Seminar Nasional PENINGKATAN DAYA SAING AGRIBISNIS BERORIENTASI KESEJAHTERAAN PETANI Bogor, 14 Oktober 2009
Penerapan Pola Tanam Berdaya Saing Komoditas Unggulan pada Lahan Kering dalam Peningkatan Kesejahteraan Petani oleh
Amar K. Zakaria
PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2009
PENERAPAN POLA TANAM BERDAYA SAING KOMODITAS UNGGULAN PADA LAHAN KERING DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI Amar K. Zakaria Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161
ABSTRACT Agricultural development is one of the fundamental component in all device of national programe. The farmers income improvement through implementation of variation of cropping pattern in upland areas to introduce some innovation with use corn of seed hybrid (Pioneer and Bisi). This study was Central Java. The result of study showed that all cropping pattern of farmers applaid is feasibility and the return cost ratio (R/C) is more two. Key words : cropping – pattern, income, upland.
PENDAHULUAN Besarnya kontribusi sektor pertanian dalam Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan dalam penyerapan tenaga kerja, menyebabkan pihak pemerintah selalu memberi prioritas utama pada pelaksanaan pembangunan sektor pertanian. Sistem agribisnis merupakan kesatuan usaha yang komersial di bidang pertanian dengan memanfaatkan semua sumberdaya secara optimal untuk memperoleh manfaat yang maksimal bagi seluruh pelaku subsistem agribisnis yang terlibat, seperti subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem produksi primer serta subsistem pengolahan dan pemasaran hasil (Suryana dan Adnyana, 1997). Lebih lanjut, Soeharjo (1996), memandang sistem agribisnis sebagai suatu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yang satu dengan lainnya saling berhubungan erat dan mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam sistem. Oleh karena itu, pengembangan agribisnis harus mengembangkan semua subsistem di dalamnya. Dalam rangka peningkatan produksi tanaman pangan telah dilaksanakan antara lain melalui peningkatan produktivitas usahatani, perluasan lahan pertanian serta peningkatan pemanfaatan lahan kering yang didukung dengan penyediaan sarana dan prasarana yang makin efisien serta kebijakan harga yang sesuai (Anonim, 1995). Dan untuk mewujudkan swasembada pangan selain beras yang sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap satu komoditas dimana seperti jagung dan kedelai masih belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pelaksanaan Gerakan Padi, Kedelai dan Jagung (Gema Palagung 2001) melalui upaya khusus ( Upsus) merupakan strategi untuk 1
peningkatan produktivitas per hektar dengan peningkatan mutu intensifikasi dan perluasan areal dengan peningkatan indeks pertanaman yang secara simultan dilakukan pemberdayaan petani (Anonim, 1998). Sejalan dengan kondisi tersebut, penerapan pola tanam pada areal lahan kering menjadi salah satu tolak ukur terhadap keberhasilan yang dikelola petani. METODOLOGI PENELITIAN Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Tahun 2007 diwilayah Kabupaten Temanggung Propinsi Jawa Tengah. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive sampling) dimana desa terpilih adalah Desa Pager Gunung dan Desa Canggal yang merupakan desa berbasis ekologi lahan kering. Penelitian ini merupakan kegiatan penelitian dengan metode deskriptif yaitu suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada fakta dan masalah-masalah aktual yang ada pada saat penelitian dan selanjutnya dijabarkan dengan interpretasi tabel (Soejono dan Abdurrahman, 1977). Data primer diperoleh dengan pengisian kuesioner terstruktur kepada rumah tangga contoh secara perorangan dengan teknik wawancara, berdasar penerpan pola tanam setahun. Jumlah rumah tangga contoh seluruhnya berjumlah 80 petani yang terdiri dari 10 orang petani pada setiap pola tanam di setiap desa. Selanjutnya data dianalisis secara explanatary yang disajikan dalam bentuk tabel dari aspek karakteristik petani contoh aspek biaya usahatani, sedangkan untuk mengukur tingkat pendapatan usahatani, digunakan metoda kelayakan ekonomi yang sederhana, yaitu dengan rumus sebagai berikut : PB = PK – TB dimana PB = pendapatan bersih ; PK = pendapatan kotor, yaitu nilai tingkat hasil dengan harga jual dan TB = total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi pada skala luasan tertentu. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian. Pemilihan desa penelitian dipilih berdasar lokasi berbasis lahan kering dengan komoditas basis tanaman jagung. Berdasar data potensi desa, terlihat bahwa kedua desa terpilih merupakan wilayah dengan sumber daya lahan kering yang potensial dengan bentangan permukaan yang bergelombang dan terletak pada elevasi 600-670 meter dari muka laut. Di lokasi Desa Pager Gunung sekitar 87 persen diusahakan sebagai budidaya lahan kering dan di Desa Canggal sebesar 95 persen dari luas lahan usahatani (Tabel 1). Karakteristik Petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari neraca umur petani di kedua desa berdasar keragaman pola tanam, tergolong pada kelompok usia produktif. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa petani dalam menjalankan 2
aktivitas usahatani yang dikelolanya, secara fisik sangat mendukung dan cukup produktif. Demikian pula jika dilihat dari tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan, pada semua pola tingkat pendidikannya cukup memadai dan sangat mendukung terhadap penetapan keputusan terhadap kegiatan usahatani yang akan dikelolanya. Tabel 1. Keragaan Potensi Sumberdaya Desa Penelitian Tahun 2007 di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah No.
Lokasi Desa Penelitian Pager Gunung Canggal 3,39 1,89 670 600 ..................................... 1.512 1.057 1.616 1.069 3.128 2.126 ………………………….. 48,6 24,8 35,5 7,7 175,6 107,3 72,8 43,5 6,5 2,7 339,0 189,0
Uraian
Luas wilayah (km2) Elevasi (m-dpl) Penduduk (jiwa) - Laki-laki Perempuan Jumlah 4. Penggunaan lahan (hektar) Pekarangan Sawah Tegalan/ladang Kebun/kayu-kayuan Lainnya Total Sumber : Data Primer, 2007 1. 2. 3.
Dilihat dari potensi sumberdaya tenaga kerja keluarga yang tersedia, menunjukkan bahwa dengan jumlah anggota rumah tangga sebesar 4,2-4,8 jiwa, pada dasarnya cukup mendukung terhadap ketersediaan tenaga kerja keluarga untuk melakukan aktivitas usahatani lahan kering pada skala luasan lahan garapan rata-ratanya sebesar 0,260,34 hektar (Tabel 2). Keragaman Pola Tanam. Pada awal Tahun 2000 pola tanam yang paling dominan diusahakan oleh petani di kedua desa penelitian adalah “Jagung-Tembakau” yaitu sekitar 60 persen diterapkan petani. Namun pada Tahun 2003 terjadi pergeseran dalam penerapan pola tanam setahunnya, dimana untuk pola tanam “jagung-jagung” menjadi pola yang banyak diusahakan petani. Hal ini terjadi karena harga jual dari hasil jagung memberikan tingkat harga yang kompetitif. Dilain pihak tingkat harga jual dari tembakau memiliki kecenderungan yang menurun. Oleh karena itu, dari hasil penelitian dari kedua desa tersebut kondisi pola tanam setahunnya (Tahun 2008) adalah Sebagai berikut : (1) Pola A “Jagung-Jagung – Beras” (38%), (2) Pola B “Jagung-Jagung – Kacang Tanah – Beras” (18%), (3) Pola C “Jagung – Tembakau” (31%) dan (4) Pola D “Jagung – Ubi Kayu” (13%).
3
Tabel 2. Keragaan Karakteristik Petani Contoh Di Desa Penelitian Berdasar Keragaman Pola Tanam Setahun Di Kabupaten Temanggung, 2008 No.
Uraian
1. 2. 3. 4.
Umur petani (tahun) Pendidikan petani (tahun) Jumlah ART (jiwa) Luas garapan (hektar)
Pola Tanam JagungJagung 49,4 7,4 4,2 0,29
Pola Tanam JagungK.Tanah 47,8 7,2 4,4 0,26
Pola Tanam JagungTembakau 51,2 6,4 4,8 0,32
Pola Tanam Jagung-Ubi Kayu 52,6 6,3 4,3 0,34
Kegiatan usahatani lahan kering berbasis tanaman jagung, selain terjadi pergeseran jenis pola tanam yang diusahakan juga untuk komoditas basis tersebut, terjadi pergeseran penggunaan benih. Dalam hal ini, dapat dikemukakan bahwa pada awalnya varietas jagung yang ditanam adalah jagung lokal dan berperan sebagai sumber bahwa konsumsi rumah tangga. Akan tetapi, dengan tingkat harga jual hasil jagung sebesar Rp. 2.200 – Rp. 2.400 per kilogram pipilan kering, maka untuk memperoleh tingkat produksivitas yang tinggi digunakan benih jagung varietas hibrida. Berdasar keragaman pola tanam yang diusahakan, terlihat bahwa petani pengguna jagung hibrida adalah sebesar 70 – 85 persen dengan jumlah benih yang dipakai untuk setiap hektarnya adalah 24,2 – 26,3 kg. Sedangkan untuk pemakaian benih jagung lokal adalah 30,2 – 36,6 kg. Selanjutnya dalam hal penerapan komponen teknologi untuk sarana pupuk pabrik pada budidaya jagung, terlihat bahwa pada semua pola tanam menggunakan pupuk lengkap, walaupun dari segi takarannya belum sesuai dengan yang dianjurkan. Dalam pemakaian pupuk pabrik ini, petani pola A cenderung lebih tinggi yaitu sebesar 300,5 kg per hektar. Sedangkan terendah pada petani pola B, yaitu sebesar 251,3 kg per hektarnya. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, SP-36 dan pupuk NPK (Tabel 3). Analisis Biaya Usahatani. Keberhasilan kegiatan budidaya tanaman akan sangat tergantung dari tingkat produktivitas yang dicapai dan tingkat harga jual produknya secara memadai serta efisiensi biasa dalam proses produksinya. Dengan mengacu berdasar pola tanam setahun yang diterapkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pada petani contoh yang menerapkan Pola A (dua kali tanam jagung), total biaya produksinya mencapai tujuh koma sembilan juta rupiah. Dalam hal ini, komponan biaya sarananya sebesar 39,6 persen dimana untuk pengadaan benih mencapai 69 persen dari total (biaya sarana, karena harga benih jagung hibrida nilainya relatif mahal. Alokasi biaya sarana produksi ini, menunjukkan kesamaan dengan petani yang menerapkan Pola B (37,7%) dan Pola D (36,8%). Sedangkan pada penerap Pola C kecenderungannya lebih tinggi, yaitu sebesar 44,3 persen.
4
Tabel 3. Keragaan Petani Contoh Dalam Penerapan Komponen Teknologi Budidaya Jagung Di Desa Penelitian Tahun 2008 Pola Tanam A No.
Komponen Teknologi
1.
Varietas Ditanam (%) - Hibrida - Non-hibrida
2.
Pemakaian Benih (kg/ha) - Hibrida - Non-hibrida
3.
Pemakaian Pupuk (kg/ha) - Urea/ZA - SP 36 - KCL - NPK - Pupuk Kandang
4.
Pemakaian Pestisida (l/ha)
Pola Tanam B Jagung
Pola Tanam C Jagung
Pola Tanam D Jagung
0,75
0,52
0,82
Jagung Jagung 1 2 …………………………………………………………… 85,0 75,0 72,5 70,0 80,0 15,0 25,0 27,5 30,0 20,0 …………………………………………………………… 23,4 24,2 26,3 25,6 24,4 32,6 33,2 36,6 34,2 30,2 ………………………………………………………….... 176 172 164 186 187 48 37 62 68 83 20 27 27 28 35 245 308 324 298 10,96
0,48
Sumber : data primer, 2008. Berdasar total biaya yang dikeluarkan, pada Pola C merupakan kegiatan usahatani yang memerlukan korbanan biaya yang paling besar yaitu sekitar sepuluh juta rupiah. Sedangkan yang paling rendah adalah pada petani yang menerapkan Pola D (Jagung – Ubi kayu) yaitu sebesar Rp. 4.955.000,-. Hal ini terjadi, karena selain korbanan biaya tenaga kerjanya cenderung lebih sedikit (Tabel 4). Selanjutnya jika dilihat berdasar pada kelayakan usaha, yang secara sederhana melakukan penilaian dengan rasio penerimaan dan biaya produksi (nilai R/C), dapat disimpulkan bahwa pada semua petani yang menerapkan Pola A, Pola B, Pola C dan Pola D secara ekonomis adalah layak kegiatan usahataninya, karena nilai R/C nya lebih dari dua (Tabel 5). Dengan mengacu pada nilai imbangan penerimaan dan biaya usahatani, yang terbesar adalah Pola D lalu diikuti Pola A dan selanjutnya Pola C dan Pola B. Akan tetapi, jika dilihat nilai riil yang diterima petani (keuntungan bersih usahatani), yang terbesar adalah Pola C (Rp. 19.748.000,-) namun diperlukan biaya usahatani yang lebih besar pula. Dilain pihak ketersediaan modal usahatani yang dimiliki petani relatif terbatas. Dengan demikian, Pola A merupakan alternatif yang paling tepat karena selain keuntungan bersih yang diperoleh cukup tinggi juga nilai imbangan penerimaan dan biayanya mencapai nilai tiga. Oleh karena itu, wajar apabila pola jagung-jagung di wilayah penelitian lebih berkembang.
5
Tabel 4. Keragaan Biaya Usahatani Per Hektar Pada Lahan Kering Berdasar Pola Tanam Setahun Di Desa Penelitian Kabupaten Temanggung, Tahun 2008
No.
Komponen Biaya Usahatani
1. 2. 3.
Biaya Benih/Bibit Biaya Pupuk Biaya Pestisida Jumlah Biaya Sarana
4.
Biaya Tenaga Kerja
5.
Biaya Lainnya
6.
Total Biaya Produksi
Pola A Pola B Pola C Pola D (Jagung(Jagung(Jagung(JagungJagung) K.Tanah) Tembakau) Ubi Kayu) …………………(Ribuan Rupiah)………….... 2.160 2.070 2.720 1.395 826 545 1.418 374 144 75 296 52 3.130 2.690 4.434 1.821 (39,6) (37,7) (44,3) (36,8) 4.590 4.260 5.270 2.980 (58,1) (59,8) (52,7) (60,1) 182 178 294 154 (2,3) (2,5) (3,0) (3,1) 7,902 7,128 9.998 4,955 (100,0) (100,0) (100,0) 100,0)
Keterangan : (…) angka dalam kurung adalah persentase.
Tabel 5. Keragaan Analisis Biaya Dan Pendapatan Usahatani Lahan Kering Berdasar Keragaman Pola Tanam Setahun Di Wilayah Penelitian Kabupaten Temanggung, 2008 No. 1. 2. 3. 4.
Uraian Penerimaan Kotor Usahatani (Rp.000,-) Biaya Produksi Usahatani (Rp.000,-) Keuntungan Bersih Usahatani (Rp.000,-) Imbangan Penerimaan Dan Biaya (R/C)
Pola A 24.691 7.902 16.789 3,12
Pola B 21.128 7.128 14.000 2,96
Pola C 29.746 9.998 19.748 2,97
Pola D 18.078 4.955 13.123 4,05
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasar hasil penelitian di wilayah Kabupaten Temanggung pada areal lahan usahatani berbasis lahan kering, dapat disimpulkan bahwa : 1) Komoditas jagung merupakan tanaman utama yang diusahakan, terutama pada kegiatan usahatani musim penghujan dan ditanam secara monokultur. 2) Penggunaan benih jagung hibrida oleh petani, semakin membudaya dalam upaya memperoleh tingkat hasil yang tinggi. 3) Pola tanam yang diterapkan oleh petani di wilayah Kabupaten Temanggung, pada kegiatan usahatani Tahun 2008, secara ekonomis adalah layak untuk dilaksanakan dengan nilai R/C lebih dari dua. 4) Berdasar keragaman pola tanam setahun, tingkat keuntungan bersih terbesar adalah Pola C (jagung-tembakau) dan selanjutnya diikuti oleh Pola A (jagung-jagung). 6
Saran Upaya penerapan teknologi pemupukkan secara lengkap dan tepat jumlah perlu disosialisasikan, sehingga tingkat hasil jagung hibrida dapat dicapai dengan memuaskan. Dengan demikian, maka pendapatan petani akan lebih meningkat. DAFTAR PUSTAKA
Amar K. Zakaria, 2005. Keragaan Usahatani Petani Miskin Pada Lahan Kering Dan Sawah Tadah Hujan. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis (SOCA) vol. 5 no. 3 : 243-362 November 2005. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. ISSN : 1411-7177. Amar K. Zakaria, 2006. Keragaan Kesempatan Kerja Di Sektor Pertanian Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis (SOCA) vol. 6 no. 2 : 109-216 Juli 2006. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. ISSN : 1411-7177. Anonim, 1998. Petunjuk Pelaksanaan Dan Pedoman Teknis Kegiatan Perluasan Areal Tanam. Program Gema Palagung 2001. Departemen Pertanian. Nurmanaf, A. Rozany. 2001. An Analysis of Economic Linequalities Between Household in Rural Indonesia. Dissertation findings in Brief. Faculty of Business and Computing. Southern Cross University, Coff Harbour Campus, Australia. Quibria, M G dan Srinivaran, 1993. Rural Proverty in Asia. Oxford University Press, Hongkong. Sawit, M. Husen, dkk, 1996. Diversifikasi Sektor Pertanian dan Perubahan Struktur Pendapatan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Soeharjo, A. 1996. Pengembangan Sistem Usahatani Pertanian. Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional Dinamika Sumberdaya Dan Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Di Bogor. Suryana, A dan M. O. Adnyana, 1997. Pengkajian Sistem Usahatani Berbasis Padi dan Sistem Usaha Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. 1997.
7