Abstrak
ABSTRAK Penyusunan status lingkungan hidup daerah Provinsi Jambi ini menggunakan pendekatan atau model P-S-R (Pressure-State-Response) dalam analisanya, dengan didasarkan pada hubungan sebab akibat (kausalitas) antara penyebab permasalahan, kondisi lingkungan hidup, dan upaya mengatasinya, dimana kegiatan manusia memberikan tekanan kepada lingkungan hidup (pressure) dan menyebabkan perubahan pada sumber daya alam dan lingkungan hidup baik secara kualitas maupun kuantitas (state). Selanjutnya pemerintah dan masyarakat (stakeholder) melakukan reaksi terhadap perubahan ini baik melakukan adaptasi maupun mitigasi melalui berbagai kebijakan, program, maupun kegiatan(societal respons). Isu utama pada tahun 2015 yang perlu mendapat perhatian serius ada 3 (tiga) yaitu : (1). Kebakaran Lahan dan Hutan, (2). Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas, dan (3). Konflik Lahan dan Hutan. Isu kebakaran lahan dan hutan pada tahun 2015 menjadi perhatian nasional dan dunia. Provinsi Jambi menjadi salah satu provinsi yang kebakaran lahan dan hutannya menyebabkan kabut asap di Sumatera dan sampai ke Negara tetangga Malaysia dan Singapura dan dalam kategori tanggap darurat bencana. Akibat bencana ini maka perekonomian Provinsi Jambi menjadi terhambat dan cenderung menurun. Berdasarkan kajian ekonomi regional oleh Bank Indonesia pertumbuhan ekonomi turun 4,21 % dan ini dibawah pertumbuhan ekonomi nasional 4,79 %. Isu pertambangan tanpa izin khususnya untuk bahan galian emas telah menyebabkan terjadinya kerusakan lahan. Sehingga lahan-lahan yang di eksploitasi oleh penambang tersebut tidak dapat lagi dimanfaatkan untuk pertanian. Demikian pula dengan kualitas air dari sungai-sungai yang mengalir pada kawasan pertambangan menjadi tercemar sehingga tidak dapat lagi di manfaatkan oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari rumah tangga. Isu konflik lahan dan hutan antara masyarakat masih menjadi masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah, baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Konflik tenurial ini sudah terjadi dari tahun ketahun yang proses penyelesaiannya masih dalam pembicaraan dan negosiasi yang difasilitasi oleh pemerintah. Pada tahun 2015 muncul konflik baru yang sebenarnya adalah permasalahan lama yang dapat diselesaikan pada satu kelompok, kemudian terdapat kelompok lain yang menggugat kembali menjadi isu baru. Secara umum kondisi lingkungan hidup di Provinsi Jambi cenderung menurun yang dapat dilihat dari Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) tahun 2015 sebesar 73,297 dibandingkan nilai IKLH tahun 2014 sebesar 82,74, hal ini masih masuk klasifikasi baik. Penurunan nilai IKLH dimungkinkan terjadi akibat dari tekanan terhadap kualitas air, kualitas udara dan tutupan hutan. Pada Indeks Kualitas Air terjadi penurunan yang diakibatkan oleh dampak dari pertambangan tanpa izin sehingga kualitas air menjadi menurun. Tekanan terhadap indeks kualitas udara, walaupun dari perhitungan indeks terdapat peningkatan oleh karena pemantauan yang dilakukan diluar kondisi kebakaran lahan dan hutan, namun kondisi kenyataannya pada 5 bulan terakhir di tahun 2015, terjadi bencana kabut asap di Provinsi Jambi. Penurunan IKLH juga disebabkan oleh perubahan bobot v-1 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Abstrak
penilaian dari Indeks Tutupan Hutan (ITH) yang sebelumnya bobot di hitung 1/3 dari total bobot, maka tahun penilaian pada periode ini perhitungan bobot ITH menjadi 40%. Kondisi ini juga menyebabkan penurunan IKLH, oleh karena berkurangnya tutupan hutan akibat dari kebakaran lahan dan hutan. Upaya yang dilakukan dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan hidup disebabkan oleh berbagai tekanan pada tahun 2015, baik dari segi pelaksanaan di lapangan, peraturan perundang-undangan, dan kapasitas sumber daya manusia. Dari segi pelaksanaan di lapangan telah lakukan penanaman pohon dalam rangka kegiatan penghijauan dan reboisasi oleh dinas/instansi teknis terkait, badan usaha, LSM dan masyarakat. Upaya pengendalian kebakaran lahan dan hutan dengan melakukan patroli dan pemadaman oleh Satuan Tugas yang dibentuk dengan Surat Keputusan Gubernur Jambi. Patroli dan pemadaman dilakukan melalui operasi darat dan udara. Untuk pemberantasan PETI dilakukan upaya preventif dengan sosialisasi kepada masyarakat dan upaya refresif melalui kegiatan penindakan dengan melaksanakan razia rutin oleh aparat keamanan gabungan dari TNI, POLRI dan Pemerintah Daerah.
v-2 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Daftar Isi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................. ii DAFTAR TABEL ……………….....…………………………………………..... iii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… iv ABSTRAK ………………………………………………………………………. v BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………….…... I-1 A. B. C.
D.
E.
F.
Latar Belakang ……………………………………….....……………… I-1 Profil Daerah Provinsi Jambi ……………………………………… I-2 Pemanfaatan Laporan SLHD …………………………………….. I-11 1. Pemanfaatan Internal ……………………………………... I-9 2. Pemanfaatan Eksternal …………………………………....... I-12 Isu Utama Lingkungan Hidup di Provinsi Jambi Tahun 2015 … I-14 1. Kebakaran Lahan dan Hutan ……………………………….. I-14 a. Status …………………………………………...... I-15 b. Tekanan …………………………………………...... I-18 c. Respon …………………………………………….... I-23 2. Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas …... I-33 a. Status ……………………………………………………... I-33 b. Tekanan ………………………………………………....... I-36 c. Respon …………………………………………………......I-37 3. Konflik Lahan dan Hutan ……………………….................. I-41 a. Status ………………………………………………........ I-41 b. Tekanan …………………………………………………... I-44 c. Respon …………………………………………………… I-45 Indek Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Daerah Provinsi Jambi I-47 1. Indikator dan Parameter IKLH ……………………….......... I-48 a. Kualitas Air Sungai ……………………………...... I-49 b. Kualitas Udara Ambien …………………………....... I-50 c. Tutupan Hutan ………………………................ I-51 2. Hasil Perhitungan IKLH ………………………………….........I-51 a. Indeks Pencemaran Air (IPA) …………………........ I-53 b. Indeks Pencemaran Udara (IPU) ………………...... I-54 c. Indeks Tutupan Hutan (ITH) …………………...... I-55 d. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) ……....... I-56 Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup di Provinsi Jambi .. I-58
BAB II. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA.. II-1 A.
Lahan dan Hutan …………………………………………..………… 1. Penggunaan Lahan ………………………..……….. a. Lahan Non Pertanian ……………………..……… b. Lahan Sawah …………………………………..……. c. Lahan Kering ……………………………………..…. d. Lahan Perkebunan ………………………………..… e. Hutan ………………………………………… f. Badan Air …... ………………………………………..… 2. Kawasan Hutan Menurut Fungsinya ………………........... a. Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam …......
II-2 II-2 II-4 II-5 II-6 II-7 II-8 II-9 II-9 II-12
DI-ii Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Daftar Isi
1).
2).
3). 4).
B.
C.
Cagar Alam ……………………………………….… II-11 a). Cagar Alam Durian Luncuk ………………..…..... II-13 b). Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur ……...... II-13 c). Cagar Alah Hutan Bakau Sungai Betara …….... II-13 Taman Nasional ………………………………….… II-14 a). Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) .…...... II-14 b). Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) …..... II-14 c). Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) …....... II-15 d). Taman Nasional Berbak ((TNB) ….…………..... II-15 Taman Hutan Raya (TAHURA) ……...…..................……….. II-16 Taman Wisata Alam …………………................……..……… II-16 b. Hutan Lindung ……………………………………..………...... II-17 c. Hutan Produksi ……………………………………..……......... II-17 d. Hutan Produksi Terbatas …………………………..……........ II-18 e. Hutan Produksi Yang Dapat Di Konversi …………..….......... II-18 3. Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya ……………………….........………………............. II-20 4. Penutupan Lahan Dalam Kawasan Hutan dan Luar Kawasan Hutan …………………………….........……........... II-22 a. Penutupan Lahan di Provinsi Jambi ……………........... II-22 b. Deforestasi Kawasan Hutan di Provinsi Jambi ............ II-25 5. Lahan Kritis …………………………………..………............ II-26 6. Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air …......... II-27 7. Kerusakan Tanah di Lahan Kering ……………..………...... II-28 8. Kerusakan Tanah Di Lahan Basah …………………........... II-28 9. Kerusakan Hutan Menurut Penyebabnya …………............ II-28 10. Konversi Hutan Menurut Peruntukan ……………..….......... II-30 Keanekaragaman Hayati …………………………………..………..... II-31 1. Keanekaragaman Gen ……..……………………….............. II-31 2. Keanekaragaman Ekosistem ………………….……............. II-32 a. Ekosistem Hutan ……………… …………..…........... II-32 b. Ekosistem Lahan Basah …..… …………..…........... II-33 c. Ekosistem Pesisir dan Laut ..… ……………..…........... II-34 3. Keanekaragaman Spesies …………………………........... II-34 a. Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)……...…........... II-35 b. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) .…………..... II-36 c. Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) ..………...... II-36 d. Taman Nasional Berbak (TNB).................................... II-36 e. Cagar Alam Durian Luncuk ……………………............ II-38 f. Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur ………….... II-38 Air ………………………………………………………………..…….....II-41 1. Sungai …………………………......……………...……........... II-43 a. Inventarisasi Sungai ………………………………......... II-46 b. Pemantauan Kualitas Air Sungai …………..……......... II-46 1). Sungai Batang Hari …………………….......... II-46 a). Total Suspended Solid (TSS / Residu Tersuspensi …………………....................... II-46 b). Biological Oxygen Demand (BOD) ………….. II-49 c). Klorin Bebas …………...................................... II-50 d). Total Fosfat …………………………............ II-49 e). Fecal Coliform dan Total Coliform ………... II-54
DI-iii Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Daftar Isi
f). Nitrit …………............................................ II-54 Sungai Batang Merangin ………..………………… II-57 a). pH …………………………………………........ II-58 b). Total Suspended Solid (TSS / Residu Tersuspensi ……………………………........ II-58 c). Biological Oxygen Demand (BOD) ……...... II-59 d). Dissolvedl Oxygen (DO) …………...…......... II-60 3). Sungai Batang Tebo …………………..…………… II-62 a). pH ………………………………..…………….. II-62 b). Total Suspended Solid (TSS / Residu Tersuspensi …………………….....……......... II-63 4). Sungai Batang Bungo …………………………..…. II-65 a). pH ………………………………………........... II-66 b). TSS …………………………….......................... II-67 c). COD …………………………………………....... II-68 5). Sungai Batang Tabir ……………………………..… II-70 a). pH ……………………..…………………........... II-71 b). Dissolvedl Oxygen (DO) …………..…….......... II-72 c). TSS ................................…….………….......... II-72 6). Sungai Batang Tembesi …………………………… II-75 a). pH ………………………..………………......... II-75 b). Dissolvedl Oxygen (DO)……………………..... II-76 c). Total Suspended Solid (TSS / Residu Tersuspensi …………................................... II-80 2. Danau/Waduk/Situ/Embung …………...…………..….......... II-80 a. Inventarisasi DanauWaduk/Situ/Embung ……........... II-80 b. Pemantauan Kualitas Air Danau/Waduk/Situ/Embung . II-81 3. Air Sumur/Air Tanah .………………………………..…......... II-83 Udara ………………………………………………………………….. II-85 1. Kualitas Udara ……………………………………….......... II-85 a. Parameter Sulfur Dioksida (SO2) …………………........ II-86 b. Parameter Nitrogen Dioksida (NO2) …………..….......... II-88 c. Parameter Oksidan (O3) ………………………..…......... II-90 2. Kualitas Air Hujan ………………………………….….......... II-92 Laut, Pesisir dan Pantai ………..………………………………….... II-93 1. Kualitas Air Laut ………………………………………........... II-94 2. Luas dan Kondisi Terumbu Karang ………………….......... II-96 3. Luas dan Kondisi Padang Lamun ………………..…........... II-96 4. Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove …………............ II-96 Iklim ……………………………………………………………………. II-98 1. Curah Hujan …………………………………………….......... II-99 a. Analisa Curah Hujan Berdasarkan Kriteria …….......... II-101 b. Analisa Curah Hujan Berdasarkan Sifat Hujan ........... II-109 c. Informasi Banyaknya Hari Hujan ……………..…........ II-110 d. Informasi Curah Hujan Ekstrim ……………………........ II-111 2. Suhu Udara ……………………………………………........... II-112 a. Stasiun Bandara Sultan Thaha Jambi ………............... II-114 b. Stasiun Bandara Depati Parbo Kerinci ……………….....II-115 2).
D.
E.
F.
DI-iv Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Daftar Isi
BAB III. A.
B.
C. D.
E.
F. G
H. I.
TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN ………………......... III-1 Kependudukan …………………………………………....... III-2 1. Jumlah Penduduk ………………………….............. III-2 2. Pertumbuhan Penduduk ………………….............. III-3 3. Kepadatan Penduduk ……………………............... III-4 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ..... III-6 5. Pola Migrasi Penduduk …………....………............. III-7 6. Pendidikan …………….……………………............. III-8 7. Penduduk di Wilayah Pesisir dan Laut ………….... III-10 Permukiman …………………………………………........... III-11 1. Jumlah Rumah Tangga Miskin ……………............ III-12 2. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum ...... III-13 3. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar ………………....……………..……............ III-15 4. Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Timbulan Sampah Per Hari ……………………………………….......... III-15 Kesehatan ………………………………………………...... III-17 1. Jenis Penyakit Utama Yang Diderita Penduduk ...... III-18 2. Limbah Padat dan Limbah Cair dari Rumah Sakit ... III-19 Pertanian ……………………………………………..…...... III-20 1. Lahan Perkebunan ………………………............ III-21 2. Lahan Sawah ……………………………...…............ III-26 3. Peternakan ………………………………..…............ III-31 a. Hewan Ternak .......................................…....... III-31 b. Hewan Unggas …………………………..…........ III-34 Industri …………………………………………………..…. III-37 1. Industri Minyak Sawit (CPO) ……….......…............. III-40 2. Industri Karet (CRF) ………………………............. III-41 3. Industri Migas dan Panas Bumi ............................. III-41 4. Industri Plywood ……………..........…………........... III-41 5. Industri Mie Instan …………………..……….......... III-41 6. Industri Teh …………………………..……............. III-42 7. Industri Pulp and Paper ……………………............ III-42 Pertambangan ……………………..........……………..…… III-42 Pariwisata ………………………..............………………..… III-46 1. Obyek Wisata ……………………………….............. III-46 2. Hotel dan Penginapan .……………………........... III-48 Limbah B3 …………………………………………………..... III-49 Bencana............................................................................... III-52
DI-v Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Daftar Isi
BAB IV.UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN ………........................... IV-1 A. Rehabilitasi Lingkungan ………………........................................... IV-1 1. Realisasi Kegiatan Penghijauan ………................................... IV-2 2. Realisasi Kegiatan Reboisasi ……………................................ IV-4 3. Kegiatan Fisik Lainnya Terhadap Perbaikan Kondisi Lingkungan ………………………………...................................... IV-6 B. Dokumen Izin Lingkung.......…….........…....................…................ IV-1 1. Rekomendasi Dokumen Izin Lingkungan................................. IV-11 2. Pengawasan Izin Lingkungan ……......................................... IV-12 C. Penegakan Hukum ………………………......…............................. IV-11 1. Jenis Pengaduan Masyarakat Terhadap Masalah Lingkungan ………………………............................................ IV-13 2. Status Pengaduan Masyarakat ……………………................. IV-15 D. Peran Serta Masyarakat ……………………................................. IV-16 1. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ……………............... IV-16 a. Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) ……............... IV-17 b. Wahana Pelestarian Alam dan Advokasi Hutan Sumatera (Walestra) ….........……............................. IV-17 c. Frankfurt Zoological Society (FZL) ………………....... IV-18 d. Yayasan Setara …………….......…............................ IV-18 e. Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) ………….........….......................... IV-18 f. Yayasan CAPPA-Keadilan Ekologi ............................ IV-19 g. Gita Buana …………………..……….......................... IV-20 h. The Zoological Society of London (ZSL) ………......... IV-20 2. Penghargaan Lingkungan Hidup ……………………….......... IV-21 3. Kegiatan Sosialisasi Lingkungan Hidup …………….............. IV-24 E. Kelembagaan ……………………....…....................................... IV-24 1. Produk Hukum Bidang Lingkungan Hidup ………………....... IV-25 2. Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup ………...................... IV-26 3. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup …………….......... IV-28 4. Upaya Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan diProvinsi Jambi ..................................................................................... IV-30 DAFTAS PUSTAKA ………………………….....………............................ DP-1 LAMPIRAN ………………....…………………………................................ LAMP-1
DI-vi Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Daftar Gambar
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3 Gambar 1.4 Gambar 1.5 Gambar 1.6 Gambar 1.7 Gambar 1.8 Gambar 1.9 Gambar 1.9 Gambar 1.10
Gambar 1.11 Gambar 1.12 Gambar 1.13 Gambar 1.14 Gambar 1.15
Gambar 1.16 Gambar 1.17 Gambar 1.18 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11
Nama Gambar Grafik Kajian Ekonomi dan Keuangan RegionalProvinsi Jambi 2009 - 2015 Fosil fauna yang membatu Fosil Flora yang membatu Danau Gunung Tujuh Yang Keberadaannya dikelilingi oleh 7 (tujuh) buah gunung Wisata Gunung Tujuh dengan Perahu Kano Masyarakat Setempat Pemeluk Agama Budha Sedang Beribadah di Candi Muaro Jambi. Penemuan Makara oleh Pendeta Budha Situs BLHD Provinsi Jambi blhd.jambiprov.go.id Situs BLHD Provinsi Jambi http://jambi.silh.menlh.go.id Peta sebaran titik api pada tanggal 28 Oktober 2015 Grafik sebaran Nilai Indeks Standar Pencemar Udara pada saat bencana asap di Provinsi Jambi bulan September sampai November 2015 Grafik Komulatif kasus ISPA per Minggu di Provinsi Jambi sampai minggu 44 tahun 2015 Sebaran Hotspot di Provinsi Jambi, Sumatera Selatan dan Riau Dampak asap pada tanggal 24 Oktober 2015 Aktivitas Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas di Wilayah Kabupaten Sarolangun Tahun 2015. Dampak Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas di Sungai Batang Merangin Muara Sungai Masumai Kabupaten Merangin Tahun 2015. BanyaknyaKonflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi Jambi Dari Tahun 1988 Sampai Tahun 2015. Sebaran Konflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi Jambi Dari Tahun 1988 Sampai Tahun 2015. Jenis Konflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi JambiDari Tahun 1988 Sampai Tahun 2015. Luas Wilayah Kabupaten/Lota di Provinsi Jambi Tahun 2015 Penggunaan Lahan di Provnsi Jambi Tahun 2015 Penggunaan Lahan Non Pertanian di Provinsi Jambi Tahun 2015 Penggunaan Lahan Sawah di Provinsi Jambi Tahun 2015 Penggunaan Lahan Kering di Provinsi Jambi Tahun 2015 Lahan Perkebunan di Provinsi Jambi Tahun 2015 Luasan Hutan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 Luasan Badan Air di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 Luasan Kawasan Hutan Menurut Statusnya di Provinsi Jambi Tahun 2015. Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW Provinsi Jambi Tahun 2015 Luas Penutupan Lahan di Dalam dan Luar Kawasan Hutan di Provinsi Jambi Tahun 2015
Halaman I-7 I-9 I-9 I-10 I-10 I-10 I-10 I-13 I-14 I-17 I-19
I-20 I-21 I-22 I-35 I-37
I-42 I-43 I-44 II-3 II-4 II-5 II-6 II-7 II-8 II-9 II-10 II-12 II-20 II-22
iv Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Daftar Gambar
Gambar 2.12 Gambar 2.13 Gambar 2.14 Gambar 2.15 Gambar 2.16 Gambar 2.17 Gambar 2.18 Gambar 2.19 Gambar 2.20 Gambar 2.21 Gambar 2.22 Gambar 2.23 Gambar 2.24 Gambar 2.25 Gambar 2.26 Gambar 2.27 Gambar 2.28 Gambar 2.29 Gambar 2.30 Gambar 2.31 Gambar 2.32 Gambar 2.32 Gambar 2.33 Gambar 2.34 Gambar 2.35 Gambar 2.36 Gambar 2.37 Gambar 2.38 Gambar 2.39 Gambar 2.40 Gambar 2.41 Gambar 2.42 Gambar 2.43 Gambar 2.44
Lausan Kawasan Berhutan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 Grafik Luasan Lahan Terdeforestasi di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 Luas Lahan Kritis di Provinsi Jambi Tahun 2015 Flora dan Fauna yang dilindungi yang di Taman Nasional Kerinci Sebelat Flora dan Fauna yang di Lindungi Di Taman Nasional Berbak Hewan Langka Jenis Gajah Yang Mati di Bunuh Pemburu Liar di Kawasan Hutan Kabupaten Tebo Grafik Konsentrasi TSS Air Sungai Batanghari Tahun 2015 Grafik Konsentrasi BOD Air Sungai Batanghari Tahun 2015 Grafik Konsentrasi CL2 Air Sungai Batanghari Tahun 2015 Grafik Konsentrasi T-P Air Sungai Batanghari Tahun 2015 Grafik Konsentrasi Fecal Coliform Air Sungai Batanghari Tahun 2015 Grafik Konsentrasi Total Coliform Air Sungai Batanghari Tahun 2015 Grafik Konsentrasi Nitrit Air Sungai Batang Hari Tahun 2015 GrafikKonsentrasi TSS Air Sungai Batang Merangin Tahun 2015 GrafikKonsentrasi BOD Air Sungai Batang Merangin Tahun 2015 GrafikKonsentrasi DO Air Sungai Batang Merangin Tahun 2015 Grafik Nilai pH Air Sungai Batang Tebo Tahun 2015 Grafik Nilai TSS Air Sungai Batang Tebo Tahun 2015 Grafik pH Air Sungi Batang Bungo Tahun 2015 Grafik TSS Air Sungi Batang Bungo Tahun 2015 Grafik Nilai pH Sungai Batang Tabir Tahun 2015 Grafik Nilai DO Sungai Batang Tabir Tahun 2015 Grafik Nilai TSS Sungai Batang Tabir Tahun 2015 Grafik Nilai pH Sungai Batang Tembesi Tahun 2015 Grafik Nilai DO Sungai Batang Tembesi Tahun 2015 Grafik Konsentrasi TSS Air Sungai Batang Tembesi Tahun 2015 Grafik Konsentrasi SO2 di Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015 Grafik Konsentrasi SO2 di Beberapa Kawasan di Provinsi Jambi Tahun 2015 Grafik Konsentrasi NO2 di Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015. Grafik Konsentrasi NO2 di Beberapa Kawasan di Provinsi Jambi Tahun 2015. Grafik Konsentrasi O3 di Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015. Grafik Konsentrasi O3 di Beberapa Kawasan di Provinsi Jambi Tahun 2015 Grafik Curah Hutan Rata-Rata Pada Masing-Masing Stasiun Pengamatan Tahun 2014 Grafik Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015
II-24 II-25 II-26 II-35 II-37 II-41 II-49 II-50 II-51 II-52 II-53 II-54 II-55 II-58 II-59 II-60 II-63 II-64 II-67 II-68 II-71 II-72 II-73 II-76 II-77 II-77 II-87 II-88 II-90 II-90 II-91 II-92 II-100 II-101
v Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Daftar Gambar
Gambar 2.45 Gambar 2.46 Gambar 2.47 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Gambar 3.12 Gambar 3.13 Gambar 3.14 Gambar 3.15 Gambar 3.16 Gambar 3.17 Gambar 3.18 Gambar 3.19 Gambar 3.20 Gambar 3.21 Gambar 4.1 Gambar 4.2
Grafik Suhu Udara Rata-Rata Provinsi Jambi Tahun 2015 Grafik Suhu Udara Rata-Rata Bulanan StasiunBandara Sultan Thaha Jambi Tahun 2014 dan 2015. Grafik Suhu Udara Rata-Rata Bulanan Stasiun Bandara Depati Parbo Kerinci Tahun 2014 dan 2015 Jumlah penduduk dan persebaraannya di Kab/Kota Provinsi Jambi. Grafik Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2015 Grafik Kepadatan Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2015 Perbandingan Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Tahun 2015. Perbandingan Tingkat Pendidikan di Provinsi Jambi Tahun 2015. Angka Kemiskinan Provinsi Jambi diBandingkan Angka Kemiskinan Nasional Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di Provinsi Jambi Penggunaan Sumber Air di Provinsi Jambi Jumlah Timbulan Sampah di Wilayah Provinsi Jambi Perbandingan Jumlah Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2015 Total Hasil Produksi Dari Komoditi Perkebunan di Provinsi Jambi. Perbandingan Pemakaian Pupuk Pada Lahan Perkebunan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 – 2015. Perbandingan Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Padi di Provinsi Jambi Tahun 2015 Perbandingan Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Palawija di Provinsi Jambi Tahun 2015 Perkiraan Emisi CH4 dari Lahan Sawah di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 Jenis Hewan Ternak Tercatat di Provinsi Jambi tahun 2015 Peningkatan pemotongan populasi Ternak di Provinsi Jambi Tahun 2015. Beban Pencemaran Limbah Cair Berdasarkan Jenis Industri di Provinsi Jambi Tahun 2015 Total Luas Areal Terendam Banjir Tahun 2015 di Wilayah ProvinsiJambi Perkiraaan Kerugian Akibat Banjir di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 Perkiraan Kerugian akibat Bencana kebakaran Hutan/Lahan di Provinsi Jambi Tahun 2015. Jenis Pengaduan Masyarakat Terhadap Masalah Lingkungan Provinsi Jambi Tahun 2015 jumlah pegawai BLHD Provinsi Jambi
II-113 II-115 II-116 III-3 III-4 III-5 III-6 III-10 III-13 III-13 III-14 III-15 III-19 III-22 III-23 III-27 III-27 III-30 III-32 III-34 III-39 III-53 III-53 III-55 IV-14 IV-26
vi Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3.
Tabel 1.4 Tabel 1.5
Tabel 1.6 Tabel 1.7 Tabel 1.8 Tabel 1.9 Tabel 1.10 Tabel 1.11 Tabel 1.12 Tabel 1.13 Tabel 1.14 Tabel 1.15 Tabel 1.16 Tabel 1.17 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6
Nama Tabel Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Beserta Jumlah Penduduknya Tahun 2015 ........................................... Jumlah Titik Api di Wilayah Provinsi Jambi Periode Tahun 2012-2015 ………………………………………………………... Data Indeks Standar Pencemar Udara bulan September sampai 19 November 2015 .................................................................... Jumlah kasus ISPA per Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi selama masa siaga tanggap darurat 2015 ................................. Peklaksanaan Operasi Darat .................................................... 1. Kabupaten Tanjung Jabung Barat ..................................... 2. Kabupaten Tanjung Jabung Timur .................................... 3. Kabupaten Muaro Jambi ................................................... 4. Kabupaten Batanghari ....................................................... 5. Kabuapten Tebo ................................................................ 6. Kabupaten Sarolangun ...................................................... 7. Kabupaten Merangin.......................................................... 8. Kota Jambi ........................................................................ Lokasi pembuatan Kanal dan Embung ....................................... Kawasan Aktivitas PETI di Kabupaten Merangin ....................... Kawasan Aktivitas PETI di Kabupaten Bungo ............................ Aktivitas PETI di Kabupaten Sarolangun ................................... PelaksanaanKegiatan Pemberantasan PETI Di Provinsi Jambi Komponen Penyusun IKLH Provinsi Jambi Tahun 2015 ............ IKLH Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015 ................ Indeks Pencemaran Air (IPA) Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 ..................................................... Indeks Pencemaran Udara (IPU) Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 ..................................................... Indeks Tutupan Hutan (ITH) Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 ...................................................... Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 ........................................ Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Provinsi Jambi Tahun 2015 .................................................................................. Luas Penggunaan Lahan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014-2015 .................................................................................. Luasan Kawasan Hutan Lindung di Provinsi Jambi Tahun 2015 .................................................................................................... Luasan Kawasan Hutan Produksi di Provinsi Jambi Tahun 2015 …........................................................................................ Luas Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Provinsi Jambi Tahun 2015 .......................................................................... Luasan Kawasan Hutan Produksi Konversi di Provinsi Jambi Tahun 2015 ................................................................................ Luasan Kawasan Hutan Menurut Fungsinya di Wilayah Provinsi Jambi ............................................................................
Halaman I-3 I-16 I-18
I-20 I-25 I-25 I-25 I-26 I-28 I-29 I-30 I-30 I-31 I-32 I-34 I-34 I-34 I-38 I-48 I-52 I-53 I-55 I-56 I-57 I-58 II-3 II-17 II-17 II-18 II-19 II-19
DT-iii Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Daftar Tabel
Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tabel 2.14
Tabel 2.15 Tabel 2.16 Tabel 2.17
Tabel 2.18 Tabel 2.19 Tabel 2.20
Tabel 2.21 Tabel 2.22 Tabel 2.23
Tabel 2.24 Tabel 2.25 Tabel 2.26
Tabel 2.27 Tabel 2.28 Tabel 2.29
Tabel 2.30
Tutupan Lahan di Kawasan Lindung di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 ...................................................................... Tutupan Lahan di Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 .......................... Kawasan Berhutan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2013 dan 2014 ........................................................................................... Lahan Kritis Di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 ...................................................... Kerusakan Hutan di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 ....... Sungai di Wilayah Provinsi Jambi Menurut Kelasnya ................ Parameter Kualitas Air Sungai Batang Hari yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015 ............................................ Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi Pemantauan Parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Hari Tahun 2014 dan 2015 ................................ Perbandingan Konsentrasi Parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Hari Tahun 2013 dan 2014 ............... Parameter Kualitas Air Sungai Batang Merangin yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015 ............................................ Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Merangin Tahun 2014 dan 2015 ........................ Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Merangin Tahun 2014 dan 2015 ..... Parameter Kualitas Air Sungai Batang Tebo Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015 ............................................ Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tebo Tahun 2014 dan 2015 .............................. Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tebo Tahun 2013 dan 2014 ............ Parameter Kualitas Air Sungai Batang Bungo Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2014 ............................................ Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Bungo Tahun 2014 dan 2015 Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Bungo Tahun 2014 dan 2015 .......... Parameter Kualitas Air Sungai Batang Tabir Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015 ............................................ Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tabir Tahun 2014 dan 2015 .............................. Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tabir Tahun 2014 dan 2015 ............ Parameter Kualitas Air Sungai Batang Tembesi Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015 ............................................ Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tembesi Tahun 2014 dan 2015 ......................... Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tembesi Tahun 2013 dan 2014 .......
II-21 II-22 II-24 II-27 II-30 II-44 II-47 II-55
II-56 II-61 II-61
II-61 II-62 II-65
II-65 II-66 II-69
II-70 II-70 II-74
II-74 II-75 II-78
II-79
DT-iv Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Daftar Tabel
Tabel 2.31 Tabel 2.32 Tabel 2.33 Tabel 2.34 Tabel 2.35 Tabel 2.36 Tabel 2.37 Tabel 2.38 Tabel 2.39 Tabel 2.40 Tabel 2.41 Tabel 2.42 Tabel 2.43 Tabel 2.44 Tabel 2.45 Tabel 2.46 Tabel 2.47 Tabel 2.48 Tabel 2.49 Tabel 2.50 Tabel 2.51 Tabel 2.52 Tabel 2.53 Tabel 2.54 Tabel 2.55 Tabel 2.56 Tabel 2.57
Sungai-Sungai di Provinsi Jambi dan Parameter Pencemarnya Tahun 2015 ................................................................................ Hasil Pemantauan Kualitas Air Danau Sipin Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015 ............................................... Hasil Pemantauan Kualitas Air Danau Kerinci Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015 ............................................ Konsentrasi Sulfur Dioksida (SO2) di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 ................................................................................ Konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO2) di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 ...................................................................... Konsentrasi Oksidan (O3) di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 ........................................................................................... Konsentrasi Parameter Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan di Wilayah Provinsi Jambi .............................................................. Konsentrasi SO2 di Wilayah Provinsi Jambi pada Tahun 2013 dan 2014 Konsentrasi NO2 di Wilayah Provinsi Jambi pada Tahun 2013 dan 2014 Konsentrasi O3 di Wilayah Provinsi Jambi pada Tahun 2013 dan 2014 .................................................................................... Kualitas Air Hujan Di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 ........................................................................................... Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Air Laut di Provinsi Jambi Tahun 2014 ........................................................ Tutupan Vegetasi Mangrove di Wilayah Provinsi Jambi ............ Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Januari di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 ........................................................ Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Februari di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 ........................................................ Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Maret di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 ...................................................................... Tabel Analisa Curah Hujan Bulan April di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 ...................................................................... Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Mei di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Juni di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 ...................................................................... Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Juli di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 ...................................................................... Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Agustus di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 ........................................................ Tabel Analisa Curah Hujan Bulan September di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 ........................................................ Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Oktober di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 ........................................................ Tabel Analisa Curah Hujan Bulan November di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 ........................................................ Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Desember di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 ........................................................ Tabel Analisa Sifat Hujan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 ........................................................................................... Tabel Informasi Banyaknya Hari Hujan di Wilayah Provinsi
II-79 II-82 II-83 II-87 II-89 II-91 II-95 II-98 II-99 II-102 II-102 II-102 II-104 II-104 II-105 II-106 II-107 II-108 II-108 II-108 II-108 II-110 II-111 II-112 II-112 II-114 II-116 DT-v
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Tabel 3.17 Tabel 3.18 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4
Jambi Tahun 2015 ...................................................................... Kepadatan Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2015 .................... Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi Jambi Tahun 2015 Penduduk di Wilayah Pesisir dan Laut Provinsi Jambi Tahun 2014 ........................................................................................... Status Kepemilikan Rumah Sakit di Wilayah Provinsi Jambi ..... Penggunaan Jenis Pupuk di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 ........................................................................................... Perhitungan Emisi CO2 dari Tanaman Perkebunan di Wilayah . Pemakaian Pupuk Untuk Tanaman Padi dan Palawija di Provinsi Jambi Tahun 2015 ........................................................ Pemakaian Pupuk Pada Tanaman Padi dan Palawija di Wilayah Provinsi Jambi pada Tahun 2014 dan 2015 ............ Perhitungan Emisi CO2 dari Tanaman Padi dan Palawija di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 ......................................... Peningkatan Jumlah Populasi Ternak dari 2013 – 2015 di Provinsi Jambi ................................................................ Jumlah Emisi metana dari pengelolaan kotoran Ternak di Provinsi Jambi Tahun 2015 .................................................... Jumlah Emisi Metana dari Fermentasi Enterik diProvinsi Jambi Tahun 2015 ................................................................................ Jumlah Produksi Industri di Provinsi Jambi Tahun 2015 ........... Total Beban Pencemaran dari Industri di Provinsi Jambi Tahun 2015 ................................................................................ Luas Areal Pertambangan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 ........................................................................... Lokasi Obyek Wisata, Jumlah Pengunjung dan Luas Kawasan di Provinsi Jambi Tahun 2015 ................................... Sarana Hotel di Provinsi Jambi Tahun 2015 ............................... Rekapitulasi Perhitungan Beban Limbah B3 di Provinsi Jambi 2015 ....................................................................... Realisasi Kegiatan Penghijauan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 ....................................................... Realisasi Kegiatan Reboisasi Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 ...................................................... Jumlah Staf Fungsional di Lingkup Pemerintah Provinsi Jambi Tahun 2013 dan 2014 .................................................................... Anggaran BLHD Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 .............
III-5 III-8 III-11 III-20 III-23 III-25 III-26 III-28 III-29 III-34 III-36 III-37 III-38 III-40 III-42 III-47 III-47 III-48 IV-4 IV-6 IV-28 IV-29
DT-vi Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus pemerintahannya memiliki landasan hukum yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang ini dengan tegas memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke daerah sebagai dasar pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana tersebut dalam Pasal 9 ayat 4. Selanjutnya pada pasal 11 ayat 1 dan ayat 3 dinyatakan bahwa urusan pemerintahan konkuren terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan, dimana urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat 2 huruf e merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Selain itu dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, pada Pasal 7 ayat 2 dan ayat 3 dinyatakan bahwa badan publik wajib menyediakan informasi publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan melalui pembangunan dan pengembangan system informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. Lebih lanjut dalam Pasal 8 disebutkan bahwa kewajiban badan publik yang berkaitan dengan kearsipan dan pendokumentasian informasi publik dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Keterbukaan informasi publik seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 diatas telah diadopsi keberadaannya dalam UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan diatur dalam pasal khusus dan bab khusus yaitu pada
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 1
Pendahuluan
Pasal 62 Bab VIII tentang Sistem Informasi. Dalam Pasal 62 ayat 1 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan sistem informasi lingkungan hidup untuk mendukung pelaksanaan dan pengembangan kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Lebih lanjut pada ayat 3 disebutkan bahwa sistem informasi lingkungan hidup paling sedikit memuat informasi mengenai status lingkungan hidup, peta rawan lingkungan hidup dan informasi lingkungan hidup lain. Pelaporan status lingkungan hidup sebagai sarana penyediaan data dan informasi lingkungan hidup yang disediakan secara berkala dapat menjadi alat yang berguna dalam menilai, menentukan prioritas masalah, membuat rekomendasi bagi penyusunan kebijakan dan perencanaan untuk membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup, dan menerapkan mandat pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas publik sebagaimana telah diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 dan UndangUndang Nomor 32 tahun 2009 di atas, Pemerintah Provinsi Jambi menyusun Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi Tahun 2015 yang memuat informasi tentang isu-isu lingkungan hidup, kondisi lingkungan hidup dan kecenderungannya, tekanan terhadap lingkungan, dan upaya pengelolaan lingkungan di Provinsi Jambi selama tahun 2015, yang dalam penyusunannya di bagi dalam 2 (dua) buah buku yaitu buku I berupa Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi Tahun 2015 dan buku II berupa Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi Tahun 2015. B. Profil Daerah Provinsi Jambi Provinsi Jambi memiliki semboyan “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah” yang bermakna satu kesatuan kebangsaan, satu kesatuan rakyat dan wilayah Jambi dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia. Menurut sejarah dari berbagai sumber yang ada, “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah" diambil dari naskah
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 2
Pendahuluan
Undang-Undang Piagam Pencacahan Kisah Negeri Jambi yang ditulis oleh Ngebi Sutho Dilago Priyayi Rajo Sari pada tahun 1937 M. Pada kitab tersebut tertulis, makna Sepucuk Jambi tersebut adalah Pulau Umak dimana durian di takuk rajo sebelah ulu sialang belantak besi antara dengan tanah Minangkabau. Sedangkan makna dari Sembilan Lurah merupakan wilayah Kesultanan Melayu Jambi yang meliputi 9 (sembilan) lurah yang dialiri oleh anak-anak Sungai Batang Hari yaitu 1). Sungai Batang Asai; 2).Sungai Batang Merangin; 3).Sungai Batang Masurai; 4). Sungai Batang Tabir; 5). Sungai Batang Senamat; 6).Sungai Batang Jujuhan; 7). Sungai Batang Bungo; 8). Sungai Batang Tebo; dan 9). Sungai Batang Tembesi. Wilayah Kesultanan Melayu Jambi tersebut meliputi wilayah pemerintahan Rang Kayo Hitam yaitu VIII-IX Koto, Petajin, Muaro Sebo, Jebus, Aer Itam, Awin, Penegan, Miji dan Binikawan. Terlepas dari sejarah wilayah Provinsi Jambi tersebut, hingga pada tahun 1957 terbentuklah Provinsi Jambi dengan cakupan wilayah administratif terdiri dari 5 (lima) kabupaten dan 1 (satu) kota dan berkembang menjadi 9 (sembilan) kabupaten dan 2 (dua) kota pada tahun 1999 dan 2008. Wilayah tersebut mencakup Kabupaten Kerinci, Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh, dengan jumlah kecamatan sebanyak 138, desa sebanyak 1.551, dan kelurahan sebanyak 213. Provinsi Jambi secara geografis terletak pada 0° 45¹ 3º 45¹ LS dan 101º 0¹ - 104º 55 BT di bagian tengah Pulau Sumatera dengan luas daratan 50.160,05 km2 dan luas perairan 425,50 km2. Wilayah Provinsi Jambi sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan dan Provinsi Kepulauan Riau, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan, dan sebelah barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 3
Pendahuluan
Dengan luas wilayah Provinsi Jambi 50.160,05 km 2, luasan masingmasing kabupaten/kota di Provinsi Jambi beserta jumlah penduduknya pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. LuasWilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Beserta Jumlah Penduduknya Tahun 2015. No.
Luas (km2)
Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk
1.
Kabupaten Kerinci
3.355,27
234,882
2.
Kabupaten Merangin
7.679,00
366,315
3.
Kabupaten Sarolangun
6.184,00
278,222
4.
Kabupaten Batanghari
5.804,00
260,631
5.
Kabupaten Muaro Jambi
5.326,00
399,157
6.
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
5.445,00
213,670
7.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
4.649,85
310,914
8.
Kabupaten Tebo
6.461,00
330,962
9.
Kabupaten Bungo
4.659,00
344,100
10.
Kota Jambi
205,43
576,067
11.
Kota Sungai Penuh
391,50
87,132
Total
50.160,05
3,402,052
Sumber : Data Olahan Tabel DE-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015. Berdasarkan topografi wilayah, Provinsi Jambi memiliki topografi wilayah yang bervariasi mulai dari ketinggian 0 meter di atas permukaan laut di bagian timur sampai pada ketinggian di atas 1,000 meter di atas permukaan laut ke arah barat di mana morfologi lahannya semakin tinggi yang merupakan kawasan pegunungan Bukit Barisanyang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat. Variasi ketinggian wilayah Provinsi Jambi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 4
Pendahuluan
1). Daerah dataran rendah 0 - 100 meter, berada di wilayah timur sampai tengah. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagian Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan kabupaten Merangin. 2). Daerah dataran sedang dengan ketinggian 100 - 500 meter berada di wilayah tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten Batanghari. 3). Daerah dataran tinggi dengan ketinggian > 500 meter berada di wilayah barat. Daerah dataran tinggi ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta sebagian Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin.
Terdapat sungai-sungai besar yang membentuk 5 (lima) buah Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Provinsi Jambi yaitu DAS Batanghari, DAS Tungkal, DAS Mendahara, DAS Air Hitam dan DAS Air Dikit. Dari kelima DAS tersebut, DAS Batanghari merupakan DAS yang paling besar dibandingkan keempat DAS lainnya. DAS Batanghari dengan sungai utamanya adalah Sungai Batang Hari yang terbagi menjadi 5 (lima) Sub DAS yaitu Sub DAS Batang Merangin dengan sungai utamanya Sungai Batang Merangin, Sub DAS Batang Bungo dengan sungai utamanya Sungai Batang Bungo, Sub DAS Batang Tebo dengan sungai utamanya Sungai Batang Tebo, Sub DAS Batang Tabir dengan sungai utamanya Sungai Batang Tabir, dan Sub DAS Batang Tembesi dengan sungai utamanya Sungai Batang Tembesi. Secara klimatologi, Provinsi Jambi memiliki iklim tropis dan kaya akan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, namun juga tetap terdapat kerentanan terjadi perubahan iklim. Gejala perubahan iklim seperti kenaikan temperatur,
perubahan
intensitas
dan
periode
hujan,
pergeseran
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
musim
I- 5
Pendahuluan
hujan/kemarau, dan kenaikan muka air laut, akan mengancam daya dukung lingkungan dan kegiatan seluruh sektor pembangunan. Sepanjang tahun 2015, Provinsi Jambi memiliki karakteristik curah hujan bervariasi mulai dari bawah normal hingga atas normal. Rata-rata curah hujan bulanan pada tahun 2015 berkisar antara 129 - 206 mm. Suhu udara rata-rata mencapai 22,50oC pada daerah dataran tinggi di wilayah barat dan pada daerah lainnya suhu udara berkisar 27oC. Dengan kondisi wilayah dan kondisi iklim di atas, Provinsi Jambi menjadi kawasan yang mudah ditumbuhi tanaman hutan. Data yang ada menunjukkan luas kawasan hutan di Provinsi Jambi mencapai 2.107.779 Ha yang terdiri dari 686.095 Ha wilayah Kawasan Suaka Alam-Kawasan Pelestarian Alam (KSA-KPA), 179.926 Ha wilayah hutan lindung, 968.889 Ha wilayah hutan produksi, 261.453 Ha wilayah hutan produksi terbatas dan 11.416 Ha wilayah hutan produksi konversi. Pada wilayah KSA-KPA, wilayah Provinsi Jambi 4 (empat) buah Taman Nasional, 4 (empat) buah Cagar Alam, 2 (dua) buah Taman Hutan Raya, dan 1 (satu) Taman Wisata yang tersebar di seluruh wilayah Provinsi Jambi. Keempat Taman Nasional di Provinsi Jambi tersebut meliputi Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS), Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD), Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) dan Taman Nasional Berbak (TNB). Masing-masing taman nasional tersebut memiliki potensi
keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa endemik yang bernilai tinggi. Bahkan TNBD merupakan tempat bermukimnya komunitas Suku Anak Dalam (SAD). Sementara TNB merupakan kawasan konservasi hutan rawa terluas di Asia Tenggara dengan keunikan berupa gabungan yang menarik antara hutan rawa gambut dan hutan rawa air tawar yang terbentang luas di pesisir timur Pulau Sumatera. Dengan kondisi lingkungan seperti yang dijelaskan di atas, Provinsi Jambi memiliki beberapa potensi ungggulan yang menunjang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi. Berdasarkan hasil Kajian Ekonomi Regional (KER) Bank Indonesia tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tercatat pada angka 7,93 % dimana kondisi ini menjadikan provinsi Jambi sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera dan mampu melampaui
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 6
Pendahuluan
pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,02 %. Namun berdasarkan hasil KER tahun 2015, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi mengalami penurunan menjadi 4,21 % dan tercatat dibawah pertumbuhan ekonomi nasional 4,79 %, halini diakibatkan oleh adanya musim kemarau yang panjang dan menyebabkan kebakaran lahan dan hutan yang berdampak menurunnya aktivitas ekonomi selama 5 (lima) bulan yaitu mulai dari bulan Juli hingga bulan November 2015.
Gambar 1.1 : Grafik Kajian Ekonomi dan Keuangan RegionalProvinsi Jambi 2009 - 2015
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, 2016.
Salah satu potensi unggulan Provinsi Jambi adalah di sektor perkebunan meliputi perkebunan besar dengan komoditi kelapa sawit, teh, karet dan perkebunan rakyat dengan komoditi kelapa, karet, kopi, coklat, cengkeh, tebu, tembakau, kapuk, kayu manis,
lada,
pinang, kemiri,
aren,
vanili dan
nilam.Perkebunan karet memiliki areal perkebunan yang paling luas di wilayah Provinsi Jambi yaitu seluas 665.595 Ha dengan jumlah produksi 318.348 ton pada tahun 2015. Selain perkebunan karet, perkebunan kelapa sawit juga merupakan potensi unggulan Provinsi Jambi di sektor perkebunan. Luas perkebunan kelapa sawit di wilayah Provinsi Jambi adalah seluas 662.846 Ha dengan jumlah produksi yang paling banyak diantara hasil perkebunan lainnya yaitu sebanyak 1.571.535 ton. Selain itu perkebunan kelapa dalam juga menjadi komoditi yang
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 7
Pendahuluan
dikembangkan oleh masyarakat khususnya diwilayah pesisir seluas 118.649 Ha dengan jumlah produksi 108.950 ton. Selain di sektor perkebunan, Provinsi Jambi juga memiliki potensi di sektor pertambangan, di mana luas wilayah pertambangan semakin meningkat dari tahun ke tahun. dieksplorasi
Pada
tahun 2015,
jenis
pertambangan
maupun dieksploitasi di wilayah Provinsi Jambi
yang
telah
adalah minyak
bumi, gas bumi, batubara, mangan, emas, dan biji besi dengan jumlah luasan areal pertambangan 398.930 Ha dengan jumlah perusahaan pertambangan yang terdata sebanyak 196 buah perusahaan pertambangan. Sektor pariwisata pun merupakan potensi unggulan bagi Provinsi Jambi yang belum tereksplorasi dan terekspos lebih mendalam. Provinsi Jambi memiliki potensi wisata yang cukup beragam pada setiap wilayahnya, tersebar mulai dari wisata alam dan agro pada daerah di dataran tinggi, hingga wisata bahari pada wilayah pesisir dan laut di bagian timur. Obyek wisata alam dan agro meliputi kawasan Taman Nasional, Cagar Alam, Hutan Kota, Hutan Adat, danau dan perkebunan teh. Obyek wisata bahari meliputi pantai-pantai di pesisir timur Pulau Sumatera. Berkembangnya sektor pariwisata di Provinsi Jambi ditunjang oleh sarana dan prasarana hotel dan penginapan dari tingkatan hotel melati hingga hotel berbintang. Bahkan saat ini, telah terbangunnya hotel-hotel berskala nasional di beberapa wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Hal ini mengindikasikan telah banyaknya
investor
nasional
yang
telah
menanamkan
modalnya
pada
perkembangan pembangunan di Provinsi Jambi. Obyek-obyek wisata di Provinsi Jambi menyimpan keunikan tersendiri dibandingkan obyek-obyek wisata di daerah lain. Salah satunya terdapatnya taman bumi (Geopark) di Kabupaten Merangin. Kawasan ini memaduserasikan 3 (tiga) keragaman alam yaitu keragaman geologi(geodiversity), keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (culturaldiversity). Geopark Merangin diperkirakan merupakan pecahan lempeng daratan tertua di dunia yang berada di Cina, karena jenis bebatuan yang ada di sekitar kawasan geopark ini mirip dan bahkan berusia hampir sama dengan bebatuan yang ada di situs bersejarah di
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 8
Pendahuluan
Cina. Banyak terdapat fosil kayu, tumbuhan serta kerang-kerangan yang tercetak membatu di batu endapan lava dan abu vulkanik gunung purba sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.2.danGambar 1.3. Menurut para ahli, geopark ini diperkirakan berumur 300 juta tahun. Peneliti-peneliti dunia seperti peneliti dari Eropa, Amerika, Malaysia dan Jepang telah mengunjungi daerah ini untuk mengeksplorasi kekayaan dan meneliti bebatuan yang ada di wilayah geopark ini. Dan saat ini, Geopark Merangin telah dinyatakan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.
Gambar 1.2. Fosil fauna yang membatu
Gambar 1.3. Fosil Flora yang membatu
Lebih ke arah barat lagi tepatnya di Desa Pelompek, Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci, terdapat sebuah danau yang menyimpan pesona yang unik. Danau ini berada di ketinggian 1.950 meter di atas permukaan laut (mdpl) dipuncak Gunung Tujuh dan menjadi salah satu danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara dengan luas sekitar 960 Ha. Danau ini merupakan danau vulkanik nan menawan
yang
tercipta
karena
letusan
gunung
api
yang
menyebabkan
terbentuknya kawah besar yang kemudian terisi air hujan sehingga membentuk sebuah danau. Danau ini berada di dalam kawasan TNKS dan dikelilingi oleh 7 (tujuh) puncak gunung yaitu Gunung Hulu Tebo (2.525mdpl), Gunung Hulu Sangir (2.330 mdpl), Gunung Madura Besi (2.418 mdpl), Gunung Lumut (2.350 mdpl), Gunung Selasih (2.230 mdpl), Gunung Jar Panggang (2.469 mdpl)
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 9
Pendahuluan
dan Gunung Tujuh (2.735 mdpl) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.4. dan Gambar 1.5.
Gambar 1.4 Danau Gunung Tujuh Yang Keberadaannya dikelilingi oleh 7 (tujuh) buah gunung
Gambar 1.5 Wisata Gunung Tujuh dengan Perahu Kano Masyarakat Setempat
Pesona wisata lain yang merupakan kebanggaan Provinsi Jambi adalah kompleks Candi Muaro Jambi yang merupakan situs peningggalan purbakala terluas di Indonesia dengan luas 12 km2. Membentang dari Barat ke Timur sejauh 7.5 km di tepian Sungai Batang Hari tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi.Candi ini merupakan warisan budaya yang menunjukkan bahwa di lokasi ini pernah menjadi pusat peribadatan agama Budha (Gambar 1.6. dan Gambar 1.7.).
Gambar 1.6. Pemeluk Agama Budha Sedang Beribadah di Candi Muaro Jambi.
Gambar 1.7. Penemuan Makara oleh Pendeta Budha
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 10
Pendahuluan
Segala potensi yang dimiliki oleh Provinsi Jambi tersebut jika tidak terjaga dan terlestari akan menyebabkan kerusakan lingkungan dan hilangnya identitas daerah. Perlunya pengelolaan yang terorganisir dan terpadu serta mengacu pada upaya pelestarian lingkungan dalam menjaga semua potensi yang ada. Hingga suatu waktu Provinsi Jambi dapat tumbuh dan berkembang tidak hanya dengan percepatan
pembangunan
dan
pertumbuhan
ekonominya
tapi
juga
perkembangan budaya dan pariwisatanya disertai dengan pelestarian lingkungan yang semakin membaik.
C. Pemanfaatan Laporan SLHD
Dengan semakin banyaknya data dan informasi mengenai lingkungan baik air, udara, lahan, hutan, pesisir dan laut yang dihimpun dalam SLHD, membuat laporan SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015 dan Tahun 2014 menjadi sumber referensi yang selalu ditanyakan oleh para pihak yang membutuhkan data dan informasi tentang kualitas lingkungan hidup di Provinsi Jambi pada saat mengadakan kunjungan ilmiah ke BLHD Provinsi Jambi, baik secara langsung maupun melalui korespondensi surat. Secara umum pemanfaatan laporan SLHD Provinsi Jambi ini dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu (1) pemanfaatan internal, dan(2) pemanfaatan eksternal. 1. Pemanfaatan Internal
Data dan informasi yang dihimpun dalam SLHD Provinsi Jambi dipergunakan oleh para pejabat terkait untuk bahan pada rapat-rapat utama yang meliputi MUSRESBANG, Forum SKPD, Rakor Camat, Rapat Anggaran, Rapat Dengar Pendapat dengan DPRD Provinsi Jambi, Bahan Publikasi HUT Provinsi Jambi, Dialog Interaktive di TVRI, Dialog Interaktive di Radio, serta Rapat Kepala SKPD dengan jajaran Gubernur, Wakil Gubernur, dan Sekretaris Daerah.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 11
Pendahuluan
Selain itu juga dipergunakan untuk penyampaian ekspose kondisi lingkungan hidup di wilayah Provinsi Jambi pada saat pertemuan Gubernur dalam kunjungan kerja dengan Pejabat/DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia, Pejabat Kementerian, dan Pejabat Negara Tetangga seperti dari Pemerintah Singapura, juga pada saat Gubernur diwawancarai oleh wartawan lokal, wartawan nasional, dan wartawan luar negeri.
2. Pemanfaatan Eksternal
Beberapa pihak eksternal yang membutuhkan data dan informasi yang dihimpun dalam SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014 yaitu : 1). Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi membutuhkan data dan informasi SLHD Provinsi Jambi untuk penyusunan Buku Jambi Dalam Angka. 2). Mahasiswa program S1, S2, dan S3 dari perguruan tinggi di Provinsi Jambi, diluar Provinsi Jambi, dan di luar Indonesia membutuhkan data dan informasi SLHD untuk materi penyusunan skripsi, tesis, dan disertasi. 3). Dosen perguruan tinggi di Provinsi Jambi dan diluar Provinsi Jambi membutuhkan data dan informasi untuk bahan penyusunan laporan penelitian. 4). Konsultan yang bergerak di bidang penyusunan dokumen lingkungan baik yang bergerak di bidang penyusunan AMDAL maupun di bidang PU, Perikanan, Kehutanan, Pertanian dan Perhubungan. 5). Masyarakat umum baik wartawan, LSM, maupun kelompok pelestari lingkungan.
Melalui
Peraturan
Daerah
Provinsi
Jambi
Nomor 4 Tahun
2013
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jambi, telah dibentuk jabatan baru setingkat eselon IV yaitu Sub Bidang Komunikasi dan Informasi Lingkungan pada BLHD Provinsi Jambi. Dengan adanya jabatan baru ini pengembangan sistem informasi lingkungan hidup di lingkungan BLHD Provinsi Jambi semakin ditingkatkan. Hal ini terlihat
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 12
Pendahuluan
dengan telah beroperasinya situs BLHD Provinsi Jambi sebanyak 2 (dua) buah yaitu www.blhdprovjambi.or.id dan blhd.jambiprov.go.id sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.8.
Gambar 1.8. Situs BLHD Provinsi Jambi blhd.jambiprov.go.id Selain kedua situs tersebut, BLHD Provinsi Jambi juga mendapat bantuan sebuat situs dari Kementerian Lingkungan Hidup dalam bentuk sub-sub domain dengan nama http://jambi.silh.menlh.go.id/ sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar1.9.
Bantuan
ini
diberikan
kepada
seluruh
BLHD
Provinsi/Kabupaten/Kota se Indonesia dalam rangka pengembangan program sistem informasi lingkungan hidup (SILH).
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 13
Pendahuluan
Gambar 1.9. Situs BLHD Provinsi Jambi http://jambi.silh.menlh.go.id D. Isu Utama Lingkungan Hidup di Provinsi Jambi Tahun 2015
Isu utama lingkungan hidup yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi selalu menarik untuk dikaji dari tahun ke tahun.Isu utama ini dapat berupa isu yang terjadi pada tahun sebelumnya dan belum dapat terselesaikan pada tahun berjalan sehingga memerlukan penanganan lebih lanjut pada tahun berikutnya.Isu utama ini dapat juga berupa isu yang benar-benar baru yang belum timbul pada tahun-tahun sebelumnya. Bila kita review kembali isu utama lingkungan hidup yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi pada 3 (tiga) tahun terakhir yaitu pada tahun 2013, 2014 dan tahun 2015, maka terdapat isu yang berulang dan isu baru. Pada tahun2013 isu utama yaitu (1). Kerusakan Lahan dan Hutan, (2). Bencana Banjir, dan (3). Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas. Pada tahun 2014 isu utama yang perlu mendapat perhatian serius ada 3 (tiga) yaitu : (1). Konflik Lahan dan Hutan, (2). Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas, dan (3). Kebakaran Lahan dan Hutan. Isu Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas merupakan isu lama yang meningkat bobot
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 14
Pendahuluan
permasalahannya dari isu utama urutan ketiga pada tahun 2013 menjadi isu utama urutan kedua pada tahun 2014. Sementara 2 (dua) isu lainnya pada tahun 2014 adalah isu baru yaitu Konflik Lahan dan Hutan yang langsung menempati urutan pertama, dan isu Kebakaran Lahan dan Hutan yang menempati urutan ketiga. Isu utama pada tahun 2015 adalah isu-isu dari tahun 2014 yang masih terjadi dan perlu mendapat perhatian serius ada 3 (tiga) yaitu : (1). Kebakaran Lahan dan Hutan, (2). Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas, dan (3).Konflik Lahan dan Hutan.
1. Kebakaran Lahan dan Hutan a. Status
Isu kebakaran lahan dan hutan merupakan isu yang selalu diangkat ke permukaan setiap tahun oleh semua pihak, namun tidak pernah diselesaikan secara tuntas. Isu ini akan ramai dibicarakan pada saat kondisi kualitas udara di wilayah Provinsi Jambi memburuk sebagai akibat dari kegiatan pembakaran lahan dan hutan atau terbakarnya lahan dan hutan, dan akan menghilang seketika apabila hujan turun selama beberapa hari yang menyebabkan hilangnya kabut asap yang ditimbulkan oleh kegiatan pembakaran lahan dan hutan atau terbakarnya lahan dan hutan tersebut. Deteksi dini mengenai adanya kebakaran lahan dan hutan dilakukan melalui monitoring titik panas (hotspot) yang sumber informasinya berasal dari satelit NOAA. Banyaknya titik panas (hotspot) menjadi indikasi dari banyaknya kebakaran lahan dan hutan yang terjadi pada suatu wilayah, walaupun tidak semua titik panas (hotspot) yang terpantau tersebut ada kejadian kebakaran lahan dan hutan. Karena yang terpantau tersebut titik panas bukan titik api, bisa jadi di lokasi tersebut terdapat kandungan batubara atau kawasan industri batu bata yang sedang melakukan pembakaran batu bata secara bersama-sama.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 15
Pendahuluan
Selama 3 (tiga) tahun terakhir jumlah titik panas (hotspot) yang terpantau di wilayah Provinsi Jambi mengalami kenaikan.Pada tahun 2013 titik panas (hotspot) yang terpantau mencapai 1.135 titik panas.Selanjutnya pada tahun 2014 menjadi 1.226 titik panas dan meningkat kembali pada tahun 2015 sebanyak 1.654 titik panas sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.2. Peningkatan titik panas yang terjadi di tahun 2015 disebabkan oleh kondisi iklim yang terjadi sehingga menyebabkan kemarau yang lebih panjang atau biasa disebut dengan El Nino.Hal ini mengakibatkan bulan kering yang terjadi di tahun 2015 lebih panjang dan kondisi ini menjadikan kemarau yang panjang pula. Tabel 1.2. Jumlah Titik Panas di Wilayah Provinsi Jambi Periode Tahun 20122015. No.
Bulan
Tahun 2013
2014
2015
1.
Januari
20
11
88
2.
Februari
55
124
21
3.
Maret
136
171
9
4.
April
42
14
8
5.
Mei
37
38
44
6.
Juni
209
111
58
7.
Juli
113
227
366
8.
Agustus
322
97
341
9.
September
165
293
523
10.
Oktober
28
92
174
11.
November
6
43
21
12.
Desember
2
5
1
1.135
1.226
1.654
Jumlah
Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, 2016.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 16
Pendahuluan
Dari Tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa bulan-bulan di mana kualitas udara di wilayah Provinsi Jambi memburuk terjadi pada saat jumlah titik panas yang terpantau pada bulan Juni, Juli, Agustus, dan September serta Oktober. Pada bulan-bulan tersebut kondisi iklim di wilayah Provinsi Jambi memasuki musim kering yang ditandai dengan intensitas curah hujan yang rendah dan ketersediaan air tanah yang berkurang. Pembakaran lahan dan hutan baik untuk kegiatan pertanian atau kegiatan lainnya sangat tidak dianjurkan pada kondisi seperti ini, karena
asap
yang
ditimbulkannyatidak
akan
mampu
dinetralisir
secara
alamidanpadaakhirnyaberdampakpadatimbulnya kabut asap. Pada tahun 2015, kondisi cuaca yang sangat ekstrim menyebabkan terjadinya titik-titik api yang diakibatkan oleh aktivitas yang secara sengaja maupun tidak sengaja menjadi pemicu kebakaran hutan dan lahan. Sebaran titik api yang terjadi di Provinsi Jambi terutama pada tanggal 28 Oktober 2015 dapat terlihat pada Gambar 1.10. Gambar 1.10. Peta sebaran titik api pada tanggal 28 Oktober 2015
Sumber : Ditjen PPKL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 17
Pendahuluan
b. Tekanan
Kabut asap yang ditimbulkan dari kegiatan pembakaran lahan dan hutan atau terbakarnya lahan dan hutan di wilayah Provinsi Jambi berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan di wilayah Provinsi Jambi, di wilayah-wilayah tetangga Provinsi Jambi dan di negara tetangga di mana kabut asap tersebut terbawa angin.Berdasarkan data pemantauan kualitas udara yang dilakukan oleh BLHD Provinsi Jambi dengan menggunakan alat Air Quality Monitoring System (AQMS).
Alat
AQMS
ini
merupakan
pinjaman
dari
Pusat
Pengendalian
Pembangunan Ekoregion Sumatera (P3ES) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia di Pekanbaru Riau, yang di kembalikan pada tanggal 20 November 2015. Berdasarkan pemantauan alat AQMS tersebut, terlihat bahwa pada saat kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi, kualitas lingkungan telah masuk dalam kategori berbahaya dengan indeks lebih dari 300.Kondisi ini terjadi pada bulan September dan Oktober 2015 seperti terlihat pada tabel 1.3. Kondisi dengan nilai ISPU dalam kategori sangat tidak sehat dan berbahaya, mengarahkan pemerintah Provinsi Jambi mengeluarkan kebijakan untuk meliburkan anak-anak sekolah, dan himbauan bagi kegiatan lain diupayakan untuk dikerjakan di dalam ruangan, dan apabila tidak memungkinkan maka aktivitas di luar ruangan memanfaatkan pelindung pernapasan berupa masker.
Tabel.1.3. Data Indeks Standar Pencemar Udara bulan September sampai 19 November 2015 BULAN SEPTEMBER 2015 TGL
ISPU
TGL
ISPU
TGL
ISPU
TGL
ISPU
TGL
ISPU
TGL
ISPU
01
125
06
211
11
360
16
149
21
141
26
193
02
138
07
216
12
409
17
130
22
67
27
162
03
162
08
291
13
323
18
145
23
187
28
162
04
211
09
324
14
193
19
184
24
228
29
315
05
211
10
336
15
173
20
97
25
223
30
188
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 18
Pendahuluan
BULAN OKTOBER 2015 TGL
ISPU
TGL
ISPU
TGL
ISPU
TGL
ISPU
TGL
ISPU
TGL
ISPU
01
344
06
390
11
191
16
494
21
407
26
257
02
514
07
309
12
205
17
355
22
268
27
354
03
378
08
158
13
219
18
300
23
433
28
174
04
355
09
161
14
139
19
329
24
210
29
127
05
405
10
147
15
184
20
233
25
152
30
80
31
74
ISPU
TGL
ISPU
BULAN NOVEMBER TGL
ISPU
TGL
ISPU
TGL
ISPU
TGL
ISPU
TGL
01
66
06
20
11
22
16
7
21
26
02
57
07
38
12
52
17
8
22
27
03
78
08
24
13
48
18
8
23
28
04
75
09
55
14
48
19
7
24
29
05
60
10
21
15
22
20
25
30
Gambar 1.11. Grafik sebaran Nilai Indeks Standar Pencemar Udara pada saat bencana asap di Provinsi Jambi bulan September sampai November 2015 600
500
400
300
200
100
0
Dengan berkurangnya kualitas udara di wilayah Provinsi Jambi, menyebabkan meningkatnya masyarakat yang menderita penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) terutama bagi anak-anak dan orang lanjut usia. Data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi pada saat kabut asap menunjukkan kasus ISPA lebih tinggi dari kabupaten lainnya, seperti terlihat pada data dalam tabel 1.4. Selanjutnya Grafik 1.12 menunjukkan peningkatan angka penderita ISPA saat
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 19
Pendahuluan
kondisi terjadi kebakaran lahan dan hutan bila dibandingkan dengan minggu 33 tahun 2015 dan sebelumnya diangka 6000an meningkat 8.717 kasus di minggu ke 34, di masa kondisi siaga tanggap darurat. Tabel 1.4. Jumlah kasus ISPA per Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi selama masa siaga tanggap darurat 2015
Sumber. Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. 2015
Gambar 1.12. Grafik Komulatif kasus ISPA per Minggu di Provinsi Jambi sampai minggu 44 tahun 2015.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 20
Pendahuluan
Di samping itu kabut asap juga menyebabkan berkurangnya jarak pandang pada landasan pacu Bandara Sultan Thaha Jambi yang berakibat pada tertundanya penerbangan beberapa maskapai yang menghubungkan Kota Jambi dengan Kota Jakarta atau kota-kota lainnya, sehingga untuk melakukan perjalanan ke luar daerah dengan menggunakan pesawat terbang harus melalui Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan dan Bandara Internasional Minangkabau di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat. Untuk wilayah-wilayah tetangga Provinsi Jambi kabut asap belum dapat dipastikan secara nyata mencapai wilayah mana saja. Informasi yang didasarkan pada data arah angin dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi menyebutkan bahwa wilayah Provinsi Jambi diapit oleh 2 (dua) wilayah sumber arah angin yaitu Provinsi Sumatera Selatan dari arah tenggara dan Provinsi Riau dari arah utara. Kedua wilayah provinsi ini merupakan sumber titik panas (hotspot) tertinggi di Pulau Sumatera dan secara bergantian selalu menempati peringkat pertama dan peringkat kedua dari jumlah titik panas (hotspot) yang terpantau di Pulau Sumatera.
Gambar 1.13. Sebaran Hotspot di Provinsi Jambi, Sumatera Selatan dan Riau
JAN
MAR
MEI
JUL
SEPT
NOV
JAMBI
JAN 88
FEB 21
MAR 9
APR 8
MEI 44
JUN 58
JUL 366
AGT 341
SEPT 523
OKT 174
NOV 21
DES 1
SUMSEL
31
12
14
8
54
92
381
443
1250
779
173
7
RIAU
126
180
186
47
78
141
480
199
355
89
3
3
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 21
Pendahuluan
Pada tahun 2015, titik panas yang terpantau oleh satelit NOAA di Provinsi Jambi terdapat sebanyak 1.654 titik. Bila dibandingkan dengan Provinsi tetangga yaitu Provinsi Riau sebanyak 1.887 titik dan Sumatera Selatan sebanyak 3.353 titik. Kondisi ini menyebabkan sebahagian wilayah di Pulau Sumatera tertutup oleh kabut asap. Dilihat trajektori arah angin pada bulan Juli sampai bulan November 2015 yang bergerak dari arah tenggara menuju barat laut dan beralih kearah timur, maka wilayah Jambi tertutup oleh asap yang ditimbulkan dari Provinsi Sumatera Selatan, selain dari wilayah Provinsi Jambi sendiri. Hal ini juga menyebabkan wilayah Provinsi Riau dan Provinsi lain di wilayah utara mengalami kondisi tertutup oleh asap pula, dan juga mengarah ke Negara tetangga Malaysia wilayah semenanjung dan Singapura. Kondisi seperti ini yang membuat hubungan diplomatik antara Indonesia dan Singapura sering memanas dan Singapura sudah beberapa kali melakukan protes kepada Indonesia atas terjadinya kiriman kabut asap dari wilayah Provinsi Jambi khususnya dan wilayah Pulau Sumatera umumnya ke dalam wilayah negara Singapura, seperti terlihat pada Gambar. 1.14 berikut.
Gambar 1.14. Dampak asap pada tanggal 24 Oktober 2015
Sumber : ASMC Asean.org
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 22
Pendahuluan
c. Respon
Dalam upaya mencegah timbulnya kabut asap dan menanggulangi kabut asap yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi, maka Pemerintah Provinsi Jambi telah melakukan upaya-upaya yang meliputi : 1.
Deteksi dini melalui pemantauan titik panas (hotspot) dilakukan setiap hari.
2.
Memberikan informasititikpanas Kabupaten/Kota.
3.
Sosialisasi/penyuluhan kepada masyarakat pengguna lahan.
4.
Patroli kebakaran lahan dan hutan.
5.
Gelar regu dalam rangka kesiapsiagaan kebakaran lahan dan hutan.
6.
Menyiapkan peralatan kebakaran lahan dan hutan.
7.
Monitoring
peralatan
pada
(hotspot)
perusahaan
kepada
bidang
Posko
Dalkarlahut
perkebunan, kehutanan
dan pertambangan. 8.
Membuat pengumuman Gubernur Jambi tentang pencegahan kebakaran lahan dan hutan.
9.
Pembuatan leaflet/booklet untuk kampanye pencegahan kebakaran lahan dan hutan.
10. Melaksanakan pencegahan dan pemadaman dengan kegiatan : a. Membentuk Satuan tugas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Satgas Dalkarhutla) sesuai dengan Keputusan Gubernur Jambi Nomor : 404 KEP.GUB/BPBD-2.2/IX/2015
tanggal
07
September
2015
Tentang
Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Provinsi Jambi Dan Keputasan Gubernur Jambi Nomor: 408 /KEP.GUB/BPBD-2.2/IX/2015 Tentang Penetapan Personil Dan Organisasi Pos Komando (POSKO) Satgas Tanggap Darurat Pengendalian Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Provinsi Jambi tahun 2015. Oleh karena kondisi darurat bencana masih terjadi maka dilakukan perpanjangan surat keputusan gubernur dengan memperpanjang Satuan tugas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Satgas Dalkarhutla)
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 23
Pendahuluan
sesuai dengan Keputusan Gubernur Jambi Nomor :442/KEP.GUB/BPBD2.2/IX/2015 tanggal 13 Oktober 2015 tentang Penetapan Perpanjangan Masa Status Tanggap Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Provinsi Jambi Tahun 2015 Dan Keputusan Gubernur Jambi Nomor: 443 /KEP.GUB/BPBD-2.2/IX/2015 tanggal 13 Oktober 2015 Tentang Penetapan Personil Dan Organisasi Pos Komando (POSKO) Satgas Tanggap Darurat Pengendalian Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Provinsi Jambi tahun 2015. Pos komando melakukan tugas dan fungsi : 1. Poskomando di BPBD Provinsi Jambi terus melakukan koordinasi dengan pos lapangan dan seluruh instansi terkait. 2. Membuat laporan harian tertulis dilakukan setiap hari. 3. PUSDALOPS Provinsi Jambi beroperasi 24 jam setiap hari. 4. Pos Komando merupakan sumber informasi penanganan Bencana Asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Jambi. 5. Pos komando mendapat pendampingan dari BNPB.
b. Operasi Pemadaman 1) Operasi Darat Pelaksanaan operasi darat dilakukan dengan melakukan patroli dan pemadaman pada lokasi lokasi yang terdapat titik api. Komando pelaksanaan diarahkan oleh posko komando setelah mendapatkan informasi dari pemantauan satelit baik yang dilakukan oleh BMKG melalui satelit Aqua Terra maupun dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Satelit NOAA. Pelaksanaan operasi darat dapat terlihat pada tabel berikut :
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 24
Pendahuluan
Tabel 1.5. Pelaksanaan Operasi Darat 1. KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NO 1
LUAS LAHAN
LOKASI Desa Mandala Jaya, Parit Lapis Kel. Mekar Jaya Betara 10, Desa Betara 3,6,10 Desa Pematang Lumut Desa Terjun Jaya dan Desa Pematang Buluh, Desa Terjun Gajah, Desa Sei. TiramKec. Betara Desa Rantau BenarKec. Renah Mendaluh Desa Kampung Tengah kec Betara
101,25H a
4
Desa Kampung Baru
41 Ha
5
Desa Kelahiran dan Teluk Pangkah, Desa Kelagian Kec. Tebing Tinggi, Desa Suban Kempas, Desa Lubuk BernaiDesa Rawang Kempas Kec. Batang Asam, Desa Lubuk Kambing Kec Renah
77 Ha
2 3
PERALATAN
PERSONIL TNI Polri Dishut Masy
: 10 Org : 10 Org : 5 Org : 3 Org
SPM Mobil
: 5 Unit : 1 Unit
58 Ha
TNI Polri
: 12 Org : 4 Org
Msn Pompa Selang
: 1 Unit : 14 Glng
4 Ha
TNI Polri Damkar Dalkarlah ut Masy TNI Polri Masy TNI Polri Masy
: 14 Org : 7 Org : 11 Org : 26 Org : 5 Org
Mobil Motor Pompa Air
: 6 Unit : 2 Glg : 4 Unit
: 15 Org : 3 Org : 4 Org : 22Org : 10 Org : 5 Org
Pompa Air Selang
: 3 Unit : 14 Glg
Pompa Air Selang SPM
: 1 Unit : 20 M : 6 unit
KENDALA
KET Patroli
Patroli
2. KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NO
LOKASI
LUAS LAHAN
1
Desa Rantau Rasau Kec. Rantau Rasau
660 Ha
2
Desa Sinar Wajo dan Desa Pematang Rahim Kec. Mendahara danDesa Kota Baru Kec. Geragai Kec. Muaro Sabak
1259 Ha
PERSONIL TNI Polri Apdes Damkar Masy. TNI Polri Masy
: 10 Org : 5 Org : 3 Org : 3 Org : 15 Org : 15 Org : 10 Org : 5 Org
PERALATAN
KENDALA
Pompa Air Selang Ran SPM
: 2 Unit : 10 Glg : 5 Unit
Sumber air sulit di dapat
Pompa Air Selang SPM
: 1 Unit : 14 Glg : 5 Unt
Sumber air sulit di dapat
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 25
KET
Patroli
Pendahuluan
3 4
5
6
7
Parit v Kel. Teluk NilauKec. Teluk Nilau Desa Rantau Rasau Parit 7 dan 8 Kec. Berbak, Desa Lagan Ulu Kec Geragai
0,5 Ha (LG) 65 Ha
Desa Simp. Datuk, 678 Ha Desa Sei. Jeruk Kec. Nipah Panjang, Desa Sei. Sayang Kec. Sadu dan Desa Rasau desa Kec Berbak Desa Sei. Rambut 100 Ha (TNB) Kec. Nipah Panjang
Dsn. Pengayut dan Desa Bebeko Kel. Simpang, Desa Rawasari Kec. Berbak
678 Ha
PT. WKS Polri TNI Polri Polda Jatim HutBun BPBD MA Damkar PMK TNI Polri Kec. Masy
: : : : : : : : : : : : : :
6 Org 5 Org 6 Org 31 Org 3 Org 2 Org 6 Org 6 Org 4 Org 15 Org 16 Org 5 Org 2 Org 7 Org
Pompa Air
: 1 Unit
SPM Pompa Air Selang
: 5 Unit : 1 Unit : 6 Glg
TNI Polri Brimob Polda Jatim HutBun Spoc TNB MA MPA TNI Polri Apdes Masy
: 6 Org : 31 Org : 50 Org : 2 Org : 2 Org : 6 Org : 6 Org : 30 Org : 16 Org : 10 Org : 2 Org : 7 Org
Pompa Air
: 6 Unit
Pompa Air Selang SPM
: 1 Unit : 6 Unit : 9 Unit
Patroli
Patroli
3. KABUPATEN MUARO JAMBI NO
LOKASI
LUAS LAHAN
PERSONIL
PERALATAN
1
Desa Jebus Kec. Kumpeh
8 Ha
TNI Polri MA BPBD PT. WKS
: 25 Org : 12 Org : 10 Org : 5 Org : 13 Org
Pompa Air Selang Mbl Tangki Roda 4
2
Ds. Gambut Jaya Kec. Sei Gelam
200 Ha
Tahura Tanjung Kec. Kumpeh
20 Ha
4
Desa Solok, Desa Teluk RayaKec Kumpeh
160 Ha
5
Desa Sei. Aur Kec. Kumpeh Kel. PijoanKec. Jaluko
25 Ha
: 25 Org : 10 Org : 12 Org : 8 Org : 25 Org : 15 Org : 30 Org : 10 Org : 25 Org : 12 Org : 12 Org : 10 Org : 25 Org : 12 Org : 10 Org : 22 Org
Pompa Air Pick Up
3
TNI Polri Brimob KTPA TNI Polri Dishut BPBD TNI Polri MA PT. PDI TNI Polri TNI Polri
6
70 Ha
: 3 Unit : 240 M : 2 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 1 Unit
Mbl Tangki Pompa Air Pick Up Motor
: 1 Unit : 4 Unit : 1 Unit : 1 Unit
Truk R6 R4 Ranger
: 2 Unit : 1 Unit
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
KENDALA Sumber air sulit di dapat
Sumber air sulit di dapat
I- 26
KET
Pendahuluan
7 8 9
10
Desa Manis Mato Kec. Kumpeh Desa Rukam Kec. Kumpeh Desa Kemuning, Desa Marga Rukun, Desa Kayu Raja Kec. Kumpeh Desa Puding Kec. Kumpe
25 Ha 70 Ha
700 Ha
11
Desa Pematang Raman Kec. Kumpeh
12
Desa Taman Rajo Kec. Maro Sebo
13
Desa Sungai Bungur Kec. Kumpe Ilir
14
Desa Betung, Kec. Kumpeh
700 Ha
15
Desa Tanjung Katung Kec. Maro Sebo Desa Tidar Kuranji
15 Ha
17
Desa Sponjen Kec. Kumpe
160 Ha
18
Desa Rantau Majo Kec. Sekernan
7 Ha
19
Desa Bertam Kec. Jaluko
1 Ha
20
Desa Parit Lapis
99,75 Ha
16
300 Ha
30 Ha
BPBD MPA TNI Polri TNI Polri PT. WKS PT. WKS
: 10 Org : 10 Org : 25 Org : 10 Org : 25 Org : 10 Org : 9 Org : 10 Org
Mesin Sibahura
: 2 Unit Patroli
Eskavator Pompa Air
: 1 Unt : 1 Unt
Fire Pump
: 3 Unit
Pompa Air
: 2 Unit
Pompa Air
: 2 Unit
TNI Polri BPBD Manggala Agni TNI Polri PT.PDIW
: 25 Org : 38 Org : 10 Org
TNI Polri PT. WKS TNI Polri BPBD Manggala Agni TNI Polri MA BPBD TNI Polri BBS Polri PT. IIS
: 20 Org : 14 Org : 10 Org : 50 Org : 25 Org : 5 Org : 40 Org
Pompa Air
: 1 Unit
Mesin Pompa Ranger R4 Truk Exsavator
: 7 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 2 Unit
25 Org 38 Org 10 Org 10 Org 20 Org 10 Org 7 Org : 5 Org : 50 Org
Pompa Air
: 3 Unit
Pompa Air Tangki Nozel Mbl Patroli Mbl PT. IIS
TNI Polri MA TNI Polri Masy Brimob BPBD Damkar Masy
: : : : : : : : : :
Mesin Pompa
: 3 Unit : 1 Unit : 2 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 2 Unit
TNI Brimob Dishut BPBK Kes Masy
: 11 Org : 22 Org : 18 Org : 10 Org : 3 Org :16 Org
: 10 Org : 25 Org : 21 Org : 6 Org
: : : : : : :
30 Org 12 Org 24 Org 2 Org 2 Org 10 Org 10 Org 12 Org 4 Org 5 Org
Pompa Air
: 1 Unit
Mbl Damkar Mbl Tgk Pompa Air
: 1 Unit : 1 Unit : 2 Unit
Mbl Mtr Viar Pompa Air Selang Exavator
: 6 Unit : 3 Unit : 1 Unit : 4 Org : 57 M : 1 Unit
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Patroli
Patroli
Patroli
I- 27
Pendahuluan
4. KABUPATEN BATANGHARI NO
LOKASI
LUAS LAHAN
1
Desa Sri Dadi Kec. Muara Bulian
2
Desa Pompa Air Kec. bajubang
1.5 Ha
3
Desa Pematang Gadung dan Desa Bukit Kemuning Kec. Mersam Desa Muaro jangga Kec Bhatin XXIV
65 Ha
5
Desa Bungku Kec. Bajubang
30 Ha
6
Desa Singkawang Kec Bajubang
0.5 Ha
7
Desa Aur Gading Kec. Bhatin XXIV
50 Ha
8
Kel. Muara Bulian Kec. Muara Bulian
9
10
4
2 Ha
PERSONIL
PERALATAN
TNI Polri BPBD Damkar DisHut Masy. TNI Polri BPBD Damkar DisHut Masy TNI Polri Masy
: 2 Org : 2 Org : 14 Org : 8 Org : 2 Org : 10 Org : 2 Org : 2 Org : 14 Org : 8 Org : 2 Org : 10 Org : 6 Org : 4 Org : 90 Org
Pompa Air Mbl Tangki Mbl Truk Tgki Air
: 2 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 1 Unit
Truk Tangki Air Mbl Damkar Pompa Air
: 1 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 2 Unit
TNI Polri Masy TNI Damkar
: 5 Org : 5 Org : 100 Org : 14 Org : 7 Org
TNI Polri BPBD Damkar DisHut Masy BPBD Damkar
: 2 Org : 2 Org : 14 Org : 8 Org : 2 Org : 10 Org : 14 Org : 7 Org
Pompa Air Tetmon Exsavator Mbl Tgki Msn Pmpa Mbl Ranger Mtr Truk Tangki Air Mbl Damkar Pompa Air
: 2 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 2 Unit : 2 Unit : 1 Unit : 2 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 2 Unit
2 Ha
BPBD Damkar DisHut
: 14 Org : 8 Org : 2 Org
Kel. Pasar Baru Rt. 05 Kec. Muara Bulian
0,5 Ha
17 Ha
: 2 Org : 2 Org : 14 Org : 8 Org : 2 Org : 10 Org : 2 Org : 2 Org : 14 Org : 8 Org : 2 Org : 10 Org
: 2 unit : 1 Unit : 2 Unit : 1 Unit : 2 Unit : 1 Unit : 2 Unit : 2 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 2 Unit
Desa Bukit Paku Kec. Maro Sebo Ilir
TNI Polri BPBD Damkar DisHut Masy TNI Polri BPBD Damkar DisHut Masy
Mbl Tgki Mbl Minibus Msn Pmpa Mbl Ranger Mtr Mbl Truk Msn Pompa Tgk Air Mbl Damkar Mbl Truk Tgki Air Mbl Damkar Msn Pompa Mbl Ranger Mbl Tgki Air Mbl Damkar Mtr Pompa Air
: 1 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 2 Unit : 2 Unit
20 Ha
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
KENDALA Sumber air sulit di dapat
I- 28
KET
Pendahuluan
11
Kel. Rengas Condong Kec. Muara Bulian
1 Ha
12
Desa Amplu Kec. Ma. Tembesi
1 Ha
13
Desa Tenan Kec. Ma. Bulian
1 Ha
TNI Polri BPBD Damkar DisHut Masy TNI Polri BPBD Damkar DisHut Masy TNI Polri BPBD Damkar DisHut Masy
: 2 Org : 2 Org : 14 Org : 8 Org : 2 Org : 10 Org : 2 Org : 2 Org : 14 Org : 8 Org : 2 Org : 10 Org : 2 Org : 2 Org : 14 Org : 8 Org : 2 Org : 10 Org
Mbl Tgki Air Mbl Damkar Mtr Pompa Air
: 1 Unit : 1 Unit : 2 Unit : 2 Unit
Mbl Truk Tgki Air Mbl Damkar Pompa Air
: 1 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 2 Unit
Mbl Truk Tgki Air Mbl Damkar Pompa Air
: 1 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 2 Unit
5. KABUPATEN TEBO NO
LUAS LAHAN
1
Desa Bukit Bakar, Muara Kilis
12 ha
PT. WKS
: 80 Org
2
Kayu Raja, Marga Rukun, Kelagian
20 Ha
PT. WKS
: 73 Org
3
Desa Kuamang Kec. Tujuh Koto
50 Ha
4
Desa LBK. Mandarsyah Unit 2 Kec. Rimbo Bujang Desa Pelayang Kec. Tebo Tengah Desa Tanjung Pucuk
5 Ha 1 Ha
Polri BPBD Damkar Opr PT. Polri PT. WKS Damkar
: 24 Org : 2 Org : 8 Org : 18 Org : 4 Org : 30 Org : 15 Org
10 Ha
Damka
2 Ha
TNI Polsek PT. TMA Damkar
5 6 7 8
Kec. Tebo Ulu Kel . Pulau Temiang
3 Ha
PERALATAN
PERSONIL
Mbl Damkar Heli Eskavator Roda 4 Light Truck Roda 2 Pompa Air Eskavator Pompa Air Roda 4 Roda 2 Dbl Cabin Jet Shooter Mbl Damkar
: 3 Unit : 1 Unit : 8 Unit : 3 Unit : 2 Unit : 10 Unit : 6 Unit : 3 Unit : 9 Unit : 4 Unit : 10 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 2 Unit
Mbl Damkar
: 2 Unit
Mbl Damkar
: 1 Unit
: 15 Org
Mbl Damkar
: 1 Unit
: 2 Org : 2 Org : 16 Org : 15 Org
Mbl Tgk
: 2 Unit
Mbl Damkar
: 1 Unit
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
KENDALA
I- 29
KET
Pendahuluan
6. KABUPATEN SAROLANGUN NO 1.
LUAS LAHAN Kel. Aur Gading
PERALATAN
PERSONIL TNI Polri HutBun BPBD MA Damkar TNI Polri HutBun BPBD MA Damkar TNI Polri BPBD Damkar Dishut MA Masy TNI Polri Damkar Masy Polri Brimob PT. Emal
: 6 Org : 30 Org : 2 Org : 4 Org : 4 Org : 4 Org : 2 Org : 15 Org : 2 Org : 4 Org : 4 Org : 4 Org : 6 Org : 30 Org : 4 Org : 4 Org : 2 Org : 4 Org : 20 Org : 3 Org : 6 Org : 8 Org : 30 Org : 3 Org : 10 Org : 50 Org
Mobil Sabhara Motor Damkar
: 1 Unit : 5 Unit : 2 Unit
Mbl Sabhara Mtr Damkar
: 1 Unit : 5 Unit : 2 Unit
Mbl Patroli Damkar Mbl Tgk air Mtr
: 2 Unit : 2 Unit : 3 Unit : 3 Unit
Mobil Damkar
: 1 Unit : 2 Unit
Msn Pompa Mbl Patroli Mtr Raimas
: 4 Unit : 3 Unit : 5 Unit
2.
Desa Baru Kec Air Hitam
3
Desa Gurun Baru Kec. Mandiangin
6 Ha
4
Desa Suka Jadi Kec. Bathin VII
1 Ha
5
Desa Kasang Melintang Kec. Pauh
30 Ha
6
Desa Teluk Rendah Kec. Cng
6 Ha
TNI Polri Damkar Masy
: 4 Org : 6 Org : 4 Org : 100 Org
Mbl Patroli Mbl Damkar Msn Robin
: 1 Unit : 1 Unit : 1 Unit
7
Desa Ladang Panjang Kec. Sarolangun
11 Ha
8
Dsn. Damsiambang Desa PemusaranKec. Mandiangin
1 Ha
TNI Polri Damkar Masy Polri Brimob Masy
: 4 Org : 5 Org : 4 Org : 15 Org : 5 Org : 15 Org : 6 Org
Mbl Patroli Exsavator Msn Robin Mbl Damkar Mbl Patroli Damkar
: 1 Unit : 1 Unit : 4 Unit : 2 Unit : 1 Unit : 1 Unit
KENDALA
KET
KENDALA
KET
7. KABUPATEN MERANGIN NO
LUAS LAHAN
1.
Dsn. Bangko Kec. Bangko
2 Ha
2
Desa Sei. Ulak Kec. NTT
1 Ha
PERSONIL TNI Polri Damkar Polisi Damkar
: 2 Org : 62 Org : 24 Org : 17 Org : 15 Org
PERALATAN Mbl Damkar Mbl Tgk air Mtr Raimas Mbl Patroli Mbl Damkar
: 2 Unit : 1 Unit : 3 Unit : 1 Unit : 1 Unit
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 30
Pendahuluan
8. KOTA JAMBI NO 1
LUAS LAHAN Kel. Tanjung Johor Kec. Pelayangan
5 Ha
PERALATAN
PERSONIL TNI Polri Damkar Masyarakat
: 12 Org : 8 Org : 10 Org : 40 Org
Mbl Damkar
KENDALA
: 4 unit
Operasi darat dilakukan dengan melibatkan seluruh personil yang tergabung dalam satgas berdasarkan tugas dalam kelompok kerja pemadaman. Kelompok kerja ini terdiri atas unsur TNI, Kepolisian,
Pemadam
Kebakaran,
Manggala
Agni,
BPBD,
Perusahaan, dan masyarakat. Berdasarkan tabel diatas terlihat upaya yang dilakukan oleh tim pokja dalam upaya pencegaan dengan melakukan patroli serta melakukan upaya pemadaman apabila ditemukan titik api. 2)
Operasi Udara Selain operasi darat juga dilakukan operasi udara dengan melakukan water bombing melalui pesawat udara berupa truck air dan helicopter yang dibantu dari BNPB dan BPPT. Jenis pesawat yaitu 1 unit Hercules A-1328 dari BPPT, pesawat helicopter Bolco 2 unit dan helli puma 1 unit.Operasi udara dilakukan pada wilayah yang sulit dimasuki melalui jalur darat.
c. Pembuatan Kanal, Embung dan Sekat Kanal Lokasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi banyak terdapat pada wilayah yang lahannya didominasi oleh gambut, oleh karenanya
sangat
sulit
dilakukan
upaya
pemadaman
karena
pada
kenyataannya walaupun kondisi permukaan terlihat tidak ada api tetapi lahan tersebut masih mengeluarkan asap. Kesulitan dalam pemadaman juga diakibatkan tidak adanya sumber air untuk upaya pemadaman.Oleh karena itu perlu dilakukan pembuatan embung untuk menampung air dan sebagai sumber air bagi upaya pemadaman. Upaya lain yang dilakukan adalah
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 31
KET
Pendahuluan
dengan melakukan pembasahan kembali (rewetting). Upaya ini dilakukan dengan menaikkan air ke lahan-lahan gambut tersebut melalui kanal atau saluran yang dialirkan ke wilayah yang mengalami kebakaran, selanjutnya dengan membuat sekat kanal untuk menahan air dari saluran agar tidak mengalir ke hilir.Upaya upaya ini dapat terlihat pada tabel 1.6. Tabel 1.6. Lokasi pembuatan Kanal dan Embung. NO 1.
LOKASI Desa Manis mato Kec. Taman Rajo Kab. Muaro Jambi
PANJANG KANAL 2.750 M
2.
Desa Pematang Buluh Kec. Betara Kab. Tanjab Barat
Target 7.000 M Progres 7.000 M
3.
Desa Sei Cemara Kec. Sadu Kab. Tanjab Timur
3.000 M
4.
Desa Puding Kec. Kumpeh Kab. Muaro Jambi.
3.000 M
5
Desa Sei. Panoban Kec Batang Asam Kab. Tanjung Jabung Barat
30 x 10 Mtr
6
Desa Sei Jambat Kec Sadu Kab. Tanjab Barat
3.500 M
7
Desa Pematang Raman Kab. Muaro jambi
Target 3000 M
PERSONIL TNI : 25 Org Polri : 25 Org BPBD : 6 Org Dishut : 6 Org WKS : 12 Org Masy : 12 Org Operator : 6 Org TNI : 70 Org Polri : 22 Org BPBD : 10 Org Dishut : 17 Org Masy : 10 Org Kesehatan : 3 Org Damkar : 10 Org
PERALATAN Eskavator : 3 Unt Mbl : 6 Unt Mtr : 2 Unt Pompa Air : 8 Unt Selang : 65 Glg
KET Kerjasama Satgas dengan PT. WKS
Viar Mbl Mtr Pompa Air Selang
: 1 Unt : 3 Unt : 2 Unt : 4 Unt : 35 Glg
TNI Polri BPBD Kec. Damkar Masy. Operator TNI Polri BPBD Brimob Polres MA TNI Polri Apdes
: : : : : : :
15 Org 12 Org 12 Org 7 Org 5 Org 14 Org 2 Org : 25 Org : 30 Org : 10 Org : 25 Org : 15 Org : 10 Org : 20 Org : 7 Org : 3 Org
Eskavator Mtr Pompa Air Selang
: 1 Unt : 8 Unt : 3 Unt : 10 Glg
Kerjasama Satgas &PT. Harta Mulia, PT. Makmur, PT. Sungai Bahar Pasifik dgn rencana (Pembuatan Parit 1.700 M) Kerjasama Satgas dan Masyarakat
Pompa Air Exavator
: 4 Unit : 3 Unit
Pompa Air Selang SPM
: 5 Unit : 35 Unit : 5 Unit
TNI Polri BPBD Kec. Damkar Masy. Operator TNI Polres Polda
: : : : : : : : : :
Eskavator Mtr Pompa Air Selang
: 1 Unt : 8 Unt : 3 Unt : 10 Glg
Pompa Air Truck Double
: 8 Unit : 2 Unit : 5 Unit
15 Org 12 Org 12 Org 7 Org 5 Org 14 Org 2 Org 50 Org 21 Org 24 Org
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Pembuatan Embung Kerjasama Satgas dengan PT.WKS
Dalam Pengerjaan Kerjasama Satgads dengan
I- 32
Pendahuluan
8
Desa Rawasari Kel. Simpang Kec. Berbak
Target 6.350 M Progres 6.350 M
9
Tahura Sekitar Tanjung
Target 15.000 M Progres Tahap pengukuran Topografi Lahan
Brimob Ma PT.PDIW BPBD TNI Polri Apdes Damkar/M A PT.ATGA Masy
: 25 Org : 48 Org : 30 Org : 10 Org : 15 Org : 4 Org : 5 Org : 10 Org : 5 Org : 10 Org
Cabin
PT.PDIW
Kerjasama Satgas dengan PT. ATGA
Kerjasama Satgas dengan PT. WSI, PT. SMP, PT. BEP, PT. RKK, PT. BBS, PT. JBP, PT. PDIW, PT. SNTP
2. Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas a. Status
Pada tahun 2014 kegiatan pertambangan tanpa izin (PETI) bahan galian emas berlangsung secara intensif di wilayah Provinsi Jambi dengan lokasi kegiatan berada pada 4 (empat) kabupaten yaitu Kabupaten Bungo, Kabupaten Merangin, Kabupaten Tebo, Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Sarolangun. Pelaksanaan penambangan dilakukan di sepanjang aliran anak-anak sungai maupun sungai Batanghari.Selain itu penambangan juga sudah merambah ke areal pertanian baik sawah maupun lahan kebun. Data yang berhasil dihimpun BLHD Provinsi Jambi menunjukkan bahwa pada tahun 2015 di wilayah Kabupaten Merangin terdapat lokasi pertambangan tanpa izin bahan galian emas yang dilengkapi sejumlah alat berat terdapat di 5 (lima) kecamatan yaitu, Kecamatan Sungai Manau, Kecamatan Pangkalan Jambu, Kecamatan Renah Pembarap, Kecamatan Tabir Lintas, dan Kecamatan Tabir Barat seperti dapat dilihat pada tabel 1.7.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 33
Pendahuluan
Tabel 1.7. Kawasan Aktivitas PETI di Kabupaten Merangin No
Lokasi Kecamatan
Luas Areal (Ha)
1.
Pangkalan Jambu
655
2.
Sungai Manau
260
3.
Renah Pembarap
2
4.
Tabir Lintas
125
5.
Tabir Barat
185
Jumlah
1.227
Di wilayah Kabupaten Bungo terdapat 208titik pertambangan tanpa izin bahan galian emas yang tersebar pada 8 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Jujuhan, Kecamatan Bathin III, Kecamatan Rantau Pandan, Kecamatan MukoMuko Bathin VII, Kecamatan Pelepat, Kecamatan Rimbo Tengah, Kecamatan Tanah Sepenggal, dan Kecamatan Pelepat Ilir seperti terlihat pada tabel 1.8.
Tabel 1.8. Kawasan Aktivitas PETI di Kabupaten Bungo. No
Lokasi Kecamatan
Jumlah Titik lokasi
1.
Jujuhan
47
2.
Bathin III
30
3.
Rantau Pandan
9
4.
Muko-Muko Bathin VII
9
5.
Pelepat
3
6.
Rimbo Tengah
40
7.
Tanah Sepenggal
67
8.
Pelepat Ilir
3
Jumlah
208
Di Kabupaten Sarolangun tepatnya di wilayah
Kecamatan Limun
beroperasi 400 mesin tambang (dompeng) dengan pelaku sebanyak3.000 orang. Sementara tidak ada aktivitas serupa yang terdapat di wilayah Kabupaten Tebo.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 34
Pendahuluan
Tabel 1.9. Kawasan Aktivitas PETI di Kabupaten Sarolangun No
Lokasi Kecamatan
Jumlah Titik lokasi
1.
Cermin Nan Gedang
26
2.
Limun
27
3.
Pauh
11
4.
Mandiangin
9
5.
Pelawan
14
6.
Sarolangun
13
7.
Bathin VIII
12
Jumlah
112
Gambar 1.15.Aktivitas Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas di Wilayah Kabupaten Sarolangun Tahun 2015.
Pada tahun 2015, penambangan tambah marak hal ini dibuktikan dengan masuknya alat-alat berat baru diwilayah penambangan seperti di Kabupaten Sarolangun. Di wilayah Kecamatan Limun yang sebelumnya penambang hanya menggunakan mesin dompeng namun saat ini sudah menggunakan alat berat jenis excavator untuk pengerukan tanahnya. Alat alat ini digunakan untuk
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 35
Pendahuluan
melakukan penambangan pada lahan sempadan sungai dan juga lahan perkebunan masyarakat.Selain itu juga telah mulai masuk ke wilayah hutan lindung yang beradadi Dusun Manggis Desa Napal Melintang Kecamatan Limun, teridentifikasi sebanyak 94 unit yang beroperasi.
b. Tekanan Kegiatan ini menyebabkan terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan secara bersamaan. Kerusakan lingkungan terjadi pada wilayah kegiatan dimana lahan pertanian produktif dan lahan pekarangan produktif beralih fungsi menjadi kubangan-kubangan yang menghilangkan sama sekali lapisan tanah dan hanya menyisakan batu-batu koral dan kerikil. Sementara pencemaran lingkungan terjadi pada wilayah kegiatan dan wilayah hilir dari kegiatan tersebut. Sumber daya alam yang mengalami pencemaran berat adalah air tanah dan air sungai sehingga menyebabkan masyarakat mengalami kekurangan air bersih. Di wilayah Kabupaten Merangin tepatnya di aliran Sungai Batang Masumai airnya sudah sedemikian keruh dan kental seperti air susu sehingga tidak layak lagi bila digunakan untuk MCK. Kondisi serupa juga terjadi di wilayah Kabupaten Bungo, di mana air Sungai Batang Bungo dan air Sungai Batang Pelepat kondisinya sudah sangat membahayakan bila digunakan untuk MCK sebagaimana dapat dilihat pada Gambar1.14. Sementara di wilayah Kabupaten Sarolangun, air Sungai Batang Limun sudah tidak layak lagi digunakan untuk MCK karena sudah sangat keruh.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 36
Pendahuluan
Gambar 1.16. Dampak Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Bahan Galian Emas di Sungai Batang Merangin Muara Sungai Masumai Kabupaten Merangin Tahun 2015.
C. Respon
Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah provinsi jambi dan pemerintah kabupaten dalam mengatasi kegiatan ini pada tahun 2015 adalah dengan melanjutkan upaya-upaya yang telah dilakukan pada tahun 2014 yaitu melalui cara-cara persuasif dan represif. secara
persuasif
dilakukan melalui
kegiatan
penyuluhan/sosialisasi
hukum mengenai dampak buruk dari kegiatan pertambangan tanpa izin bahan galian emas yang dilakukan oleh tim terpadu baik dari Pemerintah Provinsi Jambi maupun dari pemerintah kabupaten yang terdiri dari instansi teknis terkait meliputi BLHD, Dinas ESDM, Kejaksaan, dan Biro/Bagian Hukum Setda Provinsi/Kabupaten, dengan sasaran objek penyuluhan/sosialisasi meliputi para Camat dan staf, Para Lurah, Kepala Desa dan Ketua LKMD, Tokoh-Tokoh
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 37
Pendahuluan
Masyarakat, Tokoh-Tokoh Pemuda/Organisasi Kepemudaan Serta LSM. Kepada para penambang dihimbau agar beralih profesi menjadi penambang pasir atau usaha lainnya. Secara represif dilakukan melalui operasi penertiban oleh tim terpadu tingkat provinsi maupun tim terpadu tingkat kabupaten yang melibatkan pihak kepolisian dari tingkat polres sampai Polda Dan Pol PP Kabupaten. Sasaran operasi mulai dari lokasi penambangan, pengangkutan, penimbunan sampai kepada penjualan. Cara lain yaitu dengan memutuskan mata rantai kegiatan dengan cara memanggil para pemilik SPBU yang menyalurkan BBM solar agar tidak melayani pembelian solar dalam partai besar serta memanggil pimpinan beberapa toko yang diduga menjual mesin penambangan emas agar tidak menjual mesin dompeng serta peralatan pertambangan lainnya termasuk air raksa. upaya represif dengan melakukan operasi dapat dilihat pada Tabel 1.10.
Tabel1.10. PelaksanaanKegiatan Pemberantasan PETI Di Provinsi Jambi NO
KEGIATAN
LOKASI
JENIS DAN JUMLAH ALAT
CARA BERTINDAK
KET
1.
Razia Gabungan Pada Areal Aliran Sungai - 15 Unit Rakit Hari Selasa Tanggal 27 Desa Empelu Dan Januari 2015 Desa Sungai Mancur Perbatasan Kec. Tanah Sepenggal Dalam Dan Tanah Sepenggal Lintas Kab. Bungo
Melakukan Pembakaran 15 Unit Rakit Yang Digunakan Untuk Peti
-
2.
Razia Gabungan Pada Areal Lahan - 12 Unit Rakit Hari Senin Tanggal 9 Samping Bandara Febrauari 2015 Muara Bungo Kec. Rimbo Tengah Kab. Bungo
Melakukan Pembakaran 12 Unit Rakit Yang Digunakan Untuk Peti
-
3
Razia Gabungan Pada Sepanjang Sungai -51 Unit Dompeng Hari Rabu Tanggal 18 Batang Jujuhan Maret 2015 Dusun Sirih Sekapur Kab. Bungo
Melakukan Pembakaran 51 Unit Dompeng Yang Digunakan
-
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 38
Pendahuluan
Untuk Peti
4
Razia Gabungan Pada Sepanjang Sungai -30 Unit Dompeng Hari Rabu Tanggal 15 Batang Jujuhan April 2015 Dusun Sirih Sekapur, Dusun Pulau Jemu Kab. Bungo
Melakukan Pembakaran 30 Unit Dompeng Yang Digunakan Untuk Peti
-
5
Razia Gabungan Pada Areal Aliran Sungai - 14 Unit Rakit Hari Senin 27 April 2015 Desa Lubuk Landai Dan Desa Empelu Perbatasan Kec. Tanah Sepenggal Lintas
Melakukan Pembakaran 14 Unit Rakit Yang Digunakan Untuk Peti
-
6
Razia Operasi Rutin Desa Lantak Seribu 1 Unit Exavator Pada Hari Jum’at, Kab. Merangin 2 Unit Dompeng Tanggal 30 Januari 2015
Mengamankan 1 Unit Exavator Dan Melakukan Pembakaran 2 Unit Dompeng Yang Digunakan Untuk Peti
-
Razia Operasi RutinPada
Melakukan Pembakaran 4 Unit Dompeng Yang Digunakan Untuk Peti Dan Mengamankan 1 Unit Sepeda Motor Melakukan Pembakaran 3 Unit Dompeng Yang Digunakan Untuk Peti Melakukan Pembakaran 4 Unit Dompeng Yang Digunakan Untuk Peti
7
Hari Kamis, Tanggal 12 Februari 2015
Lubuk Gaung Titian Teras Kab. Merangin
- 4unit Dompeng - 1 Unit Sepeda Motor
8
Razia Operasi Rutin Pada Hari Rabu, Tanggal 11 Maret 2015
Talang Kawo Bangko Kab. Merangin
- 3 Unit Dompeng
9
Razia Operasi Rutin Pada Hari Kamis, Tanggal 12 Maret 2015
Talang Kawo Bangko Kab. Merangin
- 4 Unit Dompeng
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 39
-
-
-
Pendahuluan
10
Razia Operasi Rutin Pada Tanggal 16 Maret 2015
11
Razia Operasi Rutin Pada Tanggal 18 Maret 2015
12
Razia Operasi Rutin Pada Hari Senin Tanggal 13 April 2015
13
Razia Operasi Rutin Pada Hari Selasa Tanggal 14 April 2015
14
Razia Operasi Rutin Pada Hari Sabtu Tanggal 18 April 2015
15
Razia Operasi Rutin Pada Hari Senin Tanggal 20 April 2015
16
Razia Operasi Rutin Pada Hari Rabu Tanggal 22
Talang Kawo Rt. 17 Kel. Dusun Bangko Kec. Bangko Kab. Merangin
- 1 Unit Dompeng - 4 Bh Camp Para Pekerja Peti - 4 Bh Sabuk Milik Pekerja Peti
Menghancurka n Dompeng Yang Digunakan Untuk Peti Dengan Cara Memukul Menggunakan Palu Besar (Godam) Kemudian Membakarnya Desa Durian - 1 Unit Exavator Mengamankan Betakuk Kec. Renah - 1 Unit Keong 1 Unit Exavator Pembarab Kab. Dompeng Di Polsek Merangin - 6 Lembar Karpet Bangko Dan Melakukan Pembakaran 1 Unit Keong Dompeng Yang Digunakan Untuk Peti C2 Kec. Bangko - 9 Unit Dompeng Melakukan Kab. Merangin Pembakaran 9 Unit Dompeng Yang Digunakan Untuk Peti A2 Renah - 2 Unit Dompeng Melakukan Pamenang Kab. Pembakaran 2 Merangin Unit Dompeng Yang Digunakan Untuk Peti Jalur 2 Kodim Kab. - 4 Unit Dompeng Melakukan Merangin Pembakaran 4 Unit Dompeng Yang Digunakan Untuk Peti Jalur 2 Kodim Kab. - 3 Unit Dompeng Melakukan Merangin Pembakaran 3 Unit Dompeng Yang Digunakan Untuk Peti Lubuk Gaung Kec. - 5 Unit Dompeng Melakukan Batang Mesumai Pembakaran 5
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 40
-
-
-
-
-
-
-
Pendahuluan
April 2015
Kab. Merangin
Unit Dompeng
17
Razia Operasi Rutin Pada Hari Sabtu Tanggal 24 April 2015
Desa Ngaol Kec. Tabir Barat Kab. Merangin
- 4 Unit Dompeng
18
Razia Operasi Rutin Pada Hari Kamis Tanggal 10 Desember 2015
Desa Batang Mesumai Kec. Bangko Kab. Merangin
- 4 Unit Dompeng
19
Razia Operasi Rutin Pada Hari Rabu 15 April 2015
Desa Betung Bedarah Timur Dan Desa Betung Bedarah Barat Kec. Tebo Ilir Kab. Tebo
- 5 Unit Dompeng
20
Razia Gabungan Kamis 21 Mei 2015
Desa Tanjung Aur Desa Pulau Jelmu, Desa Bungo Tanjung Kec. Tebo Ulu Kab. Tebo
- 8 Unit Dompeng
Hari
Melakukan Pembakaran 4 Unit Dompeng Yang Digunakan Untuk Peti Melakukan Pembakaran 4 Unit Dompeng Yang Digunakan Untuk Peti Melakukan Perusakan Dan Menenggelamk an 5 Unit Dompeng Di Sungai
-
Melakukan Perusakan Dan Menenggelamk an 5 Unit Dompeng Di Sungai
-
3.Konflik Lahan dan Hutan a. Status Dalam perjalanannya sebagai sebuah provinsi sejak dibentuk pada tahun 1957
sampai
dengan
saat
ini,
Provinsi
Jambi
lebih
menekankan
pembangunannya pada sektor pertanian dan kehutanan yang berbasis pada penggunaan dan penguasaan lahan melalui pola ekstensifikasi. Pembangunan dengan pola ekstensifikasi ini memiliki daya dukung yang terbatas, di mana pada
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 41
-
-
Pendahuluan
saat mencapai titik jenuh maka akan timbul konflik memperebutkan sumber daya alam yang tersisa. Konflik memperebutkan lahan baik lahan yang berada dalam kawasan hutan maupun lahan yang berada di luar kawasan hutan di wilayah Provinsi Jambi tercatat pada tahun 1988 sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.10. menunjukkan banyaknya konflik lahan dan hutan yang terjadi di Provinsi Jambi dari tahun 1988 sampai tahun 2015.
Banyaknya Konflik 14 13
Jumlah Data
12 10 8 7 6
Grafik
7
6 5
4 3 2 1
2
2 1
1 0
0
1
2
1 0 0
0
1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
0
4
3 2 2
1 1 0
4
4
Gambar 1.17.BanyaknyaKonflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi Jambi Dari Tahun 1988 Sampai Tahun 2015. Dari Gambar 1.10. di atas terlihat bahwa hampir setiap tahun timbul konflik lahan dan hutan di wilayah Provinsi Jambi. Dari mulai tahun 1988 sampai tahun 2014 telah terjadi konflik sebanyak 68 buah dengan puncaknya terjadi pada tahun 1990 sebanyak 12 buah. Sementara dalam 2 (dua) tahun terakhir
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 42
Pendahuluan
timbul konflik sebanyak 11 buah yaitu pada tahun 2014 sebanyak 4 buah dan pada tahun 2015 sebanyak 5 buah. Bila dilihat dari wilayah timbulnya konflik seperti pada Gambar 1.11., maka konflik terjadi di luar wilayah kota dan hanya pada kabupaten-kabupaten yang masih memiliki areal hutan yang luas. Kota Jambi, Kota Sungai Penuh, dan Kabupaten Kerinci merupakan wilayah yang tidak memiliki konflik lahan dan hutan, karena pada ketiga wilayah tersebut tidak lagi memiliki areal hutan yang luas. Berbeda dengan kedelapan wilayah kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten Bungo, di manakedelapan wilayah kabupaten ini masih memiliki kawasan hutan yang luas, baik jenis kawasan hutan produksi maupun jenis-jenis kawasan hutan lainnya.
Jumlah Data
Sebaran Konflik 14 12 10 8 6 4 2 0
13
13 11
11
8
8 5
0
5
Grafik 0
0
Gambar 1.18.Sebaran Konflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi Jambi Dari Tahun 1988 Sampai Tahun 2015. Memperhatikan Gambar 1.11. di atas maka Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan wilayah yang mengalami konflik lahan dan hutan terbanyak yaitu 13 buah, disusul oleh Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 11 buah, kemudian Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Batanghari masing-masing sebanyak 10 buah, Kabupaten Merangin dan Kabupaten Bungo masing-masing sebanyak 8
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 43
Pendahuluan
buah, Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebanyak 5 buah, dan Kabupaten Tebo sebanyak 3 buah. Sementara Kota Jambi, Kota Sungai Penuh, dan Kabupaten Kerinci tidak terdapat konflik lahan dan hutan.
b. Tekanan
Pada umumnya konflik lahan dan hutan yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi disebabkan oleh perebutan penguasaan lahan baik yang berada di dalam kawasan hutan maupun yang berada di luar kawasan hutan antara masyarakat setempat ataupenduduk lokal dengan para kaum pendatang yang diidentikkan dengan investor yang bergerak di bidang HPH, HTI, perkebunan kelapa sawit, dan
perkebunan
masyarakat
karet. Walaupun
setempat
dengan
ada
juga
konflik
itu
terjadi
antara
para transmigran, atau antara masyarakat
setempat dengan pemerintah daerah setempat. Gambar 1.12. memperlihatkan jenis-jenis konflik lahan dan hutan yang terjadi di Provinsi Jambi dari tahun 1988 sampai tahun 2015. Gambar 1.19. Jenis Konflik Lahan dan Hutan Yang Terjadi di Provinsi
Jumlah Data
JambiDari Tahun 1988 Sampai Tahun 2015.
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Jenis Konflik Lahan dan Hutan 43
14 1
3
2
2
1
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
2
Grafik
I- 44
Pendahuluan
Pada
Gambar
1.19.
di
atas
dapat
dilihat
bahwa
tekanan
yang
menyebabkan timbulnya konflik lahan dan hutan di wilayah Provinsi Jambi ada 8 (delapan) jenis yaitu : 1). Keberadaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH). 2). Keberadaan Hutan Tanaman Industri (HTI). 3). Keberadaan Hutan Restorasi. 4). Keberadaan Program Pemerintah Daerah. 5). Keberadaan Perkebunan Kelapa Sawit milik perusahaan. 6). Keberadaan Perkebunan Karet milik perusahaan. 7). Keberadaan Perusahaan Perorangan, dan 8). Keberadaan Lokasi Transmigrasi.
Daridelapan jenis tekanan tersebut maka keberadaan perkebunan kelapa sawit milik perusahaan menjadi pemberi tekanan yang sangat dominan yaitu menyebabkan timbulnya 43 buah konflik lahan dan hutan dari total konflik yang terjadi sebanyak 68 buah, diikuti oleh keberadaan hutan tanaman industri (HTI) dengan timbulnya konflik sebanyak 14 buah, keberadaan hutan restorasi dengan timbulnya konflik sebanyak 3 buah, keberadaan program pemerintah daerah dan keberadaan perkebunan karet milik perusahaan serta keberadaan lokasi transmigrasi yang menyebabkan timbulnya konflik masing-masing sebanyak 2 buah, serta keberadaan hak pengusahaan hutan (HPH) dan keberadaan perusahaan perorangan yang menyebabkan timbulnya konflik masing-masing sebanyak 1 buah.
c. Respon
Konflik lahan dan hutan yang terjadi diwilayah Provinsi Jambi antara masyarakat setempat dengan kaum pendatang semuanya bermuara pada keabsahan dalam kepemilikan lahan tersebut. Masyarakat setempat dan kaum
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 45
Pendahuluan
pendatang memiliki pola pikir yang berbeda dan cenderung bertolak belakang. Bagi masyarakat setempat kepemilikan lahan diperoleh dengan cara telah menguasai lahan tersebut selama berpuluh-puluh tahun dan dibuktikan dengan adanya kebun karet atau tanaman lainnya yang telah berusia puluhan tahun. Sementara bagi kaum pendatang penguasaan lahan cukup dengan kepemilikan selembar kertas yang berupa pemberian izin usaha dari para pejabat yang berwenang. Perbedaan pola pikir ini sangat sulit untuk dijembatani baik oleh pihak pemerintah maupun oleh pihak pengadilan dan masing-masing pihak cenderung bersikap ekstrim. Maka tidak mengherankan apabila konflik lahan dan hutan yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi sejak tahun 1988 sampai sekarang yang jumlahnya mencapai 68 buah belum satupun tuntas secara menyeluruh. Semuanya masih berkonflik dan semuanya masih dalam negosiasi penyelesaian, dengan pihak pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten sebagai mediator bagi pihak-pihak yang berkonflik. Terlepas dari proses penyelesaian konflik yang masih berlangsung, maka dalam rangka mengantisipasi timbulnya konflik-konflik baru di masa yang akan datang Pemerintah Provinsi Jambi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2013 - 2033 telah menambah luasan kawasan areal penggunaan lain (APL) di wilayah Provinsi Jambi seluas 71.661 hektar dan tambahan luasan tersebut semuanya diambil dari pengurangan luasan kawasan hutan. Pengurangan luasan kawasan hutan Provinsi Jambi ini telah disahkan oleh Menteri Kehutanan RI melalui Keputusan Nomor 727/Menhut-II/2012 tertanggal 10 Desember 2012 yang menetapkan luasan kawasan hutan Provinsi Jambi menjadi 2.107.779,00 dari luasan sebelumnya 2.179.440,00 hektar yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 421/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 46
Pendahuluan
E. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Daerah Provinsi Jambi Kualitas Lingkungan Hidup di Indonesia saat ini dinilai secara kuantitatif dengan menggunakan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang diadopsi dari beberapa sumber diantaranya Environmental Performance Index (EPI) yang dikembangkan oleh sebuah pusat studi di Yale Universitas, Amerika Serikat. Tiga indikator yang menjadi dasar penilaian IKLH di Indonesia mencakup kualitas air sungai, kualitas udara ambien, dan tutupan hutan. IKLH merupakan sebuah kebijakan yang diambil untuk mengukur kualitas lingkungan hidup di suatu wilayah dan menjadi salah satu cara untuk mereduksi banyaknya data dan informasi mengenai kualitas lingkungan hidup sehingga dapat dijadikan sebagai sebuah parameter untuk membandingkan kualitas lingkungan hidup di wilayah tersebut dengan wilayah lainnya atau membandingkan kualitas lingkungan hidup pada tahun sekarang dengan tahun sebelumnya. Pemerintah dapat mengatur dan meletakkan skala prioritas yang sesuai dengan tingkat kerusakan dan pencemaran lingkungan yang telah terjadi atau prioritas akan terjadi. Kedudukan IKLH menjadi sangat penting karena mempunyai peranan besar dalam rangka implementasi Instrumen Analisis Risiko Lingkungan. Bila IKLH diterapkan dengan benar maka akan dapat memberi sumbangan penting dalam rangka pengkajian risiko lingkungan dan pengelolaan risiko lingkungan karena IKLH mengandung hasil penilaian aktual pada komponen penting lingkungan hidup. Dalam Pasal 260 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah disebutkan bahwa Daerah sesuai dengan
kewenangannya menyusun rencana pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam system perencanaan pembangunan nasional. Lebih lanjut dalam Pasal 262 ayat (1) disebutkan bahwa Rencana pembangunan Daerah tersebut dirumuskan secara transparan, responsive, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan. Karena dalam perumusan rencana pembangunan daerah harus berwawasan lingkungan, maka IKLH dapat menjadi
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 47
Pendahuluan
masukan bagi para pengambil keputusan baik tingkat pusat maupun daerah dalam menentukan arah kebijakan pengelolaan lingkungan dan mengukur keberhasilan program-program pengelolaan lingkungan.
1. Indikator dan Parameter IKLH Kementerian
Lingkungan
Hidup
telah
mengambil
kebijakan
untuk
menyamakan rumusan IKLH disetiap provinsi dengan menggunakan 3 (tiga) indikator yaitu kualitas air sungai, kualitas udara ambien dan tutupan lahan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.3. Sebagai pembanding setiap indikator digunakan baku mutu atau ketentuan yang berlaku berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah. IKLH dihitung pada tingkat kabupaten/kota sehingga akan didapatkan indeks tingkat provinsi. Setiap parameter pada setiap indikator digabungkan menjadi satu nilai indeks. Penggabungan parameter ini dimungkinkan karena ada ketentuan yang mengaturnya, seperti: a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Pedoman ini juga mengatur tata cara penghitungan indeks pencemaran air (IPA). b. Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
Kep.
45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Pencemar Udara. Tabel 1.11. Komponen Penyusun IKLH Provinsi Jambi Tahun 2015. No. (1) 1.
Indikator (2) Kualitas Air Sungai
Parameter
Bobot
Keterangan
(3)
(4)
(5)
TSS DO COD
30%
Dihitung nilai Indeks Pencemaran Air (IPA)
Dihitung nilai Indeks Pencemaran Udara (IPU)
2.
Kualitas Udara Ambien
SO2 NO2
30%
3.
Tutupan Hutan
Luas Hutan Primer Luas Hutan Sekunder
40%
Total Luas Hutan Primer dan Hutan Sekunder
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 48
Pendahuluan
Nilai IKLH untuk setiap kabupaten/kota diperoleh dari rata-rata seluruh komponen IKLH (IPA, IPU dan ITH). Dengan demikian, maka seluruh komponen memiliki bobot yang sama dalam menentukan nilai IKLH. Setelah didapatkan nilai indeks kabupaten/kota kemudian dihitung indeks provinsi dengan menggunakan rata-rata
tertimbang.
Proporsi
jumlah
penduduk
pada
masing-masing
kabupaten/kota terhadap penduduk provinsi dijadikan sebagai penimbang dalam penghitungan IKLH provinsi.
a. Kualitas Air Sungai
Perhitungan
indeks
untuk
indikator
kualitas
air
sungai
dilakukan
berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dengan metoda indeks pencemaran (Pollution Index - PI) dan baku mutu air mengacu kepada klasifikasi mutu air kelas II berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Formula penghitungan indeks pencemaran adalah:
di mana : (Ci/Lij)M adalah nilai maksimum dari Ci/Lij (Ci/Lij)R adalah nilai rata-rata dari Ci/Lij
Evaluasi terhadap PIj adalah sebagai berikut: 1. Memenuhi baku mutu atau kondisi baik jika 0 = PIj = 1,0 2. Tercemar ringan jika 1,0< PIj = 5,0 3. Tercemar sedang jika 5,0< PIj = 10,0 4. Tercemar berat jika PIj > 10,0.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 49
Pendahuluan
Setiap kabupaten/kota diwakili oleh satu sungai yang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1. Sungai tersebut lintas kabupaten/kota, atau 2. Sungai prioritas dalam kabupaten/kota untuk dikendalikan pencemarannya. b. Kualitas Udara Ambien
Perhitungan nilai indeks pencemaran udara mengacu pada baku mutu udara ambien yang ditetapkan olehPeraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Data kualitas udara didapatkan dari pemantauan di 11 ibukota kabupaten/kota dengan menggunakan metoda passive sampler, yang pelaksanaannya dilakukan sebanyak dua kali per tahun di lokasilokasi yang mewakili kawasan transportasi, kawasan permukiman, kawasan perkantoran, dan kawasan industri/rumah sakit dengan parameter yang diukur adalah SO2 dan NO2. Nilai
konsentrasi
tahunan
setiap
parameter
adalah
rata-rata
dari
nilai konsentrasi enam bulanan (semesteran). Selanjutnya nilai konsentrasi ratarata tersebut dikonversikan menjadi nilai indeks dalam skala 0 -100 untuk setiap ibukota kabupaten/kota. Formula untuk konversi tersebut adalah:
Perhitungan nilai indeks pencemaran udara (IPU) dilakukan dengan formula sebagai berikut:
di mana : IPU
= Indeks Pencemaran Udara
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 50
Pendahuluan
IP NO2
= Indeks Pencemar NO2
IP SO2
= Indeks Pencemar SO2
c. Tutupan Hutan Sementara untuk menghitung indeks
tutupan hutan yang pertama
kali dilakukan adalah menjumlahkan luas hutan primer dan hutan sekunder untuk setiap kabupaten/kota. Nilai indeks didapatkan dengan formula:
di mana : ITH = indeks tutupan hutan LHP = luas hutan primer LHS = luas hutan sekunder LKH = luas kawasan hutan berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan. Khusus untuk Kota Jambi digunakan perbandingan antara luas tutupan lahan bervegetasi hutan dengan 30 persen luas wilayah. Formula ini mengacu pada Pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, karena di wilayah Kota Jambi tidak terdapat kawasan hutan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kehutanan.
2. Hasil Perhitungan IKLH Indeks Kualitas Lingkungan Hidup dihitung dengan menggunakan nilai bobot, di mana masing-masing komponen (IPA, IPU dan ITH) diberi nilai bobot masing masing yaitu IPA 30%, IPU 30% dan ITH 40%.Hasil penghitungan nilai IKLH ditetapkan menjadi klasifikasi kualitas lingkungan hidup ke dalam 7 (tujuh) kategori. Penentuan klasifikasi dilakukan sebagai berikut : Unggul; IKLH > 90
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 51
Pendahuluan
Sangat baik; 82 < IKLH = 90 Baik; 74 < IKLH = 82 Cukup; 66 = IKLH = 74 Kurang; 58 = IKLH < 66 Sangat Kurang; 50 = IKLH < 58 Waspada; IKLH < 50 Sebagai salah satu provinsi yang mengadopsi perhitungan indeks kualitas lingkungan hidup berdasarkan IKLH Kementerian Lingkungan Hidup RI, maka IKLH Provinsi Jambi dihitung pada tingkat kabupaten/kota sehingga akan didapat indeks ditingkat Provinsi. Perhitungan IKLH Kabupaten/Kota didapat dengan perhitungan terhadap indeks pencemaran air (IPA), indeks pencemaran udara (IPU), dan indeks tutupan hutan (ITH) di masing-masing kabupaten/kota. Tabel 1.12. IKLH Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015. No.
Kabupaten/Kota
1.
Kabupaten Kerinci
2.
Kabupaten Merangin
3.
Kabupaten Sarolangun
4.
Kabupaten Batanghari
5. 6. 7. 8.
2015 IPA
IPU
ITH
IKLH
72,9528 99,4133 71,8589 80,4534 1 9 155 75,2478 99,3601 55,5866 74,6170 1 3 3 348 99,5643 45,3450 70,2305 74,0775 2 4 638 77,6952 98,9813 39,0978 68,6421
9 1 004 72,2517 99,3975 44,1839 69,1683 Kabupaten Muaro Jambi 7 5 8 873 Kabupaten Tanjung Jabung Timur 73,9656 99,7231 65,2099 78,1906 1 5 6 13 Kabupaten Tanjung Jabung Barat 83,3158 99,4844 59,2143 78,4705 5 275 71,7679 99,7231 45,0600 69,4713 Kabupaten Tebo
9.
Kabupaten Bungo
10.
Kota Jambi
11.
Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi
8 5 2 496 99,4520 46,2387 70,7917 74,8687 4 5 236 72,6940 98,9484 37,3224 66,4217 3 3 2 034 61,5029 99,1035 79,0625 79,8069 5
7
Rangking 1 5 7 10 9 4 3 8 6 11 2
1 627 73.296762
Sumber : BLHD Provinsi Jambi, 2016.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 52
Pendahuluan
Perhitungan untuk masing-masing Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di setiap kabupaten/kota di Provinsi Jambi tahun 2015 seperti terlihat pada Tabel 1.12 diatas dapat dijelaskan bahwa dari sebelas kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi, ada lima kabupaten/kota yang memiliki IKLH di atas IKLH Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Kerinci, Kabupaten Merangin, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan Kota Sungai Penuh, dimana Kabupaten Kerinci mempunyai IKLH tertinggi 80.4534 dan Kota Jambi mempunyai IKLH terendah 78,55. a. Indeks Pencemaran Air (IPA) Dari sebelas kabupaten/kota di Provinsi Jambi, nilai IPA pada tahun 2015 bila dibandingkan dengan nilai IPA pada tahun 2014 terjadi penurunan nilai indeksnya hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.13. Hasil perhitungan IPA dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 1.13. Indeks Pencemaran Air (IPA) Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015. No.
Kabupaten/Kota
2014
2015
Perubahan
1.
Kabupaten Kerinci
88,30
72.95
(-)15.35
2.
Kabupaten Merangin
85,24
75.25
(-) 9.99
3.
Kabupaten Sarolangun
89,56
74.08
(-) 15.48
4.
Kabupaten Batanghari
89,38
77.69
(-) 11.87
5.
Kabupaten Muaro Jambi
89,56
72.25
(-) 17.31
6.
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
89,74
73.96
(-) 15.78
7.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
89,20
83.13
(-) 6.07
8.
Kabupaten Tebo
90,46
71.77
(-) 18.69
9.
Kabupaten Bungo
89,74
74.87
(-) 14.87
10.
Kota Jambi
89,74
72.69
(-) 17.05
11.
Kota Sungai Penuh
90,64
61.50
(-) 29.14
Provinsi Jambi Sumber : BLHD Provinsi Jambi, 2016.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 53
Pendahuluan
Penurunan nilai IPA pada seluruh kabupaten/kota merupakan indikasi bahwa berbagai kegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota
dalam
kegiatan
pengendalian pencemaran air belum dapat memperbaiki kualitas air, hal ini disebabkan karena aktivitas penambangan bahan mineral yang makin marak di wilayah hulu sehingga sedimentasi dan kekeruhannya terbawa hingga ke hilir . b. Indeks Pencemaran Udara (IPU) Nilai IPU pada tahun 2015 meningkat pada lima kabupaten/kota yaitu Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tebo, dan Kota Sungai Penuh dengan nilai 0,02sampai 0,25, sementara enam kabupaten/kota lainnya yaitu Kabupaten Kerinci, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Bungo, dan Kota Jambi menurun dengan nilai 0,03 sampai 0,44. Nilai IPU Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.14. Hasil perhitungan IPU dapat dilihat pada Lampiran 4. Walaupun
pada
sebagian
kabupaten/kota
nilai
IPU
mengalami
penurunan, namun secara umum kualitas udara ambien pada seluruh kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jambi masih memenuhi baku mutu lingkungan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Kondisi ini dimungkinkan karena pengambilan sampel untuk pemantauan kualitas udara dilakukan di luar situasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan. Sehingga kondisi senyatanya apabila tidak terjadi kebakaran lahan dan hutan dapat teridentifikasi dengan baik.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 54
Pendahuluan
Tabel 1.14. Indeks Pencemaran Udara (IPU) Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015. No.
Kabupaten/Kota
2014
2015
Perubahan
1.
Kabupaten Kerinci
99.52
99.41
(-) 0.11
2.
Kabupaten Merangin
99.34
99.36
0.02
3.
Kabupaten Sarolangun
99.38
99.56
0.18
4.
Kabupaten Batanghari
99.29
98.98
(-) 0.31
5.
Kabupaten Muaro Jambi
99.50
99.39
(-) 0.11
6.
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
99.65
99.72
0.07
7.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
99.51
99.48
(-) 0.03
8.
Kabupaten Tebo
99.59
99.72
0.13
9.
Kabupaten Bungo
99.51
99.45
(-) 0.06
10.
Kota Jambi
99.39
98.95
(-) 0.44
11.
Kota Sungai Penuh
98.85
99.10
0.25
kabupaten/kota
nilai
Sumber : BLHD Provinsi Jambi, 2016. Walaupun
pada
sebagian
IPU
mengalami
penurunan, namun secara umum kualitas udara ambien pada seluruh kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jambi masih memenuhi baku mutu lingkungan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. c. Indeks Tutupan Hutan (ITH) Pada
tahun
2015
terjadi
penurunan
nilai
ITH
pada
seluruh
kabupaten/kota dengan nilai cukup signifikan antara 0,63 sampai 23,34 dan hanya Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengalami peningkatan nilai ITH sebesar yaitu 11,36. Penurunan ini diakibatkan dari perubahan perhitungan yang hanya memasukkan kawasan hutan.Dengan adanya kondisi kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada tahun 2015 ini maka tutupan hutan di sebagian besar kabupaten mengalami penurunan. Khusus untuk Kabupaten Tanjung Jabung
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 55
Pendahuluan
Barat peningkatan nilai ITH disebabkan kebakaran hutan yang terjadi lebih sedikit luasannya dibandingkan dengan kabupaten yang lain. Nilai ITH Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.15., sementara hasil perhitungan ITH dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 1.15. Indeks Tutupan Hutan (ITH) Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015. No.
Kabupaten/Kota
2014
2015
Perubahan
1.
Kabupaten Kerinci
79.26
71.86
(-) 7.4
2.
Kabupaten Merangin
63.77
55.59
(-) 8.14
3.
Kabupaten Sarolangun
57.18
45.35
(-) 11.83
4.
Kabupaten Batanghari
55.06
39.10
(-)15.96
5.
Kabupaten Muaro Jambi
67.52
44.18
(-) 23.34
6.
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
72.42
65.21
(-) 7.21
7.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
47.85
59.21
11.36
8.
Kabupaten Tebo
45.59
45.06
(-) 0.63
9.
Kabupaten Bungo
54.55
46.24
(-) 8.31
10.
Kota Jambi
54.11
37.32
(-) 20.53
11.
Kota Sungai Penuh
94.35
79.06
(-) 15.29
Sumber : BLHD Provinsi Jambi, 2016.
d. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
Dari sebelas kabupaten/kota di Provinsi Jambi, semuanya mengalami penurunan nilai IKLH pada tahun 2015 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.4. Jika diurutkan berdasarkan nilai IKLH pada masing-masing kabupaten/kota, Kabupaten Kerinci memiliki IKLH dengan nilai 80,45 dan masuk klasifikasi Baik bersama empat kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Merangin, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan Kota Sungai Penuh. Sedangkan enam kabupaten/kota lainnya yaitu Kabupaten Sarolangun, Kabupaten
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 56
Pendahuluan
Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, dan Kota Jambi masuk dalam klasifikasi Cukup. Nilai IKLH Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.16., sementara hasil perhitungan IKLH dapat dilihat pada Lampiran 6. Berdasarkan
perhitungan
yang
dilakukan
BLHD
Provinsi
Jambi
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.9., IKLH Provinsi Jambi pada tahun 2015pada angka 73,297. IKLH ini dihitung berdasarkan jumlah penduduk per kabupaten/kota di Provinsi Jambi terhadap jumlah penduduk total di Provinsi Jambi. Terlihat pengaruh jumlah dan kepadatan penduduk di suatu wilayah terhadap kondisi lingkungannya.
Tabel 1.16.Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015. No.
Kabupaten/Kota
2014
2015
Perubahan
1.
Kabupaten Kerinci
89,03
80,45
(-) 8,58
2.
Kabupaten Merangin
82,78
74,61
(-) 8,17
3.
Kabupaten Sarolangun
82,04
70,23
(-) 11,81
4.
Kabupaten Batanghari
81,24
68,64
(-) 12,60
5.
Kabupaten Muaro Jambi
85,53
69,17
(-) 16,36
6.
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
87,27
78,19
(-) 9,08
7.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
78,85
78,47
(-) 0,38
8.
Kabupaten Tebo
78,55
69,47
(-) 9,08
9.
Kabupaten Bungo
81,27
70,79
(-) 10,48
10.
Kota Jambi
81,08
66,42
(-) 14,66
11.
Kota Sungai Penuh
94,61
79,81
(-) 14,80
Sumber : BLHD Provinsi Jambi, 2016.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 57
Pendahuluan
Tabel 1.17. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Provinsi Jambi Tahun 2015. No.
IKLH Kab/Kota
Kabupaten/Kota
% Penduduk
1.
Kabupaten Kerinci
80.45 234,882
2.
Kabupaten Merangin
74.62 366,315
3.
Kabupaten Sarolangun
70.23 278,222
4.
Kabupaten Batanghari
68.64 260,631
5.
Kabupaten Muaro Jambi
69.17 399,157
6.
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
78.19 213,670
7.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
78.47 310,914
8.
Kabupaten Tebo
69.47 330,962
9.
Kabupaten Bungo
70.79 344,100
10.
Kota Jambi
66.42 576,067
11.
Kota Sungai Penuh 79.81 87,132 IKLH Provinsi Jambi 73.296762
IKLH Kab/Kota X % Penduduk
0.376 1.701 2.211 1.334 2.790 0.748 1.973 1.860 2.313 1.409 1.058
30.22121605 126.9488319 155.2950421 91.54023681 192.9760299 58.47226207 154.8054349 129.2061608 163.7605879 93.59994791 84.41655063
F. Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup di Provinsi Jambi Berdasarkan Visi dan Misi Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih pada pemilihan umum kepala daerah di Provinsi Jambi untuk periode tahun 2016-2021, Gubernur H. Zumi Zola Zulkifli, STP, MA dan Wakil Gubernur DR. Drs. H. Fachrori Umar, MHum mengusung Visi Jambi TUNTAS 2021 dengan makna yaitu terwujudnya Provinsi Jambi
yang Tertib, Unggul, Nyaman, Tangguh, Adil dan
Sejahtera 2021. Pembangunan lingkungan hidup terdapat pada misi ke empat dan misi ke lima dari enam misi, dimana misi ke empat yaitu “Meningkatkan daya saing daerah melalui optimalisasi pembangunan ekonomi kerakyatan yang didukung oleh penerapan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (IPTEKIN) berwawasan lingkungan” dan misi ke lima yaitu “Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas infrastruktur umum, Pengelolaan energi dan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan”. Misi pembangunan ini bertujuan untuk optimalisasi teknologi yang berwawasan lingkungan dan menciptakan pengelolaan sumberdaya alam secara
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 58
Pendahuluan
terpadu yang berkeadilan dan berkelanjutan, dengan sasaran Revitalisasi Daerah Aliran Sungai Batanghari; (Pengelolaan aktivitas pertambangan sepanjang DAS Batanghari, menata ulang perizinan usaha sepanjang DAS Batanghari baik di bidang perkebunan,
kehutanan
dan
pertambangan
Pemberdayaan masyarakat di sepanjang DAS
untuk
meminimalisir
erosi.
Batanghari, Reklamasi dan
pengerukan sungai batanghari diberapa titik tertentu, Reklamasi kawasan pertambangan di sepanjang DAS Batanghari). Sedangkan untuk RPJMD masih dalam proses penggodokan oleh Tim Pemerintah Provinsi Jambi. Untuk mendukung pelaksanaan pembangunan lingkungan hidup di Provinsi Jambi, pada tahun 2015 dilaksanakan program-program yang meliputi : (1). Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan; (2). Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan. Hidup; (3). Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam; (4). Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam; dan (5). Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Program
Pengembangan
Kinerja
Pengelolaan
Persampahan
dilaksanakan dengan kegiatan Sosialisasi Kebijakan Pengelolaan Persampahan. Program Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan dengan kegiatan : (1). Pemantauan Kualitas Lingkungan; (2). Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup; (3). Pengelolaan B3 dan Limbah B3; (4). Batang Hari Bersih/Superkasih; (5). Koordinasi Penyusunan AMDAL; (6). Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Pengendalian Lingkungan Hidup; (7). Pendayagunaan Laboratorium Lingkungan; (8). Penaatan Hukum Lingkungan; (9). Pengendalian Dampak Perubahan Iklim; (10). Pengembangan sistem manajemen pengelolaan pesisir laut; (11). Penyusunan data analisa data/informasi pengelolaan ruang terbuka hijau; dan (12).Penyuluhan dan pengendalian polusi dan pencemaran. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam dengan kegiatan : (1). Pengendalian dan pengawasan pemanfaatan SDA; dan (2). Identifikasi Konservasi SDA; Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam dilaksanakan dengan kegiatan
Sosialisasi Pengendalian
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 59
Pendahuluan
Kebakaran Lahan dan Hutan; dan Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi
SDA
dan
Lingkungan
Hidup
dilaksanakan
dengan
kegiatan
Pengembangan Data dan Informasi Lingkungan. Selain itu terdapat 5 (lima) kegiatan lainnya yaitu (1). Kebijakan
Sosialisasi
Pengelolaan Persampahan; (2). Pengendalian Dampak Perubahan
Iklim; (3). Pengembangan system manajemen pengelolaan pesisir laut; (4). Penyusunan data analisa data/informasi pengelolaan ruang terbuka hijau; dan (5). Penyuluhan dan pengendalian polusi dan pencemaran.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
I- 60
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
BAB II KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA Provinsi Jambi memiliki posisi membentang dari barat hingga timur Pulau Sumatera, dari kaki gunung tertinggi di Pulau Sumatera yaitu Gunung Kerinci menyusuri lembah dan delta di sepanjang wilayah aliran sungai terpanjang di Pulau Sumatera yaitu Sungai Batang Hari hingga bermuara di ujung pesisir pantai timur Pulau Sumatera tepatnya di Selat Berhala membuat Provinsi Jambi memiliki wilayah dengan kondisi alam dan lingkungan yang bervariasi. Berdasarkan topografi yang ada Provinsi Jambi dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah yaitu: (1). Daerah dataran rendah 0 - 100 meter di atas permukaan laut, beradadi wilayah timur sampai tengah. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan sebagian Kabupaten Batanghari; (2). Daerah dataran sedang
dengan ketinggian 100 - 500 meter di atas permukaan laut, berada di
wilayah tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten Batanghari;(3). Daerah dataran tinggi dengan ketinggian > 500 meter di atas permukaan laut, berada di wilayah barat. Daerah pegunungan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta sebagian Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin. Sebagai satu provinsi yang terletak di tengah Pulau Sumatera, Provinsi Jambi memiliki potensi sumber daya alam yang hampir sama dengan provinsi lainnya di Pulau Sumatera. Selain ini di Provinsi Jambi memiliki lahan sebagai ruang untuk tempat tinggal, media atau tempat tumbuh tanam atau wadah bahan galian/mineral menunjukkan bahwa lahan mempunyai kedudukan yang sentral dalam menunjang keberhasilan pembangunan. Berikut akan dijelaskan mengenai kondisi lingkungan diwilayah Provinsi Jambi yang meliputi kondisi lahan dan hutan, keanekaragaman hayati, kondisi perairan dan badan air, kondisi udara, iklim dan potensi bencana yang dimiliki.
II-1 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
A. Lahan dan Hutan Secara sederhana, lahan mencakup semua sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan di bawah, pada, maupun di atas permukaan suatu bidang geografis. Sumber daya lahan adalah segala sesuatu yang bisa memberikan manfaat di lingkungan fisik meliputi iklim, topografi/relief, hidrologi tanah dan keadaan vegetasi alami.Semua
faktor
tersebut
secara
potensial
akan
berpengaruh
terhadap
penggunaannya termasuk di dalamnya adalah akibat dari kegiatan-kegiatan manusia baik di masa lalu maupun masa sekarang. Contoh yang paling nyata adalah aktivitas penebangan hutan dan penggunaan lahan baik untuk pertanian maupun untuk bidang lainnya. Pada umumnya penetapan penggunaan lahan didasarkan pada karakteristik lahan dan daya dukung lingkungannya. Bentuk penggunaan lahan yang ada dapat dikaji melalui proses evaluasi sumber daya lahan, sehingga dapat diketahui potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaannya. Namun, pengkajian yang tidak diikuti dengan pengelolaan yang ramah lingkungan
serta
penyalahgunaan
fungsi
lahan
yang
disebabkan
oleh
tuntutan pembangunan dan faktor ekonomi menyebabkan terjadinya bencana alam secara signifikan dengan rusaknya sumber daya alam dan lingkungan hidup. 1. Penggunaan Lahan Sejalan dengan meningkatnya aktivitas pembangunan yang ditandai dengan munculnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru sebagai dampak positif dari pertambahan
penduduk,
membawa
konsekuensi
terjadinya
perubahan
penggunaan lahan. Berdasarkan data Ditjen Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan mengenai luas penutupan lahan baik di dalam maupun di luar kawasan hutan Provinsi Jambi dapat tergambar penggunaan lahan utama di wilayah Provinsi Jambi tahun 2015sebagaimana yang terlihat pada Buku Data Tabel SD-1. Data pada tabel dimaksud khusus untuk luasan sawah dan luasan perkebunan telah disinkronkan dengan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi dan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi.
II-2 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel 2.1. Luas Penggunaan Lahan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014-2015 . No.
Luas Lahan (Ha)
Penggunaan Lahan
1.
Non Pertanian
2.
Sawah
3.
Lahan Kering
4.
Perkebunan
5.
Hutan
6.
Badan Air Jumlah
Perubahan (Ha)
2014 673.100,00
2015 881.912,00
113.546,00
117.005,00
3.459,00
2.341.239,33
45.740,00
-2.295.499,33
593.433,00
1.551.901,00
958.468,00
1.276.674,01
2.107.779,00
831.104,99
18.012,66
18.012,66
0,00
5.016.005,00
4.722.349,66
-293.655,34
208.812,00
Sumber : Data Olahan Tabel SD-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Berdasarkan luas penggunaan lahan (Tabel 2.1) menunjukkan telah terjadi perubahan yang sangat siginifikan untuk lahan kering dari tahun 2014 ke tahun 2015 sebesar -2.295.499,33 Ha, hal ini ada kaitannya dengan
penggunaan lain
seperti kegiatan non pertanian, sawah, perkebunan dan hutan. Berdasarkan pembagian wilayah yang ada, daerah di Provinsi Jambi yang memiliki luas wilayah yang paling besar adalah Kabupaten Merangin dengan luasan mencapai 767.900 Ha atau 15,31 % dari luas wilayah Provinsi Jambi. Sedangkan Kota Jambi merupakan daerah yang memiliki wilayah paling sedikit yaitu seluas 20.543 Ha atau 0,41 % sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015. 391.50
Kota Sungai Penuh
205.43
Kota Jambi
4,659.00
Kabupaten Bungo
6,461.00
Kabupaten Tebo 4,649.85
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
5,445.00
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
5,326.00
Kabupaten Muaro Jambi
5,804.00
Kabupaten Batang Hari
6,184.00
Kabupaten Sarolangun
7,679.00
Kabupaten Merangin 3,355.27
Kabupaten Kerinci 0.00
1,000.00 2,000.00 3,000.00 4,000.00 5,000.00 6,000.00 7,000.00 8,000.00
Sumber: Data Olahan Tabel SD-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015
II-3 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Lahan di Provinsi Jambi umumnya digunakan sebagai lahan non pertanian berupa tanah terbuka, pemukiman, jalan, perkantoran,sungai,pertambangan, rawa, pelabuhanudara/laut,arealtransmigrasi dan belukar rawa. Selain itu, penggunaan lahan untuk lahan pertanian berupa sawah dan areal perkebunan, lahan hutan baik berupa hutan lahan kering, hutan rawa, hutan mangrove maupun hutan tanaman, lahan badan air berupa rawa, tambak, air, danau/waduk/situ dan sungai, dan lahan kering berupa semak belukar, savana, semak dan pertanian lahan kering. Penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2. Penggunaan Lahan di Provinsi Jambi Tahun 2015. Badan Air 0% Non Pertanian 19%
Hutan 45%
Sawah Kering 2% 1%
Perkebunan 33%
Sumber:
Data Olahan Tahun 2015
Tabel
SD-1
Buku
Data
SLHD
Provinsi
Jambi
Berdasarkan Gambar 2.2. terlihat luasan lahan yang dimanfaatkan sebagai lahan non pertanian seluas 881.912,00Ha (12,42 %), sawah seluas 117.005,00Ha (1,65%),
lahan
kering
seluas
45.740,00Ha
(0,64
%),
perkebunan
seluas
1.551.901,00Ha (21,86%), hutan seluas 4.483.649,31Ha (63,17 %), dan badan air seluas 18.012,66 Ha (0,25 %). a. Lahan Non Pertanian Lahan non pertanian di Provinsi Jambi terdiri dari tanah terbuka, pemukiman, pertambangan, pelabuhan udara/laut, areal transmigrasi dan belukar rawa. Luas lahan non pertanian ini di Provinsi Jambi pada tahun 2015 adalah seluas 881.912,00 Ha dengan lahan non pertanian paling luas terdapat di Kabupaten Merangin seluas
II-4 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
169.134,00 Ha dan paling sedikit terdapat di Kota Jambi seluas 7.803,00Ha, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar
2.3.
Penggunaan Tahun 2015
Lahan
Non
Pertanian
di
169,134 180,000 160,000 138,752 140,000 106,460 105,918 120,000 88,752 84,068 100,000 63,721 80,000 58,512 60,000 48,424 40,000 7,80310,368 20,000 0
Sumber: Data Olahan Tahun 2015
Tabel
SD-1
Buku
Data
SLHD
Provinsi
Jambi
Luas Lahan (Ha)
Provinsi
Jambi
b. Lahan Sawah Lahan sawah merupakan suatu tipe pengggunaan lahan yang untuk pengelolaannya memerlukan genangan air. Oleh karena itu sawah selalu mempunyai permukaan datar atau yang didatarkan, dan dibatasi oleh pematang untuk menahan air genangan. Berdasarkan data dari Ditjen Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan RI yang disinkronkan dengan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, lahan sawah yang terdapat di seluruh wilayah Provinsi Jambi yaitu seluas 117.005 Ha dengan lahan sawah paling luas terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur seluas 30.366Ha dan lahan sawah paling kecil terdapat di Kota Jambi seluas1.395 Ha sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.4.
II-5 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.4. Penggunaan Lahan Sawah di Provinsi Jambi Tahun 2015.
8,758
Kota Sungai Penuh 1,395
Kota Jambi
8,190
Kabupaten Bungo
4,618
Kabupaten Tebo
7,099
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
20,331
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Luas Lahan (Ha)
10,760
Kabupaten Muaro Jambi
7,723
Kabupaten Batang Hari
5,825
Kabupaten Sarolangun
11,940
Kabupaten Merangin
30,366
Kabupaten Kerinci 0
5,00010,00015,00020,00025,00030,00035,000
Sumber: Data Olahan Tabel SD-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015
c.
Lahan Kering Lahan kering merupakan luasan dari penggunaan lahan yang paling besar
pada tahun 2015. Lahan kering terjadi sebagai akibat dari curah hujan yang sangat rendah,
sehingga keberadaan
air
sangat
terbatas,
suhu
udara tinggi
dan
kelembabannya rendah. Wilayah di Provinsi Jambi yang banyak memiliki areal seperti ini adalah Kabupaten Merangin dimana lahan kering lebih luas dibandingkan dengan areal lainnya yaitu seluas 8258 Ha. Sementara Kota Sungai Penuh hanya sedikit memiliki luasan lahan kering yaitu seluas 162Ha sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.5. Lahan kering yang terdapat di wilayah Provinsi Jambi terdiri dari semak belukar, savana, pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering dan semak.
II-6 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.5. Penggunaan Lahan Kering di Provinsi Jambi Tahun 2015.
Kota Sungai Penuh
162
Kota Jambi
265 4567
Kabupaten Bungo
8465
Kabupaten Tebo 3614
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
2574
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Luas Lahan (Ha)
3664
Kabupaten Muaro Jambi 1103
Kabupaten Batang Hari
6452
Kabupaten Sarolangun
8258
Kabupaten Merangin 6616
Kabupaten Kerinci 0
2000 4000 6000 8000 10000
Sumber: Data Olahan Tabel SD-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015
d. Lahan Perkebunan Lahan perkebunan di Provinsi Jambi hanya terdapat pada 9 kabupaten dengan luasan 1.551.901 Ha. Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh tidak memiliki lahan perkebunan. Kabupaten Merangin memiliki lahan perkebunan paling luas yaitu209.827Ha dan yang paling sedikit luasannya adalah Kota Jambi yaitu 0,0 Ha. Luasan lahan perkebunan kabupaten di wilayah Provinsi Jambi dapat dilihat pada Gambar 2.6. Jenis perkebunan yang dikembangkan di Provinsi Jambi adalah perkebunan karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, coklat, teh, cengkeh, tebu, tembakau, kapas, jarak, kapuk, kina, jambu mete, pala, kayu manis, lada, pinang, kemiri, aren, vanili, dan nilam.
II-7 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.6. Lahan Perkebunan di Provinsi Jambi Tahun 2015. 250,000 209,827
200,000
196,125 201,523
208,080
207,917
165,865
150,000
177,598
128,120
100,000 55,510
50,000 0
Luas Lahan (Ha)
1,336
0
Sumber:
Data Olahan Tahun 2015
Tabel
SD-1
Buku
Data
SLHD
Provinsi
Jambi
e. Hutan Luas hutan di Provinsi Jambi pada tahun 2015
adalah 2.107.779 Ha.
Dengan luasan 44,63 % dari total luas wilayah, hutan di Provinsi Jambi terdiri dari hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan rawa primer, hutan rawa sekunder, hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder dan hutan tanaman. Hutan di Provinsi Jambi terdiri atas hutan tetap berupa kawasan suaka
alam-kawasan pelestarian alam, hutan lindung, hutan produksi terbatas,
hutan produksi tetap, dan hutan produksi yang dapat di konversi. Namun semenjak tahun 2012 hingga sekarang tidak lagi adanya pengkonversian hutan produksi. Pada Gambar 2.7. terlihat wilayah yang memiliki areal hutan terbesar berada di Kabupaten Merangin seluas 350.041,13Ha atau 16,61 % dari total hutan di wilayah Provinsi Jambi. Diikuti oleh Kabupaten Tebo dengan luasan hutan 268.094,6 Ha atau 12,72%. Pada data tahun 2015 ini wilayah Kota Sungai Penuh termasuk didalamnya sekitar
23.998,69Ha
wilayah
hutan
Taman
Nasional
Kerinci
Seblat
yang
sebelumnyadigabungkan ke luasan Kabupaten Kerinci. Sementara Kota Jambi saat II-8 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
ini masih belum memiliki luasan hutan. Hutan Kota yang dimiliki oleh Kota Jambi tidak termasuk dalam kategori luasan hutan berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan. Gambar 2.7. Luasan Hutan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015.
23998.69
Kota Sungai Penuh 0
Kota Jambi
155937.56
Kabupaten Bungo
268094.56
Kabupaten Tebo
249153.09
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
213525.24
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Luas Lahan (Ha)
148623.9
Kabupaten Muaro Jambi
209374.65
Kabupaten Batang Hari
238509.94
Kabupaten Sarolangun
350041.13
Kabupaten Merangin
250520.24
Kabupaten Kerinci 0
100000
200000
300000
400000
Sumber: Data Olahan Tabel SD-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015
f. Badan Air Badan air di Provinsi Jambi termasuk di dalamnya berupa aliran air permukaan seperti air sungai, danau, waduk/situ/embung, tambak dan rawa. Berdasarkan Gambar2.8. luas badan air di wilayah Provinsi Jambi adalah 18.012,66 Ha dengan luasan paling besar di Kabupaten Kerinci dimana terdapat di dalamnya danau-danau yang sebagian besar danau-danau di Provinsi Jambi terdapat di Kabupaten Kerinci. Sementara luasan badan air yang paling kecil adalah di Kota Sungai Penuh dimana luasannya sebesar 28,41 Ha.
II-9 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.8. Luasan Badan Air di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015.
28.41
Kota Sungai Penuh
1,001.87
Kota Jambi Kabupaten Bungo
827.26
Kabupaten Tebo
864.78
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
981.98
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
919.78
Luas Lahan (Ha)
1,045.16
Kabupaten Muaro Jambi
1,181.64
Kabupaten Batang Hari
3,326.42
Kabupaten Sarolangun
1,381.16
Kabupaten Merangin
6,454.20
Kabupaten Kerinci 0.00
Sumber:
Data Olahan Tahun 2015
1,000.00 2,000.00 3,000.00 4,000.00 5,000.00 6,000.00 7,000.00
Tabel
SD-1
Buku
Data
SLHD
Provinsi
Jambi
Bila dibandingkan dengan tahun 2014, dengan luasan lahan yaitu5.016.005 Ha maka tahun 2015 luasan lahan berubah menjadi
4.722.350
Ha. Beberapa
penggunaan lahan di Provinsi Jambi tahun 2015 mengalami beberapa perubahan penggunaan dan pengelompokkan. Pada tahun 2015 terjadi perubahan luasan lahan lahan kering dengan pengurangan luasan sebesar 2.295.499,33 Ha. Namun pada lahan non pertanian, lahan sawah, lahan perkebunan, hutan dan badan air mengalami
peningkatan
luas
areal
akibat
dari
pengalihfungsian
lahan
serta pengelompokkan sebagaimana terlihat pada Tabel 2.1 di atas. Sebagai vegetasi alam yang bersifat renewable resource, hutan mempunyai peranan penting: Pertama, hutan sebagai sumber daya alam yang berperan bukan saja sebagai pelindung sistem penghasil air untuk berbagai kebutuhan, tetapi juga sebagai pemasok bahan baku bagi peningkatan produksi serta perluasan lapangan kerja yang sekaligus sebagai penghasil devisa negara. Kedua, hutan memegang peranan yang strategis di bidang ekologis, dan berfungsi juga sebagai paru-paru
II-10 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
dunia, penghirup CO2, penghasil O2 serta pengatur dan penopang ekosistem pada umumnya. Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, yang dimaksud dengan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Di dalam kawasan hutan ini adadua kemungkinan yaitu kawasan hutan berisi tegakan hutan dan kawasan hutan yang tidak berhutan (tidak ada tegakan hutan). Tegakan hutan di sini diartikan sebagai kumpulan pohon-pohon yang secara khusus dapat dibedakan dengan kumpulan pohon-pohon disekitarnya dalam hal umur, komposisi, struktur, kualitas tempat tumbuh dan letak geografis. Memperhatikan kedudukan sumber daya hutan sebagai sumber daya alam yang mempunyai karakteristik dan peran serta fungsinya sangat beragam, maka keberadaannya harus dipertahankan secara optimal, dijaga daya dukungnya secara lestari, dan dikelola dengan akhlak mulia, adil, arif, bijaksana, terbuka, profesional, sertabertanggung-gugat. Untuk itu dipandang perlu mengetahui potensi dan luas hutan yang tersedia serta eksploitasi yang telah dilakukan. Pemantapan kawasan hutan di Provinsi Jambi telah dilaksanakan dengan pemaduserasian Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jambi melalui Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor10 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2013-2033. Berdasarkan penetapan di atas maka luas kawasan hutan Provinsi Jambi seluas2.107.779 Ha sebagaimana terlihat pada Buku Data Tabel SD-2 atau 42,02 % dari luas wilayah daratan Provinsi Jambi 4.722.349,66 Ha, termasuk di dalamnya kawasan hutan produksi
konservasi
seluas 11.416
Ha.
selebihnya merupakan areal penggunaan lain yang luasnya mencapai
Sementara 2.096.363
Ha (99,45 %). Berdasarkan fungsi/status hutan di Provinsi Jambi dikelompokkan ke dalam 4 (empat) fungsi atau status yaitu kawasan suaka alam/kawasan pelestarian alam termasuk di dalamnya cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata, taman buru, taman nasional, dan taman hutan raya. Selain itu, hutan lindung, hutan produksi dan hutan produksi terbatas dan hutan produksi konversi dengan luasan masing-masing dapat dilihat pada Gambar 2.9 dan Buku Data Tabel Tambahan SD-2A dan SD-2B. II-11 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.9. Luasan Kawasan Hutan Menurut Statusnya di Provinsi Jambi Tahun 2015. 968,889 1,000,000 900,000 800,000 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 -
Sumber:
686,095
261,453 179,926 Luas Lahan (Ha) 11,416
Data Olahan Tahun 2015
Tabel
SD-1
Buku
Data
SLHD
Provinsi
Jambi
a. Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kawasan suaka alam/kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga.Di
Provinsi
Jambi,
menurut
RTRW
Provinsi
Jambi
Tahun
2013,luasankawasan konservasi ini mencapai 695.500,00 Ha. Yang termasuk kawasan suaka alam atau kawasan pelestarian alam di wilayah Provinsi Jambi adalah kawasan cagar alam, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. 1). Cagar Alam Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Di Provinsi Jambi luas cagar alam mencapai 6.805,00 Ha yang terletak di Kabupaten Batanghari
II-12 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
seluas 41,37 Ha, Kabupaten Sarolangun seluas 73,74 Ha dan Kabupaten Tanjung JabungTimur seluas 4.041,60 Ha. a). Cagar Alam Durian Luncuk
Cagar Alam Durian Lucuk I dan II ditetapkan berdasarkan SK Menteri Nomor 34/Kpts-II/1987 tanggal 7 Mei 1987, menjadi kawasan yang dikelola di bawah tanggung jawab Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jambi dan Kementerian Kehutanan, dan keberadaannya di kelilingi oleh lahan perkebunan karet milik PT. Perkebunan Nusantara VI Kebun Durian Luncuk. Secara administrasi pemerintahan cagar alam ini terletak di wilayah Kabupaten Batanghari, tepatnya di Kecamatan Batin XXIV, Desa Jangga Baru, dan Kabupaten Sarolangun di Kecamatan Pauh, Desa Guruh Baru. Sebagai kawasan yang mempunyai potensi ekonomi yang tinggi, Cagar Alam Durian Luncuk masih menyisakan potensi flora dan faunanya berdasarkan tipe ekosistemnya. b). Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur
Kawasan Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur ditetapkan sebagai Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur dengan SK. Menteri Pertanian Nomor 507/Kpts/Um/1981 dengan luas 4.041,60 Ha, terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Cagar alam ini mempunyai tipe iklim tropis yang lembab dan hangat, karena terletak pada permukaan laut yang hampir di sekitar garis katulistiwa. Suhu harian sekitar 32°C sampai 35°C dan jarang turun dibawah 27°C pada malam hari. Kelembaban mencapai sekitar 80 % dan rata-rata curah hujan sekitar 2.200 mm per tahun. Musim kemarau umumnya pada bulan April sampai Agustus sedangkan musim hujan pada bulan September sampai Januari. c). Cagar Alam Hutan Bakau Sungai Betara
Cagar Alam Sungai Betara terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kawasan konservasi ini menempati lahan seluas 85 Ha yang diresmikan sebagai cagar alam berdasarkan Menhutbun No. 421/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999.
II-13 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
2). Taman Nasional Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Di wilayah Provinsi Jambi luas kawasan taman nasional mencapai 654.002,00 Ha yang tersebar di seluruh kabupaten. a). Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)
TNKS ditetapkan sebagai taman nasional melalui SK Menteri Pertanian Nomor 736/Mentan/X/1982 dengan luas 1.484.650 Ha dan ditunjuk melalui SK Menteri Kehutananan Nomor 192/Kpts-II/1996 dengan luas 1.386.000 Ha. TNKS terletakdi 4 wilayah provinsi yaitu Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Bengkulu, dan Provinsi Sumatera Selatan. Sebagian besar kawasan taman nasional ini merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan Selatan di Pulau Sumatera bagian tengah. Secara geografi TNKS terletak pada koordinat 100°31'18" - 102°44' Lintang Timur dan 17'13" -326'14" Lintang Selatan, dengan wilayah tersebar pada 9 kabupaten, 43 kecamatan, dan 134 desa. Dalam sejarah pembentukannya, taman nasional ini merupakan penyatuan dari kawasan-kawasan
Cagar
Alam
Inderapura
dan
Bukit
Tapan,
Suaka
Margasatwa Rawasa Huku Lakitan-Bukit Kayu Embun dan Gedang Seblat, hutan lindung dan hutan produksi terbatas di sekitarnya yang berfungsi hidro-orologis yang sangat vital bagi wilayah sekitarnya pada tanggal 4 Oktober 1982, bertepatan dengan Kongres Taman Nasional Sedunia di Bali, gabungan kawasan tersebut diumumkan sebagai Taman Nasional Kerinci Seblat. TNKS merupakan perwakilan tipe
ekosistem
hutan
hujan dataran rendah sampai ekosistem sub alpin serta
beberapa ekosistem yang khas (rawa gambut, rawa air tawar dan danau). b). Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT)
TNBT ditunjuk berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 539/Kpts-II/1995 dengan luas 127.698 Ha dan ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 6407/Kpts-II/2002 dengan luas 144.223 Ha. Taman Nasional ini terletak di Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau serta Kabupaten Tebo dan II-14 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi dengan letak geografis pada 0°40’ 1°30 Lintang Selatan dan 102°13’ - 102°45’ Bujur Timur. TNBT merupakan kawasan perbukitan di tengah-tengah hamparan dataran rendah bagian timur Pulau Sumatera, dan mempunyai potensi keanekaragaman jenis tumbuhan/satwa endemik yang bernilai cukup tinggi. Semula kawasan TNBT merupakan hutan lindung dan hutan produksi terbatas. Meskipun demikian, kondisi hutan taman nasional tersebut relatif masih alami. c). Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) Taman Nasional ini ditunjuk berdasarkan SK Menteri Kehutanan
dan
Perkebunan melalui SK Nomor 258/Kpts-II/2000 dengan luas 60.500 Ha, terletak di Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten Batanghari. Secara geografis terletak pada koordinat 1°44’ - 1°58’ Lintang Selatan dan 102°29’ - 102°49’ Bujur Timur. TNBD merupakan salah satu kawasan hutan hujan tropis dataran rendah di Provinsi Jambi. Semula kawasan ini merupakan kawasan hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas dan areal penggunaan lain yang digabung menjadi taman nasional. Hutan alam yang masih ada terletak di bagian utara taman nasional ini, sedangkan yang lainnyamerupakan hutan sekunder. Jumlah sungai dan anak sungai sangat banyak yang berasal dari dalam kawasan ini
sehingga kawasan ini merupakan
daerah tangkapan air terpenting bagi Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari. d). Taman Nasional Berbak (TNB) TNB ditunjuk berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 258/Kpts-II/1992 dengan luas 162.700 Ha, terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Muaro Jambi dengan ketinggian tempat 0-20 meter di atas permukaan laut dan curah hujan rata-rata 2.300 mm per tahun. TNB merupakan kawasan konservasi hutanrawa terluas di Asia Tenggara dengan keunikan berupa gabungan yang menarik antara hutan rawa gambut dan hutan rawa air tawar yang terbentang luas di pesisir timur Pulau Sumatera.
II-15 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
3). Taman Hutan Raya (TAHURA) Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan jenis asli atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian ilmu pengetahuan dan pendidikan menunjang budaya, pariwisata dan rekreasi. Luas TAHURA di wilayah Provinsi Jambi mencapai 34.193,79 Ha yaitu Taman Hutan Raya Sekitar Tanjung di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Muaro Jambi, serta Taman Hutan Raya Senami (Sultan Thaha Syaifuddin) di Kabupaten Batanghari. 4). Taman Wisata Alam
Taman
wisata
alam
adalah
kawasan
pelestarian
alam
yang
terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Di wilayah Provinsi Jambi luas taman wisata alam adalah 425,50 Ha yang terdapat di Taman Wisata Alam Kebun Raya Bukit Sari di Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tebo. b. Hutan Lindung Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intruisi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Luas hutan lindung di Provinsi Jambi pada tahun 2014 mencapai 179.926 Ha. Kawasan hutan lindung sebagaimana yang dijelaskan dalam RTRW Provinsi Jambi tahun 2013 terdapat di Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Bungo dan Kabupaten Merangin. Besar luasan masing-masing kawasan hutan lindung di Provinsi Jambi sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.2.
II-16 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel 2.2. Luasan Kawasan Hutan Lindung di Provinsi Jambi Tahun 2015 No. 1.
Kabupaten/Kota Kabupaten Merangin
Nama Hutan Lindung
Luas (Ha)
a. Gunung Tungkat
2.733,00
b. Bukit Hulu Landai - Bukit Pale
19.055,00
c. Bukit Muncung – Gamut 2. 3.
4.
Kabupaten Sarolangun
a. Bukit Tinjau Limau
39.228,00
Kabupaten Muaro Jambi
a. Hutan Lindung Gambut Air Hitam Dalam - Air Hitam Laut b. Hutan Lindung Gambut Sungai Londerang (+TJT) a. Hutan Lindung Gambut Sungai Buluh
b. Bukit Hulu Landai - Bukit Pale
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
5.
9.344,00
6.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tebo
7.
Kabupaten Bungo
9.455,20
b. Hutan Lindung Gambut Sungai Londerang a. Hutan Lindung Gambut Bram Hitam a. Bukit Limau
27.404,60 7.298,00 17.721,00 6.027,00 21.473,80 6.657,00
a. Bukit Panjang - Rantau Bayur
13.529,40
Jumlah
179.926,00
Sumber : Data Olahan Tabel SD-2 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015 c.Hutan Produksi Hutan produksi tetap adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan seperti kayu, rotan, getah-getahan dan hasil hutan lainnya. Luas hutan produksi tetap di Provinsi Jambi adalah seluas 968.889 Ha yang tersebar di9 (sembilan) kabupaten/kota di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Kerinci, Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, dan Kabupaten Bungo. Luasan masing-masing hutan produksi di setiap kabupaten di Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Luasan Kawasan Hutan Produksi di Provinsi Jambi Tahun 2015. No.
Kabupaten/Kota
Luasan Hutan Produksi (Ha) 25.688,38
1
Kabupaten Kerinci
2
Kabupaten Merangin
76.392,55
3
Kabupaten Sarolangun
39.062,44
4
Kabupaten Muaro Jambi
2.098,00
5
Kabupaten Batanghari
37.586,96
II-17 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
6
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
32.387,99
7
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
126.807,09
8
Kabupaten Tebo
114.800,99
9
Kabupaten Bungo
58.894,64
10
Kabupaten Sungai Penuh
66,66 513.785,70
Jumlah
Sumber : Data Olahan Tabel SD-2 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. d.aHutan Produksi Terbatas Hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan seperti kayu, rotan, getah-getahan dan hasil hutan lainnya dengan pengambilan yang sangat dibatasi. Luas hutan produksi terbatas di Provinsi Jambi mencapai 178.626,21Ha. Kawasan hutan produksi terbatas di Provinsi Jambi tahun 2015 terdapat di Kabupaten Merangin,
Kabupaten
Sarolangun,
Kabupaten
Muaro
Jambi,
Kabupaten
Batanghari, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tebo. Luasan masing-masing hutan produksi terbatas di setiap kabupaten/kota di Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Luasan Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Provinsi Jambi Tahun 2015. No.
Kabupaten/Kota
Luasan Hutan Produksi Terbatas (Ha) 34.076,05
1.
Kabupaten Merangin
2.
Kabupaten Sarolangun
49.687,79
3.
Kabupaten Muaro Jambi
50.421,66
4.
Kabupaten Batanghari
16.510,52
5.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
23.229,16
6.
Kabupaten Tebo
4.701,03
Jumlah
178.626,21
Sumber : Data Olahan Tabel SD-2 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015. e.aHutan Produksi Yang Dapat Di Konversi
178.626,21
Hutan produksi yang dapat di Konversi adalah kawasan hutan yang secara 261.453,00 ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan 263508 Areal Penggunaan Lain (APL), seperti pemukiman, transportasi, pertanian dan perkebunan. Luas hutan II-18 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
produksi yang dapat dikonversi di Provinsi Jambi pada tahun 2015 adalah seluas 126,66 Ha, yang terdapat di Kabupaten TanjungJabung Barat danKabupaten Muaro Bungo. Luasan masing-masing hutan produksi konversi di setiap kabupaten/kota di Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.5. Luasan Kawasan Hutan Produksi Konversi di Provinsi Jambi Tahun 2015. NO
Kabupaten/Kota
Luasan Hutan Produksi Konversi (Ha)
1.
Kabupaten TanjungJabung Barat
34,24
2.
Kabupaten Muaro Bungo
92,42
Jumlah
126,66
Sumber : Data Olahan Tabel SD-2 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015. Bila dibandingkan dengan tahun 2014, sebagaimana yang terlihat pada Tabel2.6. terjadi pengurangan luasan kawasan hutan berdasarkan data dari Ditjen Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan seluas 71.661 Ha. Pengurangan luasan kawasan hutan tersebut ditujukan menjadi areal penggunaan lain (APL) seperti pemukiman, pertanian, hutan
sendiri
perkebunan.
terjadi pengalihfungsian
Sementara fungsi
di
kawasan
dalam hutan.
kawasan Terjadinya
pengurangan terhadap hutan produksi seluas 2.601 Ha, hutan produksi terbatas seluas 79.247 Ha, dan hutan lindung seluas 11.204 Ha. Sementara hutan sebagai fungsi KSA-KPA bertambah seluas 9.975 Ha dan kawasan yang dicadangkan sebagai hutan konversi seluas 11.416 Ha. Tabel 2.6.
No.
Luasan Kawasan Hutan Menurut Fungsinya di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015. Kawasan Hutan
Luas Kawasan (Ha)
1.
KSA-KPA
686.095,00
2015 533.664,67
2.
Hutan Lindung
179.926,00
142.412,37
-37.513,63
3.
Hutan produksi
968.889,00
513.785,70
-455.103,30
4.
Hutan Produksi Terbatas
261.453,00
178.626,21
-82.826,79
5.
Hutan Produksi Konversi
11.416,00
126,66
-11.289,34
2.107.779,00
1.368.615,61
-739.163,39
Jumlah
2014
Perubahan Luas (Ha) -152.430,33
Sumber : Data Olahan Tabel SD-2 Tabel Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015
II-19 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
3. Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya
Dalam
Undang-Undang
Nomor
26
Tahun
2007
tentang
Penataan
Ruang disebutkan bahwa distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah dipisahkan dalam dua kategori besar yaitu peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Ruang untuk fungsi lindung atau kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Menurut RTRW ProvinsiJambi tahun 2013, kawasan lindung di Provinsi Jambi terdiri atas kawasan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang meliputi kawasan
hutan
lindung,
kawasan bergambut, dan kawasan resapan air,
dan
kawasan suaka alam, kelestarian alam dan cagar budaya yang meliputi kawasan cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, kawasan taman nasional, kawasan taman hutan raya, dan kawasan taman wisata dengan masing-masing luasan seperti digambarkan pada Buku Data Tabel SD-3 dan Gambar 2.10. Sementara ruang untuk fungsi budidaya atau kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Menurut RTRW Provinsi Jambi tahun 2013, pola ruang kawasan budidaya di Provinsi Jambi
meliputi
kawasan
peruntukan
hutan
produksi,
pertanian,
perikanan, pertambangan, industri, pariwisata, pemukiman dan lainnya. Gambar 2.10. Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW Provinsi Jambi Tahun 2015.
Kawasan lindung, 28.23%
Kawasan budidaya, 71.77%
Kawasan lindung Kawasan budidaya
Sumber : Data Olahan Tabel SD-3 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. II-20 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Terlihat pada Gambar 2.10. di atas bahwa berdasarkan RTRW Provinsi Jambi kawasan budidaya memiliki luasan yang lebih besar dibandingkan dengan kawasan lindung dan jumlah masing-masing luasan ini mengalami penurunan pada tahun 2015. Berdasarkan tutupan lahan, kawasan hutan dapat dikelompokkan menjadi tutupan bervegetasi berupa hutan primer, hutan sekunder, perkebunan, sawah, semak/belukar, savana dan belukar rawa; tutupan areal terbangun berupa pemukiman, transmigrasi dan pelabuhan udara/laut; tutupan tanah terbuka berupa tanah terbuka dan pertambangan; serta tutupan badan air berupa tambak dan rawa. Pada areal kawasan lindung, luasan tutupan lahan seluas 1.632.040,400 Ha yang terdiri dari tutupan bervegetasi seluas 1.432.985,460 Ha, areal terbangun seluas 100 Ha, tanah terbuka seluas 198.348,770 Ha dan badan air seluas 483,644 Ha. Sedangkan pada kawasan budidaya, luasan tutupan lahan seluas 4.149.984 Ha yang terdiri dari tutupanbervegetasi seluas3.723.012,65 Ha, arealterbangun seluas 83.532,74 Ha, tanahterbuka seluas 325.425,96 Ha dan badan air seluas 18.012,66 Ha. Besarnya masing-masing tutupan lahan pada masing-masing kriteria sebagaimana dapat dilihat padaTabel 2.7. Tabel 2.7. Tutupan Lahan di Kawasan Lindung di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015. No.
1
Kawasan Hutan
Vegetasi
Luasan Tutupan Lahan (Ha) Kawasan Lindung 1.432.985,460
Kawasan Budidaya 3.723.012,65
Jumlah
5.155.998,110
83.632,740 83.532,7 4 523.774,730 3 Tanah Terbuka 198.348,770 325.425,9 6 18.496,304 4 Badan Air 483,644 18.012,6 6 5.782.024,400 Jumlah 1.632.040,400 4.149.984,0 0 Sumber : Data Olahan Tabel SD-3 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. 2
Area Terbangun
100,00
Bila dibandingkan dengan tahun 2014, pada tahun 2015 terjadi perubahan jumlah luasan pada masing-masing tutupan lahan di Provinsi Jambi. Hal inidisebabkan karena pengelompokkan dari masing-masing jenis tutupan yang mengalamiperbedaan sesuai dengan Perda RTRW Provinsi Jambi yang terbaru yaitu Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 10 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2013-2033. II-21 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Selain itu juga terjadi pergeseran jumlah luasan pada masing-masing kawasan, baik kawasan lindung maupun kawasan budidaya. Terjadinya pengurangan jumlah luasan kawasan lindung dari 867.250 Ha pada tahun 2014 menjad 1.632.040,400 Ha pada tahun 2015. Sehingga luasan terhadap kawasan budidaya mengalami penambahan pada tahun 2015 yaitu seluas 4.148.755 Ha pada tahun 2014 meningkat menjadi4.149.984,00Ha pada tahun 2015. Terjadi pergeseran fungsi kawasan seluas-2.517.943,600 Ha dari kawasan lindung menjadi kawasan budidaya. Tabel 2.8. Tutupan Lahan di Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015.
No.
Kawasan Hutan
Luasan Kawasan (Ha) 2014
1.
Kawasan Lindung
866.021,00
2.
Kawasan Budidaya
4.149.984,00
Perubahan (Ha)
2015 1.632.040,400
766.019,400
4.149.984,00
0
Sumber : Data Olahan Tabel SD-3 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. 4. Penutupan Lahan Dalam Kawasan Hutan dan Luar Kawasan Hutan a. Penutupan Lahan di Provinsi Jambi
Berdasarkan data Ditjen Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan RI seperti yang dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-4 terlihat bahwa jumlah luasan lahan berhutan di Provinsi Jambi 1.589.726,39
pada tahun 2015 adalah seluas
Hadan luasan lahan tidak berhutan seluas 3.421.060,78 Ha
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.11. Luasan tersebut baik yang terdapat di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. Di dalam kawasan hutanluasan tersebut baik sebagai hutan tetap berupa kawasan KSA-KPA, hutan lindung, hutan produksi dan hutan produksi terbatas, ataupun sebagai hutan produksi yang dapat dikonversi. Di luar kawasan hutan berupa kawasan areal penggunaan lain . Gambar 2.11. Luas Penutupan Lahan Hutan di Provinsi Jambi Tahun 2015.
di
Dalam
dan
Luar
Kawasan
II-22 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Hutan (%), 31.73 Non Hutan (%), 68.27
Sumber
:
Hutan (%)
Non Hutan (%)
Data Olahan Tabel Tahun 2014, 2015.
SD-4
Buku
Data
SLHD
Provinsi
Jambi
Dari total luasan lahan berhutan 1.589.726,39 Ha, Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan wilayah yang memiliki kawasan berhutan paling luas di Provinsi Jambi pada tahun 2015 atau 15,93 % dari total luasan kawasan berhutan di Provinsi Jambi. Sementara Kota Jambi memiliki luasan kawasan berhutan yang paling kecil yaitu0,21% dari total luasan kawasan berhutan di Provinsi Jambi.Besarnya luasan kawasan
berhutan
pada
masing-masing
kabupaten/kota
di
ProvinsiJambi
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.12.
II-23 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.12. Luasan Kawasan Berhutan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015.
24,101.48
Kota Sungai Penuh
3,334.57
Kota Jambi
120,739.30
Kabupaten Bungo
159,167.94
Kabupaten Tebo
186,025.29
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
253,290.62
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Luas Hutan (Ha)
126,139.92
Kabupaten Muaro Jambi
105,401.95
Kabupaten Batang Hari
154,258.12
Kabupaten Sarolangun
276,959.15
Kabupaten Merangin 180,308.05
Kabupaten Kerinci 0.00
50,000.00100,000.00150,000.00200,000.00250,000.00300,000.00
Sumber : Data Olahan Tabel SD-4 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Tabel 2.9. Kawasan Berhutan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015. No.
Kabupaten/Kota
Luas Kawasan Berhutan (Ha) 2014
Perubahan Luasan (Ha)
1.
Kabupaten Kerinci
202.542,96
2015 180.308,05
2.
Kabupaten Merangin
241.468,41
276.959,15
35.490,74
3.
Kabupaten Sarolangun
152.978,81
154.258,12
1.279,31
4.
Kabupaten Muaro Jambi
127.983,61
126.139,92
-13.633,66
5.
Kabupaten Batanghari
119.035,61
105.401,95
-1.843,69
6.
kabupaten Tanjung Jabung Timur
263.013,38
253.290,62
-9.722,76
7.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
128.480,95
186.025,29
57.544,34
8.
Kabupaten Tebo
139.641,95
159.167,94
19.525,99
9.
Kabupaten Bungo
95.669,69
120.739,30
25.069,61
10.
Kota Jambi
3.334,57
3.334,57
0,00
11.
Kota Sungai Penuh
23.634,85 1.497.784,79
24.101,48
466,63
Jumlah
1.589.726,39
-22.234,91
91.941,60
Sumber : Data Olahan Tabel SD-4 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. II-24 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Pada Tabel 2.9. diatas terlihat bahwa jika dibandingkan dengan tahun 2014, luasan tutupan kawasan berhutan pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 5,78 % atau seluas 91.941,60 Ha. Penambahan luasan tutupan lahan berhutan terjadi pada 6 (enam) kabupaten/kota yaitu Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo dan Kabupaten Sungai Penuh. Sementara wilayah yang mengalami pengurangan luasan tutupan kawasan berhutan terjadi pada 4 (empat) kabupaten yaitu Kabupaten Kerinci, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muara Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sedangkan Kota Jambi yang sama sekali tidak memiliki kawasan hutan berdasarkan data Dirjen Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan RI dapat meningkatkan tutupan lahan kawasan berhutan pada kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) melalui hutan kota seluas 3.334,57 Ha. b. Deforestasi Kawasan Hutan di Provinsi Jambi Deforestasi merupakan kegiatan penghilangan atau penggundulan hutan atau tegakan pohon sehingga lahannya dapat dialihfungsikan sebagai lahan lainnya seperti pertanian, peternakan dan kawasan pemukiman atau industri.
Angka
deforestasi di Provinsi Jambi pada tahun 2015 mencapai 6 % dari luasan penutupan lahan atau sekitar 137 Ha dari luas tutupan hutan. Deforestasi yang terjadi di hutan produksi dan Tahura.Luasan kawasan
di
Provinsi
lahan
terdeforestasi
pada
masing-masing
Jambi sebagaimana dapat dilihat pada pada Gambar 2.13
dan Buku Data Tabel Tambahan SD-4A,
Deforestasi HP
Tahura
6%
94%
Gambar 2.13. Grafik Luasan Lahan Terdeforestasi di WilayahProvinsi Jambi Tahun 2015.
II-25 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
5. Lahan Kritis Lahan kritis adalah lahan yang tidak atau kurang berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukkannya baik sebagai media produksi maupun sebagai pengatur tata air.Berkurangnya fungsi lahan ini disebabkan karena lahan tersebut mengalami pemiskinan unsur hara sebagai akibat dari berbagai kegiatan yang tidak tepat diantaranya kegiatan penggundulan hutan. Berdasarkan data dari Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan RI luas lahan kritis yang ada di Provinsi Jambi seluas 662503,79 Ha atau 41,67 % dari luasan lahan yang ada di wilayah Provinsi Jambi. Lahan kritis tersebut terdiri dari lahan kritis seluas 467.312,93 Ha dan lahan sangat kritis seluas 195.190,86 Ha. Lahan kritis paling luas terdapat di Kabupaten Tebo seluas 86.916,54Ha atau 13,12 % dari seluruh luasan lahan kritis di Provinsi Jambi. Sementara di Kota Jambi terdapat hanya 0,19 % lahan kritis atau seluas 1.235,02 Ha. Besarnya luasan lahan kritis pada setiap kabupaten/kota di Provinsi Jambi dapat dilihat pada Gambar 2.17. Gambar 2.17. Luas Lahan Kritis di Provinsi Jambi Tahun 2015.
Kota Sungai Penuh Kota Jambi
10.051,30 2.098,36 74.171,10
Kabupaten Bungo
124.707,66
Kabupaten Tebo 95.471,99
Kabupaten Tanjung Jabung Barat 55.534,00
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
94.646,96
Kabupaten Batang Hari
100.377,27
Kabupaten Sarolangun Kabupaten Merangin Kabupaten Kerinci 0,00
Luas Lahan (Ha)
70.547,10
Kabupaten Muaro Jambi
0,00 34.898,05 20.000,0040.000,0060.000,00 80.000,00 100.000,00 120.000,00 140.000,00
Sumber : Data Olahan Tabel SD-5 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Pada Buku Data Tabel Tambahan SD-5A menunjukkan luasan lahan kritis dan sangat kritis yang terjadi di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan. Luasan lahan kritis di dalam kawasan hutan terdapat seluas 452.112,97 Ha dan di luar II-26 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
kawasan hutan seluas 327.661,03 Ha. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, luasan lahan
kritis
mengalami
penurunan
sebesar
45,11
%
pada
tahun
2014.
Perbandinganlahan kritis di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan dapat digambarkan pada Tabel 2.10. Tabel 2.10. Lahan Kritis Di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015. Luas Lahan Kritis (Ha)
Perubahan Luasan(Ha)
No
Kawasan Hutan
1.
Dalam Kawasan Hutan
465.051
452.112,97 -12.938,03
2.
Luar Kawasan Hutan
955.551
327.661,03 - 627.889,97
Jumlah
1.420.602
779.774,00 - 640.828,00
2014
2015
Sumber : Data Olahan Tabel SD-5 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015.
Pada Tabel 2.10. terlihat bahwa perubahan luasan lahan kritis lebih banyak terdapat pada daerah di luar kawasan hutan yaitu seluas 627.889,97 Ha, sementara pada daerah di dalam kawasan hutan hanya berkisar 12.938,03 Ha. Terjadinya pengurangan luasan lahan kritis pada tahun 2015 mengindikasikan bahwa telah adanya upaya pemulihan dan rehabilitasi lahan dan hutan yang dilakukan pada
setiap kabupaten/kota terhadap lahan kritis di wilayahnya baik berupa
kegiatan penghijauan maupun kegiatan reboisasi. 6. Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air
Tanah merupakan salah satu komponen lahan dan ruang daratan yang memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Dalam komponen produksi, tanah berfungsi sebagai penghasil biomassa yang mendukung kehidupan manusia dan kehidupan makhluk lainnya serta berperan penting dalam menjaga kelestarian sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu dalam pemanfaatan tanah harus tetap terkendali pada tingkat mutu tanah yang tidak melebihi ambang batas (threshold) kerusakannya. Realitas menunjukkan bahwa kerusakan mutu tanah untuk produksi biomassa tidak saja disebabkan oleh tindakan manusia, tetapi juga dapat terjadi akibat proses alam. Pengujian kerusakan tanah di lahan kering akibat erosi air pada tahun 2015 dilakukan di Kota Sungai penuh. Hasil
yang diperoleh adalah sebagai
berikut :
II-27 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
besaran erosi untuk tanah dengan ketebalan 50 - < 100 cm besaran erosinya 5,45 mm/10 tahun,sebagaimana yang tercantum pada Buku Data Tabel SD-6. Bila mengacu kepada ambang kritis erosi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000, makatanah di Kota Sungai Penuh telah mengalami kerusakan pada ketebalan 50 - < 100 cm. 7. Kerusakan Tanah di Lahan Kering Pengujian kerusakan tanah di lahan kering di Provinsi Jambi pada tahun 2015dilakukan di Kota Sungai Penuh di Desa Sungai Ning Kecamatan Sungai Bungkal dan di Desa Sumur Gedang Kecamatan Pesisir Bukit. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000, hasil pengujian menunjukkan bahwa hanya 1 (satu) parameter dari 9 (sembilan) parameter yang diukur melebihi baku mutu yaitu parameter daya hantar listrik (DHL) sebesar 18,12 mS/cm. Sementara 2 (dua) parameter tidak dilakukan pengukuran yaitu parameter redoks dan parameter jumlah mikroba. Hasil pengujian kerusakan tanah di lahan kering d Provinsi Jambi tahun 2015 sebagaimana terlihat padaBuku Data Tabel SD-7. 8. Kerusakan Tanah di Lahan Basah
Berdasarkan pengujian dari BLHD Provinsi Jambi terhadap kerusakan tanah di lahan basah pada lokasi Desa Sakean, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi pada tahun 2014 menunjukkan hasil terhadap kualitas tanah di lahan basah di lokasi sampling hanya pada parameter redoks untuk gambut yang melebihi baku mutu yaitu berkisar ± 250 mV, sementara baku mutu yang ditetapkan sebesar > 200 mV. Sedangkan untuk parameter lainnya, hasil pengamatan menunjukkan nilai yang masih berada pada baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-8. 9. Kerusakan Hutan Menurut Penyebabnya Kerusakan hutan didefinisikan dengan berkurangnya luasan areal hutan karena kerusakan ekosistem hutan
yang
sering
disebut degradasi
hutan
dan
kegiatan penggundulan dan alih fungsi lahan hutan atau deforestasi. Kerusakan hutan yang terjadi di Provinsi Jambi
pada tahun 2015 sesuai dengan angka II-28
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
deforestasi pada Lampiran 6yaitu seluas 111.479,30Ha baik pada areal dalam kawasan hutan maupun di areal penggunaan lain (APL) dan baik di hutan primer, hutan sekunder maupun hutan tanaman. Deforestasi seluas 111.479,00Ha tersebut terjadi disebabkan oleh kebakaran hutan seluas 22.401,00 Ha, ladang berpindah seluas 64.300,00 Ha, penebangan liar seluas3.896,30 Ha, perambahan hutan seluas
20.082,00 Ha dan kegiatan
pertambangan seluas 800,00 Ha sebagaimana yang terlihat pada Buku Data Tabel SD-9. Kegiatan
ladang
berpindah
masyarakat
menyebabkan
masyarakat
melakukan perambahan hutan dengan tujuan untuk dijadikan kebun dan berladang dalam upaya memenuhi
kebutuhan
hidupnya,
setelah
itu
ketika
tidak
memberikan hasil yang mencukupi lagi mereka meninggalkan tanpa melakukan penanaman kembali sehingga kebanyakan lahan hutan tersebut menjadi tanah terbuka atau menjadi lahan kering. Begitu dan
perambahan
hutan.
pulahalnya
dengan
penebangan liar
Kegiatan penebangan liar dilakukan dengan tujuan
mengambil komoditi kayu secara ilegal dan kemudian membiarkannya menjadi tanah terbuka. Sementara kegiatan perambahan hutan merupakan pembukaan areal hutan menjadi pertanian lahan kering. Hal inilah yang
menyebabkan
terjadinya
penurunan kualitas lingkungan yang akhirnya menyebabkan terjadinya bencana alam. Selain itu juga mengancam kelestarian flora dan fauna endemik di wilayah tersebut. Kerusakan hutan di wilayah Provinsi Jambi semakin tahun semakin meningkat. Semakin banyak pula luasan kawasan hutan yang berkurang karena berbagai kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Pada Tabel 2.11. terlihat bahwa kerusakan lahan dan hutan di Provinsi Jambi meningkat seluas 20.231,00 Ha atau 22,17 % dibandingkan dengan tahun 2014. Kerusakan hutan yang paling banyak disebabkan oleh kekaran hutan dengan peningkatan sebesar19.849,00 Ha. Selain itu kerusakan hutan yang disebabkan oleh perambahan hutan meningkat seluas 382,00 Ha, sedangkan ladang berpindah, penebangan liar dan pertambangan tidak mengalami perubahan.Berikut pada Tabel 2.11. menunjukkan besar luasan hutan yang mengalami kerusakan di wilayah Provinsi Jambi pada masing-masing penyebabnya pada tahun 2014 dan 2015.
II-29 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel 2.11. Kerusakan Hutan di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015. No
Penyebab Kerusakan Hutan
Luas Kerusakan (Ha) 2014
2015
Perubahan Luasan(Ha)
1.
Kebakaran hutan
2.552,00
22401,00
19.849,00
2.
Ladang berpindah
64.300,00
64300,00
0,00
3.
Penebangan Liar
3.896,30
3896,30
0,00
4.
Perambahan hutan
19.700,00
20082,00
382,00
5.
Pertambangan
800,00
800,00
0,00
91.248,30
111.479,3
20.231,00
Jumlah
Sumber : Data Olahan Tabel SD-9 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. 10. Konversi Hutan Menurut Peruntukkannya
Alih fungsi kawasan hutan menjadi peruntukan lainnya awalnya diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun bila tidak dicermati dan dipertimbangkan secara matang dari aspek lingkungan, ekologi, hukum, sosial, ekonomi dan budaya, maka alih fungsi tersebut akan menimbulkan dampak negatif baik secara lokal maupun dalam skala luas. Dalam alih fungsi ini hendaknya tetap dijaga adanya keseimbangan antara fungsi sumber daya hutan sebagai komponen ekologi dan fungsi hutan lainnya sebagai komponen ekonomi. Sampai dengan tahun 2015, konversi hutan di wilayah Provinsi Jambi seluas 161.505 Ha yang peruntukannya digunakan untuk areal pemukiman berupa areal transmigrasi seluas 52.880 Ha, areal perkebunan seluas 36.964 Ha dan areal penggunaan lainnya seluas 71.661 Ha. Peruntukan untuk areal penggunaan lain (APL) mengacu kepada SK Menteri Kehutanan Nomor : 727/Menhut-II/2012 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Jambi sebagai pengganti SK Menteri Kehutanan Nomor: 421/Kpts-II/1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Jambi, dimana luasan hutan Provinsi Jambi berkurang seluas 71.661,00 Ha dari 2.179.440,00 Ha pada tahun 1999 menjadi 2.107.779,00 Ha pada tahun 2012. Luas konversi kawasan hutan yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-10. Lebih rincinya luas konversi hutan untuk peruntukan pemukiman
transmigrasi dapat dilihat pada
Buku Data
II-30 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel Tambahan SD-10A
dan peruntukan untuk areal perkebunan dapat dilihat
pada Buku Data Tabel Tambahan SD-10A B. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati atau sering disebut juga dengan istilah ragam hayati, keanekaan hayati, biodiversitas atau biodiversity merupakan istilah yang digunakan untuk derajat keanekaragaman sumberdaya alam hayati yang meliputi jumlah maupun frekuensi dari gen, spesies, maupun ekosistem di suatu wilayah. Mengacu kepada definisi di atas maka keanekaragaman hayati terbagi atas tiga tingkatan yaitu: (1). Keanekaragaman hayati pada tingkat gen atau kromoson, (2). Keanekaragaman hayati pada tingkat spesies, (3). Keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem. Manfaat keanekaragaman hayati bagi suatu wilayah sangat luar biasa sehingga perlu
dijaga
dan
dipertahankan.
Keanekaragaman
hayati
dapat
berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan, obat-obatan dan sarana rekreasi, di samping itu juga memiliki peranan penting dalam mitigasi perubahan iklim. 1. Keanekaragaman Gen
Gen merupakan faktor pembawa sifat keturunan yang terdapat dalam kromosom. Setiap susunan gen akan memberikan penampakan (fenotipe), baik anatomi maupun fisiologi pada setiap organisme. Perbedaan susunan gen akan menyebabkan perbedaan penampakan baik satu sifat atau secara keseluruhan. Perbedaan tersebut akan disebabkan organisme.
menghasilkan
adanya keanekaragaman
variasi gen
pada
atau
suatu
struktur
spesies. gen
pada
Hal
ini
setiap
Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi
dalam satu jenis (spesies). Provinsi
Jambi
saat
ini
sedang
gencar-gencarnya
melakukan
budidaya tanaman anggrek. Tanaman langka ini memiliki varietas jenis yang dapat dibudidayakan. Semua anggrek digolongkan kedalam famili Orchidaceae yang diperkirakan di dunia terdapat ± 800 genus baik termasuk kategori anggrek alam maupun anggrek hibrida (persilangan). Saat ini ada sekitar 1.200 jenis species anggrek di Pulau Sumatera, yang 400 jenis spesies diantaranya terdapat di Provinsi
II-31 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Jambi. Kawasan hutan di wilayah Provinsi Jambi merupakan tempat tumbuhnya anggrek alam, salah satunya di Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD). 2. Keanekaragaman Ekosistem Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalu melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk hidup dengan balik
lingkungannya
atau
komponen
abiotiknya.
Hubungan
timbal
inimenimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem. Perbedaan letak
geografis antara lain merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentuk ekosistem. Keanekaragaman jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan membentuk ekosistem
yang
berbeda.
Totalitas
variasi gen,
jenis
dan
ekosistem menunjukkan terdapat berbagai variasi bentuk, penampakan, frekuensi, ukuran dan sifat lainnya pada tingkat yang berbeda merupakan keanekaragaman hayati. Wilayah Provinsi Jambi memiliki beberapa tipe ekosistem yang berbeda antara lain ekosistem hutan, ekosistem lahan basah, dan ekosistem pesisir dan laut. Keanekaragaman tipe ekosistem ini menyimpan keanekaragaman hayati yang sangat beragam sebagai akibat dari perbedaan dalam hal curah hujan, kesuburan tanah, topografi dan faktor-faktor pembeda lainnya.
a. Ekosistem Hutan Sumberdaya hutan yang bersifat renewable mempunyai peranan penting bagi pendapatan masyarakat. Hutan menyediakan berbagai produk seperti kayu, rotan dan hasil hutan non kayu lainnya seperti damar, tanaman obat dan kehidupan liar. Menurut data Ditjen Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan,
pada
tahun 2014 luas penutupan lahan pada kawasan hutan di wilayah Provinsi Jambi mencapai 60,60 %
atau
1.276.674,01
hektar
dari
luasan
kawasan
hutan
seluruhnya yang mencapai 2.107.779,00 hektar (Buku Data Tabel SD-1). Kondisi lahan berhutan yang rendah pada kawasan hutan ini disebabkan oleh beberapa kegiatan antara lain konversi kawasan
hutan
untuk
tujuan
pembangunan
II-32 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
perkebunan, penebangan liar (illegal logging), perambahan dan okupasi lahan, serta kebakaran hutan. b. Ekosistem Lahan Basah Menurut Konvensi Ramsar lahan basah adalah daerah berawa, payau, gambut atau perairan alami atau buatan yang tertutup air tergenang atau mengalir secara tetap atau sementara oleh air tawar, payau atau asin, termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada saat air surut. Lahan basah juga mencakup pinggiran aliran sungai atau zona-zona pesisir yang berdekatan dengan lahan basah, dan dengan pulau-pulau atau bagian-bagian perairan laut yang kedalamannya lebih dari enam meter pada saat air surut dan berada di lahan basah (Keppres Nomor 48 Tahun 1991). Lahan basah mempunyai fungsi sebagai penyangga kehidupan karena mengatur siklus air (menyediakan air tanah, mencegah kekeringan dan banjir), mengatursiklus tanah dan mengandung keanekaragaman hayati yang tinggi. Karena itu lahan basah juga memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi, antara lain sebagai pemasok air (kuantitas dan kualitas), sumberdaya perikanan, pertanian, produksi kayu,
sumber energi (gambut dan bahan industri), plasma nutfah, transportasi,
rekreasi dan pariwisata.
II-33 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Ada dua tipe lahan basah yaitu lahan basah alami dan lahan basah buatan. Menurut Ramsar lahan basah alami terdiri dari hutan mangrove, rawa gambut, rawa air tawar, padang lamun, terumbu karang dan danau/situ. Lahan basah buatan terdiri dari sawah, kolam dan tambak. Di Provinsi Jambi kawasan lahan basah berdasarkan Konvensi Ramsar adalah Taman Nasional Berbak (TNB) yang wilayahnya secara administratif termasuk ke dalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Muaro Jambi. Kawasan
ini mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Habitat perairannya mengandung kekayaan hayati flora mulai dari bakteri, jamur, ganggang (algae), tumbuhan air hingga pohon-pohon di daerah rawa. c. Ekosistem Pesisir dan Laut
Provinsi Jambi memiliki wilayah perairan laut seluas 425.50 km2
dan
memiliki keanekaragaman hayati tinggi dengan tingkat endemisme yang tinggi. Ekosistem pesisir dan laut di wilayah Provinsi Jambi ini sangat unik dan saling terkait, bersifat dinamis dan sangat produktif yang meliputi estuaria, hutan mangrove, dan pantai berpasir, dengan sumber daya hayati berupa mangrove. 3. Keanekaragaman Spesies
Berdasarkan data dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-11, pada tahun 2014 jumlah spesies yang diketahui yang terdapat di wilayah Provinsi Jambi mencapai 340 spesies yang terdiri dari hewan menyusui sebanyak 37 spesies, burung sebanyak 175 spesies, reptile sebanyak 7 spesies, ikan sebanyak 82 spesies, dan tumbuh-tumbuhan sebanyak36spesies. Dari jumlah 340 spesies yang diketahui tersebut, 20 spesiesbersifat endemik, 6 spesies dalam kondisi terancam dan 327 spesies masuk dalam kategori dilindungi. Keanekaragaman hayati tersebut dapat dijumpai
pada
kawasan
taman nasional, kawasan hutan lindung, dan kawasan
cagar alam yang ada di wilayah ProvinsiJambi.
II-34 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
a. Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) TNKS
merupakan
perwakilan
tipe
ekosistem
hutan
hujan
dataran
rendah sampai ekosistem sub alpin serta beberapa ekosistem yang khas (rawa gambut, rawa air tawar dan danau). TNKS umumnya masih memiliki hutan primer dengan tipe vegetasi utama didominir oleh formasi: 1). Vegetasi dataran rendah (200 - 600 m dpl). 2). Vegetasi pegunungan/bukit (600 - 1.500 m dpl). 3). Vegetasi montana (1.500 - 2.500 m dpl). 4). Vegetasi belukar gleichenia/paku-pakuan (2.500 - 2.800 m dpl). 5). Vegetasi sub alpine (2.300 - 3.200 m dpl). Hutan TNKS memiliki 4.000 jenis tumbuhan yaitu famili Dipterocarpaceae, dengan flora yang langka dan endemik yaitu pinus kerinci (Pinus merkusii strain Kerinci), kayu pacat (Harpulia alborera), bunga Rafflesia (Rafflesia arnoldi) dan bunga bangkai (Amorphophallus titanium dan A. decussilvae). Fauna yang tedapat dalam TNKS tercatat 42 jenis mammalia (19 famili), diantaranya : Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis), Macan dahan (Neopholis nebulosa), Harimau Loreng Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), Kucing Emas (Felis termminnckii), Tapir (Tapirus indica), Kambing Hutan (Capricornis sumatrensis); 10 jenis reptilia; 6 jenis amphibia, antara lain: Katak Bertanduk (Mesophyrs nasuta), 6 jenis primata yaitu : Siamang (Sympalagus syndactylus),dan Ungko (Hylobates agilis). Di samping itu juga tercatat 306 jenis burung (49 famili).Contoh-contoh flora dan fauna yang terdapat di TNKS dapat dilihat padaGambar 2.18. Gambar 2.18. Flora dan Fauna yang Dilindungi di Taman Nasional Kerinci Sebelat.
Bunga Bangkai (Amorphophallus titanium) Kambing Hutan (Capricornissumatrensis)
II-35 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
b. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) Tipe ekosistem penyusun hutan TNBT adalah hutan dataran rendah, hutan pamah dan hutan dataran tinggi dengan jenis floranya seperti jelutung (Dyera costulata), getah merah (Palaquium spp.), pulai (Alstonia scholaris), kempas (Koompassia excelsa), rumbai (Shorea spp.), cendawan muka rimau/raflesia (Rafflesia hasseltii), jernang atau palem darah naga (Daemonorops draco), dan berbagai jenis rotan. TNBT memiliki 59 jenis mamalia, 6 jenis primata, 151 jenis burung, 18 jenis kelelawar, dan berbagai jenis kupu-kupu. Disamping merupakan habitat harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus), ungko (Hylobates agilis), beruang madu (Helarctos malayanus malayanus), sempidan biru (Lophura ignita), kuau (Argusianus argus argus) dan lain-lain; juga sebagai perlindungan hidro-orologis Daerah Aliran Sungai Kuantan Indragiri. c. Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD)
Jenis tumbuhan yang ada di TNBD antara lain bulian (Eusideroxylon zwageri), meranti (Shorea sp.), menggeris/kempas (Koompassia excelsa), jelutung (Dyera costulata), jernang (Daemonorops draco), damar (Agathis sp.), dan rotan (Calamus sp.). Terdapat
kurang
lebih 120
jenis
tumbuhan
termasuk
cendawan yang dapat dikembangkan sebagai tumbuhan obat. TNBD ini merupakan habitat dari satwa langka dan dilindungi seperti siamang (Hylobates syndactylus syndactylus), beruk (Macaca nemestrina), macan dahan (Neofelis nebulosa diardi), kancil (Tragulus javanicus kanchil), beruang madu (Helarctos malayanus malayanus), kijang (Muntiacus muntjak montanus), meong congkok (Prionailurus bengalensis sumatrana), lutra Sumatera (Lutra sumatrana), ajag (Cuon alpinus sumatrensis), kelinci Sumatera (Nesolagus netscheri), elang ular bido (Spilornis cheela malayensis), dan lain-lain. d. Taman Nasional Berbak (TNB) Jenis tumbuhan yang ada di TNB antara lain Meranti (Shorea sp), dan berbagai macam jenis palem.TNB terkenal memiliki paling banyak jenis palem tanaman hias di Indonesia. Jenis palem tanaman hias yang tergolong langka
II-36 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
antara lain jenis Daun Payung (Johanesteijmannia altifrons) serta jenis yang baru ditemukan yaitu Lepidonia kingii (Lorantaceae) yang berbunga besar dengan warna merah/ungu. TNB juga merupakan habitat Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Tapir (Tapirus indicus), Kancil (Tragulus javanicus), 300 jenis burung seperti Kuntul Cina (Egretta eulophotus), Bangau Tong-tong (Leptoptilos javanicus), semua jenis Udang (Alcedinidae spp), Bebek hutan bersayap putih (Cairina scutulata), Kura-kura Gading (Orlitia borneensis), dan Tuntong (Batagur baska). Ratusan bahkan ribuan burung migran dapat dilihat di taman nasional ini, yang dapat menimbulkan kekaguman apabila burung-burung tersebut terbang secara berkelompok. Contohcontoh flora dan fauna yang terdapat di TNKS dapat dilihat pada Gambar 2.19. Gambar
2.19. Flora dan Nasional Berbak.
Fauna
yang
Dilindungi
di
Taman
Daun Payung (Johanesteijmannia altifrons)
II-37 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Kuntul Cina (Egretta eulophotus) e. Cagar Alam Durian Luncuk Sebagai kawasan yang mempunyai tingkat potensi ekonomi yang tinggi, Cagar Alam Durian Luncuk masih menyisakan potensi flora dan faunanya berdasarkan tipe ekosistemnya. Topografi Cagar Alam Durian Luncuk mempunyai tipe ekosistem formasi hutan dengan dataran rendah dan perwakilan hutan khas Jambi berupa ekosistem hutan Bulian (Eusideroxylon zwageri) yang saat ini terancam keberadaannya karena pemanfaatan yang berlebihan. Sumber daya alam hayati yang banyak dijumpai pada Cagar Alam Durian Luncuk di antaranya ada Kubung (Cynocephalus variagatus), Bajing tanah (Lariscusinsignis),
Binturong(Arctitis
binturong),
Kucing
hutan(Felisvirisgatus),
Harimausumatera (Pantheratigris sumtraensis), Macan dahan (Neopelis nebulosa), Buaya muara(Crocodylusporosus), Sinyulong (Tomistoma sclegelii), Labi-labi (Chitra indus),
Tuntong(Batagur
baska),
Kuntul
putih(Mycteria cinera),Bangau tongtong leuphotes),
alap(Aviceda
cina(Egrettaeulophotus), javanicus),
(Leptoptiles
Bluwok Alap-
Kuau(Argusianus argus), Rangkong papan (Beceros
bicornis). f. Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur
Flora
di kawasan cagar alam ini beraneka ragam,
antara lain
Pidada (Sonneratia caseolaris) banyak tumbuh pada tempat-tempat estuarin, Api-api (Avicennia alba)
banyak
tumbuh
di
pantai
dan
merupakan
pionir
untuk II-38
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
pertambahan areal mangrove, Tanjang (Bruguiera gymnorrhizaa). Sedangkan fauna yang hidup di kawaan cagar ala mini antara lain Banga puti susu (Mycteria cinerea) Blekek Asia (Limnoddromus semipalmatus), Cangak Abu (Ardea cinerea) Trinil betis hijau (Tringa guttifer) Bango tongtong (Leptoptilos javanicus) dan lain-lain. Kecenderungan perubahan pada status keanekaragaman hayati di wilayah Provinsi Jambi menunjukkan adanya kemerosotan yaitu susutnya keanekaragaman hayati dalam luasan, kondisi atau produktivitas yang berkelanjutan dari ekosistem dan susutnya jumlah, distribusi atau pemanfaatan berkelanjutan dari populasi jenis, dan kepunahannya sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-11 dimana terdapat spesies-spesies yang berada dalam kondisi kritis dan terancam. Kemerosotan keanekaragaman hayati ini disebabkan dua faktor yaitu faktor teknis dan faktor struktural. Faktor teknis berupa kegiatan manusia, pemilihan teknologi dan faktor alam. Sedangkan faktor struktural menyangkut kebijakan, kelembagaan dan penegakan hukum. Beberapa faktor teknis yang menimbulkan kerusakan
dankepunahan antara lain kurangnya kesadaran, pemahaman dan
kepedulian terhadap keanekaragaman hayati; pemanfaatan yang berlebihan tanpa memperdulikan
daya
dukung
lingkungan;
pengambilan
dan
perdagangan
sumberdaya hayati secara ilegal; konversi habitat alami; monokultur dalam budi daya dan pemanfaatan. Faktor-faktor seperti tekanan penduduk dan ekonomi merupakan faktor tambahan yang mendorong kerusakan keanekaragaman hayati yang
semakin
parah,
selain
kebijakan
yang
belum
memihak kepada masyarakat, kelembagaan yang belum mapan maupun tidak efektifnya penegakan hukum. Perburuan liar merupakan salah satu wujud nyata dari faktor teknis yang menjadi penyebab kemerosotan keanekaragaman hayati di Provinsi Jambi. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis) yang telah ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri melalui Surat Nomor : 522.5/1458/SJ tanggal 2 Juni 1990 sebagai Maskot Fauna Provinsi Jambi adalah salah satu hewan yang menjadi target perburuan.
Dari data Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jambi
dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 populasi Harimau Sumatera di kawasan TNKS hanya tinggal 165 ekor, sementara di kawasan Taman Nasional Berbak hanya bersisasebanyak30ekor.Padatahun2013jumlah populasi harimau tersebut hanya tinggal 89 ekor yang tersebar di kawasan TNBT sebanyak 43 ekor, di kawasan TNKS sebanyak 22 ekor,
di kawasan HTI PT.Wira Karya Sakti sebanyak 15 ekor, di
Kawasan REKI sebanyak 8 ekor, dan di Desa Sungai Landai, Kecamatan Mestong, II-39 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 1 ekor. Sedangkan pada tahun 2014, populasi harimau Sumatera
hanya tinggal 50 ekor di
kawasan Taman Nasional Berbak
(TNB) Jambi, Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), hutan tanaman industri (HTI) PT Wira Karya Sakti (WKS) Jambi, kawasan PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) Kabupaten Batanghari dan di kawasan taman hutan raya (Tahura) Muarojambi. Perburuan liar terhadap Harimau Sumatera ini terus berlangsung terus menerus. Segala upaya
yang
telah
dilakukan oleh
Pemerintah
dan
LSM
sepertinya belum berhasil mengatasi masalah tersebut. Fauna langka yang juga menjadi buruan adalah Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus).
Seperti yang terjadi pada tahun 2014 ini berdasarkan
laporan warga Desa Tanjung Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo yang menemukan bangkai 2 ekor Gajah Sumatera di Kebun Sawit Plasma PT. Sumbar Andalas Kencana (SAK). Para pemangku kepentingan, yakni Kementerian Kehutanan RI, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi, Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Dinas Kehutanan Kabupaten Tebo, Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI), World Wildlife Fund (WWF), Frankfurt Zoological Society (FZS), dan sejumlah perusahaan perkebunan sepakat untuk merumuskan strategi terpadu penyelamatan gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus), khususnya yang berada di kawasan Bukit Tiga Puluh.
II-40 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Saat
ini pun,
perburuan
landak (Hystrix
Brachyura)
juga
semakin
marak. Tanggal 22 Desember 2014 Polres Tebo telah mengamankan 16 ekor landak, 3 buah kandang landak dan 2 perangkap landak di Kabupaten Tebo. Landak diburu untuk diambil daging, duri dan batu (geliga) yang terdapat di dalam tubuh landak. Selain disebabkan oleh perburuan liar, hilangnya habitat dan populasi hewan-hewan langka ini disebabkan oleh terjadinya konversi hutan menjadi lahan perkebunan dan pertambangan. Penyelamatan hutan dan taman nasional sebagai tempat bermukim dan hidup para satwa langka tersebut harus terus dilakukan dengan memberantas pembalakan hutan, menghentikan pengkonversian kawasan hutan menjadi kebun sawit dan menghentikan kebakaran hutan. Gambar 2.20. Hewan Langka Jenis Gajah Yang Mati Dibunuh Pemburu Liar di Kawasan HutanKabupaten Tebo.
C. Air
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan. Pesatnya pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk setiap tahun akan menyebabkan kebutuhan air akan semakin meningkat pula dan akan berdampak pula pada kecukupan penyediaan air bersih bagi II-41 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
masyarakat. Secara umum, di Provinsi Jambi sumberdaya air dimanfaatkan oleh masyarakat untuk : 1). Keperluan domestik, yang meliputi air untuk kebutuhan rumah tangga, fasilitas umum/sosial, tempat ibadah, dan perniagaan/pertokoan. 2). Keperluan perindustrian, yang meliputi industri sedang, besar dan pertambangan. 3). Keperluan pertanian, seperti untuk irigasi, perikanan dan peternakan. 4). Keperluan komersial, seperti pelabuhan udara, laut dan terminal bus. 5). Kebutuhan pengggelontoran,
baik
untuk
limbah
industri maupun limbah
rumah tangga. 6). Pariwisata, seperti hotel dan penginapan, dan 7). Transportasi. Berdasarkan sumbernya, air dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu: 1). Air permukaan, yaitu air mata air, air sungai, air danau/situ (alamiah danbuatan), air bendungan, air irigasi dan air rawa. 2). Air hujan, yaitu air hujan tampungan dan air limpasan. 3). Air tanah, yaitu air tanah bebas/air tanah dangkal, air tanah semi tertekan/semi artesis, air tanah dalam dan air tanah tertekan/artesis/air tanah sangat dalam. Sumber daya air di wilayah Provinsi Jambi berasal dari air permukaan dan air tanah. Sumber air permukaan berasal dari sungai-sungai dan yang berada dalam sistem Satuan Wilayah Sungai (SWS) Batang Hari, yang luasnya hampir mencakup sebagianbesar wilayah Provinsi Jambi. Secara administrasi pemerintahan, wilayah sungai Batang Hari terdiri dari 13 (tiga belas) kabupaten dan 1 (satu) kota, yaitu yang berada di Provinsi Jambi yang meliputi Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Merangin, Kabupaten Kerinci dan Kota Jambi, sebagian lagi berada di Provinsi Sumatera Barat meliputi Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Sawahlunto. Menurut Direktorat Sumber Daya Air Wilayah Barat, secara umum debit air yang tersedia pada DAS Batang Hari berdasarkan potensi yang ada telah mencukupi. Hal ini diindikasikan dengan 3
jumlah
debit
Sungai
3
Batang Hari sebesar 35,953.18 m /detik (8.3 milyar m /tahun). SWS Batang Hari terdiri dari 3 sub SWS yaitu sub SWS Sungai Batang Hari, sub SWS Air Hitam-Benuh dan sub SWS Sungai Pengabuan-Lagan, serta terdiri atas 11 Water Distrik yang meliputi: Batanghari Hulu, Jujuhan, Tebo, Tabir, Merangin, Kerinci, Tembesi, Bulian, II-42 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Batanghari Hilir, Tungkal dan Berbak. SWS Batang Hari memiliki luas terbesar yaitu 47,182 Km2, sedangkan
SWS Pengabuan-Lagan dan
SWS Air Hitam-Benuh
masing-masing 7,632 Km2 dan 2,890 Km2. Hal ini menunjukkan bahwa potensi air lebih banyak berasal dari SWS Batanghari. Selain kuantitas sumber daya air yang harus terpenuhi untuk mencukupi kebutuhan
penduduk,
pemanfaatan
potensi
sumber
daya
air
juga
harus
memperhatikankualitas sumber daya air yang akan dimanfaatkan, mengingat keberadaannya yang sangat penting bagi manusia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, klasifikasi mutu air dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu : 1). Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2). Kelas dua, air ang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 3). Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan utnuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut. 4). Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untukmengairi pertanaman dan atau peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengankegunaan tersebut. 1. Sungai a. Inventarisasi Sungai
Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilaksanakan oleh BLHD Provinsi Jambi terhadap
sungai-sungai
yang
berada
di
wilayah
Provinsi
Jambi
dengan
menggunakan metode penelusuran aliran sungai, sampai dengan tahun 2015 telah diketahui jumlah sungai yang terdapat di wilayah Provinsi Jambi sebanyak 70 buah yang terdiri dari 18 buah sungai kelas I (muara sungai kelas II), 26 buah sungai kelas II(muara sungai kelas III), 16 buah sungai kelas III (muara sungai kelas IV), dan 9 buah sungai kelas IV (muara sungai kelas V), serta 1 buah sungai kelas V. Keseluruhan
II-43 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
sungai di wilayah Provinsi Jambi sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-12 dan Tabel 2.12. Tabel 2.12. Sungai di Wilayah Provinsi Jambi Menurut Kelasnya. Sungai
Kelas I
A.S.Batang Hari
B.S.Air Hitam Laut C. S.Tungkal D.S.Betara E.S.Pkl Duri Besar F.S.Mendahara G.S.Lagan H.S.Niur I.S.Pemusiran Dalam J.S, Sadu K.S. Berbak L.S.Jerito M.S.Sungkil N.S.Siulak
O.S,Meranti P.S.Air Dikit
Sungai Sungai Sungai Sungai Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V aa.S.Btg Jujuhan ab.S.Btg Langsisip ac.S.Btg Sumay aca. S.Balan acb.S.Menggatal ad.S.Btg Tebo ada.S.Alai adb.S.Pelepat adba. S.Btg Senamat adc.S.Btg Bungo add.S.Btg Ule ae.S.Btg Tabir aea.S.Mendalang af.S.Rengas ag.S.Btg Tembesi aga.S.Btang Tiarin agaa.S.Btg. Rengai agb.S.Serengam agc.S.Air Hitam agd.S.Btg Merangin agda.S.Btg Mesumai agdb.S.Mengkarang agdc.S.Nilo agdd.S.Air Siulak aged.S.Btg Sepurak age.S.Btg Asai agea.S.Mesao ageaa.S.Limun ageb.S.Btg Nerso agf.S.Air Hitam agg.S.Btg Siau ah.S.Danau Bangko ai.S.Kaos aj.S.Kumpeh ba.S.Sp. Melako ca. S.Bramitam caa. S.Ketip cb. S.Pengabuan
ha.S.Dendang hb.S.Sabak
na.Btg. Sepurak nb.S.Air Siulak nc.S.Btg Nilo nd.S.Mengkarang pa.S.Mentenang pb.S.Keruh pc.S.Nyabu pd.S.Mengkabu
II-44 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
pe.S.Mempung pf.S.Perikan qa.S.Buntu Kecil
Q.S.Benuh R.S.Bahar 18 sungai
26 sungai kelas II
16 sungai kelas III
9 sungai kelas IV
1 sungai kelas V
Sumber : Data Olahan Tabel SD-12 Buku Data SLHD ProvinsiJambi Tahun 2014,2015. Karateristik dari ketujuhpuluh sungai di wilayah Provinsi Jambi tersebut terdiri dari: 1). Memiliki
panjang
keseluruhan mencapai 4.107,9 km dengan panjang
terpendek dimiliki oleh Sungai Batang Rengai dengan panjang 6,5 km dan panjang terpanjang dimiliki oleh Sungai Batang Hari dengan panjang 620,3 km. 2). Memiliki lebar permukaan berkisar antara 15 m sampai 529 m dan lebar dasar antara 7 m sampai 505 m. 3). Memiliki kedalam antara 3 m sampai 12 m. 4). Memiliki potensi total debit air maksimum sebesar
27.218
m3/detik
atau
setaradengan 846.588.672.000 m 3/tahun dan total debit air minimum sebesar 23.737,8 m3/detik atau setara dengan 738.340.531.200 juta m3/tahun.
Berdasarkan kewenangan pengelolaannya sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah
Pemerintahan Antara Pemerintah
Nomor
38
Pemerintah,
Tahun
2007
Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, maka
tentang
Pembagian
Daerah
Provinsi,
Urusan dan
pengelolaan ketujuhpuluh sungai
tersebut dibagi sebagai berikut: 1). 3 (tiga) sungai menjadi kewenangan Pemerintah Pusat yaitu Sungai Batang Hariyang melintasi 2 provinsi yaitu Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Jambi, SungaiAir Dikit yang melintasi 2 provinsi yaitu Provinsi Jambi dan Provinsi Bengkulu, danSungai Benuh yang melintasi 2 provinsi yaitu Provinsi Jambi dan Provinsi SumateraSelatan. 2). 5 (lima) sungai menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Jambi karena melintasi beberapa kabupaten/kota yaitu : (1). Sungai Batang Merangin yang melintasi wilayah Kabupaten Kerinci, Kabupaten Merangin dan Kabupaten Sarolangun. (2). Sungai BatangTebo yang melintasi wilayah Kabupaten Kerinci, Kabupaten Bungo, dan Kabupaten Tebo. (3). Sungai Batang Tabir yang melintasi wilayah Kabupaten Merangin dan Kabupaten Tebo. II-45 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
(4). Sungai Batang Tembesi yang melintasi wilayah Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Batanghari. (5). Sungai Batang Merao yang melintasi wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. 3). 62 (enampuluhdua) sungai lainnya merupakan sungai yang berada di dalam satu wilayah kabupaten/kota dan menjadi kewenangan dari kabupaten/kota yang bersangkutan untuk mengelolanya. b. Pemantauan Kualitas Air Sungai 1). Sungai Batang Hari
Pada tahun 2015, pemantauan kualitas air Sungai Batang Hari dilaksanakan sebanyak 5 (lima) kali pemantauan yaitu pada bulan April, Mei,Agustus, Oktober dan November, pada 16 (enam belas) titik sampling dengan lokasi sebagai berikut: BH-1Desa BH-2
Desa
Pucuk Teluk
Jambi Kayu
Kecamatan Putih,
VII
Kecamatan
Koto VII
Koto,
Kabupaten Kabupaten
Tebo. Tebo.
BH-3 Desa Teluk Kembang Jambi, kecamatan Tebo Ulu, Kabupaten Tebo. BH-4
Desa
Mangun
Jayo,
Kecamatan
Tebo
Tengah,
kabupaten
Tebo.
BH-5
Desa Simpang Sungai Rengas, Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kab. Batanghari.
BH-6 Kelurahan Pasar Muara Tembesi, Kecamatan Muara Tembesi, Kab. Batanghari. BH-7 Desa Peninjauan, Kecamatan Maro Sebo Ulu Kabupaten Batang Hari.BH-8 Desa Lubuk Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batang Hari. BH-9 Kelurahan Sekernan Kecamatan Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi. BH-10 Desa Penyengat Olak Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi. BH-11 Desa Kunangan Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi. Kecamatan Desa
Teluk
Maro Jambu,
Sebo, Kecamatan
Kabupaten Maro
Sebo,
BH-12 Desa Talang Duku, Muaro
Jambi.
Kabupaten
Muaro
BH-13 Jambi.
BH-14 Desa Gedong Karya, Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi. BH-15 Desa Kuala Dendang Kecamatan Kuala Jambi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. BH-16 Kelurahan Muara Sabak, Kecamatan Muara Sabak Timur, Kab. Tanjab Timur. Berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 pasal 8 mengenai Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air, Sungai Batang Hari dikelompokkan pada kelas II. Kualitas air Sungai Batang Hari berdasarkan pemantauan BLHD Provinsi Jambi seperti yang tercantum pada Buku Data Tabel SD-14. Dari 22 (dua puluh dua) parameter II-46 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
yang dipantau kualitasnya, 7 (tujuh) parameter diantaranya melebihi baku mutu yang dipersyaratkan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.13. Tabel 2.13. Parameter Kualitas Air Sungai Batang Hari Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015. No.
Parameter
Satuan
Baku Mutu
April 12 titik
1.
TSS
mg/L
50
2.
BOD
mg/L
3
-
Mei -
Agust
Klorin bebas
mg/L
0,03
4.
T-P
mg/L
0,2
5.
Fecal Coliform
jml/100 ml
1.000
9 titik
6.
Total Coliform
jml/100 ml
5.000
-
7.
Nitrit (NO2)
mg/L
10
Nov
-
-
2 titik
3 titik
-
16 titik 16 titik
3.
Okto
16 titik
16 titik
16 titik
2 titik
-
2 titik 2 titik 13 titik 12 titik 13 titik 1 titik 1 titik
13 titik 4 titik
-
-
2 titik
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Dari Tabel 2.13 terlihat bahwa kualitas air Sungai Batang Hari mengalami
penurunan
kualitas
akibat
pencemaran
dengan
meningkatnya
konsentrasi parameter TSS (Residu Tersuspensi), BOD, Klorin bebas, Total Phospat, Nitrit, Fecal Coliform dan Total Coliform. Dari 5 (lima) kali waktu pemantauan pada pengukuran konsentrasi parameter residu tersuspensi (TSS) yang tidak memenuhi baku mutu terjadi pada bulan April dan Agustus masing-masing pada 12 (dua belas) dan 2 (dua) titik sampling lokasi pemantauan. Konsentrasi TSS yang paling tinggi yaitu sebesar 155 mg/L, 164mg/L terdapat pada lokasi pemantauan Desa Kuala Dendang dan Kelurahan Muara Sabak Ilir pada bulan Agustus, selain itu juga pada bulan April sebanyak 12 titik yang tidak memenuhi baku mutu. Sementara untuk parameter BOD,
konsentrasi BOD meningkat
dan
tidak memenuhi baku hanya pada bulan Mei di 3 lokasi yaitu Desa Lubuk Ruso, Desa Penyengat Olak, dan Desa Kuala Dendang.Parameter Klorin bebaspada seluruh lokasi tidak memenuhi baku mutu sementara Total Fosfat meningkat pada 1 lokasi yaitu Desa Kuala Dendang. Peningkatan konsentrasi parameter Fecal Coliform melebihi baku mutu pada seluruh waktu pemantauan, sementara total coliform yang melebihi baku mutu untuk 2 lokasi yaitu Desa Talang Duku pada bulan Mei dan Oktober. Hal ini mengindikasikan bahwa air Sungai Batang Hari rentan dengan sumber pencemaran domestik yang teridentifikasi dari parameter BOD, Fecal Coliform dan Total Coliformsepanjang tahun. II-47 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Pada 16 (enam belas) titik sampling pada setiap lokasi pemantauan, dapat dijelaskan
konsentrasi
masing-masing parameter
yang
tidak memenuhi
baku mutu sebagai berikut:
a). Total Suspended Solid (TSS/Residu Tersuspensi) Konsentrasi TSS pada air Sungai Batang Hari yang tidak memenuhi baku mutu selama tahun 2015 terjadi pada bulan April dan Agustus dengan kisaran 18,75 % dari total pemantauan pada 16 titik sampling lokasi pemantauan. Konsentrasi TSS pada bulan Aprilyang tidak memenuhi baku mutu terdapat pada lokasi pemantauan BH-1 dan BH-10 dimana BH-1 s.d BH-4 berada di Kabupaten Tebo dengan rentang konsentrasi 101 mg/L - 131 mg/L, BH-5 s.d BH-8 berada di Kabupaten Batang Hari, dengan rentang konsentrasi 72 mg/L - 98mg/L, BH-9 dan BH-10 berada di Kabupaten Muaro Jambi dengan rentang konsentrasi 74 mg/L – 80 mg/L, BH-13 s.d BH-15 berada di Kabupaten Muaro Jambi dan BH-15 berada di Kabupataen Tanjung Jabung Timur dengan rentang konsentrasi 52 mg/L – 59 mg/L. Peningkatan Konsentrasi pada bulan November terjadi di lokasi Desa Kuala Dendang dan Kelurahan Muara Sabak dengan rentang konsentrasi 155 dan 164, hal ini dikarenakan 2 lokasi ini berada pada daerah muara dimana pada saat pengambilan sampel air sungai bercampur dengan air laut. Besarnya peningkatan konsentrasi TSS pada 10 (sepuluh) titik sampling lokasi pemantauan terlalu jauh berbeda dari nilai baku mutu yang ditetapkan untuk parameter TSS yaitu sebesar 50 mg/L.Peningkatan
konsentrasi
TSS
ini
berkemungkinan disebabkan besarnya padatan tersuspensi pada perairan akibat erosi
dari
tanah
pertanian,
pengikisan
pinggiran
sungai,
kegiatan pertambangan dan konstruksi dan lain sebagainya yang membawa endapan lumpur dari aliran sebelumnya.Gambaran kualitas air Sungai Batang Hari untuk parameter TSS tahun 2015dapat dilihat pada Gambar 2.22. untuk setiap lokasidan waktu pemantauan.
II-48 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.22. Grafik Konsentrasi TSS Air Sungai Batang Hari Tahun 2015.
180 160
TSS (mg/L)
140 120
April
100
Mei
80
Agustus
60
Okto
40
Nov
20
Baku Mutu BH1 BH2 BH3 BH4 BH5 BH6 BH7 BH8 BH9 BH10 BH11 BH12 BH13 BH14 BH15 BH16
0
Lokasi Pemantauan
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. b). Biological Oxygen Demand (BOD) Selama tahun 2014,
di semua waktu pemantauan konsentrasi BOD
mengalami peningkatan melebihi baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 3 mg/L. Peningkatankonsentrasi BOD ini terjadi pada 3 titik dari 80 pemantauan atau sekitar 3,75% dari total pemantauan. Pemantauan pada bulan April terjadi peningkatan konsentrasi BOD terdapat pada lokasi pemantauan titik sampling BH-8 di Kabupaten Batang Hari, BH-10 di Kabupaten Muaro Jambi dengan konsentrasi BOD sebesar 3,22 mg/L, BH-15 di di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan konsentrasi BOD sebesar 3,22 mg/L. Kabupaten Batang Haridan Kabupaten Muaro Jambimengandung banyak pencemar organik yang dihasilkan oleh buangan domestik penduduk baik sampah maupun limbah MCK kegiatan penduduk maupun limbah cair dan limbah industri yang dibuang ke sungai. Gambaran kualitas air Sungai Batang Hari untuk parameter BOD tahun 2015.
II-49 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.23. Grafik Konsentrasi BOD Air Sungai Batang Hari Tahun 2015 3.5 3
BOD (mg/L)
2.5
April Mei
2
Agustus
1.5
Okto
1
Nov Baku Mutu
0.5
BH1 BH2 BH3 BH4 BH5 BH6 BH7 BH8 BH9 BH10 BH11 BH12 BH13 BH14 BH15 BH16
0
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. c). Klorin Bebas Klorin bebas (Cl2) di perairan berasal dari limbah industri atau limbah domestik yang menggunakan khlor baik sebagai desinfektan maupun sebagai pelarut. Fenomena peningkatan konsentrasi klorin bebas pada air Sungai Batanghari pada seluruh titik sampling selama tahun 2015 tidak memenuhi baku mutu (> 0,03 mg/L). Peningkatan konsentrasi yang paling tinggi terjadi pada lokasi pemantauan Desa Kuala Dendang dan Kelurahan Muara Sabak dengan konsentrasi 5,8 mg/L dan 9,5 mg/L pada bulan Oktober. Gambaran kualitas air Sungai Batang Hari untuk parameter Klorin Bebastahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 2.24. untuk setiap lokasi dan waktu pemantauan.
II-50 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.24. Grafik Konsentrasi Cl2 Air Sungai Batang Hari Tahun 2015. 10 9
8
CL (Mg/L)
7 6
Agustus
5
Okto
4
Nov
3
Baku Mutu
2 1 BH1 BH2 BH3 BH4 BH5 BH6 BH7 BH8 BH9 BH10 BH11 BH12 BH13 BH14 BH15 BH16
0
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016 d). Total Fosfat Fosfat merupakan senyawa fosfor yang terlarut dalam air. Konsentrasi total fosfat pada air Sungai Batang Hari yang tidak memenuhi baku
mutu
yang
ditetapkan terdapat pada 1 (satu) titik sampling lokasi pemantauan pada bulan November yaitu di Desa Kuala Dendang Kabupaten Tanjung Jabunng Timur atau berkisar 1,25% selama tahun 2015 dari total pemantauan. Pada titik yang lain masih dibawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 0,2 mg/L. Terjadinya peningkatan konsentrasi Total Fosfat terjadi dapat disebabkan oleh pelapukan batuan mineral dan dekomposisi bahan organik. Dapat juga berasal dari limbah industri dan limbah domestik yang berada di sekitar perairan berupa limbah deterjen.
Atau
berasal
dari
sektor
pertanian
akibat
dari
penggunaan pupuk yang berlebihan. Gambaran kualitas air Sungai Batang Hari untuk parameter Total Fosfat tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 2.25. untuk setiap lokasi dan waktu pemantauan.
II-51 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.25. Grafik Konsentrasi T-P Air Sungai Batang Hari Tahun 2015. 0.9
0.8 Total Pospat (mg/L)
0.7 April
0.6
Mei
0.5
Agustus
0.4
Okto
0.3
Nov
0.2
Baku Mutu
0.1 BH1 BH2 BH3 BH4 BH5 BH6 BH7 BH8 BH9 BH10 BH11 BH12 BH13 BH14 BH15 BH16
0
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. e). Fecal Coliform dan Total Coliform Bakteri
coliform
merupakan
golongan
mikroorganisme
yang
lazim
digunakansebagai indikator, dimana bakteri ini dapat menjadi ‘tanda’ untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh bakteri patogen atau tidak. Konsentrasi Fecal Coliform maupun Total Coliform semakin meningkat pada lokasi pemantauan semakin ke hilir sungai Batang Hari dengan konsentrasi yang bervariasi. Sekitar 80 % dari total pemantauan dimana konsentrasi Fecal Coliform melebihi baku mutu yang dipersyaratkan sedangkan untuk parameter Total Coliform sekitar 7,5 % dari total pemantauan konsentrasi yang melebihi baku mutu.Peningkatan konsentrasi Fecal Coliform tersebut terjadi pada setiap waktu pemantauan sepanjang tahun 2015sedangkan
Total
Coliform terjadi pada bulan
Oktober dan Noveber tahun 2015. Peningkatan konsentrasi Fecal Coliform yang melebihi baku mutu pada bulan April, Mei, Agustus dan Oktober terjadi pada lokasi pemantauan di titik sampling BH-3, BH-4 di Kabupaten Tebo, BH-5 s.d BH-8 di Kabupaten Batang Hari, BH-9 s.d BH-14 di Kabupaten Muaro Jambi, BH-15,BH-16 di Kabupaten Tanjung Jabung Timurdengan rentang konsentrasi 1.100 jml/100 ml –4.900 jml/100 ml. Pada II-52 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
bulan November peningkatan konsentrasi melebihi baku mutu terjadi pada lokasi pemantauan di titik sampling BH-4 di Kabupaten Tebo, BH-5 s.d BH-8 di Kabupaten Batang Hari, BH-9 s.d BH-14 di Kabupaten Muaro Jambi, BH-15,BH-16 di Kabupaten Tanjung Jabung Timurdengan rentang konsentrasi 1.100 jml/100 ml –5.800 jml/100 ml. Sementara
untuk
kualitas
dari
parameter
Total
Coliform
peningkatan konsentrasi melebihi baku mutu pada bulan Oktober dan November terjadi pada lokasi pemantauan di titik sampling BH-9 di Kabupaten Muaro Jambi hingga titik BH-12 s.d BH-14 di Kabupaten Muaro Jambi dengan rentang konsentrasi 5.800 jml/100 ml –7.900 jml/100 ml. Gambaran kualitas air Sungai Batang Hari untuk parameter Fecal Coliform dan Total Coliform tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 2.26. dan Gambar 2.27. untuk setiap lokasi dan waktu pemantauan. Gambar 2.26. Grafik Konsentrasi Fecal Coliform Air Sungai Batang Hari Tahun 2015. 7000
Fecal Coly (jumlah/100ml)
6000 5000
April
4000
Mei Agustus
3000
Okto
2000
Nov
1000
Baku Mutu
BH1 BH2 BH3 BH4 BH5 BH6 BH7 BH8 BH9 BH10 BH11 BH12 BH13 BH14 BH15 BH16
0
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016.
II-53 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.27. Grafik Konsentrasi Total Coliform Air Sungai Batang Hari Tahun 2015 9000
Total Coli (jumlah/100ml)
8000 7000 April
6000
Mei
5000
Agustus
4000
Okto
3000
Nov
2000
Baku Mutu
1000
BH1 BH2 BH3 BH4 BH5 BH6 BH7 BH8 BH9 BH10 BH11 BH12 BH13 BH14 BH15 BH16
0
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun2014, 2015. g). Nitrit Nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen, termasuk ammonia anhidrat seperti juga sampah organik hewan maupun manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Konsentrasi Nitrit semakin meningkat pada lokasi pemantauan di bagian hilir sungai Batang Hari pada bulan Mei dan bulan November dengan konsentrasi yang bervariasi. Sekitar 7,5 % dari total pemantauan dimana konsentrasi Nitritmelebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Peningkatan konsentrasi terjadi pada bulan Mei di lokasi titik sampling BH-13, BH-14 di Kabupaten Muaro Jambi dan BH15, BH-16 di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pada bulan November peningkatan konsentrasi nitrit pada titik sampling BH-10, BH-12 di Kabupaten Muaro Jambi. Peningkatan konsentrasi disebabkan pada wilayah tersebut aktivitas penduduk masih menggunakan sungai Batanghari sebagai MCK dan dipinggir sungai terdapat II-54 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
perkebunan kelapa sawit oleh perusahaan maupun perkebunan masyarakat. Selain itu budaya masyarakat yang masih membuang sampah pada sungai Batanghari menyebabkan pembusukan sampah organik.
Bila dibandingkan dengan tahun 2014, terjadi perubahan parameter yang tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratan. Jika pada tahun 2014 parameter yang tidak memenuhi baku mutu berjumlah 7 (tujuh) parameter yaitu pH, TSS, BOD, Klorin Bebas, T-P, Fecal Coliform dan Total Coliform, maka pada tahun 2015 terjadi perubahanatas 7 (tujuh) parameter yang tidak memenuhi baku mutu yaitu parameter TSS, BOD, Klorin bebas, Total Fosfat, Fecal Coliform dan Total Coliform dan Nitrit. Pada tahun 2015 parameter pH seluruhnya memenuhi baku mutu. Gambar 2.27. Grafik Konsentrasi Nitrit Air Sungai Batang Hari Tahun 2015 0.1 0.09
Nitrit (mg/L)
0.08 0.07
April
0.06
Mei
0.05
Agustus
0.04
Okto
0.03
Nov
0.02
Baku Mutu
0.01 BH1 BH2 BH3 BH4 BH5 BH6 BH7 BH8 BH9 BH10 BH11 BH12 BH13 BH14 BH15 BH16
0
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Namun jika dilihat dari jumlah pemantauan yang dilakukan, terjadi penurunan persentase jumlah parameter yang tidak memenuhi baku mutu terhadap 60 pemantauan yang dilakukan yaitu pada parameter pH, BOD, Total Pospat, Total Coliform. Berikut perbandingan jumlah pemantauan parameter yang tidak memenuhi baku mutu di Sungai Batang Hari tahun 2013 dan 2014 seperti yang terlihat pada Tabel 2.14.
II-55 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel
2.14. Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Hari Tahun 2014 dan 2015.
No.
Parameter
% Pemantauan > BM 2014
2015
Status
1.
pH
16,67
-
Menurun
2.
TSS/Residu Tersuspensi
6,67
18,75
Meningkat
3.
BOD
61,67
3,75
4.
Klorin bebas
10,00
100
Meningkat
5.
Total Fosfat
20,00
1,25
Menurun
6.
Fecal Coliform
78,33
80
Meningkat
7.
Total Coliform
31,67
7,5
Menurun
Menurun
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. Jika dibandingkan berdasarkan konsentrasi tertinggi atau kondisi ekstrim dari masing-masing parameter terjadi penurunan konsentrasi parameter dan nilai pH yang tidak memenuhi baku mutu terhadap 80 pemantauan yang dilakukan yaitu pada parameter pH, BOD, Fecal dan Total Coliform. Berikut perbandingan konsentrasi ekstrim parameter yang tidak memenuhi baku mutu di Sungai Batang Hari tahun 2014 dan 2015 seperti yang terlihat pada Tabel 2.15. Tabel 2.15. Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Hari Tahun 2013 dan 2014. No.
Parameter
Satuan
Konsentrasi 2014
2014
5
-
Status
1.
pH
Menurun
2.
TSS/Residu Tersuspensi
mg/L
140
164
3.
BOD
mg/L
4,83
3,22
4.
Klorin bebas
mg/L
0,09
9,5
Meningkat
5.
Total Fosfat
mg/L
0,43
0,79
Meningkat
6.
Fecal Coliform
jml/100 ml
11.000
5.800
Menurun
7.
Total Coliform
jml/100 ml
14.000
7.900
Menurun
Meningkat Menurun
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. II-56 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
2). Sungai Batang Merangin
Pemantauan kualitas air Sungai Batang Merangin dilakukan sebanyak 2 (dua) kali selama tahun 2015 yaitu pada bulan Februari dan Oktober di 3 (tiga) lokasi pemantauan, yaitu: BMerangin-1 Desa Muara Hemat Kecamatan Batang Merangin Kabupaten Kerinci, BMerangin-2 BMerangin-3
Desa Kasang Melintang, Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun,. Kelurahan
Pasar
Bangko
Kecamatan
Bangko
Kabupaten
Merangin.Hasil pemantauan kualitas air Sungai Batang Merangin oleh BLHD Provinsi Jambi dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-14. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa kualitas air Sungai Batang Merangin dapat digolongkan ke dalam Kriteria Mutu Air kelas II, dimana dari 21 (dua puluh satu) parameter yang dipantau, seluruhparameter memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.16. Tabel 2.16. Parameter Kualitas Air Sungai Batang Merangin yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015. No.
Parameter
Satuan
Baku Mutu
Maret
Agustus
6-9
-
-
mg/L
50
1
-
BOD
mg/L
3
-
-
4.
DO
mg/L
min 4
-
-
5.
Fecal Coliform
jml/100 ml
1.000
-
-
1.
pH
2.
TSS/Residu Tersuspensi
3.
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun2015, 2016. Dari Tabel 2.16. terlihat bahwa kualitas air Sungai Batang Merangin belum mengalami pencemaran Pada 3 (tiga) titik sampling pada setiap lokasi pemantauan, dapat dijelaskan konsentrasi masing-masing parameter yang tidak memenuhi baku mutu sebagai berikut:
II-57 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
a). pH Nilai pH pada pengukuran tahun 2014 terhadap air Sungai Batang Merangin yaitu 6 pada 3 (tiga) titik sampling lokasi pemantauan atau 6 pemantauan dalam setahun. Nilai kisaran pH tersebut sama dengan batas bawah nilai pH yang dipersyaratkan yaitu 6. Dari 6 pemantauan pada 3 titik sampling 100 % dari total pemantauan dengan
nilai pH 6. Kondisi ini mengindikasikan bahwa air sungai
Batang Merangin masih berada pada kondisi asam atau mendekati kondisi asam. b). Total Suspended Solid (TSS/Residu Tersuspensi) Konsentrasi TSS pada air Sungai Batang Merangin yang tidak memenuhi baku mutu selama tahun 2015 terjadi pada bulan Februari dengan kisaran 16,67 % dari total pemantauan pada 3 (tiga) titik sampling lokasi pemantauan. Konsentrasi TSS pada bulan Februari yang tidak memenuhi baku mutu terdapat pada lokasi pemantauan BMerangin-1 di Kabupaten Kerinci dengan konsentrasi TSS sebesar 52 mg/L dan pada lokasi pemantauan di titik sampling BMerangin-2 di Desa Kasang Melintang,
Kecamatan
BMerangin-3
Kelurahan
Pauh Pasar
Kabupaten Bangko
Kecamatan
Sarolangun Bangko
dan
Kabupaten
Merangindengan konsentrasi TSS dengan range 8 mg/L – 12 mg/L. Peningkatan konsentrasi TSS ini berkemungkinan disebabkan besarnya padatan tersuspensi pada perairan akibat erosi dari tanah pertanian, pengikisan pinggiran sungai, kegiatan
pertambangan
dan konstruksi dan lain sebagainya yang membawa
endapan lumpur dari aliran sebelumnya. Gambaran kualitas air Sungai Batang Merangin untuk parameter TSS tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 2.29. untuk setiap lokasi dan waktu pemantauan. Gambar 2.29. Grafik Konsentrasi TSS Air Sungai Batang Merangin Tahun 2015. 60
TSS (mg/L)
50 40
Februari
30
Oktober
20
BM
10 0 BMerangin-1
BMerangin-2
BMerangin-3
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi JambiTahun 2015, 2016. II-58 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
c). Biological Oxygen Demand (BOD)
Selama tahun 2015,konsentrasi BOD pada 3 titik sampling di bulan Februari dan Oktober tidak ada yang melebihi baku mutu, berkisar antara 2,01 mg/L – 2,42 mg/L. Artinya sungai Batang Merangin belum tercemar oleh pencemar organik. Tingginya
konsentrasi
BOD
disebabkan olehbanyak sumber pencemar
organik yang dihasilkan oleh buangan domestik penduduk baik sampah maupun limbah cair dan limbah industri yang dibuang ke sungai. Gambaran kualitas air Sungai Batang Merangin untuk parameter BOD tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 2.30. untuk setiap lokasi dan waktu pemantauan. Gambar 2.30. Grafik Konsentrasi BOD Air Sungai Batang Merangin Tahun 2015. 3.5 3
BOD (mg/L)
2.5
2
Februari
Oktober
1.5
BM 1 0.5 0 BMerangin-1
BMerangin-2
BMerangin-3
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016
II-59 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
d). Dissolved Oxygen (DO)
Semakin banyaknya oksigen yang terlarut dalam air maka kualitas air akan semakin baik. Oleh karenanya ditetapkan batas minimum oksigen terlarut harus ada pada perairan adalah 4 mg/L. Konsentrasi DO pada air Sungai Batang Merangin seluruhnya memenuhi pemantauan
atau
baku
mutu
sekitar
sepanjang 100
%
tahun 2015dari 6 (enam) titik dari
total
pemantauan.
Konsentrasi DO yang berada di atas 4 mg/L terjadi pada bulan Februaridan Oktober dan telah memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.Gambaran kualitas air Sungai Batang Merangin untuk parameter DO tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 2.31. untuk setiap lokasi dan waktu pemantauan. Gambar
2.31.
Grafik
Konsentrasi
DO
Air
Sungai
Batang
Merangin
Tahun 2015. 8.00 7.00
DO (mg/L)
6.00 5.00 Februari 4.00
Oktober
3.00
BM
2.00 1.00 BMerangin-1
BMerangin-2
BMerangin-3
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016
II-60 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Bila dibandingkan dengan tahun 2014, terjadi penurunan jumlah parameter yang tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratan. Jika pada tahun 2014 parameter yang tidak memenuhi baku mutu berjumlah 4 (empat) parameter yaitu pH dan BOD, TSS dan DO, maka pada tahun 2015 terjadi penurunan menjadi 1 (satu) parameter yang tidak memenuhi baku mutu yaitu hanya parameter TSS dan itu terjadi hanya 1 titik pantau. Berikutperbandingan jumlah pemantauan parameter yang tidak memenuhi baku mutu di Sungai Batang Merangin tahun 2014 dan 2015 seperti yang terlihat pada Tabel 2.17. Tabel 2.17.Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi Pemantauan Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Merangin Tahun 2013 dan 2014. No
Parameter
% Pemantauan > BM
1.
pH
2014 33,33
2015 -
2. 3.
TSS/Residu Tersuspensi BOD
33,33 33,33
16,67 -
4.
DO
50
-
Status Menurun Menurun Menurun Meningkat Menurun
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. Jika dibandingkan berdasarkan konsentrasi tertinggi atau kondisi ekstrim dari masing-masing parameter terjadi penurunan konsentrasi parameter yang tidak memenuhi baku mutu terhadap 6 pemantauan yang dilakukan yaitu pada parameter TSS. Berikut perbandingan konsentrasi ekstrim parameter yang tidak memenuhi baku mutu di Sungai Batang Merangin tahun 2014 dan 2015 seperti yang terlihat pada Tabel 2.18. Tabel 2.18. Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Merangin Tahun 2014 dan 2015. No.
Parameter
Satuan
Konsentrasi 2014
2015
5,50
-
1.
pH
2.
TSS/Residu Tersuspensi
mg/L
105
52
3.
BOD
mg/L
3,22
-
4.
DO
mg/L
3,65
-
Status Menurun Meningkat Menurun Menurun Meningkat Menurun
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 20152016.
II-61 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
3). Sungai Batang Tebo Pemantauan kualitas air Sungai Batang Tebo dilakukan sebanyak 2 (dua) kali selama tahun 2014 yaitu pada bulan Maret dan Agustus di 3 (tiga) lokasi pemantauan, yaitu: BTebo-1 .Kelurahan Manggis, Kecamatan Bathin III, Kabupaten Bungo BTebo-2 Kelurahan Muara Tebo, Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo. Hasil pemantauan kualitas air Sungai Batang Tebo oleh BLHD Provinsi Jambi dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-14. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa kualitas air sungai Batang Tebo dapat digolongkan ke dalam Kriteria Mutu Air kelas II, dimana dari 21 (dua puluh satu) parameter yang dipantau, 19 (sembilan belas) parameter diantaranya memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, sementara 2 (dua)) parameter lainnya berada diatas baku mutu sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.19. Tabel 2.19. Parameter Kualitas Air Sungai Batang Tebo Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015. No.
Parameter
1.
pH
2.
TSS/Residu Tersuspensi
Satuan
mg/L
Baku Mutu
Februari Oktober
6–9
2 titik
-
50
1 titik
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. Dari Tabel 2.19. di atas terlihat bahwa parameter yang tidak memenuhi baku mutu hanya 2 parameter dan hanya terjadi pada bulan Februari. Nilai pH berada di bawah batas minimum rentang yaitu 6 dan ini berindikasi
bahwa
Sungai Batang Tebo berada pada kondisi asam. Peningkatan konsentrasi TSS yang melebihi baku mutu hanya terjadi pada bulan Feburari di 1 (satu) titik sampling sementara pemantauan pada bulan Oktober konsentrasi TSS memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan.. Pada 2 (titik) titik sampling pada setiap lokasi pemantauan, dapat dijelaskan konsentrasi masing-masing parameter yang tidak memenuhi baku mutu sebagai berikut: a). pH Nilai pH pada pengukuran tahun 2015 terhadap air Sungai Batang Tebo berada pada range 5,5 - 6 pada 2 (dua) titik sampling lokasi pemantauan atau 4 pemantauan II-62 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
dalam setahun. Nilai kisaran pH tersebut tidak jauh dari batas bawah nilai pH yang dipersyaratkan yaitu 6. Dari 4 pemantauan pada 2 (dua) lokasi pemantauan, 2 (dua) titik berada pada nilai dibawah 6 atau sekitar 50% dari total pemantauan dengan nilai pH 5,5. Kondisi ini mengindikasikan bahwa air sungai Batang Tebo masih berada pada kondisi asam atau mendekati kondisi asam. Kondisi tersebut berlangsung pada bulan Februari di lokasi pemantauan BTebo-1 dan BTebo-2 di Kabupaten Bungo dengan nilai pH 5,5.Gambaran kualitas air Sungai Batang Tebo untuk parameter pH tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 2.33.
untuk
setiap
lokasi
dan
waktu
pemantauan.
Gambar 2.33. Grafik Nilai pH Air Sungai Batang Tebo Tahun 2015.
PH BM
Oktober
Februari 5.2
5.3
5.4
5.5 BTebo-2
5.6
5.7
5.8
5.9
6
6.1
BTebo-1
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi JambiTahun 2015, 2016. b). Total Suspended Solid (TSS/Residu Tersuspensi)
Konsentrasi TSS pada air Sungai Batang Tebo yang tidak memenuhi baku mutu selama tahun 2015 terjadi pada bulan Februari dengan kisaran 25 % dari total pemantauan pada 2 (dua) titik sampling lokasi pemantauan. Konsentrasi TSS padabulan Februari yang tidak memenuhi baku mutu terdapat pada lokasi pemantauan BTebo-2di Kabupaten Bungo dengan konsentrasi TSS sebesar 52 mg/L dan merupakan konsentrasi yang paling tinggi sepanjang waktu pemantauan. Sementara pada lokasi pemantauan di titik sampling BTebo-1 di Kabupaten Bungo, konsentrasi TSS selalu memenuhi baku mutu pada setiap waktu pemantauan. Peningkatan konsentrasi TSS ini berkemungkinan disebabkan besarnya padatan tersuspensi II-63 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
pada perairan akibat erosi dari tanah pertanian, pengikisan pinggiran sungai, kegiatan pertambangan dan konstruksi dan lain sebagainya yang membawa endapan lumpur dari aliran sebelumnya. Gambaran kualitas air Sungai Batang Tebo untuk parameter TSS tahun 2015dapat dilihat pada Gambar 2.34. untuk setiap lokasi dan waktu pemantauan. Gambar 2.34. Grafik Konsentrasi TSS Air Sungai Batang Tebo Tahun 2015.
TSS 250 200
150 100 50 0 Februari
Oktober BTebo-1
BTebo-2
BM BM
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. Bila dibandingkan dengan tahun 2014, terjadi penurunan jumlah parameter yang tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratan. Jika pada tahun 2014 parameter yang tidak memenuhi baku mutu berjumlah 4 (empat) parameter yaitu, Fecal Coliform, pH, TSS, dan H2S maka pada tahun 2015 terjadi penurunan kualitas menjadi 2 (dua) parameter yang tidak memenuhi baku mutu yaitu parameter pH, TSS. Berikut perbandingan jumlah pemantauan parameter yang tidak memenuhi baku mutu di Sungai Batang Tebo tahun 2014 dan 2015 seperti yang terlihat pada Tabel2.20.
II-64 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel
2.20. Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi Pemantauan Parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai BatangTebo Tahun 2014 dan 2015.
No.
Parameter
% Pemantauan > BM 2014
2015
Status
1.
pH
83,33
50
Menurun
2.
TSS/Residu Tersuspensi
33,33
25
3.
BOD
Menurun Menurun
4.
Fecal Coliform
50
-
Menurun
5.
H2S
100
-
Menurun
-
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. Jika dibandingkan berdasarkan konsentrasi tertinggi atau kondisi ekstrim dari masing-masing parameter terjadi penurunan konsentrasi parameter
yang
tidakmemenuhi baku mutu terhadap 4 pemantauan yang dilakukan yaitu pada parameter TSS. Berikut perbandingan konsentrasi ekstrim parameter yang tidak memenuhi baku mutu di Sungai Batang Tebo tahun 2014 dan 2015 seperti yang terlihat pada Tabel 2.21. berikut. Tabel 2.21. Perbandingan Konsentrasi Parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tebo Tahun 2014 dan 2015. No.
Parameter
Satuan
Konsentrasi Status 2014 2015 5,9 5,5 Menurun
1.
pH
2.
TSS/Residu Tersuspensi
mg/L
3.
BOD
mg/L
77 -
4.
Fecal Coliform
jml/100
1.200
-
Menurun
6.
H2S
mg/L
0,03
-
Menurun
225 Meningkat Menurun -
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. 4). Sungai Batang Bungo
Pemantauan kualitas air Sungai Batang Bungo dilakukan sebanyak 2 (dua) kali selama tahun 2014 yaitu pada bulan Februari dan Oktober di 2 (dua) lokasi pemantauan, yaitu:
II-65 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
BBungo-1 Desa Tanjung Agung, Kecamatan Muko-Muko Batin VII, Kabupaten Bungo. BBungo-2 Kelurahan Tanjung Gedang, Kecamatan Pasar Muara Bungo, Kab. Bungo. Hasil pemantauan kualitas air Sungai Batang Bungo oleh BLHD Provinsi Jambi dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-14. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa kualitas air sungai Batang Bungo dapat digolongkan ke dalam Kriteria Mutu Air kelas II, dimana dari 21 (dua puluh satu) parameter yang dipantau, 18 (delapan belas) parameter diantaranya memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, sementara 3 (tiga) parameter lainnya berada diatas baku mutu sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.22. Tabel 2.22. Parameter Kualitas Air Sungai Batang Bungo Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015. No.
Parameter
Satuan
1. pH
Baku Mutu 6-9
Februari
2. TSS
mg/L
50
1 titik 1 titik
3. COD
mg/L
25
1 titik
Oktober -
-
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016.
Dari Tabel 2.22. di atas terlihat bahwa kualitas air Sungai Batang Bungo mengalami
penurunan
akibat
pencemaran yang diindikasikan dengan
semakin meningkatnya konsentrasi pencemar pada parameter TSS, COD serta penurunan nilai pH. Penurunan konsentrasi pH terjadi pada bulan Februari pada 1 (satu)lokasi pemantauan sementara pada bulan Oktober pH berada pada rentang 6 9 sesuai dengan baku mutu. Nilai pH berada di bawah batas minimum rentang yaitu 5,5 dan ini berindikasi bahwa Sungai Batang Bungo berada pada kondisi asam. Konsentrasi TSSdan COD yang meningkat melebihi baku mutu terjadi pada bulan Februaridi 1(satu) titik sampling. Pada 2 (dua) titik sampling pada setiap lokasi pemantauan, dapat dijelaskan konsentrasi masing-masing parameter yang tidak memenuhi baku mutu sebagai berikut: a). pH
Nilai pH pada pengukuran tahun 2014 terhadap air Sungai Batang Bungo berada pada range 5,5 - 6 pada 2 (dua) titik sampling lokasi pemantauan atau 4 II-66 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
pemantauan dalam setahun. Nilai kisaran pH tersebut tidak jauh dari batas bawah nilai pH yang dipersyaratkan yaitu 6. Dari 4 pemantauan pada 1 (satu) lokasi pemantauan, berada pada nilai dibawah 6 atau sekitar 25 % dari total pemantauan dengan nilai pH 5,5. Kondisi ini mengindikasikan bahwa air sungai Batang Bungo masih berada pada kondisi asam. Kondisi
tersebut
berlangsung
pada
bulan
Februari
di
lokasi
pemantauan BBungo-1 di Kabupaten Bungo dengan nilai pH 5,5. Sementara pada bulan Oktober, nilai pH berada pada kondisi yang sesuai dengan baku mutu yang dipersyaratkan.Gambaran kualitas air sungai Batang Bungo untuk parameter pH tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 2.37. untuk setiap lokasi dan waktupemantauan. Gambar 2.37. Grafik Nilai pH Air Sungai Batang Bungo Tahun 2015.
pH 6.1 6 5.9 5.8 5.7 5.6 5.5 5.4 5.3 5.2
Februari
Oktober
BM
BBungo-1
6
6
6
Bbungo-2
5.5
6
6
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. b). Total Suspended Solid (TSS/Residu Tersuspensi)
Konsentrasi TSS pada air Sungai Batang Bungo yang tidak memenuhi baku mutu selama tahun 2015 terjadi pada bulan Februari dengan kisaran 25 % dari total pemantauan pada 2 (dua) titik sampling lokasi pemantauan. Konsentrasi TSS padabulan Februari yang tidak memenuhi baku mutu terdapat pada lokasi pemantauan BBungo-2 di Kabupaten Bungo dengan konsentrasi TSS sebesar 189 mg/L dan merupakan konsentrasi yang paling tinggi sepanjang waktu pemantauan. Sementara pada lokasi pemantauan di titik sampling BBungo-1 di Kabupaten Bungo, konsentrasi
II-67 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
TSS selalu memenuhi baku mutu pada setiap waktu pemantauan. Peningkatan konsentrasi TSS ini berkemungkinan disebabkan besarnya padatan tersuspensi pada perairan akibat erosi dari tanah pertanian, pengikisan pinggiran sungai, kegiatan pertambangan dan konstruksi dan lain sebagainya yang membawa endapan lumpur dari aliran sebelumnya. Gambaran kualitas air Sungai Batang Bungo untuk parameter TSS tahun 2015dapat dilihat pada Gambar 2.34. untuk setiap lokasi dan waktu pemantauan.
Gambar 2.34. Grafik Konsentrasi TSS Air Sungai Batang Tebo Tahun 2015. 200 180 160
TSS (mg/L)
140 120
BBungo-1
100
Bbungo-2
80
BM
60 40 20 0
Februari
Oktober
BM
c). COD Konsentrasi COD pada sungai Batang Bungo yang tidak memenuhi baku mutu selama tahun 2015 terjadi pada bulan Februari dengan kisaran 25 % dari total pemantauan pada 2 (dua) titik sampling lokasi pemantauan. Konsentrasi COD padabulan Februari yang tidak memenuhi baku mutu terdapat pada lokasi pemantauan BBungo-2 di Kabupaten Bungo dengan konsentrasi COD sebesar 26 mg/L dan merupakan konsentrasi yang paling tinggi sepanjang waktu pemantauan. Sementara pada lokasi pemantauan di titik sampling BBungo-1 di Kabupaten Bungo, konsentrasi COD selalu memenuhi baku mutu pada setiap waktu pemantauan. Peningkatan konsentrasi TSS ini berkemungkinan disebabkan aktivitas penduduk disekitar sungai Batang
Bungo
yang
menggunakan
air
sungai
sebagai
sarana
MCK II-68
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Bila dibandingkan dengan tahun 2014, terjadi peningkatan jumlah parameter yang tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratan. Jika pada tahun 2014 parameter yang tidak memenuhi baku mutu berjumlah 3 (tiga) parameter yaitu nilai pH, Fecal Coliform dan H2S maka pada tahun 2015tetap terjadi penurunan kualitas menjadi 3 (tiga) parameter yang tidak memenuhi baku mutu yaitu parameter pH, TSS dan COD.
Berikut perbandingan jumlah pemantauan parameter yang tidak
memenuhi baku mutu di Sungai Batang Bungo tahun 2014 dan 2015 seperti yang terlihat pada Tabel 2.23. Tabel
2.23. Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap LokasiPemantauan Parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Bungo Tahun 2014 dan 2015.
No.
Parameter
% Pemantauan > BM
Status
2014
2015
50
25
menurun
-
25
meningkat
1.
pH
2.
TSS
3.
Fecal Coliform
100
menurun
4.
H2S
100
menurun
5.
COD
-
25
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. Jika dibandingkan berdasarkan konsentrasi tertinggi atau kondisi ekstrim dari masing-masing parameter terjadi penurunan konsentrasi parameter yang tidakmemenuhi baku mutu terhadap 4 pemantauan yang dilakukan yaitu pada parameter TSS. Berikut perbandingan konsentrasi ekstrim parameter yang tidakmemenuhi baku mutu di Sungai Batang Bungo tahun 2014 dan 2015 seperti yang terlihat pada Tabel 2.24.
II-69 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel 2.24. Perbandingan Konsentrasi Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Bungo Tahun 2014 dan 2015. Konsentrasi No.
Parameter
1.
pH
2.
TSS
3.
Fecal Coliform
4.
COD
Satuan
2014
2015
5,6
5,5
menurun
189
mg/L
-
jml/100 ml
1.900
-
-
26
mg/L
Status
meningkat menurun meningkat
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. 5). Sungai Batang Tabir
Pemantauan kualitas air Sungai Batang Tabir dilakukan sebanyak 2 (dua) kali selama tahun 2015 yaitu pada bulan Februari dan Oktober di 2 (dua) lokasi pemantauan, yaitu: BTabir-1 Desa Koto Baru, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin BTabir-2 Kelurahan Mampun, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin Hasil pemantauan kualitas air Sungai Batang Tabir oleh BLHD Provinsi Jambi dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-14. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwakualitas air sungai Batang Tabir dapat digolongkan ke dalam Kriteria Mutu Air kelas II, dimana dari 21 (dua puluh satu) parameter yang dipantau memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.25. Tabel 2.25. Parameter Kualitas Air Sungai Batang Tabir Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2014. No
Parameter
1.
pH
2.
DO
3.
Fecal Coliform
4.
H2S
Satuan
Baku Mutu
Februari
Oktober
6-9
-
-
min 4
-
jml/100 ml
1.000
-
-
mg/L
0,002
-
-
mg/L
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015,2016.
II-70 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Dari Tabel 2.25. di atas terlihat bahwa kualitas air Sungai Batang Tabir belum mengalami pencemaran. Pada 2 (dua) titik sampling pada setiap lokasi pemantauan, dapat dijelaskan konsentrasi masing-masing parameter yang tidak memenuhi baku mutu sebagai berikut: a). pH Nilai pH pada pengukuran tahun 2014 terhadap air Sungai Batang Tabir berada pada nilai 6 pada 2 (dua) lokasi pemantauan atau 4 pemantauan dalam setahun. Nilai kisaran pH tersebut tidak jauh dari batas bawah nilai pH yang dipersyaratkan yaitu6. Kondisi ini mengindikasikan bahwa air sungai Batang Tabir masih berada pada kondisi asam atau mendekati kondisi asam. Kondisi tersebut berlangsung pada bulan Februari dan Oktober di lokasi pemantauan BTabir-1 dan BTabir-2 di Kabupaten Merangin dengan nilai pH 6.. Gambaran kualitas air Sungai Batang Tabir untuk parameter pH tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 2.40. untuk setiap lokasi dan waktu pemantauan. Gambar 2.40. Grafik Nilai pH Air Sungai Batang Tabir Tahun 2016.
pH BM BM Oktober Februari 0
2
4 BTabir-2
6
8
10
BTabir-1
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016.
II-71 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
b). Dissolved Oxygen (DO) Semakin banyaknya oksigen yang terlarut dalam air maka kualitas air akan semakin baik. Oleh karenanya ditetapkan batas minimum oksigen terlarut harus ada pada perairan adalah 4 mg/L. Konsentrasi DO pada air Sungai Batang Tabir memenuhi baku mutu sepanjang tahun 2015. Konsentrasi DO yang berada di atas 4 mg/L terjadi pada bulan Februari pada lokasi pemantauan di titik sampling BTabir-1, BTabir-2 di Kabupaten Merangin dengan range konsentrasi antara6,12 mg/L – 6,93. Gambaran kualitas air Sungai Batang Tabir untuk parameter DO tahun 2015dapat dilihat pada Gambar 2.41. untuk setiap lokasi dan waktu pemantauan. Gambar
2.41.
Grafik
Konsentrasi
DO
Air
Sungai
Batang
Tabir
Tahun 2015.
DO 8 7 6 5 BTabir-1 4
BTabir-2
3
BM
2 1 0 Feb
Okt
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016.
c). Total Suspended Solid (TSS/Residu Tersuspensi)
Konsentrasi TSS pada air Sungai Batang Tabir pada tahun 2015 seluruhnya memenuh baku mutu yang dipersyaratkan berkisar antara 8mg/L – 41 mg/L dengan periode pemantauan pada bulan Februari dan Oktober. Hal ini menggambarkan bahwa air sungai Batang Tabir masih jernih dan belum terkontaminasi dengan erosi dari sungai.
II-72 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambaran kualitas air Sungai Batang Bungo untuk parameter TSS tahun 2015dapat dilihat pada Gambar 2.34. untuk setiap lokasi dan waktu pemantauan. Gambar
2.41.
Grafik
Konsentrasi
TSS
Air
Sungai
Batang
Tabir
Tahun 2015.
TSS 140 120 100 80
BTabir-2
60
BTabir-1
40
BM
20 0 Feb
Okt
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. Bila dibandingkan dengan tahun 2014, terjadi penurunan jumlah parameter yang tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratan. Jika pada tahun 2014 parameter yang tidak memenuhi baku mutu berjumlah 4 (empat) parameter yaitu BOD dan Fecal Coliform, H2S dan nilai pH, maka pada tahun 2015 terjadi penurunan menjadi tidak ada parameter yang tidak memenuhi baku mutu. Namun
jika
dilihat
dari jumlah pemantauan yang dilakukan, terjadi penurunan persentase jumlah pemantauan yang tidak memenuhi baku mutu terhadap 4 pemantauan yang dilakukan yaitu pada parameter Fecal Coliform dan BOD yang berhasil diturunkan memenuhi baku mutu. Berikut perbandingan jumlah pemantauan parameter yang tidak memenuhi baku mutu di Sungai Batang Tabir tahun 2014 dan 2015 seperti yang terlihat pada Tabel 2.26.
II-73 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel
2.26. Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi Pemantauan Parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tabir Tahun 2014 dan 2015.
No.
Parameter
% Pemantauan > BM 2013
Status
2015
1.
pH
50
-
Menurun
2.
DO
25
-
3.
BOD
Menurun Menurun
4.
Fecal Coliform
50
-
Menurun
5.
H2S
100
-
Menurun
-
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016.
Jika dibandingkan berdasarkan konsentrasi tertinggi atau kondisi ekstrim dari masing-masing parameter terjadi penurunan konsentrasi parameter dan nilai pH yangtidak memenuhi baku mutu terhadap 4 pemantauan yang dilakukan yaitu pada parameter pH dan BOD, Fecal Coliform dan H2S. Berikut perbandingan konsentrasi ekstrim parameter yang tidak memenuhi baku mutu di Sungai Batang Tabir tahun 2014 dan 2015 seperti yang terlihat pada Tabel 2.27. Tabel 2.27. Perbandingan Konsentrasi Parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tabir Tahun 2014 dan 2015. Konsentrasi No. Parameter Satuan Status 2014 2015 1.
pH
2.
DO
3.
BOD
4.
Fecal Coliform
5.
H2S
5,5
-
menurun
mg/L
3,6
-
mg/L
-
menurun menurun
jml/100 ml
1.200
-
mg/L
0,02
-
-
menurun menurun
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016.
II-74 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
6). Sungai Batang Tembesi
Pemantauan kualitas air Sungai Batang Tembesi dilakukan sebanyak 2 (dua) kali selama tahun 2015 yaitu pada bulan Februari dan Oktober di 2 (dua) lokasi pemantauan, yaitu: BTembesi-1 Desa Batu Kucing, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun. BTembesi-2 Desa Pauh, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun.
Hasil pemantauan kualitas air Sungai Batang Tabir oleh BLHD Provinsi Jambi dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-14. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwakualitas air sungai Batang Tabir dapat digolongkan ke dalam Kriteria Mutu Air kelas II, dimana dari 21 (dua puluh satu) parameter yang dipantau memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.25. Tabel 2.28. Parameter Kualitas Air Sungai Batang Tembesi Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2014. No
Parameter
1.
pH
2.
DO
3.
Fecal Coliform
4.
H2S
Satuan
Baku Mutu
Februari
Oktober
6–9
-
-
mg/L
min 4
-
jml/100 ml
1.000
-
-
mg/L
0,002
-
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015,2016. Dari Tabel 2.25. di atas terlihat bahwa kualitas air Sungai Batang Tabir belum mengalami pencemaran. Pada 2 (dua) titik sampling pada setiap lokasi pemantauan, dapat dijelaskan konsentrasi masing-masing parameter yang tidak memenuhi baku mutu sebagai berikut: a). pH Nilai pH pada pengukuran tahun 2014 terhadap air Sungai Batang Tembesi berada pada nilai 6 pada 2 (dua) lokasi pemantauan atau 4 pemantauan dalam setahun. Nilai kisaran pH tersebut tidak jauh dari batas bawah nilai pH yang dipersyaratkan yaitu6. Kondisi ini mengindikasikan bahwa air sungai Batang Tembesi masih berada pada kondisi asam atau mendekati kondisi asam.
II-75 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Kondisi tersebut berlangsung pada bulan Februari dan Oktober di lokasi pemantauan BTembesi-1 dan BTembesi-2 di Kabupaten Merangin dengan nilai pH 6. Gambaran kualitas air Sungai Batang Tembesi untuk parameter pH tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 2.40. untuk setiap lokasi dan waktu pemantauan. Gambar 2.40. Grafik Nilai pH Air Sungai Batang TembesiTahun 2015.
pH 6.1 6 5.9 5.8 5.7 5.6 5.5 5.4 5.3 5.2
Februari
Oktober
BM
Btembesi-1
6
6
6
BTembesi-2
5.5
6
6
6
6
BM
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. b). Dissolved Oxygen (DO)
Semakin banyaknya oksigen yang terlarut dalam air maka kualitas air akan semakin baik. Oleh karenanya ditetapkan batas minimum oksigen terlarut harus ada pada perairan adalah 4 mg/L. Konsentrasi DO pada air Sungai Batang Tabir memenuhi baku mutu sepanjang tahun 2015. Konsentrasi DO yang berada di atas 4 mg/L terjadi pada bulan Februari
pada lokasi pemantauan di titik sampling
BTembesi-1, BTembesi-2 di Kabupaten Merangin dengan range konsentrasi antara6,43 mg/L – 6,93. Gambaran kualitas air Sungai Batang Tembesi untuk parameter DO tahun 2015dapat dilihat pada Gambar 2.41. untuk setiap lokasi dan waktu pemantauan.
II-76 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar
2.41.
Grafik
Konsentrasi
DO
Air
Sungai
Batang
Tembesi
Tahun 2015.
DO 8 6 Btembesi-1 4
BTembesi-2
2
BM
0 Feb
Okt
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. c). Total Suspended Solid (TSS/Residu Tersuspensi)
Konsentrasi TSS pada air Sungai Batang Tabir pada tahun 2015 seluruhnya memenuh baku mutu yang dipersyaratkan berkisar antara 8mg /L – 41 mg/L dengan periode pemantauan pada bulan Februari dan Oktober. Hal ini menggambarkan bahwa air sungai Batang Tembesi masih jernih dan belum terkontaminasi dengan erosi dari sungai. Gambaran kualitas air Sungai Batang Tembesi untuk parameter TSS tahun 2015dapat dilihat pada Gambar 2.34. untuk setiap lokasi dan waktu pemantauan. Gambar
2.41.
Grafik
Konsentrasi
TSS
Air
Sungai
Batang
Tembesi
Tahun 2015
TSS 60 50 40
Btembesi-1
30
Btembesi-2
20
BM
10 0 Feb
Okt
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016.
II-77 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Bila dibandingkan dengan tahun 2014, terjadi penurunan jumlah parameter yang tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratan. Jika pada tahun 2014 parameter yang tidak memenuhi baku mutu berjumlah 4 (empat) parameter yaitu BOD dan Fecal Coliform, H2S dan nilai pH, maka pada tahun 2015 terjadi penurunan menjadi tidak ada parameter yang tidak memenuhi baku mutu. Namun
jika
dilihat
dari jumlah pemantauan yang dilakukan, terjadi penurunan persentase jumlah pemantauan yang tidak memenuhi baku mutu terhadap 4 pemantauan yang dilakukan yaitu pada parameter Fecal Coliform dan BOD yang berhasil diturunkan memenuhi baku mutu. Berikut perbandingan jumlah pemantauan parameter yang tidak memenuhi baku mutu di Sungai Batang Tembesi tahun 2014 dan 2015 seperti yang terlihat pada Tabel 2.26. Tabel
2.29. Perbandingan Persentase Pemantauan Terhadap Lokasi Pemantauan Parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang TembesiTahun 2014 dan 2015.
No.
Parameter
% Pemantauan > BM 2014
2015
Status
1.
pH
50
-
Menurun
2.
DO
25
-
3.
BOD
Menurun Menurun
4.
Fecal Coliform
50
-
Menurun
5.
H2S
100
-
Menurun
-
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016.
Jika dibandingkan berdasarkan konsentrasi tertinggi atau kondisi ekstrim dari masing-masing parameter terjadi penurunan konsentrasi parameter dan nilai pH yangtidak memenuhi baku mutu terhadap 4 pemantauan yang dilakukan yaitu pada parameter pH dan BOD, Fecal Coliform dan H2S. Berikut perbandingan konsentrasi ekstrim parameter yang tidak memenuhi baku mutu di Sungai Batang Tembesi tahun 2014 dan 2015 seperti yang terlihat pada Tabel 2.27.
II-78 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel 2.30. Perbandingan Konsentrasi Parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Sungai Batang Tabir Tahun 2014 dan 2015.
No.
Parameter
Konsentrasi
Satuan
2014 1.
pH
2.
DO
3.
BOD
4.
Fecal Coliform
5.
H2S
Status
2015
5,5
-
menurun
mg/L
3,6
-
mg/L
-
menurun menurun
jml/100 ml
1.200
-
mg/L
0,02
-
-
menurun menurun
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. Berdasarkan
penjelasan
masing-masing
keenam
sungai
yang
menjadi kewenangan Provinsi diatas dapat disimpulkan beberapa hal seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.31. Tabel 2.31. Sungai-Sungai di Provinsi Jambi dan Parameter Pencemarnya Tahun 2015.
No.
Nama Sungai
Parameter Pencemar pH
TSS
DO
BOD
Klorin Bebas
1.
Batang Hari
√
√
-
√
√
2.
Batang Merangin
√
√
√
-
-
3.
Batang Tebo
√
√
-
-
-
4.
Batang Bungo
√
√
-
-
-
5.
Batang Tabir
-
-
-
-
-
6.
Batang Tembesi
-
-
-
-
-
Jumlah
4
4
1
1
1
No.
Nama Sungai
Parameter Pencemar T-P
Fecal Coliform
Total Coliform
H2S
Jumlah
1.
Batang Hari
√
√
√
-
3
2.
Batang Merangin
-
-
-
-
-
3.
Batang Tebo
-
-
-
-
-
4.
Batang Bungo
-
-
-
-
II-79
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
5.
Batang Tabir
-
-
-
-
-
6.
Batang Tembesi
-
-
-
-
-
Jumlah
1
1
1
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-14 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. Dari Tabel 2.31. di atas dapat dsimpulkan bahwa kondisi keenam sungai tersebut adalah: a. Jumlah parameter yang tidak memenuhi baku mutu pada pemantauan tahun 2015 adalah sebanyak 8 (delapan) parameter, lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah parameter yang tidak memenuhi baku mutu pada tahun 2014 sebanyak 9 (sembilan) parameter. Kedelapan parameter tersebut adalah (1) pH; (2) TSS; (3) DO;(4) BOD; (5) Klorin bebas; (6) Total Fosfat; (7) Fecal Coliform; dan (8) Total Coliform;. Pada tahun
2015 terdapat pengurangan
parameter
yang
tidakmemenuhi baku mutu yang sebelumnya tidak memenuhi baku mutu pada tahun 2014 yaitu parameter H2S. b. Dengan semakin banyaknya parameter pencemar yang tidak memenuhi baku mutumengindikasikan bahwa kondisi sungai-sungai di Provinsi Jambi semakin tercemar oleh berbagai sumber pencemaran terutama Sungai Batang Hari yang dicemari oleh7 (tujuh) parameter pencemar. Diikuti oleh Sungai Batang Merangin dan Sungai Batang Bungo dan Batang Tebo yang masing-masing memiliki 2 (dua) parameter pencemar. Pada tahun 2014, kondisi sungai Batang Merangin sama dengan sungai Batang Hari. c. Dari 8 (delapan) parameter pencemar yang tidak memenuhi baku mutu, parameterpH dan TSS yang paling banyak terdapat pada setiap sungai. Semua sungai memiliki nilai pH yang berada di atau di bawah rentang minimum (≤ 6) dan yang mengindikasikan bahwa sungai dalam kondisi asam dan sangat berpengaruh terhadap kualitas air keenam sungai tersebut. Keberadaan parameter pencemar Fecal Coliform yang dapat menjadi indikator bahwa sungai tersebut telah terkontaminasi oleh bakteri patogen.
II-80 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
2. Danau/Waduk/Situ/Embung a. Inventarisasi Danau/Waduk/Situ/Embung Di wilayah Provinsi Jambi berdasarkan data Balai Wilayah Sungai Sumatera VI sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-13 terdapat danau berjumlah25 buah dengan luasan berkisar antara 0,03 hektar yaitu Danau Belibis yang terdapat di wilayah Kabupaten Kerinci sampai 4.503 hektar yaitu Danau Kerinci yang juga terdapat di wilayah Kabupaten Kerinci. Dari semua luasan danau tersebut mampu menampung air sebesar 2.185,32 juta meter kubik dan merupakan potensi sumber daya air yang sangat besar apabila dapat dimanfaatkan dengan baik. Danau-danau tersebut tidak hanya berfungsi sebagai penyedia air bersih, namun juga sebagai sumber energi, pertanian, perikanan serta sebagai pengendali banjir, asimilasi nutrisi tanaman, penampung sedimen serta sumber pengisian ulang air tanah. Pada tahun 2014 ini terdapat penambahan inventarisasi danau di wilayah Provinsi Jambi sebanyak 3 buah danau yaitu Danau Kelari, Danau Serapil dan Danau Sigombak. Selain itu juga terinventarisasi
1 (satu) waduk yaitu waduk Aroma
Pecco seluas 0,70 Ha dan 5 (lima) buah embung dengan luasan berkisar 1,20 Ha hingga 1.85 Ha.
b. Pemantauan Kualitas Air Danau/Waduk/Situ/Embung
Pada tahun 2014, BLHD Provinsi Jambi telah melaksanakan pemantauan kualitas air danau pada 2 (dua) danau yang ada di Provinsi Jambi yaitu Danau Sipin dan Danau Kerinci. Pemantauan kualitas air Danau Sipin dilaksanakan di Kelurahan Buluran Kenali Kecamatan Telanaipura Kota Jambi pada bulan Maret, Mei, Juni, September, dan Oktober dengan mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Dari 46 (empat puluh enam) buah parameter yang harus dipantau sebagaimana diamanahkan pada Peraturan Pemerintah Provinsi
Jambi
telah
tersebut,
pada
tahun 2014
BLHD
berhasil melaksanakan pemantauan terhadap 20 (dua
puluh) parameter diantaranya dengan hasil pemantauan sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-15. Pada Buku Data Tabel SD-15. dapat dilihat bahwa kualitas air Danau Sipin dapat digolongkan ke dalam Kriteria Mutu Air (KMA) Kelas II, dimana II-81 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
hasil pemantauannya menunjukkan bahwa 6 (enam) parameter telah melebihi baku mutu yang ditetapkan seperti terlihat pada Tabel 2.32.
Tabel 2.32. Hasil Pemantauan Kualitas Air Danau Sipin Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015. No.
Parameter
Satuan
Baku Mutu
Maret
Mei
Juni
September
Oktober
1.
TSS
mg/L
50
37
58
16
7
32
2.
DO
mg/L
min 4
6,57
6,38
2,25
2,9
4,74
3.
BOD
mg/L
3
3
2,41
3,22
3,22
4,03
µg/L
1000
1.500
1.500
2.000
1.500
1.500
jml/100 ml
1000
1.400
1.600
2.000
1.800
1.700
mg/L
0,002
0,02
0,005
0,005
0,01
0,01
4. 5. 6.
Minyak dan Lemak Fecal Coliform H2S
Sumber : Data Olahan Tabel SD-15 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Dari Tabel 2.32. di atas dapat dilihat bahwa parameter yang tidak memenuhi baku mutu pada setiap waktu pengukuran adalah parameter minyak lemak, fecal coliform dan H2S. Sementara parameter TSS hanya melebihi baku mutu pada bulan Mei, parameter DO melebihi baku mutu pada bulan Juni dan September. Sementara parameter BOD melebihi baku mutu pada bulan Juni, September dan Oktober. Tercemarnya air Danau Sipin oleh beberapa parameter pencemar disebabkan oleh beberapa aktivitas masyarakat di sekitar danau yang tidak memperhatikan daya dukung dan daya tampung danau. Kegiatan masyarakat seperti pembuangan sampah dan limbah rumah tangga serta pembuatan keramba ikan di sekitar area danau sangat memberikan pengaruh besar terhadap kualitas air Danau Sipin. Pemantauan
kualitas
air
Danau
Kerinci
dilaksanakan
di
Desa
Sanggaran Agung Kecamatan Danau Kerinci Kabupaten Kerinci pada bulan Maret, Mei, Juni, September, dan Oktober dengan mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Dari 46 (empat yang
harus
dipantau
puluh
enam)
buah
parameter
sebagaimana diamanahkan pada Peraturan Pemerintah
tersebut, pada tahun 2014 BLHD Provinsi Jambi telah berhasil melaksanakan II-82 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
pemantauan terhadap 20 (dua puluh) parameter diantaranya dengan hasil pemantauan sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-15. Pada Buku Data Tabel SD-15. dapat dilihat bahwa kualitas air Danau Kerinci dapat digolongkan ke dalam Kriteria Mutu Air (KMA) Kelas II, dimana hasil pemantauannya menunjukkan bahwa 3 (tiga) parameter telah melebihi baku mutu yang ditetapkan seperti terlihat pada Tabel 2.33. Tabel 2.33. Hasil Pemantauan Kualitas Air Danau Kerinci Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Tahun 2015. No.
Parameter
Satuan
Baku Mutu
Maret
Mei
Juni
September
Oktober
1.
BOD
mg/L
3
3
2,82
2,41
2,82
4,03
2.
Fenol
µg/L
2
2
2
3
2
2
3.
Minyak dan Lemak
µg/L
1000
1.500
1.500
2.000
1.500
1.500
Sumber : Data Olahan Tabel SD-15 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Dari Tabel 2.33. di atas dapat dilihat bahwa parameter yang tidak memenuhi baku mutu pada setiap waktu pengukuran adalah parameter minyak lemak. Sementara parameter Fenol hanya melebihi baku mutu pada bulan Juni dan parameter BOD melebihi baku mutu pada bulan Oktober. Tercemarnya
air
Danau
Kerinci
oleh
beberapa
parameter
pencemar disebabkan oleh beberapa aktivitas masyarakat di sekitar danau yang
tidak memperhatikan daya dukung dan daya tampung danau. Selain
disebabkan khususnya
oleh kegiatan pemukiman
industri
di
sekitar
danau,
kegiatan
masyarakat
di sekeliling danau pada Kecamatan Danau Kerinci dan
Kecamatan Keliling Danau seperti pembuangan sampah dan limbah rumah tangga serta penumpukan sisa pakan (pelet) dari Keramba Jala Apung dan Keramba Jala Tancap di perairan Danau Kerinci juga menjadi penyebab tercemarnya air Danau Kerinci. 3. Air Sumur/Air Tanah Salah satu alternatif lain bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya adalah dengan menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih maupun air minum. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya penyediaan
serta II-83
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
jangkauan pelayanan dari PDAM. Air sumur merupakan air tanah dangkal yang pada umumnya tergolong bersih bila dilihat dari segi mikrobiologisnya, karena sewaktu
proses pengalirannya ia mengalami penyaringan alamiah dan dengan
demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat didalamnya. Oleh karenanya, Pemerintah menerapkan persyaratan baik secara kualitas maupun kuantitas dari airsumur/ air tanah yang layak dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini tertuang dalam Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor : 492/Menkes/Per/IV/2010
tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Menurut peraturan tersebut air minum yang aman bagi kesehatan apabila telah memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang termuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan pada peraturan tersebut. Begitu juga halnya pada sebahagian masyarakat yang berdomisili di wilayah Provinsi Jambi masih memanfaatkan sumber air tanah melalui sumur gali untuk keperluan rumah tangga dan sumber air minum. Untuk mengetahui kondisi air sumur/air tanah di Provinsi Jambi, tahun 2015 BLHD Provinsi Jambi telah melakukanpemantauan di 12 kawasan pemukiman pada masing-masing ibukota Kabupaten/Kota
di Provinsi Jambi pada bulan Maret, April dan Juli, Agustus,
September, Oktober. Pemantauan pada bulan Maret dilaksanakan di kawasan pemukiman Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Bungo. Pada bulan April dilaksanakan di kawasan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi. Pada bulan Juli dilaksanakan di kawasan pemukiman Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kota Jambi. Pada bulan Agusutus dilaksankan pada kawasan pemukiman Kota Sungai Penuh. Pada bulan September dilaksanakan di kawasan pemukiman Kabupaten Kerinci. Pada bulan Oktober dilaksanakan dikawasan pemukiman Tanjung Jabung Timur. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air sumur yang dilaksanakan BLHD Provinsi Jambi tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD16, diperoleh hasil bahwa dari 26 parameter wajib yang diperiksa sesuai acuan yangterdapat pada PERMENKES Nomor
:492/MENKES/Per/IV/2010,22
parameterdiantaranya memenuhi syarat kualitas air bersih, dan
3(tiga)
parameter tidakmemenuhi baku mutu dan 1 (satu) parameter yang tidak dilakukan pengukuran yaitu parameter kesadahan. Sementara parameter yang tidak memenuhi baku mutu adalah pH, kadmium dan mangan.
II-84 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Nilai pH untuk ke sebelas lokasi sampling berada pada kondisi asam dengan pH < 6,5 atau mendekati kondisi asam. Wilayah pemukiman dengan nilai pH < 6,5 yaitu wilayah pemukiman yang terdapat di Kota Sungai Penuh, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Kabupaten
kerinci.
Sarolangun,
Kabupaten
Merangin
dan
Dua kabupaten/kota lainnya yaitu Kabupaten Muaro Jambi
dan Kota Jambi memiliki nilai pH dalam rentang normal. Parameter yang menjadi sorotan adalah terdeteksinya parameter kadmium dalam air tanah pada seluruh air tanah yang disampling. Semua pemukiman yang dipantau air tanahnya di 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi terkandung logam kadmium di dalamnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengambilan air tanah dangkal yang melebihi pasokannya sehingga menyebabkan air sungai yang diduga juga tercemar logam kadmium terhisap masuk ke dalam air tanah. D. Udara 1. Kualitas Udara Pemantauan
kualitas
udara
ambien
merupakan
bagian
dari
pengelolaan kualitas udara secara menyeluruh yang memiliki tujuan menjadikan kualitas udara di lingkungan layak bagi kesehatan manusia. Seiring dengan perkembangan aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maka lingkungan udara semakin bertambah beban polutan pencemarnya. Senyawa CO, SO2, NO2, O3, partikel debu adalah beberapa dari polutan udara yang menyebabkan penurunan kualitas udara di lingkungan ambien. Untuk mengetahui kualitas udara ambien yang terdapat di wilayah Provinsi Jambi, maka Pemerintah Provinsi Jambi melalui BLHD Provinsi Jambi setiap tahun melaksanakan pada 11
kegiatan
pemantauan
kualitas
udara
ambien
ibukota kabupaten/kota se Provinsi Jambi. Pemantauan dilaksanakan
pada 4 (empat) kategori kawasan pemantauan yang terdiri dari kawasan transportasi, kawasan perkantoran,kawasan
pemukiman,
dan
kawasan
industri/rumah sakit, dengan parameter yang dipantau terdiri dari sulfurdioksida (SO2), nitrogendioksida (NO2), dan oksidan (O3). Selain itu juga dilakukan pemantauan sebagai evaluasi kualitas udara perkotaan pada 3 (tiga) lokasi di Kota Jambi dengan parameter yang dipantau meliputi semua parameter wajib yaitu SO2, NO2, CO, O3, HC, PM10, TSP dan Pb. Namun untuk parameter PM2,5 belum dapat dilaksanakan. II-85 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Metode pemantauan yang digunakan untuk pemantaun kualitas udara ambien di setiap ibukota kabupaten/kota dilakukan dengan menggunakan passivesampler bekerjasama Deputi
Bidang
Penerbangan
dengan
Sains Pengkajian dan
Pusat Sains
dan
Informasi
dan
Teknologi Atmosfir,
Kedirgantaraan,
Lembaga
Antariksa Nasional (LAPAN). Pemantauan ini dilakukan
sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun dengan waktu pemantauan selama 15 hari untuk setiap kali pemantauan. Sedangkan dalam Perkotaan (EKUP)
pemantauan
dilakukan
Evaluasi
Kualitas
Udara
dengan metode roadsidemonitoring
(pengukuran pada sisi jalan). Hasil pemantauan kualitas udara ambien dan EKUP di wilayah Provinsi Jambi pada tahun 2014 dapat dilihat padaBuku Data Tabel SD-18. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara ambien di
wilayah
Provinsi Jambi pada tahun 2014 tersebut dapat diketahui bahwa kualitas udara ambien di wilayah Provinsi Jambi pada tahun 2014 masih jauh dibawah baku mutu udara ambien nasionalsebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Berikut dijelaskan kualitas udara ambien per parameter untuk masingmasing kawasan baik kawasan transportasi, kawasan pemukiman, kawasan perkantoran dan kawasan industri/RS pada setiap lokasi pemantauan di ibukota kabupaten/kota tahun 2015. a. Parameter Sulfur Dioksida (SO2) Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan berbau tajam pada konsentrasi tinggi. Sulfur dioksida berasal dari pembakaran bahan bakar fosiln seperti minyak bumi dan batubara serta industri dan kendaraan umum. Oksidasi lain dari sulfur biasanya dikatalisis oleh NO2 membentuk H2SO4 yang merupakan hujan asam. Pada Tabel 2.34., Gambar 2.51. dan Gambar 2.5.2. terlihat konsentrasi SO2 di setiap ibukota kabupaten/kota di Provinsi Jambi pada
kawasan transportasi,
perkantoran, pemukiman dan industri/rumah sakit.
II-86 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel 2.34. Konsentrasi Sulfur Dioksida (SO 2) di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 No
Kabupaten/Kota
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kabupaten Kerinci Kabupaten Merangin Kabupaten Sarolangun Kabupaten Batanghari Kabupaten Muaro Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tebo Kabupaten Bungo Kota Jambi Kota Sungai Penuh Rata-rata Provinsi Baku Mutu
µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm
3
Lokasi Pemantauan A 1,9 1,8 1,2 4,1 2,3 2,1 4,8 1,6 1,3 2,4 0,5 2,18 60
B 1,4 1,4 1,1 2,6 2,3 1,6 4,4 1,5 5,1 3,1 1,6 2,37 60
C 2,1 1 1 2,5 1,3 1,3 3,8 1,9 2,2 3,2 1,1 1,945 60
D 2,5 1 2,4 2,5 1,8 2,1 3,9 1,9 0,5 2,4 3,1 2 60
RataRata 1,93 1,3 1,43 2,93 1,93 1,78 4,23 1,73 2,28 2,78 1,58
Sumber : Data Olahan Tabel SD-18 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2015. Keterangan : A =Transportasi; B = Perkantoran; C = pemukiman; D = industri/rumah sakit. Gambar 2.51. Grafik Konsentrasi SO2 di Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015.
Kota Sungai Penuh Kota Jambi Kabupaten Bungo Kabupaten Tebo Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung Timur Kabupaten Muaro Jambi Kabupaten Batanghari Kabupaten Sarolangun Kabupaten Merangin Kabupaten Kerinci 0
1
2
Konsentrasi SO2
3
4
5
(µg/Nm3)
Sumber : Data Olahan Tabel SD-18 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015.
II-87 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.52. Grafik Konsentrasi SO2 di Beberapa Kawasan di Provinsi Jambi Tahun 2015.
2.5 2 1.5 1 0.5 0
Konsentrasi SO2 (µg/Nm3)
Sumber : Data Olahan Tabel SD-18 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015.
Dari Tabel 2.34. dan Gambar 2.51. dapat dilihat bahwa konsentrasi SO 2 pada setiap ibukota kabupaten/kota di Provinsi Jambi masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Konsentrasi tertinggi terdapat pada Tanjung Jabung Barat dengan nilai konsentrasi rata-rata 4,23 µg/Nm3 dan konsentrasi terendah pada Kabupaten Merangin sebesar 1,3 µg/Nm3 . Sedangkan pada Gambar 2.52. terlihat untuk kawasan perkantoransakit merupakan kawasan dengan tingkat konsentrasi SO2 tertinggi yaitu sebesar 2,37 µg/Nm3. b. Parameter Nitrogen Dioksida (NO2) Nitrogen
dioksida
merupakan
pencemar
udara
yang
berwarna
coklat kemerahan dan berbau tajam. NO2 berasal dari emisi kendaraan bermotor dan kegiatan industri. Pada Tabel 2.35., Gambar 2.53., dan Gambar 2.54. konsentrasi NO2 di setiap
ibukota
kabupaten/kota
di
Provinsi
Jambi
terlihat pada
kawasan transportasi, perkantoran, pemukiman dan industri/rumah sakit.
II-88 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel 2.35. Konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO2) di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 No
Kabupaten/Kota
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kabupaten Kerinci Kabupaten Merangin Kabupaten Sarolangun Kabupaten Batanghari Kabupaten Muaro Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tebo Kabupaten Bungo Kota Jambi Kota Sungai Penuh Rata-rata Provinsi Baku Mutu
µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm
3
Lokasi Pemantauan A 29 43,6 27,4 52,6 41,2 16,9 29,9 18,5 28,5 51,1 46,4 35,01 100
B 22,9 17,3 11,1 38,3 17,5 15,6 20 12 24,1 48,1 31,6 23,5 100
C D 42,4 15,7 22,7 29,1 14 35,2 26,1 38,7 25,5 26,1 16,4 22,4 11,5 20,3 16,6 11,9 24,6 11,8 33,7 39 20 65,1 23,04 28,66 100 100
RataRata 27,5 28,175 21,925 38,925 27,575 17,825 20,425 14,75 22,25 42,975 40,775
Sumber : Data Olahan Tabel SD-18 Buku Data SLHD Provinsi JambiTahun 2014, 2015. Keterangan : A = transportasi; B = perkantoran; C = pemukiman; D = industri/rumah sakit. Dari Tabel 2.35. dan Gambar 2.53. dapat dilihat bahwa konsentrasi NO 2 pada setiap ibukota kabupaten/kota di Provinsi Jambi masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Konsentrasi tertinggi terdapat pada Kota Jambi dengan nilai konsentrasi rata-rata 40,975 µg/Nm3 dan konsentrasi terendah pada Kabupaten Tebo sebesar
14,7542
µg/Nm3.
Sedangkan
pada
Gambar
2.54.
terlihat
untuk
kawasan transportasi merupakan kawasan dengan tingkat konsentrasi NO 2 tertinggi yaitu sebesar 35,01 µg/Nm 3 kemudian baru disusul oleh kawasan industri/RS sebesar 28,66 µg/Nm3.
II-89 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 2.53. Grafik Konsentrasi NO 2 di Kabupaten/Kota Di Provinsi Jambi Tahun 2015
Kota Sungai Penuh Kabupaten Bungo
22.25 14.75 20.425 17.825 27.575
Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Muaro Jambi Konsentrasi NO2 (µg/Nm3 ) Kabupaten Sarolangun
21.925 28.175 27.5
Kabupaten Kerinci
40.775 42.975
38.925
Sumber : Data Olahan Tabel SD-18 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Gambar 2.54. Grafik Konsentrasi NO2 Kawasan di Provinsi Jambi Tahun 2015
di
Beberapa
Konsentrasi NO2 (µg/Nm3 35.00909091 23.5
28.66363636 23.04545455
Sumber : Data Olahan Tabel SD-18 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. c.
Parameter Oksidan (O3) Oksidan atau ozon adalah gas yang dikomposisikan oleh tiga atom
oksigen. Pada tingkat dasarnya dibentuk oleh reaksi kimia antara NOx dan senyawa volatil organic (VOC). Ozon dapat menjadi efek yang baik maupun buruk II-90 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
tergantung padalokasi ozon di atmosfir. Emisi kendaraan bermotor dan emisi industri merupakan sumber ozon yang buruk. Pada Tabel 2.36., Gambar 2.55., dan Gambar 2.56. terlihat konsentrasi O 3 di setiap ibukota kabupaten/kota di Provinsi Jambi pada kawasan transportasi, perkantoran, pemukiman dan industri/rumah sakit. Tabel 2.36.
Konsentrasi Tahun 2015
Nitrogen Dioksida (NO2) di Wilayah Provinsi Jambi
No
Kabupaten/Kota
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kabupaten Kerinci Kabupaten Merangin Kabupaten Sarolangun Kabupaten Batanghari Kabupaten Muaro Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tebo Kabupaten Bungo Kota Jambi Kota Sungai Penuh Rata-rata Provinsi Baku Mutu
µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm 3 µg/Nm
Lokasi Pemantauan A 8 11 8 9 13 8 15 11 12 12 9 9,82 50
3
B 15 11 9 13 15 11 19 14 12 17 9 11,82 50
C D 7 13 8 9 7 15 12 13 9 17 11 16 10 12 10 14 13 5 12 15 8 5 9,09 11,00 50 50
RataRata
Sumber : Data Olahan Tabel SD-18 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Keterangan : A = transportasi; B = perkantoran; C = pemukiman; D = industri/rumah sakit.
Gambar 2.55. Grafik Jambi Tahun 2015.
Konsentrasi O3
di Kabupaten/Kota di Provinsi
Konsentrasi O3 (µg/Nm3 ) Kota Sungai Penuh Kota Jambi Kabupaten Bungo Kabupaten Tebo Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tanjung Jabung Timur Kabupaten Muaro Jambi Kabupaten Batanghari Kabupaten Sarolangun Kabupaten Merangin Kabupaten Kerinci 0
2
4
6
8
10
12
14
16
II-91 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
10,75 9,75 9,75 11,75 13,5 11,5 14 12,25 10,5 14 7,75
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Sumber : Data Olahan Tabel SD-18 Buku Data SLHD Provinsi JambiTahun 2014, 2015. Gambar 2.56. Grafik Konsentrasi O3 di Beberapa Kawasan di Provinsi Jambi Tahun 2015
Konsentrasi O3 (µg/Nm3 ) 15.00 10.00 5.00
0.00
Sumber : Data Olahan Tabel SD-18 Buku Data SLHD Provinsi Jambi 2015.
Tahun 2014,
Dari Tabel 2.36. dan Gambar 2.55. dapat dilihat bahwa konsentrasi O 3 pada setiap ibukota kabupaten/kota di Provinsi Jambi masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Konsentrasi tertinggi terdapat pada Kabupaten Tebo dengan nilai konsentrasi rata-rata 16,850 µg/Nm3 dan konsentrasi terendah pada Kota Jambi sebesar 12,25 µg/Nm3 . Sedangkan pada Gambar 2.56. terlihat untuk kawasan perkantoran merupakan kawasan dengan tingkat konsentrasi O3 tertinggi yaitu sebesar 11,82 µg/Nm3 kemudian diikuti oleh kawasan industri dengan konsentrasi rata-rata O3 sebesar 11 µg/Nm3 . 2. Kualitas Air Hujan Pemantauan kualitas air hujan di wilayah Provinsi Jambi dilakukan sekali dalam setahun dan pada tahun 2014 dilaksanakan di Kota Jambi pada bulan Maret. Dari hasil pemeriksaan laboratorium sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SD-24 dapat dilihat bahwa kualitas air hujan yang turun di wilayah Provinsi dalam
Jambi
bila dibandingkan
Peraturan
dengan
baku
mutu
sebagaimana
diatur
Menteri Kesehatan Nomor : 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
II-92 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Persyaratan Kualitas Air Minum menunjukkan bahwa beberapa parameter telah melebihi baku mutu, sementara ada parameter yang tidak memenuhi baku mutu, yaitu
parameter
pH
dimana
nilainya berkisar 4,25 - 5,70
sementara baku
mutuuntuknilaipHadalah6,5-8,5. Kondisiair hujan dengan kondisi asam ini dapat menjadi indikasi
terhadap tingginya kadar sulfur dioksida (SO2) terpapar ke
atmosfer. Konsentrasi SO2 yang tinggi dapat disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, pabrik dan industri serta kendaraan bermotor yang masih bergantung pada bahan bakar minyak. Sementara untuk parameter lain konsentrasinya masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Bila dibandingkan dengan hasil pemantauan kualitas air hujan di wilayah Provinsi Jambi pada tahun 2013 lalu, maka hasil pemantauan kualitas air hujan di wilayah Provinsi Jambi pada tahun 2014 ini dari 9 (sembilan) parameter yang wajib dilakukan pemantauan, 8 (delapan) diantaranya mengalami peningkatan kualitas air hujan yang ditandai dengan menurunnya konsentrasi pencemar seperti pH, DHL, NO3, Cr, NH4, Ca, Na2+dan Mg2+. Namun parameter SO4 mengalami penurunan kualitas ditandai dengan semakin meningkatnya konsentrasi parameter tersebut dari 2,09 mg/L menjadi 6,63 mg/L. Perbandingan kualitas air hujan di Provinsi Jambi tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.41. Tabel 2.37. Kualitas Air Hujan Di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2013 dan 2014. No.
Parameter
Satuan
2013
2014
1.
pH
-
5,45
5,25
2.
DHL
µmhos/em
32,72
32,56
3.
SO₄
mg/L
2,09
6,63
4.
NO3
mg/L
0,98
0,925
5.
Cr
mg/L
<0,002
<0,002
6.
NH4
mg/L
48,1
39,6
7.
Na
8. 9.
mg/L
1,11
1,070
2+
mg/L
40,1
32,56
2+
mg/L
0,79
0,57
Ca
Mg
Sumber : Data Olahan Tabel SD-18 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. E. Laut, Pesisir Dan Pantai
II-93 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Laut merupakan bagian dari permukaan bumi yang memiliki wilayah air asin yang sangat luas dan terpisah dengan daratan. Wilayah yang dimulai dari titik terendah air laut waktu surut hingga ke arah daratan sampai batas paling jauh ombak/gelombang menjulur ke daratan disebut pantai. Sedangkan pesisir menurut Keputusan Menteri Kelautan tentang
Pedoman
dan
Perikanan
Nomor:
KEP.10/MEN/2002
Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah
Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan provinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota. Lebih jauh wilayah pesisir merupakan wilayah yang penting ditinjau dari berbagai sudut pandang perencanaan dan pengelolaan. Transisi antara daratan dan lautan di wilayah pesisir telah membentuk ekosistem yang beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai ekonomi yang luar biasa terhadap manusia. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan sosial-ekonomi, ‘nilai’ wilayah pesisir terus bertambah. Konsekuensi dari tekanan terhadap pesisir adalah masalah pengelolaan yang timbul karena konflik pemanfaatan akibat dari berbagai kepentingan di wilayah tersebut. Permasalahan yang sangat dominan bagi wilayah pesisir dan pantai ini adalah pencemaran yang mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya pesisir dan laut, misalnya penurunan kualitas air laut, berkurang dan rusaknya kondisi terumbu karang dan padang lamun, serta terdegradasinya hutan mangrove. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pantai untuk bekerja sama dalam melakukan perencanaan dan pengelolaan terhadap lingkungan wilayah pesisir, pantai dan laut. 1. Kuallitas Air Laut Provinsi Jambi memiliki lautan seluas 425,5 km 2 dengan panjang garis pantai 185 km. Potensi ini jika tidak terpantau kualitas dan pengelolaannya akan menimbulkan masalah dikemudian hari. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemantauan kualitas air laut dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran serta mengidentifikasi penyebabterjadi perubahan kualitas sehingga dapat diupayakan langkah pengelolaan yang tepat agar dapat terjaga kualitasnya. II-94 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Pada tahun 2014 BLHD Provinsi Jambi telah melakukan pemantauan kualitas air laut pada dua kabupaten yang memiliki wilayah laut yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Adapun lokasi pemantauan sebagai lokasi sampling adalah (1) Muara Sungai Tungkal di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan (2) Muara Sungai Niur di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Hasil pemantauan BLHD Provinsi Jambi terhadap kualitas air laut di Provinsi Jambi seperti yang tercantum pada Buku Data Tabel SD-17. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada masing-masing lokasi pemantauan masih terdapat parameter yang tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan oleh Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Lampiran III. Adapun parameter yang tidak memenuhi baku mutu tersebut adalah seperti yang terlihat pada Tabel 2.42. Tabel 2.38. Parameter Yang Tidak Memenuhi Baku Mutu Air Laut di Provinsi Jambi Tahun 2014. Lokasi Pemantauan ParameterNTidak Memenuhi Baku Satuan Baku Mutu Mutu o Air Laut (BMAL) 1 2 . <1 134 Kekeruhan1 NTU <5 . <0,003 <0,003 PO4-P 2 mg/L 0,015 . <0,002 <0,002 Fenol 3 mg/L 0,002 . Sumber : Data Olahan Tabel SD-17 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Keterangan : 1. Lokasi Muara Sungai Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 2. Lokasi Muara Sungai Niur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Tabel 2.42. menjelaskan bahwa ada 1(satu) parameter yang tidak memenuhi baku mutu
pada masing-masing lokasi pemantauan yaitu parameter
kekeruhan. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi kekeruhanmelebihi baku mutu air laut yang dipersayaratkan yaitu < 5hanya terdapat pada lokasi pemantauan Muara Sungai Niur di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan konsentrasi 134 atau > 5 dari baku mutu. Pada tahun 2014, konsentrasi parameter Fenol tinggi melebihi BMAL yang berkisar 0,002 - 0,003 mg/L dimana pada tahun 2015 konsetrasi Fenol pada kedua lokasi pemantauan sebesar< 0,002 mg/L. Pada tahun 2015 ini terjadi penurunan jumlah parameter yang tidak memenuhi BMAL dimana pada tahun 2014parameter Fenol, PT4 dan kekeruhan yang tidak memenuhi BMAL. Peningkatan konsentrasi maupun jumlah parameter yang tidak memenuhi BMAL antara lain disebabkan oleh limbah industri dan limbah domestik yang dibawa II-95 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
oleh sungai yang bermuara ke titik sampling. Oleh sebab itu perlu adanya tindakan tegas bahwa setiap industri wajib melakukan pengolahan air buangannya sebelum dibuang ke badan air supaya daya dukung sungai dan badan air lainnya dapat melakukan purifikasi sebelum akhirnya lepas ke laut. Selain itu perlu hendaknya pemerintah daerah perlu memperbaiki penanganan dan pengelolaan persampahan sehingga masyarakat sekitar tidak menjadikan laut sebagai tempat sampah yang berakibat pada peningkatan beban pencemaran air laut. 2. Luas dan Kondisi Terumbu Karang
Wilayah
di
Provinsi
Jambi
yang memiliki
kawasan perairan/pesisir
adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pada tahun 2012, berdasarkan data dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI menyebutkan bahwa terumbu karang di Provinsi Jambi seluas 146 hektar itu berada di perairan Pulau Berhala. Namun, berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengacu pada putusan uji materil MA Nomor 49 P/HUM/2011 tanggal 9 Februari 2011 atas penjelasan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002
tentang
Pembentukan
Provinsi Kepulauan Riau, maka MK menetapkan
Pulau Berhala menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau dan bukan menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Sehingga sampai saat ini belum ada kajian dan data lain yang menyebutkan adanya terumbu karang di wilayah Provinsi Jambi sebagaimana yang terlampir pada Buku Data Tabel SD-19. 3. Luas dan Kondisi Padang Lamun
Wilayah laut Provinsi Jambi yang terletak di kawasan pantai timur Pulau Sumatera memiliki kawasan pesisir dan pantai yang berlumpur sehingga keberadaan habitat dari padang lamun belum ditemukan. Pada saat musim penghujan dimana kondisi
curah
hujan
tinggi,
aliran
sungai
di
wilayah
Provinsi Jambi membawa sedimentasi lumpur yang dialirkan sampai ke muara di pantai timur tersebut sehingga endapan lumpur semakin bertambah ke arah laut dan hal ini diperkirakan menjadi salah satu penyebab belum adanya habitat padang lamun di wilayah laut Provinsi Jambi sebagaimana yang terlampir pada Buku Data Tabel SD-20. II-96 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
4. Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove Hutan mangrove yang sering juga disebut hutan pantai, hutan pasang surut, atau hutan payau merupakan tipe hutan tropika yang khas tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan memiliki daya adaptasi yang khas untuk dapat terus hidup di perairan laut dangkal. Daya adaptasi tersebut meliputi perakaran yang pendek dan melebar luas, dengan akar penyangga atau tudung akar yang tumbuh dari batang dan dahan sehingga menjamin kokohnya batang; berdaun kuat dan mengandung banyak air; dan mempunyai jaringan internal penyimpan air dan konsentrasi garam yang tinggi. Berdasarkan informasi Dinas Kehutanan Provinsi Jambi penanaman hutan mangrove sendiri sudah berkembang sejak lama sebelum tahun 2000 dan pada tahun 2005-2006 melalui program GNRHL GERHAN (Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan) telah dilakukan penanaman jenis tanaman mangrove di wilayah Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kelompok flora mangrove di Provinsi Jambi dibagi menjadi dua kelompok yang meliputi : Flora mangrove mayor (flora mangrove sebenarnya), yakni flora yang menunjukkan
kesetiaan
terhadap
habitat
mangrove,
berkemampuan
membentuk tegakan murni dan secara dominan mencirikan struktur komunitas, secara morfologi mempunyai bentuk-bentuk adaptif khusus (bentuk akar dan viviparitas) terhadap lingkungan mangrove, dan mempunyai mekanisme fisiologis dalam mengontrol garam dan Flora mangrove minor, yakni flora mangrove yang tidak mampu membentuk tegakan murni, sehingga secara morfologis tidak berperan dominan dalam struktur komunitas. Sedangkan jenis tumbuhan yang menyusun hutan mangrove di pangkal babu, yaitu :api-api (Avicennia
sp.),Bakau (Rhizophora
sp.),
Pidada (Sonneratia sp.), Tancang (Bruguiera sp.), Mentigi (Ceriops sp.), Teruntum (Lumnitzera sp.), Buta-buta (Excoecaria sp.), Nyirih (Xylocarpus sp.), Perpat kecil (Aegiceros sp.), Perpat (Scyphyphora sp.) dan Nipah (Nypa sp.) dan lain-lain. Berdasarkan data Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jambi, luas lokasi hutan mangrove yang terdapat di Provinsi Jambi adalah seluas 4.126,60 Ha dengan persentase tutupannya pada tahun 2014 sekitar 82,90 % dan kerapatan pohon1.164 pohon/Ha sebagaimana yang terlihat pada Buku Data Tabel
SD-21. Hutan Mangrove di Provinsi Jambi tersebar di sepanjang pantai
Timur meliputi Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur di Kabupaten Tanjung II-97 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Jabung Timur seluas 4.041 Ha dan Cagar Alam Sungai Betara di Kabupaten Tanjung Jabung Barat seluas 85 Ha. Besarnya luas tutupan mangrove di Kabupaten Tanjung Jabung Timur sekitar 83 % dengan kerapatan pohon 1.167 pohon/Ha, sedangkan di Kabupaten Tanjung Jabung Baratdengan luasan lokasi yang lebih kecil dengan tutupan sekitar 78 % dan kerapatan pohon1.004 pohon/Ha. Kondisi hutan mangrove di Provinsi Jambi semakin kritis dan selalu mengalami penurunan jumlah tutupan vegetasi dari tahun ke tahun sebagaimana terlihat pada Tabel2.43. Tabel 2.39. Tutupan Vegetasi Mangrove di Wilayah Provinsi Jambi. Tutupan Vegetasi (%)
Lokasi
NO
2013
2014
2015
1
Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur di Kabupaten
93,43
83
89,71
2
Tanjung Jabung Timur Cagar Alam Sungai Betara di Kabupaten Tanjung
95
90,5
78
Jabung Barat Sumber : Data Olahan Tabel SD-21 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Semakin menurunnya jumlah populasi mangrove di sepanjang pantai timur sebagai akibat dari eksploitasi yang dilakukan oleh masyarakat untuk kepentingan ekonomi. Seperti penebangan kayu mangrove yang digunakan oleh masyarakat untuk kayu bakar, membuat arang bahkan untuk konstruksi beton. Para nelayanpun banyak menggunakan kayu mangrove untuk memasang jaring belat. Selain itu juga akibat dari tingginya abrasi sehingga hantaman gelombang semakin mengikis wilayah pesisir. Berkurangnya tutupan mangrove dari tahun ke tahun telah mengisyaratkan kritisnya kondisi wilayah pesisir di Provinsi Jambi. Hal ini perlu mendapat perhatian yang lebih serius bagi semua pihak terutama bagi masyarakat pesisir yang akan merasakan dampaknya secara langsung. F. Iklim
Iklim adalah jumlah total semua pengaruh atmosfer atau meteorologi terutama suhu, kelembaban, angin, tekanan, dan penguapan yang bergabung untuk mencirikan suatu
kawasan
dan
memberinya
individualitas
dengan
jalan II-98
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
mempengaruhi
sifat (keadaan) bentuk tanah (daratan), tanah vegetasi dan
pemakaian tanah. Data iklim meliputi tekanan udara, curah hujan, arah angin dan kecepatan angin serta suhu udara sangat dibutuhkan dalam melaksanakan evaluasi kualitas udara. Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001). Perubahan fisik ini tidak terjadi
hanya sesaat
tetapi
dalam
kurun
waktu
yang
panjang.
LAPAN (2002)mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah satu
atau
lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan istilah
perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruhan. Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan iklim mungkin karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan. Unsur iklim yang sering dan menarik untuk dikaji adalah curah hujan dan suhu udara. Karena tidak semua wilayah atau kawasan memiliku suhu udara dan pola hujan yang sama di setiap daerah. Kondisi cuaca di wilayah Provinsi Jambi dipantau dari stasiun-stasiun pengamatan BMKG pada bandara yang terdekat dari kabupaten/kota. Ada 4 (empat) stasiun pengamatan BMKG yang memantau kondisicuaca di seluruh wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Stasiun BMKG Bandara Sultan Thaha mencakup wilayah di Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Stasiun BMKG Bandara Depati Parbo mencakup wilayah di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Merangin. Sedangkan wilayah Kabupaten Sarolangun dipantau oleh stasiun pengamatan BMKG Bandara Padang Kemiling Bengkulu. Sementara untuk wilayah-wilayah di Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo yang berdampingan dengan Provinsi
Sumatera
Barat
dipantau
oleh stasiun BMKG Bandara Internasional Minangkabau Padang. Berikut ini akan digambarkan unsur iklim yaitu curah hujan dan suhu udara di wilayah Provinsi Jambi di setiap stasiun pengamatan. 1. Curah Hujan
II-99 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Pada Buku Data Tabel SD-22 dapat dilihat besarnya curah hujan bulanan sepanjang tahun 2015 pada masing-masing stasiun pengamatan, yang mewakili kondisi curah hujan pada masing-masing kabupaten/kota yang diamatinya. Pada tabeltersebut dapat terlihat bahwa besarnya curah hujan rata-rata pada masingmasing stasiun pengamatan berkisar antara 120 - 180 mm. Curah hujan rata-rata tertinggi terjadi di sekitar wilayah Kabupaten Sarolangun dengan besar curah hujan 186 mm. Sedangkan wilayah di sekitar stasiun pengamatan Bandara Sultan Thaha
seperti Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat mendapat curah hujan dengan besaran rata-rata 123 mm. Besaran curah hujan rata-rata pada masing-masing stasiun pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2.58. Gambar 2.58. Grafik Curah Hujan Stasiun Pengamatan Tahun 2015.
Rata-Rata
Pada
Masing-Masing
Curah Hujan Rata-Rata (mm) Sultan Thaha Jambi
136
Depati Parbo Kerinci
123.17
Padang Kemiling Bengkulu BIM Padang
186 130
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi 2015.
Tahun 2014,
Jika dijabarkan terhadap besarnya curah hujan rata-rata bulanan pada tahun 2015, curah hujan rata-rata bulanan tertinggi di Provinsi Jambi terjadi pada bulan April, November dan Desember dimana hujan turun dengan intensitas yang bervariasi dari ringan, sedang, lebat dan sangat lebat bahkan dengan intensitas ekstrim pernah terjadi pada bulan Desember. Curah hujan rata-rata bulanan terendah terjadi pada bulan September dan Oktober dengan curah hujan berkisar 20 - 28 mm dimana hujan hanya turun dengan intensitas ringan . Besarnya curah
II-100 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
hujan rata-rata bulanan di wilayah Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 2.59.
Gambar 2.59. Grafik Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015.
Curah Hujan Bulanan (mm)
300 250 200 150 100 50 0
jan feb mar apr mei jun jul Series1 159 221 248 278 141 107 45
agt sep okt nop des 56 20 28 265 283
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Data curah hujan yang didapatkan dari masing-masing stasiun pengamatan dapat dilakukan analisa curah hujan baik berdasarkan kriteria curah hujan, sifat hujan, banyaknya hari hujan dan kondisi curah hujan ekstrim. a. Analisis Curah Hujan Berdasarkan Kriteria Berdasarkan data curah hujan yang didapatkan dari masing-masing stasiun pengamatan untuk masing-masing daerah kabupaten/kota di Provinsi Jambi,maka dapat dilakukan analisa bahwa intensitas hujan di Provinsi Jambi pada umumnyapada kategori ringan (5 - 20 mm/hari) dan kategori sedang (20 - 50 mm/hari).Namun, pada waktu-waktu tertentu mengalami curah hujan dengan intensitas lebat (50 -100 mm/hari), sangat lebat ( > 100 mm/hari) bahkan kategori ekstrim (> 500 mm/hari). Pada bulan Januari 2015 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.44, curah hujan di Provinsi Jambi memiliki intensitas sedang dengan rentang curahhujan20-50 mm/hari hanya pada Kabupaten Kerinci pada seluruh stasiun II-101 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
pengamatan.Sebagian kecil wilayah yang berpotensi curah hujan lebat dan sangat lebat
50mm/hari
dan
>
100
mm/hari
pada
wilayah di sekitar stasiun pengamatan Bandara Padang Kemiling Bengkulu. Tabel 2.40. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Januari di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 No.
Rentang Curah Hujan
Daerah
1.
0 - 20 mm
-
2.
21 - 50 mm
Kabupaten Kerinci
51 - 100 mm 3. 4.
101 - 150 mm
Kabupaten Merangin, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tebo
5.
151 - 200 mm
Kota Jambi, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tanjung JaBung Barat, Kota Sungai Penuh, Kabupaten Batang Hari
6.
201 - 300 mm
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Bungo
7.
301 - 400 mm
-
8.
401 - 500 mm
-
9.
>500 mm
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Pada bulan Februari 2015 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.45, curah hujan di Provinsi Jambi memiliki intensitas lebat dengan rentang curah hujan 51 - 100 mm/hari di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Sementara curah hujan dengan kategori sangat lebat dengan rentang curah hujan >100 mm/hari pada hampir seluruh wilayah Provinsi Jambi. Tabel 2.41. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Februari di Wilayah Provinsi JambiTahun 2014. No. Rentang Curah Daerah Hujan 1. 0 - 20 mm 2.
21 - 50 mm
-
3.
51 - 100 mm
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
4.
101 - 150 mm
Kabupaten Batang Hari
5.
151 - 200 mm
Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur
6.
201 - 300 mm
Kabupaten Kerinci
II-102 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
7.
301 - 400 mm
8.
401 - 500 mm
Kabupaten Merangin, Sarolangun, Bungo, Kota Sungai Penuh -
9.
>500 mm
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Pada bulan Maret 2015 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.46, curah hujan di Provinsi Jambi memiliki intensitas sangat lebat dengan rentang curah hujan >100mm/hari di seluruh Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Jambi. Tabel 2.42. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Maret di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015. No.
Rentang Curah Hujan
Daerah
1.
0 - 20 mm
-
2.
21 - 50 mm
-
3.
51 - 100 mm
-
4.
101 - 150 mm
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kab. Tanjung Jabung Barat, Kota Sungai Penuh
5. 6.
151 - 200 mm 201 - 300 mm
7.
301 - 400 mm
Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Merangin
8.
401 - 500 mm
Kab. Sarolangun, Kab. Bungo
9.
>500 mm
-
Kota Jambi, Kabupaten Kerinci Kabupaten Tebo
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Pada bulan April 2014 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.47,curah hujan di Provinsi Jambi memiliki intensitas sangat lebat dengan rentang curah hujan >100mm/hari di seluruh Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Jambi.
II-103 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel 2.43. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan April di Wilayah Provinsi JambiTahun 2015. No. Rentang Curah Hujan
Daerah
1.
0 - 20 mm
-
2.
21 - 50 mm
-
3.
51 - 100 mm
4.
101 - 150 mm
-
5.
151 - 200 mm
6.
201 - 300 mm
Kabupaten Muaro Jambi, Kab. Tebo Kab. Merangin,Kab. Sarolangun, Kab. Kerinci, Kota Sungai Penuh,
7.
301 - 400 mm
Kota Jambi
8.
401 - 500 mm
Kab. Tanjab Barat, Kab. Batang Hari
9.
>500 mm
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Pada bulan Mei 2015 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.48, curah hujan di Provinsi Jambi memiliki intensitas yang bervariasi mulai dari intensitas ringan hingga sangat lebat. Curah hujan dengan intensitas ringan meliputi hamperseluruh wilayah di Provinsi Jambi pada seluruh stasiun pengamatan. Sementara curah hujan dengan kategori sedang dengan rentang curah hujan 20 - 50 mm/hari pada wilayah yang berada di sekitar stasiun pengamatan Bandara Depati Parbo. Potensi curah hujan lebat dan sangat lebat meliputi wilayah sekitar stasiun Bandara Padang Kemiling Bengkulu. Tabel 2.44. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Mei di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014. No. Rentang Curah Hujan
Daerah
1.
0 - 20 mm
-
2.
21 - 50 mm
3.
51 - 100 mm
Kota Jambi, Kab. Muaro Jambi, Kab. Batanghari, Kab. Tanjabbar, Kab. Tanjabtim
II-104 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
4.
101 - 150 mm
5.
151 - 200 mm
Kab. Kerinci, Kab. Merangin, Kota S.Penuh, Kab. Bungo, Kab. Tebo -
6.
201 - 300 mm
-
7.
301 - 400 mm
Kab. Sarolangun
8.
401 - 500 mm
-
9.
>500 mm
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Pada bulan Juni 2015 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.49, curah hujan di Provinsi Jambi memiliki intensitas ringan dengan rentang curah hujan 0 - 20 mm/hari pada hampir seluruh wilayah di Provinsi Jambi pada seluruh stasiun pengamatan. Sementara curah hujan dengan kategori sedang dengan rentang curah hujan 20 - 50 mm/hari
pada wilayah yang berada di sekitar stasiun
pengamatan Bandara Padang Kemiling Bengkulu. Tabel2.45. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Juni di Wilayah Provinsi JambiTahun 2014. No.
Rentang Curah Hujan
Daerah
1.
0 - 20 mm
Kab. Kerinci, Kab. Merangin, Kota S.Penuh
2.
21 - 50 mm
3.
51 - 100 mm
Kota Jambi, Kab. Muaro Jambi, Kab. Batanghari, Kab. Tanjabbar, Kab. Tanjabtim Kab. Sarolangun, Kab. Bungo, Kab. Tebo
4.
101 - 150 mm
-
5.
151 - 200 mm
-
6.
201 - 300 mm
-
7.
301 - 400 mm
-
8.
401 - 500 mm
-
9.
>500 mm
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Pada bulan Juli 2015 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.50, curah hujan di Provinsi Jambi memiliki intensitas ringan dengan rentang curah hujan 0 - 20 mm/hari pada hampir seluruh wilayah di Provinsi Jambi pada seluruh stasiun pengamatan. Sementara curah hujan dengan kategori sedang dengan rentang
II-105 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
curah hujan 20 - 50 mm/hari
pada wilayah yang berada di sekitar stasiun
pengamatan Bandara Sultan Thaha dan Bandara Internasional Minangkabau Padang.
Tabel 2.46. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Juli di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015. No.
Rentang Curah Hujan
Daerah
1.
0 - 20 mm
Kab. Kerinci, Kab. Merangin, Kota S.Penuh
2.
21 - 50 mm
Kota Jambi, Kab. Muaro Jambi, Kab. Batanghari, Kab. Tanjabbar, Kab. Tanjabtim
3.
51 - 100 mm
Kab. Sarolangun
4.
101 - 150 mm
-
5.
151 - 200 mm
Kab. Bungo, Kab. Tebo
6.
201 - 300 mm
-
7.
301 - 400 mm
-
8.
401 - 500 mm
-
9.
>500 mm
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Pada bulan Agustus 2015 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.51, curah hujan di Provinsi Jambi memiliki intensitas ringan dan sedang pada hampir seluruh wilayah di Provinsi Jambi pada seluruh stasiun pengamatan. Sementara curah hujan dengan kategori sangat lebat pada wilayah yang berada di sekitar stasiun pengamatan Bandara Padang Kemiling Bengkulu. Tabel 2.47. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Agustus di Wilayah Provinsi JambiTahun 2015. No.
Rentang Curah Hujan
Daerah
1.
0 - 20 mm
-
2.
21 - 50 mm
-
3.
51 - 100 mm
-
II-106 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Kota Jambi, Kab. Muaro Jambi, Kab. Batanghari, 4.
101 - 150 mm
Kab. Tanjabbar, Kab. Tanjabtim, Kab. Kerinci, Kab.
5.
151 - 200 mm
Merangin, Kota S.Penuh -
6.
201 - 300 mm
Kab. Sarolangun, Kab. Bungo, Kab. Tebo
7.
301 - 00 mm
-
8.
401 - 500 mm
-
9.
>500 mm
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Pada bulan September 2015 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.52, curah hujan di Provinsi Jambi memiliki intensitas ringan dan sedang pada hampir seluruh wilayah di Provinsi Jambi pada seluruh stasiun pengamatan. Sementara curah hujan dengan kategori sedang pada wilayah yang berada di sekitar stasiun pengamatan Bandara Padang Kemiling Bengkulu. Tabel2.48. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan September di Wilayah ProvinsiJambi Tahun 2014. No. Rentang Curah Hujan
Daerah
1.
0 - 20 mm
-
2.
21 - 50 mm
-
3.
51 - 100 mm
Kota Jambi, Kab. Muaro Jambi, Kab. Batanghari, Kab. Tanjabbar, Kab. Tanjabtim, Kab. Kerinci, Kab. Sarolangun, Kab. Bungo, Kab. Tebo Kab. Merangin, Kota S.Penuh
4.
101 - 150 mm
-
5.
151 - 200 mm
-
6.
201 - 300 mm
-
7.
301 - 400 mm
-
8.
401 - 500 mm
-
9.
>500 mm
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Pada bulan Oktober 2015 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.53, curah hujan di Provinsi Jambi memiliki intensitas ringan dengan rentang curah hujan 0 - 20 mm/hari pada hampir seluruh wilayah di Provinsi Jambi pada seluruh stasiun pengamatan. Sementara curah hujan dengan kategori sedandengan rentang curah hujan 20 - 50 mm/hari
pada wilayah yang berada di sekitar stasiun
II-107 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
pengamatan Bandara Padang Kemiling Bengkulu, BandaraDepati Parbo dan Bandara Padang Kemiling Bengkulu.
‘
Tabel 2.49. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Oktober di Wilayah Provinsi JambiTahun 2015. No.
Rentang Curah Hujan
Daerah
1.
0 - 20 mm
Kab. Kerinci, Kab. Merangin, Kota S.Penuh
2.
21 - 50 mm
-
3.
51 - 100 mm
4.
101 - 150 mm
Kota Jambi, Kab. Muaro Jambi, Kab. Batanghari, Kab. Tanjabbar, Kab. Tanjabtim, Kab. Sarolangun, Kab. Bungo, Kab. Tebo
5.
151 - 200 mm
-
6.
201 - 300 mm
-
7.
301 - 400 mm
-
8.
401 - 500 mm
-
9.
>500 mm
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Pada bulan November 2015 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.54, curah hujan di Provinsi Jambi memiliki intensitas yang bervariasi mulai dari intensitas ringan hingga sangat lebat. Curah hujan dengan intensitas ringan dan sedang meliputihampir
seluruh
wilayah
di
Provinsi
Jambi
pada
seluruh
stasiun
pengamatan.Sementara curah hujan dengan kategori lebat meliputi wilayah yang berada di sekitar stasiun pengamatan Bandara Internasional Minangkabau Padang. Potensi curah hujan sangat lebatmeliputi wilayah sekitar stasiun Bandara Depati Parbo dan Bandara Padang Kemiling Bengkulu. Tabel 2.50 Tabel Analisa Curah Hujan Bulan November di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015. No.
Rentang Curah Hujan
Daerah
II-108 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
1.
0 - 20 mm
-
2.
21 - 50 mm
-
3.
51 - 100 mm
-
4.
101 - 150 mm
-
5.
151 - 200 mm
6.
201 - 300 mm
Kota Jambi, Kab. Muaro Jambi, Kab. Batanghari, Kab. Tanjabbar, Kab. Tanjabtim Kab. Bungo, Kab. Tebo
7.
301 - 400 mm
-
8.
401 - 500 mm
Kab. Sarolangun
9.
>500 mm
Kab. Kerinci, Kab. Merangin, Kota S.Penuh
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Pada bulan Desember 2015 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.55, curah hujan di Provinsi Jambi memiliki intensitas yang bervariasi mulai dari intensitas ringan hingga lebat. Curah hujan dengan intensitas ringan meliputi hampir seluruh wilayah di Provinsi Jambi pada seluruh stasiun pengamatan. Sementara curah hujan
dengan
kategori
sedang
meliputi
wilayah
yang
berada
di
sekitar
stasiunpengamatan Bandara Sultan Thaha, Bandara Depati Parbo dan Bandara Internasional Minangkabau Padang. Potensi curah hujan lebat meliputi wilayah sekitar stasiun Bandara Padang Kemiling Bengkulu. Tabel 2.51. Tabel Analisa Curah Hujan Bulan Desember di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015. No.
Rentang Curah Hujan
Daerah
1.
0 - 20 mm
-
2.
21 - 50 mm
-
3.
51 - 100 mm
Kab. Kerinci, Kab. Merangin, Kota S.Penuh
4.
101 - 150 mm
Kab. Sarolangun
5.
151 - 200 mm
6.
201 - 300 mm
7.
301 - 400 mm
Kota Jambi, Kab. Muaro Jambi, Kab. Batanghari, Kab. Tanjabbar, Kab. Tanjabtim Kab. Bungo, Kab. Tebo -
8.
401 - 500 mm
-
9.
>500 mm
-
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015
II-109 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
b. Analisis Curah Hujan Berdasarkan Sifat Hujan
Curah hujan pada suatu daerah dapat dianalisa berdasarkan sifatnya. Dengan melakukan perbandingan antara jumlah curah hujan dalam satu bulan dengan nilai rata-rata curah hujan pada suatu wilayah maka dapat ditentukan sifat hujan pada wilayah tersebut. Curah hujan berada pada ambang normal jika berada pada rentang 85% -115%. Jika perbandingan antara jumlah curah hujan pada bulantersebut dengan nilai rata-ratanya <85% maka curah hujan pada wilayah tersebut dibawah normal. Begitu sebaliknya, jika perbandingannya berada pada nilai >115%maka curah hujan pada wilayah tersebut diatas normal. Curah hujan di Provinsi Jambi tahun 2014 dapatdianalisa berdasarkan sifatnya berdasarkan stasiun pemantauannya sebagaimanadapat dilihat pada Tabel2.56. Tabel 2.52. Tabel Analisa Sifat Hujan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014. No.
Stasiun
1.
Bandara Sultan Thaha
2.
Bandara Depati Parbo
3.
Bandara Padang Kemiling
4.
Bandara Intl Minangkabau
Bulan
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Keterangan:: dibawah normal: diatas normal : normal Dari Tabel 2.56. diatas dapat dilihat bahwa curah hujan dihampir seluruh wilayah di Provinsi Jambi didominasi oleh curah hujan dibawah normal. Ini berarti bahwa pada bulan-bulan tertentu curah hujan di wilayah Provinsi Jambi lebih
sedikit dibandingkan rata-rata curah hujan bulanannya. Sementara curah
hujan dengan nilai diatas normal terjadi pada bulan-bulan di musim penghujan dengan puncaknya pada bulan November di seluruh stasiun pengamatan. c. Informasi Banyaknya Hari Hujan Besarnya curah hujan di suatu daerah/wilayah juga dapat ditentukan dari banyaknya hari hujan pada satu bulan pada wilayah tersebut. Banyaknya hari hujan setiap bulannya di wilayah Provinsi Jambi tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.57. II-110 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel2.53. Tabel Informasi Banyaknya Hari Hujan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014. Bulan
No. Stasiun
1
1.
Bandara Sultan Thaha
2.
Bandara Depati Parbo
3.
Bandara Padang Kemiling
4.
Bandara Intl Minangkabau
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11
Sumber : Data Olahan Tabel SD-22 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Keterangan ::>20 hari :10 - 20 hari :<10 hari Pada Tabel 2.57. terlihat bahwa jumlah hari hujan di beberapa wilayah di Provinsi Jambi berkisar antara 10 - 20 hari setiap bulannya. Namun untuk wilayah Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada bulan November 2014 mengalami hujan lebih dari 20 hari. Sementara pada bulan Februari dan September pada seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi hujan hanya terjadi kurang dari 10 hari bahkan ada kabupaten/kota yang tidak mendapat hujan pada bulan tersebut. d. Informasi Curah Hujan Ekstrim Berdasarkan
informasi
dari
Badan
Meteorologi
Klimatologi
dan
Geofisika menyatakan bahwa suatu daerah pada wilayah tertentu dinyatakan memiliki cuaca ekstrim apabila unsur-unsur cuacanya memilki kriteria diatas normal seperti kecepatan angin >45 km/jam, suhu udara >35oC, suhu udara <15 oC, kelembaban udara <40% dan/atau curah hujan >50 mm/hari. II-111 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
12
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Daerah-daerah
di
wilayah
Provinsi
Jambi
yang
mengalami
cuaca
ekstrim hanyalah dari unsur cuaca curah hujan yang melebihi 50 mm/hari. Pada umumnya curah hujan di Provinsi Jambi bervariasi dari curah hujan dengan intensitas ringan, sedang, lebat, sangat lebat bahkan ekstrim.
Daerah-daerah
diwilayah Provinsi Jambi yang mengalami curah hujan ekstrim selama tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.58. Tabel 2.54. Tabel Informasi Curah Hujan Ekstrim di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014. No.
Stasiun Pengamatan
Lokasi
Tanggal
1.
Bandara Sultan Thaha
Kota Jambi, Kab. Muaro Jambi, Kab. Batanghari, Kab. Tanjabtim, Kab. Tanjabbar
29 Maret, 13 April, 23 Agustus, 25-26 Desember
2.
Bandara Depati Parbo
Kab. Kerinci, Kab. Merangin, Kota Sungai Penuh
29 Maret, 27 April, 12,17 November, 31 Desember
3.
Bandara Padang Kemiling
Kab. Sarolangun
21 Januari, 27 April, 13,23,27 Mei, 27 Agustus, 6,7,9 November, 8 Desember
Bandara Int 4 Minangkabau .
Kab. Bungo, Kab. Tebo
16 Maret, 13 November
2. Suhu Udara Dari hasil pengamatan 4 (empat) stasiun BMKG, suhu udara rata-rata bulanan di wilayah Provinsi Jambi sebagaimana yang terlihat pada Buku Data Tabel SD-23 dan Tabel 2.59. Secara keseluruhan wilayah Provinsi Jambi memiliki suhu udara yang yang seragam, kecuali pada wilayah stasiun pengamatan Bandara DepatiParbo
Kerinci
yaitu
Kabupaten
Kerinci,
Kota
Sungai
Penuh
dan
KabupatenMerangin. Hal ini disebabkan karena pengaruh topografi wilayah tersebut yang berada di daerah dataran tinggi. Namun, tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok antara suhu terendah dan suhu tertinggi ataupun pada musim hujan dan musim kemarau pada setiap wilayah pada masing-masing stasiun pengamatan. Suhu udara rata-rata bulanan tertinggi berkisar pada nilai 26,75oC
pada bulan Juni dan suhu udara rata-rata
terendah berkisar nilai 25,65 oC pada bulan Januari. Suhu udara rata-rata Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.59. dan Gambar 2.61. II-112 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Tabel 2.55. Suhu Udara Rata-Rata Bulanan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015. No.
Bulan
Sultan Taha
Depati Perbo
Padang Kemiling
BIM
Ratarata
1
Januari
26,10
22,80
26,70
27,00
25,65
2
Februari
27,30
22,80
27,50
27,30
25,65
3
Maret
27,60
23,00
27,70
27,50
25,65
4
April
27,40
23,60
27,20
27,10
25,65
5
Mei
27,70
23,90
27,60
27,50
25,65
6
Juni
27,70
23,80
27,70
27,80
25,65
7
Juli
27,40
23,13
26,70
26,80
25,65
8
Agustus
26,80
23,20
26,60
26,90
25,65
9
September 27,50
22,80
27,20
26,60
25,65
10
Oktober
27,60
23,10
27,40
26,90
25,65
11
November
27,50
23,80
26,90
26,80
25,65
12
Desember
26,80
23,40
26,50
26,80
25,65
Rata-rata
27,28
27,28
27,28
27,28
Sumber : Data Olahan Tabel SD-23 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015 Gambar 2.61. Grafik Suhu Udara Rata-Rata Provinsi Jambi Tahun 2015.
suhu udara rata-rata 30 25 20 15 10 5 0
Sumber : Data Olahan Tabel SD-23 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016.
II-113 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Dari keempat stasiun pengamatan untuk masing-masing wilayah di Provinsi Jambi, terlihat bahwa stasiun BMKG Bandara Depati Parbo mencatat suhu untuk wilayahnya cukup rendah dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jambi. Hal ini disebabkan karena wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh berada pada daerah dataran tinggi, sehingga suhu udara rata-rata bulanan pada daerah tersebut berkisar 23,28oC. Sementara untuk
wilayah kabupaten/kota lainnya yang berada
pada daerah dataran rendah, stasiun pengamatannya mencatat rentang suhu udara berada pada suhu 27oC. Untuk mengetahui kecenderungan perubahan status suhu udara pada 4 (empat) stasiun pengamatan untuk kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jambi,maka dapat dilakukan analisa terhadap data suhu udara rata-rata bulanan tahun2013 dan 2014. a. Stasiun Bandara Sultan Thaha Jambi
Untuk wilayah Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur suhu udara rata-rata bulanan selama kurun waktu 2013 dan 2014 sebagaimana terlihat pada Tabel2.60. dan Gambar 2.62. tidak mengalami perubahan suhu yang ekstrim. Dari tahun ke tahun, suhu udara rata-rata berada pada kisaran suhu 27 oC, begitu juga dengan suhu udara rata-rata bulanan setiap tahunnya berkisar pada suhu 26o C sampai dengan 27oC. Suhu udara rata-rata paling tinggi berkisar 27,90oC terjadi pada bulan Juni dimana sedang berlangsung musim kemarau dan suhu udara rata-rata paling rendah berkisar 26,65oC dan 26,75oC terjadi pada bulan Desember dan Januari dimana sedang berlangsung musim penghujan. Tabel 2.56. Suhu Udara Rata-Rata Bulanan Kota Jambi Tahun 2014 dan 2015. No.
Tahun
Bulan 2014
Rata-rata
2015
1.
Januari
26,10
25,65
25,88
2.
Februari
27,30
25,65
26,48
3.
Maret
27,60
25,65
26,63
4.
April
27,40
25,65
26,53
II-114 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
5.
Mei
27,70
25,65
26,68
6.
Juni
27,70
25,65
26,68
7.
Juli
27,40
25,65
26,53
8.
Agustus
26,80
25,65
26,23
9.
September
27,50
25,65
26,58
10.
Oktober
27,60
25,65
26,63
11.
November
27,50
25,65
26,58
12.
Desember
26,80
25,65
26,23
27,28
Rata-rata
25,65
Sumber : Data Olahan Tabel SD-23 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Gambar 2.62. Grafik Suhu Udara Rata-Rata Bulanan StasiunBandara Sultan Thaha Jambi Tahun 2014 dan 2015. 26.80 26.60 26.40 26.20 26.00 25.80 25.60 25.40
Se No De Fe Ok Ja M Ag pt ve se Ap M Ju br to m m Juli ust em nu ar ua be ril ei ni ari et us be be be ri r r r r
Series1 25. 26. 26. 26. 26. 26. 26. 26. 26. 26. 26. 26.
Sumber : Data Olahan Tabel SD-23 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. b. Stasiun Bandara Depati Parbo Kerinci
Untuk
wilayah
Kabupaten
Merangin,
Kabupaten
Kerinci
dan
Kota
Sungai Penuh, suhu udara rata-rata bulanan pada tahun 2013 dan 2014 sebagaimana terlihat pada Tabel 2.61. dan Gambar 2.63. tidak mengalami perubahan suhu yang ekstrim. Suhu udara di sekitaran wilayah ini memang berbeda dengan suhu udara di wilayah lain di Provinsi Jambi. Hal ini disebabkan karena topografi wilayah ini berada pada daerah dataran tinggi. Selama kurun waktu 2013 dan 2014, suhu udara rata-rata berada pada kisaran suhu 23o C, begitu juga dengan suhu udara rata-rata bulanan setiap tahunnya berkisar pada suhu 22o C sampai dengan 23oC. Suhu udara rata-rata paling tinggi berkisar 23,90oC terjadi pada bulan Agustus dimana sedang berlangsung musim kemarau dan suhu udara
II-115 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
rata-rata paling rendah berkisar 22,75 oC terjadi pada bulan Februari dimana sedang berlangsung musim penghujan.
Tabel 2.57. Suhu Udara Rata-Rata Bulanan Stasiun Depati Parbo Tahun 2014 dan 2015. No Bulan Tahun 2015 Rata-rata 2014 Januari 22,80 1 22,1 22,45 Februari 22,80 2 22,1 22,45 Maret 23,00 3 22,5 22,75 April 23,60 4 22,7 23,15 Mei 23,90 5 23,2 23,55 Juni 23,80 6 23 23,4 Juli 23,13 7 22,2 22,665 Agustus 23,20 8 22,5 22,85 September 22,80 9 21,9 22,35 Oktober 23,10 10 22,5 22,8 November 23,80 11 22,9 23,35 Desember 23,40 12 22,9 23,15 23,28 Rata-Rata 22,54 Sumber : Data Olahan Tabel SD-23 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. Gambar
2.63. Grafik Suhu Udara Rata-Rata Bulanan Stasiun Bandara Depati Parbo Kerinci Tahun 2014 dan 2015
23.5 23 22.5 22 21.5 21
II-116 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Sumber : Data Olahan Tabel SD-23 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016.
II-117 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
II-118
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
.
.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
II-119
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
II-120
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
II-121 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
II-122 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
[Type text]
.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
II-123
Tekanan Terhadap Lingkungan
BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
Kegiatan
pembangunan
adalah
merupakan
upaya
manusia
memanfaatkan dan mendayagunakan sumber daya alam dan lingkungan guna meningkatkan taraf hidupnya sesuai dengan amanat UUD 1945. Begitu cepatnya perkembangan peradaban manusia, terutama karena dukungan kemampuan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi yang dikuasai, sehingga manusia dengan kemampuan tersebut mampu menguasai dan memanipulasi alam lingkungan untuk kepentingan dirinya. Jika keadaan seperti ini berlangsung secara cepat dan manusia lupa akan kewajaran dalam memanfaatkan sumberdaya alam tersebut, maka lambat atau cepat akan muncul berbagai masalah lingkungan yang sangat merugikan kelangsungan hidup umat manusia seperti : terjadinya erosi tanah, banjir, kekeringan, pencemaran (udara, air, tanah), pemborosan sumberdaya alam, bahkan kelaparan (dampak tidak langsung). Berdasarkan hasil Kajian Ekonomi Regional (KER) Bank Indonesia tahun 2015, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi tercatat sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera sejak tahun 2013 yang lalu dan mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. Besarnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tahun 2015 turun menjadi 4,5% bila dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai mencapai angka 7,24%, sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional tercatat pada angka 5,11%. Dan dalam kurun waktu 4 tahun Provinsi Jambi telah tumbuh menjadi daerah dengan pertumbuhan ekonomi cepat. Tentu saja percepatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ini telah membuat keadaan lingkungan di Provinsi Jambi mulai terdegradasi oleh tekanan-tekanan terhadap lingkungan seperti permasalahan kependudukan, tingkat
kesadaran
masyarakat
terhadap
lingkungan
sehingga
dalam
pemanfaatannya kurang memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Pada bab ini akan dibahas mengenai tekanan-tekanan yang dapat mempengaruhi keseimbangan dan kelestarian lingkungan di Provinsi Jambi.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 1
Tekanan Terhadap Lingkungan
A. Kependudukan Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus. Sebagai salah satu modal dasar dalam pembangunan tidak dapat dihindari pertumbuhan penduduk yang pesat selain memacu pertumbuhan ekonomi juga menimbulkan beban dalam masalah kependudukan maupun masalah sosial. Masalah kependudukan merupakan masalah sosial, karena masalah itu terjadi di lingkungan sosial atau masyakarat. Masalah tersebut bisa terjadi kapan saja dan dimana termasuk di Provinsi Jambi sebagai salah satu provinsi yang sedang pesatnya membangun. Masalah penduduk dan kependudukan dapat kita soroti dengan pendekatan sistem yang terdiri dari berbagai sub komponen yang saling berkaitan,
saling
tergantung,
berinteraksi,
saling
menentukan
sehingga
membentuk suatu kesatuan yang terpadudan harus diperhitungkan dalam setiap mengambil keputusan. Kebijaksanaan kependudukan nasional pada hakikatnya bertujuan mempengaruhi system demografi baik secara langsung maupun tidak
langsung
kependudukan.
melalui Salah
sistem-sistem
satu
komponen
yang
lain
dalam
yang
mendapat
makrosistem tekanan
dari
permasalahan kependudukan ini adalah lingkungan yang nantinya akan berkembang menjadi permasalahan lingkungan. Hal ini disebabkan karena salah satu yang menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan adalah ulah manusia. 1. Jumlah Penduduk Hasil proyeksi penduduk berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS Provinsi Jambi untuk tahun 2015 menunjukan bahwa Jumlah penduduk di kabupaten/kota tersebar tidak merata. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk terbanyak adalah di Kota Jambi, dikarenakan Kota Jambi merupakan ibukota Provinsi dimana pusat kegiatan ekonomi terdapat disana, sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kota Sei.Penuh, hal ini disebabkan karena Kota Sei.Penuh merupakan pemekaran dari Kabupaten Kerinci.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 2
Tekanan Terhadap Lingkungan
Gambar Grafik 3.1 Jumlah penduduk dan persebaraannya di Kab/Kota Provinsi Jambi. Rata-rata Penduduk; 309.277
Kerinci; 234.882
Merangin; Sarolangun; 366.315 278.222
Jumlah Penduduk ; 3.402.052
Batanghari; 260.631 Muaro Jambi; 399.157 Tanjab Timur; 213.670 Tanjab Barat; 310.914 Tebo; 330.962
Bungo; 344.100
Jumlah Penduduk Prov. Jambi Tahun 2015
Kota Sungai Kota Jambi; Penuh; 87.132 576.067
Sumber : Data Olahan Tabel DE-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015.
2. Pertumbuhan Penduduk Peningkatan jumlah penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Begitu juga halnya di Provinsi Jambi, dimana peningkatan jumlah penduduk pada tahun 2015 sebesar 1,615% juga dipengaruhi oleh peningkatan angka kelahiran, kematian dan migrasi. Namun pengaruh paling besar pada pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi tersebut adalah karena faktor migrasi datang (imigrasi) yang terjadi di Provinsi Jambi. Sebagaimana terlihat pada Buku Data Tabel DE-1 dan Gambar 3.2. diantara kabupaten/kota di Provinsi Jambi dengan pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Kota Muaro Jambi dengan tingkat pertumbuhan 2,790% diikuti oleh Kabupaten Bungo sebesar 2,313%. Sedangkan Kabupaten Kerinci merupakan kabupaten/kota dengan tingkat pertumbuhan penduduk terendah di Provinsi Jambi sebesar 0,376%.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 3
Tekanan Terhadap Lingkungan
Gambar 3.2. Grafik Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2015 Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jambi 2015 (%) 20.000 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0.000 -2.000
1. Kerinci; 0,376
5. Muaro Jambi; 2,790
2. Merangin; 1,701 6. Tanjab Barat; 1,973 3. Sarolangun; 7. Tanjab Timur; 2,211 0,748 4. Batanghari; 8. Tebo; 1,860 1,334
1
2
3
4
5
6
9. Bungo; 2,313 10. Kota Jambi; 1,409
Jumlah Pertumbuhan Penduduk; 17,772
11. Kota Sungai Penuh; 1,058
7
8 9
10
Rata-rata Pertumbuhan Penduduk; 1,616 11
Sumber : Data Olahan Tabel DE-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015 3. Kepadatan Penduduk
Tinggi rendahnya tingkat kepadatan penduduk dapat membawa dampak positif maupun negatif. Kepadatan yang sudah mencapai titik jenuh, akan lebih banyak memberikan dampak negatif akibat terjadinya ketimpangan sumber daya. Dengan luas wilayah Provinsi Jambi 50.160,05 km2 tingkat kepadatan penduduk Provinsi Jambi adalah sebesar 74 jiwa/km2 dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kota Jambi sebesar 3.470 jiwa/km 2 atau sebesar 81,07% dari total tingkat kepadatan penduduk di Provinsi Jambi. Sedangkan Kabupaten/Kota dengan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kabupaten Merangin sebesar 46 jiwa/km2 atau sebesar 1,06% dari total tingkat kepadatan penduduk di Provinsi Jambi sebagaimana terlihat pada Buku Data tabel DE-1 dan tabel 3.1. Sementara Gambar 3.3. menggambarkan Grafik kepadatan penduduk pada setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 4
Tekanan Terhadap Lingkungan
Gambar 3.3. Grafik Kepadatan Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2015.
Rata-rata Kepadatan Penduduk; 321,863
Merangin; 47,703 Kerinci; 70,004
Sarolangun; 44,991
Batanghari; 44,905 Muaro Jambi; 74,945
Tanjab Timur; 39,242 Tanjab Barat; 66,865 Tebo; 51,225 Bungo; 73,857
Kota Jambi; 2804,201 Rata-rata Kepadatan Penduduk; 321,863
Kepadatan Penduduk (Penduduk/KM2)
Kota Sungai Penuh; 222,559
Sumber : Data Olahan Tabel DE-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015. Tabel 3.1. Kepadatan Penduduk Provinsi DI Wilayah Jambi Tahun 2015. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Kabupaten/Kota
2
Luas (km )
Kabupaten Kerinci Kabupaten Merangin Kabupaten Sarolangun Kabupaten Batanghari Kabupaten Muaro Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur Kabupaten Tanjung Jabung Barat Kabupaten Tebo Kabupaten Bungo Kota Jambi Kota Sungai Penuh Total
3.355,27 7.679,00 6.184,00 5.804,00 5.326,00 5.445,00 4.649,85 6.461,00 4.659,00 205,43 391,50 50.160,05
Jumlah Penduduk (jiwa)
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
234.88 2 366.31 5 278.22 2 260.63 1 399.15 7 213.67 0 310.91 4 330.96 2 344.10 0 576.06 7 87.132 3.701.03 4
70 48 45 45 75 39 67 51 74 2.804 223 74
Sumber : Data Olahan DE-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015 Pada gambar 3.3 terlihat bahwa Kota Jambi memiliki tingkat kepadatan penduduk paling besar dan mendominasi diantara kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jambi. Dengan luas wilayah yang kecil dan jumlah penduduk yang banyak, hal ini akan menyebabkan terjadinya berbagai macam permasalahan terutama masalah terhadap lingkungan.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 5
Tekanan Terhadap Lingkungan
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Salah
satu
karakteristik
penduduk
yang
sangat
penting
yaitu
sebarannya menurut umur dan jenis kelamin. Sebaran itu mempunyai pengaruh yang penting terhadap perilaku demografi maupun sosial ekonomi. Penduduk laki-laki di Provinsi Jambi berjumlah 1.736.049 jiwa atau 51,02% dari total jumlah penduduk Provinsi Jambi, sedangkan penduduk perempuan berjumlah 1.666.003 jiwa atau 48,97% dari total jumlah penduduk Provinsi Jambi sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel DE-2 dan Gambar 3.4.Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Gambar 3.4. Perbandingan Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Tahun 2015.
Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Provinsi Jambi Tahun 2015 1
2
3
1) Total Laki-laki 3) 1.736.049 Total Laki-laki & (26%) Perempuan 3.402.052 50% 2) Total Perempuan 1.666.003 (24%)
Sumber : Data Olahan DE-2 Buku
Menurut Soemarwoto bahwa dampak kepadatan penduduk sebagai akibat laju pertumubuhan penduduk yang cepat terhadap kelestarian lingkungan adalah sebagai berikut :Meningkatnya limbah rumah tangga sering disebut dengan limbah domestic, naiknya kepadatan penduduk berarti jumlah orang persatuan luas bertambah. Karena itu jumlah produksi limbah persatuan luas juga bertambah. Dapat juga dikatakan di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, terjadi konsentrasi produksi limbah.
a.
Pertumbuhan penduduk yang terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang melahirkan industri dan sistem transport modern. Industri dan transport menghasilkan berturut-turut limbah industri dan limbah transport. Di Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 6
Tekanan Terhadap Lingkungan
daerah industri juga terdapat kepadatan penduduk yang tinggi dan transport yang ramai. Di daerah ini terdapat produksi limbah domsetik, limbah industri dan limbah transport.
b.
Akibat pertambahan penduduk juga mengakibatkan peningkatan kebutuhan pangan Kenaikan kebutuhan pangan dapat dipenuhi dengan intensifikasi lahan pertanian, antara lain dengan mengunakan pupuk pestisida, yang notebene merupakan
sumber
pencemaran.
Untuk
masyarakat
pedesaan
yang
menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian, maka seiring dengan pertambahan penduduk, kebutuhan akan lahan pertanian juga akan meningkat. Sehingga ekploitasi hutan untuk membuka lahan pertanian baru banyak dilakukan. Akibatnya daya dukung lingkungan menurun drastis. c.
Makin besar jumlah penduduk, makin besar kebutuhan akan sumber daya. Untuk Penduduk agraris, meningkatnya kebutuhan sumber daya ini terutama lahan dan air. Dengan berkembangnya teknologi dan ekonomi, kebutuhan akan sumber daya lain juga meningkat, yaitu bahan bakar dan bahan mentah untuk industri. Dengan makin meningkatnya kebutuhan sumber daya itu, terjadilah penyusutan sumber daya. Penyusutan sumber daya berkaitan erat dengan pencemaran. Makin besar pencemaran sumber daya, laju penyusunan makin besar dan pada umumnya makin besar pula pencemaran. muka bumi tetap sementara kualitas air semakin menurun karena pencemaran terhadap badan air baik oleh limbah domestik maupun limbah industri.
5. Pola Migrasi Penduduk Salah satu yang menyebabkan peningkatan jumlah penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2015 adalah selain disebabkan karena tingginya angka kelahiran bayi juga disebabkan oleh tingginya imigrasi (penduduk datang) ke Provinsi Jambi. Besarnya jumlah penduduk yang datang ke wilayah Provinsi Jambi menunjukkan bahwa Provinsi Jambi merupakan wilayah pertumbuhan ekonomi baru yang aman bagi para pendatang selain secara geografis juga aman dari ancaman bencana gempa bumi dan tsunami. Masalah yang dapat ditimbulkan dari beban migrasi tersebut selain masalah sosial seperti tingginya tingkat kriminalitas, pengangguran dan terbatasnya lapangan pekerjaan juga
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 7
Tekanan Terhadap Lingkungan
akan menimbulkan permasalahan lingkungan, terutama pada ibukota Provinsi yaitu Kota Jambi yang menjadi tujuan migrasi. Kurangnya lapangan pekerjaan akan
mengakibatkan
mereka
melakukan
kerusakan
lingkungan
dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya 6. Pendidikan Pada tahun 2015, jumlah penduduk Provinsi Jambi yang berdasarkan tingkat pendidikannnya seperti yang terlihat pada Buku data Tabel DS-1 adalah sebanyak 2.056.556 orang atau sekitar 72,42% dari jumlah penduduk Provinsi Jambi (Sumber BPS Provinsi Jambi) Sementara jumlah penduduk yang tidak sekolah dalam pengertian penduduk yang belum memasuki usia sekolah dan penduduk yang pernah sekolah tapi tidak menamatkan Sekolah Dasar berjumlah 783.463 Orang atau sekitar 27, 58% Pada Tabel 3.2. terlihat bahwa Kota Jambi memiliki jumlah penduduk yang paling banyak mengecap pendidikan dari jenjang sekolah dasar (SD) sampai dengan jenjang pendidikan S3. Sedangkan Kota Sungai Penuh memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit menurut tingkat pendidikannya. Hal ini bukan berarti bahwa Kota Sungai Penuh memiliki tingkat pendidikan yang rendah, namun jumlah penduduk Kota Sungai Penuh yang masih sedikit dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Tabel 3.2 Perbandingan jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Provinsi Jambi Tahun 2015. No.
Kab/Kota
Tidak Sekolah
SD
SLTP
SLTA
S1
S2
S3
Jumlah
1.
Kabupaten Kerinci
63672
48122
33971
40581
13311
451
0
200108
2.
Kabupaten Merangin
84929
113279
52101
45372
8891
340
0
304912
3.
Kabupaten Sarolangun
69984
70598
43023
35047
7198
146
0
225996
4.
Kabupaten Batang Hari
68029
59255
44731
34340
7110
852
0
214317
5.
Kabupaten Muaro Jambi
76281
116523
72254
62691
9016
137
137
337039
6.
Kabupaten Tanjab. Barat
58630
59319
29437
21460
5264
144
0
174254
7.
Kabupaten Tanjab Timur
85110
79463
52370
39081
8849
0
0
264873
8.
Kabupaten Bungo
83338
89348
51471
47855
6974
109
0
279095
9.
Kabupaten Tebo
84606
76041
60079
48557
8719
1345
161
279508
10.
Kota Jambi
89177
81371
95042
169589
49332
3209
224
487944
11.
Kota Sungai Penuh
19707
6057
16106
180601
6155
382
75
66542
Total
783.463
799.376
550.585
562.633
130.819
7115
597
2.834.588
Sumber : Data Olahan DS-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 8
Tekanan Terhadap Lingkungan
Bila dibandingkan dengan banyaknya jumlah penduduk pada masingmasing tingkat pendidikan di Provinsi Jambi, tingkat Sekolah Dasar yang paling banyak menghasilkan lulusan yaitu sebanyak 799.376 orang. Dan semakin menurun pada tingkatan setelahnya yaitu tingkat SLTP sebanyak 550.585 orang, namun meningkat untuk SLTA sebanyak 562.635 orang, tingkat S1 yang merupakan gabungan S1 dan diploma sebayak 130.818 orang, tingkat S2 sebanyak 7.511dan tingkat S3 sebanyak 597orang. Hal ini mengisyaratkan bahwa sebagian penduduk yang bersekolah di wilayah Provinsi Jambi hanya menamatkan pendidikan sampai tingkat SD dan setelah itu tidak lagi melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Perbandingan jumlahpenduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 3.5 Pengaruh tingkat pendidikan penduduk dengan lingkungannya adalah semakin tinggi pendidikan yang ditempuh maka pandangan sikap dan perilakunya terhadap lingkungan semakin baik. Diharapkan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat semakin berkurang. Karena mereka telah dapat menganalisa dengan baik apa kerugian yang ditimbulkan jika tekanan terhadap lingkungan semakin tinggi. Bila dibandingkan dengan banyaknya jumlah penduduk pada masingmasing tingkat pendidikan di Provinsi Jambi, tingkat Sekolah Dasar yang paling banyak menghasilkan lulusan yaitu sebanyak 799.376 orang. Dan semakin menurun pada tingkatan setelahnya yaitu tingkat SLTP sebanyak 550.585 orang, namun meningkat untuk SLTA sebanyak 562.635 orang, tingkat S1 yang merupakan gabungan S1 dan diploma sebayak 130.818 orang, tingkat S2 sebanyak 7.511dan tingkat S3 sebanyak 597 orang. Hal ini mengisyaratkan bahwa sebagian penduduk yang bersekolah di wilayah Provinsi Jambi hanya menamatkan pendidikan sampai tingkat SD dan setelah itu tidak lagi melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Perbandingan jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 3.5 Pengaruh tingkat pendidikan penduduk dengan lingkungannya adalah semakin tinggi pendidikan yang ditempuh maka pandangan sikap dan perilakunya terhadap lingkungan semakin baik. Diharapkan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat semakin berkurang. Karena mereka telah dapat
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 9
Tekanan Terhadap Lingkungan
menganalisa dengan baik apa kerugian yang ditimbulkan jika tekanan terhadap lingkungan semakin tinggi. Gambar 3.5. Perbandingan Tingkat Pendidikan di Provinsi Jambi Tahun 2015.
1000000
GRAFIK JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DIATAS UMUR 5 TAHUN PROVINSI JAMBI BERDASARKAN PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN TAHUN 2015 (HASIL SUSENAS 2015)
800000 SD; 804806
600000
400000 Tidak Sekolah;
SLTP; 550584
783463
SLTA; 562635
200000 S1; 130821 S2; 7113 S3; 598
0
Sumber : Data Olahan Tabel DS-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015. 7. Penduduk di Wilayah Pesisir dan Laut Wilayah pesisir di Provinsi Jambi terdapat pada 2 (dua) kabupaten yang berada pada pantai timur Pulau Sumatera yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Semakin berkembangnya wilayah pesisir
di
Provinsi
Jambi
diisyaratkan
dengan
semakin
padat
dan
bertambahnya jumlah penduduk yang mendiami wilayah tersebut, dimana terjadi peningkatan jumlah penduduk sekitar 1,81% bila dibandingkan dengan tahun 2013. Pada tahun 2014, jumlah penduduk yang mendiami wilayah pesisir berjumlah 71.683 orang yang tersebar pada 27 desa pada 2 (dua) kabupaten tersebut. Pada Buku Data Tabel DE-3 dan Tabel 3.3. terlihat bahwa Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki wilayah pesisir yang lebih luas dibandingkan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki jumlah penduduk di wilayah pesisir sebanyak 55.022 orang dengan jumlah rumah tangga sebanyak 13.447 KK pada 24 desa. Sementara Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki jumlah penduduk di wilayah pesisir sebanyak 16.661 orang dengan jumlah rumah tangga sebanyak 4.031 KK pada 3 desa. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 10
Tekanan Terhadap Lingkungan
Tabel 3.3. Penduduk di Wilayah Pesisir dan Laut Provinsi Jambi Tahun 2015. No.
Kabupaten/Kota
Jumlah
Jumlah
Jumlah Rumah
Desa
Penduduk
Tangga
1.
Kab.Tanjung Jabung Timur
24
55.022
13.447 KK
2.
Kab. Tanjung Jabung Barat
3
16.661
4.031 KK
27
71.683
17.478 KK
Total
Sumber : Data Olahan DE-3 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Terjadi peningkatan jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga di wilayah pesisir Provinsi Jambi pada tahun 2015. Pada tahun 2014 jumlah penduduk di wilayah pesisir Provinsi Jambi sebanyak 71.683 jiwa, berarti pada tahun 2015 mengalami peningkatan jumlah penduduk pesisir sebesar 1,81%. Dengan pertambahan jumlah penduduk dan rumah tangga di wilayah pesisir akan menyebabkan terjadinya peningkatan luasan terhadap kebutuhan lahan baik sebagai areal pemukiman maupun lahan untuk usaha bagi penduduk pesisir. Hal ini dapat menjadi tekanan terhadap lingkungan pesisir baik berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan pesisir di Kabupaten Tanjung Jabung Timur maupun Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Ditambah lagi wilayah pesisir Provinsi Jambi merupakan jalur transportasi laut akan mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama ekspor dan impor barang, sejalan dengan kehadiran Pelabuhan Muara Sabak yang akan dijadikan sebagai pelabuhan ekspor dan impor, sehingga akan menjadi pintu gerbang ekspor dan kawasan pertumbuhan ekonomi masa depan di Provinsi Jambi dan secara langsung akan menambah berat tekanan dan beban terhadap lingkungan pesisir. B. Pemukiman Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya, Permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah dimana penduduk
terkonsentrasi
dan
hidup
bersama
menggunakan
lingkungan
setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 11
Tekanan Terhadap Lingkungan
Pertambahan jumlah penduduk di Provinsi Jambi menyebabkan pemukiman terus berkembang dan pengaruhnya kepada lingkungan hidup akan semakin besar pula. Dari segi lingkungan, masalah pemukiman juga merupakan masalah kependudukan.Ketika manusia berjumlah terbatas, maka cara hidup dan bermukim manusia diserasikan dengan lingkungan alam. Tapi ketika manusia bertambah banyak dan akal pikirannya berkembang, maka terjadi sebaliknya dimana lingkungan yang diubah untuk dicocokkan dengan cara hidup dan bermukim manusia. Ruang dirombak untuk membangun berbagai bentuk perumahan dengan fasilitas pelayanan hidup yang bermacam-macam, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, hiburan atau pasar yang harus ditunjang oleh prasarana jalan, angkutan, listrik, air minum dan sebagainya. Sehingga pada akhirnya akan menimbulkan masalah dan tekanan terhadap lingkungan.
1. Jumlah Rumah Tangga Miskin Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, menurut pendataan BPS Provinsi Jambi bahwa pada akhir tahun 2015 tercatat 185.914 kepala keluarga dari 847.068 kepala keluarga yang dikategorikan rumah tangga miskin di Provinsi Jambi atau sekitar 21,9% dari total kepala keluarga di wilayah Provinsi Jambi sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SE-1. Rumah tangga miskin yang paling banyak di wilayah Provinsi Jambi berada di Kota Jambi yaitu sebanyak 30.140 KK dari 138.695 KK atau sekitar 9,36% dari total KK. Sementara Kota Sungai Penuh memiliki rumah tangga miskin yang paling sedikit yaitu sebanyak 855 KK dari 24.455 KK atau sekitar 3,5% dari total KK. Bila dibandingkan dengan tahun 2014, persentase jumlah rumah tangga miskin pada tahun 2015 mengalami peningkatan dari 8,39% pada tahun 2014 menjadi 9,12% pada tahun 2015. Perbandingan angka kemiskinan diProvinsi Jambi sebagaimana ditampilkan pada Gambar 3.6. dan Tabel dibawah ini.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 12
Tekanan Terhadap Lingkungan
Gambar 3.6 Angka Kemiskinan Provinsi Jambi diBandingkan Angka Kemiskinan Nasional
Sumber Data Olahan Tabel DE-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015 2. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Gambar 3.7 Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di Provinsi Jambi
Sumber : Data Olahan Tabel SE-2 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 13
Tekanan Terhadap Lingkungan
Berdasarkan data pada Buku Data Tabel SE-2 dapat dilihat mengenai konsumsi air minum penduduk di wilayah Provinsi Jambi pada tahun 2015 yang berasal dari berbagai sumber seperti air ledeng (PDAM), air sumur, sungai, air hujan, air kemasan (air kemasan dan air isi ulang) dan lainnya seperti air mata air (mata air terlindung dan tidak terlindung) dan air pompa (air sumur artesis). Pada Gambar 3.7. menunjukkan bahwa konsumsi air lainnya seperti mata air sumur dan air sumur artesis (pompa) merupakan sumber yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk di wilayah Provinsi Jambi yaitu sebesar 50 % atau sebanyak 390. 045 KK. Untuk sumber air PDAM atau ledeng hanya menjangkau 25% dari jumlah seluruh kepala keluarga. Hal ini menunjukkan masih rendahnya minat masyarakat dan jangkauan pelayanan dari PDAM sebagai sumber air minum.
Selanjutnya Dengan Persentase yang sedikit
penduduk di wilayah Provinsi Jambi masih memanfaatkan air hujan sebagai sumber air minum sebanyak 57.885 KK atau sekitar 7% serta air kemasan dan air isi ulang sebesar 7% atau sebanyak 56.944 KK. Gambar 3.8 Penggunaan Sumber Air di Provinsi Jambi
Sumber : Data Olahan Tabel SE-2 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015. Semakin banyaknya lahan dan hutan yang dibuka untuk dijadikan sebagai areal pemukiman memberikan pengaruh dan tekanan terhadap daerah tangkapan terhadap air hujan (catchment area) yang semakin
berkurang,
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 14
Tekanan Terhadap Lingkungan
Sehingga pada musim kemarau sekitar masyarakat yang masih menggunakan air sumur sebagai sumberair minumnya mengalami kekeringan. Sebaliknya jika hujan berturut-turut terjadi dalam beberapa hari di musim penghujan akan menyebabkan terjadinya banjir di beberapa kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jambi. 1. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Buang Air Besar Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, pada tahun 2015 fasilitas tempat buang air besar rumah tangga di wilayah Provinsi Jambi sebagian besar yaitu 72,95 % telah memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar. Sementara sebagian rumah tangga lainnya, 13,73 % rumah. 2. Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Timbulan Sampah Per Hari Pada tahun 2015, volume timbulan sampah yang dihasilkan per jumlah penduduk di wilayah Provinsi Jambi adalah 897,269 m3/hari dengan rata-rata setiap penduduk menghasilkan 0,0022 m3/hari. Rata-rata setiap kabupaten/kota menghasilkan sampah dengan timbulan sebesar 0,02 m3/hari/kapita sampai dengan0,04 m3/hari/kapita. Gambar.3.9 Jumlah Timbulan Sampah di Wilayah Provinsi Jambi
Jumlah Timbulan Sampah di Wilayah Provinsi Jambi 2000000 1500000 1000000 500000 0
1,584,184.25
896,325 0
0 0
0 680.88 0
0
0
263986 Jumlah Rumah Tangga Timbunan Sampah
Sumber : Data Olahan Tabel SP-9 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 15
Tekanan Terhadap Lingkungan
Berdasarkan Buku Data Tabel SP-9 dan Gambar 3.9 menunjukkan bahwa informasi timbulan sampah yang paling banyak dihasilkan oleh Kota Jambi yaitu sebesar 1.584.184,25 m3/hari, sedangkan kabupaten/kota yang menghasilkan timbulan sampah paling sedikit yaitu Kota Sungai Penuh yaitu sebesar 316,71 m3/hari. Besarnya jumlah timbulan sampah yang dihasilkan pada masing-masing kabupaten/kota tergantung pada jumlah penduduk yang mendiami daerah tersebut. Kota Jambi dengan jumlah penduduk yang paling banyak di Provinsi Jambi menghasilkan jumlah timbulan sampah lebih besar dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Seperti halnya dengan Kota Sungai Penuh yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit di Provinsi Jambi dan menghasilkan jumlah timbulan sampah yang sedikit pula. Namun jika dihitung per kapitanya Kabupaten Kerinci menghasilkan timbulan sampah paling banyak yaitu sebesar 0,004 m3/hari/kapita. Begitu juga dengan Kabupaten Sarolangun dan Kota Jambi menghasilkan timbulan sampah yang paling sedikit yaitu 0,02 m3/hari. Ini dapat menjadi acuan terhadap pemerintah daerah untuk menekan laju timbulan sampah per kapitanya dengan mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang sampah yang dihasilkan oleh penduduknya. Salah satu masalah pemukiman yang biasanya selalu melekat dengan masalah kependudukan adalah masalah sampah yang memberikan beberapa tekanan terhadap lingkungan yaitu : a. Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka jumlah timbulan sampah akan semakin meningkat pula apalagi di daerah pemukiman padat di perkotaaan seperti Kota Jambi yang jumlah timbulannya terbesar di wilayah Provinsi Jambi. b. Jumlah timbulan sampah yang semakin meningkat menuntut pengelolaan yang lebih serius. Untuk daerah pedesaan, karena lahan terdegradasi semakin meningkat sehingga masyarakat lebih memilih membuang sampah ke kali atau dengan cara membakar dan menimbun. Cara seperti ini dapat saja menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan baik terhadap air, udara dan tanah. Sedangkan pada masyarakat perkotaan, pengelolaan persampahan lebih di dominasi dengan sistem pengangkutan ke TPA. Namun, hal ini membutuhkan kesiapan pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana
sanitasi yang
tidak
menyebabkan
terjadinya
permasalahan
lingkungan baru.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 16
Tekanan Terhadap Lingkungan
c. Semakin meningkatnya jumlah timbulan yang dihasilkan oleh masyarakat setiap tahunnya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk menuntut kita untuk melakukan pengelolaan terhadap sampah yang dihasilkan baik sampah
organik
maupun
anorganik.
Kesadaran
masyarakat
terhadap
bagaimana melakukan pengelolaan sampah masih sangat kurang. Masyarakat kurang peduli dengan dampak yang ditimbulkan oleh menumpuknya timbulan sampah.
C. Kesehatan Definisi sehat menurut WHO adalah keadaan keseimbangan yang meliputi sehat fisik, mental maupun sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Kesehatan dan lingkungan sangat erat kaitannya dan lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam peranannya sebagai salah satu factor yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Pertumbuhan
ekonomi
yang
berkelanjutan
menjadi
tujuan
pembangunan Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945 yang sejatinya dicapai dengan meminimalkan degradasi dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Jambi, banyak hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi dalam melakukan pembenahan terhadap masalah-masalah kesehatan seperti kinerja pelayanan kesehatan yang rendah dan belum merata untuk seluruh lapisan dan strata ekonomi dan sosial masyarakat, terbatasnya sarana dan prasarana serta tenaga kesehatan baik kuantitas maupun kualitasnya. Dan yang tak kalah pentingnya adalah masih rendahnya perilaku masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat. Kurangnya inisiatif masyarakat dalam berperilaku bersih dan sehat ini yang menyebabkan ikut berpengaruh terhadap kondisi lingkungan.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 17
Tekanan Terhadap Lingkungan
1. Penyakit Utama Yang Diderita Penduduk Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, selama tahun 2015 jumlah penduduk yang terjangkit sepuluh jenis penyakit utama sebanyak 636.252 orang atau sebesar 17,19 % dari jumlah penduduk Provinsi Jambi. Adapun jenis sepuluh penyakit utama yang diderita penduduk di Provinsi Jambi selama tahun 2014 sebagaimana terlihat pada Buku Data Tabel DS-2. Penyakit infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas (ISPA) masih menempati urutan pertama yang paling banyak di derita penduduk, sebagaimana halnya pada tahun 2013. Sekitar 93.348 jiwa atau 5,22% penduduk yang terjangkit penyakit ini. ISPA adalah singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan penyakit infeksi akut yang melibatkan salah satu atau lebih dari organ saluran pernafasan, hidung, sinus, faring dan laring. ISPA dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus namun kebanyakan disebabkan oleh virus dan pada kondisi tertentu disebabkan oleh jamur. Selain ISPA, penyakit lain pada saluran pernafasan juga diderita oleh 2,24 % penduduk atau sekitar 82.732 jiwa penduduk. Tingginya jumlah penderita penyakit saluran pernafasan di Provinsi Jambi disebabkan pada tahun 2014, Provinsi Jambi didera oleh kabut asap dari kebakaran lahan dan hutan baik yang terjadi di Provinsi Jambi maupun kabut asap kiriman dari Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Selatan. Kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Jambi meliputi hampir di seluruh kabupaten di Provinsi Jambi terutama Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo dan Kabupaten Merangin. Penyakit-penyakit lain yang diderita penduduk di Provinsi Jambi dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 18
Tekanan Terhadap Lingkungan
Gambar 3.11. Perbandingan Jumlah Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Provinsi Jambi Tahun 2015.
Perbandingan 10 Penyakit Terbesar
20,537 29,153 2% 4% 24,582 63,964 3% 8% 69,493 8%
Infeksi Akut Lain Pada Saluran Pernapasan Bagian Atas Penyakit Tekanan Darah Tinggi Gastritis Penyakit pada Sistem Otot & Jaringan Pengikat
288,772 34%
Penyakit Kulit Alergi
71,298 9% 79,115 9%
Penyakit Lain Pada Saluran Pernapasan Atas
Diare (termasuk tersangka kolera) Demam tak tau sebab
96,161 11%
102,895 12%
Penyakit kulit infeksi Influensa
Sumber : Data Olahan Tabel DS-2 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015. Provinsi Jambi melalui Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selalu berupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan pada wilayah kerjanya masing-masing melalui program dan kegiatannya. Terutama hal yang menjadi fokus adalah merubah kebiasaan dan perilaku masyarakat untuk hidup sehat dan menciptakan lingkungan yang bersih dalam menunjang peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. 2. Limbah Padat dan Limbah Cair dari Rumah Sakit Pencemaran lingkungan yang berakibat terganggunya kesehatan Manusia juga dapat bersumber dari Rumah Sakit –rumah sakit sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 19
Tekanan Terhadap Lingkungan
maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SP-10, di Provinsi Jambi terdapat 40 buah rumah sakit baik milik pemerintah provinsi, kabupaten/kota
maupun
pihak swasta. Tabel 3.7
menunjukkan status
kepemilikan rumah sakit di wilayah Provinsi Jambi. Dari 42 buah rumah sakit yang tersebar di wilayah Provinsi Jambi terdiri dari beberapa tipe atau kelas rumah sakit yaitu sebanyak 4 (empat) buah rumah sakit dengan tipe/kelas A, 3 (tiga) buah rumah sakit dengan tipe/kelas B, 16 (tiga belas buah rumah sakit tipe/kelas C, 4 (tiga) rumah sakit dengan tipe/kelas D dan 15 (lima belas) buah rumah sakit yang saat ini belum mendapatkan tipe/kelas dari Kementerian Kesehatan RI. Sedangkan untuk rumah sakit milik TNI/Polri memiliki tipe/kelas III dan IV dan jika standarisasi dengan tipe rumah sakit menurut Kementerian Kesehatan tipe ketiga rumah sakit tersebut termasuk tipe C. Tabel 3.4. Status Kepemilikan Rumah Sakit di Wilayah Provinsi Jambi No Kategori . 1. RS Publik
2. RS Privat
Kepemilikan Pemerintah - Kemkes - Pemda Provinsi - Pemda Kabupaten - Pemda Kota - Kementerian Lain - TNI/Polri Swasta Non Profit Swasta BUMN Jumlah
RS Umum
RS Khusus
Total
0 1 10 2 0 3 0 20 2 38
0 1 0 0 0 0 0 5 0 6
0 2 10 2 0 3 0 22 2 42
Sumber : Data Olahan SP-10 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015.
D. Pertanian Kegiatan pertanian adalah bentuk budidaya dan bercocok tanam termasuk pemeliharaan ternak yang dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pada awalnya kegiatan pertanian dilakukan tanpa campur tangan teknologi dangan hasil maksimal. Namun seiring dengan menurunnya kesuburan
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 20
Tekanan Terhadap Lingkungan
tanah diperlukan bantuan teknologi dimulai dari pengolahan tanah, pemenuhan bibit, sistem pemupukan dan lain-laian. Dalam penerapan dibidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20% pestisida yang mengenai sasaran, sedangkan 80% lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom), dan sebagainya. (Sa’id,1994)
1. Lahan Perkebunan Luas lahan perkebunan di Provinsi Jambi pada tahun 2015 adalah 1.547.542Ha meliputi perkebunan besar dengan komoditi kelapa sawit dan perkebunan rakyat-dengan komoditi karet, kelapa, kopi, coklat, teh, cengkeh, tebu, tembakau, kapuk, kayu manis, lada, pinang, kemiri, aren, vanili, pala dan nilam, sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SE-3. Dari luasan lahan perkebunan di Provinsi Jambi, sekitar 43% luas lahan didominasi oleh perkebunan karet yaitu seluas 665.595 diikuti kelapa sawit seluas 662.846 Ha, atau berkisar 42,83% dari total lahan perkebunan di Provinsi Jambi. Lahan perkebunan yang paling sedikit luasannya adalah perkebunan pala seluas 15 ha dan vanili seluas 13 Ha. Dengan
luas
areal
perkebunan
yang
cukup
luas
di
Provinsi
Jambi menghasilkan komoditi perkebunan dengan total produksi pada tahun 2015 sebanyak 2.085.955 ton. Komoditi terbanyak dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit dengan total produksi sebanyak 1.571.535 ton. Diikuti oleh perkebunan karet dengan besaran komoditi sebanyak 318.348 ton. Komoditi kelapa sawit dan karet ini mendominasi hasil perkebunan di Provinsi Jambi dan merupakan komoditi andalan Provinsi Jambi. Perkebunan sawit dan karet terus digalakkan karena telah mampu menggerakkan perekonomian rakyat dan mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Sementara perkebunan vanili menghasilkan komoditi yang paling sedikit hanya berkisar 2 ton selama tahun 2015.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 21
Tekanan Terhadap Lingkungan
Total hasil produksi dari setiap tanaman dapat dilihat pada Gambar 3. 12 Gambar 3.10 Total Hasil Produksi Dari Komoditi Perkebunan di Provinsi Jambi.
Sumber : Data Olahan Tabel SE-3 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. Bila dibandingkan dengan tahun 2014, luas areal perkebunan dan total produksi dari areal perkebunan meningkat pada tahun 2015. Peningkatan hasil produksi ini selain disebabkan oleh penambahan areal lahan juga disebabkan karena
pemakaian
pupuk
untuk
meningkatkan
produktifitas
tanaman.
Pemupukan hendaknya dilakukan secara berimbang sesuai dengan dosi yang dianjurkan. Setiap jenis tanaman membutuhkan jenis pupuk yang berbeda dan dosis yang berbeda pula. Seperti dapat dilihat pada Buku Data Tabel SE-3 dan Gambar 3.15. menunjukkan bahwa pemakaian pupuk kimia seperti urea, SP36, ZA dan NPK lebih sedikit digunakan daripada pupuk organik. Sekitar 59,91 % lahan
perkebunan
meningkatkan
diProvinsi
produktifitas
Jambi
menggunakan
produksinya
sementara
pupuk 40,09
kimia %
untuk lainnya
menggunakan pupuk organik. Pupuk organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang maupun pupuk hasil pengomposan.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 22
Tekanan Terhadap Lingkungan
Gambar 3.11. Perbandingan Pemakaian Pupuk Pada Lahan Perkebunan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 – 2015. PerbandinganJumlah Pemakaian Pupuk Pada Lahan Perkebunan Di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 & 2015
50% 2015; 1.462.688
50% 2014; 1.465.001
1
2
Sumber : Data Olahan Tabel SE-3 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. Besarnya Jumlah total penggunaan pupuk baik kimia maupun organik pada kegiatan perkebunan tidak terlihat perbedaan yang signifian dari tahun sebelumnya secara prosentase, sementara itu untuk penggunaan jenis pupuk kimia pada tahun 2015 terdapat penurunan sebesar 12345
ton dan tahun
2014. Sementara itu untuk pupuk organik tidak ada perbedaan dari tahun sbelumnya. Banyaknya penggunaan pupuk kimia. Perbandingan peningkatan dan penurunan penggunaan jenis pupuk di Provinsi Jambi sebagaimana terlihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Penggunaan Jenis Pupuk di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015. No.
Jenis Pupuk
Persentase Penggunaan Pupuk 2014
2015
Perubahan
1.
Pupuk Kimia
878.570,01
876.256,91
(-) 2313,1
2.
Pupuk Organik
586.431,16
586.431,16
(=)
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 23
Tekanan Terhadap Lingkungan
Sumber : Data Olahan SE-3 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. Penggunaan pupuk urea dan kimia lain tentu akan memberikan dampak dan tekanan terhadap lingkungan, terutama menjadi salah satu penyebab berkurangnya ketahanan tanah atau daya dukung tanah akibat tidak berjalannya proses regenerasi humus karena zat hara yang terkandung didalam tanah diikat oleh molekul-molekul kimia pupuk. Efek lain dari penggunaan
pupuk
mikroorganisme
kimia
tanah
adalah mengurangi dan menekan
yang
bermanfaat
bagi
kesuburan
populasi
tanah
serta
penggunaan pupuk kimia secara terus menerus akan menjadikan hama resisten.
Selain
pengaruhnya
terhadap
kualitas
tanah,
perairan
dan
mikroorganisme di dalamnya, pemakaian pupuk sangat memberikan efek yang cukup besar sebagai penyumbang emisi gas CO2 diatmosfer terutama pupuk urea. Pupuk urea yang tersusun dari senyawa ammonia yang mengandung nitrogen serta senyawa karbondioksida merupakan senyawa gas rumah kaca yang apabila terpapar di udara berkontribusi besar terhadap perubahan iklim. Pemakaian pupuk urea pada areal perkebunan di wilayah Provinsi Jambi pada Buku Data Tabel SE-3 yaitu sebanyak 333.596,42 ton memberikan kontribusi emisi CO2 sebesar 66.719,28 ton CO2/ton konsumsi pupuk urea. Emisi CO2 terbesar diberikan oleh perkebunan karet yaitu sebesar 155.620,06 ton CO2/ton pupuk urea karena untuk 1 Ha areal perkebunan karet membutuhkan 0,235 ton pupuk urea. Memang per hektar luas areal perkebunan, konsumsi pupuk urea untuk perkebunan karet lebih kecil dibandingkan perkebunan kelapa sawit, kopi, coklat dan cengkeh. Namun, karena luas areal perkebunan karet yang sangat luas dibandingkan areal perkebunan lainnya sehingga menghasilkan emisi CO2 lebih banyak. Perhitungan emisi total CO2 untuk masing-masing tanaman perkebunan dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 24
Tekanan Terhadap Lingkungan
Tabel 3.6. Perhitungan Emisi CO 2 dari Tanaman Perkebunan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015
No.
Jenis Tanaman
1.
Karet
2.
Kelapa
3.
Kelapa Sawit
4.
Kopi
5.
Coklat
6.
The
7.
Cengkeh
8.
Tebu
9.
Tembakau
10.
Kapas
11.
Jarak
12.
Kapuk
13.
Kina
14.
Jambu Mete
15.
Pala
16.
Kayu Manis
17.
Lada
18.
Pinang
19.
Kemiri
20.
Aren
21.
Vanili
22.
Nilam
Luas Lahan
Pemakaian Urea
Pemakaian
Emisi
(Ha)
(ton)
Urea (Ha)
Co2/Ha
155620,06
0,2338059
20.715.986.767
13.788.457.212.274.500
14358,47
0,1210164
340.723.621
40.426.516.956.201
145981,81
0,2202349
19.352.691.766
12.827.854.326.493.100
6224,4
0,2457032
31.536.545
925,24
0,4167748
410.807
525
0,2259036
244.020
101,71
0,6239877
3.316
4119,36
25381146
1.337.144
55,6
0,0977153
6.327
0
0
-
0
0
-
21,53
0,4062264
0
0
-
0
0
-
0
0
-
0
0
-
0
0
-
5352,49
0,2832155
20.231.342
32,44
0,0406008
5.184
17,05
0,0504438
1.153
0,11
0,0084615
0
261,15
0,1537081
88.739
665.595 118.649 662.846 25.333 2.220 2.324 163 1.623 569 53 15 46.289 115 18.899 799 338 13 1.699
Emisi CO2 Total
228
798.915.295.498 911.990.563 567.102.480 540.467 2.170.185.127 3.600.222 12.096 382.352.126.826 4.141.946 389.572 4 150.767.170
Sumber : Data Olahan SE-3 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 25
Tekanan Terhadap Lingkungan
2. Lahan Sawah Sebagaimana halnya untuk lahan perkebunan, pemakaian pupuk juga digunakan untuk tanaman padi dan palawija untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Pada Buku Data Tabel SE-4 dan Tabel 3.7.menunjukkan pemakaian pupuk untuk masing-masing jenis tanaman padi dan palawija. Tanaman yang menggunakan pupuk paling banyak adalah padi yaitu sebesar 290.733,06 ton sedangkan tanaman yang paling sedikit membutuhkan pupuk adalah tanaman kacang tanah yaitu sebesar 302,61 ton. Secara keseluruhan konsumsi pupuk yang digunakan untuk tanaman padi dan palawija di Provinsi Jambi adalah sebanyak 341.982,01 ton. Tabel 3.7. Pemakaian Pupuk Untuk Tanaman Padi dan Palawija di Provinsi Jambi Tahun 2015. Pemakaian Pupuk (Ton) No.
Jenis
Pupuk Kimia
Tanaman
Pupuk
Total
Organik
1.
Padi
56.627
140.068
2.
Jagung
4.524,38
38.100,00
42.624,30
3.
Kedelai
1.747,35
25.416,60
27.163,35
4.
Kacang
127
2.334
2.661
196.095,20
Tanah 5.
Ubi Kayu
0,00
9.676
9.676
6.
Ubi Jalar
443
0,00
443
7
Kacang Hijau
24
640
672
Sumber : Data Olahan SE-4 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. Pada Tabel 3.7. menunjukkan bahwa pemakaian pupuk kimia seperti urea, SP 36, dan ZA lebih sedikit dibandingkan dengan pemakaian pupuk organik. Pemakaian pupuk organik mendominasi 77,70% dari total pemakaian pupuk untuk padi dan palawija sisanya menggunakan pupuk kimia seperti yang tergambar pada Gambar 3.16. Bila dibandingkan dengan tahun 2014, pemakaian pupuk untuk tanaman padi dan palawija pada tahun 2015 menurun sebanyak 2,56% yaitu dari 210,139 ton pada tahun 2014 menjadi 196,095 ton pada tahun 2015 atau menurun sebanyak 23,044 ton. Namun, tidak semua
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 26
Tekanan Terhadap Lingkungan
pemakaian pupuk pada tanaman palawija mengalami penurunan, tapi pada tanaman jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar san kacang hijau pemakaian pupuk justru mengalami peningkatan pemakaian seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Gambar 3.11. Perbandingan Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Padi di Provinsi Jambi Tahun 2015.
Tanaman Padi Pupuk Kimia 140.068,00 71%
Pupuk Organik 56.027 29%
1
Gambar 3.12. Perbandingan Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Palawija di Provinsi Jambi Tahun 2015.
Pupuk Organik 38.266 38% 1
Tanaman Palawija
Pupuk Kimia 62.900,73 62%
2
Sumber : Data Olahan Tabel SE-4 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 27
Tekanan Terhadap Lingkungan
Tabel 3.8.
Pemakaian Pupuk Pada Tanaman Padi dan Palawija di
Wilayah Provinsi Jambi pada Tahun 2014 dan 2015. No
Jenis Tanaman
Pemakaian Pupuk
Perubahan
2014
2015
1
Padi
210,139
196,095
-
2
Jagung
33.016,55
42.624,38
+ 9.607,83
3
Kedelai
12.692
27.163,35
+ 14.470,88
4
Kacang Tanah
893
2.661
+ 1.768
5
Ubi Kayu
3.424
9.676
+6252
6
Ubi Jalar
191
443
+252
7
Kacang Hijau
227
672
+445
To tal
23,044
50.653,689
Sumber : Data Olahan Tabel SE 4 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016 Sama halnya penggunaan pupuk
urea dan kimia lainnya pada
areal perkebunan, pada areal sawah dan penanaman palawija juga akan memberikan dampak dan tekanan terhadap lingkungan, terutama menjadi salah satu penyebab berkurangnya ketahanan tanah atau daya dukung tanah akibat tidak berjalannya proses regenerasi humus karena zat hara yang terkandung didalam tanah diikat oleh molekul-molekul kimia pupuk. Efek lain dari penggunaan
pupuk
mikroorganisme
kimia
tanah
adalah mengurangi dan menekan
yang
bermanfaat
bagi
kesuburan
populasi
tanah
serta
penggunaan pupuk kimia secara terus menerus akan menjadikan hama resisten terhadap pestisida. Jika tanah dan tanaman yang diberi pupuk terutama yang mengandung nitrat jika terbilas air hujan dapat mencemari air tanah dan perairan. Selain
pengaruhnya
terhadap
kualitas
tanah,
perairan
dan
mikroorganisme di dalamnya, pemakaian pupuk sangat memberikan efek yang cukup besar sebagai penyumbang emisi gas CO2 di atmosfer terutama pupuk urea. Pupuk urea yang tersusun dari
senyawa
amonia
yang
mengandung nitrogen serta senyawa karbondioksida merupakan senyawa
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 28
Tekanan Terhadap Lingkungan
gas rumah kaca yang apabila terpapar di udara berkontribusi besar terhadap perubahan iklim. Pemakaian pupuk urea pada tanaman padi dan palawija di wilayah Provinsi Jambi pada Buku Data Tabel SE-4 yaitu sebanyak 172.668,31 ton memberikan kontribusi emisi CO 2 sebesar 34.533,66 ton CO 2/ton konsumsi pupuk urea. Emisi CO 2 terbesar diberikan oleh tanaman padi yaitu sebesar 29.903,97
ton CO 2/ton pupuk urea sehingga setiap 1 ton pupuk urea akan
menghasilkan emisi CO2 sebesar 0,2 ton. Karena pemakaian pupuk urea lebih banyak pada tanaman padi maka juga akan menghasilkan emisi CO 2 lebih besar dibandingkan dengan tanaman palawija seperti jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Perhitungan emisi total CO 2 untuk masing-masing tanaman padi dan palawija dapat dilihat pada Tabel 3.9berikut ini:
Tabel 3.9. Perhitungan Emisi CO2 dari Tanaman Padi dan Palawija di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015. No
Jenis Tanaman
Pemakaian Urea (Ton)
1.
Padi
28.013,60
Emisi CO2 784.761.785
2.
Jagung
1.905,00
3.
Kedelai
476,55
3.629.025 605.600 4.
Kacang Tanah
0 -
5.
Kacang Hijau
0 -
6.
Ubi Kayu
0 -
7.
Ubi Jalar
295
174.286 Sumber : Data Olahan Tabel SE-4 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. Selain
pengaruhnya
terhadap
kualitas
tanah,
perairan
dan
mikroorganisme di dalamnya, pemakaian pupuk sangat memberikan efek yang cukup besar sebagai penyumbang emisi gas CO2 di atmosfer terutama pupuk urea. Pupuk urea yang tersusun dari
senyawa
amonia
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
yang
III- 29
Tekanan Terhadap Lingkungan
mengandung nitrogen serta senyawa karbondioksida merupakan senyawa gas rumah kaca yang apabila terpapar di udara berkontribusi besar terhadap perubahan iklim.
Selain emisi CO2, pada lahan sawah juga menghasilkan
emisi gas metan(CH4). Besarnya tergantung
emisi
gas
metan
dari
lahan
sawah
pada frekunesi penanaman atau luas panen dalam setahun.
Dengan asumsi bahwa satu kali masa tanam padi adalah 90 hari, maka dapat diperkirakan total emisi CH 4 dari lahan sawah dalam setahun. Pada Buku Data Tabel Tambahan SE-7A terlihat luasan lahan sawah dan total emisi CH4 yang dihasilkan dari lahan sawah pada tahun 2015 sebesar
200.248,10 ton
CH4/Ha lahan sawah. Daerah dengan tingkat emisi CH4 paling tinggi adalah Kabupaten Kerinci yaitu sebanyak 6.195,20 ton CH4/Ha lahan sawah karena secara
luasan
Kabupaten
Kerinci
memiliki
lahan
sawah
paling
luas
dibandingkan dari pada kabupaten/kota yang lainnya terutama Kota Jambi yang memiliki luas lahan paling kecil sehingga juga menghasilkan emisi CH4 yang paling kecil yaitu sebesar 279,00 CH4/Ha lahan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.13.
Gambar 3.13. Perkiraan Emisi CH4 dari Lahan Sawah di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 Perkiraan Emisi CH4 dari Lahan Sawah di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 Sungai Penuh Kota Jambi Bungo Tebo Tanjung Jabung Barat
1,751.60 279.00 2,099.80 2,112.20 1,876.40
Tanjung Jabung Timur Muara Jambi Batang Hari Sarolangun Merangin
4,066.80 2,200.20 1,643.80 2,304.60 3,484.00
Kerinci
6,195.20
Emisi CH4 (ton CH4/Ha lahan)
Sumber : Data Olahan Tabel Tambahan-7A Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015. Semakin
meningkatnya
jumlah
penduduk
maka
akan
semakin
meningkat pula kebutuhan manusia akan lahan, baik untuk sebagai tempat
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 30
Tekanan Terhadap Lingkungan
tinggal maupun sebagai tempat pemenuhan kebutuhan hidup ataupun untuk pembangunan dan pengembangan wilayah
seperti
pembangunan
areal
pemukiman, perkebunan, industri, jalan raya, kawasan perkantoran, perairan, dll. Pada Buku data Tabel SE-5 terjadinya alih fungsi lahan perkantoran, dll. Pada Buku Data Tabel SE-5 terjadinya alih fungsi lahan pertanian di Provinsi Jambi menjadi lahan penggunaan lainnya seluas 28.643,20 Ha. Lahan pertanian tersebut dialihkan untuk areal pemukiman seluas 16,35 Ha, areal perkebunan seluas 10.565,85 Ha, tanah kosong seluas 9.479 Ha dan percetakan baru seluas 8.582 Ha Bila dibandingkan dengan tahun 2014, dimana jumlah luasan sawah di Provinsi Jambi tidak mengalami perubahan luasan namun hanya terjadi pengalihfungsian lahan hutan menjadi sawah dan kemudian lahan sawah menjadi areal pemukiman dan perkebunan. Beda halnya pada tahun 2014, berdasarkan data dari Ditjen Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan yang disinkronkan dengan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, maka luasan sawah pada tahun 2015 lebih luas dibandingkan pada tahun 2014 karena luasan sawah pada tahun 2014 hanya berdasarkan frekuensi penanaman saja sementara luasan sawah pada tahun 2014 meliputi luasan sawah terhadap frekuensi pemanenan dan luasan sawah lainnya berupa sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah pasang surut dan sawah rawa lebak.
3. Peternakan Pemanfaatan
lahan
pertanian
tidak
saja
sebagai
areal
untuk
perkebunan dan lahan sawah, namun juga dijadikan sebagai tempat pemeliharaan hewan ternak dan unggas. a. Hewan Ternak Sama halnya dengan tahun sebelumnya, peternakan di Provinsi Jambi pada tahun 2015 didominasi oleh peternakan sapi perah, sapi potong, kerbau, kuda, kambing, domba, babi dan unggas. Jumlah hewan ternak yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi tahun 2015 adalah sebanyak 26.938.655 ekor, yang terdiri dari sapi perah sebanyak 64 ekor, sapi potong sebanyak 136.637 ekor, kerbau sebanyak 43.626 ekor, kuda sebanyak 236
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 31
Tekanan Terhadap Lingkungan
ekor, kambing 422.716 ekor, domba sebanyak 79.708, dan babi sebanyak 42.032 ekor. Pada Buku Data Tabel SE-8 dan Gambar 3.15. dari keseluruhan total hewan ternak dan unggas yang dikelola menunjukkan bahwa untuk jenis ternak, kambing adalah hewan ternak yang paling banyak yang ada di Provinsi
Jambi yaitu sekitar 58,3%. Sementara itu untuk jenis unggas
didominasi oleh ayam pedaging sebesar 45,6 %. Namun secara keseluruhan prosentase peternakan hewan di Provinsi Jambi jumlah hewan ternak hanya berkisar 2, 7% dari total populasi yang ada Gambar 3.14 Jenis Hewan Ternak Tercatat di Provinsi Jambi tahun 2015
40,000
Sapi Potong; Jumlah : 24.485 Rata-rata : 2.226
30,000
Kambing ; Jumlah : 37.843 Rata-rata : 3.440
Kerbau; Jumlah : 9.888 Rata-rata : 899
20,000 10,000 1
Pemotongan Ternak Tercatat 2015
Sapi Perah; Jumlah : Rata-rata : 2 3
4
Domba; Jumlah : 8.500 Rata-rata : 773 Babi; Jumlah : 2.184 Rata-rata : 199 5
6
7
Kuda; Jumlah : 13 Rata-rata : 1
Sumber : Data Olahan Tabel SE-8 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015. Penyebaran hewan ternak di Provinsi Jambi menyebar tidak merata untuk setiap jenis hewan ternak. Kabupaten Batanghari memiliki jumlah hewan ternak paling banyak diantara kabupaten/kota lainnya dengan total jumlah hewan ternak sebanyak 5.848.199 ekor. Sedangkan Kota Sungai Penuh memiliki jumlah hewan ternak yang paling sedikit yaitu
sebanyak
878.258 ekor.
masing –
Total Populasi Penyebaran
hewan
ternak
di
masing kabupaten/kota di Provinsi Jambi dapat dilihat pada Buku Data Tabel SE-8 dan Gambar 3.15.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 32
Tekanan Terhadap Lingkungan
Gambar 3.15 Total Penyebaran Populasi Ternak dan Unggas di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015 5,802,756
6,000,000
Pengelolaan Populasi Ternak dan Unggas Provinsi Jambi Tahun 2015
5,000,000 4,000,000
3,561,216
Ternak
Unggas
3,353,816 3,191,585
2,763,106
3,000,000 2,197,475 2,000,000
1,699,246
0
972,445916,931
899,295
1,000,000
855,765
51,048 66,707 76,550 45,443 92,614 54,685 57,558 91,140 85,441 81,340 22,493
Sumber : Data Olahan Tabel Tambahan SE-8 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015. Pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jambi telah melakukan beberapa program dan kegiatan dalam
mewujudkan peningkatan produksi dan produktifitas peternakan di
Provinsi Jambi, antara lain dengan melaksanakan kegiatan penyebaran ternak,
perbaikan
dan
penambahan
infrastruktur
yang
ada
seperti
pembangunan pos keswan, insentif untuk para inseminator, penyuluhan,dan pengembangan
kelembagaan,
pengembangan
integrasi
peternakan,
penguatan UPTD Pembibitan Ternak, pengembangan laboratorium keswan dan kesmavet, pemberantasan penyakit hewan menular dan zoonosis, serta penyelamatan betina produktif. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sebagai upaya Pemerintah Provinsi Jambi dalam meningkatkan produksi ternak untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Peningkatan populasi pemotongan hewan ternak di Provinsi Jambi dari tahun 2013 sampai 2015 di Provinsi Jam dapat dilihat dari grafik 3.16 di bawah ini :
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 33
Tekanan Terhadap Lingkungan
Gambar 3.16 Peningkatan pemotongan populasi Ternak di Provinsi Jambi Tahun 2015. Populasi Ternak 2015; 28.508.372
Populasi Ternak 2013; 25.048.758
Populasi Ternak 2014; 26.939.380
Jenis Ternak : 1. Sapi Potong 2. Sapi Perah 3. Kerbau
5. Domba 6. Babi 7. Kuda
9. Ayam Ras Telur 10. Ayam Ras Pedaging 11. Itik
4. Kambing
8. Ayam Buras
12. Kelinci
13. Puyuh 14. Merpati 15. Itik Manila
Sumber : Data Olahan Tabel Tambahan SE-8 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015. Tabel 3.10. Peningkatan Jumlah Populasi Ternak dari 2013 – 2015 di Provinsi Jambi. Pemotongan No
Populasi (ekor)
Jenis
Ternak
Tercatat
Ternak 2013
2014
2015*)
2013
2014
2015
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(3)
(4)
(5)
1.
Sapi potong
118.985
136.638
140.185
24.174
22.432
24.485
2.
Sapi Perah
64
64
72
0
0
0
3.
Kerbau
41.155
43.624
44.531
13.729
8.799
9.888
4.
Kambing
410.866
422.715
459.541
30.245
36.128
37.843
5.
Domba
77.151
79.708
82.329
7.943
8.255
8.500
6.
Babi
60.180
42.033
40.128
0
0
0
7.
Kuda
221
236
245
11
10
13
8.
Ayam Buras
11.519.915
12.367.301
12.551.551
654.376
704.612
567.529
Ayam 9.
Petelur
Ras
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 34
Tekanan Terhadap Lingkungan
Ayam
ras
10.
Pedaging
10.897.666
11.957.805
13.186.178
11.
Itik
1.268.179
1.183.915
1.435.092
12.
Kelinci
0
730
992
13.
Puyuh
0
0
0
14.
Merpati
0
0
0
15.
Itik Manila
0
0
0
Jumlah
25.048.758 26.939.380 28.508.372
76.102
75.624
80.729
Sumber : Data Olahan Tambahan SE-8 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015. Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, sektor peternakan berkontribusi dalam menghasilkan Gas Rumah Kaca (GRK).
Peningkatan
emisi GRK dari sektor peternakan berasal dari proses fermentasi pencernaan dan pengelolaan kotoran ternak (pupuk kandang). Emisi yang dihasilkan dari kedua proses tersebut adalah gas metan (CH4). pencernaan
dihasilkan
oleh
hewan
herbivora
Gas metan dari aktivitas yang
dalam
proses
pencernaannya melakukan pemecahan karbohidrat oleh mikroorganisme. Gas metan dari pengelolaan kotoran ternak akan diemisikan karena berada pada kondisi dekomposisi secara anaerobik. Di Provinsi Jambi, emisi gas metan yang dihasilkan dari kegiatan peternakan adalah sebesar 12.109,08 ton/tahun dimana Kabupaten Bungo menghasilkan gas metan yang paling tinggi yaitu 1.916,71 ton/tahun. Diikuti oleh Kabupaten Tebo sebesar1.878,93 ton/tahun. Sementara kabupaten/kota yang menghasilkan emisi CH4 paling sedikit adalah Kota Sungai Penuh sebesar 263,93 ton/tahun. Hal ini karena jumlah hewan ternak di Kota Sungai Penuh juga sedikit sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.15 Dibandingkan dengan emisi gas CH4 yang dihasilkan dari tahun 2014 dan 2015, besaran emisi gas CH4 yang dihasilkan dari kegiatan peternakan tahun 2015 menurun bila dibandingkan dengan tahun 2014.
Dengan
menurunnya jumlah hewan ternak, besaran emisi gas CH4 juga menurun sebesar 41,85% baik dari proses fermentasi pencernaan maupun pengelolaan pupuk kandang. Pada Tabel 3.16. dapat dilihat besarnya emisi CH4 yang dihasilkan dari kegiatan peternakan.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 35
Tekanan Terhadap Lingkungan
Tabel 3.11. Jumlah Emisi metana dari pengelolaan kotoran Ternak di Provinsi Jambi Tahun 2015. No
1.
Kab/
Emisi gas Metan dari Pengelolaan Kotoran Ternak (Gg CH4/Tahun)
Kota
Sapi
Sapi
Perah
Ptg
Kerinci
0,00334 8
2.
Merangin 0
3.
Sarolangun 0
4.
Batanghari 0
5.
6.
Muara Jambi
0,07275 0,09258 6 0,05263 2 0,04537 8
0,00855
0,11097
6
6
Kerbau
0,057528
0,060456
0,09774
0,087468
Domba
0,001787
0
0
0
Kambing
0,0339623
0,0450476
0,0583189
0,0255922
0,019068
0
0,0661703
0,001068
0
0,0527881
0,007116
0
0,0639949
0,121944
0
0,0689066
Babi
0,00989 5 0,01453 3 0,01854 2 0,01344 4
Kuda
0
0
0
0
Ayam
Ayam
Kpg
Petlr
0,094894 56 0,103497 6 0,054143 4 0,152104 32
0,00530
0,75310
0,327077
8
2
4
Ayam
0,00876348
0,0481758
0,00597996
0,15085284
0
0,04843524
0
0,53991276
0,03153396
0,06506892
0,00701424
0,01815
0
0,00279
0
0,04585092
0,0005262
0,37903488
0,0096162
0,12327336
0,02111952
0,013392
0,00876348
0,0481758
Itik
0,052 07568 0,003 3666 0,005 33676 0,004 31364 0,003 66564
Tanjung Jabung
0
0,08703 6
0,00011 9
0
0,301267 56
0,005 14092
Timur 7.
Tanjung Jabung Barat
8.
0
Tebo 0
9.
Bungo 0
10.
Kota Jambi 0
10.
0,10800 6 0,17131 8 0,01571
0,066924
0,00021
0,0539933
0,00288
0,000105
0,0712879
0,00132
0,000999
0,017923
Kerinci
0,07275
0,057528
0,001787
0,0339623
0,3831
0,4763
0,335148
0,868212
8004
1984
72
48
0
0,00334 8
Total
4
4
0,00166 8
0,0021
0,100778 64 0,055205
0,01293
0
0,01164
0,02889
0,020698
4
6
2
0,00132
0,98124
0,223136
5
6
88
88
0,013 12476 0,008 97492 0,002 19864 0,026 96376
Kota Sungai Penuh
11.
0,04226
0,02116 2
1,3905258
0,00624 2 0,00989 5
0
0
0,051271 68 0,094894 56
0,016 9086 0,052 07568
0,4725
0,2338
0,42181
0,735443
1,455548
0,150
8364
3632
836
04
04
3378
Sumber : Data Olahan Tambahan SE-8 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 36
Tekanan Terhadap Lingkungan
Tabel 3.12. Jumlah Emisi Metana dari Fermentasi Enterik diProvinsiJambi Tahun 2015 No
Kab/Kota
Emisi
Emisi gas metana dari Fermentasi Enterik Ternak
Total
(Gg CH4/Tahun) Sapi
Sapi
Kerbau
Domba
Kambing
Babi
Kuda
Perah
Potong
1.
Kerinci
0,006588
3,41925
1,58202
0,014688
0,77187
0,24738
0
6
2.
Merangin
0
4,351542
1,66254
0
1,02381
0,36333
0
7
3.
Sarolangun
0
2,473704
2,68785
0
1,32543
0,46356
0
7
4.
Batanghari
0
2,132766
2,40537
0
0,58164
0,33609
0
5
5.
Muara Jambi
0,016836
5,215872
0,52437
0
1,50387
0,13269
0,10758
8
6.
Tanjung
0
4,090692
0,02937
0
1,19973
0,00297
0
5
0
1,986408
0,19569
0
1,45443
0,0417
0,0003
4
6
Jabung Timur 7.
Tanjung Jabung Barat
8.
Tebo
0
5,076282
3,35346
0
1,56606
0,32325
0
10
9.
Bungo
0
8,051946
1,84041
0,001728
1,22712
0,29109
0,00412
11
10.
Kota Jambi
0
0,738558
0,0792
0,000864
1,62018
0,03312
10.
Kota
0
0,994614
0,0363
0,008208
0,40734
0,15606
0
2
0,006588
3,41925
1,58202
0,014688
0,77187
0,24738
0
6
8 0,14017
3
8 Sungai
Penuh 11.
Kerinci
Sumber : Data Olahan TambahanSE-8 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015.
E. Industri Berdasarkan hasil Kajian Ekonomi Regional (KER) Bank Indonesia tahun 2015, Perekonomian Jambi pada triwulan IV-2015 menghasilkan PDRB atas dasar harga berlaku sebesar Rp40,11 triliun dan tumbuh sebesar 3,18% lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan IV-2015 yang tercatat sebesar 5,04%, serta jauh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya 4,38% dan triwulan IV- 2014 7,05%. Secara tahunan PDRB Jambi pada tahun 2015 tercatat sebesar 4,21%, jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi di tahun 2014 yang
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 37
Tekanan Terhadap Lingkungan
mencapai 7,35%. Industri merupakan salah satu sektor pembangunan yang sangat potensial untuk merusak dan mencemari lingkungan. Apabila hal ini tidak dapat perhatian serius maka ada kesan bahwa antara indutrsti dan lingkungan hidup berjalan tidak seiring, dlam arti semakin maju industri maka semakin rusak lingkungan hidup. Semakin berkembangnya kawasan industri diProvinsi Jambi semakin memberikan kontribusi terhadap sumber pendapatan daerah
sehingga
sektor
industri
merupakan
sektor
penting
dalam
meningkatkan pertumbuhan dan percepatan ekonomi. Selain itu, sektor industri
dapat
menyerap
tenaga
kerja
yang
banyak
sehingga angka
pengangguran dan tingkat kemiskinan dapat dikurangi. Pada tahun 2015, jumlah industri skala menengah dan besar yang ada di Provinsi Jambi tercatat sebanyak 78 buah industry yang terdiri dari 7 (tujuh) kelompok/jenis industri yaitu industri sawit (CPO) terdiri dari 49 industri, industry karet (CRF) terdiri dari 11 industri, industri migas dan panas bumi terdiri dari 7 (tujuh) industri, industri plywood (kayu lapis dan veneer) terdiri dari 7 (tujuh) industri, industry instan terdiri dari 1 (satu) industri, industri pulp dan paper terdiri dari 1 (satu) industri dan industri teh terdiri dari 1 (satu) industri. Namun dari 78 industri tersebut 6 (enam) industri diantaranya tidak beroperasi lagi sehingga jumlah industry yang aktif beroperasi pada tahun 2015 adalah sebanyak 72 buah industri.Total produksi yang dihasilkan dari ketujuh jenis industri tadi adalah sebesar 2.640.159,13 ton/tahun seperti dapat dilihat pada Buku Data Tabel SP1. Tabel 3.13. Jumlah Produksi Industri di Provinsi Jambi Tahun 2015. No
Jenis Industri
1.
Palm Oil Mill/CPO
2.
Crumb
3.
Factory dan Gas Minyak
4.
Produksi (Ton/Tahun) 1.259.873,00
Jumlah Industr i
Rata-Rata (Ton/Tahun) Produksi
49
1.259.873,00
9
0,00
250.570,22
6
250.570,22
Plywood
48.779
5
48.779
5.
Mie instan
12.217,00
1
12.217,00
6.
Teh
2.608,00
1
2.608,00
7.
Pulp dan Paper
840.572,11
1
840.572,11
Rubber 0,00
Sumber : Data Olahan SP-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 38
Tekanan Terhadap Lingkungan
Pada Tabel 3.13. dapat dilihat bahwa industri Palm Oil/CPO memiliki rata-rata produksi yang paling tinggi yaitu setiap satu industri Palm Oil/CPO akan menghasilkan produksi sebesar 1.259.873,00 ton/tahun. Sedangkan industri yang rata-rata produksinya paling sedikit adalah industri Teh yaitu 2.608,00 ton/tahun. Dalam operasionalnya, limbah yang dihasilkan oleh 7 (tujuh) kelompok industri diatas yang apabila tidak ditangani dengan baik akan memberikan masalah bagi lingkungan, baik limbah cair, limbah padat, emisi udara dan yang paling berisiko adalah limbah B3. Untuk penghitungan beban limbah cair dari masing-masing industri memiliki parameter yang berbeda untuk setiap jenis/kelompok industri. Untuk penghitungan beban limbah cair dari masingmasing industri memiliki parameter yang berbeda untuk setiap jenis/kelompok industri. Secara keseluruhan beban limbah pencemaran dari industri-industri yang ada di Provinsi Jambi adalah sebesar 3.767.516,22 ton/tahun yang terdiri dari beberapa parameter seperti BOD, COD, TSS, N-total, Amonia, Minyak dan Lemak, Cd, Cu, Pb, Zn, Fenol Total, H2S, TDS dan TOC. Lebih rincinya jumlah beban pencemaran limbah cair untuk masing-masing jenis industri dapat dilihat pada Buku Data Tabel Tambahan SP-1A dan Gambar 3.22.
Gambar 3.17. Beban Pencemaran Limbah Cair Berdasarkan Jenis Industri di Provinsi Jambi Tahun 2015
3,767,420.00
SUMBER PENCEMARAN 2015 1 2 3 4
Beban Limbah Pencemaran (Ton/ Tahun)
26.69
Jenis Industri
Crumb Palm Oil Mill / CPO Rubber
0 Minyak dan Gas
7.098
0.4102
0
Plywood
Mie Instan t
Teh
62.02 Pulp dan Paper
Sumber : Data Olahan Tabel SP-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 39
Tekanan Terhadap Lingkungan
Berdasarkan data laporan kegiatan Dekonsentrasi PROPER provinsi Jambi pada tahun 2015, Industri yang telah menjadi peserta PROPER wajib menghitung beban pencemaran baiki itu pencemaran air limbah ke badan air, maupun pencemaran udara dari sumber emisi tidak bergerak. Tabel 3.21 adalah tabel perhitungan beban pencemaran dari 62 industri yang menjadi pesrerta PROPER 2015 dari 3 (tiga ) sektor industri yaitu Agroindustri (CPO dan Crumb Rubber), Pertambangan dan energi Migas (Tambang Batubara dan Minyak Bumi), Sektor Manufaktur dan Jasa termasuk didalamnya kertas, teh, plywood dan makanan. Tabel 3.14 Total Beban Pencemaran dari Industri di Provinsi Jambi Tahun 2015. No
Parameter
Beban Sektor ( Jenis Industri)
Pencemaran
Agroindustri
(Ton/Tahun)
Pertambangan
Manufaktur
dan Energi Migas
dan Jasa
1
COD
2.456,852
4,837
0,213
2
BOD
1.126,750
0
0,097
3
TSS
200,865
65,515
0..089
Sumber : Data Olahan Tabel SE-8 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015. 1. Industri Minyak Sawit (CPO) Secara keseluruhan dari industri Palm Oil yang ada di wilayah Provinsi Jambi menghasilkan
total
produksi
industri
miyak
sawit
sebesar
1.259.873,00 ton/tahun, namun tidak semua perusahaan telah menghitung beban pencemaran untuk tahun 2015.
Besarnya beban limbah pencemaran
yang dihasilkan selama tahun 2015 untuk industri sawit yang dikelola oleh PT.Perkebunan Nusantara VI wilayah Jambi adalah sebesar 26,69 ton/tahun yang terdiri dari 6,13 ton/tahun
BOD; 14,70 ton/tahun COD; dan 5,86
ton/tahun untuk TSS. Apabila dilihat dari jumlah industri sawit yang meningkat dari tahun 2014 artinya telah terjadi peningkatan jumlah produksi minyak sawit yang mengakibatkan peningkatan beban limbah pencemaran.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 40
Tekanan Terhadap Lingkungan
2. Industri Karet (CRF) Dengan total produksi industri karet sebesar
225.540
ton/tahun
besarnya beban limbah pencemaran yang dihasilkan selama tahun 2015 adalah sebesar 3.767.516,22 ton/tahun yang terdiri dari 606,252 ton/tahun BOD; 1.580,584
ton/tahun, COD;1.580,584 ton/tahun, TSS; 268,894
ton/tahun, N-total;48,067 ton/tahun dan amoniak. 3. Industri Migas dan Panas Bumi Untuk industri migas, total produksi pada tahun 2015 mencapai 250.570,22 ton/tahun namun untuk data besarnya beban limbah pencemaran yang dihasilkan tidak dapat ditampilkan pada tahun 2015 dikarenakan tidak ada data. 4. Industri Plywood Industri plywood yang ada di Provinsi Jambi berupa industri kayu lapis dan veneer. Dengan total produksi industri plywood sebesar 48.779 ton/tahun besarnya beban limbah pencemaran yang dihasilkan selama tahun 2015 adalah sebesar 7,098 ton/tahun yang terdiri dari 1,744 ton/tahun BOD; 3,042 ton/tahun COD; 2,164 ton/tahun TSS; 0,056 ton/tahun lainnya termasuk N-Total, amoniak, dan fenol total sebesar 0,148 ton/tahun. 5. Industri Mie Instan Hanya ada satu industri mie instan yang ada di Provinsi Jambi dengan jumlah total produksi sebesar 12.217.000 ton/tahun. Besarnya beban pencemaran limbah cair yang dihasilkan selama tahun 2015 adalah sebesar 0,4102 ton/tahun yang terdiri dari 0,0090
ton/tahun BOD; 0,2149ton/tahun
COD; dan 0,0152 ton/tahun TSS. Terjadi peningkatan jumlah produksi yang dihasilkan oleh industri mie instan pada tahun 2015, sehingga jumlah beban limbah pencemaran yang dihasilkannya meningkat dari 0,054 ton/tahun pada tahun 2014 menjadi 0,054 ton/tahun pada tahun 2015. 6. Industri Teh Produksi dari industri perkebunan teh di Provinsi Jambi selama tahun 2015 adalah sebanyak 2.608 ton/tahun namun untuk data beban pencemaran limbah data belum dapat ditampilkan. 7. Industri Pulp and Paper
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 41
Tekanan Terhadap Lingkungan
Produksi dari industri pulp dan paper di Provinsi Jambi selama tahun 2015 adalah sebanyak 840.572,11 ton/tahun dengan total beban pencemaran limbah cair yang dihasilkan sebesar 62, 02 ton/tahun yang terdiri dari 15,5 ton/tahun BOD; 35, 71 ton/tahun COD dan 10, 81 ton/tahun TSS. Selain limbah cair sektor industri juga menghasilkan limbah padat dan gas. Limbah padat yang dapat memberikan tekanan kepada lingkungan paling besar adalah limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Sedangkan konsentrasi limbah B3 cair volumenya lebih sedikit yaitu sebesar 0,1% dari total volume limbah cair. Pembahasan mengenai limbah B3 serta pengaruhnya terhadap lingkungan dijelaskan pada sub bab J pada bab ini. Sementara untuk limbah/emisi udara yang dihasilkan oleh industri terutama industri menengah dan besar telah dapat dikelola dengan baik. Pada umumnya tiap industri telah memiliki alat pengendali pencemaran udara dalam melakukan pengelolaan pencemaran udara.
Pemanfaatan
cerobong
asap
sesuai
dengan
ketinggian
yang
dipersyaratkan oleh Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 205 Tahun 1996 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak
Bergerak merupakan salah satu bentuk pengendalian pencemaran udara yang dilakukan oleh setiap industry.
F. Pertambangan Pertambangan merupakan usaha pemerintah atau suatu instansi lainnya dalam mencari, menggali dan mengolah kekayaan alam yang termasuk sumber daya alam tidak dapat diperbaharui seperti jenis-jenis logam, batubara dan minyak bumi, yang nantinya secara tidak langsung dapat meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi negara. Kegiatan pertambangan dan pengolahannya membawa dampak positif yang cukup besar untuk pembangunan negara, namun perlu kita ketahui bahwa kegiatan pertambangan dan pengolahan minyak bumi serta berbagai macam logam dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang besar dan sulit dihindari. Kita sering mendengar berbagai kasus pencemaran air dan tanah akibat pertambangan dan pengolahan logam. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-Bahan Galian terdapat 3 golongan pengelompokkan bahan galian, yaitu: (1) Golongan bahan galian yang strategis meliputi minyak
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 42
Tekanan Terhadap Lingkungan
bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batubara, batubara muda, uranium, radium, thorium, dan bahan galian radioaktif lannya serta nikel, kobalt dan timah; (2) Golongan bahan galian yang vital meliputi besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan, bauksit, tembaga, timbal, seng, emas, platina, perak, air raksa, intan, arsin, antimon, bismut, yttrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya serta berilium, korundum, zirkon, kristal kwarsa, kriolit, fluorpar, barit, yodium, brom, khlor dan belerang; (3) Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan a atau b meliputi nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite), ases, talk, mika, grafit, magnesit, yarosit, leusit, tawas (alum), oker, batu permata, batu setengah permata, pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit, batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth), marmer, batu tulis, batu kapur, dolomit, kalsit, granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan a maupun golongan b dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Untuk pertambangan minyak bumi diusahakan oleh 8 (delapan) perusahaan dengan luas areal yang baru terdata seluas 5.582,02 Ha dengan total produksi pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 250.570.02 ton/tahun. Dari 8 (delapan) perusahaan pertambangan minyak dan gas tersebut, terdapat 1 (satu) perusahaan yang tidak beroperasi lagi yaitu PT Conoco Philips Indonesia (South Jambi) di wilayah Kecamatan Maro Sebo Ulu dikarenakan berkurangnya cadangan minyak bumi di wilayah tersebut. Sementara pertambangan gas bumi dihasilkan oleh sebuah kelompok Usaha tambang gas yang
besar
luasannya
belum
teridentifikasi
namun
dapat
diperkirakan
menghasilkan total produksi sebanyak 185,09 ton/tahun. Pertambangan batubara diusahakan oleh 198 perusahaan yang terdata oleh Dinas ESDM Provinsi Jambi dengan total luasan areal pertambangan sebesar 391.833,76 Ha. Perkiraan jumlah total produksi untuk Batubara pada tahun 2015 yaitu sebesar 3.563.993,75 ton/tahun. Peningkatan produksi batubara meningkat drastis diiringi dengan jumlah perusahaan tambang Batubara yang meningkat lebih dari 100% dari jumlah tahun sebelumnya yaitu dari 85 Perusahaan Batubara menjadi 198 perusahaan.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 43
Tekanan Terhadap Lingkungan
Selain itu di wilayah Provinsi Jambi juga terdapat pertambangan mangan, emas dan biji besi yang masing-masing terdata oleh Dinas ESDM Provinsi Jambi terdiri dari 1 (satu) perusahaan pertambangan mangan, 3 (tiga) perusahaan pertambangan emas dan 2 (dua) perusahaan pertambangan biji besi. Secara luasan tercatat bahwa areal pertambangan untuk pertambangan mangan di Provinsi Jambi seluas 176 Ha, pertambangan emas seluas 11.254 Ha dan pertambangan biji besi seluas 256 Ha. Namun sangat disayangkan total produksi yang dihasilkan oleh masing-masing usaha pertambangan tersebut belum terdata. Data yang dapat disimpulkan dari masing-masing kelompok pertambangan di Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 3.15. Tabel 3.15 Luas Areal Pertambangan di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 Jumlah Perusahaan No.
Jenis
Luas Areal (Ha)
Total Produksi Yang Terdata (ton/tahun)
Terdata
Pertambangan
2014
2015
2014
2015
2014
Perubahan
2015
1.
Minyak bumi
8
8
5.582,02
5.582,02
936.282,71
250.570,02
2.
Gas Bumi
1
1
*
*
185,09
*
*
3.
Batu Bara
85
198
2.801.875,06
3.563.993,75
+ 762.118,69
4.
Mangan
1
1
176,00 176,00
*
*
*
5.
Emas
3
3
11.254,00 11.254,00
*
*
*
6.
Biji Besi
2
2
256,00 256,00
*
*
*
100
213
Jumlah
56.004,1 391.833,76
73.272,12
- 685.712,69
409.101,78
Sumber : Data Olahan SE-6 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016 Keterangan : * tidak terdata.
Pada Tabel
3.15. dapat dijelaskan bahwa terjadinya peningkatan
jumlah perusahaan pertambangan yang terdata sebanyak 113 perusahaan
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 44
Tekanan Terhadap Lingkungan
dan peningkatan luasan pertambangan yang terdata dari 56.004,1Ha pada tahun 2014 menjadi 391.833,76Ha pada tahun 2015. Terjadinya peningkatan jumlah perusahaan dan luasan areal pertambangan diikuti dengan peningkatan jumlah total produksi yang dihasilkan. Terjadinya peningkatan luasan areal penambangan
lebih
dari
100%
disebabkan
oleh
peningkatan
jumlah
perusahaan yang terdata pada tahun 2015 dan adanya beberapa perusahaan baru yang beroperasi pada tahun 2015. Dengan peningkatan luasan yang sangat tinggi ini menyebabkan kerusakan lingkungan yang terjadi juga semakin meningkat pada tahun 2015. Selain berkurangnya cadangan sumber daya alam sebagai akibat adanya eksploitasi, kegiatan pertambangan memberikan tekanan dan pengaruh lainnya terhadap lingkungan, seperti:
a. Pencemaran udara, pencemaran air dan tanah lebih sering terjadi dalam kasus pertambangan. Kadar logam berat yang kadang merupakan limbah dari pengolahan hasil tambang dapat merusak ekosistem perairan dan tanah bukan hanya di lokasi tambang tapi juga di wilayah sekitar kegiatan pertambangan. b. Pencemaran udara bias diakibatkan kebocoran pipa pengolahan yang dapat melepas gas berbahaya seperti CO 2, CO, gas belerang, H2S dan methan. Kasus- kasus kebocoran ini bisa mengakibatkan gangguan pernapasan, alergi pada kulit atau bahkan berujung pada kematian. Kebocoran gas pada proses pengolahan hasil tambang minyak bumi juga dapat mengakibatkan ledakan yang dipicu oleh gas nitrogen. c. Dan tekanan yang paling ekstrim di Provinsi Jambi adalah kurangnya kepedulian dari pemrakarsa untuk melakukan usaha reklamasi oleh perusahaan setelah operasi pertambangan selesai. Lahan yang telah tereksplor dibiarkan terbuka sehingga menyebabkan terjadi bencana alam. Hal ini biasanya terjadi pada kegiatan pertambangan batubara di hampir setiap kabupaten/kota.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 45
Tekanan Terhadap Lingkungan
G. Energi Menggunakan energi surya tidak mengakibatkan polusi udara atau polusi air dan tidak juga menghasilkan gas rumah kaca, tetapi tetap memiliki beberapa dampak tidak langsung terhadap lingkungan saat ini segala aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat sangat bergantung pada ketersediaan energi. Padahal sektor energi merupakan penyumbang
terbesar gas rumah kaca
(GRK) yang diperoleh dari bahan bakar. Bahan bakar adalah suatu materi yang bisa diubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain yang kita sebut sebagai energi. Bahan bakar memiliki suatu energi yang berpotensi untuk dilepaskan, diubah dan di manipulasi menjadi bentuk energi yang lain demi keperluan tertentu. Berdasarkan bentuknya, bahan bakar dibagi dalam tiga kelompok, yaitu (1) bahan bakar padat, contohnya batubara dan kayu, (2) bahan bakar cair, contohnya bahan bakar minyak (BBM), dan (3) bahan bakar gas, contohnya LPG atau LNG. Menurut data Dinas Perhubungan Provinsi Jambi jumlah kendaraan roda empat empat yang beredar di wilayah Provinsi Jambi tahun 2015 berjumlah 33.432 yang terdiri dari 99,4 kendaraan berbahan bakar solar dan 0,6% kendaraan berbahan bakar bensir sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel SP-2. Kendaraan berbahan bakar solar untuk kendaraan roda 4 sangat mendominasi terutama jenis Pick Up tidak umum sebanyak 14107 unit. Sedangkan truck besar umum hanya 3 unit.
H . Pariwisata Berkembangnya pariwisata di suatu daerah dapat ditandai dengan ramainya wisatawan baik wisatawan asing maupun wisatawan domestik yang berkunjung ke daerah tersebut serta tumbuhnya sarana dan prasarana penunjang
pariwisata
tersebut
seperti
hotel
dan
penginapan.
Selain
meningkatnya perekonomian masyarakat, kegiatan pariwisata juga dapat berpotensi menurunkan daya dukung lingkungan dan mengancam kelestarian lingkungan. Pembukaan
lahan
dan
perubahan
tata
guna
lahan
dalam
pembangunan hotel dan sarana penunjang kegiatan pariwisata lainnya
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 46
Tekanan Terhadap Lingkungan
merupakan salah satu dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut baik limbah padat maupun limbah cair akan mencemari lingkungan perairan, tanah dan udara. Oleh sebab itu perkembangan kegiatan pariwisata ini perlu diupayakan kegiatan yang dapat menjaga dan mengutamakan kelestarian lingkungan. Perlu adanya perencanaan dan pengelolaan kegiatan wisata serta kondisi sarana dan prasarana penunjang yang sangat baik. Masalahnya jika kegiatan pariwisata
tanpa pengelolaan
lingkungan yang benar akan
menimbulkan dampak yang berkepanjangan bagi lingkungan. Hal tersebut dapat berupa rusaknya sumber daya alam, perubahan ekosistem, hilangnya keanekaragaman hayati, hilangnya tanah penutup, turunnya permeabilitas air, udara dan tanah, serta pencemaran pada badan air. Provinsi Jambi sebagai daerah yang sedang menggeliat menggalakkan potensi wisatanya diharapkan mampu melakukan pengelolaan lingkungan yang benar sehingga kegiatan pariwisata di Provinsi Jambi tidak merusak dan mengancam kelestarian alam di Provinsi Jambi.
I.
Obyek Wisata Saat ini terdapat 81 objek wisata di Provinsi Jambi 81 obyek wisata
yang tersebar dari wilayah perbukitan di Kabupaten Kerinci hingga daerah pesisir pantai Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Total jumlah luasan lokasi obyek wisata di Provinsi Jambi mencapai 3.0841.38,63 Ha. Jenis obyek wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan berupa obyek wisata alam, wisata agro dan wisata bahari dengan rata-rata jumlah pengunjung 72.065 orang selama tahun 2015 sebagaimana dapat terlihat pada Buku Data Tabel SP-6 dan Tabel 3.16. menyajikan lokasi obyek wisata di Provinsi Jambi berdasarkan wilayah kabupaten/kota dengan rata-rata jumlah pengunjung per tahunnya.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 47
Tekanan Terhadap Lingkungan
Tabel 3.16. Lokasi Obyek Wisata, Jumlah Pengunjung dan Luas Kawasan di Provinsi Jambi Tahun 2015. No.
Kabupaten/Kota
Jumlah Obyek Wisata
Jenis Obyek Wisata
Jumlah Luas Pengunjung/ Kawasan Tahun (Ha)
1. Kabupaten Kerinci
34
Alam, Agro
-
624.678,68
2. Kabupaten Merangin
10
Alam
-
799.090
3. Kabupaten Sarolangun
5
Alam
550
491.567
4. Kabupaten Batang Hari
3
Alam, Agro
-
76.765
5. Kabupaten Muara Jambi
1
Alam
-
162.700
6. Kabupaten Tanjung jabung
15
43.265
365.165,70
Timur Tanjung Jabung 7. Kabupaten
1
Alam, Bahari Alam
-
33.000
Kabupaten Muara Bungo 8. Barat
2
Alam
-
482.690
9. Kabupaten Tebo
2
Alam, Agro
-
33.435
10 Kota Jambi . Kota Sungai Penuh 11 . Jumlah
9
Alam
151.000
215,78
4
Alam
28.250
15.000
223.065 3.084.307,1 6 Sumber : Data Olahan SP-6 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015. 86
Dari Tabel 3.25. terlihat bahwa Kabupaten Kerinci memiliki obyek wisata paling banyak yaitu sebanyak 34 objek wisata, berupa objek alam dan dan agrowisata
dengan
luas
kawasan
terluas
dibandingkan
dengan
dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Wisata alam dan wisata agro di kabupaten Kerinci didukung oleh potensi keindahan alam yang dimilikinya. Wisata alam alam di Kabupaten Kerinci dapat dinikmati oleh wisatawan melalui keindahan potensi danau, hutan adat, taman nasional, gunung, air terjun serta air panas. Sedangkan wisata agro di Kabupaten Kerinci dapat berkunjung ke perkebunan teh Kayu Aro. Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang merupakan wilayah pesisir pantai memiliki tujuan wisata bahari. Hutan bakau di sepanjang pantai timur dan Taman Nasional Berbak berada di kabupaten ini. Sementara Kota memiliki obyek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Obyek wisata di Kota Jambi meliputi obyek wisata alam berupa hutan kota dan kebun binatang. Kabupaten Tebo, Kabupaten
Sarolangun
dan
Kabupaten Batanghari memiliki obyek wisata berupa Taman Nasional dan Kebun Raya yang luasannya juga mencakup kabupaten lainnya di Provinsi
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 48
Tekanan Terhadap Lingkungan
Jambi namun pengelolaannya berada di Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Batanghari. Semakin ramainya pengunjung suatu obyek wisata, selain akan meningkatkan pendapatan
daerah
di
sector pariwisata juga akan menimbulkan permasalahan lingkungan yang apabila tidak ditangani akan mempengaruhi potensi obyek wisata tersebut. Masalah sampah adalah contoh nyata yang harus diperhatikan oleh pengelola obyek wisata. Ramainya jumlah pengunjung yang datang tentu akan menyebabkan akan semakin meningkatnya timbulan sampah yang dihasilkan. II.
Hotel dan Penginapan
Sebagai sarana akomodasi, hotel berperan dalam menunjang kepariwisataan diProvinsi Jambi yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Pada tahun 2014, Provinsi Jambi memiliki 177 hotel sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data SP-7 danTabel3.26. Hotel di Provinsi Jambi terdiri dari hotel berbintang empat sebanyak 5 (lima) buah, hotel bintang tiga sebanyak 9 (sembilan) buah, hotel bintang dua sebanyak 4 (empat) buah, hotel bintang satu sebanyak 5 (lima) buah, dan hotel melati sebanyak 154 buah.
Sebaran hotel di tiap
kabupaten/kota di Provinsi Jambi dapat dilihat pada Buku Data Tabel Tambahan SP-7A dan Tabel 3.26. Tabel 3.17. Sarana Hotel di Provinsi Jambi Tahun 2015. No.
Kelas Hotel
Kabupaten/Kota Melati
Bintang 1
Bintang 2
Bintang 3
Jumlah Bintang 4 -
1.
Kabupaten Kerinci
6
-
-
-
2.
Kabupaten Merangin
8
-
-
-
-
8
3.
Kabupaten Sarolangun
8
-
-
1
-
9
4.
Kabupaten Muaro Jambi
2
-
-
-
-
2
5.
Kabupaten Batanghari
2
-
-
-
-
2
6.
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
5
-
-
-
-
5
7.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
13
1
-
-
-
14
8.
Kabupaten Tebo
4
-
-
-
-
4
9.
Kabupaten Bungo
18
-
1
2
-
21
10.
Kota Jambi
74
4
3
6
5
92
11.
Kota Sungai Penuh Jumlah
6
14
-
-
-
-
14
154
5
4
9
5
177
Sumber : Data Olahan SP-7 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 49
Tekanan Terhadap Lingkungan
Berdasarkan jumlah pengunjung objek wisata yang tercata pada tahun 2015 di Provinsi Jambi dapat diproyeksikan jumlah limbah padat yang dihasilkan setiap
hari,
sebanyak 3
325.674,911m /hari.
Kota
84.764,7kg/org/hari Jambi
sebagai
atau
daerah
setara
tujuan
dengan
wisata
yang
menghasilkan sampah sebanyak 57.280 kg/hari Diikuti oleh Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Sarolangun dan Kota S.Penuh. Bila dibandingkan dengan tahun 2104, jumlah pengunjung obyek wisata di wilayah Provinsi Jambi meningka pada tahun 2015. Peningkatan ini juga mengakibatkan bertambahnya jumlah timbulan limbah padat yang dihasilkan. Provinsi Jambi memiliki obyek wisata alam yang cukup banyak. Jika pengelolaan terhadap obyek wisata ini tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan dampak yang berkepanjangan bagi lingkungan berupa hancurnya
sumber
daya
lingkungan,
perubahan
ekosistem,
hilangnya
keanekaragaman hayati serta pencemaran terhadap air dan tanah. Terutama yang berasal dari limbah padat yang dihasilkan oleh pengunjung obyek wisata.
I. Limbah B3
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia. Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan tumpahan, sisa proses, dan oli bekas yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3. Limbah B3 di Provinsi Jambi pada umumnya dihasilkan oleh kegiatankegiatan dari perusahaan menengah dan besar seperti perusahaan CPO, CRF, migas, pulp & paper, mie instan dan perkebunan teh dan rumah sakit. Jenis limbah B3 yang dihasilkan tergantung pada jenis kegiatan produksi dari masing-masing perusahaan pada perusahaan biasanya limbah B3 berupa oli
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 50
Tekanan Terhadap Lingkungan
bekas, aki bekas, kain majun, baterai bekas, lampu TL bekas dan fly ash, button ash. Sementara untuk limbah B3 rumah sakit berupa limbah infeksius/limbah medis berupa jarum suntik bekas, perban bekas, obat kadaluarsa, darah dan limbah jaringan tubuh. Limbah B3 harus ditangani dan dikelola dengan benar. Pengelolaan Limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan, kerusakan lingkungan
memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan
meningkatan kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan. Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan limbah B3. Berdasarkan hasil laporan kegiatan Dekonsentrasi PROPER tahun 2015 dengan jumlah peserta sebanyak 62 Perusahaan dari berbagai sektor industri yang dinilai pada periode penilaian Juni – Desember 2014 dan Januari–Juni 2015
dapat
diketahui
bahwa
perusahaan
telah
melaporkan
kegiatan
pengelolaan Limbah B3 ke BLHD Provinsi Jambi dengan perusahaan industri dan pertambangan ditambah dengan 40 rumah sakit yang ada, Provinsi Jambi menghasilkan limbah B3 yang cukup besar tahun 2014 diperkirakan terjadi peningkatan volume limbah B3 dibandingkan dengan tahun 2014. Oleh sebab itu diperlukan penanganan terhadap limbah B3 yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan
tersebut
terutama
terhadap
penyimpanan,
pengumpulan dan pengangkutannya. Tercatat pada tahun 2014, di Provinsi Jambi telah beroperasi 26 perusahaan yang mengelola limbah B3 dan mengantongi izin dari Kementerian Lingkungan Hidup RI baik yang sudah berupa Surat Keputusan Izin maupun Rekomendasi Izin. Izin tersebut berupa izin pengumpulan, pengangkutan, pemusnahan dan insenarator limbah B3 untuk rumah sakit. Perusahaanperusahaan pengelola limbah B3 di wilayah Provinsi Jambi dapat dilihat pada Buku Data Tabel SP-11. Pada tahun 2014 ini perusahaan PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry (LPPI) telah mengantongi izin penimbunan limbah B3 dimana sebelumnya PT.LPPPI hanya mengantongi izin pemusnahan limbah B3. Untuk pengangkutan dan pengumpulan limbah B3 di Provinsi Jambi masih banyak dikelola oleh perusahaan pengelola
limbah
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
B3 berskala
III- 51
Tekanan Terhadap Lingkungan
nasional. Untuk izin pengangkutan, perusahaan pengangkut limbah B3 juga harus mendapatkan izin dari Kementerian Perhubungan. Sehingga belum ada perusahaan lokal di Provinsi Jambi yang mampu melakukan pengangkutan dan saat ini masih diserahkan kepada perusahaan nasional. Dari data perusahaan yang menjadi peserta PROPER 2014–2015 dapat dihitung beban pencemaran Limbah B3 yang dihasilkan seperti yang ditampilkan pada Tabel 3.18 rekapitulasi perhitungan Beban Limbah B3 di Provinsi Jambi.
Tabel 3.18. Rekapitulasi Perhitungan Beban Limbah B3 di Provinsi Jambi 2015 No
1
Sektor Industri
2.
Agroindu stri PEM
3.
MPJ
Beban Limbah B3 (ton/periode) Dihasilka n
Disimpa n di TPS
dimanfaatka n
landfil l
dumpin g
132,232
Diserahka n ke Pihak ke 3 145,502
0
0
0
Tidak dikelol a 0
289,899 1.294,24 1 94.209,82 9
436,255
857,366
0
0
0
0
3,208
94.206,621
0
0
0
0
Sumber : Data Olahan SP-8 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015. Dari tabel tambahan diatas terlihat bahwa semua
limbah B3 telah
dilakukan pengelolaannya dengan baik dengan cara menyerahkan ke pihak ke tiga yang beriizin
sehingga Limbah B3 yang dihasilkan tidak menimbulkan
dampak terhadap lingkungan. J. Bencana Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
1. Bencana banjir, korban dan kerugian
Bencana banjir yang melanda kota dan kabupaten di Jambi setiap tahunnya, tidak hanya disebabkan tingginya curah hujan. Tapi faktor kerusakan
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 52
Tekanan Terhadap Lingkungan
hutan di kawasan tangkapan air wilayah hulu Sungai Batanghari, telah diidentifikasi sebagai penyebab utama sering terjadinya bencana banjir di daerah ini. Kerusakan hutan di kawasan tangkapan air tersebut juga menyebabkan meningkatnya pendangkalan Sungai Batanghari dan beberapa sungai di Jambi. Berdasarkan data yang didapat dari BPBD Provinsi Jambi tahun 2015, wilayah yang paling luas terendam banjir adalah kabupaten Bungo dengan total kerugian lebih dari Rp. 5.000.000.00. Sesuai dengan tabel BA 1 dan grafik Total luas areal dan perkiraan kerugian terendam banjir di wilayah Provinsi Jambi. Gambar 3. 18 Total Luas Areal Terendam Banjir Tahun 2015 di Wilayah ProvinsiJambi
Total Area Terendam (Ha) 25000 20000 15000 10000 5000 Bungo
Tebo
Tanjung Jabung…
Muaro Jambi
Batang Hari
Sarolangun
Merangin
Jambi
Kerinci
Sungai Penuh
0
Tanjung Jabung…
Total Area Terendam (Ha)
Sumber : Data Olahan BA-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015.
Gambar 3. 19 Perkiraaan Kerugian Akibat Banjir di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2015
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 53
Tekanan Terhadap Lingkungan
perkiraan kerugian (Rp) Bungo
Muaro Jambi
Sarolangun
Jambi
Sungai Penuh
6,000,000,000.00 5,000,000,000.00 4,000,000,000.00 3,000,000,000.00 2,000,000,000.00 1,000,000,000.00 -
Tanjung Jabung…
Perkiraan kerugian (Rp)
Sumber : Data Olahan BA-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015.
2. Bencana kekeringan, luas dan kerugian Bencana kekeringan yang terjadi di Provinsi Jambi pada tahun 2015 hanya teridentifikasi pada satu kabupaten saja yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Timur sesuai dengan tabel BA-2 pada Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, total areal yang mengalami kekeringan seluas 1.195 Ha dengan perkiraan kerugian Rp. 2.987.500.000, penyebabnya adalah musim kemarau panjang yang dialami oleh Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
3. Bencana kebakaran Hutan/Lahan, Luas dan Kerugian Provinsi Jambi merupakan salah satu Provinsi di Sumatera yang mengalami bencana kebakaran lahan dan hutan yang cukup parah selain Provinsi Sumatera Selatan dan Riau. Tekanan terhadap lingkungan akibat kebakaran lahan hutan menimbulkan bencana kabut asap yang menyeliputi hampir keseluruhan wilayah Provinsi Jambi sepanjang Bulan Mei sd Oktober Tahun 2015. Dari gambar 3. 20 dan 3.21 dapat terlihat
luasan areal di
Kab/Kota Provinsi Jambi yang terbakar akibat bencana ini.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 54
Tekanan Terhadap Lingkungan
Gambar 3. 20 Perkiraan Luas Areal Terbakar akibat Bencana kebakaran Hutan/Lahan di Provinsi Jambi Tahun 2015.
Luas Areal terbakar (Ha) 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 -
Bungo
Kota S.Penuh
Kota Jambi
Merangin
Sarolangun
Tebo
Batanghari
Muara Jambi
Tanjab Timur
Tanjab Barat
Luas Areal terbakar (Ha)
Sumber : Data Olahan BA-3 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015
Gambar 3. 21 Perkiraan Kerugian akibat Bencana kebakaran Hutan/Lahan di Provinsi Jambi Tahun 2015.
Sumber : Data Olahan BA-3 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015 Dari kedua gambar diatas Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah Kabupaten yang paling luas mengalami bencana kebakaran lahan/hutan dengan total perkiraan kerugian mencapai Rp. 266.418.000.000. Topografi wilayah Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 55
Tekanan Terhadap Lingkungan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang sebagian besar wilayah gambut membuat daerah ini lebih rawan bencana kebakaran lahan /hutan dibandingkan dengan KabKota yang ada di Wilayah Provinsi Jambi. Tingginya angka kebakaran hutan dan lahan dapat dilihat dari jumlah hotspot yang muncul dan puncaknya terjadi pada bulan Juli tahun 2015 yaitu sebanyak 366 hotspot apalagi ditambah dengan hotspot yang berasal dari Provinsi tetangga yaitu Provinsi Sumatera Selatan dan Riau (Tabel tambahan BA-3 ).
Kondisi ini
menyebabkan bencana asap parah sehingga tingkat penderita ISPA (infeksi saluran pernafasan bagian atas) bertambah. Sebagai indikator dari tercemarnya kualitas udara ditandai dengan tingginya nilai ISPU ( indeks standar pencemaran udara).
4. Bencana Alam Tanah Longsor dan Gempa Bumi
Bencana alam berupa bencana longsor dan gempa bumi relatif sedikit dan hanya dialami oleh KabupatenKerinci dan Kota S. Penuh dengan besaran skala gempa 4 SPR. Kedua Kab/Kota ini jaraknya relatif dekat dengan Gunung Kerinci yang merupakan salah satu gugusan gunung berapi aktif yang berada di Sumtaera.Bencana angin puting beliung dan angin kencang terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kab.Bungo (Tabel BA-4).
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
III- 56
Upaya Pengelolaan Lingkungan
BAB IV UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Memasuki era yang modern atau lebih dikenal dengan globalisasi, masalah demi masalah muncul sebagai akibat yang ditimbulkan oleh era tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap makhluk hidup utamanya manusia tidak dapat lepas dari dampak globalisasi tersebut, karena makhluk hiduplah pelaku utama dari kegiatan tersebut. Oleh karena itu, setiap manusia harus senantiasa waspada terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukannya terutama dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan. Aspek yang paling sensitif terhadap dampak era yang serba industri seperti sekarang ini adalah lingkungan. Besar kecilnya kegiatan manusia pasti akan berdampak pada kualitas lingkungan. Dengan demikian, manusia sebagai pelaku utama lingkungan harus senantiasa mengendalikan dan menjaga lingkungan agar tidak mengalami kerusakan. Di Indonesia, masalah lingkungan merupakan masalah yang cukup serius yang harus segera diatasi. Lingkungan hidup Indonesia yang dulu dikenal sangat ramah dan hijau kini seakan berubah menjadi ancaman bagi masyarakatnya. Betapa tidak, tingkat kerusakan lingkungan di indonesia sangat besar. Pencemaran lingkungan dan aktifitas penebangan hutan secara illegal merupakan penyebab utamanya. Banyaknya bencana yang sering terjadi di tanah air seperti banjir dan tanah longsor merupakan bukti betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan di era globalisasi.
Kesadaran untuk hidup lebih baik harus
senantiasa dipegang oleh manusia khusunya yang tinggal di kota-kota besar karena manusialah penyebab utama terjadinya bencana tersebut. Tanpa manusia sadari, ketika membuang sampah di sembarang tempat, menebang pohon tanpa perencanaan adalah suatu aktifitas yang membahayakan kehidupannya. Tingkat eksploitasi dan konsumsi energi fosil yang terlalu berlebihan selama beberapa dekat ke belakang serta pengrusakan hutan dan rendahnya usaha konservasi lahan menyebabkan terjadinya berbagai masalah lingkungan yang parah di Indonesia. Masalah lingkungan yang terjadi diantarannya global warming, polusi dan pencemaran lingkungan. Semua masalah itu berujung pada Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 1
Upaya Pengelolaan Lingkungan
terjadinya degradasi lingkungan yang mengancam aktifitas kehidupan manusia. Lingkungan yang terdegradasi tidak mampu lagi menyokong aktifitas kehidupan manusia dengan baik. Manusia harus mampu melakukan upaya pengelolaan lingkungan agar lingkungan dapat berkelanjutan melalui pembangunan berwawasan lingkungan.
Pengelolaan
lingkungan
merupakan
upaya
terpadu
dalam
pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan lingkungan hidup, mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam serta melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan. A. Rehabilitasi Lingkungan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pasal 54 ayat 1 yang mengatur tentang kewajiban untuk melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup pada setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Salah satu bentuk pemulihan lingkungan adalah rehabilitasi. Rehabilitasi adalah upaya pemulihan untuk mengembalikan nilai, fungsi, dan manfaat lingkungan hidup termasuk upaya pencegahan kerusakan lahan, memberikan perlindungan, dan memperbaiki ekosistem. Pemerintah Provinsi Jambi telah melakukan beberapa upaya dalam pelaksanaan rehabilitasi lingkungan antara lain kegiatan penghijauan, kegiatan reboisasi dan kegiatan fisik lainnya. 1. Realisasi Kegiatan Penghijauan
Kegiatan penghijauan adalah upaya merehabilitasi lahan kritis di luar kawasan huan melalui kegiatan tanam menanam dan bangunan konservasi tanah agar dapat berfungsi sebagai unsur produksi dan sebagai media pengatur media pengatur tata air yang baik serta upaya mempertahankan dan meningkatkan daya guna lahan sesuai dengan peruntukannya. Berdasarkan data dari BPDAS Batanghari, pada tahun 2015 realisasi kegiatan penghijauan di Provinsi Jambi telah dilaksanakan pada areal seluas 518 Ha dengan penanaman sebanyak 342.400 batang pohon. Kegiatan ini merata tersebar pada 9 (sembilan) kabupaten/kota di Provinsi Jambi sebagaimana dapat Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 2
Upaya Pengelolaan Lingkungan
dilihat pada Buku Data Tabel UP 1 Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi. Kegiatan
penghijauan
di
Provinsi
Jambi
yang
realisasi
penanamannnya paling luas adalah Kabupaten Muarao Jambi seluas 238 Ha dengan realisasi penanaman sebanyak 77.000 batang pohon. Selanjutnya Kabupaten Tebo seluas 133 Ha dengan realisasi penanaman sebanyak 66.400 batang pohon, Kabupaten Tanjung Jabung Barat seluas 59 Ha dengan realiasasi penanaman sebanyak 29.500 batang pohon. Kabupaten Sarolangun seluas 30 Ha dengan realiasasi penanaman sebanyak 15.000 batang pohon. Kabupaten Merangin seluas 24 Ha dengan realiasasi penanaman sebanyak 12.000 batang pohon, Kabupaten Batanghari seluas 8 Ha dengan realisasi penanaman sebanyak 129.000 batang pohon dan yang paling sedikit luasanya yaitu Kota Jambi seluas 6 Ha dengan realisasi penanaman 3.000 batang pohon. Kegiatan penghijauan setiap kabupaten/kotayang dilaksanakan oleh BPDAS Batanghari maupun instansi lain yang bekerjasama dengan BPDAS Batanghari pada tahun 2015 dapat dilihat pada buku Data tabel tambahan UP-1A sebagai berikut : a. Penanaman Kebun Bibit Rakyat (KBR), dengan realisasi penanaman pohon sebanyak 125.000 batang pohon. Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Batang Hari. b. Hari Bakti Rimbawan dan Hari Hutan Internasioal di Yayasan Al Azhar, kota Jambi, dengan realisasi penanaman pohon sebanyak 2.500 batangh pohon, kegiatan ini dilaksanakan di Kota Jambi. c. Hari Menanam Pohon Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2015, dengan realisasi penanaman pohon sebanyak 1.310 batang pohon, kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Muaro Jambi. d. Distribusi bibit gratis dari Persemaian Permanen untuk ditanam oleh masyarakat, dengan realisasi penanaman pohon sebanyak 1.310 batang pohon, kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Kerinci sebanyak 500 batang pohon, Kabupaten Merangin sebanyak 12.000 batang pohon, Kabupaten Sarolangun sebanyak 15.000 batang pohon, Kabupaten Batang Hari 4.000 batang pohon, Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 76.690 batang pohon, Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebanyak 29.500 batang pohon, Kabupaten Tebo sebanyak
66.400 batang pohon, Kabupaten Bungo
sebanyak 10.000 batang pohon, Kota Jambi sebanyak 500 batang pohon. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 3
Upaya Pengelolaan Lingkungan
Perkembangan kegiatan penghijauan dari tahun 2014 dengan tahun 2015, dilihat adanya penurunan. Penurunan terlihatdi seluruh Kabupaten/Kota yaitu sebesar(-) 146.498,23 Ha, sementara wilayah yang tidak melakukan penghijauan pada tahun 2015 yaitu Kabupaten Kerinci, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kota Sungai Penuh. Realisasi penghijauan masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jambi dapat dilihat pada tabel. 4.1. Tabel 4.1. Realisasi Kegiatan Penghijauan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015. No
Kabupaten/Kota
Realisasi Penghijauan 2014
2015
Perubahan
1.
Kabupaten Kerinci
10.424,794
-
(-) 10.424,79
2.
Kabupaten Merangin
7.301,030
24
(-) 7.277,03
3.
Kabupaten Sarolangun
4.136,725
30
(-) 4.106,73
4.
Kabupaten Batang Hari
2.861,037
8
(-) 2.853,04
5.
Kabupaten Muaro Jambi
3.631,424
238
(-) 3.393,42
6.
Kabupaten
Tanjung
104.706,584
Jabung Barat 7.
Kabupaten
Tanjung
(-) 104.706,58
2.461,035
Jabung Timur
59
(-) 2.402,04
8.
Kabupaten Tebo
3.593,034
133
(-) 3.460,03
9.
Kabupaten Bungo
3.164,234
20
(-) 3.144,23
10.
Kota Jambi
2.537,317
6
(-) 2.531,32
11.
Kota Sungai Penuh
2.717,013
-
(-) 2.717,01
147.534,226
518
Jumlah
(-) 146.498,23
Sumber : Data Olahan Tabel UP-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. 2. Realisasi Kegiatan Reboisasi Reboisasi adalah penanaman kembali hutan yang telah gundul atau tandus, tindakan reboisasi ini untuk menanami hutan yang gundul akibat di tebang atau akibat bencana alam. Tujuan dari reboisasi ini yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup makhluk hidup khususnya manusia melalui kualitas peningkatan sumber daya alam. Dengan kembalinya fungsi hutan maka dapat menghindarkan lingkungan hidup dari polusi udara, kembalinya ekosistem dan
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 4
Upaya Pengelolaan Lingkungan
dengan reboisasi dapat menanggulangi global warming. Reboisasi hanya dilakukan di hutan atau lahan yang kosong atau gundul, tentunya hutan yang dimaksud adalah hutan yang telah ditentukan oleh peraturan. Dengan demikian, membuat hutan yang baru pada area bekas tebang habis, bekas tebang pilih, lahan gundul ataupun pada lahan kosong lainnya yang terdapat di dalam kawasan hutan termasuk kedalam reboisasi. Berdasarkan data Dinas Kehutanan Provinsi Jambi pada tahun 2015 realiasasi kegiatan reboisasi di Provinsi Jambi telah dilaksanakan pada areal seluas 800 Ha dengan penanaman sebanyak 160.000 batang pohon. Kegiatan ini dilaksanakan di 3 (tiga) Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel UP-1. Kegiatan reboisasi di Provinsi Jambi yang realisasi penanamannya paling luas adalah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur seluas 400 Ha dengan realisasi penanaman sebanyak 80.000 batang pohon. Kabupaten Merangin seluas 250 Ha dengan realisasi penanaman sebanyak 30.000 batang pohon dan Kabupaten Tebo seluas 150 Ha dengan realisasi penanaman sebanyak 30.000 batang pohon. Realisasi kegiatan reboisasi di di Provinsi Jambi terlaksana di Kabupaten Merangin, Kabupaten Tanjab Timur dan Kabupaten Tebo melalui kegiatan-kegiatan sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data Tabel Tambahan UP-1A seperti kegiatan: a. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dari dana APBN pada BPDAS Batanghari di Kabupaten Merangin sebanyak 50.000 batang pohon. b. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dari dana APBN pada BPDAS Batanghari di Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebanyak 80.000 batang pohon. c. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dari dana APBN pada BPDAS Batanghari di Kabupaten Tebo sebanyak 30.000 batang pohon. Jika dilihat pada buku data tersebut dan dibandingkan dengan data tahun 2014 maka terjadi peningkatan realisasi reboisasi seluas 223,264 Ha. Peningkatan reboisasi terjadi di Kabupaten Merangin seluas 250 Ha, Kabupaten Tebo seluas 125 Ha karena pada tahun 2014 Kabupaten Merangin dan Tebo tidak melakukan reboisasi.Kabupaten Tanjung Jabung Barat, mengalami penurunan penanaman dari kegiatan reboisasi. Kabupaten Bungo dan Kota Sungai Penuh pada tahun 2015 tidak melakukan reboisasi. Kabupaten Kerinci, Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 5
Upaya Pengelolaan Lingkungan
Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kota Jambi
tidak melaksanakan
reboisasi, Kota Jambi tidak melaksanakan kegiatan reboisasi dikarenakan tidak memiliki hutan. Realisasi reboisasi pada masing-masing kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Realisasi Kegiatan Reboisasi Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015 No
Realisasi Penghijauan
Kabupaten/Kota 2014
2015
Perubahan
1.
Kabupaten Kerinci
-
-
-
2.
Kabupaten Merangin
-
250
+ 250
3.
Kabupaten Sarolangun
-
-
-
4.
Kabupaten Batang Hari
-
-
-
5.
Kabupaten Muaro Jambi
-
-
-
6.
Kabupaten
Tanjung
-
-
-
Tanjung
434,109
400
- 34,109
-
150
+ 150
102,256
-
-
-
Jabung Barat 7.
Kabupaten Jabung Timur
8.
Kabupaten Tebo
9.
Kabupaten Bungo
10.
Kota Jambi
11.
Kota Sungai Penuh
40,371
-
Jumlah
576,736
800
-
102,256 -
-
40,371
223,264
Sumber : Data Olahan Tabel UP-1 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2014, 2015. 3. Kegiatan Fisik Lainnya Terhadap Perbaikan Kondisi Lingkungan.
Rehabilitasi Lingkungan dapat dilakukan selain penghijauan dan reboisasi yang dilaksanakan baik oleh instansi pemerintah baik provinsi ataupun kabupaten/kota, pihak swasta, LSM maupun masyarakat, dengan tujuan perbaikan fungsi lingkungan. Kegiatan rehabilitas fisik yang dilakukan di Provinsi Jambi dilaksanakan secara rutin dan tidak. Kegiatan Pengendalian dan
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 6
Upaya Pengelolaan Lingkungan
Pelestarian fungsi lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah baik provinsi ataupun kabupaten/kota, pihak swasta, LSM maupun masyarakat yang masih berlanjut hingga sekarang berupa kegiatan : a. BLHD Provinsi Jambi telah melakukan kegiatan pembuatan lubang biopori bekerja sama dengan pihak LSM dan BLH Kabupaten/Kota. Selain itu, bersama Dinas Kebersihan Kabupaten/Kota membentuk bank sampah di tingkat kabupaten/kota dan memberikan bantuan alat pengolah sampah dan tong sampah kepada kelompok masyarakat. Dalam rangka pemberdayaan terhadap masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan terutama terhadap Sungai Batang Hari, BLHD Provinsi Jambi telah membentuk dan melakukan pembinaan terhadap 56 kelompok Peduli Sungai Batang Hari (POKDURI) dalam kegiatan Batang Hari Bersih. b. Dinas Kehutanan Provinsi Jambi dengan Manggala Agni melakukan kegiatan patroli pengendalian kebakaran lahan dan hutan, pemadaman kebakaran lahan dan hutan, pembuatan hutan rakyat, penanaman pohon penghijauan dan reboisasi. Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota telah melakukan kegiatan pengembangan pohon trembesu dan pembuatan hutan kota. c. Dinas PU Provinsi Jambi telah mekakukan kegiatan pengerukan sungai/kali/ embung/dam. d. Polisi dan Pol PP Kabupaten/Kota telah melakukan penertiban pertambangan emas tanpa izin (PETI). e. Kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan oleh kelompok masyarakat seperti lubuk larangan, kegiatan kelompok tani dan hutan adat. Sementara ada juga kegiatan yang dilakukan oleh individu dan tokoh masyarakat terhadap pelestarian lingkungan sehingga pemerintah menganugrahi penghargaan kalpataru seperti Bapak Reko Delifianto Desa Gedang Kota Sungai Penuh, Edi Yuperza Desa Sungai Ning Kota Sungai Penuh, Zainal Arifin Dusun Danau Pauh Kabupaten Merangin, M.Y.Buyung Desa Kasang Pudak Kabupaten Muaro Jambi, Ahmad Baihaqi Desa Sungai Ning Kota Sungai Penuh, Santoso Kelurahan Paal V Kota Jambi. Selain itu juga kegiatan-kegiatan pengendalian dan perbaikan kondisi lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah baik provinsi ataupun kabupaten/kota, pihak swasta, LSM maupun masyarakat, berupa kegiatan :
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 7
Upaya Pengelolaan Lingkungan
a. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo melakukan kegiatan Peningkatan Peran serta masyarkat dalam rehabiltasi hutan dan lahan dengan terlaksananya Penanaman pohon serentak 623 batang pohon pada hari menanam
pohon Indonesia Bulan menanam
Nasional Tingkat
Kabupaten Bungo di Dusun Lubuk Beringin Kecamatan Bathin III Ulu. b. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo melakukan kegitan Pembuatan Tanaman Hutan Rakyat pada areal penggunaan lain dalam wilayah kampung Trans SP2 seluas 125 Ha di Dusun Sungai Telang Kecamatan Bathin III Ulu. c. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo melakukan kegiatan Pembuatan Benih tanaman kehutanan dengan kegiatan berupa penyiangan gulma, Pemupukan, pengendalian hama penyakit dan pengawasan bibit mahoni, sengon dan durian di Dusun Sungai Gurun, kelompok sasaran masyarakat Adat Datuk Rangkayo Mulyo, HA Bukit Tanjung dan HA Rimbo Bulim. d. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo melakukan kegiatan Kegiatan perlindungan dan konservasi Sumberdaya Hutan dengan agenda pembibitan Rotan sebanyak 12.000 batang di Dusun Timbolasi Kecamatan Bathin III Ulu. e. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo melakukan kegiatan Pemeliharaan paal batas dengan melakukan cek titik koordinat posisi paal batas pada kawasan Hutan Lindung Bukit Panjang Rantau Bayur sepanjang 20 Km di Kecamatan Bathin III Ulu. f.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo melakukan kegiatan Pengawasan peredaran hasil hutan dengan melakukan penjagaan pos cek point hasil hutan Km 35 di Kecamatan Pelepat.
g. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo melakukan kegiatan Pembinaan Masyarakat disekitar kawasan hutan (DBH-PSDH) di Kecamatan Pelepat, Kecamatan Bathin III Ulu dan Kecamatan Rantau Pandan. h. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo melakukan kegiatan Pengembangan hutan masyarakat adat dengan pemeliharaan jalan setapak hutan adat datuk rangkayo mulyo sepanjang 2 Km dan pembuatan sampan penyeberangan untuk kelompok adat datuk rangkayo Mulyo di Kecamatan Pelepat.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 8
Upaya Pengelolaan Lingkungan
i.
BLH Kab. Kerinci melakukan kegiatan Pembersihan DAS di kecamatan Gunung Raya
j.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan melakukan kegiatan One Man One Tree di 16 kecamatan dalam kabupaten Kerinci.
k. BLH Kab. Kerinci melakukan kegiatan pembersihan Embung di Siulak dan Sitinjau Laut. l.
BLH Kab. Kerinci melakukan kegiatan pembuatan turap di Siulak dan Kayu Aro.
m. kelompok masyarakat melakukan kegiatan Bank sampah di Gunung Tujuh. n. Dinas Peternakan dan Perikanan melakukan kegiatan Pengolahan kotoran ternak menjadi kompos di Kayu Aro. o. Dinas Kehutanan dan Perkebunan melakukan kegiatan Pembuatan bibit tanaman hutan di 16 kecamatan dalam kabupaten Kerinci. p. Dinas Kehutanan dan Perkebunan melakukan kegiatan Areal model rotan di sungai Tutung. q. Dinas Kehutanan dan Perkebunan melakukan kegiatan Indonesia menanam di 16 kecamatan dalam kabupaten Kerinci. r.
BLH Kab. Kerinci melakukan kegiatan Pembuatan ruang terbuka hijau dan Pembangunan kampung iklim di Siulak dan Kayu Aro.
s. Dinas Kehutanan dan Perkebunan melakukan kegiatan Pembuatan areal model usaha hutan rakyat di Gunung Kerinci, Siulak, Batang Merangin, Gunung Raya. t.
SKPD dalam lingkup Pemkot, Camat, Sekolah dalam Kota Sungai Penuh, BUMN BUMD melakukan kegiatan Gotong Royong Bersama di Pasar Tanjung Bajure, Terminal, Jalan RE. Martadinata, Lapangan Merdeka, MKS, Jalan Pancasila.
u. Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kota Sungai Penuh melakukan kegiatan Penanaman Bibit Tanaman, bunga di Sungai Batang Merao dan Sungai Bungkal dan Kecamatan Sungai Penuh. v. Disnakkan Kota Sungai Penuh melakukan kegiatan Pembangunan Kolam Permanen di 8 Kecamatan dalam Kota Sungai Penuh. w. Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kota Sungai Penuh melakukan kegiatan Pembibitan Sirsak di Sungai Bungkal. x. Dipertabunhut melakukan kegiatan Pembibitan Mahoni, Nangka, Pokat, Angsana, Surian, Meranti di 4 Kecamatan. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 9
Upaya Pengelolaan Lingkungan
y. Dipertabunhut melakukan kegiatan Pembangunan Jalan Usaha Tani JUT, Jalan Produksi Pembangunan Irigasi di 8 kecamatan. Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kota Sungai Penuh melakukan kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Sampah TPS, Komposter, Bank Sampah di Kec Pondok Tinggi dan Kec Sungai Bungkal. z. Kegiatan lainnya yang dilakukan oleh masyarakat dan kelompok masyarakat dan kelompok masyarakat dalam usaha perbaikan kondisi lingkungan, kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, hutan adat, lubuk larangan. Pada tahun 2014 Pemerintah Kabupaten Kerinci telah mengesahkan 5 (lima) SK Pengukuran Hutan Adat yaitu Hutan Adat Tigo Luhah Permenti yang Bernam di Desa Pungut Mudi, Hutan Adat Tigo Luhah Kemantan di Desa Kemantan, Hutan Adat Lubuk Titing di Desa Pungut, Hutan Adat Bukit Gedang di Desa Pendung Hilir, dan Hutan Adat Bukit Sigi di Desa Tanjung Genting. Pemerintah Kabuapten Sarolangun juga telah mengeluarkan SK Pengukuhan Hutan Adat sebanyak 2 (dua) hutan adat yaitu Hutan Adat Imbo Larangan Dusun Muaro Mensio dan Dusun Benteng Tinggi di Desa Panca Karya dan Hutan Adat Mengkadai di Desa Temenggung yang keduanya berada di Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun. B. Dokumen Izin Lingkungan
Salah satu bentuk pengendalian kerusakan lingkungan hidup yaitu melakukan kajian megnenai dampak lingkungan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan yang mengamatkan bahwa setiap usaha da/atau kegaitan wajib memiliki AMDAL atau UKL-UPL dan wajib memiliki izin lingkungan. AMDAL wajib dilengkapi oleh setiap usaha dan/atau kegaitan yang berdampak penting terhadap lingkungan sedangkan yang tidak termasuk kriteria AMDAL wajib memiliki dokumen UKL-UPL. Kajian
Amdal
maupun
UKL-UPL
dilengkapi
dalam
rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Tahapan memperoleh izin lingkungan meliputi : a. Penyusunan AMDAL dan UKL-UPL b. Penilaian dan pemeriksaan AMDAL dan atau UKL-UPL c. Permohonan dan penerbitan izin lingkungan.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 10
Upaya Pengelolaan Lingkungan
Dalam dokumen AMDAL maupun UKL-UPL dilengkapi dengan matrik rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sebagai komitmen dari dunia usaha/kegiatan dalam pengelolaan lingkungan hidup. 1. Rekomendasi Dokumen Izin Lingkungan.
Sebelum melaksanakan kegiatan usaha, maka pemrakarsa dari dunia usaha wajib mendapatkan rekomendasi dokumen izin lingkungan yang diperolah dari BLH yang memiliki komisi penilai Amdal setelah dilaksanakan rapat komisi penilai Amdal. Pembahasan dan pengkajian dokumen Amdal sesuai dengan wewenang yang telah diatur dalam Permen LH No. 8 Tahun 2013 tentang tata laksana penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan hidup serta penerbitan izin lingkungan. Dokumen UKL-UPL hanya dilaksanakan pemeriksaan oleh
instansi
yang
terlibat
dalam
kegiatan/usaha
yang
akan
dilaksanakan.Kabupaten/kota yang telah memiliki komisi penilai Amdal hanya 3 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Sarolangun dan Kota Sungai Penuh. Pada tahun 2015, Komisi Penilai Amdal Provinsi Jambi terlah melakukan penilaian terhadap 26 (dua puluh enam) kegiatan dan/atau usaha, dari 26 kegiatan/usaha tersebut hanya 6 (enam) yang telah mendapatkan izin lingkungan, dan 20 kegiatan/usaha lainnya masih dalam proses dan telah memiliki SK kelayakan lingkungan.
Penilaian dokumen Amdal terdiri atas 8
kegiatan pertambangan batubara, 1 kegiatan pembangunan jalan angkutan batubara, 1 kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, 3 kegiatan perkebunan kelapa sawit, 1 kegiatan pembangunan terminal peti kemas, 1 kegiatan pembangunan sport centre, 1 kegiatan pembangunan pembangkit listrik tenaga air, 1 kegiatan pembangunan pembangkit listrik tenaga gas, 1 kegiatan hutan tanaman industri, 1 kegiatan perkebunan teh dan pabrik pengolahan teh, 3 kegiatan pembangunan TPAS dan 2 pembangunan ruas jalan nasional. Secara lengkap dokumen izin lingkugnan yang telah dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi Jambi pada tahun 2015 dapat dilihat pada Buku Data Tabel UP-3. Penilaian dokumen Amdal pada tahun 2015 mengalami peningkatan dari tahun 2014. Pada tahun 2014 penilaian dokumen Amdal sebanyak 13 (tiga belas) kegiatan. Hal ini dikarenakan bertambahnya kegiatan dengan skala usaha
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 11
Upaya Pengelolaan Lingkungan
Amdal dan kegiatan tersebut dilaksanakan pada daerah lintas kabupaten/kota maupun di wilayah kabupaten/kota yang belum memiliki Komisi Penilai Amdal. Pada
tahun
2015
dilaksanakan
penilaian
dokumen
evaluasi
lingkungan hidup untuk kegiatan ruas jalan nasional kluster I,II, III yang dilaksanakan
oleh
Kementerian
Pekerjaan
Umum.
Dokumen
Evaluasi
Lingkungan Hidup (DELH) adalah dokumen yang wajib dilengkapi oleh kegiatan yang telah berjalan, namun belum memiliki izin lingkungan, sesuai dengan edaran dari Kementerian Lingkungan Hidup dan menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dimana pada tanggal 27 Desember 2015 merupakan tanggal terakhir dalam penerbitan izin lingkungan bagi usaha yang telah berjalan. 2. Pengawasan Izin Lingkungan
Kegiatan/usaha yang telah berjalan perlu dilaksanakan monitoring maupun pengawasan, apakah sesuai dengan komitmen dalam rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Salah satu pengawasan yaitu pengawasan izin lingkungan, agar izin lingkungan selain dari SK kelayakan dan izin lingkungan yang diterbitkan pada awal pelakanaan kegiatan dapat dilengkapi sebagai bentuk pengendalian kerusakan lingkungan. Selama tahun 2015, Pemerintah Provinsi Jambi melalui BLHD Provinsi Jambi telah melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanakaan dokumen Amdal/UKL/UPL pada 53 perusahaan, dan jenis perusahaan yang paling banyak dilakukan pengawasan terhadap adalah perusahaan minyak sawit (CPO), selain itu juga dilakukan pengawasan terhadap perusahaan migas, pengolahan karet (CRF), industri pulp, pertambangan batubara, hutan tanaman industri, dan industri pengelolaan karet. Pengawasan pada 52 perusahaan tersebut meliputi pelaksanaan implementasi rencana pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan serta kelengkapan
perizinan
terkait.
Hasil
pengawasan
ditemukan
adanya
ketidaktaatan perusahaan dalam melengkapi dokumen dan izin yang berkaitan dengan lingkungan seperti izin penyimpanan sementara limbah B-3, izin pengelolaan limbah cair, izin pemanfaatan limbah cair, pemenuhan baku mutu lingkungan dari parameter yang dianalisis pada pembungan limbah cair, pemenuhan ketentuan dalam pengelolaan limbah B-3 (pelabelan, karakteristik Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 12
Upaya Pengelolaan Lingkungan
tempat penyimpanan, masa penyimpanan, kerjasama dengan pengangkut dan pengumpul, dan pelaporan), dan pengelolaan limbah cair bagi pabrik yang menghasilkan seperti pemisahan saluran limbah dan drainase air hujan. Namun ditemukan pula perusahaan yang telah mentaati komitmen dan kewajiban dalam dokumen dan izin lingkungan. Dari
hasil
pengawasan
izin
lingkungan
tersebut,
hanya
44
perusahaan yang menindaklanjuti atau 86,2%, dan rata-rata pemenuhan hasil temuan 82,1%. Data hasil pelaksanaan pegnawasan AMDAL/UKL-UPL di Provinsi Jambi pada tahun 2015 dapat dilihat pada Buku Data Tabel UP-4. 3. Penegakan Hukum
Menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH penegakan hukum adalah proses dilaksanakannya upaya untuk menegakkan atau memfungsikan norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum lingkungan merupakan mata rantai terakhir dalam siklus pengaturan perencanaan kebijakan tentang lingkungan yang urutannya sebagai berikut: 1.
Perundang-undangan,
2.
Penentuan standar,
3.
Pemberian izin,
4.
Penerapan,
5.
Penegakan hukum Menurut Mertokusumo, kalau dalam penegakan hukum, yang
diperhatikan hanya kepastian hukum, maka unsur-unsur lainnya dikorbankan. Demikian pula kalau yang diperhatikan hanyalah kemanfaatan, maka kepastian hukum dan keadilan dikorbankan. Oleh karena itu dalam penegakan hukum lingkungan ketiga unsur tersebut yaitu kepastian, kemanfaatan, dan keadilan harus dikompromikan. Artinya ketiganya harus mendapat perhatian secara proposional seimbang dalam penanganannya, meskipun di dalam praktek tidak selalu mudah melakukannya. Penerapan penegakan hukum lingkungan dengan menyediakan pos pengaduan masyarakat yang dilengkapi oleh PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) dan PPLH (Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup) sebagai sumber daya
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 13
Upaya Pengelolaan Lingkungan
yang melaksanakan penegakan hukum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009. 1. Jenis Pengaduan Masyarakat Terhadap Masalah Lingkungan
Pos pengaduan masyarakat yang ada di kantor BLHD Provinsi Jambi, pada tahun 2015 telah menerima 20 kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan. Laporan yang masuk pada pos pengaduan masyarakat berasal dari kelompok masyarakat, LSM maupun dari masyarakat secara perorangan. Selain itu pos pengaduan juga merespon kasus-kasus yang diliput dari media massa, perintah dari pejabat mapun hasil temuan dari ketidak taatan pada kegiatan penilaian PROPER. Kasus-kasus lingkungan sebagian besar mengenai pencemaran lingkungan yaitu 8 (delapan_ kasus, kerusakan lingkungan yaitu kerusakan lahan akibat pertambangan batubara oleh 10 perusahaan, permasalahan dokumen lingkungan dan kelengkapan izin lingkungan 2 (dua) kasus. Secara lengkap pengaduan masyarakat terhadap masalah lingkungan di Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada Buku Data Tabel UP-5 dan gambar 4.1. Gambar
4.1.
Jenis
Pengaduan
Masyarakat
Terhadap
Masalah
Lingkungan Provinsi Jambi Tahun 2015.
10% 40% 50%
pencemaran lingkungan kerusakan lingkungan akibat pertambangan dokumen lingkungan dan izin lingkungan
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 14
Upaya Pengelolaan Lingkungan
Selain pos pengaduan pada BLHD Provinsi Jambi, kasus mengenai lingkungan hidup yang ditangani oleh pos pengaduan BLHD kabupaten/kota meliputi: a. Kota Sungai Penuh sebanyak 4 kasus yaitu pencemaran udara dan pencemaran limbah B-3. b. Kabupaten Kerinci sebanyak 3 kasus yaitu pencemaran udara, kerusakan lahan akibat pertambangan, dan radiasi telekomunikasi. c. Kota Jambi sebanyak 17 kasus yaitu pencemaran lingkungan, dan perizinan. d. Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebanyak 2 kasus yaitu pencemaran lingkungan. e. Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebanyak 1 kasus yaitu pencemaran lingkungan. f.
Kabupaten Sarolangun sebanyak 1 kasus yaitu kerusakan lahan akibat pertambangan batubara
g. Kabupaten Bungo sebanyak 1 kasus yatu pencemaran lingkungan. h. Kabupaten Merangin sebanyak 1 kasus yaitu pencemaran lingkungan i.
Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 4 kasus yaitu pencemaran lingkungan
j.
Kabupaten Batang Hari sebanyak 4 kasus yaitu kerusakan lahan akibat pertambangan batubara, pencemaran lingkungan dan perizinan.\
2. Status Pengaduan Masyarakat
Kasus yang masuk pada pos pengaduan BLHD Provinsi Jambi sebanyak 20 kasus lingkungan hidup telah ditindak lanjuti 100% oleh perusahaan senyak
19 kasus, dan 1 kasus yang masih dalam proses penyelesaian.
Penyelesaian dan tindak lanjut oleh perusahaan berupa koordinasi dengan BLH kabupaten/kota, perusahaan yang bersangkutan, verifikasi kelapangan dan memberikan sanksi baik berupa teguran tertulis langsung kepada perusahaan maupun
memberikan
rekomendasi
kepada
instansi
lingkungan
hidup
kabupaten/kota dalam penerapan sanksi administrasi. Kegiatan/usaha yang ditemukan tidak melakukan pelanggaran maka akan dilaksanakan pembinaan dan pengawasan oleh instansi lingkungan hidup kabupaten/kota. Jika perusahaan yang ikut dalam kegiatan PROPER maka akan diberikan sanksi paksaan dari pemerintah dalam penyelesaian kasus tersebut dan jika tidak ditindaklanjuti maka dapat melakukan langkah yang lebih Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 15
Upaya Pengelolaan Lingkungan
berat yaitu pembekuan dan pencabutan izin lingkungan. Data lengkap status pengaduan lingkungan oleh masyarkat di Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada Buku Tabel UP-5. D. Peran Serta Masyarakat
Sebagaimana kita ketahui bahwa Tatanan kehidupan masyarkat tidak akan lepas dari lingkungan. Semakin bagus pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan maka semakin kecil dampak yang diperoleh bagi masyarakat, akan tetapi bila pengelolaan lingkungan tidak bagus maka dampaknya pun akan dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Pengelolaan lingkungan tidak bisa dibebankan kepada masyarakat, demikian juga pada pemerintah semata, namun semua pihak termasuk dunia usaha harus berperan dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan tersebut. Bahkan dunia usaha atau bisnis merupakan bagian penting yang memiliki beban dan tanggung jawab apabila dalam usahanya memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Semua pihak berkepentingan untuk melestarikan lingkungan. Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Menjaga kelestarian lingkungan bukan hanya menjadi tugas pihak- pihak tertentu, melainkan kewajiban kita bersama. Maka uluran tangan dan aksi dalam merawat kelestarian alam, sekecil apapun akan memberikan perubahan yang nyata. Peran serta atau keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dapat dalam proses perencanaan, pengambil keputusan, pelaksanaan kegiatan, pembiayaan, pemanfaatan hasil dan pemeliharaan lingkungan. Berikut adalah beberapa bentuk peran serta masyarakat Provinsi Jambi dalam pengelolaan lingkungan. 1. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli dan terlibat langsung dalam pengelolaan lingkungan di Provinsi Jambi pada tahun 2014 berjumlah 25 buah yang bidang keterlibatannya di bidang lingkungan hidup mencakup konservasi lingkungan, advokasi lingkungan dan edukasi lingkungan. Wilayah kerja dari masing-masing lembaga swadaya masyarakat yang ada di Provinsi Jambi pada umumnya mencakup kawasan hutan dan kawasan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 16
Upaya Pengelolaan Lingkungan
konservasi yang ada di kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Selain lembaga swadaya masyarakat itu berdiri atas inisiatif dari warga masyarakat di Provinsi Jambi tapi juga merupakan perwakilan dari Non Governmental Organisation (NGO) dari luar negeri maupun LSM bertaraf nasional. Secara lengkap jumlah lembaga swadaya masyarakat di Provinsi Jambi pada tahun 2014 dapat dilihat pada Buku Data Tabel UP-6. Adapun profil dari beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada di Provinsi Jambi adalah sebagai berikut:
A. Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI)
Harapan Rainforest adalah inisiatif formal pertama di Indonesia untuk 'restorasi ekosistem'. Suatu kemitraan yang unik dan global dipimpin oleh Burung Indonesia, the Royal Society for the Protection of Birds dan Birdlife International bertujuan untuk: 1). Menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi hutan, kehidupan satwa liar, dan manusia dengan menghubungkan masyarakat lokal, organisasi konservasi nasional dan pemerintah. 2). Melindungi, melakukan restorasi dan memastikan keberlanjutan 98,554ha habitat hutan hujan dataran rendah di Sumatera. 3). Menyediakan model
restorasi untuk membantu dan
mendorong inisiatif serupa di Indonesia dan tempat lainnya . B . Wahana Pelestarian Alam dan Advokasi Hutan Sumatera (Walestra)
Organisasi ini dibentuk pada tanggal 13 April 2009 dan dikukuhkan dengan Akta Notaris No. 44 oleh Notaris Novita, SH. Organisasi ini didirikan dilatarbelakangi oleh kepedulian terhadap tingginya persoalan kerusakan sumber daya alam yang terjadi saat ini dan berkeinginan untuk memperkuat inisiatif serta kerja lembaga dalam rangka mendukung upaya konservasi sumber daya alam dan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Ruang lingkup program walestra adalah: (a) mendorong upayaupaya pelestarian fungsi hutan sesuai denga yang diamanatkan didalam perundang-undangan serta peraturan-peraturan terkait
lainnya di
sektor
kehutanan; (b) meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan menuju masyarakat yang kritis dan mandiri; (c) meningkatkan upaya penyadartahuan masyarakat terhadap upaya konservasi dan hak-hak mereka terhadap pengelolaan sumber daya alam Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 17
Upaya Pengelolaan Lingkungan
yang secara berkelanjutan dan berkeadilan; (d) mendorong dan memperkuat pelaksanaan prinsip-prinsip good forestry governance dalam rangka mendukung perwujudan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berkeadilan; (e) memfasilitasi upaya resolusi konflik terkait sengketa sumber daya alam dan lingkungan hidup; (f) melakukan advokasi kebijakan terkait pengelolaan sumber daya
alam
yang
berkelanjutan,
berkeadilan,
serta
mengarusutamakan
kepentingan masyarakat marginal; (g) melakukan studi dan penelitian terkait aspek-aspek kebijakan, hak kelola, serta upaya konservasi dalam rangka mewujudkan
pengelolaan
sumber
daya
alam
yang
berkelanjutan
dan
berkeadilan; (h) mengembangkan kelembagaan Walestra yang demokratis menuju profesionalitas yang mandiri; (i) sebagai wadah informasi dan komunikasi dalam upaya mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan demokratis. Informasi lebih lanjut mengenai organisasi Walestra dapat diakses http://www.walestra.or.id. C. Frankfurt Zoological Society (FZL)
FZL adalah lembaga nirlaba yang berlokasi kerja di areal perkebunan dan hutan di sekitar landskap Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Organisasi ini bergiat dalam Program Reintroduksi Orangutan Sumatera di Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) sejak tahun 2002. Kegiatan program ini bertujuan untuk melakukan konservasi alam terutama konservasi orang utan di wilayah Provinsi Jambi. Informasi lebih lanjut
mengenai
organisasi
Frankfurt
Zoologi
Society
dapat
diakses
http://www.fzs.org.
D. Yayasan Setara
Setara Jambi adalah sebuah lembaga non pemerintah yang lahir dari keprihatinan terhadap semakin rusaknya sumber daya alam, dan semakin terpinggirkannya masyarakat lokal/adat dalam pengelolaan sumber daya alam serta semakin lajunya ekspansi perkebunan kelapa sawit skala besar yang ternyata tidak hanya mengancam keberadaan hutan, tapi juga mengancam keberadaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Semakin merosotnya jumlah luasan dan tegakan hutan, hilangnya hak-hak masyarakat lokal yang diakibatkan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 18
Upaya Pengelolaan Lingkungan
oleh pembukaan perkebunan mengundang lembaga ini untuk mencoba melakukan kerja-kerja advokasi. Informasi lebih lanjut mengenai organisasi Setara dapat diakses http://www.setarajambi.org. E. Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera (PKHS)
Organisasi ini didirikan dan dibentuk pada tanggal 1 Februari 2007 dengan akta notaris No. C-1526. HT. 01. 02. TH. 2007. Yayasan ini bertujuan untuk melanjutkan program dan kegiatan yang telah dilakukan oleh lembaga konservasi sebelumnya yaitu Program Konservasi Harimau Sumatera. Lokasi kerja Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera adalah: (a) Taman Nasional Way Kambas, Provinsi Lampung; (b) Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Provinsi Jambi; (c) Kawasan Konservasi Harimau Sumatera Senepis, Provinsi Riau; (d) dan lokasi lain yang memiliki konflik manusia dan harimau di Pulau Sumatera. Kegiatan yang dilakukan oleh PKHS selama tiga tahun terakhir adalah: (a) pemantauan harimau sumatera jangka pajang di Taman Nasional Way Kambas; (b) pemantauan dan perlindungan harimau Sumatera di Taman Nasional Bukit Tigapuluh dan Taman Nasional Way Kambas; (c) pemberdayaan masyarakat Suku Talang Mamak dan Melayu Tua yang bermukim di dalam Taman Nasional Bukit Tigapuluh; (d) pendidikan konservasi bagi pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum di Taman Nasional Way Kambas dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh; dan (e) penanganan konflik manusia dan harimau Sumatera di Provinsi Jambi, Riau, Sumatera Barat dan Nangroe Aceh Darussalam serta provinsi-provinsi lain di Sumatera.
F. Yayasan CAPPA-Keadilan Ekologi
Yayasan CAPPA-Keadilan Ekologi adalah LSM yang bermitra dengan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia yang mempunyai tujuan: (a) penyelamatan terhadap sumber-sumber kehidupan rakyat; (b) perubahan dan atau penataan kebijakan yang mendukung
pengendalian sumber kehidupan
rakyat; (c) penghapusan dan penolakan terhadap tindak pelanggaran hak-hak rakyat; (d) mendorong kapasitas rakyat. Kegiatan yang telah dilaksanakan selama 3 tahun terakhir yaitu (a) monitoring proyek climate dan dampak Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 19
Upaya Pengelolaan Lingkungan
operasionalisasi kebijakan yang didukung oleh Bank Dunia terkait dengan issue climate; (b) peningkatan kapasitas dan membangun kewaspadaan dini dari kelompok masyarakat rentan; (c) komunitas lokal dan komunitas daerah kritis terhadap resiko pembangunan dan dampak perubahan iklim; (d) membangun kesadaran
komunitas,
publik
serta
intervensi
kebijakan
terkait
dengan
pengembangan pasar karbon dan utang untuk iklim.
G. Gita Buana
Organisasi ini berbadan hukum menjadi perkumpulan sejak tahun 2007 dengan akte notaris No. 305 pada notaris PPAT Syahrit Tanzil, SH. Progran dan kegiatan utama dari organisasi ini adalah riset, konservasi, advokasi da pemberdayaan masyarakat. Kegiatan yang telah dilakukan oleh Gita Buana selama 3 tahun terakhir adalah: (a) penyelamatan ekosistem lahan basah dan mangrove pesisir berbasis masyarakat lokal penyangga Taman Nasional Berbak yang bekerjasama dengan Ecosystem Alliens IUCN NC-Netherlands & Samdhana Institute; (b) Asistensi masyarakat desa Lamban Sigatal
untuk
pengembangan hasil hutan non kayu berupa getah jernang; (c) pengembangan dan penyebarluasan informasi teknis budidaya dan pengolahan buah rotan jernang sebagai inisiatif penyelamatan hutan dataran rendah Sumatera. H. The Zoological Society of London (ZSL)
ZSL mulai ada di Indonesia pada tahun 2001 dan memulai kegiatan pengelolaan konservasi hutan Berbak. ZSL memiliki kemampuan khusus dalam bidang perubahan iklim dan konservasi satwa liar. Kegiatan-kegiatan yang telah dlakukan oleh ZSL selama pelaksanaan Proyek Karbon Berbak yang didukung oleh Balai Taman Nasional Berbak adalah: (a) penghitungan data dasar (baseline) karbon untuk menentukan berapa besar karbon yang hilang dan yang mungkin dapat disimpan; (b) mengembangkan baseline keanekaragaman hayati dan masyarakat untuk menentukan bagaimana mereka akan diuntungkan melalui efek dari pengurangan emisi karbon; (c) memperkuat kerangka kerja penegakan
hukum
lingkungan
yang
diperlukan
untuk
melaksanakan
pengurangan emisi karbon; (d) membangun kerangka kerja institusi yang menangani masalah perdagangan karbon di Berbak yang tetap mengikuti Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 20
Upaya Pengelolaan Lingkungan
peraturan/hukum di Indonesia dan pasar karbon; (e) mendapatkan sertifikasi untuk dokumen akhir rancangan proyek bagi kelancaran tahap implementasi proyek. Informasi lebih lanjut mengenai organisasi ZSL dapat diakses melalui http://www.zsl.org. 2. Penghargaan Lingkungan Hidup
Puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia Tahun 2015 diselenggarakan di Istana Kepresidenan Bogor dipimpin langsung oleh Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia. Badan Lingkungan Hidup Dunia atau United Nations Environment Programme (UNEP) menetapkan tema peringatan World Environmental Day tahun 2015 yaitu “Seven Billion Dreams, One Planet, Consume with Care. Untuk peringatan HLH Tahun 2015 di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menetapkan tema “Mimpi dan Aksi Bersama untuk Keberlanjutan Kehidupan di Bumi”. Pada Puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia Tahun 2015, diberikan penghargaan oleh Presiden Republik Indonesia untuk beberapa kegiatan seperti penyusunan SLHD, Kalpataru, Adiwiyata dan Adipura. Pada Buku Data Tabel UP-7 dapat dilihat bahwa selama tahun 2015, Pemerintah Provinsi Jambi melalui institusi/orang/kelompok masyarakat telah menerima penghargaan dari Presiden RI dan Menteri Negara Lingkungan Hidup berupa. a. Penghargaan Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Tingkat Nasional, diperoleh oleh: 1) Provinsi Jambi sebagai Peringkat Ketiga Penyusunan SLHD Provinsi Tahun 2014. 2) Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Bungo sebagai Peringkat Harapan Penerima Trophy Mini Penghargaan Penyusunan Laporan SLHD. b. Piala dan Sertifikat Adipura Tingkat Nasional, diperoleh oleh: 1) Kota Jambi memperoleh Anugerah Adipura Tahun 2015 kategori kota 2) Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci dan Kota Muara Bulian Kabupaten Batang Hari memperoleh sertifikat Adipura. c. Penghargaan KALPATARUdiperoleh oleh : 1) Lembaga Adat Lekuk 50 Tumbi, Lempur, dari Desa Lempur Mudik, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Kategori Penyelamat Lingkungan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 21
Upaya Pengelolaan Lingkungan
d. Penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri diperoleh oleh : 1) SD Negeri 64 Sukasari Kabupaten Sarolangun
Pada
tahun
2015,
Pemerintah
Provinsi
Jambi
memberikan
penghargaan lingkungan kepada 43 institusi/orang/kelompok masyarakat yang peduli terhadap pengelolaan lingkungan hidup di wilayah Provinsi Jambi yeng terdiri dari: a. Penghargaan Kota Bersih Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2015 1). Kota Bangko Kabupaten Merangin, 2). Kota Sarolangun Kabupaten Sarolangun. 3). Kota Jambi. 4). Kota Muara Bulian Kabupaten Batang Hari 5). Kota Muara Bungo Kabupaten Bungo 6). Kota Sungai Penuh 7). Kota Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat b. Penghargaan Adiwiyata Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2014 1). Sekolah Dasar : a). SDN 106/IX Sebapo Kabupaten Muaro Jambi b). SDN 134/II Purwosari Kabupaten Bungo c). SDN 060/IV Jambi Kota Jambi d). SDN 123/VII Desa Buki Kabupaten Sarolangun e). SDN 004/V Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat f). SDN 001/VII Pasar Sarolangun, Kabupaten Sarolangun g). SDN 063/XI Koto Padang Kota Sungai Penuh 2). SLTP : a). SMPN 1 Muara Bungo Kabupaten Bungo b). SMPN 1 Pelepat Ilir Kabupaten Bungo c). SMPN 7 Jambi Kota Jambi d). SMPN 21 Tanjung Jabung Timur e). SMPN 26 Muaro Jambi f). SMPN 4 Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat g). SMPN 14 Jambi Kota Jambi 3). SLTA : a). SMA 5 YPMM Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat b). SMAN 4 Muara Bungo Kabupaten Bungo Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 22
Upaya Pengelolaan Lingkungan
c). SMAN 7 Sarolangun Kabupaten Sarolangun c. Penghargaan Penyusunan SLHD Kabupaten/Kota Tingkat Provinsi Jambi tahun 2015 : 1). Kabupaten Sarolangun 2). Kota Sungai Penuh 3). Kabupaten Bungo d. Penghargaan Kalpataru Tingkat Provinsi Jambi tahun 2015 : 1). Reko Delifianto Desa Gedang Kota Sungai Penuh Kategori Perintis Lingkungan 2). Edi Yuperza Desa Sungai Ning Kota Sungai Penuh Kategori Perintis Lingkungan 3). Zainal Arifin Dusun Danau Pauh Kabupaten Merangin Kategori Perintis Lingkungan 4). M.Y.Buyung Desa Kasang Pudak Kabupaten Muaro Jambi Kategori Perintis Lingkungan 5). Ahmad Baihaqi Desa Sungai Ning Kota Sungai Penuh Kategori Pengabdi Lingkungan 6). Santoso Kelurahan Paal V Kota Jambi Kategori Pengabdi Lingkungan 7). Pengelola Hutan Adat Tigo Luhah Kemantan Kabupaten Kerinci Kategori Penyelamat Lingkungan 8). Kelompok Pecinta Alam Gunung Raya Kabupaten Kerinci Kategori Penyelamat Lingkungan e. Lomba Poster Lingkungan Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2015 : 1). Pelicia Hennita 2). Diana Sepvira 3). Mayastri 4). Stephanie Edwina 5). Hasta Budi Laksana f.
Lomba Produk 3 R Tingkat Provinsi Jambi Tahun 2015 : 1). Afriansyah, Dealaq dan Reapari Rahmad P SMAN 12 Kabupaten Merangin 2). Selfiana Wilansari, Shany Rismawati dan Tiara Apriyani SMAN 1 Pelepat Ilir Kabupaten Bungo 3). Shadella SMPN 1 Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 23
Upaya Pengelolaan Lingkungan
3. Kegiatan Sosialisasi Lingkungan Hidup
Sosialisasi ini merupakan salah satu instrumen agar masyarakat dan pelaku usaha dan/atau kegiatan memahami tentang pengelolaan lingkungan hidup. Pada tahun 2015 Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi bekerjasama
dengan
beberapa
instansi,
LSM
dan
masyarakat
telah
melaksanakan 24 kegiatan sosialisasi lingkungan hidup yang dilakukan di seluruh wilayah Provinsi Jambi. Kegiatan Sosialisasi yang dilaksanakan yaitu sosialisasi pelaksanaan program adiwiyata, sosialisasi peningkatan kinerja perusahaan, Proklim, Sosialisasi pengelolaan sampah dengan prinsip 3R , Sosialisasi pembentukan bank sampah, Sosialisasi Implementasi Aksi Kota HijauSosialisasi Implementasi Aksi Kota Hijau, dan sosialisasi program Adipura. Kegiatan pembinaan program adiwiyata dilaksanakan 6 kali pada 6 kabupaten/kota, kegiatan pembinaan program adipura dlaksanakan 2 dkali pada bulan April 2015, kegiatan sosialisasi proper dilaksanakan pada bulan Juli 2015 diikuti oleh perusahaan
se-Provinsi Jambi, kegiatan sosialisasi peraturan
perundangan dilaksanakan 2 kali, kegiatan bimbingan teknis dilaksanakan 1 kali, kegiatan sosialisasi persampahan dilaksanakan 4 kali. Kegiatan sosialisasi
lingkungan diharapkan dapat berlangsung
secara terus menerus dan dapat bertambah dengan topik yang sesuai dengan isu strategis tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan dengan tujuan meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat dan dunia usaha serta pengambil kebijakan dalam pengelolaan lingkungan. E. Kelembagaan
Pemerintah terus mengupayakan adanya keseimbangan antara pembangunan dengan kelestarian lingkungan hidup. Salah satu cara dengan peningkatan kapasitas kelembagaan. Kelembagaan lingkungan hidup sebagai sarana dalam menentukan kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan melaksanakan program-program pembangunan berkelanjutan. Kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dapat dilakukan dengan menerbitkan peraturan dalam mengurangi kerusakan dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Selain kebijakan program yang dilakukan juga bersinergi dengan tujuan Pemerintah dalam mewujudkan pembangunan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 24
Upaya Pengelolaan Lingkungan
berkelanjutan. Kelembagaan didukung oleh sumber daya manusia dan sarana prasarana yang berkualitas. 1. Produk Hukum Bidang Lingkungan Hidup
Jenis produk hukum yang dikeluarkan oleh Biro Hukum Setda Provinsi Jambi dibidang lingkungan hidup terdiri dari Peraturan Daerah (Perda), Peraturan Gubernur (Pergub) dan Keputusan Gubernur (Kepgub). Berdasarkan seperti yang dijabarkan pada Buku Data Tabel UP-9 Perda Provinsi Jambi terhitung sejak tahun 1962 telah diterbitkan sebanyak 29 buah. Sementara Pergub Jambi diterbitkan sebanyak 34 buah terhitung dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2015.
Sedangkan untuk tiga tahun terakhir, dari tahun 2011
sampai 2015 Kepgub diterbitkan sebanyak 110 buah. Pada tahun 2014, produk hukum bidang lingkungan hidup yang diterbitkan adalah berupa 2 (dua) buah Perda. Produk hukum yang diterbitkan Biro Hukum Setda Provinsi Jambi ini merupakan salah satu upaya pemerintah Provinsi Jambi dalam menerapkan kebijakan terhadap pengelolaan lingkungan. Salah satunya dengan menerbitkan Perda Nomor 1 Tahun 2015 tentang Kawasan Strategis Ujung Jabung
dan Perda Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Jalan Khusus. Perda ini diterbitkan mengingat Provinsi Jambi merupakan daerah yang strategis dalam pengembangan perekonomian, sehingga ditetapkan kawasan strategis Ujung Jabung sebagai pelabuhan internasional. Penetapan Kawasan Strategis merupakan salah satu cara dalam penetapan dan pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan tentang tata ruang, sehingga pembangunan dapat diawasi dan sumber daya tetap lestari. Peraturan Daerah tentang penyelenggaraan jalan khusus ditetapkan sebagai kebijakan dalam menanggulangi pencemaran lingkungan. Sebagaimana diketahui Provinsi Jambi memiliki potensi sumber daya alam yang banyak seperti batubara dan perkebunan. Potensi pengolahan batubara akan berdampak pada lingkungan, khususnya jalur transportasi pengangkutan hasil pengolahan batubara dan kelapa sawit. Sebagai pengendalian dampak lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi menetapkan jalan khusus, sehingga perekonomian tetap meningkat dan kelestarian tetap terjaga.
2. Lembaga Pengelola Lingkungan Hidup Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 25
Upaya Pengelolaan Lingkungan
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) merupakan lembaga Pemerintah Provinsi Jambi yang melakukan pengelolaan terhadap lingkungan di wilayah Provinsi Dalam melaksanakan tugasnya BLHD Provinsi Jambi menyelenggarakan fungsinya sebagai perumus kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup, pemberi dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang lingkungan hidup, serta pembina dan pelaksanan bidang lingkungan hidup. Sumber daya manusia yang profesional dan mandiri menjadi aspek yang tidak terpisahkan dalam menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi kelembagaan, yang kemudian diharapkan dapat mewujudkan pelayanan lingkungan hidup kepada masyarakat dengan lebih baik. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten dalam melakukan tugas dan
fungsinya dalam mengelola
lingkungan hidup di Provinsi Jambi. Pada Tahun 2015, BLHD Provinsi Jambi memiliki pegawai sebanyak 89orang yang terdiri dari 37 orang pegawai laki-laki dengan persentase 41,57% dan 52 orang pegawai perempuan dengan persentase 58,43%. Secara tingkat pendidikan, jumlah pegawai BLHD Provinsi Jambi dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Buku Data Tabel UP-11.
3% 14%
13% Doktor (S3)
19%
Master (S2) Sarjana (S1) 51%
Diploma (D2/D4) SLTA
Sumber : Data Olahan Tabel UP-11 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 26
Upaya Pengelolaan Lingkungan
Dengan jumlah pegawai yang cukup memadai dan tingkat pendidikan yang menunjang dengan persentase jumlah pegawai sesuai dengan Gambar 4.2. diharapkan BLHD Provinsi Jambi dapat melakukan pembinaan, pengawasan
dan
pengelolaan
terhadap
lingkungan
dalam
mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di wilayah Provinsi Jambi. BLHD Provinsi Jambi selaku instansi pengelola lingkungan hidup di lingkup pemerintah Provinsi Jambi dalam menjalankan tugas dan fungsinya didukung oleh staf fungsional bidang lingkungan hidup. Jabatan fungsional yang menjadi tugas Badan Lingkungan Hidup terdiri dari fungsional pengendali dampak lingkungan, Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD), Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Pada tahun 2015 terjadi peningkatan tenaga fungsional baik yang dilantik maupun tenaga fungsional yang telah mengikuti diklat.
BLHD Provinsi Jambi pada tahun 2015 memiliki 20 orang
tenaga fungsional yang telah mengikuti diklat. Pemerintah Provinsi Jambi juga memiliki tugas dan fungsi berkaitan dengan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup. Adapun instansi terkait adalah Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Koordinasi Penyuluhan, Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan dan Dinas Perhubungan. Rincian jumlah staf fungsional untuk masing-masing jabatan secara lebih rinci sebagaimana terlampir dalam Buku Data Tabel UP-12 dan Gambar 4.3.
1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
1799
1799
408 14 20
15 22
7
9
Fungsional Dilantik
423 67 92
14 26
11 15
Fungsional Diklat
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 27
Upaya Pengelolaan Lingkungan
Sumber : Data Olahan Tabel UP-12 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016.
Secara keseluruhan, jumlah staf fungsional yang telah dilantik dan telah mengikuti diklatpada tahun 2015mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu Dinas peternakan tenaga fungsional yang telah mengikuti diklat bertambah 2 orang, Badan Koordinasi Penyuluhan tenaga fungsional bertambah 30 orang baik yang telah dilantik dan mengikuti diklat. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan jabatan fungsional di lapangan sehingga terjadi peningkatan jumlah staf fungsional. Seperti pada Badan Koordinasi Penyuluh Provinsi Jambi terjadinya peningkatan jumlah penyuluh pertanian terutama penyuluh pertanian, perikanan dan khutanan dan penyuluh tenaga harian lepas. Dibandingkan dengan tahun 2014, terjadinya peningkatan jumlah staf fungsional yang telah dilantik sebesar 2,14 % sedangkan staf fungsional yang telah mengikuti diklat meningkat sebesar 2,16 % pada tahun 2015 sebagaimana rinciannya tergambar pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Jumlah Staf Fungsional di Lingkup Pemerintah Provinsi Jambi Tahun 2013 dan 2014. No
Staf Fungsional
Jumlah Staf Fungsional (Orang) 2014
2015
Perubahan (%)
1.
Telah Dilantik
2.258
2.235
(+) 2,14
2.
Telah Mengikuti Diklat
2.354
2.406
(+) 2,16
Sumber : Data Olahan Tabel UP-12 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016. Peningkatan jumlah sumber daya manusia yang berkualitas ini diharapkan dapat melakukan pengelolaan lingkungan yang baik dan benar di wilayah Provinsi Jambi dalam rangka mewujudkan Jambi Tuntas 2016 yang salah satu mottonya pro- environment. 3. Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selaku Pemerintah
Provinsi
instansi Jambi,
pengendali Badan
dampak
Lingkungan
lingkungan Hidup
di
Daerah
lingkup dalam
menjalankan program dan kegiatannya ditunjang oleh anggaran yang berasal
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 28
Upaya Pengelolaan Lingkungan
dari APBD Provinsi Jambi dan Dana Dekonsentrasi (APBN) dari Kementerian Lingkungan Hidup RI. Besarnya anggaran yang diterima oleh BLHD Provinsi Jambi pada tahun 2014 sebagaimana terlihat pada Buku Data Tabel UP-10. Anggaran dari APBD Provinsi Jambi yang diterima BLHD Provinsi Jambi adalah sebesar Rp. 9.458.789.200,- dengan rincian untuk kegiatan SPM (Standar Pelayanan Minimal) sebesar Rp. 706.642.900,- dan kegiatan lainnya sebesar Rp. 6.723.975.700,-. Adapun kegiatan SPM APBD Provinsi Jambi tersebut terdiri dari kegiatan pelayanan status mutu air, kegiatan pelayanan informasi status mutu udara ambien, dan pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Anggaran yang berasal dari APBN Kementerian Lingkungan Hidup RI diterima oleh BLHD Provinsi Jambi adalah sebesar 845.000.000,- untuk kegiatan SPM APBN BLHD Provinsi Jambi terdiri dari pelayanan informasi status mutu air, pelayanan informasi status mutu udara ambien. Bila dibandingkan dengan tahun 2014, terjadi penurunan maupun peningkatan anggaran yang diterima oleh BLHD Provinsi Jambi baik pada APBD maunpun APBN sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.4. Penurunan dana APBD pada tahun 2014 ini sebesar 17,37% sedangkan APBN mengalami peningkatan yaitu 18,22%. Sementara peruntukan anggaran SPM juga mengalami peningkatan dari Rp. 965.871.000,- pada tahun 2014 menjadi Rp. 1.551.642.900,- pada tahun 2015 atau terjadi peningkatan sebesar 37,75%. Peningkatan anggaran yang cukup besar terutama pada APBD, BLHD Provinsi Jambi dapat meningkatkan kinerja sebagai instansi pengelola lingkungan hidup dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap semua kegiatan yang berdampak terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan. Tabel 4.4. Anggaran BLHD Provinsi Jambi Tahun 2014 dan 2015. No
Sumber Anggaran
Jumlah Anggaran (Rp) Tahun 2014
Tahun 2015
Peningkatan/Penurunan
1
APBD
8.721.334.200,-
7.430.618.600,-
(-) 17,37
2
APBN
700.000.000,-
845.000.000,-
(+) 18,22
Jumlah
965.871.000,-
1.551.642.900,-
(+) 37,75
Sumber: Data Olahan Tabel UP-10 Buku Data SLHD Provinsi Jambi Tahun 2015, 2016.
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 29
Upaya Pengelolaan Lingkungan
4. Upaya Penanggulangan Bencana Kebakaran lahan dan Hutan di Jambi. Dalam upaya mencegah timbulnya kabut asap dan menanggulangi kabut asap yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi, maka Pemerintah Provinsi Jambi telah melakukan upaya-upaya yang meliputi : 1. Deteksi dini melalui pemantauan titik panas (hotspot) dilakukan setiap hari. 2. Memberikan informasititikpanas (hotspot) kepada Posko Dalkarlahut Kabupaten/Kota. 3. Sosialisasi/penyuluhan kepada masyarakat pengguna lahan. 4. Patroli kebakaran lahan dan hutan. 5. Gelar regu dalam rangka kesiapsiagaan kebakaran lahan dan hutan. 6. Menyiapkan peralatan kebakaran lahan dan hutan. 7. Monitoring
peralatan
pada
perusahaan
bidang
perkebunan,
tentang
pencegahan
kehutanan dan pertambangan. 8. Membuat
pengumuman
Gubernur
Jambi
kebakaran lahan dan hutan. 9. Pembuatan leaflet/booklet untuk kampanye pencegahan kebakaran lahan dan hutan 10. Melaksanakan pencegahan dan pemadaman
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jambi 2015
IV- 30