SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA GALA DINNER NETWORKING SESSION DENGAN IKATAN ILMUWAN INTERNASIONAL INDONESIA (I-4) JAKARTA, 18 DESEMBER 2010
Selamat malam dan salam sejahtera bagi kita semua, Kami berterima kasih telah diberi kesempatan untuk melakukan interaksi dengan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4). Ini merupakan kelompok luar biasa, putra putri terbaik Indonesia yang telah mencapai suatu prestasi di luar negeri. Kita patut bangga bahwa ternyata banyak orang Indonesia yang mewakili kita di luar negeri dan mencapai prestasi yang luar biasa. Ini harus dipublikasikan untuk dijadikan sebagai inspirasi. Bagian dari 100% Cinta Indonesia adalah kebanggaan kita mengenai Indonesia. Bukan hanya masalah membeli produk Indonesia, tetapi kita harus percaya terhadap diri kita sendiri. Banyak orang di luar Indonesia yang seringkali tidak yakin pada kemampuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kisah yang sangat menginspirasi dari teman-teman yang ada di network ini perlu dipublikasikan untuk menjadi bukti bahwa ternyata kita tidak kalah dari segi bukan hanya produk tetapi kemampuan kita sebagai bangsa yang tercermin dari teman-teman kita yang ada di luar. Saya selalu menggunakan contoh saat mempromosikan 100% Cinta Indonesia. Saya sering menggunakan cerita yang inspirational sebagai contoh, misalnya ”apakah anda tahu saat Presiden Obama di malam inagurasi, koreografernya adalah orang Indonesia? Atau apakah anda tahu bahwa salah satu baju Michele Obama kainnya berasal dari Indonesia?.” Kita juga bisa menjadikan cerita sukses para anggota I-4 ini sebagai contoh dalam mempromosikan 100% Cinta Indonesia. Kita harus bangga karena salah satu yang hadir di sini telah memiliki paten Four G, dan ini merupakan cerita yang bagus untuk dibanggakan. Ada beberapa program atau inisiatif yang sedang dicoba dikembangkan, bukan saja dari Kementerian Perdagangan tetapi juga dari Pemerintah Indonesia. Asal
usulnya muncul dari pertanyaan daya saing, yaitu bagaimana Indonesia bisa mempunyai daya saing untuk terus berkembang. Mengenai daya saing Indonesia, menurut World Economic Forum, peringkat Indonesia melompat sepuluh rangking dari rangking 55 menjadi rangking 44 dari 139 negara pada tahun ini. Indonesia dianggap membaik dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) dan pendidikan dasar, yang artinya 20% SDM yang berpendidikan sudah mulai menunjukkan hasil. Jadi dari sektor pendidikan, daya saing kita meningkat cukup baik. Kemudian dari sisi kepemerintahan (governance) juga membaik, termasuk biaya melakukan kegiatan bisnis (cost of doing business), yang berarti program reformasi sudah berjalan dengan baik. Namun di beberapa hal kita masih lemah, diantaranya adalah di sektor infrastruktur, kesiapan teknologi dan inovasi (Technological readiness and innovation), dan kesehatan juga masih lemah. SDM yang memiliki keahlian tinggi juga masih rendah, padahal ke depan jika bicara daya saing, Indonesia harus melakukan peningkatan di bidang itu. Jika dalam ilmu ekonomi sebuah negara harus memiliki sumber daya alam (natural resources) dan tenaga kerja yang relatif rendah biayanya, hal tersebut tidak cukup lagi saat ini karena kita berbicara mengenai rantai distribusi (supply chain), yaitu bagaimana suatu barang itu diproduksi. Dalam rantai distribusi, proses suatu barang diproduksi dimulai dari inovasi sampai menjadi produk, kemudian dipasarkan. Apabila kita melihat iPod, berapa persen muatan lokalnya dan produksinya di mana? Sebagian besar pekerjaan dilakukan di China, tetapi tidak untuk assembling dan komponen produksinya. Dari segi nilai, lebih tinggi di Amerika karena inovasinya dan services higher value added berada di Amerika. Jadi kita harus mengejar yang di atas (inovasi) bukan hanya yang di bawah (produksi). Yang mengerikan adalah China akan sangat berhasil dalam sisi produksi. Mereka sudah tahu bahwa mereka harus menekan biaya produksi (the low cost mass production), menerapkan teknologi tinggi (hi-tech), meningkatkan nilai tambah, meningkatkan jumlah pekerja yang berkeahlian tinggi, dan melakukan lebih banyak penelitian dan pengembangan (research and design (R&D)). China juga besar-besaran menarik kembali SDM mereka yang berada di luar negeri untuk kembali ke negerinya untuk melakukan strategi-strategi yang telah ditetapkan oleh China. Istilahnya adalah ‘tripatriasi’ dimana orang-orang yang dahulunya berasal dari China tetapi sudah menjadi warga negara AS, ditarik pulang ke China dengan menggunakan insentif. China sangat strategic dalam mengindentifikasi hal ini. China juga memiliki seminar seperti yang dilakukan I-4, tetapi jumlahnya lebih besar dan sudah dilakukan bertahun-tahun. China memiliki SDM dengan gelar Phd Ekonomi di mana-mana, di seluruh dunia.
Mereka datang ke China setahun sekali untuk menghadiri sebuah konferensi besar dimana mereka bisa sharing dan melakukan mentoring, serta talent consulting. Saat pulang ke China, mereka mencari orang-orang yang potensial untuk diberikan beasiswa. Saya rasa hal ini bisa juga dilakukan untuk orang Indonesia karena keberadaan mereka di luar dapat mewakili Indonesia dalam berbagai hal. Satu usul yang sangat baik untuk disampaikan adalah memperkokoh network ini dari segi database keberadaan. Saat ini masih banyak orang yang belum teridentifikasi keberadaannya. Kelompok I-4 ini bagi kami, sebagai Kementerian Perdagangan, adalah kalian menjadi mata dan telinga kami di luar negeri. Kita sedang naik daun di dunia internasional, terutama dalam 3 atau 4 tahun terakhir ini. Sangat terasa bahwa tiba-tiba dunia mulai sadar bahwa ada negara Indonesia yang ternyata lumayan hebat. Indonesia adalah emerging ASEAN economy, modern, democratic country dengan populasi islam terbesar. Ini merupakan sesuatu yang unik. Indonesia secara politik juga stabil dan dapat bertahan (survive) dalam krisis, mengalami pertumbuhan serta proses transisi di dalam demokrasi yang juga berjalan lancar. Di mata dunia, ini adalah hal yang positif, dan ini berarti kita berperan aktif di forum internasional dan forum regional.
Para hadirin yang kami hormati, Tahun depan Indonesia akan menjadi tuan rumah ASEAN, tahun 2013 kita akan menjadi tuan rumah APEC. Indonesia juga sudah menjadi anggota G20 dimana kita berada di peringkat 16 diantara negara-negara G20. Kita adalah negara yang ekonominya sedang meningkat dan dinamis. Saya juga sudah promosi ke mana-mana mengenai fakta menarik terkait potensi SDM kita. Sebanyak 50% populasi kita berumur di bawah 29 tahun dan 30% berada di bawah 40 tahun. Indonesia memiliki penduduk muda yang sangat dinamis, dan angka tersebut merupakan faktanya. Kondisi SDM di Indonesia ini mirip dengan di India, namun kebalikan dari China. China akan mengalami sebaliknya dimana penduduk mudanya tidak lagi banyak dikarenakan kebijakan satu anak (one child policy). Fakta lain adalah bahwa kita merupakan negara yang paling banyak menggunakan jaring sosial di antara negara-negara berkembang lainnya. Indonesia merupakan pengguna kedua terbesar Facebook di dunia dengan 29 juta pengguna Facebook. Kita juga pengguna terbesar keenam jaringan sosial Twitter, kemudian Blackberry pertumbuhannya juga paling tinggi. Jadi kita adalah masyarakat yang tingkat sosialisasinya sangat tinggi, ini mungkin karena harga
telepon genggam saat ini sangat murah serta biaya pulsa juga murah. Hal tersebut merupakan kekuatan dari berbagai macam hal. Saat ini, kita tidak bisa lagi menyimpan informasi. Jika ingin menyampaikan suatu pesan (message), atau apabila kita berusaha menutupi sesuatu karena melakukan kesalahan, maka penyebarannya cepat sekali. Ini adalah kekuatan dari segi dinamisasi bangsa yang merefleksikan kreativitas anak-anak muda dimana sesungguhnya hal ini memiliki nilai ekonomi yang besar. Harus ada yang membuat content, product and services yang terkait dengan semua ini. Cara pemasaran (marketing) juga sudah sangat berubah. Ini sesuatu yang sangat dinamis, kreatif, dan inovatif. Sesungguhnya ini bisa menjadi sebuah topik penelitian yang bagus. Indonesia membebaskan atau tidak melarang perkembangan informasi, tidak seperti China yang melarang penggunaan Facebook. Jaringan sosial di Indonesia pertumbuhannya lebih tinggi daripada di India, mungkin ini karena masyarakat Indonesia ikatannya kuat dan sering berdiskusi. Mengenai industri kreatif (creative industry), ini sesuatu yang didorong oleh Kementerian Perdagangan. Ada 14 sektor ekonomi kreatif, antara lain Arsitektur; Desain; Fesyen; Film, Video dan Fotografi; Kerajinan; Layanan Komputer dan Piranti Lunak; Musik; Pasar Barang Seni; Penerbitan dan Percetakan; Periklanan; Permainan Interaktif; Riset dan Pengembangan; Seni Pertunjukan; Televisi dan Radio. Ini adalah industri yang bahan bakunya ide dan tidak akan pernah habis. Tantangannya adalah bagaimana ide ini bisa menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomi.
Para hadirin yang berbahagia, Ekonomi Kreatif ini telah dilakukan dari tahun 2006 dimana ini didasarkan pada kreativitas, dan ada ahlinya, penelitiannya, serta bidangnya. Apa yang harus dilakukan untuk merubah ide menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi? Apa tantangannya? Kita menemukan ada lima hal yang ternyata dianggap menghambat potensi industri kreatif di Indonesia untuk berkembang: 1. Intellectual property right protection. Ini tentunya sangat dipahami oleh komunitas ini. Bagaimana ide, inovasi, kreativitas, desain anda diproteksi di sini. Ternyata implementasi perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual masih belum baik di Indonesia. Penghasilan kita dari paten dan royalti juga belum berkembang. Ini sesuatu yang menjadi pekerjaan rumah kita bersama.
2. Creative mindset. Di bidang pendidikan, misalnya, kurikulum dan cara mengajar harus dirubah, seperti yang disarankan oleh cluster pendidikan I-4, dan ini adalah tugas Kementerian Pendidikan. Bagaimana kita membuat pelajar untuk berpikiran lebih terbuka dan lebih kritis. Saat saya pulang dari luar negeri, saya terbiasa dengan cara berpikir yang terbuka (open minded). Pada saat saya mengajar di universitas, mahasiswanya tidak ada yang bertanya. Akhirnya saya memberi bobot nilai sebesar 30% untuk bertanya. Hal ini menunjukkan belum adanya budaya mengkritisi. Oleh sebab itu, perlu dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan kita. 3. Modal. Ide untuk membuat Four G chips di Indonesia merupakan ide yang bagus, tetapi bagaimana kita mencari investor. Pemerintah bisa menyediakan science part dan proses inkubasi. Sebenarnya bagian Riset dan Teknologi memiliki program tersebut, tapi pada akhirnya kita membutuhkan investor. Apakah itu single investor atau venture capital, seperti yang kita ketahui bahwa semua Bill Gates dan Steve Job di dunia ini, mereka memulai proyek mereka dari garasi, namun ada juga investor yang berani menanam uangnya untuk ide mereka. Mungkin ada kegagalan 90%, tetapi tetap ada 10% ini yang berhasil. Untuk itu, kita sedang mengembangkan entrepreneurship process di dalam negeri. Menteri Pendidikan juga ikut dalam hal ini. Kita perlu menumbuhkan entrepreneurship di dalam negeri dan belajar untuk bagaimana menghargai inovasi. 4. Appreciation. Kita kurang menghargai penelitian (research). Satu yang harus kita punya adalah pusat penelitian yang berkelas internasional di universitas. Kondisi saat ini adalah tidak cukupnya dana yang dialokasikan untuk membangun pusat penelitian tersebut dan tidak cukupnya apresiasi. Disamping itu, gaji dosen masih minim sehingga banyak dosen yang menjadi konsultan untuk menambah penghasilan, padahal seharusnya mereka melakukan penelitian penuh (full time research). Bagaimana kita mendorong agar mereka mau melakukan penelitian penuh? Ini sangat penting. Saya dan ketua cluster ekonomi I-4 dulu memiliki mimpi untuk membangun Pusat Antar Universitas, punya mimpi untuk membuat pusat penelitian kelas dunia (world class research center). Saat ini kita masih bermimpi, tetapi kita harus sadar dengan kondisi saat ini. Pada intinya, kami ingin network antara Kementerian Perdagangan dan I-4 dibangun terus, bagaimana kita saling memberikan informasi dan mengidentifikasi kesempatan untuk bekerjasama. Jika ada misi dagang atau kunjungan ke luar negeri, biasanya saya bertemu dengan beberapa kelompok profesional. Jadi sudah ada network yang terjalin sebelumnya, namun sekarang
mungkin kita bisa masukan dalam program dimana jika kementerian ada kunjungan ke luar negeri, kita bisa berkumpul guna saling memberi informasi (updating each other). Kita bisa mulai dari hal yang sederhana seperti bagaimana membangun kolaborasi ke depan. Terima Kasih.
Menteri Perdagangan
MARI ELKA PANGESTU