STRUKTUR KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN DESKRIPSI PADA SISWA KELAS XI MAN 10 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011-2012
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh Anung Adhy Nugroho 107013000825
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK
ANUNG ADHY NUGROHO. 107013000825. STRUKTUR KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN DEKSRIPSI SISWA KELAS XI MA NEGERI 10 JAKARTA. Skripsi. Jakarta: PBSI FITK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.2014 Tujuan penelitian ini untuk mengetahui struktur kalimat majemuk pada karangan deskripsi siswa kelas XI MA Negeri 10 Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan tehnik analisis isi. Objek dalam penelitian ini adalah karangan deskripsi siswa kelas XI MA Negeri 10 Jakarta sedangkan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah struktur kalimat majemuk siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes mengarang. Dari penelitian ini diperoleh 268 kalimat dari 25 karangan yang dianalisis, dari keseluruhan kalimat tersebut terdapat 142 kalimat majemuk, yang terdiri dari 61 kalimat majemuk setara, 52 kalimat majemuk bertingkat, dan 29 kalimat majemuk campuran. Dari 142 kalimat majemuk terdapat 142 struktur kalimat yang berbeda. Dari keseluruhan kalimat majemuk yang dianalisis, tidak terdapat struktur kalimat yang dominan. Tiap-tiap kalimat majemuk memiliki struktur yang berbeda-beda. Struktur kalimat majemuk siswa MA Negeri 10 Jakarta sangat kompleks karena banyak terjadi perluasan-perluasan pada tiap unsurnya, terutama unsur keterangan. Beberapa contoh struktur kallimat majemuk S+P+K+P+K, S+P+Pel+K+P+Pel+K, K(P+O)+S+P+S+P+S+P+P+O+K Kata Kunci : Kalimat Majemuk Dan Karangan Deskripsi
i
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt, yang telah senantiasa memberikan kesehatan lahir dan batin kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Salawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad saw. yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman kecerdasan. Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa moral maupun material. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan PBSI yang selalu memberikan pencerahan kepada penulis; 3. Dra. Hindun, M.Pd., sebagai penasihat akademik yang selalu memberikan nasihat yang berguna untuk penulis; 4. Dr. Nuryani, M.A., sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan petunjuk serta pengarahan kepada penulis; 5. Drs. Mohammad Yasin, M.Pd., sebagai kepala MAN 10 Jakarta beserta jajarannya yang telah membantu penulis dengan memberikan izin untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut; 6. Ayahanda dan Ibunda, atas segala bentuk cinta dan kasih sayangnya kepada ananda yang selalu memberikan doa, motivasi, bantuan moral, dan material, semoga Allah swt. selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada keluarga kita.
ii
7. Kakak dan adikku, yang selalu memberikan dukungan dan bantuan baik moral maupun material yang tak terhingga kepada penulis; 8. Dewi Handayani, teman seperjuangan yang bisa mengembalikan semangat dan motivasi saya dalam melanjutkan skripsi saya yang telah tertunda selama dua tahun. Penulis berdoa dan berharap semoga semua pihak yang telah membantu dengan kebaikan dan ketulusan mendapat balasan dan menjadi ladang amal di sisi Allah swt. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca. Amin.
Jakarta, 11 Juli 2014 Penulis
Anung Adhy Nugroho 107013000825
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGGUJI LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK..........................................................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................................
ii
DAFTAR ISI .....................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
vi
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................
1
B. Identifikasi Masalah......................................................
3
C. Perumusan Masalah ......................................................
4
D. Tujuan Penelitian ..........................................................
4
E. Manfaat Penelitian ........................................................
4
KERANGKA TEORITIS DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Deskripsi Teori ..........................................................
5
a. Struktur Kalimat majemuk ......................................
5
b. Karangan Deskripsi ................................................
21
B. Penelitian Relevan ......................................................
27
METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ........................................................
28
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................
29
C. Objek, Subjek dan Fokus Penelitian .............................
29
D. Instrumen Penelitian ....................................................
29
E. Teknik Pengumpulan Data ...........................................
30
F. Teknik Analisis Data ...................................................
31
iv
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ..............................................................
32
B. Penyajian Data ..............................................................
33
C. Analisis Data ...............................................................
57
D. Hasil Interpretasi Data ..................................................
86
E. Keterbatasan Penelitian .................................................
86
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................
88
B. Saran ............................................................................
88
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
89
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................
90
v
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Tabel Struktur Pola Kalimat Majemuk…………………….
90
Lampiran 2: Karangan Deskripsi Siswa .................................................
92
Lampiran 3: Lembar Uji Referensi ........................................................
102
Lampiran 4: Surat Keterangan Penelitian/Riset .....................................
103
vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bahasa merupakan alat komunikasi dan alat interaksi yang digunakan manusia. Selain itu, bahasa juga merupakan alat atau media yang digunakan manusia untuk bersosialisasi di tengah masyarakat. Seseorang akan sulit untuk berinteraksi serta bersosialisasi dengan orang lain apabila bahasa yang digunakan kurang baik. Sebenarnya, bahasa bukanlah satu-satunya alat untuk berkomunikasi. Namun kenyataanya bahasa merupakan alat yang paling baik dibandingkan dengan alat komunikasi yang lain. Bahasa dapat digunakan secara lisan ataupun secara tertulis, penggunaan bahasa secara lisan lebih sering digunakan dibandingkan penggunaan bahasa secara tertulis. Baik penggunaan bahasa secara lisan maupun tertulis, pada dasarnya dibangun oleh beberapa sistem yang saling berhubungan. Hal ini sejalan dengan pendapat Keraf. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata.1 Pendapat lain yang sejalan dengan pendapat di atas dikemukakan oleh Chaer dan Leonie Agustina, dalam buku sosiolinguistik sebagai berikut. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga bersifat sistemis. Dengan sistemis bahasa itu tersusun menurut pola tertentu, tidak tersusun secara acak dan sembarangan. Sedangkan sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem tunggal melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon.2 Berdasarkan pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan, bahwa seseorang akan dapat berbahasa lisan apabila dia telah menguasai dan dapat menggunakan semua sistem bahasa itu dengan benar. 1 2
Gorys Keraf. Komposisi. Nusa Indah. 1980. hlm. 2 Abdul Chaer dan Leoni Agustina. Sosiolinguistik. Jakarta:Rineka Cipta. 2004. hlm. 11-12.
1
2
Dalam kehidupan sekolah dan dalam bidang pendidikan, pada umumnya bahasa indonesia merupakan bahasa pengantar resesi dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu, agar siswa dapat menguasai bahasa indonesia dengan baik, mereka perlu mendapatkan pengajaran, pembinaan dan pengembangan yang benar-benar efektif. Tarigan mengemukakan Keterampilan bahasa mempunyai empat komponen yaitu: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan itu tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena keempat keterempailan tersebut saling berkaitan.3 Menulis atau mengarang merupakan salah satu keterampilan siswa. Keterampilan ini dapat dikuasai siswa apabila siswa tersebut telah menguasai tiga keterampilan berbahasa lainnya. Maka jelaslah di dalam kegiatan mengarang, siswa dituntut mampu menyusun kalimat-kalimat yang baik untuk menyampaikan buah pikiran. Struktur kalimat sangat mempengaruhi makna atau pokok pikiran dalam sebuah kalimat. Apakah sebuah kalimat memiliki struktur yang kurang baik, maka makna kalimat tersebut akan sulit untuk dipahami. Kalimat dalam bahasa Indonesia dibedakan atas ragam dan bentuknya. Menurut ragamnya, kalimat-kalimat yang terdapat dalam karangan siswa biasanya ragam kalimat berita. Menurut bentuknya kalimat-kalimat yang digunakan siswa adalah kalimat tunggal dan majemuk. Kalimat majemuk terbagi lagi yaitu, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran. Baik teori maupun praktiknya, pembelajaran kalimat majemuk telah diajarkan sejak SLTP bahkan sejak SD. Akan tetapi struktur kalimat majemuk yang digunakan siswa, baik struktur kalimat majemuk setara, bertingkat, ataupun kalimat majemuk campuran sangat beragam. Hal ini mungkin karena pembelajaran kalimat majemuk disekolah kurang mendapatkan perhatian yang serius. Semua itu merupakan tantangan bagi 3
Henry Guntur Tarigan. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa. 1986. hlm. 9
3
guru bahasa Indonesia, dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap struktur kalimat yang baik, khususnya struktur kalimat majemuk. Di bawah ini beberapa contoh kalimat majemuk yang didapat dari beberapa karangan deskripsi siswa: 1) Pangandaran merupakan salah satu pantai yang indah, terletak di daerah Ciamis Jawa Barat. 2) Jika kita memasuki perumahan atau kompleks tersebut, kita pasti akan menemukan berbagai macam tukang makanan, dari makanan untuk pagi hari sampai malam. 3) Dari kejauhan aku lihat kabut-kabut yang sejuk dan hamparan sawah yang menguning. Dalam proses mengarang banyak siswa lebih cenderung fokus kepada bentuk karangannya dibandingkan dengan struktur kalimat. Sehingga kalimat yg terdapat di dalam karangan tidak terlalu diperhatikan. Serta di dalam proses penilaian terhadap suatu karangan kebanyakan guru tidak menilai struktur kalimatnya, mereka menilai bentuknya dan isi dari cerita. Berdasarkan uraian di atas penulis termotivasi untuk melakukan penelitian guna mengetahui struktur kalimat majemuk dalam karangan deskripsi siswa. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul struktur kalimat majemuk dalam karangan deskripsi siswa kelas XI MAN 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Beragamnya struktur kalimat majemuk pada karangan deskripsi 2. Pada karangan deskripsi siswa lebih fokus kepada bentuk karangan dibandingkan dengan struktur kalimat.
4
C. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang akan dijadikan penelitian adalalah “Bagaimana struktur kalimat majemuk dalam karangan deskripsi pada siswa kelas XI MAN 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012?.”
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui struktur kalimat majemuk pada karangan deskripsi pada siswa kelas XI MAN 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Manfaat
dari
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
pengetahuan tentang struktur kalimat majemuk yang sering digunakan oleh siswa MAN pada karangan deskripsi. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru sebagai acuan untuk bisa menjelaskan kalimat majemuk secara lebih terperinci dan dapat menentukan metode yang tepat untuk pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran kalimat majemuk. Serta dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa mengenai struktur kalimat majemuk, dan memberikan gambaran hasil pembelajaran sebagai umpan balik bagi guru untuk menentukan pembelajaran bahasa indonesia selanjutnya.
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENILITIAN YANG RELEVAN A. Deskripsi Teori a. Struktur Kalimat Majemuk Kata struktur dapat diartikan sebagai suatu kesatuan atas bagian-bagian. Contohnya pohon, rumah, dan masyarakat. Bagian dari pohon, rumah, dan masyarakat disebut sebagai struktur. Selain itu, struktur juga memiliki keterkaitan antara bagian-bagian yang ada. Seperti contoh di atas, bagian pohon, rumah dan masyarakat memiliki keterkaitan yang teratur. Hal ini menurut Keraf, “struktur adalah keseluruhan dari relasi antara kesatuan dan bagianbagiannya, atau antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Atau dapat dikatakan struktur adalah perangkat hubungan anatara bagian-bagian yang teratur, yang membentuk suatu kesatuan yang lebih besar.”1 Kalimat merupakan sebuah struktur karena tiap-tiap bagiannya merupakan suatu
kesatuan
yang
dibentuk
dari
bagian-bagian
tertentu.
Putrayasa
mengemukakan, “Dalam Bahasa Indonesia terdapat lima struktur (pola) kalimat dasar yaitu: 1) KB+KB (kata benda+kata benda), 2) KB+KK (kata benda+kata kerja), 3) KB+KS (kata benda+kata sifat), 4) KB+Kbil (kata benda+kata bilangan), dan 5) KB+Kdep (kata benda+kata depan). Pada pola tersebut kata benda pertama menunjukan subjek, sedangkan kata benda kedua, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan sebagai predikat kalimat.”2 Kita mengenal istilah kalimat panjang dan kalimat pendek. Struktur dasar kalimat panjang tidak berbeda dengan struktur kalimat pendek. Yang membedakan kalimat panjang dan kalimat pendek bukan di dalam struktur kalimatnya, melainkan adanya tambahan-tambahan kata yang menempel pada subjek atau predikat yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyamartaya, “panjang atau pendek, kalimat hanya dan harus terdiri atas subjek dan predikat.
1 2
Gorys Keraf. Eksposisi. Jakarta: Grasindo. 1995. hlm.57 Ida Bagus Putrayasa. Analisis kalimat. Bandung: Refika Aditama. 2007.hlm 25.
5
6
Kalimat pendek akan menjadi panjang atau berkembang karena diberi tambahantambahan atau keterangan-keterangan pada subjek, pada predikat, atau pada keduanya.”3 Sebuah kalimat itu bisa dikatakan sebagai sebuah kalimat jika memiliki subjek (S) dan predikat (P) di dalamnya, serta di dalam kalimat itu terbentuk sebuah makna. Hal ini sejalan dengan pendapat Finoza, “kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.”4 Kalimat adaalah kumpulan kata yang terkecil. Kalimat bukanlah sematamata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Melainkan, di dalam kalimat tersebut mengandung pikiran yang lengkap. Ini senada dengan pendapat Keraf yang menyatakan bahwa, “kalimat ialah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap.”5 Selain dari bentuk kalimat, untuk menyatakan bahwa kalimat itu sudah lengkap. Kalimat bisa juga ditandai dengan adanya intonasi di bagian ujaran. Wiyanto mengemukakan bahwa, “kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.”6 Kalimat harus memiliki struktur subjek, predikat, objek dan keterangan dan stuktur itu terlihat jelas. Sehingga kalimat tersebut akan memiliki makna atau ide. Selain itu, makna atau gagasan yang menunjukan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturannya. Arifin menambahkan, “sebuah kalimat hendaklah berisikan suatu gagasan atau ide. Agar gagasan atau ide kalimat mudah dipahami pembaca, fungsi bagian kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek dan keterangan, harus
3
A. Widyamartaya. Seni menggayakan kalimat. Yogyakarta: Kanisius. 1990. hlm 9. Lamuddin Finoza. Komposisi bahasa indonesia. Jakarta: Insan Mulia. 2001. hlm 115. 5 Gorys Keraf. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah. 1991. hlm 140. 6 Asul Wiyanto. Tata bahasa sekolah. Jakarta: Grasindo. 2005. hlm 44 4
7
tampak dengan jelas (eksplisit).”7 Ini sejalan dengan pendapat chaer, “kalimat harus dilengkapi dengan unsur seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan.”8 1) Unsur atau bagian menjadi pokok pembicaraan, yang lazim disebut dengan istilah subjek (S) Contoh: Kata “lampu” dalam kalimat: Lampu itu menerangi jalan. Pada kalimat di atas, yang berfungsi sebagai subjek (S) adalah lampu. Karena lampu menjadi pokok pembicaraan dalam kalimat tersebut. Fungsi subjek biasanya diisi oleh kata benda, seperti kata “lampu” dalam kalimat di atas. 2) Unsur atau bagian yang menjadi komentar tentang subjek, yang lazim disebut dengan istilah predikat (P). Contoh: Kata “membaca” dalam kalimat: Ayah membaca koran Pada kalimat di atas, yang berfungsi sebagai predikat (P) adalah membaca. Karena membaca menjadi komentar tentang subjek dalam kalimat tersebut. Fungsi predikat biasanya diisi oleh kata kerja, seperti kata “membaca” dalam kalimat di atas. Tetapi dapat juga berupa frase kerja, kata sifat atau frase sifat seperti contoh di bawah ini: (1) Ani tidak akan pergi
7
E. Zaenal Arifin dan Farid Hadi. 1001 Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Akademika Pressindo. 2009. hlm 116 8 Abdul Chaer. Tata bahasa praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. hlm 327-328.
8
“Tidak akan pergi” disini menjelaskan sebagai frase kerja. (2) Gedung itu tinggi “itu tinggi” disini menjelaskan sebagai frase sifat.
3) Unsur atau bagian yang merupakan pelengkap dari predikat, yang lazim disebut dengan istilah objek (O). Contoh: Kata koran dalam kalimat: Ayah membaca “koran”. Pada kalimat di atas, yang berfungsi sebagai objek (O) adalah koran. Karena koran menjadi pelengkap dari predikat dalam kalimat tersebut. Fungsi objek biasanya diisi oleh kata benda, seperti kata “koran” dalam kalimat di atas. Tetapi ada juga frase benda seperti contoh berikut ini: Yosef membaca “buku bahasa inggris”. “buku bahasa inggris” disini menjelaskan sebagai frase benda. 4) Unsur atau bagian yang merupakan penjelasan lebih lanjut terhadap predikat dan subjek, yang lazim disebut istilah keterangan (K). Contoh: Pada frase di dapur dalam kalimat: Ibu memasak di dapur Pada kalimat di atas, yang berfungsi sebagai keterangan (K) adalah dapur. Karena dapur menjadi penjelasan lebih lanjut terhadap predikat atau subjek dalam kalimat tersebut. Fungsi keterangan di sini memberi penjelasan tempat dan berfungsi sebagai keterangan.
9
Unsur keterangan ini dapat memberi penjelasan tentang tempat seperti contoh di atas tetapi juga memberi berbagai penjelasan lain seperti tentang keterangan waktu, sebab, akibat, syarat, alat, dan sebagainya. Contoh: (1) Hari ini dia datang terlambat (keterangan waktu) (2) Dia terlambat karena hujan (keterangan sebab) (3) Dia dipukuli orang ramai sampai babak belur (keterangan akibat) (4) Saya akan hadir di sana (keterangan tempat) (5) Kakak menulis dengan pulpen (keterangan alat) Walija mengemukakan batasan-batasan antara subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan sebagai berikut: Fungsi kalimat
batasan
Subjek
Bagian kalimat yang tindakan atau keadaannya yang diterangkan oleh predikat.
Predikat
Bagian kalimat yang menerangkan tindakan atau keadaan subjek
Objek
Bagian kalimat yang menjadi sasaran tindakan subjek.
Pelengkap
Bagian kalimat yang mirip objek, tetapi tidak dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif.
keterangan
Bagian kalimat yang menjelaskan lebih lanjut tentang subjek, predikat, atau objek.
Subjek dan predikat merupakan unsur yang harus ada di setiap kalimat, sedangkan unsur objek dan keterangan tidak harus selalu ada. Ada atau tidaknya objek dalam sebuah kalimat bergantung pada jenis kata yang menjadi predikat.
10
Sudah kita ketahui bahwa kalimat terdiri dari unsur-unsur yang berupa S, P, O, Pel, dan K. Memang tidak semua kalimat mengandung semua unsur itu. Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut jumlah klausa pembentuknya, fungsi isinya, kelengkapan unsurnya dan susunan subjek predikatnya. Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua macam, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Klausa pembentuk kalimat tunggal hanya mengandung satu unsur S, P, O, Pel, dan K. Sedangkan klausa pembentuk pada kalimat majemuk bisa mengandung dua atau lebih unsur S, P, O, Pel, dan K. Hal ini sejalan dengan pendapat Wiyanto, “kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih”9 Finoza, dalam bukunya komposisi bahasa indonesia memberikan batasan mengenai kalimat majemuk, “kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal.”10 Senada dengan pendapat di atas keraf berpendapat bahwa, “kalimat majemuk adalah penggabungan dari dua kalimat tunggal atau lebih, sehingga kalimat yang baru ini mengandung dua pola kalimat.”11 Sedangkan Alisjahbana mengemukakan bahwa, “kalimat majemuk adalah susunan beberapa kalimat yang dalam hubungan kalimat-kalimat yang banyak itu amat rapat perhubungan isinya, sedangkan perhubungan yang rapat itu ternyata pula pada cara menyusun kalimat-kalimat itu, sehingga sekaliannya itu bersama-sama boleh dianggap menjadi sebuah kalimat baru.”12 Dari semua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang berasal dari penggabungan dua kalimat atau lebih yang menimbulkan sifat-sifat hubungan. Kalimat majemuk bisa terdiri dua kalimat dengan struktur yang sama, bisa juga dengan dua kalimat dengan dua struktur 9
Asul Wiyanto. Op. Cit. hlm 49. Lamuddin Finoza. Op. Cit. hlm 128. 11 Gorys Keraf. Op. Cit. hlm 167. 12 S. Takdir Alisjahbana. Tata bahasa baru Bahasa Indonesia. Jakarta; Dian Rakyat. 1983. hlm 117 10
11
yang berbeda. Hasil penggabungan dua kalimat atau lebih memiliki hubungan yang amat rapat. Dari penggabungan kalimat itu maka muncul sifat hubungan pola-pola kalimat dalam sebuah kalimat majemuk. Menurut Keraf, sifat hubungan tersebut sebagai berikut: a) Sederajat (koordinatif) : kedudukan pola-pola kalimat tunggal sama tinggi, tidak ada pola-pola kalimat yang menduduki satu fungsi dari pola yang lain. b) bertingkat (subordinatif) : hubungan antara pola-pola kalimat tidak sederajat, karena pola kalimat yang menduduki suatu fungsi dari pola campuran. c) campuran : hubungan antara pola-pola kalimat itu dapat sederajat dan bertingkat.13 Senada dengan pendapat di atas Arifin dan Tasai mengemukakan bahwa, “kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-subordinatif).”14 Sedangkan Wiyanto memberikan batasan atau macam-macam kalimat majemuk berdasarkan hubungan antar klausanya sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
Kalimat majemuk setara, Kalimat majemuk bertingkat, Kalimat majemuk setara rapatan, Kalimat majemuk bertingkat rapatan, dan Kalimat majemuk campuran.15
Bila hubungan antar kedua pola kalimat itu sederajat maka terdapatlah kalimat majemuk setara. Hubungan setara itu dapat terperinci lagi atas: 1) Setara menggabungkan: pengabunggan itu dapat terjadi dengan merangkaikan dua kalimat tunggal dengan diantaranya kesenyapan antara atau dirangkaikan dengan kata-kata tugas seperti: dan, lagi, sesudah itu, karena itu.
13
Gorys Keraf. Op. Cit. hlm 168 E. Zaenal dan Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Pustaka Antarkota. 1985. hlm 87-88. 15 Asul Wiyanto.Op.Cit. hlm 50. 14
12
Contoh: (1a) saya menangkap ayam itu dan ibu memotongnya. (1b) ayah telah memanjat pohon manngga itu, sesudah itu dipetiknya beberapa buah. 2) Setara memilih: kata tugas yang dipakai untuk menyatakan hubungan ini adalah: atau. Contoh: Engkau tinggal saja di sini, atau engkau ikut dengan membawa barang itu. 3) Setara mempertentangkan: kata-kata tugas yang dipakai dalam hubungan ini adalah: tetapi, melainkan, hanya. Contoh: (3a) adiknya rajin, tetapi ia sendiri malas. (3b) ia tidak menjaga adiknya, melainkan membiarkannya saja. Alisjahbana mengemukakan hubungan menjajarkan serupa atau setara terbagi atas: hubungan menjajarkan menyambung, hubungan menjajarkan
mepertentangkan
dan
hubungan
menjajarkan
yang
menyatakan sebab akibat.16 Hubungan menjajarkan menyambung terbagi: 1) Menyambung biasa Contoh: Ibu menuang teh, bapak membaca surat kabar dan adik bermain-main 16
S. Takdir Alisjahbana. Op. Cit. hlm 118
13
2) Menyambung menguatkan Contoh: (2a) baju yang seburuk itulah diberikannya kepada saya, itupun dilakukannya dengan hati yang berat. (2b) bukan saja tidak datang, mengirim suratpun ia tidak. (2c) pendapatannya yang sedikit itu dipakainya, sehingga cukup baginya, malahan ia dapat pula menyimpan sekadarnya untuk hari tuanya. 3) Menyambung mengatur Contoh: (3a) mula-mula disuruhnya anak itu duduk, sesudahnya itu diberinya buku untuk dibaca, kemudian diajaknya becakapcakap, akhirnya berulah dikeluarkannya maksudnya yang sebenarnya. (3b) pertama saya keberatan akan maksudnya itu, kedua saya tidak beruang memberi sokongan sebanyak itu, ketiga saya benci melihat sikapnya yang sombong. Hubungan menjajarkan mempertentangkan, dapat dibedakan: 1) Mempertentangkan biasa Contoh: (1a) adiknya pandai, tetapi kakaknya bodoh. (1b) musim hujan dingin, musim kemarau sebaliknya panas. 2) Mempertentangkan mengganti
14
Contoh: (2a) bukan dia harus dicela, tetapi orang yang dengan sengaja menghasutnya harus disalahkan. (2b) saya datang sendiri mengantarkannya, atau saya suruh anak saya ke rumah tuan. 3) Mempertentangkan mewatasi Contoh: (3a) meskipun ia berusaha dengan sungguh-sungguh, tetapi ia tak maju-majunya. (3b) karangan tuan sudah diterima, hanya di sana-sini diadakan beberapa perubahan. Hubungan menjajarkan yang menyatakan sebab akibat. Contoh: (1) Si umi sakit, sebab itu ia tidak sekolah (2) Engkau tidak menghafal, tentulah nilaimu buruk. Sugono menambahkan, “kalimat majemuk setara (koordinatif) adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya, dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal.”17 Sugono membagi kalimat majemuk setara kedalam empat macam yaitu: 1) Kalimat majemuk setara yang menyatakan gabungan, 2) kalimat majemuk setara yang menyatakan urutan peristiwa, 3)
17
Dendy Sugono. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara. 1994. hlm 114.
15
kalimat majemuk setara yang menyatakan pilihan, dan 4) kalimat majemuk setara yang menyatakan perlawanan.18 1) Menyatakan gabungan: kalimat majemuk setara ini ditandai oleh konjungsi, misalnya dan, serta, dan lagi pula. Contoh: (1a) penggembala itu meniup seruling, da teman-temannya menyanyikan lagu perjuangan. (1b) pak mandor perkebunan kopi mengawasi mereka dari jauh, dan para pekerja perkebunan merasa terhibur, serta para pencari kayu ikut bergembira. (1c) mereka menyambut para pekerja perkebunan itu, dan meneriakkan pekik kemerdekaan. Jika unsur kalimat majemuk setara itu ada tiga kalimat dasar, ada dua pilahan, yaitu menggunakan dua konjungsi (dan, serta) secara serentak dan menggunakan tanda koma serta konjungsi dan. Konjungsi dan dan serta dapat digunakan secara serentak jika ada tiga kalimat dasar dalam sebuah kalimat majemuk setara gabungan. Di samping itu dapat juga digunakan konjungsi pada kalimat dasar yang terakhir. Bahkan cara ini dapat dipakai pada kalimat majemuk lebih dari tiga kalimat dasar. Contoh: Matahari bergerak turun di balik pegunungan, penggembala mengiring kerbaunya pulang, pak mandor membunyikan bel, para pekerja perkebunan berangsur meninggalkan perkebunan kopi, dan suasana sunyi kembali.
18
Ibid. hlm 116
16
Pada kalimat itu hanya digunakan satu konjungsi, yaitu dan, pada posisi sebelum kalimat dasar yang terakhir. Kalimat dasar dipisahkan oleh tanda koma. 2) Kalimat majemuk setara pilihan. Kalimat majemuk ini ditandai oleh kata penghubung atau. Jika isi pilihan hanya dua, (dua kalimat dasar), dipakai konjungsi atau diantara dua pilihan itu dan disertai tanda koma. Contoh: (2a) dia mengikuti bimbingan tes SPMB, atau melanjutkan di perguruan tinggi swasta yang baik. (2b) kau boleh mengikuti ujian lisan, atau kau membuat karya ilmiah tentang masalah hukum di indonesia. (2c) hasil ujian saya kirim lewat pos, atau anda ambil di sekretariat FKIP Jika kalimat majemuk terdiri dari lebih dari dua kalimat dasar,
konjungsi atau ditempatkan pada posisi sebelum
kalimat dasar yang terakhir. Kalimat dasar yang satu ini dipisahkan dengan tanda koma dari kalimat dasar yang lain. Contoh: Santi dapat membaca di papan pengumuman, meminta penjelasan kepada dosen pembimbing, atau mencari informasi di biro pendidikan. 2) Kalimat majemuk setara urutan peristiwa Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi lalu, lantas, terus, kemudian. Meskipun konjungsi merupakan pembatas kalimat dasar satu dari kalimat dasar yang lain, masih
17
diperlukan tanda koma sebagai pembatas antara kalimat dasar satu dengan kalimat dasar yang lain. Contoh: (3a) sang komandan memberi perintah, lalu mereka mencari tempat perlindungan. (3b)
sebagai
pasukan
menerobos
perbatasan,
kemudian mereka menghantam pertahanan musuh. (3c) beberapa kali mereka melancarkan tembakan, lantas
anggota
pasukan
yang
lain
menuju
perbatasan. Jika kalimat majemuk jenis ini terdiri dua kalimat dasar, ada dua pilihan. Pilihan pertama ialah kalimat majemuk yang menggunakan konjungsi secara serentak, dan
pilihan
kedua
ialah
kalimat
majemuk
yang
menggunakan tanda koma dan konjungsi menjadi pemisah antarkalimat dasar. Konjungsi lalu, lantas, kemudian dapat digunakan secara serentak. Disamping itu, dapat juga digunakan satu konjungsi yang terletak pada kalimat dasar yang akhir. Contoh: (1) Seorang prajurit menyelinap di balik pepohonan, lalu dia mengawasi keadaam sekelilingnya, lantas dia melihat seorang pencari kayu di ujung jalan setapak, kemudian dia lari mengejarorang itu. (2) Laki-laki pencari kayu itu merasa diikuti orang, dia menoleh ke belakang, seorang prajurit berteriak memanggilnya, kemudian mereka bersama-sama menuju arah selatan.
18
Konjungsi lalu dan lantas pada kalimat pertama itu dapat ditiadakan tanpa mengubah makna kalimat itu asalkan
masih
ada
konjungsi
terakhir
(kemudian).
Sebaliknya, pada kalimat kedua dapat
ditempatkan
konjungsi diantara kalimat dasar pertama dan kedua serta diantara kalimat dasar kedua dan ketiga. Jika hal itu dilakukan, maka kalimatnya akan berbentuk: (1) Seorang
prajurit
pepeohonan,
dia
menyelinap mengawasi
di
balik keadaan
sekelilingnya, dia melihat seorang pencari kayu diujung jalan setapak, kemudian dia lari mengejar orang itu. (2) Laki-laki pencari kayu itu merasa diikuti orang, lalu dia menoleh ke belakang, lantas seorang prajurit berteriak memanggilnya, kemudian mereka bersama-sama menuju arah selatan. 3) Kalimat majemuk setara perlawanan. Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjingsi tetapi, melainkan dan sedangkan. Konjungsi itu menyatakan hubungan perlawanan antara kalimat dasar satu dan kalimat dasar yang lain dalam sebuah kalimat majemuk. Namun, masih perlu digunakan tanda koma di antara kalimat dasar yang satu dan kalimat dasar yang lain. Contoh: (4a) orang tua selalu meributkan masalah kenakalan remaja, tetapi kalangan remaja sendiri tak pernah mempersalahkan hal itu. (4b) bukan anak-anak remaja yang meributkan persoalan itu, melainkan orang tua mereka yang takut anaknya melanggar pergaulan.
19
(4c) orang tua selalu menyalahkan anak-anaknya, sedangkan mereka sendiri terlalu sibuk dengan urusan di luar rumah. Karena kalimat majemuk perlawanan umumnya terdiri atas dua kalimat dasar, konjungsi perlawanan selalu hadir. Tanpa konjungsi perlawanan, makna kalimat itu tidak akan memperlihatkan hubungan perlawanana secara tegas. Bila
hubungan
klausa-klausa
tidak
sederajat
maka
terdapatlah kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk bertingkat (subordinasi) adalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak sederajat.19 Contoh: Pencuri itu membuka jendela ketika kami tidur Dari kalimat di atas dapat dilihat bahwa hubungan antara klausa pencuri itu membuka jendela dan klausa kami tidur tidak sederajat. Sedangkan menurut sugono, “kalimat majemukk bertingkat adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat itu, misalnya keterangan, subjek, atau objek.20 Walija menambahkan, “hubungan bertingkat ditandai dengan adanya klausa utama dan klausa bawahan yang dimakasud klausa bawahan atau subordinat adalah klausa yang berfungsi
19 20
Asul Wiyanto. Op. Cit. hlm 51 Dendy Sugono. Op. Cit. hlm 124
20
sebagai keterangan dari klausa utamanya. Oleh karena itu, klausa tersebut tidak setara atau bertingkat.”21 Bila terjadi penggabungan kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat, maka akan menghasilkan struktur kalimat baru yang disebut kalimat majemuk campuran. ini sejalan dengan
wiyanto
yang
mengemukakan,
“kalimat
majemuk
campuran adalah kalimat kalimat majemuk yang merupakan gabungan dari kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat.”22 Contoh: Sinta menggoreng tempe dan santi mengatur meja makan ketika ranti mencuci piring. Keraf menambahkan bahwa, “kalimat majemuk campuran dapat terdiri dari sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan.”23
1) Satu pola atasan dua pola bawahan. Contoh: Kami
telah
menyelenggarakan
sebuah
malam kesenian, yang dimeriahkan oleh para artis ibu kota, serta dihadiri pula oleh para pembesar di kota itu 2) Dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan Contoh:
21
Walija. Op. Cit. hlm 6 Asul Wiyanto. Op. Cit. hlm 54 23 Gorys Keraf. Op. Cit. hlm 170 22
21
Bapak menyesalkan perbuatan itu, dan meminta
kami
berjanji
tidak
akan
mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama, yang dapat merugikan nama keluarga dan kedudukannya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa struktur kalimat majemuk adalah keseluruhan dari relasi antara kesatuan dengan bagian-bagian, atau antara bagian yang satu dengan bagian yang lain di dalam sebuah kalimat majemuk.
b. Karangan Deskripsi Seorang pengarang adalah seperti seorang pengusaha toko. Ia mempunyai tumpukan bahan, untuk disuguhkan kepada para pembaca hanya bagaimana cara mengaturnya. Dalam mengarang seseorang berusaha merangkai kata-kata untuk menuangkan gagasannya. Hal ini sejalan dengan pendapat finoza bahwa, “mengarang adalah pekerjaan merangkai atau menyusun kata, frasa, kalimat, dan alinea yang dipadukan dengan topik dan tema tertentu untuk memperoleh hasil akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil akhir berupa karangan bunga).”24 Di
dalam
buku
teknik
mengarang karya
caraka,
“mengarang
adalah
mengungkapkan sesuatu secara jujur, tanpa rasa emosional yang berlebih-lebihan, realistis dan tidak menghambur-hamburkan kata secara tak perlu.”25 Karsana menambahkan, “mengarang adalah mengutarakan sesuatu dengan menggunakan bahasa secara tertulis. Dengan mengutarakan itu dimaksudkan menyampaikan,
24 25
Lamuddin Finoza. Op. Cit. hlm 189 Cipta Loka Caraka. Teknik Mengarang. Yogyakarta:Kanisius. 1993. hlm 8
22
memberitakan, menceritakan, melukiskan, menerangkan, meyakinkan, menjelmakan dan sebagainya.”26 Dari ketiga pendapat di atas dapat disiimpulkan bahwa kegiatan mengarang merupakan pekerjaan menuangkan gagasan atau pikiran dalam bentuk rangkaian kata-kata. Kita semua mempunyai gagasan, tetapi dalam melukiskan gagasan tidaklah mudah. Seringkali kita menemui hambatan-hambatan dalam melukiskan atau menuangkan gagasan. Walija mengemukakan hambatan-hambatan ketika akan menuangkan gagasan diantaranya sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
Merasa tidak mampu mengarang Merasa gagasannya tidak istimewa atau biasa-biasa saja Merasa takut salah Merasa takut dikritik orang lain Merasa kurang mempunyai data atau bukti-bukti yang cukup untuk mengarang dengan tema tertentu. 6) Merasa tidak terlatih27 Gagasan
merupakan
modal
pertama
seorang
pengarang
untuk
menuangkannya ke dalam bentuk karangan. Gagasan, ide, atau buah pikiran dapat disampaikan kedalam bentuk karangan yang sesuai dengan jenis gagasan yang ingin disampaikan. Walija mewnjelaskan macam-macam jenis gagasan sebagai berikut: Penyajian gagasan secara umum dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu 1) pemaparan atau eksposisi, 2) pembahasan atau argumentasi, 3) penceritaan atau narasi, 4) pelukisan atau deskripsi, dan 5) pembujukan atau persuasi.28 Pendapat di atas sejalan dengan Finoza, berdasarkan cara penyajian pokok bahasannya tipe karangan ada lima, yaitu:
26 27
Ano Karsana. Buku Materi Pokok Keterampilan Menulis. Jakarta. 1986. hlm. 5 Walija. Komposisi:Mengolah Gagasan Menjadi Karangan. Jakarta:Penerbit Aksara. 1996. hlm
1 28
Ibid. Hlm 4.
23
1) Karangan deskripsi (pelukisan) 2) Karangan narasi (pengisahan) 3) Karangan eksposisi (pemaparan) 4) Karangan argumentasi (pembahasan) 5) Karangan persuasi (pengajakan)29 1. Karangan deskripsi Karangan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan, membeberkan suatu objek sesuai dengan ciri-ciri, sifat-sifat, atau hakikat objek sebenarnya. 2. Karangana narasi Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk, perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. 3. Karangan eksposisi Karangan eksposisi adalah karangan yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. 4. Karangan argumentasi Karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambill suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. 5. Karangan persuasi Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat atau gagasan ataupun seseorang. Sudah dijelaskan macam-macam karangan, di antaranya karangan narasi, karangan argumentasi, karangan eksposisi, karangan persuasi, dan karangan deskripsi. Tulisan deskripsi berupaya untuk menggambarkan sesuatu. Deskripsi berasal dari kata describere dalam bahasa latin yaitu menulis tentang, membeberkan sesuatu hal, melukiskan suatu hal. Sedangkan dalam bahasa inggris 29
Lamuddin Finoza. Op. Cit. hlm 190.
24
istilah description (melukiskan). Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi, “deskripsi berarti melukiskan, menggambarkan, mempertunjukan.”30 Menurut Liang Gie deskripsi berarti, “bentuk pengungkapan yang menggambarkan berbagai cerapan pengarang dengan segenap inderanya yang bermaksud menimbulkan citra yang sama dalam diri pembaca.”31 Keraf menambahkan, “deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu.”32 Dalam deskripsi kita melihat objek garapan secara hidup dan konkrit; kita melihat objek secara bulat. Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindera seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Untuk menulis satu deksiprsi yang baik seorang pengarang harus dekat kepada objek dan masalahnya dengan semua pancainderanya. Finoza menjelaskan. “karangan deskripsi adalah karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya.”33 Karangan deskriptif merupakan gambaran mengenai suatu objek ataupun suatu peristiwa seolah-olah pembaca merasakan peristiwa tersebut. Kemampuan penulis dalam menggambarkan sesuatu merupakakan hal yang utama. Ini senada dengan Wibowo, “deskripsi adalah bentuk tulisan yang mengutamakan kemampuan penulisnya dalam melukiskan
30
Muksim Ahmadi. Penyusunan dan Pengembangan Paragraf serta Penciptaan Gaya Bahasa Karangan. Malang: Y A 3. 1991. hlm 21 31 The Liang Gie. Pengantar Dunia Karang-Mengarang. Yogyakarata: Liberty. 1995. hlm 18 32 Gorys Keraf. Op. Cit. hlm. 16 33 Lamuddin Finoza. Op. Cit. hlm 192.
25
atau merinci sesuatu (peristiwa, kejadian, atau lanskap) secara objektif via kata-kata.”34 Melalui karangan deskripsi, pengarang mengajak pembaca melihat, mendengar, dan merasakan sesuai dengan apa yang dilukiskan oleh pengarang. Sudarno dan Rahman menggolongkan deskripsi ke dalam dua bagian, yaitu: “1) deskripsi ekspositoris: penulis mengajak pembaca agar mengetahui apa yang dilukiskan. 2) deskripsi impresionistik (stimulasi atau sugestif): menghendaki adanya kesan atau reaksi.”35 Karangan deskripsi memiliki ciri yang membedakannya dengan karangankarangan lain. Brotowidjoyo mengemukakan, “ciri-ciri karangan deksripsi ialah: sebagian informatif sebagian imaginatif dan subjektif, nampaknya dapat dipercaya dan tulus, berisi terutama pendapat pribadinya dan kecenderungannya, mengandung impresi spesifik tentang sesuatu, bahasanya figuratif dan alami.”36 Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan deksripsi adalah penggambaran dari suatu objek atau kejadian dari hasil pengamatan pancaindera. Berikut ini adalah salah satu contoh deskripsi. “tidak sulit menemukan rumah dewa budjana di pekayaon town house, pejaten barat, jakarta selatan. Di komplek yang hanya ditempati sepuluh unit rumah itu rumah budjana merupakan satu-satunya rumah yang mengunakan angkul-angkul itu akan tampak padmasana, tempat doa bagi pemeluk hindu bali. Di dalam ruangan rumah keluarga kecil ini juga terdapat pelangkiran, altar pemuja leluhur. Memasuki ruang tamu, kita disambut gitar di meja kayu. Gitar merek ario pro itu ditanam di meja kayu yang diberi rongga khusus untuk merebahkan gitar. Meja itu dilapisi kaca tebal sehingga gitar berada dalam posisi aman tanpa tersentuh tangan. Itu baru gitar pertama yang terlihat. Naik ke lantai dua kita akan menemui 34
Wahyu Wibowo. Manajemen Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2001. hlm 59 Sudarno dan Erman A. Rahman. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah. hlm 117 36 Mukayat D. Brotowidjojo. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Pressindo. 1993. hlm 13-14 35
26
hampti 50 gitar berbagai merek di satu kamar khusus yang juga berfungsi sebagai studio.”37 B. Penelitian Relevan Dalam penelitian ini penulis mengambil penelitian yang relevan sebagai acuan. Penelitian relevan telah dilakukan oleh Sulis Setiawati, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, jurusan bahasa dan sastra Indonesia pada tahun 2006. Dengan judul “Penggunaan Kalimat Majemuk dalam Ragam Jurnalistik pada Artikel dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa SMA Lab School Jakarta”. Penelitian ini berbentuk skripsi. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Jenis kalimat majemuk yang terdapat dalam artikel terdiri atas kalimat majemuk setara (hubungan koordinatif), kalimat majemuk bertingkat (hubungan subordinatif), dan kalimat campuran. 2. Pola kalimat dalam ragam jurnalistik lebih kompleks dengan susunan fungsi kalimat yang bertingkat-tingkat. 3. Wartawan lebih sering menggunakan kalimat mejemuk bertingkat dibandingan dengan kalimat majemuk setara atau campuran. 4. Kalimat majemuk bertingkat (hubungan subordinatif) sangat sering digunakan dan menempati urutan pertama terbanyak dengan berbagai tipe perluasan fungsi yaitu: 1) perluasan subjek, 2) perluasan subjek dan predikat, 3)perluasan subjek dan objek, 4) perluasan subjek dan pelengkap, 5) perluasan subjek dan keterangan, 6) perluasan objek, 7) perluasan objek dan predikat, dalam bahasa indonesia dengan baik dan benar, baik dalam lisan maupun tulis. Dari penelitian relevan diatas terdapat beberapa perbedaan penelitian dengan yang sudah saya lakukan:
37
Frans Sartono dan Putu Fajar Arcana. “Gitar di Kamar Budjana”, Kompas. 10 Januari, 2010. hlm 27
27
1. Tidak ada yang dominan dalam penggunaan kalimat majemuk, begitupun dengan struktur kalimatnya. Semua kalimat majemuk memiliki porsi yang sama. 2. Pola kalimat dalam karangan deskripsi siswa tidak ada yang kompleks, karena susunannya tidak diperhatikan dalam penulisannya. Mereka lebih fokus kepada bentuk karangannya saja.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif merupakan cara penelitian yang digunakan secara teratur dengan menggali dan membentangkan objek penelitian yang diambil pada waktu tertentu. Tujuannya untuk menerangkan secara sistematis akan fakta dan ciri-ciri yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurul Zuriah, “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.”1 Melalui metode ini, peneliti memberikan analisis struktur kalimat majemuk, dan memberikan kesimpulan sesuai analisis yang telah di lakukan. Melalui metode ini juga akan diketahui kesimpulan mengenai kalinat majemuk di dalam karangan deskripsi. Untuk memperoleh data objektif maka dalam penelitian ini digunakan dalam bentuk penelitian, yaitu: 1.
Penelitian kepustakaan atau library research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan, membaca, dan menganalisis buku yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.
2.
Penelitian lapangan atau field research, yaitu penelitian yang digunakan
untuk
memperoleh
data-data
lapangan
langsung.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi langsung sekolah yang akan diteliti yaitu MAN 10 Jakarta.
1
Dra. Nurul Zuriah, M. Si. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2007. Hlm 47.
28
29
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari sampai desember 2011, yakni sejak penyusunan proposal, analisis teori, pengumpulan dan pengolahan data lapangan, penarikan kesimpulan, hingga penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk skripsi. Seperti tertulis dalam judul, penelitian ini dilaksanakan di kelas XI MA Negeri 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012. Sekolah tersebut beralamat di Jalan Joglo Baru No. 77, Kembangan, Jakarta Barat. C. Objek, Subjek, dan Fokus Penelitian Objek atau populasi dalam penelitian ini adalah karangan deskripsi siswa kelas XI MA Negeri 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012. Populasi menurut Suharsimi Arikunto adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.2 Sedangkan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah struktur kalimat majemuk yang terdapat dalam karangan deskripsi siswa kelas XI. Sementara itu, yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MAN 10 Jakarta. D. Instrumen Penelitian. Instrumen dalam penelitian ini berupa tes mengarang yang diberikan kepada siswa. Untuk memudahkan penelitian penulis dibantu tabel kerja sebagai berikut:
2
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. hlm. 130.
30
TABEL ANALISIS STRUKTUR KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA
No.
No.
Bentuk
karangan
kalimat
kalimat
Jenis kalimat majemuk s
b
c
Jumlah klausa
Pola kalimat
jumlah Ket. S = setara B = bertingkat C = campuran E. Teknik Pengumpulan Data Selain menggunakan metode deskriptif, penulis juga menggunakan teknikteknik untuk mendapatkan data salah satunya adalah observasi. Data yang diperoleh harus melalui pemilihan yang benar-benar cocok dengan masalah yang diteliti, sehingga dapat memberikan data sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sependapat dengan Mardalis. “observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya sesuatu rangsangan tertentu yang diinginkan.”3 Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan sebagai berikut: 1. Meminta siswa membuat karangan deskripsi 3
Drs. Mardalis. Metode Penelitian Suatu Penddekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. 1995. Hlm 63.
31
2. Mengambil karangan siswa yang digunakan 3. Membaca karangan siswa 4. Memilih/menentukan kalimat yang merupakan kalimat majemuk.
F. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis tahap-tahap yang peniliti kerjakan, yaitu: 1. Memberikan penomoran pada setiap data; 2. Mencari tiap-tiap kalimat yang merupakan kalimat majemuk; 3. Menunjukkan letak atau bagian-bagian kalimat yang termasuk kalimat majemuk dan mengklasifikasikan kalimat majemuk tersebut dalam jenisnya masing-masing; 4. Menganalisis kalimat yang termasuk kalimat majemuk; 5. Menarik kesimpulan dari data-data yang diperoleh dari hasil analisis; 6. Memberikan saran-saran yang relevan dengan hasil penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Dalam penelitian ini penulis menganalisis karangan siswa kelas XI MA Negeri 10 Jakarta. MA Negeri 10 Jakarta ini berlokasi di bilangan Jakarta Barat, lebih lengkapnya lagi di Jalan Joglo Baru No. 77, kembangan, Jakarta Barat. MA Negeri yang dikepalai oleh Mohammad Yasin, Mpd ini sudah memiliki gedung yang permanen dan bersertifikat. Dibangun pada tahun 1990 dan mulai beroperasi tahun 1993, MA negeri ini memiliki luas bangunan 1.041.5 m2 dan 3.000m2 untuk luas tanahnya. MA Negeri ini memiliki Visi sebagai berikut: a. Unggul dalam bidang akademik dan non akademik b. Kreatif dalam memiliki daya cipta yang tinggi dan mampu menciptakan model Pembelajaran Berbasis IT c. Inovatif dan peka terhadap lingkungan dan perkembangan, serta kaya terhadap ide reformasi dan berorientasi pada masa depan d. Terampil dalam penggunaan dan pemanfaatan IPTEK, menguasai dan menggunakan Bahasa Arab dan Inggris, pengamalan nilai-nilai ajaran islam, serta penguasaan seni dan olahraga e. Berwawasan IPTEK berlandaskan IMTAQ, berpikir rasional dan obyektif berdasarkan IMTAQ, memiliki kompetensi tinggi dalam memanfaatkan perkembangan IPTEK berlandaskan IMTAQ, serta memiliki kepekaan tinggi dan kaya akan pembaharuan berdasarkan IMTAQ
32
33
f. Menjadi rujukan dan mengembangkan model madrasah berbasis IT, serta mengembangkan kreatifitas dan produktifitas SDM. Misi MA Negeri 10 Jakarta sebagai berikut: a. Menjadikan madrasah sebagai tempat untuk menumbuhkembangkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. b. Menumbuhkembangkan kebiasaan kepribadian yang berbudaya dan berakhlak mulia. c. menjadikan madrasah yang unggul secara akademis dan non akademis d. melaksanakan kegiatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. e. meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknonolgi serta keterampilan peserta didik dalam bidang Bahasa Arab dan Inggris f. meningkatkan semangat kompetitif Dari seluruh jumlah karangan siswa peneliti mengambil 25 karangan siswa yang terdapat kalimat majemuk, kemudian digunakan sebagai bahan skripsi ini. Dari 25 karangan yang dianalisis diperoleh 268 kalimat, dari keseluruhan kalimat tersebut terdapat 142 kalimat majemuk, yang terdiri dari 61 kalimat majemuk setara, 52 kalimat majemuk bertingkat, dan 29 kalimat majemuk campuran. Dari 142 kalimat majemuk tersebut terdapat 142 struktur kalimat yang berbeda. B. Penyajian Data Di bawah ini adalah hasil analisis yang dimasukkan ke dalam tabel analisis sebagai berikut:
34
No. karan gan
No. kali mat
Bentuk kalimat majemuk
Jenis kalimat majem Jumlah klausa uk s
1.
1.
2.
3.
Pola kalimat
b c
Pangandara v n merupakan salah satu pantai yang indah, terletak di daerah ciamis jawa barat. Pangandara v n memiliki keunikan tersendiri, disana terdapat sebuah batu ikan hiu yang disebut batu ikan hiu.
2 klausa
S+P+K+P+K
2 klausa
S+P+Pel+K+P+Pel+K
Jika menjelang petang atau sore sunsetnya begitu indah, udaranya sangat sejuk, burungburung mulai berkicau, mendekati matahari yang terbenam.
5 klausa
K(P+O)+S+P+S+P+S+P+ P+O+K
v
35
5.
6.
7.
Jika pagi tiba, anginnya bertiup sepoisepoi, berjalanjalan di pantai, pasirnya sangat bersih putih, panorama alamnya sangat indah. Ketika di sana, aku menaiki sebuah perahu setelah itu menaiki sebuah perahu, ditengahtengah laut tampak jelas keindahann ya. Begitu sempurna, ikan-ikan yang beraneka ragam, terumbu karang yang sangat indah, ditambah
5 klausa
K+S+P+K+S+P+K+P+K+ S+P+S+P
3 klausa
K+S+P+O+K+P+O+K+P +Pel
3 klausa
K+S+P+S+P+P+Pel+K
v
v
v
36
lagi binatangbinatang laut yang sangat unik. 13.
16.
2.
Objek v wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan asing karena memiliki panorama alam yang indah. Pantai v pangandara n harus dilestarikan , agar tetap menjadi objek wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanega ra.
1.
Perumahan Mutiara garuda yang terletak di petukangan selatan, terdapat rumah
v
2 klausa
S+(K+P+O)+K(P+O+K)
3 klausa
S+P+K(P+Pel)+K+P+O
2 klausa
S+P+K+P+Pel
37
seorang siswa MAN 10 Jakarta. 2.
2 klausa
K+S+P+O+S+P+O+K
2 klausa
K+S+P+O+S+P+K+K
Jika kita v memasuki perumahan atau komplek tersebut, kita pasti akan menemuka n berbagai macam tukang makanan, dari makanan untuk pagi hari sampai malam. 3.
Jika kita memasuki perumahan atau komplek tersebut, kita pasti akan menemuka n berbagai macam tukang makanan, dari makanan untuk pagi hari sampai malam.
v
38
4.
Ketika kita hendak memasuki komplek blok C1 No. 2, kita juga akan menemui pepohonan yang rapih tempatnya, untuk menyantai setiap sore.
3 klausa
K+S+P+O+S+P+O+K+K( P+K)
2 klausa
P+O+S+P+O
3 klausa
K+S+P+O+P+Pel+K+K+ S+P+O+K
v
5.
Memasuki v dan melewati beberapa gang komplek, kita akan melihat rumah siswa MAN 10 Jakarta. 9.
Jika kita hendak membuka pintu rumah, terdapat ruang tengah yang amat rapih, dan banyak kita lihat barangbarang antik dari
v
39
gelas antik sampai patung yang antik. 10.
Jika hendak memasuki kamar Aidir siswa MAN 10 Jakarta, akan terlihat gitar listrik yang menarik dan hiasan kamar yang menggamb arkan cowokcowok dewasa mempunya i sosok yang ideal. 11.
Tidak di kamar itu saja, jika kita mau melalui kamar yang ada di lantai atas yang jika menaiki tangganya kita harus melewati dapur yang sederhana.
3 klausa
K+P+O+K+P+Pel+K+S+ P+O+K
4 klausa
P+K+K+S+P+O+K+K+P +O+S+P+O+K
v
v
40
12.
Di lantai atas terdapat ruang komputer dan ruang tamu anak remaja untuk temanteman Aidir, dan di kamarnya pun terdapat gitar-gitar anggota band MAN 10 Jakarta yang biasa ditaruh di atas dinding. 3.
3 klausa
K+P+Pel+K+K+P+Pel+K +K(P+K)
3 klausa
S+P+S+P+O+K+P+O+K
2 klausa
K+S+P+O+K+S+P
v
1.
Pagi hari yang sejuk, aku lihat burungburung berkicau riang, menyambu t datangnya mentari di ufuk timur.
v
Dari kejauhan aku lihat kabutkabut yang sejuk dan hamparan sawah yang
v
2.
41
menguning . 3.
Hamparanhamparan rumput sangat luas dan dibasahi oleh embunembun pagi. 4.
Terlihatlah dari arah kejauhan bukit-bukit yang menjulang tinggi, disusul oleh pohonpohon yang semakin tinggi. 5.
2 klausa
S+P+P+O
2 klausa
P+K+O+K+P+O+K
2 klausa
K+S+K+P+O+S+K(P+O)
2 klausa
S+P+O+K+P+O+K
v
v
Tak lama v kemudian seorang bapak yang setengah tua berjalan mendekati sawahsawah, ibuibu petani yang sudah siap untuk memanen padi. 6.
Ku
lihat v
42
pula anakanak kecil yang berlarian dan bermainmain ditambah anginangin yang sejuk dan sepoisepoi. 8.
Jalan raya dipenuhi oleh kendaraankendaraan, polusi di mana-mana dan sampah berserakan dimanamana, mengotori setiap jalan-jalan dan selokan. 9.
Setiap pagi mobilmobil angkutan penuh dengan penumpang diantaranya penuh dengan anak sekolah.
3 klausa
S+P+O+S+K+S+P+O+P+ O
2 klausa
K+S+P+K+K(P+K)
v
v
43
11.
K+P+O+K+S+P+O Siang hari v begitu panas oleh sengatan matahari, tapi tetap semilir angin menerpa tempat tinggalku.
4.
2 klausa
1.
2 klausa
S+P+K(K+P+K)
2 klausa
S+P+K+S+P+O
4 klausa
K+P+O+K+P+K+K+P+O +P+O+K+S+P+O
Keadaan v rumahku yang sangat sejuk, karena dari mulai gerbangnya penuh dengan pot bungabunga. 2.
Warna cat v rumahnya pun hijau dan di atas pintu pertama ada bunga yang sangat menyejuka n hati dan pikiran. 3.
Di ruang tamupun terlihat bungabunga yang
v
44
indah, dan masuk ke ruangan keluarga juga banyak terlihat akuarium dan terdengar gemuruh air dari akuariumakuarium tersebut, itupun sangat menyenang kan hati. 4.
Masuk ke kamarkamarpun terlihat lukisanlukisan bunga atau pohonpohon yang sangat hijau dan menarik perhatian orang yang pernah datang ke rumah itu. 5.
Dan setelah itu masuk ke ruangan dapur juga terlihat tembok-
4 klausa
P+K+P+O+K+P+O+K+P +K
3 klausa
K+P+K+P+O+K(P+Pel)+ P+Pel
v
v
45
tembok dapurnya yang di cat hijau dan diberi lukisan tumbuhtumbuhan. 7.
Dan keluarga kamipun setiap hari selalu berkumpul di belakang rumah, karena menurut kami berkumpul bersamasama keluarga di dekat kolam ikan dan bunga itu membawa semangat kami untuk menghadap i semua cobaan yang akan datang esok hari. 5.
1.
Rumah v yang indah terdapat halaman rumah yang
6 klausa
S+K+P+K+K(P+O)+P+K +O+K+P+O+K(P+O)+K+ P+O
3 klausa
S+K+P+Pel+K+P+K+S+ K+P+O
v
46
bersih, penuh dengan pohonpohon, dan bungabunga yang cantik menghiasi halaman rumah. 2.
Di dalam ruang tamu terdapat kursi yang biasa ditempati oleh keluarga, untuk menikmati siaran televisi dan di sini juga terdapat foto keluarga dan jam dinding.
v
Melihat kesisi lain rumah terdapat kamar tidur yang di dalamnya sangat sederhana. Di sana terdapat lemari pakaian,
v
3.
4 klausa
K+P+Pel+K+P+O+K(P+ O)+K+P+Pel
3 klausa
P+K+P+Pel+K+K+P+Pel
47
tempat buku, jam dan jadwal pelajaran. 4.
Selain terdapat ruang tamu dan kamar tidur, terdapat juga dapur tempat ibu memasak dilengkapi peralatan untuk memasak yang bersih.
3 klausa
P+Pel+P+Pel+K(S+P)+K( P+O+K)
3 klausa
P+K+S+P+K+K(S+P+O)
3 klausa
S+P+P+K+K+S+P
v
5.
Dilihat dari v sekitar, keadaan rumah tertata dengan rapi dan indah sehingga kita merasa nyaman. 6.
Walaupun rumah tersebut tidak besar dan jauh dari keramaian, tapi bagiku rumah tersebut indah.
v
48
7.
6.
Apalagi kalau melihat ke halaman belakang rumah terdapat sawah dan udara yang segar
1.
2 klausa
K+P+K+P+Pel+K
2 klausa
S+K+P+S+K+P
2 klausa
K+P+K+S+P
3 klausa
S+P+S+K+S+P
v
Suasana di v taman bandung sangat cerah, namun udara di Bandung segar dan dingin. 2.
Di sekitar v taman wisata baik dan ramai, tapi sayangnya banyak sampahsampah yang berserakan. 10.
Taman v Ciater Bandung ini indah dan cuaca yang cerah agak mendung, udaranya segar.
49
7.
1.
3 klausa
S+P+S+P+S+P
3 klausa
K+S+P+K(K+S+P)+P+O +K+K
2 klausa
S+P+O+K+S+P+O+K
Desa kami v sangat indah dan sejuk, lingkungan nya sangat bersih, dan pendudukn ya ramah dan sejahtera. 2.
Di pagi hari desa kami sangat segar karena disekeliling kami banyak sekali pepohonan yang hijauhijau, dan tercampur binatang yang unik, ada itik, ayam, dan juga kambing. 4.
Desa kami v suka sekali memelihara binatang itu dan kalau sudah besar binatang itu
v
50
menghasilk an uang, lumayan untuk tambahan belanja. 7.
2 klausa
K+S+P+K+S+P+O+K+K
2 klausa
S+P+K+K+P+Pel
2 klausa
P+O+S+P+O
Tapi masih v banyak juga tanaman yang harus ditanam, karena tanaman itu memerluka n air yang sangat banyak, seperti terong dan pare. 9.
Dan orang- v orang kampung itu membantu kannya, ada yang memetik dan juga mengikatka n, tapi yang membantu itu diberi upah. 8.
1.
Terbentang v luas samudera biru, serta debur
51
ombak dan pasir putih menghiasi indahnya dirimu. 2.
2 klausa
S+P+O+K+S(P+O).
2 klausa
S+P+K+S+P+O
2 klausa
S+P+S+P+O
Sejuknya v angin seakan membuatk u terlelap oleh kesempurn aan mu, karangkarang yang membentan g menandaka n keindahan kehidupan mu. 3.
Suasana v yang bersih, indah, seakanakan diriku tak bisa meninggal kan keindahan mu. 4.
Debur ombak sangat kencang serta birunya airmu
v
52
membuatk u ingat akan kemaha esaan. 5.
Sungguh maha besar kuasamu atas segala kesempurn aan, kaulah surgaku
2 klausa
K+P+O+K+S+P
2 klausa
S+P+K+K(S+P)
2 klausa
S+P+O+K(P+O)
3 klausa
K+S+P+O+K+S+P+O+K( P+K).
v
6.
Ku ingin v selamanya ada di dekatmu karena kau tak akan pernah mati. 7.
Dirimu v disukai oleh banyak orang yang ingin merasakan keindahan lingkungan mu 9.
1.
Pada suatu hari aku memandan gi lingkungan keadaan rumahku kemudian aku melihat isi rumah yang berada di
v
53
sekitar rumahku. 2.
2 klausa
K+P+Pel+K(P+O)
2 klausa
K+S+P+S+P+O
2 klausa
S+P+O+K+P+K+Pel
Di depan v rumahku terdapat pohon jambu dan pepohonan lainnya untuk melindungi dan menghinda ri panasnya matahari. 3.
Bukan v hanya itu saja yang aku lihat, tapi aku juga melihat keadaan isi rumahku. 4.
Pertama v kulihat kursi sofa yang berwarna biru dan memasuki ke dalam rumah banyak peralatan rumah tangga, ruang tamu, kamar tidur, ruang keluarga dan dapur.
54
6.
2 klausa
S+P+Pel+K(P+Pel)
2 klausa
K+S+P+K+K(S+P+O+K)
2 klausa
S+P+K+K+P+O+K
2 klausa
S+P+K+K(S+P+O+K+K)
Aku kagum v terhadap jerih payah kedua orang tuaku yang begitu peduli terhadap lingkungan tempat tinggalnya. 8.
Suatu saat v aku ingin seperti mereka karena mereka bisa menata dan menjaga lingkungan di sekitarnya. 9.
Aku harus lebih banyak belajar dari mereka, bagaimana cara menjaga lingkungan yang baik.
v
12.
Harapanku adalah ingin seperti kedua tuaku karena
v
55
mereka bisa menjaga lingkungan yang baik dan sehat untuk masa depanku nanti. 13.
Hanya ada satu hal yang belum aku ketahui yaitu bagaimana caranya diriku mencintai lingkungan . 10.
1.
Sangrila adalah tempat wisata yang banyak sekali dikunjungi para wisatawan asing, karena keindahan tempat tersebut.
2 klausa
K+S+P+K(S+P+O)
2 klausa
S+P+Pel+K+P+O+K
v
v
2.
4 klausa
Hampir setiap hari tempat itu selalu ramai, pasirnya yang bersih,
v
K+S+P+S+P+S+P+K(S+P +K)
56
airnya yang jernih membuat turis semakin betah berlamalama di sana. 3.
Sekarang ini sudah tidak layak dikunjungi, karena tempat itu sudah tercemar akibat tangan manusia yang tidak bertanggun g jawab yang membuang sampah sembarang an. 4.
Air laut yang bersih menjadi kotor, karangpun akhirnya mati, ikanpun akhirnya berpindah tempat, pasir yang bersih menjadi kotor.
3 klausa
K+K+P+K[S+P+K(S+K)] +P+O+K
4 klausa
S+P+K+S+K+P+S+K+P+ S+P+K
v
v
57
6.
2 klausa
Maka dari itu kami sebagai penerus bangsa Indonesia tidak akan merusak lingkungan tempat tinggal kami.
K+S+P+P+O
v
C. Analisis Data Berdasarkan hasil karangan siswa, peneliti mengamati terdapat beragam macam struktur kalimat majemuk pada karangan siswa kelas XI MA Negeri 10 Jakarta. Adapun data yang dianalisis sebagai berikut. 1.
karangan 1 dengan judul pantai pangandaran Kalimat: 4) Pangandaran merupakan salah satu pantai yang indah, terletak di daerah ciamis jawa barat. Kalimat (1) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Pangandaran merupakan salah satu pantai yang indah (b) Terletak di daerah ciamis jawa barat Klausa (a) berpola S+P+K, klausa (b) berpola P+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya. Kalimat (1) termasuk kalimat majemuk setara. 5) Pangandaran memiliki keunikan tersendiri, disana terdapat sebuah batu ikan hiu yang disebut batu ikan hiu. Kalimat (2) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Pangandaran memiliki keunikan tersendiri
58
(b) Disana terdapat sebuah batu ikan hiu yang disebut batu ikan hiu Klausa (a) berpola S+P+Pel, klausa (b) berpola K+P+Pel+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (2) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 6) Jika menjelang petang atau sore sunsetnya begitu indah, udaranya sangat sejuk, burung-burung mulai berkicau, mendekati matahari yang terbenam. Kalimat (3) mempunyai 5 klausa, yaitu: (a) Jika menjelang petang atau sore (b) Sunsetnya begitu indah (c) Udaranya sangat sejuk (d) Burung-burung mulai berkicauan (e) Mendekati matahari yang terbenam Klausa (a) berpola K(P+O), klausa (b) berpola S+P, klausa (c) berpola S+P, klausa (d) berpola S+P, klausa (e) berpola P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan antar klausanya kalimat (3) termasuk kalimat majemuk campuran. 7) Panorama alam yang jarang sekali ditemukan. Kalimat (4) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K(P). 8) Jika pagi tiba, anginnya bertiup sepoi-sepoi, berjalan-jalan di pantai, pasirnya sangat bersih putih, panorama alamnya sangat indah. Kalimat (5) mempunyai 5 klausa: (a) Jika pagi tiba (b) Anginnya bertiup sepoi-sepoi (c) Berjalan-jalan di pantai (d) Pasirnya sangat putih (e) Panorama alamnya sangat indah Klausa (a) berpola K+S+P, klausa (b) berpola K+S+P+K, klausa (c) berpola P+K, klausa (d) berpola S+P, klausa (e) berpola S+P. Ditinjau
59
dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (5) termasuk kalimat majemuk campuran. 9) Ketika di sana, aku menaiki sebuah perahu setelah itu menaiki sebuah perahu, ditengah-tengah laut tampak jelas keindahannya. Kalimat (6) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Ketika di sana, aku menaiki sebuah perahu (b) Setelah itu menaiki sebuah perahu (c) Di tengah-tengah laut tampak jelas keindahannya Klausa (a) berpola K+S+P+O, klausa (b) berpola K+P+O, klausa (c) berpola K+P+Pel. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (6) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 10) Begitu sempurna, ikan-ikan yang beraneka ragam, terumbu karang yang sangat indah, ditambah lagi binatang-binatang laut yang sangat unik. Kalimat (7) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Begitu sempurna, ikan-ikan yang beraneka ragam (b) Terumbu karang yang sangat indah (c) Ditambah lagi binatang-binatang laut yang sangat unik Klausa (a) yang berpola K+S+P, klausa (b) berpola S+P, klausa (c) berpola P+Pel+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausa, kalimat (7) termasuk kalimat majemuk campuran. 11) Biasanya setiap hari, banyak para nelayan dan para penjual aksesoris dari binatang laut mengambil ikan dan tumbuhan-tumbuhan laut untuk dimanfaatkan, misalnya untuk kalung, cincin dari terumbu karang, dari mutiara, dan dari kulit kerang. Kalimat (8) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+K+P+O+K. 12) Mereka olah menjadi sebuah aksesoris yang sangat indah. Kalimat (9) merupakan kallimat tunggal dengan pola S+P+K(O+K) 13) Bahan-bahan yang mereka manfaatkan, benar-benar alami dari laut.
60
Kalimat (10) merupakan kalimat tunggal dengan pola S(S+P)+K. 14) Pangandaran merupakan pantai yang sangat sejuk, bersih, dan indah. Kalimat (11) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+K. 15) Banyak pepohonan di sana. Kalimat (12) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K. 16) Objek wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan asing karena memiliki panorama alam yang indah. Kalimat (13) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Objek wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan asing (b) Karena memiliki panorama alam yang sangat indah Klausa (a) berpola S+(K+P+O), klausa (b) berpola K(P+O+K). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (13) termasuk kalimat majemuk setara. 17) Sungguh sangat bahagia aku bisa kesana. Kalimat (14) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+P+K. 18) Keindahan alam yang begitu sempurna. Kalimat (15) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K. 19) Pantai pangandaran harus dilestarikan, agar tetap menjadi objek wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara. Kalimat (16) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Pantai pangandaran harus dilestarikan (b) Agar tetap menjadi objek wisata (c) Yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola K(P+Pel), klausa (c) berpola K+P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (16) termasuk kalimat majemuk bertingkat.
2. karangan 2 dengan judul block C1 No. 2.
61
Kalimat: 1) Perumahan Mutiara garuda yang terletak di petukangan selatan, terdapat rumah seorang siswa MAN 10 Jakarta. Kalimat (1) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Perumahan Mutiara garuda yang terletak di petukangan selatan (b) Terdapat rumah seorang siswa MAN 10 Jakarta Klausa (a) berpola S+P+K, klausa (b) berpola P+Pel. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (1) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 2) Jika kita memasuki perumahan atau komplek tersebut, kita pasti akan menemukan berbagai macam tukang makanan, dari makanan untuk pagi hari sampai malam. Kalimat (2) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Jika kita memasuki perumahan atau komplek tersebut (b) Kita pasti akan menemukan berbagai macam tukang makanan, dari makanan untuk pagi hari sampai malam. Klausa (a) berpola K+S+P+O, klausa (b) berpola S+P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (2) termasuk kalimat majemuk setara. 3) Banyak juga kita temui tukang becak, juga anak remaja yang sedang santai di taman di depan komplek setiap sore dan malam hari. Kalimat (3) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Banyak juga kita temui tukang becak (b) Juga anak remaja yang sedang santai di taman di depan komplek setiap sore dan malam hari
62
Klausa (a) berpola K+S+P+O, klausa (b) berpola S+P+K+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya , kalimat (3) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 4) Ketika kita hendak memasuki komplek blok C1 No. 2, kita juga akan menemui pepohonan yang rapih tempatnya, untuk menyantai setiap sore. Kalimat (4) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Ketika hendak memasuki komplek blok C1 No. 2 (b) Kita juga akan menemui pepohonan yang rapih tempatnya (c) Untuk menyantai setiap sore Klausa (a) berpola K+S+P+O, klausa (b) berpola S+P+O+K, klausa (c) berpola K(P+K). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat(4) termasuk kallimat majemuk bertingkat. 5) Memasuki dan melewati beberapa gang komplek, kita akan melihat rumah siswa MAN 10 Jakarta. Kalimat (5) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Memasuki dan melawati beberapa gang komplek (b) Kita akan melihat rumah siswa MAN 10 Jakarta Klausa (a) berpola P+O, klausa (b) berpola S+P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarkalusanya, kalimat (5) termasuk kalimat majemuk setara. 6) Rumah tersebut berwarna biru yang dikelilingi rumah-rumah. Kalimat (6) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K+P+O. 7) Rumah tersebut memiliki gerbang yang cukup sederhana. Kalimat (7) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+O+K.
63
8) Jika pagi hari masih terdapat mobil blazer yang masih dihalaman rumah. Kalimat (8) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+Pel+K. 9) Jika kita hendak membuka pintu rumah, terdapat ruang tengah yang amat rapih, dan banyak kita lihat barang-barang antik dari gelas antik sampai patung yang antik. Kalimat (9) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Jika hendak membuka pintu rumah (b) Terdapat ruang tengah yang amat rapih (c) Dan banyak kita lihat barang-barang antik dari gelas antik sampai patung yang antik. Klausa (a) berpola K+S+P+O, klausa (b) berpola P+Pel+K, klausa (c) berpola K+S+P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (9) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 10) Jika hendak memasuki kamar Aidir siswa MAN 10 Jakarta, akan terlihat gitar listrik
yang menarik
dan hiasan kamar
yang
menggambarkan cowok-cowok dewasa mempunyai sosok yang ideal. Kalimat (10) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Jika hendak memasuki kamar Aidir siswa MAN 10 Jakarta (b) Akan terlihat gitar listrikyang menarik (c) Dan hiasan kamar yang menggambarkan cowok-cowok dewasa mempunyai sosok yang ideal. Klausa (a) berpola K+P+O+K, klausa (b) berpola P+Pel+K, klausa (c) berpola S+P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklauasanya, kalimat (10) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 11) Tidak di kamar itu saja, jika kita mau melalui kamar yang ada di lantai atas yang jika menaiki tangganya kita harus melewati dapur yang sederhana. Kalimat (11) mempunyai 4 klausa, yaitu:
64
(a) Tidak di kamar itu saja (b) Jika kita mau melalui kamar yang ada di lantai atas (c) Yang jika menaiki tangganya (d) Kita harus melewati dapur yang sederhana Klausa (a) berpola P+K, klausa (b) berpola K+S+P+O+K, klausa (c) berpola K+P+O, klausa (d) berpola S+P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (11) termasuk kalimat majemuk campuran. 12) Di lantai atas terdapat ruang komputer dan ruang tamu anak remaja untuk teman-teman Aidir, dan di kamarnya pun terdapat gitar-gitar anggota band MAN 10 Jakarta yang biasa ditaruh di atas dinding. Kalimat (12) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Di lantai atas terdapat ruang komputer dan ruang tamu remaja untuk teman-teman Aidir (b) Dan dikamarnya pun terdapat gitar-gitar anggota band MAN 10 Jakarta (c) Yang biasa ditaruh di atas dinding. Klausa (a) berpola K+P+Pel+K, klausa (b) berpola K+P+Pel+K, klausa
(c)
berpola
K(P+K).
Ditinjau
dari
sifat
hubungan
antarklausanya, kalimat (12) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 3. Karangan 3 dengan judul Kampung Halaman Tempat Aku Berteduh. Kalimat:
65
1) Pagi hari yang sejuk, aku lihat burung-burung berkicau riang, menyambut datangnya mentari di ufuk timur. Kalimat (1) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Pagi hari yang sejuk (b) Aku lihat burung-burung berkicau riang (c) Menyambut datangnya mentari di ufuk timur Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola S+P+O+K, klausa (c) berpola P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (1) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 2) Dari kejauhan aku lihat kabut-kabut yang sejuk dan hamparan sawah yang menguning. Kalimat (2) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Dari kejauhan aku lihat kabut-kabut yang sejuk (b) Dan hamparan sawah yang menguning Klausa (a) berpola K+S+P+O+K, klausa (b) berpola S+P. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (2) tetrmasuk kalimat majemuk bertingkat. 3) Hamparan-hamparan rumput sangat luas dan dibasahi oleh embunembun pagi. Kalimat (3) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Hamparan-hamparan rumput sangat luas (b) Dan dibasahi oleh embun-embun pagi. Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (3) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 4) Terlihatlah dari arah kejauhan bukit-bukit yang menjulang tinggi, disusul oleh pohon-pohon yang semakin tinggi.
66
Kalimat (4) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Terlihatlah dari arah kejauhan bukit-bukit yang menjulang tinggi (b) Disusul oleh pohon-pohon yang semakin tinggi Klausa (a) berpola P+K+O+K, klausa (b) berpola P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (4) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 5) Tak lama kemudian seorang bapak yang setengah tua berjalan mendekati sawah-sawah, ibu-ibu petani yang sudah siap untuk memanen padi. Kalimat (5) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Tak lama kemudian seorang bapak yang setengah tua berjalan mendekati sawah-sawah (b) Ibu-ibu petani yang sudah siap untuk memanen padi Klausa (a) berpola K+S+K+P+O, klausa (b) berpola S+K(P+O). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (5) termasuk kalimat majemuk setara. 6) Ku lihat pula anak-anak kecil yang berlarian dan bermain-main ditambah angin-angin yang sejuk dan sepoi-sepoi. Kalimat (6) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Ku lihat pula anak-anak kecil yang berlarian dan bermain-main (b) Ditambah angin-angin yang sejuk dan sepoi-sepoi Klausa (a) berpola S+P+O+K, klausa (b) berpola P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya,, kalimat (6) termasuk kalimat majemuk setara. 7) Dari sisi lain ku pandang banyak pula orang-orang yang sibuk satu sama lain. Kalimat (7) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+P+O+K.
67
8) Jalan raya dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan, polusi di mana-mana dan sampah berserakan dimana-mana, mengotori setiap jalan-jalan dan selokan. Kalimat (8) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Jalan raya dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan (b) Polusi di mana-mana dan sampah berserakan dimana-mana (c) Mengotori setiap jalan-jalan dan selokan Klausa (a) berpola S+P+O, klausa (b) berpola S+K+S+P+O, klausa (c) berpola P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (8) termasuk kalimat majemuk campuran. 9) Setiap pagi mobil-mobil angkutan penuh dengan penumpang diantaranya penuh dengan anak sekolah. Kalimat (9) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Setiap pagi mobil-mobil angkutan penuh dengan penumpang (b) Diantaranya penuh dengan anak sekolah Klausa (a) berpola K+S+P+K, klausa (b) berpola K(P+K). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (9) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 10) Ku pandang lagi dari sisi lingkunganku Kalimat (10) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+P+K. 11) Siang hari begitu panas oleh sengatan matahari, tapi tetap semilir angin menerpa tempat tinggalku. Kalimat (11) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Siang hari begitu panas oleh sengatan matahari (b) Tapi tetap semilir angin menerpa tempat tinggalku Klausa (a) berpola K+P+O, klausa (b) berpola K+S+P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (11) termasuk kalimat majemuk setara.
68
12) Terpaan angin itulah yang membuat aku terhanyut dalam sebuah keindahan. Kalimat (12) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K(S+P+Pel). 13) Keindahan yang membawa aku dalam kedamaian. Kalimat (13) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+O+K. 14) Itulah hidupku. Kalimat (14) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S. 15) Itulah kampung halamanku. Kalimat (15) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S. 4. Karangan 4 dengan judul Rumah yang sejuk. Kalimat: 1) Keadaan rumahku yang sangat sejuk, karena dari mulai gerbangnya penuh dengan pot bunga-bunga. Kalimat (1) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Keadaan rumahku yang sangat sejuk (b) Karena dari mulai gerbangnya penuh dengan pot bunga-bunga Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola K(K+P+K). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (1) termasuk kalimat majemuk setara. 2) Warna cat rumahnya pun hijau dan di atas pintu pertama ada bunga yang sangat menyejukan hati dan pikiran.
69
Kalimat (2) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Warna cat rumahnya pun hijau (b) Dan di atas pintu pertama ada bunga yang sangat menyejukan hati dan pikiran. Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola K+S+P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (2) termasuk kalimat majemuk setara. 3) Di ruang tamupun terlihat bunga-bunga yang indah, dan masuk ke ruangan keluarga juga banyak terlihat akuarium dan terdengar gemuruh
air dari akuarium-akuarium
tersebut,
itupun sangat
menyenangkan hati. Kalimat (3) mempunyai 4 klausa, yaitu: (a) Di ruang tamupun terlihat bunga-bunga yang indah (b) Dan masuk ke ruangan keluarga juga banyak terlihat akuarium (c) Dan terdengar gemuruh air dari akuarium-akuarium tersebut (d) Itupun sangat menyenangkan hati. Klausa (a) berpola K+P+O+K, klausa (b) berpola P+K+K+P+O, klausa (c) berpola P+O+K, klausa (d) berpola S+P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (3) termasuk kalimat majemuk campuran. 4) Masuk ke kamar-kamarpun terlihat lukisan-lukisan bunga atau pohonpohon yang sangat hijau dan menarik perhatian orang yang pernah datang ke rumah itu. Kalimat (4) mempunyai 4 klausa, yaitu: (a) Masuk ke kamar-kamarpun (b) Terlihat lukisan-lukisan bunga atau pohon-pohon yang sangat hijau (c) Dan menarik perhatian orang (d) Yang pernah datang ke rumah itu.
70
Klausa (a) berpola P+K, klausa (b) berpola P+O+K, klausa (c) berpola P+O+K, klausa (d) berpola P+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (4) termasuk kalimat majemuk campuran. 5) Dan setelah itu masuk ke ruangan dapur juga terlihat tembok-tembok dapurnya yang di cat hijau dan diberi lukisan tumbuh-tumbuhan. Kalimat (5) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Dan setelah itu masuk ke ruangan dapur (b) Juga terlihat tembok-tembok dappurnya yang di cat hijau (c) Dan diberi lukisan tumbuh-tumbuhan. Klausa (a) berpola K+P+K, klausa (b) berpola P+O+K(P+Pel), klausa (c) berpola P+Pel. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (5) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 6) Dan pergi ke belakang dan ke pinggir rumah ada pot bunga dan kolam ikan yang sangat panjang yang terbuat dari tembok. Kalimat (6) merupakan kalimat tunggal dengan pola P+K+O+K+K. 7) Dan keluarga kamipun setiap hari selalu berkumpul di belakang rumah, karena menurut kami berkumpul bersama-sama keluarga di dekat kolam ikan dan bunga itu membawa semangat kami untuk menghadapi semua cobaan yang akan datang esok hari. Kalimat (7) mempunyai 6 klausa, yaitu: (a) Dan keluarga kamipun stiap hari selalu berkumpul di belakang rumah (b) Karena menurut kami (c) Berkumpul bersama-sama keluarga di dekat kolam ikan dan bunga itu (d) Membawa semangat kami (e) Untuk menghadapi semua cobaan (f) Yang akan datang esok hari
71
Klausa (a) berpola S+K+P+K, klausa (b) berpola K(P+O), klausa (c) berpola P+K+O+K, klausa (d) berpola P+O, klausa (e) berpola K(P+O), klausa (f) berpola K+P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (7) termasuk kalimat majemuk campuran. 5. Karangan 5 dengan judul Keadaan rumah. Kalimat: 1) Rumah yang indah terdapat halaman rumah yang bersih, penuh dengan pohon-pohon, dan bunga-bunga yang cantik menghiasi halaman rumah. Kalimat (1) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Rumah yang indah terdapat halaman rumah yang bersih (b) Penuh dengan pohon-pohon (c) Dan bunga-bunga yang cantik menghiasi halaman rumah. Klausa (a) berpola S+K+P+Pel+K, klausa (b) berpola P+K, klausa (c) berpola S+K+P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (1) termasuk kalimat majemuk setara. 2) Di dalam ruang tamu terdapat kursi yang biasa ditempati oleh keluarga, untuk menikmati siaran televisi dan di sini juga terdapat foto keluarga dan jam dinding. Kalimat (2) mempunyai 4 klausa, yaitu: (a) Di dalam ruang tamu terdapat kursi (b) Yang biasa ditempati oleh keluarga (c) Untuk menikmati siaran televisi
72
(d) Dan di sini juga terdapat foto keluarga dan jam dinding Klausa (a) berpola K+P+Pel, klausa (b) berpola K+P+O, klausa (c) berpola K(P+O), klausa (d) berpola K+P+Pel. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (2) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 3) Melihat kesisi lain rumah terdapat kamar tidur yang di dalamnya sangat sederhana. Di sana terdapat lemari pakaian, tempat buku, jam dan jadwal pelajaran. Kalimat (3) memiliki 3 klausa, yaitu: (a) Melihat kesisi lain rumah (b) Terdapat kamar tidur yang di dalamnya sangat sederhana (c) Di sana terdapat lemari pakaian, tempat buku, jam dan jadwal pelajaran. Klausa (a) berpola P+K, klausa (b) berpola P+Pel+K, klausa (c) berpola K+P+Pel. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (3) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 4) Selain terdapat ruang tamu dan kamar tidur, terdapat juga dapur tempat ibu memasak dilengkapi peralatan untuk memasak yang bersih. Kalimat (4) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Selain terdapat ruang tamu dan kamar tidur (b) Terdapat juga dapur tempat ibu memasak (c) Dengan dilengkapi peralatan untuk memasak yang bersih Klausa (a) berpola P+Pel, klausa (b) berpola P+Pel+K(S+P), klausa (c) berpola K(P+O+K). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (4) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 5) Dilihat dari sekitar, keadaan rumah tertata dengan rapi dan indah sehingga kita merasa nyaman.
73
Kalimat (5) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Dilihat dari sekitar (b) Keadaan rumah tertata dengan rapi dan indah (c) Sehingga kita merasa nyaman Klausa (a) berpola P+K, klausa (b) berpola S+P+K, klausa (c) berpola K(S+P+O). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (5) termasuk kalimat majemuk setara. 6) Walaupun rumah tersebut tidak besar dan jauh dari keramaian, tapi bagiku rumah tersebut indah. Kalimat (6) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Walaupun rumah tersebut tidak besar (b) Dan jauh dari keramaian (c) Tapi bagiku rumah tersebut indah Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola P+K, klausa (c) berpola K+S+P. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (6) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 7) Apalagi kalau melihat ke halaman belakang rumah terdapat sawah dan udara yang segar. Kalimat (7) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Apalagi kalau melihat ke halaman belakang rumah (b) Terdapat sawah dan udara yang segar. Klausa (a) berpola K+P+K, klausa (b) berpola P+Pel+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (7) termasuk kalimat majemuk bertingkat.
74
6. Karangan 6 dengan judul Taman Bandung. Kalimat: 1) Suasana di taman bandung sangat cerah, namun udara di Bandung segar dan dingin. Kalimat (1) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Suasana di taman bandung sangat cerah (b) Namun udara di Bandung segar dan dingin Klausa (a) berpola S+K+P, klausa (b) berpola S+K+P. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (1) termasuk kalimat majemuk setara. 2) Di sekitar taman wisata baik dan ramai, tapi sayangnya banyak sampah-sampah yang berserakan. Kalimat (2) mempunyai 2klausa, yaitu: (a) Di sekitar taman wisata baik dan ramai (b) Tapi sayangnya banyak sampah-sampah yang berserakan Klausa (a) berpola K+P, klausa (b) berpola K+S+P. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (2) termasuk kalimat majemuk setara. 3) Di taman Ciater Bandung ada pemandian air hangat. Kalimat (3) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S. 4) Ciater Bandung baik untuk dikunjungi Kalimat (4) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+K. 5) Di sana juga ada air terjun yang indah. Kalimat (5) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+K. 6) Banyak pengunjung dari lokal dan interlokal.
75
Kalimat (6) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+K. 7) Taman Ciater Bandung ini terkenal sampai pelosok bumi. Kalimat (7) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+K. 8) Orang-orang yang berdagang pun ramah-ramah. Kalimat (8) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+K. 9) Perjalananya pun cukup jauh. Kalimat (9) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K. 10) Taman Ciater Bandung ini indah dan cuaca yang cerah agak mendung, udaranya segar. Kalimat (10) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Taman Ciater Bandung ini indah (b) Dan cuaca yang cerah agak mendung (c) Udaranya segar Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola S+K, klausa (c) berpola S+P. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (10) termasuk kalimat majemuk setara. 11) Orang menyebut Bandung kota hujan. Kalimat (11) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+O+K. 12) Taman Bandung adalah tempat wisata yang indah. Kalimat (12) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+K 13) Dan banyak juga sejarahnya. Kalimat (13) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S. 7. Karangan 7 dengan judul Desa yang indah dan sejuk. Kalimat:
76
1) Desa kami sangat indah dan sejuk, lingkungannya sangat bersih, dan penduduknya ramah dan sejahtera. Kalimat (1) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Desa kami sangat indah dan sejuk (b) Lingkungannya sangat bersih (c) Dan penduduknya ramah dan sejahtera Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola S+P, klausa (c) berpola S+P. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (1) termasuk kalimat majemuk setara. 2) Di pagi hari desa kami sangat segar karena disekeliling kami banyak sekali pepohonan yang hijau-hijau, dan tercampur binatang yang unik, ada itik, ayam, dan juga kambing. Kalimat (2) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Di pagi hari desa kami sangat segar (b) Karena disekeliling kami banyak sekali pepohonan yang hijauhijau (c) Dan tercampur binatang yang unik, ada itik, ayam, dan juga kambing. Klausa (a) berpola K+S+P, klausa (b) berpola K(K+S+P), klausa (c) berpola P+O+K+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (2) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 3) Itu termasuk binatang lindung. Kalimat (3) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+Pel. 4) Desa kami suka sekali memelihara binatang itu dan kalau sudah besar binatang itu menghasilkan uang, lumayan untuk tambahan belanja. Kalimat (4) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Desa kami suka sekali memelihara binatang itu (b) Dan kalau sudah besar binatang itu menghasilkan uang, lumayan untuk tambahan belanja
77
Klausa (a) berpola S+P+O, klausa (b) berpola K+S+P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (4) termasuk kalimat majemuk setara. 5) Di desa kami banyak sekali sawah dan kebon yang luas. Kalimat (5) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+K. 6) Orang-orang di sana banyak sekali menanami sayur-sayuran yang mayoritas sayuran sawi, kangkung, dan kemangi. Kalimat (6) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K+P+O+K 7) Tapi masih banyak juga tanaman yang harus ditanam, karena tanaman itu memerlukan air yang sangat banyak, seperti terong dan pare. Kalimat (7) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Tapi masih banyak juga tanaman yang harus ditanam (b) Karena tanaman itu memerlukan air yang sangat banyak, seperti terong dan pare Klausa (a) berpola K+S+P, klausa (b) berpola KS+P+O+K+K). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (7) termasuk kalimat majemuk setara. 8) Kalau sudah panen sayuran itu menghasilkan uang yang cukup lumayan. Kalimat (8) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+P+O+K. 9) Dan orang-orang kampung itu membantukannya, ada yang memetik dan juga mengikatkan, tapi yang membantu itu diberi upah. Kalimat (9) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Dan orang-orang kampung itu membantukannya, ada yang memetik dan juga mengikatkan (b) Tapi yang membantu itu diberi upah Klausa (a) berpola S+P+K, klausa (b) berpola K+P+Pel. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (9) termasuk kalmat majemuk setara.
78
10) Di kampung kami banyak sekali pohon kelapa sawit. Kalimat (10) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S 11) Orang-orang kampung kami memanfaatkannya untuk minyak kelapa. Kalimat (11) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+K. 8. Karangan 8 dengan judul Pantai Kuta Bali Kalimat: 1) Terbentang luas samudera biru, serta debur ombak dan pasir putih menghiasi indahnya dirimu. Kalimat (1) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Terbentang luas samudera biru (b) Serta debur ombak dan pasir putih menghiasi indahnya dirimu Klausa (a) berpola P+O, klausa (b) berpola S+P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (1) termasuk kalimat majemuk setara. 2) Sejuknya angin seakan membuatku terlelap oleh kesempurnaan mu, karang-karang
yang
membentang
menandakan
keindahan
kehidupanmu. Kalimat (2) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Sejuknya angin seakan membuatku terlelap oleh kesempurnaan mu (b) Karang-karang kehidupanmu.
yang
membentang
menandakan
keindahan
79
Klausa (a) berpola S+P+O+K, klausa (b) berpola S(P+O). Ditinjau dari sifat hubungan antarklauasanya, kalimat (2) termasuk kalimat majemuk setara. 3) Suasana yang bersih, indah, seakan-akan diriku tak bisa meninggalkan keindahanmu. Kalimat (3) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Suasana yang bersih, indah (b) Seakan-akan diriku tak bisa meninggalkan keindahanmu Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola K+S+P+O. Ditinjau dari Sifat hubungan antarklausanya, kalimat (3) termasuk kalimat majemuk setara. 4) Debur ombak sangat kencang serta birunya airmu membuatku ingat akan kemaha esaan. Kalimat (4) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Debur ombak sangat kencang (b) Serta birunya airmu membuatku ingat akan kemaha esaan. Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) S+P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (4) termasuk kalimat majemuk setara. 5) Sungguh maha besar kuasamu atas segala kesempurnaan, kaulah surgaku Kalimat (5) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Sungguh maha besar kuasamu atas segala kesempurnaan (b) Kaulah surgaku Klausa (a) berpola K+P+O+K, klausa (b) berpola S+P. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (5) termasuk kalimat majemuk bertingkat.
80
6) Ku ingin selamanya ada di dekatmu karena kau tak akan pernah mati. Kalimat (6) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Ku ingin selamanya ada di dekatmu (b) Karena kau tak akan pernah mati Klausa (a) berpola S+P+K, klausa (b) berpola K(S+P). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (6) termasuk kalimat majemuk setara. 7) Dirimu disukai oleh banyak orang yang ingin merasakan keindahan lingkunganmu Kalimat (7) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Dirimu disukai oleh banyak orang (b) Yang ingin merasakan keindahan lingkunganmu Klausa (a) berpola S+P+O, klausa (b) berpola K(P+O). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (7) termasuk kalimat majemuk setara. 8) Matahari yang terbenam seakan menambah indahnya lingkunganmu. Kalimat (8) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K+Pel. 9. Karanagan 9 dengan judul Tata Lingkungan Tempat Tinggalku. Kalimat: 1) Pada suatu hari aku memandangi lingkungan keadaan rumahku kemudian aku melihat isi rumah yang berada di sekitar rumahku. Kalimat (1) mempunyai 3 klausa, yaitu:
81
(a) Pada suatu hari aku memandangi lingkungan keadaan rumahku (b) Kemudian aku melihat isi rumah (c) Yang berada disekitar rumahku Klausa (a) berpola K+S+P+O, klausa (b) berpola K+S+P+O, klausa (c) berpola K(P+K). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (1) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 2) Di depan rumahku terdapat pohon jambu dan pepohonan lainnya untuk melindungi dan menghindari panasnya matahari. Kallimat (2) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Di depan rumahku terdapat pohon jambu dan pepohonan lainnya (b) Untuk melindungi dan menghindari panasnya matahari Klausa (a) berpola K+P+Pel, klausa (b) berpola K(P+O). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (2) termasuk kalimat majemuk setara. 3) Bukan hanya itu saja yang aku lihat, tapi aku juga melihat keadaan isi rumahku. Kalimat (3) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Bukan hanya itu saja yang aku lihat (b) Tapi aku juga melihat keadaan isi rumahku Klausa (a) berpola K+S+P, klausa (b) berpola S+P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (a) termasuk kalimat majemuk setara. 4) Pertama kulihat kursi sofa yang berwarna biru dan memasuki ke dalam rumah banyak peralatan rumah tangga, ruang tamu, kamar tidur, ruang keluarga dan dapur. Kalimat (4) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Pertama kulihat sebuah kursi sofa yang berwarna biru
82
(b) Dan memasuki ke dalam rumah banyak peralatan rumah tangga, ruang tamu, kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur. Klausa (a) berpola S+P+O+K, klausa (b) berpola P+K+Pel. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (4) termasuk kalimat majemuk setara. 5) Aku melihat rumahku yang tersusun begitu rapi dan menawan. Kalimat (5) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+O+K 6) Aku kagum terhadap jerih payah kedua orang tuaku yang begitu peduli terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Kalimat (6) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Aku kagum terhadap jerih payah kedua orang tuaku (b) Yang begitu peduli terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Klausa (a) berpola S+P+Pel, klausa (b) berpola K(P+Pel). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (6) termasuk kalimat majemuk setara. 7) Aku tak mau kalah dengan kedua orang tuaku. Kalimat (7) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+K 8) Suatu saat aku ingin seperti mereka karena mereka bisa menata dan menjaga lingkungan di sekitarnya. Kalimat (8) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Suatu saat aku ingin seperti mereka (b) Karena mereka bisa menata dan menjaga lingkungan di sekitarnya. Klausa (a) berpola K+S+P+K, klausa (b) berpola K(S+P+O+K). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (8) termasuk kalimat majemuk setara. 9) Aku harus lebih banyak belajar dari mereka, bagaimana cara menjaga lingkungan yang baik.
83
Kalimat (9) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Aku harus lebih banyak belajar dari mereka (b) Bagaimana cara menjaga lingkungan yang baik Klausa (a) berpola S+P+K, klausa (b) berpola K+P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (9) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 10) Begitu banyak benda-benda yang berada di rumahku tetap tersusun rapi, mulai dari kebutuhanku sampai kebutuhan orang tuaku. Kalimat (10) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K+P+K 11) Dari dalam rumah hingga sekelilingnya pekarangan rumahku itu amat sangat menawan. Kalimat (11) merupakan kalimat tunggal dengan pola kalimat K+P 12) Harapanku adalah ingin seperti kedua tuaku karena mereka bisa menjaga lingkungan yang baik dan sehat untuk masa depanku nanti. Kalimat (12) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Harapanku adalah ingin seperti kedua orang tuaku (b) Karena mereka bisa menjaga lingkungan yang baik dan sehat untuk masa depanku nanti. Klausa (a) berpola S+P+K, klausa (b) berpola K(S+P+O+K+K). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (12) termasuk kalimat majemuk setara. 13) Hanya ada satu hal yang belum aku ketahui yaitu bagaimana caranya diriku mencintai lingkungan. Kalimat (13) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Hanya ada satu hal yang belum aku ketahui (b) Yaitu bagaimana caranya diriku mencintai kingkungan
84
Klausa (a) berpola K+S+P, klausa (b) berpola K(S+P+O). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (13) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 10. Karangan 10 dengan judul Sanglira Kalimat: 1) Sangrila adalah tempat wisata yang banyak sekali dikunjungi para wisatawan asing, karena keindahan tempat tersebut. Kalimat (1) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Sangrila adalah tempat wisata (b) Yang banyak sekali dikunjungi para wisatawan asing, karena keindahan tempat tersebut Klausa (a) berpola S+P+Pel, klausa (b) berpola K+P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (1) termasuk kalimat majemuk setara. 2) Hampir setiap hari tempat itu selalu ramai, pasirnya yang bersih, airnya yang jernih membuat turis semakin betah berlama-lama di sana. Kalimat (2) mempunyai 4 klausa, yaitu: (a) Hampir setiap hari tempat itu selalu ramai (b) Pasirnya yang bersih (c) Airnya yang jernih (d) Membuat turis semakin betah berlama-lama di sana
85
Klausa (a) berpola K+S+P, (b) berpola S+P, klausa (c) berpola S+P, klausa (d) berpola K(S+P+K). Ditinjau dari sifat hubungan antar klausanya, kalimat (2) termasuk kalimat majemuk campuran. 3) Sekarang ini sudah tidak layak dikunjungi, karena tempat itu sudah tercemar akibat tangan manusia yang tidak bertanggung jawab yang membuang sampah sembarangan. Kalimat (3) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Sekarang ini sudah tidak layak dikunjungi (b) Karena tempat itu sudah tercemar akibat tangan manusia yang tidak bertanggung jawab (c) Yang membuang sampah sembarangan Klausa (a) berpola K+K+P, klausa (b) berpola K[S+P+K(S+K)], klausa
(c)
berpola
P+O+K.
Ditinjau
dari
sifat
hubungan
antarklausanya, kalimat (3) termasuk kalimat majemuk bertingkat. 4) Air laut yang bersih menjadi kotor, karangpun akhirnya mati, ikanpun akhirnya berpindah tempat, pasir yang bersih menjadi kotor. Kalimat (4) mempunyai 4 klausa, yaitu: (a) Air laut yang bersih menjadi kotor, (b) Karangpun akhirnya mati (c) Ikanpun akhirnya berpindah tempat (d) Pasir yang bersih menjadi kotor Klausa (a) berpola S+P+K, klausa (b) berpola S+K+P, klausa (c) berpola S+K+P, klausa (d) berpola S+P+K. Ditinjau dari sifat antarklausanya, kalimat (4) termasuk kalimat majemuk campuran. 5) Akhirnya tempat itu pun hanya menyisakan nama saja. Kalimat (5) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+P+K 6) Maka dari itu kami sebagai penerus bangsa Indonesia tidak akan merusak lingkungan tempat tinggal kami.
86
Kalimat (6) mempunyai 2 klausa, yaitu: (a) Maka dari itu kami sebagai penerus bangsa indonesia (b) Tidak akan merusak lingkungan tempat tinggal kami. Klausa (a) berpola K+S+P, klausa (b) berpola P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (6) termasuk kalimat majemuk bertingkat. Hasil analisis tersebut selanjutnya dimasukan ke dalam tabel analisis sebagai berikut. D. Hasil Interpretasi Data Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh 142 kalimat majemuk dengan 142 struktur kalimat yang berbeda. Tidak ada struktur kalimat yang dominan, semua kalimat majemuk memiliki struktur kalimat yang berbeda-beda. E. Keterbatasan penelitian Keterbatasan penelitian ini sebagai berikut. 1. Penulis tidak memperhitungkan lingkungan, situasi, dan kondisi siswa dalam penelitian ini.
87
2. Penulis menganalisis seluruh karangan siswa, sumber yang dianalisis hanya 25 karangan 3. Peneliti hanya menentukan struktur kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran. Dalam menentukan struktur kalimat majemuk penulis tidak terlepas dari pendapat para ahli.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data-data hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1.
Berdasarkan 25 karangan yang dianalisis diperoleh 268 kalimat, dari keseluruhan kalimat tesebut terdapat 142 kalimat majemuk, yang terdiri dari 61 kalimat majemuk setara, 52 kalimat majemuk bertingkat, dan 29 kalimat majemuk campuran.
2.
Dari 142 kalimat majemuk terdapat 142 struktur kalimat yang berbeda. Struktur kalimat majemuk terlampir dalam bentuk tabel.
3.
Dari keseluruhan kalimat majemuk yang dianalisis, tidak terdapat struktur kalimat yang dominan. Tiap-tiap kalimat majemuk memiliki struktur yang berbeda-beda.
5.2 Saran Saran yang dapat penulis sampaikan di dalam penelitian ini adalah. 1.
Bagi guru, hendaknya menyiapkan materi tentang kalimat majemuk sesuai kemampuan siswa secara bervariasi, selain itu guru hendaknya memberikan banyak latihan membuat kalimat majemuk kepada siswa.
2.
Bagi sekolah, sebaiknya menambahkan buku-buku mengenai kalimat majemuk.
3.
Bagi siswa, harus lebih memperhatikan materi tentang kalimat majemuk dan memperbanyak latihan membuat kalimat majemuk, agar dapat membuat dan menggunakan kalimat majemuk dengan struktur yang baik 88
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Muksin. 1991. Penyusunan dan Pengembangan Paragraf serta Penciptaan Gaya Bahasa Karangan. Malang: Y A 3 Akhadiah, Sabarti, dkk. 1989. Pembinaan keterampilan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga Alisjahbana, S. Takdir. 1983. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat Arifin, E. Zaenal dan Farid Hadi. 2009. 1001 kesalahan Berbahasa. Jakarta: Akademika Pressindo Brotowidjoyo, Mukayat D. 1993. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Pressindo Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta Caraka, Cipta Loka. 1993. Tehnik Mengarang. Yogyakarta: kanisius Finoza, Lamuddin. 2001. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia Gie, The Liang. 1995. Pengantar Dunia karang-mengarang. Yogyakarta: Liberty Karsana, Ano. 1986. Keterampilan Menulis. Jakarta: Karunika Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Flores: Nusa Indah __________. 1991. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah __________. 1995. Eksposisi. Jakarta: Grasindo Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat. Bandung: Refika Aditama Sartono, Frans dan Putu Fajar Arcana. 2010. “gitar di kamar budjana”. Kompas
89
90
Sudarno dan Erman A. Rahman. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT. Hikmah Syahid Indah. Sugono, Dendy. 1994. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Walija. 1996. KOMPOSISI: Mengolah Gagasan Menjadi Karangan. Jakarta: Penebar Aksara _____. 2006. Kupas Kalimat. Jakarta: FKIP UHAMKA Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Widyamartaya, A. 1990. Seni Menggayakan Kalimat. Yogyakarta: Kanisius Wiyanto, Asul. 2005. Tata Bahasa Sekolah. Jakarta: Grasindo Zaenal, E dan Amran Tasai. 1985. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Pustaka Antarkota
;r 1
Tabel struktur kalimat majemuk No
Pola kalimat rnajemuk
Jumlah struktur kalimat
1 2
S+P+K+P+K S+P+Pel+K+P+Pe!+K
3
3
K(P+o)+S+P+S+P+s+P+p+o+K
2
4 5 6 7 8 9
K+S+P+K+S+P+K+P+K+S+P+S+P K+S+P+O+K+P+ O+K+p+pel K+S+P+S+P+P-fPel+K
2
s+(K+P+O)+K(P+O+K)
2
2
2 3 2 1 2 2 4 3 L L T
26
S+P+K(P+Pel)+K+P+O S+P+K+P+PeI K+S+P+O+S+P+O+K K+S+P+O+S+P+K+K K+S+P+O+S+P+O+K+K(P+K) P+O+S+P+O K+S+P+O+P+PeI+K+K+S+P+O+K K+P+O+K+P+Pel+K+S+P+O+K P+K+K+S+P+O+K+K+p+O+S+P+Or K K+P+Pel+K+K+P+Pel+K+K(P+K) S+P+S+P+O+K+P+O+K K+S+P+O+K+S+P s+P+P+O P+K+O+K+P+O+K K+S+K+P+O+S+K(P+O) S+P+O+K+P+O+K S+P+O+S+K+S+P+O+P+O K+S+P+K+K(P+K) K+P+O+K+S+P+O
27
s+P+K(K+P+K)
3
10 11
12 13 t4 15 16 17 1.8 19
20 2t 22 23 24 25
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
z z L
4 7 1 2
2 2 2
S+P+K+S+P+O 3 K+P+O+K+P+K+K+P+O+P+O+K+S+P+O 2 P+K+P+O+K+P+O+K+P+K 2 K+P+K+P+O+K(P+Pel)+p+p.1 2 s+K+P+K+K(P+O)+p+K+O+K+p+O+K(p+O)+K+p+O2 S+K+P+Pel+K+P+K+S+K+p+O L K+P+Pel+K+P+O+K(P+O)+K+P+Pel 1 P+K+P+Pel+K+K+P+Pel 2 P+Pel+P+PeI+K(S+P)+K(P+O+K) 1 P+K+S+P+K+K(S+P+O) L S+P+P+K+K+S+P 2 K+P+K+P+PeI+K 2 S-fK+P+S+K+P 2 41. K+P+K+S+P 2
I
r. I I
S+P+S+K+S+P S+P+S+P+S+P K+S+P+K(K+S+P)+P+O+K+K
s+P+o+K+s+P+o+K K+S+P+K+S+P+O+K+K S+P+K+K+P+PEI P+O+S+P+O
s+P+o+K+s S+P+K+S+P+O S+P+S+P+O K+P+O+K+S+P
S+P+K+K(S+P K+S+P+O+K+S+P+O+K(P+K K+P+Pel+K(P+O K+S+P+S+P+O s+P+o+K+P+K+Pel S*P*Pel+KP+Pel K+S+P+K+K(S+P+O+K S+P+K+K+P+O+K
s+P+K+K(S+P+O+K+K 64 65
1 il
I(+S+P+K(S+P+Ol S+P+Pel+K+P+O+K S+P+K K+S+P+S+P+S+P+K( K+K+P+KIS+P+ s+K)l+P+o+K S+P+K+S+K+P+S+K+P+S+P+K K+S+P+P+O
{
I
chVntra Ae'nnah
funtaiPa,\W&mn ?^aqr,,rlaranrnenupal(an Satahfuto pnla'tWrg lrdc4h ,ltrV)at< ctarnrl futwa hrat- Wnganclar1o fnernr(iK kzunifan di aoerzliLr tg"eere(n, aiearcaterdaph+ Sebvah Latwtka,n hiv yan! "lirehrl la6t- i'pe,;nhiv. ?iFa rnen)elaor,rpelang aVv core {rzrr@tny6 bqi+t frula)',, vdaranga
9anEal J€:ot< , bvrung- bu*n9 rn-,lai ba'-
Vrcoru, lyt€n deVa+i vaalahari ganq lgrbgnam . Panpra.rw alcnrnWry hra,r0 (evai diten"..,t oy). )il
lau{ )trnpv
JelW k rtraha\ny,-. kgiw JerngrrnrLlKan- lFan ,
Vang WaneVa rcrgnrnrt€.rr,ib, Vara^EWang tanlrA lMah , A"rla^b+., lagi b)natang- tin 'tarrg\aviW^q Sanry* uriK- Bia Sa(\Wjtetiaplari .
bangzVWva nela4n d,an Wxa Wanl o#refcrrl Aan trnat ?ng lavl frrenWnbil [Xan dan ]vnnh-,h an - turnb.,hanlav) eyrtuF Ai man laal karn , hr galngavnirh ValwuL, CafrC^a darl lCrumh; lrarar\g , dar't r'nvlrara- , dan dan Prtit EgrAg - InpheFa a\ah nn?n7gdit€brah Ayse wng rnere6^fr\cln loctt@n , ions t2h'ogeanEcrilnclah, Mhan -p6nharn bgr,r.- t€rurnar\arnidan lart -Pavvandaran,IrngruparKan pa"rHh,%,tno]
sangal Jt>r:F, b?rsih, /lnn lndab. Ev,ngn? Peruhmand\ Sanru.ObXv nnuisa: lu vang \anvav^ drpqr*rrlrj
a{eh para wiforta*ran Ahngr lcc-,r?narnen^itifi paruramn d\arn Vr,q^,lndah , Svnqgvh grmg^t bahag\x
ayw lrir^ Yesaqn.k€tndahanalnrn Vh^rWO\!u1![[grna,
lr
|6ntai pangandanan harui d\leo+anl.an, ahr, letap.rnar?a,t; ciotev
il
'
w\Ea+avary ser\rg di h,ncvnl\ deh wiga lcawan lokoI danhorr&t
I
, .,f
n@rq
: ',ii I
I
/ o,, r' :( l.\ .
Ii tli
i'!
4
art
rax
-ltli
t
\v\v fiaTynr
[i ntu.2 $\oar fervv^na'nn tm,a,,1161v., Vhy ltt+laV d; J|.lq+^n lhwdo, leltlavyn tt44ptn l%rary f iJr^,lr. lerdapnf Fvrrnntzr )nunrM . )itor^ 1.,+^ lnernqfuld hnnharn nltav l4npttv lfid,t rl, p'l-n pasi hwn h^tn*nvlzrn laerbr,gi Prt hnncavvth,Vrrry y^alamfua, d^n rrv..npty\n4^ ur,rlvlapg hnri lnvwpai l0r"n; NWry bgsnrt,Ty hralct^(rnxaa . f>n1ynv haar\^r,n 1w)a lqLA Vhy f ela,2 f an+tti,fi ttnws'al\li lepon l@Ver !e,1,^,0Sorg r.n.r rvvntnw l^ari. beht.a lqh har^a.apM{r//vvr"vh l&uynp(gtc btot Cr rys_2r Ia'u auy alLan fufuvwvt Ftyvvt:,lnr qby n rptlnlwpn+ bst, uyrhulc ,
h,ngnntrriethaptor<- h^(,u^kr"hl,tn^MtltwrnhWhY^,yt^ ryry %nvlov ,Vl, ny-rru nnetit-nfrun^61^ llJrva t^ftNvo]h,y*vw.ffi*o,t^ l er\ebvt btr w,\rr\ v;Wv?hytii lql^'\;rljr.rr,.nh. r vw-tL:. lLurwrhlf,f xnsla fltlh gOrVnvy Se.b"+ yry t-V^V kdUl^ana.1pn [vn [vrnrl., l,,q;, kvdnya Mdal Ll^'vs,vhy tnar.uolivvtntrnrrvr.r.t^ , ,],lb tk htodab YY\TU\,W,A ?lhf,fv*^(^ ,he",\oyFr*ry le,WU2"v, ^Mtt ,^nh , A^ bnu*VYl.h lrit^,,..t 6*y-D^rn*2 6-h,tc yV A^^ galroanhklAwpa; ?ny t'nhV . J',V \ttv,/.avl"tgw,r,wl.}^** fidir fi1woMAvw }n^ \irrx,- l.a,r^,^ 2m, Inht. V^V ln1;v,nrlc ]a%d't, , c,Vq lert;'l"nY lfiwoVAttwAnr\V\^t.v*ltn2r,,i 9^try MWtt^^ btrlcau..(rotrsVh*pV r'de^l haap /,tl tahnn tly gr^w, ?'tco hU h^tv ttntlntvtlrann^. ultr,y2 al"a l"[^^+^i ** v)nrtlit^ hnet^nihhrgSr,rg^ l.f^fo*.1 twtl(w*(,.
4:* vnYtJd'rrfu^*.0i la*ni nfuo**-/wfr tuInJJr],"il- Arn' Tnro atryrkrfinn6.r;nyntvF h',,,*^- tfuwn^ Air,r, ,a\^unli\a^wrr ""ry) r\ph puh lt Ary^'l qihr-oih" ,^^.^ **t^-i
v:
-,@
tr*a^,.Ptali*i
T6.npa1AW TsGvtnvi. YffnrlINVfrALhMPN -h-r5 W )..fl",,/ yy\) t e4vv , h)Q. Utra* Lr-tS
h.ly-r"-
1i4rnr;,bnfaluo*r^Vu+ t4*?v*nt. yyy^Ytt,t-,mYwn' K-$-U hq,,*. ^,tw t r^n+ lcruf"rf-V.tWV W) ,rr't^; \LaryM/W JWV 7.t"^ l*n^p^*^ 9a,w*-l^Yky ^*W^ry . V4^r-n{^ -}*^*k ,nr-t\,\ h^lr-l W*dr lrur-.o h\" k\'aoaUa at'r,t' ehbrv- (n"-\t\rv,y4t
trrrUX^,t\^l^I^ri 6,ft,^lqAn-l^ ^ trUt -bvht VW VWNIry
kVV)
' FfnUf ol4
Jer.n,.Lia h:". , ilU. l/,r^,-r* f"I"r>l^ - ldt*-., W lqt*, Ar^^^ \,Wrra V^+r,tr- t '.,,^,\y L|.rrqat,'.^ yr^t/^+c&^Ai Jrfuryat-ra,nta.-, \ot^tt*-
Jar"^.,o^A,tt, -{"lw )r*rrd
h^.y r,"^Vk 1.,^{^^^^(v/T
p"rn, A,v.tr./tl-tv .*a)c h^ga,; I VNy l"entn ^,r.r-^ t-r,,..,,.^
h^A . F-Ur"r+ bCn^^"^"^
u)tv-.j Lf^h
.l,rn{du'r
F [o..,a^^U"1" A^^I'9^- Ar...6.'h lC^^b )tQtlc
Bq.^.,
StyuS -te{,ur . Da-' !.,t^, boo2ou'}n lr. %*S \ai'a Iw y,^"^ *, ?*5 vr5 t'ta,F J^{., )^\r ^ [^-i,^ - etAa,a vg^ t: yow,* ovj. VnWu^r^
-kn!or-t ^-
(Whl*^
tahat Vg
Lor X v^n-^ - tr,.qv-ahr,^ )arnn\rr..t^, t )r"t-h' f0mh"n4/l l, hnr.nz-- Mnr^t , hr6ru'- 161; tth o"y aaa*v, - Qr-Lo,,n Dt\,"q
h^r,Ll- h^or^t 0-> [,'f"-,
]
Yhr-w1r^:1 h ^'"ta--^ V., k Y^*t% lc-f" laln b,t Ursh-,\t*w, 0l^A l
tr^ yrl tur\nnwt
\^^r4Fr.l^M ,\;va*f
ghn6 t^ri \no, lu yn^n JAbf\,,inAv?ifr hlc*p.^
l."Sl"Ah,. **r1any1 hr.htn ilvttu Vnry }n turrr,rr.t A\tr,{r. t'n t
{oLra
hh,., b.rt^n^ [eFAa" aa^,,^ Ltnr.*-r. r,\"rR-
l.ah.}n*7r
. t"i^P^t^ otn \t-r1 gyr-UtW-^^ta
ifut^h kia^+b^. iLtrh T-*i,-ur
-
T
I
;. t_
beli wulanda.,-
Ru*ah ythF? SetArlcaaao'"r'.o''ahhrggng setngul sot*rv ,Yr^rongnaun p^rrarger\o"g ^9h pOnh Aeng1 p6t \*go-\,t^grn, \NLae6e1 rLw\o*VvUe c(.\: pn hiao^u d-o.n)iulv, pinh, Pe"tr."a oda \rr>ngaqav s^,.'g,.tww ).:t - hath'datr, Di.r"u.9ta,r.^.rp..,n hrFncan. 6%* ?trlil^alW'''L Wr,ryl^aaf , danfnaayr< **on tettr,tn JW Lar-taVie.tilal ap.ra-ivhy\ dan feri**pfu.
Olt<,.arrvW. BtmVrj*r arir doni arpqn6i,.,lrn.
tet:ehrt , il'rpn Sargat Ynen6an24o hai lnwvF b lcar",a,. lqh.nftrpr.rn le't;t af trhsan- t^,Pisanbvnja h+tu pfionfohon W^g br,rl^t hif^, dan hg'h/ritl pr-hallian WWV Wry Wr^h dratary ke n".orh ilv- thn l?,rriah i.-f,rvrarwFYe r:n*y,n dc4pvr lrh lertrr,af lr"mvo?- tt.nuor d.av,,..v ..gaw\ry ai cal lniyau arrn cliben lvgyon ita^,'.r^ {rtnWMn. Dan 7er7, Ye togiluaryd{,^ Q p\t*fi\r^f urnarr ofu.oV \^X" J,an yt7..6,rn il,an ,pyry taryn+ Vn7,vb Vg lerU61 l.an lenrutzF-Dan Yel'ny, l*-'i1r.,n Jeno,( hwiagn kton\,-,berhr^nd di bglvrvart ru,rnah, Varenr pngrvnrt Far^i benk^,,^1^,r hr.sa*,.- s0nrn6 l,e)t 6r9a dt arw lr,rtc-r, lVan dan bv,W, it, nqennba,\a\gnarydl l'arrni unh'lc-tncrgl,r,*rttn fe'nnuot Ldrnan vv
av,nnAo+ny o>ovh"cl
F
'
w
'-,
4gffiYl:rr_:i?
I t-
tg\n\ p
nr^"r^'l-'
,:
Va$!*
I
Nbnah Va11 \nla\ \e.A.-tpal \a\rn.r*n f-eF^^h \hy tarh . ?**1., b€ngan Yohso-F\ on Ca,. \"a" - U,{r" g^11 Canlk n"q?!.io^.,, ha\arnr,,n r.r6nVr - A\ d,av."n\.hy \arnb \erda-g") \^xu y^y\',r^ 'Jr1\uBhnpn,!:rna\, Slat6n l-t\eM)^' ),le.ntp"h, d,th U*fa , Ao.^
: -:
di (r.i"' +y^ \
\
-l
r
\
1
tcvO\r\n\ \e f..X \*nr Fr.rcc4lr\3odn^p^\\a""o"r J"tr-. :r^,"5 Ai A..^lo,.n ts)^ \an2al Jederc\aw. . D\lno.^\t-lngA \r,rna.*i \a,,\n\^n-/ \O*W.t \"\- , erzr\$ Aorn ?lAr^r^\ p{V,Onrl^n . Selorin \$Ao^pr^\ r^ra>
}n*
. , ','
A.^nba*" n ha* , \+rdap"i ef{h
'-.rn Yerr^.\0..\nc h\. \r{lfll.( %g Wg\rruL. Di\i t^rrf dfl" SE\qhnr , \*nila^,^ \-\rb ava \{r*^r. d.g.d\a,^ \^Aah f,e\irqyi \S|A .nc,en^"A yr?Arnan . wczr\m,_.br.r\rh^{^\\^t\e.WUrT $c\0snr,. !4.\c {t\ory,\ap
\,Ao.k Y(t>c,e a\onn ea.rh
'
}oqrv \emp^t tL
r\,on.i \e**a,\hn
, \^p., \q)-
...n^r,.,,
lt--teurl W^h aya\,.a1 k ^rr^/ 16g\nLnTY.\^fon^^\A W"y gv^nrrh trrdo.ynt Sarwa.,t,r Ar- va\.a"a V> [e9Xr.
v I
ffiSqr'"*"-"
'-
lr v Ahv',ral'
fAmrr.$n&rqt
Su^^"o )i L"*^ L"h*)
s^^1o\I"+7 rurnp *A.q.,.
li\,^d,v t,eqar\^. )U..il I,/rW^. l;-
*t,.t" UV
'*-,h:tr* ry i;,*u: .il^\i-^: re*fi Inq.,o!^p,u^\-\" U"^"))fl, fi s^b^ . frrJn, A* r^^"iJ ,t*, e\* .! . \
\^l
&
l''/.^r' 'v)&"V;^yny ion T {'t-"r tt","! Lr"-tI^^\^r*t"h,i.'f^^n^r^^+rl t-J"f, ,"; l€^lah^
:ffilffi\;*,#ffi*:,?ffinHy Fo&f
id t^,\r^U J.r^ wryt
r.do*6,n-14^\"q6r.
2*l
w*t^ Alatr vw.Ar, ,
uJt#, +a^? #l:\,,k*'*$ t^^ V'g;r,;T R.
u.p^*u
"l"i I
--ss-!€
[iJa\ lc
WYr*^*
sN,^soa).r,,tar,rru tA,^^ se.nJF, [n.s]- ys6"nnlw
'Uzrnt^ ')r4"^ Yio'rwfuk vY,a rfu''aA \otn \?gaa^w6Wra 0^'lor; I./w\' At* \wr^^i snwgd {e.gourYevs,,r* }j iqq,r,'il5, k'f4^^d\o,*^go,x r r.\cc^u \pW\.*^^ gt\ryt \; ou-, -,l;eo,,) gr,v, | I
X*r Carr,gvr Wro4*5
ehy\
vnrk
t htu i,l..F, W^6 , &bn 6,9^ l^^fturt . dloa l.a.* k, "- t'2l^5 , f |., \t,r 11nsrn1" L^r-1"1 trl.^ Jct^q'
nrunr
l^wrra^3 rhv I"-"5 ^r-ht L--
i lv *t^n \,r.rr.^-
vt\\
s.,'r.l- \*^,
/ 1w,'v,go,.r,tvn frh |nr.^lo^u*.^
bgUr*,-
{n dr?,,,-
YhvS
h^>o nI m
Qrvzir,,nnr,^Sarnt ,Yarj v^'^+ r p++t l.Uwv*
ntu^At^ *nng64. W gojkrrr Wg,^ 1r,,,,^o,r-r*., |h^a.w-r-^ iV wt'u*&r L, Fr^ 0-\r Shvyt Vh\
ir'l-a^n^ ,Yayg*
V'.2aV , \e,ye,rl\. gabr"na^ it- n^h^rha4.t
F"^ fdr+ . t ^,\r"^, y, dc,\ Y^'.an k^^ Van3 ,Arg rruWv L'r'rnagnn. Dnr,n Oyhv>-tr0,1 iL mrrn^Lanh.,l"n^*pa , Ababr,vS l"nga*-rfi{c Aan W,
\r*t
Ea., tfry ,"'ov
[t^^ , l*p v\ rnrynuanrv iu l. Ll,,i u,^r h' \"^*yA l*^, V*^, ! e\vr,r^:pvt^qnlwtrt, fawrl . s^.5 - ervtvaV^*v%]*r, rnonnavnt+.ar Li"fn , [",,^b^ unfrzgr-,iq7r,rU
tr'
1
Yul'{ 9 ' k^&^ 1]onL' Dcnrlror, tg.te^{
\uas !p1v^n.:lr a- b ru . { g".fat dd.ar o,-.haF Ao^ nha 3\i4".,' ln \q\n 'ryrr- /rri "n r " S?z,.,rE )t0"vi" prrh[ Tv.\e/n ^*Ei,n (€ a.Ycnn nnt;rrr\a.-,a^\\<^-, 1q. h.\af otat \cq ahn lr.,rrroarn a,.,g
fnur , Vglrny - I.ar'ary val"rg rne{"nV{an\rnV hn-nan c4nyan lag \ r",aarvrfi Lel"'idupa,6nnv " (';goc..r.q:f,4., \oottiq , tndo.h , - ^W^ liril"u t",.k Lisa Inenib 9a.\\^t a#q(l Ez*aM ?A p^a.,. (.:n yr-V hnahn bo*
k"alo^u ^fu Ce3^lnf ekh ?utrhhaf, F^u\"'h \'rgaVtt. L" l'Drn ft) arna.)h aAa liaevat"n,.,Ya,wn Y^u lau a\,an alir,-iaaioleh L""ynF ,rAy V^rb \ta'n Pe.o^t try/fi' Dikit-nr.,, h,-ere^*uVqn Le itUo[-a^ i,hbl""tt a h\-, . [tn6p,h6n,gr> 4,,rLo^ah^ Jea.Fnn rne^a.rJ"^\l"da\tzr^ lilf ).^9nnrr.v ,
I
,
r t.
t
"v : f lr.1)21F,tA.
Iata lih? kvygh^ Tpytp^)hny,^l6 -
?aaa (sctfu hr^ci awrnffnandanel
lin5 Wng^n y"od^a6, rr:'w-q6\a., !e ., olia,,naW h^diharl isi r,rrnal" Vv\ bWA^ ,\i <lar fur-"u.h lc., , A,aQr,l^rtnruhiq.zlrrtar"r phm Jarnt.i Aa" |,ep"honan lainryq uh.tvV fne\i "d..ei bnnn5ngr r.natahan . lrr"f*rn [^^^p^
l"f;
ih,
lan \nghir4ari
gCr-fi uy\V
qr{vlihat,
avu1vy l^rli l,.a'tVwd^an iri ruhn^h Fu ?erta'"r,h til^nt'
bf rwr.nrl^a\"iru i.an h^Afnab-,h b2 A^l an ruh^ h \ong^t, |tra\alr,., rurr^ah ltng2^ ,N(ny l-a.n,,ln^r,.a. fi/w , tvn11 ["alrcn"6o]orn dn1o,r, a.*., y^ztihart 1ey".n1n l<.r Yt'rS\ CDIA yV
Yhry I e'r sr*^ &ri!
&eil' ,ap', ba
F^p^h Vtdu^ vfor)l3ayv
c.wpo.afu bq'*n rr^e,r, i,rnhacay .b.v tnggiy- y.ed,',l',Ydrl^odc-y
iin2 lr'npa^ lgr^ p^} hrrTEalrga . ahVdv,
opar) \aV-
laV rn6,vl.^r^h dU7fq
|tl1V (r.at aW iry,itn rut1erl rnerrey
lareru muevq viv lnvnAkatnn lr\r,rylge.,lirryt
e^ra tnmvqn l,ng..l"wrgan Vary lnrY . D"On u2m2a1bwa^ -
t-
V Ud"
:
b0.$ \UdA"
| arJwgn ra1"i l^nulal ru6ap.y, I e+e^+^ o,l^ ,
dari teVrrfuLa^t^,lcu sar^pai LnLyfuhah.,hoy fu - 61andala^ !^ rvv"n^\ahl"\cor,, sgtaeti li^b":;;h lLtcart,ryrrnr^r.rr^.,a,hpu ifu a*fr gt4ryN hg,no,rwrrn, Har a;,nnp- addark Jrpir,, t.1g4e;,[crt"ra o*" t rafa, ftn1}tv, hgrot(al hf^ Lnan Jgr, \rS\eurbrnW Wv, lniY i^n rahat vhh,l. lnaser d\tro,nw hanh . h^ry ,lu gr{lt,hht
brV Lrt*" nV^ Iz Uf"ri
(krmrgrwdtn'p, b'ryart'w^n^
'.-t
I I
nvr l€lA l{ -
a
Sqnglr.a,.
Ja'ng llrpa hclalc*t irm,pal w\gal a. Cuy \ arwy cvvaltc\i h,n7ung. Pcnrrr \.uisa) C.,w4v-o),t ,lrir<,r,u ltg 1n6)V^ov\ tem'6nlI usevoa. ll a*p, ;^ srytarLr. re^rrv,alit-v Je\cr tu rcttyr6n
tt
Pfr>irnw\ 9un, L6s;l at rnT. vun) )err,1h rn4ry^bv arl 1,,,r\5 SennaKrr. lresrl, \Wla^6,l,n*a tni g,rclah 6lrfona , SQ,yArare ['c{ar lavos fi\lv',tvr3t ,pargrv Tt''yaq+r}u (.rc)ah}errornn, I A+p;066 tan ,a",' 7ta6.6g,)ik W"5 ltaaV b€rl ^nbur,2 b,"^b Van5 lnZv"nh-avw2 SahnhahS(nbarrnrrfur, , a^r I ad gan, bw;b ry\ ry*c1l
Wor
, Yr'ar2 Pw a"l".irn?c1 *afl ,'ry^n pun avh.y9 Le, p,r,olr\ tt-.ynl , thtr' b42 borsJ hff>na, , ay,t;Frvh )em,r^1 ih, "b+vt fun )',an9a hnenr.nr (ulcl - MtniA jart i+v yarnt Sebaq^, fal.qn y-6x,6n 'hlcnrayur-, rngrur)ra(l\g)t^,n,ao ba-vra lnolons5',u,, )enp^l \(^^ trtn951r,t
7e^u4
I't .
,'
t{ 1
LEMBAR UJI REFERENSI Nama N IM Judul skripsi
: AnungAdhy Nugroho :1 0 2 0 13000825 : BagaimanaStruktur Kalimat Majemuk datam Karangan DeskripsiPadaSisr,'aKelasXI MAN l0 Jakarta
No I
2 a J
4
5 6 1
Judul Buku Ahmadi, Muksin. 19@ Pengembangan Paragraf serta penciptaan Gaya BahasaKarangan.Malang: y A 3 AkJradiah,Sabarti,dkk. 1989.per,@ MenulisBahasaIndonesia.Jakarta:Erlangga Alisjahbana,S. Takdir. 1983.Tata BahasaEoru Baha* Indonesia.Jakarta:Dian Rakvat
Arifin, E. Zaenaldan FaridHadi. 20m Berbahas a. Jakarta:Akademikapressindo tsrotowidjoyo,Mukayat D. 1993.penulisanKdangan Ilmiah.Jakarta: Akademikapressindo Chaer, Abdul. 2006. Tata Baha.sa prikt! Bahasa Indone.cia.Jakarta:Rineka Cipta Chaer,Abdul dan Leoni AgustinaJ004. S"ri"lrrg"lrtlk. Jakarta:Rineka Ciom
8
C-araka, Cipta Loka. 1993. r@. Yogyakarta:kanisius
9
Finoza,Lamuddin. 2ool. Ko^pffi. Jakarta:Insan Mulia
t 0 Gie, The Liang. 1995. peng@ ll
t2
mengarang. Y ogyakarta:Liberty Karsana,Ano. 1986. Keterampiffi Karunika Keraf,Gorys.1980.KomposlsiJores:I{usaIndah
13 Nusa Indah
t4 l5
1991. Tata Bahasa Indonesia. Flores:
Para Dosen
,*
ct \(f, At/
.&; (l nl
,d. -L
\ ( 0'l
,d
+; \y
,TA
.6,n '^il
1995.El<sposisi. Jakarta:Grasindo fi
tr,
futlayasa,IdaBagus.2007.AnalisisEAt*afiM: Refika Aditama
l6
.,1
Sartono,Frans dan Putu fa@ kamarbudjana".Kompas
A'L L1 I
'r t
I
t7 l8
Sudarno dan Erman A. Rahman. Terampil Berbahasa Indonesia.Jakarta:PT. Hikmah SvahidIndah. Sugono, Dendy. 1994. Berbahasa Indonesia Dengan penar. Jakarta: PuspaSwara
l9
Tarigan,Henry Guntur. 1986.MenyimakSebagaiSuatu KeterampilanBerbahasa.Bandung:Angkasa 20 Walija. 1996. KOMPOSISI: Mengolah Gagasan Menjadil{grangan.Jakarta:PenebarAksara 2 l Wibowo,Wahyu.2001.Manajemen Bahasa.Jakarta:pT GramediaPustakaUtama 22 Widyamartaya,A. 1990. Seni MenggayakanKaliiar. Yogyakarta:Kanisius
23 Wiyanto, Asul. 2005. Tata Bahasa Sekolah. Jakarta: Grasindo
24 Zaenal,E dan Amran Tasai. 1985.Cermat Berbaiisa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Pustaka Antarkota
I
n
{r^ ,),1
d'^' \/
n'l
4n'
:d
d
Mengetahui, i
2009122 003
.l
r _#%, :*d'iml i-Y{1"!-9^.;
KEMENTERIAN AGAMA utN JAKARTA FITK
FORM(FR)
Jt.tr H. JuandaNo ss ciputat15412tndonesia
No.Dokumen : : Tgl.Terbit
FITK-FR-AKD-081 1 Maret 2010
N o .R e v i s i : Hal
01
:
1t1
SKRIPSI SURATBIMBINGAN Jakarta,20 Juni201I
Nomor: Un.01/F. l/KM .01.3 1 1........1201 Lamp.:Hal : BimbinganSkripsi KepadaYth. Dr. Nuryani,S. Pd.,MA PembimbingSkripsi FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullalt Jakarta. A ssalamu'al aikum wr.wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing I/Il (materi/teknis)penulisanskipsi mahasiswa:
Nama
AnungAdhyNugroho
NIM
I 070l 3000825
Jurusan
PBSI
Semester
VIII (Delapan)
JudulSkripsi
Struktur Kalimat Majemuk dalam KaranganDesktipsi pada Siswa Kelas XI MAN 10 Jakarta
Judul tersebuttelah disetujui oleh Jurusanyang bersangkutanpada tanggal 1 terlampir,Saudaradapatmelakukanperubahanredaksional Juni 201l, abstraksi/outline dianggapperlu,mohonpembimbing padajudul tersebut.Apabilaperubahansubstansial menghubungiJurusanterlebihdahulu. Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjangselama6 (enam)bulan berikutnyatanpasuratperpanjangan' Atas perhatiandan kerja samaSaudara,kami ucapkanterima kasih' Wassal amu'al aikum wr. wb. a.n.Dekan i,'pBhasadan SastraIndonesia idl'. ,t')
FitrivahZA. M.Pd
2 001 12 199703 Tembusan: 1. DekanFITK 2. Mahasiswaybs.
F I
*
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakaria, 6 Dcsember 1987. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.Pendidikan penulis di muiai dari Taman K-anak-kanakNegeri Per'bina Nasional, setelah itu penulis melanjutkan di SDN 05 Jakarta.SetelahmenamatkanSD, jenjang SMP ditempuh di SMPN 245 Jakarta. Pendidikan SMA pacia SMAN 32 Jakarta. SelepasSMA penulis sempatvakum setahundari pendidikankarenatidak diterima di PTN. Tahun berikutnya melanjutkanke program SarjanaPendidikan JurusanPendidikanBahasadan SastraIndonesiaUIN Syarif Hidayatullah iakarta. Programtersebutdiselesaikarr pada 2014. Sejakduduk dibangkr.r SN4P.penr.rlis aktif dalam kegiatanekstrakurikuler.Pada 2001, penulis aktif dalam kelompok PRAMLIKA di SMPN 215 jakarra.Padajenjang SMA, penuiis pun aktif dalam Pasukan Peiigibar Bendera (PASKIBRA) di SIvIAN 32 Jakarta yang kerrrudian menjabat sebagai Ketua Harian PASKIBRA SMAN 32 jakarta periocie 20042005. Menapaki dunia perkuliahan,jiwa organisasiyang dimiliki penulis pun tidak sepadatpada saat SMP maupun SMA. ln{eskipuntidak aktif di dalam organisasidi kampus, penulis sempat tergabungdalam Volunteer Officer (VO) pada SEA Games201I Jakarta-Palembang. PadaSEA Gamestersebutpenulisdi percayasebagaikoordinatorsektor. Pada tahun 2009 hingga saat ini, penulis menemukan dimana dirinya merasanyaman,penulis lebih memilih untuk memrltar180 derajatpassionnyadari jurusan yang ditekuninya saatkuliah untuk menjadi seorangkoki. Semenjaksaat iiu penulis lebih memilik untuk bisa meniadi seorangkoki profesional.Diau'ali dengan mengambil kursus memasak di salah satu lembaga kuliner, penulis L
memberanikandiri untuk menjadi Private Chef.Di tahun 2012 pertulis akhirnya mendapatkankesempatanuntuk bisa bekerja di salah satu Patiseriedi bilangan Jakarta pusat. Semenjak saat itu penulis mulai berkonsentrasiuntuk menjadi seorangprofesionalchef.