RUMUSAN Workshop Pengembangan Inovasi Melalui Inisiatif Lokal Dan Pengembangan Kapasitas Institusi Lokal (Yogyakarta, 22-24 Mei 2007) Workshop pengembangan inovasi melalui inisiatif lokal dan pengembangan kapasitas institusi lokal diikuti oleh pelaksana kegiatan di daerah (PIU dan BPTP) serta pelaksana kegiatan di pusat (PCMU, PUSTAKA, LSM, dan konsultan). Pengembangan inovasi melalui inisiatif lokal • Kegiatan pengembangan inovasi pertanian melalui inisiatif lokal merupakan model kegiatan partisipatif baru dari Badan Litbang Pertanian yang mulai diperkenalkan melalui P4MI. Badan Litbang Pertanian memfasilitasi pendanaan dan penyediaan inovasinya. Adapun teknis pelaksanaannya secara keseluruhan diserahkan oleh pelaksana di lapangan bahkan atas partisipasi masyarakat, termasuk pengembangan teknologi lokal (indigenous technology) yang dapat dipertanggungjawabkan. • Inovasi teknologi yang dikembangkan merupakan: - teknologi pertanian tepat guna dan adaptif; - teknologi tradisional (indigenous technology), yang memiliki keunggulan: telah adaptif dengan kondisi sosial budaya setempat, ekonomis, mudah diaplikasikan, dan resiko kegagalannya kecil; • Pelaksana kegiatan pengembangan inovasi melalui inisiatif lokal adalah: kelompok tani/individu petani, penyuluh/teknisi lapangan, universitas/perguruan tinggi, lembaga penelitian/BPTP/Balit, LSM, dan swasta. • Prinsip-prinsip inovasi yang dikembangkan melalui inisiatif lokal adalah spesifik lokasi dan unggul, efisien, telah dianalisis secara teknis, sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. • Melalui kegiatan inisiatif lokal, P4MI diharapkan mampu meningkatkan performance dari teknologi indigenous agar dapat diterapkan di tingkat petani dan disebarluaskan kepada petani di lokasi lain sesuai dengan kondisi masyarakat. Hasil diskusi • Kegiatan pengembangan inovasi melalui inisiatif lokal diharapkan mampu memperluas skala produk yang dihasilkan dan meningkatkan manfaat yang diperoleh melalui kegiatan agribisnis spesifik lokasi. • Pelaksanaan kegiatan pengembangan inovasi pertanian melalui inisiatif lokal di daerah masih banyak mengalami hambatan, bahkan di Sulteng tahun 2006 tidak dapat dilaksanakan karena tidak ada usulan yang masuk. Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu usulan yang disampaikan adalah perlu adanya pembaharuan atau penyempurnaan Pandum Pengembangan Inovasi melalui Inisiatif Lokal yang lebih diarahkan pada peningkatan kegiatan pemberdayaan kelompok tani/petani. Modifikasi panduan dapat dilaksanakan secara partisipatif oleh BPTP berdasarkan kebutuhan spesifik lokasi.
•
•
•
• •
• •
• • •
Sosialisasi kegiatan pengembangan dan diseminasi inovasi pertanian yang dilaksanakan melalui P4MI perlu dilakukan secara intensif sampai ke pengguna akhir melalui berbagai media massa, pertemuan-pertemuan di tingkat KID dan FAD, maupun optimalisasi peran Fasilitator Desa dan LSM Lokal. Pemberdayaan petani diharapkan menjadi fokus kegiatan inisiatif lokal yang dilaksanakan tahun depan, khususnya untuk kegiatan yang akan dilaksanakan secara bersama dengan mengoptimalkan sinergi antara potensi sumber daya yang ada di lingkungan petani dengan sumber daya yang dimiliki BPTP. Melalui pengembangan kelembagaan, petani sudah mulai menyadari perannya dalam perencanaan pembangunan pertanian di pedesaan. Pengembangan informasi teknologi pertanian tepat guna melalui berbagai media baik konvensional maupun elektronis oleh BPTP maupun PUSTAKA/Balit diharapkan dapat melengkapi kegiatan pemberdayaan petani melalui inisiatif lokal. Pendampingan penyusunan proposal kegiatan inisiatif lokal perlu dilakukan baik oleh BPTP maupun Dinas Pertanian. Teknologi dari berbagai sumber di luar Badan Litbang Pertanian dapat dimanfaatkan untuk memperkaya inovasi yang dikembangkan di tingkat petani. Jenis teknologi yang dapat dikembangkan perlu dilakukan studi kelayakan pasar atau studi di bidang sosek (rekayasa sosial). BPTP dapat melakukan replikasi atau mengangkat inisisiatif lokal menuju ke arah penyempurnaan teknologi tersebut dan sosialisasi lebih lanjut terhadap inovasi yang berhasil dikembangkan melalui inisiatif lokal. Kegiatan pencairan dana untuk pengembangan inovasi pertanian melalui inisiatif lokal perlu diperbaiki agar lebih efisien melalui tiga tahapan, yaitu 60%; 20%; dan tahap akhir 20%. Anggaran yang disediakan untuk menampung inovasi teknologi dari daerahdaerah melalui inisiatif lokal dibatasi Rp 10 – 20 juta. Apabila anggaran melebihi Rp 10 juta, dilakukan lewat penunjukan langsung. Adapun untuk pelaksana perorangan harus melekat dalam suatu lembaga. Untuk tahun 2007, ada penambahan dana untuk 5 unit dengan anggaran Rp 16 juta/unit. Salah satu persyaratan kegiatan pengembangan inovasi pertanian melalui inisiatif lokal adalah dukungan dari kelompok tani. Staf BPTP dapat mengajukan maksimal dua judul kegiatan dengan syarat inisiator dari kelompok tani. BPTP bersama-sama Dinas dan PIU membantu memfasilitasi petani untuk menyadari (aware) terhadap teknologi yang diperlukan serta mampu mengangkat inovasi pertanian yang diperlukan tersebut sebagai materi inisiatif lokal. BPTP perlu memperhatikan kaidah pengelolaan hak cipta teknologi (HAKI) terhadap teknologi yang dihasilkan melalui inisiatif lokal.
Pengembangan informasi dan peningkatan kapasitas institusi lokal • Tujuan peningkatan kapasitas institusi lokal adalah: meningkatkan pengetahuan/ keterampilan petugas dan pelaksana kegiatan di tingkat kabupaten (staf DCC, PIU, Dinas pelaksana, penyuluh, pengkaji, peneliti, kontak tani, LSM lokal, dan berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan P4MI) dalam melaksanakan fungsi masing-masing di bidang kegiatan pertukaran informasi; meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam mengakses dan menyebarkan informasi inovasi pertanian; sekaligus mendorong terbentuknya sistem penyebaran inovasi pertanian yang berkelanjutan. • Manfaat kegiatan ini adalah: meningkatkan kemampuan institusi/dinas kabupaten/lokal sebagai pelaksana/penanggungjawab pembangunan pertanian di daerah; meningkatkan wawasan dan kepekaannya terhadap program aksi untuk mengatasi kemiskinan; dan mendorong pelaksanaan program pembangunan pertanian di daerah yang lebih terarah dan terukur. • Bentuk kegiatan peningkatan kapasitas institusi lokal meliputi: pelatihan, seminar/workshop, temu informasi, temu aptek, temu usaha/agribisnis, temu lapang, gelar teknologi, dan pameran. P4MI menyediakan dana untuk memfasilitasi peningkatan kapasitas institusi lokal yang dilaksanakan oleh masing-masing BPTP di 5 kabupaten P4MI sekaligus untuk mendukung mekanisme pelaporan kegiatan ke ADB. Hasil diskusi • Seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh BPTP sebaiknya dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan pelaksana kegiatan di kabupaten, bahkan dengan penyuluh dan petani di desa agar sesuai dengan kebutuhan di lapangan. • Kegiatan peningkatan kapasitas institusi lokal perlu dikaitkan dengan lahirnya UU no 16 tentang undang-undang penyuluhan dan UU 33 tentang lembaga keuangan/permodalan. • Kegiatan P4MI bukan hanya peningkatan kapasitas institusi lokal, sehingga perlu disinergikan dengan kegiatan dari komponen P4MI lainnya untuk meningkatkan kinerja dalam memotivasi petani. • Target kegiatan peningkatan kapasitas institusi lokal jukan bukan untuk petani langsung, namun target antara (penyuluh, dinas, dan stakeholders) yang diharapkan dapat menyampaikannya lebih lanjut kepada petani. • Penyampaian inovasi pertanian tidak harus menunggu ada wadahnya agar tidak terlambat penangannya untuk sampai ke petani. Hal ini dikarenakan dalam penyampaian inovasi pertanian memerlukan proses yang memerlukan waktu cukup lama. Identifikasi faktor teknis (komponen teknologi) maupun nonteknis (sosial ekonomi) penyebab tidak dapat diadopsinya teknologi yang dikembangkan di tingkat petani perlu dilakukan. • Pendekatan dengan pemanfaatan dan optimalisasi kelembagaan lokal termasuk kelembagaan keagamaan dan sosial budaya dapat dilakukan untuk media diseminasi inovasi pertanian. Kelembagaan lokal juga dapat difungsikan untuk menjembatani peningkatan nilai tambah baik dalam pemasaran produk maupun dalam kegiatan pengelolaan hasil usahatani (pengolahan/pascapanen). • Pengenalan varietas baru dari berbagai komoditas lebih efektif dilaksanakan melalui gelar teknologi maupun demplot (petak-petak percontohan). Gelar teknologi juga merupakan metode diseminasi inovasi pertanian yang menarik perhatian petani serta paling mudah untuk diadopsi.
•
•
•
P4MI harus dapat melakukan kegiatan yang berpotensi untuk peningkatan kesejahteraan petani meskipun kegiatan tersebut bersifat sederhana dan berskala kecil. Pengolahan pangan dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang memiliki pangsa pasar berpotensi untuk peningkatan pendapatan. Teknologi pascapanen kelapa yang telah menghasilkan VCO tidak mengalami kendala dalam pemasarannya, namun kualitas dan kuantitasnya perlu disesuaikan dengan standar yang dikeluarkan oleh Diperindag. Kesinambungan kegiatan pengembangan inovsai perlu disinergikan dengan komponen yang lain. PIU dan daerah yang memfasilitasi, LSM yang bertanggungjawab dalam proses pendampingannya di lapangan, dan BPTP yang bertanggungjawab dalam pengenalan dan pendampingan adopsi teknologinya di tingkat petani. LSM perlu mendorong SLK agar mampu memanfaatkan informasi dari berbagai sumber agar terpacu untuk meningkatkan kinerja di wilayah masingmasing.
Dukungan PUSTAKA dalam kegiatan diseminasi inovasi pertanian •
•
•
•
•
Kegiatan diseminasi inovasi pertanian yang dilaksanakan PUSTAKA dalam mendukung P4MI adalah: - bersama PUSDATIN mengembangkan website pertanian nasional dan pengembangan pusat informasi pertanian kabupaten; - menyediakan informasi teknologi pertanian dalam media cetak maupun elektronis yang user friendly; - mengelola informasi teknologi pertanian tepat guna secara terpadu; - mengembangkan website BPTP termasuk peningkatan kapasitas pengelola informasi di BPTP. Penyediaan informasi teknologi pertanian tepat guna melalui media tercetak telah dilaksanakan PUSTAKA melalui pembuatan folder yang dibagikan ke 5 kabupaten. Penyediaan informasi teknologi pertanian tepat guna melalui media elektronis telah dilaksanakan melalui pengemasan informasi teknologi dalam CD-interaktif (2003-2005 sebanyak 3 seri yang memuat 25 topik) dan upload informasi teknologi pertanian tepat guna dalam Agritech di situs PUSTAKA yang sampai 2006 telah mencapai lebih dari 400 judul. Tahun 2006, bekerjasama dengan BPTP memproduksi 8 jujdul VCD disertai informasi tercetak dalam bentuk folder. PUSTAKA secara tidak langsung telah melaksanakan kajian efektivitas media yang digunakan untuk pengemasan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna. Hal ini telah ditindaklanjuti dengan adanya perubahan format dari bentuk CDinteraktif menjadi VCD. Tahun 2007 selain membuat 2 judul VCD, PUSTAKA juga akan melakukan recopy dan reprint informasi teknologi pertanian tepat guna yang telah dikemas dalam berbagai media cetak maupun elektronis. Pengembangan kapasitas tenaga pengelola informasi teknologi pertanian di BPTP telah dilaksanakan PUSTAKA pada tahun 2005 dan 2006, khususnya dalam pengembangan dan pengelolaan website BPTP.
•
Untuk mendukung operasionalisasi pusat informasi pertanian lokal, tahun 2007 PUSTAKA bersama PUSDATIN, dan Sekretariat Badan juga akan melakukan pendampingan pusat informasi pertanian dan mendukung penyiapan pilot proyek telecentre untuk masing-masing kabupaten. Pendampingan akan diawali dengan workshop terintegrasi peningkatan kapasitas Pusat Informasi Pertanian di lima Kabupaten (Juni-Agustus 2007) dengan rancangan materi sebagai berikut. MATERI
• •
•
NARA SUMBER (Koordinator)
Manfaat Pusat Informasi Pertanian (UPIPK)
Tim Komponen 2 (PUSDATIN)
Kondisi UPIPK di lokasi: - sarana prasarana, sdm - kegiatan - masalah - rencana pengembangan
Pengelola UPIPK daerah (PIU)
Sosialisasi Pendampingan UPIPK
Tim Komponen 2 (PUSTAKA dan BPTP)
Sosialisasi Pembangunan Pusat Informasi Pertanian tingkat Desa (UPIPD)
Tim Komponen 2 (KSHSekretariat Badan Litbang)
Kunjungan ke UPIPK
Pengelola UPIPK
Sosialisasi situs yang dapat dimanfaatkan untuk akses informasi pertanian dan promosi
Tim Komponen 2
Dukungan LSM melalui Fasilitator Desa dalam operasionalisasi UPIPK dan UPIPD serta fasilitasi akses informasi dan penjaringan umpan balik informasi pertanian
LSM Lokal (ATL) dan Konsultan Lokal (DLO)
Dukungan PEMDA dan pihak lain dalam operasionalisasi UPIPK dan UPIPD: - Sarana prasarana dan SDM - Anggaran operasionalisasi - Jaminan keberlanjutan
BAPPEDA dan DINAS (spesifik lokasi)
Diskusi dan workshop penyusunan mekanisme operasionalisasi UPIPK
Tim UPIPK, LSM Lokal, dan DLO
Workshop tersebut diharapkan dapat membangkitkan awareness dan dukungan pengambil kebijakan dan stakeholders di daerah. Pendampingan UPIPK perlu dilaksanakan di lapangan minimal satu minggu dan apabila memungkinkan dapat dilanjutkan dengan proses magang di pusat (PUSTAKA dan PUSDATIN) oleh staf pengelola UPIPK yang difasilitasi oleh PIU. Pendampingan UPIPK juga dapat dilaksanakan secara berkelanjutan oleh PUSDATIN, PCMU, dan KSH Sekretariat di lapangan sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan di lapangan