BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di program studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Sedangkan untuk pengambilan data melibatkan tiga Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu SMA Negeri 1 Karanganyar, SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri 2 Surakarta. Untuk surat keterangan telah melaksanakan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 49 – 51. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini, dilaksanakan secara bertahap. Adapun langkah-langkah yang penulis laksanakan adalah sebagai berikut: a.
Tahap Persiapan Pada tahap ini, penulis melakukan kegiatan-kegiatan permohonan pembimbing, pengajuan proposal penelitian, penyusunan modul dan ijin penelitian. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan selama bulan Januari 2014 - Maret 2015.
b.
Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini, penulis melakukan kegiatan pengambilan data. Waktu yang dibutuhkan yaitu pada bulan Maret – Juni 2015.
c.
Tahap Penyusunan Modul, Pengolahan Data, dan Penyusunan Laporan Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan penyusunan modul, analisis data hasil penelitian, penarikan kesimpulan, penyusunan laporan hasil penelitian, dan konsultasi dengan dosen pembimbing. Kegiatan ini dilakukan selama bulan Juli 2015 - Juni 2016.
B. Model Pengembangan Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development/R&D) yang mengacu pada model 35
36 pengembangan Borg & Gall. Adapun produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah modul pembelajaran Fisika berbasis scientific approach pada materi Alat-Alat Optik untuk siswa SMA Kelas X.
C. Prosedur Penelitian Pengembangan
Analisis Kebutuhan
Pengumpulan Informasi
Analisis Kurikulum
Perencanaan Modul Pengembangan Draf Modul
Baik
Validasi oleh 2 Ahli
Belum baik
Revisi
Modul Awal
Validasi oleh 3 reviewer dan 2 Peer Reviewer
Belum baik
Baik Revisi Modul Terevisi I Uji Coba Awal kepada 9 Siswa Revisi Hasil Uji Coba Awal Modul Terevisi II Uji Coba Utama kepada 30 Siswa Revisi Hasil Uji Coba Utama Modul Akhir
Gambar 3.1 Desain Prosedur Pengembangan Borg & Gall mengemukakan bahwa ada sepuluh tahapan dalam pelaksanaan penelitian pengembangan. Dalam penelitian ini hanya akan dilakukan sampai pada tahap ketujuh, yaitu hingga dihasilkannya produk akhir dari
37 pengembangan berupa modul pembelajaran Fisika berbasis scientific approach pada materi Alat-Alat Optik. Prosedur pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Prosedur pengembangan, secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengumpulan Informasi Tahap pengumpulan informasi terdiri atas kegiatan analisis kebutuhan dan analisis kurikulum. Tahapan ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan data mengenai kebutuhan apa saja yang diperlukan dalam perencanaan
dan pengembangan
draf
modul serta
pemikiran untuk
perancangan selanjutnya. Analisis kebutuhan dilakukan dengan melihat ketersediaan bahan ajar di sekolah baik yang digunakan guru maupun yang digunakan siswa. Analisis kurikulum dilakukan untuk memilih materi yang akan dijabarkan dalam modul pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kurikulum yang berlaku. 2. Perencanaan Modul Perencanaan
merupakan
tahap
melakukan
pemikiran
untuk
mendapatkan cara efektif dan efisien mengembangkan draf modul dengan bantuan data yang didapatkan dari tahap penelitian dan pengumpulan data. Pada tahap perencanaan, ditentukan konsep modul pembelajaran berbasis scientific approach yang akan dikembangkan. Modul pembelajaran berbasis scientific approach dikembangkan sebagai salah satu bahan ajar cetak yang dapat digunakan baik guru ataupun siswa. Guru dapat menggunakan modul pembelajaran sebagai panduan untuk mengajar dan bagi siswa dapat digunakan sebagai panduan belajar baik dengan atau tanpa guru. Beberapa tahapan yang dilakukan pada tahap perencanaan, yaitu mengumpulkan materi alat-alat optik, merancang kegiatan pembelajaran dan menyusun sistematika modul pembelajaran. 3. Pengembangan Draf Modul Pengembangan draf modul merupakan hasil terjemahan dari tahapan perencanaan. Dalam pengembangan modul diperlukan bimbingan orang yang ahli dalam penulisan modul. Pada penelitian ini, orang yang ahli yaitu dosen
38 pembimbing yang akan membantu dan mempertimbangkan pengembangan modul dari segi materi, kebahasaan, penyajian dan kegrafisan. Pada tahapan ini, bagian-bagian yang sudah direncanakan, disusun dan didesain sedemikian rupa sehingga menjadi modul awal. Modul awal yang telah dikembangkan kemudian divalidasi validator yang terdiri dari 2 dosen ahli, 3 reviewer dan 2 peer reviewer. Setiap validator memberi penilaian dan masukan untuk modul awal yang dijadikan bahan revisi sebelum dilakukan uji coba. Tahap validasi ini dilakukan untuk mendapatkan modul yang baik untuk digunakan pada uji coba awal. 4. Uji Coba Awal Uji coba awal dilakukan setelah modul awal direvisi berdasarkan komentar dan saran dari reviewer dan peer reviewer atas persetujuan dosen ahli. Hal ini dilakukan untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dan modul dapat digunakan oleh siswa secara layak. Uji coba awal dilakukan kepada 9 siswa. 5. Revisi Hasil Uji Coba Awal Berdasarkan hasil uji coba awal, selanjutnya dilakukan revisi. Revisi ini dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil isian angket siswa terhadap modul yang diujicobakan. 6. Uji Coba Utama Uji coba utama dilakukan kepada 30 siswa. Dari hasil uji coba utama akan diperoleh isian angket siswa, sehingga dapat dilakukan revisi kembali sebelum akhirnya dihasilkan modul akhir. 7. Modul Akhir Modul akhir yang dihasilkan dari pengembangan ini berupa modul pembelajaran Fisika berbasis scientific approach pada materi Alat-Alat Optik untuk siswa SMA kelas X.
39 D. Desain Uji Coba Produk Prosedur penelitian pengembangan yang akan dilakukan memiliki beberapa komponen utama sebagai berikut: 1. Desain Uji Coba Desain uji coba yang digunakan adalah desain deskriptif. Tahapan awal yang dilakukan yaitu terlebih dahulu melakukan analisis kebutuhan, analisis kurikulum, menentukan materi, mengumpulkan referensi yang dibutuhkan terkait materi, kemudian membuat rancangan. Tahapan kedua yang dilakukan adalah melaksanakan rancangan pembuatan modul. Selama pembuatan, modul dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Hasil rancangan modul pembelajaran Fisika berbasis scientific approach ini kemudian dinilai oleh validator pada komponen kelayakan isi, penyajian, kebahasaan dan kegrafisan. Setelah draf modul selesai dibuat, kemudian diujicobakan dengan urutan penilaian seperti pada Gambar 3.1 yang diberi blok warna abu-abu. Modul awal direvisi dan diujicobakan ke siswa. Kegiatan uji coba ditujukan untuk mengetahui respon siswa terhadap keterbacaan modul pembelajaran fisika berbasis scientific approach pada komponen kelayakan isi, penyajian, kebahasaan dan kegrafisan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga dapat dilakukan revisi kembali sebelum akhirnya dihasilkan modul akhir. 2. Subyek Penelitian Subjek penelitian ini terdiri dari validator dan siswa uji coba. Untuk validator terdiri dari: a. Ahli, yaitu 2 orang dosen yang menjadi pembimbing skripsi peneliti. b. Reviewer, yaitu 3 orang guru Fisika dari 3 SMA berbeda. Adapun kriteria
guru yang menjadi reviewer yaitu: 1) Sudah berpengalaman mengajar materi Fisika selama 10 tahun 2) Pendidikan minimal S-1 untuk program studi pendidikan fisika dan sudah tersertifikasi 3) Telah mendapatkan pelatihan tentang pembelajaran Kurikulum 2013
40 c. Peer Reviewer, yaitu 2 orang mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP UNS. Adapun kriteria mahasiswa yang menjadi peer reviewer yaitu: 1) Telah menempuh mata kuliah Fisika Dasar I 2) Telah menempuh mata kuliah IPA Terpadu tahun 2013 Sedangkan siswa uji coba merupakan siswa SMA Kelas XI yang terdiri dari: a. 9 siswa dari 3 sekolah, yaitu 3 siswa SMA Negeri 1 Karanganyar, 3 siswa SMA Negeri 2 Karanganyar dan 3 siswa SMA Negeri 2 Surakarta untuk uji coba awal. b. 30 siswa dari 3 sekolah, yaitu 10 siswa SMA Negeri 1 Karanganyar, 10 siswa SMA Negeri 2 Karanganyar dan 10 siswa SMA Negeri 2 Surakarta untuk uji coba utama. 3. Jenis Data Data yang diperoleh dari penelitian pengembangan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari nilai rata-rata angket dalam uji validasi dari komponen kelayakan isi, penyajian, kebahasaan dan kegrafisan. Data menggunakan skala Likert berupa angka-angka yaitu 4, 3, 2 dan 1. Angka-angka tersebut kemudian direkapitulasikan sehingga dapat disimpulkan tingkat kelayakan modul. Sedangkan untuk data kualitatif diperoleh dari saran dan komentar sebagai pertimbangan untuk melakukan revisi. Data juga diperoleh dari isian angket siswa tentang keterbacaan modul dari komponen kelayakan isi, penyajian, kebahasaan dan kegrafisan. Data dari siswa berupa rata-rata dari angket check list “Ya/Tidak” serta komentar dan saran. 4. Pengambilan Data a. Teknik Pengambilan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik angket untuk mengetahui kelayakan modul pada komponen kelayakan isi, penyajian, kebahasaan dan kegrafisan. Pertimbangan dipilihnya angket adalah untuk memudahkan responden dalam memberikan penilaian, sehingga tidak perlu menuliskan jawaban yang panjang lebar. Teknik
41 pengumpulan data menggunakan angket dilakukan terhadap semua subjek penelitian, baik dosen ahli, reviewer, peer reviewer, maupun siswa. b. Instrumen Pengambilan Data Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa angket kelayakan modul. Instrumen angket kelayakan modul ditujukan kepada dosen ahli, reviewer, peer reviewer dan siswa. Instrumen angket ini untuk mengetahui kalayakan modul dari komponen kelayakan isi, penyajian, kebahasaan dan kegrafisan (modifikasi dari BSNP). Penjabaran dari komponen-komponen tersebut dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing sebelum digunakan dalam penelitian. c. Penyusunan Instrumen Instrumen yang digunakan merupakan modifikasi dari instrumen penilaian buku oleh BSNP yang dikembangkan sendiri oleh peneliti (Lampiran 8-12). Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen meliputi tahapan sebagai berikut: 1) Menyusun butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi yang indikatornya telah disesuaikan dengan komponen yang akan diukur dalam penelitian. Kisi-kisi instrumen penelitian untuk dosen ahli, reviewer dan peer reviewer serta kisi-kisi instrumen penelitian untuk siswa. 2) Melakukan konsultasi instrumen dengan ahli (expert judgment) yaitu dosen pembimbing. Expert judgment dilakukan untuk mendapatkan masukan tentang kesesuaian pertanyaan dalam instrumen dengan indikator dan deskriptor yang telah disusun. Setelah dilakukan penilaian, kemudian dilakukan revisi terhadap butir yang dianggap belum sesuai dan dilakukan konsultasi hingga instrumen disetujui oleh dosen pembimbing. Instrumen yang telah disetujui kemudian digunakan sebagai alat ukur untuk mengumpulkan data penelitian. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan
42 memaknai data dari masing-masing indikator, baik data kuantitatif maupun kualitatif. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Teknik Analisis Data Pengembangan Modul Data yang didapat dalam penelitian ini yaitu data kelayakan modul. Variabel kelayakan modul pembelajaran fisika berbasis scientific approach yang telah disusun berdasarkan kriteria komponen kelayakan isi, penyajian, kebahasaan dan kegrafisan. Sebelum dianalisis, dilakukan proses kuantisasi data dari angket, selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Data yang berupa saran dan komentar dianalisis dengan analisis kualitatif. Dalam melakukan analisis data ada tiga kegiatan yang dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Ketiga kegiatan ini dilakukan selama dan setelah proses pengumpulan data. Kuantisasi data dilakukan dengan menjumlah skor setiap komponen dan keseluruhan yang akan diuraikan dalam analisis kualitatif. Skor tersebut dikategorikan ke dalam lima kriteria, dengan rumusan seperti yang digunakan oleh Azwar (2007: 163). Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Interval Nilai Mi + 1,5 Sbi < X Mi + 0,5 Sbi < X Mi + 1,5 Sbi Mi - 0,5 Sbi < X Mi + 0,5 Sbi Mi - 1,5 Sbi < X Mi - 0,5 Sbi X Mi - 1,5 Sbi
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Keterangan: X = Skor responden; Mi = Mean ideal; Sbi = Simpangan baku ideal; Mi = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal); Sbi= 1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal) Langkah selanjutnya adalah menghitung skor maksimum ideal, skor minimum ideal, skor ideal dan simpangan baku ideal dari setiap aspek. Skor maksimum ideal pada setiap aspek dicapai apabila validator memilih semua kriteria dengan skor tertinggi. Sedangkan
skor minimum ideal
dicapai apabila validator memilih semua kriteria dengan skor terendah. Jumlah skor untuk setiap komponen tersebut, kemudian disubsitusikan ke
43 dalam tingkat kecenderungan yang digunakan sebagai kriteria dalam penilaian. Hasil validasi total modul pembelajaran fisika berbasis scientific approach oleh setiap validator menggunakan kriteria yang dikategorikan berdasarkan skor total keseluruhan komponen. Distribusi komponen evaluasi modul dalam penelitian ini, disajikan dalam Tabel 3.2. Tabel 3.2 Distribusi Semua Komponen Evaluasi Modul Komponen Kelayakan isi Penyajian Kebahasaan Kegrafisan Total
Jumlah Butir 15
Jumlah Pilihan 4
Skor Max. Ideal 60
Skor Min. Ideal 15
Mi
Sbi
37,5
7,5
18 10 5 48
4 4 4 16
72 40 20 192
18 10 5 48
45 25 12,5 120
9 5 2,5 24
Skor tertinggi ideal yang dicapai untuk keseluruhan komponen adalah 192, skor minimum ideal yang dicapai adalah 48 dengan mean ideal (Mi) 120 dan simpangan baku ideal (Sbi) 24. Kriteria yang dikategorikan berdasarkan skor total keseluruhan komponen disajikan dalam Tabel 3.3. Tabel 3.3 Kriteria Kelayakan Total Modul Fisika Kategori 5 4 3 2 1
Kelompok Skor X > 156 132 X 156 108 X 132 84 X 108 X 84
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Keterangan: X = Skor validator Setiap komponen yang mendukung penelitian ini memiliki kategori komponen sendiri yang disesuaikan dengan masing-masing indikator yang akan diukurnya. Secara lebih terperinci, komponen penilaian untuk setiap komponen dibahas sebagai berikut:
44 1) Komponen Kelayakan Isi Data kuantitatif tentang kelayakan isi modul pembelajaran fisika berbasis scientific approach, dikumpulkan melalui instrumen angket. Jumlah skor skor tertinggi ideal 60 dan skor minimum ideal 15, dengan mean ideal (Mi) 37,5 dan simpangan baku ideal (Sbi) 7,5. Berdasarkan data ini, kriteria baik atau tidaknya modul pembelajaran fisika berbasis scientific approach disajikan dalam Tabel 3.4. Tabel 3.4 Kriteria Kelayakan Isi Kelompok Skor X > 48,75 41,25 X 48,75 33,75 X 41,25 26,25 X 33,75 X 26,25
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Keterangan: X = Skor validator 2) Komponen Penyajian Data kuantitatif tentang penyajian modul pembelajarn fisika berbasis scientific approach, dikumpulkan melalui instrumen angket. Jumlah skor tertinggi ideal 72 dan skor minimum ideal 18, dengan mean ideal (Mi) 45 dan simpangan baku ideal (Sbi) 9. Berdasarkan data ini, kriteria baik atau tidaknya modul pembelajarn fisika berbasis scientific approach disajikan dalam Tabel 3.5. Tabel 3.5 Kriteria Penyajian Kelompok Skor X > 58,5 49,5 X 58,5 40,5 X 49,5 31,5 X 40,5 X 31,5
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Keterangan: X = Skor validator 3) Komponen Kebahasaan Data kuantitatif tentang kebahasaan modul pembelajaran fisika berbasis scientific approach, dikumpulkan melalui instrumen angket.
45 Jumlah skor tertinggi ideal 40 dan skor minimum ideal 10, dengan mean ideal (Mi) 25 dan simpangan baku ideal (Sbi) 5. Berdasarkan data ini, kriteria baik atau tidaknya modul pembelajarn fisika berbasis scientific approach disajikan dalam Tabel 3.6. Tabel 3.6 Kriteria Kebahasaan Kelompok Skor X > 32,5 27,5 X 32,5 22,5 X 27,5 17,5 X 22,5 X 17,5
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Keterangan: X = Skor validator 4) Komponen Kegrafisan Data kuantitatif tentang kegrafisan modul pembelajarn fisika berbasis scientific approach, dikumpulkan melalui instrumen angket. Jumlah skor tertinggi ideal 20 dan skor minimum ideal 5, dengan mean ideal (Mi) 12,5 dan simpangan baku ideal (Sbi) 2,5. Berdasarkan data ini, kriteria baik atau tidaknya modul pembelajarn fisika berbasis scientific approach disajikan dalam Tabel 3.7. Tabel 3.7 Kriteria Kegrafisan Kelompok Skor X > 16,25 13,75 X 16,25 11,25 X 13,75 8,75 X 11,25 X 8,75
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Keterangan: X = Skor validator Selanjutnya data kelayakan modul untuk setiap validator berdasarkan skor total keseluruhan keempat komponen tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif yang digunakan hanya dibatasi pada penentuan frekuensi dan persen karena data yang diperolah berupa data ordinal yang tidak bisa disajikan dalam bentuk pecahan. Apabila data validasi yang masuk ke dalam kategori
46 baik sebesar 50 % maka dinyatakan pengembangan modul pembelajaran Fisika berbasis scientific approach berhasil. Hasil analisis ini akan menjadi
referensi
sebagai
masukan
perbaikan
modul
sebelum
diujicobakan ke siswa. b. Teknik Analisis Data Uji Coba Data yang terkumpul dikategorikan sesuai dengan komponen yang dinilai. Data hasil uji coba dari siswa dianalisis untuk menggambarkan kekurangan modul dari sisi keterbacaan dalam komponen kelayakan isi, penyajian, kebahasaan dan kegrafisan. Data yang berupa saran dan komentar dianalisis dengan analisis kualitatif. Analisis data hasil uji coba mula-mula dilakukakan kuantisasi. Jika responden atau siswa menjawab “Ya” diberi nilai 1 dan jika menjawab “Tidak” diberi nilai 0. Setelah didapatkan skor setiap item dalam uji coba, maka akan dianalisis terlebih dahulu dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif yang digunakan dibatasi pada penentuan frekuensi, persen dan skor total. Skor total yang didapat digunakan dalam menentukan tingkat kelayakan
modul.
Penentuan
tingkat kelayakan
dilakukan dengan
mengkategorikannya ke dalam lima kriteria seperti tahap sebelumnya, dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini: Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Uji Coba Interval Nilai Mi + 1,5 Sbi < X Mi + 0,5 Sbi < X Mi + 1,5 Sbi Mi - 0,5 Sbi < X Mi + 0,5 Sbi Mi - 1,5 Sbi < X Mi - 0,5 Sbi X Mi - 1,5 Sbi
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Keterangan: X = Skor responden; Mi= Mean ideal; Sbi= Simpangan baku ideal; Mi= ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal) Sbi= 1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal) Langkah selanjutnya adalah menghitung skor maksimum ideal, skor minimum ideal, skor ideal dan simpangan baku ideal pada setiap komponen. Skor maksimum ideal pada setiap komponen dicapai apabila
47 responden atau siswa memilih semua kriteria dengan skor tertinggi. Sedangkan skor minimum ideal dicapai apabila siswa memilih semua kriteria dengan skor terendah. Jumlah skor untuk setiap komponen tersebut, kemudian disubsitusikan ke dalam tingkat kecenderungan yang dipakai sebagai kriteria dalam penilaian kelayakan modul. Untuk mengetahui keterbacaan modul pembelajaran fisika berbasis scientific approach dalam uji coba dibutuhkan kriteria yang dikategorikan berdasarkan skor total keseluruhan komponen. Distribusi semua komponen evaluasi modul penelitian ini, disajikan dalam Tabel 3.9 Tabel 3.9 Distribusi Semua Komponen Evaluasi Modul dalam Uji Coba Jumlah Jumlah Butir Pilihan Kelayakan Isi 12 2 Penyajian 13 2 Kebahasaan 5 2 Kegrafisan 6 2 Total 36 8 Komponen
Skor Max. Ideal 12 13 5 6 36
Skor Min. Ideal 0 0 0 0 0
Mi
Sbi
6 6,5 2,5 3 18
2 2,2 0,8 1 5
Skor tertinggi ideal yang dicapai untuk keseluruhan aspek adalah 36, skor minimum ideal yang dicapai adalah 0 dengan mean ideal (Mi) 18 dan simpangan baku ideal (Sbi) 6. Kriteria yang dikategorikan berdasarkan skor total keseluruhan komponen disajikan dalam Tabel 3.10 Tabel 3.10 Kriteria Kelayakan Total Modul dalam Uji Coba Kategori Kelompok Skor Kriteria 5 X > 27 Sangat Baik 4 Baik 21 X 27 3 Cukup 15 X 21 2 Kurang 9 X 15 1 Sangat kurang X 9 Keterangan: X = Skor responden atau siswa Selanjutnya data kelayakan dari uji coba modul untuk setiap responden atau siswa berdasarkan skor total keseluruhan aspek tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif yang digunakan hanya dibatasi pada penentuan frekuensi dan persen. Apabila data uji coba kelayakan yang masuk ke dalam kategori baik lebih dari 75%
48 maka dinyatakan pengembangan modul pembelajaran pembelajarn fisika berbasis scientific approach berhasil.
E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan informasi yang meliputi kegiatan analisis kurikulum dan analisis kebutuhan. 2. Perencanaan yang meliputi merumuskan indikator, mengumpulkan materi alatalat optik, merancang kegiatan pembelajaran dan menyusun sistematika modul pembelajaran. 3. Pengembangan produk awal (preliminary form of product) termasuk mempersiapkan bahan-bahan pelajaran, buku pegangan dan perangkat penilaian. Pada tahapan ini, pengembangan modul dibimbing oleh ahli yaitu dosen pembimbing peneliti. 4. Uji coba awal melibatkan tiga sekolah dengan 9 subjek dengan menggunakan teknik angket dan hasilnya dianalisis untuk menemukan kelemahan-kelemahan modul pembelajaran yang dikembangkan. 5. Berdasarkan saran dan komentar hasil uji coba awal, produk awal direvisi sehingga menjadi produk yang lebih baik. 6. Uji coba utama di tiga sekolah dengan 30 subjek dengan menggunakan teknik angket dan hasilnya dianalisis untuk menemukan kembali kelemahankelemahan dari modul pembelajaran yang dikembangkan. 7. Revisi produk berdasarkan hasil uji coba utama. 8. Penulisan laporan berdasarkan penelitian pengembangan yang telah dilakukan.