PENGARUH KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING TERHADAP PARTISIPASINYA DALAM PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI KELURAHAN KWALA BEKALA KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN TAHUN 2009
SKRIPSI
Oleh : ELFIRA MALAHAYATI NIM. 041000302
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
PENGARUH KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING TERHADAP PARTISIPASINYA DALAM PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI KELURAHAN KWALA BEKALA KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh : ELFIRA MALAHAYATI NIM. 041000302
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul: PENGARUH KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING TERHADAP PARTISIPASINYA DALAM PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI KELURAHAN KWALA BEKALA KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN TAHUN 2009 Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh: ELFIRA MALAHAYATI NIM. 041000302 Telah Diuji dan Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 20 Juni 2009 Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji Ketua Penguji
Penguji I
Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si NIP. 131996170
dr. Heldy B.Z, MPH NIP. 131124052
Penguji II
Penguji III
Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes NIP. 132231812
dr. Fauzi, SKM NIP. 140052649
Medan, Juli 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dekan,
dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP. 131124053 Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
ABSTRAK Kasus rabies di Kota Medan masih tinggi. Tahun 2006 terdapat 314 kasus gigitan hewan tersangka rabies, dan 317 kasus ditahun 2007. Sampai September 2008 telah terdapat 312 kasus gigitan HPR (Hewan Penular Rabies), di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan terdapat 7 kasus gigitan HPR pada tahun 2006, sebanyak 25 kasus ditahun 2007, dilaporkan 1 orang meninggal dan sampai pertengahan bulan September 2008 telah terjadi 14 kasus gigitan HPR. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey dengan tipe explanatory research. Bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik pemilik anjing (umur, pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan sikap) terhadap partisipasinya dalam program pencegahan penyakit rabies di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan tahun 2009. Populasi adalah seluruh pemilik anjing dengan jumlah sampel sebanyak 88 responden yang diambil secara random sederhana. Uji statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap partisipasi dalam program pencegahan penyakit rabies adalah umur (p=0,020) dan sikap (p=0,003). Variabel yang tidak memiliki pengaruh terhadap partisipasi dalam program pencegahan penyakit rabies adalah pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan (p>0,05). Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada Dinas Peternakan Kota Medan dan Puskesmas Medan Johor melakukan penyuluhan kepada masyarakat di Kelurahan Kwala Bekala agar dapat membangun sikap yang positif terkait dengan pencegahan penyakit rabies.
Kata Kunci
: Partisipasi, Rabies.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
ABSTRACT Rabies cases in Medan is still high. In 2006 there were 314 suspected rabies cases, and 317 cases in 2007. Until September 2008 there were 312 cases of bites HPR (Hewan Penular Rabies), at Kwala Bekala village, of Medan Johor Sub district in Medan District there were 7 cases of bites HPR, 25 cases in 2007, 1 person was reported dead and up to mid-September 2008 there were 14 cases of bites HPR. This kind of research was a survey with the type explanatory research that aims to explain the influence of the characteristics of the dog owner's (age, education, income, knowledge, and attitude) on participation in the prevention of rabies programs at Kwala Bekala village, of Medan Johor Sub District in Medan district, in 2009. The population were all of dog owners with the samples were 88 respondents and took by a simple random. The statistic test was used multiple linear regression. The results of research shows that the variables which have significant influence on participation in the prevention of rabies programs are age (p=0.020) and attitude (p=0.003). The variables which have no influence on participation in the prevention of rabies programs are education, income, and knowledge (p>0.05). Based on the results of the research, it is suggested that the Medan District Cattle-breeding Office and Medan Johor Health Centre to do health promotion for community at Kwala Bekala village in order to build a positive attitudes related to the prevention of rabies.
Keywords: Participation, Rabies.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Elfira Malahayati
Tempat/tanggal Lahir
: Medan / 22 Oktober 1985
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Anak ke
: 5 dari 5 bersaudara
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Alamat Rumah
: Jl. Binjai Km. 12 Komp. Palem Kencana, Jln. Palem Raya Blok.I No.8 Sunggal, Deli Serdang.
Riwayat Pendidikan
: 1. 1989-1991 : TK Bungong Keupula Lhokseumawe 2. 1991-1997 : SD Negeri Bertingkat Lhokseumawe 3. 1997-2000 : SLTP Negeri 1 Lhokseumawe 4. 2000-2003 : SMU Negeri 4 Binjai 5. 2004-2009 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009”, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dengan segala ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM-USU). 2. Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan
FKM-USU,
Dosen
Penasehat
Akademik,
Dosen
Pembimbing I sekaligus Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk
memberikan
bimbingan
dan
pengarahan
kepada
penulis
untuk
kesempurnaan skripsi ini. 3. Bapak dr. Heldy B.Z, MPH, selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan bantuan, pengarahan, dan bimbingan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
4. Ibu Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji II dan Bapak dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberi masukan dan saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini. 5. Seluruh dosen dan staf di FKM USU, yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani pendidikan. 6. Bapak Pulungan Harahap, SH, M.Si selaku Camat di Kecamatan Medan Johor Kota Medan dan Bapak Enoh P. Tavip, S.Sos, selaku kepala Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. 7. Kepala Puskesmas Medan Johor, Kepala Puskesmas Pembantu Kwala Bekala dan seluruh staf yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. 8. Teman-teman stambuk 2004, khususnya Dinda, Yuli, Vara, Naomi, Al Kautsar, Sofian, dan Yesayas. Teman-teman seperjuangan di Departemen AKK, abang dan kakak (Zai, Sadat, Telpa, Rika, Nelly, Cepti, Wiwik), Laina, Ninit, Tina, Nea, Komala, Fitri, Mitha, Roni, dan Imron yang telah banyak memberikan dukungan, nasehat, dan semangat bagi penulis. 9. Teman-teman semasa di SMP (Nanda dan Ega) dan di SMA, Andi, Popo, Muthia, Enita, Aron dan Vendra yang telah banyak membantu menyemangati penulis. 10. Sahabat tercinta, Imel, Yana, Wiwid, Dita, dan Fiqa, yang telah banyak membantu penulis, tidak pernah bosan memberikan masukan, nasehat, motivasi, serta semangat kepada penulis. Terima kasih untuk persahabatan yang telah terjalin indah.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
11. Teristimewa, untuk kedua orang tua tercinta, Mama (Hj. Zuraima) dan Papa (H. Syahrial Nupin) yang telah memberikan segalanya kepada penulis, doa, kasih sayang, perhatian, bimbingan dan dorongan baik secara moril dan materil sehingga penulis mampu menyelesaikan segala masalah yang dihadapi, serta tidak pernah mengeluh dalam membiayai pendidikan penulis. Untuk abang dan kakak (Iswadi Syahrial, S.Sos, Febri Yanti, Amd, Desri Wiana, M.Hum, Juliandrie Papandro, S.H), untuk keponakan tersayang Yudha, Rara, dan Shila. Terima kasih atas perhatian, kasih sayang, motivasi, dan bantuannya baik secara moril dan materil. Untuk Umi, Ibu, dan juga Thiya. Terima kasih atas segala bantuan dan support yang tiada henti. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan, Juni 2009 Penulis,
ELFIRA MALAHAYATI
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
DAFTAR ISI Hal Halaman Pengesahan ……………………………………………………………. i Abstrak ……………………………………………………………………………. ii Abstrack …………………………………………………………………………... iii Daftar Riwayat Hidup …………………………………………………………… iv Kata Pengantar …………………………………………………………………… v Daftar Isi ………………………………………………………………………….. viii Daftar Tabel ……………………………………………………………………… xi Daftar Gambar …………………………………………………………………… xiii BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1.1 Latar Belakang ………………………………………………………. 1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………. 1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………...
1 1 9 10 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………... 11 2.1 Rabies ……………………………………………………………….. 11 2.1.1 Pengertian ……………………………………………………... 11 2.1.2 Cara Penularan ………………………………………………… 11 2.1.3 Pola Penyebaran ………………………………………………. 12 2.1.4 Tipe dan Tanda-tanda Penyakit Rabies pada Hewan dan Manusia ………………………………………………………... 13 2.1.5 Tindakan Pencegahan dan Pemberantasan Kasus Rabies ……... 16 2.2 Kebijakan Program dan Strategi Pemberantasan Rabies ……………. 16 2.2.1 Pemberantasan Rabies secara Nasional ……………………….. 16 2.2.2 Upaya pemberantasan Rabies di Sumatera Utara ……………... 17 2.2.3 Program Pencegahan dan Pemberantasan Rabies oleh Direktorat Kesehatan Hewan Departemen Pertanian ................................... 18 2.2.4 Program Pencegahan Rabies oleh Direktorat Jenderal PPM&PL Departeman Kesehatan ............................................................... 19 2.3 Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies ………….. 20 2.4 Perilaku ……………………………………………………………… 21 2.4.1 Perilaku Kesehatan ……………………………………………. 21 2.4.2 Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies …………………. 22 2.5 Partisipasi Masyarakat ………………………………………………. 25 2.6 Kerangka Konsep penelitian ………………………………………… 27 2.7 Hipotesis Penelitian …………………………………………………. 28
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………… 3.1 Jenis Penelitian ………………………………………………………. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………... 3.3 Populasi dan Sampel ………………………………………………… 3.3.1 Populasi ………………………………………………………... 3.3.2 Sampel …………………………………………………………. 3.4 Metode Pengumpulan Data ………………………………………….. 3.5 Definisi Operasional …………………………………………………. 3.6 Aspek Pengukuran …………………………………………………... 3.6.1 Variabel Bebas ………………………………………………… 3.6.2 Variabel Terikat ………………………………………………... 3.7 Teknik Analisa Data ………………………………………………….
29 29 29 29 29 30 30 31 32 32 33 33
BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………………………. 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ………………………………………… 4.1.1. Geografis dan Demografis ……………………………………. 4.2 Gambaran Program Pencegahan Penyakit Rabies di Kelurahan Kwala Bekala ....................................................................................... 4.3 Karakteristik Responden …………………………………………….. 4.3.1. Variabel Umur ………………………………………………… 4.3.2. Variabel Pendidikan …………………………………………... 4.3.3. Variabel Pendapatan ………………………………………….. 4.3.4. Variabel Pengetahuan …………………………………………. 4.3.5. Variabel Sikap ………………………………………………… 4.3.6. Variabel Partisipasi …………………………………………… 4.4 Hasil Uji Bivariat ……………………………………………………. 4.5 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda …………………………
34 34 34
BAB V PEMBAHASAN ………………………………………………………... 5.1 Variabel Karakteristik Pemilik Anjing yang Berpengaruh Terhadap Partisipasinya Dalam program Pencegahan Penyakit Rabies ………………………………………………………………... 5.1.1. Variabel Umur ………………………………………………… 5.1.2. Variabel Sikap ………………………………………………… 5.2 Variabel Karakteristik Pemilik Anjing yang Tidak Berpengaruh Terhadap Partisipasinya Dalam program Pencegahan Penyakit Rabies ………………………………………………………………... 5.2.1. Variabel Pendidikan …………………………………………... 5.2.2. Variabel Pendapatan ………………………………………….. 5.2.3. Variabel Pengetahuan ………………………………………… 5.3 Partisipasi Pemilik Anjing Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies ………………………………………………………………...
36 37 37 38 38 38 43 46 49 50 52
52 52 53
54 54 55 56 57
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………… 61 6.1 Kesimpulan ………………………………………………………….. 61 6.2 Saran …………………………………………………………………. 62 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 63 LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian 2. Master Data dan Hasil-Hasil Pengolahan Statistik 3. Surat Permohonan Izin Peninjauan Riset 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1.1. Distribusi Kasus Gigitan HPR di Kota Medan Menurut Kecamatan Tahun 2006 dan 2007 …………………………………………………... 4 Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Umur, Pendidikan, Pendapatan ………...... 32 Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Pengetahuan dan Sikap ………………....... 33 Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ………………………………….... 33 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin …………………….... 34 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ………………...... 35 Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……………….... 35 Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ……………………………... 36 Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Umur ……... 37 Tabel 4.6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Pendidikan ... 38 Tabel 4.7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Pendapatan .. 38 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Pengetahuan Tentang Penyakit Rabies ………………………………………………………… 39 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang Penyakit Rabies di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2009 ……………. 42 Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Sikap Terhadap Pencegahan Penyakit Rabies ………………………………………….. 43 Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Terhadap Pencegahan Rabies di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2009 ……….... 46 Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Kegiatan Partisipasi dalam Pencegahan Penyakit Rabies ………………………………………….. 47 Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Partisipasi dalam Pencegahan Penyakit Rabies di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2009.. 48 Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.14. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson Mengenai Hubungan Karakteristik Pemilik Anjing dengan Partisipasinya dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies ……………………………………………………….. 50 Tabel 4.15. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Variabel Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies ……………………………………………………….. 51
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2.1. Pola Penyebaran Rabies di Lapangan
………………………........... 13
Gambar 2.2. Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
………... 20
………………………………………. 27
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit anjing gila atau yang dikenal dengan nama rabies merupakan suatu penyakit infeksi akut pada susunan syaraf pusat, yang disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan melalui gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) yaitu anjing, kucing, dan kera. Penyakit ini menular kepada manusia karena gigitan binatang-binatang tersebut. Penyakit ini apabila menunjukkan gejala klinis pada hewan dan manusia selalu diakhiri dengan kematian, sehingga mengakibatkan timbulnya rasa cemas dan takut bagi orang yang terkena gigitan dan juga menimbulkan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada umumnya (Depkes RI, 2000). Di Indonesia, kasus rabies pertama kali dilaporkan oleh Esser pada tahun 1884 pada seekor kerbau, kemudian oleh Penning tahun 1889 pada seekor anjing dan oleh Eilerls de Zhaan tahun 1894 pada manusia. Semua kasus ini terjadi di Propinsi Jawa Barat dan setelah itu penyakit rabies terus menyebar ke daerah Indonesia lainnya (Depkes RI, 2003). Daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies ada 17 propinsi yang meliputi: Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung), Pulau Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara), Pulau Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur) dan Pulau Flores. Kasus terakhir yang terjadi adalah di Propinsi Bali dan Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram) (Deptan RI, 2007). Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan 1 Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Propinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat telah dinyatakan bebas dari rabies melalui SK Menteri Pertanian No. 566 Tahun 2004 setelah dilakukan evaluasi dari hasil surveilans yang dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Wates tidak ditemukan kasus rabies di Propinsi DKI Jakarta dan Banten sejak tahun 1996, dan Propinsi Jawa Barat sejak tahun 2001. Dengan diterbitkannya SK Mentan bebas rabies ini, maka seluruh Pulau Jawa telah bebas rabies karena Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta telah lebih dahulu dinyatakan bebas rabies berdasarkan SK Mentan No. 897 Tahun 1997 (Deptan RI, 2007). Daerah yang secara historis bebas rabies (belum pernah ada kasus rabies) adalah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (kecuali Pulau Flores), Kalimantan Barat, Papua, Irian Jaya Barat, Maluku Utara, Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka-Belitung dan sampai saat ini tetap dapat dipertahankan bebas rabies. Meskipun demikian vaksinasi tetap harus dilaksanakan terutama di kabupatenkabupaten yang berbatasan langsung ke Pulau Sumatera (Deptan RI, 2007). Pada tahun 2000, Propinsi Maluku merupakan daerah yang dinyatakan bebas rabies oleh Dinas Kesehatan. Namun di tahun 2005 dan di bulan Juni 2008, ditemukan kembali adanya kasus rabies di propinsi ini tepatnya di daerah kota Ambon dan pulau Seram. Begitu pula dengan Propinsi Bali yang dulunya secara historis belum pernah terjangkit kasus rabies di bulan Oktober tahun 2008 dikejutkan dengan terjadinya empat kasus kematian akibat rabies serta dinyatakan sebagai daerah KLB rabies oleh Pemerintah Propinsi Bali yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Anton Apriyantono pada 1 Desember 2008. Hal ini membuktikan bahwa setiap daerah yang telah dinyatakan bebas rabies masih memiliki Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
kemungkinan untuk tertular rabies apabila program pencegahan dan pemberantasan rabies tidak dilakukan secara berkesinambungan (Soeharsono, 2008). Di Sumatera Utara kasus gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) tergolong tinggi, yaitu pada tahun 2004 kasus gigitan sebanyak 1.290 kasus; dari 9 spesimen hewan yang diperiksa 9 spesimen tersebut dinyatakan positif rabies. Pada tahun 2005 terjadi kasus gigitan sebanyak 1.430 kasus; dari 20 spesimen yang diperiksa 20 dinyatakan positif rabies. Pada tahun 2006 jumlah kasus gigitan meningkat menjadi 1.640 kasus, dari 6 spesimen yang diperiksa keenamnya dinyatakan positif rabies. Adapun kasus meninggal akibat rabies sebanyak 7 orang pada tahun 2004, tahun 2005 meninggal 5 orang, dan tahun 2006 meninggal sebanyak 7 orang. Pada tahun 2004, dari 1.290 kasus gigitan yang terjadi, terdapat sebanyak 1.012 orang (78,4%) penderita luka gigitan HPR yang mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR). Tahun 2005, dari 1.430 kasus gigitan HPR, terdapat sebanyak 897 orang (62,7%) yang mendapatkan VAR, dan di tahun 2006 dari 1.640 kasus gigitan HPR, terdapat sebanyak 1.205 orang (73,5%) penderita gigitan yang mendapatkan VAR (Dinkes Prop. Sumut, 2007). Kota Medan termasuk salah satu daerah dengan kasus gigitan HPR yang tinggi. Pada tahun 2006 terjadi kasus gigitan HPR sebanyak 314 kasus, dan dari 6 spesimen yang diperiksa semuanya positif rabies. Pada tahun 2007 terjadi gigitan HPR sebanyak 317 kasus, dari 9 spesimen yang diperiksa semua dinyatakan positif rabies. Sampai akhir bulan September 2008 telah terjadi kasus gigitan HPR sebanyak 312 kasus, dan dari 3 spesimen yang diperiksa semuanya dinyatakan positif rabies.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Dari data tahun 2006 dan tahun 2007 dapat dilihat bahwa kasus gigitan HPR di Kota Medan mengalami peningkatan (Dinkes Kota Medan, 2008). Data dari Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai distribusi kasus gigitan HPR di Kota Medan per kecamatan di tahun 2006 dan 2007 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Distribusi Kasus Gigitan HPR di Kota Medan Menurut Kecamatan Tahun 2006, 2007 dan sampai September 2008. No Kecamatan Medan 2006 2007 September 2008 1. Amplas 20 14 10 2. Area 15 2 5 3. Barat 6 9 7 4. Baru 11 16 13 5. Belawan 2 4 0 6. Deli 3 1 1 7. Denai 23 20 18 8. Helvetia 29 25 19 9. Johor 14 38 24 10. Kota 7 12 9 11. Labuhan 10 3 1 12. Maimun 5 2 2 13. Marelan 0 5 2 14. Perjuangan 15 13 10 15. Petisah 18 29 15 16. Polonia 5 7 2 17. Selayang 23 23 20 18. Sunggal 21 18 20 19. Tembung 8 25 15 20. Timur 14 10 8 21. Tuntungan 65 41 38 Jumlah 314 317 236 Sumber: Laporan Tahunan Program P2 Rabies Kota Medan Tahun 2006, 2007 dan sampai September 2008. Di Kota Medan, Medan Johor merupakan salah satu kecamatan dengan kasus gigitan HPR yang cukup tinggi. Daerah yang berpenduduk 113.593 jiwa itu,
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
terjangkit rabies yang tersebar di 6 kelurahan, yaitu Kelurahan Gedung Johor, Kelurahan Pangkalan Mansyur, Kelurahan Kwala Bekala, Kelurahan Titi Kuning, Kelurahan Suka Maju, dan Kelurahan Kedai Durian (Dinkes kota Medan, 2007). Di Kecamatan Medan Johor pada tahun 2006 terjadi kasus gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) sebanyak 14 kasus. Pada tahun 2007 terjadi peningkatan kasus gigitan menjadi sebanyak 38 kasus, dan kecamatan ini menjadi kecamatan dengan kasus gigitan HPR tertinggi kedua setelah Kecamatan Medan Tuntungan, dan dilaporkan 1 orang meninggal akibat rabies di bulan April 2007. Sampai pada akhir bulan September 2008 terjadi kasus gigitan 24 kasus. Dari data tahun 2006 dan 2007 terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan kasus gigitan HPR yang sangat tinggi. Oleh karena itu, penyakit rabies masih menjadi masalah yang serius di Kecamatan Medan Johor. Pada tahun 2006, dari 14 kasus gigitan HPR yang terjadi, terdapat sebanyak 10 orang (71,4%) penderita gigitan yang mendapatkan VAR. Tahun 2007, dari 38 kasus gigitan HPR, terdapat 27 orang (71%) penderita gigitan yang mendapatkan VAR, dan sampai akhir bulan September 2008 dari 24 kasus gigitan HPR, sebanyak 16 orang (66,6%) penderita gigitan HPR yang mendapatkan VAR (Dinkes kota Medan, 2008). Kelurahan Kwala Bekala merupakan kelurahan yang memiliki kasus gigitan HPR paling tinggi di Kecamatan Medan Johor. Pada tahun 2006 terjadi kasus gigitan HPR sebanyak 7 kasus. Pada tahun 2007 terjadi kasus gigitan HPR sebanyak 25 kasus, dilaporkan 1 orang meninggal pada bulan April 2007 dan sampai pertengahan bulan September 2008 telah terjadi 14 kasus gigitan HPR. Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Pada tahun 2006 tidak ada spesimen yang diperiksa karena anjing yang menggigit langsung dibunuh lalu dikubur atau dibuang. Hingga pertengahan bulan Mei 2007 terdapat 1 spesimen anjing peliharaan yang diperiksa dan dinyatakan positif. Berdasarkan data jumlah populasi anjing peliharaan di Kelurahan Kwala Bekala sebanyak 773 ekor (Profil Puskesmas Medan Johor, 2008). Menurut Kepala Puskesmas Pembantu Kwala Bekala, dari tahun 2006 sampai bulan September 2008 diketahui hewan penular rabies di wilayah ini adalah anjing. Selain anjing peliharaan, di daerah ini juga terdapat anjing-anjing liar yang sering terlihat berkeliaran walaupun jumlahnya diperkirakan tidak banyak. Sangat sulit membedakan antara anjing peliharaan dengan anjing liar di kelurahan ini sebab anjing peliharaan dibiarkan lepas berkeliaran oleh pemiliknya. Oleh karena itu, peran dari Pemda yang dalam hal ini adalah menangani dan mengeliminasi anjing liar yang dilakukan oleh Dinas Peternakan Kota Medan tidak terlihat. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh sektor peternakan adalah berfokus pada pemberantasan rabies pada hewan penular rabies. Peranan yang telah dilakukan oleh Dinas Peternakan Kota Medan dalam pencegahan penyakit rabies adalah melakukan vaksinasi, eliminasi dan mengobservasi anjing tersangka rabies. Menurut kepala bagian kesehatan hewan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, kegiatan vaksinasi hewan anjing tidak dikenai biaya, namun dalam pelaksanaannya pemilik anjing harus membayar Rp. 15.000,- per satu ekor anjing peliharaan. Biaya ini ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah sebagai biaya operasional, dan jadwal vaksinasi dilakukan dua kali dalam setahun.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Program kegiatan yang dilakukan oleh sektor kesehatan adalah berfokus pada penanganan manusia korban gigitan hewan penular rabies. Peranan dari Dinas Kesehatan Kota Medan dalam pencegahan penyakit rabies adalah memberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) pada penderita gigitan HPR, sedangkan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas adalah memberikan pertolongan pertama pada penderita luka gigitan HPR, penyuluhan mengenai pencegahan penyakit rabies, dan pendataan kepemilikan anjing peliharaan (Depkes, 2003). Menurut pegawai bagian pencegahan dan pemberantasan penyakit rabies Dinas Kesehatan Kota Medan, pemberian VAR atau SAR untuk penderita luka gigitan HPR hanya dapat dilakukan di Dinas Kesehatan saja. Vaksin tidak tersedia di seluruh Puskesmas di Kota Medan. Pemberian VAR dan SAR dilakukan secara gratis atau tidak dipungut biaya. Mengingat bahaya dan keganasan rabies terhadap kesehatan dan ketentraman hidup masyarakat, maka usaha pengendalian penyakit berupa pencegahan, pemberantasan dan penanggulangan perlu dilaksanakan seintensif mungkin (Hiswani, 2003). Salah satu strategi yang dilakukan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
rabies
adalah
dengan
meningkatkan
penyuluhan
kesehatan
masyarakat untuk meningkatkan Peran Serta Masyarakat (PSM), di mana yang menjadi sasaran adalah: individu, keluarga, dan masyarakat di daerah tertular rabies agar mampu melindungi diri dari rabies. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
melakukan identifikasi pengetahuan, sikap, dan perilaku (tindakan) masyarakat tentang rabies (Depkes RI, 2003). Perilaku masyarakat yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah terjadinya risiko penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2000). Partisipasi masyarakat merupakan suatu hasil dari pemberdayaan masyarakat, yang memiliki beberapa konsep partisipasi dari kata lain untuk mobilisasi (misalnya partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan) sampai konsep pilihan tindakan berdasarkan kesadaran sendiri. Dari konsep partisipasi sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi proyek pembangunan sampai konsep partisipasi sebagai tujuan akhir pembangunan (Agusta, 2006). Perilaku, yang dalam hal ini adalah partisipasi pemilik anjing, sangat dipengaruhi oleh karakteristik manusia itu sendiri, oleh sebab itu dalam membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, maka intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis (Notoatmodjo, 2007). Dari segi teknis, pencegahan dan pemberantasan rabies dilakukan secara konsisten, namun dalam pelaksanaannya di lapangan tidak sederhana. Banyak aspekaspek non-teknis, baik berupa sosial budaya maupun tingkat pendidikan dan kondisi ekonomi
masyarakat
yang
memengaruhinya.
Aspek-aspek
tersebut
saling
berhubungan satu dengan yang lain baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga pencegahan dan pemberantasan rabies di lapangan tidak mudah dilaksanakan (Deptan, 2002). Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusra di Kabupaten Solok Sumatera Barat tahun 2007 menyebutkan bahwa pengetahuan dan sikap pemilik anjing tidak mempunyai kontribusi yang besar terhadap tindakannya dalam pencegahan penyakit rabies. Berbeda dengan hasil penelitian Yusra, hasil penelitian yang dilakukan oleh Efelina F. Lumbantoruan di Desa Namoriam Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2007 menyebutkan bahwa sikap pemilik anjing mempunyai kontribusi kuat dibandingkan dengan faktor pendidikan dan pengetahuan dalam pencegahan penyakit rabies. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang bagaimana pengaruh karakteristik pemilik anjing yang meliputi: umur, pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan sikap terhadap partisipasinya dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor tahun 2009. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah: “Bagaimana pengaruh karakteristik pemilik anjing yang meliputi: umur, pendidikan, pendapatan, pengetahuan dan sikap terhadap partisipasinya dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor tahun 2009”.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik pemilik anjing yang meliputi: umur, pendidikan, pendapatan, pengetahuan dan sikap terhadap partisipasinya dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor tahun 2009. 1.4. Manfaat Penelitian a. Sebagai masukan bagi masyarakat di Kecamatan Medan Johor dalam meningkatkan perilaku hidup sehat terhadap pencegahan penyakit rabies. b. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dan Dinas Peternakan
Kota Medan dalam proses pengambilan kebijakan
dalam
penanggulangan penyakit rabies. c. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Medan Johor dalam upaya penanggulangan penyakit rabies. d. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain dan sebagai bahan referensi di perpustakaan FKM USU.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rabies 2.1.1. Pengertian Penyakit rabies atau dikenal juga dengan penyakit anjing gila merupakan salah satu penyakit zoonosa (penyakit hewan yang dapat menular ke manusia) dan penyakit hewan menular yang akut dari susunan syarat pusat yang dapat menyerang hewan berdarah panas serta manusia yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit rabies menular pada manusia melalui gigitan hewan penderita atau dapat pula melalui luka karena air liur hewan penderita rabies. Hewan utama sebagai penyebar/penular rabies adalah anjing, oleh karenanya perhatian utama dalam upaya pemberantasan penyakit rabies adalah terhadap hewan tersebut. Penyakit ini menyerang otak dan selalu berakhir dengan kematian pada manusia maupun hewan, apabila telah timbul gejala klinis. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan dapat menginfeksi semua hewan menyusui (mamalia) walaupun ditularkan oleh anjing, serigala, kelelawar, dan carnivora lainnya (Depkes RI, 2000). 2.1.2. Cara Penularan Penyakit rabies disebabkan oleh virus Lysavirus dari family Rhapdoviridae. Virus rabies ini masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan melalui luka gigitan hewan penderita rabies dan luka terkena air liur hewan atau manusia penderita rabies, maka selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan di dekatnya,
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan 11 Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
kemudian
bergerak
mencapai
ujung-ujung
serabut
syaraf
posterior
tanpa
menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya. Masa inkubasi bervariasi yaitu antara 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi pada umumnya 2-8 minggu, berhubungan dengan jarak yang harus ditempuh oleh virus sebelum mencapai otak. Sesampainya di otak, virus memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron sentral, kemudian ke arah perifer dalam serabut syaraf eferen dan pada syaraf volunteer maupun syaraf otonom. Virus ini menyerang hampir tiap organ dan jaringan dalam tubuh dan berkembangbiak dalam jaringan-jaringan seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya (Depkes RI, 2000). 2.1.3. Pola Penyebaran Penularan rabies di lapangan (rural rabies) berawal dari suatu kondisi anjing yang tidak dipelihara dengan baik atau anjing liar yang merupakan ciri khas yang ada di pedesaan yang berkembang sangat fluktuatif dan sulit dikendalikan, hal ini merupakan suatu kondisi yang sangat kondusif untuk menjadikan suatu daerah dapat bertahan menjadi daerah endemis rabies. Pada umumnya, manusia merupakan terminal akhir dari korban gigitan, karena sampai saat ini belum ada kasus manusia menggigit anjing. Sementara itu anjing liar, anjing peliharaan yang menjadi liar dan anjing pelihara dapat saling menggigit satu sama lainnya. Apabila salah satu diantara anjing yang menggigit tersebut positif (+) rabies, maka akan terjadi kasus-kasus positif (+) rabies yang semakin tinggi (Depkes RI, 2000).
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Secara alami dan yang sering terjadi, pola penyebaran rabies adalah seperti gambar di bawah ini:
ANJING LIAR
ANJING PELIHARAAN MENJADI LIAR
ANJING PELIHARAAN
MANUSIA
Gambar 2.1. Pola Penyebaran Rabies di Lapangan (Departemen Pertanian, 2003) 2.1.4. Tipe dan Tanda-Tanda Penyakit Rabies Pada Hewan dan Manusia 1. Tipe Rabies Tipe rabies pada hewan penular rabies ada dua tipe dengan gejala-gejala sebagai berikut: a. Rabies Ganas Gejala-gejalanya adalah: Tidak menuruti lagi perintah pemilik, air liur keluar berlebihan, hewan menjadi ganas, menyerang atau menggigit apa saja yang ditemukan dan ekor dilengkungkan ke bawah perut di antara dua paha, kejangkejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari sejak timbul gejala atau paling lama 12 hari setelah penggigitan. b. Rabies Tenang Gejala-gejalanya adalah: Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk, kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat, kelumpuhan, tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar berlebihan, kematian terjadi dalam waktu singkat.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
2. Tanda Rabies Pada Anjing dan Pada Manusia a. Tanda Rabies Pada Anjing Tanda rabies pada anjing: Menggonggong, menyerang secara tiba-tiba anjing tidak lagi kenal tuannya, banyak mengeluarkan air liur, menggigit segala sesuatu, kesulitan melihat, berjalan tanpa arah, rahang turun, tidak mampu menelan, makan tanah dan batang kayu, sukar bernafas, muntah, susah berjalan, kelumpuhan, ekor menggantung terletak di antara kedua kaki belakang (Hiswani, 2003). b. Tanda Rabies Pada Manusia a) Stadium Prodromal Gejala awal berupa demam, sakit kepala, malaise, sakit, kehilangan nafsu makan, mual, rasa nyeri di tenggorokan, batuk, dan kelelahan luar biasa selama beberapa hari (1-4 hari). Gejala ini merupakan gejala yang spesifik dari orang yang terinfeksi virus rabies yang muncul 1-2 bulan setelah gigitan hewan penular rabies. b) Stadium Sensoris Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada bekas luka gigitan dan secara bertahap terus berkembang menyebar ke anggota badan yang lain, kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsangan sensorik. c) Stadium Eksitasi Tonus otot-otot dan aktivasi simpatik menjadi meninggi dengan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan pupildilatasi. Bersama dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya. Keadaan yang Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
khas pada stadium ini adalah adanya macam-macam fobia, yang sangat sering diantaranya adalah hidrofobia (ketakutan terhadap air). Kontraksi otot faring dan otot-otot pernafasan dapat pula ditimbulkan oleh rangsangan sensorik seperti meniupkan udara ke wajah penderita atau menjatuhkan sinar ke mata atau dengan menepuk tangan di dekat telinga penderita. d) Stadium Paralisis Predisposisi terjadinya ragam gejala klinis rabies pada manusia dipengaruhi antara lain oleh perbedaan galur virus yang menginfeksi, jenis hewan penular, dan letak gigitan di anggota badan (Budi Tri Akoso, 2007). Ditinjau dari segi jumlahnya, stadium paralisis rabies pada manusia dijumpai kurang lebih hanya sekitar seperlima dari kasus yang terjadi, tetapi untuk hewan merupakan gejala paling sering dijumpai sebelum terjadi kematian. Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala eksitasi, melainkan gejala-gejala paresis, yaitu otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot yang bersifat asenden, yang selanjutnya meninggal karena kelumpuhan otot-otot pernafasan (Depkes RI, 2000).
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
2.1.5. Tindakan Pencegahan dan Pemberantasan Kasus Rabies Menurut Levi (2004), tindakan pencegahan dan pemberantasan kasus rabies yang dapat dilakukan adalah: a. Anjing peliharaan, tidak boleh dilepas berkeliaran, harus didaftarkan ke kantor Kepala Desa atau Kelurahan atau Petugas Dinas Peternakan setempat. b. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter. c. Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter dan moncongnya harus menggunakan berangus (berongsong). d. Pemilik anjing harus memvaksinasi anjingnya. e. Anjing liar atau anjing yang diliarkan harus segera dilaporkan kepada petugas Dinas Peternakan atau pos kesehatan hewan untuk diberantas atau dimusnahkan. f. Kurangi sumber makanan ditempat terbuka untuk mengurangi anjing liar atau anjing yang diliarkan. g. Daerah yang terbebas dari penyakit rabies harus mencegah masuknya anjing, kucing, kera, dan hewan sejenis dari daerah tertular rabies. h. Masyarakat harus waspada terhadap anjing yang diliarkan dan segera melaporkan kepada petugas Dinas Peternakan atau posko rabies. 2.2. Kebijakan Program dan Strategi Pemberantasan Rabies 2.2.1. Pemberantasan Rabies secara Nasional Program pemberantasan rabies di Indonesia dilaksanakan melalui kegiatan terpadu secara lintas sektoral antara Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian,
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
dan Departemen Dalam Negeri berdasarkan SKB antara Menteri Kesehatan RI, Menteri
Pertanian
RI,
Menteri
Dalam
Negeri
No.279/SK/VIII/1978,
No.522/KPTS/UM/8/78, No.143 Tahun 1978 tentang peningkatan pemberantasan penanggulangan rabies. Langkah operasional pembebasan rabies garis besarnya telah dituangkan dalam surat keputusan bersama tiga Direktur (Peternakan, PUOD, dan PPM & PLP) yang mencakup antara lain: a) Vaksinasi dan eliminasi hewan penular rabies. b) Penyuluhan dan peningkatan peran serta masyarakat. c) Pengamatan, penyelidikan, observasi, dan diagnosa hewan tersangka. d) Penertiban dan pengawasan pemeliharaan hewan penular rabies serta pengawasan lalu lintas hewan. e) Pertolongan orang yang digigit hewan penderita rabies. f) Peningkatan kerjasama pemberantasan antara negara tetangga (Depkes RI, 2003). 2.2.2. Upaya Pemberantasan Rabies di Sumatera Utara Kebijakan pemberantasan rabies dilakukan dengan alasan utama untuk perlindungan kehidupan manusia dan mencegah penyebaran ke hewan lokal dan satwa liar. Hal ini dapat dicapai dengan menjalankan gabungan atau kombinasi strategi di bawah ini: 1. Karantina dan pengawasan lalu lintas terhadap hewan penular penyakit. 2. Pemusnahan hewan tertular dan hewan yang kontak untuk mencegah sumber virus rabies yang paling berbahaya.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
3. Vaksinasi semua hewan yang dipelihara di daerah tertular untuk melindungi hewan terhadap infeksi dan mengurangi kontak terhadap manusia. 4. Penelusuran dan surveilans untuk menentukan sumber penularan dan arah pembebasan dari penyakit. 5. Kampanye peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness) untuk memfasilitasi kerjasama masyarakat terutama dari pemilik hewan dan komunitas yang terkait (Depkes RI, 2000). 2.2.3. Program Pencegahan dan Pemberantasan Rabies oleh Direktorat Kesehatan Hewan Departemen Pertanian Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Peternakan adalah sebagai berikut: 1. Hindari kejadian penggigitan a. Anjing peliharaan diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2 meter. b. Anjing peliharaan diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2 meter dan moncongnya diberangus ketika hendak dibawa keluar rumah. c. Anjing peliharaan tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran. 2. Vaksinasi rabies pada anjing, kucing, kera/monyet peliharaan secara teratur setiap tahun. 3. Memberantas, memusnahkan atau mengeliminasi anjing liar atau yang berkeliaran dengan menggunakan umpan, misalnya bakso atau ikan yang diberi racun.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
4. Dilakukan penangkapan anjing liar/berkeliaran di tempat umum selanjutnya dilakukan pembunuhan (Deptan, 2006). 2.2.4. Program Pencegahan Rabies oleh Direktorat Jenderal PPM & PL Departemen Kesehatan Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Vaksinasi Anti Rabies pada manusia korban kasus gigitan hewan tersangka rabies melalui pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) atau kombinasi VAR dan Serum Anti Rabies (SAR) di Puskesmas dan Rumah Sakit. 2. Melaksanakan penyuluhan dan follow up pengobatan melalui kunjungan petugas Puskesmas ke tempat penderita. 3. Melakukan pelacakan kasus gigitan tambahan melalui Penyelidikan Epidemiologi (PE), dan melakukan rujukan penderita rabies ke Rumah Sakit guna perawatan intensif 4. Apabila terjadi kasus gigitan, diharapkan masyarakat dapat melakukan pertolongan pertama dengan: a. Mencuci luka gigitan dengan sabun atau detergen, dengan air mengalir selama 10-15 menit. b. Luka gigitan jangan diikat. Kemudian segera ke Puskesmas/RS terdekat dan laporkan kasus gigitan ke desa/kelurahan (Depkes RI, 2003).
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
2.3. Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies Kasus Gigitan Anjing, Kucing, dan Kera
Hewan penggigit lari/hilang dan tidak dapat ditangkap, mati/dibunuh
Hewan penggigit dapat ditangkap dan diobservasi 10-14 hari
Luka risiko tinggi
Luka risiko rendah
Luka risiko tinggi
Segera diberi VAR & SAR
Segera diberi VAR
Segera diberi VAR & SAR
Jika tdk dpt diperiksa di lab. Lanjutkan VAR
Positif
VAR dilanjutkan
Spesimen hewan dpt diperiksa di lab.
Negatif
Stop VAR
Hewan sehat
Stop VAR
Luka risiko rendah
Tdk diberi VAR, tunggu hasil Obs.
Hewan mati
Hewan mati
Beri/lanjutkan VAR
Hewan sehat
Tdk diVAR
Spesimen Otak hewan diperiksa di laboratorium
Positif
VAR dilanjutkan
Negatif
Stop VAR
Gambar 2.2 Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies (Depkes RI, 2000)
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
2.4. Perilaku Perilaku dibentuk melalui suatu bentuk proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang
memengaruhi
terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu: faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun nonfisik seperti iklim, manusia, sosio ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). 2.4.1. Perilaku Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Robert Kwick yang mengutip pendapat Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain tersebut diukur dari: a. Pengetahuan (knowledge) b. Sikap atau tanggapan (attitude)
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
c. Praktek atau tindakan (practice) Uraian dari ketiga domain tersebut adalah sebagai berikut: a. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). b. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Notoatmodjo, 2003). c. Praktek atau tindakan (practice) Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas, dukungan dari pihak lain, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). 2.4.2. Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing terhadap Partisipasinya dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies. Manusia adalah individu dengan jati diri yang khas yang memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik adalah sifat individu yang relatif tidak berubah,
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
karakteristik tersebut seperti: umur, jenis kelamin, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo (2003), beberapa faktor individu (person) yang terkait kesehatan antara lain: a) Umur Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Untuk kepentingan perbandingan WHO menganjurkan pembagian-pembagian umur menurut tingkat kedewasaan: 0-14 tahun
: bayi dan anak-anak
15-49 tahun
: orang muda dan dewasa
50 tahun ke atas
: orang tua
b) Jenis kelamin Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi di kalangan wanita, sedangkan angka kematian lebih tinggi di kalangan pria. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik yang meliputi faktor keturunan yang terkait jenis kelamin atau perbedaan hormonal dan faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria penghisap rokok, minum-minuman keras, pekerja berat). c) Kelas Sosial Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan, tempat tinggal. Hal-hal ini dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan. Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
d) Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan juga dapat berperan di dalam timbulnya penyakit. e) Penghasilan Merupakan variabel yang dinilai hubungannya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan penyakit. f) Golongan etnik/ Suku Berbagai golongan etnik dapat berbeda di dalam kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup, dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaanperbedaan di dalam angka kesakitan atau kematian. Menurut Azwar (1988), kebutuhan dan tuntutan seseorang terhadap kesehatan amat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya, dan ekonomi orang tersebut. Jika tingkat pendidikan baik, keadaan sosial budaya dan sosial ekonomi juga baik, maka secara relatif kebutuhan dan tuntutannya terhadap kesehatan akan tinggi. Hal ini sebaiknya akan ditemukan jika tingkat pendidikan, keadaan sosial budaya dan sosial ekonomi belum memuaskan. Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya. Latar belakang sosial, srtuktur sosial, dan ekonomi mempunyai pengaruh terhadap perilaku kesehatan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor karakteristik individu yang berhubungan atau berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Faktor karakteristik tersebut tidak dapat secara keseluruhan menjadi materi analisa penelitian ini, karakteristik individu yang diduga mempunyai pengaruh Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
terhadap perilaku yang dalam hal ini adalah partisipasi pemilik anjing dalam program pencegahan penyakit rabies dibatasi hanya pada karakteristik: (1) Umur, (2) Pendidikan, (3) Pendapatan, (4) Pengetahuan, (5) Sikap. 2.5. Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat merupakan suatu bentuk peran serta atau keterlibatan masyarakat dalam pencegahan penyakit rabies. Partisipasi masyarakat, yang dalam hal ini partisipasi pemilik anjing menunjukkan bukti bahwa pemilik anjing merasa terlibat dan merasa menjadi bagian dari pembangunan. Hal ini akan sangat berdampak positif terhadap keberhasilan pelaksanaan suatu program pembangunan (Depkes RI, 2003). Menurut Mikkelsen yang dikutip Ardian (2006) yang mengutip berbagai kajian FAO (Food Agriculture Organization) terdapat beragam arti kata partisipasi, antara lain: 1) Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada program tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan. 2) Partisipasi adalah ‘pemekaan’ (membuat peka) pihak masyarakat untuk meninggalkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi programprogram pembangunan. 3) Partisipasi adalah suatu proses yang aktif yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk menggunakan hal itu.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
4) Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring agar memperoleh informasi mengenai konteks sosial dan dampak-dampaknya. 5) Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan sendiri. 6) Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka. Menurut Notoatmodjo (2007), partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam partisipasi, setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontribusi atau sumbangan yang diwujudkan dalam 4 M, yaitu manpower (tenaga), money (uang), material (benda-benda lain seperti kayu, bambu, beras, dan sebagainya), dan mind (ide atau gagasan). Syarat-syarat tumbuhnya partisipasi dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan,
yaitu:
pertama,
adanya
kesempatan
untuk
membangun
dalam
pembangunan, kedua adalah adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan itu, dan ketiga adalah adanya kemauan untuk berpartisipasi. Untuk meningkatkan partisipasi, maka kesempatan, kemampuan, dan kemauan untuk berpartisipasi dalam pembangunan itu perlu ditingkatkan. Peningkatan partisipasi masyarakat adalah suatu proses dimana individu, keluarga, dan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pencegahan penyakit di wilayahnya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meyakinkan masyarakat
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
bahwa program ini perlu dilaksanakan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah yang ada di lingkungannya. Kegiatan ini dapat meningkatkan rasa percaya diri masyarakat untuk ikut melaksanakan pembangunan. Peningkatan partisipasi masyarakat menumbuhkan berbagai peluang yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat untuk secara aktif berkontribusi dalam pembangunan, sehingga dapat menghasilkan manfaat yang merata bagi seluruh warga. Dengan demikian jelaslah bahwa partisipasi masyarakat khususnya kepala keluarga merupakan suatu syarat yang mutlak diperlukan demi keberhasilan program pembangunan. Suatu program akan dianggap tidak berhasil jika tidak melibatkan masyarakat
itu sendiri. Oleh karena itu, penting sekali dipertimbangkan
meningkatkan partisipasi kepala keluarga dalam setiap program pembangunan (Depkes RI, 2003). 2.6. Kerangka Konsep Penelitian Adapun kerangka konsep dari penelitian ini adalah: Variabel Independen
Variabel Dependen
Karakteristik Pemilik Anjing: - Umur - Pendidikan - Pendapatan - Pengetahuan - Sikap
Partisipasi Pemilik Anjing Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Definisi Konsep: 1. Karakteristik kepala keluarga adalah ciri dari individu yang melekat pada diri mereka yang dapat dibedakan satu individu dengan individu lainnya yang berhubungan dengan partisipasinya dalam program pencegahan penyakit rabies. Karakteristik ini meliputi umur, suku, pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan sikap. 2. Partisipasi dalam pelaksanaan pencegahan penyakit rabies adalah gambaran keikutsertaan pemilik anjing dalam pelaksanaan program pencegahan penyakit rabies yang meliputi pemberian vaksinasi pada anjing peliharaan, mengikat anjing dengan rantai yang tidak lebih dari 2 meter, mengikat anjing dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter dan memberangus moncongnya ketika dibawa keluar rumah, dan melaporkan anggota keluarga ke pelayanan kesehatan terdekat bila terjadi kasus gigitan. 2.7. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep di atas, dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: “Terdapat pengaruh karakteristik pemilik anjing (meliputi umur, pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan sikap) terhadap partisipasinya dalam program pencegahan penyakit rabies”.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei penjelasan atau explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik pemilik anjing yang meliputi: umur, pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan sikap terhadap partisipasinya dalam program pencegahan penyakit rabies di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor tahun 2009. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor dengan pertimbangan bahwa dari 6 kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Johor, Kelurahan Kwala Bekala merupakan kelurahan dengan jumlah kasus gigitan anjing yang tertinggi serta kelurahan dengan kejadian kasus kematian akibat rabies. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret hingga April 2009. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh pemilik anjing yang tinggal di kelurahan Kwala Bekala. Berdasarkan data dari Puskesmas Pembantu Kwala Bekala, jumlah KK di kelurahan ini adalah 7.325 KK dan yang memiliki anjing peliharaan yaitu sebanyak 700 KK. Pertimbangan memilih KK sebagai populasi karena diasumsikan bahwa kepala keluarga merupakan pengambil keputusan dalam memvaksinasi anjing peliharaannya. Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
29
3.3.2. Sampel Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti baik berupa tenaga, waktu, maupun biaya maka peneliti menetapkan sampel dengan menggunakan rumus yang terdapat pada buku Notoatmodjo, 2003, yaitu: n=
N 1 + N (d²)
Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi d = Derajat ketepatan yang diinginkan (sebesar = 0,1) Maka: n=
700 = 700 = 87,5 1 + 700 (0,1²) 1 + 7,00
88 KK
Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 88 KK. Pengambilan sampel menggunakan cara simple random sampling di Kelurahan Kwala Bekala. 3.4. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu: 1. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden yang berpedoman pada kuesioner penelitian. 2. Data sekunder diperoleh dengan cara melihat catatan/dokumen (file) yang berhubungan dengan penelitian, di Puskesmas Medan Johor, di Pustu Kwala Bekala, di Kecamatan Medan Johor, di Kelurahan Kwala Bekala, dari Dinas Kesehatan Kota Medan dan Dinas Pertanian Kota Medan. Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
3.5. Definisi Operasional Untuk memudahkan penelitian serta memiliki persepsi yang sama, maka definisi operasional penelitian ini adalah: a. Kepala keluarga adalah kepala rumah tangga dalam suatu keluarga. b. Umur adalah jumlah tahun hidup yang dimiliki responden berdasarkan ulang tahun terakhir. Umur dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Medan tahun 2008, yaitu: Orang Muda umur 15-24 tahun, Dewasa umur 25-49 tahun, Orang Tua umur ≥ 50 tahun c. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden, yang dinyatakan dengan tingkat kelulusan seperti: Tidak sekolah/tidak lulus SD, SD, SLTP, SLTA, Diploma/Sarjana. d. Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh responden (dalam nilai rupiah) dalam satu bulan. Pendapatan diukur memakai skala ordinal dan berdasarkan Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) sesuai Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.561/1096.K/Tahun 2008 yaitu sebesar Rp.898.438,per bulan. Pendapatan dibagi atas 2 (dua) kategori yaitu: 1).
dari
penyuluhan
oleh
petugas
kesehatan
maupun
media
cetak/elektronik. Digali berdasarkan kemampuan menjawab tentang pengertian, penyebab, cara penularan, dan cara pencegahan penyakit rabies.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
f. Sikap adalah kecenderungan responden untuk berespons (secara positif atau negatif) dalam program pencegahan rabies yang meliputi upaya pencegahan dalam penyebarluasan penyakit rabies. g. Partisipasi Kepala Keluarga (KK) dalam Program pencegahan rabies adalah gambaran keikutsertaan KK dalam melaksanakan program pencegahan penyakit rabies yang meliputi pemberian vaksinasi pada anjing peliharaan, mengikat anjing dengan rantai yang tidak lebih dari 2 meter, mengikat anjing dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter dan membarangus moncongnya ketika dibawa keluar rumah, dan melaporkan anggota keluarga ke pelayanan kesehatan terdekat bila terjadi kasus gigitan. 3.6. Aspek Pengukuran 3.6.1. Variabel Bebas Variabel karakteristik individu meliputi skala pengukuran rasio, dan ordinal. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut: Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Umur, Pendidikan, dan Pendapatan No Variabel Indikator Kriteria Skala Ukur 1 Umur 1 1. Orang Muda Rasio 2. Dewasa 3. Orang Tua 2 Pendidikan 1 1. Tidak sekolah/tidak lulus SD Ordinal 2. SD 3. SLTP 4. SLTA 5. Diploma/Sarjana 3 Pendapatan 1 1. < Rp.898.438,Ordinal 2. ≥ Rp.898.438,-
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Variabel karakteristik individu meliputi skala pengukuran interval dengan kriteria penilaian baik, sedang, dan buruk secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut:
No 1
2
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Pengetahuan dan Sikap Jumlah Nilai Bobot nilai variabel Skala Variabel Kategori Indikator Bobot seluruh indikator Ukur Pengetahuan 10 1. Baik 3 24-30 Interval 2. Sedang 2 17-23 3. Buruk 1 10-16 Sikap 10 1. Baik 3 24-30 Interval 2. Sedang 2 17-23 3. Buruk 1 10-16
3.6.2. Variabel Terikat Variabel terikat meliputi skala pengukuran interval dan kategori penilaian tinggi, sedang, dan rendah. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.3. berikut: Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat Jumlah Bobot Nilai Seluruh Kategori Variabel Indikator Nilai Indikator Partisipasi KK 4 1. Tinggi 3 10-12 Dalam Program 2. Sedang 2 7-9 3. Rendah Pencegahan rabies. 1 4-6
Skala Ukur Interval
3.7. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik regresi linier berganda, yaitu untuk menguji pengaruh variabel karakteristik kepala keluarga (meliputi umur, pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan sikap) terhadap variabel partisipasi KK dalam program pencegahan penyakit rabies dengan taraf uji nyata (α) = 0,05. Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian 4.1.1. Geografis dan Demografis Luas Kecamatan Medan Johor secara keseluruhan adalah 14,58 Km². Secara geografis, Kecamatan Medan Johor berbatasan dengan: (a) sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang, (b) sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Tuntungan, (c) sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia, (d) sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru. Kecamatan Medan Johor memiliki 6 kelurahan, di antaranya adalah Kelurahan Gedung Johor, Kelurahan Pangkalan Mansyur, Kelurahan Kwala Bekala, Kelurahan Titi Kuning, Kelurahan Suka Maju, dan Kelurahan Kedai Durian. Secara administratif berdasarkan data tahun 2008, Kelurahan Kwala Bekala terdiri dari 20 lingkungan dengan jumlah penduduk sebanyak 34.575 jiwa yang terdiri atas penduduk laki-laki sebanyak 17.250 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 17.325 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut: Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin. No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Laki-laki 17.250 49,89 2 Perempuan 17.325 50,11 Jumlah 34.575 100 Sumber: Data Potensi Kelurahan Kwala Bekala Kec. Medan Johor tahun 2008. Pada umumnya mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Kwala Bekala adalah buruh yaitu sebanyak 6543 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
34
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian. No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Pegawai Negeri Sipil 879 4,17 2 Dosen/Guru 418 1,98 3 TNI/Polri 496 2,36 4 Buruh 6.543 31,08 5 Pengusaha 137 0,65 6 Pedagang 4.668 22,17 7 Dokter 64 0,30 8 Sopir 496 2,36 9 Peternak 527 2,50 10 Pengrajin 186 0,88 11 Tukang Batu 2.548 12,10 12 Tukang Kayu 2.105 10,00 13 Pengemudi Becak/Bajaj 589 2,80 14 Montir 98 0,47 15 Petani 1.298 6,18 Jumlah 21.052 100 Sumber: Data Potensi Kelurahan Kwala Bekala Kec. Medan Johor tahun 2008. Berdasarkan penggolongan tingkat pendidikan, diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Kwala Bekala paling banyak adalah SLTA, yaitu sebanyak 14.578 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3. berikut: Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan. No Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 SD 5.742 17,43 2 SLTP 9.896 30,04 3 SLTA 14.578 44,24 4 D3 1.141 3,46 5 S1 848 2,57 6 S2 392 1,18 7 S3 5 0,02 8 Tidak Tamat SD 350 1,06 Jumlah 32.952 100 Sumber: Data Potensi Kelurahan Kwala Bekala Kec. Medan Johor tahun 2008.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Distribusi penduduk menurut agama, diketahui bahwa 49,40% penduduk Kelurahan Kwala Bekala beragama Kristen Protestan, yaitu sebanyak 17.080 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut: Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama. No Agama Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Islam 10.683 30,90 2 Kristen Protestan 17.080 49,40 3 Kristen Katolik 6.793 19,65 4 Budha 7 0,02 5 Hindu 12 0,03 Jumlah 34.575 100 Sumber: Data Potensi Kelurahan Kwala Bekala Kec. Medan Johor tahun 2008. 4.2. Gambaran Program Pencegahan Penyakit Rabies di Kelurahan Kwala Bekala. Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa program pencegahan penyakit rabies telah diketahui dan disadari oleh masyarakat di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Hal ini terbukti dari pengakuan seluruh responden yang mengatakan bahwa petugas vaksinasi hewan anjing peliharaan dari Dinas Peternakan Kota Medan selalu rutin mendatangi masyarakat di Kelurahan Kwala Bekala setiap awal dan pertengahan tahun atau 2 kali dalam setahun. Jumlah petugas yang datang berkunjung sebanyak 2 orang dan selalu menggunakan pakaian dinas. Seluruh responden juga mengakui bahwa selain memvaksinasi anjing peliharaan mereka, petugas dari Dinas Peternakan juga memberi penyuluhan dengan menyarankan masyarakat untuk mengikat anjing peliharaan dan tidak membiarkan anjing peliharaan lepas berkeliaran.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat pemilik anjing di Kelurahan Kwala Bekala telah mengetahui berjalannya program pencegahan rabies di kelurahan ini. Peranan yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas Medan Johor terkait pencegahan penyakit rabies di kelurahan ini adalah penyuluhan kesehatan. Kegiatan surveilans terhadap penyakit rabies belum dijalankan oleh pihak Puskesmas Medan Johor dan Pustu Kwala Bekala. 4.3. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang memiliki anjing peliharaan dan bertempat tinggal di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor. Dari hasil penelitian pada 88 orang responden dapat digambarkan karakteristik berdasarkan umur, pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan sikap, sebagai berikut: 4.3.1. Variabel Umur Dalam pengkategorian variabel umur, penulis membagi umur menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan, yaitu: Orang Muda umur 15-24 tahun, Dewasa umur 25-49 tahun, Orang tua umur 50 tahun ke atas. Dari 88 responden, sebanyak 44 responden (50%) berada pada umur 25-49 tahun dan 44 responden (50%) lainnya berada pada umur 50 tahun ke atas. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut: Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Umur. No Karakteristik Responden dalam Umur (tahun) f % 1 15-24 tahun (Orang Muda) 0 0 2 25-49 tahun (Dewasa) 44 50 3 ≥50 tahun (Orang Tua) 44 50 Jumlah 88 100 Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
4.3.2. Variabel Pendidikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan responden terbanyak adalah pendidikan SLTA, yaitu sebanyak 43 responden (48,9%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6. berikut: Tabel 4.6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Pendidikan. No Karakteristik Responden dalam Pendidikan f % 1 Tidak sekolah/Tidak tamat SD 3 3,4 2 SD 13 14,8 3 SLTP 21 23,9 4 SLTA 43 48,9 5 D3/Sarjana 8 9,0 Jumlah 88 100 4.3.3. Variabel Pendapatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan responden terbesar yang dijumpai adalah di bawah UMSK (Upah Minimum Sektoral Kota) yaitu sebanyak 79 responden (89,8%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut: Tabel 4.7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Pendapatan. No Karakteristik Responden dalam Pendapatan f % 1 < UMSK 79 89,8 2 ≥ UMSK 9 10,2 Jumlah 88 100 4.3.4. Variabel Pengetahuan Pengetahuan responden meliputi segala sesuatu yang diketahui responden tentang rabies, meliputi pengertian penyakit rabies, penyebab penyakit rabies, hewan penular penyakit rabies, cara penularan penyakit rabies, gejala penyakit rabies pada
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
anjing dan manusia, serta upaya-upaya pencegahan penyakit rabies. Berikut merupakan uraian hasil penelitian dalam bentuk tabulasi pengetahuan responden mengenai penyakit rabies. Tabel 4.8. menunjukkan distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang pengertian penyakit rabies. Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Pengetahuan Tentang Penyakit Rabies. Jumlah No Pengertian Penyakit Rabies f % 1 Penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan hewan 53 60,2 penderita rabies 2 Penyakit yang timbul karena gigitan anjing 35 39,8 3 Tidak Tahu 0 0 Jumlah 88 100 No Penyebab Penyakit Rabies f % 1 Virus Rabies 24 27,3 2 Kuman/bibit penyakit 26 29,5 3 Tidak Tahu 38 43,2 Jumlah 88 100 No Hewan Penular Rabies f % 1 Anjing, kucing, dan kera 24 27,3 2 Anjing 64 72,7 3 Tidak Tahu 0 0 Jumlah 88 100 No Cara Penularan Rabies pada Hewan dan Manusia f % 1 Melalui luka gigitan langsung/luka terkena air liur hewan 83 94,3 yang tertular penyakit rabies 2 Melalui cakaran hewan yang tertular penyakit rabies 0 0 3 Tidak Tahu 5 5,7 Jumlah 88 100 No Gejala Rabies pada anjing f % 1 1) Anjing tidak mengenal tuannya; 2) Anjing takut 28 31,8 terhadap air; 3) Air liur keluar berlebihan; 4) Anjing menjadi ganas atau menggigit segala yang dijumpainya 2 Menjawab maksimal 2 dari jawaban a 40 45,5 3 Tidak Tahu 20 22,7 Jumlah 88 100
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
No 1 2 3 No 1 2 3 No 1
2 3 No 1 2 3 No 1
2 3
Tabel 4.8. (Lanjutan) Gejala Rabies pada Manusia 1) Demam dan sakit kepala; 2) Rasa panas disertai ketakutan; 3) Takut pada air; 4) Takut pada sinar Menjawab maksimal 2 dari jawaban a Tidak Tahu Jumlah Alasan Anjing Rabies Harus Ditangkap dan Dilaporkan ke Dinas Peternakan Setempat Supaya anjing dikarantina untuk diobservasi Supaya anjing dimusnahkan sehingga tidak menggigit manusia Tidak Tahu Jumlah Agar Anjing Peliharaan Tidak Terkena Rabies 1) Memberi suntikan anti rabies pada anjing 1-2 kali setahun; 2) Memberangus anjing jika hendak dibawa keluar rumah; 3) Mengikat anjing dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari dua meter Menjawab hanya 1 dari jawaban a Tidak Tahu Jumlah Bagian Tubuh yang Berbahaya Bila Digigit Anjing Tersangka Rabies Kepala Bagian tubuh di dekat kepala Tidak Tahu Jumlah Alasan Melaporkan Orang yang Terkena Gigitan Anjing Ke Pelayanan Kesehatan Terdekat Supaya luka gigitan segera diperiksa, jika luka cukup dalam dan dekat dengan kepala segera diberi vaksin anti rabies Supaya penderita diberi vaksin anti rabies Tidak Tahu Jumlah
f 4
% 4,5
65 73,9 19 21,6 88 100 Jumlah f % 34 38,6 54 61,4 0 88 33
0 100 % 37,5
55 0 88
62,5 0 100
f
f
% 28 36 24 88
f
31,8 40,9 27,3 100 %
43
48,9
45 0 88
51,1 0 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak menyatakan penyakit rabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan hewan penderita rabies yaitu sebanyak 53 responden (60,2%).
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai penyebab penyakit rabies adalah responden terbanyak menjawab tidak tahu yaitu sebanyak 38 responden (43,2%). Hasil distribusi pengetahuan responden tentang hewan penular rabies adalah responden terbanyak menjawab hewan penular rabies adalah anjing yaitu sebanyak 64 responden (72,7%). Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai cara penularan rabies pada hewan dan manusia adalah responden terbanyak menjawab melalui luka gigitan langsung/luka terkena air liur hewan yang tertular penyakit rabies yaitu sebanyak 83 responden (94,3%). Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai gejala rabies pada anjing adalah responden terbanyak menjawab hanya dua gejala rabies pada anjing, yaitu anjing menjadi ganas/lebih suka menggigit dan tidak mengenal tuannya yaitu sebanyak 40 responden (45,5%). Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai gejala rabies pada manusia adalah responden terbanyak menjawab hanya dua gejala pada manusia, yaitu demam/ sakit kepala dan seperti terserang influenza yaitu sebanyak 65 responden (73,9%). Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai alasan anjing yang menunjukkan gejala rabies harus segera ditangkap dan dilaporkan ke Dinas Peternakan setempat adalah responden terbanyak menjawab supaya anjing dimusnahkan sehingga tidak menggigit manusia yaitu sebanyak 54 responden (61,4%).
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai hal yang dilakukan supaya anjing peliharaan tidak terkena penyakit rabies adalah responden terbanyak menjawab hanya satu jawaban yaitu memberi suntikan anti rabies pada anjing peliharaan, yaitu sebanyak 55 responden (62,5%). Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai bagian tubuh manusia yang paling berbahaya bila digigit anjing tersangka rabies adalah responden terbanyak menjawab bagian tubuh di dekat kepala yaitu sebanyak 36 responden (40,9%). Hasil distribusi pengetahuan responden mengenai alasan seseorang yang terkena gigitan anjing harus segera dilaporkan ke pelayanan kesehatan terdekat adalah responden terbanyak menjawab supaya penderita diberi vaksin anti rabies yaitu sebanyak 45 responden (51,1%). Berdasarkan tabulasi distribusi variabel pengetahuan responden di atas, setelah dilakukan pengolahan data maka diketahui bahwa pengetahuan responden tentang penyakit rabies terbanyak berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 50 responden (56,8%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.9. berikut: Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang Penyakit Rabies di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2009. Jumlah No Kategori Pengetahuan f % 1 Baik 36 40,9 2 Sedang 50 56,8 3 Buruk 2 2,3 Jumlah 88 100
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
4.3.5. Variabel Sikap Sikap adalah kecenderungan responden untuk berespons (secara positif atau negatif) dalam program pencegahan rabies, meliputi sikap responden mengenai upaya pencegahan dalam penyebarluasan penyakit rabies. Berikut merupakan uraian hasil penelitian dalam bentuk tabulasi variabel sikap responden tentang upaya pencegahan dalam penyebarluasan penyakit rabies. Tabel 4.10. menunjukkan distribusi responden berdasarkan uraian sikap tentang pencegahan penyakit rabies.
No 1 2 3 No 1 2 3 No
1 2 3 No 1 2 3
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Sikap Terhadap Pencegahan Penyakit Rabies. Jumlah Anjing Diberi Suntikan Anti Rabies Sebanyak 1-2 kali dalam setahun. f % Setuju 83 94,3 Kurang setuju 1 1,1 Tidak setuju 4 4,6 Jumlah 88 100 Anjing Diikat Dengan Rantai Tidak Lebih 2m f % Setuju 12 13,6 Kurang setuju 38 43,2 Tidak setuju 38 43,2 Jumlah 88 100 Anjing yang Dibawa Keluar Rumah Harus Diikat Dengan Rantai Tidak Lebih 2m dan Moncongnya f % Diberangus Setuju 8 9,1 Kurang setuju 34 38,6 Tidak setuju 46 52,3 Jumlah 88 100 Anjing Peliharaan Tidak Boleh Lepas Berkeliaran f % Setuju 8 9,1 Kurang setuju 16 18,2 Tidak setuju 64 72,7 Jumlah 88 100
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
No 1 2 3 No 1 2 3 No 1 2 3 No 1 2 3 No 1 2 3 No 1 2 3
Tabel 4.10. (Lanjutan) Pemilik Anjing Harus Mendaftarkan Anjingnya Ke Kantor Kepala Desa atau Dinas Peternakan Terdekat. Setuju Kurang setuju Tidak setuju Jumlah Petugas Berwenang Menangkap Anjing Dengan Gejala Rabies Untuk Dikarantina. Setuju Kurang setuju Tidak setuju Jumlah Membawa Orang yang Digigit Anjing Ke Puskesmas Untuk Diperiksa dan Bila Perlu Diberi Suntikan. Setuju Kurang setuju Tidak setuju Jumlah Anjing peliharaan yang Masuk Ke Daerah Baru Harus Lengkap Surat Bukti Vaksinasi dari Daerah Asal Setuju Kurang setuju Tidak setuju Jumlah Melaporkan Anjing yang Diliarkan Kepada Petugas Dinas Peternakan Setempat. Setuju Kurang setuju Tidak setuju Jumlah Pencegahan Rabies Tidak Hanya Tugas Pemerintah Tapi Juga Tugas Masyarakat Pemilik Anjing. Setuju Kurang setuju Tidak setuju Jumlah
Jumlah f % 28 31,8 32 36,4 28 31,8 88 100 f
% 88 0 0 88
f
100 0 0 100 %
88 0 0 88 f
100 0 0 100 %
52 36 0 88 f
59,1 40,9 0 100 %
46 34 8 88 f
52,3 38,6 9,1 100 %
88 0 0 88
100 0 0 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak mengatakan setuju anjing harus diberi suntikan anti rabies sebanyak 1-2 kali dalam setahun adalah sebanyak 83 responden (94,3%). Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Hasil distribusi sikap responden mengenai anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2 meter adalah responden terbanyak mengatakan kurang setuju dan tidak setuju yaitu sebanyak 38 responden (43,2%) mengatakan kurang setuju, dan 38 responden (43,2%) mengatakan tidak setuju. Hasil distribusi sikap responden mengenai anjing yang akan dibawa keluar rumah harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter dan moncongnya harus diberangus adalah responden terbanyak mengatakan tidak setuju yaitu sebanyak 46 responden (52,3%). Hasil distribusi sikap responden mengenai anjing peliharaan tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran adalah responden terbanyak yaitu sebanyak 64 responden (72,7%) mengatakan tidak setuju. Hasil distribusi sikap responden mengenai pemilik anjing harus mendaftarkan anjingnya ke Kantor Kepala Desa atau Dinas Peternakan terdekat adalah responden terbanyak yaitu sebanyak 32 responden (36,4%) mengatakan kurang setuju. Hasil distribusi sikap responden mengenai petugas berwenang menangkap anjing yang menunjukkan gejala rabies untuk dikarantina adalah seluruh responden (100%) mengatakan setuju. Hasil distribusi sikap responden mengenai orang yang terkena gigitan anjing harus segera dibawa ke Puskesmas terdekat untuk diperiksa dan bila perlu diberi suntikan anti rabies adalah seluruh responden (100%) mengatakan setuju. Hasil distribusi sikap responden mengenai setiap anjing peliharaan yang masuk ke daerah baru harus dilengkapi dengan surat bukti vaksinasi dari daerah asal
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
adalah responden terbanyak yaitu sebanyak 52 responden (59,1%) mengatakan setuju. Hasil distribusi sikap responden mengenai kesediaan melaporkan keberadaan anjing yang diliarkan kepada petugas dinas peternakan setempat adalah responden terbanyak yaitu sebanyak 46 responden (52,3%) mengatakan setuju. Hasil distribusi sikap responden mengenai pencegahan penyakit rabies bukan hanya tugas pemerintah saja tetapi juga tugas masyarakat terutama masyarakat pemilik anjing adalah seluruh responden (100%) mengatakan setuju. Berdasarkan tabulasi distribusi variabel sikap responden di atas, setelah dilakukan pengolahan data maka diketahui bahwa sikap responden mengenai upaya pencegahan dalam penyebarluasan penyakit rabies terbanyak berada pada kategori baik, yaitu sebanyak 50 responden (56,8%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.11. berikut: Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Terhadap Pencegahan Rabies di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2009. Jumlah No Kategori Sikap f % 1 Baik 50 56,8 2 Sedang 38 43,2 3 Buruk 0 0 Jumlah 88 100 4.3.6. Variabel Partisipasi Partisipasi Kepala Keluarga (KK) dalam program pencegahan rabies adalah gambaran keikutsertaan KK dalam melaksanakan program pencegahan penyakit rabies yang meliputi pemberian vaksinasi pada anjing peliharaan, mengikat anjing
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
dengan rantai yang tidak lebih dari 2 meter, mengikat anjing dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter dan memberangus moncongnya ketika dibawa keluar rumah, dan melaporkan anggota keluarga ke pelayanan kesehatan terdekat bila terjadi kasus gigitan. Tabel 4.12. berikut menunjukkan distribusi responden berdasarkan uraian kegiatan partisipasi dalam pencegahan penyakit rabies. Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Kegiatan Partisipasi dalam Pencegahan Penyakit Rabies. Jumlah Memberi Suntikan Anti Rabies pada Anjing Peliharaan No Sebanyak 1-2 kali dalam setahun. f % 1 Ya 37 42,0 2 Kadang-kadang 16 18,2 3 Tidak 35 39,8 Jumlah 88 100 No Mengikat Anjing Peliharaan dengan Rantai Tidak f % Lebih 2m Setiap Hari. 1 Ya 8 9,1 2 Kadang-kadang 47 53,4 3 Tidak 33 37,5 Jumlah 88 100 No Mengikat Anjing Peliharaan dengan Rantai Tidak Lebih 2m dan Memberangus Moncongnya Ketika f % Dibawa Keluar Rumah. 1 Ya 0 0 2 Kadang-kadang 0 0 3 Tidak 88 100 Jumlah 88 100 No Membawa Langsung Anggota Keluarga yang Terkena f % Gigitan Anjing Ke Pelayanan Kesehatan Terdekat. 1 Ya 88 100 2 Kadang-kadang 0 0 3 Tidak 0 0 Jumlah 88 100
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak yaitu 37 responden (42,0%) mengaku rutin memberi suntikan anti rabies pada anjing peliharaan sebanyak 1-2 kali dalam setahun. Hasil
distribusi
partisipasi
responden
mengenai
mengikat
anjing
peliharaannya dengan rantai yang panjangnya tidak lebih 2 meter adalah responden terbanyak yaitu sebanyak 47 responden (53,4%) mengatakan kadang-kadang. Hasil
distribusi
partisipasi
responden
mengenai
mengikat
anjing
peliharaannya dengan menggunakan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter dan memberangus moncongnya ketika dibawa keluar rumah adalah seluruh responden (100%) menjawab tidak. Hasil distribusi partisipasi responden mengenai akan membawa langsung anggota keluarga yang terkena gigitan anjing ke pelayanan kesehatan terdekat adalah seluruh responden (100%) menjawab setuju. Berdasarkan tabulasi distribusi variabel partisipasi responden di atas, setelah dilakukan pengolahan data maka diketahui bahwa partisipasi responden dalam pencegahan penyakit rabies terbanyak berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 63 responden (71,6%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.13. berikut: Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Partisipasi Dalam Pencegahan Penyakit Rabies di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2009. Jumlah No Kategori Partisipasi f % 1 Tinggi 8 9,1 2 Sedang 63 71,6 3 Rendah 17 19,3 Jumlah 88 100
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
4.4. Hasil Uji Bivariat Untuk menjelaskan hubungan karakteristik pemilik anjing yang meliputi umur, pendidikan, pendapatan, pengetahuan dan sikap dengan partisipasinya dalam program pencegahan penyakit rabies maka dilakukan uji statistik korelasi pearson product moment dengan hasil sebagai berikut: 1. Pada karakteristik pemilik anjing, yaitu variabel umur (p=0,001) dan sikap (p=0,000) menunjukkan hubungan secara signifikan dengan partisipasi dalam program pencegahan penyakit rabies karena p<0,05. Variabel pendidikan (p=0,822), pendapatan (p=0,850), dan pengetahuan (p=0,226) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan partisipasi karena p>0,05. 2. Berdasarkan acuan mengenai tingkat kekuatan/keeratan hubungan dapat ditarik kesimpulan dari hasil korelasi pearson: a. Hubungan variabel umur dengan partisipasi menunjukkan hubungan yang sedang (r=0,356) dan berpola positif (+), artinya semakin besar umur responden maka semakin tinggi partisipasinya dalam program pencegahan penyakit rabies. b. Hubungan variabel sikap dengan partisipasi menunjukkan hubungan yang sedang (r=0,384) dan berpola positif (+), artinya semakin baik sikap responden maka semakin tinggi partisipasinya dalam program pencegahan penyakit rabies. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.14. berikut ini:
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Tabel 4.14. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson Mengenai Hubungan Karakteristik Pemilik Anjing dengan Partisipasinya dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies. No Variabel Correlation Coefficient (r) Significant (p) 1 Umur 0,356 0,001 2 Pendidikan 0,024 0,822 3 Pendapatan -0,020 0,850 4 Pengetahuan 0,130 0,226 5 Sikap 0,384 0,000 4.5. Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda Untuk memperoleh penjelasan dari setiap data, mengenai hubungan antara beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen, yang dimaksudkan untuk dapat memberikan informasi yang lebih banyak bukan sekedar deskripsi dari data yang teramati, tetapi juga dapat menarik inferensi tentang hubungan dari tiap variabel populasi asal sampel diambil, maka analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji regresi linear berganda pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05), hasilnya adalah: 1. Diketahui dari tiap variabel karakteristik individu pemilik anjing, karakteristik umur dan karakteristik sikap yang dapat memengaruhi partisipasi pemilik anjing dalam program pencegahan penyakit rabies dengan tingkat pengaruh sebesar 50,2% (R=0,502). 2. Koefisien determinasi (R square) menunjukkan nilai 0,252 ini berarti regresi linear yang digunakan dapat menjelaskan pengaruh karakteristik pemilik anjing terhadap partisipasi dalam program pencegahan penyakit rabies sekitar 25,2% dan selebihnya 74,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
termasuk di dalam penelitian ini. Misalnya adalah faktor tradisi dan alasan responden dalam memelihara anjing. 3. Hasil uji Anova memiliki nilai F hitung 5,528 (F=5,528) menunjukkan variabel independen (karakteristik umur dan karakteristik sikap) mampu menjelaskan secara nyata terhadap variabel dependen (partisipasi pemilik anjing dalam program pencegahan penyakit rabies) pada tingkat kepercayaan 95%, p=0,000. 4. Model persamaan regresi yang terbentuk adalah Y= 1,851(konstanta) + 0,037 x1(umur) + 0,177 x5(sikap). Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa apabila variabel independen karakteristik umur naik 1 poin maka partisipasi pemilik anjing dalam program pencegahan penyakit rabies akan naik sebesar 0,037 poin. Apabila variabel independen karakteristik sikap naik 1 poin maka partisipasi pemilik anjing dalam program pencegahan penyakit rabies akan naik sebesar 0,177 poin. Hasil analisis regresi tersebut sesuai dengan Tabel 4.15 berikut ini: Tabel 4.15. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Variabel Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies. No 1 2 3 4 5
Variabel
Taraf Signifikan
Umur Pendidikan Pendapatan Pengetahuan Sikap
0,020 0,532 0,724 0,590 0,003
R
R Square
F Hitung
0,502
0,252
5,528 (p=0,000)
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Variabel Karakteristik Pemilik Anjing yang Berpengaruh Terhadap Partisipasinya dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies. 5.1.1. Variabel Umur Analisis statistik regresi linier berganda menunjukkan bahwa karakteristik umur memiliki pengaruh (B= 0,037) terhadap partisipasi pemilik anjing dalam program pencegahan penyakit rabies, dengan taraf signifikan p= 0,020 < α 0,05. Hasil pengamatan di lapangan, terlihat adanya perbedaan partisipasi responden dalam melaksanakan program pencegahan penyakit rabies berdasarkan variabel umur. Responden yang berada pada umur 50 tahun ke atas terlihat lebih baik partisipasinya dibandingkan dengan responden yang berada pada umur 25-49 tahun. Hal ini dikarenakan responden dengan umur 50 tahun ke atas mengaku lebih suka mengikat anjing peliharaannya agar tidak mengganggu orang lain. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Yusra (2007) yang mengatakan bahwa diperkirakan umur seseorang akan memengaruhi tindakannya yang dalam hal ini partisipasi pemilik anjing dalam program pencegahan penyakit rabies, karena dengan meningkatnya umur, berarti pengalaman dalam memelihara anjing terkait tentang penyakit rabies juga akan meningkat terutama pemilik anjing yang tinggal di daerah endemis rabies. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Efelina (2007) dan Yusra (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan tindakan masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan penyakit rabies berdasarkan umur.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
52
5.1.2. Variabel Sikap Analisis statistik regresi linier berganda menunjukkan bahwa karakteristik sikap memiliki pengaruh (B= 0,177) terhadap partisipasi pemilik anjing dalam program pencegahan penyakit rabies, dengan taraf signifikan p= 0,003 < α 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Effelina (2007) yang menyatakan bahwa ada perbedaan tindakan masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan penyakit rabies berdasarkan sikap. Hasil wawancara di lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya responden tidak menyetujui jika anjing peliharaan sehari-harinya diikat dengan rantai. Alasan yang diungkapkan oleh responden adalah apabila anjing diikat maka anjing tidak bisa bergerak bebas, selain itu juga bisa menyebabkan anjing menjadi lebih ganas. Responden juga tidak menyetujui anjing peliharaan diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2 meter dan memberangus moncongnya bila dibawa keluar rumah. Alasan yang diungkapkan responden adalah karena akan merepotkan saja dan menyita waktu. Kemudian sebagian besar responden juga tidak menyetujui anjing peliharaan tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran. Alasan yang dikatakan oleh responden adalah anjing peliharaan juga makhluk hidup seperti manusia yang juga pasti tidak suka bila dikekang.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Hal menarik pada saat penelitian adalah terdapat sebanyak 4 responden yang mengatakan tidak setuju anjing peliharaan disuntik vaksin anti rabies 1-2 kali setahun. Alasan yang diungkapkan oleh responden adalah mereka trauma oleh kejadian kematian anjing peliharaan setelah seminggu dilakukan vaksinasi anjing. Seorang responden juga mengatakan kira-kira 3 tahun yang lalu pernah ada mahasiswa dari bagian peternakan melakukan vaksinasi anjing dengan hanya membawa 5 buah jarum suntik untuk digunakan pada seluruh anjing peliharaan di kelurahan Kwala Bekala. Beliau mengkhawatirkan bahwa seperti halnya pada manusia, penyakit pada anjing juga dapat berpindah melalui jarum suntik. Berdasarkan uraian dari variabel sikap, ada baiknya pihak yang terkait rutin melakukan penyuluhan pada masyarakat mengenai penyakit rabies dalam upaya pencegahan penyakit rabies yang lebih menekankan pada pentingnya pemilik anjing untuk sehari-hari mengikat anjing peliharaannya dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter, mengikat anjing peliharaannya dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter dan memberangus moncong bila dibawa keluar rumah, dan tidak membiarkan anjing peliharaannya lepas berkeliaran. 5.2. Variabel Karakteristik Pemilik Anjing yang Tidak Berpengaruh Terhadap Partisipasinya dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies. 5.2.1. Variabel Pendidikan Analisis statistik regresi linier berganda menunjukkan bahwa karakteristik pendidikan tidak memiliki pengaruh (B= 0,138) terhadap partisipasi pemilik anjing dalam program pencegahan penyakit rabies, dengan taraf signifikan p= 0,532 > α 0,05. Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Hasil pengamatan di lapangan, terlihat adanya perbedaan partisipasi responden dalam melaksanakan program pencegahan penyakit rabies berdasarkan tingkatan pendidikan. Responden dengan pendidikan tamat SLTA terlihat lebih baik partisipasinya dibandingkan dengan responden dengan pendidikan D3/Sarjana. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Darwin (1996) yang dikutip oleh Efelina (2007) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka proporsi tindakan baik responden akan semakin tinggi, hal ini sejalan dengan adanya kecenderungan makin tinggi tingkat pendidikan responden, tingkat pengetahuannya juga semakin baik. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan pendapat Mőnks. Menurut Mőnks (1994) yang dikutip oleh Sadat (2008) menyatakan bahwa pendidikan secara garis besar merupakan perkembangan kognitif yang berarti perubahan dalam perkembangan tentang bagaimana memperoleh pengetahuan, menyimpannya, dan menggunakannya sebagai faktor usaha intervensi perilaku, yang dalam hal ini adalah partisipasi KK dalam program pencegahan penyakit rabies. 5.2.2. Variabel Pendapatan Analisis statistik regresi linier berganda menunjukkan bahwa karakteristik pendapatan tidak memiliki pengaruh (B= 0,153) terhadap partisipasi pemilik anjing dalam program pencegahan penyakit rabies, dengan taraf signifikan p= 0,724 > α 0,05.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Efelina (2007) dan Yusra (2007) yang menyatakan bahwa pendapatan masyarakat pemilik anjing memengaruhi tindakannya dalam pencegahan penyakit rabies. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa responden dengan pendapatan di bawah UMSK masih lebih baik partisipasinya dibandingkan dengan responden yang memiliki pendapatan di atas UMSK. Hasil wawancara menunjukkan sebagian responden dengan pendapatan di bawah UMSK mengaku tidak keberatan mengeluarkan uang untuk biaya vaksinasi anjing peliharaannya. Hal ini dikarenakan mereka lebih mengkhawatirkan apabila anjing peliharaannya menggigit orang lain dan menularkan rabies, maka biaya berobat korban gigitan anjing menjadi tanggung jawab pemilik anjing peliharaan. Alasan lain dari beberapa responden, mereka mengaku khawatir anak mereka yang senang bermain bersama anjing peliharaan akan tertular penyakit rabies dari anjing peliharaannya apabila anjing tidak divaksinasi. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan pendapat Spranger yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai kebudayaan yang dominan pada dirinya termasuk ekonomi, selanjutnya kepribadian tersebut akan menentukan pola dasar perilaku manusia yang bersangkutan. 5.2.3. Variabel Pengetahuan Analisis statistik regresi linier berganda menunjukkan bahwa karakteristik pengetahuan tidak memiliki pengaruh (B= 0,025) terhadap partisipasi pemilik anjing
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
dalam program pencegahan penyakit rabies, dengan taraf signifikan p= 0,590 > α 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Efelina (2007) dan Yusra (2007) yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak menjadi dasar dalam pencegahan penyakit rabies. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa tindakan seseorang terhadap masalah kesehatan, yang dalam hal ini partisipasi pemilik anjing dalam program pencegahan penyakit rabies, pada dasarnya akan dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang tentang masalah tersebut. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, yang dalam hal ini adalah partisipasi responden dalam program pencegahan penyakit rabies. Begitu juga dengan pendapat Andersen yang dikutip Notoatmodjo (2003), yang mengatakan bahwa pengetahuan sedikit banyaknya akan memengaruhi seseorang dalam akibat tertentu dari konsekuensi tindakan yang dilakukan. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang relatif baik namun ada baiknya penyuluhan pada masyarakat tetap dilakukan untuk terus mengingatkan responden akan bahaya penyakit rabies guna meningkatkan partisipasinya pencegahan penyakit rabies. 5.3. Partisipasi Pemilik Anjing Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Hasil penelitian menunjukkan responden memiliki partisipasi dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Responden terbanyak berada pada kategori sedang yaitu
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
sebanyak 63 responden (71,6%), yang berpartisipasi tinggi sebanyak 8 responden (9,1%), berpartisipasi rendah sebanyak 17 responden (19,3%). Hasil wawancara di lapangan menunjukkan bahwa 37 responden (42%) rutin menyuntik vaksin anti rabies pada anjing peliharaan mereka 1-2 tahun. Alasan yang diungkapkan responden sangat bervariasi. Beberapa orang mengaku terpaksa karena petugas dari Dinas Peternakan sudah datang ke rumah, kemudian ada juga yang mengatakan untuk melindungi anak-anaknya dari penyakit rabies karena anjing peliharaan sering bermain-main dengan anaknya, dan selebihnya mengatakan agar anjing peliharaannya sehat. Responden yang mengaku hanya kadang-kadang menyuntik anjing peliharaannya sebanyak 16 responden (18,2%). Alasan yang diberikan oleh responden adalah karena keterbatasan ekonomi. Hal ini disebabkan biaya vaksinasi yang dinilai mahal oleh responden yaitu Rp.15.000,- untuk 1 ekor anjing peliharaan. Responden yang tidak menyuntik anjing peliharaan sebanyak 35 responden (39,8%). Alasan yang diungkapkan oleh responden adalah karena mereka khawatir anjing peliharaan akan sakit dan menjadi semakin ganas apabila disuntik vaksin anti rabies. Mengenai pertanyaan tentang anjing peliharaan sehari-harinya diikat dengan rantai, alasan yang diungkapkan oleh responden sangat bervariasi, yaitu apabila anjing diikat maka anjing tidak bisa bergerak bebas, selain itu juga bisa menyebabkan anjing menjadi lebih ganas. Responden yang berpartisipasi dalam mengikat anjing peliharaannya sehari-hari dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter beralasan supaya anjing tidak mengganggu orang lain. Sedangkan responden yang
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
menjawab kadang-kadang, mengatakan pada saat hari raya atau pada saat kedatangan saudara jauh saja baru anjing peliharaan diikat. Mengenai pertanyaan tentang anjing peliharaan harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter dan moncongnya diberangus saat dibawa ke luar rumah, alasan yang diungkapkan oleh responden adalah karena akan merepotkan saja dan menyita waktu. Mengenai pertanyaan tentang membawa langsung anggota keluarga yang terkena gigitan anjing ke pelayanan kesehatan terdekat, seluruh responden berpartisipasi dengan baik. Alasan yang diungkapkan oleh responden adalah agar lukanya segera diobati dan tidak tertular penyakit rabies. Hasil pengamatan dan wawancara di lapangan diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 71 responden memelihara hanya 1 ekor anjing saja, selebihnya 16 responden memelihara 2 ekor anjing dan 1 responden memelihara 3 ekor anjing. Rata-rata usia anjing peliharaan responden adalah 1-3 tahun. Jumlah responden yang anjing peliharaannya pernah menggigit orang adalah 26 responden. Dari 26 responden, hanya 9 responden yang anjing peliharaannya disuntik vaksin anti rabies secara rutin, sedangkan sisanya 17 responden tidak menyuntik anjing peliharaannya dengan vaksin anti rabies. Mengenai alasan responden dalam memelihara anjing, adapun jawaban yang diberikan responden adalah sebanyak 56 responden (63,6%) mengaku untuk menjaga rumah dan sisanya 32 responden (36,4%) mengaku karena menyukai hewan anjing. Dari uraian mengenai partisipasi responden dalam program pencegahan penyakit rabies di atas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi responden masih belum Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
baik, padahal program pencegahan penyakit rabies telah diketahui masyarakat Kelurahan Kwala Bekala. Hal ini diperkirakan karena penyuluhan kesehatan mengenai penyakit rabies yang dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan Kota Medan serta peranan Puskesmas Medan Johor tidak dilakukan secara berkesinambungan. Berdasarkan hal di atas, dibutuhkan langkah-langkah yang efektif dari pihak terkait yaitu Dinas Peternakan Kota Medan, Dinas Kesehatan Kota Medan, dan Puskesmas Medan Johor berupa penyuluhan kesehatan terkait pencegahan penyakit rabies yang lebih menekankan pada pentingnya partisipasi pemilik anjing dalam upaya menurunkan kasus gigitan hewan anjing mengingat bahaya yang ditimbulkan akibat gigitan hewan penular rabies, secara berkesinambungan kepada masyarakat di Kelurahan Kwala Bekala untuk meningkatkan sikap yang positif terkait dalam pencegahan penyakit rabies, dan juga Dinas Peternakan Kota Medan dapat membuat kebijakan-kebijakan yang dituang ke dalam Peraturan Daerah (Perda) mengenai persyaratan tentang kepemilikan anjing peliharaan.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dari 88 responden dalam penelitian ini, 8 responden (9,1%) memiliki partisipasi tinggi dalam program pencegahan penyakit rabies, 63 responden (71,6%) memiliki partisipasi sedang, dan 17 responden (19,3%) memiliki partisipasi yang rendah dalam program pencegahan penyakit rabies. 2. Variabel karakteristik pemilik anjing yang berpengaruh terhadap partisipasinya dalam program pencegahan penyakit rabies adalah variabel umur dan variabel sikap. Variabel umur berpengaruh terhadap partisipasi pemilik anjing dalam program pencegahan penyakit rabies dengan p=0,020 < 0,05. Adapun variabel sikap berpengaruh terhadap partisipasi pemilik anjing dalam program pencegahan penyakit rabies dengan p=0,003 < 0,05. 3. Variabel karakteristik pemilik anjing yang tidak berpengaruh terhadap partisipasinya dalam program pencegahan penyakit rabies adalah variabel pendidikan (p=0,532), variabel pendapatan (p=0,724), dan variabel pengetahuan (p=0,590). 4. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa variabel karakteristik umur dan sikap memengaruhi variabel dependen yaitu partisipasi pemilik anjing dalam program pencegahan penyakit rabies dengan nilai F=5,528 dan p=0,000.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
61
6.2. Saran Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada Dinas Peternakan Kota Medan, Dinas Kesehatan Kota Medan, dan Puskesmas Medan Johor agar dapat melakukan penyuluhan mengenai bahaya penyakit rabies yang lebih menekankan pentingnya partisipasi pemilik anjing dalam upaya menurunkan kasus rabies secara berkesinambungan kepada masyarakat Kelurahan Kwala Bekala khususnya dan masyarakat Kecamatan Medan Johor pada umumnya agar dapat membangun sikap yang positif terkait dengan pencegahan penyakit rabies. 2. Diharapkan kepada Dinas Peternakan Kota Medan agar dapat memberikan keringanan berupa digratiskannya biaya vaksinasi untuk anjing peliharaan kepada pemilik anjing yang berpendapatan rendah. 3. Diharapkan
kepada Dinas Peternakan Kota Medan agar membuat Peraturan
Daerah (Perda) mengenai kepemilikan anjing peliharaan yang legal serta persyaratan-persyaratannya. 4. Diharapkan kepada masyarakat pemilik anjing di Kelurahan Kwala Bekala pada khususnya dan masyarakat pemilik anjing di Kecamatan Medan Johor pada umumnya agar ikut serta/berpartisipasi dalam program pencegahan penyakit rabies dengan sehari-hari mengikat anjing peliharaan dan memvaksinasi anjing peliharaannya secara rutin 1-2 kali setahun.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
DAFTAR PUSTAKA Agusta, Ivanovich. 2006. Rural Sociology of Indonesia, Aneka Metode Partisipasi Untuk Membangun Desa. (Jurnal Elektronik), http://www./rural sociology of Indonesia, (akses tanggal 17 April 2009). Ardian, 2006. Keamanan Pangan Fungsional Berbasis Pangan Tradisional. (Jurnal Elektronik). http: //www.biochem.ac.jp, (akses tanggal 31 Juli 2008). Data Potensi Kelurahan Kwala Bekala Kec. Medan Johor, 2008. Data Kependudukan Kelurahan Kwala Bekala, Medan Depkes RI. 2000. Petunjuk Pemberantasan Rabies di Indonesia, Ditjen PPM & PL, Jakarta. (Jurnal Elektronik). http:// www.pppl.depkes.go.id, (akses tanggal 31 Juli 2008) ------------. 2000. Petunjuk Perencanaan dan Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies di Indonesia, Ditjen PPM & PL, Jakarta. ------------. 2003. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM & PL, Jakarta. Deptan. 2002. Kebijakan Nasional Pemberantasan Rabies, Direktorat Kesehatan Hewan, Jakarta. --------. 2002. Kiat Vetindo Rabies, Kesiagaan Darurat Veteriner Indonesia Penyakit Rabies, Direktorat Kesehatan Hewan, Jakarta. --------. 2006. Pedoman Pengendalian Rabies Terpadu, Direktorat Kesehatan Hewan, Jakarta. --------. 2007. Kebijakan Nasional Pemberantasan Rabies, Direktorat Kesehatan Hewan, Jakarta. Dinkes Prop. Sumut. 2007. Laporan Tahunan Program P2 Rabies, Medan. Dinkes Kota Medan. 2007. Laporan Tahunan Program P2 Rabies, Medan. ------------------------. 2008. Laporan Tahunan Program P2 Rabies, Medan. Hiswani. 2003. Pencegahan dan Pemberantasan Rabies, http://library.usu.ac.id, (akses tanggal 3 Agustus 2008).
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Khairurrahmi. 2005. Pengaruh Karakteristik Individu Pria Terhadap Partisipasinya Dalam Pelaksanaan Program KB Di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2005, Skripsi, USU, Medan. Levi. 2004. Rabies, http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/03/28/nrs,id, html, (akses tanggal 31 Juli 2008). Lumbantoruan, Efelina. 2007. Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Tindakan Pemilik Anjing dalam Pencegahan Penyakit Rabies di Desa Namoriam Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007, Skripsi, USU, Medan. Muhammad, Sadat. 2008. Pengaruh Karakteristik Tokoh Masyarakat Terhadap Perilaku Menggerakkan Peranserta Masyarakat Dalam Penanggulangan Penyebaran Penyakit DBD Di Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi Tahun 2008, Skripsi, USU, Medan. Mőnks, Knoers, Haditono. 1994. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta, Jakarta. ---------------. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Profil Puskesmas Medan Johor, 2008. Laporan Tahunan Program P2 Rabies, Medan. Singarimbun, M. 1989. Metodologi Penelitian Survei, Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta. Soeharsono. 2008. Mengatasi Wabah Rabies di Bali. http://www.kompas.com/read/ xml/2008/12/12/05525111/mengatasi.wabah.rabies.di.bali, (akses tanggal 7 Januari 2008). Tri Akoso, Budi. 2007. Pencegahan dan Pemberantasan Rabies. Kanisius, Jakarta. Yusra. 2007. Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing terhadap Tindakannya dalam Pencegahan Penyakit Rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Panas Kabupaten Solok Sumatera Barat Tahun 2007, Skripsi, USU, Medan.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING TERHADAP PARTISIPASINYA DALAM PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI KELURAHAN KWALA BEKALA KECAMATAN MEDAN JOHOR KOTA MEDAN TAHUN 2009
I. Identitas Responden 1. Nama 2. Alamat 3. Agama
: : : a. Islam
b. Kristen
c.Hindu
d.Budha
II. Karakteristik Responden 4. Umur 5. Suku
: thn : a. Batak b. Mandailing c. Jawa d. Minang e. Melayu 6. Pendidikan : a. Tidak sekolah/tidak tamat SD b. SD c. SLTP d. SLTA e. D3/Sarjana 7. Pendapatan : a. < Rp.898.438,b. ≥ Rp.898.438,8. Berapa ekor anjing yang Anda pelihara? 9. Berapa usia anjing yang Anda pelihara? 10. Apakah anjing peliharaan Anda pernah menggigit orang? 11. Apa alasan Anda memelihara anjing? III. Pengetahuan 1. Menurut Bapak/Ibu, apa itu penyakit rabies? a. Penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan hewan penderita rabies. b. Penyakit yang timbul karena gigitan anjing. c. Tidak tahu. 2. Apakah penyebab penyakit rabies? a. Virus Rabies. b. Kuman/bibit penyakit. c. Tidak tahu.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
3. Hewan apa saja yang dapat menularkan penyakit rabies? a. Anjing, kucing, dan kera. b. Anjing. c. Tidak tahu. 4. Bagaimana cara penularan penyakit rabies pada hewan dan manusia? a. Melalui luka gigitan langsung/luka terkena air liur hewan yang tertular penyakit rabies. b. Melalui cakaran hewan yang tertular penyakit rabies. c. Tidak tahu. 5. Menurut Bapak/Ibu, yang merupakan gejala rabies pada anjing adalah? a. 1) Anjing tidak mengenal tuannya; 2) Anjing takut terhadap air; 3) Air liur keluar berlebihan; 4) Anjing menjadi ganas atau menggigit segala yang dijumpainya. b. Menjawab maksimal 2 dari jawaban a. c. Tidak tahu. 6. Yang merupakan gejala rabies pada manusia? a. 1) Demam dan sakit kepala; 2) Rasa panas disertai ketakutan; 3) Takut pada air; 4) Takut pada sinar. b. Menjawab maksimal 2 dari jawaban a. c. Tidak tahu 7. Mengapa anjing yang menunjukkan gejala atau tanda-tanda penyakit rabies harus segera ditangkap dan dilaporkan ke Dinas Peternakan setempat? a. Supaya anjing dikarantina untuk diobservasi. b. Supaya anjing dimusnahkan sehingga tidak menggigit manusia. c. Tidak tahu. 8. Apa yang harus dilakukan supaya anjing peliharaan tidak terkena penyakit rabies? a. 1) Memberi suntikan anti rabies pada anjing 1-2 kali setahun; 2) Membrangus anjing jika hendak dibawa keluar rumah; 3) Mengikat anjing dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari dua meter. b. Menjawab hanya 1 dari jawaban a. c. Tidak tahu. 9. Bagian tubuh yang paling berbahaya bila digigit anjing tersangka rabies adalah? a. Kepala b. Bagian tubuh di dekat kepala. c. Tidak tahu. 10. Mengapa seseorang yang terkena gigitan anjing harus segera dilaporkan ke pelayanan kesehatan terdekat? a. Supaya luka gigitan segera diperiksa, jika luka cukup dalam dan dekat dengan kepala segera diberi vaksin anti rabies. b. Supaya penderita diberi vaksin anti rabies. c. Tidak tahu.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
IV. Sikap No
Daftar Pertanyaan
1
Anjing harus diberi suntikan anti rabies sebanyak 1-2 kali dalam setahun. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2 meter. Anjing yang akan dibawa keluar rumah harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter dan moncongnya harus diberangus. Anjing peliharaan tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran. Pemilik anjing harus mendaftarkan anjingnya ke kantor Kepala Desa atau Dinas Peternakan terdekat. Untuk mencegah penyakit rabies maka petugas berwenang menangkap anjing untuk dikarantina apabila ada anjing yang menunjukkan gejala penyakit rabies. Setiap orang yang terkena gigitan anjing harus segera dibawa ke Puskesmas terdekat untuk diperiksa dan bila perlu diberi suntikan anti rabies. Untuk mencegah atau mengurangi penyakit rabies maka setiap anjing peliharaan yang masuk ke daerah baru harus dilengkapi dengan surat bukti vaksinasi dari daerah asal. Untuk mencegah penyakit rabies, petugas berwenang melakukan penangkapan terhadap anjing liar. Pencegahan penyakit rabies bukan hanya tugas pemerintah saja tetapi juga masyarakat terutama masyarakat pemilik anjing.
2 3
4 5 6
7
8
9 10
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
V. Partisipasi 1. Apakah Bapak/Ibu mengizinkan petugas berwenang memberi suntikan anti rabies pada anjing peliharaan sebanyak 1-2 kali dalam setahun? a. Ya. b. Kadang-kadang. c. Tidak. (alasan: ………………………………………………………………………...) 2. Apakah sehari-harinya anjing diikat dengan menggunakan rantai yang panjangnya tidak lebih dari dua meter? a. Ya. b. Kadang-kadang. c. Tidak. (alasan: ………………………………………………………………………...) Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
3. Apakah sewaktu anjing dibawa keluar rumah anjing diikat dan moncongnya menggunakan berangus? a. Ya. b. Kadang-kadang. c. Tidak. (alasan: ………………………………………………………………………...) 4. Apakah Bapak/Ibu langsung membawa anggota keluarga yang terkena gigitan anjing ke pelayanan kesehatan terdekat? a. Ya. b. Kadang-kadang. c. Tidak. (alasan: ………………………………………………………………………...)
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
MASTER DATA Umur
UmurK
Pnddkn
Pndptn
Pengthn
PengthnK
Skp
SkpK
Prtspsi
PrtspsiK
51 63 52 70 35 54 56 63 47 49 52 48 39 49 47 52 53 59 31 37 53 48 47 54 65 52 63 35 52 39 49 56 63 51 31 52 53
3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3
2 2 3 1 3 3 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 3 2 4 2 3 3 3 3 4 2 2 5 4 5
1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
15 17 22 18 25 22 29 19 27 22 27 27 22 27 26 19 23 24 22 23 26 27 27 22 18 27 19 25 22 22 22 29 17 19 22 19 26
3 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1
21 22 24 23 19 19 26 22 24 20 24 24 21 29 24 24 25 27 23 27 26 24 24 19 23 24 22 19 24 21 20 26 22 21 23 24 26
2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1
8 6 8 9 8 7 9 9 6 6 7 8 7 10 8 8 7 10 8 6 8 8 6 7 9 7 9 8 8 7 6 9 6 8 8 8 8
2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
59 47 37 53 49 53 37 33 59 53 50 47 45 38 48 52 49 47 61 56 54 35 33 69 52 51 34 40 56 49 36 52 35 60 52 67 54 47 48 43
3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2
4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 2 4 3 3 2 1 3 2 2 2 4 3 3 3 3 2 4 1 3 4 4 4
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
24 26 23 23 27 26 23 22 24 23 19 26 27 22 27 27 22 27 19 29 22 25 17 18 22 15 17 17 29 22 22 22 25 19 27 18 22 27 27 27
1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1
27 24 27 25 29 26 27 23 27 25 24 24 29 21 24 24 20 24 22 26 19 19 22 23 24 21 21 22 26 20 21 24 19 22 24 23 19 24 24 29
1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1
10 8 6 7 10 8 6 8 10 7 8 8 10 7 8 7 6 6 9 9 7 8 6 9 8 8 8 6 9 6 7 8 8 9 7 9 7 6 8 10
1 2 3 2 1 2 3 2 1 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
48 37 47 59 53 50 32 47 43 45 47
2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2
4 4 4 4 5 4 5 4 4 3 4
1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2
23 23 26 24 26 19 22 19 20 20 21
2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2
25 27 24 27 26 24 23 24 22 25 22
1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2
7 6 8 10 8 8 8 9 7 6 7
2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 2
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Frequencies Statistics
N
Valid Missing
Kategori Umur Responden 88 0
Pendidikan Responden 88 0
Pendapatan Responden 88 0
Kategori Pengetahuan Responden 88 0
Kategori Sikap Responden 88 0
Kategori Partisipasi KK dalam Program Pencegahan Rabies 88 0
Frequency Table Kategori Umur Responden
Valid
25-49 tahun 50 tahun ke atas Total
Frequency 44 44 88
Percent 50.0 50.0 100.0
Valid Percent 50.0 50.0 100.0
Cumulative Percent 50.0 100.0
Pendidikan Responden
Valid
Tidak s ekolah/tidak tamat SD SD SLTP SLTA D3/Sarjana Total
Frequency 3 13 21 43 8 88
Percent 3.4 14.8 23.9 48.9 9.1 100.0
Valid Percent 3.4 14.8 23.9 48.9 9.1 100.0
Cumulative Percent 3.4 18.2 42.0 90.9 100.0
Pendapatan Responden
Valid
< UMSK > UMSK Total
Frequency 79 9 88
Percent 89.8 10.2 100.0
Valid Percent 89.8 10.2 100.0
Cumul ative Percent 89.8 100.0
Ka tegori P engeta hua n Responde n
Valid
Baik Sedang Buruk Total
Frequency 36 50 2 88
Percent 40.9 56.8 2.3 100.0
Valid P erc ent 40.9 56.8 2.3 100.0
Cumul ative Percent 40.9 97.7 100.0
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Kategori Sikap Responden
Valid
Baik Sedang Total
Frequency 50 38 88
Percent 56.8 43.2 100.0
Valid Percent 56.8 43.2 100.0
Cumulative Percent 56.8 100.0
Ka tegori P artisipa si KK dalam Program Pencegaha n Ra bie s
Valid
Tinggi Sedang Rendah Total
Frequency 8 63 17 88
Percent 9.1 71.6 19.3 100.0
Valid P erc ent 9.1 71.6 19.3 100.0
Cumulative Percent 9.1 80.7 100.0
Ca se P rocessing Sum ma ry
N Kategori Umur Res ponden * K ategori Part isipasi K K dalam Program Pencegahan Rabies Pendidikan Responden * Kategori P artis ipas i KK dalam Program Pencegahan Rabies Pendapatan Responden * Kategori P artis ipas i KK dalam Program Pencegahan Rabies Kategori P engetahuan Responden * K ategori Partisipasi KK dalam Program P encegahan Rabies Kategori S ikap Res ponden * K ategori Part isipasi K K dalam Program Pencegahan Rabies
Valid Percent
Cases Missing N Percent
Total N
Percent
88
100.0%
0
.0%
88
100.0%
88
100.0%
0
.0%
88
100.0%
88
100.0%
0
.0%
88
100.0%
88
100.0%
0
.0%
88
100.0%
88
100.0%
0
.0%
88
100.0%
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Regression Variables Entered/Removed Model 1
b
Variables Removed
Variables Entered Sikap Responden, Pendapatan Responden, Umur Responden, Pengetahuan Responden, a Pendidikan Res ponden
Method
.
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Partisipasi KK dalam Program Pencegahan Rabies
Model Summary b Model 1
R Square R a .252 .502
Adjusted R Square .206
Std. Error of the Estimate 1.068
DurbinWatson 2.078
a. Predictors: (Constant), Sikap Res ponden, Pendapatan Res ponden, Umur Responden, Pengetahuan Res ponden, Pendidikan Responden b. Dependent Variable: Partisipasi KK dalam Program Pencegahan Rabies ANOVA b Model 1
Regres sion Residual Total
Sum of Squares 31.508 93.480 124.989
df 5 82 87
Mean Square 6.302 1.140
F 5.528
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Sikap Res ponden, Pendapatan Responden, Umur Responden, Pengetahuan Responden, Pendidikan Res ponden b. Dependent Variable: Partisipasi KK dalam Program Pencegahan Rabies Coeffi cientsa
Model 1
(Const ant) Umur Responden Pendidikan Responden Pendapatan Responden Pengetahuan Responden Sikap Res ponden
Unstandardized Coeffic ient s B St d. E rror 1.851 1.312 .037 .015 -.138 .220 -.153 .431 .025 .046 .177 .059
St andardiz ed Coeffic ient s Beta .277 -.112 -.039 .074 .379
t 1.411 2.369 -.628 -.355 .541 3.027
Sig. .162 .020 .532 .724 .590 .003
Collinearity St atist ics Tolerance VIF .666 .287 .758 .488 .582
a. Dependent Variable: Partis ipas i KK dalam P rogram Pencegahan Rabies
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
1.500 3.484 1.319 2.048 1.717
Collinearity Diagnostics
Model 1
Dimension 1 2 3 4 5 6
Eigenvalue 5.845 .075 .056 .011 .009 .004
Condition Index 1.000 8.817 10.189 23.349 26.068 37.513
(Constant) .00 .00 .00 .20 .08 .71
a
Variance Proportions Pendidikan Pendapatan Responden Responden .00 .00 .13 .02 .02 .74 .43 .05 .03 .06 .39 .13
Um ur Responden .00 .13 .00 .71 .09 .07
Pengetahuan Responden .00 .00 .03 .13 .68 .16
a. Dependent Variable: Partisipasi KK dalam Program Pencegahan Rabies a Re siduals Sta tistics
Predic ted V alue St d. P redic ted Value St andard E rror of Predic ted V alue Adjust ed P redicted Value Residual St d. Residual St ud. Residual Deleted Residual St ud. Deleted Residual Mahal. Dis tanc e Cook's Dis tanc e Centered Leverage Value
N
Minimum 6.55 -1. 967
Maximum 8.75 1.682
Mean 7.74 .000
St d. Deviat ion .602 1.000
.140
.437
.268
.077
88
6.39 -2. 052 -1. 922 -1. 987 -2. 194 -2. 024 .510 .000 .006
8.64 1.560 1.462 1.571 1.802 1.585 13.606 .095 .156
7.73 .000 .000 .005 .012 .003 4.943 .014 .057
.617 1.037 .971 1.009 1.119 1.016 3.230 .018 .037
88 88 88 88 88 88 88 88 88
88 88
a. Dependent Variable: Partisipasi KK dalam P rogram P enc egahan Rabies
Charts N =88 Std. Dev. =0.971
Mean =1.03E-15
Dependent Variable: Partisipasi KK dalam Program Pencegahan Rabies
Histogram
12.5
Frequency
10.0
7.5
5.0
2.5
0.0 -2
-1
0
1
2
Regression Standardized Residual Dependent Variable: Partisipasi KK dalam Program Pencegahan Rabies
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
Sikap Responden .00 .00 .00 .00 .26 .73