STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2012
PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO BADAN LINGKUNGAN HIDUP, RISET DAN TEKNOLOGI INFORMASI (BALIHRISTI)
i
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi (BALIHRISTI) Provinsi Gorontalo Jalan Jamaluddin Malik No. 41 Kota Gorontalo Telp
: 0435 – 828626
Fax
: 0435 – 828626
Pembina: 1. Gubernur Gorontalo 2. Wakil Gubernur 3. Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo
Penanggung Jawab: Kepala Balihristi Provinsi GorontaloPenyusun:
Penyusun: Ir. Rugaya Biki, M.Si; Abd. Alim Katili, ST, Algamar S.Si, Arvana Bachmid, ST, Helmi Alitu, S.Kom, Abdurahman Naji, SE
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi Sulawesi Utara sejak tanggal 16 Februari 2001. Provinsi Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi bagian Utara meliputi 1 kota dan 5 Kabupaten. Letak geografi berada di antara 121°23’ – 123°43’ Bujur Timur dan 0°19’ – 1°15’ Lintang Utara, mempunyai luas 12.215,44 km2 dengan jumlah penduduk tercatat 996.078 jiwa (2008) dengan batas-batas wilayah: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol dan Toli Toli (Sulawesi Tengah dan Laut Sulawesi). Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong (Sulawesi Tengah). Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara). Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini.
Mengingat bahwa Provinsi Gorontalo merupakan Provinsi yang baru terbentuk tentunya banyak kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan visi dan misinya, yaitu pengembangan pendidikan, pengembangan pertanian melalui konsep agropolitan, dan pengembangan perikanan. Sector lain yang menjadi prioritas yaitu pembangunan perkebunan dan peternakan dan pembangunan infrastruktur pelayanan publik. Tentunya kontribusi yang dapat diandalkan dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi dan sumber devisa serta modal pembangunan adalah dari sumber daya alam. Dapat dikatakan bahwa sumber daya alam mempunyai peranan penting dalam perekonomian daerah. Namun demikian, selain sumberdaya alam mendatangkan kontribusi besar bagi pembangunan, di lain pihak keberlanjutan atas ketersediaannya sering diabaikan dan begitu juga aturan yang mestinya ditaati sebagai landasan melaksanakan pengelolaan suatu usaha dan atau kegiatan mendukung pembangunan dari sektor ekonomi kurang I- 1 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO diperhatikan, sehingga ada kecenderungan terjadi penurunan daya dukung lingkungan dan menipisnya ketersediaan sumberdaya alam yang ada serta penurunan kualitas lingkungan hidup. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang tidak dilakukan sesuai dengan daya dukungnya dapat menimbulkan adanya krisis pangan, krisis air, krisis energi dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa hampir seluruh jenis sumberdaya alam dan komponen lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo cenderung mengalami penurunan kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu. Dimana Pada beberapa tahun ini sumber daya alam yang ada di Provinsi Gorontalo menghadapi tantangan dan tekanan yang semakin kuat. Hal ini ditunjukkan dari “Status Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo” sekarang ini. Yang mencoba mengungkap secara umum sebagai gambaran potret lingkungan hidup, khususnya dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan hidup di era otonomi daerah. Wilayah Kota Gorontalo, secara geologis terdiri atas endapan danau, batu gamping, deorit bone, dan batu gunung api. Di Kota Utara didominasi oleh endapan danau; di Kota Barat, disamping ditemukan endapan danau, juga terdapat batu gamping terumbu; di Kota Selatan terdapat diorit bone dan batuan gunung. Berdasarkan Peta Geologi dari Direktorat Geologi (Tjetje Appandi, 1977) di Kota Gorontalo dijumpai batuan gunung api (berupa breksi gunung api, tufa, dan lava yang mengandung batu apung berwarna kuning); batuan gamping koral berwarna putih, pejal pada perbukitan; batuan beku terobosan Granodiorit, dijumpai menerobos batuan gunung api maupun batu gamping terjal di wilayah Kota Selatan; dan alluvium berupa lumpur, pasir dan kerikil pada satuan morfologi daratan. Wilayah Kabupaten Gorontalo dibangun oleh batuan granodiorite, rhiolite, andesit, basalt, alluvium, estuarine marine dan fandefosit. Sementara, wilayah Kabupaten Pohuwato terdiri atas sedimen lepas yang banyak tersebar di Kecamatan Paguyaman, Kecamatan Tilamuta, dan Kecamatan Paguat bagian selatan. Sedimen padu banyak ditemukan di Kecamatan Paguyaman bagian utara, Kecamatan Tilamuta bagian tengah dan utara. Kecamatan Popayato umumnya memiliki banyak batuan beku malihan. Wilayah Kabupaten Boalemo dibangun oleh batuan granodiorite, rhiolite, andesit, basalt, alluvium, estuarine marine dan fandefosit. Sementara, wilayah Kecamatan Tilamuta banyak tersebar sedimen lepas, sedimen padu. Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan peta satuan lahan dan status lembar Atinggola skala 1:250.000, yang diterbitkan Pusat Penelitian I- 2 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Agroklimat Bogor, bahwa formasi geologi yang terdiri dari Breksi Wubudu, Diorite dan Vulkanik Bilungala. Permukaan tanah di Provinsi Gorontalo sebagian besar adalah perbukitan. Oleh karenanya, provinsi ini mempunyai banyak gunung dengan ketinggian yang berbedabeda. Gunung Tabongo yang terletak di Kabupaten Boalemo merupakan gunung yang tertinggi di Provinsi Gorontalo dengan ketinggian 2.100 m di atas permukaan laut. Sedangkan Gunung Litu-Litu yang terletak di Kabupaten Gorontalo merupakan gunung terendah dengan ketinggian 884 m di atas permukaan laut. Di samping mempunyai banyak gunung, provinsi ini juga dilintasi banyak sungai. Sungai terpanjang adalah Sungai Paguyaman yang terletak di Kabupaten Boalemo dengan panjang aliran 99,3 km. Sedangkan sungai yang terpendek adalah Sungai Bolontio dengan panjang aliran 5,3 km yang terletak di Kabupaten Gorontalo Utara. Informasi menyangkut jenis tanah yang mencakup seluruh wilayah Provinsi Gorontalo saat ini hanya tersedia dalam skala Tanah Tinjau (skala 1 : 250.000) dengan sistem kelasifikasi Dudal dan Supratoharjo. Meskipun demikian, di lokasi tertentu, khususnya di Kabupaten Gorontalo, telah tersedia data sampai skala semi detail berdasarkan sistem Taxonomi Tanah. Informasi menyangkut kondisi tanah dalam skala Provinsi, terutama didasarkan pada Peta Tanah Tinjau yang ada. Informasi dari peta tanah semi detail dimanfaatkan jika terjadi keraguan dalam pengambilan keputusan peruntukan kawasan, khususnya untuk lokasi yang termasuk wilayah Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan Peta Tanah Tinjau tersebut, di Provinsi Gorontalo ditemukan tanah yang diklasifikasikan sebagai Aluvial, Grumusol, Andosol, Latosol, Podsolik dan Litosol. Berdasarkan sifat-sifatnya, tanah-tanah ini mempunyai kemampuan lahan (potensi
pengembangan
sebagai
kawasan
atau
lahan
budidaya
dan
faktor
penghambat) yang bervariasi dari rendah sampai tinggi. Tanah Aluvial yang terbentuk pada
topografi
datar,
sebagai
contoh,
memiliki
potensi
yang
besar
untuk
dibudidayakan, walaupun di sejumlah lokasi tertentu mempunyai hambatan yang serius dalam hal drainase permukaan. Tanah Lithosol di lain pihak, selain tidak layak untuk dibudidayakan, karena dangkal dan berbatu, juga sangat peka terhadap erosi dan proses degradasi.
I- 3 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Berdasarkan petunjuk teknis yang diberikan di dalam SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/1980, tanah Lithosol (berdasarkan Peta Tanah Tinjau terdapat di Kabupaten Bualemo, berbatasan dengan wilayah Sulawesi Tengah) dikategorikan sebagai sangat peka erosi dan diperuntukkan hanya sebagai kawasan hutan lindung. Sementara, tanah-tanah lainnya dinilai boleh dibudidayakan, tetapi dengan tetap memperhatikan pengendalian faktor-faktor pembatas masing-masing. Berdasarkan hasil survei dan pemetaan tanah tingkat tinjau (skala 1 : 250.000) yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor (1992), tanah di wilayah Kabupaten Gorontalo termasuk dalam ordo (menurut Taxonomi Tanah, USDA): Alfisols (dominan), Inceptisols, Entisols, Vertisols dan Mollisols. Kelas kemampuannya bervariasi dari Kelas I sampai Kelas VIII dengan faktor pembatas dominan berupa bahaya erosi dan di beberapa lokasi berupa drainase. Jika hanya didasarkan pada kondisi tanah, kebanyakan lahan di wilayah Provinsi Gorontalo dapat dibudidayakan, kecuali yang diklasifikasikan sebagai Lithosol, walaupun sebagian di antaranya memerlukan usaha pengelolaan yang spesifik, berdasarkan
kendala
masing-masing.
Yang
menjadi
pembatas
utama
bagi
pengembangannya adalah faktor kondisi lereng yang akan diuraiakan berikut ini. Provinsi Gorontalo dibangun terutama (69,7 % dari seluruh areal provinsi) oleh hamparan lahan dengan kemiringan lereng lebih dari > 40 %, disusul oleh kelas lereng datar (0 sampai 2 %) dan kelas-kelas lereng lainnya. Jadi, jika digunakan kriteria yang dikeluarkan di dalam SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/1980, yang mensyaratkan bahwa lahan dengan lereng > 40 % harus menjadi kawasan lindung, maka 824.668 ha (69,7 %) dari lahan di Provinsi Gorontalo tidak boleh dibudidayakan. Kendalanya, tentunya, adalah bahaya erosi. Dan, demi kepentingan konservasi air dan sumberdaya alam lainnya, lahan dengan lereng terjal ini perlu dimasukkan ke dalam kawasan lindung. Dalam kenyataannya, sebagian dari areal dengan kemiringan lereng > 40% tetap dibudidayakan, atau tidak (belum) dibudidayakan tetapi juga tidak dipetakan sebagai kawasan lindung, meskipun menurut SK Menteri pertanian harus menjadi hutan lindung. Ini menjadi jelas jika kawasan budidaya dan kawasan lindung atau konservasi diplotkan bersama-sama dengan kawasan lahan dengan lereng > 40 %. Artinya, kriteria dan penetapan kawasan lindung dan budidaya di Provinsi Gorontalo I- 4 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
merupakan salah satu dari agenda penting yang harus diselesaikan oleh pemerintah Provinsi maupun Kabupaten.
I- 5 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
BAB II KONDISI LINGKUNGAN DAN KECENDERUNGANNYA
A. Lahan dan Hutan a. Lahan Lahan merupakan ekosistem daratan yang terdiri dari lingkungan fisik dan biotik, serta daya dukungnya berkaitan dengan perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisik mencakup relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia. Daerah Provinsi Gorontalo memiliki 1,22 juta ha lahan yang berada di 6 wilayah kabupaten/kota. Daerah terluas adalah kabupaten Pohuwato yaitu 424.431 ha atau 34,75% area dan terkecil adalah Kota Gorontalo dengan luas 6.479 ha atau 0,53 %. Persentase tutupan lahan di Gorontalo pada tahun ini disajikan pada Gambar 2.1
Gambar 2. 1. Grafik penggunaan lahan di Provinsi Gorontalo 2011
Berdasarkan data dari kabupaten kota pada tahun 2011 sebagian besar lahan yang ada di Provinsi Gorontalo masih merupakan kawasan hutan 59,3%, lahan kering mencapai 20.6%, sawah 2,7%, perkebunan 2,2% dan non pertanian 1,29%, dan peruntukkan lain mencapai 13,8%. Sedangkan penggunaan lahan menurut pengolahan data citra satelit oleh Dinas Kehutanan dan Pertambangan tahun 2009 terlihat 60,8% daratan di Gorontalo merupakan kawasan hutan, lahan untuk non pertanian sebesar 1,32% (15.796 ha), pertanian lahan kering 18,5% (220.684 ha), perkebunan 2,3% (27.150 ha) dan sawah 2,8% (33431 ha) serta pengunaan lahan lainnya sebesar 14% (168.935 ha). II- 1 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Kondisi lahan dan hutan umumnya bisa terlihat dari tutupan lahan yang ada diwilayah Gorontalo.. Tabel 2.1 Luasan dan Lokasi Penutupan Lahan Per Kab/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2011 LOKASI PENUTUPAN LAHAN
Kab. Kab. Kota Kab Kab. Kab. Bone Gorontalo Gorontalo Gorontalo Pohuwato Boalemo Bolango Utara
Total
Ha Airport
0
36
0
0
0
0
36
Belukar Rawa
0
867
0
174
91
9
1141
Hutan Lahan Kering Primer
93566
22500
0
26434
128992
22331
293823
Hutan Lahan Kering Sekunder
37016
37904
131
58698
211524
71685
416958
Hutan Mangrove Primer
0
0
0
1956
1247
380
3583
Hutan Mangrove Sekunder
0
0
0
1491
6539
2032
10062
Hutan Rawa Sekunder
0
0
0
0
3
7
10
Pemukiman
2141
4882
2063
1350
3645
1715
15796
Perkebunan
533
3148
0
303
14913
8253
27150
Pertanian Lahan Kering
10161
27103
277
11053
7020
14463
70077
Pertanian Lahan Kering Campur
22822
65893
1513
51058
31473
39959
212718
Rawa
0
0
0
0
554
0
554
Sawah
2614
17105
1269
1663
3605
7175
33431
I- 2 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Semak/Belukar
2012
18946
34829
1465
15817
13241
18215
102513
Tambak
0
0
0
366
7644
181
8191
Tanah Terbuka
206
16
0
45
408
123
798
Tubuh Air
389
2446
90
1071
1302
1026
6324
188394
216730
6808
171476
432202
187554
1203164
Total
b. Hutan Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam
hayati
yang
didominasi
pepohonan
dalam
persekutuan
alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Luas kawasan hutan di Provinsi Gorontalo ditetapkan melalui SK Meneteri Kehutanan RI No. 325/Menhut-II/2010 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo, yakni seluas 824.668 ha. Kawasan hutan Gorontalo menurut fungsinya meliputi hutan lindung (HL) seluas 204.608 ha (24,8%); hutan konservasi 196.653 ha (23,8%); hutan produksi terbatas (HPT) 251.097 ha (30,5%); hutan produksi tetap (HP) 89.879 ha (10,9%) dan hutan produksi konversi (HPK) 82.431 ha (10%). Tabel 2.2. Luas Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo 2010 Sumber: SK Menhut No 325 Tahun 2010 Kawasan Hutan
Luas (Ha) ± 196.653
Hutan Konservasi
Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap
Hutan
Produksi
dapat dikonversi
yang
± 204.608
hutan di wilayah Provinsi Gorontalo berdasarkan SK Menteri Kehutanaan RI No.324/Menhut-II/2010 tentang Perubahan
peruntukan
kawasan
± 251.097
hutan
± 89.879
hutan adalah seluas ± 22.605 Ha,
menjadi
bukan
kawasan
Perubahan antar fungsi kawasan ± 82.431
Jumlah
Perubahan status kawasan
± 824.668
hutan seluas ± 55.553 Ha, dan penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan seluas ±
3.787 Ha di kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo Utara. II- 3 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Gambar 2.2 Peta Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo. (Sumber RTRW Prov. Gorontalo, 2010-2030)
Menurut arahan RTRW Provinsi Gorontalo 2010-2030, kawasan lindung dan konservasi di Provinsi Gorontalo akan dipertahankan menjadi 399.170 ha. Kawasan ini terdiri dari kawasan lindung nasional seluas 196.097 ha dan kawasan lindung provinsi seluas 203.073 ha. Oleh karena itu akan dilakukan pelepasan kawasan hutan menjadi kawasan budidaya secara bertahap. Dengan demikian perbandingan peruntukan kawasan yakni 16.28% kawasan konservasi, 16.79% kawasan lindung,
dan 67%
kawasan budidaya. Sebaran jenis penutup lahan bila ditinjau dari kondisi lereng adalah sebagai berikut : hutan tersebar pada kondisi lahan berlereng >15%; permukiman, tubuh air, sawah, lahan terbuka berada pada lahan datar dengan lereng <8%; sedang semak belukar dapat dijumpai pada lereng 8-45%, biasanya berupa lahan tandus yang kritis. Berdasarkan analisis BP DAS Bone Bolango, lahan di Provinsi Gorontalo dikategorikan 20.361 ha (1,6%) dalam kondisi tidak kritis, 370.475 ha (30%) potensi kritis, 586.594 ha (47,5%) agak kritis, 185.152 ha (15%) kritis, dan 72.545 ha (5,9%) sangat kritis. DAS yang paling tinggi jumlah lahan sangat kritisnya adalah DAS Batudaa Pantai mencapai 18,7% dari luas area DAS diikuti oleh DAS Sumalata mencapai 14,3%.
I- 4 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Gambar 2.3 Ditribusi luas lahan (ha) berdasarkan tingkat ke-kritisan di Provinsi Gorontalo. Luas lahan kritis di Provinsi Gorontalo pada hutan konservasi sebesar 92.353 ha (46,74%), Hutan lindung 59.434 ha (35,91%), Hutan produksi 52.915 ha (52,56%), hutan produksi terbatas 152.200 ha (44,44%), dan hutan konversi sebesar 14.683 ha (72,80%). Penebangan hutan pada fungsi hutan adalah sbb : pada hutan produksi sebesar 483,1 Ha, pada hutan lindung, 165,4 Ha, dan pada hutan konservasi sebesar 197,6 Ha. Meluasnya lahan kritis di Gorontalo disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
Perambahan dan penebangan hutan secara illegal (illegal logging) Konversi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan Perladangan berpindah Pembakaran hutan dan lahan Penambangan Emas tanpa Izin (PETI) di areal hutan. Dampak perluasan lahan kritis yaitu: Terjadinya banjir dibeberapa lokasi. Penurunan produktivitas lahan lahan. Menurunnya keanekaragaman hayati ditandai berkurangnya populasi hewan endemik Gorontalo seperti babi rusa, anoa, dan ayam hutan. Erosi tanah yang mengarah pada proses penggurunan. Menurunnya kualitas air sungai. II- 5 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Kerusakan hutan yang terdata oleh Dinas Kehutanan penyebab utamanya adalah peladang berpindah yang mengakibatkan 81,7% dan kebakaran hutan mengakibatkan 18% dari kerusakan yang terjadi. Penyebab lainnya adalah illegal logging, dan perambahan hutan. Konversi hutan yang terjadi seluas 121304.51 ha, meliputi untuk pemukiman 7,331.35 ha Pertanian 32,595.85 ha, Perkebunan 72,365.47 ha, Industri 59.54 Pertambangan 0.25 Lainnya 8,952.05.
Gambar 2.4. Persentase Konversi Hutan di Provinsi Gorontalo.
B. KEANEKARAGAMAN HAYATI Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman berbagai makhluk hidup mulai dari hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, termasuk gen yang dimiliki, serta ekosistem yang menjadi lingkungan hidupnya. Keanekaragaman hayati ialah fungsifungsi ekologi atau layanan alam, berupa layanan yang dihasilkan oleh satu spesies dan/atau ekosistem (ruang hidup) yang memberi manfaat kepada spesies lain termasuk manusia. Di Provinsi Gorontalo terdapat 16 flora khas yaitu: (1) Gadung (Bitule, Ondote), Dioscorea Hispida Dennts, dari famili Dioscoreaceae, tanaman ini dapat dimakan umbinya,
(2)
nam
nam,
Namu
namu,
Cynometra
Cauliflora
L.
famili
Caesalpiniaceae, ordo Rosales; (3) Belimbing Buluh, B. botol, Averrhoa Bilimbi L, famili Oxalidaceae; (4) Mangga embacang, Dulamayo, Mangifera Caesia Jack ex Wall, famili Anacardiaciae; (5) Kapulasan, Bolangaso, Nephelium Ramboutan-ake (labill) (Nephelium Mutabile BI), (Atinggola), famili Sapindaceae, (6) Durian, Duea, I- 6 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Durio Zibethinus Murr, famili Bombacaceae; (7) Rukem, Lobe-lobe; Flacourtia inermis Roxb, famili Flacourtiaceae; (8) Molahengo, Eugenia Densiflora Duthie, famili Myrtaceae; (9) Buni, Takuti, Antidesma Bunius Spreng, famili Euphorbiaceae; (10) Pisang Tanduk, Musa Paradisiaca, famili Musaceae; (11) Srikaya, Annona Squamosa L. famili Annonaceae; (12) Aren, Pohon saguer, Seho, Bagiso, Arenga Pinnata (Wurmb) Merr, famili Arecaceae; (13) Ceremai, Tili, Cerme, Phyllanthus Acidus (L.) Skeels, famili Euphorbiaceae; (14) Jagung, Binte, Zea Mays L.; (15) Padi lading, Oryza Sativa L. famili Poaceae; (16) Sukun, Amu, Artocarpus altilis famili Moraceae. Tanaman-tanaman tersebut sebagian mulai langka, akan tetapi masih dapat ditemukan di beberapa tempat. Kelangkaan tersebut selain disebabkan oleh populasinya yang rendah, juga disebabkan beberapa hal, sebagai berikut: (1) masuknya tumbuhan buah-buahan eksotis seperti mangga arumanis, manalagi dan golek yang rasanya enak serta berbuah cepat; (2) Terjadi pergeseran cita rasa terutama generasi muda yang lebih menyukai buah anggur daripada takuti atau lili; (3) Durian di Kecamatan Atinggola terancam punah,karena sebagian besar diserang hama; (4) Program pemerintah seperti menanam jagung hibrida yang produksinya lebih menjanjikan dibandingkan dengan jagung lokal. Sedangkan jenis fauna yang dilindungi di Gorontalo mencakup 8 (delapan) jenis hewan menyusui, 18 (delapan belas) jenis burung, 10 (sepuluh) jenis reptil, 3 (tiga) jenis katak, 5 (lima) jenis ikan, 3 (tiga) jenis keong, 2 (dua) jenis serangga, dan satu jenis kalajengking. Diantaranya berstatus endemik dan terancam punah. Tabel 2.3 memuat keadaan hewan dan tumbuhan yang dilindungi di provinsi Gorontalo.
II- 7 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
Tabel 2.3 Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi Provinsi Gorontalo No. 1.
Golongan Hewan menyusui
2.
Burung
3.
Reptil
4.
Amphibi
5.
Ikan
6.
Keong
7.
Serangga
8.
Tumbuh-tumbuhan
I- 8 Keterangan Sumber
: :
Nama spesies Status 1. Babi Rusa Hewan Langka 2. Anoa Hewan Langka 3. Tarsius Hewan Langka 4. Musang (Paradoxurus Hermaproditus) Terancam 5. Primata Macaca hecki Terancam 6. Tikus Bunomys fratorum Endemic 7. Tikus Maxomys hellwaldii Endemic 8. kelelawar Rousettus Celebensis Terancam 1. Burung Maleo Hewan Langka 2. Burung Rangkong Hewan Langka 3. Burung Raja Udang Hewan Langka 4. Raja Udang Biru Endemic 5. Gosong Sula Terancam 6. Walik Manomiti Terancam 7. Kringkring Dada-Kuning Terancam 8. Serindit Paruh Merah Terancam 9. Udang Merah Sulawesi Terancam 10. Raja Udang Pipi-Ungu Terancam 11. Sikatan Leher-Merah Terancam 12. Kepundang Sungu Belang Terancam 13. Kuntul Besar Berlimpah 14. blekok Sawah Berlimpah 15. Elang Alap Ekor-Totol Berlimpah 16. Burung Madu Sepah Raja Berlimpah 17. Pelanduk Sulawesi Berlimpah 18. Kehicap Ranting Berlimpah 1. Penyu Tempayau Hewan Langka 2. Buaya Hewan Langka 3. Penyu Belimbing Hewan Langka 4. Bunglon Hewan Langka 5. Iguana Hewan Langka 6. Ular Phyton Reticulatus Hewan Langka 7. Biawak Varanus Salvator Hewan Langka 9. Ular Hitam Elaphe cf Euruthrea Terancam 10. Ular Rhabdophis Callitus Terancam 11. Tokek Gekko gecko Hewan Langka 1. Katak Bufo Celebensis Endemic 2. Katak Rana Celebensis Belimpah 3. Katak Limnonectes Modestus Berlimpah 1. Ikan Paus Hewan Langka 2. Ikan Duyung Hewan Langka 3. Ikan Lumba-lumba Hewan Langka 4. Payangga Terancam 5. Manggabai Terancam 1. Kepala Kambing Hewan Langka 2. Triton Hewan Langka 3. Batu Laga/Siput Hijau Hewan Langka 1. Kupu-kupu Raja Hewan Langka 2. Tawon Hewan Langka 3. Kalajengking Hewan Langka 1. Kantong Semar Terancam 2. Anggrek Bulan Terancam 3. Beringin Terancam 4. Tili Phylanthus Acidus Endemic 5. Takuti Antidesma Bunius Endemic 6. Srikaya Annona Squamosa Endemic 7. Amu Moraceae Endemic 8. Sterculiacea Endemic 9. Namu-namu Cyanometra Cauliflora Endemik 10. Belimbing Botol Averrhoa Bilimbi Endemic 11. Dulamayo Endemic 12. Rambutan Hutan Nephelium Muabile Endemic 13. Lobe-Lobe Flacourtia Inermis Endemic 14. Molahengo Eugenia Densiflora Endemic 15. Kikimoputio Zea Mays Endemic 16. Chionanthus Berlimpah 17. Gmelina Arborea Berlimpah Pilihan status adalah endemik, terancam, dan berlimpah Badan Lingkungan Hidup, Kab. Boalemo 2009
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
a. Kabupaten Bone Bolango Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang terletak di Kabupaten Bone Bolango merupakan wilayah pengelolaan hutan yang penting. Sejak Tahun 1982, Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan perubahan status beberapa kawasan suaka alam menjadi taman nasional diantaranya cagar alam Ujung Kulon dan Baluran. Syarat suatu kawasan ditetapkan menjadi kawasan lindung dan kawasan konservasi menurut MacKinnon dkk (1993) adalah apabila memiliki ciri-ciri berikut: 1). karakteristik atau keunikan ekosistem (fauna endemik, ekosistem pegunungan tropika); 2). spesies khusus yang diminati, nilai kelangkaan, atau terancam, misalnya badak dan burung; 3). keanekaragaman spesies; 4). landskap atau ciri geofisik yang bernilai estetika atau pengetahuan (glasier, mata air panas, air terjun); 5). fungsi perlindungan hidrologi; tanah, air dan iklim lokal; 6). fasilitas untuk rekreasi alam, wisata (pemandangan pegunungan, satwa liar yang menarik); 7). tempat peninggalan budaya. Berdasarkan
kriteria
tersebut
maka
suatu
unit
manajemen
kawasan
konservasi, baik yang ditetapkan sebagai kawasan suaka alam (Cagar Alam dan Suaka Margasatwa) maupun kawasan pelestarian alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam) secara berkelanjutan perlu ditinjau ulang kerangka pengelolaan, melalui sistem perencanaan yang memadai. Pengeloaan Taman Nasional sebagai salah satu bentuk kawasan pelestarian alam dengan berbagai fungsi memerlukan perencanaan yang baik. Taman Nasional merupakan aset bangsa dan menjadi bagian kawasan hutan yang memiliki strategi yang penting untuk dijaga kelestariannya. Ada beberapa kriteria kelestarian hutan yang tidak terlepas dari fungsi konservasi, produksi, sosial dan ekosistem, yaitu: status areal yang memiliki dasar hukum jelas; tegakan hutan yang memadai untuk suatu ekosistem; pengaturan pemanfaatan (apabila memang diperlukan tidak berlebihan dengan kemampuannya); dilakukan perlindungan, pemeliharaan dan rehabilitasi dibeberapa bagian kawasan tertentu yang diperlukan; dan memiliki organisasi personal yang efektif dan efisien. Tujuan penetapan hutan lindung yaitu untuk melindungi dan membina suatu kawasan yang karena kondisi wilayahnya (kelerengan, jenis tanah, dan intensitas curah hujan). Fungsi utama hutan lindung adalah untuk keperluan konservasi tanah dan air dalam kaitannya dalam pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi II- 9 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO serta pemeliharaan kesuburan tanah, di samping itu dapat dimanfaatkan pula sebagai sarana rekreasi atau keperluan lainnya. Terkait dengan fungsi tersebut, TNBNW memiliki multi-manfaat sebagai beriku : 1). Perlindungan hidrologi; 2). Perlindungan kesuburan tanah dan produktivitas lahan; 3). Pengaturan stabilitas iklim, media penyerbukan alami bagi vegetasi dan tanaman; 4). Perlindungan sumberdaya genetik; 5). Laboratorium bagi penelitian dan pendidikan; 6). Obyek rekreasi dan wisata alam. Kawasan lindung di Kabupaten Bone Bolango berdasarkan spasial ekologis seluas 134.156,83 Ha. Dari luasan tersebut, kawasan konservasi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone luasnya sebesar 104.744 ha. Penetapan Kawasan ini menjadi kawasan konservasi, didasarkan pada kekhasan yang dimiliki oleh ekosistem dari kawasan tersebut. Ekosistem yang memiliki karakteristik yang khas, dapat ditandai oleh ketinggian tempat dari muka laut yang tinggi, suhu yang sejuk, lereng yang curam, curah hujan yang relatif tinggi, rawan terhadap longsor dan bencana gunung api dan kekhasan satwa dan ekosistemnya. Kekhasan tersebut memberikan keterbatasan dalam pemanfaatan oleh manusia sehingga memerlukan suatu pola pengelolaan yang spesifik. Ada beberapa masalah yang mendasar yang terjadi di kawasan TNBNW, yaitu: (1) Di kawasan konservasi dan hutan lindung terdapat permukiman penduduk yang secara administrasi, pemerintah daerah menetapkan sebagai bagian Desa di wilayahnya; (2) Perambahan hutan/ perladangan; (3) Pembakaran hutan; (4) Penebangan dan pemburuan liar. (5) Penambang emas tanpa ijin (PETI) melakukan penambangan secara tradisional; Perubahan kondisi taman nasional dengan adanya kerusakan dan pemanfaatan yang menyimpang dari fungsi utamanya perlu dilakukan perbaikan atau rehabilitasi. Namun informasi tentang kondisi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone sampai saat I- 10 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
ini belum banyak tersedia, utamanya kondisi ekosistem unik yaitu flora dan fauna endemik dikawasan tersebut. Di dalam kawasan TNBNW terdapat 4 (empat) tipe ekosistem utama (Tabel 2.4). Soerjani pada tahun 1997 melakukan penelitian di lokasi penambangan menemukan flora-flora yang perlu diselamatkan, yaitu: 1). Dyospyros cauliflora (Ebenaceae) kayu hitam; 2). Pterospermum sp. (Sterculiaceae) kayu keras; 3). Pometia pinnata (Sapindaceae), dan jenis fauna yang perlu diselamatkan yaitu 1). Anoa kecil (Bubalus quarlesi); 2). Babirusa (Babirousa babirusa); 3). Tarsius (tarsius spectrum); 4). Babi hutan (sus celebensis); 5). Kera hitam (macaca nigra nigrescens). Tabel 2.4 Tipe Ekosistem Kawasan TNBNW No
Tipe Ekosistem
Uraian
1
Hutan lumut
Pada ketinggian di atas 1600 m dpl, disekitar puncak pegunungan
2
Hutan hujan pegunungan rendah
Pada ketinggian 1000-1600 m dpl, kanopi rendah dan sedikit terbuka. Pada ketinggian 1600 m ditemukan lumut yang menempel pada pohon. Vegetasi bawah cukup tebal, dengan jenis-jenis rotan, pandan, dan paku-pakuan
3
Hutan hujan dataran rendah (hutan pamah)
Ditemukan pada ketinggian 300-1000 m umumnya terletak di atas batuan vulkanis.
4
Hutan sekunder
Terdapat pada daerah bekas penambangan yang tidak terpelihara dan tidak terkena kebakaran
dpl,
Keterangan: Jenis flora di dalam tipe hutan sekunder meliputi Piper adundum, Melastoma malabathricum; Lantana camara, dan Musa sp, serta tutupan rerumputan lebat.
Jenis-jenis flora yang khas dan memiliki nilai cukup tinggi dari segi konservasi maupun potensi pengembangannya antara lain:
bunga bangkai;
hanjuang hijau; berbagai jenis rotan dan palem, paku-pakuan; beberapa jenis anggrek; beberapa jenis tumbuhan berkayu yang potensial untuk usaha kehutanan seperti: cempaka, kenanga, agathis, kayu hitam, kayu besi, eucalypthus, dan beberapa jenis bambu.
II- 11 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Jenis flora yang dominan di kawasan TNBNW adalah jenis-jenis Ficus. Jenisjenis flora sesuai dengan tipe ekosistemnya dapat dirinci sebagai berikut. Jenisjenis vegetasi di daerah hutan hujan dataran rendah antara lain adalah: a. Familia Lauraceae. contoh: Garcinia sp b. Familia Myristicaceae, c. Familia Miliaceae. contoh Sandoricum sp, Dysoxylum sp d. Familia Anacardiaceae, contoh Dracontomelon sp, Swintonia sp, dan Spondias sp, e. Familia Sapotaceae: Palaquium spp f. Familia Sterculiaceae: Scephium sp, Ptersopermum sp dan Heritria sp. Jenis-jenis lain yang tumbuh di hutan hujan dataran rendah pada tanah Alluvial, antara lain adalah: Pometia pinnaca; Octomeles sumatrana; Duabanga moluccana; Ficus sp; Eugenia sp; Dischopia sp; Artocarpus sp. Barrie
(2007)
melaporkan
bahwa:
“Corpse
flowers
or
Titan
Arum
(amorphophallus titanum) have been found in Tulabolo village, Bone Bolango District, Gorontalo Province, northern Sulawesi Island. The flower, which looked like Rafflesia Arnoldii flower, usually bloomed in rainy season. “In the rainy season, local residents` plantation areas are usually covered fully by hundreds of ‘corpse flowers`, which produce bad smell,”. The local authorities could check the flowers to confirm their species and promote them for a tourist attraction.`Corpse` flowers are found only in Indonesia`s equatorial tropical rainforests of Sumatra, Kalimantan and Java islands. It was first discovered in Sumatra by Italian botanist Odoardo Beccari in 1878”. Sebagai zona rimba, di kawasan ini terdapat berbagai jenis flora dan fauna. Jenis flora yang dapat ditemukan, di antaranya: sekitar 400 jenis pohon, 241 jenis tumbuhan tinggi, 120 jenis paku-pakuan, 100 jenis tumbuhan lumut, serta 90 jenis anggrek, termasuk famili Orrchide (anggrek putih). Sementara jenis fauna, di antaranya: 24 jenis mamalia, 125 jenis aves, 11 jenis reptilia, 2 jenis amfibia, 38 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis ikan.
I- 12 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Keistimewaan TNBNW ini terletak pada keanekaragaman tumbuhan (flora) dan satwa (fauna) yang sebagian besar merupakan tumbuhan dan satwa khas (endemik) Pulau Sulawesi. Di kawasan ini ditemukan berbagai macam tumbuhan khas dan langka, seperti: Palem Matayangan (Pholidocarpus ihur), kayu hitam (Diospyros celebica), kayu besi (Intsia spp.), kayu kuning (Arcangelisia flava), dan bunga bangkai (Amorphophallus companulatus). Beberapa satwa khas, seperti: monyet hitam/yaki (Macaca nigra-nigra), monyet dumoga
bone
tangkasi
(Tarsius
musang
(Macaca
nigrescens),
spectrum-spectrum),
sulawesi
(Macrogalidia
musschenbroekii-musschenbroekii),
anoa
besar (Bubalus depressicornis), anoa kecil (Bubalus quarlesi), babirusa (Babyrousa babirussa celebensis). Gambar 2.5. Babirusa, fauna endemik Sulawesi. Babirusa (Babyrousa babyrousa) yang bertumbuh seperti babi, mempunyai taring panjang yang melengkung ke atas dan tidak makan umbi-umbian, tetapi makan buah-buah yang jatuh; anoa besar (Bubalus depresicornus). Anoa kecil (Bubalus quarlesi) sering disebut sebagai kerbau kerdil.
Musang sulawesi (Macrogalidia
musschenbroeckii) sudah sulit sekali ditemui. Kuskus beruang (Phalanger ursinus) dan kuskus kerdil (Phalanger celebensis) adalah mamalia yang hidup bergantung di pepohonan. Beberapa ragam jenis kelelawar juga ditemukan dan salah satu jenis di antaranya diduga sebagai jenis endemik Sulawesi. Jenis aves yang paling unik adalah burung maleo (Macrosephalon maleo). Burung maleo (Macrocephalon) adalah salah satu satwa endemik yang merupakan maskot kawasan ini. Burung ini sangat unik, ukuran badannya hampir sama dengan ayam, bahkan telurnya 6 kali lebih berat telur ayam. Burung ini meletakkan telurnya di dalam tanah atau pasir sedalam 30-40 cm di sekitar sumber air panas yang ada di kawasan ini. Anak burung maleo yang baru berumur satu hari muncul dari dalam tanah atau pasir. Burung maleo (macrocephalon) salah satu satwa khas (endemik) yang merupakan maskot kawasan ini. Selain atraksi burung maleo, berbagai obyek wisata lain yang ada di kawasan ini, yaitu: air terjun, sumber air panas, danau, dan situs peninggalan sejarah. II- 13 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Gambar 2.6 . Mangga Duamayo
Jenis julang
endemik
sulawesi
lainnya
(Rhyticetos
adalah cassidix),
burung berparuh besar yang memiliki warna bulu hitam, ekor dan paruh kuning, serta
berjambul
termasuk
merah.
bertubuh
Burung
paling
ini
besar
dibandingkan dengan 54 jenis rangkong yang tersebar di daerah tropis Asia dan Afrika. Lokasi TNBNW secara administatif, terletak di antara dua provinsi, yakni di Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara dan di Kecamatan Suwawa dan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Secara keseluruhan pengelolaan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone terdiri atas 3 Seksi yang membawahi 11 Resort, dan khusus wilayah Gorontalo dikelola oleh Seksi Konservasi Wilayah I Limboto yang terdiri atas : Resort Bone Pantai; Resort Bone; Resort Bolango; Resort Tulabolo-Pinogu. Curah hujan di kawasan TNBNW berkisar antara 1.700 hingga 2.200 mm/tahun dan temperatur udara berkisar antara 21,5 °C hingga 31 °C. Di kawasan ini terjadi musim penghujan antara bulan November hingga April, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan April hingga November. Waktu baik untuk berkunjung ke kawasan ini, yaitu bulan April sampai dengan September.
b. Kabupaten Gorontalo Wilayah Kabupaten Gorontalo memiliki area berlereng datar hingga terjal, dengan jenis penutup lahan berupa hutan, kebun campuran, semak, belukar, lahan terbuka, permukiman, sawah, tubuh air dan rerumputan. Berbagai vegetasi yang berada di wilayah provinsi sebagian besar dapat ditemukan di wilayah Kabupaten Gorontalo. Contoh jenis-jenis flora penting, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Cyanometra Cauliflora (Caesal-piniaceae) atau Namu-namu, pohon I- 14 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
2. Averrhoa Bilimbi L. (Oxalidaceae) atau Balimbing Botol, pohon 3. Mangifera Caesia (Anacardiaceae) atau Dulamayo, pohon, ditemukan di Kecamatan Tapa. 4. Nephelium Muabile (Sapindaceae) atau Rambutan Hutan, pohon, 5. Flacourtia Inermis (Flacourtiaceae) atau Lobe-lobe, pohon 6. Eugenia Densiflora (Myrtaceae) atau Molahengo, pohon 7. Antidesma Bunius (Euphorbiaceae) atau Takuti, pohon 8. Annona Squamosa (Annonaceae) atau Srikaya, pohon 9. Phyllanthus Acidus (Euphorbiaceae) atau Tili, pohon 10. Artocarpus Altilis (Moraceae) atau Amu, pohon 11. Zea Mays (Poaceae) atau Kikimoputio, herba
Danau Limboto merupakan danau yang terletak dalam DAS Limboto yang merupakan salah satu DAS dalam Wilayah Sungai Limboto-Bolango-Bone memiliki keragaman hayati nyang tinggi. Ada 17 spesies ikan dari 12 famili, terdiri dari 9 jenis ikan asli dan 8 jenis ikan introduksi yang terdapat di danau tersebut. Produksi berbagai jenis ikan : Ikan Nila 66,2 ton/tahun, Ikan Mujair 31,4 ton/tahun, Ikan Payangga 18,3 ton/tahun, Ikan Manggabai 19,8 ton/tahun. Permukaan perairan danau ditumbuhi enceng gondok dan rerumputan, yang terjadi karena proses sedimentasi di dasar danau. Luas sebaran eceng gondok dan tanaman lainnya mencapai sekitar 70 % dari luasan danau. Eceng gondok terdapat dibagian tengah, barat, utara dan tenggara. Konsentrasi terbesar berada dibagian tengah. Penyebaran eceng gondok dan jenis tanaman mengapung lainnya sangat dipengaruhi oleh musim. Eceng gondok bergerak dari Barat-Utara ke Timur dan Selatan.
c. Kabupaten Gorontalo Utara Dilokasi ini juga terdapat pos pengamatan dan perlindungan jenis tumbuhan dan hewan oleh dinas kehutanan. Pada lokasi ini ditemukan hampir 35 jenis pohon dengan jenis pohon yang dominan adalah Nantu (Palaquium obtusifolium Burck), Cempaka, Meranti dan Pangi (Panggium edule Reinw). Beberapa flora dan fauna yang ditemukan disepanjang bantaran Sungai Buladu diantaranya ; 21 jenis pohon diantaranya Bambu Biasa, Bambu kuning, Aren, Kelapa, Mangga, Sukun, Nangka, Ikan: Gabus, Belut, Lele, Payangga, Hulu’u, Mujair, Nike, Mikrozoobentos, Siput air, Kepiting, Udang, dan Keong. II- 15 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Keanekaragaman hayati pantai untuk jenis manggrove di pantai utara yang dominan adalah Rhizophora apiculata dan Aegiceras corniculatum. Di Kecamatan Anggrek,
dilakukan
penanaman
magrove,
jenis
Rhizopora
apiculata
untuk
mereboisasi kawasan pesisir. Di Pulau Payunga dan Pulau Saronde, ditemukan ada beberapa jenis vegetasi lamun yang termasuk dalam kondisi yang sangat baik, yang pada umumnya didominasi oleh Enhalus dan Thallasia. Di Pulau Saronde juga ditemukan jenis Cymodocea serrulata.
d. Kabupaten Boalemo Kabupaten Boalemo memiliki Suaka Marga Satwa Nantu. Hutan Nantu sangat penting bagi masyarakat Gorontalo sebagai daerah tangkapan air dan menjadi hulu Sungai Paguyaman, salah satu sungai besar (panjang 99.3 km) di Sulawesi bagian utara. Jenis tanaman pada bagian hulu sungai ini terdapat berbagai jenis kayukayuan, diantaranya: agatis, nantu, jati, rotan, kelapa, bambu, pisang, mangga, kemiri, kapuk, dan nangka. Hutan Nantu merupakan habitat terbaik berbagai jenis satwa liar seperti babirusa, anoa, Macaca heckii, tarsius dan lebih dari 90 jenis burung, termasuk 35 jenis yang endemik Sulawesi. Dalam Hutan Nantu terdapat kolam Adudu, mata air panas asin mengandung belerang yang disukai berbagai jenis satwa liar, terutama babi rusa. Menurut DR. Ir. Lynn Clayton, peneliti asal Inggris yang telah melakukan penelitian di Hutan Nantu selama 20 tahun sejak tahun 1988, diperkirakan satwa babirusa ke kolam untuk memperoleh berbagai mineral, melindungi perut mereka agar tidak menjadi terlalu asam dan perlindungan dari racun yang ada di biji buah “Pangi”, salah satu makanan kesukaan babirusa. Babirusa dan satwa hutan Nantu sangat terancam oleh perdagangan daging hewan liar untuk dijual ke pasar-pasar di Minahasa, Sulawesi Utara.
e. Kabupaten Pohuwato Sungai Taluduyunu berada di desa Buntulia Selatan Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato.
Sungai ini termasuk pada tipe subsekuen yang bersifat
Permanen berbentuk (U lebar) sampai (U) dengan pola aliran (Orientasi di Peta). Kondisi fisik sungai Taluduyunu mempunyai tingkat kedalaman pada bagian hulu dan hilir mencapai 100 cm, lebar sungai bagian hulu 90 m dan bagian hilir 20 m. Kecepatan arus 102,3 m3/detik bagian hulu dan 1,17 m3/detik bagian hilir, Debit air I- 16 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO cukup besar yang mengalir
2012
dari wilayah hulu 102,3 m 3/detik bagian hilir 23,4
m3/detik. Lokasi aliran sungai Taluduyunu lahan sudah di jadikan dialih fungsi menjadi perkebunan jagung rakyat dan tanaman tebu oleh masyarakat.
Jenis tanaman
pada bagian hulu masih terdapat kayu-kayuan seperti : Agatis, Nantu, Jati, dan Rotan serta tanaman budidaya seperti kelapa, bambu, pisang, mangga, kemiri, kapuk, dan nangka. Sedang jenis fauna yang terdapat dikawasan aliran Sungai Taluduyunu seperti : Buaya, ular, rangkong, kelelawar, kera, babirusa, ayam hutan. Wilayah pertambangan Gunung Pani berada pada Kawasan Cagar Alam Panua, yang merupakan perlindungan burung maleo (panua). Kondisi di lapangan, kawasan bagian timur perbukitan Gunung Pani berupa hutan lebat, bagian barat sebagian tertutup hutan, perladangan dan sebagian berupa pemukiman. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa Provinsi Gorontalo secara keseluruhan kawasan hutannya menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang cukup tinggi meskipun kawasan-kawasan tersebut pernah dieksploitasi oleh perusahan kayu, namun kondisi vegetasi masih memungkinkan untuk proses regenerasi alami sehingga tegakan hutan menjadi pulih kembali.
f. Kota Gorontalo Jenis tanaman yang terdapat di kota Gorontalo menyebar di seluruh wilayah kecamatan dengan jumlah bervariasi. Tumbuhan yang umum ditemukan adalah jenis tanaman obat dan tanaman hias yang ditanam di pekarangan rumah atau di kebun. Perkembangan Kota Gorontalo sebagai pusat kegiatan Jasa dan perdagangan menyebabkan
perubahan
lahan-lahan
terbuka
hijau
menjadi
pemukiman,
perkantoran, hotel, dan tempat-tempat usaha. Pemukiman terbatas lahannya, sehingga untuk memanfaatkan lahan pekarangan yang sempit, masyarakat menanam tanaman berpohon kecil atau menanam pohon-pohon dalam pot. Jenis tumbuhan yang banyak ditanam adalah tanaman obat, tanaman hias dan tanaman buah. Selain dapat menciptakan suasana sejuk dan indah, juga berfungsi sebagai bahan-bahan bumbu dapur dan obat alami. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat dan tanaman hias diantaranya adalah cempaka (Michelia champaka), jempiring (Gardena sp), kamboja (Plummeria accuminata), kembang sepatu (Hibiscus sp), kemuning (Murraya paniculata), kumis kucing (Orthosiphon spicatus), lidah buaya (Aloe vera), pohon II- 17 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO merah, (Euphorbia pulcherrima), puring (Codiacum sp), soka (Ixora sp), tapak dara (Vinca rosea) dan lain-lain. Sedangkan tanaman buah diantaranya adalah mangga (Mangifera indica), alpokat (Porsea odoratum), jambu biji (Psidium guajava), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), nangka (Arthocarpus heterophylla), rambutan (Nephelium lappaceum), dan sawo kecik (Manikaya kauki). Beberapa jenis tanaman ditanam untuk penghijauan kota dan tanaman hias juga berfungsi sebagai paru-paru kota, misalnya akasia (Acasia sp), asam (Tamarindus indica), bungur (Lagerstromia sp), kembang kertas (Bougenvillea spectabilis), kelapa (Cocos nucifera), palm raja (Oreodoxa regia), angsana (Pterocarpus indicus), ketapang dan lain-lain. Jenis pohon yang ditanam memiliki beberapa aspek (fungsi), misalnya tanaman beraspek estetika seperti Jempiring (Gardena sp), Kembang kertas (Bougenvillea spectabilis) , Varigata (Varigata sp), Glodog Tiang, Kelapa (Cocos nucifera) dan Puring Bangkok (Codiaeum sp), Palm raja (Oreodoxa regia), Anggrek Bandung, Kana Presiden, Sansivera dan lain-lain. Terdapat juga tanaman yang memiliki aspek konservasi seperti Angsana (Pterocarpus indicus), Gendayaan, Spatudia, Mahoni (Sweitenia mahagoni), Kembang Kuning dan Ketapang. Keanekaragaman hayati satwa daratan di wilayah Kota Gorontalo terdapat spesies yang meliputi kelas amfibi, reptil, aves, dan mamalia. Spesies amfibi yang ditemukan adalah Rana sp dan Bufo sp. Jenis reptil yang ditemukan meliputi biawak (Varanus salvator) ditemukan terutama di bagian utara Kota Gorontalo, bunglon (Bronchocela jubata), serta iguana (Iguana iguana) yang sudah jarang ditemukan, sementara jenis kadal (Mabouya multifasciata) dan tokek (Gecko gecko) masih sering dijumpai. Spesies reptil yaitu Kura-kura (Cuora amboinensis) dan Penyu (Chelonia sp.) ditemukan di perairan Pantai Gorontalo meskipun sudah langka, sedangkan 4 jenis Ular (Lycodon aulicus, Ptyas karros, Acrochordus granulatus dan Cerberus rhynchops) dapat ditemukan di beberapa tempat. Jenis unggas (Aves) yang dapat ditemukan di wilayah Kota Gorontalo diantaranya ayam (Gallus gallus) dan bebek (Anas sp) yang cukup berlimpah, dipelihara penduduk dalam skala kecil atau peternakan karena nilai ekonomisnya tinggi, serta ayam (Gallus varrius) hutan di wilayah pinggiran kota, sementara spesies merpati (Columba livia) dipelihara penduduk.
I- 18 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Komunitas burung di wilayah Kota Gorontalo lebih didominansi oleh jenis-jenis burung air, di antaranya: Pecuk-padi belang (Phalacrocorax melanoleucos), Pecuk ular asia (Anhinga melanogaster), Cangak abu (Ardea cinerea), Kuntul besar (Egretta alba), Kuntul perak (Egretta intermedia), Blekok sawah (Ardeola speciosa), Kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax), Gajahan besar (Numenius arquata), Trinil semak (Tringa glareola) dan Raja udang erasia (Alcedo sp). Jenis-jenis yang menyebar secara merata pada hampir seluruh kawasan adalah dari famili Ardeidae seperti : Cangak laut (Ardea sumatrana), Cangak abu (Ardea cinerea), Cangak merah (Ardea purpurea), Kuntul besar (Egretta alba), Kuntul perak (Egretta intermedia), Blekok sawah (Ardeola speciosa), Kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax), Gajahan besar (Numenius arquata), Raja udang biru (Alcedo coerulescens), Belibis kembang (Dendrocygna arcuata), dan Kakatua (Cacatua sp). Keanekaragaman jenis burung di wilayah Kota Gorontalo, baik burung daratan maupun burung air tergolong tinggi. Sedangkan dari keutuhan dan perkembangan populasinya sudah menurun. Beberapa jenis burung sudah tidak muncul lagi pada habitat yang diamati, yang ditemui pun populasinya juga sangat menurun. Jenis mamalia terdiri dari hewan-hewan peliharaan di kawasan pemukiman, hewan ternak yang dibudidayakan, maupun liar. Beberapa spesies mamalia seperti Musang (Paradoxurus hermaphroditus) sudah jarang ditemukan. Keragaman hayati tumbuhan perairan di wilayah Kota Gorontalo meliputi vegetasi alga laut, dan lamun yang ditemukan di sepanjang wilayah lautan dan pesisir pantai Kota Gorontalo. Vegetasi mangrove sudah tidak ditemukan akibat berubah jadi pemukiman penduduk disepanjang pantai Kota Gorontalo. Status sumber daya makro-alga yang ada di wilayah ini masih cukup baik, hal ini disebabkan oleh tingkat eksploitasi terhadap sumber daya tersebut masih relatif rendah. Jenis-jenis makro-alga tersebut banyak yang belum diteliti tentang fungsi dan kegunaan sumber daya ini. Keanekaragaman Hayati Ikan di Ekosistem Pesisir dan Lautan berupa Kerapu lumpur (Eunephilus sp), Baronang (Siganus javus), Bandeng (Chanos chanos), dan Kakap (Lates calcarifer), serta beberapa jenis lain yang dikenal masyarakat Gorontalo sebagai ikan Bubara, layang, nike, kakap, cakalang, ekor kuning, tongkol oci, tamako, antoni, malalugis, serta tandipang.
II- 19 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
(a)
(b)
Gambar.2.7. (a) Nike, ikan endemik gorontalo. (b) Nelayan menangkap ikan nike di Teluk Gorontalo
Jenis ikan tawar yang dijumpai diantaranya banyak hidup di danau Limboto seperti ikan nila, mujair, gabus, ikan mas, koan, kepiting dan udang serta jenis ikan endemik danau Limboto seperti ikan payangga, huluu, dan ikan manggabai. Sebagian jenis ikan-ikan air tawar ini juga hidup di sungai Bone, Sungai Bolango, dan Sungai Tamalate yang melintasi Kota Gorontalo.
C. Air Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apapun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air terdapat di Wilayah Sungai/WS atau DAS dan Cekungan Air Tanah (CAT). Air menjadi Isu dan Indikator Utama Ekosistem DAS dengan jargon masalah Too Much, Too Little, dan Too Dirty. Dimana too much menyebabkan banjir, too little menimbulkan kekeringan, dan too dirty menimbulkan masalah pencemaran. 1. Sumberdaya Air Permukaan Di Provinsi Gorontalo terdapat tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, masingmasing DAS Randangan, DAS Paguyaman dan DAS Limboto Bolango Bone. Di luar dari ketiga DAS utama tersebut, juga ditemukan banyak DAS-DAS kecil lainnya yang umumnya terdapat di hampir seluruh wilayah pegunungan di pinggiran kawasan pantai. Air dari DAS-DAS kecil ini bermuara di Teluk Tomini untuk DAS di bagian Selatan Provinsi dan di Laut Sulawesi untuk DAS di bagian Utara Provinsi. I- 20 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Sungai-sungai kecil yang bermuara di utara antara lain S. Bulontio, S. Boliohuto, S. Sumalata, S. Dulakapa, S. Buluto, S. Buluoka, S. Monano, S. Tolongio, S. Ilangata, S. Kwandang dan S. Bubode. Sungai-sungai yang bermuara di selatan antara lain S. Tamboo, S. Tombulilato, S. Sogisadaa, S. Taludaa, S. Sinabayuga, S. Potoila, S. Bobaa, S. Tumbihe dan Sungai Tilamuta. Dua sungai kecil lainnya, yaitu S. Taluhubongo dan S. Dutula Dua bermuara di Danau Limboto yang airnya selanjutnya mengalirkan airnya ke Teluk Tomini. Sungai-sungai kecil tersebut berasal dari jajaran Pegunungan Tilong Kabila, Perantanan, Bone, dan Loba serta jajaran gunung-gunung lain yang tingginya bervariasi dari 520 m (G. Pobolu) sampai 2.065 m (G. Boliohuto). Karena kepentingannya yang sangat vital, berikut ini akan diuraikan lebih jauh ketiga DAS utama di Provinsi Gorontalo. 1.1. Daerah Aliran Sungai Randangan DAS ini melintasi Kecamatan Popayato, Marisa dan Paguat dan bermuara di pantai Marisa. Luas DAS ini adalah sekitar 290.000 ha dengan panjang sungai utama sekitar 115 km. Mayoritas (sekitar 80 %) dari wilayah DAS ini berada pada daerah dengan topografi berbukit dan bergunung dengan kemiringan lereng > 40 %, sehingga seyogyanya harus diperuntukkan sebagai kawasan lindung. Oleh karena pola aliran sungai DAS ini adalah denritik dan pararel, air yang dialirkan dengan cepat mencapai hilir. Akibatnya, wilayah hilir DAS menjadi rentan banjir. Kerusakan lahan dan erosi di wilayah hulu, misalnya karena kegiatan penambangan atau pertanian, akan menghasilkan tingkat sedimentasi yang tinggi di wilayah hilir. Oleh karena itu, pengelolaan lahan dan kegiatan usaha di wilayah hulu perlu dilakukan melalui program yang disusun berdasarkan perencanaan yang tepat dan dilaksanakan dengan konsekwen. Pengelolaan DAS Randangan secara tepat menjadi sangat penting karena tiga alasan. Pertama, karena di wilayah hulu DAS terdapat sumber daya alam yang potensial, khususnya untuk pertanian, peternakan dan pertambangan, yang bila dikelola dengan tepat akan berguna bagi masyarakat. Pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah hulu DAS, bila tidak dikelola dengan benar, akan memberi konflik bagi kepentingan keberadaan DAS lainnya, termasuk resiko banjir dan sedimentasi. Kedua, wilayah hilir DAS ini merupakan daerah potensial bagi pertanian dan perikanan. Ketiga, DAS Randangan merupakan sumber air utama untuk mendukung berbagai kegiatan pengembangan di Kabupaten Pohuwato. II- 21 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO 1.2. Daerah Aliran Sungai (DAS) Paguyaman DAS ini melintasi dua kabupaten, di bagian baratnya adalah wilayah Kabupaten Boalemo, sedangkan disebelah timurnya Kabupaten Gorontalo. Adapun wilayah yang dilewati adalah Kecamatan Tilamuta, Paguyaman, dan Tibawa, kemudian bermuara di Teluk Paguyaman. DAS ini memiliki luas sekitar 250.000 ha. Sungai utama DAS ini yang panjangnya sekitar 99,3 km. Sedikitnya 70 % dari wilayah DAS mempunyai topografi bergunung sampai berbukit dengan kemiringan lereng > 40 %. Dengan topografi berbukit dan pegunungan ini, sungai utama DAS Paguyaman berbentuk lembah dalam, sehingga mampu menampung debit aliran air tinggi. Tidak diperoleh data debit sungai di provinsi ini, tetapi berdasarkan hasil pengukuran oleh PLN (1985) dan DPU (1987) Provinsi Sulut, Sungai Paguyaman adalah yang tertinggi kecepatan arusnya (23,4 sampai sampai 63,4 m/detik) dengan kedalaman
sungai
mencapai 76 cm (Tabel 4.2). Dengan potensi seperti itu, Sungai Paguyaman dinilai memiliki produktivitas air yang besar, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air untuk pertanian dan kebutuhan lainnya. Namun, yang merisaukan adalah ada indikasi bahwa fluktuasi debit tahunannya terus menjadi lebih besar, mengindikasikan proses degradasi lahan di wilayah DAS ini yang terus berlangsung. Potensi kerusakan DAS Paguyaman memang besar karena beberapa alasan. Pertama, karena luas DAS yang besar, mencakup kawasan budidaya yang besar. Kedua, topografi wilayah hulu DAS yang kondusif bagi proses erosi. Ketiga, konflik pengelolaan di masa depan, karena wilayah DAS ini melintasi dua kabupaten berbeda, walaupun mayoritas berada di Kabupaten Boalemo. Dengan demikian, model pengelolaan DAS yang singkron dengan program pengembangan wilayah lintas kabupaten perlu dirumuskan dengan baik.
1.3. Daerah Aliran Sungai (DAS) Bolango -Bone DAS Bolango-Bone sesungguhnya dibangun oleh dua DAS berbeda, DAS Bolango dan DAS Bone, keduanya bermuara di Teluk Gorontalo. DAS Bone jauh lebih besar dari pada DAS Bolango. Secara bersama-sama, DAS Bolango-Bone mempunyai luas sekitar 265.000 ha dengan panjang sungai utama sekitar 100 km. Sama dengan kedua DAS utama lainnya di Provinsi Gorontalo, DAS Bolango-Bone juga didominasi (80 %) oleh wilayah dengan kemiringan lereng >40 %. Artinya, DAS ini juga rentan terhadap I- 22 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
proses degradasi yang cepat jika kawasan hulu dari catchment areanya dikelola secara tidak tepat. DAS ini sangat rentan terhadap banjir. Ini terlihat pada frekwensi banjir yang terjadi di Kota Gorontalo. DAS Bolango-Bone (terutama DAS Bolango) memberi kontribusi besar terhadap sedimentasi Danau Limboto yang saat ini lebih banyak berbentuk daratan dari pada perairan, karena sebagian besar dari mangkuk danau telah berubah menjadi daratan. Hal yang menggembirakan adalah, kualitas air Sungai Bone yang masih tampak jernih. Meskipun demikian, dari berbagai sumber, termasuk dari interpretasi gambar citra landsat (rekaman Oktober 2000), diketahui bahwa sebagian dari kawasan DAS ini telah mulai terbuka. Danau Limboto merupakan bagian penting dari ekosistem perairan Kota Gorontalo. Danau Limboto mempunyai banyak fungsi, seperti penyangga banjir (terutama dari Sungai Bolango), menstabilkan suplai air tanah wilayah sekitar, sumber perikanan air tawar, obyek wisata air, memberikan nilai estetika bagi kota Gorontalo dan sarana pendidikan. Fungsi-fungsi ini telah berkurang drastis dan nyaris hilang sama sekali. Rusaknya lingkungan DAS Bolango dan daerah tangkapan di pinggiran danau di kota Gorontalo merupakan penyebab utama pendangkalan dan penciutan areal danau. Berdasarkan kenampakan fisik sungai-sungai yang bermuara ke danau, maka sungai-sungai di bagian selatan (dengan topografi curam, lebih terganggu dan berhubungan langsung dengan danau) diperkirakan memiliki sumbangan sedimentasi lebih tinggi dibandingkan sungai-sungai bagian barat dan tengah. Penyuburan perairan danau turut yang mendorong tumbuhnya gulma air mempercepat proses pendangkalan danau. Meskipun luas danau berkurang cepat dan sedimentasi berlangsung cepat, fluktuasi kedalaman danau antara kedalaman maksimum dan minimum serta kedalaman rata-rata tidak banyak berubah, khususnya antara periode 1988 sampai 1998. Data ini kontradiktif dengan kenyataan bahwa proses sedimentasi danau terus berlangsung. Kemungkinan, pada lokasi tertentu dari danau (pada lokasi pengukuran kedalaman) perubahan kedalaman danau tidak banyak mengalami perubahan. Meskipun demikian, tetap tampak adanya kecenderungan peningkatan rasio kedalaman maksimum terhadap kedalaman minimum. II- 23 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Berdasarkan pengukuran tahun 1995, rata-rata sedimen tersuspensi dalam aliran rendah mencapai 8,2 ton/hari, sedangkan rata-rata sedimen tersuspensi dalam aliran tinggi 5300 ton/hari. Debit inlet dalam periode aliran terendah (8 bulan) adalah 2,8 m3/detik dan inlet dalam periode aliran tinggi (4 bulan ) sedikitnya 5,3 m3/detik. Dengan gambaran seperti itu, dan mengingat topografi lingkungan Danau Limboto
yang
datar, maka
dapat dipastikan
bahwa
laju sedimentasi
dan
pendangkalan atau penciutan luas danau akan berlangsung dengan cepat. Di samping DAS dan danau, Provinsi Gorontalo juga mempunyai banyak jaringan irigasi yang terdistribusi di ketiga kabupaten. Di Kabupaten Gorontalo, terdapat jaringan-jaringan irigasi Posso, Molalahu, Lomaya, Alo, Pilohayanga, Huludupitango, Hunggalua, Pohu, Alale, Bongo, Tolinggula, Mohiolo dan Potanga. Di Kabupaten Bualemo, terdapat jaringan irigasi Bunuyo, Bongotua, Karangetan, Taluduyunu, Lemito, Randangan Kiri, Paguyaman Kiri, Marisa IV, Molosipat dan Popayato. Mengingat air sungai, danau, air tanah dan air hujan sangat dibutuhkan oleh masyarakat maka perlu diperhatikan pemanfaatan maupun pemeliharaannya. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar tertentu tidaklah mudah karena tergantung pada banyak faktor penentu. Walaupun penetapan standar air yang bersih tidak mudah, namun ada kesepakatan bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi didasarkan pada keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal maka hal itu berarti air tersebut telah mengalami pencemaran. Saat ini banyak keluhan dari masyarakat Gorontalo
bahwa ada beberapa daerah yang
memiliki PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin) ataupun Industri-industri yang menimbulkan pencemaran di wilyah sungai. Untuk itu Badan Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo melakukan pemantauan terhadap kualitas air sungai, dan danau, untuk air hujan dan air sumur saat ini belum ada pemantauan dari Dinas yang terkait. Kualitas air sungai dan danau dapat di lihat pada tabel-tabel berikut. Saat ini pemantauan kualitas air sungai hanya di 5 Lokasi yang dipantau yaitu: Sungai Paguyaman, Sungai Bone, Sungai Buladu, Sungai Taluduyunu dan Sungai Bionga.
I- 24 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
a. Sungai Paguyaman Sungai Paguyaman merupakan salah satu sungai besar diwilayah Propinsi Gorontalo yang menjadi batas geografi antara dua kabupaten, yaitu kabupaten Gorontalo Boalemo. Paguyaman beberapa Gorontalo.
dan
kabupeten
Aliran
Sungai mencakup
daerah Wilayah
di aliran
Sungai Paguyaman mencakup Paguyaman,
Boliyohuto,
Wonosari, Tibawa, Tilamuta, Dulupi dan Mananggu dengan total Panjang Sungai 99,3 km. Gambar. 2.8. Peta Sungai Paguyaman. Bagian hulu sungai ini terdapat di daerah kawasan hutan Nantu sebuah kawasan hutan suaka alam serta bermuara di Teluk Tomini. Sungai ini selain mengalirkan air dari arah barat, juga menerima debit tambahan dari beberapa anakanak sungai. Kondisi sempadan dan bantaran banyak digunakan masyarakat untuk areal pemukiman dan perkebunan. Kondisi fisik sungai Paguyaman berdasarkan hasil pengukuran menunjukan bahwa tingkat kedalaman pada bagian hulu mencapai 70 cm dan bagian hilir 10 cm, lebar sungai bagian hulu 12 m dan bagian hilir 19 m. Kecepatan arus 1,38 m3/detik bagian hulu dan 0,79 m3/detik bagian hilir, Debit air cukup besar yang mengalir dari wilayah hulu 25,9 m3/detik pada bagian hilir berkurang hingga 4,85 m3/detik.
Kualitas Air Sungai Paguyaman Pemantauan Kualitas Air Sungai Paguyaman tahun 2011 bagian hulu, tengah dan hilir dilakukan terhadap 17 parameter seperti disajikan dalam Tabel 2.5. Berdasarkan data tersebut, bahwa kualitas air sungai Paguyaman Bagian Hulu sudah tidak memenuhi syarat menurut kelas air karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, seperti kadar TSS = 24 - 74 mg/L dengan baku mutu 50 mg/L, kadar BOD = 5,06 – 7,58 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L. dan II- 25 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO kadar coliform total 210.000 di bagian hulu dan >2.400.000 di bagian tengah dan hilir. Kadar coliform ini melebihi syarat dengan baku mutu = 1000/ 100 ml. Kadar oksigen terlarut, DO berkisar 5,7 – 5,8 mg/L, masih memenuhi syarat yakni minimal 4 mg/L. Sementara itu kadar COD di hulu dan tengah 12.64 mg/L dan di bagian hilir 18,96 mg/L dengan baku mutu 25 mg/L. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7,5, nilai ini masih berada dalam range pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 – 9. Konsentrasi padatan terlarut atau TDS berkisar 99 – 103 mg/L masih berada dalam baku mutu yaitu 1000 mg/L. Pada
bagian
tengah
dan
hilir
sungai
Paguyaman
terdapat
kegiatan
Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) menggunakan merkuri dan sianida. Kadar merkuri (Hg) di bagian hulu, tengah, maupun hilir masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu sebesar <0,001 mg/L dengan baku mutu 0,002 mg/L. Sedangkan kadar sianida baik di bagian hulu, tengah, maupun hilir masih dibawah baku mutu yakni <0,01 mg/L dengan baku mutu 0,02 mg/L. Kadar nitrat yang terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar 0,48 – 0,59 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 10 mg/L. Nilai nitrat tertinggi di lokasi bagian hilir yaitu 0,59 mg/L. Kadar nitrit, NO2- yang terukur dibagian hulu, tengah dan hilir yaitu <0,01 masih dibawah standar baku mutu yaitu 0,06 mg/L. Kadar amoniak, NH 3 yang ditemukan baik dibagian hulu, tengah maupun hilir masih dibawah standar yaitu <0,001. Sementara baku mutu ammonia adalah 0,5 mg/L untuk air kelas II. Kadar ammonia ini juga masih layak untuk syarat perikanan yang sensitif yaitu 0,02 mg/L. Fosfat yang terdeteksi dihulu dan tengah 0,25 mg/L sudah melebihi baku mutu 0,2 mg/L. Sedangkan di hilir 0,2 mg/L sudah berada dalam ambang batas baku mutu. Kandungan logam besi dan timbal yang diukur dalam air sungai Paguyaman juga masih dibawah baku mutu. Untuk besi ditemukan <0,1 timbal <0,05 disemua bagian aliran. Baku mutu untuk besi 0,3 mg/L dan 0,03 mg/L untuk timbal. Status Mutu Air
I- 26 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Status Mutu Air Sungai Paguyaman hasil pemantauan pada tahun 2011 pada bagian Hulu, Tengah dan Hilir disajikan pada Tabel 2.8. Table 2.5 Status Mutu Air Sungai Paguyaman No
Lokasi Sampling
Status Mutu Kelas 1
Kelas 2
1
Bagian Hulu
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
2
Bagian Tengah
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
3
Bagian Hilir
CEMAR SEDANG
CEMAR RINGAN
Sumber: Hasil Analisis Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011 Sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan sungai menyebabkan peningkatan volume limbah domestik ke sungai melalui aliran permukaan. Di sekitar Sempadan Sungai Paguyaman terdapat Pabrik Gula dan kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) Buladu yang limbahnya masuk ke Sungai Totopo dan Sungai Totopo akan bermuara ke Sungai Paguyaman dan selanjutnya akan bermuara ke Teluk Tomini. Hasil penelitian Badan Penelitian, Pengembangan, dan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
(Balitbangpedalda) Propinsi
Gorontalo
pada
Tahun 2005
menyimpulkan bahwa Sungai Tatopo di Bumela telah tercemar logam berat Merkuri (Hg) yang diakibatkan oleh kegiatan PETI. Kandungan Merkuri pada sampel air mencapai 0,010 mg/l. Angka ini melebihi ambang batas kandungan Merkuri yang dipersyaratkan pada PP 82 diakibatkan oleh kegiatan PETI. Kandungan Merkuri pada sampel air mencapai 0,002 mg/l. Penelitian lain yang dilakukan oleh Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Institut Teknologi Bandung (ITB) Tahun 2006 menyimpulkan bahwa 2 (dua) sungai lainnya di Propinsi Gorontalo, yaitu: Sungai Motomboto dan Mopuya di Kecamatan Suwawa dan Bone Pante juga telah tercemar logam Merkuri / air raksa (Hg). Berdasarkan hasil pemantauan bahwa kualitas Limbah Cair Pabrik Gula PT. Tolangohula tahun 2007 menunjukkan bahwa kualitas air limbah sebelum dibuang ke Sungai Paguyaman sudah memenuhi syarat, walaupun beberapa parameter hampir tidak memenuhi syarat.
II- 27 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan pendangkalan sungai diantaranya konservasi dan pemulihan kualitas lingkungan ekosistem sungai untuk mengurangii sedimentasi yang ditimbulkan. Kegiatan lainnya; Rehabilitasi hutan dan lahan di daerah kawasan hulu Sungai Paguyaman baik flora maupun fauna. Penghijauan di daerah kawasan bantaran sungai. Pengendalian pencemaran dengan melarang masyarakat penambangan illegal. Membangun pos penjagaan di desa Pangea untuk menjaga aktifitas kayu dan rotan secara illegal. Peningkatan peran serta masyarakat dalam hal pengelolaan sungai terutama bagian hulu. Memberikan bantuan bibit tanaman kepada masyarakat dan Pengawasan ketat dengan melibatkan aparat keamanan dan masyarakat
b. Sungai Bone Sungai Bone melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo mempunyai panjang 119,13 km yang. Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk linier dan termasuk dalam kawasan DAS Bolango. Kondisi sempadan Sungai Bone bervariasi, Pada Bagian hulu sempadan sungai dalam kondisi sehat, arus air cukup deras dan berpotensi terjadinya infiltrasi dan ruang gerak air secara lateral.
Sebaliknya, pada bagian Tengah dan Hilir kondisi sempadan sungai tidak
sehat, tebing sungai rapuh, kondisi penampang sungai melebar, erosi relatif horisontal dan sering terjadinya Chanel bar yang cukup luas sehingga berpotensi terjadinya banjir. Gambar 2.9 Peta Sungai Bone Kondisi biofisik Sungai Bone Berdasarkan pengukuran
tingkat
hasil kedalaman
pada bagian hulu mencapai 50 cm dan bagian hilir 10 cm, lebar sungai bagian hulu 9,90 m dan bagian hilir 18,10 I- 28 -
m. Kecepatan arus 1,44
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
m/detik bagian hulu dan 0,95 m/detik bagian hilir. Kulitas Air Sungai Bone Kualitas air sungai Bone bagian hulu tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, seperti kadar BOD = 5,06 mg/L dengan baku mutu 3 mg/l, Timbal = 34,9 mg/L dengan baku mutu 0,03 mg/L, Total Coliform = >2.400.000/100 mL dengan baku mutu 5.000/100 mL dan Coli Tinja = 4.300/100 mL dengan baku mutu 1.000/100 mL. Berdasarkan data pemantauan tersebut kualitas air Sungai Bone bagian tengah tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, seperti kadar BOD = 5,98 mg/l dengan baku mutu 3 mg/L, Total Coliform = 460.000 mL/100 dengan baku mutu 5.000/100 mL. Kualitas air Sungai Bone bagian hilir juga tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, seperti kadar BOD = 6,32 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L dan Total Coliform = 1.100.000 mL/100 dengan baku mutu 5.000/100 ml. Sedangkan secara umum nilai parameter yang diukur umumnya bervariasi antar ketiga bagian aliran. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7.5 – 7.9, nilai ini masih berada dalam range pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6– 9. Konsentrasi TSS pada pemantauan ini berkisar 1.48 di bagian hulu dan bagian tengah, serta di bagian hilir 36 mg/L. Nilai ini masih dalam batas baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 50 mg/L. Sementara itu nilai TDS berkisar 1.05 mg/L di bagian hulu dan tengah dan 80,5 mg/L di bagain hilir. Nilai TDS ini masih di bawah baku mutu 1000 mg/L. Konsentrasi BOD terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar 5.06 – 6,32 mg/L, BOD tertinggi berada di lokasi bagian, namun secara keseluruhan nilai ini sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 3 mg/L. Nilai COD terdeteksi disemua titik berkisar antara 12,64 – 15,80 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu maksimal 25 mg/L. Kadar nitrat terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar 0,48 – 0,59 mg/L. Nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 10 mg/L. Nilai
II- 29 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO nitrat tertinggi di lokasi bagian hilir yaitu 10 mg/L. Konsentrasi nitrit disemua titik <0,01 mg/L, masih berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,06 mg/L. Kadar Merkuri yang terdeteksi pada semua titik masih berada dibawah baku yang dipersyaratkan yaitu berkisar antara <0,001 mg/L dengan baku mutu 0,002 mg/L. Kadar sianida terdeteksi <0,01 mg/L di semua titik, masih dibawah baku mutu 0,02 mg/L. Hal perlu kajian lebih lanjut mengingat di hulu sungai Bone terdapat kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) yang menggunakan merkuri dan sianida. Limbah pengolahan bijih emas langsung dibuang ke aliran Sungai Bone. Timbal yang terdeteksi berkisar antara 34,90 mg/L dibagian hulu,
<0,01
mg/L, dibagian tengah, dan <0,03 mg/L dibagain hilir. Nilai timbal pada bagian hulu berada diatas baku mutu, sedangkan nilai pada bagian tengah dan hilir masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,01 mg/L. Coliform yang terdeteksi disemua titik berkisar antara 460.000 – >2.400.000 MPN/100 mL, nilai tersebut sudah berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan dengan baku mutu 5.000 MPN/100 mL. Sedangkan Coli Tinja yang terdeteksi disemua titik pemantauan adalah 90 - 4.300 MPN/100 mL. Nilai Coli Tinja tertinggi pada titik pemantauan bagian hulu yaitu 4.300 MPN/100 mL dan sudah berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 1000 MPN/100ml. Sedangkan pada titik pantau bagian tengah dan bagian hilir justru lebih rendah yaitu 90 MPN/100 mL. Hal ini perlu penelitian lebih lanjut karena dari hasil pemantauan 80% masyarakat yang berada di bantaran Sungai Bone tidak memiliki Sarana Pembuangan Tinja sehingga pada umumnya masyarakat membuang tinjanya langsung ke sungai..
Status Mutu Air Sungai Bone Status mutu air Sungai Bone pada bagian Hulu, Tengah, dan Hilir pada pemantauan tahun 2011 disajikan pada Table 2.12. Table 2.6. Status Mutu Air Sungai Bone Status Mutu Air Sungai
I- 30 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO No
Lokasi Sampling
Kelas 1
2012
Kelas 2
1
Bagian Hulu
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
2
Bagian Tengah
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
3
Bagian Hilir
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
Sumber: Balihristi, 2011
c. Sungai Buladu Sungai Buladu melewati Desa Buladu dan Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara dengan panjang 13,7 km. Sungai Buladu berada di Desa Buladu Kecamatan
Tolinggula
Kabupaten
Gorontalo
Gambar 2.10 Sungai Buladu
Utara dengan Panjang Sungai 13,7 Km2. Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk (V).
Sungai Buladu mengalir dari arah
selatan ke utara serta bermuara di Teluk Sumalata. Sungai Buladu merupakan sumber air bagi masyarakat di Desa Buladu dan sekitarnya. Sungai Buladu berfungsi sebagai area konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan Daerah Aliran Sungai agar tidak terdegradasi. Wilayah ini menyimpan air dengan tutupan vegetasi lahan yang memadai. Bagi masyarakat di Kecamatan Sumalata, Sungai Buladu bermanfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, kebutuhan pertanian, air bersih, serta perikanan. Dalam penelitian tahun 2001 dilaporkan bahwa jenis flora yang terdapat di kawasan Sungai Buladu berupa kayu-kayuan,
rotan,
tanaman budidaya. kayu
memiliki
nilai
dan
Jenis-jenis ekonomi
yang cukup tinggi seperti, kayu cempaka, besi, kayu merah, meranti dan nantu. Penebangan II- 31 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO yang tidak terkontrol dari pohon tersebut dapat mengakibatkan penurunan nilai dari segi konservasi maupun potensi pengembangan.
Gambar 2.11. Peta Sungai Buladu Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk (V).
Kondisi
sempadan sering terjadi erosi. Sungai Buladu mengalir dari arah barat ke timur serta bermuara di Teluk Sumalata. Sungai ini selain mengalirkan air dari arah Utara, juga menerima debit tambahan dari beberapa anak-anak sungai. Sungai Buladu mempunyai kedalaman mencapai 50 cm pada bagian hulu dan bagian hilir 30 cm, lebar sungai bagian hulu 12 m dan bagian hilir 16,8 m. Kecepatan arus 0,64 m/detik bagian hulu dan 0,29 m/detik bagian hilir Kondisi sempadan Sungai Buladu pada Bagian hulu dalam kondisi sehat, arus air cukup deras, memungkinkan terjadinya infiltrasi, ruang gerak secara lateral serta aliran dasar sungai relatif stabil. Sebaliknya, pada bagian Tengah dan Hilir kondisi sempadan sungai tidak sehat, tebing sungai rapuh, kondisi penampang sungai melebar, erosi relatif horisontal dan sering terjadinya Chanel bar yang cukup luas sehingga berpotensi terjadinya banjir. Kualitas Air Sungai Buladu Kualitas air Sungai Buladu Bagian Hulu tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, seperti kadar Timbal = 0,1696 mg/l dengan baku mutu 0,03 mg/l, Detergen = 0,5 mg/l dengan baku mutu 0,2 mg/l, Total Coliform = 35.000 ml/100 dengan baku mutu 5.000/100 ml dan Coli Tinja = 14.000/100 ml dengan baku mutu 1.000/100 ml. Kadar Merkuri (Hg) perlu dikaji secara mendalam karena adanya kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) di sekitar sungai tersebut masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu sebesar 0,0009 mg/l dengan baku mutu 0,002 mg/l. Kualitas air sungai Buladu Bagian Tengah tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, seperti kadar Timbal = 0,0994 mg/l dengan baku mutu 0,03 mg/l, Total Coliform = 16.000 ml/100 dengan baku mutu 5.000/100 ml dan Coli Tinja = 2.200/100 ml dengan baku mutu 1.000/100 ml. Kadar Merkuri (Hg) perlu dikaji lebih lanjut karena adanya kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) di sekitar sungai tersebut masih berada I- 32 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu sebesar 0,0009 mg/l dengan baku mutu 0,002 mg/l. Di bagian hilir Sungai Buladu menunjukkan bahwa kualitas air tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, seperti kadar Timbal = 0,0876 mg/l dengan baku mutu 0,03 mg/l, Total Coliform = 16.000 ml/100 dengan baku mutu 5.000/100 ml dan Coli Tinja = 2.200/100 ml dengan baku mutu 1.000/100 ml. Kadar Merkuri (Hg) perlu diteliti lebih lanjut karena adanya kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) disekitar sungai tersebut masih berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu sebesar 0,0010 mg/l dengan baku mutu 0,002 mg/l. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7,10 – 7.92, nilai ini masih berada dalam kisaran pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 – 9. Konsentrasi TSS berkisar 2,0 – 2,1 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 50 mg/L. Konsentrasi BOD terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar 0,6 – 4,2 mg/L dan Nilai pada titik bagian hilir berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 4,2 mg/L. Nilai COD terdeteksi disemua titik berkisar antara 1,1 – 8,9 mg/l, secara keseluruhan nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 25 mg/l. Detergen yang terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar antara 0,1 – 0,5 mg/l, nilai pada titik bagian hilir sudah berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,5 mg/L, sedangkan kadar Merkuri yang terdeteksi pada semua titik masih berada dibawah baku yang dipersyaratkan yaitu berkisar antara 0,0009 – 0,010 mg/l dengan baku mutu 0,002 mg/l. Timbal yang terdeteksi disemua titik berkisar antara 0,0876 – 0,1696 mg/l, secara keseluruhan nilai hasil pemantauan berada diatas baku mutu Timbal yang dipersyaratkan yaitu 0,03 mg/l. Nitrat terdeteksi di semua titik pemantauan, konsentrasi berkisar 0,2 – 0,3 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 10 mg/L. Nilai Nitrat tertinggi di lokasi bagian hulu dan tengah yaitu 0,3 mg/l. Konsentrasi Nitrit berkisar 0,016 – 0,06 mg/L, nilai tersebut secara keseluruhan masih berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,06 mg/L.
II- 33 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Coliform yang terdeteksi disemua titik berkisar antara 16.000 – 54.000 MPN/100 ml, secara keseluruhan nilai yang ditemukan sudah berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan dengan baku mutu 5.000 MPN/100 ml, sedangkan Coli tinja yang terdeteksi disemua titik pemantauan adalah 2.200 – 17.000 MPN/100ml. Secara keseluruhan Nilai Coli tinja tidak memenuhi syarat karena semua titik pantau nilainya berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 1000 MPN/100ml. Hal ini disebabkan karena pada titik tersebut, pada umumnya masyarakat membuang langsung tinjanya ke sungai. Status Mutu Air Status mutu air Sungai Buladu pada bagian Hulu, Tengah dan Hilir pada pemantauan tahun 2011, berdasarkan hasil perhitungan Status mutu air Sungai Buladu dengan menggunakan Metode Indeks Pencemaran didapatkan Nilai Indeks Pencemaran seperti pada Tabel 2.16. Table 2.7 Status Mutu Air Sungai Buladu Status Mutu Air Sungai No
Lokasi Sampling
Kelas 1
Kelas 2
1
Bagian Hulu
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
2
Bagian Tengah
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
3
Bagian Hilir
CEMAR SEDANG
CEMAR RINGAN
Sumber: Balihristi, 2011 Sungai Buladu terletak di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dan bermuara di Laut Sulawesi. Sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan sungai menyebabkan peningkatan volume limbah domestik ke sungai melalui aliran permukaan. Di sekitar Sempadan Sungai Buladu terdapat pemukiman penduduk dan kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) Buladu yang limbahnya masuk ke Sungai Buladu dan bermuara ke Laut Sulawesi. Masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Buladu pada umumnya adalah masyarakat penambang dari berbagai wilayah di Provinsi Gorontalo dan bahkan berasal dari luar Gorontalo, seperti Makassar, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Masyarakat di sekitar Sungai Buladu langsung membuang limbah rumah tangga dan limbah hasil proses I- 34 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
pengolahan emas ke Sungai Buladu. Hal ini akan berakibat terhadap penurunan kualitas air sungai terutama pada peningkatan kadar Hg, BOD, COD, E.Coli dan Colifom. Permasalahan yang sering terjadi di Sungai Buladu adalah pembuangan limbah cair pertambangan emas tanpa izin, sedimentasi, erosi serta masalah sampah. Tumpukan sampah pada bagian hulu disebabkan oleh sisa-sisa kayu penebangan dan tumbang sedangkan pada
bagian hilir sampah bersumber dari Limbah Domestik
(kertas, plastik, botol, besi, sisa-sisa makanan, dan lain sebagainya). Kondisi bantaran di sepanjang sungai Buladu mengalami degradasi berat, kondisi fisik air Sungai Buladu bagian tengah sampai ke hilir sepanjang hari kondisinya keruh akibat logam merkuri (Hg), erosi dan limbah domistik. Untuk mengatasi permasalahan ini maka beberapa langkah yang dapat dilakukan : Penanaman pohon di daerah bantaran sungai, Melakukan sosialisasi di masyarakat pentingnya kelestarian sungai, Memberdayakan masyarakat dalam pengawasan kawasan hutan serta Menindak tegas pengambilan kayu secara illegal
d. Sungai Taluduyunu Sungai Taluduyunu melewati Desa Buntulia Selatan Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato.
Sungai ini termasuk pada tipe subsekuen yang bersifat
Permanen berbentuk (U lebar) sampai (U) dengan pola aliran (Orientasi di Peta). Kondisi fisik Sungai Taluduyunu mempunyai tingkat kedalaman pada bagian hulu dan hilir mencapai 100 cm, lebar sungai bagian hulu 90 m dan bagian hilir 20 m.
Gambar 2.12. Peta Sungai Taluduyunu Kondisi
sempadan
sungai pada bagian hulu sangat
lebar,
endapan
pasir dan batu di tengah sungai
serta
potongan II- 35 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO pohon yang tumbang banyak ditemui di bagian hulu sungai. Kondisi aliran dasar sungai
relatif tidak stabil, tebing di sisi luar sempadan tidak terlindung dari
pengikisan dan erosi. Pada bagian tengah kondisi sempadan sungai mempunyai batas yang jelas. Sempadan dipergunakan sebagai lahan perkebunan di sisi luar sempadan terlindung dari pengikisan dan erosi. Tebing relatif kuat karena ditunjang oleh vegetasi yang cukup lebat, sempadan sungai dipakai sebagai pemukiman, erosi relatif horisontal, hanya sedikit terjadi endapan pada badan bagian pinggir sungai. Pada bagian hilir lebar sempadan tidak memadai terjadinya infiltrasi sehingga berpotensi banjir, tebing di sisi luar sempadan
tidak terlindung dari pengikisan dan erosi.
Tebing relatif rapuh fungsi sempadan tidak dapat berjalan dengan baik. Kualitas Air Sungai Taluduyunu Kualitas air Sungai Taluduyunu bagian hulu tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, yaitu kadar TSS = 58 mg/L dengan baku mutu 50 mg/L, dan kadar Total Coliform = 1.100.000 mg/L dengan baku mutu 5.000/100 mg/L. Gambar 2. 13. Sungai Taluduyunu dilihat dari TPA Pohuwato Kualitas air Sungai Taluduyunu bagian tengah tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, yaitu kadar TSS = 62 mg/L dengan baku mutu 50 mg/L, kadar BOD 3,44 mg/L dengan kadar baku mutu 3 mg/L, dan kadar Total Coliform = >2.400.000 mg/L dengan baku mutu 5.000/100 mL. . Kualitas air Sungai Taluduyunu bagian hilir tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, yaitu kadar TSS = 68 mg/L dengan baku mutu 50 mg/L, kadar BOD 5,06 mg/L dengan kadar baku mutu 3 mg/L. dan kadar Total Coliform = >460.000 mg/L dengan baku mutu 5.000/100 mL. Sedangkan hasil pemantauan secara umum bervariasi untuk antar bagian titik pemantauan. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7,0 – 7,5, nilai ini I- 36 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
masih berada dalam kisaran pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 – 9. Konsentrasi TSS berkisar 58 – 68 mg/L, nilai ini sudah melewati baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 50 mg/L. Konsentrasi TDS berkisar 64 – 64,5 mg/L, nilai ini masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 1000 mg/L. Konsentrasi BOD terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar 2,99 – 5,06 mg/L dengan nilai hasil pemantauan pada bagian hulu yang masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 2,99 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L. Nilai COD terdeteksi disemua titik berkisar antara 7,48 – 12,64 mg/L, dimana semua nilai ini masih berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 25 mg/L. Nitrat terdeteksi di semua titik pemantauan, konsentrasi berkisar 0,68 – 0,7 mg/L, nilai ini masih berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 10 mg/L, Nilai nitrat tertinggi di lokasi bagian hilir yaitu 0,7 mg/l. Konsentrasi nitrit terukur di semua titik pantau <0,01 mg/L, masih berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,06 mg/l. Kadar merkuri yang terdeteksi pada semua titik masih berada di bawah baku yang dipersyaratkan yaitu <0,001 mg/L dengan baku mutu 0,002 mg/L. Timbal yang terdeteksi disemua titik berkisar antara <0,01 di bagian hulu sampai <0,02 mg/L di bagian hilir, secara keseluruhan masih berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,03 mg/L. Coliform yang terdeteksi di semua titik berkisar antara 460.000 – >2.400.000 MPN/100 mL. Nilai yang ditemukan ini semuanya sudah berada di atas baku mutu yang dipersyaratkan dengan baku mutu 5.000 MPN/100 ml, sedangkan Coli Tinja yang terdeteksi disemua titik pemantauan adalah 90 – 230 MPN/100 mL. Nilai Coli Tinja pada semua titik pantau masih dibawah baku mutu dengan baku mutu yang dipersyaratkan sebesar 1000 MPN/100ml. Status Mutu Air Sungai Taluduyunu Status mutu air Sungai Taluduyunu bagian hulu, tengah dan hilir pada pemantauan tahun 2011 menggunakan Metode Indeks Pencemaran didapatkan Nilai Indeks Pencemaran seperti pada Tabel 2.20. Tabel 2.8. Status Mutu Air Sungai Taluduyunu No
Lokasi Sampling
Status Mutu Air Sungai II- 37 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Kelas 1
Kelas 2
1
Bagian Hulu
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
2
Bagian Tengah
CEMAR RINGAN
CEMAR RINGAN
3
Bagian Hilir
CEMAR SEDANG
CEMAR RINGAN
Sumber: Analisis Balihristi, 2011 f. Danau Limboto Pemantauan kualitas air Danau Limboto yang dilakukan oleh PUSARPEDAL tahun 2010 memperlihatkan jumlah oksgen terlarut atau DO berkisar 2,76 - 5,08 mg/L dan baku mutu 3 mg/L. Kadar BOD berkisar 1,5 – 3,2 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L. Sedangkan sulfida 0,015 - 0,031 mg/L dengan baku mutu 0,002 mg/L. Penyebaran Eceng Gondok Luas sebaran eceng gondok sudah mencapai sekitar 60% dari luasan danau. Eceng gondok terdapat hamper di semua bagian danau. Konsentrasi terbesar berada dibagian tengah. Penyebaran eceng gondok dan jenis tanaman mengapung lainnya sangat dipengaruhi oleh musim angin. Eceng gondok akan bergerak dari Barat-Utara ke Timur dan Selatan.
(a)
I- 38 -
(b)
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Gambar 2.14(a) Peta Zonasi Pemanfaatan Danau Limboto, (b) Peta Peyebaran Eceng Gondok di Danau Limboto (Sumber: Balihristi, 2008)
2. Sumberdaya Air Tanah Mengacu pada Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Sumberdaya Air Sulawesi Utara (1999),
potensi air tanah Provinsi Gorontalo dibagi dalam dua
kawasan, yaitu kawasan DAS Bolango-Bone dan kawasan Paguyaman-Randangan.
2.1. Daerah Aliran Sungai Bolango-Bone Kawasan ini tertutup oleh endapan aluvium, memiliki permukaan air tanah dangkal dan akifernya tergolong produktif sedang (debit sumur 10 L/detik). Air tanah di kawasan ini tidak terpengaruh oleh pergantian musim tahunan. Namun, rusaknya kawasan resapan air hujan diprediksi akan mereduksi derajat infiltrasi air, karena terjadi penyumbatan pori-pori lapisan tanah bagian atas. 2.2. Daerah Aliran Sungai Paguyaman -Randangan Kawasan ini terdiri dari formasi batuan gunung api (lava, lahar, tufa, breksi) dan batuan sedimen lepas atau setengah padu (kerikil, pasir, dan lempung). Akifernya memiliki produktivitas yang tergolong rendah, bahkan di beberapa tempat tidak terdapat air tanah terutama di daerah hilir dan hulu, sedangkan di daerah muara menghasilkan air payau.
D. UDARA Pekembangan daerah Propinsi Gorontalo memberikan pengaruh terhadap kondisi udara berupa pencemaran. Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Masalah pencemaran udara yaitu kualitas udara yang tidak dapat memenuhi kualitas udara yang dipersyaratkan. Dalam mencapai kualitas udara yang diinginkan, perlu dilakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran udara, salah satunya melalui pengukuran dan pemantauan terhadap kualitas udara.
II- 39 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Pemantauan kualitas udara pada Bulan April tahun 2011 menunjukkan bahwa kualitas udara di Provinsi Gorontalo tergolong baik karena masih berada di bawah baku mutu udara yang dipersyaratkan (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional). Parameter
yang diukur dalam
pemantauan tersebut adalah empat parameter yaitu CO, SO2, NO2, dan O3. Pemantauan tersebut dilaksanakan pada setiap kabupaten yang mewakili tiga lokasi penting meliputi jalur transportasi, perkantoran, dan permukiman. Untuk Kota Gorontalo dilakukan pada empat titik pantau dengan tambahan pusat perekonomian. Tabel 2.9. Parameter Pengukuran Udara di Provinsi Gorontalo No
Parameter
Lama
Baku Mutu
Metode
Pengukuran 1
CO
1 jam
30.000 g/m3
NDIR
2
SO2
1 jam
900 g/m3
Pararosanilin
3
NO2
1 jam
400 g/m3
Zalman
4
O3
1 jam
235 g/m3
Chemiluiminescent
Sumber: Balihristi, 2011 Data-data hasil pengukuran di yang dilakukan oleh BALIHRISTI Provinsi Gorontalo dan Balai Teknologi Kesehatan Lingkungan (BTKL) Manado yang dilakukan di 6 Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo ditampilkan berikut ini.
Kabupaten Pohuwato Kualitas udara ambien di Kabupaten Pohuwato menunjukkan bahwa secara umum masih memenuhi syarat karena semua parameter yang diukur masih dibawah bakumutu udara ambient nasional. Tabel 2.10. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Pohuwato No
Parameter
Baku Mutu
Titik Pantau Kantor BLH
I- 40 -
Jl . Trans. Sulawesi
Terminal Marisa
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO 1
SO2
900 g/m3
62
52
38
2
CO
30.000 g/m3
6.742
10.112
8.420
3
NO2
400 g/m3
38,6
26,9
38,2
4
O3
235 g/m3
58
78
46
2012
Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011 Kualitas udara ambien di Kabupaten Pohuwato menunjukkan bahwa secara umum masih memenuhi syarat karena semua parameter yang diukur masih dibawah bakumutu udara ambient nasional. Konsentrasi SO2 berkisar 38 – 62 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang terukur 6,742-10,112 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara 26,9-38,6 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 46 – 78 g/m3. Dari ketiga titik pantau, Jl. Trans Sulawesi memiliki nilai tertinggi untuk dua parameter yaitu CO dan O3.
Kabupaten Boalemo Tabel 2.11. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Boalemo No
Paramete r
Baku Mutu
Titik Pantau
Kantor Bupati 1
SO2
2
CO
3 4
Jl . Trans. Sulawesi
Terminal Tilamuta
33
78
28
30.000 g/m3
9.151
14.448
6.742
NO2
400 g/m3
42,6
63,3
48,1
O3
235 g/m3
117
58
53
900 g/m3
Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011
II- 41 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Kualitas udara ambien di Kabupaten Boalemo diperlihatkan dalam tabel. Konsentrasi SO2 berkisar 28 – 78 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang terukur 6,742-14,448 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara 42,69-63,3 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 58 – 117 g/m3. Dari ketiga titik pantau, Jl. Trans Sulawesi di Desa Lamu memiliki nilai tertinggi untuk tiga parameter yaitu CO, SO2 dan NO2. Secara umum masih memenuhi syarat karena semua parameter yang diukur masih dibawah baku mutu udara ambien nasional.
Kabupaten Bone Bolango Hasil pemantauan kualitas udara Kabupaten Bone Bolango disajikan dalam tabel. Tabel 2.12 Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Bone Bolango No
Parameter
Baku Mutu
Titik Pantau Kantor Bupati
Desa Oluhuta
Desa Bubeya
52
27
1
SO2
900 g/m3 26
2
CO
30.000 g/m3 10.836
8.228
8.428
3
NO2
400 g/m3 43,9
24,22
17,9
4
O3
235 g/m3 39
97
78
Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011 Konsentrasi SO2 berkisar 26 – 52 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang terukur 8.228 - 10.836 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara 17,9 - 43,9 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 39 – 97 g/m3. Dari ketiga titik pantau, Desa Oluhuta sebagai wakil pemukiman memiliki nilai tertinggi untuk dua parameter yaitu SO 2 dan O3. Dua parameter lain tertinggi di Kantor bupati Bone Bolango. Tingginya parameter SO2 dan O3 di desa Oluhuta karena pemukiman ini berada di jalur transportasi paling ramai di Bone Bolango bahkan lebih ramai daripada Desa Bubeya. Sedangkan tingginya parameter NO2 dan CO di Kantor Bupati Bone Bolango perlu diteliti lebih jauh karena di kompleks ini jarang perumahan dan berada di jalur transportasi yang tidak sibuk.
I- 42 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Secara umum kualitas udara ambien di Kabupaten Bone Bolengo masih memenuhi syarat.
Kabupaten Gorontalo Hasil pemantauan kualitas udara Kabupaten Gorontalo disajikan dalam tabel. Tabel 2.13 Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo No
Parameter
Baku Mutu
Titik Pantau Kantor BLH
1
SO2
2
CO
3 4
Shopping Center
Jl. Raya Limboto
45
97
84
30.000 g/m3
9.873
9.873
14.936
NO2
400 g/m3
21,6
74,4
27,5
O3
235 g/m3
58
73
78
900 g/m3
Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011
Konsentrasi SO2 berkisar 45 – 97 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang terukur 9.873 - 14.936 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara 21,6 - 74,4 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 58 – 78 g/m3. Dari ketiga titik pantau, Shopping Center sebagai wakil pusat perbelanjaan memiliki nilai tertinggi untuk dua parameter yaitu SO 2 dan NO2. Dua parameter lain tertinggi di Jl. Raya Limboto. Tingginya parameter SO2 dan NO2 di Shopping Center karena pusat perekonomian yang merupakan pasar utama di Kota Limboto. Disamping itu di Shopping Center bersebelahan dengan Terminal Limboto. Sedangkan tingginya parameter CO dan O3 di Jl. Raya Limboto karena merupakan jalur transportasi yang paling sibuk di Kota Limboto. Secara umum kualitas udara ambien di Kabupaten Gorontalo masih memenuhi syarat kualitas udara ambien.
II- 43 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Kabupaten Gorontalo Utara Tabel 2.14. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo Utara No
Parameter
Baku Mutu
Titik Pantau Kantor BLH
Perum Molingkapoto
Jl. Molingkapoto
62
49
38
30.000 g/m3
6.742
6.020
8.420
1
SO2
2
CO
3
NO2
400 g/m3
38,6
14,2
38,2
4
O3
235 g/m3
58
58
46
900 g/m3
Konsentrasi SO2 terukur berkisar 38 – 62 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang terukur 6.020 – 8.420 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara 14,2 - 38,6 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 46 – 58 g/m3. Kantor BLH memiliki tiga parameter dengan nilai tertinggi, yaitu SO2, NO2 dan O3. Sedangkan kadar CO tertinggi ditemukan di Jl. Raya Molingkapoto yang memrupakan jalur Jl. Trans Sulawesi. Kota Gorontalo Hasil pemantauan kualitas udara ambien pada 4 (empat) titik di Kota Gorontalo menunjukkan bahwa kualitas udara ambient masih memenuhi syarat Tabel 2.15 Kualitas Udara di Titik Pantau Kota Gorontalo 2011 No
Parameter
Baku Mutu
Titik Pantau Kantor Walikota
Pemukiman Awara
Pasar Sentral
Terminal 1942
1
SO2
900 g/m3
45
22
45
42
2
CO
30.000 g/m3
9.873
4.216
19.265
8.226
3
NO2
400 g/m3
21,6
16,8
21,6
18,4
4
O3
235 g/m3
58
36
97
39
Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011
I- 44 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
karena 4 (empat) parameter yang diukur masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan. Konsentrasi SO2 berkisar 22 – 45 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang terukur 4.216 - 19.265 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara 16,8 – 21,6 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 36 – 78 g/m3. Dari ketiga titik pantau, Pasar Sentral memiliki nilai tertinggi untuk semua parameter baik SO2, CO, NO2 dan O3. Tingginya semua nilai parameter di Pasar Sentral Kota Gorontalo karena merupakan salah pusat perdagangan yang paling sibuk dan berdekatan dengan terminal Angkutan Kota. Pasar Sentral juga dilewati jalan yang ramai dilalui kendaraan. Sedangkan kompleks Kantor Walikota memiliki nilai tertinggi yang sama dengan pasar Sentral untuk dua parameter, yaitu parameter NO2 dan SO2. Secara umum kualitas udara ambien di Kota Gorontalo masih berada dibawah baku mutu sehingga masih memenuhi syarat.
E. LAUT, PESISIR DAN PANTAI Wilayah Provinsi Gorontalo memiliki dua wilayah pesisir pantai, yaitu pesisir selatan yang mengahadap perairan Teluk Tomini dan pesisir utara menghadap ke perairan Laut Sulawesi. Pantai utara memiliki panjang garis 217.7 km dan pantai selatan memiliki panjang garis pantai 438.1 km.
Gambar 2.15. Peta sebaran terumbu karang di Perairan Provinsi Gorontalo Sumber: Peta Sebaran Terumbu Karang, Bakosurtanal 2009
Salah satu potensi pesisir di Provinsi Gorontalo adalah terumbu karang. Sumberdaya pesisir ini diperkirakan berada dalam ambang kerusakan. Tingkat kerusakan diperkirakan mencapai 40%. Apabila tidak dilakukan tindakan konservasi secepatnya II- 45 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO maka kerusakan akan semakin meluas. Terumbu karang di bagian selatan Provinsi Gorontalo yang berada di Teluk Tomini terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu terumbu karang tepian (fringing reef) dan terumbu karang cincin (atol). Terumbu karang di bagian tengah mencakup wilayah di selatan Boliohuto kemudian sebelah selatan Paguat hingga sebelah selatan Marisa. Jenis terumbu karang terdiri atas terumbu karang tepian (fringing reef), baik yang berada di tepian daratan (Pulau Sulawesi) maupun di pulau-pulau. Terumbu karang tepian daratan tersebar di sepanjang pantai selatan daratan Pulau Sulawesi. Terumbu karang tepian terdapat hampir di semua pulau-pulau (lito) yaitu: Batade, Dulupi, Lahengo, Wulungiyo Ombulo, Wulungiyo Tambe, Wulungiyo Olikani, Libuiyo Tilamuta, Mohupombo Daa, Mohupombo Kiki, Molopinggulo, Lipo Biato, Montuli, Bitila, Puntu, Pomolia Kiki, Pomolia Daa, Lolahe, Taludahe, Dulawono, Tomelo. Di setiap pulau selain terumbu karang terdapat pula pasir yang cukup luas sedangkan lamun relatif sedikit. Secara umum kondisi terumbu karang di wilayah ini relatif masih baik. Terumbu karang di bagian barat mencakup wilayah di selatan Wulungiyo Wonggarasi kemudian sebelah selatan Lemito hingga sebelah selatan Wulungiyo Alumbanga. Terumbu karang tepian (fringing reef), terdapat di tepian daratan (Pulau Sulawesi) dan di pulau-pulau. Terumbu karang tepian daratan tersebar di selatan Wonggarasi hingga di selatan Yiliyala. Terumbu karang tepian pulau terdapat hampir di semua pulau (lito) yaitu: Limboku Kiki, Monji Kiki, Banggo Daa, Banggo Kiki, Puntu Daa, Molioto, Olinggobe, Imama, Keakease, Samauna, Huliahedaa, Payata, Lamua Kiki, Lamua Daa, Dudepo, Pasigiogo, Paniki, Ulipan, Putia, Ngeo, Burung, Maraati, dan Pajongge Daa. Disetiap pulau selain terumbu karang terdapat pula pasir yang cukup luas dan lamun relatif sedikit. Secara umum kondisi terumbu karang di wilayah ini juga relatif masih baik.
Tabel 2.16. Kondisi Terumbu Karang di Provinsi Gorontalo I- 46 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO No.
Lokasi Terumbu Karang
2012
Kondisi TutupanKarang (%)
1.
Payunga
30 – 40
2.
Saronde
30 – 50
3.
Pulau Dulupi
50 – 70
4.
Pulau Asiangi
50 – 80
5.
Pulau Lamua Daa
50 – 80
6.
Pulau Raja
50 – 80
7.
Pulau Popaya
50 – 80
8.
Teluk Kwandang
10 -20
9.
TPI Tilamuta
10
10.
Torsiaje
10
11.
Pantai Massa
12.
Taman Laut Olele
15 -30 58
Sumber: Balihristi, 2009
Gambar 2.16. Kondisi terumbu karang Teluk Tomini di Provinsi Gorontalo
II- 47 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Kondisi terumbu karang di sekitar pulau-pulau masih relatif baik dibandingkan dengan di daerah pesisir yang berdekatan dengan massar daratan utama. Kondisi karang di Pulau Payunga dan Pulau Saronde misalnya, menunjukkan kondisi karang yang termasuk sedang dengan tingkat penutupan karang hidup berkisar 30-60%. Kondisi karang di teluk Kwandang tingkat sedimentasinya relatif cukup tinggi. Hal ini menunjukkan nilai penutupan karang hidup yang relatif rendah sekitar 10-20%.
Terumbu Karang di Laut Sulawesi Terumbu karang di Bagian Utara Provinsi Gorontalo yaitu yang berada di Laut Sulawesi terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu terumbu karang tepian (fringing reef) dan terumbu karang cincin (atol). Terumbu karang di bagian timur mencakup wilayah sekitar Pelabuhan Kwandang. Jenis terumbu karang yaitu terumbu karang tepian (fringing reef). Terumbu karang tersebar di pantai pulau-pulau yang ada di sebelah utara Pelabuhan Kwandang maupun di sepanjang pantai daratan Pulau Sulawesi. Terumbu karang antara lain terdapat di pulau-pulau (lito): Botubotuo, Limboso-1, Limboso 2, Kamposo, Manggala, Bohu, Otilade, Saaronde, Bogisa, Mohinggito, Huliahu Daa, Huliahu Bunggu, dan Huha. Selain terumbu karang terdapat pula material pasir dalam sebaran sedang dan lamun (seagrass) dalam sebaran relatif sedikit. Berdasarkan sebaran pasir yang merupakan pecahan karang yang hanya sedang, maka diperkirakan kondisi terumbu karang di wilayah ini relatif sedang hingga baik. Terumbu karang di utara bagian barat mencakup wilayah di utara Bolontio Barat. Jenis terumbu karang terdiri atas terumbu karang tepian dan terumbu karang cincin. Terumbu karang tepian tersebar di sepanjang pantai daratan Pulau Sulawesi dalam luasan relatif sempit. Adapun terumbu karang cincin (atol) dijumpai jauh dari pantai sebanyak 2 buah. Material pasir yang cukup luas terdapat di sekitar atol tersebut, sedangkan lamun (seagrass) dalam jumlah relatif sedikit. Di sekitar karang dekat dengan pantai hampir tidak terdapat lamun. Hal ini karena laut di sekitar pantai tersebut cukup curam dan dalam. Secara umum kondisi terumbu karang di wilayah utara bagian barat ini relatif masih baik.
I- 48 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Table 2.17 Status Mutu Air Laut di Perairan Terumbu Karang di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2010 Titik
Lokasi
Pantau
TPK 2
TPK 3
Desa Bajo Tilamuta Kab. Boalemo Pantai Wisata Olele Kab. Bone Bolango
Status Mutu Air Nilai IP
Ket
6,3576
Cemar Sedang
8,03
Cemar Sedang
Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003 Hutan Mangrove Kondisi ekosistem mangrove mengalami nasib yang sama dengan terumbu karang. Pengamatan penutupan tajuk dan kerapatan pohon mangrove di beberapa lokasi pemantauaan di Gorontalo menunjukkan kondisi hutan mangrove mengalami perusakan. Sebagian dari wilayah Provinsi Gorontalo diarahkan untuk kawasan hutan mangrove. Kawasan hutan mangrove ditetapkan berdasarkan penyebaran hutan mangrove saat ini ditambah dengan areal-areal yang dinilai baik ditumbuhi mangrove. Tahun 2010, berdasarkan SK Menhut No 325 Tahun 2010 Hutan Mangrove di Provinsi Gorontalo seluas 13.645 ha. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa pantai selatan Provinsi Gorontalo masih memiliki kondisi hutan mangrove yang relatif baik, dimana jenis yang paling dominan adalah xylocarpus sp dan Rhizopora mucronata. Berdasarakan hasil kajian kerapatan jenis untuk tingkat pohon adalah 10.294 ind/ha. Jenis-jenis mangrove lainnya yang ditemukan adalah Ceriops, Brugeria gymnorhiza, Excocaria, Rhizopora stylosa, Rhizopora apiculata, Avicennia marina, dan Avicennia alba. Plot kawasan hutan mangrove ini selain dikaitkan dengan kebutuhan konservasi dan sejalan dengan rencana pengembangan tambak. Kawasan hutan mangrove terutama menyebar di wilayah pantai selatan Kabupaten Boalemo seluas 2.412 ha, di Kabupaten Pohuwato 7.786 ha dan sebagian di pantai Utara Kabupaten Gorontalo seluas 3.447 ha. Luas total area hutan mangrove di seluruh Gorontalo sekitar 13.645 ha. Kawasan mangrove ini sangat penting untuk mendukung pengembangan
perikanan tambak yang akan menjadi salah satu andalan
perekonomian Provinsi Gorontalo. Kawasan mangrove ini juga diperlukan untuk menjaga kelestarian potensi wilayah pantai dan meredam proses abrasi pantai. II- 49 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Kondisi mangrove di daerah Kwandang masih relatif baik khususnya pada kawasan green belt, walaupun sebagian telah dibabat menjadi tambak. Masyarakat setempat juga masih memanfaatkan pohon bakau sebagai bahan bangunan untuk rumah, pagar dan juga digunakan sebagai kayu bakar. Beberapa daerah seperti di Kecamatan Anggrek, masyarakat juga telah mencoba untuk melakukan penanaman magrove dari jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi kawasan pesisir yang dulu mangrovenya telah dibabat. Dampak aktivitas pembangunan di kawasan pantai utara ini perlu diantisipasi agar tidak selalu mengorbankan ekosistem pesisir yang ada. Di Kecamatan Tilamuta, kondisi sebagian besar mangrove yang masih tersisa masih dalam kondisi baik, walaupun sudah mengalami pembabatan pada beberapa daerah. Jenis yang paling dominan adalah jenis Rhizophora mucronata, yang secara nyata melindungi kawasan pantai dari hempasan gelombang yang kemungkinan menyebabkan abrasi. Kondisi mangrove di Torsiaje juga masih relatif baik khususnya pada kawasan green belt, walaupun sebagian telah dibabat menjadi tambak. Masyarakat setempat juga masih memanfaatkan pohon bakau sebagai bahan bangunan untuk rumah, pagar dan juga digunakan sebagai kayu bakar. Kondisi mangrove di Pantai Utara juga sebagian masih relatif baik, namun pembukaan tambak nampaknya semakin meluas dan perlu segera diatur dengan kebijakan yang ketat agar tidak menyebabkan kerusakan yang semakin parah. Jenis manggrove yang dominan di pantai utara adalah Rhizophora apiculata dan Aegiceras corniculatum. Beberapa daerah seperti di Kecamatan Anggrek, masyarakat juga telah mencoba untuk melakukan penanaman magrove dari jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi kawasan pesisir yang dulu mangrovenya telah dibabat. Dampak aktivitas pembangunan di kawasan pantai utara ini perlu diantisipasi agar tidak selalu mengorbankan ekosistem pesisir yang ada.
I- 50 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Table 2.18. Status Mutu Air Laut di Perairan Ekosistem Mangrove di Kawasan Teluk Tomini 2010 Titik Pantau
TPM 5
Lokasi
Desa Lamu Botumoito Kab.
Status Mutu Air Nilai IP
Ket
7,96638
Cemar Sedang
7,0592
Cemar Sedang
Boalemo TPM 6
Desa Bajo Torosiaje Kab. Pohuwato
Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003
Padang Lamun Padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan dasar pasir dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa Alismatales yang beradaptasi di air asin. Padang lamun hanya dapat terbentuk pada perairan laut dangkal (kurang dari tiga meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari perairan (selalu tergenang). Ia dapat dianggap sebagai ekosistem antara ekosostem mangrove dan terumbu karang. Lamun (sea grass) adalah tumbuhan berbunga yang telah menyesuaikan diri hidup di bawah permukaan air laut. Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya seperti pita dan berakar jalar. Tunas-tunas tumbuh dari rhizoma, yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut. Secara umum, kondisi pada lamun di Provinsi Gorontalo masih tergolong cukup baik, terutama di daerah pulau-pulau dimana kondisi kualitas airnya masih relatif baik. Misalnya di Pulau Payunga dan Pulau Saronde, ditemukan ada beberapa jenis vegetasi lamun yang termasuk dalam kondisi yang sangat baik, yang pada umumnya didominasi oleh Enhalus dan Thallasia. Di Pulau Saronde juga ditemukan jenis Cymodocea serrulata. Di Desa Bajo dan di Desa Torsiaje ditemukan padang lamun dalam bentuk hamparan yang cukup luas dengan kerapatan yang masih relatif baik. Namun demikian pada lokasi seperti teluk di Kwandang dan sekitar TPI Tilamuta kondisi II- 51 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO padang lamunnya sudah termasuk kategori jelek dengan kepadatan rendah. Suspensi parikel-partikel yang cukup tinggi di perairan pada kawasan ini bukan hanya mengurangi tingkat kecerahan perairan, tetapi juga secara langsung menutupi permukaan daun vegetasi lamun sehingga menyebabkan lamun tersebut mengalami kematian atau tidak bisa berkembang dengan baik.
Table 2.19. Status Mutu Air Laut di Perairan Padang Lamun di Kawasan Teluk Tomini 2010 Titik
Lokasi
Pantau
TPL 2
Desa Bajo Tilamuta Kab.
Status Mutu Air Nilai IP
Ket
6,7766
Cemar
Boalemo TPL 3
Sedang 6,552
Pantai Wisata Bolihutuo
Cemar
Kab. Boalemo
Sedang
Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003
Status Mutu Air Laut Teluk Tomini Kualitas lingkungan pesisir laut Teluk Tomini juga sangat dipengaruhi oleh kondisi kualitas lingkungan DAS yang ada di sekitarnya. Hasil pemantauan kualitas air laut di wilayah Teluk Tomini di Provinsi Gorontalo tahun 2008 menunjukkan bahwa Jumlah Coliform total untuk lokasi Pelabuhan Kota Gorontalo sebesar 2500 MPN/100 mL, nilai tersebut melebihi baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk perairan pelabuhan yaitu 1000 MPN/100 mL. Konsentrasi DO di lokasi Muara Sungai Bone, daerah wisata olele dan di muara Sungai Paguyaman yaitu masing-masing 4,8 mg/L, 4,5 mg/L dan 4,5 mg/L, tidak memenuhi baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk wisata bahari yaitu > 5 mg/L. Konsentrasi BOD di masing-masing lokasi tersebut adalah 11,5 mg/L, 12,5 mg/L dan 10,5 mg/L, dimana nilai-nilai tersebut I- 52 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
diatas baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk wisata bahari yaitu 10 mg/L. Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai pH berkisar 7,5 – 7,8, warna 5,5 – 16,7, kekeruhan 2,5 – 3,8 dan TSS 17,5 – 19,5 mg/L, tetapi nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (pH=6,5 – 8,5, warna = 30 mg/L, kekeruhan = 5 dan TSS = 5 mg/L). Nilai TSS erat kaitannya dengan kekeruhan, untuk lokasi titik 5 yang mempunyai nilai TSS tinggi (19,5 mg/L) ternyata mempunyai nilai kekeruhan 3,8 NTU. Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai pH berkisar 7,5 – 7,8, warna 5,5 – 16,7, kekeruhan 2,5 – 3,8 dan TSS 17,5 – 19,5 mg/L, tetapi nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (pH=6,5 – 8,5, warna = 30 mg/L, kekeruhan = 5 dan TSS = 5 mg/L). Nilai TSS erat kaitannya dengan kekeruhan, untuk lokasi titik 5 yang mempunyai nilai TSS tinggi (19,5 mg/L) ternyata mempunyai nilai kekeruhan 3,8 NTU.
Gambar 2.18 Lokasi-Lokasi Pemantauan Kualitas Air Laut di Kawasan Pesisir Laut Teluk Tomini yang terdapat di Provinsi Gorontalo
II- 53 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai pH berkisar 7,5 – 7,8, warna 5,5 – 16,7, kekeruhan 2,5 – 3,8 dan TSS 17,5 – 19,5 mg/L, tetapi nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (pH=6,5 – 8,5, warna = 30 mg/L, kekeruhan = 5 dan TSS = 5 mg/L). Nilai TSS erat kaitannya dengan kekeruhan, untuk lokasi titik 5 yang mempunyai nilai TSS tinggi (19,5 mg/L) ternyata mempunyai nilai kekeruhan 3,8 NTU. Konsentrasi DO dan BOD di semua lokasi di daerah wisata bahari terdeteksi. Kadar DO terendah dan BOD 5 tertinggi adalah di lokasi titik 3, 4 dan 5 dengan kadar DO berkisar antara 4.5 mg/L sampai 4.8 mg/L dan kadar BOD 5 berkisar antara 10.5 mg/L sampai 12.5 mg/L. Konsentrasi DO untuk lokasi tersebut tidak memenuhi persyaratan baku mutu yaitu > 5 mg/L dan konsentrasi BOD untuk ke 3 lokasi tersebut diatas baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 10 mg/L.
Table 2.20. Status Mutu Air Laut di Perairan Kawasan Pelabuhan di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2010 Titik
Lokasi
Pantau
TPP 2
Pelabuhan Kota
Status Mutu Air Nilai IP
Ket
1,6439
Cemar
gorontalo TPP 3
Ringan 1,9481
Pelabuhan TPI
Cemar
Tilamuta Kab.
Ringan
Boalemo Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003
I- 54 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Table 2.21. Status Mutu Air Laut di Perairan Wisata Bahari di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2010 Titik
Lokasi
Pantau
TPW 2
Status Mutu Air Nilai IP
Pantai Wisata Olele
6,3265
Kab. Bone Bolango TPW 3
Pantai Wisata Bolihutuo Kab. Boalemo
Ket Cemar Sedang
6,356 Cemar Sedang
Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003
F. IKLIM Untuk kepentingan pengembangan wilayah, semua faktor iklim, khususnya hujan, suhu, angin dan kelembaban udara, adalah penting. Namun, karena keterbatasan data yang diperoleh dari stasiun-stasiun yang ada di Provinsi Gorontalo, maka uraian kondisi iklim (sebagai potensi dan pembatas) terutama hanya didasarkan pada informasi curah hujan. Klasifikasi iklim yang didasarkan atas data curah hujan diperoleh dari sumber yang telah ada. Menyangkut klasifikasi iklim ini, pada tempat tertentu, terutama di sekitar Kota Gorontalo informasi yang diperoleh dinilai akurat, karena data diperoleh dari banyak stasiun-stasiun yang tersebar cukup merata. Namun, di bagian lain dari provinsi, karena data yang tersedia lebih sedikit, perlu diinterpretasi secara lebih hati-hati. Meskipun demikian, informasi yang diperoleh tetap dapat memberi gambaran kondisi iklim secara makro, yang untuk kepentingan penentuan penataan ruang tingkat wilayah provinsi dianggap cukup memadai. Berdasarkan peta iklim Oldeman dan Darmiyati, Provinsi Gorontalo secara rata-rata beriklim yang relatif kering. Wilayah terkering (iklim E2 dengan rata-rata kurang dari 3 bulan per tahun bercurah hujan lebih dari 200 mm) meliputi seluruh kawasan pantai selatan Kabupaten Boalemo dan sebagian Kota Gorontalo. II- 55 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Sementara, wilayah yang relatif lebih basah (iklim C1 dan C2, dengan 5 sampai 6 bulan basah per tahun) ditemukan di sepanjang wilayah Utara Provinsi Gorontalo. Iklim memberi implikasi signifikan pada perumusan kebijakan alokasi penggunaan ruang, misalnya dalam penentuan kawasan lindung dan budidaya serta kebijakan pengelolaan sumberdaya alam. Untuk kabupaten-kabupaten di Provinsi Gorontalo, kebijakan pengelolaan sumberdaya air, misalnya, adalah aspek yang harus mendapat prioritas tinggi. Jika hasil optimal dan berkesinambungan hendak dicapai, rumusan kebijakan ini harus menjadi dasar bagi arah pengembangan wilayah. Data suhu udara rata-rata bulanan di Provinsi Gorontalo berkisar antara 24,9 37,7OC. Gorontalo Utara adalah daerah yang mengalami suhu rata-rata lebih tinggi dibanding daerah lain.
Gambar 2.19. Suhu rata-rata di Provinsi Gorontalo 2010 (Sumber: Stasiun Meteorologi Bandara Gorontalo, 2010)72 – 269 Curah hujan bulanan rata-rata selama tahunJalaludin, 2010 berkisar antara
mm. Curah hujan bulanan maksimum antara 112 – 336 mm sedangkan curah hujan bulanan minimum antara 1 – 169 mm. Berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo, curah hujan untuk periode 5 (lima) tahun terakhir, yaitu dari tahun 2005 hingga 2009 berkisar antara 1.226 – 2.289mm/tahun, dengan hari hujan per tahun berkisar 157 – 248 hari hujan, dengan rata-rata curah hujan 126,5 mm/tahun dan 15 hari hujan.
I- 56 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Gambar 2.20. Curah hujan di Provinsi Gorontalo 2010 (Sumber: Stasiun Meteorologi Bandara Jalaludin, Gorontalo, 2010)
Menurut klasifikasi iklim yang dikemukakan Schmidt Fergusson diperoleh nilai Q (perbandingan rata-rata bulan kering dengan bulan basah) sebesar 25 % sehingga daerah ini termasuk tipe iklim B yaitu beriklim basah. Pada tabel 2.25 disajikan data curah hujan dan hari hujan di Provinsi Gorontalo.
G. BENCANA ALAM Wilayah Gorontalo rentan terhadap bencana banjir. Pembukaan areal hutan yang dan perubahan fungsi lahan meningkatkan intensitas banjir. Perubahan bulan musim hujan dan lama waktu musim hujan memberikan pengaruh pada bencana banjir. Lokasi yang biasa mengalami banjir adalah wilayah Kota Gorontalo. Penyebab utama terjadi bencana banjir di Kota Gorontalo adalah sebagian wilayah yang dulunya merupakan area Danau Limboto yang telah dialih fungsikan menjadi pemukiman dan lahan pertanian karena telah mengalami pendangkalan. Padahal Danau Limboto menjadi daerah tanggapan air hujan serta kerusakan dari DAS, ini terlihat dari bentukan delta di muara teluk Gorontalo yang terdapat di Kelurahan Talumolo Kecamatan Kota Timur dan Kelurahan Pohe Kecamatan Kota Selatan. Berkurangnya
lahan
resapan
tanggapan
air
hujan
dikarenakan
pesat
pertumbuhan pembangunan dan masyarakat disekitar aliran sungai untuk mengambil bahan Galian C berupa pasir dan batu kerikil sebagai mata pencahariannya dan juga sistem drainase Kota Gorontalo yang belum terencana secara sistematis dan II- 57 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO menyeluruh serta berbagai aktivitas kota, seperti permukiman, pasar, dan lain-lain terhadap Sungai Bone, Bolango dan Tamalate. Permasalahan lain adalah genangan air yang menggenangi Kota Gorontalo disebabkan oleh luapan banjir dari sungai dan hujan setempat. 1. Akibat luapan banjir dari sungai Tiga buah sungai yang melintasi Kota Gorontalo memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap permasalahan banjir dan genangan di Kota Gorontalo. Akibat banjir di sungai, kawasan-kawasan yang terletak disisi sepanjang sungai-sungai tersebut rawan terkena luapan air, bahkan ada kawasan secara periodik menerima luapan banjir dari sungai. Pada sebagian kawasan permukiman di sisi Sungai Bone, Tamalate dan Bolango telah dibangun talud/tanggul penahan air dengan pintu air yang bisa ditutup tetapi terjadi rembesan air sungai melalui celah-celah sekeliling pintu. 2. Akibat hujan setempat (lokal) Air hujan setempat (hujan di suatu kawasan) merupakan masalah yang relatif mudah diatasi dibandingkan dengan mengatasi akibat luapan banjir dari sungai. Akibat kurang baiknya saluran-saluran drainase, maka hujan lokalpun sudah cukup untuk menimbulkan genangan. Dampak yang ditimbulkan akibat banjir adalah rusaknya beberapa sarana infrastruktur daerah sehingga menyebabkan saluran distribusi mengalami kendala. Disamping itu, harga bahan bangunan yang sebagian besar dipasok dari luar daerah dimana sebelum bencana memang sudah mengalami kenaikan harga, diperkirakan akan terus merambat naik terkait pengerjaan rekonstruksi pembangunan sarana infrastruktur yang rusak baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat. Di bidang energi, distribusi BBM pasca banjir juga mengalami kendala. Pasokan BBM hanya 18,98% dari total kebutuhan BBM Gorontalo dalam keadaan normal, persentase tersebut merupakan rata-rata yang terjadi pada semua jenis BBM yakni 25,78 persen premium; 8,05 persen minyak tanah dan 23,12 persen solar. Kendala dalam pendistribusian ke sejumlah daerah merupakan penyebab kelangkaan dimaksud, karena praktis kendaraan dengan kapasitas diatas 10 ribu ton tidak dapat melalui jalan dan jembatan yang mengalami kerusakan akibat terendam banjir.
I- 58 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Masyarakat menderita penyakit bawaan air, kehilangan harta, kelaparan, dan hilangnya tempat berteduh. Bahkan, banjir di Kota Gorontalo sudah merenggut korban jiwa. Kerugian akibat banjir ini merupakan biaya lingkungan dan sosial mahal yang harus ditanggung masyarakat akibat kesalahan tata ruang yang kian parah. Sedangkan pasca banjir bagi daerah yang terkena banjir seperti wabah penyakit dan rusaknya fasilitas umum serta terkendalanya pendidikan.
Gambar 2.21. Peta daerah rawan banjir di Provinsi Gorontalo. (Sumber: RTRW Prov. Gorontalo 2010-2030)
Bencana banjir yang mulai sering terjadi adalah banjir bandang. Setelah mengalami hujan Setelah banjir reda, bukan tidak mungkin berbagai penyakit menular akan menjangkiti masyarakat seperti demam berdarah, malaria dan diare," pasca banjir biasanya banyak genangan air di lingkungan tempat tinggal masyarakat yang dapat menjadi sarang nyamuk menyebarkan penyakit. Musibah banjir tidak hanya dialami oleh para korban yang rumahnya terendam banji, warga yang rumahnya tidak terendam juga mengalami dampaknya. Di antaranya pemadaman listrik, tidak tersedianya air bersih, dan terbatasnya pasokan makanan. Hal itu terutama dialami oleh warga di seputar banjir. II- 59 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO beberapa jam lalu datang banjir dengan membawa lumpur dan bahkan batang kayu. Hal ini terjadi karena maraknya illegal logging dan perambahan hutan di hulu daerah aliran sungai. Kemampuan tanah dalam menahan air saat musim hujan berkurang sehingga bila terjadi hujan, air kurang meresap ke dalam tanah. Tanah yang sudah mengikat air biasanya ditahan oleh akar-akar pohon sehingga tidak ikut mengalir bersama air permukaan ke hilir. Karena kayu sudah ditebangi maka tanah yang mengandung air ini ikut meluncur ke hilir. Tanah bercampur air menuruni lereng membentuk aliran berlumpur.
Makin ke hilir makin semakin besar sehingga bisa
menimbulkan bencana saat melewati kawasan pemukiman. Pada Bulan Juni 2011 banjir melanda daerah Taludaa dan Tombulilato di Kabupaten Bone Bolango. Beberapa hari kemudian terjadi banjir bandang di Kota Tilamuta dan Dulupi Kabupaten Boalemo. Banjir di Kabupaten Bone Bolango menghanyutkan sebuah jembatan sehingga jalur transportasi di Taludaa putus. Banjir juga menghanyutkan sejumlah rumah dan menelan korban jiwa. Sebuah lubang tambang PETI runtuh dan menimbun beberapa orang pekerja di dalamnya. Banjir bandang melanda Dulupi, Kabupaten Boalemo. Hujan yang terjadi dari waktu subuh mennyebabkan banjir bandang pada jam 11 siang. Air lalu surut pada sekitar jam 2 siang menyisakan lumpur dan batang-batang kayu di areal pemukiman. Banjir bandang melanda Kabupaten Gorontalo tahun 2011 merendam 13
ha dan
menyebabkan 200 KK mengungsi. Banjir di Gorontalo Utara dalam tahun 2011 menyebabkan 564 KK mengungsi dan 4 orang meninggal. Semakin rusaknya daerah hulu sungai yang menjadi are tangkapan air membuat banjir bandang atau banjir sesaat
menjadi fenomena baru di Provinsi Gorontalo.
Oleh karena itu perlu antisipasi yang serius dan bersama antara semua pihak terkait untuk mencegah kejadian bencana di masa yang akan datang.
I- 60 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
A. KEPENDUDUKAN Provinsi Gorontalo adalah Provinsi dengan jumlah penduduk sedikit dibandingkan dengan provinsi lain. Jumlah penduduk Provinsi Gorontalo tahun 2011 mencapai 1,152,494 jiwa. Kabupaten Gorontalo adalah kabupaten yang memiliki penduduk terbanyak dengan jumlah 354857 jiwa atau 30,79% penduduk provinsi, diikuti Kabupaten Pohuwato 123.858 jiwa (18%). Kota Gorontalo berpenduduk 180.127 jiwa, Boalemo 140.034 jiwa, Pohuwato.049 jiwa, Bone Bolango 130.025 jiwa, Gorontalo Utara 118.725 jiwa. Perubahan jumlah penduduk suatu daerah berkaitan dengan perkembangan daerah. Bertambahnya jumlah penduduk berasal dari kelahiran dan masuknya pendatang dari luar daerah. Laju pertumbuhan penduduk rata-rata provinsi Gorontalo 5,71% untuk rentang tahun 2009 – 2010. Sementara tingkat pertumbuhan penduduk tingkat kabupaten berkisar 0,5% - 10,77% per tahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi di Kabupaten Pohuwato dan terendah di Kabupaten Boalemo. dan termasuk kriteria pertambahan penduduk tinggi. Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Gorontalo selama sepuluh tahunan antara tahun 2000 hingga 2010 sebesar 2.28% Daerah kabupaten yang memiliki pertumbuhan penduduk terbesar adalah Kabupaten Boalemo sebesar 3.62 % dan Kabupaten Pohuwato sebesar 3.25%. Kedua Kabupaten ini adalah wilayah transmigrasi di Provinsi Gorontalo. Sementara itu laju pertumbuhan terendah di Kabupaten Gorontalo yaitu hanya sebesar 1.40%. Kota Gorontalo merupakan daerah paling padat penduduknya dengan laju pertumbuhan penduduknya sebesar 2.93%. Laju pertumbuhan penduduk yang besar berbanding lurus terhadap tingkat kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk Provinsi Gorontalo pada tahun 2010 mencapai 85 jiwa/km2. Pada tingkat kabupaten, kepadatan penduduk berkisar 30 jiwa per km2 di Kabupaten Pohuwato sampai 2870 jiwa/km 2 di Kota Gorontalo. Meskipun laju pertumbuhan tertinggi di Kabupaten Pohuwato tapi memiliki wilayah paling luas sehingga masih memiliki kepadatan penduduk yang rendah. III- 1 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Jika dilihat dari jenis kelamin, penduduk Provinsi Gorontalo lebih banyak lakilakinya dengan sex ratio 100,71. Ini artinya laki-laki di Gorontalo lebih banyak 0,71% dibanding jumlah perempuan. Kelebihan jumlah penduduk laki-laki tertinggi di Kabupaten Boalemo yang memiliki sex ratio sebesar 103,91. Sedangkan Kota Gorontalo memiliki laki-laki lebih sedikit dari pada perempuan dengan sex ratio 96,12. Perubahan jumlah penduduk perubahan karena adanya proses kelahiran-kematian dan migrasi penduduk masuk atau keluar pada suatu daerah. Meningkatnya proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan dapat berarti bahwa penduduk berbondong-bondong pindah dari perdesaan ke perkotaan, atau dengan kata lain penduduk melakukan urbanisasi. Secara
demografis
sumber
pertumbuhan
penduduk
perkotaan
adalah
pertambahan penduduk alamiah, yaitu jumlah orang yang lahir dikurangi jumlah yang meninggal; migrasi penduduk khususnya dari wilayah perdesaan (rural) ke wilayah perkotaan (urban); serta reklasifikasi, yaitu perubahan status suatu desa (lokalitas), dari lokalitas rural menjadi lokalitas urban, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Sensus oleh Badan Pusat Statistik. Dalam kurun waktu 2005-2010, pertambahan penduduk alamiah berkontribusi sekitar sepertiga bagian sedangkan migrasi dan reklasifikasi memberikan andil dua per tiga kepada kenaikan jumlah penduduk perkotaan di Provinsi Gorontalo. Dapat dilihat bahwa migrasi masih menjadi faktor utama pertumbuhan penduduk perkotaan di Provinsi Gorontalo. Kegiatan perekonomian berupa industri dan jasa di kota-kota tersebut semakin berorientasi pada perekonomian global. Hal ini telah mendorong perkembangan fisik dan sosial ekonomi kota, namun semakin memperlemah keterkaitannya dengan ekonomi lokal, khususnya ekonomi perdesaan. Dampak yang paling nyata hanyalah meningkatnya permintaan tenaga kerja, yang pada gilirannya sangat memacu laju pergerakan penduduk dari desa ke kota. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertambahan penduduk di daerah surplus atau daerah perkotaan lebih besar dari pada di daerah minus atau daerah pedesaan. Pertambahan penduduk ini sangat dipengaruhi oleh adanya urbanisasi penduduk. Banyaknya faktor pendorong dan faktor penarik dari kota menyebabkan peningkatan urbanisasi yang cukup signifikan setiap tahunnya. Pertambahan penduduk di kota ini juga
III- 2 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
menyebabkan peningkatan angka kelahiran sehingga penduduk di kota semakin meningkat. Distribusi penduduk menurut usia mengalami perubahan dari tahun 2009. Jumlah penduduk laki-laki umur dibawah 20 tahun untuk lima kabupaten 169.322 orang, sedangkan jumlah penduduk perempuan umur dibawah 20 tahun untuk lima kabupaten 159.882 orang. Sementara itu jumlah penduduk laki-laki umur diatas 40 tahun untuk lima kabupaten 114.098 orang, sedangkan jumlah penduduk perempuan umur diatas 40 tahun untuk lima kabupaten 113.425 orang. Jika dibandingkan dengan data tahun 2009 terjadi kenaikan jumlah penduduk usia dibawah 20 tahun baik laki-laki maupun perempuan, yaitu 153.998 jumlah penduduk laki-laki dan 146.889 orang penduduk perempuan umur dibawah 20 tahun untuk lima kabupaten. Sedangkan rasio laki-laki disbanding perempuan masih lebih banyak laki-laki pada rentang usia dibawah 20 tahun maupun diatas 40 tahun. Dilihat dari ketenagakerjaan, penduduk Provinsi Gorontalo tahun 2011 yang berumur 15 tahun keatas sebesar 725.243. Sebesar 465.027 atau sebesar 64.12 persen adalah angkatan kerja. Dari
jumlah tersebut yang menganggur sebesar 19.817 atau
4.26%. Penduduk yang bukan angkatan kerja yaitu penduduk yang mengurus rumah tangga, bersekolah dan lainnya 260.216 atau 35.88 persen%. Pendidikan sebagai salah satu titik berat pembangunan di Gorontalo, difokuskan kepada pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, terutama penduduk kelompok usia sekolah (umur 7-24 tahun). Fasilitas pendidikan yang layak dibangun untuk menunjang peningkatan mutu pendidikan. Berdasarkan data yang dirilis Dinas Pendidikan Provinsi Gorontalo tahun 2012, di Provinsi Gorontalo terdapat 589 sekolah Taman Kanak-Kanak, 969 Sekolah Dasar (SD) sederajat, 354 Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat, 96 Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat, dan 15 buah Perguruan Tinggi, baik negeri maupun swasta. Jumlah penduduk berusia sekolah pendidikan dasar (7-15 tahun) 183.658 orang. Sedangkan jumlah sekolah dasar dan tingkat menengah pertama yang tersedia baru 1323 buah atau Rasio Ketersediaan Sekolah/ Penduduk Usia Sekolah * 10.000 adalah 72,04. Ini sama artinya dengan rata-rata setiap sekolah melayani 138 orang anak usia sekolah. Semntara itu jumlah penduduk usia sekolah pendidikan menengah (16-18 tahun) sebanyak 57.452 orang yang dilayani oleh 127 buah sekolah menengah (setara SLTA). III- 3 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Sehingga Rasio Ketersediaan Sekolah/ Penduduk Usia Sekolah * 10.000 adalah 22,11 atau setiap sekolah rata-rata melayani 452 orang. Saat ini di Provinsi Gorontalo terdapat 15 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang tersebar di keenam kabupaten kota. Jumlah mahasiswa terdaftar mencapai 34.528 orang yang dilayani oleh 2.305 tenaga dosen dan karyawan.
B. PERMUKIMAN Menurut UU No. 1 Tahun 2011 Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian adan tempat
kegiatan
yang
mendukung perikehidupan
dan
penghidupan.
Sedangkan
permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahanyang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum,serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Definisi perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan,yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Rumah-rumah penduduk di Gorontalo memiliki beragam bentuk dan model mengikuti perkembangan zaman. Kita masih menemukan rumah asli daerah yang berupa rumah panggung dari kayu khas Gorontalo. Sebagian rumah panggung ini dikombinasikan dengan batu bata membentuk rumah semi permanen. Di daerah pedesaan masih banyak ditemukan hunian kurang layak. Rumah ini berdinding anyam bambu dan beratap daun rumbia atau kelapa, sebagian masih berlantai tanah. Kelayakan hunian berkaitan dengan tingkat penghasilan. Hunian kurang layak dan tidak layak dimiliki oleh masyarakat golongan miskin. Data keluarga miskin dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Gorontalo dapat digunakan untuk memprediksi jumlah hunian kurang layak karena kelayakan rumah merupakan salah satu indikator dalam penetapan keluarga miskin. Jumlah keluarga miskin di Gorontalo menurut BPMD sebanyak 67.250 Kepala Keluarga atau 24,87% dari total 270.366 kepala keluarga. III- 4 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Jumlah terbanyak yakni 59,54% dari keluarga miskin ini berada di Kabupaten Boalemo. Jika dilihat dari tingkat kemiskinan maka rumah tangga kategori miskin mencapai 41,37% dan miskin kronis sejumlah 13,76%. Sedangkan menurut jumlah jiwa maka persentase penduduk miskin tahun 2011 adalah 18,75 % dengan jumlah penduduk miskin 198.270 jiwa. Jika dibadingkan dengan tahun 2010, terjadi penurunan dari 23,19 % dengan jumlah penduduk miskin 209.886 jiwa. Pemukiman yang layak ditunjang oleh tersedianya sumber air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat Gorontalo dipasok dari air sumur, air hujan, sumur bor, sumur suntik, dan jaringan pipa PDAM. Air PDAM digunakan terutama oleh masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan dan daerah di pinggiran kota. Jumlah konsumen PDAM seluruh Provinsi Gorontalo 28.504 unit sambungan pada tahun 2009. Sambungan terbanyak di Kota Gorontalo 16.766 unit. Menurut Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo, rumah tangga tersambung air minum perpipaan telah mencapai 62,5% dari seluruh pada tahun 2011. Pemukiman yang memadai juga harus memiliki sanitasi yang layak. Jumlah rumah tangga yang mendapat layanan angkutan sampah oleh intansi kebersihan terdata 6566 rumah tangga. Layanan ini utama di Kota Gorontalo. Berkembangnya jumlah penduduk juga meningkatkan volume sampah dari aktivitas sehari-hari. Jumlah timbulan sampah domestik se-Provinsi Gorontalo diperkirakan mencapai 3.120,49 m 3 per hari. Sampah di pedesaan dan daerah yang tidak terjangkau layanan Dinas Kebersiham masih dibuang, ditimbun dan dibakar di area terbuka. Provinsi Gorontalo sudah membangun Kawasan Idustri Pengelolaan Sampah (KIPS) di Talumelito Kabupaten Gorontalo. Direncanakan KIPS ini akan melayani sampah dari Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo. Saat ini KIPS Talumelito sudah memiliki Badan Pengelola. Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo jumlah rumah tangga yang memiliki jamban baru 45.85%. Sedangkan untuk tingkat Kabupaten jumlah rumah tangga yang memiliki jamban paling rendah di Bone Bolango sebanyak 31,18%, di Gorontalo Utara 35,78%, di Kabupaten Gorontalo 36,63%, di Pohuwato 50,82%, di Boalemo 56,31%, dan di Kota Gorontalo 91,51%. Dengan demikian masih banyak masyarakat yang buang air besar sembarangan. Masyarakat yang tinggal di pinggir sungai umumnya buang air besar III- 5 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO langsung ke sungai, Hal ini dapat dilihat dari tingkat pencemaran bakteri coli tinja di sungai-sungai yang dipantau.
C. KESEHATAN Fasilitas kesehatan yang memadai dibangun untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan bersih. Di Provinsi Gorontalo terdapat 6 (enam) Rumah Sakit Pemerintah dan 3 (tiga) Rumah Sakit Swasta. Ditingkat Kecamatan disediakan dengan adanya keberadaan Puskesmas kurang lebih 83 buah. Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan di Provinsi Gorontalo pada tahun 2011 adalah 249,7 per 100.000 kelahiran hidup. AKI menurun setiap tahunnya dari 309.8 pada tahun 2007, kemudian 267,9 pada tahun 2008, dan menjadi 177 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Angka ini masih dua kali lipat lebih dibandingkan dengan target MDGs yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Gorontalo juga mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2011 Angka Kematian Bayi (AKB) 15,3 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2007 kasus kematian bayi mencapai 26,3 per 1000 kelahiran hidup dan terus mengalami penurunan sampai pada tahun 2010 AKB menjadi 12,9 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan target MDGs yakni 23 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi). Pada tahun 2011 AKABA Provinsi Gorontalo sebesar 18,0 per 1000 kelahiran hidup. Perkembangan AKABA Provinsi Gorontalo cenderung mengalami kenaikan berfluktuasi. Hal ini terlihat AKABA pada tahun 2007 sebesar 15,4 per 1000 kelahiran hidup meningkat menjadi 17,2 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2008, meningkat kembali menjadi 19,2 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2009, dan menurun 17,4 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Penyakit yang paling banyak diderita masyarakat Provinsi Gorontalo tahun 2011 adalah diare mencapai 34,427 diikuti sakit gigi 3,563 selebihnya berupa penyakitIII- 6 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
penyakit lainnya. Indikator angka kesakitan / Morbiditas adalah TBC, HIV/AIDS, Malaria dan penyakit Demam Berdarah (DBD). Angka kesembuhan Untuk Kasus TBC di Gorontalo 91,6 % di tahun 2011 meningkat dari tahun 2007
yang 86,0 %, disamping jumlah
penderita baru yang ditemukan meningkat menjadi 79,6% pada tahun 2011 dibanding 60% penemuan kasus baru pada tahun 2007. Angka kesakitan Diare tertinggi terjadi di Kabupaten Gorontalo Utara sebanyak 37,7 per 1000 penduduk dan terendah di Kabupaten Boalemo sebanyak 13,8 per 1000 penduduk. Sedangkan kejadian penyakit malaria tertinggi di Kabupaten Gorontalo sebanyak 3,53 per 1000 penduduk sudah dibawah target nasional sebanyak 10,6 per 1000 penduduk Kejadian penyakit DBD paling tinggi terdapat di Kota Gorontalo yaitu dengan angka kesakitan 14 per 100.000 pendudukdan terendah di Kabupaten Pohuwato tdk ada kasus DBD. Jumlah Penderita HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo meningkat, dari Tahun 2010 sebanyak 62 kasus meningkat menjadi 80 kasus pada tahun 2011. Sementara itu jumlah rumah sakit di Provinsi Gorontalo 11 buah dengan jumlah total tempat tidur sudah mencapai 638 buah. Rumah sakit terbesar saat ini adalah RS Aloei Saboe dengan kapasitas 198 tempat tidur. Dengan asumsi setiap tempat tidur menghasilkan 3,2 kg sampah rumah sakit dan 416,8 liter limbah cair setiap hari, maka rata-rata rumah sakit menghasilkan 2,04 ton sampah dan 265,92 limbah cair setiap harinya.
D. PERTANIAN Gorontalo merupakan daerah pertanian yang penting di Sulawesi. Bahkan tanaman jagung sudah menjadi ikon Provinsi Gorontalo di tingkat nasional. Sektor pertanian menjadi pemenuh kebutuhan pangan dan berperan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui nilai tambah hasil produksi pertanian. Dari seluruh luas lahan di Provinsi Gorontalo 1,22 juta Ha yang menjadi lahan potensial untuk pertanian menurut Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo mencapai 427.602 Ha.
Lahan pertanian ini mencakup lahan kering dan lahan basah baik yang sudah III- 7 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO difungsikan maupun yang belum diusahakan.
Luas lahan pertanian yang sudah
difungsikan sebesar 123.464,7 ha. Luas areal sawah sebanyak 30.859 ha. Sebanyak 8,5% merupakan sawah 1 kali tanam setahun, lalu 82,3% tanam 2 kali, dan sisanya tidak ditanami atau tidak diusahakan. Dilihat dari system irigasinya, 47,5% besar sawah mendapatkan irigasi teknis, 21% setengah irigasi teknis, sisanya irigasi non teknis dan tadah hujan. Hasil panen padi sawah tahun 2011 mencapai 273.921 ton. Panen paling banyak dihasilkan oleh Kabupaten Gorontalo mencapai 42% dari produksi total diikuti oleh Boalemo 14% dari produksi total. Produksi hasil pertanian di Gorontalo masih didominasi oleh jagung dengan luas panen mencapai 135.754 hektar. Hasil produksi jagung di Provinsi Gorontalo tahun 2011 mencapai 605.781 ton. Produksi terbanyak di Kabupaten Pohuwato dengan 326.142 ton dan Kabupaten Boalemo yaitu 140.653 ton. Kedua kabupaten ini memiliki lahan pertanian jagung paling luas. Produksi jagung ini turun jika dibanding tahun 2010 dimana luas panen mencapai 143.833 ha dan produksi 677.193 ton. Sedangkan untuk perkebunan, produksi kelapa dengan luas lahan mencapai 68.284 hektar dan jumlah produksi sebesar 62.338 ton. Kemudian tebu dengan lahan seluas 7.329 hektar dan produksi mencapai 29.926 ton. Selain itu produksi kacang kedelai 2.156 ton, ubi kayu 2.674 ton dan kacang hijau sebanyak 230 ton. Sementara itu tanaman sayur dan rempah paling banyak dihasilkan adalah cabe rawit yaitu 14690 ton diikuti oleh tomat 3522 ton dan 1835 terung. Buah-buahan yang utama dihasilkan meliputi Pisang, mangga dan papaya. Tercatat produksi pisang mencapai 2945 ton, mangga 1247 ton dan papaya nangka 327 ton.
III- 8 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Gambar 3.1 Buah lokal dan impor di kios pinggir jalan di salah satu sudut Kota Gorontalo. Perkebunan yang utama di Provinsi Gorontalo adalah kelapa dan tebu. Produksi kelapa pada tahun 2011 sebanyak 49719 ton dan produksi tebu 280.443,65 ton. Untuk meningkatkan hasil pertanian, diperlukan ketersediaan sarana penunjang pertanian seperti ketersediaan pupuk yang cukup. Jenis pupuk yang disalurkan kepada petanai dan perkebunan mencakup urea, superfosfat, ZA, NPK, dan organik. Jumlah total pupuk yang disalurkan selama tahun 2010 mencapai 23.129,1 ton. Pupuk terbanyak yang digunakan masih urea mencapai 71,29% dan NPK 24,8%. Harapan agar memasyarakatkan penggunaan pupuk organic masih perlu upaya keras karena pengguanaan pupuk organik baru mencapai 1,2% dari total pupuk yang disalurkan. Disamping berbagai produk pertanian diatas, Gorontalo juga berpotensi untuk pengembangan peternakan dan perikanan, baik perikanan tangkap maupun budidaya. Menurut Dinas Peternakan dan Perkebunan Provinsi Gorontalo jumlah sapi potong di Gorontalo sebanyak 192.066 ekor dan produksi daging sapi 3.984.995 kg/th. Ternak lain adalah kambing,babi,kuda,ayam kampung (buras), ayam ras (pedaging dan petelur), dan itik. Untuk populasi ternak tahun 2011, ayam kampung 964.000,- ekor, ternak ayam petelur 132.000 ekor, ternak ayam pedaging 240.000 ekor dan ternak itik berjumlah 56,907 ekor. Ternak unggas yang dominan dikembangkan adalah ayam kampung dengan III- 9 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO populasi mencapai 62%, diikuti ayam pedaging sebanyak 17% dari total unggas peliharaan. Pencemaran yang timbul dari aktivitas pertanian dan peternakan terutama dalam bentuk emisi gas rumah kaca. Dari luas lahan sawah, diperkirakan sumbangan emisi gas metana yang timbul sejumlah
43.460 ton per tahun. Sedankgan dari hewan ternak
timbulan gas metana adalah
E. INDUSTRI Perusahaan yang bergerak di bidang industri di Gorontalo meliputi skala kecil, menengah dan besar. Jumlah perusahaan industry skala menengah besar menurut data Dinas Perindustrian Provinsi Gorontalo tahun 2009 berjumlah 23 buah. Bidang usaha yang dikelola meliputi pengolahan jagung, kelapa sampai pertambangan emas. Sedangkan idustri yang berskala kecil tercatat 16 perusahaan dengan bidang usaha mencakup industri meubel, nata de coco, minyak sawit sampai air minum kemasan. Belum ada data tentang jumlah emisi pencemaran dari industri yang ada baik skala besar maupun skala kecil. Perusahaan yang tergolong besar dan menengah adalah Perusahaan Gula Gorontalo Tolangohula. Perusahaan ini memiliki luas lahan tebu 1468 ha dengan produksi mencapai 280 ribu ton gula. Perusahaan Multi Nabati Sulawesi yang berlokasi di Kabupaten Pohuwato memproduksi minyak kelapa. Sedangkan di Isimu Kabupaten Gorontalo terdapat perusahaan PT. Isimu Utama raya memproduksi tepung kelapa. Pencemaran dari usaha skala menengah dan besar berupa emisi dan limbah cair belum ada data yang tersedia.
F. PERTAMBANGAN Jumlah perusahaan tambang yang terdaftar dan sebagian sudah mendapat izin berjumlah 32 perusahaan. Perusahaan ini memiliki area yang tersebar di 5 wilayah kabupaten. Beberapa perusahaan yang memiliki areal luas diatas 10 ribu hektar adalah III- 10 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
PT. Gorontalo Mineral, PT Rimbunan Nusantara Abadi, PT. Citra Bumi Merindo, PT. Gorontalo Sejahtera Mining, PT. Suma Heksa Sinergi, dan Pertambangan Bumi Indonesia. Jenis bahan galian yang diambil sebagian besar berupa emas, sebagian kecil tembaga dan lainnya batuan. Pertambangan rakyat yang dilakukan secara manual dan tradisional sampai semi mekanik. Berdasarkan data tahun 2009 mencakup luas 898,03 ha pertambangan emas, 96,101 ha pertambangan batuan dan 90,9 ha pertambangan pasir dan kerikil. Area pertambangan
rakyat ini tersebar di
seluruh wilayah provinsi. Sebagian
dari
pertambangan ini terutama pertambangan emas merupakan kegiatan illegal yang dikenal dengan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI). PETI yang utama saat ini berada di Kabupaten Bone Bolango, Pohuwato, dan Gorontalo Utara. Pengolahan bijih dilakukan dengan menggunakan merkuri atau air raksa dan sianida. Limbah cair dari proses pengolahan dibuang langsung ke aliran sungai di dekat penambangan.
Gambar 3.2 Penambang pasir di pinggir bagian hilir Sungai Bone Salah satu lokasi PETI yang berkembang adalah di Motomboto, Suwawa. Disini ada beberapa titik penambangan yang berada dalam kawasan hutan, diantaranya titik bor 15 Untuk mencapai lokasi tersedia ojek dengan ongkos 250.000,00 rupiah per orang. Pada musim kemarau membuat jalanan kering dan berdebu. Bila pada musim hujan jalan akan berlumpur dan sulit dilewati sepeda motor. Desa terakhir yang berbatasan dengan kawasan hutan adalah Desa Mamalia. Kemudian jalan bercabang dua, ke kiri menuju Desa Pinogu dan ke kanan menuju kawasan PETI.
III- 11 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Jalan melewati anak sungai tanpa jembatan dan lebih banyak menanjak. Jalan ini tadinya hanya jalan setapak yang dibuat oleh para penambang untuk menuju kawasan PETI. Sekarang sudah diperlebar sebagai jalan akses PT Gorontalo Mineral, perusahaan pemilik Kontrak Karya pertambangan emas. Tim bertemu dengan tokoh penambang Pak Wange dan Pak Agus. Menurut Kak Agus saat ini terdapat sekitar 7000 orang penambang di kawasan PETI Motomboto. Mereka ada yang bekerja menggali bijih di lubang dan ada yang bekerja di tempat pengolahan. Untuk memproses bijih emas penambang menggunakan tiga metoda, yakni dengan tromol (ball mill), tong (agitated tank leached) dan perendaman (heap leaching). Metoda tromol menggunakan silinder penggiling yang diputar dengan mesin diesel dan batu penghancur serta merkuri untuk mengekstraksi emas dari bijihnya. Sedangkan metoda tong dan perendaman menggunakan sianida sebagai pereaksi untuk mengekstrasi emas dari bijihnya. Perbedaan metoda tong dengan metoda perendaman adalah proses, kapasitas, dan waktu pengerjaan. Tong mampu mengolah bijih dalam skala besar sedangkan metoda perendaman dalam skala kecil. Kapasitas tong yang ditemui memiliki diameter sekitar tiga meter dan tinggi tiga meter. Operasional tong lebih mahal karena proses pengolahan berlangsung dua tahap. Pertama batu bijih dihaluskan dulu dengan penggiling di tromol sekitar 4 sampai 6 jam lalu direndam dalam tong selama tiga hari tiga malam. Sementara itu metoda perendaman memiliki bak penyiraman ukuran 5 x 4 x 1,5 m dengan kapasitas 30 meter kubik. Batuan-batuan bijih yang berukuran sebesar kepalan tangan ditumpuk dalam bak yang diberi diding terpal plastik kedap air. Lalu tumpukan disiram dengan larutan sianida selama satu minggu. Larutan dilewatkan ke dalam silinder jebakan dari plastik ukuran sekitar setengah meter kubik untuk menangkap emas dengan karbon. Kemudian larutan ditampung dalam bak penampungan larutan berukuran 2 x 2 x 1,5 meter. Larutan disirkulaikan lagi ke penyiraman. Penambahan sianida dipantau oleh seorang operator yang ahli dalam mencampur bahan kimia pemrosesan. Dari taksiran Kak Wange, seorang pemilik lobang yang memperkenalkan metoda perendaman ini, metoda perendaman lebih hemat air maupun biaya. Daya tangkap III- 12 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
kandungan emas mencapai 80%, dibanding tromol yang hanya 40-60%. Hanya saja terbatas dalam kapasitas dan waktu saja. Akan tetapi jika hitungan ekonominya masih dapat diterima oleh para penambang yang menggali bijih di lubang. Saat ini di titik bor 15 terdapat sekitar 200-an tromol dengan masing-masing 6 sampai 24 gilingan (ball mill). Metoda tong sudah ada sekitar belasan buah. Sementara itu metoda perendaman baru 3 buah. Wawancara yang dilakukan dengan tokoh penambang untuk mengetahui keinginan mereka menyangkut status wilayah PETI yang berada dalam area Kontrak Karya PT Gorontalo Mineral. Para penambang ingin agar mereka tidak digusur, karena bagaimana pun juga mereka adalah penduduk asli yang diantaranya sudah menambang emas sejak awal tahun 1990-an.
Gambar3.3 (a) Jalan menuju PETI di Suwawa. (b)Tromol pengolahan bijih menggunaka merkuri.
Sungai-Sungai yang menerima beban pencemaran dari kegiatan PETI ini adalah Sungai Bone, Sungai Tombulilato di Bone Bolango, Sungai Buladu di Gorontalo Utara, Sungai Paguyaman di Kabupaten Gorontalo dan Boalemo, dan Sungai Taluduyunu di Kabupaten Pohuwato.
III- 13 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO G. ENERGI Data tentang jumlah kendaraan yang beredar di Provinsi Gorontalo hanya tersedia untuk Kabupaten Bone Bolango dan Bolaemo. Menurut data tahun 2009 jumlah kendaraan di kedua kabupaten ini 110 mobil penumpang pribadi, 556 mobil penumpang umum, 90 bus kecip pribadi,27 bus kecil umum, 94 truk besar dan 5891 sepeda motor. Jumlah ini diperkirakan sudah jauh bertambah mengingat berkembang pesatnya perusahaan pendanaan (leasing) kendaraan bermotor di Provinsi Gorontalo dalam tahuntahun terakhir. Perkembangan transportasi dan idustri harus didukung oleh sarana penunjang yang memadai. Untuk memasok kebutuhan bahan bakar dipasok oleh Pertamina Depo Gorontalo. Bahan bakar baik premium, solar, minyak tanah dan gas ini dikirim melalui Pelabuhan Gorontalo. Penyaluran kepada masyarakat konsumen dilakukan oleh Statiun Pengisian BBM Untuk Umum (SPBU), Agen Minyak Tanah (AMT), Agen Premium & Minyak Solar (APMS), Stasiun Pengisian Premium Diesel Nelayan (SPPDN), serta Premium Solar Packed Dealer (PSPD). Saat ini tercatat 16 (enam belas) SPBU, 2 (dua) SPPDN dan masing-masing satu AMPS dan PSPD di seluruh Gorontalo. Disamping itu Pertamina Depo Gorontalo juga melayani penyaluran bahan bakar untuk industri dan pertahanan/ keamanan (TNI dan Polri). Sedangkan penyaluran minyak tanah melalui 8 (delapan) agen utama. Jumlah bahan bakar yang disalurkan mencapai 6.212 kilo liter premium dan 1.648 kilo liter solar, minyak tanah 2.497,6 kilo liter per bulan. Sedangkan pertamax masih sedikit yaitu 18 kilo liter per bulan. Dengan demikian konsumsi bahan bakar terbanyak adalah premium mencapai 59,9%, diikuti minyak tanah 24% dan solar 15,8%.
H. TRANSPORTASI Sarana transportasi darat di Provinsi Gorontalo terus ditingkatkan. Panjang jalan menurut kewenangan nasional mencapai 606,7 km, jalan provinsi 414 km, jalan kabupaten 2104 km, dan jalan kota 265 km. sedangkan terminal kendaraan terdapat 18 (delapan belas) buah. Dua diantaranya sudah bertipe A. sisanya bertipe B dan C. III- 14 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Transportasi laut membutuhkan pelabuhan laut yang memadai. Provinsi Gorontalo baru memiliki 5 buah pelabuhan laut. Dua pelabuhan berskala nasional yaitu pelabuhan Gorontalo dan Pelabuhan Anggrek. Dua buah berskala regional yakni Pelabuhan Ferry Gorontalo dan Pelabuhan Kwandang.
Gambar 3.4 Kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Gorontalo. Jalur transportasi udara di Gorontalo sudah lancar. Terdapat bandara Jalaludin, suatu pelabuhan udara kelas III dan Bandara Imbodu, suatu pelabuhan udara perintis. Pelabuhan udara Jalaludin memiliki luas 36 ha dan sudah bisa didarati pesawat sebesar Boeing 767. Sedangkan pelabuhan Imbodu masih dalam pengembangan dan memiliki luas 24 ha. Kedua Bandara ini masih melayani jalur domestik. Maskapai yang rutin melayani rute Gorontalo ada Sriwijaya Air, Lion Air, Batavia Air, Merpati Airlines, dan Garuda Indonesia
Airways.
Maskapai
Garuda
Indonesia
Airways
sudah
membuka
jalur
penerbangan ke Gorontalo awal tahun 2011. Aktivitas terminal menghasilkan limbah baik padat, cair maupun pencemaran udara. Timbulan sampah dari 5 terminal transportasi angkutan umum diperkirakan mencapai 13 m3 per hari.
III- 15 -
2012 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO I.
PARIWISATA Gorontalo kaya dengan pesona alam sehingga memiliki banyak tempat wisata.
Saat ini kawasan wisata yang sudah dikembangakan dan dikelola mencapai 25 buah. Beberapa diantaranya merupakan wisata bahari seperti Pantai Boalemo Indah, Pantai Kaidundu, dan Tangga 2000. Kawasan wisata laut untuk penyelaman yang dijadikan primadona adalah Pantai Olele. Di pantai Olele ini terdapat kekayaan alam berupa terumbu karang yang indah dan mempesona. Semantara itu terdapat beberapa air terjun yang penting yaitu Air Terjun Ayuhulalo, Air Terjun Lombongo, dan Air Terjun Siaga Permai. Wisata danau meliputi Danau Limboto, Danau Teratai, Danau Agrowisata dan Danau Perintis. Wisata sejarah dan budaya yang ramai dikunjungi adalah Rumah Adat Bandoyo Poboide dan Monumen Pendaratan Soekarno di Pinggir Danau Limboto. Sementara itu terdapat kolam pemandian berupa pemandian air panas seperti Air Panas Lembongo dan Pentadio Resort.
Gambar 3.5 Rumah Pendaratan Soekarno di Desa Iluta Kabupaten Gorontalo. Meningkatnya
kunjungan
turis
domestik
maupun
mancanegara
telah
meningkatkan bisnis hotel dan penginapan. Saat ini terdapat 28 buah hotel diseluruh Gorontalo dengan jumlah kamar tersedia 656 kamar. Dua diataranya hotel bintang tiga, yaitu Hotel Quality dan Hotel Mega Zanur. Pada tahun 2012 bertambah beberapa hotel baru diantaranya Maqna Hotel, Guest House Hotel dan Elji Hotel. Tingkat penghunian kamar pada akhir tahun 2011 mencapai 40,72% dari jumlah kamar yang tersedia. III- 16 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Gambar 3.6 Pusat perbelanjaan baru di Gorontalo Limbah B3 yang dihasilkan di provinsi Gorontalo yang telah terdata berasal perusahan gula PG. Gorontalo Tolangohula. Pada tahun 2011 ada satu perusahaan baru dalam proses pengajuan izin untuk pengelolaan limbah B3.
III- 17 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
BAB IV PENGELOLAAN LINGKUNGAN Beragam permasalahan lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo perlu upaya pengelolaan yang tepat sehingga dapat dipenuhi kewajiban pemerintah untuk menyediakan lingkungan hidup yang baik dan sehat bagi mayarakat. Upaya pengelolaan ini juga diperlukan dalam penyelerenggaraan pembangungan daerah agar pembangunan ekonomi memenuhi prinsip berwawasan lingkungan. Permasalahan yang mendesak untuk ditangani saat ini diantaranya adalah penurunan kualitas air sungai dan danau akibat erosi, kerusakan Danau Limboto, Penambangan Emas Tanpa Izin, perusakan hutan dan lahan, kerusakan terumbu karang dan mangrove, banjir tahunan dan banjir bandang, pembuangan sampah dan limbah yang belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan hidup yang masih rendah. Usaha untuk menangani masalah-masalah tersebut harus dilakukan dengan kegiatan-kegiatan baik berupa penelitian maupun penyuluhan, pengawasan dan penindakan yang didukung ketersediaan teknologi informasi yang kuat. Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi (BALIHRISTI) tahun 2011 dan 2012 menetapkan dan melaksanakan beberapa program dan kegiatan yang dikoordinasikan dengan berbagai pihak terkait terutama BLH kabupaten/kota se-Provinsi Gorontalo.
A. REHABILITASI LINGKUNGAN Kerusakan lingkungan yang terjadi di wilayah hutan dan lahan memerlukan pemulihan. Salah satu program yang dilakukan pemerintah adalah Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Program ini bertujuan bertujuan untuk merehabilitasi lahan kritis baik di kawasan lindung maupun konservasi. Tujuan lainnya adalah melindungi, meningkatkan dan mempertahankan kemampuan lahan agar dapat berfungsi dan berdaya guna secara optimal, baik sebagai unsur produksi maupun sebagai media pengatur tata air dan perlindungan lingkungan alam. Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai Bone-Bolango adalah UPT di bidang Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang berada di daerah dibawah Direktorat Jenderal IV- 1 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial kementerian kehutanan dalam kurun waktu 2010-2011 telah melakukan program RHL seluas 3.754 ha. Untuk tahun 2012 BP DAS Bone Bolango merencanakan RHL 2.500 ha. Selain itu juga dilakukan penanaman Hutan Kota di Ibu Kota Kabuapten/Kota Se-Provinsi Gorontalo seluas 122 ha. Rehabilitasi mangrove 790 ha. Pohon untuk penghijauan dan reboisasi untuk Gorontalo diadakan oleh beberapa instansi. BP DAS menyediakan 500 ribu pohon setiap tahun yang dibagi-bagikan kepada kabupaten/kota. Sementara itu Dinas Kehutanan di masing-masing kabupaten/kota juga memiliki pengadaan berbagai jenis pohon baik pohon pelindung maupun pohon buahbuahan. Menurut salah seorang staf Dinas Kehutanan Bone Bolango pada tahun 2011 Bone Bolango sendiri menyediakan 500 ribu pohon dan untuk tahun anggaran 2012 akan menyediakan sekitar 950 ribu bibit pohon. Adapun permasalahan yang dihadapi pada program penanaman ini adalah pohon yang sudah diadakan tidak ada biaya penanaman dan perawatan sehingga diharapkan kerjasama masyarakat. Sering ditemui pohon-pohon yang sudah dibagi ke kelurahan dan desa tertumpuk di kantor desa atau lurah karena masyarakat kurang berminat atau jenis pohon tidak cocok dengan selera. BP-DAS Bone Bolango juga melakukan kegiatan fisik berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup diantaranya Penanaman Swadaya Masyarakat di Kecamatan Telaga Biru dan Model DAS Mikro di Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. Beberapa kegiatan lain yang berkaitan dengan kegiatan fisik dilakukan oleh berbagai instansi. Balihristi melakukan penanaman mangrove di Marisa. BLH Kota Gorontalo melakukan penanaman pohon-pohon pelindung di jalan-jalan Kota Gorontalo seperti di Jl. Jeruk dan Jl. Adam Zakaria. Kabupaten Gorontalo melakukan penanaman pohon melalui program Konservasi Lahan Secara Vegetasi dan secara Sipil Teknis pada Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi melakukan maupun Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan). Penanaman ini dilakukan di semua kecamatan di Kabupaten Gorontalo. BLH Kabupaten Gorontalo mengadakan progam pembuatan sumur resapan di daerah Pilohayanga. Sementara itu kegiatan fisik lingkungan hidup yang diprogramkan oleh BLH Kabupaten Bone Bolango diantaranya Pembuatan pagar dan taman laboratorium IV- 2 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
lingkungan dan revitalisasi taman kota di Suwawa, pembuatan taman dan sumur resapan di daerah Kabila, serta penataan tugu di daerah Tapa. Beberapa instansi swasta tercatat telah melakukan penghijauan. Bank Mandiri melakukan penanaman pohon di Pontolo Indah Gorontalo Utara. Bank Panin memberikan bantuan bibit pohon sengon dan trembesi kepada sekolah Adiwiyata se-Provinsi Gorontalo. Badan Sulawesi
II
Wilayah melalui
Sungai gerakan
Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA) di Provinsi Gorontalo melakukan penaman pohon pada lahan
kritis
di
hulu
sungai
Biyonga. Gambar 4.1 Penanaman Pohon
Masalah Danau Limboto yang sudah menjadi isu lingkungan tingkat nasional menjadi perhatian pemerintah Provinsi. Pada tahun 2010 hingga 2012 telah beberapa kali dilakukan penebaran ikan koan untuk mengurangi populasi eceng gondok. Ikan koan makan dari tumbuhan gulma termasuk eceng gondok sehingga diharapkan dalam beberapa tahun mendatang pencemaran biologis oleh eceng gondok di Danau Limboto bisa diatasi. Pada tanggal 24 Juni 2012 Gubernur Provinsi Gorontalo Drs. Rusli Habibie MAP bersama Ketua DPRD Provinsi Gorontalo Marten Thaha MEc.Dev. melakukan penebaran 70 ribu benih ikan koan Pada bulan Februari 2011 Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad juga telah menebar 500 ribu bibit ikan koan ke dalam Danau Limboto. Pada tahun 2012 ini juga sudah dimulai pengerukan sedimen dan pengangkatan eceng gondok di Danau Limboto menggunakan kapal keruk. Program ini dibawah IV- 3 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
koordinasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam dengan angaran mencapai 90 miliar rupiah. Diharapkan dengan pengerukan sedimen dan pengangkatan gulma tersebut dalam 5 tahun kedepan kondisi Danau Limboto dapat dipulihkan kembali.
B. PENGAWASAN AMDAL BALIHRISTI Provinsi Gorontalo telah memberikan rekomendasi Amdal oleh terhadap 12 dokumen Amdal selama tahun 2010, lebih banyak jika dibandingkan Tahun 2009 yang hanya 6 dokumen Amdal. Ini menunjukkan telah terjadi peningkatan kegiatan atau usaha yang perlu diwaspadai dampaknya terhadap lingkungan. Rekomendasi Amdal selama tahun 2010 meliputi 6 buah perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit, 2 buah Amdal TPA sampah, sisanya Amdal pelabuhan udara, pelabuhan laut, pusat pendaratan ikan dan Pengelolaan Sedimen Danau Limboto. Keenam perusaahaan yang berencana akan membuka perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit di Kabupaten Pohuwato ini adalah PT. Sawindo Cemerlang, PT. Wira Sawit Mandiri, PT. Sawit Tiara Nusa, PT. Banyan Tumbuh Lestari, PT. Inti Global laksana, dan PT. Wira Mas Permai. Masing-masing perusahaan ini mendapat izin penggunaan lahan dengan luas antara 9 ribu sampai 20 ribu hektar dengan luas total 87.329 ha. Sebagian besar lahan yang akan dijadikan perkebunan sawit ini adalah kawasan hutan produksi, hutan produksi terbatas, hutan produksi yang dapat dikonversi dan sebagian lagi lahan penduduk. Luasnya area perkebunan yang dibuka memerlukan pengawasan yang baik karena daerah perkebunan ini berada di DAS Popayato dan DAS Randangan. Dokumen Amdal lain yang direkomendasikan adalah TPA Sampah Pohuwato dan TPA Sampah Polohungo Boalemo, Pembangunan Pelabuhan Udara Imbodu di Kecamatan Randangan Pohuwato, Pusat
dan
Pembangunan
Pendaratan
Wonggarasi Pelabuhan
Ikan
Pohuwato, Laut
di dan
Marisa
di
Bumbulan Marisa Pohuwato. IV- 4 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Gambar 4.2 TPA Sampah Pohuwato dalam proses pembangunan. Pengawasan terhadap pelaksanaan dokumen UKL/UPL yang dilakukan selama tahun 2012 meliputi rumah-rumah sakit Aloei Saboe, RS. Toto, RS. Dunda, RS. Pohuwato dan RS Tani dan Nelayan di Boalemo. Selain itu juga dilakukan pengawasan pelaksanaan UKL/UPL terhadap Pusat Perdagangan Gorontalo Business Park, Pembangungan Staging dan Gudang pada kegiatan pertambangan PT. Gorontalo Minerals, Perusahaan air minum kemasan PT. AMGO, Pabrik Gula PT. PG Gorontalo Tolangohula. Pengolahan tepung kelapa di Isimu dan Paguyaman oleh PT. Tri Jaya Tangguh, Pembangkit listrik milik PLN Suluttenggo di Isimu, Tilamuta dan Marisa. Pembangunan Embung Pilolianga dan irigasi Paguyaman BWS Sulawesi II serta Pembangunan TPA Sampah di Talumelito Pohuwato, Boalemo dan Gorontalo Utara oleh Dinas PU Provinsi Gorontalo. Pengawasan Amdal terhadap dokumen UKL/UPL yang dilakukan selama 2011 adalah PT. PG Tolangohula, RS Aloei Saboe Kota Gorontalo, RS Toto Kabupaten Bone Bolango, RS Tani dan Nelayan Boalemo, dan Perusahaan Pengolahan Rumput Laut Gorontalo. Sedangkan pengawasan UKL/UPL tahun 2010 dilakukan kepada PT Gorontalo Fitrah Mandiri dan PT. PG Tolangohula.
Gambar 4.3 Fasilitas IPAL RS Aloei Saboe. Dalam pemantauan dilapangan terhadap pelaksanaan UKL/UPL tahun 2011 ditemukan beberapa catatan. RS Toto
dan RS Aloei Saboe belum mengelola limbah
medis dan limbah cair rumah sakit dengan baik. Incinerator untuk mengolah limbah IV- 5 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
medis pada kedua rumah sakit pemerintah ini tidak berfungsi sehingga limbah medis dibakar dihalaman belakang rumah sakit. Rumah sakit Aloei saboe sudah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) namun sudah tidak berfungsi. Sementara itu RS Toto belum memiliki fasilitas IPAL. Limbah cair dari rumah sakit langsung dibuang masuk ke selokan umum menuju sungai. Pada tahun 2012 RS Aloei Saboe telah melakukan perbaikan IPAL dengan menambah beberapa peralatan baru.
C. PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN Upaya penegakan hukum lingkungan yang dilakukan dalam rangka menjamin terlaksananya peraturandan perundangan dalam pengelolaan dan pelestarain lingkungan. Penegakan hukum lingkungan memerlukan kelancaran informasi antara masyarakat dengan instansi pengelola lingkungan hidup seperti BALIHRISTI. Untuk memudahkan masyarakat dalam menyampaikan informasi tentang permasalahan lingkungan maka BALIHRISTI membangun POS Pengaduan. Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan melalui SMS via handphone dan dikumpulkan di database website BALIHRISTI. Selanjutnya informasi yang masuk akan diteruskan oleh petugas kepada pejabat berwenang untuk ditindaklanjuti. Nomor telepon yang bisa dikirimi SMS adalah 081347701919. Sejauh ini pengaduan yang penting tentang masalah PETI, illegal logging, limbah domestik, dan bencana banjir. Adapun tindak lanjut dari pengaduan ini telah dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tempat terjadinya illegal logging, pemantauan ke lokasi PETI, dan pengawsasan pembuangan limbah domestik.
C. PERAN SERTA MASYARAKAT Pengelolaan dan Pelestrian Lingkungan tidak bisa dilakukan secara parsial atau oleh segelintir orang. Tanggung jawab atas kelangsungan hidup masnusia dan lingkungannya tidak hanya tugas Negara tapi juga masyarakat. Oleh karena itu lembaga resmi pemerintah yang berkaitan dengan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup termsuk BALIHRISTI perlu mengajak dan memberdayakan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang konsen dengan lingkungan. IV- 6 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Saat ini tercatat sekitnya 39 buah LSM peduli lingkungan yang berada di wilayah Propinsi Gorontalo. Organisasi non pemerintah ini biasa diundang dalam kegiatan seminar Amdal, pelatihan-pelatihan, maupun pertemuan tidak resmi lainnya seperti silaturahmi dlam rangka tukar informasi dan data lingkungan. Dalam upaya menghormati serta menarik kepedulian masyarakat luas perlu diberikan penghargaan kepada pihak yang telah bekerja dan berupaya secara nyata dalam pelestarian lingkungan hidup. Piala Adipura diberikan untuk mendorong pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat dalam mewujudkan kota yang bersih dan teduh melalui penerapan prinsipprinsip tata pepemerintahan yang baik di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Pada tahun 2012 Provinsi Gorontalo menerima 2 Kota di Provinsi Gorontalo menerima penghargaan Adipura. Kota Limboto Kabupaten Gorontalo mendapat anugerah Piala Adipura untuk yang kelima kalinya. Sedangkan Kota Marisa menerima sertifikat Adipura. Pada tahun 2011 Provinsi Gorontalo menerima 2 Piala Adipura. Kota yang menerima anugerah Piala Adipura 2011 adalah Kota Boalemo dan Kota Limboto. Penghargaan Adiwiyata diberikan kepada sekolah yang peduli dan berwawasan lingkungan. Pada tahun 2012 beberapa sekolah mendapat pengharagaan Sekolah Adiwiyata. Tiga sekolah : SMA 1 Limboto, SMP 2 Limboto, SDN 1 Limehe Timur menerima Penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri. Lima sekolah lainnya SMP 1 Tapa, SMP 1 Limboto, SDN 3 Bulango Timur, SDN 2 Kabila, dan SDN 6 Kabila mendapat penghargaan Sekolah Adiwiyata nasional. Prestasi ini miningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Piala Adiwiyata tingkat nasional tahun 2011 diraih oleh SD Limehe Timur untuk sekolah dasar, SMPN 2 Limboto untuk sekolah menengah SMAN
1
tingkat Limboto
pertama, untuk
dan
sekolah
tingkat atas. Gambar 4.4 Produk kerajinan dari barang bekas Adiwiyata dibuat oleh siswa-siswi sekolah IV- 7 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO
2012
Pemberdayaan masyarakat dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup salah satunya dilakukan melalui program-program yang sesuai dengan kondisi masyarakat. Dalam rangka mengatasi pertumbuhan eceng gondok di danau Limboto, dilakukan pelatihan pemanfaatan batang eceng gondok untuk kerajinan. Pada bulan maret 2011 dilakukan pelatihan eceng gondok di Desa Iluta Kecamatan Batudaa. Kegiatan ini melibatkan perwakilan masyarakat dari desa-desa di sekitar danau agar bisa menumbuhkan kewirausahaan untuk meningkatkan pendapatan sekaligus mengurangi pencemaran biologis di Danau Limboto. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang pernah dilakukan pada tahun sebelumnya bersama dengan Pelatihan pembuatan biodiesel dan pembuatan biogas. Kegiatan fisik dalam rangka perbaikan kualitas lingkungan yang melibatkan masyarakat adalah pembersihan danau Limboto dan pembersihan pantai Leato. Kegiatan ini diprakarsai oleh BALIHRISTI.
E. KELEMBAGAAN Pelestarian lingkungan di Provinsi Gorontalo harus didukung oleh kepastian hukum. Untuk itu telah dibuat peraturan daerah berkaitan dengan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup. Sampai saat ini sudah ada 4 (empat) produk hukum yang dibuat. Pertama Perda Provinsi Gorontalo No. 4 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, kedua Perda Provinsi Gorontalo No. 5 Tahun 2004 tentang Pengelolaan dan Pencemaran Air, ketiga Perda Provinsi Gorontalo No. 4 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Terumbu Karang, dan keempat Perda Provinsi Gorontalo No. 1 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Ekosistem Danau Limboto Anggaran Balihristi tahun 2012 yang berasal dari APBD 3 milyar dan APBN 1.9 milyar. Anggaran yang diterima BALIHRISTI pada tahun 2011 sebanyak 4,5 milyar rupiah yang terdiri dari 4 milyar berasal APBD dan 500 juta dari APBN. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2010 dimana BALIHRISTI menerima 5,68 milyar rupiah. Penurunan terjadi pada sumber APBD.
IV- 8 -
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO Anggaran yang diterima oleh BALIHRISTI ini
2012
tidak semuanya digunakan untuk
program lingkungan hidup karena dibagi kepada bidang riset, bidang teknologi informasi, kesekretariatan keuangan. yang
dan
Anggaran dialokasikan
kepada
Bidang
Pengelolaan
dan
Pelestarian Lingkungan Hidup
sebesar
milyar
rupiah.
1,2 Dana
inilah yang digunakan untuk
pelaksanaan program-program
bidang
lingkungan
hidup. Gambar 4.6 Kantor BALIHRISTI Provinsi Gorontalo Bidang pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan Hidup BALIHRISTI memiliki 3 (tiga) sub bidang yaitu Sub bidang Pengelolaan, Standarisasi, dan Informsi Lingkungan, Sub bidang Pengendalian Dampak dan Konservasi Lingkungan, dan Sub bidang Edukasi, Pemberdayaan Masyarakat dan Penegakan Hukum Lingkungan. BALIHISTI sebagai lembaga yang institusi yang memiliki kewenangan pemerintah daerah tinkgat provinsi di bidang lingkungan hidup saat ini memiliki 62 orang pegawai. Bila dilihat berdasarkan jender, jumlah pegawai pria sebanyak 44% dan pegawai perempuan 56%.
Sampai saat ini di BALIHISTI ataupun di BLH Kabupaten/Kota se-
Provinsi Gorontalo belum ada pegawai yang berstatus pejabat fungsional lingkungan hidup.
IV- 9 -