eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2015, 3 (4) 1129-1138 ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2015
REAKSI CHINA ATAS PASOKAN SENJATA AMERIKA SERIKAT KEPADA TAIWAN (2009-2014) Reny Jhayanty1 Nim. 0902045016 Abstract The results of the that As a result of US policy commands are unchanged and will conduct the sale of arms to Taiwan, the Chinese government said it would halt military cooperation with the US in response to the proposed US arms sales to Taiwan. Then the reaction of China, among others put off military-to-military exchanges. Delaying the ministerial council level meeting to discuss international security, Military Control and Nonproliferation weapons, formulation Introducing new sanctions at a later date for defense companies, United States (U.S. defense firms) involved in the transaction of buying and selling weaponry to Taiwan Keywords: China reaction, United States - Taiwan (2009-2014) Pendahuluan Hubungan bilateral antara Amerika Serikat telah berjalan hampir 60 tahun. Dalam hubungan keamanan antara Republik Cina (Taiwan ) dan Amerika Serikat di bangun di atas pondasi yang kuat dengan sejarah panjang mencapai kembali pada awal Perang Dunia II. Pada 1940-an adalah episode yang paling terkenal dan peringatan kerjasama atara kedua negara, namun hubungan kedua negara sempat terhenti ketika pemerintah pemerintah memiliki keputusan untuk mulai menormalisasi hubungan dengan Republik Rakyat Cina, pada saat kunjungan Presiden Richard Nixon ke Beijing, dan komunike bersama di Shanghai pada tahun 1972 sangat berubah persamaan strategis di Asia-Pasifik, dan menggerogoti hubungan diplomatik antara Washington dan Taipei. Tetapi walaupun hubungan Amerika Serikat dan Taiwan secara resmi telah terputus, keduanya tetap melakukan hubugan melalui nonformal Hubungan dagang Amerika Serikat dan Taiwan bukan hanya berupa ekspor impor barang saja. Tetapi kerjasama penjualan persenjataan dari Amerika Serikat ke Taiwan dengan menggunakan perjanjian TRA (Taiwan RelationsAct) yang ditandatangani sejak tahun 1975 yang berisikan bahwa Amerika Serikat berhak menjual persenjataan kepada Taiwan untuk maksud pertahanan diri, sesuai jumlah yang dibutuhkan. Itulah yang menjadi landasan Amerika Serikat untuk menjual persenjataan dan perlengkapan militer lainnya kepada Taiwan dalam jumlah besar. Pada awal tahun
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Reny Jhayanty <
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 1129-1138
2010 pemerintahan Obama menyetujui rencana penjualan senjata ke Taiwan sebesar 6,4 milyar dolar AS. Keputusan AS menyetujui pemenuhan perlengkapan senjata ke Taiwan dengan alasan bahwa AS telah menyetujui terlebih dahulu kontrak kerjasama dengan Taiwan melalui TRA (Taiwan Relations Act) pada tahun 1960. Yang memberi AS tanggungjawab dalam menjaga dan menerapkan kesepakatan yang telah disetujui oleh pihaknya bersama Taiwan. TRA (Taiwan Relations Act) sendiri merupakan undangundang yang mengesahkan AS dalam menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan Asia Pasifik serta mengenalkan kebijakan luar negeri AS dalam hubungannya dengan Taiwan, dan kesepakatan tersebut masih berlaku hingga tahun 2016. Melalui kesepakatan tersebut menjadikan senjata Taiwan agar AS dapat mendukung usaha Taiwan dalam melepaskan diri dari pengaruh RRC (Republik Rakyat Cina) dan berdiri menjadi suatu negara sendiri yang terpisah dari campur tangan RRC. Diharapkan oleh Taiwan, dengan terpenuhinya sistem pertahanan diri yang memadai serta dukungan yang AS berikan pada Taiwan dapat memudahkan Taiwan untuk mewujudkan kemerdekaannya secara legal. Hubungan kerjasama yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan Taiwan membuat Cina semakin yakin bahwa Amerika Serikat tidak menghormati kesepakatan dan keputusan perjanjian One Policy China yang menyatakan bahwa Taiwan merupakan bagian dari Cina. Sedangkan menurut Amerika Serikat, keputusan untuk melanjutkan hubungan perjualan senjata ke Taiwan berdasarkan atas perjanjian TRA (Taiwan Relations Act) yang menyatakan bahwa Amerika Serikat menyanggupi sebagai distributor senjata untuk pertahanan diri bagi Taiwan. Sedangkan bagi Taiwan, keputusan Amerikat Serikat yang terus mensuplai persenjataan untuk pertahanan diri Taiwan menjadi indikasi kuat bahwa Amerika Serikat secara tidak langsung mendukung Taiwan untuk lepas dari Cina. Kerangka Dasar Teori dan Konsep Konsep Security Dilemma Dilema keamanan muncul ketika adanya aksi dari suatu negara untuk meningkatkan keamanan negaranya, namun disatu sisi ini menimbulkan reaksi dari negara lain yang juga ingin meningkatkan keamanannya, yang pada akhirnya reaksi ini menyebabkan penurunan keamanan di negara pertama. Dalam konteks ini, Cina sebagai negara yang berdaulat sudah mengajukan perjanjian dengan Amerika Serikat untuk tidak melakukan kerjasama penjualan senjata ke Taiwan atau negara yang bermusuhan dengan Cina, tetapi Amerika Serikat dengan berbagai cara tetap melakukan kerjasama penjualan senjata ke pihak Taiwan dan Cina sekaligus. Ekspansi Amerika Serikat atas penjualan senjata ke Taiwan menjadi ancaman yang berbahaya bila dibiarkan oleh Cina. Sehingga Cina terus menerus melakukan perjanjian perjanjian dan meminta bantuan PBB untuk dapat menengahi adanya strategi dari Amerika yang mendua antara Cina dan Taiwan
1130
Reaksi China atas Pasokan Senjata AS kepada Taiwan (Reny Jhayanty)
Konsep Armrace Proliferasi senjata nuklir dapat mengarah pada yang akan mengakibatkan bencana besar, apalagi bila senjata itu tergolong sebagai senjata pemusnah massal seperti nuklir Ketika Amerika Serikat melakukan kerjasama penjualan senjata ke Cina dna ke Taiwan, bahkan Amerika Serikat menjual senjata senjata berat dan pesawat militer canggih kepada Taiwan, maka Cina merasa bahwa Amerika Serikat telah melewati batas kesepakatan dan perjanjian tertulis sehingga hal ini akan mengganggu dan menjadi ancaman serius bagi stabilitas keamanan Cina Metode Penelitian Jenis Penelitian menggunakan metode deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis satu atau lebih fenomena dengan beberapa pertimbangan indikator.Teknik Pengumpulan Data dengan menggunakan metode library research atau telaah pustaka, Data-data penelitian ini merupakan data sekunder, Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Content Analysis, agar dapat mendukung hasil penelitian tentang Reaksi China Atas Pasokan Senjata Amerika Serikat Kepada Taiwan (20092014). Hasil Penelitian Hubungan Amerika Serikat-Taiwan didasari atas Taiwan Relations Act (TRA), Dimana Taiwan Relations Act (TRA) di rumuskan dan dibuat dalam Kongres Amerika Serikat kemudian yang ditandatangani menjadi undang-undang oleh Presiden Carter pada tanggal 10 April 1979. TRA adalah hukum domestic yang unik dari Amerika Serikat. Ia menetapkan diri sebagai dasar untuk hubungan luar negeri AS dengan Taiwan. Atas dasar Taiwan Relation Act (TRA) hubungan tersebut terus berlangsung sampai saat ini. Amerika memandang berkewajiban untuk memberikan berbagi bantuan dan akan melindungi Taiwan dari berbagai ancaman keamanan, termasuk embargo dan baikot ekonmoni, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 2 (b) Taiwan Relation Act, Kemudian dalam pasal 3 TRA menyatakan komitmen Amerika Serikat untuk menyediakan peralatan pertahan dalam jumlah yang memadai yang diperlukan bagi Taiwan untuk membangun kapabilitas pertahanan nasional yang memadai. Penjualan senjata Amerika Serikat menurut Cina sebagai penghalang berikutnya bagi Cina untuk merealisasikan reunifikasi dengan Taiwan selain keinginan Taiwan sendiri yang cukup sulit untuk menerimanya, sehingga ini mencerminkan hubungan Cina akan kembali bersitegang dengan Taiwan, Pemerintah Taiwan menyambut baik realisasi kebijakan Amerika Serikat dan atas konsistensinya untuk melakukan kerjasama militer dengan Taiwan dengan melakukan penjualan senjata senilai US $ 6,4. Taiwan memandang atas penjualan tersebut akan memoderenisasi kekuatan militernya dan memberikan kepercayaan kepadanya dalam melakukan rekonsiliasi perdamaian dengan Cina dan ikut menjaga keamanan kawasan. Namun berbeda dengan pernyataan pemerintah Cina yang menyatakan bahwa penjualan senjata tersebut akan memberikan ancaman kepada pihak Cina, khususnya dalam upaya penyatuan atau reunifikasi karena Taiwan sampai saat ini dinyatakan sebagai
1131
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 1129-1138
profinsinya yang membangkang dan akibat penjualan senjata itu juga akan mengakibatkan menjauhnya arahan untuk merealisasikan reunifikasi diatas kebijakan One Cina Policy Di bawah rezim Obama sendiri, tidak terlihat adanya komitmen Amerika untuk memutuskan hubungan dengan Taiwan, tidak ada kecenderungan Amerika untuk merevisi klausul dalam TRA, distribusi instrumen militeristik ke Taiwan tetap dijamin oleh Amerika. Melihat kebijakan ini, Cina pun bereaksi keras dengan memformulasikan 3 bentuk sanksi untuk Amerika Serikat, yaitu: 1. Menunda military-to-military exchanges Salah satu bentuk sanksi yang diberikan Cina terhadap Amerika Serikat adalah menunda pertemuan milieter dan pertukaran militer. Hal ini dilakukan pada bulan Januari 2016, yang seharusnya dijadwalkan untuk pertemuan yang membahas isu keamanan nasional dan pertukaran informasi militer, tetapi karena Cina merasa Amerika Serikat tidak mau mendengarkan keinginan agar Amerika Serikat menghentikan penjualan senjata ke Taiwan, maka Cina mengambil tindakan defensive dengan menunda pertemuan militer untuk pembahasan keamanan. Yang kedua menunda laporan persenjataan Cina kepada PBB yang isinya menunda laporan penggunaan senjata dan jumlah persenjataan Cina. Laporan kepada PBB biasa dilakukan pada awal tahun atau 6 bulan sekali, hal ini membantu PBB memantau perkembangan persenjataan untuk keamanan wilayah Asia. Yang ketiga menunda kerjasama ujicoba senjata dengan Amerika Serikat, hal ini seharusnya berlangsung pada bulan Desember tahun 2015. Tetapi karena rencana Amerika Serikat sudah bocor hingga kabar itu ke pemerintah Cina, maka Cina memutuskan untuk menunda uji coba senjata di wilayah Cina tahun 2015. 2.
Menunda pertemuan level dewan kementerian untuk membicarakan international security, Kontrol Militer, dan weapons nonproliferation; Penundaan untuk pertemuan level dewan kementrian dilakukan Cina pada bulan Maret 2016. Yang seharusnya Cina, Amerika dan Jepang serta PBB melakukan kontrol militer, tetapi karena kerjasama Amerika Serikat ke Taiwan terjadi, maka Cina melakukan tindakan menarik diri dari memberikan informasi yang berhubungan dengan militer Cina dan persenjataannya. Sanksi yang telah diimplementasikan oleh pihak Cina adalah pembatalan pertemuan dengan James Steinberg,Deputy Secretary of State di Beijing. Sanksi yang lain sedang dipertimbangkan relevansi dan efeknya bagi kelangsungan hubungan bilateral Cina dan Amerika, karena hal ini menyangkut kepentingan kedua negara yang saling terkait
3.
Memperkenalkan formulasi sanksi baru di kemudian hari untuk perusahaanperusahaan pertahanan Amerika Serikat (U.S. defense firms) yang terlibat dalam transaksi jual beli persenjataan dengan Taiwan;
1132
Reaksi China atas Pasokan Senjata AS kepada Taiwan (Reny Jhayanty)
Untuk sanksi yang ketiga belum terealisasi, baru wacana yang akna di bahas oleh pemerintah Cina pada bulan Mei 2016. Wacana tersebut masih memerlukan beberapa pertimbangan dan kebijakan yang matang. Agar Cina tidak menyesal melakukannya kemudian. Kebijakan AS terhadap Taiwan memang sangat ambigu karena AS masih menganggap pentingnya menjalin hubungan baik dengan Cina. Tetapi, disisi lain AS memiliki kerjasama keamanan tidak resmi dengan Taiwan yang masih menjadi kontroversi dan polemik dalam hubungan AS dan Cina. Pada tahun 1979 sebagai syarat normalisasi hubungan antara AS dan Cina, AS harus membatalkan perjanjian kerjasama militer dengan Taiwan yang dibuat pada tahun 1954.Namun, hal ini tetap dipertahankan oleh pihak AS dengan alasan bahwa kerjasama tersebut bersifat tidak resmi. Ambiguitasi AS pada masalah ini secara jelas terlihat melalui Taiwan Relation Act ( TRA )1979 untuk mempertahankan Pulau tersebut sebagai kesepakatan perjanjian tersebutSementara pada tahun yang sama AS mengubah pengakuan diplomatiknya dari Taipei kepada Beijing tahun 1979, mengakui “satu Cina. Keterlibatan AS dalam hubungan Cina-Taiwan pun pada akhirnya menimbulkan bipolar balance of power di wilayah Taiwan. Disatu sisi AS yang merupakan kekuatan tunggal hegemoni pasca Perang Dingin berupaya mempertahankan posisinya sebagai negara adikuasa di wilayah Taiwan, salah satunya melalui upaya balancing dengan Taiwan, namun disatu sisi lainnya muncul Cina sebagai kekuatan baru di dalam dinamika sistem internasional yang berusaha menghadang laju AS di Taiwan. Namun pertentangan antara Cina dan AS di wilayah Taiwan tersebut tidak direspon secara koersif oleh kubu Cina. Pemerintah Cina dalam upaya pencapaian kepentingan nasionalnya di wilayah Taiwan menganggap penggunaan kapabilitas militer sudah sangat tidak relevan semenjak Taiwan mengadakan perjanjian TRA dengan AS Persyaratan ini menjadi dilemma tersendiri bagi AS yang ingin menjalin hubungan baik dengan Cina tetapi disisi lain AS harus mengamankan Taiwan. Kebijakan yang diambil oleh AS akan bertumpu pada pilihan logis untuk menentukan mana yang lebih sesuai dengan kepentingan nasionalnya pada kondisi tertentu Adapun upaya yang dilakukan AS melalui National Security Strategy yaitu strategi arms control kepada Cina untuk menjamin keamanan strategis dan kepentingan AS di wilayah Asia utamanya dan di dunia secara umum dari ancaman modernisasi militer Cina dengan cara: a. Memonitor dan bekerjasama dengan Cina terutama untuk penggunaan bahan nuklir sebagai senjata konvensional, yaitu AS berupaya mencegah Cina membuat senjata nuklir dan meyakinkan penggunaan nuklir hanya sebagai tujuan damai dan media detterance dengan menggunakan kekuatan institusional dari AS yaitu ratifikasi kembali Cina terhadap Nuclear melalui Non-Proliferation Treaty (NPT). b. Pendekatan dan kerjasama dengan militer Cina, yaitu AS melakukan kerjasama dengan militer baik angkatan Darat, laut maupun udara, yang bertujuan untuk memantau modernisasi kekuatan militer Cina yang disampaikan melalui Joint Military Operations Program yang diusung oleh Amerika dan Cina dan
1133
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 1129-1138
mengikuti kebijakan tersebut dengan mengupayakan adanya kerjasama “open sky” yaitu dimana militer AS dapat terbang di wilayah Cina dengan tujuan damai dan sebaliknya. Adapun tujuan utamanya untuk memantau kekuatan yang diperkirakan mengancam dominasi kekuatan militer AS terutama pengembangan teknologi senjata dan penggunaan rudal balistik antar benua termasuk rudal angkasa (China’s anti-satellite weapon test). Tujuan umum dari adanya kerjasama terhadap Cina di bidang militer yaitu untuk mendorong Cina mengedepankan perdamaian dan meyakinkan kepemilikan persenjataan Cina tidak digunakan sebagai ancaman beserta dengan adanya kosentrasi pengamanan senjata di wilayah Asia terutama Cina juga merupakan upaya AS untuk mendapatkan akses militer ke wilayah Korea Utara beserta Iran jika AS berhasil menjalin kerjasama bidang militer dengan Cina, karena Cina memiliki akses yang lebih terbuka dengan negara-negara tersebut Kesimpulan Akibat dari kebijakan perintah Amerika Serikat yang tidak berubah dan tetap akan melakukan penjualan senjata kepada Taiwan maka pemerintah China mengatakan akan menghentikan kerjasama militer dengan Amerika sebagai tanggapan atas usulan penjualan senjata Amerika kepada Taiwan. Maka reaksi Cina antara lain menunda military-to-military exchanges.Menunda pertemuan level dewan kementerian untuk membicarakan international security, Kontrol Militer, dan weapons nonproliferation, Memperkenalkan formulasi sanksi baru di kemudian hari untuk perusahaan-perusahaan pertahanan Amerika Serikat (U.S. defense firms) yang terlibat dalam transaksi jual beli persenjataan dengan Taiwan. Di bawah rezim Obama sendiri, tidak terlihat adanya komitmen Amerika untuk memutuskan hubungan dengan Taiwan, tidak ada kecenderungan Amerika untuk merevisi klausul dalam TRA, distribusi instrumen militeristik ke Taiwan tetap dijamin oleh Amerika. Melihat kebijakan ini, Cina pun bereaksi keras dengan memformulasikan 3 bentuk sanksi untuk Amerika Serikat, yaitu: 1. Menunda military-to-military exchanges Salah satu bentuk sanksi yang diberikan Cina terhadap Amerika Serikat adalah menunda pertemuan milieter dan pertukaran militer. Hal ini dilakukan pada bulan Januari 2016, yang seharusnya dijadwalkan untuk pertemuan yang membahas isu keamanan nasional dan pertukaran informasi militer, tetapi karena Cina merasa Amerika Serikat tidak mau mendengarkan keinginan agar Amerika Serikat menghentikan penjualan senjata ke Taiwan, maka Cina mengambil tindakan defensive dengan menunda pertemuan militer untuk pembahasan keamanan. Yang kedua menunda laporan persenjataan Cina kepada PBB yang isinya menunda laporan penggunaan senjata dan jumlah persenjataan Cina. Laporan kepada PBB biasa dilakukan pada awal tahun atau 6 bulan sekali, hal ini membantu PBB memantau perkembangan persenjataan untuk keamanan wilayah Asia. Yang ketiga menunda kerjasama ujicoba senjata dengan Amerika Serikat, hal ini seharusnya berlangsung pada bulan Desember tahun 2015. Tetapi karena rencana Amerika Serikat sudah bocor hingga kabar itu ke pemerintah Cina,
1134
Reaksi China atas Pasokan Senjata AS kepada Taiwan (Reny Jhayanty)
maka Cina memutuskan untuk menunda uji coba senjata di wilayah Cina tahun 2015. 2.
Menunda pertemuan level dewan kementerian untuk membicarakan international security, Kontrol Militer, dan weapons nonproliferation; Penundaan untuk pertemuan level dewan kementrian dilakukan Cina pada bulan Maret 2016. Yang seharusnya Cina, Amerika dan Jepang serta PBB melakukan kontrol militer, tetapi karena kerjasama Amerika Serikat ke Taiwan terjadi, maka Cina melakukan tindakan menarik diri dari memberikan informasi yang berhubungan dengan militer Cina dan persenjataannya. Sanksi yang telah diimplementasikan oleh pihak Cina adalah pembatalan pertemuan dengan James Steinberg,Deputy Secretary of State di Beijing. Sanksi yang lain sedang dipertimbangkan relevansi dan efeknya bagi kelangsungan hubungan bilateral Cina dan Amerika, karena hal ini menyangkut kepentingan kedua negara yang saling terkait
3.
Memperkenalkan formulasi sanksi baru di kemudian hari untuk perusahaanperusahaan pertahanan Amerika Serikat (U.S. defense firms) yang terlibat dalam transaksi jual beli persenjataan dengan Taiwan; Untuk sanksi yang ketiga belum terealisasi, baru wacana yang akna di bahas oleh pemerintah Cina pada bulan Mei 2016. Wacana tersebut masih memerlukan beberapa pertimbangan dan kebijakan yang matang. Agar Cina tidak menyesal melakukannya kemudian.
Kebijakan AS terhadap Taiwan memang sangat ambigu karena AS masih menganggap pentingnya menjalin hubungan baik dengan Cina. Tetapi, disisi lain AS memiliki kerjasama keamanan tidak resmi dengan Taiwan yang masih menjadi kontroversi dan polemik dalam hubungan AS dan Cina. Pada tahun 1979 sebagai syarat normalisasi hubungan antara AS dan Cina, AS harus membatalkan perjanjian kerjasama militer dengan Taiwan yang dibuat pada tahun 1954.Namun, hal ini tetap dipertahankan oleh pihak AS dengan alasan bahwa kerjasama tersebut bersifat tidak resmi. Ambiguitasi AS pada masalah ini secara jelas terlihat melalui Taiwan Relation Act ( TRA )1979 untuk mempertahankan Pulau tersebut sebagai kesepakatan perjanjian tersebutSementara pada tahun yang sama AS mengubah pengakuan diplomatiknya dari Taipei kepada Beijing tahun 1979, mengakui “satu Cina. Saran Dari Aspek-aspek tersebut merupakan sebuah indikasi akan kembalimenegangnya hubungan Amerika-Serikat dengan Cina, seperti tahun 2008 padasaat masa akhir jabatan Presiden Goerge W Bush menjabat yang hanya berencanamelakukan penjualan senjata ke Taiwan, akhirnya pada saat itu Cina mengeluarkan kebijakan untuk memutuskan hubungan kerjasama denganAmerika Serikat. Dan saat ini kejadiaan tersebut terulang kembali, mengingatkemarahan Cina atas penjualan itu tidak bisa di bendung lagi akibat dari ketidakberubahan kebijakan alias tetap dipertahankannya penjualan senjata tersebut olehpemerintah Amerika Serikat, yang akan beresiko pada menurunnya hubunganbilateral kedua negara besar antara Amerika Serikat dan Cina
1135
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 1129-1138
Daftar Pustaka Buku Aleksius Jemadu, Politik Global Dalam Teori dan Politik, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008 Antonius Sitepu, Teori Realisme Politik Hans. J. Morgenthau Dalam studi Politik dan HI, 2010. Barry R. Posen . 'TheSecurity Dilemma and Ethnic Conflict', Survival, Harvard University. 1993 Brad Roberts.. China-US nuclear relations: what relationship best serves U.S. Interest?. Institute for Defense Analysis Australian National University, Canberra 2001 Cheng, T J.. “China-Taiwan Economic Linkage: Between Insulation and Superconductivity”, pp. 93-130 in Nancy Bernkopf Tucker (ed). Dangerous Strait: The US-Taiwan-China Crisis. New York: Columbia University Press 2005 Dumbaugh, Kerry.. Taiwan’s Political Status: Historical Background and Its Implication for U.S. Policy. Congressional Research Service., pp. 1-10 2009 Greg Austin, “missile diplomacy and Taiwan’s future:innovation in poltics and military power strategic and defence studies centre research school of pacific and asian studies” Australian National University, Canberra hlm 163-164 2005. Hans J. Morgenthau, Politik Antar Bangsa, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2010 Jacobs, J. Bruce. “One China, Diplomatic Isolation and a Separate Taiwan”, pp. 85109 in Edward Friedman (ed). China’s Rise, Taiwan’s Dilemmas and International Peace. Oxon: Routledge 2006 Mclaran, John P, Asian Survey,”US Arms Sale To Taiwan”, Vol XL, no.4, July/August,. P.623. 2000. Munro, R. B.. The Coming Conflict with China. New York: Alfred A. Knop hal 27-30 1997 Nasution, Dahlan. Politik Internasional: Konsep dan Teori. Erlangga. Jakarta:1991 Ralph C and Plano Jack C.. The Public Administration Dictionary. Singapore: John Wilwy & Sons 1992 T.May Rudy, Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin, Refika Aditama, Bandung, 2002
1136
Reaksi China atas Pasokan Senjata AS kepada Taiwan (Reny Jhayanty)
Jurnal Eisenberg, E. M. (1984). Ambiguity as strategy in organizational communication. Communication Monographs, 51, 227–242. Copyright © 1984. Reproduced by permission of Taylor & Francis Group, LLC., http://taylorandfrancis.com. James
C. P. Chang, U.S Policy Toward http://www.wcfia.harvard.edu/fellows/papers/2000-01/chang.pdf, tanggal 07 Desember 2014
Taiwan, diakses
Shirley A. Kan, Taiwan: Major U.S. Arms Sales Since 1990, Congressional Research Service, diakses melalui http://www.fas.org/sgp/crs/weapons/RL30957.pdf diakses tanggal 10 Desember 2014. Susan V.Lawrence dan Thomas Lum dalam CRS Report R41108, U.S.-China Relations: Policy Issue. U.S. Department of State Bulletin, vol. 79 (1979), p. 2022 Wang Jisi, China’s Changing Role in Asia, Tokyo: Japan Center for International Exchange, 2004, hlm. 14. Diakses melalui http://www.jcie.org/researchpdfs/RiseofChina/RiseChina_Wang.pdf, diakses tanggal 15 Februari 2014 Internet Hubungan Amerika – China – Taiwan terdapat di www.voa.china.com diakses 20 Mei 2015 Kebijakan Strategic Ambiguity Amerika terhadap China dan Taiwan terdapat di www. whitehouse-Americachina.com diakses 20 Mei 2015 Radio Taiwan Internasional : “Demi Pertahanan Taiwan, Obama Tandatangani Penjualan Kapal Perang” dalam http://www.Indonesian.rti.org diakses tanggal 07 Januari 2015 Sejarah Konflik China dan Taiwan terdapat di www.historical-on-china.com diakses 20 Mei 2015 Sejarah
Taiwan R.O.C.K MinistriesTaiwan, dalam http://gbirocktaiwan.com/category/taiwan /sejarah/ di akses 10 Juni 2016
Sekilas Mengenai Sejarah China dalam http:/tageshilfe.posterous.com di akses 20 Juli 2014 Strategi China dan Intervensinya Amerika Serikat terdapat di www.strategicChina.com diakses 20 Mei 2015 Tindakan Amerika terhadap China dan Taiwan terdapat di www.voa.com diaskes 20 Mei 2015
1137
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: 1129-1138
Kebijakan Strategic Ambiguity Amerika terhadap China dan Taiwan terdapat di www. whitehouse-Americachina.com diakses 20 Mei 2015 Radio Taiwan Internasional : “Demi Pertahanan Taiwan, Obama Tandatangani Penjualan Kapal Perang” dalam http://www.Indonesian.rti.org diakses tanggal 07 Januari 2015 Sejarah Konflik China dan Taiwan terdapat di www.historical-on-china.com diakses 20 Mei 2015 Sejarah
Taiwan R.O.C.K MinistriesTaiwan, dalam http://gbirocktaiwan.com/category/taiwan /sejarah/ di akses 10 Juni 2016
Sekilas Mengenai Sejarah China dalam http:/tageshilfe.posterous.com di akses 20 Juli 2014 Strategi China dan Intervensinya Amerika Serikat terdapat di www.strategicChina.com diakses 20 Mei 2015 Tindakan Amerika terhadap China dan Taiwan terdapat di www.voa.com diaskes 20 Mei 2015
1138