STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI DUA MODEL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI SEKOTA SALATIGA TAHUN 2012
SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH : UKHIYA RIZQIANY 111 08 041
JURUSAN TARBIYAH PROGDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
i
ii
iii
SKRIPSI STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI DUA MODEL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI SEKOTA SALATIGA TAHUN 2012
DISUSUN OLEH: UKHIYA RIZQIANY NIM: 111 08 041
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 7 September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua
: Dr. Imam Sutomo, M.Ag
__________________
Sekretaris
: Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
__________________
Penguji I
: Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag
__________________
Penguji II
: M. Gufron, M.Ag.
__________________
Penguji III
: achmad Maimun, M.Ag.
__________________
Salatiga, September 2012
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP:19580827 198303 1 002 iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: UKHIYA RIZQIANY
NIM
: 11108041
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, buka jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga,
September 2012
Yang menyatakan,
UKHIYA RIZQIANY
v
MOTTO Kegagalan bukanlah jurang yang menakutkan Tapi untuk di taklukkan Keberhasilan bukanlah puncak Tapi dasar ribuan tantangan
vi
PERSEMBAHAN Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan skripsi ini untuk : 1.
Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu memberi motivasi melalui kasih sayangnya, yang melingkupi keseluruhan dari hidupku dan takkan habis ditelan waktu.
2.
Kakak-kakak ku tersayang Mbak Ana, Mas Burhan, dan Mas Sugeng yang selalu memberikan motivasinya kepada saya, dan untuk keponakanku tersayang Akbar
3.
Sahabat-sahabatku Mayda, Riza, Ana, Nur, Janah, Zee, Nashocha, Ihyahuddin, Fauzi (Semoga kita tetap bisa menjalin silaturrahmi sampai kapan pun, dan dimana pun)
4.
Sahabat-sahabatku "Hen’s Kos" yang maniz-maniz dan baik-baik
5.
Sahabat-sahabatku PAI “08” khususnya PAI “B” 08
6.
Teman-temanku PPL di SMP Negeri 3 Salatiga
7.
Teman-temanku KKN Kelompok II di Wiroyudan Tingkir Tengah
8.
Teman-temanku HAMAS Wiroyudan Tingkir Tengah
9.
Teman-teman yang baru saya kenal tapi selalu meberikan semangat kepada saya, Nafi’, Ivayatun, Kunti
Dan semua pihak yang telah membantu saya hingga terselesainya skripsi ini
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi robil’alamin, segala puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya yang tiada terhingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Komparasi Implementasi Dua Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri Sekota Salatiga Tahun 2012”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan nabi Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia yang mana beliaulah sebagai Rosul utusan Allah untuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini. Skripsi yang berjudul “Studi Komparasi Implementasi Dua Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri Sekota Salatiga Tahun 2012”. Disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Melalui Skripsi ini penulis banyak belajar sekaligus memperoleh pengalaman-pengalaman baru secara langsung, yang belum pernah diperoleh sebelumnya. Dan diharapkan pengalaman tersebut dapat bermanfaat di masa yang akan datang.
viii
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terealisasikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.
2.
Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Progdi PAI STAIN Salatiga.
3.
Achmad Maimun, M.Ag. Selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu memberikan bimbingan, pengarahan dalam penysunan skripsi ini. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4.
Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5.
Karyawan-karyawati STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.
6.
Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual.
7.
Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Dan Politik, Kepala Bappeda Kota Salatiga, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Salatiga. Kepala Sekolah 4 SMP Negeri Kota Salatiga, beserta stafnya yang telah memberikan ijin penelitian di 4 SMP Negeri di Kota Salatiga.
8.
Bapak dan Ibu Guru Pendidikan Agama Islam di 4 SMP Negeri Kota Salatiga bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.
9.
Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT.
ix
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, September 2012
UKHIYA RIZQIANY 111 08 041
x
ABSTRAK Rizqiany, Ukhiya. 2012. Studi Komparasi Implementasi Dua Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri Sekota Salatiga Tahun 2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Achmad Maimun, M.Ag. Kata Kunci: Studi Komparasi Implementasi Dua Model RPP Pendidikan Agama Islam Adanya arus globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang pesat, menjadikan pemerintah membuat kebijakan guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satunya ialah mengubah RPP model biasa menjadi RPP berbasis karakter. Jika RPP ini diimplementasikan pada mata pelajaran PAI, diharapkan terciptanya karankter siswa dilandaskan oleh nilai-nilai Agama Islam. Perubahan model RPP tersebut, tentunya akan merubah pula implementasi RPP tersebut pada proses pembelajaran PAI. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih mendalam mengenai bagaimana implementasi dari dua model RPP di SMP Negeri sekota Salatiga?. Apa kesamaan dan perbedaan implementasi dua model RPP tersebut?. Apa kelabihan dan kelemahan implementasi dari masing RPP?. Setelah dilakukan penelitian secara mendalam diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai perbandingan dari dua implementasi model RPP. Metode yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Informan adalah para guru PAI di 4 SMP Negeri kota Salatiga, informan berjumlah 8 guru PAI. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan observasi. Data dikumpulkan berdasarkan catatan lapangan dan observasi, kemudian data di transkrip menjadi data yang lengkap. Transkrip data di analisis dengan metode deduktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat guru melaksanakan pembelajaran di kelas, pembelajaran masih berjalan sebagaimana pada saat pembelajaran berdasarkan RPP model biasa. Meskipun dari beberapa pengamatan, peneliti menemukan beberapa guru sudah menerapakan pendidikan berbasis karakter, akan tetapi ada juga guru yang melaksanakan pembelajaran seperti pada saat masih menggunakan RPP model biasa. Setiap implementasi RPP juga memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri, hal ini sebagai mana yang telah diamati peneliti, untuk implementasi RPP berbasis karakter menjadikan siswa lebih berani, disiplin dan bertanggung jawab. Hanya saja jika dilihat dari proses pembelajaran kurang bisa berjalan sebagaimana yang diharapakan, dan jelas saja tanggung jawab guru semakin berat karena harus membentuk karakter yang baik pada peserta didik. Sedangkan pada implementasi RPP model biasa siswa cenderung pasif, akan tetapi bagi guru tidak ada beban tersendiri dalam pembentukan karakter bagi siswa.
xi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN LOGO STAIN ............................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ..............................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................
v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii HALAMAN KATA PENGANTAR...............................................................
viii
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................
xi
HALAMAN DAFTAR ISI ..............................................................................
xii
HALAMAN DAFTAR TABEL DAN BAGAN ..........................................
xviii
HALAMAN LAMPIRAN.............................................................................
xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
7
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
7
E. Penegasan Istilah ............................................................................
9
F. Metode Penelitian .........................................................................
13
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..............................................
13
2. Kehadiran Peneliti ....................................................................
14
3. Lokasi Penelitian ......................................................................
14
xii
4. Sumber Data dan Informasi .....................................................
15
5. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................
16
6. Analisis Data ...........................................................................
19
7. Keabsahan Data .....................................................................
21
8. Sistematika Penulisan .............................................................
22
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Devinisi Silabus dan Rencana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1. Devinisi Silabus ....................................................................
24
a. Pengembangan Silabus .....................................................
25
b. Prinsip Pengembangan Silabus .........................................
27
2. Devinisi RPP dan RPP Berbasis Karakter ..............................
31
a. Devinisi RPP .....................................................................
31
b. Devinisi RPP Berbasis Krakter .........................................
32
c. Sistematika Penyusunan Dua Model RPP ........................
33
B. Implementasi RPP 1. Peran Guru dan Siswa ...........................................................
42
2. Pendekatan Pembelajaran .............................................
49
3. Metode Pembelajaran ...................................................
54
4. Media Pembelajaran .....................................................
57
5. Sumber Belajar .............................................................
61
6. Evaluasi Pembelajaran ..................................................
63
xiii
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum 4 SMP Negeri di Kota Salatiga 1. SMP Negeri 3 Salatiga a. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 3 Salatiga ......................
66
b. Letak Geografis SMP Negerin 3 Salatiga ........................
67
c. Visi dan Misi SMP Negeri 3 Salatiga ...............................
68
d. Keadaan Guru dan Siswa .................................................
68
e. Sarana dan Prasarana .......................................................
69
2. SMP Negeri 6 Salatiga a. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 6 Salatiga .....................
69
b. Letak Geografis SMP Negeri 6 Salatiga ........................
71
c. Visi dan Misi SMP Negri 6 Salatiga ...............................
71
d. Keadaan Guru dan Siswa .................................................
72
e. Sarana dan Prasarana .......................................................
73
3. SMP Negeri 7 Salatiga a. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 7 Salatiga ......................
73
b. Letak Geografis SMP Negeri 7 Salatiga ..........................
74
c. Visi dan Misi SMP Negeri 7 Salatiga ..............................
74
d. Keadaan Guru dan Siswa .................................................
75
e. Sarana dan Prasarana .......................................................
75
4. SMP Negeri 9 Salatiga a. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 9 Salatiga .....................
75
b. Letak Geografis SMP Negeri 9 Salatiga .........................
75
xiv
c. Visi dan Misi SMP Negeri 9 Salatiga .............................
75
d. Keadaan Guru dan Siswa ................................................
77
e. Sarana dan Prasarana ......................................................
78
B. Hasil Temuan 1. Implementasi RPP Model Biasa ..........................................
79
2. Kesamaan dan perbedaaan implementasi dua model RPP....
83
3. Kelemahan dan kelebihan implementasi dua model RPP ....
84
BAB IV STUDI KOMPARASI DUA MODEL RPP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOTA SALATIGA A. Implementasi RPP Model Biasa 1. Peran guru dan siswa dalam pembelajaran ...........................
86
2. Pendekatan pembelajaran .....................................................
87
3. Metode pembelajaran ............................................................
88
4. Media pembelajaran ..............................................................
89
5. Sumber belajar ......................................................................
90
6. Evaluasi pembelajaran ..........................................................
91
B. Implementasi RPP Berbasis Karakter 1. Peran guru dan siswa dalam pembelajaran ..........................
92
2. Pendekatan pemebelajaran ...................................................
94
3. Metode pembelajaran ...........................................................
95
4. Media pembelajaran .............................................................
96
5. Sumber belajar .....................................................................
98
6. Evaluasi pembelajaran ..........................................................
99
xv
C. Kesamaan dan Perbedaan Implementasi Dua Model RPP 1. Kesamaan Implementasi Dua model RPP a. Peran guru dan siswa dalam pembelajaran ....................
100
b. Pendekatan pembelajaran ...............................................
101
c. Metode pembelajaran .....................................................
102
d. Media pembelajaran .......................................................
103
e. Sumber belajar ................................................................
103
f. Evaluasi pembelajaran ....................................................
103
2. Perbedaan Implementasi Dua Model RPP .......................... 104 D. Keunggulan dan Kekurangan Implementasi Dua Model RPP 1. Kelemahan implementasi dua model RPP .........................
106
2. Kunggulan Implementasi dua model .................................
107
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
110
B. Saran .........................................................................................
112
C. Penutup ....................................................................................
113
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
TABEL 3.1
Data Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Salatiga
TABEL 3.2
Media yang dimiliki SMP Negeri 3 Salatiga
TABEL 3.3
Data Jumlah Siswa SMP Negeri 6 Salatiga
TABEL 3.4
Data Jumlah Siswa SMP Negeri 7 Salatiga
TABEL 3.5
Data Jumlah Siswa SMP Negeri 9 Salatiga
TABEL 3.6
Hasil penelitian implementasi dua model RPP 4 SMPN sekota Salatiga
TABEL 3.7
Kesamaan dan perbedaan implementasi dua model RPP 4 SMPN sekota Salatiga
TABEL 3.8
Kelemahan dan kelebihan implementasi dua model RPP 4 SMPN sekota Salatiga
xvii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar Riwayat Hidup 2. Laporan SKK 3. Nota Dosen Pembimbing 4. Lembar Konsultasi 5. Surat Izin Penelitian 6. Surat Pernyataan Telah Meneliti 7. Pedoman Wawancara 8. Hasil Wawancara 9. Hasil Observasi 10. RPP model biasa 11. RPP berbasis karakter
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perubahan Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang biasa digunakan menjadi RPP Berbasis Karakter akhir-akhir ini sering menjadi bahan pembahasan, khususnya dalam dunia pendidikan. Perubahan model RPP ini sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu karakter peserta didik. Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan desain pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Pendidikan karakter disosialisasikan, diinternalisasikan, dan diintensifkan sejak dini di kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itulah lembaga pendidikan dipandang sebagai pelopor pendidikan karakter ini dalam membangun karakter anak didik yang bermoral dan berakhlak (Ma’mur Asmani, 2011:21). Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
1
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas 2007:8). Oleh karena itu, saat ini pada RPP SMP telah ditambah karakter sebagai penguatan pembelajaran. Jika hal ini diterapkan pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk tingkat SMP, tentunya akan sangat penting. Karena pada dasarnya Pendidikan Agama Islam di dalamnya terdapat nilainilai yang memang seharusnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini sangat berkaitan sekali dengan pembentukan karakter siswa. Dengan inilah diharapkan akan terciptanya karakter pada siswa yang tetap dilandaskan oleh nilai-nilai Agama Islam. Berdasar uraian di atas, idealnya implementasi antara model RPP yang biasa dan model RPP berbasis karakter terdapat perbedaan, baik dari segi alokasi waktu, pemilihan metode, pendekatan pembelajaran, maupun sumber belajar yang digunakan guru maupun siswa. Pada RPP berbasis karakter ini mencantumkan beberapa karakter yang akan dibentuk pada peserta didik, dalam implementasinya tentu akan membutuhkan waktu yang lebih jika dibandingkan dengan pembelajaran biasa pada saat masih menggunakan RPP biasa. Sedangkan jika dilihat dari pemilihan metode, tentunya disesuaikan dengan jenis materi yang akan disampaikan kepada peserta didik dan alokasi waktu yang telah ditentukan sebelumya. Untuk penggunaan sumber belajar juga terdapat perbedaan antara RPP model biasa dan RPP berbasis karakter, karena dalam pembelajaran yang tercantum dalam RPP berbasis karakter siswa dituntut untuk aktif mencari
2
informasi di luar sekolah, baik mencari informasi dari masyarakat, maupun lewat internet. Hal ini bertujuan agar dalam kegiatan belajar mengajar, siswa memiliki wawasan yang luas sehingga siswa aktif dan tanggap dengan fenomena yang berada di masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat mengembangkan silabus sesuai dengan kompetensi mengajarnya. Bukan hanya guru saja yang menjadi unsur penting dalam proses pembelajaran, akan tetapi murid, dan bahan ajar juga merupakan unsur yang dominan dalam proses pembelajaran. Ketiga unsur ini saling berkaitan, mempengaruhi serta saling menunjang antara unsur satu dengan yang lainnya. Jika salah satu unsur tidak ada, maka proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik. Jika proses belajar mengajar itu ditinjau dari segi kegiatan guru, maka terlihat guru yang memegang peranan prima. Ia berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, implementasi dan penilaian/evaluasi (Abdul Majid, 2004:91). Berhubungan dengan implementasi RPP pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka idealnya RPP berbasis karakter dapat diimplementasikan di sekolah melalui pengintegrasian dalam pembelajaran, yang mana materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran dikembangkan, dieksplisitkan, dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, pembelajaran nilainilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengalaman nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari
3
di masyarakat. RPP berbasis karakter ini disusun sebagai rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan guru pada saat mengajar. Untuk itulah, alangkah lebih efektif lagi jika penggunaan RPP berkarakter ini disusun secara lengkap dan sistematis, agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Abdul Majid, 2004:97). Abdul Majid (2004:91) berpendapat bahwa dalam membuat rencana mengajar merupakan tugas guru paling utama, rencana mengajar merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan pada tahapan penentuan pengalaman belajar. Dengan RPP, guru dapat mengorganisasikan karakter dengan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran secara lebih terarah. Hal tersebut diperkuat oleh Burhan Nur Giyantoro (1988:218) bahwa para pelaksanaan kurikulum di sekolah, khususnya guru merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan kegiatan belajar mengajar. Guru merupakan pihak yang paling mengerti dan bertanggung jawab terhadap kegiatan pengajaran yang dilakukannya. Apa dan bagaimana kegiatan pengajaran (atau belajar mengajar) yang dilakukan guru dan siswa di kelas itu akan sangat menentukan berhasilnya pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, sudah selayaknya bagi guru untuk mempersiapkan kegiatan pengajarannya sebaik mungkin dengan mengikuti prosedur yang dianjurkan, yaitu dengan membuat satuan-satuan pelajaran. Kutipan di atas mengukuhkan pentingnya RPP bagi suksesnya implementasi pendidikan karakter di sekolah.
4
Satuan pelajaran dijadikan pedoman kegiatan pengajaran yang dilakukan guru di kelas, penyusunan satuan pelajaran harus dilakukan sebaik mungkin. Desain perencanaan pengajaran akan memberikan peluang yang lebih besar terhadap keberhasilan kegiatan pengajaran. Akan tetapi, perlu juga dikemukakan bahwa baiknya perencanaan pengajaran belum menjamin seratus persen keberhasilan pengajaran. Oleh karena itu, idealnya baik penyusunan perencanaan maupun pelaksanaan pengajaran haruslah dilakukan secermat mungkin (Nurgiyantoro, 1988: 216). Berdasarkan uraian di atas, penulis berpendapat bahwa perubahan model RPP yang digunakan akan mempengaruhi implementasi pada kegiatan belajar mengajar. Karena dalam penyusunan RPP berbasis karakter sudah berbeda dengan penyusunan RPP yang sebelumnya digunakan. Sedangkan dalam mengimplementasikan program pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun RPP. RPP merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar. Untuk penyusunan RPP berbasis karakter menurut hasil pra-survei yang telah dilakukan peneliti di SMP Negeri 3 Salatiga ditemukan bahwa dalam praktinya penyusunan RPP berbasis karakter disusun untuk jangka waktu satu semester sekaligus atau jangka waktu enam bulan. Begitu pula yang penulis temui di SMP Negeri 6 Salatiga. Hal ini dikarenakan RPP
5
disusun melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sekota Salatiga. Penyusunan RPP berbasis karakter sudah memasukkan unsur EEK (Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi) yang terdapat pada kegiatan inti. Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPP berbasis karakter ini adalah dicantumkan beberapa poin karakter yang akan dikembangkan pada peserta didik, poin-poin ini dicantumkan pada indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran. Sedangkan untuk implementasi dalam kegiatan belajar mengajar menurut hasil pengamatan sementara, masih ada beberapa sekolah yang masih melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti biasanya, yakni siswa aktif mendengarkan guru. Melihat alasan yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merasa perlu untuk meneliti lebih lanjut dan mendalam mengenai komparasi penggunaan dua model RPP dan implementasinya dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk itulah penulis mengangkat sebuah judul “STUDI KOMPARASI
IMPLEMENTASI
DUA
MODEL
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN SEKOTA SALATIGA TAHUN 2012” B. Rumusan Masalah Sesuai dengan judul yang penulis pilih dan telah diuraikan tersebut di atas, dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah implementasi RPP model biasa? 2. Bagaimanakah implementasi RPP berbasis karakter?
6
3. Apa perbedaan dan persamaan RPP model biasa dan RPP berbasis karakter? 4. Apakah keunggulan dan kekuranagan RPP model biasa dan RPP berbasis karakter? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui implementasi RPP model biasa 2. Untuk mengetahui implementasi RPP berbasis karakter 3. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan RPP model biasa dan RPP berbasis karakter. 4. Untuk mengetahui keunggulan dan kekuranagan RPP model biasa dan RPP berbasis karakter. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik Judul penelitian “Studi Komparasi Implementasi Dua Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN Sekota Salatiga” yang dilaksanakan oleh peneliti ini berkaitan dengan beberapa Mata Kuliah, yakni: a. Perencanaan Pembelajaran, berisi mengenai perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru, salah satunya penyusunan RPP. b. Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) I. Di dalamnya membahas mengenai nilai-nilai karakter yang diambil dari materi
7
Pendidikan Agama Islam (PAI) tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). c. Metodologi Pendidikan Agama Islam (MPAI). Di dalamnya membahas mengenai model, metode, pendekatan yang dipilih guru dalam proses pembelajaran. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang “Studi Komparasi Implementasi Dua Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN Sekota Salatiga” Sehingga dapat memberikan manfaat sebagai berrikut: a. Bagi Lembaga Pendidikan Dengan
diadakannya
penelitian
ini,
diharapkan
dapat
memberikan informasi tentang kekurangan dan kelebihan dari penggunaan RPP, baik yang biasa digunakan maupun model RPP terbaru berbasis karakter, dan sebagai bahan evaluasi. b. Bagi Guru Melalui hasil penelitian ini, diharapkan guru dapat lebih memahami kesamaan dan perbedaan kedua model RPP, yakni RPP yang biasa digunakan dan RPP berbasis karakter, baik makna maupun unsur yang terdapat dalam penyusunan kedua model RPP tersebut.
8
c. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini dihadapkan dapat dijadikan pedoman bagi mahasiswa saat terjun langsung di lapangan, baik saat Praktikum Pengembangan Profesi Pendidikan (PPPK). Maupun sudah menjadi pengajar. d. Menambah khasanah ilmu pengetahuan, yang akan bermanfaat bagi peneliti dan pihak yang berkepentingan. E. Penegasan Istilah Dalam upaya menghindarkan dari interpretasi yang bias, penulis terlebih dahulu menjelaskan beberapa istilah yang terkait dengan judul penelitian ini. Di samping itu, dengan adanya penjelasan istilah yang detail, maka gambaran dari judul penelitian akan lebih jalas dan spesifik. 1. Studi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), studi diartikan pelajaran; penggunaan waktu dan pikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan (Poermadarminto, 1982:965). 2. Komparasi Menurut KBBI, komparasi itu berarti perbandingan (KBBI, 2007:584). Membandingkan dua hal, disini penulis membandingkan antara dua model RPP dan implementasinya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
9
3. Model Model diartikan pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (KBBI, 2007:751). Model merupakan seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses pengembangan sistem pembelajaran yang berupa penyusunan program perencanaan pengajaran (Hasan Sadily, 2005:313). Ada beberapa model perencanaan pembelajaran, dalam hal ini peneliti membandingkan implementasi dari dua model RPP, yakni RPP model biasa dan RPP berbasis karakter. 4. Implementasi Implementasi diartikan sebagai pelaksanaan, penerapan; pertemuan kedua ini bermaksud mencari bentuk tentang hal yang disepakati dulu. Implementasi berasal dari bahasa Inggris “Implementation” yang berarti pelaksanaan (Hasan Sadily, 2005:313). 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
adalah
rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas, berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP harus memiliki daya terap yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal (Muslich, 2008:53).
10
Jadi RPP ini lah yang berisi mengenai urutan tata cara guru dalam mengajar, di dalam RPP terdapat langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. RPP dibuat dalam setiap satu kali pertemuan atau lebih. Pada tahap ini silabus, RPP, dan bahan ajar disusun agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya dapat berjalan dengan efektif. 6. Karakter Karakter dapat diartikan sebagai suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek. Selanjutnya jika karakter ini diterapkan dalam pendidikan maka Pengertian Makna Pendidikan Karakter itu sendiri merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil (Harahap:161). Karakter kepribadian ini bukan merupakan barang jadi, tetapi melalui proses pendidikan yang diajarkan secara serius, sungguh-sungguh, dan kreatif, yang dimulai dari unit terkecil dalam keluarga, kemudian masyarakat, dan lembaga pendidikan secara umum (Ma’mur Asmani, 2011:30).
11
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis karakter Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. RPP berbasis karakter hampir sama dengan RPP yang biasa dipakai, akan tetapi terdapat penambahan pada kegiatan inti. Yakni berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007, kegiatan inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. a. Tahap
eksplorasi peserta didik
difasilitasi
untuk
memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. b. Pada tahap elaborasi, peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumbersumber,
dan
kegiatan-kegiatan
pembelajaran
lainnya
sehingga
pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih luas dan dalam. c. Pada tahap konfirmasi, peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran dan kelayakan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa (Malyno, 2011). 8. Pendidikan Agama Islam Adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenang, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran
12
agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain, dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. (Handayani, 2004:130). Jadi dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama Islam sebagai transfer pengetahuan, serta upaya penanaman nilai-nilai ajaran Agama Islam kepada peserta didik agar kemampuannya berkembang dan mempunyai akhlak yang mulia. Berdasarkan penjelasan istilah di atas, studi komparasi implementasi dua model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang penulis maksud ialah pengkajian untuk membandingkan antara dua hal yang berbeda, yakni membandingkan antara dua model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang biasa dengan RPP berbasis karakter, baik dari sistematika penyusunan RPP, maupun dalam penerapan/implementasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Negeri sekota Salatiga. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai adalah Penelitian kualitatif dengan metode komparasi atau perbandingan, yakni jenis penelitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil penelitian antara dua kelompok penelitian (Basyirun, 20011). Penggunaan metode komparasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kerugian dan kelemahan dari pengimplementasian masing-masing dua model RPP. Selain itu juga untuk
13
membandingkan apakah penggunaan RPP berbasis karakter dapat lebih efektif dan efesien dalam proses pembelajaran, sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang lebih baik. 2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif ini penting, karena dalam penelitian kualitatif ini, posisi peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti akan berinteraksi di lapangan, dalam rangka melakukan pengamatan mendalam dan aktifitas lainnya untuk menemukan kelengkapan data dan informasi yang diperlukan. Melalui kegiatan penelitian ini, peneliti turun langsung di lapangan tanpa mewakilkan kepada orang lain. Hal ini bertujuan agar kegiatan yang berkaitan dengan menggali, mengidentifikasi dan memahami data, informasi dan fenomena yang muncul dilapangan tertangkap secara utuh dan akurat. 3. Lokasi Penelitian Untuk lokasi penelitian, peneliti memilih beberapa SMP Negeri di Kota Salatiga, yang dibedakan berdasarkan letak geografis, yakni SMP Negeri yang terletak di daerah perkotaan dan yang terletak di pinggiran kota. Sebab letak geografis memiliki pengaruh, baik internal (lingkungan sekolah, kurikulum, warga sekolah, dll), maupun eksternal (budaya masyarakat sekitar) terhadap implementasi pendidikan karakter siswa. Untuk SMP Negeri yang terletak di perkotaan, peneliti memilih SMP Negeri 3 dan SMP Negeri 9 sebagai lokasi penelitian. Sedangkan untuk
14
SMP Negeri yang terletak di pinggiran kota, peneliti memilih SMP Negeri 6 dan SMP Negeri 7 Salatiga. SMP Negeri dipilih sebagai lokasi penelitian, karena pada dasarnya SMP Negeri berdiri di bawah naungan pemerintah, yang tentunya juga mengikuti aturan-aturan yang dicanangkan oleh pemerintah, salah satunya adalah penggunaan RPP berbasis karakter. Selain itu, penulis menentukan penelitian dilakukan dengan guru Pendidikan Agama Islam. Dengan demikian peneliti berharap hasil data yang diperoleh merupakan gambaran secara umum mengenai studi komparasi implementasi RPP biasa dengan RPP berbasis karakter. 4. Sumber Data dan Informasi Sumber data adalah subyek dari mana sumber data dapat diperoleh. Apabila peneliti akan menggunakan wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data tersebut narasumber. Sedangkan jika peneliti menggunakan observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatan yang menjadi sumber data (Arikunto, 2002:107). Dalam penelitian ini beberapa faktor yang dijadikan sumber penelitian sebagai berikut: a. Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam b. Silabus c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran biasa d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis karakter e. Buku pengangan guru
15
f. Buku pegangan siswa g. Dokumen-dokumen semua referensi yang dapat menunjang kevalitan penelitian ini. Dalam penelitian yang berjenis kualitatif ini, peneliti menggunakan quota sampling, yaitu teknik pengambilan sampling dalam bentuk distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih acak melainkan secara kebetulan saja (Achmad Nurfadli, 2009). Selain itu peneliti juga menggunakan snowball sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari sumber daya yang jumlahya sedikit, lama-lama menjadi besar. Snowball sampling ini Merupakan teknik sampling dimana responden awal dipilih berdasarkan kriteria penelitian,
kemudian
mereka diminta untuk
memberikan informasi mengenai rekan-rekan lainnya sehingga diperoleh lagi responden tambahan (Sugiyono, 2007:300). Sumber data yang ditentukan oleh peneliti sebagai berikut: a. Peneliti menentukan guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai sumber data, untuk mengetahui perbedaan sistematika penyusunan RPP biasa dan RPP berbasis karakter. b. Peneliti memilih guru dan dokumen lain sebagai sumber data, untuk mengetahui proses penerapan RPP biasa dan RPP berbasis karakter pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 5. Prosedur Pengumpulan Data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
16
prosedur pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2007:308). Dalam prosedur
pengumpulan data,
peneliti
menggunakan
prosedur sebagai berikut: a. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi merupakan proses yang kompleks yang tersusun dari proses biologis dan psikologis, dalam menggunakan teknik observasi yang terpenting ialah mengandalkan pengamatan dari peneliti (Setiady, 2003:54). Pedoman
observasi
pengumpulan
data
dapat
dapat
dikelompokkan sebagai berikut : 1) Sejarah berdirinya 4 SMP Negeri di Kota Salatiga 2) Letak geografis 4 SMP Negeri di Kota Salatiga 3) Jumlah guru dan siswa tiap-tiap SMP Negeri yang diteliti 4) Visi dan misi 4 SMP Negeri di Kota Salatiga yang diteliti 5) Sarana dan prasarana 4 SMP Negeri di Kota Salatiga 6) Komparasi implementasi dari RPP biasa dan RPP berbasis karakter pada mata pelajaran PAI di 4 SMP Negeri di Kota Salatiga. Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dikelas VII.
17
b. Metode Interview (Wawancara) Interview atau wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komunikasi langsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan media yang melengkapi kata-kata verbal (Gulo, 1991:86). Pada umumnya wawancara dibedakan menjadi dua, yaitu wawancara berstruktur. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data tentang silabus, RPP, cara guru mengevaluasi siswa, buku-buku pegangan, kondisi Proses Belajar Mengajar (PBM), dan sebagainya. Wawancara ini ditujukan tetutama kepada Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, karena mereka adalah sebagai sumber utama dalam penelitian ini, dan kepada kepala sekolah, serta warga sekolah yang berkaitan. c. Metode Dokumentasi Adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya. Dalam arti yang lebih luas, dokumentasi tidak hanya berwujud tulisan, tetapi dapat berupa bendabenda peninggalan (Subagyo, 1991:106). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan seperti letak geografis sekolah, keadaan sarana dan prasarana sekolah, keadaan guru, karyawan dan sebagainya.
18
d. Triangulasi Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330). Dalam triangulasi ini dibagi menjadi dua. Peneliti melakukan triangulasi teknik, yaitu dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama. Misalnya untuk mengetahui sarana dan prasarana peneliti melakukan observasi, wawancara dengan guru dan melihat data pada dokumen yang dimiliki sekolah. Sedangkan triangulasi sumber yaitu peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda. Wawancara ini dilakukan kepada guru PAI dari sekolah lain, dan siswa. Untuk
membuktikan
data-data
yang
telah
ditemukan
peneliti
melengkapi dengan foto-foto dan dokumen-dokumen sekolah. 6. Metode Analisis Data Penelitian ini tidak menggunakan analisis dengan rumus statistik, tetapi dengan menggunakan analisis discriptin analysis, yaitu analisis data yang ditentukan bukan dalam bentuk angka, melainkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif, dengan menggunakan cara induktif. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa deskriptif adalah, suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu
19
situasi kondisi, situasi sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir, 1985:1963). Analisa data itu berisi membandingkan persamaan dan perbedaan tentang fenomena tertentu kemudian mengambil bentuk studi komparatif yang dilanjutkan dengan menetapkan hubungan serta kedudukan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dan diakhiri dengan kesimpulan yang didasarkan atas penelitian data (Surahmad, 1985 : 139-140). Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles and Hubberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis dan kualitatif dilakukan secara interaktif, berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah lengkap (Sugiyono:337). Aktivitas dalam analisis data melalui tiga tahapan, yaitu: a.
Reduksi Data Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting. Dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Langkah awal ini untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang sudah terkumpul. Reduksi data
dilakukan
dengan
berdasarkan fokus penelitian.
20
cara
mengelompokkan
data
b. Penyajian Data Data yang telah direduksi, kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi. Penyajian data dimaksudkan untuk memudahkan penulis menafsirkan data dan menarik kesimpulan. c.
Kesimpulan dan Verifikasi Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan. Penarikan kesimpulan
ini dilakukan secara
bertahap,
pertama
menarik
kesimpulan sementara, namun dengan bertambahnya data, maka harus dilakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada. Berdasarkan verifikasi data, selanjutnya peneliti data menarik kesimpulan akhir penelitian. 7. Keabsahan Data Dalam pengujian keabsahan data,
penguji
melakukan uji
kreadibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian, meliputi: a. Ketekunan Pengamatan Dalam hal ini faktor yang dianggap menonjol adalah sitematika penyusunan RPP biasa dengan RPP berbasis karakter, dan perbedaan implementasi antara RPP biasa dan RPP berbasis karakter pada Mata Pelajaran PAI, sehingga dalam hal ini peneliti melihat silabus, RPP, dan buku pegangan guru dan bagaimana kesiapan guru dalam mengajar sesuai dengan yang tercantum dalam RPP yang telah disusun sebelumnya.
21
b. Cek dan Ricek Data Dalam pemeriksaan kebasahan data, peneliti melakukan wawancara kembali untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda. Wawancara ini dilakukan kepada kepala sekolah dan guru PAI. Selain itu peneliti juga menggunakan bahan referensi, yakni membuktikan data-data yang telah ditemukan peneliti dengan melengkapi dengan foto-foto dan dokumen-dokumen sekolah. c. Diskusi dengan teman Untuk lebih menambah pengetahuan mengenai model RPP berbasis karakter, dan jika diimplementasikan pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini peneliti melakukan diskusi dengan teman yang berkecimpung di lembaga pendidikan. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri tiga pokok bagian yang merupakan rangkaian dari bab ke bab lainnya dan setiap bab terdiri dari: BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II
: STUDI KEPUSTAKAAN
A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, meliputi: pengertian silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model biasa dan RPP berbasis karakter, sistematika penyusunan dua model RPP.
22
B. Implementasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, meliputi: peran guru dan siswa, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaraan, media pembelajaran, sumber belajar, dan evaluasi. BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum 4 SMP Negeri di Kota Salatiga: Sejarah berdirinya 4 SMP Negeri di Kota Salatiga, letak Geografis, Visi dan Misi, Keadaan Guru, Keadaan Siswa, dan Sarana Prasarana. B. Temuan Penelitian meliputi: implemetasi model RPP biasa, implementasi RPP berbasis karakter, kesamaan dan perbedaan dua model RPP, keunggulan dan kelemahan dua model RPP. BAB IV : ANALISIS STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI DUA MODEL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI SEKOTA SALATIGA TAHUN 2012. A. Analisis implementasi RPP model biasa B. Analisis implementasi RPP berbasis karakter C. Analisis kesamaan dan perbedaaan implementasi dua model RPP D. Analisis keunggulan dan kekurangan implementasi dua model RPP. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi tentang : Kesimpulan, Saran dan Kata Penutup.
23
BAB II DUA MODEL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN IMPLMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN
A. Definisi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1. Devinisi silabus Silabus merupakan sebuah rencana yang mengatur semua kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar siswa dari suatu mata pelajaran. Selain itu, silabus juga dapat dipahami sebagai rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, meteri pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh satuan pendidikan (Mulyasa, 2011:190). Silabus inilah yang dijadikan patokan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang dalam penyusunannya dengan menggunakan format tertentu. Silabus ini kemudian dikembangkan dalam bentuk RPP. Untuk itulah dalam pengembangan silabus seyogyanya mampu menjawab pertanyaan sebagai berikut: a. Kompetensi apakah yang harus dimiliki oleh peserta didik? b. Bagaimana membentuk kompetensi tersebut? c. Bagaimana cara mengetahui bahwa peserta didik telah memiliki kompetensi tersebut?
24
Silabus ini biasanya terbagi menjadi beberapa kolom yang berisi dari unsur-unsur yang telah disebutkan sebelumnya. Pada dasarnya silabus dapat dipahami sebagai gambaran umum mengenai rencana pembelajaran. Hanya saja di dalam silabus tidak disebutkan secara rinci kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dalam preoses pembelajaran. Dalam penyusunan RPP, guru wajib melihat silabus, karena silabus merupakan suatu patokan dalam penyusunan RPP (Mulyasa, 2011:190). Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Silabus
juga
bermanfaat
sebagai
pedoman
untuk
merencanakan
pengelolaan kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau pembelajaran secara individual. Demikian pula, silabus sangat bermanfaat untuk mengembangkan sistem penilaian. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi sistem penilaian selalu mengacu pada SK, KD, dan indikator yang terdapat di dalam silabus. Silabus dikembangakan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). a.
Pengembang Silabus Pengembangan silabus melibatkan berbagai pihak, seperti guru baik secara mandiri atau pun berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran
25
(MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. 1) Guru Sebagai tenaga profesional yang memiliki tanggung jawab langsung terhadap kemajuan belajar siswa, seorang guru diharapkan mampu mengembangkan silabus sesuai dengan kompetensi mengajarnya secara mandiri. Di sisi lain guru lebih mengenal
karakteristik
siswa
dan
kondisi
sekolah
serta
lingkungannya. 2) Kelompok Guru Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan untuk membentuk kelompok guru kelas atau guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus yang akan dipergunakan oleh sekolah tersebut. 3) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah lain melalui forum MGMP/PKG untuk bersama-sama
mengembangkan
silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
26
4) Dinas Pendidikan Dinas
Pendidikan
setempat
dapat
memfasilitasi
penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing. Dalam pengembangan silabus ini sekolah, kelompok kerja guru, atau dinas pendidikan dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, atau unit utama terkait yang ada di Departemen Pendidikan Nasional (Budiyanto, 2011). b. Prinsip pengembangan silabus Dalam KTSP, pengembangan silabus diserahkan sepenuhnya kepada setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, setiap satuan pendidikan diberi kebebasan dan keleluasaan dalam mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Agar pengembangan silabus yang dilakukan oleh setiap satuan pendidikan tetap berada dalam bingkai pengembangan kurikulum nasional (standar nasional),
maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip
pengembangan silabus sebagai berikut (Mulyasa, 2011:191): 1) Ilmiah Pengembangan silabus harus dilaksanakan dengan prinsip ilmiah, yang mengandung arti bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
27
2) Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat penyajian
materi
dalam
silabus
kesukaran dan urutan sesuai
dengan
tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. 3) Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar ditentukan berdasarkan dan atau memperhatikan kultur daerah masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan peserta didik tidak tercabut dari lingkungannya. 4) Kontinuitas Setiap program pengembangan pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Kontinuitas tersebut bisa secara vertikal, yakni dengan jenjang pendidikan yang ada di atasnya; dan bisa juga secara horisontal yakni dengan program-program lain atau silabus lain yang sejenis.
28
5) Konsisten Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian. 6) Memadai Memadai dalam silabus, mengandng arti bahwa ruang lingkup indikator, materi standar, pengalaman belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, prinsip memadai juga berkaitan dengan sarana dan prasarana, yang berarti bahwa kompetensi dasar yang dijabarkan dalam silabus, pencapaiannya dapat ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. 7) Aktual dan kontekstual Aktual dan kontekstual memiliki arti bahwa ruang lingkup kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dikembangkan memprihatinkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang sedang terjadi dan berlangsung di masyarakat. 8) Efektif Pengembangan harus dilakukan secara efektif, yakni memperhatikan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran, dan tingkat pembentukan kompetensi sesuai dengan
29
standar kompetensi yang telah ditetapkan. Silabus yang efektif adalah yang dapat diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas atau di lapangan. 9) Efisien Efisien dalam silabus berkaitan dengan upaya untuk memperkecil atau menghemat penggunaan daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang ditetapkan. Efisien dalam silabus bisa dilihat dengan cara membandingkan antara biaya, tenaga, dan waktu yang digunakan untuk pembelajaran dengan hasil yang dicapai atau kompetensi yang dapat dibentuk oleh peserta didik. Dengan demikian, setiap guru dituntut untuk dapat mengembangkan silabus dan perencanaan pembelajaran sehemat mungkin, tanpa mengurangi kualitas pencapaian dan pembentukan kompetensi. 2. Definisi RPP dan RPP berbasis karakter Setelah
memahami arti silabus,
tahap selanjutnya adalah
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus dan RPP merupakan sebuah satu kesatuan penting yang tidak dapat dipisahkan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan sebuah rancangan pembelajaran mata pelajaran per tema yang akan diterapkan guru dalam pempelajaran di kelas. Dengan beracuan pada RPP inilah guru diharapkan dapat melaksanakan proses belajar mengajar di kelas dengan terprogram (Muslich, 2009:53).
30
a.
Definisi RPP RPP dapat diartikan sebagai rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.
Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk
memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. RPP perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran, yakni: kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian. Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan potensi peserta didik; materi standar berfungsi memberi makna terhadap kompetensi dasar; indikator hasil belajar berfungsi menunjukkan keberhasilan pembetukan kompetensi peserta didik; sedangkan penilaian berfungsi mengukur pembentukan kompetensi, dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila kompetensi standar belum terbentuk atau belum tercapai. Tugas guru yang paling utama terkait dengan RPP adalah menjabarkan silabus ke dalam RPP yang lebih operasional dan rinci, serta siap dijadikan pedoman atau skenario dalam pembelajaran. Dalam pengembangan RPP guru diberikan kewenangan dan kebebasan dalam mengubah, memodifikasi, dan menyesuaikan silabus dengan kondisi sekolah dan daerah, serta dengan karakteristik peserta didik (Mulyasa, 2011:212).
31
b. Definisi RPP berbasis karakter RPP berbasis karakter hakikatnya merupakan rencana jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan karakter yang akan ditanamkan kepada peserta didik dalam pembelajaran. dengan demikian RPP berbasis karakter merupakan upaya memperkirakan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran untuk membentuk, membina, dan mengembangkan karakter peserta didik, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD).
Dalam
implementasi
pendidikan
karakter,
perencanaan
pembelajaran perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan karakter yang akan dibentuk dengan komponen pembelajaran lainnya, yakni standar kompetensi, kompetensi dasar, materi dasar, indikator hasil belajar, dan penilaian. Kompetensi dasar berfungsi mengembangkan karakter peserta didik, materi standar berfungsi memaknai dan memadukan kompetensi dasar dengan karakter; indikator hasil belajar berfungsi sebagai menunjukkan keberhasilan pembentukan karakter peserta didik, sedangkan penilaian berfungsi mengukur pembentukan karakter dalam setiap dalam kompetensi dasar, dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila karakter yang telah ditentukan belum terbentuk atau belum tercapai. Dalam mensukseskan pendidikan karakter di sekolah, idealnya peserta didik dilibatkan dalam perencanaan, untuk mengidentifikasi jenis-jenis karakter, menetapkan materi standar, mengembangkan
32
indikator hasil belajar, dan melakukan penilaian. Dalam pada itu, mereka dapat menentukan jenis penelitian untuk melihat keberhasilan dan kemajuan belajrnya. Pelibatan peserta didik tersebut, antara lain dapat dilakukan melalui diskusi kelompok, refleksi dan curah pendapat (Mulyasa, 2011:79). c.
Sitematika penyusunan dua model RPP Ada beberapa sistematika/format penyusunan RPP yang bisa dikembangkan. Format yang dipilih guru sangat bergantung pada sifat materi pembelajaran dan selera/kehendak kurikulum yang sedang berlaku. Berikut ini adalah sistematika penyusunan dua model RPP, yakni RPP yang biasa digunakan, dan RPP berbasis karakter: 1) Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran, atau tema pelajaran, jumlah pertemuan. 2) Standar Kompetensi Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik
yang
menggambarkan
penguasaan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas atau semester pada suatu mata pelajaran. 3) Kompetensi Dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu
33
sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu mata pelajaran. 4) Indikator pencapaian kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator
pencapaian
kompetensi
dirumuskan
dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. 5) Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. 6) Materi ajar Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis sesuai butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. 7) Alokasi waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. 8) Metode pembelajaran Metode
pembelajaran
digunakan
oleh
guru
untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
34
peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan
dengan
situasi
kondisi
peserta
didik,
serta
karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. 9) Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan pengimplementasian dari RPP, kegiatan pembelajaran ini meliputi: a)
Kegiatan Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran
yang
ditujukan
untuk
membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan ini tugas guru antara lain: (1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran (2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari atau disebut juga apersepsi. (3) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. (4) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
35
b) Kegiatan Inti Kegiatan ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interktif, inspiratif, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pada dasarnya, yang membedakan antara penyusunan RPP biasa dan RPP berbasis kompetensi, yakni pada bagian kegiatan inti. Dalam kegiatan inti penyusunan RPP
berbasis
karakter
memasukan
unsur
eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses sebagai berikut: (1) Eksplorasi (a) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas tentang tema/topik yang akan dipelajari (b) Menggunakan berbagai macam pendekatan, media, dan sumber pembelajaran (c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. (d) Melibatkan peserta didik pembelajaran
36
secara
aktif dalam
(2) Elaborasi (a) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna. (b) Peserta
didik
diberikan
tugas
diskusi
untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan dan tertulis. (c) Memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis, dan menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. (d) Memfasilitasi peserta didik untuk belajar kooperatif dan kolaboratif. (e) Memfasilitsi
peserta
didik
membuat
laporan
eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertuis, secara individual maupun kelompok. (f) Memberi
kesempatan
menyajikan
hasil
peserta
kerja
dididk
individual
untuk maupun
kelompok. (3) Konfirmasi (a) Memberikan umpan balik dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik. (b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber.
37
(c) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan. (d) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman
yang
bermakna
dalam
mencapai
kompetensi dasar; guru sebagai narasumber dan informan dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang
menghadapi
kesulitan,
membantu
menyelesaikan masalah, memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi, memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh, dan memberikan motivasi peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. c)
Kegiatan Penutup Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri
aktivitas
pembelajaran
yang
dapat
dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. (1) Guru bersama-sama dengan peserta didik atau sendiri membuat rangkuman atau kesimpulan pembelajaran. (2) Melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah
dilaksanakan
terprogram.
38
secara
konsisten
dan
(3) Memberikan umpan
balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran (4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling atau memberikan tugas, baik tugas individual maupun kelompok sesuai hasil belajar peserta didik. (5) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. d) Penilaian hasil pembelajaran Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. Penilaian ini dilakuakan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas. B. Implementasi rencana pelaksanaan pembelajaran Implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan konsep, ide dan program, atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran atau
39
berbagai aktivitas baru, sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan berubah. Dengan demikian implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya. Implementasi ini juga sekaligus merupakan penelitian lapangan (field research) untuk keperluan validasi kurikulum itu sendiri (Hamalik, 2011:238). Implementasi kurikulum adalah operasional konsep kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini Hasan yang dikutip Mulyasa (2002) mengungkapkan bahwa implementasi kurikulum adalah hasil terjemahan guru terhadap kurikulum sebagai rencana tertulis dalam bentuk RPP (Joko Susilo, 2007:175). Secara garis besar, implementasi kurikulum mencakup tiga kekuatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi. 1.
Pengembangan program Pengembangan kurikulum mencakup pengembangan program tahunan, program semester, program modul (pokok bahasan), program mingguan dan harian, program pengayaan dan remidial, serta program bimbingan dan konseling.
40
2.
Pelaksanaan pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.
3.
Evaluasi hasil belajar Evaluasi hasil belajar dalam kurikulum dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, bench marking dan penilaian program (Joko Susilo, 2007:176). Sedangkan implementasi pendidikan karakter umumnya menekankan
pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan; melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik dapat dibentuk karakter mereka. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan sebagai metode pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik (Mulyasa, 2011;12).
41
Dalam manajemen pendidikan terkandung pengertian pemanfaatan sumber daya untuk tercapainya tujuan. Sumber daya adalah unsur-unsur dalam manajemen, yaitu manusia (man), bahan (materials), mesin atau peralatan (mechines), metode atau cara kerja (methods), modal uang (money), dan informasi (information). Hal tersebut jika dikaitkan dengan manajemen pendidikan, maka sumber daya dalam pendidikan memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 1. Peran guru dan siswa a.
Peran guru dalam pembelajaran Guru merupakan pekerjaan yang profesional, sehingga jabatan ini memerlukan keahlian khusus yang menuntut seorang guru itu harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya, dengan harapan agar dapat melaksanakan tugastugasnya dengan baik dan secara otomatis akan mampu menghasilkan output yang baik pula (Joko Susilo, 2007:56). Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak di lapangan dalam pengembangan kurikulum. Keberhasilan belajar mengajar antara lain ditentukan oleh kemampuan profesional dan pribadi guru. Dikarenakan pengembangan kurikulum bertitik tolak dari dalam kelas, guru hendaknya mengusahakan gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum di kelasnya. Ini merupakan fase penting dalam upaya pengembangan kurikulum, di samping sebagai
42
unsur
penunjang
administrasi
secara
keseluruhan
(Hamalik,
2011:231). Dalam proses pendidikan dimana pun, guru tetap memegang peranan penting karena siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik. Berkaitan dengan tugas guru, peranan guru sebagai fasilitator belajar bertitik tolak dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Maka guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana yang operasional. Dalam hal ini guru berperan dalam bentuk rencana-rencana yang lebih operasional seperti:silabus atau satuan pelajaran (Joko Susilo, 2007:188). Oleh karena itu, guru harus senantiasa meningkatkan kemapuan profesionalismenya, dan meningkatkan pemahamannya terhadap peserta didik. Beberapa hal yang harus dipahami guru dari peserta didik, antara lain: kemampuan potensi, minat, hobi, sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang keluarga, dan kegiatan di sekolah (Mulyasa, 2009:110). Kaitannya dengan implementasi pembelajaran (Mulyasa, 2002), maka guru perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1) Mengurangi metode ceramah 2) Memberikan tugas yang berbeda bagi peserta didik 3) Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya 4) Bahan harus dimodifikasi dan diperkaya
43
5) Jangan ragu untuk berhubungan dengan spesialis bila ada peserta didik yang memiliki kelainan 6) Gunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan membuat laporan 7) Yang harus diingat bahwa peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan yang sama 8) Usahakan mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan kemapuannya masing-masing pada tiap pelajaran 9) Usahakan melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan (Joko Susilo, 2007:189) Sedangkan dalam konteks pendidikan karakter, peran guru sangat vital sebagai sosok yang diidolakan, serta menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi murid-muridnya. Sikap dan perilaku guru sangat membekas dalam diri seorang murid, sehingga ucapan, karakter, dan kepribadian guru menjadi cermin murid (Ma’mur Asmani, 2011:72). Untuk lebih jelasnya, berikut uraian mengenai beberapa peran utama guru dalam pendidikan karakter: 1) Keteladanan Keteladanan merupakan faktor mutlak yang harus dimiliki oleh guru, keteladanan guru sangat penting demi efektifitas pendidikan. Keteladanan lahir melalui pendidikan yang panjang;
44
mulai
dari
pengayaan
materi,
perenungan,
penghayatan,
pengamalan, ketahanan, hingga, konsistensi dalam aktualisasi. Di sinilah pentingnya seluruh guru merenungkan kembali peran dan fungsi utama guru bagi pembangunan moral dan intelektual. 2) Inspirator Seorang akan menjadi sosok inspirator jika ia mampu membangkitkan semangat untuk maju dengan menggerakkan segala potensi yang dimiliki untuk meraih segala prestasi bagi diri dan masyarakat. Ia mampu membangkitkan semangat karena sudah memiliki pengalaman dalam meraih prestasi kesuksesan. Secara otomatis, kesuksesan seseorang akan menginspirasi kesuksesan
seseorang
mengembangkannya.
lainnya
Untuk
itulah
untuk
meniru
seorang
guru
dan
menjadi
inspirator bagi peserta didiknya agar lebih bersemangat dalam proses pendidikan. 3) Motivator Setelah menjadi sosok inspirator, peran guru selanjutnya adalah motivator. Hal ini dapat
dilihat
dengan adanya
kemampuan guru dalam membangkitkan spirit, etos kerja, dan potensi yang luar biasa dalam diri peserta didik. Setiap anak memiliki bakat spesifik dan berbeda dengan orang lain. Maka tugas guru adalah mengasah kemampuan dan mengembangkan potensi peserta didik semaksimal mungkin. Salah satu upaya yang
45
efektif adalah dengan menyediakan wahanan aktualisasi sebanyak mungkin, misalnya sering mengadakan lomba, pentas seni, dan lain sebagainya. Semakin banyak praktik, semakin baik dalam melahirkan upaya melahirkan dan mengembangkan potensi. 4) Dinamisator Peran guru selanjutnya adalah dinamisator. Artinya, peran guru tidak hanya membangkitkan semangat, tapi juga sebagai pendorong ke arah tujuan dengan kecepatan, kecerdasan, dan kearifan yang tinggi. Berikut adalah kriteria guru yang dinamisator: a)
Kaya gagasan dan pemikiran, serta memiliki visi yang jauh ke depan
b) Mempunyai kemampuan manajemen terstruktur, sistematis, fungsional dan profesional c)
Mempunyai jaringan yang luas secara ekspansif dan eksploratif
d) Mempunyai kemapuan sosial dan humaniora yang bagus e)
Memiliki kreativitas yang tinggi, khususnya dalam mencipta dan mencari solusi dari masalah yang ada
f)
Mempunyai kematangan antara fungsi stabilisator dan dinamisator; di satu sisi menjaga stabilisator (keseimbangan), namun disisi lain harus menggerakkan progresi (kemajuan)
g) Harus mengedepankan kaderisasi dan regenerasi
46
Selain itu, menjadi guru dinamisator harus memiliki kemampuan sinergis antara intelektual, emosional dan spiritual, ketiga hal ini akan menciptakan kemampuan pertahanan yang membuat guru akan terus mengembangkan prestasinya
tanpa
ada
batas.
Kemampuan-kemampuan
tersebut menjadikan guru sebagai seorang dinamisator yang efektif dan produktif dalam melahirkan karya, baik pemikiran maupun sosial, yang bisa diteruskan dan dikembangkan oleh generasi berikutnya, dalam hal ini yang dimaksud adalah peserta didik. 5) Evaluator Peran yang melengkapi peran-peran selanjutnya adalah sebagai evaluator. Artinya, guru harus mengevaluasi metode pembelajaran yang selama ini dipakai dalam pendidikan karakter. Selain itu, ia juga harus mampu mengevaluasi sikap perilaku yang ditampilkan. Evaluasi dilakukan secara internal melibatkan pihakpihak yang terkait di dalamnya. Sedangkan evaluasi pihak eksternal
menyertakan
pihak-pihak
yang
berkepentingan.
Evaluasi dua dimensi ini akan menemukan objektivitas penilaian, sehingga ada masukan berharga bagi perkembangan dan perbaikan ke depan. Dalam evalusi, dibutuhkan suasana kekeluargaan yang menekankan kebersamaan, kekompakan, dan kemajuan.
47
Lima peran guru tersebut menjadi starting point dalam membumikan pendidikan karakter di Indonesia (Ma’mur Asmani, 2011:83). Untuk mensukseskan implementasi pendidikan karakter di sekolah perlu mengubah paradigma guru, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi juga menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka merupakan modal terbesar bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia
yang
siap untuk
beradaptasi,
menghadapi
berbagai
kemungkinan, dan memasuki era globalisasi yang penuh berbagai tantangan (Mulyasa, 2011:33). b.
Peran siswa dalam pembelajaran Siswa merupakan suatu komponen input dalam proses pendidikan. Berhasil atau tidak proses pendididkan banyak tergantung pada keadaan, kemampuan, dan tingkat perkembangan siswa itu sendiri. Peresapan bahan pelajaran yang disampaikan guru juga tergantung pada sambutan siswa. Selain dari itu, hasil pendidikan dan proses pendidikan dan proses kemajuannya tentu tidak sama untuk setiap siswa, karena adanya perbedaan berbagai individu, baik fisik,
48
psikologis, maupun kondisi sosial budaya tempat mereka hidup. Berdasarkan faktor tersebut, cukup logis dan wajar jika faktor siwa harus mendapatkan perhatian seksama dalam penyusunan kurikulum (Hamalik, 2007:115). Sedangkan menurut Mulyasa (2002) siswa merupakan bagian penting dalam dari sekolah, agar tidak terjadi keruwetan dalam mengadakan kegiatan pengajaran, maka perlu diadakan penelaahan tentang siswa. Hal ini berkaitan dengan dasar pertimbangan dalam pengembangan suatu perencanaan pengajaran, seperti: menentukan jenis, luas dan bobot bahan pengajaran yang akan disajikan, cara penyampaian yang akan dilakukan dan kegiatan-kegiatan belajar lainnya (Joko Susilo, 2007:58). 2. Pendekatan pembelajaran Penggunaan suatu jenis pendekatan (aproach) atau orientasi pada umumnya menentukan bentuk dan pola yang dipergunakan oleh kurikulum dapat digolongkan menjadi empat teori pendekatan, yaitu: a.
Pendekatan mata pelajaran Bertitik tolak pada mata pelajaran (subject matter) seperti sejarah, ekonomi, menggambar, matematika, dan sebagainya. Masingmasing mata pelajaran berdiri sendiri sebagai suatu disiplin ilmu, tersimpan di dalam kotak-kotak mata pelajaran dan terlepas satu sama lain. Berbagai mata pelajaran tersebut tidak memiliki hubungan maupun kaitan satu sama lain, bahkan setiap mata pelajaran
49
menganggap dirinya yang paling penting. Untuk itulah sebabnya pola kurikulum yang ada dalam pendekatan ini merupakan pola kurikulum yang terpisah. b.
Pendekatan interdisipliner Berbagai gejala sosial dan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari ternyata tidak mungkin ditinjau dari satu segi saja. Setiap gejala sosial akan saling berkaitan satu dengan yang lainnya, baik dari segi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, para ahli berpendapat bahwa kurikulum sekolah sebaiknya tidak disusun berdasarkan mata pelajaran yang terpisah, melainkan perpaduan sejumlah mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang sama, yang menjadi suatu bidang study (broadfield).
Pendekatan tersebut
dikenal
dengan pendekatan
interdisipliner. Pendekatan interdisipliner terdiri dari tiga pendekatan, yaitu: 1) Pendekatan struktural, bertitik tolak dari suatu struktur tertentu. Sebagai contoh, ilmu bumi, sejarah, antropologi dan sebagainya. Berdasarkan suatu topik dari ilmu bumi, maka kemudian dipelajarilah
berbagai
disiplin
lainnya,
misalnya
sejarah,
antropologi, ekonomi, dan politik. Berbagai disiplin yang dipelajari tersebut tentu saja berada dalam suatu bidang studi yang sama, dalam hal ini Ilmu Pengetahuan Sosial.
50
2) Pendekatan fungsional, bertitik tolak dari suatu masalah tertentu dalam masyarakat atau lingkungan sekolah. Masalah yang dipilih dan akan dipelajari tersebut adalah berbagai masalah yang berfungsi dan kehidupan manusia. Berbagai masalah tersebut, aspek dari berbagai disiplin yang berada dalam suatu bidang studi yang sama, yang dinilai relevan dengan masalah yang dipelajari. Sebagai contoh, masalah tentang “Air”. Berdasarkan masalah ini, akan dipelajari aspek kimia, aspek biologi atau fisiologi, aspek ilmu alam, dan aspek lainnya yang terkait dengan permasalahan “Air” tersebut. 3) Pendekatan daerah bertitik tolak dari pemilihan suatu daerah tertentu sebagai subjek pelajaran. Berdasarkan daerah tersebut, kemudian akan dipelajari aspek biografi, ekonomi, antropologi, adat istiadat, dan aspek lainnya. Jenis pendekatan interdisipliner sedang dikembangkan dalam pembinaan kurikulum di sekolah-sekolah kita dalam bentuk kurikulum berkorelasi (correlated curriculum) yang menekankan pada bidang studi, seperti yang dikenal dalam kurikulum tahun 1975. c.
Pendekatan integratif Dikenal juga dengan nama pendekatan terpadu, bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan terstruktur. Bermakana mempunyai arti bahwa suatu keseluruhan tersebut memiliki makna, arti, dan faedah tertentu. Sebagai contoh, manusia
51
bukanlah penjumlahan dari bagian-bagian tubuh atau penjumlahan dari badaniyah dan rohaniyah, melainkan suatu yang utuh. Dalam konteks ini pendidikan anak adalah pendidikan yang menyeluruh, atau dengan kata lain pendidikan dalam rangka pembentukan yang terintegerasi. Oleh karena itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga mampu mengembangkan pribadi yang utuh, dengan mempertimbangkan bahwa anak adalah suatu potensi yang sedang berkembang dan merupakan organisme yang hidup dalam masyarakat yang sedang berkembang pula. d.
Pendekatan sistem Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen atau bagian. Komponen itu saling berhubungan dan saling mempengaruhi
satu
sama
lain.
Kurikulum
ditinjau
dalam
hubungannya dengan komponen-komponennya, antara lain tujuan, prinsip, susunan, dan sistem penyampaiannya. Pendekatan sistem digunakan juga sebagai suatu sistem berpikir, bahkan sistem pendidikan ini dikembangkan dalam upaya pembaharuan pendidikan. Langkah-langkah digunakan adalah proses identifikasi dan perumusan masalah, perumusan atau hasil-hasil yang diinginkan, dan penentuan yang dinilai paling tepat melalui paper analysis atau eksperimen. Selanjutnya dilalukan kegiatan try out dan revisi, dan langkah terakhir yakni implementasi dan evaluasi.
52
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa dalam penyusunan suatu program pendidikan dan kurikulum, sangat penting untuk ditentukan terlebih dahulu jenis pendekatan yang akan digunakan. Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa dalam penyusunan kurikulum hanya digunakan satu jenis pendekatan saja, karena beberapa jenis pendekatan dapat juga digunakan sekaligus, seperti yang dijumpai dalam pembinaan kurikulum tahun 1975 (Hamalik, 2011:38). Berikut yang diuraikan di atas merupakan pendekatan pedagogik.
Di
samping
pendekatan
pedagogik,
pelaksanaan
pembelajaran dalam pembentukan karakter peserta didik dianjurkan pula menggunakan andragogik. Pedagogik diartikan sebagai “the art and science of teching children”, sedangkan andragogik diartikan sebagai”the art and science of helping adults learning”. Kata “helping” mengandung arti bahwa andragogik menempatkan peran peserta didik lebih dominan dalam pembelajaran, yang meletakan perhatian dasar terhadap individu secara utuh. Belajar dipandang sebagai proses yang melibatkan diri dalam interaksi antara diri sendiri dengan realita di luar diri individu yang bersangkutan. Apa yang telah diungkapkan di atas mengandung arti bahwa andragogik dapat dikembangkan sebagai salah satu pendekatan pembelajaran untuk mensukseskan implementasi pendidikan karakter di sekolah, baik sekolah dasar, menengah, maupun di pendidikan tinggi, sesuai situasi,
53
kondisi, dan karakteristik setiap lembaga. Melalui model andragogik diharapkan dapat mengubah sikap ketergantungan (dependent) menjadi tidak bergantung (independent), melalui pengarahan diri dan menghargai harga diri peserta didik. Sehingga akan tumbuh karakter saling menghargai (Mulyasa, 2011:135). 3. Metode pembelajaran Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Nana Sudjana, 2005:76). Oleh karena itu guru harus bisa memilih metode apa yang akan digunakan untuk siswa yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik dan sekolah, karena jika guru salah satu kurang tepat dalam menggunakan metode mengajarnya, bisa dipastikan siswa tidak dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Berikut ini adalah beberapa macam metode pembelajaran: a.
Metode Ceramah Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya. Metode ini cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
54
b.
Metode tanya jawab Metode tanya jawab merupakan suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.
c.
Metode Diskusi Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif. Akan tetapi jika dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
55
d.
Metode Eksperimen Metode
eksperimen
adalah
suatu
cara
pengelolaan
pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak dilakukan pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap produk teknik atau bahan. Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini tergantung dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat saja. e.
Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.
56
Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metode ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa. f.
Metode Tutorial/bimbingan Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa. Disamping metode yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar, metode ini banyak sekali digunakan, khususnya pada saat siswa sudah terlibat dalam kerja kelompok. Peran guru sebagi fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat dibutuhkan oleh siswa untuk mendampingi mereka membahas dan menyelesaikan tugas-tugasnya (Kusuma, 2008).
4. Media pembelajaran Pembentukan kompetensi peserta didik, di samping diperlukan materi standar, diperlukan pula media pembelajaran yang tepat. Pemilihan media pembelajaran yang kurang tepat atau kurang relevan dapat mengurangi daya tangkap peserta didik terhadap materi standar, dan menghambat pembentukan kompetensi pribadinya. Hal ini dikerenakan penggunaan media yang kurang tepat akan menambah kekaburan informasi yang diperolehnya. Oleh sebab itu, pemilihan media pembelajaran perlu dilakukan dengan hati-hati, cermat, dan tepat sasaran.
57
Berikut adalah tujuh kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran: a. Kesesuaian Media pembelajaran harus dipilih yang perlu memungkinkan dapat
membentu
peserta
didik
memperoleh
pemahaman
atau
membentuk kompetensi pribadinya. b. Objektivitas Pemilihan media harus dilaksanakan secara objektif, dan unsur subjektivitas guru harus dihindarkan. Guru tidak boleh memilih media atas dasar kesenangan pribadi, tetapi harus memperhatikan kompetensi yang akan dibentuk. Untuk menghindarkan subjektivitas, dalam memilih media pembelajaran hendaklah meminta pendapat atau saran dari teman sejawat, kepala sekolah, dan bisa juga melibatkan peserta didik. c. Sasaran program Pada tingkat usia tertentu dan dalam kondisi tertentu pula, baik dari dalam cara berpikir, imajinasi, kebutuhan maupun ketahanannya dalam belajar. Oleh karena itu, media yang dipilih dan akan digunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan tingkat pemahaman dan perkembangan peserta didik, baik dari segi bahasa, warna, simbol, cara dan kecepatan penyajian, serta lama penggunaannya.
58
d. Tingkat kesulitan Pemilihan media perlu memperhatikan tingkat kesulitan dalam penggunaanya. Dalam hal ini, sebaiknya dipilih media yang mudah untuk digunakan dan dikuasai guru cara penggunaannya. Seringkali media yang terlalu sulit malah menyulitkan guru dalam penggunaanny, dan dengan sendirinya akan menghambat pembentukan kompetensi peserta didik dalam pembelajaran. e. Biaya Pemilihan
dan
penggunaan
media
pembelajaran
perlu
mempertimbangkan besar kecilnya biaya yang harus dikeluarkan dibandingkan dengan hasil yang akan dicapai. Dalam hal ini yang perlu ditekankan adalah besarnya manfaat penggunaan media bagi peserta didik. Penggunaan dan pemilihan buku teks di sekolah bukan sematamata dilakukan berdasarkan keuntungan ekonomis yang diperoleh guru atau sekolah, tetapi perlu diperhatikan keuntungan peserta didik. Kebermakanaan pemilihan media pembelajaran buka hanya bermakna bagi peserta didik tertentu, tetapi harus mampu menyentuh hati nurani peserta didik dalam proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi pribadinya. f. Ketersediaan Media yang dipilih ada dan trsedia di sekolah atau di lingkungan sekolah, dan siap digunakan untuk pembelajaran, dan pembentukan kompetensi. Dalam hal ini, ketika guru mau mengajar dan dalam
59
rencana pembelajaran telah dicantumkan jenis media yang akan digunakan, maka perlu dicek apakah tersedia media yang akan dipakai tadi. Jika media yang telah ditetapkan ternyata tidak tersedia, maka perlu menggantinya dengan media yang lain yang telah tersedia dan sesuai dengan pembelajran dan pembentukan kompetensi. g. Kualitas teknis Media
yang
digunakan
dalam
pembelajaran
hendaknya
berkualitas tinggi. Jika media yang digunakan itu video atau televisi, maka bentuk tulisan dan pesan-pesan pembelajran harus dapat dilihat dengan jelas, fokus dan ukuran gambar harus sesuai dengan banyaknya peserta didik dan ukuran ruang kelas (Mulyasa, 2009:158). Sedangkan menurut Hubbart (1983), ada lima kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media, yaiutu; a. Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran, artinya media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah ditetapkan. b. Dukungaan terhadap isi materi pembelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa. c. Kemudahan menggunakan media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidaknya mudah dibuat oleh guru pada saat pembelajaran.
60
d. Tersedia alokasi waktu untuk menggunakannya sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama proses pembelajaran berlangsung. e. Memilih media pembelajaran harus sesuai dengan tahap berpikir siswa sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami dan mudah dimengerti oleh para siswa Penggunaan media memiliki tujuan memberikan motivasi kepada siswa. Selain itu media juga harus merancang siswa mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik akan memberikan tanggapan, umpan balik, dan juga mendorong siswa untuk melakukan praktik-praktik dengan benar (Rusman, 2011:155). 5. Sumber belajar Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar (output) namun juga dilihat dari proses berupa interaksi siswa dengan berbagai sumber yang dapat merangsang untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajarinya. Implementasi pemanfaatan sumber belajar di dalam proses pembelajaran sudah tercantum dalam kurikulum saat ini, bahwa proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai sumber belajar (Rusman, 2011:132).
61
AECT
(Association
for
Educational
Communication
and
Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar sebagai berikut: a.
Pesan, merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal, yaitu pesan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi, seperti yang dikeluarkan oleh pemerintah atau pesan yang disampaikan oleh guru dalam situasi pembelajaran. Pesan ini selain disampaikan dalam bentuk lisan, juga disampaikan dalam bentuk dokumen, seperti kurikulum, peraturan pemerintah, perundangan, silabus, RPP, dan sebagainya. Pesan non formal, yaitu pesan yang ada di lingkungan masyarakat luas yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran, misalnya cerita rakyat, legenda, ceramah oleh tokoh masyarakat, dan lainnya.
b.
Orang, yaitu manusia atau orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar yang secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok orang yang didesain khusus sebagai sumber belajar utama yang dididik secara profesional untuk mengajar, seperti gurur, tenaga pendidik. Kedua, adalah orang yang memiliki profesi selain tenaga yang berada di lingkungan pendidikan dan profesinya tidak terbatas, misalnya politisi, tenaga kesehatan, polisi, dan lain sebagainya.
c.
Bahan, merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, program
62
video, film, program slide, alat peraga, dan sebagainya (biasa di sebut software) d.
Alat, benda-benda yang berbentuk fisik sering disebut juga dengan perangkat keras (hardwere). Alat ini berfungsi untuk menyajikan bahan-bahan pada butir 3 di atas. Didalamnya mencakup Multimedia Projector, Slide Projector, OHP, Film, Tape Recorder, dan sebagainya.
e.
Teknik, adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamya mencakup ceramah, permainan/simulasi, tanya jawab, sosio drama, dan sebagainya.
f.
Latar, yaitu lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun lingkungan yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang, maupun yang tidak secara khusus disiapkan untuk pembelajaran. Sumber belajar yang diuraikan di atas, merupakan komponen-
komponen yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran. Secara khusus untuk kategori bahan (materials) dan alat (device) yang kita kenal sebagai software dan hardwere tak lain adalah media pendikan (Rusman, 2011:139). 6. Evaluasi Pembelajaran Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh
63
suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan informasi secara sistematik
untuk
menetapkan
sejauh
mana
ketercapaian
tujuan
pembelajaran (Iskandar, 2010). Sedangkan evaluasi menurut Suharsimi (Arikunto, 2004:1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur lebih besifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif. Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian masing-masing a.
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan
nilai,
kriteria-judgment
atau
tindakan
dalam
pembelajaran. b.
Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
informasi
secara
berkala,
berkesinambungan,
dan
menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar. c.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan
kuantitas
64
sesuatu
yang
bersifat
numerik.
Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Dalam proses pembelajaran di kelas, guru menggunakan penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian belajar siswa. Penilaian tersebut dilakukan, baik dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test), kinerja atau penampilan (perfomence), penugasan (project), hasil karya (product), maupun pengumpulan kerja siswa (portofolio). Evaluasi atau penilaian dilakukan secara bertahap, berkesinambungan dan bersifat terbuka. Dari evaluasi ini dapat diperoleh keterangan mengenai kegiatan dan kemajuan belajar siswa, dan pelaksanaan kurikulum oleh guru dan tenaga pendidikan lainnya. Dalam praktiknya, penilaian ini harus memperhatikan tiga ranah (domain), yaitu: a. Kognitif merupakan penilaian mengenai pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan
logika – matematika.
b. Afektif merupakan penilaian sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional. c. Psikomotor merupaka penilaian keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal (Muslich, 2009:92).
65
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran umum 4 SMP Negeri di Kota Salatiga 1. SMP Negeri 3 Salatiga a.
Sejarah berdirinya SMP Negeri 3 Salatiga SMP Negeri 3 Salatiga yang berlokasi di Jl. Stadion No. 4 dulunya berasal dari SMEP Negeri Salatiga, SMEP Negeri Salatiga didirikan pada tanggal 1 Agustus 1954 dengan Kepala Sekolah pertama Almarhum Bapak Soedjas. SMEP Negeri Salatiga mulai berdiri sampai akhir tahun 1972 tempatnya selalu berpindah-pindah, terakhir
di
SPG
Negeri
Salatiga
Jl
Kartini.
Pada Tahun 1972 Bapak Sucipto selaku Kepala Sekolah yang kedua mendapatkan surat kawat dari Kanwil Semarang yang isinya SMEP Negeri Salatiga diminta untuk pindah dari SPGN Salatiga. Karena SMEP belum mempunyai lokasi sendiri akhrinya Bapak Sucipto, menghadap Walikota Salatiga untuk minta disediakan lahan tanah, permintaan tersebut dikabulkan dengan diberi tanah di sebelah barat kampung Kridanggo dan juga Walikota memerintahkan untuk segera membangun sekolahan di lokasi tersebut. Dana pembangunan diperoleh dari Kabag Ekonomi Kanwil dan dari dana POM (Persatuan Orang tua Murid) yang sekarang dikenal dengan istilah Komite Sekolah, pada saat itu sekolah masih
66
berwujud kayu. Sehingga jumlah lokal yang tadinya hanya 6 lokal bertambah menjadi 8 lokal. Masing–masing 1 kantor, 1 ruang guru dan 6 kelas. Sesudah bangunan di Kridanggo jadi, maka sejak tanggal 1 April 1973 SMEP Negeri pindah ke gedung sendiri yaitu di Jalan Kridanggo sekarang dikenal Jalan Stadion. Karena ruang saat itu belum mencukupi maka siswa masuk pagi dan siang. Pada pertengahan tahun 1979/1980 SMEP Negeri Salatiga integrasi menjadi SMP Negeri 3 Salatiga. b. Letak geografis SMP Negeri 3 Salatiga SMP Negeri 3 Salatiga terletak di Jl. Stadion 4, Kecamatan Sidomukti, Kabupaten Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. SMP yang memiliki luas tanah 7218 M persegi ini Lokasinya jika ditempuh dari arah Semarang-Solo, di sebelah kiri jalan raya daerah Salatiga terdapat Rumah Sakit Umum (RSU) Salatiga, dari arah Rumah Sakit belok kiri, kira-kira 200 meter arah kanan jalan depan Stadion Kridanggo Salatiga, disitulah letak SMP Negeri Salatiga. Jika dilihat dari lokasi/letak gedung SMP Negeri 3 Salatiga yang tidak berada disamping jalan raya, sehingga hal ini menjadikan proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dapat berjalan dengan lancar dan efektif, hal ini dikarenakan tidak bising dengan kendaraan yang lalu lalang.
67
c.
Visi dan Misi SMP Negeri 3 Salatiga Visi SMP 3 Negeri Salatiga adalah kejar prestasi, pelopor dalam Iptek yang dilandasi Imtaq, teladan dalam bersikap dan bertindak, untuk terwujudnya SMP negeri 3 Salatiga nan SEGAR (Santun Energik Gembira Arif Re-evaluasi). Adapun Misi SMP Negeri 3 Salatiga adalah: 1) Menggiatkan minat belajar 2) Mewujudkan kualitas kelulusan 3) Membentuk generasi
yang cerdas,
terampil
dan kreatif
berdedikasi dan cinta tanah air 4) Mewujudkan semangat dan prestasi kerja yang dilandasi dengan kekeluargaan dan keteladanan 5) Menciptakan keselarasan, keseimbangan emosi, intelektual dalam mewujudkan situasi yang kondusif menuju terwujudnya tujuan pendidikan nasional. d. Keadaan guru dan siswa Jumlah guru PAI pada SMP Negeri 3 Salatiga adalah 2 guru. Dan jumlah siswa sebagai berikut: AGAMA
KELAS VII
VIII
IX
Islam
189
155
216
Protestan
25
35
29
68
e.
Katolik
10
5
5
JUMLAH
224
195
250
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana pendidikan adalah semua komponen yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, maupun untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri. Menurut keputusan menteri P dan K No.079/1945 sarana pendidikan terdiri dari tiga kelompok besar, yaitu: 1) Bangunan sekolah/ruang belajar 2) Media pendidikan yang dapat dikelompokkan menjadi audio visual, dan non audio visual Komputer/laptop Printer
LCD
Lemari
Audio
45
5
35
8
2
2. SMP Negeri 6 Salatiga a.
Sejarah berdirinya SMP Negeri 6 Salatiga SMP Negeri 6 Salatiga berdiri pada tahun 1982. Pertama kali dibuka terdiri dari 6 lokal kelas yang mana terdiri dari 3 ruang untuk kelas belajar murid-murid, satu ruang guru, satu ruang perpustakaan, dan satu ruang perpustakaan. Semua ruang kelas tersebut masih sangat sederhana dan fasilitasnya pun masih sederhana. Selang beberapa
69
tahun berjalan, SMP Negeri 6 Salatiga berkembang hingga berkembang pesat sampai seperti saat ini. SMP Negeri 6 Salatiga merupakan lembaga pendidikan formal yang bercirikhaskan Islam, meskipun merupakan lembaga pendidikan formal yang berbasiskan umum. Sekolahan ini lebih mengutamakan agama untuk membentuk watak anak didiknya untuk menjadi insan kamil penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas moral maupun spiritual yang tinggi. Dalam menghadapi persaingan yang ketat, SMP 6 telah membuat dan melaksanakan program yang bertujuan membentuk pribadi yang solih solikhah. Disamping itu juga membentuk pribadi yang penuh tanggung jawab dan disiplin. Sesuai
dengan
penerapan
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan yang telah di canangkan oleh pemerintah, SMP Negeri 6 telah memberlakukannya sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang mampu menciptakan anak didik yang berdaya saing unggul, berkualitas, mandiri dan berwawasan luas berorientasi kedepan. Tentunya semua itu didukung oleh guru yang berkualitas dan berkepribadian unggul pula. Para guru pun telah mengajarkan agar para siswanya untuk mengutamakan ajaran agama, menjaga dan melestarikan ibadah keagamaan di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
70
b. Letak geografis SMP Negeri 6 Salatiga SMP Negeri 6 Salatiga terletak di Jalan Tegalrejo, Desa Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo. Jika dilihat dari letak posisiya dari arah Semarang-Solo berhenti di Batalion 411, kemudian belok ke arah kanan, jalan terus sekitar 100 meter kemudian dapat dijumpai SMP Negeri 6 Salatiga. SMP ini terletak bersebelahan dengan SMA Negeri 2 Salatiga, lebih tepatnya, sebelum SMA Negeri 2 Salatiga. c.
Visi dan Misi SMP Negeri 6 Salatiga Visi SMP Negeri 6 Salatiga adalah unggul dalam mutu, berpijak pada iman dan taqwa, berwawasan lingkungan. Atau “EKSIS” (Edukatif, Kreatif, Santun, Iman, Taqwa, Sukses). Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah dengan indikator sebagai berikut: 1) Terwujudnya lulusan yang cerdas, kompetitif, berbudu luhur, cinta tanah air, beriman, dan bertaqwa 2) Terwujudnya kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri 6 Salatiga 3) Terwujudnya standar proses pembelajaran yang efektif dan efisien 4) Terwujudnya standar sarana dan prasarana pendidikan yang relevan dan representatif 5) Terwujudnya standar tenaga dan ketenagaan kependidikan yang profesional
71
6) Terwujudnya standar pengelolaan pendidikan yang sesuai standar 7) Terwujudnya standar penilaian pendidikan yang valid 8) Terwujudnya penggalangan biaya pendidikan yang memadai 9) Terwujudnya budaya mutu sekolah yang kompetitif 10) Terwujudnya lingkungan sekolah yang nyaman, aman, tertib, rindang, asri, dan bersih 11) Terwujudnya prestasi non akademik yang kompetitif 12) Terselenggaranya kegiatan berkesenian, yang dapat meningkatkan apresiasi budaya bangsa 13) Terwujudnya lulusan yng kompetitif dan sukses dalam meraih cita-cita Sedangkan Misi SMP Negeri 6 Salatiga adalah “Disiplin dalam kerja, melayani dengan ikhlas, mewujudkan menejemen sekolah
yang
transparan,
terwujudnya
kekeluargaan
dengan
silaturahmi” d. Keadaan guru dan siswa Tenaga
pendidik
merupakan
faktor
penting
dalam
terlaksananya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jumlah guru di SMP Negeri 6 adalah 91, dan SMP Negeri 6 Salatiga memiliki guru PAI sebanyak 5 orang. Dengan rincian jumlah siswa sebagai berikut:
72
AGAMA
e.
KELAS VII
VIII
IX
Islam
196
143
173
Protestan
25
48
41
Katolik
3
2
3
JUMLAH
224
193
217
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMP Negeri 6 Salatiga guna manunjang pembelajaran PAI adalah ruang kelas berjumlah 20 ruang, dan 1 Musholla.
3. SMP Negeri 7 Salatiga a.
Sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Salatiga Pada tahun 1986 adalah pertama adanya pemikiran tentang pendirian SMP Negeri 7 Salatiga, di mana saat itu masih kurangnya sekolah tingkat SLTP di Salatiga yang telah didirikan. Dan dimulai pada tahun 1987 SMP N 7 mulai beroperasi, namun masih bertempat di SMP N 2, dan pada tahun 1988 yang mulanya bertempat di SMPN 2, kemudian berpindah ke gedung baru milik SMPN 7 salatiga di Jalan Setiaki No 15 Salatiga sampai sekarang.
73
b. Letak geografis SMP Negeri 7 Salatiga SMP Negeri 7 Salatiga terletak di Jalan Setiaki Nomor 15 Salatiga, Kecamatan Sidomukti Salatiga. SMP ini letaknya kurang strategis, karena SMP ini agak jauh dari pusat Kota Salatiga. Jika ditempuh dari arah Semarang-Solo maka berhenti di pasar sapi, kemudian ambil arah kanan jurusan kopeng, tepatnya di jalan hasanudin. Melewati Rumah Sakit Paru, maju sekitar 500 meter, ada pertigaan atau jalan dua cabang, belok kanan sekitar 100 meter, SMP ini terletak di kanan jalan. c.
Visi dan Misi SMP Negeri 7 Salatiga Visi SMP Negeri 7 Salatiga adalah Membentuk siswa-siswi yang “SIAP”, Santun dalam berperilaku, Iman sesuai agama yang dianut, Asri lingkungan belajarnya, dan prestasi mutu pendidikannya baik. Adapun Misi SMP Negeri 7 Salatiga, yakni menyiapkan siswa sebagai generasi bangsa: 1) Unggul dalam santun berperilaku 2) Unggul dalam iman dan taqwa sesuai dengan ajaran agamanya 3) Unggul dalam menciptakan lingkungan hidup yang ASRI (Aman, Sehat, Rapi, dan Indah) 4) Unggul dalam prestasi bidang akademis (ilmu pengetahuan, olah raga, seni, dan ketrampilan).
74
d. Keadaan guru dan siswa Jumlah guru yang dimiliki oleh SMP Negeri 7 adalah sebanyak 82 pengajar, dan untuk guru PAI berjumlah 2 orang guru. Sedangkan untuk jumlah siswa sebagai berikut: AGAMA
KELAS VII
VIII
IX
Islam
191
152
117
Protestan
37
35
39
Budha JUMLAH
e.
3 228
190
156
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMP Negeri 7 guna manunjang pembelajaran PAI adalah 16 ruang kelas, dan memiliki 1 Musholla.
4. SMP Negeri 9 Salatiga a.
Sejarah berdirinya SMP Negeri 9 Salatiga SMP Negeri 9 Salatiga berdiri sejak tahun 1993. Sebelum bernama SMP, sekolah ini mulanya merupakan SKKP (Sekolah Kejuruan Keterampilan Pertama). Mulai 1 Agustus 1962 SKP ditutup dan diganti nama menjadi SKKP (Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama). SMP Negeri 9 Salatiga terletak di Jalan Pemuda 7-9,
75
Kemudian Mulai tahun pelajran 1993/1994 Alih fungsi menjadi SMP Negeri 9 Salatiga. Dari tahun ke tahun hingga sekarang SMP Negeri 9 Salatiga mengalami perkembangan yang begitu pesat baik dari prestasi akademik maupun non akademik. Hal ini tidak lepas adanya kepemimpinan kepala sekolah yang pertama hingga yang sekarang dan bertambahnya guru-guru mata pelajaran. b. Letak geografis SMP Negeri 9 Salatiga SMP Negeri 9 Salatiga terletak di pusat kota Salatiga yang memiliki letak yang strategis, karena Sekolah ini terletak di jantung kota Salatiga. Yakni lokasinya dekat terminal Taman Sari, Mall Ramayana, dan GPD. Sekolah ini dilewati kendaraan yang memudahkan bagi siswa-siswinya untuk datang ke sekolahan. Dengan kondisi seperti itu transportasi ke SMP Negeri 9 Salatiga sangat mudah dan praktis. Maka tidak heran sebagian siswa SMP Negeri 9 berasal dari luar kota Salatiga. c.
Visi dan Misi SMP Negeri 9 Salatiga Visi SMP Negeri 9 Salatiga adalah "Unggul Dalam Prestasi , Luhur Dalam Budi, Profesional Dalam Karya, Taqwa Meraih Cita". Adapun misi yang diemban oleh SMP Negeri 9 Salatiga adalah: 1) Melaksanakan pengembangan kurikulum 2) Melaksanakan pengembangan pendidik dan tenaga pendidik
76
3) Menciptakan suasana yang kondusif untuk mengefektifkan seluruh kegiatan sekolah 4) Melaksanakan
pengembangan
proses
pembelajaran
dan
bimbingan secara efektif untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa 5) Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan terhadap agama yang dianut untuk membentuk budi pekerti yang baik 6) Membudayakan santun dalam bicara dan sikap serta menghargai sesama dan cinta tanah air 7) Melaksanakan
pengembangan
dan
peningkatan
standar
ketuntasan dan standar kelulusan 8) Mengembangkan bakat siswa melalui bimbingfan keorganisasian, kepemimpinan dan pengkaderan 9) Melaksanakan program pengembangan/implementasi pembelajar MIPA dalam bahasa Inggris di kelas unggulan 10) Melaksanakan pembiasaan percakapan bahasa Inggris bagi siswa dan guru pada hari sabtu. d. Keadaan guru dan siswa SMP Negeri 9 Saklatiga memiliki tenaga pendidik berjumlah 86, dengan guru PAI sejumlah 2 guru. Berikut ini jumlah siswa di SMP Negeri 9 Salatiga yang dikelompokkan berdasarkan agama:
77
AGAMA
e.
KELAS VII
VIII
IX
Islam
203
198
184
Protestan
26
15
13
Katolik
4
4
3
Budha
1
JUMLAH
234
217
200
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMP Negeri 9 Salatiga sebagai penunjang kelancaran pendidikan terdiri dari 16 ruang kelas, dan 1 Musholla.
B. Hasil Temuan Setelah melaksanakan wawancara dengan beberapa informan, maka peneliti memperoleh data sebagai berikut: 1.
Implementasi Dua Model RPP Pada Pembelajaran PAI
IMPLEMENTA SI DUA MODEL RPP PADA PEMBELAJAR AN PAI Peran guru dan siswa dalam pembelajaran
SMPN DAERAH PERKOTAAN
SMPN PINGGIRAN KOTA
SMP Negeri 3 Salatiga
SMP Negeri 9 Salatiga
SMP Negeri 6 SMP Negeri 7 Salatiga Salatiga
Kalau guru kan tugasnya memberikan ilmu kepada
Peran guru kalau dulu kan guru hanya
Kalau saya pribadi ya tugasnya mendidik
78
Guru mendidik, melatih, mengajar
Pendekatan pembelajaran
siswa, nah kalau sekarang itu ya tidak hanya itu, tapi anak sekarang lebih terbuka dengan kita dan kita lebih mudah memantau perkembanga n anak, terutama perkembanga n sikapnya. Kalau sekarang siswa lebih aktif, tidak hanya mendegarkan guru ketika ceramah, tapi anak itu ikut saya libatkan dalam mencari materi di luar sekolah, jadi anak itu lebih banyak pengetahuann ya (wawancara Bapak Daroji halaman 24).
menyampaik an materi, kalau sekarang membimbin g siswa, memberikan arahan, dan memberikan motivasi kepada siswa agar siswa itu tetap semangat dalam mengikuti pembelajara n di kelas. Peran yang utama itu mengontrol sikap anak di sekolah (wawancara Ibu Munjayanah halaman 8).
siswa, dan mengarahkan mereka pada saat pembelajaran, selain itu, dari dulu juga selalu memberikan semangat kepada anakanak agar mereka selalu semangat dalam menerima pelajaran (wawancara Ibu Rocmatin halaman 13).
siswa, siswa diharapakan selalu aktif, tapi kalau siswa disuruh aktif sendiri kan belum bisa, jadi harus ada pembimbinga n dari guru. Ya kalau dulu kayak pasif, tapi kalau sekarang sudah ada keseimbangan (wawancara Bapak Dimyadi halaman 37).
Kalau kita sering menghubungk an materi PAI dengan mata Pelajaran lain (wawancara Bapak Daroji
Dari sebelum RPP berbasis karakter ini, setiap kali pembelajara n pasti
Kalau sejak dulu kita selalu menghubungk an materi pelajaran dengan kehidupan
Saya menyampaika n materi dengan menghubungk an apa yang menjadi keluhan anak,
79
halaman 22).
dihubungkan dengan mata pelajaran lain, misalnya PAI dengan PKN (wawancara Ibu Munjayanah halaman 5).
sehari-hari siswa, dan terkadang juga dihubungkan dengan materi pelajaran lain (wawancara Ibu Rochmatin halaman 16).
seperti problem solving. Pendekantan dikaitkan dengan pelajaran lain (wawancara Ibu Layli halaman 33).
Metode pembelajaran
Kalau dulu kan sering menggunakan metode ceramah terus, tapi kalau sekarang tidak. Tapi kalau PAI kan tidak bisa lepas dari metode ceramah, tapi untuk saat ini sering saya praktekkan (wawancara Bapak Daroji halaman 21).
Kalau dulu kan menggunaka n metode ceramah, tanya jawab, tapi kalau sekarang lebih memberi kesempatan kepada siswa untuk penerapan langsung materi (wawancara Ibu Munjayanah halaman 4).
Kalau untuk metode. Dulu kan kita sering menggunakan tanya jawab dan ceramah, tapi kalau sekarang ditambahi seperti praktik atau demonstrasi (wawancara Ibu Umi Hanik halaman 16).
Media pembelajaran
Untuk media kita menggunakan LCD, penggunaann ya disesuaikan dengan materi pembelajaran. kalau untuk
Media untuk sekarang ini sudah meggunakan LCD, misalnya untuk menjelaskan peristiwa fir’aun,
Kalau sekarang kebanyakan sudah pakai bantuan elektronik, ada saat tertentu kita menggunakan kelas untuk
Penggunaan metode tergantung materi, kalau dulu metode ceramah sama tanya jawab kalau sekarang metode itu masih dipakai, tapi kalau dalam teori memang ada tambahan metode, tapi tidak selalu diterapkan dalam pembelajaran (wawancara Bapak Dimyadi halaman 37). Untuk media itu ya buku ajar, terus yang sekarang saya menggunakan ada LCD, dan media gambar (wawancara Ibu Layli
80
Sumber belajar
Evaluasi pembelajaran
materi tajwid kita menggunakan media AlQur’an, kalau sejarah Nabi kita menggunakan kaset-kaset (wawancara Bapak Sri Haryanto halaman 27).
siswa diperlihatkan animasi mengenai terbelahnya laut (wawancara Ibu Masfa’ah halaman 5).
Kalau sumber belajarnya dari dulu ya, itu dari paket, kemudian sarana yang lain itu seperti musholla. AlQur’an itu juga, hadits, ilmu fiqh itu kan banyak juga. Kalau siswa itu sendiri pakai LKS dan paket (wawancara Bapak Sri Haryanto halaman 27). Saya mengadakan ulangan tiap selesai
Untuk sumber hampir sama, paling ketambahan media internet dan televisi. Selain itu sumber belajar yang digunakan buku paket dan LKS (wawancara Ibu Masfa’ah halaman 6).
Kalau dari segi penilaian itu saya rasa
81
PBM, tapi juga ada saat tertentu kita menggunakan musholla, tujuannya agar dapat menggugah spiritual anak dalam mengikuti pembelajaran agama. Ya saya juga kadang menggunakan LCD (wawancara Ibu Umi Hanik halaman 17). Sumber belajar ya buku-buku paket dari beberapa penerbit, kalau siswa ya bawa LKS. Sumber yang lain itu misalnya pada saat materi Al-Qur’an ya wajib bawa Al-Qur’an (wawancara Ibu Rochmatin Halaman 12).
halaman 33).
Penilaian dari dulu hingga sekarang hampir sama,
Kalau pemberian tugas itu disesuaikan
Kalau untuk sumber belajar guru menggunakan buku paket kalau anak saya suruh untuk mencari di perpus. Kalau sumber belajar itu dulu dengan sekarang ya sama (wawancara Ibu Layli halamanb 34).
pembelajaran, misalnya setiap KD selesai pasti saya adakan ulangan walaupun hanya beberapa soal pasti saya adakan ulangan. Untuk sikap siswa itu juga termasuk penilaian, karena dalam agama itu perilaku yang kita utamakan, kalau perilakunya bagus itu merupakan suatu keberhasilan (wawancara Bapak Sri Haryanto halaman 28). 2.
sama saja yang dulu dengan sekarang. Jika dari kognitif sudah jelas dari ulanganulangan, tapi kalau pengamatan sikap anak itu tidak mempengaru hi raport anak. Saya juga sering memberikan anak itu PR untuk dikerjakan di rumah (wawancara Ibu Munjayanah halaman 6).
saya adakan tiap kali materi selesai itu pasti saya adakan ulangan. Setiap kali pertemuan anak saya suruh mengerjakan ulangan (wawancara Ibu Umi Hanik halaman 18).
dengan karakter anaknya, kalau di sini kan dari keluarga yang ekonomi kurang, kalau dulu saya kasih PR itu tidak merespon tapi sekarang saya terapkan mengerjakan soal bareng. Kalau selesai materi itu pasti saya adakan ulangan. Sikap anak juga saya awasi, hal ini saya jadikan pertimbangan dalam nilai akhir (wawancara Ibu Layli halaman 55).
Kesamaan dan Perbedaan Implementasi Dua Model RPP SMPN DAERAH PERKOTAAN
SMP Negeri 3 Salatiga Kalau sekarang anak itu cenderung lebih paham, jadi lebih praktis yang
SMP Negeri 9 Salatiga Perbedaan yang jelas dari formatnya, sekarang ada penambahan EEK.
SMPN PINGGIRAN KOTA SMP Negeri 6 Salatiga Jika dilihat dari penyusunannya mungkin cuma ketambahan EEK, kalau dulu kan
82
SMP Negeri 7 Salatiga Kalau untuk penerapannya sekarang lebih cenderung ke anak, harapannya sesuai
sekarang ini (wawancara Bapak Daroji halaman 20).
Kalau menurut saya, ini cuma bahasanya saja yang beda. Kalau untuk RPP terbaru ini lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk praktek langsung (wawancara Ibu Munjayanah halaman 3). Mungkin yang sekarang ada penambahan yang terkahir, yang tidak konkret dirincikan lagi. Kalau dulu kan tidak, kalau sekarang ada. Perbedaannya kalau sekarang dalam pembelajaran diterapkan karakter pada anak, tapi sebelum peraturan ini saya sudah menerapakan karakter pada anak pada saat pembelajaran (Ibu Masfa’ah halaman 4).
belum ada, tapi kalau sekarang ada. Perbedaannya, kalau dulu pembelajaran dapat dikatakan monoton, tapi kalau sekarang guru dan siswa sama-sama dituntut untuk lebih kreatif, agar belajar itu tidak membosankan. Ya sebenarnya dulu dengans ekarang itu hampir tidak ada bedanya, cuma untuk sekarang guru lebh kreatif lagi (wawancara Ibu Rochmatin halaman 11). Kalau dari penerapan dalam pembelajaran sekarang kita melakukan pembentukan karakter pada anak, kalau dulu tidak disebutkan dalam RPP tapi kalau sekarang ada (wawancara Ibu Umi Hanik halaman 16).
83
dengan yang direncanakan. Yang jelas kalau sekarang lebih mengena, kalau untuk materi tetap sama (wawancara Ibu Layli halaman 32). Beda sistem, beda istilah, sebenarnya ya yang sudah disampaikan oleh guru itu ya meliputi tiga hal itu, ya ada elaborasi, ada eksplorasi, ada konfirmasi. Itu sebenarnya RPP yang lama itu sudah ditulis.Ya hanya perbedaan di istilah saja. Kalau dulu kan ada tujuan pendidikan umum. Materinya itu kan sama, kalau ada pengurangan ya sedikit, dulu materi kelas satu, jadi materi kelas dua. Sekarang kan anak dituntut untuk kalau bisa seperti karakter yang diharapkan (wawancara Bapak Dimyadi halaman 37).
3.
Kelemahan dan Kelebihan Implementasi Dua Model RPP SMPN DAERAH PERKOTAAN
SMP Negeri 3 Salatiga Kalau dulu anak itu sulit untuk berfikir kritis, kalau sekarang anak itu lebih bisa berfikir kritis. Tapi anak itu juga lebih cepat lupa. Kalau dilihat dari kelebihan memang lebih praktis yang sekarang, kalau dulu kan globalnya saja (wawancara Bapak Daroji halaman 25). Kalau sekarang kelebihannya mencapai target, selain itu perubahan sikap siswa juga ada (wawancara Bapak Sri Haryanto halaman 30).
SMP Negeri 9 Salatiga Kalau sekarang lebih banyak memberi kesempatan pada anak, karena sekarang lebih serng praktek. Kalau dulu yang aktif kan gurnya, tapi kalau sekarang guru hanya melengkapi saja. Kalau sekarang anak juga lebih disiplin mengikuti sholat, membewa AlQur’an untuk tadarus (wawancara Ibu Munjayanah halaman 9). Yang jelas tugas guru sekarang agak ringan, kalau dulu kan kita banyak menggunakan ceramah, jadi yang aktif guru, tapi kalau sekarang kan setelah ditanamkan karakter anak lebih kreatif dan disiplin, yang terpenting anak
SMPN PINGGIRAN KOTA
SMP Negeri 6 Salatiga Kelebihannya kalau sekarang siswa lebih berani mngungkapkan pendapat pada saat pembelajaran, kalau dulu siswa kan lebih pasif dalam kelas, tapi kalau sekarang siswa lebih berani bertanya, anak sekarang juga lebih bisa bersosialisasi, disiplin dan tanggung jawab (wawancara Ibu Rochmatin halaman 13). Kalau berbicara tentang kelebihannya, itu ada arah yang lebih konkret, kalau dulu kan secara umum. Tapi untuk menerapakn karakter pada anak itu kan susah ya mbak, kalau modal dasar pembelajaran agama itu kan modalnya dari rumah ya, penerapan di kelas, nah itu
84
SMP Negeri 7 Salatiga Sasarannya lebih terarah, kalau untuk kekurangannya dari dulu alokasi waktunya kurang. Kalau untuk perubahan sikap pada anak itu kan tidak bisa merubah 100% sikap pada anak, karena kalau untuk menjadikan anak 100% berubah itu kok sulit sekali, tapi menurut saya anak itu tetap ada perubahan (wawancara Ibu Layli halaman 36). Masing-masing itu memiliki kelemahan dan kelebihan, justru kami dipusingkan oleh istilah, ada yang namanya elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi, itu sebenarnya sudah diterapakan bapak ibu di kelas (wawancara Bapak Dimyadi halaman 38).
itu lebih punya tanggung jawab setelah melakukan kesalahan (wawancara Ibu Masfa’ah halaman 9).
harus sejalan. Kalau di rumah tidak disiplin tapi kalau di sini dipaksakan akhirnya kacau (wawancara Ibu Umi Hanik halaman 16).
85
BAB IV STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI DUA MODEL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN SEKOTA SALATIGA
A. Implementasi RPP Model Biasa 1. Peran guru dan siswa dalam pembelajaran Lima peran guru yang menjadi starting point dalam pendidikan karakter di Indonesia diantaranya adalah 1) Keteladanan. 2) Inspirator yaitu kesuksesan seseorang akan menginspirasi kesuksesan seorang lainnya untuk meniru dan mengembangkannya. 3) Motivator adalah kemampuan guru dalam membangkitkan spirit, etos kerja dan potensi yang luar biasa dalam diri peserta didik. 4) Dinamisator, guru sebagai pendorong ke arah tujuan dengan kecepatan, kecerdasan dan kearifan yang tinggi. 5) Evaluator, guru mampu mengevaluasi sikap perilaku yang ditampilkan (Ma’mur Asmani, 2011:82). Siswa merupakan suatu komponen input dalam proses pendidikan. Berhasil atau tidak proses pendidikan banyak tergantung pada keadaan, kemampuan dan tingkat perkembangan siswa itu sendiri. Peresapan bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru juga tergantung pada sambutan siswa (Hamalik, 2007:115). Kalau saya pribadi ya tugasnya mendidik siswa, dan mengarahkan mereka pada saat pembelajaran, selain itu, dari dulu juga selalu
86
memberikan semangat kepada anak-anak agar mereka selalu semangat dalam menerima pelajaran (wawancara Ibu Rocmatin halaman 13). Hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa guru merupakan inti dalam kegiatan pembelajaran di kelas, yakni sebagai penyampai materi, dan sebagai motivator bagi para siswa. Hal ini juga sebagaimana yang terdapat dalam dokumen yang peneliti temukan di lapangan bahwa peran guru sebagai penyampai materi pembelajaran kepada peserta didik, membimbing siswa dari awal pembelajaran hingga akhir,
dan
memberikan motivasi kepada peserta didik. Selain itu juga melaksanakan evaluasi setelah pembelajaran selesai. 2. Pendekatan pembelajaran Para ahli berpendapat bahwa berbagai gejala sosial dan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari ternyata tidak mungkin ditinjau dari satu segi saja. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka kurikulum sekolah sebaiknya tidak disusun berdasarkan mata pelajaran yang terpisah, melainkan perpaduan sejumlah mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang sama, menjadi suatu bidang study. Pendekatan tersebut dikenal dengan pendekatan interdisipliner (Hamalik, 2011:38). Dari sebelum RPP berbasis karakter ini, setiap kali pembelajaran pasti dihubungkan dengan mata pelajaran lain, misalnya PAI dengan PKN (wawancara Ibu Munjayanah halaman 5).
87
Kalau sejak dulu kita selalu menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa, dan terkadang juga dihubungkan dengan materi pelajaran lain (wawancara Ibu Rochmatin halaman 16). Berdasarkan hasil wawancara di atas, jika dihubungkan dengan teori yang telah peneliti uraikan sebelumnya pendekatan yang digunakan saat pembelajaran ialah berupa pendekatan interdisipliner, yakni dalam penyampaian materi pembelajaran guru menghubungkan materi PAI dengan materi pada mata pelajaran lain, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman siswa dalam pembelajaran. 3. Metode pembelajaran Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya
pengajaran (Nana Sudjana, 2005:205). Berikut ini adalah beberapa macam metode pembelajarana; 1). Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencepai tujuan pembelajaran tertentu. 2). Metode tanya jawab merupakan suatu cara mengelola pembelajaran yang menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. 3). Metode diskusi adalah proses pelibatan dua orang atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, metode ini bersifat interaktif. 4).
Metode demonstrasi cara
pengelolaan pembelajaran dengan
memperagakan atau menunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari (Kusuma, 2008).
88
Kalau dulu kan menggunakan metode ceramah, tanya jawab (wawancara Ibu Munjayanah halaman 4). Kalau untuk metode, dulu kan kita sering menggunakan tanya jawab dan ceramah (wawancara Ibu Umi Hanik halaman 16). Berdasarkan dua hasil wawancara di atas metode yang digunakan oleh para guru saat menyampaikan materi PAI kepada para peserta didik adalah dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini sebagaimana yang ada dalam dokumen yang peneliti temukan di lapangan, bahwa pada pembelajaran RPP model biasa guru menggunakan metode berupa ceramah dan tanya jawab. 4. Media pembelajaran Menurut Hubbart (1983) ada lima kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yaitu, a). Ketepatan dengan tujuan pembelajaran
artinya
media
pembelajaran
dipilih
atas
tujuan
pembelajaran. b). Dukungan terhadap isi materi pembelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahamisiswa. c). Kemudahan menggunakan media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh. d). Tersedia alokasi waktu untuk menggunakannya. e). Sesuai dengan tahap berpikir siswa. penggunaan media memiliki tujuan memberikan motivasi kepada siswa (Rusman, 2011:155). Untuk media itu ya buku ajar (wawancara Ibu Layli halaman 33).
89
Berdasarkan hasil wawancara yang kemudian peneliti bandingkan dengan dokumen yang ditemukan di lapangan, dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran RPP model biasa media yang digunakan adalah berupa buku ajar, baik LKS, buku paket maupun menggunakan Al-Qur’an dalam pembelajaran. 5. Sumber belajar AECT
(Association
for
Educational
Communication
and
Technology) membedakan beberapa jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar sebagai berikut; a). Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal, yaitu pesan yang dikeluarkan oleh
lembaga
resmi,
seperti
kurikulum,
peraturan
pemerintah,
perundangan, silabus, RPP, dan sebagainya. b). Orang, yaitu manusia atau orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar, seperti guru dan tenaga pendidik. c). Bahan, merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, dan sebagainya. d). Teknik, adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran (Rusman, 2011:139). Kalau sumber belajarnya dari dulu ya, itu dari paket, kemudian sarana yang lain itu seperti musholla. Al-Qur’an itu juga, hadits, ilmu fiqh itu kan banyak juga. Kalau siswa itu sendiri pakai LKS dan paket (wawancara Bapak Sri Haryanto halaman 27).
90
Kalau untuk sumber belajar guru menggunakan buku paket kalau anak saya suruh untuk mencari di perpus. Kalau sumber belajar itu dulu dengan sekarang ya sama (wawancara Ibu Layli halaman 34). Setelah melihat
hasil temuan di lapangan yakni dengan
melaksanakan wawancara dengan para informan dapat diketahui bahwa sumber yang digunakan untuk guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas ialah berupa bahan atau buku ajar yakni LKS, buku paket dan Al-Qur’an. Hal ini juga sesuai dengan dokumen yang telah didapat peneliti di lapangan. Sumber belajar yang digunakan ialah berupa buku paket dari beberapa penerbit dan penggunaan Al-Qur’an sebagai sumber belajar. 6. Evaluasi pembelajaran Dalam proses pembelajaran di kelas, guru menggunakan penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian belajar siswa. Penilaian tersebut dilakukan, baik dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test), kinerja atau penampilan (perfomence), penugasan (project), hasil karya (product), maupun pengumpulan kerja siswa (portofolio) (Muslich, 2009:92). Jika dari kognitif sudah jelas dari ulangan-ulangan, tapi kalau pengamatan sikap anak itu tidak mempengaruhi raport anak. Saya juga sering memberikan anak itu PR untuk dikerjakan di rumah (wawancara Ibu Munjayanah halaman 6). Penilaian dari dulu hingga sekarang hampir sama, saya adakan tiap kali materi selesai itu pasti saya adakan ulangan. Setiap kali pertemuan
91
anak saya suruh mengerjakan ulangan (wawancara Ibu Umi Hanik halaman 18). Jika melihat dari dokumen, penilain berupa pemberian sejumlah soal untuk dikerjakan siswa, soal tersebut berupa uraian, isian, maupun soal pilihan ganda. Hal ini juga sebagaimana yang telah disampaikan oleh beberapa informan, bahwa dalam pembelajaran guru memberikan tugas dan setiap satu kompetensi dasar selesai dipelajari maka guru mengadakan ulangan. B. Implementasi RPP Berbasis Karakter Untuk mengetahui implementasi RPP berbasis karakter, peneliti melakukan pengamatan dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga peneliti melaksanakan wawancara dengan beberapa guru selaku informan. Melalui dua hal tersebut dapat diketahui mengenai implementasi RPP berbasis karakter di 4 SMP Negeri di Kota Salatiga: 1. Peran guru dan siswa dalam implementasi RPP berbasis karakter Lima peran guru yang menjadi starting point dalam pendidikan karakter di Indonesia diantaranya adalah 1) Keteladanan. 2) Inspirator yaitu kesuksesan seseorang akan menginspirasi kesuksesan seorang lainnya untuk meniru dan mengembangkannya. 3) Motivator adalah kemampuan guru dalam membangkitkan spirit, etos kerja dan potensi yang luar biasa dalam diri peserta didik. 4) Dinamisator, guru sebagai pendorong ke arah tujuan dengan kecepatan, kecerdasan dan kearifan yang
92
tinggi. 5) Evaluator, guru mampu mengevaluasi sikap perilaku yang ditampilkan (Ma’mur Asmani, 2011:82). Siswa merupakan suatu komponen input dalam proses pendidikan. Berhasil atau tidak proses pendidikan banyak tergantung pada keadaan, kemampuan dan tingkat perkembangan siswa itu sendiri. Peresapan bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru juga tergantung pada sambutan siswa (Hamalik, 2007:115). Peran guru kalau dulu kan guru hanya menyampaikan materi, kalau sekarang membimbing siswa, memberikan arahan, dan memberikan motivasi kepada siswa agar siswa itu tetap semangat dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Peran yang utama itu mengontrol sikap anak di sekolah (wawancara Ibu Munjayanah halaman 8). Dalam
menyampaikan
materi
guru
terlihat
aktif
dalam
pembelajaran, sedangkan para siswa terlihat mendengarkan penjelasan dari guru ketika menjelaskan materi. Di tengah-tengah penjelasan materi guru terlihat memberikan ucaapan motivasi untuk siswa (observasi Ibu Munjayanah halaman 40). Meskipun menurut hasil wawancara siswa lebih aktif dalam pembelajaran berbasis karakter, akan tetapi hal ini berbeda dengan yang peneliti temukan di lapangan, bahwa guru yang lebih dominan dalam pembelajaran. Guru sebagai inti dalam kegiatan pembelajaran di kelas, selain sebagai penyampai informasi mengenai materi, guru juga sebagai pemberi dorongan semangat untuk para siswa. Menurut hasil pengamatan
93
dapat
dikatakan
bahwa
siswa
berperan
sebagai
penerima
dan
mendengarkan menganai materi yang disampaikan oleh guru. 2. Pendekatan Pembelajaran Para ahli berpendapat bahwa berbagai gejala sosial dan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari ternyata tidak mungkin ditinjau dari satu segi saja. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka kurikulum sekolah sebaiknya tidak disusun berdasarkan mata pelajaran yang terpisah, melainkan perpaduan sejumlah mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang sama, menjadi suatu bidang study. Pendekatan tersebut dikenal dengan pendekatan interdisipliner (Hamalik, 2011:38). Pendekatan yang digunakan guru menghubungkan materi PAI pada mata pelajaran lain, PAI dengan IPA, dan PKN (Wawancara Bapak Daroji halaman 22, Ibu Munjayanah halaman 5, Ibu Rochmatin halaman 11, Ibu Layli halaman 33). Saat menjelaskan materi mengenai alasan haramnya jenis hewan untuk dikonsumsi, guru menyebutkan alasan karena hewan yang haram dikonsumsi berbahaya bagi kesehatan manusia jika dimakan (observasi Bapak Daroji halaman 50). Sesuai
dengan
hasil
penelitian
di
lapangan,
saat
guru
menyampaikan materi guru menhubungkan materi PAI materi mengenai ilmu kesehatan, yakni materi tersebut terdapat pada mata pelajaran IPA. Jadi dapat dikatakan dalam pembelajaran, guru menggunakan pendekatan
94
interdipliner.
Dalam
penggunaan
pendekatan
pembelajaran,
guru
hendaknya menyesuaikan dengan materi ataupun alokasi waktu. Kedua hal tersebut dapat dipertimbangkan dalam pemilihan penggunaan pendekatan pembelajaran. Jika dirasa alokasi waktu kurang, ataupun jika materi yang disampaikan
banyak,
maka
pendekatan
harus
diperhatikan
jenis
pendekatan pembelajarannya. 3. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Nana Sudjana, 2005:205). Berikut ini adalah beberapa macam metode pembelajarana; 1). Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencepai tujuan pembelajaran tertentu. 2). Metode tanya jawab merupakan suatu cara mengelola pembelajaran yang menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. 3). Metode diskusi adalah proses pelibatan dua orang atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, metode ini bersifat interaktif. 4). Metode demonstrasi cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau menunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari (Kusuma, 2008). Berikut ini merupakan hasil temuan data di lapangan mengenai metode yang digunakan pada saat pembelajaran:
95
Metode pembelajaran yang digunakan guru beragam, tidak hanya ceramah dan tanya jawab, tapi terkadang juga diskusi, demonstrasi atau praktek tergantung materinya (wawancara Ibu Rochmatin halaman 11). Kalau dulu kan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, tapi kalau sekarang lebih memberi kesempatan kepada siswa untuk penerapan langsung materi (wawancara Ibu Munjayanah halaman 4). Guru menyampaikan dan menjelaskan materi secara lesan mengenai tata cara salat jum’at dan berkewajiban melaksanakan salat jum’at bagi lelaki (observasi Ibu Munjayanah halaman 41). Berdasarkan
hasil
penelitian
dilapangan,
meskipun
hasil
wawancara yang telah peneliti laksanakan dengan para informan bahwa dalam pembelajaran berbasis karakter lebih menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif, akan tetapi yang peneliti temukan di lapanagan, hampir semua pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Yakni guru yang lebih aktif dalam menyampaikan materi dengan penjelasan secara lesan kepada para siswa. Sedangkan jika materi mengenai salat jum’at, guru dapat menerapakan metode praktek kepada siswa, sehingga dengan demikian siswa menjadi lebih mudah memahami tata cara salat jum’at. 4. Media Pembelajaran Menurut Hubbart (1983) ada lima kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yaitu, a). Ketepatan dengan tujuan pembelajaran artinya media pembelajaran dipilih atas tujuan pembelajaran.
96
b). Dukungan terhadap isi materi pembelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahamisiswa. c). Kemudahan menggunakan media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh. d). Tersedia alokasi waktu untuk menggunakannya. e). Sesuai dengan tahap berpikir siswa. penggunaan media memiliki tujuan memberikan motivasi kepada siswa (Rusman, 2011:155). Dari delapan informan, sebagian besar informan menyatakan bahwa dalam implementasi RPP berbasis karakter penggunaan media pembelajaran sudah lebih variatif. Yakni selain buku ajar, juga menggunakan LCD, dan media gambar (Wawancara Bapak Daroji halaman 22, Bapak Sri Haryanto halaman 27, Ibu Layli halaman 33). Akan tetapi pada saat peneliti melakukan pengamatan di lapangan. Media yang dipakai oleh para hanya berupa buku-buku pelajaran. Dan dari semua pelaksanaan pembelajaran, peneliti tidak menemukan satu pun guru yang menggunakan media berupa LCD maupun media gambar pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Setelah melihat pemaparan mengenai teori dan hasil temuan di lapangan, kegiatan pembelajaran seharusnya bisa menggunakan media berupa LCD ataupun media gambar pada saat pembelajaran. Apalagi pada saat
peneliti
melaksanakan
pengamatan,
beberapa
guru
sedang
melaksanakan pembelajaran dengan materi mengenai salat jum’at dan
97
jama’ qosor. Menurut peneliti media gambar dan penggunaan media LCD sesuai jika digunakan untuk menjelaskan materi tersebut. 5. Sumber Belajar AECT
(Association
for
Educational
Communication
and
Technology) membedakan beberapa jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar sebagai berikut; a). Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal, yaitu pesan yang dikeluarkan oleh
lembaga
resmi,
seperti
kurikulum,
peraturan
pemerintah,
perundangan, silabus, RPP, dan sebagainya. b). Orang, yaitu manusia atau orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar, seperti guru dan tenaga pendidik. c). Bahan, merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, dan sebagainya. d). Teknik, adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran (Rusman, 2011:139). Sumber belajar berupa buku paket, LKS, dan sumber lain, salah satunya adalah mendatangkan pengajar dari Gontor. Seperti pada saat Maulud Nabi juga mengambil Kyai dari luar untuk mengisi pengajian (Ibu Masfa’ah halaman 6, Bapak Daroji halaman 21). Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, sumber yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah berupa bahan pembelajaran, yakni seperti buku paket dan LKS yang dimiliki setiap siswa. Selain itu ketika kegiatan rutin tadarus Al-Qur’an sebelum kegiatan pembelajaran dimulai,
98
siswa juga membawa Al-Qur’an. Sumber belajar yang utama ialah guru sebagai penyampai materi terhadap siswa. 6. Evaluasi Pembelajaran Dalam proses pembelajaran di kelas, guru menggunakan penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian belajar siswa. Penilaian tersebut dilakukan, baik dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test), kinerja atau penampilan (perfomence), penugasan (project), hasil karya (product), maupun pengumpulan kerja siswa (portofolio) (Muslich, 2009:92). Evaluasi dilaksanakan setiap kali materi selesai disampaikan guru. Selain itu siswa juga diberikan tugas untuk mengisi LKS, terkadang siswa juga diberikan tugas untuk mencari materi di internet, dilakukan pengamatan pula terhadap sikap siswa di kelas (Wawancara Bapak Dimyadi halaman 38). Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah peneliti laksanakan di lapangan, dalam pembelajaran guru mengevaluasi siswa salah satunya memerintahkan siswa untuk mengerjakan LKS. Saat peneliti melaksanakan pengamatan di beberapa sekolah, ada pula guru yang melaksanakan ulangan untuk para siswa. C. Kesamaan dan perbedaan implementasi dua model RPP 1. Kesamaan implementasi dua model RPP Setelah melaksanakan wawancara dan pengamatan terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan baik di sekolah yang berada di daerah perkotaan, maupun sekolah yang berada di pinggiran kota. Dan
99
setelah menganalisis terhadap hasil penelitian di lapangan. Dapat diketahui bahwa antara implementasi RPP model biasa dan implementasi RPP berbasis karakter memiliki banyak kesamaan, bahkan dapat dikatakan pelaksanaan pembelajaran yang dulu dengan sekarang sama saja, baik dilihat dari peran guru dan siswa dalam pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode yang digunakan, media, sumber belajar dan evaluasi pembelajaran semuanya memiliki kesamaan. Hal ini sebagai mana yang telah peneliti temukan di lapangan, berikut ini: a. Peran guru dan siswa dalam pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilaksanakan peneliti menegenai peran guru dan siswa pada saat implementasi RPP model biasa dan RPP berbasis karakter. Peran guru dalam pembelajaran di kelas tetap saja sebagai fokus utama dalam pembelajaran di kelas. Meskipun secara teoritik dalam implementasi RPP berbasis karakter peran guru sedikit lebih berkurang, akan tetapi tetap saja guru sebagai informan utama dalam penyampaian materi yang telah dicantumkan dalam RPP. Demikian pula dengan peran siswa dalam pembelajaran, siswa tetap menjadi subyek dalam pembelajaran yang di kelas. Meskipun dalam pembelajaran berbasis karakter siswa diharapkan dapat dilibatkan lebih banyak dalam pembelajaran, seperti pencarian dalam sumber belajar, akan tetapi tetap saja pelibatan siswa masih jarang dilakukan oleh guru.
100
b. Pendekatan pembelajaran Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru sejak implementasi RPP model biasa hingga implementasi RPP berbasis karakter yaitu pendekatan pembelajaran interdisipliner, yakni saat menjelaskan materi pembelajaran guru menghubungkan materi PAI dengan materi pada mata pelajaran lain. Dengan menghubungkan materi PAI dengan materi pada mata pelajaran lain diharapkan dapat mempermudah pemahaman siswa mengenai materi yang disampaikan, dan tentunya akan menambah wawasan siswa mengenai materi yang telah dipelajari. Selain menghubungkan dengan mata pelajaran lain, para guru juga menghubungkan materi dengan materi pada kehidupan sehari-hari yang ada di masyarakat. Hal ini sebagaimana yang telah di ungkapkan oleh beberapa informan sebagai berikut: Dari
sebelum
RPP
berbasis
karakter
ini,
setiap
kali
pembelajaran pasti dihubungkan dengan mata pelajaran lain, misalnya PAI dengan PKN (wawancara Ibu Munjayanah halaman 5). Kalau sejak dulu kita selalu menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa, dan terkadang juga dihubungkan dengan materi pelajaran lain (wawancara Ibu Rochmatin halaman 16). Hal ini juga terlihat pada saat peneliti melakukan pengamatan terhadap pembelajaran PAI yang dilaksanakan oleh salah satu guru: Saat menjelaskan materi mengenai alasan haramnya jenis hewan untuk dikonsumsi, guru menyebutkan alasan karena hewan
101
yang haram dikonsumsi berbahaya bagi kesehatan manusia jika dimakan (observasi Bapak Daroji halaman 50). c. Metode pembelajaran Kesamaan yang selanjutnya ialah, dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa, menurut hasil temuan di lapangan guru masih menggunakan penjelasan secara lesan atau metode ceramah. Jika metode ceramah ini masih digunakan dalam pembelajaran berbasis karakter, tentunya metode yang dulu digunakan hingga sekarang tidak terjadi perubahan. Selain metode ceramah, di akhir pembelajran guru juga menggunakan metode tanya jawab dalam pembelajaran. Analisis peneliti ini diperkuat oleh pernyataan dari beberapa informan: Kalau dulu kan sering menggunakan metode ceramah terus, tapi kalau sekarang tidak. Tapi kalau PAI kan tidak bisa lepas dari metode ceramah, tapi untuk saat ini sering saya praktekkan (wawancara Bapak Daroji halaman 21). Penggunaan metode tergantung materi, kalau dulu metode ceramah sama tanya jawab kalau sekarang metode itu masih dipakai, tapi kalau dalam teori memang ada tambahan metode, tapi tidak selalu diterapkan dalam pembelajaran (wawancara Bapak Dimyadi halaman 37).
102
d. Media pembelajaran Penggunaan media pembelajaran juga terdapat beberapa kesamaan dalam proses pembelajaran. Media yang digunakan sejak dulu hingga sekarang adalah penggunaan media berupa buku pelajaran. e. Sumber belajar Penggunaan sumber belajar dalam pembelajaran PAI, memiliki kesamaan dari implementasi RPP model biasa hingga implementasi RPP berbais karakter, yakni berupa buku paket dan LKS, serta penggunaan sumber belajar berupa Al-Qur’an. hal ini sebagaimana yang telah disebutkan oleh para informan berikut ini: Kalau untuk sumber belajar guru menggunakan buku paket kalau anak saya suruh untuk mencari di perpus. Kalau sumber belajar itu dulu dengan sekarang ya sama (wawancara Ibu Layli halamanb 34). Kalau sumber belajarnya dari dulu ya, itu dari paket, kemudian sarana yang lain itu seperti musholla. Al-Qur’an itu juga, hadits, ilmu fiqh itu kan banyak juga. Kalau siswa itu sendiri pakai LKS dan paket (wawancara Bapak Sri Haryanto halaman 27). f. Evaluasi pembelajaran Untuk
evaluasi
pembelajaran
yang
dilaksanakan
guru
berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan, guru mengadakan ulangan tiap kali satu kompetensi dasar selesai dipelajari. Selain itu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal yang
103
ada di LKS setiap kali pembelajaran selesai. Hal ini sebagai mana yang telah peneliti temukan di lapangan, yakni berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara kepada beberapa informan, sebagai berikut: Kalau dari segi penilaian itu saya rasa sama saja yang dulu dengan sekarang. Jika dari kognitif sudah jelas dari ulangan-ulangan, tapi kalau pengamatan sikap anak itu tidak mempengaruhi raport anak. Saya juga sering memberikan anak itu PR untuk dikerjakan di rumah (wawancara Ibu Munjayanah halaman 6). Penilaian dari dulu hingga sekarang hampir sama, saya adakan tiap kali materi selesai itu pasti saya adakan ulangan. Setiap kali pertemuan anak saya suruh mengerjakan ulangan (wawancara Ibu Umi Hanik halaman 18). Setelah guru selesai menjelaskan, siswa diperintahkan untuk mengerjakan soal di LKS. Pada saat siswa mengerjakan LKS (observasi Ibu Munjayanah halaman 41). 2. Perbedaan implementasi dua model RPP Setelah
menganalisis
hasil
temuan
di
lapangan,
antara
implementasi RPP model biasa dan implementasi RPP berbasis karakter secara umum, baik sekolah yang berada di perkotaan dan pinggiran kota tidak memiliki perbedaan. Yaitu peran guru dan siswa, pendekatan pembelajaran, metode yang digunakan, media pembelajaran, sumber belajar, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran tidak ada perbedaan.
104
Meskipun jika dilihat dari teoritik dan hasil wawancara guru menggunakan tambahan baik metode dan dan media dalam pembelajaran, akan
tetapi
pada
saat
peneliti
melakukan
pengamatan
dan
menganalisisnya, implementasi dua model RPP tidak ada perbedaan secara mencolok. Jika ada perbedaan itu semata-mata dilihat dari dokumentasi yang telah diperoleh oleh peneliti, yakni berupa bentuk atau sistematika dalam penyusunan RPP. Jika dulu tidak mencantumkan secara rinci mengenai karakter yang akan di bentuk kepada siswa, tapi untuk model RPP berbasis karakter, poin mengenai karakter yang akan dibentuk untuk siswa dicantumkan secara terinci dalam indikator dan tujuan pembelajaran. hal ini sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh beberapa informan di bawah ini: Beda sistem, beda istilah, sebenarnya ya yang sudah disampaikan oleh guru itu ya meliputi tiga hal itu, ya ada elaborasi, ada eksplorasi, ada konfirmasi. Itu sebenarnya RPP yang lama itu sudah ditulis.Ya hanya perbedaan di istilah saja. Kalau dulu kan ada tujuan pendidikan umum (wawancara Bapak Dimyadi halaman 37). Mungkin yang sekarang ada penambahan yang terkahir, yang tidak konkret dirincikan lagi. Kalau dulu kan tidak, kalau sekarang ada. Perbedaannya kalau sekarang dalam pembelajaran diterapkan karakter pada anak, tapi sebelum peraturan ini saya sudah menerapakan karakter pada anak pada saat pembelajaran (Ibu Masfa’ah halaman 4).
105
D. Kelemahan dan kelebihan implementasi dua model RPP Melihat dari hasil analisis yang telah diuraikan sebelumnya mengenai tidak adanya perbedaan antara implementasi antara RPP model biasa dan implementasi RPP berbasis karakter. Maka dapat dikatakan bahwa antara kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing implementasi RPP tidak berbeda jauh satu dengan yang lainnya. Berikut ini adalah kelemahan dan kelebihan implementasi dua model RPP: 1. Kelemahan implementasi dua model RPP Kelemahan dari implementasi dua model RPP ialah siswa cenderung pasif, hal ini dikarenakan pembelajaran monoton atau cenderung membosankan, yakni guru yang menyampaikan materi di depan kelas, dan siswa hanya berperan sebagai pendengar dari apa yang dijelaskan oleh guru saat pemeblajaran. Hal ini juga masih peneliti temukan saat peneliti melaksanakan pengamatan. Hampir semua guru saat melaksanakan pemebelajaran hampir semua hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam menyampaikan materi pembelajaran. Pembentukan karakter siswa juga dipengaruhi bawaan dari rumah, sehingga guru sedikit terhambat dalam pembentukan karakter siswa di sekolah. Pembentukan karakter siswa hanya sebatas pada pendidikan di kelas saja. Hal ini seperti terlihat pada saat peneliti melaksanakan pengamatan disalah satu SMP Negeri, bahwa saat pembelajaran, siswa kurang mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Bahkan terlihat
106
pula siswa yang acuh terhadap guru yang sedang mengajar. Hal ini pun dibenarkan oleh informan selaku PAI di SMP tersebut: Siswa terdiri dari berbagai karakter, sehingga untuk Menerapkan karakter itu juga berpengaruh dari pembiasaan anak di rumah, seperti pembentukan karakter (wawancara Ibu Umi Hani halaman 19). Kelemahan selanjutnya ialah kurangnya laokasi waktu dalam pembelajaran. dalam pembelajaran agama tentunya menanamkan nilainilai yang terdapat dalam ajaran Agama Islam untuk ditanamkan kepada para peserta didik, sehingga penaman nilai agama tersebut sulit jika harus diberikan hanya dalam waktu 2X40 menit setiap kali tatap muka, apalagi pembelajaran agama hanya ada dalam seminggu sekali. Pembelajaran di kelas hanya cenderung sebagai pembelajaran yang seolah-olah hanya sebagai transfer ilmu kepada peserta didik. Atau dapat dikatakan pembelajaran hanya dilihat dari segi kognitif semata. Target pembelajaran hanya jika materi yang telah tercantum dalam silabus/RPP sudah selesai maka tujuan pembelajaran pun dianggap sudah tercapai. Pembelajaran seperti ini juga terlihat saat pembelajaran berbasis karakter, yang seharusnya pembelajaran dengan mengedepankan perubahan karakter ke arah yang lebih baik bagi para peserta didik. 2. Kelebihan implementasi dua model RPP Sesuai dokumen yang telah peneliti temukan di lapangan, bahwa dalam penyusunan RPP berbasis karakter terdapat poin-poin karakter yang akan dibentuk pada peserta dididk. Poin karakter ini dicantumkan dalam
107
indikator dan tujuan pembelajaran, sehingga seharusnya dengan demikian dapat
membantu para pendidik untuk
lebih
mengetahui tujuan
pembelajaran secara terperinci, yakni karakter seperti apa yang akan dibentuk untuk para peserta didik. Hal ini juga terlihat pada saat peneliti melaksanakan pengamatan tehadap pembelajaran, yang menghubungkan materi dengan memberikan cerminan karakter yang harus dimiliki oleh para siswa. Berikut ini adalah hasil temuan peneliti di lapangan: Dalam penyampaian materi tersebut, guru menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari, pada saat itu guru menghubungkan kedisplinan dari tokoh sejarah Islam yang perlu dijadikan contoh untuk siswa, yaitu sikap pantang menyerah dalam menyiarkan agama Islam, walaupun dalam menjalankan agama sangat sulit, tapi mereka tetap memiliki semangat dalam beribadah (observasi Ibu Rochmatin halaman 44). Selain itu dalam implementasi RPP berbasis karakter guru Guru dan siswa terlihat lebih dekat. Pada saat peneliti melaksanakan pengamatan di kelas, siswa lebih terbuka dengan guru, sesekali siswa terlihat menceritakan pengalamannya pada saat pembelajaran. Dalam pembelajaran guru terlihat telaten dalam mendengarkan keluhan siswa. tidak hanya dalam kelas saja, akan tetapi pada saat di luar kelas peneliti melihat ada beberapa siswa yang menemui guru untuk sekedar sharing mengenai masalah-masalah yang dihadapi siswa (Observasi Ibu Layli halaman 52).
108
Sedangkan untuk kelebihan pembelajaran berdasarkan RPP model biasa ialah, pembelajaran lebih kondusif, karena salah satunya dipengaruhi oleh penggunaan metode, yakni metode ceramah. Dengan penggunaan metode ceramah ini, siswa mau tidak mau untuk mendapatkan informasi mengenai materi pembelajaran harus mendengarkan apa yang disampaikan atau dijelaskan oleh guru saat pembelajaran. Akan tetapi hal ini juga terlihat pada pembelajaran berbasis karakter, siswa secara umum terlihat kondusif dan mendengarkan apa yang di sampaikan oleh guru. Karena dalam pembelajaran berbasis karakter juga tidak bisa terlepas dari penggunaan metode ceramah. Kelebihan yang selanjutnya ialah, guru lebih mudah dalam menyusun kegiatan pembelajaran, hal ini karena guru tidak terlalu dipusingkan dengan penambahan ataupun pemilihan karakter yang akan dibentuk pada para siswa dalam pembelajaran.
109
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berikut ini peneliti akan memaparkan kesimpulan berdasarkan hasil data yang telah peneliti kumpulkan melalui wawancara dan obeservasi di empat SMP Negeri sekota Salatiga: 1. Implementasi RPP model biasa Dalam pelaksanan RPP model biasa, pembelajaran cenderung lebih sederhana, baik dari penggunaan metode, media, maupun sumber belajar. Tujuan pembelajaran yang terdapat pada RPP hanya disebutkan secara globalnya saja. Yakni tujuan pembelajaran adalah penguasaan materi terhadap siswa sesuai dengan yang tercantum dalam silabus. 2. Implementasi RPP berbasis karakter Dalam RPP berbasis karakter tujuan pembelajaran disebutkan secara lebih rinci mengenai karakter yang akan dibentuk untuk peserta didik. Maka pada pembelajaran berbasis karakter ini diperlukan tambahan dalam penggunaan metode, media, dan sumber belajar. Sedangkan untuk pelaksanaan
evaluasi,
guru
melakukan
pengamatan
terhadap
perkembangan sikap siswa. Akan tatapi berdasarkan hasil temuan di lapangan, implementasi berbasis karakter belum sepenuhnya terlaksana sesuai yang diharapkan.
110
3. Persamaan dan perbedaan Implementasi dua model RPP. Implementasi antara RPP model biasa dan RPP berbasis karakter secara umum sama saja, baik dalam penggunaan metode, media, sumber belajar, dan pelaksanaan evaluasi. Sedangkan setelah menganalisis hasil temuan di lapangan, antara implementasi RPP model biasa dan implementasi RPP berbasis karakter secara umum, baik sekolah yang berada di perkotaan dan pinggiran kota tidak memiliki perbedaan. Jika ada perbedaan itu semata-mata dilihat dari dokumentasi yang telah diperoleh oleh peneliti, yakni berupa bentuk atau sistematika dalam penyusunan RPP. Jika dulu tidak mencantumkan secara rinci mengenai karakter yang akan di bentuk kepada siswa, tapi untuk model RPP berbasis karakter, poin mengenai karakter yang akan dibentuk untuk siswa dicantumkan secara terinci dalam indikator dan tujuan pembelajaran. 4. Keunggulan dan kekurangan implementasi dua model RPP Secara
umum
implementasi
RPP
berbasis
karakter
dan
implementasi RPP model biasa tidak memiliki perbedaan, jadi dapat dikatakan pula kelemahan dan kelebihan antara implementasi RPP model biasa dan implementasi RPP model biasa hampir sama. a.
Dalam implementasi RPP model bisa memiliki kekurangan siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Sedangkan guru yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. akan tetapi hal ini juga terlihat pada saat pembelajaran berbasis karakter. Dalam proses pemebelajaran guru terlihat lebih aktif dibanding siswa, sehingga siswa terlihat pasif,
111
dan pembelajaran terlihat monoton dan cenderung membosankan. Alokasi waktu pun dirasa kurang sehingga dapat mengahmbat pembelajaran berbasis karakter dapat berjalan secara efektif dan efisien. Selain itu pengaruh dari lingkungan masyarakat juga mengahambat pembentukan karakter pada siswa sesuai dengan yang diharapkan. b.
Untuk kelebihan implementasi RPP berbasis karakter menjadikan tujuan pembelajaran menjadi lebih terarah. Dan untuk kelebihan dari RPP model biasa, lebih memudahkan guru dalam penyusunan RPP, karena lebih praktis.
B. Saran 1. Dengan berubahnya penggunaan RPP model biasa menjadi RPP berbasis karakter, harusnya juga mempengaruhi implemetasi pada pembelajaran yang saat ini menggunakan RPP berbasis karakter. Untuk itulah, sebaiknya bagi guru juga dapat lebih kreatif lagi dalam penyampaian materi pembelajaran.
meskipun
dalam
teori
sudah
ada
anjuran
untuk
menggunakan LCD maka, sebaiknya sekolah juga menyediakan sarana dan prasana, agar pembelajaran berlangsung dengan baik, sesuai dengan apa yang ingin dicapai oleh pembelajaran berbasis karakter. 2. Guna meningkatakan kedisplinan siswa pada saat mengikuti pembelajaran, maka guru dapat menerapkan reward dan punishmant. Dengan demikian siswa akan diharapkan akan mengikuti pembelajaran dengan kondusif.
112
3. Guru hendaknya melaksanakan pendekatan secara personal dengan siswa. dengan demikian guru akan mengetahui perkembangan karakter siswa. 4. Dalam pelaksanan kegiatan belajar mengajar di sekolah, sebaiknya tidak hanya terpaku hanya di ruangan kelas saja, akan tetapi penggunaan kelas alam juga perlu diterapkan karena banyak pengalaman belajar akan didapatkan peserta didik yang tidak didapatkan dalam ruangan kelas saja. 5. Untuk lebih meningkatkan civitas sekolah, banyak usaha yang bisa dilakukan, misalnya:peningkatan fasilitas sarana dan prasarana sekolah, penambahan jumlah sarana prasarana seperti jumlah LCD yang masih relatif sedikit, perbaikan dari ruangan yang kurang layak untuk melakukan proses pembelajaran. Hal ini mengingat kondisi kelas bisa juga mempengaruhi jalannya proses pembelajaran. Dengan kondisi kelas yang bagus, bersih tentunya hasil pembelajaran akan lebih nyaman dan lebih maksimal. C. Penutup Dengan mengucapkan Alhamdulillah atas rahmat dan ridho Allah yang didasari dengan niat dan kesungguhan hati. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Studi Komparasi Dua Model RPP Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri Sekota Salatiga". Demikianlah skripsi ini penulis buat, penulis merasa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Apabila ada kesalahan dalam pengutipan buku atau ada kesalahan argumen tentang suatu hal, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
113
Akhirnya saran yang membangun dan adanya kritik dari penulisan skripsi ini sangat penulis harapkan demi sempurnnanya skripsi ini. Terima kasih.
114
DAFTAR PUSTAKA Asmani, Jamal Ma’mur. 2011, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press Poermadarminto, W.J.S. 1982, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Departemen Pendidikan Nasional. 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Nurgiyantoro, Burhan. 1988, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Yogyakarta: BPFE John M. Echols dan Hassan Shadily. 2005, Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy J. 2005, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja. Sukamadinata, Nana Syaodih. 2005, Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2007, Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Husaimi Usman dan Purnomo Setiady. 2003, Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Gulo, W. 1991, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
115
Subagyo, Joko. 1991, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Nasir, Moh. 1985, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia. Hadi, Sutrisno. 2000, Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Cetakan: 30. Muslich, Mansur. 2008, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Abdul Majid dan Dian Handayani. 2004, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hamalik, Oemar. 2011, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya. Susilo, Muhammad Joko. 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyasa. 2009, Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2011, Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Muslich, Mansur. 2009, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Achmad
Nurfadli.
http://mistercela21.wordpress.com/2009/10/04/teknik-
sampling/. Diakses 22 mei 2012. Pukul 01.00 WIB. Budiyanto. http://herubudianto.com/silabus-rpp/pengertian-silabus.html. Diakses 22 Mei 2012. Pukul 01.30 WIB. Wijaya
Kusumah.
http://umum.kompasiana.com/2009/06/08/macam-macam-
metode-pembelajaran/, OPINI. Diakses 24 Mei 2012. Pukul 09.50 WIB.
116
117