / > 10 m3 : Organik (60 %) Plastik (5 %) Kertas / karton (10 %) Logam/Kaleng (5 %) Botol (5 %)
4-60
Prasarana komposisi di TPS
Lainnya/Sisa Bongkar Muat (15 %) : Ada / Tidak ada Berfungsi / Tidak berfungsi
C. Pelabuhan Makassar 1. Informasi Pelaksanaan Survey Lokasi dan instansi terkait yang dikunjungi pada survey di Pelabuhan Makassar adalah: a) Kantor Otoritas Pelabuhan Makassar b) PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Makassar. 2. Gambaran Umum Pelabuhan Pelabuhan Makassar berada pada posisi 05° 07' 18” LS / 119° 24' 27” BT dan merupakan salah satu cabang yang ada di PT (Persero) Pelabuhan Indonesia Wilayah IV (PT Pelindo IV). Secara administratif Pelabuhan Makassar terletak di Kelurahan Ujung Tanah Kecamatan Wajo, Kota Makassar. PT (Persero) Pelindo IV membawahi 19 cabang, 3 Unit Pelayanan Kepelabuhanan (UPK), 1 Terminal Peti kemas dan 5 Pelabuhan Kawasan. Masing-masing pelabuhan memiliki karakteristik, potensi dan hinterland yang beragam. Pelabuhan Makassar berstatus Pelabuhan Utama dan merupakan salah satu dari 25 pelabuhan strategis di Indonesia yang memiliki posisi penting di Kawasan Indonesia Timur. Orientasi lokasi Pelabuhan Makassar disajikan pada Gambar 4.45.
4-61
U
Sumber: Encarta, 2013.
Gambar 4.45 Orientasi lokasi Pelabuhan Makassar di Sulawesi Selatan Citra Satelit Pelabuhan Makassar disajikan pada Gambar 4.46.
Gambar 4.46 Tata letak Pelabuhan Makassar
4-62
Tata letak dermaga Pangkalan Soekarno Pelabuhan Makassar ditunjukkan pada gambar di bawah ini. DERMAGA 100
DERMAGA 101 PT.
DERMAGA 102
L
D
DERMAGA 103
M E N
DERMAGA 104 F
DERMAGA 105 O A
1 TU PIN
U
T S
J V
B
G
OL NT LA JA
C
P C
Q H R
RI
A DIK
BER
C
2 TU PIN
3 TU PIN ARA SANT JL. NU
PANGKALAN SOEKARNO 0
40 80 100 120 140
Gambar 4.47 Tata letak dermaga dan peruntukannya di Pangkalan Soekarno Pelabuhan Makassar Tata letak dermaga Pangkalan Hatta ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.48 Tata letak dermaga dan peruntukannya di Pangkalan Hatta Pelabuhan Makassar 3. Trafik Pelabuhan
a. Trafik Kapal. Trafik kapal yang diperoleh adalah untuk kapal pesiar dan kapal peti kemas. Data trafik kapal ditunjukkan pada tabel berikut ini.
4-63 Tabel 4.33
Data trafik kapal di Pelabuhan Makassar
Uraian Pesiar
Sat 2008 2009 2010 Call 0 7 4 GT 0 200.179 138.840 Peti kemas Call 681 813 813 GT 3.931.329 4.744.709 5.421.276 Roro Call 2.015 1.904 1.901 GT 5.648.723 5.434.084 6.072.558 Uraian Sat 2011 2012 Pesiar Call 3 0 GT 85.791 0 Peti kemas Call 666 986 GT 4.540.121 6.363.128 Roro Call 2.001 1.858 GT 6.622.248 6.810.370 Sumber: PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar.
b. Trafik Penumpang. Trafik penumpang yang diperoleh adalah trafik penumpang kapal pesiar dan trafik penumpang lokal (Pelayaran Nusantara, Pelayaran Rakyat dan Pelayaran Perintis). Data trafik penumpang ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.34
Data Trafik Penumpang di Pelabuhan Makassar Satuan: Orang
Uraian Kapal Pesiar Lokal
Satuan 2008 2009 Debarkasi/embarkasi 0 8.848 384.438 370.580 Debarkasi 552.041 525.396 Embarkasi Uraian Satuan 2010 2011 Kapal Pesiar Debarkasi/embarkasi 7.482 2.652 Lokal 294.289 180.076 Debarkasi 386.379 238.048 Embarkasi Sumber: PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar.
c. Trafik Barang. Trafik barang yang diperoleh adalah trafik barang curah kering, curah cair dan peti kemas. Data trafik barang ditunjukkan pada tabel berikut.
4-64
Tabel 4.35
Data Trafik Barang di Pelabuhan Makassar Satuan: T/M3
Uraian
Realisasi 2008 2009 2010 2011 2012 1.843.281 2.438.152 62.005 53.490 79.575
Curah Cair Curah 1.843.281 2.438.152 62.005 53.490 79.575 kering peti 12.495 30.876 52.839 65.415 42.856 kemas Sumber: PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar. 4. Hasil Survey
a. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional. Kegiatan kapal pesiar dan penumpang di Pelabuhan Makassar dilayani di Dermaga Umum pada Pangkalan Soekarno. Denah terminal penumpang ditunjukkan pada Gambar 4.49.
4-65
11.00
LAUT
DERMAGA 33
7.50
7.50
9 10 11 12 13
7.50
7
1.00
20.00
32 31
3.50
10.00
4.00
27
17
21
4.00
7.50
22 19
14 15
26
3.50
6
5.00
2.50 2.50
28
25
5.00
3.00
30
5.00
3 4 5
3.00
5.00 2.50
8 2
2.50
20.00
29
5.00
5.00
2.00
1
3.00 3.00
16
18 10.00
20 10.00
23 10.00
12.00
24 6.00
DENAH TERMINAL PENUMPANG PELABUHAN MAKASSAR Skala 1:100
ALUR KEBERANGKATAN PENUMPANG ALUR KEDATANGAN PENUMPANG 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
POLIKLINIK TANGGA KE ANJUNGAN PENGANTAR TOILET TOILET MUSHOLA RUANG SUPER VISOR PELINDO RUANG TUNGGU PENUMPANG LN RUANG TUNGGU PENUMPANG DOMESTIK TOILET TOILET TOILET TOILET MUSHOLA KIOS KIOS PINTU EMBARKASI LN BERANDA DAN PINTU MASUK PENUMPANG LN
18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
CHECK-IN PENUMPANG LN BERANDA DAN PINTU MASUK PENUMPANG DOMESTIK CHECK-IN PENUMPANG DOMESTIK LOKET TIKET ( PELNI ) RUANG ADPEL ( STAFF ADPEL ) PINTU EMBARKASI DOMESTIK PINTU KELUAR PENUMPANG DAN TRANSIT BANGSAL PENJEMPUT PENUMPANG BANGSAL PENERANGAN TRANSIT PENERANGAN DAN INFORMASI TANGGA KE ANJUNGAN PENGANTAR POLIKLINIK POS JAGA PETUGAS MESS PINTU MASUK DEBARKASI
Gambar 4.49 Denah Terminal Penumpang Pelabuhan Makassar
4-66
Fasilitas utama Terminal Penumpang Pelabuhan Makassar terdiri dari: 1) Lapangan Parkir 2) Ruang Tunggu Penumpang 1) Luas total: 2) Ruang tunggu (embarkasi):
3) Beranda depan: 4) Ruang kedatangan (debarkasi): 5) Ruang transit:
6) Anjungan pengantar:
7) Kapasitas total:
8) Tahun Pembuatan: 9) Konstruksi:
10) Atap:
4.000 m2 (200 x 20) domestik: 500 m2 (50 x 10) internasional: 200 m2 (20 x 10) lebar 3 m, panjang 200 m. 60 m2 (10 x 6), ruang/bangsal terbuka tidak tersedia (penumpang transit menggunakan ruang kedatangan) ±700 m2 lantai 2 (di atas ruang embarkasi); berbagi dengan kioskios agen travel/tiket kapal. 1.600 orang (ruang tunggu dan beranda depan) 1981 Lantai Keramik, dinding tembok, partisi multiplex rangka baja, penutup atap aluminium 60 - 75%
11) Kondisi Bangunan: 3) Dermaga Sandar. Selain fasilitas utama terdapat pula fasilitas-fasilitas pendukung terminal penumpang lainnya yang menambah kelancaran, kenyamanan, dan keamanan pengguna jasa, yaitu: 1) 2) 3) 4)
Fasilitas penyedia jasa komersial. Sistem Keamanan. Ramp dan jalur khusus untuk penyandang cacat Rambu-rambu petunjuk arah, larangan, dan informasi
4-67 5) Satuan pengamanan pelabuhan pada waktu penumpang naik-turun Sistem pengamanan yang diterapkan di Pelabuhan Makassar meliputi: Pedagang asongan dan K5 dilarang memasuki halaman terminal, Pemeriksaan tiket penumpang (sebelum check-in), Loket/meja check-in penumpang, Pagar mobile untuk memisahkan penumpang naik dan turun, Pemisahan jalur dan pintu khusus untuk penumpang masuk dan keluar. Satuan tenaga medis lengkap dengan mobil ambulans Sistem pengamanan yang diterapkan di Pelabuhan Makassar meliputi: Pedagang asongan dan K5 dilarang memasuki halaman terminal, Pemeriksaan tiket penumpang (sebelum check-in), Loket/meja check-in penumpang, Pagar mobile untuk memisahkan penumpang naik dan turun, Pemisahan jalur dan pintu khusus untuk penumpang masuk dan keluar. Karena apabila kapal pesiar tambat, penumpang tidak membawa barang banyak maka fasilitas yang ada adalah tangga/Garbarata namun biasanya kapal sudah memiliki fasilitas tangga sehingga tangga di Pelabuhan tidak digunakan. Ada wacana perpindahan terminal penumpang dari Pelabuhan Makassar ke Kabupaten Takalar ± 50 km dari Pelabuhan Makassar maksimal 2 tahun ke depan yaitu tahun 2015 sudah pindah.
b. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis. Trayek Kapal Perintis yang melalui Pelabuhan Makassar adalah Trayek R-32 dengan ukuran kapal 500 DWT. Pelabuhan Makassar juga disinggahi oleh Kapal Trayek R51 (KM Kie Raha I, 500 DWT), R-54 (750 DWT), R-13 (KM Entebe Express, 500 DWT), R-14 (500 DWT), R-25 (750 DWT), R-26 (750 DWT), R-27 (500 DWT), R-28 (500 DWT), R-29 (750 DWT), R-30 (750 DWT), .
c. Dermaga untuk Kapal dan Barang Curah Kering. Dermaga curah kering di Pelabuhan Makassar adalah Dermaga 101 Pangkalan Soekarno. Barang curah kering yang terdapat di Pelabuhan adalah batubara dan pupuk. Arus kedatangan kapal diinventarisasi menjadi satu kesatuan yaitu
4-68
kapal barang, tidak dibeda-bedakan antara cargo, curah kering dan curah cair. Data fasilitas dermaga adalah sebagai berikut: 1) Peralatan bongkar muat di atas dermaga terdiri dari: - 3 unit crane darat (25 ton, 35 ton dan 40 ton) - 2 unit Forklift (7 ton) - 3 unit Forklift (2 ton) - 2 unit Restacker (45 ton) - 1 unit head truck (45 ton) - 4 unit hopper - 4 unit rib 2) Produktivitas dermaga untuk pelayanan kapal curah kering adalah 25 ton/gang/hour. 3) Elevasi dermaga +3m. 4) Kedalaman perairan di depan dermaga -9m. 5) Ukuran dermaga 101: 330x11m2, dibangun tahun 1917 kondisi 69,35% 6) Data bangunan lain yang dipasang atau diletakkan pada dermaga: - pipa air 20-30 ton/kapal barang dan 400 ton untuk kapal penumpang - pipa bahan bakar 4.184.600 liter/bulan untuk 60 kapal/bulan.
d. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair. Dermaga curah cair di Pelabuhan Makassar adalah Dermaga 102 Pangkalan Soekarno.Data yang diperoleh untuk dermaga kapal dan barang curah di Pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut: 1) Dermaga curah cair melayani kapal jenis tanker 2) Data arus kedatangan kapal curah cair 5 (lima) tahun terakhir: - Untuk aspal aspalindo 1 call/bulan, - multi trading pratama 1 call/bulan, - sawit dan gula tetes 2 bulan sekali. 3) Peralatan bongkar muat berupa pipa 100-150 ton. 4) Jenis muatan curah cair yang ditangani adalah: - Aspal - Kelapa sawit
4-69 - Gula tetes 5) Produktivitas dermaga adalah 100-150 ton/jam 6) Data pasang surut di Pelabuhan Arah arus pasang surut utara ke selatan dan sebaliknya, pasang tertinggi 180 dm, terendah 5 dm. tinggi muka air laut rata-rata (MSL) 0,90 m. Karakteristik dari pasang surut di pelabuhan Makassar adalah semidiurnal / diurnal. Di area terminal umum dan terminal peti kemas Pelabuhan Makassar, pasang tertinggi 1,8 m LWS, terendah 0,9 m LWS. 7) Elevasi dermaga+3m 8) Data kedalaman perairan di depan dermaga-9m 9) Ukuran dermaga 102:230x11 m2, dibangun pada tahun 1917 10) Data bangunan lain yang dipasang atau diletakkan pada dermaga: - pipa air 20-30 ton/kapal barang dan 400 ton untuk kapal penumpang - pipa bahan bakar 4.184.600 liter/bulan untuk 60 kapal/bulan.
e. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas. Pelayanan kapal dan barang peti kemas di Pelabuhan Makassar dialokasikan di Pangkalan Hatta dan dikelola oleh PT Terminal Peti kemas Makassar. Data dermaga peti kemas di Pangkalan Hatta Pelabuhan Makassar ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.36
Data Dermaga di Pelabuhan Makassar
Pangkalan
Hatta
Dermaga Container Hasanuddin Panjang (m) 850 210 Lebar (m) 30 15 Draft (m LWS) -12 -12 Kapasitas (ton/m2) 25.500 3.150 Peruntukan Peti kemas Roro Sumber: PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar.
4-70
Produktivitas dermaga peti kemas Pelabuhan Makassar ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.37
Kinerja
Produktivitas dermaga Pelabuhan Makassar Container per ship working hours (NCR) Unit 31,29 32,37 34,15 38,00
Crane output
peti
kemas
BOR
Satuan Box/Hour % 2008 31 30,15 2009 25 31,36 2010 26 33,40 2011 27 30,89 2012 27 34,25 Sumber: PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar. Data yang diperoleh terkait dermaga pelayanan kapal dan barang peti kemas di Pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut: 1) Jenis kapal yang dilayani oleh dermaga di Pelabuhan peti kemas Makassar adalah Kapal Semi Peti kemas dengan kapasitas maksimal 3.000 TEUs 2) peralatan bongkar muat di atas dermaga adalah Gantry crane (CC) 7 unit 3) Fasilitas utama yang terdapat di terminal Peti kemas Makassar: Jembatan Timbang : 4 unit Kapasitas : 60 ton Genzet : 3 unit (325 KVA) Gantry Crane : 7 unit Transtainer : 14 unit Reach stacker : 2 unit Side loader : 1 unit Top Loader : 1 unit Forklift : 2 ton ( 6 unit); 5 ton ( 1 unit),7 ton ( 1 unit) Head truck : 22 unit Chassis : 20 feet (16 unit), 40 feet (20 unit) Mobil PMK : 1 unit Tangki Limbah : 1 unit
4-71
4)
5)
6)
7)
Kedalaman Kolam : -11 MLWS Panjang dermaga : 850 meter Lebar dermaga : 9 meter Luas dermaga : 7.650 m2 Container Yard : 126.400 m2 Kapasitas : 380.000 TEUS/tahun Gudang CFS : 1 buah Kapasitas : 4.000 M2 Workshop : 750 m2 Area parkir : ± 50 unit Area pabean : 6.000 m2 Reefer Plug : 36 plug Voltage : 380 volt/unit Reservoir : 1.000 ton Tangki BBM : 2 unit (1.400 Lt) Mobil Tangki : 1 Unit Jenis bongkar muat barang peti kemas yang dilayani oleh pelabuhan adalah stevedoring, haulage trucking, cargodoring Data pasang surut di Pelabuhan Pasang surut air tertinggi: 1,8 meter Pasang surut air terendah: 0,9 meter Spesifikasi dermaga Elevasi 15 meter dari permukaan laut kedalaman perairan di depan dermaga-11m Dimensi dermaga 850 x 9 m2 Utilitas dan aksesoris yang tersedia di dermaga adalah bolder, dapra, pipa air tawar, pipa bahan bakar
f. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Roro. Dermaga untuk pelayanan kapal roro di Pelabuhan Makassar terletak di Dermaga 103 Pangkalan Soekarno. Informasi yang diperoleh terkait dermaga roro di Pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut: 1) Jenis kapal roro yang dilayani oleh dermaga di Pelabuhan adalah kapal roro penumpang, kendaraan dan barang. 2) Peralatan bongkar muat roro yang tersedia berupa crane darat dan forklift. 3) Produktivitas dermaga untuk pelayanan kapal Roro adalah 30 unit/jam untuk mobil barang dan 50-100 unit/jam untuk mobil baru
4-72
4) Spesifikasi dermaga Roro Pelabuhan Tanjung Perak adalah sebagai berikut: Elevasi dermaga +3m Kedalaman perairan di depan dermaga-9m Dimensi dermaga 290 x 11 m2 dengan kapasitas 3,19 ton/m2 5) Utilitas yang tersedia pada dermaga adalah pipa air 2030 ton/kapal barang, pipa air berkapasitas 400 ton untuk kapal penumpang dan pipa bahan bakar 4.184.600 liter/bulan untuk 60 kapal/bulan.
g. Terminal Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya. TUKS barang berbahaya yang terdapat di Pelabuhan Makassar adalah TUKS Pertamina. Letaknya adalah pada ujung utara Pangkalan Soekarno dekat Dermaga 100.
h. Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area). Informasi yang diperoleh terkait pembuangan hasil keruk di Pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut: 1) Selama lima tahun terakhir belum pernah ada pengerukan. 2) Prosedur kerja dimulai dengan kajian kegiatan pengerukan dan pembuangan hasil keruk kemudian meminta ijin ke pusat (Kementerian Perhubungan). Setelah ijin didapatkan kemudian meminta ijin ke syahbandar untuk melakukan kegiatan pengerukan dan pembuangan hasil keruk di laut. Apabila pembuangan dilaksanakan di darat maka permohonan ijin ditambah dengan ijin reklamasi. 3) Alat yang digunakan untuk pembuangan hasil keruk adalah kapal keruk. 4) Lokasi Pembuangan terletak pada koordinat 05° 10, 50’ S 119° 20,20’ E, dengan kedalaman perairan 32 m 5) Jenis material keruk yang pernah tercatat adalah pasir bercampur lumpur 6) Kriteria lokasi pembuangan sesuai dengan Permen mengenai Pengerukan.
4-73 i. Fasilitas Car Terminal. Dermaga yang melayani kegiatan Car Terminal di Pelabuhan Makassar adalah Dermaga 103 Pangkalan Soekarno. Fasilitas Car Terminal di Pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12)
Fasilitas tambat Lapangan parkir Fasilitas bongkar muat Fasilitas bongkar dari land carrier Fasilitas parkir Fasilitas muat dan bongkar kapal Fasilitas pemadam kebakaran Fasilitas pencucian kendaraan Jaringan drainase dan pengolahan air buangan Ruang kantor Instalasi air bersih, listrik dan telekomunikasi Jaringan jalan
Fasilitas pada butir 2 di atas terdiri dari 3 lantai. Masingmasing lantai mampu menampung 220 mobil. Untuk lantai dasar/1 digunakan sebagai tempat parkir kendaraan berupa truk. Lantai 2 dan 3 digunakan sebagai parkir mobil. Apabila jumlah bongkar/muat terlalu banyak sehingga bangunan parkir tidak mencukupi maka tempat parkir dapat dilaksanakan di lapangan. Bangunan parkir dan lapangan parkir untuk kendaraan sendiri saat ini masih dalam proses pembangunan dan direncanakan akan selesai bulan Juli.
j. Fasilitas
Penampungan
Limbah
dari
Kegiatan
Pelabuhan. Informasi yang diperoleh terkait fasilitas penampungan limbah dari kegiatan pelabuhan di Pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan dari Pelabuhan yang menghasilkan limbah oli adalah kapal tunda, kapal pandu serta bengkel. 2) Prosedur pengumpulan limbah adalah limbah diambil oleh pihak ketiga yang berkeinginan untuk memanfaatkan limbah tersebut. Karena limbah oli memiliki nilai sehingga pihak ketiga tersebut tidak ada kontrak dengan Pelindo IV Cabang Makassar.
4-74
3) Kegiatan pelabuhan yang menghasilkan limbah adalah kegiatan bengkel dan kapal tunda dengan volume 2 drum oli/bulan. 4) Limbah yang lama tidak diambil oleh pihak ketiga disediakan tempat penampungan. Dokumentasi limbah oli di Pelabuhan Makassar ditunjukkan pada gambar berikut ini.
27/7/2011
Gambar 4.50 Dokumentasi limbah oli dari kapal dan kegiatan pelabuhan yang ditampung dengan drum di Pelabuhan Makassar Dimensi fasilitas penampungan limbah oli di Pelabuhan Makassar ditunjukkan pada gambar berikut ini.
TAMPAK ATAS
4.60
DRUM
DRUM
TAMPAK DEPAN
4.60
DRUM
DRUM
DRUM
DRUM
DRUM
DRUM
2.00
DRUM
TAMPAK SAMPING
DRUM
4.60 RANGKA KONSTRUKSI 0
0.5
Profil Baja WF 150x100
Profil Baja WF 200x100
Profil Baja WF 150x100
Profil Baja WF 150x100
Profil Baja WF 200x100
Profil Baja WF 150x100
Plat Baja tebal 3/4 Inchi Anker Ø 1 Inchi
Profil Baja WF 200x100
Profil Baja WF 150x100
Profil Baja WF 200x100
Plat Bunga tebal 3mm
Profil Baja WF 200x100
2.00
DRUM
Profil Baja WF 200x100
Gambar 4.51 Gambar Detail Fasilitas Penampungan Limbah Oli dalam drum-drum
DRUM
DRUM
DRUM
DRUM
DRUM
1
2
Plat Baja tebal 3/4 Inchi Anker Ø 1 Inchi
Profil Baja WF 200x100
Profil Baja WF 150x100
Profil Baja WF 200x100
Profil Baja WF 200x100
0.80
2.00
DRUM
4-75
4-76
k. Fasilitas
Penampungan
Sampah
dari
Kegiatan
Pelabuhan. Informasi yang diperoleh terkait fasilitas penampungan limbah dari kegiatan pelabuhan di Pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut: 1) Tempat penampungan sampah sementara ada di tiga titik: terminal penumpang, Kantor Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar dan di samping bengkel. Sampah diangkut oleh pihak ketiga dengan jumlah 20 kubik per hari di TPS kemudian di bawa ke pembuangan akhir di daerah Goa. Sampah pelabuhan 8-10 kubik atau 2 kali rate saat padat, dan 1 kali rate saat sepi. Tidak ada kajian pengembangan fasilitas penampungan sampah karena penanganan sampah hanya melalui kontrak dengan pihak ketiga. 2) Sampah diangkut oleh pihak ketiga dengan jumlah 20 kubik per hari di TPS kemudian di bawa ke pembuangan akhir di daerah Goa. 3) Sampah pelabuhan 8-10 kubik atau 2 kali rate saat padat, dan 1 kali rate saat sepi 4) Tidak ada kajian pengembangan fasilitas penampungan sampah karena penanganan sampah hanya melalui kontrak dengan pihak ketiga. D. Pelabuhan Teluk Bayur 1. Informasi Pelaksanaan Survey Survey Pelabuhan Teluk Bayur Padang dilaksanakan pada tanggal 25-28 Juni 2013. Instansi terkait yang dikunjungi dalam kunjungan lapangan di Pelabuhan Teluk Bayur adalah: a. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Teluk Bayur. b. PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Teluk Bayur. 2. Gambaran Umum Pelabuhan Pelabuhan Teluk Bayur merupakan pelabuhan yang berada di Propinsi Sumatera Barat. Layout Pelabuhan Teluk Bayur ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 4.52 Layout Pelabuhan Teluk Bayur
4-77
4-78
Pelabuhan Teluk Bayur telah memberikan pelayanan kepada masyarakat Kota Padang khususnya dan Sumatera Barat pada umumnya, hal ini menjadikan Pelabuhan Teluk Bayur yang berada di Kecamatan Padang Selatan, harus mampu menyediakan pelayanan kepada masyarakat maupun kepada perusahaan yang berkepentingan langsung dengan Pelabuhan Teluk Bayur. Pelabuhan Teluk Bayur merupakan salah satu cabang dari PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II yang berada pada koordinat 1° 00` 04" S dan 100° 19' 03" E dengan luas tanah 534 Ha. Pelabuhan Teluk Bayur merupakan pelabuhan laut yang terbuka untuk perdagangan internasional. Pelabuhan ini meliputi beberapa hubungan kegiatan ekonomi di Sumatera Barat, termasuk Muara Padang dan Air Bangis. Sejalan dengan upaya pemerintah daerah untuk mengembangkan perekonomian daerah, Pelabuhan Teluk Bayur terus meningkatkan dan melaksanakan sarana dan prasarana baru yang dirancang untuk mempercepat proses kelancaran kapal dan kargo. Saat ini pelabuhan dilengkapi dengan alat untuk menangani berbagai barang seperti batu bara, semen, clinker dan minyak sawit mentah. Pelabuhan juga memroses kargo yang dapat dikemas dalam wadah, seperti kayu manis, teh, cetakan, furniture dan karet yang merupakan komoditas ekspor utama ke Negara Amerika Serikat, Eropa, Asia, Australia dan Afrika. Data dimensi dermaga di Pelabuhan Teluk Bayur ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
4-79 Tabel 4.38
Dermaga di Pelabuhan Teluk Bayur
Dermaga
Panjang Lebar Kedalaman (m) (m) (mLWS) Dermaga 01 150.00 13.00 -10 Dermaga 02 148.00 20.40 -10 Dermaga 03 142.00 20.40 -10 Dermaga 04 126.00 20.40 -10 Dermaga 05 107.50 26.00 -10 Dermaga 06 114.50 26.00 -10 Dermaga Khusus Semen 98.00 20.00 -10 Dermaga Semen Timur 150.00 20.00 -11 Dermaga Semen Barat 150.00 20.00 -11 Dermaga Beton Umum 175.00 20.00 -10 Dermaga Khusus Batubara 217.00 23.00 -10 Sumber: PT Pelindo II (Persero) Cabang Teluk Bayur. Dokumentasi Dermaga 01 dan 02 Teluk Bayur ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 4.53 Dokumentasi Dermaga 01 (atas) dan Dermaga 02 (bawah) Pelabuhan Teluk Bayur. Dokumentasi Dermaga 03 dan 04 Teluk Bayur ditunjukkan pada gambar berikut ini.
4-80
Gambar 4.54 Dokumentasi Dermaga 03 (atas) dan Dermaga 04 (bawah) Pelabuhan Teluk Bayur. Dokumentasi Dermaga 05 dan Dermaga 07 Teluk Bayur ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 4.55 Dokumentasi Dermaga 05 (atas) dan Dermaga 07 (bawah) Pelabuhan Teluk Bayur.
4-81 Dokumentasi Dermaga Baru Teluk Bayur ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 4.56 Dokumentasi Dermaga Baru Teluk Bayur. 3. Trafik Pelabuhan
a. Data Trafik Kapal 5 (lima) tahun terakhir. Data trafik kapal yang dibutuhkan selama 5 (lima) tahun terakhir adalah: 1. Kapal Pesiar 2. Kapal Penumpang Internasional 3. Kapal Perintis 4. Kapal Curah Cair 5. Kapal Curah Kering 6. Kapal Peti kemas 7. Kapal Lolo 8. Kapal Roro 9. Kapal Barang Berbahaya yang dilayani oleh TUKS Data tersebut di atas tidak diperoleh karena kurangnya data trafik kunjungan berbagai jenis kapal di Pelabuhan Teluk Bayur pada arsip kantor KSOP. Namun untuk rekap kunjungan kapal secara umum, konsultan memperolehnya dari PT. Pelindo II Teluk Bayur.
Trafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Teluk Bayur
Sumber: Divisi Rendal dan Operasional PT. Pelindo II Cabang Teluk Bayur 2013.
Tabel 4.39
4-82
4-83 b. Data Trafik Penumpang 5 (lima) tahun terakhir. Kunjungan penumpang ke Pelabuhan Teluk Bayur dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami penurunan, karena tidak maksimalnya fungsi dari Terminal Penumpang “Nan Tongga” di Pelabuhan Teluk Bayur dan kunjungan kapal penumpang yang masuk melalui pelabuhan Teluk Bayur sangat jarang sekali. Seperti pada pembahasan sub bab. 1.2 Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Perintis, dapat dilihat trayek kapal perintis melayani mulai dari daerah Teluk Bayur menuju daerah-daerah terpencil di Kepulauan Mentawai, Nias dan Bengkul, sebagian besar kedatangan dan keberangkatan penumpang dari dan ke kota Padang melalui dermaga di Pelabuhan Muaro Padang dan Pelabuhan Bungus di Teluk Kabung, meskipun pada trayek kapal perintis disebutkan dari Teluk Bayur.
c. Data Trafik Barang 5 (lima) tahun terakhir. Data trafik barang yang melalui Pelabuhan Teluk Bayur selama 5 (lima) tahun terakhir yang diperoleh merupakan Daftar Trafik Barang Berdasarkan Komoditi secara umum yang melakukan kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Teluk Bayur bukan data bongkar muat trafik barang berdasarkan jenis kapal yang datang, data trafik barang tersebut ditunjukkan pada tabel berikut.
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
3 Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton 1.388.767
2.386.520 72.867 874 5.586 225.482 145.004 116.688
3.019.811 67.786 29.547 856.209 283.569 245.711 116.682 1.525 1.690.107
2011 8 1.763 1.058 2.289.994 -
Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur.
2 Alat Berat Aspal Bantalan Rel KA Batu Bara Batu Kapur Batu Split BBM Beras Besi - besi Biji / Batu Besi Bungkil Cangkang Sawit Coper Slag Cokelat CPO
2008 5 228 1.233.211 8.000
REALISASI 2009 2010 6 7 1.937 2.116 1.058 3.494 625.734 1.155.125 5.132 2.445.281 2.492.110 62.747 57.051 5.641 28.088 174.090 505.698 303.396 254.291 134.177 187.129 126.596 135.042 30 1.582.690 1.637.800
Trafik barang berdasarkan komoditi melalui Pelabuhan Teluk Bayur
NO JENIS KOMODITI SATUAN
Tabel 4.40
2012 9 1.288 3.175 964 741.036 3.411.397 52.237 21.301 315.780 241.227 171.417 144.513 6.799 1.767.850
4-84
1 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
3 Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton 11.784 43.800
-
2008 5 33.230 95.447 1.900 248.479 2.699 191.885 13.990
2009 6 17.305 43.090 130 189.519 4.249 102.200 13.171 107.768 9.856 95.054
REALISASI 2010 7 34.800 76.138 8.964 198.656 36.180 4.470 216.672 4.239 63.005 3.152 24.184 2011 8 21.680 97.388 264.555 18.800 7.000 195.384 18.295 6.600 -
Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur.
2 Garam Gencar Gerbong KA Gula Pasir Gypsum Jagung Kaca Kapuk Karet Kayu Log Kedelai Klinker Kopra Chips Obsidian Pasir Besi
NO JENIS KOMODITI SATUAN
Error! Reference source not found. (lanjutan)
2012 9 20.000 88.805 219.621 12.059 2.706 191.722 10.352 33.529 287.791 7.620
4-85
1 31 32 33 34 35 36
3 Ton Ton Ton Ton Unit Ton
2008 5 411.220 3.266.318 1.500 729.322 10.638.827
2009 6 275.366 3.065.423 438 682.742 10.072.839
REALISASI 2010 2011 7 8 400.767 485.262 3.167.632 2.995.755 4.323 102 711.244 7.337.791 11.418.194 20.060.633
Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur.
2 Pupuk Semen Tepung Terigu Tiang Pancang Mobil Peti kemas Jumlah
NO JENIS KOMODITI SATUAN
Error! Reference source not found. (lanjutan)
2012 9 363.792 3.029.375 4.520 2.096 1.006.417 12.163.431
4-86
4-87
4. Hasil Survey
a. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional. Data yang dibutuhkan pada topik Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional meliputi: 1) Data Sarana dan Prasarana di Pelabuhan untuk Kapal Pesiar 2) Data Sarana dan Prasarana di Pelabuhan untuk Kapal Penumpang Internasional 3) Standar Kinerja Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional 4) Evaluasi Kinerja Pelayanan selama 5 (lima) tahun terakhir. Untuk pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional di Pelabuhan Teluk Bayur ini tidak ada dermaga khusus. Jika ada kunjungan Kapal Pesiar dan Kapal Penumpang Internasional maka kapal akan berlabuh di dermaga Multipurpose yang kosong.
b. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis. Kondisi wilayah Sumatera Barat merupakan suatu kepulauan, dengan kondisi lebih banyak perairan, maka transportasi utama yang digunakan adalah transportasi sungai dan laut. Untuk melayani kebutuhan sarana dan prasarana transportasi sungai dan laut tersebut oleh pemerintah pusat dan daerah melengkapi sarana transportasinya dengan kapal perintis. Kebutuhan prasarana seperti dermaga khusus untuk sandar kapal perintis ini seharusnya mempunyai standar tertentu, namun karena belum adanya aturan khusus dari pemerintah daerah untuk membuat dermaga khusus sebagai tempat sandar kapal perintis yang melayani kebutuhan transportasi di wilayah perairan Sumatera Barat, dermaga yang digunakan adalah Dermaga Multipurpose. Kapal Perintis yang digunakan adalah Kapal 750 DWT/GT. Jaringan angkutan laut Kapal Perintis 2013 di Sumatera Barat ada 2 (dua) trayek yaitu trayek R-2 dan R-3 yaitu Sebagai Berikut:
4-88
Trayek R-2 Teluk Bayur -40- Panasahan/Painan -90- Sikabaluan -17Labuhan Bajau -40- Sogologolo -15- Saeru -16- Boluta -24P.Tello -48- Teluk Dalam -49- Sirombu -20- Hinako -15Afulu -15- Lahewa -40- Gunung Sitoli -59- Singkil -33- P. Banyak -112- P. Simeulu/Sinabang -70- Tapak Tuan PP. (Jarak Mil 1406, Lama Pelayaran 20 hari, Jumlah Voyage selama satu tahun 18 Voyage, Ukuran Kapal 750 DWT/GT, 480 Coaster). Trayek R-3 Teluk Bayur -40- Panasahan -80- TuaPejat -30- Pei-Pei/Tlk. Katurai -25- Simalepet/Siberut -20- Muara Saibi -15Sikabaluan/Pokai -15- Labuhan Bajau -15- Singapokna -15Betaet 15- Singapokna -10- Labuhan Bajau -15Sikabaluan/Pokai -15- Muara Saibi -14- Simalepet/Siberut 30- Pei-Pei/Tlk. Katurai -40- TuaPejat -80- Panasahan -40Teluk Bayur. Teluk Bayur -40- Panasahan -80- TuaPejat -25- Sioban -20Berilau -30- Pasapuat/Simangayak -18- Sikakap -20Malakopak -15- Bake/Bulasat -20- Sinakak -120- Pulau Baai /Bengkulu PP. (Jarak Mil 1290, Lama Pelayaran 20 hari, Jumlah Voyage selama satu tahun 19 Voyage, Ukuran Kapal 750 DWT/GT, 480 Coaster). Kegiatan bongkar muat yang dilakukan oleh Kapal Perintis umumnya bahan pangan dan sembako. Jumlah kunjungan Kapal Perintis selama 5 tahun terakhir di Pelabuhan Teluk Bayur telah ditunjukkan pada tabel kunjungan kapal.
c. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering. Pelayanan barang curah kering yang dilayani oleh Pelabuhan Teluk Bayur ditunjukkan pada tabel berikut.
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3 Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton 874 5.586 225.482 145.004 116.688 11.784 43.800 3.266.318 5.056.747
2008 5 1.233.211 8.000
29.547 856.209 283.569 245.711 116.682 2.995.755 6.817.467
2011 8 2.289.994 -
Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur.
2 Batu Bara Batu Kapur Batu Split Besi - besi Biji / Batu Besi Bungkil Cangkang Sawit Coper Slag Klinker Obsidian Pasir Besi Semen Jumlah
2007 4 456.216 816 6.000 198.014 80.813 27.045 63.125 4.000 105.983 3.322.183 4.264.195
REALISASI 2010 2009 7 6 625.734 1.155.125 5.132 28.088 5.641 505.698 174.090 254.291 303.396 187.129 134.177 135.042 126.596 63.005 107.768 3.152 9.856 24.184 95.054 3.065.423 3.167.632 4.647.735 5.528.478
2012 9 741.036 21.301 315.780 241.227 171.417 144.513 287.791 7.620 3.029.375 4.960.060
Trafik Barang Berdasarkan Komoditi Curah Kering di Pelabuhan Teluk Bayur tahun 2007-2012
NO JENIS KOMODITI SATUAN
Tabel 4.41
4-89
4-90
Daftar barang curah kering di atas tersebut merupakan komoditi tetap yang melakukan bongkar muat di Pelabuhan Teluk Bayur dalam jumlah yang cukup banyak. Beberapa barang curah kering tersebut dilayani di dermaga khusus, seperti semen di Dermaga Semen Timur Barat dan Dermaga Khusus Semen milik PT. Semen Padang dan Batu Bara milik PT. Bukit Asam di Dermaga Batu Bara (DKB). Bagi Dermaga Khusus Semen dan Dermaga Khusus Batu Bara izin sandarnya dikeluarkan oleh dua perusahaan tersebut. PT. Pelindo II Teluk Bayur hanya kepada pengurusan administrasinya saja. Dokumentasi dermaga semen di Pelabuhan Teluk Bayur ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 4.57 Dokumentasi Dermaga Khusus Semen Teluk Bayur.
d. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair. Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu daerah penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar di Indonesia. Pengiriman CPO dari Propinsi Sumatera Barat dan daerah hinterlandnya banyak dilakukan melalui Pelabuhan Teluk Bayur Padang. Pelayanan barang curah cair yang dilayani oleh Pelabuhan Teluk Bayur ditunjukkan pada tabel berikut.
1 1 BBM 2 CPO Jumlah
2
2008 5 2.386.520 1.388.767 3.775.287
2011 8 3.019.811 1.690.107 4.709.918
Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur.
3 Ton Ton
2007 4 2.257.738 1.109.155 3.366.893
REALISASI 2010 2009 7 6 2.445.281 2.492.110 1.582.690 1.637.800 4.027.971 4.129.910
2012 9 3.411.397 1.767.850 5.179.247
Trafik Barang Berdasarkan Komoditi Curah Cair di Pelabuhan Teluk Bayur tahun 2007-2012.
NO JENIS KOMODITI SATUAN
Tabel 4.42
4-91
4-92
Dua jenis barang curah cair BBM dan CPO adalah komoditi yang bongkar muatnya dilakukan di Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri (DUKS), untuk BBM dilaksanakan di Dermaga milik Pertamina dan kegiatan bongkar muat serta pengiriman CPO keluar kota Padang dan ekspor banyak melalui dermaga 7 (tujuh) Pelabuhan Teluk Bayur yang dikhususkan untuk komoditi CPO. Dermaga ini di buat pada tahun 2007 dengan jenis konstruksi beton pada lantai dan tiang pancangnya menggunakan Tiang pancang beton pada kedalaman -10 pada MLWS. Spesifikasi Jetty CPO adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Platform 30 m x 20 m Trestle 445 m x 2.5 m Breasting dolphin (2 unit) 7 m x 7 m Mooring dolphin (2 unit) 4 m x 4 m Konstruksi lantai beton dan pondasi tiang pancang Tahun Pembuatan 2007
Untuk inventaris instalasi pipa air yang terdapat di Dermaga khusus CPO bisa dilihat pada Tabel 1.9 menggunakan pipa bahan besi cor sepanjang 590 meter dan 2 buah Gate Valve masing-masing berdiameter 6”.
e. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas. Pelayanan kapal dan barang peti kemas di Pelabuhan Teluk Bayur dari tahun ke tahunnya mengalami peningkatan, seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.43
Arus peti kemas di Pelabuhan Teluk Bayur.
Tahun Tonase 2007 685.391 2008 729.322 2009 682.742 2010 711.244 2011 7.337.791 2012 1.006.417 Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur.
4-93 Dermaga yang digunakan untuk pelayanan kapal dan barang peti kemas di Pelabuhan Teluk Bayur dilakukan di dermaga multipurpose dengan lapangan penumpukan peti kemas seluas 62.500,18 m².
f. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Lolo. Kapal Lolo merupakan kapal yang kegiatan bongkar dan muat barangnya dilakukan memanfaatkan kuli atau kran (load on- load off). Cara ini membutuhkan waktu bongkar muat yang lebih lama disertai berbagai perangkat pendukung seperti gudang, forklift, dan sejumlah tenaga bongkar muat yang jumlahnya tidak sedikit serta biaya yang cukup besar. Kapal yang demikian ini masih tetap digunakan sampai saat ini, namun di Pelabuhan Teluk Bayur tidak memiliki standar khusus Dermaga Multipurpose untuk pelayanan Kapal Lolo.
g. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Roro. Kapal Roll On - Roll Off atau yang lebih dikenal sebagai kapal Roro, tetapi belakangan ini angkutan sungai yang dulunya hanya digunakan untuk angkutan tradisional ini digunakan untuk mengangkut batubara dengan menggunakan tongkang/barge yang ditarik/didorong dengan menggunakan kapal tunda. Dermaga Multipurpose di Pelabuhan Teluk Bayur bisa digunakan untuk bermacam keperluan berbagai jenis kapal yang akan sandar, oleh karena itu tidak ada standar khusus bagi Dermaga Multipurpose untuk pelayanan Kapal Roro.
h. Lokasi dan Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan yang Berfungsi sebagai Pelabuhan. Di daerah Propinsi Sumatera Barat Umumnya dan Kota Padang khususnya tidak mempunyai Lokasi wilayah tertentu pada daratan yang difungsikan sebagai Pelabuhan (Dry Port)
i. Terminal Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya. Terminal Untuk Kepentingan Khusus (TUKS) di Pelabuhan Teluk Bayur yaitu: 1) TUKS PT. Pertamina Persero. PT. Pertamina (Persero) Terminal Transit Teluk Kabung ini berada di Jl. Raya Padang Painan KM 24 Padang. TUKS ini merupakan
4-94
terminal transit untuk kebutuhan pasokan di SPBU Kota Padang. 2) TUKS PT. Bukit Asam. Terminal milik PT. Bukit Asam beralamat di Jl. Tanjung Priok No.1 Teluk Bayur, Sumatera Barat. 3) TUKS PT. Semen Padang. TUKS PT. Semen Padang terletak di Jl. TanjungPriokNo.1Teluk Bayur, Sumatera Barat. Selain TUKS Pertamina, Pelabuhan Teluk Bayur tidak memiliki TUKS untuk barang berbahaya, karena jumlah bongkar muat barang kategori berbahaya yang masuk hanya sedikit, oleh karena itu tidak ada standar khusus untuk TUKS barang berbahaya. Data kegiatan kunjungan kapal dan bongkar muat di TUKS Pertamina ditunjukkan pada tabel berikut ini.
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
30 36 28 27 24 30 27 31 25 28 24 25 335
30 30 28 27 24 30 27 31 25 28 24 25 329
115.456.867 152.905.217 111.575.074 139.616.636 106.345.610 125.835.669 148.973.547 166.947.485 88.508.000 155.332.543 178.027.869 100.108.467 1.589.632.984
46.918.989 42.871.070 40.510.157 37.372.010 38.406.311 51.576.056 49.213.625 49.213.625 45.139.869 53.475.296 37.101.020 62.756.472 554.554.500
B/M BARANG KUNJUNGAN KAPAL M DATANG BERANGKAT B/M BARANG
Sumber: Divisi Rendal dan Operasional PT. Pelindo II Cabang Teluk Bayur 2013.
BULAN
162.375.856 195.776.287 152.085.231 176.988.646 144.751.921 177.411.725 198.187.172 216.161.110 133.647.869 208.807.839 215.128.889 162.864.939 2.144.187.484
JUMLAH
Kegiatan Kunjungan Kapal dan Bongkar Muat DUKS Pertamina Pelabuhan Teluk Bayur Tahun 2012
NO
Tabel 4.44
4-95
4-96
j. Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area). Kedalaman areal kolam pelabuhan di Pelabuhan Teluk Bayur kedalaman kolam pelabuhan ± 8 – 9 meter, sedangkan kedalaman standar kolam pelabuhan seharusnya di atas 10 meter. Untuk menunjang pelayanan pelabuhan yang maksimal, maka operator pelabuhan dalam hal ini PT. Pelindo II Teluk Bayur Padang melakukan pengerukan satu kali dalam dua tahun. Hasil pekerjaan pengerukan kolam Pelabuhan Teluk Bayur dilaksanakan oleh PT. Pelindo II Teluk Bayur Padang bekerja sama dengan kontraktor PT. PP (Pembangunan Perumahan). Penentuan lokasi tempat pembuangan hasil pengerukan (dumping area) berada pada koordinat 01°01’25’’ LS dan 100°20’25’’ BT dengan radius sebaran seluas ± 1.200.000 m² atau seluas lingkaran dengan jari-jari sepanjang 618 m/0,33 mil dari titik posisi, dengan daya tamping material kerukan sebanyak ± 287.000 m³ dengan ketinggian endapan rata-rata ± 25 cm. hal ini ditetapkan berdasarkan pada kecepatan arah angin, sedimentasi, TSS (parameter padat tersuspensi), kedalaman lokasi pengerukan serta jarak lokasi penumpukan dengan bibir pantai idealnya dibuang pada jarak 12 mil dari daratan dan/atau pada kedalaman lebih dari 20 m, atau lokasi lainnya setelah mendapat rekomendasi atau izin dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan setempat. Layout Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area) yang diperoleh konsultan ditunjukkan pada gambar berikut:
4-97
Gambar 4.58 Lokasi Dumping area Pelabuhan Teluk Bayur.
4-98
Standar pembuangan hasil pengerukan dilakukan di perairan laut yang berjarak ± 10-15 Km dari Kolam Pelabuhan Teluk Bayur dengan kedalaman 23-26 meter. Proses pembuangan hasil pengerukan kolam Pelabuhan Teluk Bayur yang berada di atas Hopper Barge, dimana proses kerja peralatan Hopper Barge dengan cara membuka bagian bawah Split Hopper Barge secara perlahan-lahan yang nantinya bahan material yang berada di atas Hopper Barge akan terjatuh ke dasar laut bersamaan dengan terbukanya Split Hopper Barge. Proses pembuangan dilakukan secara menyebar tidak pada satu titik, sesuai dengan dumping area yang telah ditentukan serta pembuangan material keruk juga melihat keadaan arus laut, proses pembuangan baru dilakukan pada saat arus laut dalam keadaan tidak terlalu bergelombang. Dampak sebaran material akibat pembuangan hasil pengerukan diperkirakan berada pada areal daerah dumping yang telah ditentukan karena pekerjaan pembuangan material pengerukan dilakukan sesuai SOP yang telah dibuat. Kegiatan dengan sistem kerja seperti yang dijelaskan di atas juga sudah pernah dilakukan oleh PT. Pelindo II lokasi Tanjung Priok dan Banten dimana material keruk hampir sama dengan material di Pelabuhan Teluk Bayur. Kegiatan pengerukan kolam Pelabuhan Teluk Bayur dilaksanakan berdasarkan kebutuhan kondisi kolam, pelaksanaannya tidak rutin setiap tahun, tetapi satu kali dalam dua tahun. Pekerjaan pengerukan kolam pelabuhan dilaksanakan melalui prosedur lelang di kantor pusat PT. Pelindo (Persero) selaku operator pelabuhan, KSOP hanya bertindak sebagai pemandu dan pemberi saran dan tanggapan dan rekomendasi atas Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) sebagai bagian dari pengerjaan pengerukan dan pembuangan hasil keruk (Dumping area).
k. Fasilitas Car Terminal. Pelayanan Car Terminal di Pelabuhan Teluk Bayur tidak mempunyai standar khusus. Kapal pengangkut kendaraan roda empat yang sandar di dermaga Multipurpose Pelabuhan Teluk Bayur ini nantinya akan diparkir sementara di areal peti kemas yang kosong dan areal parkir, kemudian langsung dikirim ke tempat tujuan. Pengiriman kendaraan
4-99 menggunakan kapal ke Pelabuhan Teluk Bayur tidak rutin dan dalam satu pengiriman jumlahnya hanya sekitar ± 500 unit, oleh karena itu tidak ada fasilitas Car Terminal dan standarnya di Pelabuhan Teluk Bayur.
l. Fasilitas
Penampungan
Limbah
dari
Kegiatan
Pelabuhan. Pada Pelabuhan Teluk Bayur Padang, terdapat beberapa unit industri yang menghasilkan limbah cair dan tergolong kepada limbah B3. Limbah bahan berbahaya dan beracun atau limbah B3 adalah limbah yang dihasilkan dari suatu unit kegiatan baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat membahayakan bagi makhluk hidup, manusia dan lingkungan sekitar yang terkena dampak. Limbah B3 tersebut dapat berupa sisa oli bekas, aki bekas dan beberapa limbah B3 lainnya yang dapat merusak lingkungan hidup. Ditambah dengan kondisi banyaknya kapal yang merapat di Pelabuhan Teluk Bayur dan mengganti peralatan serta oli, PT. Pelindo II Teluk Bayur menyiapkan kemungkinan pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Pada tahun 2011, PT. Pelindo II Teluk Bayur Padang membangun unit Reception facilities (RF) sebagai tempat penampungan limbah B3 yang dihasilkan di areal Pelabuhan Teluk Bayur. Unit ini bekerja untuk menampung semua limbah B3 seperti oli bekas dari setiap industri dan kapal yang merapat di Pelabuhan Teluk Bayur. Limbah B3 ditampung dalam tangki penampungan sesuai dengan kapasitas yang telah ditentukan dan dihitung berdasarkan kebutuhan. Kegiatan Reception facilities (RF) ini dilengkapi dengan dokumen kajian lingkungan yang mengacu diantaranya kepada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 34 ayat (1) dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Bentuk kegiatan RF di kawasan Pelabuhan Teluk Bayur Padang terdiri dari:
4-100
1) Kegiatan Utama Kegiatan utama Reception facilities (RF) adalah menerima limbah B3 dari kapal dan industry di kawasan Pelabuhan Teluk Bayur Padang yang kemudian menyimpannya di dalam tanki penyimpanan limbah B3. PT. Pelindo II Teluk Bayur Padang telah menyiapkan sarana dan prasarana pemindahan limbah B3 dari kapal dan industri penghasil limbah B3 berupa ruangan kantor, laboratorium, gudang penyimpanan alat, penampungan drum, septic tank, tanki, bak penampung, menara air, rumah pompa dan oil catcher. Limbah B3 yang diterima dari kapal dan industri akan disimpan ke dalam tanki melalui perpipaan yang telah disiapkan. Untuk menampung limbah B3 dalam bentuk drum, PT. Pelindo II Teluk Bayur Padang juga telah menyiapkan gudang penyimpanan drum limbah B3 yang desainnya telah disesuaikan dengan spesifikasi dan standar teknis penyimpanan limbah B3. Pengelolaan limbah cair yang dihasilkan dilakukan dengan membuat oil trap atau jebakan minyak yang kemudian dialirkan ke laut. Untuk mencegah terjadinya rembesan oli dari tempat penampungan drum, lokasi penampungan telah dilengkapi dengan drainase yang semuanya mengalir menuju oil trap yang telah ada. 2) Kegiatan Pendukung a) Penerimaan Tenaga kerja Jumlah tenaga kerja yang terdapat di Reception facilities (RF) sebanyak 10 (sepuluh) orang. Dalam pelaksanaan sehari-hari karyawan bertanggung jawab kepada General Manager. b) Pelaksanaan Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Semua aspek keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan sesuai dari pihak PT. Pelindo Teluk Bayur Padang dan secara keseluruhan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab General Manager.
4-101 m. Fasilitas
Penampungan
Sampah
dari
Kegiatan
Pelabuhan. Standar penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan di Pelabuhan Teluk Bayur dilaksanakan dengan sistem kontrak kerja yang dikerjakan oleh pihak kedua berdasarkan proses lelang. Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam penanganan sampah kegiatan pelabuhan yaitu dengan membersihkan fasilitas pokok seperti dermaga, lapangan penumpukan, jalan dan gudang, membersihkan jalan keluar masuk di pelabuhan. E. Pelabuhan Benoa 1. Informasi Pelaksanaan Survey Survey di Benoa dilakukan pada tanggal 17 - 20 Juni 2013. Lokasi dan instansi terkait yang dikunjungi adalah: a. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Benoa, b. PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa. 2. Gambaran Umum Pelabuhan Benoa adalah pelabuhan di Provinsi Bali yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia III (Persero). Pelabuhan Benoa memiliki 3 (tiga) sisi dermaga, yakni sisi timur, sisi selatan dan sisi barat. Citra satelit Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada Gambar 4.59.
4-102
Gambar 4.59 Citra satelit Pelabuhan Benoa. Data Dermaga Umum Pelabuhan Benoa adalah sebagai berikut: Tahun Rehabilitasi : 1997 Panjang : 206 Meter Lebar : 15 Meter Luas : 3090 M2 Konstruksi : Beton Bertulang Tebal lantai : 28 Cm Panjang tiang pancang : 21 M' Jumlah Bolder : 12 Buah Type 50 ST Jumlah Fender : 54 Buah Type AV 400 H x 1500 L Daya dukung : 2 Ton/ M2 Peil lantai : 4.2 M LWS Kedalaman di depan : s/d 7 M LWS (Hasil Sounding dermaga Desember th.2011) Data Dermaga Pariwisata Pelabuhan Benoa adalah sebagai berikut: Panjang : 290 Meter Lebar : 20 Meter Luas : 5800 M2 Konstruksi : Beton Bertulang Tebal lantai : 30 Cm
4-103 Panjang tiang pancang Jumlah Bolder Jumlah Fender Daya dukung Peil lantai Kedalaman di depan dermaga
: 24 M' : 15 Buah Type ST 50 : 47 Buah Type V 500 H x 1500 L : 2.5 Ton/ M2 : 4.2 M LWS : 8.8 s/d 9 M LWS Des 2011
3. Trafik Pelabuhan
a. Data Trafik Kapal. Data trafik kapal yang diperoleh adalah data periode 20082012. Jenis kapal yang diambil datanya adalah kapal pesiar, kapal penumpang (pelni), kapal curah pasir, kapal pengangkut BBM, kapal pengangkut aspal, kapal pengangkut minyak goreng dan kapal peti kemas. Data trafik kapal ini ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
38 185.792 74 442.226 930 672.480 31 22.511 10 11.078 68 50.513 174 332.484
2010
2011
2012
TOTAL
45 76 34 37 230 341.137 1.170.852 1.614.140 1.634.826 4.946.747 106 121 122 94 517 560.086 595.984 580.272 566.068 2.744.636 802 805 955 805 4.297 801.667 764.094 1.841.547 961.661 5.041.449 28 17 9 13 98 23.427 15.991 11.311 18.613 91.853 9 5 13 15 52 9.558 7.561 22.067 22.398 72.662 55 41 90 90 344 38.640 35.698 66.201 69.826 260.878 161 197 168 96 796 370.326 427.664 312.029 286.061 1.728.564
2009
Sumber: KSOP Pelabuhan Benoa.
Call GT Call Kapal Penumpang (Pelni) GT Call Angkutan BBM GT Call Angkutan Minyak Goreng GT Call Angkutan Aspal Curah GT Call Angkutan Pasir GT Call Kapal Petikemas GT
Kapal Pesiar
2008
Trafik Kapal di Pelabuhan Benoa 2008-2012
Jenis Angkutan
Tabel 4.45
4-104
4-105 b. Data Trafik Penumpang. Data trafik penumpang yang diperoleh adalah data periode 2008-2012. Trafik penumpang yang tercatat dikelompokkan ke dalam penumpang kapal pesiar dan penumpang kapal Pelni. Data trafik penumpang ini ditunjukkan tabel berikut. Tabel 4.46
No Tahun 1 2 3 4 5
2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah
Trafik Penumpang di Pelabuhan Benoa 2008-2012.
Wisata Asing Penumpang Umum Turun Naik Total Turun Naik Total 805 709 1.514 34.148 29.823 63.971 599 736 1.335 27.009 24.714 51.723 1.237 1.372 2.609 28.790 21.434 50.224 3.644 753 4.397 27.989 22.605 50.594 4.366 1.797 6.163 29.500 22.836 52.336 10.651 5.367 16.018 147.436 121.412 268.848
c. Data Trafik Barang. Data trafik barang yang diperoleh adalah data periode 20082012. Jenis muatan yang diambil datanya adalah barang curah pasir, curah cair BBM, aspal curah cair, minyak goreng dan peti kemas. Data trafik barang ini ditunjukkan pada tabel berikut.
2008 752.298 10.860 763.158 22.405 22.405 5.600 5.600 24.903 24.903 170.125 5.068 175.193 24.772 71.161 95.933
2010 903.062 13.544 916.606 12.878 12.878 12.540 12.540 52.089 52.089 96.488 2.485 98.973 19.694 61.808 81.502
2011
Sumber: KSOP Pelabuhan Benoa.
732.154 25.890 758.044 30.238 30.238 10.363 10.363 32.202 32.202 98.626 1.998 100.624 20.232 57.463 77.695
2009 836.800 11.588 848.388 20.350 20.350 15.368 15.368 52.290 52.290 80.831 2.494 83.325 27.004 50.399 77.403
2012
Total 3.898.225 106.557 4.004.782 119.357 119.357 54.649 54.649 200.730 200.730 537.219 13.844 551.063 113.126 305.390 418.516
Trafik Barang di Pelabuhan Benoa 2008-2012
Bongkar 673.911 BBM Muat 44.675 Total 718.586 Bongkar 33.486 Minyak Goreng Muat Total 33.486 Bongkar 10.778 Aspal Curah Muat Total 10.778 Bongkar 39.246 Pasir Muat Total 39.246 Bongkar 91.149 Petikemas 20 FT Muat 1.799 Total 92.948 Bongkar 21.423 Petikemas 40 FT Muat 64.559 Total 85.982
Muatan
Tabel 4.47
4-106
4-107 4. Hasil Survey
a. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional. Pelabuhan Benoa memiliki terminal penumpang dengan kapasitas 800 penumpang dan lahan parkir untuk 500 kendaraan. Kapal Pesiar dilayani di Dermaga Timur. Fasilitas yang tersedia pada gedung terminal penumpang Pelabuhan Benoa adalah: -
Ruang tunggu penumpang Peralatan keamanan berupa X-Ray dan Metal Detector Kamar kecil Anjungan pengantar Money Changer Musholla Lapangan Parkir
Dokumentasi ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4.60 Dokumentasi Dermaga Timur Pelabuhan Benoa.
b. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis. Pelabuhan Benoa tidak melayani kapal dan barang perintis.
4-108
c. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering. Tidak ada pelayanan muatan curah kering di Pelabuhan Benoa, sesuai Perda Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 Tentang RTRWP Bali yang membatasi operasi Pelabuhan Benoa hanya pada pelayanan kapalpenumpang, pariwisata, angkutan peti kemas ekspor-impor barang kerajinan,garmen, seni, sembilan bahan pokok danekspor ikan. Namun demikian, terdapat kegiatan bongkar muat curah kering dalam bentuk material pasir, yang digunakan untuk kebutuhan reklamasi pada sisi timur laut pelabuhan.
Gambar 4.61 Dokumentasi Lahan Reklamasi untuk sandar Kapal Curah Pasir Pelabuhan Benoa.
d. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair. Muatan curah cair yang terdapat di Pelabuhan Benoa adalah BBM, aspal cair dan minyak goreng. Muatan curah cair lainnya tidak ada karena terikat Perda Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 Tentang RTRWP Bali yang membatasi operasi Pelabuhan Benoa hanya pada pelayanan kapalpenumpang, pariwisata, angkutan peti kemas ekspor-impor barang kerajinan,garmen, seni, sembilan bahan pokok danekspor ikan.Muatan curah cair minyak goreng dilayani di Dermaga Umum, sedangkan BBM dan aspal cair dilayani di Dermaga Khusus Pertamina. Dokumentasi Dermaga Umum ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Pelabuhan
Benoa
4-109
Gambar 4.62 Dokumentasi Dermaga Umum (Selatan) Pelabuhan Benoa.
e. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas. Pelayanan kapal dan barang peti kemas dilayani di Dermaga Timur.
f. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Roro. Pelabuhan Benoa tidak melayani kegiatan kapal Roro, karena terikat oleh Perda Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 Tentang RTRWP Bali yang membatasi operasi Pelabuhan Benoa hanya pada pelayanan kapal penumpang, pariwisata, angkutan peti kemas ekspor-impor barang kerajinan,garmen, seni, sembilan bahan pokok danekspor ikan.
g. Lokasi dan Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan yang Berfungsi sebagai Pelabuhan. Tidak terdapat dryport di kawasan Pelabuhan Benoa dan sekitarnya termasuk seluruh Provinsi Bali.
h. Terminal Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya. Terdapat 2 (dua) TUKS di Pelabuhan Benoa, yakni TUKS Pertamina dan TUKS Perikanan Samudera Besar. TUKS yang menangani barang berbahaya adalah TUKS Pertamina, yang melayani muatan curah cair BBM dan aspal cair. Informasi lokasi TUKS diperoleh dalam bentuk tabel yang mencantumkan nama, alamat, bidang usaha, landasan hukum perizinan, koordinat dan kondisi dermaga. Informasi lokasi TUKS di Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada tabel berikut.
2
1
NO.
PERIZINAN
BETON/
08o - 44' - 29,5" LS
o
08o - 44' - 48" LS
115o - 12' - 30" BT
08o - 44' - 48" LS
Sumber: KSOP Pelabuhan Benoa.
JETTY
BETON/
115 - 12' - 24" BT MARGINAL
o
TIPE DERMAGA
POSISI
No. BXXIV- 1455/PP-72 115 - 12' - 24" BT 1 September 1993
SK Dirjen Hubla
MINYAK No. SK 88/0/1972 2 Maret 1972
Jl. Sugianyar No. 10 Denpasar Telp. (0361) 228992
No. KP. 3 Tahun 2002 2 Januari 2002
DERMAGA SK Menhub
SPBU
DERMAGA Kep. Menhub
BIDANG USAHA
TUKS Barang Berbahaya di Pelabuhan Benoa
PT. PERTAMINA
Jl. Raya Pelabuhan Benoa Telp. (0361) 726465
PT. BHUWANA KOSA
OPERATOR
Tabel 4.48
25 X 40
25 X 45
20 X 1.5
BAIK
BAIK
BAIK
PxL KONDISI (m2)
4-110
4-111 Data Dermaga Khusus Pertamina di Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.49
Data Dermaga Khusus Pelabuhan Benoa.
Pertamina
di
Uraian Keterangan Sisi Timur Barat Panjang 58 M' 40 M' Lebar 8 M' Konstruksi Beton Bertulang Tebal lantai 28 Cm Jumlah Fender 7 Buah 6 Buah Daya dukung 2 Ton/ M2 Peil lantai 4.2 M' LWS Kedalaman di depan dermaga -5.4 M' LWS -5.8 M' LWS Dokumentasi jetty Pertamina di ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Pelabuhan
Benoa
Gambar 4.63 Dokumentasi Jetty Pertamina di Pelabuhan Benoa.
i. Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area). Lokasi pembuangan hasil keruk di Pelabuhan Benoa adalah di sebelah utara Dermaga Umum, yang digunakan untuk keperluan reklamasi. Berdasarkan penjelasan dari Manajer Teknik PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa, pada tahun-tahun sebelumnya sebagian material keruk dijual untuk pemanfaatan di daratan melalui mekanisme lelang. Data pengerukan diperoleh dalam bentuk peta lokasi pembuangan hasil keruk yang tercantum dalam suratmenyurat antara KSOP Pelabuhan Benoa dan Pelindo III Benoa terkait lokasi pembuangan hasil keruk tahun 2013.
4-112
Berdasarkan dokumen ini, material keruk berjumlah 250.000 m3. Material keruk ini tidak dibuang, namun dimanfaatkan untuk reklamasi lahan di kawasan Pelabuhan Benoa. Berdasarkan penjelasan dari Kabid Lala KSOP Pelabuhan Benoa, lokasi yang tercantum dalam surat tersebut belum difinalkan dan sedang dikaji ulang karena ditemukan adanya kesalahan pengukuran sehingga koordinat yang tercantum pada peta lokasi harus diperbaiki. Dokumentasi dumping area (reklamasi) Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 4.64 Dokumentasi Dumping area (Reklamasi) Pelabuhan Benoa.
j. Fasilitas Car Terminal. Pelabuhan Benoa tidak menyediakan fasilitas Car Terminal.
k. Fasilitas
Penampungan
Limbah
dari
Kegiatan
Pelabuhan. Fasilitas penampungan limbah dari kegiatan pelabuhan disediakan dalam bentuk bak penampungan yang terbuat dari beton bertulang dan pelat baja. Bak beton bertulang disediakan di sisi barat Dermaga Selatan (General cargo). Bak pelat baja disediakan di Dermaga Perikanan pada setiap jarak 20 meter di sepanjang dermaga. Pengangkutan limbah di Pelabuhan Benoa dilakukan oleh mitra Pelindo III Benoa dengan menggunakan kendaraan dan pompa penyedot limbah cair. Dokumentasi fasilitas penampungan limbah Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada gambar berikut ini.
4-113
Gambar 4.65 Fasilitas Penampungan Limbah Pelabuhan Benoa.
l. Fasilitas
Penampungan
Sampah
dari
Kegiatan
Pelabuhan. Fasilitas penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan disediakan dalam bentuk tong sampah beton bertulang, kotak sampah PVC dan tong sampah aluminium. Tempat sampah beton tersedia hampir di setiap ruas jalan di Pelabuhan, sedangkan kotak sampah PVC disediakan di tepi Dermaga dan di lapangan penumpukan. Tong sampah aluminium hanya tersedia di dalam terminal penumpang. Pengangkutan sampah di Pelabuhan Benoa dilaksanakan setiap hari dengan menggunakan Truk. Sampah yang terkumpul selanjutnya dibuang di TPA. Untuk kegiatan pengangkutan sampah ini Pelabuhan Benoa bekerja sama dengan Pemerintah Kota Denpasar. Dokumentasi fasilitas penampungan sampah Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 4.66 Dokumentasi Fasilitas Sampah Pelabuhan Benoa
Penampungan
4-114
F. Terminal Peti kemas Bandung Pelayanan angkutan peti kemas melalui Terminal Peti kemas Bandung merupakan pelayanan multi moda transportasi yang terdiri dari sarana Head truck, Kereta Api dan Kapal. Pengendalian, pengaturan dan pengawasan dilakukan oleh Administrator TPK, sedangkan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) adalah sebagai operator angkutan tersebut. Citra satelit TPKB ditunjukkan pada Gambar 4.67.
Gambar 4.67 Citra satelit Terminal Peti kemas Bandung TPKB mengadakan perjanjian kerjasama dengan pelabuhan induk (PT. MTI dan PT. JICT) agar system pelayanan multi moda transportasi dapat berjalan terkendali secara baik dan konsisten. Data yang diperoleh dari TPKB ditunjukkan pada Tabel 4.50.
4-115 Tabel 4.50
Data fasilitas Terminal Peti kemas Bandung
FASILITAS, SARANA & PRASARANA Fasilitas Terminal Luas Terminal (Exist) Area Penumpukan(CY) Kapasitas penumpukan Gudang CFS Ekspor Gudang CFS Import Hanggar Mekanik Gedung Perkantoran Pos Penjagaan Gate Check Point Area Lalu Lintas Trailer / Alat Berat Panjang Landasan Gantry Crane Panjang Spoor Muat/Bongkar Peralatan Bongkar Muat Gentry Crane (MHE) Top Loader Forklift (Komatsu) Forklift (Mitsubishi, Hidrolik) Forklift (Komatsu) Chassis Hand Pallet
KETERANGAN 3.0 Ha 6.000 M2 1.000 Teus 432 M2 432 M2 324 M2 400 M2 3 Buah 1 Buah 240 M2 240 M' 280 M2 1 Buah @42 Ton 1 Buah @40 Ton 1 Buah @10 Ton 2 Buah @2.5 Ton 1 Buah @3.5 Ton 2 Buah @2 x 20 Feet 5 Buah @1Ton
Dokumentasi lapangan ditunjukkan pada Gambar 4.68.
4-116
Gambar 4.68 Dokumentasi Terminal Peti kemas Bandung.
5
ANALISIS BAB V ANALISIS
BAB V ANALISIS A. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional 1. Hasil Survey Berdasarkan hasil survey, diperoleh data fasilitas kapal pesiar dan penumpang yang terangkum dalam Dimensi dermaga yang tercantum adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan tidak spesifik pada satu dermaga. Tabel 5.1
Rangkuman Data Fasilitas Pelayanan Kapal dan Penumpang.
Fasilitas Lokasi Dermaga
T. Priok Dermaga MP -
T. Perak Jamrud Utara 500 10
Makassar Dermaga Umum -
Panjang (m) Kedalaman (mLWS) Lebar apron (m) Dedicated Gedung Terminal Luas (m2) Kapasitas (orang) Embarkasi Debarkasi Anjungan pengantar Bank Toilet R. menyusui R. kesehatan R. penyandang cacat X-Ray Metal Detector
Tidak
15 Ya
-
7.266 5.000 Ada ada -
5.000 2.500 Ada Ada Ada
4.000 1.600 Ada Ada Ada
Ada Ada Ada Ada
Ada Ada Ada Ada Ada
-
Ada Ada
Ada Ada
-
5-2
Tabel 5.1 (lanjutan) Fasilitas Lokasi Dermaga Panjang (m) Kedalaman (mLWS) Lebar apron (m) Dedicated Gedung Terminal Luas (m2) Kapasitas (orang) Embarkasi Debarkasi Anjungan pengantar Bank Toilet R. menyusui R. kesehatan R. penyandang cacat X-Ray Metal Detector
T. Bayur Dernaga MP 1540 20
Benoa Dermaga Timur 290 20
-7 Tidak
-9 Tidak
1.700 2.000 Ada Ada -
1.300 600 Ada Ada Ada
-
Ada -
-
Ada Ada
2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut:
BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
Standar Dermaga, 2010, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan.
SNI 03-1726-2002, Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung.
SNI 03-1729-2002, Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung.
5-3
SNI 03-2847-2002, Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung.
SNI 07-2052-2002, Baja tulangan beton.
SNI 15-2049-2004, Semen portland.
SNI 1972-2008, Cara uji slump beton.
Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan, Edisi 1999, The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI).
Transit Cooperation Research Program, Transit Capacity and Quality of Service Manual, 2nd Edition, Washington D.C., 2003.
The International Air Transport Association (IATA), Airport Development Manual, 8th ed., 1995.
US Department of Homeland Security, Cruise Terminal Design Standards, U.S. Customs And Border Protection Design Standards For Cruise Ship Passenger Processing Facilities, October 2006.
International Maritime Organisation, International Ship and Port Facility Security (ISPS) Code and Solas Amandments 2002, 2003 Ed.
Canadian Transportation Agency, Code of Practice Passenger Terminal Accessibility, Minister of Public Works and Government Services Canada, Canada, 2007.
The Disabled Persons Transport Advisory Committee (DPTAC), The Design of Large Passenger Ships and Passenger Infrastructure: Guidance on Meeting the Needs of Disabled People, United Kingdom, 2000.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 356/Menkes/PER/IV/2008, Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan, 2002.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405/Menkes/SK/XI/2002, Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, 2002.
3. Penyusunan Konsep Standar Mengingat terdapat perbedaan yang mencolok antara terminal kapal pesiar tipe cruise dan yacht, maka konsep standar fasilitas kapal pesiar dibuat menjadi dua modul, yakni (1) konsep standar
5-4
fasilitas dan peralatan untuk pelayanan kapal pesiar dan penumpang internasional; dan (2) konsep standar fasilitas dan peralatan untuk pelayanan kapal pesiar tipe yacht. Pada prinsipnya struktur konsep standar fasilitas dan peralatan di pelabuhan untuk pelayanan kapal pesiar dan penumpang internasional disusun mengacu pada RSNI Terminal Penumpang Internasional Kelas A dalam Studi Standarisasi di Bidang Prasarana Transportasi Laut 2010. Perbedaannya adalah dalam konsep standar yang disusun, ruang lingkup diubah menjadi pelayanan kapal pesiar dan penumpang internasional. Analisis Rancangan Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas A merupakan hasil adopsi dari CTDS. Namun ada beberapa hal lain yang distandarkan yaitu hal-hal yang terkait dengan perkembangan masa kini dan ketentuan lain yang terkait juga diakomodir dalam standar ini baik itu dari standar dalam negeri maupun luar negeri. Standar luas terminal penumpang kapal pesiar berdasarkan studi dari referensi-referensi diperoleh sebagai berikut.
3.
2.
n
=
A = jumlah penumpang
Keterangan Total luas gedung terminal (m2)
seluas 150 m2.
Sumber: Hasil analisis.
Luas area per orang (m2/orang): 3,0 (R. Umum) Ruang tunggu keberangkatan A3 = n x f3 f1 = 0,5 (R. Pelaporan) Ruang tunggu kedatangan f2 = A4 = n x f4 1,5 (R. Tunggu Keberangkatan) Area Konsesi/ Kios f3 = A5 = 25% x (A1+ A3) +10% x A4 1,0 (R. Tunggu Kedatangan) = Ruang Utilitas A6 = 10% x (A1+ A2+ A3) + 25% x A4 f4 A = luas lahan parkir. A = E*f*h Areal Parkir Kendaraan E = jumlah penumpang dalam satu kali keberangkatan. Antar / Jemput & Intermoda 0,5 (jumlah kendaraan per penumpang) f = h = 25,0 m2 (kebutuhan lahan parkir per kendaraan) Kebutuhan areal untuk generator didasarkan pada standar kebutuhan ruang untuk fasiiltas listrik Areal Generator
Ruang Umum (Public Hall ) A1 = n x f1 Ruang Pelaporan (Check-in) A2 = n x f2
Formulasi Pendekatan A = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 +A6
Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang (m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang Kapal Pesiar.
Nama Area No. 1. Areal Gedung Terminal
Tabel 5.2
5-5
5-6
Berdasarkan persamaan di atas, didapatkan kebutuhan luas terminal penumpang yang ditunjukkan pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Ukuran terminal Kecil Sedang besar
kebutuhan luas terminal penumpang Jumlah penumpang (orang) 600-2.000 2.000-4.000 4.000-6.000
gedung terminal (m2) 16.000 32.000 48.000
Lahan parkir (m2) 25.000 50.000 75.000
B. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis 1. Hasil Survey Berdasarkan hasil survey, diperoleh data dermaga perintis dalam Tabel 5.6. Dimensi dermaga yang tercantum adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan tidak spesifik pada satu dermaga. Tabel 5.4 Lokasi Tanjung Priok Tanjung Perak Makassar Teluk Bayur Benoa
rangkuman data dermaga perintis. Panjang (m) 140 180 150 -
Lebar (m) 7 11 13 -
Draft (mLWS) -7 -12 -7.1 -
Khusus Tidak Tidak Tidak -
2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut:
BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
Standar Dermaga, 2010, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan.
SK SNI 03 - XXXX – 2002, Tata cara perencanaan struktur kayu untuk bangunan gedung.
SNI 03-1726-2002, Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung.
5-7
SNI 03-1729-2002, Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung.
SNI 03-2847-2002, Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung.
SNI 07-2052-2002, Baja tulangan beton.
SNI 15-2049-2004, Semen portland.
SNI 1972-2008, Cara uji slump beton.
Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan, Edisi 1999,The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI).
International Marine Organization. 2003. International Ships & Port Facility Security Code and SOLAS Amendments 2002.
3. Penyusunan Konsep Standar Konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal perintis disusun dengan ruang lingkup seputar persyaratan struktur dermaga pelayaran kapal perintis dengan konstruksi deck on pile. Berdasarkan studi literatur, diketahui bahwa terdapat 4 (empat) ukuran kapal perintis yang beroperasi: Tabel 5.5 No 1 2 3 4
dimensi tipikal kapal perintis Bobot kapal
350 DWT (445 GT) 500 DWT (745 GT) 750 DWT (980 GT) 1000 DWT (1200 GT)
Panjang
Lebar
47 m 51,8 m 58,5 m 62,8 m
8,6 m 10,4 m 12 m 12 m
Draf maks. 2,65 m 2,85 m 2,75 m 2,7 m
Sumber : Rakornas perintis, 22 s.d 24 Mei 2012 Mercure – ancol Jakarta
Pada prinsipnya struktur konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal perintis disusun mengacu pada Konsep Standar Dernaga Pelra dalam Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran, 2012.
5-8
C. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah 1. Hasil Survey Berdasarkan hasil survey, diperoleh data dermaga curah kering yang terangkum dalam Tabel 5.6. Dimensi dermaga yang tercantum adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan tidak spesifik pada satu dermaga. Tabel 5.6
Rangkuman data Dermaga Curah Kering
Lokasi Tanjung Priok 001 GD s/d 003 Selatan 109 GD & 110 GD 111 113 GD 201 GD s/d 202 GD 203 GD 212 – 213 Tanjung Perak Jamrud Utara Jamrud Barat Nilam Timur Konvensional BJTI – Berlian Timur
Panjang (m)
Lebar (m)
Draft (mLWS)
Khusus
310
15
-6
Ya
321
15
-7
Ya
178 640 320.40
16 25 14
-8 -8 -9,2
Ya Ya Ya
185.50 322.8
18.50 11
-9,3 -9
Ya Ya
1.200 210 930
15 15 15
-10 -7 -8
Tidak Ya Tidak
240
-
-9.6
Tidak
5-9 Tabel 5.6 (lanjutan) Lokasi Makassar Dermaga 101 Teluk Bayur Dermaga Khusus Semen Dermaga Semen Timur Dermaga Semen Barat Dermaga Khusus Batubara Benoa
Panjang (m)
Lebar (m)
Draft (mLWS)
Khusus
330
11
-9
Ya
98
20
-10
Ya
150
20
-11
Ya
150
20
-11
Ya
217
23
-10
Ya
-
-
-
-
Berdasarkan hasil survey, diperoleh data dermaga curah cair pada Tabel 5.7. Dimensi dermaga yang tercantum adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan tidak spesifik pada satu dermaga. Tabel 5.7
Rangkuman data Dermaga Curah Cair
Lokasi T. Priok – GD 003-004 T. Perak – Nilam Timur Konv Makassar – Dermaga 102 T.Bayur – Jetty CPO Benoa – Dermaga Umum
Panjang (m) 356
Lebar (m) 16
Draft (mLWS) 6
Ya
930
15
-8
Tidak
230
11
-9
Ya
30
20
-10
Ya
206
15
-7
Tidak
Khusus
2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut:
BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
5-10
BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
Standar Dermaga, 2010, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan.
SK SNI 03 - XXXX – 2002, Tata cara perencanaan struktur kayu untuk bangunan gedung.
SNI 03-1726-2002, Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung.
SNI 03-1729-2002, Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung.
SNI 03-2847-2002, Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung.
SNI 07-2052-2002, Baja tulangan beton.
SNI 15-2049-2004, Semen portland.
SNI 1972-2008, Cara uji slump beton.
Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan, Edisi 1999,The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI).
3. Penyusunan Konsep Standar Mengingat terdapat perbedaan yang mencolok antara dermaga curah kering dan dermaga curah cair, maka konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah dibuat menjadi dua modul, yakni konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah cair dan konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah kering. Konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah cair disusun dengan ruang lingkup seputar persyaratan struktur dermaga curah cair dengan konstruksi jetty. Konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah kering disusun dengan ruang lingkup seputar persyaratan struktur dermaga curah kering dengan konstruksi deck on pile. Pada prinsipnya struktur konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah disusun mengacu pada Konsep Standar Dernaga Pelra dalam Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran, 2012.
5-11 D. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas 1. Hasil Survey Berdasarkan hasil survey, diperoleh data dermaga peti kemas terangkum dalam Tabel 5.8. Dimensi dermaga yang tercantum adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan tidak spesifik pada satu dermaga. Tabel 5.8
Rangkuman data Dermaga Peti kemas
Lokasi Tanjung Priok Terminal I Terminal II Terminal III TPK Koja JICT – Terminal 1 JICT – Terminal 2 Tanjung Perak T. Perak - Nilam Timur MP BJTI - Berlian Utara BJTI - Berlian Timur BJTI - Berlian Barat TPS - Dermaga Internasional TPS - Dermaga Domestik
Panjang (m)
Lebar (m)
Draft (mLWS)
Khusus
1.479,7 3.140,5 2.178 650 1.640
40 -
14 11
Ya Ya
500
-
8.6
Ya
320
15
-9
Ya
140
-
-6.5
Ya
540
-
-9.6
Ya
700
-
-8
Ya
1.000
50
-10.5
Ya
400
50
-7.5
Ya
5-12
Tabel 5.8 (lanjutan) Lokasi Makassar Pangkalan Hatta Teluk Bayur Dermaga 01 Dermaga 02 Dermaga 03 Dermaga 04 Dermaga 05 Dermaga 06 Dermaga Beton Umum Benoa Dermaga Timur
Panjang (m)
Lebar (m)
Draft (mLWS)
Khusus
850
9
-11
Ya
150 148 142 126 107.5 114.5 175
13 20.4 20.4 20.4 26 26 20
-10 -10 -10 -10 -10 -10 -10
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
290
20
-9
Tidak
1. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut:
BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
Standar Dermaga, 2010, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan.
SK SNI 03 - XXXX – 2002, Tata cara perencanaan struktur kayu untuk bangunan gedung.
SNI 03-1726-2002, Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung.
SNI 03-1729-2002, Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung.
SNI 03-2847-2002, Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung.
SNI 07-2052-2002, Baja tulangan beton.
SNI 15-2049-2004, Semen portland.
SNI 1972-2008, Cara uji slump beton.
5-13
Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan, Edisi 1999,The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI).
2. Penyusunan Konsep Standar Konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal perintis disusun dengan ruang lingkup seputar persyaratan struktur dermaga pelayaran kapal peti kemas dengan konstruksi deck on pile. Berdasarkan studi literatur, diketahui bahwa terdapat 6 (enam) ukuran kapal peti kemas berdasarkan evolusinya: Tabel 5.9
Dimensi tipikal Kapal Peti kemas
Container Ships Generasi Pertama Generasi Kedua Generasi Ketiga Generasi Keempat Generasi Kelima Generasi Keenam
Container Capacity (TEUs) 500-800
Draught (m)
Length (m) 9
135-200
1000-2500 3000-4000 4000-5000
10 11-12 11-13
215 250-290 275-305
5000-8000
13-14
335
11000-14500
15,5
397
Sumber: : The Geography of Transport System. Copyright © 2009-2011 container-transportation.com. All rights reserved.
Pada prinsipnya struktur konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal peti kemas disusun mengacu pada Konsep Standar Dernaga Pelra dalam Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran, 2012. E. Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan Roro 1. Hasil Survey Berdasarkan hasil survey, diperoleh data dermaga multipurpose yang terangkum dalam Tabel 5.10. Dimensi dermaga yang tercantum adalah dimensi minimum, jika pelayanan dilakukan tidak spesifik pada satu dermaga.
5-14
Tabel 5.10
Rangkuman data Dermaga Multipurpose Lokasi
Panjang (m)
Lebar (m)
Draft (mLWS)
780 140
18 7
-8.5 -7.2
290
11
-9
210
15
-12
150 148 142 126 107.5 114.5 175
13 20.4 20.4 20.4 26 26 20
-10 -10 -10 -10 -10 -10 -10
206
15
-7
Tanjung Priok Tanjung Perak T. Perak – Jamrud Selatan Kade Perak Makassar Pangkalan Soekarno Dermaga 103 Pangkalan Hasanuddin Teluk Bayur Dermaga 01 Dermaga 02 Dermaga 03 Dermaga 04 Dermaga 05 Dermaga 06 Dermaga Beton Umum Benoa Dermaga Selatan 2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut:
BS 6349-1, Maritime structures – Part 1: Code of practice for general criteria
BS 6349-2, Maritime structures – Part 2: Design of quay walls, jetties and dolphins
BS 6349-4, Maritime structures – Part 4: Code of practice for design of fendering and mooring systems
Technical standards and commentaries for port and harbour facilities in Japan, OCDI, 2002.
3. Penyusunan Konsep Standar Mengingat terdapat perbedaan yang mencolok antara dermaga lolo dan roro, maka konsep standar dermaga multipurpose untuk pelayanan kapal lolo dan roro dibuat menjadi dua modul, yakni
5-15 (1) konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal lolo; dan (2) konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal roro. Konsep standar dermaga Ro/Ro mencakup dermaga yang melayani segala jenis kapal yang memiliki ramp sebagai moda bongkar muat, termasuk diantaranya kapal ferry penumpang dan car carrier. Konsep standar dermaga lolo mencakup dermaga yang melayani segala jenis kapal yang menggunakan metode bongkat muat dengan mengangkat cargo dengan crane atau alat bongkar muat lainnya. F. Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan 1. Hasil Survey Dry port terdekat di sekitar lokasi survey adalah Cikarang Dry Port yang relatif dekat dengan Tanjung Priok. Namun demikian tidak berhasil diperoleh data di lokasi ini. Selain kunjungan ke Cikarang Dry Port, juga dilakukan survey ke Dry Port Terminal Peti kemas Bandung. Tabel 5.11
Rangkuman Data Dry Port
Fasilitas Area Penumpukan(CY) Gudang CFS Ekspor Gudang CFS Import Hanggar Mekanik Gedung Perkantoran Pos Penjagaan Gate Check Point Jalan Akses Lapangan parkir truk Jalan raya Rel kereta api
TPKB Cikarang Dry Port
2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut:
5-16
Böse, Jürgen W. (editor). Handbook of Terminal Planning. Springer, 2011.
Course, A.G. (Captain), R.B. Oram (Colonel). Glossary of Cargo-Handling Terms. 2nd edition. Nautical Press. Brown, Son & Ferguson, Ltd., Glasgow 1974.
Güler, Nil. Containerization and Terminal Area Requirements. Pomorski zbornik 39 (2001)1, 153-171.
Kim, Kap H., Hans-Otto Günther (editors). Container Terminals and Cargo Systems. Springer, 2007.
The Technical Standards and Commentaries for Port and Harbor Facilities in Japan. The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan, 2002.
Thoresen, Carl A. Port Designer's Handbook: Recommendations and Guidelines. Thomas Telford Publishing, London 2003.
Triatmojo, Bambang. Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset, Yogyakarta 2009.
Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, Ganeca Exact Bandung, 1985.
Tsinker, Gregory P. (editor). Port Engineering: Planning, Construction, Maintenance, and Security. John Wiley & Sons, Inc., 2004.
UNCTAD. Port development: A handbook for planners in developing countries. 2nd edition. United Nations, New York 1985.
UNCTAD. UNCTAD Monographs On Port Management – No. 9 Multi-purpose port terminals Recommendations for planning and management. United Nations, New York 1991.
Velsink, H. Port And Terminals. Planning And Functional Design. Delft, October 1993.
LEONG, Thin Yin, LAU Hoong Chuin. Generating Job Schedules for Vessel Operations in a Container Terminal, Singapore Management University, Singapore 2007.
3. Penyusunan Konsep Standar Konsep standar fasilitas wilayah tertentu di daratan yang berfungsi sebagai pelabuhan (dry port) disusun dengan ruang
5-17 lingkup seputar jenis aktivitas, prosedur, fasilitas, dan peralatannya. Pada prinsipnya struktur konsep standar dermaga untuk pelayanan kapal curah disusun mengacu pada Standar Fasilitas Transhipment Peti kemas Pada Pelabuhan Utama dalam Studi Standarisasi di Bidang Kepelabuhanan, 2011, namun disesuaikan dengan lingkup dry port. G. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya 1. Hasil Survey Hampir di setiap lokasi survey terdapat TUKS barang berbahaya, yang didominasi TUKS Pertamina yang memuat BBM. Di Tanjung Perak terdapat TUKS Aneka Kimia Raya yang memuat curah cair kimiawi, sedangkan di Benoa TUKS Pertamina juga memuat aspal cair. Daftar TUKS di lokasi survey ditunjukkan pada Tabel 5.12. Tabel 5.12
Daftar TUKS di Lokasi Survey. Jenis Muatan
Daftar TUKS Tanjung Priok Tanjung Perak TUKS Pertamina TUKS Aneka Kimia Raya Makassar TUKS Pertamina Teluk Bayur TUKS Pertamina Benoa TUKS Pertamina
BBM Curah cair BBM BBM BBM, Aspal
1. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut:
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995 Tanggal 5 September 1995, Tata Cara dan Persyaratan Teknis
5-18
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 17 Tahun 2000, Pedoman Penanganan Barang Berbahaya dalam kegiatan Pelayaran di Indonesia.
The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan, Technical Standard and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan, Tokyo, 2002.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009, Kepelabuhanan.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/MDAG/PER/9/2009, Pengadaan, Distribusi, dan Pengawasan Bahan Berbahaya.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 23/MDAG/PER/9/2011, Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/M-DAG/PER/9/2009 tentang Pengadaan, Distribusi, dan Pengawasan Bahan Berbahaya.
International Maritime Organization, International Maritime Dangerous Goods (IMDG) Code, 2012.
2. Penyusunan Konsep Standar Konsep standar terminal untuk kepentingan sendiri untuk barang berbahaya disusun dengan ruang lingkup persyaratan fasilitas pada TUKS B2. B2 yang dimaksud adalah semua jenis zat, bahan dan barang yang terdaftar dalam IMDG Code. Konsep standar ini tidak mengatur penanganan B2 (pengemasan, pelabelan dan pengangkutan) yang telah tercakup di dalam IMDG Code. Pada prinsipnya struktur konsep standar TUKS untuk barang berbahaya disusun mengacu pada Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) Batubara dan Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) CPO dalam Studi Standarisasi di Bidang Kepelabuhanan, 2011. H. Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area) 1. Hasil Survey Data pembuangan hasil keruk di lokasi survey terangkum pada Tabel 5.13.
5-19 Tabel 5.13
Data Pembuangan Hasil Keruk di Lokasi Survey. Periode
T.Priok
Volume (m3) -
T.Perak
-
2 tahun
Makassar
-
Lokasi
Teluk Bayur
287.000
Benoa
250.000
-
Lokasi dumping area -
Keterangan Data tidak diperoleh Dibuang ke laut Dibuang ke laut
Sesuai PM 52/2011 5 tahun 05°10’50,00” yang LS lalu 119°20’20,00” BT 2 tahun 01°01’25,00’’ Dibuang ke LS laut 100°20’25,00’’ BT Tahunan 08°84’07,79’’ Reklamasi LS 115°12’42,66’’ BT
2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut:
Keputusan Menteri Perhubungan 2002,Tatanan Kepelabuhan Nasional.
Keputusan Menteri Perhubungan No. PP.72/2/20-99, Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan Laut
Pedoman Teknis Kegiatan Pengerukan dan Reklamasi, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan, 2006.
Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2010, Kenavigasian.
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, Kepelabuhan.
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 52 Tahun 2011, Pengerukan dan Reklamasi.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-6471-2000, Tatacara Pengerukan Muara Sungai dan Pantai.
Undang undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2008 Tentang Pelayaran.
No.
53
Tahun
5-20
3. Penyusunan Konsep Standar Konsep standar fasilitas pembuangan hasil keruk disusun dengan ruang lingkup desain dan pengembangan fasilitas pembuangan material hasil keruk, yang disusun sesuai dengan peraturanperaturan yang berlaku sehingga fasilitas pembuangan material hasil pengerukan (dumping area) bisa dikatakan memadai dan/atau layak dioperasikan. I.
Car Terminal 1. Hasil Survey Pelabuhan yang telah memiliki fasilitas khusus Car Terminal adalah Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Makassar. 2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut:
Keputusan Menteri Perhubungan 2002,Tatanan Kepelabuhan Nasional.
Keputusan Menteri Perhubungan No. PP.72/2/20-99, Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan Laut
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, Kepelabuhan.
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 51 Tahun 2011, Terminal Khusus dan Terminal untuk Kepentingan Sendiri.
Undang undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2008 Tentang Pelayaran.
No.
53
Tahun
3. Penyusunan Konsep Standar Konsep standar Car Terminal disusun dengan ruang lingkup terkait dasar dalam mendesain dan pengembangan Car Terminal dengan kelengkapan dasar yang memadai hingga layak dioperasikan dalam suatu sistem penataan ruang kepelabuhanan. J. Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan 1. Hasil Survey Selain di Pelabuhan Benoa, di seluruh lokasi survey telah terdapat Reception facility untuk menampung limbah minyak
5-21 baik dari kapal maupun dari kegiatan pelabuhan. Pelabuhan Benoa hanya menyediakan bak tampung sementara yang pengelolaannya diserahkan kepada pihak ketiga. Pengelolaan sampah di pelabuhan yang disurvey dilaksanakan bekerja sama dengan dinas kebersihan kota. Tabel 5.14 Lokasi T. Priok T. Perak Makassar Teluk Bayur Benoa
Tabel 5.15 Lokasi
T. Priok T. Perak Makassar Teluk Bayur Benoa
Fasilitas penampungan limbah di lokasi survey Fasilitas Reception facility Reception facility Reception facility Reception facility Bak tampung sementara
Data Volume Limbah
Data RF
Data Sispro/SOP
Fasilitas penampungan sampah di lokasi survey Data Volume Sampah
Data Kapasitas Wadah
Data Sispro/SOP
2. Daftar Acuan Literatur Beberapa literatur yang relevan dengan judul standar adalah sebagai berikut:
5-22
SNI 03.3242-1994, Tata cara pengelolaan sampah di permukiman.
SNI 19-2454-2002, Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan.
SNI 3242:2008, Pengelolaan sampah di permukiman.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 46 Tahun 1986, Pengesahan International Convention For The Prevention Of Pollution From Ships 1973, Beserta Protokol.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009, Kepelabuhanan.
Keputusan Menteri Perhubungan nomor 215 Tahun 1987, Pengadaan Fasilitas Penampungan Limbah dari kapal.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2009, Pengelolaan Limbah di Pelabuhan.
Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP01/BAPEDAL/09/1995, Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP03/BAPEDAL/09/1995, Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3.
International Maritime Organization, 2nd Edition 1999. Comprehensive Manual On Port Reception facilities
MARPOL 73/78. International Convention Prevention of Marine Pollution from Ships.
for
the
3. Penyusunan Konsep Standar Konsep standar fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan disusun dengan ruang lingkup jenis, jumlah dan penempatan fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan. Fasilitas penampungan yang dimaksud adalah tempat penampungan sementara sebelum limbah dan sampah diangkut untuk ditangani lebih lanjut.
6
KESIMPULAN BAB VI KESIMPULAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan informasi yang terkumpul dari kegiatan survey lapangan, dan dari hasil tinjauan literatur, dapat disimpulkan bahwa perlu disusun standar yang mengatur penyediaan prasarana pelayaran dan fasilitas pelabuhan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa belum ada keseragaman dalam penyediaan fasilitas yang disurvey. Untuk itu konsultan telah menyusun 10 tema standar yang terdiri atas: 1. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional: a. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar (cruise) dan Penumpang Internasional. b. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar tipe Yacht. 2.
Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis;
3.
Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah: a. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair; b. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering;
4.
Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas;
5.
Standar Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan Roro: a. Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Lolo; b. Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Roro;
6.
Standar Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan;
7.
Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya;
6-2
8.
Standar Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area);
9.
Standar Car Terminal;
10.
Standar Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan.
Secara umum, konsep standar yang disusun mengadopsi RSNI dan konsep standar yang telah disusun dalam beberapa studi terdahulu oleh Balitbang Kementerian Perhubungan. Standar fasilitas dan peralatan untuk pelayanan kapal pesiar dan penumpang internasional disusun berdasarkan ukuran kapal pesiar dan jumlah penumpang yang diangkut. Konsep standar fasilitas dan peralatan pelayanan kapal pesiar perlu dipisahkan menjadi 2 (dua) bagian, yakni untuk kapal pesiar tipe cruise dan tipe yacht. Konsep standar dermaga disusun berdasarkan ukuran kapal rencana dan mengacu pada Standar Dermaga yang telah diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan pada tahun 2010. Konsep standar dermaga curah perlu dipisahkan menjadi 2 (dua) bagian, yakni dermaga curah cair dan curah kering. Konsep standar dermaga lolo dan roro dipisahkan menjadi 2 (dua) bagian, yakni dermaga lolo dan dermaga roro. Konsep standar fasilitas wilayah tertentu di daratan yang berfungsi sebagai pelabuhan disusun berdasarkan rencana arus peti kemas yang dilayani. Konsep standar terminal untuk kepentingan sendiri untuk barang berbahaya hanya mengatur fasilitas pelabuhan. Ketentuan pengemasan, pelabelan dan pengangkutan yang telah diatur secara terperinci di dalam IMDG Code telah diadopsi melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 17 Tahun 2000. Konsep standar fasilitas pembuangan material keruk disusun berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku dengan tujuan agar fasilitas pembuangan material hasil pengerukan (dumping area) bisa dikatakan memadai dan/atau layak dioperasikan. Konsep standar fasilitas Car Terminal disusun dengan lingkup sistem operasi dan kebutuhan fasilitas Car Terminal secara umum. Konsep standar fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan hanya mengatur seluruh jenis limbah dan sampah dari kegiatan penunjang pelabuhan, dan tidak mengatur limbah dari kapal yang telah disusun dalam studi terdahulu. B. Saran Prasarana pelayaran dan fasilitas pelabuhan merupakan bagian penting dari Transportasi Laut. Keberadaan standar yang mengatur
6-3 setiap komponen prasarana pelayaran dan fasilitas pelabuhan sangat penting untuk terlaksananya roda transportasi laut yang terencana, terukur dan berimbang (proporsional). Studi ini hanya mencakup sebagian kecil dari sistem pelayaran dan kepelabuhanan yang sangat luas cakupannya. Oleh karena itu, konsultan mengusulkan agar di masa yang akan datang studi penyusunan konsep standar juga dibuat untuk bidang lain yang belum tercakup dalam studi ini.
7
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA Agerschou, Hans, etal. Planning and Design of Ports and Marine Terminals. 2nd edition. Thomas Telford Publishing, London 2004. Böse, Jürgen W. (editor). Handbook of Terminal Planning. Springer, 2011. Bruun, Per. Port Engineering. 4th edition Volume 1: Harbor Planning, Breakwaters, and Marine Terminals. Gulf Publishing Company, Houston Texas 1989. BSI, 2000. British Standard Code of Practice for Maritime Structures. Part 1: General Criteria. BS-6349. British Standards Institution. London. Part 2: Design of Quay Walls, Jetties, and Dolphins. (1988). Part 3: Design of Dry Docks, Locks, Slipways, and Shipbuilding Berths. (1988). Part 4: Code of Practice for Design of Fendering and Mooring Systems. (1994). Canadian Transportation Agency, Code of Practice Passenger Terminal Accessibility, Minister of Public Works and Government Services Canada, Canada, 2007. Course, A.G. (Captain), R.B. Oram (Colonel). Glossary of CargoHandling Terms. 2nd edition. Nautical Press. Brown, Son & Ferguson, Ltd., Glasgow 1974. De Leeuw, A.M., et.al. “Port Reception facilities for Collecting Ship Generated Garbage, Bilge Water and Oily Waste. Activity D – Standard Design.” REMPEC Project Final Report No. MED.B4.4100.97.0415.8. The Hague: Tebodin B.V., 2004. Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan, Standardisasi Terminal Penumpang Pelabuhan Laut, Jakarta, 1993. Duluth-Superior Cruise Ship Terminal Facility Study, diakses tanggal 6 September 2013, dari http://www.dsmic.org/ Frick, Anders, 2005. Safety Considerations for the Design of Mobile Elevating Gangways and Passenger Boarding Bridges for Cruise Ships, Alexandria: AAPA.
7-2
Gaythwaite, John W. Design of Marine Facilities for the Berthing, Mooring, abnd Repair of Vessels. 2nd edition. ASCE Press, Reston Virginia, 2004. Güler, Nil. Containerization and Terminal Area Requirements. Pomorski zbornik 39 (2001)1, 153-171. International Maritime Organization. "Comprehensive Manual On Port Reception facilities, 2nd Edition." London: International Maritime Organization, 1999. International Maritime Organization. MARPOL - Consolidated Edition 2006. London: International Maritime Organization, 2006. Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Informasi 25 Pelabuhan Strategis Indonesia. (http://www.dephub.go.id/read/informasilayanan-publik/31, diakses 06 Maret 2011). Kim, Kap H., Hans-Otto Günther (editors). Container Terminals and Cargo Systems. Springer, 2007. Latin American Trade & Transportation Study (LATTS), Port Terminal Planning Modules, Appendix IV, 2001. Levis, L., 2006. Planning for Cruise Terminals. Diakses tanggal 17 Juli 2013, dari http://www.aapa-ports.org/. MARCOM WG 33, 2002. Guidelines for the Design of Fender Systems, Brussel: PIANC. Pedoman Teknis Kegiatan Pengerukan dan Reklamasi, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan, 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009. Tentang Kepelabuhanan. Port Reception facility Study in The Republic of Croatia, EuropeAid/125614/D/SER/HR. NEA reference number 31029. Annex to PRF system concept – Port waste management of Annex I and Annex V wastes. PT. (Persero) Pelindo II Cabang Tanjung Priok, Jakarta. Website: http://www.priokport.co.id
7-3 Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, Ganeca Exact Bandung, 1985. Sofi'i, M. & Djaja, I. K., 2008. Teknik Konstruksi Kapal Baja. Jilid 1 ed. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Standard Design Criteria For Port In Indonesia, 1984. Maritime Sector Development Programme. Directorate General of Sea Communications. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara NO. SKEP/ 347/ XII/ 1999, tentang Standar rancang bangun dan / atau rekayasa fasilitas dan peralatan bandar udara, Departemen Perhubungan, 1999. The Disabled Persons Transport Advisory Committee (DPTAC), The Design of Large Passenger Ships and Passenger Infrastructure: Guidance on Meeting the Needs of Disabled People, United Kingdom, 2000. The
International Air Transport Association Development Manual, 8th ed., 1995.
(IATA),
Airport
The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan, Technical Standard and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan, Tokyo, 2002. Thoresen, Carl A. Port Design Guidelines and Recommendations. Trondheim: Tapir Publishers, 1988. Thoresen, Carl A. Port Designer's Handbook: Recommendations and Guidelines. Thomas Telford Publishing, London 2003. Transit Cooperation Research Program, Transit Capacity and Quality of Service Manual, 2nd Edition, Washington D.C., 2003. Triatmojo, Bambang. Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset, Yogyakarta 2009. Tsinker, Gregory P. (editor). Port Engineering: Planning, Construction, Maintenance, and Security. John Wiley & Sons, Inc., 2004. Tsinker, Gregory P., Handbook of Port and Harbor Engineering : Geotechnical and Structural Aspects, New York, 1996.
7-4
UNCTAD. Port development: A handbook for planners in developing countries. 2nd edition. United Nations, New York 1985. UNCTAD. UNCTAD Monographs On Port Management – No. 9 Multipurpose port terminals Recommendations for planning and management. United Nations, New York 1991. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008. tentang Pelayaran. http://portal.djmbp.esdm.go.id. US Department of Homeland Security, Cruise Terminal Design Standards, U.S. Customs And Border Protection Design Standards For Cruise Ship Passenger Processing Facilities, October 2006. US-DOD, 2005. Unified Facilities Criteria UFC 4-152-01 Design: Piers and Wharves. s.l.:US-DOD. Velsink, H. Port And Terminals. Planning And Functional Design. Delft, October 1993. Wolterink, J.W. Klein, et.al. “Port Reception facilities for Collecting Ship Generated Garbage, Bilge Water and Oily Waste. Activity B – Optimum Solution for Collection, Treatment and Disposal of Relevant of Ship Generated Solid and Liquid Wastes.” REMPEC Project Final Report No. MED.B4.4100.97.0415.8. The Hague: Tebodin B.V., 2004. Zhou Liu, Hans F. Burcharth, Port Engineering, Laboratoriet for Hydraulik og Havnebygning Aalbor Universitet, Udgave, 1999.