REKAPITULASI KEGIATAN LAYANAN TEKNIS PUSAT LITBANG SEMESTER No
Judul Kegiatan/Lokasi/Pemohon
: SUMBER DAYA AIR : I TA. 2016 Pelaksana/Nomor Surat Tugas
(1)
(3) (2) LAYANAN ADVIS TEKNIS 1. Rokhmat Hidayat, ST., M. Eng 1 Investigasi dan Penanganan Longsor di Sungai Cipunagara dan Cimerta, Kabupaten Subang, Provinsi 2. Mohammad Dedi Munir, ST., M. Sc Jawa Barat
2 Pekerjaan Pembangunan Pengaman Pantai Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara
1. Dedi Junarsa, S. ST., MT 2. M. Rian Azhar, ST., MPSDA 3. Ira Fransisca Ria Silalahi, ST
Progres Tindak Lanjut (4)
Tanggal Pelaksanaan & Tanggal Pelaporan (5)
Permasalahan
Jenis Pengujian
(6)
(7)
• 17 – 19 Januari 2016 • 22 Februari 2016
Adanya bencana tanah longsor di Sungai Cipunagara Hulu, Desa Pasanggarahan, Kecamatan Kasomalang dan di Kali Cimerta, Desa Cimerta, kabupaten Subang
• 8 – 10 Februari 2016 • 25 Februari 2016
Permintaan kajian teknis terhadap desain perencanaan bangunan pengaman Pantai Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara untuk menjamin keandalan perencanaan.
Rekomendasi Teknis (8) Berdasarkan faktor penyebab longsor di Sungai Cipunagara maka untuk memperoleh lereng yang stabil, disampaikan 5 (lima) rekomendasi yaitu: • Membuat saluran irigasi kedap air, untuk mencegah terjadinya infiltrasi. • Membuat area pertanian kering (bukan sawah), bertujuan untuk mencegah terjadinya infiltrasi dilakukan area yang kedap air. • Membuat struktur penguat tebing dan pengarah aliran sungai (krib). • Membuat sub surface drainage. • Menutup mahkota longsor menggunakan terpal, sifat darurat (sementara). Rekomendasi untuk longsor di Sungai Cimerta yaitu: • Membuat struktur penguat tebing (bronjong) dan pengarah aliran sungai (krib). • Membuat lapisan shocrete dan digabung dengan ankur pada lereng. • Membuat drainase permukaan. 1. Permasalahan bangunan pengaman pantai yang ada di Lasusua diantaranya struktur bangunan tidak memiliki pelindung kaki dan terjadi limpasan (overtopping) di puncak struktur. 2. Limpasan air laut menyebabkan terjadinya gerowongan pada belakang struktur akibat limpasan gelombang dan hujan dan menjadikan struktur tidak stabil. 3. Perhitungan berat armor sesuai dengan Manual Perencanaan Teknis Pengamanan Pantai dan Shore Protection Manual. 0,3 – 0,4 m. 5. Hasil analisa perhitungan struktur tentang detail desain dan berat armor yang digunakan yang dilakukan oleh pihak perencana sudah benar, hanya ada sedikit penambahan elevasi pelindung kaki dan range diameter batu yang digunakan. 6. Pada saat pelaksanaan harus dilakukan pengawasan terutama pada pemasangan armor batu, mengingat lokasi ini merupakan kawasan wisata sehingga diperlukan kerapihan dalam penyusunan armor batu dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pemasangan yang benar sesuasi dengan Manual Perencanaan Teknis Pengamanan Pantai dan Shore Protection Manual. 7. Pembuatan struktur pelindung kaki perlu diperhatikan dalam desain perencanaan bangunan pengaman pantai. 8. Disarankan pada puncak tembok laut eksisting yang rusak dilakukan pemeliharaan.
3 Kajian Teknis Rehabilitasi Terowongan Puncak Gunung Kelud dan Jalan Inspeksi, Kabupaten Kediri
LAYANAN HOME DOCTOR 1 Pembangunan Pintu Tapodu Outlet Danau Limboto
2 Pengoperasian Pintu Kanal Tamalate
1. Tim Balai Litbang Sabo
• Februari 2016 • Maret 2016
Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api yang terletak di Pulau Jawa. Pada kawah Gunung Kelud terdapat terowongan ampera yang berfungsi menjaga volume air pada kawah tetap di bawah 2,5 juta m3. Akibat erupsi tahun 2014 maka kawah beserta terowongannya tertutup material erupsi. Pada tahun 2015 Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas, mengadakan paket pekerjaan kontraktual Rehabilitasi Terowongan Puncak Gunung Kelud dan Jalan Inspeksi Kabupaten Kediri. Dalam pelaksanaan kontraktual ditemui permasalahan yaitu perbedaan antara volume galian dengan volume hasil pengukuran di lapangan yang berakibat pada penambahan nilai kontrak yang melebihi ketentuan yaitu 10%.
1) Secara teknis perubahan/penambahan volume galian material erupsi pada kawah Gunung Kelud dapat dipertanggungjawabkan, mengingat perhitungan awal masih berupa estimasi yang didasarkan pada metode/peralatan pengukuran dengan akurasi yang rendah dalam dimensi vertikal dan horisontal. 2) Perbaikan jalan inspeksi secara teknis harus dilakukan pada aspek struktur jalan mengingat kerusakan yang terjadi berupa longsoran badan jalan pada beberapa titik serta tertimbunnya badan jalan oleh material erupsi. 3) Pemotongan bukit untuk melebarkan akses jalan secara teknis lebih efektif dibanding dengan memasang bronjong pada bahu jalan yang mengalami longsor. 4) Dengan kemiringan lereng 2:3, hasil analisa stabilitas lereng menghasilkan nilai FS=1,02 (kritis kritis) dan tambahan volume galian sekitar 934.723 m3. Apabila dikehendaki nilai FS lebih tinggi, maka perlu dipertimbangkan membuat berm dengan lebar 3-5 meter pada paruh ketinggian (pertengahan lereng). 5) Koreksi terhadap perhitungan volume galian berdasarkan asumsi kemiringan lereng asli yang lebih landai (Gambar 15), maka volume galian bisa berkurang 135.375 m3. 6) Penambahan volume galian digunakan sebagai dasar pada adendum kontrak, sementara pembayarannya tetap didasarkan pada volume yang dilaksanakan.
1. Ir. F. Yiniarti Eka Kumala, Dipl. HE 2. Slamet Lestari, ST, MT 3. Ir. Sri Hetty Susantin, M. Eng
• 18 Januari 2016 • 19 Januari 2016
1. Kucuran dana pada tahun 2015 sebesar 250 M untuk revitalisasi Danau Limboto 2. Pintu dan tanggul sudah selesai, tetapi saluran kanal tapodu belum selesai (multi years pada 2016 dan 2017) 3. Permasalahan sebenarnya menyangkut sistem tata air. Perlu dipikirkan desain dan sistem pertemuan seperti apa antara Kanal Tapodu, Sungai Bolango dan Sungai Bone. Ketiganya memiliki sistem tata air yang berkaitan. Pintu outlet di rancang agar perahu bisa lewat ke danau. 4. Elevasi maintenance rencana +4.8, kondisi elevasi eksisting sekarang +3.0, elevasi tanggul +7.0, asumsi pengerukan yang dibutuhkan 3000 ha x 1.8 m (4,8 – 3) kurang lebih 60 juta ha. Sebagai catatan belum ada diskusi tentang RTD, sehingga masalah lainnya yaitu pembuatan Rencana Tanggap Darurat (RTD). 5. Dengan penambahan volume air 60 juta m3 apakah tanggul yang sekarang kuat? Dimensi tanggul sekarang berbentuk trapesium dengan lebar bawah 2,5 m dan dilapisi beton. Ada saran untuk mempertebal tanggul sekitar 50 m dan membuat cut off. Posisi untuk mengeruk 50 m dari kaki tanggul untuk mencegah kelongsoran. Khawatir seepage? 6. Kondisi drain sekitar danau pada kondisi banjir pada danau elevasi +6.8 perlu dipikirkan, elevasi drain sekitar +4.0. Antara side drain dengan polder sistemnya seperti apa? Polder dan kapasitas pompanya belum di desain. 7. Ide untuk membuat pulau di Danau Limboto.
1. Untuk mengantisipasi banjir yang kemungkinan terjadi dalam 5 tahun sebelum Waduk Bolango dibangun, perlu membuat kolam olak pada hulu dan hilir Pintu Tapodu. 2. Sebaiknya Pintu Tapodu yang selesai dibangun pada tahun 2015 dioperasikan secara simetris. 3. Dengan kenaikan daya tampung (lebih dari 60 juta m3), masuk klasifikasi bendungan besar, sehingga perlu dihitung stabilitas dan pembuatan Rencana Tanggap Darurat (RTD). 4. Tanggul berada di atas tanah endapan/tanah lunak dan tidak di desain menahan beban, untuk itu perlu dilakukan analisis dan penghitungan ulang terhadap stabilitas lereng di udik dan di hilir tanggul dan daya dukung tanah asli di bawah tanggul tersebut dengan penambahan asumsi beban untuk mengantisipasi terjadinya penurunan, seepage, squeeze dan lain sebagainya. 5. Data parameter penghitungan di ambil dengan menggunakan sondir pada kaki dan di tengah tanggul. 6. Untuk rencana pembuangan sedimen pada ujung kaki tanggul, bagian dasar dari daerah dimana sedimen akan diletakkan harus dibuat cerucuk terlebih dahulu seperti cerucuk yang telah dibuat pada dasar tanggul terdahulu. 7. Rencana dan ide untuk desain pulau dan pembangunan polder pengendali banjir di sekitar danau agar dievaluasi dan di analisis yang lebih rinci. 8. Diperlukan evaluasi pengendalian sedimen di danau limboto (sungai dan muara). 9. Diperlukan monitoring Pintu Tapodu dengan memasang instrumentasi. 10. Perahu yang menuju Danau Limboto perlu diperhatikan. Lebih baik membuat parkir perahu di pintu outlet danau. 11. Jika ada rongga atau retak di tanggul maka untuk sementara ditutup saja dengan lempung.
1. Ir. F. Yiniarti Eka Kumala, Dipl. HE 2. Slamet Lestari, ST, MT 3. Ir. Sri Hetty Susantin, M. Eng
• 18 Januari 2016 • 19 Januari 2016
1. Pintu dikonstruksi tahun 2014 dan sudah selesai tahun 2015 akhir. Kanal dikonstruksi tahun 2009 dan selesai tahun 2012. 2. Diusulkan unsur-unsur yang terlibat dalam monitoring Pintu Kanal Tamalate yaitu: BWS, Ditjen SDA, Puslitbang SDA, Pemda, dan Universitas Negeri Gorontalo. 3. Mohon masukan terhadap operasi pintu.
1. Pintu kanal terdiri dari 2 pintu sehingga untuk operasinya disarankan untuk membuka pintu secara simetris karena alirannya akan timpang sehingga akan merusak/menggerus tebing. 2. Dilihat dari tembok sayap hilir, antara saluran dengan sayap hilir itu masih tegak, sehingga disarankan di lengkungkan sedikit masuk ke dalam tebing untuk mengantisipasi perubahan perbedaan kekasaran. 3. Perilaku pintu perlu terus di monitor. 4. Terkait korelasi antara aliran air dan bukaan pintu agar dibuatkan AWLR di hilir dekat pintu jaga dan AWLR di hulu pintu dikoneksikan ke rumah jaga operator pintu.
No
Judul Kegiatan/Lokasi/Pemohon
(1) (2) 3 Penyusunan Kelayakan Typikal Konstruksi Pelindung Tebing Sungai pada Provinsi Jambi
Pelaksana/Nomor Surat Tugas (3) 1. Ir. Edwin Ruswandi 2. Ari Mulerli, ST. MPSDA 3. Ir. F. Yiniarti Eka Kumala, Dipl. HE 4. Slamet Lestari, ST, MT 5. Ir. Sri Hetty Susantin, M. Eng
Progres Tindak Lanjut (4)
Tanggal Pelaksanaan & Tanggal Pelaporan (5) • 11 Februari 2016 • 11 Maret 2016
Permasalahan (6) • Terjadinya beberapa kelongsoran bangunan yang sudah dibangun, sehingga ingin membuat acuan typikal konstruksi dalam perencanaan kedepan • Apakah laporan ini cukup untuk dibuat sebagai acuan typikal bangunan pelindung tebing sungai? • Tahapan-tahapan apa saja yang harus dilalui untuk memenuhi penyelesaian pembuatan tyipkal konstruksi ini?
Jenis Pengujian
Rekomendasi Teknis
(7)
(8) 1. Semua konstruksi harus dikaji ulang apakah perencanaan konstruksi tersebut sudah memenuhi kondisi tanah dari daerah yang dilindungi 2. Parameter yang digunakan untuk me-run plaxis itu tidak mewakili kondisi yang sebenarnya, sehingga konstruksi yang diterapkan di setiap tempat dengan berbagai macam konstruksi ini harus di kaji ulang 3. Sesuatu yang ada di sungai itu sebenarnya tidak bisa dilihat secara typikal karena sungai itu sangat tergantung dari karakteristiknya dan topografinya masing-masing 4. Penting untuk menetapkan tujuan menjadikan ini sebagai typikal untuk daerah jambi serta bagaimana skemanya. Bisa dimulai dari menganalisis mengapa banyak terjadi kerusakan-kerusakan bangunan. 5. Perencanaan pelindung tebing sungai harus memperhitungkan sisi hidrolisnya juga dengan konsep perhitungan dinamis 6. Angka keamanan perlu dikaji ulang. 7. Dalam perencanaan perlu memperhatikan air yang tertahan oleh turap setelah terjadi banjir. Air ini memberikan daya dorong tambahan 8. Semua segmen sungai memiliki perilaku hidrolika yang berbeda, jika tetap ingin membuat typikal dan cluster harus memperhitungkan kondisi geoteknik dan hidrolisnya serta perlu ditambahkan catatan dan panduan dalam pemakaiannya. 9. Berkonsultasi dengan BWS setempat dan coba referensi clustering bina marga. Clustering bina marga sudah berurut, jelas dari mana memulainya dan jika ada spesifikasi tertentu akan kemana. 10. Kondisi stabilitas struktur dalam sistem perlu di check, karena dalam pemaparan yang di check baru stabilitas struktur sendiri. 11. Hasil SF yang besar dari plaxis karena masih dikondisikan statis (di depan struktur belum terganggu), potensi local scouring yang besar harus dimasukkan. 12. Penelitian yang harus dilakukan terkait: - Respon morfologi sungai - Penyelidikan karakteristik tanah pada tebing sungai 13. Data-data harus dilengkapi seperti: suspended load dan data debit harian 14. Masukan terhadap laporan akhir (rincian ada pada rekaman diskusi)
4 Kajian Teknis Desain Jembatan Cinambo Baru
1. Ir. F. Yiniarti Eka Kumala, Dipl. HE 2. Slamet Lestari, ST, MT 3. Ir. Sri Hetty Susantin, M. Eng
• 11 Februari 2016 • 11 Maret 2016
Jembatan yang akan dibangun berada di saluran sungai mati cipanjalu atau anak sungai Cinambo, kecamatan Gedebage, dibutuhkan adanya box culvert dan jembatan sebagai bagian dari rencana jalan akses tol padalarang – cileunyi ke SOR Gedebage.
1. Perlu dipertimbangkan mengenai gerusan pada tikungan hulu sungai untuk desain jembatan dan kapasitas tamping untuk gorong-gorong. 2. Perlu dibuat opsi atau alternatif lain selain membuat danau buatan/kolam dari anak sungai mati Cinambo. 3. Konstruksi terberat adalah ebatmen jembatan, tapi tidak ada paparannya. Harus dianalisa apakah masuknya ujung tiang (spoon-pile) dalam tanah keras tersebut sudah cukup atau tidak. 4. Parameter tanah yang digunakan untuk menghitung dimensi spoon-pile juga harus digunakan untuk menghitung penurunan dari ebatmen disertai waktu penurunan (konsolidasi), mengingat tanah uji ini adalah silty clay setebal ±30 m. 5. Membuat sistem drainase/tata air makro dan mikro.
5 Rencana Revitalisasi Danau Tondano di Kabupaten Minahasa
1. Ir. F. Yiniarti Eka Kumala, Dipl. HE 2. Slamet Lestari, ST, MT 3. Ir. Sri Hetty Susantin, M. Eng
• 11 Februari 2016 • 11 Maret 2016
• Permasalahan umum yang dihadapi akibat dari berubahnya fungsi ekologi danau, pencemaran domestik, pendangkalan, dan penurunan kualitas air danau. • Revitalisasi Danau Tondano direncanakan meliputi tanggul pengendali sedimen, regulating gate, bangunan check dam, jembatan penghubung tanggul dan jalan inspeksi. • Pada tahun 2014, ada penurunan sekitar 20 s/d 80 cm sedangkan tahun 2015 ada penurunan pada struktur tanggul sekitar 20 s/d 30 cm diikuti oleh penurunan bronjong sehingga susunan bronjong menjadi bergelombang.
1. Menggunakan vertical drain untuk tanggul yang belum dibuat agar penurunan tanggul bisa merata dan dapat dilakukan jangka waktu yang lebih cepat, jika tidak menggunakan pilihan ini, maka dipastikan elevasi tanggul mengalami penurunan terus-menerus. 2. Membuat plot distribusi tegangan vertikal dengan memasukan parameter beban maksimal tanggul untuk menentukan posisi kedalaman dari cerucuk. 3. Proses penimbunan merupakan kegiatan yang sangat penting sehingga diperlukan pengawasan pada saat pelaksanaan. 4. Mengenai jumlah dan lebar pintu tinggul sebaiknya didiskusikan kembali. 5. Periode ulang yang digunakan untuk struktur bangunan air adalah periode ulang 100 tahun. 6. Bangunan tanggul berada di atas tanah lunak dan tidak di desain menahan beban berat, maka fungsi dan dimensi tanggul perlu dievaluasi kembali. 7. Evaluasi kembali mengenai daya dukung maksimal tanah. 8. Mengevaluasi hasil data pemboran yang sudah dilakukan pada dua titik di tanggul.
6 Kajian Teknis Jembatan Cipamingkis 2
1. Ir. F. Yiniarti Eka Kumala, Dipl. HE 2. Slamet Lestari, ST, MT 3. Ir. Sri Hetty Susantin, M. Eng
• 11 Februari 2016 • 11 Maret 2016
1. Pengembang Deltamas di Cikarang, Kabupaten Bekasi memohon untuk ijin pembangunan Jembatan Cipamingkis 2 pada Sungai Cipamingkis. Jarak Jembatan Cipamingkis 1 dan Jembatan Cipamingkis 2 = 3 km. Jembatan akan menghubungkan Kawasan Industri China Terpadu dan Deltamas, juga 2 desa. 2. Desain Jembatan Cipamingkis 2:
1. Posisi pier jembatan dan sheet pile yang menjaga diperdalam, minimum di bawah dasar sungai yang terdalam. 2. Check dan hitung kembali freeboard dengan pengurangan luas basah setelah ada struktur pilar jembatan. Luas basah setelah ada sheet pile dan pier berapa? freeboard minimum 1 m dari jembatan. 3. Perhitungkan antara elevasi sheet pile pelindung dengan dasar sungai terdalam 2/3 di atas dan 1/3 masuk. Asumsi 1/3 masuk ini di elevasi berapa dalam beberapa tahun kedepan. 4. Sheet pile harus diperhitungkan secara struktural karena manahan tanah timbunan dibelakangnya. Ketika menghitung sheet pile itu, dredge line (garis galian) nya harus berada di bawah elevasi gerusan terdalam rencana berapa tahun. 5. Pelindung sepanjang tebing sungai pada tikungan perlu diletakkan bottom panel (boulder-boulder) berupa bronjong secara setempat-setempat dengan jarak tertentu. Mulai dari jembatan sisi selatan dari dasar sungai di bawah air.
Cipamingkis 1.
3. Sudah ada perencanaan untuk penataan diseitar sungai.
7 Kajian Teknis Jembatan Pada Sungai Cikapundung
1. Ir. F. Yiniarti Eka Kumala, Dipl. HE 2. Slamet Lestari, ST, MT 3. Ir. Sri Hetty Susantin, M. Eng
• 11 Februari 2016 • 11 Maret 2016
1. Jembatan pada Sungai Cikapundung ada di komplek Citra Green. Panjang jembatan rencana ±40 m, lebar 7 m. 2. Desain Jembatan Sungai Cikapundung: maksimum per 100 tahunan di dapat Q100 = 415,22 m3/det, elevasi +4,2, kondisi eksisting
kanan 3. Tata letak sungai lurus tidak ada lekukan. Posisi sungai di lembah (sebelah kanan). 4. Tanah keras, lapisan batuan bereksi. Berdasarkan test sondir di dapat tanah keras di kedalaman 2 m. 5. Rencana jembatan bangunan atasnya dengan komposit dan abutment dengan beton. 6. Tiang pancang di kedalaman 2,5 m Ø 40 cm dengan jumlah (n) = 2 di kiri dan 2 di kanan.
1. Jika perlu kedalaman tiang pancangnya ditambah menjadi 3 m. 2. Data-data pendukung dilengkapi kaitannya dengan elevasi sungai nya.
No
Judul Kegiatan/Lokasi/Pemohon
(1) (2) 8 Perbaikan Tebing Tanggul-tanggul Kritis di Sungai Citarum Hilir
Pelaksana/Nomor Surat Tugas (3) 1. Ir. Sri Hetty Susantin, M. Eng 2. Slamet Lestari, ST., MT.
Progres Tindak Lanjut (4)
Tanggal Pelaksanaan & Tanggal Pelaporan (5) • 01 Maret 2016 • 11 Maret 2016
9 Kajian Teknis Pola Operasi Bendung Kanal Banjir Medan dan Bendung Sungai Deli
1. Drs. Petrus Syariman, MT 2. Ir. F. Yiniarti Eka Kumala, Dipl. HE 3. Ir. Sri Hetty Susantin, M. Eng 4. Slamet Lestari, ST., MT.
• 12 April 2016 • 12 Mei 2016
10 Analisis Stabilitas Lereng Sandaran Kiri Pada Pekerjaan Pembangunan Bendungan Lolak
1. Ir. F. Yiniarti Eka Kumala, Dipl. HE 2. Ir. Sri Hetty Susantin, M. Eng 3. Slamet Lestari, ST., MT.
• 12 April 2016 • 12 Mei 2016
Permasalahan
Jenis Pengujian
(6) 1. 2 lokasi yang menjadi perhatian adalah Lokasi C-10 Setialaksana dan Lokasi 6 Lenggahjaya 2. Terjadi banjir besar pada tahun 2013 yang merusak beberapa bangunan di Sungai Citarum Hilir dengan kronologis sebagai berikut: Lokasi C-10/Jayalaksana - Pada Agustus 2012 dilakukan pekerjaan timbunan peninggian tanggul - Pada 2013 terjadi kenaikan muka air sungai yang mengakibatkan tanah timbunan mengalami geser. - Berdasarkan rekomendasi teknis Pusair, dilakukan pemancangan square pile dan capping beam. - Pada 2014 terjadi geser (sliding) kembali dan tanggul mengalami penurunan. Lokasi 6/Lenggahjaya - Pada Maret 2012 dilakukan pekerjaan pemadatan tanah namun sebelum akhir pelaksanaan tanah tersebut mengalami geser. - Juni 2012 dilakukan pemancangan FPC namun kembali terjadi pergeseran tanah yang mendorong sheet pile yang telah dipancang pada oktober 2012 - Pada September 2013 dilaksanakan perkuatan steel sheet pile (SSP) dan pemasangan block beton dan angkur. - November 2013 dilaksanakan pekerjaan timbunan tanah tanggul namun terjadi sliding kembali pada Desember 2013 - Pergeseran ini ditangani dengan konstruksi sesek bambu ITB namun pada 2014-2015 awal tetap terjadi sliding juga
(7)
1. Sungai Deli dan Sungai Percut setiap tahunnya mengalami banjir. Namun ada perbedaan antara persepsi teknis masyarakat terkait dengan kriteria. Kriteria banjir di Kota Medan yaitu: 1) Tergenangnya dataran rendah di pinggir sungai yang berfungsi sebagai daerah retensi. Daerah retensi ini sudah berubah menjadi daerah pemukiman dengan banyaknya masyarakat yang tinggal di daerah bantaran. 2) Terjadinya genangan akibat drainase kota yang tidak mampu menampung curah hujan karena drainase mengalami pendangkalan. 2. Konsep pengendalian banjir Kota Medan dan sekitarnya: Jangka pendek : - Peningkatan kapasitas tampung Sungai Deli sepanjang 24 km dengan normalisasi sungai dan pembuatan tanggul mulai dari muara sungai ke arah hulu - Peningkatan kapasitas tampung Sungai Percut sepanjang 28 km mulai dari muara ke hulu - Pembangunan kanal banjir (floodway) dari Sungai Deli ke Sungai Percut sepanjang 3,8 km Jangka Menengah : - Pembangunan Bendungan Lau Simeme di hulu Sungai Percut (multi fungsi pengendali Banjir Kota Medan, penyedia air baku dan PLTA) - Peningkatan kapasitas tampung di ordo (anak sungai dan drain) Sungai Deli dan Sungai Percut Jangka Panjang : - Pembuatan SID pembangunan Bendungan Namo Batang di hulu Sungai Deli Penanganan yang dilakukan hanyalah upaya meminimalkan kondisi banjir, namun tidak bisa merubah status dataran banjir menjadi dataran bebas banjir. BWS Sumatera II juga sudah melakukan koordinasi dengan Pemkot danpelimpah Pempro 1. Adanya kemungkinan pekerjaan galian tebing Bendungan Lolak mengenai bangunan yang sudah ada (kondisi desain galian normal). 2. Solusi yang diambil adalah memperkuat galian tebing tersebut dengan membangun turap (bore pile) sehingga galian tebingnya dapat lebih tegak (tidak mengenai bangunan) namun tetap stabil. 3. Ada dua alternatif untuk desain turap yaitu satu row pile dan dua row pile.
Rekomendasi Teknis (8) 1. Lakukan penyelidikan tanah (sondir dan bor mesin) terlebih dahulu. Lokasi pemboran memanjang dengan jarak kurang lebih 75 m atau sesuai kondisi panjang longsoran di lapangan (tiap lokasi berbeda). Dibutuhkan pemboran 1 atau 2 titik tiap lokasi. Parameter tanah hasil pemboran ini yang digunakan untuk mendesain konstruksi sheet pile. 2. Gunakan sheet pile rapat dan posisinya jangan di atas bidang longsor. Bidang longsor ditentukan menggunakan plaxis. 3. Dari 16 lokasi pilih mana yang paling kritis untuk mewakili konstruksi yang akan diterapkan (typikal). Penanganan mungkin sama tetapi kedalaman berbeda. 4. Untuk lokasi-lokasi dimana terjadi amblasan yang besar agar diperiksa kemungkinan terjadinya colapsible soil. 5. Perlu dilakukan review analisis perhitungan, antara lain dengan mencermati parameter tanah yang digunakan 6. Pertahankan asumsi awal dengan melakukan perlindungan bottom control dan lereng sungai. 7. Bagian kaki tanggul sungai terendam perlu diproteksi/dilindungi. 8. Mohon setelah dilakukan pemboran dan mendapatkan parameter tanah ada diskusi kembali dengan Balai BHGK. 9. Balai Sungai Puslitbang SDA sedang menyusun pedoman inspeksi tanggul kritis secara visual.
1. Kaji ulang kapasitas tampung seluruh sistem pengendalian banjir Kota Medan dengan menggunakan data perencanaan yang terukur. 2. Hitung masing-masing besaran banjir (periode ulang tertentu) yang mampu dialirkan pelimpah (crest) Bendung Kanal Banjir dan Bendung Sungai Deli pada elevasi eksisting dan pada elevasi permintaan anggota dewan (kemudian dibandingkan dengan kapasitas tampung Sungai Percut) 3. Karena sistem-nya terlalu kompleks perlu dibuat model fisik untuk menentukan pada Q berapa yang mengalir pada Bendung Sungai Deli sehingga Q sekian mengalir otomatis ke Bendung Kanal Banjir (floodway) kecuali memiliki data kalibrasi. 4. Berdasarkan kajian diatas berikan jawaban kepada anggota dewan bahwa sistem pengendali banjir Kota Medan akan bekerja pada debit sekian dan jika kurang dari itu maka floodway akan kering. 5. Pengendalian banjir tidak bisa setempat-setempat, harus secara menyeluruh. Hindarkan lokasi-lokasi bottle neck sepanjang sungai yang dinormalisasi. 6. Review Desain Sistem pengendalian banjir Kota Medan (jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang) dengan beberapa skenario seperti : - Sistem pengendalian banjir dengan atau Bendungan Lau Simeme - Sistem pengendalian banjir dengan atau Bendungan Namo Batang - Sistem pengendalian banjir saat Bendungan Lau Simeme dan Bendungan Namo Batang terbangun Dikombinasikan dengan tinggi mercu pada Bendung Kanal Banjir dan Bendung Sungai Deli. 7. Perhatikan elevasi terendah dasar Sungai Deli terkait efektifitas pengerukan/normalisasi sungai di muara Sungai Deli akibat pengaruh back water. Referensi elevasi dalam sistem pengendalian banjir ini harus diperhatikan. 8. Masalah sedimen belum disinggung, hal ini perlu dikaji mengingat banyaknya anak sungai yang masuk ke Sungai Deli dan Sungai Percut. 9. Di dalam mereview perencanaan, keberadaan Bendungan Lau Simeme mutlak sehubungan Bendungan tersebut sudah masukkegiatan strategis/Nawacita.
1. Review kembali parameter yang digunakan terkait kondisi muka air normal dan kondisi muka air pada saat impounding. 2. Simulasi pengujian triaxial atau direct shear di laboratorium harus persis seperti kondisi lapangan (ada air) untuk mendapatkan nilai c’ dan Ø’. 3. Review kembali perhitungan stabilitas, yaitu perhitungan stabilitas struktur sendiri (perhatikan konsep kesetimbangan tekanan tanah aktif dan pasif) dan analisis stabilitas secara sistem keseluruhan dengan dan tanpa gempa pada kondisi rapid draw down. 4. Posisi dredge line pada alternatif desain 2 row pile yang optimum merupakan posisi dredge line yang bisa memberikan tekanan tanah pasif yang lebih besar. 5. Untuk metode pelaksanaan bisa dicoba dengan menggunakan pemodelan staging construction Geo Studio/Plaxis.
No
Judul Kegiatan/Lokasi/Pemohon
(1) (2) 11 Rencana Pembangunan Prasarana Pengendali Sedimen Batang Air Dingin Padang
Pelaksana/Nomor Surat Tugas (3) 1. Ir. Chandra Hasan, Dipl. HE, M.Sc 2. Jati Iswardoyo, ST, M.Eng
Progres Tindak Lanjut (4)
Tanggal Pelaksanaan & Tanggal Pelaporan (5) • 12 April 2016 • 12 Mei 2016
Permasalahan
Jenis Pengujian
Rekomendasi Teknis
(6)
(7)
(8) 1. Harus dibuat bangunan khusus di bagian hulu untuk mengurangi energi / kecepatan dari aliran debris. 2. Drop structure berfungsi untuk menstabilkan dasar sungai rencana, namun ada kaitan dengan kondisi kemiringan bendung sampai muara, perlu dilakukan perhitungan untuk melihat kapasitas sungai agar tidak melimpas bendung. 3. Lakukan pembangunan pelindung tebing sungai agar mencegah terulang kembali bencana banjir berdasarkan hasil perhitungan debit desain. 4. Bangunan drop structure (groundsill) yang mengalami kerusakan untuk segera dilakukan perbaikan pada bangunan itu sendiri dan/atau membangun subgroundsill di hilirnya. 5. Penambangan Galian C tidak terkendali, lakukan sosialisasi terhadap masyarakat. 6. Untuk meminimalkan kerusakan akibat aliran debris, desain bangunan sabo bisa dikombinasikan dengan bangunan pelindung jembatan. 7. Harus dibuat bangunan sabo khusus di Sungai Saka yang sesuai dengan kondisi material dan tidak typical dengan bangunan di DAS Batang Air. 8. Bangunan drop structure (groundsill) yang mengalami kerusakan untuk segera dilakukan perbaikan pada bangunan itu sendiri dan/atau membangun subgroundsill di hilirnya. 9. Melakukan koordinasi dengan Balai Pantai mengenai bangunan jetty pada muara. 10. Review mengenai desain sabo multiguna untuk diaplikasikan di bangunan bendung. 11. Koordinasi dengan pemerintah daerah mengenai pembangunan di daerah DAS Batang Air.
Bendung Koto Tuo mengalami kerusakan sekitar 75 % dan bagian tebing sebelah kiri tergerus. meliputi pembuatan groundsill di middle stream, penyusunan batu jetty di muara, dan tanggul di down stream dengan desain debit Q25 sebesar 600 m3/detik. Berdasarkan paket kerjasama yang telah dibuat, maka dibangun drop structure dengan tipe boulder concrette dan jembatan. Saat debit normal, energi dipecah dahulu melalui kotak-kotak drop scructure. terbilang rendah mengingat kondisi kemiringan sungai sangat tajam sehingga rentan terhadap bencana aliran debris. pengendalian banjir, dengan kesimpulan antara lain : • Aliran anak sungai di bagian hulu masih alami tetapi erosi tinggi mengakibatkan adanya sedimentasi di bagian tengah dan hilir menjadi cukup besar. • Pada bagian muara terjadi sedimentasi dari pasir dan perkuatan tebing masih rawan dengan struktur dari batu kosong, bangunan permanen tidak terlalu banyak di bagian badan sungai. • Ada beberapa titik rawan longsor • Banyak lokasi penambangan galian C Terjadi aliran kritis di bagian tengah. Di daerah tengah terjadi penggerusan akibat material yang terbawa oleh fast flood dari atas sungai (batu terbawa dari singkapan sekitar sungai kemudian menumpuk di tengah). Tidak sesuai dengan perhitungan hidrostatis yang selama ini dilakukan.
12 Pembuatan Rating Curve
1. Drs. Petrus Syariman, MT
• 12 April 2016 • 12 Mei 2016
menyimpang. Data yang dimasukkan berasal dari tahun 1980an sampai sekarang. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa sebaran data tidak beraturan, bahkan pada grafik terdapat hasil lengkung debit yang linier, ada juga data dengan muka air yang tinggi namun debitnya rendah, seharusnya dilakukan penyelidikan dahulu apakah ada sedimentasi di daerah tersebut.
1. Jika menggunakan data tahun 1980an, verifikasi dahulu dengan data current meter dan periksa kembali metode pengukuran yang telah digunakan. 2. Tidak semua petugas lapangan mengetahui fungsi dari peralatan yang dipasang di pos duga muka air, contohnya benchmark, hal ini akan berpengaruh pada hasil kurva lengkung debit karena data benchmark tidak dimasukkan pada data lapangan. 3. Solusi dari permasalahan software yang error menjadi diskusi tersendiri dengan personil dari Balai HITA Pusair yang berpengalaman mengolah dan menganalisis data Pos Duga Muka Air. 4. Pemasangan pos duga muka air harus memiliki tujuan, misalnya untuk membangun bendung atau monitoring banjir. 5. Sebagai acuan untuk pemasangan dan pemilihan lokasi pos duga air yang tepat bisa dilihat di SNI 03-2526-1991 yang berjudul Tata Cara Pemilihan Lokasi Pos Duga Air di Sungai. 6. Jika lokasi Pos Duga Muka Air dekat dengan bendung, maka sebaiknya diganti menjadi pos pengukuran muka air. 7. Istilah Pos Tinggi Muka Air (TMA ) diganti menjadi Pos Duga Muka Air. 8. Penentuan zero flow diukur pada penampang sungai terdalam dengan kondisi sungai masih memiliki aliran saat musim kemarau yang diukur sampai titik nol Peilschale.
13 Pekerjaan Pembangunan Tampungan Air Baku, Teluk Buton, Kabupaten Natuna
1. Ir. F. Yiniarti Eka Kumala, Dipl. HE 2. Ir. Sri Hetty Susantin, M. Eng 3. Slamet Lestari, ST., MT.
• 12 April 2016 • 12 Mei 2016
Pekerjaan pembangunan tampungan air baku (embung) di Teluk Buton, Kabupaten Natuna
Review kembali desain Penampung Air Baku di Teluk Buton, Kabupaten Natuna dengan memperhatikan : 1. Kapasitas embung harus diperhatikan agar tidak melimpas (overtopping). 2. Perhitungan debit banjir rencana untuk bendung tetap dengan periode ulang 100 tahun dengan menggunakan data hujan dan klimatologi yang lebih lengkap sesuai dengan SNI 2415:2016 tentang Tata Cara Perhitungan Debit Banjir Rencana. 3. Untuk mendesain stabilitas tanggul/tubuh embung diperlukan data tanah (soil properties) meliputi: • Pengujian tanah baik dari sampel borrow area maupun dari sampel lokasi Embung (di lokasi penggenangan dan spillway bendungan dengan bor tangan) • Bandingkan parameter tanah hasil uji kompaksi contoh tanah yang dipadatkan di laboratorium dengan contoh tanah yang dipadatkan di lapangan • Potensi air merembes dan membentuk creep line akibat perbedaan tinggi muka air pada embung dan lantai udik (kurang lebih 5 m) perlu dihitung (kaitannya dengan nilai K, koefisien permeabilitas). 4. Untuk desain pelimpah/mercu embung: • Harus dihitung sebagai peredam energi dan stabilitas (geser, guling dan daya dukung tanah) dengan konsep desain hidraulik bendung tetap dengan anggapan outflow-nya adalah outflow sesuai dengan catchment embung. • Jika didesain dengan konsep bendung maka di mercu harus menggunakan pondasi. • Bentuk kolam olak dihitung seperti kolam olak pada bendung tetap. • Tembok sayap disesuaikan • Hitung kembali apakah Debit andalan sudah mencukupi atau tidak • Lokasi embung perlu dipertimbangkan kembali terkait tikungan sungai dan kedalaman pondasi pelimpah. • Kriteria tinggi jagaan adalah ketinggian air untuk debit banjir periode ulang 100 tahun ditambah 1 – 1,5 m atau Q 1000 tanpa jagaan. Elevasi mercu ditambah tinggi muka air Q 1000 air = Elevasi tanggul.
14 Penelitian Dalam Rangka Penanganan Mercusuar Karang Unarang, BWS Kalimantan III
1. Dedi Junarsa, MT 2. Suprapto, ST, M.Eng
• 13 Mei 2016 • 31 Mei 2016
Melakukan identifikasi awal lokasi Menara Suar Karang Unarang untuk mendapatkan alternatif penanganan yang tepat berupa pengamanan terhadap struktur Menara Suar yang menjadi base point acuan batas laut Negara Indonesia.
Berdasarkan hasil identifikasi dan diskusi yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Karang Unarang sebagai titik dasar (base point) yang menjadi acuan dalam menentukan batas laut negara Indonesia mengalami kerusakan sehingga perlu segera dilakukan pengamanan terhadap pengaruh arus dan gelombang untuk menjaga batas wilayah maritim Indonesia. 2. Hasil analisa pasang surut dan pengukuran kedalaman laut, diketahui tunggang pasang ± 3,99 m, dasar perairan paling dangkal pada kedalaman ± 4,00 m dari MSL sehingga dapat disimpulkan bahwa pada saat kondisi surut karang tidak muncul di permukaan laut. 3. Hasil pengukuran Bathimetri pada kedalaman 5 m dari MSL mempunya area luasan ± 1,5 ha 4. Alternatif pembuatan pos pengamanan dan landasan helipad dapat dilakukan pada area di sebelah utara dan timur laut dari menara suar dengan kondisi kemiringan dasar yang relatif landai pada kedalaman 4 – 5 m dari MSL.
15 Pembangunan Pengendali Banjir Sungai Mamasa, Kabupaten Mamasa, Palu, BWS Sulawesi III
1. Slamet Lestari, ST, MT 2. Nuryanto Sasminto Slamet, ST, M.Eng 3. Dr. Ir. Agung Bagiawan, M.Eng
• 13 Mei 2016 • 31 Mei 2016
yang rusak dengan total panjang sekitar 630 m. sedangkan pekerjaan pembangunan dilakukan tahun 2015 menggunakan desain talud dari pasangan batu namun telah mengalami kerusakan sekitar 4 bulan setelah pekerjaan selesai. dari beton siklop dan bagian atas dari pondasi pasangan batu.
1. Harus dilakukan review terhadap besarnya debit banjir rencana yang sudah dilakukan pada tahun 2013.Lakukan perhitungan debit banjir rencana di daerah hulu kemudian rambatkan debit banjir tersebut ke daerah hilir sehingga menghasilkan debit dan muka air banjir untuk berbagai periode di sepanjang lokasi penanggulangan banjir. 2. Harus diperhatikan kembali panjang pelindung kaki tebing dari desain talud TA. 2016 terutama pada kondisi sungai yang rentan terhadap gerusan lokal. 3. Posisi pondasi beton siklop dibuat selang-seling seperti Krib. 4. Perlu dibuat bangunan pengendali dasar sungai di lokasi sungai yang memiliki kemiringan yang besar untuk menahan ketinggian dasar sungai pada level yang diinginkan. 5. Perlu adanya perhatian khusus di lokasi pertemuan antara struktur bronjong dan struktur pasangan batu karena mungkin posisi bronjong akan mengalami penurunan dan berdampak pada konstruksi pasangan batu. Kaitannya dengan pengendalian banjir, setelah diketahui elevasi muka air banjir dari asumsi debit banjir kemudian cek kondisi eksisting, jika ketinggian elevasi kurang maka digunakan parapet, apabila elevasi bangunan sudah tinggi maka lakukan penyesuaian struktur. 6. Lakukan back analysis dari parameter yang sudah ada, Jika memang tidak stabil secara struktur, maka ditambahkan gaya pasifnya. 7. Stabilitas struktur dihitung dari gaya dorong dan gaya tahannya : - Jika ingin menurunkan elevasi,maka gaya dorongnya dikurangi - Jika ingin menambahkan kekuatan struktur, maka gaya pasifnya yang diperbesar.
No
Judul Kegiatan/Lokasi/Pemohon
Pelaksana/Nomor Surat Tugas
(1) (2) 16 Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir Sungai Batanghari Pasar Angso Duo, Kota Jambi, BWS Sumatera VI
(3) 1. Ir. F. Yiniarti Eka Kumala, Dipl. HE 2. Slamet Lestari, ST., MT. 3. Mahdi Ibrahim Tanjung, ST., MT 4. Dr. Ir. Agung Bagiawan, M. Eng
17 Pembangunan Embung Soropadan Tahap III, BBWS Serayu Opak
1. Ir. F. Yiniarti Eka Kumala, Dipl. HE 2. Slamet Lestari, ST., MT. 3. Mahdi Ibrahim Tanjung, ST., MT
Progres Tindak Lanjut (4)
Tanggal Pelaksanaan & Tanggal Pelaporan (5) • 13 Mei 2016 • 31 Mei 2016
• 13 Mei 2016 • 31 Mei 2016
Permasalahan
Jenis Pengujian
(6) 1. Turap Pasar Angso Duo, Kota Jambi, DED selesai Desember 2015 2. Struktur terdiri dari turap sepanjang 550 m dengan sheetpile beton (L=14 m), Dinding Penahan Tanah dari Beton K-225 dan Pondasi Tiang pancang (spun pile) 3. Jarak sheetpile ke DPT = 15 m 4. Pada kondisi muka air banjir sheetpile terendam 5. Pada lokasi kritis telah diberi crib untuk menangani gerusan
(7)
2012 tetapi belum berfungsi optimal. masih terjadi kehilangan air aspal cair (garansi dari pabrik)
Rekomendasi Teknis (8) 1. Evaluasi kembali posisi anker perkuatan turap. 2. Disarankan untuk melengkapi drain sub surface pada Dinding Penahan Tanah dan dikoneksikan dengan sistem drainase pada lantai yang direncanakan. 3. Interkoneksikan sistem perkuatan tebing di Sungai Asam terkait elevasi dan tata letak. 4. Tambahkan krib sepanjang turap untuk mengantisipasi pergerakan dan menambah stabilitas turap. Untuk jarak ideal semakin rapat semakin bagus. 5. Untuk memberikan masukan dari aspek hidrologi mohon dikirimkan analisis hidrologi sebagai dasar di dalam menentukan elevasi tinggi bangunan pengendali banjir yang direncanakan.
1. Setelah dilakukan pelapisan geomembran aspal goni pada TA. 2013 sedapat mungkin dasar embung yang sudah dilapis tidak dilakukan pelapisan ulang. 2. Jika ada kebocoran dilakukan penambalan di lokasi kebocoran tersebut. 3. Pemasangan HDPE 40 dapat dilakukan pada dinding embung yang belum terlapisi geomembran aspal goni. Pemasangan HDPE 40 overlap dengan lapisan geomembran aspal goni pada dasar embung. 4. Sebaiknya dilakukan upaya perlindungan (misalnya paving block) terhadap pelapisan geomembran baik di tebing maupun di dasar embung yang berpotensi terekspose untuk mengurangi potensi kerusakan akibat alam maupun vandalisme.
geomembran HDPE 40 (kekedapan 100%) 18 Pembangunan Prasarana Pengendalian Banjir Sungai Krueng Singkil di Kabupaten Aceh Singkil, BWS Sumatera I
1. Slamet Lestari, ST., MT
• 14 Juni 2016 • 24 Juni 2016
Singkil TA. 2016 yang berlokasi di Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil, mengacu pada Hasil DED Pengendalian Banjir Kabupaten Aceh Singkil 2014 oleh BWS Sumatera I. lokasi pekerjaan tersebut di atas juga berdasarkan permohonan masyarakat Desa Tanah Merah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil melalui Bupati Kabupaten Aceh Singkil, untuk mengamankan desa dari genangan banjir. Masyarakat mengharapkan agar alur penyebab banjir yang berasal dari Lae Cinendang menuju desa Tanah Merah agar ditutup.
1. Memperhatikan informasi dari BWS Sumatera I, bahwa kondisi material tanah di sepanjang Sungai Krueng Singkil dengan alur penyebab banjir di Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil belum tentu sama, sebaiknya dilakukan penyelidikan geoteknik secepatnya untuk memeriksa kesesuaian dan kestabilan struktur yang direncanakan. 2. Mengacu pada diskusi pada point 1), perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a. Pemilihan material tersebut disesuaikan dengan keamanan terhadap stabilitas beban dan daya dukung tanah di lokasi pekerjaan, serta spesifikasi sheetpile vinyl yang ada. b. Perlu dilakukan penyelidikan tanah (sondir dan hand boring) minimal 2 titik di trase yang telah ditetapkan oleh masyarakat setempat dan hasil koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Singkil. Hal ini dilakukan untuk mengetahui daya dukung tanah terhadap perletakan struktur bangunan yang akan dikerjakan pada lokasi tersebut. c. Penyelidikan tanah diikuti dengan pengambilan sampel tanah undisturb di tiap kedalaman 2 meter hingga kedalaman 8 m atau hingga mencapai tanah keras. d. Mengacu pada parameter tanah hasil penyelidikan maka dilakukan analisis detail perhitungan stabilitas dan kekuatan turap (sheetpile vinyl) yang dituangkan dalam Nota Desain. Hasil analisis tersebut yang dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan lapangan.
Singkil TA 2016 dapat begitu saja mengacu pada Hasil DED Pengendalian Banjir Kab. Aceh Singkil 2014 oleh BWS Sumatera -1. 19 Review Design Optimalisasi Jaringan Air Limbah Kota Medan Zona 10 - 12, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya
1. Slamet Lestari, ST., MT
• 14 Juni 2016 • 24 Juni 2016
(kombinasi pompa dan gravitasi pada sub drain) terintegrasi dengan mainhole atau pipa eksisting. dengan pipa sekunder, tersier dan SR (sambungan rumah). Dikhawatirkan cakupan pipa sekunder dan tersier terbatas. a. Menggunakan siphon Ø 600 (agar head kecil), tetapi jika kedalaman pipa di hulu mainhole lebih dalam maka di hilir akan berat, selain itu di hulu ada pipa yang melewati rel. Kecepatan aliran hanya 0,37 m/s (lebih rendah dari kecepatan minimum siphon 0,9 m/s) kemungkinan terjadi pengendapan sangat tinggi terutama pada saat pengaliran minimum, rata-rata dan puncak. b. Menggunakan siphon Ø 200 mm. Kecepatan minimum siphon 0,90 m/s pada simulasi debit rata-rata dan 3,42 m/s pada debit puncak.
20 Perhitungan MC 0 Bendungan Lolak, BWS Sulawesi I
1. Ir. Sri Hetty Susantin, M. Eng 2. Ir. F. Yiniarti Eka Kumala, Dipl. HE 3. Slamet Lestari, ST, MT
• 14 Juni 2016 • 24 Juni 2016
Setelah dilakukan sertifikasi di Komisi Keamanan Bendungan, terdapat beberapa perubahan desain sebagai berikut : menjadi 11 m. bagian hilir (elevasi 95,5) sehingga menambah volume timbunan dan galian elevasi 95 (mengakibatkan penambahan material pada zona 5 dan pengurangan pada zona 4)
galian pertimbangan untuk menambah kekuatan) sedangkan saddle dam 2 perlu ditambah karena ada elevasi yang berada di bawah muka air. rendah daripada muka air sehingga harus ditambah lagi tebal (semula lebih ramping)
1. Lengkapi alternatif (opsi) sistem jaringan air limbah untuk optimalisasi Zona 10 dan 11 dengan alternatif opsi sebagai berikut: a. Opsi – 1 : Jaringan pipa melewati (menerobos) Konstruksi Sub-drain. Untuk hal ini maka perlu diketahui data-data seperti: elevasi muka air saat banjir padasub-drain, ukuran sub-drain dan peraturan perijinannya. b. Opsi – 2 : Jaringan pipa menggunakan Syphon untuk melewati Konstruksi Sub-drain c. Opsi – 3 : Jaringan pipa melanjutkan system yang terpasang. 2. Plotkan/overlay profil hidrolis memanjang antara sistem jaringan pipa air limbah yang telah ada (eksisting), rencana awal (sesuai kontrak), sistem yang terpasang dan rencana baru dalam 1 (satu) gambar. 3. Lengkapi hasil soil investigation dengan perhitungan struktur yang terkait dengan hasil soil investigation tersebut, seperti perhitungan sheet pile dan rumah pompa. 4. Check kembali harga satuan dengan menggunakan standar SNI termasuk untuk pekerjaan galian dan dewatering. 5. Plotkan/overlay profil hidrolis memanjang antara sistem jaringan pipa air limbah yang telah ada (eksisting), rencana awal (sesuai kontrak), sistem yang terpasang dan rencana baru dalam 1 (satu) gambar. 6. Konfirmasi kembali :
1. Lengkapi surat pengantar dari BPKP dan surat perubahan desain dari Komite Keamanan Bendungan (KKB) sebagai dasar pusair untuk memberikan saran teknis. 2. Siapkan tabel perhitungan sebelum dan sesudah dari 11 item yang berubah dengan dilengkapi gambar, volume, nota desain dan jumlah biaya.
No
Judul Kegiatan/Lokasi/Pemohon
Pelaksana/Nomor Surat Tugas
(1) (3) (2) 21 Penanganan Banjir Sungai Sulin, BWS Nusa Tenggara 1. Ir. Sri Hetty Susantin, M. Eng I 2. Ir. F. Yiniarti Eka Kumala, Dipl. HE 3. Slamet Lestari, ST, MT 4. Dr. Ir. Fransisca Mulyantari, M. Eng
Progres Tindak Lanjut (4)
Tanggal Pelaksanaan & Tanggal Pelaporan (5) • 14 Juni 2016 • 24 Juni 2016
Permasalahan
Jenis Pengujian
(6)
(7)
Gambaran awal kronologis :
Rekomendasi Teknis (8) 1. Lakukan evaluasi model numerik lebih teliti dengan data yang lebih lengkap (dari hulu ke hilir) dari hasil model numerik baru dibuat alternatifalternatif penanggulangan misalnya:
banjir Sungai Sulin yaitu Direktorat Jenderal Bina Marga dan Direktorat Jenderal SDA memblokir jalan menuju bandara. Banjir ini kemudian terulang kembali pada 2015 namun tidak sebesar di 2014.
2. Identifikasi kembali kapasitas Sungai Sulin untuk memastikan pada elevasi tanggul + 30 sudah mengcover Q25 ditambah tinggi jagaan 1 m. 3. Borrow Area untuk tanggul diambil dari tanah yang berkualitas dan dilakukan Uji Proctor untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan pemadatan di lapangan.
SDA (BWS Nusa Tenggara I) belum memutuskan apakah penanggulangan banjir tersebut dengan meninggikan jembatan (menambah pondasi) atau menormalisasi sungai. Sulin ini dimana hasilnya : jembatan yang dibangun pada tikungan ini, aliran dibawahnya terhambat oleh sampah. Dari hasil analisis hidrolis penampang sungai tidak mampu menahan banjir Q2. membuat tanggul dengan perkuatan tebing (dengan anggapan posisi jembatan masih miring). Sehingga Q25 dapat ditampung (tidak banjir).
1. Dery Indrawan, ST, MT 2. Mahdi Ibrahim, ST, MT 3. Dr. Ir. Fransisca Mulyantari, M.Eng 4. Nuryanto Sasmito Slamet, M.Eng
• 14 Juni 2016 • 24 Juni 2016
23 Perkuatan Tanggul Sungai Indragiri, Sungai Rokan dan 1. Rahmat Suria Lubis, ST, MT Sungai Kampar, Provinsi Riau - Dinas Cipta Karya, 2. Nuryanto Sasmito Slamet, ST, Tata Ruang dan Sumber Daya Air Provinsi Riau M.ENg 3. Slamet Lestari, ST, MT 4. Ir. F . Yiniarti Eka Kumala, Dipl. HE 5. Ir. Sri Hetty Susantin, M.Eng
• 14 Juni 2016 • 24 Juni 2016
22 Normalisasi Kali Cisadane
LAYANAN PENDAMPINGAN TEKNIS 1 Banjir Bandang dan Longsor Batang Mahat, Batang Mangko dan Batang Kuranji, Provinsi Sumatera Barat
1. Drs. Petrus Syariman 2. Mirwan Rofiq, ST., MPSDA 3. Pulung Arya Pranantya, ST 4. Santoso Sandy Putra, ST., M. Sc 5. Taufan Ari Praja, ST 6. Indrawan, ST
namun ada kejanggalan dari analisa grafik time to peak. sudah terdapat bangunan penngendalian banjir.
1. Perlu dipertimbangkan untuk melakukan kaji ulang terhadap perhitungan grafik time to peak debit kala ulang banjir. 2. Lakukan analisa hidrodinamik dalam satu sistem sungai. 3. Gunakan analisa hidrologi dengan pendekatan hidraulik routing. 4. Untuk Q100, rencana pembangunan Drop Structure di hulu Sungai Sabi tidak memberikan perbedaan Muka Air Banjir yang signifikan sehingga harus dilakukan penanganan permasalahan per tahapan debit rencana. 5. Harus diperhatikan mengenai adanya palung sungai yang cukup dalam di hilir dari rencana dibangun drop structure karena dapat menyebabkan material bangunan drop structure terkikis. 6. Sangat dianjurkan untuk melakukan normalisasi di muara sungai Sabi karena sudah terjadi pendangkalan.
1. Aktivitas penambangan galian C di hampir sepanjang alur sungai tikungan dalam mengakibatkan longsor. 2. Komposisi tanah di Sungai Indragiri terdiri dari pasir dan lempung. Pada musim hujan, lempung jenuh air dan terkikis, namun pada musim kemarau, lempung menjadi berbutir seperti debu.
1. Perlu ada identifikasi mengenai dampak dari air buangan penambangan galian emas terhadap kualitas air Sungai Indragiri dan Sungai Rokan. 2. Sangat dianjurkan untuk membangun turap dalam (tanpa jangkar) dengan perlindungan pada kaki sheet pile sehingga tekanan lateral pasifnya bisa terjaga. 3. Koordinasi dengan pemerintah setempat dengan menunjukkan data kerusakan lingkungan yang ditimbulkan agar bisa dilakukan pembatasan aktivitas galian C. 4. Lakukan pendekatan persuasif dengan melakukan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar mengenai dampak yang akan terjadi jika tetap dilakukan penambangan liar. 5. Lakukan studi morfologi sungai dengan melakukan perhitungan model numerik untuk mengetahui perilaku sungai ketika ada dan tidak ada aktivitas penambangan dengan dilengkapi data pengambilan volume Galian C. Hasil dari pemodelan numerik ini digunakan untuk mengetahui lokasi Galian C yang kritis. 6. Gunakan teknologi geosintetik yang lolos air tapi tidak lolos butiran tanah halus untuk memperbaiki kondisi tanah. 7. Dianjurkan untuk melakukan perhitungan model hidraulik fisik 2D dengan memasukkan parameter gelombang Bono, kaitannya untuk pemilihan teknologi yang tepat untuk pengendalian abrasi 8. Perencanaan struktur bangunan harus tahan terhadap gelombang. 9. Estetika pembuatan bangunan harus diperhatikan mengingat Sungai Kampar sangat potensial untuk dijadikan daerah wisata.
Kombinasi tingginya curah hujan yang turun di Sumatera Barat pada tanggal 6 - 8 Februari 2016, yakni sebesar 218 mm dan kemiringan dasar sungai ruas hulu rata-rata berkisar 20% - telah menyebabkan banjir dan tanah longsor di beberapa daerah. Banjir dan tanah longsor terjadi di Kota Solok, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Namun, daerah yang terparah dilanda banjir dan tanah longsor terjadi di DAS Batang Bangko, Kabupaten Solok Selatan dan DAS Batang Mahat di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Secara umum penanganan permasalahan dapat dibagi menjadi permasalahan ruas hulu, tengah dan hilir. 1) Rekomendasi penanganan struktural secara umum untuk penanganan masalah di ruas hulu ialah: a) Mengendalikan kecepatan aliran dan sedimen. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat beberapa seri Sabo dam. Lokasi dan elevasi mercu Sabo dam ini diatur sedemikian rupa, guna mendapatkan kemiringan sungai stabil. Bangunan Sabo dam ini diharapkan mampu meredam kecepatan aliran yang membawa material hasil erosi. Lokasi Sabo dam disarankan lebih mendekati sumber sedimen. Hal ini dilakukan agar bangunan Sabo dam lebih efektif dalam mengendalikan erosi sedimen dari sumbernya. Namun demikian, perlu studi lebih detail untuk dapat mendapatkan tipikal desain, lokasi dan jumlah bangunan Sabo dam yang diperlukan. b) Catatan khusus untuk sungai yang cenderung terjadi degradasi dasar sungai. Pengendalian angkutan sedimen di ruas hulu harus dilakukan dengan hati-hati. Pasokan angkutan sedimen tidak boleh dihentikan sama sekali karena akan mempercepat proses degradasi yang terjadi. Untuk itu selain lokasi dan elevasi mercu bangunan, pemilihan tipe bangunan Sabo dam juga harus memperhitungkan keseimbangan morfologi sungai secara keseluruhan. 2) Rekomendasi secara umum untuk penanganan ruas tengah/hilir adalah seperti berikut: a) Memilih sistem pengendali banjir yang paling tepat. Pengendalian banjir di daerah dengan topografi yang relatif datar dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: • meninggikan tanggul banjir di tepi sungai, • melakukan normalisasi alur sungai dengan pengerukan, • memotong puncak debit banjir dengan membuat kolam retensi di hulu, • membuat sudetan, • membuat sistem polder yang dilengkapi dengan tanggul keliling, kolam retensi dan sistem pompa yang memadai. Namun demikian, sebelum memilih salah satu alternatif atau kombinasi pengendalian banjir, disarankan untuk melakukan simulasi dengan bantuan model numerik. Simulasi model dapat dilakukan untuk mengevaluasi sistem sungai eksisting. Selanjutnya model dapat digunakan untuk menilai efektivitas penanganan yang dipilih sebelum diterapkan di lapangan. b) Perlindungan bangunan terhadap perubahan morfologi sungai. • Perlindungan struktur pada alur sungai braided ataupun meandering dapat dilakukan dengan cara: o Melakukan perlindungan tebing secara langsung maupun tidak langsung, antara lain dengan krib, proteksi tembok tanggul atau kombinasi keduanya. o Proteksi pilar/abutment jembatan dari gerusan lokal di tikungan luar dengan pasangan batu, sheet pile atau beton bertulang, o Membuat bangunan pengarah arus tipe corong atau hockey stick agar aliran terkonsentrasi pada bukaan jembatan dan tidak menggerus salah satu sisi, o Membuat proteksi kaki tanggul (toe protection) untuk menghindari gerusan lokal yang terjadi. • Perlindungan struktur terhadap degradasi dasar sungai dapat dilakukan dengan cara: o Melindungi pilar jembatan terhadap potensi degradasi dasar sungai maupun gerusan lokal di hilir jembatan dengan pembuatan bangunan groundsill/cekdam,
No
Judul Kegiatan/Lokasi/Pemohon
(1) (2) 2 Kajian Terintegrasi Terkait Aspek Sabo, Geologi dan Hidrologi Tanah Longsor di Kawasan Kota Bunga dan Sekitarnya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat
3 Penanganan Sedimentasi Segara Anakan
Pelaksana/Nomor Surat Tugas (3) 1. Chandra Hassan 2. Supardiyono Sobirin 3. Agung Bagiawan 4. Dedi Munir 5. Yan Aditya 6. Ira Fransisca Ria Silalahi
1. Tim Balai BHGK 2. Tim Balai Pantai 3. Tim Balai LK
Progres Tindak Lanjut (4)
Tanggal Pelaksanaan & Tanggal Pelaporan (5)
Permasalahan (6) Kajian pengelolaan bencana tanah longsor telah banyak dilakukan melalui pendekatan berbagai multidisiplin ilmu kebencanaan. Bencana tanah longsor yang melanda kawasan Kota Bunga, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 9 Maret 2016 pukul 00.15 dan menghancurkan Hotel Club Bali digunakan sebagai model dalam melakukan kajian pengelolaan pasca terjadinya bencana tersebut. Kajian di dalam laporan ini dilakukan secara terintegrasi dengan fokus tinjauan dari aspek sabo, geologi dan hidrologi.
Permasalahan Sedimentasi : • Sungai-sungai yang bermuara di Segara Anakan menyumbang material lumpur 5 juta m3/thn, 1 juta m3/thn terendapkan. • Dari 1 juta m3 tersebut, 75% dari Sungai Citanduy sisanya dari sungai-sungai lainnya.
Jenis Pengujian
Rekomendasi Teknis
(7)
(8) 1. Kelaikan pembangunan infrastruktur di kawasan perbukitan, khususnya bangunan gedung haruslah didasarkan pada RTRW setempat. 2. Bangunan gedung di kawasan perbukitan haruslah di desain sebagai berikut a. Fondasi bangunan harus cukup dalam. b. Lereng perbukitan dibuat terasering 3. Manakala bangunan gedung tersebut harus didirikan dekat lereng bukit, maka letak bangunan tidak boleh berada di dalam bidang gelincir. 4. Hotel Club Bali yang letaknya berada di dalam bidang gelincir sebaiknya dibongkar karena ancaman gerakan tanah masih akan terjadi. Kecuali itu, hotel yang berada paling Utara Kawasan Kota Bunga sangat berpotensi terancam aktivitas vulkanik jika sewaktu-waktu Gunungapi Gede erupsi kembali. 5. Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur perlu melakukan review RTRW, dan memperketat perijinan pembangunan. 6. Setelah review RTRW maka perlu dilakukan penataan ulang Kawasan Kota Bunga. 7. Tanah longsor terjadi karena adanya peningkatan tegangan geser tanah yang disebabkan antara lain karena peningkatan tekanan air pori (pore water pressure) oleh air hujan. Oleh karena itu, di setiap kawasan rawan bahaya tanah longsor perlu dilengkapi dengan alat penakar curah hujan. Untuk itu, pemerintah desa atau sekurang-kurangnya kecamatan dapat menyisihkan sebagian kecil dana bantuan pemerintah untuk pengadaan alat penakar curah hujan. 8. Seluruh pemerintah daerah hingga tingkat kota/kabupaten diharapkan proaktif mengawasi adanya pelanggaran tata ruang di daerah masing-masing, sebab jika hal ini dibiarkan dan berlangsung secara terus menerus serta tidak diawasi dengan baik maka kerusakan alam akan bertambah parah dan bumi menjadi tidak nyaman lagi untuk dihuni. 9. Karena sebagian besar wilayah Indonesia rawan terjadinya bencana alam maka memasukkan mata pelajaran/ kuliah kebencanaalaman ke dalam kurikulum mulai tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi merupakan langkah yang bijak. 10. Kajian tentang kejadian tanah longsor telah banyak dilakukan dengan tinjauan dari berbagai faktor, dan salah satu faktor penting adalah kemiringan. Semakin curam kemiringan lereng bukit semakin besar kemungkinan terjadinya longsor. Belum pernah terdengar tanah longsor terjadi pada daerah dengan kemiringan landai. Atas dasar pemikiran tersebut, studi penyusunan peta bahaya kemungkinan terjadinya tanah longsor dengan tinjauan dari kemiringan kiranya dapat dipertimbangkan karena dapat dilakukan dengan cepat dan akurat.
Dari simulasi numerik Segara Anakan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Hasil simulasi numerik Segara Anakan menunjukkan bahwa terdapat asimetri pasang surut di laguna Segara Anakan, yaitu arus pada saat surut di laguna lebih lambat daripada saat pasang. Hal ini mengakibatkan sedimen yang terbawa saat pasang dan terendap di laguna tidak dapat terbawa kembali oleh arus surut. Kondisi berulang ini akan berakibat positif net-transport kedalam laguna, yang mengakibatkan sedimentasi. 2. Dari tiga tipe pengarah yang disimulasikan, performa masing-masing tipe adalah sebagai berikut: • Pengarah tipe 1 tidak banyak mengubah pola arus yang terjadi dibandingkan dengan kondisi eksisting. Sehingga tujuan dibangunnya bangunan pengarah yaitu untuk melokalisir angkuran sedimen dari Sungai Citanduy, tidak akan maksimal. • Pengarah tipe 2 memberikan performa lebih baik dari Tipe 1. Aliran dari Citanduy dapat dipisahkan dengan sistem laguna. Pada saat pasang di mulut pengarah terjadi perlambatan, namun aliran disebelah mulut pengarah lebih cepat sehingga potensi sedimen dari Citanduy terbawa ke laguna akibat arung pasang cukup besar. • Pengarah tipe 3 membuat aliran dari Citanduy dapat dipisahkan dengan sistemn laguna. Pada kondisi pasang di badan pengarah terjadi perlambatan namun saat di mulut mengalami percepatan. Aliran disebelah mulut pengarah tidak memiliki perbedaan kecepatan yang besar. Pada saat debit kecil aliran dari Citanduy tidak ada yang keluar dari pengarah. Kondisi ini berpotensi besar untuk bisa mengendapkan angkutan sedimen dari Sungai Citanduy sebagian besar di badan pengarah. Performa tipe ini dianggap paling maksimal dalam upaya melokalisir angkutan sedimen dari Sungai Citanduy. 3. Dari performa tiga bangunan tersebut, bangunan pengarah tipe 3 membuat sedimen lebih terkonsentrasi di badan pengarah, sehingga pengerukan dapat difokuskan di badan pengarah. Saran yang dapat diberikan sebagai berikut: 1. Dilakukan simulasi yang melibatkan salinitas untuk mengetahui perubahan salinitas akibat didirikannya bangunan pengarah. 2. Dilakukan simulasi morfologi agar dapat mengkuantifikasi semimentasi yang terjadi.
4 Audit Teknis Komplek Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Tim Audit Teknis Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON) Hambalang, (Surat Keputusan Menteri Bogor No.138/KPTS/M/2016 tanggal 21 Maret 2016)
Kegiatan audit teknis komplek Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON) yang berlokasi di Hambalang, Bogor, Jawa Barat merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden pada tanggal 18 Maret 2016 yang menugaskan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk memberikan rekomendasi teknis terhadap komplek P3SON Hambalang. Menindaklanjuti hal tersebut Menteri PUPR membentuk Tim Audit Teknis melalui Surat Keputusan No. 138/KPTS/M/2016 tanggal 21 Maret 2016. Tim ini ditugaskan untuk melakukan audit teknis terhadap bangunan gedung dan seluruh kawasan komplek P3SON Hambalang, Bogor.
Berdasarkan inspeksi di lapangan serta kajian singkat terhadap dokumen teknis, dapat disampaikan hasil sebagai berikut: 1. Rekomendasi tata salir yang meliputi penanganan air permukaan dan bawah permukaan, di dalam dan dari luar area yang dapat mempengaruhi seluruh infrastruktur yang ada di kawasan P3SON Hambalang, 2. Rekomendasi penanganan ketidakstabilan tanah dan lereng terhadap pergerakan tanah di seluruh kawasan P3SON Hambalang, 3. Rekomendasi struktur bangunan dapat dilanjutkan dengan terlebih dahulu melakukan pengangan di atas serta penanganan struktur bangunan terhadap ketidaksempurnaan pelaksanaan pekerjaan, penanganan atas material yang telah mengalami degradasi selama kegiatan pembangunan terhenti, serta review ulang dengan menggunakan SNI terbaru atas perhitungan struktur atas dan bawah dengan memperhitungkan mutu bahan bangunan eksisting, gaya gempa dan kondisi geologi dan lingkungan yang ada.
5 Penanganan Permasalahan Sumber Daya Air di Tulungagung
Pada Tahun 2015, banjir bandang menerjang 4 desa di Tulungagung yang menyebabkan tanggul sungai jebol di Kecamatan Kali Dawir. Besarnya debit sungai pada muara sungai menyebabkan tanggul tak mampu menahan kuatnya arus sungai. Selain permasalahan banjir, pada Kali Ngrowo sebelah hilir terjadi permasalahan degradasi sungai yang perlu segera ditangani agar tidak mempengaruhi infrastruktur yang ada. Potensi sungai yang melewati Kabupaten Tulungagung perlu dikembangkan agar lebih berdayaguna, salah satunya dengan pembangunan waterfront city yang didalamnya terdapat berbagai fasilitas umum yang dapat digunakan oleh masyarakat.
Rekomendasi desain Tulungagung Waterfront City adalah lokasi waterfront city yang telah diresmikan pada tahun 2015 dengan penambahan panjang lokasi menjadi sekitar 7.24 km, yaitu dari Saluran Parit Agung sampai dengan Pintu Air Tulungagung. Kemudian desain Waterfront Tulungagung dibagi menjadi 8 (delapan) kluster dimana kluster 5 sebagai poin utama. Selanjutnya, Terdapat 2 tipikal rest area desain Waterfront Tulungagung yaitu tipikal 1 untuk kluster 1,2,3,4,6 dan 7, sedangkan tipikal 2 untuk kluster 5 sebagai poin utama waterfront city dengan tinggi muka air di kluster 5 harus dijaga sekitar ± 3 m. Direkomendasikan pembuatan sistem drainase berupa gorong-gorong dengan beberapa segmen yang terbuka untuk melimpaskan air pada waktu debit besar yang dilengkapi dengan sistem pengolahan grey water sebelum masuk sungai.
Tim Balai Sungai
No
Judul Kegiatan/Lokasi/Pemohon
(1) (2) 6 Pengendalian Banjir Sungai Citarum Hulu di Kota Bandung, Design and Build
7 Sinkronisasi Pemanfaatan Saluran Cikarang Bekasi Laut (CBL) untuk percepatan perijinan
Pelaksana/Nomor Surat Tugas (3) Tim Balai BHGK
Progres Tindak Lanjut (4)
Tanggal Pelaksanaan & Tanggal Pelaporan (5)
Permasalahan
Jenis Pengujian
Rekomendasi Teknis
(6) Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWS Citarum) telah memulai persiapan pengendalian banjir sejak terjadinya banjir besar pada 1986. Penerapan Upper Citarum Urgent Flood Control Project (UFCP) dilakukan melalui 2 (dua) tahap konstruksi (Tahap I & II), dimulai pada 1994 dan dilanjutkan pada 1999 hingga 2009. Setelah dimulainya pekerjaan konstruksi, banjir di cekungan Bandung berkurang tajam dan langkah yang dilakukan kelihatannya efektif. Namun mulai Tahun 2003, banjir di cekungan Bandung kembali dan bertambah luas. Pada Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2010 dan 2016 banjir besar muncul kembali di cekungan. Banjir ini utamanya muncul di daerah yang merupakan target perbaikan sebelumnya. Untuk menangani banjir-banjir tersebut, Ditjen Sumber Daya Air membuat konstruksi Tahap III yang dijadwalkan berjalan pada periode 2010-2017.
(7)
(8) Balai Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan, Puslitbang Sumber Daya Air memberikan kontribusi untuk membantu mengatasi permasalahan banjir Sungai Citarum dengan menyusun basic design yang dituangkan dalam bentuk Kerangka Acuan Kerja (KAK). Konsep yang diusulkan dalam KAK ini sudah mengacu dan terintegrasi pada pola dan rencana yang telah disusun oleh BBWS Citarum, terutama untuk pengendalian banjir ruas Nanjung – Sapan. Adapun basic design pengendalian banjir yang diusulkan adalah seperti berikut: 1. Mengubah kedalaman dasar Sungai Citarum Hulu dari ruas Sapan – Curug Jompong; 2. Membuat terowongan air yang dilengkapi pintu gerak di Curug Jompong; 3. Penanganan banjir di daerah depresi; 4. Memperbesar suplai air baku untuk daerah industri melalui pipa rendah. 5. Namun demikian basic design ini perlu ditindaklanjuti dengan detail desain dan pelaksanaan di lapangan. Oleh karena itu di dalam KAK ini sudah mencakup seluruh rencana kegiatan, mulai dari perencanaan detail hingga pelaksanaan konstruksi, dalam skema kontrak Design and Build.
8 Perijinan Pengerukan Dasar Laut Sisi Timur Suramadu Tim Balai Pantai
Perijinan Pengerukan Dasar Laut Sisi Timur Suramadu
1. Pusat Litbang SDA mempresentasikan kajian tentang normalisasi saluran CBL sebagai floodway berdasarkan debit banjir periode 100 tahun (Q100) dan keberadaan pipa gas di kiri dan kanan saluran. Q100 yang dihasilkan dari hasil pemodelan HEC-HMS adalah 1391.3 m3/s. Berdasarkan Q100 tersebut dilakukan simulasi banjir yang menghasilkan 3 (tiga) scenario normalisasi sungai yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut: a) Pipa gas di dalam tanggul, 2 channel, kemiringan 1:3, lebar dasar sungai selain di dock 80m, lebar dasar bagian dock 104m, kedalaman 6.26m, lebar dasar lereng 5m, dan lebar atas 128m; b) Pipa gas di dalam tanggul, 2 channel, kemiringan 1:2, lebar dasar sungai selain di dock 80m, lebar dasar bagian dock 104m, kedalaman 9.5m, lebar dasar lereng 5m, dan lebar atas 128m; c) Pipa gas di dalam tanggul, 2 channel, kemiringan 1:2, lebar dasar sungai selain di dock 65m, lebar dasar bagian dock 89m, kedalaman 9.5m, lebar dasar lereng 5m, lebar atas 117 m. 2. BBWS Cilicis mempresentasikan kajian tentang normalisasi saluran CBL sebagai floodway yang menunjukan seluruh konsep menggunakan desain trapesium tidak ada yang memenuhi kebutuhan Q100. Lebar penampang basah yang dibutuhkan pada Q100 berdasarkan simulasi yang dilakukan BBWS Cilcis adalah lebar atas 139.6 m, lebar bawah 70 m dan kedalaman 8.74 m. 3. PT. PELINDO II mempresentasikan bahwa saluran CBL merupakan jalur lalu lintas alternative untuk memindahkan barang dari Pelabuhan Tanjung Priok ke daerah Industri di Cikarang dengan panjang saluran keseluruhan 32 km. Keuntungan dibangunnya saluran CBL untuk jalur transportasi adalah dapat mengurangi beban lalu lintas darat dari tanjung priok keaah daerah industri. 4. Berdasarkan data dari PT. Odira Energy Persada, jaringan pipa gas berada pada kedalaman 2.5m dari dasar sungai dan batas timbunan minimal adalah 1.5m, sehingga jika harus dilakukan pengerukan sedalam 0.5m dari dasar sungai masih pada batas minimal timbunan pada pipa gas; 5. Berdasarkan keterangan PT. Odira Energy Persada bahwa semakin tinggi timbunan diatas pipa gas maka pipa tersebut akan semakin aman, sehingga tanggul saluran CBL dapat dibangun diatas jalur pipa gas; 6. PT. PELINDO II/PT. PPI merancang transportasi yang melalui saluran CBL didesain bukan hanya untuk angkutan batubara ke area PLTU yang dikelola oleh PT. Cikarang Listrindo saja, tetapi meliputi transportasi barang dari Pelabuhan Tanjung Priok yang didistribusi ke Daerah Industri di Cikarang; 7. PT. Cikarang Listrindo harus menentukan apakah dapat melakukan dredging sesuai hasil simulasi dari PUSAIR dan Ditjen SDA; 8. Menurut PJT CBL ini merupakan main drain wilayah Bekasi dan Cikarang sehingga diharapkan micro drain jangan sampai terganggu; 9. PT. Cikarang Listrindo.akan berkoordinasi dengan pemilik/pengelola pipa gas terkait peta jalur bentangan pipa gas yang ada untuk keperluan desain normalisasi sepanjang saluran CBL; 10. Terkait adanya sutet PLN yang melintas/menyebrang sungai agar dipasang tanda bahaya dan dibuatkan regulasi berapa batas ketinggian kapal yang melintas di bawah sutet terkait jarak aman melintas di bawah sutet adalah 8,5 m. 11. Terdapat pondasi sutet yang dilewati jalur yang seharusnya dilakukan normalisasi, sehingga PT. Cikarang Listrindo harus berkoordinasi dengan PT. PLN atau pengelola sutet tersebut mengenai pemindahan dan atau solusi dalam pengaturan tata letak sutet tersebut; 12. Pengaturan operasional kapal agar pada saat banjir tidak ada yang melalui saluran CBL 13. Elevasi lantai dok terlalu rendah jika mengacu pada hasil perhitungan banjir, sehingga harus di review kembali oleh PT. Cikarang Listrindo terhadap kemungkinan perubahannya untuk menghindari dampak banjir terhadap operasional dock; Laporan sedang dalam proses penyusunan
9 Banjir Tol Cikampek dan Pengaturan Bendung Bekasi
Tim Balai BHGK
Banjir Tol Cikampek dan Pengaturan Bendung Bekasi
Laporan sedang dalam proses penyusunan
10 Banjir di depan Kahatex 11 Evaluasi Perilaku Hidraulik Penggantian Jembatan Banjir Kanal Pelbak di DKI Jakarta
Tim Balai HITA Tim Balai BHGK
Banjir di depan Kahatex Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV pada tahun 2015-2016 adalah melakukan perbaikan / penggantian Jembatan Banjir Kanal Pelbak (MYC). Salah satu prosedur yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan penggantian Jembatan Banjir Kanal Pelbak ini adalah adanya Rekomendasi Teknis yang dikeluarkan oleh Balai Besar Wilayah Sungai CiliwungCisadane. Dalam proses pengurusan Rekomendasi Teknis tersebut, ditemukan adanya kekhawatiran dampak negatif yang akan terjadi. Kekhawatiran ini didasarkan adanya perubahan tata letak abutmen jembatan. Perubahan yang rencana dilakukan adalah membongkar bangunan abutmen lama diganti dengan sistem peletakan baru dengan memasang 2 baris tiang pancang (sebagai penyangga jembatan) yang ditempatkan di badan saluran. Selain itu untuk menambah luas pengaliran, dilakukan pengerukan di bagian kiri dan kanan saluran. Untuk meyakinkan desain Penggantian Jembatan Banjir Kanal tidak membawa dampak yang merugikan (terkait perilakuk hidraulik sungai) di lingkungan sekitarnya dan memenuhi rekomendasi dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV meminta Advis Teknik dari Pusat Litbang Sumber Daya Air, melalui Surat Permohonan Advis Teknis No. PW. 04.02BU/195, tertanggal 29 Februari 2016
Laporan sedang dalam proses penyusunan Beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai tindak lanjut dari hasil evaluasi yang telah dilakukan antara lain : a. Data debit banjir yang dijadikan sebagai acuan analisis masih berupa debit asumsi, sehingga (jika memungkinkan) dilakukan koreksi dari perhitungan detail hidrologi. b. Tata letak rencana susunan turap pelindung abutmen dan pengarah aliran sedikit dirubah sesuai arah aliran, dan diperpanjang minimal sepanjang 20 m ke arah udik dan hilir dari batas ujung abutmen. c. Analisis yang dilakukan didasarkan pada perilaku hidraulik, sehingga untuk detail struktur masih diperlukan analisis detail kekuatan dan stabilitas.
12 Bantuan Tenaga Ahli Bendungan
Mahdi Ibrahim Tanjung, ST., MT
Sebagai tenaga ahli di bidang bendungan untuk kepentingan penyelidikan pekerjaan pembuatan DAM/bendungan tembok penahan air di Bonggo, Kabupaten Sasmi, Papua.
-
Restorasi Sungai Ciliwung di Istiqlal Penyelenggaraan Normalisasi di Muara Pantai Karangantu, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten.
Laporan sedang dalam proses penyusunan -
Badan Litbang, Kementerian PUPR
13 Restorasi Sungai Ciliwung di Istiqlal Tim Balai BHGK 14 Saksi Ahli terkait permasalahan dalam Dr. Isdiyana CES penyelenggaraan Normalisasi di Muara Pantai Karangantu, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten.
Desain awal saluran CBL (Cikarang Bekasi Laut) adalah untuk keperluan Floodway, tetapi karena adanya usulan untuk pemanfaatan sebagai jalur transportasi barang dan adanya pipa gas yang membatasi luasan sungai yang dapat di normalisasi maka perlu dilakukan koordinasi dari berbagai pihak diantaranya pengusul (PT. Cikarang Listrindo), Kementerian PUPR (BBWS Ciliwung Cisadane, Direktorat Sungai dan Pantai, Balitbang, Direktorat Bina Penataan Sumber Daya Air) sebagai pemberi ijin, pengelola pipa gas (PT. Pertamina, PT. Odira Energy Persada, PT. PGN, PT. Mutiara Energi) dan pemilik regulasi pengelolaan transportasi air (PT. PELINDO II, PJT I, Kementerian Perhubungan, Witteveen+bos)
No
Judul Kegiatan/Lokasi/Pemohon
Pelaksana/Nomor Surat Tugas
Progres Tindak Lanjut (4)
Tanggal Pelaksanaan & Tanggal Pelaporan (5)
Permasalahan
Jenis Pengujian
Rekomendasi Teknis
(6) Permasalahan erosi di pantai utara jawa, khususnya di Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung, Kab. Demak, Jawa Tengah, memberikan dampak signifikan pada kelangsungan lingkungan di wilayah tersebut. Hal yang sangat jelas dirasakan oleh warga adalah mundurnya garis pantai Sriwulan kearah darat yang terjadi sejak tahun 2000. Situasi ini juga diikuti dengan semakin sering terjadinya dan semakin besarnya dampak bencana rob yang menggenangi pemukiman warga pada 5 tahun terakhir ini. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah berupaya menyusun Rencana Penangggulangan Erosi di Desa Sriwulan yang disusun oleh konsultan perencana. Pemerintah Provinsi memohon advis teknis dari Pusat Litbang SDA untuk memberikan rekomendasi dan kajian teknis untuk penyempurnaan desain penanggulangan yang telah diusulkan.
(7)
(8) Berdasarkan investigasi dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama di Desa Sriwulan adalah penurunan muka tanah, penurunan tersebut diperkirakan masih berlangsung hingga saat ini dan kemungkinan masih terjadi dengan besaran yang meningkat. Akibat dari efek penurunan muka air tanah mengakibatkan rob masuk lebih jauh. Untuk menghindarkan masyarakat dari rob maka diperlukan sabuk pantai yang mencegah rob masuk ke daerah yang dilindungi. Perlu sistem pengelolaan tata air di belakang tanggul yang menggunakan klep pasang surut dan pompa. Diusulkan juga adanya sistem sabuk hijau di depan tanggul untuk konservasi dan sedimentasi pantai.
(1) (2) 15 Pengendalian Abrasi Pantai Utara Jawa (Building with Nature)
(3) 1. Irham Adrie Hakiki, ST 2. Reza Nirwana Sari, ST 3. Ganggaya Sotydarpita, S. SI 4. Santosa Sandy Putra, ST., M. Sc
16 Tanggul Sungai Wulan
1. Haris Eko Setyawan, A. Md 2. Erwin Mardiyanto Putra, A. Md 3. Dewi Fitriana, ST 4. Ika Prinadiastari, A. Md
Tanggul Sungai Wulan
Laporan sedang dalam proses penyusunan
17 DI. Klambu Kiri
1. Haris Eko Setyawan, A. Md 2. Erwin Mardiyanto Putra, A. Md 3. Dewi Fitriana, ST 4. Ika Prinadiastari, A. Md
DI. Klambu Kiri
Laporan sedang dalam proses penyusunan
18 Kajian Permasalahan Tambak Lorok
1. Nabila Shadrina Arief, ST 2. Suprapto, ST 3. Galih Primanda Permana S.I.A 4. Marlina Irene Hutagalung, S. Sos 5. Yan A. Wardhana, ST
Berdasarkan investigasi dan analisis yang dilakukan, permasalahan utama di kawasan Tambak Lorok adalah terjadinya land subsidence yang berakibat terjadinya banjir rob. Sangat padatnya permukiman, kurangnya Ruang Terbuka Hijau, buruknya sanitasi serta perilaku masyarakat dikawasan tersebut membuat lingkungan menjadi kumuh dan kurang sehat. Ditinjau dari segi hukum bahwa kawasan permukiman di Tambak Lorok merupakan HPL dari PT Pelindo III (Persero) sehingga konsep penanganan permasalahan kawasan Tambak Lorok menjadi Kampung bahari tambak Lorok dari Balitbang Kementerian PUPR lebih relevan. Dengan adanya relokasi masyarakat dikawasan kumuh ke lokasi baru yang sudah ditata dan disiapkan sebelumnya dengan konsep kampung bahari akan menghindari konflik lahan antara PT Pelindo III (Persero) dengan masyarakat dan kawasan kumuh jadi hilang. Tinjauan teknis dilakukan terhadap Konsep Layout dari Balitbang Kementerian PUPR terhadap pengaruh hidro-oceanografi serta desain elevasi tanggul dengan mempertimbangkan adanya land subsidence. Hasil kajian konsep layout dari Balitbang Kementerian PUPR, desain breakwater tidak memberikan redaman gelombang yang memenuhi persyaratan kenyamanan bagi kawasan permukiman apung pada saat musim timur (tinggi gelombang area dalam 0,5 – 0,7 m lebih besar dari Tinggi gelombang signifikan yang diijinkan untuk area pelabuhan sebesar 0,3 m kondisi normal dan 0,5 m kondisi badai) sehingga diperlukan perubahan atau modifikasi layout desain breakwater. Desain elevasi tanggul untuk masa layan 10 tahun dengan mempertimbangkan adanya land subsidence, sea level rise, settlement dan run up di dapat + 3, 934 m dari LLWL. Estimasi kebutuhan bahan reklamasi 517.210,84 m3, bahan untuk menutup kebutuhan reklamasi tersebut direncanakan diambil dari pengerukan sungai BKT dan pengerukan area Pelabuhan PPI dan permukiman terapung dengan estimasi volume total 584.223,6 m3.
19 Penanganan Land Subsidence di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah
1. Ma’ruf Hadi Sutanto, ST 2. Wulan Sezarwati, S. Si., MT 3. Lutfi A. Fauzi, ST 4. M. Gifariyono, ST 5. Winni Sharfina, ST
Kawasan pemukiman di daerah Tambak Lorok berdiri di atas tanah lunak sisa pengendapan sungai Kali Banger Lama. Laju pertumbuhan penduduk dan aktivitas perekonomian yang terus tumbuh mengakibatkan banyak warga memanfaatkan area ini menjadi kawasan pemukiman dan saat ini telah berkembang menjadi pemukiman nelayan yang sangat padat. Kondisi beban di atas tanah lunak yang terus bertambah mengakibatkan rumah-rumah warga terus menerus mengalami penurunan setiap tahunnya. Kondisi tersebut menyebabkan air hujan tidak mengalir dengan baik di saluran pemukiman warga. Kurang memadainya sistem drainase mengakibatkan kawasan ini sering mengalami banjir pada musim hujan. Kondisi akan semakin parah saat gelombang pasang terjadi khususnya pada Musim Barat sehingga menyebabkan terjadinya rob. Kondisi hujan dan rob yang terjadi secara bersamaan mengakibatkan pemukiman warga sering tergenang. Permasalahan lain yang terjadi di kawasan Tambak Lorok adalah pendangkalan alur Sungai Banger Lama yang menjadi sarana transportasi dan tambatan perahu nelayan. Disamping itu perilaku masyarakat serta kondisi drainase dan sanitasi di kawasan ini juga belum memadai menjadikan perkampungan di kawasan Tambak Lorok menjadi kumuh dan kurang sehat. Masalah lainnya adalah belum tertatanya kawasan pemukiman dan lingkungan yang kurang nyaman dan sehat karena tidak adanya ruang terbuka hijau (RTH) maupun ruang untuk publik. Status lahan di kawasan Tambak Lorok merupakan Hak Penggunaan Lahan (HPL) dari PT Pelindo III (Persero) yang meliputi wilayah Desa Rejomulyo dan Tambak Rejo yang kedepannya menjadi kawasan pengembangan Pelabuhan Tanjung Mas. Namun demikian beberapa warga mengklaim telah memiliki Sertifikat Hak Milik (SHM) sehingga terjadiSemarang ketidak jelasan status lahan tersebut. Kota memiliki permasalahan lingkungan yang cukup kompleks dan dibutuhkan studi komprehensif dalam penanganannya. Salah satu permasalahan yang akan dikaji dalam advis teknis ini adalah penurunan muka tanah (land subsidence). Ditinjau dari sejarah geologinya, Kota Semarang bagian utara terbentuk akibat pengendapan aluvial pantai yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup pendek, yaitu 266 tahun. Menurut Murdohardono, dkk (2007), litologi batuan di wilayah Semarang berupa aluvium berumur muda dengan kompresibilitas yang tinggi sehingga masih mengalami konsolidasi alami. Dengan kondisi alamiah yang sudah sangat rentan terhadap konsolidasi, ditambah dengan faktor perilaku manusia seperti ekstraksi air tanah berlebihan dan beban konstruksi, semakin memicu penurunan muka tanah yang terjadi di Kota Semarang. Dampaknya sangat jelas terasa dan dapat dibuktikan di lapangan.
Penanganan Land Subsidence Terdapat beberapa rekomendasi dalam rangka penanganan land subsidence yang terjadi di Kota Semarang sebagai berikut. 1. Perlu segera merancang dan melaksanakan langkah moratorium eksploitasi air tanah 2. Memulai pembangunan pemukiman yang berbasis teknologi wahana apung atau rumah panggung di daerah yang selalu tergenang akibat rob (pelarangan membangun rumah dengan pondasi dangkal = timbunan) 3. Teknologi konstruksi yang ringan seperti kawasan industri dan perdagangan (pelabuhan, stasiun, dll) 4. Pembuatan tanggul dan penanganan abrasi yang tepat dan cepat. 5. Upaya urban flood management dan urban drainage pada kawasan yang terkena dampak maupun yang berpotensi terkena dampak 6. Melakukan zonasi potensi land subsidence dan juga pengawasannya 7. Revitalisasi tata guna lahan Penanganan Muka Air Tanah Rekomendais penanganan permasalahan akibat turunnya muka air tanah sebagai berikut. 1. Teknologi timbunan jalan dengan perkuatan tiang dikombinasikan dengan tanggul rob untuk penanganan daerah pesisir seperti Tambak lorok dan Desa Sri Wulan 2. Upaya penyediaan air baku baik sumber air yang akan diberdayakan maupun sarana dan prasarana pendistribusian 3. Membuat sumur resapan pada titik-titik yang dinilai berpotensi mengembalikan muka air tanah pada kondisi yang baik juga didukung dengan konservasi daerah resapan 4. Melaksanakan water waste management dan rain water harvesting dengan melibatkan seluruh pihak yang ada agar air limpasan permukaan dapat dimanfaatkan sebagai alternatif ketersediaannya air baku 5. Zonasi kawasan darurat muka air tanah 6. Pengawasan secara berkala air tanah 7. Membuat ruang terbuka hijau yang ideal yang juga berperan sebagai daerah resapan Penanganan Pembebanan 1. Penerapan dan pengawasan jembatan timbang bagi kendaraan besar yang memiliki tiga sumbu atau lebih 2. Optimalisasi waktu bongkar muat dan waktu tunggu pelabuhan dengan regulasi yang tepat dan pengawasan yang baik 3. Zonasi pembebanan dan revitalisasi kawasan terkena dampak 4. Pemilihan material yang tepat untuk pengurugan sehingga mengurangi beban timbunan Penanganan Konsolidasi 1. Perlu studi lebih detail mengenai kemungkinan melakukan ground water recharge untuk mengisi rongga pori tanah agar mengurangi laju kompresibilitas.
No
Judul Kegiatan/Lokasi/Pemohon
(1) (2) 20 Kajian Pintu Air Pasang Surut Daerah Irigasi Kedung Semat, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah
21 Penyelesaian Permasalahan Polder Banger Kota Semarang 22 Kerusakan Bendung Gerak Bojonegara, kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur
23 Banjir Bojonegoro 24 Penanganan Longsoran Pada Ruas Jalan Bujangga, Tanjung Redeb, Provinsi Kalimantan Utara
Pelaksana/Nomor Surat Tugas (3) 1. Susi Hidayah, ST 2. Indrawan, ST 3. Dini Kusuma Wardani, ST 4. Ira Fransisca Ria Silalahi, ST
Progres Tindak Lanjut (4)
Tanggal Pelaksanaan & Tanggal Pelaporan (5)
Permasalahan
Jenis Pengujian
(7) (6) Kecamatan Kedung merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah yang merupakan area mempunyai nilai ekonomi tinggi dengan potensi utama pertambakan, khususnya tambak ikan dan tambak garam, serta persawahan. Pada 1982/1983, Unit Pelaksana Kali Serang PIPWS Jratunseluna membangun 28 pintu air pasang surut yang berjarak antara 0.5–1 kilometer dari muara di enam kali/saluran drainase untuk mengatur kebutuhan air yang masuk ke daerah irigasi; air asin untuk tambak dan air tawar untuk persawahan. Pada periode waktu yang sama, saluran distribusi juga dibuat sepanjang 8,5 kilometer di hulu pintu air pasang surut yang menghubungkan Kali Kenceng sampai dengan Kali Semat/Bunder. Saat ini, kondisi 28 pintu air pasang surut tersebut sudah tidak berfungsi akibat kerusakan bangunan dan material pintu, hilangnya komponen penggerak mekanik pintu dan terjadinya sedimentasi pada sebagian dari keenam kali tersebut. Akibat faktor-faktor tersebut, kapasitas air yang dialirkan pintu air pasang surut ke daerah irigasi menjadi lebih sedikit yang berpengaruh pada penurunan produksi garam, ikan dan hasil sawah. Selain itu, air laut menjadi tidak terkendali serta terjadi alih fungsi saluran pembuang air menjadi tambatan perahu nelayan dan lokasi pemancingan warga sekitar. Oleh karena itu, Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana memiliki rencana melakukan rehabilitasi drainase sepanjang 36 kilometer di enam kali dan memperbaiki bangunan pintu air di masing-masing kali pada tahun anggaran 2017. Untuk itu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air membantu rencana rehabilitasi tersebut melalui advis teknis mengenai pintu air pasang surut dengan melakukan kajian terhadap kondisi enam kali dan 28 pintu air pasang surut tersebut. polder Kali Banger merupakan salah satu solusiST yang 1. Ir. Hermono S. Budinetro, M. Eng2. Mirza Helmidian K, ST., MPSDA3. Nurul Nurjanah, STSistem 4. Cahyo Nur Rahmat, S. Si 5. Wina Primasuri Amelia, 6. Rebiet Rimba Rinjani, ST diharapkan dapat mengurangi genangan akibat pengaruh Bendung Gerak Bojonegoro baru selesai dibangun pada tahun 2012. Bangunan terletak di bagian hilir Sungai Bengawan Solo, Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu dan Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Pada bulan Juli tahun 2013, di hilir bendung ini mengalami gerusan yang menyebabkan rusaknya tembok sayap kanan dan kiri di hilir bangunan. Perbaikan telah dilakukan dengan mengganti tembok sayap yang awalnya terbuat dari bronjong menjadi training wall dari beton. Namun demikian, pada awal tahun 2016, dilaporkan mulai terjadi kerusakan lagi di lokasi yang sama.
Tim Balai Sungai Tim Balai BHGK
Banjir Bojonegoro Penanganan Longsoran Pada Ruas Jalan Bujangga, Tanjung Redeb, Provinsi Kalimantan Utara
Rekomendasi Teknis (8) 1. Alternatif jenis, jumlah dan lokasi penempatan pintu air ditempatkan pada semua titik inlet dan outlet lokasi di 6 kali yang telah berpintu namun rusak dan 2 pintu yang belum pernah dilengkapi pintu. 2. Bangunan bendung penahan air laut di Kali Gawe perlu penyempurnaan menjadi bendung tetap dengan mercu movable berbahan kayu, baja, atau fiberglass. Hal ini dilakukan untuk menahan intrusi air laut pada saat terjadi pasang di musim kemarau, penampung air irigasi sawah, dan menghilangkan dampak pembendungan pada saat musim hujan. 3. Pengerukan diperlukan untuk mendapatkan kapasitas sungai dalam pengendalian banjir yang direncanakan dengan pertimbangan kondisi muka air laut mengalami surut. Perlu studi lebih lanjut untuk dapat memprediksi volume pekerjaan.
Berdasarkan hasil pengkajian lapangan dan mempelajari data yang ada maka untuk pembangunan Polder Banger direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: Kesimpulan dari Advis Teknis ini adalah sebagai berikut: 1) Kerusakan tembok sayap hilir dan amblesan pada sayap kiri bagian hilir Bendung Gerak Bojonegoro dipicu oleh adanya gerusan lokal yang terjadi di kaki bangunan tembok sayap. Gerusan ini terjadi akibat pengoperasian bukaan pintu yang dimulai dari sisi kiri dan kanan. 2) Gerusan lokal yang terjadi di bagian tengah bendung diakibatkan oleh muka air hilir lebih rendah daripada muka air rencana. Akibatnya loncatan air (turbulensi) yang terjadi bergeser menjauh ke arah hilir lantai apron yang ada dan memicu gerusan lokal di dasar sungai. Kondisi ini dipicu juga oleh degradasi dasar sungai sekitar 0.4 m/tahun akibat galian C. 3) Perlu adanya penanganan darurat agar kerusakan tidak terus menyebar, yaitu dengan melakukan hal seperti berikut : a) Meninggikan ambang di ujung apron hilir dan memperkuat dengan sheetpile, b) Mengisi dasar sungai yang mengalami gerusan dengan blok beton terkunci, c) Membuat endsill di hilir pengisian blok beton dengan didukung sheetpile, d) Memperbaiki dinding tembok sayap hilir dan memasang sheetpile di kaki tembok guna memperpanjang jalur piping. e) Mengisi kembali tanah dibelakang dinding yang mengalami amblesan (sinkhole). f) Pembuatan weephole pada dinding sayap. 4) Sebagai penanganan permanen, struktur tersebut disempurnakan mulai dari melapisi ambang pelimpah, membuat balok sarang laba-laba di atas blok beton yang terhubung dengan endsill guna meningkatkan stabilitas terhadap gaya-gaya yang bekerja. Saran terkait tindakan perbaikan yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: 1) Disarankan untuk melakukan detail desain guna memastikan performa hidraulik dan stabilitas dari bangunan yang dirancang sebelum diimplementasikan di lapangan. 2) Disarankan untuk melakukan paling tidak uji model fisik 2D untuk menyempurnakan desain darurat maupun permanen tersebut. 3) Mengevaluasi kembali pola pengoperasian pintu yang saat ini sudah dijalankan. Untuk itu disarankan dilakukan uji model 3D untuk menyusun ulang pola pengoperasian pintu yang lebih handal. Laporan sedang dalam proses penyusunan Laporan sedang dalam proses penyusunan