Sambutan Menteri Perdagangan pada Acara Munas API Jakarta, 22 April 2010 Tema: Pengembangan Pasar Non Tradisional Produk TPT di Indonesia Yang terhormat, Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Bapak Muhammad Hidayat; Yang terhormat, Ketua dan Pengurus API serta perwakilan daerah; Yang terhormat, tokoh-tokoh pendiri API dan perwakilan daerah; Yang terhormat, peserta pameran; Your Excellency Representatives from Embassies and Trade Attachés; dan yang terhormat, peserta Munas ke-12 API. Selamat pagi, salam sejahtera buat kita semua. Selamat pagi dan selamat bermusyawarah kepada Asosiasi Pertekstilan Indonesia dan selamat atas tema yang diambil. Bagaimana kita mengambil peluang dan tantangan dalam keadaan apakah itu kawasan perdagangan bebas ASEAN, ataupun iklim dunia yang lebih bersaing akan menjadi tantangan kita ke depan tetapi juga menjadi kesempatan. Dua hal yang selalu kita hadapi. Banyak yang sudah disampaikan Bapak Hidayat, saya berusaha melakukan dua hal yaitu menambahkan konteks yang disebut perdagangan bebas, bagaimana kita memahami dan mengerti sehingga kita memahami tantangan dan kesempatan yang terbuka kepada sektor pertekstilan. 1.
Sektor tekstil dan pakaian jadi serta semua yang terkait dengan sektor ini adalah sektor yang sangat strategis dari segi sumbangan dari tenaga kerja, 1,3 juta secara langsung atau 3,4 juta secara tidak langsung, kalau dihitung 10,5% dari tenaga kerja di sektor manufaktur.
2.
Sumbangan terhadap ekspor, pertumbuhannya masih positif, rata-rata 3% per tahun, masih menyumbang 11,1% terhadap ekspor nonmigas. Tahun 2000 ekspor TPT skitar 8 miliar, tahun 2008 sudah mencapai 10 miliar. Tahun 2009 turun menjadi 9,2 miliar karena krisis. Jika melihat kepada ekspor minus impor dari TPT tetap positif. Nett ekspor tetap meningkat dan kita belum menghitung apa yang menjadi suplai ke dalam negeri. Jadi potensi dan ukuran sektor TPT masih sangat baik karena tahun 2005 sudah tidak ada kuota, tetapi masih tetap mengalami pertumbuhan 3% secara rata-rata.
Perubahan market share maupun pertumbuhan ekspor impor berdasarkan negara tujuan. Pertumbuhan ekspor Indonesia masih 3 pasar besar, belum terlalu berubah. Amerika pasar terbesar bahkan meningkat tahun 2005 ke tahun 2009 dari 33,7% menjadi 37,6% pangsa pasar ekspor TPT yang ditujukan ke Amerika, Eropa tahun 2005 dari 19,7% menjadi 19,4% pada tahun 2009. Tidak banyak berubah. Pasar terbesar ketiga adalah Jepang, tahun 2005 5,5% menjadi 5,1%. Yang menurun, ASEAN dari 7,6% menjadi 6,2%. Ada yang meningkat seperti RRT dari 1,5% menjadi 1,9%. Korea Selatan dari 2,6% menjadi 3,5%.
Dari segi impor, sumber impor, ini belum ditambah mesin akan lebih menarik. Kita lihat segi bahan baku, bahan jadi yang diimpor dari negara lain, yang menurun, semua dari negara maju. Seperti Eropa, 4,9% menjadi 3,2%. Dari Amerika dari 17,7% menjadi 8,8%. Jepang 5,9% menjadi 3,9%. Yang naik ASEAN, kita meningkatkan sourcing dari ASEAN dari 8% menjadi 9,3%. RRT dari 13,8% menjadi 25%, sourcing dari RRT meningkat dua kali lipat, sedangkan Amerika menurun 100%. Indonesia memindah kepada sourcing yang lebih murah. Ini akibat adanya keberadaan ASEAN Free Trade Area yang sekarang menjadi ASEAN Economic Community maupun dari ASEAN-China FTA. Ada dua faktor yaitu ACFTA dan lebih murah yang menguntungkan produksi dalam negeri dan untuk ekspor karena bahan bakunya dan bahan penolongnya lebih murah. Korea Selatan naik dua kali lipat. Indonesia mengimpor bahan baku dan bahan penolongnya tahun 2005 7% dan tahun 2009 menjadi 15%. Dari negara lain, 42% menjadi 34%. Pola yang digambarkan secara ringkas dibahas di Bali yaitu : 1. ASEAN dengan Asia Timur yang lebih yang lebih luas termasuk RRT, Korea, dan Jepang. Indonesia menghitung Australia, India dan New Zealand. India belum muncul sebagai negara tujuan yang menjadi besar. Tahun ini akan di tandatangani ASEAN-India FTA mulai tahun ini. Mungkin akan merubah ke depan tetapi potret yang dicerminkan dari share ada dua hal: 1) Pertumbuhan dari kawasan Asia Timur secara menyeluruh. Setiap dekade, pertumbuhan paling tinggi ada di ASEAN. Saat krisis global hanya kawasan Asia Timur yang mengalami pertumbuhan positif secara rata-rata. Ke depannya akan mengalami pertumbuhan paling tinggi dari semua wilayah. 30% pertumbuhan perdagangan dunia disumbang dari kawasan Asia Timur. Kita berada di kawasan yang tepat. Sangat terlihat dari ekspor maupun impor yang diambil dari wilayah ini. Bukan karena kehadiran ACFTA atau perdagangan bebas karena pola produksi konsumsi terjadi di kawasan ini. Perilaku pembeli dan perusahan, dan yang penting peran trading company yang mengatur kain mana yang diambil, digunakan di mana, bagaimana modelnya, kemana diekspornya dan mereknya apa. 2) Masih dalam tahap awal tetapi 5 tahun ke depan akan meningkat arah ke sana, jika kita melihat pola persaingan dan pola production network di masa 10 tahun terakhir ini, kita memanfaatkan tenaga kerja yang relatif murah di kawasan ini plus keberadaan tekstilnya, bahan bakunya. Kita melakukan production network dibuat di sini tetapi untuk diekspor ke Amerika dan Eropa. Ini akan berubah. Dua pasar ini jika dilihat dalam krisis global, pertumbuhan ekspor Indonesia ke Eropa anjlok -11%, ke AS anjlok -8%. Ke RRT tumbuh 3%, dan ke Korea tumbuh 13,7%. Artinya Asia sebagai pasar untuk konsumen kelihatan sebagai pasar dan akan meningkat dalam 5-10 tahun ke depan. Kita memproduksi bukan hanya melayani pasar ekspor besar dengan pola lama tetapi Asia Timur sebagai pasar akan meningkat. Ini pasar kita di dalam negeri. Ini pola yang harus dicermati dan dipahami dan bagaimana diangkat sebagai peluang dan tantangan dalam arti pasar dalam negeri sendiri, bagaimana kita memanfaatkan dan bisa bersaing.
Itu yang saya tarik dari beberapa tren angka-angka yang dicermati dalam 5 tahun terakhir dan bagaimana melihatnya 5 tahun kedepan. Jika dalam 5 tahun ke depan, yang akan bertumbuh adalah peningkatan perdagangan intra Asia Timur, baik produksi yang akan diekspor bukan hanya ke pasar besar seperti Amerika dan Eropa tetapi untuk kawasan sendiri. Sebagai contoh saat mengunjungi pabrik di Semarang, disampaikan telah memproduksi garmen di dalam negeri dengan merek sendiri, sulit untuk bersaing. Dikatakan produk garmen dan tekstil yang high value and low price karena dari segi skala di RRT, skala RRT 100 kali lebih besar, sulit untuk disaingi. Bersaing di kualitas, desain dan merek. API 10 tahun yang lalu sudah terarah ke sana. Sudah dikembangkan merek lokal. Dapat dibayangkan pertumbuhannya bukan hanya pasar Indonesia tetapi juga pasar ASEAN. Pasar ASEAN sudah sebagai pasar domestik karena bea masuknya sudah nol. Ini adalah bagian dari strategi untuk melihat pasar ASEAN dan kemudian sudah ada ACFTA, ASEANKorea FTA sudah terimplementasi, ASEAN-Jepang FTA sudah terimplementasi termasuk bilateral Indonesia-Japan EPA. Tahun ini ASEAN-India FTA akan diimplementasi. Australia-New Zealand walaupun pasarnya belum terlalu besar. Untuk Australia-New Zealand tarif beberapa produk TPT langsung turun. India masih ada tahapan-tahapannya. Intra perdagangannya seperti apa. API mengimpor kapas dari RRT dan Amerika dan Australia. Sedang menjajaki dengan Afrika. Kapas digunakan untuk membuat denim high quality untuk dijadikan produksi sendiri dan suplai ke negara lain tetapi juga diekspor ke RRT. Ada intra industry trade di dalam tekstil dan garmen. Garmen dibuat dengan merek seperti Mak & Spencer. Ini pola yang terbentuk dimana kita menggunakan kekuatan masing-masing untuk melakukan ekspor ke pasar utama. Increasly kita akan melihat peningkatan ekspor kita ke pasar ASEAN dan Asia Timur. Ini adalah pola yang terbentuk ke depan. Bagaimana kita memanfaatkan FTA, bagaimana kita memanfaatkan pasar Asia Timur yang akan mengalami pertumbuhan yang besar, peluangnya apa, tantangannya apa, daqn peran pemerintah seperti apa. 2. Perdagangan bebas, perjanjian yang sudah terimplementasi seperti ASEAN. Apresiasi kepada API yang aktif di ASEAN Federation Textile yang penting sebagai mitra pemerintah di dalam memperjuangkan apa yang ada di perjanjian-perjanjian. Dalam negoisasi ASEANJapan FTA, berhasil mendapat kumulatif rules of origin yang menguntungkan. Dalam tahap kedua melakukan pembenahan dan menyamakan rules of origin antara FTA-FTA yang sudah ditandatangani menjurus ke ASEAN-Japan yang menurut AFTAC paling menguntungkan seluruh industri TPT. Ini salah satu aspek yang penting. Perjanjian perdagangan bebas tidak hanya terbatas menurunkan bea masuk dari sesuatu yang relatif tinggi menjadi lebih rendah. Bagaimana yang disebut sebagai Trade Facilitation Issues, ada rules of origin dan tarif nomenklatur. Kesamaan penggunaan HS karena eksportir akan pusing untuk produksi yang sama, HS nya berbeda di pasar ekspor yang berbeda, itu administrative burden, tidak efisien. Customs juga bagaimana SKA-nya menjurus ke ASEAN Single Window. Aspek Trade Facilitation, semua prosedur ekspor impor harus bisa melalui satu window. Untuk ASEAN pada akhirnya juga satu window. Pasar domestik sama dengan pasar ASEAN.
Apresiasi saat penandatangan untuk standardisasi kompentensi tenaga terampil maupun profesional yang terlibat di industri TPT. Ini ada standardisasi sampai tahun 2015, 5 tahun ke depan menjurus ke standarisasi dari kompetensi yang harus dipenuhi agar ada kesamaan standar antar negara ASEAN. Tantangan ke depan dalam memenuhi beberapa aspek perjanjian bebas, di satu sisi adalah tantangan yang ahrus dipenuhi tetapi jika dipenuhi akan bisa sangat bersaing di pasar ASEAN maupun ASEAN +1. Yang akan berkembang ke depan dan menjadi pembicaraan, bagaimana Asia Timur akan menjadi kawasan economic integration dengan adanya ASEAN +1 FTA menjadi satu kesatuan yang harus diantisipasi. Aspek kedua di luar FTA, dari segi perdagangan internasional, eskportir unggul sudah mengalami, dari mana produk yang paling murah tetapi sudah masuk ranah work responsible appear manufacturing, terkait dengan tenaga kerja dan pabrik yang harus layak. Sudah mulai buyer dan konsumen menuntut green factory, tidak merusak lingkungan, tidak menghamburkan energi. Buyer besar sudah berpartisipasi dengan suplier untuk mengembangkan pabrik mereka untuk green. Tenaga kerja murah saja tidak cukup untuk bersaing ke depan. Perlu siap dan antisipasi. Sampai 5 tahun ke depan, tenaga kerja lebih murah tetapi produktif tetap akan merupakan sumber daya saing bagi Indonesia. Di RRT experiencing raising labour cost,in the southern part of China, minimum which already twice Central Java for eachtern. Di Bali dibahas, Indonesia memiliki demografic deviden, berapa orang yang yang produktif bekerja harus menanggung anak 0-15 tahun, dan orang tua di atas 65 tahun. Indonesia sampai 15 tahun ke depan masih lebih banyak produktif daripada yang dependen dibanding RRT yang saat ini mulai terbalik. Tenaga kerja produktif dan muda masih sangat menguntungkan kita sebagai sumber daya saing yang harus dikembangkan, bukan hanya tenaga kerja yang lebih murah tetapi lebih trampil, desain. Ini keunggulan yang harus dibina ke depan. Apa yang harus dilakukan pemerintah? Jika bicara daya saing, ujungnya peran pemerintah di dalam mendukung daya saing sehingga bisa menghadapi tantangan dan mengambil kesempatan yang terbuka. Pentingnya mengatasi kendala prasarana fisik, di Bali banyak dibahas mengenai listrik, nasib SKB 5 Menteri yang sudah tidak diperlukan lagi, bagaimana dengan TTL, bagaimana dengan reliability consistency dari suplai. Menurut dirut PLN paling lambat 30 Juni 2010 tidak lagi ada pemadaman bergilir. Sudah ada rencana bagaimana menjamin ketersediaan listrik sampai tahun 2012-2013. Suplai dari gas adalah asumsi yang harus terjamin. Ini PR bersama dari pemerintah. Bagaimana bisa implementasi janji untuk prasarana yang mendukung bisa disampaikan. Khusus perdagangan ada dua hal yang penting: 1. Pengamanan perdagangan dalam negeri. Sudah dibahas, bagaimana safeguard, antidumping, bagaimana mengatasi penyelundupan atau pararel impor, semua konkrit. PR yang belum selesai adalah labeling yang diharapkan dalam waktu dekat ada rencana aksi bagaimana deliver mengatasi labeling. 2. Bagaimana meningkatkan ekspor ke depan, kerjasama bilateral dan regional untuk menjaga daya saing dan meningkatkan akses pasar. Promosi sangat penting. Bersama dalam pameran di luar negeri agar Indonesia-nya muncul. Kerjasama dengan API dan
memilih beberapa pameran internasional dimana Indonesia harus hadir. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan dan BPEN bersinergi keluar sebagai Indonesiaing dengan tampilan yang sama. Apakah dengan kopi Toraja dan nasi goreng yang disuguhi sebagai daya tarik. Tahun depan sudah di implementasi. Mengenai ACFTA, sudah dibahas secara intensif, melakukan banyak bahasan dengan API karena TPT mengalami dampak negatif dari terimplementasinya ACFTA. Konkritnya: 1.
Sudah tercapai kesepakatan, Indonesia dengan RRT sebagai bagian dari kemitraan strategis Indonesia-RRT, akan memonitor perdagangan bilateral. Jika ada surplus, negara yang surplus berkewajiban meningkatkan impornya atau mendorong ekspor dari negara terkait.
2.
Sepakat untuk kerjasama revitalisasi dari beberapa sektor industri. Khusus TPT terkait dengan barang modal, kerjasama dengan bank Exim China, dengan LPEI dan ICBC dan beberapa bank dalam negeri untuk financing pembelian mesin.
3.
Relokasi, bantuan yang diharapkan dari barang modal termasuk pembaruan mesin oleh perindustrian.
4.
Relokasi investasi dari RRT yang berminat karena tenaga kerja yang murah dan kompetitif dan bagian dari diversifikasi strategi mereka. Dalam melakukan relokasi, RRT sedang mempelajari wilayah mana yang menerima investment, kepastian peraturan, kemudahan mendapatkan ijin investasi dsb. API daerah jika ada potensi untuk investasi, dibantu dengan informasi dan proaktif. Pemda Jawa Tengah sudah bersedia melakukan pelatihan 3000 tenaga kerja untuk pabrik tekstil dan mengalokasikan dana karena ada kebutuhan 8000 tenaga kerja. Pihak swasta diminta membayar 100 ribu rupiah jika mengambil tenaga kerja itu. Model konkrit seperti itu, kawasannya di mana, peluang kerjanya seperti apa, pelatihan yang diperlukan seperti apa, barang modal yang diperlukan seperti apa, dikerjakan bersama-sama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan mitra strategis seperti RRT. Harus fokus dan konkrit dalam melangkah ke depan.
5.
Aspek lain seperti bantuan infrastruktur. Sangat mendorong kerjasama B to B, API dengan asosiasi tekstil RRT termasuk council of textile koordinasi level Menteri, di bawah pengawasan pemerintah. Jika tampil sebagai Indonesiaing, akan mampu mengatasi tantangan dan peluang ke depan. --000--