Sambutan Menteri Perdagangan Pada Acara 60 Tahun Hubungan Indonesia-China Jakarta, 20 September 2010
Yang terhormat Ambassador Yang Wenchang, Vice president Chinese People’s Institute of Foreign Affairs Yang terhormat Ambassador Zhang Qiue, duta besar Republik Rakyat China untuk Indonesia Yang terhormat Ambassador Tom Shao Lin, representative to Asean Yang terhormat Ambassador Sudrajat, Yang terhormat Ambassador Chen Yang terhormat Bapak Thahir General Chairman of KIKT and PERMIT Yang terhormat Bapak Yusuf Wanandi Teman-teman yang lain, distinguished guest ladies and gentlement
Saya ingin memberi apresiasi bahwa hari ini kita berkumpul sebagai bagian dari perayaan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia-RRT. Sejak tadi kita dengar bahasa yang digunakan masih beragam, apakah kita sepakat menggunakan Tiongkok bukan China. Ini merupakan perdebatan panjang. Setahu saya bahasa bakunya adalah RRT ( Republik Rakyat Tiongkok). Hubungan diplomatik dengan RRT dimulai 13 April 1950 dan walaupun sempat mengalami break di dalam hubungan tersebut akan tetapi sejak tahun 1990 kita sudah menjalin kembali hubungan diplomatik. Jika di urut dari sisi sejarah mulai 2000 tahun yang lalu pun beberapa utusan dari Jawa sudah datang ke Tiongkok untuk membuka hubungan sejarah dan melakukan hubungan dagang. Yang paling banyak dampaknya adalah kunjungan Admiral Cheng Ho 600 tahun yang lalu ke kawasan Asia terutama India Ocean dan beberapa kali ke pulau Jawa. Dari jaman ke jaman misi dagang tidak berubah, selain mencari barang yang bisa di pertukarkan, saat datang juga membawa agama, tehnologi. Terbukti, banyak hal dari sejarah yang bisa dihubungkan. Sebagai contoh, salah satu display di Paviliun Indonesia di World Expo Shanghai,adalah bedug yang berasal dari Tiongkok dan hanya di mesjid di Indonesia bisa kita temukan. Ini fakta menarik yang belum banyak diketahui orang. Ini mencerminkan hubungan kita yang sudah lama dan erat dan bahwa sebetulnya apa yang kita lakukan sekarang, bukan saja sudah dilakukan 60 tahun yang lalu tetapi bahkan sudah 600 tahun. Bagaimana ke depannya? Apa yang kita lakukan? Sudah banyak yang di bahas.
Saudara Sekalian yang Saya Hormati, Kami akan sedikit menyinggung mengenai perkembangan hubungan antara RI-RRT terutama dalam beberapa tahun ini dimulai dengan deklarasi bersama kemitraan RI – RRT oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan Presiden RRT Hu Jintao tanggal 25 April 2005 di Jakarta dan hubungan kemitraan strategis ini telah berjalan 5 tahun. Pada 21 Januari 2010 telah ditandatangani rencana aksi (action plan) dari deklarasi kemitraan strategis. Kita telah memiliki hubungan strategis yang luas, ada politik, kebudayaan, pendidikan dan ekonomi namun untuk lebih memantapkan gregetnya, perlu dilanjutkan dengan action plan 5 tahun ke depan, 2010-2015. Saya akan bercerita mengenai perdagangan dan ekonomi karena itu bagian dari tanggung jawab saya selaku Menteri Perdagangan dan juga sebagai ketua Joint Commission untuk perdagangan, kerjasama ekonomi, dan investasi. Saya juga akan bercerita mengenai perdagangan termasuk ASEAN China FTA. Tahun ini adalah tahun RRT saya. This is my China Year karena begitu banyak pembahasan mengenai hubungan RRT-Indonesia yang pada akhirnya benar-benar merupakan masukan, mendorong pembahasan yang mendalam, dan memaksa kita berfikir untuk mencari solusi guna mendorong rencana aksi untuk kemitraan di bidang ekonomi 5 tahun ke depan. Saudara Sekalian yang Saya Hormati, Di tahun 2005 kedua menteri perdagangan diberikan target total bilateral trade sebesar US$30 miliar dalam 5 tahun. Di tahun 2008, angka dari RRT sudah mencapai US$30 miliar tetapi dengan angka Indonesia US$27 miliar. Tidak berbeda jauh.Tahun 2009 karena krisis menjadi turun. Tahun 2010 persemester, angka Indonesia US$16 miliar. Angka RRT US$19 miliar. Dapat diperkirakan tahun 2010 akan mencapai US$30 miliar atau lebih dari US$30 miliar. Kembali ke tahun 2008 atau lebih dari tahun 2008. Apa target 5 tahun ke depan? Setelah di bahas antar menteri perdagangan dan sudah dilaporkan ke masing-masing kepala negara, kita sepakat US$50 miliar di dalam 3-5 tahun ke depan. Ini target yang baru dan kita juga sepakat untuk melanjutkan diskusi beyond quantitative target. Quantitative target its fine but how do you achieve it? Yang timbul dalam pembahasan terkait dengan apakah kita menyebutnya pembahasan, polemik, atau pendalaman mengenai Asean China FTA, timbul bahasa yang jika di pelajari sangat bermakna dan mencari bahasa ini cukup sulit. Bahasa ini timbul saat Joint Commossion bertemu April 2010 dan ada pembahasan serta agreed minutes of meeting antara dua menteri Perdagangan untuk memperkuat dan meningkatkan perdagangan, investasi dan kerjasama ekonomi. Disepakati untuk meningkatkan target ke US$50 miliar tetapi di luar target kuantitatif tersebut, kita ingin menjalin pertumbuhan perdagangan bilateral yang saling berimbang, berkelanjutan dan membutuhkan. Bahasa inggrisnya balanced sustainable and new mutual benefit growth of bilateral trade.Tidak hanya tumbuh perdagangan tetapi bagaimana perdagangan itu berkelanjutan. Sesuatu yang tidak berimbang tentunya tidak akan berkelanjutan. Dan akan menimbulkan seperti yang kita rasakan. Bukan saja di Indonesia hal ini terjadi tetapi di negara-negara lain. Ini pekerjaan rumah yang besar bagi RRT bagaimana mereka lebih menyeimbangkan perdagangan mereka dengan dunia.
Saudara Sekalian yang Saya Hormati, Kami baru saja kembali dari RRT, dari Chonqing, Tianjin dan Shanghai. Banyak pembahasan dan secara global pertanyaan kepada RRT dalam konteks G20. Jika bicara mengenai balance growth and orienting balance in growth, bagaimana RRT mengurangi sumber pertumbuhan dari ekspor dan lebih banyak meningkatkan sumber pertumbuhan dari domestik. Ini topik pembicaraan dalam setiap forum selama kami di RRT. Ini adalah dinamika yang harus dipelajari. Opportunity-nya apa untuk kita, kerjasama apa yang bisa kita jalin dengan RRT serta mereka melakukan perubahan ini. Kita akan sedikit bercerita tentang program aksi 5 tahun ke depan dalam rangka perdagangan, investasi dan kerjasama ekonomi Rencana aksi yang semula akan di tandatangani bulan Mei saat kunjungan Premier Huan Jiabao tetapi karena ada penundaan yang disebabkan ada gempa bumi di Sichuan. Akan tetap ditandatangani dalam waktu dekat. Agreement on Expansion and Deepening of Bilateral Economic and Trade Cooperation. Salah satu isu penting di dalam agreement tersebut, kita sepakat membentuk Working Group on Trade Resolution dan Working Group on Economic Cooperation. Dan juga akan ditandatangani Bilateral Agreement on Infrastructure. Ini dua pilar yang relatif penting karena selama ini yang sudah kita dapatkan bias credit expor dan bias credit dari RRT tetapi sama-sama belum mempunyai kebiasaan bekerjasama di dalam bagaimana menggunakan pinjaman, bagaimana proyek itu bisa direalisasi. Diperlukan kesepakatan bagaimana menjalin hubungan bekerjasama, bagaimana pembiayaan infrastruktur, proyek mana yang harus di prioritaskan. Proyek tersebut harus siap karena kalau tidak, akan lama sekali dalam proses untuk terwujud. Kita memiliki beberapa proyek seperti Jati Gede, Suramadu dan listrik 10 ribu megawatt. Ke depannya bagaimana akan diimplementasikan. Ini bagian dari kerjasama yang akan di bangun Saudara Sekalian yang Saya Hormati, Trade Resolution juga penting karena ini menjadi temuan di pertemuan level Asean. Saat pembahasan ASEAN China FTA, kita membahas implementasi dari ASEAN China FTA. Walaupun bea masuk nol tetapi ada banyak masalah yang dihadapi oleh kedua belah pihak. Dari segi pemahaman peraturan mengenai kesehatan, karantina, standar, Bea cukai dll. Di sepakati membuat working group trade resolution sehingga masalah yang timbul dapat di atasi dengan cepat dan tepat. Pihak RRT bersedia membantu untuk meningkatkan akses pasar untuk beberapa produk Indonesia. Walau nilai kecil tetapi beberapa produk Indonesia yang sulit masuk ke RRT, akan di perjuangkan agar bisa menjadi simbol. Yang sudah bisa teridentifikasi dari macammacam produk Indonesia yaitu sarang burung Walet dan buah-buahan tropis. Kelihatannya tidak penting, tapi sebetulnya suplai sarang burung walet terbesar dari Indonesia, hanya sayangnya tidak langsung dari Indonesia, melainkan masuk melalui negara ketiga. Buahbuahan dari Indonesia tidak kalah jauh dengan Thailand dari kualitas dan rasanya. Akan tetapi dari segi penterasi tertinggal karena harus karantina, harus memenuhi syarat. Yang baru masuk adalah salak dan manggis. Itu sebetulnya bukan hanya dari sekedar perdagangan bahwa Thailand terkenal. Ini pengalaman karena kami yang dipercaya mengkoordinasi keikutsertaan Indonesia di WESC. Di RRT karena tourism, makanan, buah-buahan, yang di kenal di RRT adalah SingMaThai yaitu Singapura, Malaysia dan Thailand. Indonesia tidak masuk di dalam konfigurasi itu. Jika orang hendak liburan, yang ada di benak mereka adalah SingMathai. Ada pertanyaan
kepada masyarakat Tiongkok, saat mengunjungi World Expo Shanghai, paviliun mana dari negara Asia yang akan di kunjungi? Jawabannya SingMaThai. Itu berarti pengetahuan masyarakat Tiongkok mengenai Indonesia masih minim. Ini adalah tantangan kita ke depan. Pengetahuan untuk tourism, budaya, barang, makanan harus di tingkatkan. Jangan sekedar mengekspor kakao ke sana. Mereka tidak terlalu paham bahwa kakao datangnya dari Indonesia walau mereka mengkonsumsi. Juga kopi dan palm oil karena bukan barang final consumption goods. Ini catatan kami dalam tahun ini beberapa kerjasama yang perlu di tingkatkan. Bagaimana kita merealisasi perdagangan dan hubungan ekonomi yang berkelanjutan, seimbang dan saling menguntungkan. Ini tantangan ke depan. Kita melihat permasalahan yang muncul saat membahas implementasi ASEAN China FTA, timbul beberapa hal yang akan kita coba kerjasama ke depan: 1. Meningkatkan investasi dari RRT bukan dari bidang-bidang yang selama ini mereka masuki. Selama ini yang masuk adalah bidang resources. Ini pola yang sama di negaranegara berkembang seperti Afrika. Resources security yang menjadi dorongan utama melakukan investment. Itu raw material, langsung di ekspor kembali ke RRT. Pola ini perlu di diversifikasi dengan dua cara yaitu: a) Lebih meningkatkan tingkat olahan yang dilakukan di negara setempat sebelum di kirim. Apakah di kirim ke RRT atau digunakan lokal market. b) Lebih banyak sektor lain yang menjadi daya tarik untuk investasi termasuk sektor yang dianggap sulit bersaing dengan RRT. Akan muncul 3 sektor yang dikhawatirkan kalah saing dengan RRT yaitu tekstil, pakaian jadi dan alas kaki serta besi baja. Ini juga dikhawatirkan oleh negara lain. Bagaimana kerjasama untuk meningkatkan investasi di bidang itu. Bukan saja investasi tetapi juga pembiayaan dari trading dan investasi dengan kerjasama dengan China Exim Bank dan lembaga pembiayaan Ekspor Indonesia. Sudah ada MoUnya. Dari kerjasama ekonomi RRT sudah ada kesepakatan pemerintah RRT bahwa mereka akan membantu UKM kita. APINDO dua bulan yang lalu pergi ke Shanghai untuk membuka wawasan dari UKM dan mendapat order. Ini bagian kerangka program aksi mendorong kerjasama yang lebih berimbang. 2. Membuat joint expert group antar dua negara yang akan bertemu 2-3 kali setahun untuk memonitor, mendalami dan melihat perkembangan perdagangan bilateral. Dalam menjaga keseimbangan, bagaimana meningkatkan impor barang RRT untuk barang tertentu dan meningkatkan ekspor Indonesia. 3. Kerjasama bias kredit infrastruktur cukup besar, 1,8 miliar USD dan jika proyeknya ada, bisa ditingkatkan. Termasuk dalam konteks Asean plus three, RRT sudah menyediakan dana US$15 miliar untuk pembangunan infrastruktur. Saudara Sekalian yang Saya Hormati,
Persepsi dan realitas dari pembahasan yang muncul di Indonesia harus sama. Persepsi umum yang sering muncul : 1. Produk RRT membanjiri pasar dalam negeri terutama produk murah sehingga merugikan dan mengurangi daya saing UKM kita. 2. Defisit perdagangan makin membengkak dan makin meningkat. Ini lampu merah. 3. Indonesia hanya mengekspor barang mentah bukan barang yang benilai tambah. Jika dipelajari satu persatu, 19% dari impor keseluruhan yang masuk Indonesia adalah dari RRT tetapi 90% adalah bahan baku dan barang modal. 10% adalah barang konsumsi. Untuk
beberapa produk memang meningkat. Ini bagaimana kita mengatasi dengan kerjasama investasi dan perdagangan untuk membantu UKM. Dalam 5 tahun ke depan, RRT akan berubah pola perkembangan. Sudah sangat jelas. Daya saing RRT di produk massal dengan menggunakan tenaga kerja murah sudah berkurang, karena tenaga kerja yang semakin mahal, tenaga kerja yang tidak kembali karena problem di dalam negeri seperti apresiasi yuan. Sudah ada di lokasi dari pabrik yang berbasis sumber daya manusia low cost. Ini akan beralih. Bagaimana kita bekerjasama dengan RRT atau negara lain untuk pasar dalam negeri, pasar regional dan pasar global. Kalau kita pelajari bahan baku dan barang modal apa yang kita impor?Ini menarik. Yang paling tinggi adalah laptop dan barang telekomunikasi. Apakah laptop itu lenovo, dell, sebetulnya semua datangnya dari China. Apakah motorola atau nexian datangnya dari China. Semua negara polanya sama. Ini masalah skala dan satu waktu akan memproduksi di sini. Ini akan menguntungkan kita dalam arti kita beralih impor dari Jepang ke impor dari China karena lebih murah bahan baku sehingga produk akhirnya lebih murah. Bagaimana dengan meningkatkan produk yang lebih bernilai tambah ke RRT? Ini tentu terkait dengan investasi dan kerjasama. Bagaimana kita meningkatkan produk final consumption good termasuk fashion, furniture, jewellery. Kopi jangan di ekspor bijinya saja tetapi yang sudah branded and packaged. Makanan dan minuman. Ini adalah program besar yang harus kita lakukan bersama. Jangan lupa services. Saudara Sekalian yang Saya Hormati, Selama di China, menghadiri forum internasional yaitu World Economic Forum di Tianjin dan World Expo development forum di Chonqing. Keseluruhan pemanasan adalah: 1. The comparative advantage of China. Where is China in the next 5 years? China is going to be out of low cost labor incentive, China is no longer going to be the factory of the world but China is increasing and going up in their advantage in services. Jangan senang dulu karena China akan meninggalkan, karena China akan terus bergerak. Harus punya dua strategi: 1) Memanfaatkan kebutuhan dimana China kurang bisa bersaing. Ini peluang. 2) Kolaborasi dengan RRT di dalam hal yang mereka akan terus berkembang termasuk dalam value added product Ini pembelajaran bagi orang ekonomi yaitu jika dahulu kita mengatakan production network itu simple, processing satu produk dari satu negara ke negara lain, mencari tenaga kerja yang murah. Sekarang production network lebih kompleks. Bisa saja mulai dari research and development di RRT, produksi di mana, kembali ke RRT baru di ekspor. Division of labor tidak hanya cost of labor tetapi ada desain,dan juga Research and Development . Bobot services meningkat yang dilakukan di Asia. RRT sudah menangkap MNC untuk melakukan R&D di negaranya. What about Indonesia? Saudara Sekalian yang Saya Hormati, Indonesia kuat di desain. Di hal-hal yang memerlukan resources yang ada di sini. Kita masuk di mana. Ini PR besar kita termasuk services. Semua yang muncul di forum adalah services yang menyerap banyak tenaga kerja. Bisa dilakukan outsourcing di dalam negeri
atau kirim tenaga kerja ahli. Ini belum terlalu di jamah. Bahasa menjadi penting. Harus meningkatkan kemampuan berbahasa mandarin agar bisa bekerjasama dengan RRT. Di Tianjin, kami satu panel dengan CEO U-software, salah satu software company terbesar di RRT. Orangnya sangat dinamis. Dia datang kepada saya. Saya cerita tentang SDM Indonesia di bawah 29 tahun, pendidikan sudah baik, kuat di mana saja. Dia menanyakan bagaimana dia bisa kerjasama dalam bidang software dan IT, ingin tahu lebih banyak tentang Indonesia. Lets explore. Ini hal-hal yang membuat China moving. Jangan terpaku dalam pola lama. Bagaimana mengembangkan dalam pola baru. Ini pada akhirnya apakah Asean plus three atau plus ten. Pada akhirnya kawasan ini, sudah economically and regionally integrated karena tahun ini adalah tahun Asia,ini adalah Iregion dimana pertumbuhan berasal. Ini dibahas di semua forum. Memang semua negara di luar Asia melirik Asia. Di sini lah kekuatan kita, mempunyai tetangga yang membantu di dalam krisis.Ekspor kita ke RRT tidak kontraksi. Tetap positif. We are in a good neighborhood. Yang terakhir ingin saya sampaikan adalah peran Indonesia dan RRT di forum-forum di mana kita duduk bersama apakah itu Asean, Asean plus three, atau East Asia Ataupun G20. Banyak kesamaan antara Indonesia dan RRT dalam memperjuangkan beberapa hal yang penting untuk negara sedang berkembang. Di Tianjin, saat World Economic Forum, kami satu panel dengan wakil menteri luar negeri RRT Wang Guangya dan DR Ju Ming from IMF. Kita semua pada dasarnya mengkritik IMF dan mendorong greater government greater participation for Asia. The role of government cooperation must be greater in G20. Ada yang bertanya, basically a better role than what we know. China is very big country in the world. Tahun 2050 it will be bigger than America. The greater roles of China and Asia in global governance. Peran yang lebih besar tentunya juga berarti tanggung jawab yang lebih besar pula. What is the responsibility of China in the global government? Not just participated but what is the role termasuk di dalam konteks Asean China, East Asia. What is the role of China di dalam economic cooperation and in capacity building. What is the international role of China? This is the big question. Indonesia selalu berharap bahwa rules itu akan selalu sesuai dengan apa yang di inginkan Indonesia. Saya tutup dengan pertanyaan karena itu salah satu yang akan define the way of interaction with China bilaterally as well as regionally and in multilateral fora. Terima kasih