11/19/2009
Menggerakkan Sektor Riil Ina Primiana G Guru Besar B Fakultas F k l Ekonomi Ek iU Unpad d Disampaikan pada Pekan Ilmiah Universitas Padjadjaran Dalam Rangka Dies Natalis ,Bandung, 19 November 2009
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia • Diproyeksikan menurun dari angka 6 persen pada 2008 menjadi 4,4 persen pada 2009. Pada 2010 diperkirakan akan kembali membaik menjadi 5,9 persen
1
11/19/2009
Pertumbuhan industri nasional Beberapa industri memiliki pertumbuhan negatif di tahun 2008. Bila diperhatikan sejak tahun 2004 beberapa industri nasional terus mengalami penurunan pertumbuhan. Hal tersebut menunjukkan pula bahwa penurunan yang terjadi tidak semata-mata disebabkan oleh krisis global yang terjadi di tahun 2008
Tabel Pertumbuhan Industri Non Migas 2004-2008
N No
Cabang Industri
Persen (%) 1995 2004 2005 2006 2007 2008 20042008
1
Makanan, Minuman & Tembakau
16.5
1.4
2.7
7.2
5.05 (1.26)
3.02
2
Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki
10.4
4.1
1.3
1.2 -3.68 (7.10) (0.84)
3
Barang Kayu & Hasil Hutan
3
-2.1 21
-1 1
-1 1 -1.74 1 74 (0.53) (0 53) (1.27) (1 27)
4
Kertas & Barang Cetakan
13.5
7.6
2.4
2.1
5.79
0.10
3.6
5
Pupuk, Kimia & Barang dari Karet
11.9
9
8.8
4.5
5.69
3.17
6.23
2
11/19/2009
Tabel Pertumbuhan Industri Non Migas 2004-2008
No
Cabang C b Industri
Persen (%) 1995 2004 2005 2006 2007 2008 20042008
6
Semen & Barang Galin Non Logam
20.1
9.5
3.8
0.5
3.40 (1.01)
3.24
7
Logam Dasar, Besi & Baja
18.6
-2.6
-3.7
4.7
1.69
2.77
0.57
8
Alat Angkut, Mesin & Peralatan
7.7
17.7
12.4
7.5
9.73
17.38
12.9
8.9
12.8
2.6
3.6 -2.82 (6.88)
1.86
13.1
7.5
5.9
5.3
5.69
9
Barang Lainnya Total Industri
5.15
4.61
Sumber: BPS (2008) Depperin (2008)
Sumber : Bank Indonesia
3
11/19/2009
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
4
11/19/2009
Sumber : Bank Indonesia
Kebijakan j yyang g dijalankan j Pemerintahan Indonesia untuk meningkatkan daya saing industri nasional dengan berbagai program yang ada sampai saat ini belum dapat mengangkat industri nasional ke tingkat yang lebih baik, baik di lingkungan domestik maupun lingkungan global global.
5
11/19/2009
Contoh :Kondisi Riil
Di pasar global, produk tekstil Indonesia masih cukup di hit diperhitungkan. k IIndustri d t i TPT masih ih menjadi j di penyumbang b devisa non-migas terbesar Tahun 2006, Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara pengekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terbesar dunia. Indonesia menempati posisi kedelapan dalam impor TPT di Amerika dan posisi keenam untuk t k impor i TPT ke k Uni U iE Eropa, tetapi t t i Ek Ekspor ke k kkedua d negara tersebut mengalami penurunan sejak tahun 2007.
Pasca kerjasama Bilateral
Menunjukkan e u ju a kinerja e ja e ekspor spo be berbanding ba d g terbalik dengan Import, sebutlah perjanjian Indonesia –Korea Rep, Indonesia –Japan, Indonesia –Australia disamping Indonesia – China.
6
11/19/2009
Tantangan Industri /Sektor Riil
1. Penerapan p p perdagangan g g bebas ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) diduga telah menggembosi surplus perdagangan Indonesia.
Tantangan
2. Sedikitnya y tujuh j sektor manufaktur diperkirakan mengalami opportunity loss dari pasar domestik hingga Rp35 triliun per tahun jika kesepakatan harmonisasi tarif dalam kerangka pasar bebas Asean-China Free Trade Agreement (AC-FTA) berlaku efektif pada 2010.
7
11/19/2009
Tantangan
3. Awal tahun 2010 normal track 1 yang y g merupakan tahapan dari kerjasama perdagangan ini akan mulai memberlakukan bea masuk 0% untuk produk-produk manufaktur kedua wilayah. Hal ini dikhawatirkan akan mengancam produk manufaktur Indonesia dan catatan neraca perdagangan Indonesia..
Pertimbangan Pemerintah untuk mendorong sektor riil 1. Dampak p krisis keuangan g g global yyang g dimulai dari Amerika beberapa negara di dunia ini melakukan proteksi dengan menaikan tarif bea masuk/subsidi/kuota. WTO telah mencatat saat ini telah ada 16 negara melakukan tindakan proteksi sejak akhir September 2008
8
11/19/2009
Pertimbangan Kebijakan Bila resesi global ini berlangsung lama, maka banyak Negara akan mencoba melakukan proteksi terhadap industri dalam negeri dan memblokade barang-barang impor dengan kebijakan perdagangan yang baru. Sehingga disini perlu kerjasama antara pemerintah dan sektor da se to b bisnis s su untuk tu melakukan e a u a ttindakan da a be berjagajaga jaga menghadapi situasi perekonomian dunia saat ini untuk memonitor kemungkinan gerakan proteksionis.
Pertimbangan Kebijakan 2. Amerika yang memulai sekarang yang mengingkari pasar bebas bebas. U U.S. S House of Representatives telah membuat keputusan mengenai pembelian produk amerika “Buy American” semua stimulus diprioritaskan untuk j buatan amerika. Mungkin g indutri besi dan baja juga akan ditambah industri-industri lainnya dalam daftar yang diberikan stimulus tersebut
9
11/19/2009
Pertimbangan Kebijakan
3. Peningkatan g jjumlah negara g di dunia yyang g melakukan tindakan proteksi ini dari produk luar negeri. Mereka mulai melakukan insentif dan subsidi daripada menggunakan cara-cara lama seperti melalui kuota atau tarif
Pertimbangan Kebijakan 4. China telah mengumumkan berbagai insentif perpajakan dan subsidi untuk indutri otomotif juga industri baja. Pemerintah China juga akan melakukannya untuk delapan sektor lainnya seperti tekstil, perkapalan dan petrokimia Perancis petrokimia. Perancis, Jerman Jerman, Rusia Rusia, Amerika Amerika, Swedia dan Kanada juga mempertimbangkan untuk melakukan tindakan bailout industri otomotif
10
11/19/2009
Defisit /Surplus dan Stimulus 2007-2009 Negara
2007 D/S
2008 Sti l Stimulus D/S
2009
Sti l Stimulus D/S
2010
Sti l Stimulus D/S
Sti l Stimulus
Amerika
-2,9%
0%
-5,9%
1,1%
-13,5%
2%
-9,7%
1,8%
Inggris
-2,7%
0%
-5,5%
0,2%
-11,6%
1,6%
13,3%
0%
Indonesi a
-1,2%
0%
+0,1%
0%
-2,6%
1,4%
-2,1%
0,6%
India
-5,2%
0%
-8,4%
0,6%
-9,8%
0,6%
-8,4%
0,6%
China
+0,9%
0%
0,3%
0,4%
-4,3%
3,1%
-4,3%
2,7%
Japan
-3,4%
0%
-5%
0,4%
-10,3%
2,4%
10,3%
1,8%
Sumber : IMF, diambil hanya beberapa negara Keterangan : D= Defisit , S = Surplus, % D, S dan Stimulus dari GDP
11
11/19/2009
Daya Saing Industri Nasional GEJALA deindustrialisasi yang mencuat dalam perekonomian nasional Indonesia sejak beberapa tahun yang lalu kini sesungguhnya telah mendekati perwujudannya k kearah h yang lebih l bih konkret. k k t
Bank Dunia melansir berita bahwa sejak 2003
daya
pergumulan
saing
Indonesia
industri
dalam
antar-bangsa antar bangsa
memperlihatkan adanya paradoks. Di satu sisi,
terjadi
peningkatan
daya
saing
komoditas Indonesia di pasar dunia. Tetapi di lain sisi,, industri dalam negeri g banyak y yang gulung tikar (Bank dunia, 2008).
12
11/19/2009
Pernyataan
tersebut
diperkuat
oleh
laporan World Economic Forum (WEF) 2008-2009, yang menunjukkan peringkat Daya
Saing
Indonesia
yang
terus
menurun. Pada tahun 2008-2009 Global Competitiveness Index (GCI) Indonesia b d pada berada d peringkat i k t 55 dari d i 134 negara.
Global Competitiveness Index No Negara
GCI 2006 2007 2006-2007
GCI 2007 2008 2007-2008
GCI 2008 2009 2008-2009
1
Singapore
7
7
5
2
Malaysia
21
21
21
3
Thailand
28
28
34
4
Indonesia
51
54
55
5
Vietnam
64
68
70
6
Philipina
71
67
71
Sumber : WEF Report , 2007-2008,2008-2009
13
11/19/2009
Peringkat yang dicapai Indonesia pada t h tahun 2008 2009 adalah 2008-2009 d l h peringkat i k t ke k 55 yang terus menurun sejak tahun 20062007. Dalam menetapkan peringkat, World Economic Forum
menggunakan 12 pilar
yaitu:
Peringkat 12 Pilar Global Competitiveness Index
No
Pilar
20062007
20072008
20082009
1
Kelembagaan
60
63
68
2
Infrastruktur
78
91
86
3
Stabilitas Ekonomi makro
73
89
72
4
Pendidikan Dasar dan Kesehatan
83
78
87
14
11/19/2009
Peringkat 12 Pilar Global Competitiveness Index 20062006 2007
20072007 2008
20082008 2009
Pelatihan dan Pendidikan tinggi
70
65
71
6
Efisiensi Pasar Barang
33
23
37
7
Efisiensi Pasar Tenaga K j Kerja
51
31
43
8
Kecanggihan Pasar Uang
58
50
57
No
Pilar
5
Peringkat 12 Pilar Global Competitiveness Index
20062007
20072008
20082009
75
75
88
10 Ukuran Pasar
15
15
17
11 Kecanggihan Bisnis
41
33
39
12 Inovasi
39
41
47
No 9
Pilar Kesiapan Teknologi
Sumber : WEF Report , berbagai edisi
15
11/19/2009
Laporan Bank Dunia Doing Business 2009.
Lima masalah utama dalam menjalankan bisnis di Indonesia adalah Infrastruktur buruk, ketidakefisienan birokrasi, keterbatasan akses pendanaan, kebijakan tidak stabil/inkonsistensi kebijakan dan peraturan tenaga kerja yang restriktif.
Peringkat Kemudahan Berbisnis
No Negara
Peringkat Kemudahan berbisnis
1
Singapore
1
2
Malaysia
20
3
Thailand
13
4
Indonesia
129
5
Vietnam
92
6
Philipine
140
Sumber : Bank Dunia, 2009
16
11/19/2009
Perbandingan Doing Business Indonesia dan Malaysia Indonesia
Malaysia
Doing Business 2009 rank
Doing Business 2008 rank
Change in rank
Doing Business 2009 rank
Doing Business 2008 rank
Change in rank
Doing Business
129
127
-2
20
25
+5
Starting a Business
171
167
-4
75
82
+7
Dealing with Construction Permits
80
79
-1
104
106
+2
Employing Workers
157
160
+3
48
46
-2
Registering Property
107
101
-6
81
73
-8
Getting Credit
109
116
+7
1
1
0
Ease of ...
Perbandingan Doing Business Indonesia dan Malaysia Indonesia
Malaysia
Doing B i Business 2009 rank
Doing B i Business 2008 rank
Change i rank in k
Doing B i Business 2009 rank
Doing Business B i 2008 rank
Change i rank in k
Protecting Investors
53
49
-4
4
4
0
Paying Taxes
116
111
-5
21
60
+39
Trading Across Borders
37
39
+2
29
24
-5
Enforcing Contracs
140
140
0
59
60
+1
Closing a Business
139
139
0
54
57
+3
Ease of ...
Sumber : Bank Dunia 2009
17
11/19/2009
Kesimpulan Telah terjadi penurunan aktivitas pada sektor riil sejak tahun 2003 meskipun peluang untuk tumbuh baik didalam negeri maupun luar negeri masih besar besar, hanya tinggal sejauh mana pemerintah mampu menjadikan comparative advantage yang dimiliki , memiliki pula competitive advantage. Potensi penurunan disebabkan antara lain; (1) Tidak fokusnya arah pembangunan ekonomi Nasional untuk menjawab j akan menjadi j apakah p Indonesia di tahun 2015, 2020 atau 2025 beserta target –target yang akan dicapai , misalnya sektor apa yang akan dikembangkan di daerah mana, sehingga fokus dan memudahkan bagi pengambil keputusan di daerah menetapkan arah kebijakannya ,
Kesimpulan (2) Pemerintah Ikut serta dalam perdagangan bebas /FTA tanpa memperkuat terlebih dahulu industri dalam negeri dengan berbagai kelemahan yang dimiliki dan menyebabkan sektor riil babak belur untuk dapat bertahan. (3) Tidak adanya koordinasi antar departemen /instansi di pusat , antar pusat dan daerah, misalnya untuk menjaga iklim usaha yang kondusif, kemudahan-kemudahan berbisnis,dukungan infrastruktur, adanya kebijakan yang kontra produktif dll
18
11/19/2009
Kesimpulan ( ) Ketidakmampuan (4) p melihat p persoalan yyang g dihadapi p sektor riil secara komprehensif (hulu-hilir / rantai nilai) , sehingga pemecahan persoalannya dapat langsung ke akar permasalahan, (5) Melihat hasil penilaian WEF dan World bank yang terus menurun, maka dapat disimpulkan usaha yang dilakukan pemerintah belum maksimal berdampak mendorong sektor riil (Tercatat lebih dari 10 kebijakan baik insentif maupun stimulus yang telah diterbitkan pemerintah tetapi dalam implementasinya belum memberikan hasil yang memuaskan, sebutlah paket insentif 2005, Inpres no 6/2007tentang paket kebijakan perbaikan iklim investasi hingga berbagai stimulus fiskal 2009 untuk melindungi industri dari krisis ).
Rekomendasi Menggerakkan Sektor Riil • Tetapkan “Mau menjadi apa Indonesia tahun 2015, 2020 atau 2025 “ yang mudah diterjemahkan dan dimengerti oleh masyarakat banyak dan juga memudahkan bagi para pengambil keputusan didaerah menjalankan dan mencapai target-target yang ditetapkan. • Mendorong Ekonomi Domestik . Beberapa sektor tertentu mungkin perlu diperkuat kebijakan proteksi (Soft Protection), beberapa sektor lain justru harus diperkuat kompetisi p g globalnya y sehingga gg memperkuat p fundamental ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. • Melakukan Integrasi Hulu Hilir seperti yang dilakukan China untuk setiap sektor ,hingga dapat diketahui seluruh hambatan yang ada dan eliminir hambatan tersebut (Kebijakan,biaya ekonomi tinggi, kelangkaan listrik, perijinan, kepastian hukum dll).
19
11/19/2009
Rekomendasi Menggerakkan Sektor Riil • Pertimbangkan g instrumen di luar tarif yyang g masih diizinkan oleh badan perdagangan dunia (WTO) untuk sebagai penghalang serangan impor produk China • Merumuskan pemberlakuan hambatan nontarif (nontariff barriers) dalam menekan dampak negatif dari perjanjian perdagangan bebas antara ASEAN dan China (ASEANChina Free Trade Agreement/ACFTA) • Mengkaji ulang pemberlakuan bea masuk 0% di tahun 2010 d dengan menukar k ititem sensitif itif lilistt untuk t k menghindari kehancuran industri nasional. Berdasarkan Perjanjian ACFTA masih diberi kemungkinan untuk menukar items sensitif list yang sebenarnya tidak sensitive dengan items yang sensitive yang berada di normal track.
Rekomendasi menggerakkan Sektor Riil • Bagaimana menjadikan ekonomi Indonesia bersamasama dengan negara-negara Emerging 7 /E7 ( Brasil, Rusia India, Rusia, India China, China Indonesia, Indonesia Meksiko dan Turki) di perhitungkan di kancah internasional di masa mendatang. • Dalam penandatangan perjanjian sebaiknya melibatkan asosiasi / dunia usaha untuk menghindari kesalahan /kerugian akibat keputusan yang dibuat • Melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan hasil penilaian WEF dan World Bank Bank. • Koordinasi antar departemen /instansi dan Koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi dan pemerintah kabupaten /kota untuk menguasai rantai nilai dengan menjalankan program yang berkesinambungan bukan sekedar proyek yang hanya sekedar terserap dana .
20
11/19/2009
Referensi • Bank Indonesia, Indonesia Laporan Perekonomian Indonesia 2009 • BPS, Indonesia Dalam Angka 2008 • World Economic Forum Report, Global Competitiveness p Index 2006-2009 • World Bank, Doing Business 2009-2010
Terima Kasih
21