10 Cara China Salip Ekonomi Amerika Serikat Metta Pranata - detikfinance Jumat, 20/07/2012 08:14 WIB
Jakarta - Berdasarkan survey Pew Research Center pada 2008, sebelum terjadi krisis yang mengguncang Amerika Serikat dan merembet ke ekonomi global itu, mayoritas orang di seluruh dunia memandang AS sebagai penguasa ekonomi dunia. Saat itu meski sudah ekspansi besar-besaran selama beberapa dekade, China hanya mendapat separuh suara responden dibanding AS. Namun waktu mengubah segalanya. Krisis keuangan yang disusul resesi mengubah persepsi tentang AS. AS tidak lagi dipandang 'kebal'. Menurut 26.000 orang dari 21 negara berbeda yang diwawancara Pew Research Center, gelar penguasa ekonomi dunia sekarang direbut oleh China. Memang, masih banyak penduduk China yang hidup di bawah garis kemiskinan dan sebagian besar ekonomi daerahnya didominasi pertanian. Meski tidak sesuai dengan karakter tradisional sebuah negara adikuasa ekonomi, China berkembang sangat cepat hingga hampir menyamai AS dalam kerangka kesehatan ekonomi global. Kita tidak bisa meremehkan China lagi. Mengapa? Berikut ini 10 alasan mengapa China bisa merebut status penguasa ekonomi dunia dari AS, seperti dilansir dari DailyFinance, Jumat (20/7/2012): 1. China adalah manufaktur terbesar di dunia Butuh 160 tahun hingga akhirnya pada 2011 China bisa mengklaim dominasinya sebagai pemimpin output manufaktur di seluruh dunia. Output manufaktur China ke dunia mencapai 19,9%, sementara Amerika 19,4%. Dengan demikian, China telah merebut gelar sebagai manufaktur terbesar di dunia yang selama 110 tahun dipegang oleh AS. Kesuksesan China bertumpu pada dua keuntungan komparatif yang tidak dimiliki AS.
Pertama, China punya jumlah tenaga kerja yang luar biasa besar. Dengan lebih dari 89 juta penduduk yang terlibat di produksi industri, tentu jumlah output yang bisa dihasilkan China jauh lebih besar dibandingkan AS. Kedua, upah buruh China lebih murah dibanding buruh AS. Pemerintah AS mengatur upah minimum federal sebesar US$ 7,25 (Rp 68.875) per jam. Sementara peraturan upah minimum China berbeda-beda di ke-31 provinsinya. Dari yang terendah 600 yuan (Rp 900.000) per bulan hingga yang tertinggi 1.450 yuan (Rp 2.175.000) per bulan. 2. China punya utang AS lebih banyak daripada warga AS sendiri Berutang tidak pernah bagus. Di Eropa, utang jadi subyek yang sensitif. Yunani, Irlandia, Portugal dan Spanyol tersandung tumpukan utang yang amat tinggi. Hal ini membuat warga AS berpikir, apakah negara mereka juga menuju ke arah yang sama? Ketika pemerintah AS memutuskan untuk menaikkan plafon utang Agustus 2011 untuk yang ke-78 kalinya sejak 1960, total utang AS mencapai US$ 14.3 triliun (Rp 135.850 triliun). Hampir US$ 10 triliun dimiliki oleh individual dan korporasi, juga pemerintah negara bagian, lokal dan asing. Menurut statistik pemerintahan AS sepanjang pertengahan 2011, China merupakan pemegang utang publik terbesar dengan US$ 1,13 triliun. Sedikit lebih tinggi daripada kepemilikan warga AS dan korporasi yakni US$ 1,11 triliun. China berada satu peringkat di belakang Social Security Trust dan Federal Reserve dalam rangka kepemilikan utang AS. Seiring makin terjerumusnya AS ke dalam tumpukan utang, China siap terus mengumpulkan bunganya. 3. China adalah konsumen energi terbesar di dunia AS mungkin masih jadi negara ekonomi terbesar dari segi GDP. Tapi sejak 2010, AS tidak lagi mengonsumsi minyak sebesar China. Pesatnya industrialisasi China jadi salah satu alasan utama harga minyak naik drastis selama beberapa dekade
terakhir. GDP terkait langsung dengan konsumsi pribadi sementara pertumbuhan China didorong oleh sektor manufaktur dan pembangunan infrastruktur terus menerus. Keduanya sama-sama segmen yang erat dengan energi. Meski China masih bergantung pada batubara sebagai sumber penghasil energinya, kebutuhan minyak buminya juga meningkat. Arab Saudi sebagai eksportir minyak mentah terbesar sekarang lebih banyak mengapalkan produksinya ke China daripada AS. Saudi juga mempertimbangkan China ketika mengambil keputusan untuk meningkatkan produksinya atau tidak. Aktivitas China di luar negeri juga berpengaruh. Saat ekspansi perusahaan-perusahaan AS dihambat oleh politik, China sudah menyetujui pembangunan kilang di Iran. Salah satu usaha ekspansi China yang lebih besar adalah ketika perusahaan minyak berbasis di China, CNOOC berusaha masuk ke pasar AS dengan menawar Unocal pada 2005. Langkah ini berhasil dihadang dan Chevron yang memenangkan tawar menawar perusahaan minyak raksasa milik pemerintah tersebut. Usaha China menguasai pasar energi baru saja dimulai. 4. China berada dalam laju untuk jadi ekonomi terbesar dunia dalam kurun 10 tahun (bahkan kurang) Saat ini AS jadi negara ekonomi terbesar berdasarkan GDP, tapi tak lama lagi posisi mereka akan disalip oleh China. Sejak 1980, pertumbuhan ekonomi China setiap tahunnya rata-rata 10,02%. Bila menggunakan perkiraan tingkat pertumbuhan 7,5% seperti yang diprediksi Perdana Menteri Wen Jiabao pada Maret lalu, pada 2019 China akan menyalip pertumbuhan GDP AS yang rata-rata 2,67% dalam periode yang sama. Bahkan meskipun ekonomi China melambat jadi 5% (sesuatu yang sangat langka jika dilihat dari perspektif sejarah), mereka masih bisa mengalahkan total GDP AS pada 2011. Inilah performa prima yang amat langka dan tidak bisa dianggap remeh.
5. China siap jadi importir logam berharga terbesar di dunia Seperti yang bisa dibayangkan, karena China menitikberatkan sektor manufaktur maka permintaan logam berharga seperti tembaga, emas dan perak meningkat drastis. Penggunaan logam berharga bisa diaplikasikan dimana-mana, mulai dari konstruksi hingga manufaktur elektronik dan kebutuhan China tak pernah terpenuhi. China menggeser AS dari segi konsumsi tembaga pada 2002 dan penggunaannya sekarang mencapai empat kali lipat setiap tahunnya. Produsen tembaga seperti Freeport-McMoRan Copper & Gold menganggapa China sebagai konsumen terbesarnya. Freeport bergantung pada tingkat permintaan China untuk menentukan harga tembaga dan inilah cara utama mereka menangguk profit. Emas juga semakin diminati sebagai produk investasi di China dengan tingkat inflasi tinggi mengancam penurunan nilai pendapatan buruh. Sepanjang 1950 – 2003, pemerintah China melarang rakyatnya memiliki emas batangan. Jadi masyarakat China belum lama menikmati investasi emas. Menurut Wall Street Journal, butuh 8 tahun bagi China untuk melampaui India dalam investasi emas sejak larangan itu dicabut. 6. Dua dari 10 perusahaan paling bernilai di dunia berbasis di China PetroChina (migas) dan China Unicom (teknologi) masing-masing berada di peringkat 5 dan 8 perusahaan terbesar dunia per minggu kedua Juli. Mungkin kedengarannya mengesankan.
tidak
begitu
Tapi jika mempertimbangkan posisi Industrial and Commercial Bank of China dan China Construction Bank yang tidak jauh dari 10 besar, kita mungkin akan menyadari dominasi China sebagai kekuatan ekonomi baru. Hal ini sangat penting karena mengisyaratkan kemungkinan pergeseran dominasi AS. Dengan tujuh perusahaan AS masuk dalam 10 besar perusahaan terbesar dunia, maka AS tak akan begitu mudahnya 'mengalah'.
China dengan pembangunan infrastruktur besar-besaran dan ekspansi internasionalnya akan memberikan keuntungan pertumbuhan sangat tinggi bagi PetroChina dan Unicom dibandingkan perusahaan raksasa AS yang pertumbuhannya mulai seret. 7. China adalah investor terdepan dalam energi yang bisa diperbarui Dikarenakan konsumsi batubaranya sangat besar, China memimpin sebagai investor terdepan dalam pemrakarsaan energi yang bisa diperbarui. Setidaknya, itulah yang dikatakan pejabat pemerintah China. Pada 2010, China menginvestasikan US$ 154 miliar untuk pemrakarsaan energi hijau dan berencana menyuntikkan US$ 473 miliar lagi sepanjang 2011 – 2015. Melalui berbagai program seperti “Top 1000 Enterprises Program” yang fokus pada pengurangan konsumsi energi di perusahaan-perusahaan besar dan “10 Key Projects” yang menawarkan insentif untuk membangun hidroelektrik dan sumber bahan bakar yang bisa diperbarui, China jor-joran berinvestasi pada penemuan sumber energi baru supaya bisa lepas dari ketergantungan batubara. Tingkat permintaan energi Eropa dan AS mungkin tidak segitu besarnya, tak seperti China. Inilah yang jadi pemicu China untuk mewujudkan dan membawa perusahaan-perusahaan berenergi hijau ke level berikutnya. 8. China adalah manufaktur smartphone terbesar di dunia Lagi-lagi China mengalahkan AS sebagai manufaktur smartphone terbesar di dunia pada triwulan pertama 2012. Pertumbuhan unit year-on-year melambung 45% seiring China mengapalkan 146 juta unit smartphone di triwulan pertama 2012. Bandingkan dengan AS yang hanya tumbuh 5% di periode sama. Salah satu alasan utama mengapa China memimpin 22% pasar manufaktur smartphone AS sementara AS sendiri hanya 16% adalah karena Apple memilih China sebagai pabrik
produksi iPhone 4S. Apple yang berhasil menjual 35 juta iPhone triwulan lalu perlahan mengekor Samsung sebagai penguasa pasar area China. 9. China merupakan pasar swalayan terbesar di dunia Dengan 13 miliar mulut yang harus diberi makan, ditambah pesatnya ekspansi ekonomi, tingginya inflasi harga makanan dan pertumbuhan populasi, China berada jauh di atas AS dalam segi besaran belanja konsumsi bahan makanan. Menurut firma riset IGD, pada 2011 konsumen China menghabiskan setidaknya US$ 964 miliar untuk belanja bahan makanan. Sementara konsumsi AS US$ 908 miliar. Pada 2015, diperkirakan angka itu mencapai US$ 1,6 triliun di China dan US$ 1 triliun di AS. Dikarenakan masih banyak daerah pedesaan dan penduduknya hidup dari bertani, impor bahan makanan di China masih relatif kecil. Namun sampai kapan China sanggup mandiri memenuhi kebutuhan pangan penduduknya? Seiring terus berkembangnya industrialisasi, makin banyak orang meninggalkan bertani dan bekerja sebagai buruh terlatih di pabrik kota besar yang gajinya lebih menjanjikan. Tingkat permintaan bahan pokok seperti jagung dan beras bisa meningkat drastis. Inflasi harga makanan di China akan semakin melambung dalam beberapa tahun lagi seiring pertumbuhan populasi dan infrastruktur. 10. China adalah 'donatur' utama simbiosis pakta perdagangan dengan AS Peranan penting China sebagai rekanan perdagangan AS terlalu jelas untuk diabaikan. Dari perspektif ekspor, 30 negara bagian AS menghitung China sebagai top 3 pasar ekspor mereka. Sementara 48 negara bagian telah melipatgandakan pertumbuhan ekspornya ke China sejak tahun 2000. Dengan total nilai ekspor mencapai lebih dari US$ 100 miliar, konsumen China dengan cepat menjadi prioritas perusahaan-perusahaan AS. Krisis Uni Eropa memang membuat tingkat konsumsi menurun drastis pada 2011.
Untungnya, surplus perdagangan dari AS berhasil menutupi kekurangan permintaan dari Uni Eropa. Faktanya, surplus perdagangan China dengan AS merupakan alasan utama mereka bisa mencapai surplus US$ 155 miliar sepanjang November 2011. Sejak 2008, ketergantungan China terhadap AS untuk berkontribusi pada surplus perdagangannya telah meningkat dari 90,1% menjadi 175,6% sepanjang November 2011.