II
Bacalah dengan menyebu t nama 'ruhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Ba-
calah, dan TUhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajar-
kan kepada rnanusia apa yang tidak diketahuinya (Q.
II
II
Surah Al 'Alaq:
1-5).
Dan seandairlya pohon-pohon yang ada di bumi menjadi pena, dan lautan menjadi tinta, ditambahkan kepadanya tujuh laut lagi sesudah keringnya, maka niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah (ilmu dan hikmah-Nya)
II
(Q.
II
Surah Al-Luqman:
27).
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. I~an
Tiadalah Kami alpa-
sesuatupun di dalam Al-kitab, kemudian hanya kepada
Allah-lah mereka dihimpun "
(Q.
Surah Al-An'aam:
38).
PENEKANAN KEKEBAlAN AKIBAT INFECTIOUS BURSAL DISEASE PADA AYAM dan KERENTANANNYA TERHADAP INFEKSI VIRUS . NEW CASTLE DISEASE
SKRIPSI
oleh JUNAIDI B 18.0972
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGaR 1986
RINGKASAN
JUNAIDI.
Penekanan Kekebalan Akibat Infectious Bursal Di-
sease (IBD) Pada Ayam dan Kerentanannya Terhadap Infeksi Virus New Castle Disease (ND).
Di bawah bimbingan MASDUKI
PARTADIREDJA. Ayam yang terinfeksi dengan virus Gumboro pada umur dini (0 sampai 21 hari), dapat menderita imunosupresi atau penekanan kekebalan, sehingga ayam akan menjadi lebih rentan terhadap infeksi penyakit lain, serta respon terhadap vaksinasi sangat menurun.
Adanya penekanan kekebalan ter-
sebut dapat diketahui dengan menggunakan respon serologis ayam terhadap Brucella abortus str. 19, yang diobservasi selama 7 minggu,
Percobaan ini bertujuan untuk mengeta-
hui tingkat penekanan kekebalan yang disebabkan oleh dua vaksin virus Gumboro pada ayam yang berumur satu hari. Satu dari vaksin tersebut dapat menyebabkan kerusakan bursa fabricius, sedangkan vaksin yang lain mengakibatkan kerusakan bursa yang tidak berarti.
Vaksin ini dapat menye-
babkan terjadinya penekanan kekebalan yang cukup parah, yang dapat diketahui dengan menggunakan respon serologis melalui inokulasi .!2.. abortus str. 19. ('rhorn ton et al., 1979) • Untuk mengetahui lamanya penekanan kekebalan, telah dilakukan percobaan oleh 'l'horn ton et al. (1982) dengan metoda seperti yang telah dilakukan oleh Thornton et al. (1979), yaitu dengan menggunakan .!2.. abortus str. 19.
Penekanan kekebalan terhadap
~.
abortus terse but disebab-
kan oleh vaksin virus Gumboro yang diberikan pada ayam yang berumur satu hari, dan diamati selama 4 minggu.
Pe-
meriksaan seCara histologi terhadap bursa fabricius menunjukkan adanya regenerasi bursa (repopulasi limphosit) setelah bursa mengalami kerusakan. Hubungan antara terjadinya penekanan kekebalan dengan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi virus ND, telah dilaporkan baik oleh Giambrone (1979) maupun oleh Westbury (1978).
Pada eksperimennya, Giambrone menggunakan ayam
yang baru menetas dan ayam yang berumur 3 minggu.
Ayam-
ayam tersebut tidak mengandung antibodi induk terhadap virus Gumboro, dan diinfeksi dengan virus Gurnboro yang dapat mengakibatkan terjadinya penekanan respon antibodi terhadap vaksinasi ND pada urnur 4 minggu, serta rneningkatnya kerentanan ayam terse but terhadap tantangan virus ND yang virulen.
Infeksi virus Gurnboro pad a ayam yang baru mene-
tas, juga mengakibatkan terjadinya penekanan respon antibodi terhadap vaksinasi ND pada urnur 18, 30, dan 42 rninggU, akan tetapi tidak ada pengaruh kerentanan dari ayamayarn tersebut terhadap tantangan virus ND yang virulen, dan hal ini tidak terjadi pada ayam yang diinfeksi pada umur 3 rninggu.
Infeksi virus Gumboro pada ayam yang baru
menetas (satu hari) dapat melemahkan sistem pertahanan ayam yang tidal, divaksinasi, sehingga akan rnenjadi lebih rentan terhadap tantangan virus ND yang virulen, pada urnur
21, 33 dan 45 minggu, dibanding dengan ayam yang tidak divaksinasi dan juga tidak diinfeksi, maupun dengan ayam yang tidak divaksinasi, akan tetapi diinfeksi dengan virus Gumboro pada umur 3 minggu.
PENEKANAN KEKEBALAN AKIBAT INFECTIOUS BURSAL DISEASE PADA AYAM dat:l
KE1~ENTANANNYA
TERHADAP INFEKSI VIRUS
NEW CASTLE DISEASE
oleh JUNAI'DI
B.IS 0972
Skripsi Yang Diajukan Kepada Panitia Ujian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Dokter Hewan Pada Fakultas I<edokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
FAKULTAS I<EDOI
I 9 8 6
BOGOR
PENEKANAN KEKEBALAN AKIBAT INFECTIOUS BURSAL DISEASE PADA AYAM dan KERENTANANNYA 'I'ERHADAP INFEKSI VIRUS NEW CASTLE DISEASE
S K RIP S I
J UNA I D I
Sarjana Kedokteran Hewan 1986 Nrp : B.18 0972
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Pro • Dr. Masduki Partadiredja, M.Sc. Dosen Pembimbing
17- 10 - 17<{(b J 'ranggal
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kediri, Jawa-Timur, pada tanggal 7 Agustus 1962, dari ayah Slamet Poerwoto (a1marhum) dan ibu Zaenab, 'sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Pada tahun 1974, penulis menyelesaikan pendidikan forma1nya yang pertama di Seko1ah Dasar Negeri (SDN) Kandangan I, Kediri.
Pada tahun 1975 me1anjutkan pendidikan-
nya ke Sekolah Menengah Pertama Yayasan Pendidikan Pembangunan (SMPYPP) Kandangan, Kediri, dan 1u1us pada tahun 1977.
Pada tahun berikutnya melanjutkan sekolah ke Seko-
1ah Menengah'Atas Negeri (SMAN) III Malang (Jawa-Timur), dan lulus pad a tahun 1980.
Pada tahun 1981, penu1is di-
terima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Proyek Perin tis II, yang dibebaskan dari ujian saringan masu\,.
Kemudian masuk Faku1tas Kedokteran !lewan,
Institut Pertanian Bogor pada tahun 1982.
KA'I'A PENGANTAR
Bismillaahirraehmaanirraehiim, Puji dan syulmr penulis panjatkan kehadlirat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas segala l<arunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, yang akan menyelesaikan studinya. Pada kesempatan ini penulis mengueapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Bp. Prof. Dr. Masduki Partadiredja, N.Se., sela1m dosen pembimbing.
2.
Bp. Drh. Bambang Joeniman, NS., yang telah membimbing selama persiapan seminar hingga berlangsungnya seminar.
3.
Orang tua dan seluruh keluarga yang senantiasa berdo'a dan memberikan dorongan, baik moral maupun material.
4.
Saudari Hetty dan Selfy, yang telah banyak membantu, sehingga memperlanear penyelesaian penulisan skripsi ini.
5.
Semua fihak yang telah membantu, tetapi namanya tidal, terean tum dalam ueapan terima kasih ini.
Akhirnya penu1is menyadari bahwa, tu1isan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat memperbaild tu1isan ini sangat kami hargai. Bi11ahittaufiq wa1hidayah wa1inayah Wassa1aarnu'a1aikum Vir. Wb.
Bogor, September 1986 penu1is
DAFT All lSI Hal am an
...........................................................
DAFTAR TABEL DAFTArl GAM BAR I. II.
PENDAHULUAN
......................................................
10
....
••. . . . •. ••. . . . •. . . . . •. . . . . . . •. ••
1
.......................... '" .......................... .
3
.............. '" .. '" ......... '" ....
5
Geja1a KliI)is
Perubahan Morpho1ogi Bursa Fabricius
••
7
..... '" ......................................... .
14
Mekanisme Terjadinya Penekanan Kekebalan
18
Lamanya Efek Penekanan Kekeba1an
21
PathogeneSis
IV.
vii
TINJAUAN PUSTAKA Etio1ogi
III.
vi
••••••
Pemantauan Derajat Penekanan Kekeba1an
27
Interaksi Antara Penyakit Gumboro dan ND
30
............ '" ......................... '" '" ....... '" . .
37
PEl'1BAHASAN
KESIMPULAN dan SARAN A.
Kesimpu1an
B.
Saran
DAFTAR PUSrrAKA
. .......................
...............
IO
.........
'"
..
..
'" ..
..................... '" ..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
..
•
•
.............. '" • '" .... '" ...................... '" ........... '" ..
43 4Lt Lt6
DAPl'AR 1'ABEL
Halaman
Hornor 1.
Titer Ag1utinasi Terhadap
~.
abortus Pada
Ayam Yang Divaksinasi Dengan Virus Gumboro dan Yang Tidak Divaksinasi 2.
..•.•......••.••
27
Pengaruh Infeksi Virus Gumboro 'rerhadap Respon Kekebalan Pada Ayam Yang Divaksinasi ,ND Pada Umur
3.
4
mingg~
................
35
Pengaruh Infeksi Virus Gumboro Terhadap Respo,n Kekeba1an Pad a Ayam Yang Divaksinasi ND Pada Umur 18 minggu
4.
•••••.••...••••
35
Pengaruh Infeksi Virus Gumboro Terhadap Respon Kekebalan Pada Ayam Yang Divaksinasi ND Pad a Umur 30 minggu
5.
...............
36
Pengaruh Infeksi Virus Gumboro Terhadap Respon Kekeba1an Pada Ayam Yang Di val~sinasi ND Pada Umur 42 minggu
••...•.•......•
36
DAF'rAR GANBMI
Hornor 1.
Halarnan Epi thel Permukaan Bursa Yang 'ridak Diinokulasi, Pada Ayam Umur 2 hari dan 12 hari
2.
... ,. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
9
Hilangnya Epithel Permukaan 1<'olikel Bursa, Pada 96 jam Setelah Inokulasi
4.
8
Epithe1 Permukaan Bursa, Pada 48 jam Setelah Inokulasi
3.
..••
..............
9
Erosi Permukaan Yang Disebabkan oleh Hilangnya Epithel Permukaan, Pad a 9 hari Setelah Inokulasi
5.
.................................................
9
Epithel Permukaan Bursa, Pad a 72 jam Setelah Iholmlasi, dan Beberapa Folij,el Yang Henga1ami Involusi
6.
......................................
Antigen Virus Penyakit Gumboro Yang Dideteksi Di Dalam Folikel Bursa, Pada Inokulasi
7.
......................... ,. .............. .
Fluoresensi Di Dalam Folikel Pada 72
12
12
ja~
..............................
12
KoruI3akan Bol Li.mpho.i d l"oli".ol Hursa Pad a
9 hari Sotelah Inokulasi 10.
jam Setelah
Folikel Bursa Yang 'l'erinfeksi Pada 48 jam
Sete1ah Inoku1asi
Y.
2Lf
...............................................
Setelah Inokulasi 8.
9
..........................
12
Limphosit Intrafolikuler Dengan Bagian Sito-
plasma Virus Gumboro
•......................
13
Nomor 11.
Halaman Virus Gumboro Yang Dikelilingi 01eh Membran Tunggal Di Dalam Sitoplasma Makrophag
12.
Involusi Fo1ike1 Pada 9 hari Sete1ah Inoku1asi
13.
.................................................................... " .......... .
14
Kerusakan Pada Plika Bursa, 7 hari Setelah
................................................
Divaksinasi Gumboro 14.
............
22
Kerusakan Pada Plika Bursa Yang Berisi Pembesaran Fo1ike1, 14 hari Sete1ah Divaksinasi Gum boro
15.
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . . . .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. ..
23
Repopulasi Plill:a Bursa Yang Memperlihatkan Kerusakan Awal, 70 hari Setelah Divaksinasi Gumboro
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. • .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
24
16.
Struktur Fo1ikel Bursa Normal..............
25
17.
Titer Serum Ag1utinasi Pada Inoku1asi Dengan §. abortus str. 19
.........................
26
n.
29
18.
'fi ter Serum Aglu tinasi 'l'erhadap
19.
Respon Antibodi Primer 'l'erhadap Vaksin ND dan Uji Tan tang Virus ND Pada Umur
abortus
Lf9
hari
Dari Ayam Yang Diinfeksi dan Yang Tidak Diinfeksi virus Gumboro 20.
•••.•..••..•..••••...•
31
Titer HI Virus ND Dari Dua Ke1ompok Ayam Pada 7 hari Setelah Diinfeksi Dengan Virus Gumboro
. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .
32
I.
PENDAHULUAN
Penyakit Gumboro, atau yang sering disebut juga dengan Infectious Bursal Disease (lED) adalah suatu penyakit yang menyerang ayam umur dini.
Ayam yang terinfeksi olehpenya-
kit Gumboro akan menderita kerusakan pada sistem kekebalannya, sehingga ayam terinfeksi, lebih rentan terhadap penyakit lain, salah satu diantaranya adalah penyakit Tetelo (New Castle Disease).
Manifestasi dari kejadian infeksi
campuran antara Infectious Bursal Disease dengan New Castle Disease adalah timbulnya angka kematian yang dapat mencapai
75 % dalam jangka waktu 2 minggu, meskipun ayam tersebut sebelumnya telah mendapat vaksinasi terhadap ND.
Akan te-
tapi setelah dilakukan pemeriksaan pathologi-anatomi, juga ditemukan tanda-tanda penyakit Gumboro. (Partadiredja, M. dkk., 1983). Mengingat kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh infeksi campuran antara penyakit Gumboro dan New Castle Disease sangat besar, rnaka berbagai percobaan telah dilakukan yang bertujuan untuk dapat mendeteksi secara dini terhadap adanya infeksi campuran tersebut, misalnya dengan uji serologis, diantaranya Complement Fixation Test (CFT) , Agar Gel Precipitation Test (AGPT) dan lain-lainnya.
De-
ngan diternukannya cara-cara ini, diharapkan dapat mengetahui secara dini infeksi tersebut, sehingga dapat menekan angka kematian seminimal mungkin.
2
'l'ulisan ini bertujuan un tuk rnenge tahui se jauh mana pengaruh penekanan kekebalan aldbat infeksi penyakit Gurnboro, terhadap kerentanan ayarn oleh infeksi virus New Castle Disease.
Sehingga dapat dilakukan usaha pengendalian dan
penanganan yang tepat.
II.
'.rINJAUAN PUSTAKA
Etiologi Infectious 13ursal Disease (um) atau disebut juga dengan yenyakit Gumboro adalah suatu penyakit viral yang bersifat akut dan sering menyerang ayam yang berumur antara satu hari sampai 50 hari.
Penyakit ini untuk pertama ka-
linya telah dilaporkan oleh Cosgrove pada tahun 1962, di wilayah Gumboro, Delaware, oleh karena itu penyakit ini disebut juga dengan penyakit Gumboro. (Cosgrove, 1962). Infectious Bursal Disease (I13D) atau penyakit Gumboro kini ditemukan hampir di semua negara penghasil unggas. Penyakit ini bersifat sangat menular pada ayam, dan mengakibatl,an kerugian ekonomi yang besar, terutama pad a ayam broiler dan petelur. (Jlitchner, 1978). Penyakit Gumboro disebabkan oleh virus RNA dan virionnya mempunyai garis tengah antara 55 sampai 6::> mu.
S.ifat
virus ini sangat stabil, dapat bertahan dengan pemanasan pada temperatur 5GoC selama 5 jam, ,dan GOoC selama lebih dari 30 menit.
Akan tetapi dengan pemanasan pada tempera-
tur 70°C selama 30 menit virus akan mati.
Virus penyebab
penyakit Gumboro ini relatif lebih tahan terhadap pH rendah (2,0) selama satu jam, Chloroform dan ether, tetapi tidak tahan terhadap pH basa (12,0). (Benton et aI., lCl6'!J. Telah dilalmkan eksperimen tcrhadap ketahanan virus dengan beberapa senyawa kimia dan desinfektan, yang men un-
Lf jull~kan
bahwa virus tahan terhadap phenol dan merthiola tc,
sedangkan dengan konsen trasi 5 ?6 forrnaldehida virus akan mati.
Hal yang serupa telah dilakukan di USA, yang menya-
takan bahwa wescodyne (suatu senyawa lod) sangat efektif untuk mematikan virus penyebab penyakit Gumboro, sedangkan staphene (suatu senyawa turunan phenol) dan hyamine 2389 (suatu senyawa ammonium) tidak efektif untuk mematikan virus tersebut.
Akan tetapi di lapangan ada beberapa \{eber-
hasilan yang dicapai dengan menggunakan turunan phenol. (Bentonet al., 1967). Pertumbuhan virus Gumboro dalam biakan sel ginjal embrio ayarn (CEK) mempunyai kemiripan dengan yang telah dilakukan oleh Benton et al. dalam biakan sel fibroblas embrio ayam.
Dengan menggunilkan immunofluoresen pada sel
yang terinfeksi, terlihat adanya sitoplasma dan perkembangbiakan virus yang tahan terhadap 5-lododeoxyuridine.
Hal
ini menunjukkan bahwa virus Gumboro lebih cenderung berisi ribonucleic acid daripada deoxyribo nucleic acid (DNA), (Lukert et al., 1975). Telah dapat dij.dentifikasi dua serotipe virus penyebab penyakit Gumboro.
Serotipe yang pertama kali dilapor-
kan oleh Cosgrove, disebut sebagai serotipe I.
Serotipe
ini dapat menyebabkan efek immunosuppressive (penekanan kekebalan) pada ayam.
Dua strain virus telah berhasil di-
iso1asi dari ka1kun, dan sete1ah diadakan klasifikasi, ternyata serotipe ini berbeda dengan serotipe yang telah di-
5 laporkan oleh Cosgrove, dan serotipe baru ini disebut sebagai serotipe II. (Jackwood dan Saif, 1982).
Serotipe II
MO adalah virus yang diisolasi dari kalkun di 1'1issouri (Lukert et al., 1979), dan serotipe II OR adalah virus yang berhasil diisolasi dari I,alkun di Ohio (Jackwood dan Saif, 1982).
Percobaan yang telah dilakukan dengan'meng-
gunakan kedua subserotipe ini menunjukkan bahwa virus-virus tersebut sangat infeksius dan kontagius, akan tetapi keduanya tidak menyebabkan timbulnya gejala klinis maupun lesio pada kalkun yang terinfeksi. (Moorhead et al., 1984).
Gejala Klinis Kini diketahui bahwa ada dua bentuk penyakit Gumboro. Bentuk pertama ialah bentuk penyakit Gumboro yang klasik. Penyakit Gumboro bentuk ini menyerang ayam yang berumur antara 3 minggu sampai 6 minggu.
Ayam yang terserang pe-
nyaki t bentuk ini menunjuklmn tanda-tanda seperti depresi secara umum, yane; diilmti dengan hilangnya nafsu makan, sakit secara tiba-tiba, bulu kusut
~an
gemetar.
Sehingga
ayam menjadi sangat lesu, lemah dan enggan bergerak.
Ke-
palanya sering menunduk dan paruhnya dimasukkan ke dalam litter.
Bila ayam yang terinfeksi dipaksa untuk berjalan,
akan terlihat jalannya kaku atau jatuh ke samping, dan ayam seperti ini akan mati dalam waktu yang singka t.
'['an-
da yang lain ialah bulu yang berada di sekitar cloaca sering kotor, faecesnya berair serta berwarna keputih-putihan.
6 Ayam akan mematuk-matuk daerah cloaca, hal ini dapat merupakan suatu tanda adanya kelainan di daerah tersebut, dan sering kali ini timbul sebagai manifestasi gejala dini penyaki t Gumboro. (Winter field dan Hitchner, 1961+).
Angka
kematian akibat infeksi penyaldt Gumboro berkisar antara
o
sampai 20
%,
akan tetapi pada ayam yang berumur dini,
angka ini dapat menurun sampai 5
%,
dan semakin tua umur
ayam, angka kematian ini semakin rendah.
Angka kematian
akan mencapai maksimum jika ditunjang oleh sanitasi yang buruk dan adanya komplikasi penyakit lain, seperti ND. Sedangkan angka kesakitan dapat mencapai 80
%.
Bentuk penyakit Gumboro yang kedua ialah bentuk subklinik atau disebut juga bentuk dini.
Penyakit Gumboro
bentuk kedua ini besar pengaruhnya terhadap perekonomian peternakan ayam, karena pemeriksaan secara serologis membuktikan bahwa umumnya penyakit Gumboro yang ditemukan adalah bentuk subklinik.
Penyakit Gumboro bentuk ini me-
nyerang ayam yang berumur antara 0 sampai 21 hari.
Pad a
saat terjadi infeksi, ayam tidak memperlihatkan gejala ldinis, akan tetapi dapat merusak sistem kekebalan ayam yang terinfeksi, sehingga pada ayam umur dini hal ini mempunyai dua pengaruh utama.
Pertama,. akan meningkatkan kerentanan
ayam terhadap infeksi viral dan bakteri lainnya.
Kedua,
akan menurunkan respon terhadap vaksinasi penyakit lain, seperti New Castle Disease (NO). (Edwards, 1981).
7 Perubahan Morphologi Bursa Fabricius Infectious Bursal Disease (lBD) atau penyakit Gumboro adalah suatu penyakit virus pada ayam, yang cenderung menyerang bursa fabricius.
Telah banyak penelitian ten-
tang perubahan lebih lanjut ultrastruktur bursa fabricius, maupun penelitian mengenai morphogenesis virus Gumboro melalui infeksi buatan.
Rosenberger et al., (1975) telah
melaporkan adanya bentuk penyakit Gumboro yang subklinis pada ayam yang baru menetas, dan dikatakan bahwa bursa fabricius tumbuh dengan cepat pada ayam yang berumur 3 minggu pertama setelah menetas, dan akan mencapai ukuran dua kali lipat pada umur antara 3 minggu sampai 8 minggu, setelah itu bursa fabricius akan mengalami regresi.
Diketa-
hui pUla bahwa, secara aktif bursa fabrieius menghasilkan limphosit-B di dalam sistem kekebalan ayam selama beberapa hari setelah menetas, oleh karena itu jika selama periode tersebut terjadi infeksi oleh virus Gumboro, maka dapat menyebabkan kerusakan bursa yang jelas, sehingga terjadi penekanan kekebalan dalam waktu yang el!kup lama. (Giambrone dan Eidson, 1977). Perubahan morphologi terutama terlihat pada bUrsa yang mengalami kerusakan.
Pad a pereobaan yang dilakukan
oleh Naqi et al., (1979), dipelajari tentang morphologi epi thel permukaan dengan rnenggunal
C} br.
ci tl':1.k ll:i inc i-cul(;:l ::;~L ,
lj~.
.l~ pi th\.~ 1
1]:).
IJada ayaH} Y:.lrlL' UerUl:1Ur ? hc"':..ci. E pi the 1 .P(:; 1'11; uk6.o.l1 bur ca "J c.ln~) -cid'::,.l\. di:Lnol·:ulcu=;i, pada Hyalli yune: b(;rUi.:-:Ul' ~L2 hart.
:.)f:;:C'l:tU;;;'Q.i",n
!JUl' ;..;<.;. J ':Hl~',
dilihat secara ;jelas
;.-'~tdC1
lihat bc:lll'la, t81'jadi
.~kllurunLn
);0 :jaw [:;etelu.h inokulasi.
krovili pG.da sel-sel epi thGl,
jUI!!lah (ian ukuran (w.ri l;ii.Y{:l.tl,~;
l11Gnyerupai kancint; bu.-
nunjukkan adanya eros:L .gel'tl1ukac:ul [)8Cal'"i. lukal, !\.:.urcna hi-
langnya sel-sel epithel.
ani .. thel l\.ulJut: •
10
Gbr. 2A.
2B. 2C.
2D.
Epithel permukaan bursa, pada 48 jam setelah diinokulasi. Terjadi penurunan jumlah dan ukuran dari mikrovili, serta kumpulan dari limphosit permukaan (tanda panah). Hilangnya epithel permukaan folikel bursa, pada 96 jam setelah inokulasi. Sebuah folikel dengan beberapa sel in Ll'afolikuler (tanda panah). Erosi permukaan, yang disebabkan oleh hilangnya epithel permukaan pada 9 hari setelah inokulasi. Folikel kosong dengan sel epithel batang (tanda panah) • Epithel permukaan bursa pada 72 jam setelah inokulasi. Sebuah folikel seperti kancing baju yang normal. (tanda panah), dan beberapa folikel yang mengalami involusi.
hampir seluruhnya adalah limphosit dan makrophag yang nampak sebagai lubang-lubang yang kosong. Perkembangbiakan virus Gumboro, secara intrafolikuler dapat dideteksi dengan menggunakan teknik imunofluoresen, 24 jam setelah inokulasi.
Perkembangbiakan virus tersebut
terutama terjadi di dalam folikel limphoid, akan tetapi regenerasi dari folikel-folikel itu tidak terlihat sampai 12 hari setelah inokulasi, sehingga kerusakan bursa yang terjadi, termasuk dalam kerusakan bursa yang permanen. Ayam umur dini yang terinfeksi oleh virus Gumboro, dapat menyebabkan kerusakan bursa,
y~ng
dapat mengakibatkan
terjadinya penekanan kekebalan.
Setelah diadakan inokula-
si virus Gumboro secara per oral, maka virus tersebut dapat masuk ke dalam jaringan bursa melalui lapisan epithel permukaan bursa, \,arena letak bursa fabricius berdekatan dengan saluran pencernaan, sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan bursa dan erosi pada epithel bursa.
Sedang-
kan penyebab terjadinya nekrose dan erosi epithel, sampai
11 saat ini belum diketahui.
Hal ini kemungkinan karena ren-
dahnya derajat infeksi virus, akan tetapi cukup untuk menyebabkan kematian sel.
Kerusakan sel folikuler yang ter-
jadi selama infeksi virus Gumboro, berawal dari lapisan epithel yang berada di bawahnya, sehingga memudahkan untuk terjadinya erosi epithel. Kumpulan sel permukaan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2A (tanda panah), adalah limphosit yang bermigrasi ke permukaan, melalui jaringan epithel folikuler. (Purkins et al., 1974).
Keadaan seperti itu, akan membantu penye-
baran virus ke folikel yang lain, atau ke jaringan limphoid lain di dalam tubuh yang memungkinkan. Pada bursa yang terinfeksi oleh virus GUmboro, terlihat adanya folikel yang menyerupai kancing baju dengan batas yang jelas. pada gambar 2B
Involusi folikel seperti yang terlihat dan 5 adalah merupakan limphosit dan makro-
phag yang telah rusak, yang berasal dari folikel bursa yang berada di lapisan bawah.
Pengamatan selanjutnya terhadap
morphologi folikel, dengan menggunakan mikroskop elektron serta imunofluoresen menunjukkan bahwa, terlibatnya folikel pada permulaan infeksi, menandakan bahwa infeksi tersebut akan menuju ke arah kerusakan dan kematian sel.
12
1)
viru;:.3 ,Ut:ilj.:.th:i t '., UlHboro Yi;-.. nG ciiciv teksi ,-,i [juri:::':;., .~)<·_t'-!i_l : __ ii jCir:i ,seteJah :Lno~\.ul[u~l . .'."olil:::cl bur-Set yL~11(-~ t0rini'eksi, ~)[ldu L~0 jc:.UiI s8tCJi.;jl in()~\.ul.:;.sj_. ,-'luo.cur;(;nsi di d:.:llc~j!] L;itoI)l~),Lrna tt::rJi-
.~n tigcn
dalal!i
foJ.ik(~l
hat j0.l['~1. i;'luoresen:.si di d,-"l'un lO.Li.:\01,
3C.
inokula~-;i,
te:;J';,;,:) dUi:( l~i
'1'2 jell!! [lE:'tC:.lcJl se:;l-GGl jL:.llr"':: ~j8r
pb.(tCl
ClL~:t~:i;:!nya
(i,~i.ant~.r() i'o.L:i.\ol. ;·~_erus().~;::(:_i.n B'~'l :Li:'Jphoid l'ul:L:-,,,:;:l bur:;).:." lJL,1.d.a ~-; hal'l f3eteLah illO~(ul.at:.,t. tJu,ljc'. tcrJihv. t. fJuor(:sen.si ctc.o.ri be beral)c). GG.L :J ;:1.1;-;.; ·06:('C).ua dian t<:J.ro. l'olj.l:':.::L.
adc:i..
3::}.
Gbr.
4A.
liw pJ10 S~~ L. in tl'c'li'olilaLL 8r (lc.l1gan b&~'iun ~;j_ to pli)svj_l'US __ lumbo:L'o (tand.6. l?ano.ll). Viru;j ::rUJ~~bOl'O .yani.~ (~il'\el.:Llingi oleh m8!llbrcu1 tUl1t.;gal (tanu.<~ .9c.lnail> di dalaJil Sl t( 1)lt:'GI.'1a l!lc.\i:ro l;h£:~g. j
UJa
II_i
Qa/Jr.5. Involusi folLwl, po_ua ';I haLL E8c.si (tanda panah).
Pathogenesis Peny.akit GUinboro bia~l,-c_nyu cor ja0-i puda ayam yang borumur antara satu hari s1J.lfi(lai tujuh :lIin::;Gu.
(Snedeker,
196'/J.
Namun hal ini bisB PUlE, uijUlt:IlUi pada aYG.l!1 yang ulflurnya su-
dah mencapai 15 minggu.
Akan tetapi ayalJl yanG paling ren-
tan terhadap infeksi penya!-.:i t i.;Ul!IOoro [-.:dalah YClnG oeru:nur
yang teroer:;ar akibat
[;erCtnC;c~n
,P..:..nyalcLt
~luIHUoro
tersebut PCl-
cia umumnya 8ckitctI' WllUI' 2 sampai 4 luin,.:;r;u. (Luthgen, 1y6').
15 Kejadian penyakit berkisar antara umur 4 minggu sampai
6 minggu, hal ini ada hubungannya dengan perkembangan burs,,! fabricius.
Bursa fabricius adalah merupakan organ yang pa-
ling penting untuk sistem pertahanan, dan batas maksimum fungsi organ ini sekitar ayam berumur 10 minggu dan setelah itu lambat laun akan mengalami atrofi, sampai akhirnya bursa fabricius hampir tidak berfungsi lagi. (Glick, 1956). Kaufer dan Weiss (1980) berpendapat bahwa, efek dari infeksi virus Gumboro yang akut dapat menyebabkan banyak sel yang rentan terhadap infeksi virus Gumboro.
Akan te-
tapi kerusakan pada sistem pertahanan sebagai akibat infeksi tersebut, pada ayam leghorn dilaporkan terjadi pada umur antara 14 sampai 15 minggu. (Bickford et a1., 1979).
Nasih
belum jelas tentang sempitnya interval umur yang rentan terhadap infeksi penyakit Gumboro, akan tetapi hal ini diduga bahwa komplek imun kemungkinan ikut berperan dalam pathogenesis penyakit Gumboro, (Ivanyi dan Morris, 1976). Menurut Kaufer dan Weiss (1980) kematian yang disebabkan oleh penyakit Gumboro erat hubungannya dengan penurunan komplemen yang drastis.
Di dalam penelitian selanjutnya
dikemukakan tentang adanya hubungan antara penggumpalan yang abnormal yang tanpa disertai perubahan tingkat komplemen, dengan timbulnya tanda-tanda klinis yang disebabkan oleh infeksi virus Gumboro. (Skeeles et al., 1980). Winter field et al. (1972) membuktikan tentang adanya perkembangbiakan virus Gumboro dan lesio pada bursa fabricius,
16 dengan cara menginokulasi virus Gumboro baik pada ayam yang berumur satu hari maupun pada ayam yang berumur 4 minggu. Dengan adanya pembuktian ini, maka dapat diketahui tentang pathogenesis penyakit Gumboro pada ayam yang tidak mengandung antibodi induk terhadap virus Gumboro, yang diinfeksi dengan virus Gumboro pada saat ayam tersebut tahan terhadap infeksi penyakit Gurnboro, yaitu pada saat ayam berumur kurang dari dua minggu dan lebih dari 10 minggu.
Hal ini
dibandingkan dengan ayam yang diinfeksi pada saat ayam tersebut rentan terhadap infeksi penyakit Gumboro, yaitu pad a saat ayam berumur sekitar 5 minggu.
Umur ayam yang kebal
terhadap manifestasi gejala klinis penyakit Gumboro, kemungkinan tidak tergantung dari kemampuan virus untuk berkembangbiak dan menimbu1kan lesio.
Pada pene1itian yang
telah dilakukan oleh Fad1y dan Nazerian, (1983) terbukti bahwa, timbulnya gejala klinis yang parah dan tingginya angka kematian pada ayam yang diinokulasi dengan virus Gumboro pada umur 5 minggu lebih tinggi daripada ayam yang diinokulasi pada umur satu minggu atau 11 minggu.
Gejala
klinis yang hebat dan tingginya angka kematian ini juga te1ah dilaporkan terjadi pad a ayam yang diinoku1asi dengan virus·Gumboro pada umur 6minggu, akan tetapi tidak demikian halnya dengan ayam yang diinokulasi pada umur 17 hari. (Skeeles et al., 1980). Pada pemeriksaan mikroskopik terhadap sampe1 dari bagian jaringan seperti thymus, 1irnpa dan bursa fabricius
17 terbukti bahwa kerusakan pada bursa fabric ius mempunyai derajat keparahan yang sama pada semua ayam tanpa memperhatikan umur ayam yang diinokulasi.
Pada kelompok ayam
yang diinokulasi pada umur 5 minggu, lesio pada limpa dan thymus lebih jelas terlihat pada 8 hari setelah inokulasi. Sedangkan lesio pad a bursa bisa terjadi pada ayam yang diinfeksi dengan virus Gumboro pada umur satu hari maupun pada umur 4 minggu. (Winterfield et a1., 1972). Hasil iso1asi virus dari organ-organ seperti bursa fabricius, ginja1, thymus, limp a dan usus ayam yang te1ah diinokulasi dengan virus Gumboro pada berbagai tingkat umur (1, 2, 4"dan 8 hari) menunjukkan bahwa, virus berada da1am
organ~organ
tersebut se1ama sekurang-kurangnya 8 ha-
ri sete1ah inoku1asi. (Fad1y dan N azerian, 1983).
Hal ini
sejalan dengan pendapat Winter field et a1. (1972) yang menyatakan bahwa konsentrasj. tertinggi virus Gumboro di dalam bursa fabricius dan limpa dapa t ditemukan 3 hari setelah inokulasi pada ayam yang berumur sampai 4 minggu. Suatu penurunan tingll:at komplemen, pada ayam yang diinoku1asi dengan virus Gumboro pada umur 6 minggu maupun 7 minggu, kemungkinan ilm t bertanggung jawab terhadap adanya perbedaan dalam manifestasi geja1a klinis yangtimbu1 pada berbagai tingkat umur ayam yang terinfell:si oleh virus Gumboro. (Skeeles et al., 1979). Timbu1nya 1esio pada ayam yang berumur 11 minggu rnemberi kesan bahwa ayam yang berumur lebih dari 10 minggu ada
18 kemungki an masih rentan terhadap timbulnya lesio yang disebabkan oleh virus Gumboro.
Bahkan pernah dilaporkan ada-
nya virus Gumboro yang menginfeksi ayam yang berumur 15 minggu dan 14 minggu. (Bickford et al., 1979).
Mekanisme Terjadinya Penekanan Kekebalan Sejalan dengan apa yang telah dil,emukakan oleh Naqi (1978), maka dari hasil penelitian yang dilakukan oleh B. Panigrahy diketahui bahwa penyebaran sel-B ke jaringan limphoid peripher terjadi selama periode embrional dan pada waktu ayam berumur dini.
Oleh karena itu, jika terjadi in-
feksi penyakit Gumboro pada periode tersebut, akan terjadi penekanan humoral imun respon.
Sehingga ayam yang terin-
feksi pada umur yang lebih tua (28 hari) , relatif lebih tahan terhadap efek penekanan tersebut.
Hal ini terjadi
karen a pada ayam yang lebih tua sudah terjadi pematangan sistem kekebalannya, sehingga efek penekanan itupun akan bersifat sementara. (B. Panigrahy et al., 1982). Antibodi yang dibebaskan oleh
~el
limphosit ke dalam
plasma darah (serum) dan ke berbagai sekresi tubuh, seperti produksi mukus di dalam saluran pencernaan dan saluran pernapasan, juga berfungsi sebagai sistem pertahanan. Plasma darah atau serum yang mengandung antibodi disebut juga sebagai antibodi sirkulasi, yang kadarnya dapat diukur dengan uji serologis.
Adanya Kadar antibodi ini dapat di-
gunakan sebagai indikator yang baik untuk mengetahui adanya
19 pembentukan kekebalan terhadap beberapa agen penyakit, wa1aupun tidak semuanya dapat diukur dengan uji sero1ogis, misa1nya antibodi lokal.
Pada infeksi penyakit Gumboro dan
New Castle Disease (ND), antibodi lokal ini bertindak sebagai sistem pertahanan pertama untuk melawan infeksi awal dalam lapisan'se1 saluran pencernaan dan saluran pernapasan. Se1-T mewaki1i pertahanan secara umum untuk melawan virus, fungi dan tumor tertentu. (Naqi, 1978). Efek penelmnan I,ekebalan pada infeksi dini dari virus Gumboro te1ah banyak dilaporkan, namun demikian masih terdapat adanya beberapa perbedaan penentuan umur di dalam hubungannya derigan penekanan kekebalan yang diakibatkan oleh virus Gumboro.
Ayam yang terinfeksi oleh virus Gumboro pa-
da umur kurang dari 2 minggu menunjukkan terjadinya penurunan kekebalan yang drastis.
Virus Gumboro yang mengin-
feksi ayam secara alami akan mengakibatll:an terjadinya penekanan kekebalan yang ditandai oleh kerusakan dan nekrose pada bagian limphoid bursa fabricius.
Ayam yang terinfek-
si oleh virus Gumboro pada umur satu hari, maka akan mempunyai titer antibodi terhadap virus NeVI Castle Disease (ND) yang lebih rendah dibanding dengan ayam yang terinfeksi virus Gumboro pada umur 28 hari.
Hal ini terjadi karena
pada ayam yang berumur 28 hari sistem kekebalannya sudah sempurna, sedangkan pada ayam yang berumur satu hari sistem kekebalannya belum sernpurna.
Seperti pada percobaan yang
telah dilakukan oleh B. Panigrahy (1982) dengan adanya per-
20
panjangan daya tahan terhadap pencangkokan kulit (skin graft) pad a ayam yang diinfeksi dengan virus Gumboro pad a umur satu hari, menunjukkan bahwa disini terjadi penekanan terhadap sistem kekebalan yang diperantarai oleh sel (cell mediated immune respone). Percobaan tentang pengaruh penyakit Gumboro terhadap sistem kekebalan juga telah dilakukan oleh Cullen et al., (1972) dengan menginokulasikan virus Gumboro pada ayam umur satu hari, dan setelah ayam berumur 23 hari dan 64 hari divaksinasi dengan New Castle Disease (strain Hitchner B ). l Dari hasil percobaan tersebut diketahui bahwa respon serologis primer 'dan sekunder (ti ter HI virus ND dan kadar Ig G) pada ayam yang telah diinokulasi dengan virus Gumboro, turun secara nyata.
Sedangkan pada ayam yang diinfeksi de-
ngan virus ND melalui vaksinasi ND pertama, yang sebelumnya juga telah diinokulasi virus Grunboro pada umur satu hari, ternyata ada penurunan respon serologis terhadap vaksin ND, dan ayam tersebut menjadi rentan terhadap virus ND, meskipun sebelumnya telah dilak,ukan val<sinasi ND. Pada percobaan yang telah dilaKukan terhadap 55 ayam yang dinyatakan specific pathogen free (SPF) terhadap penyakit Gumboro dan ND, dibagi ke dalam
4
kelompok.
Dua ke-
lompok ayam yang berumur satu hari diinokulasi dengan virus Gumboro, dan tGrnyata tidak memperlihatkan reaksi klinis maupun kernatian.
Dari kedua kelompok tersebut, masing-
masing diambil 10 ayam lalu dimatikan pada umur 20 hari dan
"-'.,-<'
,~--'-~--~---.~~~,,~---
......
----'-"'''~.-,-"-,-,---,,
..
~-~-~
21
ditimbang berat karkas, bursa fabricius dan limpa.
Dua ke-
lompok lainnya yang berumur 21 hari, divaksinasi dengan vaksin ND inaktif.
Seluruh ayam yang terdiri dari 4 kelompok
dilakukan inokulasi dengan virus ND strain Herts 33 yang virulen, secara intra muskuler,dengan dosis 1 ml yang berisi 10 6 ELD dilakukan pada ayam y,ang berumur 42 dan 63 50 hari. Sampel darah yang digunakan dalam pemeriksaan serologis diambil dari ayam sisa dari keempat kelompok, pada umur 20, 41 dan 62 hari.
Pada dua kelompok ayam yang te-
lah diinokulasi dengan agen penyakit Gumboro terdapat perubahan morphologi bursa fabricius, sedangkan ayam dari kelompok yang iain bursanya normal.
Perbandingan berat bursa
per berat badan antara ayam yang diinokulasi dengan ayam yang tidak diinokulasi dengan virus Gumboro berbeda nyata. Hasil uji HI dengan virus ND dan reaksi ayam kelompok B dan C setelah 3 minggu dan 6 minggu divaksinasi ND menunjukkan perbedaan yang nyata, an tara ayam yang diinokulasi dengan virus Gumboro dan kelompok ayam yang tidak diinokulasi dengan virus Gumboro.
Hal ini menunjukkan adanya ke-
gagalan terhadap vaksinasi yang telah dilakukan.
Lamanya Efek Penekanan Kekebalan Menurut Muskett (1979) terdapat pengaruh pada bursa fabricius akibat penggunaan vaksin hidup penyakit Gumboro. Penelitian tentang lamanya efek penekanan kekebalan sebelumnya pernah dilakukan oleh Giambrone dan Eidson (1977)
•
22 dene;an ment£gunakan ayaJH yo.nc berumur 3 minggu, IT minggu uengan strain virus Gumboro yang virulen. ngan peneli tian yang telan
dil".\ml~an
lial ini mirip de-
01811 'j'hornton et al.,
(1982) yane; meneli ti tentans erell: lamanya penekmvm kel<;8balan dan hubungan antara lwrusakan 1mrsa fabr:Lcius aenLSan pene!:anan respon humoral yanG ciisebabkan 01811 strain vaksin pcmyaki t Gumboro Iwda ayaiD yane berulilur ca tu ilO.ri. ini menimbu1kan penyakit yang subldinis.
Strain
Hasil pemeri\{sa-
an secara histo1ogi terhadap 8 dari 10 sampel bursa fabricius yane; dilakukan
7 hari setclah ayam divaksinasi Gumbo-
1'0, menunjukkan adanya kerusakall bursa yane; parah,
teruta-
ma pada struktur folikuler, lLlphosi t, genalllbahan jarincan ika t, pembentukan kista mukus serta kerusakan epi thel (gai1ibar 1).
Empatbe1as hari sete1all vaksinasi, salah sacu bur-
sa memperl:LhatlGm perubahan yanG sama dengan kedelapan bur-
Obr .1.
~< e:cusak':ll1 l)ao.c~ £)1i ka tJur sa, '/ hari S8 t~~·lah vC-!.l-:-~[-JJllEU::;i ~iUl!tIJOro.
lain memperlihatkan
D.duny~~
CtiiJatc..1;:;j.
olL·ll
kortek da.n mectula, denc;an 1.Li,tphosi t Jane' ll1C"tsih nor:!laJ..
:.:;8-
bagian besar dar:L
~)lik.:)
foli:':el
yan . . .
oesar
terdD.p~;.t
yan[5
cl:L dalo..:n
5 bursa YE.1.n[j
tarsisa, sckuran3-kuran3nya berin1 satu fu111:e1 nurma1.(gambar 2).
Gbr.2.
Kerusnkan pacta
~lika
UUI'sa
yanG ber-
1si p,)Jllbero;1u'an fOl11;e1, pada 111' har1 setelah vClksino.si Gumboro. Duapuluh S2.tu hari sete.la.h
vL~ksinasi,
diELdD.kan
peifl&-
riksaan 1agi terhadap 10 bursa, dan tornyata memper11hatkan tanda-tanda
yan,l~
sarno. dengo..n 5 bursa yang telah dipe-
riksa terdahu1u. Duapuluh (\e1aljan hari setalah vakE;inasi,
6 dari 10 bur-
sa yang diperi\<;sa, terliapat pertumbuhcul 1'01ike1 yang normal sel{.urang-kurangnya
50~;
dari luas totell bursa.
tersebut berlangsung sa8Dai 70 hari ~;ebagial1
~Gtelah
l'{ce;enerasi
vaksinasi.
besal' dari 1uas to tal 'oursa tel' jadi l'egenerasi,
al,an tetapi sebac;ian 1agi wenunjukkan ac!.anya keI'usakan
kontrol.
re.da.
Clbr.j.
~-,-y(-).trl
yan:;
t:U.H:U(
cti vu}·u3ini,_.si,
,:cf.J0j)ulHsl IJ.L:U\.a uu:csa Jane "'11"· .... 'Ii)' Cld". ,
-.LL~lc~ '"1 .. J_), (-~ 1 ... 11 t.. .a je1 ",.-", ,-..(::.-1"',\,.L.')d~).c.~,
talall Hasil uji
~iva~GinaGi
scX'o1o~is
G':~jfibu..ran
hic-
li1GIIlP8I'll(;~f'i .'..,0-
1·
Gumboro.
:Henunjukl,an buhvla
hari ke -
lJi.:tCU.J.
10 atau lebih r;otela.il inokulaciJ,
kelo1!1~:;ol\.
ayau
rata-rata titer ,sA'I' lebih rendah
dari~1adu
aY8.l:1 lwntrol (ta-
bell).
Sedangll:i3.n
l~olol:l[)ok
jL-:J1C
divak-
21 mOlilpul1./ai rata-r2.ta titer
i';AT yang lebih rendah clibanclinc; (jenr;an :.; hiiri sebelumnya,
VJalaupun ada rangsangan yanG cukup unttlk meni:nbulkan kat respoD YDrl.::: lobih tingci ue.l'i t:LnLl
.padc.:~
tinc~-
1'7
hari setelah inokulasi (yaitu pada )6 hL~:c'i ~3ctelah VoJ:si-
2:5 telah vaksinasi (kelompok 28), rata-r",ta titer SAT ditekan selama
7
hari pertama.
Kelompok
)5,
pacta ayam yang telah
di vaksinasi, ter jadinya p.onelmnan terhadap ra ta-ra ta titer SAT tidak nyata. tj.tCl"'
Alcan tetapi 9ada kelompok 42, rata-rata
SA1 tersebut sedildt leb:Lh tin;;ci tlibi:l.nding uengan 1
ayam kontrol.
I .
I
________ .1 Pacta porcobOlan yang t(,:W.il di1akukan oleh '-'horn ton at al. (1982) tersobut, interval antara vaksinasi Gumboro dengan inokulasi
12.
aQ..QLtJd.§ ,'Ocr. 19
tc~r.Lalu
ponook, sehin:e;gB.
beberapa ayam yanE; telah d:Lvaksinasi tidak !!lenunjukkan U_ter yang positif m:tmpai 17 ha1'j_ scnelah inolwlasi, kecuali
3 ekor ayam lO!J1pok 21).
(;:> eko1' dar-i lwlonlllok lLf,
cian 1
el'~or
dari ke-
Sedanekan sisanya 1nGnlpunyai titer ,'fang nega-
tiL
tidak divaksinasi, naik S8cara konstul1, lebih uari )
mine~u
26
3
'9 C y .........
.,.
,_. ~ I
,
..-
1-
..--.
.'
..... /
.....-/" Group 14
Group 7
3
0 I 2
H
OJ 1
+' 'r! +'
!? I
/ ~ --..
•i
Group 28
Group 21
~I
+' 3 01
~ J
I
ru (lj, ,
+, .
iT
2
~ /
~''''-
1-
0
I
".
,. , ,
Group 35
Group 42
3 7101417 2124 28
3 7101417212420
I I
I I
I
Hari sete1ah inoku1asi S-19 Gbr.5.
Titer SAT terhadap inokulasi S-19
pertama dari 6 minggu periode percobaan.
Kenaikan respon
kekebalan ini dengan peningkatan umur, terlihat nyata sekali pacta grafik respon, yang naik selama 10 hari pertama setelah inokulasi (gambar 5).
Keterangan Gbr.5 : Ayam yang divaksinasi. J\.yam
kon trol.
27 Tabe1 l.
Titer ag1utinasi terhadap 12. abortus pada ayam yang divaksinasi dengan virus Gumboro dan yang tidal, divaksinasi.
Inokulasi S-19 (Hari setelah vaksinasi) 7
V atau K
V K
14
V
K
21
V
K 28
V K
35
V
K 42
V
K
* K V
., 3
7
5 5 5 10,5 5 5,4 5 4'7 5,8 32 15,4 437 10,2 144 33 514 40 578 64 9 1j8 14,2 1084 22 543
10
11+
8,3 89
18,8 22,5 35 Ij3 40 248 216 243 157 127 12,9 22,6 18,9 3 1t4 259 169 85 256 310 232 305 159 173 474 270 182 199 208 191 413 402 338 49'7 352 428 326
'7,7 185 108 498 581 391 506 649 9'73 780
17
21
24
Hari setelah inoku1asi Ayam kontro1 (tidak divaksinasi) Ayam yang divaksinasi dengan virus Gumboro
Pemantauan Terhadap Derajat Penekanan Kekeba1an Beberapa strain virus Gumboro tidak menimbu1kan gejala k1inis, a\{an tetapi merupakan ben tuk penyalr,i t Gumboro yang subklinis.
Hes\
sertai dengan timbulnya gejala klinis, narnun dapat menyebabkan nekrose limphosit bursa fabricius, yaitu suatu organ yang sangat esensia1 untuk pembentukan kekeba1an pacta ayam umur dini.
Sehingga jika terjadi kerusakan pada bur-
sa fabricius, ayam akan rnenjadi 1ebih rentan terhadap penyakit lain. (Wyeth dan Cullen, 1975).
28
28 Respon serologis ayam terhadap mati selama
~.
abortus str. 19 dia-
7 minggu, untuk mengetahui derajat penekanan
kekebalan yang disebabkan oleh vaksinasi pada ayam yang berumur satu hari dengan menggunakan dua vaksin Gumboro.
Sa-
lah satu dari vaksin tersebut dapat menyebabkan kerusakan limphosit bursa fabricius serta atrofi bursa, sehingga terjadi efek penekanan kekebalan yang dapat diketahui secara serologis melalui inokulasi et al., 1979).
~.
abortus str. 19. (Thornton
Kedua vaksin yang digunakan dalampercobaan
tersebut tidak menimbulkan gejala klinis penyakit Gumboro. Vaksin A mengal<;ibatkan kerusakan pada bursa, sedangl,an vaksin B mengakibatkan kerusakan pada bursa yang tidak berarti. Hasil rata-rata perbandingan prosentase berat bursa per berat badan antara kelompok yang diberi vaksin B (0,36) dengan kelompok ayam kontrol (0,'+0) tidak berbeda nyata, akan tetapi pada kelompok ayam yang diberi vaksin A (0,1) mempunyai titer yang sangat rendah. Ayam yang diambil dari kelompok yang diberi vaksin B maupun dari kelompok ayam kontrol yang tidak divaksinasi, tidak ditemukan adanya kerusakan bursa.
Akan tetapi pad a
bursa yang diambil dari kelompok ayam yang diberi vaksin A semuanya mengalami kerusakan limphosit dengan beberapa sisa folikel. Hasil titer aglutinasi serum pada sera yang berasal dari kelompok ayam yang diinokulasi dengan Q. 19 dapat dilihat pada gambar 1.
~rtus
str.
'ridal, adanya titer yang
29 S190nly
400 -
300··
200 ~.
,-f
..~1
100-
..
"'
°l-! ..... ;
E-I
.~
Cfl I I
M OJ
+'
'r!
E-'
2Uo -
100 -
180 VilccirwA I' 519
GOl , , , , 3
,_j
"
7 10 1417 212'1 2831
, 3G
,---;43
49
Hari sete1ah inolm1asi 5-19 Gbr.1.
Titer serum ag1utinasi terhadap ~. abortus
ter1ihat pad a beberapa sampe1 yang diambi1 dari ke1ompok ayam kontro1 menunjukkan bahwa, pada ayam yang te1ah diinoku1asi, respon terhadap inoku1asi 8-19 tersebut te1ah berkembang, akan tetapi 8-19 tidak menyebar pada ayam-ayam tersebut. Respon sero1ogis dari ayam yang diinoku1asi dengan S-19 dan juga diberi vaksin A dari se1uruh percobaan ada1ah ren-
30 dah, tidak pernah mencapai rGta-rata yang lebih tinggi dari 21 iu/ml, serta tidak menunjukkan suatu tingkat tertentu. pada hari ke-28, 8 ayam dari ayam-ayam tersebut mempunyai titer yang meningkat, walaupun selebihnya mElmpunyai titer yang sangat rendah.
Akan tetapi pada waktu yang sama, ke-
lompok ayam kontrol yang hanya diinokulasi dengan
~.
abortus
str. 19 menunjukkan bahwa rangsangan terhadap 3-19 tersebut telah menurun.
Adanya kenaikan titer tersebut pada 6 ming-
gu setelah vaksinasi dengan virus Gumboro, keraungkinan sebagai hasil regenerasi bursa.
Respon dari kelompok ayam
yang diberi vaksin B, sangat rendah jika dibanding dengan kelompok ayara"kontrol.
Sedangkan perbedaan pada titer ter-
tinggi, tidak berbeda nyata. (Thornton et al., 1979).
Interaksi Antara Penyakit Gumboro dan ND Infectious Bursal Disease (lBD) at&.u penyakit Gumboro merupakan penyakit viral pada ayam yang lesionya terlihat jelas
pad a
bursa fabricius. (Chevile, 1967).
keparahan penyakit Gumboro ayam yang terinfeksi.
berhubung~n
Kejadian dan
langsung dengan umur
Ayam yang terinfeksi oleh virus Gum-
boro pada umur dini (satu hari), mengakibatkan terjadinya penekanan kekebalan, sehingga ayam akan menjadi rentan terhadap penyakit lain, seperti ND.
Hal ini diketahui setelah
pada percobaan ayam yang diinfeksi dengan virus Gumboro pada umur satu hari, terjadi penekanan kemampuan respon ayam tersebut terhadap va],sin ND aktif dan inaktif.
Percobaan
31 yang telah dilakukan oleh Faragher et al., (1974) terhadap
6 kelompok ayam, setelah diinolmlasi dengan virus Gumboro pada umur 1, 7, 11f dan 21 hari, la1u diadakan uji tan tang serta divaksinasi dengan virus ND pada umur 49 dan 29 hari, menunjukkan bahwa uji HI virus ND terhadap sera dari seluruh kelompok pada umur 28 hari, memberikan hasil negatif. Titer HI yang tinggi secara nyata ditemukan pada kelompok ayam dari nomor 2 (B) sampai ke1ompok nomor
5 (E).
Sedang-
kan pada ke1ompok ayam nomor 1 (A), ayam yang masih hidup mempunyai respon HI lebih rendah dan derajat kerusakan respon kekebalan humoral (humoral immune respone) lebih tinggi daripada ayam dari r--.. (\ J t-·0
kelompol~
.DI.. d
o S\Jtviy~d
•
o
I 6
0
7
: I
I
l~.
B sampai
(:cX."X',
6
(XXJCOX'C'«
5
0000
I
v:;
3
""'-
~;:U::::z
2
A
Gbr.l.
I~o
(/..1.1//.
I
...
I
I ,I
0
(XXX:"".,
=,
=
f///.I/.//.rh
- ~_J
"""
COOJ..XXJ.(X)e
r./ZIIff/ fJ~\
rfffA
Cf...C(f/(((,.....,·
(1.<1-' rJ
0
•
c
B
=,
00
I
=== ::::n::::.
E
D
F
Respon antibodi primer terhadap vaksin ND dan hasil uji tantang virus ND, pada umur 49 hari ayam yang diinfeksi dan yang tidak diinfeksi dengan virus Gumboro.
fJfll{'(}\-.
Virus Gumboro Vaksinasi ND Uji 'ran tang (ND)
/,
1hI'.
I',
'IhI'.
r: 1 i t h I' •
r) ~~lh.('
F':
F'
•
29hr. 29hr. 29hr. 29hr. 29hr. 29hr. If9hr. 49hr. 49hr. If9hr. 49hr. 49hr.
32
'" o
'"
.'
~.
.
""I , I (
o~/
"
< ,
~o
,rJ'
,
.•,.,
3D
o
o "
.
' • ,_'-; _10
[-.
'. .,
Setelah vaksinasi (minggu). Gbr.2."
-------
Titer HI virus ND dari 2 kelompok ayam, pada 7 hari setelah diinfeksi virus Gumboro. Ayam yang diinfeksi ND Ayam yang diinfeksi ND dan Guwboro
Ayam dari kelompok B, C dan D yang diinfeksi dengan virus Gumboro, menunjukkan suatu respon HI yang sarna dengan ayam dari kelompok E yang telah dival'u;inasi ND, akan tetapi tidak diinfeksi dengan virus Gumboro.
Hal ini sesuai dengan
pendapat yang menyatakan bahwa efek virus Gumboro pada ayam yang berumur 7 hari atau lebih adalah ya atau tidak sama sekali, namun ini tidak akan terjadi pada ayam yang berumur 13,,1.1) b"T'i.
Pad;)
/';ulnl",f' 1
dengan ayam yang oel'Lohatl
l.ey·) j (Ill
hot hllbllngan antara titer HI
Luk hltll.lj.l.
Tl Ler HI
c;
I,
(I e.H I
(~
setara dengan satu kematian dalam 28 ayam, titer HI tara dengan satu kematian dalam 33 ayam, titer HI 2 3 setara dengan 18 kematian dalarn 35 ayam, dan titer HI 22 hanya 2 ayam yang hidup dari 62 el
33 Ayam yang diinfeksi dengan virus Gumboro, mempunyai respon antibodi terhadap virus ND lebih rendah daripada ayam kontrol, seperti yang ter1ihat pad a gambar 2.
Titer
HI virus ND pada 2, 3, 4, 5 dan 6 minggu setelah diinfeksi dengan virus ND, pada ayam yang telah
diinfel~si
dengan vi-
rus Gumboro, lebih rendah dipanding dengan ayam kontro1. Hal ini karena pad a ayam yang te1ah diinfeksi dengan virus Gumboro terjadi penekanan kekebalan atau penekanan respon antibodi terhactap virus ND.
Umumnya ayam tersebut, baik
yang diinfeksi dengan virus Gumboro maupun ayam kontrol, tidak memperlihatkan gejala klinis. kecepatan pertumbuhan ayam yang
Menurut Westbury (1978)
diinfel~si
dengan virus Gum-
boro antara umur 0 sampai 21 hari, lebih rendah daripada ayam yang tidak diinfeksi virus Gumboro, dan lebih rentan terhactap beberapa penyakit lain, seperti ND. Ayam yang terinfeksi virus Gumboro pada umur dini (kurang dari 3 minggu), dan dival<;sinasi ND pada umur 4, 18, 30 dan 42 minggu, ditemukan adanya titer antibodi terhadap virus N D yang secara nyata 1ebih rendah daripada ayam kontrol yang tidak diinfeksi dengan virus Gumboro.
Penekanan res-
pon antibodi terhadap virus ND pada ayam yang divaksinasi umur 4 minggu dan telah diinfeksi dengan virus Gumboro baik pada umur satu hari maupun 3 minggu, ada hubungannya dengan peningkatan kejadian dan derajat kesakitan akibat uji tantang dengan virus ND yang virulen.
Sebaliknya, ayam yang
diinfeksi dengan virus Gumboro pada umur satu hari, mempu-
34 nyai respon val,sinasi 1ebih rendah daripada ayarn kontro1 yang 1ebih tahan torhadap uji tantang dengan virus ND yang viru1en. (Giambrone, 1979). Ayam yang tidal, diva),sinasi, akan tetapi diinfeksi dengan virus Gumboro pada umur satu hari, 1ebih rentan terhadap virus ND yang viru1en, jika dibanding dengan ayam yang tidak divaksina.si tetapi diinfeksi dengan virus Gumboro pada umur 3 minggu, maupun dengan ayam yang tidak diinfeksi virus Gumboro dan juga tidak divaksinasi.
Geja1a k1inis ND
pada ayam umur dini di tunjukkan dengan adanya atal<;sia, tremor, diarrhe dan tortico1is.
Kurang 1ebih
4 hari sete1ah
inoku1asi virus ND, ditandai oleh kematian yang berlangsung antara minggu pertama dan minggu kedua sete1ah inoku1asi. Sedangkan pada ayam dewasa yang diinfeksi dengan virus ND almn memper1ihatkan geja1a yang sama, yang ter1ihat sekitar
5 hari sampai 6 hari sete1ah inoku1asi, kemudian geja1a tersebut diikuti dengan penurunan produksi te1ur yang drastis. Produksi ini menurun dari 90
% sampai
kurang lebih 20
%,
di-
sertai dengan beberapa ayam yang tidak berproduksi sarna seka1i. (Giambrone, 1979).
35 Tabe1 1. Pengaruh infeksi virus Gumboro terhadap respon kekebalan pada ayam yang divaksinasi ND, umur 4 mg. 'l'i ter neu tralisasi (VND) ND Sesudah KematiInfeksi AGP VIBD Vaksina- Sebelum VND (% +) si VND ditan tang ditantang Klinis an ND VND VND (%) (%) Tidak Tidak 1 hr. 1 hr. 3 mg. 3 mg. a,b,c.
Oa Oa 80 b b 90 b 90 100b
Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya
lOa 82 b lOa l8 e lOa c 30
· ..
100a •
••
70 •••
b
120 a
100a lOb 100a 100a 100a 100 a
100a Ob 100a 60 c 100b c 40
Semua nilai yang didasarkan pada 10 ayam, yang berbeda .nyata pada P 0,05.
Tabel 2. Pengaruh infeksi virus Gumboro terhadap respon kekebalan pada ayam yang divaksinasi ND, umur 18 mg.
Infeksi virus IBD Tidak Tidak 1 hr. 1 hr. 3 mg. 3 mg.
Vaksinasi ND Tidak Ya Tidak Ya 'ridak Ya
Titer neutralisasi (VND) Sebelum Sesudah ND Kematiditantang ditantang Klinis an ND (%) VND VND (%) lOa b 215 lOa 46 c lOa 188 b
80 a lOb •••
...
100a b 30 a 90 20b
80 a Ob 100 a lOb 80 a lOb
36 Tabel 3. Pengaruh infeksi virus Gumboro terhadap respon kekebalan pada ayam yang divaksinasi ND, umur 30 mg. Titer neutralisasi ( VND)
lnfeksi virus lBD Tidak Tidak 1 hr. 1 hr. 3 mg. 3 mg.
Sebelum Sesudah ND KematiVaksinasi . ditantang ditantang Klinis an ND ( %) ND ( %) VND VND Tidak Ya 'ridak Ya Tidak Ya
lOa b 275 lOa c 88 lOa 232b
440 a b 305
80 a Ob 100 a
120
20b
380B.
70B.
280 b
60 a Ob 100c lOb 60 a
lOb
lOb
...c
Tabel 4. Pengaruh infeksi virus Gumboro terhadap respon kekebalan pada ayam yang divaksinasi ND, umur 42 mg.
lnfeksi virus lBD
Vaksinasi VND
Titer neutralisasi (VND) Sebelum Sesudah ND Kematiditantang ditantang Klinis an ND VND VND (%) (%)
Tidak Tidak 1 hr.
Tidak Ya Tidak
lOa 320b lOa
750 a b 380
1,0 a Ob c 90
1 hr. 3 mg. 3 mg.
Ya
15(/
C!ooc 610 a 290 b
lOb
Tidak Ya
lOa b 275
...
30 a Ob
30 a Ob 100c Ob 30 a Ob
III.
PEMBAHASAN
Penyakit Gumboro at au Infectious Bursal Disease (IBD) merupakan penyakit viral yang akut dan kontagius, sangat berbahaya bagi anak ayam yang berada pada fase pertumbuhan, yaitu antara umur 0 sampai 6 minggu.
lnfeksi virus Gumboro
menyebabkan kerusakan bursa fabricius yang parah, terutama pada struktur folikuler dan limphosit.
Selain bursa fabri-
cius, virus Gumboro juga menyebabkan kerusakan pad a limpa, thymus dan caecal tonsil. Peranan limphosit-B di dalam bursa fabricius adalah untuk membentuk antibodi terhadap antigen tertentu.
Ter-
jadinya destruksi sel-B yang masih muda akibat infeksi virus Gumporo, menyebabkan penyebaran jumlah sel-B ke jaringan limphoid peripher seperti limpa, limphonode dan caecal tonsil berkurang.
Sehingga jumlah sel yang
bentuk antibodi juga sangat berkurang.
al~an
mem-
Oleh karena itu,
anak ayam yang terinfeksi oleh virus Gumboro akan menjadi lebih rentan terhadap penyakit lain, seperti ND dan lainlainnya.
Ayam yang berumur dini lebih rentan terhadap
infeksi virus Gumboro jika dibanding dengan ayam yang berumur lebih tua (28 hari).
Karena pada ayam yang berumur
dini, pematangan sistem kekebalannya belum sempurna, sedangkan pada ayam yang berumur lebih tua, pematangan sistem kekebalan terse but sudah sempurna.
Juga karena penye-
baran sel-B ke jaringan limphoid peripher terjadi selama
38 periode embrional dan sewaktu ayam berumur dini, sehingga jika terjadi infeksi penyakit Gumboro pada periode tersebut, akan terjadi penekanan humoral imun respon. (E. Panigrahy et al., 1982). Dari segi ekonomi, timbulnya efek penekanan kekebalan ini jauh lebih penting daripada akibat langsung penyakitnya sendiri.
Karena disamping ayam akan menjadi lebih ren-
tan terhadap penyakit lain, seperti ND, juga akan mengakibatkan kegagalan dalam vaksinasi, seperti vaksinasi terhadap N D.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang di-
lakukan oleh Giambrone (1979) yang menyatakan bahwa infeksi virus Gumboro pada ayam yang berumur 3 minggu dapat mengakibatkan terjadinya penekanan kekebalan yang bersifat sementara terhadap sintesis antibodi yang digunakan untuk melawan virus ND, juga terjadi peningkatan kerentanan ayam yang divaksinasi dengan menggunakan virus ND yang virulen. Pendapat yang sama juga dilaporkan oleh Giambrone et al., (1977), yang menyatakan bahwa ayam yang terinfeksi oleh virus· Gumboro pada umur
Lf
minggu dapat rnengakibatkan ter-
jadinya penekanan terhadap produl{si antibodi, yang ditandai oleh rendahnya kadar Immunoglobulin G (Ig G) dan Immunoglobulin A (IG A), dibanding dengan ayam kontrol. Pada ayam yang tidak mengandung antibodi induk, terdapat hubungan antara umur ayam yang terinfeksi oleh virus GUmboro dengan keparahan gejala klinis yang timbul.
Ayam
yang diinfeksi dengan virus Gumboro pada umur .3 rninggu,
39 memperlihatkan gejala penyakit yang parah, disertai dengan angka kesakitan dan angka kematian yang lebih tinggi daripada ayam yang diinfeksi pada umur satu hari.
Hal ini ter-
jadi karen a timbulnya gejala klinis penyakit Gumboro tergantung pada kemampuan virus Gumboro untuk menginfeksi dan berkembang biak di dalaln. sel-sel bursa fabricius.
Sedang-
kan pada ayam yang berumur satu hari masih mempunyai bursa fabricius dengan jumlah sel limphoid yang lebih sedikit daripada ayam yang berumur 3 minggu, sehingga jumlah sel target yang digunakan sebagai tempat berkembang biakuya virus menjadi lebih sedikit.
Sedangkan adanya perbedaan da-
lam manifestasi gejala klinis yang timbul pada berbagai tingkat umur ayam yang diinfeksi oleh virus Gumboro, kemungkinan sebagai akiba,t turunnya kadar komplemen. Dari hasil pene1itian yang dilakukan oleh 'I'horn ton et a1. (1982), pad a grunbaran histologi ditemukan adanya kerusakan yang menyeluruh pada struktur folikuler bursa fabricius pada ayam urnur 7 hari yang telah divaksinasi dengan virus Gumboro, yang diikuti dengan munculnya folikel-folikel besar berisi limphosit.
Kenyataan terhadap adanya re-
generasi tersebut, selm1igus menyangkal pendapat Pattison (1976) yang mengatakan bahwa setelah terjadi kerusakan pada strull:tur folikuler bursa fabricius, tidak akan ter jadi regenerasi.
Kerusakan limphosi t bursa fabric ius merupakan
penyebab lang sung yang tidak penting terhadap timbulnya kerusakan respon humoral.
Wa1aupun secara Imantitas terjadi-
nya regenerasi
sulit untuk ditentukan, akan tetapi
ters~buL
adanya regenerasi bursa fabricius dapat ditunjukkan oleh munculnya kembali populasi folilwl limphosi t, yang kemunculannya terse but secara lang sung berhubungan dengan kenaikan respon humoral.
Hal ini berarti bahwa ayam yang menga-
lami kerusakan bursa yang parah sebagai akibat infeksi virus Gumboro, tidak akan mempunyai kemampuan untuk membentuk kekebalan secara sempurna, sampai terjadi regenerasi kurang lebih 50
% dari
luas total bursa dan memiliki struk-
tur folikel yang normal. Nenurut pendapat Jackwood dan Saif (1982), sistem kekebalan pada kalkun dapat membedakan antara dua serotipe virus Gumboro.
Hal ini terjadi juga pad a ayam yang dapat
membedakan kedua serotipe virus tersebut. (Jackwood et al., 1985).
'rerbentuknya antibodi neutralisasi terhadap virus
serotipe II OH, tidak dapat melindungi ayam dari serangan virus serotipe I yang virulen (S'l'-C).
Ayam yang mempunyai
kekebalan terhadap virus Gumboro serotipe
I. tidak dapat
menghasilkan antibodi neutralisasi terhadap virus Gumboro serotipe II.
Oleh karena itu, anak 'ayam keturunannya ti-
dak mempunyai antibodi neutralisasi untuk melawan infeksi virus Gumboro serotipe II. Kelompok ayam yang diinokulasi dengan virus Gumboro serotipe II HO dan serotipe I ST-C, mempunyai titer antibodi terhadap serotipe II 140 lebih tinggi daripada kelompok ayam yang hanya diinolwlasi dengan virus Gumboro sero-
41 tipe II MO.
Hal ini mungkin karena virus Gumboro serotipe
I ST-C mempunyai titer antibodi tambahan terhadap virus Gumboro serotipe II, akan tetapi antara kedua serotipe virus Gumboro tersebut tidak terjadi reaksi silang. Infeksi virus Gumboro serotipe II OH tidak mempengaruhi konsentrasi Immunoglobulin M (Ig M), Immunoglobulin A (Ig A), dan Immunoglobulin G (Ig G).
Akan tetapi pada be-
berapa kejadian, lwnsentrasi Immunoglobulin A (Ig A) pada kelompok ayam yang diinfeksi dengan virus Gumboro serotipe II OH, sarna atau lebih tinggi daripada kelompok ayam kontrol yang tidak diinfeksi virus tersebut.
Sedangkan in-
feksi virus Gumboro serotipe II MO tidak mempengaruhi respon kekebalan ayam terhadap infeksi virus New Castle Disease (N D), karena baik infeksi oleh virus Gumboro serotipe II MO maupun oleh serotipe II OH, tidak mengakibatkan timbulnya lesio pada bursa fabricius serta tidak menimbulkan gejala klinis.
Gejala klinis ini hanya terjadi jika ayam
terinfeksi oleh virus Gumboro serotipe I yang virulen (ST-C). Untu), mengadakan isolasi dan identifikasi terhadap virus Gumboro serotipe II yang virulen sangat sulit, karena memerlukan pasase dalam telur berembrio atau biakan sel, dan hal ini sering mengakibatkan virulensi virus terse but berkurang. (Jackwood et al., 1985). Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa program vaksinasi ulang terhadap penyakit Gumboro runat penting. Program pertama dilakukan val,sinasi pada ayarn-ayam pembibi t
42 terhadap penyaldt Gumboro.
Hal ini bertujuan untuk .membe-
rikan perlindungan pada anak ayam keturunannya terhadap infeksi awal virus Gumboro, sehingga tidak mengakibatkan terjadinya penekanan kekebalan yang bersifat permanen, karena sistem kekebalan pada anak ayam belum sempurna.
Program
vaksinasi yang kedua, ditekanl,an pentingnya vaksinasi pada anak ayam, untuk melindungi anak ayam tersebut terhadap infeksi virus Gumboro selama periode pertumbuhan, karena akan mengakibatkan terjadinya penurunan kemampuan pembentukan kekebalan yang bersifat semen tara.
Penurunan kekebalan
yang bersifat sementara ini mungldn disebabkan karena jaringan limphoid peripher memiliki kemampuan beregenerasi. Oleh karena itu, ayam yang dapat sembuh dari serangan penyakit Gumboro dapat hidup dan berproduksi secara normal. Vaksinasi ulang terhadap New Castle Disease (ND) secara kontinyu mutlak diperlukan, mengingat bahwa kekebalan terhadap virus ND dapat dipengaruhi oleh infeksi awal virus Gumboro melalui penekanan produksi antibodi neutralisasi yang berada dalam sirkulasi. Menurut Thornton et al. (1979), pad a kondisi lapangan tidak mungkin untuk mengadakan uji terhadap penekanan kekebalan dengan menggunakan virus ND at au organisme pathogen lainnya, karena adanya antibodi induk, terutama yang berasal dari val<sinasi atau infeksi secara alami.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan
Penyaki t Gumboro atau dise but juga dengan Infec tious Bursal Disease (IBD) adalah suatu penyakit viral yang infeksius, dan sering menyerang ayam pada umur dini. Antara kedua serotipe virus penyebab penyakit Gumboro, yaitu serotipe I dan serotipe II, tidak terjadi reaksi silang (cross-reaction).
Oleh karena itu, ayam yang mempu-
nyai kekebalan terhadap serotipe I tidak. dapat menghasilkan antibodi neutralisasi terhadap serotipe II.
Infeksi
virus Gumboro serotipe II ini tidak mempengaruhi respon kekebalan ayam terhadap infeksi virus ND, karena baik infeksi serotipe II MO maupun serotipe II OH tidak mengakibatkan lesio pada bursa fabricius serta tidak menimbulkan gejala klinis. Terdapat dua bentuk penyakit Gumboro.
Pertama, bentuk
klasik, yang sering menyerang ayam antara umur 3 sampai 6 minggu.
Kedua, bentuk subklinik atau bentuk dini, yang se-
ring menyerang ayam antara umur 0 sampai 21 hari. Pad a ayam yang tidak mengandung antibodi induk, terdapat hubungan antara umur ayam yang terinfeksi oleh virus Gumboro dengan keparahan gejala klinis yang timbul.
Ayam
yang terinfeksi virus Gumboro pada umur 3 minggu memperlihatkan gejala penyakit yang parah, di.sertai dengan angka kesakitan dan angka kematian yang lebih tinggi daripada ayam yang terinfeksi pada umur satu hari.
44 Ayam yang terinfeksi virus Gumboro pada umur dini, yaitu antara 0 sampai 21 hari, dapat mengakibatkan terjadinya efek penekanan kekebalan, sehingga ayam tersebut menjadi lebih rentan terhadap infeksi penyakit lain, serta dapat mengakibatkan turunnya respon terhadap vaksinasi. Secara garis besar, limphosit yang berfungsi dalam sistem kekebalan, dibagi dalarn duakelas untuk melaksanakan dua tipe fungsi kekebalan yang berbeda.
Pertania, lim-
phosit yang berasal dari bursa fabric ius atau limphosit-B, dan kedua, limphosit yang berasal dari thymus atau limphosit-T, yang berturut-turut mengambil bagian dalam pem.bentukan antibodi dan kekebalan yang diperantarai oleh sel (cellular immunity).
B.
Saran
Untuk mencegah sedini mungkin t;imbulnya infeksi, baik Infectious Bursal Disease (IBD) maupun New Castle Disease (ND), perlu
dilakul~an
program vaksinasi ulang, baik ter-
hadap Infectious Bursal Disease atau penyakit Gumboro maupun ND atau penyakit 1'etelo.
Program pertama vaksinasi
penyakit Gumboro, dilakukan pada ayam-ayam pembibit.
Se-
dangkan program vaksinasi kedua, dilakukan pada anak ayam. Anak ayam berasal dari induk yang belura dival,sinasi, maka vaksinasi dilakukan pada umur satu hari.
Sedangkan anak
ayam yang berasal dari induk yang telah divaksinasi, maka vaksinasi dila\mkan pad a umur sekurang-kurangnya 2 minggu.
45 Agar pengendalian penyald t Gumboro dapat berhasil dengan sebaik-baiknya, perlu diketahui status kekebalan dari peternakan breeder (pembibit) maupun anak ayamnya, dan yang perlu diperhatiknn juga adalah manajemen dan sanitasi yang baik.
DAF'rAR PUSTAKA
Benton, W.J., H.S. Cover, J .K. Rosenberger and R.S. Lake. 1967. Physicochemical Properties of The Infectious Bursal Agent (IBA) of Chickens. Av. Dis. 11: 438. Bickford, A.A., R. Yamamoto and Ley D.H. 1979. An Infectious Bursal Disease Virus Outbreak in 14 and 15 week Old Chickens. Av. Dis. 23: 235-240. Chevile. 1967. studies on The Pathogenesis of Gumboro Disease in The Bursa of Fabricius, Spleen and Thymus of Chickens. Am. J. Pathol. 51: 527-552. Cullen, G.A., J .T. Faragher and VI.H. Allan. 1972. Immunosuppression By 1'he Infectious Bursal Agent in Chickens lmmunised Against New Castle Disease. Vet. Rec. April: 511-512. Cosgrove, A.S. 1962. An Apparently New Disease of Chicken. Av. Dis. 6: 385-389. Edwards, VI.A. 1981. Subclinical Infectious Bursal Disease in The Broiler Industry. Vet. Rec. January: 88-89. Fadly, A.H. and K. Nazerian. 1983. Pathogenesis of Infectious Bursal Disease in Chickens Infected With Virus at Various Age. Av. Dis. 27: 71 1f-723. Faragher, J .1'., W.H. Allan and P.J. Wyeth. 1974·. Immunosuppressive Effect of Infectious Bursal Disease Agent on Vaccination Against New Castle Disease. Vet. Rec. 95: 385-388. Giambrone, J.J. and C.S. Eidson. 1977. Bffect of Infectious Bursal Disease on 1'he Respon of Chickens '['0 t1ycoplasma synoviae, NDV, lEV. Am. J. Vet. Res.38:251-253. Giambrone, J.J. 1979. Effect of Early Infectious Bursal Disease Virus Infection on Immunity to New Castle Disease in Adult Chickens. Poult. Sci. 58: 794-798. Glick, B. 1956. Normal Growth of 'l'he Bursa of Fabricius in Chickens. Poult. Sci. 35: 843. Hitchner, S.B. 1978. Infectious Bursal Disease. of Poultry 7th. ed. ; 647-654.
Disease
47 Hicthner, S.B. and Benyamin lucio. 1979. lmmunosuppression and Active Respon Induced by Infectious Bursal Disease Virus in Chickenc with Passive Antibodies. Av. Dis.24: 189-196. Ivanyi, J. and R. Morris. 1976. An Immunological Study of Infectious Bursal Disease. Clin. Exp. Immunol. 23: 154-165. Jackwood, D.J. and Y.M. Saif. 1982. Prevalence of Antibodies to Infectious Bursal Disease Virus Serotype I and II in 75 Ohio Chickens Flock. Av. Dis. 27: 850-854. Jackwood, D.J., Y.M. Saif and P.D. Hoorhead. 1985. Immunogenicity and Antigenicity of Infectious Bursal Disease Virus Serotype I and II in Chickens. Av. Dis. 29 (4): 1184-1194. Kaufer, 1. and E. Weiss. 1980. Significance of Bursa of Fabricius As 'farget Organ in Infectious Bursal Disease in Chickens. Infec. Immun. 27: 364-367. Lukert, P.D.; J. Leonard and R.B. Davis. 1975. Infectious Bursal Disease Virus: Antigen Production and Immunity. Am. J. Vet. Res. 36: 539-540. Lukert, P.D., R.K. Page and D.C. Johnson. 1979. Serologic and Growth Characteristics of Turkey Infectious Bursal Disease Virus. Abstr. JAVI1A: 175-618. Luthgen, W. 3-17.
1969.
Gumboro Disease.
Vet. Med. Rev. 1:
Moorhead, P.D., D.J. Jackwood, Y.M. Saif and G. Bishop. 1984. Failure of Two Serotype II Infectious Bursal Disease Virus '1'0 Affect The Humoral Immune Respon of 'furkeys. Av. Dis. 28: 100-116. Muskett, J .C. 1979. Comparison of'Two Infectious Bursal Disease Vaccine Strain: Efficacy and Potential Hazards in Susceptible and J'laternally Immune Birds. Vet. Rec. 104: 332-334. Naqi, S.A. It.
1978. The Immune System, How Gumboro Affects Poult. Digest. Oct.: 502-506.
Naqi, S.A. and D.L. Millar. 19'79. Morphologic Changes in The Bursa of Fabricius of Chickens After Inoculation with Infectious Bursal Disease Virus. Am. J. Vet. Res. 40: 1134-1139.
48 Panigrahy, B., 1.K. Misra :md L.G. J\dams. 1982. Humoral and Cell Hediated Immune Hesponses in Chickens with Infectious Bursal Disease. Vet. Hicrobiol. 7: 38)-387. Partadiredja, H., \II. I(umc(\'laS, I. Suhnryanto. 1983. Penyo.ld t Gumboro di Indonesia Sertll Al{ibatnya J3agi Peternak hyarn. ]-Iemera Zoa 7l( 1): 2')-33. Purldns, i,li.D., ](.A. Holbrook and Glick, B. 197Lf. The Fine Structure of The BY<': B Cell Surface Configuration and Lymphoepithelial Organization as Revealed by Scanning and Transmission Electron !'licroscopy. ,J. Ret. Soc. 16: 300-311. Rosenberger, J .K., and H.J. T~clrronde. 19"15. '['he Hole of Infectious Bursal Disease Agent and Several Avian Adenovirus in The Hemorrhagic A.plastic Anemia Syndrome and Go.ngraenosa Dermatitis. Av. Dis. 19: 717-729. Skeeles,
J.K., P.D. Lukert, O.J. Fletcher and J. Brown.
1979.
IBD Viral Infections 1. Complement and V-N Antibody Response Following Infection of Susceptible Chicl{en. Av. Dis. 23: 107-117. Skeeles, J .K., H. Slavik and A.H. Brown. 1980. An Age fielated Coagulation Disorder Assiciated with -V;xperimental Infectious Bursal Disease Virus. Res. Vet. Sci. 32:
79-83. Snedeker. 1967. Some Studies on The Infectious Bursal Agent. Av. Dis. 11: 519. Thornton, D.H., K.Il. Edwards and 1.G. Hopkins. 1979. Hea6urement of Immunosuppression in Chickens Caused by IBD Vaccine Using 11. abortus str. 19. Res. vet. Sci.
27: 260-261.
Thornton, D.l!., J. G. Nusket t and K. R, Edwards. 1982. Duration of Immunosuppression Caused by A Vaccine Strain of IBD Virus. Res. Vet. Sci. 32: 79-83. Westbury, H.A. 1978; Interaction Between Infectious Bursal Disease Virus and New Castle Dise[lse Virus in Chicken. Aust. Vet. J. 51f: 3Lf9-350. Winterfield, H.'8. and S.B • Hitchner. Poult. Digest. Hay 19611.
19611•
Gumboro Disease.
49 Winterfield, H.W., A.H. Fadly and A. Bickford. 1972. Infectivity and Distribution of Infectious l3ursal Disease Virus in The Chickens PersistencG of 'l.'he Virus J"esions. Av. Dis. 16: 622-632. Wyeth, D.J. and G.A. Cullen. 1975. Quantitation of AntibodiGS to JnfGctious Bursal Disease. VGt. nec. Oct.: 315.