Stock Call
PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk. 29 January 2016
Monetizing Infrastructure Projects
Buy Kami merekomendasikan Buy untuk saham ISSP dalam Stock Call kami dengan 12mo target price IDR 335. Target price tersebut mencerminkan PER’16E 9.6x, PBV’16E 0.9x dan PEG’16E 0.7x. Dalam pandangan kami mulai intensifnya proyek infrastruktur dan penurunan harga baja menjadi katalis positif eksternal bagi ISSP. Dari faktor internal ekspansi yang dilakukan manajemen sejak 2013 menjadi katalis positif lainnya, terutama jika pabrik di Gresik sudah beroperasi pada 2018. Dampak positif pembangunan infrastruktur. Fokus pemerintah menggenjot proyek infrastruktur menjadi katalis positif bagi ISSP mengingat hampir 60% penjualan pipa baja ISSP dari sektor konstruksi & infrastruktur. Anggaran infrastruktur di 2016 diproyeksikan sebesar IDR 314 triliun (14.8% dari total anggaran belanja APBN) sementara industri konstruksi mencapai IDR 671 triliun (tumbuh 14.1%).
Price (14/01) Target Price Ticker Industry
IDR 163 IDR 335 ISSP Metal & Allied Products
Danny Eugene
[email protected] ISSP
12mo TP
400 350 300 250 200 150 100
Ekspansi kapasitas pabrik sejak 2013. Pada 2015 ISSP menambah kapasitas produksi menjadi 589 ribu ton/tahun, tumbuh CAGR 22.8% antara 2012-2015. Pada 2014 lalu ISSP mengoperasikan pabrik baru di Sidoarjo dengan kapasitas terpasang 36 ribu ton/tahun yang saat ini ditingkatkan menjadi 60 ribu ton/tahun. Pada akhir 2018 ISSP menargetkan pabrik baru Gresik beroperasi dengan kapasitas 480 ribu ton/tahun. Total kapasitas produksi naik menjadi 1.06 juta ton/tahun. Penurunan harga baja menjadi katalis positif. Penurunan harga baja HRC menjadi katalis positif bagi ISSP karena HRC merupakan bahan baku. Sejak akhir 2010 hingga 2015 harga HRC telah turun CAGR 10.7% menjadi USD 391/ton dari USD 690/ton. Dengan katalis positif ini kami proyeksikan Pendapatan ISSP di 2016 mencapai IDR 4.4 triliun (tumbuh 6.5%) sementara Laba Bersih mencapai IDR 252 miliar (tumbuh 13.5%). Resiko investasi. Dua resiko investasi utama adalah dumping produk baja China akibat kondisi over supply di industri baja China maupun global. Selain itu rencana manajemen ISSP mengganti strategi pemasaran dari menggunakan agen distributor ke in-house sales jika tidak dieksekusi dengan baik dapat menggangu pertumbuhan penjualan. Valuasi. Kami menetapkan 12mo target price untuk ISSP di level IDR 335, dimana target price tersebut mencerminkan PER’16E 9.6x, PBV’16E 0.9x dan PEG’16E 0.7x. Asumsi yang kami gunakan adalah CAPM 10.0%, net cost of debt 9.0%, WACC 9.4%, Beta 1.4x dan terminal growth 3.7%. Membandingkan penutupan Rabu (27/01) di level IDR 163, dimana terdapat up side potential sebesar 105% maka kami merekomendasikan Buy untuk ISSP.
Revenue (IDR bn) Profit before income tax (IDR bn) Net income (IDR mn) EPS (IDR) BV (IDR) Revenue growth (%) EPS growth (%) Current ratio (X) Debt-to-equity (X) ROE (%) PEG (X) P/E (X) P/BV (X)
FY13 3,534 251 204 28 269 14.3% 83.1% 1.4 0.8 10.5% 0.1 11.8 1.2
FY14 3,368 262 215 30 324 -4.7% 5.6% 1.4 0.9 9.2% 2.0 11.2 1.0
FY15E 4,139 275 222 31 348 22.9% 3.3% 1.4 0.9 8.9% 3.2 10.8 1.0
FY16E 4,407 310 252 35 376 6.5% 13.5% 1.6 0.7 9.3% 0.7 9.6 0.9
FY17E 4,706 371 303 42 410 6.8% 20.1% 1.7 0.6 10.3% 0.4 8.0 0.8
50
Company Description: ISSP merupakan salah satu produsen pipa baja terbesar di Indonesia dengan merek dagang “Spindo” & “Tetsura”. ISSP memproduksi tiga jenis pipa baja yaitu high frequency welding (HFW), spiral submerged arc welding (SSAW) dan tungsten inert gas (TIG). Perseroan saat ini memiliki 6 unit pabrik yang berada di Surabaya, Pasuruan, Karawang & Sidoarjo dengan total kapasitas produksi sebesar 588 ribu ton/tahun. Pabrik Sidoarjo baru beroperasi pada 2014 lalu dan pada 2018 Perseroan menargetkan pembangunan pabrik baru di Gresik dengan kapasitas produksi 480 ribu ton/tahun selesai. Untuk 2016-2017 target utama ISSP adalah menyelesaikan pembangunan gudang di Jakarta & Bandung. Satu gudang lagi ada di Samarinda.
Stock Data 52-week Range (IDR) Mkt Cap (IDR bn) JCI Weight Shares O/S (mn) Shares Float YTD Change Beta
240|110 1,171 0.03% 7,186 41.5% -13.3% 1.45x
Share Holders: Cakra Bhakti Para Putra, PT Public/Others (<5%)
15.9% 84.1%
Source : MCI Research, Bloomberg
Your Trusted Professional 1
Dampak positif pembangunan infrastruktur ISSP merupakan salah satu emiten yang dapat merasakan dampak positif dari proyek pembangunan infrastruktur yang dicanangkan pemerintah. Produk utama perseroan berupa pipa baja merupakan bahan input dalam berbagai proyek infrastruktur dan konstruksi. Berdasarkan diskusi kami dengan manajemen, 59% pendapatan ISSP pada tahun 2015 ini berasal dari sejumlah proyek konstruksi, infrastruktur serta utilitas. Sedangkan sisanya dari sektor otomotif dan furniture masing masing 14% dan terakhir dari industri minyak dan gas sebesar 13%
Grafik 1-Konstribusi Pendapatan ISSP 2015
Revenue Segment 2015
Construction, Infra & Utilities
13%
Automotive
14% 59%
Furniture
14% Oil & Gas
Dengan kondisi seperti ini kami melihat bisnis utama ISSP di sektor hilir industri baja sebenarnya lebih memiliki korelasi dengan tingkat perkembangan infrastruktur dan konstruksi dibanding dengan industri baja hulu. Bahkan dalam pandangan kami industri hulu baja yang merupakan pemasok bahan baku bagi ISSP memiliki korelasi terbalik. Kenaikan harga hot roll coils (HRC) yang merupakan bahan baku pipa baja dapat menekan marjin ISSP dan sebaliknya penurunan harga HRC dapat menaikan marjin ISSP. Dengan kata lain, dalam melakukan proyeksi kinerja ISSP kami lebih condong untuk melakukan korelasi dengan sektor infrastruktur dan konstruksi. Berbicara soal pembangunan infrastruktur, keseriusan pemerintah saat ini dalam menggenjot infrastruktur yang lama terbengkalai tentunya menjadi berita bagus bagi ISSP. Keseriusan pemerintah ini terlihat dari melonjaknya anggaran infrastruktur di dalam APBN 2015 yang mencapai IDR 290 triliun atau naik 63% dibanding anggaran infrastruktur 2014 yang hanya sebesar IDR 178 triliun. Dan untuk tahun 2016 ini pemerintah telah menganggarkan dana pembangunan infrastruktur sebesar IDR 314 triliun atau naik 8% dibanding 2015. Bukan saja dari nilai nominal Rupiah anggaran infrstruktur dalam APBN meningkat, melainkan dari sisi persentasi terhadap total belanja APBN terjadi peningkatan cukup besar. Jika pada tahun 2009 hingga 2014 besaran anggaran infrastruktur terhadap total belanja APBN hanya berada pada kisaran 7.5% hingga 9.5% maka sejak 2015 lalu anggaran infrastruktur mencapai 14.5% dari total belanja APBN. Hal ini jelas menggambarkan keseriusan pemerintah untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam melakukan pembangunan infrastruktur.
Your Trusted Professional 2
Grafik 2-Anggaran infrastruktur dalam APBN
Anggaran Infrastruktur APBN Infrastruktur (IDR tn)
Growth (%)
340
70% 63.2%
290
60% 50%
240
40%
190
32.8%
140 90
76
12.7% 86
114
2009
2010
2011
30%
27.3% 145
7.2% 156
14.1% 178
2012
2013
2014
8.0% 290
314
40
20% 10% 0%
2015E 2016E
Source : Kementerian Keuangan
Grafik 3-Anggaran infrastruktur terhadap total belanja APBN
Belanja Infrastruktur terhadap APBN Belanja APBN
% Konstruksi
2,200
17%
2,000
14.6% 14.8%
1,800
13%
1,600
11%
1,400 8.8%
1,200 1,000
15%
7.4% 1,037
7.8% 1,105
1,295
9.7%
9.4%
9.5%
1,491
1,651
1,877
9% 1,984
2,121
7% 5%
800 2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015E 2016E
Source : Kementerian Keuangan
Selain proyek infrastruktur, ISSP juga diuntungkan dengan pertumbuhan industri konstruksi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik serta proyeksi kami, pertumbuhan bisnis jasa konstruksi domestik akan mulai pulih memasuk tahun 2016 ini setelah pada 2014 dan 2015 mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada 2014 dan 2015 lalu jasa konstruksi domestik hanya mampu tumbuh sebesar 8% setelah pada tahun tahun sebelumnya tumbuh diatas 15%. Namun demikian, dengan asumsi mulai pulihnya sektor properti pada 2017 hingga 2018 mendatang kami proyeksikan jasa konstruksi domestik di 2016 ini mampu tumbuh sebesar 14% mencapai IDR 671 triliun dari IDR 588 triliun di 2015. Pada tahun 2017 kami proyeksikan jasa konstruksi domestik mampu tumbuh hingga sebesar 20% mencapai IDR 806 triliun. Penjualan mobil di tahun 2016 ini kami proyeksikan tumbuh 5% menjadi maksimal 1.1 juta unit sementara turnover industri furniture di 2016 mencapai IDR 28.1 triliun atau tumbuh sekitar 5.7%. Untuk tahun 2017 penjualan mobil kami proyeksikan sebesar maksimal 1.2 juta unit sementara industri furniture dapat mencapai IDR 29.8 triliun.
Your Trusted Professional 3
Grafik 4-Industri jasa konstruksi domestik
Jasa Konstruksi Domestik Konstruksi (IDR tn)
Growth (%)
900 800
25% 22.6% 20.1%
700 17.4%
600
14.6%
500
15%
14.1%
400 300
20%
17.1%
320
376
440
505
7.9% 544
2010
2011
2012
2013
2014
10%
8.0% 588
671
806
200
5% 2015E 2016E 2017E
Source : BPS, MCI Research
Grafik 5-Proyeksi penjualan mobil nasional
Penjualan Mobil Domestik 4W (000)
Growth (%)
1,300
30% 24.8%
1,200
20%
16.9%
1,100
10%
10.2%
1,000
5.0%
900
0%
-1.8%
800 700
5.0%
765
894
1,116
1,230
-16.1% 1,013 1,064
1,208
-10% 1,117
600
-20% 2010
2011
2012
2013
2014
2015E 2016E 2017E
Source : Gaikindo, MCI Research
Grafik 6-Industri furniture nasional
Penjualan Furniture Nasional Turnover (IDR tn) 31 29 27 25 23 21 19 17 15
Growth (%) 40%
37.2%
30% 20% 10.5% 5.0%
1.6%
5.7%
5.9%
10% 0%
-10.8% 18.4
25.3
22.6
23.7
26.2
26.6
28.1
29.8
2010
2011
2012
2013
2014
2015E
2016E
2017E
-10% -20%
Source : BPS, MCI Research
Your Trusted Professional 4
Ekspansi pabrik sejak 2013 ISSP merupakan salah satu produsen pipa baja terbesar di Indonesia dengan merek ”Spindo” dan ”Tetsura”. Produk yang dijual ISSP dapat dikategorikan ke dalam tiga bagian besar yaitu : 1) high frequency welding (HFW), 2) spiral submerged arc welding (SSAW), dan 3) tungsten inert gas (TIG). Pembagian kategori produk tersebut berdasarkan cara pengelasan pipa dan untuk TIG khusus diperuntukan bagi pipa stainless steel. Berikut skema kategori produk ISSP beserta kegunaan produk dan industri penggunanya :
Gambar 1-Kategori produk ISSP
Source : ISSP
Berdasarkan data yang kami peroleh dari lembaga riset Metadata dan juga data tambahan dari pihak manajemen, ISSP merupakan market leader dalam hal kapasitas produksi untuk pasar pipa ERW maupun SSAW. Untuk pasar pipa ERW kapasitas produksi ISSP mencapai 380 ribu ton per tahun, dimana kompetitor terdekat PT. Bakrie Pipe Industri dan South East Asia Pipe Industry (SEAPI) memiliki kapasitas produksi masing masing 240 ribu dan 200 ribu ton per tahun. Sedangkan untuk pasar pipa SSAW kapasitas produksi ISSP mencapai 120 ribu ton per tahun, sama dengan kapasitas produksi kompetitor terdekat KHI Pipe Industries yang merupakan anak usaha Krakatau Steel (KRAS).
Tabel 1-ISSP dan kompetitor Perusahaan
Lokasi ERW/Pipa Straight Welded Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) Surabaya, Karawang, Sidoarjo PT Bakrie Pipe Industri Jakarta Sourth East Asia Pipe Industry (SEAPI) Lampung Raja Besi Semarang Semarang PT Bumi Kaya Steel Jakarta Super Tata Raya Steel Corp Tangerang PT Alim Surya Ampuh Jaya Steel Sidoarjo PT Indonesia Steel Tube Work Jakarta, Semarang KHI Pipe Industries Cilegon SSAW/Pipa Spiral Welded Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) Pasuruan KHI Pipe Industries Cilegon PT Bumi Kaya Steel Jakarta Swarna Baja Pacific Tangerang PT Indal Steel Pipe Sidoarjo PT Alim Ampuh Jaya Steel Sidoarjo
Kapasitas 380,000 240,000 200,000 163,000 86,000 82,560 82,450 64,400 30,000 120,000 120,000 97,000 60,000 33,000 30,000
Source : Mediadata, ISSP
Your Trusted Professional 5
ISSP saat ini memiliki 6 unit pabrik yang terletak di Surabaya, Pasuruan, Sidoarjo dan Karawang dengan total kapasitas produksi per akhir 2015 sebesar 588,600 ton per tahun. Kapasitas terbesar berada di Surabaya yang memiliki 3 unit pabrik dengan total kapasitas produksi sebesar 215,400 ton per tahun dengan produksi utama pipa tipe HFW. Kapasitas produksi besar lainnya dari pabrik Karawang (HFW) sebesar 153,600 ton per tahun dan pabrik Pasuruan (SSAW) sebesar 156,000 ton per tahun.
Tabel 2-Pabrik pipa baja ISSP
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Total 318,000 413,400 505,800 588,600 588,600 588,600 1,068,600
HFW Surabaya Karawang Sidoarjo 156,000 38,400 215,400 38,400 215,400 94,800 36,000 215,400 153,600 60,000 215,400 153,600 60,000 215,400 153,600 60,000 215,400 153,600 60,000
Gresik 480,000
SSAW TIG Pasuruan Rungkut 120,000 3,600 156,000 3,600 156,000 3,600 156,000 3,600 156,000 3,600 156,000 3,600 156,000 3,600
Source : ISSP
Dari Tabel 2 diatas terlihat manajemen ISSP melakukan ekspansi bisnis sejak tahun 2013 hingga 2015 ini. Pada tahun 2013 ISSP menambah kapasitas produksi sebesar 95,400 ton per tahun menjadi 413,400 ton per tahun dimana kapasitas pabrik di Surabaya (Rungkut I & II dan Warugunung) bertambah 59,400 ton per tahun dan kapasitas pabrik Pasuruan bertambah 36,600 ton per tahun. Penambahan kapasitas ini sebagian dibiayai melalui dana hasil IPO pada awal 2013 lalu. Pada 2014 ISSP menambah kapasitas pabrik di Karawang menjadi 94,800 ton per tahun dari sebelumnya 38,400 ton per tahun serta mengoperasikan pabrik baru di Sidoarjo dengan kapasitas produksi 36,000 ton per tahun. Sehingga total penambahan kapasitas produksi di 2014 sebanyak 92,400 ton per tahun. Untuk tahun 2015 ini manajemen ISSP kembali menambah kapasitas produksi pabrik di Karawang sebesar 58,800 ton per tahun sehingga total kapasitas produksi ISSP di akhir 2015 naik menjadi 588,600 ton per tahun dari 505,800 ton per tahun di 2014. Dalam diskusi kami dengan manajemen strategi ISSP di tahun 2016 dan 2017 ini belum berencana menambah kapasitas pabrik baru. Fokus utama manajemen adalah pembangunan gudang di Jakarta dan Bandung, melengkapi fasilitas pabrik yang telah ada sebelumnya di Samarinda. Hal ini dilakukan terkait strategi manajemen untuk mengurangi peranan agen distributor yang rencananya akan ditangani langsung oleh in-house sales ISSP. Mengenai hal ini akan kami bahas lebih jauh di bagian berikutnya. Ekspansi besar besaran akan dilakukan manajemen ISSP dengan membangun pabrik pipa baja jenis HFW di Gresik dengan total kapasitas 480 ribu ton per tahun. Dengan beroperasinya pabrik baru di Gresik ini maka total kapasitas produksi pipa baja ISSP akan melonjak drastis menjadi 1.07 juta ton per tahun dari sebelumnya 588 ribu ton per tahun, atau naik hingga 82%. Berdasarkan diskusi kami dengan manajemen, pembangunan pabrik di Gresik ini kemungkinan akan selesai sekitar akhir 2018 sehingga diharapkan sudah memberikan hasil dalam kinerja 2019. Dana pembangunan pabrik ini sebagian dibiayai dengan dana hasil IPO awal 2013.
Your Trusted Professional 6
Grafik 7-Kapasitas produksi ISSP
Factory Total Capacity Capacity (000 ton/year)
Utilization (%)
1,150 100.6% 950
550
83.8%
77.1%
750
66.5% 61.4% 63.9%
56.1%
350 318
318
318
413
506
2010
2011
2012
2013
2014
589
589
38.2% 1,069
150
110% 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20%
2015E 2016E 2017E
Source : ISSP, MCI Research
Grafik 8-Rincian kapasitas produksi pabrik ISSP
(000 ton per month)
Factory Capacity Breakdown 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 -
13
Rungkut (TIG) Pasuruan (SSAW)
40
10 313
10 313
10 313
13 318
13 8
13 13
13 13
13
18
18
18
18
Gresik (HFW) Sidoarjo (HFW) Karawang (HFW) Rungkut & Warugunung (HFW)
Source : ISSP, MCI Research
Dalam pandangan kami ekspansi yang dilakukan manajemen sudah tepat terutama dalam menangkap peluang dari proyek infrastruktur yang dijalankan oleh pemerintah. Seperti yang sudah dibahas di bagian sebelumnya, sebesar 60% produk pipa baja ISSP digunakan dalam proyek konstruksi, infrastruktur dan utilitas (terutama pipa baja untuk penyaluran gas alam). Selain itu, penambahan kapasitas produksi di Karawang dilakukan untuk menangkap peluang pulihnya pasar otomotif nasional dimana 14% produk ISSP ditujukan untuk industri ini. Satu hal positif yang kami lihat terkait penambahan kapasitas produksi adalah kemampuan manajemen ISSP untuk mendongkrak penjualan jauh lebih besar dari estimasi kami. Hal ini disebabkan penambahan kapasitas produksi belum sepenuhnya diimbangi penambahan penjualan. Tingkat utilisasi di tahun 2014 turun menjadi 61.4% dari sebelumnya 83.8% yang memberikan gambaran ISSP masih memiliki ruang yang cukup besar untuk mendorong kenaikan penjualan. Hingga akhir 2016 ini kami proyeksikan tingkat utilisasi berangsur angsur dapat naik ke level 66.5%. Sedangkan untuk tahun 2017 dengan asumsi pabrik di Gresik sudah selesai namun belum terdapat penjualan maka tingkat utilisasi akan turun ke level 38.2%. Namun hal ini bukan sesuatu yang buruk dalam pandangan kami karena saat penjualan dari pabrik baru Gresik mulai masuk pembukuan (yang dalam perkiraan kami sekitar 3 hingga 6 bulan sejak pabrik selesai) maka tingkat utilisasi akan kembali normal.
Your Trusted Professional 7
Dalam proyeksi kami, penjualan pipa baja ISSP pada 2016 ini dapat tumbuh sebesar 4% ke level 391 ribu ton dibanding penjualan 2015 yang kami estimasikan sebesar 376 ribu ton (tumbuh 21.2% dibanding 2014). Untuk tahun 2017 kami proyeksikan penjualan ISSP kembali dapat tumbuh 4.4% ke level 408 ribu ton.
Grafik 9-Estimasi penjualan dalam ton
Sales in Volume Volume (000 ton) 450
Growht (%) 40%
37.5%
400
30.4%
30%
350
21.2%
20%
300
10%
8.4%
250
4.0%
4.4%
391
408
200 150
178
245
320
347
-10.4% 310
2010
2011
2012
2013
2014
376
100
0% -10% -20%
2015E 2016E 2017E
Source : ISSP, MCI Research
Your Trusted Professional 8
Penurunan harga baja menjadi katalis positif Satu hal yang kami suka dari bisnis model ISSP yang bergerak di bidang hilir baja adalah korelasi negatif dengan industri baja hulu terkait harga baja internasional. Selama ini banyak yang mengira industri baja tidak menguntungkan akibat rendahnya harga jual seiring penurunan harga komoditas global namun di sisi lain (khususnya di Indonesia) menghadapi tingginya biaya produksi terutama yang terkait dengan biaya energi (listrik) dan inefisiensi teknologi mesin. Selain itu biaya distribusi juga menjadi tantangan lainnya untuk bersaing dalam hal harga jika dibandingkan dengan produk baja impor. Namun demikian, industri baja hilir justru memperoleh keuntungan dari rendahnya harga baja mengingat baja (HRC) merupakan bahan baku bagi industri hilir. Semakin rendah harga input HRC tentunya semakin rendah biaya produksi yang ditanggung ISSP. Berdasarkan data yang kami peroleh dari Bloomberg, harga Hot-Rolled Coil (HRC) di pasar future sudah turun dari USD 690 per ton di akhir 2010 ke level USD 391 per ton di akhir 2015, atau turun dengan CAGR 10.7%. Khusus di tahun 2015 sendiri harga HRC terkoreksi 35.4% menjadi USD 391 per ton dari akhir 2014 di level USD 605 per ton. Penurunan harga ini tentunya bisa menekan biaya produksi industri baja hilir, yang salah satunya adalah ISSP. Penurunan harga baja dalam pandangan kami merupakan katalis positif.
Grafik 10-Estimasi penjualan dalam ton
US Midwest HRC Index 1,000 900 800 700 600 500 400
Dec/15
Aug/15
Apr/15
Dec/14
Aug/14
Apr/14
Dec/13
Aug/13
Apr/13
Dec/12
Aug/12
Apr/12
Dec/11
Aug/11
Apr/11
Dec/10
300
Source : Bloomberg
Yang menarik dari ISSP terkait pergerakan harga baja HRC global dengan harga jual rata rata ISSP (ASP) adalah kemampuan manajemen mempertahankan ASP di tengah penurunan harga HRC. Dalam analisa kami, baik harga HRC global maupun ASP ISSP memang mengalami penurunan di tahun 2012 dan rebound di 2013. Namun yang menarik adalah harga HRC global kembali mengalami penurunan di 2014 yang berlanjut hingga 2015 akan tetapi ASP ISSP di 2014 justru mengalami kenaikan. Dan dalam analisa kami terbuka peluang ASP ISSP stabil cenderung kembali naik hingga 2017 mendatang.
Your Trusted Professional 9
Yang menarik dari ISSP terkait pergerakan harga baja HRC global dengan harga jual rata rata ISSP (ASP) adalah kemampuan manajemen mempertahankan ASP di tengah penurunan harga HRC. Dalam analisa kami, baik harga HRC global maupun ASP ISSP memang mengalami penurunan di tahun 2012 dan rebound di 2013. Namun yang menarik adalah harga HRC global kembali mengalami penurunan di 2014 yang berlanjut hingga 2015 akan tetapi ASP ISSP di 2014 justru mengalami kenaikan. Dan dalam analisa kami terbuka peluang ASP ISSP stabil cenderung kembali naik hingga 2017 mendatang.
Grafik 11-Perbandingan ASP ISSP dengan harga HRC global
Price Correlation ASP (IDR/ton)
HRC (USD/ton)
130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 2010
2011
2012
2013
2014
2015E
2016E
2017E
Source : Bloomberg, MCI Research
Mengapa hal ini dapat terjadi? Dalam pandangan kami fenomena ini kemungkinan besar disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Dalam diskusi kami dengan manajemen ISSP terungkap ISSP membeli bahan baku utama HRC dalam USD namun menjual produk pipa baja dalam IDR. Di sisi lain, manajemen ISSP juga menyatakan mereka melakukan adjustment harga jual guna mengikuti perkembangan harga HRC dan nilai tukar rupiah. Dari kedua hal tersebut, meski tidak secara gamblang dijelaskan manajemen, kami mengambil kesimpulan salah satu adjustment yang dilakukan adalah menaikan harga jual seiring pelemahan nilai tukar rupiah; dengan demikian ASP dapat stabil atau sedikit menguat meski harga HRC global mengalami penurunan. Nilai tukar rupiah sejak 2012 lalu terus mengalami pelemahan terhadap USD terkait isu membengkaknya current account deficit serta exodus dana global dari emerging market terkait pelemahan pertumbuhan ekonomi China serta antisipasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika. Nilai tukar rupiah terhadap USD melemah dari level IDR 8,990/ USD di akhir 2010 ke level IDR 14,400/USD di akhir 2015 lalu. Bahkan dalam Market Outlook yang kami rilis di akhir 2015 lalu kami memproyeksikan nilai tukar rupiah kembali berpeluang melemah ke level IDR 14,700/USD di tahun 2016 ini.
Your Trusted Professional 10
Grafik 12-Asumsi nilai tukar rupiah
IDR/USD Exchange Rate 2010
2011
8,996
9,069
2012
2013
2014
12,171
12,388
2015E
2016E
14,400
14,700
Source : Bloomberg, MCI Research
6,000 7,000 8,000 9,000
9,793
10,000 11,000 12,000 13,000 14,000 15,000 16,000
Grafik 13-Rupiah vs major currecy index Currency Performance FY15 115 110 105 100 USD Index
95
EM Index
90
IDR
Dec/15
Nov/15
Oct/15
Sep/15
Jul/15
Aug/15
Jun/15
May/15
Apr/15
Mar/15
Feb/15
Jan/15
Dec/14
85
Source : Bloomberg
Dengan asumsi nilai tukar rupiah kembali melemah di tahun 2016 ini dan harga HRC global belum pulih secara signifikan kami memproyeksikan harga jual rata rata (ASP) pipa baja ISSP di tahun 2016 ini dapat naik sebesar 2.4% menjadi IDR 11.3 juta per ton atau IDR 11,300 per kilo (ASP 2015 kami proyeksikan IDR 11 juta per ton). Sedangkan untuk tahun 2017 mendatang dengan asumsi nilai tukar rupiah masih diatas level IDR 12,000/USD kami proyeksikan ASP ISSP kembali naik 2.3% ke level IDR 11.5 juta per ton atau IDR 11,500 per kilo. (Red : manajemen ISSP menggunakan patokan harga dalam kilogram sementara kami lebih memilih dalam ton mengikuti benchmark global).
Your Trusted Professional 11
Grafik 14-Asumsi harga jual rata rata ISSP
Average Selling Price ASP (mn/ton)
Growht (%)
12
15%
12
10%
9.5%
11
6.4%
5.4%
11
5% 1.4%
2.4%
11.3
2.3% 0%
10 10
-5%
9.6
10.5
-8.0% 9.7
10.2
10.8
11.0
2010
2011
2012
2013
2014
2015E
11.5
9
-10% 2016E 2017E
Source : MCI Research
Dengan menggunakan asumsi nilai penjualan pipa baja ISSP di tahun 2016 sebesar 391 juta ton dan harga jual rata rata sebesar IDR 11.3 juta per ton maka kami proyeksikan ISSP mampu mencatatkan Penjualan sebesar IDR 4.4 triliun, tumbuh 6.5% dibanding Penjualan 2015. Untuk Penjualan 2015 sendiri kami proyeksikan mampu mencapai IDR 4.1 triliun atau tumbuh 22.9% dibanding 2014.
Grafik 15-Proyeksi Penjualan ISSP dalam IDR
Total Revenue Revenue (IDR tn) 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0
Growth (%) 60%
50.6%
50% 40% 30% 22.9%
20.0%
20%
14.3% 1.7
2.6
3.1
3.5
-4.7% 3.4
4.1
6.5%
6.8%
4.4
4.7
10% 0% -10%
2010
2011
2012
2013
2014
2015E 2016E 2017E
Source : Bloomberg, ISSP, MCI Research
Your Trusted Professional 12
Dampak dari penurunan harga HRC global dan penurunan nilai tukar Rupiah, ditambah dengan kemampuan manajemen ISSP dalam melakukan adjustment harga jual mengikuti perkembangan harga HRC dan IDR membuat kami optimis ISSP dapat menjaga marjin kotor dan marjin operasional. Dalam proyeksi kami gross margin ISSP dapat dijaga stabil pada level 16.5% sementara operating margin dapat dipertahankan di level sekitar 10%. Sementara itu return on equity dapat tumbuh ke level 10.3% di 2017 dari 9.2% di 2014
Grafik 16-Rasio marjin
Profitability Margin Gross
Operating
Net
ROE
ROA
25% 20% 16.8%
15%
16.5%
16.7%
16.8%
10.7% 10.7% 10.5% 10.4% 10.6% 10.3% 9.3% 9.2% 8.9% 6.4% 6.4% 5.7% 5.4% 4.3% 3.9% 3.8% 3.6%
10% 5% 0% 2010
2011
2012
2013
2014
2015E
2016E
2017E
Source : Bloomberg, MCI Research
Laba Bersih ISSP di tahun 2016 ini kami proyeksikan mampu tumbuh 13.5% ke level 252 miliar sementara untuk tahun 2015 kami proyeksikan Laba Bersih mencapai IDR 222 miliar atau naik tipis 3.3% dari 2014. Proyeksi tersebut dapat tercapai dengan asumsi manajemen mampu mempertahankan net margin di level 5.7%, naik 30 bps dibanding 2014. Untuk tahun 2017 dengan asumsi net margin sebesar 6.4% kami proyeksikan Laba Bersih ISSP dapat tumbuh 20.1% ke level IDR 303 miliar. Kenaikan net margin ke level 6.4% dalam pandangan kami dapat tercapai mengingat untuk tahun 2016 dan 2017 ISSP tidak perlu menganggarkan belanja modal besar karena fokus manajemen ada pada pembangunan gudang. Baru pada 2018 ISSP dalam perhitungan kami akan melakukan ekspansi besar besaran dengan pembangunan pabrik di Gresik. Grafik 17-Proyeksi Laba Bersih ISSP dalam IDR
Net Income Net Income (IDR bn)
Growth (%)
350 354.5%
300
303
250 252
200 204
150 100 50
111 24
111 0.4%
215
222
5.6%
3.3%
83.1% 13.5%
20.1%
2010
2011
2012
2013
2014
400% 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50%
2015E 2016E 2017E
Source : Bloomberg, ISSP, MCI Research
Your Trusted Professional 13
Resiko investasi Kami melihat sedikitnya ada dua resiko yang dapat menganggu kinerja ISSP dalam beberapa tahun ke depan; yaitu : 1) kondisi over-supply produk baja global dan 2) rencana manajemen ISSP dalam mengurangi peranan agen distributor. Over-supply baja global. Berdasarkan data yang kami peroleh dari Bloomberg Intelligence saat ini terjadi over supply di industri baja global dimana rata rata tingkat utilisasi pabrik telah turun ke level 69% pada September 2015 lalu. Padahal untuk sebuah pabrik baja dapat mencapai skala ekonomis minimal tingkat utilisasi harus mencapai 85%. Oleh sebab itu, Bloomberg Intelligence memproyeksikan akan terjadi pengurangan kapasitas produksi hingga sebesar 220 juta ton dalam 10 tahun ke depan (2015-2025). Salah satu yang menyebabkan kondisi over supply ini adalah kapasitas produksi baja China dan India yang naik cukup besar sementara tingkat permintaan justru berkurang seiring melemahnya pertumbuhan ekonomi global dan khusus nya China. Sebagai gambaran, total kapasitas produksi baja China pada akhir 2014 telah mencapai 1.16 miliar m.ton dengan tingkat utilisasi hanya sebesar 71%. Sementara di sisi lain permintaan domestik baja China berkurang drastis seiring peralihan kebijakan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan pemerintah China dari investment-based economy menjadi consumer-driven-based economy. Akibat dari kebijakan ini adalah turunnya secara drastis permintaan baja dari sektor konstruksi serta industri perkapalan dan permesinan. Kondisi over supply dari China ini diperparah dengan rencana India menambah kapasitas produksi pabrik baja mereka sebesar 37 juta m.ton dalam beberapa tahun ke depan. Jika semua pabrik baru tersebut telah beroperasi penuh maka kapasitas produksi baja India akan naik sekitar 32% menjadi 115.6 juta m.ton. Untuk mengatasi kondisi over supply di China, pemerintah China menempuh tiga cara yaitu 1) mengurangi kapasitas produksi, 2) meningkatkan ekspor khususnya ke wilayah Asia dan 3) kembali meningkatkan proyek infrastruktur. Pengurangan kapasitas pabrik baja akan dilakukan di dua provinsi dengan kapasitas pabrik baja terbesar yaitu provinsi Hebei dan Jiangsu. Provinsi Hebei yang merupakan penghasil baja terbesar China (dengan 24% pangsa pasar) pada tahun 2014 dan 2015 telah melakukan penutupan sejumlah pabrik dengan total pengurangan kapasitas produksi sebesar 20 juta ton. Sementara itu provinsi Jiangsu (13% pangsa pasar) telah mengurangi kapasitas produksi sebesar 1.5 juta ton di 2015. Cara kedua yang dilakukan pemerintah China adalah melakukan ekspor baja ke negara Asia serta mendorong perusahaan baja China membuka pabrik di negara lain. Untuk strategi pertama pada tahun 2015 saja ekspor baja China ke pasar global telah mencapai 100 juta m.ton atau tumbuh sebesar 18% (ekspor terbesar ke Korea Selatan yang mencapai 12% dari total ekspor baja China). Selain itu pemerintah China juga mendorong produsen baja China khususnya yang berada di provinsi Hebei untuk membangun pabrik di Asia Tenggara dan Afrika. Rencananya pada tahun 2017 mendatang sejumlah produsen baja dari provinsi Hebei akan merelokasi pabrik dengan kapasitas produksi 5 juta ton dan pada 2023 mencapai 20 juta ton. Cara ketiga yang dilakukan pemerintah China adalah kembali mengembangkan proyek infrastruktur untuk mendorong permintaan baja. Proyek yang saat ini telah masuk dalam perencanaan adalah pembangunan jalur kereta api terutama yang berkaitan dengan proyek ”One Belt, One Road” yang terbentang hingga ke benua Eropa. Total investasi sementara diproyeksikan sebesar USD 438 miliar (2.8 triliun Yuan) dalam lima tahun ke depan (2015-2020).
Your Trusted Professional 14
Terkait peningkatan ekspor baja China ke negara Asia Tenggara akan menjadi tantangan tersendiri bagi produsen baja Indonesia. Namun dalam diskusi kami dengan manajemen ISSP mereka tidak terlalu mengkhawatirkan masalah ini karena yang terkena dampak utama dari kebijakan ekspor baja China ini adalah produsen baja hulu; sedangkan ISSP bermain di industri baja hilir. Hampir sebagian besar ekspor baja China berupa HRC sehingga yang terkena dampaknya adalah produsen HRC. Selain itu, kualitas ekspor baja China sulit bersaing dengan kualitas baja Jepang atau Korea Selatan (bahkan dalam beberapa sample product masih kalah dengan kualitas HRC yang dihasilkan Krakatau Steel). Sehingga membanjirnya HRC China masuk ke segmen pasar tertentu yang kurang berkepentingan terhadap kualitas. Dan yang terakhir adalah jikalau kualitas HRC China bagus hal ini justru merupakan katalis positif bagi ISSP karena manajemen ISSP akan mendapatkan sumber bahan baku berkualitas dengan harga kompetitif. Sebagai informasi, sumber bahan baku baja ISSP saat ini di supply POSCO (34%), JFE (19%) dan Krakatau Steel (16%). Sehingga saat ini kami melihat resiko dari membanjirnya produk baja China belum berpengaruh negatif terhadap kinerja ISSP. Justru dengan membanjirnya produk baja China membuat harga HRC global turun yang pada akhirnya menguntungkan ISSP dari sisi harga bahan baku. Penguranan peranan agen distributor. Resiko kedua yang kami lihat dapat menjadi katalis negatif adalah rencana manajemen ISSP yang mengurangi peranan agen distributor dalam pemasaran produk pipa baja perseroan. Sampai akhir 2012 sebesar 65% produk ISSP dipasarkan dengan menggunakan agen distributor (hanya 35% yang dijual langsung oleh ISSP). Namun memasuki 2013 manajemen ISSP memutuskan untuk merubah strategi pemasaran dengan melakukan penjualan sendiri secara langsung. Target dari manajemen adalah pada akhir tahun 2016 ini peranan agen distributor ditekan menjadi hanya 30% saja; atau dengan kata lain in-house sales ISSP ditingkatkan hingga mencapai 70%. Untuk mendukung strategi ini maka pada 2016 dan 2017 fokus manajemen adalah menyelesaikan pembangunan gudang di Jakarta dan Bandung, melengkapi gudang di Samarinda. Pembangunan gudang ini sangat diperlukan dalam proses distribusi mengingat saat menggunakan agen distributor penyediaan gudang merupakan tanggung jawab agen. Dalam pandangan kami strategi ini bisa mendongkrak kinerja ISSP jika dapat dieksekusi secara efektif dan efisien. Salah satu hal positif adalah peningkatan operating margin mengingat ISSP tidak perlu mengelurakan biaya komisi kepada agen distributor. Namun demikian, jika tidak dapat dieksekusi dengan baik dalam arti in-house sales ISSP tidak mampu menggantikan peranan agen distributor maka tentunya dapat berdampak negatif terhadap kenaikan penjualan perseroan. Selain itu, resiko meningkatnya biaya modal kerja akibat penumpukan barang di gudang akan menjadi mimpi buruk perseroan. Sampai saat ini kinerja penjualan ISSP tidak terganggu bahkan cenderung menunjukan kenaikan kinerja penjualan. Oleh sebab itu dalam pandangan kami strategi manajemen dengan melakukan direct sales sudah tepat dan menjadi katalis positif bagi kinerja ISSP.
Your Trusted Professional 15
Valuasi dan Rekomendasi Dalam melakukan valuasi terhadap saham ISSP ini kami menggabungkan metode discounted cash flow dengan relative valuation. Untuk metode DCF kami menggunakan asumsi cost of equity (CAPM) sebesar 10.0%, net cost of debt 9.0% dan cost of capital (WACC) sebesar 9.4%. Sementara itu untuk beta kami menggunakan 1.45x dan long-term growth 3.7%. Sedangkan untuk relative valuation kami membanding valuasi ISSP dengan perusahaan sejenis di pasar regional. Mengapa kami menggunakan pasar regional dan bukan domestik saja? Karena kami mengasumsikan saat ini investor institusi global akan membanding valuasi perusahaan Indonesia dengan regional. Kami menggunakan price to earnings ratio (PER), price to book value ratio (PBV) dan price to earnings ratio to growth (PEG). Berdasarkan perhitungan kami, kami menetapkan fair value ISSP di level IDR 335. Target price tersebut mencerminkan PER’16E 9.6x, PBV’16E 0.9x dan PEG’16E 0.7x. Dalam pandangan kami fair value tersebut masih cukup murah mengingat rata rata PER perusahaan sejenis di regional berada pada level 15.3x. Dengan membandingkan harga penutupan ISSP hari Rabu (27/01) lalu di level IDR 163 masih terdapat up side potential sebesar 105.5%. Oleh sebab itu kami merekomendasikan Buy untuk Buy dalam Stock Call ini. Sebagai catatan kriteria Buy kami jika masih terdapat up side potential minimal +15%; Hold jika antara –15% hingga +15% dan Sell jika terdapat down side potential lebih besar dari –15%.
Your Trusted Professional 16
Appendix 1-Balanced Sheet & Income Statement (IDR bn) BALANCED SHEET Assets + Cash & Near Cash Items + Short-Term Investments + Accounts & Notes Receivable + Inventories + Other Current Assets Total Current Assets + LT Investments & LT Receivables + Net Fixed Assets + Gross Fixed Assets - Accumulated Depreciation + Other Long-Term Assets Total Long-Term Assets Total Assets Liabilities & Shareholders' Equity + Accounts Payable + Short-Term Borrowings + Other Short-Term Liabilities Total Current Liabilities + Long-Term Borrowings + Other Long-Term Liabilities Total Long-Term Liabilities Total Liabilities + Total Preferred Equity + Minority Interest + Share Capital & APIC + Retained Earnings & Other Equity Total Equity Total Liabilities & Equity Book Value per Share (BVS)
2010
2011
2012
2013
2014
2015E
2016E
2017E
6 276 711 76 1,069 499 571 72 138 638 1,707
6 27 704 1,140 36 1,913 622 643 21 107 729 2,643
14 591 1,632 100 2,337 781 806 24 164 946 3,283
119 888 1,767 229 3,003 1,158 1,158 233 1,390 4,394
198 792 2,375 215 3,580 1,561 1,591 30 302 1,863 5,443
207 1,023 2,509 356 4,095 1,786 1,904 117 370 2,156 6,251
205 1,101 2,716 413 4,435 1,725 1,973 248 416 2,141 6,576
244 1,188 2,945 476 4,854 1,645 2,033 388 467 2,112 6,966
352 743 84 1,178 99 80 179 1,358 429 (79) 350 1,707 49
654 892 183 1,730 186 182 369 2,099 429 115 544 2,643 76
199 1,740 156 2,095 132 287 419 2,514 429 340 769 3,283 107
625 1,307 165 2,097 151 212 363 2,459 1,228 707 1,934 4,394 269
706 1,756 174 2,636 256 225 481 3,117 1,228 1,098 2,326 5,443 324
797 1,788 324 2,909 368 471 838 3,747 1,228 1,276 2,504 6,251 348
840 1,509 423 2,772 513 586 1,099 3,871 1,228 1,477 2,705 6,576 376
888 1,366 536 2,790 513 716 1,229 4,019 1,228 1,720 2,947 6,966 410
2016E 4,407 3,673 734 268 466 143 86 (73) 310 58 252 252 252 35
2017E 4,706 3,915 790 285 505 140 71 (76) 371 68 303 303 303 42
Source : ISSP, MCI Research, Bloomberg
(IDR bn) INCOME STATEMENT Revenue - Cost of Revenue Gross Profit + Other Operating Income - Operating Expenses Operating Income - Interest Expense - Foreign Exchange Losses (Gains) - Net Non-Operating Losses (Gains) Pretax Income - Income Tax Expense Income Before XO Items - Extraordinary Loss Net of Tax - Minority Interests Net Income - Total Cash Preferred Dividends - Other Adjustments Net Inc Avail to Common Shareholders Earnings per Share (EPS)
2010 1,711 1,473 238 120 118 130 (4) (40) 33 8 24 24 24 3
2011 2,577 2,181 396 158 238 124 19 (51) 146 35 111 111 111 15
2012 3,093 2,692 401 132 269 147 36 (63) 149 38 111 111 111 15
2013 3,534 2,929 605 226 379 132 56 (60) 251 48 204 204 204 28
2014 3,368 2,804 564 211 354 138 (46) 262 47 215 215 215 30
2015E 4,139 3,456 683 253 431 145 80 (69) 275 53 222 222 222 31
Source : ISSP, MCI Research, Bloomberg
Your Trusted Professional 17
Appendix 2-Cash Flow Statement & Ratios (IDR bn) CASH FLOW Cash From Operating Activities + Net Income + Depreciation & Amortization + Other Non-Cash Adjustments Cash From Operations Cash From Investing Activities + Disposal of Fixed Assets + Capital Expenditures + Change in Investments + Other Investing Activities Cash From Investing Activities Cash from Financing Activities + Dividends Paid + Change in Short-Term Borrowings + Change in Long-Term Borrowings + Change in Capital Stocks + Other Financing Activities Cash from Financing Activities Net Changes in Cash
2010
2011
2012
2013
2014
2015E
2016E
2017E
24 55 155 234
111 49 (388) (228)
111 57 (943) (774)
204 84 17 305
215 110 (516) (191)
222 87 309
252 131 383
303 140 443
(14) (12) (26)
2 (44) (50) (92)
(58) 24 (34)
(385) (27) (412)
195 (347) (16) (168)
(400) (400)
(200) (200)
(200) (200)
(233) 14 (219) (11)
228 91 320 (0)
793 23 816 8
429 (217) 212 105
(14) 428 85 (61) 438 79
(44) 32 112 99 9
(50) (279) 145 (184) (1)
(61) (143) (204) 39
Source : ISSP, MCI Research, Bloomberg
2010 LIQUIDITY Current ratio (X) CASH CONVERSION CYCLE Cash Conversion Cycle (Days) Inventory Conversion Period (Days) Receivables Conversion Period (Days) Payables Conversion Period (Days) GROWTH Revenue growth (%) Operating income growth (%) Profit before income tax growth (%) Net income growth (%) PROFITABILITY Gross profit margin (%) Operating income margin (%) Net income margin (%) Return on equity (%) Return on assets (%) LEVERAGE Debt-to-equity (X) Debt-to-asset (X) VALUATION Price to earnings ratio (X) Price to book ratio (X) PEG ratio (X)
2011
2012
2013
2014
2015E
2016E
2017E
0.9
1.1
1.1
1.4
1.4
1.4
1.6
1.7
148 176 59 87
181 191 100 109
264 221 70 27
234 220 92 78
303 309 86 92
271 265 90 84
278 270 91 83
284 275 92 83
50.6% 101.0% 347.5% 354.5%
20.0% 13.1% 2.2% 0.4%
14.3% 40.9% 68.5% 83.1%
-4.7% -6.7% 4.3% 5.6%
22.9% 21.8% 4.8% 3.3%
6.5% 8.2% 13.0% 13.5%
6.8% 8.5% 19.6% 20.1%
15.4% 9.2% 4.3% 20.4% 4.2%
13.0% 8.7% 3.6% 14.5% 3.4%
17.1% 10.7% 5.8% 10.5% 4.6%
16.8% 10.5% 6.4% 9.2% 3.9%
16.5% 10.4% 5.4% 8.9% 3.6%
16.7% 10.6% 5.7% 9.3% 3.8%
16.8% 10.7% 6.4% 10.3% 4.3%
13.9% 6.9% 1.4% 7.0% 1.4% 2.4 0.5
2.0 0.4
2.4 0.6
0.8 0.3
0.9 0.4
0.9 0.3
0.7 0.3
0.6 0.3
98.83 6.88
21.74 4.43 0.06
21.65 3.13 50.15
11.83 1.24 0.14
11.20 1.03 2.01
10.84 0.96 3.25
9.55 0.89 0.71
7.95 0.82 0.39
Source : MCI Research
Your Trusted Professional 18
RESEARCH
+62 21 7917 5599
62431
Helen Vincentia Dimas Satria Hardianto Dida Fathdira
Head of Research, Economic, Infrastructure, Construction, Banking, Cement Consumer Goods, Retail Plantation, Media, Textile Property
[email protected] +62 21 7917 5599
[email protected] +62 21 7917 5599
[email protected] +62 21 7917 5599
62035 62035 62035
Genio Bian Fadlillah Qudsi
Mining, Telco, Transportation Technical Analyst
[email protected] [email protected]
62425 62425
Danny Eugene
[email protected]
+62 21 7917 5599 +62 21 7917 5599
INSTITUTIONAL SALES
Hendry Kuswari Gunawan Sudrajat Ratna Wijayanti Suparman Rachmadian Iskandar Z Ety Sulistyowati Dewi Suryani Widianita Rinny Oktaviany Renita Anggraeni Rahayu Kusumaningsih
Head of Sales, Trading & Dealing Institutional Sales Institutional Sales Institutional Sales Institutional Sales Institutional Sales Institutional Sales Institutional Client Care Institutional Client Care Administrasi Equity HO Administrasi Equity HO
Fixed Income Sales & Trading Tel. +62 21 7995 795, 7917 5559-62 Fax. +62 21 7917 5965
[email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected]
+62 21 7917 5599 +62 21 7917 5599 +62 21 7917 5599 +62 21 7917 5599 +62 21 7917 5599 +62 21 7917 5599 +62 21 7917 5599 +62 21 7917 5599 +62 21 7917 5599 +62 21 7917 5599 +62 21 7917 5599
62037 62046 62178 62058 62402 62408 62441 62439 62411 62037 62037
Investment Banking Tel. +62 21 7917 5599 Fax. +62 21 7919 3900
Head Office Menara Bank Mega Lt.2 Jl.Kapten P.Tendean. Kav 12-14A, Jakarta 12790 021-7917 5599 , 021-7919 3900
Bandung Menara Bank Mega Lt.3 Jl.Gatot Subroto No.283 Bandung 40273 022-8734 0972 , 022-8734 0985
Jakarta - Pondok Indah Plaza 5 Pondok Indah, Blok D No.15 Lt.2 Jl. Margaguna Raya Radio Dalam Pondok Indah, Jakarta Selatan 12420 021-723 4437 , 021-7279 8140
Surabaya Ruko Embong Kemiri Square No.2G-2H (Ruko Asuransi PT.Asuransi Umum Mega) Jl.Raya Embong Kemiri, Embong Kaliasin Genteng, Surabaya 60271 031 547 1200 , 031-547 2492
Jakarta - Roxy Ruko Gading Bukit Indah Lt.2 Jl. Raya Bukit Gading Raya Blok A, No.26 Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240 021-4587 4243 , 021-4587 4246
Makasar Menara Bank Mega Lt.2 Kawasan Trans Studio Jl.Metro Tanjung Bunga, Makasar 90134 0411-811 8800 , 0411-811 8802
Jakarta - Kelapa Gading Ruko Gading Bukit Indah Lt.2 Jl. Raya Bukit Gading Raya Blok A, No.26 Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240 021-451 5717 , 021451 5720
Yogyakarta Gedung Bank Mega 3rd Floor Jl.Gejayan (Affandi) No.22 Yogyakarta 55281 0274 - 582 929 , 0274 582 931
DISCLAIMER This Document is for information only and for the use of the recipient. It is not to be reproduced or copied or made available to others. Under no circumstances is it to be considered as an offer to sell or solicitation to buy any security. Any recommendation contained in this report may not be suitable for all investors and strictly a personal view and should not be used as a sole judgment for investment. Moreover, although the information contained herein has been obtained from sources believed to be reliable, its accuracy, completeness and reliability cannot be guaranteed. All rights reserved by PT Mega Capital Indonesia.
Your Trusted Professional 19