STUDI DESKRIPTIF TENTANG PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH DI KELAS XII IPA MADRASAH ALIYAH AL-MA’ARIF JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Program Sarjana Strata Satu (S1) Pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Disusun Oleh: DIENA SALMIYAH 131310000263
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) JEPARA 2015
NOTA PEMBIMBING Lamp : Hal
: Naskah Skripsi A.n. Diena Salmiyah Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya
maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama
: Diena Salmiyah
NIM
: 131310000263
Judul
:
STUDI
DESKRIPTIF
TENTANG
PELAKSANAAN
PENDIDIKAN KARAKTER YANG BERLANDASKAN NILAINILAI AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH DI KELAS XII IPA MADRASAH
ALIYAH
AL-MA’ARIF
JEPARA
TAHUN
PELAJARAN 2014/2015 Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut di atas dapat segera dimunaqosahkan. Demikian harap menjadi maklu, adanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jepara, 15 Mei 2015 Pembimbing
DR. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag ii
DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau yang pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam refrensi yang dijadikkan bahan rujukan.
Jepara, 15 Mei 2015 Deklarator
Diena Salmiyah
iv
HALAMAN MOTTO
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (Al-Israa:36).1
وﻣﻦ ﺳﻦ ﺳﻨﺔ.ﻣﻦ ﺳﻦ ﺳﻨﺔ ﺣﺴﻨﺔ ﻓﻠﻪ أﺟﺮﻫﺎ واﺟﺮ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ اﻟﻰ ﻳﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ( )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ.ﺳﻴﺌﺔ ﻓﻌﻠﻴﻪ وزرﻫﺎ ووزر ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ اﻟﻰ ﻳﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ
“Barang siapa memberi contoh tuntutan perbuatan yang baik, ia akan mendapatkan pahala perbuatan tersebut serta pahala mereka yang mengikutinya sampai hari kiamat. Dan barang siapa yang memberi contoh perbuatan yang buruk, ia akan mendapatkan siksaan perbuatan tersebut dan siksaan yang menirunya sampai hari akhir (HR. Muslim)”2
“Intelegence plus character, that is true aim of education” Kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang benar dari pendidikan3 (Martin Luther King)
1
hlm.429
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989),
2
Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syaraf Al-Nawawi, Riyadlus Sholikhin, (Semarang: Toha Putra, t.th), hlm.102 3 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.2
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1.
Allah SWT, Sang Penguasa Alam Semesta
2.
Nabi Muhammmad SAW, Suri Tauladan Terbaik Untuk Umat
3.
Ayahanda (Bapak Sudarto) dan Ibunda (Ummi Salamah), sebagai tanda bakti dan cintaku
4.
Kakakku (Nasrul Basith, Ainie Rusydah dan Faizar Rohman) dan
Adikku
tersayang (M. Ulil Abshor) serta si kecil (Nada Shofiyana Putri) 5.
Kekasih Hatiku (Nur Yazid)
6.
Para guru, ustad-ustadzah dan dosen yang telah mencurahlan segala daya dan upaya untuk menjadikanku sebagai manusia yang berilmu
7.
Almamater Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) tercinta
8.
Sahabat-Sahabat Senasib Seperjuangan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam Angkatan 2011/2012 UNISNU Jepara
9.
Pembaca yang budiman
vi
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam atas segala karunia, rahmat, hidayah dan taufik-Nya yang sudah memberikan penulis semangat dan kekuatan untuk menyelesaiakan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang yang telah membawa pencerahan dan perubahan terhadap peradaban manusia hingga menjadi lebih maju dan cerdas serta kepada kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya. Amin. Skripsi ini diajukan guna untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang sudah memberikan bimbingan dan dukungan, baik dari segi moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada: 1.
Rektor Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara, Prof. Dr. H Muhtarom, H.M atas izin dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi yang beliau pimpin.
vii
2.
Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara dan seluruh staffnya yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan.
3.
Bapak DR. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini
4.
Keluarga besar MA. Al-Ma’arif Jepara khususnya Bapak Munfa’at, S.Ag (Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Periode 2010-2015), Bapak Hamzah, S.Ag (Guru Mata Pelajaran Ke-NU-an kelas XII) dan Muhammad Khusainis Salam (siswa Kelas XII IPA) yang sudah memberikan waktu, tenaga serta pikirannya dalam membantu menyelesaikan skripsi.
5.
Ayahanda (Sudarto) dan Ibunda (Ummi Salamah) tercinta beserta kakak-kakakku (Nashrul Basith, Ainie Rusydah dan Faizar Rohman) dan adikku (M. Ulil Abshor) terkasih telah dengan tulus memberikan doa dan mencurahkan motivasi moral dan material demi terselesainya penyusunan skripsi ini.
6.
Kekasih hatiku (Nur Yazid) yang telah setia menanti seta turut memberikan semangat dan doanya sehinnga skripsi ini selesai.
7.
Teman-teman Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam Tahun Akademik 2011/2012
8.
Penulis yang karyanya sudah dijadikan sumber refrensi dalam penyususnan skripsi ini
viii
9.
Semua pihak yang sudah mencurahkan kasih sayangnya, memberikan motivasi dan memberikan dukungan baik riil maupun materil. Skripsi ini tentunya bukan suatu karya ilmiah yang tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun tetep penulis harapkan agar penulis karya ilmiah ini dapat lebih disempurnakan. Akhirnya peenulis berdoa semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca, serta penulis berdoa semoga karya ini bisa memberikan kontibusi untuk suatu kajian keilmuan bagi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam mendatang. Amiin.
Jepara, 15 Mei 2015 Penulis
Diena Salmiyah
ix
ABSTRAK Diena Salmiyah, NIM 131310000263, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam, Judul Skripsi “STUDI ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH DI KELAS XII IPA MADRASAH ALIYAH ALMA’ARIF JEPARA TAHUNPELAJARAN 2014/2015”. Dalam skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII IPA Tahun Pelajaran 2014/2015 serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitis, yaitu memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah kemudian data-data yang sudah terkumpul disusun, dijelaskan dan dianalisis. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapaun informannya adalah Bapak Munfa’at, S.Ag (Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Periode 2010-2015), Bapak Hamzah, S.Ag (Guru Mata Pelajaran Ke-NU-an kelas XII) dan Muhammad Khusainis Salam (siswa Kelas XII IPA). Dalam penyusunan skripsi ini yang menjadi obyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun hasilnya adalah bahwa usaha pembinaan karakter siswa melalui kegiatankegiatan bernuansa Ahlussunnah wal Jama’ah dilaksanakan dengan cara mempratekkan amaliyah Kaum Nahdliyin dalam bentuk kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan tersebut dapat menumbuhkan karakter siswa yang sesuai dengan karakter Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ serta 18 karakter sebagaimana tertuang dalam buku “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” yang disusun Kemendiknas melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Sedangkan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII IPA Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut: 1. Faktor Pendukung Guru mata pelajaran Ke-NU-an yang profesional. Berpendidikan dan lulusan Sarjana Agama serta aktif di beberapa organisasi Nahdlatul Ulama’ Jepara akan menambah tingkat profesionalnya dalam mengajar karena tinggi rendahnya profesional guru sangat bergantung pada keahlian yang dimiliki dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya. 2. Faktor Penghambat Pergaulan siswa diluar sekolah dengan teman yang beraneka ragam latar belakang. Siswa sering terpengaruh oleh kondisi pergaulan diluar sekolah yang tidak sesuai dengan pendidikan karakter yang sudah diajarkan oleh guru di sekolah. x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..............................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING..................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii HALAMAN DEKLARASI.................................................................................... iv HALAMAN MOTTO.............................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................
vi
KATA PENGANTAR........................................................................................... vii ABSTRAK..............................................................................................................
x
DAFTAR ISI...........................................................................................................
xi
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...................................................................................
1
B. Penegasan Istilah.............................................................................................
4
C. Rumusan Masalah............................................................................................ 7 D. Tujuan Penelitian.............................................................................................
8
E. Manfaat Penelitian...........................................................................................
8
F. Kajian Pustaka................................................................................................. 10 G. Metode Penelitian............................................................................................ 12 H. Sistematika Penulisan Skripsi.......................................................................... 19 BAB II: LANDASAN TEORI A. Konsep Pendidikan Karakter
xi
1. Pengertian Pendidikan Karakter................................................................ 23 2. Tujuan Pendidikan Karakter...................................................................... 28 3. Metode Pendidikan Karakter..................................................................... 30 4. Prinsip Pendidikan Karakter...................................................................... 33 B. Konsep Ahlussunnah wal Jama’ah 1. Ahlussunnah wal Jama’ah Ala Nahdlatul Ulama...................................... 35 2. Karakteristik Ahlussunnah wal Jama’ah Ala Nahdlatul Ulama................ 39 3. Tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah Ala Nahdlatul Ulama.......................... 42 BAB III: KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara 1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara............................ 47 2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara....................... 48 3. Letak Geografis Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara................................ 49 4. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara........................... 50 5. Keadaan Guru Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara................................... 51 6. Keadaan Siswa Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara.................................. 53 7. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara......... 54
xii
B. Data Khusus Pelaksanaan Penelitian Pendidikan Karakter di Kelas XII IPA MA.Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 1. Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang Berlandaskan Nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015.............. 55 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang Berlandaskan Nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015........................................................................ 61 BAB IV: ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang Berlandaskan Nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015............................................... 64 B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang Berlandaskan Nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015............................................................................. 88 BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................................................... 94 B. Saran................................................................................................................ 96 C. Penutup............................................................................................................ 98 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xiii
HALAMAN MOTTO
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (Al-Israa:36).1
وﻣﻦ ﺳﻦ.ﻣﻦ ﺳﻦ ﺳﻨﺔ ﺣﺴﻨﺔ ﻓﻠﻪ أﺟﺮﻫﺎ واﺟﺮ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ اﻟﻰ ﻳﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ( )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ.ﺳﻨﺔ ﺳﻴﺌﺔ ﻓﻌﻠﻴﻪ وزرﻫﺎ ووزر ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ اﻟﻰ ﻳﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ
“Barang siapa memberi contoh tuntutan perbuatan yang baik, ia akan mendapatkan pahala perbuatan tersebut serta pahala mereka yang mengikutinya sampai hari kiamat. Dan barang siapa yang memberi contoh perbuatan yang buruk, ia akan mendapatkan siksaan perbuatan tersebut dan siksaan yang menirunya sampai hari akhir (HR. Muslim)”2
“Intelegence plus character, that is true aim of education” Kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang benar dari pendidikan3 (Martin Luther King)
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), hlm.429 2 Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syaraf Al-Nawawi, Riyadlus Sholikhin, (Semarang: Toha Putra, t.th), hlm.102 3 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.2
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1.
Allah SWT, Sang Penguasa Alam Semesta
2.
Nabi Muhammmad SAW, Suri Tauladan Terbaik Untuk Umat
3.
Ayahanda (Bapak Sudarto) dan Ibunda (Ummi Salamah), sebagai tanda bakti dan cintaku
4.
Kakakku (Nasrul Basith, Ainie Rusydah dan Faizar Rohman) dan Adikku tersayang (M. Ulil Abshor) serta si kecil (Nada Shofiyana Putri)
5.
Kekasih Hatiku (Nur Yazid)
6.
Para guru, ustad-ustadzah dan dosen yang telah mencurahlan segala daya dan upaya untuk menjadikanku sebagai manusia yang berilmu
7.
Almamater Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) tercinta
8.
Sahabat-Sahabat Senasib Seperjuangan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam Angkatan 2011/2012 UNISNU Jepara
9.
Pembaca yang budiman
vi
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam atas segala karunia, rahmat, hidayah dan taufik-Nya yang sudah memberikan penulis semangat dan kekuatan untuk menyelesaiakan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang yang telah membawa pencerahan dan perubahan terhadap peradaban manusia hingga menjadi lebih maju dan cerdas serta kepada kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya. Amin. Skripsi ini diajukan guna untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang sudah memberikan bimbingan dan dukungan, baik dari segi moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada: 1.
Rektor Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara, Prof. Dr. H Muhtarom, H.M atas izin dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi yang beliau pimpin.
2.
Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara dan seluruh staffnya yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan.
vii
3.
Bapak DR. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini
4.
Keluarga besar MA. Al-Ma’arif Jepara khususnya Bapak Munfa’at, S.Ag (Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Periode 2010-2015), Bapak Hamzah, S.Ag (Guru Mata Pelajaran Ke-NU-an kelas XII) dan Muhammad Khusainis Salam (siswa Kelas XII IPA) yang sudah memberikan waktu, tenaga serta pikirannya dalam membantu menyelesaikan skripsi.
5.
Ayahanda (Sudarto) dan Ibunda (Ummi Salamah) tercinta beserta kakakkakakku (Nashrul Basith, Ainie Rusydah dan Faizar Rohman) dan adikku (M. Ulil Abshor) terkasih telah dengan tulus memberikan doa dan mencurahkan motivasi moral dan material demi terselesainya penyusunan skripsi ini.
6.
Kekasih hatiku (Nur Yazid) yang telah setia menanti seta turut memberikan semangat dan doanya sehinnga skripsi ini selesai.
7.
Teman-teman Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam Tahun Akademik 2011/2012
8.
Penulis yang karyanya sudah dijadikan sumber refrensi dalam penyususnan skripsi ini
9.
Semua pihak yang sudah mencurahkan kasih sayangnya, memberikan motivasi dan memberikan dukungan baik riil maupun materil. Skripsi ini tentunya bukan suatu karya ilmiah yang tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun tetep penulis harapkan agar penulis karya ilmiah ini dapat lebih disempurnakan.
viii
Akhirnya peenulis berdoa semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca, serta penulis berdoa semoga karya ini bisa memberikan kontibusi untuk suatu kajian keilmuan bagi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam mendatang. Amiin.
Jepara, 15 Mei 2015 Penulis
Diena Salmiyah
ix
ABSTRAK Diena Salmiyah, NIM 131310000263, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam, Judul Skripsi “STUDI ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER YANG BERLANDASKAN NILAINILAI AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH DI KELAS XII IPA MADRASAH ALIYAH AL-MA’ARIF JEPARA TAHUNPELAJARAN 2014/2015”. Dalam skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII IPA Tahun Pelajaran 2014/2015 serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitis, yaitu memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah kemudian data-data yang sudah terkumpul disusun, dijelaskan dan dianalisis. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapaun informannya adalah Bapak Munfa’at, S.Ag (Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Periode 2010-2015), Bapak Hamzah, S.Ag (Guru Mata Pelajaran Ke-NU-an kelas XII) dan Muhammad Khusainis Salam (siswa Kelas XII IPA). Dalam penyusunan skripsi ini yang menjadi obyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun hasilnya adalah bahwa usaha pembinaan karakter siswa melalui kegiatankegiatan bernuansa Ahlussunnah wal Jama’ah dilaksanakan dengan cara mempratekkan amaliyah Kaum Nahdliyin dalam bentuk kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan tersebut dapat menumbuhkan karakter siswa yang sesuai dengan karakter Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ serta 18 karakter sebagaimana tertuang dalam buku “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” yang disusun Kemendiknas melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Sedangkan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII IPA Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut: 1. Faktor Pendukung Guru mata pelajaran Ke-NU-an yang profesional. Berpendidikan dan lulusan Sarjana Agama serta aktif di beberapa organisasi Nahdlatul Ulama’ Jepara akan menambah tingkat profesionalnya dalam mengajar karena tinggi rendahnya profesional guru sangat bergantung pada keahlian yang dimiliki dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya. 2. Faktor Penghambat Pergaulan siswa diluar sekolah dengan teman yang beraneka ragam latar belakang. Siswa sering terpengaruh oleh kondisi pergaulan diluar sekolah yang tidak sesuai dengan pendidikan karakter yang sudah diajarkan oleh guru di sekolah.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING..............................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................
iii
HALAMAN DEKLARASI..............................................................................
iv
HALAMAN MOTTO.......................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................
vi
KATA PENGANTAR......................................................................................
vii
ABSTRAK........................................................................................................
x
DAFTAR ISI.....................................................................................................
xi
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................................
1
B. Penegasan Istilah.......................................................................................
4
C. Rumusan Masalah.......................................................................................
7
D. Tujuan Penelitian.......................................................................................
8
E. Manfaat Penelitian.....................................................................................
8
F. Kajian Pustaka........................................................................................... 10 G. Metode Penelitian...................................................................................... 12 H. Sistematika Penulisan Skripsi..................................................................... 19 BAB II: LANDASAN TEORI A. Konsep Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter..........................................................
23
2. Tujuan Pendidikan Karakter................................................................
28
xi
3. Metode Pendidikan Karakter...............................................................
30
4. Prinsip Pendidikan Karakter................................................................
33
B. Konsep Ahlussunnah wal Jama’ah 1. Ahlussunnah wal Jama’ah Ala Nahdlatul Ulama................................ 35 2. Karakteristik Ahlussunnah wal Jama’ah Ala Nahdlatul Ulama........... 39 3. Tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah Ala Nahdlatul Ulama.................... 42 BAB III: KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara 1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara...................... 47 2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara................. 48 3. Letak Geografis Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara.......................... 49 4. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara..................... 50 5. Keadaan Guru Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara............................. 51 6. Keadaan Siswa Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara............................. 53 7. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara... 54 B. Data Khusus Pelaksanaan Penelitian Pendidikan Karakter di Kelas XII IPA MA.Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 1. Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang Berlandaskan Nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015........ 55
xii
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang Berlandaskan Nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015.................................................................. 61 BAB IV: ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang Berlandaskan Nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015......................................... 64 B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang Berlandaskan Nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015....................................................................... 88 BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................................ 94 B. Saran.......................................................................................................... 96 C. Penutup...................................................................................................... 98 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang diyakini dapat berubah, dari yang baik menjadi jelek atau sebaliknya dari yang jelek menjadi baik. Itulah sebabnya pembangunan karakter menjadi suatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia itu sendiri baik dalam skala individu maupun skala bangsa.1 Selain itu dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), karakter merupakan peranan terpenting yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh. Merosotnya karakter berbangsa di tanah air dapat disebabkan lemahnya pendidikan karakter dalam meneruskan nilai-nilai kebangsaan pada saat alih generasi. Disamping itu, lemahnya implementasi nilai-nilai berkarakter di lembaga-lembaga pemerintahan dan kemasyarakatan ditambah berbaurnya arus globalisasi telah mengaburkan kaidah-kaidah moral budaya bangsa yang sesungguhnya bernilai tinggi. Akibatnya perilaku-perilaku tidak normatif semakin jauh merasuk ke dalam dan berakibat merusak kehidupan berbangsa.2 Karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter merupakan mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang.
1
Bagus Mustakim, Pendidikan Karakter:Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat, (Jakarta:Samudra Biru, 2011), hlm.iii 2 Prayitno dan Belferik Manullang, Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa, (Jakarta:Grasindo, 2011), hlm.2
2
Manusia tanpa karakter merupakan manusia yang sudah ‘membinatang’. Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun soaial ialah mereka yang memiliki akhlak, moral dan budi pekerti yang baik. Mengingat begitu urgennya karakter, maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran. 3 Penguatan
pendidikan
karakter
sangat
berperan
penting
dalam
menghadapi krisis moral yang terjadi di negara kita, terutama dalam menghadapi perilaku anak-anak dan remaja yang semakin mengkhawatirkan dan jauh dari sifat terpuji. Perilaku tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, pencurian, penyalahgunaan obat-obatan, pemerkosaan, bahkan tidak sedikit tindakan anarkis yang dilakukan antar siswa yang terjadi di lingkungan sekolah serta perampasaan dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat yang timbul cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana karena tindakan ini telah menjurus kepada tindakan kriminal. Sejak 2500 tahun yang lalu, Socrates telah berkata bahwa tujuan yang paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, sekitar 1400 tahun yang lalu, Nabi Muhammad SAW yang nabi terahir dalam ajaran Islam, juga menegaskan bahwa
misi
utamanya
dalam
mendidik
manusia
adalah
untuk
menyempurnakan akhlak dan mengupayakan pembentukan karakter (good 3
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter:Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm.1-2
3
character). Berikutnya ribuan tahun setelah itu, rumusan tujuan utama pendidikan tetap pada wilayah serupa, yakni pembentukan manusia yang baik. Tokoh pendidikan Barat yang sudah mendunia seperti Klipatrick, Lickona, Brooks dan Goble seakan menggemakan kembali gaung yang disuarakan Socrates dan Nabi Muhammad SAW, bahwa moral, akhlak atau karakter adalah tujuan yang tak terhindarkan dari dunia pendidikan. Begitu juga dengan Martin Luther King menyetujui pemikiran tersebut dengan mengatakan “Intelegence plus character, that is true aim of education”. Kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang benar dari pendidikan.4 Negara Indonesia merupakan negara majemuk, artinya Indonesia memiliki banyak suku, agama, ras dan budaya yang berbeda. Namun mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam yang menganut dan mengembangkan nilai-nilai Islam ala Ahlusunnah wal Jama’ah. Karakter amat penting karena karakter lebih tinggi nilainya dari pada intelektualitas. 5 Karena itu kinilah saatnya kita berupaya membangun dan mengembangkan karakter secara sungguh-sungguh terutama dalam mencetak generasi Islam yang berlandaskan Ahlusunnah wal Jama’ah menjadi insan berilmu dan berakhlakul karimah. Pendidikan harus kita fungsikan sebagaimana mestinya, sebagai sarana terbaik umtuk memicu kebangkitan dan menggerakkan zaman. Sekolah di seluruh penjuru negeri baik sekolah umum maupun sekolah yang berlandaskan Islam mesti bersama-sama
4
Abdul Majid dan Dian Andayani, Log-Cit Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter:Wawasan, Strategi dan Langkah Praktis, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm.16-17 5
4
menjadikan dirinya sebagai sekolah karakter dan tempat terbaik untuk menumbuh kembangkan karakter. Oleh sebab itu penulis mengadakan penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang Berlandaskan Niliai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah AlMa’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Penegasan Istilah Agar dalam pemahaman judul skripsi tidak terjadi kesalah pahaman dan untuk memperjelas pokok masalah yang penulis bahas serta batasan ruang lingkupnya, maka perlu penulis jelaskan beberapa istilah pokok yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini, yaitu: 1. Studi Deskriptif Studi deskriptif berasal dari kata “studi” dan “deskriptif”. Studi berarti penelitian ilmiah atau kajian telaah. 6 Sedangkan deskriptif berasal dari bahasa latin describere yang berarti menggambarkan atau memeriksa suatu hal, dari segi istilah adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai keadaan yang sesungguhnya.7 Jadi studi deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan 6
hlm.965
7
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II, (Jakarta:Balai Pustaka, 1994),
Yunus Muhammad Suparno, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm.46
5
perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.8 2. Pendidikan Karakter Pendidikan karakter berasal dari kata “pendidikan” dan “karakter”. Istilah pendidikan dalam bahasa inggris “education” yang berasal dari bahasa latin “educare” yang dapat diartikan pembimbing berkelanjutan (to lead forth). 9 Pendidikan menurut Langeveld adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. 10 Sedangkan karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat temperamen dan watak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia belum memasukkan kata karakter, yang ada adalah kata watak yang diartikan sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti dan tabiat. Karakter adalah keseluruhan nilai-nilai, pemikiran, perkataan dan perilaku atau perbuatan yang telah membentuk diri seseorang.11 Jadi pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas manusia yang baik secara objektif,
8
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001), hlm.64 9 Suparlan Suhartono, FilsafatPendidikan, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media Group,2009) hlm.77 10 Uyoh Sadulloh, dkk, Pedagogik Ilmu Mendidik, (Bandung:Alfabeta, 2011), hlm.128 11 Zubaedi, Op-Cit., hlm.11
6
bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat keseluruhan.12 3. Nilai-nilai Nilai adalah suatu yang berharga bagi manusia. Dalam Kamus Sosiologi dan Ilmu Kependidikan dijelaskan bahwa nilai adalah suatu hati nurani yang dimiliki oleh anggota masyarakat tentang baik dan buruk.13 4. Ahlussunnah wal Jama’ah Dalam Kitab Ghaniyah karangan Syekh Abdul Qadir Jaelani AlHasany disebutkan bahwa ta’rif Ahlussunnah wal Jama’ah adalah Sunnah ialah perilaku yang dilakukan Rasulullah SAW, sedangkan Jama’ah adalah segala keputusan ijma’ para sahabat Rasulullah SAW di dalam pemerintahan Khulafaur Rasyidin yang empat dalam mendapat petunjuk dari Allah SWT.14 Dengan demikian maka Ahlussunnah wal Jama’ah ialah orang-orang yang mengikuti jejak Rasulullah SAW dan para sahabat beliau, tidak hanya Khulafaur Rasyidin yang empat (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali), tetapi juga mengikuti jejak para sahabat lainnya seperti Saidatina Aisyah ra, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Ibnu Mas’ud, dll.15
12
Ibid., hlm.15 Hartini dan G. Kartasapoeta, Kamus Sosiologi dan Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm.438 14 Balukia Syakir, Ahlus Sunnah Wal Jamaah, (Bandung: Sinar Baru, 1992), hlm.31 15 Tgk HZA Syihab, Akidah Ahlus Sunnah:Versi Salaf-Khalaf dan Posisi Asy’ariyah di Antaranya Keduanya, (Jakarta:Bumi Aksara, 2004), hlm.11 13
7
5. Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara adalah madrasah yang setingkat Sekolah Menengah Atas yang tergabung dalam Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama’ yang lebih banyak mendalami materi dalam hal keagamaan. Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara ini beralamat di Jalan Pangeran Syarif Kelurahan Saripan, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Yang diunggulkan di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’, serta mempunyai suatu tujuan yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian muslim yang beriman, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
C. Rumusan Masalah Dari deskripsi yang dikemukakan di atas, telah memberikan kerangka bagi penulis untuk merumuskan pokok permasalahan yang relevan dengan judul skripsi tersebut, yaitu: 1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII IPA Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII IPA Tahun Pelajaran 2014/2015?
8
D. Tujuan Penelitian 1. Untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah AlMa’arif Jepara Kelas XII IPA Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Untuk menjelaskan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII IPA Tahun Pelajaran 2014/2015.
E. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Dapat menjelaskan bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Kelas XII IPA Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. b. Dapat menjelaskan apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII IPA Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara, diharapkan dapat memperoleh informasi
yang dapat
digunakan sebagai
bahan
pertimbangan dalam menerapkan pembelajaran pendidikan karakter
9
khususnya
pendidikan
karakter
yang
berlandaskan
nilai-nilai
Ahlussunnah wal Jama’ah. b. Bagi siswa Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara, diharapkan dapat meningkatkan budi pekerti atau karakter mulia terutama karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai ciri khasnya. c. Bagi
Madrasah
merumuskan
dan
Aliyah
Al-Ma’arif
menerapakan
Jepara,
pendidikan
diharapkan karakter
dapat
terutama
pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai ciri khasnya untuk meningkatkan kualitas siswa yang berakhlak mulia. d. Bagi Universitas Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) berguna untuk menambah informasi dan perbendaharaan kepustakaan, khususnya dalam bidang pendidikan karakakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah. e. Bagi penulis, untuk mengembangkan kemampuan dan evaluasi mengenai
pendidikan
karakter
yang
berlandaskan
nilai-nilai
Ahlussunnah wal Jama’ah. f. Bagi
kalangan
umum,
berguna
memecahkan masalah yang sama.
sebagai
pembanding
untuk
10
F. Kajian Pustaka Kajian pustaka disebut juga kajian literatur atau literatur review. Pengertian kajian pustaka secara umum adalah bahasan atau bahan-bahan bacaan yang terkait dengan suatu topik atau temuan dalam penelitian. Kajian pustaka bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pembaca tentang peneliti dan kelompok peneliti yang memiliki pengaruh dalam suatu bidang tertentu. Suatu kajian pustaka mungkin sepenuhnya memuat deskripsi, misalnya berupa sebuah annoated bibliography, atau kajian ini memberikan pemaparan penting tentang kajian pustaka dalam sebuah bidang tertentu, yang menyatakan
dimana
kelemahan
dan
kesenjangan
yang
ada,
yang
membedakan dengan pandangan penulis tertentu, atau yang memunculkan permasalahan.16 Berkenaan dengan penelitian ini, penulisan yang mengkaji tentang pendidikan karakter sebelumnya sudah banyak dilakukan oleh penulis. Dalam penelitian ini ditampilkan beberapa penulisan sebelumnya, diantaranya: Dalam skripsi yang berjudul “Studi Analisis tentang Pendidikan Karakter dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab Ayat 35” karya Emi Sholehah disebutkan bahwa Pendidikan karakter adalah usaha menanamkan nilai-nilai kehidupan ke dalam diri individu agar di transformasikan dalam kehidupan sehari-hari, untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian yang kauat dan menyatu dalam diri, sehingga mampu mengambil keputusan atau bersikap bijak dalam kehidupan dan dapat memberikan kontribusi positif pada lingkungannya. 16
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm.84-85
11
Dalam artikel yang berjudul “Pengembangan Silabus dan RPP Mata Pelajaran IPS Berbasis Pendidikan Karakter” karya Drs. Marzuki. M.Ag dijelaskan bahwa Pendidikan Karakter merupakan menanamkan nilai kepada peserta didik sebagai nilai utama yang penanamannya diprioritaskan. Untuk tingkat SMA dan MA nilai-nilai tersebut dapat disarikan dengan butir-butir SKL, yaitu religius, percaya diri dan tanggung jawab, bekerja keras, peduli, taat hukum, menghargai keberagamaan, berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, kompetitif dan sportif, demokrasi, partisipasi, sehat jasmani dan rohani, komunikatif, santun, disiplin, toleran, jujur, cerdas dan lain sebagainya. Pengembangan Karakter tingkat Madrasah Aliyah sebagai lembaga pendidikan yang berbasis Islam, tidak bisa lepas dari pondasi utama Islam, tetapi harus direncanakan dan dilaksanakan dengan berbagai metode khusus sehingga peserta didik dapat menjadi manusia yang berakhlaq mulia. Sedangkan dalam buku “Implementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter” karya M. Mahbubi disebutkan bahwa Ahlusunnah wal Jama’ah sebagai nilai pendidikan karakter merupakan upaya sadar, terencana dan berkesinambungan
untuk
memperkenalkan
dan
menanamkan
paham
Ahlusunnah wal Jama’ah pada murid agar mengetahui, meyakini dan mengamalkannya. Pendidikan Aswaja tersebut dilakukan melalui aktivitas bimbingan, pengajaran, latihan serta pengalaman belajar. Sedangkan penelitian yang dilakukan ini mengenai pendidikan karakter pada tingkat Madrasah Aliyah yang lebih difokuskan pada landasan nilai-nilai
12
Ahlusunnah wal Jama’ah versi Nahdlatul Ulama’. Nilai-nilai yang dimiliki Nahdlatul Ulama’ sebagai nilai inti pendidikan karakter yakni paham Ahlusunnah wal Jama’ah sangat sesuai dengan konteks Indonesia. Ahlusunnah wal Jama’ah tidak hanya dipahami sebagai madzhab tetapi juga sebagai paradigma berpikir (manhaj). Posisi Ahlusunnah wal Jam’ah inilah yang akan dikembangkan sebagai nilai inti pendidikan karakter berspektif Nahdlatul Ulama’.
G. Metode Penelitian Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian, Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama apabila peneliti menggunakan metode yang cukup besar untuk memasuki unsur minat peneliti. Itulah sebabnya unsur instrumen pengumpulan data harus ditangani secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaan yaitu pengumpulan variabel yang tepat. 17 Agar diperoleh tujuan yang sesuai dengan yang diharapkan, maka penggunaan metode penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian. Dan diharapkan dapat bertanggung jawab secara ilmiah. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), hlm.189
13
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian a. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian dilakukan. Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan itu dilakukan. 18 Tujuan utama penelitian ini yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.19 b. Pendekatan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian
untuk
menjawab
permasalahan
yang
memerlukan
pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap orang dalam kehidupan sehari-hari, berinteraksi dengan mereka, dan berupaya memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu peneliti harus terjun ke lapangan dengan waktu yang cukup lama.20
18
Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm.447 19 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan:Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.157 20 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 29
14
Jadi yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif adalah laporan berdasarkan metode kualitatif mencakup masalah deskriptif murni tentang program dan atau pengalaman orang di lingkungan penelitian. Tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu pembaca mengetahui apa yang terjadi di lingkungan di bawah pengamatan, seperti apa pandangan partisipan yang berada di latar penelitian dan seperti apa peristiwa atau aktivitas yang terjadi di latar penelitian. Dalam pembacaan melalui catatan lapangan dan wawancara, peneliti mulai mencari bagian-bagian data yang akan diperhalus untuk presentasi sebagai deskripsi murni dalam laporan penelitian. Apa yang dimasukkan melalui deskripsi tergantung pada pertanyaan yang berusaha dijawab peneliti. Sering keseluruhan aktivitas dilaporkan secara detail dan mendalam karena mewakili pengalaman khusus. Deskripsi ini ditulis dalam bentuk narasi untuk melengkapi gambaran menyeluruh tentang apa yang terjadi dalam aktivitas atau peristiwa yang dilaporkan.21 2. Subjek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif, maka perlu diketahui subjek penelitian dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi subjek penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Kepala Sekolah Madrasah Aliyah AL-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
21
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm.174-179
15
2. Guru Mata Pelajaran Ahlusunnah wal Jama’ah Madrasah Aliyah AlMa’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 3. Siswa-siswi kelas XII Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. 3. Fokus Penelitian Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa penelitian yang penulis lakukan ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, maka penelitian ini difokuskan pada: 1.
Tentang
bagaimana
pelaksanaan
pendidikan
karakter
yang
berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII Tahun Pelajaran 2014/2015. 2.
Tentang apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII Tahun Pelajaran 2014/2015.
4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian disamping perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih tehnik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan tehnik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif. Di bawah ini akan diuraikan tehnik penelitian sebagai cara yang dapat ditempuh untuk mengumpulkan data. 22
22
Ibid., hlm. 158
16
a. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barangbarang tertulis.23 Cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian, disebut tehnik dokumenter atau studi dokumenter. Dalam penelitian kualitatif tehnik ini merupakan alat pengumpul data yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang diaujukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori atau hukum-hukum yang diterima, baik mendukung maupun yang menolong hipotesis tersebut. 24 b. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung. Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang tidak dilakukan pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki, misalnya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide atau rangkaian photo. 25 c. Wawancara Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan 23
Suharsini Arikunto, Op-Cit., hlm.200 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 181 25 Ibid., hlm.158-159 24
17
pula. Ciri utamanya adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee).26 Apabila wawancara dilakukan dengan baik, ini dapat menghasilkan data yang mendalam yang tidak mungkin didapatkan dengan angket, pewawancara bisa menanyakan lagi untuk jawaban-jawaban yang tidak jelas atau kurang lengkap. Langkah-langkah dalam melakukan studi wawancara diantaranya: 1) Penyusunan petunjuk wawancara 2) Komunikasi selama wawancara 3) Merekam tanggapan 4) Pengujian awal prosedur wawancara27 5. Keabsahan Data Dalam mengukur keabsahan data peneliti menggunakan analisis triangulasi, adalah proses penguatan bukti dari individu-individu yang berbeda (misalnya seorang kepala sekolah atau seorang siswa), jenis data (misalnya catatan lapangan, observasi dan wawancara). Hal ini menjamin bahwa studi akan menjadi akurat karena informasi berasal dari berbagai sumber informasi, individu atau proses. Dalam cara ini terdorong untuk mengembangkan suatu laporan yang akurat dan kredibel.28 Tehnik triangulasi leih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang di inginkan. Oleh karena itu tehnik triangulasi dapat dilakukan 26 27
159 hlm. 82
28
Ibid., hlm.165 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Alfabeta,2011), hlm.158Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers,2011)
18
dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan dapat berjalan dengan baik, seperti: 1) Umpamanya peneliti menggunakan wawancara mendalam dan observasi partisipasi untuk pengumpulan data. Pastikan apakah setiap hari telah terhimpun catatan harian wawancara dengan informan serta catatan harian informasi. 2) Setelah itu dilakukan uji silang terhadap materi catatan-catatan harian itu untuk memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan harian wawancara dan catatan harian observasi. Apabila ternyata antara catatan harian kedua metode ada yang tidak relevan, peneliti harus mengkormifasi perbedaan itu kepada informan. 3) Hasil konfirmasi itu perlu diuji lagi dengan informasi-informasi sebelumnya karena bisa jadi hasil informasi itu bertentangan dengan informasi-informasi yang telah dihimpun sebelumnya dari informan atau dari sumber-sumber lain. Apabila ada yang berbeda, peneliti harus
menelusuri
perbedaan-perbedaan
itu
sampai
peneliti
menemukan sumber perbedaan dan materi perbedaannya, kemudian dilakukan konfirmasi dengan informan dan sumber-sumber lain.29 6. Tehnik Analisa Data Menurut Miles dan Huberman ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu sebagai berikut:
29
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif cet.7, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 203-204
19
1) Reduksi Data Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi dan pentransformasian data mentah yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. 2) Model Data (Data Display) Kita mendefinisikan “model” sebagai kumpulan informasi tersusun yang membolehkan pendiskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam tujuan pekerjaan kita, kita menjadi yakin bahwa model yang lebih baik adalah suatu jalan utama untuk analisis kualitatif yang valid. 3) Penarikan (Verifikasi Kesimpulan) Dari permulaan pengumpulan data, peniliti kualitatif mulai memutuskan apakah “makna” sesuatu, mencatat keteraturan. Pola-pola penjelasan, konfiguransi yang mungkin, alur kausal dan proposisiproposisi.30
H. Sistematika Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing membahas permasalahan yang diuraikan menjadi beberapa sub bab. Antara satu bab dengan bab lain saling berhubungan dan terkait erat. Adapun sistematikanya dapat penulis rumuskan sebagai berikut:
30
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Op-Cit., 129-133
20
1. Bagian Muka Pada bagian ini akan dimuat beberapa halaman, yaitu terdiri dari: halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halam persembahan, halaman abstraksi, kata pengantar dan daftar isi. 2. Bagian Isi Pada bagian ini memuat lima bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan, yang isinya meliputi: latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II: Landasan teori, pada bagian pertama memuat konsep pendidikan karakter yang isinya meliputi: pengertian pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, metode pendidikan karakter dan konsep pendidikan karakter. Pada bagian kedua memuat konsep Ahlussunnah wal Jama’ah yang isinya meliputi: Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’, Karakteristik Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ dan Tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’. BAB III: Kajian Objek Penelitian, pada bagian pertama memuat gambaran umum Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015, yang isinya meliputi: sejarah berdirinya Madrasah
21
Aliyah Al-Ma’arif Jepara, visi misi dan tujuan Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara, letak geografis, struktur organisasi Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara, keadaan guru Madrasah Aliyah AlMa’arif Jepara, keadaan siswa Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara serta keadaan sarana dan prasarana Madrasah Aliyah AlMa’arif Jepara. Pada bagian kedua memuat data khusus penelitian pendidikan karakter siswa Madrasah Aliyah Al-Ma’rif Jepara yang isinya meliputi: pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan Nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan Nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Ma’arif Japara Tahun Pelajaran 2014/2015. BAB IV: Analisis, yang meliputi: Analisis pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Ma’arif Japara Tahun Pelajaran 2014/2015.
22
BAB V: Penutup yang memuat tentang kesimpulan, saran-saran dan penutup. 3. Bagian Akhir Pada bagian ini memuat halaman daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat penulis.
23
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif berilmu, sehat, berakhlak (berkarakter) mulia. Secara etimologis, kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yaitu eharassein yang berarti mengukuir, melukis, memahat atau menggoreskan. Arti ini sama dengan istilah karakter dalam Bahasa Inggris character. Namun berbeda dalam Bahasa Indonesia, karakter dapat diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak ataupun budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Istilah pendidikan karakter mulai dikenal sejak tahun 1900-an. Thomas Lickona disebut-sebut sebagai pengusungnya, terutama ketika ia menulis buku yang berjudul “The Return of Character Education” kemudian disusul buku berikutnya yakni “Educating for Character. How Our School Can Teach Respect and Responbility”. Menurut Lickona, pendidikan karakter mencakup tiga unsur pokok, yaitu mengetahui
24
kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good) dan melakukan kebaikan (doing the good). 34 Menurut Fakhry Gaffar, pendidikan karakter ialah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan.35 Nurul Nurul Zuhriyah berpandangan bahwa pendidikan karakter sama dengan pendidikan budi pekerti. Tujuan budi pekerti adalah untuk menumbuhkan watak murid dengan cara menghayati nilai-nilai keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral hidupnya melalui kejujuran, kerja sama dan dapat dipercaya. Seseorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.36 Dengan demikian, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana dalam membina individu baik dalam berpikir maupun berperilaku agar dapat mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menjadikannya
sebagai
ciri
khas
individu
untuk
hidup
dalam
lingkungannya, baik lingkungan, masyarakat maupun bangsa dan negara.
34
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.4-5 35 M Mahbubi, Pendidikan Karakter Implementasi Aswaja Sebagai Nilai Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2012), hlm.40 36 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm.19
25
Individu yang positif adalah individu yang bisa mengambil keputusan dan dapat mempertanggung jawabkan tiap akibat yang timbul dari keputusan yang diambil. Kementrian Agama melalui Direktorat Jendral Pendidikan Islam mencanangkan nilai karakter menunjuk pada Muhammad SAW sebagai tokoh agung yang paling berkarakter. Empat karakter yang paling terkenal dari nabi penutup zaman tersebut adalah shiddiq (benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan kebenaran) dan fathanah (menyatunya kata dan perbuatan). Berbeda dengan Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), telah merumuskan 18 nilai karakter yang akan ditanamkan pada diri peserta didik sebagai upaya dalam membangun bangsa, nilai-nilai tersebut telah mencakup nilai-nilai karakter dalam berbagai agama, termasuk Islam. Disamping itu 18 nilai karakter tersebut telah disesuaikan dengan kaidahkaidah ilmu pendidikan secara umum, sehingga lebih implementatif untuk diterapkan dalam praksis pendidikan, baik sekolah umum maupun madrasah. Lebih dari itu, 18 nilai karakter tersebut telah dirumuskan standar kompetensi dan indikator pencapaiannya disemua mata pelajaran. Dengan demikian pendidikan karakter dapat dievaluasi, diukur dan diuji ulang. Berikut akan dikemukakan 18 nilai karakter sebagaimana tertuang dalam buku “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa”
26
yang disusun Kemendiknas melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, yaitu sebagai berikut: 1.
Religius yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran agama) yang dianut.
2.
Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
3.
Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran dan kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut.
4.
Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
5.
Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara bersungguh-sungguh
dalam
menyelesaikan
berbagai
tugas,
permasalahan, pekerjaan, dll. 6.
Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai
segi
dalam
memecahkan
masalah,
sehingga
selalu
menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya. 7.
Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan.
27
8.
Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan oang lain.
9.
Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar dan dipelajari secara lebih mendalam.
10. Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan. 11. Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya 12. Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi. 13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik. 14. Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas dan masyarakat tertentu. 15. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca sebagai informasi,
28
baik buku, jurnal, majalah, koran dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebiasaan bagi dirinya. 16. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar. 17. Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian
terhadap
orang
lain
maupun
masyarakat
yang
membutuhkannya. 18. Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan dirinya sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara maupun agama.37
b. Tujuan Pendidikan Karakter Menurut Foerster tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster karakter merupakan sesuatu yang mengkualifikasi pribadi seseoarng. Karakter menjadi identitas mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Sebagai aspek terpenting dalam pembentukan karakter, pendidikan mampu mendorong anak didik melakukan proses pendakian terjal (the ascent of man). Itu karena dalam diri anak didik terdapat dua dorongan esensial yaitu dorongan mempertahankan diri dalam lingkungan eksternal yang ditandai dengan perubahan cepat, serta dorongan mengembangkan
37
Suyadi, Op-Cit., hlm.7-9
29
diri atau dorongan untuk belajar terus guna mencapai cita-cita tertentu. Ketika anak didik telah mampu menyeimbangkan dua dorongan esensial itu, maka ia akan menjadi pribadi dengan karakter yang matang. Dan dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur.38 Dengan demikian, tujuan pendidikan karakter untuk meningkatkan penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pada tingkat institusi, pendidikan karakter mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan seharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar skolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.39 Dalam buku Desain Pendidikan Karakter karya Dr.Zubaedi, M.Ag, M.Pd menyebutkan bahwa pendidikan karakter secara terperinci memiliki lima tujuan, diantaranya yaitu:
38
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Strategi Membangun karakter Bangsa Berperadaban, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), hlm.26 39 Masnur Muslich, Pendidikan karakter:Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.81
30
1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa 2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius 3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi bangsa 4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi peserta didik mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan 5. Mengembangkan kehidupan lingkungan sekolah sebagai lingkungan yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).40
c. Metode Pendidikan Karakter Menurut Doni Kusuma A dalam buku Pendidikan Karakter terdapat lima metode dalam pendidikan karakter, diantaraya sebagai berikut: 1. Mengajarkan Mengajarkan ialah memberikan pemahaman yang jelas tentang kebaikan, keadilan dan nilai sehingga murid memahami. Fenomena yang terkadang muncul, individu tidak memahami arti kebaikan, keadilan dan nilai secara konseptual, namun ia mampu mempraktekkan hal tersebut dalam kehidupan mereka tanpa disadari.
40
Zubaedi, Op-Cit., hlm.18
31
Perilaku berkarakter memang mendasarkan diri pada tindakan dasar dalam merealisasikan nilai. Meskipun mereka belum memiliki konsep yang jelas tentang nilai karakter. Untuk itulah tindakan dikatakan bernilai jika seseorang itu melakukannya dengan bebas, sadar dan dengan pengetahuan. 2. Keteladanan Anak lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat (verba movent exempla trahunt). Guru bagaikan jiwa dalam pendidikan karakter, sebab karakter guru (mayoritas) menentukan karakter murid. Indikasi adanya keteladanan dalam pendidikan karakter ialah model peran pendidik bisa diteladani oleh murid. Apa yang murid pahami tentang nilai-nilai itu memang bukan sesuatu yang jauh dari kehidupan mereka, namun ada didekat mereka yang mereka temukan dalam perilaku pendidik. 3. Menentukan Prioritas Setiap sekolah memiliki prioritas karakter. Pendidikan karakter menghimpun banyak kumpulan nilai yang dianggap penting bagi pelaksanaan dan realisasi atas visi misi sekolah. Oleh sebab itu, lembaga pendidikan mesti menentukan tuntunan standar atas karakter yang akan ditawarkan kepada murid sebagai
bagian kinerja
kelembagaan mereka. Demikian juga jika lembaga pendidikan ingin menentukan sekumpulan perilaku standar, maka perilaku standar yang menjadi
32
prioritas khas lembaga pendidikan tersebut harus dapat diketahui dan dipahami oleh murid, orang tua dan masyarakat. Tanpa prioritas karakter, proses evaluasi berhasil tidaknya pendidikan karakter akan menjadi tidak jelas. Ketidak jelasan tersebut akan memandulkan keberhasilan program pendidikan karakter. 4. Praksis Prioritas Unsur lain yang tak kalah penting ialah bukti realisasi prioritas nilai pendidikan karakter. Ini menjadi tuntutan lembaga pendidikan atas prioritas nilai yang menjadi visi kinerja pendidikannya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi, sejauh mana misi sekolah telah direalisasikan. Verifikasi atas tuntutan itu ialah bagaimana pihak sekolah menyikapi penyelenggaraan atas kebijakan sekolah, bagaimana sanksi itu diterapkan secara transparan. Realisasi visi dalam kebijakan sekolah merupakan
salah
satu
cara
untuk
mempertanggung jawabkan
pendidikan karakter. Misalnya sekolah ingin menentukan nilai demokrasi sebagai nilai pendidikan karakter, maka nilai demokrasi tersebut dapat diverifikasi melalui berbagai macam kebijakan sekolah, seperti kepemimpinan demokratis, setiap individu dihargai sebagai pribadi yang sama dalam membantu mengembangkan kehidupan di sekolah.
33
5. Refleksi Refleksi ialah kemampuan sadar khas mausiawi. Dengan kemampuan
sadar
ini,
manusia
mampu
mengatasi
diri
dan
meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi lebih baik. Ketika pendidikan karakter sudah melewati fase tindakan dan praksis perlu diadakan pendalaman dan refleksi untuk melihat sejauh mana lembaga pendidikan telah berhasil atau gagal dalam merealisasikan pendidikan karakter. Keberhasilan dan kegagalan itu lantas menjadi barometer untuk meningkatkan kemajuan yang dasarnya ialah pengalaman itu tersendiri.41 Beberapa
metode-metode
pendidikan
karakter
yang
sudah
disebutkan di atas dapat dijadikan sebagai acuan bagi seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar demi lancarnya proses pendidikan, serta dapat digunakan sebagai sarana dalam menumbuh kembangkan karakter yang ada pada diri peserta didiknya supaya pelaksanaan pendidikan karakter dapat terwujud dengan baik.
d. Prinsip Pendidikan Karakter Pendidikan karakter bukan merupakan mata pelajaran baru yang berdiri sendiri, tetapi di integrasikan ke dalam mata pelajaran yang sudah ada, pengembangan diri dan budaya sekolah serta muatan lokal. Oleh karena itu sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan
41
M. Mahbubi, Op-Cit., hlm.49-52
34
dalam pendidikan karakter ke dalam Kurikulum, Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada. Prinsip yang digunakan dalam pengembangan materi pendidikan karakter, diantaranya: 1. Berkelanjutan Mengandung makna proses pengembangan pendidikan karakter merupakan proses yang tiada henti, dimulai dari awal peserta didik masuk samapai selesai dari suatu satuan pendidikan bahkan samapai terjun ke masyarakat. 2. Melalui semua mata pelajaran Pengembangan diri dan budaya sekolah, serta muatan lokal. 3. Nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan dan dilaksanakan Suatu hal yang selalu harus diingat bahwa suatu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 4. Proses
pendidikan
dilakukan
peserta
didik
secara
aktif
dan
menyenangkan Guru harus merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi, dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki dan menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada
35
diri mereka melalui kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.42 Demikian
prinsip-prinsip
pendidikan
karakter
yang
sudah
disebutkan di atas, diharapkan dapat dijadikan tolok ukur dalam menyukseskan terselenggaranya pendidikan karakter yang nantinya akan mewujudkan generasi muda yang berakhlak mulia dan berkepribadian luhur.
B. Konsep Ahlussunnah wal Jama’ah a. Ahlussunnah wal Jama’ah Ala Nahdlatul Ulama’ Nahdlatul Ulama’ sebagai jam’iyyah diniyah adalah wadah bagi para ulama dan pengikut-pengikutnya yang didirikan pada 16 rajab 1344 H/ 31 Januari 1926 M, dengan tujuan untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran islam yang berhaluan Ahlusunnah wal Jama’ah dan manganut salah satu empat madzhab yaitu Abu Hanifah an-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal, serta untuk mempersatukan langkah para ulama’ dan pengikut-pengikutnya dalam melakukan kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat dan martabat manusia. Dengan demikian, Nahdlatul Ulama merupakan gerakan keagamaan yang untuk membangun
42
Zubaedi, Op-Cit., hlm.137-138
36
dan mengembangkan insan dan masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, berakhlak mulia, tentram, adil dan sejahtera. 43 Konsep Ahlusunnah wal Jama’ah versi Nahdlatul Ulama ialah Ahlusunnah wal Jama’ah ditempatkan sebagai metodologi berfikir dan bukan sebagai madzhab atau aliran apalagi produk madzhab. Nahdlatul Ulama mengaut paham Ahlusunnah wal Jama’ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara kaum rasionalis (aqli) dengan kaum skripturalis (naqli). 44 Karena itu Nahdlatul Ulama mendasarkan paham keagamaan kepada sumber ajaran agama Islam, yaitu Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Dalam memahami dan menafsirkan Islam dari sumber-sumbernya di atas, Nahdlatul Ulama mengikuti faham Ahlussunnah wal Jama’ah dan menggunakan jalan pendekatan (al-madzhab), yaitu: 1. Bidang aqidah, mengikuti Ahlussunnah wal Jama’ah yang dipelopori oleh Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Manshur al-Maturidzi. 2. Bidang fiqh, mengikuti jalan pendekatan (al-madzhab) salah satu dari madzhab Abu Hanifah an-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal. 45 Namun lebih cenderung mengikuti madzhab Syafi’i dan mengakui
43
2006), hl
44 45
Abdul Muchith Muzadi, NU dalam Perspektif Sejarah dan Ajaran, (Surabaya: Khalista, M. Mahbubi, Op-Cit., hlm.20-21 Abdul Muchith Muzadi, Op-Cit., hlm.25-26
37
madzhab Hanafi, Maliki dan Hanbali sebagaimana tergambar dalam lambang Nahdlatul Ulama berbintang empat di bawah. 46 3. Bidang tasawuf, mengikuti Imam Al-Junaidi Al-Baghdadi dan Imam Ghozali. Ahlusunnah wal Jama’ah versi Nahdlatul Ulama’ menganut paham yang mengambil jalan tengah antara dalil aqli dan dalil naqli. Dengan demikian Nahdlatul Ulama’ mengikuti pendirian bahwa Islam merupakan agama yang fitri karena menghargai dan menjujung segala akal pikir manusia. Disamping menggunakan akal pikir manusia, dalam menetapkan hukum, Nahdlatul Ulama’ menyempurnakan akal manusia dengan menggunakan dasar Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang kedudukannya lebih tinggi dari akal pikir manusia. Al-Qur’an merupakan sumber hukum pertama yang berasal dari Allah (firman Allah) sedangkan sumber hukum yang kedua adalah As-Sunnah, yaitu segala perkataan, perbuatan dan ikrar Nabi Muhammad. Faham Ahlusunnah wal Jama’ah versi Nahdlatul Ulama’ tersebut bersifat penyempurnaan. Artinya, menyempurnakan segala milik manusia serta ciri-ciri suatu kelompok manusia seperti suku maupun bangsa dan tidak bertujuan menghapus nilai-nilai tersebut. Dari dasar-dasar pendirian keagamaan Nahdlatul Ulama’ tersebut dapat menumbuhkan sikap kemasyarakatan yang bercirikan pada sikap tengah-tengah dan berlaku adil (tawasuth dan i’tidal), sikap toleran dan
46
M Mahbubi, Op-Cit., hlm.21
38
menghargai segala perbedaan pandangan baik masalah keagamaan, pendapat maupun budaya (tasamuh), sikap seimbang dan menyelaraskan hubungan dengan Allah SWT, sesama manusia dan dengan lingkungan (tawazun) dan mendorong hal-hal yang baik, berguna dan bermanfaat serta mencegah hal-hal yang bersifat munkar (amar ma’ruf nahi munkar). Beberapa bentuk perilaku waraga Nahdlatul Ulama’ yang tercernuin dari dasar-dasar pendirian keagamaan dan kemasyarakatan, diantaranya: 1. Menjunjung tinggi norma-norma dalam hidup bermasyarakat, baik norma agama maupun norma adat 2. Mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi dalam kehidupan bermasyarakat 3. Dapat menyesuaikan diri dalam hidup bermasyarakat yang membawa kemaslahatan bagi umat, sehingga dapat menjalin persatuan dan kesatuan, persaudaraan serta rasa kasih sayang antar sesama umat 4. Bersikap toleran dan menghargai segala perbedaan pandangan baik masalah keagamaan, pendapat maupun budaya 5. Menjunjung tinggi nilai amal yang merupakan bagian dari beribadah kepada Allah SWT dan bekerja giat 6. Menjunjung tinggi dan mendorong dalam usaha mempercepat perkembangan masyarakat 7. Bersikap membela dan setia terhadap bangsa dan negara
39
b. Karakteristik wal Jama’ah Ala Nahdlatul Ulama’ Ahlusunnah
wal
Jama’ah
adalah
ajaran
islam
yang murni
sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW dan diamalkan oleh beliau bersama sahabatnya. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa karakter aswaja sama sekali tidak bergeser dari karakter Agama Islam. Beberapa istilah yang diambil dari Al-Qur’an yang menggambarkan karakteristik Agama Islam, yaitu: 1. At-Tawassuth Kata at-tawassuth memiliki arti pertengahan. Pengertian attawassuth bukanlah serba kompromistis dengan mencampurkan semua unsur (sinkretisme). Demikian pula dengan mengucilkan diri dengan menolak pertemuan dengan unsur apapun. 2. Al-I’tidal Kata i’tidal berarti tegak lurus, tidak condong ke kanan atau ke kiri. Kata ini diambil dari kata al-adlu yang berarti keadilan atau i’dilu yang berarti bersikap adillah. 3. At-Tawaazun Kata at-tawaazun berarti keseimbangan, tidak berat sebelah, tidak berlebihan suatu unsur atau kekurangan unsur lain.47 Dalam tataran praktis, sebagaiman dijelaskan KH. Ahmad Shiddiq bahwa prinsip-prinsip ini dapat diwujudkan dalam beberapa hal sebagai berikut:
47
Ibid., hlm.69-70
40
1. Akidah a. Keseimbangan dalam penggunaan dalil aqli dan dalil naqli b. Memurnikan aqidah dari pengaruh luar islam c. Tidak gampang menilai salah atau menjatuhkan vonis syirik, bid’ah apalagi kafir 2. Syariah a. Berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadits dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah b. Akal baru dapat digunakan pada masalah yang tidak ada nash yang jelas (sharih/qoth’i). c. Dapat menerima perbedaan pendapat dalam menilai masalah yang memiliki dalil yang multi-interpretati (zhanni). 3. Tashawwuf/Akhlak a. Tidak mencegah, bahkan menganjurkan usaha memperdalam penghayatan ajaran Islam, selama tidak bertentangan dengan prinsipprinsip hukum Islam b. Mencegah sikap berlebihan dalam menilai sesuatu c. Berpedoman pada akhlak yang luhur. Misalnya syaja’ah atau berani (antara penakut dan ngawur atau sembrono) 4. Pergaulan antar golongan a. Mengakui watak manusia yangsenang berkumpul dan berkelompok berdasarkan unsur pengikatnya masing-masing b. Mengembangkan toleransi kepada kelompok yang berbeda
41
c. Pergaulan antar golongan harus atas dasar saling menghormati dan menghargai d. Bersikap tegas kepada pihak yang nyata-nyata memusuhi agama Islam 5. Kehidupan bernegara a. NKRI harus tetap dipertahankan karena merupakan kesepakatan seluruh komponen bangsa b. Selalu taat dan patuh kepada pemerintah dengan semua aturan yang dibuat, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama c. Tidak melakukan pemberontakan atau kudeta kepada pemerintah yang sah d. Kalau
terjadi
penyimpangan
dalam
pemerintahan,
maka
mengingatkannya dengan cara yang baik 6. Kebudayaan a. Kebudayaan harus ditempatkan pada kedudukan yang wajar. Dinilai dan diukur dengan norma dan hukum agama b. Kebudayaan yang baik dan tidak bertentangan dengan agama dapat diterima dari manapun datangnya. Sedangkan yang tidak harus ditinggal c. Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan.
42
7. Dakwah a. Berdakwah bukan untuk menghukum atau memberikan vonis bersalah, tetapi mengajak masyarakat menuju jalan yang diridhai Allah SWT b. Berdakwah dilakukan dengan tujuan dan sasaran yang jelas c. Dakwah dilakukan dengan petunjuk yang baik dan keterangan yang jelas, disesuaikan dengan kondisi dan keadaan sasaran dakwah.48 c. Tradisi Ashlussuahwal Jama’ah Ala Nahdlatul Ulama’ Salah satu ciri yang paling dasar dari Ahlussunnah wal Jama’ah adalah moderat (tawassut). Sikap ini tidak hanya mampu menjaga para pengikut Aswaja dari keterperosokan kepada perilaku keagamaan yang ekstrem, tetapi juga mampu melihat dan menilai fenomena kehidupan secara proporsional. Kehidupan tidak bisa dipisahkan dengan budaya. Itu karena budaya adalah kreasi manusia untuk memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kualitas hidupnya. Karena itu, salah satu karakter dasar dari setiap budaya adalah perubahan yang terus menerus sebagaimana kehidupan itu sendiri. Dan karena diciptakan oleh manusia, maka budaya juga bersifat beragam sebagaimana keragaman manusia. Menghadapi budaya atau tradisi, ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah mengacu pada kaidah fiqh “muhafazhah ‘ala al-qadim al-shalih wa alakhdzu bi al-jadid al-ashlah” (mempertahankan kebaikan warisan masa 48
Muhyiddin Abdusshomad, Hujjah NU Akidah Amaliah Tradisi, (Surabaya: Khalista, 2008), hlm.9-11
43
lalu dan mengkreasi hal baru yang lebih baik). Kaidah ini menuntun untuk memperlakukan fenomena kehidupan secara seimbang dan proporsional. Seseorang harus bisa mengapresiasi hasil-hasil kebaikan yang dibuat orang-orang pendahulu (tradisi yang ada), dan sikap kreatif mencari berbagai terobosan baru untuk menyempurnakan tradisi tersebut atau maencipta tradisi baru yang lebih baik. Sikap seperti ini memacu untuk tetap bergerak ke depan dan tidak tercerabut dari akar tradisinya. Oleh karena itu kaum Sunni tidak a priori terhadap tradisi. Bahkan fiqh
Sunni
menjadikan
tradisi
sebagai
salah
satu
yang
harus
dipertimbangkan dalam menetapkan hukum. Hal ini tercermin dalam salah satu kaidah fiqh “al-Adah muhakkamah” (adat menjadi pertimbangan dapat sebuah hukum). Sikap tidak a priori terhadap tradisi memungkinkan kaum Sunni bertindak selektif terhadap tradisi. Sikap ini penting untuk menghindari dari sikap keberagamaan yang destruktif tehadap tradisi setempat. Sikap selektif kaum Sunni ini mengacu pada salah satu kaidah fiqh “ma la yudraku kulluhu la yutraku kulluh” (jika tidak dapat dicapai kebaikan semuanya, tidak harus ditinggalkan semuanya).49 Nahdlatul Ulama’ sangat identik dengan kaum nasionalis Indonesia, karena dalam menjalankan tradisi keagamaannya lebih menonjolkan sifat menggabungkan tradisi nusantara sebelum datangnya Islam dengan ajaran Islam. 49
Masyhudi Muchtar dkk, Aswaja An-Nahdliyah: Ajaran Ahlusunnah wa al-jamaah yang berlaku di lingkungan Nahdlatul Ulama, (Surabaya:Khalista, 2007), hlm.35-36
44
Tradisi Nahdlatul Ulama’ yang masih dilestarikan oleh masyarakat Nahdlatul Ulama’ hingga saat ini diantaranya tahlil, ziarah kubur, istighasah, tawassul, bilal pada sholat Jum’at, perayaan maulid Nabi Muhammad SAW, pemembaca Maulid al-Barjanzi dan Maulid al-Dziba’iy, Manaqib Karamah, Peringatan Haul, Ru’yat al-Hilal, Qunut, Tarawih dan Witir 23 rakaat, biji tasbih dan lainnya. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Wali Songo seperti selamatan satu hingga tujuh harinya orang meninggal kemudian dilanjutkan 40 hari, 100 hari dan 1000 hari. Tadisi selamatan untuk orang meninggal dianggap bid’ah, sebab tidak ada di zaman nabi maupun sahabat serta tidak ada dalam Al-Qur’an dan Hadits. Namun menurut KH. Hasyim Asy’ari, sesuatu yang baru tidak dianggap bid’ah, karena mempunyai sandaran pada syariat yang bisa dijadikan dalil yaitu dengan pendekatan metodologis, seperti dengan menganalogikan (Qiyas). Tahlil ialah serangkaian bacaan kalimat thoyyibah secara sendiri maupun berjamaah dalam rangka mendoakan orang yang meninggal. Mereka berharap agar amalnya diterima oleh Allah SWT dan diampuni dosanya. Ru’yah ialah metode Nahdlatul Ulama dalam menentukan awal dan ahir bulan dengan melihat hilal (bulan). Proses ru’yah dapat dilakukan secara langsung maupun alat bantu dan dilaksanakan saat matahari
45
tenggelam, lokasinya di pantai atau di tengah lautan. Ru’yah ini menjadi perdebatan sengit saat menentukan akhir Ramadlan.50 Tawasul dalam bahasa artinya perantara, yang artinya sama dengan istighotsah, isti’anah, tajawwuh dan tawajjuh. Sedangkan menurut istilah tawasul sama dengan wasilah yang berarti segala sesuatu yang dapat menjadi sebab sampainya pada tujuan. Artinya memohon datangnya suatu kemanfaatan atau terhindarnya bahaya kepada Allah dengan menyebut nama Nabi atau Wali untuk menghormati keduanya.51 Ziarah dalam bahasa artinya kunjungan, jika kata ziarah dihubungkan dengan kata kubur, maka yang dimaksud dengan istilah ziarah kubur adalah aktivitas dengan maksud mendoakan orang yang telah meninggal dunia dan mengingat kematiannya. Tradisi ziarah kubur ini sudah menjadi pandangan umum di masyarakat Jawa hususnya Kaum Nahdliyin yang biasanya dilakukan setiap hari Kamis sore atau Jum’at pagi, sebab waktu-waktuini dianggap sebagai waktu senggang bagi mereka yang ketepatan libur di Hari Jum’at, apalagi bagi para santri pondok pesantren di berbagai daerah yang tentunya mengunjungi makan para Kyai atau keluarganya merupakan kunjungan yang prioritas, bahkan bagi mereka yang berada di rumah, biasanya mengunjungi makam ayah ibu atau leluhurnya.52
50
M. Mahbubi, Op-Cit., hlm.30-32 Lajnah Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Jombang, Landasan Amaliyah NU, (Jombang: Darul Hikmah, 2008), hlm.12 51
52
Ibid., hlm.93
46
Manaqib ialah membaca kisah cerita tentang orang sholeh, seperti kisah nabi atau waliyullah. Dalam tradisinya kisah-kisah tersebut ditulis menggunakan bahasa yang sangat indah dengan susunan kalimatnya yang benar dan indah. Misalnya membaca Manaqib Syekh Abdul Qadir AlJilany. Maulid Nabi artinya kelahiran Nabi, dan dalam perkembangan selanjutnya arti tersebut berubah menjadi nama dari acara peringatan hari kelahiran Nabi. Hal ini terjadi pada abad ke-6 H, yang menurut kesepakatan para ahli menyatakan bahwa orang yang pertama kali melakukan peringatan ini adalah Raja Ibril di Irak, bernama Mudhoffar bin Sa’id Kukubiiy bin Zainuddin Ali Baktikin. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya peringatan Maulid Nabi tersebut dilestarikan oleh umumya kaum muslimi Indonesia, khususnya kaum Nahdliyin yang biasanya digelar tepat pada bulan Rabi’ul Awal sebagai Hari Libur Nasional yang sejajar dengan hari besar lainnya, seperti yang tercatat dalam kalender pemerintah Indonesia, bahkan konteks sekarang peringatan tersebut
dirayakan diberbagai
instansi, baik
pemerintahan maupun non pemerintahan dengan beraneka ragam acara yang digelar, mulai acara pagelaran budaya yang masing-masing daerah bernuansakan islami sampai pada pengajian yang berisi mau’idhoh khasanah tentang perjalanan Nabi Muhammad sebagai acara puncaknya. 53
53
Ibid., hlm.97-99
47
BAB III KAJIAN OBJEK
A. Data Umum Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara 1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Sejarah berdirinya Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara bermula dari Pendidikan Guru Agama (PGA) Jepara yang berlokasi di Jalan Pemuda Taman Sari Jepara. Seiring perkembangan zaman dan peraturan pemerintah
yang
berlaku,
keberadaan
Pendidikan
Guru
Agama
(PGA)melebur menjadi Madrasah Aliyah atau Lembaga Pendidikan Menengah Atas. Akibat peraturan tersebut, maka mulai Tahun Pelajaran 1978-1979, Pendidikan Guru Agama (PGA) Jepara berubah menjadi Madrasah Aliyah Al Ma’arif Jepara. Perkembangan madrasah dari tahun ke tahun menunjukkan progress sehingga membutuhkan lokal baru untuk menampung para peserta didik, yang akhirnya meminjam gedung Syuriyah PCNU Jepara di Jalan K.H. Wahid Hasyim Jepara (sekarang Yayasan AlIshlah Potroyudan Jepara). Berkat Rahmat Allah SWT Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, maka mulai pada tahun 1989 Madrasah AliyahAl Ma’arif menempati gedung baru di Jalan pangeran Syarif Jepara, sampai sekarang dengan fasilitas yang memadai dan representatif.
48
2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara a. Visi Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Mencetak generasi muda Islam yang handal dan berprestasi dalam penguasaan Ilmu Pengetahuan Teknologi (IPTEK) dengan berdasarkan Iman dan Taqwa (IMTAQ). b. Misi Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara 1. Melaksanakan pengajaran mata pelajaran umum yang disesuaikan dengan kurikulum 2. Melaksanakan pengajaran mata pelajaran agamayang disesuaikan dengan kurikulum 3. Melaksanakan pengajaran mata pelajaran keahlian yang disesuaikan dengan perkembangan zaman 4. Melaksanakan pengajaran mata pelajaran tahassus yang disesuaikan dengan muatan lokal 5. Mengaplikasikan semua mata pelajaran dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan ajaran Ahlusssunnah wal Jama’ah ala Nahdhatul Ulama’ (sholat berjama’ah, PHBI, PHBN, upacara, istighotsah, ziarah). c. Tujuan Madrasah Aliyah Al-ma’arif Jepara Secara umum, tujuan pendidikan Madrasah Aliyah Al Ma’arif Jepara adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Bertolak dari tujuan umum pendidikan dasar
49
tersebut, Madrasah Aliyah Al Ma’arif Jepara mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Ikut serta mensukseskan program pemerintah dalam meningkatkan kecerdasan, keterampilan, ketaqwaan, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan, sehat jasmani dan rohani serta cinta tanah air. 2. Membentuk kepribadian muslim yang beriman, berilmu dan beramal saleh. 3. Membentuk kader yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu menjadi pelopor dan penggerak pembangunan nasional.
3. Letak Geografis Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara beralamat di Jalan Pangeran Syarif No.4 Kelurahan Saripan Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah. Letak dari pusat kota kabupaten Jepara ke arah utara kurang lebih 500 m (0,5 km) berhadapan dengan SD N Saripan Jepara dan berada di tengah pamukiman penduduk Saripan. Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara pada bagian timur berbatasan dengan Kelurahan Bapangan, bagian selatan berbatasan dengan Kelurahan Potroyudan dan pada bagian barat berbatasan dengan Kelurahan Panggang dan utara berbatasan dengan Kelurahan Pengkol.
50
4. Struktur Organisasi madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepata SUSUNAN KOMITE DAN PENGURUS KOMITE: H. Suharto, SH Sumarno Chundlori DEWAN PEMBINA: K.H. Drs. A.M. Chumaidurrohman K.H. Ahmad Mubin H. Ahmad Zuhud DEWAN PENGAWAS: K.H. Noor Rohman Fauzan, B.Ed, MA Drs. H. Haryanto Drs. H. Adi Bintoro, MM Ketua
: Drs. H. Asyhari Syamsuri, MM
Wakil Ketua
: H. Syamsul Bahran, S.Ag
Sekretaris
: H. Mohammad shofwan
Wakil Sekretaris
: Drs. H. Roisul Falah
Bendahara
: H. A. Ja’far, S.Ag
Seksi Pendidikan
:
Drs. Bambang Setyo Utomo Sukardi, S.Pd, M.Pd
51
Seksi Pembangunan: Djamasri, ST Syafiq, ST Pembantu Umum
:
Abdurrohman Achir H.M. Qosim
5. Keadaan Guru Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan NO.
KETERANGAN PENDIDIK
JUMLAH 17
1
Guru PNS diperbantukan Tetap
2
2
Guru Tetap Yayasan
9
3
Guru Honorer
-
4
Guru Tidak Tetap
6
TENAGA KEPENDIDIKAN
5
1
Kepala Tata Usaha
1
2
Bendahara
1
3
Staf Tata Usaha
1
4
Petugas Koperasi
1
5
Petugas Kebersihan
1
52
NO.
DAFTAR GURU DAN KARYAWAN NAMA JABATAN
1.
M. Munfa'at, S.Ag
Kepala Madrasah
2.
Hamzah, S.Ag
Waka. Kurikulum
3.
Prayit
Waka. Kesiswaan
4.
Drs. H. M. Sumeni Aff.
Waka. Humas
5.
Abdul Wahhab
Koord. Lab. IPA
6.
Sakdun, BA
Guru
7.
Khamdi
Koord. Lab. Bahasa
8.
Abdul Aziz, S.PdI
Guru- Walas XII.IPS
9.
Drs. Mudjtahid
Guru- Walas XII.IPA
10.
Zaenal Arifin, S.Si
Guru
11.
Istiyanto
Guru
12.
Qurotul Aini Jamaliah, S.Pd
Guru
13.
Muddatul Khusnah, SE
Guru
14.
Endang Setyoningrum, S.Pd
Guru BP
15.
Jamik Udin Andika, SP., S.Pd
Koord. Lab. Komputer-GuruWalas XI.IPA
16.
M. Khaazal Falah
Guru
17.
Naila Fauziyah Rahmah, S.Pd
Guru- Walas XI.IPS
18.
Noor Chandziq
Ka. TU
53
19.
Idfi Rahmawati
Sekretaris
20.
Anis Atikawati
Bendahara
21.
Sri Sugiyarti
Karyawan Koperasi
22.
A. Soebarno
Tukang Kebun
6. Keadaan Siswa Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara NO.
KELAS
WALI KELAS
L
P
JML
1
X. IPA
Zuroh Silvia, S.Pd
8
13
21
2
X. IPS
Naila Fauziah R, S.Pd
17
9
26
25
22
47
Jumlah Siswa Kelas X 3
XI. IPA
Jamik Udin A, S.P, S.Pd
5
5
10
4
XI. IPS
Muddatul Husna, S.E
4
7
11
9
12
21
Jumlah Siswa Kelas XI 5
XII. IPA
Drs. Mujtahid
8
8
16
6
XII. IPS
Abdul Aziz, S.Pd.I
10
9
19
18
17
35
Jumlah Siswa Kelas XII
54
7. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara 54
No.
Jumlah
Jumlah Ruang
Jenis
Jumlah
Ruang
Peralatan
Ruang
Kondisi Kondisi Baik
Rusak
Kategori Kerusakan Rusak
Rusak
Rusak
Ringan Sedang
Berat
1
Ruang Kelas
6
6
-
-
-
-
2
Perpustakaan
1
1
-
-
-
-
3
Lab. IPA
1
1
-
-
-
-
4
Lab. Biologi
1
1
-
-
-
-
5
Lab. Fisika
1
1
-
-
-
-
6
Lab. Kimia
1
1
-
-
-
-
7
Lab.Komputer
1
1
-
-
-
-
8
Lab. Bahasa
1
1
-
-
-
-
1
1
-
-
-
-
9
Ruang Pimpinan
10
Ruang Guru
1
1
-
-
-
-
11
Ruang TU
1
1
-
-
-
-
12
Ruang BK
1
1
-
-
-
-
13
Musholla
2
2
-
-
-
-
14
Ruang UKS
1
1
-
-
-
-
15
Jamban
7
7
-
-
-
-
54
Dokumentasi Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
55
16 17 18
Gudang Ruang Sirkulasi Lapangan
1
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
-
-
-
-
1
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ruang 19
Organisasi Kesiswaan
20
Ruang Lain
B. Data Khusus Penelitian Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara TahunPelajaran 2014/2015 1. Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang berlandaskan Nilai-nilai Ahlusunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII IPA Tahun Pelajaran 2014/2015 Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara merupakan lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama’
(LP
Ma’arif
NU),
yang merupakan
salah
satu
aparat
departementasi di lingkungan organisasi Nahdlatul Ulama’ (NU). Didirikannya lembaga ini bertujuan untuk mewujudkan cita-cita pendidikan Nahdlatul Ulama’ (NU). Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama’ (LP Ma’arif NU) menerapkan materi khusus yang harus ada di satuan pendidikan yang berada di bawah naungannya, yaitu materi Ahlusunnah wal Jama’ah ala
56
Nahdlatul Ulama’ yang biasa disebut dengan mata pelajaran Ke-Nu-an. Mata pelajaran Ke-Nu-an berisikan tentang sejarah Nahdlatul Ulama’, halhal yang berkaitan dengan gerakan Nahdlatul Ulama’ dan beberapa hal yang
berhubungan
dengan
ajaran
Nahdlatul
Ulama’
termasuk
amaliyahnya.55 Mata pelajaran Ke-Nu-an adalah salah satu mata pelajaran yang di dalam kajiannya merujuk pada Al-Qur’an dan Al-hadits serta memiliki karakter menjaga konsep lama yang mengadopsi konsep baru. Dalam tahap pemahamannya menggunakan cara logis dan rasional, karena mengaitkan
materi
dengan
pengalaman-pengalaman
siswa
dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan adanya mata pelajaran Ke-NU-an tersebut, siswa-siswi diharapkan memiliki karakter Ahlusunnah wal Jama’ah, yaitu seperti sikap tasamuh (toleransi),
ta’awun
(saling
tolong menolong), tawazun
(seimbang) dan tawasuth (moderat). Selain itu menambah pengetahuan siswa tentang ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah dan organisasi Nahdlatul Ulama’. Juga menanamkan isi kandungan mabadi khoiru (umat terbaik) seperti sikap jujur (ash-shidqu), menepati janji (amanah), bersikap adil (al-adalah), sikap tolong menolong (ta’awun) dan sikap konsisten (istiqomah). Dengan demikian Ahlusunnah wal Jama’ah merupakan salah satu unsur penting untuk mewujudkan tujuan pembelajaran di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara.
55
Dokumentasi Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kamis, 12 Maret 2015
57
“Dalam pembelajarannya, mata pelajaran Ke-Nu-an merupakan mata pelajaran yang bersifat muatan lokal dan wajib bagi siswa Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara mulai dari kelas X sampai kelas XII dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) setiap minggunya”.56 Adapun proses atau tahap-tahap pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’aif Jepara adalah dengan cara guru menerangkan materi Ke-NU-an, memberi contoh dan mempratekkan ajarannya di lingkungan sekolah setiap harinya yang sudah menjadi kebiasaan di lingkungan Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara. Pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ di Madrasah Aliyah AlMa’arif Jepara untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di rumah tidaklah mudah. Berikut beberapa metode yang digunakan guru Mata Pelajaran Ke-NU-an Kelas XII IPA dalam membina karakter siswa Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara: 1. Pemberian contoh (modeling) Guru mempratekkan dan memperagakan cara berinteraksi dan bersikap baik dengan orang lain serta memberi beberapa perilaku yang sesuai dengan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’. Seperti mengucap salam dan bersalaman ketika bertemu dengan sesama guru dan siswa, melaksanakan sholat dhuhur berjama’ah, ziarah kubur dan lain sebagainya. 2. Motivator 56
2015
Hasil Wawancara dengan Bapak Munfa’at, S.Ag (Kepala Sekolah) Sabtu, 14 Maret
58
Guru membangkitkan spirit siswa, etos kerja dan potensi yang luar biasa dari dalam diri anak. Seperti guru membangkitkan motivasi dengan menyampaikan dalil naqli dan dalil naqli tentang perilaku yang sesuai dengan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’, semangat belajar, anjuran berperilaku terpuji dan lain sebagainya. 3. Pengarahan Guru membimbing, mengarahkan dan memberi teladan yang baik kepada anak didik. 4. Pembiasaan Guru dan siswa membiasakan berperilaku baik dan mengamalkan sikap yang sesuai dengan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ baik secara sendiri maupun berjama’ah. Seperti membiasakan sholat dhuhur berjama’ah, mengucap salam bersalaman ketika bertemu guru, ziarah kubur, istighosah dan lain sebagainya.57 Berikut ini adalah kegiatan yang diterapakan di lingkungan Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara dalam membina karakter siswa yang berlandaskan Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ bagi Kelas X sampai Kelas XII: 1. Siswa bersalaman dengan guru sebelum dan sesudah proses pembelajaran 2. Berdoa sebelum dan sesudah proses pembelajaran disertai juga bacaan Asmaul Husna 3. Sholat dhuhur berjamaah 4. Bacaan tahlil Ketika keluarga guru atau siswa yang meninggal dunia 5. Sholat jenazah/ sholat ghoib Sholat jenazah dilaksanakan di kediaman keluarga guru atau siswa yang meninggal dunia. Dan sholat ghoib dilaksanakan apabila ada keluarga pengurus sekolah, guru atau siswa yang meninggal dunia
57
Hasil Observasi di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kamis, 12 Maret 2015
59
namun kediamannya tidak dapat di jangkau. Sholat ghoib dilaksanakan di sekolah. 6. Upacara Merah Putih setiap dua minggu sekali di Hari Senin 7. Istighosah setiap dua minggu sekali di Hari Senin 8. Ziarah Kubur Ziarah kubur di makam sekitar sekolah seperti makam Mbah Pangeran Syarif, Mbah Jenggolo dan makam lainnya yang dilaksanakan pada awal tahun pelajaran dan menjelang ujian. 9. Manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Dilaksanakan setiap awal tahun pelajaran dan menjelang ujian. 10. Maulid Nabi Muhammad SAW 11. Isra’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW 12. Doa malam 1 Muharrom (Doa akhir dan awal Tahun Hijriyah) 13. Ngaji kitab Ta’lim Muta’allim di setiap hari Jum’at 14. Ruwahan Massal di setiap bulan Shofar 15. Pesantren Kilat/Pesantren Ramadlan 16. Pesantren kilat/pesantren ramadlan dilaksanakan beberapa hari di Bulan Ramadlan. Kegiatan tersebut di isi dengan kegiatan-kegiatan Islam Ahlusunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ serta amalan bulan Ramadhan seperti sholat tarawih 20 rakaat, sholat witir 3 rakaat dan sholat tasbih. 17. Khataman Qur’an juz 1-30 Khataman Al-Qur’an dilaksanakan pada saat Ruwahan Massal dan bulan Ramadhan sesuai jadwal masing-masing kelas 18. Halal bi Halal (Silaturrahmi kerumah guru dan pengurus madrasah pada hari raya Idul Fitri)”58 Kegiatan tersebut diajarkan kepada siswa-siswi Kelas X sampai Kelas XII dan dipratekkan oleh semua siswa-siswi maupun guru secara bersamasama di lingkungan Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara secara rutin dan terjadwal. Sehingga dengan pengajaran serta pembinaan pendidikan karakter siswa maka sikap tersebut akan melekat sepanjang hayatnya. “Bagi siswa-siswi kelas XII baik IPA maupun IPS, selain mempratekkan kegiatan tersebut mereka juga diwajibkan untuk menghafalkan beberapa kegiatan di atas sebagai persyaratan kelulusan sekolah seperti tahlil, mengurus jenazah (memandikan jenazah, mengafani jenazah, sholat jenazah atau sholat ghoib dan menguburkannya) istighosah,
58
Hasil wawancara dengan Bapak Munfaat, S.Ag (kepala sekolah), bapah Hamzah S.Ag (Guru Mata Pelajaran Ke-NU-an Kelas XII) dan Muhammad Khusainis Salam (siswa kelas XII) Sabtu, 14 Maret 2015
60
manaqib, bilal sholat jum’at, bilal sholat tarawih, bilal sholat idul fitri atau idul adha, bacaan doa iftitah dan doa qunut dan lain sebagainya”. “Mengingat bahwa kelas XII merupakan tingkat akhir masa pendidikan Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah yang nantinya akan hidup dan berbaur dengan masyarakat luas, maka kegiatan tersebut menjadi peraturan muthlak di Madrasah Aliyah Jepara sebagai bekal siswa-siswi supaya ketika terjun di masyarakat nanti sudah terampil dan mandiri”. “Dengan peraturan bagi Kelas XII tersebut baik IPA maupun IPS, bertujuan untuk menciptakan lulusan Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara sebagai generasi yang berkepribadian dan berkarakteristik Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’, yang secara rinci dijelaskan sebagai seperti berikut: 1. Membentuk siswa berfikir rasional 2. Membina kepekaan sosial-budaya peserta didik 3. Membentuk kecerdasan emosional 4. Membentuk peserta didik yang berwatak mulia 5. Membentuk peserta didik yag berkarakter Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ (At-Tawassuth, Al-I’tidal dan At-Tawaazun) 6. Membentuk peserta didik sesuai dengan prinsip mabadi khoiru ummah seperti sikap jujur (ash-shidqu), menepati janji (amanah), bersikap adil (al-adalah), sikap tolong menolong (ta’awun) dan sikap konsisten (istiqomah).” 59
59
2015
Hasil Wawancara dengan Bapak Munfaat, S.Ag (Kepala Sekolah), Sabtu, 14 Maret
61
2. Faktor
Pendukung dan
Penghambat
Pelaksanaan
Pendidikan
Karakter yang Berlandaskan Nilai-nilai Ahlusunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 Kerja sama antara pihak sekolah, orang tua dan lingkungan dapat mempengaruhi pelaksanaan pendidikan karakter di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepata. Apabila semua komponen tersebut tidak saling mendukung maka pelaksanaan pendidikan karakter tidak dapat berjalan dengan maksimal. Untuk itu perlu diperhatikan antara keseimbangan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Berikut ini beberapa faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan
pendidikan
karakter
yang
berlandaskan
nilai-nilai
Ahlussunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Faktor pendukung antara lain: 1. Kenyamanan di kelas saat proses pembelajaran Ke-Nu-an berlangsung 2. Strategi pembelajaran yang digunakan tidak membosankan 3. Adanya motivasi baik dari guru mata pelajaran Ke-NU-an ataupun guru mata pelajaran lainnya 4. Tersedianya sarana dan prasana yang memadahi seperti musholla dan ruang lainnya yang dapat mendukung kegiatan. 5. Letak Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara yang berdekatan dengan makam-makam para ulama’ seperti makam Mbah Pangeran Syarif dan
62
Mbah
Jenggolo,
sehingga
dapat
mempermudah
siswa
untuk
melaksanakan kegiatan ziarah kubur. 6. Siswa Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara berasal dari keturunan bahkan hidup di lingkungan masyarakat beragama Islam yang berlandaskan Ahlusunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ 7. Adanya perhatian dari orang tua 8. Guru mata pelajaran Ke-NU-an yang profesional. Guru yang berfaham Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ dan aktif di beberapa organisasi Nahdlatul Ulama’ Jepara.60 Selain faktor pendukung, juga terdapat faktor penghambatnya, diantaranya sebagai berikut: 1. Kurangnya jam pelajaran Ke-NU-an yang hanya 2 x 45 menit 2. Guru belum sepenuhnya memahami karakter peserta didik 3. Kurangnya pendekatan guru terhadap peserta didik 4. Pergaulan siswa dengan teman yang perilakunya tidak sesuai dengan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah 5. Lingkungan yang kurang mendukung dalam penerapan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah 6. Kurangnya
perhatian
dari
orang
tua
untuk
menerapkan
dan
membiasakan berperilaku mulia dan mengamalkan amaliyah-amaliyah. Ahlusunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ di rumah. 61
60
Hasil Observasi Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kamis 12 Maret 2015 dan Wawancara dengan Bapak Hamzah, S.Ag Sabtu, 14 Maret 2015 61 Hasil Observasi Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kamis 12 Maret 2015
63
Upaya pembinaan pendidikan karakter Kelas XII IPA di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara mempunyai andil besar dalam membentuk anak agar mempunyai karakter yang tercermin dalam sikap akhlakul karimah serta perilaku yang sesuai ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’. Apabila dalam upaya terwujudnya pendidikan karakter yang baik terhadap anak dilandasi dengan pengetahuan agama yang kuat, tentu anak akan tumbuh menjadi pribadi yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Agama Islam yang berlandaskan Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ dalam setiap aktifitasnya. Dengan demikian kebiasaan baik sudah menjadi semacam insting yang secara otomatis akan membuat seorang anak merasa kurang nyaman bila tidak melakukan kebiasaan itu.
64
BAB IV ANALISIS Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapati melalui teknik observasi langsung di lapangan pada hari Kamis, 12 Maret 2015, wawancara dengan Bapak Munfa’at, S.Ag (Kepala Sekolah), Bapak Hamzah, S.Ag (Guru mata pelajaran Ke-NU-an) dan Muhammad Khusainis Salam (Siswa Kelas XII IPA) pada hari Sabtu, 14 Maret 2015 maupun dokumentasi, selanjutnya peneliti menganalisis kesesuaian pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII IPA Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan teori. Dimana analisis yang akan peneliti sajikan berupa deskriptif kualitatif, artinya penelitian untuk menjawab permasalahan mengenai keadaan yang sesungguhnya di lapangan.
1. Analisis Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang berlandaskan Nilai-nilai Ahlusunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 Pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah berasal dari dua istilah, yaitu pendidikan karakter dan Ahlussunnah wal Jama’ah. Pendidikan Karakter dapat diartikan sebagai usaha secara sadar dan terencana dalam uapaya membina watak individu, baik dalam berpikir maupun perilaku mulia sehingga dapat menjadikan ciri khas atau karekter dalam hidup di lingkungannya. Sedangkan Ahlussunnah wal Jama’ah adalah golongan umat yang meniru jejak Nabi Muhammad dan para sahabatnya.
65
Namun yang dimaksud disini adalah Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’, yaitu mengikuti salah satu madzhab diantara madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki dan Hambali. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter yang berlandaskan Ahlussunnah wal Jama’ah dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana dalam membina individu baik dalam berpikir maupun berperilaku yang sesuai dengan ajaran atau jejak Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya agar dapat mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menjadikannya sebagai ciri khas atau karakter individu untuk hidup dalam lingkungannya, baik lingkungan, masyarakat maupun bangsa dan negara. Individu yang positif adalah individu yang bisa mengambil keputusan dan dapat mempertanggung jawabkan setiap akibat yang timbul dari keputusan yang diambil. Pertanggung jawaban yang dimaksud adalah tanggung jawab kepada Allah SWT dan tanggung jawab kepada lingkunagn sekitar. Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara merupakan Lembaga Pendidikan yang berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama’ (LP Ma’arif NU). Sekolah ini menempatkan dirinya sebagai sekolah yang berlatar belakang Nahdlatul Ulama’ telah menerapkan pendidikan karakter yang berlandaskan Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ sebagai kegiatan yang menjadi unggulan dan ciri khasnya. Untuk selanjutnya peneliti akan menghubungkan hasil yang diperoleh dari lapangan baik itu yang bersumber dari dokumentasi, observasi dan wawancara
66
mengenai pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ yang dikembangkan Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara pada Kelas XII IPA Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan teori Doni Kusuma A yang menyebutkan bahwa metode pendidikan karakter dalam usaha pembinaan karakter siswa di lembaga pendidikan ada lima macam, yaitu: 1. Mengajarkan Mengajarkan ialah memberikan pemahaman yang jelas tentang kebaikan, keadilan dan nilai sehingga murid memahami. Fenomena yang terkadang muncul, individu tidak memahami arti kebaikan, keadilan dan nilai secara konseptual, namun ia mampu mempraktekkan hal tersebut dalam kehidupan mereka tanpa disadari. Berikut penjelasan dalam QS. Ali Imran:110 dan QS. Al-Israa:36
......
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran:110).62
Ayat di atas menjelaskan bahwa umat yang terbaik adalah umat yang bermanfaat untuk manusia, seperti menyuruh kepada hal yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Dalam lingkungan sekolah hal ini ada hubungannya antara guru dengan siswa. Guru wajib mengajarkan kepada siswa mengenai baik-buruknya perilaku supaya siswa 62
Departemen Agama RI, Op-cit, hlm. 94
67
tersebut mengetahui hal yang boleh dan yang tidak boleh dikerjakan, mencintai kebaikan serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS Al-Israa:36).63 Dalam QS. Al-Israa:36 dijelaskan bahwa segala sesuatu dilaksanakan harus berdasarkan ilmu dan akan dipertanggung jawabkan. Individu yang positif adalah individu yang bisa mengambil keputusan dan dapat mempertanggung jawabkan setiap akibat yang timbul dari keputusan yang diambil. Pertanggung jawaban yang dimaksud adalah tanggung jawab kepada Allah SWT dan tanggung jawab kepada lingkunagn sekitar. Hal ini senada dengan usaha pembinaan karakter siswa di kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara yang tidak langsung menyuruh siswanya untuk melaksanakan perilaku positif. Pada tahap awal guru menyampaikan materi Ke-NU-an yang merupakan materi muatan lokal pada lembaga pndidikan di bawah naungan LP Ma’arif NU dengan alokasi waktu selama dua
jam (2x45 menit) dalam satu minggu. Salah satu materi yang disampaikan adalah mengenai amaliyah Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’. Tidak hanya guru mata pelajaran Ke-NU-an yang mengajarkan tentang karakter baik, guru mata pelajaran lainnya juga demikian ia menyampaikan 63
Ibid, hlm. 429
68
karakter baik kepada semua siswa karena pendidikan karakter bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan nilai-nilai yang harus di integrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Selain menyampaikan materi, guru juga mengarahkan siswa untuk berperilaku mulia. Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui kebaikan, mencintai dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa dapat mengambil keputusan yang positif serta dapat mempertanggung jawabkan setiap keputusan yang diambil baik kepada Allah dan lingkungan sekitarnya.
2. Keteladanan Anak lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat (verba movent exempla trahunt). Guru bagaikan jiwa dalam pendidikan karakter, sebab karakter guru (mayoritas) menentukan karakter murid. Indikasi adanya keteladanan dalam pendidikan karakter ialah model peran pendidik bisa diteladani oleh murid.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (Al-Ahzab:21).64
64
Ibid, hlm.670
69
دﺧﻠﺖ ﻋﻠﻰ ﻋﺎﺋﺸﺔ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﺎ ﻓﺴﺄﻟﺘﻬﺎ ﻋﻦ اﺧﻼق:ﻗﺎل ﺳﻌﺪ ﺑﻦ ﻫﺸﺎم ﺧﻠﻖ رﺳﻮل اﷲ اﻟﻘﺮان: ﻗﺎﻟﺖ،ﺑﻠﻰ: اﻣﺎ ﺗﻘﺮأ اﻟﻘﺮان؟ ﻗﻠﺖ: ﻓﻘﺎﻟﺖ،رﺳﻮل اﷲ ()رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ “Said bin Hisyam berkata: Saya berkunjung kepada Aisyah r.a, saya bertanya kepadanya tentang akhlak Rasulullah, maka Aisyah menjawab: Apakah kamu membaca Al-Qur’an? Saya menjawab: tentu, Lalu Aisyah berkata: akhlak adalah Al-Qur’an (HR.Muslim)”.65 Dari QS. Al-Ahzab:21 dan hadits diatas dijelaskan bahwa diri Rasulullah itu suri teladan yang baik. Perbuatan Rasulullah merupakan perbuatan yang dibimbing oleh wahyu sehingga Rasulullah disebut sebagai “uswatun khasanah” yang berarti teladan yang baik bagi seluruh umat. Mana kala perbuatan itu ditiru oleh para sahabat, para sahabat ditiru oleh tabi’in, para tabi’in ditiru oleh pengikutnya dan seterusnya hingga pengikut Rasulullah sekarang ini. Keteladanan menjadi tradisi (kebiasaan) yang membentuk menjadi sistem sosial. Dalam hadis lain juga disebutkan
وﻣﻦ ﺳﻦ.ﻣﻦ ﺳﻦ ﺳﻨﺔ ﺣﺴﻨﺔ ﻓﻠﻪ أﺟﺮﻫﺎ واﺟﺮ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ اﻟﻰ ﻳﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ( )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ.ﺳﻨﺔ ﺳﻴﺌﺔ ﻓﻌﻠﻴﻪ وزرﻫﺎ ووزر ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ اﻟﻰ ﻳﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ “Barang siapa memberi contoh tuntutan perbuatan yang baik, ia akan mendapatkan pahala perbuatan tersebut serta pahala mereka yang mengikutinya sampai hari kiamat. Dan barang siapa yang memberi contoh perbuatan yang buruk, ia akan mendapatkan siksaan perbuatan tersebut dan siksaan yang menirunya sampai hari akhir (HR. Muslim)”.66
65
Ali Abu Bakar Muhammad Al-Qof, Mukhtashor Ikhya’ ‘Ulumuddin, (Jakarta: Darul Kutub Islamiyah, 2004), hlm.106 66 Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syaraf Al-Nawawi, Log-Cit
70
Faktor yang tidak kalah penting dalam membentuk karakter siswa adalah keteladanan, sebagai contoh seorang anak melihat sesuatu yang ada dihadapannya, maka ia akan meniru dan kemudian mengulang-ulang kebiasaan tersebut yang akhirnya akan menjadi kebiasaan. Keteladanan merupakan proses pembelajaran, yang dilakukan oleh orang orang tua kepada anaknya, namun jika dalam lingkup sekolah keteladanan dilakukan oleh guru kepada peserta didiknya. Hal tersebut dimaksudkan agar anak mampu membiasakan diri pada perbuatan-perbuatan yang baik dan dianjurkan baik oleh norma, agama maupun hukum yang berlaku. Sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, ditemukan bahwa dalam proses pembinaan karakter pada kelas XII IPA guru memberi contoh langsung perilaku yang positif seperti berkata yang sopan, memekai pakaian yang rapi dan megarahkan jika ada siswa yang melanggar tata tertib di kelas saat pelajaran maupun tata tertib sekolah. Selain itu guru dan staf sekolah ikut serta dalam kegiatan sekolah yang sesuai dengan ciri khas sekolah yaitu ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ dengan cara guru ikut serta dalam kegiatan di sekolah seperti sholat dhuhur berjama’ah, upacara, istighosah, tahlil, ruwahan massal dan lain sebagainya. Yang menjadi subyek pendidikan karakter di sekolah adalah siswa, tetapi guru dan staf sekolah mempunyai andil besar dalam membentuk karakter peserta didiknya karena guru adalah orang tua yang paling dekat dengan siswa di lingkungan sekolahnya. Selain itu, guru merupakan suri
71
teladan, bagi muridnya jadi segala sesuatu yang dilakukan guru pasti akan ditiru oleh muridnya baik itu perilaku positif maupun perilaku negatif.
72
3. Menentukan Prioritas Setiap sekolah memiliki prioritas karakter. Pendidikan karakter menghimpun banyak kumpulan nilai yang dianggap penting bagi pelaksanaan dan realisasi atas visi misi sekolah. Oleh sebab itu, lembaga pendidikan mesti menentukan tuntunan standar atas karakter yang akan ditawarkan kepada murid sebagai bagian kinerja kelembagaan mereka. Tanpa prioritas karakter, proses evaluasi berhasil tidaknya pendidikan karakter akan menjadi tidak jelas. Ketidak jelasan tersebut akan memandulkan keberhasilan program pendidikan karakter. Metode pengajaran ini sudah sesuai dengan usaha pembinaan karakter yang diterapkan di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepar. Pihak sekolah sudah merumuskan dengan jelas mengenai prioritas nilai pendidikan karakter yang ditawarkan kepada siswa dan sudah diketahui dan dipahami oleh murid, orang tua dan masyarakat. Prioritas tersebut tertuang dalam visi dan misinya yang unggul dalam ilmu pengetahuan, akhlak atau karakrer serta terampil dalam hidup di masyarakat. Berikut visi dan misi Madrasah Aliyah AlMa’arif Jepara yaitu: a. Misi Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara “Mencetak generasi muda Islam yang handal dan berprestasi dalam penguasaan Ilmu Pengetahuan Teknologi (IPTEK) dengan berdasarkan Iman dan Taqwa (IMTAQ)”.
73
b. Visi Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara 1) Melaksanakan pengajaran mata pelajaran umum yang disesuaikan dengan kurikulum 2) Melaksanakan pengajaran mata pelajaran agamayang disesuaikan dengan kurikulum 3) Melaksanakan
pengajaran
mata
pelajaran
keahlian
yang
tahassus
yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman 4) Melaksanakan
pengajaran
mata
pelajaran
disesuaikan dengan muatan lokal 5) Mengaplikasikan semua mata pelajaran dalam kehidupan seharihari berdasarkan ajaran Ahlusssunnah wal Jama’ah ala Nahdhatul Ulama’ (sholat berjama’ah, PHBI, PHBN, upacara, istighotsah, ziarah).
4. Praksis Prioritas Unsur lain yang tak kalah penting ialah bukti realisasi prioritas nilai pendidikan karakter. Ini menjadi tuntutan lembaga pendidikan atas prioritas nilai yang menjadi visi kinerja pendidikannya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi, sejauh mana misi sekolah telah direalisasikan. Verifikasi atas tuntutan itu ialah bagaimana pihak sekolah menyikapi penyelenggaraan atas kebijakan sekolah, bagaimana sanksi itu diterapkan
74
secara transparan. Realisasi visi dalam kebijakan sekolah merupakan salah satu cara untuk mempertanggung jawabkan pendidikan karakter. Hal ini terbukti dari pelaksanaan pendidikan karakter di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara yang mengimplementasikan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ dalam bentuk kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Berikut ini akan dijelaskan kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun siswa dalam usaha membina karakter siswa Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara yang dikelompokkan dalam bentuk kegiatan terprogram dan tidak terprogram. a.
Pelaksanaan kegiatan terprogram Bentuk pelaksanaan kegiatan terprogram dalam pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah yang dilakukan Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII melalui kebijakan kepala sekolah yang menerapkan tradisi-tradisi Kaum Nahdliyin sebagai syarat kelulusan siswa yang tertuang dalam Ujian Praktek
Sekolah.
Artinya
siswa
harus
bisa
menghafal
dan
mempratekkan beberapa tradisi Kaum Nahdliyin seperti bertawasul dalam rangka memohon kepada Allah SWT dengan membaca manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, memohon kepada Allah SWT dengan membaca tahlil dalam rangka mendoakan (memintakan ampunan kepada Allah SWT) untuk muslim yang sudah meninggal dunia, doa
75
qunut dan iftitah, bilal sholat tarawih, bilal sholat Jum’at serta bilal sholat idul fitri maupun idul adha. Dengan kegiatan di atas akan tetanam nilai positif bagi siswa, diantaranya: 1.
Nilai religius karena sifat kegiatan yang Islami, dalam hal ini adalah ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’.
2.
Nilai tawasuth (moderat atau tidak ekstrim), Nahdlatul Ulama’ mengandung sikap menghargai mayoritas dan perbedaan. Oleh karena itu Nahdlatul Ulama’ sebagai penganut Ahlussunnah wal Jama’ah lebih apresiatif terhadap paradigma demokrasi. Pendukung ajaran Wahabi menganggap bid’ah tradisi-tradisi Kaum Nahdliyin seperti tahlilan, ziarah kubur, qunut, tawasul dan lainnya. Dalam hal ini sikap Nahdlatul Ulama’ ialah menghargai tradisi lama yang sudah baik dan responsif terhadap inovasi baru yang lebih bagus. Dengan demikian dalam konteks budaya, Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ mengajarkan untuk lebih selektif terhadap pranata budaya kontemporer, tidak serta merta mengadopsinya sebelum dipastikan mengandung kemashlatan.
3.
Nilai tawazun (seimbang), yang berarti keseimbangan dalam bergaul dan berhubungan , baik yang bersifat antar individu antar struktur sosial antar negara dan rakyatnya, maupun antar manusia dengan alam, yang masing-masing pihak mampu menempatkan dirinya sesuai dengan fungsinya tanpa mengganggu fungsi dari
76
pihak lain. Hasil yang diharapkan adalah terciptanya kehidupan yang damai. 4.
Nilai i’tidal (tegak lurus atau adil), yang dimaksud disini adalah keadilan sosial yakni landasan kebenaran yang mengatur totalitas kehidupan politik, ekonomi, budaya, pendidikan dan lain sebagainya.
5.
Nilai tasamuh (toleransi), yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Tujuan akhirnya adalah kesadaran akan pluralisme atau keragaman yang saling melengkapi bukan membawa perpecahan. Dalam hal ini dibuktikan dalam bacaan tahlil, serta bilal sholat tarawih. Siswa berasal dari daerah yang berbeda sedangkan bacaan tahlil dan bilal sholat tarawih disetiap daerahpun juga berbeda-beda namun pada dasarnya sama. Guru tetap bersikap bersikap adil dan objektif kepada setiap siswa dalam memberikan nilai asalkan yang dilakukan siswa tidak melanggar syariat islam.
6.
Disiplin, kegiatan dilaksanakan secara sistematis dan siswa wajib memetuhi peraturan yang berlaku.
7.
Kerja keras, kreatif, gemar membaca dan rasa ingin tahu Untuk mencapai tujuan yang diharapkan kerja keras adalah hal yang paling dibutuhkan, salah satunya dengan mengharuskan siswa untuk kreatif mencari sumber ilmu dan gemar membacanya untuk mendapatkankan hasil yang diinginkan.
77
8.
Mandiri, Ujian Praktek Sekolah merupakan penilaian guru terhadap siswa secara individu
9.
Menghargai prestasi, setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda.
10. Demokratis, kegiatan ini merupakan hak dan kewajiban semua siswa Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara tanpa adanya perbedaan. 11. Tanggung jawab, hal ini karena ujian merupakan tugas dan kewajiban siswa dalam bentuk evaluasi terahir selama ia belajar di sekolah selama tiga tahun. b. Kegiatan Tidak Terprogram Pelaksanaan kegiatan tidak terprogram pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah yang di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara dalam rangka menanamkan nilainilai karakter melalui pembiasaan rutin, spontan, dan keteladanan. Secara rinci sebagai berikut: Pembiasaan Rutin Yaitu
kegiatan
yang
dilakukan
secara
terjadwal,
yang
diaplikasikan dalam bentuk kegiatan pembiasaan harian, mingguan, bulanan dan tahunan, meliputi: 1. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar, istighotsah yang dilaksanakan setiap dua minggu sekali pada Hari Senin. Kegiatan rutin ini bertujuan menanamkan nilai-nilai religius, karena dengan berdo’a akan senantiasa mengingatkan kepada sang
78
pencipta serta meningkatkan iman dan takwa. Selanjutnya ketertiban, baik tertib dalam administrasi maupun tertib dalam peraturan madrasah, kegiatan rutin ini juga bertujuan agar siswa tertanam nilai disiplin dan tanggung jawab dalam segala aspek. 2. Sholat dhuhur berjama’ah yang dipimpin oleh salah seorang warga sekolah secara bergantian. Kegiatan rutin ini bertujuan menanamkan nilai-nilai religius, karena sholat merupakan salah satu dari Rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh muslim. Selanjutnya ketertiban dalam mengerjakan sholat akan tertanam nilai kesidiplinan, karena kegiatan ini dikerjakan pada saat istirahat kedua, jadi siswa dituntut untuk mengerjakan
sholat
dhuhur
sebelum
mengikuti
pelajaran
selanjutnya. Ketertiban dalam mengerjakan sholat sesuai syar’i juga bertujuan agar siswa tertanam nilai disiplin dan tanggung jawab dalam segala aspek. Karena kegiatan ini dilaksanankan secara berjama’ah maka nilai kebersamaan dan komunikatif juga dapat tertanamkan pada diri siswa. 3. Ngaji Kitab Ta’lim Muta’allim setiap hari Jum’at. Kegiatan
ini
merupakan
pendalaman
Agama
Islam
yang
berhubungan dengan akhlak siswa dalam mencari ilmu. Dari kegiatan ini dapat menanamkan karakter pada siswa berupa nilai disiplin, tanggung jawab, religius, toleransi, kerja keras, rasa ingin tahu, demokratis dan komunikatif.
79
4. Upacara bendera merah putih Nilai yang tertanam dari kegiatan ini adalah nilai nasionalisme dan cinta tanah air, karena dengan upacara bendera ada yang namanya mengheningkan cipta, hormat bendera, sehingga siswa dapat menghayati perjuangan pahlawan para pahlawan kemerdekaan. Aturan-aturan
dalam
pelaksanan
upacara
bendera
akan
menanamkan nilai disiplin. Doa yang dipanjatkan pada akhir upacara merupakan nilai religius. Siswa yang menjadi petugas upacara akan tertanam nkarakter berupa tanggung jawab dan kerja keras. Selain itu, upacara bendera juga akan menanamkan karakter peduli sosial dan peduli lingkungan 2. Ziarah Kubur Sekolah mengadakan kunjungan ke tempat-tempat khusus seperti ziarah ke wali yang dapat membangkitkan kesadaran akan karomah para wali dan menumbuhkan kesadaran siswa akan datangnya kematian bagi setiap makhluk di bumi. Dari kegiatan ini dapat menanamkan karakter pada siswa berupa nilai religius, disiplin, tanggung
jawab, peduli sosial, peduli lingkungan, tawasuth,
tawazun dan tasamuh (toleransi). 3. Bertawasul dalam rangka memohon kepada Allah SWT dengan membaca manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Hal ini dapat menanamkan nilai religius karena bertawasul merupakan
memohon
datangnya
suatu
kemanfaatan
atau
80
terhindarnya bahaya kepada Allah dengan menyebut nama Nabi atau Wali untuk menghormati keduanya. Selanjutnya, siswa juga akan tertanam nilai rasa ingin tahu, karena selain membaca manaqib, guru juga menceritakan biografi Syekh Abdul Qadir AlJailani yang dapat memberikan stimulus dan motivasi siswa untuk melakukan akhlak mulia, seperti buah kejujuran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani ketika menghadapi bahaya, namun akhirnya beliau selamat dari bahaya yang akan menimpanya. Secara tidak langsung siswa akan tertanam karakter berupa nilai shiddiq (jujuran). Selain itu juga kegiatan ini mengandung nilai tawasuth, tawazun dan tasamuh. 4. Memohon kepada Allah SWT dengan membaca tahlil dalam rangka mendoakan (memintakan ampunan kepada Allah SWT) bagi seorang muslim yang sudah meninggal dunia. Hal ini diwujudkan dalam bentuk Ruwahan Massal yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara setiap satu tahun sekali dan bertetapan dengan bulan Sya’ban (masyarakat Jawa sering menyebutnya dengan bulan Ruwah). Selain membaca tahlil dalam acara Ruwahan Massal juga diharuskan untuk menghatamkan Al-Qur’an juz 1-30. Dari kegiatan ini dapat menanamkan karakter religius, tawazun (seimbang) dan tawasuth (moderat), pada siswa, karena ruwahan massal merupakan budaya
81
atau tradisi masyarakat Jawa namun masih dipertahankan oleh Kaum Nahdliyin dan berlaku sampai sekarang untuk diamalkan. 5. Peringatan Hari Besar Islam Dalam hal ini sekolah mengadakan peringatan Isro’ Mi’roj, Maulid Nabi Muhammad SAW, Pesantren Kilat/Pesantren Ramadhan yang dilaksanakan beberapa hari di Bulan Ramadlan. Kegiatan tersebut di isi dengan kegiatan-kegiatan Islam Ahlusunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ serta amalan bulan Ramadhan seperti sholat tarawih 20 rakaat, sholat witir 3 rakaat dan sholat tasbih. Selain itu sekolah ini menerapkan kegiatan halal bi halal (Silaturrahmi kerumah pengurus dan guru serta karyawan madrasah) dan Doa malam 1 Muharrom (Doa akhir dan awal Tahun Hijriyah). Dari kegiatan ini dapat menanamkan nilai religius, disiplin, demokratis, komunikatif, tanggung jawab, peduli sosial, peduli lingkungan, kerja keras, cinta damai, tawasuth, tawazun dan tasamuh. Pembiasaan Spontan Yaitu kegiatan yang dilaksanakan pada saat itu juga dan jika dalam kejadian khusus, meliputi: 1. Pembentukan perilaku Salam, Senyum, Sapa (3S) Kegiatan pembiasaan ini dilakukan di lingkungan maupun di luar madrasah yang dilakukan oleh guru maupun siswa, kegiatan ini bertujuan agar siswa tertanam nilai religius, komunikatif, tawadlu’, serta nilai cinta damai.
82
2. Menanamkan pembiasaan dengan membuang sampah pada tempatnya Pembiasaan ini bertujuan agara siswa memiliki nilai tanggung jawab dan peduli lingkungan dengan melestarikan lingkungan dan menjaga kebersihan. 3. Menerapkan budaya antri Kegiatan ini bertujuan agar siswa tertanam nilai tasamuh (toleransi), shiddiq (jujur), qonaah (menerima kenyataan), disiplin, demokratis, cinta damai, peduli sosial dan keadilan kepada sesama. 4. Takziyah, sholat jenazah/sholat ghoib dan membaca tahlil Kegiatan ini disebut pembiasaan spontan karena dikerjakan ketika ada keluarga guru atau siswa yang meninggal dunia. Jika kediaman dapat dijangkau semua guru dan siswa takziyah, membaca tahlil serta menyolatkan jenazah bagi guru dan siswa laki-laki. Dan sebaliknya apabila kediaman sulit dijangkau guru dan siswa melaksanakan sholat ghoib di sekolah dan dilanjut dengan membaca tahlil. Keberadaan takziyah dan tradisi tahlil mempunyai manfaat yang sangat besar untuk menjalin ukhuwah antar umat islam, sehingga siswa akan tertanam nilai religius, peduli sosial, peduli lingkungan, komunikatif dan cinta damai. Selain itu siswa akan tertanam nilai amanah (tanggung jawab) dan tawadlu’ (hormat) karena dengan takziyah menungjukkan sikap hormat kepada jenazah maupun
83
keluarga yang yang ditinggalkan dan takziyah merupakan kewajiban muslim yang bertujuan sebagai pelipur lara dan penghapus duka keluarga yang ditinggal. Pembiasaan Keteladanan Yaitu sikap dan perilaku guru dalam memberikan contoh terhadap tindakan yang baik sehingga dapat menjadikan panutan bagi siswanya. Perilaku tersebut diwujudkan dalam bentuk perilaku sehari-hari, meliputi: 1. Berpakaian rapi Dengan membiasakan berpakaian rapi maka diharapkan siswa akan tertanam nilai kedisiplinan. Khusus bagi guru dan siswa laki-laki diwajibkan memakai peci. 2. Menanamkan kebiasaan berbahasa yang baik Dengan tutur kata yang baik akan menumbuhkan nilai sopan santun dan nilai komunikatif serta cinta damai pada diri siswa yang akan menjadiakan suasana madrasah yang ramah. 3. Membiasakan datang tepat waktu. Hal ini dilakukan madrasah dengan tujuan agar tertanam jiwa disiplin dan tanggung jawab pada siswa maupun guru serta dapat menghargai waktu. Karena tidak hanya siswa, bagi guru yang terlambat datang pun akan dikenakan hukuman seperti membaca Al-Qur’an sampai waktunya istirahat, membersihkan lapangan dan
84
sebagainya yang dapat menjadikan siswa maupun guru jera sehingga tidak akan mengulangi hal yang sama. Pelaksanaan pendidikan karakter pada siswa kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara yang terwujud pada kegiatan terprogram dengan menjadikan tradisi Kaum Nahdliyin sebagai syarat kelulusan yang tertuang dalam Ujian Praktek Sekolah dan kegiatan tidak terprogram yang meliputi pembiasaan rutin, pembiasaan spontan dan pembiasaan keteladanan yang dilaksanakan demi terbentuknya siswa-siswi yang berkarakter mulia. Memang yang menjadi obyek dari pelaksanaan pendidikan karakter di madrasah adalah siswa, akan tetapi madrasah juga menerapkan kebiasaan tersebut kepada semua elemen madrasah, terutama seorang guru, karena yang menjadi suri tauladan bagi siswa, sehingga dalam proses penanaman nilai-nilai karakter akan berjalan sebagaimana mestinya. Dari beberapa kegiatan yang diterapkan oleh Madrasah Aliyah AlMa’arif Jepara dalam upaya membina karakter siswa Kelas XII IPA yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal
yang dikelompokkan menjadi
kegiatan yang terprogram maupun yang tidak terprogram mengandung 18 nilai-nilai karakter sesuai yang dirumuskan oleh Kementrian Agama, Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) maupun karakter yang sesuai dengan Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’. Nilai dan deskripsi dari Pendidikan Karakter yang telah dikembangkan Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara pada Kelas XII Tahun Pelajaran 2014/2015, seperti berikut:
85
1.
Religius yakni ketaatan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama yang dianut, dalam hal ini adalah Agama Islam.
2.
Shiddiq (Jujur) yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
3.
Amanah (Tanggung jawab), yakni sikap dan perilaku seseorang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan dirinya sendiri, sosial, maupun agama.
4.
Tawasuth (Moderat) yakni sikap tengah-tengah (tidak ekstrim).
5.
Tawazun (Seimbang) yakni sikap seimbang dalam segala hal.
6.
I’tidal (Teguh) yakni memiliki komitmen kuat dalam membela kebenaran.
7.
Tasamuh (Toleransi) yakni sikap dan perilaku menghargai perbedaan agama, kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan halhal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup rukun.
8.
Qona’ah (Realistis) yakni sikap menerima kenyataan.
9.
Tawadlu’ (Hormat) yakni sikap menghormati orang lain.
10. Ikhlas (Tanpa pamrih) yakni melakukan sesuatu perbuatan untuk dan karena Allah SWT. 11. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
86
12. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya bersungguhsungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dll. 13. Kreatif, yakni berpikir dan berperilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya. 14. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. 15. Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain. 16. Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar dan dipelajari secara lebih mendalam. 17. Semangat kebangsaan, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan kelompok. 18. Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya
87
19. Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi. 20. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik. 21. Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas dan masyarakat tertentu. 22. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca sebagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebiasaan bagi dirinya. 23. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar. 24. Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian
terhadap
orang
lain
maupun
masyarakat
yang
membutuhkannya.
5. Refleksi Refleksi ialah kemampuan sadar khas mausiawi. Dengan kemampuan sadar ini, manusia mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi lebih baik. Ketika pendidikan karakter sudah
88
melewati fase tindakan dan praksis perlu diadakan pendalaman dan refleksi untuk melihat sejauh mana lembaga pendidikan telah berhasil atau gagal dalam merealisasikan pendidikan karakter. Keberhasilan dan kegagalan itu lantas menjadi barometer untuk meningkatkan kemajuan yang dasarnya ialah pengalaman itu tersendiri. Sesuai pengamatan peniliti dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara, dalam mengukur kualitas siswa tidak hanya menggunakan nilai yang bersifat ranah kognitif, namun juga menggunakan penilaian dengan ranah afektif dan psikomotorik. Hal tersebut dilakukan agar guru mengetahui kemampuan siswa tidak hanya dari segi pengetahuannya (ranah kognitif), tetapi juga agar guru mengetahui kemampuan siswa dari segi sikap setelah mendapatkan materi pelajaran (ranah afektif) dan mempraktekkan perilaku yang sesuai dengan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ (ranah psikomotorik). Untuk selanjutnya jika siswa tersebut mendapatkan nilai kurang dari nilai yang sudah ditentukan dalam Kriteria Ketuntaan Minimal (KKM) maka siswa tersebut wajib mengulanginya sampai ia mendapatkan nilai yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
89
2. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang Berlandaskan Nilai-nilai Ahlusunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 Setelah penulis mengamati proses pelaksanaan Pendidikan Karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah AlMa’arif Jepara Kelas XII Tahun Pelajaran 2014/2015, ternyata berhasilnya program tersebut atas peran dan kerja sama antara pihak sekolah, orang tua dan lingkungan. Apabila semua komponen tersebut tidak saling mendukung maka pelaksanaan pendidikan karakter tidak dapat berjalan dengan maksimal. Untuk itu perlu diperhatikan keseimbangan antara lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Berikut ini beberapa faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII Tahun Pelajaran 2014/2015. Faktor pendukung antara lain: 1. Kenyamanan di kelas saat proses pembelajaran Ke-NU-an berlangsung. Hal ini penting, dengan melaksanakan tata tertib yang berlaku di dalam kelas saat proses belajar berlangsung dan dengan adanya komunikasi yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, dapat menciptakan suasana kelas yang nyaman sehingga materi dapat diterima anak dengan maksimal.
90
2. Strategi pembelajaran yang digunakan tidak membosankan. Strategi pembelajaran memegang peranan yang sangat besar. Seperti penggunaan alat peraga yang dapat menunjang proses belajar mengajar dan penggunaan metode yang kreatif dan menyenangkan diharapkan mampu memberi stimulus kepada anak didik agar senantiasa senang dan tidak merasa bosan menerima materi belajar sehingga materi yang disampaikan guru dapat diterima anak didik dengan maksimal. 3. Adanya motivasi baik dari guru mata pelajaran Ke-NU-an ataupun guru mata pelajaran lainnya Motivasi dari guru merupakan dorongan bagi siswa untuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan guru. Jika motivasi kebaikan yang diberikan guru kepada siswa maka siswapun akan terdorong untuk melakukan kebaikan. 4. Tersedianya sarana dan prasana yang memadahi seperti musholla dan ruang lainnya yang dapat mendukung kegiatan. Tersedianya sarana dan prasana yang memadahi berpengaruh dalam terhadap proses belajar tujuan pendidikan di sekolah. Segala kegiatan di sekolah tidak akan berjalan tanpa adanya sarana dan pasarana yang memadahi. 6. Letak Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara yang berdekatan dengan makammakam para ulama’ seperti makam Mbah Pangeran Syarif dan Mbah Jenggolo yang dapat mempermudah siswa untuk melaksanakan kegiatan ziarah kubur.
91
Lokasi sekolah yang mempunyai nilai tambah bagi sekolah dalam membina karakter siswa. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan ziarah kubur yang merupakan tradisi kaum Nahdliyin yang biasa dilaksanakan oleh siswa dan guru Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara. 7. Siswa Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara berasal dari keturunan bahkan hidup di lingkungan masyarakat beragama Islam yang berlandaskan Ahlusunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’. Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat memprngaruhi pembentukan karakter atau sikap seseorang. Selain itu, aspek yang turut serta tetbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah lingkungan dimana seseorang tinggal. Sehingga, selain di sekolah
siswa
tersebut
juga
dapat
mengaplikasikan
ajaran-ajaran
Ahlussunnah wal Jama’ah di rumah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. 8. Adanya perhatian dari orang tua Lembaga pendidikan bagi anak yang paling utama dan pertama adalah keluarga. Orang tua yang bertanggung jawab, memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembangkan dengan baik. Lembaga pendidikan keluarga bersifat informal, jadi peran oranglah yang paling berpengaruh dalam membina karakter anak. 9. Guru mata pelajaran Ke-NU-an yang profesional. Guru yang berfaham Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’, berpendidikann dan lulusan Sarjana Agama serta aktif di beberapa
92
organisasi Nahdlatul Ulama’ Jepara akan menambah tingkat profesionalnya dalam mengajar karena tinggi rendahnya profesional guru sangat bergantung pada keahlian yang dimiliki dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya. Selain faktor pendukung, juga terdapat faktor penghambatnya, diantaranya: 1. Kurangnya jam pelajaran Ke-NU-an yang hanya 2 x 45 menit dalam seminggu. Ke-NU-an merupakan mata pelajaran yang membutuhkan teori dan praktek langsung agar setiap siswa memahami dengan benar ajaran-ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ termasuk tradisi-tradisinya yang merupakan program unggulan dan ciri khas Madrasah Aliyah AlMa’arif Jepara dalam membina karakter siswa. Namun dengan alokasi waktu yang hanya 2 x 45 menit dirasa kurang sehingga materi yang diterima anak kurang maksimal. 2. Guru belum sepenuhnya memahami karakter peserta didik Karena setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda, menjadikan guru sulit mengetahui apa yang diinginkan anak didik. 3. Kurangnya pendekatan guru terhadap peserta didik Hal ini penting karena pendekatan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap pembelajaran. Jika pendekatan guru terhadap peserta didik terbina dan berjalan lancar, hal ini dapat mempermudah guru mengetahui karakter siswa.
93
4. Pergaulan siswa diluar sekolah dengan teman yang beraneka ragam latar belakang. Siswa sering terpengaruh oleh kondisi pergaulan diluar sekolah yang tidak sesuai dengan pendidikan karakter yang sudah diajarkan oleh guru di sekolah. 5. Lingkungan masyarakat yang kurang mendukung dalam penerapan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah Lingkungan masyarakat sangat mendominasi terbentuknya karakter siswa, masyarakat yang kurang mendukung penerapan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah tidak dapat memberikan kontribusi dalam terbentuknya karakter siswa. Karena siswa tidak dapat mengaplikasikan apa yang sudah diajakan oleh gurunya di sekolah. 6. Kurangnya perhatian dari orang tua untuk menerapkan dan membiasakan berperilaku mulia dan mengamalkan amaliyah-amaliyah. Ahlusunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ di rumah. Orang tua yang tidak sesuai dengan pendidikan karakter yang sudah diajarkan oleh guru di sekolah, seperti perbedaan cara pandang antara guru dengan orang tua di rumah dapat menyulitkan untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa. Hal ini dapat menghambat pembiasaan dan keteladanan pendidikan karakter, karena dalam pembiasaan selain perlu adanya pengulangan dan waktu yang cukup lama, pembiasaan juga perlu adanya keteladan dan kontrol.
94
Upaya pembinaan pendidikan karakter Kelas XII IPA di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 mempunyai andil besar dalam membentuk anak agar mempunyai karakter yang tercermin dalam sikap akhlakul karimah serta perilaku yang sesuai ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’. Apabila dalam upaya terwujudnya pendidikan karakter mulia terhadap anak dilandasi dengan pengetahuan agama yang kuat, tentu anak akan tumbuh menjadi pribadi yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Agama Islam yang berlandaskan Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ dalam setiap aktifitasnya. Dengan demikian kebiasaan baik sudah menjadi semacam insting yang secara otomatis akan membuat seorang anak merasa kurang nyaman bila tidak melakukan kebiasaan itu.
95
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan
Pendidikan
Karakter
yang
berlandaskan
Nilai-nilai
Ahlussunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’aif Jepaa Tahun Pelajaran 2014/2015 dilakukan dengan cara mempratekkan amaliyah Kaum Nahdliyin setiap harinya yang sudah menjadi kebiasaan di lingkungan sekolah seperti siswa bersalaman dengan guru sebelum dan sesudah proses pembelajaran, sholat dhuhur berjama’ah, membaca tahlil ketika keluarga guru atau siswa yang meninggal dunia, sholat jenazah/sholat ghoib, upacara merah putih, istighosah, ziarah kubur, manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, maulid Nabi Muhammad SAW, isra’ mi’roj Nabi Muhammad SAW, doa malam 1 Muharrom Ngaji kitab Ta’lim Muta’allim, ruwahan massal di setiap bulan Sya’ban, pesantren kilat/pesantren Ramadlan, sholat tarawih 20 rakaat, sholat witir 3 rakaat, sholat tasbih, khataman Qur’an juz 1-30 dan Halal bi Halal. Dari beberapa kegiatan yang diterapkan Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara pada Kelas XII IPA Tahun Pelajaran 2014/2015, maka dapat dikelompokkan menjadi kegiatan terprogram maupun yang tidak terprogram serta mengandung nilai-nilai pendidikan karakter. Bentuk kegiatan terprogram yaitu melalui kebijakan kepala sekolah yang menerapkan tradisi-tradisi Ke-NU-an sebagai syarat kelulusan siswa yang
96
tertuang dalam Ujian Praktek Sekolah. Artinya siswa harus bisa menghafal dan mempratekkan beberapa tradisi Ke-NU-an. Sedangkan bentuk kegiatan tidak terprogram dalam rangka menanamkan nilai-nilai karakter melalui pembiasaan rutin, spontan, dan keteladanan. Terselenggaranya Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang Berlandaskan Nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Kelas XII Tahun Pelajaran 2014/2015 atas peran dan kerjasama antara pihak sekolah, orang tua dan lingkungan. 2. Faktor
pendukung dalam
pelaksanaan
pendidikan
karakter
yang
berlandaskan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di Kelas XII IPA Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah: a. Kenyamanan di kelas saat proses pembelajaran Ke-Nu-an berlangsung b. Strategi pembelajaran yang digunakan tidak membosankan c. Adanya motivasi baik dari guru mata pelajaran Ke-NU-an ataupun guru mata pelajaran lainnya d. Tersedianya sarana dan prasana yang memadahi seperti musholla dan ruang lainnya yang dapat mendukung kegiatan. e. Letak Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara yang berdekatan dengan makam-makam para ulama’ seperti makam Mbah Pangeran Syarif dan Mbah
Jenggolo,
sehingga
dapat
melaksanakan kegiatan ziarah kubur.
mempermudah
siswa
untuk
97
f. Siswa Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara berasal dari keturunan bahkan hidup di lingkungan masyarakat beragama Islam yang berlandaskan Ahlusunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ g. Adanya perhatian dari orang tua h. Guru mata pelajaran Ke-NU-an yang profesional. Selain faktor pendukung, juga terdapat faktor penghambatnya, diantaranya sebagai berikut: a. Kurangnya jam pelajaran Ke-NU-an yang hanya 2 x 45 menit dalam seminggu b. Guru belum sepenuhnya memahami karakter peserta didik c. Kurangnya pendekatan guru terhadap peserta didik d. Pergaulan siswa diluar sekolah dengan teman yang beraneka ragam latar belakang. e. Lingkungan yang kurang mendukung dalam penerapan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah f. Kurangnya
perhatian
dari
orang
tua
untuk
menerapkan
dan
membiasakan berperilaku mulia dan mengamalkan amaliyah-amaliyah. Ahlusunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ di rumah.
B. SARAN 1. Bagi Kepala Madrasah Kepala Madrasah Al-Ma’arif Jepara mempunyai tanggung jawab mengembangkan kualitas sekolah dalam Kegiatan Belajar Mengajar
98
(KBM), termasuk dalam membina anak agar sesuai dengan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ yang sudah menjadi karakter sekolah. Kepala madrasah hendaknya lebih dekat dan terbuka dengan seluruh elemen madrasah dan membangun kerja sama yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua siswa, sehingga akan terhubung komunikasi yang baik antar kedua belah pihak. Sebab hal tersebut akan meningkatkan usaha pembinaan anak didik yang pada akhirnya dapat menciptakan karakter anak didik yang sesuai dengan tujuan sekolah. 2. Bagi Guru Mata Pelajaran Ke-NU-an Guru Mata Pelajaran Ke-NU-an hendaknya menambah informasi terutama mengenai materi yang berkaitan dengan Ke-NU-an dan sebaiknya guru lebih melakukan pendekatan kepada siswa agar dapat memahami karakter siswa. Guru dapat memanfaatkan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk meningkatkan kemampuan guru dalam dalam proses pembelajaran. Selain itu, peran teknologi internet juga dapat digunakan oleh guru dalam mengakses informasi, seperti strategi yang kreatif dan menyenangkan dalam pembelajaran Ke-NU-an agar anak tidak merasa bosan, dan lain sebagainya yang dapat digunakan sebagai penunjang terselenggaranya Pendidikan Karakter yang Berlandaskan nilainilai Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ di Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara. 3. Bagi Bapak/Ibu Guru Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara
99
Selain kepala madrasah dan guru mata pelajaran Ke-NU-an peran bapak/ibu guru yang mengajar di madrasah Aliyah juga mempunyai andil yang sangat besar. Hendaknya bapak/ibu guru lebih aktif lagi untuk membina karakter siswa seperti mengintegrasikan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah ala Nahdlatul Ulama’ ke dalam mata pelajaran yang diampunya. 4. Bagi Orang/Wali Murid Hendaknya orang tua menyadari bahwa keluarga merupakan pendidikan utama dan pertama. Jadi, orang tua agar memperhatikan watak dan tingkah laku anaknya guna mencapai tujuan hidup insan di dunia.
C. PENUTUP Dengan rasa syukur, penulis memanjat puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan pada masyarakat luas pada umunya.
DAFTAR PUSTAKA Abdusshomad, Muhyiddin. 2008. Hujjah NU Akidah Amaliah Tradisi. Surabaya: Khalista Al-Qof, Ali Abu Bakar Muhammad. 2004. Mukhtashor Ikhya’ ‘Ulumuddin. Jakarta: Darul Kutub Islamiyah An-Nawawi, Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syaraf. t.th. Riyadlus Sholikhin. Semarang: Toha Putra Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian pendidikan. Bandung:Alfabeta Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. 1989. Semarang: CV. Toha Putra Depdikbud. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II. Jakarta: Balai Pustaka Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada _____. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers Furchan, Arief. 2011. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hartini dan G. Kartasapoeta. 1992. Kamus Sosiologi dan Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara Jombang, Lajnah Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU). 2008. Landasan Amaliyah NU. Jombang: Darul Hikmah Mahbubi, M. 2012. Pendidikan Karakter:Implementasi Aswaja Sebagai Nilai Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2012. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya Margono, S. 1997. Metodologi Penilaian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Mustakim, Bagus. 2011. Pendidikan Karakter:Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat. Jakarta:Samudra Biru Muchtar, Masyhudi dkk. 2007. Aswaja An-Nahdliyah: Ajaran Ahlusunnah wa aljamaah yang berlaku di lingkungan Nahdlatul Ulama. Surabaya:Khalista Muslih, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter:Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara Muzadi, Abdul Muchith. 2006. NU dalam Perspektif Surabaya: Khalista Prayitno dan Belferik Manullang. 2011. Pembangunan Bangsa. Jakarta:Grasindo
Sejarah dan Ajaran,
Pendidikan
Karakter
dalam
Sadulloh, Uyoh. 2011. Pedagogik Ilmu Mendidik. Bandung:Alfabeta Saptono. 2011. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter:Wawasan, Strategi dan Langkah Praktis. Jakarta: Erlangga Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan cet 2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo Suhartono, Suparlan. 2009. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media Group Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara Suparno, Yunus Muhammad. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Syakir, Balukia. 1992. Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Bandung:Sinar Baru Syihab, Tgk HZA. 2004. Akidah Ahlus Sunnah:Versi Salaf-Khalaf dan Posisi Asy’ariyah di Antaranya Keduanya. Jakarta:Bumi Aksara
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter:Strategi Membangun karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Belajar Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter:Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara
BIODATA PENYUSUN Nama
: Diena Salmiyah
NIM
: 131310000263
NIRM
:11/X/17.2.1/2805
Tempat, Tanggal Lahir : Jepara, 05 Mei 1993 Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jl.Let Jend Suprapto RT 02/I Demaan Jepara
Riwayat Pendidikan
: 1. TK. Pertiwi Demaan Jepara (1998-1999) 2. SDN Demaan Jepara (1999-2005) 3. MTs. Al-Islam Jepara (2005-2008) 4. MA. Al-Ma’arif Jepara (2008-2011) 5. UNISNU JEPARA (2011-sekarang)
Jepara, 15 Mei 2015 Penyusun,
Diena salmiyah
LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Biodata Penyusun 2. Surat Keterangan Riset Madrasah Aliyah Al-Ma’arif 3. Profil Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 4. Transkip Wawancara Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran Ahlussunnah wal Jama’ah (Ke-NU-an) dan Siswa Kelas XII 5. Dokumentasi Kegiatan Madrasah Aliyah 6. Sertifikat Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) 7. Sertifikat Kuliah Kerja Lapangan (KKL) 8. Sertifikat Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) 9. Sertifikat Kuliah Kerja Nyata (KKN)
BIODATA PENYUSUN Nama
: Diena Salmiyah
NIM
: 131310000263
NIRM
:11/X/17.2.1/2805
Tempat, Tanggal Lahir : Jepara, 05 Mei 1993 Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jl.Let Jend Suprapto RT 02/I Demaan Jepara
Riwayat Pendidikan
: 1. TK. Pertiwi Demaan Jepara (1998-1999) 2. SDN Demaan Jepara (1999-2005) 3. MTs. Al-Islam Jepara (2005-2008) 4. MA. Al-Ma’arif Jepara (2008-2011) 5. UNISNU JEPARA (2011-sekarang)
Jepara, 15 Mei 2015 Penyusun,
Diena salmiyah
TRANSKIP WAWANCARA A. Wawancara dengan Kepala Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara No 1.
Indikator Untuk
Pertanyaan
mengetahui
1. Apa
Jawaban yang Segala
sesuatu
yang
guru
untuk
pengertian pendidikan
dimaksud
dengan dilakukan
karakter
yang
pendidikan
mempengaruhi karakter
berlandaskan
nilai-
karakter?
siswa
didik
yaitu
nilai Ahlusunnah Wal
membentuk watak, sikap
Jama’ah
serta perilaku siswa. 2. Apa
yang Golongan
dimaksud
yang
dengan mengikuti ajaran Nabi
Ahlusunnah
Wal Muhammad
Jama’ah?
sahabatnya.
3. Apa
yang Bentuk pembinaan yang
dimaksud
dengan dilakukan mengenai pola
pendidikan karakter
perilaku yang dengan
yang
sesuai
ajaran
Nabi
berlandaskan nilai- Muhammad nilai
beserta
beserta
Ahlusunnah sahabatnya.
Wal Jama’ah? 2.
Untuk
mengetahui
tujuan
pelaksanaan
pendidikan
karakter
1. Apa
tujuannya
malaksanakan pendidikan
1. Membentuk
siswa
berfikir rasional 2. Membina
kepekaan
yang
berlandaskan
karakter
yang
nilai-nilai Ahlusunnah
berlandaskan nilai-
Wal
nilai
Jama’ah
ala
Ahlusunnah
Nahdlatul Ulama’ di
Wal Jama’ah di
Madrasah Aliyah Al-
Madrasah
Ma’arif Jepara
Al-Ma’arif Jepara?
Aliyah
sosial-budaya peserta didik 3. Membentuk kecerdasan emosional 4. Membentuk
peserta
didik yang berwatak mulia 5. Membentuk
peserta
didik yag berkarakter Ahlussunnah
wal
Jama’ah
ala
Nahdlatul
Ulama’
(At-Tawassuth,
Al-
I’tidal
At-
dan
Tawaazun) 6. Membentuk
peserta
didik sesuai dengan mabadi
prinsip
khoiru ummah seperti sikap shidqu),
jujur
(ash-
menepati
janji
(amanah),
bersikap
adil
(al-
adalah), sikap tolong menolong (ta’awun) dan sikap konsisten (istiqomah). 3.
Untuk
mengetahui
manfaat
pelaksanaan
pendidikan yang
karakter
berlandaskan
1. Apa manfaat dari Bagi siswa: pelaksanaaan
Sebagai
bekal
pendidikan
hidup
bermasyarakat
karakter
yang yang
berlandaskan nilai- Ke-NU-an.
Wal
nilai
di
Ahlusunnah Bagi sekolah:
Madrasah Aliyah Al-
Wal Jama’ah di Menciptakan lingkungan
Ma’arif Jepara
Madrasah
Aliyah sekolah berkarakteristik
Al-Ma’arif Jepara? 4.
berkarakteristik
nilai-nilai Ahlusunnah Jama’ah
untuk
Mengetahui mana
pelaksanaan
pendidikan yang
sejauh
karakter
berlandaskan
1. Bagaimana
Ke-NU-an Selain
mata
pelaksanaan
Ke-NU-an
pendidikan
alokasi 2x45 menit (1
karakter
berlandaskan nilai- mengikuti
Wal
nilai
ala
dengan
yang prtemuan), siswa wajib
nilai-nilai Ahlusunnah Jama’ah
pelajaran
Ahlusunnah Ahlusunnah
kegiatan wal
Nahdlatul Ulama’ di
Wal Jama’ah di Jama’ah ala Nahdlatul
Madrasah Aliyah Al-
Kelas XII?
Ulama’ di lingkungan
Ma’arif Jepara Kelas
sekolah. Khusus kelas
XII
XII wajib mempratekkan
dan
menghafalkan
beberapa amaliyah NU sebagai syarat kelulusan. Seperti
bacaan
tahlil,
bilal sholat jumat, bilal sholat idul fitri dan idul adha, mengurus mayit dengan
menggunakan
alat peraga. 2. Apa saja kegiatan Bersalaman kepada guru, di sekolah ini yang membaca doa sebelum berkaitan Ahlusunnah Jama’ah
dengan dan
sesudah
belajar,
Wal bacaan asmaul husna, ala sholat dhuhur berjamaah,
Nahdlatul Ulama’? upacara,
istighosah,
manaqib, ziarah kubur, peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, dll.
B. Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Ke-NU-an Kelas XII Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara No. 1.
Indikator Untuk
Pertanyaan
mengetahui
1. Apa
Jawaban yang Pendidikan
dengan adalah
karakter
pengertian pendidikan
dimaksud
pendidikan
karakter
yang
pendidikan
kepribadian
berlandaskan
nilai-
karakter?
akhirnya memunculkan
nilai Ahlusunnah Wal
ciri
Jama’ah
seseorang
khas
yang
perilaku yang
berhubungan
dengan
moral dan etika. 2. Apa
yang Golongan
dimaksud
yang
dengan mengikuti jejak Nabi
Ahlusunnah Jama’ah?
Wal Muhammad
beserta
sahabatnya,
perbuatan
dan tingkah laku. 3. Apa
yang Pendidikan kepribadian
dimaksud
dengan mengenai pola perilaku
pendidikan karakter
yang
sesuai
yang Ahlusunnah
dengan Wal
berlandaskan nilai- Jama’ah ala Nahdlatul nilai
Ahlusunnah Ulama’.
Wal Jama’ah?
2.
Untuk
mengetahui
usaha
pembinaan
pendidikan yang
karakter
berlandaskan
1. Bagaimana bapak Dengan menyampaikan memberikan motivasi siswa
kepada tentang
kelas
nilai-nilai Ahlusunnah
agar
Wal
mengikuti
Jama’ah
ala
dalil naqli dan dalil aqli ajaran
XII Ahlusunnah
Wal
bersemangat Jama’ah ala Nahdlatul mata Ulama’
Nahdlatul Ulama’ di
pelajaran Ke-NU-
Madrasah Aliyah Al-
an
Ma’arif Jepara Kelas
menerapkan
XII Tahun Pelajaran
amaliyah
2014/2015
Nahdlatul Ulama’
dalam
dalam
Islam
kehidupan
sehari-hari? 2. Bagaimana bapak Selain
menyampaikan
menerapkan
materi
pendidikan
memberikan
karakter
yang kepada
tentang
siswa
berlandaskan nilai- mewajibkan nilai
motivasi
Ahlusunnah untuk
wal Jama’ah ala kegiatan Nahdlatul Ulama’ Ahlusunnah
juga siswa
mengikuti keislaman wal
kepada siswa kelas Jama’ah ala Nahdlatul XII?
Ulama’,.
3. Apa saja kegiatan Sholat
dhuhur
yang
bapak berjamaah,
terapkan
dalam tahlil pada saat takziah
pendidikan
keluarga
karakter
yang siswa,
istighosah,
guru ziarah
berlandaskan nilai- manaqib, nilai
Ahlusunnah masal,
atau kubur,
ruwahan peringatan
Wal Jama’ah ala maulid nabi, peringatan Nahdlatul Ulama’ isro’
mi’roj,
kepada siswa kelas Muharrom, XII?
doa
1
pesantren
kilat/pesantren ramadalan, ngaji kitab Ta’lim Muta’allim dll.
3.
Mengetahui pengaruh pelaksanaan pendidikan yang
1. Apakah siswi
karakter
berlandaskan
siswa Ya kelas
memiliki
minat
yang
tinggi
nilai-nilai Ahlusunnah
terhadap
Wal
pelaksanaan
Jama’ah
di
Madrasah Aliyah Al-
XII
kegiatan tersebut?
Ma’arif Jepara Kelas 2. Bagaimana XII Tahun Pelajaran
tanggapan
2014/2015
siswa
Siswa sudah terbiasa siswa- melaksanakan kegiatan
kelas
XII tersebut
di
rumah
setelah
karena
mereka
dari
melaksanakan
keluarga dan hidup di
kegiatan tersebut?
linggungan masyarakat yang
berlatang
belakang
Nahdlatul
Ulama’. 3. Apakahan setelah Perubahan sangat pesat pelaksanaan kegiatan
tersebut kubur perilaku nakal
siswa-siswi XII
kelas anak berkurang karena
mengalami mereka berpikir suatu
perubahan yang
seperti setelah ziarah
lebih
sikap saat akan meninggal. baik Setelah istighosah anak
dari sebelumnya?
merasa
menyesal
terhadap
dosa-dosa
yang
sudah
mereka
lakukan. 4.
Untuk
mengetahui
1. Apa saja kelebihan
kelebihan
dan
dari
kelemahan
dari
yang berlandaskan
pelaksanaan
pendidikan
nilai-nilai
pendidikan
yang
Ahlusunnah
berlandaskan
nilai-
Jama’ah
1. Menguatkan keimanan 2. Menambah mahabbah
Wal ala
kepada
Rasulullah 3. Menghormati orang
nilai Ahlusunnah Wal
Nahdlatul Ulama’
yang lebih tua (guru,
Jama’ah
di
otang tua dll)
ala
Madrasah
Nahdlatul Ulama’ di
Aliyah Al-Ma’arif
Madrasah Aliyah Al-
Jepara Kelas XII?
Ma’arif Jepara Kelas XII Tahun pelajaran
2. Apa
saja Kurangnya
kelemahannya?
jam
pelajaran yang hanya 2
2014/2015
x 45 menit dalam satu minggu
5.
Untuk
mengetahui
1. Apa
saja
faktor 1. Tersedianya sarana
faktor pendorong dan
pendorong
dari
penghambat
pendidikan
yang
dari
pelaksanaan
dan prasarana yang memadahi
berlandaskan nilai- 2. Dekat Ahlusunnah
dengan
pendidikan
yang
nilai
makam ulama’
berlandaskan
nilai-
Wal Jama’ah ala 3. Siswa dari keluarga
nilai Ahlusunnah Wal
Nahdlatul Ulama’
dan
Jama’ah
di
Madrasah
lingkungan
warga
Nahdlatul Ulama’ di
Aliyah Al-Ma’arif
Ahlusunnah
Wal
Madrasah Aliyah Al-
Jepara Kelas XII?
Jama’ah
ala
di
ala
Nahdlatul Ulama’
Ma’arif Jepara Kelas XII Tahun pelajaran 2. Apa 2014/2015
hidup
saja
faktor Tidak ada
penghambatnya?
C. Wawancara Siswa Kelas XII Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara No. 1.
Indikator Untuk mengetahui
Pertanyaan 1. Apakah
Jawaban
kalian Ya, setiap hari tidak
pembinaan karakter
senantiasa
diberi hanya guru Ke-NU-an
yang berlandaskan
motivasi
untuk tapi
nilai-nilai Ahlusunnah
selalu belajar dan memberikan motivasi.
Wal Jama’ah ala
berperilaku
Nahdlatul Ulama’
terpuji?
pada siswa Madrasah
2. Apa
saja
Aliyah Al-Ma’arif
dilakukan
Jepara Kelas XII
kalian
Tahun Pelajaran
memberikan
2014/2015
motivasi
semua
yang Motivasi
untuk
guru
rajin
guru belajar,
berperilaku
dalam terpuji,
fastabiqul
khoirot
(berlomba-
untuk lomba dalam kebaikan)
selalu
belajar dan masih banyak lagi
berperilaku
motivasi yang diberikan
terpuji?
oleh guru
3. Apakah
kalian Ya, karena saya dari
menerapkan perilaku dan
keluarga dan hidup di terpuji lingkungan masyarakat
amaliyah yang
berpaham
Nahdlatul Ulama’ Nahdlatul Ulama’ jadi dalam
kehidupan kegiatan tersebut sudah
sehari-hari?
biasa saya lakukan. Apa
lagi
sekolah
menerapkan jadi saya sangat
bersemangat
sekali
menerapkan
bersama
teman
dan
masyarakat sekitar. 4. Apa saja kegiatan Sholat dhuhur, sholat pembinaan karakter
jenazah di ghoib,
sekolah?
dan
sholat
ziarah
kubur,
istighosah, tahlil, ngaji kitab Ta’lim Mutallim, Maulid Nabi, Ruwahan Massal
dan
masih
banyak kegiatan lain. 2.
Untuk
mengetahui
1. Apakah
kalian Ya
peran dan pengaruh
memiliki
minat
karakter
yang
yang
tinggi
berlandaskan
nilai-
terhadap
nilai Ahlusunnah Wal
pelaksanaan
Jama’ah
kegiatan tersebut?
Nahdlatul
ala Ulama’
2. Bagaimana
pada siswa Madrasah
tanggapan
Aliyah
setelah
Al-Ma’arif
Ya sangat positif sekali kalian karena dapat menjadi bekal bagi kehidupan
Jepara
Kelas
Tahun 2014/2015
XII
Pelajaran
melaksanakan
siswa di masa depan
kegiatan tersebut? 3. Apakahan setelah Ya, bahkan saya sering pelaksanaan kegiatan
menjadi imam tahlil di
tersebut sekolah
dan
di
kalian menerapkan masyarakat ketika ada dalam
kehidupan kumpulan remaja
sehari-hari?
GAMBARAN MADRASAH ALIYAH AL-MA’ARIF JEPARA
Gedung Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara Jalan Pangeran Syarif Saripan Jepara
Foto Bersama Guru dan Karyawan Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Jepara
KEGIATAN WAWANCARA
Wawancara dengan Bapak Munfaat, S.Ag
Wawancara dengan Bapak Hamzah, S.Ag
(Kepala Sekolah) Periode 2010-2015
(Guru Mata Pelajaran Ke-NU-an Kelas XII)
Wawancara dengan M. Khusainis Salam (Siswa Kelas XII IPA)
KEGIATAN PENDIDIKAN KARAKTER YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Proses Pembelajaran Ahlussunnah wal Jama’ah Kelas XII
Ngaji Bareng Kitab Ta’lim Mutallim
Ziarah Kubur Makam Mbah Pangeran Syarif Saripan