PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK METANOL DAGING BUAH KURMA (Phoenix dactylifiera) TERHADAP JUMLAH TOTAL LEUKOSIT EMBRIO MENCIT (Mus musculus) Effect of Methanol Extract from Meat Date Fruit (Phoenix dactylifiera) to Total Amount Leukocytes Embryo of Mouse (Mus Musculus)
Nur Setianingsih1, Anis Mukaromatul Ula2 , Risa Purnamasari3 1,2,3 UIN Sunan Ampel, Jl. A. Yani 117, Surabaya, +62 31 8410298 e-mail korespondensi:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak metanol daging buah kurma ajwa (Phoenix dactylifera) terhadap jumlah leukosit embrio mencit. Penelitian ini menggunakan 24 ekor mencit bunting yang memiliki berat badan antara 35-45 g. Hewan coba dikelompokkan menjadi empat kelompok sebagai berikut, K1:Kontrol diberi aquades; K2: diberi ekstrak 0.135 gr/KgBB; K3: diberi ekstrak 0.234 gr/KgBB; K4: diberi ekstrak 0.327 gr/KgBB mencit. Ekstrak diberikan setiap hari mulai hari ke 14-18 kebuntingan secara per oral sebanyak 0.2 ml. Darah diambil dari jantung embrio mencit kemudian dilakukan perhitungan jumlah leukosit. Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah leukosit antar perlakuan kelompok yaitu K1:1.54 x103 mm3; K2:3.6 x103 mm3; K3:4.13 x103 mm3 dan K4:5.10 x103 mm3. Peningkatan jumlah leukosit mengindikasi terjadinya peningkatan sistem imun pada embrio mencit. Kata Kunci:Phoenix dactylifera, jumlah leukosit, embrio mencit
ABSTRACT This study aimed to determine the effect of the methanol extract of the meat date fruit ajwa (Phoenix dactylifera) to the total amount of leukocytes mice embryo. This study uses 24 pregnant mice that have weight between 35-45 g. Pregnant mice are grouped into four groups as follows, K1: Control were given aquadest; K2: extract 0.135 g / KgBW mice; K3: extract 0,234 g / KgBW mice; K4: extract 0,327 g / KgBW mice. Extract were given everyday starts on day 14-18 of pregnancy by oral 0,2 ml. Blood taken from the heart of embryo mice then calculate the total amount of leukocytes. The results showed that an increase in the total amount of leukocytes among treatment groups: K1:1.54 x103 mm3; K2:3.6 x103 mm3; K3:4.13 x103 mm3 and K4:5.10 x103 mm3. The more dose extract given cause total amount of leukocytes increase. The increase in the total amount of leukocytes indicates an increase in the immune system in the mice embryo. Keywords: Phoenix dactylifera, total amount of leukocytes, mice embryo.
Imunostimulan dapat memperkuat pertahanan tubuh secara alami untuk melawan berbagai infeksi mikroorganisme. Imunostimulan erat kaitannya dengan sistem imun, karena imunostimulan melibatkan sel sel leukosit. Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti sel dan disebut juga sel darah putih. Didalam darah manusia normal didapati rata-rata jumlah leukosit 4.50011.000 setiap mikroliter darah (Vieira, 2011). Fungsi utama sel leukosit dan sel-sel plasma berhubungan dengan sistem imun (Saputri et al., 2010). Leukosit juga memiliki peranan yang sangat penting bagi pertahanan tubuh terhadap antigen dan infeksi, karena leukosit memiliki beberapa jenis dengan fungsi yang beragam terkait dengan imunitas non spesifik maupun imunitas spesifik (Dzikro, 2012). Penghambatan aktif sistem kekebalan tubuh janin dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh janin yang belum matang saat lahir dan selama tahun-tahun pertama kehidupan, sehingga membuat anak rentanterhadap infeksi dan gangguan kekebalan. Perkembangan sistem kekebalan tubuh pada bayi ditandai dengan induksi respon imun antigen-spesifik dan pemeliharaan toleransi imunologi terhadap senyawa umum yang ditemukan di
lingkungan bayi. Pematangan kekebalan yang tidak berjalan dengan baik dapat menyebabkan gangguan kekebalan seumur hidup seperti gangguan alergi dan autoimun. Interaksi antara ibu dan anak postpartum memainkan peran penting dalam pengembangan sistem kekebalan tubuh bayi (Kusumo, 2012). Widhyari (2012) menyatakan bahwa gangguan perkembangan sel-sel limfosit, penurunan proliferasi, peningkatan apoptosis dan atrofi timus merupakan indikasi penurunan sistem imun embrio. Akibatnya embrio akan dengan mudah terserang berbagai patogen. Salah satu buah yang berpontensi sebagai sumber imunostimulan adalah buah kurma (Phoenix dactilyfera). Eid et al., (2014) menyatakan bahwa pada buah kurma juga mengandung polifenol termasuk polifenol acid (gallic, protocatechuic, hydroxybenzoic, vanilis, siovanilic, syirigic, caffeic, ferulic, sinapic, pcoumaric, isoferulic), Glikosida flavonoid (quercetin, luteolin, apigenin and kaempferol) dan anthocyanidins. Saryono et al., (2016) menyatakan bahwa kurma dapat mencegah anemia, membantu proses involusi dan meningkatkan kualitas air susu. Kurma juga berguna untuk perkembangan dan pertumbuhan janin.
Setianingsihet al,Pengaruh Pemberian Ekstrak available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
111
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Suroso dan Paryono (2016) mengatakan bahwa ada pengaruh antara konsumsi sari kurma secara teratur pada akhir kehamilan dengan jumlah perdarahan persalinan. Fitria (2015) menjelaskan bahwa Kurma juga dipercaya sebagai antioksidan yang baik. Tak hanya sebagai antioksidan, kurma juga dapat menjadi antimikroba dan antimutagenik (Abbas et al., 2012). Kandungan senyawa aktif dalam buah kurma seperti tanin, saponin, flavonoid dan alkaloid berguna untuk imunostimulan (Shafagat, 2010: Abdelrahman, 2012: Ismail et al., 2013). Beberapa keuntungan lain dari senyawa aktif dari buah kurma pada beberapa studi yakni sebagai anti inflamasi, antidiabetik, nephroprotective, hepatoprotective, antioksidan dan kesuburan (Hafez and El-Sohaimy, 2010). Karasawa et al., (2011) menyatakan bahwa ekstrak buah kurma dapat menstimulasi sistem imun seluler mencit tersebut melalui peningkatan kadar IFN-γ+, CD4+, IFN-γ+ CD49b+, dan IL-12+ CD11b+ dalam limfa mencit serta berkesimpulan bahwa polifenol dan polisakarida yang terdapat pada kurma mampu menstimulasi sistem imun seluler tersebut. METODE PENELITIAN Pembuatan Ekstrak Buah Kurma Buah Kurma dipotong dengan ukuran 12 cm, kemudian dioven pada suhu 60˚C selama 24 jam hingga didapat berat keringnya. Kurma dihaluskan hingga menjadi serbuk dengan blander. Serbuk kurma dimaserasi menggunakan metanol selama 24 jam dengan perbandingan 1:4. Hasil dari maserasi disaring dengan menggunakan kertas saring whatsman no.41. Filtrat yang didapat kemudian di evaporasi dengan Rotary Evaporator hingga didapat ekstrak daging buah kurma.
yang diberi ekstrak daging buah kurma yaitu yang memiliki berat badan berkisar antara 30-45 g. Pemberian ekstrak pada hewan coba diberikan pada hari ke 14-18 kehamilan secara oral dengan jarum sonde. Masingmasing kelompok perlakuan diberikan sebanyak 0,2 ml. Pada hari ke 19 kehamilan dilakukan pembedahan. Perhitungan jumlah Leukosit Total Darah yang digunakan merupakan darah yang diambil secara intracardiac pada embrio. Sampel darah dihisap dengan pipet sampai tanda “1” dan larutan turk hingga tepat skala “11”, dikocok selama ± 2 menit. 3-4 tetes dibuang, kemudian diletakkan ujung pipet ke counting chamber dan kaca penutup hemositometer. Perhitungan jumlah leukosit menggunakan mikroskop cahaya. Perhitungan jumlah leukosit menggunakan rumus sebagai berikut: ƩSDP = nL x P x 2,5 Keterangan : ƩSDP : Jumlah Sel Darah Putih Nl : Jumlah SDP dalam 4 kotak WP : Besarnya pengenceran 2,5 : 1/volume kotak W (160) dibagi jumlah bujur sangkar (4 kotak R=64) Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan rancangan acak lengkap pada empat kelompok perlakuan. Data kuantitatif hitung jenis leukosit diolah secara statistik dengan uji One Way Anova menggunakan SPSS 16.0. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan Siklus Estrus & Pengawinan Mencit Dalam pengamatan ini digunakan 24 mencit betina belum kawin. Langkah pertama yang di lakukan adalah melakukan pengapusan vagina mencit (Mus musculus) untuk mengetahui mencit tersebut memasuki fase estrus. Fase estrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel bertanduk (Busman, 2013). Mencit yang mengalami fase estrus dikawinkan dengan pejantan sehingga mencit bunting. Mencit bunting diketahui dengan adanya vaginal plug serta perhitungan penambahan berat badan mencit sebelum dikawinkan dan sesudah dikawinkan. Tahap Pemberian Ekstrak dan Pembedahan pada Hewan Coba Penelitian ini menggunakan empat kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol (diberikan aquades), perlakuan yang diberi dosis ekstrak buah kurma sebanyak tiga butir atau sebanyak 0.135 g (K2), perlakuan yang diberi dosis ekstrak buah kurma sebanyak lima butir atau 0.234 g (K3), perlakuan yang diberi dosis ekstrak buah kurma sebanyak tujuh butir atau 0.327 g (K4). Mencit
Tabel 1. Rerata jumlah leukosit pada tiap kelompok perlakuan
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menjelaskan tidak adanya signifikasi pada P<0.05 menggunakan uji One Way Anova.
Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah leukosit setelah pemberian ekstrak daging buah kurma selama 5 hari. Semakin tinggi dosis yang diberikan pada mencit, leukosit yang diproduksi semakin banyak pula. Jumlah leukosit normal pada darah embrio menurut
Setianingsihet al,Pengaruh Pemberian Ekstrak available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
112
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Rugh (1968) yaitu 1533-1720 mm3. Herawati & Retnosari (2011) menyatakan bahwa nilai kritis leukosit atau leukositosis adalah 30.000 mm3. Menurut Atmadja et al., (2016), leukositosis mengindikasikan adanya infeksi, inflamasi, nekrosis jaringan atau neoplasia leukemik. Selain itu, trauma dan stres, baik emosional maupun fisik. Terlihat dari hasil diatas bahwa terjadi peningkatan jumlah leukosit lebih dari jumlah normal tetapi tidak menyebabkan leukositosis. Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah leukosit antar perlakuan kelompok yaitu K1: 1.54 x103 mm3; K2: 3.6 x103 mm3; K3: 4.13 x103 mm3 dan K4: 5.10 x103 mm3. Peningkatan jumlah leukosit ini mengindikasi terjadinya peningkatan imunitas dalam tubuh, karena diduga adanya senyawa kaemferol dalam buah kurma. Sukmayadi et al., (2014) menjelaskan bahwa kandungan kaemferol dalam daun tempuyung memiliki aktivitas imunodulator dalam mencit. Aktivitas imunodulator ditandai dengan adanya peningkatan jumlah total leukosit. Leukosit merupakan komponen penting dari sistemimun. Sel ini berperan pada imunitas nonspesifik dan imunitas spesifik (Abbas et al., 2012). Nutrisi dari pemberian ekstrak buah kurma yang diberikan pada induk akan disalurkan ke embrio melalui plasenta. Plasenta memegang peran penting dalam distribusi nutrisi dari induk ke embrio. Oleh karena itu dibutuhkan perfusi uterus yang baik untuk perkembangan embrio, karena Selama kehamilan Rahim, plasenta dan embrio memerlukan aliran darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Smitht et al., 2010). Transfer dari molekul tinggi seperti oksigen dan karbon dioksida, terutama yang dipengaruhi oleh pengurangan aliran darah (Carter, 2009). Untuk substrat sedikit permeable, keduanya memasuki plasenta dengan mekanisme transport aktif dan pasif. Glukosa melewati plasenta dengan difusi terfasilitasi. Transfer jaring-jaring glukosa bergantung pada gradient konsentrasi pihak ibu-anak (Baumann et al., 2002). Transport primer nutrisi lain seperti kalsium secara langsung dengan transport aktif yang melibatkan hidrolisis adenosine tripospat (Strid dan Powell, 2002). Macam-macam dari nutrisi seperti asam amino, phosphor dan laktat ditranspor melalui plasenta tengah oleh transport aktif sekunder menggunakan energi yang disediakan oleh gradient ion seperti sodium, klorida dan proton (Lager dan Theresa, 2012). Sehingga kandungan ekstrak daging buah kurma yang dikonsumsi induk akan disalurkan pula ke embrio mencit. Senyawa-senyawa yang terkandung didalam buah kurma sangat mempengaruhi perkembangan dari embrio, termasuk mempengaruhi imunitas embrio. Kurma diketahui memiliki aktivitas imunostimulan yang baik. Karasawa et al., (2011) menyatakan bahwa ekstrak buah kurma yang diberikan selama 30 hari kepada mencit dapat menstimulasi sistem imun seluler mencit tersebut melalui peningkatan kadar IFN-γ+, CD4+, IFN-γ+ CD49b+, dan IL-12+ CD11b+.
Hasil penelitian dari Susilo (2013), kaempferol dapat mempengaruhi limfokin (IFN γ) yang dihasilkan oleh sel T sehingga akan merangsang sel-sel fagosit melakukan respon fagositosis serta dapat memacu proliferasi limfosit, meningkatkan jumlah sel T, dan meningkatkan sekresi terhadap IL-2. IFN γ merupakan sitokin yang mengaktifkan makrofag untuk membunuh fagosit. IFN γ merangsang ekspresi MHC-I dan MHC-II dan konstimulator APC. IFN γ meningkatkan diferensiasi sel CD4+ naif ke subset sel Th1 dan mencegah proliferase sel Th2. IFN γ bekerja terhadap sel B dalam pengalihan subkelas IgG yang mengikat Fcγ-R pada fagosit dan mengaktifkan komplemen. Kedua proses tersebut meningkatkan fagositosis mikroba yang diopsonisasi. IFN γ dapat mengalihkan Ig yang berpartisipasi dalam eliminasi mikroba. IFN γ mengaktifkan neutrofil dan merangsang efek sitolitik sel NK. Peningkatan aktifitas sitolitik dapat meningkatkan imunitas spesifik (Baratwidjaja & Rengganis, 2013). Kaempferol juga dapat meningkatkan produksi IL2, yaitu salah satu sitokin yang berperan dalam proliferasi sel limfosit. Berdasarkan penelitian Swarnalata tahun 2014, kaempferol dapat meningkatkan fagosit dan dapat meningkatkan IL-2 secara signifikan. IL-2 adalah salah satu sitokin yang berperan dalam mengatur respon imun, berfungsi sebagai mitogen bagi sel T, secara potensial meningkatkan proliferasi dan diferensiasi sel T, sel B, dan sel NK, memperbaiki pembentukkan antigen, dan meningkatkan produksi dan pelepasan dari sitokin lainnya. Sel NK berfungsi untuk melisiskan sel yang terinfeksi dan mengaktivasi makrofag dengan melepas sitokin. Semakin banyak sel NK yang diproduksi semakin banyak pula makrofag yang diaktifasi sehingga sistem imun mengalami peningkatan (Baratwidjaja & Rengganis, 2013). Sel T atau limfosit T berperan pada inflamasi, aktifasi makrofag dan proliferase sel B dalam produksi antibodi. Sel T juga berperan dalam pengenalan dan penghancuran sel yang terinfeksi virus. Kemampuan sel T untuk mengenal bendaasing dimungkinkan oleh ekspresi molekul unik pada membrannya yang disebut TCR. Reseptor tersebut memiliki sifat diversitas, spesifitas, memori dan berperan dalam imunitas spesifik. Reseptor sel T dapat mengenal peptida antigen yang diikat oleh MHC dan dipresentasikan APC. Antigen MHC yang dipresentasikan akan berproliferasi menjadi sel T efektor dan memori. Interaksi antara APC dan sel T terjadi melalui berbagai molekul adhesi/asesori dan ligannya, namun untuk aktivasi sel T penuh, masih diperlukan molekul-molekul kostimulator. Ikatan hanya dengan TCR tanpa disertai sedikitnya dua sel kostimulator (B7) akan menimbulkan alergi (Baratwidjaja & Rengganis, 2013). Sehingga semakin banyak jumlah total sel leukosit yang diproduksi semakin baik pula imunitasnya. Imunitas yang baik dapat mencegah dari berbagai serangan penyakit dan melindungi tubuh dari berbagai macam infeksi. Dengan adanya penelitian ini dapat diketahui bahwa kenaikan
Setianingsihet al,Pengaruh Pemberian Ekstrak available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
113
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
jumlah leukosit pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol mengindikasi adanya kenaikan kekebalan tubuh atau sistem imunnya. PENUTUP Pada penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah total leukosit pada embrio mencit yang diberikan ekstrak daging buah kurma pada induknya selama 5 hari pada hari ke 14-18 kehamilan. Diduga senyawa kaemferol pada buah kurma yang menyebabkan kenaikan jumlah leukosit pada embrio. Karena keterbatasan penelitian, diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat menjadi acuan untuk pengembangan penelitian berikutnya mengenai pengaruh ekstrak buah kurma terhadap sistem imunitas. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih disampaikan kepada Allah SWT atas kesempatannya menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua yang selalu memberi semangat serta doanya. Dan tak lupa ucapan terima kasih tentunya disampaikan kepada Ibu Risa Purnamasari, M.Si. , Ibu Eva Agustina, M.Si. , dan Ibu Nova Lusiana, M.Keb. yang mana telah membimbing serta memberikan kesempatan untuk mengikuti penelitian ini dan membiayai secara keseluruhan dari penelitian ini. DAFTAR RUJUKAN
Carter, A. M. (2009). Evolution of factors affecting placental oxygen transfer. Placenta, 30,19-25. Dzikro, A. (2012). Pemberian kurma tahnik terhadap jumlah total leukosit, presntase jumlah monosit danlimfosit darah serta titer antibodi. Program Sarjana. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Eid, N., Sumia, E., Gemma, W., Giulia, C., Adele, C., Glenn, G., Ian, R., & Jeremy, P. E. S. (2014). The impact of date palm fruits and their component polyphenols on gut microbial ecology, bacterial metabolites and colon cancer cell proliferation. Journal of Nutritional Science, 3(46), 1-9. Fitria, A. (2015). Hubungan pemberian kurma (Phoenix dactylifera L.) varietas ajwa terhadap kadar trigliserida darah. Program Sarjana. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Hafez, E.E, & El-Sohaimy, S.A. (2010). Biochemical and nutritional characterizations of date palm fruits (Phoenix dactylifera L.). Journal of Applied Sciences Research, 6(8), 10601067. Herawati, F., & Retnosari, A. (2011). Pedoman interpretasi data klinik. [Di unduh pada tanggal 20 Maret 2017]. Retrieved from https://www.researchgate.net/profile/Fauna_Heraw ati/publication/303523819_Pedoman_Interpretasi_ Data_Klinik/links/5746c1db08ae298602fa0bb4/Pe doma n-Interpretasi-Data-Klinik.pdf.
Abbas, A.K., A.H., Lichtman & Shiv, P. (2012). Cellular and molecular immunology 7th edition. USA, Elsevier.
Ismail, W, & Radzi, M. (2013). Evaluation on the benefits of date palm (Phoenix dactylifera) to the brain. Altern Integ Med, 2, 1-3.
Abdelrahman, H.A. (2012). Protective effect of dates (Phoenix dactylifera L.) and Licoricae (Glycoriza glabra) on carbon tetrachloridae-induced hepatotoxicity in dogs. Global Veterinaria Journal, 9(2), 184-191.
Karasawa, K., Yuji, U., Mitsuru, H., & Hajime, O. (2011). A matured fruit extract of date palm tree (Phoenix dactylifera L.) stimulates the cellular immune system in mice. J Agric Food Chem, 59(20), 11287-11293.
Atmadja, A. S., Radius, K., & Freddy, D. (2016). Pemeriksaan laboratorium untuk membedakan infeksi bakteri dan infeksi virus. CDK-241/, 43(6), 457461.
Kusumo, P. D. (2012). Kolonisasi mikrobiota normal dan pengaruhnya pada perkembangan sistem imunitas neonatal. Widya, 55-63.
Baratawidjaja, K. G., & Iris, R. (2009). Imunologi dasar edisi ke-10. Jakarta, Indonesia: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. Baumann, M. U., S, Deborde., & N. P. Illsley. (2002). Placental glucose transfer and fetal growth. Endocrine, 19(1), 13-22. Busman, H. (2013). Histologi ulas vagina dan waktu siklus estrus masa subur mencit betina setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.
Lager, S., & Theresa L. P. (2012). Regulation of nutrient transport across the placenta. Journal of Pregnancy, 114. Retrieved from https://www.hindawi.com/journals/jp/2 012/179827/. Rugh, R. (1968). The mouse its reproduction and development. Minneapolis, Burgess Publishing Company. Saputri, D. N. E., Awik, P. D. N., & Nurlita, A. (2010). Jumlah total dan differensial leukosit mencit (Mus musculus) pada evaluasi in vivo antioksidan ekstrak spons laut (Aaptos suberitoides) [Paper].
Setianingsihet al,Pengaruh Pemberian Ekstrak available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
114
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Surabaya, Surabaya. Saryono., Anggraeni, M.D., & Rahmawati, E. (2016). Effects of dates fruit (Phoenix dactylifera L.) in the female reproductive process. International Journalof Recent Advances in Multidisciplinary Research, 3(7), 1630-1633. Shafagat, A. (2010). Phytochemical investigation og quranic fruits and plants. Medical Plants Journal, 9, 6166. Smith, R. J., Evid, C., Chief., & D Evid Chelnow. (2010). Management the third stage of labor. Medscape reference. [Di unduh pada tanggal 27 Maret 2017]. Retrieved from http://emedicine.medscape.com/article/275304overview. Strid, H., & T. L. Powell. (2000). ATPdependent Ca2+ transport is upregulated during third trimester in human syncytiotrophoblast basal membranes. Pediatric Research, 48(1), 58-63. Sukmayadi, A. E., Sri A. S., Melisa I. B., & Anisa D. A. (2014). Aktivitas imunomodulator ekstrak etanol daun tempuyung (Sonchus arvensis Linn.). IJPST, 1(2), 65-72.
Suroso, & Paryono. (2016). Pengaruh konsumsi sari kurma pada akhir kehamilan terhadap kemajuan persalinan kala I dan jumlah perdarahan saat persalinan pada primipara di wilayah kerja puskesmas klaten selatan. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 5(1), 101-109. Susilo, J., Agitya, R. E., & Tirani D. A. P. (2013). Efek immunomodulator fraksi etil asetat daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) terhadap respon imun non spesifik pada mencit jantan galur balb/c. [Di unduh pada tanggal 25 Maret 2017]. Retrieved from http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/do cuments/3208.pdf. Swarnalata. (2014). Cytokine mediate immunomodulatory properties kaempferol-5-o-βd-glucopyranoside from methanol extract of aerial part of indigofera aspala-thoides Vahl ex DC. Int. J. RsPharm. Sci, 5, 73-78. Vieira, K. (2011). Improving abnormal result. 1(1), 25-29. Widhyari, S. D. (2012). Peran dan dampak defisiensi zinc (Zn) terhadap sistem tanggap kebal. WARTAZOA, 22(3), 141148.
Setianingsihet al,Pengaruh Pemberian Ekstrak available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
115