PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH SISWA KELAS VIII MTs WALISONGO KEC. KAYEN KAB. PATI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh : MEGA IRIANI LESTANTI NIM: 073111132
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Mega Iriani Lestanti
NIM
: 073111132
Jurusan/Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 3 Desember 2011 Saya yang menyatakan,
Mega Iriani Lestanti NIM. 073111132
ii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl Prof.Dr.Hamka Kampus II Ngaliyan Telp.7601295 Fax.7615387 Semarang 50185 PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul : Pengaruh Intensitas Menonton Televisi Terhadap Kedisiplinan Belajar di Rumah Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kecamatan Kayen Kabupaten Pati tahun Pelajaran 2010/2011 Nama : Mega Iriani Lestanti NIM : 073111132 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. Semarang, 8 Desember 2011 DEWAN PENGUJI Ketua,
Sekretaris,
Dr. Ahwan Fanani, M.Ag. NIP. 19780930 200312 1001
Hj. Nur Asiyah, S.Ag. M.S.I NIP. 19710926 199803 2002
Penguji I,
Penguji II
Ismail SM, M.Ag. NIP. 19711021 199703 1002
Drs. Wahyudi, M.Pd. NIP. 19680314 199503 1001
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. H. Jasuri, M.S.I NIP: 19671014 199403 1005
Drs. H. Shodiq, M.Ag. NIP: 19681205 199403 1003
iii
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 19 Oktober 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan : Judul
:PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH SISWA KELAS VIII MTs WALISONGO KEC. KAYEN KAB. PATI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Nama
: Mega Iriani Lestanti
NIM
:073111132
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqosyah. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I,
Drs. H. Jasuri M. Si NIP. 196710141994031005
iv
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 19 Oktober 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan : Judul
:PENGARUH INTENSITAS MENONTON TELEVISI TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH SISWA KELAS VIII MTs WALISONGO KEC. KAYEN KAB. PATI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Nama
: Mega Iriani Lestanti
NIM
:073111132
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqosyah. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing II,
Drs. H. Shodiq, M.Ag NIP. 19681205 199403 1 003
v
ABSTRAK Judul
: Pengaruh Intensitas Menonton Televisi Terhadap Kedisiplinan Belajar di Rumah Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 Penulis : Mega Iriani Lestanti NIM : 073111132 Latar belakang penelitian ini adalah bahwa tinggi dan seringnya anak menonton televisi dapat mengurangi kedisiplinan belajar, salah satunya belajar di rumah. Bahwa seringnya anak menonton televisi dapat menyita waktu dalam belajar, khususnya belajar di rumah. Kedisiplinan belajar di rumah salah satunya mengerjakan tugas (PR). Berdasarkan pemikiran di atas jelaslah bahwa intensitas menonton televisi mempunyai pengaruh yang kuat dengan kedisiplinan belajar di rumah. Kedisiplinan adalah merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Walisongo Kayen Pati pada Siswa kelas VIII. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Adakah pengaruh intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner, metode dokumentasi yang mana untuk memperoleh data- data intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati yang berjumlah 266 siswa. Kemudian Sampel yang diambil menggunakan probability sampling dengan proporsionate random sampling dari populasi sehingga berjumlah 30 siswa. Dari hasil penyebaran angket intensitas menonton televisi (X), sehingga dapat di ketahui rata-ratanya adalah 59,7. Dan rata-ratanya kedisiplinan belajar di rumah siswa (Y) adalah 49. Dilihat dari hasil analisis data pada penelitian ini diketahui bahwa intensitas menonton televisi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 Freg = 6,189 > Ftabel = 4,18 pada taraf 5% dengan nilai rata- rata 59,7. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini diketahui: pertama, intensitas menonton televisi sebesar 59,7 dalam kategori tinggi. Kedua, kedisiplinan belajar di rumah sebesar 49 dalam kategori cukup. Ketiga, diketahui bahwa intensitas menonton televisi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kedisiplinan belajar di rumah. Maka dari itu guru dan orang tua memberikan bimbingan belajar serta perhatian khusus terhadap siswa dalam mengurangi intensitas menonton televisi.
vi
TRANSLITERASI ARAB LATIN Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya. a
t}
b
z}
t
‘
s|
gh
j
f
h}
q
kh
k
d
l
z|
m
r
n
z
w
s
h
sy
’
s}
y
d} Bacaan madd:
Bacaan diftong:
a> = a panjang
= au
i> = I panjang
=a
u> = u panjang
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga menjadikan lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya ilahi kepada umat manusia sehingga dapat mengambil manfaatnya dalam memenuhi tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan , saran – saran serta motivasi dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Suatu keharusan bagi pribadi penulis untuk menyampaikan terimakasih kepada: 1. Dr. Suja’i, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah merestui pembahasan skripsi ini. 2. Drs. Abdul Rahman, M. Ag, selaku Dosen Wali Studi yang telah banyak berjasa kepada penulis untuk membimbing selama masa studi. 3. Drs. H. Jasuri M.SI, dan Drs. Shodiq, M. Ag, selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuk dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 4. Para dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan selama menempuh studi di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 5. Bapak / Ibu karyawan perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan perpustakaan IAIN Walisongo Semarang atas pelayanan buku selama penyusunan skripsi. 6. Keluarga Besar MTs Walisongo Kayen Pati. yang telah memberikan tempat kepada penulis dalam melakukan penelitian sehingga terciptanya kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
viii
7. Orang tuaku (ayahanda Siswanto dan ibu Puji Lestari) yang selalu mendukung untuk menyelesaikan studi ini. 8. Saudara – saudaraku (Sandi&Dayat)dan semua yang senantiasa memberikan semangat dan memperjuangkan segalanya demi suksesnya penulis menuntut ilmu. 9. Teman-teman penulis yang senasib dan seperjuangan (vi2, sava, lely, rina, dan semua anak PAI Paket D 2007) yang ikut memberikan motivasi selama menempuh studi, khususnya dalam proses pembuatan skripsi ini. 10.
Teman-teman kos 24 Shafira (Shofi, Widy, Umu, dan semuanya) yang
senantiasa member dukungan dan do’a. 11.
Untuk seseorang yang Spesial yang jauh disana (Dhu_Mey)
yang
senantiasa mendo’akan saya Syukron Katsiron. Harapan dan do’a penulis, semoga amal dan jasa baik dari semua pihak dapat menjadi amal baik dan semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam makna yang sesungguhnya, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat , baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, 03 Desember 2011 Penulis,
Mega Iriani Lestanti NIM. 073111132
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................
ii
PENGESAHAN .........................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING ..............................................................................
iv
ABSTRAK .................................................................................................
vi
TRANSLITERASI .....................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
viii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
x
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Penegasan Istilah ....................................................................
4
C. Rumusan Masalah ...................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................
6
E. Tujuan Penelitian ....................................................................
7
BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ........................................................................
8
B. Kerangka Teoritik ..................................................................
9
1. Intensitas Menonton Televisi .............................................
9
a. Pengertian Intensitas Menonton Televisi .......................
9
b. Fungsi Media Massa Televisi ........................................
10
c. Kelebihan dan Kelemahan Televisi ...............................
15
d. Peranan Televisi..............................................................
17
e. Dampak Menonton Televisi ...........................................
20
2. Kedisiplinan Belajar Di rumah ...........................................
24
a. Pengertian Kedisiplinan .................................................
24
b. Fungsi Kedisiplinan .......................................................
26
c. Macam-macam Disiplin..................................................
28
d. Pengertian Belajar Di rumah .........................................
29
x
e. Ciri-ciri Belajar ..............................................................
31
f. Aktivitas Belajar ............................................................
32
g. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Belajar Di rumah .............
36
h. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Di rumah ..
41
C. Kerangka Berpikir ..................................................................
42
D. Hipotesis .................................................................................
44
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ......................................................................
45
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
45
C. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................
45
D. Variabel dan Indikator Penelitian ...........................................
48
E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................
49
F. Teknik Analisis Data ..............................................................
50
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MTs Walisongo Kayen Pati .....................
55
B. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................
59
C. Analisis Uji Hipotesis ............................................................
67
D. Analisis Lanjut .......................................................................
72
E. Keterbatasan Penelitian ..........................................................
72
BAB V : KESIMPULAN A. Kesimpulan .............................................................................
74
B. Saran-Saran ............................................................................
75
C. Penutup....................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan media informasi, khususnya televisi, membuat dunia semakin hari semakin dekat saja meskipun arus informasi yang mengalir tersebut akan dan mempunyai dampak, baik dampak positif maupun negative. Perkembangan di bidang pertelevisian tersebut memungkinkan timbulnya persaingan yang cukup ketat di antara stasiun-stasiun televisi untuk menarik perhatian pemirsa. Sebagai akibatnya, dapat kita lihat dari banyaknya jenis acara yang menarik, mulai dari film, sinetron, kuis, acara musik dan sebagainya. Dengan adanya program-program yang menarik tersebut, pemirsa seperti dimanjakan, karena pemirsa tinggal memilih acara apa yang ingin ditontonnya, dan pada saluran televisi yang aman. Dengan banyaknya pilihan acara tersebut tidaklah mengherankan apabila hampir setiap saat anak-anak berada di depan pesawat televisi. Mulai dari bangun tidur, pulang sekolah bahkan menjelang tidur kembali. Di era globalisasi ini dengan semakin canggihnya perkembangan teknologi informasi salah satunya televisi sebagai audio visual yang memanjakan pemirsa dengan berbagai tayangannya. Televisi adalah salah satu bagian teknologi komunikasi (massa), dengan telah mempresentasikan diri sebagai simbol legenda baru, bahkan media televisi bisa dianggap sebagai salah satu media yang paling dominan dalam arus informasi global. Karena televisi sebagai audio visual menjadikan pemirsa mampu menyaksikan beragam peristiwa yang terjadi. Karena mudahnya media massa (televisi) diterima oleh masyarakat, oleh para pakar media massa (televisi) dinilai power full (perkasa), sehingga senantiasa mendapatkan perhatian yang seksama untuk diteliti. Televisi secara harafiah artinya “ melihat dari jauh”. Namun demikian, dalam pengertian sederhana ini sebenarnya meliputi dua bagian utama, yaitu pemancar televisi yang berfungsi mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar (View) bersama-sama dengan sinyal suara sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada jarak yang cukup jauh. Kedua televisi penerima
1
yang menangkap sinyal-sinyal tersebut dan mengubahnya kembali sehingga apa yang dipancarkan oleh transmisi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pesawat televisi adalah alat yang dapat digunakan untuk melihat dan mendengar dari tempat yang jauh.1 Teknologi komunikasi yang merajalela dan mudah didapat ialah media elektronik yang berupa televisi. Televisi sangat mudah didapat oleh masyarakat baik dari kalangan atas maupun bawah, dari anak-anak maupun orang tua. Setiap individu ingin menyaksikan acara-acara televisi, tidak harus dengan membeli, tetapi mereka bisa saja melihat di rumah tetangga, apalagi sekarang ini banyak sekali stasiunstasiun televisi swasta yang mudah dijangkau dimana-mana. Itulah sebabnya televisi swasta berlomba-lomba menggelar acara-acara yang menarik peminat penonton mereka (stasiun televisi) bersaing untuk mementingkan bisnis tidak memikirkan akibatnya. Televisi merupakan temuan international karena banyak ilmuwanilmuwan yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan teknologi ini.2 Dalam perkembangan yang cukup pesat beberapa tahun belakangan ini. Awalnya, kita hanya punya satu stasiun televisi, itu pun dimiliki oleh pemerintah, namanya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pada tahun 1989, lahirnya stasiun televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Stasiun tersebut menjadi televisi swasta pertama di Indonesia. Stasiun televisi swasta yang kemudian berturut-turut lahir adalah Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Indosiar, dan Andalas Televisi (Antv). Sejak era reformasi bergulir, televisi swasta pun semakin ramai bermunculan. Ada Metro TV, Transformasi Televisi (Trans TV), TV 7 yang kini menjadi Trans 7, Lativi yang belakangan memjadi TVOne, serta Global TV. 3 Secara umum, stasiun televisi terdiri atas televisi generalis dan televisi spesialis. Televisi generalis menyajikan program atau acara yang beragam, mulai sinetron, musik, film, acara anak-anak, hingga berita. Untuk televisi nasional yang 1
Ciptono Setyobudi, Pengantar Teknik Broadcasting Televisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), hlm. 2. 2
Ciptono Setyobudi, Pengantar Teknik Broadcasting Televisi, hlm. 2.
3
Usman, Television News Reporting dan Writing, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009),
hlm. 1.
2
termasuk dalam kategori televisi generalis adalah RCTI, SCTV, TPI, Indosiar, Antv, Trans 7, termasuk TVRI. Televisi spesialis menitikberatkan pada program tertentu. Metro TV dan TVOne adalah TV khusus yang cenderung atau menspesialiskan diri pada program berita. Akan tetapi, sebagaimana kita saksikan selama ini, televisi generalis maupun televisi berita, semuanya menyajikan program berita, semuanya menyajikan program berita. Televisi yang sebelumnya cenderung dipandang sebagai media hiburan, kini juga harus dipandang sebagai media informasi. Berita televisi sekarang bisa disebut telah menjadi kebutuhan utama masyarakat.4 Azhar Arsyad mengatakan bahwa, salah satu fungsi media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan mendapatkan informasi dengan cara sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim kondisi dan lingkungan belajar yang ditata yang diciptakan oleh guru.5 Dalam fenomena ini, bisa saja terjadi lantaran banyak tersedianya televisi yang mudah dijangkau oleh kalayak terutama kepada anak-anak. Jadi tidaklah mengherankan apabila di dunia media massa zaman sekarang, kasus menyibukkan anak-anak dengan media khususnya (televisi). Media televisi pada anak-anak terutama di MTs Walisongo khususnya kelas VIII memang mengalami peningkatan, apalagi dengan semakin menambahnya program-program televisi untuk anak-anak, hal itu memicu mereka menjadi semakin senang menonton televisi. Media yang sering dikonsumsi adalah televisi, yang dapat mereka konsumsi dengan bebas kapanpun mereka mau, mereka akan lebih sering duduk di depan televisi saat jamjam acara anak-anak, bahkan acara lain. Belajar sendiri atau mandiri di rumah adalah tugas paling pokok dari setiap siswa. Syarat utama belajar sendiri
di rumah adalah ketentuan belajar seperti
memiliki jadwal belajar tersendiri meskipun terbatas waktunya. Bukan lamanya belajar yang diutamakan, tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar di rumah. Adapun terbentuknya sikap disiplin belajar dari seorang anak tidaklah bisa terwujud begitu saja melainkan dari sebuah proses yang salah satunya melalui 4
Usman, Television News Reporting dan Writing, hlm. 2-3.
5
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 15.
3
kebiasaan atau aktifitas sehari-hari yaitu mengerjakan apa yang ditugaskan Bapak dan Ibu guru (PR), membaca buku lain yang ada hubungannya dengan pelajaran di sekolah, mempersiapkan atau mempelajari kembali pelajaran yang akan diajarkan besok, melengkapi dan meringkas kembali catatan pelajaran, mengadakan belajar kelompok dengan teman. Dari keseluruhan permasalahan yang ada sebagaimana tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah.
B. Penegasan Istilah 1. Pengaruh Daya yang ada atau yang timbul dari suatu (orang, benda dan sebagainya) yang berkuasa (ghaib dan sebagainya).6 Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengaruh adalah akibat atau dampak yang disebabkan oleh daya yang timbul dari suatu perbuatan. Perbuatan yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan dengan kedisiplinan belajar di Rumah. 2. Intensitas Menonton Televisi. Intensitas adalah keadaan atau tingkatan atau ukuran tingkatan.7Ukuran tingkatan disini menggambarkan seberapa seringnya anak menonton televisi. Menonton adalah sasaran setiap program siaran dan sifatnya heterogen, karena itu agar lebih efektif dalam penerimaan pesan. Sehingga menonton diharapkan memberikan umpan balik, setelah mengikuti program siaran yang disiarkan, agar dapat digunakan sebagai bahan upaya penyempurnaan.8 Televisi sesungguhnya adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat 6
WJS Poerwadimanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003),
hlm.865. 7
WJS Poerwadimanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 384.
8
Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm.
236.
4
dilihat dan suara yang dapat didengar.9 Jadi intensitas menonton televisi yang dimaksud peneliti ini adalah frekuensi anak dalam menonton televisi, durasi anak menonton televisi, tingkat minat anak terhadap menonton televisi, dan tingkat perhatian anak terhadap acara televisi. 3. Kedisiplinan Belajar di rumah Kedisiplinan
berasal
dari
kata
disiplin
yang
artinya
ketaatan
(kepatuhan).10Mendapat awalan ke dan akhiran an menunjukkan adanya suatu sikap yang ada. Tujuan dari sebuah pembelajaran adalah untuk merubah tingkah laku atau pola pikir seseorang dari yang kurang baik menjadi lebih baik dan dari belum tahu menjadi tahu. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil dari pengalaman yang lalu.11 Sedangkan belajar di rumah bisa dikenal belajar sendiri atau mandiri adalah adanya ketentuan belajar seperti memiliki jadwal belajar tersendiri meskipun terbatas waktunya. Bukan lamanya belajar yang diutamakan, tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar.12 Jadi kedisiplinan belajar di rumah yang dimaksud peneliti ini adalah tepat waktu dalam belajar, ketepatan waktu dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR), belajar secara teratur. 4.
Siswa MTs Walisongo Siswa yang disebut dengan peserta didik yaitu pihak yang menjadi obyek pokok dari pendidikan. Dalam penelitian ini yang dimaksud siswa adalah pelajar atau peserta didik yaitu kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati. MTs adalah sekolahan atau perguruan biasanya berdasarkan agama Islam, tingkat menengah pertama. Dalam penelitian ini yang dimaksud MTs adalah sekolah atau perguruan yang berdasarkan agama Islam tingkat menengah.
9
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 50.
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm. 257. 11
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: IAIN Walisongo, 2001), hlm. 23.
12
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 117.
5
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dirumuskan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana intensitas menonton televisi siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011? 2. Bagaimana Kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011? 3. Adakah pengaruh intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011?
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih disiplin lagi dalam belajar khususnya di rumah. 2. Bagi Guru Ini diharapkan dapat meningkatkan anak dalam disiplin belajar khususnya di rumah. 3. Bagi Orang Tua Penelitian ini diharapkan agar para orang tua dapat lebih aktif dan mendukung dan memotivasi anaknya untuk belajar khususnya belajar di rumah. 4. Bagi Peneliti Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada peneliti tentang kedisiplinan belajar khususnya di rumah. 5. Bagi Sekolah Memberi sumbangan pemikiran sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah.
6
E. Tujuan Penelitian Berpijak pada masalah di atas, maka penelitian ini dimaksudkan dengan tujuan yaitu: 1. Untuk mengetahui intensitas menonton televisi siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011. 2. Untuk mengetahui kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011.
7
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Sejauh pengetahuan peneliti dari beberapa literatur yang dibaca, terdapat beberapa skripsi yang membahas tentang Intensitas menonton Televisi dan Kedisiplinan belajar di rumah diantaranya adalah: Adi Priyo Hermawan, mahasiswa IAIN Walisongo Semarang (3100003) dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Kedisiplinan Belajar terhadap Prestasi Belajar PAI siswa kelas 11 SLTP HASANUDDIN 6 SEMARANG. Dalam penelitian ini penulis mengadakan penelitian tentang kedisiplinan belajar siswa di sekolah tersebut (SLTP) hubungannya dengan prestasi PAI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedisiplinan belajar di sekolah berpengaruh positif. 1 Netty Herawati, mahasiswi IAIN Walisongo Semarang (073111608) dalam skripsi ini yang berjudul Pengaruh Intensitas Menonton tayangan film Kekerasan di Televisi terhadap
Perubahan Perilaku Peserta Didik di MA AL-HIDAYAH
PLELEN BATANG. Dalam penelitian ini penulis mengadakan penelitian tentang intensitas menonton tayangan film kekerasan di televisi hubungannya terhadap perubahan perilaku peserta didik di MA Al-Hidayah Plelen Batang. Hasil penelitian menunjukkan peserta didik MI Al-Hidayah Plelen setiap hari menonton tayangan film kekerasan di televisi, atau dengan kata lain intensitasnya dalam menonton tayangan film kekerasan berada pada kategori tinggi.2 Elin Nurwanti, mahasiswi IAIN Walisongo Semarang (3102298) dalam skripsi ini yang berjudul Pola
Didik Orang Tua dan Kedisiplinan Belajar
Hubungannya dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMP N 1
1
Adi Priyo Hermawan, Pengaruh Kedisiplinan Belajar terhadap Prestasi Belajar PAI, Siswa Kelas 11 SLTP Hasanuddin 6 Semarang, (Skripsi tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005) 2
Netty Herawati, Pengaruh Intensitas Menonton Tayangan Film Kekerasan Di Televisi Terhadap Perubahan Perilaku Peserta Didik, (Skripsi tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007)
8
BELIK KABUPATEN PEMALANG. Terdapat hubungan positif pola didik orang tua terhadap prestasi belajar PAI siswa.3 Dipertegas bahwa penelitian ini berbeda dengan terdahulu yaitu: Pengaruh Intensitas Menonton Televisi Terhadap Kedisiplinan Belajar di Rumah Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen kab. Pati tahun Pelajaran 2010/2011.
B. Kerangka Teoritik 1. Intensitas Menonton Televisi a. Pengertian Intensitas Menonton Televisi Intensitas adalah keadaan atau tingkatan atau ukuran tingkatan.4Ukuran tingkatan disini menggambarkan seberapa seringnya anak menonton televisi. Menonton adalah sasaran setiap program siaran dan sifatnya heterogen, karena itu agar lebih efektif dalam penerimaan pesan. Sehingga menonton diharapkan memberikan umpan balik, setelah mengikuti program siaran yang disiarkan, agar dapat digunakan sebagai bahan upaya penyempurnaan.5 Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang.6 Televisi sesungguhnya adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar.7
3
Elin Nurwanti, Pola Didik Orang Tua dan Kedisiplinan Belajar Hubungannya dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam. (Skripsi tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2003) 4
WJS Poerwadimanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm.
5
Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm.
6
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2010), hlm. 50.
7
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, hlm. 50.
865. 236.
9
Dari beberapa pendapat tersebut dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud intensitas menonton televisi adalah kegiatan yang dilakukan setiap hari secara terus menerus tanpa disadari oleh seorang anak kegiatan baku di kebanyakan rumah. Hal yang paling mudah dilakukan di rumah adalah memencet tombol pesawat televisi, menelusuri saluran-saluran, mencicipi komedi ruang tamu di saluran X atau acara permainan di saluran Z, dan tanpa disadari tahu-tahu malam sudah larut. Pesawat televisi telah menjadi perapian elektronik yang menentramkan untuk dimiliki, tetapi tidak memberikan banyak kehangatan. b. Fungsi Media Massa Televisi 1) Televisi Sebagai Media Pendidikan Televisi pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak hanya menghibur, tetapi lebih penting adalah mendidik.8 Menurut Azhar arsyad televisi pendidikan adalah penggunaan program video yang dirancangkan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak sekedar menghibur tetapi lebih penting adalah mendidik. Oleh karena itu, memiliki cirri-ciri tersendiri, antara lain: a) Dituntut oleh instruktur seorang guru atau instruktur menuntun siswa melalui pengalaman-pengalaman visual. b) Sistematis siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan tujuan dan pengalaman belajar yang terencana c) Teratur dan berurutan siaran disajikan dengan selang waktu yang beraturan secara berurutan di mana satu siaran dibangun atau mendasari siaran lainnya.
8
Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hlm.139.
10
d) Terpadu siaran berkaitan dengan pengalaman belajar lainnya seperti latihan, membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis, dan pemecahan masalah.9 Acara pendidikan yang disiarkan melalui media massa televisi, kalau dilihat prosesnya merupakan proses komunikasi, dan komunikasinya tidak mempunyai kebebasan karena bersifat institusional. Di sini komunikator yang biasanya dalam dunia pendidikan disebut sebagai pendidik atau lebih dikenal sebagai guru/dosen, sedangkan pesan yang disampaikan disebut sebagai mata pelajaran/kuliah yang tentu saja mengandung nilai-nilai pendidikan, sedangkan sebagai komunikasinya adalah anak didik yang lazim disebut sebagai murid/anak didik/mahasiswa. Semula dinilai bahwa televisi siaran kurang bermanfaat dalam dunia pendidikan, hal ini mengingat biaya operasionalnya cukup mahal, tetap kemudian muncul pendapat-pendapat yang berlawanan, yang menyatakan bahwa televisi sebagai media massa sangat bermanfaat dalam memajukan pendidikan suatu bangsa. Dari pendapat itu dalam perkembangannya membuktikan bahwa dengan sifat audio visual yang dimiliki televisi, menjadikan televisi sangat pragmatis, sehingga mudah mempengaruhi penonton dalam hal: sikap, tingkah laku dan pola berpikirannya, maka tidak pantaslah kalau dalam waktu relatif singkat televisi telah menempati jajaran teratas dari jajaran media massa. Bahwa televisi adalah sebagai “jendela dunia”, apa yang
dilihat
melalui jendela ini, sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi, hal ini seperti diungkapkan oleh Walter Lippman beberapa tahun yang lalu, bahwa dalam pikiran seseorang ada semacam ilustrasi gambar dan gambargambar ini proses belajar, terutama sekali yang berkenan dengan orang, tempat dan situasi yang tidak setiap orang pernah ketemu mengunjungi atau telah mempunyai pengalaman..
9
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, hlm. 51
11
Hal itu menyebabkan apabila seseorang melihat susunan gambar di layar televisi merasakan ada sesuatu yang baru, disebabkan penonton tadi hampir tidak dapat membedakan pengalaman yang telah dimiliki. Hal ini berarti bahwa audio visual dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang baru sesuai dengan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya, atau dapat memberikan “ pengalaman semu” atau Simulated Experience. Simulated Experience ini misalnya: a) Melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya. b) Berjumpa dengan seseorang yang sebelumnya belum pernah dijumpai. c) Datang ke suatu tempat yang belum pernah dijumpai. Dengan hal-hal seperti tersebut di atas, menyebabkan khalayak penonton perasaannya terlibat ke dalam pengalaman yang aktual. Dalam kehidupan sehari-hari sering mendapat berbagai pengalaman, hal ini disebabkan terintegrasinya kelima indra yang dimiliki, tetapi dengan menonton media audio visual, akan mendapatkan informasi sebesar 10% Dari informasi yang pernah diperoleh sebelumnya, ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Simulated Experience) dari media audio visual tadi. Pengalaman tiruan yang didapat justru akan memberikan kesan yang mendalam bagi penonton, dan inilah salah satu karakteristik media televisi yang sangat baik dimanfaatkan untuk merencanakan program siaran, khususnya program siaran pendidikan, sebab akan membuat khalayak penonton tertarik pada hal-hal yang baru serta mempunyai keinginan untuk mengetahui hal-hal yang lebih banyak, dampak yang demikian ini merupakan gejala kejiwaan, di mana khalayak merasakan adanya perubahan emosinya, termasuk
di
dalamnya
berkenaan
dengan
kesenangan,
kesedihan,
kegembiraan, kesusahan, kegusaran, percintaan dan sebagainya. Karena media televisi benar-benar sebagai pekerja seni yang hasil karyanya dapat mendapatkan atau membangkitkan emosi khalayaknya, atau dengan kata lain, program siaran yang disajikan melalui media ini memungkinkan untuk mempengaruhi sikap, tingkah laku, pola pikir, di mana prosesnya berjalan dibawah sadar mereka.
12
Perubahan-perubahan itu, baik yang positif maupun negatif, sangat dirasakan sekali bagi kaum muda apalagi kalau penyajiannya sangat vulgar. Hal-hal tersebut di atas mengharuskan kepada mereka yang berkecimpung di media massa televisi, harus selalu mengingat besarnya pengaruh terhadap khalayak, sehingga dalam merencanakan program siaran harus selalu diusahakan
kemungkinan
timbulnya
pengaruh-pengaruh
yang
tidak
diinginkan, sebaliknya, justru mampu memberikan hal-hal yang positif bagi perkembangan jiwa serta mampu menunjang kesejahteraan kehidupan. Karena itulah komisi penyiaran indonesia telah menyusun berbagai petunjuk arah dan tujuan setiap kategori program siaran.10 2) Televisi Sebagai Media Hiburan Meskipun secara konseptual fungsi televisi sama dengan media massa lainnya, yaitu informatif, edukatif, dan menghibur, namun fungsi terbesar dari media televisi adalah menghibur. Berbagai hasil studi menunjukkan bahwa motif utama orang menonton televisi adalah mencari hiburan, setelah itu mencari informasi, dan paling akhir adalah mencari pengetahuan/pendidikan. Media televisi adalah hiburan sehingga ia memperolok khalayak dengan sindiran “ menghibur diri sampai mati “. Oleh karena itu dalam memproduksi program apa pun untuk televisi senantiasa mempertimbangkan aspek menghibur. Potensi menghibur ini pada satu sisi dapat dipahami sebagai ancaman bagi dunia pendidikan, tetapi pada sisi lain justru menjadi keunggulan terutama jika dikaitkan dengan teknologi pembelajaran yang mengembangkan konsep belajar secara menyenangkan (joyful Learning).11 Di dunia hiburan sering dipandang negatif atau sebagai kurang bermakna. Kegiatan sekolah umumnya dipisahkan dari hiburan. Tetapi dalam budaya lisan sebelum ada tulisan hiburan dan pendidikan menjadi satu. Demikian juga dalam kebudayaan audiovisual segala-segalanya paling sedikit mempunyai unsur hiburan. Kalau tidak menghibur umumnya sebuah
10
Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, hlm. 117-120.
11
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, Cetakan Pertama, 2010), hlm.
16.
13
tayangan tidak akan ditonton. Sekarang ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia. Tanpa hiburan manusia tidak dapat wajar. Hiburan itu merupakan rekreasi, artinya berkat hiburan manusia menjadi segar untuk kegiatan-kegiatan yang lain. Dalam hal ini, hiburan juga dapat diberi nilai yang di Amerika Serikat sering disebut recreational success, yaitu keberhasilan sebagai rekreasi. Tentu orang yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di depan layar televisi umumnya ingin dihibur. Namun, ini tidak berarti, mereka tidak mau belajar juga. Di dalam penelitian di antara ibu-ibu rumah tangga penggemar tayangan sereal telenovela di Amerika latin ditemukan, telenovela itu dipilih karena ibu-ibu itu merasa, dengan menonton serial itu, mereka dapat berbicara lebih baik dan berani sehingga tidak mudah dikuasai oleh suami yang macho. Sering juga mereka kemudian meniru para wanita di layar televisi dengan cara berpakaian, berias dan berdandan. Kalau tidak ada apa-apa yang dapat dipelajari, suatu hiburan umumnya kurang menarik. Hal ini tidak berarti, seorang pendidik (dari kebudayaan tulis) dengan mudah dapat memasukkan suatu pesan pendidikan. Kalau itu terjadi, tayangan tersebut akan dijauhi oleh para pemirsa. Namun, pembuat program televise yang baik memperhatikan dengan jeli sekiranya apa yang ingin dipelajari oleh para penonton. Kalau kemudian yang diinginkan ternyata dapat mereka temukan dalam suatu tayangan yang menghibur, ada kemungkinan program itu sukses. Hiburan melalui ibarat kue tart yang terlalu manis, lama-kelamaan menjemukan juga.12 Bila melihat apa saja tayangan televisi yang banyak ditayangkan di Indonesia, bila kita saksikan secara seksama bisa ditarik garis besarnya sebagai berikut: a) Infotainment, tentu saja tayangan berbau gosip dan membahas mengenai problematika para artis dan gaya hidupnya yang cenderung mewah dan ala socialite adalah suatu hal yang menarik. Rakyat biasa bisa memiliki “ mimpi “ gaya hidup para artis tersebut. 12
Ruedi Hofmann, Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi Menjadikan Televisi Budaya Rakyat.(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999) hlm. 57.
14
b) Games, tentu saja ini cenderung ditayangkan pada malam hari. Dengan berbagai konsep dan format. Dari sekedar adu fisik, hingga tebak kata dan bahkan registrasi sms yang tentunya memakan waktu dan biaya. c) Sinetron, acara televisi saat ini tentunya didominasi oleh tayangan sinetron yang ditayangkan hampir seluruh stasiun televisi swasta. Selain dibumbui dengan banyaknya kehidupan mewah yang wah, juga berbagai adegan kekerasan dan berurai air mata. Namun masih juga “ merajai” rating televisi hingga sinetron masih menjadi acara favorit tontonan pemirsa. d) Reality show, saat ini reality show juga telah menjadi primadona tayangan televisi. Dimulai dari playboy kabel, minta tolong, termehek-mehek dan lain sebagainya. Mengungkapkan banyak realiti yang terjadi di masyarakat dan menggugah kepedulian dan kesadaran sosial para penontonnya. Acara dan tayangan yang berbau mistis, goyang dangdut dan lainnya. 13 c. Kelebihan dan Kelemahan Televisi Harus diakui bahwa televisi telah memberikan “warna” yang begitu kuat pada dunia ini. Kita bisa saja mematikan televisi, tetapi kita tidak dapat dengan mudah untuk mematikan pengaruh acara televisi itu, khususnya bagi anak-anak kita. Kita perlu tahu bahwa anak-anak yang masih kecil, belum bisa membedakan antara kenyataan dan fantasi acara di televisi. Bagi anak yang masih kecil, setiap informasi yang di sampaikan secara berulang-ulang akan dianggap sebagai kebenaran.14 Selain film, televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara audio-visual dengan disertai unsur gerak. Dilihat dari sudut penyampaian pesannya televisi tergolong kedalam media massa. Sebagai media pendidikan televisi memiliki televisi memiliki kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangannya. 1) Kelebihan Televisi a) Televisi dapat memancarkan sebagai jenis bahan audio-visual termasuk gambar diam, film, obyek, spesimen dan drama. 13
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, hlm. 13.
14
Gunawan Ardiyanto, Cara Mendidik Anak, hlm. 93.
15
b) Televisi dapat menyajikan model dan contoh-contoh yang baik bagi siswa. c) Televisi dapat membawa dunia nyata ke rumah dan ke kelas- kelas, seperti orang, tempat-tempat, dan peristiwa-peristiwa melalui penyiaran langsung atau rekaman. d) Televisi dapat memberikan kepada peluang untuk melihat dan mendengar diri sendiri. e) Televisi dapat menyajikan program-program yang dapat dipahami oleh siswa-siswa dengan usia dan tingkatan yang berbeda-beda. f) Televisi dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit diperoleh pada dunia nyata, misalnya ekspresi wajah, detail operation, dan lain-lain. g) Televisi dapat menghemat waktu guru dan siswa, misalnya dengan merekam siaran pelajaran yang disajikan dapat diputar ulang jika diperlukan tanpa harus melakukan hal itu lagi. Disamping itu televisi merupakan cara yang ekonomis untuk menjangkau sejumlah besar siswa pada lokasi yang berbeda-beda untuk penyajian yang bersamaan. h) Televisi dapat menambah pengetahuan guru dalam hal mengajar. 2) Kelemahan televisi a) Televisi hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah. b) Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan untuk memahami pesan-pesan sesuai dengan kemampuan individual siswa. c) Guru tidak memiliki kesempatan untuk memahami pesan-pesannya sesuai dengan kemampuan individu siswa. d) Layar pesawat televisi tidak mampu menjangkau kelas besar sehingga sulit bagi siswa untuk melihat secara rinci gambar yang disiarkan. e) Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan guru dan siswa, bisa jadi bersikap pasif selama penayangan.15
15
Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, hlm. 144-146.
16
d. Peranan Televisi Ada kado istimewa untuk anak-anak Indonesia pada Hari Anak Nasional 23 Juli dengan dipublikasikannya semboyan Hari Tanpa Televisi (HTTV). Sebut saja kado istimewa karena HTTV diluncurkan untuk menolong anak dan remaja di tanah air dari bahaya televisi. Isi televisi, sebagaimana diketahui, banyak sekali menampilkan tontonan yang mengkhawatirkan bagi anak dan remaja, seperti berita kriminalitas yang berdarah-darah, video klip yang beraroma dewasa dan kental dengan nuansa seks. Bahkan acara yang dikatakan sebagai acara anak pun tak aman-aman amat bagi anak. Banyak film kartun atau sinetron anak yang menampilkan adegan yang tidak pantas ditonton anak. Inilah sebabnya, mau tidak mau individu sendiri yang harus membentengi dirinya sendiri dan keluarganya untuk menahan laju dampak buruk.16 Dari pengalaman sendiri dalam usaha menentukan batas waktu menonton televisi. Ada dua hal penting. Pertama: kejelasan mengenai peraturan amat penting. Agar peraturan bisa dijalankan, kejelasan ini harus ada pada semua anggota keluarga. Kedua: sekali anak-anak tahu batasnya, mereka akan bereaksi. Sebagaimana dengan bidang-bidang lain dalam kehidupan mereka, dengan televisi pun anak-anak lebih suka mempunyai harapan-harapan yang jelas. Beberapa kritikus televisi pernah menyatakan bahwa kita harus memboikot televisi dan membuangnya sama sekali. Saya yakin reaksi ekstrem ini akan melenyapkan televisi berikut semua kebaikan maupun keburukannya. Pemecahan ekstrem ini mungkin berhasil untuk sementara, tetapi dalam jangka panjang kita sering kembali pada kebiasaan lama program “ diet darurat” ini juga tidak praktis bagi banyak keluarga modern. Walaupun demikian, agar keluarga-keluarga mengadakan eksperimen dengan mengubah kebiasaan mereka untuk memenuhi kebutuhan dan jadwal mereka sendiri. Bagi beberapa keluarga, program “ Pekan Tanpa Televisi “ (atau “Bulan Tanpa Televisi”) mungkin merupakan gagasan bagus. Keluarga lain mungkin akan mengurangi kegiatan menonton televisi secara bertahap dengan 16
Imam Ahmad Ibnu Nizar, Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini,(Yogyakarta: DIVA Press, 2009), hlm. 57.
17
satu dua jam setiap minggu. Bahkan ada alat-alat tertentu yang memungkinkan anda mengunci pesawat televisi selama jam penayangan program-program yang anda, atau mengeluarkan semacam “ kartu kredit” bagi para anggota keluarga, yang bisa ditukar dengan jam menonton.17 Kelemahan media televisi itu, komunikasinya hanya satu arah, sehingga khalayak penonton menjadi pasif, artinya penonton tidak bisa memberikan tanggapan-tanggapan secara langsung. Karena itu tidak mengherankan kalau ada beberapa pendapat yang mengatakan, televisi sebagai media massa yang mendorong orang untuk bermalas-malasan. Bahkan cenderung berpengaruh negatif terhadap tingkah laku dan sikap seseorang. Sebetulnya sebagai pembawa pesan bersifat “netral” artinya dapat berpengaruh positif ataupun negatif. Terjadinya pengaruh positif maupun negatif terhadap khalayak penonton, khususnya anak-anak, bukan bersumber kepada medianya, melainkan bagaimana memanfaatkan media tersebut. Dengan demikian, peran orang tua sangat dominan terhadap adanya pengaruh positif maupun negatif terhadap anak-anak itu. Peran orang tua dalam memberikan arahan kepada anak-anak, agar anak-anak tidak terjerat di depan layar kaca, tanpa mengerti acara yang dilihatnya. Orang tua harus tekun memilihkan acara yang layak ditonton oleh anaknya. Dengan kebijaksanaan demikian itu, potensi yang dimiliki media televisi menjadi positif karenanya, dalam arti mampu memberikan tambah-tambahan pengetahuannya serta ketrampilan, bukan saja kepada anakanak tetapi juga kepada khalayak penonton pada umumnya, bahkan mereka yang buta huruf pun dapat memanfaatkannya. Harus diakui bahwa dengan karakteristik yang dimiliki, media massa televisi mempunyai nilai lebih, bila dibandingkan dengan media-media pendahuluannya. Pengaruh media televisi dalam pendidikan, asalkan melibatkan orang tua untuk memberikan pengarahan. Sebab belajar pada hakikatnya tidak mungkin dapat dilakukan tanpa adanya usaha dari anak sendiri dan melibatkan pihak lain untuk aktif dalam proses belajar. Di lingkungan keluarga misalnya 17
Milton Chen, Mendampingi Anak Menonton Televisi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 114.
18
orang tua harus aktif memantau acara-acara televisi dan mengarahkan anakanaknya, acara mana yang ditonton oleh anaknya, sedangkan di sekolah, misalnya, guru-guru memberikan tugas tertentu kepada anak-anak untuk memantau acara siaran televisi. Misalnya Acara Cerdas Cermat, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Acara pedesaan dan bahkan masalah komposisi warna. Setelah anak memberikan laporan dari hasil pengamatannya. Masalahnya sekarang, stasiun televisi harus menyebarkan susunan acaranya jauh sebelumnya dan tidak melakukan perubahan-perubahan yang berarti, sehingga dapat mengganggu rencana sekolah yang telah disusunnya. Karena itu perlu adanya kerja sama antara sekolah dengan stasiun televisi. Di hampir setiap rumah, terdapat perangkat televisi yang kadang-kadang menciptakan masalah baru bagi anak-anak. Terjadi pertengkaran karena rebutan program televisi apa yang akan ditonton. Orang tua mulai cemas mengenai kesan yang diterima dari acara televisi. Orang tua khawatir dengan hiburan yang pasif dari televisi dan banyaknya waktu yang terbuang di depan televisi. Seperti halnya banyak acara anak-anak atau kegiatan keluarga yang tergeser oleh acara televisi seperti kegiatan. 1) Pekerjaan rumah (PR) terabaikan karena anak asyik nonton televisi. 2) Jam tidur diulur-ulur, mundur karena menunggu acara favorit di televisi berakhir. 3) Jam makan diatur oleh atau berdasarkan acara televisi. 4) Diskusi keluarga menjadi tidak fokus karena “ disambi” nonton televisi.18 Pemberian tugas kepada anak-anak tersebut kiranya dapat dimasukkan dalam kegiatan intra maupun ekstra kurikuler. Dengan jalan demikian berarti guru telah mengarahkan anak didiknya bagaimana cara menonton televisi dan apa yang harus ditontonnya. Hal ini karena sekolah merupakan suatu lembaga yang paling efektif untuk mempengaruhi anak-anak. Oleh karena itu, hal tersebut perlu mendapatkan perhatian kita semua, mengingat bahwa anak-anak dalam menonton televisi cenderung hanya sekedar menonton. Mereka pasif dan hampir18
Gunawan Ardiyanto, Cara Mendidik Anak, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010),
hlm. 91.
19
hampir tidak berpikir. Hal ini akan sangat merugikan bagi perkembangan si anak dan kalau gejala yang demikian dibiarkan berlarut-larut, akhirnya si anak akan menjauh kegemaran membaca media cetak, di mana membaca masih harus dibarengi dengan kemampuan mencerna. Siaran pendidikan melalui televisi bagaimanapun tetap menarik bagi anak-anak dan dapat membantu anak-anak belajar yang lebih baik. Sebab televisi mampu menyajikan bahan yang bergerak dinamis, sehingga merangsang perhatian
anak-anak.
Dengan
demikian
anak-anak
lebih
tertarik
dan
mencernakannya. Memang pengalaman penulis menunjukkan, pada awal tahun 1966 setelah TVRI stasiun Yogyakarta diresmikan, ada satu program siaran cerita bergambar yang diasuh oleh orang yang cukup pengalaman dibidang radio. Pada awalnya memang digemari oleh anak-anak, karena secara auditif dan visual mampu menyentuh perasaan anak-anak. Tetapi, setelah kondisi stasiun mulai berkembang, muncullah acara Kuncung dan Bawuk karya rekan Habib Bari, yang berupa sandiwara boneka, meskipun boneka yang digunakan masih sederhana. Cerita yang disuguhkan acara ini cukup menarik dan bertemakan pendidikan. Meskipun demikian, toh akhirnya Kuncung dan Bawuk mampu menggeser acara cerita bergambar, yang disajikan dengan gambar-gambar statis. Hal itu karena sandiwara boneka tadi lebih dinamis.19 e. Dampak Menonton Televisi Televisi merupakan media massa yang mengalami perkembangan paling fenomenal di dunia. Meski lahir paling belakangan dibanding media massa cetak, dan radio namun pada akhirnya media televisilah yang paling banyak diakses oleh masyarakat di mana pun di dunia ini. Dalam hal penggunaannya pun juga sangat fantastis. Banyaknya waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi oleh seorang tamatan SMTA mencapai 16,000 jam. Sedangkan waktu yang dihabiskan untuk sekolah hanya 11.000 jam, menonton film, mendengarkan radio dan kaset hanya 5.000 jam. Memperlihatkan kecenderungan masyarakat dalam hal mendengarkan radio, menonton televisi,
19
Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, hlm. 121-128.
20
dan membaca surat kabar. Rata-rata secara nasional, waktu mendengarkan radio ada penurunan dari 62,7% (1998) menjadi 43,3%, menonton televisi dari 79,8% turun menjadi 78,9%, dan membaca surat kabar dari 25,8% pada tahun 1998 turun, tinggal 17% pada tahun 2000. Kemudian dari sejumlah survei yang dilakukan secara terpisah oleh lembaga yang berbeda selama 2005-2006 diketahui bahwa kecenderungan menonton televise telah meningkat rata-rata 80%, sedangkan kegiatan membaca Koran semakin rendah, demikian pula kegiatan mendengarkan radio. Paparan data diatas menunjukkan betapa besar pengaruh media televisi bagi kehidupan manusia modern. Banyak aspek kehidupan manusia dari mengenai jadwal tidur, menu makan, jenis minuman, memilih sabun mandi, sampo, minyak rambut, parfum, fashion, mode tata rambut, tempat tamasya, topik perbincangan, humor, pilihan lagu, dan lain-lain; semuanya dipengaruhi oleh tayangan televisi. Oleh karena besarnya pengaruh televisi bagi kehidupan manusia modern maka kemudian muncul keinginan untuk memanfaatkan televisi sebagai media pendidikan. Kalau saja media yang sangat berpengaruh itu dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan tentu akan memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan peradaban manusia. Harapan demikian itulah yang mendorong munculnya upaya-upaya di berbagai negara untuk mewujudkan televisi sebagai media pendidikan, lalu muncullah istilah televisi pendidikan atau TV-E (Educational Television).20 Dampak yang timbul bagi anak-anak akibat menonton televisi bisa dilihat dari: 1) Perilaku Peniruan
perbuatan
kekerasan,
kekhawatiran
para
psikologis,
pemimpin agama, bila anak-anak secara rutinitas melahap aneka ragam acara dalam berbagai bentuk format, terutama film kekerasan, maka punya kemungkinan besar akan meniru dalam keseharian mereka.
20
Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi, hlm. 12.
21
2) Sikap Tidak dapat membedakan mana kenyataan dan khayalan. Dapat dimaklumi anak-anak berpandangan mereka yang tampil di layar televisi merupakan hal yang nyata. Hal ini disebabkan berpikirnya anak masih sederhana. Ingin mendapatkan semata secepat mungkin. Karena segalanya serba seketika, sesuatu yang berlangsung serba cepat berlaku bagi penayangan televisi adalah detik. 3) Pendidikan Menghabiskan waktu, Banyak waktu yang dihabiskan anak hanya untuk menonton televisi, sehingga mengurangi aktivitas yang lain seperti bermain dengan sesamanya, membantu kedua orang tua, mengerjakan tugas belajar dan tugas rumah. 4) Mengurangi minat belajar 5) Budaya dan agama Dapat mengurangi identitas nasional dan kekaguman yang berlebihan kepada budaya barat. Segala sesuatu yang menjadi jati diri bangsa menjadi berkurang, namun jika timbul kekaguman apa saja yang tampil di layar televisi, hal-hal yang buruk maka perlu mencegahnya. Mengaburkan nilai-nilai agama. Banyak sajian televisi yang tidak mengindahkan norma-norma keagamaan, bahkan bertentangan dengan nilai sosial budaya ketimuran yang ada ditengah masyarakat kita.21 Banyak anak menghabiskan lebih banyak waktu di depan televisi ketimbang
bersama
orang
tuanya.
Pada
1990-an,
anak-anak
rata-rata
menghabiskan 26 jam seminggu untuk menonton televisi. Terlalu lama menonton televisi mengurangi kebugaran fisik anak. Menonton terlalu lama juga mengurangi waktu yang digunakan untuk mengerjakan PR dan aktivitas yang berhubungan dengan sekolah lainnya. Yang mengejutkan, menjelang anak lulus
21
Milton Chen, Mendampingi Anak Menonton Televisi, hlm. 103.
22
SMA, mereka telah menghabiskan waktu 20.000 jam menonton televisi, dan jumlah ini lebih lama ketimbang yang dihabiskan di ruang kelas.22 Banyak anak menghabiskan lebih banyak waktu di depan televisi ketimbang
bersama
orang
tuanya.
Pada
1990-an,
anak-anak
rata-rata
menghabiskan 26 jam seminggu untuk menonton televisi. Terlalu lama menonton televisi mengurangi kebugaran fisik anak. Menonton terlalu lama juga mengurangi waktu yang digunakan untuk mengerjakan PR dan aktivitas yang berhubungan dengan sekolah lainnya. Yang mengejutkan, menjelang anak lulus SMA, mereka telah menghabiskan waktu 20.000 jam menonton televisi, dan jumlah ini lebih lama ketimbang yang dihabiskan di ruang kelas. Berikut ini beberapa rekomendasi yang dapat anda bicarakan dengan orang tua untuk mengurangi dampak negatif televisi dan meningkatkan dampak positifnya terhadap perkembangan anak. 1) Bantu anak mengembangkan kebiasaan yang baik sejak dini 2) Pantau kebiasaan menonton si anak dan atur apa yang harus mereka lihat, jangan biarkan anak menonton secara acak. Bicarakan dengan anak secara aktif. 3) Cari acara anak yang menampilkan anak-anak seusia anak anda. 4) Jangan sampai televisi menjadi ganti bagi aktivitas lainnya. 5) Lakukan diskusi dengan anak tentang tema-tema televisi yang sensitif. Beri mereka kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang acara televisi. 6) Seimbangkan kegiatan membaca dan menonton anak dapat “ menindaklanjuti “acara televisi yang menarik dengan mengeceknya melalui buku yang menjadi sumber dari acara televisi itu. Anak bisa mencari cerita lain yang ditulis oleh penulis buku. 7) Bantu anak-anak menyusun jadwal yang seimbang, yakni acara pendidikan, aksi, komedi, seni, fantasi, olahraga, dan sebagainya. Pastikan anak-anak tidak mengutamakan tontonan yang berisi kekerasan dan seks.
22
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet II. hlm. 97.
23
8) Tunjukkan contoh pasif yang memperlihatkan bagaimana beragam kelompok dan kultural bisa memberi sumbangan untuk membuat masyarakat menjadi lebih baik. 9) Tunjukkan contoh wanita yang melakukan kegiatan yang kompeten baik dalam profesi maupun rumah.23
2. Kedisiplinan Belajar di rumah a. Pengertian Kedisiplinan Kedisiplinan berasal dari kata disiplin (dalam bahasa Inggris: Disciplined: mendisiplinkan) yang mendapat awalan dan akhiran ke-an yang mempunyai arti ketaatan (kepatuhan) pada peraturan, tata tertib.24 Sedangkan menurut istilah: Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa latin “ disebel ” yang berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut mengalami perubahan menjadi “ discipline “ yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata tertib. Sekarang ini kata disiplin telah berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga banyak pengertian disiplin yang berbeda antara ahli yang satu dengan yang lain. Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “ disciple “ yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok.25 Sedangkan menurut Elizabeth B. Hurlock menyatakan ; ”Discipline is thus society‟s way of teaching the child the moral behaviour approved by the
23
John W. Santrock, Psikologis Pendidikan,Cet. II, hlm. 97.
24
Tim Penyusunu Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indoneisa, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm.268 . 25
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak jilid 2, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1978), hlm. 82.
24
group”26. (Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan anak perilaku moral yang disetujui kelompok). Dari beberapa penjelasan tersebut kita mengetahui bahwa disiplin adalah sikap patuh atau taat terhadap peraturan yang merupakan cerminan kualitas moral seseorang, Sesuai beberapa teori diatas, jadi kedisiplinan adalah suatu sikap yang patuh dan taat terhadap peraturan yang berlaku, dan apabila melanggarnya maka akan dikenai sanksi. Peraturan tersebut dapat berupa peraturan formal seperti peraturan yang ada di sekolah, maupun peraturan non formal yang berada di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Dalam Islam banyak mengajarkan nilai-nilai kedisiplinan. Seperti Firman Allah dalam QS. Al-„Ashr ayat 1-3 yang berbunyi:
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al „Ashr: 1-3)27 Dalam ayat lain dijelaskan pula: . ... " Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada rasul-Nya dan kepada Ulil Amri dari (kalangan) kamu....(An Nisa 59)28 Tata tertib (khususnya di rumah) ditujukan untuk membentuk sikap dan tingkah laku siswa. Disiplin yang otoriter cenderung mengembangkan sifat-sifat pribadi siswa yang tegang, cemas, dan antagonistik. Disiplin yang permisif, cenderung membentuk sifat siswa yang kurang bertanggung jawab, kurang menghargai otoritas, dan egosentris. Sementara disiplin yang demokratis,
26
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan anak jili 2, hlm. 393.
27
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur‟an, Al Qur‟an dan Terjemahnya Juz 1-15, (Kudus: Mubarokatan Thoyyibah, 2003), hlm. 87. 28
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur‟an, Al Qur‟an dan Terjemahnya Juz 4, hlm. 601.
25
cenderung mengembangkan tenang, dan sikap bekerja sama.
perasaan berharga, merasa bahagia, perasaan 29
b. Fungsi Kedisiplinan Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Berikut ini akan dibahas beberapa fungsi disiplin yaitu:30 1) Menata kehidupan bersama Manusia adalah sebagai mahluk sosial yang selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan tersebut, diperlukan norma, nilai, peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat berjalan baik dan lancar. Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku. Jadi fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia dan kelompok tertentu atau dalam masyarakat. 2) Membangun kepribadian Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku, dan pola hidup seseorang yang tercermin dalam penampilan, perkataan dan perbuatan seharihari. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan dan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi, menaati aturan-aturan yang berlaku. Kebiasaan ini lama-kelamaan masuk ke dalam kesadaran dirinya sehingga akhirnya menjadi milik kepribadiannya. Jadi lingkungan yang berdisiplin baik, akan berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seseorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tenteram, sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
29
H. Syamsul Yusuf, dkk, Toeri Kepribadian, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm.32. 30
Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo, 2004),
hlm. 38.
26
3) Pemaksaan Faktor yang mendorong terbentuknya kedisiplinan yaitu dorongan dari dalam (terdiri dari pengalaman, kesadaran, dan kemauan untuk berbuat disiplin) dan dorongan dari luar (perintah, larangan, pengawasan, ujian, ancaman, ganjaran). Disiplin dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Misalnya, ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke suatu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus menaati dan mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut. Dikatakan terpaksa karena melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri, melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi disiplin. Jadi, disiplin sangat berfungsi sebagai pemaksaan untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu. 4) Hukuman Hukuman berasal dari kata kerja latin, punire dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena melakukan suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.31 Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lain berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi/ hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. Jadi disiplin sangat diperlukan demi terbentuknya manusia yang berakhlak mulia. Dan dengan disiplin pula seseorang dapat belajar berperilaku dengan cara yang diterima di masyarakat. Maka orang yang berdisiplin akan mempunyai budi pekerti yang baik, dimana budi pekerti itu sangat dibutuhkan dalam kehidupan sosial.
31
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid II, hlm. 86.
27
c. Macam-macam Disiplin Disiplin dibagi menjadi tiga macam yaitu: 1) Disiplin otoritarian32 Dalam disiplin otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi dan menaati peraturan yang telah disusun dan berlaku ditempat itu. Apabila gagal menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, akan menerima sanksi dan hukuman berat. Disiplin otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laku berdasarkan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang. Hukuman dan ancaman kerap kali dipakai untuk memaksa, menekan, mendorong seseorang mematuhi dan menaati peraturan. 2) Disiplin permisif Dalam
disiplin
ini
seseorang
dibiarkan
bertindak
menurut
keinginannya. Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai keputusan yang diambilnya itu. Seseorang yang berbuat sesuatu, dan ternyata membawa akibat melanggar norma dan aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman. Dampak tehnik permisif ini berupa kebingungan dan kebimbangan. 3) Disiplin demokratis Pendekatan
disiplin
demokratis
dilakukan
dengan
memberi
penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik disiplin demokratis berusaha mengembangkan disiplin yang muncul atas kesadaran diri sehingga siswa memiliki disiplin diri yang kuat dan mantap. Dalam disiplin demokratis, kemandirian dan tanggung jawab dapat berkembang. Siswa patuh dan taat karena didasari kesadaran dirinya. Mengikuti peraturan-peraturan yang ada bukan karena terpaksa, melainkan atas kesadaran bahwa hal itu baik dan ada manfaat.
32
Tulus Tu‟u , Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, hlm. 44.
28
Disiplin demokratis menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik, dan menghasilkan kemandirian dalam berfikir, inisiatif dalam tindakan dan konsep diri yang sehat, positif, dan penuh rasa percaya diri yang direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka dan spontan.33 Dari ketiga macam disiplin tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin yang paling tinggi tingkatannya adalah disiplin otoritarian, karena dalam disiplin ini seseorang diberi sanksi yang berat apabila melanggar peraturan. Selanjutnya adalah disiplin permisif dimana tidak dikenai sanksi bagi yang melanggar, namun akan terjadi kebingungan. Tingkat disiplin yang terakhir adalah disiplin demokratis. Disiplin demokratis adalah disiplin yang tumbuh atas kesadaran dari diri sendiri, bukan karena paksaan. d. Pengertian Belajar di rumah Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.34 Menurut Lyle E Bourne, JR, Bruce R. Ekstrand: “Learning is a reatively permanent change in behavior traceable to experience and practice” Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan. Teaching and learning are not two sides of the same coin, but essentially different activites, although they both take place in public arena of the classroom.35
33
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid II, hlm.96.
34
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
hlm. 2.
29
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil dari pengalaman yang lalu.36 Sedangkan belajar di rumah bisa dikenal belajar sendiri atau mandiri adalah adanya ketentuan belajar seperti memiliki jadwal belajar tersendiri meskipun terbatas waktunya. Bukan lamanya belajar yang diutamakan, tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar.37 Jadi kedisiplinan belajar di rumah yang dimaksud peneliti ini adalah tepat waktu dalam belajar, ketepatan waktu dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR), belajar secara teratur. Sebagian terbesar dari proses perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar. Belajar yang disadari atau tidak, sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari buku atau dari media elektronika, belajar di sekolah di rumah, di lingkungan kerja atau di masyarakat. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal ini yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya. Unsur perubahan dan pengalaman hampir selalu ditekankan dalam rumusan atau definisi tentang belajar, yang dikemukakan para ahli dalam buku Nana Syaodih Sukmadinata, menurut Witherington “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yng berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Crow and Crow and Hilgard. Menurut crow and Crow
“belajar adalah diperolehnya kebiasaan-
kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”, sedang menurut Hilgard “belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”. 35
Lynne Cameron, Teaching Language To YLS, ( New York: Cambride University Press, 2001), hlm. 10. 36
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: IAIN Walisongo, 2001), hlm. 23.
37
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 117.
30
Mengenai peranan unsur pengalaman dalam belajar beberapa ahli menekankan hal tersebut dalam definisi mereka. Di Vesta and Thompson dalam menyatakan “belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil dari pengalaman”. senada dengan rumusan tersebut Gage and Berliner belajar adalah “… suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman”. sedangkan Hilgard menegaskan bahwa “belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang relative permanen, yang terjadi karena pengalaman.38 e. Ciri-ciri Belajar Dari beberapa pengertian belajar diatas, kita menemukan ciri-ciri umum masalah belajar sebagai berikut:39 1) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Oleh sebab itu pemahaman kita pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan semakin baik, bilamana intensitas keaktifan jasmaniah maupun mental seseorang semakin tinggi. Sebaliknya meskipun seseorang dikatakan belajar, namun bilamana keaktifan jasmaniah dan mental rendah berarti kegiatan belajar tersebut tidak dilakukan secara intensif. 2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang memungkinkan
individu
memperoleh
pengalaman-pengalaman
atau
pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya
38
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.155-156. 39
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 36-37.
31
interaksi. Adanya interaksi individu dengan lingkungannya ini mendorong seseorang untuk lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mentalnya guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian. 3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati (observable). Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati. Perubahanperubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik. Jadi ciri-ciri belajar adalah apabila seseorang dengan disengaja melakukan sesuatu disertai dengan bisa berinteraksi baik dengan orang sekitar maupun lingkungannya dan ditandai dengan hasil yaitu perubahan tingkah laku yang lebih baik.
f. Aktivitas Belajar Meskipun orang telah mempunyai tujuan tertentu dalam belajar serta telah memilih yang tepat untuk merealisasikan tujuan itu, namun tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi di manapun dan kapan saja memberi kesempatan belajar kepada seseorang. Situasi ini ikut menentukan set belajar yang dipilih. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh aktivitas belajar dalam belajar situasi. Dan tugas guru hanya memberikan bimbingan dan memberikan instruksi sebagaimana
dalam
Al-Qur‟an
banyak
menunjukkan
aktivitas
belajar,
diantaranya Surat An-Nahl ayat 78.
32
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan af‟idah (daya nalar), agar kamu bersyukur.40 Kata “Af‟idah” dalam ayat ini menurut pakar tafsir Al-Qur‟an Dr. Quraisy Shihab (1992) berarti “daya nalar” yaitu potensi/kemampuan berpikir logis dengan kata lain “Akal.41 1) Mendengar Dalam kehidupan sehari-hari bergaul dengan orang lain dalam pergaulan itu terjadi komunikasi verbal berupa percakapan. Percakapan memberikan situasi tersendiri bagi orang-orang yang terlibat tetapi secara tidak langsung mendengar informasi. 2) Memandang Setiap stimuli visual memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita pandang, akan tetapi tidak semua pandangan atau penglihatan kita adalah belajar. Meskipun pandangan tertuju kepada suatu objek visual, apabila dalam diri kita tidak terdapat kebutuhan, motivasi, serta set tertentu untuk mencapai suatu tujuan, maka pandangan yang demikian tidak termasuk belajar. Alam sekitar kita, termasuk juga sekolah dengan segenap kesibukannya, merupakan objekobjek yang memberi kesempatan untuk belajar. 3) Meraba, Membau, dan mencicipi/Mengecap Meraba, membau, dan mengecap adalah aktivitas sensoris seperti halnya pada mendengar dan memandang. Segenap stimuli yang dapat diraba dicium, dan dicecap merupakan situasi yang memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Hal aktivitas meraba, aktivitas membau, ataupun aktivitas mengecap dapat dikatakan belajar, apabila aktivitas-aktivitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan set tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku
40
Departement Agama RI, Al-Qur‟an al-karim dan Terjemah Bahasa Indonesia, (Kudus: Menara Kudus, 2006), hlm.275. 41
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.102.
33
4) Menulis dan Mencatat Setiap aktivitas pengindraan kita yang bertujuan, akan memberikan kesan-kesan
itu
merupakan
material
untuk
maksud-maksud
belajar
selanjutnya. Material atau objek yang ingin kita pelajari lebih lanjut harus memberi kemungkinan untuk dipraktekkan. Beberapa material di antarannya terdapat di dalam buku-buku, di kelas, ataupun dibuat catatan kita sendiri. 5) Membaca Seringkali ada orang yang membaca buku pelajaran sambil berbaring santai di tempat tidur. Membaca semacam ini adalah bukan aktivitas belajar. Ada pula orang yang membaca sambil berbaring dengan tujuan belajar menurut ilmu jiwa, membaca yang demikian belum dapat dikatakan sebagai belajar. 6) Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggaris bawahi Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang dapat membantu kita dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting kita beri garis bawah (underlining). Hal ini sangat membantu kita dalam usaha menemukan kembali materi itu kemudian hari. 7) Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram, dan Bagan-Bagan Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering kita jumpai tabel-tabel, diagram ataupun bagan-bagan dalam mempelajari materi yang relevan itu. Demikian pula gambar-gambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman kita tentang sesuatu hal. 8) Menyusun Paper atau Kertas Kerja Dalam membuat paper, pertama yang perlu mendap perhatian ialah rumusan topik paper itu. Dari rumusan topik-topik itu kita akan dapat menentukan materi yang relevan. Kemudian kita perlu mengumpulkan materi yang akan ditulis ke dalam paper dengan mencatatkan pada buku notes atau
34
kartu-kartu catatan. Paper yang baik memerlukan perencanaan yang masak dengan terlebih dulu mengumpulkan ide-ide yang menunjang serta penyediaan sumber-sumber yang relevan. 9) Mengingat Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu belum termasuk sebagai aktivitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi jika mengingat itu berhubungan dengan aktivitasaktivitas belajar lainnya. 10) Berpikir Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir, orang memperoleh penemuan baru, setidak-setidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu. 11) Latihan atau Praktek Latihan atau praktek adalah termasuk aktivitas belajar. Orang yang melaksanakan kegiatan berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan sesuatu aspek pada dirinya. Orang yang berlatih atau berpraktek sesuatu tentunya menggunakan tertentu sehingga setiap gerakan atau tindakannya terarah kepada sesuatu tujuan. Dalam berlatih atau berpraktek terjadi interaksi yang interaktif antara subjek dengan lingkungan. Dalam kegiatan berlatih atau praktek, segenap tindakan subjek terjadi secara integratif dan terarah ke suatu tujuan. Hasil latihan atau praktek itu sendiri akan berupa pengalaman yang dapat mengubah diri subjek serta mengubah lingkungannya. Lingkungan berubah dalam diri anak.42 Beberapa indikator yang dapat dikemukakan agar kedisiplinan belajar di rumah dapat dibina dan dilaksanakan dalam proses pendidikan sebagai mutu pendidikan:
42
Shaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2002), Hlm.
38-45.
35
1) Tepat waktu dalam belajar Belajar merupakan kewajiban seorang siswa karena untuk mengetahui dan mendapatkan berbagai kecakapan disiplin dalam belajar akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik. Dengan disiplin, siswa dapat menghargai waktunya dengan sebaik-baiknya. Untuk membagi waktu belajar siswa harus membuat jadwal yang tepat untuk membatasi kegiatan yang lain
yang tidak berguna yang bisa mengganggu kegiatan
belajar. Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam menegakkan kedisiplinan belajar di rumah, karena sebagian besar waktu yang dimiliki siswa yaitu berada di rumah. 2) Disiplin dalam mengerjakan tugas di rumah (PR). Pemanfaatan waktu sangat efisien dan efektif merupakan salah satu cara terbaik untuk melatih sikap kedisiplinan, terutama kedisiplinan di rumah. Pekerjaan rumah misalnya bila dikerjakan secara mendadak tidak banyak menguntungkan karena pelatihan diri tercapai. Kalau anak di biasakan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya khususnya waktu belajar maka anak tersebut akan mampu melaksanakan tanpa merasa berat dan tertekan. 3) Belajar secara teratur. Keteraturan dalam belajar merupakan usaha untuk menghasilkan atau untuk memperoleh suatu prestasi yang maksimal, karena dengan keteraturan kita akan lebih disiplin dengan belajar. g. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Belajar di rumah Ada beberapa bentuk kedisiplinan belajar yang harus dilaksanakan oleh seorang siswa di rumah, diantaranya yaitu: 1) Mengerjakan tugas Selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal, baik pelajar atau mahasiswa, tidak akan pernah melepaskan diri dari keharusan mengerjakan tugas-tugas studi. Bagi pelajar tentu saja untuk bidang studi
36
tertentu, harus mengerjakan PRnya sesuai dengan penugasan dan dalam jangka waktu tertentu.43 Semua penugasan yang guru berikan itu harus pelajar kerjakan tepat waktu dan apabila mengabaikannya boleh jadi pelajar itu akan mendapat sanksi dari guru. Tentu saja sanksinya bersifat mendidik, bukan memukulnya hingga luka atau menyuruhnya tidak boleh turun ke sekolah. 2) Membentuk kelompok belajar Cara yang baik untuk menunjang keberhasilan studi di sekolah adalah membentuk kelompok belajar. Anggotanya tidak perlu terlalu banyak, tetapi cukup lima orang. Carilah kawan-kawan yang mempunyai kesamaan pandangan untuk meraih studi. 44 Sekiranya
kelompok
belajar
sudah
terbentuk,
rencanakanlah
pembagian waktunya, tentunya tempat berkumpul belajar bersama, dengan adanya kerja kelompok bidang studi mana saja yang tidak dapat dipecahkan seorang diri, kita kerjakan dengan kelompok. 3) Menghafal bahan pelajaran Selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal, baik pelajar atau mahasiswa, tidak akan pernah melepaskan diri dari keharusan mengerjakan tugas-tugas studi. Bagi pelajar tentu saja untuk bidang studi tertentu, harus mengerjakan PRnya sesuai dengan penugasan dan dalam jangka waktu tertentu.45 Semua penugasan yang guru berikan itu harus pelajar kerjakan tepat waktu dan apabila mengabaikannya boleh jadi pelajar itu akan mendapat sanksi dari guru. Tentu saja sanksinya bersifat mendidik, bukan memukulnya hingga luka atau menyuruhnya tidak boleh turun ke sekolah. 4) Mengulang bahan pelajaran Apa yang guru jelaskan tidak mesti semuanya terkesan dengan baik, tentu ada kesan-kesan yang masih samar-samar dalam ingatan. Pengulangan 43
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 90.
44
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, hlm 105.
45
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, hlm. 90.
37
sangat membantu untuk memperbaiki semua kesan yang masih samar-samar itu untuk menjadi kesan-kesan yang sesungguhnya, yang tergambar jelas dalam ingatan.46 Belajar dengan cara mengulang bahan yang baru diserap bias dibantu dengan membandingkannya dengan buku paket bagi pelajar dan literatur wajib atau menunjang bagi siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan tingkat pemahaman. Bentuk-bentuk kedisiplinan belajar yang telah tersebut diatas adalah bentuk-bentuk kedisiplinan belajar di rumah, dimana disetiap rumah pasti memiliki aturan masing-masing yang menuntut seorang anak untuk aktif dan disiplin dalam belajar, khususnya belajar di rumah. Belajar adalah suatu kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Dalam belajar, kita tidak bisa melepaskan diri dari beberapa hal yang dapat mengantarkan kita berhasil dalam belajar. Banyak orang yang belajar dengan susah payah, tetapi tidak mendapat hasil apa-apa, hanya kegagalan yang ditemui. Penyebabnya tidak lain karena belajar tidak teratur, tidak disiplin, dan kurang bersemangat, mengabaikan masalah pengaturan waktu dalam belajar. 1) Belajar dengan Teratur Belajar dengan teratur merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa diabaikan oleh seseorang yang menuntut ilmu di sekolah atau di perguruan tinggi (universitas). Betapa tidak, karena banyaknya bahan pelajaran yang harus dikuasai, menuntut pembagian waktu yang sesuai dengan kedalaman dan keluasan bahan pelajaran. Penguasaan atas semua bahan pelajaran dituntut secara dini, tidak harus menunggunya sampai menjelang ulangan, ujian atau tentamen. Hal ini merupakan sikap yang kurang menguntungkan dalam belajar. Maka penting membiasakan diri dengan sikap teratur dalam segala, yang menyangkut masalah keberhasilan belajar, sikap yang terbiasa teratur sebagai salah satu barometer dari kejernihan berpikir.
46
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, hlm. 42.
38
2) Disiplin dan Bersemangat Kata disiplin adalah sebuah kata yang tidak asing dalam kehidupan sehari-hari. Kata ini sudah memasyarakat entah itu sekolah, di kantor, di rumah, atau dalam berpergian dan sebagainya. Disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. Sedangkan disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk mentaati peraturan. 3) Pengaturan Waktu Seluruh kehidupan manusia pada hakikatnya bergelut dalam dimensi waktu. Manusia tidak hanya bergerak dalam lingkaran waktu, tetapi juga bernapas dalam ruang lingkup waktu, karena manusia berada dalam siklus waktu, maka setiap aktivitasnya bermula dan berkesudahan dalam waktu.47 Cara belajar sendiri di rumah, sebenarnya bisa di terapkan untuk belajar di rumah. Belajar sendiri atau mandiri di rumah adalah tugas paling pokok dari setiap siswa atau mahasiswa. Syarat utama belajar di rumah adalah adanya ketentuan belajar seperti memiliki jadwal belajar sendiri meskipun terbatas waktunya. Bukan lamanya belajar yang diutamakan, tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar. Untuk belajar di rumah adalah sebagai berikut: Pertama, berdoalah terlebih dahulu, lalu buka pelajari kembali catatan singkat hasil pelajaran atau kuliah di sekolah. Kedua, pada akhir catatan yang anda buat, rumuskan pertanyaanpertanyaan dari bahan yang telah anda baca atau pelajari. Ketiga, setiap pertanyaan yang anda buat, tulis pula pokok-pokok jawaban di balik halaman tersebut (supaya tidak terlihat pada saat anda membaca pertanyaan tersebut). Keempat, cara belajar berikutnya anda tinggal melatih pertanyaannya tersebut sampai anda menguasainya.
47
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, hlm. 18.
39
Kelima, apabila anda masih ragu akan jawabannya, sebaiknya ajukan pertanyaan tersebut kepada guru pada saat pelajaran. Keenam, belajarlah pada saat tertentu yang paling memungkinkan bagi anda. Ketujuh, jangan sekali-kali anda memforsir belajar terus-menerus dalam waktu lama. Kedelapan, sebelum anda tidur, bacalah pertanyaan yang anda buat lalu jawab pertanyaan anda dalam hati.48
Artinya: Dalam adab belajar pada diri sendiri dan didalamnya ada 5 macam: a) Mensucikan hati dari sifat khianat, jelek, dengki, khasud aqidah yang jelek dan akhlak yang buruk dengan memperbaiki hal-hal tersebut maka bisa
48
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, hlm. 118.
49
Hasyim Asy‟ari, Adabul „Alim wal Muta‟allim, (Jombang: Maktabah Turas Islamiyah, t.th), hlm. 24-27.
40
b)
c)
d) e)
menerima ilmu dan menjaganya, mengetahui maknanya secara detail dan memahami yang sulit. Memperbaiki niat mencari ilmu dengan maksud menghadap allah Aza Wajalla dan beramal dan menjalankan syariat dan menerangi hatinya, dan menghiasi batinnya serta mendekatkan diri kepada Allah SWT. Membagi waktunya siang dan malam dan mempergunakan sisa umurnya, sesungguhnya tidak ada nilainya dan waktu yang paling bagus untuk menghafal itu waktu sahur, dan untuk mencari ilmu itu waktu pagi dan untuk menulis itu pada siang hari dan untuk membaca dan belajar untuk malam hari. Menyedikitkan makan dan minum karena kekenyangan itu menyusahkan diri untuk beribadah dan memberatkan badan. Membersihkan dirinya dari dosa, dan memperbaiki diri dalam segala hal dan menggunakan yang halal dalam makanan minuman, pakaian dan hartanya, serta segala hal yang dibutuhkannya untuk menyinari hatinya dan memperbaiki dirinya dalam menerima ilmu, cahayanya dan manfaat baginya.
h. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar di rumah Setiap orang tua dan guru ingin membina anak-anaknya agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, sikap mental yang kuat dan etika yang mulia serta terpuji. Semua itu dapat di usahakan melalui pendidikan, sebagai jalan yang dapat membawa anak didik kepada kehidupan etika, sehingga mampu dan mau berprilaku sesuai dengan nilai-nilai moral. Agar nilai-nilai moral dapat dipatuhi oleh anak dengan kesadaran tanpa adanya paksaan, supaya datang dari dirinya sendiri, maka pendidikan agama harus diberikan secara terus menerus baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan sekolah. Lingkungan pendidikan adalah latar tempat berlangsungnya pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat seperti diketahui lingkungan pendidikan pertama dan utama adalah keluarga. Makin bertambah usia. 1) Lingkungan Keluarga Dalam lingkungan inilah pertama kali anak dikenalkan pada masalah pendidikan. Oleh sebab itu keluarga atau orang tua dikatakan sebagai pendidik selama yang pertama. Mau dibentuk menjadi apakah anak tersebut adalah bergantung pada kehendak orang tua karena dari fakta keturunan atau
41
sifat darah anak maka kebiasaan yang terjadi adalah anak itu selalu meniru atau membentuk pada sikap dan prilaku orang tuanya. Disiplin merupakan hasil suatu proses dari perilaku yang berulangulang dan kebiasaan dan orang tua adalah keluarga mempunyai peran yang besar dalam melatih, mendidik anak-anaknya dalam prilaku disiplin lebih dikenal dengan pola asuh atau semakin dan tepat orang tua memperlakukan anak maka akan semakin baik pada sikap serta kepribadian anak dalam perbuatannya sehari-hari. 2) Lingkungan Sekolah Guru
yang
masuk
dalam
kelas,
membawa
seluruh
watak
kepribadiannya, agamanya, akhlaknya, pemikirannya, sikapnya dan ilmu pengetahuaannya yang dimilikinya. Penampilan guru, pakaiannya, cara bicara, bergaul bahkan emosi dan jiwanya bahkan ideologi dan paham yang dianut akan terbawa tanpa sengaja ketika berhadapan dengan siswa seluruhnya itu akan terserap oleh siswa tanpa disadari oleh guru dan orang tua. Alangkah indahnya guru-guru50 3) Lingkungan Masyarakat Penataan lingkungan masyarakat telah menunjukkan adanya upaya membantu anak untuk berdekatan dan berakraban anak-anak dengan nilai moral sosial masyarakat direalisasikan melalui hubungan dengan orang lain pada saat anaknya di rumah, dengan menggunakan kaidah-kaidah nilai moral sosial.51
C. Kerangka Berfikir Islam mengandung berbagai ajaran, baik ritual ataupun non ritual yang amat memerlukan kedisiplinan, sebab dari situ bangunan jiwa akan membentuk keteraturannya. Disiplin bisa membentuk kejiwaan pada anak untuk memahami peraturan sehingga ia pun mengerti kapan saat yang tepat untuk melaksanakan peraturan, dan kapan pula harus mengesampingkan. Sedangkan peraturan itu sendiri 50
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, hlm. 60.
51
Daryanto, Belajar dan Mengajar, (Bandung: CV Yrama Widya, 2010), hlm. 37
42
ada dalam keseharian hidup anak. Kondisi kejiwaannya memang masih butuh untuk diatur sehingga seorang anak akan merasa tenteram bila hidup teratur. Sebagai contoh adalah peraturan tentang makan, shalat, puasa, masuk sekolah, sampai waktu bermainnya. Melatih dan mendidik anak dalam keteraturan hidup kesehariannya akan memunculkan watak disiplin. Melatih anak untuk mentaati peraturan akan sama hanya dengan melatih mereka untuk bersikap disiplin.52 Sebagian besar perilaku dalam membesarkan anak cenderung bersifat tak sadar, sebagaimana diakui banyak orang tua, kita memperbaiki sambil berjalan. Atau kita mengendalikan model yang paling akrab, yaitu orang tua kita sendiri. Kita membesarkan anak sebagai mana kita sendiri dulu dibesarkan. Kebanyakan kegiatan menonton televisi cenderung tidak terencana dan bersifat tak sadar. Tiap kali mempunyai waktu luang, kita langsung merebahkan diri di sofa dan menekan tombol televisi. Dalam banyak keluarga, televisi dinyalakan begitu salah satu anggota bangun tidur atau memasuki rumah, tak peduli ada yang menonton atau tidak. Televisi jadi nyaris seperti radio, peralatan yang memainkan video musik sementara para anggota keluarga keluar masuk ruangan, hilir mudik dari dan ke lemari es, dan mengobrol ditelepon. Televisi hidup dari hari ke hari tanpa disadari.53 Belajar merupakan salah satu kewajiban bagi setiap siswa dimana setiap siswa dituntut untuk selalu belajar teratur. Dibutuhkan adanya kesungguhan dan disiplin di dalam kegiatan belajar. Disiplin merupakan suatu kondisi yang harus dijalankan apabila seorang siswa mengharapkan kelancaran dalam belajarnya. Kedisiplinan belajar di rumah suatu tingkat konsistensi dan konsekuensi serta keteraturan dalam kegiatan belajar untuk memperoleh tingkah laku yang timbul dari kesadaran dirinya untuk mentaati dan melaksanakan
tugasnya sebagai siswa di
rumah dengan dukungan orang tua yang mengawasi, mengarahkan, serta berupaya untuk membuat anak menyadari kesadaran untuk berdisiplin diri. Serta memberikan fasilitas belajar kepada anak agar dapat belajar di rumah dengan baik.
52
Imam Ahmad Ibnu Nizar, Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini, hlm. 22.
53
Milton Chen, Mendampingi Anak Menonton Televisi, hlm. 95.
43
Problem yang terjadi adanya intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah, karena kegiatan menonton televisi sendiri sangatlah cenderung tak sadar yang dilakukan oleh siswa, televisi itu sendiri merupakan media satu arah, sehingga penonton menjadi pasif, penonton tidak bisa memberikan tanggapan-tanggapan secara langsung. Penonton sendiri merupakan sasaran setiap acara yang disiarkan dan mereka merupakan faktor yang ikut menentukan berhasil tidaknya acara yang telah dibuat, di samping sangat diharapkan bahwa khalayak penonton memberikan umpan balik setelah mengikuti acara tadi, dari adanya umpan balik sudah menunjukkan suatu pertanda keberhasilan suatu acara, di samping itu merupakan suatu masukan yang sangat berharga, karena dapat digunakan sebagai bahan pengkajian dalam rangka penyempurnaan.
54
Dalam kedisiplinan belajar di
rumah sangat penting bagi siswa karena kedisiplinan itu sendiri merupakan teratur dalam belajar di rumah keteraturan dalam kegiatan belajar untuk memperoleh tingkah laku yang timbul dari kesadaran dirinya untuk mentaati dan melaksanakan tugasnya sebagai siswa di rumah dengan dukungan orang tua yang mengawasi, mengarahkan, serta berupaya untuk membuat anak menyadari kesadaran untuk berdisiplin diri. Serta memberikan fasilitas belajar kepada anak agar dapat belajar di rumah dengan baik.
D. Hipotesis Dalam penelitian ini yang menjadi hipotesis peneliti adalah ada pengaruh negatif yang signifikan intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011. Bahwa semakin tinggi intensitas menonton televisi maka semakin rendah kedisiplinan belajar di rumah siswa.
54
Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994), hlm. 52.
44
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif lapangan. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses penelitian untuk menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.1 Sedangkan penelitian lapangan (field research) yaitu research yang dilakukan ditempat terjadinya gejala-gejala.2 Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis Regresi. Teknik analisis Regresi ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi antara variabel (ubahan) kriterium dan prediktor.3 Yaitu intensitas menonton televisi dan kedisiplinan belajar di rumah, dengan menggunakan angket sebagai instrument penelitian. Sedangkan teknik analisis Regresi yang digunakan adalah teknik analisis Regresi satu prediktor. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 3 April sampai 2 (30 hari) Mei 2011. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di MTs Walisongo Kecamatan Kayen kabupaten Pati. C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/ obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan peniliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. 1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 12. 2
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta : Andi Offset, 2002.
3
Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm.1.
45
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda- benda alam tang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karekteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu4 2. Sampel Sample is a subset of individuals from a given population.5 Apabila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulanya dapat diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu sampel yang diambil dari populasi harus representatif (mewakili).6 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan proporsionate
random
sampling.
Probability
sampling
adalah
teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
7
Teknik ini digunakan karena
populasi berstrata secara proporsional. Cara yang digunakan dalam proporsionate random sampling ini adalah dengan cara undian terhadap kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, yang terdiri dari 6 kelas. Adapun cara pengambilan sampel dengan undian, langkahnya adalah sebagai berikut: a) Tulis nama siswa pada kertas yang sudah digunting dari kelas VIII A sampai kelas VIII F. b) Kertas tersebut digulung dan dimasukkan dalam kotak. c) Kemudian diundi dan di dapatkan perkelas di ambil 5 siswa.
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet ke 11, hlm. 117 5
Nunan David, Research Methods In Language Learning, (New York: Cambridge University Press, 1992), hlm. 27. 6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm.118.
7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm. 120.
46
Adapun populasi dalam
penelitian ini, hanya Siswa kelas VIII MTs
Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati yang berjumlah 266 terdiri dari 44 siswa kelas VIII A, 44 siswa kelas VIII B, 45 siswa kelas VIII C, 44 siswa kelas VIII D, 45 siswa VIII E, 44 siswa kelas VIII F. Penentuan jumlah sampel menggunakan metode alokasi ala Neyman dengan rumus: n=
∑ .
∑ .
Keterangan: N = besar populasi n = besar sampel = besar sub populasi stratum ke-i
= variance sub populasi stratum i. 8 Strata
.
.
VIII A
42
2
59,3
84
VIII B
44
2
62,2
88
VIII C
45
2
63,6
90
VIII D
45
2
63,6
90
VIII E
45
2
63,6
90
VIII F
44
2
63,6
90
266
375,9
532
,
n = ., =
, ,
= 29,6
Alokasi besar sampel untuk tiap strata adalah: .
= ∑
.
.n
,
A = ,. 29,6 = 4,7 5 ,
B = , . 29,6 = 4,9 5
8
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 302.
47
,
C=
,
D=
,
,
. 29,6 = 5,1 5 . 29,6 = 51 5
,
E = , . 29,6 = 5,1 5 F=
,
,
. 29,6 = 5,1 5
Dalam pembulatanya, besarnya sampel n = 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 = 30. Jadi besar sampel keseluruhan adalah 30 dengan pembagian sebagai berikut: Kelas VIII A : 5 siswa Kelas VIII B : 5 siswa Kelas VIII C : 5 siswa Kelas VIII D : 5 siswa Kelas VIII E : 5 siswa Kelas VIII F : 5 siswa
D. Variabel Dan Indikator Penelitian 1. Variable dan Indikator a. Variabel Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.9Merujuk pengertian di atas maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). 1) Variabel bebas atau independen variabel X adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).10 Pada penelitian ini sebagai variabel bebas adalah Intensitas menonton televisi 2) Variabel terikat atau dependen variabel Y adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.11
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,hlm. 118.
10
Sugiyono, Statistik Untuk Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2008), Cet: 13. hlm.4.
11
Sugiyono, Statistik Untuk Pendidikan, Cet: 13. hlm.4.
48
Yang merupakan hasil dari perlakuan variabel bebas, yaitu: kedisiplinan belajar di rumah. Adapun sub variabel dan indikator dari Intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah diklasifikasikan sebagai berikut: b. Indikator 1) Indikator Intensitas Menonton Televisi a) Frekuensi menonton televisi. b) Durasi menonton televisi. c) Perhatian terhadap acara atau tayangan televisi. 2) Indikator Kedisiplinan Belajar di Rumah a) Tepat waktu dalam belajar. (1) Pagi (05.00 – 06.00) (2) Siang (14.00 – 15.00) (3) Sore (17.00 – 18.00) (4) Malam (19.00 – 20.00) b) Disiplin dalam mengerjakan tugas di rumah (PR). c) Belajar secara teratur.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuosioner atau Angket Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup dan terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.12. Kuosioner dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui tingkat intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar
12
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R & D), (Bandung, Alfabeta, 2010), hlm. 199
49
dirumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner terstruktur, yakni daftar pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya, sehingga responden cukup memilih alternatif jawaban yang sudah disediakan sesuai dengan keadaaan dirinya. Metode kuesioner ini untuk mengetahui tingkat intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar dirumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati tahun pelajaran 2010/2011. 2. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yangberupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya.13 Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai struktur organisasi, data-data guru dan identitas siswa.
F. Teknik Analisis Data 1. Analisa Awal Dalam menganalisa data yang terkumpul, penulis menggunakan metode statistik. Karena jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Untuk menyederhanakan
data
dalam
bentuk
yang
lebih
mudah
dibaca
dan
diinterpretasikan.14 Cara mendeskripsikan data kuantitatif dapat digunakan dengan menggunakan tehnik statistik deskriptif. Tujuan dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan tehnik ststistika adalah untuk meringkas data menjadi lebih mudah dilihat dan dimengerti.15 Dalam menganalisa data yang terkumpul, penulis menggunakan metode statistik, karena jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Tujuan analisis ini adalah menyederhanakan data dalam bentuk yang lebiih mudah dibaca dan dinterpretasi. 13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktek , hlm. 231.
14
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 263.
15
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 86.
50
Adapun yang dilakukan penulis dalam menganalisis data ini meliputi tiga tahap: a. Analisis Pendahuluan Analisis pendahuluan meliputi beberapa kegiatan yang saling berkaitan. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Menghitung nilai hasil angket Intensitas Menonton Televisi dan Kedisiplinan Belajar di rumah MTs Walisongo.
Analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisa dalam bentuk angkaangka. Pada analisis pendahuluan ini diperoleh angka-angka dari hasil angket yang diajukan kepada responden, kemudian memberikan penilaian dengan memberikan skor Variabel (X) Intensitas Menonton Televisi sebagai berikut : -
Menjawab a mendapat nilai 4 dengan kriteria sangat tinggi.
-
Menjawab b mendapat nilai 3 dengan kriteria tinggi.
-
Menjawab c mendapat nilai 2 dengan kriteria rendah.
-
Menjawab d mendapat nilai 1 dengan kriteria sangat rendah.16 Analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisa dalam bentuk angka-
angka. Pada analisis pendahuluan ini diperoleh angka-angka dari hasil angket yang diajukan kepada responden, kemudian memberikan penilaian dengan memberikan skor Variabel (Y) kedisiplinan belajar di rumah sebagai berikut : -
Menjawab a mendapat nilai 4 dengan kriteria baik sekali.
-
Menjawab b mendapat nilai 3 dengan kriteria baik.
-
Menjawab c mendapat nilai 2 dengan kriteria cukup.
-
Menjawab d mendapat nilai 1 dengan kriteria kurang.17
2) Mencari jumlah interval kelas dengan rumus: K= 1+3,3 log n Dimana : K= Jumlah Kelas Interval n= Jumlah data Observasi log= Logaritma.18 16
Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktek, hlm. 242.
17
Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktek, hlm. 242.
51
3) Menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara menentukan Range dengan rumus:
R=H–L+1 Dimana : R = Total Range H = Nilai Tertinggi (Highest Score) L = Nilai Terendah (Lowest Score) 1 = Bilangan Konstan19 4) Menentukan Interval dengan rumus:
i=
R K
Dimana :
i = Nilai Interval R = Range (batas nilai tertinggi – nilai terendah) K = Jumlah kelas yang dikehendaki 20
5) Menentukan rata-rata (Mean) Dari Variabel X dan Y dengan rumus:
M =
∑ fX N
Keterangan : M = Mean f = frekuensi X = nilai tengah kelas interval N = Jumlah responden21 b. Analisis Uji Hipotesis Analisis ini sifatnya adalah melanjutkan dari analisis pendahuluan. Analisis ini dimaksudkan untuk menguji data tentang pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Dalam hal ini menggunakan rumus Regresi satu prediktor dengan skor deviasi. Adapun untuk menganalisis data dengan tahapan sebagai berikut :
18
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Cet 13. hlm. 35.
19
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
hlm 52. 20
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, hlm 53
21
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, hlm 87
52
1) Mencari hubungan antara prediktor dan kriterium melalui teknik korelasi product moment, moment dengan rumus:
= ∑
∑
$ %.&∑' (
Keterangan: !"
: indeks korelasi yang dicari
∑ !"
: jumlah nilai deviasi X kali Y dikuadratkan
!2
: deviasi variabel X kuadrat
"2
: deviasi variabel Y kuadrat22
2) Uji signifikan hubungan dapat berkonsultasi dengan tabel r 3) Mencari persamaan regresi: = a + bx Keterangan: : subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan a : harga Y ketika X = 0 b : koefisien regresi x : subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu 23 4) Analisis varian garis regresi = Keterangan: : harga bilangan F untuk garis regresi : rerata kuadrat garis regresi : rerata kuadrat residu
22
Sutrisno utrisno Hadi, Analisis Regresi, hlm.4
23
Sugiyono Statistika untuk Penelitian, Cet: 13. hlm. 261 Sugiyono, 261.
53
Adapun ringkasan langkah-langkahnya langkah langkahnya dibawah ini dengan menggunakan skor deviasi: Sumber variabel
DB
Regresi
1
Residu
N-2
Total
N-1
JK
RK
)*+
,-*+
./*+
2. Analisis Lanjut Setelah memperoleh harga
maka langkah selanjutnya adalah membandingkan
dengan F pada tabel baik taraf signifikansi 5% maupun 1% dengan
kemungkinan: a. Jika
lebih besar daripada
1% atau 5% maka signifikan (hipotesis
diterima) b. Jika
lebih kecil daripada
1% atau 5% maka non signifikan (hipotesis
ditolak).
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MTs Walisongo Kayen Pati 1.
Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Walisongo Kayen MTs Walisongo Kayen Pati adalah sebuah lembaga pendidikan tingkat
menengah kebawah yang di selenggarakan oleh yayasan YPPI Walisongo yang berdiri tahun 1968. Lembaga ini didirikan sebagai tindak lanjut jenjang pendidikan yang telah ada, yakni Madrasah Aliyah Walisongo disamping sebagai jembatan bagi masyarakat Kayen yang ingin menempuh jenjang pendidikan yang lebih atas dengan tambahan pelajaran agama. Pada tahun 1969 MTs Walisongo beroperasi, yang dibangun diatas tanah milik yayasan. Dengan kepala sekolah bapak Drs. Juri M.Ag, MTs Walisongo Kayen Pati menyelenggarakan pendidikan
mempunyai siswa sebanyak 26 siswa, yang
terdiri dari 17 laki-laki dan 9 perempuan, dengan tenaga pendidik sebanyak 16 Guru. 2.
Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Kayen Visi
merupakan
tujuan
universal
sebuah
institusi/lembaga
untuk
mengarahkan dan menjadi barometer keberhasilan tujuan yang ingin dicapai. Madrasah Tsanawiyah Walisongo Kayen menetapkan visi, “Terwujudnya insan yang beriman, bertaqwa, berpengetahuan, berprestasi, dan berakhlaqul karimah” Maka untuk memperjelas visi tersebut, kemudian dijabarkan dalam sebuah misi, yakni : a. Melaksanakan pendidikan berbasis iman dan taqwa sesuai ajaran agama islam. b. Melaksanakan pendidikan berstandar nasional. c. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki. d. Menanamkan akhlaqul karimah dan menghindari akhlak tercela dalam setiap pembelajaran. e. Melaksanakan pendidikan yang mampu berprestasi dan berkompetensi.
55
f. Menyelenggarakan pembinaan keagamaan dan menciptakan suasana religius dalam peningkatan iman dan taqwa. g. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam mencapai prestasi akademik dan non akademik. h. Melaksanakan pembinaan ekstrakurikuler secara intensif dan efektif sesuai dengan bakat dan minat, sehingga setiap siswa mempunyai ketrampilan dalam berbagai lomba mapel, kerohanian, olahraga, dan seni. i. Menumbuhkan sikap gemar membaca dan selalu haus akan pengetahuan. j. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga madrasah, orangtua, kelompok kepentingan yang terkait dengan pendidikan. k. Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabilitas. 3. Letak Geografis Madrasah Tsanawiyah Kayen. Secara geografis MTs Walisongo, berada di pinggiran kota, sehingga terlepas dari hiruk pikuk kehidupan pusat kota. Walaupun letaknya di pinggir kota, akan tetapi mudah dijangkau sebab posisinya cukup strategis, sehingga orang mudah menemukannya dengan mudah dan tidak perlu susah-susah karena berada tidak jauh dari pinggir jalan. Sebelah timur
: Berbatasan dengan kebun buah milik warga
Sebelah utara
: Berbatasan dengan MA Walisongo
Sebelah barat
: Berbatasan dengan Rumah Penduduk
Sebelah selatan
: Berbatasan dengan kebun buah
Kemudian jika dilihat dari sudut pandang lingkungan sekitarnya, maka MTs Walisongo Kayen mempunyai beberapa keuntungan. Diantaranya adalah berada di daerah dan jauh dari keramaian kota, sehingga sangat menguntungkan dalam proses belajar-mengajar. 4. Keadaan Guru dan Siswa Madrasah Tsanawiyah Kayen a.
Guru Guru merupakan salah satu faktor penentu dalam Proses Belajar Mengajar. Maka ketersediaan tenaga pendidik dalam suatu lembaga pendidikan yang berkualitas dan mempunyai dedikasi yang tinggi sangat penting adanya. Di
56
Madrasah Tsanawiyah Walisongo Kayen, memiliki tenaga pendidik dan karyawan sebanyak 60 orang, terdiri dari guru sebanyak 48 orang dan karyawan sebanyak 12. b.
Siswa Berkenaan dengan kondisi siswa di Madrasah Tsanawiyah Walisongo Kayen sangat variatif, ada yang pintar secara akademis, ada yang mempunyai kelebihan yang lain seperti kemampuan menjalin hubungan sosial, ada yang aktif ada yang pendiam, dan masih banyak karakter siswa yang tidak bisa teridentifikasi secara lengkap, sebab butuh waktu yang lebih panjang untuk mempelajari mereka. Keragaman tersebut ada karena mereka berasal dari latar belakang atau background keluarga yang tidak sama. Tabel 1 Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Walisongo Kayen Pati Tahun Ajaran 2010/2011 NO.
Kelas
Jumlah
Jumlah Murid
Jumlah
Kelas
Putra
Putri
Seluruhnya
1.
VII
7
132
118
250
2.
VIII
6
121
145
266
4.
XI
6
120
116
236
JUMLAH
19
373
379
756
5. Sarana Prasarana Madrasah Tsanawiyah Walisongo Kayen Bangunan fisik menjadi salah satu bagian penting untuk dalam suatu sekolah. Kondisi yang nyaman tentunya akan menambah semangat peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Beberapa tahun ini sekolah MTs Walisongo terus berbenah, hal ini dapat terlihat ketika memasuki lingkungan MTs Walisongo. Diantara bangunan yang sudah ada yaitu, ruang kepala sekolah, ruangan bagian tata usaha (TU), ruangan guru, aula, ruang kelas, perpustakaan, lapangan olah raga (volly, futsal, ruang pramuka, OSIS, UKS, ruang BK, masjid, dan lain sebagainya.
57
Dari kesekian banyak fasilitas fisik tersebut, hanya beberapa saja yang sedikit akan kami uraikan, untuk mendapatkan gambaran tentang sarana, prasarana dan media pembelajaran di MTs Walisongo Kayen. a. Ruang Kelas Ada 19 ruang kelas yang setiap hari digunakan untuk proses pembelajaran. Ruang tersebut terdiri dari kelas VII, VIII dan IX yang masing-masing tingkat kelas paralel yang berbeda. Untuk kelas VII terdiri dari 7 kelas, yaitu kelas VII.A s/d VII.F. Kemudian kelas VIII terdiri dari 6 lokal, yaitu kelas VIII.A s/d VIII.F. Dan untuk kelas IX.A s/d IX.F. Setiap kelasnya rata-rata terdapat kurang lebih 30 s/d 40 peserta didik. Menurut aturan tata ruang, di setiap kelas terlihat cukup sehat, karena ada ventilasi udara dan pencahayaan yang cukup. Seperti lazimnya sebuah kelas, di dalamnya terdapat perlengkapan dan aksesoris ruang kelas, misalnya bangku, papan tulis, papan informasi peserta didik, meja guru, lampu penerangan, stop kontak, gambar Presiden dan Wakil Presiden, serta lambang negara burung garuda. Ada beberapa variasi kelas yang lain seperti regu piket maupun gambar-gambar yang mengandung pesan edukatif juga terlihat di sana, hanya saja aksesoris itu beragam/tidak sama antara kelas satu dengan kelas lainnya, sebab selera warga kelas berbeda. Dari beberapa gambaran itu setidaknya menunjukkan bahwa pada masing-masing kelas cukup representatif untuk proses pembelajaran di kelas. b. Ruang Guru dan Ruang kepala sekolah Ketika memasuki gerbang sekolah akan langsung dihadapkan pada ruang Guru. Sedangkan ruang Kepala Sekolah berada disamping ruang tata usaha dan administrasi. c. Kantor Tata Usaha dan Administrasi Lokasi ruang tata usaha terdapat di samping ruang guru. Seluruh administrasi sekolah dikerjakan oleh staf tata usaha dalam ruang tersebut. d. Laboratorium Ruang laboratorium yang dan satu ruang laboratorium komputer/internet. Dalam setiap laboratorium memiliki kepengurusan yang terdiri dari koordinator
58
laborat dan beberapa anggota laboratorium yang bertanggung jawab penuh atas terselenggaranya kegiatan praktikum di ruang laboratorium tersebut. e. Masjid Tempat ibadah di madrasah merupakan bangunan sentral untuk menanamkan nilai-nilai agama pada peserta didik. Jadi keberadaan dan eksistensinya sebagai tempat ibadah juga mutlak diperlukan. Masjid di MTs Walisongo Kayen cukup representatif untuk melaksanakan kegiatan keagamaan, maupun kegiatan pembelajaran. Misalnya shalat jama’ah, praktik shalat, ekstrakulikuler qira’ah dan kaligrafi. f. Perpustakaan Sekolah Perpustakaan adalah mata air ilmu pengetahuan. Kualitas dan mutu sekolah bisa tercermin dari kondisi dan keadaan perpustakaan. Artinya pengelolaan dan penyediaan media belajar/sumber belajar berupa perpustakaan akan sangat menentukan proses belajar peserta didik. Sebab penanaman kebiasaan membaca harus dimulai sejak dini, termasuk peserta didik MTs Walisongo haruslah mulai dikenalkan dan dipahamkan bahwa buku adalah gerbang ilmu pengetahuan. Peserta didik harus disadarkan bahwa cara mendapatkan ilmu bukan hanya ketika proses pengajaran di dalam kelas. Dalam ruang yang cukup luas tersebut, terdapat banyak sekali pajangan di dinding diantaranya papan tata tertib di perpustakaan, visi dan misi perpustakaan dan semboyan perpustakaan MTs Walisongo.
B. Deskripsi Hasil Penelitian 1.
Data tentang intensitas menonton televisi MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati (X) Untuk mengukur intensitas menonton televisi MTs Walisongo Kec. Kayen
Kab. Pati, peneliti telah membuat beberapa angket yang didasarkan pada indikator variabel yang telah diajukan dalam bab sebelumnya. Angket dibuat sebanyak 20 soal dengan lima alternatif jawaban a, b, c, d. Lalu angket tersebut disebarkan kepada 30 siswa kelas VIII secara acak dari jumlah siswa 266, dengan hal ini dapat dikatakan
59
penelitian ini adalah penelitian sampel. Untuk selengkapnya hasil jawaban angket dari para responden disajikan dalam tabel berikut dibawah ini: Tabel 2 Hasil Angket Intensitas Menonton Televisi MTs Walisongo Kayen Pati Variabel X (Intensitas Menonton Televisi) No. Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jawaban SL SR KK TP 8 6 2 4 9 5 4 2 6 7 6 1 6 6 5 3 7 5 7 1 6 6 4 4 9 5 3 3 10 4 3 3 7 8 4 1 8 4 6 2 9 7 4 0 9 5 4 2 8 5 2 5 9 4 4 3 7 9 2 2 8 5 4 3 6 9 3 2 7 7 4 2 8 6 5 1 11 3 3 3 10 6 2 2 8 5 4 3 9 5 3 3 9 4 4 3 8 6 3 3 7 7 3 3 9 6 2 3 8 6 3 3 10 5 3 2 9 8 2 1
4 32 36 24 24 28 24 36 40 28 32 36 36 32 36 28 32 24 28 32 44 40 32 36 36 32 28 36 32 40 36
Nilai 3 2 18 4 15 8 21 12 18 10 15 14 18 8 15 6 12 6 24 8 12 12 21 8 15 8 15 4 12 8 27 4 15 8 27 6 21 8 18 10 9 6 18 4 15 8 15 6 12 8 18 6 21 6 18 4 18 6 15 6 24 4
Jumlah 1 4 2 1 3 1 4 3 3 1 2 0 2 5 3 2 3 2 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1
58 61 58 55 58 54 60 61 61 58 65 61 56 59 61 58 59 59 61 62 64 58 60 59 59 58 61 59 63 65
Langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata dan kualitas variabel Intensitas Menonton Televisi sebagai berikut:
60
a. Menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara : 1) Menentukan Range R=H–L+1 Dimana : R = Total Range H = Nilai Tertinggi (Highest Score) L = Nilai Terendah (Lowest Score) 1 = Bilangan Konstan Maka total range sebagai berikut : R = H- L + 1 = 65 – 54 + 1 = 12 K= 1+3,3 log n Dimana : K= Jumlah Kelas Interval n= Jumlah data Observasi log= Logaritma K = 1 + 3,3 Log N = 1 + 3,3 Log 30 = 1 + 3,3 (1,477) = 1 + 5,8741 =6 2) Menentukan Interval R K Dimana : i = Nilai Interval i
R = Range (batas nilai tertinggi – nilai terendah) K = Jumlah kelas yang dikehendaki Maka diperoleh nilai interval sebagai berikut : R K 12 i 6 i=2 i
61
Sehingga dapat diketahui Interval kelas
i
R 12 2 dibulatkan menjadi 2 k 6 Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai seperti
pada tabel berikut : Menentukan rata-rata (mean) dari variabel X dengan rumus : M
fX N
Keterangan : M = Mean f = frekuensi X = nilai tengah kelas interval N = Jumlah responden Maka diperoleh nilai mean sebagai berikut : Tabel 3 Interval 64 – 65 62 – 63 60 – 61 58 – 59 56 – 57 54 – 55
F 3 2 9 13 2 1
X 64,5 62,5 60,5 58,5 56,5 54,5
fX 193,5 125 544,5 760,5 113 54,5
fX N 1791 M 30 M
M 59,7
ΣfX = 1791
N = 30 b. Tabel distribusi frekuensi Tabel 4
Daftar Distribusi Frekuensi Intensitas Menonton Televisi MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Interval 64 – 65 62 – 63 60 – 61 58 – 59 56 – 57 54 – 55
F 3 2 9 13 2 1 N = 30
Fr % 10% 6,67% 30% 43,33% 6,67% 3,33% 100 %
62
c. Menentukan kualitas variabel Intensitas Menonton Televisi MTs Siswa Kelas VIII Walisongo Kayen Pati Untuk menentukan jumlah interval dalam menyusun kualitas dengan menentukan kelas yang dikategorikan menjadi 4, dengan melihat buku acuan “Laporan Penilaian Hasil Belajar SMA A. Wahid Hasyim”, yaitu : sangat tinggi, tinggi, rendah, sangat rendah . Tabel 5 Kategori Kualitas Intensitas Menonton Televisi. Rata- rata
Interval 65- 80
59,7
50-64 35-49 20-34
Kualitas
kriteria
Sangat Tinggi Tinggi
Tinggi
Rendah Sangat Rendah
Dari uraian diatas diketahui bahwa Intensitas Menonton Televisi Siswa MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati termasuk dalam kategori Tinggi, yaitu berada pada interval 50-64 dengan nilai rata- rata 59,7.
2. Data Tentang Kedisiplinan Belajar di Rumah MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Untuk mengukur Kedisiplinan Belajar di rumah siswa kelas VIII MTs. MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. pati, peneliti telah membuat beberapa angket yang didasarkan pada indikator variabel yang telah diajukan dalam bab sebelumnya. Angket dibuat sebanyak 20 soal dengan lima alternatif jawaban a, b, c, d. Lalu angket tersebut disebarkan kepada 30 siswa kelas VIII secara acak dari jumlah siswa 266, dengan hal ini dapat dikatakan penelitian ini adalah penelitian sampel. Untuk selengkapnya hasil jawaban angket dari para responden disajikan dalam tabel berikut dibawah ini:
63
Tabel 6 Hasil Angket tentang Kedisiplinan Belajar di Rumah MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Variabel (Y) Jawaban No. Resp. SL SR KK TP 1 4 3 11 2 2 3 4 12 1 3 5 3 10 2 4 4 3 10 3 5 6 3 8 3 6 7 4 9 0 7 6 3 10 1 8 4 4 8 4 9 4 3 12 1 10 3 5 9 3 11 5 1 11 3 12 2 4 11 3 13 3 4 9 4 14 5 2 10 3 15 4 3 10 3 16 4 3 11 2 17 3 4 13 0 18 4 5 10 1 19 2 5 11 2 20 4 2 10 4 21 5 1 9 5 22 5 3 9 3 23 6 2 10 2 24 3 3 9 5 25 2 4 9 5 26 6 2 9 3 27 5 3 8 4 28 6 2 10 2 29 3 4 8 5 30 3 4 10 3
4 16 12 20 16 24 28 24 16 16 12 20 8 12 20 16 16 12 16 8 16 20 20 24 12 8 24 20 24 12 12
Nilai 3 2 9 22 12 24 9 20 9 20 9 16 12 18 9 20 12 16 9 24 15 18 3 22 12 22 12 18 6 20 9 20 9 22 12 26 15 20 15 22 6 20 3 18 9 18 6 20 9 18 12 18 6 18 9 16 6 20 12 16 12 20
Jumlah 1 2 1 2 3 3 0 1 4 1 3 3 3 4 3 3 2 0 1 2 4 5 3 2 5 5 3 4 2 5 3
49 49 51 48 52 58 54 48 50 48 48 45 46 49 48 49 50 52 47 46 46 50 52 44 43 51 49 52 45 47
Langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata dan kualitas variabel Kedisiplinan Belajar Di rumah sebagai berikut:
64
a. Menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara : 1) Menentukan Range R=H–L+1 Dimana : R = Total Range H = Nilai Tertinggi (Highest Score) L = Nilai Terendah (Lowest Score) 1 = Bilangan Konstan Maka total range sebagai berikut : R = H- L + 1 = 58 – 43 + 1 = 16 K = 1 + 3,3 Log N = 1 + 3,3 Log 30 = 1 + 3,3 (1,477) = 1 + 5,8741 =6 2) Menentukan Interval R K Dimana : i = Nilai Interval i
R = Range (batas nilai tertinggi – nilai terendah) K = Jumlah kelas yang dikehendaki Maka diperoleh nilai interval sebagai berikut : i
R K
i
16 6
i = 2,6667 Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai seperti pada tabel berikut : Menentukan rata-rata (mean) dari variabel Y dengan rumus :
65
M
fX N
Keterangan : M = Mean f = frekuensi X = nilai tengah kelas interval N = Jumlah responden Maka diperoleh nilai mean sebagai berikut : Tabel 7 Interval 58 – 60 55 – 57 52 – 54 49 – 51 46 – 48 43 – 45
F 1 0 5 10 10 4
X 59 56 53 50 47 44
fX 59 0 265 500 470 176
fX N 1470 M 30
M
M 49
ΣfX = 1470
N = 30 b. Tabel distribusi frekuensi Tabel 8
Daftar Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Belajar di Rumah MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Interval
F
Fr %
58 – 60
1
3,33%
55 – 57
0
0%
52 – 54
5
16,67%
49 – 51
10
33,33%
46 – 48
10
33.33%
43 – 45
4
13,33%
N = 30
100 %
c. Menentukan kualitas variabel Kedisiplinan Belajar di rumah MTs Siswa Kelas VIII Walisongo Kayen Pati Untuk menentukan jumlah interval dalam menyusun kualitas dengan menentukan kelas yang dikategorikan menjadi 4, dengan melihat buku acuan
66
“Laporan Penilaian Hasil Belajar SMA A. Wahid Hasyim”, yaitu : sangat baik, baik, cukup, kurang. Tabel 9 Kategori Kualitas Kedisiplinan Belajar Di rumah. Rata- rata
Interval 65-80 50-64 35-49 20-34
49
Kualitas Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Kriteria Cukup
Dari analisis diatas diketahui bahwa Kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs. Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati termasuk dalam kategori cukup, yaitu berada pada interval 35-49 dengan nilai rata- rata 49.
C. Analisis Uji Hipotesis Untuk membuktikan kuat lemahnya pengaruh dan diterima tidaknya hipotesa yang diajukan peneliti dalam penelitian ini, maka dibuktikan dengan mencari nilai koefisien korelasi antara variabel x (intensitas menonton televisi) dengan variabel y (kedisiplinan belajar di rumah). Dalam hal ini, peneliti menggunakan rumus regresi sederhana (1 prediktor). Tetapi sebelumnya akan disajikan terlebih dahulu tabel koefisien korelasi untuk menghitung regresi linier sederhana (1 prediktor). Tabel 10 Tabel Kerja Regresi Intensitas Menonton Televisi terhadap Kedisiplinan Belajar di Rumah Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 No. Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X 58 61 58 55 58 54 60 61 61
x = X- X -1,700 1,300 -1,700 -4,700 -1,700 -5,700 0,300 1,300 1,300
x2 2,890 1,690 2,890 22,090 2,890 32,490 0,090 1,690 1,690
Y 49 49 51 48 52 58 54 48 50
y = Y- Y 0,133 0,133 2,133 -0,867 3,133 9,133 5,133 -0,867 1,133
y2 0,018 0,018 4,550 0,752 9,816 83,412 26,348 0,752 1,284
Xy -0,226 0,173 -3,626 4,075 -5,326 -52,058 1,540 -1,127 1,473
67
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
58 65 61 56 59 61 58 59 59 61 62 64 58 60 59 59 58 61 59 63 65 1791
-1,700 5,300 1,300 -3,700 -0,700 1,300 -1,700 -0,700 -0,700 1,300 2,300 4,300 -1,700 0,300 -0,700 -0,700 -1,700 1,300 -0,700 3,300 5,300
Mean X ( X ) = =
2,890 28,090 1,690 13,690 0,490 1,690 2,890 0,490 0,490 1,690 5,290 18,490 2,890 0,090 0,490 0,490 2,890 1,690 0,490 10,890 28,090 194,300 X N 1791 30
= 59,700
48 48 45 46 49 48 49 50 52 47 46 46 50 52 44 43 51 49 52 45 47 1466
-0,867 -0,867 -3,867 -2,867 0,133 -0,867 0,133 1,133 3,133 -1,867 -2,867 -2,867 1,133 3,133 -4,867 -5,867 2,133 0,133 3,133 -3,867 -1,867
0,752 0,752 14,954 8,220 0,018 0,752 0,018 1,284 9,816 3,486 8,220 8,220 1,284 9,816 23,688 34,422 4,550 0,018 9,816 14,954 3,486 285,467 Y Mean Y ( Y ) = N =
1,474 -4,595 -5,027 10,608 -0,093 -1,127 -0,226 -0,793 -2,193 -2,427 -6,594 -12,328 -1,926 0,940 3,407 4,107 -3,626 0,173 -2,193 -12,761 -9,895 -100,200
1466 30
= 48,867
Untuk melakukan uji hipotesis dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mencari nilai korelasi antara variabel x, yaitu Intensitas Menonton Televisi dan variabel y, yaitu kedisiplinan Belajar Di rumah MTs Walisongo, dengan menggunakan rumus: rxy
xy x y 2
2
100 ,200
194 ,300 285,467
68
100 ,200 55466 ,238
100 ,200 235 ,513
= - 0,425 b. Menguji apakah korelasi itu signifikan atau tidak, dengan mengkonsultasikan hasil rxy pada tabel r. Untuk mengetahui apakah hasil rxy = - 0,425 itu signifikan atau tidak, kita dapat berkonsultasi dengan tabel r-teoritik dengan N = 30. Berdasarkan tabel r-teoritik, diketahui nilai rtabel pada taraf 5% = 0,349 dan pada taraf 1% = 0,449. Dengan demikian diketahui bahwa hasil rxy = - 0,425 lebih besar daripada nilai rtabel baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1% dan dinyatakan signifikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada korelasi atau hubungan antara variabel x, yaitu intensitas menonton televisi dan variabel y, yaitu kedisiplinan belajar di rumah MTs Walisongo. c. Mencari persamaan garis regresi linier sederhana
Yˆ aX k Keterangan: Yˆ = kriterium
X = prediktor a
= bilangan koefisien prediktor
k
= bilangan konstan Untuk mencari nilai a dan k, kita dapat menggunakan metode skor deviasi
dari persamaan y = ax yang mana y Y Y , x X X dan a
xy . x 2
Data yang diketahui adalah: xy = - 100,200 x2 = 194,300 y2 = 285,467
69
a
xy x 2
100 ,200 194 ,300
= - 0,516 y = - 0,516x Dari data yang dikumpulkan dapat dicari Y
Y
X
X
N
N
1467 48,867 30
1791 59,700 30
Karena itu untuk persamaan garis regresi y = ax atau Y Y aX X dapat diselesaikan sebagai berikut:
Y 48,867 0,516 X 59,700 Y 48,867 0,516 X 30,787 Y 0,516 X 30,787 48,867 Y 0,516 X 79,654
Dari perhitungan di atas, maka persamaan garis regresi adalah Y 0,516 X 79,654
d. Analisis varian garis regresi Analisis ini digunakan untuk mencari hubungan antara kriterium dan prediktor menggunakan rumus regresi satu prediktor dengan skor deviasi.
xy x
2
JK reg
2
100 ,200 2 194 ,300 10040 ,040 194 ,300
= 51,673
70
xy y x
2
JK res
2
2
= 285,467 – 51,673 = 233,794 dbreg 1
dbres N 2 = 30 – 2 = 28 RK reg
JKreg dbreg 51,673 1
= 51,673 RK res
JK res dbres 233,794 28
= 8,350 JKtotal = y2 = 285,467
Freg
RK reg RK res 51,673 8,350
= 6,189 Untuk mengetahui hasil perhitungan analisis regresi tersebut, dapat dilihat dalam tabel ringkasan hasil analisis regresi satu prediktor dengan metode skor deviasi.
71
Tabel 11 Tabel Ringkasan Hasil Analisis Regresi dengan Metode Skor Deviasi Sumber
Db
JK
RK
Regresi
1
51,673
51,673
Residu
28
233,794
8,350
Total
29
285,467
9,844
Varian
Freg
6,189
Ftabel
Kesimpulan
5%
Signifikan
4,18
D. Analisis Lanjut Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan analisis regresi satu prediktor dengan metode skor deviasi diperoleh nilai Freg = 6,189. Kemudian dikonsultasikan pada Ftabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1% dengan kemungkinan: 1. Jika Freg lebih besar daripada Ft, baik 1% maupun 5% maka hasilnya signifikan dan hipotesis yang diajukan diterima. 2. Jika Freg lebih kecil daripada Ft, baik 1% maupun 5% maka hasilnya non signifikan dan hipotesis yang diajukan ditolak. Diketahui bahwa Ftabel pada taraf signifikansi 5% = Freg sebesar 6,189 lebih besar daripada Ftabel, Dengan
demikian,
hasilnya
dinyatakan
4,18. Maka nilai
pada taraf signifikansi 5%.
signifikan
dan
hipotesis
yang
diajukan diterima. Artinya ada pengaruh negatif antara intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar di rumah siswa MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati.
E. Keterbatasan Penelitian Hasil penelitian ini telah dilakukan secara optimal, namun disadari adanya beberapa keterbatasan. Walaupun demikian hasil penelitian yang diperoleh ini dapat dijadikan acuan awal bagi penelitian selanjutnya. Keterbatasan yang dimaksud adalah sebagai berikut : keterbatasan waktu, tenaga dan dana yang dimiliki, sehingga penelitian ini hanya dibatasi pada siswa MTs Walisongo Kayen Pati.
72
Meskipun banyak hambatan dan tantangan yang harus dihadapi dalam melakukan penelitian ini, peneliti bersyukur bahwa penelitian ini telah berhasil dengan sukses dan lancar.
73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari bab ke bab dalam skripsi yang berjudul "Pengaruh Intensitas Menonton Televisi terhadap Kedisiplinan Belajar di rumah Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Tahun Pelajaran 2010/2011", maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Intensitas menonton televisi siswa MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati, termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata (Mean) hasil angket tentang intensitas menonton televisi sebesar 59,7. Nilai Mean tersebut termasuk dalam kategori tinggi karena berada pada interval 50 – 64. 2. Kedisiplinan belajar di rumah siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati, termasuk dalam kategori cukup. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata (Mean) hasil angket tentang kedisiplinan belajar di rumah sebesar 49. Nilai Mean tersebut termasuk dalam kategori cukup karena berada pada interval 35 – 49. 3. Diketahui bahwa ketidakdisiplinnya belajar siswa di rumah dipengaruhi oleh intensitas menonton televisi yang signifikan. Hal itu terbukti dengan hasil perhitungan analisis regresi satu prediktor dengan metode skor deviasi sebesar 6,189 dan derajat kebebasan (db) = 29. Diketahui bahwa Ftabel pada taraf signifikansi 5% = 4,18 dan 1% = 7,60. Maka nilai Freg sebesar 6,189 lebih besar daripada Ftabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%. Oleh karena itu, hasilnya dinyatakan signifikan dan hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Dengan demikian, ada pengaruh negatif yang signifikan antara intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan belajar siswa kelas VIII MTs Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi semua pihak terutama guru/tenaga pengajar, orang tua dan siswa.
74
B. Saran Sehubungan dengan penelitian yang berjudul :Pengaruh Intensitas Menonton Televisi Terhadap Kedisiplinan Belajar Di rumah Siswa Kelas VIII
MTs
Walisongo Kec. Kayen Kab. Pati Tahun Pelajaran 2010/2011", maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut untuk ditindaklanjuti, yaitu: 1. Menyadari akan pentingnya pemanfaatan media massa, khususnya media massa elektronik, dengan berkembangnya teknologi komunikasi, dunia kini dirasakan semakin sempit karena dalam berbagai saat saja kita dapat berhubungan dengan yang lain. Akibat dari berkembangnya teknologi komunikasi ini mengakibatkan berkembangnya media massa, salah satunya adalah media televisi, televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel dan ruang. Dalam menonton televisi anak diharapkan tidak sering menonton televisi setiap hari karena televisi dapat menyita waktu anak dalam belajar, anak-anak pun menghabiskan waktunya di depan televisi. Dalam menonton televisi harus ada pendampingan khusus bagi orang tua terhadap anak. 2. Kedisiplinan belajar di rumah terbentuk dari adanya kesadaran diri atas perilaku menetapi dan menepati peraturan dan tata tertib yang ada. Dengan demikian ada baiknya jika kita lebih tepat dalam melakukan aktifitas-aktifitas kehidupan. Orangtua, guru, maupun anggota masyarakat hendaknya juga tepat dalam melakukan aktifitas, Sehingga menjadi teladan yang baik bagi individu lainya (anak didik). 3. Hendaknya orang tua memberikan perhatian terhadap anaknya dalam upaya menanggulangi keseringan anak terhadap menonton televisi, dan melatih perilaku disiplin dalam semua aktifitas kehidupan. Selain itu juga harus diperhatikan dalam menonton televisi setiap keseharian.
C. Penutup Alhamdulillah, puji syukur selalu terpanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Dengan disertai
75
do’a, semoga skripsi yang cukup sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta bagi pembaca pada umumnya. Sebagaimana pada umumnya karya setiap manusia, tentulah tidak ada yang sempurna secara total. Oleh karena itu penulis sangat menyadari hal tersebut, dengan mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca, mengingat skripsi yang penulis susun ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridho-Nya kepada kita semua dan memberikan kemanfaatan yang besar pada skripsi yang penulis susun dengan segenap kemampuan ini. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
76
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ardiyanto, Gunawan, Cara Mendidik Anak, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. _______, Media Pengajaran, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009. Asy’ari, Hasyim, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, Jombang: Maktabah Turas Islamiyah, t.th. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009. Badjuri, Adi, Jurnalistik Televisi, Yogyakarta: Graha Ilmu, Cetakan Pertama, 2010. Chen, Milton, Mendampingi Anak Menonton Televisi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005. Cameron, Lynne, Teaching Language To YLS, ( New York: Cambride University Press, 2001) Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Daryanto, Belajar dan Mengajar, Bandung: CV Yrama Widya, 2010. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995. Departement Agama RI, Al-Qur’an al-karim dan Terjemah Bahasa Indonesia, Kudus: Menara Kudus, 2006. Djamarah, Shaiful Bahri, Psikolgi Belajar.Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2002. Djamarah, Syaiful Bahri, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. David ,Nunan David, Research Methods In Language Learning, (New York: Cambridge University Press, 1992) Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, Yogyakarta: Andi Offset, 2004. _______, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta : Andi Offset, 2002.
Hofmann, Ruedi, Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi Menjadikan Televisi Budaya Rakyat, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999. Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak jilid 2, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1978. Hermawan, Adi. Priyo, Pengaruh Kedisiplinan Belajar terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas 11 SLTP Hasanuddin 6 Semarang, Skripsi tarbiyah: IAIN Walisongo Semarang, 2005. Herawati, Netty, Pengaruh Intensitas Menonton Tayangan Film Kekerasan Di Televisi Terhadap Perubahan Perilaku Peserta Didik, Skripsi tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007. Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Semarang: IAIN Walisongo, 2001. Nazir, Moh., Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009. Nizar, Imam Ahmad Ibnu, Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak Sejak Dini,Yogyakarta: DIVA Press, 2009. Nurwanti, Elin, Pola Didik Orang Tua dan Kedisiplinan Belajar Hubungannya dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam, Skripsi tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2003. Poerwadimanto, WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Santrock, John W., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008. Setyobudi, Ciptono, Pengantar Teknik Broadcasting Televisi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005. Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Sogiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, Cet: 13. 2008. Subroto, Darwanto Sastro, Produksi Acara Televisi, Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010, Cet ke 11. _______, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D), Bandung, Alfabeta, 2010.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2009. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Syukur, Fatah, Teknologi Pendidikan, Semarang: Rasail Media Group, 2008. Tim Penyusunu Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indoneisa, Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Tohirin, Psikologi Pembelajaran RajaGrafindo Persada, 2008.
Pendidikan
Agama
Islam,
(Jakarta:
PT
Tu’u, Tulus, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo, 2004. Usman, Television News Reporting dan Writing, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009. Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnya Juz 115, Kudus: Mubarokatan Thoyyibah, 2003. Yusuf, H. Syamsul, dkk, Toeri Kepribadian, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel Keadaan Siswa MTs Walisongo .........................................
57
Tabel 4.2 Tabel Hasil Angket Tentang Intensitas Menonton Televisi Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati ........................................
60
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Mean Tentang Intensitas Menonton Televisi Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati ................
62
Tabel 4.4 Nilai Distribusi Frekuensi Intensitas Menonton Televisi Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati ........................................
62
Tabel 4.5 Kualitas Intensitas Menonton Televisi Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati ...................................................................
63
Tabel 4.6 Tabel Hasil Angket Tentang Kedisiplinan Belajar Di rumah Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati ..............................
64
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Skor Mean Tentang Kedisiplinan Belajar Di rumah Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati..............
66
Tabel 4.8 Nilai Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Belajar Di rumah Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati ........................................
66
Tabel 4.9 Kualitas Kedisiplinan Belajar Di rumah Siswa Kelas VIII MTs Walisongo Kayen Pati ..................................................................
67
Tabel 4.10 Tabel Kerja Koefisien Korelasi Antara Variabel Intensitas Menonton Televisi (X) dan Kedisiplinan Belajar Di rumah (Y) ..
67
Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Satu Prediktor ...........................................
72
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket Intensitas Menonton Televisi dan Kedisiplinan Belajar Di rumah Lampiran 2 Daftar Responden Siswa MTs Walisongo Kayen Pati Lampiran 3 Surat Keterangan dari Lab Matematika Lampiran 4 Piagam PASSKA Lampiran 5 Piagam KKN Lampiran 6 Surat Keterangan Ko Kurikuler Lampiran 7 Nilai Ko Kurikuler Lampiran 8 Surat Penunjukan Pembimbing Lampiran 9 Surat Izin Riset Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 11 Riwayat Pendidikan
ANGKET PENELITIAN A. IDENTITAS Nama Lengkap : .................................................................................................. Kelas
: ..................................................................................................
Jenis Kelamin
: ..................................................................................................
B. PETUNJUK PENGISIAN 1. Isilah biodata anda di atas terlebih dahulu. 2. Kejujuran anda dalam menjawab pertanyaan tidak akan mempengaruhi nilai raport dan jawaban serta identitas responden akan dirahasiakan. 3. Baca dengan teliti, kemudian jawablah pertanyaan tersebut dengan tanda (X) pada jawaban (a, b, c atau d) yang anda anggap sesuai. 4. Jawaban dari angket ini merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi kami, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih.
C. DAFTAR PERTANYAAN I. Variabel Tentang Intensitas menonton televisi. a.
Frekuensi anak memonton televisi. 1. Berapakah dalam sehari anda menonton televisi? a. lebih dari 4 kali c. 1-2 kali b. 3-4 kali d. Tidak pernah 2. Berapakah dalam sehari anda menonton acara televisi yang anda sukai? a. lebih dari 5 kali c. 1-2 kali b. 4-5 kali d. Tidak pernah 3. Berapakah anda menonton acara yang anda sukai pada siang hari? a. lebih dari 4 kali c. 1-2 kali b. 3-4 kali d. Tidak pernah 4. Berapakah anda menonton televisi pada sore hari? a. Lebih dari 4 kali c. 1-2 kali b. 3-4 kali d. Tidak pernah 5. Berapakah anda menonton acara yang anda sukai pada sore hari? a. lebih dari 5 kali c. 1-2 kali b. 4-5 kali d. Tidak pernah
6. Berapakah anda menonton acara yang anda sukai pada malam hari? a. lebih dari 5 kali c. 1-2 kali b. 4-5 kali d. Tidak pernah 7. Berapakah anda menonton televisi pada malam hari? a. Lebih dari 4 kali c. 1-2 kali b. 3-4 kali d. Tidak pernah b. Durasi anak menonton televisi. 8. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton televisi pada pagi hari? a. 1-10 Menit c. 21-30 Menit b. 11-20 Menit d. lebih dari 30 Menit. 9. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton televisi pada siang hari? a. 1-40 Menit c. 71-90 Menit b. 41-70 Menit d. lebih dari 90 Menit. 10. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton televisi pada sore hari? a. 1-30 Menit c. 51-70 Menit b. 31-50 Menit d. lebih dari 70 Menit. 11. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton televisi pada malam hari? c. 1-50 Menit c. 81-100 Menit d. 51-80 Menit d. lebih dari 100 Menit 12. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton acara yang anda sukai dalam sehari? a. 1-60 Menit. c. 81-120 Menit b. 61-80 Menit d. lebih dari 120 Menit 13. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton acara yang anda sukai setiap pulang sekolah? a. 1-20 Menit c. 61-90 Menit b. 31-60 Menit d. lebih dari 60 Menit 14. Dalam waktu berapa menitkah anda menonton acara yang anda sukai pada malam hari? a. 1-30 Menit c. 61-90 Menit b. 31-60 Menit d. lebih dari 90 Menit c. Perhatian anak terhadap acara atau tayangan televisi. 15. Ketika anda menonton televisi apakah anda memperhatikan tayangannya? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d.Tidak pernah 16. Apakah anda memperhatikan acara-acara televisi yang anda sukai dengan seksama? a. Selalu c. Kadang-kadang b. sering d. Tidak pernah.
17. Apakah anda menonton acara televisi sampai acara selesai? a. Selalu. c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 18. Apakah anda pernah ketinggalan saat menonton acara yang anda sukai ditayangkan? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 19. Apakah anda menonton acara yang anda sukai sampai selesai? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 20. Apakah anda pernah ketinggalan saat menonton acara televisi yang ditayangkan? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah II. Variabel Tentang Kedisiplinan Belajar di Rumah a. Tepat waktu dalam belajar. 1. Apakah anda pada pagi hari (05.00 – 06.00) sebelum berangkat sekolah anda meluangkan waktu untuk belajar? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 2. Apakah anda meluangkan waktu untuk belajar pada siang hari (14.00 – 15.00)? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 3. Apakah anda meluangkan waktu untuk belajar pada sore hari (17.00 – 18.00)? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 4. Apakah anda belajar dengan tepat waktu pada malam hari (19.00 – 20.00)? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 5. Apakah anda mengatur waktu dalam belajar dirumah? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 6. Apakah anda meluangkan waktu untuk belajar pada pulang sekolah? a. Selalu c. Kadang-kadang b. sering d. Tidak pernah
7. Apakah anda dalam belajar anda tidak menunda-nundanya? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah b. Disiplin dalam mengerjakan tugas PR. 8. Apakah dalam belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah anda tidak menunda-nundanya? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 9. Apakah pada waktu pulang sekolah anda langsung mengerjakan tugas / PR yang diberikan oleh guru? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 10. Apakah anda tidak pernah terlambat dalam mengumpulkan tugas / PR yang diberikan oleh guru? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 11. Apakah anda mengoreksi kembali dalam mengerjakan tugas /PR? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah sesuai 12. Apakah anda dalam mengerjakan tugas /PR melakukan dengan sungguhsungguh? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 13. Apakah anda dalam mengerjakan tugas /PR dengan meneliti kembali? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 14. Apakah anda dalam mengerjakan tugas /PR dengan tergesa-gesa? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah c. Belajar secara teratur. 15. Apakah anda pada pagi hari sebelum berangkat sekolah anda belajar? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 16. Apakah pada waktu sore hari anda belajar dengan teratur? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
17. Apakah pada waktu malam hari anda belajar pada jam yang telah anda tentukan? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 18. Apakah anda mempersiapkan pelajaran yang akan diajarkan besok? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 19. Apakah dalam belajar anda menggunakan waktu sebaik-baiknya? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah 20. Apakah pada waktu pulang sekolah anda mengulang pelajaran yang telah diajarkan disekolah? a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah
DAFTAR RESPONDEN NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
NAMA Septi Lestari Saiful Setia Aji Siti Patimah Agung Aji Putra Dwi Irfan Ismail Anisa Mei Astuti Mila Sholekhatun Muhammad Ubaidillah Mujib Bhuridho Bambang Susilowati Lina Afifahis Sholihah Dwi Hartanti Muhammad Ade Rif’ aha Ramadhan Syuefullah Muhammad Syaifuddin Ainun Elsa Istafi M. Zaenal Abidin Catur Suci Novianti Noviya Puji Lestari Siti Alim Rahayu Serli Ervianti Amelia Sukma Dewi Anip Putri Yulia Sari Ahmad Puji Widodo Anisa Purwanti Alifah Ilham Lifia Siti Kaswati Emna Ainun Najib Eko Prastiyo
Kelas VIII A VIII A VIII A VIII A VIII A VIII B VIII B VIII B VIII B VIII B VIII C VIII C VIII C VIII C VIII C VIII D VIII D VIII D VIII D VIII D VIII E VIII E VIII E VIII E VIII E VIII F VIII F VIII F VIII F VIII F
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap
: Mega Iriani Lestanti
2. Tempat & Tgl. Lahir
: Pacitan, 28 Maret 1989
3. NIM
: 073111132
4. Alamat Rumah
: Desa Slungkep Rt. 04 Rw. 04, Kec. Kayen Kab. Pati Kode Pos 59171
HP
: 085741808306
E-mail
:
[email protected]
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal a. SDN 02 Slungkep Kayen Pati, Lulus Tahun 2001 b. MTs Futuhiyyah 2 Mranggen Demak, Lulus Tahun 2004 c. MA Futuhiyyah 2 Mranggen Demak, Lulus Tahun 2007 2. Pendidikan Non-Formal a. Pondok Pesantren Putra Putri Al-Anwar Suburan Mranggen Demak
Semarang, 03 Desember 2011
Mega Iriani Lestanti NIM.073111132